perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan TESIS Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan
Diajukan oleh : Sumardiono S130907007 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan
Disusun oleh: Sumardiono S130907007
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal : _______________________
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Drs. M.R Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D.
Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana
NIP. 19630328 199201 1 001
NIP. 19440602 196511 2 001
Mengetahui Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. M.R Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. NIP. 19630328 199201 1 001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan
Oleh: Sumardiono S130907007
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : 22 Juli 2011
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Djatmika, M.A.
…………………
Sekretaris
Dr. Tri Wiratno, M.A.
..………………..
Anggota Penguji : 1. Prof. Drs. MR Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. 2. Prof. Dr. M Sri Samiati Tarjana
…………………
…………………
Surakarta, 22 Juli 2011 Mengetahui Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto,M.Sc.,Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. MR Nababan,M.Ed.,M.A.,Ph.D. commit to user NIP. 19630328 199201 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Sumardiono NIM
: S130907007
menyatakan
dengan
sesungguhnya,
bahwa
tesis
berjudul
KAJIAN
TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE (Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Terjemahan) adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Juli 2011 Yang membuat pernyataan,
Sumardiono
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bahasa telah menjadikan terang peradaban manusia. Mengabarkan kisah, pengetahuan dan cinta dari generasi ke generasi.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Untuk yang berkhidmad pada linguistik, penerjemahan dan pragmatik
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Tesis ini adalah hasil kerja keras dan penantian yang panjang. Tanpa dukungan moral dan sokongan semua pihak, mustahil tesis ini bisa tersaji seperti saat ini. Penulis mengapresiasi setiap dukungan dan sokongan dari semua pihak dan mengucapkan terimaksih yang tulus kepada: 1.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
2.
Ketua dan sekretaris Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan mewujudkan cita-cita di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
3.
Prof. Drs. MR Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D., sebagai dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberi pencerahan dan yang telah membuat penulis tertarik menggeluti dunia penerjemahan.
4.
Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, M.A., sebagai dosen pembimbing II yang telah membagi ilmunya, menuntun dengan sabar dan memberi inspirasi tentang menariknya bidang pragmatik.
5.
Prof. Dr. Drs. Joko Nurkamto, MPd, selaku kepala UPT P2B UNS dan Ibu Fitria Akmerti, S.S, M.A. yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk beraktualisasi diri dan mendorong untuk segera menyelesaikan tesis ini. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Drs. Sutoyo, M.Pd. dan Dra Sri Hartini, M.Pd., selaku pimpinan FKIP UNISRI yang telah memberi banyak kesempatan dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.
7.
Sri Handayani S. Pd, M. Hum. dan Ulupi Sitoresmi, S.S selaku pimpinan PBI FKIP UNISRI yang telah berbagi semangat dan saling mengingatkan akan tugas akademik kami untuk segera menyelesaikan studi.
8.
Teman-teman UPTP2B dan SAC yang telah memberi semangat sepanjang penulisan tesis ini: Mbak Nunung, Mbak Novi, Mbak Kartini, Beta, Maya yang telah meluangkan waktu berbagi suka dan duka.
9.
Keluarga penulis, Bapak, Ibu, kakak, adik yang telah lama menanti mendengar kabar kapan penulis lulus dari S2.
10.
Teman-teman PBI FKIP UNISRI: Pak Setya yang telah menjadi model untuk bagaimana menjalani hidup, Bu Fenti, Pak Yudis, Bu Evi, Bu Dewi, Pak Lukman, Bu Ayu, Bu Riyani, untuk semua dukungan dan semangat yang telah kita bagi bersama.
11.
Ardianna Nuraini dan Umi Pujiyanti Beta dan Bayu untuk semua diskusi yang menggairahkan tentang penerjemahan dan pragmatik.
12.
Teman-teman S2: Umi, Devi, Budiarti, Pak Anshori, Pak Zainal, Maya, Mbak Nuning, Ninuk, dan Mbak Maria atas waktu yang telah kita lalui bersama di S2 Pasca Sarjana UNS.
13.
Semua teman dan sahabat yang penulis kenal dan telah memberi kontribusi baik langsung maupun tak langsung pada penulisan tesis ini. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis berharap penelitian ini akan memberi manfaat pada rekan-rekan yang menggeluti bidang penerjemahan dan pragmatik. Penulis juga mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ………….....……………………………………...….. …..
ii
PENGESAHAN ………………………...…………………………………
iii
PERNYATAAN …………...……………...………………………………… iv MOTTO ………….………………………………………………………...
v
PERSEMBAHAN …...………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………...………….. vii DAFTAR ISI ……………………...…………………………...…………….
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
xiii
DAFTAR DIAGRAM……………………………………………………….. xiv DAFTAR LAMPIRAN ………………………...……………………………
xv
ABSTRAK ………..……………...…………………………...……………..
xvi
ABSTRACT ……………………………………………..………………......
xvii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………..…………………………
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
8
C. Tujuan Penelitian……………...…………………………………
8
D. Manfaat Penelitian……...………………………………………..
9
BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian teori………….. ……………………………………….....
11
1. Penerjemahan…………………..……………………………....
11
a. Pengertian Penerjemahan...….……………………………....
11
b. Proses Penerjemahan….…………………………………….
13
c. Teknik Penerjemahan…………......………………………… 18 d. Kualitas Penerjemahan…………......…..…………………… 26 2. Pragmatik…..………………..…………………………………
27
3. Cakupan Pragmatik………...….………………………………. commit to user
29
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Deiksis…...…………..….……...…………………………… 29 b. Tindak Tutur (Speech Act).….………………………..…….
31
c. Pressuposition ………...……...…..…………………………
34
d. Implikatur Percakapan………......………………………….
35
e. Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan....………………
38
4. Pragmatik dan Penerjemahan....….......…….....……………….. 45 5. Implikatur dan Penerjemahan....……………………………….
47
6. Penerjemahan dan Budaya ....................………………………. 48 7. Sekilas novel The Da Vinci Code.……………………………..
52
8. Penelitian Sejenis...........................………………………….....
54
B. Kerangka Pikir ………….....…………………………………....
55
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Sasaran Penelitian…… ……..…………………………………..
57
B. Bentuk dan Strategi Penelitian……….………………………….
58
C. Sumber Data…..…...……………………………………………..
60
D. Teknik Pengumpulan Data …..…………………………………..
62
E. Validitas Data ………..…………………………………………..
65
F. Teknik Cuplikan...………………………………………………..
67
G. Teknik Analisis Data ……..…………………...…………………
68
H. Prosedur Penelitian ….………………………………………….
70
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian…… ……..…………………………………...
71
B. Pembahasan……………...…..………………………………...
175
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………… ……..…………………………………... …
208
B. Saran…………...………...…..…………………………………. commit to user
210
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA ………………...…………………
212
LAMPIRAN ......………………………………...………
215
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Teknik Penerjemahan .……………………………………………..130 Tabel 2: Implikatur dan Ilokusi Tidak Langsungnya………………………...178 Tabel 3: Implikatur dan Maksim-Maksim yang Terlibat…………………….181 Tabel 4: Teknik Penerjemahan dan Pergeseran daya Pragmatis ..…..……...195 Tabel 5: Keakuratan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan .………….199 Tabel 6: Keberterimaan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan .…...….203 Tabel 7: Jenis Implikatur, Teknik Penerjemahan, Pergeseran Daya Pragmatis dan Kualitas Penerjemahan …………………………………………205
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1: Proses penerjemahan menurut Larson ………………………....… 14 Diagram 2: Proses Penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto………. 16 Diagram 3: Kerangka Pikir……………………………………………………...55
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian Lampiran 2: Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan Rater 1 Lampiran 3: Kuesioner Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan Rater 2
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sumardiono. S130907007. 2011. KAJIAN TERJEMAHAN UJARAN YANG MENGANDUNG IMPLIKATUR PADA NOVEL THE DA VINCI CODE Sebuah Tinjauan Pragmatik pada Penerjemahan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code diterjemahkan. Penelitian difokuskan pada jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran pada novel The Da Vinci Code, teknik-teknik yang diterapkan dan bagaimana pola pergeseran daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran serta tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data diperoleh dengan menggunakan beberapa metode, yaitu metode catat simak, kuesioner dari para informan, serta wawancara dengan mereka. Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal. Sumber data diperoleh dari novel The Da Vinci Code karya Dan Brown dan terjemahannya oleh Isma B. Koesalamwardi. Penelitian penerjemahan ini berorientasi pada produk. Hasil penelitian ini menunjukan ada empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya; asertif, direktif, komisif dan ekspresif. Implikatur yang ditemukan pada penelitian ini berkecenderungan merupakan ujaran yang memanfaatkan maksim-maksim dari prinsip kerjasama (PK) dan maksim-maksim dari prinsip kesantunan (PS). Sebagian besar tidak terjadi pergeseran daya pragmatis pada ujaran terjemahan, sebagian mengalami pergeseran daya pragmatis. Ada 13 teknik yang digunakan penerjemah. Sebagian besar teknik yang diterapkan tidak mengubah daya pragmatis ujaran sementara beberapa teknik mengakibatkan pergeseran pragmatis. Tingkat keakuratan terjemahan bernilai rerata 2,86 sedangkan tingkat keberterimaan terjemahan bernilai rerata 2,85. Peneliti menyimpulkan bahwa terjadi pergeseran daya pragmatik pada sebagian terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Pergeseran daya pragmatik terjadi karena teknik penambahan, penghapusan dan eksplisitasi yang diterapkan pada ujaran. Tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran juga dipengaruhi oleh teknikteknik yang diterapkan penerjemah. Kata kunci: implikatur, teknik penerjemahan, keakuratan, keberterimaan, pergeseran daya pragmatis, maksim, prinsip kerjasama, prinsip kesantunan
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT S130907007. 2011. A TRANSLATION STUDY ON UTTERANCES WITH IMPLICATURE IN THE DA VINCI CODE (A NOVEL) Sumardiono.
A Pragmatic Review on Translation. Thesis. Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. This research aims at describing how utterances with implicature in The Da Vinci Code (a novel) are translated. The research focused on the types of implicature of the utterances, the techniques applied and the shift pattern of the pragmatic force of the target text as well as the accuracy and acceptability of the translation. The method applied in this research was descriptive qualitative. The data were obtained by some methods, namely content analysis, questionnaire, and interview. The research is a single case study. The source of data was The Da Vinci Code (a novel) by Dan Brown and its translation by Isma B. Koesalamwardi. This translation research is product oriented. The finding shows that there are four types of implicature, namely assertive, directive, commisive and expressive. The implicatures found in this research are mostly utterances utilizing the maxims of cooperative principles and those of politeness principles. Most of the translations do not have pragmatic shifts but some do. There are 13 translation techniques applied by the translator most of which do not shift the pragmatic force and some of them do. The accuracy rate of the translation is 2.86 and the acceptability rate is 2.85. The conclusion states that some of the translations shift the pragmatic force. It is affected by the application of addition, deletion and explicitation. The accuracy and the acceptability are also affected by the application of the technique . Key words: implicature, translation technique, accuracy, acceptability, pragmatic shift, maxim, cooperative principles, politeness principles.
commit to user
xvii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penerjemahan secara definisi merupakan proses pengalihan pesan dari satu kode ke kode lain. Penerjemahan dengan demikian melibatkan dua kode sekaligus. Keterlibatan dua kode dengan peran mengalihkan pesan mengandung konsekwensi bahwa penerjemahan berfungsi
menjembatani dua sistem yang
berbeda, baik sistem gramatika dalam ranah linguistik maupun sistem kultural di luar ranah linguistik. Dua kode dengan dua sistem yang berbeda ini dihubungkan oleh apa yang dinamakan unsur dalam atau deep structure yang kemudian dipindahkan ke bentuk kode lain yang terealisasikan lewat struktur permukaan atau surface structure. Proses penerjemahan, diawali dengan kegiatan menangkap unsur dalam sebuah teks lewat pemahaman leksis, gramatika dan teks bahasa sumber. Tahap berikutnya, lewat sistem leksis, gramatika dan teks bahasa sasaran, pesan atau struktur dalam direalisasikan dalam bentuk kata, frasa, klausa, kalimat dan teks bahasa sasaran. Penerjemah berusaha memahami maksud penutur/penulis asli yang memproduksi teks bahasa sumber yang ditujukan untuk pembaca bahasa sumber, kemudian dia menciptakan kembali teks dengan bahasa sasaran untuk pembaca bahasa sasaran (Farwell dan Heimrich, 2007:l2). Yang terjadi pada proses penerjemahan pada dasarnya adalah pengalihan usermakna ini diperlukan perangkatpesan. Dalam proses pengalihancommit pesan toatau
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perangkat untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Karena itu, sebagai ilmu terapan, penerjemahan memerlukan disiplin ilmu lain untuk membantu memahami makna teks bahasa sumber. Disiplin ilmu yang terlibat dalam proses pemahaman ini meliputi linguistik sebagai penjelas prosesproses bahasa pada tataran morfologis, sintaksis maupun discourse. Linguistik merupakan disiplin yang menjembatani pemahaman teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Linguistik berperan untuk mengetahui konfigurasi morfologis, sintaksis dan teks dalam membentuk sebuah makna. Pembentukan makna leksikal sebuah kata harus dipahami lewat susunan morfologisnya. Dalam bahasa Inggris, misalnya, akhiran –s atau –es diberikan pada kata benda untuk membentuk makna jamak/plural. Dari sini, seorang penerjemah memahami makna leksikal sebuah kata pada tataran morfologis dalam bahasa Inggris bahwa sebuah kata bermakna jamak apabila kata itu mengalami sufiksasi sibilant –s atau –es. Selanjutnya penerjemah merealisasikan bentuk jamak itu ke dalam kode kedua dengan memahami bagaimana, dalam bahasa sasaran, makna jamak direalisasikan. Pada tataran sintaksis, penerjemah misalnya memahami bahwa bentuk pasif dalam bahasa Inggris direalisasikan lewat subyek penderita yang diikuti bentuk to be dan diakhiri kata kerja dalam bentuk past participle. Setelah memahami bahwa bentuk ini bermakna pasif dalam bahasa Inggris, dia akan merealisasikannya dalam bahasa sasaran, misalnya bahasa Indonesia, dengan memahami bagaimana makna pasif dalam bahasa Indonesia direalisasikan. Dalam bahasa Indonesia, makna commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pasif direalisasikan lewat subjek penderita diikuti kata kerja yang mendapatkan awalan di-. Tentu saja tidak hanya linguistik secara umum yang diperlukan untuk memahami teks bahasa sumber. Masih ada bidang linguistik lain yang bermanfaat untuk itu. Ketika seorang penerjemah berhadapan dengan sebuah kata yang tidak mempunyai padanan langsungnya dalam bahasa sasaran, dia membutuhkan semantik untuk membuat padanan pada tataran yang berbeda. Tataran kataperkata
tentu
saja
terlalu
sederhana
untuk
diterapkan
dalam
praktek
penerjemahan. Kata ‘stallion’ misalnya tidak bisa ditemukan padanan kataperkatanya dalam bahasa Indonesia. Untuk menerjemahkannya secara akurat, karena tidak ada padanan perkatanya, kita membutuhkan semantik agar padanannya tepat. Kata ‘stallion’ mempunyai super ordinat ‘horse’ dengan beberapa komponen makna tambahan. ‘Stallion’ tidak hanya ‘horse’, tapi ia juga mengandung makna ’male’. Dengan bantuan semantik, kita kemudian bisa mendapatkan padanan kata ‘stallion’, yaitu ‘kuda jantan’. Tentu saja dalam proses penerjemahan, pemahaman makna secara tekstual saja tidak cukup karena makna timbul tidak pada kata, frasa, atau kalimat tersebut secara mandiri. Makna muncul karena gesekan antara kata, frasa, atau kalimat dengan konteks di mana kata, frasa, atau kalimat itu muncul. Teks hanya dapat didekati melalui sebuah interpretasi (Farwell dan Heimrich, 2007:l2). Sebuah kegiatan memahami teks yang melibatkan sesuatu yang di luar teks itu sendiri, yaitu konteks. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Konteks diperlukan untuk menginterpretasikan ujaran atau kalimat bahasa sumber dan kemudian memproduksi ujaran atau kalimat bahasa target. Konteks juga bermanfaat untuk menghindari ketaksaan kalimat bahasa sumber. Tanpa konteks yang jelas, sebuah kalimat bisa bermakna ganda. Konteks meliputi dua hal; konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi meliputi siapa pembicara, siapa yang diajak bicara dan dalam situasi atau tempat seperti apa ujaran itu muncul. Kalimat atau ujaran yang sama bisa mempunyai makna yang berbeda bila diucapkan di tempat yang berbeda. Kalimat “Ada bis!” akan memiliki arti “Kita bisa segera pulang.” bila muncul di sebuah halte bis dengan orang-orang yang sudah lama menunggu untuk segera pulang dari tempat kerja atau kuliah. Tapi kalimat tersebut menjadi bermakna “Awas minggir!” apabila ujaran diucapkan ketika ada bis mau lewat sementara ada anak-anak yang sedang bermain sepak bola di tengah jalan. Bahasa tidak hanya digunakan untuk menggambarkan realitas atau kejadian tapi juga digunakan untuk menggambarkan situasi mental serta nilai-nilai kultural yang terlibat dalam proses komunikasi (Farwell and Heimrich, 2007:l). Oleh sebab itu, pemahaman seorang penerjemah tentang budaya bahasa sumber adalah mutlak. Konteks budaya meliputi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, keyakinan-keyakinan, serta sejarah yang membentuk perilaku kolektif sebuah masyarakat. Peran pragmatik, dengan begitu, tidak bisa diabaikan begitu saja. Menerjemahkan tanpa memperhatikan aspek pragmatik sebuah ucapan bisa berakibat fatal. Bahkan menurut pendekatan penerjemahan berbasis pragmatik, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
sebuah teks tidak mengandung makna dengan sendirinya. Teks diproduksi karena penulis atau pembicara menginginkan sebuah maksud (Farwell dan Heimrich, 2007:l). Artinya, sebuah teks lahir karena kebutuhan si penutur untuk mengungkapkan sesuatu sebagai reaksi atas peristiwa atau keadaan di dalam atau di luar dirinya. Berikut sebuah contoh kasus penerjemahan yang memerlukan telaah pragmatik untuk mendapatkan makna yang lebih akurat. Ujaran berikut diambil dari novel The Da Vinci Code dan terjemahannya.
(01) “I hope I have not awoken you?" (02) “Semoga saya tidak membangunkan anda”
Secara sekilas terjemahan di atas tampak sudah akurat. Pesan teks bahasa sumber (01) nampak sudah tersampaikan dengan baik pada teks bahasa sasaran (02). Ujaran (02) nampak sudah memenuhi kaidah gramatika bahasa Indonesia dengan pilihan leksis yang bagus. Secara sekilas pula pembaca akan percaya dengan terjemahan ini. Tapi, mari kita telaah konteks ujaran di atas. Ujaran (01) diucapkan di pesawat telpon oleh seorang petugas hotel kepada salah seorang tamunya di tengah malam. Landon, si penerima telpon baru saja bangun karena mendengar dering telpon. Di sini, kita melihat bahwa ungkapan I hope yang diikuti bentuk present perfect bukanlah sebuah ungkapan harapan. Dalam bahasa Inggris, ini disebut bentuk present impossible yang digunakan untuk menyatakan penyesalan. Dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
sisi pragmatik, ujaran (01) jelas melanggar maxim of relevance karena ujaran (01) jelas tidak relevan dengan konteks situasi bahwa si penelepon sudah membangunkan Landon, si penerima telepon. Apabila sebuah ujaran melanggar salah satu maksim maka kita bisa berasumsi bahwa ujaran itu mengandung implikatur. Dari analisis pragmatik, kita bisa menyimpulkan bahwa ujaran (01) adalah bentuk penyesalan si penutur karena telah membangunkan Landon, sehingga bentuk terjemahan yang tepat mestinya sebagai berikut:
(03) “Maaf, telah membangunkan Anda”.
Berikut ini contoh lain bagaimana penerjemah memanfaatkan pragmatik ke dalam proses penerjemahan untuk memperjelas pesan dalam bahasa sasaran yang diambil dari novel The Da Vinci Code.
BSU
“Do all the drivers wear Rolex?” the agent asked, pointing to Vernet’s wrist. Vernet glanced down and saw the the glistening band of his absurdly expensive watch peeking out from beneath the sleeve of his jacket. Merde. “This piece of shit? Bought it for twenty euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.”
BSA
“Apa semua pengemudi memakai Rplex?” Tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya yang sangat mahal itu. Silan. “Jam murahan ini? Akumembelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?” commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konteks situasi menunjukan Vernet, presiden bank penyimpanan Zurich berusaha mengeluarkan Langdon dan Sophie keluar dari gedung bank. Dia menyamar sebagai supir truk pengangkut barang. Sayang penyamarannya nyaris terungkap ketika Collet seorang agen yang menghadangnya mengetahuinya memakai jam tangan Rolex. Untungnya, Vernet bisa meyakinkan kalau itu adalah Rolex palsu.
(04) “I’ll sell it to you for forty.” (05) “Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?”
Pernyataan Vernet dalam teks bahasa Inggris (04) mengandung ilokusi tak langsung menawarkan. Pada teks bahasa sumber pesan ini terekam secara implisit. Oleh penerjemah, pernyataan Vernet ini diterjemahkan menjadi (05). Ilokusi tak langsung menawarkan dieksplisitkan menjadi ilokusi langsung menawarkan dalam kalimat “Berminat?” Tampak di sini penerjemah memanfaatkan pragmatik untuk memperjelas pesan yang ada dalam teks bahasa sumber; dari pesan implisit menjadi eksplisit. Pesan yang tersampaikan lewat impikatur menjadi eksplikatur. Contoh di atas memberi kita sebuah kesimpulan betapa pendekatan pragmatik sangat diperlukan ketika seseorang menerjemahkan, terutama apabila teks itu berupa teks percakapan dengan konteks situasi dan konteks kultural tertentu. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1.
Apa jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran yang mengandung implikatur pada teks bahasa sumber?
2.
Bagaimana pola pergeseran daya pragmatis pada terjemahan ujaran yang mengandung implikatur?
3.
Teknik penerjemahan apa yang diterapkan dan bagaimana pergeseran daya pragmatis yang diakibatkannya?
4.
Bagaimana tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jenis-jenis implikatur yang terkandung dalam ujaran teks bahasa sumber 2. Untuk mengetahui bagaimana pola pergeseran daya pragmatis pada terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. 3. Untuk mengetahui teknik penerjemahan yang diterapkan dan bagaimana pergeseran daya pragmatis yang diakibatkannya. 4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Dalam penelitian ini peneliti berusaha menerapkan pendekatan pragmatik untuk menganalisis sebuah terjemahan, dalam hal ini terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Peneliti juga mencoba menjelaskan teknik-teknik yang diterapkan oleh penerjemah dan pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis dan tingkat keakuratan serta keberterimaan terjemahan. Penelitian ini diharapkan akan memberi gambaran bagaimana pendekatan pragmatik bisa dipakai dalam mengkaji terjemahan. Pemanfaatan maksimmaksim, baik maksim-maksim prinsip kooperatif maupun prinsip kesantunan untuk menelaah makna tersembunyi sebuah ujaran, akan sangat bermanfaat untuk menilai kualitas penerjemahan, terutama terjemahan untuk teks yang berupa karya fiksi, misalnya novel atau cerita pendek. 2. Manfaat Praktis Penerjemah membutuhkan banyak kompetensi, termasuk dalam hal ini kompetensi linguistik. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan para
penerjemah
untuk
bisa
memanfaatkan
pragmatik
agar
hasil
terjemahannya lebih akurat. Pragmatik meninjau makna tidak saja pada tataran leksikal
mauupun
gramatikal,
pragmatik
meninjau
makna
setelah
kalimat/ujaran dikaitkan dengan konteks, bauk konteks situasi maupun konteks kultural. Oleh karena itu, seorang penerjemah dituntut untuk memiliki pengetahuan pragmatik yang cukup untuk bisa menyampaikan makna pada tataran yang lebih dalam.
Dengan kata lain pemahaman pragmatik akan commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membuat seorang penerjemah mampu melihat makna yang tersembunyi dari sebuah kalimat/ujaran, makna yang tidak diucapkan tapi dikomunikasikan.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
B. Kajian Teori Penelitian ini membahas bagaimana ujaran yang mengandung implikatur diterjemahkan, teknik-teknik apa yang diterapkan penerjemah serta bagaimana pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis ujaran teks bahasa sumber serta tingkat keakuratan dan keberterimaan. Oleh karena itu pada bab II ini akan dibahas aspek-aspek teoretis yang akan mendukung analisis pada penelitian ini. Teori-teori yang akan dibahas meliputi teori-teori penerjemahan, antara lain; (1) pengertian perjemahan; (2) proses penerjemahan; (3) teknik penerjemahan, serta teori-teori pragmatik yang meliputi (1) pragmatik, dan (2) cakupan pragmatik, penerjemahan dan pragmatik, implikatur dan penerjemahan serta penerjemahan dan budaya.
1. Penerjemahan a. Pengertian Penerjemahan Meskipun secara garis besar mirip, setiap pakar penerjemahan mempunyai definisinya sendiri tentang penerjemahan. Pada bagian ini akan dibahas pengertian penerjemahan dari berbagai pakar serta persamaan dan perbedaan di antara mereka. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Larson mengatakan bahwa penerjemahan pada dasarnya adalah perubahan bentuk (Larson, 1984:2). Larson sangat menekankan perbedaan antara bentuk dan makna dalam proses penerjemahan. Bentuk bahasa yang terealisasikan melalui kata, frasa, klausa dan kalimat adalah struktur permukaan (surface structure) sementara makna atau pesan adalah struktur dalam (deep structure). Proses penerjemahan pada dasarnya adalah perubahan bentuk bahasa sumber ke bentuk bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan yang terjadi adalah transfer makna. Maknalah yang tetap konstan sedang bentuk berubah karena tiap bahasa punya cara yang berbeda dalam mengemas makna. Jadi jelaslah kiranya bahwa kesamaan bentuk dan makna yang sepenuhnya sejajar sulit dijumpai dalam penerjemahan. (Machali, 2000:144) Baker dengan teori kesepadanannya menyatakan bahwa tidak ada korespondensi satu-satu antara kata dan makna antar dua bahasa (Baker, 1992:11). Ini mengandung konsekuensi bahwa kesepadanan tidak selalu bisa tercapai secara linear. Apa yang disampaikan dalam suatu bahasa dengan kata mungkin perlu disampaikan dalam bentuk frasa atau bahkan klausa dalam bahasa lain. Baker menyusun kesepadanan dari tataran kata sampai tataran teks, Bahkan menurutnya, kesepadanan perlu dicapai pada tataran yang lebih tinggi dari itu, yaitu tataran pragmatik. Sementara
itu
Catford
menyatakan
bahwa
penerjemahan
adalah
penggantian materi teks dari suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanannya dalam bahasa lain (bahasa target) (Catford, 1965:20). Dapat disimpulkan bahwa Catford memahami penerjemahan sebagai proses pencarian padanan teks bahasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
sumber untuk ditempatkan sebagai teks bahasa sasaran. Pendapat ini sedikit banyak mirip dengan pandangan Baker. Dari tiga pakar penerjemahan di atas, tampak ada benang merah yang menghubungkan ketiganya tentang penerjemahan. Ketiga pakar melibatkan dua hal penting yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran yang dihubungkan oleh makna atau pesan. Dapat pula disimpulkan, dari penjelasan di atas, bahwa penerjemahan bukanlah sekedar mengalihkan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ada sesuatu yang lebih substansial yang mesti dipertahankan, yaitu pesan, makna atau gagasan dari teks bahasa sumber. Dari sini kita kemudian menyadari langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan penerjemah ketika ia melakukan kegiatan penerjemahan
b. Proses Penerjemahan Kata terjemahan bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah produk, sementara yang kedua adalah proses atau tindakan menerjemahkan (Munday, 2001:5). Menurut T. Bell (1991) terjemahan/translation merupakan konsep abstrak yang meliputi baik proses penerjemahan maupun hasil dari proses tersebut. Penerjemahan adalah proses rumit yang menuntut ketelitian dan kesungguhan. Tahap-tahap yang harus dilalui, meskipun secara garis besar mirip antara satu pakar dan pakar yang lain, adalah cerminan proses mental dalam diri penerjemah. Karena penerjemahan pada dasarnya adalah mentransfer makna dari teks bahasa sumber ke teks bahasa sasaran, maka minimal ada dua proses yang commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selalu hadir yaitu proses dekonstruksi teks bahasa sumber dan proses rekonstruksi teks bahasa sasaran. Penerjemahan bisa diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa kalimat atau bahkan teks secara keseluruhan (Hatim & Munday Munday,, 2004:17). Proses penerjemahan diawali dengan mengidentifikasi leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks struktural teks bahasa sumber. Tahap selanjutnya adalah menganalisis untuk mendapatkan makna teks tersebut, baru kemudian merekonstruksi truksi makna yang sama ini dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatika yang sesuai dengan bentuknya yang berterima dalam bahasa sasaran (Larson, 1984:2). Proses penerjemahan secara tradisional adalah aktivitas yang berorientasi tujuan (bahasa sasara sasaran) dan bersifat praktis (Gorle, 1994: 67)
Diagram 1: Proses penerjemahan menurut Larson (dikutip dari Larson, 1984)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Dengan kata lain, dalam prosesnya, seorang penerjemah mengubah struktur permukaan (surface structure) sebuah teks yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat dalam rangka menyampaikan semirip mungkin struktur dalam (deep structure) teks bahasa sumber, yaitu makna, pesan atau informasi. Artinya, yang berubah dalam penerjemahan adalah struktur permukaan sementara struktur dalam yaitu makna justru dipertahankan semaksimal mungkin. It is meaning which is being transferred and must be constant (Larson, 1984:3). Yang harus diketahui seorang penerjemah dalam proses rekonstruksi bentuk bahasa sumber ke bentuk bahasa sasaran adalah bahwa setiap bahasa punya cara yang berbeda dalam menyampaikan sebuah pesan yang sama. Perbedaan itu bisa pada tataran leksis maupun tataran gramatika. Untuk menyatakan informasi yang sama, misalnya bahwa si pembicara menderita pusing, seorang pembicara bahasa Inggris akan mengatakan, “I have a dizzy”. Orang Indonesia mungkin akan mengatakan, “Kepala saya pusing”. Sementara orang Jawa mengatakan, “Sirahku mumet”. Artinya apabila kita menerjemahkan kalimat bahasa Inggris di atas dengan terjemahan literal, “Saya mempunyai rasa pusing” atau “aku nduwe rasa mumet” maka penutur bahasa Indonesia dan Jawa akan merasa kalimat itu tidak lazim bahkan mungkin pada kasus-kasus tertentu akan terjadi kesalahpahaman. Pengunaan leksis “mempunyai” untuk menyatakan rasa sakit tentu tidak lazim atau tidak berterima dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa. Pada tataran gramatika, sintaksis, jelas bahasa Inggris menggunakan struktur kalimat verbal sementara bahasa Indonesia dan Jawa memilih menggunakan kalimat nominal. Pilihan ini sama skali bersifat arbriter. Seorang commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penerjemah tidak bisa selalu terikat oleh bentuk leksikal maupun gramatikal bahasa sumbernya. Bila ia gagal melakukannya maka hasil terjemahan akan terdengar tidak wajar menurut penutur bahasa sasaran. Sementara, menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003) ada dua proses utama dan empat tahap dalam penerjemahan. Yang pertama adalah struktur lahir atau proses eksternal dan yang kedua adalah struktur batin atau proses internal. Di bawah ini digambarkan empat tahap tersebut seperti terlihat pada gambar 3.
Evaluasi dan revisi
Teks asli dalam BSu
Teks terjemahan dalam BSa Proses eksternal
Analisis/ Pemahaman
Restrukturisasi/ penulisan kembali Proses internal
Konsep, makna, pesan dari teks BSu
transfer padanan
Konsep, makna, pesan dalam BSa
Diagram 2: Proses Penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto (2003)
1) Tahap analisis. Pada tahap ini, penerjemah berusaha memahami teks bahasa sumber secara cermat. Penerjemah berusaha memahami hubungan antar kata, frasa dan kalimat teks bahasa sumber. Pada tataran gramatika, penerjemah berusaha mencari tahu bagaimana bahasa sumber menggunakan gramatika commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk merealisasikan pesan. Ini adalah tahap di mana penerjemah bergelut dengan struktur permukaan teks bahasa sumber. 2) Tahap transfer. Setelah memahami struktur permukaan teks bahasa sumber, penerjemah melalui kompetensi linguistik bahasa sumber, berusaha mencerna kata, frasa, klausa dan kalimat untuk memahami makna atau struktur dalam di balik struktur permukaan teks tersebut. Penerjemah tidak hanya berusaha memahami makna pada tataran kata atau frasa saja, dia juga berusaha memahami makna pada tataran tekstual bahkan pada kasus-kasus tertentu pada tataran pragmatik. Proses ini berlangsung di dalam pikiran penerjemah sehingga proses ini termasuk dalam proses internal. 3) Tahap restrukturisasi. Setelah penerjemah memahami struktur dalam, makna atau pesan teks bahasa sumber ini, dia berusaha mencari bentuk kata, frasa, klausa atau kalimat bahasa sasaran yang memiliki pesan atau makna semirip mungkin dengan bentuknya dalam bahasa sumber. Dengan kata lain, penerjemah berusaha mencari padanan bentuk bahasa sumber sehingga menjadi bentuk bahasa sasaran yang akurat dalam hal menyampaikan makna, mudah dipahami oleh pembaca bahasa sasaran dan terdengar natural di telinga pendengar atau pembaca bahasa sasaran. 4) Tahap
evaluasi
dan
revisi.
Setelah
penerjemah
berhasil
melakukan
restrukturisasi teks bahasa sasaran, dia harus membandingkan kembali antara teks bahasa sasaran dengan teks bahasa sumber. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua pesan yang terdapat pada teks bahasa sumber, baik pesan yang tersurat maupun pesan yang tersirat, tersampaikan ke dalam teks commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahasa sasaran secara akurat. Pada tahap ini, penerjemah perlu berhati-hati karena keakuratan tidak saja pada tataran semantik tapi juga tataran prakmatik dan bahkan tataran tekstual. Apabila penerjemah masih menemukan kekurangan,
dia
perlu
melakukan
revisi
dengan
mempertimbangkan
keakuratan, keterbacaan dan keberterimaan.
Tentu saja tahap-tahap di atas bukanlah tahapan yang mutlak. Seorang penerjemah yang sangat terlatih dan berpengalaman mungkin tidak memerlukan waktu dan proses yang lama dalam menerjemahkan sebuah teks. Ia mungkin tidak memerlukan tahap evaluasi dan revisi. Tapi setidaknya tahapan di atas adalah sebuah model yang mungkin secara tidak disadari dialami oleh sebagian besar penerjemah.
c. Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan adalah cara atau prosedur mengalihkan pesan teks dari bahasa sumber ke teks bahasa sasaran yang diberlakukan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Berikut ini sebagian teknik terjemahan yang biasa diterapkan oleh seorang penerjemah yang sebagian diambil dari Molina dan Albir (2002):
1)
Penambahan (addition) Teknik penambahan adalah teknik dengan menambah informasi pada teks bahasa sasaran dimana informasi tersebut tidak ada dalam teks bahasa commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumber. Penerapan teknik ini dilakukan apabila penerjemah menganggap bahwa ada informasi yang tidak penting untuk diketahui pembaca bahasa sumber tetapi penting untuk pembaca bahasa sasaran. Contoh: BSU I’m sorry but I’m tired _.
2)
BSA Maaf, tetapi saya sangat letih _.
Penghapusan (deletion) Kebalikan dengan teknik penambahan, teknik penghapusan adalah teknik dengan menghilangkan informasi yang ada dalam bahasa sumber sehingga informasi tersebut tidak disampaikan dalam bahasa sasaran. Penerapan teknik ini dilakukan apabila penerjemah menganggap bahwa ada informasi yang tidak penting untuk pembaca bahasa sasaran. Penghapusan ini bisa terjadi pada tataran kata, frasa, klausa atau bahkan kalimat. Contoh: BSU
BSA
Jesus had but one true message.
3)
Yesus punya satu pesan yang sejati.
Eksplisitasi (explicitation) Teknik eksplisitasi adalah teknik untuk memunculkan pesan yang pada teks bahasa sumber tidak bersifat ekplisit. Jadi berbeda dengan teknik penambahan dimana pesan itu memang tidak terdapat pada teks bahasa sumber, pada teknik eksplisitasi pesan itu sebenarnya ada dalam teks bahasa sumber, hanya saja pesan tersebut implicit. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh: BSU He was a famous lawyer.
4)
BSA Dulu dia seorang pengacara terkenal
Implisitasi (implicitation) Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik eksplisitasi, Teknik implisitasi diterapkan untuk membuat pesan/informasi yang eksplisit menjadi implisit. Pesan atau informasi yang pada teks bahasa sumber disampaikan secara eksplisit lewat perangkat leksikal menjadi implisit secara gramatikal atau makna/pesan itu memang sudah terkandung dalam kalimat/klausa secara keseluruhan. Tidak ada penghilangan pesan pada teknik ini. Contoh: BSU
BSA
You two can expect to stay in Kalian tidak mungkin berada di Perancis France 5)
Modulasi (modulation) Teknik modulasi adalah teknik yang diterapkan dengan memanfaatkan pergeseran semantik (semantic shift) dengan cara mengubah sudut pandang baik pada tataran struktural maupun leksikal. Teknik ini banyak dipakai apabila dengan mempertahankan konstruksi kalimat bahasa sumber mengakibatkan terjemahan menjadi tidak atau kurang berterima. Menurut Molina & Albir (2002): Modulation is to change the point of view, focus or cognitive category in relation to the ST; it can be lexical or structural.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh: BSU
This is a charter flight, not a taxi 6)
BSA
Ini pesawat sewaan, bukan taksi
Transposisi (transposition) Teknik transposisi adalah teknik yang diterapkan dengan cara mengubah unit-unit gramatikal antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Dengan kata lain terjadi pergeseran gramatikal pada penerapan teknik ini. Pergeseran gramatikal ini bisa dalam bentuk kategori kelas kata, pluralitas maupun struktur gramatikal yang lain seperti perubahan aktif ke pasif dan sebaliknya. Contoh: BSU
BSA
A man of faith deserves the Seorang yang percaya highest mendapatkan yang terbaik
7)
berhak
Generalisasi (generalization) Teknik generalisasi menerapkan penggunaan istilah yang lebih general dalam teks bahasa sasaran dari sebuah istilah yang lebih spesifik dalam teks bahasa sumber. Menurut Molina & Albir (2002): Generalization is to use a more general or neutral term. Penerapan teknik ini mungkin dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih spesifik dalam bahasa sasaran. Contoh: BSU
BSA
I am going back to Paris in the Aku akan kembali Ke Paris besok. morning. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8)
Partikularisasi (particularization) Teknik partikularisasi diterapkan dengan cara menggunakan istilah yang lebih spesifik dalam teks bahasa sasaran untuk menggantikan istilah yang lebih general dalam teks bahasa sumber, kebalikan dari teknik generalisasi. Menurut Molina & Albir (2002). Particularisation is to use a more precise or concrete term. Contoh: BSU
BSA
Sangreal is my favorite Dan Sangreal favoritku.” mistress.”
9)
adalah
kekasih
Pinjaman Murni (pure borrowing) Teknik pinjaman murni adalah sebuah teknik penerjemahan dengan cara mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber untuk kemudian dipakai pada teks bahasa sasaran tanpa ada perubahan baik perubahan ejaan maupun perubahan yang lainnya. Contoh: BSU
BSA
At the right hand of the Lord.
10)
Di sebelah kanan the Lord.
Pinjaman Alami (naturalized borrowing) Kebalikan dengan teknik pinjaman murni, teknik pinjaman alami adalah teknik penerjemahan dengan cara mengadopsi istilah yang ada di teks bahasa sumber untuk kemudian dilakukan beberapa penyesuaian, misalnya commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyesuaian ejaan dan sebagainya agar sesuai dengan tata aturan bahasa sasaran. Contoh: BSU
BSA
Simon, did I win the policemen’s Simon, apakah aku memenangkan lottery? lotere?
11)
Teknik Padanan Lazim (established equivalence) Teknik padanan lazim adalah teknik penerjemahan dengan mengadopsi istilah yang dipakai secara resmi dari istilah tehnis di bidang tertentu. Teknik padanan lazim adalah teknik dengan menggunakan istilah atau ungkapan yang telah dikenal dan diakui dalam kamus atau bahasa sasaran sebagai padanan dari bahasa sumber (Molina & Albir, 2002) padanan lazim ini sering disebut terjemahan baku. Teknik ini sering dipakai pada penerjemahn bidang keilmuan atau profesi tertentu. Contoh: BSU
BSA
Bonds are negotiable as cash.
12)
Surat berharga bisa dinegosiasikan untuk diuangkan.
Teknik Literal (literal) Teknik literal sering disebut teknik penerjemahan harfiah. Dikatakan teknik penerjemahan harfiah karena teknik ini dilakukan dengan cara mengalihkan makna secara apa adanya dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran. Menurut Molina & Albir (2002) literal translation is commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
to translate a word or an expression word for word. Teknik ini biasanya dilakukan terutama pada level kata, frasa atau klausa yang sederhana. Contoh: BSU
“Go!” She yelled.
13)
BSA
“Jalan!” Sophie berteriak
Teknik kompensasi (compensation) Teknik kompensasi adalah teknik di mana sebuah pesan disampaikan pada bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pesan atau informasi tersebut tidak memungkinkan berada pada posisi yang sama seperti pada teks bahasa sumber. Menurut Molina & Albir (2002): Compensation is to introduce a ST element of information or stylistic effect in another place in the TT because it cannot be reflected in the same place as in the ST. Contoh: BSU
BSA
Then I’m sure he will be pleased Kalau begitu dia dia pasti akan to receive you in the morning. senang menerima Anda besok pagi.
14)
Teknik kalke (calque) Teknik kalke hampir mirip dengan teknik literal. Perbedaannya, teknik ini masih mempertahankan struktur bahasa sumber atau bisa juga struktur yang mengikuti bahasa sumber tetapi masih mempertahankan leksikan bahasa sumber. Teknik kalke merupakan sebuah terjemahan kata atau frasa yang bisa bersifat leksikal maupun structural (Molina & Albir, 2002:510).
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh: BSU Secretary general
15)
BSA Sekretaris jendral
Teknik deskripsi (description) Teknik deskripsi menggantikan sebuah istilah atau ekspresi dengan deskripsi bentuk atau fungsinya (Molina & Albir, 2002:510). Teknik deskripsi memberi penjelasan atas sebuah istilah atau konsep yang mungkin tidak dimiliki bahasa sasaran. Contoh: BSU Pan cake
16)
BSA Semacam kue serabi dengan rasa manis
Teknik kreasi diskursif (discursive creation) Teknik kreasi diskursif memuat terjemahan yang tampak sangat berbeda dengan teks bahasa sumbernya. Teknik ini membuat sebuah kesepadanan temporal yang tidak terduga dan kadang di luar konteks (Molina & Albir, 2002:510). Contoh: BSU Appointment in Samarra
17)
BSA Maut Menunggumu di Samarra.
Teknik substitusi (substitution) Teknik
substitusi
mengubah
elemen
linguistik
dengan
elemen
paralinguistik (intonasi, gerak tangan) atau sebaliknya (Molina & Albir, 2002:510). Teknik ini misalnya dipakai pada interpreting. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
18)
Teknik variasi (variation) Teknik variasi mengubah elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi, gerak tangan) yang mempengaruhi aspek variasi linguistik: perubahan tone teks, style, dialek sosial atau regional (Molina & Albir, 2002:511).
d. Kualitas Terjemahan Kualitas terjemahan merupakan salah satu isu terpenting dalam disiplin ilmu penerjemahan. Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan seorang penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang baik/berkualitas. Beberapa ahli mengajukan proposinya tentang bagaimana terjemahan yang baik. Nida & Taber membuat kriteria tentang bagaimana terjemahan yang baik. Yang pertama, terjemahan harus mengikuti kaidah ketepatan; artinya pembaca dapat memehami teks terjemahan seperti teks aslinya; 2 kemudahan dalam memahami teks terjemahan atau dengan kata lain sebuah teks terjemahan tidak menimbulkan kesulitan tersendiri untuk dipahami; 3 menggunakan kemampuan dan pendapat orang untuk menyempurnakan
informasi pada
terjemahan (Nida & Taber, 1969:173). Meskipun begitu pandangan Nida dan Taber ini mempunyai kelemahan yaitu pendekatan itu hanya mengacu pada respon pembaca. Pendekatan ini mengabaikan teks asli sebagai pembanding sehingga penilaian keakuratan menjadi rendah sementara keberterimaan tinggi. Tentu pembaca tidak bisa menilai apakah terjemahan akurat atau tidak, karena mereka tidak punya akses terhadap teks bahasa sumber.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
Sementara itu, Nababan (2010) mengajukan Accuracy Rating dan Readibility Rating dalam mengukur keakuratan pesan maupun keterbacaan. Secara umum para praktisi penerjemahan menilai kualitas terjemahan meliputi keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan. Keakuratan mengacu pada seberapa jauh pesan teks bahasa sumber tersampaikan ke dalam teks bahasa sasaran. Sementara itu keberterimaan mengacu pada seberapa jauh hasil terjemahan memenuhi kaidah bahasa sasaran, baik kaidah gramatikal maupun kaidah cultural. Keterbacaan mengacu sejauh mana teks terjemahan mudah dipahami oleh khalayak pembaca.
2. Pragmatik Pragmatik merupakan bidang ilmu bagian dari linguistik yang lumayan baru. Bila semantik adalah ilmu yang mengkaji hubungan antara simbol bahasa dengan realitas yang diwakilinya, pragmatik lebih mengkaji makna bahasa seperti yang dimaksud oleh si penutur. Jadi, pragmatik melihat makna bukan dari kalimat atau ujaran itu sendiri tapi makna seperti yang dimaksudkan si penutur. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi (Nadar, 2009:95). Apa yang dikomunikasikan si penutur dalam ujarannya tapi tidak dikatakan merupakan bagian kajian pragmatik. Di dalam bukunya, George Yule menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud si pembicara (Yule, 1996:3). Sementara itu, Fraser (dalam Schimdt, 1996: 30) mengatakan bahwa pragmatik adalah teori komunikasi linguistik. Sementara Mey (1994) menyatakan bahwa pragmatik adalah telaah mengenai hubungan tanda commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan penafsir atau dengan kata lain pragmatik merupakan suatu studi tentang hubungan antara tanda dan penafsirnya. Kajian pragmatik melibatkan tidak saja ujaran secara terpisah, tapi juga memahami makna sebuah ujaran dengan melibatkan aturan-aturan yang terlibat dalam sebuah percakapan, siapa pembicara, siapa pendengar, dan dalam situasi seperti apa percakapan itu berlangsung. Kajian pragmatik, dengan demikian, merupakan kajian tafsir sebuah ujaran setelah memperhatikan unsur-unsur tersebut di atas. Pragmatik mengeksplorasi maksud yang dikatakan untuk mengetahui apa yang dikehendaki si pembicara melalui ujarannya. Kegiatan ini melibatkan interpretasi yang tidak diucapkan oleh si pembicara tapi dikomunikasikan lewat uajarannya.
Yule
(Yule;1996;35).
menyebutnya
Pragmatik
investigasi
dengan
makna
demikian
yang
mempelajari
tersembunyi bagaimana
menginterpretasikan ujaran lebih dari yang dikatakan oleh si pembicara. Dengan kata lain, pragmatik mengkaji makna secara lebih dalam dari sekedar makna superfisial yang terungkap lewat kategori leksikal dan gramatika. Dalam sebuah percakapan, seorang pembicara akan memasukan pertimbangan-pertimbangan tentang apa yang bisa dikatakan dan apa yang tidak. Pertimbangan ini diperoleh lewat apa yang oleh Grice disebut Prinsip kerjasama. Prinsip ini semacam aturan-aturan yang tidak tertulis
yang secara universal
mengatur percakapan manusia. Dari prinsip-prinsip inilah kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya hendak dikatakan seseorang. Dalam keadaan tanpa tekanan apapun seorang pembicara tanpa disadari mematuhi prinsip-prinsip tersebut. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meskipun begitu, ada saat-saat di mana si pembicara, karena keadaan atau tekanan tertentu ‘terpaksa’ melanggar salah satu atau beberapa prinsip kerjasama ini. Ketika ‘pelanggaran’ ini terjadi maka dapat dipastikan bahwa ada makna tersembunyi
yaitu makna yang tidak diungkapkan lewat tuturan tapi
dikomunikasikan dalam percakapan tersebut. Di sinilah pragmatik sebenarnya mengambil peranannya di dalam komunikasi antar manusia.
3. Cakupan Pragmatik a. Deiksis Deiksis merupakan istilah teknis yang mengacu pada pronomina yang acuannya tergantung dari situasi tuturan. Dengan kata lain referen dari sebuah deiksis sangat terikat oleh konteks. Atas alasan inilah deiksis dikategorikan dalam ranah pragmatik. Seperti yang dikatakan Yule dalam bukunya bahwa deiksis atau deixis expression hanya bisa diinterpretasikan oleh pembicara dan pendengar yang terlibat dalam konteks percakapan yang sama (Yule, 1996;6) Jelaslah dari penjelasan di atas bahwa deiksis mencerminkan hubungan yang sangat mendasar antara bahasa dengan konteks situasi dalam rangka memahami makna. Sebuah deiksis, dengan begitu, mempunyai referen yang beragam tergantung situasi ujaran tersebut. Sebuah ujaran berikut bisa menjadi contoh:
(01) “Di sini kita akan mendirikan monumen itu” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Kata ‘di sini’ pada ujaran di atas jelas memiliki acuan yang sangat tergantung dengan situasi tuturan. Pendengar tidak akan pernah tahu maksud dari kata ‘di sini’, kecuali ia terlibat dalam percakapan itu atau mengetahui konteks berlangsungnya ujaran tersebut. Deiksis secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu deiksis tempat, waktu dan persona. Deiksis tempat mengacu pada acuan tempat secara relatif terhadap lokasi di mana para partisipan percakapan berada (Levinson, 1983;62). Dieksis tempat dibagi menjadi proksimal dan distal. Proksimal adalah acuan tempat dekat dengan si pembicara dalam bahasa Indonesia adalah ‘di sini’. Sementara distal adalah acuan tempat jauh dari si pembicara; misalnya ‘di sana’. Deiksis waktu hampir mirip dengan deiksis tempat. Ada dua jenis deiksis yaitu bentuk proksimal dan distal. Bentuk proksimal mengacu pada penunjuk waktu yang dekat dengan saat terjadinya peristiwa tuturan. Kata ‘now’ mengacu pada deiksis ini sementara ‘then’ bisa mengacu pada saat yang jauh dari peristiwa tuturan baik masa lampau maupun masa depan. Deiksis person berkaitan dengan peran partisipan dalam peristiwa tuturan. Secara leksikal deiksis person diwakili oleh bentuk-bentuk personal pronoun: first person (I, we), second person (you), third person (he,she,they). First person merupakan bentuk gramatikalisasi dari si pembicara sendiri, second person untuk lawan bicara baik jamak atau tunggal sementara third person mengacu pada tokoh-tokoh yang tidak terlibat dalam tindak tuturan tapi menjadi bahan pembicaraan baik dalam bentuk jamak maupun tunggal. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Disamping tiga pokok bentuk deiksis di atas masih ada dua bentuk deiksis; deiksis wacana dan deiksis sosial. Deiksis wacana adalah pentuk pronomina selain yang disebut di atas yang referennya ada, baik klausa maupun kalimat, di dalam teks tersebut. Sementara deiksis sosial berkaitan dengan aspek sosial hubungan antara si pembicara dengan pendengar. Deiksis sosial berhubungan dengan hubungan dan status sosial relatif antara si pembicara, pendengar dan tokoh lain di dalam situasi tuturan. Di sini seorang pembicara dengan kemampuan sosialnya harus bisa menentukan kapan harus menggunakan bentuk honorifik dan kapan tidak.
b. Tidak Tutur (Speech Act ) Ketika mengutarakan ujaran kita tidak saja memberikan informasi tapi juga sekaligus melakukan tindakan. Kita mengucapkan sesuatau bukan tanpa maksud melainkan sekaligus menghasilkan efek tindakan yang akan direspon oleh yang mendengarnya sesuai dengan interpretasi pendengar. Tindakan yang melekat ketika kita mengungkapkan sesuatu itulah yang disebut speech act atau tindak tutur. Speech act atau tindak tutur masuk dalam ranah pragmatik karena efek dari tindak tutur itu sangat terikat dengan konteks. Sebuah ujaran bisa memiliki tindak tutur yang berbeda ketika diucapkan pada konteks yang berbeda.
(02) Do you have extra money? commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ujaran di atas bisa bermakna setara dengan “Do you have enough money?” bila diucapkan seorang ibu kepada anaknya yang mau bepergian. Tapi ujaran ini juga bisa bermakna sama dengan “May I borrow some money?” bila diucapkan seorang teman ketika hendak membayar sesuatu sambil membuka dompetnya yang kosong melompong. Dengan kata lain ujaran di atas bisa merupakan tindak tutur ‘questioning’ atau ‘requesting’, tergantung konteks yang melingkupinya. Sebuah ujaran sekaligus mengandung tiga tindakan. Yang pertama disebut tindakan lokusi. Yaitu makna dari ujaran itu secara harfiah. Yang kedua disebut tindakan ilokusi, tindakan yang merupakan tujuan seperti yang dimaksud si pembicara itu sendiri. Sebuah ujaran bisa merupakan tindakan ’bertanya’, ‘Meminta
sesuatu’,
atau
‘memperingatkan’.
Ujaran
tersebut
kemudian
mendapatkan respon tindakan dari pendengar. Respon inilah yang disebut tindakan perlokusi. Tindakan sebagai hasil dari interpretasi pendengar. Tindak tutur bisa bersifat langsung atau tidak langsung. Apabila tindak lokusi dan ilokusi memiliki hubungan yang langsung, tidak memerlukan interpretasi yang rumit karena maksud ujaran sudah terekspresikan secara literal, maka tindak tutur itu disebut tindak tutur langsung. Demikian pula sebaliknya. Berikut ini contohnya:
(03) Please open the window! (04) It is very hot in here.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada ujaran (03) makna lokusi dan lokusinya berimpit yaitu si penutur memerintah petutur untuk membuka jendela. Tidak ada perbedaan antara makna lokusi dengan daya ilokusinya. Tindak tutur dari ujaran tersebut bersifat langsung. Sementara itu, pada ujaran (04) makna lokusi dengan daya perlokusinya tidak paralel. Makna lokusi ujaran (04) adalah penutur memberi informasi bahwa udara di dalam ruangan panas. Meskipun begitu lewat konteks situasi, mitra tutur bisa berinterpretasi secara berbeda. Ruangan yang tidak ber AC, jendela tertutup dan penutur yang berkeringat membuat petutur mengambil kesimpulan bahwa makna lokusi dari ujaran tersebut adalah penutur meminta petutur untuk membuka jendela. Tindak tutur pada ujaran (04) dengan begitu bersifat tidak langsung. Searle dalam Leech (1993) memproposisikan lima jenis tindak tutur sebagai berikut: 1. Tindak tutur asertif: tindak tutur dimana penutur terikat dengan kebenaran proposisi
yang dikatakannya, misalnya: menyatakan, melaporkan,
mengeluh. 2. Tindak tutur direktif: tindak tutur yang bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur, misalnya: memerintah, memohon, menuntut. 3. Tindak tutur komisif: tindak tutur yang mengikat penutur dengan suatu tindakan yang akan dilakukan di masa depan, misalnya: menawarkan, menjanjikan.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Tindak tutur deklaratif: tindak tutur yang mensyaratkan pelaksanaan ilokusi yang mengakibatkan adanya kesesuaian isi proposisi dengan realitas, misalnya member nama, menjatuhkan hukuman. 5. Tindak tutur ekspresif: tindak tutur yang mengungkapkan perasaan atau sikap mental dari penutur Tindak tutur ini mengikat penutur dengan suatu tindakan yang akan dilakukan di masa depan, misalnya: memuji, mengecam, mengucapkan terimakasih.
c. Presupposition Ujaran yang diucapkan seorang pembicara mengandung dua informasi sekaligus; informasi lama dan informasi baru. Presupposition mengacu pada asumsi yang dihasilkan informasi lama pada sebuah ujaran atau kalimat. Ujaran yang diucapkan seorang pembicara akan menimbulkan presupposition bagi pendengarnya. Presupposition tidak diucapkan secara verbal oleh si pembicara. Pendengarlah yang menarik simpulan darinya.
(05) His journey to Sydney made him sick.
Pernyataan
bahwa
perjalanannya
ke
Sydney
membuatnya
sakit
mengandung beberapa informasi sekaligus. Pernyataan itu bisa memberi informasi pada kita bahwa ia telah melakukan perjalanan ke Sydney. Informasi inilah yang disebut presupposition. Imformasi ini tidak diungkapkan si pembicara secara eksplisit tapi pendengarlah yang menyimpulkan demikian. Dengan kata commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lain
presupposition
merupakan
informasi
yang
tidak
diucapkan
tapi
dikomunikasikan dalam percakapan. Meskipun presupposition masuk dalam kategori pragmatik yang dengan demikian sangat terikat konteks situasi, presupposition sebuah ujaran tidak berubah ketika dalam bentuk negatif.
(06) His journey to Sydney didn’t make him sick.
Jadi ujaran (06) tidak menghasilkan presupposition yang berbeda dengan ujaran (05). Kasus ini disebut ‘constancy under negation’. Artinya kasus dimana sesuatu tidak mengalami perubahan pesan ketika berubah dalam bentuk negatif
d. Implikatur Percakapan (Conversational Implicature) Ide implikatur atau conversational implicture lahir dari kenyataan bahwa banyak ujaran atau kalimat yang menjadi tidak terjelaskan ketika dijelaskan dengan pendekatan semantik. Implikatur merupakan salah satu konsep penting dalam ranah pragmatik (Levinson, 1983;97). Di antara aspek-aspek yang lain, speech act, deixis, presupposition, implikatur merupakan aspek yang dominan dalam pragmatik (Mujiyono, 1996:8) Implikatur
menjadi
tonggak
penting
paradigma
pragmatik
yang
membuktikan kemampuan penjelasan pragmatik dalam menyelesaikan fenomena linguistik yang sebelumnya tidak terjelaskan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
(07) Will you be free tonight?
Pendekatan semantik tidak mampu menjelaskan bagaimana ujaran (07) merupakan sebuah ajakan. Di sini peran pragmatik bisa dimainkan. Lewat implikatur, pragmatik memberi penjelasan bagaimana pendengar menangkap pesan atau makna yang tersirat tidak sekedar makna yang tersampaikan secara superficial. Implikatur merupakan pesan yang tersembunyi dalam sebuah ujaran meskipun pesan itu tidak secara eksplisit dikatakan (Gazdar,1979: 80) Jelas ada jarak antara yang diucapkan seseorang dan apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Kadang seorang penutur memang mengucapkan apa yang ingin dia sampaikankan tapi kadang pula ia tidak mengungkapkannya secara eksplisit. Bahkan kadang ia mengucapkan apa yang sebaliknya ingin disampaikannya. Implikatur menyediakan perangkat bagaimana menyampaikan sesuatu lebih dari yang dikatakan. Dengan kata lain bagaimana mengkomunikasikan sesuatu lebih dari yang dikatakan secara harfiah. Grice (1967), di dalam bukunya mengusulkan sebuah ide yang dinamakan prinsip-prinsip kerjasama, prinsipprinsip yang berlaku dalam percakapan. Untuk bisa menangkap pesan lebih dari yang diucapkan secara harfiah linguistik memanfaatkan prinsip-prinsip kerjasama Grice.
(08) Do you have some coffee? (09) The canteen is still open downstair. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Paradigma semantik tidak bisa menjelaskan bagaimana ujaran (08) yang berupa pertanyaan bisa dijawab dengan ujaran (09) yang nampak tidak gayut satu sama lain. Pragmatik menjelaskan melalui konteks ujaran, dalam situasi lembur misalnya seorang teman dengan wajah kelelahan dan tampak mengantuk sambil membawa cangkir kosong, bahwa ujaran (08) adalah sebuah permintaan. Respon dari ujaran (08) (ujaran [09]) yang merupakan bentuk pertanyaan secara harfiah tapi secara struktur dalam berarti sebuah permintaan harus dipahami dengan prinsip-prinsip kerjasama bahwa si pendengar tidak mempunyai kopi dan di lantai bawah ada sebuah kantin yang masih buka dan menjual kopi. Pendengar menyarankan penanya untuk membeli kopi di kantin sebagai alternatif karena ia tidak mempunyai kopi. Dengan demikian ujaran (09) bisa diungkapkan dengan kalimat eksplisit seperti berikut:
(10) I am sorry, but I don’t have any coffee. The canteen is still open Downstair. It sells coffee, so you better you go there and buy some.
Kalimat yang dicetak tebal pada (10) menunjukan implikatur dari ujaran (09) yang merupakan pesan yang tidak diucapkan secara harfiah tapi dikomunikasikan. Leech membuat sebuah ancangan untuk untuk menginterpretasikan sebuah tuturan. Cara untuk meninterpretasikan implikatur apa yang terkandung dari sebuah
ujaran
disebut
analisis heuristik. commit to user
Strategi
heuristik
berusaha
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesihipotesis dan kemudian mengujinya dengan data-data yang tersedia (Leech, 1993:61)
e. Prinsip Kerja Sama (PK) dan Prinsip Kesantunan (PS) 1) Prinsip Kerjasama (PK) Prinsip kerjasama (cooperative principles) merupakan konsep yang sangat penting sekaligus mendasar di dalam pragmatik. Lewat konsep prinsip kerjasamalah makna implisit sebuah ujaran bisa dijelaskan. Prinsip kesantunan (politeness principles) melengkapi penjelasan hubungan antara makna (dalam ranah semantik) dan daya (dalam ranah pragmatik). Contoh berikut ini akan menjelaskan bagaimana prinsip kerjasama beroperasi dalam percakapan.
(09) “Can I borrow your car for the weekend?” (10) “My cousin is coming around this weekend.”
Tanpa asumsi bahwa penutur (10) bersikap kooperatif terhadap mitra tuturnya maka sulit kita menarik makna yang menghubungkan ujaran (10) dan (09). Apa hubungan antara meminjam mobil dengan sepupu yang akan berkunjung? Bila ternyata jawaban (10) tidak punya hubungan dengan pertanyaan (09). Dengan kata lain penutur (10) tidak bermaksud menjawab pertanyaan (09), maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerja sama atau tidak bersifat kooperatif (Wijana, 1996:46). Peristiwa seperti ini tentu sangat jarang commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjadi dalam percakapan ‘normal’. Dalam percakapan ‘normal’ kita harus berasumsi bahwa penutur (10) sedang bersikap kooperatif dengan penutur (09) sehingga bisa kita simpulkan bahwa ada hubungan antara meminjam mobil dengan kedatangan sepupu.
Lewat asumsi inilah kita bisa menduga bahwa
kedatangan sepupu penutur (10) akan membutuhkan mobil, mungkin untuk menjemput atau keliling kota sehingga dia tidak bisa meminjamkan mobilnya pada orang lain. Prinsip kooperatif yang menghubungkan makna dengan daya ini terealisasikan dalam maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance) dan maksim cara (maxim of manner) (Grice, 1993:128). Berikut ini maksim-maksim seperti yang diproposisikan Grice: a) Maksim kuantitas a. Make your contribution as informative as required; (Berilah keterangan seinformatif mungkin.) b. Do not make your contribution more informative than required. (Jangan memberi keterangan yang lebih dari yang diperlukan.)
Maksim ini menjelaskan bahwa seorang penutur semestinya memberikan informasi yang secukupnya atau tidak kurang dari yang dibutuhkan sekaligus tidak melebihi. Perhatikan contoh percakapan berikut:
A: Bagaimana karya ilmiahnya?
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B: Tulisannya rapi.
Jawaban B atas pertanyaan A seolah melanggar maksim kuantitas. A menanyakan karya ilmiah tetapi B menjawab bahwa tulisannya rapi. B tidak memberikan jawaban seinformatif yang diharapkan A. Pelanggaran terhadap maksim kuantitas yang dilakukan oleh A secara sengaja menunjukan bahwa ujaran B mengandung implikatur. Dengan begitu A bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya karya ilmiah itu tidak bagus.
b) Maksim kualitas c. Do not say what you believe to be false (Jangan mengatakan sesuatu yang menurut Anda sendiri salah.) d. Do not say that for which you ack adequate evidence (Jangan mengatakan sesuatu yang tidak ada buktinya.) Berdasarkan maksim ini kita harus berasumsi bahwa setiap peserta tuturan akan mengatakan hal yang sebenarnya. Setiap informasi dalam tuturan mestinya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. berikut:
A: Berapa umurnya? B: Waktu jaman Jepang dia sudah remaja.
commit to user
Perhatikan contoh percakapan
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada percakapan di atas, B tidak menjawab apakah umurnya delapan puluh tahun atau Sembilan puluh tahun. Alih-alih B mengatakan sewaktu jaman Jepang dia sudah remaja. Ini dilakukan karena B tidak mempunyai informasi yang pasti. B melakukan ini untuk menghindari member informasi yang belum pasti kebenarannya.
c) Maksim hubungan Make your contribution relevant (Bicaralah yang relevan.) Lewat maksim ini kita berasumsi bahwa setiap peserta tuturan akan memberikan kontribusi yang relevan dengan topik pembicaraan. Perhatikan contoh percakapan berikut:
A: Mau pergi malam mini? B. Maaf, besok Ibu ke luar kota.
Respon B atas pertanyaan A nampak tidak berhubungan. Meskipun begitu A akan menarik kesimpulan bahwa B tidak pergi malam mini karena besok harus mengantar ibunya ke luar kota. Pertanyaan A bisa diinterpretasikan
sebagai
sebuah
ajakan
diinterpretasikan sebagai bentuk penolakan.
commit to user
dan
respon
B
bisa
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
d) Maksim cara Be perspicacious and specific e. avoid obscurity (hindari ketidakjelasan.) f. avoid ambiguity ‘(hindari ketaksaan.) g. be brief’ (bicaralah dengan singkat.) h. be orderly (bicaralah dengan teratur.) Lewat maksim cara setiap peserta tuturan diasumsikan berbicara secara langsung, tidak tidak jelas, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut. Perhatikan contoh percakapan berikut:
A: Maaf, ada yang bisa saya bantu Pak? B: Bisa minta K-O-N-D-O-M, Mbak?
Respon B atas pertanyaan A sepertinya melanggar maksim cara karena dia tidak mengucapkan dengan jelas melainkan dengan mengeja huruf satu persatu. Respon B bisa diinterpretasikan “Jangan keras-keras, ada anak kecil di sini.”
Meskipun prinsip kerja sama dibutuhkan untuk memudahkan penjelasan hubungan antara makna dan daya (Leech, 1996:120), namun prinsip kerjasama ini saja kadang tidak cukup untuk memerikan daya sebuah ujaran. Ada kalanya kita tidak mengatakan sesuatu apa adanya yang artinya melanggar maksim kualitas. Pelanggaran maksim kualitas ini bukannya tanpa alasan. Pelanggaran maksim commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
kulitas ini dimaksudkan untuk memenuhi maksim yang lain karena di dalam percakapan kita tidak diperkenankan menyinggung, membuat tidak enak atau membuat mitra tutur kita kehilangan muka. Di dalam bukunya Leech membuat ancangan prinsip lain diluar prinsip kerja sama. Prinsip yang baru ini disebut prinsip kesantunan. Sebuah prinsip percakapan yang lebih menekankan pada kebaikan, bukannya kebenaran.
2) Prinsip Kesantunan Lewat prinsip kesantunan penutur di dalam situasi percakapan secara normal akan berusaha menjaga ‘muka’ mitra tuturnya dengan bersikap santun. Jadi prinsip kesantunan adalah nilai yang dianut dalam percakapan secara normal. Maksim-maksim yang termasuk di dalam prinsip kesantunna adalah maksim kearifan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim pujian (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kesepakatan (agreement maxim), dan maksim simpati (sympathy maxim) (Leech, 1993:132) Di dalam sebuah peristiwa tutur seringkali pentutur melanggar prisip kerja sama demi menjaga prinsip kesantunan ini. Artinya dalan situasi tutur terjadi tarik ulur antara mematuhi prinsip kerjasama Grice dengan pinsip kesantunan Leech.
a) Maksim kearifan a. Minimize cost to other. (Minimalkan beban bagi orang lain.) commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Maximize benefit to other. (Maksimalkan keuntungan bagi orang lain) b) Maksim kedermawanan c. Minimize benefit to self. (Minimalkan keuntungan bagi diri sendiri.) d. Maximize cost to self. (Maksimalkan beban bagi diri sendiri.) c) Maksim pujian e. Minimize dispraise of other. (Minimalkan kekurangan pada orang lain.) f. Maximize praise of other. (Maksimalkan kelebihan orang lain.) d) Maksim kerendahhatian g. Minimize praise of self. (Minimalkan kelebihan diri sendiri.) h. Maximize dispraise of self. (Maksimalkan kekurangan diri sendiri.) e) Maksim kesepakatan, i. Minimize disagreement between self and other. (Perkecil ketaksepakatan antara diri sendiri dan orang lain.) j. Maximize agreement between self and other. (Maksimalkan kesepakatan antara diri sendiri dan orang lain.) commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Maksim simpati k. Minimize antipathy between self and other . (Kurangi rasa antipati antara diri sendiri dan orang lain sebanyak.) l. Maximize sympathy between self and other. (Tingkatkan rasa simpati terhadap orang lain setinggi mungkin.)
4. Pragmatik dan Penerjemahan Tidak bisa disangkal bahwa penerjemahan sebagai bidang ilmu memiliki kaitan dengan banyak disiplin ilmu lain. Penerjemahan sebagai ilmu terapan bahkan memerlukan bantuan bidang ilmu lain sebagai perangkat untuk menjelaskan fenomena bagaimana makna dikemas secara berbeda dalam bahasa yang berbeda. Seperti yang dikatakan oleh seorang pakar penerjemahan bahwa penerjemahan punya kaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti Linguistiks, Comparative
culturology,
Comparative
Ethnology
Computer
Science,
Comparative Sociology, dan masih banyak lagi (Newmark, 1981:3). Penerjemahan menjadi memiliki kaitan yang erat dengan pragmatik karena keduanya bermain di wilayah yang sama yaitu wilayah makna atau pesan. Seperti yang kita sadari bahwa makna tidak muncul secara tiba-tiba dari kata-kata yang muncul di dalam sebuah kalimat atau ujaran. Makna merupakan hasil pergesekan antara kalimat atau ujaran dengan konteks situasi yang melingkupinya. Penerjemahan merupakan suatu proses komunikatif yang terjadi di dalam konteks sosial (Hatim & Mason,1990: 3). Dalam konteks inilah seorang penerjemah dituntut untuk memiliki pengetahuan pragmatik yang cukup untuk menangani commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
makna yang timbul dari sebuah ujaran yang tidak secara terang benderang muncul lewat apa yang terungkapkan secara eksplisit. Seorang penerjemah yang memiliki pemahaman pragmatik yang cukup akan mampu mengorek dimensi non literal dari sebuah komunikasi verbal. Makna sebuah tanda terdiri atas semua efek yang mungkin timbul yang ditangkap oleh seorang interpretan dan mungkin berbeda dengan interpretan yang lain (Newmark, 1981:5). Pragmatik dalam konteks ini mengacu pada tanda dan interpreternya. Pemahaman ini bisa disederhanakan bahwa interpretasi atas sebuah kalimat atau ujaran akan menjadi bervariasi ditangan para interpretan yang berbeda. Atau dengan kata lain sebuah ujaran atau kalimat memiliki ruang untuk dimaknai secara tidak persis sama. Seperti kita ketahui bahwa makna sebuah ujaran memiliki tiga lapis makna atau daya, yaitu daya lokusi, illokusi dan perlokusi. Daya lokusi menyangkut makna seperti yang disampaikan oleh kata-perkata dari sebuah ujaran. Daya Ilokusi mengurai makna seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Sebuah ujaran bisa saja memiliki perbedaan makna antara daya lokusi dan ilokusinya. Karena penerjemahan pada dasarnya juga sebuah peristiwa komunikasi, maka seorang peerjemah harus memahami daya lokusi, ilokusi dan perlokusi. Pemahaman yang keliru pada daya-daya ini bisa berakibat fatal pada teks yang diterjemahkannya. Berikut ini contoh bagaimana sebuah ujaran mengandung makna lokusi, daya ilokusi dan daya perlokusi sekaligus.
(12) Do you have extra paper?
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada ujaran di atas, makna lokusi yang timbul adalah penutur bertanya apakah petutur mempunyai kertas lebih atau tidak. Sementara itu daya ilokusi yang ditimbulkan adalah “Saya minta kertas Anda.” Daya ilokusi inilah sebenarnya yang ingin disampaikan penutur kepada petutur. Ketika petutur memahami daya ilokusi ini kemudian mengulurkan beberapa lembar kertas kepada petutur, maka inilah daya perlokusi dari ujaran (12). Sayangnya, tindak tutur tidak bisa berlaku secara universal lintas budaya, oleh karena itu, ini akan menimbulkan masalah. Ujaran yang secara literal sama diantara dua bahasa yang berbeda bisa merepresentasikan tindak tutur yang berbeda. Seorang penerjemah dengan demikian
harus memahami bagaimana
Jarak sosial dan kedekatan sering terikat secara kultural. Seorang penerjemah harus menerapkan dynamic translation yang berdasarkan prinsip bagaimana memberi efek yang setara atas sebuah ujaran ke dalam bahasa sasaran. “Traductary imperative” atau dengan kata lain bagaimana mengatakan sesuatu dengan cara sesuai dengan bahasa target.
5. Implikatur dan Penerjemahan Tugas seorang penerjemah, dalam kaitannya dengan implikatur, adalah bagaimana menyampaikan implikatur/makna tersembunyi sebuah ujaran ke dalam bahasa sasaran yang mungkin menggunakan perangkat linguistik dan non linguistik yang sangat berbeda untuk menyampaikan makna. Sebuah ujaran mungkin saja memiliki beberapa interpretasi yang berbeda. Kemungkinancommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
kemungkinan interpretasi yang muncul inilah yang akan mendatangkan masalah bagi seorang penerjemah. Dalam penerjemahan apapun yang akan membuat penerjemah terjatuh pada penyampaian implikatur yang keliru harus diuji dan disesuaikan dengan perangkat implikatur bahasa sasaran (Baker, 1992:250). Leech (1983:81) mengatakan bahwa menginterpretasikan sebuah ujaran adalah sebuah pekerjaan tebak menebak. Setiap ujaran dengan demikian harus dikaitkan dengan konteksnya untuk sampai pada makna implikatur seperti yang dimaksudkan oleh si pembicara. Ini bukanlah hal mudah karena implikatur tidak hanya ditentukan oleh apa yg secara eksplisit disampaikan oleh sebuah ujaran, tapi pada apa yang dimaksud si pembicara dengan ujarannya, meskipun implikatur sebuah ujaran juga masih tetap terikat dengan bentuk superfisialnya. ‘Mistranslation’ pada tataran kata dan gramatika pada teks bahasa sumber mungkin akan mempengaruhi makna implikatur pada bahasa sumber (Baker, 1992:229).
6. Penerjemahan dan Budaya Menerjemahkan teks pada dasarnya adalah menerjemahkan budaya karena bahasa pada hakekatnya adalah produk dari budaya tertentu. Budaya tidak saja menyangkut apa yang tampak pada permukaan. Budaya melibatkan nilai-nilai kehidupan dan pergaulan serta apa yang diyakini dari sebuah masyarakat. Budaya adalah gaya hidup manusia biasa yang menyangkut nilai-nilai, keyakinan, dan prasangka yang dimiliki bersama oleh sebuah masyarakat dalam wadah kebahasaan dan kelompok sosial tertentu yang membedakannya dengan kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
yang lain (Tomasouw, 1986:1.2). Nilai-nilai dan keyakinan serta prasangka budaya itu tentu saja akan terealisasikan dalam bahasa yang bersangkutan. Dengan demikian, menerjemahkan, disadari atau tidak, tidak akan bisa lepas dari tindakan mentransfer budaya. Bahasa adalah bagian dari budaya, karena itu penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain tidak bisa dilakukan tanpa pengetahuan yang cukup tentang budaya dan struktur bahasa tersebut (Larson, 1984:431). Penerjemah harus mengetahui topik teks yang sedang ia terjemahkan. Ia harus mengetahui latar belakang budaya teks bahasa sumber sekaligus latar belakang budaya teks bahasa sasaran. Tanpa ini semua, teks terjemahan tidak akan bisa menyampaikan makna secara akurat. Penerjemahan adalah “transfer makna dari satu perangkat simbol tertentu yang terjadi pada budaya tertentu …..ke dalam perangkat symbol yang lain dalam budaya lain” (Dostert dalam Larson, 1984:431) Penerjemahan, yang melibatkan dua bahasa, tidak bisa terhindar dari pengaruh dua budaya dari dua bahasa yang bersangkutan, yaitu budaya bahasa sumber dan budaya bahasa sasaran (Wong dan Shen, 1999:10). Bisa dikatakan penerjemahan adalah proses komunikasi interkultural. Budaya dan bahasa seperti dua sisi dari koin yang sama, karena itu mentransfer bahasa pada hakekatnya juga mentransfer kebudayaan. Seorang penerjemah tidak bisa terhindar dari peran ini; peran sebagai komunikator antar dua budaya yang berbeda. Penerjemah berusaha menjembatani kesenjangan budaya antara dua dunia dan membuat sebuah komunikasi memungkinkan terjadi di antara dua komunitas bahasa yang berbeda (Bassnett, 1992:14). Lebih jauh Bassnet menjelaskan bahwa commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahasa ibarat “hati dalam tubuh budaya” sehingga “pembedahan hati tidak dapat mengabaikan tubuh yang ada di sekelilingnya”. Jadi, tindakan seorang penerjemah yang memperlakukan teks bahasa sumber terpisah dengan kultur yang melingkupinya adalah sesuatu yang berbahaya. Menerjemahkan pada hakekatnya adalah komunikasi antar budaya. Ketika seorang penerjemah menerjemahkan teks dari budaya tertentu ke dalam budaya yang berbeda, dia perlu mempertimbangkan informasi-informasi apa saja yang memungkinkan untuk disampaikan ke dalam teks bahasa sasaran sehingga bisa dipahami pembaca sasaran dan informasi mana yang justru harus disesuaikan dengan kultur bahasa sasaran. Tujuan utama penerjemahan - memindahkan teks ke dalam budaya yang berbeda - menimbulkan pertanyaan sampai sejauh mana komunikasi memungkinkan dari satu budaya ke budaya lain dan informasi apa saja yang dapat dikomunikasikan (ST-Pierre, 1997:8) Bila budaya anatara bahasa sumber dan bahasa sasaran mirip, akan lebih sedikit kesulitan yang dijumpai pada proses penerjemahan dan sebaliknya, semakin besar perbedaan budaya di antara keduanya akan semakin besar kesulitan yang dijumpai pada proses penerjemahan. Kemiripan budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran akan mengakibatkan pada mudahnya mencari padanan kata perkata yang tepat. Salah satu masalah yang menyulitkan dalam penerjemahan adalah perbedaan budaya antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran (Larson, 1984:137). Sebuah kata yang dalam suatu kultur mempunyai konotasi positif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
mungkin mempunyai konotasi negatif dalam budaya lain.Penerjemah perlu mempertimbangkan nilai-nilai ini ketika menerjemahkan antar budaya. Seorang penerjemah tidak hanya berhubungan dengan konsep-konsep dari sebuah sisitem budaya, melainkan dua sistem dari budaya yang berbeda (Larson, 1984:96). Setiap bahasa akan memberi label nama secara berbeda pada sebuah realitas yang sama. Perbedaan penamaan ini karena perbedaan cara dua budaya itu memandang sesuatu. Penerjemah akan berusaha seakurat mungkin dan akan mempertimbangkan tiap kata dari teks bahasa sumber dengan hati-hati sampai ia menemukan padanan yang tepat bukan saja padanan dalam rujukan benda secara umum, tapi juga rujukan benda sesuai konteksnya. Penting untuk diingat bahwa padanan yang cocok antara dua bahasa harus dicari bukan padanan kata tersebut secara terpisah tapi dengan cara mengidentifikasi rujukannya secara real lewat konteks situasi dan konteks kultural yang disediakan oleh teks bahasa sumber. Seperti yang dikatakan Larson (1984) bahwa makna hanya ada karena kontrasnya dengan kata lain yang memiliki ciriciri yang sama dan kontras dengan apa yang dirujuk dalam konteks situasi tertentu saat kata itu digunakan. Bahasa dan budaya bisa kita andaikan sebagai dua sisi dari mata uang yang sama. Bahasa di satu pihak merupakan produk budaya sebuah masyarakat tertentu sementara budaya adalah lahan di mana bahasa tumbuh dan berkembang. Bahasa dengan demikian merekam setiap nilai-nilaI, norma dan keyakinan yang terdapat pada kultur di mana ia tumbuh. Seorang penerjemah yang merupakan mediator interkultural harus memperhatikan aspek-aspek kultural dari teks yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
sedang ia terjemahkan. Karena menerjemahkan pada hakekatnya adalah menyampaikan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran di mana makna itu sendiri sangat terikat oleh kultur masyarakat penuturnya, seorang penerjemah mesti memilki kompetensi kultural ke dua bahasa secara memadai. Tanpa kompetensi ini ia tidak akan berhasil memproduksi teks terjemahan yang tidak akurat dan berterima.
7. Sekilas Novel The Da Vinci Code
Dan Brown adalah seorang penulis kenamaan Amerika dengan beberapa karya besar antara lain Angel and Demon dan, Digital Fortress. Meskipun begitu, novel The Da Vinci Code adalah karyanya yang paling monumental yang menuai pujian commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar sekaligus kritikan yang sangat pedas. Novel ini diterbitkan pada 2003 oleh Doubleday Fiction dan telah diterjemahkan ke 44 bahasa. Terbit di Indonesia pada tahun 2004 oleh penerbit Serambi Ilmu Semesta dengan nomer ISBN 979335807 Novel The Da Vinci Code adalah salah satu best seller yang telah dicetak sebanyak 36 juta eksemplar pada tahun 2005. Novel ini berkisah tentang seorang ahli simbologi agama, Robert Langdon, yang dihadapkan dengan kode-kode yang harus dia pecahkan. Kode-kode tersebut melekat dalam karya orang terkenal, seperti gambar The Last Supper dari Leonardo da Vinci. Novel ini mengupas tentang the holly grail dan tokoh Maria Magdalena dalam sejarah agama Kristen.
Situs The New York Times di dalam situsnya mengatakan bahwa novel non fiksi ini berangkat dari sebuah pseudohistory populer the holy graill yang sudah lama beredar di kalangan pecinta teori konspirasi. Profesor Robert Langdon dari Universitas Harvard secara tiba-tiba harus terlibat pembunuhan seorang kurator dari museum Louvre Perancis. Penyelidikannya membawanya pada pertanyaan mendasar tentang apa alasan pembunuhan terhadap kurator itu dan siapa dalang dibelakang semuanya. Novel ini secara sangat detail sekaligus rumit menceritakan peristiwa pembunuhan itu dengan persaudaraan rahasia Priory of Sion dan Knight Templar
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Penelitian sejenis Implikatur Percakapan dalam Prosa Fiksi Bahasa Inggris karya Sri Haryanti, 2001. Penelitian karya Sri Haryanti ini membahas bentuk dan jenis tindak tutur bermuatan implikatur dalam percakapan dalam prosa fiksi bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan empat novel, sebuah karya drama dan sebuah buku sebagai sumber data tindak tutur bermuatan impikatur. Ada tiga analisis yang dilakukan penulis penelitian ini; analisis semantik, analisis pragmatik dan analisis struktur. Analisis semantik diterapkan untuk mengidentifikasi makna tiap tuturan dalam dialog. Analisis pragmatik, dengan metode heuristik Grice, digunakan untuk mendapatkan daya ilokusi tak langsung yang muncul dari tindak tutur yang mengandung implikatur. Sementara analisis struktur digunakan penulis untuk menganalisis bentuk kalimat yang tindak tutur yang mengandung implikatur. Perbedaan mendasar penilitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada fokus penelitian. Peneitian ini hanya menggambarkan jenisjenis implikatur, maksim-maksim apa saja yang bekerja pada implikatur tersebut serta faktor/alasan mengapa penutur menggunakan tindak tutur yang mengandung implikatur dalam percakapan sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti membandingkan ujaran yang mengandung implikatur pada teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran serta pola pergeseran pragmatisnya. Peneliti juga menggambarkan teknik-teknik penerjemahan apa saja yang diterapan penerjemah dan bagaimana pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis serta keakuratan dan keberterimaan terjemahan. Jadi penelitian yang dilakukan peneliti lebih berfokus pada penerjemahan.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pikir Untuk menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel penelitian seperti yang tercantum pada rumusan masalah, di bawah ini digambarkan sebuah kerangka pikir penelitian ini.
Konsep-Konsep Pragmatik
Konsep-Konsep Penerjemahan
Kompetensi Linguistik
Kompetensi Kultural
Kompetensi Transfer
Penerjemah
Proses Penerjemahan
Teks BSA
Keakuratan
Keberterimaan
Rater
Diagram 3: Kerangka Pikir commit to user
Teks BSU
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses penerjemahan dipengaruhi oleh kompetensi penerjemah baik dari sisi linguistik, kultural, maupun transfer. Dari sisi linguistik, penerjemah antara lain membutuhkan teori-teori pragmatik. Pemahaman penerjemah tentang konsepkonsep dan teori pragmatik akan sangat membantu dalam menrjemahkan ujaranujaran dalam percakapan, terutama ujara-ujaran yang mengandung makna tersembunyi. Pengetahuan penerjemah tentang teori-teori penerjemahan juga sangat diperlukan untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Di samping dua kompetensi tersebut, penerjemah juga perlu memahami budaya/culture bahasa sumber dan bahasa sasaran. Semua kompetensi di atas akan mempengaruhi produk teks BSA. Semakin piawai seorang penerjemah dalam ketiga kompetensi tersebut semakin tinggi tingkat keakuratan dan keterbacaan teks BSA/terjemahan.Dalam penelitian ini tingkat keakuratan dan keberterimaan teks BSA akan dinilai oleh rater.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian Yang menjadi sasaran penelitian tesis ini adalah ujaran yang mengandung implikatur dalam percakapan pada novel The Da Vinci Code karya Dan Brown dan terjemahannya dengan judul yang sama oleh Isma B. Koesalamwardi. Karena pada dasarnya pragmatik berkecimpung pada ranah percakapan, maka penulis memfokuskan penelitiannya pada ujaran yang merupakan produk dari percakapan. Pertimbangan ini bukannya tanpa alasan. Yang pertama, ujaran dalam percakapan mempunyai konteks yang jelas; baik konteks kultural maupun konteks situasi. Lain halnya dengan kalimat di mana kita sebagai pembaca tidak mengetahui secara pasti siapa yang disasar sebagai pembaca oleh penulisnya. Yang kedua, pragmatik berurusan dengan makna seperti yang dimaksud oleh si pembicara sehingga kajian pragmatik akan lebih tepat bila menggunakan objek yang merupakan produk dari percakapan atau ujaran. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud mengkaji (1) jenis-jenis implikatur teks bahasa sumber dan pola pergeseran daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran; (2) teknik penerjemahan dan kemungkinan pergeseran daya pragmatis yang diakibatkannya; (3) tingkat keakuratan dan keberterimaan dan kaitannya dengan teknik yang diterapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga merupakan penelitian dasar dengan menggunakan kasus tunggal. Penelitian ini disebut deskriptif karena data yang dipakai berbentuk ujaran atau kalimat dari teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran yang kemudian dianalisis dengan pendekatan pragmatik. Seperti yang dikatakan Sutopo dalam bukunya bahwa pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti, bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi (Sutopo, 2002:40). Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyususunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu (Surakhmad dalam Soejono dan Abdurrahman, 1999:22) Moleong (2005:6) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lai-lain secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penulis dalam penelitian ini tidak menggunakan angka-angka untuk menarik simpulannya. Penulis hanya akan menggambarkan bagaimana ujaran yang mengandung implikatur pada teks bahasa sumber diterjemahkan dengan cara commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menganalisisnya dengan berbagai perangkat pragmatik baik melalui content analysis maupun deep interview dengan rater. Penulis juga akan memberikan gambaran teknik-teknik apa yang diterapkan pada terjemahan ujaran yang mengandung implikatur dan bagaimana pengaruhnya pada pergeseran daya pragmatis dan keakuratan serta keberterimaan. Jadi bisa disimpulkan bahwa penetian ini bersifat kualitatif sekaligus deskriptif. Penelitian ini menggunakan analisis induktif di mana tidak ada hipotesis apapun yang ditegakkan sebelum penelitian dilakukan. Dengan kata lain, data yang dikumpulkan pada penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mendukung atau menolak hipotesis yang telah disusun sebelum penelitian dimulai (Sutopo, 2006:41). Simpulan yang akan ditarik dari penelitian ini tidak akan menggeneralisasikan fakta-fakta penerjemahan. Simpulan yang ada hanya akan menjadi simpulan yang bersifat kasuistik. Penelitian ini juga bersifat lentur dan terbuka. Meskipun peneliti pada bab sebelumnya sudah mempersiapkan teori-teori pragmatik serta prosedur penelitian yang akan digunakan sebagai pisau analisis dan guideline, pada pelaksanaannya nanti mungkin penulis perlu menambahkan beberapa teori pendukung apabila pada saat analisis ternyata ada kasus-kasus yang tidak bisa dijelaskan dengan teori-teori yang sudah disiapkan pada bab II. Penelitian ini juga bersifat terbuka dalam pengertian ada kemungkinan terjadi perubahan-perubahan kecil lain selama penelitian berlangsung, sehingga bisa dikatakan bahwa struktur penelitian ini bersifat lentur. Struktur yang kita gunakan untuk memahami sesuatu seharusnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
dibentuk sesuai dengan konteksnya, atau memang terjadi dan merupakan struktur yang terdapat dalam konteks yang sedang dihadapi peneliti (Sutopo, 2006:44). Penelitian ini digolongkan penelitian dasar karena penelitian ini tidak memiliki tujuan praktis. Penelitian ini lebih bersifat teoretis dalam artian peneliti berusaha membuktikan manfaat teori pragmatik dalam proses penerjemahan, juga manfaat pragmatik dalam menilai kualitas sebuah terjemahan. Penelitian ini juga merupakan studi kasus karena penulis tidak berusaha membuat generalisasi pada proses penarikan simpulan. Jadi simpulan yang akan dihasilkan hanya bersifat kasuistik pada terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code dan tidak bisa dipakai sebagai acuan pada novel-novel lain. Penelitian ini menggunakan kasus tunggal. Peneliti hanya akan menggunakan kasus penerjemahan novel The Da Vinci Code karya Dan Brown dan terjemahannya dengan judul yang sama. Jadi pendekatan yang dilakukan peneliti adalah pendekatan produk. Peneliti menggunakan data berupa ujaran atau kalimat yang sudah diproduksi oleh penulis novel dan terjemahannya.
C. Sumber Data Ada dua sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Kedua sumber data digunakan untuk meningkatkan validitas penelitian ini. Kedua sumber data tersebut adalah dokumen dan informan. Ada dua dokumen sekaligus yang menjadi bahan analisis penelitian ini, yaitu novel dan kuesioner. Ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh (Sutopo, 2002:56). Selanjutnya Sutopo juga menyatakan bahwa jenis data yang diperlukan untuk digali dan dikaji sangat tergantung dari rumusan masalahnya yang sudah harus disadari ke mana arahnya dan beragam informasi tentang apa saja yang benarbenar diperlukan yang bisa digunakan untuk menjawab dan memahami masalah yang telah dirumuskan tersebut (Sutopo, 2002:56).
1. Dokumen Moleong (1992: 113) mengatakan bahwa buku, majalah ilmiah, buku riwayat hidup, dan jurnal dapat menjadi sumber data dalam penelitian kualitatif. Ada dua dokumen yang menjadi sumber data penelitian ini yang pertama adalah novel The Da Vinci Code karya Dan Brown. Novel ini sangat popular dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Yang ke dua adalah novel terjemahan dengan judul yang sama oleh Is B. Koesalamwardi
2. Informan Untuk meningkatkan validitas data, penulis menggunakan tiga rater (dua informan dan satu peneliti sendiri) yang dipilih melalui kriteria-kriteria tertentu. Dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data yang berupa manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya (Sutopo, 2006:57) penentuan siapa yang akan menjadi informan tentu sangat penting dalam penelitian kualitatif. Ini tentu karena penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan berusaha melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, yaitu aspek genitif, objektif commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan sekaligus afektif. Di dalam memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi dengan beragam peran dan keterlibatannya dengan kemungkinan akses informasi yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan penelitian (Sutopo, 2006:58).
Beberapa rater diperlukan dalam penelitian ini
untuk mendapatkan informasi objektif hasil terjemahan. Dari rater, penulis akan mendapatkan informasi tentang keakuratan penerjemahan dari sisi keilmuan. Mungkin saja apa yang dimaksud penerjemah ternyata berbeda dengan kenyataan yang ia tulis karena dia tidak begitu memahami konsep-konsep penerjemahan dan prinsip-prinsip pragmatik. Lewat informasi dari rater inilah penulis akan mendapatkan gambaran objektif hasil terjemahan. Rater yang dipilih oleh peneliti diharapkan mereka yang mempunyai wawasan luas tidak saja tentang teori-teori penerjemahan tapi juga teori-teori linguistik secara umum dan terutama konsepkonsep pragmatik.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang bisa diandalkan, baik validitas maupun reliabilitasnya, diperlukan teknik pengumpulan data yang handal dan mampu memberikan data yang bersifat holistik, yaitu data yang memandang permasalahan tidak hanya dari satu sisi saja, tapi dari berbagai sisi yang memungkinkan. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nasir, 1999:211). Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik catat simak, kuisener dan wawancara.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Pengkajian dokumen Mengingat salah satu sumber data pada penelitian ini adalah dokumen maka peneliti menggunakan teknik catat simak. Seperti yang dikatakan oleh Sutopo dalam bukunya bahwa apabila sumber datanya berupa arsip atau dokumen tertulis, maka diperlukan teknik catat simak (Sutopo, 2006:181).
2. Kuesioner Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah kuisener. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan bagi pengumpulan data dalam penelitian (Sutopo, 2006:81). Penelitian melibatkan dua informan/rater, maka diperlukan kuesioner yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini akan mengumpulkan data-data tentang keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran ditinjau dari pendekatan pragmatik. Berikut ini contoh sajian kuisioner yang diberikan kepada rater:
No
Kode Data BSU
BSA
TDVC/04/065/090 Teks ”You will treat him with respect?”
Keakuratan
Keberterimaan
“A man of faith deserves the highest.” “Anda akan memperlakukannya dengan hormat?” “Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik.”
Konteks Situasi 04
Pertanyaan Uskup Aringarosa kepada Guru. Ketika guru menyuruh Aringarosa untuk tidak berkomunikasi dengan Silas, murid kesayangan Aringarosa, untuk beberapa saat. Aringarosa kelihatan khawatir kalau-kalau Silas tidak akan diperlakukan dengan baik. Jawaban Guru Berimplikasi bahwa Silas adalah orang yang taat, dengan begitu dia commit tobaik. user akan diperlakukan dengan
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komentar untuk Keakuratan Komentar untuk Keberterimaan
Percakapan ditulis secara utuh untuk mendapatkan konteks situasi percakapan yang diperlukan. Ujaran yang menjadi data penelitian dicetak tebal supaya rater mengetahui bagian mana dari percakapan tersebut yang merupakan data penelitian dan perlu diberi skor untuk tingkat keakuratan dan keberterimaan. Karena implikatur bersifat sangat terikat oleh konteks situasi, format kuisener tidak hanya menyertakan tingkat keakuratan dan keberterimaan, tapi juga menyertakan konteks situasi dari ujaran dimana percakapan itu muncul. Untuk membantu rater mengetahui implikatur yang muncul dari ujaran, peneliti juga memberikan interpretasi implikatur dari ujaran, meskipun rater tentu bisa mempunyai interpretasi implikatur yang berbeda atas ujaran tersebut. Disamping kolom konteks situasi, disajikan juga kolom untuk komentar keakuratan dan keberterimaan. Kolom ini sangat diperlukan oleh peneliti untuk mendapatkan pendapat rater secara kualitatif. Alasan atas skor yang diberikan rater dan alternatif terjemahan untuk data yang tidak/kurang akurat maupun tidak/kurang berterima. Kolom ini juga menjadi acuan peneliti ketika wawancara dengan rater.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
3. Wawancara Mendalam (In-dept Interview) Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka peneliti memilih wawancara tidak terstruktur untuk mendapatkan salah satu datanya. Sutopo (2006:68) di dalam bukunya mengatakan bahwa secara umum dikenal dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur yang kebanyakan dilakukan dalam penelitian kuantitatif dan wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian kualitatif. Dalam teknik wawancara tidak terstruktur pertanyaan dan jawaban diserahkan atau berada sepenuhnya pada orang yang diwawancarai (Sutopo, 2006:68). Wawancara kepada rater akan berkisar tentang keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Para rater ini diharapkan akan memberi analisis yang bersifat mendalam dan diperkuat dengan landasan-landasan teori baik teori penerjemahan, linguistik secara umun maupun pragmatik. Selama proses wawancara, peneliti akan melakukan pencatatan-pencatatan agar semua informasi dari informan terekam secara baik sehingga bermanfaat pada saat peneliti melakukan analisis. Pencatatan juga akan dilakukan untuk merekam informasi-informasi penting untuk di konfirmasi dengan informan lain..
E. Validitas Data Pengembangan validitas data digunakan untuk mengurangi faktor subjektivitas penilaian keakuratan dan keberterimaan serta untuk meningkatkan reliabilitas dan validitas penelitian ini. Triangulasi merupakan cara yang paling commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif (Sutopo, 2006:92). Ada empat macam teknik triangguasi yaitu triangulasi data, triangulasi
sumber
data,
triangulasi
peneliti
dan
triangulasi
teori
(Patton,1980:329). Untuk mengembangkan validitas data, penulis menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode sekaligus.
1..Triangulasi Sumber Data Data yang sama akan lebih tinggi validitasnya bila digali dari dua sumber yang berbeda sekaligus. Mengingat penelitian ini bersifat kualitatif, maka penggunaan sumber data lebih dari satu akan membuat simpulan penelitian yang akan dihasilkan lebih mendalam dan terukur dari segala sisi. Dengan menggunakan teknik triangulasi sumber data, hasil penelitian dapat ditingkatkan dan dijamin validitasnya (Sutopo, 2006:31) Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah dokumen, yaitu novel The Da Vinci Code dan terjemahannya. Yang kedua adalah informan yaitu dua orang rater yang menilai keakuratan dan keberterimaan ujaran.
2. Triangulasi metode Triangulasi metode/teknik bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda (Sutopo, 2006:95). Peneltian ini menggunakan triangulasi metode karena dari sumber yang sama, yaitu informan/rater peneliti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
menggunakan dua metode atau teknik yang berbeda, yaitu kuesioner dan wawancara mendalam.
F. Teknik Cuplikan Peneliti memakai teknik purposive sampling dalam penelitian ini. pemilihan teknik sampling ini berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian kualitatif memang membutuhkan teknik purposive sampling karena penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi. Dalam penelitian kualitatif, cuplikan yang bersifat acak (random sampling) tidak pernah digunakan karena teknik ini hanya baik bagi tujuan generalisasi populasi (Sutopo, 2006:181) Pertama, penulis memilih novel yang akan dijadikan sumber data penelitian ini. Penulis memilih novel The Da Vinci Code karya Dan Brown dengan pertimbangan bahwa novel tersebut sangat populer dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pertimbangan kedua, novel tersebut banyak menggunakan dialog dengan konteks budaya barat secara umum dan konteks keagamaan Katolik yang akan menjadi pertimbangan proses interpretasi. Penulis kemudian memilih ujaran-ujaran dalam percakapan yang mengandung implikatur dalam novel versi bahasa Inggris serta terjemahannya dalam novel versi bahasa Indonesia. Ujaran yang mengandung implikatur versi bahasa Inggris dan terjemahannya inilah yang menjadi data penelitian ini. Kedua, penulis menentukan informan-informan yang akan dipakai dalam proses pengumpulan data. Penulis menerapkan kriteria-kriteria tertentu untuk informan/rater. Kriteria yang utama adalah rater yang memahami konsep-konsep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
dan teori penerjemahan dengan baik serta punya pengalaman menerjemahkan yang cukup. Rater yang telah memenuhu kriteria di atas akan dimintai pendapatnya tentang keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur baik melalui kuisener maupun wawancara.
G. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul melalui teknik pengumpulan data, data perlu dianalisis dengan teknik tertentu. Dalam proses analisis kualitatif seperti yang diproposikan James P. Spradley, (1997: 181), yang diadopsi dari penelitian antropologi budaya, ada empat tahap analisis yang harus dilalui. Tahap-tahap itu
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Domain Analisis Domain merupakan langkah awal dalam analisis data. Analisis domain dilakukan untuk memilah mana ujaran yang merupakan data penelitian, dalam hal ini ujaran yang mengandung implikatur, dan mana yang bukan merupakan data. Peneliti melakukannya dengan membaca seluruh novel The Da Vinci Code versi bahasa Inggris dan menandai ujaran-ujaran dalam percakapan yang mengandung implikatur. Berikutnya penulis membaca novel The Da Vinci Code versi bahasa Indonesia dan menandai terjemahan ujaran yang mengandung implikatur tersebut. Ujaran yang mengandung implikatur dalam versi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia kemudian dituliskan kedalam kolom untuk kemudian ditandai dengan kode-kode tertentu. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Analisis Taksonomi Pada bagian ini penulis mengelompokkan ujaran-ujaran yang mengandung implikatur ke dalam jenis-jenis implikatur berdasarkan ilokusi tidak langsung yang ditimbulkannya. Jenis-jenis implikatur itu antara lain asertif, komisif, direktif dan ekspresif Data juga análisis berdasarkan teknik-teknik terjemahan yang diterapkan oleh penerjemah. Dalam satu ujaran, secara umum, terdapat lebih dari satu teknik yang
diterapkan sehingga peneliti melakukan klasifikasi teknik ini dengan
sangat hati-hati.
3. Analisis Komponensial Pada tahap ini peneliti mencari hubungan antara beberapa domain dengan kategori. Pertama peneliti menghubungkan antara teknik terjemahan dengan pergeseran daya pragmatis dari ujaran-ujaran yang mengandung implikatur. Tahap berikutnya, peneliti mencari hubungan antara teknik-teknik yang diterapkan oleh penerjemah dengan tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan.
4. Analisis Tema Budaya Pada bagian akhir ini peneliti menarik kesimpulan dari hubunganhubungan yang ditemukan pada analisis komponensial commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian Tahap-tahap penelitian yang dilalui peneliti secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Persiapan: a. Menentukan tema penelitian b. Menentukan sumber data yang akan diambil dalam penelitian. c. Menyusun proposal penelitian. 2. Pelaksanaan: a. Mendalami sumber data baik novel versi bahasa Inggris maupun terjemahannya b. Mengumpulkan data c. Mereduksi data dan mengkodefikasi d. Menyajikan data dalam bentuk analisis e. Membahas temuan dalam analisis f. Membuat simpulan 3. Penyusunan laporan
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini terdapat dua bagian utama, yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bagian pertama disajikan jenis-jenis implikatur teks bahasa sumber berdasarkan ilokusinya dan pergeseran daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran, teknik-teknik yang digunakan dalam proses penerjemahan dan pengaruhnya pada daya pragmatis teks bahasa sasaran serta tingkat keakuratan serta keberterimaan terjemahan. Pada bagian kedua disajikan pembahasan. Data yang berhasil dikumpulkan sebanyak 60 ujaran yang mengandung implikatur yang terdapat pada percakapan novel The Da Vinci Code. Untuk mendapatkan aspek keobyektifan data, penelitian ini juga melibatkan dua rater untuk mendapatkan penilaian tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur.
A. Hasil Penelitian 1. Jenis-Jenis Implikatur Teks Bahasa Sumber dan Pola Pergeseran Daya Pragmatisnya pada Teks Bahasa Sasaran Dari 60 data yang diperoleh, ujaran yang mengandung implikatur dibagi menjadi bagian-bagian berdasarkan ilokusinya. Terdapat 4 jenis implikatur dengan masing-masing ilokusi tak langsungnya; asertif, commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
direktif, komisif dan ekspresif. Tidak ditemukan implikatur deklaratif dalam penelitian ini.
a. Implikatur Asertif Ada 16 ilokusi tak langsung yang termasuk dalam implikatur asertif ini. Implikatur dengan ilokusi asertif ini membuat penutur terikat pada kebenaran proposisi yang disampaikannya. Enam belas implikatur yang termasuk dalam jenis asertif ini meliputi: menolak, memohon, menyatakan, memberi informasi, menyatakan alasan, meyakinkan, menerangkan,
membual,
menyatakan
pendapat,
menyanggah,
mengiyakan, menyatakan ketidaksetujuan, menolak memberi informasi, mempersilahkan, mengecam dan menyalahkan.
1) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menolak Data pertama adalah implikatur dengan ilokusi tak langsung menolak. Data ini merupakan percakapan antara Langdon dengan seorang petugas hotel Ritz Paris, hotel tempat Langdon menginap.
TDVC/01/008/016 BSU
“This is the concierge, monsieur. I apologize for this intrusion, but you have a visitor. He insists it is urgent” … “I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
“Saya petugas penerima tamu, Monsieur. Maaf telah mengganggu, tetapi ada tamu untuk Anda. Dia memaksa da katanya ini sangat mendesak. … “Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _”
Konteks situasi percakapan menunjukan jam 12:30 dini hari. Langdon yang sedang tertidur pulas di kamarnya di hotel Ritz Paris dibangunkan petugas hotel. Letnan Jerom Collet, seorang polisi judisial Perancis, ingin menemuinya untuk sebuah kasus pembunuhan di museum Louvre. Pada teks bahasa sumber, pernyataan Langdon di atas: “I’m sorry,” -, “but I’m tired and_” bisa disimpulkan memiliki implikatur karena ujaran itu menyatakan sesuatu tidak seperti yang dinyatakan dalam tuturan itu. Dengan kata lain penutur menyampaikan sesuatu dengan cara yang tidak langsung. Makna lokusi ujaran tidak simetris dengan daya ilokusi yang ditimbulkannya. Pada ujaran di atas makna lokusinya adalah memberi informasi bahwa si penutur merasa lelah untuk merespon pernyataan penjaga hotel, “This is the concierge, monsieur. I apologize for this intrusion, but you have a visitor. He insists it is urgent”. Ini menjadikan respon Langdon seolah-olah melanggar maksim hubungan karena Langdon tidak merespon petugas hotel secara langsung, misalnya: “Sorry, I cannot meet him”. Daya ilokusi yang ditimbulkan dari tuturan itu bukanlah memberi informasi tapi lebih merupakan penolakan. Ujaran lengkap eksplisitnya kira-kira sebagai commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berikut : “I’m sorry,” -, “but I’m tired and_. So I don’t want to meet him now”. Lewat ujarannya, Langdon ingin menyatakan penolakan. Ia menggunakan ujaran dengan daya ilokusi tidak langsung karena menolak secara langsung akan dianggap tidak sopan atau dengan kata lain ia berusaha memenuhi prinsip kesopanan (PS) terutama maksim kearifan; minimize cost to other. Pada teks bahasa sasaran ujaran Langdon menjadi “Maaf,”… , “tetapi saya sangat letih dan _”. Ujaran ini, sama seperti ujaran teks bahasa sumber, mengandung implikatur asertif dengan daya ilokusi tak langsung menolak. Ujaran ini juga seolah-olah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim kearifan yang dengan demikian tidak terjadi pergeseran pragmatis yang berupa perubahan daya ilokusi antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Data lain yang mengandung ilokusi menolak adalah berikut ini:
TDVC/31/240/307 KBSU
“It is a private matter. One of great interest to him.”
o
“Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning.”
n BSA t e
“Ini urusan pribadi. Salah satu hal yang sangat menarik perhatiannya.” (Langdon) “Kalau begitu dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.” (Remy) commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konteks situasi menunjukan Langdon bersama Sophie sampai ke Puri Villete, tempat tinggal Teabing, seorang Sejarawan sekaligus bangsawan Inggris, untuk meminta bantuan memecahkan kriptek yang akan menjadi petunjuk menuju the Holy Grail. Tapi sayang di pintu gerbang puri mereka dihadang Remy, pelayan pribadi Teabing, lewat pengeras suara. Remy tidak mengijinkan mereka masuk karena tuannya sedang tertidur pulas dan kondisi kesehatan yang tidak begitu baik. Langdon, sebaliknya, bersikeras untuk bisa diterima Teabing malam itu juga. Dalam teks bahasa sumber, respon Remy atas alasan Langdon bahwa dia layak dipersilahkan masuk karena membawa sesuatu yang selama ini menjadi ketertarikan Teabing mengandung implikatur karena respon itu tidak menyatakan sesuatu secara langsung, misalnya “Sorry, you can not see him tonight.” Teabing menggunakan kalimat dengan ilokusi tidak langsung dengan alasan karena menolak adalah sesuatu yang tidak sopan. Dengan kata lain kalimat itu berilokusi tidak langsung. Pelanggaran maksim hubungan di atas dipakai dalam rangka memenuhi prinsip
kesopanan
terutama
maksim
kesepakatan;
minimize
disagreement between self and other. Langdon sebagai mitra tutur dengan demikian, lewat konteks situasi bisa menangkap maksud Remy bahwa implikasi ujarannya adalah: “He does not want to meet you.” Pada teks terjemahan, ujaran Remy “Kalau begitu dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi,” sama seperti ujaran teks bahasa commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumber. Ujaran ini mengandung implikatur asertif dengan daya ilokusi tak langsung menolak. Sama seperti pada data sebelumnya. Ujaran ini juga seolah-olah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim kesepakatan. Dengan demikian tidak terjadi pergeseran pragmatis yang berupa perubahan daya ilokusi antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Data TDVC/11/157/204 merupakan percakapan antara Langdon dan Sophie
TDVC/11/157/204 BSU
“Let’s call the embassy. I can explain the situation and have the embassy send someone to meet us somewhere.” “Meet us?” Sophie turned and starred at him as if he were crazy.
BSA
“Ayo telepon kedutaan besar. Aku bisa menjelaskan keadaan ini dan meminta mereka mengirim seseorang untuk menjemput kita di mana saja” “Menjemput kita?” Sophie berpaling dan menatap Langdon seolah Langdon gila.
Langdon dan Sophie dalam kejaran polisi judisial Perancis karena telah kabur dari museum Louvre, tempat kejadian perkara pembunuhan terhadap Saunire, kakek Sophie. Mereka ada di dalam mobil yang dikendarai Sophie dan bingung kemana harus pergi. Langdon putus asa dan mulai berpikir seandainya dia membiarkan Fache menangkapnya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
mungkin keadaannya akan lebih baik. Sementara Sophie berpikir sebaliknya. Dalam teks bahasa sumber, pertanyaan Langdon kepada Sophie ; “Let’s call the embassy. I can explain the situation and have the embassy send someone to meet us somewhere.” menunjukan sikap keputusasaan Langdon karena merasa tidak bisa menemukan jalan keluar dari masalahnya. Pernyataan Langdon ini direspon Sophie dengan pertanyaan : “Meet us?”. Pertanyaan ini bernada retoris yang menunjukan keheranan sekaligus ketidaksetujuan Sophie dengan apa yang diusulkan Langdon. Respon Sophie atas pernyataan Langdon mengandung implikatur karena pertanyaan itu sebenarnya tidak membutuhkan jawaban melainkan sebuah ekspresi keheranan. Pertanyaan retoris Sophie yang mengandung ilokusi menolak dilakukan untuk menghindari pernyataan yang diucapkan secara eksplisit yang mungkin akan tidak mengenakan Langdon . Pertanyaan Sophie yang mengandung ilokusi tidak langsung di atas melanggar maksim hubungan: make your contribution relevant untuk memenuhi maksim pujian; minimize dispraise for other. Lewat konteks situasi Langdon berkesimpulan bahwa jawaban Sophie berimplikasi, bahwa “ide Langdon tidak masuk akal, karena menyuruh kedutaan besar untuk bertindak melawan hokum.” Dalam teks bahasa sasaran pernyataan Sophie “Menjemput kita?” juga mengandung ilokusi tidak langsung. Ujaran ini melanggar maksim commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan untuk memenuhi maksim pujian. Ujaran ini mengandung implikatur ekspresif yang menyatakan penolakan. Tidak terjadi pergeseran ilokusi tak langsung dalam proses penerjemahan ini. Data-data lain yang mengandung ujaran dengan ilokusi tak langsung menolak adalah sebagai berikut: TDVC/03/019/032
TDVC/41/299/382
TDVC/08/149/193
TDVC/11/157/204
TDVC/13/158/205
TDVC/47/339/430
TDVC/29/240/307
TDVC/49/340/431
TDVC/32/240/307
TDVC/58/483/614
2) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Memohon Ada dua data ujaran yang mengandung implikatur asertif dengan ilokusi
tak
langsung
memohon;
TDVC/02/008/016,
dan
TDVC/30/240/307. Data pertama merupakan percakapan antara Langdon dengan petugas hotel Ritz Paris.
TDVC/02/008/016 BSU
“I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an important man”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
79 digilib.uns.ac.id
“Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. “Tetapi tamu Anda orang penting”
Langdon yang sedang tertidur pulas di kamarnya di hotel Ritz Paris dibangunkan petugas hotel. Langdon menatap jam di sisi tempat tidur yang menunjukan pukul 12:32 dini hari. Langdon baru saja tertidur satu jam yang lalu setelah ceramahnya tentang simbolisme di The American University of Paris. Letnan Jerom Collet, seorang polisi judisial Perancis ingin menemuinya untuk sebuah kasus pembunuhan di museum Louvre. Langdon sudah berusaha menolak permohonan petugas hotel tetapi petugas hotel bersikeras meminta Langdon menerima tamunya. Dalam teks bahasa Inggris pernyataan Langdon “I’m sorry,” …, “but I’m tired and_” berimplikasi bahwa dia menolak permohonan petugas hotel, seperti yang telah dianalisa pada ujaran implikatur yang mengandung ilokusi menolak sebelumnya. Respon petugas hotel “Mais monsieur” …. “Your guest is an important man” berlokusi memberi informasi bahwa tamu yang sedang menunggu adalah orang penting. Respon ini secara semantik nampak tidak gayut bahwa pernyataan kondisi lelah direspon dengan informasi bahwa “Tamu Anda orang penting”. Dengan kata lain ujaran petugas hotel seolah-olah melanggar maksim hubungan dari prinsip kerjasama. Namun Pelanggaran maksim commitdipakai to user dalam rangka memenuhi prinsip hubungan di atas sebenarnya
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesopanan terutama maksim kearifan. Percakapan ini merepresentasikan tarik ulur prinsip-prinsip yang harus dipertahankan. Pernyataan Langdon berimplikasi “I cannot see him, I’m very tired” sementara pernyataan petugas hotel berimplikasi “You must see him,. He is an important person.” Di sini nampak sebuah ilokusi tak langsung direspon dengan ilokusi tidak langsung juga. Sebuah implikatur dengan ilokusi tak langsung menolak direspon dengan implikatur dengan ilokusi tak langsung memohon. Dalam teks bahasa sasaran, ujaran petugas hotel menjadi “Mais monsieur,”… “Tetapi tamu Anda orang penting.” Di sini nampak pernyataan petugas hotel merupakan ujaran dengan ilokusi tak langsung menolak.. Sebuah implikatur dengan ilokusi tak langsung menolak direspon dengan implikatur dengan ilokusi tak langsung memohon. Pernyataan petugas hotel berimplikasi “Anda harus menemuinya karena ia orang penting.” Antara ujaran bahasa Indonesia dengan ujaran bahasa Inggris mengandung implikatur yang sama dan tidak terjadi pergeseran pragmatis.
3) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan Data ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak langsung
menyatakan
TDVC/06/131/172,
ada
enam;
TDVC/07/146/189,
TDVC/05/131/172, TDVC/10/157/203,
TDVC/15/164/213, TDVC/16/166/215 dan TDVC/34/247/317 commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak langsung menyatakan berikut adalah respon Fache pada percakapan antara Collet dan Fache.
TDVC/05/131/172 BSU
“But, captain…then where is Langdon now?” “Have any fire alarms gone off there?”
BSA
“Lalu, Kapten…dimana Langdon sekarang” (Collet) “Apakah alarm kebakaran berbunyi?” (Fache)
Collet, seorang polisi Perancis, sibuk mencari keberadaan Langdon dan Sophie yang terkurung di dalam Grand Galery, salah satu bagian museum Louvre, tempat di mana karya-karya besar Da Vinci antara lain Mona Lisa berada. Langdon dan Sophie, tanpa mereka sadari, telah keluar dari museum itu dengan cara mengelabui system GPS yang dipasang di jas Langdon. Dalam teks bahasa sumber, Collet bertanya pada Fache, atasannya di kepolisian Perancis, tentang keberadaan Langdon dan Sophie. Pertanyaan Collet kepada atasannya; “But, captain…then where is Langdon now?” dijawab Fache dengan jawaban yang tidak langsung. Di sini respon Fache atas pertanyaan Collet tentang keberadaan Langdon mengandung implikatur karena respon itu tidak menjawab secara langsung pertanyaan Collet. Fache menggunakan kalimat dengan ilokusi to user tidak langsung mungkincommit dengan alasan karena ia sendiri tidak yakin
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberadaan langdon dan Sophie; apakah mereka masih di ruang Grand Galery ataukah sudah melarikan diri keluar dari Grand Galery. Jawaban Fache yang mengandung ilokusi tidak langsung, yang berarti melanggar maksim hubungan dari prinsip kooperatif (PK), di atas dipakai dalam rangka memenuhi prinsip kerjasama terutama maksim Kualitas; Do not say that for which you lack adequate evidence. Collet sebagai mitra tutur akan memahami, lewat konteks situasi bahwa jawaban Fache berimplikasi “Mengapa kamu bertanya” Alarm kebakaran hidup artinya kau tahu apakah mereka telah keluar dari Grand Galery atau tidak. Dalam teks bahasa Indonesia ujaran tadi diterjemahkan “Apakah alarm kebakaran berbunyi?”. Ada sebuah kesalahan penerjemahan di sini ujaran ini semestinya berbunyi “Apakah alarm kebakaran mati?”. Ujaran Fache dalam bahasa Indonesia mengandung ilokusi tidak langsung. Ujaran itu melanggar maksim hubungan dari prinsip kooperatif (PK), dalam rangka memenuhi prinsip kerjasama terutama maksim Kualitas. Ujaran itu berimplikasi “Kalau alarm berbunyi berarti Langdon telah keluar dari Grand Galery. Alarm tidak berbunyi artinya Langdon pasti masih di dalam.” Karena ada misleading dalam penerjemahan, maka terjadi pergeseran pesan implikatur. Data TDVC/34/247/317 merupakan percakapan antara Teabing dengan Langdon. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/34/247/317 BSU
BSA
Teabing eyed her a moment and then looked at Langdon. “Something has happened. You both look shaken.” Langdon nodded. “We’ve had an interesting night , Leigh.” Teabing menatapnya sesaat dan kembali ke Langdon. “Ada yang terjadi. Kalian berdua tampak gemetar.” Langdon mengangguk. “Kami telah melewatkan malam yang sangat menarik, Leigh.”
Setelah membuka percakapan dengan Langdon dan Sophie akhirnya Teabing menanyakan apa yang telah terjadi pada Langdon dan Sophie yang tampak gemetar. Pada teks bahasa sumber, pertanyaan Teabing pada Sophie dan Langdon “Something has happened. You both look shaken.” berbentuk konfirmasi karena ia yakin sesuatu yang buruk telah terjadi pada mereka berdua. Konteks menunjukan bahwa Langdon dan Sophie kelihatan gemetar. Jawaban Landon sekilas melanggar maxim of quality; do not say what you believe to be false. Barangkali di sini pernyataan Langdon merupakan bentuk penyangatan atas apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Lewat konteks situasi dan ujaran Langdon yang bersifat bertolak belakang ini bisa disimpulkan bahwa jawaban Langdon mengandung implikatur berilokusi menyatakan yang bertujuan untuk menyangatkan situasi. Ujaran ini berimplikasi: Kami telah mengalami banyak hal buruk malam mini dan kami butuh bantuan Anda. Pada teks bahasa Indonesia, jawaban Langdon “Kami telah commit to usermenarik, Leigh.” Juga sekilas melewatkan malam yang sangat
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melanggar maksim kualitas. Ujaran Langdon ini bersifat bertolak belakang ini bisa disimpulkan bahwa jawaban Langdon mengandung implikatur yang bertujuan untuk menyangatkan situasi. Ujaran ini mengandung implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menyatakan . Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dari kasus ini.
4) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Memberi Informasi Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung member informasi adalah data: TDVC/18/179/231, TDVC/23/253/253, TDVC/35/260/333, TDVC/38/263/336, dan TDVC/59/484/615 Data TDVC/59/484/615
merupakan percakapan antara Sophie
dan Langdon. TDVC/59/484/615 BSU
“When can I see you again?” Langdon reeled momentarily, lost in her eyes. “When?” Hepaused, curius if she had any ideahow much he had been wongering the same thing. “Well, actually, next month I am lecturing at a conference in Florence. I’ll be there a week without much to do.”
BSA
“Kapan aku dapat bertemu lagi denganmu?” Langdon terhuyung sesaat, tenggelam dalam tatapan mata hijau Sophie. “Kapan?” Dia terdiam, penasaran apakah Sophie tahu bahwa dia juga menanyakan hal yang sama. “Well, bulan depan aku akan memberi ceramah pada sebuah konferensi di Florence. Aku akan berada di sana selama satu minggu tanpa banyak kegiatan.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
Sophie bertanya pada Langdon kapan mereka bisa bertemu lagi. Mereka telah melalui peristiwa yang sulit mereka pahami dan Langdon akan segera berangkat ke Paris. Mereka telah sampai di gereja Roslin, tempat yang ditunjuk dari kriptek yang telah berhasil mereka pecahkan setelah melalui perjalanan dan petualangan yang mendebarkan. Dalam teks bahasa sumber jawaban Langdon atas pertanyaan Sophie: “Well, actually, next month I am lecturing at a conference in Florence. I’ll be there a week without much to do.” merupakan ujaran yang mengandung implikatur karena ujaran itu menyatakan jawaban yang tidak langsung. Penutur menyampaikan maksud dengan cara yang tidak langsung. Pertanyaan Sophie, “When can I see you again?” tidak dijawab dengan misalnya “Well, next month we will meet.” Alih-alih, Langdon menceritakan rencananya akan memberi kuliah pada sebuah konferensi di Florence. Di sini Langdon telah melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Mungkin dalam hal ini Langdon tidak begitu yakin bulan depan mereka akan bisa bertemu. Dengan demikian pernyataan Langdon berusaha memenuhi maksim kualitas; do not say what you believe to be false, jangan mengatakan apa yang Anda sendiri tidak yakin. Dengan kata lain Langdon mengingkari maksim hubungan untuk memenuhi maksim kualitas. Keduanya dari prinsip kerjasama (PK). Jawaban Langdon atas tawaran Sophie berimplikasi: “Bulan depan kita akan bertemu di Florence.” commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam teks bahasa sasaran, jawaban juga merupakan ujaran yang mengandung implikatur karena ujaran itu menyatakan jawaban yang tidak langsung. Ujaran ini seolah melanggar maksim hubungan karena pertanyaan “Kapan aku dapat bertemu lagi denganmu?” dijawab dengan “Well, bulan depan aku akan memberi ceramah pada sebuah konferensi di Florence”. Ini dilakuan Langdon karena mungkin ia tidak begitu yakin bulan depan mereka akan bisa bertemu. Dengan demikian pernyataan Langdon berusaha memenuhi maksim kualitas; jangan katakan sesuatu yang Anda tidak yakin kebenarannya. Tidak ada perbedaan implikatur antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Jawaban Langdon atas tawaran Sophie dalam bahasa Indonesia juga berimplikasi: “Bulan depan kita akan bertemu di Florence.”
5) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan Alasan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyatakan alasan: TDVC/28/238/306 dan TDVC/21/189/244 Data TDVC/28/238/306
merupakan percakapan antara Sophie
dengan Langdon. TDVC/28/238/306 BSU
Sophie looked over. “You’re kidding, right? We’re going to visit a knight?” Langdon gave an awkward smile. “We’re on a Grail quest, Sophie. Who better to help us than a knight?” commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
Sophie menatapnya. “Kau bercanda? Kita akan mengunjungi seorang knight?” Langdon tersenyum aneh. “Kita sedang dalam masalahan Grail, Sophie. Siapa yang dapat menolong kita kalau bukan seorang ksatria.”
Sophie terkejut ketika ternyata Leigh teabing yang akan mereka temui adalah seorang knight yang baru saja dinobatkan oleh ratu Inggris karena karyanya, sebuah sejarah panjang tentang House of York. Dalam bahasa Inggris jawaban Langdon atas pertanyaan Sophie ; “We’re on a Grail quest, Sophie. Who better to help us than a knight?” tidak secara langsung menjawab pertanyaan Sophie, “You’re kidding, right? We’re going to visit a knight?” sehingga bisa disimpulkan ujaran itu mengandung implikatur. Jawaban yang tidak gayut ini sekilas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Jawaban Langdon atas pertanyaan Sophie mestinya “Yes, we’re going to meet a knight” alih-alih, Langdon memberikan alasan mengapa mereka harus menemui seorang knight dalam pencarian mereka akan the Holy Grail. Karena itu, lewat konteks situasi kita bisa membuat hubungan bahwa implikasi dari jawaban Langdon adalah “Ya, kita akan menemui seorang knight karena dialah orang yang tepat untuk didatangi”. Dalam bahasa Indonesia “Kita sedang dalam masalahan Grail, Sophie. Siapa yang dapat menolong kita kalau bukan seorang ksatria.” Juga sekilas melanggar maksim hubungan sehingga mengandung commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
implikatur dengan ilokusi tak langsung menyatakan alasan. Tidak ada pergeseran daya pragmatis dalam proses penerjemahan ini.
6) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Meyakinkan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung mengingkari fakta ada pada data TDVC/25/211/272 Data TDVC/25/211/272 merupakan percakapan antara Sophie dengan seorang petugas keamanan bank penyimpanan Zurich.
TDVC/25/211/272 BSU
“Do all the drivers wear Rolex?” the agent asked, pointing to Vernet’s wrist. Vernet glanced down and saw the the glistening band of his absurdly expensive watch peeking out from beneath the sleeve of his jacket. Merde. “This piece of shit? Bought it for twenty euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.”
BSA
“Apa semua pengemudi memakai Rolex?” Tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya yang sangat mahal itu. Sialan. “Jam murahan ini? Akumembelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?”
Vernet,
presiden
bank
penyimpanan
Zurich
berusaha
mengeluarkan Langdon dan Sophie dari gedung bank. Dia menyamar commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai supir truk pengangkut barang. Sayang penyamarannya nyaris terungkap
ketika
Collet
seorang
agen
yang
menghadangnya
mengetahuinya memakai jam tangan Rolex. Sesuatu yang aneh untuk seorang supir. Untungnya, Vernet bisa meyakinkan kalau itu adalah Rolex palsu. Dalam teks bahasa Inggris, jawaban Vernet atas pertanyaan Collet: “This piece of shit? Bought it for twenty euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.” dikatakan mengandung implikatur karena ujaran itu mengkomunikasikan sesuatu secara tidak langsung. Penutur menyampaikan maksud dengan cara yang tersamar. Pertanyaan Collet “Do all the drivers wear Rolex?” membutuhkan jawaban “Yes, they do” atau “No, they do not”. jawaban Vernet di atas sepintas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Ujaran ini juga melanggar maksim kualitas karena Vernet tidak mengatakan sesuatu yang benar. Jawaban Vernet berimplikasi: “Tidak mungkin seorang supir truk seperti saya mempunyai jam Rolex. Ini Rolex palsu” Dalam teks bahasa Indonesia jawaban Vernet “Jam murahan ini? Aku membelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?” juga sepintas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Ujaran ini juga melanggar maksim kualitas karena commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Vernet tidak mengatakan sesuatu yang benar. Ujaran ini mengandung implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung meyakinkan. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatik di sini. Meskipun tidak terjadi pergeseran daya ilokusi pada ujaran secara keseluruhan, penambahan ujaran “Berminat” menjadikan ujaran “Aku mau menjualnya empat puluh euro” tidak memiliki implikatur tapi berubah menjadi eksplikatur. Terjadi pergeseran dari implikatur menjadi eksplikatur tapi secara keseluruhan beberapa ujaran di atas berimplikasi “Tidak mungkin seorang supir truk seperti saya mempunyai jam Rolex. Ini Rolex palsu”
7) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menerangkan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menerangkan ada pada data TDVC/26/237/304 Data TDVC/26/237/304 merupakan percakapan antara Sophie dengan Langdon. TDVC/26/237/304 BSU
Sophie stared out at the dark roadway. “If we go to him, how much do you want to tell him?” Langdon looked unconcern. “Believe me, Leigh Teabing knows more about the Priory of Sion and the Holy Grail than anyone on earth.”
BSA
Sophie menatap keluar pada jalan gelap. “Jika kita pergi ke orang itu, seberapa banyak kau akan memberi informasi kita?” Langdon tampak tak siap. “Percayalah. Leigh lebih tahu tentang Biarawan Sion dan Holy Grail dibanding siapapun di bumi ini.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
Langdon memutuskan mendatangi rumah Leigh Tebing, seorang sejarawan bangsawan dari Inggris yang punya ketertarikan dengan The Holy Grail, di Paris. Sophie ragu-ragu dengan keputusan Langdon. Ia khawatir akan mendatangi orang yang keliru dan melibatkan orang yang tak dikenalnya. Langdon berusaha meyakinkan Sophie. Dalam bahasa Inggris, pertanyaan Sophie bernada kekhawatiran. Dia tidak menginginkan informasi tentang the Holy Grail jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Pertanyaan Sophie menuntut jawaban seberapa banyak informasi itu akan dibagikan kepada Teabing. Jawaban Langdon atas pertanyaan Sophie: “Believe me, Leigh Teabing knows more about the Priory of Sion and the Holy Grail than anyone on earth.” mengandung implikatur karena pernyataan ini tidak menjawab secara langsung apa yang dikehendaki pertanyaan Sophie. Ujaran Langdon dengan begitu seakan melanggar maksim hubungan. Ujaran ini juga melanggar maksim kuantitas; do not make your contribution more informative than required karena Langdon memberi penjelasan melebihi yang ditanyakan Sophie. Langdon memberi jawaban yang melebihi yang diperlukan dalam rangka meyakinkan Sophie bahwa dia bisa memberi seluruh informasi itu karena justru Teabinglah, sebagai sejarawan yang punya interest besar dengan the Holy Grail, orang yang paling tahu. Lewat konteks situasi kita bisa menyimpulkan bahwa jawaban Langdonn berimplikasi: commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Kita bisa memberi informasi itu sebanyak apapun dan kita tidak perlu khawatir karena dia justru mempunyai informasi lebih banyak tentang Biarawan Sion dan Holy Grail daripada kita.” Dalam teks bahasa Indonesia Jawaban Langdon “Percayalah. Leigh lebih tahu tentang Biarawan Sion dan the Holy Grail dibanding siapapun di bumi ini.” juga seakan melanggar maksim hubungan. Ujaran ini juga melanggar maksim kuantitas. Ujaran ini mengandung implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menerangkan. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dalam penerjemahan ini.
8) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Membual Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung membual ada pada data TDVC/36/262/335. Data TDVC/36/262/335 merupakan percakapan antara Sophie dengan Sir Leigh Teabing. TDVC/36/262/335 BSU
Sophie as if felt the entire night had become some kind of twilight zone where nothing was as she expected. “This is all for your work?” “Learning the truth has become my life’s love,” Teabing said. “And Sangreal is my favorite mistress.”
BSA
Sophie merasa sepanjang malam ini seolah berada di tengahtengah antara dunia nyata dan mimpi. Tidak ada satu halpun yang dapat di duganya. “Ini semua untuk pekerjaanmu?” “Mempelajari kebenaran telah menjadi kecintaanku,” kata Teabing. “Dan Sangreal adalah kekasih favoritku.” commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sophie mendapatkan banyak sekali penjelasan tentang Holy Grail dan hal-hal tentang sejarah Kristen yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Teabing telah memberinya banyak penjelasan yang mengejutkan untuk Sophie. Dengan melihat-lihat semua benda yang ada di ruangan kerja Teabing dan berkomentar “This is all for your work?” Sophie menemukan gairah yang begitu besar pada diri Teabing terhadap the Holy Grail. Dalam teks bahasa sumber, respon Teabing pada komentar Sophie “Learning the truth has become my life’s love,” … “And Sangreal is my favorite mistress.” merupakan ekspresi kebanggaan dirinya atas semua hal yang dia ketahui akan the Holy Grail. Pernyataan Teabing merupakan ujaran yang mengandung impikatur karena ujaran itu menyampaikan lebih dari sekedar yang diinformasikannya. Ujaran ini sekilas melanggar maksim kuantitas. Teabing melakukan ini dengan maksud membual kepada Sophie yang masih “ingusan” pengetahuannya tentang the Holy Grail. Respon Teabing atas pertanyaan Teabing berimplikasi: “Ya. Ini semua adalah kebenaran dan aku tahu banyak tentang Sangreal” Dalam
teks
bahasa
sasaran,
pernyataan
Teabing
“Mempelajari kebenaran telah menjadi kecintaanku,” … “Dan Sangreal adalah kekasih favoritku.” juga mengandung impikatur karena ujaran itu menyampaikan lebih dari sekedar yang diinformasikannya. Ujaran ini commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga melanggar maksim kuantitas secara berlebihan. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis di sini.
9) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan Pendapat Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyatakan pendapat ada pada data TDVC/39/267/343. Data TDVC/39/267/343 merupakan percakapan antara Sophie dengan kakeknya, Saunier.
TDVC/39/267/343 BSU
“Did Jesus have girlfriend?” Her grandfather was silent for several moments. “Would it be so bad if he did?”
BSA
“Apakah Yesus punya kekasih?” Kakeknya terdiam beberapa saat.”Apakah buruk sekali jika dia memang punya kekasih?”
Sophie kecil membaca Koran yang berisi artikel kakeknya yang mengulas film Amerika berjudul The Last Temptation of Christ, tentang Yesus yang bercinta dengan seorang perempuan bernama Maria Magdalena. Kakeknya terkejut mendapatkan pertanyaan Sophie. Pertanyaan
Sophie
kecil
“Did
Jesus
have
girlfriend?”
membutuhkan jawaban ya atau tidak. Dalam bahasa Inggris, respon Saunier “Would be so bad if he did?” yang juga berbentuk pertanyaan commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seakan tidak menjawab pertanyaan Sophie. Respon Saunier dengan demikian merupakan ujaran yang mengandung impikatur karena menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Ujaran ini sekilas melanggar maksim hubungan make your contribution relevant. Saunier merespon pertanyaan dengan pertanyaan juga dengan maksud untuk menghindari konfrontasi pendapat atau dengan kata lain dia berusaha memenuhi maksim kesepakatan, minimize disagreement between self and other. Jawaban Saunire, kakek Sophie atas pertanyaan Sophie berimplikasi: “Dia memang punya kekasih dan itu tidak masalah.” Dalam bahasa Indonesia, pertanyaan Sauniere ”Apakah buruk sekali jika dia memang punya kekasih?” juga sekilas melanggar maksim hubungan. Ujaran ini memenuhi maksim kesepakatan. Respon Saunier merupakan ujaran yang mengandung implikatur asertif. Tidak terjadi pergeseran implikatur dalam hal ini.
10) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyanggah Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyanggah ada pada data TDVC/40/399/382, TDVC/52/373/473. Data TDVC/52/373/473
merupakan percakapan antara petugas
altar Gereja Kuil dengan Teabing.
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSU
TDVC/52/373/473 Teks The altar boy had been here for a couple of years but had never heard of this costum. “It would be better if you waited until nine thirthy. The church isn’t open yet, and I am not finished hovering yet.” The man on crutches glared angrily. “Young man, the only reason there’s anything left of this building for you to hover is an account of the gentlemen in that woman’s pocket.”
BSA
Petugas altar itu telah bekerja di sini selama dua tahun, namun dia tidak pernah mendengar kebiasaan itu. “Lebih baik jika Anda menunggu hingga pukul 9.30. Gereja ini belum belum buka, dan saya belum selesai bersih-bersih.” Lelaki bertongkat itu mendelik marah. “Anak muda, satusatunya sebab masih adanya benda-benda di sini untuk kau bersihkan adalah karena lelaki baik hati yang sekarang ada di balik kantong perempuan itu.”
Langdon, Sophie dan Teabing sampai di Gereja Kuil dalam pencarian kata kunci untuk membuka kriptek yang berisi petunjuk menuju the Holy Grail. Ketika memasuki gereja mereka diberitahu petugas altar bahwa gereja baru buka pukul 9.30. Teabing bersikeras masuk dan mengaku mereka adalah keturunan Sir Christopher Wren, penyantun utama Gereja Kuil. Pada teks bahasa sumber, respon Teabing atas pertanyaan petugas altar: “Young man, the only reason there’s anything left of this building for you to hover is on account of the gentlemen in that woman’s pocket.” dikatakan mengandung implikatur karena penutur menyampaikan maksud dengan cara tidak langsung. Respon Teabing di atas sepintas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pernyataan Teabing lewat konteks situasi bisa dipahami berimplikasi: “Kami berhak masuk karena Sir Christopher Wren yang abunya ada di saku perempuan itu penyantun utama gereja ini.” Pada teks bahasa sasaran, respon Teabing “Anak muda, satusatunya sebab masih adanya benda-benda di sini untuk kau bersihkan adalah karena lelaki baik hati yang sekarang ada di balik kantong perempuan itu.” juga mengkomunikasikan sesuatu secara tidak langsung. Ujaran ini sepintas melanggar maksim hubungan sehingga mengandung implikatur. Tidak ada perubahan implikatur dalam proses penerjemahan ini.
11) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengiyakan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung mengiyakan ada pada data TDVC/43/310/396, TDVC/44/314/400, TDVC/45/314/400, TDVC/46/403/316, TDVC/60/484/615. Data TDVC/44/314/400 merupakan percakapan antara Langdon dengan Jonas, editornya.
TDVC/44/314/400 BSU
“Jonas?” Langdon pressed,”You sent out my manuscript, didn’t you?” Faukman frowned, sensing Langdon was not happy about it. “The manuscript was clean, Robert, and I wanted to surprise you with some terific blurps.” commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
“Jonas,” Langdon mendesak. ”Kau telah mengirim naskahku bukan?” Faukman mengerutkan dahinya, merasakan ketidaksenangan Langdon dengan itu. “Naskah itu bagus, Robert, dan aku ingin mengejutkanmu dengan beberapa pujian yang menarik.”
Langdon menelpon Jonas Faukman, editor untuk buku terbarunya. Ia ingin tahu apakah editornya telah mengirimkan naskah buku barunya kepada beberapa pihak tanpa sepengetahuannya. Jonas memang telah memilih sepuluh tokoh terkemuka berikut sepucuk surat sopan yang meminta mereka menulis dukungan singkat untuk dicetak di sampul buku tersebut.
Jonas kelihatannya khawatir Langdon tidak senang
dengan tindakannya itu. Dalam bahasa Inggris, jawaban Jonas atas pertanyaan Langdon: “The manuscript was clean, Robert, and I wanted to surprise you with some terific blurps.”
mengandung implikatur karena ujaran itu
menyatakan jawaban yang tidak langsung. Penutur menyampaikan maksud secara implisit Pertanyaan Langdon, “Jonas?” Langdon pressed”You sent out my manuscript, didn’t you?” tidak dijawab dengan misalnya “Yes, I did.” Alih-alih Jonas menceritakan rencananya akan mengejutkannya dengan pujian dari para tokoh yang akan memberikan testimoni atas karyanya. Jonas tampak telah melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Jonas juga sekilas melanggar maksim kuantitas; commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
do not make your contribution more informative than required. Jawaban Jonas berimplikasi: “Ya, aku telah mengirimkannya untuk mereka.” Dalam teks terjemahan, jawaban Jonas “Naskah itu bagus, Robert, dan aku ingin mengejutkanmu dengan beberapa pujian yang menarik.” Juga memiliki implikatur karena ujaran itu menyatakan jawaban yang menyampaikan maksud secara implisit. Jonas ingin Langdon juga tahu mengapa ia mengirimkan teks itu ke orang-orang yang telah dipilih. Ujaran Jonas tampak
melanggar maksim hubungan dan maksim
kuantitas. Ini berarti bahwa implikatur yang dihasilkan antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran tidak bergeser.
12) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyatakan ketidaksetujuan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyatakan ketidaksetujuan ada pada data TDVC/50/360/456 dan TDVC/51/361/456 Data TDVC/50/360/456 merupakan percakapan antara Sir Leigh Teabing dengan Simon Edward, seorang polisi Perancis.
TDVC/50/360/456 BSU
As he gazed out at the sea of weapons aimed at him, he propped himself on his crutches and scratched his head. “Simon, did I win the policemen’s lottery while I was away?” He sounded commit to user more bilwerded then concerned.
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Simon Edward stepped forward, swallowing the frog in his throat. “Good morning, Sir. I apologized for the confusion. We’ve got a gas leak and your pilot said he was coming to the terminal.” BSA
Ketika Leigh melihat banyak senjata mengarah padanya, dia bersandar pada tongkatnya dan menggaruk kepalanya. “Simon, apakah aku memenangkan lotere polisi ketika aku pergi?” Suara Teabing lebih kedengaran bingung daripada takut. Simon Edward melangkah ke depan, mendegut dengan sukar, seperti menelan seekor katak. “Selamat pagi, Pak. Saya mohon maaf karena kebingungan ini. Kami ada kebocoran bahan bakar dan pilot Anda telah setuju untuk menghentikan pesawat di terminal.”
Pesawat pribadi Teabing sampai di bandara Biggin Hill, London. Tapi polisi Perancis sudah siap untuk melakukan penangkapan terhadapnya. Pilot diminta memarkir pesawat di terminal, bukan di depan hangar pribadi teabing. Teabing bergeming, pesawat masuk hangar pribadi Teabing. Polisi yang mengepung Teabing dan kawankawannya marah, merasa disepelekan Sir Leigh Teabing, seorang bangsawan Inggris yang mereka anggap congkak. Ketika Teabing turun dia melihat begitu banyak senjata mengarah padanya. Dalam bahasa Inggris, ungkapan kemarahan Teabing: “Simon, did I win the policemen’s lottery while I was away?” dikatakan mengandung implikatur karena ujaran ini mengkomunikasikan sesuatu dengan cara tidak langsung. commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pernyataan Teabing merupakan ekspresi kekesalan karena merasa tidak diperlakukan secara terhormat, perlakuan yang biasanya ia dapatkan sebagai seorang bangsawan Inggris. Pernyataan Teabing yang tidak gayut dengan konteks situasinya tampak melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Ungkapan kemarahan yang disampaikan
tidak
langsung
ini
mungkin
dimaksudkan
untuk
menghindarkan Simon dari kehilangan muka. Lewat cara ini Teabing berusaha memenuhi maksim simpati; minimize antipaty between self and other. Pertanyaan Teabing berimplikasi: “Apa-apaan ini, Simon?” Dalam bahasa Indonesia, pernyataan Teabing “Simon, apakah aku memenangkan lotere polisi ketika aku pergi?” juga tampak melanggar maksim hubungan. Ujaran ini dimaksudkan untuk menghindarkan Simon dari kehilangan muka; maksim simpati. Ujaran ini mengandung implikatur
asertif
dengan
ilokusi
tak
langsung
menyatakan
ketidaksetujuan. Tidak terjadi pergeseran implikatur dalam proses penerjemahan ini.
13) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menolak Memberi Informasi Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menolak memberi informasi ada pada data TDVC/54/386/490, TDVC/55/410/520, dan TDVC/56/410/523. commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data TDVC/55/410/520, merupakan percakapan antara Sophie dengan Langdon.
TDVC/55/410/520 BSU
“Might I ask where this verse come from? And why you are seeking on orb?” “You might ask,” Langdon said, with a friendly smile, “but it’s a long story and we have very little time.”
BSA
Boleh aku bertanya dari mana kalian mendapatkan bait ini? Dan mengapa kalian mencari sebuah bola? (Gettum, penjaga perpustakaan) “Kau boleh bertanya,” kata Langdon dengan senyum ramah, ”tetapi ceritanya panjang dan kami tidak punya banyak waktu.”
Langdon dan Sophie berada di perpustakaan King’s College untuk mencari tahu nama sebuah makam seperti yang tertulis dalam sandi untuk membuka kriptek. Sophie menyodorkan secarik kertas bertuliskan setengah bait yang terdapat pada kriptek. Gettum, petugas perpustakaan yang ternyata juga sudah mengenal Langdon, bertanya dari mana mereka mendapat bait itu. Tentu Langdon tidak bersedia membuka rahasia tentang bait dari kriptek itu. Dalam teks bahasa Inggris, pernyataan Langdon; “You might ask,” … “but it’s a long story and we have very little time.” memiliki implikatur karena ujaran itu menyatakan penolakan untuk memberi informasi
yang
disampaikan
secara
tidak
langsung.
Penutur
to user menyampaikan maksud commit tuturannya secara implisit. Makna lokusi ujaran
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak sama dengan daya ilokusi yang ditimbulkannya. Pada ujaran di atas makna lokusinya adalah memberi informasi bahwa si penutur tidak punya banyak waktu. Meskipun begitu, daya ilokusi yang ditimbulkan dari tuturan itu bukanlah memberi informasi tapi lebih merupakan penolakan. Langdon ingin menyatakan penolakan dengan cara yang santun. Ia melakukannya karena menolak secara langsung akan dianggap tidak sopan atau dengan kata lain ia berusaha memenuhi prinsip kesopanan (PS) terutama maksim kearifan; minimize cost to other. Respon Langdon atas pertanyaan Gettum berimplikasi: “Maaf, saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda. Ini rahasia.” Dalam teks bahasa sasaran, pernyataan Langdon “Kau boleh bertanya,” …,”tetapi ceritanya panjang dan kami tidak punya banyak waktu.” juga memiliki implikatur karena makna disampaikan secara implisit. Makna lokusi ujaran tidak sama dengan daya ilokusi yang ditimbulkannya. Ujaran Langdon bukanlah memberi informasi tapi lebih merupakan penolakan. Lewat ujarannya Langdon berusaha memenuhi maksim kearifan. Respon Langdon atas pertanyaan Gettum mengandung implikatur asertif dengan makna ilokusi tak langsung menolak memberi informasi. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dalam proses penerjemahan ini.
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
14) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mempersilahkan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung mempersilahkan ada pada data TDVC/57/412/522. Data TDVC/57/412/522 merupakan percakapan antara Silas dengan pendeta Opus Dei.
TDVC/57/412/522 BSU
Silas nodded. “I am in town only for the day. Might I rest here?” “You need not even ask. There are two empty rooms on the third floor. Shall I bring you some tea and bread?”
BSA
Silas mengangguk. “Aku di kota ini hanya satu hari ini. Boleh aku beristirahat di sini?” “Kau tidak perlu bertanya. Ada dua kamar kosong pada lantai tiga. Mau dibawakan teh dan roti?”
Silas diantar Remy, pembantu pribadi Teabing, ke pusat Opus Dei London dan disambut seorang laki-laki berjubah yang ramah. Silas memperkenalkan diri sebagai anggota Opus Dei dari Amerika dan meminta untuk menginap semalam di pusat Opus Dei itu. Dalam teks bahasa Inggris, ucapan pendeta Opus Dei sekilas hanya memberi informasi, tapi sebenarnya dia tidak saja memberi informasi, tapi juga mempersilahkan sehingga ujaran “You need not even ask. There are two empty rooms on the tird floor.” memiliki implikatur. commit to usergayut atau melanggar maksim Jawaban pendeta sepertinya tidak
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan karena permohonan direspon dengan informasi “There are two empty rooms on the third floor.” Ujaran ini menyatakan mempersilahkan
secara tidak langsung atau secara implisit. Makna
lokusi ujaran di atas adalah adalah memberi informasi. Meskipun begitu, daya ilokusi yang ditimbulkan dari tuturan itu bukanlah sekedar memberi
informasi.
Jawaban
laki-laki
pendeta
Opus
Dei
itu
berimplikasi: “Silahkan, kami senang menerima Anda. Silahkan ke lantai tiga, ada kamar kosong yang bisa dipakai.” Dalam teks bahasa Indonesia, ujaran pendeta Opus Dei “Kau tidak perlu bertanya. Ada dua kamar kosong pada lantai tiga. Mau dibawakan teh dan roti” juga sepertinya tidak gayut atau melanggar maksim hubungan. Ujaran ini menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Makna lokusi ujaran ini berbeda dengan daya ilokusinya. Ujaran pendeta mengandung
implikatur
asertif
dengan
ilokusi
tak
langsung
mempersilahkan. Tidak terjadi pergeseran implikatur antara ujaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
15) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengecam Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung mengecam: TDVC/20/188/243. Data TDVC/20/188/243
merupakan percakapan antara Uskup
Aringarosa dengan pendeta puri Gandolfo commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/20/188/243 BSU
“You made your concerns known five months ago,” Aringarosa said. “Why should I wait?” “Indeed, we are very pleased with your expediency. ”
BSA
“Anda telah menyampaikan maksud anda lima bulan yang lalu,” kata Aringarosa. “Mengapa saya harus menunggu lebih lama?” “Memang. Kami sangat senang dengan langkah Anda. ” (pendeta)
Kedatangan Aringarosa ke puri Gandolfo adalah untuk mengambil cicilan yang dijanjikan Vatikan atas pemutusannya secara sepihak Opus Dei sebagai salah satu prelature Vatikan. Pihak Vatikan yang diwakili puri Gandolfo agak tidak suka dengan sikap Aringarosa yang bernada menekan. Dalam bahasa sumber, jawaban pendeta atas pertanyaan uskup Aringarosa ; “Why should I wait?” tampak tidak gayut sehingga bisa disimpulkan mengandung implikatur. Jawaban pendeta; “Indeed, we are very pleased with your expediency.”
Seakan tidak mempunyai
hubungan apapun sehingga seolah melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Di sini pendeta berusaha memenuhi maksim simpati, maximize symphaty between self and other, dari prinsip kesopanan (PS). Lewat konteks situasi dan pemahaman PK dan PS kita bisa menyimpulkan bahwa pertanyaan pendeta berimplikasi : “Anda sangat tidak bersabar.”
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam teks bahasa Indonesia jawaban pendeta “Memang. Kami sangat senang dengan langkah Anda.” juga tidak gayut sehingga bisa disimpulkan mengandung implikatur dan melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Ujaran ini memenuhi maksim simpati, maximize symphaty between self and other, dari prinsip kesopanan (PS). Tidak ada pergeseran daya pragmatis dalam proses penerjemahan ini.
16) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyalahkan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyalahkan: TDVC/22/193/249 Data TDVC/22/193/249
merupakan percakapan antara Sophie
dengan seorang petugas keamanan bank penyimpanan Zurich.
TDVC/22/193/249 BSU
BSA
Sophie Nodded and took her key back. “Which floor?” The man gave an odd look, “Your key instructs the elevator which floor.” Sophie mengangguk dan mengambil kembali kuncinya. “Lantai berapa?” Lelaki itu menatapnya aneh. “Kunci Anda akan memberitahu lift lantai berapa.”
Langdon dan Sophie sampai di bank penyimpanan Zurich untuk mengambil barang yang ada sesuai pesan kunci emas yang diberikan kakek Sophie. Bank penyimpanan Zurich adalah sebuah bank yang to user kode komputer tanpa nama dan memberikan pelayanan commit wasiat dengan
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bisa diwariskan pada keturunan si pemegang kunci. Sophie memiliki kuncinya tapi tidak mempunyai nomer sandi yang diperlukan. Ketika Sophie bertanya di mana lift berada, penjaga merasa heran karena mestinya siapapun pemegang kunci emas bank penyimpanan Zurich tahu di mana lift berada. Dalam bahasa Inggris, respon penjaga bank atas pertanyaan Sophie: “Your key instructs the elevator which floor.” Merupakan ujaran yang mengandung implikatur karena ujaran itu menyatakan apa yang sebenarnya ingin disampaikan penjaga bank secara tidak langsung. Penutur menyampaikan maksud dengan cara yang tersamar. Ketika Sophie bertanya kepada penjaga, “Which floor?” tidak direspon dengan menunjukan di lantai mana Sophie harus menuju, misalnya “You have to go to the third floor….” Penjaga bank, sebaliknya malah menjawab kunci itulah yang akan menunjukan di mana dia harus pergi. Pernyataan penjaga bank seakan telah melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Penjaga berusaha memenuhi maksim simpati, maximize sympathy between self and other, dari prinsip kesopanan (PS) dengan cara tidak menyalahkan atas ketidaktahuan Sophie secara langsung. Lewat konteks situasi dan pemahaman PK dan PS kita bisa menyimpulkan bahwa pertanyaan penjaga bank berimplikasi: “Sebagai pemegang kunci mestinya Anda tahu ke lantai mana Anda harus menuju.” commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam bahasa Indonesia, ujaran penjaga bank “Kunci Anda akan memberitahu lift lantai berapa.” juga seakan telah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim simpati dari prinsip kesopanan (PS) dengan cara tidak menyalahkan atas ketidaktahuan Sophie secara langsung. Ujaran ini mengandung implikatur ekspresif dengan ilokusi tak langsung menyalahkan. Tidak ada perubahan implikatur dalam proses penerjemahan ini.
b. Implikatur Direktif Ada 5 ujaran yang termasuk dalam implikatur asertif dalam penelitian ini. Dalam implikatur asertif ini penutur menyatakan sesuatu yang akan berakibat petutur melakukan sesuatu. Lima implikatur yang termasuk dalam jenis direktif ini meliputi: mengajak, memerintah, menyarankan, menawarkan dan mengingatkan.
1) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengajak Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung mengajak ada pada data: TDVC/14/159/206. Data ini merupakan percakapan antara Langdon dan Sophie TDVC/14/159/206 BSU
”What happened?,” Langdon demanded, joining Sophie on the curb as the taxi disappeared. Sophie was already heading for the train station entrance. “Come on we we’re buying two tickets on the next train out of commit to user Paris.”
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
“Ada apa?” Tanya Langdon, mendekati Sophie di tepi jalan ketika taksi itu menghilang. Sophie telah siap bergerak ke pintu masuk stasiun kereta api. “Ayo kita beli dua tiket kereta api berikutnya untuk keluar dari Paris.”
Sophie akhirnya berhasil sampai di stasiun kereta api. Dia berencana membeli dua tiket ke kota Lille dengan kartu kredit Langdon. Tapi mereka sendiri tidak menggunakan tiket itu melainkan pergi dengan taksi menuju tempat yang berbeda. Ini adalah usaha Sophie untuk menghilangkan jejak. Tapi taktik ini belum diketahui Langdon. Langdon masih bingung dengan apa yang dilakukan Sophie. Dalam teks bahasa sumber, respon Sophie menjawab pertanyaan Langdon, yang masih kebingungan dengan rencana Sophie, mengandung implikatur ekspresif dengan ilokusi tak langsung mengajak: “Ikuti saja apa yang aku katakan, kita akan membeli dua tiket ke Paris. Sophie tampak tidak berusaha menjelaskan pada Langdon tujuan dari tindakannya. Ia justru menggunakan ujaran ilokusi mengajak. Ini jelas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Dalam teks terjemahan ujaran Sophie “Ayo kita beli dua tiket kereta api berikutnya untuk keluar dari Paris.” Juga mengandung implikatur ekspresif dengan ilokusi tak langsung mengajak. Ujaran ini juga melanggar maksim hubungan. Tidak ada pergeseran daya pragmatis dalam proses penerjemahan ini. commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Memerintah Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung memerintah ada pada data: TDVC/17/179/231. Data ini merupakan percakapan antara Langdon dan Sophie
TDVC/17/179/231 Langdon look down at the car’s controls and hesitated. Shit. He groped for the stick shift and clutch. “Sophie? May be you_”
BSU
“Go!” She yelled. Langdon melihat peralatan kemudi mobil itu dan tampak ragu. Sialan. Dia meraih tongkat persneling dan pedal kopling. “Shopie? Mungkin kau_”
BSA
“Jalan!” Sophie berteriak
Langdon dan Sophie ada di dalam taksi dalam pelariannya keluar dari Paris. Tiba-tiba sopir taksi yang ditumpangi Langdon dan Sophie dihubungi operator. Sadar akan bahaya yang mengancam karena diketahui keberadaannya, Sophie langsung menodongkan pistol kepada sopir taksi. Sopir diusir keluar dari taksi. Langdon disuruh menggantikan mengemudi. Langdon bingung karena ia tidak terbiasa mengendarai mobil manual. Kebingungan Langdon yang tampak lewat pertanyaannya kepada Sophie ; “Sophie? May be you_” direspon Sophie dengan pernyataaan : “Go!”.
Pernyataan
ini tidak saja commit to user
menyuruh
Langdon
segera
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengemudikan taksi yang sekarang mereka ambil alih tapi juga perintah untuk diam Dalam teks bahasa Inggris respon Sophie atas pertanyaan Langdon mengandung implikatur karena pernyataan itu mengandung beberapa perintah sekaligus, tidak saja menyuruh Langdon untuk segera jalan, tapi juga menyuruhnya diam dan menuruti perintahnya. Ini bisa kita simpulkan lewat konteks situasi bahwa Sophie memegang sebuah pistol, sebuah tindakan yang mengekspresikan ancaman. Ujaran Sophie di atas melanggar maksim hubungan: make your contribution relevant karena pertanyaan Langdon, yang belum sempat selesai direspon dengan perintah yang bernada ancaman. Jawaban Sophie dengan demikian bisa kita simpulkan berimplikasi, “Diam, lakukan perintahku.” Dalam teks terjemahan ujaran Sophie “Jalan!” juga melanggar maksim hubungan. Ujaran ini mengandung implikatur ekspresif dengan ilokusi tak langsung memerintah. Dalam proses penerjemahan ini implikatur teks bahasa sasaran tidak berubah. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis.
3) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menyarankan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyarankan ada pada data TDVC/42/309/394. Data TDVC/42/309/394 merupakan percakapan antara Langdon dengan Teabing.
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/42/309/394 BSU
Langdon turned full around and looked at him. “What?” Teabing demanded. “You two can expect to stay in France with the entire judicial police after you. London will be much safer.”
BSA
Langdon memutar tubuhnya sepenuhnya ke belakang dan menatap Teabing. “Apa?” tanya Teabing. “Kalian tidak mungkin berada di Perancis dengan seluruh polisi judicial memburu kalian. London jauh lebih aman ”
Teabing, Langdon dan Sophie barusan meloloskan diri dari puri Villete dari kejaran polisi judisial. Setelah merasa aman Teabing menghubungi
Richard,
petugas
bandara,
untuk
mempersiapkan
penerbangan pribadi ke London. Langdon dan Sophie kaget mendengar keputusan Teabing. Ekspresi Sophie dan Langdon yang menunjukan kekagetan secara implisit menanyakan “We’re going to London?”. Dalam bahasa Inggris, jawaban Teabing “You two can expect to stay in France with the entire judicial police after you. London will be much safer.” merupakan bentuk reaksi atas ekspresi Langdon dan Sophie. Respon Teabing adalah bentuk penegasan dan merupakan implikatur karena dia mengatakan sesuatu secara tidak langsung bahwa : “Kita harus pergi ke London.” Dalam bahasa Indonesia, ujaran Teabing “Kalian tidak mungkin berada di Perancis dengan seluruh polisi judisial memburu kalian. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
London jauh lebih aman.” juga merupakan implikatur karena dia mengatakan sesuatu secara tidak langsung. Teabing meminta mereka segera meninggalkan Paris menuju London. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dalam hal ini.
4) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menawarkan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menawar ada pada data TDVC/48/340/431 Data TDVC/48/340/431 merupakan percakapan antara pilot dengan Uskup Aringarosa.
TDVC/48/340/431 BSU
The pilot eyed the bishop gold ring. “Real diamonds?” Aringarosa looked at the ring. “I could not possibly part with this.”
BSA
Pilot itu menatap cincin uskup itu, “Berlian asli?” Aringarosa menatap cincinnya. “Aku tidak mungkin berpisah dengannya.”
Uskup Aringarosa ada di dalam pesawat menuju Paris. Tiba-tiba Guru menelponnya, memberitahu bahwa Langdon, Sophie dan Silas ada di London. Uskup Aringarosa panik, dia ada di pesawat dan tidak mungkin tiba-tiba mengubah arah penerbangan. Aringarosa mendapat commit to user ide, menyuap pilot. Aringarosa menawarkan sepuluh ribu euro asalkan
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pilot mau mengubah arah penerbangan menuju London. Pilot bergeming, ia menatap cincin keuskupan Aringarosa yang bertahta berlian. Dalam teks bahasa sumber, pertanyaan pilot; “Real diamonds?” bisa
disimpulkan
mengandung
implikatur
karena
ujaran
ini
mengkomunikasikan sesuatu dengan cara tersembunyi. Tawaran Aringarosa akan memberikan sepuluh ribu euro asalkan mereka berubah arah menuju London ditolak oleh pilot. Pertanyaan pilot yang menanyakan apakah berlian pada cincin Aringarosa asli atau palsu seakan tidak mempunyai hubungan dengan pertanyaannya sehingga tampak melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Ujaran ini juga melanggar maksim cara karena pertanyaan itu bisa menimbulkan ketaksaan. Ungkapan tak langsung ini mungkin dipakai pilot untuk menghindari mengungkapkan permintannya secara langsung. Pertanyaan pilot itu berimplikasi menawarkan: “Saya mau pesawat berubah menuju London asal cincin itu untukku.” Dalam teks bahasa sasaran, pertanyaan pilot “Berlian asli?” juga tampak melanggar maksim hubungan dan maksim cara karena pertanyaan itu bisa menimbulkan ketaksaan. Ungkapan ini oleh pilot dipakai untuk menghindari mengungkapkan permintannya secara langsung. Tidak ada pergeseran implikatur dalam kasus ini. commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengingatkan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung mengingatkan: TDVC/19/187/241. Data TDVC/19/187/241
merupakan percakapan antara Sophie
dan Langdon.
BSU
TDVC/19/187/241 Teks “We were worried about you, Bishop,” the priest said, checking his watch and looking more perturbed than worried. “My apologies. Airlines are so unreliable this days”
BSA
“Kami mengkhawatirkan Anda , Uskup,” kata pendeta itu, sambil melihat jam tangannya dan lebih tampak gelisah daripada khawatir. “Maafkan saya. Akhir-akhir ini penerbangan tidak dapat dipercaya.”
Uskup Aringarosa datang ke puri Gandolfo atas undangan Vatikan. Kedatangan Aringarosa ke puri Gandolfo adalah untuk mengambil cicilan yang dijanjikan Vatikan atas pemutusannya secara sepihak Opus Dei sebagai salah satu prelature Vatikan Seorang pendeta di puri Gandolfo menyambut uskup Aringarosa dengan kurang ramah. Kehadiran uskup Aringarosa di tengah malam itu sudah di tunggu-tunggu. Dalam teks bahasa sumber, sambutan pendeta pada kedatangan Uskup Aringarosa “We were worried about you, Bishop,” mengandung commit user merepresentasikan apa yang implikatur karena ujaran inito tidak
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebenarnya ingin dikatakan oleh pendeta. Kedatangan Aringarosa sudah terlalu larut. Dari konteks situasi juga kita mengetahui bahwa kalimat ini tidak diucapkan dengan nada khawatir tapi lebih ke nada gelisah dan menunjukan sikap tidak bersahabat sehingga ucapan pendeta di atas tidak sesuai dengan sikapnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa ujaran pendeta melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant dan maksim kualitas karena tidak mengatakan apa yang sebenarnya ia pikirkan. Pendeta berusaha memenuhi maksim simpati, maximize sympathy between self and other, dari prinsip kesopanan (PS). Lewat konteks situasi dan pemahaman PK dan PS kita bisa menyimpulkan bahwa pertanyaan pendeta berimplikasi : “Anda datang sangat terlambat Uskup.” Dalam
teks
bahasa
sasaran,
ujaran
pendeta
“Kami
mengkhawatirkan Anda, Uskup,” juga melanggar maksim hubungan dan maksim kualitas. Pendeta, dengan ujarannya, berusaha memenuhi maksim simpati. Ujaran ini mengandung implikatur. Tidak ada perubahan implikatur antara teks bahasa Indonesia dan terjemahannya.
c. Implikatur Komisif Ada 2 ujaran yang termasuk dalam implikatur komisif yang ditemukan dalam penelitian ini. Dalam implikatur dengan ilokusi komisif ini, penutur menjanjikan sebuah tindakan di masa yang akan commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
datang. Dua implikatur yang termasuk dalam jenis komisif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: berjanji dan mengancam. . 1) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Berjanji Data ujaran dengan implikatur dengan ilokusi tak langsung berjanji ada dua; TDVC/04/065/090 dan TDVC/12/158/205 Data yang pertama adalah percakapan antara Uskup Aringarosa dan Guru:
BSU
TDVC/04/065/090 ”You will treat him with respect?” (Aringarosa) “A man of faith deserves the highest.” (Teacher)
BSA
“Anda akan memperlakukannya dengan hormat?” “Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik.”
Uskup Aringarosa sedang dalam perjalanan ke Paris untuk mengurus rencana kerjasamanya dengan Guru untuk mendapatkan the Holy Grail, ‘tiket’ yang akan membuatnya dihormati dan diperhitungkan oleh Vatikan. Aringarosa dalam keadaan kecewa setelah pemutusan Opus Dei sebagai salah satu prelatur Vatikan secara sepihak oleh Vatikan. Selama proses ini Uskup Aringarosa dilarang berhubungan dengan Silas, murid kepercayaannya di Opus Dei, dengan peralatan elektronik untuk menghindari penyadapan. Uskup Aringarosa khawatir commit to user dengan baik oleh Guru. kalau-kalau Silas tidak akan diperlakukan
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
Pada teks bahasa sumber, pernyataan Guru: “A man of faith deserves the highest.” dikategorikan memiliki implikatur karena ujaran itu menyatakan maksud tuturan secara tidak langsung. Makna lokusi ujaran yang disampaikan Guru tidak sama dengan daya ilokusi yang ditimbulkannya. Pada ujaran di atas makna lokusinya adalah memberi informasi bahwa seorang yang percaya/beriman berhak mendapatkan yang terbaik. Meskipun begitu, daya ilokusi yang ditimbulkan dari ujaran itu bukanlah memberi informasi tapi lebih merupakan janji bahwa ia akan memperlakukan Silas dengan baik.. Lewat ujarannya, Guru berjanji tapi dinyatakan dengan cara implisit. Ia menggunakan ujaran dengan daya ilokusi tidak langsung karena mungkin dia tidak yakin bahwa Silas akan mendapatkan perlakuan baik dari orang-orang yang terlibat dengan perburuan terhadap the Holy Grail. Dengan kata lain Guru berusaha memenuhi maksim kualitas, dari prinsip kerjasama (PK) dengan mengabaikan maksim hubungan dari prinsip kerjasama (PK). Jawaban Guru Berimplikasi bahwa Silas adalah orang yang taat, dengan begitu dia akan diperlakukan dengan baik. Dalam teks bahasa sasaran, ujaran Guru, “Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik.” juga memiliki implikatur karena ujaran itu menyatakan maksud tuturan secara tidak langsung. Ujaran dalam teks bahasa Indonesia ini sebenarnya akan lebih baik menjadi “Seorang yang taat berhak mendapatkan yang terbaik.” Karena dalam commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konteks keberagamaan kata “taat” lebih berterima daripada “percaya”. Ujaran dalam teks bahasa Indonesia ini juga memenuhi maksim kualitas, dari prinsip kerjasama (PK) dengan mengabaikan maksim hubungan. Tidak terjadi perubahan implikatur antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis.
2) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Mengancam Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung mengancam ada pada data TDVC/53/380/482 Data TDVC/53/380/482 merupakan percakapan antara pilot dengan Fache.
TDVC/53/380/482 BSU
“Open the safe.” Fache demanded. The pilot looked terrified. “I don’t know the combination!” “That’s too bad. I was going to offer to let you keep your pilot licence.”
BSA
“Buka lemari itu.” Fache meminta. Pilot itu tampak ketakutan. “Aku tidak tahu kombinasinya!” “Sayang sekali aku baru saja mau menawarkan agar kau tetap mempunyai ijin terbang.”
Fache sampai di London dan memeriksa pesawat pribadi Teabing commitkeberadaan to user dan menemukan bukti-bukti Silas, Langdon dan Sophie.
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
Fache meminta pilot membuka lemari tapi dia tidak mengetahui nomer kombinasinya. Dalam bahasa Inggris, respon Fache atas pernyataan Collet: “That’s too bad. I was going to offer to let you keep your pilot licence.” dikatakan mengandung implikatur karena ujaran itu meskipun secara eksplisit sepertinya memberi informasi tapi sebenarnya ujaran ini merupakan sebuah ancaman dengan kata lain ujaran yang disampaikan Fache mengkomunikasikan sesuatu secara tidak langsung. Pernyataan Fache, merespon pernyataan pilot; “I don’t know the combination!” sepintas melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Dengan demikian pernyataan Fache yang bernada ancaman berimplikasi; “Kalau kau tidak mau membukakan lemari itu kau tidak akan mendapatkan ijin terbangmu.” Dalam bahasa Indonesia, pernyataan Fache “Sayang sekali aku baru saja mau menawarkan agar kau tetap mempunyai ijin terbang.” juga sepintas melanggar maksim hubungan. Ujaran ini mengandung implikatur komisif dengan ilokusi tak langsung mengancam. Tidak terjadi pergeseran implikatur dalam proses peerjemahan ini.
d. Implikatur Ekspresif Ada 5 ujaran yang termasuk dalam implikatur ekspresif ini. Pada implikatur dengan ilokusi ekspresif, penutur mengekspresikan apa yang dirasakannya. Lima implikatur yang termasuk dalam jenis ekspresif ini commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meliputi: menyatakan kekecewaan, menyatakan keheranan, menyatakan kemarahan, menyatakan ketidaksukaan, dan menggoda.
1)
Implikatur
dengan
Ilokusi
Tak
Langsung
Menyatakan
Kekecewaan. Data ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak langsung menyatakan kekecewaan adalah: TDVC/09/156/202 Ujaran yang mengandung implikatur dengan ilokusi tak langsung menyatakan kekecewaan berikut adalah percakapana antara Langdon dan Sophie.
TDVC/09/156/202 BSU
“Do you know what it opens?” (Langdon) Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA
“Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.”
Langdon dan Sophie ada di dalam mobil dalam perjalanan menuju stasiun kereta api untuk melarikan diri keluar dari Paris. Dalam perjalanan ini Sophie menunjukan kunci berbentuk salib dengan embos bertuliskan PS. Kunci ini didapatkan Sophie di belakang lukisan Madonna of the Rocks seperti pesan kakeknya ketika sedang menghadapi maut di Grand Galery Museum Louvre. Tiba-tiba Langdon commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertanya tentang apa kegunaan kunci yang barusan diberikan Sophie kepadanya. Sophie kecewa karena harusnya Langdonlah yang lebih tahu tentang kunci ini mengingat dia adalah ahli sejarah dan simbologi agama yang banyak menulis tentang the Holly Grail. Dalam teks bahasa Inggris, pertanyaan Langdon kepada Sophie ; “Do you know what it opens?” menunjukan ketidaktahuan Langdon tentang kunci itu. Pertanyaan ini dijawab Sophie dengan jawaban yang tidak langsung: “I was hoping you knew.”. Jawaban Sophie atas pertanyaan Langdon tentang fungsi kunci itu mengandung implikatur karena respon itu tidak menjawab secara langsung pertanyaan Sophie. Sophie menjawab dengan ujaran yang mengandung ilokusi tidak langsung
mungkin
kekecewaannya.
dengan
alasan
satir
untuk
menunjukan
Jawaban Sophie yang mengandung ilokusi tidak
langsung di atas melanggar maksim hubungan: make your contribution relevant untuk memenuhi maksim pujian; minimize dispraise for other. Lewat konteks situasi Langdon bisa memahmi bahwa jawaban Sophie berimplikasi, “Aku tidak tahu. Harusnya kaulah yang tahu kunci itu untuk membuka apa, bukan malah bertanya kepadaku.” yang menyatakan kekecewaan Sophie atas ketidaktahuan Langdon. Dalam teks bahasa Indonesia “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.” juga mengandung ilokusi tidak langsung dan melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim pujian. Ujaran ini juga berimplikasi “Aku tidak tahu. Harusnya kaulah yang tahu kunci itu commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk membuka apa, bukan malah bertanya kepadaku.” Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dalam teks terjemahan ini dibanding dengan teks bahasa sumber.
2)
Implikatur
dengan
Ilokusi
Tak
Langsung
Menyatakan
Kemarahan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyatakan kemarahan: TDVC/24/197/254 Data TDVC/24/197/254 merupakan percakapan antara Collet dengan Fache, atasannya.
TDVC/24/197/254 BSU
“Any lads yet on what Saunire was trying to tell Agent Neveu and Robert Langdon?” Faches’s tone was cold. “If you arrest them, Leutenant collet, then I can ask them personally.”
BSA
“Sudah ada petunjuk tentang apa yang Saunire coba katakan pada agen Neveu dan Langdon?” Suara Fache terdengar dingin. “Jika kau dapat menangkapnya, Letnan Collet, aku dapat menanyakannya secara pribadi kepada mereka.”
Letnan Collet ditelpon Fache, atasannya, mengabarinya kalau Miss.
Neveu/Sophie
dan
Langdon
baru
saja
memasuki
bank
penyimpanan Zurich. Ini artinya tidak ada gunanya Collet berada di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
stasiun kereta api. Fache tampak sangat kesal dengan kegagalannya menangkap mereka dengan segera. Dalam bahasa sumber jawaban Fache; “If you arrest them, Leutenant collet, then I can ask them personally.” tampak tidak gayut dengan pertanyaan Collet “Any lads yet on what Saunire was trying to tell Agent Neveu and Robert Langdon?” sehingga bisa disimpulkan mengandung implikatur. Respon Fache seakan tidak mempunyai hubungan dengan pertanyaannya sehingga tampak melanggar maksim hubungan; make your contribution relevant. Mungkin di sini Fache berusaha menghindari mengungkapkan rasa marahnya secara langsung, dengan kata lain Fache berusaha memenuhi maksim simpati, maximize symphaty between self and other, dari prinsip kesopanan (PS). Lewat konteks situasi dan pemahaman PK dan PS kita bisa menyimpulkan bahwa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Fache adalah: “Belum, dan ini kesalahan kamu kita gagal menangkap mereka.” Dalam teks bahasa sasaran, jawaban Fache “Jika kau dapat menangkapnya, Letnan Collet, aku dapat menanyakannya secara pribadi kepada mereka.” juga seakan tidak mempunyai hubungan dengan pertanyaannya sehingga tampak melanggar maksim hubungan untuk maksim simpati. Ujaran ini mengandung implikatur ekspresif dengan ilokusi tak langsung menyatakan kemarahan marah. Tidak terjadi pergeseran implikatur dalam terjemahan ini. commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3)
Implikatur
dengan
Ilokusi
Tak
Langsung
Menyatakan
Ketidaksukaan Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menyatakan ketidaksukaan ada pada data TDVC/33/246/315. Data TDVC/33/246/315 merupakan percakapan antara Sophie dengan Teabing.
TDVC/33/246/315 BSU
BSA
He was coming down one stair at a time. “I realize it’s quite late.” “It is so late my dear, it’s early.” He loughed. Sir Leigh menuruni anak tangga satu demi satu. “Aku tahu ini sudah sangat larut,” sambung Sophie. “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Sir Leigh tertawa.
Setelah berdebat dengan Remy, pelayan pribadi Teabing, dan menjawab beberapa pertanyaannya melaui pengeras suara di pintu masuk puri Villet akhirnya Sir Leigh mau menerima Langdon dan Sophie. Mereka dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tamu. Sir Leigh Teabing tiba, sambil terpincang-pincang menuruni anak tangga. Sophie menyapa Sir Leigh. Sir Leigh bukanlah orang yang suka berbasa basi Sophie yang merasa datang berkunjung terlalu larut mengucapkan commit to user ujaran yang bernada penyesalaan, “I realize it’s quite late.” Lewat
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pernyataan ini Sophie berharap mendapat jawaban yang berisi pemakluman, misalkan: “It’s Ok. You are not too late.” Dalam bahasa Inggris, Respon Teabing atas komentar Sophie: “It is so late my dear, it’s early.” bermuatan implikatur karena pernyataan melanggar maksim simpati dari PS; minimize antipaty between self and otherr. Respon Teabing bernada tidak suka dan berimplikasi bahwa: “Mereka tidak saja sangat malam datang tapi sudah pagi” Dalam bahasa Indonesia, respon Teabing “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Melanggar maksim kualitas karena dia tidak mengatakan apa yang sebenarnya bahwa mereka memang datang terlalu larut. Teabing memenuhi maksim simpati secara berlebihan sehingga kalimatnya menjadi pernyataan simpati yang berlebihan. Telah terjadi pergeseran daya pragmatis, dari implikatur ekspresif menyatakan ketidaksukaan menjadi implikatur ekspresif menyatakan simpati berlebihan/ironi.
4) Implikatur dengan Ilokusi Tak Langsung Menggoda Ujaran dengan implikatur yang mengandung ilokusi tak langsung menggoda ada pada data TDVC/37/262/336. Data TDVC/37/262/336 merupakan percakapan antara Sophie dengan Teabing.
commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/37/262/336 BSU
Sophie was certain she had missed something. “That’s the same painting you just showed me.” He winked. “I know, but the enlargement is so much more exciting. Don’t you think?”
BSA
Sophie yakin ada yang tidak dimengertinya. “Itu lukisan yang sama dengan yang baru saja kau perlihatkan padaku.” Teabing mengedipkan matanya. “Aku tahu, tapi ukuran besar ini lebih menarik. Bukan begitu?”
Sophie melihat lukisan The Last Supper karya Da Vinci di Puri Villet, tempat kediaman pribadi Sir Leigh Teabing. Dia heran ternyata Teabing juga memiliki lukisan yang sama tapi dengan ukuran jauh lebih besar, sepanjang delapan kaki. Dengan keheranan Sophie berkomentar “That’s the same painting you just showed me.” Sophie tidak tahu mengapa Teabing menunjukan lukisan versi besarnya untuk menunjukan the Holy Grail yang menurut Teabing adalah seorang perempuan. Dalam bahasa Inggris, respon Teabing atas komentar Sophie “I know, but the enlargement is so much more exciting. Don’t you think?” tidak memberi jawaban atasa keingintahuan Sophie. Respon Teabing dengan demikian merupakan ujaran yang mengandung impikatur. Ujaran ini sekilas melanggar maksim hubungan make your contribution relevant. Teabing melakukan ini dengan maksud menggoda Sophie yang commit to user begitu ingin tahu banyak tentang the Holy Grail dari Teabing. Respon
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teabing atas ujaran Sophie berimplikasi: “Ada sesuatu yang menarik yang akan kuceritakan kepadamu.” Dalam bahasa Indonesia, respon Teabing “Aku tahu, tapi ukuran besar ini lebih menarik. Bukan begitu?” juga mengandung impikatur karena sekilas melanggar maksim hubungan. Ujaran ini digunakan untuk menggoda Sophie. Tidak terjadi pergeseran daya pragmatis dalam proses penerjemahan ini.
2. Teknik Penerjemahan dan Kemungkinan Pergeseran Daya Pragmatis yang Diakibatkannya Untuk menjelaskan bagaimana ujaran yang mengandung implikatur sebagai data pada penelitian ini diterjemahkan digunakan analisis teknik penerjemahan sebagai pisau analisis. Pembedahan bagaimana ujaran yang mengandung implikatur diterjemahkan diterapkan baik pada tingkat kata, frasa, klausa maupun kalimat. Meskipun ada 13 variasi teknik yang diterapkan penerjemah, tidak semua teknik digunakan dengan frekuensi yang sama. Ada beberapa teknik yang digunakan dengan frekuensi sangat tinggi; misalnya teknik literal, modulasi dan eksplisitasi. Teknik pinjaman alami, inversi dan kompensasi sangat jarang digunakan; masing-masing diterapkan hanya satu kali dari keseluruhan kasus. Berikut ini sebaran teknik dan kasus pada bauran 13 teknik dan 60 data. commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1: Teknik Penerjemahan No Teknik 1 Penambahan (Addition) 2 Penghapusan (Deletion) 3 Eksplisitasi (Explicitation)
Jumlah 6 6 11
4 5
5 11
6 7 8 9 10 11 12 13
No Data 01, 10, 26, 27, 32, 33 07, 27, 28, 36, 57, 59 09, 10, 16, 18, 22, 23, 25, 26, 34, 39, 54 Implisitasi (Implicitation) 01, 05, 07, 08, 42 Modulasi (Modulation) 04, 05, 07, 19, 44, 47, 50, 51, 54, 55, 56, 59 Transposisi (Transposition) 08,13,27,30,37,60 Generalisasi 52,58,59 (Generalization) Partikularisasi 10,11,36,46 (Particularization) Pinjaman Murni (Pure 02,38,41,59 Borrowing) Pinjaman Alami 50 (Naturalized Borrowing) Padanan Lazim 21,53 (Established Equivalence) Literal (Literal) 03, 12, 14, 15, 17, 20, 29, 35, 40, 43, 48, 49 Kompensasi 31 (Compensation)
6 3 4 4 1 2 12 1
Dari 60 data yang dianalisis, ada 75 kasus teknik yang diterapkan oleh penerjemah. Ini mengindikasikan bahwa beberapa teknik sekaligus diterapkan pada sebuah ujaran sebagai data penelitian ini.
a. Teknik penambahan (addition) Ada empat data yang mendapatkan teknik penambahan. Pemakaian teknik penambahan terjadi pada tataran frasa dan klausa. Data
yang
mendapatkan
TDVC/01/008/016, TDVC/33/246/315.
teknik
penambahan
TDVC/10/157/203, commit to user Sebagian besar teknik
adalah
TDVC/32/240/307, penambahan
yang
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diterapkan oleh penerjemah bersifat opsional karena tidak mengubah daya ilokusi ujaran teks bahasa sasaran. Meskipun begitu, ada satu data
yang
pemakaian
teknik
penambahannya
mengakibatkan
perubahan daya ilokusi ujaran terjemahan. Pada data TDVC/01/008/016 teknik penambahan terjadi pada tataran klausa. Berikut ini sajian data tersebut:
TDVC/01/008/016 BSU
“I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an important man.”
BSA
“Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. “Tetapi tamu Anda orang penting”
Klausa “I’m tired” pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi “saya sangat letih” pada teks bahasa sasaran. Ada adverb yang ditambahkan pada klausa sehingga ujaran yang mengungkapkan penolakan ini memberi efek alasan yang lebih kuat meskipun seandainya penerjemah tidak menggunakan teknik penambahan inipun sebenarnya efek penolakan itu tidak melemah. Ujaran ”tetapi saya letih” sudah cukup berimplikasi bahwa penutur menolak untuk menerima tamu. Kasus ini menunjukan bahwa teknik penambahan ini bersifat opsional.
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan teknik penambahan yang mengubah daya ilokusi pada teks terjemahan terjadi pada data TDVC/33/246/315.
BSU
TDVC/33/246/315 Teks He was coming down one stair at a time. “I realize it’s quite late.” “It is so late my dear, it’s early.” He loughed.
BSA
Sir Leigh menuruni anak tangga satu demi satu. “Aku tahu ini sudah sangat larut,” sambung Sophie. “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Sir Leigh tertawa.
Frasa
”so late” diterjemahkan menjadi “tidak terlalu larut”.
Penambahan bentuk negasi ini mengubah daya ilokusi ujaran yang disampaikan Sir Leigh Teabing ini. Pada teks bahasa sumber, ujaran “It is so late my dear, it’s early.” mengandung makna bahwa penutur sedang bersikap sarkastik menyatakan ketidaksukaan. Dia menyatakan bahwa Sophie dan Langdon tidak saja terlalu larut datang ke rumahnya, bahkan sudah pagi ketika mereka mengganggu tidur Sir Leigh Teabing, seorang bangsawan Inggris yang sangat aristokrat dan agak congkak di mata orang-orang yang harus melayaninya. Penambahan kata “tidak” pada teks terjemahan bermakna bahwa Teabing tidak keberatan dengan kedatangan mereka berdua. Ujaran “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Adalahcommit ungkapan simpati kepada lawan bicara. to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kasus ini menunjukan bahwa pemakaian teknik penambahan yang tidak berhati-hati bisa berakibat “fatal”. Penambahan bentuk negasi ini ternyata mengubah daya ilokusi secara agak radikal.
b. Teknik Penghapusan (deletion) Teknik
penghapusan
termasuk
teknik
yang
frekuensi
pemakaiannya cukup sering dalam penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code ini. Ada delapan data yang mendapatkan teknik penghapusan. Teknik penghapusan dipakai penerjemah pada tataran frasa, baik frasa nomina, frasa kerja, klausa maupun kalimat secara utuh.. Data yang mendapatkan teknik penghapusan adalah TDVC/07/146/189, TDVC/26/237/304,
TDVC/27/237/305,
TDVC/28/238/306,
TDVC/36/262/335, TDVC/57/412/522, TDVC/59/484/615. Karena pada dasarnya penghapusan adalah proses penghilangan sebagian atau keseluruhan pesan atas kata, frasa, klausa maupun kalimat, beberapa penerapan ini mengakibatkan beberapa perubahan makna. Sebuah data yang mengalami teknik penghapusan ini, misalnya, membuat teks bahasa sasaran memiliki presupposition yang berbeda dengan teks bahasa sasarannya. Data TDVC/26/237/304 adalah percakapan antara Sophie dan Teabing. Pada data ini, proses penghapusan terjadi pada tataran kalimat.
commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/26/237/304 BSU
Sophie stared out at the dark roadway. “If we go to him, how much do you want to tell him?” Langdon looked unconcern. “Believe me. Leigh Teabing knows more about the Priory of Sion and the Holy Grail than anyone on earth.”
BSA
Sophie menatap keluar pada jalan gelap. “Jika kita pergi ke orang itu, seberapa banyak kau akan memberi informasi kita?” Langdon tampak tak siap. “Percayalah. Leigh lebih tahu tentang Biarawan Sion dan Holy Grail dibanding siapapun di bumi ini.”
Kalimat “Believe me” yang diucapkan Langdon oleh penerjemah diterjemahkan “Percayalah.” Penghilangan obyek pada kalimat ini tetap tidak menghilangkan pesan kalimat ini secara keseluruhan. Sebaliknya bila proses penerjemahan sebaliknya, dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, penerjemah akan harus menambahkan obyek “me” di belakang kata kerja. Meskipun seandainya penerjemah memilih menerjemahkan “Percayalah padaku”, kalimat terjemahan ini akan tetap berterima. Bisa disimpulkan bahwa teknik penghapusan yang diterapkan penerjemah dalam kasus ini bersifat opsional. Penghilangan ini juga tidak merubah daya ilokusi ujaran yang mengandung implikatur ini. Data berikutnya yang mendapat teknik penghapusan adalah data TDVC/27/237/305.
commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/27/237/305 BSU
“How do you know Teabing isn’t a member of the brotherhood?” “Teabing has spent his life trying to broadcast the truth about the Holy Grail. The Priory’s oath is to keep its true nature hidden.”
BSA
“Bagaimana kautahu Teabing bukan anggota persaudaraan?” (Sophie) “Teabing telah menghabiskan hidupnya untuk menyiarkan kebenaran tentang Holy Grail. Anggota Biarawan bersumpah untuk merahasiakannya.” (Langdon)
Tidak
seperti
pada
kasus
sebelumnya
dimana
teknik
penghapusan diterapkan dengan menghilangkan obyek kalimat, pada data TDVC/27/237/305 penghapusan terjadi pada frasa kata kerja dan to infinitive. Kalimat “trying to broadcast” diterjemahkan “untuk menyiarkan.” Penghilangan salah satu unsur frasa ini meskipun tidak merubah makna secara radikal tapi memberikan pesan yang sedikit berbeda pada teks bahasa sumber. Makna yang ditimbulkan adalah bahwa Teabing berusaha untuk menyiarkan kebenaran tentang the Holy Grail lepas apakah dia berhasil atau tidak. Sedangkan pada teks bahasa sasaran yang telah mengalami teknik penghapusan, kesan yang tersampaikan adalah dia sudah mengetahui kebenaran tentang the Holy Grail. Jadi menurut penulis penghapusan yang diterapkan pada frasa commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini sebenarnya tidak diperlukan. Terjemahan akan lebih akurat bila tetap mempertahankan pesan aslinya. Pada frasa “to keep its true nature hidden.” yang diterjemahkan “bersumpah untuk merahasiakannya” ada proses penghilangan objek dari separable two-verb idiom. Penghilangan ini dinilai penulis tidak mengubah pesan secara signifikan. Kata its true nature karena sudah disebutkan sebelumnya di dalam konteks yang sama mengakibatkan penghapusannya tidak mengurangi pesan secara signifikan. Pada kasus tertentu, penghapusan justru dilakukan untuk memenuhi keberterimaam. Data TDVC/02/008/016 adalah contohnya.
BSU
TDVC/02/008/016 Teks “I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an impotant man”
BSA
“Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. “Tetapi tamu Anda orang penting”
Teknik penghapusan di sini dilakukan dengan menghilangkan pesan pluralitas. Frasa “an important man” diterjemahkan menjadi “orang penting”. Pada teks bahasa sumber ada penanda kata benda tunggal yang sangat jelas. Meskipun begitu pesan ini tidak disampaikan dalam teks bahasa sasaran. Penerjemah melakukan ini commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentu karena dalam bahasa Indonesia penanda pluralitas kadang tidak begitu penting.
c. Teknik Eksplisitasi (Explicitation) Teknik eksplisitasi diterapkan sebanyak delapan kali dalam penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code ini. Teknik ini dipakai untuk memunculkan pesan yang apabila diterjemahkan secara literal tidak akan tersampaikan. Jadi berbeda dengan teknik penambahan dimana pesan itu memang tidak terdapat pada teks bahasa sumber. Teknik eksplisitasi dipakai penerjemah pada tataran frasa, terutama frasa kerja, maupun kalimat secara utuh.. Data yang mendapatkan
teknik
eksplisitasi
adalah
TDVC/09/156/202,
TDVC/16/166/215,
TDVC/18/179/231,
TDVC/23/253/253,
TDVC/25/211/272,
TDVC/26/237/304,
TDVC/34/247/317,
TDVC/39/267/343, TDVC/54/386/490. Teknik eksplisitasi
dipakai untuk mengeksplisitkan penanda
waktu yang pada teks bahasa sumber bersifat implisit dalam bentuk tenses. Teknik ini juga membuat kata ganti benda menjadi referensinya. Pada salah satu kasus bahkan teknik ini mengubah implikatur menjadi eksplikatur. Data TDVC/09/156/202 adalah percakapan antara Langdon dan Sophie. Pada data ini, proses eksplisitasi terjadi pada tataran kalimat. commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/09/156/202 BSU
“Do you know what it opens?” Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA
“Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.”
Karena bahasa Indonesia/bahasa sasaran tidak mengenal tenses untuk merekam waktu secara gramatikal maka pesan yang memuat keterangan waktu ini harus secara eksplisit disampaikan dengan perangkat leksikal. “I was hoping you knew” diterjemahkan menjadi “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu”. Tenses kala lampau dieksplisitkan menjadi “baru saja”. Teknik eksplisitasi dalam kasus ini bersifat wajib karena tanpanya ada pesan penting yang tidak tersampaikan. Bentuk kala lampau di atas juga memiliki convensional implicature bahwa Langdon tidak tahu bagamana cara membuka. Sebuah bentuk present impossible conditional.
BSU
TDVC/25/211/272 Teks “Do all the drivers wear Rolex?” the agent asked, pointing to Vernet’s wrist. Vernet glanced down and saw the the glistening band of his absurdly expensive watch peeking out from beneath the sleeve commit to piece user of shit? Bought it for twenty of his jacket. Merde. “This
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
euro from a Taiwanese street vendor in St Germain des Pres. I’ll sell it to you for forty.”
BSA
“Apa semua pengemudi memakai Rolex?” Tanya agen itu sambil menunjuk pergelangan tangan Vernet. Vernet melihat ke bawah dan melihat tali jam yang berkilauan dari jam tangannya yang sangat mahal itu. Silan. “Jam murahan ini? Aku membelinya seharga dua puluh euro dari seorang pedagang kaki lima Taiwan di St. Germain des Pres. Aku mau menjualnya empat puluh euro. Berminat?”
Eksplisitasi pada data TDVC/25/211/272 berfungsi untuk mengeksplisitkan referen. Frasa “This piece of shit” pada ujaran yang diucapkan
Vernet
mengacu
pada
jam
tangan
Rolex
yang
dikenakannya. Kalimat “I’ll sell it to you for forty” mengandung implikatur menawarkan. Implikatur ini pada teks terjemahan menjadi bersifat eksplikatur. Di sini penerjemah berusaha mengeksplisitkan pesan yang pada teks bahasa sumber bersifat implisit pada tataran pragmatik. Tindakan ini mungkin dilakukan penerjemah untuk menghindari tidak tersampaikannya pesan ini oleh pembaca.
TDVC/39/267/343 BSU
“Did Jesus have girlfriend?” Her grandfather was silent for several moments. “Would be commit to user so bad if he did?”
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
“Apakah Yesus punya kekasih?” Kakeknya terdiam beberapa saat.”Apakah buruk sekali jika dia memang punya kekasih?”
Teknik eksplisitasi juga dipakai oleh penerjemah untuk mengeksplisitkan bentuk kalimat substitusi. Data TDVC/39/267/343 di atas menunjukan bentuk substitusi “if he did” yang dieksplisitkan menjadi “jika dia memang punya kekasih”.
d. Teknik Implisitasi (Implicitation) Kebalikan dari teknik eksplisitasi, Teknik implisitasi dipakai untuk mengimplisitkan pesan atau informasi yang pada teks bahasa sumber disampaikan secara eksplisit lewat perangkat leksikal. Subyek pelaku yang pada teks bahasa sumber eksplisit menjadi hilang karena konteks percakapan sudah menunjukan siapa pelakunya seperti pada data TDVC/01/008/016. Teknik ini juga mengimplisitkan penanda jumlah yang pada teks bahasa sumber disebutkan secara jelas. Teknik implisitasi dipakai penerjemah pada tataran frasa, klausa dan kalimat. Teknik implisitasi diterapkan sebanyak lima kali dalam penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code ini. Berbeda dengan teknik penghapusan dimana pesan yang ada pada teks bahasa sumber dihilangkan begitu saja, teknik implisitasi tetap mempertahankan pesan dengan cara tersirat pada kata commit to user atau frasa lain.
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data
yang
TDVC/01/008/016,
mendapatkan
teknik
implisitasi
TDVC/05/131/172,
adalah
TDVC/07/146/189,
TDVC/08/149/193, TDVC/42/309/394. Data TDVC/42/309/394 merupakan Ujaran yang dikatakan Teabing kepada Langdon dan sophie.
TDVC/42/309/394 BSU
Langdon turned full around and looked at him. “What?” Teabing demanded. “You two can expect to stay in France with the entire judicial police after you. London will be much safer.”
BSA
Langdon memutar tubuhnya sepenuhnya ke belakang dan menatap Teabing. “Apa?” tanya Teabing. “Kalian tidak mungkin berada di Perancis dengan seluruh polisi judicial memburu kalian. London jauh lebih aman ”
Implisitasi pada contoh di atas “menghilangkan” kata “two” yang mengacu pada Langdon dan Sophie yang kemudian muncul pada kata “kalian” pada teks bahasa sasaran. Kata “you” pada bahasa Inggris bisa bersifat plural maupun singular, tergantung konteks ketika kata itu muncul. Keputusan penerjemah untuk memakai kata “kalian” untuk merangkum sekaligus kata “you” dan “two” merupakan bentuk efisiensi. “Kalian” dalam bahasa Indonesia/bahasa sasaran bersifat plural. Dengan demikian pesan “two” pada teks bahasa sumber tidak dihilangkan tapi muncul dalam bentuk lain. commit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Teknik modulation (modulation) Teknik modulasi yang dipakai penerjemah pada terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code ini diterapkan pada tataran kata/leksikal dan tataran kalimat/gramatikal. Pada tataran kalimat penerjemah menerapkan teknik modulasi dengan merubah kalimat pasif menjadi aktif sedangkan pada tataran leksikal penerjemah
merubah
nama
alat
transportasi
menjadi
jenis
transportasinya. Teknik modulasi adalah teknik yang menerapkan pergeseran semantik (semantic shift) dengan cara mengubah sudut pandang baik pada tataran struktural maupun leksikal. Secara umum teknik ini tidak mengubah aspek pragmatik/daya ilokusi dari setiap ujaran yang diterjemahkan. Penerjemah menerapkan teknik modulasi sebanyak lima kali dalam penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code ini. Teknik ini dipakai sebagai sarana untuk meningkatkan keberterimaan teks terjemahan, misalnya karena dalam teks bahasa sasaran ekspresi tersebut lebih berterima jika diungkapkan dalam bentuk aktif dibanding mempertahankan struktur pasif seperti pada teks bahasa sumber. Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini adalah TDVC/04/065/090, TDVC/05/131/172, TDVC/19/187/241, commit to user
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/47/339/430,
TDVC/50/360/456,
TDVC/54/386/490
TDVC/55/410/520, TDVC/56/410/523.
TDVC/19/187/241 BSU
“We were worried about you, Bishop,” the priest said, checking his watch and looking more perturbed than worried. “My apologies. Airlines are so unreliable this days”
BSA
“Kami mengkhawatirkan Anda , Uskup,” kata pendeta itu, sambil melihat jam tangannya dan lebih tampak gelisah daripada khawatir. “Maafkan saya. Akhir-akhir ini penerbangan tidak dapat dipercaya.”
Pada contoh data TDVC/19/187/241 teknik modulasi diterapkan dengan mengubah struktur pasif pada teks bahasa sumber menjadi struktur aktif dalam teks bahasa sasaran. Di sini teknik modulasi diterapkan secara struktural pada tataran kaimat. Ujaran “We were worried about you, Bishop,” berubah menjadi bentuk aktif “Kami mengkhawatirkan Anda, Uskup,”. Dalam kasus ini teknik modulasi bersifat wajib karena bila tidak diterapkan akan mengubah tingkat keberterimaan terjemahan secara signifikan. TDVC/47/339/430 BSU
The pilot glanced over his shoulder and laughed. “You’re joking, right.” “No. I have to get to London immediately.” commit to user
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Father, this is a charter flight, not a taxi.” BSA
Pilot itu mengerling lewat bahunya dan tertawa. “Kau bercanda, bukan?” “Tidak. Aku harus ke London segera.” “Bapa, ini pesawat sewaan, bukan taksi.”
Kata “Flight” pada frasa “charter flight” berubah menjadi “penerbangan” pada frasa “penerbangan sewaan”. Dalam kasus ini penerjemah
merubah
nama
alat
transportasi
menjadi
jenis
transportasinya sehingga terjadi perubahan sudut pandang pada tataran leksikal. Seandainya penerjemah tetap mempertahankan referen dengan menerjemakannya menjadi “pesawat sewaan”, terjemahan ini tidak akan mengurangi baik keakuratan maupun keberterimaan. Jadi, pada kasus ini teknik modulasi bersifat opsional.
TDVC/55/410/520 BSU
“Might I ask where this verse come from? And why you are seeking on orb?” “You might ask,” Lagdon said, with a friendly smile, “but it’s a long story and we have very little time.”
BSA
Boleh aku bertanya dari mana kalian mendapatkan bait ini? Dan mengapa kalian mencari sebuah bola? (Gettum, penjaga perpustakaan) “Kau boleh bertanya,” kata Langdon dengan senyum ramah,”tetapi ceritanya panjang dan kami tidak punya banyak waktu.” commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada data ini penerjemah mengubah ujaran positif menjadi ujaran negatif dengan cara menerapkan kata sifat lawan katanya. Klausa “we have very little time.” Diterjemahkan menjadi “kami tidak punya banyak waktu”. Teknik ini menjadi bersifat opsional karena seandainya tidak diterapkan, misalnya tetap diterjemahkan “Kami hanya punya sedikit waktu” tidak akan merubah keakuratan maupun keberterimaan.
f. Teknik Transposisi (Transposition) Penerjemah menerapkan teknik transposisi pada tataran kata. Perubahan yang terjadi adalah perubahan kelas kata dari kata benda menjadi
kata
sifat,
kata
benda
menjadi
kata
kerja,
kata
keterangan/adverb menjadi kata sifat/adjective serta kata menjadi frasa. Teknik transposisi adalah teknik yang menerapkan pergeseran gramatikal. Disebut pergeseran gramatikal karena terjadi perubahan unit gramatikal antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Perubahan ini bisa terjadi pada kategori kelas kata, pluralitas dan perubahan struktur gramatikal yang lain. Teknik transposisi diterapkan sebanyak enam kali dalam penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code ini. Teknik transposisi lebih banyak dipakai sebagai upaya untuk meningkatkan keberterimaan. Ini dilakukan dengan commit to user
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyesuaikan susunan kata dalam frasa dan perubahan kelas kata agar sesuai dengan kaidah gramatikal teks bahasa sasaran. Di dalam penelitian
ini
tidak
ditemukan
adanya
perubahan
daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik transposisi ini. Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini adalah TDVC/08/149/193, TDVC/27/237/305, TDVC/30/240/307, TDVC/37/262/336, TDVC/59/484/615, TDVC/60/484/615.
TDVC/08/149/193 BSU
As Sophie gunned the car up Champs-Elysees, Langdon said, “The painting. What was behind it?” Her eyes remained on the road, “I’ll show you once we’re safely inside the embassy”
BSA
Ketika Sophie mempercepat laju mobilnya di sepanjang ChampsElysees, Langdon bertanya, “Lukisan itu. Apa yang ada di belakangnya?” Mata Sophie tetap melihat ke jalan. “Akan kuperlihatkan begitu kita aman di dalam kedutaan besar”
Teknik transposisi pada data ini diterapkan dengan mengubah kata keterangan/adverb menjadi kata sifat/adjective. Kata “safely” pada teks bahasa sasaran berubah menjadi “aman” sehingga klausa “we’re safely inside the embasy” berubah menjadi “kita aman di dalam kedutaan besar”. Dalam kasus ini teknik transposisi bersifat wajib karena bila tidak diterapkan akan mengubah tingkat keberterimaan terjemahan secara signifikan. commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/27/237/305 BSU
“How do you know Teabing isn’t a member of the brotherhood?” “Teabing has spent his life trying to broadcast the truth about the Holy Grail. The Priory’s oath is to keep its true nature hidden.”
BSA
“Bagaimana kautahu Teabing bukan anggota persaudaraan?” (Sophie) “Teabing telah menghabiskan hidupnya untuk menyiarkan kebenaran tentang Holy Grail. Anggota Biarawan bersumpah untuk merahasiakannya.”( Langdon)
Pada data ini teknik transposisi mengubah kata benda menjadi kata kerja. Ujaran “The Priory’s oath is to keep its true nature hidden.” diterjemahkan menjadi “Anggota Biarawan bersumpah untuk merahasiakannya“. Dalam kasus ini teknik transposisi bersifat opsional karena seandainya kita tetap mempertahankan kata “oath” sebagai kata benda dalam teks bahasa sasaran, misalnya menjadi “Sumpah anggota biarawan adalah untuk menjaga kerahasiaannya” maka ujaran ini tetap akurat dan berterima.
g. Teknik Generalisasi (Generalization) Teknik generalisasi diterapkan sebanyak tiga kali dalam penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code ini. Teknik ini dipakai penerjemah dengan cara commit user dari sebuah istilah yang lebih menggunakan istilah yang lebihtogeneral
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
spesifik. Ini dilakukan untuk meningkatkan keberterimaan. Istilah ini juga bisa dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih spesifik dalam bahasa sasaran. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik generalisasi. Pada penelitian ini ditemukan teknik generalisasi pada tataran frasa dari keterangan waktu spesifik ke keterangan waktu yang lebih general. Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini adalah TDVC/52/373/473, TDVC/58/483/614, TDVC/59/484/615
TDVC/58/483/614 BSU
“Beyond tonight, will you stay with us?” Sophie asked. “At last for a few days.”
T
Langdon sighed, wanting nothing more.”You need some time here with your family, Sophie. I am going back to Paris in the morning.”
e k BSA
“Kau mau tinggal bersama kami malam ini?” tanya Sophie. “Paling tidak untuk beberapa hari.” Langdon mendesah, tidak mau apa-apa lagi. “Kau memerlukan waktu bersama keluargamu, Sophie. Aku akan kembali e Paris besok. ”
Teknik generalisasi di sini diterapkan dengan mengubah kata keterangan/adverb spesifik, “in the morning” menjadi keterangan waktu yang lebih general, “besok”. Perubahan ini mengurangi tingkat keakuratan tentunya, meskipun tidak terlalu besar perubahan itu. commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seandainya penerjemah tetap mempertahankan bentuk spesifik menjadi “besok pagi” hasil terjemahan akan lebih akurat.
h. Teknik Partikularisasi (Particularization) Kebalikan dari teknik generalisasi, Teknik partikularisasi menggunakan istilah yang lebih spesifik untuk menggatikan istilah yang lebih general. Pada kasus berikut, teknik ini menggantikan tempat yang lebih general menjadi tempat yang lebih spesifik. Ada
empat
data
yang
ditemukan
menggunakan
teknik
partikularisasi ini. Pemakaian istilah khusus ini juga bisa dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih general dalam bahasa sasaran. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik partikularisasi. Pada penelitian ini ditemukan teknik partikularisasi pada tataran frasa. Data yang mendapatkan teknik modulasi pada terjemahan ini adalah TDVC/10/157/203, TDVC/11/157/204, TDVC/36/262/335, dan TDVC/46/403/316
TDVC/10/157/203 BSU
“You must know people. You live here” “Fache will run my phone and email record, task to my coworkers. My contacts are compromised, and finding a hotel is no good because they all need identification.” commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
“Kau pasti mengenal orang yang dapat menolong kita. Kau tinggal di sini” “Fache pasti akan memeriksa catatan telpon dan emailku dan juga berbicara dengan rekan-rekan kerjaku. Rekanrekanku tak dapat dipercaya, memesan kamar hotel pun tidak mungkin, karena semua hotel akan meminta identitas tamunya.”
Teknik generalisasi di sini diterapkan dengan mengubah keterangan tempat general, “a hotel” menjadi keterangan tempat yang lebih spesifik, “kamar hotel”.
TDVC/36/262/335 BSU
Sophie as if felt the entire night had becaome some kind of twilight zone where nothing was as she expected. “This is all for your work?” “Learning the truth has become my life’s love,” Teabing said. “And Sangreal is my favorite mistress.”
BSA
Sophie merasa sepanjang malam ini seolah berada di tengahtengah antara dunia nyata dan mimpi. Tidak ada satu halpun yang dapat di duganya. “Ini semua untuk pekerjaanmu?” “Mempelajar kebenaran telah menjadi kecintaanku,” kata Teabing. “Dan Sangreal adalah kekasih favoritku.”
Pada data di atas perubahan terjadi pada kata “mistress”, yang berarti “perempuan” menjadi bentuk yang lebih spesifik, “kekasih”. Tentu “perempuan” tidak selalu kekasih tapi dalam konteks percakapan di atas bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mistress commit to user oleh Teabing adalah kekasih dalam pengertian metaforik.
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i. Teknik Pinjaman Murni (Pure Borrowing) Teknik pinjaman murni adalah sebuah teknik penerjemahan dengan cara mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber tanpa ada perubahan apapun. Pada penelitian ini ditemukan beberapa kemungkinan alasan penerjemah menggunakan teknik ini. Seting novel The Da Vinci Code adalah Paris dan London sehingga penulis banyak sekali merujuk nama tempat, makanan dan juga istilah-istilah perancis lainnya. Beberapa bentuk sapaan dan ucapan selamat tetap dipertahankan oleh penerjemah untuk menunjukan atmosfir Perancis. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni. Ada empat data yang ditemukan menggunakan teknik pinjaman murni ini. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran kata, frasa dan klausa. Data yang mendapatkan teknik pinjaman murni pada terjemahan
ini
adalah
TDVC/02/008/016,
TDVC/38/263/336,
TDVC/41/299/382, TDVC/59/484/615.
TDVC/02/008/016 BSU
“I’m sorry,” Langdon said, “but I’m tired and_” “Mais monsieur” the consierge pressed, lowering his voice to an urgent whisper. “Your guest is an important man”
BSA
“Maaf,” ujar Langdong, “tetapi saya sangat letih dan _” “Mais monsieur,” penerima tamu itu memaksa seraya merendahkan suaranya menjadi bisikan yang mendesak. commit to user “Tetapi tamu Anda orang penting”
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemakaian
“Mais
monsieur”
dipertahankan
untuk
mempertahankan atmosfir Perancis, dalam hal ini kota Paris, sebagai seting cerita ini. Barangkali penerjemah bisa menggantikan ujaran ini dengan “Maaf Pak”. Tapi, ujaran ini tidak memberi efek yang sama dengan ujaran dalam bentuk Perancis yang mencitrakan bahwa percakapan ini terjadi di sebuah hotel di Paris.
TDVC/38/263/336 BSU
“They’re all men,” she confirmed. “Oh,” Teabing said. “How about the one seated in the place of honor , at the right hand of the Lord”
BSA
“Mereka semua laki-laki,” jelas Sophie. ‘Oh,’ kata Teabing. “Bagaimana dengan yang duduk di tempat kehormatan, di sebelah kanan the Lord?”
Penerjemah mempertahankan istilah “the Lord” untuk mengacu pada Yesus. Ini kemungkinan dilakukan karena penerjemah tidak menemukan sapaan yang tepat untuk menyebut Yesus dalam konteks percakapan ini.
j. Teknik Pinjaman Alami (Naturalized Borrowing) Teknik pinjaman alami adalah sebuah teknik penerjemahan dengan cara mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber dengan memakai sedikit perubahan agar sesuai dengan tata aturan bahasa commitini to tidak user ditemukan adanya perubahan sasaran. Di dalam penelitian
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman alami. Dari total 60 data pada penelitian ini hanya satu data yang teridentifikasi menggunakan teknik pinjaman alami. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran kata,
TDVC/50/360/456 BSU
As he gazed out at the sea of weapons aimed at him, he propped himself on his crutches and scratched his head. “Simon, did I win the policemen’s lottery while I was away?” He sounded more bilwerded then concerned. Simon Edward stepped forward, swallowing the frog in his throat. “Good morning, Sir. I apologized for the confusion. We’ve got a gas leak and your pilot said he was coming to the terminal.”
BSA
Ketika Leigh melihat banyak senjata mengarah padanya, dia bersandar pada tongkatnya dan menggaruk kepalanya. “Simon, apakah aku memenangkan lotere polisi ketika aku pergi?” Suara Teabing lebih kedengaran bingung daripada takut. Simon Edward melangkah ke depan, mendegut dengan sukar, seperti menelan seekor katak. “Selamat pagi, Pak. Saya mohon maaf karena kebingungan ini. Kami ada kebocoran bahan bakar dan pilot Anda telah setuju untuk menghentikan pesawat di terminal.”
Kata“lottery” pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi “lotere” pada teks bahasa sasaran. Sebenarnya bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran memiliki kata padanan untuk “loterry” yaitu commit to user
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“undian”. Kata “lotere” dipilih karena kata ini sudah cukup berterima dalam speech community bahasa Indonesia.
k. Teknik Padanan Lazim (Established Equivalence) Teknik padanan lazim adalah teknik penerjemahan dengan cara memakai istilah yang dipakai secara resmi dari istilah tehnis di bidang tertentu sehingga sering disebut terjemahan baku. Teknik ini sering dipakai pada penerjemahan bidang keilmuan atau profesi tertentu. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni. Ada dua data yang menggunakan teknik padanan lazim ini. Penerjemah menerapkan teknik ini hanya pada tataran kata,. Data yang mendapatkan teknik padanan lazim pada terjemahan ini adalah TDVC/21/189/244, TDVC/53/380/482 TDVC/21/189/244 BSU
The secretarious looked tense. “I must say, bishop, all of us would feel less apprehensive if these funds were in cash.” I could lift that much cash, Aringarosa thought closing the case. “Bonds are negotiable as cash, you said so your-self.”
BSA
Sekretaris itu tampak tegang. “Saya harus mengatakan, Uskup, kami semua akan merasa lebih aman jika derma ini berupa uang tunai saja.” Aku tidak bisa mengangkat uang sebanyak itu, pikir Aringarosa sambil menutup tas itu, “Surat berharga bisa dinegosiasikan untuk diuangkan. Anda mengatakannya sendiri begitu tadi.” commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kata “bonds” pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi “surat berharga” pada teks bahasa sasaran. Sebenarnya surat berharga meliputi berbagai jenis, jadi di sini penerjemah secara sekaligus menerapkan teknik generalisasi juga.
TDVC/53/380/482 BSU
“Open the safe.” Fache demanded. The pilot looked terrified. “I don’t know the combination!” “”That’s too bad. I was going to offer to let you keep your pilot licence.”
BSA
“Buka lemari itu.” Fache meminta. Piot itu tampak ketakutan. “Aku tidak tahu kombinasinya!” “Sayang sekali aku baru saja mau menawarkan agar kau tetap mempunyai ijin terbang.”
Kata “pilot licence” pada teks bahasa sumber diterjemahkan menjadi “ijin terbang” pada teks bahasa sasaran. Kasus ini hampir mirip dengan “driving licence ” yang diterjemahkan “surat ijin mengemudi”.
l. Teknik Literal (Literal) Teknik literal adalah teknik penerjemahan dengan cara mengalihkan kata perkata. Teknik ini bisa dilakukan terutama pada kalimat atau klausa yang sederhana atau pada level frasa maupun kata. commit to user Meskipun terjemahan kata perkata, diperlukan sedikit perubahan untuk
156 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyesuaikan dengan kaidah gramatikal bahasa sasaran. Dalam penelitian
ini
tidak
ditemukan
adanya
perubahan
daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik literal. Ada dua belas data yang diidentifikasi menggunakan teknik literal. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran kata, frasa dan klausa dan kalimat. Data yang mendapatkan teknik literal pada terjemahan
ini
adalah
TDVC/03/019/032,
TDVC/12/158/205,
TDVC/13/158/205,
TDVC/14/159/206,
TDVC/15/164/213,
TDVC/17/179/231,
TDVC/20/188/243,
TDVC/29/240/307,
TDVC/35/260/333,
TDVC/40/399/382,
TDVC/43/310/396,
TDVC/48/340/431, TDVC/49/340/431.
TDVC/03/019/032 BSU
“Do you like our piramid?” the agent asked. … “Mitterand was a bold man,” Langdon replied, splitting the difference.
BSA
“Anda suka piramid kami?” Tanya agen itu. … “Mitterand itu lelaki yang berani,” jawab Langdon, menghindari perbedaan mereka
Penerjemahan dengan teknik literal pada tataran kalimat ini menghasilkan terjemahan yang sudah baik. Ini terjadi karena secara kebetulan kalimat teks bahasa tataran masih berstruktur sederhana sehingga teknik literal ini sudah cukup untuk mentransfer seluruh to usersumber. Ada pesan kala yang pesan yang ada pada commit teks bahasa
157 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memang tidak tersampaikan pada kalimat terjemahan tapi karena bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran memang tidak mementingkan kala dalam konstruksi kalimatnya maka kalimat ini sudah cukup baik dalam menyampaikan pesan teks bahasa sumber.
TDVC/12/158/205 BSU
“What are you going to do?” Sophie gunned the Smart Car into the rotary. “Trust me”
BSA
“Apa yang akan kau lakukan?” Sophie mengarahka SmartCar ke putaran itu. “Percayalah padaku”
Kalimat affirmative sederhana pada teks bahasa sumber ini pesan tersampaikan dengan baik dengan teknik literal.
TDVC/15/164/213 BSU
“Buy us two tickets with your credit card.” (Sophie) “I thought credit card usage could be traced by_” (Langdon) “Exactly” (Sophie)
BSA/01 “Beli dua tiket untuk kita dengan kartu kreditmu” “Kupikir menggunakan kartu kredit akan dapat terlacak_” “Tepat.”
commit to user
158 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tataran kata teknik literal juga berhasil menyampaikan pesan dengan baik. Ini terjadi bila bahasa sasaran memiliki padanan yang cukup tepat menyampaikan makna kata bahasa sumber.
m. Teknik kompensasi (Compensation) Teknik kompensasi adalah teknik di mana sebuah pesan tersampaikan pada bagian lain dari teks terjemahan. Teknik kompensasi bisa bersifat wajib bisa pula bersifat opsional. Di dalam penelitian
ini
tidak
ditemukan
adanya
perubahan
daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni. Ada satu data yang menggunakan teknik kompensasi ini. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran klausa. Data yang mendapatkan teknik kompensasi pada terjemahan ini adalah TDVC/31/240/307
TDVC/31/240/307 BSU
“It is a private matter. One of great interest to him.” “Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning.”
BSA
“Ini urusan pribadi. Salah satu hal yang sangat menarik perhatiannya.” (Langdon) “Kalau begitu dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.” (Remy)
commit to user
159 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Klausa “I’m sure” tidak diterjemahkan “saya yakin” pada teks bahasa sasaran tapi pesan ini terkompensasai pada kata “pasti”. Sehingga kalimat “Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning” diterjemahkan menjadi “Kalau begitu dia dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.”. Perubahan “I’m sure” menjadi kata “pasti” dalam hal ini bersifat opsional karena tanpa teknik ini pun sebenarnya terjemahan masih bisa tersampaikan dengan baik misalnya menjadi “Kalau begitu saya yakin dia akan senang menerima Anda besok pagi”
3. Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan dan Kaitannya dengan Teknik yang Diterapkan Penelitian ini mengukur tingkat keakuratan dan tingkat keberterimaan ujaran yang mengandung implikatur pada terjemahan novel The Da Vinci Code yang mengacu pada teks bahasa sumber. Untuk mendapatkan tingkat keakuratan dan keberterimaan dilibatkan dua orang rater disamping peneliti sendiri. Dua orang rater dilibatkan dalam penelitian ini supaya didapatkan informasi yang lebih obyektif. Disamping memberikan kuisener yang menilai tingkat keakuratan dan keberterimaan, peneliti juga melakukan wawancara dengan para rater untuk mendapatkan informasi yang lebih detail.
commit to user
160 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Tingkat keakuratan Keakuratan menyangkut seberapa banyak pesan teks bahasa sumber tersampaikan ke dalam teks bahasa sasaran. Pada penelitian ini, tingkat keakuratan tidak hanya dinilai dari pesan yang tersurat/eksplikatur tapi juga yang tersirat/implikatur. Implikatur merupakan pesan yang tidak dikatakan dalam sebuah ujaran tetapi dikomunikasikan oleh si penutur. Petutur atau mitra tutur mendapakan pesan ini lewat konteks situasi dan pengetahuan bersama/shared knowledge yang dipahami oleh kedua pelaku tuturan. Penerjemah seperti, halnya mitra tutur, juga berusaha menangkap pesan implikatur ini lewat konteks situasi dan keseluruhan isi novel sebagai latar belakang seluruh peristiwa, termasuk peristiwa tutur dalam novel tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga skala untuk mengukur tingkat keakuratan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur. Tingkat tertinggi bernilai 3 yang berarti bahwa pesan implikatur ujaran pada teks bahasa sumber tersampaikan sepenuhnya kedalam teks bahasa sasaran, tidak terjadi penyimpangan pesan; 2 berarti pesan implikatur ujaran pada teks bahasa sumber tidak tersampaikan sepenuhnya dalam teks bahasa sasaran; dan 1 berarti pesan implikatur ujaran pada teks bahasa sumber tidak tersampaikan kedalam teks bahasa sasaran, terjadi penyimpangan pesan. commit to user
161 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari 60 data yang ditemukan sebagian besar mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi. Tingkat keakuratan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code bernilai 2,86. Dengan batas atas 3,0 dan batas bawah 1,0, dapat kita simpulkan bahwa tingkat keakuratan terjemahan cukup tinggi. Berikut ini rincian masing-masing tingkat keakuratan terjemahan tersebut: 1) Akurat Dari 60 data terjemahan, ditemukan 43 data, atau 72%, dengan keakuratan 3.0. Data dengan nilai 3,0 artinya data ini mendapat masing-masing nilai 3 dari kedua rater dan peneliti. Ini berarti baik peneliti maupun rater berpendapat bahwa terjemahan ini memiliki keakuratan tinggi Berikut ini beberapa contoh data dengan nilai keakuratan 3,0: Data TDVC/45/314/400, percakapan antara Langdon dan Jonas, editornya.
TDVC/45/314/400 BSU
“Did you send one to the curator of the Paris Louvre?” “What do you think? Your manuscript referenced his Louvre collection several times, his books are on your bibliography, and the guy has some serious clout for foreign sales, Sauniere was no brainer.”
BSA
“Apakah kau mengirimkan satu salinan untuk kurator di Louvre Paris?” (Langdon) commit to user
162 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Menurutmu bagaimana? Naskahmu mengacu pada koleksi Louvrenya beberapa kali, buku-bukunya ada dalam daftar bibliografimu, dan orang itu memiliki pengaruh besar untuk penjualan di luar negeri. Saunire adalah pilihan jelas.” (Jonas Faukman)
Penerjemah menghasilkan terjemahan yang akurat dengan menerapkan beberapa teknik penerjemahan sekaligus. Pada data di atas, penerjemah menggunakan teknik padanan lazim pada klausa “What do you think” yang diterjemahkan menjadi “Menurutmu bagaimana”. Terjemahan ini tentu lebih tepat dibanding misalnya “Apa yang kamu pikirkan?”. Terjemahan yang belakang yang lebih literal justru mengandung pesan yang berbeda. Penerjemah juga menerapkan teknik eksplisitasi pada frasa “ on your bibliography” yang diterjemahkan menjadi “dalam daftar bibliografimu”. Data TDVC/48/340/431 juga memiliki keakuratan 3,0. Kedua rater dan peneliti memberi skor yang sama, 3. Data ini adalah percakapan antara pilot dengan uskup Aringrosa di dalam pesawat sewaan.
TDVC/48/340/431 BSU
The pilot eyed the bishop gold ring. “Real diamonds?” Aringarosa looked at the ring. “I could not possibly part with this.”
BSA
Pilot itu menatap cincin uskup itu, “Berlian asli?” Aringarosa menatap cincinnya. “Aku tidak mungkin commit to user berpisah dengannya.”
163 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan pada data di atas akurat dengan teknik literal. Teknik literal yang diterapkan pada ujaran-ujaran singkat memang cenderung menghasilkan terjemahan dengan tingkat keakuratan tinggi. Pemakaian teknik literal pada ujaran-ujaran pendek dan menghasilkan terjemahan yang akurat terjadi pada data lain, misalnya data TDVC/03/019/032 dimana ujaran “Mitterand was a bold man” diterjemahkan “Mitterand itu lelaki yang berani” Berikut ini contoh-contoh yang lain:
Data
BSU
BSA
TDVC/12/158/205
“Trust me”
“Percayalah padaku”
TDVC/15/164/213
“Exactly”
“Tepat”
TDVC/17/179/231
“Go!”
“Jalan!”
TDVC/35/260/333
“Forget about the bank,
“Lupakan
Lieutenant!”
Letnan!”
TDVC/40/399/382
“My teacher’s very wise.”
“Guruku sangat bijak.”
TDVC/43/310/396
“Remy,
“Remy, kau tak perlu
worry.”
you
needn’t
bank
itu,
kawatir.”
2) Kurang Akurat Ditemukan 9 data dengan kategori kurang akurat dari 60 data yang di analisis. Data terjemahan yang termasuk kurang akurat memiliki skor antara 2’0 sampai 2,6. Skor 2,0 didapatkan pada data dimana kedua rater dan peneliti masing-masing memberi skor 2, commit to user
164 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sementara 2,6 didapatkan pada data dimana salah satu rater memberi skor 2 sementara yang lain memberi skor 3. Pemakaian teknik penghapusan (deletion) adalah penyebab utama berkurangnya tingkat keakuratan ujaran. Berikut ini beberapa contoh data dengan keakuratan kurang: Data TDVC/45/314/400 merupakan
percakapan antara Silas dan
Suster Sandrine. TDVC/07/146/189 BSU
The man advanced, his white fists gripping the iron stand. “You’re a sister of the church, and yet you serve them?” “Jesus had but one true message,” Sister Sandrine said defiantly. “I cannot see that message in Opus Dei.”
BSA
Lelaki itu maju, kepalan lengan putihnya mencengkeram tempat lilin besi. “Kau suster gereja, tetapi kau mengabdi pada mereka?” “Yesus punya satu pesan yang sejati,” kata Suster Sandrine menantang. “Aku tak melihat pesan itu pada Opus Dei.”
Pada data ini kedua rater dan peneliti memberi skor 2, sehingga skor rata-rata adalah 2,0. Lewat wawancara, kedua rater dan penulis sepakat bahwa penghilangan “but” pada teks bahasa sasaran membuat sedikit
perubahan
pesan
pada
teks
bahasa
sasaran.
Teknik
penghapusan (deletion) yang diterapkan penerjemah pada kata “but” mengubah presupposition ujaran bahasa sasaran. Ujaran “Jesus had but one true message” pada ujaran di atas mengandung presupposition commit userdan tidak punya yang lainnya”. bahwa “Yesus hanya punya satuto pesan
165 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data TDVC/57/412/522 adalah percakapan antara Silas dan seorang pendeta Opus Dei. Skor keakuratan terjemahan ujaran ini adalah 2,6.
TDVC/57/412/522 BSU
Silas nodded. “I am in town only for the day. Might I rest here?” “You need not even ask. There are two empty rooms on the tird floor. Shall I bring you some tea and bread?”
BSA
Silas mengangguk. “Aku di kota ini hanya satu hari ini. Boleh aku beristirahat di sini?” “Kau tidak perlu bertanya. Ada dua kamar kosong pada lantai tiga. Mau dibawakan teh dan roti”
Peneliti memberi skor 2, sementara dua rater yang lain memberi skor 3 karena menganggap terjemahan ujaran ini sudah akurat. Peneliti memberi skor 2 dengan alasan bahwa penghilangan pesan pada kata “even” sedikit merubah makna kalimat “You need not even ask.” Yang berarti tanpa bertanyapun Silas akan mendapatkan tempat yang layak di markas Opus Dei di New York ini. Makna ini tidak tersampaikan pada ujaran “Kamu tidak perlu bertanya”, yang mengandung ilokusi melarang.
commit to user
166 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tidak Akurat Ada dua data yang disepakati oleh rater maupun peneliti yang dianggap memiliki keakuratan rendah. Kedua data itu mendapatkan skor 1,0. Data TDVC/05/131/172 merupakan percakapan antara Collet dan Fache. Terjadi kesalahan menerjemahkan yang ‘fatal’ pada ujaran yang disampaikan oleh Fache.
TDVC/05/131/172 BSU
“But, captain…then where is Langdon now?” “Have any fire alarms gone off there?”
BSA
“Lalu, Kapten…dimana Langdon sekarang” “Apakah alarm kebakaran berbunyi?”
Kalimat “Have any fire alarms gone off there” diterjemahkan menjadi “Apakah alarm kebakaran berbunyi?” Ada perubahan yang besar pada terjemahan ujaran ini. Ujaran ini mestinya diterjemahkan “Apakah alarm kebakaran mati?” Kasus yang sama terjadi pada data TDVC/33/246/315. Percakapan ini terjadi antara Sophie dan Sir Leigh Teabing.
commit to user
167 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/33/246/315 BSU
BSA
He was coming down one stair at a time. “I realize it’s quite late.” “It is so late my dear, it’s early.” He loughed. Sir Leigh menuruni anak tangga satu demi satu. “Aku tahu ini sudah sangat larut,” sambung Sophie. “Ini tidak terlalu larut sayangku, ini terlalu awal.” Sir Leigh tertawa.
Ujaran “It is so late my dear, it’s early” mestinya diterjemahkan “Ini sudah sangat larut, bahkan sudah pagi.” Ujaran bersifat mocking sedangkan “Ini tidak terlalu larut sayang, ini terlalu awal” lebih bersifat empati meskipun ilokusi tak langsung atau implikaturnya bisa bersifat sarkastik menyatakan ketidaksukaan.
b. Tingkat keberterimaan Keberterimaan
menilai
seberapa
tinggi
teks
terjemahan
memenuhi kaidah bahasa sasaran, baik kaidah gramatikal maupun kaidah kultural. Keberterimaan tidak bersangkut paut dengan teks bahasa sumber. Untuk menilai tingkat keberterimaan terjemahan data penelitian ini, peneliti menggunakan tiga skala. Terjemahan dengan tingkat keakuratan tertinggi bernilai 3 yang berarti bahwa teks terjemahan alamiah dan sesuai dengan kaidah gramatikal dan kultural bahasa Indonesia. Terjemahan tidak terasa seperti hasil terjemahan; 2, user karena ada kejanggalan pada sebagian teks terjemahancommit kurangtoalamiah
168 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pilihan kata, bangunan frasa atau kalimat; dan 1 berarti teks terjemahan tidak alamiah dan terasa janggal sebagai kalimat bahasa Indonesia karena tidak sesuai dengan kaidah gramatikal dan kultural bahasa Indonesia. Terjemahan sangat terasa seperti hasil terjemahan. Tingkat
keberterimaan
rata-rata
terjemahan
ujaran
pada
penelitian ini bernilai 2,85. Angka ini menunjukan bahwa tingkat keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code cukup tinggi.
1) Berterima Ada 46 data dengan tingkat keberterimaan
3.0. Angka
3,0
diperoleh dari rata-rata nilai yang diberikan rater dan peneliti. Ini berarti baik peneliti maupun rater menganggap bahwa terjemahan ini memiliki tingkat keberterimaan tinggi. Di bawah ini beberapa contoh data dengan nilai keberterimaan 3,0. Data TDVC/06/131/172 adalah percakapan antara Collet dan atasannya, Fache.
TDVC/06/131/172 BSU
“Okay, Langdong may be still inside the Grand Galery.” “Inside? But what is he doing?” “Is the Louvre security guard armed?” commit to user
169 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSA
“Baik, Langdon pasti masih berada di dalam Galery Agung” “Di dalam? Tetapi apa yang dilakukannya?” “Apakah petugas keamanan itu bersenjata?”
Data di atas memiliki keberterimaan tinggi karena baik pilihan kata maupun tata bahasa sesuai dengan kaidah bahasa sasaran, dalam hal ini bahasa Indonesia. Kata “security” yang kadang dipakai secara langsung dengan peminjaman murni dalam percakapan sehari-hari oleh penerjemah bahkan diganti dengan istilah yang lebih lokal, “petugas keamanan”. Ujaran bahasa sumber yang berkonstruksi pasif juga diganti menjadi konstruksi aktif. Teknik modulasi yang diterapkan penerjemah kelihatannya memberi banyak kontribusi terhadap tingkat keberterimaan ujaran pada data ini. Kasus yang sama terjadi juga pada data berikut:
TDVC/47/339/430 BSU
The pilot glanced over his shoulder and laughed. “You’re joking, right.” “No. I have to get to London immediately.” “Father, this is a charter flight, not a taxi.”
BSA
Pilot itu mengerling lewat bahunya dan tertawa. “Kau bercanda, bukan?” “Tidak. Aku harus ke London segera.” “Bapa, ini pesawat sewaan, bukan taksi.” commit to user
170 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Frasa “a charter flight” diterjemahkan menjadi “pesawat sewaan” bukan “penerbangan sewaan”. Di dalam bahasa Indonesia, kita memang lebih suka merujuk pada benda, “pesawat” dibanding pada proses. Teknik modulasi dalam kasus ini dipakai secara tepat dan berkontribusi positif pada tingkat keberterimaan. Meskipun begitu, ada juga beberapa terapan teknik literal yang menghasilkan terjemahan berterima. Berikut ini beberapa contoh:
Data TDVC/14/159/206
BSU “Come
on
we
BSA we’re
“Ayo kita beli dua
buying two tickets on the
tiket
kereta
next train out of Paris.”
berikutnya
api untuk
keluar dari Paris.” TDVC/15/164/213
“Exactly”
“Tepat”
TDVC/17/179/231
“Go!”
“Jalan!”
TDVC/40/399/382
“My teacher’s very wise.”
“Guruku
sangat
bijak.”
2) Kurang Berterima Ditemukan 13 data dengan skor keberterimaan antara 2,0 dan 2,6. Kisaran skor ini oleh peneliti dimasukan kedalam tingkat keberterimaan kurang berterima. Skor 2,0 diberikan pada data dimana kedua rater dan peneliti masing-masing memberi skor 2, sementara 2,6 didapatkan pada data dimana salah satu rater memberi skor 2 commit to user sementara yang lain memberi skor 3.
171 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik pinjaman murni menyumbang paling banyak pada kekurangberterimaan terjemahan ujaran. Di bawah ini beberapa contohnya.
Data
BSU
TDVC/02/008/016
BSA
“Mais
monsieur”
….
“Mais
“Your
guest
an
monsieur,”...”Tetapi
is
impotant man”
tamu
Anda
orang
penting”
TDVC/38/263/336
“How
about
the
one
“Bagaimana dengan
seated in the place of
yang duduk di tempat
honor , at the right hand
kehormatan,
of the Lord”
sebelah
di
kanan
the
Lord?”
TDVC/59/484/615
“Well,
actually,
next
“Well, bulan depan
month I am lecturing at a
aku
conference in Florence.
ceramah pada sebuah
I’ll
konferensi
be
there
a
week
without much to do.”
akan
member
di
Florence. Aku akan berada di sana selama satu minggu tanpa banyak kegiatan.”
Pemilihan kata yang tidak tepat dengan konteks juga membuat terjemahan contohnya.
kurang berterima. Data TDVC/04/065/090 adalah commit to user
172 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TDVC/04/065/090 BSU
”You will treat him with respect?” “A man of faith deserves the highest.”
BSA
“Anda akan memperlakukannya dengan hormat?” “Seorang yang percaya berhak mendapatkan yang terbaik.”
Frasa “A man of faith” yang diterjemahkan menjadi “Seorang yang percaya” menjadi kurang berterima karena dalam konteks keberagamaan frasa “seorang yang taat” lebih berterima. Meskipun pada novel ini Silas adalah murid dan bawahan Uskup Aringarosa yang percaya pada apapun yang dikatakannya tapi orang yang percaya terus menerus dan tanpa bersikap kritis pada seseorang atau sesuatu lebih tepat dikatakan “orang yang taat.” Kekurangberterimaan yang disebabkan oleh konstruksi kalimat yang tidak lazim ada pada contoh berikut:
TDVC/09/156/202 BSU
“Do you know what it opens?” Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA
“Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.” commit to user
173 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ujaran “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.” adalah konstruksi yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia. Pemakaian bentuk lampau untuk mengekspresikan sesuatu yang berlawanan dengan kenyataan, sesuatu yang lazim dalam bahasa Inggris, apabila diterjemahkan
secara
literal
akan
menghasikan
ujaran
yang
kurang/tidak berterima. Terjemahan alternatif “Kukira kau tahu”, seperti yang diusulkan salah satu rater dianggap lebih berterima. Pemakaian kata sapaan yang tidak sesuai konteks juga salah satu penyebab kekurangberterimaan terjemahan. Data TDVC/31/240/307 adalah contohnya.
TDVC/31/240/307 BSU P BSA e r
“It is a private matter. One of great interest to him.” “Then I’m sure he will be pleased to receive you in the morning.” “Ini urusan pribadi. Salah satu hal yang sangat menarik perhatiannya.” (Langdon) “Kalau begitu dia dia pasti akan senang menerima Anda besok pagi.” (Remy)
Percakapan di atas terjadi antara Langdon dan Remy. Langdon bersikeras untuk bisa diterima Teabing malam itu juga sementara Remy, si pelayan puri Villete, juga bersikeras menolak Langdon karena alasan kesehatan tuannya. Pada data sebelumnya, data TDVC/29/240/307, kata “he” sudah diterjemahkan secara lebih commit to user
174 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berterima dengan kata “Tuanku”. Penerjemahan dari “he” menjadi “dia” dianggap kurang berterima karena yang sedang dirujuk Remy adalah tuannya, Sir Leigh Teabing. Kata “beliau”, selain “tuanku” akan lebih berterima dalam kultur bahasa sasaran.
3) Tidak Berterima Sebuah terjemahan dikategorikan tidak berterima apabila tidak memenuhi kaidah-kaidah bahasa sasaran. Kaidah-kaidah itu meliputi pilihan kata yang antara lain pemakaian kata yang sudah dianggap menjadi bagian kosa kata bahasa sasaran serta konstruksi kalimat, klausa maupun frasa yang sesuai dengan kaidah gramatika bahasa sasaran. Pada penelitian ini tidak ditemukan ujaran yang tidak memenuhi kaidah-kaidah di atas secara keseluruhan. Ada satu data yang memang terdapat perbedaan pandangan antara dua rater dan peneliti.
TDVC/09/156/202 BSU
“Do you know what it opens?” Sophie looked disappointed. “I was hoping you knew.”
BSA
“Kau tahu ini untuk membuka apa?” Sophie tampak kecewa. “Aku baru saja mengharapkan kau yang tahu.”
commit to user
175 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ujaran pada data di atas kurang berterima karena memiliki konstruksi kalimat yang agak tidak lazim meskipun secara gramatikal tidak bermasalah. Salah seorang rater menganggap ujaran di atas tidak berterima dengan memberi skor 1. Meskipun begitu menurut penulis ujaran di atas hanya kurang berterima karena ujaran itu mempunyai susunan kalimat yang benar, meskipun kita, penutur asli, tidak menggunakan konstruksi seperti itu.
B. Pembahasan Pada bagian ini, disajikan pembahasan jenis-jenis implikatur teks bahasa sumber berdasarkan ilokusinya beserta pergeseran daya pragmatisnya pada teks bahasa sasaran, teknik-teknik yang digunakan dalam proses penerjemahan dan pengaruhnya pada daya pragmatis teks bahasa sasaran serta tingkat keakuratan serta keberterimaan terjemahan. Pada bagian akhir pembahasan, penulis juga membuat deskripsi secara umum hubungan antara tiga komponen hasil penelitian yaitu: teknik penerjemahan, pergeseran daya pragmatis dan kualitas terjemahan.
commit to user
176 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Jenis-Jenis Implikatur dan Pergeseran Daya Pragmatisnya pada Terjemahan a. Jenis-Jenis Implikatur dan Maksim-Maksim yang Terlibat Ujaran yang mengandung implikatur dalam novel The Da Vinci Code didapatkan pada percakapan antara tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Proses mendapatkan ujaran yang mengandung implikatur didasarkan pada interpretasi ketika tindak tutur ujaran bersifat tidak langsung. Interpretasi didapatkan dari teks/ujaran yang telah dibenturkan dengan konteks situasi percakapan sehingga makna tersembunyi ujaran tersebut bisa bervariasi dan pada kasus tertentu bersifat objektif, tergantung bagaimana interpretan menafsirkan ujaran tersebut. Seperti yang dikatakan Nadar (2009) bahwa tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya sehingga maksud dari tindak tutur tak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya. Dari analisis data, penulis menemukan empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya dari lima kategori
tindak tutur Searle dalam Leech (1983). Jenis-jenis
implikatur yang ditemukan adalah implikatur asertif, direktif, komisif dan ekspresif. Penulis tidak menemukan implikatur deklaratif diantara 60 data yang dianalisis. Ini sama dengan yang ditemukan Sri Haryanti (2001) yang hanya menemukan empat jenis implikatur pada penelitian commit to user
177 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tesisnya. Sri Haryanti (2001) tidak menemukan jenis implikatur deklaratif. Implikatur yang ditemukan pada penelitian ini berkecenderungan merupakan ujaran yang memanfaatkan maksim-maksim dari prinsip kerjasama (PK) yang diproposisikan oleh Grice (1975) dan maksimmaksim dari prinsip kesantunan (PS) yang diproposisikan oleh Leech (1993). Maksim-maksim dari prinsip kerjasama yang ditemukan adalah maksim hubungan, maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim cara. Sementara itu, maksim-maksim dari prinsip kesantunan yang ditemukan meliputi maksim kearifan, maksim kesepakatan, maksim simpati dan maksim pujian. Implikatur asertif merupakan jenis implikatur paling dominan yang ditemukan penelitian ini. Tindak tutur asertif merupakan tindak tutur dimana penutur terikat dengan kebenaran proposisi yang dikatakannya (Searle dalam Leech, 1993:164). Penulis menemukan 47 data atau 78% dari keseluruhan data yang masuk dalam kategori implikatur ini. Jenis implikatur asertif yang ditemukan pada analisis, berdasar ilokusi tidak langsungnya ditemukan 16 tindak tutur; menolak, memohon, menyatakan, memberi informasi, menyatakan alasan, meyakinkan, menerangkan, membual, menyatakan pendapat, menyanggah, mengiyakan, menyatakan ketidaksetujuan, menolak memberi informasi mempersilahkan, mengecam dan menyalahkan. commit to user
178 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada implikatur direktif, ada 5 data dengan ilokusi tak langsung masing-masing: mengajak, memerintah, menyarankan, menawarkan dan mengingatkan. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur (Searle dalam Leech, 1993:164). Sementara itu pada implikatur komisif hanya ada data dengan ilokusi tak langsung berjanji dan mengancam. Tindak tutur ini mengikat penutur dengan suatu tindakan yang akan dilakukan di masa depan (Searle dalam Leech, 1993:164). Penulis juga menemukan 5 jenis ilokusi tak langsung pada implikatur ekspresif, yaitu menyatakan kekecewaan, menyatakan keheranan, menyatakan kemarahan, menyatakan ketidaksukaan dan menggoda. Tindak tutur ekspresif mengungkapkan perasaan atau sikap mental dari penutur (Searle dalam Leech, 1993:165). Berikut ini tabel yang menggambarkan jenis implikatur dan ilokusi tidak langsung yang ditemukan penulis pada ujaran yang mengandung implikatur novel The Da Vinci Code :
Tabel 2: Implikatur dan Ilokusi Tidak Langsungnya IMPLIKATUR Asertif
ILOKUSI TAK LANGSUNG menolak, memohon, menyatakan, memberi informasi, menyatakan alasan, commit to meyakinkan,
user
JUMLAH DATA 10 1 7 6 2 1
TOTAL
PROSENTASE
47
78%
179 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Direktif
Komisif Ekspresif
menerangkan, membual, menyatakan pendapat, menyanggah, mengiyakan, menyatakan ketidaksetujuan, menolak memberi informasi mempersilahkan, mengecam Menyalahkan
1 1 1 2 5 3
mengajak, memerintah, menyarankan, menawarkan Mengingatkan Berjanji
2 1 1 1 1 1
Mengancam menyatakan kekecewaan, menyatakan keheranan, menyatakan kemarahan, menyatakan ketidaksukaan menggoda.
1 1
3 1 1 1 6
10%
2
3%
5
8%
1 1 2 1
Pada implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menolak dan memohon hampir keseluruhan implikatur berasal dari ujaran yang seolah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim kearifan. Ada 10 data (17%) yang mengandung implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menolak dan 1 data (1,6%) dengan ilokusi tak langsung memohon. Implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menyatakan, memberi informasi dan menyatakan alasan, implikatur didapatkan karena ujaran seolah melanggar maksim hubungan untuk commit user memenuhi maksim kualitas. Adato14 data (23%) yang termasuk dalam
180 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
implikatur ini. Implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung meyakinkan cenderung seolah melanggar maksim hubungan dan juga melanggar maksim kualitas. Pada implikatur asertif dengan ilokusi tak langsung menyatakan ketidaksetujuan, ujaran cenderung seolah-olah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim simpati. Implikatur direktif cenderung seolah melanggar maksim hubungan tanpa memenuhi maksim tertentu atau bisa juga untuk memenuhi maksim simpati. Karena tindak tutur direktif bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur (Searle dalam Leech, 1993:164), pada implikatur direktif keras seperti ‘memerintah’ cenderung hanya seolah melanggar maksim hubungan tanpa memenuhi maksim
simpati.
Sementara
itu
pada
direktif
lunak
seperti
‘mengingatkan’ cenderung memenuhi maksim simpati. Implikatur komisif cenderung melanggar maksim hubungan tanpa memenuhi maksim yang lain, untuk komisif keras seperti ‘mengancam’, atau seolah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim kualitas untuk komisif lunak seperti ‘berjanji.’ Implikatur ekspresif memiliki kecenderungan seolah melanggar maksim hubungan untuk memenuhi maksim pujian atau simpati. Mengingat tindak tutur ekspresif bersifat mengungkapkan perasaan atau sikap mental dari penutur (Searle dalam Leech, 1993:165), maka kecenderungan ini bisa dipahami. commit to user
181 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini tabel jenis implikatur dengan maksim-maksim yang terlibat. Tabel 3: Implikatur dan Maksim-Maksim yang Terlibat Implikatur
Ilokusi Tak Langsung
Meyakinkan
01 08 13 29 31 32 41 47 49 58 02 05 06 07 10 15 16 34 18 23 27 35 38 59 21 28 25
Menerangkan
26
Membual Menyatakan pendapat Menyanggah
36 39 40 52 43
Menolak
ASERTIF
No Data
Memohon Menyatakan
Memberi informasi
Menyatakan alasan
Mengiyakancommit to user
Maksim yang Dilanggar Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Kualitas Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Kualitas Hubungan Kuantitas Kuantitas Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan
Maksim yang Dipenuhi Kearifan Kearifan Kearifan Kearifan Kesepakatan Kearifan Kearifan Kearifan Kearifan Kearifan Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Kualitas Kesepakatan Simpati
182 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
44
Menyarankan Menawarkan
57 20 22 14 12 17 42 48
Mengingatkan
19
Berjanji Mengancam Menyatakan kekecewaan Menyatakan keheranan Menyatakan Kemarahan Menyatakan Ketidaksukaan
04 53 09 11 24 33
Hubungan Kuantitas Hubungan Kuantitas Hubungan Kuantitas Hubungan Kuatitas Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Kuantitas Hubungan Kuantitas Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Cara Hubungan Kualitas Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Simpati
34 37
Kualitas Hubungan
45 46 60 ASERTIF
Menyatakan ketidaksetujuan Menolak memberi informasi
03 50 51 54 55 56
Mempersilahkan Mengecam Menyalahkan Mengajak Memerintah DIREKTIF
KOMISIF
EKSPRESIF
Menggoda
commit to user
-
-
Simpati Simpati Simpati Kearifan Kualitas Simpati Simpati -
Simpati Kualitas Pujian Pujian Simpati Kualitas
perpustakaan.uns.ac.id
183 digilib.uns.ac.id
b. Pergeseran Daya Pragmatis Ujaran Terjemahan Pergeseran daya pragmatis terjadi apabila teks terjemahan ujaran yang mengandung implikatur menghasilkan daya ilokusi yang berbeda dengan teks bahasa sumber. Pergeseran daya pragmatis ujaran terjemahan merupakan penanda bahwa penerjemah gagal menangkap pesan dari teks bahasa sumber. Seperti pendapat Baker (1992) bahwa di dalam penerjemahan apapun yang akan membuat penerjemah terjatuh pada penyampaian implikatur yang keliru harus diuji dan disesuaikan dengan perangkat implikatur bahasa sasaran. Penerjemah harus sangat hati-hati dalam menginterpretasikan makna dari tindak tutur tidak langsung dari ujaran yang diterjemahkannya. Secara umum penulis menjumpai daya pragmatis teks terjemahan sudah sepadan dengan daya pragmatis ujaran pada teks bahasa sumber. Hanya ada dua data yang menunjukan pergeseran daya pragmatis pada teks penerjemahan. Pergeseran daya pragmatis ini terjadi melalui beberapa hal. Perubahan maksim-maksim yang terlibat dalam sebuah implikatur merupakan penanda penting yang dijumpai penulis pada pergeseran daya pragmatis. Perubahan presupposition juga merupakan salah satu pergeseran daya pragmatis barangkali tidak mengubah tindak tutur ujaran. Beberapa data dalam penelitian ini mengalami pergeseran pragmatis karena beberapa sebab. Pergeseran pragmatis antara lain terjadi karena penambahan bentuk negasi yang tidak tepat sehingga daya ilokusi tak langsung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
184 digilib.uns.ac.id
ujaran terjemahan berbeda dengan ujaran teks bahasa sumber. Penulis menduga hal ini terjadi karena karena proses penerjemahan yang kurang cermat. “Kecelakaan ini” terjadi pada two word verb yang barangkali merupakan sebuah kesalahan kecil karena ketidakhatihatian penerjemah. Ini membuktikan bahwa meskipun makna tidak cukup tersampaikan oleh kata perkata dan struktur gramatika yang menyusunnya tapi penerjemah tidak boleh mengabaikan makna pada tataran ini. ‘Mistranslation’ pada tataran kata dan gramatika pada teks bahasa sumber mungkin akan mempengaruhi makna implikatur pada bahasa sumber (Baker, 1992:229). Perubahan pesan dari tersurat menjadi tersirat juga merupakan salah satu fenomena yang ditemui dalam penelitian ini. Tindak tutur tidak langsung yang tersirat pada teks bahasa sumber menjadi tindak tutur langsung yang tersampaikan secara eksplisit pada teks bahasa sasaran.
2. Teknik Penerjemahan dan Pergeseran Daya Pragmatis yang Diakibatkannya Meskipun secara umum hasil terjemahan menunjukan pemakaian teknik penerjemahan yang tepat, dari analisis data, penulis menjumpai beberapa teknik penerjemahan yang mengakibatkan pergeseran daya pragmatis pada terjemahan ujaran. Seperti yang dikatakan Molina & Albir (2002) bahwa teknik penerjemahan berdampak pada hasil commit to user
185 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjemahan dan bersifat fungsional. Kekurangcermatan penerjemah dalam
memahami
makna
ujaran
berakibat
pada
kesalahan
menginterpretasikan pesan implikatur ujaran. Hal ini penulis jumpai pada data dengan percakapan yang perlu pemahaman yang lebih hatihati karena ujaran, yang berupa respon, sepertinya tidak gayut dengan ujaran dari mitra tutur. Di sinilah sebenarnya hakikat implikatur, yaitu ujaran yang ‘Floathing the maxim’. Teknik penerjemahan, dengan demikian, pada dasarnya adalah alat yang dipakai oleh penerjemah dalam rangka menyampaikan pesan secara tepat. Berdasar analisis teknik di atas, ditemukan 13 teknik yang digunakan penerjemah dengan frekuensi penerapan tiap-tiap teknik yang berbeda. Beberapa teknik dipakai secara lebih sering dibanding teknik yang lain. Teknik-teknik yang diterapkan dengan frekuensi sangat tinggi antara lain teknik literal, modulasi dan eksplisitasi. Sebaliknya, teknik pinjaman alami dan kompensasi sangat jarang digunakan; masing-masing diterapkan hanya satu kali dari keseluruhan kasus. Pada sebuah data, yang berupa ujaran, ditemukan lebih dari satu teknik yang diterapkan. Beberapa data bahkan mendapatkan terapan teknik lebih dari tiga sekaligus. Ini membuktikan bahwa untuk mencapai
keakuratan
dan
keberterimaan,
memerlukan banyak teknik penerjemahan. commit to user
seorang
penerjemah
186 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik literal merupakan teknik yang paling banyak dipakai penerjemah pada ujaran yang mengandung implikatur novel The Da Vinci Code ini. Peneliti menemukan 12 data (20%) yang diidentifikasi menggunakan teknik literal. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran kata, frasa dan klausa dan kalimat. Pada anaisis data peneliti menemukan bahwa teknik literal diterapkan pada beberapa tataran; frasa, klausa dan kalimat. Seperti yang sudah diduga sebelumnya bahwa teknik literal memungkinkan untuk diterapkan bila tidak ada perbedaan yang cukup besar pada kaidah gramatikal bahasa sumber dan bahasa sasaran. Ini memungkinkan terjadi pada penerjemahan unit-unit kalimat atau klausa yang sederhana. Beberapa ujaran yang diterjemahkan dengan teknik literal masih dijumpai beberapa perubahan
untuk menyesuaikan dengan kaidah
gramatikal bahasa sasaran. Ini terjadi misalnya pada frasa nominal dimana ada perubahan letak kata sifat pada bahasa sasaran serta penghilangan artikel sebagai penanda bentuk tunggal yang dalam bahasa Indonesia penanda pluralitas ini tidak dianggap penting. Penerjemahan dengan teknik literal dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis. Teknik penghapusan adalah teknik kedua yang diterapkan paling banyak oleh penerjemah. Ada 9 data (15%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Teknik ini diterapkan pada tataran frasa, baik frasa
nomina,
frasa
kerja, klausa commit to user
maupun
kalimat.
Teknik
perpustakaan.uns.ac.id
187 digilib.uns.ac.id
penghapusan diterapkan dengan menghilangkan sebagian atau keseluruhan pesan atas kata, frasa, klausa maupun kalimat, Pada penelitian ini memang tidak ditemukan penghapusan pada keseluruhan klausa ataupun kalimat. Hanya sebagian kata dari sebuah frasa atau klausa saja yang mengalami penghilangan. Pada sebagian kasus penggunaan teknik penghapusan tidak merubah pesan teks bahasa sumber. Penghapusan ini justru dilakukan untuk mempertinggi tingkat keberterimaan teks bahasa sasaran. Ini terjadi misalkan pada penghapusan artikel penanda kata benda tunggal maupun bentuk “s” sebagai penanda pluralitas. Bahasa Indonesia memang pada tataran tertentu tidak begitu mementingkan pluralitas. Pada kasus yang lain terjadi perubahan makna meskipun tidak terlalu signifikan. Dalam kasus seperti ini memang penghapusan sebaiknya tidak dilakukan agar keakuratan teks terjemahan bisa tetap maksimal. Meskipun begitu, penerapan teknik penghapusan pada beberapa kasus mengakibatkan perubahan makna. Penghilangan kata tertentu pada tataran kalimat teks bahasa sasaran mengubah presupposition ujaran sehingga terjadi sedikit pergeseran makna. Teknik eksplisitasi termasuk teknik penerjemahan yang dipakai dengan frekuensi tinggi dalam penelitian ini. Ada 9 data (15%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Teknik eksplisitasi dipakai penerjemah pada tataran frasa, terutama frasa kerja, maupun kalimat. Teknik ini dipakai untuk mengeksplisitkan pesan yang apabila commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
188 digilib.uns.ac.id
diterjemahkan secara apa adanya tidak akan tersampaikan. Jadi berbeda dengan teknik penambahan dimana pesan itu memang tidak terdapat pada teks bahasa sumber. Dari pengamatan peneliti, teknik ini dipakai dalam berbagai kasus. Teknik eksplisitasi dipakai untuk mengeksplisitkan penanda waktu yang pada teks bahasa sumber bersifat implisit dalam bentuk tenses. Ini tentu dilakukan karena bahasa Indonesia, sebagai bahasa sasaran dalam proses penerjemahan ini, tidak mengenal tenses untuk merekam waktu secara gramatikal sehingga pesan yang memuat keterangan waktu ini harus disampaikan melalui perangkat leksikal. Teknik ini juga diterapkan dengan membuat kata ganti benda menjadi referensinya. Pada salah satu kasus bahkan teknik ini mengubah implikatur menjadi eksplikatur. Penerjemah mengeksplisitkan ilokusi tak langsung menjadi ilokusi langsung. Tindakan ini mungkin dilakukan penerjemah untuk menghindari tidak tersampaikannya pesan ini oleh pembaca. Pada kasus yang lain penerjemah menerapkan teknik ini untuk mengeksplisitkan bentuk substitusi. Kalimat dengan bentuk substitusi berubah menjadi kalimat biasa. Teknik modulasi dalam penelitian ini diterapkan pada tataran kata/leksikal dan tataran kalimat/gramatikal. Ada 13 data (22%) yang ditemukan menggunakan teknik modulasi. Teknik modulasi adalah teknik yang memanfaatkan pergeseran semantik. Pergeseran semantik terjadi karena perubahan sudut pandang baik pada tataran struktural commit to user
189 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun leksikal (Molina & Albir, 2002:510). Berdasarkan analisis data yang dilakukan peneliti, teknik ini tidak mengubah daya ilokusi dari setiap ujaran yang diterjemahkan. Ada beberapa bentuk penerapan teknik ini yang diamati peneliti. Teknik ini antara lain diterapkan dengan
merubah kalimat pasif
menjadi aktif. Pada tataran leksikal penerjemah menerapkan teknik ini dengan merubah sudut pandang dari sebuah referen. Pada penerapan yang bersifat obligatif, teknik modulasi dipakai untuk memperbaiki tingkat keberterimaan teks terjemahan, misalnya karena dalam teks bahasa sasaran konstruksi aktif lebih berterima dibanding struktur pasif seperti pada teks bahasa sumber. Meskipun begitu, pada beberapa kasus teknik modulasi bersifat opsional. Ini misalnya terjadi pada perubahan ujaran positif menjadi ujaran negatif dengan cara menerapkan lawan kata dari kata sifatnya. Teknik transposisi merupakan salah satu teknik yang banyak dipakai pada penerjemahan ujaran yang mengandung implikatur Novel The Da Vinci Code ini. Ada 7 data (12%) ditemukan menggunakan teknik transposisi. Pada teknik transposisi terjadi pergeseran kategori gramatikal (Molina & Albir, 2002:511). Pergeseran gramatikal ini bermanifestasi pada perubahan unit gramatikal dan hal ini bisa terjadi pada kategori kelas kata, pluralitas dan perubahan struktur gramatikal yang lain. commit to user
190 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada penelitian ini peneliti menjumpai bahwa teknik transposisi banyak diterapkan pada tataran kata. Penerapan teknik ini berakibat pada perubahan kelas kata dari kata benda menjadi kata sifat, kata benda menjadi kata kerja, kata keterangan/adverb menjadi kata sifat/adjective serta kata menjadi frasa. Penerjemah
menggunakan
teknik
transposisi
untuk
meningkatkan keberterimaan. Penerjemah menyesuaikan susunan kata dalam frasa dan perubahan kelas kata agar sesuai dengan kaidah gramatikal teks bahasa sasaran. Sebagai bahasa yang sudah banyak dipakai pada media, bahasa Inggris lebih cenderung memakai bentukbentuk kata benda dibanding kata sifat misalnya. Ini berakibat penerjemah perlu menyesuaikannya ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa yang lebih “cair” dengan mengubahnya menjadi lebih banyak memakai kata sifat untuk kata sifat yang dalam bahasa Inggris dibendakan.
Pergeseran-pergeseran
ini
tidak
mengakibatkan
perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis. Pada beberapa kasus transposisi bersifat obligatif karena bila tidak diterapkan akan mengurangi tingkat keberterimaan terjemahan secara signifikan. Sementara itu pada beberapa kasus yang lain teknik ini bersifat opsional karena penerapannya tidak merubah keakuratan dan keberterimaan terjemahan. Teknik implisitasi dipakai untuk mengimplisitkan pesan atau informasi yang pada teks bahasa sumbernya disampaikan secara commit to user
191 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
eksplisit lewat perangkat leksikal. Ini merupakan kebalikan dari teknik eksplisitasi. Pada analisis data misalkan peneliti menjumpai subyek pelaku yang pada teks bahasa sumber eksplisit menjadi implisit. Pada kasus ini, “penghilangan” ini terjadi karena konteks situasi dimana percakapan itu berlangsung sudah menunjukan siapa pelakunya. Teknik ini juga mengimplisitkan penanda jumlah yang pada teks bahasa sumber disebutkan secara jelas. Teknik ini dipakai penerjemah pada tataran frasa, klausa dan kalimat. Tidak seperti pada teknik penghapusan dimana pesan yang ada pada teks bahasa sumber dihilangkan begitu saja, pada teknik implisitasi pesan tetap dipertahankan, hanya pesan itu tersirat pada kata atau frasa. Pesan itu pada teks bahasa sumber tidak dihilangkan tapi muncul dalam bentuk lain. Pemakaian teknik penambahan terjadi pada tataran frasa dan klausa.
Sebagian besar teknik penambahan yang diterapkan oleh
penerjemah bersifat opsional karena tidak mengubah daya ilokusi ujaran teks bahasa sasaran. Meskipun begitu, ada satu data yang pemakaian teknik penambahannya mengakibatkan perubahan daya ilokusi ujaran terjemahan. Kasus ini menunjukan bahwa pemakaian teknik penambahan yang tidak berhati-hati bisa berakibat buruk. Penambahan bentuk negasi ini ternyata mengubah daya ilokusi secara agak radikal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
192 digilib.uns.ac.id
Teknik partikularisai diterapkan dengan menggunakan istilah yang lebih spesifik atau lebih kongkrit (Molina & Albir (2002:510). Ada 4 data (7%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Istilah yang lebih spesifik ini digunakan untuk menggantikan istilah yang lebih general, kebalikan dari teknik generalisasi. Pada penelitian ini penerjemah menerapkan teknik partikularisasi pada tataran frasa. Pemakaian istilah yang lebih spesifik ini dilakukan karena tidak ada istilah yang lebih general dalam bahasa sasaran. Teknik partikularisasi di sini diterapkan dengan mengubah keterangan tempat yang lebih umum menjadi keterangan tempat yang lebih spesifik. Perubahan dari general ke bentuk spesifik kadang juga menghasilkan terjemahan yang lebih mengena. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik partikularisasi.. Teknik pinjaman murni diterapkan dengan cara memakai istilah teks bahasa sumber tanpa melakukan lokalisasi dan tanpa ada perubahan apapun. Sebuah teknik mengambil kata atau ekspresi dari bahasa lain tanpa ada perubahan (Molina & Albir, 2002:510). Ada 5 data (8%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Pemakaian teknik ini dilakukan karena beberapa alasan. Yang pertama yang ditemukan peneliti adalah untuk mempertahankan atmosfir latar belakang tempat di mana cerita ini berlangsung. Novel ini berseting di Paris dan London dan penulis banyak sekali merujuk nama dan istilah-istilah commit to user
193 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbahasa perancis. Penerjemah mempertahankan bentuk sapaan dan ucapan selamat untuk mempertahankan atmosfir Perancis. Di dalam penelitian
ini
tidak
ditemukan
adanya
perubahan
daya
ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni. Teknik generalisasi dipakai penerjemah dengan menggunakan istilah yang lebih general dari sebuah istilah yang lebih spesifik, kebalikan dari teknik partikularisasi. Menurut Molina & Albir (2002), teknik generalisasi adalah teknik yang menggunakan istilah yang lebih general atau istilah yang lebih netral. Ada 3 data (5%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada kasus-kasus dalam penelitian ini, teknik ini dilakukan untuk meningkatkan keberterimaan. Pada kasus yang berbeda teknik ini juga bisa dilakukan apabila tidak ada istilah yang lebih spesifik dalam bahasa sasaran. Pada penelitian ini ditemukan teknik generalisasi pada tataran frasa dari keterangan waktu spesifik menjadi keterangan waktu yang lebih general. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik generalisasi. Penerjemah menerapkan teknik padanan lazim hanya pada tataran kata. Teknik padanan lazim adalah teknik penerjemahan dengan cara memakai istilah yang dipakai secara resmi dari istilah teknis di bidang tertentu. Menurut Molina & Albir, teknik padanan lazim (establishe equivalence) adalah teknik dengan menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
194 digilib.uns.ac.id
istilah atau ekspresi yang sudah dikenal sebagai padanannya pada bahasa sasaran. Ada 3 data (5%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Kata “bonds”, misalnya, diterjemahkan menjadi “surat berharga” pada teks bahasa sasaran. Kata “pilot licence” sumber diterjemahkan menjadi “ijin terbang”. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik generalisasi. Berbeda dengan teknik pinjaman murni dimana istilah yang dipinjam tidak mengalami lokalisasi, teknik pinjaman alami adalah sebuah teknik penerjemahan dengan cara mengambil istilah yang ada di teks bahasa sumber dengan memakai sedikit perubahan agar sesuai dengan tata aturan bahasa sasaran. Hanya satu data (2%) yang teridentifikasi menggunakan teknik pinjaman alami. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran kata dan meskipun kata pinjaman itu sudah cukup berterima dalam bahasa Indonesia tapi sebenarnya bahasa Indonesia sudah memiliki kata padanannya. Penerapan teknik pinjaman alami di dalam penelitian ini tidak mengakibatkan perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis. Teknik kompensasi adalah teknik di mana sebuah pesan tersampaikan pada bagian lain dari teks terjemahan. Menurut Molina & Albir (2002), teknik kompensasi adalah teknik penerjemahan dengan memberikan informasi/pesan atau efek stilistika teks bahasa sumber di bagian yang berbeda pada teks bahasa sasaran karena pesan commit to user
195 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu tidak mungkin berada ditempat yang sama seperti teks bahasa sumber. Hanya ada satu data (2%) yang ditemukan menggunakan teknik ini. Penerjemah menerapkan teknik ini pada tataran klausa. Teknik kompensasi bisa bersifat wajib bisa pula bersifat opsional. Kasus dalam penelitian ini, teknik kompensasi yang diterapkan bersifat opsional karena tanpa teknik ini pun sebenarnya terjemahan masih bisa tersampaikan dengan baik. Di dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan daya ilokusi/pergeseran pragmatis karena penerapan teknik pinjaman murni. Berikut ini sajian relasi antara teknik penerjemahan yang diterapkan dengan pergeseran daya pragmatis:
Tabel : Teknik Penerjemahan dan Pergeseran daya Pragmatis Implikatur
No Data 01 08
Asertif
13 29 31 32 41 47 49 58 02 05 06
Teknik Penerjemahan Penambahan implisitasi Implisitasi Transposisi Literal Literal Kompensasi Penambahan Pinjaman Murni Modulasi Literal Generalisasi Penghapusan Implisitasi Modulasi Implisitasi Modulasi commit to user
Pergeseran Daya Pragmatis Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Bergeser Tdk bergeser
196 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
07 10 15 16 34 18 23 27 35 38 59
21 28 25 26 36 39 40 52 43 44 45 46 60 03 50 51 54 55 56 57 20 22
Penghapusan Implisitasi Penambahan Partikularisasi Literal Eksplisitasi Eksplisitasi Eksplisitasi Eksplisitasi Penghapusan Transposisi Literal Pinjaman Murni Penghapusan Transposisi Generalisasi Pinjaman Murni Padanan Lazim Penghapusan Eksplisitasi Penghapusan Penghapusan Partikularisasi Eksplisitasi Literal Generalisasi Literal Modulasi Eksplisitasi Padanan Lazim Partikularisasi Transposisi Penghapusan Literal Modulasi Pinjaman Alami Modulasi Eksplisitasi Modulasi Modulasi Modulasi Penghapusan Literal Penambahan commit to user Modulasi
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
197 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Direktif
Komisif
Ekspresif
14 17 42 48 19 04 53 09 11 24
Literal Literal Implisitasi Literal Modulasi Modulasi Padanan Lazim Eksplisitasi Partikularisasi Penambahan Penghapusan Penambahan Eksplisitasi Transposisi
33 34 37
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
3. Tingkat Keakuratan dan Keberterimaan dan Kaitannya dengan Teknik yang Diterapkan Secara
umum
bisa
ditarik
kesimpulan
bahwa
kualitas
terjemahan, dalam hal ini keakuratan dan keberterimaan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code adalah tinggi. Teknik-teknik
penerjemahan
yang
diterapkan
penerjemah
menyumbang pada tingginya tingkat keakuratan dan keberterimaan teks terjemahan karena secara umum teknik-teknik tersebut diterapkan secara tepat. Seperti yang disampaikan Molina & Albir (2002) bahwa teknik penerjemahan akan berdampak pada hasil terjemahan.
a. Tingkat Keakuratan Tingkat keakuratan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code bernilai 2,86. Nilai rata-rata commit to user
198 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini menunjukan bahwa secara umum tingkat keakuratan terjemahan cukup tinggi; 43 dari 60 data atau 72% data mendapat nilai tertinggi baik dari kedua rater maupun peneliti. Kenyataan diatas memberi gambaran bahwa terjemahan ini memiliki keakuratan tinggi secara obyektif. Tingginya angka keakuratan ini karena diterapkannya beberapa teknik sekaligus dalam sebuah ujaran. Teknik literal, yang paling banyak diterapkan pada penerjemahan ini, menyumbangkan tingginya angka keakuratan ini. Ini terjadi terutama pada ujaran-ujaran yang singkat dengan tata gramatika yang sederhana. Teknik padanan lazim pada klausa juga menyumbangkan tingkat keakuratan penerjemahan ujaran karena beberapa klausa menjadi tidak akurat apabila menggunakan teknik literal Pemakaian teknik penghapusan (deletion) penyebab utama berkurangnya tingkat keakuratan ujaran. Penurunan tingkat keakuratan pada teknik penghapusan ini terjadi karena perubahan presupposition ujaran sehingga terjadi
sedikit perubahan pesan pada teks bahasa
sasaran. Penggunaan teknik ini juga menyebabkan perubahan daya ilokusi tak langsung ujaran. Beberapa terjemahan yang mendapatkan teknik penambahan juga mengakibatkan ujaran terjemahan memiliki pesan yang berbeda. Penambahan bentuk negasi membuat beberapa ujaran terjemahan memiliki ilokusi tak langsung yang berbeda dengan ujaran bahasa commit to user
199 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumbernya. Berikut ini tabel yang menunjukan hubungan antara keakuratan dengan teknik-teknik yang diterapkan.
Tabel 5 : Keakuratan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan KEAKURATAN
Akurat
% 78%
DATA TDVC/01/008/016
Skor 3,0
TDVC/02/008/016
3,0
DVC/06/131/172
3,0
TDVC/09/156/202 TDVC/11/157/204 TDVC/12/158/205 TDVC/13/158/205 TDVC/14/159/206 TDVC/15/164/213 TDVC/16/166/215 TDVC/17/179/231 TDVC/18/179/231 TDVC/19/187/241 TDVC/20/188/243 TDVC/21/189/244 TDVC/22/193/249
3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
TDVC/23/253/253 TDVC/24/197/254
3,0 3,0
TDVC/25/211/272 TDVC/26/237/304 TDVC/27/237/305
3,0 3,0 3,0
TDVC/29/240/307 TDVC/30/240/307 TDVC/31/240/307 TDVC/32/240/307 TDVC/35/260/333 TDVC/36/262/335
3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
TDVC/37/262/336 TDVC/38/263/336 commit to user TDVC/39/267/343
3,0 3,0 3,0
TEKNIK Penambahan Implisitasi Penghapusan Pinjaman Murni Implisitasi Modulasi Eksplisitasi Partikularisasi Literal Literal Literal Literal Eksplisitasi Literal Eksplisitasi Modulasi Literal Padanan Lazim Penambahan Modulasi Eksplisitasi Penambahan Penghapusan Eksplisitasi Penghapusan Penghapusan Transposisi Literal Transposisi Kompensasi Penambahan Literal Penghapusan Partikularisasi Transposisi Pinjaman Murni Eksplisitasi
200 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
15%
Kurang Akurat
Tidak Akurat
3%
TDVC/40/399/382 TDVC/41/299/382 TDVC/42/309/394 TDVC/43/310/396 TDVC/44/314/400 TDVC/45/314/400
3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
TDVC/46/403/316 TDVC/47/339/430 TDVC/48/340/431 TDVC/49/340/431 TDVC/50/360/456
3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
TDVC/51/361/456 TDVC/53/380/482 TDVC/54/386/490
3,0 3,0 3,0
TDVC/55/410/520 TDVC/56/410/523 TDVC/58/483/614 TDVC/59/484/615
3,0 3,0 3,0 3,0
TDVC/60/484/615 TDVC/03/019/032
3,0 2,6
TDVC/04/065/090 TDVC/08/149/193
2,6 2,6
TDVC/10/157/203
2,6
TDVC/28/238/306 TDVC/34/247/317 TDVC/52/373/473 TDVC/57/412/522 TDVC/07/146/189
2,6 2,6 2,6 2,6 2,0
TDVC/05/131/172
1,0
TDVC/33/246/315
1,0
commit to user
Literal Pinjaman Murni Implisitasi Literal Modulasi Eksplisitasi Padanan Lazim Partikularisasi Modulasi Literal Literal Modulasi Pinjaman Alami Modulasi Padanan Lazim Eksplisitasi Modulasi Modulasi Modulasi Generalisasi Penghapusan Transposisi Generalisasi Pinjaman Murni Transposisi Penghapusan Literal Modulasi Implisitasi Transposisi Penambahan Partikularisasi Penghapusan Eksplisitasi Generalisasi Penghapusan Penghapusan Implisitasi Implisitasi Modulasi Penambahan
201 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Tingkat Keberterimaan Karena
keberterimaan
terjemahan mengikuti
menunjukan
seberapa
tinggi
teks
kaidah-kaidah bahasa sasaran, baik kaidah
gramatikal maupun kaidah cultural. Keberterimaan tidak bersangkut paut dengan teks bahasa sumber. Tingkat keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code ini bernilai 2,85. Dapat kita simpulkan bahwa tingkat keberterimaan terjemahan ujaran ini cukup tinggi. Keberterimaan terjemahan yang tinggi diperoleh dari pilihan kata dan
tata
bahasa
yang
sesuai
dengan
kaidah-kaidah
bahasa
sasaran/bahasa Indonesia. Pemakaian istilah yang lebih lokal atau dengan kata lain pemakaian teknik pinjaman alami yang dipakai dalam penerjemahan ini membuat teks terjemahan lebih berterima. Teknik modulasi yang diterapkan penerjemah juga
memberi banyak
kontribusi terhadap tingkat keberterimaan terjemahan ujaran
ini.
Penerapan teknik modulasi ini antara lain dalam bentuk perubahan ujaran teks bahasa sumber yang berkonstruksi pasif menjadi konstruksi aktif. Teknik modulasi dalam kasus ini dipakai secara tepat dan berkontribusi positif pada tingkat keberterimaan. Teknik literal juga memberikan kontribusi keberterimaan pada ujaran-ujaran yang pendek dengan gramatika sederhana. Meskipun begitu ada beberapa teknik yang membuat terjemahan berkeberterimaan rendah. Teknik pinjaman murni adalah salah satu commit to user
202 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teknik
yang
memberi
sumbangan
paling
banyak
pada
kekurangberterimaan terjemahan ujaran. Pemilihan kata yang tidak tepat dengan konteks/kata sanding juga membuat terjemahan kurang berterima. Disini nampak bahwa seorang penerjemah memerlukan kreatifitas yang tinggi agar bisa menghasilkan terjemahan yang lebih berterima. Kemampuan memilih kata yang tepat sesuai konteks situasi dan
kata
sanding
yang
lazim
akan
membantu
penerjemah
meningkatkan kualitas terjemahannya. Penyebab
lain
kekurangberterimaan
terjemahan
adalah
konstruksi kalimat yang tidak lazim. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia tentu memiliki bentuk-bentuk kalimat lazim yang berbeda. Penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran yang memadahi termasuk
memahami
kelaziman-kelaziman
keduanya
sangat
diperlukan oleh penerjemah. Kata sapaan sangat terpengaruh oleh kultur si pemakai bahasa. Dalam bahasa Inggris tidak ada bentuk honorifik untuk sapaan orang kedua atau orang ketiga sementara bahasa Indonesia sangat memperhatikan bentuk honorifik ini terutama apabila penutur atau orang yang sedang dibicarakan memiliki status sosial yang lebih tinggi dari si petutur. Pemakaian kata sapaan yang tidak sesuai konteks dalam penerjemahan ini juga salah satu penyebab kekurangberterimaan terjemahan. Berikut ini tabel yang menunjukan hubungan antara keberterimaan dengan teknik-teknik yang diterapkan. commit to user
203 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6: Keberterimaan dan Teknik penerjemahan yang Diterapkan KEBERTERIMAAN
% 77%
DATA TDVC/01/008/016 TDVC/03/019/032 TDVC/05/131/172 TDVC/06/131/172 TDVC/07/146/189 TDVC/11/157/204 TDVC/12/158/205 TDVC/13/158/205 TDVC/14/159/206 TDVC/15/164/213 TDVC/16/166/215 TDVC/17/179/231 TDVC/19/187/241 TDVC/20/188/243 TDVC/23/253/253 TDVC/24/197/254 TDVC/25/211/272 TDVC/26/237/304 TDVC/27/237/305 TDVC/28/238/306 TDVC/30/240/307 TDVC/33/246/315 TDVC/34/247/317 TDVC/35/260/333 TDVC/36/262/335
Berterima
TDVC/37/262/336 TDVC/39/267/343 TDVC/40/399/382 TDVC/41/299/382 TDVC/42/309/394 TDVC/43/310/396 TDVC/44/314/400 TDVC/45/314/400
commit to user
TDVC/46/403/316
Skor TEKNIK 3,0 Penambahan Implisitasi 3,0 Penghapusan Literal 3,0 Implisitasi Modulasi 3,0 Implisitasi Modulasi 3,0 Penghapusan Implisitasi 3,0 Partikularisasi 3,0 Literal 3,0 Literal 3,0 Literal 3,0 Literal 3,0 Eksplisitasi 3,0 Literal 3,0 Modulasi 3,0 Literal 3,0 Eksplisitasi 3,0 Penambahan Penghapusan 3,0 Eksplisitasi 3,0 Penghapusan 3,0 Penghapusan Transposisi 3,0 Penghapusan 3,0 Transposisi 3,0 Penambahan 3,0 Eksplisitasi 3,0 Literal 3,0 Penghapusan Partikularisasi 3,0 Transposisi 3,0 Eksplisitasi 3,0 Literal 3,0 Pinjaman Murni 3,0 Literal 3,0 Literal 3,0 Modulasi 3,0 Eksplisitasi Padanan Lazim 3,0 Partikularisasi
204 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
23%
Kurang Berterima
TDVC/47/339/430 TDVC/48/340/431 TDVC/49/340/431 TDVC/50/360/456
3,0 3,0 3,0 3,0
TDVC/51/361/456 TDVC/52/373/473 TDVC/53/380/482 TDVC/54/386/490
3,0 3,0 3,0 3,0
TDVC/55/410/520 TDVC/56/410/523 TDVC/57/412/522 TDVC/58/483/614 TDVC/60/484/615 TDVC/02/008/016
3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0
TDVC/04/065/090 TDVC/08/149/193 TDVC/09/156/202 TDVC/10/157/203
2,0 2,6 2,0 2,6
TDVC/18/179/231 TDVC/21/189/244 TDVC/22/193/249
2,6 2,6 2,6
TDVC/29/240/307 TDVC/31/240/307 TDVC/32/240/307 TDVC/38/263/336 TDVC/42/309/394 TDVC/59/484/615
2,6 2,3 2,3 2,0 2,6 2,0
commit to user
Modulasi Literal Literal Modulasi Pinjaman Alami Modulasi Generalisasi Padanan Lazim Eksplisitasi Modulasi Modulasi Modulasi Penghapusan Generalisasi Transposisi Penghapusan Pinjaman Murni Modulasi Implisitasi Eksplisitasi Penambahan Partikularisasi Eksplisitasi Padanan Lazim Penambahan Modulasi Literal Kompensasi Penambahan Pinjaman Murni Implisitasi Penghapusan Transposisi Generalisasi
205 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Relasi antara Teknik Penerjemahan, Pergeseran Daya Pragmatis dan Kualitas penerjemahan Berdasarkan analisis, peneliti menemukan ada tiga komponen hasil analisis yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Ketiga komponen hasil analisis tersebut adalah teknik penerjemahan, pergeseran daya pragmatis dan kualitas penerjemahan. Relasi ketiganya secara sederhana dapat didiskripsikan bahwa teknik penerjemahan yang diterapkan menentukan apakah makna implikatur teks bahasa sumber tersampaikan sepadan atau tidak. Dengan kata lain apakah terjadi pergeseran pragmatis pada proses penerjemahan ujaran. Terjadinya pergeseran pragmatis mengakibatkan terjemahan menjadi tidak akurat dan sebaliknya. Secara rinci hubungan ketiga komponen di atas digambarkan secara rinci per data pada tabel 7 berikut:
Tabel 7: Jenis Implikatur, Teknik Penerjemahan, Pergeseran Daya Pragmatis dan Kualitas Penerjemahan Implikatur
Ilokusi Tak Langsung
No Data
Teknik Penerjemahan
Pergeseran Daya Pragmatis Tdk bergeser
01
13
Implisitasi Penambahan Implisitasi Transposisi Literal
Keakuratan
Keberterimaan
3
3
Tdk bergeser
2,66
2,66
Tdk bergeser
2,66
3
29
Literal
Tdk bergeser
3
2,66
31
Kompensasi
Tdk bergeser
3
2,33
32
Penambahan
Tdk bergeser
3
2,33
41
Pinjaman Murni
Tdk bergeser
3
3
Tdk bergeser
3
3
08
Menolak
47
Modulasi commit to
user
Kualitas Terjemahan
206 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ASERTIF
49
Literal
Tdk bergeser
3
3
Memohon
58 02
Generalisasi Penghapusan
Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3
3 2
Menyatakan
05
Bergeser
1
3
Tdk bergeser
3
3
Tdk bergeser
2
2
Tdk bergeser
2,66
2,66
15,
Implisitasi Modulasi Implisitasi Modulasi Penghapusan Implisitasi Penambahan Partikularisasi Literal
Tdk bergeser
3
3
16 34 18
Eksplisitasi Eksplisitasi Eksplisitasi
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3 3
3 3 2,66
23
Eksplisitasi
Tdk bergeser
3
3
27
Penghapusan Transposisi Literal
Tdk bergeser
3
3
Tdk bergeser
3
3
Pinjaman Murni Penghapusan Transposisi Generalisasi Pinjaman Murni Padanan Lazim Penghapusan
Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3
2 2
Tdk bergeser Tdk bergeser
3 2,66
2,66 3
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3 3
3 3 3
Tdk bergeser
3
3
06 07 10
Memberi informasi
35 38 59
Menyatakan alasan
21 28
Meyakinkan Menerangkan Membual
25 26 36
Menyatakan pendapat Menyanggah
39
Eksplisitasi Penghapusan Penghapusan Partikularisasi Eksplisitasi
40 52
Literal Generalisasi
Tdk bergeser Tdk bergeser
3 2,66
3 3
Mengiyakan
43 44 45
Literal Modulasi Eksplisitasi Padanan Lazim Partikularisasi
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3 3
3 3 3
Tdk bergeser
3
3
Transposisi Penghapusan Literal Modulasi Pinjaman Alami Modulasi Eksplisitasi Modulasi Modulasi
Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3
3 3
Tdk bergeser
3
3
Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3
3 3
Tdk bergeser
3
3
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
3 2,66 3 3
3 3 3 2,66
Tdk bergeser
3
3
46 Menyatakan ketidaksetujuan
60 03 50
Menolak memberi informasi
51 54 55
Mempersilahkan Mengecam Menyalahkan
56 57 20 22
Mengajak
14
Modulasi Penghapusan Literal Penambahan Modulasi commit to user Literal
207 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DIREKTIF
KOMISIF
EKSPRESIF
Memerintah Menyarankan Menawarkan Mengingatkan
17 42 48 19
Literal Implisitasi Literal Modulasi
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3 3 3
3 2,6 3 3
Berjanji Mengancam Menyatakan kekecewaan Menyatakan keheranan Menyatakan Kemarahan Menyatakan Ketidaksukaan
04 53 09
Modulasi Padanan Lazim Eksplisitasi
Tdk bergeser Tdk bergeser Tdk bergeser
2,66 3 3
2 3 2
11
Partikularisasi
Tdk bergeser
3
3
24
Tdk bergeser
3
3
33
Penambahan Penghapusan Penambahan
Bergeser
1
3
34 37
Eksplisitasi Transposisi
Tdk bergeser Tdk bergeser
3 3
3 3
Menggoda
commit to user
208 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Analisis hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV membuat peneliti sampai pada beberapa kesimpulan yang disarikan sebagai berikut: 1. Terdapat empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak langsung yang ditimbulkannya. Jenis-jenis implikatur yang ditemukan adalah implikatur asertif, direktif, komisif dan ekspresif. Implikatur yang ditemukan pada penelitian ini berkecenderungan merupakan ujaran yang memanfaatkan maksim-maksim dari prinsip kerjasama (PK) dan maksimmaksim dari prinsip kesantunan (PS). Dari 4 jenis implikatur, ditemukan 28 tindak tutur dari ilokusi ujaran; menolak, memohon, menyatakan, memberi informasi, menyatakan alasan, meyakinkan, menerangkan, membual, menyatakan pendapat,
menyanggah,
mengiyakan,
menyatakan
ketidaksetujuan, menolak memberi informasi mempersilahkan, mengajak, memerintah, berjanji, menyarankan, mengancam, menyatakan mengingatkan,
kekecewaan,
menyatakan
keheranan,
mengecam,
meyalahkan,
menyatakan
kemarahan, menyatakan ketidaksukaan, dan menggoda. commit to user
209 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sebagaian besar tidak terjadi pergeseran daya pragmatis pada teks terjemahan. Beberapa teks terjemahan mengalami pergeseran daya pragmatis berupa pergeseran ilokusi tak langsung implikatur dan perubahan dari implikatur menjadi eksplikatur. 3. Peneliti menemukan 13 teknik yang digunakan penerjemah. Beberapa teknik dipakai secara lebih sering dibanding teknik yang lain. Ada beberapa teknik yang digunakan dengan frekuensi sangat tinggi; misalnya teknik literal, modulasi dan eksplisitasi. Sebagian besar teknik yang diterapkan tidak mengubah daya pragmatis ujaran sementara itu teknik-teknik seperti
penambahan,
pengurangan
dan
eksplisitasi
mengakibatkan pergeseran pragmatis pada beberapa kasus. 4.
Tingkat keakuratan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code bernilai 2,86. Nilai rata-rata ini menunjukan bahwa secara umum tingkat keakuratan terjemahan cukup tinggi. Sementara itu, tingkat keberterimaan terjemahan ujaran yang mengandung implikatur pada noverl The Da Vinci Code ini bernilai 2,85. Sebuah tingkat keberterimaan terjemahan yang
cukup tinggi. Tingkat keakuratan dan
keberterimaan ini dipengaruhi oleh teknik-teknik yang diterapkan oleh penerjemah. Pemakaian beberapa teknik sekaligus memberi kontribusi yang signifikan terhadap keakuratan terjemahan. commit to user
210 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik literal pada ujaran pendek juga meningkatkan keakuratan. Sementara itu teknik penghapusan dan penambahan cenderung mengurangi keakuratan. Teknik pinjaman alami dan modulasi menyumbang keberterimaan pada terjemahan, sementara teknik pinjaman murni member kontribusi terhadap ketidakberterimaan ujaran.
B. Saran Dari simpulan di atas penulis ingin menyampaikan beberapa saran
yang
berkaitan
dengan
penerjemahan
serta
penelitian
penerjemahan: 1. Seorang penerjemah, dalam kaitannya dengan kompetensi linguistik, harus memperhatikan makna tidak hanya sampai pada tataran semantik tapi sampai pada tataran pragmatik. Penerjemahan, terutama penerjemahan ujaran dalam sebuah konteks percakapan, membutuhkan telaah pragmatik karena sebuah ujaran atau teks pada umumnya tidak mengandung makna dengan sendirinya. Ujaran atau teks diproduksi karena pembicara atau penulis menginginkan sebuah maksud. Teks diproduksi karena penutur ingin mengungkapkan sesuatu sebagai reaksi atas peristiwa atau keadaan di dalam atau di luar dirinya. Di sinilah pragmatik menjadi penting dalam proses penerjemahan. commit to user
211 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Untuk mendapatkan tingkat keakuratan dan keberterimaan yang tinggi
seorang
penerjemah
harus
bisa
menerapkan
teknik
penerjemahan yang tepat. Penerapan teknik penerjemahan secara tidak tepat bisa terjadi karena penerjemah kurang memahami pesan atau makna dari sebuah kalimat atau ujaran teks bahasa sumber. Penguasaan penerjemah dengan berbagai macam teknik yang lebih bervariasi akan memberinya lebih banyak pilihan agar teks terjemahan lebih akurat dan berterima. 3. Penelitian penerjemahan dengan pendekatan pragmatik yang dilakukan peneliti ini difokuskan pada ujaran yang mengandung implikatur pada novel The Da Vinci Code. Masih banyak penelitian penerjemahan lain yang bisa didekati dengan pendekatan pragmatik. Diharapkan dikemudian hari bisa dilakukan penelitian dengan pendekatan
ini
pada
bidang-bidang
yang
lain,
misalnya
penerjemahan film baik subtitling maupun dubbing, sehingga penelitian penerjemahan akan menjadi semakin penuh warna.
commit to user