KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR
FERl ASTUTI
SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAANMENGENAITESISDAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Buah Segar lmpor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Dafiar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Februari 2009 Feri Astuti
A451064154
ABSTRACT FERl ASTUTI. Analysis of Sampling Technique in the Health Inspection of Imported Fresh Fruits. Under direction of HERMANU TRlWlDODO and ALI NURMANSYAH. In order to fulfil domestic demand of fresh fruit, Indonesia hasn't even been able to be self sufficient. Total volume of fresh fruit import increased sharply between 2003-2006. Consequently, this f a d gives rise to higher risk of pest regulated introduction which means a threat for local fruit production. Plant health inspection is needed to suppress this risk. An appropriate and accurate sampling technique is, thus critical point to run the inspection procedure. This research is aimed to assess sampling technique in health inspection of imported fresh fruit. Research was performed through various including fresh fruit import situation and its check out procedure. The assess was done by simple random sampling technique simulation using Computer Microsoft excel program. Data showed that apple, oranges and pears, are respectively imported fresh fruit with higher to lower volume and frequency. Highest frequency fresh fruit import record resulted on Tanjung Priok harbour. Intercept data 2006 and 2007 showed no plant pest occurred. Fresh fruit recorded on seaport were shipped using container equipped with refrigerator. The general sampling technique is simple random sampling technique. Simulation result suggested that sampling with maximum size (39), yet couldn't give the best result in detecting target pest. Assumtion on boxes with fruit flies in 0,25% container (3 box) within population of 1127, the probability to find pest based on sampel size 39 was 11%. Meanwhile, assumption on boxes with fruit flies 5% (56 boxes) within population of 1127 boxes, the probability to find pest with maximum sample size 39 was 89%. Keywords: computer simulation, simple random sampling, sample size, fruit fly
FERl ASTUTI. Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar Impor. Dibimbing oleh HERMANU TRlWlDODO dan ALI NURMANSYAH. lndonesia merupakan negara pengimpor produk-produk hortikultura terutama buah segar. Tingginya volume impor buah segar akan mengancam kelestarian produk buah segar lokal yaitu meningkatnya ancaman risiko masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (lalat buah) yang dapat merusak buah segar lokal. Pemeriksaan kesehatan terhadap impor buah segar dilakukan untuk meminimalisasi risiko masuknya OPTK tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan diperlukan teknik sampling khusus yang tepat sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan lalat buah dalam buah yang diimpor. Teknik sampling acak sederhana (simple random sampling) merupakan salah satu teknik sampling yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ukuran sampel dalam Pengambilan contoh buah segar impor sehingga nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai protocol dalam penyusunan pedoman pengambilan contoh buah segar. Penelitian dilakukan dengan beberapa kajian diantaranya kajian situasi buah segar impor, kajian prosedur pemeriksaan kesehatan buah segar impor, dan kajian teknik pengambilan contoh dengan simulasi komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis buah yang mempunyai volume dan frekuensi tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 adalah buah apel, jeruk dan pir. Buah segar yang masuk ke wilayah Indonesia terutama buah apel, jeruk dan pir sebagian besar berasal dari negara Cina. Pintu pemasukan buah segar yang mempunyai frekuensi impor buah segar tertinggi adalah melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Buah segar diimpor menggunakan kontainer yang telah dilengkapi dengan sarana pendingin (refrigerator). Hasil simulasi statistik dengan program Microsoft excel menunjukkan bahwa ukuran sampel 1 sampai 39 belum dapat mendeteksi kotak berlalat buah dalam kontainer dengan akurat. Untuk dapat mendeteksi kotak berlalat buah diperlukan ukuran sampel yang lebih besar dari 39. Pengambilan contoh dengan ukuran sampel 1-3 kotak setiap kontainer memberikan peluang kotak berlalat buah terdeteksi sebanyak 0-1%. Ukuran contoh optimum pada populasi 0,25% kotak berlalat buah dengan tingkat kesalahan 1% adalah 96. Untuk dapa mendeteksi keberadaan kotak berlalat buah yang populasinya rendah (0,25%) dengan tingkat kepercayaan 95% dan batas kesalahan maksimum sebesar I%, ukuran contoh optimumyang diperlukan adalah 96 kotak. Ukuran contoh optimum yang diperlukan dalam pengarnbilan sampel tergantung dari tingkat kesalahan yang diinginkan. Keyword: simulasi komputer, teknik sampling acak sederhana, ukuran contoh dan lalat buah
O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa rnencanturnkan Pengutipan hanya untuk kepentingan atau rnenyebutkan surnbernya. pendidikan, penelitian, penulisan karya ilrniah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu rnasalah; dan pengutipan tersebut tidak rnerugikan kepentingan yang wajar 1PB Dilarang rnengurnumkan dan rnernperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalarn bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN BUAH SEGAR IMPOR
FERl ASTUTI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi EntomologilFitopatologi
SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tesis Nama NRP
: Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor : Feri Astuti : A451064154
Disetujui: Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Entomologi IFitopatologi
Tanggal ujian:
2 0 FEfi
ao9
n Sekolah Pasca Sarjana
Tanggal Lulus:
2 7 FEB 2009
PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SVVT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dikaruniakan dengan tiada terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pasca Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Badan Karantina Pertanian, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok dan Departemen Proteksi Tanaman, lnstitut Pertanian Bogor, dari Bulan Juli 2008 hingga Januari 2009. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc. dan Dr. Ir. Ali Nurmansyah MSi. selaku komisi pembimbing atas segala bimbingannya dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada lbu lr. Ummu Salamah Rustiani, MSG dan rekan-rekan rnahasiswa pasca sarjana program khusus S2 Karantina Pertanian yang telah memberikan masukan yang sangat berguna dalam penyusunan tesis ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program Magister Sains pada Program Studi Entomologi-Fitopatologi serta seluruh jajaran Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB serta seluruh petugas Karantina khususnya di kantor Karantina Tumbuhan Graha Segara atas bantuan dan kerjasamanya. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh keluarga penulis atas doa, dukungan, perhatian dan kesabaran hingga studi ini lancar. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2009
Feri Astuti
Riwayat Hidup Penulis dilahirkan di Slernan, Yogyakarta pada tanggal 16 Desernber 1979 sebagai anak ketiga dari pasangan Trubus Purnomohadi (Alm) dan Lasinem. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara. Setelah tamat dari SMUN 10 Yogyakarta pada tahun 1998 penulis rnelanjutkan ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada Jurusan Hama dan Penyakit Turnbuhan, Fakultas Pertanian. Gelar Sarjana Pertanian diperoleh pada tahun 2003. Sejak tahun 2005, penulis rnenjadi Pegawai Negeri Sipil di Badan Karantina Pertanian dan ditempatkan di Unit Pelaksana Teknis Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Pontianak, dan sekarang rnenjadi Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak. Pada tahun 2007, penulis rnernperoleh beasiswa pendidikan Pasca Sarjana dari Badan Karantina Pertanian, Departernen Pertanian pada Program Studi Entornologi-Fitopatologi, Sekolah Pasca Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Selarna rnenernpuh pendidikan 52, penulis ditugaskan sebagai staf Sub Bidang Benih dan Benda Lain Irnpor, Bidang Impor, Pusat Karantina Turnbuhan, Badan Karantina Pertanian. Saat ini, penulis telah rnenikah dengan Budiyanto, dan telah dikaruniai satu orang anak: Keisha Kayana Aqilabudi (2 bulan).
DAFTAR IS1
DAFTAR GAMBAR................. . . ....................................................
Halaman xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang........................................................................... Tujuan........................................................................................ Manfaat...................................................................................... TINJAUAN PUSTAKA Lalat buah.................................................................................. Metodologi pengambilan sampel.................. . . ...................... Metodologi Pengambilan contoh di Karantina........................... Metode sampling di USA dan Taiwan........................................ lmpor buah segar....................................................................... Tempat dan Waktu ..................................................................... Metode...................................................................................... HASlL DAN PEMBAHASAN Kondisi impor buah segar di Indonesia...................................... Prosedur irnpor buah segar Indonesia....................................... Kajian teknik pengambilan contoh terhadap buah segar impor. KESIMPULAN DAN SARAN......................
.............................. . .
...................................................... DAFTAR PUSTAKA............. . LAMPIRAN......................................................................................
DAFTAR GAMBAR Halaman Bagan prosedur simulasi teknik pengambilan contoh............... Distribusi persentase frekuensi impor buah segar tahun 2006 (A, N=12.598) dan tahun 2007 (B, N=l5.198) ........................... Distribusi persentase volume buah segar tahun 2006 (A, N=) dan 2007 (B, N=308.784.226)................................................... Persentase frekuensi pemasukan buah ape1 (A), jeruk (B), dan Pir (C) berdasarkan negara pengekspor........................ Distribusi frekuensi impor buah segar berdasarkan pintu pemasukan tahun 2006 (A) dan 2007 (B)............................ Kontainer 40 feet yang digunakan untuk impor buah segar dan kontainer 20 feet ................................................................. Susunan kotak buah ape1 (A) dan buah pir (B) di dalam kontainer.................................................................................... Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,25% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)............................................ Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,5% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C) ............................................ Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 1% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)............................................ Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 2,5% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)............................................ Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 5% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)............................................ Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada apel, jeruk dan pir pada populasi kotak berlalat buah 0,25% (A), 0,5% (B), 1% (C), 2,5% (D)dan 5% (E)............................................................
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah ape1 (Pyrus malus) ........................................
40
Lalat buah yang masuk dalam datlar OPTK beserta daerah sebar pada buah jeruk (Citrus sp.) ............................................
42
Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah pir (Pyrus communis) ....................................
44
Frekuensi dan volume impor buah segar tahun 2006 dan 2007...........................................................................................
46
lmpor buah segar pada tujuh pintu pemasukan di Indonesia....
47
Jenis dan frekuensi buah segar lmpor berdasarkan negara pengirim 2006 dan 2007............................................................
48
Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terambil pada simulasi pengambilan contoh acak sederhana pada buah ape1
50
Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terambil pada simulasi pengambilan contoh acak sederhana pada buah jeruk ............................................................................................
51
Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terambil pada simulasi pengambilan contoh acak sederhana pada buah pir...
52
PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk akan konsumsi buah segar,
lndonesia masih mengimpor produk-produk hortikultura tersebut
(Sumarno 2005). Berdasarkan data dari Departernen Pertanian (2008), total impor buah-buahan terus meningkat. Selama periode 2003-2006, volume impor mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu dari 228.447.156 kg pada tahun 2003 menjadi 427.484.330 kg pada tahun 2006. Jenis-jenis buah impor yang banyak masuk ke lndonesia antara lain adalah anggur, apel, kiwi, jeruk, dan durian (Sulaevi 2000). Peningkatan impor buah-buahan ke dalam wilayah Republik lndonesia tersebut dapat meningkatkan risiko masuknya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang belum ada di lndonesia atau lebih dikenal dengan sebutan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Menurut Deptan (2006), OPTK adalah organisme pengganggu tumbuhan yang belum ada di lndonesia dan dicegah pemasukannya ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Masuknya OPTK tersebut dapat mengancam kelestarian produk hortikultura lokal terutama buah-buahan segar. Jenis buah lokal yang mulai berkurang adalah jeruk brastagi, ape1 malang dan durian petruk (Sulaevi 2000). Lalat buah rnerupakan salah satu jenis OPT yang dilaporkan banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman hortikultura terutama buah-buahan dan sayuran. Serangga tersebut menyerang buah pada saat masih dalam fase larva dengan menggigit daging buah dan menyebabkan buah membusuk dan akhirnya buah jatuh dari pohon sebelum matang. Lalat buah tersebut menyerang lebih dari 100 jenis tanaman hortikultura (Kalshoven 1981). Beberapa jenis lalat buah termasuk OPTK yang dicegah pemasukannya kedalam wilayah negara Indonesia.
Lalat buah yang termasuk dalam daftar OPTK tersebut sangat
berbahaya. Lalat buah tersebut apabila masuk ke suatu area baru dan mampu berkolonisasi (established) rnaka akan lebih berbahaya dan lebih tinggi daya rusaknya dibandingkan dengan lalat buah lokal. Tindakan perneriksaan dan pengawasan yang tepat terhadap buah segar impor sangat diperlukan untuk mencegah masuknya lalat buah asing yang termasuk dalam OPTK ke dalam wilayah negara lndonesia.
Pelaksanaan
pengawasan dan pemeriksaan terhadap impor buah segar saat ini dilaksanakan
oleh instansi pernerintah yaitu Pusat Karantina Turnbuhan, Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Pelaksanaan di pelabuhan dilakukan oleh petugas Karantina Turnbuhan yang rnerupakan pegawai dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Tumbuhan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Pusat Karantina Tumbuhan tersebut berpedornan pada Undang-undang No. 16 tahun 1992 teniang Karantina Hewan, lkan dan Turnbuhan serta Peraturan Pernerintah
(PP) No. 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Salah satu tugas yang diarnanatkan oleh Undang-undang tersebut adalah rnelakukan perneriksaan kesehatan untuk rnernastikan bahwa buah yang masuk telah mernenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditentukan. Selarna ini perneriksaan kesehatan buah segar irnpor tidak dikenakan pada seluruh buah yang dikirirn rnelainkan dengan pengarnbilan contoh (sampel). Beberapa alasan dilakukannya pengarnbilan contoh tersebut adalah (a) populasi kotak buah dernikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh kotak diperiksa; (b) keterbatasan waktu pemeriksaan, biaya, dan sumber daya manusia, (c) bahkan kadang perneriksaan yang dilakukan terhadap sarnpel dapat lebih dipercaya daripada terhadap seluruh populasi, akibat dari kekeliruan yang disebabkan oleh kelelahan fisik dan mental petugas. Untuk rnenjarnin kredibilitas hasil perneriksaan, pengambilan contoh harus dilakukan menurut suatu prosedur baku dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sebagai akibatnya, dengan adanya prosedur pengarnbilan contoh buah impor ini, pengarnbilan contoh buah di satu pintu pernasukan ke pintu pernasukan lainnya dapat dilakukan secara seragarn. Namun dernikian, sarnpai saat ini prosedur baku tentang teknik pengambilan contoh buah segar irnpor ini masih belurn tersusun. Tujuan Penelitian Mengkaji rnetode pengambilan contoh buah dalam pemeriksaan kesehatan buah segar irnpor dan rnenentukan ukuran contoh yang tepat dalam mendeteksi keberadaan OPTK. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat rnemberikan informasi tentang teknik pengambilan contoh yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalarn penyusunan pedornan teknik pengambilan contoh buah segar impor.
TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah Lalat buah (ordo Diptera, farnili Tephritidae), terdiri dari 4000 spesies yang terbagi dalarn 500 genus. Tephritidae rnerupakan farnili terbesar dari ordo Diptera dan rnerupakan salah satu farnili yang penting karena secara ekonorni sangat rnerugikan. Farnili Tephritidae rnerniliki beberapa subfamili. Dacinae merupakan subfarnili yang terkenal sebagai harna lalat buah. Dacinae dibagi rnenjadi dua genus yaitu Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart) (Siwi et a1 2006). Sekitar 35% lalat buah menyerang buah yang berkulit lunak dan tipis. Disarnping rnenyerang buah yang berkulit lunak sekitar 40% larva lalat buah berkembang pada bunga Asteraceae.
Dan sebagian yang lain hidup pada
tanarnan farnili lainnya sebagai pengorok daun, batang dan akar. Kebanyakan lalat buah ini bersifat fitofag (Ortiz et a1 1986). Kebanyakan larva dari lalat buah yang rnernpunyai nilai ekonorni penting berada pada daging buah yang rnasak atau setengah rnasak. Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing (White & Harris 1992).
Larva yang kecil rnerupakan tipe belatung Diptera
dengan panjang tidak lebih dari 1 crn, dan lebih terkenal karena kernarnpuannya rnelornpat. Lalat buah ini sering diternukan berada pada daun atau bunga pada siang hari.
Penarnpilan dari lalat buah ini sering beraneka ragarn narnun
perbedaan khususnya seringkali sangat kecil dan sulit untuk diklasifikasikan. Akhir-akhir ini berbagai jenis
lalat buah ini dapat diidentifikasi dengan kunci
identifikasi. Telur lalat buah umurnnya berwarna putih kekuningan berbentuk bulat panjang (CAB1 2007). Telur seringkali diletakkan secara rnengelornpok di bawah kulit atau didalarn kulit yang luka pada perrnukaan buah. Bekas luka yang hitam secara urnurn dapat terlihat pada ternpat peletakan telur. Setelah larva rnenggigit daging buah rnaka biasanya buah akan segera membus~kdan selanjutnya akan rnenyebabkan buah jatuh
sebelurn rnatang. Seluruh
perkembangan larva berada didalarn buah dan hanya pada fase pupa yang berada pada perrnukaan tanah. Secara urnurn jenis lalat buah ini berkernbang selarna 18 hari (Kalshoven 1981). Beberapa jenis lalat buah terrnasuk dalarn daftar OPTK kategori A l , yaitu organisme pengganggu tumbuhan yang belurn ada didalarn wilayah negara Indonesia dan dicegah pernasukannya ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia.
Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B tryonii, Ceratitis capitata, C. rosa, Rhagolestis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella, dan Rioxa pornia. OPTK yang terdapat pada buah jeruk (Citrus sp.) adalah: Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B. caryeae, B. passiflorae, 5.kandiensis, B. curvipennis, 5.philipinensis, B. psidii, B tryonii, 5. tsuneonis, Ceratitis capitata, C. cosyra, C. quinaria, C rosa, dan Rioxa pornia. Sedangkan pada buah pir (Pyrus communis) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. suspensa, A. obligua, A. suspensa Bactrocera jarvisi, B. tryonii, Ceratitis capitata,C. rosa, Rhagoletis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella dan Rioxa pornia (Deptan 2006). Farnili Tephritidae hampir ada di seluruh daerah di dunia kecuali Antartica.
Genus utarna dari lalat buah yang harus dibatasi penyebarannya
diantaranya (White & Harris 1992): a. Anastrepha spp. menyerang berbagai buah di wilayah Amerika selatan, Tengah dan lndia Barat, spesies ini rnampu bertahan dan berkembang di daerah diluar wilayah tersebut; b.
Bactrocera spp. (sebelurnnya terdiri dari Dacus), rnerupakan lalat buah asli Asia Tropik, Australia, dan daerah Pasifik Selatan. Salah satu dari genus ini berasosiasi dengan bunga dan buah dalarn famili Cucurbitaceae, dan genus yang lainnya berasosiasi dengan inang yang luas terutarna pada hutan tropik yang lembab.
c. Ceratitis spp. rnenyerang inang yang luas pada buah dan merupakan lalat buah asli
Afrika tropik. Ceratitis capitata telah berkembang di seluruh
penjuru dunia, kecuali Asia, dan pada saat meledak di Amerika Utara lalat buah ini telah dieradikasi. d. Harnpir seluruh spesies Dacus spp. berasosiasi dengan bunga dan buah pada famili Cucurbitaceae. spesies ini banyak di ternukan di Afrika. D. ciliatus rnenjadi berkembang di Subkontinen lndia dan Pulau India. e. Rhagoletis spp. diternukan di Arnerika Selatan, Amerika Tengah, Eropa dan Arnerika Utara. Kebanyakan dari spesies ini terdapat pada Solanaceae, dimana kebanyakan spesies ini berasosiasi dengan buah yang masih satu farnili dan jarang sekali satu genus. Yang paling penting dari spesies ini
adalah berasosiasi dengan Rosaceae dan mempunyai potensi untuk berkembang di daerah baru. Pemasukan jenis lalat buah baru sangat berbahaya bagi kelestarian buah lokal di Indonesia. Salah satu jenis tersebut misalnya Mediterranean fruit fly Ceratitis capitata.
Mediterranean fruit fly (Medfly),
Ceratitis capitata
(Diptera:Tephritidae) merupakan salah satu hama yang paling serius menyerang buah di dunia. Lalat buah ini menyerang lebih dari 300 jenis tanaman. Banyaknya populasi hama ini ditentukan oleh jumlah dan ketersediaan inang serta ditentukan oleh kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban (Ortiz et a1 1986). Metode Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh Sampling (pengambilan contoh) adalah mengumpulkan informasi dari sebagian unsur-unsur suatu populasi.
Secara umum, ada dua jenis teknik
pengambilan contoh yaitu, contoh acak (random sampling atau probability sampling) dan contoh tidak acak (nonrandom sampling atau nonprobability sampling) (Cochran 1977). Beberapa teknik yang termasuk dalam contoh acak (random sampling) adalah contoh acak sederhana, contoh acak berlapis, contoh gerombol,
contoh
sistematik,
dan
contoh wilayah.
Sedangkan teknik
pengambilan contoh yang termasuk dalam contoh tidak acak antara lain adalah contoh yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan (convenience sampling), contoh yang dipilih dengan maksud atau tujuan tertentu (purposive sampling), bentuk dari contoh berlapis secara proporsional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan (quota sampling) dan snowball sampling (Usman 2006). Diantara kelima teknik pengambilan contoh acak diatas, umumnya hanya dua teknik yang paling banyak dipakai, yaitu contoh acak sederhana dan contoh sistematis. Contoh acak sederhana adalah suatu teknik pemilihan contoh yang sedemikian rupa sehingga setiap unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih, dan setiap ukuran contoh n mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih (Mulyono 2006). Sedangkan contoh sistematis adalah metode pemilihan contoh yang mengambil setiap unsur ke-k dalam populasi dengan titik awal ditentukan secara acak diantara k unsur yang pertama (Walpole 1997).
Menurut Supranto (2001) terdapat dua kriteria untuk menentukan contoh yang baik.
Kriteria pertama adalah akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat
ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam contoh. Kriteria yang kedua adalah presisi. Dalam setiap pengambilan contoh senantiasa melekat kesalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama sampling error Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari contoh (S) dengan simpangan baku dari populasi makin tinggi pula tingkat presisinya. Menurut Cochran (1991) dalam survei contoh terdapat beberapa tahapan penting adalah: tujuan survei yaitu dalam survei harus mengandung sebuah pernyataan yang jelas sehingga dapat memudahkan pengambilan contoh, populasi yang disampelkan yaitu kumpulan dari obyek yang akan diambil contohnya, data yang dikumpulkan yaitu data yang sssuai dengan tujuan dan tidak ada data pokok yang dihilangkan, tingkat ketelitian yang diinginkan, metode pengukuran, kerangka (frame) yaitu sebelum dilakukan pengambilan contoh, populasi harus dibagi dalam bagian-bagian yang disebut unit pengambilan contoh, pemilihan contoh, uji pendahuluan, organisasi lapangan, ringkasan serta analisis data, dan keterangan yang bermanfaat untuk survei mendatang. Menurut Walpole (1997) dalam berbagai ilmu pengetahuan telah dikembangkan berbagai cara untuk mensimulasi nilai-nilai suatu peubah acak yang berkaitan dengan suatu percobaan statistik. Pensimulasian nilai-nilai suatu peubah acak dapat dicapai dengan memberikan bilangan-bilangan pada nilai peubah acak sehingga tidak mengubah peluang setiap kemungkinan hasil percobaan. Sebaran pengambilan contoh adalah sebaran peluang suatu statistik. Sebaran pengambilan contoh bergantung pada ukuran populasi, ukuran contoh, dan teknik pengambilan contohnya. Ukuran contoh
Untuk dapat memperoleh ukuran contoh yang tepat dalam pengambilan ukuran contoh diperlukan pertimbangan antara lain (1) praktis, artinya bahwa pertimbangan tersebut menyangkut unsur-unsur biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan. (2) ketepatan, yaitu semakin kecil kita memilih taraf signifikansi atau a maka semakin banyak anggota contoh yang diperlukan (Usman 2006). Selain itu terkait dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan juga yaitu, (1) derajat
keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak contoh yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah contoh harus banyak juga (walpole 1977). Metodologi Pengambilan Contoh d i Karantina Metodologi sampling digunakan oleh NPPO (National plant Protection convention) dalam ha1 ini Badan Karantina Pertanian dalam memilih contohuntuk pemeriksaan kiriman suatu komoditas yang dilalulintaskan. Metodologi sampling ini mengandung beberapa parameter diantaranya: acceptance level (tingkat penerimaan), level of detection (tingkat deteksi),
confidence level
kepercayaan), efikasi dari deteksi dan ukuran contoh.
(tingkat
Aplikasi dari teknik
pengambilan contohberdasarkan statistik diantaranya adalah simple random sampling (contohacak sederhana), systematic sampling (contohsisematik), stratified sampling (contohstratifikasi), clustered sampling (contohkluster), akan rnenghasilkan tingkat kepercayaan statistik. Metode sampling lain yang tidak berdasarkan statistik diantaranya adalah convenience sampling, haphazard sampling atau selective sampling, dapat menghasilkan data yang valid dalam menentukan keberadaan atau ketiadaan OPTK (IPPC 2008). Metode Pengambilan Contoh d i USA dan Taiwan Pengambilan contoh terhadap buah segar impor di USA biasanya dilakukan dengan teknik contohacak.
Untuk menentukan ukuran contoh
biasanya menggunakan tabel hipergeometri. Apabila jumlah karton yang dikirim 3,940 maka ukuran contoh yang diarnbil adalah sebanyak 29 karton. Contoh tersebut diambil dari arah depan, tengah dan bagian belakang dari tumpukan. Di Taiwan persyaratan pengambilan contoh buah segar yang diimpor dari Australia harus diperiksa secara acak dari sernua buah segar yang dikirim dengan ukuran contoh minimal 2% dari seluruh buah segar yang dikirim (Crowther 2006). lmpor Buah segar Buah segar merupakan salah satu produk tumbuhan yang menjadi media pembawa OPTK.
Oleh karena itu, importasi buah segar harus memenuhi
beberapa persyaratan. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, tiga persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh,pihak pengimpor
adalah bahwa buah segar yang dikirim harus (a) dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit, (b) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan,(c) dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan (Deptan 2006). Selain persyaratan umum, buah segar yang diimpor harus memenuhi beberapa persyaratan khusus atau persyaratan teknis seperti yang tercantum dalam Permentan No. 37 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan atau Sayuran Buah Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Persyaratan teknis
tersebut adalah bahwa: ( 1 ) buah-buahan berasal dari area produksi yang bebas dari infestasi OPT, (2) buah-buahan yang berasal dari area produksi yang tidak bebas dari infestasi OPT harus diberi perlakuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (3) buah-buahan dikemas menggunakan karton dan atau plastik, dan diangkut dengan peti kemas yang diberi
pendingin, dilakukan pemeriksaan
kesehatan di tempat pemasukan untuk memastikan buah-buahan tersebut bebas OPTK dan (5) harus melalui salah satu dari ketujuh pintu masuk berikut: Pelabuhan Laut (PL) Tanjung Priok, Jakarta, (PL) Tanjung Perak, Surabaya, (PL)Belawan Medan, (PL) Batu Ampar, Batam, Bandar udara (BU) SoekarnoHatta, Jakarta, (BU) Ngurah Rai, Denpasar, dan (PL) Makassar. Perlakuan karantina terhadap buah-buahan dan atau sayuran buah segar impor terdiri dari tiga jenis, yaitu pendinginan (cold treatment), vapour heat treatment, dan fumigasi dengan Metil Bromide (CH3Br). Perlakuan pendinginan digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran: Mediterranean fruitfly (Ceratitis capitata wied), Anastrepha spp., dan Rhagoletis spp., Queensland fruiffly (Bactrocera tryoni Frogg), Bactrocera spp., dan Rioxa spp. Perlakuan vapour heat treatment digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran Mediterranean fruiffly (Ceratitis capitata) dan Bactrocera spp. poda suhu 44,4'
C dan
Anastrepha spp. dengan suhu 44,3 O C. Perlakuan fumigasi digunakan untuk membunuh semua species lalat buah (Deptan 2006).
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian di laksanakan di Badan Karantina Pertanian, Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok, dan Departemen Proteksi Tanaman, lnstitut Pertanian Bogor pada bulan Juli 2008 hingga Januari 2009. Metode Penelitian Kajian Situasi Buah Segar lmpor Kajian ini bertujuan untuk melihat jenis-jenis buah segar yang diimpor, frekuensi dan volume, negara pengirim, pintu pemasukan, alat angkut dan data intersepsi impor buah segar ke dalam wilayah Indonesia. lnformasi tentang keenam ha1 di atas diperoleh dari Laporan Tahunan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian untuk tahun 2006 dan 2007. Laporan Tahunan tahun 2008 tidak tersedia pada saat kajian ini dilaksanakan.
UPT yang ditunjuk
sebagai pintu pemasukan resmi bagi pemasukan buah dan sayuran buah segar adalah seperti yang terdaftar dalam Permentan No. 37 Tahun 2006. Kajian Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengkaji prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan terhadap kiriman buah segar yang masuk ke wilayah Indonesia. Kajian ini dilaksanakan dengan melakukan survei di Kantor Karantina Tumbuhan Graha Segara, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Survei dilakukan dengan mengamati secara langsung pemeriksaan kesehatan buah segar impor oleh petugas Karantina Tumbuhan.
Selain prosedur
pemeriksaan kesehatan, informasi lain yang dicatat dalam kegiatan ini adalah penerapan persyaratan umum dan persyaratan khusus impor buah segar, perlakuan buah s e g x impor, jumlah kotak buah dalam kontainer, metode pengambilan contoh, dan ukuran sampel yang digunakan dalam pengambilan contoh. Kajian Teknik Pengambilan Contoh Kajian teknik pengambilan contoh dilakukan dengan simulasi komputer menggunakan piranti lunak Microsoft Excel. Simulasi pengambilan contoh dilakukan menggunakan metode pengambilan contoh acak sederhana, dengan
mencoba 20 macam ukuran contoh (n), yaitu n= 1, 3,5,7,9,11, 13,15,17,19,
21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37, 39. Pengambilan contoh pada berbagai ukuran contoh tersebut diambil dari 5 macam kondisi populasi, yaitu 0,25%,
0,5%, I%, 2,5% dan 5% kotak buah yang mengandung lalat buah. Kelima macam kondisi populasi kotak buah ini dibuat melalui pembangkitan bilangan acak dari sebaran Poisson sebanyak seratus kali untuk setiap populasi. Pada setiap kali pengambilan contoh dicatat jumlah kotalc berlalat buah dan tidak berlalat buah. Setelah seratus kali pengambilan, kemudian dihitung rata-rata dan simpangan baku dari banyaknya kotak berlalat buah yang terpilih. Disamping itu, juga dihitung besarnya peluang mendapatkan kotak berlalat buah pada berbagai ukuran contoh yang dianalisis.
Bias dari masing-masing
pengambilan contoh ditentukan dari 100 kali pengambilan contoh. Dari 100 kali pengambilan contoh kemudian dapat ditentukan untuk mendapatkan besarnya bias dari masing-masing ukuran contoh tersebut. Bagan dari prosedur simulasi diatas dapat dilihat pada Gambar 1. Simulasi dilakukan pada 3 jenis buah yang mempunyai frekuensi dan volume tertinggi. Berdasarkan data rata-rata dan simpangan baku banyaknya kotak berlalat buah, grafik selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukannya kotak berlalat buah di buat untuk ke-20 ukuran contoh yang dianalisis.
Grafik ini
dimaksudkan untuk melihat perbedaan hasil pendugaan jumlah kotak berlalat buah pada berbagai ukuran contoh yang dianalisis. Keakuratan contoh dalam menduga jumlah kotak berlalat buah ditentukan dengan melihat besarnya bias dari setiap ukuran contoh. Bias adalah perbedaan antara hasil dugaan contoh dengan nilai populasinya (jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya).
Uji
terhadap perbedaan hasil dengan contoh dengan nilai populasi ini dilakukan dengan uji Z menggunakan Minitab versi 14.0 Disamping ketiga analisis diatas, dalam penelitian ini juga dianalisis besarnya ukuran contoh optimum yang diperlukan untuk dapat menduga keberadaan OPTK lebih tepat.
Penentuan ukuran contoh optimum tersebut dilakukan dengan rumus:
dimana:
n = Ukuran contoh optimum; P = Proporsi kotak berlalat buah sesungguhnya didalam kontainer; E = Tingkat kesalahan yang diinginkan; Z = Tingkat kepercayaan yaitu 95%.
Asumsi populasi kotak berlalat buah dalam kontainer: 0,25%, 0,5%,1%, 2,5% dan 5%
Pengambilan contoh dengan berbagai ukuran contoh 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19 21,23,25,27,29,31,33,35,37,39
Jumlah kotak berlalat buah untuk masingmasing ukuran contoh
n Rata-rata dan Galat baku Peluang kotak berlalat buah terdeteksi
Gambar 1 Bagan prosedur simulasi teknik pengambilan contoh
HASlL DAN PEMBAHASAN Situasi Buah Segar lrnpor di Indonesia. Berdasarkan data impor buah segar dari tujuh pintu pemasukan yang ditunjuk diperoleh bahwa jenis buah segar yang diimpor pada tahun 2006 dan 2007 adalah apel, jeruk, pir, anggur, durian, kelengkeng, buah naga, longan, leci, mangga, kiwi, almond, stroberi, nanas, melon, tamarind, lawang, arbei, aprikot, jambu air, ceri, dan mentimun.
Dari ke-22 jenis buah impor diatas, terdapat 3
jenis buah mempunyai frekuensi impor tertinggi yaitu apel, jeruk dan pir masingmasing dengan persentase frekuensi impor sebesar 29%, 19%, dan 18% dari sebanyak 12.598 kali impor pada tahun 2006 (Gambar 2A) dan sebesar 32%, 20%, dan 20% dari sebanyak 15.198 kali impor pada tahun 2007 (Gambar 28). Buah segar lain 7% Lonsan
Buah segar lain
-
Loman
4%
Durian 6% Anggur 9%
20%
(B) Gambar 2 Distribusi persentase frekuensi impor buah segar tahun 2006 (A, N= 12.598) dan tahun 2007 (B, N= 15.198)
Serupa dengan frekuensi impor, jenis buah dengan volume impor tertinggi juga adalah apel, jeruk dan pir baik pada tahun 2006 (Gambar 3A) maupun tahun 2007 (Gambar 3B). Volume impor ape1 mencapai 34%, jeruk 26%, dan pir 21% dari total volume impor buah segar sebesar 308.784,2 ton pada tahun 2006, sedangkan pada tahun 2007, volume impor ape1 mencapai 37%, jeruk 22%, dan pir 20% dari total volume sebesar 420.387,7 ton.
Dunan
Durian
-".
Longan
Buah r q a r lain
Buah segar lain 3%
Gambar 3 Distribusi persentase volume impor buah segar pada tahun 2006 (A, N=308.784,2 ton) dan 2007 (B, N=420.387,7 ton) Buah ape1 yang masuk ke wilayah Indonesia kebanyakan berasal dari negara: Cina, Amerika Serikat, Cili, Selandia Baru, Perancis, Afrika Selatan, Malaysia, Australia, Jepang, Brazil, Singapura, Kolombia, Korea Selatan dan Togo. Negara utama pengekspor ape1 ke wilayah Indonesia adalah Cina yaitu frekuensi tertinggi mencapai 52% dan posisi kedua terbesar ditempati Amerika Serikat dengan persentase frekuensi impor sebesar 34% (Gambar 4A). Berdasarkan SK Mentan No. 38 Tahun 2006, USA merupakan negara yang tidak bebas dari beberapa jenis OPTK lalat buah khususnya buah apel. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan maupun persyaratan teknis bagi buah ape1 yang diimpor dari USA sebaiknya lebih ketat. Pada buah jeruk, impor berasal dari negara: Cina, Pakistan, Australia, Tailand, Amerika Serikat, Argentina, Afrika
Selatan, Mesir, Brazil, Malaysia, Uruguay, Korea selatan, Afrika, Yunani, Turki dan Singapura.
Sama dengan buah ape1
Cina juga merupakan negara
pengekspor buah jeruk tertinggi dengan persentase frekuensi sebesar 51%. Untuk impor buah pir, negara pengekspornya adalah Cina, Afrika Selatan, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, Cili, Argentina, Malaysia, Tailand, Singapura dan Hongkong. Persentase frekuensi pemasukan buah pir paling tinggi berasal dari negara Cina yaitu mencapai 92%
(C) Gambar 4
Persentase Frekuensi pemasukan buah ape1 (A), jeruk (B), dan Pir (C) berdasarkan negara pengekspor
Buah segar impor masuk ke wilayah Indonesia melalui 5 pelabuhan iaut (PL) yaitu Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Batu Ampar, dan Makassar dan 2 bandar udara (BU) yaitu Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai.
Diantara
ketujuh pintu pemasukan tersebut, pintu pemasukan yang sering dilalui impor buah segar adalah Pelabuhan Tanjung Priok. Persentase frekuensi impor buah yang masuk melalui pelabuhan ini pada tahun 2006 adalah berkisar 82%-90% untuk ketiga jenis buah impor utama (Gambar 5A) dan pada tahun 2007 mencapai 66% - 80% (Gambar 5B) dari total frekuensi buah yang masuk di tujuh pintu pemasukan buah. Pada Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa impor ketiga buah utama tersebut tidak pernah masuk melalui pelabuhan Makassar
pintu pemasukan buah
U m Apel e Jeruk o Pir
Pintu pemasukan buah
(B) Gambar5
Distribusi frekuensi impor buah segar pemasukan tahun 2006 (A) dan 2007 (B)
berdasarkan pintu
Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor Buah segar yang diimpor ke Indonesia sebagian besar melalui pelabuhan laut. Kiriman buah segar yang masuk melalui pelabuhan laut tersebut biasanya dimasukkan ke dalam kontainer berukuran 40 feet (Gambar 6), yang dapat menampung buah maksimal sebanyak 22.000 kg. kontainer biasanya seragarn.
Jenis buah dalam satu
Kontainer yang digunakan untuk impor buah
segar dilengkapi dengan alat pendingin (refrigerator) untuk memberi perlakuan pendinginan pada buah selama dalam perjalanan dengan suhu bewariasi tergantung dari OPTK sasaran khususnya lalat buah.
Gambar 6
(A) (B) Kontainer 40 feet yang digunakan untuk impor buah segar (A) dan kontainer 20 feet
Buah segar yang diimpor biasanya menggunakan kemasan kotak karton, namun beberapa jenis buah lain tidak menggunakan kotak karton. Buah yang tidak rnenggunakan kemasan kotak karton tersebut adalah buah anggur dikemas menggunakan stereoform dan buah kelengkeng dikemas menggunakan keranjang plastik.
Kotak buah disusun secara berurutan didalam kontainer.
Susunan kotak buah dalam kontainer bewariasi tergantung dari jenis buah yang dikirim serta ukuran kotak karton yang digunakan. Berdasarkan suwei di pelabuhan Tanjung Priok diketahui bahwa dalam satu kontainer dapat menampung buah ape1 sebanyak 1127 kotak (Gambar 7A), untuk buah jeruk berkisar 1300 sampai
2160, dan untuk buah pir dapat
menampung kotak buah sebanyak 1260 kotak (Gambar 7B).
Namun jumlah
kotak dalam tiap kiriman buah tidak selalu sama tetapi tergantung dari ukuran kotak yang digunakan.
(A) (B) Gambar 7 Susunan kotak buah ape1 (A) dan buah pir (B) di dalam Kontainer Berdasarkan survei diperoleh bahwa prosedur pemeriksaan buah segar di Pelabuhan Tanjung Priok telah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Undang-undang tersebut adalah UU No. 16 tahun 1992 dan PP No. 14 tahun 2002. Persyaratan umum untuk pemasukan buah segar sesuai dengan UU No. 16 tahun 1992 (pasal 5) dan PP No. 14 tahun 2002 (pasal 2) adalah (1) dilengkapi Sertifikat Kesehatan (Phytosanifary Certificate) dari negara asal dan negara transit, (2) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan, dan (3) dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina turnbuhan di tempat-
tempat pemasukan. Persyaratan khusus buah segar juga telah diterapkan untuk impor buah segar
sesuai
dengan
Permentan
No.
37/KptslHK.060/1/2006 tentang
persyaratan teknis dan tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan buah segar ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Buah segar yang masuk di pelabuhan akan dikenakan beberapa tindakan pemeriksaan, diantaranya adalah pemeriksaan dokumen untuk melihat kesesuaian dokumen dengan persyaratan yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik oleh petugas karantina bersama-sama dengan petugas bea cukai dan pemilik barang. Pengambilan sampel buah segar dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan kesehatan selanjutnya dilakukan di laboratorium UPT
setempat. Hasil pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan tindakan karantina selanjutnya. Tindakan tersebut dapat berupa pembebasan apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pada buah segar yang dikirim bebas dari
OPTK.
Tindakan perlakuan dilakukan apabila hasil pemeriksaan kesehatan
menunjukkan bahwa buah segar yang dikirim ditemukan OPT atau OPTK golongan II yaitu OPT yang dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. Tindakan penolakan atau pemusnahan dilakukan apabila hasil pemeriksaan kesehatan menemukan OPTK golongan I yaitu OPT yang tidak dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. Pengambilan contoh yang dilakukan terhadap buah segar dipilih secara acak. Ukuran sampel yang digunakan adalah 1 hingga 2 kotak setiap kontainer. Berdasarkan hasil laporan intersepsi OPTK dari tujuh pintu pemasukan buah pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa OPTK sasaran pada buah impor, yaitu lalat buah tidak pernah ditemukan terbawa
dalam buah yang
dikirim. Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor Simulasi pengambilan contoh untuk setiap ukuran contoh (n= 1,3,5, ...39), dilakukan pada 3 macam populasi buah impor utama, yaitu buah apel, jeruk dan pir. Asumsi ukuran populasi dari ketiga jenis buah tersebut adalah 1127 kotak buah pada apel, 2160 kotak buah pada jeruk dan 1260 kotak pada pir. Secara umum hasil simulasi pada asumsi populasi kotak berlalat buah 0,25% pada ketiga jenis buah tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang terdeteksi semakin meningkat dengan semakin besarnya ukuran contoh (Gambar 8A-C).
Akan tetapi sampai dengan ukuran sampel 39,
rata-rata kotak berlalat buah tertinggi yang ditemukan ini masih jauh dari jumlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Hasil tersebut terlihat pada rata-rata kotak berlalat buah tertinggi pada ape1 yaitu adalah 0,11 kotak dibandingkan jumlah kotak sesungguhnya adalah 3 kotak (Gambar 8A), pada jeruk rata-rata kotak berlalat b ~ l a hyang ditemukan tertinggi adalah 0,l kotak dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 5 kotak (Gambar 8B), dan pada pir rata-rata kotak berlalat buah tertinggi adalah 0,l kotak dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 3 kotak (Gambar 8C).
Hal ini
mengindikasikan bahwa untuk dapat menduga kepadatan OPTK yang lebih akurat diperlukan ukuran contoh yang besar (lebih besar dari 39 kotak). Berdasarkan analisis uji Z terhadap hasil dugaan kepadatan kotak berlalat buah dari ke-20 ukuran contoh diperoleh angka signifikansi (P-Value)
sebesar 0.000. Angka ini menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 99% hasil dugaan kepadatan kotak berlalat buah dari pengambilan contoh dengan n=
1 sampai 39 kotak berbeda nyata dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya.
Hal ini berarti bahwa pengambilan contoh dengan n<39
memberikan hasil yang berbias. Grafik selang kepercayaan pada Gambar 8 A-C menunjukkan perbedaan rata-rata
kotak berlalat buah antar ukuran contoh.
Garis selang yang
berpotongan berarti tidak terdapat beda nyata antar ukuran contoh, sedangkan garis selang yang tidak berpotongan menunjukkan beda nyata antar ukuran contoh. Selang kepercayaan hasil simulasi pada buah ape1 dengan populasi kotak berlalat buah 0,25% menunjukkan bahwa ukuran contoh 1 sampai 21 tidak berbeda nyata namun pada ukuran contoh yang lebih tinggi ukuran contoh tersebut berbeda nyata.
Pada jeruk diperoleh hasil yang sama bahwa
perbedaan rata-rata yang ditemukan antar ukuran contoh tidak berbeda nyata. Beda nyata ditemukan setelah ukuran sampel tersebut mencapai 23. Sedangkan pada pir juga diperoleh hasil yang sama yaitu ukuran sampel 1 sampai 25 tidak berbeda nyata, namun setelah ukuran sampel tersebut yaitu mulai 27 keatas rata-rata kotak berlalat buah yang terdeteksi berbeda nyata dengan ukuran contoh 1 sampai 23. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan contoh dengan maksimum ukuran contoh sebanyak 39 kotak pada populasi kotak berlalat buah 0,25% pada buah apel, jeruk dan pir memberikan hasil pendugaan kepadatan OPTK yang bias. Hal ini mengindikasikan diperlukan ukuran contoh yang lebih besar dari 39 kotak untuk dapat mendeteksi dengan akurat apabila dalam kontainer buah impor tersebut terdapat lalat buah.
Gambar 8
I
I
I
.
I 1 3
. 1
5
. 3
7
. 5
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Wran mntoh
. 7
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 3. w a n mntoh
.
.
.
.
.
35 37 39
Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,25% pada ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)
Pada populasi kotak berlalat buah 0,5% pada buah apel, jeruk dan pir rnenunjukkan bahwa berdasarkan hasil simulasi rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan rneningkat dengan semakin besarnya ukuran contoh (Gambar 9 A-C).
Narnun rata-rata kotak berlalat buah yang diternukan sarnpai dengan
ukuran contoh 39 rnasih berbeda jauh dengan jurnlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya baik pada buah apel, jeruk dan pir.
Hasil tersebut adalah pada
buah ape1 rata-rata tertinggi 0,26 dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 6 kotak (Garnbar 9A), pada jeruk rata-rata tertingginya adalah 0,26 dibandingkan kotak berlalat buah sesungguhnya 11 kotak (Garnbar 9B), dan pada pir rata-rata tertingginya adalah 0,21 dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 6 kotak (Garnbar 9C). Pengambilan contoh dengan teknik sarnpel acak sederhana dengan ukuran contoh 1 sarnpai 39 rnasih rnernperoleh hasil yang bias, artinya tidak dapat rnenemukan kotak berlalat buah sesuai dengan jurnlah kotak berlalat buah sesungguhnya didalam kontainer. Berdasarkan analisis uji Z diperoleh angka signifikansi (P-Value) sebesar 0.000, pada ukuran sarnpel 1 sampai 39. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 99% berbeda secara nyata. Grafik selang kepercayaan pada Gambar 9 A pada apel menunjukkan bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan berbeda nyata pada pada ukuran sarnpel 1, 7, dan 35. Sedangkan ukuran contoh antara 1 sarnpai 5, 7 sampai 33, dan antara 35 sarnpai 39 tidak berbeda nyata. Pada jeruk ukuran sarnpel yang berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh 1,5 dan 31, sedangkan ukuran contoh yang tidak berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh 1 sarnpai 3, 5 sampai 29, dan 31 sampai 39. Pada pir ukuran contoh I 1 sampai 9, 11 sampai 21, 23 sampai 39 tidak berbeda nyata, sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata terdapat pada ukuran sarnpel9 sampai 21.
Gambar 9
Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,5% pada ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 1%.
Kecenderungan rata-rata kotak berlalat buah yang
ditemukan meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan (Gambar 10 A-C). Nilai rata-rata tersebut meningkat secara teratur terutama pada buah apel. Hasil simulasi pada ketiga jenis buah yaitu apel, jeruk dan pir, semuanya menunjukkan hasil yang bias yaitu bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan tidak sesuai dengan jumlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Perbedaan tersebut cukup jauh dimana rata-rata yang ditemukan paling tinggi hanya dapat menemukan sebanyak 4% dari populasi kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Hasil tersebut terlihat pada buah ape1 dimana rata-rata kotak berlalat buah tertinggi yang ditemukan adalah 0,44 kotak dan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 11 kotak, sedangkan pada buah lain yaitu jeruk dan pir hanya mampu mendeteksi paling banyak sebesar 2% dari populasi kotak berlalat buah sesungguhnya. Pada jeruk 0,47 kotak dibandingkan dengan 22 kotak dan pada pir 0,45 kotak dibandingkan jumlah kotak 12. Berdasarkan analisis uji Z juga diperoleh hasil yang bias pada ketiga jenis buah. Grafik selang kepercayaan diperoleh bahwa beda nyata antar ukuran sampel lebih jelas. Pada ape1 ukuran contoh yang berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh antara 1,3,7,13, 27 dan 35, sedangkan ukuran contoh yang tidak menunjukkan beda nyata terdapat pada ukuran contoh antara 3 sampai 5, 7 sampai 15, 17 sampai 27, dan 29 sampai 39. Pada jeruk ukuran contohl yang berbeda nyata terdapat pada 1,5, dan 17. Sedangkan ukuran contoh yang tidak berbeda nyata terdapat pada 1 sampai 3, 5 sampai 13, 15 sampai 17, dan 19 sarnpai 39. sedangkan pada pir ukuran contoh yang tidak berbeda nyata adalah 1 sampai 3, 5 sampai 11, 13 sampai 15, 17 sampai 19, 21 sampai 31, dan 35 sampai 79. Sedangkan ukuran contoh yang menunjukkan beda nyata adalah pada ukuran contoh 1, 5, 13, 15,21, dan 33.
Gambar 10
Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 1% pada ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)
Hasil simulasi buah apel, jeruk, dan pir pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 2,5% hasilnya tetap sama dengan rata-rata kotak berlalat buah pada populasi < 2,5%. Rata-rata ditemukan kotak berlalat buah meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan. Peningkatan ratarata tersebut terlihat lebih teratur daripada pada populasi < 2,5%. Hasil rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada ketiga jenis buah juga bias. Masing-masing hanya
mampu
rnendeteksi
kotak
berlalat
buah
~ 5 %populasi yang
sesungguhnya. Yaitu pada buah apel rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 1,21 kotak dibandingkan dengan jumlah kotak sesungguhnya 28 kotak (Garnbar I I A ) , jeruk 0,93 kotak dibandingkan 54 kotak (Gambar l l B ) dan pir 0,89 kotak dibandingkan jumlah kotak sesungguhnya 31 (Gambar 1IC). Analisis uji Z juga menunjukkan hasil yang bias. Selang kepercayaan pada populasi kotak berlalat buah 2,5% pada buah ape1 menunjukkan bahwa ukuran contoh yang menunjukkan tidak berbeda nyata adalah pada 3 sampai II,13 sampai 21, 23 sampai 25, 25 sampai 35 dan 37 sampai 39. Sedangkan
ukuran contoh berbeda nyata terdapat pada ukuran sampel 1, 3,13,23, 27 dan 39. Pada jeruk ukuran contoh yang tidak berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh 3 sampai 5, 7 sampai 11, 13 sampai 21, 23 sampai 33, dan 35 sampai 39. sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata adalah 1,3,7,13, 23 dan 35. Pada pir ukuran contoh antara 5 sampai 9, 13 sampai 17, 23 sarnpai 31, dan 33 sampai 39 tidak berbeda nyata, sedangkan ukuran contoh 1,3,5, 11, 19 dan 33 berbeda nyata. Pada populasi kotak berlalat buah 2,5% diperoleh bahwa perbedaan masing-masing ukuran sampel hampir nyata.
Hal ini berarti semakin tinggi
populasi kotak berlalat buah dalam kontainer maka perbedaan rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan semakin nyata.
Gambar 11
Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 2,5% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)
Hasil simulasi pada populasi yang tertinggi yaitu 5% menunjukkan ratarata kotak berlalat buah yang ditemukan sama dengan pada populasi <5%. Rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan atau terdeteksi meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan.
Pada ketiga jenis buah
diperoleh hasil yang bias. Dengan ukuran contoh 1 sampai 39 maksimal hanya mampu mendeteksi kotak berlalat buah sebanyak 36% dari populasi kotak berlalat buah sesungguhnya ha1 ini terlihat pada Gambar IN. Pada buah ape1 rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan paling tinggi adalah 2,05 dibandingkan kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 56 kotak (Gambar I N ) , pada jeruk rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 2, 28 kotak dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 108 kotak (Gambar 12B), dan pada pir rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 2,14 kotak dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 60 kotak (Gambar 12C). Pada populasi ini peningkatan rata-ratanya lebih teratur. Analisis uji Z juga menunjukkan hasil yang bias. Selang kepercayaan pada populasi kotak berlalat buah 5% menunjukkan bahwa hampir semua ukuran contoh menunjukkan beda nyata.
Pada ape1
ukuran sampel yang tidak berbeda nyata adalah 17 sampai 27, dan 33 sampai 37 sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata adalah 1,3, 5, 7, 9, 11, 13, 29, dan 39. Selang kepercayaan pada jeruk juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil tersebut adalah bahwa setiap peningkatan ukuran contoh maka rata-rata yang diperoleh berbeda nyata. Ukuran sampel yang tidak berbeda nyata hanya terdapat pada ukuran contoh 23 sampai 31. Demikian pula pada buah pir setiap peningkatan ukuran contoh menunjukkan beda nyata namun pada beberapa ukuran sampel rata-rata yang diperoleh tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada ukuran sampel 11 sampai 21, dan 35 sampai 37. Grafik selang kepercayaan menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kotak beralat buah dalam kontainer maka rata-rata kotak belalat buah yang ditemukan setiap ukuran sampel menunjukkan hasil yang berbeda. Pengambilan contoh pada populasi kotak berlalat buah yang semakin rendah maka perbedaan ukuran yang digunakan tidak akan berpengaruh terhadap rata-rata ditemukan kotak berlalat buah.
Gambar 12
Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata diternukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 5% pada buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)
Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada Gambar 13A terlihat bahwa pada populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0,25% pada buah apel, jeruk, dan pir terlihat bahwa pengambilan contoh sebanyak 1 kotak diperoleh peluang kotak berlalat buah terdeteksi adalah I%, sedangkan pada pengambilan contoh dengan ukuran contoh 39 hanya mampu mendeteksi lalat buah dalam kontainer dengan peluang tertinggi sekitar 11% (Gambar 10A). Hal ini berarti peluang untuk menemukan kotak berlalat buah lebih kecil dari pada peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s.
Peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s
dari pemeriksaan hampir 8 kali lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah terdeteksi, bila ukuran contoh maksimumnya sebesar 39 kotak. Pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu jumlah kotak berlalat buah 0,5%, masih diperoleh bahwa peluang kotak berlalat buah 1010s lebih tinggi daripada peluang ditemukan kotak berlalat buah. Pada pengambilan contoh 1 kotak buah peluang kotak berlalat buah 1010s hampir empat kali lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada ukuran contoh 39 kotak. Peluang kotak berlalat buah ditemukan tersebut adalah 20% sedangkan peluang lolosnya adalah 80% (Gambar 138). Populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 1% masih diperoleh bahwa peluang kotak berlalat buah terdeteksi lebih kecil daripada peluang kotak berlalat buah lolos. Peluang ditemukan kotak berlalat buah tertinggi tersebut adalah 36% sedangkan peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s adalah 64%. Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada populasi yang lebih tinggi yaitu 2,5% baru diperoleh hasil bahwa peluang kotak berlalat buah terdeteksi lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s dari pemeriksaan. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi mencapai 68% sedangkan peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s hanya 32% (Gambar 13D). Hasil yang sama juga diperoleh pada populasi kotak berlalat buah 5%. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi adalah 89% sedangkan peluang kotak berlalat buah 1010s adalah 11% (Gambar 13E). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kotak berlalat buah dalam kontainer maka peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada pengambilan contoh sebanyak 39 semakin tinggi.
0.111
-
-
0.1,
0.x
0.12
02
o.,
.E .
Eo.. aP4
om
~ D I
~
8 3 4 11 35 I7
"Lu."
Gambar 13
I0 11 21 1 3 21
a 3,
U 15 17 9
I 1 5 1 O<313'5?1IPNzIJZ831Bs11s
rmh
Ulun*-
(E) Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada apel, jeruk dan pir pada populasi kotak berlalat buah 0,25% (A), 0,5% (B), 1% (C), 2,5% (D) dan 5% (E)
Penghitungan ukuran contoh
optimum
yang
dapat
mendeteksi
keberadaan OPTK lebih tepat pada tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan maksimum sebesar 10% dapat dilihat pada Tabel 1. Pada proporsi populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0.0025 diperoleh bahwa dengan tingkat kesalahan paling kecil yaitu 1% atau sangat teliti ukuran contoh yang diperlukan adalah 96. Akan tetapi apabila tingkat kesalahan yang diinginkan semakin tinggi maka ukuran contoh yang diperlukan akan semakin kecil. Ukuran contoh optimum dengan tingkat kesalahan 10% hanya diperlukan 1 kotak. Hal ini berarti bahwa pengambilan contoh sebanyak 1 kotak dapat dilakukan namun hasil yang diperoleh akan mempunyai tingkat kesalahan 10%. Semakin tinggi populasi kotak berlalat buah didalam kontainer maka semakin tinggi pula ukuran contoh yang diperlukan agar diperoleh hasil yang
akurat. Semakin kecil tingkat kesalahan yang diinginkan maka ukuran sampel yang diperlukan semakin tinggi Tabel I Ukuran contoh optimum berdasarkan pendugaan proporsi atau persentase p pada tingkat kepercayaan 95% Ukuran contoh yang diperlukan Proporsi (persentase)
Tingkat kesalahan
kotak berlalat buah 10%
5%
3%
1%
0.0025
1
4
11
96
0.005
2
8
21
191
0.01
4
15
42
380
0.025
9
37
104
936
0.05
18
73
202
1824
Pembahasan Buah segar yang diimpor ke dalam wilayah negara lndonesia kebanyakan mempunyai jenis yang sama dengan jenis buah segar lokal yang telah ada di Indonesia.
Buah tersebut mempunyai jenis yang sama namun varietasnya
berbeda. Kesamaan jenis tersebut terdapat pada buah yang mempunyai volume dan frekuensi impor tertinggi yaitu ape1 dan jeruk.
Buah ape1 dan jeruk lokal
dapat ditemukan di berbagai wiiayah di Indonesia, sehingga untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK sebaiknya dilakukan pengurangan frekuensi maupun volume impor buah ape1 dan jeruk.
Pengurangan impor sebaiknya juga diikuti
dengan peningkatan produksi dan kualitas buah ape1 serta jeruk lokal sehingga buah tersebut tidak kalah bersaing dengan jenis buah impor. Buah segar yang diimpor kebanyakan berasal dari negara Cina. Berdasarkan SK Mentan NO. 38 tahun 2006 tentang jenis-jenis OPTK Kategori A1 Golongan I dan II , dan Kategori A2 Golongan I dan II, buah apel, jeruk dan
pir dari Cina bebas dari OPTK laiat buah. Buah segar yang dimpor dari negara Cina mempunyai risiko kecil sebagai media pembawa OPTK khususnya lalat buah. Untuk mencegah masuknya OPT asing yang berpotensi menjadi OPTK maka untuk buah segar yang berasal dari Cina sebaiknya tetap diiakukan pengambilan contoh u n t ~ ~ pemeriksaan k kesehatan.
Selain Cina beberapa jenis buah berasal dari negara Brazil. tersebut adalah ape1 dan jeruk.
Buah
Negara Brazil merupakan salah satu negara
endemi penyakit SALB (South American Leaf Blight) atau penyakit hawar daun karet Amerika Selatan. Selain lalat buah OPTK lain yang kemungkinan dapat terbawa pada buah segar yang dikirim dari negara Brazil adalah cendawan Microcyclus ulei penyebab penyakit SALB.
Untuk meminimalkan risiko
masuknya penyakit SALB buah segar yang berasal dari Brazil harus diberi perlakuan khusus. Perlakuan tersebut dilakukan terhadap alat angkut dan buah segar yang diimpor. Perlakuan terhadap alat angkut dapat dilakukan dengan desinfestasi, sedangkan perlakuan terhadap buah segarnya dapat dilakukan dengan perlakuan sinar UV. Pengambilan sampel juga dilakukan setelah buah segar tersebut diberi perlakuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa buah segar yang diimpor bebas dari OPTK khususnya lalat buah. Frekuensi buah segar yang masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Tanjung Priok.
Tingginya frekuensi pemasukan buah di PL. Tanjung Priok
tersebut juga meningkatkan risiko masuk OPTK lalat buah melalui pintu pemasukan tersebut.
Untuk meminimalkan risiko tersebut maka tindakan
pemeriksaan di pintu pemasukan tersebut harus dilaksanakan secara efektif. Tindakan karantina untuk buah segar tersebut meiiputi pemeriksaan dokumen, fisik, maupun pemeriksaan kesehatan. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan sesuai dengan syarat pengambilan sampel yang tepat.
Seperti yang dikemukakan oleh Usman (2006) syarat sampel yang baik
adalah akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam sampel dan presisi yaitu semakin kecil perbedaan simpangan baku maka semakin tinggi presisinya. Data intersepsi tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa dari hasil pemeriksaan kesehatan terhadap buah segar impor selama tahun tersebut tidak pernah ditemukan OPTK khususnya lalat buah dalam buah segar yang dikirim. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa ha1 diantaranya (1) buah yang diimpor berasal dari negara Cina, dimana buah apel, jeruk dan pir dari negara Cina bebas dari OPTK lalat buah (2) Sebelum atau selama pengiriman buah telah diberi perlakuan sesuai persyaratan yang berlaku sehingga kemungkinan buah, tersebut telah bebas dari lalat buah, (3) teknik pengambilan contoh terhadap buah segar dengan ukuran contoh 1 sampai 2 kotak tiap kontainer mungkin
belum dapat mendeteksi keberadaan lalat buah dalam kiriman, apabila populasi lalat buah dalam kiriman rendah. Teknik pengambilan contoh buah segar di PL. Tanjung Priok dilakukan secara acak, namun prosedur teknik pengambilan secara acak belum diterapkan sepenuhnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Supranto (2001) Pengambilan
sampel acak pada populasi terbatas dapat dilakukan dengan undian atau lotere, namun pengambilan sampel acak pada populasi yang tidak terbatas tidak dapat dilakukan mengunakan undian atau lotere melainkan dengan menggunakan tabel bilangan acak atau dapat juga menggunakan blind step mefhod artinya pemilihan sampel dengan mata tertutup, atau menggunakan kalkulator dan komputer. Pengambilan contoh dengan teknik acak sederhana dalam pemeriksaan kesehatan buah segar impor sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur di atas. Hal ini agar dalam pengambilan contoh dapat diperoleh hasil yang akurat. Pengambilan sampel yang dilakukan sebaiknya tidak berdasarkan atas kepentingan tertentu misalnya alasan kemudahan dalam pengambilan sampel, tetapi sebaiknya didasarkan pada pemilihan sampel yang sesuai. Hasil simulasi pengambilan sampel acak sederhana pada buah apel, jeruk dan pir menunjukkan bahwa ukuran sampel 1 sampai 39 belum dapat mendeteksi kotak berlalat buah dalam kontainer secara akurat. Hasil tersebut diperoleh pada kelima populasi kotak berlalat buah dalam kontainer yaitu dari 0,25%, 0,5%, I%, 2,5% dan 5%. Ukuran sampel optimum yang dapat digunakan untuk mendeteksi kotak berlalat buah secara akurat adalah ukuran contoh seperti tercantum dalam Tabel 1. Ukuran contoh tersebut adalah dengan tingkat kesalahan paling kecil 1% pada populasi kotak berlalat 0,25%
diperlukan
sebanyak 96, namun apabila tingkat kesalahan yang diinginkan lebih tinggi maka ukuran sampel yang diperlukan juga lebih kecil dari 96. Ukuran contoh optimum dengan tingkat kesalahan 5% hanya diperlukan 4 kotak.
Besarnya ukuran
contoh yang kita gunakan akan sangat tergantung dari tingkat kesalahan yang kita inginkan. Semakin tinggi tingkat kesalahan yang diinginkan maka ukuran contohnya semakin rendah dan ketepatannya akan semakin kecil. Semakin kecil tingkat kesalahannya atau semakin teliti hasil yang diinginkan maka ukuran sampel yang diperlukan semakin banyak. Ukuran contoh 1 sampai 2 kotak seperti yang telah diterapkan di PLTanjung Priok dapat digunakan dalam pengambilan sampel buah segar, namun hasil yang diperoleh akan mempunyai tingkat kesalahan 10% apabila
populasi sesungguhnya kotak berlalat buah dalam kontainer adalah 0,25%. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada pengambilan contoh dengan ukuran contoh 1 sampai 2 kotak adalah 1% sedangkan peluang kotak berlalat buah 1010s dari pemeriksaan adalah 99%. Usman (2006) menyatakan bahwa teknik pengambilan contoh dengan teknik sampel acak sederhana mempunyai kebaikan yaitu prosedurnya mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan proses pengolahan data yang rumit. Namun kelemahan teknik ini adalah kemungkinan muncul sampel error tinggi. Ukuran contoh yang digunakan tergantung dari tingkat kesalahan yang kita inginkan. Semakin teliti hasil pengambilan contoh tersebut maka semakin besar ukuran contoh yang diperlukan. Teknik sampel acak sederhana merupakan teknik pengambilan contoh yang telah digunakan oleh beberapa negara untuk pengambilan sampel terhadap buah segar impor. Salah satu negara tersebut adalah Amerika. Ukuran sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk buah segar yang populasinya lebih dari 886 kotak adalah 29 kotak.
Pengambilan contoh di Australia untuk
produk tumbuhan yang mempunyai risiko rendah seperti bunga potong, dan buah kering teknik yang digunakan adalah teknik sampel acak sederhana dan ukuran sampel maksimal yang digunakan adalah 13 kotak. Pengambilan contoh dengan ukuran contoh yang tepat dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK pada buah segar yang dikirim.
Tetapi strategi lain juga dapat diterapkan untuk
meminimalkan risiko masuknya OPTK tersebut. Strategi tersebut salah satunya adalah dengan aplikasi perlakuan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan karantina Pertanian No. 53 tahun 2006 tentang perlakuan terhadap buah-buahan dan atau sayuran buah segar. Perlakuan tersebut adalah pendinginan, vapour heat treatment dan fumigasi. Saat ini perlakuan vapour heat treatment masih terbatas di negara Jepang. Hal ini dikarenakan ketersediaan alat tersetut masih langka. Sedangkan perlakuan fumigasi menggunakan bahan aktif Metil Bromide juga mulai dihilangkan karena efek yang ditimbulkannya dapat merusak lapisan ozon. Oleh karena itu perlakuan yang sangat efektif dapat mencegah masuknya OPTK pada lalat buah adalah dengan pendinginan. Selain itu strategi lain yang dapat digunakan untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan di negara asal. Pemeriksaan ini lebih dikenal dengan sebutan Pre Shipment Inspection (PSI) dimana pemeriksaan dilakukan
oleh petugas karantina, namun pelaksanaannya dilakukan di negara asal sebelum buah segar dikirim ke Indonesia. Rekomendasi yang dapat disampaikan adalah bahwa pengambilan sampel dengan teknik sampel acak sederhana harus sesuai dengan persyaratan. Ukuran contoh yang digunakan agar dapat diperoleh hasil yang akurat sebaiknya lebih dari 1 sampai 2 kotak tiap kontainer. Dengan besaran ukuran contoh tergantung dari tingkat kesalahan yang diinginkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Terdapat tiga jenis primadona buah impor yaitu apel, jeruk dan pir. Negara pengekspor buah ke wilayah Indonesia paling besar adalah Cina. Pintu pemasukan
buah segar yang paling banyak adalah melalui Tanjung Priok.
Pengambilan sampel 1-2 kotak memberi peluang 1010s lebih besar daripada peluang terdeteksi.
Ukuran contoh optimum yang dapat mendeteksi kotak
berlalat buah dengan akurat adalah lebih besar dari 39. Pengambilan contoh dengan ukuran < 39 masih belum memberikan atau menghasilkan data yang akurat dalam mendeteksi OPTK dalam kiriman buah impor. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan perbedaan ukuran contoh yang lebih besar; 2. Perlu penelitian lanjutan tentang teknik sampling yang lain untuk pengambilan buah segar impor.
DAFTAR PUSTAKA [Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2006. Surat Keputusan No. 53IKptslHK. 060/U3/06tentang Perlakuan terhadap Buah-buahan dan atau Sayuran Buah segar. Jakarta: Barantan. [BBKT] Balai Besar Karantina Turnbuhan Belawan. 2006. Laporan Tahunan 2006. Medan: BBKT Belawan.
2007. Laporan Tahunan 2007.Medan: BBKT Belawan. [BBKT] Balai Besar Karantina Tumbuhan Makassar. 2006. Laporan Tahunan 2006.Makassar: BBKT Makassar.
2007. Laporan Tahunan 2007.Makassar: BBKT Makassar. [BKT] Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai. 2006. Laporan Tahunan 2006. Denpasar: BKT Kelas I Ngurah Rai.
2007. Laporan Tahunan 2007. Denpasar: BKT Kelas I Ngurah Rai. [BKT] Balai Karantina Turnbuhan Kelas I Soekarno-Hatta. Tahunan 2006. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta.
2006. Laporan
2007. Laporan Tahunan 2007. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta. [BKT] Balai Karantina Pertanian Subdirektorat Karantina Tumbuhan Otorita Batam. 2006. Laporan Tahunan 2006. Batam: BKPKT Otorita Batam.
2007. Laporan Tahunan 2007. Batam: BKPKT Otorita Batam. [BBKT] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. Tahunan 2006. Surabaya: BBKT Tanjung Perak.
2006. Laporan
2007. Laporan Tahunan Tanjung Perak. Surabaya: BBKT Tanjung Perak. [BBKT] Balai Besar Karantina Turnbuhan Tanjung Priok. Tahunan 2006. Jakarta: BBKT Tanjung Priok.
2006. Laporan
2007. Laporan Tahunan 2007. Jakarta: BBKT Tanjung Priok. [CABI] Center in Agricultural and Biological Institute. 2007. Crop Protection Compendium (CD-ROM) Wallingford: CAB nternational 2 CD-ROM dengan penuntun didalamnya. Cochran WG. 1977. Sampling Techniques. South Orleans: Ernerittus Harvard University. Crowther J. 2006. Industry Advice Notice No. 2006149-Sampling and inspection rate for product permitted under the protocol agreement by Taiwan. Taiwan: Horticulture export program. Web site: http:lhhMMI.bi~~e~~rity.g~~t.nz/fileslregs/exportslplants/aqis-preclearancerequirements-fruit -veg.pdf [20September 20081.
[Deptan] Departemen Pertanian. 1992. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, lkan dan tumbuhan. Jakarta: Deptan. 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Jakarta: Deptan. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Repubik lndonesia Nomor 371Kpts1HK.0601112006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah-Buahan dan atau Sayuran Buah Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Jakarta: Deptan. 2006. Keputusan Menteri Pertanian Republik lndonesia Nomor 38 tahun 2006 tentang Daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) Kategori A1 dan A2, Golongan I dan Golongan II. Jakarta: Deptan. 2008. Volume impor komoditas buah-buahan di lndonesia periode 2003-2006. Website: http:lhnrw\N.hortikultura.deptan.go.idlindex.php?option=com~content&task =view&id=l35<emid=168. [ I 0 Juli 20081. [IPPC] International Plant Protection Convention. 2008. Metodologies for sampling consignment. [Draft International Standar Phytosanitary Measures ISPM]. IPPC: Roma. Kalshoven LGE. 1981. Pest of crops in lndonesia. Van Der laan PA, penerjemah. Jakarta: PT lchtiar Baru-van hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewasswn in lndonesie. Mulyono S., 2006. Statistika untuk ekonomi dan bisnis. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta: Lembaga
Mustafa H., 2000. Teknik sampling. http:llhome.unpar.ac.id/-hasanlSAMPLING.doc. [ 04 Maret 20081. Ortiz G., Liedo P., Reyes j., Schwarz A,, and Hendrichs J. 1986. Mediterranean fruit fly Ceratitis capitata: Present status of eradication program in southern Mexico. Di dalam: Cavalloro, editor. Fruit flies of Economic Importance 84. Boston: Commission of the European Communities. Hlm 101-111. Pedigo PL, and Buntin GD. 1993. Handbook of sampling methods for arthropods in agriculture. United states of America:Department of Entomology lowa State University, Ames lowa and Department of Entomoology of Georgia Experiment Station. Griffin: Georgia. Porrit D. 2007. Draft ISPM: Sampling of Consignment. Australian Government:Department of Agriculture, Fisheries and Forestry. Siwi SS.. Hidavat P.. & Suouta. 2006. Taksonomi dan Bioekoloai Lalat Buah ~ e n t i n g dlndonesia i (Diptera: Tephritidae). Bogor: Balai ~ & a rPenelitian dan Penaembanaan Bioteknoloai dan Sumberdava Genetik Pertanian kerjasama deng& ~e~artrnent-of Agriculture, Fisheries and Forestry Australia. Sumarno. 2005. SAS 2005 : "lndonesia adalah Pengimpor Produk Hortikultura" Indonesian Agricultural Sciences Association, Tokyo-Jepang. Website httplliasa-online.org [4 Mei 20081.
Sulaevi. 2000. Peluang, Kendala dan Strategi Pengembangan Ekspor Agribisnis-Agroindustri Hortikultura Indonesia di Era millenium. Jakarta: Humas-BPPTIANY. Supranto J. 2001. Statistika Teon'dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Usman H., Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Burni Aksara. Walpole R.E., 1997. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utarna. White I.M., and Harris M.M.E., 1992. Fruit Flies of Economic significance: their Identification and Bionomics. Australia: CAB International and AClAR (The Australian Centre for InternationalAgriculture Research).
Lampiran 1 No.
Lalat buah yang masuk daiam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah ape1 (Pyrus malus)'. Nama llmiah
Nama U m u m
Daerah Sebar
1.
Anastrepha fraterculus
2.
Anastrepha ludens
3.
Anastrepha serpentina
4.
Anastrepha suspensa
5.
Bactrocerajarvisi
South American America: Argentina, Bolivia, Brazil, Colombia, Costa Rica, fruiffly Equador, Guatemala, Guyana, Mexico, Panama. Paraguay, TrinidadPeru, Suriname. Tobago, USA. Uruguay, Venezuela Mexican fruiffly America: Belize, Costa Rica, el Salvador, Guatemala, Honduras, Mexico, Nicaragua, USA Sapodilla fruiMy America: Argentina, Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, Guyana-France, Guatemala, Guyana, Mexico, Antilles Netherland, Panama, Peru, Suriname, Trinidad-Tobago, USA, Venezuela Carribean fruiffly America: Virgin Island, Cuba, Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA Fiji fruitfly Oceania: Australia
6.
Elactrocera tryonii
Quensland fruiffly
7.
Ceratitis capitata
Mediterranean fruiffly
'Sumber : SK Mentan No. 38 Tahun 2006
Oceania: Australia, PolynesiaFrance, New Caledonia Europe: Albania, Croatia, Cyprus, France, Greece, Italy, Malta, portugal, Russian Federation, Slovenia, Spain, Swiss, Yugoslavia. Asia: Israel, Yordania, Lebanon, Saudi Arabia, Syria, turkey, Yaman. Africa: Algeria. Angola, Benin, Burkina, Faso, Botswana, Burundi, Cameroon, Cape Verde, Democratic Republic of Congo, Congo, Ivory coast, egypt, Ethiopia, Gabon, Ghana, Guniea.Kenya, Liberia, Libya, Madagaskar, Malawi, Mali. Mauritius, Marocco Mozambique, niger, Nigeria, Reunian, Saint Helena, Saotoe & Principe, Senegal, Seychelles, Sierra Leone, South Africa, Sudan, Tanzania, Togo, Tunisia, Uganda, Zambia, Zimbabwe America: Argentina, Bolivia, Brazil, Colombia, Costa Rica,
Lampiran I
No.
Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah ape1 (Pyrus malus)' (lanjutan)
Narna llmiah
Nama Urnurn
Daerah Sebar
8.
Ceratitis rosa
9.
Rhagoletis cerasi
10.
Rhagolefis cingulata
Equador, El Salvador, Guatemala. Honduras, Jamaica, Mexico, Antilles the Netherland, Nicaragua, Panama, Paraguay, Peru, USA, Uruguay, Venezuela Natal fruitfly Africa: Angola. Democratic Republic of Congo, Ethiopia, Kenya, Malawi, Mali, Mauritius, Mozambique, Nigeria, Rwanda, Reunion. South Africa, Swaziland, Sudan, Tanzania, Uganda, Zambia, Zimbabwe European ceri Asia: Georgia, Iran, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkey, fruitfly Turkmenistan. Uzbekistan Europe: Austria, Belgium. Bulgaria, Croatia, Czech, Slovakia, Denmark, Estonia. France, Germany, Greece, Hungary, Italy, Latvia, Lithuania, Moldova, Netherland. Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Russian Federation, Spain, Swedia, Swiss, Ukraina, Yugoslavia. Ceri fruitfly America: Canada, Mexico, USA
11.
Rhagoletis fausta
Black (dark) ceri America: Canada, USA fruitfly
12.
Rhagoletis pomonella
Apple maggot fly
America: Canada, Mexico, USA
13.
Rioxa pornia
lcelandian fruitfly
Oceania: Australia, France Polynesia, New Caledonia, Fiji. Samoa America.
Sumber : SK Mentan No. 38 Tahun 2006
Lampiran 2
No. 1.
Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah jeruk (Citrus sp.')
Nama llmiah Anastrepha fratenulus
Nama Umum
Daerah Sebar
Bactrocerajarvisi
South American America: Argentina, Bolivia, Brazil, Colombia, Costa Rica, fruitfly Equador, Guatemala, Guyana, Mexico, Panama, Paraguay, Peru, Suriname, TrinidadTobago, USA, Uruguay, ~enezuela America: Belize, Costa Rica, el Mexican fruiffly Salvador, Guatemala, Honduras, Mexico, Nicaragua, USA America: Argentina, Brazil, Sapodilla fruitfly Colombia, Costa Rica, Equador, Guyana-France, Guatemala, Guyana, Mexico, Antilles Netherland, Panama, Peru, Suriname, Trinidad-Tobago, USA, Venezuela America: Virgin Island, Cuba, Carribean fruiffly Dominica. Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rim, USA Oceania: Australia Fiji fruiffly
Bactmcera caryeae
Indian fruiffly
Asia: India, Srilanka
Bactrocerapassiflorae
Fijian fruiffly
Bactmera kandiensis
Srilankan fruitfly
Oceania: ,ijif Niue, Tuvalu, Wallis-Futuna Asia: Srilanka
Bactrocera curvipennis
Banana fruiffly
Anastrepha ludens Anastrepha serpentina
Anastrepha suspensa
Bactrocera philipinensis Philipines fruiffly Bactrocera psidii
Tonga,
Oceania: New Caledonia, Vanuatu Asia: The Philippines
Southsea guava Oceania: New Caledonia fruitfly
Bactrocera tryonii Bactrocera tsuneonis
Oceania: Australia, PolynesiaFrance, New Caledonia Japanese orange Asia: Cina, Japan, Vietnam Quensland fruitfly
fruitfly Ceratitis capitata
Mediterranean fruiffly
' Sumber : SK Mentan No. 38 Tahun 2006
Europe: Albania, Croatia, Cyprus, France, Greece, Italy, Malta, portugal, Russian Federation, Slovenia, Spain, Swiss, Yugoslavia. Asia: Israel, Yordania, Lebanon, Saudi Arabia, Syria, turkey, Yaman. Africa: Algeria, Angola, Benin, Botswana. Burkina, Faso, Burundi, Cameroon, Cape Verde,
Lampiran 2
No.
Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah jeruk (Citrus sp.') (lanjutan)
Nama llmiah
Nama Umum
15.
Ceratitis cosyra
Mango fruitfly
16.
Ceratitis quinaria
Rhodesian fruiffly
17.
Ceratitis rosa
Natal fruitfly
18.
Rioxa pornia
lcelandian fruitfly
Sumber : SK Mentan No. 38 Tahun 2006
Daerah Sebar Democratic Republic of Congo, Congo, lvory coast, egypt, Ethiopia. Gabon, Ghana, Guniea,Kenya. Liberia, Libya, Madagaskar, Malawi, Mali, Mauritius. Marocco Mozambique, niger, Nigeria. Reunian, Saint Helena, Saotoe & Principe, Senegal, Seychelles, Sierra Leone, South Africa, Sudan, Tanzania, Togo, Tunisia, Uganda, Zambia, Zimbabwe America: Argentina, Bolivia. Brazil. Colombia, Costa Rica, Equador, El Salvador, Guatemala, Honduras, Jamaica, Mexico, Antilles the Netherland, Nicaragua, Panama, Paraguay, Peru, USA, Uruguay, Venezuela Africa: Angola. Benin, Botsawana, Burkina Faso, Cameroon. Africa Tengah, Democratic Republic of Congo, lvory Coast, Guinea, Kenya, Madagaskar. Malawi, Mali, Mozambique, Nigeria, Rwanda, Senegal, Sierra Leone. South Africa, Sudan, Tanzania, Togo. Zambia, Zimbabwe Africa: Angola, Democratic Republic of Congo, Ethiopia, Guinea, Kenya, Malawi, Mali, Mauritius, Mozambique, Nigeria, Rwanda, Reunion, Senegal, Sierra Leone, South Africa, Swaziland, Tanzania, Uganda, Zambia. Zimbabwe Africa: Angola, Democratic Republic of Congo, Ethiopia, Kenya, Malawi, Mali, Mauritius, Mozambique, Nigeria, Rwanda, Reunion, South Africa, Swaziland, Sudan, Tanzania, Uganda, Zambia, Zimbabwe Oceania: Australia, Polynesia France, New Caledonia, fiji, Samoa America
Lampiran 3
No. 1.
Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah pir (Pyrus cornrnunis)'
Nama llmiah Anastrepha fraterculus
Nama Umum
Daerah Sebar
South American
America: Argentina, Bolivia, Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, Guatemala, Guyana, Mexico, Panama, Paraguay, Peru, Suriname, TrinidadTobago, USA, Uruguay, Venezuela America: Belize, Costa Rica, el
fruiffly
2.
Anastrepha ludens
Mexican fruitfly
Salvador. Guatemala, Honduras, Mexico, Nicaragua, USA 3.
Anastrepha obligua
West
4.
Anastrepha serpentina
5.
Anastrepha suspensa
6.
Bactrocerajarvisi
Indian America: Argentina, Bahamas, Barbados. Belize. Bolivia, Brazil, fruitfly Virgin Island. Colombia, Costa Rica, Cuba, Dominica, Equador, Grenada, Guadeloupe, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Jamaica. Martinique, Mexico, Montserrat, Nicaragua, Panama, Paraguay. Peru, Puerto Rico, Saint Kitts &Nevis, saint Lucia, Suriname. TrinidadTobago, Kep Virgin, Uruguay. Venezuela Sapodilla fruiffly America: Argentina, Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, Guyana-France, Guatemala, Guyana, Mexico, Antilles Netherland, Panama, Peru, Suriname, Trinidad-Tobago, USA, Venezuela Carribean fruiffly America: Virgin Island, Cuba, Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA Fiji fruiffly Oceania: Australia
7.
Bactrocera tryonii
Queensland fruitily
8.
Ceratitis capitata
Mediterranean fruiffly
Sumber : SK Mentan No. 38 Tahun 2006
Oceania: Australia, PolynesiaFrance, New Caledonia Asia: Israel, Yordania, Lebanon. Saudi Arabia, Syria, turkey, Yaman. Africa: Algeria, Angola, Benin. Botswana, Burkina, Faso, Burundi, Cameroon, Cape Verde, Democratic Republic of Congo, Congo, Ivory coast, egypt, Ethiopia, Gabon, Ghana, Guniea,Kenya, Liberia, Libya,
Lampiran 3
No.
Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah pir (Pyrus communis)'(lanjutan)
Nama llmiah
Nama Umum
Daerah Sebar
9.
Ceratitis rosa
10.
Rhagoletis cerasi
11. 1
RhagoletIs cingulata RhagoletIs fausta
13.
Rhagoletis pornonella
Madagaskar, Malawi, Mali, Mauritius, Marocco Mozambique, niger, Nigeria, Reunian. Saint Helena, Saotoe & Principe, Senegal, Seychelles, Sierra Leone, South Africa, Sudan, Tanzania, Togo, Tunisia, Uganda, Zambia, Zimbabwe America: Argentina, Bolivia, Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, El Salvador, Guatemala, Honduras, Jamaica, Mexico, Antilles the Netherland. Nicaragua, Panama, Paraguay, Peru, USA, Uruguay, Venezuela Natal fruiffly Africa: Angola, Democratic Republic of Congo. Ethiopia, Kenya, Malawi, Mali, Mauritius. Mozambique. Nigeria, Rwanda, Reunion, South Africa, Swaziland, Sudan, Tanzania, Uganda. Zambia, Zimbabwe European ceri Asia: Georgia, Iran, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkey, fruitfly Turkmenistan, Uzbekistan Europe: Austria, Belgium, Bulgaria, Croatia, Czech, Slovakia. Denmark, Estonia, France, Germany, Greece, Hungary, Italy, Latvia, Lithuania, Moldova, Netherland, Norwegia, Polandia. Portugal. Romania, Russian Federation, Spain, Swedia, Swiss, Ukraina, . Ceri fruitfly America: Canada, Mexico. USA Black (dark) ceri America: Canada, USA fruiffly Apple maggot fly America: Canada, Mexico, USA
14.
Rioxapornia
lcelandian fruitfly
Sumber : SK Mentan No. 38 Tahun 2006
Oceania: Australia
Lampiran 4 Frekuensi dan volume impor buah segar tahun 2006 dan 2007 NO
KOMODITAS
JUMLAH FREK
SAT JUMLAH KONTAINER
VOLUME
2006
2007
2006
2007
2006
2007
1. Apel
3785
4973
105,552,418
157,227,922
kg
5278
7862
2.
Jeruk
2522
3102 80,200,726
94,014,749
kg
4011
4701
3.
Pir
2391
3055 66,366,672
85,454,089
kg
3319
4273
4.
Anggur
1184
1378
21,890,909
25,329,376
kg
1095
1267
5.
Durian
1060
928
20,529,575
17,239,684
kg
1027
862
6.
Buah segar
180
162
3,390,582
2,622,145
kg
170
132
7.
Kelengkeng
125
-
3,108,394
-
kg
156
t18
8.
Buah Naga
162
28
2,513,762
216,169
kg
126
11
9.
Longan
1401
1427
1,867,174
36,597,127
kg
95
1830
10.
Leci
74
101
1,342,567
1,761,033
kg
68
89
11.
Mangga
55
101
899,111
1,761,033
kg
45
89
12.
Kiwi
33
33
481,276
481,296
kg
25
25
13. Almond
27
-
345,371
-
kg
18
14. Stroberi
14
11
145,815
116,621
kg
8
6
15.
43
63
85,353
147,257
kg
5
8
Buah dan Sayur Segar
16.
Melon
5
5
54,121
54,121
kg
3
3
17.
Tamarind
2
2
10,150
10,150
kg
1
1
18. Sernangka
1
1
200
1,100
kg
1
1
19.
Nanas
1
13
50
148,900
kg
1
1
20.
Lawang
2
kg
1
2
Blueberry
2
-
23.960
21.
-
18,789
kg
1
1
22.
Mentimun
-
1
-
500
kg
1
1
Lampiran 5 lmpor buah segar pada tujuh pintu pemasukan di Indonesia. PL. Tanjung Priok (Jakarta)
PL. Tanjung Perak (Surabaya)
Tempat Pemasukan PL. Belawan PL. Batu Ampar (Batam) (Medan)
Komoditas
BU. Soekarnohatta (Jakarta)
BU. Bandara Ngurah Rai (Bali)
2006
2006
2007
2006
2007
6 105
2 4 1 2 44
63
Frekuensi 2006
Apel Jeruk Pir Anggur Durian Buah segar Kelengkeng Buah Naga Longan Leci Mangga Kiwi Almond Stroberi Mentimun Semangka Melon Nanas Blusbeny Lawang Tamarind Alpukat Aprikot Bluebeny Jambu air ceri Rambutan
PL. Makassar (Makassar)
3156 2275 2122 1058 1019 135
2007 3308 2492 2096 1058 765 121
2006 405 170 224 51 28
2007 1205 491 697 202 153
23 1327 70 48 28 7 1 2 5 12 2
2007
269 33 5 60
432 70 222 103 1 41
-
45 122
157 1327 70 48 28 27 9
2006
3 1 1
28
-
-
59
-
32
85 3
-
2006
2007
1,1,2-2 5
30 49 7 14 18
8
1
1
2007
5 2 102
1
2 5 15 3 5 5
20 11
3
3
26
21
6 12 1
-
8 2 2 12 2 1 1 4
2 50
Lampiran 6 Jenis buah
Jenis buah segar lmpor buah berdasarkan negara pengirim 2006 dan 2007 JUMLAH
Asal negara
Ape1
Afrika Selatan Amerika Serikat Australia Brazil Cili Jepang Malaysia Prancis Selandia Baru Singapura Togo Cina Korea Selatan Kolornbia USA Afrika Argentina Tailand Uruguay Bulgaria
Jeruk
Afrika Selatan Arnerika Serikat Argentina Brazil Cili ltalia Malaysia Singapura Turki Uruguay Australia Cina Hongkong Korea Selatan Mesir Pakistan Thailand Afrika Yunani Siprus Spanyol Egypt Taiwan Meksiko Saint Vincent
Frekuensi 2006 2007 22 9 1.288 756
SAT
Volume
2006 1,000,000 28.763.955
2007 176,441 38,323,560
Kg Ka
Lampiran 6
Pir
Jenis buah segar lmpor buah berdasarkan negara pengirim 2006 dan 2007 (lanjutan)
Afrika Selatan Amerika Serikat Argentina Australia Chili China Hongkong Korea Selatan Malaysia Selandia Baru Thailand Singapura Pakistan
53 22 20 23 8 2210 1 41 8 1 2 2
14 12 3 3 5 2763 182 7
7 3 1 50
1,194,495 446,634 443,884 515,001 225.000 62,652,175 19,550 580,547 187,600 22,500 38,727 40,559
307,540 92.968 73,248 118,720 77,357,177 5,601,609 88,549 177,600
E
~4 Kg Kg Kg Kg Kg
Kg
Kg 81,921 Kg 22,500 Kg 1,201,494 Kg
Lampiran 7 Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terarnbii pada simulasi pengambilan contoh acak sederhana pada buah ape1
(6 kotak) (11 kotak) (28 kotak) (56 kitak) peluang Ratapeluang RataSE peluang Rata- SE SE peluang Rata- SE peluang rata rata rata rata 0 0.01 0.01 0.01 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.03 on17 n n2
(3 kotak) 1
Ratarata 0
SE 0
Larnpiran 8 Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terarnbil pada sirnulasi pengarnbilan contoh acak sederhana pada buah jeruk Ukuran ~arnpel 0,25%
(5 kotak) 1
Ratarata 0
SE 0
0
Rata-rata ditemukan lalat buah pada persentase penempatan kotak berlalat buah 0,5% I% 23% 5% (22 kotak) (54 kotak) (108 kotak) (11 kotak) RataSE peluang Rata- Sd peluang RataSE peluang RataSE peluang rata rata rata rata 0 0.01 0 0.02 0.014 0.02 0.01 0. 01 0.01 0.04 0.02 0.04
Lampiran 9 Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terambil pada simulasi pengambilan contoh acak sederhana pada buah pir Ukuran Sarnpel
Rata-rata ditemukan lalat buah pada persentase penempatan kotak berlalat buah 0.25%
0.5%
(3 kotak) 1
Ratarata
SE
0.01
0 001
(6 kotak)
-
Peluana Ratarata 0.01
1%
0
SE 0
(12 kotak) peluann - Rata- SE ~eluann - Ratarata rata 0
0.01
0.01
0.01
0.02
2.5% (31 kotak)
SE 0.014
5%
~eluana - Ratarata 0.02
0.04
(60 kotak)
-
SE
oeluana
0.02
0.07