Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Kajian Sosiologi Sastra Dalam Cerita Bersambung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat Oleh: Ujang Al Sabar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mendeskripsikan struktur sastra Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. (2) Untuk mendeskripsikan aspek sosiologi sastra yang ada dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. Objek penelitian ini adalah struktur dan aspek-aspek sosiologi yang ada dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik catat dan teknik simak. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, sedangkan instrumen penunjangnya dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan struktur karya sastra, sosiologi sastra, berbagai buku tentang penelitian, kertas catat, alat tulis dan lain-lain. Teknik keabsahan data menggunakan teknik pengujian kredibilitas data dalam penelitian ini adalah validitas semantis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis konten. Teknik penyajian data penulis, menggunakan teknik informal. Hasil penelitian 1) struktur Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat yaitu: (a) tema dalam cerita cerbung ini yaitu cinta terlarang Pak Dhukuh Alang Alang yaitu Sudarmo dengan Sunarsih; (b) tokoh dalam cerbung ini yaitu Sunarsih, Pak Dhukuh Sudarmo, Kamijo, Bu Dhukuh, Pambudi, Pak Dhukuh Pakis Kembar, Hariyadi, Jatmiko, Putri, Ibu Hariyadi, Indratno, Anindya, Jati Wiryo, dan Istri Kamijo; (c) alur yang digunakan adalah alur maju; (d) latar terdiri dari tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial; (e) sudut pandang persona ketiga. 2) Hasil analisis sosiologi sastra Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat yaitu (a) aspek kekerabatan; (b) aspek cinta kasih; (c) aspek ekonomi; (d) aspek pendidikan; dan (e) aspek kebudayaan. Kata kunci: Kajian Sosiologi, Cerbung Gandrung Sri Panggung Pendahuluan Sastra merupakan suatu karya dari seorang sastrawan, yang di dalamnya merupakan cuplikan-cuplikan dari kehidupan sehari-hari mengenai masalah-masalah sosial maupun budaya dalam masyarakat. Sejalan dengan hal itu Purwadi (2009: 3) mengatakan bahwa sastra ialah karangan bahasa mengenai masalah-masalah sosial budaya yang ada dan penyajiannya mendapat penilaian positif dari masyarakat, sehingga sastra itu dipelihara. Dari hasil imajinasi sastrawan itu bisa dinikmati dan
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
85
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga para sastrawan menuangkan apa yang dialaminya melalui ide atau gagasan kedalam sebuah karya sastra, antara lain cerita bersambung, novel, cerita cekak, roman, kidung, geguritan dan parwa. Cerita bersambung merupakan uraian cerita sebagian besar kehidupan manusia yang ditokohkan dan didalamnya terdapat berbagai jenis masalah yang harus dihadapi oleh tokoh tersebut. Masalah-masalah yang harus dihadapi oleh tokoh dalam cerita bersambung tidak terbatas pada cerita saja, tetapi ada kemungkinan juga terdapat pada masyarakat luas (pembaca). Ada pembaca yang sedang mengalami masalah seperti dalam cerita bersambung yang dibacanya, maka mereka akan mengambil jalan untuk menyelesaikannya seperti dalam cerita bersambung yang dibacanya. Salah satu karya sastra yang berbentuk cerita bersambung
adalah cerita
bersambung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. Dalam cerita bersambung selalu membahas tentang kehidupan dan masalah sosial yang beraneka ragam. Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang masalah sosial dari cerita bersambung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat peneliti memilih kajian sosiologi sastra. Kajian sosiologi sastra dipilih sebagai metode analisis karena peneliti ingin mengetahui masalah-masalah sosial yang terkandung dalam cerita bersambung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mendeskripsikan struktur sastra Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. (2) Untuk mendeskripsikan aspek sosiologi sastra yang ada dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripstif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah cerbung Gandrung Sri Panggung karya Sartono Kusumaningrat yang dimuat dalam majalah Djaka Lodang edisi 26 bulan November 2007 sampai edisi 42 bulan Maret 2008, dan dimuat tujuh belas episode. Menurut Endraswara (2011:82) Objek adalah wilayah garap, bidang yang akan ditekuni. Objek penelitian sesuatu hal yang menjadi titik pehatian (persoalan atau pembahasan) dalam suatu penelitian. Objek penelitian ini yaitu melingkupi aspek-aspek sosiologi sastra seperti aspek kekerabatan, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
86
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
cinta kasih, perekonomian, pendidikan, dan kebudayaan dalam cerbung Gandrung Sri Panggung. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik simak dan teknik catat. Menurut Subroto (1992: 47) teknik simak adalah mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan dan mengadakan pencatatan data yang relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan peneliti. Menurut Sudaryanto (1993: 135) teknik catat yaitu pencatatan pada kartu data yang dilanjutkan dengan klasifikasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang dibantu dengan kartu pengumpul data berupa, buku-buku, computer, kertas dan pensil. Teknik keabsahan data pada penelitian sastra pada umumnya menggunakan validitas semantis (Endraswara, 2013: 164). Selain teknik keabsahan data di atas dalam penelitian ini juga menggunakan uji keabsahan data dengan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap hasil penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis konten. Teknik penyajian hasil analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode penyajian informal. Sudaryanto (1993: 145) mengatakan bahwa metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol sehingga pembaca lebih mudah memahami hasilnya karena uraiannya lebih terperinci, hasil analisis dipaparkan secara deskriptif verbal dengan kata-kata biasa. Hasil Penelitian Data yang akan dibahas oleh peneliti adalah unsur instrinsik dan aspek sosiologi dalam cerita bersambung Gandrung Sri Panggung karya Sartono Kusumaningrat. 1. Unsur instrinsik cerita bersambung Gandrung Sri Panggung karya Sartono
Kusumaningrat. a. Tema Masalah utama dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung ini yaitu tentang cinta terlarang dari Dhukuh Alang Alang yang bernama asli Sudarmo dengan Sunarsih. Berikut kutipanya: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
87
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
“Sih, apurane aku. Aku tresna temenan karo kowe Sih. Aja digetuni kedadean iki Sih. Jer ya kaya ngene iki wujud nyawijine katresnane antarane priya lan wanita. Sih aku janji, bakal nyeneng-nyenengake atimu. Mbuh kepriye carane, waton kowe bisa seneng, aku saguh nyembadani Sih.” (GSP: Seri 30, 25) Terjemahannya: ‘Sih maafkan aku. Aku benar-benar sayang sama kamu Sih. Jangan disesali kejadian ini Sih. Ya memang begini salah satu wujud rasa cinta antara pria dan wanita. Sih aku janji, akan membahagiakan hatimu. Bagaimanapun caranya, asalkan kamu bisa senang, aku sangup menyediakan Sih.’ b. Tokoh dan penokohan 1) Sunarsih merupakan tokoh utama dalam ceita bersambung Gandrung Sri Panggung. Sunarsih mempunyai sifat dan sikap antara lain sebagai berikut: a) Cinta kebudayaan Sifat mencintai kebudayaan terlihat pada kutipan berikut: “Ananging tumrap wong kaya Sunarsih mono acara manggung utawa pentas mujudake kabutuhan jiwane”. (GSP: Seri 27,24) Tejemahannya: ‘Tetapi buat orang seperti Sunarsih acara manggung atau pentas menunjukan kebutuhan jiwanya.’ b) Cantik Sifat mencintai kebudayaan terlihat pada kutipan berikut: “Dhasare wong luwes.” (GSP: Seri 26, 25) Terjemahannya: ‘Dasarnya orang yang cantik.’ c) Suka berbicara dalam hati Terlihat pada kutipan berikut ini: “Trembelane. Ngono batine Sunarsih, misuh.” (GSP: Seri 27, 25) Terjemahannya: ‘Bicaranya. Seperti itu Sunarsih berbicara dalam hati, marah.’ 2) Dhukuh Alang Alang Sifat tidak sopan tokoh terlihat pada kutipan sebagai berikut: “Dhukuh Aalang Alang panggah nyekeli tanggane.” (GSP: Seri 27, 24) Terjemahannya: ‘Dhukuh Alang Alang kembali memegang tangganya.’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
88
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
3) Kamijo Sifat suka menasehati tokoh terlihat pada kutipan berikut ini: “Wah, menawi menggalih menika sampun kesangeten lho Pak Dhukuh. Estu. Menawi Pak Dhukuh boten ngantos-atos, mangke keduwung saestu lho Pak Dhukuh.” (GSP: Seri 26, 24) Terjemahannya: ‘Wah, jika masalah itu sudah terkenal lho Pak Dhukuh. serius. Jika Pak Dhukuh tidak hati-hati nanti benar-benar terjerumus lho Pak Dhukuh.’ 4) Bu Dhukuh Alang Alang Sifat perhatian tokoh terlihat pada kutipan berikut ini: “Kok ora sare-sare ta Pak, ora rondha barang menggalih apa? Pitakone bojone Sudarmo alus, karo njawil pundhake.” (GSP: Seri 28, 25) Terjemahannya: ‘Kok tidak tidur Pak, tidak rondha juga kenapa ? pertanyaan istrinya Sudarmo pelan, sambil mencolek pundaknya.’ 5) Pambudi Sosok ganteng tokoh terlihat pada kutipan berikut ini: “Kamangka sing dadi Ki Ageng Mangir katon ngganteng temenan.” (GSP: Seri 30, 25) Terjemahannya: ‘Lebih-lebih yang jadi Ki Ageng Mangir kelihatan memang ganteng.’ 6) Dhukuh Pakis Kembar Sifat ramah tokoh terlihat pada kutipan dibawah ini: “Dhukuhe Alang Alang, sing dadi Pembayun katon ayu temenan ya?” (GSP: Seri 30, 25) Terjemahannya: ‘Dhukuhe Alang Alang, yang jadi Pembayun kelihatan cantik ya?.’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
89
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
7) Hariyadi Sifat peduli lingkungan tokoh terlihat pada kutipan berikut ini: “Wose, dheweke ora setuju menawa sumber utawa tuk banyu ing pojok desane dijupuk banyune kanggo perusahaan air minum.” (GSP: Seri 29, 24) Terjemahannya: ‘Soalnya dia tidak setuju jika sumber atau mata air di sudut desanya diambil airnya untuk perusahaan air minum.’ 8) Jatmiko Sifat perhatian tokoh terlihat pada kutipan sebagai berikut: “lho Putri rak isih SD. Isih perlu ditunggu, dikandhani, dicontoni ta Bu?” (GSP: Seri 31, 25) Terjemahanya: ‘Lho Putri kan masih SD. Masih perlu ditunggu, dinasehati, diberi contoh kan Bu?’ 9) Putri Sosok kurang diperhatikan terlihat pada kutipan dibawah ini: “Ha’a Bu. Mbok sepisan-sepisan aku diajak lunga. Diboncengake. Jalan-jalan apa kepriye ngono lho Bu.” (GSP: Seri 31, 24) Terjemahanya: ‘Iya Bu. Sekali-kali aku diajak pergi. Dibonceng. Jalan-jalan apa gimana begitu lho Bu.’ 10) Ibunya Hariyadi Sifat suka menasehati tokoh terlihat pada kutipan dibawah ini: “Aku minangka wong tuwa mung mangestoni. Kejaba kuwi aku wis ngelingake karo kowe lho.” (GSP: Seri 32, 25 dan 28) Terjemahanya: ‘Saya sebagai orang tua hanya merestui. Selain itu saya sudah mengingatkan kamu lho.’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
90
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
11) Indratno Sifat mudah bersahabat tokoh terlihat pada kutipan dibawah ini: “Pancen, wiwit kenal biyen kekarone rumangsa cocog. Senadyan Pambudi mujudake mahasiswa jurusan sastra daerah lan indratno mahasiswa jurusan ekonomi, kekarone ora nate cengkah apa maneh padudon. Malah kekarone bisa kekancan kanthi rumaket.” (GSP: Seri 32, 24) Terjemahanya: ‘Memang, sejak kenal dulu keduanya merasa cocok. Meskipun Pambudi itu mahasiswa jurusan satra daerah lan Indratno mahasiswa jurusan ekonomi, mereka tidak pernah bermasalah apa lagi beradu mulut. Apalagi keduanya bisa berteman baik.” 12) Anindya Sifat perhatian tokoh terlihat pada kutipan berikut ini: “Mas kok sajake mumet. Tak gawekake unjukan teh anget ya? Salah sawijining penyiar anyar nyaketi Hariyadi.”(GSP: Seri 34, 24) Terjemahanya: ‘Mas kok kelihatan pusing. Saya buatkan minuman teh hangat ya? Salah satu penyiar baru mendekati Hariyadi.’ 13) Jati Wiryo Sifat peduli lingkungan tokoh terlihat pada kutipan berikut ini: “Mas sampeyan saiki ora dhemo-dhemo maneh pa? (GSP: Seri 34, 25) Terjemahanya: ‘Mas anda sekarang tidak demo-demo lagi apa?’ 14) Istri Kamijo Sifat selalu ingin tahu tokoh dapat terlihat pada kutipan dibawah ini: “Pak Dhukuh utawa padhukuhan ana kabar apa Pak?” pitakone bojone Kamijo sareh.” (GSP: Seri 40, 24) Terjemahanya: ‘Pak Dhukuh atau padukuhan ada kabar apa Pak? pertanyaan istri Kamijo pelan-pelan.’ c. Alur atau plot Alur adalah keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Alur dalam cerbung Gandrung Sri Panggung ini adalah alur maju dengan beberapa tahap alur yang diceritakan secara kronologis.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
91
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
d. Latar atau seting 1) Latar tempat: di depan rumahnya Pak Dhukuh, rumahnya Pak Dhukuh, kamar Pak Dhukuh, ruang tengah Pak Dhukuh, Kantor Pedukuhan, rumahnya Hariyadi, kamarnya Hariyadi, kamar mandinya Hariyadi, ruang makan Hariyadi, stanplat pojokan desa, mobil Pak Dhukuh, kamar losmen penginapan, pedukuhan Pakis Kembar, ruang tamu studio tempat kerja Hariyadi, bangsal rumah sakit, rumah sakit, pingir rumahnya Kamijo, kursi teras rumah Kamijo, ruang makan rumah Kamijo, kebun belakang. 2) Latar waktu: malam hari, pagi hari, siang hari, sore hari. 3) Latar sosial: latar sosial rendah Sunarsih dan keluarga, latar sosial tinggi Pak Dhukuh Sudarmo. e. Sudut pandang Dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat sudut pandang yang digunakan adalah pusat pengisahan persona ke tiga serba tahu, 2. Aspek sosiologi sastra dalam cerita bersambung Gandrung Sri Panggung karya Sartono Kusumaningrat. a. Aspek kekerabatan dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat Dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat terdapat aspek kekerabatan hubungan antara ibu dan anak-anaknya. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan dibawah ini: “Ananging bareng duwe sepedha motor anyar Sunarsih malah kerep ora ana omah. Anak-anake sing cacah loro kerep kapiran merga Sunarsih kerep lunga.” (GSP: Seri 31, 24) Terjemahannya: ‘Tetapi sesudah punya sepeda motor baru Sunarsih sering tidak ada dirumah. Anak-anaknya yang berjumlah dua sering kesepian karena Sunarsih sering pergi.’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
92
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
b. Aspek cinta kasih
cerbung Gandrung Sri Panggung
Karya Sartono
Kusumaningrat Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini: “Lha ya uwis Sih. Uwis. Priye? Kowe gelem ta nanduki brangtaku iki?” (GSP: Seri 27, 24) Terjemahannya: ‘Lha ya sudah Sih. Sudah. Bagaimana? Kamu mau kan menerima cintaku ini?’ Berdasarkan kutipan di atas menunjukan aspek cinta kasih Pak Dhukuh Sudarmo dengan Sunarsih. c. Aspek ekonomi dalam cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat Dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat terdapat aspek ekonomi rendah yaitu Sunarsih dan keluarganya. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan dibawah ini: “Kowe njaluka pegat bojomu wae. Tinimbang uripmu pas-pasan nganti kokrewangi kluyar-kluyur metu bengi ngethoprak utawa njoged wayang wong.” (GSP: Seri 27, 25) Terjemahannya: ‘Kamu minta cerai suami kamu saja. Daripada hidupmu hanya paspasan dengan dibantu kesana-kemari keluar malam bermain kethoprak atau menari wayang orang.’ d. Aspek pendidikan dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat Dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat terdapat aspek pendidikan, salah satunya Pambudi anak kuliahan . Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan dibawah ini: “Kapinujon dina kuwi Pambudi ora kuliah. Dina kui dheweke nembe lungguhan lan genjrang genjreng ngango gitare.” (GSP: Seri 31, 25) Terjemahannya:
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
93
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
‘Kebetulan hari itu Pambudi tidak kuliah. Hari itu dia lagi duduk dan memainkan gitarnya.’ e. Aspek kebudayaan dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat. Dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat terdapat aspek kebudayaan yaitu melestarikan budaya kethoprak. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan dibawah ini: “Ananging tumrap wong kaya Sunarsih mono acara manggung utawa pentas mujudake kabutuhan jiwane”. (GSP: Seri 27,24) Terjemahannya: ‘Tetapi buat orang seperti Sunarsih acara manggung atau pentas menunjukan kebutuhan jiwanya.’ Simpulan Berdasarkan hasil analisis kajian sosiologi sastra pada Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat, dapat disimpulkan bahwa cerbung tersebut terdapat struktur atau unsur intrinsik meliputi: tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan sudut pandang. Sosiologi sastra dalam Cerbung Gandrung Sri Panggung Karya Sartono Kusumaningrat meliputi: Aspek kekerabatan, aspek cintakasih, aspek ekonomi, aspek pendidikan, dan aspek kebudayaan.
Daftar Pustaka Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: FBS UNY. ________________ 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: PT. Buku Seru. Purwadi. 2009. Pengkajian Sastra Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Subroto, Edi.1992. Pengantar Metode penelitian linguistik struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
94