KAJIAN ULANG PENENTUAN KONSENTRASI Mn(VII), Cr(VI), V(V) DAN Ce(IV) DENGAN REDUKTOR PYROGALLOL RED MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TAK LANGSUNG BERBASIS KINETIKA
Oleh :
WIDI ASTUTI NIM: M0398089
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Jurusan Kimia
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2005
i
PENGESAHAN
Skripsi mahasiswa Nama : Widi Astuti NIM : M0398089
Dengan Judul :
KAJIAN ULANG PENENTUAN KONSENTRASI Mn(VII), Cr(VI), V(V) DAN Ce(IV) DENGAN REDUKTOR PYROGALLOL RED MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TAK LANGSUNG BERBASIS KINETIKA
Disetujui oleh pembimbing untuk diuji :
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Mudjijono, PhD NIP. 131 570 164
Dra. Tri Martini, M.Si. NIP. 130 479 681
Mengetahui Ketua Jurusan Kimia
Drs. Sentot Budi Rahardjo, PhD. NIP. 131 570 162
ii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa isi dari skripsi yang berjudul “KAJIAN ULANG PENENTUAN KONSENTRASI Mn(VII), Cr(VI), V(V) DAN Ce(IV) DENGAN REDUKTOR PYROGALLOL RED MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TAK LANGSUNG BERBASIS KINETIKA” adalah hasil karya, kerja dan sepengetahuan saya. Skripsi ini tidak memuat materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain maupun yang telah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana, kecuali yang telah dituliskan atau disebutkan dalam daftar pustaka sebagai acuan naskah ini.
Surakarta, Januari 2005
Widi Astuti
iii
ABSTRAK
Widi Astuti. 2005. KAJIAN ULANG PENENTUAN KONSENTRASI Mn(VII), Cr(VI), V(V) DAN Ce(IV) DENGAN REDUKTOR PYROGALLOL RED MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI TAK LANGSUNG BERBASIS KINETIKA. Surakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. Penentuan parameter–parameter Kimia secara simultan selalu menjadi impian ahli Kimia. Sampai sekarang belum banyak yang dapat dilakukan untuk mencapainya meskipun hanya simultan dari dua parameter saja. Penelitian ini bersinergi dengan penelitian sebelumnya, kembali melakukan penentuan parameter Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dalam sistem parameter tunggal (terpisah) dan sistem simultan dua parameter. Pengkajian ulang dari penelitian terdahulu dalam penentuan parameter tersebut menggunakan metode spektroskopi berbasis kinetika reaksi oksidasi Pgr yang terlihat meragukan. Metode yang digunakan serupa dengan metode Pandey dan Noor Laela. Prinsip metode adalah pengukuran absorban Pgr, dimana secara kinetik dioksidasi oleh parameter–parameter teruji pada setiap waktu yang ditentukan sebagai waktu efektif masing–masing parameter. Besarnya absorban Pgr diukur pada λmaks Pgr 492,2 nm, dapat dirumuskan sebagai At , i = APgr + {m1,i xC1} + {m2,t ,i xC 2 } + ........ + {mn,t ,i xC n } . Perbedaan perlakuan dalam penelitian terdahulu terjadi dari optimasi alat ukur. Dalam penelitian ini kondisi pengukuran dilakukan pada suhu 25 OC, pH 4 dan konsentrasi Pgr awal 8x10-4 M. Kurva kalibrasi dibuat menurut persamaan di atas sesuai dengan jumlah parameter uji yang dilakukan. Penyelesaian persamaan di atas secara simultan menggunakan regresi ganda menghasilkan persamaan kurva kalibrasi masing–masing parameter pada waktu efektif setiap parameter uji. Kebenaran hasil uji yang dipakai sebagai tolok ukur adalah kesalahan relatif penentuan konsentrasi dari sampel simulasi. Kurva kalibrasi untuk setiap parameter dibuat dalam lingkup antara 3x10-6 M dan 1,8x10-5 M. Penentuan parameter Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) secara terpisah memberikan kesalahan relatif, berturut–turut, 5,3%, 6,2%, 4,9% dan 3,6% dimana kisaran kesalahan mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Pandey maupun Noor Laela, kecuali untuk Cr(VI) kesalahan relatif jauh lebih kecil dari peneliti terdahulu (18,7%). Sedangkan penentuan parameter Mn(VII) dan Cr(VI) secara terpisah dengan metode perbandingan dua puncak memberikan kesalahan relatif rata–rata berturut–turut 8,2% dan 9,1%. Pada penentuan parameter serentak telah dilakukan terhadap 6 buah kombinasi antara 2 parameter simultan dan 4 parameter terpilih yaitu Mn(VII)–Cr(VI), Mn(VII)–V(V), Mn(VII)–Ce(IV), Cr(VI)– V(V), Cr(VI)–Ce(IV)) dan V(V)–Ce(IV). Masing–masing menberikan kesalahan relatif yang cukup besar yaitu, 92,3%, 377,6%, 1816,5%, 8,85%, 139,1% dan
iv
698,3%. Kesalahan relatif yang diperoleh sangat besar dan variatif seperti halnya yang diperoleh Noor Laela dimana simultan Mn(VII)–Cr(VI), Mn(VII)–V(V), Cr(VI)–V(V) mempunyai kesalahan 2,8%, 135,0% dan 143,0%. Apalagi penentuan simultan yang melibatkan Ce(IV) kesalahan relatif benar–benar besar. Kata kunci: Mn(VII), Cr(IV), V(V), Ce(IV), spektrofotometri berbasis kinetika.
v
pyrogallol
red,
metode
ABSTRACT
Widi Astuti. 2005. REPEAT STUDY THE DETERMINATION CONCENTRATION OF Mn(VII), Cr(VI), V(V) AND Ce(IV) BY USING PYROGALLOL RED AS REDUCTOR WITH KINETIC–BASED INDIRECT SPECTROPHOTOMETRIC METHOD. Surakarta. Natural Sciences and Mathematics Faculty. Sebelas Maret University. Chemical Parameters determinations by simultaneous always become chemist dream. Hitherto a lot not yet can be done to reach it, although only simultaneous from only two parameters. This research is continual with previous research, determination concentration of parameters Mn(VII), Cr(VI), V(V) and Ce(IV) in single parameter system (separation) and simultaneous system of two parameters. Study repeat from former research in determination parameter use spectroscopy method kinetics–base react oxidation Pgr seen doubt of. Method used similar to Pandey and Noor Laela method. Principle of this method is measurement absorbance of Pgr, where kinetically is oxidized by parameter tested at any time determined by as effective time each parameters. Pgr absorbance measured at maximum wavelength Pgr 492.2 nm that can be formulated as At , i = APgr + {m1,i xC1} + {m2,t ,i xC 2 } + ........ + {mn ,t ,i xC n } . Differences of treatment in former research happened from optimize measuring instrument. Condition measurement of this research at temperature 25OC, pH 4 and concentration of Pgr 8x10 -4 M. Curve calibrate made by according to above equation as according to amount parameter that tested. Solving has above equation by simultaneous use multi regression yield equation of curve calibration each parameter at each effective time and every parameter tested. Measuring rod of the result is mistake relative of the determination concentration from sample simulation. Curve calibrate for each parameter made in scope of 3x10-6 M and 1.8x 10 -5 M. Determination of parameter Mn(VII), Cr(VI), V(V) and Ce(IV) separately give relative mistakes, successively, 5.3%, 6.2%, 4.9% and 3.6% where mistake gyration have equality with research by Pandey and also Noor Laela, except for Cr(VI) relative mistakes much more small from former researcher (18.7%). While parameter Mn(VII) and Cr(VI) separately with comparison two wavelength method give relative mistake, successively, 8.2% and 9.1%. At parameter determination at a time have been done to 6 combination of 2 parameter simultaneity and 4 parameter chosen that is Mn(VII)-Cr(VI), Mn(VII)-V(V), Mn(VII)-Ce(IV), Cr(VI)-V(V), Cr(VI)-Ce(IV)) and V(V)-Ce(IV). Each giving big enough relative mistakes that is, 92.3%, 377.6%, 1816.5%, 8.85%, 139.1% and 698.3%. Relative Mistakes obtained by very big and variation as did obtained by Noor Laela where simultaneous Mn(VII)-Cr(VI), Mn(VII)-V(V), Cr(VI)-V(V) having mistake 2.8%, 135.0% and 143.0%.
vi
Determination parameters at simultaneous which entangling Ce(IV) has mistakerelative really big. Keywords: Mn(VII), Cr(VI), spectrophotometric method.
V(V),
Ce(IV),
vii
pyrogallol
red,
kinetic-base
MOTTO
Dan aku memandang seberang samudra, dan aku merasakan angkasa tak terbatas, beserta planet yang mengapung di angkasa, dan bintang serta matahari dan rembulan yang bersinar cemerlang, dan planet serta bintang yang tetap dan, semua kekuatan yang menentang dan mendamaikan dari daya tarik dan daya tolak telah kusaksikan, tunduk kepada suatu hukum fana, yang tanpa awal dan tanpa akhir. (dari “Lukisan Keabadian” Kahlil Gibran)
Mengingat Allah adalah sahabat terdekatku Pengetahuan adalah modalku Pengabdian adalah seni keindahanku Berjuang adalah perilaku diriku Kesabaran adalah jubahku Gairah dan semangat adalah kuda kendaraanku Kebahagiaanku adalah ketika tenggelam dalam sholat dan doa–doaku Keyakinan adalah kekuatanku Ilmu adalah senjataku Kejujuran adalah harta kekayaanku Derita adalah pendampingku Kebenaran adalah penyelamatku (Karachi : Bagum Aisha Bawaniwagf)
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini teruntuk, Bapak dan Ibu tercinta Nana dan Asti.
ix
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahirabbil’aalamiin–Maha Suci Allah yang Pengetahuan–Nya meliputi seluruh semesta materi dari yang terkecil hingga yang terbesar. Diatas semua itu hanya Allah tempat muara segala kesyukuran, karena Dialah yang mengatur dan membuat semuanya menjadi kenyataan. Setelah sekian lama bergelut dengan berbagai masalah dan kendala, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Kajian Ulang Penentuan Konsentrasi Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dengan Reduktor Pyrogallol Red Menggunakan Metode Spektrofotometri Tak Langsung Berbasis Kinetika”. Semoga semua kendala, kegagalan, keberhasilan dan liku–liku dalam pengerjaan tugas akhir ini akan menjadi pengalaman yang berharga bagi penulis dalam menempuh kehidupan selanjutnya. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penuis sangat menyadari, semua yang dicapai bukanlah hasil kerja penulis semata, tapi merupakan kumpulan pikiran, kerja, bimbingan penularan ilmu, dorongan serta inspirasi yang sangat membantu dari berbagai pihak dan orang–orang yang terbaik. Berkenaan dengan itu, dalam kesempatan ini, penulis merasa berbahagia untuk menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Sentot BR, PhD selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNS. 2. Bapak Drs. Mudjijono, PhD selaku pembimbing akademik, pembimbing I dan Ketua Sub. Lab. Kimia UPT Laboratorium Pusat UNS. 3. Ibu Dra. Tri Martini, MSi selaku pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan dukungannya. 4. Ibu Sayekti Wahyuningsih, MSi selaku Ketua Laboratorium Kimia FMIPA UNS. 5. Bapak Tarmidi dan Ibu Markhamah yang telah memberikan doa dan materi tiada ternilai harganya. “Nyuwun pangapunten, lulusipun kuliah radi telat”. 6. Nana dan dek Asti yang selalu memberikan warna yang lain dalam hidupku. 7. Keluarga Sukartono, untuk perkenalan dan persaudaraannya selama ini.
x
8. Ilham yang merupakan kawan, sahabat sekaligus teman berantem. “Thanks that you ever and forever walk together with me”. 9. Gino, musuh sekaligus teman yang paling mengerti Widi. “Life so beautiful with you”. 10. Tri Partuti, sahabat terbaikku. “Hope walk together till the end”. 11. Mas Wanto dan Mbak Watik, buat persaudaraan yang telah diberikan. 12. Pak Ken, Mbak Yus, Mbak Retno, Mbak Astuti, Pak Gito, Mas Basuki, Mbak Neng dan Mbak Nanik di Sub. Lab. Kimia Pusat MIPA dan Lab. Kimia FMIPA UNS terimakasih atas bantuannya. 13. Keluarga besar HIMAMIA FMIPA UNS, terima kasih telah menerimaku dan memberiku pelajaran tentang banyak hal selama ini. 14. Teman – teman kimia ’98 terima kasih atas bantuan dan dukungannya. 15. Komunitas Al Huswah, Mr. H. Husein, Pipit, Lina, Kris, Regina, Gs, Tb, May, Mbak Ve’, Irma, Nila, Dewi, Lia, Dini de el el. “Without all of you life is nothing”. 16. Semua yang belum tersebut, mohon maaf dan saya banyak mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa membalas amal kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sangat menyadari bahwa naskah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin yaa rabbal’aalamin.
Surakarta, Januari 2005
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................................... iv ABSTRACT............................................................................................................. vi MOTTO ................................................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. ix KATA PENGANTAR .............................................................................................
x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv DAFTAR TABEL LAMPIRAN ............................................................................. xv DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
B. Perumusan Masalah .....................................................................................
3
1. Identifikasi Masalah ...............................................................................
3
2. Batasan Masalah .....................................................................................
3
3. Rumusan Masalah ..................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................
4
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..........................................................................................
5
1. Spektroskopi Absorpsi ...........................................................................
5
2. Kinetika Reaksi Sederhana .................................................................... 10
xii
3. Analisis Multikomponen secara Serentak dengan Spektrofotometer ..... 13 4. Metode Spektrofotometri Tak Langsung Berbasis Kinetika untuk Penentuan Simultan MnO4– dan Cr2O72– ............................................... 16 5. Pyrogallol Red dan Parameter Uji ......................................................... 18 B. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 26 C. Hipotesis ...................................................................................................... 27 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ........................................................................................ 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 29 C. Pengumpulan dan Analisis Data .................................................................. 29 1. Pengumpulan Data ................................................................................. 29 2. Teknik Analisis Data .............................................................................. 35 D. Penafsiran dan Penyimpulan Hasil .............................................................. 36 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 37 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pyrogallol Red ................. 37 2. Penentuan Waktu Efektif ....................................................................... 39 3. Penentuan Kurva Kalibrasi .................................................................... 40 B. Pembahasan ................................................................................................. 44 1. Analisis Penentuan Konsentrasi Sistem Parameter Tunggal ................. 44 2. Analisis Penentuan Konsentrasi Sistem Dua Parameter ........................ 45 3. Kajian Ulang dengan Penelitian Terkait ................................................ 46 4. Analisis Penentuan Konsentrasi dengan Metode Perbandingan Absorbansi ............................................................................................. 49 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................. 59 B. Saran ............................................................................................................ 59
xiii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 61 LAMPIRAN ............................................................................................................ 63 TABEL LAMPIRAN .............................................................................................. 99 GAMBAR LAMPIRAN ......................................................................................... 110
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Penelitian Terkait Berupa Nilai Kesalahan Relatif, pada Sistem Parameter Tunggal dan Sistem Simultan Dua Parameter ......................... 17 Tabel 2. Hasil Penentuan Waktu Efektif Parameter Uji ........................................ 40 Tabel 3. Data Absorbansi Pgr teroksidasi pada Sistem Pgr–Mn(VII); Pgr–Cr(VI); Pgr–V(V) dan Pgr–Ce(IV) ...................................................................... 41 Tabel 4. Persamaan Kurva Kalibrasi pada Sistem Parameter Tunggal .................. 42 Tabel 5. Data Absorbansi Pgr Teroksidasi pada Sistem Pgr–Mn(VII)–Cr(VI); Pgr–Mn(VII)-V(V); Pgr–Mn(VII)-Ce(IV); Pgr-Cr(VI)–V(V); Pgr-Cr(VI)–Ce(IV) dan Pgr-V(V)–Ce(IV) .............................................. 43 Tabel 6. Persamaan Kurva Kalibrasi pada Sistem Simultan Dua Parameter yang Diselesaikan dengan Metode Regresi Linier Ganda ................................ 44 Tabel 7. Konsentrasi Terhitung Parameter Uji pada Sistem Parameter Tunggal .. 45 Tabel 8. Konsentrasi Terhitung sistem Simultan Dua Parameter yang Diselesaikan dengan Metode Regresi Linier Ganda ..................................................... 46 Tabel 9. Perbedaan Media Penentuan, Kondisi Penentuan dan Karakter Parameter Uji antara Penenlitian Ini dan Penelitian Terkait ..................................... 47 Tabel 10.Kesalahan Relatif Hasil Penelitian Ini dan Penelitian Terkait pada Sistem Parameter Tunggal ................................................................................... 48 Tabel 11.Kesalahan Relatif Hasil Penelitian Ini dan Penelitian Terkait pada Sistem Simultan Dua Parameter .......................................................................... 49 Tabel 12.Data Pengamatan Perbandingan Absorbansi Pgr Teroksidasi Mn(VII) .. 51 Tabel 13.Data Absorbansi Sampel Pgr–Mn(VII), Penentuan Konsentrasi Mn(VII) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang .................................... 53 Tabel 14.Kesalahan Relatif dalam Penentuan Konsentrasi Mn(VII) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang ............................................................ 53 Tabel 15.Data Pengamatan Perbandingan Absorbansi Pgr Teroksidasi Cr(VI) ..... 55
xv
Tabel 16.Data Absorbansi Sampel Pgr–Cr(VI), Penentuan Konsentrasi Cr(VI) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang .................................... 56 Tabel 17.Kesalahan Relatif dalam Penentuan Konsentrasi Cr(VI) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang ............................................................ 57 Tabel 18.Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) dengan Metode Satu Panjang Gelombang dan Dua Panjang Gelombang 58
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Spektra Absorbansi Parameter Vs Panjang gelombang (nm) .............. 15 Gambar 2. Spektrum Pgr ....................................................................................... 37 Gambar 3. Spektrum Pgr, Sebelum dan Sesudah Penambahan Mn(VII) ............... 38 Gambar 4. Spektrum Parameter Uji ....................................................................... 39 Gambar 5. Grafik hubungan Absorbansi Vs Konsentrasi Parameter pada Sistem Parameter Tunggal ............................................................................... 42 Gambar 6. Spektrum Pgr Teoritis Murni ............................................................... 50 Gambar 7. Spektrum Pgr Setelah Penambahan Variasi Konsentrasi Mn(VII) ...... 51 Gambar 8. Grafik Hubungan Abs. Vs Konsentrasi Mn(VII) pada Sistem Pgr-Mn(VII) ......................................................................................... 52 Gambar 9. Spektrum Sampel Pgr-Mn(VII), Penentuan Konsentrasi Mn(VII) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang ................................ 53 Gambar 10. Spektrum Pgr Setelah Penambahan Variasi Konsentrasi Cr(VI) ......... 54 Gambar 11. Grafik Hubungan Abs. Vs Konsentrasi Cr(VI) pada Sistem Pgr-Cr(VI) ............................................................................................ 55 Gambar 12. Spektrum Sampel Pgr-Cr(VI), Penentuan Konsentrasi Cr(VI) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang ................................ 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Mn(VII) ................ 63 Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Cr(VI) ................... 64 Lampiran 3. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif V(V) ...................... 65 Lampiran 4. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Ce(IV) ................... 66 Lampiran 5. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Mn(VII)-Cr(VI) ................................................................................. 67 Lampiran 6. Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Mn(VII)-Cr(VI) ........................... 70 Lampiran 7. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Mn(VII)-V(V) ................................................................................... 72 Lampiran 8. Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan V(V) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Mn(VII)-V(V) .............................. 75 Lampiran 9. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Mn(VII)-Ce(IV) ................................................................................ 77 Lampiran 10. Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Ce(IV) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Mn(VII)-Ce(IV) ........................... 80 Lampiran 11. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Cr(VI)-V(V) ...................................................................................... 82 Lampiran 12. Penentuan Konsentrasi Cr(VI) dan V(V) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Cr(VI)-V(V) ................................. 85 Lampiran 13. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Cr(VI)-Ce(IV) ................................................................................... 87
xviii
Lampiran 14. Penentuan Konsentrasi Cr(VI) dan Ce(IV) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Cr(VI)-Ce(IV) .............................. 90 Lampiran 15. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan V(V)-Ce(IV) ...................................................................................... 92 Lampiran 16. Penentuan Konsentrasi V(V) dan Ce(IV) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan V(V)-Ce(IV) ................................ 95 Lampiran 17. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Mn(VII) Melalui Metode Perbandingan Absorbansi .................................................... 97 Lampiran 18. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Cr(VI) Melalui Metode Perbandingan Absorbansi .................................................... 98
xix
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk Larutan Mn(VII) pada Kondisi pH 4 dan Regresi Liniernya ................ 99 Tabel Lampiran 2. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk Larutan Cr(VI) pada Kondisi pH 4 dan Regresi Liniernya ................... 100 Tabel Lampiran 3. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk Larutan V(V) pada Kondisi pH 4 dan Regresi Liniernya ............................... 101 Tabel Lampiran 4. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk Larutan Ce(IV) pada Kondisi pH 4 dan Regresi Liniernya ................... 102 Tabel Lampiran 5. Data Pengamatan Absorbansi Pgr Teroksidasi pada Tiap-Tiap Panjang Gelombang yang diukur pada 7 menit pertama ......... 103 Tabel Lampiran 6. Data Pengamatan Absorbansi Pgr Teroksidasi pada Tiap-Tiap Panjang Gelombang yang diukur pada 13 menit pertama ....... 107
xx
DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN
Gambar Lampiran 1. Grafik Abs. Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif Mn(VII) ................................................................................. 110 Gambar Lampiran 2. Grafik Abs. Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif Cr(VI) .................................................................................... 111 Gambar Lampiran 3. Grafik Abs. Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif V(V) 112 Gambar Lampiran 4. Grafik Abs. Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif Ce(IV) ................................................................................... 113
xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan parameter–parameter kimia secara simultan selalu menjadi impian ahli Kimia. Sampai sekarang belum banyak yang dapat dilakukan untuk mencapainya meskipun hanya simultan dari dua parameter saja. Kebutuhan akan hal tersebut, telah dikembangkan penentuan parameter–parameter kimia berdasarkan sifat reaksi reduksi oksidasi-nya. Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika yaitu, metode penentuan konsentrasi oksidator berdasarkan serapan maksimum reduktor dan reaksi redoks-nya. Penelitian Pandey (Pandey, 1998 : 450–452) menggunakan reduktor Pgr, dan parameter yang ditentukan adalah Mn(VII) dan Cr(VI). Kondisi pengukuran pada suhu 25OC, pH 4, panjang gelombang 490 nm, waktu efektif Mn(VII) 3 menit, dan waktu efektif Cr(VI) 8 menit. Pandey menyimpulkan bahwa penentuan konsentrasi parameter Mn(VII) dan Cr(VI) secara simultan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika dapat dilakukan dengan standar deviasi 0,008. Hasil penelitian Pandey memungkinkan untuk penelitian lebih lanjut dengan simultan lebih dari dua parameter. Penelitian NoorLaela (NoorLaela, 2002 : 1–41) menggunakan reduktor Pgr, dan parameter uji yang ditentukan adalah Mn(VII), Cr(VI) dan V(V). Kondisi pengukuran pada suhu 25 OC, pH 3,5, panjang gelombang 470 nm, waktu efektif Mn(VII) 6 menit, waktu efektif Cr(VI) 8 menit, dan waktu efektif V(V) 20 menit. NoorLaela menyimpulkan bahwa penentuan konsentrasi pada simultan Mn(VII) dan Cr(VI) dapat dilakukan dengan kesalahan realtif 2,8% dan penentuan konsentrasi pada simultan V(V)–Cr(VI) dan Mn(VII)–Cr(VI) tidak dapat dilakukan, karena kesalahan relatif, berkisar pada 110–176%. NoorLaela juga meneliti kondisi pengukuran Pandey yakni, pada pH 4, waktu efektif Mn(VII) 3 menit dan waktu efektif Cr(VI) 8 menit. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa, konsentrasi Mn(VII) dapat ditentukan pada
1
2
sistem simultan Mn(VII)–Cr(VI) dengan kesalahan relatif 5,5%, sedangkan Cr(VI) tidak dapat ditentukan konsentrasinya karena kesalahan relatifnya sebesar 30,0%. Hasil penelitian NoorLaela memungkinkan adanya suatu kajian ulang terhadap metode tersebut. Penelitian Sugino (Sugino, 2003 : 1–94) menggunakan reduktor iodida (I –), dan parameter uji yang ditentukan adalah Mn(VII) dan Cr(VI). Sugino berpendapat bahwa pergantian reduktor dilakukan karena Pgr teroksidasi memberikan serapan yang cukup berarti pada panjang gelombang pengukuran. Kondisi pengukuran pada suhu 25OC, asam sulfat 1 M, panjang gelombang 350 nm, waktu efektif Mn(VII) 1,5 menit, dan waktu efektif Cr(VI) 8 menit. Sugino menyimpulkan bahwa reduktor iodida tidak dapat digunakan untuk penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) secara simultan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika, dengan kesalahan relatif sebesar 11,03%. Penelitian lebih lanjut dimungkinkan berkaitan dengan, asumsi bahwa adanya serapan Pgr teroksidasi pada panjang gelombang pengukuran. Berdasarkan
penelitian–penelitian
tersebut,
kondisi
pengukuran
sangat
mempengaruhi perolehan hasil penelitian. Kondisi pengukuran yang berpengaruh adalah suhu, daerah panjang gelombang pengukuran, derajat keasaman (pH) dan waktu efektif. Panjang gelombang pengukuran merupakan panjang gelombang yang terdapat serapan maksimum reduktor (Pgr). Derajat keasaman merupakan kondisi asam yang diperlukan untuk penstabilan reaksi redoks. Waktu efektif merupakan waktu yang dibutuhkan oleh oksidator untuk habis bereaksi. Penelitian ini bersinergi dengan penelitian sebelumnya, kembali melakukan penentuan parameter Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dalam sistem parameter tunggal (terpisah) dan sistem simultan dua parameter. Pengkajian ulang dari penelitian terdahulu dalam penentuan parameter tersebut menggunakan metode spektrofotometri berbasis kinetika reaksi oksidasi Pgr yang terlihat meragukan. Lebih spesifik kesinergian penelitian ini dan penelitian sebelumnya berkaitan pada beberapa hal yaitu, penelitian tentang metode spektrofotometri tak langsung
3
berbasis kinetika, kajian ulang penelitian NoorLaela, penggunaan lebih dari tiga parameter uji, dan analisis tambahan untuk memperhitungkan serapan Pgr teroksidasi. B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, sebagai berikut : Penentuan kondisi sistem untuk terjadinya reaksi redoks dengan Pgr sangat penting, dapat dilakukan cara kerja yang sama atau cara kerja yang lain dibandingkan dengan cara kerja penelitian NoorLaela. Untuk memperhitungkan serapan dari Pgr teroksidasi pada panjang gelombang pengukuran dapat dilakukan pada keseluruhan parameter atau hanya pada beberapa parameter saja. 2. Batasan Masalah Hal-hal yang dibatasi dalam penelitian ini, berdasarkan identifikasi masalah di atas antara lain: a. Penentuan kondisi sistem untuk terjadinya reaksi redoks dengan Pgr dilakukan dengan cara kerja yang sama, yakni cara kerja sama yang dimiliki penelitian terkait, penelitian Noor Laela. b. Untuk memperhitungkan serapan dari Pgr teroksidasi dilakukan pada dua parameter uji yakni, Mn(VII) dan Cr(VI) secara terpisah. c. Penelitian ini menentukan konsentrasi parameter Mn(VII), Cr(VI), Ce(IV) dan V(V). 3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: a. Sesuai dengan pengkajian ulang penelitian terkait, apakah penentuan konsentrasi parameter uji Mn(VII), Cr(VI) dan V(V) dapat dilakukan pada sistem parameter tunggal dan sistem simultan dua parameter dengan cara kerja yang sama?
4
b. Setelah serapan Pgr teroksidasi diperhitungkan, bagaimana perubahan kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi parameter uji Mn(VII) dan Cr(VI) secara terpisah? c. Apakah konsentrasi Ce(IV) dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika, baik pada sistem parameter tunggal maupun sistem simultan dua parameter? C. Tujuan Penelitian Dengan adanya rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan antara lain untuk, a. Menentukan konsentrasi parameter uji Mn(VII), Cr(VI) dan V(V) secara terpisah maupun simultan dengan cara kerja yang sama. b. Mengetahui perubahan kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) secara terpisah, setelah serapan Pgr teroksidasi diperhitungkan. c. Mengetahui bahwa konsentrasi Ce(IV) dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika, baik secara terpisah maupun secara simultan. D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada kita antara lain: a. Secara teoritis hasil penelitian ini memberikan informasi tentang penentuan konsentrasi parameter uji Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika. b. Secara teoritis hasil penelitian ini memberikan informasi tentang penyelesaian masalah serapan Pgr teroksidasi dalam penentuan konsentrasi Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika. c. Secara praktis dapat digunakan sebagai metode acuan untuk penentuan simultan parameter Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dalam suatu sampel simulatif.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Spektroskopi Absorpsi Apabila radiasi / cahaya putih yang berisi seluruh spektrum panjang gelombang melewati suatu medium seperti kaca atau suatu larutan kimia yang berwarna yang tembus cahaya bagi panjang gelombang-panjang gelombang tertentu tetapi menyerap panjang gelombang-panjang gelombang yang lain, medium itu akan tampak berwarna bagi pengamat. Karena itu hanya panjang gelombang yang diteruskanlah yang sampai kemata. Panjang gelombang-panjang gelombang ini yang menentukan warna medium. Warna ini dikatakan komplementer dari warna yang diamati (Day and Underwood, 1996). a. Warna komplementer Warna komplementer menunjukkan warna yang diserap atau lawan dari warna yang diamati. Sebagai contoh, merah adalah warna komplementer dari hijau dan hijau adalah warna komplementer dari merah. Suatu larutan berwarna merah akan menyerap sinar pada panjang gelombang sekitar 500 nm dan larutan berwarna hijau akan menyerap sinar pada panjang gelombang sekitar 700 nm. b. Transmitansi Apabila suatu berkas sinar dengan intensitas awal (I0) dilewatkan melalui suatu larutan dalam wadah transparan, maka sebagian sinar akan diserap dan sebagian lagi diteruskan dengan besaran intensitas tertentu (I). Transmitansi (T) suatu larutan merupakan fraksi dari intensitas sinar yang diteruskan oleh suatu larutan. Transmitansi biasa dinyatakan dalam persen (%), persamaannya adalah :
5
6
Τ=
I ..........................................................................(1) I0
c. Absorbansi Absorbansi (A) dari suatu larutan merupakan fungsi logaritma dari fraksi intensitas yang diserap oleh suatu larutan atau fungsi logaritma dari logaritma 1/T. Persamaanya adalah, Α = log 1 = log I0 T I
............................................................(2)
atau Α = − log Τ ....................................................................(3) d. Hukum Beer Sinar dengan intensitas I0, yang melewati bahan setebal b, berisi sejumlah n partikel, (atom, ion atau molekul) akan mengakibatkan intensitas berkurang menjadi I. Bahan yang menyerap sinar dapat berupa padatan, cairan atau gas. Berkurangnya intensitas sinar tergantung dari luas penampang (s) yang menyerap partikel, dimana luas penampang sebanding dengan jumlah partikel (n). −
dI ds = ; I s
s ≈ n , ds ≈ dn ds = k.dn .......................................................................(4)
bila diintegralkan, I
n
I
n
dI ds =∫ I 0 s I0
−∫
dI k.dn ..............................................................(5) =∫ I 0 s I0
−∫ maka,
I k.n = Io s I k.n ............................................................(6) log 0 = I 2,303.s − ln
7
bila luas penampang s dinyatakan dalam volume V dalam cm3 dan ketebalan b dalam cm, maka :
(
)
V cm 2 ................................................................ (7) b
s=
Substitusi persamaan (7) ke dalam persamaan (6) menghasilkan : log n
I0 k.b.n = ....................................................... (8) 2,303.V I
/V menunjukkan banyaknya partikel per cm3, jadi besaran ini dapat dikonversi ke
dalam konsentrasi dalam mol/L yaitu, mol =
n partikel 6,02x1023 partikel . mol- 1
c=
n partikel 1000 cm3 . L-1 × 6,02 ×1023 partikel . mol-1 V cm3
c=
1000 . n mol . L-1 ........................................... (9) 6,02×1023 . V
atau, n = 6,02 ×10 23 . c ....................................................... (10) V 1000 substitusi (10) ke dalam (8), log karena, ε =
I 0 6,02 × 10 23 c.k.b = I (2,303)(1000)
6,02 × 10 23 k , maka 2,303 × 1000 log
I0 = ε b c .............................................................. (11) I
atau, Α = ε.b.c ................................................................ (12) Persamaan 12 adalah hukum Beer. Hukum Beer menyatakan bahwa, absorbansi berbanding langsung dengan tebal larutan (cm) dan konsentrasi larutan (mol/L).
8
Berdasarkan Persamaan 12, harga absorbtivitas molar (ε) dapat diketahui dari kemiringan kurva atau besarnya absorptivitas molar sama dengan perubahan absorbansi dibagi dengan perubahan konsentrasi. Persamaan Lambert-Beer (Persamaan 12) dapat ditinjau sebagai berikut : 1). Jika suatu berkas cahaya monokromatik yang sejajar jatuh pada medium pengabsorpsi dengan sudut tegak lurus, setiap lapisan yang sangat tipisnya akan menurunkan intensitas berkas. 2). Jika suatu cahaya monokromatik mengenai suatu medium yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya. 3). Intensitas berkas cahaya monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat pengabsorbsi bertambah. Hubungan antara absorbansi A dengan konsentrasi zat pengabsorbsi adalah linear. Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan supaya hukum Beer dapat dipakai, yaitu syarat konsentrasi, syarat kimia dan syarat cahaya. 1) Syarat konsentrasi. Beer baik untuk larutan encer. Pada konsentrasi tinggi (biasanya 0,01 M), jarak rata-rata diantara zat pengabsorbsi menjadi kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi muatan tetangganya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang diberikan. Oleh karena interaksi ini bergantung pada konsentrasi maka peristiwa ini menyebabkan penyimpangan dari kelinieran hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. 2) Syarat kimia. Zat pengabsorbsi tidak boleh terdisosiasi, berasosiasi atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan suatu produk pengabsorbsi yaitu spektrum yang berbeda dari zat yang dianalisis. 3) Syarat cahaya. Hukum Beer hanya berlaku untuk cahaya yang betul-betul monokromatis (cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang), bila tidak demikian maka akan diperoleh dua nilai absorbansi pada dua panjang gelombang.
9
4) Syarat kejernihan. Kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid misalnya, menyebabkan penyimpangan hukum Beer. Sebagian cahaya akan dihamburkan oleh partikel-partikel koloid, akibatnya kekuatan cahaya yang diabsorbsi berkurang dari yang seharusnya (Hendayana, 1994). Apabila hukum Lambert-Beer benar-benar diikuti maka grafik tersebut dapat disebut sebagai kurva kalibrasi. (Khopkar, 1990). Sedangkan deviasi atau penyimpangan
hukum
Lambert-Beer
biasa
ditemukan
bila
spesies–spesies
pengabsorbsi yang ada dalam larutan mengalami reaksi ionisasi, disosiasi dan asosiasi. Hal ini menyebabkan spesies–spesies dalam larutan tersebut berubah konsentrasinya. Hukum Beer tidak berlaku bila spesies-spesies pengabsorbsi dalam larutan membentuk kompleks. Selain itu deviasi juga dapat terjadi bila cahaya monokromatik tidak digunakan (Vogel, 1989). e. Absorptivitas dan Absorptivitas Molar Absorbansi berbanding lurus dengan tebal larutan dan konsentrasi larutan (hukum Beer). Apabila konsentrasi (c) dinyatakan dalam mol per liter (molar) dan tebal larutan dinyatakan dalam sentimeter (cm) maka absorptivitas disebut absorptivitas molar (ε) sesuai dengan Persamaan 13. Apabila konsentrasi (c) dinyatakan dalam gram per liter, maka absorptivitas disebut absorptivitas (a), yaitu : Α = ε . b . c = a . b . c ............................................. (13) Dimana : A = absorbansi a = absorptivitas (L cm–1 gr–1) ε = absorptivitas molar (L cm–1 mol–1) b = tebal larutan (cm) c = konsentrasi larutan (gr L–1 atau mol L–1)
10
f. Spektrum Absorbsi Plot antara absorbansi sebagai ordinat dan panjang gelombang (λ) sebagai absis akan dihasilkan suatu spektrum absorbsi. g. Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi atau disebut juga kurva standar diperoleh dari plot antara absorbansi (A) sebagai ordinat dan konsentrasi (c) sebagai absis. Zat atau senyawa yang sesuai dengan hukum Beer memiliki kurva kalibrasi berbentuk garis lurus, dan kebalikan bagi zat atau senyawa yang tidak sesuai dengan hukum Beer seperti, asam, basa dan garam dalam larutan. Berdasarkan kurva kalibrasi diketahui persamaan regresi linier suatu larutan. Persamaan tersebut digunakan untuk keperluan analitis lainnya seperti, penentuan konsentrasi larutan sampel yang sejenis (Anwar, 1989). 2. Kinetika Reaksi Sederhana a. Kinetika Kimia Ada 3 hal utama yang dipelajari dalam kinetika kimia yakni tingkat reaksi, mekanisme reaksi dan teori terjadinya reaksi. Tingkat reaksi berhubungan dengan waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi. Mekanisme reaksi merupakan penjelasan secara rinci mengenai keseluruhan langkah yang tejadi mulai dari awal hingga terbentuknya reaksi, sedangkan teori reaksi berkaitan dengan hal-hal teoritis yang memungkinkan terjadinya reaksi. Berbeda dengan termodinamika yang hanya mempelajari seberapa jauh suatu reaksi dapat atau telah berlangsung, kinetika reaksi mempelajari bagaimana dan seberapa cepat suatu reaksi akan berlangsung. Jika dalam termodinamika dikatakan suatu reaksi kimia tersebut berlangsung spontan jika memiliki harga ΔG yang negatif. Hal tidak harus berarti reaksi pasti berlangsung. Reaksi pembentukan H2O dari H2 dan O2 mempunyai harga ΔG yang negatif, tetapi jika H2 dan O2 dicampur dalam ruang tertutup pada temperatur kamar, maka sampai
11
kapanpun tidak akan diperoleh H2O. ΔG negatif adalah suatu keharusan tetapi supaya reaksi dapat berlangsung haruslah dapat diciptakan kondisi yang memungkinkannya dan untuk itu harus diberikan ΔG*, perubahan energi bebas pengaktifan; dan ini merupakan konsep kinetika (Patiha, 2000) Salah satu tujuan studi kinetika, untuk mendapatkan gambaran bagaimana mekanisme yang berlangsung dalam suatu reaksi kimia. Karena itu, tujuan pertama setiap eksperimen kinetika mencari hubungan kuantitatif antara laju reaksi setiap saat dengan setiap variabel yang mempengaruhi laju. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi laju reaksi antara lain : konsentrasi pereaksi, hasil reaksi, katalis atau inhibitor dan zat aditif lain, temperatur, tekanan total sistem, nisbah antara permukaan dan volume labu reaksi serta intensitas radiasi terserap. Dalam larutan, kekentalan, permitivitas dan kekuatan ion total juga mempengaruhi variabel yang penting dalam reaksi. Biasanya percobaan dilakukan pada temperatur tetap dan sejauh dimungkinkan, variabel lain juga dibuat tetap selama pengukuran ketergantungan laju terhadap konsentrasi pereaksi, hasil reaksi dan katalis. Pengawasan terhadap temperatur, faktor luar terpenting dalam reaksi, dapat dilakukan umpamanya dengan menggunakan thermostat dalam penangas air atau minyak, selanjutnya setelah ungkapan laju diperoleh pada suatu kondisi percobaan tertentu, kemudian dilakukan suatu rangkaian percobaan untuk menentukan hukum laju pada kondisi yang lain guna mendapatkan hubungan kuantitatif antara tetapan laju dengan variabel reaksi yang lain (Patiha, 2000) b. Laju Reaksi Laju atau kecepatan reaksi menunjukkan sesuatu yang terjadi persatuan waktu, misalnya per detik, per menit. Apa yang terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi. Perubahan ini kebanyakan dinyatakan dalam perubahan konsentrasi molar. Jadi untuk laju reaksi hipotetik : A + 2B
3C + D
12
dapat diartikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi molar A, laju reaksi dapat juga dijelaskan berdasar menghilangnya B atau pembentukan C atau D (Petrucci dan Suminar, 1987). Sebagai contoh laju konsumsi reaktan B dinyatakan sebagai : VB = −
1 d[B] 2 d[t]
dan laju pembentukan produk C dinyatakan sebagai, Vc =
1 d[C] 3 d[t]
secara umum laju reaksi V dapat dinyatakan sebagai, Vj =
1 d[j] vj d[t]
dengan vJ merupakan koefisien stoikiometri spesies j (dengan v J negatif untuk reaktan dan positif untuk produk ). Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa, laju reaksi di awal reaksi tidak sama dengan laju reaksi setelah reaksi berlangsung beberapa saat. Dan laju reaksi pada pereaksi makin lama makin lambat, tetapi pada hasil reaksi atau produk, laju reaksi seolah–olah semakin lama semakin cepat. c. Hukum Laju, Konstanta Laju dan Orde Reaksi Laju reaksi terukur, seringkali sebanding dengan konsentrasi reaktan dengan suatu pangkat tertentu. Untuk reaksi diatas, persamaan laju reaksinya dapat ditulis sebagai : V = k [A]p [B]q Persamaan semacam ini disebut sebagai hukum laju reaksi. Hukum laju reaksi biasanya tergantung pada temperatur dan komposisi campuran reaksi. Pada temperatur tetap, laju reaksi persatuan volume merupakan fungsi konsentrasi pereaksi dan kadang-kadang hasil reaksi. Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi suatu komponen dalam hukum laju reaksi. Orde dari suatu
13
reaksi menggambarkan bentuk matematik sebagai hasil percobaan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui. Koefisien k disebut sebagai konstanta laju. Konstanta laju didefinisikan sebagai laju reaksi apabila konsentrasi dari masing-masing komponen reaksi adalah satu. Dibandingkan dengan tingkat reaksi, konstanta laju mempunyai arti lebih penting; makin besar harga k makin cepat suatu reaksi akan berlangsung. Sedangkan tingkat reaksi tinggi tidak harus berarti reaksi berlangsung lebih cepat dari yang tingkat reaksinya rendah (Patiha, 2000) d. Aplikasi Metode Kinetika Pada kebanyakan studi kinetika reaksi yang dilakukan saat ini, pengukuran konsentrasi tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui pengukuran sifat-sifat fisik larutan yang kemudian dapat dihubungkan (karena berbanding linier) dengan konsentrasi, misalnya absorbansi (pada spektrofotometri), sudut putar optik (polarimetri), perubahan volume (dilatometri), daya hantar listrik (konduktometri), luas area spektra (NMR) dan beberapa cara yang lain. Teknik pengukuran dengan menggunakan bacaan sifat fisik ini akan sangat berarti jika reaksi berlangsung sangat cepat, sangat lambat, ada hasil samping atau karena data yang diperoleh kurang meyakinkan. (Patiha, 2000) Aplikasi metode kinetika yang penting adalah dalam penentuan komponenkomponen dalam campuran. Contohnya, jika dua komponen A dan B bereaksi dengan reagen yang berlebih, membentuk produk pada kondisi orde satu semu : kA Α + R → Ρ kB Β + R → Ρ
Secara umum, kA dan kB berbeda satu dengan yang lain. Maka, jika kA > kB, A habis sebelum B habis. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa A telah selesai bereaksi sebanyak 99% sebelum 1% B mulai bereaksi. Oleh karena itu metode diferensial untuk penentuan A tanpa interferensi B adalah mungkin, asalkan laju reaksi diukur segera setelah reagen dicampur (Skoog, 1996).
14
3. Analisis Multikomponen Secara Simultan dengan Spektrofotometer Bila diinginkan pengukuran secara serentak terhadap dua komponen, maka pengukuran dapat dilakukan pada dua panjang gelombang, dimana masing-masing komponen tidak saling mengganggu. Dua macam kromofor yang berbeda akan mempunyai kekuatan absorpsi yang berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang. Pengukuran dilakukan pada masing–masing larutan pada dua panjang gelombang, sehingga diperoleh dua persamaan hubungan antara absorpsi dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang, dan konsentrasi masing-masing komponen dapat dihitung. Mula-mula dipilih panjang gelombang dimana perbandingan absorptivitas molarnya maksimum, yaitu : ε 1 ε 2
maksimum
pada λ 1 dan
ε 2 ε 1
maksimum
pada λ 2
λ1 dan λ2 tidak selalu harus panjang gelombang yang mempunyai absorpsi maksimum masing-masing komponen, tetapi hindari daerah panjang gelombang yang rangenya sempit atau daerah belokan. Kemudian menghitung absorptivitas molar (ε) untuk masing-masing komponen. Absorbansi berbanding lurus dengan hasil kali absorptivitas molar (ε) dan konsentrasi (c) jika nilai (b) tetap, oleh karena itu digunakan tempat sampel yang sama. Dasar absorpsi untuk dua larutan, yakni A=εbc, dimana untuk larutan pertama, A1= ε1b1c1, sedangkan untuk larutan kedua, A2= ε2b2c2. Maka selama b tetap akan diperoleh A1= ε1c1 dan A2= ε2c2. Pengukuran absorbansi dilakukan pada λ1 dan λ2. Oleh sebab itu pada panjang gelombang tersebut, absorbansi bersifat aditif, sehingga diperoleh : A λ1 = (ε1 c1 )λ1 + (ε 2 c 2 )λ1 ................................................ (14) A λ 2 = (ε1 c1 )λ 2 + (ε 2 c 2 )λ 2 ............................................... (15) Untuk c1 dan c2 c1 =
(ε 2 )λ1 A λ1 - (ε 2 )λ1 A λ2 (ε1 )λ2 (ε 2 )λ2 - (ε 2 )λ1 (ε1)λ2
............................................. (16)
15
c2 =
(ε1)λ1 A λ1 - (ε1)λ2 A λ2 (ε1 )λ1 (ε 2 )λ2 - (ε 2 )λ1 (ε1)λ2
............................................. (17)
Aλ1, Aλ2 dan Aλn adalah absorbansi terukur pada n panjang gelombang yakni λ1, λ2 sampai λn ; subskrip 1,2 dan n mengacu pada komponen-komponen yang berbeda dan begitu pula dengan subskrip λ1, λ2 dan λn. Panjang gelombang yang dipilih mengacu pada panjang gelombang maksimum dari komponen-komponen tersebut. (S.M. Khopkar, 1990 : 218–220) Contoh penentuan ini adalah penentuan kromium dan mangan dalam bentuk ion dikromat dan permanganat. Permanganat dan dikromat mempunyai spektrum yang saling tumpang tindih, seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Spektra Absorbansi Parameter Vs Panjang Gelombang (nm). 1) Permanganat; 2) Dikromat; 3) Campuran. Gambar 1 menunjukkan bahwa, serapan-serapan dikromat kuat pada λ1 dan lemah pada λ2, sedangkan permanganat mempunyai serapan kuat pada λ2 dan serapannya lemah pada λ1. Persamaan 13 digunakan untuk penyelesaiannya, yakni A = ε . b .c, dimana ε adalah koefisien absorbansi molar pada panjang gelombang tertentu, c adalah konsentrasi dalam mol per liter dan b adalah tebal bahan dalam cm. Jika b sama dengan 1 cm, maka: Α λ1 = λ 1 (ε 1 .C1 + ε 2. C 2 ) .................................................. (18) Α λ2 = λ 1 (ε 1 .C1 + ε 2. C 2 ) .................................................. (19)
16
Harga absorptivitas molar (ε) dari permanganat dan dikromat pada dua panjang gelombang didapatkan dari pengukuran larutan murni masing-masing parameter, pada panjang gelombang λ1 dan λ2. Dengan mengukur absorbansi campuran pada panjang gelombang 440 nm (λ1) dan 545 nm (λ2) serta menyelesaikan dua persamaan diatas secara simultan, akan didapatkan konsentrasi permanganat dan dikromat (Vogel, 1985). 4. Metode Spektrofotometri Tak Langsung Berbasis Kinetika untuk Penentuan Simultan MnO4- dan Cr2O72Pengukuran MnO4- dan Cr2O72- dengan metode spektrofotometri berbasis kinetika berdasarkan fakta bahwa oksidasi pyrogallol red (Pgr) oleh MnO4- lebih cepat daripada oksidasi Pgr oleh Cr2O72-. Pengukuran ini dilakukan pada panjang gelombang maksimum dari larutan Pgr. Absorbansi diukur pada dua waktu efektif masing-masing ion, At1 dan At2, yang sebanding dengan konsentrasi molar dari oksidator yang ditambahkan :
A t1 = A Pgr + m t1 Cr2O7 C Cr2O7 + m t1 MnO4 C MnO4 ....................................... (20) A t 2 = A Pgr + m t 2 Cr2O7 C Cr2O7 + m t 2 MnO4 C MnO4 ..................................... (21) APGR adalah absorbansi larutan Pgr awal, mtij adalah slope kurva kalibrasi untuk setiap waktu i dan komponen j. Metode diatas menghasilkan dua buah persamaan yang harus diselesaikan secara simultan dari pengukuran absorbansi pada dua waktu reaksi yang tepat. Hal ini dapat mengurangi masalah yang timbul pada analisis campuran terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai spektra absorbansi yang tumpang tindih, seperti pada MnO4- dan Cr2O72-. Penggunaan metode tersebut sesuai dengan penelitian–penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian terkait seperti, penelitian Pandey, penelitian NoorLaela, dan penelitian Sugino. Penelitian Pandey (Pandey, 1998:450–452) menggunakan reduktor Pgr, untuk menentukan konsentrasi parameter uji Mn(VII) dan Cr(VI). Pengukuran sampel
17
simulatif dilakukan pada suhu 25oC, pH 4, dan panjang gelombang 490 nm. Pandey menemukan bahwa, oksidasi Pgr dengan permanganat selesai pada waktu efektif tiga menit sedangkan Cr(VI) selesai pada waktu efektif 8 menit. Kesimpulan dari hasil penelitian Pandey adalah, penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) secara simultan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika dapat dilakukan dengan standar deviasi 0,008. Hasil tersebut dapat dikatakan berhasil, sehingga memungkinkan untuk penelitian lebih lanjut dengan simultan lebih dari dua parameter. Pengembangan dari penelitian Pandey adalah penelitian NoorLaela. Penelitian NoorLaela mengunakan reduktor yang sama yakni, Pgr. Penelitian yang dilakukan NoorLaela bertujuan untuk menentukan konsentrasi parameter uji Mn(VII), Cr(VI) dan V(V). Pengukuran sampel simulatif dilakukan pada suhu 27 oC, pH 3,5, panjang gelombang 470 nm. NoorLaela menemukan bahwa, oksidasi Pgr dengan permanganat selesai pada waktu efektif enam menit, Cr(VI) selesai pada waktu efektif 8 menit, dan V(V) selesai pada waktu efektif 20 menit. Hasil penelitian NoorLaela dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Penelitian Penelitian Terkait Berupa Nilai Kesalahan Relatif, pada Sistem Parameter Tunggal dan Sistem Simultan Dua Parameter. 1
2
Sistem Pgr –Par.1–Par.2 Pgr–Mn(VII) Pgr–Cr(VI) Pgr–V(V) Pgr–Mn(VII)–Cr(VI) Pgr–Mn(VII)–V(V) Pgr–Cr(VI)–V(V) * Sumber: Pandey (1998) ** Sumber: NoorLaela (2002)
Parameter
3
Standar Deviasi* pH 4
Mn(VII) Cr(VI) V(V) Mn(VII) Cr(VI) Mn(VII) V(V) Cr(VI) V(V)
0,008 – – – – – –
4
5
Kr (%)** pH 3,5 3,40 5,53 6,34 1,8 3,8 164,67 106,67 176 110
pH 4 – – – 5,5 30 – – – –
18
Berdasarkan Tabel 1, NoorLaela menyimpulkan beberapa hal. Pertama, konsentrasi Mn(VII), Cr(VI) dan V(V) dapat ditentukan pada sistem parameter tunggal. Kedua, pada sistem simultan dua parameter hanya sistem Mn(VII) – Cr(VI) yang dapat dilakukan untuk penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) secara simultan, baik pada pH 3,5 maupun pH 4, kecuali penentuan konsentrasi Cr(VI) pada pH 4. Ketiga, penentuan konsentrasi Mn(VII), Cr(VI) dan V(V) tidak dapat dilakukan pada sistem simultan Mn(VII)–V(V) dan Cr(VI)–V(V) karena kesalahan relatif berkisar pada 110%–176%. 5. Pyrogallol Red dan Parameter Uji a. Pyrogallol Red Merupakan senyawa yang berbentuk kristal berwarna putih dan akan berubah menjadi abu-abu jika terkena cahaya, merupakan senyawa beracun, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, larut dalam eter dan alkohol. Beberapa diantaranya mempunyai titik lebur sekitar 133-134oC dan titik didihnya 309oC. Pyrogallol merupakan agen pereduksi yang kuat, namun demikian senyawa ini cepat teroksidasi oleh udara (Othmer, 1978). b. Permanganat Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksidasi secara meluas lebih dari 100 tahun, mudah diperoleh, dan warna ion permanaganat sangat pekat sehingga dalam analisis kuantitatif, untuk menentukan titik akhir reaksi oksidasi reduksi tidak memerlukan suatu indikator. Warna ungu akan tampak meskipun hanya ada permanganat dalam jumlah kecil (Hutehinson, 1964:600). Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7. Semua permanganat larut dalam air, membentuk larutan ungu (lembayung kemerahan). Reduksi berlangsung sampai ke pembentukan ion mangan (II) yang tidak berwarna, dalam larutan asam. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :
19
1). Reaksi yang terjadi dalam larutan yang sangat asam (0,1 N atau lebih) MnO4- + 8H+ + 5e
Mn2+ + 4H2O
Eosel = +1,51 V ........... (a)
2). Reaksi yang hanya berlangsung dalam larutan yang sangat basa (sekitar 1 M).
MnO4- + e
MnO42-
Eo = +0,54 V .....................(b)
Biasanya barium klorida ditambahkan untuk mengendapkan BaMnO 4 sehingga warna hijau dari MnO42- dapat dihilangkan, juga mencegah terjadinya reduksi lebih lanjut. Reaksi yang paling lazim dijumpai adalah reaksi nomor satu, yakni reaksi dalam larutan yang sangat asam. Permanganat bereaksi dengan cepat dengan banyak zat pereduksi menurut persamaan reaksi dalam larutan yang sangat asam. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan reagensia ini, misalnya, permanganat merupakan zat pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 (Mn(IV)), menurut persamaan :
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O
5MnO2(s) + 4H+
................. (c)
Sedikit kelebihan permanganat yang ada pada titik akhir suatu titrasi telah cukup untuk menimbulkan pengendapan MnO2. Untung bahwa reaksi ini lambat, sehingga biasanya MnO2 tidak diendapkan pada titik titrasi permanganat. Larutan asam dari permanganat tidak stabil karena asam permanganat terurai menurut persamaan : 4MnO4- + 4H+
4MnO2(s) + 3O2(g) + 2H2O
................(d)
Reaksi ini lambat dalam larutan encer pada temperatur kamar, namun orang tidak pernah boleh menambahkan permanganat berlebih kepada suatu zat pereduksi dan kemudian menaikkan temperatur untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi tersebut akan berlangsung pada laju yang cukup nyata (Day and Underwood, 1996).
20
Pemberian suasana asam biasanya dilakukan dengan penambahan asam sulfat sebab tidak bereaksi dengan permanganat. HCl maupun HI tidak dapat digunakan sebab akan terbentuk iod dan klor, yang merupakan hasil oksidasi MnO4-. Persamaan reaksi bilamana pengasaman menggunakan HCl dan HI adalah,
2MnO4- + 16HCl
5Cl2
+ 2Mn2++ 6Cl- + 8H2O
2MnO4- + 16HI
5I2 + 2Mn2+ + 8H2O + 6I-
HNO3 juga tidak dapat digunakan karena HNO3 sendiri merupakan oksidator (Vogel 1979) KMnO4 bersifat tidak stabil dalam air dan dapat mengalami dekomposisi baik dalam larutan netral maupun larutan asam. •
Dekomposisi KMnO4 dalam larutan netral : MnO4- + 4H+ + 3e +
O2 + 4H + 4e -
4MnO4 + 4H •
+
MnO2 + 2H2O ]x 4 2H2O ]x 3 4MnO2 + 2H2O + 3O2
Dekomposisi KMnO4 dalam larutan asam : 4MnO4- + 12H+
4Mn2+ + 5O2 + 6H2O
Untungnya reaksi ini berlangsung sangat lambat sehingga tidak mempengaruhi hasil pengamatan. Akan tetapi reaksi dekomposisi ini akan dipercepat dengan adanya cahaya, panas, asam, basa dan MnO2. (Blaedel dan Melloche, 1963 : 453) Dalam suasana basa atau netral, MnO4- akan berubah menjadi MnO2 dengan reaksi :
MnO4- + 4H+ + 3e
MnO2 + 2H2O
Eo = 1,67 V
Sedangkan dalam suasana basa kuat, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
MnO4- + e MnO42- + 2H2O + 2e
MnO42-
Eo = 0,56 V
MnO2 + 4OH-
Eo = 0,60 V
21
Kalium permanganat bukan standard primer, karena sukar untuk mendapatkan kristalnya terbebas dari MnO2. Untuk menghindari adanya MnO2 tersebut, dalam penyediaannya, sebelum distandarisasi, larutan permanganat dididihkan untuk mempercepat oksidasi semua gangguan yang terdapat dalam pelarut. Kemudian dibiarkan semalam lalu disaring dengan penyaring yang tidak mereduksi untuk menghilangkan MnO2. (Christian, G.D., 1988). Semua bentuk permanganat tidak stabil terhadap panas dan sinar matahari, sehingga diperlukan botol gelap untuk menyimpannya. (Setiono Pudjaatmaka, 1985). c. Dikromat Senyawa ini dapat diperoleh dengan derajat kemurnian yang tinggi. Bobot ekuivalennya cukup tinggi, tidak higroskopis dan zat padat serta larutannya sangat stabil. Kalium dikromat merupakan zat pengoksid yang cukup kuat, dengan potensial standard reaksi sebesar +1,33 V. Reaksi yang terjadi adalah : Cr2O72- + 14H+ + 6e
2Cr3+ + 7H2O
Reagensia ini tidak sekuat kalium permanganat atau ion Cerium (IV). Keuntungannya adalah tidak mahal, sangat stabil dalam larutan dan dapat diperoleh dalam bentuk yang cukup murni untuk menyiapkan larutan standard dengan penimbangan langsung. Larutan dikromat belum digunakan seluas larutan permanganat atau cerium (IV) dalam prosedur analitis karena bukan zat pengoksid yang sekuat permanganat ataupun cerium, dan karena beberapa reaksinya lambat. (R.A.Day,Jr dan A.L.Underwood, 1996). Larutan kalium dikromat kurang mudah tereduksi oleh bahan-bahan organik dibandingkan dengan larutan permanganat dan juga stabil terhadap cahaya. Larutan dikromat hanya digunakan dalam suasana asam dan direduksi secara cepat pada suhu kamar membentuk garam kromium (III) yang berwarna hijau. Warna hijau yang berasal dari ion Cr(III) ini menyebabkan tidak mungkin menentukan titik
22
akhir pada titrasi dikromat dengan pengawasan warna larutan secara sederhana. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditambahkan suatu indikator redoks untuk memberikan ketajaman perubahan warnanya. (Vogel”s, 1989) Dalam suasana basa atau bahkan netral ion Cr(VI) dapat mengalami perubahan menjadi CrO42- yang kemudian mengalami reduksi menurut persamaan: CrO42- + 4H2O + e
2Cr(OH)3 + 5OH-
Eo = -0,13 V
Kelemahan dari K2Cr2O7 dibandingkan dengan permanganat dan serium(IV) adalah potensial elektrodanya yang rendah dan reaksinya yang lambat dengan reduktornya. Dikromat murni dapat dikristalkan dari larutan kromat yang diasamkan, dengan reaksi yang terjadi : 2Na2CrO4(aq) + H2SO4(aq)
Na2Cr2O7(aq) + Na2SO4(aq) + H2O
Larutan kromat berwarna kuning terang, sedangkan larutan dikromat berwarna orange. Dikromat merupakan spesies dominan pada larutan asam sedang kromat pada larutan basa. Hal ini diperoleh jika sebuah larutan mengandung Cr(VI) seperti ion dikromat atau kromat merupakan fungsi dari pH, maka kesetimbangan antara ion-ion ini tergantung pada konsentrasi H+. Reaksi yang terjadi : 2CrO42- + 2H+ Kc
[Cr O ] = [CrO ] [H ] [Cr O ] [CrO ] 2− 2 7 2− 2 + 2
Cr2O72- + H2O = 3,2x10–14
4
2
4
2− 7 2− 2
= 3,2x10–14 [H+]2
(Ralph.H.Petrucci, 1989) d. Vanadium Vanadium adalah logam abu-abu yang keras, titik lebur pada 1900 oC. Vanadium tidak larut dalam asam klorida, asam nitrat atau dalam alkali. Logam ini mudah larut dalam air raja, atau dalam campuran asam nitrat pekat dan hidrogen fluorida.
23
Vanadium mempunyai bilangan oksidasi +2, +3, +4, +5 dan +7 dalam bentuk senyawaannya. Paling umum vanadium mempunyai bilangan oksidasi +5 dan yang paling sering mudah diperoleh adalah vanadium dengan bilangan oksidasi +4. Vanadium terdapat pada beberapa tambang, kebanyakan sekarang diperoleh dari minyak tanah di Venezuela; sumber lainnya adalah carnolite, K(VO2)VO4.H2O dan vanadinite, Pb5(VO4)3Cl. Pembakaran dari bahan-bahan tersebut dengan natrium karbonat menghasilkan NaVO3 yang larut dalam air, sedangkan yang kurang larut dalam air adalah NH4VO3. Senyawaan V2O5 diendapkan dan dipanaskan untuk menghasilkan oksidanya. Vanadat mengandung vanadium pentavalen. Asam vanadat, seperti asam fosfat terdapat dalam bentuk senyawa meta, piro dan orto (HVO3, H4V2O7 dan H3VO4). Metavanadat adalah yang paling stabil, dan ortovanadat yang paling tidak stabil. Larutan ortovanadat dengan dididihkan berubah menjadi metavanadat, dengan membentuk garam piro sebagai zat antara. Dalam larutan yang sangat asam, terdapat kation dioksovanadium (VO2+). Dalam bentuk kuadrivalen, vanadium biasanya terdapat sebagai ion vanadil (VO2+). (Vogel’s, 1990). VO3- membentuk larutan biru (terjadi reduksi menjadi vanadium kuadrivalen), dalam larutan H2S ataupun dalam zat-zat pereduksi lain seperti, asam oksalat, asam format, hidrazin, besi(II) sulfat dan etanol. Penambahan sedikit asam sulfat pada VO 3menjaga supaya larutan ini tetap stabil. (Vogel’s, 1980) Oksida yang paling penting dari vanadium adalah V2O5 yang dihasilkan dari pemanasan ammonium metavanadat dengan reaksi : 2NH4VO3
V2O5 + 2NH3 + H2O
Penggunaan terpenting oksida ini adalah sebagai katalis. Aktivitas V2O5 sebagai katalis oksidasi mungkin berhubungan dengan lepasnya oksigen secara reversible yang terjadi pada suhu antara 700 sampai 1100oC. (Ralph.H.Petrucci, 1989) V2O5 bersifat amfoter, larut dalam air dan memberikan warna kuning pucat dalam larutan asam sebagai ion dioksovanadium(V), VO2+ dengan reaksi :
24
V2O5 + + 2H+(aq)
2VO2+(aq) + H2O
Vanadium dalam larutan asam pada pH sedang, terjadi reaksi polimerisasi. Hidrolisis menghasilkan isopolivanadat. Reaksi polimerisasi yang terjadi : 10[V3O9]3- + 15H+
3[HV10O28]5- + 6H2O ..................1
[H2VO4]- + H+
H3VO4 ........................................2
[HV10O28]5- + H+
[H2V20O28]4- .................................3
H3VO4 + H+
VO2+ + 2H2O ..............................4
[H2V10O28]4- + 14H+
10VO2+ + 8H2O ............................5
V2O5 dalam basa kuat membentuk larutan tidak berwarna, ion ortovanadat VO43-, yang juga akan berpolimerisasi dengan reaksi : [VO4]3- + H+
[HVO4]2- ..........................................1
2[HVO4]2-
[V2O7]4- + H2O ..............................2
[HVO4]2- + H+
[H2VO4]- ..........................................3
3[H2VO4]-
[V3O9]3- + 3H2O ..............................4
4[H2VO4]-
[V4O12]4- + 4H2O ............................5
(Greenwood, NN and Earnshaw. E, 1984) Umumnya, senyawa V dengan bilangan oksidasi tertinggi (+5) merupakan zat pengoksidasi yang baik, dan bilangan oksidasi terendah (V2+) merupakan zat pereduksi yang baik. Akan tetapi V2O5 bersifat sebagai oksidator lemah, diindikasikan dengan terbentuknya klorine (Cl2). Ketika V2O5 dilarutkan dalam HCl dan V(IV) terbentuk. Andaikata larutan VO2+ direaksikan dengan alkali, VO2 mengendap, tetapi pada perlakuan lebih lanjut, menggunakan basa kuat, menghasilkan ion VO44- beserta produk polimerisasinya. Diagram potensial reduksi dari vanadium dalam larutan asam sebagai berikut : VO2+
1,46
VO2+
0,36
V3+
-0,25
V2+
-1,2
V ..........(3)
25
Dari harga potensial reduksi diatas dapat dilihat bahwa vanadium (V) dan vanadium (IV) mudah direduksi. V 2+ merupakan reduktor yang baik dan logam vanadium merupakan agen pereduksi yang kuat. (Mahan and Myers, 1987) e. Cerium Cerium adalah logam putih keabu-abuan, lunak, titik lebur pada ± 794°C. Berbeda dengan vanadium, cerium dalam senyawaannya, berada dalam dua keadaan oksidasi yakni trivalen dan tetravalen, yang masing-masing membentuk ion-ion cerium (III), Ce3+, dan cerium (IV), Ce4+ (Vogel,1989; 306). Dalam keadaan tetravalen, Cerium merupakan zat pengoksidasi yang kuat, yang mengalami satu reaksi tunggal, yaitu :
Ce4+ + e
Ce3+ ................................................. 2
Ion cerium digunakan dalam larutan berkeasaman tinggi karena dalam larutan yang konsentrasi hidrogennya rendah, terjadi pengendapan akibat hidrolisis. Potensial reduksi oksidasi pasangan Ce(IV)-Ce(III) bergantung pada sifat dasar dan konsentrasi dari asam yang ada. Potensial formal dalam larutan 1 M dari asam-asam biasa adalah, +1,70 V dalam HClO4; +1,61 V dalam HNO3; +1,44 V dalam H2SO4, dan +1,28 V dalam HCl. (R.A.Day Underwood, 1996) Sedangkan potensial reduksinya dengan konsentrasi asam sulfat 0,5 - 4,0 M pada suhu 25oC, sebesar 1,43 ± 0,05 volt. Ini hanya dapat dipakai dalam larutan asam, paling baik pada konsentrasi 0,5 M atau lebih. Dalam larutan netral, cerium (IV) hidroksida atau garamnya mengendap. Meskipun cerium adalah unsur tanah yang jarang, senyawanya mudah diperoleh untuk penggunaan analitis yang wajar. Sejak tahun 1928, diawali dengan karya N.H.Furman di Princeton dan H.H.Willard di Michigon, reagensia ini makin meluas penggunaannya sebagai zat pengoksida dalam kimia analisis. Biasanya perlu menggunakan indikator redoks.
26
Larutan cerium (IV) sulfat dalam asam sulfat stabil pada suhu tinggi, sedangkan dalam HCl tidak stabil karena tereduksi menjadi cerium(III) dengan melepaskan klor, seperti:
2Ce4+ + 2Cl-
2Ce3+ + Cl2
Ion cerium(IV) ataupun cerium(III) membentuk kompleks stabil dengan aneka ragam anion, misal [Ce(SO 4)4]4- atau [Ce(SO4)3]2-, [Ce(NO3)6]2- dan [Ce(ClO4)6]2-. Larutan cerium (IV) sulfat dapat disiapkan dengan melarutkan cerium (IV) sulfat atau larutan berlebih ammonium cerium (IV) sulfat dalam asam sulfat 0,5–1 M. Ion Ce(IV) dapat digunakan dalam kebanyakan titrasi dimana digunakan permanganat, dan ion ini memiliki sifat-sifat yang sering menyebabkan lebih dipilih sebagai zat pengoksidasi daripada permanganat. Keunggulan utamanya sebagai berikut: 1). Hanya ada satu keadaan oksidasi, Ce(III), hasil reduksi dari Ce(IV). 2). Ce(IV) merupakan zat pengoksid yang sangat kuat, dan kekuatan oksidasinya dapat disesuaikan dengan pemilihan larutan asam yang sesuai. 3). Larutan asam sulfat dari ion Ce luar biasa stabilnya. Larutan dapat disimpan sampai kapanpun saja tanpa konsentrasinya berubah. Tidak perlu dijauhkan dari cahaya dan terkadang dapat dipanaskan untuk waktu yang pendek tanpa ada perubahan konsentrasi. Kestabilan larutan asam sulfat berkisar 10–40 mL dari konsentrasi asam sulfat perliter. Larutan dalam asam nitrat dan asam perklorat terurai namun berjalan lambat. 4). Ion klorida dalam konsentrasi sedang, tidak mudah teroksidasi bahkan dengan hadirnya besi sekalipun. Jadi reagensia ini dapat digunakan untuk titrasi besi dalam larutan asam klorida tanpa memerlukan larutan pencegah Zimmermann-Reinhardt. Larutan Ce(IV) dapat digunakan, bahkan dalam kehadiran ion klorida, untuk oksidasi yang harus dilakukan dengan menggunakan reagensia berlebih pada temperatur tinggi. Tetapi ion klorida akan teroksidasi jika larutan itu dididihkan, juga larutan Ce(IV) dalam asam klorida tidak stabil jika konsentrasi asam lebih daripada 1 M.
27
5). Tersedia garam cerium(IV)ammonium nitrat, yang cukup murni sebagai larutan standar. 6). Meskipun ion Ce(IV) berwarna kuning, warna itu tidak menyulitkan dalam membaca buret, kecuali bila konsentrasinya lebih besar dari 0,1 M. Ion Ce(III) tidak berwarna. B. Kerangka Pemikiran Ce(IV) merupakan oksidator kuat seperti Mn(VII), Cr(VI) dan V(V). Ce(IV) mengalami reaksi reduksi tunggal menjadi Ce(III) yaitu : Ce+4 + e – → Ce+3 Persamaan reaksi tersebut merupakan reaksi reduksi yang khas pada Ce(IV). Jadi Ce(IV) dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika seperti Mn(VII), Cr(VI) dan V(V). Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dapat ditentukan secara simultan karena tidak saling bereaksi. Waktu yang dibutuhkan masing–masing parameter untuk habis bereaksi dengan Pgr disebut dengan waktu efektif. Perbedaan kekuatan empat parameter uji sebagai oksidator menyebabkan waktu efektif masing–masing parameter uji berbeda. Bentuk teroksidasi dari Pgr diduga mempunyai serapan yang cukup berarti pada daerah panjang gelombang pengukuran. Serapan Pgr teroksidasi diperhitungkan untuk memperkecil gangguan yang ada pada penelitian, sehingga nilai kesalahan relatif yang diperoleh lebih kecil daripada kesalahan relatif tanpa memperhitungkan serapam Pgr teroksidasi. Metode yang digunakan yaitu, metode perbandingan absorbansi. Metode perbandingan absorbansi merupakan metode yang sama hanya berbeda pada saat menentukan persamaan kurva kalibrasi parameter uji. Perbedaan tersebut terletak pada sumbu Y yang digunakan, dimana sumbu Y pada metode perbandingan absorbansi adalah hasil perbandingan absorbansi pada panjang gelombang maksimum Pgr tereduksi dengan absorbansi pada panjang gelombang Pgr teroksidasi.
28
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat diajukan suatu hipotesis sebagai berikut: 1. Konsentrasi Mn(VII), Cr(VI) dan V(V) dapat ditentukan pada sistem parameter tunggal dan sistem simultan dua parameter, dengan cara kerja yang sama dengan penelitian Noor Laela. 2. Penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) pada sistem parameter tunggal memiliki kesalahan relatif lebih kecil setelah serapan Pgr teroksidasi diperhitungkan. 3. Konsentrasi Ce(IV) dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika, baik pada sistem parameter tunggal maupun sistem simultan dua parameter.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium dengan menggunakan sampel simulatif. Variabel yang akan diteliti adalah waktu efektif pada saat parameter Mn(VII), Cr(VI),V(V) dan Ce(IV) habis mengoksidasi Pyrogallol red dan konsentrasi parameter Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV).
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 12 bulan, yakni Januari 2003 sampai November 2003 di Sub–Lab Kimia, Laboratorium pusat MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data a. 1).
Bahan dan Alat Utama
Bahan Semua pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas proanalisis,
sehingga tidak dilakukan teknik tertentu dalam pengambilan sampel. Sampel sudah mewakili populasi. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. KMnO4 (E.merck) b. K2Cr2O7 (E.merck) c. NH4VO3 (E.merck) d. Ce(SO4)2 (E.merck) e. H2SO4 95-97 % (Riedel-de-Haen) f. CH3COOH (E.merck)
29
30
g. CH3COONa (E.merck) h. CH3OH. Metanol (E.merck) i. C19H14O9S. Pyrogallol red (E.merck) 2).
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Spektrofotometer UV-Vis Double Beam, UV-1601 PC Shimadzu b. pH meter, Corning 430 c. Stopwatch, Hanhart Stopstar 2 d. Seperangkat alat gelas b. Cara Kerja 1). Pembuatan Larutan a. Larutan Mn (VII) 2x10-4 M. 0,032 gr KMnO4 dilarutkan dalam 1 L air panas, kemudian larutan dididihkan selama 1 jam dengan tertutup kaca arloji. Larutan didinginkan sampai suhu kamar. Larutan diencerkan sampai tanda batas dengan air dalam labu ukur 100 mL, kemudian disaring dengan glass wool dan disimpan dalam botol gelap. b. Larutan Cr (VI) 2x10-4 M. 0,059 gr K2Cr2O7 dilarutkan dengan air dalam labu ukur 1 L. c. Larutan V (V) 0,1 M sebagai larutan induk. 1,17 gram NH4VO3 dilarutkan dalam 10 mL H2SO4 1 M, kemudian larutan diencerkan dengan air dalam labu ukur 100 mL. d. Larutan V (V) 2x10-4 M dibuat dari larutan induk V (V) 0,1 M. 1 mL larutan induk diencerkan dengan air pada labu ukur 500 mL sampai tanda batas. e. Larutan Ce (IV) 2x10-4 M. 0,007 gr Ce(SO4)2 ditambahkan ke dalam larutan asam sulfat (2,8 mL asam sulfat pekat diencerkan dengan dalam labu ukur 50 mL), sembari diaduk dan dipanaskan
31
sampai zat padat larut seluruhnya. Larutan diencerkan dengan air dalam labu ukur 100 mL. f. Larutan Pyrogallol red (Pgr) 8x10-4. 0,033 gr Pgr dilarutkan dalam 100 mL metanol. g. Larutan CH3COOH 2 M. 11,44 mL CH3COOH pekat diencerkan dengan air dalam labu ukur 50 mL. h. Larutan CH3COONa 2 M. 4,102 gr CH3COONa dilautkan dalam 25 mL air. i. Larutan buffer pH 4,0. 8,15 mL CH3COOH 2 M dan 1,85 ml CH 3COONa 2 M diencerkan dengan air sampai tanda batas pada labu ukur 100 mL. 2). Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pgr Larutan Pgr 8x10-4 M sebanyak 1 mL ditambahkan 2 mL larutan pH 4, kemudian larutan diencerkan dengan air sampai tanda batas pada labu ukur 10 mL. Absorbansi
diukur
pada
panjang
gelombang
350-600
nm
dengan
alat
spektrofotometer UV–Vis. Panjang gelombang yang mempunyai absorbansi paling tinggi disebut sebagai panjang gelombang maksimum Pgr (λmaks.Pgr) 3). Penentuan Waktu Efektif Masing-Masing Parameter untuk Mengoksidasi Pgr a. 1 mL larutan Pgr 8x10-4 M dan 2 mL larutan pH 4 ditambahkan 0,4 mL larutan Mn(VII) 2x10-4 M. Stopwatch dihidupkan saat tetesan terakhir selesai dimasukkan. Kemudian larutan diencerkan dengan air sampai tanda batas pada labu ukur 10 mL. b. Absorbansi diamati pada panjang gelombang maksimum larutan Pgr dengan selang waktu 1 menit. c. Langkah yang sama dilakukan pada variasi volume Mn(VII) yaitu, 0,15 ; 0,3; 0,45; 0,6; 0,75 dan 0,9 mL.
32
d. Langkah satu sampai tiga dilakukan pada Cr(VI) 2x10–4 M, V(V) 2x10–4 M dan Ce(IV) 2x10–4 M. 4). Penentuan gangguan Pgr teroksidasi a. Penentuan gangguan Pgr teroksidasi dengan konsentrasi Pgr berlebih 1. 1 mL larutan Pgr 8x10-4 M dan 2 mL larutan pH 4 ditambahkan 0,4 mL larutan Mn(VII) 2x10-4 M. Stopwatch dihidupkan saat tetesan terakhir selesai dimasukkan. Kemudian larutan diencerkan dengan air sampai tanda batas pada labu ukur 10 mL. 2. Absorbansi diamati pada panjang gelombang 350–600 nm dan waktu efektif parameter. b. Penentuan gangguan Pgr teroksidasi dengan konsentrasi Mn(VII) berlebih. 1. 1 mL larutan Pgr 8x10-4 M dan 2 mL larutan pH 4 ditambahkan 7 mL larutan Mn(VII) 2x10-4 M. Stopwatch dihidupkan saat tetesan terakhir selesai dimasukkan. Kemudian larutan diencerkan dengan air sampai tanda batas pada labu ukur 10 mL. 2. Absorbansi diamati pada panjang gelombang 350–600 nm dan waktu efektif parameter. 6). Pembuatan Kurva Kalibrasi pada Sistem Parameter Tunggal. a. 1 mL larutan Pgr 8x10-4 M dan 2 mL larutan pH 4 ditambahkan 0,15 mL larutan Mn(VII) 2x10-4 M. Stopwatch dihidupkan saat tetesan terakhir selesai dimasukkan. Kemudian larutan diencerkan dengan air sampai tanda batas pada labu ukur 10 mL. b. Absorbansi diamati pada panjang gelombang maksimum larutan Pgr dengan selang waktu 1 menit. c. Langkah yang sama dilakukan pada variasi volume Mn(VII) yaitu, 0,3; 0,45; 0,6; 0,75 dan 0,9 mL. d. Langkah satu sampai tiga dilakukan pada Cr(VI) 2x10–4 M, V(V) 2x10–4 M dan Ce(IV) 2x10–4 M.
33
10). Pembuatan Kurva Kalibrasi Sistem Simultan Dua Parameter 1. 1 mL larutan Pgr 8x10-4 M dan 2 mL larutan pH 4 ditambahkan 0,4 mL larutan Mn(VII) 2x10-4 M dan 0,15 mL Cr(IV) 2x10-4 M. Stopwatch dihidupkan saat tetesan terakhir selesai dimasukkan. Kemudian larutan diencerkan dengan air sampai tanda batas pada labu ukur 10 mL. 2. Absorbansi diamati pada panjang gelombang maksimum larutan Pgr dan waktu efektif dua parameter tersebut. 3. Langkah yang sama dilakukan pada variasi jenis dan volume parameter yaitu, a. Penentuan kurva kalibrasi simultan parameter Mn(VII) dan Cr(VI) Mn(VII) 2x10 -4 M (mL) 0,4
Cr(VI) 2x 10-4 M (mL) 0,15
0,6
0,15
0,15
0,4
0,15
0,6
b. Penentuan kurva kalibrasi simultan parameter Mn(VII) dan V(V) Mn(VII) 2x10-4 M (mL)
V(V) 2x 10-4 M (mL)
0,4
0,15
0,6
0,15
0,15
0,4
0,15
0,6
c. Penentuan kurva kalibrasi simultan parameter Mn(VII) dan Ce(IV) Mn(VII) 2x10-4 M (mL)
Ce(IV) 2x 10-4 M (mL)
0,4
0,15
0,6
0,15
0,15
0,4
0,15
0,6
34
d. Penentuan kurva kalibrasi simultan parameter Cr(VI) dan V(V) Cr(VI) 2x10-4 M (mL) 0,4
V(V) 2x 10-4 M (mL) 0,15
0,6
0,15
0,15
0,4
0,15
0,6
e. Penentuan kurva kalibrasi simultan parameter Cr(VI) dan Ce(IV) Cr(VI) 2x10-4 M (mL) 0,4
Ce(IV) 2x 10-4 M (mL) 0,15
0,6
0,15
0,15
0,4
0,15
0,6
f. Penentuan kurva kalibrasi simultan parameter V(V) dan Ce(IV) V(V) 2x10-4 M (mL) 0,4
Ce(IV) 2x 10-4 M (mL) 0,15
0,6
0,15
0,15
0,4
0,15
0,6
11). Penentuan konsentrasi sampel simultatif pada sistem parameter tunggal. 1. Kedalam labu ukur 10 mL, dimasukkan 1 mL larutan Pgr 8x10-4 M dan 2 mL larutan pH 4. Kemudian ditambah 0,2 mL larutan Mn(VII) yang telah diketahui konsentrasinya, larutan diencerkan dengan aquades hingga volume tepat 10 mL. 2. Diamati absorbansinya pada panjang gelombang maksimum larutan Pgr pada waktu efektif Mn(VII) yang diperoleh pada langkah 3a. 3. Dengan cara yang sama penambahan larutan sampel divariasi konsentrasinya. 4. Pengulangan langkah 1 sampai 3 untuk parameter Cr(VI), V(V) dan Ce(IV)
35
12). Penentuan konsentrasi sampel simultatif pada sistem simultan dua parameter a. Dimasukkan 1 mL larutan Pgr 8x10-4 M dan 2 mL larutan pH 4 kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan 0,15 mL larutan Mn(VII) 2x10 -4 M dan 0,15 ml larutan Cr(VI) 2x10-4 M. Stopwatch dihidupkan pada saat tetesan terakhir sampel selesai ditambahkan, kemudian diencerkan dengan aquades hingga volume tepat 10 mL. b. Diamati absorbansinya pada panjang gelombang maksimum larutan Pgr pada waktu efektif masing-masing parameter dalam mengoksidasi Pgr yang didapatkan pada langkah 3a. c. Dengan cara yang sama dan berurutan. masing–masing untuk parameter Mn(VII)–V(V), Mn(VII)–Ce(IV), Cr(VI)–V(V), Cr(VI)–Ce(IV), dan V(V)–Ce(IV). 2. Teknik Analisa Data 1. Waktu efektif ditentukan berdasarkan waktu dimana Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) telah selesai bereaksi dengan Pgr. 2. Konsentrasi parameter Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) dihitung dengan menggunakan metode regresi linier. Konsentrasi terhitung dibandingkan dengan konsentrasi sebenarnya, sehingga diperoleh besaran kesalahan relatif. 3. Penentuan konsentrasi parameter uji pada ssistem simultan dua parameter dilakukan dengan metode perhitungan regresi linier ganda. 4. Serapan dari puncak kedua dianalisis dengan metode dua panjang gelombang. Cara yang digunakan sama dengan metode satu panjang gelombang, tetapi sumbu absis (sumbu y) yang sebelumnya adalah absorbansi pada satu panjang gelombang, maka diganti dengan hasil bagi dari absorbansi pada panjang gelombang puncak pertama dengan absorbansi panjang gelombang puncak kedua. Kesalahan relatif hasil metode dua panjang gelombang dibandingkan dengan metode satu panjang gelombang.
36
D. Penafsiran dan Penyimpulan Hasil Parameter uji dapat ditentukan konsentrasinya dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika, baik pada sistem tunggal maupun sistem simultan dua parameter, apabila hasil penelitian memiliki kesalahan relatif kurang atau sama dengan 10 %. Serapan puncak kedua disimpulkan merupakan gangguan pada penentuan konsentrasi parameter uji dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika apabila, kesalahan relatif hasil perhitungan metode dua panjang gelombang lebih kecil daripada metode satu panjang gelombang. Hal tersebut berlaku pula sebaliknya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pyrogallol Red Hasil pengamatan spektrum Pgr untuk penentuan panjang gelombang maksimum Pyrogallol Red pada pH 4 dan suhu 25 OC ditampilkan pada Gambar 2. 425 nm
492,2 nm
Puncak I Puncak II
Gambar 2. Spektrum Pgr. pH 4; T = 25oC. Gambar 2 merupakan spektrum Pgr sebelum ditambahkan parameter, dan gambar tersebut menunjukkan dua puncak dari dua panjang gelombang yang dapat digunakan sebagai panjang gelombang pengukuran. Puncak pertama merupakan puncak tertinggi pada daerah panjang gelombang 492 nm dan puncak kedua pada daerah panjang gelombang 425 nm. Keberadaan dua puncak perlu dianalisis lebih lanjut, sehingga dapat dipilih satu panjang gelombang maksimum Pgr sebagai panjang gelombang pengukuran. Panjang gelombang maksimum dipilih berdasarkan karakter serapan sebelum dan setelah penambahan parameter. Hasil pengamatan karakter spektrum Pgr sebelum dan sesudah penambahan variasi konsentrasi parameter uji, seperti pada Gambar 3.
37
38
S PEKTRUM PGR TEROKS IDAS I
1.2
1.1
A
1.0
A
0.8
0.4E-5M
0.8
B
0.6
B
0.4
Absorbansi
Absorbansi
pgr awal
1 0.9
C
0.2
C 0.0 340
390
440
490
540
0.7 0.6
8.00E-06
0.5
1.100E-05
0.4 0.3
1.0E-05
0.2 0.1
1.20E-05
340
590
390
440
490
540
590
Panjang Gelombang (nm)
pan jan g ge l omban g (n m )
(I) (II) Gambar 3. Spektrum Pgr, sebelum dan sesudah penambahan Mn(VII). (I), A) tidak ditambahkan Mn(VII); B) ditambahkan sejumlah konsentrasi Mn(VII); C) ditambahkan parameter Mn(VII) berlebih. (II) variasi konsentrasi Mn(VII). Gambar 3 menunjukkan bahwa, serapan pada panjang gelombang 492,2 nm berkurang seiring dengan pertambahan konsentrasi Mn(VII). Begitupun sebaliknya serapan pada panjang gelombang 425 nm. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa, pada panjang gelombang 492,2 nm adalah serapan dari Pgr pereaktan dan panjang gelombang 425 nm adalah serapan dari Pgr produk (Pgr teroksidasi). Kemudian pengukuran untuk analisis satu panjang gelombang dilakukan pada panjang gelombang
maksimum
Pgr
492,2
nm,
sedangkan
untuk
analisis
dengan
memperhitungkan serapan Pgr teroksidasi (analisis dua panjang gelombang) dilakukan pada panjang gelombang 425 nm dan 492,2 nm. Penentuan panjang gelombang pengukuran telah dilakukan. Kemudian kemungkinan adanya serapan dari parameter uji dianalisis pada daerah panjang gelombang pengukuran tersebut. Keberadaan serapan menyebabkan gangguan analisis, yang ditandai dengan nilai kesalahan yang besar. Hasil pengamatan spektrum dari empat parameter seperti, Mn(VII), Cr(VI), V(V), dan Ce(IV), disajikan pada Gambar 4.
39
D
B
C
Created Data Measuring Mode ScanSpeed Slit Width Sampling Interval
: 00:25 01/09/03 : Original : Abs. : Medium : 2.0 : 0.2
A. Spektrum Mn(VII) N0. Wavelength(nm.) 1. 545.00 2. 524.80 3. 505.80
F
E
B. Spektrum Cr(VI) N0. Wavelength (nm.) 1. 371.50 C. Spektrum Ce(IV) N0. Wavelength(nm.) 1. 31 8.00 D. Spektrum V(V) N0. Wavelength (nm.) 1. 292.00
A
Gambar 4. Spektrum Parameter Uji. A) Mn(VII); B) Cr(VI); C) Ce(IV); D) V(V); E) 492,2 nm; dan F) 425 nm.
Gambar 4 menunjukkan bahwa, spektrum parameter uji tidak memiliki serapan pada daerah panjang gelombang pengukuran (492,2 nm dan 425 nm). Berdasarkan analisis tersebut maka, daerah panjang gelombang 492,2 nm dan 425 nm dapat digunakan sebagai daerah panjang gelombang pengukuran tanpa ada gangguan dari serapan parameter uji. 2. Penentuan Waktu Efektif Penentuan konsentrasi Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) secara simultan didasarkan pada perbedaan waktu reaksi masing–masing parameter uji dengan Pgr. Pengukuran absorbansi dilakukan satu menit setelah pencampuran larutan sampel. Hasil pengukuran menunjukkan penurunan absorbansi yang cukup signifikan sampai waktu tertentu, dimana absorbansi pengamatan mulai konstan. Waktu tertentu tersebut menunjukkan parameter uji telah habis tereduksi dan kemudian disebut sebagai waktu efektif. Hasil pengamatan ditampilkan pada Gambar Lampiran 1. Berdasarkan Gambar Lampiran 1 dapat diketahui bahwa, waktu efektif yang diperlukan Pgr untuk mereduksi parameter uji sampai habis adalah, 7 menit pada Mn(VII), 11 menit pada
40
Ce(IV), 13 menit pada Cr(VI) dan 19 menit pada V(V). Hasil penentuan waktu efektif masing–masing parameter uji dirangkum pada Tabel 2. Tabel 2.
Hasil Penentuan Waktu Efektif Parameter Uji. [Pgr]=8x10 -5 M; pH 4; T=25oC; λ=492,2 nm. Larutan Blanko Akuades. 1 Parameter Uji Mn(VII) Cr(VI) V(V) Ce(IV)
2 Waktu Efektif (menit) 7 13 19 11
3. Penentuan Kurva Kalibrasi Persamaan yang digunakan untuk penentuan konsentrasi parameter uji mengacu pada persamaan Pandey. Persamaan tersebut adalah : At , i = APgr + {m1,i xC1 } + {m 2,t ,i xC 2 } + ........ + {m n,t ,i xC n } .........................................................
(22)
dimana At,i merupakan absorbansi terbaca pada waktu efektif parameter uji. APgr merupakan absorbansi Pgr awal, APgr diperoleh dari rata–rata intersep kurva kalibrasi sebanyak n parameter uji. mn,t,i merupakan hasil perkalian antara konstanta absorbtivitas molar parameter uji ke–n (ε) dan tebal larutan (b). mn,t,i diperoleh dari slope kurva kalibrasi pada waktu efektif parametr uji. Sedangkan Cn merupakan konsentrasi parameter uji ke–n. a. Sistem Parameter Tunggal Berdasarkan persamaan 21 maka, persamaan yang digunakan untuk penentuan konsentrasi parameter uji pada sistem parameter tunggal, yaitu: A7 = APgr + m Mn x[Mn]
...............................................................................................(23) A11 = APgr + mCe x[Ce] ................................................................................................(24) A13 = APgr + mCr x[Cr ] ................................................................................................(25) A19 = APgr + mV x[V ] ..................................................................................................(26)
41
Hasil pengamatan absorbansi Pgr pada masing–masing waktu efektif parameter uji untuk pembuatan kurva kalibrasi ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Absorbansi Pgr Teroksidasi pada Sistem Pgr-Mn(VII); Pgr-Cr(VI); Pgr-V(V); Pgr-Ce(IV). [Pgr] = 8 x 10-5 M; pH 4; T = 25oC; λ = 492,2 nm. Larutan Blanko Akuades. 1 2 3 4 5 Kons. Par. (M)
0 3x10-6 6x0-6 9x0-6 1,2x10-5 1,5x10-5 1,8x10-5
Arata-rata Mn(VII)
Arata-rata Cr(VI)
Arata-rata V(V)
Arata-rata Ce(IV)
7* 1,135 1,092 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972
13* 1,135 0,980 0,830 0,620 0,470 0,333 0,200
19* 1,135 1,116 0,996 0,900 0,803 0,695 0,600
11* 1,135 1,121 1,088 1,023 0,992 0,974 0,913
* waktu efektif parameter (menit) dalam mengoksidasi Pgr.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dianalisis persamaan regresi linier empat parameter uji pada masing–masing waktu efektifnya, untuk memperoleh persamaan kurva kalibrasi sistem parameter tunggal. Kurva hasil plot absorbansi versus konsentrasi parameter ditampilkan pada Gambar 5.
42
Spektrum Pembuatan Kalibrasi Sistem Pgr-Cr(VI) pada t = 13 menit
Spektrum Pembuatan Kalibrasi Sistem Pgr-Mn(VII) pada t = 7 menit 1,25
y = -8452,4x + 1,1261 R2 = 0,9877
1,10
Absorbansi
Absorbansi
1,20
1,00
y = -53083x + 1,1303
1,00
2
R = 0,9963
0,75 0,50 0,25
0,90 0,0E+00
0,00
5,0E-06
1,0E-05
1,5E-05
0,0E+00
2,0E-05
1,0E-05
1,5E-05
2,0E-05
Konsentrasi Cr(VI)
Spektrum Pembuatan Kalibrasi Sistem Pgr-V(V) pada t = 19 menit
Spektrum Pembuatan Kalibrasi Sistem Pgr-Ce(IV) pada t = 11 menit 1,25
1,25
y = -30714x + 1,1643 R2 = 0,9929
Absorbansi
Absorbansi
5,0E-06
Konsentrasi Mn(VII)
1,00
0,75
0,50 0,0E+00
5,0E-06
1,0E-05
1,5E-05
2,0E-05
y = -12571x + 1,1483 R2 = 0,9761 1,00
0,75 0,0E+00
5,0E-06
Konsentrasi V(V)
1,0E-05
1,5E-05
2,0E-05
Konsentrasi Ce(IV)
Gambar 5. Grafik hubungan A Vs Konsentrasi Parameter Pada Sistem Parameter Tunggal. [Pgr] = 8,0x10-5 M; T = 25oC; λ = 492,2 nm; pH 4. Persamaan kurva kalibrasi diperoleh dari Gambar 5 dan dirangkum pada Tabel 4. Tabel 4.
Persamaan
Kurva
Kalibrasi
-5
pada
Sistem
Parameter
Tunggal.
o
[Pgr]=8x10 M; pH=4; T=25 C; λ=492,2 nm. Larutan Blanko Akuades. 1
2
No
Sistem
1. 2. 3. 4.
Pgr-Mn(VII) Pgr-Ce(IV) Pgr-Cr(VI) Pgr-V(V)
3 Waktu Efektif (menit) 7 11 13 19
4
5
Persamaan
r2
Y=1,1261-8452,4 C Mn Y=1,1483-12571,4 CCe Y=1,1303-53083,3 CCr Y=1,1643-30714,3 CV
0,9877 0,9761 0,9963 0,9929
b. Sistem Dua Parameter Penentuan konsentrasi parameter pada sistem simultan dua parameter menggunakan metode regresi linier ganda. Model regresi linier ganda atas parameter
43
uji Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV) pada sistem simultan dua parameter ditaksir sebagai persamaan berikut : Ŷ = a0 + a1 [X]1 + a2 [X]2 ..................................................................................(26) dimana [X]1 dan [X]2 berturut–turut sebagai konsentrasi parameter uji pertama dan parameter uji kedua. a0, a1, dan a2 sebagai koefisien–koefisien parameter uji yang dapat ditentukan berdasarkan data hasil pengamatan. Penyelesaian tersebut dilakukan dengan asumsi tiga persamaan berikut : ∑(Yi) = a0 n + a1 ∑([X]1,i) + a2 ∑([X]2,i)...................................................................(27) ∑(Yi [X]1,i) = a0 ∑([X]1,i) + a1 ∑([X]1,i2) + a2 ∑([X]1,i [X]2,i) ...................................(28) ∑(Yi [X]2,i) = a0 ∑([X]2,i) + a1 ∑([X]1,i [X]2,i) + a2 ∑([X]2,i2) ...................................(29) Penyelesaian dilakukan dengan eliminasi untuk memperoleh persamaan kurva kalibrasi berupa kombinasi dalam dua waktu efektif parameter. Hasil pengamatan absorbansi Pgr pada dua waktu efektif masing–masing parameter untuk pembuatan kurva kalibrasi sistem simultan dua parameter ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Data Absorbansi Pgr Teroksidasi Sistem Pgr-Mn(VII)-Cr(VI); Pgr-Mn(VII)V(V); Pgr-Mn(VII)–Ce(IV); Pgr–V(V)–Ce(IV); Pgr–Cr(VI)–Ce(IV); Pgr– Cr(VI)–V(V). [Pgr] = 8x10-5 M; pH 4; T = 25oC; λ = 492,2 nm. Larutan blanko akuades. 1
2
3
Kons. Par. (M) Par. I
Par. II
Mn(VII)-Cr(VI)
5
6
Mn(VII)-V(V)
7
8
Mn(VII)-Ce(IV)
9
10
Cr(VI)-V(V)
11
12
Cr(VI)-Ce(IV)
13
14
V(V)-Ce(IV)
7*
13
7
19
7
11
13
19
11
13
11
19
-6
1,2x10
1,091
0,816
1,264
1,023
1,023
0,983
0,221
0,139
0,397
0,325
0,688
0,405
3x10-6
8x10-6
1,070
0,791
1,290
1,028
1,117
1,080
0,217
0,100
0,289
0,221
0,706
0,318
-6
-6
1,132
1,095
1,271
1,043
1,135
1,100
0,189
0,101
0,180
0,138
0,706
0,434
3x10-6
0,955
0,922
1,227
0,997
1,472
1,449
0,170
0,110
0,383
0,352
0,613
0,441
3x10
8x10
3x10
1,2x10-5
-5
4
Berdasarkan Tabel 5, persamaan kurva kalibrasi pada sistem simultan dua parameter ditentukan dengan metode regresi linier ganda. Persamaan kurva kalibrasi tersebut ditampilkan pada Tabel 6.
44
Tabel 6. Persamaan Kurva Kalibrasi pada Sistem Simultan Dua Parameter yang Diselesaikan dengan Metode Regresi Linier Ganda. 1
2 Mn(VII) (7 menit)
3 Ce(IV) (11 menit)
4 Cr(VI) (13 menit) -3
-
Mn(VII) Ce(IV) Cr(VI) V(V)
5 V(V) (19 menit)
-3
Y=0,758+0,0507[Mn]+9,996x10 [Ce] Y=1,141 – 6,158x10 [Mn] – 0,030[Cr] Y=1,315–7,125x10-3[Mn]–5,625x10 -3[V]
Kreg = 4,781%
Kreg = 6,495%
Kreg = 0,586% Y = 0,247+ 0,016 (V)–7,486x10-3 [Ce]
Kreg = 4,594%
-
Y= –0,2025 + 0,035[Cr] + 0,036[Ce]
Y = 1,316 – 0,024 [Mn] – 0,015[Cr]
Y= –0,1928+0,0357[Cr]+0,042[Ce]
Y = 0,803 + 0,049[Mn]+0,01[Ce]
Kreg = 0%
Kreg = 2,475%
Kreg = 5,365%
-
Y=1,315–6,08x10-3[Mn]–2,786x10 -3[V]
Y = 0,899 – 0,017 (V) – 0,017 [Ce]
Y=0,224–4,702x10-3[Cr]+9,505x10 -4[V]
Kreg = 6,395%
Kreg = 2,923%
Kreg = 0% * Kreg adalah kesalahan regresi.
Kreg = 2,88% Y=0,035–4,794x10-3[Cr]+7,208x10-3[V]
Kreg = 4,988%
-
Persamaan pada Tabel 6 digunakan untuk penentuan konsentrasi parameter uji pada sistem simultan dua parameter. B. Pembahasan Sub–bab ini akan membahas besaran konsentrasi, besaran penyimpangan konsentrasi terhitung dengan konsentrasi sebenarnya, perbedaan dengan penelitian terkait, dan perbedaan antara hasil penentuan konsentrasi parameter menggunakan metode satu panjang gelombang dengan metode dua panjang gelombang. 1. Analisis Penentuan Konsentrasi Sistem Parameter Tunggal Penentuan konsentrasi Mn(VII), Ce(IV), Cr(VI)), dan V(V) pada sistem parameter tunggal menggunakan persamaan kurva kalibrasi Tabel 4. Hasil perhitungan konsentrasi parameter uji dan besaran kesalahan relatif ditunjukkan pada Tabel 7.
45
Tabel 7. Konsentrasi Terhitung Parameter Uji dan Kesalahan Relatif pada Sistem Parameter Tunggal. [Pgr] = 8x10 -5 M; pH 4; T = 25 oC; λ=492,2 nm. Larutan Blanko Akuades. 1
2
3
Samp.
[X]sebenarnya (M)
Abs.
4,00 x 10-6 8,00 x 10-6 1,00 x 10-5 1,40 x10 -5 1,60 x 10-5
Mn(VII) 1 2 3 4 5 Cr(VI) 1 2 3 4 5 V(V) 1 2 3 4 5 Ce(IV) 1 2 3 4 5
4 [X]hitung (M)
5 Kr (%)
1,090 1,054 1,046 1,004 0,994
4,22 x 10 -6 8,57 x 10 -6 9,44 x 10 -6 1,44 x 10 -5 1,56 x 10 -5
5,493 7,119 5,628 2,901 2,518
4,00 x 10-6 8,00 x 10-6 1,00 x 10-5 1,40 x 10-5 1,60 x 10-5
0,912 0,692 0,548 0,455 0,313
4,11 x 10 -6 8,26 x 10 -6 1,1 x 10-5 1,27 x 10 -5 1,54 x 10 -5
2,582 3,113 8,842 10,063 3,896
4,00 x 10-6 8,00 x 10-6 1,00 x 10-5 1,40 x 10-5 1,60 x 10-5
1,052 0,927 0,548 0,455 0,313
3,66 x 10 -6 7,74 x 10 -6 9,04 x 10 -6 1,39 x 10 -5 1,57 x 10 -5
8,593 3,289 9,56 0,926 1,984
4 x 10-6 8 x 10-6 1 x 10-5 1,4 x 10-5 1,6 x 10-5
1,098 1,047 1,014 0,984 0,953
4,03 x 10 -6 8,06 x 10 -6 1,07 x 10 -5 1,31 x 10 -5 1,55 x 10 -5
0,695 0,72 6,367 7,116 2,96
Berdasarkan Tabel 7 dapat dianalisis bahwa, konsentrasi parameter uji Mn(VII), Cr(VI), Ce(IV) dan V(V) dapat ditentukan secara terpisah (sistem parameter tunggal). 2. Analisis Penentuan Konsentrasi Sistem Dua Parameter Penentuan konsentrasi Mn(VII), Ce(IV), Cr(VI)), dan V(V) pada sistem simultan dua parameter menggunakan persamaan kurva kalibrasi tercantum pada
46
Tabel 6. Hasil perhitungan konsentrasi parameter uji dan besaran kesalahan relatif ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8.
Konsentrasi Terhitung Parameter Uji dan Kesalahan Relatif pada Sistem Simultan yang Diselesaikan dengan Metode Regresi Linier Ganda.
1 Sistem Pgr– Par. 1–Par. 2 Mn(VII)–Ce(IV)
Mn(VII)–Cr(VI)
Mn(VII)–V(V)
Ce(IV)–Cr(VI)
Ce(IV)–V(V)
Cr(VI)–V(V)
2 Parameter Mn(VII) Ce(IV) Mn(VII) Cr(VI) Mn(VII) V(V) Ce(IV) Cr(VI) Ce(IV) V(V) Cr(VI) V(V)
3 4 Konsentrasi Parameter (M) terhitung Sebenarnya 2,599 x 10-5 3 x 10-6 -5 8,9 x 10 3 x 10-6 1,592 x 10-6 3 x 10-6 -6 7,13 x 10 3 x 10-6 6,76 x 10-6 3 x 10-6 -5 2,19 x 10 3 x 10-6 9,30 x 10-7 3 x 10-6 -6 9,276 x 10 3 x 10-6 -5 2,69 x 10 3 x 10-6 2,1 x 10-5 3 x 10-6 -6 3,32 x 10 3 x 10-6 7,99 x 10-6 3 x 10-6
5 Kesalahan relatif (%) 766,27 2866,7 46,93 137,67 125,33 629,83 69 209,3 796,57 600 10,7 7,99
Berdasarkan Tabel 8, penentuan konsentrasi Mn(VII), Cr(VI), Ce(IV) dan V(V) tidak dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika; kecuali konsentrasi Cr(VI) dan V(V) pada sistem simultan Pgr–Cr(VI)–V(V). 3. Kajian Ulang dengan Penelitian Terkait Hasil yang dilakukan dengan metode yang serupa adalah dari penelitian Pandey dan Noor Laela. Kesamaan dari penelitian ini dan penelitian terkait yaitu, jenis parameter uji yang ditentukan konsentrasinya dan Pgr sebagai reduktornya. Jenis parameter yang digunakan adalah Mn(VII), Cr(VI) dan V(V). Perbedaan dengan penelitian terkait diperhatikan dari tiga aspek yaitu, aspek media penentuan (alat), aspek kondisi penentuan dan aspek karakter parameter uji. Media
penentuan
dibedakan
atas
jenis
alat
pengukur
absorbansi
yaitu,
spektrofotometer. Perbedaan kondisi penentuan meliputi, konsentrasi Pgr yang digunakan sebagai reduktor, suhu, pH, panjang gelombang maksimum Pgr.
47
Perbedaan media dan kondisi penentuan terpilih menyebabkan perbedaan karakter parameter uji seperti, waktu efektif parameter uji. Perbedaan media penentuan, kondisi penentuan dan karakter parameter uji disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Perbedaan Media Penentuan, Kondisi Penentuan dan Karakter Parameter Uji antara Penelitian Ini dan Penelitian Terkait. 1
2
No
Variabel pembeda
3 Penelitian ini
4
5
Penelitian Terkait*
Media penentuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis spektrofotometer Kondisi penentuan Konsentrasi Pgr Suhu pH Panjang gelombang Karakter Parameter uji Waktu efektif Mn(VII) Waktu efektif Cr(VII) Waktu efektif V(V)
UV–Vis double beam
UV–Vis single beam
UV–Vis single beam
8,0x10-5 M 25OC 4,0 492,2 nm
6,4x10-5 M 27OC 3,5 470 nm
9,6x10-5 M 27OC 4 470 nm
7 13 19
6 8 20
3 8 -
* Sumber : Noor Laela (2002)
Perbedaan yang tercantum pada Tabel 9 menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terkait. Berikut dibandingkan hasil penelitian pada sistem parameter tunggal dan sistem simultan dua parameter. a. Kajian ulang pada sistem parameter tunggal Kaji ulang hasil penelitian terkait pada sistem parameter tunggal dilakukan dengan pengamatan terhadap besaran kesalahan relatif. Besaran kesalahan relatif penelitian terkait dan penelitian ini dirangkum pada Tabel 10.
48
Tabel 10. Kesalahan Relatif Hasil Penelitian Ini dan Hasil Penelitian Terkait pada Sistem Parameter Tunggal. 1 Parameter
2 Hasil Penelitian Kr0 (%) 4,73 5,70 4,87
Mn(VII) Cr(VI) V(V)
3 Penelitian Terkait* Kr1 (%) 3,40 5,53 6,34
* Sumber : Noor Laela (2002)
Analisis kajian ulang pada sistem parameter tunggal dilakukan dengan pengamatan Tabel 10. Hasil analisis kajian ulang menyatakan bahwa, hasil penelitian ini memiliki kesalahan relatif lebih kecil pada penentuan V(V) daripada hasil penelitian terkait. Sedangkan pada penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI), hasil penelitian ini memiliki kesalahan relatif yang lebih besar daripada hasil penelitian terkait. Perbedaan analisis kajian ulang dianalisis sebagai akibat dari perbedaan kondisi penentuan dan media penentuan. b. Penentuan konsentrasi pada sistem simultan dua parameter Analisis kajian ulang penelitian terkait pada penentuan konsentrasi sistem simultan dua parameter ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 11. Kesalahan Relatif Hasil Penelitian Ini dan Hasil Penelitian Terkait pada Sistem Simultan Dua Parameter. 1 Sistem Pgr –Par.1–Par.2 Mn(VII)–Cr(VI) Mn(VII)–V(V) Cr(VI)–V(V)
2
3
4
5 (%) Penelitian terkait* pH 3,5 pH 4 1,8 5,5 3,8 30 164,67 – 106,67 – 176 – 110 –
Kr Parameter Mn(VII) Cr(VI) Mn(VII) V(V) Cr(VI) V(V)
* Sumber : Noor Laela (2002)
Penelitian ini pH 4 46,93 137,67 125,33 629,83 10,7 7,99
49
Berdasarkan Tabel 11 dapat diamati tiga hal. Pertama, analisis kajian ulang sistem simultan dua parameter pada sistem Mn(VII)–Cr(VI) memiliki kesalahan relatif lebih besar daripada hasil penelitian terkait. Kedua, analisis kajian ulang sistem simultan dua parameter pada sistem Cr(VI)–V(V) memiliki kesalahan relatif lebih kecil daripada hasil penelitian terkait. Ketiga, analisis kajian ulang sistem simultan dua parameter pada sistem Mn(VII)–V(V) memiliki kesalahan relatif lebih besar daripada hasil penelitian terkait pada penentuan konsentrasi V(V) dan sebaliknya pada penentuan konsentrasi Mn(VII). Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal yakni, media penentuan, kondisi penentuan dan metode perhitungan. Metode perhitungan penelitian terkait menggunakan persamaan kurva kalibrasi pada sistem parameter tunggal yang ditransformasi menjadi persamaan kurva kalibrasi sistem dua parameter. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode regresi linier ganda. Penyebab kegagalan lainnya adalah, jenis Pgr yang berbeda dengan Pgr yang digunakan pada penelitian terkait. Perbedaan pabrik dan jenis Pgr dapat menyebabkan perbedaan hasil juga. 4. Analisis Penentuan Konsentrasi dengan Metode Perbandingan Absorbansi Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum terlihat bahwa pada spektrum Pgr terdapat dua puncak. Dua panjang gelombang tersebut adalah, panjang gelombang 492,2 nm dan 425 nm. Metode perbandingan absorbansi atau metode dua panjang gelombang dilakukan melalui analisis perbandingan absorbansi dua puncak, pada panjang gelombang 425 nm dan 492,2 nm. Langkah pertama untuk penentuan konsentrasi parameter uji dengan cara ini adalah dengan menentukan absorbansi atau spektrum dari Pgr awal yang murni, untuk itu absorbansi Pgr awal murni diperoleh dari hasil bagi antara, intersep dengan harga k Pgr awal yang belum murni. Adapun absorbansi intersep ini diperoleh melalui persamaan: A terbaca = A pgrsisa + A pgrteroksidasi
50
A terbaca = k 1 (C o − C oks ) + k 2 (C oks ) Aterbaca = k1C o − k1C ox + k 2 C ox Aterbaca = k1C o − (k1 − k 2 )C ox Dari persamaan diatas apabila dibuat persamaan liniernya menjadi: y = y o − (k 1 − k 2 )x Keterangan : y = absorbansi terbaca pada setiap panjang gelombang x = konsentrasi Pgr teroksidasi yang besarnya sebanding dengan konsentrasi parameter yang ditambahkan. Berdasarkan persamaan linier tersebut diperoleh harga intersep pada tiap-tiap panjang gelombang. Konsentrasi Pgr murni diperoleh dari hasil bagi antara intersep pada 492,2 nm dengan harga k dari Pgr awal yang dianggap belum murni. Hasil kali konsentrasi tersebut dengan harga k awal yang dianggap belum murni, maka absorbansi Pgr murni diperoleh. Berikut ini disajikan spektrum Pgr murni, Gambar 6.
Spektrum Pgr Teoritis Murni 1,0
Absorbansi
0,8 492 nm
0,6 0,4 0,2 340
390
440
490
540
590
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 6. Spektrum Pgr Teoritis Murni. Berikut ini merupakan penentuan konsentrasi Mn(VII) dan konsentrasi Cr(VI) dengan metode dua panjang gelombang pengukuran.
51
a.
Penentuan konsentrasi Mn(VII) dengan metode dua panjang gelombang. Hasil pengamatan spektrum Pgr teroksidasi Mn(VII), untuk penentuan kurva
kalibrasi dengan metode dua panjang gelombang ditunjukkan pada Tabel Lampiran 5. Hasil dalam bentuk kurva disajikan pada Gambar 7. S PEKTRUM PGR TEROKS IDAS I Mn(VII) 1.1 pgr awal
1 0.9
8.00E-06
Absorbansi
0.8 0.7
1.00E-05
0.6 1.20E-05
0.5 0.4
1.40E-05
0.3 0.2 0.1 340
1.60E-05 390
440
490
540
590
Panjang Ge l ombang (nm)
Gambar 7.
Spektrum Pgr Setelah Penambahan Variasi Konsentrasi Mn(VII). Untuk Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi Sistem Pgr– Mn(VII) dengan Metode Dua Panjang Gelombang.
Berdasarkan Gambar 7 diperoleh nilai perbandingan absorbansi pada panjang gelombang 492,2 nm terhadap absorbansi pada panjang gelombang 425 nm, seperti pada Tabel 12. Tabel 12. Data Pengamatan Perbandingan Absorbansi Pgr Teroksidasi Mn(VII). [Pgr] = 8 x 10-5 M; pH = 4; T = 25 oC; tefektif = 7 menit; λ = 425 nm dan 492,2 nm. Larutan Blanko Akuades. 1 Konsentrasi Mn(VII) (M) 0 8 x 10-6 1 x 10-5 1,2 x 10-5 1,4 x 10-5 1,6 x 10-5
2
3
A425 nm
A492,2 nm
0,8184 0,8175 0,7920 0,8205 0,8209 0,8306
0,991515 0,817267 0,751567 0,703767 0,686767 0,651967
4 A 492,2 nm A 425 nm
1,2115 0,9998 0,9490 0,8577 0,8366 0,7850
52
Hasil analisis regresi linier Tabel 12 ditampilkan dalam bentuk grafik, seperti pada Gambar 8.
Perbandingan Absorbansi
1,3 y = -27142x + 1,2114 R2 = 0,9917
1,1
0,9
0,7 0,0E+00
Gambar 8.
5,0E-06 1,0E-05 1,5E-05 Konsentrasi Mn(VII)
2,0E-05
Grafik Hubungan Absorbansi Versus Konsentrasi Mn(VII) pada Sistem Pgr–Mn(VII). [Pgr]= 8,0x10-5 M; T= 25 oC; λ= 492,2 nm; pH 4. Larutan Blanko Akuades.
Berdasarkan Gambar 8 diperoleh persamaan kurva kalibrasi, At 7,Mn(VII) = 1.2126 − 27225C
........................................................................(31) Mn (VII)
Persamaan 31 digunakan untuk penentuan konsentrasi Mn(VII) pada sistem parameter tunggal dan metode dua panjang gelombang. Hasil pengamatan spektrum sampel tersebut disajikan pada Gambar 9. Absorbansi pgr teroksidasi untuk Akurasi Data
0.9000 0.8000
sampel 1
0.7000 Absorbansi
0.6000
sampel 2
0.5000 0.4000 sampel 3
0.3000 0.2000
sampel 4
0.1000 0.0000 340
390
440
490
540
590
Panjang ge lombang (nm)
Gambar 9.
Spektrum Sampel Pgr–Mn(VII), Penentuan Konsentrasi Mn(VII) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang.
53
Berdasarkan Gambar 9, data absorbansi pada panjang gelombang 425 nm dan 492,2 nm diperoleh untuk tiap–tiap sampel. Data tersebut dan hasil perbandingan absorbansi dua panjang gelombang ditampilkan dalam bentuk tabel, seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Data Absorbansi Sampel Pgr–Mn(VII), Penentuan Konsentrasi Mn(VII) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang. 1 Sampe l
2
3
4 A 492,2 nm
A492,2 nm
A425 nm
1
0,8226
0,8225
1,004
2
0,8279
0,7726
0,933
3
0,8208
0,7215
0,879
4
0,8397
0,6583
0,784
A 425 nm
Konsentrasi Mn(VII) dihitung dengan subtitusi data pengamatan pada Tabel 13 (kolom 4) ke dalam Persamaan 31. Konsentrasi Mn(VII) tiap–tiap sampel telah diketahui, sehingga kesalahan relatif tiap–tiap sampel diperoleh. Kesalahan relatif tiap–tiap sampel dalam penentuan konsentrasi Mn(VII) menggunakan metode dua panjang gelombang, tercantum seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Kesalahan Relatif dalam Penentuan Konsentrasi Mn(VII) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang. [Pgr]= 8x10-5 M; pH 4; T= 25oC; Larutan Blanko Akuades. 1
2
3
4
Sampel
Konsentrasi terhitung (M)
Konsentrasi sebenarnya (M)
Kesalahan relatif (%)
1 2 3 4
8 x 10-6 1 x 10-5 1,32 x 10-5 1,58 x 10-5
9 x 10-6 1,1 x 10-5 1,3 x 10-5 1,5 x 10-5
13,134 6,731 0,267 4,716
54
Tabel 14 menunjukkan bahwa, penentuan konsentrasi Mn(VII) dengan metode dua panjang gelombang dapat dilakukan pada range konsentrasi Mn(VII) 1,1x10 -6– 1,5x10-6, dan pada penentuan konsentrasi lebih kecil dari 1,1x10-6 M tidak dapat dilakukan. b.
Penentuan konsentrasi Cr(VI) dengan metode dua panjang gelombang. Hasil pengamatan spektrum Pgr setelah penambahan variasi konsentrasi Cr(VI),
untuk penentuan kurva kalibrasi dengan metode dua panjang gelombang ditunjukkan pada Tabel Lampiran 6. Hasil dalam bentuk kurva disajikan pada Gambar 10.
Absorbansi
Absorbansi Pgr Teroksidasi Cr(VI) 1.0000 0.9000 0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 340
8E-6 M 1.00E-05 1.20E-05 1.4E-5 M 1.6E-5 M
390
440
490
540
590
Panjang gelombang (nm)
Gambar 10. Spektrum Pgr Teroksidasi Setelah Penambahan Variasi Konsentrasi Cr(VI). Untuk Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi Sistem Pgr–Cr(VI) dengan Metode Dua Panjang Gelombang. Berdasarkan Gambar 10 diperoleh nilai perbandingan absorbansi pada panjang gelombang 492,2 nm terhadap absorbansi pada panjang gelombang 425 nm, seperti pada Tabel 15.
55
Tabel 15. Data Pengamatan Perbandingan Absorbansi Pgr teroksidasi Cr(VI). [Pgr]=8x10-5 M; pH 4; T = 25 oC; tefektif = 13 menit; λ = 425 nm dan 492,2 nm. Larutan Blanko Akuades. 1 Konsentrasi Cr(VI) (M) 0M 8 x 10-6 M 1 x 10-5 M 1,2 x 10-5 M 1,4 x 10-5 M 1,6 x 10-5 M
2
3
A425 nm
A492,2 nm
0,8184 0,8275 0,8376 0,8599 0,8402 0,7916
0,9915 0,9121 0,9204 0,9431 0,9204 0,8569
4 A 492,2 nm A 425 nm
1,2115 1,1022 1,0988 1,0968 1,0954 1,0825
Hasil analisis regresi linier Tabel 15 ditampilkan dalam bentuk grafik, seperti pada Gambar 11.
Absorbansi Pgr teroksidasi Vs Konse ntrasi Cr(VI) Pada T=13 me nit 1.2100 y = -7811.7x + 1.1926 R2 = 0.8477
Absorbansi
1.1900 1.1700 1.1500 1.1300 1.1100 1.0900 1.0700 1.0500 0.0E+00
5.0E-06 1.0E-05 Panjang gelombang
1.5E-05
Gambar 11. Grafik Hubungan Absorbansi Versus Konsentrasi Cr(VI) pada Sistem Pgr–Cr(VI). [Pgr]= 8,0x10-5 M; T= 25 oC; pH 4. Larutan Blanko Akuades. Berdasarkan Gambar 11 diperoleh persamaan kurva kalibrasi, At 13,Cr(VI) = 1.1926 − 7811.7 C Cr(VI) ..........................................................................(32)
56
Persamaan 32 digunakan untuk penentuan konsentrasi Mn(VII) pada sistem parameter tunggal dan metode dua panjang gelombang. Hasil pengamatan spektrum sampel tersebut disajikan pada Gambar 12. Spektrum Pgr te roksidasi Cr(VI) Untuk Akurasi Data 1.2000 Sampel 1
Absorbansi
1.0000 0.8000
Sampel 2
0.6000 Sampel 3
0.4000 0.2000 0.0000 340
Sampel 4
390
440 490 540 Panjang ge lombang
590
Gambar 12. Spektrum Sampel Pgr–Cr(VI), Penentuan Konsentrasi Cr(VI) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang. Berdasarkan Gambar 12, dua data absorbansi pada panjang gelombang 425 nm dan 492,2 nm diperoleh untuk tiap–tiap sampel. Dua data tersebut dan hasil perbandingan absorbansi dua panjang gelombang ditampilkan dalam bentuk tabel, seperti pada Tabel 16. Tabel 16. Data Absorbansi Sampel Pgr–Cr(VI), Penentuan Konsentrasi Cr(VI) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang. 1
2
3
Sampel
A492,2 nm
A425 nm
1 2 3 4
0,8263 0,8484 0,8167 0,8755
0,9121 0,9336 0,8856 0,9633
4 A 492,2 nm A 425 nm
1,1038 1,1005 1,0844 1,1003
57
Konsentrasi Cr(VI) dihitung dengan subtitusi data pengamatan pada Tabel 16 kolom 4 ke dalam Persamaan 32. Konsentrasi Cr(VI) tiap–tiap sampel telah diketahui, sehingga kesalahan relatif tiap–tiap sampel diperoleh. Kesalahan relatif tiap–tiap sampel dalam penentuan konsentrasi Cr(VI) menggunakan metode dua panjang gelombang, tercantum seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Kesalahan Relatif dalam Penentuan Konsentrasi Cr(VI) Menggunakan Metode Dua Panjang Gelombang. [Pgr]= 8x10-5 M; pH 4; T= 25oC; Larutan Blanko Akuades. 1
1
2 Konsentrasi terhitung (M) 1,2 x 10-5
3 Konsentrasi sebenarnya (M) 9 x 10-6
4 Kesalahan relatif (%) 33,36
2
1,24 x 10-5
1,1 x 10-5
13,03
3
1,45 x 10
-5
1,3 x 10
-5
11,43
1,25 x 10
-5
1,5 x 10
-5
16,95
Sampel
4
Tabel 17 menunjukkan bahwa, penentuan konsentrasi Cr(VI) dengan metode dua panjang gelombang memiliki kesalahan relatif 11,43% – 33,36%. Berdasarkan batas toleransi kesalahan relatif sebesar 10%, maka metode tersebut tidak dapat dilakukan untuk penentuan konsentrasi Cr(VI) pada sistem parameter tunggal. c. Analisis Kesalahan Relatif Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) dengan Metode Satu Panjang Gelombang dan Metode Dua Panjang Gelombang. Apabila dibandingkan kesalahan relatif pada hasil penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI), dengan metode satu panjang gelombang dan metode dua panjang gelombang, maka dapat dilihat perbedaannya, seperti pada Tabel 18. Tabel 18 merupakan tabel perbandingan kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) secara sistem parameter tunggal.
58
Tabel 18. Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI), dengan Metode Satu Panjang Gelombang dan Dua Panjang Gelombang. 1 Sampel 1
2
3 4 5 Kesalahan relatif (%) metode satu panjang gelombang metode dua panjang gelombang Mn(VII) Cr(VI) Mn(VII) Cr(VI) 6,77 2,81 13,134 33,36
2
6,63
3,21
6,731
13,03
3
5,23
9,70
0,267
11,43
4
3,18
9,13
4,716
16,95
Perbandingan pada Tabel 18 menyatakan bahwa, penentuan konsentrasi menggunakan metode analisis absorbansi pada panjang gelombang 492,2 nm (satu puncak) lebih baik daripada metode perbandingan absorbansi dua puncak (panjang gelombang 492,2 nm dan 425 nm), karena metode satu puncak memiliki nilai dan kisarannya kesalahan relatif yang lebih kecil. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan jumlah faktor kesalahan dan kestabilan puncak. Semakin banyak faktor kestabilan maka semakin rentan hasil yang diperoleh untuk memiliki kesalahan relatif yang besar. Jadi, dapat dimengerti bilamana penentuan konsentrasi menggunakan metode perbandingan absorbansi dua puncak (faktor kestabilan adalah dua) lebih tidak baik daripada metode analisis absorbansi pada panjang gelombang 492,2 nm (faktor kestabilan adalah satu).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Dengan cara kerja yang sama dengan penelitian Noor Laela, maka konsentrasi Mn(VII), Cr(VI) dan V(V) dapat ditentukan pada sistem parameter tunggal dan sebaliknya pada sistem simultan dua parameter, kecuali pada sistem simutan Pgr– Cr(VI)–V(V). 2. Kesalahan relatif rata-rata pada penentuan konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI), sebesar 5,3% dan 6,2%. Penentuan dengan metode perbandingan absorbansi memiliki kesalahan relatif rata–rata untuk Mn(VII) dan Cr(VI), sebesar 8,2% dan 9,1%. Jadi, dengan memperhitungkan serapan Pgr teroksidasi menghasilkan kesalahan relatif rata–rata yang tidak lebih baik daripada tidak memperhitungkan serapan Pgr teroksidasi. 3. Konsentrasi Ce(IV) dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri tak langsung berbasis kinetika secara terpisah, tetapi tidak dapat ditentukan secara simultan dua parameter. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik disarankan : 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa Pgr dalam kegunaannya sebagai agen pereduksi. 2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang penggunaan reduktor lain untuk penentuan simultan Mn(VII), Cr(VI), V(V) dan Ce(IV). 3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk batasan konsentrasi parameter uji agar dapat ditentukan konsentrasinya dengan metode perbandingan absorbansi melalui reaksi
59
60
oksidasi reduksinya dengan pgr menggunakan metode spektrofotometri berbasis kinetika.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M.N. 1989. Spektroskopi. IPB. Bogor. Blaedel, W.J. and V.W. Meloche. 1963. Elementary Quantitative Analysis : Theory and Practice. 2nd edition. New York. Harper & Row Publishers. Christian, G.D. 1980. Analytical Chemistry. 3rd edition. New York. John Willey & Sons. Day, R.A., and Underwood, A.L., 1992. Analisis Kimia Kuantitatif, Terjemahan Edisi kelima, Penerbit Erlangga. Greenwood, N.N. and A. Earshaw. 1984. Chemistry of The Elements. England. Pergamon Press, oxford. Hutchinson, Eric. 1964. Chemistry, The elements and Their Reactions. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Kirk–Othmer. 1967. Encyclopedia of Chemical Technology. 2nd edition. John Wiley & Sons. New York. Mahan, B.M. and Myers, R.J. 1987. University Chemistry. 4th edition. The Benjamin. California. Nurlaila, R. 2002. Metode Spektrofotometri Tak Langsung Berbasis Kinetika Untuk Penentuan ion Mn(VII), Cr(VI) dan V(V) Menggunakan Reduktor Pgr. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pandey, S. 1998. ‘Kinetics-Based Indirect Spectrophotometric Method for Simultaneous Determination of MnO4- and Cr2O72- ‘. Journal of Chemical Education, Vol. 75. 450-452. Patiha. 2000. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Bernuansa Kinetik dalam Pengembangan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Fisika IV pada Jurusan Kimia Semester V Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tahun Akademik 1999-2000. Laporan Hibah Pengembangan Proses Pembelajaran (Teaching Grand). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
61
62
Saptorahardjo, A. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jilid 1. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Terjemahan : Basic Concepts of Analytical Chemistry. Khopkar, S.M. 1985. Wiley Eastern Limited. Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jilid 2. PT kalman Media Pustaka. Jakarta. Terjemahan : Text Book of Macro and Semimakro Qualitative Inorganik Analysis. Vogel. 1979. Longman Group Limited. London. Skoog, D.A. 1996. Analytical Chemistry, an Introduction. Saunders College Publishing, Philadelphia. Sugino, 2003. Metode Spektrofotometri Tak Langsung Berbasis Kinetika Untuk Penentuan ion Cr(VI) dan Mn(VII) Menggunakan Iodida Sebagai Reduktor. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sumar Hendayana. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press. Semarang. Suminar Achmadi. 1987. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jilid 3. Erlangga. Jakarta. Terjemahan : General Chemistry Principles and Modern. Petrucci, R.H. 1985. Collier Macmillan. California. _____________. 1989. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Jilid 2. ________ Vogel, A.I. 1985. A Text Book of Quantitative Inorganic Analysis. Longman Group, London. ________. 1989. Vogel’s Text Book of Quantitative Chemical Analysis. 5th edition. _____________
63
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Mn(VII) pada Sistem Parameter Tunggal.
Persamaan yang digunakan adalah, y = 1,1261 – 8452.4 C Mn(VII) CMn(VII)
= Konsentrasi parameter Mn(VII)
CS, Mn(VII) = Konsentrasi sebenarnya parameter Mn(VII) CT, Mn(VII) = Konsentrasi terhitung parameter Mn(VII) Kesalahan Relatif (Kr) =
No.
CS, Mn(VII) (M)
1 2 3 4 5
4 x 10-6 8 x 10-6 1 x 10-5 1,4 x 10-5 1,6 x 10-5
CT, Mn(VII) − CS, Mn(VII) CS, Mn(VII)
x 100%
Absorbansi 7 Menit 1,0904 1,0537 1,0463 1,0043 0,9943
Untuk Larutan 1 y = 1,1261– 8452,4 CMn(VII) 1,094 = 1,1261– 8452,4 CMn(VII) CT, Mn(VII) = 4,22 x 10-6 CS, Mn(VII) = 4 x 10-6 M. Kesalahan Relatif =
4,22 x 10-6 − 4 x 10-6 x 100% 4 x 10- 6
Kr = 5,493%
CT, Mn(VII) (M) 4,22 x 10 -6 8,57 x 10 -6 9,437 x 10-6 1,441 x 10-5 1,56 x 10 -5
Kr (%) 5,493 7,119 5,628 2,901 2,518
64
Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Cr(VI) pada Sistem Parameter Tunggal.
Persamaan yang digunakan adalah y = 1,1303 – 5308,3 C Cr(VI) CCr(VI)
= Konsentrasi parameter Cr(VI)
CS, Cr(VI) = Konsentrasi sebenarnya parameter Cr(VI) CT, Cr(VI) = Konsentrasi terhitung parameter Cr(VI) Kesalahan Relatif (Kr) =
No
CS, Cr(VI) (M)
1 2 3 4 5
4 x 10-6 8 x 10-6 1 x 10-5 1,4 x 10-5 1,6 x 10-5
CT, Cr(VI) − CS, Cr(VI) CS, Cr(VI) Absorbansi 13 Menit 0,9123 0,6920 0,5480 0,4550 0,3130
x 100%
CT, Cr(VI) (M) 4 x 10-6
Kesalahan Reatif (Kr) 2,582%
8,57 x 10-6 9,437 x 10-6 1,441 x 10-5 1,56 x 10-5
3,11% 8,84% 10,06% 3,90%
Untuk Larutan 1 y = 1,1303 – 5308,3 CCr(VI) 0,9123 = 1,1303 – 5308,3 C Cr(VI) CT, Cr(VI) = 4,106 x 10-6 M. CS, Cr(VI) = 4 x 10-6 M. Kesalahan Relatif =
4,106 x 10-6 − 4 x 10-6 x 100% 4 x 10- 6
Kr = 2,582%
65
Lampiran 3. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif V(V) pada Sistem Parameter Tunggal.
Persamaan yang digunakan adalah y = 1,165-27761,905 C V(V) CV(V)
= Konsentrasi parameter V(V)
CS, V(V) = Konsentrasi sebenarnya parameter V(V) CT, V(V) = Konsentrasi terhitung parameter V(V) Kesalahan Relatif (Kr) =
No
CS, V(V) (M)
1 2 3 4 5
4 x 10-6 8 x 10-6 1 x 10-5 1,4 x 10-5 1,6 x 10-5
CT, V(V) − CS, V(V) CS, V(V) Absorbansi 19 Menit 1,0520 0,9267 0,5480 0,4550 0,3130
x 100% CT, V(V) (M) 4 x 10-6
Kr (%) 8,593
7,737 x 10-6 9,044 x 10-6 1,387 x 10-5 1,568 x 10-5
3,289 9,560 0,926 1,984
Untuk Larutan 1 y = 1,165-27761,905 CV(V) 1,0520 = 1,165-27761,905 CV(V) CT, V(V) = 3,656 x 10-6 CS, V(V) = 4 x 10-6 M. Kesalahan Relatif =
3,656 x 10-6 − 4 x 10-6 x 100% 4 x 10- 6
Kr = 8,593%
66
Lampiran 4. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Ce(IV) pada Sistem Parameter Tunggal.
Persamaan yang digunakan adalah y = 1,1483-12571CCe(IV) CCe(IV)
= Konsentrasi parameter Ce(IV)
CS, Ce(IV) = Konsentrasi sebenarnya parameter Ce(IV) CT, Ce(IV) = Konsentrasi terhitung parameter Ce(IV) Kesalahan Relatif (Kr) =
CT, Ce(IV) − CS, Ce(IV) CS, Ce(IV)
x 100%
No
CS, Ce(IV) (M)
Absorbansi 11 Menit
CS, Ce(IV) (M)
1 2 3 4 5
4,00E-06 8,00E-06 1,00E-05 1,40E-05 1,60E-05
1,0977 1,0470 1,0140 0,9840 0,9530
4,028 x 10-6
y = 1,1483-12571CCe(IV) 1,0977 = 1,1483-12571CCe(IV) CT, Ce(IV) = 4,028 x 10-6 CS, Ce(IV) = 4x10-6 M. 4,028 x 10-6 − 4 x 10-6 x 100% 4 x 10- 6
Kr = 5,995%
-6
8,058 x 10 1,068 x 10-5 1,307 x 10-5 1,554 x 10-5
Untuk Larutan 1
Kesalahan Relatif =
Kr (%) 0,695 0,72 6,367 7,116 2,96
67
Lampiran 5. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Mn(VII)– Cr(VI), untuk menit ke–7 dan menit ke–13.
Pada menit ke–7. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 7 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CMn (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 1,091 1,070 1,132 0,955 4,248
CCr (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
3,273 3,210 9,056 11,460 26,999
13,092 8,560 3,396 2,865 27,913
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 26,999
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 27,913
Σ (X22) = 226
ΣY = 4,248
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 4,248
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ............................................................(7.1)
26,999
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ............................................................(7.2)
27,913
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ............................................................(7.3)
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 1,316
b1 = – 0,024
b2 = – 0,015
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Mn(VII)–Cr(VI) pada menit ke 7 adalah, Y = 1,316 – 0,024 CMn – 0,015 CCr ............................................................(7.4)
68
Pada menit ke–13. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 13 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CMn (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,816 0,791 1,095 0,922 3,624
CCr (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
2,448 2,373 8,760 11,064 24,645
9,792 6,328 3,285 2,766 22,171
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 24,645
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 22,171
Σ (X22) = 226
ΣY = 3,624
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu: 3,624
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ............................................................ 5b.1
24,645
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ............................................................ 5b.2
22,171
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ............................................................ 5b.3
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 1,141
b1 = –6,158x10–3
b2 = – 0,030
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Mn(VII)–Cr(VI) pada menit ke 13 adalah, Y = 1,141 – 6,158x10–3 CMn – 0,030 CCr ....................................................... 5b.4 Penentuan Kesalahan Relatif Persamaan Kurva Kalibrasi Pada Sampel 1. Diketahui : Konsentrasi Mn(VII) Sebenarnya (CS,Mn(VII))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Mn(VII) untuk Perhitungan (C P,Mn(VII)) = 3 M. Konsentrasi Cr(VI) Sebenarnya (CS, Cr(VI))
= 1,2x10–5 M.
Konsentrasi Cr(VI) untuk Perhitungan (CP,Cr(VI))
= 12 M.
69
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–7 (Y S,7)
= 1,091
Absorbansi sebenarnya pada menit ke–13 (YS,13)
= 0,816
Jadi, Absorbansi terhitung pada menit ke–7 (YT, 7)
=
1,064
Absorbansi terhitung pada menit ke–13 (YT, 13 )
=
0,763
Kesalahan Relatif (Kr) =
YT, t − YS, t YS, t
x 100%
dan, Kesalahan Relatif pada menit ke 7
=
1,064 − 1,091 x 100% 1,091
KrMn(VII)–Cr(VI),7 = 2,475% Kesalahan Relatif pada menit ke 13 =
0,763 − 0,816 x 100% 0,816
KrMn(VII)–Cr(VI),13 = 6,495%
70
Lampiran 6. Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Mn(VII)–Cr(VI).
Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI). Pada sampel simulatif diketahui bahwa, Konsentrasi Mn(VII) sebenarnya (CS,Mn(VII))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Mn(VII) untuk perhitungan (CP,Mn(VII)) = 3 M. Konsentrasi Cr(VI) Sebenarnya (CS, Cr(VI))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Cr(VI) untuk Perhitungan (CP,Cr(VI))
= 3 M.
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–7 (Y S,7)
= 1,171
Absorbansi sebenarnya pada menit ke–13 (YS,13)
= 0,916
Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–7 YT,7 = 1,316
– 0,024 CMn – 0,015 CCr
Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–13 YT,13 = 1,141 – 6,158x10–3 CMn – 0,030 CCr Subtitusi besaran absorbansi pada menit ke 7 dan menit ke 13, ke dalam persamaan kurva kalibrasi masing-masing waktu, menghasilkan persamaan: 1,171 = 1,316 – 0,024 CMn – 0,015 CCr 0,916 = 1,141 – 6,158x10–3 CMn – 0,030 CCr Eliminasi kedua persamaan menghasilkan besaran konsentrasi Mn(VII) dan Cr(VI) sebagai berikut: Konsentrasi Mn(VII) terhitung sesuai perhitungan (C TP,Mn(VII)) = 1,592 M. Konsentrasi Cr(VI) terhitung sesuai perhitungan (CTP, Cr(VI))
= 7,13 M.
Bila disesuaikan untuk mengetahui konsentrasi parameter terhitung maka, Konsentrasi Mn(VII) terhitung (C T,Mn(VII)) = 1,592x10 -6 M. Konsentrasi Cr(VI) terhitung (CT, Cr(VI))
= 7,13x10-6 M.
71
Penentuan Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Parameter Sistem Simultan Mn(VII)–Cr(VI). Kesalahan Relatif (Kr) =
C T, Parameter − C S, Parameter C S, Parameter
x 100%
KrMn(VII) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Mn(VII) KrCr(VI) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Cr(VI) Jadi, KrMn(VII) =
1,592 x 10 - 6 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
x 100%
KrMn(VII) = 46,93% dan, KrCr(VI) =
7,13 x 10 - 6 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
KrCr(VI) = 137,67%
x 100%
72
Lampiran 7. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Mn(VII)– V(V), untuk menit ke–7 dan menit ke–19.
Pada menit ke–7. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 7 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CMn (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 1,264 1,269 1,271 1,227 5,031
CV (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
3,792 3,807 10,168 14,724 32,491
15,168 10,152 3,813 3,681 32,814
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 32,491
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 32,814
Σ (X22) = 226
ΣY = 5,031
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 5,031
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ......................................................(7.1)
32,491
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ......................................................(7.2)
32,814
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ......................................................(7.3)
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 1,315
b1 = –6,088x10–3
b2 = –2,786x10–3
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Mn(VII)–V(V) pada menit ke 7 adalah, Y = 1,315 – 6,088x10–3 CMn – 2,786x10–3 CV ..................................... 7.4
73
Pada menit ke–19. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 19 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CMn (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 1,023 1,028 1,043 0,997 4,091
CV (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
3,069 3,084 8,344 11,964 26,461
12,276 8,224 3,129 2,991 26,620
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 26,461
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 26,620
Σ (X22) = 226
ΣY = 4,091
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu: 4,091
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ...................................................... 7b.1
26,461
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ...................................................... 7b.2
26,620
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ...................................................... 7b.3
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 1,1055
b1 = –7,125x10–3
b2 = – 5,625x10–3
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Mn(VII)–V(V) pada menit ke 19 adalah, Y = 1,1055 – 7,125x10–3 CMn – 5,625x10–3 CV ....................................... 7b.4 Penentuan Kesalahan Relatif Persamaan Kurva Kalibrasi Pada Sampel 1. Diketahui : Konsentrasi Mn(VII) Sebenarnya (CS,Mn(VII))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Mn(VII) untuk Perhitungan (C P,Mn(VII)) = 3 M. Konsentrasi V(V) Sebenarnya (CS, V(V))
= 1,2x10–5 M.
74
Konsentrasi V(V) untuk Perhitungan (CP,V(V))
= 12 M.
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–7 (Y S,7)
= 1,264
Absorbansi sebenarnya pada menit ke–19 (YS,19)
= 1,023
Jadi, Absorbansi terhitung pada menit ke–7 (YT, 7)
=
1,264
Absorbansi terhitung pada menit ke–19 (YT, 19 )
=
1,017
Kesalahan Relatif (Kr) =
YT, t − YS, t YS, t
x 100%
dan, Kesalahan Relatif pada menit ke 7
=
1,264 − 1,264 x 100% 1,264
KrMn(VII)–V(V),7 = 0,00% Kesalahan Relatif pada menit ke 19 =
1,017 − 1,023 x 100% 1,023
KrMn(VII)–V(V),19 = 0,586%
75
Lampiran 8. Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan V(V) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Mn(VII)–V(V).
Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan V(V). Pada sampel simulatif diketahui bahwa, Konsentrasi Mn(VII) sebenarnya (CS,Mn(VII))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Mn(VII) untuk perhitungan (CP,Mn(VII)) = 3 M. Konsentrasi V(V) Sebenarnya (CS, V(V))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi V(V) untuk Perhitungan (CP,V(V))
= 3 M.
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–7 (Y S,7)
= 1,335
Absorbansi sebenarnya pada menit ke–19 (YS,19)
= 1,111
Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–7 YT,7 = 1,315
– 6,088x10–3 CMn – 2,786x10–3 CV
Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–19 YT,19 = 1,1055 – 7,125x10–3 CMn – 5,625x10–3 CV Subtitusi besaran absorbansi pada menit ke 7 dan menit ke 19, ke dalam persamaan kurva kalibrasi masing-masing waktu, menghasilkan persamaan: 1,335 = 1,315 – 6,088x10–3 CMn – 2,786x10–3 CV 1,111 = 1,1055 – 7,125x10 –3 CMn – 5,625x10–3 CV Eliminasi kedua persamaan menghasilkan besaran konsentrasi Mn(VII) dan V(V) sebagai berikut: Konsentrasi Mn(VII) terhitung sesuai perhitungan (C TP,Mn(VII)) = 6,76 M. Konsentrasi V(V) terhitung sesuai perhitungan (C TP, V(V))
= 21,895 M.
Bila disesuaikan untuk mengetahui konsentrasi parameter terhitung maka, Konsentrasi Mn(VII) terhitung (C T,Mn(VII)) = 6,76x10-6 M. Konsentrasi V(V) terhitung (CT, V(V))
= 2,1895x10-5 M.
76
Penentuan Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Parameter Sistem Simultan Mn(VII)–V(V). Kesalahan Relatif (Kr) =
C T, Parameter − C S, Parameter C S, Parameter
x 100%
KrMn(VII) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Mn(VII) KrV(V)
= kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi V(V)
Jadi, KrMn(VII) =
6,76 x 10 - 6 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
x 100%
KrMn(VII) = 125,33% dan, 2,1895 x 10 - 5 − 3 x 10 - 6
KrV(V)
=
KrV(V)
= 629,83%
3 x 10 - 6
x 100%
77
Lampiran 9. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Mn(VII)– Ce(IV), untuk menit ke–7 dan menit ke–11.
Pada menit ke–7. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 7 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CMn (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 1,023 1,117 1,135 1,472 4,747
CCe (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
3,069 3,351 9,080 17,664 33,164
12,276 8,936 3,405 4,416 29,033
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 33,164
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 29,033
Σ (X22) = 226
ΣY = 4,747
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 4,747
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ......................................................(9.1)
33,164
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ......................................................(9.2)
29,033
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ......................................................(9.3)
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 0,803
b1 = 0,049
b2 = 0,01
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Mn(VII)–Ce(IV) pada menit ke 7 adalah, Y = 0,803 + 0,049 CMn + 0,01 CCe ..................................................... 9.4
78
Pada menit ke–11. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 11 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CMn (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,983 1,080 1,100 1,449 4,612
CCe (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
2,949 3,240 8,800 17,388 32,377
11,796 8,640 3,300 4,347 28,083
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 32,377
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 28,083
Σ (X22) = 226
ΣY = 4,612
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu: 4,612
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ...................................................... 9b.1
32,377
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ...................................................... 9b.2
28,083
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ...................................................... 9b.3
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 0,758
b1 = 0,057
b2 = 9,996x10–3
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Mn(VII)–Ce(IV) pada menit ke 11 adalah, Y = 0,758 + 0,057 CMn +9,996x10–3 CCe ......................................... 9b.4 Penentuan Kesalahan Relatif Persamaan Kurva Kalibrasi Pada Sampel 1. Diketahui : Konsentrasi Mn(VII) Sebenarnya (CS,Mn(VII))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Mn(VII) untuk Perhitungan (C P,Mn(VII)) = 3 M. Konsentrasi Ce(IV) Sebenarnya (CS, Ce(IV))
= 1,2x10–5 M.
Konsentrasi Ce(IV) untuk Perhitungan (C P,Ce(IV))
= 12 M.
79
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–7 (Y S,7)
= 1,023
Absorbansi sebenarnya pada menit ke–11 (YS,11)
= 0,983
Jadi, Absorbansi terhitung pada menit ke–7 (YT, 7)
=
1,070
Absorbansi terhitung pada menit ke–11 (YT, 11 )
=
1,030
Kesalahan Relatif (Kr) =
YT, t − YS, t YS, t
x 100%
dan, Kesalahan Relatif pada menit ke 7
=
1,070 − 1,023 x 100% 1,023
KrMn(VII)–Ce(IV),7 = 4,594% Kesalahan Relatif pada menit ke 11 =
1,030 − 0,983 x 100% 0,983
KrMn(VII)–Ce(IV),11 = 4,781%
80
Lampiran 10. Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Ce(IV) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Mn(VII)–Ce(IV).
Penentuan Konsentrasi Mn(VII) dan Ce(IV). Pada sampel simulatif diketahui bahwa, Konsentrasi Mn(VII) sebenarnya (CS,Mn(VII))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Mn(VII) untuk perhitungan (CP,Mn(VII)) = 3 M. Konsentrasi Ce(IV) Sebenarnya (CS, Ce(IV))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Ce(IV) untuk Perhitungan (C P,Ce(IV))
= 3 M.
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–7 (Y S,7)
= 1,186
Absorbansi sebenarnya pada menit ke–11 (YS,11)
= 1,151
Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–7 YT,7 =0,803 + 0,049 CMn + 0,01 CCe Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–11 YT,11 = 0,758 + 0,057 CMn + 9,996x10–3 CCe Subtitusi besaran absorbansi pada menit ke 7 dan menit ke 11, ke dalam persamaan kurva kalibrasi masing-masing waktu, menghasilkan persamaan: 1,186 = 0,803 + 0,049 CMn
+ 0,01 CCe
1,151 = 0,758 + 0,057 CMn +9,996x10–3 CCe Eliminasi kedua persamaan menghasilkan besaran konsentrasi Mn(VII) dan Ce(IV) sebagai berikut: Konsentrasi Mn(VII) terhitung sesuai perhitungan (C TP,Mn(VII)) = 25,998 M. Konsentrasi Ce(IV) terhitung sesuai perhitungan (CTP, Ce(IV))
= 89 M.
Bila disesuaikan untuk mengetahui konsentrasi parameter terhitung maka, Konsentrasi Mn(VII) terhitung (C T,Mn(VII)) = 2,5998x10-5 M. Konsentrasi Ce(IV) terhitung (CT, Ce(IV))
= 8,9x10-5 M.
81
Penentuan Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Parameter Sistem Simultan Mn(VII)–Ce(IV). Kesalahan Relatif (Kr) =
C T, Parameter − C S, Parameter C S, Parameter
x 100%
KrMn(VII) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Mn(VII) KrCe(IV) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Ce(IV) Jadi, KrMn(VII) =
2,5988 x 10 - 5 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
x 100%
KrMn(VII) = 766,27% dan, KrCe(IV) =
8,9 x 10 - 5 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
KrCe(IV) = 2866,7%
x 100%
82
Lampiran 11. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Cr(VI)– V(V), untuk menit ke–13 dan menit ke–19.
Pada menit ke–13. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 13 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CCr (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,221 0,217 0,189 0,17 0,797
CV (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
0,663 0,651 1,512 2,04 4,866
2,652 1,736 0,567 0,51 5,465
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 4,866
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 5,465
Σ (X22) = 226
ΣY = 0,797
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 0,797
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ....................................................(11.1)
4,866
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ....................................................(11.2)
5,465
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ....................................................(11.3)
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 0,224
b1 = –4,702x10–3
b2 =9,505x10-4
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Cr(VI)–V(V) pada menit ke 11 adalah, Y = 0,224 – 4,702x10–3 CCr + 9,505x10–4 CV ..................................... 11.4
83
Pada menit ke–19. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 19 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CCr (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,139 0,100 0,101 0,110 0,45
CV (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
0,417 0,300 0,808 1,320 2,845
1,668 0,800 0,303 0,330 3,101
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 2,845
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 3,101
Σ (X22) = 226
ΣY = 0,450
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 0,450
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 .................................................... 11b.1
2,845
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 .................................................... 11b.2
3,101
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 .................................................... 11b.3
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 0,035
b1 = 4,794x10–3
b2 = 7,208x10–3
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Cr(VI)–V(V) pada menit ke 13 adalah, Y = 0,035 + 4,794x10–3 CCr + 7,208x10–3 CV ................................... 11b.4
Penentuan Kesalahan Relatif Persamaan Kurva Kalibrasi Pada Sampel 1. Diketahui : Konsentrasi Cr(VI) Sebenarnya (CS,Cr(VI))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Cr(VI) untuk Perhitungan (CP,Cr(VI)) = 3 M. Konsentrasi V(V) Sebenarnya (CS, V(V))
= 1,2x10–5 M.
84
Konsentrasi V(V) untuk Perhitungan (CP,V(V))
= 12 M.
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–13 (YS,13) = 0,211 Absorbansi sebenarnya pada menit ke–19 (YS,19) = 0,139 Jadi, Absorbansi terhitung pada menit ke–13 (YT, 13 )
=
0,221
Absorbansi terhitung pada menit ke–19 (YT, 19 )
=
0,0135
Kesalahan Relatif (Kr) =
YT, t − YS, t YS, t
x 100%
dan, Kesalahan Relatif pada menit ke 13 =
0,221 − 0,221 x 100% 0,221
KrCr(VI)–V(V),13 = 0,00% Kesalahan Relatif pada menit ke 19 =
0,0135 − 0,139 x 100% 0,139
KrCr(VI)–V(V),19 = 2,88%
85
Lampiran 12. Penentuan Konsentrasi Cr(VI) dan V(V) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Cr(VI)–V(V).
Penentuan Konsentrasi Cr(VI) dan V(V). Pada sampel simulatif diketahui bahwa, Konsentrasi Cr(VI) sebenarnya (CS,Cr(VI))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Cr(VI) untuk perhitungan (CP,Cr(VI))
= 3 M.
Konsentrasi V(V) Sebenarnya (CS, V(V))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi V(V) untuk Perhitungan (CP,V(V))
= 3 M.
Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–13 (YS,13) = 0,216 Absorbansi sebenarnya pada menit ke–19 (YS,19) = 0,109 Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–13 YT,13 =0,224 – 4,702x10–3 CCr + 9,505x10–4 CV Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–19 YT,19 = 0,035 + 4,794x10–3 CCr + 7,208x10–3 CV Subtitusi besaran absorbansi pada menit ke 13 dan menit ke 19, ke dalam persamaan kurva kalibrasi masing-masing waktu, menghasilkan persamaan: 0,216 = –0,1928 + 0,0357 CCr + 0,042 CV 0,109 = –0,2025 + 0,035 C Cr + 0,036 CV Eliminasi kedua persamaan menghasilkan besaran konsentrasi Cr(VI) dan V(V) sebagai berikut: Konsentrasi Cr(VI) terhitung sesuai perhitungan (CTP,Cr(VI))
= 3,321 M.
Konsentrasi V(V) terhitung sesuai perhitungan (C TP, V(V))
= 7,99 M.
Bila disesuaikan untuk mengetahui konsentrasi parameter terhitung maka, Konsentrasi Cr(VI) terhitung (CT,Cr(VI)) = 3,321x10-6 M. Konsentrasi V(V) terhitung (CT, V(V))
= 7,99x10-6 M.
86
Penentuan Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Parameter Sistem Simultan Cr(VI)–V(V). Kesalahan Relatif (Kr) =
C T, Parameter − C S, Parameter C S, Parameter
x 100%
KrCr(VI) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Cr(VI) KrV(V)
= kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi V(V)
Jadi, KrCr(VI) =
3,321 x 10 - 6 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
x 100%
KrCr(VI) = 10,7% dan, 7,99 x 10 - 6 − 3 x 10 - 6
KrV(V)
=
KrV(V)
= 166,33%
3 x 10 - 6
x 100%
87
Lampiran 13. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan Cr(VI)– Ce(IV), untuk menit ke–11 dan menit ke–13.
Pada menit ke–11. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 11 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CCr (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,397 0,289 0,18 0,383 1,249
CCe (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
1,191 0,867 1,44 4,596 8,094
4,764 2,312 0,54 1,149 8,765
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 8,094
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 8,765
Σ (X22) = 226
ΣY = 1,249
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 1,249
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ....................................................(13.1)
8,094
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ....................................................(13.2)
8,765
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ....................................................(13.3)
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 0,1928
b1 = -0,0357
b2 =
-0,042
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Cr(VI)–Ce(IV) pada menit ke 11 adalah, Y = 0,1928 + 0,0357 CCr + 0,042 CCe ............................................. 13.4
88
Pada menit ke–13. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 13 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CCr (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,325 0,221 0,138 0,352 1,036
CCe (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
0,975 0,663 1,104 4,224 6,966
3,9 1,768 0,414 1,056 7,138
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 6,966
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 7,138
Σ (X22) = 226
ΣY = 1,036
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 1,036
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 .................................................... 13b.1
6,966
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 .................................................... 13b.2
7,138
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 .................................................... 13b.3
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = –0,2025
b1 = 0,035
b2 = 0,036
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan Cr(VI)–Ce(IV) pada menit ke 13 adalah, Y = –0.2025 + 0,035 CCr + 0,036 CCe ........................................... 13b.4
Penentuan Kesalahan Relatif Persamaan Kurva Kalibrasi Pada Sampel 1. Diketahui : Konsentrasi Cr(VI) Sebenarnya (CS,Cr(VI))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Cr(VI) untuk Perhitungan (CP,Cr(VI)) = 3 M. Konsentrasi Ce(IV) Sebenarnya (CS, Ce(IV))
= 1,2x10–5 M.
89
Konsentrasi Ce(IV) untuk Perhitungan (C P,Ce(IV)) = 12 M. Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–11 (YS,11) = 0,397 Absorbansi sebenarnya pada menit ke–13 (YS,13) = 0,325 Jadi, Absorbansi terhitung pada menit ke–11 (YT, 11 )
=
0,4183
Absorbansi terhitung pada menit ke–13 (YT, 13 )
=
0,3345
Kesalahan Relatif (Kr) =
YT, t − YS, t YS, t
x 100%
dan, Kesalahan Relatif pada menit ke 11 =
0,4183 − 0,397 x 100% 0,397
KrCr(VI)–Ce(IV),11 = 5,365% Kesalahan Relatif pada menit ke 13 =
0,3345 − 0,325 x 100% 0,325
KrCr(VI)–Ce(IV),13 = 2,923%
90
Lampiran 14. Penentuan Konsentrasi Cr(VI) dan Ce(IV) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan Cr(VI)–Ce(IV).
Penentuan Konsentrasi Cr(VI) dan Ce(IV). Pada sampel simulatif diketahui bahwa, Konsentrasi Cr(VI) sebenarnya (CS,Cr(VI))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Cr(VI) untuk perhitungan (CP,Cr(VI))
= 3 M.
Konsentrasi Ce(IV) Sebenarnya (CS, Ce(IV))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Ce(IV) untuk Perhitungan (C P,Ce(IV)) = 3 M. Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–11 (YS,11) = 0,230 Absorbansi sebenarnya pada menit ke–13 (YS,13) = 0,164 Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–11 YT,11 = –0,1928 +0,0357 CCr + 0,042 CCe Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–13 YT,13 = –0,2025 + 0,035 CCr + 0,036 CCe Subtitusi besaran absorbansi pada menit ke 11 dan menit ke 19, ke dalam persamaan kurva kalibrasi masing-masing waktu, menghasilkan persamaan: 0,230 = –0,1928 + 0,0357 CCr + 0,042 CCe 0,164 = –0,2025 + 0,035 C Cr + 0,036 CCe Eliminasi kedua persamaan menghasilkan besaran konsentrasi Cr(VI) dan Ce(IV) sebagai berikut: Konsentrasi Cr(VI) terhitung sesuai perhitungan (CTP,Cr(VI))
= 0,930 M.
Konsentrasi Ce(IV) terhitung sesuai perhitungan (CTP, Ce(IV)) = 9,276 M. Bila disesuaikan untuk mengetahui konsentrasi parameter terhitung maka, Konsentrasi Cr(VI) terhitung (CT,Cr(VI)) = 9,3x10-7 M. Konsentrasi Ce(IV) terhitung (CT, Ce(IV)) = 9,276x10-6 M.
91
Penentuan Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Parameter Sistem Simultan Cr(VI)–Ce(IV). Kesalahan Relatif (Kr) =
C T, Parameter − C S, Parameter C S, Parameter
x 100%
KrCr(VI) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Cr(VI) KrCe(IV) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Ce(IV) Jadi, KrCr(VI) =
9,3 x 10 - 7 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
x 100%
KrCr(VI) = 69% dan, KrCe(IV) =
9,276 x 10 - 6 − 3 x 10 - 6
KrCe(IV) = 209,2%
3 x 10 - 6
x 100%
92
Lampiran 15. Penentuan Persamaan Kurva Kalibrasi beserta Kesalahan Relatifnya Menggunakan Metode Regresi Ganda pada Sistem Simultan V(V)– Ce(IV), untuk menit ke–11 dan menit ke–19.
Pada menit ke–11. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 11 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CV (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,688 0,706 0,706 0,613 2,713
CV (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
2,064 2,118 5,648 7,356 17,186
8,256 5,648 2,118 1,839 17,861
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 17,186
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 17,861
Σ (X22) = 226
ΣY = 2,713
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 2,713
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 ...................................................... 15.1
17,186
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 ...................................................... 15.2
17,861
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 ...................................................... 15.3
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 0,899
b1 = -0,017
b2 = -0,0107
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan V(V)–Ce(IV) pada menit ke 11 adalah, Y = 0,899 –
0,017 CV – 0,0107 CCe ............................................. 15.4
93
Pada menit ke–19. Perolehan data (absorbansi) pada menit ke 19 dan pengolahan datanya ditampilkan pada tabel berikut: CV (X1) 3 3 8 12 26
Absorbansi (Y) 0,405 0,318 0,434 0,441 1,598
CV (X2) 12 8 3 3 26
X1 . Y
X2 . Y
X 12
X22
X1 . X2
1,215 0,954 3,472 5,292 10,933
4,86 2,544 1,302 1,323 10,029
9 9 64 144 226
144 64 9 9 226
36 24 24 36 120
Berdasarkan pengolahan data yang dicantumkan pada tabel tersebut maka, ΣX1 = 26
Σ (X1 . Y)
= 10,933
Σ (X12) = 226
ΣX2 = 26
Σ (X2 . Y)
= 10,029
Σ (X22) = 226
ΣY = 1,598
Σ (X1 . X2) = 120
Σn
=4
Diperoleh tiga buah persamaan, yaitu : 1,598
=4a
+
26 b 1 +
26 b2 .................................................... 15b.1
10,933
= 26 a
+
226 b1 +
120 b2 .................................................... 15b.2
10,029
= 26 a
+
120 b1 +
226 b2 .................................................... 15b.3
Penyelesaian ketiga persamaan tersebut dengan eliminasi dan subtitusi menghasilkan, a = 0,247
b1 = 0,016
b2 = 7,486x10-3
Jadi persamaan kurva kalibrasi untuk sistem simultan V(V)–Ce(IV) pada menit ke 19 adalah, Y = 0,247 + 0,016 CV + 7,489x10-3 CCe ..................................... 15b.4
Penentuan Kesalahan Relatif Persamaan Kurva Kalibrasi Pada Sampel 1. Diketahui : Konsentrasi V(V) Sebenarnya (CS,V(V))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi V(V) untuk Perhitungan (CP,V(V))
= 3 M.
Konsentrasi Ce(IV) Sebenarnya (CS, Ce(IV))
= 1,2x10–5 M.
94
Konsentrasi Ce(IV) untuk Perhitungan (C P,Ce(IV)) = 12 M. Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–11 (YS,11) = 0,688 Absorbansi sebenarnya pada menit ke–19 (YS,19) = 0,405 Jadi, Absorbansi terhitung pada menit ke–11 (YT, 11 )
=
0,644
Absorbansi terhitung pada menit ke–19 (YT, 19 )
=
0,3848
Kesalahan Relatif (Kr) =
YT, t − YS, t YS, t
x 100%
dan, Kesalahan Relatif pada menit ke 11 =
0,644 − 0,688 x 100% 0,688
KrV(V)–Ce(IV),11 = 6,395% Kesalahan Relatif pada menit ke 19 =
0,3848 − 0,405 x 100% 0,405
KrV(V)–Ce(IV),19 = 4,988%
95
Lampiran 16. Penentuan Konsentrasi V(V) dan Ce(IV) beserta Kesalahan Relatifnya pada Sistem Simultan V(V)–Ce(IV).
Penentuan Konsentrasi V(V) dan Ce(IV). Pada sampel simulatif diketahui bahwa, Konsentrasi V(V) Sebenarnya (CS,V(V))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi V(V) untuk Perhitungan (CP,V(V))
= 3 M.
Konsentrasi Ce(IV) Sebenarnya (CS, Ce(IV))
= 3x10–6 M.
Konsentrasi Ce(IV) untuk Perhitungan (C P,Ce(IV)) = 3 M. Absorbansi Sebenarnya pada menit ke–11 (YS,11) = 0,799 Absorbansi sebenarnya pada menit ke–19 (YS,19) = 0,536 Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–11 YT,11 = 0,899 –
0,017 CV
– 0,0107 CCe
Persamaan kurva kalibrasi pada menit ke–19 YT,19 = 0,247 –
0,016 CV
–7,489x10-3 CCe
Subtitusi besaran absorbansi pada menit ke 11 dan menit ke 19, ke dalam persamaan kurva kalibrasi masing-masing waktu, menghasilkan persamaan: 0,799 = 0,899 – 0,017 C V – 0,0107
CCe
0,536 = 0,247 + 0,016 C V + 7,489x10-3 CCe Eliminasi kedua persamaan menghasilkan besaran konsentrasi V(V) dan Ce(IV) sebagai berikut: Konsentrasi V(V) terhitung sesuai perhitungan (C TP,V(V))
= 26,897 M.
Konsentrasi Ce(IV) terhitung sesuai perhitungan (CTP, Ce(IV)) = 21 M. Bila disesuaikan untuk mengetahui konsentrasi parameter terhitung maka, Konsentrasi V(V) terhitung (CT,V(V))
= 2,6897x10-5 M.
Konsentrasi Ce(IV) terhitung (CT, Ce(IV)) = 2,1x10-5 M.
96
Penentuan Kesalahan Relatif pada Penentuan Konsentrasi Parameter Sistem Simultan V(V)–Ce(IV). Kesalahan Relatif (Kr) = KrV(V)
C T, Parameter − C S, Parameter C S, Parameter
x 100%
= kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi V(V)
KrCe(IV) = kesalahan relatif pada penentuan konsentrasi Ce(IV) Jadi, 2,1 x 10 - 5 − 3 x 10 - 6
KrV(V)
=
KrV(V)
= 600%
3 x 10 - 6
x 100%
dan, KrCe(IV) =
2,6897 x 10 - 5 − 3 x 10 - 6 3 x 10 - 6
KrCe(IV) = 796,57%
x 100%
97
Lampiran 17. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Mn(VII) dengan Metode Perbandingan Absorbansi / Metode Dua Panjang Gelombang.
Persamaan yang digunakan adalah y = 1,2126 – 27225 C Mn(VII) CMn(VII)
= Konsentrasi parameter Mn(VII)
CS, Mn(VII) = Konsentrasi sebenarnya parameter Mn(VII) CT, Mn(VII) = Konsentrasi terhitung parameter Mn(VII) Kesalahan Relatif (Kr) =
CT, Mn(VII) − CS, Mn(VII) CS, Mn(VII)
No.
Konsentrasi Mn(VII) (M)
1 2 3 4
9x10-6 1x10-5 1,32x10-5 1,58x10-5
x 100%
Perbandingan Absorbansi Ion Mn(VII) 7 Menit 1,003525407 0,933281554 0,879015604 0,783970466
Untuk Larutan 1 y = 1,2126 – 27225 C Mn(VII) 1.003525407 = 1,2126 – 27225 C Mn(VII) CT, Mn(VII) = 9 x 10-6 CS, Mn(VII) = 8 x 10-6 M. KesalahanRelatif =
9 x 10 - 6 − 8 x 10 - 6 8 x 10 - 6
x 100%
Kr = 13,134% Dengan cara yang sama akan diperoleh : Larutan 2 : CT, Mn(VII) = 1 x 10-5
Kr = 6,73%
Larutan 3 : CT, Mn(VII) = 1,32 x 10 Larutan 4 : CT, Mn(VII) = 1,58x10
-5
-5
Kr = 0,27% Kr = 4,72%
98
Lampiran 18. Perhitungan Konsentrasi dan Kesalahan Relatif Cr(VI) dengan Metode Perbandingan Absorbansi / Metode Dua Panjang Gelombang.
Persamaan yang digunakan adalah y = 1,1926 – 7811,7 C Cr(VI) CCr(VI)
= Konsentrasi parameter Cr(VI)
CS, Cr(VI) = Konsentrasi sebenarnya parameter Cr(VI) CT, Cr(VI) = Konsentrasi terhitung parameter Cr(VI) Kesalahan Relatif (Kr) =
No. 1 2 3 4
CT, Cr(VI) − CS, Cr(VI) CS, Cr(VI)
x 100%
Absorbansi pada Waktu Efektif Ion Cr(VI) 13 Menit 1,1038 1,1005 1,0844 1,1003
Konsentrasi Cr(VI) (M) 9 x 10-6 1,1 x 10-5 1,3 x 10-5 1,5 x 10-5
Untuk Larutan 1 y = 1,1926 – 7811,7 C Cr(VI) 1.1038 = 1,1926 – 7811,7 C Cr(VI) CT, Cr(VI) = 1,2 x 10-5 CS, Cr(VI) = 9 x 10-6 M. KesalahanRelatif =
1,2 x 10 - 5 − 9 x 10 - 6 9 x 10 - 6
x 100%
Kr = 33,36% Dengan cara yang sama akan diperoleh : Larutan 2 : CT, Cr(VI) = 1,24 x 10-5
Kr = 13,03%
Larutan 3 : CT, Cr(VI) = 1,45 x 10
-5
Kr = 11,43%
Larutan 4 : CT, Cr(VI) = 1,25 x 10
-5
Kr = 16,95%
99
Tabel lampiran 1. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk larutan Mn(VII) pada Kondisi pH 4 dan regresi Liniernya. t (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Absorbansi Pgr Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII) (M) 0 3x10-6 6x10-6 9x10-6 1,2x105 1,5x105 1,8x105 1,135 1,097 1,075 1,061 1,038 1,007 0,978 1,135 1,096 1,074 1,060 1,033 1,006 0,976 1,135 1,095 1,073 1,058 1,032 1,005 0,976 1,135 1,094 1,072 1,057 1,030 1,004 0,975 1,135 1,094 1,071 1,056 1,029 1,004 0,974 1,135 1,093 1,070 1,055 1,028 1,004 0,973 1,135 1,092 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,069 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,068 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,068 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,068 1,053 1,026 1,003 0,972 1,135 1,091 1,068 1,053 1,026 1,002 0,972 1,135 1,091 1,067 1,052 1,026 1,002 0,972
slope
intercept
R2
Sxy
-8202,4 -8321,4 -8309,5 -8357,1 -8400,0 -8404,8 -8452,4 -8428,6 -8428,6 -8428,6 -8428,6 -8428,6 -8428,6 -8428,6 -8428,6 -8416,7 -8416,7 -8416,7 -8440,5 -8428,6
1,1296 1,1291 1,1282 1,1276 1,1274 1,1268 1,1261 1,1257 1,1257 1,1257 1,1257 1,1257 1,1257 1,1257 1,1257 1,1255 1,1255 1,1255 1,1255 1,1251
0,9877 0,9893 0,9894 0,9891 0,9892 0,9879 0,9877 0,9866 0,9866 0,9866 0,9866 0,9866 0,9866 0,9866 0,9866 0,9859 0,9859 0,9859 0,9863 0,9858
6,51x10 -3 6,13x10 -3 6,09x10 -3 6,22x10 -3 6,24x10 -3 6,60x10 -3 6,70x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 7,15x10 -3 7,15x10 -3 7,15x10 -3 7,05x10 -3 7,17x10 -3
100
Tabel lampiran 2. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk larutan Cr(VI) pada Kondisi pH 4 dan Regresi Liniernya. t (menit)
Absorbansi Pgr Pada Berbagai Konsentrasi Cr(VI)(M) 0 3x106 6x106 9x106 1,2x105 1,5x105 1,8x105
slope
intersep
R2
Sxy
1
1,135
1,118
1,085
0,981
0,863
0,865
0,492
-31631,0
1,2188
0,8282
6,51x10 -3
2 3 4 5 6
1,135 1,135 1,135 1,135 1,135
1,093 1,074 1,050 1,032 1,022
1,041 1,000 0,968 0,939 0,921
0,905 0,848 0,806 0,774 0,746
0,819 0,756 0,713 0,673 0,616
0,817 0,757 0,711 0,666 0,581
0,481 0,451 0,395 0,373 0,370
-32571,4 -34881,0 -37535,7 -39095,2 -41452,4
1,1919 1,1741 1,1633 1,1507 1,1432
0,8871 0,9295 0,9394 0,9571 0,9851
6,13x10 -3 6,09x10 -3 6,22x10 -3 6,24x10 -3 6,6x10 -3
7 8 9 10 11 12
1,135 1,135 1,135 1,135 1,135 1,135
1,014 1,003 0,997 0,992 0,992 0,982
0,903 0,889 0,876 0,865 0,855 0,846
0,724 0,705 0,688 0,675 0,661 0,651
0,572 0,558 0,543 0,531 0,510 0,482
0,537 0,488 0,47 0,46 0,447 0,416
0,363 0,352 0,337 0,329 0,300 0,254
-42869,0 -44166,7 -45011,9 -45428,6 -46904,8 -49273,8
1,1355 1,1304 1,1260 1,1213 1,1221 1,1243
0,9878 0,9922 0,9917 0,9905 0,9898 0,9916
6,7x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3
13 14 15 16 17 18 19 20
1,135 1,135 1,135 1,135 1,135 1,135 1,135 1,135
0,980 0,980 0,979 0,979 0,979 0,978 0,978 0,977
0,830 0,830 0,830 0,830 0,830 0,830 0,830 0,827
0,620 0,620 0,620 0,620 0,610 0,610 0,610 0,597
0,470 0,470 0,470 0,470 0,470 0,470 0,470 0,467
0,333 0,333 0,333 0,333 0,333 0,333 0,333 0,325
0,200 0,200 0,200 0,199 0,199 0,199 0,199 0,198
-53083,3 -53083,3 -53059,5 -53095,2 -53095,2 -53071,4 -53071,4 -53273,8
1,1303 1,1303 1,1300 1,1301 1,1287 1,1284 1,1284 1,1260
0,9963 0,9963 0,9963 0,9963 0,9953 0,9953 0,9953 0,9938
6,97x10 -3 6,97x10 -3 6,97x10 -3 7,15x10 -3 7,15x10 -3 7,15x10 -3 7,05x10 -3 7,17x10 -3
101
Tabel lampiran 3. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk larutan V(V) pada Kondisi pH 4 dan regresi Liniernya. t (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Absorbansi Pgr Pada Berbagai Konsentrasi V(V) (M) 0 3x106 6x106 9x106 1,2x105 1,5x105 1,8x105 1,135 1,108 1,046 0,999 0,923 0,858 0,828 1,135 1,107 1,043 0,996 0,911 0,838 0,802 1,135 1,105 1,040 0,992 0,901 0,822 0,781 1,135 1,104 1,038 0,989 0,892 0,809 0,764 1,135 1,103 1,035 0,984 0,884 0,797 0,749 1,135 1,102 1,033 0,982 0,876 0,786 0,735 1,135 1,100 1,029 0,979 0,869 0,773 0,721 1,135 1,100 1,026 0,976 0,862 0,770 0,717 1,135 1,099 1,024 0,973 0,857 0,765 0,712 1,135 1,097 1,021 0,970 0,851 0,760 0,707 1,135 1,096 1,019 0,967 0,845 0,755 0,689 1,135 1,095 1,017 0,954 0,840 0,741 0,672 1,135 1,092 1,013 0,942 0,834 0,725 0,662 1,135 1,091 1,010 0,933 0,829 0,721 0,653 1,135 1,090 1,008 0,930 0,824 0,718 0,645 1,135 1,089 1,005 0,924 0,819 0,711 0,631 1,135 1,088 1,002 0,917 0,814 0,709 0,626 1,135 1,087 0,999 0,908 0,809 0,700 0,615 1,135 1,086 0,996 0,900 0,803 0,695 0,600 1,135 1,086 0,996 0,900 0,803 0,695 0,600 1,135 1,086 0,996 0,900 0,803 0,695 0,600 1,135 1,086 0,996 0,900 0,798 0,694 0,600 1,135 1,085 0,995 0,900 0,784 0,694 0,599 1,135 1,085 0,995 0,897 0,779 0,693 0,596 1,135 1,085 0,994 0,896 0,778 0,693 0,594 1,135 1,084 0,993 0,895 0,775 0,692 0,593 1,135 1,084 0,992 0,894 0,774 0,691 0,592 1,135 1,084 0,991 0,893 0,773 0,690 0,591 1,135 1,084 0,990 0,892 0,772 0,689 0,590 1,135 1,084 0,988 0,890 0,771 0,688 0,588
slope
intersep
R2
Sxy
-18381,0 -19869,0 -21035,7 -22011,9 -22869,0 -23678,6 -24476,2 -24738,1 -25047,6 -25333,3 -26119,0 -27071,4 -27761,9 -28178,6 -28547,6 -29214,3 -29440,5 -30047,6 -30714,3 -30714,3 -30714,3 -30797,6 -30964,3 -31154,8 -31226,2 -31285,7 -31345,2 -31404,8 -31464,3 -31547,6
1,1507 1,1548 1,1573 1,1597 1,1611 1,1630 1,1640 1,1635 1,1633 1,1624 1,1645 1,1656 1,1646 1,1639 1,1641 1,1649 1,1637 1,1637 1,1643 1,1643 1,1643 1,1642 1,1633 1,1633 1,1632 1,1626 1,1624 1,1622 1,1620 1,1616
0,9881 0,9862 0,9851 0,9838 0,9836 0,9823 0,9812 0,9821 0,9825 0,9830 0,9835 0,9859 0,9872 0,9894 0,9899 0,9904 0,9919 0,9925 0,9929 0,9929 0,9929 0,9930 0,9931 0,9929 0,9930 0,9931 0,9932 0,9934 0,9935 0,9938
1,9x10 -4 2,5x10 -4 3,1x10 -4 3,7x10 -4 4,0x10 -4 4,7x10 -4 5,3x10 -4 5,1x10 -4 5,1x10 -4 5,1x10 -4 5,3x10 -4 4,8x10 -4 4,6x10 -4 3,9x10 -4 3,8x10 -4 3,8x10 -4 3,3x10 -4 3,2x10 -4 3,1x10 -4 3,1x10 -4 3,1x10 -4 3,1x10 -4 3,1x10 -4 3,2x10 -4 3,1x10 -4 3,1x10 -4 3,1x10 -4 3,0x10 -4 3,0x10 -4 2,9x10 -4
102
Tabel lampiran 4. Data Pengamatan Absorbansi Vs Waktu untuk larutan Ce(IV) pada Kondisi pH 4 dan regresi Liniernya. t menit
Absorbansi Pgr Pada Berbagai Konsentrasi Ce(IV) (M) 0 3x106 6x106 9x106 1,2x105 1,5x105 1,8x105
slope
intercept
R2
Sxy
1
1,135
1,127
1,099
1,035
1,012
0,998
0,948
-10785,7
1,1476
0,9666
1,9x10 -4
2
1,135
1,127
1,099
1,034
1,008
0,994
0,943
-11107,1
1,1485
0,9671
1,9x10 -4
3
1,135
1,127
1,098
1,032
1,005
0,990
0,940
-11333,3
1,1487
0,9682
1,9x10 -4
4
1,135
1,126
1,097
1,030
1,002
0,986
0,936
-11571,4
1,1487
0,9696
1,9x10 -4
5
1,135
1,126
1,096
1,029
0,999
0,983
0,932
-11809,5
1,1491
0,9705
2x10 -4
6
1,135
1,125
1,095
1,028
0,998
0,980
0,930
-11928,6
1,1489
0,9726
1,8x10 -4
7
1,135
1,125
1,093
1,027
0,997
0,979
0,923
-12190,5
1,1496
0,9730
1,9x10 -4
8
1,135
1,125
1,092
1,026
0,996
0,978
0,922
-12250,0
1,1494
0,9734
1,9x10 -4
9
1,135
1,123
1,091
1,025
0,994
0,976
0,920
-12333,3
1,1487
0,9750
1,8x10 -4
10
1,135
1,122
1,090
1,024
0,993
0,975
0,917
-12440,5
1,1485
0,9754
1,8x10 -4
11
1,135
1,121
1,088
1,023
0,992
0,974
0,913
-12571,4
1,1483
0,9761
1,8x10 -4
12
1,135
1,121
1,087
1,021
0,991
0,972
0,906
-12869,0
1,1491
0,9746
2x10 -4
13
1,135
1,119
1,083
1,017
0,990
0,971
0,900
-13023,8
1,1479
0,9736
2,1x10 -4
14
1,135
1,118
1,083
1,017
0,990
0,970
0,900
-13023,8
1,1476
0,9749
2x10 -4
15
1,135
1,118
1,083
1,017
0,990
0,970
0,900
-13023,8
1,1476
0,9749
2x10 -4
16
1,135
1,18
1,083
1,015
0,989
0,969
0,900
-13059,5
1,1474
0,9745
2,1x10 -4
17
1,135
1,118
1,083
1,014
0,988
0,968
0,900
-13095,2
1,1473
0,9746
2,1x10 -4
18
1,135
1,116
1,082
1,014
0,988
0,968
0,900
-13035,7
1,1463
0,9759
1,9x10 -4
19
1,135
1,116
1,081
1,013
0,988
0,968
0,893
-13273,8
1,1472
0,9726
2,3x10 -4
20
1,135
1,116
1,080
1,013
0,988
0,968
0,893
-13261,9
1,1469
0,9731
2,2x10 -4
103
Tabel lampiran 5. Data Pengamatan Absorbansi Pgr Teroksidasi Pada Tiap-Tiap Panjang Gelombang Yang Diukur Pada 7 menit Pertama (Waktu Efektif Ion Mn(VII)) pada Kondisi pH 4 dan regresi Liniernya Untuk Kurva Kalibrasi Dengan Metode Perbandingan Absorbansi. A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ 9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ
1,4E-5
1,6E-5
9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
1,4E-5
1,6E-5
350 0,3778 0,3581
0,3741
0,4180 0,4246
0,4455
387 0,5554
0,6258
0,6399
0,7074
0,7164
0,7439
351 0,3772 0,3614
0,3779
0,4231 0,4300
0,4514
388 0,5655
0,6354
0,6486
0,7156
0,7246
0,7514
352 0,3767 0,3648
0,3818
0,4283 0,4354
0,4574
389 0,5758
0,6448
0,6571
0,7223
0,7310
0,7574
353 0,3764 0,3683
0,3860
0,4337 0,4411
0,4633
390 0,5861
0,6540
0,6654
0,7302
0,7385
0,7644
354 0,3757 0,3717
0,3899
0,4389 0,4463
0,4694
391 0,5965
0,6633
0,6737
0,7386
0,7465
0,7718
355 0,3757 0,3754
0,3942
0,4447 0,4524
0,4758
392 0,6068
0,6723
0,6818
0,7458
0,7534
0,7783
356 0,3754 0,3793
0,3984
0,4502 0,4583
0,4823
393 0,6176
0,6813
0,6897
0,7527
0,7602
0,7843
357 0,3754 0,3833
0,4031
0,4561 0,4645
0,4891
394 0,6280
0,6899
0,6971
0,7591
0,7662
0,7898
358 0,3759 0,3878
0,4079
0,4623 0,4709
0,4959
395 0,6385
0,6986
0,7047
0,7655
0,7724
0,7953
359 0,3765 0,3925
0,4132
0,4685 0,4774
0,5029
396 0,6490
0,7070
0,7119
0,7717
0,7781
0,8003
360 0,3772 0,3971
0,4180
0,4750 0,4838
0,5098
397 0,6599
0,7154
0,7190
0,7774
0,7836
0,8050
361 0,3778 0,4017
0,4230
0,4811 0,4901
0,5166
398 0,6701
0,7231
0,7257
0,7827
0,7886
0,8093
362 0,3798 0,4073
0,4290
0,4881 0,4974
0,5242
399 0,6803
0,7309
0,7322
0,7879
0,7935
0,8133
363 0,3819 0,4133
0,4353
0,4956 0,5051
0,5325
400 0,6905
0,7381
0,7383
0,7927
0,7977
0,8167
364 0,3844 0,4195
0,4417
0,5033 0,5129
0,5405
401 0,7003
0,7452
0,7442
0,7971
0,8018
0,8199
365 0,3878 0,4266
0,4490
0,5117 0,5213
0,5492
402 0,7100
0,7519
0,7497
0,8011
0,8053
0,8224
366 0,3916 0,4339
0,4564
0,5201 0,5298
0,5581
403 0,7194
0,7583
0,7546
0,8047
0,8084
0,8248
367 0,3956 0,4414
0,4640
0,5285 0,5385
0,5670
404 0,7286
0,7645
0,7595
0,8080
0,8114
0,8267
368 0,4001 0,4488
0,4716
0,5371 0,5472
0,5758
405 0,7382
0,7706
0,7642
0,8109
0,8140
0,8284
369 0,4054 0,4568
0,4797
0,5460 0,5560
0,5849
406 0,7477
0,7764
0,7686
0,8135
0,8162
0,8296
370 0,4109 0,4649
0,4879
0,5550 0,5649
0,5939
407 0,7571
0,7818
0,7726
0,8157
0,8180
0,8304
371 0,4171 0,4739
0,4966
0,5642 0,5742
0,6035
408 0,7656
0,7868
0,7761
0,8175
0,8192
0,8306
372 0,4254 0,4823
0,5051
0,5730 0,5830
0,6125
409 0,7743
0,7913
0,7795
0,8190
0,8203
0,8304
373 0,4304 0,4913
0,5137
0,5820 0,5922
0,6216
410 0,7822
0,7954
0,7822
0,8199
0,8207
0,8301
374 0,4375 0,5006
0,5227
0,5911 0,6014
0,6310
411 0,7899
0,7991
0,7847
0,8205
0,8209
0,8291
375 0,4451 0,5099
0,5317
0,6005 0,6107
0,6401
412 0,7973
0,8026
0,7868
0,8205
0,8206
0,8277
376 0,4526 0,5194
0,5407
0,6096 0,6198
0,6495
413 0,8045
0,8056
0,7886
0,8205
0,8199
0,8262
377 0,4606 0,5290
0,5498
0,6188 0,6290
0,6585
414 0,8116
0,8085
0,7901
0,8198
0,8190
0,8240
378 0,4692 0,5384
0,5590
0,6280 0,6382
0,6676
415 0,8184
0,8109
0,7910
0,8189
0,8176
0,8215
379 0,4777 0,5484
0,5683
0,6372 0,6475
0,6769
416 0,8248
0,8128
0,7918
0,8176
0,8156
0,8187
380 0,4868 0,5562
0,5755
0,6464 0,6564
0,6857
417 0,8306
0,8144
0,7920
0,8160
0,8137
0,8155
381 0,4958 0,5675
0,5860
0,6553 0,6654
0,6946
418 0,8363
0,8157
0,7919
0,8137
0,8111
0,8120
382 0,5053 0,5774
0,5953
0,6644 0,6742
0,7033
419 0,8418
0,8166
0,7916
0,8115
0,8082
0,8081
383 0,5151 0,5872
0,6044
0,6733 0,6830
0,7119
420 0,8465
0,8172
0,7909
0,8089
0,8053
0,8041
384 0,5251 0,5976
0,6140
0,6826 0,6922
0,7208
421 0,8514
0,8175
0,7898
0,8058
0,8017
0,7995
385 0,5351 0,6081
0,6237
0,6919 0,7013
0,7295
422 0,8557
0,8174
0,7886
0,8024
0,7980
0,7948
386 0,5452 0,6165
0,6311
0,6991 0,7085
0,7363
423 0,8598
0,8169
0,7870
0,7987
0,7938
0,7895
104
Tabel lampiran 5. Lanjutan A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ 9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ
1,4E-5
1,6E-5
9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
1,4E-5
1,6E-5
425 0,8673 0,8152
0,7830
0,7907 0,7848
0,7785
466 0,9406
0,7897
0,7301
0,6888
0,6734
0,6425
426 0,8705 0,8141
0,7806
0,7861 0,7800
0,7726
467 0,9433
0,7913
0,7315
0,6897
0,6742
0,6429
427 0,8735 0,8126
0,7781
0,7815 0,7749
0,7664
468 0,9458
0,7931
0,7327
0,6906
0,6749
0,6433
428 0,8753 0,8111
0,7754
0,7769 0,7698
0,7605
469 0,9490
0,7948
0,7341
0,6916
0,6756
0,6439
429 0,8784 0,8093
0,7725
0,7721 0,7646
0,7543
470 0,9518
0,7965
0,7355
0,6925
0,6766
0,6446
430 0,8804 0,8072
0,7695
0,7671 0,7594
0,7482
471 0,9546
0,7983
0,7370
0,6935
0,6775
0,6452
431 0,8824 0,8052
0,7664
0,7622 0,7542
0,7421
472 0,9573
0,8000
0,7383
0,6945
0,6784
0,6459
432 0,8840 0,8031
0,7634
0,7573 0,7488
0,7359
473 0,9601
0,8018
0,7397
0,6954
0,6793
0,6465
433 0,8857 0,8008
0,7602
0,7523 0,7434
0,7296
474 0,9629
0,8034
0,7412
0,6964
0,6801
0,6472
434 0,8871 0,7986
0,7569
0,7475 0,7381
0,7236
475 0,9657
0,8051
0,7424
0,6975
0,6810
0,6480
435 0,8884 0,7966
0,7540
0,7429 0,7333
0,7178
476 0,9682
0,8065
0,7435
0,6982
0,6819
0,6485
436 0,8895 0,7943
0,7511
0,7383 0,7283
0,7122
477 0,9708
0,8080
0,7447
0,6992
0,6827
0,6490
437 0,8905 0,7922
0,7482
0,7339 0,7237
0,7066
478 0,9730
0,8094
0,7458
0,7001
0,6835
0,6498
438 0,8915 0,7903
0,7454
0,7295 0,7190
0,7011
479 0,9754
0,8108
0,7470
0,7007
0,6842
0,6501
439 0,8926 0,7882
0,7427
0,7252 0,7144
0,6958
480 0,9775
0,8118
0,7477
0,7015
0,6849
0,6507
440 0,8939 0,7862
0,7400
0,7211 0,7101
0,6909
481 0,9793
0,8130
0,7487
0,7021
0,6854
0,6510
441 0,8947 0,7846
0,7376
0,7173 0,7060
0,6861
482 0,9813
0,8139
0,7494
0,7026
0,6858
0,6515
442 0,8956 0,7825
0,7347
0,7133 0,7017
0,6812
483 0,9828
0,8149
0,7501
0,7030
0,6863
0,6517
443 0,8967 0,7814
0,7330
0,7104 0,6986
0,6775
484 0,9846
0,8154
0,7506
0,7034
0,6863
0,6517
444 0,8980 0,7804
0,7315
0,7075 0,6955
0,6737
485 0,9862
0,8161
0,7510
0,7036
0,6866
0,6519
445 0,8989 0,7786
0,7292
0,7044 0,6922
0,6699
486 0,9875
0,8165
0,7513
0,7037
0,6868
0,6520
446 0,9001 0,7777
0,7276
0,7019 0,6895
0,6665
487 0,9888
0,8169
0,7514
0,7038
0,6867
0,6519
447 0,9014 0,7768
0,7262
0,6994 0,6867
0,6634
488 0,9897
0,8172
0,7516
0,7037
0,6867
0,6517
448 0,9028 0,7763
0,7251
0,6972 0,6844
0,6605
489 0,9905
0,8172
0,7516
0,7035
0,6864
0,6514
449 0,9043 0,7758
0,7240
0,6954 0,6822
0,6577
490 0,9910
0,8173
0,7514
0,7033
0,6862
0,6511
450 0,9055 0,7756
0,7231
0,6937 0,6806
0,6556
491 0,9914
0,8169
0,7511
0,7028
0,6858
0,6505
451 0,9071 0,7754
0,7225
0,6918 0,6784
0,6529
492 0,9921
0,8166
0,7508
0,7023
0,6855
0,6500
452 0,9086 0,7754
0,7220
0,6902 0,6766
0,6506
493 0,9916
0,8162
0,7502
0,7017
0,6848
0,6496
453 0,9106 0,7756
0,7217
0,6890 0,6752
0,6490
494 0,9915
0,8156
0,7496
0,7011
0,6841
0,6487
454 0,9126 0,7759
0,7214
0,6880 0,6742
0,6473
495 0,9914
0,8149
0,7488
0,7004
0,6834
0,6479
455 0,9145 0,7763
0,7215
0,6873 0,6733
0,6460
496 0,9910
0,8141
0,7482
0,6995
0,6826
0,6473
456 0,9163 0,7770
0,7217
0,6868 0,6726
0,6449
497 0,9909
0,8132
0,7472
0,6987
0,6817
0,6463
457 0,9186 0,7776
0,7219
0,6864 0,6720
0,6440
498 0,9903
0,8122
0,7460
0,6976
0,6807
0,6454
458 0,9207 0,7787
0,7225
0,6862 0,6716
0,6432
499 0,9894
0,8110
0,7451
0,6966
0,6797
0,6443
459 0,9231 0,7798
0,7231
0,6861 0,6714
0,6426
500 0,9887
0,8098
0,7439
0,6953
0,6785
0,6432
460 0,9252 0,7809
0,7239
0,6861 0,6713
0,6422
501 0,9875
0,8084
0,7424
0,6941
0,6772
0,6420
461 0,9277 0,7820
0,7245
0,6862 0,6714
0,6420
502 0,9862
0,8069
0,7409
0,6927
0,6759
0,6405
462 0,9300 0,7835
0,7255
0,6866 0,6716
0,6419
503 0,9848
0,8054
0,7396
0,6912
0,6746
0,6393
463 0,9326 0,7849
0,7266
0,6870 0,6718
0,6418
504 0,9833
0,8037
0,7379
0,6899
0,6730
0,6379
464 0,9352 0,7864
0,7277
0,6876 0,6723
0,6419
505 0,9815
0,8018
0,7362
0,6880
0,6714
0,6362
465 0,9378 0,7880
0,7288
0,6882 0,6728
0,6422
506 0,9797
0,7998
0,7343
0,6863
0,6697
0,6347
105
Tabel lampiran 5. Lanjutan A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ 9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ
1,4E-5
1,6E-5
9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
1,4E-5
1,6E-5
507 0,9777 0,7977
0,7323
0,6845 0,6679
0,6329
548 0,7041
0,5525
0,5082
0,4759
0,4644
0,4396
508 0,9752 0,7954
0,7301
0,6824 0,6658
0,6310
549 0,6941
0,5437
0,5001
0,4686
0,4572
0,4328
509 0,9729 0,7930
0,7279
0,6803 0,6638
0,6291
550 0,6839
0,5348
0,4919
0,4611
0,4497
0,4257
510 0,9703 0,7904
0,7255
0,6781 0,6617
0,6270
551 0,6737
0,5259
0,4837
0,4534
0,4423
0,4187
511 0,9674 0,7877
0,7230
0,6758 0,6594
0,6248
552 0,6634
0,5168
0,4755
0,4457
0,4348
0,4116
512 0,9642 0,7846
0,7202
0,6732 0,6569
0,6225
553 0,6529
0,5079
0,4672
0,4381
0,4272
0,4044
513 0,9607 0,7816
0,7174
0,6706 0,6543
0,6200
554 0,6425
0,4987
0,4588
0,4303
0,4195
0,3972
514 0,9575 0,7783
0,7143
0,6678 0,6516
0,6175
555 0,6322
0,4896
0,4505
0,4225
0,4119
0,3900
515 0,9539 0,7749
0,7111
0,6648 0,6488
0,6147
556 0,6215
0,4806
0,4423
0,4148
0,4044
0,3830
516 0,9498 0,7711
0,7076
0,6616 0,6456
0,6118
557 0,6114
0,4716
0,4341
0,4072
0,3970
0,3760
517 0,9457 0,7673
0,7040
0,6583 0,6425
0,6087
558 0,6007
0,4626
0,4258
0,3995
0,3895
0,3690
518 0,9413 0,7630
0,7003
0,6548 0,6391
0,6055
559 0,5904
0,4536
0,4177
0,3921
0,3821
0,3620
519 0,9365 0,7586
0,6963
0,6510 0,6355
0,6020
560 0,5799
0,4445
0,4093
0,3842
0,3744
0,3549
520 0,9314 0,7540
0,6920
0,6472 0,6318
0,5985
561 0,5692
0,4352
0,4009
0,3765
0,3670
0,3479
521 0,9262 0,7491
0,6876
0,6432 0,6278
0,5948
562 0,5589
0,4260
0,3925
0,3690
0,3596
0,3410
522 0,9208 0,7440
0,6830
0,6391 0,6237
0,5909
563 0,5486
0,4171
0,3844
0,3615
0,3522
0,3342
523 0,9151 0,7389
0,6783
0,6346 0,6193
0,5868
564 0,5379
0,4081
0,3760
0,3538
0,3448
0,3271
524 0,9088 0,7335
0,6732
0,6301 0,6149
0,5827
565 0,5277
0,3993
0,3681
0,3465
0,3377
0,3205
525 0,9029 0,7277
0,6681
0,6254 0,6104
0,5783
566 0,5170
0,3904
0,3598
0,3389
0,3302
0,3135
526 0,8961 0,7219
0,6627
0,6205 0,6055
0,5738
567 0,5064
0,3813
0,3516
0,3312
0,3228
0,3065
527 0,8893 0,7158
0,6572
0,6153 0,6006
0,5690
568 0,4960
0,3724
0,3435
0,3237
0,3154
0,2994
528 0,8822 0,7096
0,6516
0,6102 0,5956
0,5643
569 0,4857
0,3633
0,3353
0,3161
0,3080
0,2924
529 0,8748 0,7030
0,6456
0,6047 0,5902
0,5591
570 0,4751
0,3546
0,3275
0,3087
0,3008
0,2858
530 0,8673 0,6962
0,6395
0,5990 0,5847
0,5539
571 0,4648
0,3461
0,3197
0,3016
0,2938
0,2791
531 0,8594 0,6893
0,6332
0,5933 0,5790
0,5485
572 0,4550
0,3372
0,3117
0,2941
0,2866
0,2722
532 0,8515 0,6826
0,6271
0,5876 0,5735
0,5432
573 0,4446
0,3282
0,3036
0,2865
0,2791
0,2653
533 0,8434 0,6754
0,6208
0,5816 0,5676
0,5376
574 0,4348
0,3199
0,2959
0,2794
0,2721
0,2587
534 0,8350 0,6681
0,6141
0,5754 0,5614
0,5317
575 0,4248
0,3115
0,2882
0,2723
0,2651
0,2520
535 0,8265 0,6606
0,6073
0,5690 0,5552
0,5257
576 0,4152
0,3033
0,2807
0,2652
0,2583
0,2455
536 0,8176 0,6525
0,5999
0,5622 0,5485
0,5195
577 0,4056
0,2948
0,2728
0,2579
0,2511
0,2386
537 0,8074 0,6433
0,5916
0,5545 0,5411
0,5122
578 0,3960
0,2866
0,2653
0,2508
0,2442
0,2320
538 0,7986 0,6356
0,5847
0,5480 0,5347
0,5062
579 0,3867
0,2785
0,2579
0,2437
0,2372
0,2256
539 0,7896 0,6277
0,5774
0,5411 0,5279
0,4998
580 0,3773
0,2703
0,2505
0,2366
0,2303
0,2190
540 0,7804 0,6197
0,5701
0,5342 0,5212
0,4933
581 0,3677
0,2619
0,2428
0,2294
0,2234
0,2123
541 0,7712 0,6116
0,5629
0,5273 0,5144
0,4870
582 0,3582
0,2537
0,2353
0,2224
0,2165
0,2058
542 0,7620 0,6034
0,5554
0,5203 0,5075
0,4804
583 0,3493
0,2457
0,2280
0,2155
0,2098
0,1994
543 0,7527 0,5953
0,5478
0,5131 0,5005
0,4738
584 0,3402
0,2377
0,2207
0,2086
0,2030
0,1930
544 0,7430 0,5870
0,5400
0,5060 0,4934
0,4671
585 0,3314
0,2301
0,2137
0,2021
0,1967
0,1870
545 0,7338 0,5786
0,5324
0,4988 0,4864
0,4605
586 0,3226
0,2224
0,2067
0,1955
0,1903
0,1809
546 0,7243 0,5701
0,5245
0,4913 0,4792
0,4537
587 0,3140
0,2149
0,1997
0,1890
0,1840
0,1749
547 0,7144 0,5613
0,5164
0,4837 0,4718
0,4467
588 0,3054
0,2077
0,1931
0,1827
0,1779
0,1691
106
Tabel lampiran 5. Lanjutan A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ 9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
A Pada Berbagai Konsentrasi Mn(VII)
λ
1,4E-5
1,6E-5
9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
1,4E-5
1,6E-5
589 0,2971 0,2003
0,1864
0,1764 0,1717
0,1633
595 0,2495
0,1588
0,1485
0,1411
0,1372
0,1307
590 0,2886 0,1929
0,1796
0,1700 0,1655
0,1574
596 0,2424
0,1527
0,1429
0,1357
0,1319
0,1257
591 0,2802 0,1856
0,1729
0,1638 0,1594
0,1517
597 0,2357
0,1468
0,1374
0,1307
0,1270
0,1211
592 0,2722 0,1789
0,1668
0,1580 0,1539
0,1466
598 0,2290
0,1411
0,1321
0,1257
0,1222
0,1164
593 0,2647 0,1721
0,1606
0,1524 0,1482
0,1412
599 0,2224
0,1351
0,1266
0,1207
0,1173
0,1119
594 0,2569 0,1655
0,1545
0,1467 0,1427
0,1360
600 0,2164
0,1297
0,1216
0,1161
0,1129
0,1077
107
Tabel lampiran 6. Data Pengamatan Absorbansi Pgr Teroksidasi Pada Tiap-Tiap Panjang Gelombang Yang Diukur Pada 13 menit Pertama (Waktu Efektif Ion Cr(VI)) pada Kondisi pH 4 dan regresi Liniernya Untuk Kurva Kalibrasi Dengan Metode Perbandingan Absorbansi. A Pada Berbagai Konsentrasi Cr(VI)
λ
A Pada Berbagai Konsentrasi Cr(VI)
λ
8E-6
1E-5
1,2E-5
1,4E-5
1,6E-5
350 0,3778 0,7251
0,7181
0,7388 0,7516
0,7809
387
0,5554
1,2479
1,2527
1,2761
1,2877
1,3291
351 0,3772 0,7283
0,7206
0,7411 0,7537
0,7833
388
0,5655
1,2736
1,2795
1,3041
1,3145
1,3566
0,5758
1,2987
1,3063
1,3313
1,3424
1,3848
9,9E-5
8E-6
1E-5
1,2E-5
1,4E-5
1,6E-5
9,9E-5
352 0,3767 0,7322
0,7234
0,7437 0,7561
0,7854
389
353 0,3764 0,7352
0,7256
0,7461 0,7587
0,7887
390
0,5861
1,3228
1,3330
1,3584
1,3676
1,4115
0,7915
391
0,5965
1,3477
1,3596
1,3842
1,3939
1,4390
0,6068
1,3721
1,3873
1,4115
1,4219
1,4659
354 0,3757 0,7391
0,7289
0,7491 0,7616
355 0,3757 0,7438
0,7322
0,7522 0,7651
0,7952
392
356 0,3754 0,7479
0,7357
0,7561 0,7689
0,7994
393
0,6176
1,3972
1,4149
1,4390
1,4485
1,4919
0,6280
1,4219
1,4404
1,4645
1,4761
1,5188
357 0,3754 0,7528
0,7397
0,7601 0,7732
0,8036
394
358 0,3759 0,7578
0,7446
0,765
0,8087
395
0,6385
1,4456
1,4667
1,4904
1,5011
1,5448
0,8137
396
0,6490
1,4697
1,4937
1,5162
1,5277
1,5726
0,7758 0,7888
0,8196
397
0,6599
1,4961
1,5198
1,5438
1,5551
1,6002
0,7832 0,7955
0,8275
398
0,6701
1,5198
1,5457
1,5695
1,5806
1,6254
0,7904
0,8354
399
0,6803
1,5420
1,5686
1,5950
1,6045
1,6522
0,8448
400
0,6905
1,5638
1,5939
1,6210
1,6289
1,6768
0,8544
401
0,7003
1,5857
1,6177
1,6439
1,6522
1,7017
0,7100
1,6067
1,6416
1,6693
1,6754
1,7263
359 0,3765 0,7635
0,7496
360 0,3772 0,7697
0,7554
361 0,3778 0,7782
0,7622
362 0,3798
0,786
363 0,3819 0,7953 364 0,3844 0,8054
0,77 0,7792 0,7888
0,7778
0,7697 0,7828
0,8036
0,7996 0,8123 0,8093 0,8221
365 0,3878 0,8162
0,7994
0,8201 0,8324
0,8652
402
366 0,3916 0,8279
0,8107
0,8318 0,8441
0,8771
403
0,7194
1,6289
1,6642
1,6909
1,6990
1,7466
367 0,3956 0,8407
0,8241
0,845
0,8903
404
0,7286
1,6487
1,6871
1,7124
1,7208
1,7708
0,9047
405
0,7382
1,6693
1,7097
1,7350
1,7437
1,7946
0,7477
1,6909
1,7322
1,7571
1,7677
1,8148
368 0,4001 0,8547
0,8384
0,8571
0,8594 0,8712
369 0,4054 0,8693
0,8533
0,8741 0,8859
0,9198
406
370 0,4109 0,8853
0,8695
0,8901 0,9021
0,9363
407
0,7571
1,7112
1,7555
1,7803
1,7914
1,8395
371 0,4171 0,9031
0,8883
0,9089 0,9207
0,9553
408
0,7656
1,7292
1,7771
1,8030
1,8113
1,8599
372 0,4254 0,9204
0,9063
0,9269 0,9387
0,9738
409
0,7743
1,7480
1,7946
1,8234
1,8303
1,8816
0,9927
410
0,7822
1,7648
1,8148
1,8412
1,8486
1,9003
0,7899
1,7802
1,8339
1,8599
1,8696
1,9175
373 0,4304 0,9381
0,9244
0,9446 0,9575
374 0,4375 0,9569
0,9438
0,9646 0,9772
1,0128
411
375 0,4451 0,9767
0,9646
0,9856 0,9982
1,0347
412
0,7973
1,7963
1,8505
1,8795
1,8857
1,9357
376 0,4526 0,9966
0,9851
1,0067 1,0192
1,0562
413
0,8045
1,8113
1,8696
1,8960
1,9025
1,9543
1,0764
414
0,8116
1,8268
1,8857
1,9131
1,9175
1,9714
1,1012
415
0,8184
1,8394
1,9003
1,9287
1,9357
1,9895
0,8248
1,8561
1,9175
1,9449
1,9520
2,0000
377 0,4606 1,0154 378 0,4692 1,0377
1,0046 1,0282
1,0271 1,0389 1,0516 1,0621
379 0,4777 1,0594
1,052
1,0751 1,0859
1,1254
416
380 0,4868 1,0828
1,0764
1,0995
1,1498
417
0,8306
1,8677
1,9333
1,9615
1,9690
2,0190
381 0,4958 1,1066
1,1019
1,1251 1,1355
1,1758
418
0,8363
1,8795
1,9474
1,9766
1,9817
2,0332
1,2001
419
0,8418
1,8918
1,9592
1,9895
1,9948
2,0447
0,8465
1,9003
1,9690
1,9973
2,0054
2,0536
382 0,5053
1,129
1,1268
1,11
1,1493 1,1599
383 0,5151 1,1512
1,1512
1,1722 1,1846
1,224
420
384 0,5251 1,1758 385 0,5351 1,1992
1,177 1,1975 1,2092 1,2018 1,2230 1,2350
1,2494 1,2755
421
0,8514
1,9088
1,9817
2,0135
2,0164
2,0687
422
0,8557
1,9175
1,9948
2,0190
2,0245
2,0781
386 0,5452 1,2240
1,2271
1,3024
423
0,8598
1,9265
2,0026
2,0303
2,0360
2,0908
1,2494 1,2617
108
Tabel lampiran 6. Lanjutan A Pada Berbagai Konsentrasi Cr(VI) 9,9E-5 8E-6 1E-5 1,2E-5 1,4E-5 1,6E-5 424 0,8637 1,9333 2,0135 2,0389 2,0417 2,0941 425 0,8673 1,9426
λ
2,0190
2,0476 2,0536
A Pada Berbagai Konsentrasi Cr(VI)
λ 463
9,9E-5 0,9326
8E-6 2,0536
1E-5 2,1609
1,2E-5 2,1887
1,4E-5 2,1929
1,6E-5 2,2413
2,1039
464
0,9352
2,0596
2,1648
2,1971
2,1971
2,2507
0,9378
2,0626
2,1766
2,2054
2,2054
2,2601
426 0,8705 1,9474
2,0303
2,0566 2,0626
2,1140
465
427 0,8735 1,9520
2,0360
2,0657 2,0687
2,1210
466
0,9406
2,0657
2,1807
2,2097
2,2141
2,2650
428 0,8753 1,9568
2,0389
2,0657 2,0718
2,1244
467
0,9433
2,0718
2,1887
2,2185
2,2185
2,2700
429 0,8784 1,9641
2,0447
2,0718 2,0781
2,1279
468
0,9458
2,0781
2,1887
2,2230
2,2230
2,2700
0,9490
2,0845
2,1971
2,2230
2,2230
2,2802
430 0,8804 1,9641
2,0505
2,0813 2,0845
2,1351
469
431 0,8824 1,9690
2,0566
2,0845 2,0876
2,1387
470
0,9518
2,0876
2,2054
2,2321
2,2321
2,2853
432 0,8840 1,9714
2,0626
2,0876 2,0876
2,1423
471
0,9546
2,0908
2,2141
2,2413
2,2413
2,2957
433 0,8857 1,9740
2,0626
2,0876 2,0941
2,1497
472
0,9573
2,0973
2,2230
2,2507
2,2460
2,3010
2,1497
473
0,9601
2,1039
2,2230
2,2554
2,2554
2,3064
0,9629
2,1072
2,2230
2,2601
2,2601
2,3118
434 0,8871 1,9766
2,0626
2,0941 2,0973
435 0,8884 1,9791
2,0687
2,0941 2,1006
2,1497
474
436 0,8895 1,9766
2,0626
2,0941 2,0973
2,1497
475
0,9657
2,1140
2,2321
2,2601
2,2601
2,3118
437 0,8905 1,9791
2,0687
2,0973 2,1006
2,1460
476
0,9682
2,1140
2,2413
2,2650
2,2650
2,3118
2,1497
477
0,9708
2,1174
2,2413
2,2700
2,2750
2,3228
0,9730
2,1210
2,2507
2,2802
2,2802
2,3284
438 0,8915 1,9791
2,0750
2,0973 2,1072
439 0,8926 1,9791
2,0750
2,1006 2,1072
2,1571
478
440 0,8939 1,9791
2,0750
2,1072 2,1072
2,1571
479
0,9754
2,1244
2,2554
2,2802
2,2802
2,3341
441 0,8947 1,9817
2,0781
2,1072 2,1072
2,1571
480
0,9775
2,1315
2,2601
2,2853
2,2853
2,3341
442 0,8956 1,9817
2,0813
2,1072 2,1106
2,1648
481
0,9793
2,1351
2,2601
2,2904
2,2904
2,3457
2,1648
482
0,9813
2,1351
2,2601
2,2957
2,2904
2,3457
0,9828
2,1423
2,2601
2,3010
2,3010
2,3517 2,3577
443 0,8967 1,9843
2,0813
2,1072 2,1106
444 0,8980 1,9843
2,0813
2,1106 2,1140
2,1648
483
445 0,8989 1,9868
2,0876
2,1106 2,1140
2,1687
484
0,9846
2,1423
2,2700
2,3010
2,3010
446 0,9001 1,9921
2,0908
2,1140 2,1210
2,1727
485
0,9862
2,1423
2,2700
2,3064
2,3010
2,3577
0,9875
2,1423
2,2700
2,3064
2,3064
2,3577
447 0,9014 1,9948
2,0876
2,1210 2,1244
2,1727
486
448 0,9028 2,0000
2,0941
2,1244 2,1244
2,1727
487
0,9888
2,1423
2,2700
2,3064
2,3064
2,3577
449 0,9043 2,0000
2,0973
2,1279 2,1279
2,1807
488
0,9897
2,1423
2,2750
2,3010
2,3010
2,3577
450 0,9055 2,0000
2,1006
2,1315 2,1315
2,1807
489
0,9905
2,1423
2,2750
2,3010
2,3010
2,3577
451 0,9071 2,0000
2,1039
2,1351 2,1387
2,1847
490
0,9910
2,1423
2,2750
2,3010
2,3010
2,3577
2,1847
491
0,9914
2,1423
2,2802
2,3010
2,3010
2,3577
2,3010
2,3010
2,3577
452 0,9086 2,0026
2,1106
2,1387 2,1423
453 0,9106 2,0052
2,1140
2,1423 2,1423
2,1887
492
0,9921
2,1423
2,2700
454 0,9126 2,0107
2,1174
2,1423 2,1423
2,1971
493
0,9916
2,1423
2,2700
2,3010
2,3010
2,3577
455 0,9145 2,0190 456 0,9163 2,0217
2,1210 2,1244
2,1497 2,1497 2,1533 2,1533
2,2013 2,2054
494
0,9915
2,1423
2,2700
2,3010
2,3010
2,3577
495
0,9914
2,1423
2,2700
2,3010
2,3010
2,3577
457 0,9186 2,0275
2,1315
2,1571 2,1609
2,2141
496
0,9910
2,1423
2,2700
2,3010
2,3010
2,3577
458 0,9207 2,0303
2,1351
2,1648 2,1687
2,2185
497
0,9909
2,1351
2,2700
2,3010
2,3010
2,3577
459 0,9231 2,0331
2,1423
2,1687 2,1727
2,2230
498
0,9903
2,1351
2,2650
2,2957
2,3010
2,3577
460 0,9252 2,0389
2,1497
2,1766 2,1807
2,2230
499
0,9894
2,1279
2,2601
2,2957
2,2957
2,3457
461 0,9277 2,0389
2,1533
2,1847 2,1847
2,2275
500
0,9887
2,1279
2,2554
2,2904
2,2904
2,3457
462 0,9300 2,0476
2,1571
2,1887 2,1887
2,2321
501
0,9875
2,1210
2,2507
2,2904
2,2904
2,3398
109
Tabel lampiran 6. Lanjutan A Pada Berbagai Konsentrasi Cr(VI) 9,9E-5 8E-6 1E-5 1,2E-5 1,4E-5 1,6E-5 502 0,9862 2,1174 2,2507 2,2802 2,2802 2,3341 503 0,9848 2,1106
2,2507
2,2802 2,2750
504 0,9833 2,1072
2,2460
505 0,9815 2,1072
2,2413
506 0,9797 2,1039
λ
A Pada Berbagai Konsentrasi Cr(VI)
λ 518
9,9E-5 0,9413
8E-6 2,0079
1E-5 2,1351
1,2E-5 2,1648
1,4E-5 2,1687
1,6E-5 2,2141
2,3284
519
0,9365
1,9973
2,1244
2,1497
2,1533
2,2013
2,2700 2,2750
2,3228
520
0,9314
1,9843
2,1106
2,1387
2,1387
2,1847
2,2650 2,2650
2,3118
521
0,9262
1,9740
2,1039
2,1281
2,1281
2,1727
2,2321
2,2601 2,2601
2,3064
522
0,9208
1,9615
2,0845
2,1106
2,1106
2,1609
507 0,9777 2,0973
2,2275
2,2554 2,2554
2,3010
523
0,9151
1,9497
2,0750
2,1006
2,1039
2,1460
508 0,9752 2,0876
2,2185
2,2507 2,2507
2,3010
524
0,9088
1,9357
2,0565
2,0845
2,0845
2,1315
509 0,9729 2,0813
2,2141
2,2507 2,2507
2,3010
525
0,9029
1,9220
2,0476
2,0718
2,0718
2,1174
510 0,9703 2,0750
2,2141
2,2413 2,2413
2,2904
526
0,8961
1,9066
2,0273
2,0536
2,0536
2,1039
511 0,9674 2,0718
2,2054
2,2275 2,2275
2,2802
527
0,8893
1,8918
2,0107
2,0388
2,0388
2,0813
512 0,9642 2,0626
2,1929
2,2185 2,2230
2,2700
528
0,8822
1,8737
1,9948
2,0190
2,0190
2,0687
513 0,9607 2,0536
2,1847
2,2141 2,2141
2,2601
529
0,8748
1,8580
1,9740
2,0000
2,0000
2,0476
514 0,9575 2,0476
2,1766
2,2054 2,2097
2,2507
530
0,8673
1,8412
1,9592
1,9843
1,9843
2,0273
515 0,9539 2,0360
2,1687
2,1929 2,1929
2,2460
531
0,8594
1,8251
1,9403
1,9640
1,9640
2,0107
516 0,9498 2,0275
2,1609
2,1847 2,1847
2,2367
532
0,8515
1,8079
1,9220
1,9449
1,9449
1,9921
517 0,9457 2,0190
2,1460
2,1727 2,1727
2,2230
533
0,8434
1,7898
1,9025
1,9242
1,9265
1,9714
110
Gambar Lampiran 1. Grafik Absorbansi Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif. Mn(VII)
Grafik hubungan Absorbansi versus waktu reaksi pada sistem parameter tunggal Pgr–Mn(VII). Konsentrasi Pgr 8,0x10-5 M, sedangkan konsentrasi Mn(VII) divariasi. Pengukuran dilakukan pada suhu 25oC, pH 4 dan panjang gelombang 492,2 nm. Mn(VII) 6x10- 6 M
-6
Mn(VII) 3x10 M
1,105
1,080
ulang 1
ulang 2
1,100
ulang 3 rata-rata
1,095 1,090
Absorbansi
Absorbansi
ulang 1
ulang 2
1,075
ulang 3 rata-rata
1,070 1,065 1,060
1,085 0
5
10
Waktu (menit)
15
20
0
Mn(VII) 9x10- 6 M
1,070
5
10
Waktu (menit)
15
Mn(VII) 1,2x10- 5 M
1,050 ulang 1
Absorbansi
Absorbansi
ulang 1
ulang 2
1,065
ulang 3 rata-rata 1,060
1,055
ulang 2
1,040
ulang 3 rata-rata
1,030 1,020 1,010
1,050 0
5
10
Waktu (menit)
15
0
20
Mn(VII) 1,5x10- 5 M
1,025
5
10
Waktu (menit)
15
ulang 1
ulang 1
ulang 3 rata-rata
1,010 1,005
Absorbansi
ulang 2
1,015
20
Mn(VII) 1,8x10- 5 M
0,985
1,020
Absorbansi
20
ulang 2
0,980
ulang 3 rata-rata
0,975 0,970
1,000 0,995
0,965 0
5
10
Waktu (menit)
15
20
0
5
10
Waktu (menit)
15
20
111
Gambar Lampiran 2. Grafik Absorbansi Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif. Cr(VI)
Grafik hubungan Absorbansi versus waktu reaksi pada sistem parameter tunggal Pgr–Cr(VI). Konsentrasi Pgr 8,0x10-5 M, sedangkan konsentrasi Cr(VI) divariasi. Pengukuran dilakukan pada suhu 25oC, pH 4 dan panjang gelombang 492,2 nm. Cr(VI) 3x10- 6 M
1,14
-6
ulang 1
ulang 1
ulang 2
1,08
ulang 3
1,05
Cr(VI) 6x10 M
1,10
rata-rata
1,02 0,99
Absorbansi
Absorbansi
1,11
0,96
1,05
ulang 2
1,00
ulang 3 rata-rata
0,95 0,90 0,85
0,93
0,80
0
5
10
Waktu (menit)
15
20
0
5
-6
15
Cr(VI) 1,2x10 M
0,900 ulang 1
ulang 1
0,800
Absorbansi
ulang 2
0,950
Absorbansi
20
-5
Cr(VI) 9x10 M
1,050
10
Waktu (menit)
ulang 3 0,850
rata-rata
0,750 0,650
ulang 2 ulang 3
0,700
rata-rata
0,600 0,500 0,400
0,550 0
5
10
Waktu (menit)
15
0
20
Kurva A Vs t Pgr-Cr(VI) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Cr (VI) 1.5E-5M
10
Waktu (menit)
15
20
Kurva A Vs t Pgr-Cr(VI) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Cr (VI) 1.8E-5
0.900 0.800
5
Ulang1
0.700
0.450
Ulang1
0.350
Ulang2
Ulang2
0.600 0.500
Ulang3 0.400
Ulang3 0.250
0.300
Rata-rata
Rata-rata 0.150
0.200 0
2
4
6
8
10
12
Wa ktu (me nit)
14
16
18
20
0
2
4
6
8
10
12
Wa ktu (me nit)
14
16
18
20
112
0,900
0,800
0,700 ulang 1
0,600
ulang 2 ulang 3 0,500
rata-rata
0,400
0,300
0,200 0
5
10
15
-6
Cr(VI) 1,5x10 M
0,9
ulang 1
Absorbansi
0,8
ulang 2
0,7
ulang 3
0,6
rata-rata
0,5 0,4 0,3 0,2 0
5
10
Waktu (menit)
15
20
20
113
Gambar Lampiran 3. Grafik Absorbansi Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif. V(V)
Grafik hubungan Absorbansi versus waktu reaksi pada sistem parameter tunggal Pgr–V(V). Konsentrasi Pgr 8,0x10 -5 M, sedangkan konsentrasi V(V) divariasi. Pengukuran dilakukan pada suhu 25oC, pH 4 dan panjang gelombang 492,2 nm. Kurva A Vs t Pgr-V(V) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi V(V) 6.0E-6M
Kurva A Vs t Pgr-V(V) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi V(V) 3.0E-06 1.060
1.110
1.050
1.100 Ulang2
1.090
Ulang3 Rata-rata
1.080
Absorbansi(A)
Ulang1
Ulang1
1.040 1.030
Ulang2
1.020 1.010
Ulang3
1.000 0.990
Rata-rata
0.980 0
2
4
6
8
10 12 14
0
16 18 20 22 24 26 28 30 32
2
4
6
8
10 12 14 16
18
20 22
24
26 28 30
32
Wa ktu(me nit)
Waktu(m enit)
Kurva A Vs T Pgr-V(V) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi V(V) 9.0E-6
Kurva A Vs t Pgr-V(V) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi V(V) 1.20E-05M
Absorbansi(A)
0.950 Ulang1
Ulang1
0.900
0.970 Ulang2
Ulang2
0.850 0.920
Ulang3
Ulang3
0.800 Rata-rata Rata-rata
0.870
0.750 0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
0
2
4
6
8
Wa ktu(me nit)
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
Wa ktu (me nit)
Kurva A Vs t Pgr-V(V) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi V(V) 1.80E-5
Kurva A Vs t Pgr-V(V) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi V(V) 1.50E-05M 0.850 0.820
Absorbansi(A)
Ulang1
Ulang1
0.800 0.750
Ulang2
Ulang2
0.770
0.700 Ulang3
Ulang3
0.650
0.720 Rata-rata
0.600
Rata-rata
0.550
0.670 0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Waktu(menit)
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Wa ktu(me n it)
114
Gambar Lampiran 4. Grafik Absorbansi Vs Waktu, Pada Penentuan Waktu Efektif. Ce(IV).
Grafik hubungan Absorbansi versus waktu reaksi pada sistem parameter tunggal Pgr–Ce(IV). Konsentrasi Pgr 8,0x10-5 M, sedangkan konsentrasi Ce(IV) divariasi. Pengukuran dilakukan pada suhu 25oC, pH 4 dan panjang gelombang 492,2 nm. Kurva A Vs t Pgr-Ce(IV) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Ce(IV) 3.0E-6
Kurva A Vs t Pgr-Ce(IV) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Ce(IV) 6.0E-6M
1.130
1.105
Ulang2 1.120
Ulang1
1.100
Absorbansi(A)
Absorbansi(A)
Ulang1
1.095
Ulang2
1.090
Ulang3
Ulang3
1.085
Rata-rata 1.110
1.080
Rata-rata
1.075
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0
2
4
6
Waktu(m e nit)
8
10
12
14
16
18
20
Waktu(Menit)
Kurva A Vs t Pgr-Ce(IV) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Ce(IV) 9.0E-6M
Kurva A Vs T Pgr-ce(IV) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Ce(IV) 1.20E-5M 1.015
1.040 Ulang1
1.030 Ulang2 1.025 Ulang3
1.020
Ulang1
1.010
Absorbansi(A)
1.035
1.015
1.005 Ulang2 1.000 Ulang3
0.995 0.990
Rata-rata
Rata-rata
1.010
0.985
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu(menit)
Waktu(menit)
Kurva A Vs t Pgr-Ce(IV) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Ce(IV) 1.50E-5
Kurva A Vs t Pgr-ce(IV) Pada pH4 dan Pada Konsentrasi Ce(IV) 1.80E-5M 0.960
1.010
0.990
Ulang2
0.980
Ulang3
0.970 Rata-rata
Absorbansi(A)
1.000
Absorbansi(A)
0.950
Ulang1
Ulang1
0.940 0.930
Ulang2
0.920 0.910
Ulang3
0.900 0.890
Rata-rata
0.960 0.880 0 1
2 3 4 5
6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu(menit)
0 1
2 3
4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Wa ktu(me nit)