Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… Kajian Tokoh Arimbi Dalam Novel “Detik Terakhir” Karya Alberthiene Endah Dari Sudut Psikologis Rahmat Kartolo1
Abstak Sastra bisa menghaluskan jiwa, karena sastra itu ungkapan jiwa. Melalui sastra manusia dapat mengungkapkan ekspresi kejiwaan baik dari diri sendiri maupun orang lain yang muncul dari perilaku tokohnya. Sastra selalu menarik perhatian karena mengungkapkan tentang segi-segi kehidupan manusia baik secara nyata maupun imajinatif. Meskipun gambaran kehidupan manusia yang terdapat dalam karya sastra bukanlah kehidupan manusia sesungguhnya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa apabila dibandingkan dengan bentuk-bentuk pengetahuan yang lainnya yang berhubungan dengan manusia salah satunya psikologis maka sastralah yang paling mendekati kehidupan manusia. Kata Kunci : Analisis Psikologis Sastra Dalam Novel “ Detik Terakhir” Karya Alberthiene Endah
1
Rahmat Kartolo, Dosen Universitas Muslim Nusantara
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 77
Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… I.
Pembahasan
dalam wahana bahasa simbol yang dipilihnya
A.
Pengertian karya sastra
dan diekspresikan, menjadi sebuah karya sastra.
Karya sastra terdiri dari berbagai bentuk ungkapan yang berbeda satu sama lain. Dalam fiksi ada yang disebut dengan cerpen, novel, dan roman. Sehubungan dengan fiksi, yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah novel. Novel mengandung gambaran tentang kehidupan
manusia,
memberi
pembaca
karya
sastra
dapat
penghayatan
yang
mendalam terhadap apa yang dibaca, seperti novel misalnya, maka isi yang ada dalam novel tersebut dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi pembacanya jika direnungi dengan benar. Manusia dengan
gejolak
tumpuan jiwanya.
selalu terkait Manusia
yang
memiliki derajat istimewa, memiliki budi bahasa, watak dan daya juang kejiwaan berekspresi. Namun, manusia juga tidak sendirian di dunia. Mereka harus hidup berdampingan dengan manusia-manusia lain. ini
akan
menjadi
bidikan
pengarang. Pengarang akan mengarahkan kamera jiwanya ke arah hal tersebut secara masak.
ditangkap oleh sang pengarang manusiamanusia lain tersebut, kemudian diolah dalam batinnya
dipadukan lalu
dengan
disusunlah
kejiwaannya
menjadi
suatu
pengetahuan baru dan diendapkan dalam batin. Jika endapan pengalaman ini telah cukup kuat memberikan
dorongan
pada
batin
sang
pengarang untuk melakukan proses kreatif, maka
sang
pengarang
pengalaman yang
semula
terendap dalam jiwa, telah beralih ke dalam karya
sastra yang diciptakannya, yang
terproyeksi lewat ciri-ciri kejiwaan para tokoh imajinernya. Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuan dan filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif dan yang paling modern. Endraswara (2008: 3) mengemukakan bahwa menurut para ilmuan dan filosof, psikologi
kaidah keilmuan dan etika filsafah kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tidak dapat dibebankan begitu saja sebagai muatan psikologi. Sastra sebagai gejala jiwa, di dalamnya terkandung
fenomena-fenomena
kejiwaan
yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Sastra
dan
psikologi
terlalu
dekat
hubungannya. Meskipun sastrawan jarang Gejala-gejala kejiwaan yang dapat
sendiri
kejiwaan
demikian,
memiliki batas-batas tertentu yang ada di luar
sebagai
Fenomena
Dengan
dilahirkannya
ISSN 2086 – 1397
endapan
pengalaman
berpikir secara psikologis, namun karya tetap bisa bernuansa kejiwaan. Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan
fungsional,
yakni
sama-sama
berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusiamanusia imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia rill. Namun, keduanya dapat Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 78
Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… saling melengkapi dan saling mengisi untuk
didengar dan dilihat dua atau tiga jam yang
memperoleh
lebih
lalu, seringkali sudah tidak ingat lagi. Padahal,
mendalam terhadap kejiwaan manusia, karena
ingatan merupakan faktor psikis, yang sangat
terdapat kemungkinan apa yang tertangkap
penting
oleh sang pengarang tidak mampu diamati
ingatan, karya dapat dibangun secara intensif.
oleh psikolog, atau sebaliknya. Sebagai suatu
Yang perlu dikaji dalam kaitannya dengan
ilmu pengetahuan, psikologi telah banyak
pengarang adalah mencermati sastra sebagai
dipergunakan di berbagai bidang kehidupan,
analog fantasi
seperti pendidikan, ekonomi, perdagangan,
tertentu.
industri,
ketaksadaran
pemahaman
hukum,
sosial,
yang
kesehatan
dan
bagi
pengarang.
Hanya
melalui
percobaan sistem penulis
Fantasi yang
permainan
bermanfaat.
penelitian
timbul
yang
sehingga akan dapat ditemukan fantasi natural.
mengkaji perilaku dalam situasi yang khusus,
Fantasi kejiwaan kadang-kadang tidak masuk
baik untuk tujuan teoritis maupun praktis.
akal, tetapi dalam sastra, sah-sah saja.
cabang
psikologi
ini
Proses
sebagainya. Sehubungan dengan itu, kemudian berbagai
semacam
adalah
perlu
hati-hati,
Maka dari itu peneliti memilih novel
Memori yang menyelimuti pengarang,
Detik Terakhir sebagai sumber kajian, yang
ada empat faktor psikologis yaitu pikiran,
dilatarbelakangi
untuk
perasaan, intuisi, dan sensasi. Dari empat
mengetahui perilaku dan mental tokoh Arimbi
faktor psikologis tersebut, satu dengan yang
sebagai
diangkat
lain saling melingkupi. Dunia pengarang tak
pengarang melalui karyanya. Tokoh Arimbi
bsia hanya mengandalkan satu tipe saja. Karya
adalah seorang gadis yang kaya, cerdas,
yang hanya mengandalkan pikiran, kurang
pemberani, nekat dan benci narkoba. “Dia
begitu
menjadi
segala
perasaan, begitu seterusnya. Apabila keempat
kesadarannya melihat narkoba sebagai alat
tipe itu dilacak dalam karya sastra di
untuk membangun keberanian, mendapatkan,
Indonesia, tentu akan banyak yang dominan,
pencerahan. Hal ini dapat dilihat dari segi
yaitu aspek perasaan (emosi).
perilaku dan mental tokoh Arimbi.
b.
bahan
adanya
masalah
pencandu
2. Aspek-aspek
keinginan
yang
dengan
pendekatan
psikologi
jika
tanpa
kehadiran
Tipologi Psikis Pengarang Keadaan psikis
pengarang adalah
suasana unik. Pengarang hidup dalam suasana
sastra A.
menyentuh
yang lain dari yang lain. Pada realitas
Psikologi Pengarang Memori psikologis pengarang
semacam ini, tugas peneliti psikologi sastra
Memori adalah persoalan siapa pun,
hendaknya lebih menukik sampai hal-hal yang
a.
termasuk
dengan
bersifat pribadi. Hal persoalan ini dikaitkan
sendirinya akan menggunakan memori untuk
dengan sastra yang dihasilkan. Pengarang
berkarya.
adalah makhluk multijiwa, yang bisa bersuara
terbatas.
pengarang.
Sayangnya Jarang
Pengarang
memori
pengarang
termasuk
yang
dapat
apa saja.
mengingat seluruh hal. Bahkan, yang pernah ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 79
Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… Sastrawan juga dapat dibagi lagi ke
Dapat ditarik kesimpulan, aspek psikologis
dalam dua tipe psikologis yaitu sastrawan
keluarga
yang “kesurupan” yang penuh emosi, menulis
pengarang. Pengarang yang berasal dari
dengan spontan dan yang meramal masa
keluarga miskin dan mapan, sering berbeda
depan, dan sastrawan “pengrajin”, yang penuh
ekspresinya. Dengan demikian, aspek psikis
keterampilan, terlatih dan bekerja dengan
dapat dipengaruhi oleh situasi ekonomi,
serius dan penuh tanggung jawab. Oleh karena
budaya,
sifat
pengarang berarti merupakan ramuan dari
kesurupan
dalam
tradisi
sastra.
sering
mempengaruhi
politik
dan
sebagainya.
Sebenarnya modal yang tidak sederhana.
sekian unsur pembangun estetika.
Sastrawan
d.
kesurupan
semena-mena.
Begitu
tidak pula
bisa
dinilai
kejiwaan
Jiwa
Kepribadian Pengarang
sastrawan
Kepribadian adalah persoalan jiwa
pengrajin, tampaknya sekedar mementingkan
pengarang yang asasi. Pribadi pengarang akan
produktivitas, bukan kualitas.
mempengaruhi
c.
memang dapat dibentuk. Dalam pertemuan
Psikobudaya Pengarang
ruh
karya.
Kepribadian
Psikobudaya adalah kondisi pengarang
dengan orang-orang yang ternama dalam
yang tidak lepas dari aspek budaya. Kejiwaan
bidang sastra dan diluar sastra, pribadi
pengarang dituntun oleh kondisi budayanya.
pengarang akan terbentuk. Interaksi antara
Pengarang yang bebas sama sekali dari faktor
pribadi-pribadi atau kelompok individu yang
budaya, hampir tidak ada. Pengarang tidak
mempunyai minat yang sama mempunyai
bisa lepas dari budaya, pribadi dan moral yang
nampak yang amat menentukan. Munandar
mengitari jiwanya. Oleh sebab itu, kreativitas
(1940:
pengarang sebenarnya merupakan cetak ulang
kepribadian
dari jiwanya, faktor kepengarangan demikian,
berprakarsa, mempunyai minat yang luas,
memang tidak terelakkan dalam diri psikis
mandiri dalam berfikir, rasa ingin tahu yang
pengarang. Pengarang yang hidupnya penuh
kuat, kepetualangan, penuh semangat, percaya
liku-liku kultural, tentu amat kaya jiwanya.
diri, berani dalam keyakinan.
Dari
faktor
budaya
psikologis
45)
mengemukakan kreatif,
yaitu,
ciri-ciri imajinatif,
Ciri-ciri ini dapat dikenali pada para
demikian, dapat dimengerti bahwa pengarang
pengarang,
yaitu
dari
aspek
tidak tunggal. Pengarang adalah pribadi yang
pendorong,
proses
dan
produk.
multirupa. Jiwa pengarang dapat diubah atau
kepribadian, tindakan atau prilaku kreatif,
mengubah diri sendiri. Berarti penelitian
muncul dari keunikan kepribadian individu
psikologi sastra perlu memperhatikan aspek
dalam interaksi dengan lingkungannya.
budaya di sekitar pengarang. Pengarang yang
Dari
kepribadian bahwa
di
pribadi, Aspek
atas,
pengarang
dapat
hidup dalam lingkup budaya keras, marginal,
dikemukakan
memang
ketidakadilan tentu berbeda karyanya. Budaya
memiliki pribadi khas. Oleh karena pengarang
kota dan desa juga akan membentuk jiwa
pandai memainkan imajinasi, maka apa yang
pengarang. ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 80
Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… dihasilkan
tampaknya
membutuhkan
yang muncul dibangun untuk melakukan
pemahaman kritis.
sebuah objek. Tokoh termaksud yang secara
B.
psikologis menjadi wakil sastrawan. Sastrawan
Psikologi Penokohan
a.
kadang-kadang menyelinapkan pesan lewat
Tokoh Tokoh tidak kalah menarik dalam
tokoh. Pada umumnya yang menjadi tujuan
studi psikologi sastra. Tokoh adalah figur yang
adalah tokoh utama, sedangkan tokoh kedua,
dikenal dan sekaligus mengenai tindakan
tokoh
psikologis. Dia adalah editor dalam sastra.
mendapatkan penekanan. Pemahaman tokoh
Jutaan rasa akan hadir lewat toko. Aspek
semacam ini terasa berat sebelah karena tokoh
psikologis ini tidak terbatas, aneka rasa psikis
bawahanpun memiliki watak dan seringkali
seperti, rasa unggul, rasa takut, abadi. Tokoh
juga dijadikan cerminan diri.
kadang-kadang
juga
representasi
psikis
ketiga,
dan
seterusnya,
kurang
Penokohan yang meyakinkan sulit
pengarangnya. Namun, tokoh yang bernuansa
dibuat
psikis akan berpijak pada psikologi sastra.
pengarang. Penokohan yang baik, mesti harus
sastra
hanya
dari
pengamatan
terhadap
Menurut Siswantoro (2004: 31-35),
melalui perenungan yang dalam. Jika sekedar
berbeda
melukiskan
dengan
psikologi,
sastra
watak
tanpa
perenungan,
berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi,
pengarang kurang begitu menjiwai. Akibatnya,
esai yang diklasifikasikan ke dalam seni,
tokoh-tokoh yang dibangun gagal aspek
sedangkan psikologi merujuk kepada studi
psikisnya.
ilmiah tentang perilaku manusia dan proses
sastrawan. Tokoh tersebut tergolong orang-
mental. Meski keduanya berbeda, tetapi
orang yang diamati oleh pengarang, dan
memiliki titik temu atau kesamaan, yakni
pengarang sendiri akan masuk secara alamiah
keduanya
dalam karyanya.
berangkat
dari
manusia
dan
kehidupan sebagai sumber penelitian. Perilaku
Tokoh
c.
menjadi
cermin
dari
Konsep pengaruh dalam tokoh
manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang
Diyakini bahwa pribadi manusia itu
membungkusnya dan mewarnai perilakunya.
pada dasarnya dapat berubah. Perubahan itu
Namun, aspek psikologi dalam sastra jelas tak
terjadi akibat di pengaruhi oleh berbagai faktor
akan lepas dari dunia sekitar individu itu
seperti, faktor dari dalam yang dibawa sejak
hidup. Akhirnya, dapat ditarik kesimpulan
lahir, dan faktor dari luar atau pengaruh
bahwa karya sastra, tampaknya telah mampu
lingkungan.
merekam gejala kejiwaan yang terungkap
kepribadiannya,
lewat perilaku tokoh.
melingkupinya. Tokoh merupakan figur yang
b.
penting,
Tokoh dan Cerminan Kejiwaan Tokoh biasa terdapat pada karya prosa
Tokoh
yang
mengantarkan
dapat
tergantung
menjadi jiwanya.
berubah-ubah situasi
wahana Dari
yang
novelis peristiwa
dan drama. Adapun puisi hanya sebahagian
ambivalensi maupun kepribadian tunggal,
yang memiliki tokoh. Puisi klasik memang ada
merupakan bentuk kompleksitas psikologi
pula yang mempunyai tokoh. Tokoh-tokoh
manusia. Oleh sebab itu, peneliti akan
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 81
Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… mendeteksi perubahan pribadi dan fungsinya
Resepsi
adalah
penerimaan-
sebagai pembangun cerita.
penerimaan sastra oleh pembaca bisa berbeda-
C.
beda tafsirnya. Sastra ibarat sebuah surat
Psikologi Pembaca Daya psikis keras dan lunak
berharga yang dialamatkan kepada penerima
Resepsi pembaca secara psikologi
pesan. Namun, dalam sastra ada sejumlah
pasti akan terjadi, dibandingkan resepsi yang
kode-kode psikologis yang bisa memunculkan
lain. Dengan modal kejiwaan, karya sastra
persepsi
akan
membangkitkan
a.
meresap
secara
halus
dalam
diri
pembaca. Oleh sebab itu, pembaca yang bagus
lain.
Tafsir
psikologis
imajinasi
yang
akan
berharga.
Pembaca bebas bermain imajinasi.
tentu mampu meneladani aspek-aspek penting
Sastra
setelah
lepas
dari
tangan
dalam sastra. Nilai-nilai dalam sastra yang
penulis menjadi hak banyak orang, termasuk
mampu membentuk sikap dan prilaku, akan
pembaca. Aspek psikis penulis, mungkin bisa
diinternalisasikan dalam diri pembaca.
diterima berbeda pembaca. Pembaca sering
Sastra dalam konteks pembaca akan
berimajinasi lain ketika menyikapi karya
berpengaruh cepat dan lambat. Pengaruh cepat
sastra, kondisi kejiwaan pembaca juga sering
merupakan daya keras, spektakuler, dan
kali mempengaruhi daya kritis.
menantang sehingga pembaca spontan berubah
Pembaca
memang
bebas
sebagai
sikap dan wataknya. Sebaliknya, sastra juga
penafsir. Namun, yang paling esensial adalah
dapat secara lambat menyerukan daya tertentu,
bukan hanya mampu meneliti teks sastra
tetapi tetap pasti. Meskipun daya serap
sebagai refleksi kesadaran saja, melainkan
pembaca lunak, lembut, namun tetap pengaruh
sampai ketaksadaran. Teks sastra tidak selalu
sastra semacam ini sering sulit hilang.
berhubungan dengan realitas objektif. Kalimat
Gagasan-gagasan resepsi psikologis
atau baris dalam sastra selalu bermakna. Bagi
menunjukkan betapa pentingnya efek sastra
pembaca yang baik, tentu akan selektif
efek sastra bagi pembaca. Sastra memiliki
terhadap
daya keras dan lunak dalam kehidupan
psikologis akan terbungkus rapi dalam bahasa.
psikolog pembaca. Sebagai daya keras, sastra
Perbedaan persepsi terhadap wacana sastra,
akan mampu mengubah kehidupan pembaca
justru memperkaya nilai sastra. Sastra tak
secara langsung dan cepat. Pembaca akan
pernah tunggal dalam hal makna
merasa sakit hati, marah, jengkel, dan tiba-tiba
3. Sekilas
jatuh sakit. Pembaca yang berteriak keras-
Sinopsis Novel Detik Terakhir Karya
keras, setelah membaca sastra. Sebagai daya
Alberthiene Endah
lunak, sastra akan merambat pelan-pelan
permainan
kata.
Tentang
Setiap
Pengarang
pesan
Dan
Alberthiene Endah adalah seorang
kedataran psikis pembaca. Pengaruh sastra
alumni
sedikit demi sedikit, tetapi pasti.
Indonesia. Alberthiene memiliki pengalaman
b.
sebagai wartawan di majalah Katolik, hidup
Resepsi dan kebebasan tafsir
sastra
Belanda
di
Universitas
psikologis ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 82
Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… sejak tahun 1993-1995 dan menjadi redaktur
Alberthiene akan segera meluncurkan Biografi
di majalah Femina sejak tahun 1995-2004.
politikus Dwi Ria Latifa SH, dan serial novel
Selain Jangan Beri Aku Narkoba, karya-
Lajang Kota, tentang kisah-kisah perempuan
karyanya yang sudah beredar adalah buku
kota dengan berbagai problemnya.
mengenai
Alberthiene yang hobi traveling dan belanja
kehidupan
Diva
Indonesia,
Krisdayanti berjudul seribu satu KD dan Biografi
Rafa
ISSN 2086 – 1397
sinetron
Raam
ini tinggal di Jakarta dan masih melajang.
Punjabi.
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 83
Rahmat Kartolo, Kajian Tokoh Arimbi… DAFTAR PUSTAKA Kusdiana, A. 2002. Penggunaan Model Respons Siswa Untuk Mengefektifkan Pengajaran Membaca Cerita di Sekolah Dasar. Bandung : Pascasarjana UPI (Tesis). Lado, R. 1984. Language Teaching a Scientific Approach. Bombay New Delhi : tata Mc. Graw-Hill Publishing. Moody, H.L.B. 1971. The Teaching of Literature. London : Longman Group Ltd. Mulyati, Y. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Universitas Terbuka. Nadeak, W. 1985. Pengajaran Apresiasi Puisi Untuki Sekolah Lanjutan Atas. Bandung : Sinar baru. Oka, I.G.N. Tanpa Tahun. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya : Usaha Nasional. Rahmanto, B. 1985. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius. Rosidi, A. 1983. Pembinaan Minat Baca Bahasa dan Sastra. Surabaya : Bina Ilmu Rusyana, Y. 1982. Metode pengajaran Sastra. Jakarta : Gunung Larang Semi, M.A. 1990. Metode Pengajaran Sastra. Bandung : Angkasa. Sumardjo, Y. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. Tarigan, H.G. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa. Teew, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya. Tim Pelatih Proyeki PGSM. 1991. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta : Depdikbud. Waluyo, H.J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga. Wellek, R. & Austin W. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta : Pustaka Jaya.
ISSN 2086 – 1397
Volume V Nomor 2. Juli – Desember 2014 | 84