Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB) 2014
KAJIAN STRATEGI REVITALISASI PERTANIAN INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Leni Evangalista Marliani
[email protected] Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO. Box. 148 Cimahi.
Abstrak - Peran sektor pertanian Indonesia terhadap pembentukan PDB masih cukup besar dan menduduki urutan ke tiga setelah sektor industi dan perdagangan, hotel dan restoran, dimana PDB Indonesia mengalami pertumbuhan rata- rata diatas 5% per tahun. Tetapi jumlah penduduk miskin di pedesaan yang mata pencahariannya sebagian besar sebagai petani masih lebih besar dibandingkan di kota. Untuk menghadapi persaingan yang lebih ketat terutama menghadapi Asean Economic Community ditahun 2015, maka pemerintah perlu melakukan strategi dan kebijakan untuk menghadapinya, salah satu diantaranya dengan melalui strategi tiga jalur yang meliputi strategi dalam stabilisasi ekonomi makro, pengembangan sektor riil dan stabilisasi ekonomi mikro. Strategi tiga jalur diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat meningkatkan peran sektor pertanian dalam rangka menghadapi AEC ditahun 2015. I.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting sebagai penyedia input bagi sektor lain, sehingga sektor ini dikatakan mempunyai pengaruh terhadap struktur perekonomian Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia ditopang oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertanian masing-masing memberikan kontribusi sebesar 25,54%, 18,09%, dan 12,27% untuk tahun 2013. Berdasarkan data tersebut sumbangan dari ketiga sektor ekonomi cukup besar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Produk Domestik Bruto mencerminkan kondisi perekonomian dari suatu negara, apakah Tabel 1
negara tersebut perekonomiannya mengalami kemajuan atau sebaliknya. Perekonomian suatu Negara dikatakan mengalami pertumbuhan jika Produk Domestik Bruto pada negara tersebut mengalami kenaikan. Sebaliknya, ketika pertumbuhan ekonomi negara tesebut mengalami penurunan, indikasinya bahwa Produk Domestik Bruto negara tersebut nilainya mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dari suatu Negara akan berdampak kepada kesejahtraan masyarakat. Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di sebuah negaraā€¯ (Case & Fair, 2002 : 23). Data mengenai pergerakan PDB Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013 diperlihatkan pada table berikut ini.
Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2009 sampai 2013 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2002 ( Dalam Milyar Rupiah)
Lap.usaha Pertanian,peternakan,kehutanan dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industry pengolahan Listrik, gas dan air bersih
2009 295.883,8
2010 304.777,1
2011 315.036,8
2012 328.279,7
2013 339.890,2
180.200,5 570.102,5 17.136,8
187.152,5 597.134,9 18.050,2
190.143,2 633.781,9 18.889,7
193.115,7 670.190,6 20.080,7
195.708,5 707.457,8 21.201,0
Bangunan Perdagangan,hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa- jasa
140.267,8 368.463,0 192.198,8 209.163,0
150.022,4 400.474,9 217.980,4 221.024,2
159.122,9 437.472,9 241.303,0 236.146,6
170.884,8 473.110,6 265.383,7 253.022,7
182.117,9 501.158,4 292.421,5 272.151,9
205.434,2
217.842,2
232.659,1
244.869,9
258.237,9
Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB) 2014
PDB 2.178.850,4 Sumber : BPS, Statistik Ekonomi Indonesia
2.314.458,8
2.464.566,1
2.618.938,4
2.770.345,1
Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB) 2014
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa PDB Indonesia dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan diatas 5% dengan peran masingmasing sektor. Bila dilihat sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDB, sumbangannya berada pada urutan ketiga, tetapi bila dilihat dari jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia, sebagian besar berada di pedesaan dengan mata pencaharian utama sebagai petani. Berdasarkan data tahun 2013, jumlah penduduk miskin di desa sebanyak 17,74 juta orang (14,32%) lebih besar dibanding penduduk kota yang hanya berjumlah 10,33 juta orang (8,39%). Melihat permasalahan di atas maka bagaimanakah perkembangan Produk Domestik Bruto di Indonesia dan bagaimana dampak dari pertumbuhan ekonomi kepada kondisi kemiskinan masyarakat apakah akan menurun atau meningkat. Permasalahan lainnya adalah ingin mengkaji peran sektor pertanian Indonesia terhadap PDB dan bagaimana dampaknya terhadap kemiskinan di sektor pertanian dan langkah- langkah strategis apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi ASEAN Economic Community di tahun 2015. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan kajian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan Produk Domestik Bruto memiliki implikasi terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan menurunnya tingkat kemiskinan dan bagaimana sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDB serta langkah- langkah strategis apa yang akan dilakukan pemerintah untuk menghadapi ASEAN Economic Community di tahun 2015. Sumber Data dan Metode Analisis Data yang digunakan dalam tulisan ini bersumber dari Bank Indonesia (BI), yang menyediakan data ekonomi, keuangan, serta datadata lain yang terkait dengan PDB. Dan data bersumber juga dari Badan Pusat Statistik. Analisis data yang dipakai adalah analisis deskriptif dengan dasar ekonomi makro yang bersifat kuantitatif Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita mengaitkan aspek output total (GDP) dan aspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukan kecenderungan perubahan perekonomian dalam
jangka tertentu yang didorong oleh proses intern perekonomian (self generating). Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktorfaktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Revitalisasi Pertanian Kebijakan revitalisasi pertanian yang dicanangkan pemerintah merupakan upaya menjadikan sektor pertanian sebagai motor penggerak utama ekonomi nasional. Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di pedesaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan peran sektor pertanian , maka sektor tersebut menghadapi berbagai perubahan sebagai akibat dari globalisasi ekonomi, yaitu : 1. Semakin terbukanya pasar dan meningkatnya persaingan. 2. Meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang berlandaskan mekanisme pasar. 3. Semakin besarnya peran konsumen dalam menentukan aktivitas di sector pertanian. Sektor pertanian masih memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan apabila kendala- kendala berikut dapat ditangani, yaitu yang meliputi produktivitas, efisiensi usaha, konversi lahan pertanian , keterbatasan sarana dan prasarana pertanian, serta terbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian. Pentingnya peranan sektor pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia memerlukan perhatian dan keberpihakan dari seluruh komponen bangsa, terutama pengambil kebijakan agar menempatkan pertanian yang kaya potensi dan melibatkan mayoritas mata pencaharian masyarakat itu sebagai sektor yang perlu mendapat dukungan konkrit. Dukungan itu berupa penyediaan infrastruktur, kebijakan moneter, permodalan, asuransi, dan jaminan pemasaran yang adil. Oleh sebab itu, sangatlah penting adanya revitalisasi pertanian atau usaha, proses, dan kebijakan untuk menyegarkan kembali daya hidup pertanian, memberdayakan kemampuannya, membangun daya saingnya, meningkatkan kinerjanya, serta mensejahterakan pelakunya, terutama petani. Kesejahteraan petani telah meningkat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kemiskinan merupakan salah satu bagian yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan. Data tahun 2013 dari 28,07 juta orang miskin di Indonesia, 14,32% di antaranya berada di pedesaan, dan sebagian besar adalah petani. Hal penting yang harus dilakukan dalam revitalisasi pertanian adalah mengubah paradigma
Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB) 2014
tentang pertanian itu sendiri. Seringkali pertanian masih di bayangkan sebagai dunia kaum miskin dan kumuh. Sektor pertanian memiliki cakupan yang sangat luas, termasuk di dalamnya adalah sektor perikanan, peternakan dan kehutanan, dari kegiatan hulu sampai hilir, mengubah input menjadi output berupa sandang, pangan, papan dan lingkungan yang nyaman bagi makhluk hidup, sektor ini juga mencakup berbagai kegiatan agrobisnis, agroindustri, dan agroservis. Pertanian tidak sekedar menanam dan berkebun. Hal di atas menunjukkan betapa luasnya sektor pertanian. Indonesia seharusnya dapat menjadikan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian untuk mensejahterakan bangsa sesuai dengan tujuan diadakannya revitalisasi pertanian. Revitalisasi pertanian dimaksudkan untuk berkontribusi pada pemberantasan kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan (Arifin B, 2007) Pemerintah harus terus mendorong peran aktif petani untuk meningkatkan daya saing produksinya. Hal ini terkait dengan kesiapan Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dimana kawasan ASEAN akan menjadi pasar tunggal berbasis produksi tunggal. Dengan demikian, seluruh negara ASEAN harus melakukan liberalisasi perdagangan dengan arus modal yang lebih bebas sebagaimana yang telah digariskan dalam AEC Blueprint. Kementrian Pertanian Indonesia menyatakan bahwa pasar bebas ASEAN berdampak cukup besar bagi semua sektor perdagangan, termasuk sektor pertanian. Penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan yang dilakukan oleh pemerintah akan mengakibatkan semakin banyaknya produk impor masuk ke Indonesia. Kondisi inilah yang cukup mengkhawatirkan karena berpengaruh pada eksistensi produk lokal. Peningkatan daya saing produk lokal sangat diperlukan menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 mendatang. Langkah strategis menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 menurut Kementrian Pertanian yaitu diantaranya melalui Triple Track Strategy (Strategi Tiga Jalur) sebagai program dalam revitalisasi pertanian dan lebih terfokus untuk menghadapi AEC untuk stabilisasi perekonomian Indonesia. Ketiga jalur tersebut yaitu stabilisasi ekonomi makro, pengembangan sektor riil, dan stabilisasi ekonomi mikro. Stabilisasi ekonomi makro, yang antara lain ditandai dengan stabilitas nilai tukar, keseimbangan perdagangan dan pembayaran internasional yang sehat, tingkat bunga yang kompetitif, dan keberlanjutan fiskal yang mantap untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor utama dalam pengurangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja baru. Oleh sebab itu, stabilisasi ekonomi makro sangat perlu diterapkan dengan baik terutama dalam menghadapi AEC. Namun demikian, stabilisasi ekonomi dan pertumbuhan
saja tidak cukup cepat untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran tetapi juga diperlukan pengembangan sektor riil. Pengembangan sektor riil, berupa kebijakan yang bisa berdampak langsung pada penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Melalui pengembangan sektor riil diharapkan mampu mengatasi permasalahan di Indonesia terutama masalah pengangguran karena berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan Februari 2013 terdapat 5,92 % . Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kebangkitan sektor riil, Indonesia harus mampu menemukan sinergi strategi yang kompatibel agar berbagai permasalahan di Indonesia dapat terselesaikan. Pengembangan sektor ini melalui keterbukaan ekonomi dunia, perkembangan budaya korporat, tuntutan permintaan konsumen yang lebih beragam, serangkaian kemudahan, dan kualitas higienis berstandar tinggi. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat harus bahu-membahu melakukan kemitraan yang saling menguntungkan dalam kerangka pemanfaatan keunggulan kompetitif untuk mendapatkan peluang peningkatan daya saing di pasar internasional, serta peningkatan keunggulan komparatif dan utilisasi sumber daya yang dimiliki daerah-daerah di Indonesia. Strategi jalur yang ketiga yaitu stabilisasi ekonomi mikro. Stabilisasi ekonomi mikro terutama melalui pemberdayaan usaha kecil menengah (UMKM) dengan cara dan teknik produksi yang inovatif agar bisa menjalankan kegiatan produksi secara efisien. Jika pengembangan stabilitas ekonomi mikro dapat berhasil dengan baik maka hal ini dapat berpengaruh besar bagi tercapainya stabilitas ekonomi makro. Oleh sebab itu, pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih untuk pengembangan stabilitas ekonomi mikro terutama dalam peningkatan sektor pertanian. Hal tersebut dapat di upayakan melalui peningkatan sarana dan prasarana pertanian. Kontras dengan keadaan yang terjadi sekarang, bahwasannya lahan pertanian sudah semakin berkurang karena di manfaatkan untuk lahan industri sehingga keadaan iklim di Indonesia menjadi tidak stabil dan sulit untuk diprediksi. Maka untuk mempersiapkan ketahanan produktivitas pertanian Indonesia dalam menghadapi AEC maka diperlukan pula pengamanan produksi menghadapi dampak perubahan iklim diantaranya dengan memanfaatkan informasi iklim yang bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang ada di masing-masing provinsi, melakukan perencanaan budidaya sesuai iklim dan kondisi setempat, perencanaan dan penyiapan sarana produksi (benih dan pupuk), penyiapan sarana prasarana, penggunaan varietas umur pendek, dan varietas toleran terhadap kekeringan, dan rendaman
Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB) 2014
serta pemberdayaan petani dalam keadaan iklim ekstrim. Program- program lain yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan produk pertanian diantaranya: program peningkatan ketahanan pangan, program pengembangan agribisnis, program pengembangan sumberdaya perikanan, program pemanfaatan potensi sumber daya hutan, dan program- program lain yang dapat meningkatkan produk pertanian. Triple Track Strategy sebagai revitalisasi pertanian merupakan pilihan yang tidak dapat dipungkiri. Dengan adanya revitalisasi pertanian, Indonesia bukan hanya tumbuh dalam segi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat tetapi juga akan siap dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Kesimpulan Jumlah penduduk miskin di Indonesia sebagian besar berada di desa sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan petani perlu langkah- langkah strategis, diantaranya melalui revitalisasi pertanian. Revitalisasi pertanian di Indonesia dapat dilakukan
melalui triple track strategi dengan stabilisasi ekonomi makro, pengembangan sektor riil dan stabilisasi ekonomi mikro dalam upaya menghadapi tantangan AEC tahun 2015. LITERATUR Arifin, Bustanul. 2007. Diagnosis Politik Pangan dan Pertanian. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada. Rais Amin. (1995). Kemiskinan dan Kesenjangan Di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media Sukirno Sadono, Ekonomi pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan, (2006), Jakarta : Kencana Prenada Media Group Sukirno Sadono, Teori Pengantar Makro Ekonomi, (2013), Jakarta: Rajawali Pers Sutanto, Yusuf. 2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. [KEMENDEPTAN]. 2013.
Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNEB) 2014