KALIMAT KALIMAT (KATA) DAN JUMLAH (KALIMAT) Kalimat dalam bahasa Indonesia disebut kata. Sedangkan jumlah dalam bahasa Indonesia adalah kalimat. Lebih jelasnya sebagaimana contoh berikut: Contoh kalimat: ( خرجkeluar) : kalimat من (dari) : kalimat ( مسجدmasjid) : kalimat Contoh jumlah: ( خرجت من المسجدsaya keluar dari masjid): jumlah Tiap lafaz dari مسخخجد, مخخن, خخخرجdisebut kalimat. Sedangkan gabungan dari tiga kalimat tersebut ( )خرجخخت مخخن المسخخجدdisebut jumlah. Kalimat ada tiga macam: kalimat isim (kata benda). Contoh: مسجد kalimat fi’il (kata kerja). Contoh: خرج kalimat huruf (kata sambung). Contoh: ( منdari)
(masjid) (keluar)
Tabel pembagian kalimat: N o 1
kalimat
contoh
isim (kata benda).
( مسجدmasjid)
2
fi’il (kata kerja).
( خرجkeluar)
3
Huruf (kata sambung)
( منdari)
ISIM Definisi Isim dalam bahasa Indonesia disebut kata benda. Yaitu kata yang menunjukkan benda. Menurut istilah, isim adalah kata yang menunjukkan makna mandiri dan tidak cocok diikat dengan waktu. Contohnya adalah (رجلseorang laki-laki), (ماءair), ( هوdia), dan contoh-contoh yang lain. Contoh-contoh tersebut disebut isim karena mempunyai makna mandiri dalam arti tidak tergantung pada kata lain. ماء, menunjukkan kata benda, yaitu air. Begitu juga ماءdisebut kata benda karena tidak cocok diikat dengan waktu, seperti ungkapan sedang air, akan air, atau telah air. Ikatan waktu itu (sedang, akan, dan telah) tidak cocok disandingkan dengan kata ( ماءair), maka ماءdisebut kata benda. Begitu juga pada contoh-contoh isim yang lain. 1
Tanda-Tanda Isim Untuk menunjukkan isim, ada tanda-tanda yang pantas disandingkan dengan isim. Tanda-tanda tersebut adalah setiap kata yang pantas: Bertanwin ( ً ). Tanwin adalah nun mati tambahan yang berada pada akhir kalimat isim dalam ucapan saja tanpa ada tulisannya ( ً ). Contoh: ( طاهر مطهرsuci dan mensucikan) Dimasuki ال. Contoh: ( ماء السماءair hujan) Dimasuki huruf jer. Ada beberapa huruf jer yang penjelasannya pada bab berikutnya. Contoh: ( من الثلجair salju) Dalam keadaan jer. Artinya kalimat tersebut dalam keadaan i’rob jer, baik dengan huruf jer, dengan mudlof ilaih, atau dengan tawabi’ (yang ikut pada kalimat sebelumnya). Contoh في البئر (di dalam sumur). Table tanda kalimat isim: N O
TANDA ISIM
1
Tanwin ( ً )
2
Dimasuki ال. Contoh: (air hujan)
3 4
Dimasuki huruf jer. Ada beberapa huruf jer yang penjelasannya pada bab berikutnya Dalam keadaan jer
CONTOH
طاهر مطهر ماء السماء من الثلج في البئر
Keterangan Pada kalimat isim, ada tiga hal yang tidak mungkin bertemu dalam satu kalimat secara bersamaan, yaitu mudhof, al ( ) ال, dan tanwin. Rinciannya sebagai berikut: Jika kalimat isim menjadi mudlof, maka kalimat isim tersebut tidak ada al ( ) الdan tidak ada tanwin ( ). Jika kalimat isim ada al ( ) ال, maka kalimat isim tersebut tidak ada tanwin dan tidak menjadi mudlof. Jika kalimat isim ada tanwin ( ), maka kalimat isim tersebut tidak ada al ( ) الdan tidak menjadi mudlof. Contohnya adalah: ( صلة الجماعخخة سخخنةsholat jama’ah itu sunnah). Pada contoh ini, mudhof, al ( ) ال, dan tanwin tidak bertemu dalam satu kalimat. Penjeasannya adalah: Lafadz صلةadalah kalimat isim yang menjadi mudlof (mudlof ilaihnya adalah )الجماعة, maka lafadz صلةtidak ada al ( ) ال dan tidak ada tanwin. Lafadz الجماعةadalah kalimat isim yang ada al ( ) ال, maka الجماعة tidak ada tanwin dan tidak menjadi mudlof. Lafadz سنةadalah kalimat isim yang ada tanwinnya, maka سنة
tidak ada al ( ) الdan tidak menjadi mudlof. Pembagian Isim Ada beberapa pembagian isim Dilihat dari segi jenis kelaminnya Dilihat dari segi jumlahnya Dilihat dari segi bertanwin atau tidaknya Dilihat dari segi tertentu atau tidaknya Rinciannya sebagai berikut: Dilihat dari segi jenis kelamin dibagi dua: Mudzakkar (laki-laki). Yaitu isim yang menunjukkan laki-laki dan pantas disandingkan dengan kata هذا, contoh: هذا رجل ini seorang laki-laki), ( هخخخذا كلخخخبini anjing) ( هخخخذا المخخخاءini air).Mudzakkar ada dua macam: Hakiki, yaitu, kata yang menunjukkan jenis laki-laki, baik manusia ataupun hewan. Contoh: ( رجخخلseorang lakilaki), ( صبيanak laki-laki),( أسدsinga jantan) Majazi, yaitu kata yang dianggap menjadi jenis laki-laki, tapi bukan manusia atau hewan. Contoh: (السواكsiwak), ( ليلmalam) Muannas (perempuan). Yaitu isim yang menunjukkan kata perempuan dan pantas disandingkan dengan kata هخخذه. Contoh ( هذه أمرأةini seorang perempuan), ( شمسmatahari). Ada beberapa tanda yang menunjukkan kata muannas, yaitu: Pantas dimasuki ta’ marbuthoh ( ) ة. Yaitu ta’ yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Contoh: ( مسلمmuslim laki-laki), ( مسلمةmuslim perempuan) Pantas dimasuki alif ta’nis maqsuroh ()ى, yaitu alif berbentuk ya’ tanpa titik yang menunjukkan perempuan. Contoh: ( سلمىsalma) Pantas dimasuki alif mamdudah ( ) ا, yaitu alif yang berada sebelum hamzah dan menunjukkan perempuan. Contoh ( حسناءbeberapa perempuan yang baik) Muannas (perempuan) ada dua macam: Hakiki, yaitu kata yang menunjukkan arti perempuan, baik manusia ataupun hewan. Contoh: ( إمخخخخرأةseorang perempuan), ( ناقةunta betina) Majazi, yaitu kata yang dianggap menjadi jenis perempuan, tapi bukan manusia atau hewan. Contoh: شخخخمس (matahari), (عينmata). Tabel pembagian kelaminnya:
isim
3
dilihat
dari
segi
jenis
N O 1
2
ISIM Muzakkar
Muannas
CONTOH
Hakiki
رجل
Majazi
السواك
Hakiki
إمرأة
Majazi
شمس
Tambahan Termasuk dari muannas adalah setiap jama’ taksir . Jadi, setiap jama’ taksir (kata kerja yang bermakna banyak) hukumnya adalah muannas. Contoh: ( المياهbeberapa air). Bentuk tunggalnya adalah ( الماءair). Untuk mengetahui tentang muannas majazi, harus dilihat syiyaqul kalamnya (konteks kalimat), baik melihat kalimat sebelum atau sesudahnya, atau melihat arti yang ditunjukkan oleh konteks kaimat. Contoh: الشمس ( الكخخبيرةmatahari yang besar). Pada contoh ini, lafadz الشخخمسadalah muannas majazi karena melihat konteks kalimatnnya, yaitu setelahnya ada kalimat yang menjadi sifat ()الكخخخبيرة. Sedangkan sifat harus sama jenisnya dengan yang disifati. Sifatnya ( )الكبيرةadalah muannas, maka ( الشمسyang disifati) pasti juga muannas. Dilihat dari segi jumlahnya, isim dibagi menjadi tiga: Isim mufrod, yaitu isim yang menunjukkan arti satu/tunggal (singular) dan tidak ada tambahan alif dan nun ( ) ا ن, ya’ dan nun ( ) ي ن, wawu dan nun ( ) و نatau alif dan ta’ ( ) ا ت. Contoh: ( الخنزيرsatu babi), ( الشجرةsatu pohon). Contoh yang lain: ( سخختةenam). Meskipun artinya adalah enam, tetap dikatakan isim mufrod karena tidak ada tambahan. Isim tasniyah, yaitu isim yang menunjukkan arti dua dengan mendapatkan tambahan alif dan nun ( )ا نdalam keadaan rofa’ dan tambahan ya’ dan nun ( )ي نdalam keadaan nashob dan jer. Contoh: ( المسخخلمانdua orang muslim),مخخن ( السبيلينdua jalan/lobang). Bentuk mufrodnya adalah المسلم dan السبيل. Jadi, seperti lafadz عثمخخان, tetap dikatakan isim mufrod karena mempunyai arti satu (satu usman), dan انpada lafadz عثمخخخخانadalah asli, bukan tambahan yang menunjukkan arti dua. Isim jama’, yaitu isim yang menunjukkan arti banyak (lebih dari dua). Isim jama’ ada tiga macam:
Jama’ mudzakkar salim, yaitu isim yang menunjukkan arti banyak (lebih dari dua) khusus untuk laki-laki, yang mendapatkan tambahan wawu dan nun ( )و نdalam keadaan rofa’ dan tambahan ya’ dan nun ( )ي نdalam keadaan nashob dan jer. Contoh: ( الصخخالحونbeberapa orang sholeh). Bentuk mufrodnya ( صالحsatu orang yang sholeh). ( للمسخخافرينbagi orang-orang yang bepergian). Bentuk mufrodnya, مسافر. Jadi, seperti lafadz ( المجنخخونorang gila), tetap disebut isim mufrod karena mempunyai arti satu (satu orang gila), dan ونpada lafadz المجنخخونadalah asli, bukan tambahan yang menunjukkan arti banyak. Jama’ muannas salim, yaitu isim yang menunjukkan arti banyak (lebih dari dua) khusus untuk perempuan yang diakhir kalimatnya mendapatkan tambahan alif dan ta’ ( )ا ت. Contoh: ( المسخخخخخلماتbeberapa orang muslim perempuan), bentuk mufrodnya, ( مسخخخلمةsatu orang muslim perempuan) Jama’ taksir, yaitu isim yang menunjukkan arti banyak (lebih dari dua) yang bentuknya berubah dari bentuk mufrodnya. Bentuk jama’ taksir ini biasanya mengikuti salah satu dari wazan: , مفاعل, فعل, فعول, فعال أفعالContoh:
( فروض الوضوءfardu-fardunya
wudu’). Bentuk mufrodnya adalah ثلثة أشياء.( فرضtiga perkara). Bentuk mufrodnya ( شيءsatu perkara) Tabel pembagian isim dilihat dari segi jumlahnya: N O
ISIM
1
Mufrod
2
Tasniyah
3
Jama’
TAMBAHAN
CONTOH
صالح ا ن: Rofa’ ي ن: Nashob dan jer
المسلمان السبيلين
Muzakkar salim
و ن: Rofa’ ي ن: Nashob dan jer
الصالحون مسافرين
Muannas salim Jama’ taksir
alif dan ta’ ( ) ا ت
المسلمات
Biasanya mengikuti wazan: , , فعل, فعول, فعال أفعال
فروض
مفاعل Keterangan Untuk mengetahui apakah suatu kalimat isim adalah isim 5
mufrod atau jama’ taksir, maka caranya adalah langsung melihat di kamus. Contohnya adalah lafadz خسخخوفdan فخخخروض. untuk membedakan kedua kalimat ini, maka caranya adalah langsung lihat dikamus. Setelah lihat dikamus, lafadz خسخخوفadalah isim mufrod yang artinya gerhana bulan. Sedangkan lafadz فخخخروضadalah jama’ taksir yang artinya adalah beberapa fardlu. Bentuk mufrodnya adalah فرض. Jika ada kalimat isim mendapat tambahan ya’ dan nun ( )ي ن, maka kalimat isim tersebut ada dua kemungkinan. Adakalnya isim tasniyah, adakalanya jama’ mudzakkar salim. Untuk membedakan keduanya adalah dengan melihat syiyaqul kalam (konteks kalimat) pada kalimat sebelumnya atau sesudahnya, dan juga melihat konteks arti yang ditunjukkan dalam suatu susunan kalimat. Contoh: غسخخل اليخخدين. Pada contoh ini, lafadz ( اليخخدtangan) mendapatkan tambahan ()ي ن, yiatu menjadi اليدين. Lafadz اليخخدينmempunya dua kemungkinan (isim tasniyah atau jama’ mudzakkar salim). Setelah dilihat konteks kalimatnya, lafadz اليخخخدينadalah isim tasniyah, karena tangan manusia secara umum hanya ada dua. Disamping melihat syiyaqul kalam, cara membedakannya juga dengan melihat harokatnnya. Pada isim tasniyah, harokat sebelum ya ( ) يadalah fathah, harokat nun adalah kasroh ( ) ن. Contoh: مسخخافرين (dua orang yang bepergian) Pada jama’ mudzakkar salim, harokat sebelum ya ( ) ي adalah kasroh, harokat nun adalah fathah ( ) ن. Contoh: ( مسافرينbeberapa orang yang bepergian). Dilihat dari segi bertanwin atau tidaknya, dibagi menjadi dua Isim munshorif, yaitu isim yang bisa bertanwin. Contoh, رأس (kepala), ( مسخخنونةbeberapa hal yang disunnahkan). Isim munshorif ini ada dua macam: Asli munshorif. Artinya, kalimat isim tersebut tidak ada illatnya. Contoh: ( رأسkepala) Aslinya adalah isim ghoiru munshorif (karena ada illat), akan tetapi isim ghoiru munshorif tersebut didahului oleh al ()ا ل, atau menjadi mudlof. Contoh: فرائض الغسخخل (fardlu-fardlunya mandi). Lafadz فخخرائضasalnya adalah isim ghoiru munshorif karena ada satu illat, yaitu shighot muntahal jumu’. Akan tetapi karena فخخخرائض menjadi mudlof (mudlof ilaihnya adalah )الغسخخلmaka menjadi isim munshorif. Isim ghoiru munshorif, isim yang tidak bisa bertanwin karena
disebabkan oleh beberapa illat (penyakit/pencegah). Illat (pencegah) yang mencegah isim untuk bertanwin dibagi menjadi dua: Satu illat yang kekuatannya sama dengan dua illat. Satu illat ada 3 macam: Alif ta’nis maqsuroh, yaitu alif yang berbentuk ya’ tanpa titik ( )ىdan setelahnya tidak ada hamzah, yang merupakan tanda dari isim muannas (perempuan). Contoh: ( يمنىyang kanan) Alif ta’nis mamdudah, alif ( ) اyang setelahnya terdapat hamzah yang merupakan tanda dari isim muannas (perempuan). Contoh: ( صحراءpadang sahara) Sighot muntahal jumu’:yaitu bentuk dari jama taksir yang mengikuti wazan (bentuk) مفاعخخلatau مفاعيخخل. Contoh: ( فرائضfardu-fardu). ( مساجدbeberapa masjid). Dua illat. Dua illat yang menjadi pencegah isim tidak bisa bertanwin dibagi menjadi dua: Illat pertama, ada dua macam: ( وصفيةberbentuk sifat) dan ( علميةberbentuk nama) Illat kedua. Ada dua macam: Jika illat pertama berupa ( وصخخفيةberbentuk sifat), maka illat kedua berupa: عدل, yaitu perpindahan bentuk isim kepada bentuk lain tanpa melakukan proses I’lal. Contoh: مثنى ( وثلث وربخخخعdua-dua, tiga-tiga, empat-empat). Bentuk asalnya adalah أربعخة, ثلثخخة ثلثخة,إثنين إثنين
أربعة وزن فعل, yaitu isim yang mengikuti wazan (bentuk) أفعلyang bentuk muannasnya mengikuti wazan فعلء. Contoh ( أسودyang hitam(laki-laki)), bentuk muannasnya ( سوداءyang hitam (perempuan)) Tambahan alif dan nun ()ا ن, yaitu isim yang mendapatkan tambahan alif dan nun yang mengikuti wazan فعلنdan bentuk muannasnya adalah فعلى. Contoh: ( عطشانlaki-laki yang haus), bentuk muannasnya ( عطشخخىperempuan yang haus) Jika illat pertama berupa ( علميخخةberbentuk nama), maka illat kedua berupa: عدل, yaitu perpindahan bentuk isim kepada bentuk lain tanpa melakukan proses. Contoh عمخخخر ( umar). Bentuk asalnya adalah عمرو وزن فعل, yaitu isim yang mengikuti wazan (bentuk) أفعلyang bentuk muannasnya mengikuti wazan فعلء. Contoh: أحمد 7
Tambahan alif dan nun ()ا ن, yaitu isim yang mendapatkan tambahan alif dan nun yang mengikuti wazan فعلنdan bentuk muannasnya adalah فعلى. Contoh: عثمان Tarkib mazji, yaitu susunan dari dua buah kalimat yang dijadikan satu dan menjadi sebuah nama atau istilah. Contoh ( حضخخر مخخوتnama sebuah kota). Bentuk asalnya adalah ( حضرhadir) dan ( موتmati) Ajamiyah, yaitu nama yang bukan berasal dari bahasa arab dan tidak mempunyai arti. Contoh إبراهيم,إسماعيل Muannas selain alif, yaitu isim yang ada tanda ta’nis (perempuan) selain alif, akan tetapi menggunakan dengan ta’ marbuthoh ( ) ة. Contoh: ‘عائشة Keterangan Isim ghoiru munshorif, jika bersambung dengan al ( ) الatau menjadi mudlof, maka menjadi munshorif. Contoh yang bersambung dengan al ( الحمخخخر:( ( الyang merah). Lafadz الحمخخرpada asalnya adalah isim ghoiru munshorif karena ada dua illat, yaitu wasfiyah dan wazan fi’il. Akan tetapi karena isim ghoiru munshorif tersebut bersambung dengan al ( ) ال, maka الحمخخخرmenjadi isim munshorif. Contoh yang menjadi mudlof:( فخخرائض الغسخخلfardliu-fardlunya wudlu’). Lafadz فخخرائضpada asalnya adalah isim ghoiru munshorif karena ada satu illat, yaitu berupa shighot muntahal jumu’. Akan tetapi isim ghoiru tersebut menajadi mudlof (mudlof ilaihnya adalah ) الغسل, maka فرائضmenjadi isim munshorif.
Tabel pembagian isim dilihat dari segi bertanwin atau tidaknya: N O 1.
ISIM Munshor Asli munshorif if Aslinya isim ghoiru munshorif (karena ada illat), akan tetapi menjadi isim munshorif karena didahului oleh al ()ا ل, atau menjadi mudlof
CONTOH
رأس فرائض الغسل
2.
Ghoiru munsho rif
1 illat
Alif ta’nis maqsuroh ()ى Alif ta’nis mamdudah, alif
()ا Sighot muntahal jumu’
2 illat
Wasfiyah
يمنى صحراء فرائض
عدل
وثلث
وزن فعل
أسود
Tambahan alif dan nun ()ا ن
Alamiyah عدل
عطشان عمر
وزن فعل
أحمد
Tambahan alif dan nun ()ا ن Tarkib mazji
عثمان حضر موت
Ajamiyah
إبراهيم
Muannas selain alif
عائشة
Dilihat dari segi tertentu atau tidaknya dibagi menjadi dua: Isim nakiroh, yaitu isim yang menunjukkan makna umum (tidak tertentu). Selain isim nakiroh disebut isim ma’rifat. Contoh. ( ذهخخبemas). Kata ذهخخبdisini tidak tertentu pada emas manapun. Isim nakiroh mempunyai dua pengertian: Isim yang bisa dimasuki al ta’rif ( ال: yaitu al yang menunjukkan arti tertentu/khusus) yang menjadikan isim tersebut menjadi ma’rifah (tertentu) setelah kemasukan al ta’rif tersebut. Contoh: ( فضةperak), ميتخخة (bangkai). Kata فضةdan ميتةitu bisa dimasuki al ta’rif, sehingga menjadi ( الفضةperak itu) dan ( الميتةbangkai itu). Isim yang lafadznya tidak bisa dimasuki al-ta’rif akan tetepi artinya sama dengan isim yang bisa dimasuki al ta’rif. Contoh: ( مخخاsesuatu), sama artinya dengan kata ( شيءsesuatu). ( منseseorang) sama artinya dengan kata ( شخسseseorang) Isim ma’rifat. Yaitu isim yang menunjukkan arti khusus (tertentu). Contoh: ( الطهارةbersesuci yang itu). ( الرجلlakilaki itu). Isim ma’rifat ada 6 macam, yaitu: isim dlomir, isim alam, isim isyarah, isim maushul, isim nakirah yang dimasuki al 9
ta’rif, dan isim nakirah yang dimudlofkan kepada isim ma’rofat. Rinciannya sebagai berikut: Isim Dlomir, secara arti bahasa sama dengan kata ganti. Secara istilah yaitu isim yang dipergunakan untuk kinayah (menyindir) dan sebagai kata ganti dari isim dzohir (isim yang langsung menyebutkan nama atau kedudukan suatu benda). Isim dlomir ini pasti kembali kepada isim dzohir yang berada sebelum isim dlomir. Contoh: ( إل جلد الكلب والخنزيخخر ومخخا تولخخد منهمخخاkecuali kulitnya anjing dan babi, dan yang terlahir dari keduanya). هما (keduanya) adalah isim dlomir yang kembali kepada isim dzohir yang berada sebelumnya, yaitu الكلب والخنزير. Jadi, yang dimaksud keduanya adalah anjing dan babi. Pembagian dlomir Ada dua pembagian isim dlomir: Dilihat dari segi subjeknya dibagi jadi 3: Ghoib/ghoibah, yaitu kata ganti orang ketiga (yang dibicarakan). Contoh ( هخخوdia laki-laki), ( هخخيdia perempuan) Mukhotob/mukhotobah, yaitu kata ganti orang kedua (yang diajak bicara). Contoh, ( أنتkamu laki-laki), ( أنتkamu perempuan) Mutakallim wahdah/mutakallim ma’al ghoir, yaitu kata ganti orang pertama (yang berbicara). Contoh: ( اناsaya), ( نحنkami) Dilihat dari bersambung atau tidaknya dibagi menjadi 2, dlomir muttashil dan munfashil. Rinciannya sebagai berikut: Dlomir muttasil (dlomir yang bersambung dengan kalimat fi’il), yaitu isim dlomir yang tidak bisa dijadikan permulaan kalam (kalimat) dan tidak bisa jatuh setelah lafaz إل. Contoh: تpada kata ( ضربتsaya memukul). Dlomir muttasil dibagi dua, bariz dan mustatir. Rinciannya sebagai berikut: Bariz (dlomir yang tampak), yaitu dlomir yang tampak/kelihatan bentuk dan lafaznya: contoh تpada kata ( غسخخخلتsaya membasuh/mandi). kata تkelihatan bentuk dan lafaznya. Rincian dlomir muttasil bariz sebagai berikut: I’rob Rofa’ , I’rob Nashob, I’rob Jer, karena: sebagai: sebagai: Menjadi mudlof Fa’il Maf’ul bih ilaih Naibul fa’il Isim amil Huruf jer Isim amil nawasikh nawasikh
Fi’il Mad}i (هdia satu laki-laki) ( هdia satu laki-laki). (اdia dua laki-laki). . Contoh : (ضربهdia Contoh: به,منه Contoh: ( فعلdia dua memukul dia satu (darinya satu lakilaki-laki telah bekerja) laki-laki) laki, dengannya satu laki-laki)
(وmereka
banyak (هممماdia dua laki- ( هماdia dua laki-laki) laki-laki). Contoh: فعلواlaki) . Contoh: . Contoh: منهما بهما
(اdia perempuan).
ضربهما dua (همmereka banyak ( همmereka banyak
Contoh: laki-laki) . Contoh:
فعلتا
laki-laki) . Contoh:
ضربهم
منهم بهم
(نmereka banyak (هممماdia satu (هاdia satu perempuan). Contoh: perempuan) . perempuan) . فعلن Contoh: ضربها Contoh: منها (تkamu satu laki(همممماdia dua (هماdia dua laki). Contoh: فعلت perempuan) ضربهما perempuan) . Contoh: منهما (تممماkamu dua laki-
(هممممنmereka
(هنmereka
laki/perempuan). Contoh: فعلتما
banyak banyak perempuan) perempuan) . . Contoh: منهن Contoh: ضربهن (تمkamu banyak laki(كkamu satu laki(كkamu satu laki). Contoh: فعلتم laki) ضربك laki-laki) . Contoh:
منك (تkamu satu (كماkamu dua laki(كماkamu dua lakiperempuan). Contoh: laki) . Contoh: laki) . Contoh: منكما فعلت
ضربكما (تمممنkamu banyak (كمkamu banyak
perempuan). Contoh:
laki-laki) . Contoh:
فعلتن
ضربكم (تsaya). Contoh:
(نمماkami). Contoh: فعلنا
Fi’il Mudori’
laki-laki) . Contoh:
منكم (كkamu satu
perempuan) Contoh: ضربك
فعلت
(كمkamu banyak
. perempuan) . Contoh: منك.
(كمممماkamu dua
perempuan) Contoh: ضربكما
(كماkamu dua
. perempuan) .
(كممنkamu banyak 11
(كkamu satu
Contoh:
منكما
(كنkamu banyak
(اdia dua laki-laki). perempuan) Contoh: ضربكن Contoh: يفعلن
. perempuan) . Contoh:
منكن
(وmereka laki-laki). ( نيsaya) . Contoh: ( نخخخيsaya) . Contoh: يفعلون ضربني Contoh: مني (اdia dua (ناkami) . Contoh: (ناkami) . Contoh: perempuan). Contoh: ضربنا منا تفعلن (نmereka banyak
perempuan). Contoh:
يفعلن (اkamu dua lakilaki/perempuan). Contoh: تفعلن (وkamu banyak lakilaki). Contoh: تفعلون ( يkamu satu perempuan). Contoh: تفعلين (نkamu banyak perempuan). Contoh: تفعلن Fi’il Amr (اkamu dua lakilaki/perempuan). Contoh: أفعل (وkamu banyak lakilaki). Contoh: أفعلوا (يkamu satu lakilaki). Contoh: أفعلي (نkamu banyak perempuan). Contoh:
أفعلن Mustatir (yang tersembunyi/tidak tampak), yaitu dlomir yang tidak tampak/tidak kelihatan bentuk dan lafaznya. Contoh: ( زيد يمسح رأسهzaid membasuh kepalanya). Pada kata ( يمسحmembasuh), ada isim dhomir yang tersimpan yaitu ( هخخخوdia), yang mengganti kata زيد. Dlomir mustatir ini selamanya dalam kedudukan i’rob rofa’ (menjadi fa’il, naibul fa’il, bersama fi’il-fi’il istisna’, bersama fi’il ta’ajjub). Rincian dlomir mustatir adalah: هو tersimpan pada فعل
هي هو هي أنت أنت أنا نحن أنت
tersimpan pada فعلت tersimpan pada يفعل tersimpan pada تفعل tersimpan pada تفعل tersimpan pada تفعلين tersimpan pada أفعل tersimpan pada نفعل tersimpan pada أفعل
Dlomir munfashil (dlomir yang terpisah dari kalimat fi’il), yaitu isim dlomir yang bisa dijadikan permulaan kalam (kalimat) dan bisa jatuh setelah lafaz إل. Contoh kata ( إياكkamu perempuan) pada kalimat ما ( أحببخخخت إل إيخخخاكsaya tidak mencintai kecuali hanya kepadamu). Rincian dlomir munfasil sebagai berikut: I’rob Rofa’, sebagai: Mubtada’ Badal athof ( هوdia satu laki-laki)
I’rob Nashob, sebagai: Maf’ul bih
إياه
(dia satu laki-laki)
( هماdia dua laki-laki)
إياهما
(dia dua laki-laki)
هم
(mereka laki-laki)
إياهم
(mereka laki-laki)
( هيdia satu perempuan)
إياها
(dia satu perempuan)
( هماdia dua perempuan)
إياهم
( هنmereka perempuan)
إياهن
(mereka perempuan)
( أنتkamu satu laki-laki)
إياك
(kamu satu laki-laki)
( أنتماkamu dua laki-laki)
إياكما
(kamu dua laki-laki)
( أنتممممkamu banyak laki- إياكم laki)
(dia dua perempuan)
(kamu banyak laki-
laki)
( أنممممممممممممتkamu perempuan)
satu إياك (kamu satu perempuan)
( أنتمممممممممممممماkamu
dua إياكما (kamu dua perempuan)
perempuan)
( أنتمممممممممنkamu
banyak إياكن 13
(kamu banyak
perempuan)
perempuan)
أنا
(saya)
إياي
(saya)
( نحنkami)
إيانا
(kami)
Isim ‘alam (nama), yaitu isim yang menunjukkan arti nama secara mutlak, baik nama asli atau nama gelar. Contoh: ( عفيخخفnama orang) ( مكخخةnama kota). Isim ‘alam dibagi menjadi 3: Isim ‘alam kunyah (nama gelar), yaitu nama yang dijadikan julukan / gelar dari sesuatu yang didahului lafadz أب atau أم. Contoh: أم المؤمنين,ابو بكر Isim alam laqob (nama gelar), yaitu nama yang dijadikan julukan / gelar dari sesuatu, baik berupa pujian ataupun celaan, dan tidak didahului oleh kata ابdan ام. Contoh: ( الميخخنgelar bagi orang yang dapat dipercaya). السخخمين (gelar bagi orang yang gemuk) Isim alam isim (nama asli), yaitu nama asli yang tidak dijadikan gelar dari sesuatu sekalipun mengandung makna gelar, dan bisa didahului kata ابdan ام. Contoh: ( خليل الرحمنnama asli) Isim isyaroh (kata petunjuk), yaitu isim yang mengandung arti petunjuk. Contoh: ( ذالكitu). ( هناdisini). Isim isyaroh ada dua macam: Menunjukkan keberadaan suatu benda. Contoh: ( هذه حجرةini sebuah batu). Macam yang ini dibagi menjadi 3: Menunjukkan benda berjarak dekat, yaitu: هذا/ ذا (ini) : mufrod mudzakkar ذي, تي, تا, ذه,ته (ini) : mufrod muannas هذان/ ذان (ini) : tasniyah mudzakkar (rofa’) هذين/ ذين (ini) : tasniyah mudzakkar (nashob / jer) هاتان/ تان (ini) : tasniyah muannas (rofa’) هتين/ تين (ini) : tasniyah muannas (nashob / jer) هؤلء, أولء,أولى (ini) : jama’ mudzakkar / muannas Menunjukkan benda berjarak sedang, yaitu: هذاك/ ذاك (itu) : mufrod mudzakkar ذانك (itu) : tasniyah muannas (rofa’) ذينك (itu) : tasniyah muannas (nashob / jer) ذيك تيك تاك (itu) : mufrod muannas تانك (itu) : tasniyah muannas (rofa’)
تينك أولئك
(itu) : tasniyah muannas (nashob / jer) (itu) : jama’ mudzakkar / muannas Menunjukkan benda berjarak jauh, yaitu: ذلك (itu) : mufrod mudzakkar ذانك (itu) : tasniyah mudzakkar (rofa’) ذينك (itu) : tasniyah mudzakkar (nashob / jer) تلك (itu) : mufrod muannas تانك (itu) : tasniyah muannas (rofa’) تينك (itu) : tasniyah muannas (nashob / jer) أولئك (itu) : jama’ mudzakkar / muannas menunjukkan keberadaan suatu tempat. Macam yang ini juga dibagi 3: Menunjukkan tempat berjarak jauh, yaitu:
هنا,ههنا
(disini)
Menunjukkan tempat berjarak sedang, yaitu: هناك,( ههناكdisana) Menunjukkan tempat berjarak jauh, yaitu: هنالك, هنا, هنا, ثم, ثمت,( هنتdisana) Isim maushul (kata sambung), yaitu isim yang pasti membutuhkan shilah dan aid Keterangan S}ilah : Sambungan isim maushul yang berupa jumlah, baik fi’liyah[berupa susunan fi’il dan fa’il] ataupun ismiyah [berupa susunan mubtada’ dan khobar] ’aid : dlomir yang kembali pada isim maushul dan dlomir tersebut harus sesuai dengan isim maushul dari segi jumlahnya, baik mufrod, tasniyah, dan jama’ dan sama dari segi jenisnya) Mudzakkar atau muannas). Contoh: ( جاء زيد الذي هو جميلzaid yang ganteng itu datang). الذيadalah isim maushul yang butuh pada shilah dan ‘aid. هخخخو جميخخخلadalah shilah, yaitu berupa susunan jumlah mubtada’ dan khobar. هخخوadalah ‘aid, yaitu berupa isim dlomir yang kembali kepada isim maushul الخخذي. Isim maushul dibagi 2: Khos / mukhtash (khusus), yaitu isim maushul yang hanya digunakan untuk satu arti / penggunaan saja. Contoh: ( الخخخخخذيyang), kata ini hanya digunakan untuk menunjukkan mufrod mudzakkar (laki-laki satu) dan tidak bisa digunakan untuk arti yang lain. Rinciannya sebagai berikut: ( الذيyang), untuk mufrod mudzakkar (satu laki-laki) ( الممذانyang), utnuk tasniyah mudzakkar (dua laki-laki) dalam keadaan rofa’ ( الذينyang), untuk tasniyah mudzakkar dalam keadaan 15
nashob atau jer الذين,( الولىyang) untuk jama’ mudzakkar (banyak lakilaki) ( التيyang), untuk mufrod muannas (satu perempuan) ( اللتانyang), untuk tasniyah muannas (dua perempuan) dalam keadaan rofa’ ( اللتينyang), untuk tasniyah muannas (dua perempuan) dalam keadaan nashob atau jer اللء )اللئي,()اللت )اللتممي, untuk jama’ muannas (banyak perempuan) Musytarok (tidak khusus), yaitu isim maushul yang bisa digunakan untuk beberapa arti / penggunaan. Contoh من (seseorang). Kata ini bisa digunakan untuk beberapa arti / penggunaan. Kata منbisa untuk arti satu orang, dua orang, atau tiga orang, baik laki-laki atau perempuan. Isim maushul yang musytarok ini ada 6. Rinciannya sebagaimana berikut: ( منorang/siapapun) ( ماsesuatu/apapun). ( أيapapun). ( الyang). ( ذوyang mempunyai) ذا, dengan syarat hatus didahului مخخاistifham ( مخخاyang berarti pertanyaan) atau منistifham ( منyang berarti pertanyaan). Isim nakiroh yang dimasuki al ta’rif( )ال. Yaitu isim yang awalnya adalah isim nakiroh lalu dimasuki al ta’rif( )ال. Maka isim tersebut menjadi ma’rifat (tertentu). Contoh: (مجنونseseorang yang gila) menjadi ( المجنونorang yang gila itu) Isim nakiroh yang menjadi ma’rifat karena dimudofkan (disandarkan) pada salah satu dari isim-isim ma’rifat yang lima. Yaitu isim yang awalnya nakiroh (tidak tertentu) lalu menjadi isim ma’rifat sebab disandarkan (mudhof) pada isim-isim ma’rifat yang lainnya. Contoh: ( رجخخلkaki) menjadi ( رجلخخيkakiku). رجخخلmenjadi ma’rifat Karena disandarkan pada isim dhomir ()ي ( رجخخخخل زيخخخخدkaki zaid). رجخخخخلmenjadi ma’rifat karena disandarkan pada isim alam ()زيد ( رجخخل ذيkakinya orang ini). رجخخلmenjadi ma’rifat karena disandarkan pada isim isyaroh ()ذي ( رجل الذي ضربتهkakinya orang yang aku pukul). رجلmenjadi ma’rifat karena disandarkan pada isim maushul ()الذي
( رجل النائمkakinya orang yang tidur). رجخخلmenjadi ma’rifat karena disandarkan pada isim yang dimasuki )ال )النائم Tabel isim nakirah dan ma’rifat: N O 1
2
ISIM Nakira Isim yang bisa dimasuki al ta’rif ( ال h ) Isim yang lafadznya tidak bisa dimasuki al-ta’rif akan tetepi artinya sama dengan isim yang bisa dimasuki al ta’rif Ma’rif Isim dlamir (kata ganti) at
CONTO H
فضة ما
هو
Isim ‘alam (nama)
عفيف
Isim isyaroh (kata petunjuk)
ذالك
Isim maushul (kata sambung)
الذي
Isim nakiroh yang dimasuki al ta’rif ( )ال Isim nakiroh yang menjadi ma’rifat karena dimudofkan
المجنون رجل زيد
FI’IL (KATA KERJA) Fiil adalah kalimat yang memiliki arti mandiri dan pantas diikat dengan salah satu dari waktu yang tiga, yaitu mad}i (lampau / telah) haal (sedang), istiqbal (akan datang). Contoh: kata أطلب pada ( أطلب الماءsaya sedang mencari air). ( إستعملت الترابsaya telah menggunakan debu). Tanda-tanda Fi’il Tanda-tanda yang bisa masuk pada fi’il adalah: Dimasuki ( قخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخدsungguh-sungguh/hampir/kadangkadang/seringkali). Arti قدdibagi dua: Jika masuk pada fi’il mad}i (kata kerja lampau), artinya dua: Sungguh-sungguh terjadi ()تحقيخخق. Contoh: قخخد نقخخض وضخخوءك (wudu’mu sungguh-sungguh batal) Hampir terjadi ()تقريخخب. Contoh: ( قخخد قخخامت الصخخلةsholat akan segera dilaksanakan) Jika masuk pada fi’il mudhori’, artinya ada dua: Kadang-kadang ()تقليل. Contoh: ( قد أسافر إلى المدينةsaya kadangkadang pergi ke kota) Seringkali terjadi ()تكخخخثير. Contoh: ( قخخخد أصخخخلي جماعخخخةsaya seringkali sholat jama’ah) 17
Dimasuki huruf tanfis, yaitu ( سakan segera dilakukan) dan سوف (akan; tidak segera dilakukan). Tanda ini hanya bisa masuk pada kata kerja (fi’il) bermakna akan datang ()استقبال. Contoh: ( سنخرج من البيتsaya akan segera keluar rumah), سوف أستعمل السيارة (saya akan menggunakan mobil) Bersambung dengan ta’ ta’nis sakinah ()ت, yaitu ta’ sukun yang menunjukkan bahwa pelakunya adalah perempuan. Tanda ini hanya masuk pada fi’il mad}i. Contoh: ( فاطمة طهرت ثوبهاFatimah mensucikan bajunya) Bersambung dengan ta’ fa’il ()ت, yaitu ta’ yang bermakna sebagai pelaku (subyek). Tanda ini hanya masuk pada fi’il mad}i. Contoh: ( دخلت إلى المسجدkamu perempuan masuk masjid) Bersambung dengan nun taukid ()ن, yaitu nun yang berfungsi untuk menguatkan perkataan. Tanda ini masuk pada fi’il mudlori’ (kata kerja bermakna sedang/akan) dan fi’il amr (kata kerja perintah). Contoh: ( هو يزيلن النجاسةdia akan benarbenar menghilangkan najis). ( اطلبن الطرابsungguh-sungguhlah mencari debu) Bersambung dengan ya’ muannas mukhotobah ()ي, yaitu ya’ yang berfungsi sebagai tanda bahwa orang yang diajak bicara adalah perempuan. Tanda ini masuk pada fi’il mudlori’ dan fi’il amr. Contoh: ( أنت تمرضينkamu perempuan sakit), ( أتبعيikutlah kamu perempuan) Tabel tanda-tanda fi’il: N O 1
TANDA FI’IL
CONTOH
Dimasuki قد
2
Dimasuki huruf tanfis ( سdan ) سوف
سنخرج من البيت
3
فاطمة طهرت ثوبه
4
Bersambung dengan ta’ ta’nis sakinah ( )ت Bersambung dengan ta’ fa’il ()ت
5
Bersambung dengan nun taukid ()ن
هو يزيلن النجاسة
6
Bersambung dengan ya’ muannas mukhotobah ()ي
قد قامت الصلة
دخلت إلى المسجد
أنت تمرضين
Pembagian Fi’il Ada beberapa pembagian fi’il, yaitu: Dilihat dari segi waktunya Dilihat dari segi sehat dan sakitnya (ada huruf illat atau tidak) Dilihat dari segi ada tambahan pada bentuk fi’ilny atau tidak Dilihat dari segi ada atau tidaknya objek suatu pekerjaan Dilihat dari segi adanya pelaku suatu pekerjaan atau tidaknya
Rinciannya sebagai berikut: Dilihat dari segi waktunya, dibagi menjadi 3: Fi’il mad}i (kata kerja lampau). Yaitu kata kerja yang bermakna lampau (telah terjadi). Contoh: ( أكلت الطعخخامsaya telah makan makanan). Bentuk Tashrif (perubahan) dari fi’il mad}i adalah: ( فعلdia satu laki-laki telah bekerja) ( فعلdia dua laki-laki telah bekerja) ( فعلواmereka laki-laki telah bekerja) ( فعلتdia satu perempuan telah bekerja) ( فعلتاdia dua perempuan telah bekerja) ( فعلنmereka perempuan telah bekerja) ( فعلتkamu satu laki-laki telah bekerja) ( فعلتماkamu dua laki-laki telah bekerja) ( فعلتمkamu banyak laki-laki telah bekerja) ( فعلتkamu satu perempuan telah bekerja) ( فعلتماkamu dua perempuan telah bekerja) ( فعلتنkamu banyak perempuan telah bekerja) ( فعلتsaya telah bekerja) ( فعلناkami telah bekerja) Fi’il mudlori’ (kata kerja bermakna sedang/akan). Fi’il mudhori’ selalu didahului oleh salah satu dari huruf mudhoroah yaitu ت )أنيخخت, ي, ن, )أ. Fi’il mudhori’ adalah kata kerja yang mengandung makna sedang atau akan melakukan sesuatu. Contoh: ( هي تتولدdia perempuan akan melahirkan). Bentuk Tashrifannya sebagai berikut:
يفعل يفعلن يفعلون تفعل تفعلن يفعلن تفعل تفعلن تفعلون تفعلين تفعلن تفعلن أفعل نفعل Fi’il
(dia satu laki-laki sedang/akan bekerja) (dia dua laki-laki sedang/akan bekerja) (mereka laki-laki sedang/akan bekerja) (dia satu perempuan sedang/akan bekerja) (dia dua perempuan sedang/akan bekerja) (mereka perempuan sedang/akan bekerja) (kamu satu laki-laki sedang/akan bekerja) (kamu dua laki-laki sedang/akan bekerja) (kamu banyak laki-laki sedang/akan bekerja) (kamu satu perempuan sedang/akan bekerja) (kamu dua perempuan sedang/akan bekerja) (kamu banyak perempuan sedang/akan bekerja) (saya sedang/akan bekerja) (kami sedang/akan bekerja)
amr
(kata
kerja
perintah), 19
yaitu
kata
kerja
yang
mengandung arti perintah. Contoh: ( توضخخأberwudu’lah). Tashrifannya sebagai berikut: ( أفعلbekerjalah kamu satu laki-laki) ( أفعلbekerjalah kamu dua laki-laki) ( أفعلواbekerjalah kamu banyak laki-laki) ( أفعليbekerjalah kamu satu perempuan) ( أفعلbekerjalah kamu dua perempuan) ( أفعلنbekerjalah kamu banyak perempuan) Tabel pembagian fi’il dilihat dari segi waktunya: N O 1
Fi’il mad}i
2
Fi’il mudlori’
3
Fi’il amr
FI’IL
WAKTU Lampau (telah terjadi) Sedang/akan terjadi Perintah (akan terjadi)
CONTOH
أكل تتولد توضأ
Dilihat dari segi sehat atau sakitnya (ada huruf illat atau tidaknya), dibagi menjadi 2: Fi’il shohih (sehat), yaitu kata kerja yang bentuk lafaz aslinya terdiri dari huruf-huruf yang sehat (salah satu hurufnya tidak berupa huruf illat / penyakit yang tiga, yaitu ya’, alif, wawu / و,ا/ ى,)ي. Contoh, ( ستر العورةdia menutupi aurot). Salah satu huruf pada سترbukan و,ا/ ى, ي. Fi’il shohih ini dibagi menjadi 3 macam: Salim (selamat), yaitu kata kerja (fi’il) yang salah satu hurufnya bukan berupa huruf illat, hamzah ()ء, mudoaf (ganda). Contoh: ( تركmeninggalkan / membelakangi) Mahmuz (berhamzah), yaitu kata kerja (fi’il) yang salah satu huruf aslinyanya adalah berupa hamzah ( ) أ. Contoh: (قرأmembaca). Mudho’af (ganda), yaitu kata kerja (fi’il) yang salah satu huruf aslinya diulang / ganda. Contoh: ( مرlewat). Bentuk tashrifnya adalah:
مر مرا مروا مرت مرتا مررن مررت مررتما
(dia satu laki-laki telah lewat) (dia dua laki-laki telah lewat) (mereka laki-laki telah lewat) (dia satu perempuan telah lewat) (dia dua perempuan telah lewat) (mereka perempuan telah lewat) (kamu satu laki-laki telah lewat) (kamu dua laki-laki telah lewat)
مررتم مررت مررتما مررتن مررت مررن
(kamu banyak laki-laki telah lewat) (kamu satu perempuan telah lewat) (kamu dua perempuan telah lewat) (kamu banyak perempuan telah lewat) (saya telah lewat) (kami telah lewat)
Fi’il mu’tal. Yaitu kata kerja yang salah satu huruf aslinya berupa huruf illat / penyakit berupa ya’, alif, wawu (,ا/ ى,ي )و. Contoh: ( جازboleh). Pada kata جازada huruf illat alif ( ) ا. Tashrifnya adalah: غزا (dia satu laki-laki telah berperang) ( غزواdia dua laki-laki telah berperang) ( غزواmereka laki-laki telah berperang) ( غزتdia satu perempuan telah berperang) ( غزتاdia dua perempuan telah berperang) ( غزونmereka perempuan telah berperang) ( غزوتkamu satu laki-laki telah berperang) ( غزوتماkamu dua laki-laki telah berperang) ( غزوتمkamu banyak laki-laki telah berperang) ( غزوتkamu satu perempuan telah berperang) ( غزوتماkamu dua perempuan telah berperang) ( غزوتنkamu banyak perempuan telah berperang) ( غزوتsaya telah berperang) ( غزوناkami telah berperang) Keterangan: Pada kata فعل. ف: disebut fa’ fi’il ع: disebut ‘ain fi’il ل: disebut lam fi’il Pada Fi’il mu’tal, adakalnya terdapat huruf illat pada: Fa’ fi’ilnya, contoh: ( ورثmewarisi) ‘ain fi’ilnya, contoh: ( باعmenjual) Lam fi’ilnya, contoh: ( رضيrela) dua huruf illat sekaligus, contoh: ( وفىmemenuhi) Jika kalimat fi’il ada huruf illat alif pada ‘ain fi’ilnya, maka asal dari alif itu adalah wawu atau ya’. Contoh: قال. huruf illat pada lafadz قالini asalnya adalah: wawu, yaitu قول. tashrifnya adalah قال – يقول – قول, artinya berkata ya’, yaitu قيخخل. tashrifnya adalah قخخال – يقيخخل – قيل, artinya tidur tengah hari. Jadi, lafadz قخخالmempunyai dua arti, adakalnya berarti “berkata”, adakalnya berarti “tidur tengah hari”. Untuk mengetahui apakah lafadz قخخالberarti “berkata” atau 21
“tidur tengah hari”, maka harus lihat syiyaqul kalam, yaitu melihat konteks kalimat arti mana yang lebih pas dalam suatu susunan kalimat. Tabel pembagian fi’il shahih dan mu’tal: NO 1
2
Fi’il shohih
Fi’il mu’tal
FI’IL
CONTOH
Salim
ترك
Mahmuz
قرأ
Mudho’af
مر
Fa’ fi’ilnya
ورث
‘ain fi’ilnya
باع
Lam fi’ilnya
رضي
Dilihat dari segi ada tambahan atau tidaknya bentuk fi’il, dibagi menjadi 2, fi’il mujarrod dan mazid. Rinciannya sebagai berikut: Fi’il Mujarrod (sendiri / tidak ada tambahan), yaitu kata kerja yang huruf pada fi’il mad}inya adalah asli tanpa ada tambahan huruf. Contoh: ( حدثberhadas). Fi’il mujarrod ini dibagi menjadi 2, tsulasi dan ruba’i. Rinciannya sebagai berikut: Tsulasi (tiga huruf), yaitu kata kerja (fi’il) yang fi’il mad}inya terdiri dari tiga huruf asli tanpa ada tambahan huruf lain. Contoh: ( وجبwajib). Fi’il tsulasi ini ada enam wazan: Wazan yang pertama adalah: N o 1
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Artinya
فعل
Fi’il madly
Telah bekerja
2
يفعل
Fi’il mudlori’
Sedang/akan bekerja
3
فعل
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa Pekerjaan mim ( )م Isim masdar dengan Pekerjaan mim ( )م Isim dlomir Dia laki-laki
6
فاعل
Isim fa’il
(Orang/sesuatu) Yang bekerja
7
وذاك
Isim isyaroh
Itu
8
مفعول
Isim maf’ul
(Orang/sesuatu)Yang dikerjakan
9
أفعل
Fi’il amr
Bekerjalah
1 0 1 1 1 2
لتفعل
Fi’il nahi
Jangan bekerja
2× مفعل
Isim zaman/makan
Waktu/tempat bekerja
مفعل
Isim alat
Alat bekerja
Wazan yang kedua adalah: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Artinya
1
فعل
Fi’il madly
Telah bekerja
2
يفعل
Fi’il mudlori’
Sedang/akan bekerja
3
فعل
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa Pekerjaan mim Isim masdar dengan Pekerjaan mim Isim dlomir Dia laki-laki
6
فاعل
Isim fa’il
(Orang/sesuatu) Yang bekerja
7
وذاك
Isim isyaroh
Itu
8
مفعول
Isim maf’ul
(Orang/sesuatu)Yang dikerjakan
9
أفعل
Fi’il amr
Bekerjalah
10
لتفعل
Fi’il nahi
Jangan bekerja
11
2× مفعل
Isim zaman/makan
Waktu/tempat bekerja
12
مفعل
Isim alat
Alat bekerja
Wazan yang ketiga adalah: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Artinya
1
فعل
Fi’il madly
Telah bekerja
2
يفعل
Fi’il mudlori’
Sedang/akan bekerja 23
3
فعل
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa Pekerjaan mim Isim masdar dengan Pekerjaan mim Isim dlomir Dia laki-laki
6
فاعل
Isim fa’il
(Orang/sesuatu) Yang bekerja
7
وذاك
Isim isyaroh
Itu
8
مفعول
Isim maf’ul
(Orang/sesuatu)Yang dikerjakan
9
أفعل
Fi’il amr
Bekerjalah
10
لتفعل
Fi’il nahi
Jangan bekerja
11
2× مفعل
Isim zaman/makan
Waktu/tempat bekerja
12
مفعال
Isim alat
Alat bekerja
Wazan yang keempat adalah: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Artinya
1
فعل
Fi’il madly
Telah bekerja
2
يفعل
Fi’il mudlori’
Sedang/akan bekerja
3
فعل
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa Pekerjaan mim Isim masdar dengan Pekerjaan mim Isim dlomir Dia laki-laki
6
فاعل
Isim fa’il
(Orang/sesuatu) Yang bekerja
7
وذاك
Isim isyaroh
Itu
8
مفعول
Isim maf’ul
(Orang/sesuatu)Yang dikerjakan
9
أفعل
Fi’il amr
Bekerjalah
10
لتفعل
Fi’il nahi
Jangan bekerja
11
2× مفعل
Isim zaman/makan
Waktu/tempat bekerja
Wazan yang kelima adalah: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Artinya
1
فعل
Fi’il madly
Telah bekerja
2
يفعل
Fi’il mudlori’
Sedang/akan bekerja
3
فعل
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa Pekerjaan mim Isim masdar dengan Pekerjaan mim Isim dlomir Dia laki-laki
6
فعل
Sifat mushabihat
(Orang/sesuatu) Yang bekerja
7
أفعل
Fi’il amr
Bekerjalah
8
لتفعل
Fi’il nahi
Jangan bekerja
9
2× مفعل
Isim zaman/makan
Waktu/tempat bekerja
Wazan yang keenam adalah: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Artinya
1
فعل
Fi’il madly
Telah bekerja
2
يفعل
Fi’il mudlori’
Sedang/akan bekerja
3
فعلنا
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa Pekerjaan mim Isim masdar dengan Pekerjaan mim Isim dlomir Dia laki-laki
6
فاعل
Isim fa’il
(Orang/sesuatu) Yang bekerja
7
وذاك
Isim isyaroh
Itu
8
مفعول
Isim maf’ul
(Orang/sesuatu)Yang dikerjakan
9
إفعل
Fi’il amr
Bekerjalah
10
لتفعل
Fi’il nahi
Jangan bekerja
11
2× مفعل
Isim zaman/makan
Waktu/tempat bekerja
25
Ruba’I (empat huruf), yaitu kata kerja (fi’il) yang fi’il mad}inya terdiri dari empat huruf tanpa ada tambahan huruf lain. Contoh: ( جلبخخبmemakai jilbab). Wazan fi’il ruba’I hanya 1: N o 1
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Artinya
فعلل
Fi’il madly
Telah bekerja
2
يفعلل
Fi’il mudlori’
Sedang/akan bekerja
3
فعللة
Pekerjaan
4
وفعلل
5
ومفعلل
6
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
7
مفعلل
Isim fa’il
(Orang/sesuatu) Yang bekerja
8
وذاك
Isim isyaroh
Itu
9
مفعلل
Isim maf’ul
(Orang/sesuatu)Yang dikerjakan
1 0 1 1 1 2
فعلل
Fi’il amr
Bekerjalah
لتفعلل
Fi’il nahi
Jangan bekerja
مفعلل
Isim zaman/makan
Waktu/tempat bekerja
Pekerjaan Pekerjaan Dia laki-laki
Fi’il Mazid (ada tambahan huruf), yaitu kata kerja (fi’il) yang huruf asli pada fi’il mad}inya terdiri lebih dari tiga huruf (ada tambahan huruf). Huruf-huruf tambahan ada sepuluh ( ) س أ ل ت م و ن ي ه ا. Contoh: ( تخللbercampur). Fi’il mazid ada dua macam, tsulasi dan ruba’i. Rinciannya sebagai berikut: Mazid tsulasi (lebih dari tiga huruf asal), yaitu kata kerja (fi’il) yang fi’il mad}inya lebih dari tiga huruf asal karena ada tambahan huruf lain, baik tambahannya 1 huruf (contoh: أبطخخل: membatalkan), 2 huruf (contoh: انطلخخق :berangkat), atau 3 huruf (contoh: اسخخخخختعمل: menggunakan). Mazid sulasi ini ada 12 wazan: Wazan pertama:
No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
1
فعل
Fi’il madly
2
يفعل
Fi’il mudlori’
3
تفعيل
4
تفعلة
5
تفعال
6
تفعال
7
مفعل
8
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar tanpa mim Isim masdar tanpa mim Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
9
مفعل
Isim fa’il
10
وذاك
Isim isyaroh
11
مفعل
Isim maf’ul
12
فعل
Fi’il amr
13
لتفعل
Fi’il nahi
14
2× مفعل
Isim zaman/makan
Ta’diyah (menunjukkan arti pekerjaan yang butuh pada objek). Contoh: فرح ( زيخخخخخخخخخخخد عمخخخخخخخخخخخراzaid membahagiakan amr) Memperbanyak suatu pekerjaan. Contoh: زيخخد ( قطخخخخخخخخخخخخخع الحبخخخخخخخخخخخخخلzaid memotong-motong tali) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
Wazan kedua: No
Wazan Ukuran
1
فاعل
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
Fi’il madly
Menunjukkan melakukan 27
arti
saling suatu
pekerjaan bersamaan. Contoh: ضخخارب زيخخد عمخخرا (zaid dan amr saling memukul) Memperbanyak suatu pekerjaan. Contoh: ( ضخخخخخخخخاعف الخخخخخخخخخmudahmudahan Allah melipatgandakan) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus 2
يفاعل
Fi’il mudlori’
3
مفاعلة
4
وفعال
5
وفيعال
6
فهو
Isim masdar dengan mim Isim masdar tanpa mim Isim masdar tanpa mim Isim dlomir
7
مفاعل
Isim fa’il
8
وذاك
Isim isyaroh
9
مفاعل
Isim maf’ul
10
فاعل
Fi’il amr
11
لتفاعل
Fi’il nahi
12
مفاعل
Isim zaman
13
مفاعل
Isim makan Wazan ketiga:
No
Wazan Ukuran
1
أفعل
/ Jenis Kalimat Fi’il madly
Faidah Tambahan Huruf Menunjukkan arti pekerjaan yang butuh pada objek. Contoh: أكرم ( ت زيخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخداsaya memulyakan zaid) Masuk pada suatu hal. Contoh: أمسخخخخخخخخى المسخخخخخخخخافر (musafir itu masuk
waktu sore) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus 2
يفعل
Fi’il mudlori’
3
إفعال
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مفعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مفعل
Isim maf’ul
9
أفعل
Fi’il amr
10
لتفعل
Fi’il nahi
11
مفعل
Isim zaman
12
مفعل
Isim makan Wazan keempat:
No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
1
تفاعل
Fi’il madly
2
يتفاعل
Fi’il mudlori’
3
تفاعل
Isim masdar tanpa
Menunjukkan arti dua orang atau lebih saling melakukan pekerjaan yang sama. Contoh: ( تصخخخخخالح القخخخخخومkaum itu saling berdamai) Arti pura-pura (bukan kenyataan). Contoh: ( تمارض زيدzaid pura-pura sakit) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
29
4
ومتفاعل
5
فهو
mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
متفاعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
متفاعل
Isim maf’ul
9
تفاعل
Fi’il amr
10
لتتفاعل
Fi’il nahi
11
متفاعل
Isim zaman
12
متفاعل
Isim makan Wazan kelima:
N o 1
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
تفعل
Fi’il madly
2
يتفعل
Fi’il mudlori’
3
تفعل
4
ومتفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
متفعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
متفعل
Isim maf’ul
Faidah Tambahan Huruf MMenunjukkan arti hasil dari suatu pekerjaan. Contoh: فتكسخخخر,( كسخخخرت الزجخخخاجsaya memecahkan kaca, maka kaca itu terpecah) mMembebankan diri untuk menghasilkan suatu pekerjaan. Contoh: تشخخجع ( زيخخخخخخخخخدzaid berusaha menjadi berani) fFaidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
9
تفعل
Fi’il amr
1 0 1 1 1 2
ل تتفعل
Fi’il nahi
متفعل
Isim zaman
متفعل
Isim makan
Wazan keenam: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
1
إفتعل
Fi’il madly
2
يفتعل
Fi’il mudlori’
3
إفتعال
4
ومفتعل
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مفتعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مفتعل
Isim maf’ul
9
إفتعل
Fi’il amr
10
لتفتعل
Fi’il nahi
11
مفتعل
Isim zaman
12
مفتعل
Isim makan
Menunjukkan arti hasil dari suatu pekerjaan. Contoh: فخاجتمع,جمعت البخخل (saya mengumpulkan unta, maka unta itu berkumpul) Menggunakan atau mengambil sesuatu. Contoh: ( اختخخخبز زيخخخدzaid mengambil roti) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
Wazan ketujuh: 31
No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
1
إنفعل
Fi’il madly
2
ينفعل
Fi’il mudlori’
3
إنفعال
4
ومنفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
منفعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
منفعل
Isim maf’ul
9
إنفعل
Fi’il amr
10
لتنفعل
Fi’il nahi
11
منفعل
Isim zaman
12
منفعل
Isim makan
Faidah Tambahan Huruf Menunjukkan arti hasil dari suatu pekerjaan. Contoh: ,كسخخخخرت الزجخخخخاج ( فانكسخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخرsaya memecahkan kaca, maka kaca itu terpecah) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
Wazan kedelapan: No
Wazan Ukuran
1
إفعل
/ Jenis Kalimat Fi’il madly
Faidah Tambahan Huruf Menunjukkan arti masuk pada sifat tertentu. Contoh: احمخخخخخخر وجههخخخخخخا (wajahnya menjadi merah) Mempersangat suatu sifat atau pekerjaan. Contoh: ( اسود الليخخلmalam sangan gelap/hitam)
Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus 2
يفعل
Fi’il mudlori’
3
إفعلل
4
ومفعل
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مفعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مفعل
Isim maf’ul
9
إفعل
Fi’il amr
10
لتفعل
Fi’il nahi
11
مفعل
Isim zaman
12
مفعل
Isim makan Wazan kesembilan:
No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
1
إستفعل
Fi’il madly
2
يستفعل
Fi’il mudlori’
3
إستفعال
Isim masdar tanpa
Menunjukkan arti meminta suatu pekerjaan. Contoh: ( اسخختغفر الخخsaya meminta ampun kepada Allah) Menemukan / mendapatkan sifat tertentu. Contoh: استحسنت ( شخخخيئاsaya menganggap baik/mendapatkan hal yang baik pada sesuatu itu) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
33
4
ومستفعل
5
فهو
mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مستفعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مستفعل
Isim maf’ul
9
إستفعل
Fi’il amr
10
لتستفعل
Fi’il nahi
11
مستفعل
Isim zaman
12
مستفعل
Isim makan Wazan kesepuluh:
No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
1
إفعوعل
Fi’il madly
2
يفعوعل
Fi’il mudlori’
3
إفعيلل
4
ومفعوعل
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مفعوعل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مفعوعل
Isim maf’ul
9
إفعوعل
Fi’il amr
10
لتفعوعل
Fi’il nahi
11
مفعوعل
Isim zaman
Faidah Tambahan Huruf Mempersangat suatu pekerjaan. Contoh: ( احخخدودب زيخخدzaid menjadi sangat bungkuk) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
12
Isim makan
مفعوعل
Wazan kesebelas No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
1
إفعال
Fi’il madly
2
يفعال
Fi’il mudlori’
3
إفعيلل
4
و مفعال
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مفعال
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مفعال
Isim maf’ul
9
إفعال
Fi’il amr
10
لتفعال
Fi’il nahi
11
مفعال
Isim zaman
12
مفعال
Isim makan
Mempersangat suatu sifat tertentu. Contoh: اصخخفار ( المخخوزpisang itu sangat kuning) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
Wazan keduabelas No
Wazan Ukuran
1
إفعول
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
Fi’il madly
Mempersangat suatu hal. Contoh: ( اكبور البيتrumah itu sangat besar) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
35
2
يفعول
Fi’il mudlori’
3
إفعوال
4
مفعول
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مفعول
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مفعول
Isim maf’ul
9
إفعول
Fi’il amr
10
لتفعول
Fi’il nahi
11
مفعول
Isim zaman
12
مفعول
Isim makan
Mazid Rubai (lebih dari empat huruf asal), yaitu kata kerja (fi’il) yang fi’il mad}inya lebih dari empat huruf asal karena ada tambahan huruf lain, baik tambahannya satu huruf (contoh: تيمخخخخم: bertayammum), atau tambahannya 2 huruf (contoh: إحرنجم: ). mazid ruba’I ini ada tiga wazan: Wazan pertama: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
1
تفعلل
Fi’il madly
2
يتفعلل
Fi’il mudlori’
3
تفعلل
4
ومتفعلل
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim
Faidah Tambahan Huruf Menunjukkan arti hasil dari suatu pekerjaan. Contoh: ,دحرجخخخخت الحجخخخخر ( فتخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخخدحرجsaya mengguling-gulingkan batu, maka batu itu terguling) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
5
فهو
Isim dlomir
6
متفعلل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
متفعلل
Isim maf’ul
9
تفعلل
Fi’il amr
10
لتتفعلل
Fi’il nahi
11
متفعلل
Isim zaman
12
متفعلل
Isim makan Wazan kedua:
No
Wazan Ukuran
1
إفعنلل
/ Jenis Kalimat
Faidah Tambahan Huruf
Fi’il madly
Menunjukkan arti hasil dari suatu pekerjaan. Contoh: حرجمخخت البخخل فاحرنجم ( ) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
2
يفعنلل
Fi’il mudlori’
3
إفعنلل
4
ومفعنلل
5
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
6
مفعنلل
Isim fa’il
7
وذاك
Isim isyaroh
8
مفعنلل
Isim maf’ul
9
إفعنلل
Fi’il amr
10
لتفعنلل
Fi’il nahi
11
مفعنلل
Isim zaman
12
مفعنلل
Isim makan 37
Wazan ketiga: No
Wazan Ukuran
/ Jenis Kalimat
1
إفعلل
Fi’il madly
2
يفعلل
Fi’il mudlori’
3
إفعلل
4
وفعيليلة
5
ومفعلل
6
فهو
Isim masdar tanpa mim Isim masdar tanpa mim Isim masdar dengan mim Isim dlomir
7
مفعلل
Isim fa’il
8
وذاك
Isim isyaroh
9
مفعلل
Isim maf’ul
10
إفعلل
Fi’il amr
11
لتفعلل
Fi’il nahi
12
مفعلل
Isim zaman
13
مفعلل
Isim makan
Faidah Tambahan Huruf Menunjukkan arti mempersangat suatu pekerjaan. Contoh: اطمأن ( زيدzaid sangat tenang) Faidah-faidah lain yang lebih jelasnya, langsung lihat di kamus
Keterangan: Fi’il mad}i: yaitu kata kerja yang bermakna lampau (telah dikerjakan). Contoh: ( نصرdia telah menolong). Penjelasan lebih rinci telah dijelakan pada pembahasan sebelumnya. Fi’il mudlori’. Yaitu kata kerja yang bermakna sedang / akan melakukan suatu pekerjaan. Contoh: ( يضربdia sedang / akan memukul). Penjelasan lebih rinci telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Isim masdar tanpa mim ( )م: yaitu kata benda yang huruf awalnya tidak berupa mim, yang menunjukkan arti suatu peristiwa / kejadian dan tidak bersamaan dengan waktu. bentuk wazan / ukuran lafadz dari isim masdar ini dibagi menjadi dua:
Jika berupa tsulasi mujarrod (huruf aslinya tiga), maka bentuk wazannya adalah sama’I (lafaz-lafaznya sudah ditentukan dari orang arab dan tidak bisa disamakan dalam satu atau dua wazan tertentu. Contoh: jika fi’il mad}inya فعلmaka bentuk isim masdarnya tidak pasti mengikuti wazan )فعل. Jadi, untuk mencari bentuk lafaznya bisa melihat langsung di kamuskamus bahasa arab-indonesia. Contoh: ( القيخخخامberdiri) fi’il mad}inya adalah ( قخخامtelah berdiri). القيخخامini tidak mengikuti wazan isim masdar, yaitu فعل Jika berupa selain tsulasi mujarrod, maka hukumnya qiyasi (lafaznya bisa disamakan dengan wazan tertentu. Contoh: jika wazan fi’il mad}inya adalah أفعخخل, maka bentuk lafaz isim masdarnya pasti mengikuti wazan )إفعخخخال. Contoh: إكخخخخرام (pemulyaan / memulyakan), fi’il mad}linya adalah أكخخخخرم (memulyakan). إكخخرامini mengikuti wazan isim masdar, yaitu
إفعال Isim masdar dengan mim ( )م: yaitu kata benda yang huruf awalnya berupa mim, yang menunjukkan arti suatu peristiwa / kejadian dan tidak bersamaan dengan waktu. bentuk wazan dari isim masdar dengan mim ini hukumnya qiyasi (lafadznya bisa disamakan dengan wazan tertentu). Contoh: ( منصرpertolongan), fi’il mad}inya adalah ( نصرtelah menolong). منصرini mengikuti wazan isim masdar, yaitu: مفعل Isim dlomir. yaitu isim yang dipergunakan untuk kinayah (menyindir) dan sebagai kata ganti dari isim dzohir (isim yang langsung menyebutkan nama atau kedudukan suatu benda). Contoh: ( هوdia) Isim isyaroh. yaitu isim yang mengandung arti petunjuk. Contoh: ذالك (itu). ( هناdisini). Isim fa’il. Secara sederhana isim fa’il adalah subyek atau pelaku dari suatu pekerjaan. Secara istilah, isim fa’il adalah sifat yang bentuk lafadznya diambil dari fi’il mabni ma’lum (kata kerja yang pelakunya ada/diketahui) untuk menunjukkan suatu arti yang ada pada sesuatu yang disifati (maushuf). Sifat yang melekat pada sesuatu yang disifati ini bersifat sementara sesuai perubahan waktu. Contoh: ( ناصخخخرorang yang menolong), mengikuti wazan فاعخخل, fi’il mad}inya adalah ( نصخخرdia telah menolong). Jadi, sifat menolong ini tidak selamanya melekat pada seseorang dan bisa terlepas darinya. Ketika seseorang tidak lagi menolong, maka dia bukan lagi Orang yang menolong. Jadi sifat menolong ini bisa dilepas dari seseorang. Wazan dari isim fa’il hukumnya qiyasi (lafaznya bisa disamakan dengan wazan-wazan tertentu). Tashrif dari isim fa’il adalah: فاعل: orang / sesuatu (satu laki-laki) yang bekerja فاعلن: orang / sesuatu (dua laki-laki) yang bekerja فاعلون: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja 39
وفعال: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja وفعل: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja وفعلة: orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang bekerja فاعلة: orang / sesuatu (satu perempuan) yang bekerja فاعلتان: orang / sesuatu (dua perempuan) yang bekerja فاعلت: orang / sesuatu (banyak) perempuan yang bekerja وفواعل: orang / sesuatu (banyak) perempuan yang bekerja Shighot mubalaghoh, yaitu lafadz yang menunjukkan makna isim fa’il yang dipersangat. Wazan shighot mubalaghoh ada 11, yaitu: فعال. contoh: ( جبارyang sangat / maha memaksa) مفعال. contoh:( مفضالyang sangat utama) فعيل. contoh:( صديقyang sangat jujur / terpercaya) فعالة. contoh:( فهامةyang sangat paham) مفعيل. contoh:( مسكينyang sangat miskin) فعول. contoh:( شروبyang banyak minum) فعيل. contoh:( عليمyang sangat tahu) فعل. contoh:( حذرyang maha mengawasi) فعال. contoh:( كبارyang sangat besar) فعول. contoh:( قدوسyang sangat / maha suci) فيعول. contoh:( قيومyang maha berdiri dengan sendirinya) Wazan-wazan shighot mubalaghoh ini sifatnya sama’i. artinya tidak semua isim fa’il bisa langsung dicocokkan dengan salah satu dari wazan ini. Untuk mengetahui apakah isim fa’il adalah berupa sighot mubalaghoh, maka harus melihat langsung di kamus. Sifat Mushabihat. Yaitu sifat yang bentuk lafadznya diambil dari fi’il mabni ma’lum (kata kerja yang pelakunya ada/diketahui) untuk menunjukkan suatu arti yang ada pada sesuatu yang disifati (maushuf). Sifat yang melekat pada sesuatu yang disifati ini bersifat permanen (tetap). Contoh: ( حسنyang bagus / ganteng). Maka, sifat ganteng yang melekat pada seseorang tidak bisa terlepas darinya. Isim Maf’ul. Secara sederhana isim maf’ul adalah objek dari suatu pekerjaan, yang bentuk lafadznya diambil dari fi’il madly. Contoh: ( مضروبorang / sesuatu yang dipukul) mengikuti wazan مفعول, bentuk fi’il mad}inya adalah ( ضخربdia telah memukul). tashrif dari isim maf’ul adalah:
مفعول: orang / sesuatu (satu laki-laki) yang dikerjakan مفعولن: orang / sesuatu (dua laki-laki) yang dikerjakan مفعولون : orang / sesuatu (banyak laki-laki) yang dikerjakan
ومفاعل: orang / sesuatu (banyak) yang dikerjakan مفعولة: orang / sesuatu (satu) perempuan yang dikerjakan مفعولتا ن : orang / sesuatu (dua perempuan) yang dikerjakan مفعولت : orang / sesuatu (banyak) perempuan yang dikerjakan Fi’il amr. Yaitu kata kerja yang menunjukkan arti perintah. Contoh: ( أنصرtolonglah), mengikuti wazan أفعل, fi’il mad}inya adalah نصر (dia telah menolong). Pembahasan lebih rinci dijelaskan pada pembahasan fi’il amr Fi’il nahi. Yaitu kata kerja yang menunjukkan arti larangan melakukan suatu pekerjaan. Contoh: ( لتضخخخربjangan kamu pukul), mengikuti wazan لتفعل, bentuk fi’il mad}inya adalah ضرب (dia telah memukul). Tashrif fi’il nahi adalah:
ل يفعل: Jangan bekerja (dia satu laki-laki) ل يفعل: Jangan bekerja (dia dua laki-laki) ل يفعلوا: Jangan bekerja (mereka laki-laki) ل تفعل: Jangan bekerja (dia satu perempuan) ل تفعل: Jangan bekerja (dia dua perempuan) ل يفعلن: Jangan bekerja (mereka perempuan) ل تفعل: Jangan bekerja (kamu satu laki-laki) ل تفعل: Jangan bekerja (kamu dua laki-laki) ل تفعلوا: Jangan bekerja (kamu banyak laki-laki) ل تفعلي: Jangan bekerja (kamu satu perempuan) ل تفعل: Jangan bekerja (kamu dua perempuan) ل تفعلن: Jangan bekerja (kamu banyak perempuan) Isim zaman. Yaitu isim yang menunjukkan arti waktu terjadinya suatu pekerjaan, yang bentuk lafadznya diambil dari bentuk fi’il mad}i. Contoh: ( مغخخربwaktu terbenam / maghrib), mengikuti wazan مفعل, fi’il mad}inya adalah ( غربtelah terbenam). Tashrif isim zaman adalah:
مفعل: (satu) waktu bekerja مفعلن: (dua) waktu bekerja مفاعل: (banyak/beberapa) waktu bekerja Isim makan. Yaitu isim yang menunjukkan arti tempat terjadinya suatu pekerjaan, yang bentuk lafadznya diambil dari bentuk fi’il madly. Contoh: ( مسجدtempat sujud / masjid), mengikuti wazan مفعل, fi’il mad}inya adalah ( سجدdia telah sujud)
مفعل
: (satu) tempat bekerja 41
مفعلن: (dua) tempat bekerja مفاعل: (banyak/beberapa) tempat bekerja Isim alat. Yaitu isim yang menunjukkan arti alat untuk bekerja, yang bentuk lafadznya diambil dari fi’il madly. Contoh: ( مكنسخخةalat untuk menyapu / sapu) mengikuti wazan مفعلخخة, fi’il madlynya adalah ( كنسdia telah menyapu). Tashrif isim alat adalah:
مفعل: (satu) alat untuk bekerja مفعلن: (dua) alat untuk bekerja مفاعل: (banyak/beberapa) alat untuk bekerja Isim tafdlil, yaitu sifat yang diambil dari fi’il untuk menunjukkan bahwa ada dua hal yang mempunyai sifat yang sama, akan tetapi salah satunya mempunyai sifat yang lebih dari yang lain. Wazan dari isim tafdil adalah ( أفعلuntuk mudzakkar) dan فعلخخى (untuk muannas). Contoh: ( خليل أعلم من سعيدkholil lebih alim dari sa’id). ( عائشة علمى من زينبfatimah lebih alim dari zainab) Hamzah pada wazan أفعلdibuang pada tiga lafadz, yaitu خيخخر (lebih baik), ( شرlebih jelek), ( حبlebih senang). Fi’il ta’ajjub, yaitu fi’il yang menunjukkan rasa heran atau kagum terhadap sesuatu. Fi’il ta’ajjub adakalnya: Dengan shighot / bentuk fi’il tertentu, yaitu ada dua: مخخخخا أفعخخخخل. contoh: ( مخخخخا أحسخخخخن هخخخخذا المنظخخخخرbetapa indahnya pemandangan ini) أفعل ب. contoh:( أقبح بخلقهbetapa jelek akhlaknya) dengan lafadz-lafadz yang menunjukkan makna keheranan atau kekaguman. Contoh: ( كيف تكفرون بال وكنتم أمواتا فأحياكمbagaimana mungkin kalian mengingkari Allah padahal kalian mati kemudian Allah hidupkan…???) Keterangan lain: Yang dimaksud tashrif adalah perubahan kalimat dari satu bentuk ke bentuk yang lain karena adanya perbedaan arti, seperti fi’il madly yang berubah ke fi’il mudlori’, isim masdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amr, isim zaman dan makan, dan isim alat. Adanya perubahan ini menghasilkan arti yang berbeda. Contoh: ( فعلfi’il mad}i) artinya telah bekerja, lalu berubah kepada bentuk ( فاعخخلisim fa’il) artinya orang yang bekerja. Perubahan ( فعلfi’il mad}i) ke ( فاعلisim fa’il) inilah yang disebut tashrif. Untuk mengetahui jenis dari suatu kalimat (fi’il madly, fi’il mudlori’, isim masdar tanpa mim, isim masdar dengan mim, isim fa’il, sifat musyabihat, isim maf’ul, fi’il amr, isim zaman, isim makan, atau isim alat), maka harus dilihat bentuk wazannya dan harus melihat syiyaqul kalam (konteks perkataan). Contoh: ( وهخخخو المخخخاء المسخخختعملair itu adalah air yang telah
digunakan). Jenis kalimat dari lafadz المستعملmempunyai 5 kemungkinan, yaitu: Masdar dengan mim, artinya penggunaan Isim fa’il, artinya yang menggunakan Isim maf’ul, artinya yang digunakan Isim zaman, artinya waktu menggunakan Isim makan, artinya tempat menggunakan Melihat konteks perkataannya, jenis kalimat yang cocok pada lafadz المستعملadalah isim maf’ul (yang digunakan). Jadi arti dari contoh itu adalah air yang digunakan. Contoh:( غسل الوجهmembasuh muka). Jenis kalimat dari lafadz غسلmempunyai 2 kemungkinan, yaitu fi’il madly dan isim masdar tanpa mim. Melihat konteksnya, lafadz غسلadalah isim masdar tanpa mim karena غسل الخوجهadalah susunan mudlof ( )غسلdan mudlof ilaih ()الخخوجه. Sedangkan mudlof dan mudlof ilaih harus sama-sama berupa isim. Dilihat dari segi ada tashrif atau tidaknya, isim dibagi menjadi dua: Isim musytaq, yaitu isim yang bentukknya diambil dari fi’il madly. Isim musytaq ini ada 10, yaitu: Isim fa’il. Contoh: ( مطهرyang mensucikan). Fi’il mad}inya adalah طهر Isim maf’ul. Contoh:( مسخخخخختعملyang digunakan). Fi’il mad}inya adalah استعمل Sifat musyabihat. Contoh:( حسنyang bagus). Fi’il mad}inya adalah حسن Sighot mubalaghoh ( علمخخخخةyang sangat alim). Fi’il mad}inya adalah علم Isim tafdlil. Contoh: ( أفضخخخلlebih utama). Fi’il mad}inya adalah فضل Isim zaman. Contoh:( مغربwaktu terbenam). Fi’il mad}inya adalah غرب Isim makan. Contoh:( مسخخجدtempat sujud). Fi’il mad}inya adalah سجد Masdar dengan mim. Contoh: ( مكخخخرمpemulyaan). Fi’il mad}inya adalah أكرم Masdar fi’il dari selain fi’il tsulatsi mujarrod. Contoh: استنجاء (istinja’ / bersesuci). Fi’il mad}inya adalah استنجى Isim alat. Contoh:( مكنسخخخةalat menyapu). Fi’il mad}inya adalah كنس Isim jamid, yaitu kalimat isim yang bentuknya tidak diambil dari fi’il madly. Contoh: ( حجرbatu). Lafadz حجرadalah isim jamid karena bentuknya tidak diambil dari fi’il madly. Termasuk dari isim jamid adalah bentuk masdar dari fi’il tsulasi mujarrod. Contoh: ( قراءةmembaca). 43
Tabel fi’il mujarrad dan mazid: CONTOH
WAZAN
FI’IL
نصر -ينصر
يفعل -فعل
ضرب -يضرب
يفعل -فعل
فتح -يفتح
يفعل -فعل
علم -يعلم
يفعل -فعل
حسن -يحسن
يفعل -فعل
حسب -يحسب
يفعل -فعل
جلبب فرح
N O
Tsulasi (tiga )huruf
فعلل Ruba’i (empat )huruf Tsulasi (tiga فعل )huruf
ضارب
فاعل
أكرم
أفعل
تصالح
تفاعل
تكسر
تفعل
اجتمع
إفتعل
انكسر
إنفعل
احمر
إفعل
استغفر
إستفعل
احدودب
إفعوعل
اصفار
إفعال
اكبور
إفعول
تدحرج
تفعلل Ruba’i (empat )huruf
احرنجم
إفعنلل
اطمأن
إفعلل
Fi’il Mujarrod
Fi’il Mazid
1.
2.
Dilihat dari segi ada atau tidaknya objek suatu pekerjaan, dibagi menjadi dua:
Fi’il lazim, yaitu fi’il yang tidak butuh pada objek (intransitiv). Jadi fi’il lazim hanya terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’ilnya (pelaku). Contoh: ( طهر الماءair itu suci). Lafadz ( طهرsuci) disebut fi’il lazim karena tidak butuh pada objek. jadi yang ada hanya fi’il ( )طهرdan fa’ilnya () الماء Fi’il muta’addi, yaitu fi’il yang butuh pada objek (transitiv). jadi fi’il muta’addi terdiri dari fi’il (kata kerja), fa’il (pelaku), dan maf’ul (objek). contoh: ( طهر زيد الثوبzaid mensucikan baju). Lafadz ( طهخخخرmensucikan) disebut fi’il muta’addi karena butuh pada objek, yaitu ( الثخوبbaju). Jadi, orang yang mensucikan, pasti ada sesuatu yang menjadi objek untuk disucikan, dalam hal ini adalah baju. Pada contoh ini terdiri dari fi’il ()طهر, fa’il () زيد, dan maf’ul () الثوب. Bentuk fi’il muta’addi ada 5 macam, yaitu: Berupa fi’il mujarrod (tidak ada tambahan huruf). Contoh: ( نقض النوم الوضوءtidur itu membatalkan wudlu’). Jadi, نقض (membatalkan) adalah fi’il muta’addi yang berupa fi’il mujarrod. Walaupun tidak ada tambahan huruf, lafadz نقضdengan sendirinya sudah menjadi muta’addi. Untuk mengetahui apakah fi’il mujarrod menunjukkan fi’il lazim atau muta’addi, harus langsung lihat di kamus. Ada hamzah ( ) أawal kalimat. Contoh:أوجخخب الحيخخض الغسخخل (haidl itu mewajibkan mandi). Jadi, ( أوجخبmewajibkan) adalah fi’il muta’addi karena didahului oleh hamzah ( ) أ di awalnya. Jika hamzah ( ) أtersebut dibuang, maka menjadi fi’il lazim ( وجب: wajib). Ada tadl’if (huruf ganda) di ‘ain fi’ilnya. Contoh: طهر زيد الثوب (zaid mensucikan baju). Jadi, ( طهرmensucikan) adalah fi’il muta’addi karena ‘ain fi’ilnya ( ) هberupa tadl’if ( )طهر. Jika tadl’if tersebut tidak ada, maka menjadi fi’il lazim ( طهر: suci) Dengan perantara huruf jer. Contoh:( زيخخد رغخب فخي العلخخمzaid menyenangi ilmu). Jadi, رغخخخبadalah fi’il muta’addi karena ada perantara huruf jer ( ) في Dengan perantara dzorof. Contoh: جلخخخس الرجخخخل تحخخخت الشخخخجرة (seseorang duduk dibawah pohon). Jadi, جلسadalah fi’il muta’addi dengan perantara dzaraf ()تحت Keterangan Untuk mengetahui apakah kalimat fi’il adalah fi’il lazim atau fi’il muta’addi, harus melihat syiyaqul kalam (konteks perkataan). Contoh: ( جلود الميتة تطهر بالدباغkulit bangkai bisa suci dengan cara disamak). lafadz تطهخخرadalah fi’il lazim karena dilihat dari konteks perkataannya, تطهرmenunjukkan fi’il 45
lazim, yaitu berarti “suci” (tidak butuh pada objek). Contoh: ( الدباغ يطهر جلود الميتةsamak itu bisa mensucikan kulit bangkai). Lafadz يطهخخخرadalah fi’il muta’addi karena dilihat dari konteks perkataannyanya, يطهرmenunjukkan arti fi’il muta’addi, yaitu berarti “mensucikan” (butuh pada objek). Table fi’il lazim dan muta’addi: N O 1 2
FI’IL
طهر الماء
Fi’il lazim Fi’il muta’addi
CONTOH
Berupa fi’il mujarrod
نقض النوم الوضوء
Ada hamzah ( ) أawal kalimat Ada tadl’if (huruf ganda) di ‘ain fi’ilnya Dengan perantara huruf jer
أوجب الحيض الغسل
Dengan perantara dzorof
جلس الرجل تحت الشجرة
طهر زيد الثوب زيد رغب في العلم
Dilihat dari segi ada atau tidaknya pelaku suatu pekerjaan, dibagi menjadi dua: Mabni ma’lum (kata kerja aktif). Fi’il mabni ma’lum adalah kata kerja yang pelaku / subyeknya disebutkan dalam sebuah perkataan. Dalam bahasa Indonesia, fi’il mabni ma’lum disebut kata kerja aktif. Contoh: ( نصر زيد محمداzaid telah menolong muhammad). Palaku / subyek (fa’il) dari kalimat ( نصرmenolong) disebutkan, yaitu kata زيد. Jadi, زيد adalah pelaku / subyek dari نصر. Subyek / pelaku dari fi’il mabni ma’lum ini disebut Fa’il. Wazan dari Fi’il mabni ma’lum ini telah dijelaskan pada pembahasan fi’il mad}i dan fi’il mudlori’ Mabni majhul (kata kerja pasif). Fi’il mabni majhul adalah kata kerja yang pelaku / subyeknya tidak disebutkan dalam suatu perkataan, akan tetapi objeknyalah yang disebutkan sebagai ganti dari subyek. Contoh: ( نصر محمخخدMuhammad telah ditolong). Pelaku / subyek dari kata نصخخخرtidak disebutkan. Justru yang disebutkan adalah obyek dari نصر, yaitu محمد. Kata محمدini adalah obyek yang menggantikan subyek / pelaku yang tidak disebutkan. Asalnya adalah زيد ( محمخخدا نصخخرzaid telah menolong muhammad). Kata زيخخد sebagai subyek inilah yang tidak disebutkan, lalu diganti
oleh kata محمد. Subyek dari fi’il mabni majhul ini disebut naibul fa’il. Ada beberapa alasan kenapa subyek / pelaku tidak disebutkan dalam suatu perkataan (kalam). Alasan-alasan tersebut diantaranya: Untuk meringkas sebuah perkataan Karena subyek / pelakunya telah diketahui Karena subyek / pelakunya tidak diketahui Karena takut untuk menyebut subyek / pelaku Untuk meremehkan subyek / pelaku Untuk mengagungkan subyek / pelaku Untuk mengkaburkan identitas subyek / pelaku Dan lain-lain Wazan Fi’il Mabni Majhul Wazan dari fi’il mabni majhul ini adalah sebagai berikut: Fi’il mad}i. Jika berupa fi’il madly yang ‘ain fi’ilnya tidak berupa huruf illat (ya’, alif, wawu / و,ا/ ى,)ي, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah “ huruf pertama berharokat dlommah ( ُ ) dan huruf sebelum akhir berharokat kasroh ( ِ )”. Contoh: ( نصرdia telah menolong) : mabni ma’lum Menjadi ( نصرdia telah ditolong) : mabni majhul نصر, huruf pertama berharokat dlommah ()ن, huruf sebelum akhir berharokat kasroh ()ص. Jika fi’il mad}inya ada tambahan huruf ta’ ()ت diawalnya, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah “ huruf pertama dan kedua berharokat dlommah ( ُ ) dan huruf sebelum akhir berharokat kasroh ( ِ )”. Contoh: ( تعلمdia telah belajar) : mabni ma’lum Menjadi ( تعلمtelah dipelajari) : mabni majhul تعلم, huruf pertama dan kedua berharokat dlommah ( تdan )ع, huruf sebelum akhir berharokat kasroh () ل Jika fi’il mad}inya ada tambahan huruf hamzah washol (hamzah yang ketika didahului oleh kalimat lain, maka hamzah tersebut tidak dibaca) diawalnya, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah ” huruf pertama dan ketiga berharokat dlommah ( ُ ) dan huruf sebelum akhir berharokat kasroh ( ِ ) . contoh:
( استعملdia telah memakai) : mabni ma’lum Menjadi ( استعملtelah dipakai) : mabni majhul اسخخخختعمل, huruf pertama dan ketiga berharokat dlommah ( اdan ) ت, huruf sebelum akhir berharokat kasroh ()م 47
Jika fi’il madly tsulasi mujarrod yang ‘ain fi’ilnya berupa huruf illat, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah “ huruf pertama berharokat kasroh ( ِ ) dan alif ( ) ا yang berada pada ‘ain fi’ilnya diganti dengan ya ()ي. Contoh: ( قالdia telah berkata) : mabni ma’lum Menjadi ( قيلtelah dikatakan) : mabni majhul قيل, huruf pertama berharokat kasroh ()ق, huruf alif ( ا ) diganti dengan ya’ ()ي Fi’il mudlori’. Jika berupa fi’il mudlori’ yang ‘ain fi’ilnya tidak berupa huruf illat, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah “ huruf pertama berharokat dlommah ( ُ ) dan huruf sebelum akhir berharokat fathah ( َ ) ( ينصرdia sedang/akan menolong) : mabni ma’lum Menjadi ( ينصرdia sedang/akan ditolong) : mabni majhul ينصخخر, huruf pertama berharokat dlommah ()ي, dan huruf sebelum akhir berharokat fathah ()ص Jika berupa fi’il mudlori yang ‘ain fi’ilnya berupa huruf illat, maka wazan fi’il mabni majhulnya adalah “ huruf pertama berharokat dlommah ( ُ ) dan huruf sebelum akhir berharokat fathah ( َ ), serta mengganti huruf illat dengan alif ( ) ا. Contoh: ( يقولdia sedang/akan berkata) : mabni ma’lum Menjadi ( يقالsedang/akan dikatakan) : mabni majhul يقال, huruf pertama berharokat dlommah () ي, huruf sebelum akhir berharokat fathah ()ق, serta mengganti wawu ( )وdengan alif ( ) ا Keterangan Untuk mengetahui apakah kalimat fi’il adalah fi’il ma’lum atau fi’il majhul, harus melihat syiyaqul kalam (konteks perkataan). Contoh: ( والخخذي يخخوجب الغسخخل سخختة أشخخياءsesuatu yang mewajibkan mandi ada 6 hal). Lafadz يوجبadalah fi’il mabni ma’lum karena dilihat dari konteks perkatannya, lafadz يخخخوجب mempunyai fa’il berupa isim dlomir yang tersimpan ()هو. Buktinya, Pada contoh ini ada isim mauhsul ( )الخخذيyang pasti butuh pada shilah dan ‘aid. Shilahnya berupa jumlah fi’liyah, yaitu fi’il ( ) يخخوجبdan fa’il ( هخخوyang tersimpan). ‘aidnya adalah isim dlomir yang kembali kepada isim maushul, yaitu هوyang tersimpan. Jadi secara pasti lafadz يخخوجبadalah fi’il mabni ma’lum. Jadi, pelaku (fa’il) yang
mewajibkan mandi adalah “sesuatu” Contoh: ( يخخوجب الغسخخل فخخي سخختة أشخخياءmandi itu diwajibkan dalam enam hal). Lafadz يخخوجبadalah fi’il mabni majhul karena dilihat dari konteks perkataannya, lafadz يخخخوجبtidak mempunyai fa’il (pelaku). Jadi pelaku (fa’il) yang mewajibkan mandi tidak disebutkan. Justru yang disebutkan adalah na’ibul fa’il (pengganti fa’il) yang asalnya adalah objek ()الغسل Table fi’il ma’lum dan majhul: N O 1
2
FI’IL
WAZAN
نصر
Ma’lum
Majhu l
CONTOH
ain fi’ilnya huruf pertama: tidak dlommah ( ُ ) berupa huruf sebelum Fi’il huruf illat akhir: kasroh ( ِ mad}i (ya’, alif, ) wawu / ى,ي و,ا/) ada tambahan huruf pertama dan huruf ta’ ( kedua : dlommah ( ُ ) )ت huruf sebelum diawalnya akhir: kasroh ( ِ ) ada tambahan huruf pertama dan huruf ketiga : hamzah dlommah ( ُ ) washol huruf sebelum akhir : kasroh ( ِ ) fi’il madly huruf pertama: tsulasi kasroh ( ِ ) mujarrod alif ( ) اyang yang ‘ain berada pada ‘ain fi’ilnya fi’il: diganti berupa dengan ya ()ي huruf illat ‘ain fi’ilnya huruf pertama: Fi’il tidak dlommah ( ُ ) mudla berupa huruf sebelum ri’ huruf illat, akhir: fathah ( َ ) ‘ain fi’ilnya berupa huruf illat
huruf pertama: dlommah ( ُ ) huruf sebelum akhir: fathah ( َ ) mengganti huruf illat dengan alif ( )ا
49
نصر, menjadi
نصر
تعلم, menjadi
تعلم استعمل, menjadi
استعمل قال, menjadi
قيل
ينصر, menjadi
ينصر يقول, menjadi
يقال
HURUF (KATA SAMBUNG / PENGHUBUNG) Huruf adalah kalimat (kata) yang tidak memiliki kata yang sempurna sebelum bersambung dengan kalimat yang lain (isim atau fi’il). Contoh: ( إلىke), ( وdan), ( إذاjika). Contoh dalam bentuk jumlah (kalimat), ذهبت إلى المسجد. (saya pergi ke masjid). Kata إلى (ke) sebelum bersambung dengan kata yang lain ( )ذهبت الى المسجد tidak bisa dipahami. Tanda dari huruf adalah tidak bisa dimasuki tanda-tanda dari isim atau tanda-tanda fi’il. Jadi tanda huruf adalah ketidakbisaan huruf untuk dimasuki tanda-tanda yang dimiliki oleh isim dan fi’il. Pembagian Huruf Huruf dibagi menjadi dua: Huruf mabani (tidak ada maknanya), yaitu huruf yang tidak mempunyai arti apapun. Contoh: ط, ج, ث Huruf ma’ani (ada maknanya/artinya), yaitu huruf yang mempunyai arti. Contoh: huruf jer seperti ( علخخىatas), فخخي (di/didalam). Huruf ma’ani ada dua macam: Athil (tidak ada amal/pengaruh), yaitu huruf yang tidak mempengaruhi perubahan (i’rob) akhir kalimat isim dan fi’il. Contoh adalah kata ( هلapakah) pada kalimat هل الخنزير ( نجسapakah babi itu najis)? kata الخنزيرsebelum dimasuki هلjuga berharokat dommah ()الخنزير, setelah kemasukan هل pun tetap berharokat dommah ()هل الخنزير. Jadi Kata هلini tidak mempengaruhi keadaan i’rob (perubahan) dari kata الخنزير. Amil (beramal / berpengaruh), yaitu huruf yang mempengaruhi perubahan (I’rob) akhir kalimat isim dan fi’il. Contoh: kata ( إنsesungguhnya) pada إن كلبخخخا نجخخخس (sesungguhnya anjing adalah najis). Kata كلبخخاsebelum dimasuki إنberharokat dommah ()الكلخخب. setelah ada إن maka berharokat fathah ()كلبخخخا. Jadi إنmempengaruhi perubahan akhir kata كلبا. Huruf ‘amil ini ada 7 macam yang rincian penjelasannya dibahas panjang lebar di babnya masing-masing: Huruf jer (huruf yang mengjerkan isim), yaitu huruf yang menjadikan isim yang jatuh setelahnya berada dalam keadaan I’rob jer. contoh: kata ( منdari) pada رجعت مخن ( المسجدsaya pulang dari masjid) Huruf naskh (merusak), yaitu huruf yang merusak susunan mubtada’ (subjek) dan khobar (predikat). Contoh kata إن (sesungguhnya) pada ( إن الشمس كبيرةmatahari itu besar). Huruf nida, (panggilan), yaitu huruf yang berfungsi untuk memanggil. Contoh: kata ( يخخاwahai) pada يخخا رسخخول ال خ
(wahai rosulullah) Huruf istisna’ (pengecualian), yaitu huruf yang berfungsi untuk mengecualikan atau mengeluarkan hukum kata yang jatuh setelah huruf istisna’ dari kata sebelum huruf istisna’. Contoh: kata إلpada دخخخل الطلب إل محمخخدا (semua siswa masuk kecuali muahammad) Huruf jazm (huruf yang mengjazmkan fi’il), yaitu huruf yang berfungsi untuk menjadikan fi’il yang jatuh setelahnya berada dalam keadaan I’rob jazm. Contoh: kata ( لمtidak) pada ( أنا لخخم التخخق أسخختاذيsaya tidak bertemu guruku). Huruf nashob (huruf yang menashobkan fi’il) yaitu huruf yang berfungsi untuk menjadikan fi’il yang jatuh setelahnya berada dalam keadaan I’rob nashob. Contoh: kata ( لخخنtidak akan) pada ( لخخن أرتخخد أبخخداsaya tidak akan murtad selamanya) Huruf athof (huruf sambung), yaitu huruf yang menyambungkan satu kata dengan kata yang lain. Contoh: ( اوatau) pada kata ( كسخخخوف او خسخخخوفgerhana matahari atau bulan) Penjelasan lebih rinci dari masing-masing 7 macam huruf itu akan dibahas pada babny tersendiri. Table pembagian huruf: N O 1 2
CONTOH
HURUF Huruf mabani Huruf ma’ani
ط, ج, ث
Athil Amil
هل الخنزير نجس Huruf jer
رجعت من السجد
Huruf naskh
إن الشمس كبيرة
Huruf nida Huruf istisna’ Huruf jazm Huruf nashob Huruf athof
يا رسول ال دخل الطلب إل محمدا أنا لم التق أستاذي لن أرتد أبدا كسوف او خسوف
ISIM FI’IL (KATA BENDA YANG BERMAKNA KATA KERJA) Isim fi’il adalah kalimat isim yang mempunyai arti kata kerja (fi’il). Disebut isim karena lafadz kalimat tersebut bisa menerima 51
tanda-tandanya isim dan tidak bisa menerima tandanya fi’il. Disebut fi’il karena mempunyai arti kata kerja yang bisa disandingkan dengan waktu (sedang, akan, telah). Jadi lafaznya adalah isim sedangkan artinya adalah fi’il. Isim fi’il dibagi menjadi 3: Isim fi’il mad}i, yaitu isim yang punya arti kata kerja lampau. Contoh:( هيهاتtelah jauh) Isim fi’il mudlori, yaitu isim yang punya arti kata kerja sedang / akan. Contoh: ( أفsaya sedang bosan) Isim fi’il amr, yaitu isim yang punya arti kata kerja perintah. Contoh: ( أمينkabulkanlah) Table pembagian isim fi’il: NO
ISIM FI’IL
CONTOH
1
Isim fi’il mad}i
2
Isim fi’il mudlori
أف
3
Isim fi’il amr
أمين
هيهات
MABNI dan MU’ROB MABNI (TETAP) DAN MU’ROB (YANG BERUBAH) Mabni adalah kalimat (kata) yang keadaan akhirnya tetap dan tidak berubah sekalipun dimasuki oleh amil (penyuruh). Contoh: ( أسخخلمmasuk islam). Selamanya huruf mim ( ) مpada kata أسخخلم berharokat fathah () م. Meskipun didahului oleh kalimat yang lain maka huruf mim ( ) مpada kata أسلمtidak akan berubah harokat. Contoh: ( قد أسلم أمسdia telah masuk islam kemaren). Mu’rob adalah kalimat yang keadaan akhirnya berubah karena ada amil (penyuruh), baik dalam keadaan rofa’, nashob, jer, atau jazm. Contoh: kata القمرpada ( القمر جميلbulan itu indah). رأيت القمر (saya melihat bulan). ( وجهك كالقمرwajahmu seperti bulan). Harokat ro’ () رselalu berubah pada tiga contoh tersebut. yang pertama berharokat dommah ()ر, yang kedua berharokat fathah ()ر, yang ketiga berharokat kasroh ()ر. Kalimat yang akhirnya selalu berubah inilah yang disebut mu’rob. Amil dan Pembagiannya
Yang dimaksud Amil adalah kalimat yang memerintah kalimat lain agar berada dalam I’rob / keadaan tertentu. Sedangkan ma’mul adalah kalimat yang diperintah oleh ‘amil agar berada dalam I’rob / keadaan tertentu. Contoh: ( طلعخخخت الشخخخمسmatahari terbit). طلعخخختadalah mil yang memerintah الشمسberi’rob rofa’ ( رأيخخخت الشخخخمسsaya melihat matahari). رأيخخختadalah amil yang memerintah الشمسberi’rob nashob. ( يطير إلى الشمسdia akan terbang ke matahari). إلىadalah amil yang memerintah الشمسberi’rob jer. Amil dibagi menjadi 2: ‘Amil lafdzi (amil secara lafadz). Yaitu amil yang lafaznya tampak / jelas. Seperti kalimat fi’il (kata kerja) yang merofa’kan fa’ilnya (pelaku). Contoh: طلعت الشمس. Kalimat طلعتadalah fi’il yang merofa’kan ( الشمسfa’il) ‘Amil ma’nawi (amil secara makna). Yaitu amil yang lafaznya tidak tampak akan tetapi amil itu ada karena sebab-sebab tertentu. Amil ma’nawi ini dibagi 2: Amil ma’nawi tajarrudi (sepi). Yaitu amil yang memerintah fi’il mudlori’ -yang tidak didahului (sepi) amil nashob atau amil jazm - agar beri’rob rofa’. Contoh: ( يستقبل المسلمون القبلةorangorang muslim menghadap qiblat). Kalimat ( يسخختقبلsebagai ma’mul) I’robnya rofa’ karena ada amil yang memerintah. Amil tersebut disebut ma’nawi karena lafaznya tidak tampak. Amil ma’nawi ibtida’i (permulaan). Yaitu amil yang memerintah mubtada’ untuk beri’rob rofa’. Contoh: شروط الصخخلة البلخخوغ. (syaratny sholat adalah balig). Kalimat شخخروط (sebagai ma’mul) I’robnya rofa’ karena ada amil yang memerintah. Amil tersebut disebut ma’nawi karena lafaznya tidak tampak. Kalimat yang Mabni dan Mu’rab Mu’rob dan mabni ini merupakan hukum dari tiga kalimat (isim, fi’il, huruf). Rinciannya sebagi berikut: Fi’il (kata kerja). Rinciannya sebagai berikut: Fi’il mad}i (kata kerja lampau). Hukum dari fi’il mad}i adalah mabni (tetap). Artinya akhir kalimat fi’il mad}i selamanya tidak akan berubah sekalipun ada amil (penyuruh) atau bersambung dengan kalimat lain. Kemabnian fi’il mad}i ada 3: Fi’il mad}i yang bersambung dengan wawu jama’ ( و: wawu yang menunjukkan bahwa pelakunya adalah lakilaki banyak), maka hukumnya adalah mabni dlommah ( ). Contoh: 53
( فعلواmereka laki-laki telah bekerja). Jadi, لpada contoh diatas tetap berharokat dlommah ()ل dan tidak akan berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Fi’il mad}i yang bersambung dengan dlomir rofa’ mutaharrik [dlomir yang berharokat yang berada dalam keadaan I’rob rofa’ sebab menjadi fail (subyek/pelaku) atau naibul fa’il (pengganti subjek)], maka hukumnya mabni sukun ( ْ ). Contoh: ( فعلنmereka perempuan telah bekerja) ( فعلتkamu satu laki-laki telah bekerja) ( فعلتماkamu dua laki-laki telah bekerja) ( فعلتمkamu banyak laki-laki telah bekerja) ( فعلتkamu satu perempuan telah bekerja) ( فعلتماkamu dua perempuan telah bekerja) ( فعلتنkamu banyak perempuan telah bekerja) ( فعلتsaya telah bekerja) ( فعلناkami telah bekerja) Jadi, لpada contoh diatas tetap berharokat sukun ()ل dan tidak akan berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Fi’il mad}i yang tidak bersambung dengan wawu jama’( ) و atau dlomir rofa’ mutaharrik ( تdan lainnya), maka hukumnya mabni fathah ( َ ). Contoh: ( فعلdia satu laki-laki telah bekerja) ( فعلdia dua laki-laki telah bekerja) ( فعلتdia satu perempuan telah bekerja) ( فعلتاdia dua perempuan telah bekerja) Jadi لpada contoh diatas tetap berharokat fathah ()ل dan tidak akan berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Fi’il amr (kata kerja perintah). Fi’il amr hukumnya mabni. Kemabnian fi’il amr ada 3: Fi’il amr yang bersambung dengan alif tasniah ( ا: alif yang menunjukkan arti dua), wawu jama ( و: wawu yang menunjukkan arti banyak), atau ya’ muannas mukhotobah (ي: ya’ yang menunjukkan arti perempuan yang diajak bicara), maka hukumnya adalah mabni membuang nun ()ن. Contoh:
أفعل
(bekerjalah kamu dua orang laki-laki)
asalnya
أفعلن ( أفعلواbekerjalah kamu banyak laki-laki)
asalnya
أفعلون ( أفعليbekerjalah kamu satu perempuan) asalnnya أفعلين ( أفعلbekerjalah kamu dua orang laki-laki / perempuan) asalnya ن أفعل Jadi, نpada contoh diatas tetap dibuang selamanya ()ن dan tidak mungkin berubah (nunnya kembali lagi) sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Fi’il amr yang berupa fi’il amar shohih akhir (huruf akhir tidak berupa huruf illat yang 3, alif, wawu, ya’ / , و,\ى ا )يdan tidak bersambung dengan alif tasniyah ) )ا, wawu jama()و, dan ya’ muannas mukhotobah ( )ي, maka hukumnya mabni sukun (ْ ). Contoh:
( أفعلbekerjalah kamu satu orang laki-laki) ( أفعلنbekerjalah kamu banyak perempuan) Jadi, لpada contoh diatas tetap berharokat sukun ()ل
dan tidak mungkin berubah sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain Fi’il amr yang berupa fi’il amar mu’tal akhir (huruf akhir berupa salah satu huruf illat yang tiga, alif, wawu, ya’ / ي, و,\ )ى اdan tidak bersambung dengan alif tasniyah )ا ), wawu jama ()و, dan ya’ muannas mukhotobah ()ي, maka hukumnya mabni membuang huruf illat. Contoh: ( إسعberjalanlah) asalnya إسعى ( أدعajaklah) asalnya أدعو إرم (lemparlah) asalnya إرمي Jadi ketiga huruf illat (alif, wawu, ya’ / ي, و,\ )ى اpada tiga contoh diatas tetap dibuang dan tidak bisa berubah (ditampakkan kembali) sekalipun sudah dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Fi’il mudlori’ (kata kerja yang bermakna sedang/akan). Hukum asal dan hukum fi’il mudlori secara umum adalah mu’rob. Akan tetapi dalam keadaan tertentu hukumnya menjadi mabni. Rinciannya sebagi berikut: Fi’il mudlori’ yang bersambung dengan nun taukid ( ن:nun yang bermakna kesungguhan/penguat), maka hukumnya mabni fathah ( َ ). Contoh:
تفعلن
(kamu benar-benar akan bekerja), I’rob rofa’ لن تفعلن (kamu benar-benar tidak akan bekerja), I’rob nashob لم تفعلن (kamu benar-benar tidak akan bekerja), 55
I’rob jazm jadi, لpada ketiga contoh diatas tetap berharokat fathah ( )لdan tidak bisa berubah sekalipun sudah dimasuki amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Fi’il mudlori’ yang bersambung dengan nun jama’ inas ( ن: nun yang menunjukkan arti perempuan banyak), maka hukumnya menjadi mabni sukun ( ْ ). Contoh: يفعلن (dia perempuan akan bekerja), I’rob rofa’ لن يفعلن (dia perempuan tidak akan bekerja), I’rob nashob لم يفعلن (dia perempuan akan bekerja), I’rob jazm Jadi, لpada ketiga contoh diatas tetap berharokat sukun ( )لdan tidak bisa berubah sekalipun sudah dimasuki amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Fi’il mudlori’ yang tidak bersambung dengan nun taukid atau nun niswah, maka hukumnya adalah mu’rob. Contoh: يفعل (dia satu laki-laki sedang bekerja), I’rob rofa’ لن يفعل (dia satu laki-laki tidak akan bekerja), I’rob nashob لم يفعل (dia satu laki-laki tidak bekerja), I’rob jazm Jadi, لpada ketiga contoh diatas tidak tetap dan selalu berubah sesuai dengan tuntutan amil (penyuruh). Ketika tidak ada لنdan لم, harokat لadalah dlommah ()ل. Tapi ketika didahului لنmaka harokat lam adalah fathah ()ل. Ketika didahului لم, maka harokat lam adalah sukun ()ل. Huruf (kata sambung). Hukum huruf adalah mabni selamanya. contoh: ( عنdari). Harokat نselamanya tetap sukun ( )نdan tidak akan berubah sekalipun dimasuki oleh amil (penyuruh) atau didahului oleh kalimat lain. Isim (kata benda). Hukum asal dan hukum isim secara umum adalah mu’rob. Akan tetapi dalam keadaan tertentu hukium isim menjadi mabni. rinciannya sebagi berikut: Isim yang menyerupai huruf hukumnya mabni. Keserupaan isim dengan huruf (yang menyebabkan isim menjadi mabni) ada dalam 4 hal: Dari segi bentuknya. Jumlah huruf hujaiyah pada kalimat huruf paling banyak adalah 2 huruf. Sedangkan jumlah huruf hijaiyah pada kalimat isim paling sedikitnya
adalah 3 huruf. Jika ada kalimat isim yang jumlah huruf asalnya kurang dari 3 huruf (1 atau 2 huruf), maka kalimat isim itu hukumnya mabni, karena menyerupai huruf. Contoh: ( تsaya). تadalah isim dlomir yang bentuknya menyerupai bentuk huruf (seperti ب (dengan), yaitu kalimat huruf yang hanya satu huruf). ت selamanya tidak akan berubah. Tapi jika ada kalimat isim yang huruf asalnya adalah 3 huruf, lalu dibuang 1 huruf karena alasan tertentu sehingga menjadi 2 huruf, maka isim tersebut hukumnya I’rob. Contoh: ( يدtangan). Asalnya يدي Dari segi artinya. Setiap huruf memiliki maknanya masingmasing, seperti hal (هلapakah) yang bermakna istifham (pertanyaan). Jika ada kalimat isim yang mempunyai makna sama dengan huruf, maka isim tersebut hukumnya mabni. Seperti isim syarat (kata syarat), isim istifham (kata pertanyaan), isim isyaroh (kata petunjuk). Contoh: ( كمberapa). كخخمadalah isim istifham yang menyerupai huruf istifham yaitu أ/ hamzah (apakah). Oleh karena itu كخخمselamanya tidak akan berubah. Dari segi butuh pada kalimat yang lain, seperti isim maushul (kata sambung) dan isim dzorof (kata keterangan waktu/tempat). Contoh: ( الخخذيyang). الخخذي adalah isim maushul yang butuh pada shilah dan ‘aid. الذيini menyerupai huruf yang butuh pada kalimat lain agar bisa dipahami secara sempurna. Kata الخخخذي selamanya tidak akan berubah Dari segi penggunaanya, yaitu bisa memerintah (menjadi amil) atapi tidak bias diperintah (menjadi ma’mul), seperti isim fi’il (isim yang bermakna fi’il). Contoh: صه. (diamlah). صخخخخخهini adalah isim fi’il. صخخخخخهbisa mempengaruhi keadaan I’rob kalimat isim,sedangkan kalimat lain tidak bisa mempengaruhi kalimat صه. صه ini sama dengan huruf seperti kalimat إلىyang bisa menjadikan kalimat isim setelahnya beri’rob jer. Sedamgkan kalimat lain tidakbisa merubah kaliamt إلى. Macam Isim Mabni Kesimpulannya adalah bahwa isim-isim yang mabni ada 6 macam: Isim dlomir (kata ganti). Contoh: ت Isim isyaroh (kata petunjuk). Contoh: ذلك Isim syarat (kata syarat). Contoh: من Isim fi’il (kata benda bermakna kerja). Contoh: صه Isim maushul (kata sambung). Contoh: الذي 57
Isim istifham (kata tanya). Contoh: كم Isim yang tidak menyerupai huruf hukumnya mu’rob. Selain 6 macam isim mabni diatas hukumnya adalah mu’rob. Contoh: ( قام زيدzaid berdiri) : i’rob rofa’ رأيت زيدا (saya melihat zaid) : i’rob nashob ( مررت بزيدsaya bertemu zaid) : i’rob jer Jadi, harokat دpada زيدdi 3 contoh diatas selalu berubah sesuai amil yang memerintah. Dalam keadaan I’rob rofa’ berharokat dlommah ()د, dalam keadaan I’rob nashob berharokat fathah ()د, dalam keadaan I’rob jer berharokat kasroh ()د.
Tabel kalimat berikut: N O 1
KALIMAT
Fi’il
Mad}i
yang
mabni
dan
mu’rab
RINCIAN Bersambung dengan wawu jama’ ()و Bersambung dengan
sebagai
HUKUM mabni dlommah (ُ) mabni sukun
CONTO H
فعلوا فعلن
Amr
Mud}ari’
2
3
dlomir rofa’ (ْ) mutaharrik Tidak bersambung dengan wawu jama’ mabni fathah فعل & d}amir rofa’ ( َ) mutaharrik Bersambung dengan mabni alif tasniah, wawu أفعل membuang jama, atau ya’ muannas nun ()ن mukhatabah Shohih akhir dan tidak bersambung dengan alif tasniyah, mabni sukun (ْ أفعل ) wawu jama, ya’ muannas mukhotobah. Mu’tal akhir dan tidak bersambung mabni dengan alif tasniyah, إسع membuang wawu jama, ya’ huruf illat muannas mukhotobah. Bersambung dengan mabni fathah تفعلن nun taukid ( َ) Bersambung dengan mabni sukun (ْ يفعلن nun jama’ inas ) Tidak bersambung يفعل dengan nun taukid mu’rab atau nun niswah.
Huruf
Isim
Yang serupa dengan huruf (ada 6: isim d}amir, isyarah, syarat, maus}ul, fi’il, istifham,) Tidak serupa dengan huruf (selain yang 6)
Mabni
عن
Mabni
ت
Mu’rab
زيد
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat dibagi menjadi dua: Kalimat mabni, yaitu: Semua fi’il mad}i Semua fi’il amr Fi’il mudlori’ yang bersambung dengan nun taukid atau bersambung dengan nun niswah Semua kalimat huruf Kalimat isim yang serupa dengan kalimat huruf 59
Kalimat mu’rob, yaitu: Kalimat fi’il mudlori’ yang tidak bersambung dengan nun taukid atau bersambung dengan nun niswah Kalimat isim yang tidak serupa dengan huruf
I’ROB (PERUBAHAN) I’rob adalah berubahnya akhir kalimat (baik harokat atau hurufnya yang berubah) yang disebabkan oleh masuknya amilamil yang berbeda-beda, baik perubahan itu tampak atau tidak tidak tampak (kira-kira). Contoh: Contoh perubahan yang tampak berupa harokat: بلغ عفيف (afif sudah balig). I’rob rofa’ ( إخترت عفيفا كالرئيسsaya memilih afif sebagai ketua). I’rob nashob مررت بعفيف (saya bertemu afif). I’rob jer Harokat فdiakhir kalimat pada kata عفيخخفselalu berubah sesuai dengan perintah amil. (ب/ إخترت/ )بلغ. Pada I’rob rofa’ berharokat dlommah()ف, pada I’rob nashob berharokat nashob ()فا, pada I’rob jer berharokat kasroh () ف Contoh perubahan yang tampak berupa huruf ( تصلي المرأتانdua orang perempuan sedang sholat), I’rob rofa’ ( رأيت المرأتينsaya melihat dua orang perempuan), I’rob nashob مررت با المرأتين (saya bertemu dengan dua orang perempuan), I’rob Jer Pada ketiga contoh diatas, keadaan akhir kalimat المرأتخخان mengalami perubahan huruf yang tampak. Pada I’rob rofa’ menggunakan alif ()المرأتخخخان, pada I’rob nashob dan jer menggunakan ya ()المرأتين Contoh perubahan yang tidak tampak (kira-kira): جاء مصطفى (mustofa datang), I’rob rofa’ طلبت مصطفى (saya mencari musthofa), I’rob nashob تيممت مع مصطفى (saya berteyammum bersama mustofa), I’rob jer Pada ketiga contoh diatas, keadaan akhir kalimat مصخخطفى secara tampak tidak mengalami perubahan (tetap). Akan tetapi sebenarnya keadaan akhir kalimat مصطفىitu berubah secara kira-kira saja. Jadi, keadaan akhir kalimat مصخخطفى berubah sesuai dengan tuntutan amil. Macam Kalimat Mu’rob Kesimpulannya, bahwa kalimat mu’rob (kalimat yang akhirnya bisa berubah) adalah: Semua kalimat isim (yang tidak serupa dengan huruf) Fi’il mudlori’ (yang tidak bersambung dengan nun taukid atau nun niswah). Akan tetapi perubahan itu dibagi menjadi dua, adakalnya secara tampak dan adakalnya hanya secara kira-kira. Rinciannya sebagai berikut: 61
Jika huruf akhir kalimat mu’rob (isim dan fi’il mudlori’) berupa huruf illat alif (ى/ )ا, maka semua tanda I’robnya (perubahannya) tidak tampak dan harus dikira-kira pada alif ( ا ى/). contoh: جاءمصطفي (mustofa datang), I’rob rofa’ طلبت مصطفى (saya mencari musthofa), I’rob nashob تيممت مع مصطفى (saya bertayammum bersama mustofa), I’rob jer Pada ketiga contoh diatas, keadaan akhir kalimat مصخخطفى secara tampak tidak mengalami perubahan (tetap). Akan tetapi sebenarnya keadaan akhir kalimat musthofa itu berubah secara kira-kira saja, yaitu dengan tanda alif ()ى. Hal ini dikecualikan pada fi’il mudlori’ pada waktu I’rob jazm, maka tanda I’robnya tidak dikira-kira, tapi tampak yaitu membuang hurur illat. Contoh: ( لن يخشdia tidak takut) asalnya لن يخشي Jika huruf akhir kalimat mu’rob berupa huruf illat wawu atau ya’ / ي,و, maka tanda I’robnya maka: Dalam keadaan I’rob rofa’ dan jer tandanya adalah dikira-kira pada huruf wawu atau ya’ / ي,و. Contoh: ( هو ينوي الصلةdia berniat sholat). Kata ينويtanda I’rob rofa’nya dikira-kira pada ya’ ()ي Dalam keadaan I’rob nashob, tandanya adalah tampak (tidak dikira-kira), yaitu dengan fathah ( َ ) . Contoh: أن ينوي الصلة (harus berniat sholat). Kata ينخخوي, tanda I’robnya tampak yaitu dengan fathah ( ) ينوي Jika huruf akhir kalimat mu’rob berupa ya’ mutakallim (ي: ya’ yang menunjukkan kepemilikan saya), maka tanda I’rob rofa’, nashob, dan jernya tidak tampak, tapi dikira-kira pada huruf sebelum ya’ mutakallim yang berharokat kasroh. Contoh: ( مسخخحت شخخعريsaya mengusap rambutku). Kata شخخعريtanda I’robnya dikira-kira pada pada kasroh ( ) ر Semua kalimat mu’rob yang huruf akhirnya bukan merupakan huruf illat (alif, wawu, ya’ / ي, و,\ )ى اatau bukan berupa ya’ mutakallim sebagaimana keterangan diatas, maka tanda I’robnya adalah tampak. Contoh: ( سخخخمعت قخخخارئ القخخخرأنsaya mendengan orang yang membaca alqur’an). Kata قخخخارئ tandanya adalah tampak, yaitu menggunakan fathah ()ئ Macam-Macam I’rob dan Tandanya I’rob ada empat macam: Rofa’ (tinggi) Tanda-tanda I’rob rofa’ ada 4, yaitu: Dlommah ( ُ ). Contoh: ( يركخخع محمخخدMuhammad sedang ruku’). محمد, tanda I’rob rofa’nya adalah dlommah ( ) د Wawu ( ) و. Contoh: ( يسجد المسلمونorang-orang muslim sedang
bersujud). المسلمون, tanda I’rob rofa’ nya dengan wawu ()و Alif ( يكخخبر المسخخلمان.( ( اdua orang muslim sedang bertakbir). المسلمان, tanda I’rob rofa’nya adalah alif ( ) ا Tetapnya nun ( هخخم يجلسخخون.(( نmereka sedang duduk). يجلسخخون, tanda I’rob rofa’nya dengan nun yang tetap dan tidak dibuang ()ن Nashob (lurus) Tanda-tanda I’rob nashob ada 5, yaitu: Fathah ( َ ). Contoh: ( هي تسخختر العخخورةdia perempuan menutupi aurotnya). العورة, tanda I’rob nashobnya dengan fathah () ة Alif ( ) ا. Contoh: ( هو يضرب أخاكdia memukul saudaramu). أخاك, tanda I’rob nashobnya dengan alif ( ) ا Kasroh (ِ ). Contoh: ( رأيخخت مسخخلماتsaya melihat para wanita muslim). مسلمات, tanda I’rob nashobnnya dengan kasroh ( ت ) Ya’ ()ي. Contoh: ( صليت ركعتينsaya sholat dua roka’at). ركعتين, tanda I’rob nashobnya dengan ya’ ()ي Terbuangnnya nun () ن. Contoh: ( المسخخافرون لخخم يصخخومواorangorang yang bepergian itu tidak berpuasa). يصخخوموا, tanda I’rob nashobnya adalah membuang huruf ن, asalnya يصومون. Jer / khofad (rendah) Tanda-tanda I’rob jer ada 3: Kasroh ( ِ ). Contoh: ( خمسة أوقاتlima waktu). أوقات, tanda I’rob jernya dengan kasroh ( )ت. Ya’ ()ي. Contoh: ( مررت بالمسخخلمينsaya bertemu dengan orangorang muslim). المسلمين, tanda I’rob jernya dengan ya’ ()ي Fathah ( َ ). Contoh: ( مخخررت بأحمخخدsaya bertemu dengan ahmad). أحمد, tanda I’rob jernya dengan fathah ( ) د Jazm (putus) Tanda-tanda I’robnya ada 3 Sukun ( ْ ). Contoh: ( هخو لخم يجهخر صخوتهdia tidak mengeraskan suaranya). Membuang huruf illat (wawu و, alif ا\ى, ya’)ي. Contoh: هو لم يزك (dia tidak berzakat). يخخزك, tanda I’rob jazmnya adalah membuang huruf illat (ya’)ي. Asal dari يزكadalah يزكي Membuang nun ن. Contoh: ( هم لم يدعواmereka tidak berdoa). يخخخدعوا, tanda I’rob jernya dengan membuang nun ن. Asalnya adalah يدعون. Tabel pembagian i’rab dan tandanya: 63
N O
I’RAB
1
Rafa’
TANDA Dlommah ( ُ )
3
Nashab
Jer / khafad}
يسجد المسلمون
Alif ( ) ا
يكبر المسلمان
Jazm
هم يجلسون
Fathah ( َ )
هي تستر العورة
Alif ( ) ا.
هو يضرب أخاك
Kasroh (ِ )
رأيت مسلمات
Ya’ ()ي
صليت ركعتين
Terbuangnnya nun (ن )
المسافرون لم يصوموا
Kasroh ( ِ )
خمسة أوقات
Ya’ ()ي
4
يركع محمد
Wawu ( ) و
Tetapnya nun ()ن 2
CONTOH
مررت بالمسلمين
Fathah ( َ )
مررت بأحمد
Sukun ( ْ )
هو لم يجهر صوته
Membuang huruf illat (wawu و, alif ا\ى, ya’ )ي Membuang nun ن
هو لم يزك هم لم يدعوا
Tanda I’rob Fi’il Mud}a>ri’ Rinciannya sebagaimana berikut: Fi’il mudlori’ yang tidak bersambung dengan nun taukid (ن: Nun yang berfungsi mengokohkan) dan nun niswah (ن: Nun yang menunjukkan perempuan). Fi’il mudlori ini masuk pada I’rob rofa’, nashob, dan jazm. Tanda-tanda I’robnya sebagai berikut: Af’alul khomsah (fi’il-fi’il yang lima), yaitu fi’il mudlori’ yang bersambung dengan alif tasniyah ( ا: alif yang bermakna dua), wawu jama’ ( و: wawu yang bermakna laki-laki banyak), atau ya’ muannas mukhotobah ( ي: ya’ yang bermakna perempuan yang diajak bicara), maka tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah tetapnya nun ()ن. Contoh: ( هم ينظفون المسجدmereka laki-laki membersihkan masjid) ( هما ينظفان المسجدmereka berdua membersihkan masjid)
( أنت تنظفين المسجدkamu perempuan membersihkan masjid) نdiakhir kata تنظفيخخن, ينظفان,ينظفون, di tiga contoh diatas tetap ada dan tidak dibuang. Tetapnya nun ( )نinilah yang menjadi tanda af’alul khomsah Nashob, tandanya adalah dibuangnya nun ()ن. Contoh: هم لن ( ينظفخخوا المسخخجدmereka tidak akan membersihkan masjid). Asalnya adalah ينظفون. Lalu dalam keadaan nashob nunnya dibuang ( )نsebagai tanda I’rob Jazm, tandanya adalah dibuangnya nun ()ن. Contoh: هم لم ينظفوا ( المسجدmereka tidak membersihkan masjid). Asalnya adalah ينظفخخون. Lalu dalam keadaan jazm nunnya dibuang () ن sebagai tanda I’rob Fi’il mudlori’ shohih akhir (yaitu fi’il mudlori’ yang huruf akhirnya tidak berupa salah satu huruf illat yang tiga, wawu () و, alif ()ا\ى, ya ( ))’ يyang tidak berupa af’alul khomsah (fi’il-fi’il yang lima). Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah ( ُ ) yang tampak. Contoh: ( يرتفعnaik) Nashob, tandanya adalah fathah ( َ ) yang tampak. Contoh: لن ( يأمرtidak memerintah) Jazm, tandanya adalah sukun ( ْ ) yang tampak Contoh: لم يخالف ( dia tidak membelakangi) Fi’il mudlori’ mu’tal akhir bilalif (yaitu fi’il mudlori’ yang huruf akhirnya berupa huruf illat alif ) yang tidak berupa af’alul khomsah. Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah ( ُ ) yang dikira-kira pada alif () ا\ى. Contoh: ( يخشىdia takut) Nashob, tandanya adalah fathah ( َ ) yang dikira-kira pada alif () ا\ى. Contoh: ( لن يخشىdia tidak akan takut) Jazm, tandanya adalah membuang huruf illat alif () ا\ى. Contoh: ( لم يخشtidak takut). Asalnya adalah يخشى
65
Fi’il mudlori’ mu’tal akhir bil wawu (yaitu fi’il mudlori’ yang huruf akhirnya berupa huruf illat wawu ) yang tidak berupa af’alul khomsah. Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah ( ُ ) yang dikira-kira pada wawu () و. Contoh: ( يدعوberdoa/memanggil) Nashob, tandanya adalah fathah ( َ ) yang tampak. Contoh: لن ( يدعوtidak akan berdoa) Jazm, tandanya adalah membuang huruf illat wawu. Contoh: لم ( يدعtidak berdoa). Asalnya adalah lam يدعو Fi’il mudlori’ mu’tal akhir bilya’ (yaitu fi’il mudlori yang huruf akhirnya berupa huruf illat ya’ )يyang tidak berupa af’alul khomsah. Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah ( ُ ) yang dikira-kira pada ي. Contoh: ( يكفيcukup) Nashob, tandanya adalah fathah yang tampak ( َ ). Contoh: لن ( يكفيtidak akan cukup) Jazm, tandanya adalah membuang huruf illat ya ()ي. Contoh: ( لم يكفtidak cukup). Asalnya يكفي. Tabel tanda i’rab fi’il mud}ari’ sebagai berikut: N O
JENIS FI’IL MUD}ARI’
TANDA I’RAB Rafa’
1
2
3
4
Af’alul khomsah
Shohih akhir dan tidak berupa af’alul khomsah Mu’tal akhir bil alif dan tidak berupa af’alul khomsah
Mu’tal akhir bil wawu dan tidak berupa af’alul khomsah
Nas}ab
tetapnya nun dibuangnya (contoh: nun )ينظفون (contoh:لخخخخخخخخخخن )ينظفوا da}mmah ( fathah ( َ ) ) (contoh: لخخخخخن (contoh: )يأمر )يرتفع dlommah ( ُ ) fathah ( َ ) yang dikira- yang dikirakira pada alif kira pada alif (contoh: (contoh: لخخخخخن )يخشى )يخشى
Jazm dibuangnya nun (contoh: لم
)ينظفوا sukun (
ْ )
(contoh:
لخخخخخم
)يخالف membuang huruf illat alif
() ا\ى. (contoh: لم
)يخش
dlommah ( ُ ) fathah ( َ ) membuang yang dikira- (contoh: لن يخخدعوhuruf illat kira pada ) wawu. wawu .
(contoh:) يدعو
(contoh: لم يخخدع
) 5
Mu’tal akhir bil ya’ dlommah ( ُ ) fathah ( َ ). membuang dan tidak berupa yang dikira- (contoh: لخخخخخنhuruf illat ya ( af’alul khomsah kira pada ya’ )يكفي )ي. (contoh: لم (contoh: )يكفي
) يكف
Tanda I’rab Isim Isim yang tidak serupa dengan huruf. Isim ini masuk pada I’rob rofa, nashob, dan jer. Tanda-tanda I’robnya sebagai berikut: Isim ghoiru munshorif (kata benda yang tidak bisa bertanwin). Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah yang tampak ( ُ ). Contoh: ( يخطب أحمدahmad sedang berkhutbah) Nashob, tandanya adalah fathah yang tampak ( َ ). Contoh: رأيت أحمدahmada (saya melihat ahmad) Jer, tandanya adalah fathah yang tampak ( َ ) . Contoh مررت ( بأحمدsaya bertemu ahmad) Isim mufrod yang munshorif (kata benda tunggal yang bisa bertanwin / isim mufrod selain isim ghoiru munshorif). Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah yang tampak ( ُ ). Contoh: نزل ( غيثhujan turun) Nashob, tandanya adalah fathah yang tampak ( َ ). Contoh: ( رأيت غيثاsaya melihat hujan) Jer, tandanya adalah kasroh yang tampak ( ِ ). Contoh: مسست ( قطرالغيثsaya menyentuh tetesan hujan) Isim tasniyah (kata benda bermakna dua). Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah alif ( ) ا. Contoh: ( يصوم المسلمانdua orang muslim itu sedang berpuasa) Nashob, tandanya adalah ya ()ي. Contoh: ( أمخخرت المسخخلمينsaya memerintah dua orang muslim) Jer, tandanya adalah ya’ ()ي. Contoh: ( مخخررت بالمسخخلمينsaya bertemu dengan dua orang muslim) Jama’mudzakkar salim (kata benda yang bermakna lakilaki banyak). Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah wawu ( ) و. Contoh: ( قام الحاضرونorangorang hadir itu berdiri) Nashob, tandanya adalah ya’ ()ي. Contoh: ( رأيت الحاضرينsaya melihat orang-orang yang hadir) 67
Jer, tandanya adalah ya’ ()ي. Contoh: ( مخخررت بالحاضخخرينsaya bertemu dengan orang-orang yang hadir) Jama’ muannas salim (kata benda banyak yang bermakna perempuan banyak). Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah yang tampak ( ُ ). Contoh: ( تستقبل المسلمات القبلةpara muslimah itu menghadap qiblat). Nashob, tandanya adalah kasroh yang tampak ( ِ ). Contoh. ( تركت المسلمات في المسجدsaya meninggalkan para muslimah di masjid). Jer, tandanya adalah kasroh yang tampak (ِ ) . Contoh: مررت ( بالمسلماتsaya bertemu dengan para muslimah) Jama’ taksir munshorif (kata benda bermakna banyak yang bisa menerima tanwin / selain isim ghoiru munshori). Tandanya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah yang tampak ( ُ ). Contoh: ( فروض الوضوء ستةfardlu-fardlunya wudu’ ada 6) Nashob, tandanya adalah fathah yang tampak ( َ ). Contoh: أحفظ ( فروض الوضوءsaya sedang menghafal fardu-fardunya wudu’) Jer, tandanya adalah kasroh yang tampak ( ِ ). Contoh: النية من ( فروض الوضوءniat termasuk fardu-fardunya wudu’) Isim maqshur (kalimat isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat alif ()ا\ى. Tanda I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah ( ُ ) yang dikira-kira pada alif ()ا \ ى. Contoh: ( اليد اليمنىtangan yang kanan) Nashob, tandanya adalah fathah ( َ ) yang dikira-kira pada alif ( )ا \ى. Contoh: ( قدمت اليد اليمنىsaya mendahulukan tangan yang kanan) Jer, tandanya adalah kasroh ( ِ ) yang dikira-kira pada alif ( \ ا )ى. Contoh:( خيخخر مخخن اليخخد السخخفلىlebih baik dari tangan yang bawah) Isim manqus (kalimat isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat ya’ ())ي. Tandanya I’robnya adalah: Rofa’, tandanya adalah dlommah ( ُ ) yang dikira-kira pada ya’ ( )ي. Contoh: ( الصبي يبكىbayi itu menangis) Nashob, tandanya adalah fathah yang tampak ( َ ). Contoh: ( رأيت الصبيsaya melihat bayi) Jer, tandanya adalah kasroh yang dikira-kira pada ya’ ()ي. Contoh: ( بول الصبي نجسkencing bayi itu najis) Asma’ul khomsah (isim-isim yang lima), yaitu lafaz أب (ayah), ( أخsaudara laki-laki), ( حمpaman), ( فمممmulut), ذو (yang mempunyai). Tanda I’robnya adalah:
Rofa’, tandanya adalah wawu ()و. Contoh: ( يأكل أبوك الرزayahmu makan nasi) Nashob, tandanya adalah dengan alif ( ) ا. Contoh: إن أباك يشرب ( الماءsesungguhnya ayahmu minum air) Jer, tandanya adalah ya’()ي. Contoh: ( أذهخخب إلخخى إدارة أبيخخكsaya pergi ke kantor ayahmu). Keterangan: tidak semua isim-isim yang lima diatas di’irob menggunkan tanda wawu ( )وketika rofa, alif ( ) اketika nashob, ya’( )يketika jer. Akan tetapi ada syarat-syarat yang harus terpenuhi agar isim-isim yang lima dii’rob dengan menggunakan tanda wawu ()وketika rofa, alif ( ) اketika nashob, ya’ ()يketika jer sebagaimana keterangan diatas. Syaratnya adalah: Asma’ul khomsah harus berbentuk mufrod (tidak boleh berbentuk tasniyah atau jama’) Asma’ul khomsah harus dimudlofkan (disandarkan/disambungkan) dengan kalimat lain selain ya’ mutakallim (ي: ya’ yang bermakna milik saya) Asma’ul khomsah tidak boleh dishighot tasghir (dibentuk kecil), yaitu tidak mengikuti wazan فعيعيل/ فعيعل/ فعيل. Khusus asma’ul khomsah berupa م, فمlafad فمharus dibuang. Contoh: ( فوكmulutmu) Khusus asma’ul khomsah berupa ذو, harus bermakna yang memiliki. Jika salah satu dari syarat ini tidak dipenuhi, maka tanda I’robnya tidak menggunkan wawu ( ) وketika rofa’, alif ( ) ا ketika nashob, ya’ ( ) يketika jer. Akan tetapi tandanya sesuai dengan bentuk kalimatnya, seperti jika berupa isim mufrod, maka tandanya adalah dlommah ( ُ ) ketika rofa’, fathah ( َ ) ketika nashob, kasroh ( ِ ) ketika jer. Begitu juga bentuk kalimat yang lain. Contoh. ( جاء البseorang ayah itu datang). البadalah salah satu dari asma’ul khomsah. Tapi tandanya adalah dlommah yang tampak ( )ب, bukan wawu () و, Karena kata البtidak disandarkan pada kalimat yang lain. Tabel tanda i’rab isim sebagai berikut: N O
JENIS KALIMAT ISIM
TANDA I’RAB Rafa’
1
Nas}ab
Jer
Isim ghairu dlommah ( ُ ). Fathah ( َ ). fathah ( َ ) . muns}arif Contoh: يخطخخخبContoh: رأيخخخختContoh مخخخررت 69
أحمد 2
أحمد
بأحمد
mufrod yang dlommah ( ُ ). fathah ( َ ). kasroh ( ِ ). munshorif Contoh: نزل غيثContoh: رأيت غيثاContoh: مسسخخت
قطرالغيث 3
Isim tasniyah
alif ( ) ا. ya ()ي. Contoh: ya’ ()ي. Contoh: أمرت المسلمين يصخخخخوم Contoh: مررت
المسلمان
4
Jama’mudzak kar salim
Wawu Contoh:
بالمسلمين ()و. ya’ ()ي. Contoh: ya’ ()ي.
رأيت الحاضرين قخخخخخخام
Contoh: مررت
الحاضرون 5
6
7
Jama’ muannas salim
بالحاضرين
dlommah ( ُ ). kasroh ( ِ ). Kasroh (ِ) . Contoh: تسخخختقبلContoh. تركخخخختContoh: مررت
المسلمات القبلة
المسلمات في المسجد
Jama’ taksir dlommah ( ُ ). fathah ( َ ). kasroh ( ِ ). munshorif Contoh: فخخخروضContoh: أحفخخخخظContoh: النية من Isim maqshur
الوضوء ستة
فروض الوضوء
فروض الوضوء
dlommah ( ُ ) yang dikira-kira pada alif ()ا \ ى. Contoh: اليد اليمنى
fathah ( َ ) yang dikira-kira pada alif ()ا \ى. Contoh: قدمت اليد
kasroh ( ِ ) yang dikirakira pada alif (
اليمنى 8
Isim manqus
Asma’ul khomsah
)ا \ ى. Contoh: خير من اليد السفلى
dlommah ( ُ ) fathah ( َ ). kasroh yang yang dikira-kira Contoh: رأيخخخختdikira-kira pada ya’ ()ي. الصبي pada ya’ ()ي. Contoh: الصخخخبي Contoh: بخخخخول
يبكى
9
بالمسلمات
الصبي نجس
wawu ()و. alif ( Contoh: يأكل أبوكContoh:
الرز
ا
إن أباك يشرب الماء
). ya’()ي. Contoh: أذهب
إلى إدارة أبيك
71
I’RAB ISIM Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa mu’rab (kalimat yang bisa di i’rab) ada dua, yaitu: Kalimat fi’il mud}ari’ (yang tidak bersambung dengan nun taukid atau nun niswah) dan kalimat isim (yang tidak serupa dengan huruf). I’rab yang masuk pada fi’il mud}ari’ ada 3, i’rab rafa’, nashab, dan jazm. Amil-amil yang memerintah fi’il mud}ari’ untuk beri’rab rafa’, nashab, atau jazm sudah dibahas pada bab i’rab fi’il mud}ari’. Kalimat isim (yang tidak serupa dengan huruf). I’rab yang masuk pada kalimat isim ada 3, i’rab rafa’, nashab, dan jer. Rinciannya sebagaimana berikut: Isim akan beri’rab rafa’ jika kedudukannya menjadi salah satu dari marfuat al-asma’ (isim-isim yang dibaca rofa) Isim akan beri’rab nashab jika kedudukannya menjadi salah satu dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) Isim akan beri’rab jer jika kedudukan isim menjadi salah satu dari mahfud}at al-asma’ (isim-isim yang dibaca jer) Tabel i’rab isim: N O
1
2
I’RAB ISIM
Marfuat alasma’ (isimisim yang dibaca rofa)
Mansubat alasma’ (isimisim yang dibaca nashab)
RINCIAN
CONTOH
1) fa’il. 2) naibul fa’il. 3) mubtada’. 4) khabar. 5) isim كخخخان dan saudaranya. 6) khabar أنdan saudaranya. 7) isim yang ikut pada isim yang dibaca rafa’ (Tawabi’)
السواك مستحب
1) dua maf’ul 2 .)ظن khabar كانdan saudara-saudaranya. 3) isim إن. Dan saudara-saudaranya. 4) maf’ul bih. 5) maf’ul ma’ah. 6) maf’ul liajlih. 7) masdar. 8) haal. 9) tamyiz. 10) zaraf. 11) Mustasna. 12. isim .ل 13) munada. 14) isim
والذي يوجب الغسل
3
Mahfud}at alasma’ (isimisim yang dibaca jer)
yang ikut pada isim yang dibaca nashab (Tawabi’) 1) isim yang dijerkan oleh huruf jer. 2) mud}af ilaih. 3) isim yang ikut pada isim yang dibaca jer (Tawabi’)
73
أركان الصلة ثمانية عشر ركنا
MARFUAT AL-ASMA’ (ISIM-ISIM YANG BERI’RAB RAFA’) Marfu’at al-asma’ adalah kalimat isim yang keadaannya beri’rab rafa’. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya menjadi salah satu dari marfuat al-asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab rafa’. Marfuat al-asma’ ada 7 macam, yaitu: 1) fa’il. 2) naibul fa’il. 3) mubtada’. 4) khabar. 5) isim كانdan saudaranya. 6) khabar أنdan saudaranya. 7) isim yang ikut pada isim yang dibaca rafa’ (Tawabi’) Contoh: ( السواك مستحبbersiwak itu disunnahkan). Lafaz السواكberi’rab rafa’ karena kedudukannya menjadi salah satu dari marfu’at alasma’, yaitu menjadi mubtada’. Kalimat isim yang kedudukannya menjadi mubtada’, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab rafa’. السخخخواكadalah isim mufrad, maka tanda i’rab rafa’nya adalah dlommah (lihat penjelasan tentang tanda-tanda i’rab). Maka cara membacanya السواك, huruf akhirnya berharokat dlommah ()ك. Rincian 7 macam marfuat al-asma’, sebagaimana berikut: FA’IL (PELAKU) Ciri-Ciri Fa’il: Cocok bermakna “siapa” atau “apa” Sebagai pelaku dari suatu pekerjaan Berada setelah fi’il ma’lum dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / dlomir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Contoh: ( ال نصر جاء إذا وapabila datang pertolongan Allah). Penjelasan Fa’il adalah isim yang dibaca rafa’ yang berada setelah fi’il mabni ma’lum atau setelah isim yang bisa beramal seperti fi’il mabni ma’lum. Jadi fa’il ini adalah pelaku (subyek) dari suatu pekerjaan . Contoh: contoh fa’il yang jatuh setelah fi’il mabni ma'lum: ( يعتكف الصائمorang yang berpuasa itu sedang beri’tikaf). الصائم kedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il mabni ma’lum, yaitu يعتكف. lafaz الصائمi’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi fa’il. Tanda fa’ilnya adalah dlommah karena الصخخائم adalah isim mufrad. الصائمadalah fa’il : sebagai ma’mul (yang diperintah) يعتكفadalah fi’il mabni ma’lum : sebagai amil (yang memerintah) contoh fa’il yang jatuh setelah isim yang bisa beramal seperti fi’il mabni ma’lum: ( هل طاهر الماءapakah air itu suci?). الماءkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari isim yang bisa beramal seperti fi’il mabni
ma’lum, yaitu طخخخخاهر. Lafaz المخخخخاءi’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi fa’il. Tanda fa’ilnya adalah dlommah karena الماءadalah isim mufrad. Keterangan: isim yang bisa beramal seperti fi’il mabni ma’lum ada 6, yaitu: Isim masdar (isim yang menunjukkan arti suatu peristiwa / kejadian dan tidak bersamaan dengan waktu). Contoh: ( يفرحني قيام الصلة الطلبpara murid yang mengerjakan sholat itu membuat saya bahagia). Jadi, الطلبkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari isim masdar, yaitu قيام Isim fa’il (subyek atau pelaku dari suatu pekerjaan). Contoh: ( أصائم صديقكapakah temanmu itu berpuasa?) Jadi, صخخديقkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari isim fa’il, yaitu: صائم Isim sifat musyabbihat (sifat yang bentuk lafaznya diambil dari fi’il mabni ma’lum (kata kerja yang pelakunya ada/diketahui) untuk menunjukkan suatu arti yang ada pada sesuatu yang disifati (maushuf). Contoh: محمخخد حسخخنة ( اخلقهmuhammad itu baik akhlaknya). Jadi, اخلقkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari isim fa’il, yaitu: حسنة Mubalaghoh isim fa’il (isim fa’il yang dipersangat). Contoh: ما ( كسول الطالبbetapa malasnya murid itu) Jadi, الطخخالبkedudukannya sebagai fa’il dari mubalaghoh isim fa’il, yaitu: كسول Isim tafdlil (isim yang bermkana paling / lebih). Contoh: رأيت ( رجل أحسخخخن شخخخعرهsaya melihat laki-laki yang rambutnya sangat bagus) Jadi, شعرkedudukannya sebagai fa’il dari isim tafdlil, yaitu:
أحسن Isim fi’il (isim yang bermakna pekerjaan). Contoh: هيهات الخنزير (babi itu sudah jauh. Jadi, الخنزيرkedudukannya sebagai fa’il dari isim fi’il, yaitu:
هيهات Macam-Macam Fa’il Ada dua pembagian fa’il, yaitu: Dilihat dari segi bentuknya, fa’il ada dua macam: fa’il muawwal (dita’wil / ditafsirkan) Yaitu fa’il yang berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh: ( يجخخخخوز أن يقتصرالسخخختنجاء علخخخى المخخخاءseseorang boleh beristinjak dengan air saja) jadi, أن يقتصرkedudukannya sebagai fa’il dari fi’il, yaitu يجوز. Lafaz أن يقتصرadalah fa’il berupa kalimat fi’il mud}ari’ yang 75
dita’wil masdar. Takwil dari أن يقتصرadalah ( القتصارbentuk isim masdar dari )يقتصر. Fa’il sarih (jelas) Yaitu fa’il yang bukan berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh: ( يتوضأ زيدzaid sedang berwudlu’). Jadi, زيدkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari kata kerja يتوضأ. Lafaz زيدadalah kalimat isim asli dan bukan kalimat yang dita’wil masdar. زيخخدi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi fa’il. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena زيدadalah isim mufrad. Dilihat dari segi jelas atau tidaknya, fa’il ada dua macam: Fa’il Isim zahir (isim yang tampak/bukan kata ganti) yaitu fa’il yang berupa isim zahir (isim yang tampak / bukan isim dlomir). Contoh: ( أسلم الكافرorang kafir itu masuk islam) الكخخافرkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il (kata kerja) أسلم. lafaz الكافرadalah fa’il berupa isim zahir (bukan isim dlomir). الكخخخخخافرi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi fa’il. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena الكافرadalah isim mufrad Isim dlomir (kata ganti) Yaitu fa’il yang berupa isim dlomir (kata ganti). Contoh: ( تكلمتsaya telah berbicara). تadalah fa’il (pelaku) dari fi’il (kata kerja) تكلخخم. Lafaz ت adalah fa’il berupa isim dlomir. Berbeda dengan fa’il isim zahir diatas, fa’il isim dlomir ini hukumnya mabni (huruf akhirnya tidak bisa berubah). Jadi selamanya harokat ت adalah dlommah, tidak akan bisa berubah. Isim dlomir yang kedudukannya menjadi fa’il ini dibagi menjadi 2, yaitu: Fa’il isim dlomir muttasil (bersambung) yaitu fa’il yang berupa isim dlomir yang bersambung dengan fi’ilnya. Contoh: ( سميتsaya membaca bismillah). Jadi, تkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il (kata kerja) سمي. Lafaz تadalah fa’il berupa isim dlomir muttasil karena تtersebut bersambung langsung dengan fi’ilnya ()سمي Rincian isim dlomir muttasil sebagai berikut: Fi’il Mad}i Mabni Fa’il isim Ma’lum mutashil
dlomir Arti isim mutashil
dlomir
( فعلtelah bekerja)
هوyang dikira-kira
dia satu laki-laki
فعل
( اalif)
Dia dua laki-laki
فعلوا
( وwawu)
Mereka laki-laki
فعلت
( هيyang dikira-kira)
Dia satu perempuan
فعلتا
( اalif)
Dia dua perempuan
فعلن
( نnun)
Mereka perempuan
فعلت
( تta’)
Kamu satu laki-laki
فعلتما
( تta’)
Kamu dua laki-laki
فعلتم
( تta’)
Kamu banyak lakilaki
فعلت
( تta’)
Kamu satu perempuan
فعلتما
( تta’)
Kamu dua perempuan
فعلتن
( تta’)
Kamu banyak perempuan
فعلت
( تta’)
Saya
فعلنا
( نnun)
kami
Fi’il Fa’il isim dlomir mud}ari’mabni muttasil ma’lum ( يفعخخخلsedang / akan هوyang dikira-kira bekerja) يفعلن ( اalif)
Arti
يفعلون
( وwawu)
Mereka laki-laki
تفعل
هىyang dikira-kira
Dia satu perempuan
تفعلن
( اalif)
Dia dua perempuan
يفعلن
( نnun)
Mereka perempuan
تفعل
أنتyang dikira-kira
Kamu satu laki-laki
تفعلن
( اalif)
Kamu dua laki-laki
تفعلون
( وwawu)
Kamu banyak lakilaki
تفعلين
( يya’)
Kamu satu 77
isim mutashil
dlomir
Dia satu laki-laki Dia dua laki-laki
perempuan
تفعلن
( اalif)
Kamu dua perempuan
تفعلن
( نnun)
Kamu banyak perempuan
افعل
أناyang dikira-kira
Saya laki-laki / perempuan
نفعل
نحنyang dikira-kira
Kami laki-laki / perempuan
Fi’il amr
Fa’il isim muttasil
( أفعلbekerjalah)
أنتyang dikira-kira
Kamu satu laki-laki
أفعل
( اalif)
Kamu dua laki-laki
أفعلوا
( وwawu)
Kamu banyak lakilaki
أفعلي
( يya’)
Kamu satu perempuan
أفعل
( اalif)
Kamu dua perempuan
أفعلن
( نnun)
Kamu banyak perempuan
dlomir Arti isim mutashil
dlomir
Fa’il isim dlomir munfasil (berpisah) yaitu fa’il yang berupa isim dlomir yang berpisah (tidak bersambung langsung) dengan fi’ilnya. Contoh: لم ينم إل ( أنتtidak tidur kecuali kamu) jadi, أنخختkedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il (kata kerja) ينم. Lafaz أنتadalah fa’il berupa isim dlomir munfasil karena أنتtersebut terpisah (tidak bersambung langsung) dengan fi’ilnya ()ينم. Rincian isim dlomir munfasil sebagaimana berikut: Fa’il isim dlomir munfasil
هو
Arti isim dlomir munfasil Dia satu laki-laki
Contoh
( لم يفعل إل هوtidak ada yang bekerja kecuali
dia satu laki-laki)
هما
Dia dua laki-laki
لم يفعل إل هما
هم
Mereka laki-laki
لم يفعل إل هم
هي
Dia satu perempuan
لم يفعل إل هي
هما
Dia dua perempuan
لم يفعل إل هما
هن
Mereka perempuan
لم يفعل إل هن
أنت
Kamu satu laki-laki
لم يفعل إل أنت
أنتما
Kamu dua laki-laki
لم يفعل إل أنتما
أنتم
Kamu banyak lakilaki Kamu satu perempuan Kamu dua perempuan Kamu banyak perempuan Saya laki-laki / perempuan Kami laki-laki / perempuan
لم يفعل إل أنتم
أنت أنتما أنتن أنا نحن
لم يفعل إل أنت لم يفعل إل أنتما لم يفعل إل أنتن لم يفعل إل أنا لم يفعل إل نحن
KETERANGAN Setiap fi’il (kata kerja), pasti ada fa’ilnya, Baik fa’ilnya tampak (berupa isim zahir atau dlomir bariz muttasil / munfasil), contoh: ( صخخخام زيخخخدzaid berpuasa). ( صخخخامfi’il) mempunyai fa’il, yaitu زيد. Jadi زيدkedudukannya sebagai fa’il yang tampak (kelihatan lafaznya), atau Fa’ilnya tidak tampak (berupa dlomir mustatir), contoh: زيد صام (zaid berpuasa). صامmempunya fa’il yang tidak tampak, tapi tersimpan. Fa’il yang tesimpan itu kira-kiranya adalah هو. Fa’il harus berada setelah kalimat fi’il. Contoh: ( صخخخام زيخخخدzaid berpuasa). ( زيدfa’il) berada setelah ( صخخامkalimat fi’il). Jika ada kalimat isim yang seakan-akan menjadi fa’il yang didahulukan dari fi’ilnya, maka kalimat tersebut bukan fa’il, akan tetapi kedudukannya menjadi mubtada’. Sedangkan fa’il dari fi’ilnya adalah berupa dlomir muttasil yang tersimpan. Contoh: ( زيد صامzaid berpuasa) . lafaz زيدkedudukannya adalah mubtada’, bukan fa’il. Sedangkan fa’il dari صامadalah berupa dlomir muttshil yang tersimpan kira-kiranya adalah ( هوdia lakilaki) Antara fi’il dan fa’ilnya harus sama dari segi muzakkar dan 79
muannasnya. Jadi, jika fi’ilnya muzakkar, maka fa’ilnya juga mudzkkar. Jika fi’ilnya muannas, maka fa’ilnya juga muannas. Sedangkan dari segi jumlahnya, fi’il dan fa’il tidak harus sesuai. Jadi, jika fi’ilnya adalah mufrad, maka fa’ilnya bisa saja mufrad, tasniyah atau jama’. Contoh: JENIS / JUMLAH
FI’IL
FA’IL
صام
المسلم
صام
المسلمان
Muzakkar / tasniyah
صام
المسلمون
Muzakkar / jama’
صامت
المسلمة
Muannas / mufrad
صامت
المسلمتان
Muannas / tasniyah
صامت
المسلمات
Muannas / jama’
Muzakkar / mufrad
Pada fi’il muta’addi (kata kerja yang butuh pada objek), pada dasarnya maf’ul (objek) itu berada setelah kalimat fi’il. Contoh: ( نعبد إياكkami menyembah kepada-MU). إياكadalah maf’ul (objek). Lafaz إياكberada setelah fi’ilnya, yaitu نعبد. Akan tetapi, maf’ul bisa saja berada sebelum fi’ilnya. Contoh: نعبد ( إيخخاكhanya kepada-MU kami menyembah) . lafaz إيخخاكsebagai maf’ul berada sebelum fi’ilnya, yaitu نعبد NAIBUL FA’IL (PENGGANTI FA’IL) Ciri-Ciri Naibul fa’il Cocok bermakna “siapa” atau “apa” Sebagai objek yang menempati posisinya subjek Berada setelah fi’il majhul dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / dlomir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Contoh: ( كفروا الذين لعنorang-orang yang kafir itu dilaknat). Penjelasan Naibul fail adalah isim yang dibaca rafa’, yang berada setelah fi’il mabni majhul / kata kerja pasif (fi’il yang tidak disebut fa’ilnya; penejelasan lebih rinci telah dibahas pada bab tentang pembagian kalimat fi’il) atau berada setelah isim yang bisa beramal seperti fi’il mabni majhul, yang mana isim ini mengganti kedudukan dari fa’il yang tidak disebutkan karena alasan-alasan tertentu. ( أكخخل الطعخخامmakanan itu telah dimakan). Lafaz الطعخخام kedudukannya sebaga naibul fa’il karena berada setelah fi’il mabni majhul, yaitu: أكخخل. Dan lafaz الطعخخامdisebut naibul fa’il karena kedudukan asalnya adalah maf’ul, lalu mengganti kedudukan fa’il yang tidak disebutkan.
Asal dari أكخخل الطعخخامadalah ( أكخخل الرجخخل طعامخخاlaki-laki itu makan makanan). Jadi الطعامyang kedudukannya sebagai naibul fa’il ini, asalnya berkedudukan sebagai maf’ul (objek) dari fi’il ()أكل. Lalu lafaz الرجلsebagai fa’il dibuang / tidak disebutkan dan diganti dengan lafaz الطعام. Jadi الطعخخامyang asalnya adalah maf’ul, lalu menjadi na’ibul fa’il setelah fa’ilnya dibuang. الطعام: adalah naibul fa’il : sebagai ma’mul (yang diperintah) أكل : adalah fi’il mabni majhul : sebagai amil (yang memerintah) Lafaz / Kedudukan Yang Bisa Menjadi Naibul fa’il Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa naibul fa’il adalah kalimat isim yang mengganti kedudukan fa’il. Ada 4 lafaz yang bisa menjadi naibul fa’il, yang mengganti tempatnya fa’il yang dibuang, yaitu: Maf’ul bih (objek). Contoh: ( خولط الماءair itu dicampuri). Asalnya adalah ( خالطت النجاسة الماءbenda najis itu mencampuri air). Jadi, المخخخاءyang kedudukan asalnya sebagai maf’ul bih, lalu menggantikan kedudukan النجاسخخخخةsebagai fa’il sehingga kedudukan الماءmenjadi naibul fa’il Masdar (peristiwa). Contoh: ( احتفل احتفال عظيمperayaan yang besar itu telah dirayakan). Asalnya adalah احتفخخل الشخخخص احتفخخال عظيمخخا (seseorang telah merayakan perayaan yang besar). Jadi, احتفال yang kedudukan asalnya sebagai masdar, lalu menggantikan kedudukan dari الشخصsebagai fa’il sehingga kedudukan احتفال menjadi na’ibul fa’il Zaraf (keterangan waktu / tempat). Contoh: ( رمضخخان صخخيمbulan romadlon telah dipuasai). Asalnya adalah صام الشخخخص رمضخخان (seseorang telah berpuasa romadlon). Jadi, رمضخخخانyang kedudukan asalnya sebagai zaraf, lalu menggantikan kedudukan الشخخخصsebagai fa’il sehingga kedudukan رمضخخان menjadi na’ibul fa’il Jar majrur. Contoh: ( ابتهخخج فخخي هخخذا اللقخخاءdirasakan kegembiraan dipertemuan ini). Asalnya adalah ابتهخخخج الشخخخخص فخخخي هخخخذا اللقخخخاء (seseorang merasakan kegembiaraan di pertemuan ini). Jadi, في هخخذا اللقخخاءadalah jar majrur yang menggantikan kedudukan الشخخخصsebagai fa’il sehingga kedudukan فخخي هخخذا اللقخخاءmenjadi naibul fa’il
81
Keterangan Jika dalam suatu susunan kalimat ada keempat lafaz diatas (maf’ul bih, masdar, zaraf, jar majrur), maka yang menjadi naibul fa’il adalah maf’ul bih, bukan lafaz ketiga lafaz lainnya (masdar, zaraf, jar majrur). Contoh: لطم زيد يوم السبت في البيت لطما ( شديداzaid telah ditampar pada hari jum’at di rumah itu dengan pukulan yang keras). Pada susunan kalimat ini ada kempat lafaz yang bisa menjadi naibul fa’il, yaitu maf’ul bih ( )زيد, zaraf ()يوم السبت, jar majrur ( )فخخي الخخبيت, masdar ()لطمخخا. Dari keempat lafaz diatas, yang kedudukannya sebagai naibul fa’il adalah maf’ul bih ()زيد Akan tetapi jika dalam susunan kalimat tidak terdapat maf’ul bih, akan tetapi yang ada ketiga lafaz lainnya (masdar, zaraf, jar majrur), maka yang menjadi naibul fa’il adalah salah satu dari ketiga lafaz tersebut (bisa masdar, zaraf, atau jar majrur). Contoh: ( صخخيم رمضخخان تضخخرعا لخخ تعخخالىbulan romadlon itu telah dipuasai dengan mengharap ridlo Allah SWT). Pada susunan kalimat ini tidak ada maf’ul bih, yang ada adalah ketiga lafaz lainnya, yaitu zaraf ()رمضخخان, masdar ( )تضخخخرعا, jar majrur ()لخخخ. Dari ketiga lafaz diatas, yang kedudukannya sebagai naibul fa’il adalah salah satu dari ketiganya, dalam susunan kalimat ini adalah zaraf ()رمضان Macam-Macam Naibul fa’il Sebagaimana fa’il, ada dua pembagian naibul fa’il: Dilihat dari segi bentuknya, naibul fa’il ada 2 macam: Naibul fa’il muawwal (dita’wil / ditafsirkan) Yaitu naibul fa’il yang berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh: ( يسن أن يمسح الذنين في الوضوءdisunnahkan mengusap kedua telinga ketika wudlu’). Jadi, أن يمسخخحkedudukannya sebagai naibul fa’il dari fi’il mabni majhul, yaitu يسخن. Lafaz أن يمسخحadalah naibul fa’il berupa kalimat fi’il mud}ari’ yang dita’wil masdar. Takwil dari أن يمسحadalah ( المسحbentuk isim masdar dari )يمسح. Naibul fa’il sarih (jelas) Yaitu naibul fa’il yang bukan berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh: ( يغسل الكفانdua telapak tangan itu sedang dibasuh). Jadi, الكفانkedudukannya sebagai naibul fa’il dari fi’il mabni majhul, yaitu يغسل. Lafaz الكفانadalah kalimat isim asli dan bukan kalimat yang dita’wil masdar. الكفانi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi naibul fa’il. Tanda i’rabnya adalah alif karena الكفانadalah isim tasniyah. Dilihat dari segi jelas atau tidaknya, naibul fa’il ada 2 macam:
Naibul fa’il isim zahir (isim yang tampak/bukan kata ganti) yaitu naibul fa’il yang berupa isim zahir (isim yang tampak / bukan isim dlomir). Contoh: تخلخخخل اللحيخخخة الكثيفخخخة (jenggot yang tebal itu disela-selai) اللحيخخةkedudukannya sebagai naibul fa’il dari fi’il mabni majhul, yaitu تخلخخل. lafaz اللحيخخةadalah naibul fa’il berupa isim zahir (bukan isim dlomir). اللحيةi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi naibul fa’il. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena اللحيةadalah isim mufrad Naibul fa’il isim dlomir (kata ganti) Yaitu naibul fa’il yang berupa isim dlomir (kata ganti). Contoh: ( نصرتsaya telah ditolong). تadalah naibul fa’il dari fi’il mabni majhul, yaitu نصر. Lafaz تadalah naibul fa’il berupa isim dlomir. Berbeda dengan fa’il isim zahir diatas, naibul fa’il isim dlomir ini hukumnya mabni (huruf akhirnya tidak bisa berubah). Jadi selamanya harokat تadalah dlommah, tidak akan bisa berubah. Sebagaimana fa’il, Isim dlomir yang kedudukannya menjadi naibul fa’il ini dibagi menjadi 2, yaitu: Naibul fa’il isim dlomir muttasil (bersambung) yaitu naibul fa’il yang berupa isim dlomir yang bersambung dengan fi’ilnya. Contoh: ( ضربتsaya telah dipukul). Jadi, تkedudukannya sebagai naibul fa’il dari fi’il mabni majhul, yaitu ضخخرب. Lafaz تadalah naibul fa’il berupa isim dlomir muttasil karena تtersebut bersambung langsung dengan fi’ilnya ()ضرب Rincian naibul fail berupa isim dlomir muttasil sebagai berikut: Fi’il Mad}i Mabni Majhul
Naibul fa’il isim dlomir mutashil
Arti isim mutashil
dlomir
( ضربtelah dipukul)
هوyang dikira-kira
Dia satu laki-laki
ضربا
( اalif)
Dia dua laki-laki
ضربوا
( وwawu)
Mereka laki-laki
ضربت
( هيyang dikira-kira)
Dia satu perempuan
ضربتا
( اalif)
Dia dua perempuan
ضربن
( نnun)
Mereka perempuan
ضربت
( تta’)
Kamu satu laki-laki
ضربتما
( تta’)
Kamu dua laki-laki
ضربتم
( تta’)
Kamu banyak laki83
laki
ضربت
( تta’)
Kamu satu perempuan
ضربتما
( تta’)
Kamu dua perempuan
ضربتن
( تta’)
Kamu banyak perempuan
ضربت
( تta’)
Saya
ضربنا
( نnun)
kami
Fi’il mud}ari’ mabni majhul
Naibul fa’il isim dlomir muttasil
( يضربsedang / akan هوyang dikira-kira
Arti
isim mutashil
dlomir
Dia satu laki-laki
dipukul)
يضربان
( اalif)
Dia dua laki-laki
يضربون
( وwawu)
Mereka laki-laki
تضرب
هىyang dikira-kira
Dia satu perempuan
تضربان
( اalif)
Dia dua perempuan
يضربن
( نnun)
Mereka perempuan
تضرب
أنتyang dikira-kira
Kamu satu laki-laki
تضربان
( اalif)
Kamu dua laki-laki
تضربون
( وwawu)
Kamu banyak lakilaki
تضربين
( يya’)
Kamu satu perempuan
تضربان
( اalif)
Kamu dua perempuan
تضربن
( نnun)
Kamu banyak perempuan
اضرب
أناyang dikira-kira
Saya laki-laki / perempuan
نضرب
نحنyang dikira-kira
Kami laki-laki /
perempuan Naibul fa’il isim dlomir munfasil (berpisah) yaitu naibul fa’il yang berupa isim dlomir yang berpisah (tidak bersambung langsung) dengan fi’ilnya. Contoh: لخخم ( يضرب إل أنتtidak dipukul kecuali kamu) Jadi, أنتkedudukannya sebagai naibul fa’il (pelaku) dari fi’il mabni majhul, yaitu لم يضرب. Lafaz أنتadalah naibul fa’il berupa isim dlomir munfasil karena أنتtersebut terpisah (tidak bersambung langsung) dengan fi’ilnya ()لم يضرب. Rincian naibul fa’il berupa isim dlomir munfasil sebagaimana berikut: Naibul fa’il isim dlomir munfasil
هو
Arti isim dlomir munfasil Dia satu laki-laki
Contoh
( لخخخم يضخخخرب إل هممموtidak dipukul kecuali satu laki-laki)
هما
Dia dua laki-laki
لم يضرب إل هما
هم
Mereka laki-laki
لم يضرب إل هم
هي
Dia satu perempuan
لم يضرب إل هي
هما
Dia dua perempuan
لم يضرب إل هما
هن
Mereka perempuan
لم يضرب إل هن
أنت
Kamu satu laki-laki
لم يضرب إل أنت
أنتما
Kamu dua laki-laki
لم يضرب إل أنتما
أنتم
Kamu banyak lakilaki Kamu satu perempuan Kamu dua perempuan Kamu banyak perempuan Saya laki-laki / perempuan Kami laki-laki / perempuan
لم يضرب إل أنتم
أنت أنتما أنتن أنا نحن
85
لم يضرب إل أنت لم يضرب إل أنتما لم يضرب إل أنتن لم يضرب إل أنا لم يضرب إل نحن
dia
KETERANGAN Naibul fa’il adakalnya tampak lafaznya adakalnya tidak tampak, contoh: Naibul fa’il yang tampak lafaznya (berupa isim zahir atau dlomir bariz muttasil / munfasil), contoh: ( زيخخد يضخخربzaid dipukul). ( يضخخخربfi’il) mempunyai naibul fa’il, yaitu زيخخخد. Jadi زيخخخد kedudukannya sebagai naibul fa’il yang tampak (kelihatan lafaznya)’ Naibul fa’il yang tidak tampak lafaznya (berupa dlomir mustatir), contoh: ( زيد يضربzaid dipukul). يضربmempunya naibul fa’il, akan tetapi naibul fa’ilnya tidak tampak, akan tetapi tersimpan. Naibul fa’il yang tesimpan itu kira-kiranya adalah هخخو. Jadi, هخخوkedudukannya sebagai naibul fa’il yang tidak tampak MUBTADA’ DAN KHABAR (SUBYEK DAN PREDIKAT) Mubtada’ (subyek / permulaan) Ciri-Ciri Mubtada’ Cocok bermakna “adapun” Berada di awal perkataan dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / dlomir / fi’il mud}ari’ yang di dahului أن Biasanya berupa isim ma’rifat Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Zat yang maha mendengar).
Penjelasan Mubtada’ adalah isim yang beri’rab rafa’ yang menjadi permulaan dari suatu perkataan, yang tidak didahului oleh amil lafzi (yang tampak lafaznya). Jadi, Amil yang memerintah mubtada’ untuk beri’rab rafa’ bukan berupa amil lafzi, tapi amil ma’nawi ibtida’i (amil yang tidak tampak yang memerintah mubtada’ untuk beri’rab rafa’). Contoh: السخخواك ( مستحبbersiwak itu adalah disunnahkan). السواك : mubtada’ : i’rabnya rafa’ مستحب : khabar : i’rabnya rafa’ Jadi, السواكkedudukannya sebagai mubtada’ karena menjadi permulaan dari suatu perkataan. Lafaz السخخواكi’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena السواكberupa isim mufrad. Amil yang memerintah السخخخواكsebagai mubtada’ ini bukan amil lafzi (amilnya tidak tampak), akan tetapi amilnya adalah amil yang tidak tampak (amil ma’nawi ibtida’). Amil ma’nawi ibtida’i inilah yang memerintah lafaz السواكuntuk beri’rab rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’ Khabar adalah isim yang dibaca rafa’, yang disandarkan kepada mubtada’ dan berfungsi sebagai penyempurna makna
bagi mubtada’. Contoh: ( السخخخخخواك مسخخخخختحبbersiwak itu disunnahkan). ( السواكbersiwak) : Mubtada’ / subyek ( مستحبdisunnahkan) : khabar / predikat Amil mubtada’nya tidak tampak, karena amilnya berupa amil ma’nawi ibtida’i Macam-Macam Mubtada’ Ada dua pembagian mubtada’, yaitu: Dilihat dari segi bentuknya, ada 2: Mubtada’ muawwal (ditakwil / ditafsirkan) Yaitu mubtada’ yang berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh: ( وأن تصخخوموا خيخخر لكخخمpuasanya kamu itu lebih baik) Jadi, أن تصخخخخخومواkedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah خير. Lafaz أن تصومواadalah mubtada’ berupa kalimat fi’il mud}ari’ yang dita’wil masdar. Takwil dari أن تصومواadalah ( صومكمbentuk isim masdar dari ) أن تصومو ا. Lafaz أن تصخخخومواi’rabnya adalah rafa’ secara mahalli (kedudukannya). Artinya أن تصومواi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. Tapi secara lafaz, أن تصخخومواi’rabnya adalah nashab karena berupa fi’il mud}ari’ yang didahului oleh amil nashab, yaitu أن Mubtada’ sarih Yaitu mubtada’ yang bukan berupa kalimat yang dita’wil masdar. Contoh: ( فخخخروض الوضخخخوء سخخختةfardlu-fardlunya wudlu’ ada 6). Jadi, فروضkedudukannya sebagai mubtada’. Khabarnya adalah ستة. Lafaz فخخروضadalah kalimat isim asli dan bukan kalimat yang dita’wil masdar. فخخروضi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena فخخروضadalah jamak taksir. Dilihat dari segi jelas atau tidaknya, ada 2, isim zahir dan isim d}amir. Rinciannya sebagai berikut: Mubtada’ isim zahir (isim yang tampak/bukan kata ganti) yaitu mubtada’ yang berupa isim zahir (isim yang tampak / bukan isim d}amir). Contoh: السخختنجاء واجخخب (beristinja’ itu wajib) السخختنجاءkedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah واجب. lafaz الستنجاءadalah mubtada’ berupa isim zahir (bukan isim d}amir). الستنجاءi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena السخختنجاءadalah isim mufrad. 87
Mubtada’ isim zahir ada 2 macam, yaitu: Mubtada’ yang punya khabar. Contoh: السخختنجاء واجخخب (beristinja’ itu wajib). الستنجاءadalah mubtada’. واجب adalah khabar. Jadi, mubtada’ ( )السخخخختنجاءdisini mempunyai khabar, yaitu واجب. Mubtada’ yang tidak punya khabar, tapi punya isim yang dirafa’kan (sebagai fa’il / naibul fa’il) yang menempati kedudukannya khabar. Syarat dari mubtada’ ini harus berupa isim sifat (isim fa’il, isim maf’ul, isim sifat musyabihat, atau S}ighat mubalaghah) yang didahului oleh: Nafi (peniadaan, seperti ) ما. Contoh: ما مستعمل زيد مخخاء ( النجسzaid tidak menggunakan air najis) مسخختعملadalah mubtada’ berupa isim fa’il, زيخخد adalah fa’il. Jadi, مستعملini adalah mubtada’ yang tidak ada khabarnya, akan tetapi mempunyai isim yang dibaca rafa’, yaitu زيخخدyang kedudukannya sebagai fa’il, yang mengganti kedudukannya khabar. Nahi (petanyaan, seperti ) هل. Contoh: هل متنجخس المخاء (apakah air itu dijatuhi najis) متنجخخخخسadalah mubtada’ berupa berupa isim maf’ul, المخخاءadalah naibul fa’il. Jadi متنجخخسini adalah mubtada’ yang tidak ada khabarnya, akan tetapi mempunyai isim yang dibaca rafa’, yaitu الماءyang keudukannya sebagai naibul fa’il, yang menggantikan kedudukannya khabar Mubtada’ isim d}amir Yaitu mubtada’ yang berupa isim d}amir (kata ganti). Contoh: ( هخخي صخخائمةdia perempuan adalah orang yang berpuasa) هيadalah mubtada, khabarnya adalah صائمة. Lafaz هي adalah mubtada’ berupa isim d}amir. Berbeda dengan mubtada’ isim zahir diatas, mubtada’ isim d}amir ini hukumnya mabni (huruf akhirnya tidak bisa berubah). Jadi selamanya harokat huruf akhir هيadalah fathah, tidak akan bisa berubah. Yang perlu digarisbawahi disini, isim d}amir yang berupa isim d}amir muttasil (bersambung dengan fi’ilnya seperti )تtidak bisa menjadi mubtada’. Yang bisa menjadi mubtada’ adalah isim d}amir munfasil (terpisah), seperti contoh diatas: ( هخخخخي صخخخخائمةdia perempuan adalah orang yang berpuasa). هيini adalah mubtada’ berupa isim d}amir munfasil. Rincian mubtada’ berupa isim d}amir munfasil sebagai berikut:
Mubtada’ Isim d}amir Munfasil
Khabar Mubtada’
Arti Isim d}amir Munfasil
yang Dia satu laki-laki
هما
( صخخخخخخخائمorang berpuasa) صائمان
هم
صائمون
Mereka laki-laki
هي
صائمة
Dia satu perempuan
هما
صائمتان
Dia dua perempuan
هن
صائمات
Mereka perempuan
أنت
صائم
Kamu satu laki-laki
أنتما
صائمان
Kamu dua laki-laki
أنتم
صائمون
Kamu banyak lakilaki
أنت
صائمة
Kamu satu perempuan
أنتما
صائمتان
Kamu dua perempuan
أنتن
صائمات
Kamu banyak perempuan
أنا
صائم \ صائمة
Saya laki-laki / perempuan
نحن
صائمون \ صائمات
Kami laki-laki / perempuan
هو
89
Dia dua laki-laki
KETERANGAN Mubtada’ pasti beri’rab rafa’. Contoh: ( السخختنجاء واجخخبberistinja’ itu wajib). السخخختنجاءkedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah الستنجاء. واجبI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya manjadi mubtada’. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena الستنجاءadalah isim mufrad Akan tetapi adakalanya mubtada’ beri’rab jer jika didahului oleh huruf jer, yaitu: Huruf jer ba’ ()ب, contoh: ( بحسبك الcukuplah bagimu pertolongan Allah). بحسبكkedudukannya sbagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’ beri’rab rafa’. Tapi lafaz بحسخخخخبكini, walaupun kedudukannya sebagai mubtada’, i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer ba’ ()ب huruf jer من. Contoh: ( هل من خالق غيخخر الخ يرزقكخخمadakah pencipta selain Allah yang mencukupi rizkimu). خخخخالقkedudukannya sebagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’ beri’rab rafa’. Tapi lafaz خخخخالقini , walaupun kedudukannya mubtada’, i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer () من رب. contoh: ( يا رب كاسية في الدنيا عارية يوم القيامةbetapa banyak orang yang berpakaian di dunia tapi telanjang di hari kiamat). كاسية kedudukannya sebagai mubtada’. Pada dasarnya mubtada’ beri’rab rafa’. Tapi lafaz كاسخخيةini, walaupun kedudukannya mubtada’, i’rabnya adalah jer karena didahului oleh رب. Mubtada’ harus berupa isim ma’rifat. Contoh: وجلود الميتة تطهخر بالخدباغ (kulit bangkai itu bisa suci dengan cara disamak). وجلخخخود kedudukannya sebagai mubtada’, khabarnya adalah تطهر. Lafaz جلودadalah mubtada’ berupa isim ma’rifat, yaitu ma’rifat berupa isim yang dimulofkan kepada isim ma’rifat dengan al ()الميتة. Akan tetapi, adakalnya mubtada’ bisa berupa isim nakirah dengan syarat tersebut harus bisa memberi faidah, diantaranya: Mubtada’ berupa isim nakirah yang dimud}afkan kepada isim nakirah yang lain. Contoh: ( خمس صلوات كتبهن الlima sholat itu dicatat oleh Allah). خمخخسkedudukannya sebagai mubtada’ berupa isim nakirah yang dimud}afkan kepada isim nakirh yang lain, yaitu صلوات Mubtada’ berupa isim nakirah yang disifati oleh kalimat yang lain. Contoh: ( لعبخخد مخخؤمن خيخخر مخخن مشخخركbudak yang beriman itu lebih baik dari pada orang musyrik). عبخخخدkedudukannya sebagai mubtada’ berupa isim nakirah yang disifati oleh kalimat yang lain, yaitu: مؤمن Khabar mubtada’nya berupa susunan zaraf atau jer majrur yang berada sebelum mubtada’. Contoh: ( فخخي الخخبيت ميتخخةdirumah itu ada bangkai). ميتخخةkedudukannya sebagai mubtada’ berupa
isim nakirah karena khabarnya berupa susunan jer majrur (في )البيتyang berada sebelum mubtada’ Mubtada’ tersebut berada setelah nafi (peniadaan, seperti: مخخا: apakah), atau setelah nahi (pertanyaan, seperti: هل: apakah), atau setelah ( لولandaikan tidak/bukan), atau setelah ( إذاtibatiba). Contoh: ( أإله مع الapakah ada tuhan lain yang menyertai Allah). إلهadalah mubtada’ berupa isim nakirah yang didahului oleh nahi, yaitu alif (أ: apakah) Dan lain-lain KHABAR (PREDIKAT / BERITA) Ciri-Ciri Khabar Cocok bermakna “adalah” Menjadi pelengkap dari mubtada’ dan sebagai kalimat pokok Berupa mufrad / jumlahismiyah/ jumlahFi’liyah / jer majrur / zaraf Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Zat yang maha mendengar). Penjelasan Khabar adalah isim yang dibaca rafa’, yang disandarkan kepada mubtada’ dan berfungsi sebagai penyempurna makna bagi mubtada’. Contoh: ( السخخواك مسخختحبbersiwak itu adalah disunnahkan). مسخختحبadalah khabar, السخخواكadalah mubtada’. Jadi, مسخختحب adalah khabar yang menyempurnakan makna السواكsebagai mubtada’. مستحبi’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi khabar. Tanda khabarnya adalah dlommah karena مسخختحب adalah isim mufrad. Jadi, Ketika ada mubtada’ tanpa ada khabarnya, maka makna mubtada’ ini tidak sempurna. Contoh ( السخخواكbersiwak itu adalah....). lafaz السخخواكini adalah mubtada’, tapi tidak ada khabar atau pengganti khabarnya. Maka makna mubtada’ ini tidak sempurna. Tapi ketika mubtada’ ini ada khabarnya, maka makna mubtada’ ini menjadi sempurna, contoh: السخخخخواك مسخخخختحب (bersiwak itu adalah disunnahkan). ( السواكbersiwak) : Mubtada’ / subyek : sebagai amil (yang memerintah) ( مستحبdisunnahkan) : khabar / predikat : sebagai ma’mul (yang diperintah) Macam-Macam Khabar Khabar ada 2 macam, yaitu: Khabar mufrad (tunggal / bukan jumlah). Yaitu khabar yang tidak terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah, seperti contoh-contoh diatas. Contoh: السواك مستحب 91
(bersiwak itu adalah disunnahkan). Lafaz السخخواكadalah mubtada’. مسخختحبadalah khabar berupa khabar mufrad karena tidak terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah. مستحب i’rabnya rafa’ karena kedudukannya menjadi khabar. Tanda i’rab rafa’nya adalah dlommah karena مستحبadalah isim mufrad. Khabar ghairu mufrad (jumlah) Yaitu khabar yang terdiri dari jumlahatau syibhul jumlah. Contoh ( محمخخد أكخخل الخخخبزMuhammad telah makan roti). محمخخد adalah mubtada’. Khabarnya adalah أكل. jadi, أكخخلadalah khabar berupa ghoiru mufrad karena terdiri dari jumlahFi’liyah, dalam hal ini berupa susunan fi’il ( )أكلdan fa’il هو, yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad أكخخل. Susunan أكخخلI’rabnya adalah rafa’ secara mahalli (kedudukannya) saja. Artinya, أكخخلI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar. tapi secara lafaz adalah mabni karena أكلadalah fi’il mad}i. Khabar ghoiru mufrad ini dibagi menjadi 2, yaitu: Jumlah, yaitu khabar yang terdiri dari susunan kalimat. Khabar jumlah ini ada macam, yaitu: Ismiyah (mubtada’ & khabar) Yaitu khabar berupa susunan mubtada dan khabar. Contoh: زيد ابوه عليم (zaid adalah ayahnya yang alim). Lafaz زيخخدadalah mubtada. Khabarnya adalah عليخخم ابخخوه. jadi, عليخخم ابخخوه adalah khabar yang berupa jumlahismiyah, yaitu khabar berupa susunan mubtada’ ( )ابوهdan khabar ( )عليم. زيد : mubtada’ عليم ابوه: khabar, yang berupa jumlah ismiyah {khabar berupa susunan mubtada’ ()ابخخوه dan khabar khabar (})عليم Fi’liyah (fi’il & fa’il) Yaitu khabar berupa susunan fi’il dan fa’il . contoh: ( محمد أكل الخبزmuhammad telah makan roti) Lafaz محمد adalah mubtada’. Khabarnya adalah أكخخل. Jadi, أكخخل adalah khabar yang berupa jumlah Fi’liyah, yaitu khabar berupa susunan fi’il ( )أكلdan fa’il ( هو, yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad )أكل. Susunan أكخخخخخخلI’rabnya rafa’ secara mahalli (kedudukannya) karena kedudukannya menjadi khabar. Tapi secara lafaz, أكلadalah mabni karena أكلadalah fi’il mad}i dan ( هوyaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad ) أكلI’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il.
محمد: mubtada’ أكل الخبز: khabar, yang berupa jumlahFi’liyah { khabar berupa susunan fi’il ( )أكلdan fa’il (هو , yaitu d}amir mustatir yang tersimpan pada lafad ) أكل. Syibhul jumlah (serupa dengan jumlah) Zaraf (kata keterangan) yaitu khabar berupa susunan zaraf (keterangan), baik keterangan waktu atau keterangan tempat. Contoh: (الستاذ امام البيتustadz itu ada di depan rumah) . lafaz الستاذadalah mubtada’. Khabarnya adalah امخخام الخخبيت. jadi, امخخام الخخبيتadalah khabar yang berupa susunan zaraf. Susunan امام البيتi’rabnya adalah rafa’ secara mahalli (kedudukannya) karena kedudukannya menjadi khabar. Tapi secara lafaz, امخخخامi’rabnya nashab karena menjadi zaraf dan الخخبيتi’rabnya jer karena menjadi mud}af ilaih . الستاذ: mubtada’ امام البيت : khabar berupa zaraf Jer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan) yaitu khabar yang terdiri dari huruf jer dan isim yang dibaca jer. Contoh: (المسلم فخخي المسخخجدseorang muslim ada di masjid). Lafaz المسخخخخلمadalah mubtada’. Khabarnya adalah فخخي المسخخجد. jadi, فخخي المسخخجدadalah khabar berupa susunan jer ( )فيdan majrur ()المسجد. Susunan فخخخي المسخخخجدi’rabnya rafa’ secara mahalli (kedudukannya) karena kedudukannya menjadi khabar. Tapi secara lafaz, فيadalah mabni karena في adalah kalimat huruf dan المسخخجدi’rabnya jer karena didahului huruf jer. المسلم : mubtada’ في المسجد : khabar berupa susunan jer ( )فيdan majrur ()المسجد KETERANGAN Khabar harus sesuai dengan mubtada’ dalam hal jenis (muzakkar & muannas) dan jumlahnya (mufrad, tasniyah, & jama’). Contoh: ( السخخواك مسخختحبbersiwak itu adalah disunnahkan). مسخختحبadalah khabar. Mubtada’nya adalah السواك. Lafaz مستحبsebagai khabar harus sesuai dengan السواكsebagai mubtada’ dari segi jenis dan jumlahnya. السواك: mufrad muzakkar مستحب: mufrad muzakkar Jadi, pada السواك مستحب, khabar sudah sesuai dengan mubtada’nya dari segi jenis (muzakkar) dan jumlahnya (mufrad). Contoh lain: 93
MUBTADA’
KHABAR
المسلم
صائم
(Mufrad muzakkar)
المسلمان
(Tasniyah muzakkar)
المسلمون (Jama’ muzakkar)
المسلمة
(mufrad muannas)
المسلمتان (tasniyah muannas)
المسلمات
(jama’ muannas)
(Mufrad muzakkar)
صائمان
(Tasniyah muzakkar)
صائمون (Jama’ muzakkar)
صائمة
(mufrad muannas)
صائمتان (tasniyah muannas)
صائمات
(jama’ muannas)
Pada asalnya, khabar berada setelah mubtada’. Contoh: السواك مستحب (bersiwak itu adalah disunnahkan). السخخواكadalah mubtada’ . مسخختحبadalah khabar. Lafaz مسخختحبsebagai khabar ini berada setelah mubtada’ ()السواك. Akan tetapi khabar boleh berada sebelum mubtada’. Contoh: في ( أبصخخخارهم غشخخخاوةdi mata mereka ada penutup). غشخخخاوةadalah mubtada’. فخخي أبصخخارهمadalah khabar. Lafaz فخخي أبصخخارهمsebagai khabar ini berada sebelum mubtada’ ()غشاوة ISIM كانDAN SAUDARA-SAUDARANYA Termasuk dari isim yang beri’rab rafa’ adalah isim كخخانdan saudara-saudaranya. Sebelum membahas isim كانdan saudarasaudaranya, akan dibahas penjelasannya mengenai amil-amil nawasikh (amil yang merusak). Yang disebut amil nawasikh adalah amil yang merusak keadaan susunan mubtada’ dan khabar. Pada dasarnya, mubtada’ dan khabar i’rabnya adalah rafa’. Contoh: ( زيد قائمzaid berdiri) زيد: mubtada’ : i’rabnya rafa’ قائم: khabar : i’rabnya rafa’ Akan tetapi, setelah ada amil nawasikh, maka i’rabnya berubah. Dan mubtada’nya diganti dengan sebutan isim amil nawasikh, khabarnya diganti dengan sebutan khabar amil nawasikh. Contoh: ( كان زيد قائماzaid berdiri). كان : amil nawasikh زيد : isim ( كانasalnya mubtada’) : i’rabnya rafa’
قائما
: khabar ( كانasalnya khabar) : i’rabnya nashab.
Macam-Macam Amil Nawasikh Amil nawasikh ini ada 3 macam, yaitu: Amil yang merafa’kan mubtada’ dan menashabkan khabar, yaitu كانdan saudara-saudaranya. Contoh: ( كان زيد قائماzaid berdiri). كان : amil nawasikh زيد : isim ( كانasalnya mubtada’) : i’rabnya rafa’ قائما : khabar ( كانasalnya khabar) : i’rabnya nashab. Amil yang menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khabarnya, yaitu إنdan saudara-saudaranya. Contoh: إن زيخخخخدا قخخخخائم (sesunnguhnya zaid berdiri) إن : amil nawasikh زيدا: isim إن (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab قائم: khabar ( إنasalnya khabar) : i’rabnya rafa’ Amil yang menashabkan mubtada’ dan khabarnya secara bersamaan, yaitu ظنdan saudara-saudaranya. Contoh: ظننت ( زيدا قائماsaya menyangka zaid berdiri). ظن: amil nawasikh زيدا: maf’ul pertama ( ظنasalnya mubtada’) : i’rabnya nashab قائما: maf’ul kedua ظن (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Isim كانDan Saudara-Saudaranya Pada pembahasan kali ini, yang akan dijelaskan pertama kali adalah pembahasan كخخخانdan saudara-saudaranya. Amalnya adalah merafa’kan mubtada’ sebagai isim كانdan menashabkan khabar كان. Jadi, yang termasuk marfu’at al-asma’ (isim-isim yang dirafa’kan) adalah isim كانdan saudara-saudaranya. Contoh: كانت صلة الجماعة ( سنة مؤكدةsholat jamaah itu adalah sunnah muakkad) كانت: amil nawasikh صلة: isim ( كانتasalnya mubtada’) : i’rabnya rafa’ سنة : khabar كانت (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Jadi, صلةi’rabnnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim كانت. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena صخخلةadalah isim mufrad. Saudara-Saudara كان Saudara-saudara كانyang juga beramal seperti ( كانmerafa’kan 95
mubtada’ sebagai isim dan menasobkan khabar) ada dua belas yang dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Bisa beramal tanpa syarat, yaitu: ( كانada) dan tas}rifnya. Contoh:( صلة الستسقاء مسنونة كانتsholat minta hujan itu disunnahkan). كانت: amil nawasikh صلة: isim كانت : i’rabnya rafa’ مسنونة : khabar كانت : i’rabnya nashab Jadi, صخخلةi’rabnnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim كانت. Tanda i’rabnya adalah dlommah karena صلةadalah isim mufrad. ( أضحىmenjadi / masuk waktu dluha) dan tas}rifnya. contoh: ( أضحى زيد بالغاzaid menjadi baligh). Jadi, زيدi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim أضحى ( ظلmenjadi) dan tas}rifnya. Contoh: ( ظل زيد صالحاzaid menjadi orang yang sholeh). Jadi, زيدi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim ظل ( باتmenjadi / bermalam) dan tas}rifnya. Contoh: بخخات المسخخافر ( مصلياmusafir itu semalaman sholat). Jadi, المسافرi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim بات ( أمسخخىmenjadi / masuk waktu sore) dan tas}rifnya. Contoh: ( أمسخخت الشخخمس غاربخخةmatahari itu terbenam sore hari). Jadi, الشمسi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim أمست ( أصخخبحmenjadi / masuk waktu pagi) dan tas}rifnya. Contoh: ( أصخخخبح إبراهيخخخم نخخخبي الخخخibrohim menjadi nabi Allah) dan tas}rifnya. Jadi, إبراهيخخخخمi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim أصبح. ( صخخارmenjadi) dan tas}rifnya. Contoh: صخخار محمخخد رسخخول الخخ (muhammad menjadi rosulullah). Jadi, محمدi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim صار. ( ليسtidak ada / bukan) dan tas}rifnya. ( الماء المستعمل نجسا ليسair musta’mal itu bukan najis). Jadi, الماءi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim ليس. Bisa beramal dengan syarat harus didahului oleh nafi (peniadaan) atau nahi (larangan) ( فتئselalu / senantiasa) dan tas}rifnya. Contoh: ما فتئت الشخخمس ( طالعة من الشرقيةmatahari selalu terbit dari timur). Jadi, الشمس I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim فتئت. Amil فتئتini bisa beramal seperti amalnya كانkarena didahului oleh nafi, yaitu ما. ( انفكselalu / senantiasa) dan tas}rifnya. Contoh: ما انفكت الشمس ( غاربخخة الخخى الغربيخخةmatahari selalu terbenam ke barat). Jadi, الشمسi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai
isim انفكت. Amil انفكتini bisa beramal seperti amalnya كان karena didahului oleh nafi, yaitu ما. ( زالmasih) dan tas}rifnya. Contoh: ( ما زال زيد نائمخخاzaid masih tidur). Jadi, زيدi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim زال. Amil زالini bisa beramal seperti amalnya كانkarena didahului oleh nafi, yaitu ما. ( برحmasih) dan tas}rifnya. Contoh: ( ما برحخخت زينخخب باكيخخةzainab masih menangis). Jadi, زينخخبi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim برحخخخت. Amil برحخخختini bisa beramal seperti amalnya كخخانkarena didahului oleh nafi, yaitu ما. Bisa beramal dengan syarat harus didahului oleh ما المصدرية الظرفية , yaitu مخخاyang menta’wil masdar kalimat fi’il yang jatuh setelahnya dan sebagai ganti dari zaraf. Saudara كانyang masuk pada macam ketiga ini adalah دام (selama) dan tas}rifnya. Contoh: احبك ما دام خلقك حسنا. Jadi, خلخخق i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai isim دام. Amil دامbisa beramal seperti amalnya كانkarena didahului oleh )ما )ما المصدرية الظرفية KETERANGAN Tas}rif dari كانdan saudara-saudaranya adalah sebagai berikut:
كان كن ل تكن
كائن
هو
وكينونة
كونا
يكون
كان
WAZAN
Fi’il nahi
Isim fa’il
Isim d}a mir
Isim masd ar
Isim masd ar
Fi’il mud} ari’
Fi’il mad }i
JENIS KALIMA T
صار صر ل تصر
صائر
هو
صيرا وصيرورة
يصير
صار
WAZAN
Fi’il nahi
Isim fa’il
Isim d}a mir
Isim masda r
Fi’il mud} ari’
Fi’il mad }i
JENIS KALIMA T
Fi’il ama r
Fi’il am ar
Isim masd ar
أضحى أضح ل تضح
مضح
هو
إضحاء
يضحي
أضحي
WAZAN
Fi’il nahi
Isim fa’il
Isim d}ami r
Isim masda r
Fi’il mud}a ri’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMA T
Fi’il amar
ظل 97
ل تظل
ظل
ظال
هو
ظلول
يظل
ظل
WAZAN
Fi’il nahi
Fi’il amar
Isim fa’il
Isim d}ami r
Isim masda r
Fi’il mud}a ri’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMA T
بات ل تبت
بت
بائت
هو
بياتا
يبيت
بات
WAZAN
Fi’il nahi
Fi’il amar
Isim fa’il
Isim d}ami r
Isim masda r
Fi’il mud}a ri’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMA T
أمسى أمس ل تمس
ممس
هو
إمساء
يمسي
أمسى
WAZAN
Fi’il nahi
Isim fa’il
Isim d}ami r
Isim masda r
Fi’il mud}a ri’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMA T
أصبح أصبح ل تصبح
مصبح
هو
صباحا
يصبح
أصبح
WAZAN
Fi’il nahi
Isim fa’il
Isim d}ami r
Isim masda r
Fi’il mud} ari’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMA T
Fi’il amar
Fi’il amar
فتئ فاتئ
هو
يفتئ
فتئ
WAZAN
Isim fa’il
Isim d}amir
Fi’il mud}ari’
Fi’il
JENIS KALIMAT
انفك منفك
هو
ينفك
انفك
WAZAN
Isim fa’il
Isim d}amir
Fi’il mud}ari’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMAT
زال زائل
هو
يزال
زال
WAZAN
Isim fa’il
Isim d}amir
Fi’il mud}ari’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMAT
برح بارح
هو
يبرح
برح
WAZAN
Isim fa’il
Isim d}amir
Fi’il mud}ari’
Fi’il mad}i
JENIS KALIMAT
دام. amil ini hanya mempunyai fi’il mad}i saja dan tidak ada
tasrifannya. ليس. amil ini hanya mempunyai fi’il mad}i saja dan tidak ada tasrifannya. Semua tas}rif dari كانdan saudara-saudaranya, juga bisa beramal seperti كخخان, yaitu merafa’kan mubtada’ sebagai isim كخخان, dan menashabkan khabarnya. Contoh: Berupa fi’il mudlori: ( يكون الماء متغيراair itu berubah). يكون: amil nawasikh berupa fi’il mud}ari’ الماء: isim كانberupa fi’il madlori’ ( )يكون: i’rabnya rafa’ متغيرا: khabar كانberupa fi’il madlori’ ()يكون : i’rabnya nashab Berupa isim masdar: ( أعجبنخخي كخخون زيخخد كسخخلناsaya heran zaid jadi pemalas) كون: amil nawasikh berupa isim masdar زيد: isim كانberupa isim masdar ()كون : i’rabnya rafa’ secara mahalli, tapi secara lafaz i’rabnya jer كسلنا: khabar كانberupa isim masdar ()كون : i’rabnya nashab berupa isim fa’il: ( زيد كائن مؤلفاzaid menjadi seorang pengarang) كائن: amil nawasikh berupa isim fa’il ( هوd}amir yang tersimpan dalam )كائن: isim كانberupa isim fa’il ()كائن. I’rabnya rafa’ secara mahalli, tapi secara lafaz adalah mabni مؤلفا: khabar كانberupa isim fa’il ()كائن : i’rabnya nashab berupa isim maf’ul: ( محمد مكون فيه رئيس الفصلmuhammad dijadikan ketua kelas) مكون: amil nawasikh berupa isim maf’ul ( هوd}amir yang tersimpan dalam )مكون : isim كان berupa isim maf’ul ()مكون. I’rabnya rafa’ secara mahalli, tapi secara lafaz adalah mabni رئيس: khabar كانberupa isim maf’ul ()مكون : i’rabnya nashab berupa fi’il amr: ( كن صديقاjadilah teman sejati) كن : amil nawasikh berupa fi’il amr ( أنتd}amir yang tersimpan pada ) كن: isim كانberupa fi’il amr 99
()كن. I’rabnya rafa’ secara mahalli, tapi secara lafaz adalah mabni صديقا: khabar كانberupa fi’il amr ()كن : i’rabnya nashab KHABAR إنDAN SAUDARA-SAUDARANYA Termasuk dari isim yang beri’rab rafa’ adalah khabar إنdan saudara-saudaranya. Amal dari إنdan saudara-saudaranya adalah menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khabarnya. Contoh: ( إن الستنجاء واجبsesungguhnya beristinja’ itu wajib) إن : amil nawasikh الستنجاء : isim ( إنasalnya mubtada’) : i’rabnya nashab واجب: khabar ( إنasalnya khabar) : i’rabnya rafa’ Jadi, yang termasuk dari isim-isim yang beri’rab rafa’ adalah khabar إنdan saudara-sauranya. Saudara-saudara إنyang bisa beramal seperti amalnya إنadalah sebagai berikut: إنdan (أنsesungguhnya). Makna إنdan أنadalah taukid, yaitu mengokohkan suatu hal. Contoh: إن السخخخخخختنجاء واجخخخخخخب (sesungguhnya beristinja’ itu wajib) إن : amil nawasikh الستنجاء : isim ( إنasalnya mubtada’) : i’rabnya nashab واجب : khabar ( إنasalnya khabar) : i’rabnya rafa’ Jadi, واجبi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar إن. Amil إنmengokohkan / menguatkan bahwa istinja’ itu benar-benar wajib. ( ليتandaikan). Makna ليتadalah تمني, yaitu mengharapkan suatu kejadian yang tidak mungkin terjadi karena mustahil atau karena jarang terjadi. Contoh: ( ليت الناس طائرandaikan manusia bisa terbang). Jadi, طائرi’rabnya adalah rafa’ karena menjadi khabar ليت. amil ليتpada contoh ini ini bermakna تمنيkarena mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, yaitu manusia bisa terbang. ( لعخخلsemoga). Makna لعخخلadalah ( تراجخخىyaitu mengharapkan sesuatu yang diinginkan / disenangi dan mungkin terjadi) dan ( توقخخخخعyaitu mengharapkan sesuatu yang dibenci yang mungkin terjadi). Contoh: ( لعخل زيخدا حاضخرsemoga zaid hadir). Jadi, حاضرi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar لعل. Amil لعخخلpada contoh ini bermkna تراجخخىkarena mengharapkan sesuatu yang mungkin terjadi, yaitu mengharapkan kehadiran zaid. ( كخخأنbagaikan). Makna كخخأنadalah مؤكخخد تشخخبيه, yaitu menguatkan keserupaan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Contoh: كأن زيدا ( اسدzaid sungguh bagaikan singa). Jadi, اسخخدi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar كأن. Amil كأنpada
contoh ini bermakna menyerupakan, karena كخخخخخخأن menyerupakan zaid dengan singa. ( لكنtetapi). Makna لكخخنadalah اسخختدراك, yaitu meniadakan suatu pengertian yang diduga ada sebelumnya, atau menetapkan adanya suatu pengertian yang diduga tidak ada sebelumnya. Contoh: ( زيخخد غنخخي لكنخخه بخيخخلzaid adalah orang kaya, tetapi dia kikir). Jadi, بخيلi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar لكن. Amil لكنpada contoh ini bermakna استدراك karena meniadakan suatu pengertian yang diduga ada sebelumnya, yaitu pada awalnya seseorang akan menduga bahwa zaid itu adalah orang dermawan karena dia adalah orang kaya. Akan tetapi kedermawanan itu ditiadakan, karena justru zaid adalah orang yang kikir KETERANGAN Hamzah pada lafaz أن/ إنbisa dibaca 3 harokat: Dibaca kasroh ketika hamzahnya berada dibawah ()إن, yaitu ketika: Berada dipermulaan perkataan, contoh: إنخخخخخخا أنزلنخخخخخخاه (sesungguhnya kami menurunkannya). Hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh karena berada di permulaan perkataan. Berada setelah lafaz ألyang berfungsi memulai / membuka suatu perkataan. Contoh:( أل إن أولياء ال ل خخخوف عليهخخمingatlah sesungguhnya wali Allah itu tidak pernah takut terhadap mereka). hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh karena berada setelah أل Berada setelah lafaz حيخخث, contoh: ( جئت حيخخث إن زيخخدا قخخائمsaya datang sekiranya zaid sedang berdiri). Hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh karena berada setelah lafaz حيث Berada setelah qosam (sumpah), contoh: والكتخخاب المخخبين إنخخا أنزلنخخاه (demi kitab yang nyata, sesungguhnya kami menurunkannya). hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh karena berada setelah qosam, yaitu والكتاب. Berada setelah lafaz قالdan tas}rifannya, contoh: قال إني عبد ال (dia berkata sesungguhnya saya adalah hamba Allah). Hamzah إنpada contoh ini dibaca kasroh karena berada setelah قال. Jika ada huruf lam ( )لpada khabar إن, contoh: وال يعلم إنك لرسوله (Allah tahu bahwa kamu adalah utusan Allah). hamzah إن pada contoh ini dibaca kasroh karena khabar إنada lam ( )ل, yaitu لرسوله Dibaca fathah ketika hamzahnya berada di atas()أن, yaitu ketika: Jika kedudukannya sebagai fa’il, contoh: اولخخم يكفيهخخم أنخخا أنزلنخخا 101
(apakah tidak mencukupi bahwa sesungguhnya kami telah menurunkan). Hamzah أنpada contoh ini dibaca fathah karena kedudukannya sebagai fa’il dari dari fi’il mabni ma’lum ()يكفي Jika kedudukannya sebagai naibul fa’il, contoh: قل أوحي الي أنه ( استمع نفر من الجنkatakanlah, saya telah diwahyukan bahwa sesungguhnya seseorang dari jin). Hamzah أنpada contoh ini dibaca fathah karena kedudukannya sebagai naibul fa’il dari dari fi’il mabni majhul ()أوحي Jika kedudukannya sebagai maf’ul (objek), contoh: ول تخافون أنكم ( أشخخركتم بخخالkamu tidak takut bahwa kamu mensekutukan Allah). Hamzah أنpada contoh ini dibaca fathah karena kedudukannya sebagai maf’ul Jika kedudukannya sebagai mubtada’, contoh:ومن اياته أنخخك تخخرى ( الرض خاشعةtermasuk tanda-tanda kebesaran Allah adalah kamu melihat bumi yang tunduk). Hamzah أنpada contoh ini dibaca fathah karena kedudukannya sebagai mubtada’ yang diakhirkan, sedangkan khabarnya didahulukan (ومخخن )اياته Jika didahului oleh jer, contoh:( ذلك بأن ال هو الحقhal itu karena Allah adalah maha benar). Hamzah أنpada contoh ini dibaca fathah karena didahului oleh huruf jer () ب. Bisa dibaca kasroh ( )إنatau dibaca fathah ()أن Berada setelah fa’ jawab ()ف, contoh: فانه غفور.....من عمل منكم سوء ( رحيخخخمbarang siapa yang melakukan kejelekan.....maka sesungguhnya Allah adalah maha pengampun dan maha penyayang). Hamzah انpada contoh ini bisa dibaca kasroh ( )إنatau bisa dibaca fathah ( )أنkarena berada setelah fa’ jawab ()ف Berada setelah lafaz إذاyang bermakna tiba-tiba, contoh:جئت ( فإذا ان زيدا جالسsaya datang, tiba-tiba zaid duduk). Hamzah انpada contoh ini bisa dibaca kasroh ( )إنatau bisa dibaca fathah ( )أنkarena berada setelah إذا. Jika kedudukannya menjadi alasan, contoh: ندعوه انه هوالبر الرحيم (kami berdoa kepada-NYA karena DIA adalah maha baik dan maha penyayang). Hamzah انpada contoh ini bisa dibaca kasroh ( )إنatau bisa dibaca fathah ( )أنkarena menajdi alasan, yaitu alasan mengapa kami berdoa kepadaNYA Jika إنdan saudara-saudaranya itu bersambung dengan ما الزائدة )ما tambahan yang tidak ada artinya), maka amal إنdan saudarasaudaranya tidak beramal lagi sebagai amil nawasikh. Jadi إنdan saudara-saudaranya ketika bersambung dengan مخخاtambahan,
maka mubtada’ dan khabarnya tetap beri’rab rafa’. Contoh: إنما ال ( الخخه واحخخدsesungguhnya Allah adalah tuhan yang satu). إنpada contoh ini tidak lagi beramal karena bersambung dengan مخخا tambahan ()إنما إنما : amil nawasikh yang bersambung dengan ما tambahan ال : mubtada’ : i’rabnya rafa’ اله : khabar : i’rabbnya rafa’ Hal ini dikecualikan pada ليت. maka jika ليتbersambung dengan ماtambahan, maka ليتbisa beramal dan bisa juga tidak beramal. ليتما زيدا طائر )ليتberamal menashabkan isimnya, )زيدا. Atau ليتما زيد طائر )ليتtidak beramal, زيدtetap beri’rab rafa’) Jika إنtidak bertasydid ()إن, maka ada dua hukum, yaitu: Lebih sering tidak beramal (tidak menashabkan mubtada’ dan tidak merafa’kan khabar), contoh: ( إن كل نفس لما عليها حافظsetiap jiwa pasti ada yang menjaga). Jadi, إنyang tidak bertasydid itu tidak beramal. Jadi mubtada’ ( )كلdan khabarnya ( ) حافظtetap beri’rab rafa’. إن : amil nawasikh كل : mubtada’ : i’rabnya rafa’ حافظ: khabar : i’rabnya rafa’ Kadang bisa beramal, contoh: ( إن كل لمخخخا ليخخخوفينهمsesungguhnya mereka akan berselisih). Jadi, إنyang tidak bertasydid itu tetap beramal. Jadi mubtada’ / isimnya beri’rab nashab ()كل dan khabarnya ( )ليوفينberi’rab rafa’ F. ISIM YANG IKUT PADA ISIM YANG DIBACA NASHAB (TAWABI’) Tawabi’ ada 4 macam, yaitu na’at, athof, taukid, dan badal. Penjelasan lebih rinci dibahas pada pembahasan Tawabi’. Contoh: ( جاء زيد النشيطzaid yang rajin itu datang). زيد : i’rabnya rafa’ sebagai fa’il النشيط: i’rabnya rafa’ karena ikut pada زيدyang i’rabnya rafa’ Tabel Marfu’at Al-Asma’: N O 1
MARFUAT AL-ASMA’ Fa’il (Pelaku)
CIRI-CIRI
CONTOH
Cocok bermakna “siapa” ال نصر جاء و إذا atau “apa” (apabila datang Sebagai pelaku dari suatu pertolongan pekerjaan Allah) Berada setelah fi’il ma’lum dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / 103
2
3
4
5
6
7
Naibul Fa’il (Pengganti Fa’il)
Mubtada’ (subyek / permulaan)
Khabar (Predikat / Berita)
Isim كانdan SaudaraSaudaranya
Khabar إنdan saudarasaudaranya Tawabi’
dlomir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Cocok bermakna “siapa” atau “apa” Sebagai objek yang menempati posisinya subjek Berada setelah fi’il majhul dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / dlomir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Cocok bermakna “adapun” Berada di awal perkataan dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / dlomir / fi’il mud}ari’ yang di dahului أن Biasanya berupa isim ma’rifat
Cocok bermakna “adalah” Menjadi pelengkap dari mubtada’ dan sebagai kalimat pokok Berupa mufrad / jumlahismiyah/ jumlahFi’liyah / jer majrur / zaraf Asalnya adalah mubtada’, lalu ada amil nawasikh berupa كانdan saudarasaudaranya (, ظل,أضحى
ما, ليس, صار, أصبح, أمسى,بات ما, ما برح, ما زال, ما انفك,فتئ )دام Asalnya adalah khabar mubtada’, lalu ada amil nawasikh berupa إنdan saudara-saudaranya (,ليت لكن, كأن,)لعل Dijelaskan pada bab tawabi’
كفروا لعن الذين (orang-orang yang kafir itu dilaknat).
( سميع ال وAllah adalah Zat yang maha mendengar).
( سميع ال وAllah adalah Zat yang maha mendengar).
كانت صلة الستسقاء ( مسنونةsholat minta hujan itu disunnahkan)
إن الستنجاء واجب (sesungguhnya beristinja’ itu wajib)
جاء زيد النشيط
(zaid yang rajin itu datang).
105
MANSUBAT AL-ASMA’ (ISIM-ISIM YANG DIBACA NASHAB) Yang dimaksud dengan mansubat al-asma’ adalah kalimat isim yang keadaannya beri’rab nashab. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya menjadi salah satu dari mansubat al-asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab nahsob. mansubat al-asma’ ada 14 macam, yaitu: 1) dua maf’ul 2 . )ظنkhabar كخخانdan saudarasaudaranya. 3) isim إن. Dan saudara-saudaranya. 4) maf’ul bih. 5) maf’ul ma’ah. 6) maf’ul liajlih. 7) masdar. 8) haal. 9) tamyiz. 10) zaraf. 11) Mustasna. 12. isim 13 . )لmunada. 14) isim yang ikut pada isim yang dibaca nashab (Tawabi’) Contoh: ( والذي يوجب الغسخخلsesuatu yang membatalkan wudu’). Lafaz الغسخخلberi’rab rafa’ karena kedudukannya menjadi salah satu dari mansubat al-asma’, yaitu menjadi maf’ul bih. Kalimat isim yang kedudukannya menjadi maf’ul bih, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab nashab. الغسخخخلadalah isim mufrad, maka tanda i’rab nashabnya adalah fathah (lihat penjelasan tentang tanda-tanda i’rab). Maka cara membacanya الغسخخل, huruf akhirnya berharokat fathah ()ل. Rincian 14 macam mansubat al-asma’, sebagaimana berikut: DUA MAF’UL ظن Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan tentang amil nawasikh, yaitu كخخخانdan saudara-saudaranya, dan إنdan saudara-saudaranya. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang amil nawasikh yang ke tiga, yaitu ظمممنdan saudarasaudaranya. Amal dari ظممممنdan saudara-saudaranya adalah menashabkan mubtada’ dan khabarnya (sebagai dua maf’ul) secara bersamaan. Contoh: ( ظن زيد الماء مستعملzaid menyangka air itu musta’mal / sudah digunakan). ظن : Amil nawasikh زيد : Fa’il الماء: Maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab مستعمل: Maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Jadi, yang termasuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah dua maf’ul ظن, yaitu ( الماءmaf’ul pertama) dan ( مسخختعملmaf’ul kedua). Tanda i’rabnya adalah fathah karena keduanya adalah isim mufrad Saudara-saudara ظنadalah dibagi menjadi dua: ( أفعال القلوبsaudara ظنberupa fi’il-fi’il yang bermakna pekerjaan hati) ( ظخخنmenyangka / yakin). Contoh: ( ظخخن زيخخد المخخاء مسخختعملzaid menyangka air itu musta’mal / sudah digunakan). Jadi, الماء (maf’ul pertama) dan ( مستعملmaf’ul kedua) i’rabnya adalah
nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ظن. ظن : amil nawasikh زيد : fa’il الماء: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab مستعمل: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab
( حسبmenyangka / yakin). ( حسبت الماء نجساsaya menyangka air itu najis). Jadi, ( المخخاءmaf’ul pertama) ( نجسخخاnajis) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul حسب. ( خخخالmenyangka / yakin). Contoh: ( خخخال زيخخد المخخاء طخخاهراzaid menyangka air itu suci). Jadi, ( المخخاءmaf’ul pertama) dan ( طخخخاهراmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul خال. ( رأىyakin / menyangka). Contoh: رأى محمخخخخد المخخخخاء مطهخخخخرا (Muhammad yakin air itu mensucikan). Jadi, ( المخخاءmaf’ul pertama) dan ( مطهراmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul رأى ( علمyakin / menyangka ). Contoh: ( علم إبراهيم الماء مشمساibrohim yakin air itu dipanasi dengan matahari). Jadi, ( الماءmaf’ul pertama) dan ( مشمساmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul علم. ( زعخخمmenyangka). Contoh: ( زعخخم الطخخالب السخختاذ غائبخخاmurid itu menyangka gurunya tidak hadir). Jadi, ( السخخختاذmaf’ul pertama) dan ( غائباmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul زعم ( جعخخلmenyangka). Contoh: جعلخخت النسخخوة يوسخخف ملكخخا نخخزل مخخن السخخماء (wanita-wanita itu menyangka nabi yusuf adalah seorang malaikat yang turun dari langit). Jadi, ( يوسخخخفmaf’ul pertama) ( ملكاmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul جعل. ( حجاmenyangka). Contoh: ( حجا الطلب السخختاذ حاضخخراmurid-murid itu menyangka gurunya hadir). Jadi, ( الستاذmaf’ul pertama) dan حاضخخراI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul حجا. ( عدmenyangka). Contoh: ( عددت المرأة حائضخخاkamu menyangka perempuan itu sedang haid). Jadi, ( المخخرأةmaf’ul pertama) dan ( حائضخخاmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul عد. ( هخخخخخبmenyangka). Contoh: ( هخخخخخب المنظخخخخخر جميلsangkalah pemandangan itu indah). Jadi, ( المنظرmaf’ul pertama) dan ( جميلmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul هب 107
( وجدyakin). Contoh: ( وجدت جلود الميتة طاهرة بالدباغsaya yakin kulit bangkai itu bisa suci dengan disamak). Jadi, ( جلخخودmaf’ul pertama) dan ( طاهرةmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul وجد. ( ألفىyakin). Contoh: ( ألفوا ابخخاءهم ضخخالينmereka yakin ayah-ayah mereka adalah orang yang tersesat). Jadi, ( ابخخخاءmaf’ul pertama) dan ( ضالينmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ألفى. ( درىyakin). Contoh: ( دريخخت فخخروض الوضخخوء سخختة أشخخياءsaya yakin fardu-fardunya wudu’ itu ada enam perkara). Jadi, فخروض (maf’ul pertama) dan ( سخختةmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul درى. ( تعلخخمyakin). Contoh: ( تعلخخم السخخلم دينخخا حقخخاyakinlah islam adalah agama yang benar). Jadi, ( السلمmaf’ul pertama) dan دينخا (maf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul تعلم.
( أفعال التصييرsaudara ظنberupa fi’il-fi’il yang bermkana merubah
sesuatu kepada sesuatu lain) ( جعلmenjadikan). Contoh: ( فجعلناه هباء منثوراmaka kami (Allah) menjadikan amal itu debu yang berterbangan). Jadi, ه (maf’ul pertama) dan ( هباءmaf’ul kedua) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul جعل. ( اتخذmenjadikan). Contoh: ( واتخذ ال إبراهيم خليلAllah menjadikan nabi ibrohim sebagai kekasih). Jadi, ( إبراهيمmaf’ul pertama) ( خليلmaf’ul kedua) ) I’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul اتخذ. ( ردmenjadikan). Contoh: ( فخخخرد شخخخعورهن اسخخخود بيضخخخاhinngga menjadikan rambut mereka yang hitam itu menjadi putih). Jadi, ( شعورmaf’ul pertama) dan ( بيضاmaf’ul kedua) i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul رد. ( صيرmenjadikan). Contoh: ( صيرت الثوب حائلsaya menjadikan baju itu sebagai penghalang). Jadi, ( الثوبmaf’ul pertama) dan ( حخخائلmaf’ul kedua) i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul صير. ( وهبmenjadikan). Contoh: ( وهبني الخ فخخداءكAllah menjadikanku sebagai tebusanmu). Jadi, ( نخخيmaf’ul pertama) dan فخخداء (maf’ul kedua) i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul وهب.
KETERANGAN Tas}rif dari ظخخنdan saudara-saudaranya juga bisa beramal, yaitu berupa fi’il mad}i, fi’il mud}ari’, isim masdar, isim fa’il, isim maf’ul dan fi’il amr. Contoh:
Berupa fi’il mad}i. Contoh: ( ظن زيد الماء مستعملzaid menyangka air itu musta’mal / sudah digunakan). ظن: amil nawasikh berupa fi’il mad}i زيد: fa’il الماء: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab مستعمل: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Berupa fi’il mud}ari’. Contoh:نظممن dosen itu sangat pintar).
نظن المحاضر
المحاضممر علمممة
(kami menyangka
: amil nawasikh berupa fi’il mud}ari’ : maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab علمة : maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Berupa isim masdar. Contoh: ظنخخخخخك زيخخخخخدا مخخخخخاهرا أعجبنخخخخخي (mengherankanku persangkaanmu bahwa zaid itu pintar). ظن: amil nawasikh berupa isim masdar زيدا: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab ماهرا: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Berupa isim fa’il. Contoh: ( هو ظان عفيفا نشيطاdia menyangka afif itu rajin) ظان: amil nawasikh berupa isim fa’il غفيفا: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab نشيطا: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Berupa isim maf’ul. Contoh: ( محمد مظنون اماماMuhammad disangka sebagai pemimpin) مظنون: amil nawasikh berupa isim maf’ul اماما: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab (maf’ul pertama tidak disebutkan) Berupa fi’il amr. Contoh: ( ظن زيدا قائدا صالحاsangkalah bahwa zaid adalah pemimpin yang sholeh) ظن: amil nawasikh berupa fi’il amr زيدا: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab قائدا: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Khusus هبdan تعلخخم, hanya mempunyai bentuk fi’il amr saja dan tidak ada tas}rifnya. Contoh: ( هخخخخب المنظخخخخر جميلsangkalah pemandangan itu indah). Contoh lain: ( تعلم السلم دينا حقاyakinlah islam adalah agama yang benar) هب : amil nawasikh yang hanya punya bentuk fi’il amr المنظر: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab جميل: maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab 109
تعلم : amil nawasikh yang hanya punya bentuk fi’il amr السلم: maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab دينا : maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Khusus وهب, hanya mempunyai bentuk fi’il madly saja dan tidak ada tas}rifnya. Contoh: ( وهبني ال فداءكAllah menjadikanku sebagai tebusanmu). وهب: amil nawasikh yang hanya punya bentuk fi’il madly (tidak ada tas}rifnya) ني : maf’ul pertama (asalnya mubtada’) : i’rabnya nashab فداء : maf’ul kedua (asalnya khabar) : i’rabnya nashab KHABAR
كان
DAN SAUDARA-SAUDARANYA
كخخخخانdan saudarasaudaranya sudah dibahas panjang lebar. Amal كانdan saudaraPada
pembahasan
marfu’at
al-asma’,
saudaranya adalah merafa’kan mubtada’ sebagai isimnya dan menashabkan khabarnya. Jadi yang termasuk dari mansubat alasma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah khabar كخخانdan saudara-saudaranya. Contoh: ( كخخانت صخخلة الجماعخخة سخخنة مؤكخخدةsholat jamaah itu adalah sunnah muakkad) كانت: amil nawasikh صلة: isim ( كانتasalnya mubtada’) : i’rabnya rafa’ سنة : khabar كانت (asalnya khabar) : i’rabnya nashab Jadi, سنةi’rabnnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai khabar كخخانت. Tanda i’rab nashabnya adalah fathah karena سخخنة adalah isim mufrad. ISIM
إنDAN SAUDARA-SAUDARANYA
Pada pembahasan marfu’at al-asma’ juga telah dibahas
إنdan
saudara-saudaranya. Amal إنdan saudara-saudaranya adalah menashabkan mubtada’ sebagai isimnya dan merafa’kan khabarnya. Jadi, yang termsuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah isim إنdan saudara-saudaranya. Contoh: ( إن الستنجاء واجبsesungguhnya beristinja’ itu wajib) إن : amil nawasikh الستنجاء : isim ( إنasalnya mubtada’) : i’rabnya nashab واجب: khabar ( إنasalnya khabar) : i’rabnya rafa’ Jadi, السخخختنجاءi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai isim إن. tanda i’rab nashabnya adalah fathah karena الستنجاءadalah isim mufrad MAF’UL BIH (OBJEK) Ciri-Ciri Maf’ul Bih
Cocok bermakna “kepada” Sebagai objek dari pekerjaannya fa’il Berada setelah fi’il muta’addi Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن contoh: ( النسان خلقنا لقدsungguh kami menciptakan manusia) Penjelasan Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah maf’ul bih. Secara sederhana, maf’ul bih adalah objek dari suatu pekerjaan. Menurut istilah, maf’ul bih adalah isim yang dibaca nashab yang menjadi sasaran / objek dari pekerjaan fa’il (pelaku) . contoh: ( ضربت زيداsaya memukul zaid). ضرب: fi’il / kata kerja (sebagai amil) : mabni fathah ت : fa’il / pelaku : i’rabnya rafa’ secara mahalli زيدا : maf’ul bih / objek (sebagai ma’mul): i’rabnya nashab Jadi, زيداi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Tanda nashabnya adalah fathah karena زيخداadalah isim mufrad. Lafaz زيداdisebut nahsob karena menjadi objek / sasaran dari pekerjaan fa’il, yaitu saya memukul ()ضربت Ada dua pembagian isim maf’ul, yaitu: Maf’ul bih sarih (jelas) Yaitu maf’ul bih yang jelas (tidak berupa ta’wil masdar, jumlah, jar majrur). Maf’ul bih sarih ini ada dua macam, yaitu: Isim zahir (isim asli dan bukan kata ganti). Contoh: والذي يوجب ( الغسل ستة أشياءsesuatu yang mewajibkan mandi ada 6 hal). Jadi, الغسلi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Tanda i’rabnya adalah fathah karena الغسلadalah isim mufrad. Isim d}amir (kata ganti). Contoh: ( نصخخخخرتكsaya telah menolongmu). Jadi, كI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya كberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, كadalah mabni karena ك adalah termasuk dari isim mabni, yaitu isim d}amir. Maf’ul bih isim d}amir ini ada dua macam, muttas}il dan munfas}il. Rinciannya sebagai berikut: D}amir muttasil (bersambung). Contoh: ( نصرتكsaya telah menolongmu). Jadi, كI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya كberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, ك adalah mabni karena كadalah termasuk dari isim mabni, yaitu isim d}amir. Rincian maf’ul bih d}amir muttasil adalah sebagai berikut: 111
D}AMIR MUTASHIL
ARTINYA
ه
Dia satu laki-laki
هما
Dia dua laki-laki / perempuan
نصرهما
هم
Mereka laki-laki
نصرهم
ها
Dia satu perempuan
نصرها
هن
Mereka perempuan
نصرهن
ك
Kamu satu laki-laki
نصرك
كما
Kamu dua laki-laki / perempuan
نصركما
كم
Kalian laki-laki
نصركم
ك
Kamu satu perempuan
نصرك
كن
Kalian perempuan
نصركن
ني
Saya
نصرني
نا
kami
نصرنا
CONTOH
( نصرهdia menolong dia satu laki-laki)
D}amir munfasil (berpisah). Contoh: ( إياك نعبدhanya kepadaMU kami menyembah). Jadi, إياكI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya كberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Secara lafaz, إيخخاك adalah mabni karena إيخخخاكadalah termsuk dari isim mabni, yaitu isim d}amir. Rincian maf’ul bih d}amir munfasil adalah sebagai berikut: D}AMIR MUNFASIL
ARTINYA
CONTOH
( إياه نصرhanya kepadanya satu lakilaki dia menolong)
إياه
Dia satu laki-laki
إياهما
Dia dua laki-laki / perempuan
إياهما نصر
إياهم
Mereka laki-laki
إياهم نصر
إياها
Dia satu perempuan
إياها نصر
إياهن
Mereka perempuan
إياهن نصر
إياك
Kamu satu laki-laki
إياك نصر
إياكما
Kamu dua laki-laki / perempuan
إياكما نصر
إياكم
Kalian laki-laki
إياكم نصر
إياك
Kamu satu perempuan
إياك نصر
إياكن
Kalian perempuan
إياكن نصر
إياي
Saya
إياي نصر
إيانا
kami
إيانا نصر
Maf’ul bih ghoiru sarih (tidak jelas), yaitu ada tiga macam: Berupa kalimat yang dita’wil (dirubah) masdar setelah adanya huruf yang menta’wil masdar (seperti )أن. Contoh: علمت أنك ( مجتهخخخخدsaya tahu bahwa kamu bersungguh-sungguh). Susunan أنخك مجتهخدadalah maf’ul bih berupa kalimat yang dita’wil masdar karena ada huruf masdarnya, yaitu أن. ta’wil dari أنك مجتهدadalah ( اجتهادكkesungguhanmu). Jadi, أنخخخك مجتهخخخدI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya أنخخك مجتهخخدberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Akan tetapi secara lafaz, أنadalah huruf, hukumnya mabni. كhukumnya mabni karena isim d}amir. مجتهخخخدI’rabnya adaah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar أن. Berupa jumlah (susunan kata) yang yang dita’wil mufrad. Contoh: ( ظننتخخخك تجتهخخخدsaya menyangkamu bersungguhsungguh). Lafaz تجتهخخدadalah maf’ul bih berupa jumlah (berupa susunan fi’il dan fa’il). تجتهخخدini adalah jumlah yang dita’wil mufrad. Ta’wil تجتهخخدadalah ( مجتهخخدyang bersungguh-sungguh) Jadi, تجتهدI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya تجتهخخخدberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul kedua dari ظن. Akan tetapi secara lafaz, تجتهخخخدI’rabnya adalah rafa’ karena berupa fi’il mud}ari’ yang tidak didahului oleh amil nashab dan amil jazm Berupa jer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan). Contoh: ( أمسكت بيدكsaya memegang tanganmu). بيدكadalah maf’ul bih berupa jer majrur. Jadi, بيخخدكI’rabnya adalah nashab secara mahalli. Artinya بيدكberi’rab nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul 113
bih. Akan tetapi secara lafaz, بadalah mabni karena berupa isim d}amir. يدكI’rabnya jer karena didahului oleh huruf jer ()ب KETERANGAN Pada dasarnya maf’ul bih berada setelah fi’il dan fa’il. Contoh: ضربت ( زيداsaya memukul zaid). زيداkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz زيداsebagai maf’ul berada setelah fi’il ( )ضربdan fa’il ()ت akan tetapi adakalnya: Maf’ul berada setelah fi’il tapi sebelum fa’il (fi’il + maf’ul + fa’il), yaitu dalam tiga keadaan: Jika fa’ilnya bersambung dengan isim d}amir yang kembali kepada maf’ul bih. Contoh: ( أكخخخرم سخخخعيدا غلمخخخهanaknya memulyakan sa’id). سعيداkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz سخخعيداsebagai maf’ul bih berada setalah fi’il ( )أكرمakan tetapi berada sebelum fa’il ()غلم karena fa’ilnya bersambung dengan isim d}amir yang kembali kepada maf’ul () غلمخخه. D}amir هkembali kepada maf’ul bih ()سعيدا Jika fa’ilnya berupa isim zahir dan maf’ul bih berupa isim d}amir muttasil. contoh: ( ضخخربني زيخخدzaid memukulku). نخخي kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim d}amir. Lafaz نيsebagai maf’ul bih berada setelah fi’il ( )ضربtapi berada sebelum fa’il ( ) زيدkarena maf’ul bih berupa isim d}amir muttasil ( )نيsedangkan fa’ilnya berupa isim zahir ( ) زيد Jika fa’ilnya berupa lafaz yang dikecualikan (Mustasna). Contoh: مخخا أكخخرم سخخعيدا إل خالخخد. (tidak ada yang memulyakan sa’id kecuali kholid). سعيداkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz سخخعيداsebagai maf’ul bih berada setealah fi’il ( )أكرمtapi sebelum fa’il ()خالد, karena fa’ilnya ( )خالدberupa lafaz yang dikecualikan. Maf’ul berada sebelum fi’il dan fa’il (maf’ul + fi’il + fa’il). Yaitu dalam beberapa keadaan, yaitu: Maf’ul bih berupa isim syarat (isim yang butuh pada jawab). Contoh: ( مخخن يضخخلل ال خ فمخخا لخخه مخخن هخخادbarang siapa yang Allah sesatkan, maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk). من kedudukannya maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz مخخن sebagai maf’ul bih berada sebelum fi’il ( )يضللdan fa’il ()ال, karena maf’ul bih berupa isim syarat ()من Maf’ul bih berupa isim isim nahi (pertanyaan). Contoh: فأي ايات ( الخخخ تنكخخخرونmaka ayat yang mana yang kamu kalian ingkari?). أيkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz أيsebagai maf’ul bih berada sebelum fi’il (
)تنكرونdan fa’il (d}amir yang tersimpan, yaitu )هم, karena maf’ul bih berupa isim nahi ()أي Maf’ul bih berupa كمatau كأينyang bermakna berita (bukan pertanyaan). Contoh: ( كم كتاب ملكتbanyak kitab yang saya punya). كمkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz كمsebagai maf’ul berada sebelum fi’il ( )ملكdan fa’il ()ت, karena berupa كم. Berupa maf’ul bih yang dinashabkan oleh jawab أما. contoh: ( فأما اليتيم فل تقهرmaka janganlah memaksa anak yatim). اليتيم kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz اليخختيمberada sebelum fi’il ( )تقهخخرdan fa’il (d}amir yang tersimpan, yaitu )أنت Maf’ul bih yang didahulukan karena tujuan mengkhususkan. Contoh: ( إياك نعبدhanya kepadaMU kami menyembah). إياك kedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim d}amir. Lafaz إياكberada sebelum fi’il ( ) نعبدdan fa’il (isim d}amir yang tersimpan, yaitu )نحخخخخخخن, karena bertujuan menghususkan maf’ul bih Pada dasarnya fi’il dari maf’ul bih disebutkan. Contoh: ضخخربت زيخخدا (saya memukul zaid). زيخخداkedudukannya sebagai maf’ul bih berupa isim zahir. Lafaz زيداsebagai maf’ul bih disebutkan dalam perkataan. Akan tetapi adakalnya maf’ul bih tidak disebut dalam suatu perkataan. Contoh: ( ماذا أنزل ربكم؟ قالوا خيراapa yang Allah turunkan padamu? Mereka berkata, kebaikan). خيراkedudukannya sebagai maf’il bih berupa isim zahir. Fi’il dari maf’ul bih dibuang. Asalnya adalah خيرا أنزل. lafaz أنزلadalah fi’il yang tidak disebutkan MAF’UL MUTLAQ / MASDAR Ciri-Ciri Masdar Cocok bermakna “dengan” Berupa isim masdar Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Sebagai penegas / penjelas macam pekerjaan / penjelas hitungan pekerjaan Didahului oleh amil (fi’il dll) yang sama arti / bentuk dengan isim masdar Contoh: ( شقا الرض شققنا ثمkemudian kami memecah bumi dengan benar-benar memecah) Penjelasan Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah masdar, atau juga diebut maf’ul mutlaq. Masdar menurut istilah adalah isim yang dibaca nashab, yang menunjukkan suatu pekerjaan / peristiwa tanpa terikat oleh waktu. Dalam tas}rif, masdar berada pada urutan ketiga. 115
Contoh: قياما قام – يقوم- . Jadi yang disebut masdar adalah yang berada pada urutan ketiga, yaitu قياما. contoh: وكلم ال موسى تكليما (Allah berfirman kepada nabi musa dengan sebenar-benarnya firman). كلم : fi’il mad}i (seabagai amil) : mabni fathah ال : fa’il : i’rabnya rafa’ موسى: maf’ul : i’rabnya nashab تكليما: masdar (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab Jadi, تكليماi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai masdar. Tanda i’rab nashabnya adalah fathah karena تكليماadalah isim mufrad. Pada contoh diatas, ( كلمfi’il mad}i) adalah amil yang memerintah تكليماagar beri’rab nashab.
Amil Yang Menas}abkan Masdar Ada lima amil yang bisa menashabkan masdar, yaitu: Fi’il (kata kerja). Contoh: ( وكلم ال موسى تكليماAllah berfirman kepada nabi musa dengan sebenar-benarnya firman). Jadi, تكليمخخخا i’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai masdar. كلخخم adalah amil berupa fi’il yang menashabkan masdar ()تكليما. Isim masdar (pekerjaan / peristiwa). Contoh: إن جهنخخم جزائكخخم جخخزاء ( موفوراsesungguhnya neraka jahannam adalah balasan bagi kalian (iblis) sebagai balasan yang cukup). Jadi, جزاءi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai masdar. جزائكم adalah amil berupa isim masdar yang menashabkan masdar ( )جزاء. Isim fa’il (pelaku). Contoh ( أنخخا مسخختعمل مخخاء العيخخن اسخختعمال كخخثيراsaya banyak sekali menggunakan air sumber ). Jadi, استعمالi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai masdar. مستعمل adalah amil berupa isim fa’il yang menashabkan masdar ( )استعمال. Isim maf’ul (objek). Contoh: ( الطلق مكروه كراهة شديدةthalaq adalah hal yang sangat dibenci). Jadi, كراهةi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai masdar. مكخخخروهadalah amil berupa isim maf’ul yang menashabkan masdar. Sifat mushabihat (sifat). Contoh:( انخخت حسخخن الشخخعر حسخخناrambutmu sangat bagus). Jadi, حسخخناi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai masdar. حسنadalah amil berupa sifat mushabihat yang menashabkan masdar () حسنا. Macam-Macam Masdar Masdar mempunyai dua pembagian, yaitu: Dilihat dari segi bentuknya, ada dua macam:
Masdar lafzi, yaitu masdar yang lafaz dan ma’nanya sama dengan amilnya (fi’il / isim masdar / isim fa’il / isim maf’ul / sifat mushabihat). Contoh: Contoh: ( وكلم ال موسى تكليمخخاAllah berfirman kepada nabi musa dengan sebenar-benarnya firman). Jadi, تكليماi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai masdar. تكليماadalah masdar lafzi karena lafaz dan makna ( تكليماberfirman) sama dengan amilnya, yaitu كلخخم (berfirman) Masdar ma’nawi, yaitu masdar yang maknanya sama dengan amilnya (fi’il / isim masdar / isim fa’il / isim maf’ul / sifat mushabihat), tapi lafaznya tidak sama. Contoh: جلس زيد قعودا (zaid benar-benar wudlu’). Jadi, قعخخخوداi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai masdar. قعوداadalah masdar ma’nawi, karena maknaya saja yang sama dengan amilnya, yaitu قعوداsebagai masdar bermakna duduk, dan جلخخخسsebagai amil juga bermakna duduk. Akan tetapi lafaznya berbeda, yaitu masdarnya adalah قعخخخودا, dan amilnya adalah جلس Dilihat dari segi fungsinya, ada tiga macam: Berfungsi menguatkan / mengokohkan arti yang terkandung pada amilnya. Contoh: ( وكلخخم ال خ موسخخى تكليمخخاAllah berfirman kepada nabi musa dengan sebenar-benarnya firman). Jadi, تكليمخخخخاi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai masdar. تكليماsebagai masdar ini berfungsi menguatkan / mengokohkan arti yang terkandung pada وكلخخخمsebagai amilnya. Jadi pada contoh ini masdar berarti menguatkan / mengokohkan firman Allah kepada nabi musa. Berfungsi menjelaskan macam arti yang terkandung pada amilnya. Contoh: ( فأخخخخذناهم أخخخخذ عزيخخخزmaka kami (Allah) menyiksa mereka dengan siksa yang besar). أخذi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai masdar. أخذ sebagai masdar berfungsi menjelaskan macam arti yang terkandung pada أخخخذsebagai amil. Jadi pada contoh ini masdar berfungsi menjelaskan macam dari siksaan, yaitu siksaan yang besar. Keterangan: pada masdar ini, setelah masdar ada sandaran yang menunjukkan macam pekerjaan yang dilakukan, baik sandaran itu berupa mud}af ilaih, atau berupa na’at. Contoh: أخذ عزيز. setelah masdar ( )أخخذada sandaran berupa mud}af ilaih, yaitu عزيز. Berfungsi menjelaskan hitungan arti yang terkandung pada amilnya. Contoh: ( وحملخخخت الرض والجبخخخال فخخخدكتا دكخخخة واحخخخدةdan diangkatlah bumi dan gunung, lalu dibenturkan satu kali benturan). دكخخخخخخخةi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai masdar. دكخخخخةsebagai masdar 117
berfungsi menjelaskan hitungan arti yang terkandung pada دكتsebagai amil. Jadi pada contoh ini masdar menjeskan berapa hitungan benturan, yaitu satu kali benturan. Keterangan: pada masdar ini, setelah masdar ada ta’ marbutoh ( )ةyang disebut ta’ murroh. Contoh: دكة. setelah masdar ( )دكada ta’ marbutoh. HAAL (KEADAAN) Ciri-Ciri Haal Cocok bermakna “ dalam keadaan” Sebagai penjelas keadaan dari sahibul hal Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Biasanya berupa sifat (isim fa’il / isim maf’ul / sifat musyabihat) Berupa isim nakirah Contoh: ( مؤمنا بيختي دخخل لمخنbagi orang yang masuk ke rumahku dalam keadaan beriman) Penjelasan Termasuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah haal. Yang dimaksud haal adalah isim sifat yang dibaca nashab yang menjelaskan keadaan / tingkah laku yang samar dari shohibul hal (isim yang dijelaskan keadaannya). Contoh: جاء (زيد فارحاzaid datang dalam keadaan senang). جاء : fi’il mad}i (sebagai amil) : mabni fathah زيد : fa’il (shohibul hal) : i’rabya rafa’ فارحا: haal : i’rabnya nashab Jadi, فارحاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Tanda i’rabnya adalah nashab karena فارحخخاadalah isim mufrad. Yang menashabkan فارحخخاsebagai haal adalah amil berupa fi’il mad}i ()جخخاء. Lafaz فارحخخاsebagai haal menjelaskan keadaan زيدsebagai sahibul hal yang belum jelas keadaannya. Jadi pada contoh ini, ( فارحاsenang) menjelaskan keadaan zaid, yaitu dia datang dalam keadaan senang. Amil Yang Menashabkan Haal Amil yang bisa menashabkan haal ada tiga macam: Berupa fi’il (kata kerja). Contoh: ( طلعت الشمس صخخافيةmatahari itu terbit dalam keadaan berseri-seri). صخخافيةI’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai haal. طلخخخعadalah amil haal berupa fi’il mad}i Berupa kalimat yang serupa dengan fi’il. Yaitu sifat-sifat yang ditas}rif dari fi’il, seperti isim fa’il. Contoh: ما مسخافر خليخل ماشخخيا (kholil pergi dalam keadaan tidak berjalan kaki). ماشياI’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai haal. مسافرadalah haal berupa isim fi’il. Bentuk fi’il mad}inya adalah سافر Berupa kalimat yang satu makna dengan fi’il. Yaitu: 1) isim fi’il
(isim yang bermkana fi’il, seperti نخخزال: turunlah). 2) isim isyaroh (kata petunjuk, seperti تلك: itu). 3) adat tashbih (alat untuk menyerupakan, seperti كخخأن: seakan-akan). 4) adat tamanni dan tarojji (alat untuk berandai-andai dan alat untuk pengharapan, seperti ليت: andaikan). 5) huruf tanbih (huruf untuk memperingatkan, contoh 6 .( )هخخاjer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan, seperti لك: bagimu). 7) adat nahi (alat untuk bertanya, seperti كيخخخخف: bagaimana). 8) zaraf (keterangan waktu / tempat, seperti لدى: diantara). 9) huruf nida’ (huruf untuk memanggil, seperti ياأيها: wahai). Contohnya adalah: ( فتلك بيوتهم خاوية بما ظلمواmaka itulah rumahrumah mereka (kaum tsamud) dalam keadaan runtuh disebabkan kedzoliman mereka) Kalimat / Kedudukan Yang Menjadi Sahibul Haal Shohibul hal adalah kalimat yang dijelaskan keadaannya oleh haal. Kalimat isim yang bisa menjadi shohibul hal adalah sebagai berikut: Kedudukan isim sebagai fa’il (pelaku). Contoh: ( خرج زيد متبسماzaid keluar dalam keadaan tersenyum). متبسخخخماi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah زيخخدyang kedudukannya sebagai fa’il. Jadi pada contoh ini, keadaan zaid ( زيد: sahibul hal) ketika keluar adalah tersenyum ( متبسما: haal) Kedudukan isim sebagai naibul fa’il (pengganti pelaku). Contoh: ( تأكل الفاكهخخة ناضخجةbuah itu dimakan dalam keadaan matang). ناضجةi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah الفاكهخخخخخةyang kedudukannya sebagai na’ibul fa’il. Jadi pada contoh ini, keadaan buah ( الفاكهخخة: sahibul hal) ketika dimakan adalah matang ( ناضجة: haal) Kedudukan isim sebagai mubtada’ . Contoh: ( أنت مجتهدا صائمkamu dalam keadaan bersungguh-sungguh adalah berpuasa). مجتهدا i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah أنخختyang kedudukannya sebagai mubtada’. Jadi pada contoh ini, keadaanmu ( أنخخت: sahibul hal) ketika berpuasa adalah bersungguh-sungguh ( مجتهدا: haal) Kedudukan isim sebagai khabar (berita). Contoh: ( هذا الهلل طالعاini adalah bulan sabit dalam keadaan terbit). طالعخخخاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah الهللyang kedudukannya sebagai khabar. Jadi pada contoh ini, keadaan bulan sabit ( الهلل: sahibul hal) ini adalah terbit ( طالعا: haal) Kedudukan isim sebagai maf’ul bih (objek). Contoh:ركبخخت الفخخرس 119
( مسخخرجاsaya menunggangi kuda dalam keadaan berpelana). مسرجاi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Sedangkan sahibul halnya adalah الفخخخخخرسyang kedudukannya sebagai maf’ul bih. Jadi pada contoh ini, keadaan kuda ( الفخخرس: sahibul hal) ketika saya tunggangi adalah berpelana ( مسرجا: haal) Kedudukan isim sebagai masdar. Contoh: ( سخرت سخيري حثيثخاsaya berjalan dengan cepat). حثيثاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul hal nya adalah سيريyang kedudukannya sebagai masdar. Jadi pada contoh ini, keadaaan berjalanku ( سخخيري: sahibul hal) adalah cepat ( حثيثا: haal) Kedudukan isim sebagai zaraf (keterangan waktu atau tempat). Contoh: ( سخخافرت الليخخل مظلمخخاsaya pergi di malam hari dalam keadaan gelap). مظلمخخخخاI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah الليلyang kedudukannya sebagai zaraf. Jadi pada contoh ini, keadaan malam hari ( الليخخل: sahibul hal) ketika saya pergi adalah gelap ( مظلما: haal) Kedudukannya sebagai maf’ul liajlih (alasan). Contoh: إفعل الخير محبة ( الخير مجردة عن الرياءkerjakanlah kebaikan karena senang pada kebaikan, dengan keadaan terhindar dari riya’). مجردةI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah محبخخةyang kedudukannya sebagai maf’ul liajlih. Jadi pada contoh ini, keadaan senang pada kebaikan ( محبخخة: sahibul hal) itu adalah terhindar dari riya’ ( مجردة: haal) Kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah (bersama). Contoh: ل تسر ( والمطخخخر نخخخازلjangan berjalan bersamaan dengan turunnya hujan). نخخازلI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan sahibul halnya adalah والمطخخرyang kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Pada contoh ini, keadaan hujan ( والمطر: sahibul hal) adalah turun ( نازل: haal) Macam-Macam Haal Haal dibagi menjadi dua, mufrad dan ghairu mufrad. Rinciannya sebagai berikut: Mufrad (bukan jumlah/ syibhul jumlah). Yaitu haal yang tidak berupa jumlah (Fi’liyah dan ismiyah) dan tidak berupa syibhul jumlah(jer majrur dan zaraf). Haal ini ada dua macam: Berupa isim musytaq (ada tas}rifnya) Yaitu haal berupa kalimat isim yang ada tas}rifnya, yaitu: Isim fa’il. Contoh: ( جاء محمد ماشيا على القدامzaid datang dalam keadaan jalan kaki). ماشياi’rabnya adalah nashab karena
kedudukannya sebagai haal. ماشخخياadalah haal berupa isim fa’il. Bentuk fi’il mad}inya adalah مشي Isim maf’ul. Contoh: ( رجخخع الطخخالب مسخخروراmurid itu datang dalam keadaan senang). مسروراi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. مسروراadalah haal berupa isim maf’ul. Bentuk fi’il mad}inya adalah سر. Isim sifat mushabihat. Contoh:( رأيخخت المخخرأة حسخخنة وجههخخاsaya melihat wanita yang cantik parasnya). حسخخنةi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. حسنة adalah haal berupa sifat mushabihat. Fi’il mad}inya adalah حسن. S}ighat mubalaghah. Contoh: ( جخخخاء زيخخخد نصخخخار السخخخلمzaid datang dalam keadaan sebagai orang yang sangat menolong islam). نصخخارi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. نصخخارadalah haal berupa S}ighat mubalaghah. Bentuk fi’il mad}inya adalah نصر. Berupa isim jamid (tidak ada tas}rifnya) yang dita’wil isim musytaq Yaitu haal berupa kalimat isim yang tidak ada tas}rifnya, yang dita’wil menjadi isim sifat musytaq, yaitu: Lafaz yang menunjukkan arti menyerupakan. Contoh: كر زيد ( عخخدوه أسخخداzaid menyerang musuhnya dengan berani seperti singa). أسخخخداi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. أسخخداadalah haal berupa isim jamid. Ta’wilnya adalah : ( شجاعا كالسدberani seperti singa) Lafaz yang menunjukkan arti tertib. Contoh: قرأت الكتاب بابا بابا (saya membaca kitab berurutan satu bab-satu bab). بابا i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. بابخخخاadalah haal berupa isim jamid. Ta’wilnya adalah: ( مترتباberurutan) Lafaz yang menunujukkan arti persekutuan. Contoh: كلمته فاها ( الخخخخى فخخخخاهsaya berkata kepaanya secara langsung berhadap-hadapan). فاهاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. فاهاadalah haal berupa isim jamid. Ta’wilnya adalah: ( متشافهينberhadapan langsung) Lafaz yang menunjukkan arti harga. Contoh: بعت القمح جرامخخا ( بألف ربيةsaya menjual gandum ini setiap gram seribu rupiah). جرامخخخخخخاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. جرامخخاadalah haal berupa isim jamid. Ta’wilnya adalah:( مسعرا كل جرامdihargai tiap gram) Lafaz berupa masdar nakirah. Contoh: جخخخاء مصخخخطفى بغتخخخة (mustofa datang secara tiba-tiba). بغتةi’rabnya adalah 121
nashab karena kedudukannya sebagai haal. بغتةadalah haal berupa isim jamid. Ta’wilnya adalah: ( باغتاtiba-tiba) Ghoiru mufrad (berupa jumlah/ syibhul jumlah) Yaitu haal yang berupa jumlah (Fi’liyah dan ismiyah) atau berupa syibhul jumlah (jer majrur dan zaraf). Yaitu: Berupa jumlah (susunan kalimat). Ada dua: Fi’liyah (fi’il dan fa’il). Contoh: جخخخاء محمخخخد يركخخخب السخخخيارة (Muhammad datang dalam keadaan mengendarai mobil). Susunan يركخخخب السخخخيارةI’rabnya adalah nashab secara mahalli, artinya beri’rab nashab karena kedudukannya sebagai haal. Sedangkan secara lafaz, يركبI’rabnya adalah rafa’ karena tidak didahului oleh amil nashab dan amil jazm. يركخخخب السخخخيارةadalah haal berupa jumlahFi’liyah, yaitu berupa susunan fi’il ( )يركخخخبdan fa’il (d}amir yang tersimpan, yaitu )هو Ismiyah (mubtada’ dan khabar). Contoh: يصلي زيد وهو جخخالس (zaid sedang sholat dalam keadaan duduk). Susunan وهو جخخالسi’rabnya adalah nashab secara mahalli, artinya beri’rab nashab karena kedudukannya sebagai haal. Tapi secara lafaz, هوadalah mabni karena berupa isim d}amir. جخخخخخخالسI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar. وهو جالسadalah haal berupa jumlahismiyah, yaitu berupa susunan mubtada’ ( )وهوdan khabar () جالس Syibhul jumlah (menyerupai susunan kalimat). Ada dua: Jer majrur (huruf jer dan isim yang dijerkan). Contoh: فخرج ( على قومه في زينتهmaka keluarlah qorun kepada kaumnya dalam keadaan kemegahannya). Susunan فخخخي زينتخخخه I’rabnya adalah nashab secara mahalli, artinya beri’rab nashab karena kedudukannya sebagai haal. Tapi secara lafaz, فخخيadalah mabni karena berupa huruf jer. زين خة i’rabnya jer karena didahului oleh huruf jer. في زينتهadalah haal berupa susunan jer ( )فيdan majrur ( )زينة Zaraf (keterangan waktu / tempat). Contoh: رأيت الهلل بيخخن ( السحابsaya melihat bulan sabit berada diantara awan). Susunan بيخخخن السخخخحابI’rabnya adalah nashab secara mahalli, artinya beri’rab nashab karena kedudukannya sebagai haal. Tapi secara lafaz, بيخخنI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. السخخخحاب I’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. بين السحابadalah haal berupa zaraf ()بين
KETERANGAN Haal harus sama dengan sahibul halnya dalam segi jumlah (mufrad, tasniyah dan jama’) dan jenisnya (muzakkar dan muannas). Contoh: ( جاء زيد فارحاzaid datang dalam keadaan senang). جاء : fi’il mad}i (sebagai amil) : mabni fathah زيد : fa’il (shohibul hal) : mufrad muzakkar فارحا: haal : mufrad muzakkar Jadi, فارحاsebagai haal sama dengan زيدsebagai sahibul hal dari segi jumlah (sama-sama mufrad) dan jenisnya (sama-sama muzakkar) Haal harus berupa isim nakirah. Contoh: ( جاء زيد فارحخخاzaid datang dalam keadaan senang). فارحخخخخخاi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai haal. فارحخخاsebagai haal berupa isim nakirah. Tapi adakalanya haal berupa isim ma’rifat yang dita’wil menjadi isim nakirah. Contoh: ( جاء زيخخد وحخخدهzaid datang dalam keadaan sendiri). وحخخدهi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai haal. وحخخدهsebagai haal adalah berupa isim ma’rifat yang dita’wil menjadi isim nakirah, yaitu dita’wil menjadi منفردا (sendirian) Pada dasarnya, haal harus berada setelah amil dan sahibul hal. Contoh: ( جاء زيد فارحاzaid datang dalam keadaan senang). فارحخخا I’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai haal. فارحخخا sebagai haal berada setelah amil ( )جاءdan sahibul hal ()زيد. Tapi kadang-kadang: Haal berada setelah amil dan sahibul hal. Contoh: متأخرا دخل التلميذ ( الكسخخلن الفصخخلmurid yang malas itu datang dalam keadaan terlambat). متخخخأخراi’rabnya nahsob karena kedudukannya sebagai haal. متأخراsebagai haal berada sebelum amil ()دخل dan sahibul hal ()التلميذ Haal berada setelah amil tapi sebelum sahibul hal. Contoh:قخخام ( مجتهخخدا محمخخد بهخخذه الوظيفخخةMuhammad melaksanakan tugas ini dalam keadaan bersungguh-sungguhh). مجتهداi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai haal. مجتهداsebagai haal berada setelah amil ( )قامtapi berada sebelum sahibul hal ()محمد. Sahibul hal harus berupa isim ma’rifat. Contoh: ( جخخاء زيخخد فارحخخاzaid datang dalam keadaan senang). فارحخخاi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai haal. زيدadalah sahibul hal , yaitu berupa isim ma’rifat (berupa ‘alam / nama). Tapi adakalnya sahibul hal berupa isim nakirah, yaitu dalam empat keadaan: Ketika sahibul hal berada setelah haal. Contoh: يصلي خاشخخعا مسخخلم (seorang muslim sholat dalam keadaan khusyu’). مسلمadalah sahibul hal berupa isim nakirah karena berada setelah haal ( 123
)خاشعا Ketika haal didahului oleh nafi (peniadaan, seperti ) ما. Contoh: ما ( فخخي المسخخجد صخخائم نائمخخاtidak ada seorangpun yang berpuasa di masjid dalam keadaan tidur). صائمadalah sahibul hal berupa isim nakirah karena haal didahului oleh nafi ()ما Ketika sahibul hal disifati dengan isim nakirah yang lain. Contoh: ( جخخائت مسخخلمة صخخالحة متبسخخمةseorang muslimah yang sholihah itu datang dalam keadaan tersenyum). مسلمةadalah sahibul hal berupa isim nakirah karena disifati dengan isim nakirah yang lain ()صالحة. Ketika haal berupa jumlah yang didahului wawu haaliyah ( وyang bermakna keadaan). Contoh: ( جاء طالب وهخخو بخخاكseorang murid datang dalam keadaan menangis). طخخالبadalah sahibul hal berupa isim nakirah karena haalnya berupa jumlahyang didahului wawu haaliyah ()وهو باك TAMYIZ Ciri-Ciri Tamyiz Cocok bermakna “apanya” Sebagai penjelas dari kalimat yang samar pada kalimat sebelumnya Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Berupa isim masdar / isim jamid Biasanya berada setelah isim tafdlil atau setelah bilangan 11 – 99 Contoh: ( تأويل أحسخخن و خيخخر ذلخخكhal itu lebih baik dan lebih bagus penafsirannya) Penjelasan Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah tamyiz. Secara istilah, tamyiz adalah isim nakirah yang dibaca nashab, yang mengandung makna مخخخن, yang berfungsi untuk menjelaskan nisbat atau zat dari suatu jenis yang masih samar. Contoh: ( حسخخن عفيخخف خلقخخاafif itu bagus budi pekertinya) حسن: fi’il mad}i (sebagai amil) عفيف: fa’il : i’rabnya rafa’ خلقا : tamyiz (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab Jadi, خلقاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz. Jadi, خلقاsebagai tamyiz ini menjelaskan nisbat dari حسن yang masih samar (tidak jelas). Macam-Macam Tamyiz Tamyiz ada dua macam, zat dan nisbat. Rinciannya sebagai berikut: Tamyiz zat / mufrad, yaitu tamyiz yang berfungsi untuk menghilangkan kesamaran yang ada pada kalimat isim sebelumnya. Tamyiz zat / mufrad empat macam:
Tamyiz ‘adad (hitungan). Yaitu tamyiz yang berfungsi menjelaskan barang yang dihitung, sebab barang tersebut belum diketahui. Contoh: ( رأيت أحد عشر كوكباsaya melihat 11 bintang). كوكبخخخخخخخاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa tamyiz adad. ( كوكبخخاbintang) sebagai tamyiz menjelaskan benda yang dihitung, yaitu hitungan 11 ()أحد عشر. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “apanya yang 11”? Maka tamyiz ( )كوكبا berfungsi menjelaskan, “yang 11 adalah bintangnya” Tamyiz miqdar (ukuran). Yaitu tamyiz yang berfungsi menjelaskan barang yang mempunyai kadar, sebab barang tersebut belum diketahui. Kadar tersebut berupa: (مساحةukuran). Contoh:( اشتريت هكتارا عقاراsaya membeli satu hektar tanah). عقخخاراi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu tamyiz berupa ukuran. ( عقخخخاراtanah) sebagai tamyiz menjelaskan ukuran, yaitu barang satu hektar ( )هكتخخاراyang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya yang satu hektar?” maka tamyiz ( عقخخخارا: tanah) berfungsi menjelaskan, “ yang satu hektar adalah tanahnya” (وزنtimbangan). Contoh: ( اشخختريت كيلخخوين ارزاsaya membeli dua kg beras). ارزاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa ukuran timbangan. ( ارزاberas) sebagai tamyiz menjelaskan timbangan, yaitu barang dua kilo gram ( )كيلخخوينyang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya yang dua kilo gram?”. Maka tamyiz ( ارزا: beras) berfungsi menjelaskan, “ yang dua kg adalah berasnya” (كيلtakaran). Contoh:( املك صاعا قمحخاsaya mempunyai satu sak gandum). قمحخخخخاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa ukuran takaran. ( قمحخخاgandum) sebagai tamyiz menjelaskan takaran, yaitu satu sak ( )صاعاyang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya yang satu sak?” maka tamyiz ( قمحا: gandum) menjelaskan, “ yang satu sak adalah gandumnya” Tamyiz syibhu al-miqdar (menyerupai ukuran). Yaitu tamyiz yang berfungsi menjelaskan sesuatu yang menyerupai kadar, sebab sesuatu itu kadarnya tidak diketahui dengan pasti dan tidak dapat diukur dengan alat tertentu (seperti tamyiz miqdar). Keserupaan itu antara lain: Menyerupai ukuran. Contoh: ( عنخخخخدي مخخخخد البصخخخخر أرضخخخاsaya mempunyai tanah sejauh pandangan mata). أرضخخخا i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa sesuatu yang menyerupai ukuran. 125
( أرضاtanah) sebagai tamyiz menjelaskan sesuatu yang menyerupai kadar, yaitu sejauh pandangan mata (مخخد )البصرyang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya yang sejauh pandangan mata?” maka tamyiz ( أرضا: tanah) menjelaskan, “ yang sejauh pandangan mata adalah tanahnya” Menyerupai timbangan. Contoh: فمخخن يعمخخل مثقخخال ذرة خيخخرا يخخره (barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji dzarrohpun, maka niscaya dia akan melihat balasannya). خيخخخخراi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa sesuatu yang menyerupai timbangan. ( خيخخراkebaikan) sebagai tamyiz menjelaskan sesuatu yang menyerupai timbangan, yaitu seberat biji dzarroh ( )مثقخخال ذرةyang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya yang seberat biji dzarroh?” maka tamyiz ( خيرا: kebaikan) menjelaskan, “ yang seberat biji dzarroh adalah kebaikannya” Menyerupai takaran. Contoh: ( عنخخخخخخخدي جيخخخخخخخس ارزاsaya mempunyai sekarung beras). ارزاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa sesuatu yang menyerupai takaran. ( ارزاberas) sebagai tamyiz menjelaskan sesuatu yang menyerupai takaran, yaitu sekarung ( )جيخخخسbarang yang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ apanya yang sekarung?” maka tamyiz ( ارزا: beras) menjelaskan, “ yang sekarung adalah berasnya” Tamyiz yang yang diberlakukan seperti miqdar (ukuran), yaitu jika shohib al-tamyiz (lafaz yang dijelaskan) berupa isim mubham (isim yang butuh pada penjelas dan perinci). Contoh: ( ولخخخخخو جئنخخخخخا بمثلخخخخخه مخخخخخدداsekalipun kamai (Allah) mendatangkan tambahan sebanyak itu). مخخخدداi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa isim mubham. ( مخخدداtambahan) sebagai tamyiz menjelaskan isim mubham, yaitu sebanyak itu ( )بمثلهyang belum diketahui. Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “apanya yang sebanyak itu?” maka tamyiz ( مخخخددا: tambahan) menjelaskan, “yang sebanyak itu adalah tambahannya” Tamyiz nisbat / jumlah, yaitu tamyiz yang berfungsi menghilangkan kesamaran yang terdapat pada jumlah. Tamyiz nisbat / jumlahada dua: Muhawwal (dipindah), yaitu tamyiz yang merupakan pindahan bentuk dari kedudukan kalimat yang lain. Pindahan tersebut adakalnya:
Berasal dari fa’il. Contoh: ( واشخخختعل الخخخرأس شخخخيباkepalanya bersinar, ubannya). شيباi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa muhawwal dari fa’il. Asalnya adalah ( اشخختعل شخخيب الخخرأسuban kepala bersinar). Jadi, شيبkedudukan asalnya adalah sebagai fa’il dari fi’il ()اشخختعل, lalu dipindah / dirubah menjadi tamyiz () شيبا. Berasal dari maf’ul bih. Contoh:( وفجرنا الرض عيوناdan kami memancarkan bumi, mata airnya). عيوناi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa muhawwal dari maf’ul bih. Asalnya adalah وفجرنا ( عيون الرضdan kami memancarkan mata air bumi). Jadi عيخخخخونkedudukan asalnya adalah maf’ul bih, lalu dipindah / dirubah menjadi tamyiz () عيونا Berasal dari mubtada’. Contoh: ( أنخخا أكخخثر منخخك مخخالsaya lebih banyak darimu, hartanya). مالi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa muhawwal dari mubtada’. Asalnya adalah مخخالي أكخخثر منخخك (hartaku lebih banyak darimu). Jadi, مخخخالkedudukan asalnya adalah mubtada’, lalu dipindah / dirubah menjadi tamyiz () مال Ghoiru muhawwal (bukan pindahan), yaitu tamyiz yang bukan merupakan pindahan dari sesuatu apapun. Contoh: امتل الناء ( ماءwadah itu penuh, airnya). ماءi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz, yaitu berupa ghoiru muhawwal. Jadi, مخخاءkedudukan aslinya adalah tamyiz, bukan pindahan bentuk apapun. KETERANGAN Amil yang menashabkan tamyiz dibagi menjadi dua: Jika berupa tamyiz zat / mufrad, maka amilnya adalah shohib altamyiz (lafaz yang dijelaskan). Contoh: ( رأيت أحد عشر كوكباsaya melihat 11 bintang). كوكبخخاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz. Amil yang menashabkan tamyiz adalah shohib al-tamyiz, yaitu: 11) )أحد عشر Jika berupa tamyiz nisbat / jumlah, maka amilnya adalah fi’il atau yang serupa dengan fi’il yang berada sebelum tamyiz. Contoh: ( واشخختعل الخخرأس شخخيباkepalanya bersinar, ubannya). شخخيباi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz. Amil yang menashabkan tamyiz adalah ( اشتعلbersinar) Tamyiz harus berupa isim nakirah, dan harus berada setelah shohib al-tamyiz (lafaz yang dijelaskan). Contoh: ( رأيت أحد عشر كوكباsaya melihat 11 bintang). كوكبخخخاi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai tamyiz. كوكبخخخاsebagai tamyiz adalah berupa isim nakirah dan berada setelah shohib al-tamyiz (أحخخد 127
)عشر. ZARAF (KETERANGAN WAKTU / TEMPAT) Ciri-Ciri Zaraf Cocok bermakna “di” / “di dalam” / “pada” Menjelaskan keterangan waktu / tempat Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Contoh: ( يوما لبثت قالsalah satu penghuni gua itu berkata, saya tinggal selama satu hari) Penjelasan Termasuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nas}ab) adalah zaraf. Secara istilah, zaraf adalah isim yang dibaca nashab yang menunjukkan arti keterangan waktu atau tempat, yang mengandung makna ( فيdi, didalam, pada). Contoh: أصلي ( التهجد ليلsaya sholat tahajjud dimalam hari). أصلي: fi’il mud}ari’ (sebagai amil) : i’rabnya rafa’ التهجد: maf’ul bih : i’rabnya nashab ليل : zaraf (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab Jadi, ليلi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf, yaitu menunjukkan arti waktu. Tanda i’rabnya adalah fathah karena ليلadalah isim mufrad. ليلmengandung makna في . jadi kalau ditampakkan menjadi ( في الليلdimalam hari) Amil Yang Menas}abkan Zaraf Amil yang menashabkan zaraf ada tiga, yaitu: Fi’il. Contoh: ( أصلي التهجخخد ليلsaya sholat tahajjud dimalam hari). Jadi, ليلi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. Amil yang menashabkan ليلsebagai zaraf adalah fi’il ( )أصلي Isim masdar. Contoh: ( يسرني جلوسك عند العلماءdudukmu disamping ulama’ membuatku bahagia). Jadi, عندi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. Amil yang menashabkan عندsebagai zaraf adalah isim masdar ()جلوس Isim fa’il. Contoh: ( الطخخخخالب جخخخخالس وراء السخخخختاذmurid itu duduk dibelakang guru). Jadi, وراءi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. Amil yang menashabkan وراء sebagai zaraf adalah isim fa’il ()جالس Macam-Macam Zaraf Zaraf dibagi menjadi dua, yaitu: Zaraf zaman (keterangan waktu). Zaraf zaman dibagi menjadi tiga: Zaraf zaman mukhtas} (tertentu). Yaitu zaraf yang menunjukkan kadar waktu yang ditentukan, dan menjadi jawaban dari dari lafaz ( متىkapan). Contoh:تيممت يوم الجمعخخة
(saya bertayammum hari jum’at). يخخخومi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. يخخومadalah zaraf zaman mukhtas} karena waktunya ditentukan yaitu hari jumat, dan menjadi jawaban dari ( متىkapan). Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ kapan saya berpuasa?” jawabannya adalah “hari jum’at (”) يوم الجمعة Zaraf zaman ma’dud (terhitung). Yaitu zaraf yang menunjukkan kadar waktu yang bisa dihitung, dan menjadi jawaban dari lafaz ( كخخمberapa). Contoh:( صخخمت شخخهراsaya berpuasa satu bulan). شهراi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. شخخهراadalah zaraf zaman ma’dud karena waktunya bisa dihitung yaitu satu bulan, dan menjadi jawaban dari ( كمberapa). Jadi pada contoh ini ada pertanyaan, “ berapa lama saya berpuasa?” jawabannya adalah “satu bulan(”) شهرا Zaraf zaman mubham (samar). Yaitu zaraf yang menunjukkan kadar waktu yang tidak ditentukan, dan tidak menjadi jawaban dari apapun. Contoh:( جمعخخت الصخخلة أحيانخخاkadangkadang saya menjama’ / menggabungkan sholat). أحيانخخا i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. أحياناadalah zaraf zaman mubham karena waktunya tidak bisa ditentukan. Keterangan I’rab zaraf zaman dibagi menjadi dua: Jika zaraf zaman mengandung makna ( فيdi, didalam, pada), maka zaraf zaman (mukhtash, ma’dud, mubham) ber’irob nashab. Contoh: ( تيممت يوم الجمعةsaya bertayammum pada hari jum’at). يخخخخخومi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. يومberi’rab nashab sebagai zaraf karena mengandung makna فخخخخي. Jadi kalau ditampakkan menjadi ( يوم فيpada hari) Jika zaraf zaman tidak mengandung makan ( فيdi, didalam, pada), maka zaraf zaman ber’irob sesuai dengan tuntutan amil. Contoh: ( جاء يخخوم الجمعخخةhari jum’at tiba). يخخومi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai fa’il. يومpada contoh ini tidak mengandung makna فخخي, jadi artinya adalah hari jum’at. Zaraf makan (keterangan tempat). Zaraf makan dibagi menjadi dua, yaitu: Zaraf makan mubham (samar). Yaitu zaraf yang menunjukkan kadar tempat yang tidak ditentukan (artinya bentuknya tidak bisa dilihat oleh panca indra dan bentuknya tidak ada batasan tertentu). Termasuk zaraf makan mubham adalah: Isim yang menunjukkan arah, seperti. contoh: المأموم يصلي ( جماعة وراء المخامma’mum itu sholat jama’ah dibelakang 129
imam). وراءi’rabnya adalah nashab karena kedudukannnya sebagai zaraf. ( وراءdibelakang) adalah zaraf makan mubham bentuk dibelakang itu tidak bisa dilihat dengan panca indra dan tidak ada batasan yang jelas. Isim yang menunjukkan ukuran tempat, seperti. contoh: ( سرت ميلsaya berjalan satu mil). ميلi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. ( ميلsatu mil) adalah zaraf mubham karena bentuk satu mil itu tidak bisa dilihat dengan panca indra. Zaraf makan mukhtash (tertentu). Yaitu zaraf yang menunjukkan tempat yang ditentukan (artinya bentuknya tertentu dan ada batasannya). Contoh: زيخخد يصخخلي فخخي المسخخجد (zaid sholat di masjid). المسجدi’rabnya jer karena didahului oleh huruf jer ()فخخي. Lafaz ( المسخخجدmasjid) adalah zaraf makan mukhtash karena bntuknya bisa dilihat dengan panca indra dan bentuknya mempunyai batasan tertentu. Keterangan Zaraf makan wajib beri’rab nashab dalam tiga keadaan, yaitu: Berupa zaraf makan mubham (menunjukkan arah dan menunjukkan ukuran tempat) yang mengandung makna فخخي (di, di dalam, pada). Contoh: المخخخأموم يصخخخلي جماعخخخة وراء المخخخام (ma’mum itu sholat jama’ah dibelakang imam). وراءi’rabnya adalah nshob karena kedudukannya sebagai zaraf. وراء beri’rab nashab sebagai zaraf karena mengandung makan في. jadi kalau ditampakkan menjadi ( وراء فيdibelakang) Jika zaraf makan mubham itu tidak mengandung makna في, maka maka zaraf zaman ber’irob sesuai dengan tuntutan amil. Contoh: ( الكلومتر الف مترsatu kilo meter itu adalah seribu meter). الكلومخخترi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. Jadi الكلومخخترtidak beri’rab nashab karena tidak mengandung makna في. Begitu juga lafaz مخترi’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. مخختر tidak beri’rab nashab karena tidak mengandung makna في. Berupa zaraf yang lafaznya ditas}rif dari amilnya, baik zaraf makan mubham atau mukhtash. Contoh: ( جلست مجلس العلماءsaya duduk di tempat berkumpulnya ulama’). مجلسi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai zaraf. ( مجلخخسtempat duduk / berkumpul) sebagai zaraf beri’rab nashab karena lafaznya ditas}rif dari amilnya, yaitu ( جلسduduk) KETERANGAN Kalimat isim zaman yang bisa dijadikan zaraf zaman (selain lafaz ) أشهرadalah:
Zaraf zaman
Artinya
Zaraf zaman
Artinya
ليلة
Semalam
سحرا
Waktu sahur
يوما
Sehari
غدوة
Pagi-pagi
سنين
بكرة
Waktu pagi
مدة
Beberapa tahun Sesaat
ليلة الثنين
Malam senin
جمعة
Hari jum’at
يوم الحد
Hari ahad
حينا
Sesaat
غدا
Besok
صباحا
Waktu subuh
سرمدا
Selamaselamanya
مساء
Waktu sore
أبدا
Selamaselamanya
Kalimat isim makan mubham yang bisa dijadikan zaraf makan (selain lafaz ) ميلadalah:
Zaraf makan
Artinya
Zaraf makan
Artinya
أمام
Didepan
حذاء
Di depan
خلف
Di belakang
عند
Di sisi-sisi
وراء
Di belakang
دون
Di arahnya / di bawah
قدام
Di depan
قبل
Sebelum
يمين
Sesudah
تلقاء
Di sebelah بعد kanan Di sebelah هناك kiri Di depan ثم
فوق
Di atas
فرسخا
Satu farsakh
تحت
Di bawah
بريدا
Satu barid
إزاء
Di depan
ههنا
Di sini
مع
Bersama
هناك
Di sana
شمال
Catatan 131
Di sana Di sana
1 mil = 4000 langkah 1 farsakh = 3 mil = 12.000 langkah 1 barid = 4 farsakh = 12 mil = 48.000 langkah MUSTASNA (YANG DIKECUALIKAN) Ciri-Ciri Mustasna Berada setelah adat istisna’ Sebagai kalimat yang dikecualikan contoh: ( إبليس إل فسجدواkemudian para malaikat itu sujud kecuali iblis). Penjelasan Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah Mustasna. Secara istilah, Mustasna adalah isim yang berada setelah adat istisna’ (lafaz untuk mengecualikan), yang dikeluarkan dari hukum lafaz yang berada sebelum adat istisna’ . Contoh: ( وجلود الميتة تطهر بالدباغ إل جلد الكلب والخنزيرkulit-kulit bangkai itu bisa menjadi suci dengan cara disamak, kecuali bangkai anjing dan babi). وجلود الميتة: Mustasna minhu (yang mempunyai hukum) تطهر بالدباغ: Hukum إل : Adat istisna’ جلد : Mustasna (yang dikecualikan) Jadi, جلدi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai Mustasna. Tanda i’rabnya adalah fathah karena جلدadalah isim mufrad. Lafaz جلدdisebut Mustasna karena merupakan lafaz yang berada setelah adat istisna’ ()إل, yang mana lafaz ( جلدkulit) itu dikeluarkan dari hukum ( )تطهر بالدباغlafaz yang berada sebelum adat istisna’ ()وجلود الميتة. Jadi pada contoh tersebut, semua kulit bangkai bisa disucikan dengan cara disamak. Tapi kulit anjing dan babi ( جلد الكلب والخنزير: sebagai Mustasna) dikeluarkan / dikecualikan dari hukum bisa suci itu. Maka kulit anjing dan babi itu tidak bisa disucikan walau sudah disamak. Istilah-Istilah Dalam Istisna’ Ada beberapa istilah dalam Mustasna ini yang perlu diperhatikan untuk mempermudah pemahaman tentang i’rab istisna’ (proses pengecualian), yaitu dibagi dalam dua bagian: Istilah-istilah yang terdapat pada rukun istisna’ : Hukum: yaitu suatu peristiwa / kejadian yang dimiliki pada Mustasna minhu Adat istisna’ : yaitu lafaz yang berfungsi mengeluarkan / mengecualikan Mustasna dari hukum yang dimiliki Mustasna minhu . Adat istisna’ dibagi menjadi empat, yaitu:
Berupa huruf : إل Berupa isim: غير, سواء, سوي,سوي Berupa fi’il: ل يكون,ليس Berupa huruf / fi’il: خل, عدا, حاشا/ حاش/ حشا Mustasna minhu : yaitu lafaz yang berada sebelum adat istisna’ , yang memiliki hukum tertentu, yang mana Mustasna dikeluarkan / dikecualikan dari hukum yang dimiliki oleh Mustasna minhu . Mustasna: yaitu lafaz yang berada setelah adat istisna’ , yang dikeluarkan / dikecualikan dari hukum yang dimiliki oleh Mustasna minhu Contoh dari istilah-istilah itu adalah: ( حضر الطلب إل زيداmuridmurid hadir kecuali zaid).
( حضرhadir) : hukum ( الطلبmurid-murid) : Mustasna minhu إل (kecuali) : adat istisna’ ( زيداzaid) : Mustasna حضرdisebut hukum karena merupakan peristiwa (yaitu hadir) yang dimiliki oleh murid-murid ( الطلب: Mustasna minhu ).
Jadi peristiwa yang dimiliki oleh murid-murid adalah hadir ( )حضر. إلdisebut istisna’ karena berfungsi mengecualikan zaid ( زيدا: Mustasna) dari peristiwa datang ( حضخخخر: hukum) yang dimiliki oleh murid-murid ( الطلب: Mustasna minhu ) الطلبdisebut Mustasna minhu karena berada sebelum إل (adat istisna’ ), dan memiliki peristiwa hadir ( حضخخر: hukum). Jadi, yang hadir adalah murid-murid ()الطلب زيداdisebut Mustasna karena berada setelah ( إلadat istisna’ ), dan merupakan lafaz yang dikecualikan dari peristiwa hadir ( حضر: hukum) yang dimiliki oleh murid-murid (الطلب : Mustasna minhu ). Jadi, semua murid itu hadir, kecuali zaid ( ) زيداyang tidak hadir. Istilah-istilah yang terdapat pada susunan kalimat istisna’ : Kalam Tam: yaitu susunan kalam istisna’ yang Mustasna minhu nya disebutkan. Contoh: ( حضخخر الطلب إل زيخخداmuridmurid hadir kecuali zaid). Jadi, susunan istisna’ ini disebut kalam tam karena Mustasna minhu nya disebutkan ()الطلب Kalam naqis: yaitu susunan kalam istisna’ yang Mustasna minhu nya tidak disebutkan. Contoh: ( ما حضخخر إل زيخخدtidak ada yang hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam naqis karena Mustasna minhu nya tidak disebutkan. Kalam mujab: susunan kalam istisna’ yang tidak didahului oleh nafi (peniadaan, seperti ) ماatau yang menyerupai nafi {nahi (larangan, seperti ) لdan nahi (pertanyaan, 133
seperti }) هل. Contoh: ( حضر الطلب إل زيداmurid-murid hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam mujab karena tidak didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi ()حضر. Kalam ghoiru mujab / kalam manfi: yaitu susunan kalam istisna’ yang didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi (nahi dan nahi) ( مخخا حضخخر إل زيخخدtidak ada yang hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut kalam ghoiru mujab karena didahului oleh nafi ()ما حضر Istisna’ muttasil: yaitu susunan kalam istisna’ yang mustananya sejenis dengan Mustasna minhu nya. Contoh: ( حضر الطلب إل زيداmurid-murid hadir kecuali zaid). Susunan istisna’ ini disebut istisna’ muttasil karena Mustasnanya ( ) زيداsejenis dengan Mustasna minhu nya ()الطلب. Jadi, zaid ( ) زيداadalah sejenis dan merupakan bagian dari muridmurid ()الطلب Istisna’ munqoti’ / munfasil: yaitu susunan kalam istisna’ yang mustasnya tidak sejenis dengan Mustasna minhu nya. Contoh: ( حضر الطلب إل كتبهمmurid-murid hadir kecuali bukubuku mereka). Susunan istisna’ ini disebut istisna’ munqoti’ karena Mustasnanya ( )كتبtidak sejenis dengan Mustasna minhu nya ()الطلب. Jadi, kitab-kitab ( )كتخبtidak sejenis dan bukan merupan bagian dari murid ()الطلب I’rab Mustasna I’rab Mustasna ada 4 macam: Jika adat istisna’ nya berupa إل, maka I’rab mustasna sebagai berikut: Jika berupa kalam tam mujab, maka mustasna beri’rab nashab, baik berupa istisna’ muttasil atau munqoti’. Contoh yang berupa istisna’ muttasil: حضخخر الطلب إل زيخخدا (murid-murid hadir kecuali zaid). زيداi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai Mustasna dari kalam tam mujab. Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan ( )الطلب. Disebut mujab karena tidak didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi ()حضخخر. Disebut muttasil karena Mustasna ( ) زيداsejenis dengan Mustasna minhu ()الطلب Contoh berupa istisna’ munqoti’: ( حضر الطلب إل كتبهمmuridmurid hadir kecuali buku-buku mereka). كتخخبi’rabnya nashab karena kedudukannya sebagai Mustasna dari kalam tam mujab. Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan ( )الطلب. Disebut mujab karena tidak didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi ()حضخخر. Disebut munqoti’
karena Mustasna ( )كتبtidak sejenis dengan Mustasna minhu ()الطلب Jika berupa kalam tam manfi, maka I’rab Mustasna dibagi menjadi dua: Jika berupa istisna’ muttasil, maka lebih baik Mustasna kedudukannya menjadi badal (pengganti) dan I’rabnya sesuai dengan kalimat yang diganti. Contoh: مخخخخا ( حضرالطلب إل زيدtidak ada yang hadir kecuali zaid). زيد I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal (pengganti) dari الطلبyang I’rabnya juga rafa’ karena menjadi fa’il. Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan ( )الطلب. Disebut manfi karena didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi ()ما حضر. Disebut muttasil karena Mustasna ( ) زيداsejenis dengan Mustasna minhu ()الطلب Jika berupa istisna’ munqoti’, maka I’rab Mustasna adalah nashab. Contoh: ( حضر الطلب إل كتبهم ماmurid-murid tidak ada yang hadir kecuali kitab-kitab mereka). كتبI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya menjadi mustatsna berupa tam manfi munqoti’. Disebut tam karena Mustasna minhu nya disebutkan ( )الطلب. Disebut manfi karena didahului oleh nafi atau yang menyerupai nafi ()ما حضر. Disebut muttasil karena Mustasna ( )كتبtidak sejenis dengan Mustasna minhu ( )الطلب Jika berupa kalam naqis}, maka adat istisna’ إلtidak difungsikan. Oleh karena itu I’rab mustatsna adalah sesuai dengan tuntutan amil. Contoh: ( ما حضر إل زيدtidak ada yang hadir kecuali zaid). زيد i’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai fa’il (pelaku) dari fi’il ()حضر. Sedangkan adat istitsna’ إلtidak difungsikan. Disebut naqis karena Mustasna minhu tidak disebutkan. Contoh lain: ( مخخا رأى عفيخخف إل مخخرأةafif tidak melihat kecuali kepada perempuan). مرأةi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih (objek). Sedangkan adat istitsna’ إلtidak difungsikan. Disebut naqis karena Mustasna minhu tidak disebutkan Jika adat istisna’ nya berupa غيخر, سخواء, سخوي,سخوي, maka i’rab Mustasna adalah jer sebagai mud}af ilaih. Contoh: حضر الطلب ( غير زيدmurid-murid hadir selain zaid). ( زيدMustasna) i’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. jika adat istisna’ nya berupa ل يكون, ليس, maka i’rab Mustasna adalah nashab sebagai khabar dari ل يكون, ليس. contoh: حضر ( الطلب ليسوا زيداmurid-murid hadir selain zaid). ( زيداMustasna) 135
i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai khabar ليس. Jika adat istisna’ nya berupa خل, عدا, حاشا/ حاش/ حشا, maka i’rab Mustasna adalah jer sebagai majrur (isim yang dijerkan oleh huruf jer). Contoh: ( حضر الطلب عدا زيدmurid-murid hadir selain zaid). ( زيدMustasna) i’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai majrur (isim yang dijerkan oleh huruf jer) KETERANGAN I’rab / mabni adat istisna’ adalah sebagai berikut: Jika berupa إل, maka hukumnya mabni karena إلadalah huruf . Jadi selamanya lam berharokat fathah ()إل Jika berupa isim ( غير, سواء, سوي,)سوي, maka i’rabnya adalah sama seperti i’rab Mustasna yang berada setelah adat istisna’ إل. rinciannya sebagai berikut: Jika berada pada kalam tam mujab, maka wajib beri’rab nashab. Contoh: ( حضر الطلب غير زيدmurid-murid hadir selain zaid). غيرi’rabnya nashab karena berupa kalam tam mujab. Jika berada pada kalam manfi muttasil, maka lebih baik menjadi badal (pengganti) dan i’rabnya sama dengan kalimat yang diganti. Contoh: ( ما حضخخرالطلب غيخخر زيخخدmuridmurid tidak hadir selain zaid). ( غيرsebagai badal) i’rabnya rafa’ karena berupa kalam manfi muttasil. Jika berada pada kalam manfi munqoti’, maka lebih baik beri’rab nashab. Contoh: ( حضر الطلب غير كتبهم ماmurid-murid tidak hadir selain buku-buku mereka). غيرi’rabnya nashab karena berupa kalam manfi munqoti’. Jika berada pada kalam naqis, maka i’rabnya sesuai dengan tuntutan amil. Contoh: ( ما رأى عفيف غير مرأةafif tidak melihat selain kepada seorang perempuan). ( غيرsebagai maf’ul bih) i’rabnya adalah nashab karena berupa kalam naqis. Khusus adat istisna’ berupa سواء, سوي, سوي, tanda i’rabnya adalah seperti isim maqshur, yaitu tanda i’rabanya adalah dengan harokat yang dikira-kira pada alif. Jika berupa خل, عخخدا, حاشخخا/ حخخاش/ حشخخا, maka hukumnya mabni karena berupa huruf atau fi’il. jadi selamanya keaadaan huruf akhirnya tetap dan tidak berubah. Jika adat istisna’ خل, عدا, حاشا/ حاش/ حشاdidahului oleh ما المصدرية (maka menjadi خل مخخا, مخا عخدا, مخا حاشخا/ ما حخخاش/ )ما حشا, maka i’rab Mustasnanya adalah nashab sebagai maf’ul bih. Contoh: حضخخر ( الطلب مخخا خل زيخخداmurid-murid hadir selain zaid). زيخخداi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih’ J.
ISIM ل Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah isim ل. yang dimaksud dengan لdisini adalah ل
لنفخخي الجنخخس, yaitu لberfungsi menghilangkan segala jenis dan beramal seperti amalnya إن, yaitu menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya. Akan tetapi, لtersebut bisa beramal seperti amalnya إن (menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya) dengan syarat sebagai berikut: Isim dan khabar لharus berupa isim nakirah Isim لharus berupa mud}af atau yang menyerupai mud}af Antara لdan isim لharus bersambung tanpa ada pemisah Harus berurutan, yaitu mendahulukan isim لdan mengakhirkan khabar ل. Contohnya adalah: ( ل طخخالب مدرسخخة حاضخخر اليخخومtidak ada satupun murid yang masuk hari ini). ل ل لنفخخخي الجنخخخس: yang beramal seperti amalnya إن (sebagai amil) طالب: isim ( لmud}af) : i’rabnya nashab (sebagai ma’mul) مدرسة: mud}af ilaih : i’rabnya jer حاضر: khabar ل : i’rabnya nashab Jadi, طالبi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai isim لyang beramal seperti amalnya إن. tanda i’rabnya adalah fathah karena طالبadalah isim mufrad. لpada contoh ini bisa beramal seperti amalnya إنkarena sudah memenuhi 4 syarat, yaitu: Isim )ل )طالبdan khabar )ل )حاضرadalah isim nakirah Isim لberupa mud}af ()طالب. Mud}af ilaihnya adalah مدرسة لdan ( طالبisim ) لbersambung tanpa ada pemisah: ()ل طالب Isim )ل )طالبdidahulukan dan khabar )ل )حاضرdiakhirkan. Contoh lain: ( ل طالبا العلم مجتمع اليومtidak ada satupun pencari ilmu yang hadir hari ini). ل ل لنفي الجنس: yang beramal seperti amalnya إن طالبا: isim ( لmenyerupai mud}af) : i’rabnya nashab العلم: maf’ul bih : i’rabnya nashab مجتمع: khabar ل : i’rabnya nashab لpada contoh ini bisa beramal seperti amalnya إنkarena sudah memenuhi 4 syarat, yaitu: Isim )ل )طالباdan khabar )ل )مجتمعadalah isim nakirah Isim )ل )طالباberupa susunan yang menyerupai mud}af: طالبا العلم لdan ( طالباisim ) لbersambung tanpa ada pemisah: ()ل طالبا Isim )ل )طالباdidahulukan dan khabar )ل )مجتمعdiakhirkan.
لDiulang-Ulang Jika لtersebut sudah memenuhi 4 syarat diatas, lalu لtersebut diulang-ulang (disebut dua kali), maka لmempunyai dua keadaan:
137
لtetap beramal seperti amalnya إن, yaitu menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya. Contoh: ل طالب مدرسة ول معلم مدرسخخة ( حاضخخرانtidak ada satupun murid sekolah dan tidak ada satupun guru sekolah yang hadir). طخخالبI’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai isim لyang pertama. معلخخخمI’rabnya juga nashab karena kedudukannya sebagai isim لyang kedua. حاضخخرانI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar ل. لtidak beramal seperti amalnya إن. Jadi kalimat isim yang berada setelah لberi’rab rafa’ sebagai mubtada’. Contoh: ل طالب مدرسة ( ول معلم مدرسة حاضرانtidak ada satupun murid sekolah dan tidak ada satupun guru sekolah yang hadir). طخخخالبI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. معلمI’rabnya adalah rafa’ karena athof kepada طالب yang beri’rab rafa’. حاضخخرانI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai khabar mubtada’ .
لYang Tidak Terpenuhi Salah Satu Syaratnya Jika salah satu dari empat syarat ini tidak terpenuhi, maka ل tidak lagi beramal seperti amalnya إن, dengan rincian sebagai berikut: Jika isim لberupa mufrad (tidak berupa mud}af atau yang menyerupai mud}af), maka isim لharus dimabnikan menurut tanda nashabnya dan tanpa tanwin. Rinciannya sebagai berikut: Jika isim لberupa isim mufrad / jama’ taksir, maka dimabnikan dengan tanda fathah tanpa tanwin. Contoh: ل ( طلب حاضرون اليومtidak ada satupun murid-murid yang hadir hari ini). لpada contoh ini tidak beramal seperti amalnya إنkarena isimnya berupa mufrad ()طلب. Maka isim لpada contoh ini dimabnikan menurut tanda nashabnya, yaitu fathah tanpa tanwin karena طلبadalah jama’ taksir. Jika isim لberupa jama’ muannas salim, maka dimabnikan dengan tanda kasroh tanpa tanwin. Contoh: ل طالبات حاضرات ( اليومtidak ada satupun murid-murid perempuan yang hadir hari ini). لpada contoh ini tidak beramal seperti amalnya إنkarena isimnya berupa mufrad ()طالبات. Maka isim لpada contoh ini dimabnikan menurut tanda nashabnya, yaitu kasroh tanpa tanwin karena طالباتadalah jama’ muannas salim. Jika isim لberupa isim tasniah / jama’ muzakkar salim, maka dimabnikan dengan tanda ya’ ()ي. Contoh: ل طالبين حاضران ( اليومtidak ada satupun dari dua murid laki-laki yang hadir hari ini)
لpada contoh ini tidak beramal seperti amalnya إنkarena isimnya berupa mufrad ()طالبين. Maka isim لpada contoh ini dimabnikan menurut tanda nashabnya, yaitu ya’ ( )يkarena طالبينadalah isim tasniah. Jika isim لberupa mufrad (tidak berupa mud}af atau yang menyerupai mud}af) dan diathofi oleh mufrad yang lain, serta لtersebut diulang-ulang (disebut dua kali), maka isim لyang pertama mempunyai dua bacaan, yaitu: Isim لyang pertama beri’rab rafa’, lalu isim لyang kedua bisa dibaca dua keadaan, yaitu: Isim لkedua beri’rab rafa’. Contoh:( ل حول ول قوة إل بالtidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali milik Allah). Isim لpertama i’rabnya rafa’ ()حول, isim لyang kedua i’rabnya juga rafa’ ()قوة Isim لkedua dimabnikan atas tanda nashab (tanpa tanwin). Contoh: ( ل حول ول قوة إل بالtidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali milik Allah). Isim لpertama i’rabnya rafa’ ()حخخخول, isim لkedua dimabnikan atas tanda nashab tanpa tanwin ()قوة Isim لyang pertama dimabnikan atas tanda nashab (tanpa tanwin), lalu isim لyang kedua bisa dibaca tiga keadaan, yaitu: Isim لkedua beri’rab rafa’. Contoh: ( ل حول ول قوة إل بالtidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali milik Allah). Isim لpertama dimabnikan atas tanda nashab tanpa tanwin ()حول, isim لkedua beri’rab rafa’ ()قوة Isim لkedua beri’rab nashab. Contoh: ل حخخول ول قخخوة إل بخخال (tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali milik Allah). Isim لpertama dimabnikan atas tanda nashab tanpa tanwin ()حول, isim لkedua beri’rab nashab ()قوة Isim لkedua dimabnikan atas tanda nashab (tanpa tanwin). Contoh: ( ل حول ول قوة إل بالtidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali milik Allah). Isim لpertama dimabnikan atas tanda nashab tanpa tanwin ()حخخخول, isim لkedua dimabnikan atas tanda nashab tanpa tanwin ()قوة Jika isim لberupa isim ma’rifat (bukan isim nakirah), maka isim ل harus beri’rab rafa’ sebagai mubtada’, dan لharus di ulangulang (disebut dua kali). Contoh:( ل زيد حاضر ول محمدtidak ada satupun zaid yang hadir dan tidak ada satupun muhammad yang hadir). حاضخخرi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. محمخخخدi’rabnya juga rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. 139
لpada contoh ini tidak beramal seperti amalnya إنkarena isimnya berupa isim ma’rifat ( زيدdan )محمد, yaitu berupa alam (nama) Jika antara لdan isim لada pemisah (tidak bersambung), maka isim لharus beri’rab rafa’ sebagai mubtada’, dan لharus diulang-ulang (disebut dua kali). Contoh:( ل لنا مال ول لنا جاهkami tidak memiliki harta apapun dan tidak memiliki kedudukan apapun). مخخخالi’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada. جخخخاهi’rabnya juga rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. لpada contoh ini tidak beramal seperti amalnya إنkarena antara لdan isim لada pemisah ()لنا K. MUNADA Termasuk mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) adalah munada. Secara istilah, munada adalah isim yang berada setelah huruf nida’, dan statusnya adalah sebagai orang / sesuatu yang dipanggil. Contoh:( يا عبد الwahai hamba Allah) يا : huruf nida’ (sebagai amil) عبد: munada (sebagai mud}af) : i’rabnya nashab (sebagai ma’mul) ال: mud}af ilaih : I’rabnya jer Jadi, عبدi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai munada, yaitu sebagai orang yang dipanggil. Tanda nashabnya adalah fathah karena عبدadalah isim mufrad. Huruf Nida’ Huruf nida’ adalah huruf yang berfungsi untuk memanggil. Ada 7 huruf nida’, yang dibagi menjadi 3 macam: أdan ( أيwahai) : digunakan untuk munada yang dekat أيا, هيا,( اwahai) : digunakan untuk munada yang jauh واdan ( يخخاwahai) : digunakan untuk munada yang dekat / sedang / jauh Macam Macam Munada Munada itu dibagi menjadi 5 macam, yaitu: Munada mufrad alam. Yaitu munada yang berupa mufrad (bukan mud}af atau yang menyerupai mud}af) dan berupa isim ma’rifat yang isim alam (nama). Maka hukumnya adalah munada harus dimabnikan atas tanda rafa’ tanpa tanwin. Rinciannya sebagai berikut: Jika berupa dari isim mufrad / jamak taksir / jama’ muannas salim, maka dimabnikan dommah tanpa tanwin. Contoh: يا ( زيدwahai zaid). Jadi, زيدhukumnya adalah dimabnikan dlommah karena berupa munada mufrad alam yang isim
mufrad. Jika berupa isim tasniyah, maka dimabnikan alif ( ) ا. Contoh:يا ( زيخخخدانwahai dua zaid). Jadi, زيخخخدانhukumnya adalah dimabnikan alif karena berupa munada mufrad alam yang isim tasniyah.. Jika berupa jama’ muzakkar salim, maka dimabnikan wawu ( و ). Contoh:( يخخخا زيخخخدونwahai beberapa zaid). Jadi, زيخخخدون hukumnya adalah dimabnikan wawu karena berupa munada mufrad alam yang jama’ muzakkar salim. Munada mufrad nakirah maqsudah. Yaitu munada yang berupa mufrad (bukan mud}af atau yang menyerupai mulof), yang berupa isim nakirah, yang ditentukan oleh orang yang memanggil. Hukumnya adalah munada harus dimabnikan atas tanda rafa’ tanpa tanwin. Rinciannya sebagai berikut Jika berupa dari isim mufrad / jamak taksir / jama’ muannas salim, maka dimabnikan dommah tanpa tanwin. Seperti panggilan kepada orang yang ada didepannya. contoh: يخخا ( رجخخل تعخخالwahai seorang laki-laki, kemarilah!). jadi, رجخخل hukumnya adalah dimabnikan dlommah karena berupa munada mufrad nakirah maqsudah yang isim mufrad. Jika berupa isim tasniyah, maka dimabnikan alif ( ) ا. Contoh:يا ( رجلن تعخخالwahai dua orang laki-laki, kemarilah!). jadi, رجلنhukumnya adalah dimabnikan alif karena berupa munada mufrad nakirah maqsudah yang isim tasniah. Jika berupa jama’ muzakkar salim, maka dimabnikan wawu ( و ). Contoh:( يخخخا مسخخخلمون تعخخخالwahai orang-orang muslim, kemarilah!). jadi, مسخخخلمونhukimnya adalah dimabnikan wawu karena berupa mufrad nakirah maqsudah yang jama’ muzakkar salim. Munada nakirah ghoiru maqsudah. Yaitu munada yang berupa (bukan mud}af atau yang menyerupai mud}af), yang berupa isim nakirah yang tidak ditentukan oleh orang yang memanggil. Hukumnya adalah munada harus beri’rab nashab. Seperti panggilan kepada orang yang ada disekelilingnya. Contoh:يا ( رجل خخخذي بيخخديwahai seorang laki-laki, tuntunlah aku). Jadi, رجلi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai munada berupa nakirah ghoiru maqsudah. Munada mud}af. Yaitu munadla yang berupa susunan mud}af dan mud}af ilaih. Maka hukumnya adalah munada harus beri’rab nashab. Contoh:( يا طالب الحبwahai pencari cinta). Jadi, طخخالبi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai munada mud}af. طخخخالبadalah mud}af dan الحخخخبadalah mud}af ilaih. Munada syibhul mud}af. Yaitu munada yang berupa kalimat isim yang menyerupai susunan mud}af dan mud}af ilaih. Maka 141
hukumnya adalah munada harus beri’rab nashab. Contoh:يخخا ( راغبا في العلمwahai orang yang senang kepada ilmu). Jadi, راغبا i’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai munada berupa syibhul mud}af / menyerupai mud}af (راغبا في )العلم. KETERANGAN Jika munada didahului oleh ال, maka munada tersebut harus didahului oleh: أيها, jika munada berupa isim muzakkar . Contoh: ( يا أيها المدثرwahai orang yang berselimut). المدثرadalah munada yang didahului ال, maka didahului oleh أيهاkarena المدثرadalah munada berupa isim muzakkar. أيتها, jika munada berupa isim muannas. Contoh:يا أيتها النفخخس المطمئنخخة (wahai jiwa yang tenang). النفسadalah munada yang didahului oleh ال, maka didahului oleh أيتهاkarena النفسadalah munada berupa isim muannas. L.
MAF’UL LIAJLIH Ciri-Ciri Maf’ul Liajlih Cocok bermakna “karena” Sebagai alasan terjadinya pekerjaan Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Berupa masdar qalbi (pekerjaan hati) Contoh: ( الخخخ مرضخخخات ابتغخخخاء أمخخخوالهم ينفقخخخونmereka menafkahkan hartanya karena mengharap ridlo Allah) Penjelasan Termasuk dari mansubat al-asma’ (isim-isim yang dibaca nashab) maf’ul liajlih. Secara istilah, maf’ul liajlih adalah isim masdar yang dibaca nashab yang berfungsi untuk menjelaskan sebab / alasan suatu pekerjaan yang dilakukan sebelumnya. Syarat Maf’ul Liajlih Bisa Beri’rab Nashab Maf’ul liajlih harus beri’rab nashab jika memenuhi 5 syarat, yaitu: Harus berupa isim masdar. Harus berupa masdar qalbi (yaitu masdar yang menunjukkan pekerjaan hati, jiwa atau perasaan). Masdar qalbi dan fi’ilnya (sebagai amil) dilakukan dalam waktu yang sama. Masdar qalbi dan fi’ilnya (sebagai amil) mempunyai fa’il (pelaku) yang sama. Masdar qalbi yang sama waktu dan pelakunya dengan fi’il ini, harus merupakan suatu alasan terjadinya suatu pekerjaan yang dilakukan. Contoh maf’ul liajlih yang memenuhi syarat adalah: ينفقون أموالهم ( ابتغخخخخخاء مرضخخخخخات الخخخخخmereka menafkahkan hartanya karena
mengharap ridlo Allah). ينفقون: fi’il mud}ari’ (sebagai amil) ابتغاء: maf’ul liajlih (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab هم : fa’il berupa d}amir yang tersimpan dalam lafaz
ينفقون Jadi, ابتغاءi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul liajlih. Tanda i’rabnya adalah fathah karena ابتغاءadalah isim mufrad. Lafaz ابتغاءsebagai maf’ul liajlih ini beri’rab nahsob karena telah memenuhi 5 syarat, yaitu: ابتغاءadalah isim masdar. Fi’il mad}inya adalah ابتغي. ( ابتغاءmengharap) adalah pekerjaan hati (masdar qalbi) ( ابتغاءmengharap; sebagai masdar qalbi) dan ( ينفقونmenafkahkan; sebagai fi’il / amil) dilakukan dalam waktu yang sama. Artinya, ketika mereka menafkahkan hartanya, ketika itu pula mereka mengharap ridlo Allah. ( ابتغاءmengharap; sebagai masdar qalbi) dan ( ينفقونmenafkahkan; sebagai fi’il / amil) mempunyai fa’il (pelaku) yang sama, yaitu mereka. Artinya, orang yang menafkahkan hartanya adalah mereka. Orang yang berharap ridlo Allah juga mereka. ( ابتغاءmengharap; sebagai masdar qalbi) itu adalah alasan dari ( ينفقخخخونmenafkahkan; sebagai fi’il / amil). Artinya, alasan mereka menafkahkan hartanya adalah karena mengharap ridlo Allah. Maf’ul Liajlih Yang Tidak Memenuhi Syarat Jika ada isim masdar (memenuhi syarat ke-1) yang menjelaskan alasan dari suatu pekerjaan yang dilakukan (memenuhi syarat ke-5), akan tetapi tidak memenuhi salah satu syarat yang lain, maka isim masdar tersebut harus dii’rab jer dengan huruf jer yang berfaidah ta’lil (sebagai alasan, seperti ل, من,) في. Contoh: Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-2, yaitu masdar bukan masdar qalbi: ( جئت للكخخلsaya datang karena untuk makan). Jadi, أكخخلdijerkan dengan huruf jer ( )لkarena أكخخلbukan pekerjaan hati, melainkan pekerjaan tubuh yang tampak. Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-3, yaitu masdar dan fi’ilnya dilakukan dalam waktu yang tidak sama:ذهب مجيد لطلب ( العلم غداmajid telah pergi karena untuk mencari ilmu besok). Jadi, طلبdijerkan dengan huruf jer ( )لkarena ( طلبmasdar) dan ( ذهبfi’il) dilakukan dalam waktu yang tidak sama. ذهب (pergi; sebagai fi’il / amil) dilakukan pada waktu lampau / mad}i. Sedangkan ( طلبmencari; sebagai fi’il / amil) dilakukan pada waktu yang yang akan datang / istiqbal, yaitu besok (غدا ) Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-4, yaitu masdar dan fi’ilnya tidak mempunyai fa’il (pelaku) yang sama:أحببتك لتعظيمك 143
( الستاذsaya suka padamu karena kamu memulyakan ustadz). Jadi, تعظيمdijerkan dengan huruf jer ( ) لkarena ( تعظيمmasdar) dan ( أحبfi’il) tidak mempunyai fa’il yang sama. Pelaku dari ( أحخخبsuka; sebagai masdar) adalah saya ( ) ت. Sedangkan pelaku dari ( تعظيخخمmemulyakan; sebagai fi’il / amil) adalah kamu ( ) ك M. MAF’UL MA’AH Ciri-Ciri Maf’ul Ma’ah Cocok bermakna “bersama” Berada setelah wawu ma’ah (wawu yang bermakna bersama) Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Contoh: ( والجيخخش الميخخر جخخاءpemimpin itu datang bersama bala tentaranya) Penjelasan Termasuk dari mansubat al-asma’ adalah maf’ul ma’ah. Secara istilah, maf’ul ma’ah adalah isim yang dibaca nashab yang berada setelah wawu ma’iyah (yaitu وyang menunjukkan arti bersama). Syarat-Syarat Maf’ul Ma’ah Kalimat isim yang berada setelah wawu ( ) وitu harus dinashabkan sebagai maf’ul ma’ah jika memenuhi 3 syarat, yaitu: Kalimat isim yang berada setelah wawu ( ) وitu harus merupakan fudlah (yaitu kalimat tambahan, yang mana susunan kalimat sudah dianggap sah / lengkap pengertiannya meskipun tanpa adanya kalimat tambahan tersebut) Sebelum wawu ( ) وharus berupa jumlah, baik jumlahFi’liyah (susunan fi’il dan fa’il) atau jumlahismiyah (susunan mubtada’ khabar). Wawu ( ) وyang berada sebelum kalimat isim itu harus bermakna ( معbersama). Contoh maf’ul ma’ah yang sudah memenuhi 3 syarat adalah: جاء ( المير والجيشraja itu datang bersama prajurit). جاء : fi’il mad}i (sebagai amil) : mabni fathah المير: fa’il : i’rabnya rafa’ و : wawu ma’iyah : mabni الجيش: maf’ul ma’ah (sebagai ma’mul) : i’rabnya nashab Jadi, الجيشi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Tanda i’rabnya adalah fathah karena الجيشadalah isim mufrad. Lafaz الجيشberi’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena telah memenuhi 3 syarat diatas, yaitu: ( الجيشprajurit) adalah fudlah. Artinya, tanpa lafaz fudlah tersebut
()الجيش, susunan ( جاء الميرraja itu datang) sudah mempunyai pengertian yang lengkap. Jadi, ketika ada perkataan جاء المير (raja itu datang), maka perkataan ini sudah mempunyai pengertian yang lengkap, yaitu bahwa raja telah datang. Sedangkan ( الجيشlafaz fudlah) hanya sebagai tambahan saja. Sebelum wawu ( ) وadalah berupa jumlahFi’liyah, yaitu susunan fi’il ( )جاءdan fa’il ()المير Wawu ( ) وbermakna ( مخخعbersama). Pada contoh diatas, raja datang bersama prajurit. Contoh Yang Tidak Memenuhi Syarat Jika salah satu dari 3 syarat tersebut tidak terpenuhi, maka isim yang berada setelah wawu ( ) وitu tidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah. Contoh: Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-1, yaitu ketika isim yang berada setelah wawu ( ) وitu bukan fudlah, tapi umdah (yaitu kalimat pokok yang harus ada dalam suatu susunan kalimat, dan susunan kalimat itu tidak lengkap pengertiannya tanpa adanya kalimat pokok tersebut): ( يتضخخارب زيخخد و سخخعيدzaid dan sa’id saling memukul). سخخعيدi’rabnya adalah rafa’ karena athof kepada isim yang dibaca rafa’, yaitu زيخخد. Lafaz سخخعيدtidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena سخخعيدadalah umdah (kalimat pokok). Artinya, tanpa ada lafaz سخخعيدitu, maka susunan kalimat ( يتضخخخارب زيخخخدzaid saling memukul) tidak memiliki pengertian yang lengkap, karena ( يتضاربsaling memukul) itu seharusnya mempunyai dua pelaku yang saling memukul. Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-2, yaitu ketika sebelum wawu ( ) وbukan jumlah, tapi mufrad:زيخخد و نجيخخب يقصخخران الصخخلة (zaid dan najib sedang mengqasar / meringkas sholat). نجيخخبi’rabnya adalah rafa’ karena athof kepada isim yang dibaca rafa’, yaitu زيخخد. lafaz نجيخخبtidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena sebelum wawu ( ) وbukan jumlah, tapi mufrad ()زيد Contoh yang tidak memenuhi syarat ke-3, yaitu ketika wawu () و tidak bermakna ( معbersama): ( جاء زيد وبرهان بعدهzaid datang dan burhan datang setelahnya). برهخخانi’rabnya adalah rafa’ karena athaf kepada isim yang dibaca rafa’, yaitu زيخخد. lafaz برهخخانtidak beri’rab nashab sebagai maf’ul ma’ah karena wawu ( ) وpada contoh ini tidak bermakna ( مخخعbersama), karena برهخخانdan زيخخدtidak datang bersamaan. زيدdatang terlebih dahulu, kemudian برهانdatang setelah زيد. KETERANGAN 145
Amil yang menashabkan maf’ul ma’ah adalah: Berupa fi’il yang berada sebelum maf’ul ma’ah. Contoh: جاء الميخخر ( والجيشraja itu datang bersama prajurit). الجيشi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Amil yang menashabkan الجيخخشsebagai maf’ul ma’ah adalah ( جخخاءberupa fi’il) Berupa isim yang menyerupai fi’il (isim masdar, isim fa’il, isim maf’ul, sifat mushabihat, S}ighat mubalaghah), yang berada sebelum maf’ul ma’ah. Contoh: ( أنخخخا حخخخاج و زيخخخداsaya berhaji bersama zaid). زيخخخخخداi’rabnya adalah nashab karena kedudukannya sebagai maf’ul ma’ah. Amil yang menashabkan زيداsebagai maf’ul ma’ah adalah ( حاجberupa isim fa’il) . N. ISIM YANG IKUT PADA ISIM YANG DIBACA NASHAB (TAWABI’) Tawabi’ ada 4 macam, yaitu na’at, athof, taukid, dan badal. Penjelasan lebih rinci dibahas pada pembahasan Tawabi’. Contoh: ( رأيت زيدا النشيطsaya melihat zaid yang rajin). زيدا : i’rabnya nashab sebagai maf’ul bih النشيط: i’rabnya nashab karena ikut pada زيداyang i’rabnya nashab
Tabel mansubat al-asma’: N O
1
MANSUBAT AL-ASMA’ Dua maf’ul ظن dan saudarasaudaranya
CIRI-CIRI Asalnya adalah mubtada’dan khabar, lalu ada amil nawasikh berupa ظنdan saudara-saudaranya (, جعل, زعم, علم, رأى, خال,حسب
, درى, ألفى, وجد, هب, عد,حجا وهب, صير, رد, اتخذ, جعل,)تعلم
2
3
Khabar كانdan SaudaraSaudaranya
Isim إنdan saudarasaudaranya
Asalnya adalah khabar mubtada’, lalu ada amil nawasikh berupa كانdan saudara-saudaranya (,أضحى
, ليس, صار, أصبح, أمسى, بات,ظل ما, ما برح, ما زال, ما انفك,ما فتئ )دام Asalnya adalah mubtada’, lalu ada amil nawasikh berupa إنdan saudarasaudaranya (, كأن, لعل,ليت
CONTOH
ظن زيد الماء مستعمل (zaid menyangka air itu musta’mal)
كانت صلة الستسقاء ( مسنونةsholat minta hujan itu disunnahkan)
إن الستنجاء واجب (sesungguhnya beristinja’ itu
wajib)
)لكن
4
Maf’ul Bih (objek)
5
Masdar / Maf’ul mutlaq
6
Haal (keadaan)
7
Tamyiz
8
Zaraf (keterangan waktu / tempat)
Cocok bermakna “kepada” Sebagai objek dari النسان خلقنا لقد pekerjaannya fa’il Berada setelah fi’il (sungguh kami menciptakan muta’addi manusia) Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Cocok bermakna “dengan” Berupa isim masdar Berada setelah sempurna شقا الرض شققنا ثم jumlah (sebagai (kemudian kami pelengkap) memecah bumi Sebagai penegas / penjelas dengan benarmacam pekerjaan / benar penjelas hitungan memecah) pekerjaan Didahului oleh amil (fi’il dll) yang sama arti / bentuk dengan isim masdar Cocok bermakna “ dalam keadaan” Sebagai penjelas keadaan مؤمنا بيتي دخل لمن (bagi orang dari sahibul hal Berada setelah sempurna yang masuk ke jumlah (sebagai rumahku dalam pelengkap) keadaan Biasanya berupa sifat (isim beriman) fa’il / isim maf’ul / sifat musyabihat) Berupa isim nakirah Cocok bermakna “apanya” Sebagai penjelas dari kalimat yang samar pada تأويل أحسن و خير kalimat sebelumnya Berada setelah sempurna ( ذلكhal itu lebih jumlah (sebagai baik dan lebih pelengkap) bagus Berupa isim masdar / isim penafsirannya) jamid Biasanya berada setelah isim tafdlil atau setelah bilangan 11 – 99 Cocok bermakna “di” / “di يوما لبثت قال dalam” / “pada” (salah satu Menjelaskan keterangan penghuni gua waktu / tempat itu berkata, Berada setelah sempurna 147
jumlah pelengkap)
9
Mustasna (yang dikecualikan)
Berada setelah istisna’ Sebagai kalimat dikecualikan
(sebagai
saya tinggal selama satu hari)
adat
إبليس إل فسجدوا
yang
(kemudian para malaikat itu sujud kecuali iblis
لtersebut bisa beramal seperti amalnya إن
10
11
Isim
ل
Munada
12
Maf’ul Liajlih
13
Maf’ul Ma’ah
(menashabkan isimnya dan merafa’kan khabarnya) dengan syarat sebagai berikut: Isim dan khabar لharus berupa isim nakirah Isim لharus berupa mud}af atau yang menyerupai mud}af Antara لdan isim لharus bersambung tanpa ada pemisah Harus berurutan, yaitu mendahulukan isim ل dan mengakhirkan khabar ل Isim yang berada setelah huruf nida’, dan statusnya adalah sebagai orang / sesuatu yang dipanggil Cocok bermakna “karena” Sebagai alasan terjadinya pekerjaan Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Berupa masdar qalbi (pekerjaan hati) Cocok bermakna “bersama” Berada setelah wawu ma’ah (wawu yang bermakna bersama) Berada setelah sempurna jumlah (sebagai
ل طالب مدرسة ( حاضر اليومtidak ada satupun murid yang masuk hari ini).
( يا عبد الwahai hamba Allah)
أموالهم ينفقون مرضات ال ( ابتغاءmereka menafkahkan hartanya karena mengharap ridlo Allah)
والجيس المير جاء (pemimpin itu datang bersama bala tentaranya)
pelengkap) Dijelaskan pada bab tawabi’ 14
رأيت زيدا النشيط (saya melihat zaid yang rajin)
Tawabi’
MAHFUD{AT AL-ASMA’ (ISIM-ISIM YANG BERI’RAB JER) Yang dimaksud dengan mahfud}at al-asma’ adalah kalimat isim yang keadaannya beri’rab jer. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya menjadi salah satu dari mahfud}at al-asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab jer. Mahfud}at al-asma’ ada 2 macam, yaitu: 1) isim yang dijerkan oleh huruf jer. 2) mud}af ilaih. 3) isim yang ikut pada isim yang dibaca jer (Tawabi’) Contoh: ( أركخخان الصخخلة ثمانيخخة عشخخر ركنخخاrukun-rukun islam itu ada 18 rukun). Lafaz الصلةberi’rab jer karena kedudukannya menjadi salah satu dari mahfud}at al-asma’ , yaitu menjadi mud}af ilaih. Kalimat isim yang kedudukannya menjadi mud}af ilaih, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab rafa’. الصلةadalah isim mufrad, maka tanda i’rab jernya adalah kasroh (lihat penjelasan tentang tanda-tanda 149
i’rab). Maka cara membacanya الصلة, huruf akhirnya berharokat kasrah ( ) ة. Rincian 3 macam marfuat al-asma’, sebagaimana berikut: ISIM YANG DIJERKAN OLEH HURUF JER Termasuk dari mahfud}at al-asma’ (isim-isim yang dibaca jer) adalah isim yang dijerkan oleh huruf jer. Jadi, isim tersebut dibaca jer karena didahului oleh huruf jer. Contoh: طهارة العضاء من ( الحدثsucinya anggota badan dari hadas). من : huruf jer (sebagai amil) الحدث: isim yang dijerkan oleh huruf jer (sebagai ma’mul) Jadi, الحدثi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu مخخن. tanda i’rab jernya adalah kasroh karena الحخخدثadalah isim mufrad. Huruf jer adalah huruf yang memerintah kalimat isim yang berada setelahnya untuk beri’rab jer. Huruf jer ada lima belas, yaitu: ( منdari / sebagian dari / sebagai ganti dari / berupa/ di / sebab dari / tentang). Contoh: ( عند القيام من النومketika bangun dari tidur). النومi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu من (dari) ( إلىhingga / beserta). Contoh:( إلى غروب الشمسhingga terbenamnya matahari). غخخروبi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( إلىhingga) ( بbertemu dengan / dengan / sebab / kepada / di / beserta / sebagian dari / tentang / atas ). Contoh:وجخخود العخخذر بسخخفر او مخخرض (adanya udzur / halangan sebab perjalanan atau sakit). سخخفر i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ب (sebab) ( كseperti / karena / pada). Contoh:التعلخخم فخخي الصخخغر كخخالنقش علخخى الحجخخر (belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas batu). النقخخش i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ك (seperti) ( فخخخيdi / pada / di dalam / sebab / bersama / di atas / dibandingkan / pada). Contoh:( ويجتنخخخب البخخخول فخخخي المخخخاء الراكخخخدdan menghindari berkencing di air yang tidak mengalir). المخخخاء i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu فخي (di). ( لmilik / bagi/ kepada / untuk / hingga / atas / pada). Contoh: ( ولخخدخول مكخخةdan untuk masuk kota mekkah). دخخخولi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( لuntuk) ( عخخنmelewati / setelah / terhadap / untuk / dari / ganti dari). Contoh: ( ول يعفى عن شيئ من النجاسات إل اليسخير النخومdan tidak dima’fu dari sesuatu berupa benda-benda najis kecuali yang sedikit ). شيئ i’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu عن (dari) ( علىdiatas / di dalam / sebab / beserta / dari / dengan / meskipun demikian). Contoh:( والنخخوم علخخى غيخخر هيئة المتمكخخنdan tidur dari selain keadaannya orang yang duduknya tenang). غيخخخرi’rabnya
adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu (dari). واو قسم )وyang menunjukkan makna sumpah; demi). Contoh:والعصر (demi masa) العصخخرi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( وdemi) تخخاء قسخخم )تyang menunjukkan makna sumpah; demi). Contoh:تخخال ( لكيخخخدن أصخخخنامكمdemi Allah, saya akan melakukan tipu daya kepada berhala-berhala kalian). الi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( تdemi) باء قسم )بyang menunjukkan makna sumpah; demi). Contoh:أقسم بال (saya bersumpah demi Allah). ال خi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( بdemi) ( مخخخذsejak / di / pada). Contoh:( مخخخا رأيتخخخك مخخخذ يخخخوم الجمعخخخةsaya tidak melihatmu sejak hari jum’at). يومi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( مذsejak) ( منخخذsejak / di / pada). Contoh: ( مخخا رأيتخخك منخخذ يخخوم الجمعخخةsaya tidak melihatmu sejak hari jum’at). يومi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( منذsejak) ( ربsedikit / banyak). Contoh:( أل رب مولخخخود فليخخخس لخخخه أبperhatikan, sedikit anak yang tidak mempunya ayah). مولودi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu ( ربsedikit) واو رب )وyang menunjukkan makna ; ربsedikit / banyak). Contoh: ( و قائم العماق خاوي المخترقنdan banyak jalan yang hitam dan gelap karena debu yang berterbangan yang sunyi jalan luasnya (dari lalu lalang)). قائمi’rabnya adalah jer karena didahului oleh huruf jer, yaitu (banyak). Asalnya adalah قائم العماق رب MUD}AF ILAIH Termasuk dari mahfud}at al-asma’ (isim-isim yang dibaca jer) adalah mud}af ilaih. Secara istilah, mud}af ilaih adalah isim yang berada setelah mud}af. Mud}af adalah isim yang disandarkan kepada isim yang berada setelahnya. Mud}af ilaih adalah isim yang disandari oleh mud}af. Sedangkan susunan mud}af dan mud}af ilaih disebut id}afah. Contoh: ( وشرائط التيمم خمسة أشياءsyarat-syarat tayammum ada lima hal) وشرائط: mud}af (sebagai amil) : i’rabnya sesuai tuntutan amil التيمم:mud}af ilaih (sebagai ma’mul) : i’rabnya jer ( وشخخرائطmud}af) i’rabnya adalah sesuai dengan tuntutan amil. Pada contoh ini kedudukannya sebagai mubtada’ karena berada dipermulaan perkataan, amilnya adalah amil ma’nawi ibtida’i (amil yang tidak tampak yang berada dipermulaan perkataan). Maka وشرائطi’rabnya adalah rafa’ karena menjadi mubtada’. التيممi’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. Tanda i’rab jernya adalah kasroh karena التيممadalah isim mufrad. Disebut mud}af ilaih karena lafaz ( الخختيممmud}af ilaih) berada setelah ( وشرائطmud}af). Jadi, susunan ( وشرائط التيممsyaratsyarat tayammum) disebut id}afah. 151
Susunan mud}af dan mud}af ilaih tidak hanya terdiri dari dua kalimat seperti contoh diatas وشرائط الخختيمم, tapi susunan mud}af dan mud}af ilaih bisa lebih dari dua kalimat, contoh: غسل جميع ( الرأسmembasuh semua bagian kepala). غسل: mud}af : i’rabnya sesuai tuntutan amil جميع: mud}af ilaih / juga sebagai mud}af : i’rabnya jer الرأس: mud}af ilaih : i’rabnya jer جميعi’rabnya jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih, dan juga menjadi mud}af. الخخخخرأسi’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. Perkiraan Huruf Jer Antara Mud}af Dan Mud}af Ilaih Antara mud}af dan mud}af ilaih, mengira-ngira huruf jer, yaitu: Mengira-ngira huruf jer ( فيdi / pada), yaitu ketika mud}af ilaih merupakan tempat / waktu dari mud}af. Contoh:يا صاحبي السجن (wahai dua penghuni penjara). السخخجنi’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. Antara صخخاحبي (mud}af) dan السجن (mud}af ilaih) mengira-ngira huruf jer في (di), karena السجن (penjara) adalah tempat dari ( صاحبيdua penghuni). Jadi, penjara adalah tempat dua penghuni. Ketika ditampakkan menjadi (يا صاحبين فخي السخجنwahai dua penghuni didalam penjara) Mengira-ngira huruf jer ( لbagi / milik), yaitu ketika mud}af adalah milik dari mud}af ilaih. Contoh: أركان السلم ثمانية عشر ركنا (rukun-rukun islam ada). السخخلمi’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. Antara ( أركخخانmud}af) dan ( السخخلمmud}af ilaih) mengira-ngira huruf jer ( لbagi / milik), karena ( أركخخانrukun-rukun) adalah milik bagi السخخلم (mud}af ilaih). Ketika ditampakkan menjadi الركخخخان للسخخخلم (rukun-rukun bagi islam) Mengira-ngira huruf jer ( مخخنdari), yaitu ketika mud}af adalah jenis dari mud}af ilaih, yaitu mud}af tersebut adalah bagian dari mud}af ilaih. Contoh: ( هذا إناء زجاجini adalah wadah dari kaca). زجخخخاجi’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai mud}af ilaih. Antara ( إناءmud}af) dan ( زجاجmud}af ilaih) mengira-ngira huruf jer ( منdari), karena ( إنخخاءwadah) adalah bagian dari ( زجاجkaca). Ketika ditampakkan menjadi ( إناء من زجاجwadah dari kaca). ISIM YANG IKUT PADA ISIM YANG DIBACA JER (TAWABI’) Tawabi’ ada 4 macam, yaitu na’at, athof, taukid, dan badal. Penjelasan lebih rinci dibahas pada pembahasan Tawabi’. Contoh: ( مررت بزيد النشيطsaya bertemu dengan zaid yang rajin). زيد : i’rabnya jer oleh huruf jer ب
النشيط: i’rabnya jer karena ikut pada زيدyang i’rabnya jer Tabel Mahfud{at al-asma’: N O 1
MAHFUD{AT AL-ASMA’ Isim yang dijerkan oleh huruf jer.
2
Mud}af ilaih
3
Tawabi’
KETERANGAN
CONTOH
Huruf jer: , ل, في, ك, ب, إلى,من
طهارة العضاء من الحدث
, باء قسم, تاء قسم, واو قسم, على,عن واو رب, رب, منذ,مذ isim yang berada setelah mud}af Dijelaskan pada bab tawabi’
وشرائط التيمم خمسة أشياء مررت بزيد النشيط
I’RAB FI’IL MUD}ARI’ Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa mu’rab (kalimat yang bisa di i’rab) ada dua, yaitu: Kalimat isim (yang tidak serupa dengan huruf). I’rab yang masuk pada kalimat isim ada 3, i’rab rafa’, nashab, dan jer. Kalimat fi’il mud}ari’ (yang tidak bersambung dengan nun taukid atau nun niswah) dan kalimat isim (yang tidak serupa dengan huruf). Jadi, fi’il mudlori hukumnya mu’rab (bisa berubah-rubah) jika fi’il mud}ari’ tersebut tidak bersambung dengan nun taukid atau nun niswah. I’rab yang masuk pada fi’il mud}ari’ ada tiga, yaitu I’rab rafa’, nas}ab, dan jazm. Sedangkan sesuatu yang memerintah atau menyebabkan fi’il mud}ari’ beri’rab rafa’, nas}ab, dan jer disebut Amil (yang memrintah). Pembahasan definisi dan pembagian Amil dijelaskan secara rinci dalam pembahasan mabni mu’rab Amil Fi’il Mud}ari’ Ada beberapa Amil yang memerintahkan fi’il mud}ari’ untuk beri’rab rafa’, nas}ab, dan jazm. Jika ada amil rafa’ masuk pada fi’il mud}ari’, maka fi’il mud}ari’ pasti beri’rab rafa’. Jika ada amil nas}ab masuk pada fi’il mud}ari’, maka fi’il mud}ari’ pasti beri’rab nas}ab, Jika ada amil jazm masuk pada fi’il mud}ari’, maka fi’il mud}ari’ beri’rab jazm. Penjelasannya sebagaimana berikut: Amil rafa’ fi’il mud}ari’. (Fi’il mud}ari’ beri’rab rafa’) Fi’il mud}ari’ beri’rab rafa’ jika ada amil rafa’ yang masuk pada fi’il mud}ari’. Amil rafa’ tersebut adalah amil ma’nawi tajarrudi (sepi). Yaitu amil yang sepi (tidak ada) dari amil nas}ab atau amil jazm, yang memerintah fi’il mud}ari’ agar beri’rab rafa’. 153
Secara sederhana disimpulkan, fi’il mud}ari’ pasti beri’rab rafa’ jika fi’il mud}ari’ tidak didahului oleh amil nas}ab atau ada amil jazm. Contoh: ( القبلخخة المسخخلمون يسخختقبلorang-orang muslim menghadap qiblat). Kalimat ( يستقبلsebagai ma’mul ) I’rabnya rafa’ karena ada amil yang memerintah. Amil yang memerintah tersebut disebut amil ma’nawi tajarrudi, yaitu pada kalimat يستقبلtidak didahului oleh amil nas}ab atau amil jazm. Pembahasan tentang amil nas}ab dan amil jazm akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya. Amil nas}ab fi’il mud}ari’. (Fi’il mud}ari’ beri’rab nas}ab) Fi’il mud}ari’ pasti beri’rab nas}ab jika Fi’il mud}ari’ didahului oleh amil nas}ab. Contoh: ( يطهر لنtidak akan suci). يطهرadalah fi’il mud}ari’ لنadalah amil nas}ab يطهرadalah fi’il mudlori yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu لن. Amil-amil nas}ab yang menas}abkan fi’il mud}ari’ ada sepuluh (10), yaitu: أن, contoh: ( يتغيراللون أنwarna itu berubah) يتغيخخرadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu أن ( لخخخخنtidak akan). Contoh: ( يسخخخختنجي لخخخخنdia tidak akan beristinja’/bersesuci) يسخختنجيadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu لن ( كخخيsupaya/untuk/agar). Contoh: ( الكلم يقتصخخر كخخيsupaya dia meringkas perkataannya). يقتصخخرadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu كي ( إذنjadi/kalau begitu). Contoh: ( الن أتكلم إذنkalau begitu saya akan berbicara sekarang). أتكلخخمadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu إذن. Catatan: Amil إذنini bisa menas}abkan fi’il mud}ari’ jika terpenuhi 3 syarat: إذنada dipermulaan jawab Fi’il mud}ari’ yang dinas}abkan itu harus bermakna akan / istiqbal (bukan bermakna sedang) إذنharus bertemu langsung dengan Fi’il mud}ari’ tanpa ada pemisah Contoh: ( الن أتكلخخخم إذنkalau begitu saya akan berbicara
sekarang). Jumlah ini ( )الن أتكلم إذنsebagai jawab bagi orang lain yang berkata: ( جوابك سأنتظرsaya akan menunggu jawabanmu). Jadi, إذنini adalah amil yang bisa menas}abkan fi’il mud}ari’ karena ketiga syarat diatas sudah dipenuhi, yaitu: إذنmenjadi permulaan jawab ()الن أتكلم إذن Fi’il mud}ari’ yang dinas}abkan bermakna akan, yaitu أتكلم (akan berbicara) Antara إذنdan أتكلمbertemu langsung tanpa ada pemisah ل )لم كخخي: untuk/sebab), yaitu lam ( )لyang menunjukkan bahwa kalimat yang jatuh setelah lam ( )لadalah alasan bagi kalimat sebelum lam ()ل. Contoh: ( لجتنبك سخأذهبsaya akan pergi untuk bisa menjauhimu). Jadi, اجتنخخب, adalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu )ل )لم كي. لpada lafaz لجتنبdisebut كخخي لمkarena ( اجتنخخبsaya akan menjauhi: lafaz yang jatuh setelah )لadalah alasan dari ( سخخخاذهبsaya akan pergi: lafaz sebelum )ل. Jadi, alasan kenapa saya pergi adalah agar saya bisa menjauhimu. )ل )جحود لم, yaitu لyang bermakna meniadakan dan berada setelah lafaz كان ماatau لم يكن. Contoh: فيهم وأنت ليعذبهم ال كان ( ومخخاdan sekali-kali Allah tidak akan menyiksa mereka sedangkan kamu berada diantara mereka). Jadi, يعذبadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu )ل )جحود لم لpada lafaz ليعخخخذبهمdisebut جحخخخود لمkarena لtersebut bermakna meniadakan dan berada setelah lafaz كان ما. ( حخختىhingga / agar). Contoh: ( الرسخخالة اصخخيل حخختى تخخذهب لjangan pergi hingga saya menyampaikan surat ini). Jadi, اصيلadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu حتى ( اوhingga / kecuali). Contoh: ( بولك تنقي أو تذهب لjangan pergi hingga kamu membersihkan kotoranmu). Contoh lain: يسلم ( أو الكافر لقتلنsaya akan membunuh orang kafir kecuali dia masuk islam). Jadi, lafaz تذهبdan يسلمadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu او و )واو معية: bersama / serta), yaitu wawu ( ) وyang bermakna serta/bersama dan berada setelah lafaz nafi (peniadaan, contoh: )لخخخخخخمatau berada setelah lafaz talab (permintaan/perintah, contoh: )ل. Contoh: ( التعخخخخخخب وتخخخخخخترك علمخخخخخخا تخخخخخخرم لjanganlah kamu mengharapkan ilmu serta/sedangkan kamu tidak mau lelah) 155
Jadi, تتركadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu )و )واو معية وtersebut disebut واو معيخخخخخخخخخةkarena bermakna membersamakan lafaz تتركdan ترم سخخببية فخخاء/ ف )جخخواب فخخاء: sebab / karena), yaitu fa’ ( )فyang menunjukkan bahwa kalimat yang jatuh setelah fa ()ف adalah sebab dari kalimat yang jatuh setelah fa’ ( )ف, dengan syarat fa’ ( )فtersebut harus jatuh setelah nafi (peniadaan, contoh: )لخخمatau tolab (permintaan/perintah, contoh: )ل. Contoh: ( وضوئك فينقض تنم لjangan tidur, maka wudu’mu akan batal) Jadi, ينقضadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab nas}ab karena didahului oleh amil nas}ab, yaitu ف. فdisebut سببية فاء/ جواب فاءkarena ( ينقضlafaz yang berada setelah )فadalah jawab dari ( تنخخمlafaz yang berada sebelum )ف Amil jazm fi’il mud}ari’. (Fi’il mud}ari’ beri’rab jazm) Fi’il mud}ari’ pasti beri’rab jazm jika fi’il mud}ari’ didahului oleh amil jazm. Contoh: ( يطهر لمtidak suci). يطهرadalah fi’il mud}ari’ لمadalah amil jazm يطهرadalah fi’il mudlori yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu لم. Amil-amil jazm yang menjazmkan fi’il mud}ari’ dibagi menjadi dua, yaitu: amil jazm yang menjazmkan satu fi’il mud}ari’ jer, yaitu ada 6: ( لمtidak). Contoh: ( الماء يتغير لمair itu tidak berubah). Jadi, يتغيرadalah fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu لم ( ألخخمtidakkah/apakah tidak). Contoh: ( بالصخخخلة تقخخخم ألخخخمapakah kamu tidak akan mengerjakan sholat?) Jadi, ألخخمadalah fi’il mudlori yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu ألم ( لمخخخاbelum). Contoh: ( الشخخخمس تخخخزل لمخخخاmatahari itu belum tergelincir). Jadi, تزلadalah fi’il mudlori yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu لما ( ألماbelumkah/apakah belum). Contoh: ( وظيفتك تعمل ألماapakah kamu belum mengerjakan tugasmu) Jadi, تعملadalah fi’il mudlori yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu ألما لم الخخدعاء/ ل )المر لم: hendaklah/mudah-mudahan), yaitu ل yang bermakna perintah / permohonan. Contoh: المتعلم مع
( المعلم ليقربguru itu hendaklah dekat dengan mudridnya). Contoh lain: ( الخخ ليحفظنخخاmudah-mudahan Allah menjaga kita semua). Jadi, يقربdan يحفظadalah fi’il mudlori yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu لم/ )المر لم ل )الدعاء الخخدعاء نهخخي ل/ ل )الناهيخخة ل: jangan), yaitu لyang bermakna larangan. Contoh: ( الصخخخلة عنخخخد القبلخخخة تجتنخخخب لjangan memblakangi kiblat ketika sholat). Jadi, تجتنبadalah fi’il mudlori yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu )ل )ل الناهية Amil jazm yang menjazmkan dua fi’il mud}ari’ jer. Fi’il yang pertama disebut fi’il syarat, fi’il yang kedua disebut jawab syarat. Contoh: ( ينصخخركم ال خ تنصخخروا إنjika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian). تنصرواdan ينصرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu إن. تنصروا (fi’il yang pertama) :disebut fi’il syarat ( ينصرfi’il yang kedua) :disebut jawab syarat Amil jazm yang menjazmkan dua fi’il mud}ari’ ini ada 12, yaitu: ( إنjika). Contoh: ( ينصركم الخ تنصخخروا إنjika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian). تنصرواdan ينصرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu إن. ( مخخاapapun). Contoh: ( اعمخخل تعمخخل مخخاapapun yang kamu kerjakan akan aku kerjakan juga) jadi, تعمخخخلdan اعمخخخلadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu ما ( منsiapapun). Contoh: ( ينجح اجتماعنا فخخي يشخخترك مخخنsiapapun / barang siapa yang bergabung dengan perkumpulan kami maka dia akan sukses). Jadi, يشخخختركdan ينجخخخحadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu من ( إذماkapanpun). Contoh: ( اتبعك تسافر إذماkapanpun kamu akan pergi, saya akan ikut kamu) Jadi, تسافرdan اتبعadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu إذما ( أيapapun). Contoh: ( استعمل تسختعمل أيخاapapun yang kamu pakai, saya akan pakai). jadi, تسخخختعملdan اسخخختعملadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أي ( مخختيkapanpun). Contoh: ( لخخك أدفخخع تأكخخل مخختىkapanpun kamu 157
akan makan, saya akan membayarnya). Jadi, تأكلdan أدفعadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu متي ( أيخخانkapanpun). Contoh: ( تصخخح تصخخم أيخخانkapanpun kamu puasa, maka kamu akan sehat) Jadi, تصمdan تصحadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أيان أينمخخا/ ( أيخخنdimanapun). Contoh: ( الخخ يخخر تقخخم أينمخخاdimanapun kamu bermukim, Allah akan selalu melihatmu) Jadi, تقمdan يخخرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أينما ( مهماkapanpun). ( اطهخخر احخخدث مهمخخاkapanpun saya berhadas, saya akan bersesuci) Jadi, احخخخدثdan اطهخخخرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu مهما ( حيثماdimanapun). Conotoh: ( أطهرها نجاسة تقع حيثماdimanapun ada najis, saya akan mensucikannya) Jadi, تقعdan أطهرadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu حيثما ( كيفمخخخاbagaimanapun). Contoh: اجتنبهخخخا الخمخخخرة تتخلخخخل كيفمخخخا (bagaimanapun khomer itu menjadi cuka, saya akan menjauhinya / tidak akan menggunkannya) Jadi, تتخلخخلdan اجتنخخبadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu كيفما ( أنىdimanapun / bagaimanapun). Contoh: معخك اقخم تقخم أنخى (dimanapun kamu bermukim, saya akan bermukim bersamamu) Jadi, تقمdan اقخخمadalah dua fi’il mud}ari’ yang beri’rab jazm karena didahului oleh amil jazm, yaitu أنى
Tabel I’rab Fi’il Mud}ari’ N O
1
2
I’RAB FI’IL MUD}ARI’
Rafa’
Nas}ab
AMIL
CONTOH
Amil ma’nawi tajarrudi (sepi), yaitu amil yang sepi (tidak ada) dari amil nas}ab atau amil jazm
القبلة المسلمون يستقبل
, حتى, جحود لم, لم كي, إذن, كي, لن,( يتغيراللون أن أنwarna itu berubah) جواب فاء, و,او Menjazmkan 1 fi’il mud}ari’ (,ألم
3
Jazm
(orang-orang muslim menghadap qiblat).
,لم الناهية, لم الدعاء/ المر لم, ألما,لما الدعاء نهي ل/ )ل Menjazmkan 2 fi’il mud}ari’ (, ما,إن , أينما/ أين, أيان, متي, أي, إذما,من أنى, كيفما, حيثما,)مهما
159
( يطهر لمtidak suci),
ينصركم ال تنصروا إن (jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian).
TAWABI’ Pada pembahasan marfu’at al-asma’, mansubat al-asma’, dan mahfud}at al-asma’ telah disinggung tentang tawabi’. Secara istilah, tawabi’ adalah kalimat yang I’rabnya ikut pada kalimat yang diikuti. Contoh: Contoh yang ikut pada pada kalimat yang i’rabnya rafa’: خمخخس ( المفروضخخة الصخخلةsholat yang diwajibkan itu ada lima). المفروضخخة termasuk dari tawabi’. Artinya, I’rab المفروضخخةikut pada kalimat yang diikuti, yaitu الصخخخلةyang I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai mubtada’. Jadi المفروضةI’rabnya juga rafa’ karena ikut pada الصلةyang I’rabnya rafa’ Contoh yang ikut pada kalimat yang I’rabnya nas}ab: المفروضة الصلة ( اترك لنsaya tidak akan meninggalkan sholat yang diwajibkan ). المفروضخخةtermasuk dari tawabi’. Artinya, I’rab المفروضخخةikut pada kalimat yang diikuti, yaitu الصخخلةyang I’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai maf’ul bih. Jadi المفروضخخةI’rabnya juga nas}ab karena ikut pada الصلةyang I’rabnya nas}ab’ Contoh yang ikut pada kalimat yang I’rabnya jer: المفروضة بالصلة قمت (saya melaksanakan sholat yang diwajibkan). المفروضخخةtermasuk dari tawabi’. Artinya, I’rab المفروضةikut pada kalimat yang diikuti, yaitu الصلةyang I’rabnya adalah jer karena dijerkan oleh huruf jer ()ب. Jadi المفروضخخةI’rabnya juga jer karena ikut pada الصخخلةyang I’rabnya jer. Tawabi’ ada 4 macam,1) na’at. 2) at}af. 3) taukid. 4) badal. Rinciannya sebagai berikut: NAAT (SIFAT) Na’at adalah kalimat yang ikut dan menjelaskan sifat-sifat kalimat yang diikuti itu, atau menjelaskan sifat kalimat lain yang masih berhubungan dengannya (man’ut). Contoh: خمس المفروضة ( الصلةsholat yang diwajibkan itu ada lima) الصلة: mubtada’ (sebagai man’ut / yang disifati) : rafa’ المفروضة : na’at (yang mensifati) : rafa’ Lafaz المفروضخخخةI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai na’at, yaitu sifat yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu الصخخلةyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai mubtada’. Jadi, المفروضةI’rabnya adalah rafa’ karena ikut pada pada kalimat yang diikuti, yaitu الصلةyang I’rabnya adalah rafa’. Tanda rafa’nya adalah dommah karena المفروضخخةadalah isim mufrad. المفروضخخةadalah na’at, yaitu menjelaskan sifat dari man’utnya (yang disifati), yaitu الصلة. Penjelasan Lafaz-lafaz yang bisa menjadi na’at dibagi menjadi dua, yaitu:
Isim musytaq (isim yang ada tasrifnya), yaitu berupa: Isim fa’il. Contoh: ( النشيط التلميذ جاءmurid yang rajin itu datang). النشيطadalah na’at berupa isim fa’il. Fi’il mad}inya adalah نشخخخخط. lafaz النشخخخخيطI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu التلميخخذyang I’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il. Isim maf’ul. Contoh: ( المحبوبة فاطمخخة رأيخختsaya melihat fatimah tercinta). المحبوبخخةadalah na’at berupa isim maf’ul. Fi’il mad}inya adalah حب. lafaz المحبوبةI’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu فاطمخخخةyang I’rabnya nas}ab karena menjadi maf’ul. Isim sifat mushabihat. Contoh: ( خلقخخه حسخخن رجخخل هخخذاini adalah seorang laki-laki yang bagus akhlaknya). حسخخخنadalah na’at berupa sifat mushabihat. حسنI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخخلyang I’rabnya rafa’ karena menjadi khabar. Isim tafd}il. Contoh: ( غيره من أمهر تلميذ سعيدsa’id adalah murid yang lebih pandai dari pada yang lainnya). أمهخخرna’at berupa isim tafdil. أمهخخخرI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu تلميخخذyang I’rabnya rafa’ karena menjadi khabar. Muawwal bil musytaq (yang disamakan dengan musytaq), yaitu berupa: Isim masdar. Contoh: ( ثقة رجل أحمدahmad adalah orang yang terpercaya). ثقخخةadalah na’at berupa isim masdar. ثقخخة I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجلyang I’rabnya rafa’ karena menjadi khabar. Isim isyaroh. Contoh: ( هذا المعلم أكرمmulyakanlah guru yang ini). هذاadalah na’at berupa isim isyaroh. هذاI’rabnya adalah nas}ab secara mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu المعلمyang I’rabnya nas}ab karena menjadi maf’ul bih. Tapi secara lafaz, هذا adalah mabni karena berupa isim isyaroh ذات/ ذوyang bermakna yang mempunyai. Contoh: علم ذو رجل ( جاءorang yang punya ilmu itu datang). ذوadalah na’at. ذو I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجلyang I’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il. 161
Isim maus}ul. Contoh: ( إجتهد الذي الرجل جاءsorang laki-laki yang bersungguh-sungguh itu datang). الذيadalah na’at berupa isim maus}ul. الخخذيI’rabnya adalah rafa’ secara mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu الرجخخخلyang I’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il. Tapi secara lafaz الذي adalah mabni karena berupa isim maushul. Isim yang bersambung dengan ya nisbat (ya’ yang menunjukkan arti bangsa). Contoh: ( إندونيسي بسالم مررتsaya bertemu dengan salim yang berbangsa indonesia). إندونيسي adalah na’at berupa Isim yang bersambung dengan ya nisbat. إندونيسي I’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu سالمyang dijerkan oleh huruf jer ()ب. Jumlah ismiyah (susunan mubtada’ dan khabar). Contoh: ( كخخثير مخخاله رجل رأيخختsaya melihat laki-laki yang banyak hartanya). Susunan كثير مالهadalah na’at berupa jumlah ismiyah, yaitu susunan mubtada’ ( )مالهdan khabar ( ) كخخثير. Susunan كخخثير مخخالهI’rabnya adalah nas}ab secara mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجلyang I’rabnya nas}ab karena menjadi maf’ul bih. Tapi secara lafaz, مالهI’rabnya adalah rafa’ karena menjadi mubtada’, كثيرI’rabnya adalah rafa’ karena menjadi khabar. Jumlah fi’liyah (susunan fi’il dan fa’il). Contoh: القرأن يحمل برجل ( أجلخخسsaya duduk dengan seseorang yang membawa alQur’an) . يحمخخلadalah na’at berupa jumlah fi’liyah, yaitu susunan fi’il ( )يحملdan fa’il (d}amir yang tersimpan, yaitu )هخخو. Susunan fi’il dan fa’il pada يحمخخلI’rabnya adalah jer secara mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخل yang dijerkan oleh huruf jer ()ب. Tapi secara lafaz, يحمل I’rabnya adalah rafa’karena tidak ada amil nas}ab dan jer. Jar majrur (huruf jer dan isim yangdijerkan). Contoh: ال من مؤمن ( رجخخخل قخخخال فرعخخخونseseorang mu’min yang berasal dari keluarga fir’aun itu berkata) . ال منadalah na’at berupa jer majrur. Susunan ال مخخنI’rabnya adalah rafa’ secara mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخخلyang I’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il. Tapi secara lafaz, مخخن adalah mabni. الdijerkan oleh huruf jer من. Zaraf (keterangan waktu / tempat) Contoh: المسجد أمام رجل قام (seseorang yang ada didepan masjid itu berdiri). أمخخام adalah na’at berupa zaraf. أمامI’rabnya adalah rafa’ secara
mahalli karena kedudukannya sebagai na’at, yang I’rabnya mengikuti man’utnya (yang disifati), yaitu رجخخخلyang I’rabnya rafa’ karena menjadi khabar. Tapi secara lafaz أمام I’rabnya adalah nas}ab karena menjadi zaraf. Macam-Macam Na’at Na’at dibagi menjadi dua, hakiki dan sababi. Rinciannya yaitu: Na’at hakiki, yaitu na’at yang merafa’kan isim d}amir mustatir (tidak tampak) yang kembali kepada man’utnya (yang disifati). Na’at hakiki harus sesuai dengan man’utnya (yang disifati) dalam 4 hal, yaitu: Dalam segi i’rabnya (rafa’, nas}ab, jer) Da#lam segi jumlahnya (mufrad, tasniyah, jama’) Dalam segi jenisnya (muzakkar atau muannas) Dalam segi tertentu atau tidaknya (nakirah atau ma’rifat) Contoh: ( مطهخخخخر طخخخخاهر وهخخخخوair itu adalah air suci yang menyucikan). مطهرI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai na’at, yaitu mengikuti man’utnya ( )طاهرyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai khabar. مطهرadalah na’at hakiki, yaitu lafaz ( مطهرna’at) merafa’kan isim d}amir mustatir (d}amir yang tersimpan, yaitu )هخخو. D}amir هخخوyang tersimpan ini kembalinya kepada man’ut ( )طاهر. ( مطهرna’at / sifat) sesuai dengan ( طاهرman’ut / yang disifati) dalam 4 hal, yaitu: مطهرi’rabnya rafa’, طاهرI’rabnya nas}ab مطهرadalah isim mufrad, طاهرadalah isim mufrad مطهرadalah muzakkar, طاهرadalah muzakkar مطهرadalah nakirah, طاهرadalah nakirah Na’at sababi, yaitu na’at yang merafa’kan isim zahir yang bersambung dengan d}amir bariz (tampak) yang kembali pada man’utnya. Ada beberapa hukum pada na’at sababi, yaitu: Na’at harus harus berbentuk mufrad sekalipun man’utnya berbentuk isim tasniyah atau jama’ Na’at harus sesuai dengan man’utnya dalam 2 hal, yaitu: Dalam segi i’rabnya (rafa’, nas}ab, jer) Dalam segi tertentu atau tidaknya (nakirah atau ma’rifat) Na’at harus sesuai dengan isim zahir yang dirafa’kan dalam segi jenisnya (muzakkar atau muannasts). D}amir bariz yang bersambung dengan isim zahir harus sesuai dengan man’utnya dalam 2 hal, yaitu: Jumlahnya (mufrad, tasniyah, jama’) Jenisnya (muzakkar atau muannas) Contoh: ( استعماله مكروه مطهر طاهر وهوair itu adalah air suci yang 163
menyucikan yang dimakruhkan penggunaannya). مكخخخخروه I’rabnya adalah rafa’ karena karena kedudukannya sebagai na’at, yaitu mengikuti man’utnya ( )طاهرyang i’rabnya rafa’ sebagai khabar. مكخخروهadalah na’at sababi karena merafa’kan ( اسخختعمالisim zahir) yang bersambung dengan ( هd}amir bariz) yang kembali kepada ( طاهرman’ut). Na’at sababi pada contoh ini sudah sesuai dengan hukumnya, yaitu: ( مكروهna’at) adalah isim mufrad ( مكروهna’at) sesuai dengan ( طاهرman’ut) dalam 2 hal, yaitu: مكروهI’rabnya rafa’, طاهرI’rabnya rafa’ مكروهadalah nakirah, طاهرadalah nakirah ( مكخخروهna’at) adalah muzakkar, ( اسخختعمالisim zahir) adalah muzakkar ( هd}amir bariz) sesuai dengan ( طخخاهرman’ut) dalam 2 hal, yaitu: هadalah mufrad, طاهرadalah mufrad هadalah muzakkar, طاهرadalah muzakkar AT}AF At}af adalah kalimat yang mengikuti kalimat sebelumnya (ma’tuf alaih), yang antara keduanya ada huruf at}af. At}af harus sesuai dengan ma’tuf alaih dalam 2 hal, yaitu: Semua i’rab (rafa’, nas}ab, jer, jazm) Jenis kalimat (isim atau fi’il) Contohnya adalah: ( واجخخخب والوراث البخخخوال جميخخخع غسخخخلmembasuh semua jenis kencing dan semua kotoran itu wajib). البوال: ma’tuf alaih (yang diikuti) : I’rabnya jer (sesuai tuntutan amil) و : huruf at}af : mabni الوراث : at}af : I’rabnya jer, ikut pada I’rabnya ma’tuf alaih Jadi, الوراثI’rabnya jer karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaihnya ( )البوالyang I’rabnya jer sebagai mud}af ilaih. Tanda I’rab jernya adalah kasroh karena الوراث adalah jama’ taksir. Antara ( البوالma’tuf alaih) dan ( الوراثat}af) ada huruf at}af, yaitu و. Pada contoh ini, ( الوراثat}af) sesuai dengan ( البوالma’tuf alaih) dalam 2 hal, yaitu: البوالI’rabnya jer, الوراثI’rabnya jer البوالadalah kalimat isim, الوراثadalah kalimat isim Huruf-Huruf At}af Huruf jer ada 10, yaitu:
( وdan). Fungsi dari وini adalah mutlaq al-jam’i (menunjukkan adanya kesatuan hukum antara ma’tuf alaih dan at}af). Contoh: ( وإزالةالنجاسة النية أشياء ثلثخخة الغسخخل فخخرائضfardu-fardlunya wudlu’ ada tiga, yaitu niat, dan menghilangkan najis). إزالخخة I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu النية yang I’rabnya adalah rafa’ sebagai mubtada’. Huruf at}afnya adalah و. ( فkemudian). Fungsinya adalah tarti>b (menunjukkan bahwa hukum / peristiwa yang terjadi berlangsung secara berurutan dengan tidak ada tenggang waktu) dan ta’qib (akibat dari suatu pekerjaan). Contoh: ( فعمرو زيد جاءzaid datang kemudian amr). عمخخخروI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu زيخخدyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah ف ( ثخخمkemudian). Fungsinya adalah tartib dan tarakhi (adanya tenggang waktu). Contoh: ( أحفظه ثم الخخدرس أقخخرأsaya membaca pelajaran lalu menghafalnya). أحفخخخظI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu أقخخرأyang I’rabnya adalah rafa’ karena tidak ada amil nas}ab dan jazm. Huruf at}afnya adalah ثم ( أوatau). Fungsinya dibagi menjadi dua: Jika أوberada setelah t}alab (tuntutan / permintaan), fungsinya adalah takhyir (memberi pemilihan) dan ibahah (membolehkan melakukan terhadap salah satu atau kesemuanya). Contoh: ( صديقته أو هنخخدا تخخزوجnikahilah hindun atau temannya). صخخخديقةi’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu هنخخداyang I’rabnya adalah nas}ab sebagai maf’ul bih. Huruf at}afnya adalah أو Jika أوberada setelah khabar (berita), fungsinya adalah taqsim (membagi) dan ibham (menyembunyikan maksud yang sebenarnya). Contoh: ( بعض يوم أو يوما لبثناkita tidur satu hari atau setengah hari?). بعضI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu يومخخاyang I’rabnya adalah nas}ab sebagai zaraf. Huruf at}afnya adalah أو ( أمatau), fungsinya adalah menuntut adanya penentuan. Contoh: ( يشخخرب أم زيخخد أيأكخخلzaid makan atau minum?). يشخخرب I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu يأكل yang I’rabnya adalah rafa’ karena tidak ada amil nas}ab dan jazm. Huruf at}afnya adalah أم 165
( حتىsampai). Fungsinya adalah ghayah (sampainya sesuatu pada sesuatu yang dianggap puncak). Syaratnya adalah ‘at}af harus berupa mufrad (bukan jumlah) dan at}af harus mempunyai kelebihan dari ma’tufnya, baik lebih baik atau lebih buruk. Contoh: ( رأسخخها حخختى السخخمكة أكلخختsaya makan ikan sampai kepalanya). رأسI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu السخخخمكةyang I’rabnya adalah nahsob sebagai maf’ul bih. Huruf at}afnya adalah حتى ( بلtapi / bukan). Fungsinya ada dua, yaitu: Jika tidak didahului nafi (peniadaan, seperti )مخخاatau nahi (larangan, seperti ) لatau amr (perintah), maka fungsinya adalah id}rab (mencabut hukum ma’tuf alaih dan menetapkan hukum bagi at}af). Contoh: ( سخخخعيد بخخخل زيخخخد قخخخامzaid berdiri, bukan sa’id).سخخخعيد I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu زيد yang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah بل Jika didahului oleh nafi atau nahi, maka fungsinya adalah istidrak (menetapkan hukum nafi atau nahi pada ma’thuf alaih dan meniadakan hukum pada at}af). Contoh: المؤمن بل ( الكافر الجنة يدخل لorang kafir tidak akan masuk surga, akan tetapi orang mu’min). المخخؤمنI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu الكخخافرyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah بل ( لtidak). Fungsinya adalah menetapkan hukum pada ma’tuf alaih, dan meniadakan hukum pada at}af. Contoh: زيد ل القرأن ( محمخخخد يقخخخرأMuhammad membaca al-Qur’an, tidak zaid).زيخخخد I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu محمد yang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah
ل ( لكخخنtetapi). Fungsinya adalah
(menetapkan hukum nafi atau nahi pada ma’thuf alaih dan meniadakan hukum pada at}af). Syaratnya adalah at}af harus berbentuk mufrad (bukan jumlah). Contoh: ( طالخخخح لكخخخن صخخخالح برجخخخل مخخخررتsaya bertemu dengan seorang laki-laki yang sholih, akan tetapi jahat). طالح I’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu صالحyang I’rabnya adalah jer. Huruf at}afnya adalah لكن ( إمخخخاadakalnya). Fungsinya adalah syak (ragu) atau ibham (samar / tidak jelas). Contoh: ( زينب وإما رملة إما جائتنيadakalnya romlah datang kepadaku, adakalanya zainab). زينخخبI’rabnya
adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti), yaitu رملخخةyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Huruf at}afnya adalah إما Macam-Macam At}af At}af dibagi menjadi dua, yaitu: At}af nasaq, susunan at}af yang antara at}af dan ma’tuf alaihnya ada huruf at}af. Contoh: واجب والوراث البوال جميع غسل (membasuh semua jenis kencing dan semua kotoran itu wajib). الوراثI’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’tuf alaih (kalimat yang diat}afi), yaitu البوال. antara ( الوراثat}af) dan ( البوالma’tuf alaih) ada huruf jer و. At}af bayan, yaitu at}af berupa isim jamid (tidak ada tashrifnya) yang berfungsi menjelaskan ma’tuf alaih (jika berupa isim ma’rifat). Contoh: ( إبرهيم زيد أبو جاءayahnya zaid, ibrohim datang). إبرهيم I’rabnya adalah jerk arena kedudukannya sebagai at}af, yaitu ikut pada ma’thuf alaih (kalimat yang diat}afi), yaitu أبخخو. antara إبرهيم (at}af) dan ( أبوma’thuf alaih) tidak ada huruf jer. ( إبرهيمat}af) menjelaskan ( أبوma’thuf alaih). TAUKID Taukid secara bahasa adalah menguatkan / mengokohkan. Secara istilah, taukid adalah kalimat yang mengokohkan kalimat lain. Taukid / muakkid (kalimat yang mengokohkan) ini harus sesuai dengan muakkad (kalimat yang dikokohkan) dalam dua hal, yaitu; Dari segi i’rabnya (rofa, nas}ab, jer, jazm) Dari segi tertentu atau tidaknya (yaitu harus berupa isim ma’rifat) Contoh: ( ثوبا يلبس نفسه زيدا رأيتsaya melihat zaid, dirinya memakai baju) رأيت: susunan fi’iliyah (fi’il dan fa’il) زيدا : maf’ul bih : I’rabnya nas}ab نفسه: taukid : I’rabnya nas}ab karena ikut pada زيداyang I’rabnya nahsob Jadi, نفسi’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu ikut pada muakkad (zaidun) yang I’rabnya juga nas}ab sebagai maf’ul bih. Tanda nas}abnya adalah fathah karena نفسitu isim mufrad. Lafaz نفسdisebut taukid karena mengokohkan ( زيداmuakkad ). Jadi yang memakai baju itu adalah diri zaid yang sebenarnya, bukan orang lain. Lafaz ( نفسtaukid) sesuai dengan ( زيخخداmuakkad ) dalam 2 hal, yaitu: 167
زيداi’rabnya adalah nas}ab, نفسi’rabnya juga nas}ab زيخخداadalah isim ma’rifat (berupa alam), نفخخسjuga isim ma’rifat (berupa isim yang dimud}afkan kepada isim ma’rifat) Macam-Macam Taukid Taukid dibagi menjadi dua, yaitu: Taukid ma’nawi (secara ma’na), yaitu mengokohkan kalimat dengan menggunakan lafaz-lafaz tertentu. Lafaz-lafaz terebut dibagi menjadi dua: Lafaz yang biasa digunakan dan berdiri sendiri, yaitu ada empat lafaz: نفس: untuk mufrad ( نفسين/ :نفسان: tasniyah, أنفس: tasniyah atau jama’). Funsinya adalah menghilangkan kemungkinan untuk diartikan secara majaz atau untuk menghilangkan keragu-raguan. Contoh:رأيت ثوبا يلبس نفسخخه ( زيداsaya melihat zaid, dirinya memakai baju). نفسI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya adalah taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( ) زيخخداyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai mubtada’. Dilihat dari fungsi lafaz نفس, Maksud dari contoh ini, yang memakai baju adalah diri zaid sendiri, bukan selain zaid. عين: untuk murrod ( عينين/ عينان: tasniyah, أعين: tasniyah atau jama’). Fungsinya adalah menghilangkan kemungkinan untuk diartikan secara majaz atau untuk menghilangkan keragu-raguan. Contoh: أعينهخخم بالمسخخلمين ( مخخررتsaya bertemu dengan orang-orang muslim, diri mereka sendiri) أعينI’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( ) المسخخلمينyang dijerkan oleh huruf jer ب. Dilihat dari fungsi lafaz أعين, maksud dari contoh ini, saya benar-benar bertemu dengan orang-orang muslim, bukan selain orang-orang muslim. كل: untuk mufrad / jama’ ( كلي/ كل: tasniah muzakkar, /كلتا كلتي: tasniyah muannas). Fungsinya adalah menunjukkan tercakupnya semua unsur yang ada pada muakkad secara merata. Contoh: يصلي السنة في العيدين كلهم القريخخة أهخخل (penduduk desa itu, semuanya sholat hari raya idzul fitri dan idul adha dalam satu tahun). كلI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( )أهلyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Dilihat dari fungsi lafaz كخخل, maksud dari contoh ini adalah semua penduduk desa itu tanpa terkecuali satupun, semuanya sholat hari raya idul adha dan idul fitri dalam satu tahun. أجمع: untuk mufrad mudzkkar ( جمعاء: mufrad muannas,
أجمعيخخن/ أجمعخخون: jama’ muzakkar, جمعخخاء/ جمعخخوات: jama’ muannas). Fungsinya adalah menunjukkan tercakupnya semua unsure yang ada pada muakkad secara merata. Contoh: ( وعلخخي ألخخه و صخخحبه أجمعيخخنdan atas keluarga nabi dan sahabat nabi, semuanya). أجمعينI’rabnya adalah jer karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( ) صخخحبyang I’rabnjya jer. Dilihat dari fungsi lafaz أجمعين, maksud dari contoh ini adalah, mudah-mudahan sholawat juga diberikan kepada semua sahabat-sahabat nabi tanpa terkecuali satupun. Lafaz yang harus berada setelah lafaz أجمع, yaitu ada tiga, أبتع أبصع, أكتع,. contoh: ( وعلخي ألخه و صخحبه أجمعيخن أبتعيخنdan atas keluarga nabi dan sahabat nabi, semuanya). أبتعيخخخخن I’rabnya jer karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( )صحبyang I’rabnya juga jer. Lafaz أبتعينberada setelah lafaz أجمعين Taukid lafzi (secara lafaz), yaitu mengokohkan kalimat dengan cara mengulang kalimat yang dikokohkan (muakkad ), baik berupa: Kalimat isim, contoh: الصائم زيد، ( الصائمzaid adalah orang yang berpuasa, orang yang berpuasa). الصائمyang kedua irobnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( الصخخخائمyang pertama) yang I’rabnya adalah rafa’ sebagai khabar. Kalimat fi’il, contoh: ( الستسخخقاء صخخلة زيخخد يصخخل يصخخل لخخمzaid tidak sholat, sholat istisqo’ / sholat minta hujan). يصخخلyang kedua i’rabnya adalah jazm karena kedudukannya sebagai taukid, yaitu ikut pada muakkad nya ( يصلyang pertama) yang I’rabnya adalah jazm karena didahului oleh amil jazm لم. Kalimat huruf, contoh: ( النجاسة تأكخل ل لjangan, jangan makan benda najis). لyang kedua adalah taukid (pengokoh) bagi لyang pertama. لhukumnmya mabni karena berupa huruf, yaitu huruf nahi (larangan) Jumlah, contoh: ( صخخائم زيخخد صخخائم زيخخدzaid adalah orang yang berpuasa, zaid adalah orang yang berpuasa). صائم زيدyang kedua adalah taukid (pengokoh) bagi صخخخائم زيخخخدyang pertama. Susunan صائم زيدadalah jumlah ismiyah (berupa susunan mubtada’ ( ) زيدdan khabar ( )) صائم. Jika muakkad nya (kalimat yang dikokohkan) berupa isim d}amir muttas}il dalam keadaan rafa, nas}ab atau jer, maka taukidnya adalah dengan isim d}amir munfas{il yang dalam 169
keadaan rafa’. Contoh: ( أنخخا صخخمتsaya, saya berpuasa). أنخخا (d}amir munfas}il dalm keadaan rafa’) adalah taukid, ت adalah muakkad (d}amir muttashil dalm keadaan rafa’). Contoh lain: ( الجنة زوجك و أنت أسخخكنdiamlah kamu, kamu dan istrimu disurga). ( أنتd}amir munfas}il dalm keadaan rafa’) adalah taukid, d}amir mustatir yang tersimpan dalam lafaz أسكنadalah muakkad . BADAL Badal secara bahasa adalah pengganti. Secara istilah, badal adalah kalimat yang mengganti kalimat sebelumnya (mubdal minhu / kalimat yang diganti) tanpa ditengah-tengahi oleh huruf at}af, dan mengambil alih hukum / peristiwa yang dimiliki oleh kalimat sebelumnya (mubdal minhu). Badal (pengganti) harus sesuai dengan mubdal minhu) dalam dua hal, yaitu: Dari segi i’rabnya (rafa’, nas}ab, jer, jazm) Dari segi jenis kalimatnya (isim atau fi’il) Contohnya adalah: ( الخوف صلة الخ عبخخد إبخخن زيخخد يصخخليzaid, anaknya Abdullah itu sholat khauf / sholat dalam keadaan takut). يصلي: fi’il mudloi’ : I’rabnya rafa’ زيد : fa’il (mubdal minhu) : Irobnya rafa’ إبن : badal : I’rabnya rafa’ karena ikut pada زيدyang I’rabnya rafa’ إبخخنI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )زيدyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. Tanda I’rabnya adalah dommah karena إبنadalah isim mufod. Lafaz إبنdisebut badal karena mengganti ( زيدmubdal minhu) . J#adi, yang sholat khouf adalah anaknya Abdullah. ( إبنbadal) sesuai dengan ( زيدmubdal minhu) dalam dua hal: زيدI’rabnya adalah rafa’, إبنI’rabnya juga rafa’ زيدadalah kalimat isim, إبنadalah kalimat isim Macam-Macam Badal Badal ada 5 macam, yaitu: Badal kul min kul (keseluruhan), yaitu mengganti seluruh kalimat dengan kalimat lain yang maknanya sama. Contoh: Berupa isim: ( الخخخوف صخخلة الخخ عبخخد إبخخن زيخخد يصخخليzaid, anaknya ‘abdullah sholat khouf / sholat dalam keadaan takut). إبن I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )زيدyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai fa’il. إبنadalah badal kul min kul karena mengganti seluruh زيد tapi makna keduanya sama.
Berupa fi’il: ( تعب فيها ينل لم جنانخا يخدخل يثخخب يخؤمن مخنbarang siapa yang beriman, maka dia diberi pahala, dimasukkan ke surga yang di dalamnya tidak mengenal payah). يخخدخل I’rabnya adalah jazm karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )يؤمنyang I’rabnya jazm karena didahului amil jazm لم. يخخدخلadalah badal kul min kul karena mengganti seluruh makna dari يثبtapi makna keduanya tetap sama, Badal ba’adl minkul (sebagian), yaitu mengganti kalimat dengan sebagian dari kalimat itu. Contoh: Berupa isim: ( النية أشياء ثلثة الغسل وفرائضfardlu-fardlunya mandi ada tiga perkara, niat). النية I’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )ثلثةyang I’rabnya adalah rafa’ sebagai khabar. ( النيةniat) adalah badal ba’ad min kul karena mengganti kalimat ثلثخخةsecara sebagian. Jadi, ( النيخخةniat) adalah bagian dari ثلثة, bukan keseluruhan dari ( ثلثةtiga). Berupa fi’il: ( يرحمخخك لخخ تسخخجد تصخخل إنjika kamu sholat, sujud kepada Allah maka kamu akan memberi rahmat kepadamu). تسخخخخخخجدI’rabnya adalah jazm karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )تصلyang I’rabnya jazm oleh huruf jazm إن. تسجدadalah badal ba’adl min kul karena mengganti kalimat تصخخلsecara sebagian. Jadi, ( تسخخجدbersujud) adalah bagian dari ( تصلsholat) Badal isytimal (kandungan), yaitu mengganti kalimat dengan sesuatu yang terkandung dari kalimat tersebut, tapi bukan merupakan bagian dari kalimat tersebut. Contoh: Berupa isim: ( علمه زيدا نلخختsaya mendapatkan zaid, ilmunya). علمI’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )زيداyang I’rabnya adalah nas}ab sebagai maf’ul bih. علمadalah badal isytimal karena merupakan sesuatu yang terkandung dalam زيدا, tapi bukan bagian dari زيدا. Berupa fi’il: ( يعن بنا يستعن إلينا يصل منbarang siapa yang sampai kepada kami, minta tolong pada kami, maka dia akan ditolong). يستعنI’rabnya adalah jazm karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )يصلyang I’rabnya adalah jazm oleh huruf jazm من. ( يسخخخختعنminta tolong) adalah badal isytimal karena merupakan sesuatu yang terkandung dalam ( يصلsampai), tapi bukan bagian dari ( يصلsampai). Badal ghalat (salah tanpa sengaja), yaitu mengganti kalimat yang dianggap salah tanpa sengaja dengan kalimat yang dianggap benar. Contoh: 171
Berupa isim: ( الخخزروع المواشخخي يزكخخي الفلحpetani itu berzakat binatang ternak, hasil tanaman). الخخزروعI’obnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )المواشيyang I’rabnya adalah nas}ab sebagai maf’ul bih. ( الخخخزروعhasil pertanian) adalah badal ghalat karena dianggap kalimat yang benar dan mengganti kalimat المواشي (binatang ternak) yang dianggap salah. Karena biasanya petani itu berzakat hasil pertanian. Berupa fi’il: ( يكفنخخخه الميخخخت يخخخدفن هخخخوdia mengkafani mayat, mengkafani). يكفخخخخخخنI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )يخخخدفنyang I’rabnya adalah rafa’ karena tidak didahului oleh amil nas}ab atau jazm. ( يكفخخنmengkafani) adalah badal ghalat karena dianggap kalimat yang benar dan mengganti kalimat يخخخخدفن (menguburkan) yang dianggap salah tanpa sengaja. Karena biasanya lebih dulu mengkafani mayat, lalu menguburkannya. Badal id}rab (salah dengan sengaja), yaitu mengganti kalimat yang salah dengan sengaja, dengan kalimat yang benar (kalimat yang dimaksudkan). Contoh: Berupa isim: ( الغنخخم البخخل زكhendaklah kamu berzakat unta, kambing). الغنخخخخخخمI’rabnya adalah nas}ab karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )البلyang I’rabnya adalah nas}ab sebagai maf’ul bih. الغنخخمadalah badal id}rab karena dianggap kalimat yang benar (yang dimaksudkan) dan mengganti kalimat البخخل yang dianggap salah secara sengaja. Berupa fi’il: ( رمضان أصوم أزكيsaya zakat, saya berpuasa di bulan romadon’). أصخخخومI’rabnya adalah rafa’ karena kedudukannya sebagai badal, yaitu ikut pada mubdal minhu ( )أزكخخيyang I’rabnya adalah rafa’ karena tidak didahului amil nas}ab atau jazm. أصومadalah badal id}rab karena dianggap kalimat yang benar (yang dimaksudkan) dan mengganti kalimat أزكخخي yang dianggap salah secara sengaja. KETERANGAN Antara badal dan at}af bayan ada persamaannya, yaitu sama sama menjelaskan kalimat yang diikuti dan tidak ada huruf at}af. Akan tetapi antara badal dan at}af tersebut ada perbedaannya, yaitu: Dilihat dari maksud utama dari hukum / peristiwa: Badal: yang menjadi maksud / sasaran utama dari suatu
hukum / peristiwa yang ada adalah badal itu sendiri. Contoh: ( نصخخفها البيضخخة أكلخختsaya makan telur, separuhnya). Yang menjadi sasaran utama dari hukum / peristiwa (makan telur) adalah separuh telur ( ; نصخخفهاbadal). Jadi maksud dari contoh ini adalah, saya makan separuh telur, bukan seluruhnya. At}af bayan: yang menjadi maksud / sasaran utama dari suatu hukum / peistiwa yang ada adalah ma’tuf alaih (yang diikuti). Contoh: ( زيد الرجل جاءseorang laki-laki, zaid datang). Yang menjadi sasaran utama dari hukum / peristiwa (datang) adalah seorang laki-laki ( ; الرجلma’tuf alaih). Sedangkan zaid ( ; زيدat}af bayan) hanya menjelaskan nama laki-laki itu. Dilihat dari segi mana yang lebih jelas: Badal: badal tidak lebih jelas dari mubdal minhu (kalimat yang diikuti). Contoh: ( الرجخخخل زيخخخد جخخخاءzaid, seorang laki-laki datang). ( الرجلbadal) tidak lebih jelas dari mubdal minhu ()زيد At}af bayan: at}af bayan lebih jelas dari ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti). Contoh: ( زيد الرجخل جخاءseorang laki-laki, zaid datang). ( زيخخدat}af bayan) lebih jelas dari ( الرجخخلma’tuf alaih) karena zaid itu menjelaskan nama dari seorang lakilaki itu Tabel macam-macam tawabi’: N O
TAWABI’
1
Na’at
2
At}af
3
Taukid
4
Badal
KETERANGAN
CONTOH
Na’at hakiki
مطهر طاهر وهو
Na’at sababi
طاهر وهو استعماله مكروه مطهر
Huruf At}af: , أم, أو, ثم, ف,و
إما, لكن, ل, بل,حتى Taukid ma’nawi (, كل, عين,نفس أبصع, أكتع, )أبتع,( )أجمع Taukid lafzi Badal kul min kul (keseluruhan) Badal ba’adl minkul (sebagian)
173
البوال جميع غسل واجب والوراث نفسه زيدا رأيت الصائم زيد، الصائم ال عبد إبن زيد يصلي الخوف صلة الغسل وفرائض النية أشياء ثلثة
Badal isytimal (kandungan)
علمه زيدا نلت
Badal ghalat (salah tanpa sengaja)
يزكي الفلح الزروع المواشي
Badal id}rab (salah dengan sengaja)
الغنم البل زك
HUKUM ‘ADAD DAN MA’DUD Yang dimaksud ‘adad adalah hitungan bilangan. Sedangkan ma’dud adalah yang dihitung. Hukum ‘adad dan ma’dud adalah: Jika ‘adad berupa bilangan 1 – 2, maka ‘‘adad harus mengikuti ma’dudnya dalam segi jenisnya (muzakkar , muannas), dan kedudukan ‘adad sebagai na’at (sifat) bagi ma’dudnya. Sedangkan ma’dudnya sebagai man’ut (yang disifati) yang I’rabnya sesuai tuntutan amil. Contoh: Artinya ‘adad Ma’dud (sebagai na’at) (sebagai man’ut) Murid satu
(laki)
yang واحد Muzakkar
Murid (perempuan) واحدة yang satu - muannas Murid (laki) yang dua
تلميذ muzakkar
تلميذة
- muannas
إثنان
تلميذان
- muzakkar
- muzakkar
Murid (perempuan) إثنتان yang dua - muannas
تلميذتان
- muannas
Jika ‘adad berupa إحخخدي/ أحخخد, maka ma’dud harus berbentuk jama’ dan I’rabnya jer sebagai mud}af ilaih. Sedangkan ‘adad sebagai mud}af yang I’rabnya sesuai tuntutan amil. Contoh: Artinya Salah satu murid laki
Ma’dud (sebagai ilaih)
murid- التلميذ muzakkar jama’ Salah satu murid- التلميذات murid perempuan muannas jama’
‘adad mud}af (sebagai mud}af)
أحد - muzakkar
إحدى
- muannas
Jika ‘adad berupa bilangan 3 – 10, maka ‘‘adad harus berlawanan jenis (muzakkar, muannas) dengan ma’dudnya. Ma’dud harus berbentuk jama’ dan I’rabnya jer sebagai mud}af ilaih.
Sedangkan ‘‘adad sebagai mud}af yang I’rabnya sesuai tuntutan amil. Contoh: Artinya Tiga perkara Empat roka’at
Ma’dud (sebagai ilaih)
‘adad mud}af (mud}af)
beberapa أشياء Muzakkar Jama’ beberapa ركعات Muannas Jama’
ثلثة Muannas
أربع
- muzakkar
Jika ‘adad berupa bilangan 11 – 12, maka bilangan satuan dan puluhan harus sama jenisnya (muzakkar, muannas) dengan ma’dudnya. Ma’dud harus berbentuk mufrad dan I’rabnya adalah nas}ab sebagai tamyiz. Sedangkan ‘adad hukumnya mabni atas tanda nas}ab tanpa tanwin. Contoh: Artinya Ma’dud Bilangan Bilangan (sebagai puluhan satuan tamyiz) 11 bintang كوكبا عشر أحد Muzakkar Muzakkar Muzakkar Mufrad Mabni fathah Mabni fathah 12 papan tulis
سبورة
Muannas Mufrad
عشرة
Muannas Mabni fathah
إثنتا
Muannas Mabni alif
Jika ‘adad berupa bilangan 13 – 19, maka bilangan satuan harus berlawanan jenis (muzakkar, muannas) dengan ma’dudnya, sedangkan bilangan puluhan harus sama jenisnya (muzakkar, muannas) dengan ma’dudunya. Ma’dud harus berbentuk mufrad dan I’rabnya adalah nas}ab sebagai tamyiz. Sedangkan ‘adad hukumnya mabni atas tanda nas}ab tanpa tanwin. Contoh: Artinya Ma’dud Bilangan Bilangan (sebagai puluhan satuan tamyiz) 17 rukun غسل عشر سبعة Muzakkar Muzakkar Muannas Mufrad Mabni fathah Mabni fathah 16 peci
قلنسوة
Muannas Mufrad
عشرة
Muannas Mabni fathah
175
ست
Muzakkar Mabni fathah
Jika berupa bilangan tingkatan yang mengikuti wazan فاعل, maka ‘adad harus mengikuti ma’dudnya dalam segi jenisnya (muzakkar, muannas), dan kedudukan ‘adad sebagai na’at (sifat) bagi ma’dudnya. Sedangkan ma’dud sebagai man’ut (yang disifati) yang I’rabnya sesuai tuntutan amil. Contoh: Artinya ‘adad Ma’dud (sebagai ‘‘adad) (sebagai man’ut) Rukun empat
yang
ke- الرابع - muzakkar
Rokaat yang ke-tiga
الثالثة
- muannas
الركن - muzakkar
الركعة
- muannas
Harokat syin ( ) شpada عشر/ عشرة: Jika ma’dudnya muzakkar, maka harokat syin adalah fathah. Contoh: Artinya Ma’dud ‘adad 10 laki-laki
رجال
عشرة
11 laki-laki
رجل
أحد عشر
Jika ma’dudnya muannas, maka harokat syin adalah sukun. Contoh: Artinya Ma’dud ‘‘adad 10 perempuan
نساء
عشر
11 perempuan
إمرأة
إحدى عشرة
TANAZU’ FI AL-‘AMAL Yang dimaksud tanazu’ adalah dua amil atau lebih yang memerintah satu ma’mul (yang diperintah) atau lebih yang berada setelah amil. Contoh: ( زيد يصوم و يصليzaid sedang sholat dan sedang puasa). يصلي: fi’il mud}ari’ (amil pertama) : I’rabnya rafa’ يصوم: fi’il mud}ari’ (amil kedua) : I’rabnya rafa’ زيد: fa’il (ma’mul ) : I’rabnya rafa’ Pada contoh ini terjadi tanazu’, yaitu ada dua amil ( يصليdan )يصوم yang merafa’kan ( زيدma’mul ) sebagai fa’il. Menurut ulama’ bashroh, yang beramal adalah amil terkahir karena lebih dekat dengan ma’mul . Jadi, yang merafa’kan ( زيدma’mul ) adalah ( يصومamil terakhir) karena lebih dekat dengan ma’mul nya. Sedangkan menurut ulama’ kufah, yang beramal adalah amil yang pertama karena berada di awal. Jadi, yang merafa’kan ( زيدma’mul ) adalah ( يصليamil pertama) karena berada di awal. Masing-masing dari dua pendapat ini mempunyai hukum masing-masing. Rinciannya sebagai berikut: Jika yang beramal adalah amil yang pertama, maka amil yang terakhir beramal kepada isim d}amir yang kembali kepada ma’mul . Contoh: ( المسلمان يتيممان و يتوضأdua orang muslim berwudlu’ dan bertayammum). ( يتوضأamil pertama) beramal, yaitu merafa’kan ( المسلمانma’mul ) sebagai fa’il ( يتيممخخخانamil terakhir) beramal kepada isim d}amir ( ; اalif tasniyah) yang kembali kepada ( المسلمانma’mul ) 177
Jika yang beramal adalah amil yang terakhir, maka: Jika amil yang pertama merafa’kan ma’mul berupa isim d}amir, maka isim d}amir tersebut tampak. Contoh: المسخخلمان يخختيمم و ( يتوضأنdua orang muslim berwudlu’ dan bertayammum) ( يتيممamil terakhir) beramal, yaitu merafa’kan ( المسلمانma’mul ) sebagai fa’il ( يتوضخخأنamil pertama) merafa’kan isim d}amir sebagai fa’il, dan d}amir tersebut tampak ( ; اalif tasniyah). Jika amil yang pertama menas}abkan ma’mul berupa isim d}amir, maka isim d}amir tersebut dibuang. Contoh: زيخخد ( ضربني و لطمتsaya menempeleng zaid dan zaid memukulku). ( ضربamil terakhir) beramal, yaitu merafa’kan ( زيدma’mul ) sebagai fa’il ( لطمamil kedua) menas}abkan isim d}amir ( ) ه, tapi d}amir tersebut dibuang. Asalnya adalah زيد لطمته و ضربني Jika amil yang pertama menjerkan ma’mul berupa isim d}amir, maka isim d}amir tersebut dibuang. Contoh: محمد على وسلم وبارك ( صخخلberikanlah sholawat, salam, dan berkah kepada nabi Muhammad SAW). ( باركamil terakhir) beramal, yaitu menjerkan ( محمدma’mul ) dengan huruf jer. Karena باركadalah fi’il muta’addi dengan huruf jer ( صخخلamil pertama) menjerkan isim d}amir ( ) ه, tapi isim d}amir tersebut dibuang. Begitu juga ( سخخلمamil kedua) menjerkan isim d}amir ( ) ه, tapi isim d}amir tersebut dibuang. Asalnya adalah محمد على وبارك عليه وسلم عليه صل ISYTIGHOL Isytighol secara bahasa sibuk. Secara istilah isytighol adalah ketika ada kalimat isim yang mendahului amil (berupa fi’il atau isim) dan amil tersebut bersambung dengan d}amir yang kembali kepada kalimat isim tersebut. Contoh: ( أحبهخا عائشخخةsaya mencintai aisyah). Pada contoh ini terjadi isytighol, yaitu ( عائشةisim) mendahului أحب (amil berupa fi’il) yang bersambung dengan ( هخخخاd}amir) yang kembali kepada عائشخخخة. disebut isytighol karena ( أحخخخبamil) menas}abkan عائشةsekaligus menas}abkan ها. Jadi terjadi isytighol karena ( أحبamil) dianggap sibuk karena menas}abkan dua kalimat isim sekaligus ( عائشةdan )ها. I’rab kalimat isim yang mendahului amil tersebut (seperti lafaz عائشة pada contoh )عائشة أحبهاada dua kemungkinan: Lebih utama beri’rab rafa’ sebagai mubtada’. Contoh: أحبهخخا عائشخخة (saya mencintai aisyah). عائشخخةI’rabnya adalah rafa’ sebagai mubtada’. Tanda I’rabnya adalah dlommah karena عائشةadalah isim mufrad. Nas}ab sebagai maf’ul bih. Contoh: ( أحبهخخا عائشخخةsaya mencintai
aisyah). عائشةI’rabnya adalah nas}ab sebagai maf’ul bih. Tanda I’rabnya adalah fathah karena عائشةadalah isim mufrad. Akan tetapi, kalimat isim yang mendahului amil tersebut adakalnya: Wajib beri’rab rafa’ sebagai mubtada’ (tidak boleh beri’rab nas}ab) dalam tiga keadaan: Berada setelah الفجائية إذا )إذاyang bermakna tiba-tiba). Contoh: ( زيخخد فخخإذا خرجخخت فريخخد ضخخربهsaya keluar, tiba-tiba farid memukul zaid). زيدI’rabnya wajib rafa’ sebagai mubtada’ (tidak boleh nas}ab) karena berada setelah ) إذا )الفجائية إذا Berada setelah الحال واو ) وyang bermakana keadaan). Contoh: ( والسخخيارة جئت زيخخد يركبهخخاsaya datang ketika keadaan mobil itu dinaiki zaid). السخخيارةI’rabnya wajib rafa’ sebagai ‘ mubtada’ (tidak boleh nas}ab) karena berada setelah ) و )واو الحال Berada sebelum 1) Adat istifham (alat untuk bertanya, seperti هل 2 .() syarat (seperti ( تخضيض3 .( ( إنajakan, seperti ( النافية4 .( هل مخخخا ) مخخخاyang bermakna peniadaan). 5) البتخخخداء لم )لyang menjadi permulaan). 6) التعجبيخخخخة مخخخخا ) مخخخخاyang bermakna keterkejutan). 7) الخبرية كم ) كمyang berupa berita). 8) إنdan saudara-saudaranya. Contoh: ( فعلته مخخا الشخخرsaya tidak melakukan perbuatan jelek). الشرI’rabnya wajib rafa’ sebagai ‘ mubtada’ (tidak boleh nas}ab) karena berada setelah ) النافية ما ) ما Lebih utama ber’irob nas}ab sebagai maf’ul bih (boleh juga beri’rab rafa’) dalam 5 keadaan: Berada sebelum fi’il amr (perintah). Contoh: أكرمخخخخه خالخخخخدا (mulyakanlah kholid). خالخخخداi’rabnya lebih utama beri’rab nas}ab sebagai maf’ul bih (boleh juga rafa’) karena berada sebelum ( أكرمfi’il amr). Berada sebelum fi’il nahi (larangan). Contoh: تعبخخخده ل الشخخخيطان (janganlah menyembah syetan). الشيطانi’rabnya lebih utama beri’rab nas}ab sebagai maf’ul bih (boleh juga rafa’) karena berada sebelum ( تعبد لfi’il nahi) Berada sebelum fi’il yang bermakna doa. Contoh: يسره أمري أللهم (ya allah, mudah-mudahan engkau memudahkan urusanku). أمريi’rabnya lebih utama beri’rab nas}ab sebagai maf’ul bih (boleh juga rafa’) karena berada sebelum ( يسخخرfi’il yang bermakna doa) Berada setelah hamzah istifham. Contoh: ( تزكيخخه ثمخخارا أapakah kamu berzakat buah-buahan). ثمخخخاراi’rabnya lebih utama beri’rab nas}ab sebagai maf’ul bih (boleh juga rafa’) karena berada setelah ( أhamzah istifham) Menjadi jawaban dalam keadaan nas}ab dari pertanyaan yang dibuang. Contoh: ( أكرمتخخخه عليخخخاsaya memuyakan ali). عليخخخا I’rabnya lebih utama beri’rab nas}ab sebagai maf’ul bih 179
(boleh juga rafa’) karena menjadi jawaban dari pertanyaan yang dibuang, yaitu ( أكرمته من ؟siapa yang kamu mulyakan).
CIRI-CIRI UMUM KEDUDUKAN / POSISI DALAM SUSUNAN KALIMAT Mubtada’ Cocok bermakna “adapun” Berada di awal perkataan dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / d}amir / fi’il mud}ari’ yang di dahului أن Biasanya berupa isim ma’rifat Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Dzat yang maha melihat). Khabar Cocok bermakna “adalah” Menjadi pelengkap dari mubtada’ dan sebagai kalimat pokok Berupa mufrad / jumlah ismiyah/ jumlah fi’liyah / jer majrur / zaraf Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Dzat yang maha melihat). Fa’il Cocok bermakna “siapa” atau “apa” Sebagai pelaku dari suatu pekerjaan Berada setelah fi’il ma’lum dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Contoh: ( ال نصر جاء إذا وapabila datang pertolongan Allah) Naibul fa’il Cocok bermakna “siapa” atau “apa” Sebagai objek yang menempati posisinya subjek
Berada setelah fi’il majhul dan sebagai kalimat pokok Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Contoh: ( كفروا الذين لعنorang-orang yang kafir itu dilaknat). Maf’ul bih Cocok bermakna “kepada” Sebagai objek dari pekerjaannya fa’il Berada setelah fi’il muta’addi Berupa isim zahir / d}amir / fi’il yang di dahului أن/ kata yang didahului أن Contoh: ( النسان خلقنا لقدsungguh kami menciptakan manusia) Masdar Cocok bermakna “dengan” Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Sebagai penegas / penjelas macam pekerjaan / penjelas hitungan pekerjaan Berupa isim masdar Didahului oleh amil (fi’il dll) yang sama arti / bentuk dengan isim masdar Contoh: ( شقا الرض شققنا ثمkemudian kami memecah bumi dengan benar-benar memecah) Haal Cocok bermakna “ dalam keadaan” Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Sebagai penjelas keadaan dari shohibul haal Biasanya berupa sifat (isim fa’il / isim maf’ul / sifat mushabihat) Berupa isim nakirah Contoh: ( مؤمنخخا بيخختي دخخخل لمخخنbagi orang yang masuk ke rumahku dalam keadaan beriman) Tamyiz Cocok bermakna “apanya” Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Sebagai penjelas dari kalimat yang samar pada kalimat sebelumnya Berupa isim masdar / isim jamid Biasanya berada setelah isim tafd}il atau setelah bilangan 11 – 99 Contoh: ( تأويل أحسخخن و خيخخر ذلخخكhal itu lebih baik dan lebih bagus penafsirannya) Dzaraf Cocok bermakna “di” / “di dalam” / “pada” Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Menjelaskan keterangan waktu / tempat Contoh: ( يوما لبثت قالsalah satu penghuni gua itu berkata, saya tinggal selama satu hari) Mustatsna Berada setelah adat istitsna’ 181
Sebagai kalimat yang dikecualikan Contoh: ( إبليس إل فسجدواkemudian para malaikat itu sujud kecuali iblis). Maf’ul li ajlih Cocok bermakna “karena” Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Sebagai alasan terjadinya pekerjaan Berupa masdar qolby Contoh: ( الخخخ مرضخخخات ابتغخخخاء أمخخخوالهم ينفقخخخونmereka menafkahkan hartanya karena mengharap ridlo Allah) Maf’ul ma’ah Cocok bermakna “bersama” Berada setelah wawu ma’ah (wawu yang bermakna bersama) Berada setelah sempurna jumlah (sebagai pelengkap) Contoh: ( والجيخخس الميخخر جخخاءpemimpin itu datang bersama bala tentaranya)
SUSUNAN KALIMAT DALAM BAHASA ARAB MUBTADA’ + KHABAR Mubtada’ adalah subjek. Khabar adalah predikat. Contoh: ( سميع ال وAllah adalah Dzat yang maha melihat). ال و: mubtada’. سميع: khabar Kadang susunannya dibalik, yaitu Khabar + mubtada’. Contoh: ( أبصارهم في غشاوةpada beberapa mata mereka ada penutup). أبصارهم في: khabar. غشاوة: mubtada’ Kemungkinan susunan kalimat yang terjadi pada susunan mubtada’ dan khabar, yaitu: Mubtada’ + khabar + pelengkap Contoh: ( بالعبخخخاد بصخخخير الخخخ وAllah adalah melihat hambahambanya). ال: mubtada’. بصير: khabar. بالعباد: pelengkap Mubtada’ + pelengkap + khabar Contoh: ( خخخبير تعملخخون بمخخا ال خ وAllah mengetahui apa yang kamu kerjakan). ال: mubtada’. تعملون بما: pelengkap. خبير: khabar Amil nawasikh (\ ان, )كانdan saudaranya + mubtada’ (isim) + khabar Contoh: ( عليمخخخا الخخخ وكخخخانAllah adalah Dzat yang maha mengetahui). كان: amil nawasikh. ال: mubtada’ (isim). عليما: khabar Amil nawasikh ( ان, )كانdan saudaranya + khabar + mubtada’ (isim) Contoh: ( شخخخخيئ كمثلخخخخه ليخخخخسtidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah). ليس: amil nawasikh. كمثله: khabar. شيئ: mubtada’ (isim) Amil nawasikh ( ان, )كانdan saudaranya + mubtada’ (isim) + pelengkap + khabar . Contoh: ( قدير شيئ كخخل علخخى الخ إنsesungguhnya Allah mampu terhadap setiap sesuatu). إن: amil nawasikh. الخخ: mubtada’ (isim). شخخيئ كخخل علخخى: pelengkap. قدير: khabar Pelengkap biasanya mengiringi susunan mubtada’ dan khabar adalah jer majrur. Contoh: ( بالعباد بصير ال وAllah adalah melihat hamba-hambanya) ال خ: mubtada’. بصخخير: khabar. بالعبخخاد: pelengkap berupa jer majrur Pelengkap mubtada’ dan khabar juga bisa berupa pelengkap yang biasanya mengiringi susunan fi’il dan fa’il 183
(pembahasannya akan dibahas setelah ini). Contoh: تأويل أحسن ( و خير ذلكhal itu lebih baik dan lebih bagus penafsirannya) ذلك: mubtada’. خير: khabar. تأويل: pelengkap berupa tamyiz Kadang pelengkap tidak hanya satu saja. Pada susunan kalimat kadang mempunyai dua pelengkap atau lebih, contoh: إستحبابا ( أشخخد مواضخخع ثلثخخة فخخي وهخخوsiwak itu dalam tiga keadaan lebih sangat kesunnahannya) وهو: mubtada’. مواضع ثلثة في: pelengkap berupa jer majrur. أشد : khabar. إستحبابا: pelengkap berupa tamyiz. FI’IL + FA’IL / FI’IL + NAIBUL FA’IL Fi’il adalah kata kerja Fa’il adalah pelaku, berada setelah kata kerja aktif Naibul Fa’il adalah objek yang menempati posisi subjek karena berada setelah kata kerja pasif Contoh: ( ال نصر جاء إذا وapabila datang pertolongan Allah) , كفروا ( الذين لعنorang-orang yang kafir itu dilaknat). جاء: fi’il ma’lum. نصر: fa’il. لعن: fi’il majhul. الذين: na’ibul fa’il Kemungkinan susunan kalimat yang terjadi pada susunan mubtada’ dan khabar, yaitu: Fi’il + fa’il / naibul fa’il+ pelengkap Contoh: ( بنخخخورهم الخخخ ذهخخخبAllah menghilangkan cahaya mereka) , ( للناس وضعdiletakkan untuk manusia) ذهب: fi’il ma’lum. ال: fa’il. بنورهم: pelengkap. وضع: fi’il majhul. ( هوd}amir yang tersimpan) : fa’il. للناس: pelengkap Fi’il + pelengkap + fa’il / naibul fa’il Contoh: ( إعراضهم عليك كبر كان إن وjika penentangan mereka besar terhadapmu) , ( الصخيام عليكخم كتخبdiwajibkan puasa kepadamu) كبر: fi’il ma’lum. عليك: pelengkap. إعراضهم: fa’il كتب: fi’il majhul. عليكم: pelengkap. الصيام: naibul fa’il Pelengkap + fi’il + fa’il / naibul fa’il Contoh: ( نعبد إياكhanya kepadamu kami menyembah) , ( زيد ضرب البيت امامzaid dipukul di depan rumah) إيخخاك: pelengkap. نعبخخد: fi’il ma’lum. ( نحخخنd}amir yang tersimpan) : fa’il امام: pelengkap. ضرب: fi’il majhul. زيد: naibul fa’il Pelengkap yang biasanya mengiringi susunan fi’il dan fa’il / naibul fa’il, yaitu: Jer majrur. Contoh: ( الكتاب أهل من طائفة وقالتsatu golongan dari ahli kitab berkata) قالت: fi’il ma’lum. طائفة: fa’il. الكتاب أهل من: jer majrur Maf’ul bih. Contoh: ( النسان خلقنا لقدsungguh kami menciptakan manusia)
خلق: fi’il ma’lum. نا: fa’il. النسان: maf’ul bih Dua maf’ul ظخخنdan saudaranya. Contoh: خليل إبراهيخخم ال خ واتخخخذ (Allah menjadikan nabi Ibrahim sebagai kekasih) واتخذ: amil nawasikh (saudara ال.( ظن: fa’il. إبراهيم: maf’ul pertama. خليل: maf’ul kedua Masdar. Contoh: ( شقا الرض شخخققنا ثخخمkemudian kami memecah bumi dengan benar-benar memecah) شق: fi’il ma’lum. نا: fa’il. الرض: maf’ul. شقا: masdar Haal. Contoh: ( مؤمنخخا بيخختي دخخخل لمخخنbagi orang yang masuk ke rumahku dalam keadaan beriman) دخل: fi’il ma’lum. ( هوd}amir yang tersimpan) : fa’il. مؤمنا: haal Tamyiz. Contoh: ( شيبا الرأس واشتعلuban rambutnya bersinar) اشتعل: fi’il ma’lum. الرأس: fa’il. شيبا: tamyiz Zaraf. Contoh: ( يومخخا لبثخخت قخخالsalah satu penghuni gua itu berkata, saya tinggal selama satu hari) لبث: fi’il ma’lum. ت: fa’il. يوما: Zaraf Mustasna. Contoh: ( إبليس إل فسجدواkemudian para malaikat itu sujud kecuali iblis). سجد: fi’il ma’lum. ( وwawu jama’): fa’il. إبليس: mustasna Catatan: mustasna biasanya menjadi pelengkap jika berupa Kalam Tam (mustasna minhu disebutkan) Maf’ul li ajlih. Contoh: ( ال خ مرضخخات ابتغخخاء أمخخوالهم ينفقخخونmereka menafkahkan hartanya karena mengharap ridlo Allah) ينفق: fi’il ma’lum. ( وwawu jama’): fa’il. أموالهم: maf’ul bih. ابتغاء: maf’ul li ajlih Maf’ul ma’ah. Contoh: ( والجيس المير جخخاءpemimpin itu datang bersama bala tentaranya) جاء: fi’il ma’lum. المير: fa’il. الجيس: maf’ul ma’ah Kadang pelengkap tidak hanya satu saja. Pada susunan kalimat kadang mempunyai dua pelengkap atau lebih, contoh: ( مبشرين النبيين ال فبعثkemudian Allah mengutus para nabi dalam keadaan sebagai orang yang memberi kabar gembira) بعث: fi’il ma’lum. ال: fa’il. النبيين: maf’ul bih. مبشرين: haal Tabel susunan kalimat dalam bahasa arab: N O 1
SUSUNAN RINCIAN SUSUNAN KALIMAT KALIMAT MUBTADA’ Mubtada’ + khabar + pelengkap + KHABAR Mubtada’ + pelengkap + khabar Amil nawasikh (\ ان, )كان
185
CONTOH
بالعباد بصير ال و خبير تعملون بما ال و عليما ال وكان
2
FI’IL + FA’IL / FI’IL + NAIBUL FA’IL
dan saudaranya + mubtada’ (isim) + khabar Amil nawasikh ( ان, )كمممان dan saudaranya + khabar + mubtada’ (isim) Amil nawasikh ( ان, )كمممان dan saudaranya + mubtada’ (isim) + pelengkap + khabar Fi’il + fa’il / naibul fa’il+ pelengkap
Fi’il + pelengkap + fa’il / naibul fa’il
Pelengkap + fi’il + fa’il / naibul fa’il
شيئ كمثله ليس قدير شيئ كل على ال إن
بنورهم ال ذهب, للناس وضع إعراضهم عليك كبر كان إن و, الصيام عليكم كتب نعبد إياك, زيد ضرب البيت امام
Tabel pelengkap: N O 1
PELENGKAP Jer majrur
الكتاب أهل من طائفة وقالت
2
Maf’ul bih
النسان خلقنا لقد
3
Dua maf’ul ظنdan saudaranya
4
Masdar
شقا الرض شققنا ثم
5
Haal
مؤمنا بيتي دخل لمن
6
Tamyiz
شيبا الرأس واشتعل
7
Zaraf
8
Mustasna
9
Maf’ul li ajlih
ال مرضات ابتغاء أموالهم ينفقون
10
Maf’ul ma’ah
والجيس المير جاء
Kadang pelengkap tidak hanya satu saja. Pada susunan kalimat kadang mempunyai dua
CONTOH
خليل إبراهيم ال واتخذ
يوما لبثت قال إبليس إل فسجدوا
مبشرين النبيين ال فبعث
pelengkap atau lebih, contoh: CATATAN I Ada 4 posisi / kedudukan yang biasanya mengikuti mubtada’ / khabar / fi’il / fa’il / na’ibul fa’il / pelengkap, yang disebut Tawabi’, yaitu: Na’at (sifat). Seperti susunan Fi’il + fa’il + pelengkap + na’at. Contoh: ( الرجيم الشيطان من بال أعوذsaya berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk) أعوذ: fi’il ma’lum. ( أناd}amir yang tersimpan) : fa’il. الشيطان من: pelengkap. الرجيم: na’at At}af (kata sambung). Seperti susunan fi’il + pelengkap + fa’il + at}af. Contoh: ( نخخوم ول سخخنة تأخخخذه لAllah tidak pernah ngantuk dan tidur) تأخذ: fi’il ma’lum. ه: pelengkap. سنة: fa’il. نوم: at}af Taukid (penegas). Seperti susunan amil nawasikh ( ) إن+ mubtada’ (isim) + taukid + khabar. Contoh: ( ل خ كلخخه المخخر إن قخخلkatakanlah, sesungguhnya semua urusan itu adalah milik Allah) إن: amil nawasikh. المر: mubtada’ (isim). كله: taukid. لخ: khabar Badal (pengganti). Seperti susunan mubtada’ + khabar + badal. Contoh: ( العالمين رب ل الحمدsegala puji adalah milik Allah, tuhan semesta alam) الحمد: mubtada’. ل: khabar. العالمين رب: badal CATATAN II Ada 5 kalimat isim yang beramal seperti fi’il, yaitu: Isim masdar. Seperti susunan isim masdar + fa’il + pelengkap. Contoh: ( أبخخخاك إكرامخخخك أحخخخبsaya senang kamu memulyakan ayahmu) إكرام: isim masdar. ك: fa’il. أباك: pelengkap Isim fa’il. Seperti susunan isim fa’il + fa’il + pelengkap. Contoh: ( ضخخخخيوفه سخخخخعيد مكخخخخرم هخخخخلapakah said orang yang menghormati para tamunya?) مكرم: isim fa’il. سعيد: fa’il. ضيوفه: pelengkap Isim maf’ul. Seperti susunan isim maf’ul + naibul fa’il. Contoh: ( استعماله مكروهyang dimakruhkan penggunaannya) مكروه: isim maf’ul. استعماله: naibul fa’ik Sifat mushabihat. Seperti susunan sifat mushabihat + fa’il. Contoh: ( خلقه حسن عليali itu bagus tingkah lakunya) حسن: sifat mushabihat. خلقه: fa’il Isim tafd}il. Seperti susunan isim tafd}il + fa’il. Contoh: ( سعيد من أشجع خالدkholid lebih berani dari pada said) 187
أشجع: isim tafd}il. ( هوd}amir yang tersimpan) : fa’il
LANGKAH-LANGKAH MEMBACA KITAB KUNING Mengetahui arti tiap kalimat (kata) dengan melihat di kamus. Langkah-langkahnya: Jika berupa fi’il: Menentukan fi’il mad}i dan wazannya : sebelum lihat di kamus Menentukan fi’il mujarradnya (jika berupa fi’il mazid), lalu mencari di kamus Menentukan jenis kalimatnya (secara tashrifnya) : untuk mengetahui arti kalimat yang dimaksud Jika berupa isim (jamid / musytaq): Berupa isim musytaq: Menentukan isim mufradnya Menentukan fi’il mad}i dan wazannya (jika berupa isim musytaq) Menentukan fi’il mujarradnya (jika berupa isim musytaq), lalu mencari di kamus Menentukan jenis kalimatnya (jika berupa isim musytaq) : untuk mengetahui arti kalimat yang dimaksud Berupa isim jamid: langsung mencari di kamus Jika berupa huruf: langsung mencari di kamus Membaca akhir kalimat. Langkah-langkahnya: Menentukan jenis kalimat (fi’il / isim / huruf) Menentukan mabni dan mu’rabnya; Jika berupa mabni: Jika berupa fi’il mad}i: kemabniannya dengan apa Jika berupa fi’il amr: kemabniannya dengan apa Jika berupa fi’il mud}ari’: kemabniannya dengan apa
Jika berupa huruf: kemabniannya langsung lihat di kamus Jika berupa isim: kemabniannya sesuai jenis isim yang mabni Jika berupa mu’rab: Jika berupa isim: Menentukan kedudukan dan i’rabnya Menentukan jenis kalimat dan tanda i’rabnya Jika berupa fi’il mud}ari’: Melihat amil (nas}ab atau jazm) yang masuk dan i’rabnya Menentukan jenis kalimat dan tanda i’rabnya Memahami susunan kalimat dalam bahasa arab Berupa fi’il + fa’il dan juga pelengkapnya Berupa mubtada’ + khabar dan pelengkapnya Langkah ini dilakukan setelah mengetahui arti dari tiap-tiap kalimat. Keterangan: Langkah ke-2 dan ke-3 ini sangat berkaitan dan bisa dilakukan secara bersamaan. Langkah ke-2 lebih ditekankan untuk mengetahui susunan kalimat bahasa arab. Sedangkan langkah ke-3 lebih fokus pada membaca akhir kalimat. Dalam membaca kitab juga perlu diperhatikan Syiyaqul kalam, yaitu melihat konteks perkataan, baik melihat kalimat sebelum atau sesudahnya, atau melihat arti yang pas untuk suatu kalimat. Syiayaqul kalam ini untuk menetukan beberapa kemungkinan yang dimiliki oleh satu jenis kalimat. Jadi untuk menentukan apa jenis ataupun hukum yang dimiliki oleh suatu kalimat, maka harus melihat syiyaqul kalam (konteks perkataan) Atau juga untuk melihat arti yang pas ketika mencari arti kalimat di kamus, maka dengan melihat konteks perkataannya. CONTOH PRAKTEK: ينطلقون ثم أكل المسافرون رزا MENGETAHUI ARTI TIAP KALIMAT
أكل Mengetahui arti tiap kalimat. Lafaz أكلadalah fi’il. Maka langkah-langkahnya: Fi’il mad}inya adalah أكل, wazannya فعل – يفعل Fi’il mujarradnya adalah أكل. Maka lafaz أكلini yang dicari di kamus. Setelah dilihat di kamus, artinya ” makan ” Jenis kalimat أكخخلadalah fi’il mad}i. Maka artinya adalah ”telah makan” Membaca akhir kalimat lafaz أكلadalah fi’il 189
Lafaz أكلadalah fi’il mad}i, maka hukumnya mabni Lafaz أكلadalah fi’il mad}i yang tidak bersambung dengan wawu jama’ ( ) و, dan atau tidak bersambung dengan d}amir rafa’ mutaharrik, maka mabni dengan fathah. Maka membaca huruf akhirnya adalah أكل
المسافرون Mengetahui arti tiap kalimat. Lafaz المسخخخخافرونadalah isim musytaq. Maka langkahlangkahnya adalah: Isim mufrad lafaz المسافرونadalah المسافر Fi’il mad}i lafaz المسافرونadalah سافر, wazannya adalah فاعل Fi’il mujarrad lafaz سافرadalah سفر. Maka lafaz سفرini yang dicari di kamus. Setelah ketemu lafaz سخخفر, langsung mencari lafaz سخخافرatau langsung pada lafaz المسخخافر. Artinya adalah ” berjalan” atau ” bepergian” Jenis kalimat dari lafaz المسخخافرونadalah isim fa’il. Maka artinya adalah ”orang yang berjalan” atau ”orang yang bepergian”. Membaca akhir kalimat Lafaz المسافرونadalah kalimat isim Lafaz المسخخخافرونadalah kalimat isim yang tidak serupa dengan huruf, maka hukumnya mu’rab. Lafaz المسافرونadalah isim, maka: Kedudukannya adalah sebagai fa’il (pelaku), i’rabnya adalah rafa’ Jenis kalimatnya adalah jama’ muzakkar salim, maka tanda i’rabnya ketika rafa’ adalah wawu ( ) و
رزا Mengetahui arti tiap kalimat. Lafaz رزاadalah isim jamid. Maka langkahnya adalah cukup mencari isim mufradnya, yaitu lafaz رز. sedangkan alif ( ) اadalah tambahan untuk mencocokkan dengan harokat fathah. Maka lafaz رزini yang dicari di kamus. Artinya adalah ” nasi” Membaca akhir lafaz رزاadalah kalimat isim Lafaz رزاadalah kalimat isim yang tidak serupa dengan huruf, maka hukumnya mu’rab. Lafaz رزاadalah isim, maka: Kedudukannya adalah sebagai maf’ul bih (objek), i’rabnya adalah nas}ab Jenis kalimatnya adalah isim mufrad, maka tanda i’rabnya ketika nas}ab adalah fathah, maka cara membacanya رزا.
ثم Membaca perhuruf dari tiap kalimat (sampai sebelum akhir) & mengetahui arti per kalimat. Lafaz ثخخمadalah kalimat huruf. Maka langkahnya adalah langsung mencari lafaz ثمdi kamus. Membaca akhir kalimat & dan memahami maksud dari perkataan. lafaz ثمadalah kalimat huruf Lafaz ثخخمadalah kalimat huruf, maka hukumnya adalah mabni Lafaz ثخخخمadalah kalimat huruf, maka kemabniannya langsung lihat di kamus.
ينطلقون Mengetahui arti tiap kalimat Lafaz ينطلقونadalah fi’il. Maka langkah-langkahnya adalah: Fi’il mad}i lafaz ينطلقونadalah انطلق, wazannya adalah انفعل Fi’il mujarrad lafaz انطلقadalah طلق. Maka lafaz طلقini yang dicari di kamus. Setelah ketemu lafaz طلخخق, langsung mencari lafaz انطلق. Artinya adalah ” berangkat” Jenis kalimat dari lafaz ينطلقونadalah fi’il mud}ari’ . Maka artinya adalah ”akan / sedang berangkat”. Membaca akhir kalimat lafaz ينطلقونadalah kalimat fi’il Lafaz ينطلقون adalah kalimat fi’il yang tidak bersambung dengan nun taukid dan atau nun jama’ inats, maka hukumnya mu’rab. Lafaz ينطلقونadalah fi’il mud}ari’ jer, maka: Tidak ada amil nas}ab dan jazm, maka i’rabnya adalah rafa’ jenis kalimatnya adalah af’alul khomsah, maka tanda i’rabnya adalah tetapnya nun. MENGETAHUI SUSUNAN KALIMAT Setelah mengetahui arti tiap-tiap kalimat pada contoh diatas, maka selanjutnya adalah mengetahui susunan kalimatnya. Pada contoh ينطلقون ثم أكل المسافرون رزا, susunan kalimatnya adalah fi’il + fa’il dan pelengkap. Rinciannya adalah: أكل (telah makan) : Fi’il (kata kerja) المسافرون (para musafir) : Fa’il (pelaku) رزا (nasi) : Maf’ul bih (objek) ثم (kemudian) : Huruf ‘at}af (penghubung) ينطلقون (berangkat) : Fi’il mud}ari’. Fa’ilnya adalah d}amir ( و ) Keterangan terkait syiyaqul kalam 191
Lafaz أكل Lafaz أكلada dua kemungkinan, bisa saja berupa fi’il mad}i, bisa saja berupa isim masdar. Tapi setelah dilihat dari konteks perkataannya, lafaz أكلlebih pas berupa fi’il mad}i, karena lafaz أكلmempunyai fa’il, yaitu lafaz المسافرون. Kalau lafaz أكلberupa isim masdar, seharusnya kedudukannya menjadi mubtada’ karena berada di awal perkataan. Sedangkan pada contoh di atas tidak ada khabarnya. Maka tidak pas jika lafaz أكخخلberupa isim masdar. Maka yang lebih pas, lafaz أكخخل adalah fi’il mad}i Lafaz المسافرون. Dilihat dari tashrifnya, jenis kalimat lafaz المسخخخافرونada 5 kemungkinan: Isim masdar ( ) المسافر, artinya perjalanan Isim fa’il ( ) المسافر, artinya orang yang berjalan Isim maf’ul ( ) المسافر, artinya yang dijalankan Isim zaman ( ) المسافر, waktu berjalan Isim makan ( ) المسافر, tempat berjalan Setelah dilihat konteksnya, maka jenis kalimat yang lebih pas adalah isim fa’il ( ) المسخافر, yang artinya orang yang berjalan / bepergian karena berkaitan dengan kata kerja ( أكلmakan). Maka artinya adalah orang-orang yang bepergian itu telah makan Lafaz ثم Lafaz ثخخمada beberapa kemungkinan, diantaranya: bisa berupa kalimat huruf ( ثم: kemudian), bisa berupa kalimat isim dzaraf ( ثم : di sana). Tapi setelah dilihat dari konteksnya, lafaz ثمlebih pas berupa kalimat huruf ( ثم: kemudian). Maka arti dari contoh itu adalah, orang-orang yang bepergian itu telah makan, kemudian akan berangkat. Lafaz ينطلقون Dilihat dari tashrifnya, jenis kalimat lafaz ينطلقخخون, adakalanya berupa fi’il mabni ma’lum, ada kalanya berupa fi’il mabni majhul. Tapi dilihat dari konteks perkataannya, maka lafaz ينطلقونlebih pas berupa fi’il mabni ma’lum, karena fa’ilnya ada, yaitu berupa d}amir wawu ( ) و, yang kembali kepada lafaz المسافرون
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, al-Fawakih al-Janiyah, Surabaya, al-Hidayah, tt Abi hasan ‘ali, Kailani, surabaya, al-Hidayah, tt Ahmad bin zaini dahlan, matn al-jurmiyah, Surabaya, al-Hidayah, tt Hasyim isma’i, Jadwal al-Nahwi, Jeddah, al-Haramain, tt Hasyim isma’i, Jadwal al-Sharfi, Jeddah, al-Haramain, tt Ibnu aqil, Ibnu Aqil, surabaya, al-Hidayah, tt Jamaluddin muhammad, Alfiyah, Muhammad ma’shum, al-Amsilah al-Tashrifiyah, Surabaya, Salim Nabhan, tt 193
Muhammad mahmudi syah, Al-bayan Mustafa al-gholayaini, Jami’ Maktabah al-‘Ashriyah, Syarifuddin yahya, al-‘Imriti,
Al-Durus 2000
Al-‘Arabiyah,
Beirut,
al-