PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Felisianus Perik NIM : 014114050
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERISITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Siapkan akal budimu Waspadalah dan letakkanlah harapanmu Seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan Turuti hawa nafsu yang menguasai kamu Karena kamu telah mensucikan dirimu oleh Ketaatan kepada kebenaran, Dan kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus dan ikhlas. (Surat Petrus, 1 : 13 - 17)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini teruntuk Mamaku tercinta Heno Kornelia Misa Papaku tercinta Heno Falentinus Kakakku tersayang Edison F.X. Misa Heno Kakakku tersayang Relly Detroni Misa Heno Kakakku Remigius Muksim Misa Heno Kakakku tersayang Anjel Misa Heno Kakakku tersayang Irnawati F.X. Misa Heno Kakakku tersayang Adi Patrik Misa Heno Adikku tercinta Hilarius Ariyanto Misa Heno Ponakanku tersayang Ivo Misa Heno Arthur Misa Heno Fanera Muksim Misa Heno
Kebahagiaan tersendiri dapat memberikan Kebahagiaan dan kasih sayangku Untuk semua keluargaku tercinta Dan untuk orang-orang yang kukasihi
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Juni 2008 Penulis
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama Nomor Mahasiswa
: Felisianus Perik : 014114050
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 3 Mei 2008
Yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Perik Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi S1.Yogyakarta: Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma Penelitan ini mengkaji tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa antara psikologi dan sastra terdapat hubungan yang erat sehingga dapat digunakan untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi. Melalui psikologi sastra dapat diketahui tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mengakibatkan tokoh Arimbi mengalami tekanan batin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti membagi menjadi dua tahap. Pertama, menganalisis novel Detik Terakhir untuk mengetahui struktur intrinsiknya, kedua, mempergunakan hasil analisis pada tahap pertama untuk memahami aspek psikologi yang berkaitan dengan tekanan batin Arimbi dalam novel Detik Terakhir. Tujuan pokok penelitian ini adalah memaparkan tekanan batin yang dialami oleh tokoh Arimbi dan tekanan batin akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai manusia. Dari hasil analisis psikologi sastra dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri sangat dibutuhkan oleh tokoh Arimbi. Ketiga kebutuhan ini tidak didapatkan oleh Arimbi dari linkungan keluarganya. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut menimbulkan perasaan–perasaan tertekan pada tokoh Arimbi,seperti rasa takut, rasa tidak percaya diri, dan rasa frustrasi yang menyebabkan tekanan batin pada tokoh Arimbi dan pada akhirnya Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba yang sebenarnya tidak diinginkan oleh Arimbi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Perik. Felisianus. 2008. Tekanan Batin Tokoh Arimbi Dalam Novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra Thesis S1. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata Dharma University. This research examines psychological strain of Arimbi’s character in the novel of Detik Terakhir by Alberthiene Endah. The approach used in this research is literature psychological approach. It is based on an assumption that there is a strong relation between psychology and literature so it can be used to analyze Arimbi’s psychological strain. By literature psychological, it can be known that Arimbi’s psychological strain caused by not fulfilled basic needs makes Arimbi has psychological strain problem. The method used in this research is description method. By using this method, researcher divides it into two stages. First, by analyzing the novel of Detik Terakhir to understand its intrinsic structure; second, by using the analysis result in first stages to understand psychological aspect related to the Arimbi’s psychological strain in the novel of Detik Terakhir. Main goal of this research is to explain psychological strain felt by Arimbi and psychological strain because basic needs as a human are not fulfilled. Based on the analysis result of literature psychological, it can be concluded that necessity of feeling safe, necessity of appreciation, and necessity of self-actualization are needed by Arimbi very much. Arimbi gets these necessities not from his family. Because of these not fulfilled basic needs, Arimbi feels suppressed. Feeling of afraid, no self-confidence, and frustration cause psychological strain to Arimbi’s character. Finally, Arimbi falls into narcotics and drugs that actually is not expected by him very much.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya skripsi ini, penulis merasa bahwa Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang telah berkarya pada diri penulis. Untuk itu penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas anugerah dan berkat-Nya. Tanpa campur tangan Tuhan skripsi ini tidak akan selesai pada waktu yang direncanakan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma. Skripsi dengan judul Tekanan Batin Tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir karya Alberthine Endah ini tidak terwujud begitu saja, melainkan melalui proses dan berkat kebaikan serta keprihatinan hati dari banyak pihak. Kebaikkan dan keprihatinan itulah yang menjadikan semangat penulis untuk segera menyelesaikan studi. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. 1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama, yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dorongan dan arahan kepada penulis. Ditengah kesibukkannya beliau masih meluangkan waktu sehingga muncul motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, dan berusaha lebih baik lagi. 2. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing dua, terima kasih atas segala bimbingan dan dukungan, serta nasihat, perhatian, kesabaran, serta kesediaan meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Hery Antono, M.Hum., dan Bapak Dr. I Praptomo Baryadi, terima kasih atas dukungan dan perhatiannya selama ini yang sering bertanya ”bagaimana skripsinya?” dan “kapan pendadaran?” pertanyaan-pertanyaan tersebut telah memacu semangat untuk meyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Drs. FX. Santoso, M.S., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum, Ibu S.E. Peni Adji, S.S., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum, terima kasih atas
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bimbinganya selama penulis menempuh studi di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. 5. Karyawan Fakultas Sastra Univerisitas Sanata Dharma. 6. Karyawan UPT Perpustakaan Univeritas Sanata Dharma. 7. Mamaku tersayang Heno Kornelia Misa dan Papaku Heno Falentinus terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doanya yang selalu mengiringi langkahku, I love you ... “selamanya Mama Papa Henoku adalah mutiara hatiku yang tak ternilaikan oleh apapun”. 8. Teruntuk kakakku tersayang Edison FX. Heno, Relly Heno, Remigius Heno, Angela Matidis Heno, Irnawati FX Heno, Adi Heno, adikku Rio Heno, dan keponakkanku Ivo Heno, Fanera Heno, Arthur Heno “saudara adalah bagian hidupku yang tak akan tergantikan oleh apapun”. 9. Buat adik-adikku yang tersayang, Noni Ngamal, Upi Ngamal, Iwan Ngamal, Tasya, Anjel, Paskual, kalian sudah besar, patuhi mama papa, rajinlah belajar, galilah ilmu sedalam mungkin biar masa depan kalian cerah. 10. Teruntuk Papaku Karel, dan Mamaku Karel tercinta terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini. 11. Buat adikku Rio Heno, ingatlah pesan Mama Papa Heno jadilah anak yang baik dan sukses jangan nakal, raihlah cita-citamu sebisa mungkin, agar papa mama Heno bahagia, melihat adikku Rio Heno sukses. 12. Buat seseorang yang selalu ada dihatiku, Aku selalu mencintaimu. 13. Khusus sahabat kecilku adik Kisti Imoet terima kasih atas dukungan dan doanya, “kakak selalu merindukanmu”. 14. Teruntuk kakakku yang baik, Sius Karel, Yos Karel, Nandus Karel Hiro Karel, Li Karel dan semua keluarga Ema Koe Karel terima kasih atas nasihatnya. 15. Teruntuk semua keluarga besar Rentung dari Mama Henoku, dan keluarga besar Rego dari Papa Henoku terima kasih atas dukungannya. 16. Keluarga kakakku Donatus Lagus, Pr, dan keluarga kakakku F. X. Agus Basuki, terima kasih atas perhatian, pengertian, dukungan doa dan semangat,
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlebih karena kesediaan menerima saya sebagai bagian keluarga ini. You’re my second family. 17. Kakakku John Ngamal dan kak Omy Ngamal terima kasih atas nasihat, dukungan dan doanya. 18. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ti Ngamal, Kak Mar Ngamal, Kak Largus Ngamal. 19. Adik-adikku tersayang Nayen Putriana, Arie Nayen, Aldo, Rinto, Klaus Reba Entok Bertolomeus, Anto, Indri, Candra “ayo, skripsinya cepat diselesaikan”. Akhirnya Feli dapat selesaikan skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan perhatian dari adik-adikku tersayang. 20. Sahabat seperjuanganku Sastra Indonesia ’01 khususnya Aji Yulianto, Andy Permana, Sherlly, Kingkin, Ernest, Novi, Ririn Tari, Keynas, Dwi, Sita, Yuni, Indah, Ompong Kristo Beo, Linda Wati terima kasih atas persahabatan selama ini dan semangat kerjasama, perhatian, pengertian dukungan dan keceriaan yang penuh makna. ”tidak akan Feli lupakan”. 21. Wina momang daku Esy terima kasih atas doa, dukungan dan perhatiannya selama ini. 22. Ana Dominika terima kasih atas ketulusan sayang dan kasihmu. 23. Terima kasih atas dukungan dari teman-teman dan saudaraku Fides, S.E., Rama Sakti, S.E., 12 – Mh4 dan Dila, Doni, Fred, Tian Woyo, Yanu, Heri, Petrus, Yulin, S.E., Eliys, Siti Suryanie Zein, Ivan, Nanang, S.S. Agus Wiwit, Sigit, S.S., Adi Cahyono, Eka, Vero, Ema Koe Fansi, Retno Manis, Niken, Wilma, Ameng, Ruth, S.S., Sovi, Karina Sitepu, Martina Mas, S.S., Menyun, Rosa, Erda, Eli, Fanie, Martha, Romi, Endang, Riki, Andi Jay, Elin, Anye, Onsi, Thomas, Retno, Yudha D.A., S. Pd, Pak Sutries, Mbak Pipiet. 24. Terima kasih atas dukungan dari Kak Ensi dan Kak Todi selama ini. 25. Terima kasih untuk Ibu Harto, Mbak Hesty, Mas Farid, Dimas, Damar, dan Handi Harto atas dukungan dan doanya. 26. Terima kasih untuk keponakanku Yeti Dahat, Elen Dahat, Rio Zaman, Ita Zaman yang telah mendukung dan mendoakan saya selama mengerjakan skripsi.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27. Terima kasih untuk teman-teman kos grinjing atas dukungan dan bantua nnya selama ini. Semoga kebaikkan hati pihak-pihak yang disebut di atas menjadi amal baik serta mendapat balasan dari Tuhan. Meskipun penulis sudah berusaha menyusun skripsi ini sebaik-baiknya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan kritik senantiasa penulis perlukan dari perbaikkan skripsi ini.
Penulis
Felisianus Perik
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian di dalam hidup dengan berbagai macam cara, ada yang berhasil ada juga yang tidak berhasil. Jika seorang tidak mendapatkan yang diinginkannya maka dia akan stres, tertekan dan putus asa. Orang yang tabah dalam menjalankan hidup kemungkinan besar dia akan terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh tekanan batin (Daradjat, 1985 : 15). Ketidaktentraman
hati,
atau
kurang
sehatnya
mental,
sangat
mempengaruhi kelakuan dan tindakan seseorang, misalnya orang akan merasa tertekan, atau merasa gelisah dan berusaha mengatasi perasaan yang tidak enak itu dengan jalan mengungkapkannya keluar. Akan tetapi, tidak selamanya orang mendapat
kesempatan
untuk
itu.
Orang
yang
menghadapi
kesukaran-
kesukarannya dengan tidak wajar atau ia tidak sanggup menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dapat mengala mi gangguan jiwa (Daradjat, 1985 : 22). Tekanan batin (pressure) adalah suatu perasaan yang di dalamnya orang merasa dirinya dibebani dan seolah-olah dikejar untuk mencapai sesuatu atau berperilaku tertentu (Winkel, 1991 : 207). Novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah ini cukup banyak mengungkapkan dan menyoroti permasalahan tekanan batin yang terjadi pada tokoh Arimbi. Permasalahan tekanan batin yang dialami oleh Arimbi adalah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
berawal dari Arimbi melihat kedua orang tuanya yang selalu saja bertengkar, setiap hari ayah Arimbi selalu memukul ibunya sampai berdarah, bahkan sampai pingsan. Arimbi juga merasa tertekan melihat perselingkuhan kedua orang tuanya dengan rekan kerja mereka di kantor. Novel Detik Terakhir ini juga menceritakan tentang kehidupan keluarga terpandang, kisah hidup Arimbi anak orang kaya dan memiliki orang tua yang punya nama besar. Orang tua yang tampak harmonis dan bahagia meskipun di dalam keluarga selalu saja sering saling menyakiti, Arimbi selalu saja menyaksikan pertengkaran dan perselingkuhan kedua orang tuanya yang menyebabkan Arimbi merasa tertekan batinnya dengan perbuatan orang tuanya. Pada akhirnya Arimbi mengambil sebuah keputusan untuk lari dari rumah untuk mencari dunia baru yang membuat hidupnya bahagia. Dunia baru itu adalah narkoba. Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba dan menjadi pecandu narkoba. Arimbi
melakukan
ini
bukan
karena
keinginannya,
Arimbi
terpaksa
melakukannya karena Arimbi merasa tertekan melihat kedua orang tuanya yang setiap hari selalu saja ada pertengkaran. Bagi Arimbi hidup di rumahnya seperti hidup di neraka yang setiap hari selalu saja menjerit meminta pertolongan. Salah satu karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengamatan sastrawan terhadap kehidupan di sekitarnya. Penciptaan novel dipengaruhi latar belakang pengarang, lingkungan, dan keperibadian pengarang itu sendiri. Novel mengandung cerita kehidupan seorang sewaktu ia mengalami krisis dalam jiwanya dan sebagainya (Sumardjo, 1984 : 4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Karya sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra merupakan ekspresi batin manusia. Tokoh-tokoh dalam novel adalah manusia yang terdiri dari unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi sangat berperan dalam penokohan (Sumardjo, 1984 : 8). Pada dasarnya psikologi dan sastra mempunyai kaitan erat antara manusia dengan masyarakatnya (Sumardjo, 1984 : 5). Psikologi dapat memberikan gambaran-ganbaran atau penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, terutama tentang masalah- masalah yang berhubungan dengan perasaan dalam sastra. Berbagai persamaan tujuan antara psikologi dan sastra mendasari adanya suatu pendekatan psikologi terhadap suatu karya sastra (Sumardjo, 1984 : 10). Dalam kaitan antara psikologi dan sastra, Hartoko dan Rahmanto mendefinisikan psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mengkaji sastra dari sudut pandang psikologi. Pendekatan ini diarahkan pada pengarang maupun pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan Rahmanto, 1986 : 29). Sebuah cerita fiksi dalam bentuk novel, didukung oleh tokoh-tokoh cerita. Tokoh utama selalu menjadi tokoh sentral. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisah (Sudjiman, 1988 : 18). Arimbi dalam novel Detik Terakhir ini dapat dikatakan sebagai tokoh yang memegang peranan pemimpin karena Arimbi banyak terdapat dalam setiap bagian cerita novel Detik Terakhir. Peneliti memilih novel Detik Terakhir ini, sebagai bahan kajian dengan alasan pertama novel Detik Terakhir ini mempunyai kekhasan dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
penceritaan, pembaca dihadapkan pada permasalahan yang tidak jauh dari realita kehidupan zaman sekarang yaitu banyaknya anak-anak muda yang terjermus dalam dunia narkoba, disebabkan tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari orang tua serta keluarga mereka; kedua novel ini memenangkan penghargaan Pertama Adikarya IKAPI untuk kategori novel remaja; ketiga tema novel ini tentang narkoba sesuai dengan keadaan saat ini yang sedang digalangkan anti narkoba, sehingga menarik untuk mengetahui kehidupan para pengguna narkoba. Karya-karya Alberthiene Endah selalu sesuai dengan kehidupan modern. Contohnya saja novel Detik Terakhir ini dan juga novel ini pernah difilmkan dengan judul Jangan Beri Aku Narkoba. Karya-karya Alberthiene Endah berhasil meraih 2 penghargaan khusus dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Fan Campus dalam menanggulangi narkoba, dan Mei 2005, novel Jangan Beri Aku Narkoba terpilih sebagai juara Pertama Adikarya Award 2005 IKAPI (Endah, 2004 : www. Gramedia. com). Seorang mengalami tekanan perasaan atau tekanan batin yang sangat berat, apalagi tidak ditemukan jalan keluarnya, akan mengakibatkan seseorang mengalami gangguan jiwa atau bahkan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan seseorang tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidupnya dengan jalan yang wajar atau bahkan ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang sedang dihadapinya (Daradjat, 1985 : 24). Dalam memahami karya sastra terutama novel, analisis intrinsik sangat diperlukan sabagai langkah awal. Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
diteliti adalah tokoh dan latar dengan alasan kedua unsur ini sangat intensif mengungkapkan permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi. Dari analisis struktur dilanjutkan analisis psikologi yang berhubungan dengan tekanan batin tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi Abraham Maslow karena peneliti melihat adanya kesesuaian antara teori psikologi Abraham Maslow untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi permasalahan hidup. Permasalahan tekanan batin tokoh banyak terdapat dalam novel Detik Terakhir, maka penulis tertarik untuk mengungkap permasalahan tersebut. Pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis sastra, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis segi kejiwaan yang berhubungan dengan tokoh Arimbi.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.2.1
Bagaimanakah struktur penceritaan novel Detik terakhir karya Alberthiene Endah ?
1.2.2
Bagaimanakah tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel Detik Terakhir karya Alberthiene Endah ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah- masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah: 1.3.1
Mendeskripsikan struktur penceritaan
novel Detik Terakhir
karya
Alberthiene Endah. 1.3.2
Mendeskripsikan tekanan batin yang dialami tokoh utama dalam novel Detik Terakhir karya Alberthine Endah.
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa : 1.4.1
Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kajian tentang tekanan batin untuk dunia sastra.
1.4.2
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya tujuan sastra dari sudut pandang psikologi.
1.5 Landasan Teori 1.5.1
Teori Struktural Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang
bermakna. Struktur sastra menyarankan pada penge rtian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling mene ntukan, saling mempengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 1995 : 36) Permasalahan sebuah karya sastra khususnya novel, dapat dilakukan dengan memaparkan struktur novel. Tujuan pemaparan adalah mengetahui fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhan (Nurgiyantoro,1995 : 37) Analisis intrinsik dalam penelitian ini hanya difokuskan pada tokoh dan latar saja. Hal ini dikarenakan latar merupakan tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir tokoh (Nurgiyantoro, 1995 : 75).
1.5.2 Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsinya tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1995 : 178). Tokoh antagonis atau tokoh lawan adalah tokoh penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman, 1991 : 19). Tokoh antagonis juga dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995 : 179) Menurut Sudjiman (1988 : 17) berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peranan penting disebut tokoh utama atau protagonis. Tokoh protagonis selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral di dalam cerita, tetapi kehadiranya sangat diperlukan untuk menunjang dan mendukung tokoh utama. Hartoko dan Rahmanto (1986 : 14) menjelaskan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap tokoh kongkrit, individual.
1.5.3 Latar Latar adalah tempat atau masa terjadinya peristiwa (Sumardjo, 1983 : 10). Menurut Sayuti menjelaskan bahwa cerita berkisah tentang seseorang atau beberapa tokoh (1988 : 44). Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentulah terjadi pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya cerita dalam suatu karya sastra membangun latar cerita. Sebuah cerita dibangun dari unsur latar karena pelukisan latar dapat membantu pembaca dalam memahami jalannya cerita dan keberadaan tokoh dalam sebuah novel. Latar atau setting disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995 : 216). Latar memberi pijakan cerita secara kongkrit. Hal ini penting untuk memberi kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995 : 217). Pendeskripsian unsur latar semakin memperjelas maksud yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Latar memberi gambaran kepada pembaca mengenai tempat tokoh berada, waktu kejadian berlangsung, dan keadaan kondisi sosial tokoh. Latar dalam sebuah novel dapat dibagi menjadi tiga yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
1.5.3.1 Latar Tempat Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin beberapa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu, dan tanpa nama yang jelas (Nurgiyantoro, 1995 : 227). Pengangkatan suasana kedaerahan, suatu yang mencerminkan local colour, akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya sastra yang bersangkutan, tempat sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional. Namun, perlu ditegaskan sifat ketipikalan daerah tidak hanya ditentukan oleh rincian deskripsi lokasi, melainkan harus lebih didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya (Nurgiyantoro, 1995 : 229)
1.5.3.2 Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang komplek, ia dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap (Nurgiyantoro, 1995 : 234). Hudson via Sudjiman (1984 : 44) menjelaskan jika latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan unsur lainnya yang melatari peristiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
1.5.4 Psikologi Sastra Teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menganalisis novel Detik Terakhir adalah psikologi sastra. Menurut Awang dalam Shalauddin (1991 : 27) psikologi dan sastra memiliki banyak persamaan. Keduanya mempunyai fungsi dan cara yang sama dalam pelaksanaan tugas untuk memahami perihal manusia
dan
kehidupannya.
Dalam
pelaksanaan
fungsinya,
keduanya
menggunakan tinjauan yang sama, yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama untuk penulisan atau penelitian.
1.5.4.1 Psikologi Abraham Maslow Teori Maslow mendasarkan diri pada pandangan bahwa seseorang itu pada hakikatnya baik dan bebas, kekuatan jahat dan merusak yang ada pada manusia merupakan hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan bawaan (Maslow via Koeswara, 1989 : 224). Studi objektif tentang tingkah laku manusia belumlah cukup, untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh maka segi-segi subjektifnya pun perlu dipertimbangkan termasuk perasaan, keinginan, harapan dan aspirasi-asprasi seseorang (Maslow via Goble, 1987 : 41). Konsep fundamental Maslow adalah manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk semua spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan-kebutuhan itu inti dari kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan, dan dikuasai oleh proses belajar kebiasaan atau tradisi yang keliru (Goble, 1987 : 70). Menurut Maslow (1987 : 70) kebutuhan dasar manusia tersusun dari lima tingkatan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memilikidimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar manusia menurut Maslow yang akan diuraikan yang berkaitan dengan tekanan batin tokoh Arimbi. Guna menjawab penyebab terjadinya tekanan batin tokoh Arimbi, akan digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori ini digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Detik Terakhir. Ketiga kebutuhan dasar manusia yang dianggap mengandung sebab-sebab tekanan batin yang dialami oleh Arimbi dalam menghadapi hidupnya ialah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan akan aktualisasi diri ketiga kebutuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.5.4.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman Kebutuhan akan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik (Maslow via Goble, 1987 : 73). Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun kebutuhan itu tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada orang neurotik (Maslow via Goble, 1987 : 73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Kebutuhan akan rasa aman dan terlindung tentu dibutuhkan oleh semua orang. Dengan terpenuhinya kebutuhan itu maka manusia dapat hidup tentram, manusia akan berkembang bila ia hidup aman dan jauh dari tekanan orang lain.
1.5.4.3 Kebutuhan akan Penghargaan Menurut Maslow setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, kecukupan, ketidaktergantungan dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan (Maslow via Goble, 1987 : 76). Penghargaan dari orang lain sangat berarti dalam kehidupan manusia. Dengan penghargaan itu manusia berarti dan diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan membuat manusia lebih percaya diri menghadapi hidup.
1.5.4.4 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya, pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan meggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri. Maslow juga melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri. Menurut Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri biasanya muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai (Maslow via Goble, 1987 : 77).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Bila manusia dapat tumbuh sesuai keinginan dan cita-cita hidup nya maka hasrat untuk maju pun semakin besar. Dengan demikian apa yang dicita-citakan dapat terwujud dengan baik. Dari situ manusia bisa tumbuh dan berkembang sehingga ia mampu mengaktualisasikan dirinya dengan cara yang positif.
1.6
Tekanan Batin Semua manusia mendambakan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian
dalam hidupnya. Dengan berbagai cara manusia berusaha untuk mendapatkan keinginannya itu. Namun, tidak sedikit orang yang gagal mendapatkan keinginannya itu. Kegagalan yang dialami seseorang seringkali mengakibatkan putus asa. Bahkan, bila rasa putus asa itu sangat berat, maka bisa saja seseorang itu tertekan batinnya. Kesehatan mental sangat ditentukan oleh ketenangan dan kebahagiaan batin seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuan menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat (Daradjat, 1985 : 16). Berhasil tidaknya seseorang mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian dalam hidupnya, tergantung pada siap tidaknya seseorang menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Semakin seseorang itu siap dan tabah menghadapi kenyataan hidup dan segala permasalahannya, maka semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk meraih impian- impian dalam hidupnya. Frustrasi (tekanan perasaan) ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal, yang menghalangi keinginannya. (Daradjat, 1985 : 24). Daradjat (1985 : 26-27) menjelaskan tekanan batin adalah suatu perasaan yang di dalamnya orang merasa dirinya dibebani seolah-olah dikejar-kejar untuk mencapai sesuatu atau berprilaku tertentu yang menyebabkan diri menjadi kecemasan. Heerdjan (1987 : 26-27) menjelaskan kegelisahan dan ketegangan yang dijumpai pada orang normal termasuk gangguan kesehatan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa dapat disebabkan dalam beberapa hal, yaitu di antaranya yang disebabkan sifat psikologi, seperti konflik jiwa, kurang perhatian dari orang tua, kekecewaan, frustrasi dan semua hal yang bertalian dengan gejolak jiwa seseorang. Jika seseorang mengalami tekanan batin yang sangat berat sehingga dia tidak dapat menemukan jalan keluarnya, maka seseorang itu akan menderita penyakit jiwa (Phychose). Apalagi bila tekanan itu sudah mencapai puncaknya dan tidak ditemukan jalan keluarnya. Salah satu jenis penyakit jiwa adalah schizoprenia yakni, penyakit jiwa yang disebabkan ketidakmampuan manusia menyeseuaikan diri sedemikian rupa sehingga menemui kegagalan dalam usahanya dalam menghadapai kesukaran hidup. Penyakit ini biasanya lama sekali perkembangannya, mungkin dalam beberapa bulan atau akhir tahun, baru ia menunjukkan gejala-gejala yang ringan, tetapi akhirnya seperti peristiwa tertentu tiba-tiba terlihat gejala hebat sekaligus (Daradjat, 1996 : 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan Analisis novel Detik Terakhir ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara psikologi dan sastra. Pendekatan dengan menggunakan teori psikologi dan sastra dilakukan dengan alasan bahwa kedua teori tersebut memiliki hubungan erat. Hubungan antara psikologi dan sastra keduanya merupakan ilmu yang mengkaji tentang perilaku dan aktivitas manusia. Dalam kajian yang menekan pada karya sastra ini, penelaah sastra mencoba menangkap dan menyimpulkan aspek-aspek psikologi yang tercermin dalam perwatakan tokoh-tokoh dalam karya sastra tanpa memperhatikan aspek biografi pengarangnya. Penelaah dapat menganalisis psikologi tokoh melalui dialog dan perilakunya menggunakan sumbangan pemikiran dari aliran psikologi tertentu. Dengan demikian, apa yang dilakukan penelaah sastra dalam bentuk kajian ini merupakan upaya mencari kesejajaran aspek-aspek psikologi dalam perwatakan tokoh-tokoh suatu karya sastra dengan pandangan tentang manusia menurut psikologi tertentu (Roekhan, 1987 : 148-149). Dalam penelitian ini pendekatan dari sudut psikologi terhadap sastra sebagai proses kreatif menggunakan teori psikoanalisis Abraham Maslow.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
1.7.2 Metode Metode deskripsi adalah cara pemaparan atau penggambaran kata-kata secara jelas dan terinci (Moeliono, 1990 : 30). Metode ini digunakan untuk melaporkan yang telah dilakukan dalam suatu analisis dalam penelitian ini.
1.8 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, maksudnya pencatatan data yang digunakan dengan alat tulis tertentu, sedangkan kartu dan dapat berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apa pun asalkan mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan data (Sudaryanto, 1988 : 58). Novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis, dan dicatat dalam kartu data. Biasanya satu data ditulis dalam satu kartu data serta diberi nomor kode tertentu yang ditulis pada bagian tengah atas. Kartu data sebaiknya disusun menurut abjad dari huruf pertama, sedangkan kode dari kartu data dapat memudahkan penyusunan itu (Koentjaraningrat, 1977 : 391).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
1.9 Sumber Data 1.9.1 Sumber Data Primer Judul buku
: Detik Terakhir
Pengarang
: Alberthiene Endah
Penerbit
: PT. Gramedia
Tahun Terbit : 2006 Tebal buku
: 243 halaman
Cetakan
: ke-2
1.9.2 Sumber Data Sekunder Dalam analisis ini peneliti menggunakan buku teori tentang kesehatan mental yang ditulis oleh Zakiah Daradjat. Teori ini sebagai acuan dalam menganalisis penyebab tekanan batin tokoh Arimbi. Selain buku di atas peneliti juga menggunakan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow, dan buku-buku sastra lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
1.10 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : bab satu berisi pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua berisi analisis struktur novel, meliputi tokoh dan latar. Bab tiga berisi analisis tekanan batin yang dialami tokoh Arimbi. Bab empat penutup, berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA NOVEL DETIK TERAKHIR
Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah- istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakkan, atau karakter dan karekterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah- istilah tersebut, sebenarnya, tidak menyaran pada pengertian yang persis sama, atau paling tidak dalam tulisan atau dipergunakan dalam pengertian yang berbeda, walaupun memang ada diantaranya yang sinomim. Ada istilah yang pengertiannya menyaran pada tokoh cerita, dan pada tehnik pengembangannya dalam sebuah cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: siapakah tokoh utama dalam novel itu? Atau ada berapa orang jumlah pelaku no vel itu atau siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu, dan sebagainya? (Nurgiyantoro, 1998: 165) 2.1 Tokoh Tokoh adalah rekaan individu yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1991 : 16). Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang satu jenisnya secara popular sering disebut tokoh hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai- nilai yang ideal bagi kita (Nurgiyantoro, 1998: 178). Tokoh antagonis adalah tokoh
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
penentang dari tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman, 1991: 19). Selain itu tokoh antagonis dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1998: 179). Sudjiman (1991: 17) me nambahkan berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peranan penting disebut tokoh utama atau tokoh protagonis. Tokoh protagonis selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Rahmanto dan Dick Hartoko (1986: 14) menjelaskan tokoh adalah pelaku atau faktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap tokoh kongkrit, individu. Dalam novel Detik Terakhir Arimbi adalah tokoh utama yang memegang peranan penting tidak saja karena frekuensi kemunculannya dalam setiap peristiwa, tetapi Arimbi merupakan tokoh yang paling banyak menghadapi permasalahan yang kompleks, sedangkan tokoh bawahan dalam novel ini adalah, Mama, Papa, Ra jib, Vela, dan Dokter Goenawan. Semua tokoh tersebut berpengaruh langsung terhadap psikologi Arimbi sebagai tokoh utama.
2.1.1 Tokoh Utama Tokoh utama yang memegang peranan penting tidak saja karena frekuensi kemunculannya dalam setiap peristwa, tetapi Arimbi juga merupakan tokoh yang paling banyak menghadapi permasalahan. Tokoh utama dalam novel Detik Terakhir terdiri dari dua jenis yaitu tokoh protagonis (Arimbi) dan antagonis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
(Mama) dan (Papa). Tokoh protagonis maupun antagonis ini diklasifikasikan sebagai tokoh utama.
2.1.1.1 Tokoh Utama Protagonis :Tokoh Arimbi Secara fisiologis Arimbi dilukiskan sebagai wanita yang cantik, hidung yang mancung, pipi bertulang tinggi, dagu yang lancip, bibir bagus, dan sepasang mata yang beralis tebal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (1) Bola matanya bergerak-gerak cepat, menunjukkan batinnya yang dipenuhi rasa gelisah, wajahnya sangat keras, nyaris menghilangkan raut cantik yang sebetulnya sangat kuat diperlihatkan detail wajahnya. Hidung yang mancung dan ramping, pipi bertulang tinggi dan agak tirus, dagu yang lancip, bibir yang bagus dan sepasang mata yang dipayungi alis tebal. Dia sangat cantik (hlm.16). Arimbi anak dari seorang pengusaha yang sangat terkenal dan memiliki nama baik di masyarakat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (2) Dia gadis yang luar biasa (hlm.11). (3) Dia pelanggan saya yang paling aneh. Kaya, cerdas, pemberani, nekat, dan benci narkoba, “katanya”. Dia menjadi pencadu dengan segala kesadarannya melihat narkoba sebagai alat untuk membangun keberanian, mendapatkan pencerahan (hlm.11). (4) Seorang gadis kaya raya, tercampak dalam lembah narkoba atas kehendak sendiri, merasa asing dengan kehidupan yang diberikan kedua orang tuanya (hlm.11). (5) Orang tuanya sangat pouler. “pasangan Ruslan Suwito dan Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sanga t baik di mata khalayak” (hlm.12). Arimbi merasa putus asa dengan perbuatan orang tuanya ya ng membawanya ke panti rehabilitasi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
(6) “Berkali-kali dia mengancam, jika tidak dikeluarkan secepatnya dia akan menggunakan narkoba dua kali lebih banyak dibandingkan saat mencandu dulu (hlm.12). (7) Dia dalam keadaan membenci narkoba, ketika orang tuanya untuk kesekian kali memberengus dan memasukkannya kembali kepanti. Ketika itu dia seharusnya telah mendapat kehidupan yang dia cinta. Tapi kini dia sampai pada titik putus asa (hlm.11). (8) Dia selalu mengatakan, kalan keluar terbaik untuk menyelamatkan hidupnya adalah mati (hlm.11). (9) “Menurut rencana, Arimbi akan dikirim ke Amerika, melewatkan perawatan rehabilitasi di klinik kejiwaan di sana hingga sembuh dan sekolah” (hlm.13). Arimbi selalu mengatakan kematian adalah hal yang terindah dalam hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (10) “Seperti tadi malam, saya mencoba bunuh diri. Saya sudah sembunyikan pisau dapur dalam saku jaket saya sejak makan malam. Tapi tanpa saya tahu, sejak semalam jaket itu diambil seseorang (hlm.19). (11) Dia sedang mengatakan sesuatu yang wajar, kematian (hlm19).
Arimbi selalu menganggap dirinya adalah musuh dalam hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (12) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidupnya adalah diri saya sendiri (hlm.23). (13) Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak saya sukai (hlm.23).
Arimbi sangat
membenci
bila pagi hari tiba. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut : (14) Saya benci sekolah. Saya benci diajar. Setiap pagi adalah siksaan (hlm.23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
(15) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya berpikir apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu (hlm.24).
Arimbi sangat membenci ibunya, karena setiap kali dipukul ayahnya, ibunya tidak pernah melawan, Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (16) Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa (hlm.35). (17) Ibu saya tidak seberani itu. Dia hanya berteriak-teriak seperti ayam baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing ketakutan (hlm.35).
Arimbi merasa benci terhadap sikap ayahnya yang kasar. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (18) Sia-sia saya menanamkan kejengkelan pada sikap kasar papa (hlm.35). (19) Di rumah saya tersiksa dengan dua orang yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing (hlm.56).
Arimbi gadis yang keras kepala. Dia berkeinginan untuk menjadi pengedar narkoba agar bisa membantu Vela, sebagai tema n lesbiannya Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (20) “Saya tidak main- main. Saya serius. Jadikan saya kurir. Saya butuh uang (hlm.166). Arimbi memiliki sifat emosional. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (21) “Ibu bodoh. Narkoba hanya akibat. Problem saya bukan itu. Ibu jangan mengkambinghitamkan narkoba. Dia tidak pernah eksis, kalau tidak ada manusia-manusia brengsek penyebab keinginan itu muncul!” (hlm.118). (22) “Kalau begitu, Ibu harus mengajar semuanya. Teman-teman saya di luar sana, orang tua saya, semua! Jika saya merupakan bagian dari itu semua, kenapa hanya saya yang disudutkan!” saya lebih emosi (hlm.118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
(23) “Lantas apakah saya tidak cukup untuk dibereskan? Kenapa Mama menebus saya? Saya yang bersalah! Saya yang memaksa rajib memberi pekerjaan untuk saya! Dia tidak sepantasnya dipukuli, Ma!” saya menjerit-jerit emosi (hlm.193). Arimbi menjadi lesbian karena pergaulannya dengan narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (24) Saya tidak biasa menghitung waktu saya menelanjangi tubuh saya sendiri, dan menelanjangi tubuhnya. Nafsu membuat segalanya berubah dengan cepat dan tak lagi tertata. Kami bergerak, berguling, menusuk, meremas (hlm.72). (25) Saya tak perlu bertanya-tanya lagi tentang perasaan yang menjalar di tubuh saya setiap kali melihat perempuan menarik. Saya tahu, saya berbeda. Saya berani mengatakan bahwa saya lesbian.Tapi seperti juga merahasiakan bahwa saya pemakai, saya tak mau berterus terang bahwa saya lesbian. (hlm.89) Arimbi merasa tidak nyaman dalam keluarga karena orang tuanya sering bertengkar. Hal ini terlihat dalam kutian berikut: (26) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari (hlm.32). (27) Pertengkaran itu selalu saja berulang. Mama dipukul lagi, berdarah lagi, menyerah lagi, lantas mereka bulan madu lagi (hlm.42). Kondisi keluarga yang tidak harmonis membuat Arimbi bebas berprilaku, malas belajar dan suka bermain denga n teman-teman sekelasnya. Hal ini telihat dalam kutipan berikut: (28) Saya sudah memutuskan dengan rumah bahkan tanpa sepengetahuan orang tua saya. Saya melakukan banyak hal yang tidak diketahui orang tua saya. Les- les tak saya datangi lagi. Saya ganti dengan nongkrong berasama teman-teman sekolah yang sama kesepian, sama kebingungan. Saya tak perla bilang orang tua. Sebab mereka tak mengenal saya dan saya tak mengenal mereka (hlm.51). Dari
kutipan-kutipan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
Arimbi
digambarkan sebagai gadis yang cantik (kutipan 1). Arimbi adalah anak dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
pengusaha terkenal (kutipan 2, 3, 4, dan 5). Arimbi merasa putus asa dengan perbuatan orang tuanya (kutipan 6, 7, 8, dan 9). Arimbi menginginkan kematian (kutipan 10 dan 11). Arimbi menganggap dirinya sebagai musuh ( kutipan 12 dan 13). Arimbi sangat membenci kehidupan pagi hari (kutipan 14 dan 15). Arimbi sangat membenci Ibunya (kutipan 16 dan17). Arimbi membenci sikap ayahnya (kutipan 18). Arimbi gadis yang keras kepala (kutipan 19). Arimbi memiliki sifat emosional (kutipan 20, 21, dan 22). Arimbi lesbian (kutipan 23, 24, dan 25) Arimbi tidak merasa nyaman dalam keluarga ( kutipan 26 dan 27). Kondisi keluarga tidak bahagia membuat Arimbi bebas untuk berprilaku, dan malas belajar (kutipan 28). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi merupakan tokoh utama dalam novel Detik Terakhir. Sebagai tokoh utama Arimbi mempunyai frekuensi keterlibatan yang tinggi dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita dari awal hingga akhir, ada indikasi tokoh Arimbi mengalami tekanan berkaitan dengan perbuatan orang tuanya yang selalu memasukan Arimbi ke panti rehabilitasi.
2.1.1.2 Tokoh Utama Antagonis : Tokoh Mama Secara fisiologis Mama Arimbi wanita yang bertubuh langsing, ramah, cantik, dan menarik. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (29) Mama saya punya sejuta daya tarik. Bukan saja karena tubuhnya yang cantik selalu terbalut gaun menarik.Tapi juga karana dia pintar membawa diri di luar rumah (hlm.30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Mama Arimbi sangat terkenal di masyarakat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (30) Mama tahu bagaimana cara menjual daya tarik. Mama dan wajahnya cukup dikenal di ibu kota. Citra dirinya cukup baik. Saya melihat it u dari bunyi artikel dengan judul yang merdu tentang Mama (hlm.31). (31) Setiap kali kami berpergian berdua, saya juga melihat senyum penuh tabik dari banyak orang kepada Mama. Mama orang yang sangat dihargai (hlm.31). Mama Arimbi juga merasa putus asa dengan perbuatan suaminya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (32) “Mau apa kamu! Mau mengancam saya cerai. Ayo! Ayo! Ceraikan saya kalau berani. Kamu pikir saya takut dengan ancaman kamu yang gertak sambal itu! Laki- laki tak tahu diri! ”Mama masih histeris (hlm. 33). Sebagai wanita Mama Arimbi orangnya sangat lemah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (33) Ibu saya tak seberani itu. Atau tak sepintar itu. Ekspresinya tiap kali dipukuli ayah saya selalu serupa. Dia hanya bertariak-teriak seperti ayam baru dipenggal, dan merunduk-runduk seperti kucing ketakutan (hlm.35). (34) Papa mendekam dalam kamar menemani Mama yang terbaring lemah. Tubuh Mama dipenuhi perban (hlm.41). Mama Arimbi, sangat teliti dalam mengatur makanan pagi untuk anaknya Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (35) Begitu telitinya Mama melihat tata sarapan saya, saya saya berpikir apakah saya akan mati jika menelan mentimun terlebih dulu (hlm.24). Mama Arimbi seorang ibu yang suka berfoya-foya dan bergaya hidup mewah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (36) Begitu hidung saya bisa mengendus, saya tahu ibu wanita dengan cita rasa tinggi yang terpuaskan dengan sempurna karena uang papa yang tidak batasnya (hlm.25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
(37) Mama sudah membelikan begitu banyak barang untuk saya (hlm.26). (38) Mama sering keluar negeri. Ketika dia pulang, pembantu-pembantu di rumah akan sibuk mengangkut belasan tas atau kardus yang dibopong Mama (hlm.26). (39) Mama akan mengumpulkan semua boyongannya terlebih dulu di ruang tengah. Setelah itu dia membuka satu per satu dan memamerkan apa yang dia beli (hlm.26). Mama Arimbi memiliki sifat yang individualitas. Dia tidak pernah memikirkan tentang perasaan Arimbi, Mamanya hanya memikirkan tentang setatus kehidupan mereka yang paling penting. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (40) Harapan kami satu-satunya. Kenyataan ya ng kamu berikan sekarang pada kami, adalah penghancuran yang luar biasa buat kami (hlm.196). (41) Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini aib. Mau dikemanakan muka Mama, muka Papa! Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana-mana. Apa kata orang, kalau tahu kamu jadi seperti ini! (hlm. 186). (42) Sekarang, kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan program penyembuhan untukmu. Please, jangan merusak semua pertolongan kami. Sekali ini saja, kasihanilah Papa dan Mama……..” Mama menggeleng-gelengkan kepalanya (hlm.196). Mama Arimbi ternyata juga bukan istri yang setia. Dia selingkuh dengan seorang pelukis yang bekerja bersamanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (43) Mama kembali asyik dengan percakapan manjanya di telepon, setiap pukul 10.00. dan kepergiannya yang tak jelas setiap malam (hlm.108). (44) Setelah Papa pergi, Mama menelpon kekasihnya. Lebih lama. Tertawa. Menertwai nasibnya. Lalu menggoda kekasihnya. Tertawa lagi (hlm.108). (45) “Tapi dia langsung pergi bersama pria itu. Itu lho pelukis yang naksir ibu Non itu!” (hlm.92). Mama Arimbi mempunyai bisnis event organizer di bidang pameran lukisan memiliki kantor mewah di dekat rumah. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
(46) Dia punya bisnis event organizer, terutama bergerak di bidang pameran lukisan. Di rumah kami, ada lemari besar khusus untuk brosur pameran, dokumen undangan, juga tetek bengek lainya. Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Masih di sekitar kawasan mewah Kebayoran Baru. Tentu, kantornya lebih kecil dari rumah saya. Tapi sangat nyaman dan mewah (hlm.30). Mama Arimbi juga seorang pemarah karena Arimbi sering memakai narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (47) “Mengaku kamuuu!” Mama mendekat. Matanya menyala nyala. Saya melihat kemarahan yang hebat. Dia seperti terbakar. “Jangan bohongi Mama! Kamu sudah jadi pecandu narkotika ya?” suaranya menggelepar. Dia mau lagi selangkah. Dan tiba-tiba saja sesuatu yang pedih menyambar salah satu pipi saya. Mama menampar (hlm. 95). (48) Dengar, Ari, pecandu narkoba bisa menjadi orang-orang yang pasif. Yang tak tahu harus berbuat apa jika tidak disuruh. Mereka tidak bisa memimpin, tidak punya inisiatif, tidak bisa mengeluarkan ide. Mereka jadi bodoh! Nafas Mama kini agak tersengal (hlm.196). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis Mama Arimbi memiliki wajah yang cantik dan membawa diri (kutipan 29). Mama Arimbi terkenal di masyarakat (kutipan 30 dan 31). Mama Arimbi putus asa dengan perbuatan suaminya (kutipan 32). Mama Arimbi sangat lemah (kutipan 33 dan 34). Mama Arimbi teliti mengatur dalam hal makanan (kutipan 35). Mama Arimbi juga suka berfoya- foya dan berhidup mewah (kutipan 36, 37, 38, dan39). Mama Arimbi juga memiliki sifat indfidualitas tidak pernah memikirkan perasaan Armbi (kutipan 40, 41, dan 42). Juga Mama Arimbi bukan istri yang setia (kutipan 43, 44, dan 45). Mama Arimbi memeliki bisnis event organizer bidang pameran lukisan (kutipan 46). Mama Arimbi juga pemarah (kutipan 47 dan 48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
2.1.1.3 Tokoh Utama Antagonis : Tokoh Papa Papa, sebutan ayah yang dipakai Arimbi sebagai seorang pengusaha sekaligus memilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan usaha ritel di Jakarta dan bisnis property. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (49) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, yang saya panggil papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra, usaha ritel di Jakarta, dan bisnis property (hlm. 25). Papa Arimbi tidak pernah meluangkan waktunya untuk bisa makan bersama keluarganya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (50) Papa sibuk, dan bukan orang yang senang bercerita di rumah (hlm.29). (51) Papa sarapan dan bertemu rekan bisnis di restoran hotel berbintang. Papa penggemar penampilan mewah (hlm.29). (52) Papa berbohong Mama mengagguk maklum. Katanya saya sarapan di Mandarin, Ma (hlm.44). Papa Arimbi memiliki banyak mobil. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (53) Ayah memiliki lima sedan lima warna (hlm. 27). Papa Arimbi orang yang sangat kejam. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (54) Kemudian Papa tanpa bicara apa-apa langsung mengayunkan tangan kanannya yang besar dan berotot ke wajah Mama. Suara pukulan itu kencang. Papa mengayunkan satu tamparan lagi dengan punggung telapak tangan. Terus berapa kali (hlm. 39). (55) “Beberapa kali saya bilang jangan terlalu mengusik emosi saya. Saya angkut kalian semua ke sini, itu bukannya tanpa niat (hlm.39). Papa Arimbi penggemar barang-barang mahal. Dia terlalu sibuk, waktu untuk keluarga hanya sedikit. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (56) Papa penggemar penampilan mewah. Dia mengenakan jas Armani atau Zegna setiap hari. Dasinya Prada. Papa memiliki belasan sepatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Tod’s. Membawa tas kerja Hermes. Dia mempunyai dua handphone, dan satu communicator. Tiap malam dia membaca The Jakarta Post, Times, dan Bussiness Week. Jika sudah bosan papa menonton CNN. Dia hanya menyisihkan sedikit waktu untuk mengobrol dengan mama. Dan mungkin hanya sekali dalam seribu pertemuan kami, dia mendaratkan ciuman di pipi saya (hlm.30). Papa Arimbi pandai sekali untuk berbohong. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (57) Kemarin pagi, pagi papa bilang dia akan meeting. Sampai larut, katanya. Urusan ekspor yang mandeg (hlm. 47). (58) Saya sarapan di Mandarin, Ma. Bimo mengajak meeting. Di sana,”kata papa sambil memperbaiki letak dasinya. Ini juga ungkapan yang telah saya hafal dengan baik (hlm.44). Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia buktinya dia selingkuh dengan seorang model yang bernama Angela. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut: (59) Papa tertawa dengan wajah remaja. Tangan kanannya melingkari punggung Angela yang sudah berbalut jaket jins dan celana ketat bahan kulit. Keduanya masuk mobil (hlm. 50). Papa Arimbi juga suka memaksa kehendak pada istri dan anaknya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (60) Mama bergerak sedikit “Saya tidak pergi,” katnya pendek.”Tidak pergi?’”Saya kan sudah bilang, saya sakit. Kamu bisa pergi berdua dengan Arimbi. Atau siapa pun. Kamu tinggal memilih,” jawab mama cepat.”Tapi nanti ada Haryo, Bimo, Glen. Semua dengan anak dan istri. Gila apa tiba-tiba tak jadi ikut!” suara Papa melengking (hlm.38). (61) “Yang penting jawab dengan sederhana. Tidak perlu membela siapasiapa. Makin cepat dan lancer aja kamu menjawab makin baik,”Papa memandang bahu saya dengan air muka yang sulit diartikan (hlm.185). (62) “Bukan. Kamu akan dikirim ke Los Angeles segera. Kami sudah berpikir bahwa satu-satunya jalan terbaik untukmu adalah memberikan suasana yang benar-benar baru untukmu……….Saya terenyak (hlm 217).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Papa Arimbi seorang pengusaha dan pemilik perkebunan kelapa sawit di Sumatra (kutipan 49). Papa Arimbi tidak pernah meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga (kutipan 50, 51,dan 52). Juga Papa Arimbi memiliki banyak mobil (kutipan 53). Papa Arimbi sangat kejam (kutipan 54 dan 55). Papa Arimbi penggemar barangbarang mahal (kutipan 56). Papa Arimbi pandai berbohong (kutipan 57 dan 58). Papa Arimbi bukan tipe suami yang setia (kutipan 59). Papa Arimbi suka memaksa kehendak pada istri dan anaknya (kutipan 60, 61, dan 62).
2.1.2
Tokoh Tambahan Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam
cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama, walaupun pemunculannya tidak sentral, pengaruh tokoh tambahan terhadap tokoh utama sangat penting.
2.1.2.1 Tokoh Rajib Rajib digambarkan sebagai seorang pengedar narkoba. Dia menjadi pengedar narkoba dengan alasan untuk bisa menghidupi keluarganya. Hal tersebut dalam kutipan berikut: (63) Rajib tiba-tiba saja mendekatkan kepalanya ke wajah saya.”kalau kamu nggak keberatan, saya mau memberimu sesua tu. Nggak penting sih….menjejalkan selinting kertas kecil di telapak tangan saya dan menutupkannya kembali dengan gerakan cepat (hlm. 63). (64) Dia bukan pelajar di sini. Konon kabarnya dia hanya alumni. Dan dia senang bertandang ke sekolah ini, setelah pulang kuliah. Entah dia kuliah di mana. Dia juga sering melatih basket. Para guru, beberapa sangat akrab dengannya. Kabarnya dulu dia siswa yang berprestasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Anak-anak sekolah ini memanggilnya Rajib. Beberapa teman saya sering bertemu dengannya (hlm. 62). (65) Rajib mengangkat bahu. “Ibu saya mengidap penyakit asma yang parah, adik saya kelaparan. Ini bukan bahaya. Ini jalan keluar.” (hlm.77). Secara fisiologis Rajib digambarkan sebagai orang yang tinggi, berhidung mancung, mata yang bulat, dan kulitnya gelap. Hal ini kutipannya: (66) Tak sulit buat saya untuk mengingat dengan cepat sosoknya. Dia berperawakkan tinggi, dan mata yang bulat. Kulitnya gelap, dan banyak bulu. Seperti wajah orang timur tengah (hlm. 62). (67) Rajib sempat tersenyum dipaksakan. Setelah itu tub uh jankung itu melesat cepat (hlm. 63). Rajib adalah seorang pengedar narkoba yang sangat pandai. Berikut kutipannya: (68) Rajib mengirimkan barang di sela-sela jam pelajaran sekolah. Kebanyakkan di area kantin. Dia menyelipkan putauw dalam buku pelajaran. Dalam kotak permen karet, dalam selipan plastik, kartu pulsa handphone (hlm.69). Rajib adalah laki- laki yang sangat menyayangi wanita. Buktinya Rajib menyuruh temannya ke panti rehabilitasi untuk mencegah Arimbi bunuh diri. Kutipannya sebagai berikut: (69) “Rajib mempercayai saya untuk datang ke sini,” akhirnya hanya itu yang meluncur dari bibir saya. “Kamu wartawan?”Saya mengangguk. “Tapi saya ke sini bukan dalam urusan peker jaan saya. Saya hanya ingin bertemu denganmu.” Arimbi tertawa pelan. Serak. Wajahnya dipenuhi semburat merah. Dia tertawa dengan penuh emosi. “Rajib selalu tepat menebak kapan saya akan bunuh diri!” Saya terperanjat (hlm. 19). Akibat dari pengedar narkoba Rajib dimasukkan ke penjara. Hal ini kutipannya: (70)
Pengedar ya ng bertobat dan sedang mendekam dalam penjara, menghabiskan masa hukumannya yang tiga tahun. Rajib, pengedar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
itu mau melayani wawancara saya untuk artikel mengenai sindikat narkoba (hlm. 8). Rajib orang yang pernah membantu Arimbi dan Vela pada saat mereka melarikan diri dari pantai rehabilitas. Rajib juga mengizinkan mereka berdua untuk tinggal di rumah kontrakkannya. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut: (71)
(72)
(73) (74)
Vela tahu, dia telah menjadi kekasih Rajib. Tapi dia tidak merasakan getar apa-apa. Yang dia tahu, semakin hari Rajib semakn melindunginya (hlm. 79). Kami tinggal di rumah kontrakkan Rajib untuk sementara. Kami tidak keluar rumah, karena takut ditemukan orang-orang yang kami kenal. Rajib memberi kami ruang tidur yang tak lain adalah kamarnya send iri (hlm. 161). Rajib juga berbaik hati membelikan kami beberapa potong baju dan celana dalam (hlm. 161). Tentu saja dia menanggung makan kami. Tiga kali sehari. Pagipagi sekali dia berjalan kaki ke pasar Tibet dekat rumah, dan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi lengkap dengan laukpauk (hlm.161).
Sesuai dengan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa Rajib adalah pengedar narkoba (kutipan 63, 64, dan 65). Secara fisiologis Rajib digambarkan sebagai orang yang tinggi (kutipan 66 dan 67). Rajib seorang pengedar narkoba (kutipan 68). Rajib sangat menyayangi wanita (kutipan 69). Rajib dimasukkan ke penjara (kutipan 70). Rajib juga pernah membantu Vela dan Arimbi saat lari dari panti rehabilitas (kutipan 71, 72, 73, dan 74).
2.1.2.2 Tokoh Vela Secara fisiologis Vela bertubuh kurus, cantik, dan keturunan MenadoBelanda. Vela teman dari Armbi dan Rajib. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
(75) (76)
Vela mahluk yang indah (hlm. 7). Ada delapan orang yang berkumpul dengan paras yang sama. Bolong dan tidak peduli. Satu diantaranya seorang gadis yang bertubuh sangat ceking. Rambutnya kemerahan dengan paras yang sangat manis. Dia berdarah Menado-Belanda. Namanya Vela. Entah kenapa saya langsung menyenanginya. Terlebih karena matanya yang sayu dan lemah. Dia menggenggam tangan saya dengan kencang ketika kami berkenalan (hlm. 70).
Vela adalah anak dari keluarga yang miskin. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (77)
(78) (79)
Vela datang ke Jakarta setelah orang tuanya yang miskin di Menado merasa perlu menitip-nitipkan anak-anaknya untuk melegakan kesulitan ekonomi (hlm. 73). Tapi dia dihina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu (hlm. 73). Vela sering berbicara dengan Rajib. Bercerita tentang kemiskinan mereka. Tentang ketertekanan mereka. Tentang ketakutan mereka memandang hidup. Tentang kenistaan mereka memandang hidup (hlm. 76).
Vela adalah teman Rajib. Bila ada masalah dia selalu menceritakan pada Rajib. Berikut kutipannya: (80)
Kedekatan dengan Rajib membuatnya merasa anak muda itu bagian dari hidupnya. Meskipun Vela tak merasakan getar apa-apa. Tapi dia tidak bisa tidak melihat Rajib barang sehari (hlm. 79).
Selain teman dekat Rajib Vela juga pacar Rajib. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut: (81) (82)
Baginya Rajib bukan lagi seorang teman. Dia pelindung, selimut, pemberi kekuatan (hlm.79). Vela tahu dia menjadi kekasih Rajib (hlm. 79).
Vela teman lesbian Arimbi. Berikut kutipannya: (83)
Saya memeluknya. Cerita Vela sudah cukup bagi saya untuk menyerahkan segenap tenaga dan perhatian saya detik itu pada nya. Dia menangis dalam pelukkan saya (hlm. 83).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
(84)
Saya mencintainya. Dia mencintai saya. Apa bedanya kami sekarang. Detik itu juga saya telah memutuskan hidup dan mati saya untuk Vela (hlm. 83).
Akibat pergaulan dengan Rajib, Vela juga menjadi pemakai narkoba. Berikut kutipannya: (85)
(86)
“Kamu terlalu lama. Saya sudah sakaw….,” katanya dengan suara bergetar. Keringat di dahinya sebesar butiran jagung. Dia tidak menyalakan api.Tidak menyiapkan aluminium foil seperti layaknya orang yang siap menikmati sabu (hlm. 71). “Saya menyimpan sedikit,” katanya sambil menarik laci di meja rendahnya. Selipat kertas putih kecil. Dia membukanya dengan hati-hati. Menjaga isi dalamnya agar tak jatuh. Serbuk putih itu (hlm. 72).
Sebagai wanita lemah, Vela mudah terpengaruh dengan bujukkan dari Rajib untuk menjadi pengedar narkoba. Berikut kutipannya: (87)
Vela menurut. Petualangannya yang lebih dahsyat Vela lakukan bersama Rajib. Menyisir diskotek-diskotek di Kuta yang dipenuhi bule. Menyusuri tongkrongan anak-anak muda di Yogya dan rutin menelusuri pinggiran Dagon di Bandung. Berkali-kali mereka nyaris tertangkap polisi di bandara. Tapi akal Rajib begitu licin, sehingga mereka selalu saja bebas (hlm. 79).
Begitu banyak penderitaan yang dihadapi Vela dalam hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (88)
(89)
(90)
Tapi dia dihina dan disakiti. Bekerja melebihi tugas pembantu. Tidak leluasa menonton televis karena selalu disindir menghabiskan listrik orang tanpa membayar. Tidak bebas berdandan, karena satu-satunya bedak yang dia beli dari hasil menabung ditumpahkan dengan sengaja oleh sepupunya yang selalu siap menerkam. Dia tidur meringkuk di ranjang besi di bawah tangga dapur (hlm. 75). Semalam dia diperkosa. Dan sekarang dia merasa sengsara. Vela menangis. Dia merasa diludahi. Dia merasa lebih tak berharga dari sekedar bukan siapa-siapa. Dia lebih sengsara gadis malang yang tidur di bawah tangga (hlm. 82). Tiga hari setelah penyiksaan di bak mandi itu, Vela meringkuk di kamar karena demam tinggi. Suhu tubuhnya panas, dan dia terusterusan mengigau (hlm. 151).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara fisiologis Vela bertubuh kurus, cantik, dan keturunan Menado-Belanda (kutipan 75 dan 76). Vela anak dari keluarga miskin (kutipan 77, 78, dan79). Vela teman Rajib (kutipan 80). Vela juga pacar Rajib (kutipan 81 dan 82). Vela juga teman lesbian Arimbi (kutipan 83 dan 84). Akibat pergaulan dengan Rajib Vela menjadi pemakai narkoba (kut ipan 85 dan 86). Vela juga sebagai pengedar narkoba (kutipan 87). Banyak penderitaan yang dihadapi Vela (kutipan 88, 89, dan 90).
2.2 Latar Latar menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
terjadinya
peristiwa-peristiwa
yang
diceritakan
(Abrams
dalam
Nurgiyantoro, 1995 : 216). Latar berfungsi untuk mengekspresikan perwatakkan dan kemauan, memiliki hubungan yang erat dengan alam dan manusia (Wellek dan Warren dalam Sukada, 1985: 61). Latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial menunjuk pada hal- hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995: 227-234).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
2.2.1
Latar Tempat Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi.
Dalam novel Detik Terakhir
penggambaran latar tempat digambarkan secara
menarik yaitu menceritakan tentang gaya hidup bebas orang-orang Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu, latar yang diceritakan terfokus pada tempat-tempat di Jakarta dan sekitarnya. Untuk menguraikan latar tempat dalam novel Detik Terakhir akan dilanjutkan dalam berbagai kutipan di bawah ini:
Cisarua dalam cerita mempunyai fungsi sebagai tempat Arimbi di rehabilitasi. Hai ini terdapat dalam kutipan berikut:
(91)
(92)
(93) (94)
Rajib menyebut nama sebuah panti. ”Saya yakin dia ada di sana, ”Katanya. Panti Selaras Damai di Cisarua. Seorang gadis kaya raya, tercampak dalam lembah narkoba, atas kehendak sendiri, merasa asing dengan kehidupan yang diberikan orang tuanya, merana dalam pengenalannya yang tanpa arah pada orang tua (hlm.10-11). Kami berkendaraan jauh. Melewati tol Jagowari. Menembus Cisarua. Mencapai puncak. Berkelok, menikung, dan berhenti di depan pagar besar dari kayu. Ada di tengah perkampungan. Rumah yang sangat besar. Besar sekali. Beberapa menit kemudian, saya tahu di dalamnya ada begit u banyak orang. Dengan sorot mata yang sama dengan saya. Saya tahu sekarang. Saya berada di dalam panti rehabilitasi (hlm.14). Dan sekarang, hari ini saya ada di panti ini. Panti dengan penampilan tak ubahnya vila- vila milik orang super kaya (hlm.13). Bangunan mentereng bercat putih dengan pilar-pilar khas rumah Spanyol (hlm.14).
Rumah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi tinggal bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
(95) (96)
(97) (98)
Tak adakah karakter menarik di rumah saya? Mungkin ada (hlm.29). Saya bagian dari rutinitas orang tua. Papa sibuk, dan bukan orang yang senang berbicara di rumah, papa jarang sarapan di rumah (hlm.29). Sebab di rumah saya ada pertunjukkan lenong (hlm. 32). Di kamar ini, kesendirian adalah hal yang paling menyenga t. Saya tak pernah betah (hlm.31).
Bali dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat pariwisata yang menarik bagi Arimbi bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(99)
Ketika kami bertiga berada di Bali untuk merayakan Tahun Baru kami tidak tinggal di Hotel. Tapi di Vila mewah milik seorang kolega papa (hlm.36). (100) Seharusnya sore itu kami habiskan di pantai, atau di mana pun di kawasan Kuta, sesuai janji papa. Tapi mama mendadak mengeluh sakit perut. Dia minta diantar kembali ke Vila. Papa memandang mama dengan mimik tak suka (hlm.37). (101) Saya menjadi was-was, sepanjang jalan, menyusuri kawasan perbelanjaan di Kuta, kami bertiga diam (hlm.38). Sekolah dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi belajar. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
(102) Saya pergi ke sekolah tanpa berpamitan (hlm.45). (103) Saya sadari bahwa diam-diam saya merasakan getaran aneh setiap kali berdekatan dengan taman-teman wanita di kelas (hlm.55). Kamar kos Vela dalam cerita ini, berfungsi sebagai tempat Arimbi dan Vela bercinta. Berikut kutipannya:
(104) Saya mendatangi kamar kosnya yang tak seberapa luas di daerah karbela. “Kemarilah ….”panggilnya sayup. Saya mendekat. Dia bukan lagi perempuan kurus dengan keringat sebesar butiran jagung yang rebah di depan saya. Sebab saya bukan lagi hanya mendekat. Saya menempel di tubuhnya. Mata saya sudah terantuk pada kulitnya (hlm. 72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Rumah sakit di selatan Jakarta dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi berobat. Berikut kutipannya:
(105) Saya diturunkan di sebuah rumah sakit di selatan Jakarta. Tangan saya dimulai dicangkeram ketika kaki saya menjejak tanah. Saya terus digiring. Melewati lorong panjang dengan ruangan-ruangan berkaca di painggirnya (hlm.99). Bar dan Diskotik dalam cerita ini berfungsi sebagai tempat Arimbi dan teman-temannya berkumpul untuk memakai narkoba. Berikut kutipannya:
(106) Kelompok itu memang baik. Menerima saya dengan sikap yang baik. Kami lantas sering berpergian bersama. Ke berbagai bar dan diskotik (hlm.70).
2.2.2
Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah
kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar waktu dalam novel Detik Terakhir hanya terbatas pada pagi, siang, malam dan pukul berapa peristiwa itu terjadi. Setiap pagi, di rumah Arimbi, selalu menyaksikan pertengkaran orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (107) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari. Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah kamar orang tua saya terdengar suara obrolan dengan suara cukup keras. Mula- mula hanya berupa obrolan, lama- lama pertengkaran, akhirnya cekcok hebat (hlm.32). (108) Saya menjadi mual. Pagi-pagi berikutnya saya tak membalas senyum mama yang berbinar, dan semakin dibuat-buat ketika papa keluar dari kamar, dengan setelan kemeja (hlm.46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
(109) Saya mengumpat sarapan di pagi hari. Saya menyumpahi kecupan papa dikening mama. Saya mengisi roh diri sendiri (hlm.50).
Setiap dua hari sekali dan di sela-sela jam pelajaran sekolah, Rajib mengirim narkoba untuk Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (110) Rajib mengirim barang di sela-sela jam pelajaran sekolah (hlm.69). (111) Sejak diberi gratis oleh Rajib, saya tak bisa mengatakan tidak. Dia menyuplai putaw setiap dua hari sekali (hlm.69). Malam itu terjadi pertengkaran antara Papa Arimbi dan Mama Arimbi akibatnya tidak bisa merayakan akhir tahun dengan bahagia. Berikut kutipannya : (112) Malam itu tidak ada tahun baru. Papa mendekam dalam kamar. Menemani mama yang terbaring lemah. Tubuh mama dipenuhi perban(hlm.41). (113) Pembantu yang menyediakan makan malam yang cuk up enak (hlm.42). (114) Saya memandang jalan raya depan rumah, sepi. Hanya lampulampu menyala dari rumah seberang yang sama meganya dengan rumah saya, yang menandakan malam ini ada sesuatu yang hidup (hlm.66).
2.2.3
Latar Sosial Latar sosial menunjuk pada hal- hal yang berhubungan dengan perilaku
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Cerita dalam novel Detik Terakhir menggunakan latar sosial status keluarga Arimbi. Status sosial Arimbi yang terlahir dari keluarga terpandang, pengusaha dan sebagai aktivis sukses. Berikut kutipannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
(115) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, saya panggil papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra, dan usaha ritel di Jakarta (hlm.25). (116) Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Dia punya bisnis event organizer (hlm.30). (117) Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata orang, kala u tahu kamu jadi seperti ini (hlm.96). (118) Rajib sampai memberitahu saya latar belakang Arimbi, dan saya sangat kaget. Orang tuanya sangat popular. “Pasangan Ruslan Suwito dan Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sangat baik di mata khalayak (hlm.12). Arimbi hidup dalam keluarga yang termasuk terpandang. Papanya seorang pengusaha sukses yang memiliki banyak perusahaan. Dari banyaknya usaha, papanya sering tidak ada waktu untuk memperhatikan dirinya. Seperti pada kutipan berikut: (119) Papa sering dinas luar. Bahkan, saya dengar dari mama, papa kini masuk klub eksekutif yang punya kegiatan rutin golf di Nirwana, Bali, jika sedang tidak ada acara lain. Saya semakin tak punya akhir pekan dengan keluarga yang lengkap. Papa juga semakin jarang menampilkan diri di ruang makan ketika saya menghabiskan nasi goreng setiap pagi. Papa mulai sering bangun kesiangan. Saya berangkat sekolah tanpa melihatnya. Dan pergi tidur sebelum papa kembali ke rumah (hlm.154). Demikian juga pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi yang sebagian besar di daerah Jakarta dan sekitarnya. Berikut kutipannya: (120) Saya menjadi ragu. Sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa pria paling baik di kelas. Tapi saya bisa sangat bernafsu pada lekuk seksi siswi paling memuakkan di dalam kelas (hlm.59). (121) Rajib sudah seminggu pergi ke Bali. Sudah tiga hari kami puasa putaw. Saya coba membelinya dari seorang kenalan pengedar di belakang Kartika Candra. Mereka hanya memberi saya sejumput kecil (hlm.112).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
(122) Di sebuah arena biliyar di bilangan Sudirman, saya pernah mabuk hebat setelah menenggak bergelas- gelas wiski (hlm.55). (123) Ketika pertama kali berkeliling kesudut-sudut tempat ini, bayangan saya tentang panti rehabilitasi ini lenyap-nyap! Tak ada kamar kumuh dengan dipan tanpa kasur (hlm.119). (124) Sebuah kafe di kawasan Kemang. Remang dan jalang. Helena memaksa saya mendatangi kafe itu pada malam yang sudah ditetapkan “peragaan busana Lingerie”. Angela ada. Papamu juga pasti ada. Kamu mesti datang biar percaya, katanya serius (hlm.4748). (125) Tidak terlalu banyak yang saya bawa. Nilainya hanya belasan juta rupiah saja. Dengan volume ketergantungan orang-orang di diskotik itu yang sudah mencapai kadar super madat, barang di dalam tas saya paling hanya cukup untuk memenuhi sepuluh pembeli saja (hlm.175). Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi, karena orang tua Arimbi termasuk kalangan atas, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan masalah Arimbi agar status mereka tidak turun dan tercemar. Maklum mereka adalah pengusaha dengan aktivis sukses. Berikut kutipannya: (126) “Ari. Tolong kami untuk terakhir kalinya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin menolong kamu. Ke psikolog, ke panti, memanggil guru ke rumah. Membebaskan kamu dari penjara. Sekarang kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan program penyembuhan untukmu (hlm.196). (127) Tak ada yang tahu selain kami, Ari. Nenek, kakek, oma, opa, sanak saudara tidak ada yang tahu. Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini aib. Mau dikemanakan muka mama, muka papa! Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata orang, kalau tahu kamu jadi orang seperti ini? Sekarang suara mama sudah meninggi (hlm.196). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar ini menunjukkan pada situasi sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Misalnya kebiasaan hidup, status sosial, keyakinan, bersikap, berfikir atau pun tradisi (kutipan 115,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
116, 117, 118, dan 119). Tokoh Arimbi dalam kehidupan sehari- harinya yang membuatnya terjerumus narkoba dan tertekan karena kondisi keluarganya yang tidak baik. Pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi (kutipan 120, 121, 122, 123, 124, dan 125). Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi (kutipan 126 dan 127).
2.2.4
Rangkuman Dari análisis keseluruhan tokoh dan latar terlihat bahwa kedua unsur ini
sangat intensif mengungkapan permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi, karena kedua unsur tersebut merupakan unsur struktural yang saling mendukung dalam sebuah cerita. Melalui latar sifat seseorang akan dibentuk oleh keadaan dan pengaruh latar. Kesimpulan melalui uraian-uraian di atas dapat dilihat bagaimana watak dan keadaan tokoh Arimbi. Arimbi adalah seorang gadis yang mengalami tekanan batin akibat dari perbuatan orang tuanya yang tidak pernah memperhatikan Arimbi. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Akibat kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya mengakibatkan tokoh Arimbi terjerumus ke dalam dunia narkoba. Lebih lanjut dalam Bab III nanti akan mengkaji secara lebih dalam tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi permasalah hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI DALAM NOVEL DETIK TERAKHIR
Dalam Bab I telah diuraikan bahwa analisis yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi kemelut hidup, adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi. Dengan menggunakan pendekatan psikologi ini, peneliti mencoba menganalisis dan menyimpulkan aspekaspek psikologi yang terdapat dalam tokoh Arimbi. Dalam Bab II, novel Detik Terakhir telah dianalisis secara struktural. Hasil analisis tersebut selanjut nya akan digunakan untuk analisis psikologi. Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tingkah laku dan aktivitasaktivitas manusia karena tingkah laku dan aktivitas-aktivitas tersebut merupakan manifestasi dari kehidupan jiwanya (Bimo Wagito via Roekhan, 1987 : 144).
3.1
Sebab-Sebab Tekanan Batin Semua manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, tidak terkecuali
dengan Arimbi. Ia juga mempunyai kebutuhan untuk hidup aman, dihargai, dan mengaktualisasikan dirinya. Tidak terpenuhi kebutuhannya itu disebabkan konflik yang melanda Arimbi. Konflik yang dihadapi Arimbi dalam kehidupan dengan keluarganya yang tersiksa, di mana Arimbi dihadapi dengan kedua orang tuanya yang
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
selalu saja bertengkar setiap hari, Arimbi juga merasa tertekan melihat kedua orang tuanya berselingkuh, tanpa memperhatikan kehidupan Arimbi sebagai anak mereka. Menurut Maslow kebutuhan dasar manusia dibedakan menjadi lima tingkat yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki–dimiliki dan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kebutuhan dasar menurut Maslow yang akan diuraikan hanya kebutuhan yang berkaitan dengan ketertekanan batin tokoh Arimbi. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, serta kebutuhan akan aktualisisi diri. Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis dari ketiga kebutuhan dasar manusia bagi tokoh Arimbi dan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut yang menyebabkan tokoh Arimbi tertekan batinnya.
3.1.1
Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Rasa Aman Kebutuhan akan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa
yang norma l dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah denga n menga mati anak-anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta berusaha keras menghindari hal- hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Orang sehat juga menginginkan keteraturan dan stabilitas, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
kebutuhan tidak sampai menjadi hidup atau mati seperti pada orang neurotik (Maslow via Goble, 1987 : 73 ) Setiap orang membutuhkan rasa aman baik itu dalam lingkungan sekitar atau dalam kehidupan berbeda dengan Arimbi, ia tidak pernah mendapatkan rasa aman baik dalam keluarga, dan lingkungan apalagi dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (128) Di kamar ini, kesedihan adalah hal yang menye ngat. Saya tak pernah betah. (hlm. 32). (129) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukan lenong di pagi hari. Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat, dari arah kamar orang tua saya terdengar suara obrolan. Lama- lama pertengkaran. Akhirnya cekcok hebat, lalu cekcok mulut menjadi sengketa dan arena caci maki. Kemudian perang mulut tak terbendung dengan teriakkan melengking. (hlm. 32). Arimbi juga, merasakan tidak pernah bebas, setiap kali berangkat ke sekolah, Arimbi selalu saja diantar jemput oleh sopir yang bekerja di rumahnya. Arimbi merasa kehid upannya selalu saja diatur oleh orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (130) Saya tidak pernah disiksa panas terik matahari. Tentu, selain karena dipekarangan sekolah rimbun karena pepohonan, saya juga tak perlu berlama-lama menerobos area yang disiram sinar matahari. Ketika bel pulang berbunyi dan kedua kaki saya mulai mengarah ke pintu pagar, Pak Beno supir saya sudah melongok dengan paras siaga. Dia tak pernah membiarkan saya lebih dari lima menit menanti. Wajah bulatnya membiasakan senyum kemenangan setiap kali dua mata tengkolnya menangkap bayangan saya. Kasihan sopir ini. Dia pikir menemukan diri saya secepat mungkin selepas bel pulang adalah prestasi (hlm. 27).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
(131) Sejujurnya, saya ingin seperti teman yang lain, yang menikmati peluh dalam antrian tukang bakso kojek. Menjumput panganan yang tengik di pelataran sekolah. Sebagian lagi tak jajan apa-apa, tapi mereka main dorong-dorongan, saya sering berharap pak Beno datang terlambat, dan saya leluasa berkelabat di antara gerobak- gerobak penjual jajanan, berteriak bebas di tengah teman-teman sekolah. Tapi pak Beno takut dipecat. Dia sadar sepenuhnya, bahwa setelah mata jengkolnya menangkap tubuh saya yang bulat-bulat, maka tugas selanjutnya adalah membawa secepat mungkin kembali ke rumah. (hlm. 27). Rasa tidak aman juga dirasakan Arimbi ketika Arimbi bangun pagi hari, karena melihat mamannya sudah menyiapkan makanan yang selalu sama saja setiap hari. Menunya tidak pernah diganti. Arimbi merasa tidak suka dengan cara mamanya yang sering mengaturnya pada waktu sarapan pagi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (132) Setiap pagi adalah siksaan. Pagi-pagi saya sudah muak dua kali. Muak pertama adalah sarapan nasi goreng dengan rasa dan tatanan yang ituitu melulu. Gundukkan nasi goreng menyerupai mangkuk terbalik, telur mata sapi di sisi kanan, taburan abon di sisi kiri, dan irisan telur dadar di atas nasi. Sisi kosong di piring diisi dengan irisan mentimun dan tomat. Mama mengajari saya dengan tahapan yang benar, menghabiskan nasi dengan lauknya, dan mengakhiri dengan irisan mentimun. Setelah itu menenggak susu sampai tandas. (hlm. 24). (133) Begitu telitinya mama melihat tata sarapan saya, sampai saya pernah berpikir apakah saya akan mati bila menelan mentimun terlebih dulu atau menyikat susu pertama-tama, lalu memakan telurnya dan membuang nasinya. Atau saya muntahkan semuanya. Bahkan, apa salahnya sesekali saya tidak sarapan? Tapi mama selalu menunggui saya makan. (hlm. 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Rasa cemas juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika ayahnya memukul ibunya sampai pingsan. Arimbi merasa cemas dan takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada ibunya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (134) Kemudian papa tanpa bicara apa-apa langsung menggunakan tangan kanannya yang besar dan berotot ke wajah mama. Suara pukulan itu kencang. Mama mengaduh, tidak hanya sekali. Papa mengayunkan satu tamparan lagi dengan punggung telapak tangan, terus beberapa kali saya bergidik. Dia menampar mama seperti tukang sate mengibaskan kipas di atas panggangan. Berkali-kali, bertenaga, dan tanpa emosi (hlm. 39). (135) Herannya mama tidak berteriak lagi. Dia hanya mengaduh tertahan, tubuhnya sudah setengah kelojotan, dengan kaki lengser perlahan ke bawah. Ketika mama jatuh tertunduk, papa tidak pergi, melainkan berjongkok. (hlm. 39). (136) Mereka melakukan pertolongan pada mama dengan gerakan tenang tapi pasti, sesuatu telah disuntikkan dilengan mama, dan membuatnya tiba-tiba tidur. Papa berdiri mematung disudut kamar. Saya tak berani memandang wajahnya, rasa jijik dan takut sudah membaur dan melumpuhkan hasrat saya untuk menyadari bahwa dia ada. (hlm. 41). (137) Kesibukkan itu sedikit membuat perasaan saya tenang. Tapi tak menyudahi kecemasan saya yang hebat, darah itu begitu banyak. Saya pernah mendengar orang bisa mati karena kehabisan darah. Apakah itu juga yang menyebabkan papa tiba-tiba berlari keluar dan memanggil orang medis? Jika dia memang takut mama mati, kanapa dia memukulinya? (hlm. 41). Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, saat Arimbi merasa bahwa ia bingung untuk mengenal dirinya sendiri, Arimbi juga merasa bimbang dan ragu untuk mengenali orang tuanya, yang membuat dia merasa tersiksa dengan kehidupan di rumah bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (138) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya tak mengenali orang tua saya, dan saya mulai tak mengenali diri saya sendiri. Saya panik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Pikiran berkecamuk tak tentu arah. Di rumah saya tersiksa dengan dua orang yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing. Di luar rumah saya bergumul dengan diri saya sendiri. Mempertanyakan perasaan aneh yang semakin lama semakin mencekram saya dalam kebingungan saya yang menyiksa. (hlm. 56). Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, saat ia mengetahui bahwa ia lesbian, ketika ia melihat pembantunya memakai baju yang tipis. Arimbi merasakan ada perasaan yang aneh dalam pikirannya. Arimbi merasa tiba-tiba tertarik dengan sikap pembantu yang bekerja di rumahnya yang begitu menarik perhatiannya dengan mengenakan daster tipis berpotongan pendek, sampai-sampai dadanya kelihatan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (139) Saya tahu perbedaan yang saya rasakan telah meluncur jauh dari batas pikiran. Tanpa sadar saya telah memperlihatkannya dalam bentuk yang terlihat. Sikap. (hlm. 56). (140) Mbok Nem, pembantu saya yang usianya paling muda, sekitar tiga puluh tahuna n, masuk ke kemar tidur saya pada suatu siang, dia mengenakan daster tipis berpotongan dada rendah. Papa dan mama sedang tak ada di rumah, sehingga dia berani memakai baju seperti itu (hlm. 56). (141) Saya tahu, saya takut atau benci pada lelaki, karena saya ingat papa. Dan saya enggan jadi perempuan kerena saya tak mau sebodoh mama. Maka, akan jadi apa saya? Saya akan menjadi laki- laki yang tidak sejahat papa. Dan menjadi perempuan yang sebodoh mama. Tapi, lalu saya menjadi ragu, apakah saya menjadi lesbian karena membenci papa? Atau meludahi mama? (hlm. 59). (142) Saya menjadi ragu, sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa pria paling baik hati di kelas. Tapi saya bisa sangat nafsu pada lekuk seksi siswi paling memuakkan didalam kelas. Tidak, saya tidak menyukai laki- laki bukan karena saya membenci papa. Karena saya membenci kejahatan. Saya membenci laki- laki dan menyukai perempuan karena saya terlahir berbeda. (hlm. 59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Perasaan khawatir juga terjadi pada Arimbi, ketika dia mengetahui, bahwa dia lesbian, Arimbi merasa bahwa kalau lesbiannya itu diketahui oleh para pembantunya, dan para teman-teman sekolahnya, apa yang harus ia perbuat . Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (143) Saya tahu, saya telah membuat mbak Nem takut. Dan saya makin tahu, semakin hari saya mulai membuat orang lain curiga. Bersamaan dengan itu saya tidak bisa membohongi sikap-sikap atau bahasa tubuh yang menjawab desir yang mendebarkan disekujur tubuh saya. Setiap melihat sosok perempuan yang menggetarkan. (hlm. 59). (144) Saya merasakan bahwa mata teman-teman perempuan saya mendadak lebih mendelik ketika mereka berganti baju olah raga di ruang ganti, dan mata saya dengan tajam me nelusuri tubuh bugil mereka. (hlm. 59). Perasaan khawatir juga yang terjadi pada Arimbi, ketika bertemu dengan Rajib di sekolahnya. Rajib menawarkan sesuatu kepada Arimbi untuk merasakan obat yang diberi oleh Rajib. Obat yang diberikan oleh Rajib adalah narkoba. Pada awalnya Arimbi menolaknya, karena Arimbi merasa orang itu, yaitu Rajib belum pernah ia kenal. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (145) “Kamu sakit, ya?” saya tak menjawab, malas, karena belum kenal. “nama saya Rajib”. Matanya mencari bola mata saya.” Sory, kita memang belum kenal….” Dia menjulurkan tangannya. Saya menanggapinya dengan biasa. Saya me ngulurkan tangan dengan cepat. (hlm. 62). (146) “Kalau sakit saya punya obatnya….” Saya membuang muka. “nggak apa-apa kalau kamu malas menanggapi tawaran saya. Saya hanya… sering melihat kamu melamun dikantin. Sudah lama sih pengen kenal, kayaknya saya bari berani sekarang ini,” katanya tanpa malu. (hlm. 62). (147) “Saya nggak mau butuh bantuanmu. Maaf.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
“”nggak apa-apa, saya Cuma mau baik sama kamu.” Dia kelihatan gelisah. Lehernya meninggi, dan kepala nya menoleh ke beberapa sudut (hlm. 63). (148) Rajib tiba-tiba saja mendekatkan kepalanya kewajah saya. “kalau kamu ga keberatan, saya mau memberimu sesuatu. Nggak penting sih… dibuang juga boleh. Nih! “dia menarik tangan saya dan menutupnya kembali dengan gerakan cepat. (hlm. 63). Setelah Rajib menawarkan sesuatu yaitu narkoba, pada Arimbi, Arimbi merasa tetap khawatir untuk mencobanya, karena Arimbi merasa bahwa obat ini adalah, obat yang membahayakan orang, obat ini lah yang sering dilarang, karena kata orang bahwa narkoba adalah benda jahat. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (149) Itu pasti sejenis narkoba, entah shabu, putaw, atau apapun. Pokoknya sejenis bubuk itu. Saya berdiri ragu. Seperti hipnotis. Buang ke tempat sampah? Saya ada masalah? Benar-benar sekali …… Tapi ini apa… benda jahat itu? Yang sering dilarang- larang Itu? Kayak gini nih bendanya? Saya nggak butuh. Nggak berani. Tapi saya ada masalah, kan? Banyak bahkan. Cobain dikit. Atau buang. Sayang Cobain dikit kan nggak ada salahnya Kalau nggak suka tinggal buang Kalau suka? Ini pasti putaw Nggak mau! Nggak!! Tapi, saya punya masalah, kan? (hlm. 63-64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Setelah Arimbi mencoba obat yang ditawarkan oleh Rajib padanya, Arimbi merasa gelisah dan tidak bisa tidur, karena obat yang dia hirup itu adalah narkoba. Setelah ia menghirup obat itu, obat itu baru bereaksi dalam tubuhnya, Arimbi merasa seluruh tubuhnya terasa sakit. Anehnya Arimbi tidak merasa lapar atau sedih. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (150) Tiba-tiba saja, sekujur tubuh saya dialiri perasaan aneh. Benar-benar aneh. Seperti ada kerinduan yang hebat. Begitu hebatnya sehingga terasa sakit. Anehnya, saya tak merasa lemas, lapar atau sedih. Saya hanya merasakan kesepian, tapi sekaligus tak menginginkan siapapun ada. Saya ingin sendiri. Tapi saya butuh teman. Dan dia, bukan seseorang. Dia…. Aduh, kenapa diri saya? (hlm. 66). (151) Saya mencoba berdiri. Tubuh saya limbang. Perasaan asing itu telah melunglaikan seluruh persendian saya. Saya loncati lagi kusen jendela dan masuk kamar. Berjalan tertatih menuju sudut yang tak saya tuju. Saya bahkan tak tahu ke mana harus berjalan. Saya mencoba berbaring. Rasa mual dan terbakar seperti tadi muncul lagi. Aduh, kenapa saya? (hlm. 66-67). Kegelisahan juga selalu menyelimuti hati Arimbi bila tidak memakai narkoba. Arimbi merasa bahwa tanpa narkoba dia tidak bisa hidup. Dengan memakai narkoba, Arimbi bisa merasakan lebih hidup. Akibat dari narkoba inilah yang menyebabkan Arimbi di bawa ke panti rehabilitasi oleh orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (152) Mereka memenjarakan saya di atas kasur keras ini. Memberi makan tiga kali sehari, yang berkali-kali saya memuntahkan kembali. Mereka merampas kebebasan saya nenikmati bubuk surga. Saya disiksa sakaw, tubuh saya seperti dirajam. Otot saya dibetot-betot. Darah saya dibiarkan mendidih dan beku. Beganti- ganti. Daging saya dicabikcabik. Seluruh persendian saya dijepit. Saya berteriak kesakitan. Saya bukan mencari gara- gara, tapi tubuh ini memang sakit. Nyeri saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
kerap, berteriak histeris dengan kaki ditendang-tendang ke udara. Tangan saya terus meronta. Mata saya berair, dari hidung saya terusmenerus keluar ingus. Saya muntah- muntah, karena terasa mual yang sangat. (hlm. 99). Arimbi juga merasa gelisah dan sedih saat orang tuanya mengatakan padanya, bahwa tolong hal ini dirahasiakan. Arimbi merasa bahwa orang tuanya, benar-benar tidak memperdulikan kehidupan Arimbi. Orang tuanya selalu saja mementingkan kehormatan dan nama baik mereka, ketimbang nyawa anak mereka. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (153) “Ada satu yang mama pesan. Please, jika kamu sudah pulih dan bebas keluar nanti, jangan katakan pada siapa pun, kamu kena narkoba. Ya?” cukup papa dan mama yang tahu. Bukannya apa-apa. Kamu kan tahu nama papa dan mama di luar sana cukup di kenal. Jadi, Bantu kami agar nama keluarga tidak jadi tercoreng gara- gara kamu. Ya?” mama menepuk-nepuk pipi saya. Wajahnya kelihatan lega seperti seorang dewa baru menumpangkan wangsitnya. Saya bertambah sedih. Hingga detik ini, hal yang penting buat mereka adalah kehormatan diri. Bukan keadaan saya. Saya melamun hingga malam hari, pada hari pertama kedatangan saya di rumah. (hml. 104). Rasa tidak aman juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika Rajib dan Vela tidak ada
didekatnya.
Arimbi
merasakan
bahwa
Rajib
dan
Vela
sudah
pergi
meninggalkannya. Arimbi menjadi marah pada orang tuanya, karena orang tuanya lah Rajib dan Vela ditangkap oleh polisi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (154) “Ma, siapa yang melaporkan Rajib?” “cepat atau lambat dia akan tertangkap dengan sendirinya,” katanya dan melihat kearah saya!” mama tersenyum setengah mencibir.” Orang seperti dia memang harus dibereskan, “katanya penedek, tanpa emosi (hlm. 193).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
(155) Saya ingin menampar wajah ibu saya. “lantas apakah saya tidak cukup alasan untuk dibereskan? Kenapa mama menebus saya? Saya yang bersalah! Saya memaksa Rajib memberi pekerjaan untuk saya! Dia tidak sepantasnya dipukuli, ma!” saya menjerit-jerit dengan emosi dalam mobil (hlm. 193). (156) “Tak ada orang yang bisa menubus Rajib. Tidak juga saya, sudah nasibnya seperti ini. Dulu dia pernah bilang sama saya. Hidupnya akan berhenti begitu dia ditangkap. Sebab, dia bukan orang yang terpandang atau punya cukup uang untuk menyelamtkan diri. Hanya saja saya tidak menyangka, dia akan benar-benar ditangkap.” (hlm. 228). Kekecewaan juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika mengetahui orang tuanya selingkuh. Perbuatan dari kedua orang tuanya inilah yang menyebabkan Arimbi merasa bahwa Arimbi sudah tidak memiliki rasa kebahagiaan dalam keluarga. Arimbi merasa bahwa dalam keluarga juga dia tidak pernah diperhatikan, kedua orang tuanya selalu saja sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (157) “Mereka punya kekasih masing- masing. Papa dengan pacar gelapnya. Mama dengan pacar gelapnya. Mereka punya dunia indah masingmasing, tapi dengan bodoh mau mempersatukan diri dalam pertarungan yang tak pernah berhenti di rumah ini.” (hlm. 203).
3.1.2
Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Penghargaan Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih
mampu, maka juga lebih produktif. Sebaliknya jika harga diri setiap orang kurang, maka orang itu akan diliputi rasa rendah diri serta rasa tidak berdaya, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
selanjutnya seseorang dapat menimbulkan rasa putus asa serta tingkah laku neurotik. (Maslow via Goble, 1987 : 76). Harga diri sangat dibut uhkan oleh setiap orang. Penghargaan diri dari orang lain dapat membuat seseorang lebih percaya diri dalam menghadapi hidup. Seseorang yang tidak mendapatkan penghargaan dari orang lain akan tertekan batinnya. Arimbi merasakan hal ini, yaitu Arimbi tidak pernah mengetahui apa itu kehidupan, Arimbi hanya bisa memikirkan bagaimana cara untuk bisa mati. Arimbi selalu saja berpikir cara yang terbaik untuk mati, berbagai cara Arimbi mencoba, tapi ternyata sia-sia. Arimbi juga sempat mencoba untuk bunuh diri, tapi ketahuan oleh pihak panti yaitu penjaga panti tempat Arimbi rehabilitasi. Hal yang dilakukan Arimbi adalah tidak adanya penghargaan atas dirinya sendiri. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (158) “Seminggu lagi orang tua saya akan menciduk saya dari sini dan membawa saya ke Amerika.” Setelah berulang kali mereka menciduk saya di tempat persembunyian saya, kali ini saya sudah putus asa. Mereka tak akan bisa membawa saya pergi. Saya sudah mati pada saat mereka datang. Saya sudah mempelajari teknik bunuh diri yang efektif. Tapi panti itu begitu reseh. Mereka me rampas obat tidur saya, memeriksa setiap senti meter kamar tidur saya setiap hari, dan tak membiarkan saya menyimpan silet. (hlm. 20). (159) Mereka merampas sesuatu yang bisa menggantung leher saya. Tali, gasper, kain panjang, mereka tak mengizinkan saya menyemprot nyamuk dengan pembasmi serangga, bahkan tak menaruh benda kimiawi apapun di kamar ini. Mereka pikir saya bisa mati dengan menelan sabun atau mene gguk sampo. Mereka menggeledah saya sebelum pergi tidur.” (hlm. 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Kebutuhan penghargaan atas dirinya pun tidak pernah Arimbi perhatikan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (160) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidup saya, dia adalah diri saya sendiri. Dia yang tak pernah saya kenali. Dia yang tak pernah bisa berkompromi. Dia yang bahkan sulit saya usir dari tubuh saya sendiri. (Hlm. 23). (161) Saya mulai membenci diri sendiri sejak usia sebelas. Ketika sudah habis masa- masa indah menertawai dunia dengan otak anak kecil. Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak saya sukai. Saya benci pagi hari. Ketika beker menunjukkan pukul 06.00, dan saya harus buru-buru menyudahi kenikmatan tidur yang tak terbayar. (Hlm. 23). (162) Saya selalu mengenakan seragam sekolah dengan bibir cemberut. Saya tak menyukai tubuh sendiri. Terutama dua gundukkan kecil di dada yang membuat saya enggan berdiri tegap. (Hlm. 23). Sebagai seorang anak, Arimbi sangat ingin dihargai oleh orang tuanya. Arimbi ingin sekali agar orang tuanya selalu memperhatikan dia, dan mau meluangkan waktu sebentar untuk bisa makan dan berkumpul bersama. Sebagaimana layaknya hidup dalam sebuah keluarga. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (163) Saya hanya memiliki sedikit kenangan hingga usia beranjak remaja. Orang-orang bilang saya enak jadi orang kaya. Orang-orang bilang hidup saya seperti mimpi. Saya bilang, hidup saya tak punya cerita. Apa yang bisa diceritakan dari hari-hari yang hanya punya tititk tempat, rumah, sekolah, dan mobil mewah. (Hlm. 31) (164) Maka begitu ingin saya menyemburkan kata-kata pada teman-teman saya di sekolah. Mereka mengatakan saya bahagia karena saya anak orang kaya. Saya ingin mengatakan pada mereka apakah mereka sering menyaksikan ibu mereka dipukuli oleh ayah mereka?. (Hlm. 34). (165) Saya tidak pernah melihat mama membela diri saat dianiaya papa. Saya tak bisa memakai contoh sinetron atau film- film. Saat seorang istri yang digebuki lantas menuntut cerai atau sekalian kabur dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
rumah. Saya pernah menonton film, tentang seorang istri teraniaya yang mati- matian menuntut perilaku suaminya ke pengadilan. Tidak, ibu saya tak seberani itu. Atau tak sepintar itu. Ekspresinya tiap kali dipukuli ayah saya selalu serupa. Dia hanya berteriak-teriak seperti ayam yang baru dipenggal, merunduk-runduk seperti kucing ketakutan. (Hlm. 35). (166) Saya mulai menangis. Bukan hanya telinga saya kini yang menjadi ingin pecah. Hati saya bahkan sudah siap meledak. Saya menengok ke segala penjuru. Berharap ada seseorang muncul dan bisa menghentikan tindakkan biadap papa. Tapi tak ada seorangpun orang terdekat semestinya adalah sopir dan saya. (Hlm.40). (167) Saya tak tahan lagi. Saya ingin berlari ke kamar itu, tapi kaki saya seperti dikunci. Tangis saya menjadi seduh sedan tak terkendali. Saya berdiri, dan jatuh menggeleser begitu saja. Kenapa saya lemah! Saya memaki dalam hati. Saya terus menangis. Ketika suara itu berhenti, tangis saya menjadi sisa dalam ruang ya ng tiba-tiba menjadi senyap. (Hlm. 40). Sebagai seorang anak, Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya tidak pernah menghargai dirinya, sebagai anak mereka. Orang tuanya selalu saja mengurus keperluan mereka sendiri. Mereka tidak pernah memperdulikan keadaan Arimbi. Akibat dari perbuatan kedua orang tuanya, Arimbi merasa bahwa dia tidak dihargai lagi oleh kedua orang tuanya. Pada akhirnya Arimbi mengambil keputusan untuk pergi dari rumah. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut: (168) Saya sudah memutuskan hubungan dengan rumah bahkan tanpa sepengetahuan orang tua saya. Saya melakukan banyak haj yang tidak diketahui orang tua saya. Les- les tak saya datangi lagi. Saya ganti dengan nongkrong bersama teman-teman sekolah yang sama kesepian, sama kebingungan. Saya tak merasa perlu bilang orang tua. Sebab mereka tak mengenal saya dan saya tak mengenal mereka. Maka, saya tak merasa bersalah telah membohongi mereka. Sebab mereka tidak mengenal saya. (Hlm. 51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
(169) Kebiasaan saya merokok bertambah parah. Terlebih setelah rumah semakin memisahkan penghuninya. Pap semakin sering dinas luar. Bahkan saya dengar dari mama, papa kini masuk klub eksklusif yang punya kegiatan rutin golf di Nirwana Bali. Itu artinya hampir seminggu sekali papa ke Bali, jika sedang tidak ada acara lain. Saya semakin tak punya akhir pekan dengan keluarga yang lengkap. Papa juga jarang menampilkan diri di ruang makan ketika saya menghabiskan nasi goreng setiap pagi. Papa mulai bangun kesiangan. Saya berangkat sekolah tanpa melihatnya. Dan pergi tidur sebelum papa kembali ke rumah. (Hlm. 54). (170) Sementara mama semakin sibuk menggelar pameran lukisan. Bahkan kali ini bukan hanya di Jakarta. Tapi juga Surabaya dan Medan. Mama ikut- ikutan seperti papa, kembali ke rumah ketika lampu- lampu telah dimatikan. Saya hanya mendengar sayup deru mobilnya masuk, ketika kantuk saya sudah mencapai puncaknya. Saya tak merasa itu menjadi masalah. Sebab saya tak mengenal mereka. Dan mereka tak mengenal saya. (Hlm. 54). (171) Badan saya semakin kurus. Dan orang tua saya tidak cukup tahu. Saya mulai mentertawakan perasaan melankolis saya dulu. Merasa bahwa saya cukup memperhatikan saya. Kenapa saya tak menyentuh batang rokok sejak duduk sekolah dasar? Dengan demikian saya tak akan begitu lama tersiksa menyerap hal- hal yang membingungkan di rumah saya. (Hlm. 54). Akibat dari perbuatan orang tuanya yang tidak pernah memperdulikan Arimbi, Arimbi merasa bahwa dia sudah tidak berharga lagi untuk tinggal bersama kedua orang tuanya. Arimbi menjadi putus asa. Dan Arimbi juga merasa hidupnya tidak berharga lagi di mata kedua orang tuanya. Arimbi mulai bergabung dengan orang-orang yang merasa kesepian seperti dia, orang-orang tersebut adalah temanteman sekolahnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (172) Saya semakin sering menghabiskan waktu di bar, di mal- mal atau di arena biliar dan boling, dengan teman-teman pria yang semakin banyak. Bahkan kini teman-teman pria yang semakin banyak. Bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
kini teman saya juga bertambah, dari beberapa sekolah lain. Kebanyakkan dari kami memiliki uang cukup banyak. Karenanya kami bisa memesan minuman yang cukup mahal. Dalam waktu yang amat singkat saya sudah mahir mabuk. Mabuk saya parah. Dan memalukan. (Hlm. 54-55). (173) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya tak mengenali orang tua saya. Dan saya tak mengenali diri sendiri. Saya panik. Pikiran saya berkecamuk tak tentu arah. Di rumah saya tersiksa dengan dua orang yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing. Di luar rumah saya bergumul dengan diri sendiri. Mempertanyakan perasaan ane h yang semakin lama semakin mencekram saya dala m kebingungan yang menyiksa. (Hlm. 56). (174) Saya mengenalnya di mana- mana. Salah jika orang tua menganggap saya sudah cukup aman dengan pendidikan komplet dan perlindungan mutahir dalam mobil mewah setiap hari. Saya tidak sepenuhnya aman dari bubuk itu. Terutama karena saya dibiarkan sendiri ketika kebingungan yang tak berujung pangkal tanpa pertolongan sama sekali. (Hlm. 60). (175) Mereka sebetulnya memberikan pintu gerbang itu pada saya. Kebodohan orang tua-orang tua kaya. Menceburkan anak dalam nista yang paling dekat. (Hlm. 61).
3.1.3
Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri Setiap orang, memiliki rasa kebebasan dalam menjalani hidup. Ada yang
menghargai kehidupannya dengan cara mengembangkan bakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Namun, tidak semua orang bisa berkembang sesuai harapannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh, berkembang dan menggunakan kemamp uannya di sebut aktualisasi diri. Manusia yang menjalani hidup yang sesuai dengan cita-citanya, harapan dan keinginannya dapat hidup lebih maju dan berkembang. Terwujudnya cita-cita, harapan dan keinginan membuat seseorang lebih termotivasi untuk mengembangkan apa yang sudah diperolehnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Berbeda dengan hal yang dialami oleh Arimbi, Arimbi menjalani hidupnya dengan penuh penderitaan yang dihadapinya. Arimbi tidak pernah merasa betah berada bersama orang tuanya. Arimbi selalu menyaksikan pertengkaran orang tuanya setiap hari. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (176) Masa remaja saya sungguh membingungkan. Saya tak mengerti, apakah benar di setiap rumah, orang tua-orang tua selalu membiarkan anak-anak mereka tak mengenali dengan baik orang tua sendiri? Bukan sekadar wujud, tapi hati?. (Hlm. 43). (177) Ketika usia saya tujuh belas tahun, saya belum juga bisa mengenali dengan baik kedua orang tua saya. Memreka asyik dengan dunia mereka yang tidak saya mengerti. Saya terus tumbuh, berenang sendirian dengan menggapai- gapai mencari kayu atau perahu yang bisa dijadikan tumpuan. Saya tak pernah melihat pelabuhan. Sebab tiada yang mengajarkan saya untuk berenang ke arah yang tepat. (Hlm. 43). (178) Tapi jawaban memang tak pernah datang. Saya dapati papa terus memukuli mama. Saya dapati mama bertahan dalam kebodohannya. Dan saya dapati diri saya semakin jauh berlari. Saya tak melihat titik temu di rumah ini. (Hlm. 61). Arimbi merasa tidak betah juga, hidup bersama kedua orang tuanya, karena semua keinginan Arimbi untuk mendapatkan kebahagiaan tidak terwujud. Akibatnya Arimbi pergi dari rumah untuk mencari dunia baru yaitu narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (179) Maafkan saya, Mama. Maafkan saya, Papa. Tetapi ini adalah dunia yang menyenangkan. Ini dunia tanpa beban. Di sini tak ada kurikulum. Tak ada kewajiban sarapan pukul 06.30. di sini saya punya bahasa yang beda, dan surga yang beda. (Hlm. 68). (180) Saya Arimbi, berusia delapan belas, menjelang sembilan belas. Telah cukup besar otak saya untuk mencerna kehidupan yang begini rumit dengan kedewasaan yang saya bangun dengan paksa. (Hlm. 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
(181) Telah cukup lama benak saya berpetualang sampai saya temukan pelabuhan yang tak bertuan. Serbuk putih ini ternyata jauh lebih paham akan makna kasih sayang ketimbang kalian. Dia lebih punya hati. Dia bukan sekedar sebuah rumah. Dia pelabuhan tempat yang dituju semua orang yang lelah berjalan. Dia bukan hanya yang selalu memaksa orang untuk pulang. Dia pelabuhan. (Hlm. 68). (182) Sudah saya sesali, kenapa saya tak menginjak surga ini sejak dulu. Kenapa saya harus menelan dulu realita yang pahit sebelum memijak nirwana ini. Kenapa mata saya harus menjadi sipit dengan belasan buku pelajaran padahal serbuk putih yang hanya setitik di telapak ini lebih memb uat diri saya merasa pintar. (Hlm. 68). Harapan Arimbi untuk bisa hidup dan bahagia bersama orang tuanya menjadi sirna. Arimbi sudah masuk ke dunia baru yaitu narkoba. Arimbi merasa bahwa kehidupan yang paling aman buat dia adalah narkoba. Bagi Arimbi, narkoba adalah suatu kehidupan baru. Dengan memakai narkoba Arimbi merasa semua permasalahan yang dihadapinya bisa diselesaikan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (183) Saya menemukan pemecahan. Saya menemukan teman. Saya menemukan jawaban. (Hlm. 68). (184) Sungguh pun saya tahu apa yang saya lakukan dihujat selur uh manusia di luar sana. Bahwa apa yang saya nikmati adalah sesuatu yang diludahi di luar sana. Tapi mereka tidak mengenal saya. Dan saya tidak mengenal mereka. Maka saya tidak perlu merasa harus peduli. (Hlm. 68-69). (185) Bubuk putih itu telah membawa saya pada arena pergaulan baru. Saya masih sesekali nongkrong dengan geng jerry dan Doel. Tapi setelah saya mengenal bubuk ini, di mata saya mereka tak ubahnya anak-anak kecil yang sedang norak-noraknya berkenalan dengan dunia orang dewasa. Terlebih lagi saya menyadari, teman-teman saya terlalu banyak omong itu, ternyata hanya orang-orang kerdil yang protes pada orang tua tapi sekaligus juga menyimpan takut pada mereka. (Hlm. 69).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Bergabungnya Arimbi dengan dunia narkoba membawa dirinya ke kehidupan baru. Arimbi bisa merasakan kehidupan yang bebas tanpa mengharapkan perhatian dari kedua orang tuanya. Arimbi menjadi pecandu narkoba, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (186) Betapa rentannya sebutan orang tua. Mereka bilang me reka tahu semua tentang saya. Mereka bilang mereka sudah mendidik saya. Mereka bilang mereka sudah memberi segala yang terbaik pada saya. Mereka tak tahu, mereka sudah kehilangan anak mereka. Jika begitu, mengapa mereka menyebut diri mereka orang tua. Saya lebih suka menganggap mereka orang lain. (Hlm. 84). (187) Saya menikmati dunia ini. Bukan perangkap. Ini hanya celah tersembunyi dalam kehidupan bertata krama di luar sana. Saya mendapatkan pergaulan yang indah di dalam sini. (Hml. 84). (188) Serbuk ini juga telah membawa saya pada hubungan yang makin menyenangkan dengan Vela. Saya tak perlu bertanya-tanya lagi tentang perasaan aneh yang menjalar di tubuh saya setiap kali melihat perempuan menarik. Saya tahu, saya berbeda. Saya berani mengatakan bahwa saya lesbian. Tapi seperti juga merahasiakan bahwa saya pemakai, saya tak mau berterus terang bahwa saya lesbian. Siapa yang harus dipersalahkan bila di dunia ini saya mendapat tempat untuk berkata-kata dengan lapang. (Hlm. 89). Setelah Arimbi bertemu dengan Vela, Arimbi sangat bahagia, Arimbi merasa kehidupannya dengan Vela, membuat dirinya terasa bahagia, karena mereka berdua sama-sama mengkonsumsi narkoba. Setiap hari
Arimbi selalu saja menghisap
narkoba, mereka sangat senang dengan kehidupan dunia mereka yaitu, dunia narkoba. Sampai pada akhirnya Arimbi dan Vela, overdosis. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (189) Mereka memenjarakan saya di atas kasur keras ini. Memberi saya makan tiga kali sehari, yang berkali-kali saya muntahkan kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
(190)
(191)
(192)
(193)
(194)
(195)
Mereka merampas kebebasan saya menikmati bubuk surga. Saya disiksa sakaw. Tubuh saya seperti dirajam. Otot saya dibetot-betot. Darah saya dibiarkan mendidih dan beku. Berganti- ganti daging saya dicabik-cabik. Seluruh persendian saya dijepit. Saya berteriak kesakitan. Saya bukan mau mencari gara- gara. Tapi tubuh ini memang sakit nyeri. Saya kalap. Berteriak histeris dengan kaki ditendangtendang ke udara. Tangan saya terus meronta. Mata saya berair. Dari hidung saya terus menerus keluar ingus. Saya muntah- muntah. Karena rasa mual yang teramat sangat. (Hlm.99). Saya merindukan Vela setengah mati. Saya merindukan nikmatnya asap ganja yang keluar dari mulutnya. Merindukan aroma putaw yang menggugah rasa damai. (Hlm. 107). Saya pecandu narkoba. Tepatnya mantan pecandu Tapi tak seorangpun yang tahu dan berhak tahu, kenapa saya pernah mencandu narkoba. (Hlm. 145). Saya tahu narkoba jahat. Saya tahu narkoba membuat gila. Saya tahu narkoba menghentikan segalanya. Tapi dia hanya sebentuk barang yang tidak memiliki daya apapun selain ciri-cirinya sebagai barang. Saya tidak mau menyalakan narkoba seperti manusia- manusia bertata krama di luar sana memandangnya sebagai raja dari segala raja pembunuh. Saya memandangnya sebagai barang yang sangat cerdik mempermainkan emosi. (Hlm. 232). Saya menangis, saya merasa remuk. Apakah hidup memang berisi kesimpulan duri atau pedang bermata seribu yang meluluh lantakkan jiwa manusia? Apakah memang harus seperti ini untuk bisa mengatakan bahwa saya seseorang yang hidup. (Hlm. 232). Salahkah saya jika saya ingin menuntaskan kehidupan yang sudah saya jalani setengah mati tapi tak juga saya mengerti? Saya telah sampai pada kondisi perasaan manusia yang paling menyedihkan. Putus asa. (Hlm. 233). Putus asa yang hebat. Yang membuat saya bahkan tidak berani membenarkan keputusan saya sendiri dan takut pada suara hati saya sendiri. Bukankah itu keadaan paling menyedihkan dalam diri seorang manusia?. (Hlm 324).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Akibat kepergian Vela, Arimbi mulai sadar bahwa, narkobalah yang membuat dirinya bahagia. Arimbi tidak mempersalahkan narkoba. Arimbi hanya mempermasalahkan kedua orang tuanya yang selalu saja menikmati hidup mereka sendiri-sendiri tanpa memikirkan kehidupan anak mereka. Kepergian Vela lah yang membuat Arimbi berusaha untuk melepaskan diri dari narkoba, karena bagi Arimbi Vela adalah kehidupan baru bagi dirinya, untuk bisa bertahan hidup. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Arimbi tidak pernah mendapatkan rasa aman baik dalam keluarga, lingkungan, maupun dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dalam kutipan no. (128-129). Arimbi tidak pernah bebas, setiap kali berangkat ke sekolah, Arimbi selalu diantar-jemput oleh sopirnya, terlihat dalam kutipan no.(130-131). Rasa tidak aman juga dirasakan oleh Arimbi ketika bangun pagi hari, seperti terlihat dalam kutipan no. (132-133). Rasa cemas juga dirasakan Arimbi ketika ayahnya memukul ibunya sampai pingsan, terlihat dalam kutipan no. (134-137). Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, merasa bingung untuk mengenal dirinya sendiri, seperti terlihat dalam kutipan no. (138). Kegelisahan juga yang dirasakan Arimbi, saat ia mengetahui dirinya lesbian, seperti kutipan no. (139-142). Perasaan kuatir juga yang dirasakan Arimbi, seperti dalam kutipan no. (143-144). Perasaan kuatir juga yang terjadi pada Arimbi, ketika bertemu dengan Rajib, seperti terlihat dalam kutipan no. (145-148). Arimbi merasa kuatir untuk mencoba narkoba yang ditawarkan Rajib, seperti terlihat dalam kutipan no. (149). Arimbi merasa gelisah dan tidak bisa tidur, karena menghirup narkoba, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
dalam kutipan no. (150-151). Kegelisahan selalu menyelimuti Arimbi bila tidak memakai narkoba, seperti kutipan no. (152). Arimbi merasa gelisah dan sedih, karena orang tuanya selalu saja mementingkan kehormatan dan nama baik keluarga, seperti terlihat dalam kutipan no. (153). Rasa tidak aman juga yang dirasakan Arimbi, pada saat Rajib dan Vela tidak ada dekatnya, terlihat dalam kutipan no. (154-156). Kekecewaan juga dirasakan Arimbi ketika mengetahui orang tuanya selingkuh, seperti terlihat dalam kutipan no. (157). Tidak adanya penghargaan atas dirinya seperti terlihat dalam kutipan no. (158-159). Kebutuhan penghargaan atas dirinya tidak pernah Arimbi perhatikan, seperti terlihat dalam kutipan no. (160-162). Arimbi ingin dihargai oleh orang tuanya, seperti terlihat dalam kutipan no. (163-167). Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya tidak pernah menghargai dirinya, seperti terlihat kutipan no. (168-171). Arimbi merasa orang tuanya tidak pernah memperdulikan dirinya, terlihat dalam kutipan no. (172-175). Arimbi tidak merasa betah berada bersama orang tuanya, seperti terlihat dalam kutipan no. (176-178). Arimbi merasa tidak betah hidup bersama orang tuanya, karena semua keinginan Arimbi untuk mendapatkan kebahagiaan tidak terwujud, seperti terlihat dalam kutipan no. (179182). Harapan Arimbi untuk bisa hidup bahagia bersama orang tuanya menjadi sirna, seperti terlihat dalam kutipan no. (183-185). Arimbi menjadi pecandu narkoba, seperti terlihat dalam kutipan no. (186-188). Arimbi merasa bahagia hidup dengan Vela, terlihat dalam kutipan no. (189-192). Akibat kepergian Vela, Arimbi berusaha melepaskan diri dari narkoba, seperti terlihat dalam kutipan no. (193-195).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
3.2
Bentuk-Bentuk Tekanan Batin Akibat Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Kebutuhan Dasar. Tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar tokoh Arimbi di atas dapat
menimbulkan berbagai perasaan yang mengakibatkan tekanan batin terhadap dirinya. Perasaan-perasaan itu berupa ketakutan, tidak percaya diri, dan frustrasi.
3.2.1 Rasa Takut Rasa takut yang dialami oleh tokoh Arimbi, merupakan salah satu akibat dari tekanan batin. Seseorang yang merasa hidupnya tidak aman dan nyaman, jika dipenuhi dengan ketakutan. Begitu juga yang dirasakan oleh Arimbi, ketika Arimbi berada bersama orang tuanya. Arimbi merasa takut dengan perbuatan ayahnya, yang memukul ibunya sampai pingsan dan keluar darah. Arimbi merasa bahwa perbuatan dari ayahnya sangat keterlaluan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (196) Di kamar ini, kesendirian adalah hal yang menyengat. Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari. Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah kamar orang tua saya terdengar suara obrolan dalam suara yang cukup keras. Mula- mula hanya berupa obrolan dalam suara obrolan. Lama- lama pertengkaran, akhirnya cekcok hebat. Lalu cekcok mulut menjadi sengketa dan arena caci maki. Kemudian perang mulut tak berbendung dengan teriakkan melengking. (Hlm. 32). (197) Kemudian papa tanpa bicara apa-apa langsung mengayunkan tangan kanannya yang besar dan berotot ke wajah mama. Suara pukulan itu kencang. Mama mengadu. Tidak hanya sekali. Papa mengayunkan satu tamparan lagi dengan punggung telapak tangan. Terus beberapa kali saya bergidik. Dia menampar mama seperti tukang sate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
mengibaskan kipas di atas panggangan. Berkali-kali, bertenaga, dan tanpa emosi. (Hlm.39). (198) Herannya mama tidak berteriak lagi. Dia hanya mengaduh tertahan. Tubuhnya sudah setengah kelonjatan, dengan kaki lengser perlahan ke bawah. Ketika mama jatuh tertunduk, papa tidak pergi, melainkan berjongkok. (Hlm. 39). (199) Mereka melakukan pertolongan pada mama dengan gerakan tenang tapi pasti. Sesuatu telah disuntikkan dilengan mama, dan membuatnya tiba-tiba tidur. Papa berdiri mematung di sudut kamar. Saya tak berani memandang wajahnya. Rasa jijik dan takut sudah membaur dan melumpuhkan hasrat saya untuk menyadari bahwa dia ada (Hlm. 41). (200) Kesibukkan itu sedikit membuat perasaan saya tenang. Tapi tak menyudahi kecemasan saya yang hebat. Darah itu. Begitu banyak. Saya pernah mendengar orang bisa mati karena kehabisan darah. Apakah itu juga yang menyebabkan papa tiba-tiba berlari keluar dan memanggil orang medis? Jika dia memang takut mama mati, kenapa dia memukulinya? (Hlm. 41). Rasa takut juga dialami Arimbi, ketika ia merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Arimbi merasa tidak mengenali orang tuanya. Dia merasa tersiksa hidup bersama orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (201) Saya bingung dengan perasaan saya sendiri. Saya saya tak mengenali orang tua saya. Dan saya mulai tak mengenali diri sendiri. Saya panik. Pikiran saya berkecamuk tak tentu arah. (Hlm.56). (202) Di rumah saya tersiksa dengan du orang yang selalu bergumul dengan nafsu masing- masing. Di luar rumah saya bergumul dengan diri sendiri. Mempertanyakan perasaan aneh yang semakin lama semakin mencekram saya dalam kebingungan yang menyiksa. (Hlm. 56). Rasa takut juga dirasakan Arimbi, pada saat dia mengetahui dirinya lesbian. Arimbi merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Dan dia juga selalu bertanya, mengapa ini terjadi pada dirinya, siapa yang harus saya persalahkan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
(203) Saya sulit berpaling dari daya tarik perempuan. Kenapa saya? Kenapa beda? (Hlm. 59). (204) Saya tahu. Saya takut atau benci pada lelaki, karena saya ingat papa. Dan saya enggan jadi peremp uan karena saya tak mau sebodoh mama. (Hlm. 59). (205) Maka, akan jadi apa saya? Saya kan menjadi laki- laki yang tidak sejahat papa. Dan menjadi perempuan yang tidak sebodoh mama. (Hlm.59). (206) Tapi, lalu saya menjadi ragu. Apakah saya menjadi lesbian karena membenc i papa? Atau meludahi mama? (Hlm. 59). (207) Saya menjadi ragu. Sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa pria paling baik hati di kelas. Tapi saya bisa sangat bernafsu pada lekuk seksi siswi paling memuakkan di dalam kelas. (Hlm. 59). Rasa takut juga yang dirasakan Arimbi, ketika ibunya mengetahui kalau Arimbi pecandu narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : (208) Saya sudah mencium ge lagat buruk, ketika selama seharian saya dilanda rasa cemas. Bukan karena sakaw. Tapi naluri saya mengatakan sesuatu yang mengerikan akan datang. Gelas minum saya terjatuh sendiri di meja. Sandal saya putus sebelah, dan televisi di kamar saya mendadak mati. Saya tak percaya tahayul. Tapi batin saya mengatakan sesuatu yang buruk sedang berjalan ke arah saya. (Hlm. 94). (209) “Kamu bohongi orang tuamu, Ari! Bikin malu kamu!! Mau ditaruh mana muka mama kalau semua orang tahu kamu pecandu narkotika! Mau ditaruh di mana muka mama? Jawaaaab!!!”. (Hlm. 95). Rasa takut juga dialami Arimbi, ketika Vela overdosis. Arimbi takut kehilangan Vela, Arimbi takut terjadi sesuatu pada Vela. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (210) Saya gemetar. Pasti kelewat banyak pil yang sudah ditelan. Vela mengeluarkan bunyi yang aneh. Saya segera melempar tatapan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
pada mulutnya. Astaga! Berbusa. Saya begitu panik. Tak saya buang waktu lagi untuk cepat-cepat menghubungi Igil, kakaknya. Saya berlari ke telepon umum. Tangan saya gemetar menekan tombol. Untung Igil cepat datang dihubungi di rumah tante. (Hlm. 112). (211) Vela diangkut ke rumah sakit dekat rumah kos. Rumah sakit Jakarta. Dia hampir mati karena overdosis. (Hlm. 112). (212) Saya menungguinya semalam suntuk. Berhari- hari. Saya bangun dan tidur bersamanya. Saya menghitung nafasnya. Pikiran saya berputar. Perasaan saya tertindih diantara lapar, tertekan dan ketakutan. Ini kehidupan yang sengsara. (Hlm.113). Dengan terjadinya overdosis pada diri Vela, Arimbi merasa sangat takut, ketakutan itulah yang membawa Arimbi pada sebuah kesadaran, bahwa narkoba sudah tidak penting lagi bagi dirinya. Karena takut kehilangan Vela, Arimbi mengambil sebuah keputusan untuk berhenti dari narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (213) Sesuatu yang menghantam datang bersamaan dengan kecemasan saya kehilangan Vela. Mungkin saya memang sudah saatnya total menghentikan narkoba! Kami sudah menemukan jalan keluar. Saya sudah terbebas dari rumah, dan saya sudah memiliki kekasih yang bisa menerima saya. Vela...seharusnya juga merasa aman hidup dengan saya. Maka narkoba sudah tak penting lagi. Saya menangis. Menyalahkan kelalaian saya membiarkan Vela tetap dengan ketergantungannya yang makin hebat. Saya mengutuk diri saya sendiri. (Hlm. 113). (214) Kenapa saya harus terjerembab pada impitan hidup seperti ini? Napasnya tinggal satu-satu. Denyut jantungnya melemah. Mata saya sudah lamur dengan air mata. Saya ketakutan. Saya ketakutan. (Hlm. 113). Ketakutan dapat menyebabkan kekalutan mental bahkan penyakit mental. Penyakit mental ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, hambar hati, apatis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
cemburu, iri hati, dengki, kemarahan-kemarahan yang eksplosif, ketegangan batin yang kronis, dan lain- lain. (Kartono, 1989:5). Selain kekalutan mental, ketakutan merupakan salah satu ciri orang yang memiliki kepribadian yang tidak sehat. Seseorang yang berperilakunya tidak sehat, hidupnya selalu dipenuhi konflik batin dan tegangan, selalu dikuasai oleh macammacam maslah serta diri merasa tidak aman. (Kartono, 1989:5). Dengan Arimbi adalah seseorang yang mengalami ketegangan batin yang kronis dan memiliki pribadi yang tidak sehat. Hal ini disebabkan karena ketakutan-ketakutan yang ada pada dirinya.
3.2.2 Rasa Tidak Percaya Diri Setiap orang sangat membutuhkan rasa percaya diri. Seseorang yang sangat rasa percaya diri, dia harus bisa menghargai diri sendiri dan menerima diri apa adanya. Namun tidak demikian dengan tokoh Arimbi, Arimbi tidak pernah merasa, menghargai dirinya. Inilah yang menyebabkan Arimbi putus asa. Arimbi selalu membenci dengan keadaan dirinya ketika banyak persoalan yang membebani dirinya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (215) Kalau boleh saya sebut siapa musuh terbesar dalam hidup saya, dia adalah diri saya sendiri. Dia yang tak pernah saya kenali. Dia yang tak pernah saya mengerti. Dia yang tak pernah bisa kompromi. Dia yang bahkan sulit saya usir dari tubuh saya sendiri. (Hlm. 23). (216) Saya mulai membenci diri sendiri sejak usia sebelas. Ketika sudah habis masa- masa indah menertawai dunia dengan otak anak kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Ketika usia mulai membebani saya dengan banyak persoalan yang tak saya sukai. (Hlm. 23). Arimbi juga merasa sangat tidak percaya diri, untuk bisa membantu ibunya dari tindakan ayahnya, yang sering memukul ibunya. Arimbi sangat menyesal, karena tidak bisa mencari cara untuk membantu ibunya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (217) Kali ini saya tak punya keberanian lagi untuk membuka mata. Bunyi gemeletar gesper yang dicambukkan ke tubuh, seperti petasan yang pekak di telinga. Tarrr!Tarrr!Tarrr! Bahkan suara rintihan mama sudah tenggelam dalam bunyi siksa. Berkali-kali papa mencambuk. Berkalikali. Puluhan kali! (Hlm. 40). (218) Saya mulai menangis. Bukan hanya telinga saya kini yang menjadi ingin pecah. Hati saya bahkan sudah seperti siap meledak. Saya menengok ke segala penjuru. Berharap ada seseorang muncul dan bisa menghentikan tindakkan biadab papa. Tapi tak ada seorang pun. Orang terdekat semestinya sopir. Dan saya. (Hlm. 40). (219) Tapi saya tidak melakukan apa-apa. Bunyi itu terus bergeletar. (Hlm .40) Rasa tidak percaya diri juga yang dialami Arimbi, yang membuat dirinya terperangkap dalam dunia narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (220) Hanya sejumput kecil serbuk berwarna putih bersih. “Hirup sampai bubuknya hilang...” terngiang kata-kata Rajib. Napas saya mendekatkan hidung ke arah kertas yang sudah terbuka. Napas saya gemetar. Saya gemetar. (Hlm. 64). (221) Dunia apa yang datang kepada saya barusan? Kepala saya berputar. Saya jatuh tertunduk di tangga batu menjelang pintu kelas. Saya memegang erat kepala saya. Dada saya sesak, mata saya mulai berair. (Hlm. 65).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
Akibat dari rasa tidak percaya diri, menyebabkan Arimbi putus asa dan masuk ke dalam dunia narkoba. Dia terperangkap dengan kehidupan barunya yaitu dunia narkoba. Seseorang yang merasa tidak percaya diri, adalah seseorang yang tidak bisa menerima dan menghargai orang lain, karena ia sendiri belum bisa menghargai dan menerima dirinya. (222) Saya menjadi lesbian karena kemarahan? Jika itu benar, alasannya memang ada. Saya membenci figur laki- laki, karena laki- laki yang saya lihat di rumah saya adalah laki- laki penyiksa. Saya tak menyukai figur perempuan bodoh dan pengecut. (Hlm. 215).
3.2.3 Rasa Frustrasi Fustrasi adalah suatu keadaan, di mana suatu kebutuhan tidak bisa terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan mengalami suatu halangan dalam usahanya mencapai suatau tujuan. (Kartono, 1989:70). Arimbi mengalami frus trasi disebabkan oleh kedua orang tuanya, yang tidak pernah memperhatikan dan memberikan kasih sayang terhadap dirinya, sehingga menyebabkan Arimbi terjerumus dalam dunia narkoba. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: (223) Saya merasa, saya adalah anak yang menderita. Sebab saya tidak mengenali orang tua saya, dan mereka tidak mengenali saya. Kami seperti orang lain. Bahkan pada fase saat saya sudah begini sengsara, tak ada satu gairah pun pada diri saya untuk berusaha merengkuh perhatian mereka. Saya sudah mati angin. (Hlm. 126). (224) Bagi saya narkoba seperti perempuan-perempuan binal yang selalu berhasil menggeletakkan nafsu lelaki dan membuat mereka mudah sejenak melupakan anak- istri. Apa bedanya dengan nanrkoba?. (Hlm. 145).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri yang dialami oleh tokoh Arimbi, membuat Arimbi mengalami ketakutan, tidak percaya diri dan frustrasi. Dengan demikian, dari ketakutan, tidak percaya dir dan frustrasi yang dialami Arimbi, mengakibatkan tekanan batin. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam hidupnya membuat Arimbi sangat tertekan. Puncak dari semua permasalahan berawal dari pertengkaran orang tuanya. Arimbi merasa tertekan batinnya melihat ayahnya sering memukul ibunya sendiri. Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan dengan anaknya. Akibat dari perbuatan kedua orang tuanya yang tidak pernah memperhatikan Arimbi, menyebabkan Arimbi mengambil keputusan untuk mencari dunia baru yang bisa menerimanya, yaitu dunia narkoba. Inilah yang menyebabkan Arimbi tertekan batinnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Berdasarkan pada analisis
pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa tokoh utama dalam novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah adalah Arimbi. Hal ini dikarenakan sejak awal hingga akhir cerita, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian. Sebagai pelaku kejadian Arimbi hadir dan dikenai tekanan batin berkaitan dengan kehidupan yang dihadapi selama berada bersama orang tuanya atau keluarganya. Dalam novel Detik Terakhir, peneliti menggunakan dua unsur yaitu tokoh dan latar. Melalui dua unsur itu (tokoh dan latar) dapat dilihat tokoh Arimbi sebagai tokoh utama, begitu banyak mengalami permasalahan yang dihadapinya dalam keluarga, yaitu kurangnya kasih sayang dari orang tua, dia sering mendapatkan orang tuanya selalu saja bertengkar, adanya perselingkuhan dan orang tuanya selalu saja tidak pernah memperhatikannya. Arimbi, anak dari seorang pengusaha yang terkenal. Orang tuanya meiliki perusahan dan dunia bisnis. Tokoh tambahan dalam novel Detik Terakhir ini yang kehadirannya dan keberadaannya sebagai penunjang tokoh utama sangat besar antara lain Papa Arimbi, Mama Arimbi, Vela dan Rajib. Novel Detik Terakhir
berlatar tempat di daerah Jakarta, Cisarua, Bali,
Sekolah, Rumah, dan Rumah sakit. Jakarta tempat tinggal Arimbi, Cisarua merupakan tempat Arimbi direhabilitasi, Bali sebagai tempat pariwisata
73
Arimbi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
bersama orang tuanya, sedangkan sekolah adalah tempat Arimbi belajar, rumah adalah tempat tinggal Arimbi bersama orang tuanya dan Rumah sakit adalah tempat pengobatan Arimbi dalam proses penyembuhan. Latar waktu dalam novel Detik Terakhir digambarkan pada pagi, siang, dan malam. Sedangkan latar sosialnya dapat dilihat dari status sosiai keluarga Arimbi kaya, pengusaha terbesar, dan juga sangat terpandang dalam masyarakat. Sebagai manusia normal, Arimbi juga mempunyai kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Namun kebutuhankebutuhan itu tidak didapatkan oleh Arimbi. Sebagai seorang anak, apalagi sebagai wanita Arimbi merasa tidak berharga dan selalu merasa ada perasaan takut. Tidak adanya penghargaan terhadap dirinya disebabkan oleh perilaku orang tuanya yang tidak pernah menyayanginya. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan penghargaan membuat kebutuhan aktualisasi diri Arimbi tidak terpenuhi. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan itu membuat perilaku Arimbi menyimpang. Arimbi terjerumus dan menjadi pecandu narkoba, akibat dari perbuatan kedua orang tuanya yang tidak pernah membuat Arimbi merasa bahagia dan diperhatikan. Orang tuanya hanya sibuk dengan mengurus perusahaan mereka sendiri-sendiri, dan selalu saja bertengkar setiap hari. Hal inilah yang membuat Arimbi merasa hidupnya tertekan. Wujud tekanan batin yang dialami Arimbi adalah rasa takut, rasa tidak percaya diri dan frustrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
4.2 Saran Penelitian terhadap novel Detik Terakhir Karya Alberthiene Endah ini, penelitian analisis berdasarkan tahap awal, berupa struktur tokoh dan latar. Kemudian, dilanjutkan dengan memakai pendekatan psikologi untuk menganalisis tekanan batin tokoh Arimbi berdasarkan teori psikologi Abraham Maslow. Sebenarnya masih banyak lagi permasalahan yang dapat diangkat sebagai bahan penelitian ini. Misalnya saja, dengan memakai pendekatan sosiologi. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan antara golongan masyarakat menengah ke atas dan golongan masyarakat menengah ke bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung. Endah, Alberthiene. 2006. Detik Terakhir. Jakarta: Gramedia ,
. 2004. Website : www.gramedia.com
Goble, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Terjemahan oleh Supratiknya, A. Yogyakarta : Kanisius. Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Heerdjan, Soeharto. 1987. Apa itu Kesehatan Jiwa?. Jakarta: FKUI. Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnomalitas Seksual. Bandung: Mandar Mayu. Koentjaraningrat. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Koeswara E. 1989. Motivasi, Teori, dan Penelitiannya. Bandung : Angkasa. Moeliono, Anton. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Luxemburg, Jan Van (dkk). 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pradopo. 1990. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Roekhan. 1987. “Ruang Lingkup Kajian Psikologi Sastra” Dalam Nurhadi (Ed.) Kapita Selekta Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Malang: YA3 : 144. Sayuti, Suminto. A. 1988. Dasar-Dasar Analisis Fiksi. Yogyakarta: LP3S. Semi, N. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Shalahuddin, Mahfuddin. 1991. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu. Sudaryanto. 1998. Metode Linguistik: Bagian Pertama ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. . 1988. Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. ,
. (ed). 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa. Sumardjo, Jakob. 1983. Pengantar Novel Indonesia. Jakarta: Karya Impress. ,
. 1984. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya.
,
. 1984. Memahami Kesustraan. Bandung: Alumni.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusteraan. Terjemahan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia. Winkel, W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Sinopsis Novel Detik Terakhir
Novel ini menceritakan kisah hidup seorang gadis yang bernama Arimbi. Dia adalah anak orang kaya. Orang tuanya juga mempunyai banyak usaha. Bagi Arimbi kekayaan tidaklah penting. Arimbi hanya menginginkan sebuah kehidupan yang harmonis dalam keluarga bersama kedua orang tuanya. Orang tua Arimbi selalu sibuk dengan dunianya masing- masing. Ayah Arimbi adalah pemilik bisnis perkabunan kelapa sawit di Sumatra, usaha ritel di Jakarta, dan bisnis properti. Ibu Arimbi mempunyai bisnis Even Organizer terutama bergerak dibidang pameran lukisan. Ibu Arimbi memiliki kantor sendiri yang tidak jauh dari rumah. Dalam kehidupan sehari-harinya Arimbi merasa tidak puas, karena sertiap hari Arimbi selalu berhadapan dengan banyak pembantu di rumahnya. Arimbi tidak pernah merasakan bisa berkumpul bersama dengan orang tuanya di saat Arimbi pulang dari sekolah, padahal Arimbi sudah mengharapkan, bahwa setelah pulang sekolah ia bisa dijemput oleh kedua orang tuanya, tetapi harapannya hanya sia-sia saja karena yang menjemput adalah sopirnya. Akibat dari kesibukkan kedua orang tuanya, Arimbi pergi dari rumahnya untuk mencari kebahagiaan yang tidak pernah dia dapat dari keluarganya. Selain orang tuanya sibuk, Arimbi juga merasa tidak percaya terhadap orang tuanya, dikarenakan sifat orang tuanya yang tidak pernah membuat bahagia dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Puncak ketidak-percayaan Arimbi terhadap kedua orang tuanya adalah ketika menyaksikan ayahnya selingkuh dengan seorang model, sedangkan ibunya selingkuh dengan seorang pelukis muda teman kerjanya. Dari situlah Arimbi mulai merasa benci, dan tidak percaya kepada kedua orang tuaya. Arimbi merasa bahwa kedua orang tuanya tidak menginginkan Arimbi untuk bisa berada bersama mereka di rumah. Kebahagiaan yang diinginkan Arimbi untuk bisa hidup aman dengan ayah, dan ibunya tidak pernah Arimbi rasakan. Semua impian dan harapannya tidak terpenuhi. Arimbi menjadi putus asa denga n melihat segala perbuatan orang tuanya yang setiap hari selalu bertengkar. Pada akhirnya Arimbi, berteman dengan Rajib yang berprofesi sebagai seorang pengedar narkoba. Rajib memberikanya putauw, setelah itu Arimbi mulai ketagihan dan menemukan dunia yang baru, bersama dengan tema n-temannya dan menjadi pecandu narkoba. Arimbi bersama tema nnya memakai narkoba di Kafe, Kos teman, dan diskotik. Arimbi juga terjerumus dalam dunia lesbian. Arimbi sangat merasa aman untuk berhubungan dengan sesama perempuan. Nama teman lesbia nnya adalah Vela. Vela juga merasa aman dan terlindung dengan keberadaan Arimbi bersamanya. Mereka berdua adalah anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua dan keluarga mereka. Awalnya, kelakuan Arimbi tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, tetapi ibunya merasakan ada gelagat buruk terhadap tingkah laku Arimbi dan akhirnya ketahuan juga, kalau Arimbi adalah pecandu narkoba. Orang tua Arimbi menjadi marah, dan memasukan Arimbi ke panti rehabilitasi daerah Cisarua. Selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berada dipanti rehabilitasi, Arimbi selalu berusaha untuk bunuh diri karena dia merasa tidak ada gunanya hidup tanpa narkoba dan Vela.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI
Felisianus Perik Lahir di Lante Manggarai, Flores. (Nusa Tenggara Timur), pada tanggal 15 Agustus 1983. Memulai studi di Fakultas Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2001.
Tugas akhir yang disusun penulis yang berjudul Tekanan Batin Tokoh Arimbi dalam novel Detik Terakhir karangan Alberthiene Endah Tinjauan Psikologi Sastra mengantarkan penulis mendapatkan gelar Sarjana Sastra. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penulis, SDK Waekajong Manggarai (1989-1995), melanjutkan studi di SLTP Dharma Bakti Ruteng Manggarai (19951998), kemudian melanjutkan studi di SMU Katholik St. Fransiskus Saverius Ruteng (1998-2001). Alamat penulis SDK Waekajong Kec. Reok. Kab. Manggarai- Ruteng-ReokKajong-Flores-NTT 86511.