Pengembangan lada nasional pada dasarnya bertujuan pokok untuk mening-
katkan kesejahteraan petani produsen dan seldigus meningkatkan penerimaan devisa sebagai salah satu sumber penting dalam melaksanakan pembangunan nasional. Oleh karena itu pengembangan komoditas tersebut tidak lepas dari intervensi atau kebija-
kan pemerintah -- dalam bentuk regulasi dan deregulasi -- baik pada segi produksi maupun pemasaran. Kebijakan pada aspek produksi yaitu mendorong perluasan areal pertanaman pa& lahan-lahan baru (ekstensifikasi) dan mendorong usaha intensifikasi pada areal pertanaman yang ada dengan menyediakan fasilitas kredit, subsidi,
dan fasilitas lainnya. Sementara kebijakan pada aspek pemasaran antara lain adalah mendorong mengupayakan agar produksi yang dicapai dapat diserap oleh pasar domestik dan pasar internasional Wnawaran ekspor) pada tingkat harga yang wajar, Sementara itu permintaan impor pada dasarnya dipengaruhi juga oleh adanya intervensi pemerintah negara yang bersangkutan, seperti kebijakan tarif dan hambatan non tarif (non tariff barier) yang pa& umumnya dibedakan menurut negara asal, bentuk olahan, dan kemasan pmduk lada. Lada impor yang berasal langsung dari negara pradusen dalarn bentuk gelondongan (ground pepper) dibebaskan dari dari
taiif berdasukan Sistem Preprensi Umum (Generalized System of Preferences
-
GSP). l k i f impor yang tinggi biasanya dikenakan bagi lada -- dalam berbagai produk dan kemasan -- yang berasal dari negara bukan produsen. Kebijakan mengenai hambatan non tarif, misalnya penetapan importir tunggal dan pembatasan kuota terutama yang berlaku di negara-negara sosialis. Meskipun demikian cukup banyak negara konsumen menyelenggarakan pelaksmaan impor atas dasar mekanisme pasar.
Pertemuan antara kekuatan yang mempengaruhi pasokan dan permintaan tersebut di pasar dunia menentukan besarnya tingkat horga lada internasional. Di samping itu situasi pada p a w New York, London, dan Singapura juga sangat menentukan tingkat harga yang terjadi pada pasar lada dunia. Upaya kearah penataan ekonomi lada dunia telah dimulai sejak 1972 dengan, dibentuknya Masyarakat Lada Dunia (International Pepper Community - IPC) oleh PBB. Hal ini ditempuh untuk mempersatukan langkah-langkah IPC dalam mensela-
raskan kepentingan negara-negara produsen dengan negara-negara konsumen. Langkah-langkah yang ditempuh IPC kearah itu selalu diupayakan melalui pertemuan formal d a informal ~~ dengan pemerintah dan pengusaha. Interaksi yang terjadi dalam ekonomi lada dunia digambar pada diagram sis-
tan CAO-
la& dytia (Gambar 2). Pada dasamya ekonomi lada dunia dapat di-
bagi ke dalam tiga sub sistem, yaitu proses produksi, pasar domestik, dan pasar luar negeri. Lebih lanjut dikaji secara rinci tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi , konsumsi, penawaran ekspr, dan permintaan i m p r lada dunia. m a m a n la& merupakan tanaman perkebunan yang telah lama dibudidaya-
kan terutarnam di Indonesia, Brazil, India, dan Malaysia yang merupakan negara produsen dan pengekspor utama lada dunia. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pola budidaya tanaman lada keempat negara ini menunjukkan karakteristik yang
berbxja, ywg dapat mencerminkan daya tahan masing-masing negara terhadap gejolak paw. Di sisi lain sesungguhnya usaha perkebunan lada ber~rientasiuntuk memperoleh devisa. Dengan demikian suatu pemikiran yang patut diketengahkan, bahwa dalam rangka menunjang kontinuitas ekspor, maka sangat relevan untuk diketahui keunggulan komparatif dan keunggulan kombtiti f tiap negara. Hukum keunggulan komparatif (comparative advantage) menyatakan, dalam dunia pas;u bersaing, perdagangan akan terjadi bila ada perbedaan internasional
dalam biaya produksi relatif (Kenen, 1985). Dengan kata lain dalam kondisi pasar bersaing, setiap wilayah (negara) akan melakvkan spesialisasi produksi dan ekspor suatu barang apabila biaya praduksinya lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, sehingga negara tersebut akan memperoleh keuntungan optimal (Jabara and Thompson, 1980). Sementara hukum keunggulan bersaing (competitive advantage) dimaksudkan harga suatu barang di pasar internasional mendcup bukan saja biaya produksi tapi juga biaya pemasaran. Analisis keunggulan komparatif, pada dasarnya harus didukung oleh kriteria ill~~nhy CRO-
(economic incentive) untuk menunjukkan, apakah produk yang
unggul itu dapat dikembangkan atau tidak di suatu negara atau wilayah. Artinya, apakah produk itu selain memiliki keunggulan komparatif juga mempunyai keunggul-
an bersainglkompetitif. Dalam ha1 ini tentu saja peranan kebijakan pemerintah $angat menentukan karena keunggulan kompetitif pa& dasarnya terbentuk dari interaksi antara keunggulan komparatif dan distorsi pa$ar, baik yang disebabkan oleh kebijakan p e m e ~ t a hitu sendiri maupun oleh ketidaksempumaan pasar. Dari uraian di atas &pat diformulasikan secara singkat bahwa, kerangka konseptual ini bertumpu pa& tiga pokok pikiran yaitu studi struktur p a w , perrnin-
taan dan p e n a w m , dan keunggulan komparatif komoditas lada. Dalam studi ini ktiga aspek tersebut dianggap merupakan satu kesatuan yang digunakan dalam menganalisis perekonomian lada dunia.
Melalui analisis struktur pasar ditelaah
bagaimana sifat p a w la& dunia. Sejauh mand masing-masing negara prdusen memanfaatkan keunggulan komparatifnya dibahas melalui analisis keunggulan komparatif. Dan interaksi antara perrnintaan dan penawaran lada dunia dianalisis melalui analisis permintan impor dan penawaran ekspor.
,
Kebijaksanaan c Negara Produsen
I
-I
Penanaman Baru dan Peremajaan
I I
Tanaman Belum Berproduksi
)
Areal Tanaman Dewasa
- - - - - - -1 I
I I
Tanaman Produktif
(
Produksi Aktual
t
Tanaman Tua atau Rusak
I
I
f
-
Pupuk, Pestisida,T.Panjat .
P
T
T
I
I
Harga Ekspor
--
>
f Biayar aTranspor, n s i )
Ekspor Negara Produsen *
Stok Negara Produsen
I
Harga di Pasar a
I 1
1 1
I
Harga Impor
*c
Total Impor Dunia **
J
1'
Konsumsi Neg. Konsumen
Stok Negara Konsumen
Impor Negara Konsqmen +--I
I -
I I I I I
Neg. . -.Kebijakan Pengimpor - - - -1 - - - J
. Keterangan :
*) **)
Gambar 2
sangat fluktuatif relatif konstan
Model Sistem Ekommi Lada D d
Struktur pasar adalah karakteristik pasar yang berpengaruh terhadap perilaku pedagang.
Unsur-unsur struktur pasar meliputi tingkat konsentrasi, diferensiasi
produk, dan rintangan masuk pasar (Stifel, 1975). Tingkat konsentrasi dapat dijelaskan secara kuantitatif berdasarkan suatu indeks yang diperkenalkan oleh Herfindahl(1950) $dam Clarkson dan Miller (1983) yaitu:
di-: H = indeks mompoli nmurut Herfindahl, x i = junlah ekspor t i a p negara, T = t o t a l drspor, den i = 1, 2, n. Jika H = 1, k r a r t i pasar ekspor negara-negara produsen k r a d a &lam keadaan monopoli dan b i l a kurang dari satu, make dinyatakan tidak mamnopoli perdagangan.
...,
Unsur struktur pasar yang ke dua yaitu diferensiasi produk dikaji secara diskriptif yang mengacu kepada berbagai jenis produk. Kemudian secara kualitatif da-
pat diuraikan jenis-jenis yang dominan atau yang tidak dominan di dalam pasar, baik domestik maupun internasional. Selain itu &pat ditelusuri pula mengapa jenis-jenis tcrtentu &pat dikembangkan di negara konsumen, sedangkan di negara produsen tidak. Hal ini menyangkut kemampuan suatu negara atau blok negara untuk mengua-
sai pasar (market outlet). Sementara itu unsur struktur pasar yang ketiga yaitu rintangan masuk pasar juga dianalisis secara kualitatif baik yang berkembang di negara
produsen maupun di negara konsumen. Dari segi produksi karakteristik budidaya komoditas lada tidak memungkinkan setiap wilayah atau negara mengusahakannya
secara leluasa sehubungan dengan faktor-faktor iklim, ketersediaan lahan, kesuburan
tanah, kepekaan tanaman terhadap gangguan hama-penyakit, dan kebiasaan petani.
,
Namun dari segi pemasaran, mengandung banyak kemungkinan dalam memperlaku-
kan komoditas ini sebagai komuditas perdagangan internasional, termasuk didalamnya pengoiahan lebih lanjut dan cara pendistribusian dari satu tempat ke tempat yang lain. Analisis struktur pasar akan lebih informatif bila disertai oleh analisis keterkaitan pasar. Keterkaitan pasar impor dan ekspor dapat dicerminkan oleh hubung-
an harga antar pasar impornya sendiri atau juga hubungan harga antara pasar impor dengan pasar ekspor. Hal ini dapat diketahui melalui tiga pengukuran yaitu analisisanalisis korelasi harga, transmisi harga, dan indeks keterpaduan pasar (index market connection - IMC). Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang menggambarkan seberapa jauh perkembangan harga suatu barang pada dua tempadtingkat yang sama atau berlainan yang saling berhubungan melalui perdagangan.
Kedua tempadtingkat
tersebut dapat saja antar wilayah dalam negara atau antar negara, misalnya antara
pasar kecamatan dengan kabupaten, kabupaten dengan propinsi, antar propinsi satu dengan propinsi lain, antar pasar ekspor dengan p a w impor, dan sebagainya. Korelasi harga tersebut diukur melalui analisis statistik sederhana dengan mengguna-
kan " time series data" atau "cross section data". Yang dimaksud dengan analisis transmisi harga adalah analisis yang meng-
garnbarkan sejauhmana dampak perubahan harga suatu barang di satu tempavtingkat terhadap perubahan harga barang itu di tempatttingkat lain. Transmisi harga diukur melalui regresi sederhana diantara dua harga, kemudian dihitung elastisitasnya sebagai berikut (George and King, 1980).
di-: n = e l a s t i s i t a s transnrisi harga, b = koefisien regresi antara harga d i &a berbeda (harga rate-rata), Pr = harga d i p s a r i p r , Pf = harga d i pesar ekspor.
prsar yang
Analisis indeks keterpaduan pasar (IMC) adalah kajian yang dikembangkan Timmer (1987), Ravallion (1986), dan Heytens (1986). Analisis ini menggambarkan pengaruh bedakala (lag) harga ekspor dan bedakala (lag) harga impor terhadap harga ekspor suatu barang. Hal ini dirumuskan dari persamaan harga-harga ekspor dan impor sebagai berikut :
d i n w u : Pit dan Plt-1 = harga d i tingkat eksportir pads waktu t den t-1, Pzt dan Ptt.i = harga d i t i n g k a t i n p o r t i r pada waktu t dan t - 1 , Xt = peubah nusirnen (misalnya junlah inpor), bi = prruneter dugaan (i= 0, 1, 2, 3, 41, dan et = gatat.
Setelah diestimasi persamaan di atas diformulasikan kembali menjadi:
Dari persamaan ini dapat dihitung indeks keterpaduan pasar (IMC) jangka pendek, yang merupakan rasio dari koefisien harga ekspor dengan koefisien harga impor masing-masing pada tahun lalu yaitu sebagai berikut : 1
+
bl
b3
-
bl
IMC =
Bila IMC < 1, artinya terjadinya keterpaduan jangka pendek yang tinggi antara pengimpor clan pengekspor. Bila IMC > 1, menunjukkan pasar kurang terpadu.
Integrasi pasar antara pasar impor dan pasar ekspor jangka panjang ditentu-
kan oleh besarnya pengaruh perklaan bedakala (lag) harga impor terhadap harga ekspor. Dalam persamaan (4) integrasi pasar tersebut ditunjukkan oleh koefisien b,. Apabila nilai b2
< 1, pasar ekspor dan pasar impor memiliki integrasi yang tinggi,
sedangkan bila b, > 1, maka kedua pasar itu dinyatakan memiliki integrasi yang rendah.
Perdagangangan internasional pada dasarnya bertitiktolak teori keunggulan absolut yang diperkenalkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang menjelaskan bahwa, dengan berbedanya keadaan faktor sumberdaya dam dan sumberdaya manusia, setiap bangsa akan memperoleh keuntungan dengan melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditas atau barang yang memiliki keunggulan absolut. Selanjutnya spesialisasi tersebut kemudian mendorong orang untuk melakukan pertu-I
karan yang apabila dipraktekkan antar negara terjadilah proses perdagangan antar negara. Teori ini dikembangkan lagi oleh David Ricardo yang mengajukan teori
keuaggulan komparatif yaitu bahwa suatu negara, sesungguhnya tidak perlu memiliki keunggulan absolut untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan, jika biaya relatif
-- rasio biaya real antar negara -- berbeda untuk satu atau lebih komoditas
dengan negara lainnya. Lebih jauh twri keunggulan komparatif ini disempurnakan
Hecksher-Ohlin-Samuelson (HOS) yang lebih menekankan perbedaan proporsi relatif penggunaan faktor produksi (factor proportion) dalam menganalisis pola perdagangan antar negara yang tergantung dengan bawaan faktor (factor endowment) (Chacholiades, 1978; Kenen, 1985). Brdasarkan pa& twri tersebut, tampak bahwa budidaya komoditas lada di negara pradusen memenuhi kondisi "factor endowment"
yaitu melimpahnya sumberdaya alam (lahan dan kesuburannya), tenaga kerja (tapi kurang trampil), dan kesesuaian pada pertanian tropis. Lebih lanjut dalam analisis keunggulan komparatif dan kompetitif adalah bertitiktolak dari kemampuan memproduksi komoditas yang berorientasi ekspor dalam gersaingan dengan produsen lain. Pada dasarnya analisis ini melihat pengaruh
dari intervensi pemerintah yang tercermin dalam dirtorsi harga, seperti subsidi, pajak, upah minimum, harga dasar, , harga plapon, dan lainnya, baik terhadap harga output maupun harga input (Mohamed, 1989). Kriteria analisis keunggulan komparatif terdiri dari: Biaya Sumberdaya Domestik ( Domestic Resource Cost - DRC), Koefisien Biaya Sumberdaya Domestik (Domestic Resource Cost Ratio
-
DRCR), Manfaat Sosial Bersih (Net Economic
- NEB), dan Keuntungan Finansial Bersih (Net Financial Profit - NFP).
Benefit
Kriteria insentif ekonomi menggunakan: Tingkat Proteksi Nominal (Nominal Protection Rate
- NPR),
l k i f Implisit (Implicit W f f
-
IT), dan Tingkat Proteksi
Efektif (Effective Protection Rate - EPR). Di samping analisis keunggulan komparatif, juga digunakan analisis kepe-
kaaan (Sensitivity Analysis) berdasarkan perubahan harga batas (border price) output, harga-harga input utama, dan tingkat output. l b juannya adalah menganalisis derajat keunggulan komparatif sebagai respn dari perubahan aktivitas parameter
yang dipelajari (Pearson a. &. , 1976 : Mohamed, 1989 : Simatupang a. d.,1990). Secara matematis analisis keunggulan komparatif dapat diturunkan sebagai berikut:
Biaya faktor domestik per unit output DRC =
Harga batas output
-
Biaya luar negeri per unit output dalam harga batas
atau
dimsna: f s - adalah junlah n i l a i faktor produksi k t - s yang digunekan dalem a k t i v i t a s kt-j;vs adalah harga Lyangan t i q satuan inplt danestik kt-s; u j adalah n i l a i t o t a l output d a r i a k t i v i t a s k e - j pada tingkat harga dunia; mi adelah n i l a i t o t a l input yang diinpor untuk a k t i v i t a s k t - j baik langstng atau tidak langsvlg; r adalah n i l a i t o t a l pencrimean p m i l i k input asing baik langsung atau t i d a k langsmg da11 aktiv/tas k t - j .
Keunggulan komparatif dari suatu barang untuk diekspor diukur dengan koefisien biaya sumberdaya domestik @RCR) yaitu rasio antara biaya sumberdaya domestik dan dengan harga bayangan nilai tukar (v,). Perlunya biaya sumberdaya domestik @RC) dikoreksi dengan nilai tukar bayangan mengingat harga-harga yang berlaku tidak mencerminkan nilai pasar yang semestinya, tetapi telah mengalami distorsi.
Dengan demikian nilai keunggulan komparatif tersebut adalah sebagai
berikut: DRCj DRCRj =
v1
Aktivitas ekonomi yang dianalisis mempunyai keunggulan komparatif j i b DRCR < 1, bersifat netral bila DRCR = 1, dan mengakibatkan kerugian (disadvantage) bila DRCR
> 1. Rasio DRC dengan nilai tukur resmi (official exchange rate) meru-
pakan ulcuran keunggulan bersaing (competitive advantage). Jika rasio ini lebih kecil
dari satu, maka komoditas yang diukur tersebut memiliki "keunggulan bersaing". Dengan kata lain, bila DRC sama atau lebih kecil dari nilai tukar resmi, maka kornoditas itu memiliki keunggulan bersaing. Agar analisis indikator keunggulan komparatif DRC dan DRCR lebih mem-
berikan manfaat, perlu dikombinasikan dengan indikator keuntungan.
Indikwr
keuntungan meliputi Keuntungan Finansial Bersih (NFP) dan Keuntungan Sosial Bersih (NEB).
Indikator NFP dihitung dengan cara biasa yaitu pendapatan (revenue) dikurangi biaya per unit output, sedangkan NEB dihitung sebagai berikut:
NEBj =
C
aij. pi
-
i=1
C s-2
f s j Vs
+
Ej
d i m : r i j d l a h output kanoditrs kc-i
yang dihasilkan oleh a k t i v i t a s k e - j a t r u junlah input k e - i yrng digvurkan oleh r k t i v i t r s k c - j (yaitu negatip); p i adatah harga bayangan output k e - i atau input k c - i ; dan Ej adalah ukuran eksternalitas deri a k t i v i t a s ke- j.
Jika diasumsikan, semua output yang dihasilkan merupakan barang yang dapat diperdagangkan (tradable goods), dan semua biaya input yang digunakan oleh aktivitas ke-j dapat dibagi menjadi biaya-biaya komponen asing dan dalam negeri, maka persamaan (7) &pat dimodifikasi menjadi:
NEBj = ( u j
- mj - r j )
vl
-
m fsj vs
+
Ej
s=2
Jika diperhatikan persamaan (5) dan persamaan (8) memiliki hubungan langsung dan dengan mensubstitusikan kedua persamaan itu (Eksternalitas
El
di-
anggap konstan) , maka persamaan (8) menjadi: NEBj
-
( ~ 1 DRCj) ( u j
- m j - rj)
(9
Suatu sistem produksi mempunyai keunggulan komparatif apabila NEBj bernilai po-
sitip (NEBj > 0). Ukuran kriteria Insentif Ekonomi atau analisis insentif kebijaksanaan adalah sebagai berikut:
NPRj =
Pdo
- Pbo Pbo
d i m : NPR ndalah tingkat proteksi nominal; Pdo rdalrh harga domestik output; dan Pbo adalah harga batas output.
Tingkat %f
Implisit (IT) sama dengan NPR, kecuali harga merupakan har-
ga input.
dimna:
Pdi adalah hrrgr donwstik input dan
Phi
adalah harga batas input.
> 0 berarti aktivitas ekonomi yang dianalisis memperoleh insentif untuk dikembangkan, sedangkan jika IT > 0 mempunyai arti bahwa, pajak implisit Jika NPR
input tidak memberikan insentif (disincentive) terhadap produksi. Pengaruh netto dari NPR dan IT dapat dihitung dengan menggunakan koefisien input-output Leontief yang menggunakan rumus Tingkat Proteksi Efektif (EPR): Konsep EP$ pada persamaan (13) lebih berguna dipakai sebagai alat interpretasi. Suku pertama sebelah kanan persamaan (NP$) dapat dipandang sebagai suatu subsidi terhadap praduksi domestik. Suku kedua dapat diartikan sebagai pajak implisit terhadap aktivitas praduksi. Qleh karena itu proteksi efektif atau pengaruh
netto subsidi (proteksi) sejalan dengan produk akhir.
NPRj
- i=1a i j C
EPRj =
n
atau
ITj
NPR;
EPRj =
-
'
n X aij ITi i=1
adalsh n i l r i input kc-i yang digurnken untuk rnenproduksi output kc-j dan V j d a l a h d i m : n i l e i t d h per unit output kc- j. r
i
m
Perkembangan pasar intemasional pada hakikatnya merupakan interaksi antar penawaran berlebih (excess supply) dari negara produsen (pengekspor) dengan permintaan berlebih (excess demand) dari negara pengimpor (Gambar 3). Dalam pasar tersebut terjadi harga keseimbangan pada tingkat P, dan jumlah impor sama dengan jumlah ekspor (Q2,Q2,
aQ = Q12Q,,)(Kindleberger and Lindert, 1982).
CES
I I
Negara B (Pengimpor)
ZED
Pasar Internasional
Negara A (Pengekspor)
Gambar 3 Dalam analisis fungsi penawaran komoditas pertanian terdapat karakteristik penting yang perlu dipertimbangkan seperti sifat siklikal (musiman) dalam produksi yang pada dasarnya disebabkan oleh faktor fisik dan biologis sebagi akibat adanya
perbedaan kesuburan tanah dan hamalpenyakit tanaman. Sifat siklikal produksi lada misalnya, mendorong perlunya dipertimbangkan mengenai adanya time-lag terhadap respon kenaikan harga sebagai motivasi bagi produsen untuk menaikkan produksi mereka dan kenaikan produksi aktual yang terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi singkatnya time-lag adalah penguasaan atas perubahan teknologi dan penyimpanan. Perubahan teknologi dan pergudangan tidak hanya berpengaruh pada sektor produksi akan tetapi dapat pula mendorong naiknya permintaan yaitu jika terjadi peningkatan teknologi dalam cara pengemasan (packaging), pengolahan
(processing)dan kecanggihan pergudangan. Dalarn studi ini, diasumsikan bahwa industri lada negara prdusen cenderung mendekati kondisi pasar persaingan sempurna. Namun dengan mempertimbangkan adanya "time-lag"dalam penyesuaian jumlah penawaran baik terhadap perubahan harga maupun perubahan faktor non-harga, maka berbagai peubah penjelas bedakala dimasukkan dalarn spesifikasi model dinamik penawaran lada (Intriligator, 1980; dan Maddala, 1989) Dengan supply response relation dapat ditunjukkan bahwa ketika harga berubah akan terdapat respons yang mencakup baik pergeseran di sepanjang kurva penawaran maupun pergeseran kurva penawaran itir sendiri (Tomek dan Robinson, 1972). Dalam Garnbar 4, pergeseran kurva penawaran akibat adanya perubahan da-
lam faktor penentu non-harga yang ditunjukkan melalui pergeseran SS ke SISl dan sebaliknya. Sementara kurva S'S' tidalah kurva penawaran jangka panjang. Andai-
kan titik B menunjukkan keseimbangan awal dimana jumlah yang diminta
~ -dan ,
ditawarkan pada tingkat harga OA. Jika terjadi kenaikan harga dari OA ke OC, jumlah penawaran naik dari Oq',,., ke
w. Namun, ketika harga turun dari QC ke
OG, jumlah penawaran hanya turun dari suatu kenaikan clan penurunan tidak simetris.
ke Oq,karena respons harga terhadap
Harga
I
0
qt-1
qt
q f t-1
qft
qt*
Jumlah
Dalam ilustrasi di atas dapat dirumuskan suatu model altematif mengenai penyesuaian stok dengan pertimbangan bahwa petani tidak dapat dengan seketika berpindah ke q, jika terjadi perubahan harga. Jumlah ekspor diasumsikan menye-
suaikan terhadap perbedaan antara penawaran ekspr pada periode berjalan dengan tingkat ekspor ak@al pada periode sebelumnya. Secara matematis model ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
dimana 0 adalah elastisitas atau koefisien penyesuaian (konstanta) yang besarnya an-
tara no1 clan satu (0 < 0 % 1). Jadi, pada gambar 4, rasio q,- q,-, terhadap q,'- q',, menunjukkan elastisitas penyesuaian, 0. Andailcan bahwa fungsi penawaran linear adalah qn, = a
+ bP + cZ + e clan dengan mensubstutisikan persarnaan (14) ke
dalam fungsi penawaran linear tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut:
qSt = Ba,
+
Bb Pt
+ BcZt + (1-8) qst-l + bt
d i m qt d m qt-1 masing-masing scbsgai junlah komoditas yang ditanarkan pada t d m t-1, Z = fnktor non-harga (supply shifterr), dm 8, b, dan c masing-masing scbsgai k o c f i s i m regresi.
Efek faktor penentu terhadap penyesuaian penawaran jangka pendek dapat diukur dengan Bb dan Bc, sedangkan terhadap penawaran jangka panjang adalah Bbl(1- (1-0)) dm kI(1- (1-0)). Pasokan ekspor la& negara produsen dapat dianggap sebagai fungsi yang terdiri dari dua kelompok variabel yaitu, yang memiliki efek jangka panjang dan efek jangka pendek. Efek jangka panjang seperti harga ekspor dan intervensi pemerintah termasuk perubahan teknologi dan infrastruktur &pat mempengaruhi biaya (keunggulan komparatif) untuk penawaran ekspor.
Efek jangka pendek seperti
variasi permintaan domestik, perubahan seketika dalam produksi berpengaruh terha-
dap penawaran ekspor dalam jangka pendek. Dengan demikian secara umum &pat dirumuskan bahwa, penawaran ekspor lada merupakan fungsi dari tigkat harga riil lada dunia, harga komoditas subsitusi ekspor, pendapatan real (GNP),produksi, clan berbagai program pemerintah sqxrti pajak, nilai tukar dan lain-lain. Dalam model penawaran ekspor @ersamaan 16) koefisien harga relatif (sl) diduga mempunyai tan& positif, demikian pula untuk koefisien harga komoditas
ekspor rcmpah-rempah lainnya (s2). Harga komoditas rempahan non-lada ini dimasukkan dalarn model lcarena pruduk rempah-rcmpahnya lain bersaing dengan komoditas la&. Sedangkan koefisien supply shock (s3) juga dip~rkirakanakan positif.
x s = s (Pw, Ps, Y, Q, Er, T, Dl, D2) sl, s3,... s5 > 0 dan s2, 8 6 < 0, menunjukkan parameter penawaran ekspor.
(16)
Dim8na: ~ ~ 4 c r u r w r reklpor n lada, PwHrrga r i i l lada dmir, Ps=Harga s u b s t i t w i lacia, Yxpmdepetm r i i1, Q=produksi, E r a i 1 r i tukar, TtPrjak, Dl=Vrri&le duny mnyangkut perubahan kebi jrksaMM pmwrintah m e n g e ~ ilads, D Z r D u a y program pemerintah (intersifikasi/ekstmrikasi) I&.
Dalam teori permintaan, fungsi permintaan diperoleh dengan asumsi bahwa konsumen memaksimumkan kepuasannya. Ada dua sifat penting dari suatu fungsi
permintaan neo-klasik yaitu: 1) single real valued, dan 2) homogeneous degree zero dalam harga dan pendapatan (Henderson dan Quandt, 1971; dan Varian, 1984). Artinya, perubahan secara proporsional dalam semua harga komoditas dan pendapa-
tan konsumen tidak menyebabkan perubahan dalam jumlah barang yang diminta. Untuk menggambarkan dampak perubahan harga-harga, digunakan model permintaan penyesuaian (adjusment) yang mengasumsikan bahwa kuantitas tidak terjadi seketika karena adanya ketidaksempurnaan in formasi, sehingga membutuhkan waktu penyesuaian. Konsep ini mengasosiasikan dengan perjalanan waktu menyebabkan adanya perbedaan antara permintaan jangka pendek dan jangka panjang (Tomek dan Robinson, 1972). Dalam Gambar 5, DD dan D'D' masing-masing menggambarkan kurva permintaan hipotetikal untuk jangka pendek dan jangka panjang. Titik B menunjukkan kuantitas keseimbangan (jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan) pada tingkat harga OA, sedangkan jumlah konsumsi setiap periode sebesar AB. Jika harga turun dari OA ke OC
-- dengan suatu pergeseran
penawaran --,maka jumlah konsumsi tidak langsung meningkat ke Oq,', tetapi hanya sebesar Oq,-,. Jika harga dianggap tetap pada OC, maka jumlah yang dikonsumsikan
pada periode berikutnya adalah %. Bila tidak ada perubahan-perubahan harga, pendapatan real atau faktor lain yang mempengaruhi permintaan komoditas, maka jumlah yang diminta pada periode berjalan akan berubah secara proporsional terhadap jumlah keseimbangan jangka panjang. Hal ini &pat dinyatakan dengan perSamaim berikut ini:
dimma a rdr1.h e l r s t i s i t r r rtw koefisian penyeswim (=FCiFH) &lam bentuk logarltnu ataupt~n tidak yang h r r n y a n t a r r no1 den u t u (0 I a s I), dan q d l a h kuontitm pemintrcm y.ng
diinginkan (desired).
I I I
I
I
I
I
\
-
qt-1
0
I I
4t
I I
Jumlah
qt*
Gambar 5 Penyesuaian Jumlah Permintaan terhadap
Model penyesuaian untuk permintam ekspor lada yang mengalami perubah-
an secara kontinu dapat dirumuskan secara umum sebagai fungsi dari harga riil yang (dapat turun karena inflasi atau meningkatnya jumlah yang ditawarkan), jumlah
penduduk, preferensi konsumen, dan pendapatan. Kemudian, keseimbangan jumlah
permintam jangka panjang yang diturunkan dari persamaan umum permintaan, q,d = a
+ bP + cZ + e, dan dengan mensubstitusikmnya dengan persarnaan (17) dapat ,
dispesifikasi sebagai berikut :
d i m t a r L*,
qdt
qdt,, amring rebagai kuantitaa permintam tahur t dan t-1, Pt=harga r i i t k d i Zxfaktor nm-harga, dan a,b, c = k o e f i s i m regresi, serts ur kesalahm pengganggu.
Persamaan (18) adalah penting dan berguna, karena elastisitas permintaan jangka pendek dan jangka panjang terhadap harga dan faktor lain dapat diperoleh melalui parameter persamaan tersebut. Nilai crb dan crc merupakan elastisitas jangka pendek, sedangkan abl( 1-(1-a)) dan crc/( 1-(1-a))masing-masing sebagai elastisitas harga dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan dalam jangka panjang. Dalam pasar internasional, permintaan impor tergantung pada pendapatan negara pengimpor dan harga relatif ekspor negara sedang berkembang dalam pasar negara pengimpor (Affendi Anwar 1993). Dalam studi ini, fungsi permintaan impor lada negara konsumen adalah dihipotesiskan memiliki hubungan dengan harga lada
dunia, harga komoditas substitusi, pendapatan negara pengimpor, kebijakan pemerin-
tah (nilai tukar), dan trend waktu. Permintaan ekspor lada negara produsen secara matematis &pat dirumuskan
sebagai berikut: ~d = d (PWI P,, W, G , T) dl,d4<0 dan d2, d3, d5>0
menunjukkan parameter permintaan impor d i m : xd= Junlrh permintam ekspor I d a negera produsen, Px = Harga (ueigted) eksporlda (US $/kg), P = Hargr lrdr d i pasaran dmia (US $/ton), Ps = harga k d i t a s substitusi (USS/ton), U 8 l d k r pendapatw per k r p i t r negara nrju, G = Kebi jrkan Pomerinteh, den T = Trend uaktu (7%9=1, 1970=2,..,1991~23>
Untuk mengurangi kemungkinan munculnya persoalan multikolineritas pen-
dugaan fungsi permintaan ekspor, pergerakan pendapatan real negara pengimpor diasumsikan memiliki efek yang sama atas permintaan ekspor baik pergerakan tersebut diakibatkan oleh variasi sekuler atau cyclical trend.
3.3 Model Ernpiri~
Dalam mengukur negara-negara produsen memonopoli perdagangan lada dunia atau tidak secara empiris dapat digunakan Indeks Herfindahl.
Produsen lada
dunia dibagi menjadi lima, masing-masing adalah Indonesia, Brazil, India, Malaysia, dan produsen lainnya (non-produsen utama). Dengan demikian persamaan (1) &pat disesuaikan menjadi:
-
dimna: x /T pangsa pasar masing-wsing dari Lima negara produsen. Pengukuran indeks Herfin&hl d i l d u k a n t i a p tahun selaml, periode 1969 -1991. N i l a i yeng d i d i l adaleh n i l a i interval .tau n f l a i rata-ratanya.
Keterkaitan harga dianalisis melalui korelasi, elastisitas transmisi, dan indeks keterpaduan pasar. Korelasi harga disusun berdasarkan matriks korelasi (r) antar harga tingkat ekspor masing-masing negara produsen utama dengan harga impor
pada pusat pasar la& dunia yaitu New York, London, dan Singapura. Di samping itu dihitung pula korelasi harga antar pusat pasar lada dunia, karena selain melaku-
kan impor j uga mengekspor kembali (reexport). Perhitungan nilai elastisitas transmisi harga melalui regresi sederhana dim-
tara harga ekspor dan harga impor dari negara pengekspor dengan negara pengimpor
(negara pengimpor dapat juga bertindak sebagai pengekspor) dengan menggunakan formula sebagai berikut :
dimna: Pf dan Pr 8dol.h masing-wsing hrrgr lada d i tingkat ekspor dan inpor, t merupakan tahun k c - t , dan e adalah gelat.
Dari persamaan (21) ini selanjutnya dapat dihitung nilai elastisitas transmisi harga berdasarkan persamaan (2) dan IMC dihitung dengan menggunakan persamaan (3)
,
dan (4). Bersamaan dengan itu juga dihitung korelasi harga (r), sehingga dapat diproleh gambaran masing-masing 16 nilai ('hbel 17). Tmbel 17. Korelasi Harga Elastisitas Transmis-i Harga, dan Indeks ~eterpaduanPasar Lada Dunia Negara Pengekspor dm Pasar Impor
Korelasi Harga (r)
Elastisitas Transmisi Harga
('1
Indeks Keterpaduan Pasar (IMC)
Singapura-New York
IMCl
Singapura-London
IMC2
London-New York
IMC~
New York-London
IMCQ
Indonesia-Singapura
IMC~
Indonesia-London
IMC6
Indonesia-New York
IMC~
Brazil-Singapura
IMC8
Brazil-London
IMCg
Brazil-New York
IMCl0
India-Singapura
IMCll
India-London
IMCl2
India-New York
IMC13
Malaysia-Singapura
IMC14
Malaysia-London
IMC15
Malaysia-New York
IMC16
Keungg&u Kom Kriteria keunggulan komparatif dalam penelitian ini difokuskan pada usahatani lada masing-masing negara produsen, khususnya empat negara produsen utama,
yaitu Brazil, India, Indonesia, dm Malaysia.
Oleh karena komoditas lada bagi
negara produsen lebih diutamakan untuk eksgor, maka skenario orientasi perdagangan dititikberatkan pada promosi ekspor (export promotion - EP). Dalam pengukuran keunggulan komparatif komoditas la& masing-masing negara produsen, formula yang digunakan adalah dengan mengacu pada persamaan
(6),(7),dan (12); yaitu DRCR, NEB,dan EPR. Jika DRCR < 1, komoditas tersebut unggul dm sebaliknya bila DRCR > 1, maka ia dikatakan tidak unggul. Hal yang sama juga berlaku untu keunggulan kompetitif. Sama dengan kriteria DRCR, kriteria NEB dipakai untuk menunjukkan komoditas lada unggul jika NEB > 0 dan sebaliknya jika NEB < 0 , maka komoditas lada tersebut tidak memenuhi kriteria unggul secara komparatif. Untuk mengetahui insentif kebijakan atau insentif ekonomi bagi komoditas lada dipakai persamaan (12) yaitu ukuran tingkat proteksi efektif (Effective Protec-
-
tion Rate EPR). Apabila EPR > 0, berarti komoditas lada bagi negara itu memili-
ki insentif untuk dikembangkan dan j i b EPR< 0 berarti tidak mempunyai insentif untuk dikembangkan.
Secara operasional model-model keunggulan komparatif seperti DRC, DRCR, NEB, dan EPR dimmuskan sebagai berikut:
DRC
I
I
Komponen Biaya Dalam Negeri (Xata uang domestik)
................................... (Penarimaan dalam US $ )
-
(Komponen Asing dalam US $ )
DRC .................... Nilai Tukar Bayangan
I
NEB
=
] [
Penerimaan Dalam nilai [sekarang
I
-
Biaya Sosial Dalam nilai sekarang
]
(Nilai Finansial Output)
EPR
=
(Nilai Finansial Input Asing) ................................... -1 (Nilai Ekonomi Output )
-
(Nilai Ekonomi Inpu* Asing)
.......(2 5 )
Penerapan formulasi 23 sampai dengan 25 digunakan untuk mengukur tingkat keunggulan komparatif usahatani lada pada empat negara produsen utama.
Per-
Jika
22 dibagi dengan nilai tukar resmi (official exchange rate), maka dapat
diperoleh nilai yang menggambar kewrggutan kornpetitif. Di samping itu akan dianalisis tingkat daya tahan (kepelcaan) usahatani lada bila harga output clan input mengalami prubahan. Selanjutnya masalah yang paling penting dalam mengukur keunggulan komparatif adalah penentuan harga bayangan (shadow price). Harga bayangan yang digunakan secara umum ditentukan dengan cara mengeluarkan distorsi akibat adanya
kebijaksanaan-kebijaksanaan seperti subsidi, pajak, penentuan upah minimum, kebi-
jakan h q a dasar dan atau harga plafon, &I lain-lainnya. Dalam analisis, harga bayangan untuk input yang digunakan dapat diklasifikasi sebagai berikut: (1)
w,merupakan faktor produksi yang utama dalarn
perkebunan. Berbagai cara yang digunakan untuk menilai harga lahan, tetapi yang paling mungkin menilai harga bayangan lahan adalah pendapatan dari lahan untuk tanaman alternatif terbaik. (2)
ke&,
dinilai berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan secara umum ditentukan dari persentase tingkat pengangguran disuatu wilayahlnegara. Jika tingkat pengangguran 30 persen, maka digunakan harga
bayangan sebesar 70 persen dari upah yang berlaku. (3) J n ~ uan-, t
terdiri dari pu-
puk anorganik, pestisida, pupuk organik (kandang), bibit, dan alat-alat pertanian. Khusus harga bayangan untuk pupuk anorganik dan pestisida (tradable) ditentukan menurut harga perbatasan (border price) yaitu harga yang berlah di pasaran dunia. Harga bayangan untuk bibit dan alat-alat pertanian ringan digunakan harga pasar, dengan pertimbangan bahwa kaduanya tidak ada kebijakan pemerintah yang mengatur secara langsung, sehingga distorsi harga yang terjadi amat kecil. Pupuk kandang merupakan input yang dapat diperdagangkan, tetapi tidak dijualbelikan, karena itu diperhitungkan sebagai input tidak diperdagangkan (non tmjable input). 4) nto
w, diperhitungkan berdwkan
atas besarnya tingkat bunga jangka
menengah yang berlaku diberbagai negara sedang berkembang berkisar antara 7-28
..
persen. (5) Ulat tukar m
m terhadap mata uang asing didasarkan atas perk-
embangan nilai sekelornpok mata uang (basket of currencies), meskipun kaitannya dengan US$ masih tetap dominan. Selain itu diperhitungkan pula adanya "foreign exchange premium" (Gittinger, 1982).
Harpao u w yang digunakan dalam analisis ini adalah harga perba-
tasan yaitu harga FOB. Hal ini dilakukan mengingat lada merupakan komoditi ekspor bagi ncgam produsen. Harga bayangan FOB kemudian dikonversi dengan nilai tulcar w g bayangan. Untuk menentub harga pada tingkat petani harga FOB
a5ran dikurangi dengan biaya transportasi dari pelabuhan ke lokasi petani, termasuk margin keuntungan pedagang. Dalam analisis DRC setiap komponen yang digunakan harus dipisahkan antara komponen dalam negeri dan komponen asing. Perhitungan selanjutnya harus mengacu pada berapa besar komponen yang terkandung dalam suatu input (material
content) yang berasal dalam negeri dan luar negeri, sehingga dapat dipilah-pilah besarnya nilai komponen domestik dan asing tersebut.
M a m a n lada merupakan tanaman perkebunan yang mulai berbuah dua atau tiga tahun setelah ditanam. Syarat yang diperlukan agar pertumbuhannya baik, tergantung dengan iklim (curah hujan), tingkat kesuburan tanah, dan penggunaan input lainnya yang sesuai. Oleh karena tanaman ini memerlukan biaya yang relatif
besar dipandang dari sisi permodalan petani, maka rangsangan harga dan tingkat suku bunga kredit j uga ikut menentukan perkembangan luas areal yang diusahakan. Di samping itu, serangan penyakit busuk pangkal batang dan penyakit kuning merupakan masalah serius disertai iklimlcurah hujan yang tidak menentu, turut menentukan perkembangan luas areal. Dengan kata lain keadaan serangan penyakit tanaman lada dan curah hujan tahun sebelumnya dapat menentukan berkurang atau tidaknya luas areal tahun tersebut terhadap tahun kini.
Dengan demikian per-
kernbangan areal tanaman lada (A,) merupakan fungsi dari harga domestik (PD,-,), areal tahun lalu (A,-,), suku bunga (r,-,), dan tingkat teknologi (T). Secara matematis fungsi perkembangan areal tanaman lada (A,) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Fungsi ini dapat dibuat dalam bentuk persamaan linear yaitu:
dinana: aspendugaan parameter ( k o c f i s i m regresi), tztahun kc-t, irtahun ke-2 atau kc-3,T=teknoLogi yang dipakai dengan s w t u trend (paubdr durny), den el-kesrlahan pengganggu.
Secara teoritis besarnya produksi lada (Q) pada dasarnya ditentukan oleh harga domestik (PD), harga substitusi (PS), luas areal (A), iklim atau curah hujan (RF) dan penggunaan teknologi (T). Sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa usahatani lada sebagian besar masih ditanam secara monokultur dan
turun temurun oleh petani, sehingga alternatif tanaman pengganti pada areal yang sama hanya satu tanaman seperti dengan kopi. Dengan demikian harga barang substitusi' termasuk sebagai salah satu faktor yang menentukan jumlah produksi. Faktor iklim atau curah hujan mempunyai hubungan yang erat dengan areal tanaman lada, seperti juga halnya pengaruh penggunaan teknologi dengan harga, sehingga dalam analisis regresi dapat menyebabkan kolinieritas ganda (multicollinearity). Oleh karena itu haruslah diambil dua dari empat peubah bebas tersebut yang lebih menentukan produksi. Peubah tersebut yaitu areal (A) dan harga domestik (PD). Jadi fungsi produksi yang dianggap sesuai adalah sebagai berikut:
Persamaan linearnya adalah:
Untuk produksi komoditas lada, petani mempunyai harapan memperoleh hasil atau pendapatan yang lebih baik. Harapan itu tercermin dari harga yang menarik (PD*) agar mereka lebih bergairah meningkatkan produksi. Berarti persamaan di atas akan menjadi:
Harga harapan (PD') ini dikembangkan oleh Cagan dan Friedman melalui Model Harapan Adaptif (Adaptive Expectation Model) seperti yang diuraikan oleh Koutsoyiannis (1977): Pindyck dan Rubinfeld (1981) sebagai berikut:
-
-
P D ~ * P D * ~ ,= ~ G ( P D ~ P D * ~ - ~ ) atau P D ~ *= GPDt
+ (~-G)PD*~,~
'
dimana: P D * ~ adalah harga harapan pada t a h m t a h m kc t - 1 , dan 6 merupakan koeffrien harapan.
ke-t,
PD*~.,
iadalah harga
hsrspan
ptda
Persamaan (31) bermakna bahwa, harga harapan ke-t merupakan rata-rata tertimbang dari harga yang sebenarnya terjadi dan harga harapan tahun sebelumnya (t- 1), masing-masing dengan penimbang 6 dan 1-6.
Jika 6 = 1, maka PD*, .=
PD,, artinya nilai harapan sesuai dengan nilai kenyataan dan jika 6 =
0,
berarti
nilai harapan tahun ke-t sama dengan nilai harapan pada tahun sebelumnya (PD*,=PDe,,). Substitusi persamaan (31) ke dalam persamaan (30) diperoleh:
Selanjutnya dengan membuat bgda kala (lag) satu tahun bagi Q,, PD*,, dan e, dalarn
-
persamaan (32), kemudian digandakan dengan ( 1 6 ) , sehingga menjadi:
Akhirnya persamaan (33) dikurangi persamaan (32) akan diperoleh:
Dalam bentuk lain persamaan (34) &pat menjadi:
Penawaran ekspor komoditas la& dari negara produsen adalah jumlah produksi pada tahun ke-t dan stok tahun lalu dikurangi dengan konsumsi pada tahun ket. Secara matematis dapat dinyatakan:
dengan catatan X; merupakan jumlah ekspor pada tahun ke-t, S,, adalah jumlah stok
(carry over) pada akhir tahun lalu, Q,adalah produksi tahun ke-t, dan Ct diartikan sebagai konsumsi tahun ke-t. Menurut teori konsumsi klasik, seorang konsumen bertujuan memaksimum-
kan fungsi kepuasaan dengan kendala besarnya anggaran yang tersedia.
Secara
agregat konsumsi suatu barang (CJ ditentukan oleh harga barang itu sendiri (PD), harga barang substitusi (PS), pendapatan total (Y),
dan jumlah penduduk (N).
Bentuk fungsinya adalah: ct
-
a(PD, PS, Y, N)
(37)
Oleh karena konsumsi lada tidak dapat digantikan oleh komoditi lain, maka harga barang substitusi (PS) dapat dikeluarkan dari fungsi ini. Di samping itu agar tidak terjadi kolinearitas antara pendapatan (Y) dan jumlah penduduk (N), kedua peubah ini dapat diganti dengan peubah pendapatan per kapita (YIN). Akhirnya fungsi (39) dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan linear sebagai berikut: Ct = c,
+
clPDt
+
c2(Y/N)t
+
e3t
(38)
Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap stok tahun lalu (S,,) adalah harga harapan (PD*), kapasitas gudang (SC), dan modal (K). Bentuk fungsi stok ini . dengan model harapan adaftif adalah sebagai berikut:
Dalam pendugaan stok, kecuali data peubah harga, peubah-peubah yang lain pada dasarnya sulit diperoleh dan dianggap dalam studi ini bersifat konstan. Dengan demikian bentuk persamaan linearnya adalah:
Dengan mensubstitusikan persamaan (40) dan (42) ke dalam persamaan (39), diperoleh persamaan penawaran ekspor sebagai berikut:
Pada dasarnya dalam perdagangan internasional, pemerintah menerapkan kebijaksanaan ekspor maupun impor terhadap komoditas yang diperdagangkan. Kebijaksanaan itu meliputi, antara lain pajak ekspor (TAX), tarif impor, dan nilai tukar (exchange rate - ER). Kebijaksanaan pajak/tarif akan langsung mempengaruhi elcspor/impor, sedangkan nilai tukar lebih dahulu melalui harga. Dari sisi ekspor, penyesuaian harga dilakukan dengan mengkonversi nilai mata uang negara pengekspor menjadi nilai mata uang asing yang lazim disebut dengan nilai tukar. Harga yang berlaku dapat bermacam-macam, misalnya harga sampai di atas kapal (free on board
- FOB), harga FOB ditambah uang tambang (cost and freight - C&F), harga
FOB ditambah uang tambang dan asuransi (cost, insurance, and freight - CIF), harga yang berlaku saat kini (spot price), dan lain-lain. Harga mana yang dipalcai, tergantung dengan perjanjian antara penjual dan pembeli (eksportir dan importir). Namun demilcian penyamaan harga dalarn mata uang yang sama dapat dinyatakan:
PW
(PD +
C,)
ER
(42)
dimana: PU adatah harga dunia yang k r l a k u , C, merupakan biaya-biaya angkut, penanganan antar pelabuhan, asursnsi, kcuntungan, don sebagainya, dan ER adalah n i l a i tukar. Hal i n i diasunsikan negara yang bersangkutan adalah negara keci l (small country assunpt ion).
Setelah nilai diperhitungkan dalam mata uang yang sama, dapat diperoleh persamaan :
Lebih lanjut depresiasi atau apresiasi mata uang sendiri terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume ekspor karena menjadi bertambah murah atau mahalnya komoditas ekspor tersebut di pasar internasional. Hal ini dapat dijelaskan melalui kurva yang diturunkan dari perubahan nilai tukar seperti yang diuraikan oleh
Gonarsyah (1983) dalam Gambar 6. Asumsinya adalah: (1) pasar bagi jasa perkapalanfpelayaran bersaing secara sempurna, dan (2) pasar impor bagi produk yang diperdagangkan relatif kecil terhadap total sektor perdagangan, sehingga nilai tukar tidak dipengaruhi oleh pengembangan pasar. Pada Gambar 6 ditunjukkan bagaimana perubahan nilai tukar dari po ke p, (disebabkan oleh devaluasi mata uang di negara pengekspor), akan menyebabkan bergesernya kurva penawaran lebih (excess supply) produk negara pengekspor di negara pengimpor dari QoXS ke QIXS. Hal ini menyebabkan harga produk ekspor di negara pengimpor lebih murah dari pada sebelumnya. Akhirnya, keseimbangan harga dan volume perdagangan di negara pengimpor akan berubah dari PoM, QoM ke PIM, QIM, dan di negara pengekspor akan berubah dari Pox, QoX ke PIX, Qlx. Kesimpulannya adalah, kebijakan devaluasi mata uang di negara pengekspor akan meningkatkan volume ekspor negara tersebut.
Dari uraian di atas, maka akhimya persamaan penawaran ekspor (43) dapat menjadi:
dimna: PU adalah harga dunia dalam mata uang asing sebagai pengganti harga d o m s t i k (PO), TAX adalah sebagai pajak ekspor, bi adalah parameter k o e f i s i m regresi (i = 1, 2 T ) , dan ' adalah kesalahan pmgganggu.
,...,
Garnbar 6. Pengaruh Perubahan Nilai 'hkar Terhadap dan Wlume P e r m
Permintaan I m m Permintaan ekspor (MdJ negara konsumen lada diperoleh dari jumlah ~ r m i n -
taan domestik (QdJ d m stok tahun sebelumnya (S,,) dikurangi produksi negara yang bersangkutan (QJ. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Namun karena negara-negara pengimpor (konsumen) sama sekaii tidak memproduksi komoditas lada, maka peubah produksi (QJ dikeluarkan dari persamaan ( 4 9 , sehingga menjadi:
Menurut teori permintaan tujuan konsumen adalah memaksimumkan kepua-
san (fungsi utilitas) dengan kendala besarnya pendapatan yang dimilikinya. Dengan asumsi bahwa, konsumen bebas untuk memilih, maka kombinasi dari barang-barang yang akan dibeli dapat diturunkan sebagai fungsi dari harga relatif barang-barang itu dan jumlah pendapatan yang tersedia. Dari agregasi persamaan tingkah laku ini dapat diturunkan total permintaan domestik (QdJ komoditas lada sebagai fungsi dari harga (PWJ, harga substitusi (PSJ, total pendapatan (YJ, dan jumlah penduduk (NJ, yang dinyatakan sebagai berikut: ~ d = t
f [PWtl
pStl Ytr Nt)
(47)
Substitusi fungsi (47) ke dalarn persamaan (46), diperoleh permintaan impor lada (MdJ seperti persamaan (48). Dalam persamaan ini harga barang substitusi (PSJ telah dikeluarkan, karena lada tidak mempunyai barang substitusilpengganti. Selanjutnya untuk menghindari kolinieritas antara peubah Y, dengan jumlah penduduk (NJ, maka digunakan peubah pendapatan per kapita (YIN),.
Seperti halnya pada persamaan (39) dan (40), peubah stok disini juga diidentifi-
kasikan han ya dipengaruhi oleh harga, sehingga persamaan (48) menjadi:
Dalam bentuk linear, persamaan (49) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Sama halnya seperti di negara pengekspor, pemerintah di negara pengimpr juga dapat membebani tarif terhadap impor lada dan kebijakan nilai tukar. Tarif (TM) akan berpengaruh negatif terhadap impor dan nilai tukar (ER) berpengaruh
negatif atau positip tergantung apakah terjadi apresiasi atau depresiasi terhadap mata uang asing. Dengan demikian persamaan (50) akan menjadi: Mat = B,
-
BlPWt + B2Y/Nt
- BjTMt
dimnna: Bi adalah parameter k o r f i s i e n regresi, '2t
+ BERt + €2t
(51)
adatah kesalahan pengganggu.
Dengan berpedoman pada model teoritis, maka dalarn model operasional ini akan dikernbangkan model penawaran dan permintaan lada dunia. Dalam model ini
akan ditampilkan secara eksplisit persamaan areal dan produksi lada masing-masing negara produsen.
Estimasi dilakukan denpan menggunakan persamaan simultan
kuadrat terkecil tiga tahap (three stage least square - 3SLS). Lebih lanjut penawaran ekspor dibedakan atas enam kelompok negara yaitu:
Brazil, India, Indonesia, Malaysia, negara produsen lainnya, dan SingapuraHongkong. Di lain pihak permintaan impor dibedakan atas enam kelompok yaitu: Amerika Serikat dtm Kanada, Jepang, Masyarakat Ekonomi Eropa, Eropa Timur dan
.
bekas Uni Soviet, Negara-negara lainnya (rest of the world - ROW), dan SingapuraHongkong . Persamaan-persamaan yang digunakan dalam sistem pada dasarnya adalah persamaan (27), ( 3 3 , (44), dan (5 1) yang penggunaannya disesuaikan dengan ketersediaan data dalam periode 1969-1990. Sistem persamaan simultan terdiri dari 19 persamaan dengan 20 peubah endogen dan 57 peubah eksogen @be1 18 Diagram persamaan simultan secara umum disajikan pada Gambar 7 dan
-- peubah demi peubah -- dikemukakan pada Gambar Lampiran 4.
-
19).
secara rinci
Persamaan areal
dan produksi negara produsen selain Indonesia dianalisis berdasarkan persamaan tunggal (OLS) disajikan dalam Bbel 20 dan %be1 21 dengan pertimbangan: (1) Analisis lebih difokuskan bagi Indonesia yaitu mulai dari areal hingga ekspor dan (2) Jika seluruh persamaan masuk dalam sistem, maka tidak dapat diidentifikasi. Identifikasi model ditentukan berdasarkan kondisi order dan rank. order ditentukaq oleh kriteria K
-k >
m
-
1 atau K
-k
Syarat
= m-1, dimana K adalah
banyaknya peubah eksogen dalam model, k adalah banyak peubah eksogen dalam . suatu persamaan, dan m adalah banyaknya peubah endogen dalam suatu persamaan. Kondisi rank ditentukan oleh determinan sub matriks dari persamaan struk-
tural bernilai tidak sama dengan nol. Atau dengan perkataan lain syarat rank dipenuhi jika (A) = M-1, dimana A adalah sub matriks dan M adalah banyaknya peubah endogen dalam model (Koutsoyiannis, 1977; Katz, 1982). Dalam model ini ternyata syarat tersebut (over identified) dapat dipenuhi, sehingga model 3SLS, dapat dilakukan.
Areal Lada Indonesia
Produksi Lada Indonesia
>
Harga Lada Petani di Indonesia
<
h
Harga Lada FOB Indonesia
-J
>
Ekspor Lada Indonesia
fi
h
r
Harga Lada
> Internasio- c >
nal 8.
w
V
Ekspor Lada
----------- Brazil - India - Malaysia
-
Ekspor-Impor Psr Entreport Singapura dan Hongkong
.
A
Neg. Lain A
w
Impor Lada Dunia
----------------
Amerika Utara MEE Jepang Eropa Timur Sisa Dunia A
I P C
Gambar 7. Diagram Umum Penawaran Ekspor clan Perrnintaan Impor Lada Dunia
lhbel 18. Sistem Per-samaan Penawaran Ekspor d m Permintaan Im r Lada Dunia (Model ~ S P S L S ) Nomor Persamaan
Persamaan
Brazil 1
X B = ~ a30
+
+
a31PNYlt + a32XBt-1 + a33QBt + a34ERBlt +
a35D82
+ a36DB70 + a37AYBlt + e3t
India 2
XIAt = a60
+
+
a61PNYlt + a62XIAt-1 + a63ERIAlt +a64TIAt
a65QIAt
+ a66DXIA + a67D73*AYIAlt + egt
Indonesia 3
A I O ~= a70 + a7lPDOt-3 + a72AIOt-1
+
+
a73RIOt-3
+
a74T71 + e7t
Neuara Produsen Lainnva 9
+ b8lPNYlt + b82XOCt-l + bg3QOCt +baqAYOClt + b85DT81 + bg6DV85 + e18t
XOCt = b80
Sinaawura dan Honskonq 10
XSHt = bgo
+
+
bglPNYlt
bg5YSt
+
+
bg2XSHt,l
bggERS2t
+
+
bg7D73
bg3MSHt
+
e19t
+
bg4XWt
+
Lanjutan nbel 18 Nomor Persamaan
Persamaan
Juuerika Utara 11
+ cl2MNAt-1 +,C13AYNAlt + C14D73
MNAt = ~ 1 + 0 cllPNYlt
pasvarakat Erowq ,
c25ERMEt
+
.
e22t
+
im2am 13
MJt = C30 +
+
C31PNYlt
c35ER3t
+
+
cg2MJt-1
+
c33AYJt
e23t
+
C34D73
+
I
oDa Timur dan Bekas Uni Soviet 14
MESt = c40
+
+
~4lPNYlt+ c42MESt-1
c45ERSOVt
+
c ~ ~ A +Y cba4D'73 E ~ ~ ~
+ e24t
peaara Penaim~orLainnva (ROW) 15
MROWt = C50
+
+
C51PNYlt
c54D73
+
+ C52MROWt,l
c55ERROWt
+
+ C53AYROWt
+a
e25t
aawura dan~Honakonq 16
MSHt
C60
+
+
c ~ ~ P +N cY ~ ~~ ~M S H+~ C,G~~ X S H+ ~c ~ ~ E R S ~ ~
C65D73*YSt
+
e26t
persamaan Identitas
+ XIAt + XIOt + MNAt + MMEt + MJt +
17
XWt = XBt
18
MWt =
19
XDIOt = QIOt
- XIOt
+ XOCt + XSHt MESt + MROWt + MSHt XMt
Tabel 19. Daftar Peubah yang Digunakan dalam gigtern Persamaan Simultan
Notasi Peubah
Definisi dan Pengukuran
EndoPso XB
Ekspor lada B r a z i l (ton)
X IA
Ekspor lada I n d i a (ton)
IPC.
- Jakarta Jakarta dab 8EPC
IPC ,
,
A10
Luas areal perkcbunan lada Indonesia (ha)
IPC BPS
QIO
Produksi lada' Indonesia (ton)
IPC BP$
XI9
Ekspor lada Indonesia (ton)
XH
Ekspor lada Malaysia (ton)
XOC
Ekspor lada negara produsen l a i m y a (ton)
XSH
Ekspor lada Singapura den Hongkong (ton)
-- Jakarta, Jakarta.
-
Indla
D i t J t n k n beptan R I ,
Jakarta, b f t j e h k n Veptan R I ,
- Jakarta IPO - Jakarta, D i t j M b u n beptan R.1, Bbs - Jakarta IPC - Jakarta dan Pei-r Narketing Board, KJching C/alry$iia '
IPC IPC
Jakarta Jakarta
- Jakarta
Total ekspor lada dunia d a r i ncgara produsen dan Singapura-Hongkong (ton)
IPC,
MNA
Junlah inpor lade negara Amerika Utara (ton)
IPC Jakarta dbn ~ e ~ r t ,Per. d n dagangan Ameri ka Seri kat ,
mE
Junlah inpor lada negara Masyarakat Eropa (ton)
MJ
Junlah i y r lada Jepang (ton).
HES
Junlah inpor lada ncgara Eropa Tirmr den bekas Unf Sovfet (ton)
MROU
Junlah inpor lada nagara penginpor Laimya (sisa dunia) dalafn t o n
IPC
-
Jakarta
MSH
Junlah inpor lada Singapura dan Hongkong (tori)
IPC
-
Jakarta
W
T o t a l inpor I d a dunia d a r i negara'produsen, S i ngapura, dan Hongkong (ton)
IPC
- Jakarta
PNYl
Harga lads hitam Lanpung d i New York d i deplasi dengan Indeks Harga Konsunen AS 1985=lOO (USS/ton)
1PC
-
Jakarta den IMF
PFOl
Harga la& d i tingkat petani d i Indonesia didepl a s i dengan Indeks Harga Konsunen (IHK) Indonesia 1985 = 100 (Rp/kg)
Dines Perkeknan Propinsi Lempvlg, Kantor S t a t i s t i k Propinsi Lampung, den IMF S t a t i s t i c t s
PO01
Harga FOB lada Indonesia dideplasi dengan IHK I n donesia 1985 = 100 (Rp/kg)
IPC IMP
XDlO
Junlah penawaran I d a domestik dl Indomsia, y a i t u s e l i s i h d a r i produksi den ekspor (ton)
,XU
-
IPC IPC IPC
Jakarta Jakarta Jakarta
-
Statistics
-
- Jakarta, BPS - Jakarta, dan - Statistics IPC - Jakarta dan BPS - Jakarta
Notasi hubah
Sumber Data
Definisi dan Pengukuran
Produksi lada B r a z i l (ton) Ekspor lada B r a z i l tahun t - 1 (ton) N i l a i tukar r i i l mata uang B r a z i l dideplasi dengan r a s i o UP1 dunia/UPI B r a z i l 1985=100 (Crusados/USS)
IPC IMF IPC
Jakarta Jakarta Statistics
IPC
-
IPC
- Jakbrto
Pendapatm r i i 1 per kapi t a per tahun penduduk Brazi 1, konstan 1985s-100 (USS)
IMF
- Stbtisticl
QIA
Produksi lade I n d i a (ton)
IPC
-
X1At.l
Ekspor lada I n d i a (ton)
IPC,
TIA
Pajak ekspor lada I n d i a (USS/ton)
EstAP
ERIAI
N i l a i tukar r i i l mata uang I n d i a dideplasi dengm YHI dunia/UPl I n d i a 1985 =lo0 (Rlipee/USS)
IMF * b t r t i s t i e r
B r a z i l menjadi anggota IPC sejak 1981 dengan l a g satu tahun
O w ,
Quay,
Turunnya ekspor lada B r a z i l 1970
+
Jakarta
Jgkartr 4bn SEPC JakrrPa L n #€PC
- lridia
-
rlrdie
- Bangkok
IPC t e r k n t u k tahun 1972 dengan anggota India, Indonesia, dan Malaysia &lam lag satu t a h m DXIA
Dmry, lurunnya ekspor lada I n d i a 1978 dsn 1985
IPC
JaUrta
AY I A l
Pendopatan r i i1 per kapi t a per tahun penduduk India, konstan 1985=100 (USS)
1MF
- Btrtisties
Perkalian DT3*AYIA mnurjukkan d a l m negosiasi d i IPC, panerintah I n d i a s e l a l u m a p r h a t i k a n kepentingan korulunsi donwstik
IPC tics
L w s areal p)rkebtmmn lrdr Indonesir t - 1 (ha)
[PC-Jlktrtr, Dttjmblrl D y r t r n R I , BP$ ~ 1 b r t a
P r d u k s i I& Indonesia t - 1 (ton) Ekspor lads ~ r i k t n e s i at - 1 (ton)
,
Jakarta L n IMF* S t a t f r -
IPC-,!bkartr, D l t j l n k k r Deptan I t , BPS - dakrrta IPC-Jaklrtl, D i t j W 00tM Rt, BPS - Jlk8Pta -
notm3
Harga I& FOB Indonesia t i g a th. l a l u (USS/ton)
IPC
POO1t.l
Harga Foe lada Indonesia t i g a th. l a l u dideplasi dengan IHK Indonesia 1985 8 100 (Rp/kg)
IPC IWF
PFOltSl
Harga lad8 d i tingkat petani th. l a l u d i Indones l a dideplasi dmgan Indeks Harga Konsunen (IHK) Indonesia 1985 = 100 (Rp/kg)
0 i m s Perkeknan Propinsi L,Kantor S t a t i r t t k Propinsi Lunpng, &h IMF Stltiatiots
PC10
Marga ekrpor FOB kopi Indonesia (USVton
BPS * Jakarta
Jakarta
#PO - Jakwta, -- ~Jakartr tatist{ao
-
L n
Lanjutan 'Ribel 19.
Notasi Peubah
Definisi dan Pengukuran
Sumber Data
RIOt,3
Tingkat suku k n g a k r d i t resmi d i Indonesia (X)
IMF-Statistias dan Bank Indmesia
ERIO1
N i l a i tukar r i i l mata uang Indonesia dideplasi p l a s i dengan UHI dunia/UPI Indonesia 1985 =lo0 (Rupi ah/UsS)
IMF -Statistics
TI0
Pajak t o t a l ekspor lada Indonesia CUSS)
Dept. Perdagangan R I dyr E6CAP
RFIO
Junlah curah hujan d i Indonesia (nm/thn.)
Kanwi 1 PU Propinsi 1-0
"l
Trend thn. 1971, menwjukkan saat dimulai penggum a n teknologi baru dlm. u a h a t a n i lada Indonesia
-
IPC I1
-
Jakarte den Ditjentpwr Dybten
- Jakstta d l n BPS' Jakarta IMF . Statistics
DXIO
Duny, Turunnya ekspor lada Indonesia th. 1970 1974, 1979, dan 1984
AYIOl
Pendapatan r i i l per kapita per tahun penduduk I n donesir, konsten 1985=100 (USS)
QII
Produksi Lada Malaysia (ton)
XUm tl
Ekspor lada Malaysia t - 1 (ton)
ERMl
N i l a i tukar r i i l mata uang Malaysia didqplasi dongan r a s i o UP1 dunia dan I H ekspor Malaysia (Ringgit/USS)
TM
Pajak t o t a l ekspor leda Malaysia (US$)
Pepper Market ih(l Board, Kuching
AYMl
Pendapatm r i i1 per kapita per tahun penduduk Malaysia, konstan 1985*100 (USS)
IMP
QOC
Produksi lado negara produsen l a i m y s (ton)
IPC
XOCW tl
Ekspor lads negara produsen l a i m y a t - 1
Dl81
Durny, data ekspor Thailand w l a i tercatat tehun 1981
DV85
D m n y , data ekspor Visetnam n u l a i tercatat tahun
IPC
- Jakarta don Pepper MerkctSng IPG - Saklr Idm Pepper k r k e t f n g
IPC
(ton)
1985
t
Board, KUah ng Malay8ia IMF S t a t i r t i c s
-
Statistics
-,
~akclrta
- Jakarta IPC - ~ a k b r t * IPC - Jdkarta IMP - S t a t i $ t i c r Accourt S t a t t s t l c a IPC - Jakarta IP -~ Jakarta IPC
b h UN
AYOCl
PLncbpatan per kapita negara produsen l a i n dickpl a s i dengan GDP deplator d i w a k i l i Thailand
XSHt.l
Ekspor la& Singapura dan Hongkong t - 1 (ton)
MSHt,l
Junlah inpor lada Singapura den Hongkong tahun l a l u (ton)
YS
~ m d e p a t a nper kapita Singapura CUSS)
IMP
ERSZ
Ni t a i tukar m t a w n g Singapura dideplasi dengan Indeks Harga Per&gangan Umun (HI) Singapura ( SS/USS)
IMP
- ftetistlcs
- Statistip#
Ufltlal
Lanjutan 'hbel 19.
Notasi Peubah
Sumber bata
Definisi dan Pengukuran
- Jakarta Pfan 1Mt - S t r t i s -
DYS
Perkalien 073*YS, m j u k k m d a l m negosiasi dengan IPC, Singapura k r o r i e n t a s i bagi kepent ingan domastik
IPC tics
WNAt,l
Junlah inpor lada negara Amerika Utera t - 1 (ton)
IPC Jakart8 dan Departanen Perdagangan hnorika Serikat r ,
AIM1
Pendapntan par kapita Amerika Utara dideplasi dengan GDP deplator USA (USS)
IMF
mEt-l
Junlah inpor lad8 negara Wasyarakat Eropa t - 1 (ton)
IMF IPC
Jakarta
,
Pendapatan per kapita Masyerakat Eropa dideplas i dengan GDP deplator (USS)
S t a t i s t i c s dan UN Account S t a t i s t i c s
Ni l a i tukar mata ueng Masyarakat Eropa diwaki li mata uang I n g g r i s (Poundsterling/USSl
IMF
MJt-1
Junlah impor lada Jepang t - 1 (ton).
AYJ
Pendapatan p& kapi t a di Jepeng (US$)
ERJ
Ni l a 1 tukar mata w n g Jepang dengan US d o l l a r (Yen/USSl Junlah inpor lada negara Eropa Timr den bekas Uni Soviet t - 1 (ton)
ERSOV
- S t a t i s t i e s dan UN - National Account S t a t i s t i a s -
- Netion81
Statistics
- ~akdrta IMF - Statistics IPC
- Statistics IPC - Jakarta IMF
-
Pmdapatan per kapite Eropa Timur den bekas Uni Soviet dideplasi dengan GDP deplator USSR (USS)
IMF S t a t i s t i c s den UN Account S t a t i s t i c s
N i l a i tukar mato w n g Eropa T i m u r san Soviet d i waki li mata ueng Soviet (Ruhbel/USS>
IMF
- Statistics
JunIah inpor Iada negara penginpor l a i m y a ( s i s r d m i a ) t - 1 (ton)
IPC
-
Pendapatan per kapita Negara Sisa Dunia (US$)
IMF S t a t i s t i c s den UN Account S t a t i s t i o s
N t l r i t u k r r k t a wng nagrra s i s a d m i a d i w a k i l i o l d m t a uang Swiss (Francs/USS)
IMF- Statistics
- National
Jakarta
-
- National
lhbel20. Persamaan Pendugaan Areal d m Produksi Lada Brazil, India, Malaysia, d m Negara hinnya (Model OLS)
Nolnor Persamaan
Persamaan
Brazil
India
India 23
QIAt = "50 + a51PDAt-1 + a52AIAt + a53QIAt-1 + egt
peuara Lainnva
'kbel21. Daftar Peubah yang Digunakan dalam Pendupaan Per~amamA r d dan Produksi Lada Brazil, India, Malaysia, d d N e g w Lain (Model OLS)
Notasi Peubah
Sumber Data
Definisi dan Pengulcuran
AB
~ w areal s perkebunan lade Brazi 1 (ha)
I n t e r n a t i o n a l Pepper ComnrVlity (IPC) Jakarta
QB
Produksi I d a B r a z i l (ton)
IPC
ABt.l
Luas areal perkeknan lada B r a z i l thn. l a l u (ha)
-
IPC IPC I
PDBlt,3
Harga lada FOB B r a z i l t i g a thn l a l u dideplasi dengan IHK Brazi 1 1985 = 100 (USS/ton)
Jakarta Jakarta Jakarta
dlan IMF
- Statistics ',
RBtV3
Tingkat suku bunga k r e d i t resmi d i Brazi 1 t i g a tahun l a l u (X)
IMF
- Statistics
DB75
D v r y , k e y i k a n areal tanaman la& B r a z i l sejak 1975
IPC
Jakarta
OBt.l
~ r o d u k s ilade B r a z i l thn. l a l u (ton)
1PC
- Jakarta
Re
Harga lade r a t e - r a t a FOB B r a z i l t / t - 1 (USS/ton)
IPC
-
A1A
L w s areal perkcbunan lade I n d i a (ha1
IPC-Jakarta den Spices export Promotion Council (SEPC) I n d i a
P1A
Produksi I d a I n d i a (ton)
IPC
PDAt,l
Harga lade FOB I n d i a tahun l a l u (Rupee/kg)
PDAt,2
Jakarta den IMF
- Statistics
-
Jakarta den SEPC
IPC
- Jakarta
Harga lade FOB I n d i a due thn. l a l u (Rupee/kg)
IPC
-
Jakarta
AIAt.l
L w s areal k e k n lada I n d i a tahun l a l u (ha)
IPC
- Jakarta
RIAt.2
Tingkat suku bunga k r e d i t resmi d i India dua tahun l a l u (XI
IMF
-
DIAm
D v r y , Turvny areal tanaraenr lada I n d i a tahun 1979 dart p u l i h k m b a l i thn. 1980
IPC
QIAt,l
Produksi lado I n d i a tshun l a l u (ton)
IPC
AM
Luar areal prk+krurn
an
Produksi lade Malaysis (ton)
PDMlt,2
Harga FOB lada Malaysia dun thn. l a l u dideplasi dengan IHK Malaysia (Ringgit/kg)
AMt,l
Luas areal kebun lada Malaysia thn. l a l u (ha)
Marketing 1PC - Jakarta den Pepper Marketing IPC - Jakartr dan IMF - S t a t i s t i c s IPC - Jakarta
Tingkat suku bunga k r e d i t resmi d i Malaysia (X)
IMF
-
Durny, Turvnya areal tan8man lade Malaysia 1985
IPC
- Jakertr
DM85
t8da Malaysia (ha)
-
India
I
Statistics , '
Jakarta
-
Jakarta dan SEPC
IPC Jakarta den Pe-r Board Kuching Malaysia
Statistics
-
India
I
I I
Notasi Peubah
Definisi dan Pengiikuran
-
Wt-l
Produksi Lada Malaysia tehun l a l u (ton)
IPC JaLIrt# Bmrrd KuchfnO Malaysia
AOC
L w s areal Lada negara produsen l a i ~ y a(ha)
IPC
QOC
Produksi I d a negara produsen l a i m y a (ton)
~ P C Jskrrta
PNYlt.l
Harga Lada h i t m L ~ ~ p du i nIcu York tahun l a l u dideplasi dmgan Indeks Ilarga K o n s m AS 1985 = 100 (USS/ton)
IPC
AOCt.l
,
- Jakarta
-
- dakartr den 1MF - S t d t i s t i c s
.
Luas areal k c k n Lada negara produsen Lain tahun LaLu (ha)
IPC
Jakarqr
Produksi lada neg. produsen Lain thn. Lalu (tan)
IPC
- Jakart~