perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEPSI ISMOE RIANTO TERHADAP KEHIDUPAN PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG MECAKI LURUNG KANG ILANG (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh : Emi Rohkayati C0106015
JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEPSI ISMOE RIANTO TERHADAP KEHIDUPAN PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG MECAKI LURUNG KANG ILANG (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)
Disusun oleh Emi Rohkayati C 0106015
Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing I:
Dra. Sundari, M.Hum. NIP. 195610031981032002
Pembimbing II:
Drs. Christiana Dwi Wardhana, M.Hum. NIP. 195416101981031003
Mengetahui, Ketua Jurusan Sastra Daerah
Drs. Imam Sutardjo, M.Hum. NIP. 196001011987031004 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEPSI ISMOE RIANTO TERHADAP KEHIDUPAN PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG MECAKI LURUNG KANG ILANG (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)
Disusun oleh Emi Rohkayati C 0106015
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal__________
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum NIP. 196001011987031004
…………..
Sekertaris
Sahid Teguh W, S.S.M.Hum.Ph.D NIP. 197003071994031001
..................
Penguji I
Dra. Sundari, M. Hum. NIP. 195610031981032002
……….......
Penguji II
Drs. Christiana D. W, M. Hum NIP. 195416101981031003
.………......
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A. commit to user NIP. 195303141985061001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Emi Rohkayati NIM : C 0106015
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Persepsi Ismoe Rianto terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung kang Ilang (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) adalah benar-benar karya sendiri, dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda / kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 13 Januari 2011 Yang membuat pernyataan,
Emi Rohkayati
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
1. Tetap berusaha dan selalu berdoa untuk mewujudkan cita-cita selama dunia masih berputar. (Penulis) 2. Kebanggaan terbesar adalah melakukan suatu kebaikan yang orang lain tidak sanggup untuk melakukannya (Penulis). 3. Sesungguhnya orang yang bertakwa mendapat kemenangan (Surat AnNaba : 31).
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a dalam menggapai angan dan cita-citaku. 2. Almamaterku.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Persepsi Ismoe Rianto terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung Kang Ilang (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Segala usaha dan kerja keras yang dilakukan penulis tidak akan banyak berarti tanpa adanya bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah memberi izin dan dorongan kepada penulis. 3. Dra. Sundari, M.Hum, sebagai pembimbing pertama telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Christiana D.W. M.Hum, sebagai pembimbing kedua dan sebagai Pembimbing Akademis telah membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberi kemudahan dalam penyusunan skripsi. 5. Bapak serta Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal selama perkuliahan. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak Ismoe Rianto, selaku pengarang cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yang menjadi objek penelitian ini, dan membantu serta memberi informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 7. Staff perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini. 8. Kakak-kakakku serta keponakan-keponakanku selalu memotivasi dan memberi inspirasi dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2006. Terima kasih atas kebersamaan dalam suka dan duka. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam bentuk apapun semoga Tuhan selalu memberikan berkah dan karunia-Nya atas segala amal kebaikan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis. Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Surakarta, 13 Januari 2011 Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................
iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xiii ABSTRAK ................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Pembatasan Masalah ................................................................ 11 C. Perumusan Masalah ................................................................... 11 D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 12 E. Manfaat Penelitian ................................................................... 12 BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 14 A. Pengertian Cerita Bersambung .................................................. 14 B. Pendekatan Struktural ................................................................ 15 C. Pendekatan Sosiologi Sastra ...................................................... 25 D. Teori Pelacur .............................................................................. 27 commit to user E. Pengertian Persepsi……………………………………………. 29
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 30 A. Metode dan Bentuk Penelitian .................................................. 30 B. Sumber Data dan Data .............................................................. 31 C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32 1. Teknik Analisis Struktural................................................... 32 2. Teknik Wawancara .............................................................. 33 3. Teknik Kepustakaan .......................................................
33
D. Teknis Analisis Data.................................................................. 34 1. Reduksi Data ...................................................................... 35 2. Penyajian Data ..................................................................... 36 3. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan ....................................... 37 BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 38 A. Tinjauan Pengarang .................................................................. 38 1. Riwayat Hidup Pengarang ................................................... 38 2. Latar Belakang Sosial Budaya Pengarang............................ 40 3. Kedudukan Pengarang dalam Keluarga ............................... 41 4. Kedudukan Pengarang dalam Masyarakat............................. 42 5. Ismoe Rianto Sebagai Pengarang.......................................... 42 6. Karya-karyaIsmoe Rianto..................................................... 44 B. Analisis Struktural Cerbung MLKI............................................. 47 1. Tema................................................................................... 47 2. Alur...................................................................................... 49 a. Situation.......................................................................... 49 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Generating Circumtances................................................ 50 c. Rising Action .................................................................... 52 d. Climax ............................................................................. 54 e. Denoument ...................................................................... 56 3. Penokohan............................................................................ 57 a. Lely.................................................................................. 57 b. Rasmoyo.......................................................................... 59 c. Nugraha............................................................................. 61 d. Tanoto.............................................................................. 62 e. Partiyem........................................................................... 65 f. Tante Esther..................................................................... 67 g. Mami................................................................................. 68 h. Jarod................................................................................. 69 i. Ermi.................................................................................. 69 4. Latar atau Setting................................................................ 72 a. Latar Tempat................................................................... 72 b. Latar Waktu ................................................................... 80 c. Latar Suasana..................................................................
84
c. Latar Sosial.....................................................................
89
5. Amanat...............................................................................
92
6. Keterkaian Antar Unsur....................................................
95
C. Analisis Persepsi Kehidupan Pelacur........................................... 95 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D.Latar Belakang Cerbung MLKI…………………………............ 103 BAB V PENUTUP ...................................................................................
111
A. Kesimpulan ................................................................................ 112 B. Saran.......................................................................................... 114 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 115 LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
1. Cerbung
: Cerita Bersambung
2. Cerpen
: Cerita Pendek
3. Jatim
: Jawa Timur
4. Koptu Polri
: Kopral Satu Kepolisian Republik Indonesia
5. PPSJS
: Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya
6. PSK
: Pekerja Seks Komersil
7. RKPD
: Radio Khusus Pemerintah Daerah
8. SMP
: Sekolah Menengah Pertama
9. SR
: Sekolah Rakyat
10. STM
: Sekolah Tingkat Menengah
11. WTS
: Wanita Tuna Susila
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Emi Rohkayati. C 0106015. Persepsi Ismoe Rianto Terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung kang Ilang (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Struktur sastra yang meliputi : tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. (2) Persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. (3) Latar belakang terciptanya cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang. Penelitian ini bertujuan : mendeskripsikan struktur, persepsi kehidupan pelacur, menemukan latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan struktural diambil karena cerbung merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui unsur ekstrinsik dari cerbung tersebut yaitu kondisi sosial para tokohnya Bentuk penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang dimuat dalam Majalah berbahasa Jawa Jaya Baya tanggal 1 Oktober 2008 sampai 1 Maret 2009. Adapun data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primernya yaitu unsur-unsur intrinsik serta aspek sosiologi sastra dalam teks cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Data sekunder dalam penelitian berupa hasil wawancara serta biografi dari pengarang serta anggota masyarakat yang bersangkutan. Pengumpulan data menggunakan studi pustaka dan wawancara. Analisis data meliputi tiga langkah, yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Analisis dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa cerbung karya Ismoe Rianto yang berjudul Mecaki Lurung kang Ilang memiliki unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, serta amanat yang saling terkait secara utuh. Kedua, Ismoe Rianto selaku pengarang cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang mengungkapkan persepsi sendiri tentang pelacur. Menurut Ismoe Rianto, seseorang yang menjadi pelacur terdapat empat penyebabnya, antara lain yaitu: faktor ekonomi, pendidikan rendah, keadaan, serta pergaulan. Ketiga, Hal yang paling mendasar terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yakni, begitu merebahnya wabah perselingkuhan dari dahulu sampai sekarang dalam masyarakat saat ini. Ismoe Rianto sebagai seorang pengarang tidak ingin commit toyang user sangat merajalela sampai saat ini, tinggal diam dalam hal ini. Perselingkuhan
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terutama dalam kehidupan berumah tangga dipadukan menjadi suatu cerita bersambung. Ismoe Rianto sebagai pengarang ingin menyampaikan beberapa amanat serta pesan untuk para pembaca, khususnya Majalah berbahasa Jawa tentang dampak buruknya suatu perselingkuhan dalam rumah tangga. Perselingkuhan merupakan suatu tindakan diam-diam membagi cinta atau seks yang dilakukan dengan pasangan barunya dengan korban pasangan lamanya / pasangan yang sah.
commit to user
xv
PERSEPSI ISMOE RIANTO TERHADAP KEHIDUPAN PELACUR DALAM CERITA BERSAMBUNG MECAKI LURUNG KANG ILANG (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra) Emi Rohkayati1 Dra. Sundari, M.Hum. Drs. Christiana Dwi Wardhana, M.Hum.3 2
ABSTRAK 2011. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Struktur sastra yang meliputi : tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. (2) Persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. (3) Latar belakang terciptanya cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang. Penelitian ini bertujuan : mendeskripsikan struktur, persepsi kehidupan pelacur, menemukan latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan struktural diambil karena cerbung merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, dan amanat. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui unsur ekstrinsik dari cerbung tersebut yaitu kondisi sosial para tokohnya Bentuk penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang dimuat dalam Majalah berbahasa Jawa Jaya Baya tanggal 1 Oktober 2008 sampai 1 Maret 2009. Adapun data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primernya yaitu unsur-unsur intrinsik serta aspek sosiologi sastra dalam teks cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Data sekunder dalam penelitian berupa hasil wawancara serta biografi dari pengarang serta anggota masyarakat yang bersangkutan. 1
Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0106015 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II 2
Pengumpulan data menggunakan studi pustaka dan wawancara. Analisis data meliputi tiga langkah, yakni: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Analisis dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa cerbung karya Ismoe Rianto yang berjudul Mecaki Lurung kang Ilang memiliki unsurunsur pembangun seperti tema, alur, penokohan, latar, serta amanat yang saling terkait secara utuh. Kedua, Ismoe Rianto selaku pengarang cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang mengungkapkan persepsi sendiri tentang pelacur. Ketiga, Hal yang paling mendasar terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yakni, begitu merebahnya wabah perselingkuhan dari dahulu sampai sekarang dalam masyarakat saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya Sastra merupakan hasil pemikiran tentang kehidupan yang perwujudannya dalam fiksi serta keberadaannya merupakan pengalaman manusia, sehingga suatu karya sastra yang diciptakan oleh pengarang itu untuk dibaca, dimengerti dan dinikmati. Sebuah cipta sastra mengungkapkan tentang masalah manusia dengan kemanusiaan. Dengan cipta sastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan agung. Serta mau menafsirkan makna hidup dan hakikat hidup ( Mursal Esten, 1991:8 ). Karya Sastra adalah bentuk kreasi seni yang menggunakan sistem tanda sebagai wahana pemaparan penyampaian, penggambaran suasana, maupun nilai tertentu. Sebagai kreasi seni kehadiran karya sastra tersebut juga ditujukan untuk memberikan efek emotif tertentu bagi penanggapnya (Aminuddin, 1995:303 ). Sastra adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Sastra adalah seni bahasa, jadi karya sastra adalah salah satu bentuk seni yang memiliki nilai estetis. Karya sastra bukan hanya merupakan curahan perasaan dan hasil imajinasi pengarang saja, namun karya sastra juga merupakan refleksi kehidupan yaitu pantulan respon pengarang dalam menghadapi problem kehidupan yang diolah secara estetis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
melalui kreatifitas yang dimilikinya, kemudian hasil olahan tersebut disajikan kepada pembaca. Isi sebuah karya sastra yang paling dominan adalah persoalan kemanusiaan. Manusia ditunjuk menjadi tokoh di dalam cerita dan objek yang sangat baik untuk dikaji, sebab di dalamnya akan terlihat sosok manusia yang berdialog dengan kehidupan. Bertolak dari itu dapat diambil benang merah bahwa sastra adalah cermin kehidupan, walaupun yang tertuang di dalamnya merupakan gambaran (fiction) belaka. Namun kenyataan sosial yang ada bisa saja terekam / tercermin dalam karya sastra ini. Seperti sebuah kehidupan masa lalu, dalam suatu masyarakat dapat selalu dilihat meskipun hanya sebatas kecil yang tidak berarti. Karya sastra merupakan gambaran nyata kehidupan tentang perjalanan manusia dengan berbagai problematika yang menyelimutinya. Oleh karena itu, sastra bermanfaat karena di dalamnya terkandung gagasan-gagasan yang berupa ajaran, petuah-petuah, dan pengetahuanpengetahuan. Dapat dikatakan bahwa sebenarnya karya sastra itu tidak hanya berfungsi bagi masyarakat dengan seseorang, yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan masyarakat (Damono, 1993 : 1) Karya sastra mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan atau terkait, yaitu pengarang, pembaca atau masyarakat penikmatnya, dan karya sastra itu sendiri. Pengarang mengungkapkan ide-ide, permasalahan dan amanat atau pesan-pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca atau masyarakatnya melalui karya sastra tersebut. Permasalahan-permasalahan atau konflik yang ada dalam karya sastra sering mengangkat permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam realitas kehidupan masyarakat. Permasalahan tersebut disajikan melalui jalan cerita dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
tokoh-tokohnya dengan daya kreatifitas dan imajinasi pengarang, meskipun tokoh dalam suatu cerita merupakan rekaan, namun bukan semata-mata rekaan, melainkan lebih sebagai replika dari sebuah kehidupan yang nyata. Di dalam sebuah karya sastra akan dapat tercermin pula ajaran-ajaran moral melalui amanat, gagasan pengarang maupun latar belakang sosial yang mendasari penciptaan karya tersebut. Lewat karya sastra manusia dapat belajar tentang hakikat hidup dan kehidupan. Para pengarang melihat dinamika ini dan menjadikannya sumber inspirasi. Manusia dan segala problemnya merupakan objek karya sastra. Pengarang dan anggota masyarakat tidak bisa menutup mata terhadap problem masyarakat. Karya sastra tidak lagi berbicara tentang keindahan semata, akan tetapi persoalanpersoalan hidup manusia, sehingga karya sastra menjadi lebih bermakna. Cerbung atau cerita bersambung sebagai salah satu karya sastra hasil budaya manusia banyak menampilkan berbagai permasalahan yang menyangkut kehidupan manusia. Kenyataan itu terkadang terasa sangat nyata dan hidup karena jalinan hubungan tokoh-tokoh, tempat, dan peristiwa-peristiwa yang benar-benar ada atau pernah terjadi pada masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Cerita bersambung yang berbahasa Jawa merupakan sebuah cerita yang diciptakan pengarang mampu menciptakan dunia imajinasi yang berisi gambaran kehidupan atau realitas masyarakat yang merupakan kenyataan dalam sosial. Cerita bersambung dengan bahasa Jawa merupakan hasil karya pengarang Jawa Modern dan menjadi genre sastra dalam khasanah kesusastraan Jawa baru. Kemunculan cerita berbahasa Jawa tersebut pada awalnya banyak mendapat dukungan dari berbagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
surat kabar atau majalah yang menjadi wadah tersiarnya jenis sastra ini. Cerita bersambung sebagai karya sastra, banyak menawarkan permasalahan kemanusiaan dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya (Burhan Nurgiyantoro, 2000: 2). Ismoe Rianto termasuk pengarang yang produktif, karya-karyanya bukan saja merupakan bacaan yang memberikan kesenangan semata, melainkan juga mempunyai manfaat bagi pembaca, sesuai dengan pendapat Horace bahwa seni selayaknyalah bersifat dulce et utile, artinya menyenangkan dan berguna, seni sastra menyenangkan karena bersifat seimbang (harmonis), berirama, kata-katanya menarik hati, mengharukan, mengandung konflik, dan sebagainya. Berguna disebabkan karena seni sastra itu memancarkan pengalaman yang tinggi dan hebat, sehingga penikmat akan mendapatkan manfaat serta pengalaman jiwa yang dikemukakan sastrawan itu (Pradopo, 1994: 47). Hal ini terlihat dengan banyaknya karya-karya Ismoe Rianto yang telah dihasilkan, dipublikasikan / dimuat disurat kabar dan diberbagai majalah berbahasa Jawa, baik yang masih beredar maupun yang sudah tidak beredar, seperti : Jayabaya, Penyebar Semangat, Darma Nyata, Mingguan Kumandhang, Mingguan Suara Karya, Bathara, Jawa Pos, Surabaya Pos, Pewarta Surabaya, Bintang Baru, Mingguan Guru, Majalah Stop, Majalah Info, dan lain-lain. Karya-karyanya antara lain berupa cerita cekak (cerkak), cerita bersambung (cerbung), essai-essai, reportase budaya, dan naskah sandiwara radio. Hasil-hasil karya Ismoe Rianto banyak mengetengahkan masalah-masalah yang terkait dengan pengalaman hidupnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Masalah-masalah tersebut merupakan gambaran sosial yang terjadi di masyarakat pada umumnya seperti tingkah laku, nafsu, keserakahan, perjudian, perselingkuhan, pelacuran, penindasan, persahabatan, kemiskinan, dan lain-lain. Ismoe Rianto pernah meraih penghargaan pada tahun 1991, karena salah satu karyanya yang berjudul ”Tangise Djoemiatoen” keluar sebagai juara 1 penulisan cerita cekak atau cerkak yang diselenggarakan oleh tabloid Jawa Anyar. Kemudian pada tahun 2003, salah satu hasil karyanya yang berjudul ”Kepleset” meraih penghargaan sebagai cerbung terbaik versi majalah Penyebar Semangat. Cerita bersambung karya Ismoe Rianto yang pernah diteliti oleh mahasiswa Sastra Daerah UNS antara lain : Alibi yang diteliti oleh Handoyo (1996) membahas tentang penokohan dalam cerita bersambung Alibi yang ditinjau secara psikologi sastra, Punggel diteliti oleh Siswanti (2006) membahas tentang aspek budaya Jawa serta sikap budaya pengarang yang ditinjau secara sosiologi sastra, Ing Pucuk Kayun telah diteliti oleh Bekti Rahayu (2006) yang membahas tentang masalah sosial yang menyangkut masalah kemiskinan yang berakibat tidak terciptanya keharmonisan dalam bermasyarakat timbul kriminalitas dengan tinjauan sosiologi sastra, kemudian Cerbung Heri, Heru, Hera telah diteliti oleh Iin Faridawati (2007) yang membahas tentang kehidupan jalanan serta wanita-wanita PSK dengan tinjauan sosiologi sastra, dan Cerbung Kantor telah diteliti oleh Dwi Mulyani (2007) yang membahas tentang aspek kepemimpinan seorang kepala atau atasan yang bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya dengan tinjauan sosiologi sastra. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Bertolak dari uraian di atas, akan diteliti sebuah cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Mecaki Lurung kang Ilang merupakan suatu cerbung berbahasa Jawa yang berarti Mencari jalan kebaikan yang telah lama hilang yaitu niat baik perempuan nakal (pelacur) bernama Lely, dia mempunyai keinginan untuk mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik. Lely awalnya seorang perempuan penjaja seks atau pelacur ingin bertobat untuk menjadi perempuan biasa. Penelitian ini berorientasi pada problem sosial masyarakat yang terdapat di berbagai tempat. Cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto ini menyajikan permasalahan tentang problematika kehidupan manusia. Problematika yang dihadapi oleh tokoh-tokohnya mengalami perkembangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap aspek sosialnya. Di dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang ini selain menampilkan permasalahan seputar permasalahan kehidupan manusia, yaitu dalam kehidupan berumah tangga, perselingkuhan, perjudian, pelacuran serta persahabatan yang mampu menggambarkan segi-segi sosiologis tokoh-tokohnya. Lely adalah seorang istri yang sangat setia dan patuh pada suaminya, yang bernama Tanoto. Meskipun rumah tangga mereka belum dikaruniai seorang anak, namun hal tersebut tidak menghalangi kebahagiaan keduanya. Hari-hari dilalui keduanya dengan suka cita dalam keluarga kecil mereka. Tanoto yang bekerja sebagai kepala bagian/ atasan di sebuah pabrik, sedangkan Lely bekerja sebagai perancang busana di butik milik tantenya. Menginjak beberapa tahun usia pernikahan mereka, kebahagiaan rumah tangga Lely dan Tanoto mulai terusik dengan adanya orang ketiga. Orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
ketiga tersebut adalah Partiyem, Partiyem yang tidak lain adalah teman Lely. Partiyem sangat kenal dekat dengan Lely, namun tega mengkhianati Lely. Partiyem merupakan pegawai Tanoto di pabrik. Tanpa sepengetahuan Lely, Tanoto telah berselingkuh dengan Partiyem. Hubungan Tanoto dan Partiyem terus berlanjut hingga menghasilkan seorang anak. Sampai pada akhirnya Lely mengetahui perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Setelah Lely mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan Partiyem dan memiliki anak hasil perselingkuhan mereka, Lely memutuskan untuk meninggalkan Tanoto begitu saja. Sebagai perempuan, Lely tidak ingin di madu dan tidak ingin dikhianati. Lely yang memiliki sifat yang tegar, kuat, dan tidak mudah putus asa, begitu mengalami masalah tersebut sifat Lely langsung berubah pesat. Di tengah keputus asaannya, Lely memilih pergi tanpa tujuan, Lely pergi dengan membawa beban yang sangat berat karena suaminya telah berselingkuh dengan temannya sendiri. Hal tersebut yang membuat Lely sangat kecewa dan sakit hati. Di tengah kalutnya fikiran Lely, seorang laki-laki yang bernama Jarot memanfaatkan kesempatan tersebut, dengan cara menjerumuskan Lely ke lembah hitam yakni sebagai pelacur. Pada kenyataannya sebuah persahabatan yang erat memang merupakan suatu idaman yang ingin dimiliki oleh setiap orang. Seseorang dalam kehidupannya pasti akan membutuhkan kehadiran orang lain. Secara sadar atau tidak dengan adanya/ hadirnya orang lain, permasalahan yang berat akan menjadi terasa ringan dengan adanya kerjasama dan ada tempat untuk berbagi rasa bersama. Namun teman yang sikapnya terlihat baik di depan kita, belum tentu akan bersikap baik seterusnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Seringkali karena gesekan-gesekan atau problem-problem dari kebutuhan hidup yang akan terus berubah dan berkembang / pergulatan dengan kehidupan itu sendiri, menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang menyimpang. Walaupun teman akrab sekalipun seringkali dapat menjadi gelap mata bahkan tega menusuk dari belakang / berkhianat. Apabila hal itu membuat kerugian bagi sahabatnya / membuat kehidupannya menjadi berantakan, maka selain akan menimbulkan konflik yang menyebabkan persahabatan menjadi terputus / tercerai, juga tidak menuntut kemungkinan akan berpengaruh terhadap aspek sosiologisnya. Cerbung ini memiliki jalan cerita sekaligus kasus-kasus yang sangat menarik untuk diteliti karena sebagian tokoh-tokoh dalam cerbung tersebut memiliki reaksi emosional yang dapat dikatakan ekstrim bagi pemecahan problem hidupnya terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi para tokohnya. Pandangan tokoh-tokoh tentang nilai-nilai kehidupan, menentukan keputusan tentang baik dan buruk, kekecewaan dan penyesalan, masalah keluarga, perselingkuhan, pelacuran dan lainlain tercermin dalam cerbung ini. Berangkat dari permasalahan di atas, maka cerbung ini menjadi menarik untuk diteliti dengan pendekatan sosiologi sastra. Menurut Sapardi Djoko Damono (1984 : 7), sosiologi adalah telaah yang obyektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat secara keseluruhan baik itu tingkah laku, norma, status sosial, dan status budaya. Pendekatan sosiologi bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat ( Atar Semi, 1993 : 73 ). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Penggunaan aspek-aspek sosial pada manusia dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra, sehingga pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan sosiologi sastra guna menganalisis masalah-masalah sosial dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Bagaimana persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur dalam cerbung tersebut mengalami perkembangan atau perubahan karakter, seberapa jauh lingkungan berpengaruh terhadapnya merupakan kajian utama penelitian ini. Dengan demikian akan diketahui makna yang terdapat dalam keseluruhan peristiwa dalam cerita, serta dapat diketahui hukum-hukum atau teoriteori sosiologi yang digunakan oleh pengarang dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Dewasa ini keberadaan sastra adalah sebagai gejala sosial. Berkaitan dengan ini maka penulisan karya sastra yang berhubungan aspek-aspek sosial yang terdapat di dalamnya perlu mendapat perhatian. Berbagai aspek ditampilkan pengarang bukan merupakan masalah yang terus diabaikan, tetapi perlu dipahami serta dikaitkan dengan proses pemahaman karya sastra secara luas. Berkaitan dengan itu, pada dasarnya karya sastra tidak lepas dari masalah hidup dan kehidupan yang terkait dengan proses penciptaan karya sastra tersebut. Kehidupan masyarakat dan kehadiran sastra merupakan suatu keterkaitan yang tidak terpisahkan, dimana keduanya memperbincangkan suatu hal yang sama tentang kehidupan manusia dengan segala permasalahan yang dihadapi. Pandangan seorang pengarang tentang kehidupan cukup berperan terhadap keberhasilan / kesuksesan karyanya. Berangkat dari hal tersebut, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
pengarang membutuhkan pendekatan sosiologi sastra untuk mempelajari hubungan karya sastra dengan masyarakat. Dari uraian di atas maka penulis dapat merumuskan alasan yang mendorong penulis mengadakan penelitian terhadap cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang yaitu, di dalam cerbung tersebut menampilkan tokohtokoh yang mengalami perubahan karakter yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial / hubungan antar manusia. Selain mengetengahkan permasalahan menarik seputar kehidupan manusia, pengarang juga lebih jauh mampu menggambarkan segisegi sosial antar tokoh-tokohnya. Sehingga perkembangan sosial dari para tokoh dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang menarik untuk diketahui dan membuat suasana cerita / nuansa peristiwa lebih kaya, logis, sehingga menarik untuk diteliti. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, juga akan dapat diketahui / dipahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terdapat dalam masyarakat. Selain itu dengan mengetahui segi-segi sosiologisnya maka akan dapat tersirat makna yang terkandung dalam keseluruhan cerita, yang dapat digunakan sebagai pengetahuan / cerminan dalam kehidupan masyarakat. Terlepas dari permasalahan di atas, dengan pertimbangan bahwa karya sastra mengandung aspek kejiwaan yang sangat kaya, maka di dalam penelitian ini penulis memberi judul Persepsi Ismoe Rianto terhadap Kehidupan Pelacur dalam Cerita Bersambung Mecaki Lurung kang Ilang (Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
B. Batasan Masalah Sebuah penelitian agar dapat mengarah serta dapat memecahkan masalah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka diperlukan adanya pembatasan masalah sehingga inti permasalahan yang hendak dicapai tidak terlalu meluas dari apa yang seharusnya dibicarakan. Pembatasan masalah ini adalah Pembahasan dibatasi mengenai struktur yang membangun dalam cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat. Kemudian dilanjutkan dengan persepsi pengarang tentang kehidupan pelacur secara sosiologi sastra, serta latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang sehingga nantinya diharapkan akan diperoleh makna dan nilai yang mengandung pesan-pesan sosial bagi pembacanya.
C. Rumusan Masalah Tanpa rumusan masalah yang jelas, maka pembatasan akan menyimpang dari pokok permasalahan. Sesuai dengan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur yang membangun cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang dibangun oleh unsur-unsur yang terdiri dari tema, penokohan, alur, latar, dan amanat ? 2. Bagaimanakah persepsi kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto di mata pengarang ? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
3. Bagaimanakah latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto ?
D. Tujuan Masalah Tujuan penelitian merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang dilakukan. Sejalan dengan perumusan masalah yang ada dapat dijelaskan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan struktur yang membangun cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang terdiri dari tema, penokohan, alur, latar, dan amanat. 2. Mendeskripsikan persepsi kehidupan pelacur dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto di mata pengarang. 3. Menemukan latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto.
E. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Demikian pula dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
1.
Secara teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sastra khususnya teori struktural dan sosiologi akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam sosiologi sastra.
2.
Secara praktis Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat pembaca, peminat sastra Jawa untuk lebih mengetahui dan memahami tentang problem sosial kehidupan masyarakat khususnya kalangan pelaku dalam cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Selain itu penelitian ini dapat dipakai sebagai modal penelitian Sosiologi Sastra.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Cerita Bersambung Cerita bersambung adalah suatu cerita atau karangan yang dimuat tidak hanya sekali saja pada suatu majalah atau media masa lainnya, melainkan dimuat beberapa kali. Cerita bersambung ini biasanya sangat panjang karena teknik penceritaan yang mendetail antara satu kejadian dengan kejadian selanjutnya dan juga lengkapnya penuturan dari satu bagian ke bagian dalam cerita bersambung tersebut. Cerita bersambung juga mempunyai beberapa tokoh, disamping tokoh utama, tokoh pembantu yang terdapat di dalam cerita bersambung biasanya lebih kompleks dan lebih banyak. Cerita bersambung atau cerbung merupakan genre yang berbentuk prosa. Cerbung adalah suatu cerita atau karangan yang dimuat tidak hanya sekali saja pada suatu majalah ataupun media lainnya, melainkan dimuat beberapa kali. Cerbung adalah cerita rekaan yang dimuat sebagian demi sebagian secara berturut-turut dalam surat kabar maupun majalah, tegangan dan intrinsik seakan-akan tidak ada habishabisnya yang dimanfaatkan untuk memenggal cerita (Panuti Sudjiman, 2006: 14). Cerita bersambung mempunyai struktur yang sama dengan novel, cerita pendek ataupun roman, yaitu memiliki tema, amanat, penokohan, alur dan latar dalam commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cerita. Perbedaannya disajikan bagian demi bagian, secara urut dalam majalah atau surat kabar.
B. Pendekatan Struktural Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang menekankan pada hubungan antar unsurnya. Suatu karya sastra, fiksi atau puisi menurut kaum strukturalisme adalah suatu totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan serta bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah ( Abrams, dalam Burhan Nurgiyantara, 2005: 36 ). Menurut Sangidu ( 2004: 16 ) sebuah struktur karya sastra harus dilihat sebagai suatu totalitas karena sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsurunsurnya. Pendekatan struktural juga dapat dinamakan dengan pendekatan obyektif. Analisis struktural karya sastra yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, serta mendeskripsikan fungsi dan hubungan atas unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai ( Burhan Nurgiyantoro, commit 2007: to user37 ).
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Analisis struktur karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, serta mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Awal mulanya diidentifikasi serta dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Setelah dijelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitaskemaknaan yang padu. Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya. Pada dasarnya, analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kesatuan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, alur, atau yang lain. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik, di sampimg setiap karya mempunyai ciri kekompleksan dan keunikannya sendiri. Hal inilah yang membedakan antara karya yang satu dengan karya yang lain. Namun, tidak jarang analisis struktural cenderung kurang tepat, sehingga yang terjadi hanyalah analisis fragmentaris yang terpisahpisah. Analisis yang demikian inilah yang dapat dituduh sebagai mencincang karya sastra sehingga justru menjadi tidak bermakna. ( Wahyudi Siswanto, 2008 : 37 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Pendekatan struktural merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian karya sastra sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Pendekatan struktural sebagai cara untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur intrinsik pembentuk karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh antara lain meliputi alur, penokohan, tema, setting, dan amanat. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menganalisa unsur-unsur struktur yang meliputi tema, alur, plot, penokohan, setting, amanat, serta keterkaitan antar unsur-unsurnya dengan tujuan untuk memahami terlebih dahulu unsur intrinsik yang membangun cerbung tersebut sebelum memasuki ke dalam kajian sosiologi sastra.
1. Tema Menurut Aminuddin, tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarang (Wahyudi Siswanto, 2008 :161). Tema juga dapat diberi pengertian sebagai suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karyanya. Setiap fiksi haruslah mempunyai tema yang merupakan sasaran tujuan. Dengan demikian tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa tema merupakan hal yang penting dalam seluruh cerita. Tema adalah gagasan, ide, ataupun pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap maupun tidak. Tema tidak sama dengan pokok masalah / topik. Tema dapat dijabarkan dalam beberapa topik (Panuti Sudjiman, 2006 :78). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
Demikian halnya Aminuddin mengatakan, tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya (Wahyudi Siswanto, 2008 : 161). Kejelasan mengenai pengertian tema akan membantu usaha penafsiran dan pendeskripsian pernyataan tema sebuah karya fiksi. Tema ( theme) menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita itu, maka masalahnya adalah makna khusus yang mana dapat dinyatakan sebagai tema itu. Atau, jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub-sub tema / tema-tema tambahan, makna yang manakah dan bagaimanakah yang dapat dianggap sebagai makna pokok sekaligus tema pokok novel / karya sastra yang bersangkutan. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema meski sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang disembunyikan, meski belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya tersembunyi di balik cerita yang mendukungnya. (Burhan Nurgiyantoro, 2007 : 68) Beberapa bahasan tersebut dapat ditarik pengertian bahwa tema adalah pokok pikiran yang menjadi dasar atau menjiwai sebuah cerita. Sebuah tema akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
tercermin dalam tiap-tiap peristiwa yang dialami oleh para tokoh dari awal sampai akhir sebuah cerita. Dengan kata lain merupakan suatu gagasan yang mendasari karya sastra.
2. Alur ( Plot ) Alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencari efek tertentu. Keterkaitannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab- akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan jalinan dengan seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan kearah klimaks dan selesaian (Panuti Sudjiman, 2006 :4). Plot atau alur dalam sebuah cerita memang sulit dicari. Plot tersembunyi di balik jalan cerita. Dalam mengikuti jalan cerita itulah, akhirnya dapat menemukan plotnya. Tetapi jalan cerita itu sendiri bukan plot. Sebuah plot bisa menelurkan beberapa jalan cerita. Jalan cerita hanyalah manifestasi atau bentuk jasmaniah dari plot (Jakob Sumardjo, 2007: 39). Menurut Stanton, alur atau plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa dalam suatu cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihubungkan sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya suatu peristiwa lain (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007: 113). Mochtar Lubis membagi alur dalam cerita rekaan menjadi lima bagian, yaitu: a. Situation ( pengarang mulai melukiskan suatu keadaan) b. Generating Circumstances ( peristiwa mulai bergerak) c. Rising Action ( keadaan mulai memuncak) commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Climax (peristiwa mencapai klimaks) e. Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa) Berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu cerita. Aminuddin (dalam Wahyudi Siswanto, 2008 :159) membedakan tahapan-tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita rekaan atau drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang dikenalkan dari tokoh ini, misalnya nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya. Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan atau drama. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat , serta antara tokoh dan Tuhan. Komplikasi atau rumitan adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang mengembangkan tikaian, dalam tahap ini konflik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan berbagai kepentingan yang berbeda dari setiap tokoh. Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca. Krisis dalah bagian alur yang mengawali peneyelesaian, saat dalam alur yang ditandai oleh perubahan alur cerita menuju selesainya cerita. Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks, pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan perkembangan ke arah selesaian. Selesaian adalah tahap akhir suatu cerita rekaan atau drama, dalam tahap ini, semua masalah dapat diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan, rahasia dibuka. Ada dua macam penyelesaian, yakni tertutup dan terbuka. Penyelesaian tertutup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
merupakan bentuk penyelesaian cerita yang diberikan oleh sastrawan. Penyelesaian terbuka adalah bentuk penyelesaian cerita yang diserahkan kepada pembaca. Bagi para sastrawan, alur berfungsi sebagai suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan bagi pembaca, pemahaman alur berarti juga pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara runtut dan jelas. (Aminuddin, dalam Wahyudi Siswanto, 2008 : 161) Dari beberapa beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa alur adalah dasar bergeraknya sebuah cerita. Alur merupakan urutan peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita.
3. Penokohan Penokohan merupakan penciptaan citra tokoh di dalam karya sastra. Di dalam kisahan yang efektif, pengarang membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga pembaca merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya. Watak tokoh dapat terungkap oleh tindakannya, ujarannya, pikirannya, penampilan fisiknya, apa yang dikatakan / dipikirkan tokoh tentang dirinya (Panuti Sudjiman, 2006: 61). Di sini Aminuddin mengemukakan, bahwa tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. (Wahyudi Siswanto, 2008: 142). Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelukisannnya dalam sebuah cerita, sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas pada pembaca. Penokohan juga menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. (Burhan Nurgiyantoro, 2007 ;166) Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penokohan atau perwatakan adalah unsur yang sangat penting dalam karya sastra dalam melukiskan keadaan tokoh baik lahir maupun batin yang dapat berupa pandangan hidup, keyakinan, dan karakter.
4. Latar ( Setting ) Setting atau latar merupakan tempat dan waktu terjadinya cerita. Suatu cerita pada hakikatnya merupakan suatu pelukisan peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh beberapa tokoh pada suatu waktu di suatu tempat. Oleh karena itu, tokoh-tokoh cerita tidak dapat lepas dari ruang dan waktu, serta tidak mungkin pula ada suatu cerita tanpa latar / setting. Menurut Panuti Sudjiman (2006: 48), latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang , dan suasana dalam karya sastra. Menurut Burhan Nurgiyantoro, latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain. Pertama, latar tempat menunjukkan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi. Kedua, latar waktu yang berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi tersebut. Ketiga, latar sosial yang mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi ( 2007: 227 ).
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hudson membagi setting menjadi setting sosial dan setting fisik. Setting sosial menggambarkan tentang keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, serta yang melatari peristiwa. Latar fisik mengacu pada wujud fisikal, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya. Tidak semua jenis latar cerita itu ada di dalam sebuah cerita rekaan. Dalam sebuah cerita rekaan, terdapat latar cerita yang menonjol adalah latar waktu dan tempat. Sedangkan di cerita lainnya yang menonjol adalah latar sosial. Penggambaran latar ini ada yang terperinci, ada pula yang tidak. Ada latar yang dijelaskan secara sama persis seperti kenyataanya dan ada pula yang gabungan antara kenyataan dengan khayalan. Serta ada juga latar yang merupakan hasil latar yang merupakan hasil imajinasi sastrawan (Wahyudi Siswanto, 2008:150). Berbagai pendapat di atas pada garis besarnya mengemukakan latar / setting yang dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan latar sosial. Jalinan sebuah peristiwa didukung pula unsur setting atau latar. 5. Amanat Istilah amanat berarti pesan. Sudiro berpendapat bahwa pesan yang hendak disampaikan pengarang mungkin jelas tersurat, tetapi mungkin juga tidak jelas atau samar-samar tersirat. Tidak jarang pengarang menyampaikan amanatnya secara simbolik dan teknik-teknik lain yang sulit diketahui pembacanya. Ada pula bahwa amanat cerita berada di luar teks cerita itu sendiri. Para pembacanya dipersilahkan mencari atau menebaknya (Sudiro Satoto, 1996: 26). Amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Burhan Nurgiyantoro, 2007: 322).
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai-nilai yang ada di dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya. Dari sudut sastrawan, nilai ini biasa disebut amanat. Sehingga amanat dapat juga diartikan sebagai gagasan yang mendasari karya sastra, pesan, perintah, keterangan, wejangan, dan kepercayaan yang disampaikan pengarang kepada pembaca (Wahyudi Siswanto, 2008: 162). Amanat sebuah cerita dapat diutarakan secara eksplisit maupun implisit. Amanat yang disampaikan secara ekplisit artinya amanat / pesan dapat disampaikan lewat tingkah laku akhir cerita, sedangkan secara implisit artinya amanat disampaikan secara terang-terangan pada tengah cerita atau akhir cerita. Berpijak dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, dan dapat dipandang sebagai wawasan yang diberikan pengarang terhadap suatu pokok persoalan yang ditampilkan dalam karyanya, yang kemungkinan diharapkan dapat berguna bagi masyarakat pembacanya.
C. Pendekatan Sosiologi Sastra Karya sastra dipakai oleh pengarang untuk mengungkapkan/merefleksikan suatu kehidupan nyata yang dituangkan lewat karya sastra fiktif yang dibentuk melalui imajinasi pengarang. Pengarang dapat bergerak sebebas-bebasnya dalam mengungkapkan masalah kehidupan dalam karyanya, sebab pengungkapan pengarang adalah realitas sosial yang bisa dijadikan cerminan oleh para penikmat sastra, sehingga karya sastra memiliki salah satu fungsi untuk cerminan masyarakat commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari beberapa tawaran masalah kehidupan yang diangkat oleh pengarang dalam karyanya. Hal tersebut di atas sesuai dengan pengertian sosiologi sastra menurut Panuti Sudjiman
(1992:
74)
bahwa,
sosiologi
sastra
merupakan
usaha
untuk
mengungkapkan bagaimana seorang pengarang terpengaruh oleh status lapisan masyarakat dimana dia berasal, ideologi politik, dan sosialnya, kondisi ekonomi pengarang serta khalayak yang dituju. Suwardi Endraswara ( 2003 : 77 ) menyimpulkan lagi bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra, yang bersifat reflektif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini adalah ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Sosiologi sastra merupakan suatu pendekatan kritik sastra yang selalu mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Pendekatan sosiologi sastra bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai hubungan antara sastra, sastrawan, dan masyarakat. Dalam pandangan sosiologi sastra, sastra bukanlah suatu cipta budaya yang otonom, tetapi merupakan karya yang keberadaannya berkaitan erat dengan sosial budaya masyarakat yang melingkupinya, disamping sastra juga merupakan fungsi sosial tertent dalam masyarakat. ( Swingewood dalam Faruk, 1999 : 4) Wellek dan Warren membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi, yaitu: a. Sosiologis pengarang : yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang menyangkut diri pengarang. b. Sosiologis karya sastra : yakni mempermasalahkan tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut. Apa tujuan dan amanat yang hendak disampaikan terhadap masyarakat. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Sosiologis masyarakat : yang mempermasalahkan tentamng pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. (Wellek dan Warren, 1993 : 111) Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh Ian Watt (dalam Faruk, 2003 : 4) dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra menurut Ian Watt mencakup tiga hal, yaitu : a. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi isi karya sastranya. b. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. c. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur, sekaligus sebagai pendidikanmasyarakat bagi pembacanya. Teori-teori yang telah dipaparkan tersebut tidak saling bertolak belakang, tetapi justru saling mendukung. Pada intinya sosiologi sastra menyangkut tiga hal yaitu pengarang, karya sastra, dan masyarakat. Ketiga hal tersebut saling terkait, berhubungan, timbal-balik, dan saling mempengaruhi. Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sastra tidak hanya sebagai cermin kehidupan masyarakat, tetapi melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan di mana pengarang juga berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan juga sekaligus berpengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu masa,dan pengarang masuk dalam anggota masyarakat yang tidak bisa mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan serta membentuk jiwa. commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pelacur Menurut Beauvoir ada 3 jenis perempuan yang memainkan peran perempuan sampai ke puncaknya. Mereka adalah pelacur, narsis, dan perempuan mistis. Analisis Beauvoir atas pelacuran sangatlah kompleks. Di satu sisi seorang pelacur merupakan paradigma perempuan sebagai obyek / sebagai yang dieksploitasi. Di sisi lain, laki-laki yang membeli pelayanannya adalah diri/subjek/seseorang yang mengeksploitasi. Seorang perempuan yang melacurkan dirinya bukan hanya untuk uang, tetapi juga untuk penghargaan yang di dapatkan dari laki-laki sebagai bayaran pelayanannya. Tidak seperti istri atau kekasih, pelacur mendapatkan imbalan karena menjadikan tubuhnya sebagai alat pemenuhan mimpi laki-laki yakni suatu kemakmuran dan ketenaran (Rosemarie Putnam Tong, 2008: 271). Penyebab pelacuran sebenarnya bukan tunggal tetapi cenderung kompleks seperti hubungan dalam keluarga yang tidak baik, pendidikan rendah, kemiskinan, masa depan tidak jelas, tekanan penguasa, hubungan seksual terlalu dini, pergaulan bebas, kurang penanaman nilai-nilai agama serta perasaan dendam dan benci kepada laki-laki. Selanjutnya menurut Koentjoro ( 2002 : 35 ) dalam penelitiannya juga menemukan kecenderungan perempuan untuk menjual diri adalah karena pengaruh teman, aspirasi material, tren, mencari perhatian karena di rumah merasa kurang diperhatikan, serta kompensasi dari kekecewaan. Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada berbagai faktor penyebab seseorang terjun sebagai pelacur. Pada dasarnya, para pelacur dicerca dan dibutuhkan. Mereka dibutuhkan seorang lelaki hidung belang untuk memuaskan nafsu sesaatnya. Akan tetapitokeberadaan pelacur sangat meresahkan commit user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat. Selain meresahkan, mereka juga mematikan, karena merekalah yang di tengarai menyebarkan berbagai jenis penyakit seperti AIDS, sipilis/penyakit kelamin, dan lain-lain. Akibat dari perilaku seks bebas mereka, tanpa penggunaan pengaman yang berupa kondom.
E. Pengertian Persepsi Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang dapat diterima oleh panca indera, kemudian diorganisasikan serta diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu (dalam Walgito, 2002: 69). Senada dengan hal tersebut, Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1999: 209). Walgito (2002: 71) juga menambahkan bahwa, proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretasi, begitu juga berinteraksi dengan clasure. Proses seleksi terjadi pada commit saat seseorang to user memperoleh informasi, maka akan
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung proses penyeleksian ( Yusuf, 1991: 108). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Bentuk Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan masalah yang dihadapi, yang pada dasarnya merupakan suatu metode ilmiah. Metode penelitian juga merupakan suatu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode dapat juga dipahami sebagai cara kerja untuk mencari kebenaran berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Sangidu, 2004:13). Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang data-data berupa kata-kata bukan angka-angka seperti dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan
orang-orang
tersebut
dalam
bahasanya
dan
dalam
peristilahannya ( Moleong, 2007: 3 ). Sedangkan Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati ( dalam Lexy J.Moleong, 2007: 4 ). Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
maupun dalam peristilahannya. (Lexy J. Moleong, 2006: 4). Bentuk penelitian kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit untuk diungkapkan oleh peneliti kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu usaha pencarian pengetahuan dan pemberian makna dengan hati-hati dan kritis secara terus-menerus terhadap suatu masalah. Penelitian deskriptif yaitu menganalisis hanya sampai pada taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan (Azwar, 2004: 6). Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan menggambarkan secara sistematik atau akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesa, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi ( Azwar, 2004: 7 ). Penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan ini diharapkan dapat membantu memperoleh informasi yang akurat dalam penelitian terhadap cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto.
B. Sumber Data dan Data Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah katakata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lexy J. Moleong. 2006:157). Berdasarkan pendapat di atas sumber data penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
ini dapat dipilah menjadi dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang dimuat dalam majalah berbahasa Jawa Jayabaya dari nomor 04 edisi Minggu 1 Oktober 2008 sampai dengan nomor 26 edisi Minggu 1 Maret 2009 yang terdiri dari 22 episode. Sumber data sekunder, yaitu informan yang dalam hal ini adalah Ismoe Rianto sebagai pengarang serta masyarakat yang bersangkutan. Data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan atas data primer dan sekunder. Data primernya adalah teks cerita dari cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto yang meliputi unsur intrinsik (struktur cerita bersambung) dan aspek-aspek sosiologi khususnya masalah-masalah sosial dalam cerbung tersebut. Data sekunder yaitu hasil wawancara dengan pengarang yang termuat dalam tape recorder, MP3, dokumentasi yang berupa foto, serta keterangan yang didapat dari buku-buku referensi yang menunjang penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Content Analysis Usaha untuk memnfaatkan dokumen yang padat, biasanya digunakan teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan yaitu analisys yang dinamakan “kajian isi”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Beberapa definisi dikemukakan untuk memberikan gambaran tentang konsep kajian isi tersebut. Berelson (dalam Lexy Moleong, 2000 :163), mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kualitatif tentang manifestasi komunikasi. Webber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang lebih sahih dari sebuah buku atau dokumen. (Lexy Moleong, 2000 :163) Teknik Content analysis adalah analisis isi atau analisis dokumen, teknik ini cara kerjanya menemukan unsur-unsur struktur cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yang meliputi alur, penokohan, latar, tema, dan amanat.
2. Teknik Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan oleh dua belah pihak yakni, pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara menurut Lincoln dan Guba, antara lain yaitu: mengontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. (Lexy. J. Moleong, 2006:186). Wawancara dengan pengarang dilakukan secara terbuka yang merupakan wawancara pembicaraan formal dengan pendekatan yang menggunakan petunjuk umum wawancara. Wawancara yang dilakukan dengan pengarang bersamaan dengan proses rekaman, kemudian ditindaklanjuti dengan teknik simak hasil rekaman dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
pencatatan data-data dalam bentuk catatan kartu data. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan jelas mengenai biografi pengarang, hasil karyanya dan keterangan-keterangan lain yang mendukung penelitian. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan masyarakat yang bersangkutan sebagai data informan. Wawancara dengan masyarakat prosesnya sama seperti yang dilakukan dengan pengarang. Hanya saja, mencari masyarakat yang bersangkutan dalam cerita itu lebih sulit.
D. Teknik Analisis Data Teknik analisis interaktif bertujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (dalam Lexy J. Moleong, 2007: 280). Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan ( Miles dan Huberman dalam H.B Sutopo, 2006:113 ). Lebih lanjut Patton mendefinisikan analisis interaktif merupakan
proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Berbeda dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian (dalam Lexy J. Moleong, 2007: 260). Data yang muncul berwujud kata-kata, dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. Dalam analisis data semacam itu ada tiga langkah yang ditempuh, yakni :
a) Reduksi Data Reduksi data merupakan proses penyederhanaan dengan membatasi permasalahan penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan juga membatasi pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu di jawab dalam penelitian (HB. Sutopo, 2002: 94 ). Dalam penelitian ini data dalam teknik analisis struktural dilanjutkan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai pembahasan inti. Tahapan ini dimulai dengan membaca serta mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data yang meliputi struktur yang membangun cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang, diantaranya tema, alur, penokohan, latar, dan amanat maupun data mengenai aspek sosiologi yang meliputi konflik perselingkuhan, pelacuran, persahabatan yang tercermin dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
cerbung berbahasa Jawa dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang. Dalam tahap ini, semua data yang terkumpul diidentifikasikan dan diklasifikasikan.
b) Penyajian Data Penyajian data merupakan data-data yang terkumpul. Data-data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan serta komentar peneliti, dokumen, biografi, artikel, hasil wawancara akan diatur, diurutkan, dan dikelompokkan (Lexy J.Moleong, 2000: 103 ). Tahapan ini dimulai dengan membaca dan mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data, kemudian disajikan dalam analisis struktural yang membangun cerbung Mecaki Lurung kang Ilang antara lain tema, alur, penokohan, latar dan amanat maupun data mengenai aspek sosiologi sastra yang meliputi permasalahan sosial tokohnya dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Dalam mengerjakan tahap ini, semua data yang terkumpul dideskripsikan, diidentifikasikan dan diklasifikasikan. Data yang telah dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya, selanjutnya disajikan (data Display) berdasarkan karakteristik data. Setelah data-data yang terkumpul disajikan, setelah itu dibuat deskripsi masing-masing data untuk mempermudah tahap interprestasi.
c) Penarikan Kesimpulan / Verifikasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Data yang telah terkumpul, penelitian mulai menarik kesimpulan dan verifikasinya pada reduksi maupun sajian datanya. Menurut HB. Sutopo, proses tersebut dinamakan model analisis interaktif ( 2002: 95 ). Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran seorang peneliti selama mengadakan penelitian, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan tenaga serta pemikiran yang lebih luas dan memakan waktu. Skema Analisi Interaktif (H.B Sutopo, 2002 : 96)
Sajian Data
Pengumpulan data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Reduksi data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pengarang Karya sastra dan pengarang memiliki suatu hubungan yang akan pernah bisa lepas, hubungan yang dapat mencerminkan segi-segi kejiwaan, pandangan sosial, ataupun filsafat hidup yang ada dalam diri pengarang yang terdapat dalam hasil karyanya. Namun dalam penulisan suatu karya sastra bukan hanya merupakan curahan perasaan dan hasil imajinasi pengarang saja. Akan tetapi, karya sastra juga merupakan refleksi kehidupan yaitu pantulan respon pengarang dalam menghadapi problem kehidupan yang diolah secara estetis melalui kreatifitas yang dimilikinya. Setelah diolah, hasilnya akan disajikan kepada pembaca. Pengarang dalam menghasilkan sebuah karya-karya sastranya, memiliki suatu kebebasan untuk mengembangkan perasaan, pikiran dan fantasinya untuk disusun dan diungkapkan hingga menjadi sebuah cerita, cerita itu juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dan pandangannya.
1. Riwayat Hidup Pengarang Pengarang merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Berhasil tidaknya suatu karya sastra tergantung dari luas tidaknya wawasan yang dimilikinya. Bahkan kejelian pengamatan terhadap sendi-sendi kehidupan yang amat kompleks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
akan sangat membantu, oleh karena itu berbagai macam aspek yang menyangkut diri pengarang perlu sekali untuk diperhatikan. Terlepas dengan hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini akan dipaparkan tentang riwayat hidup pengarang cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yaitu Ismoe Rianto. Ismoe Rianto lahir di kota Malang, tanggal 21 Agustus 1942. Beliau mengawali pendidikan dari SR pada tahun 1950 1956, SMP Kristen 1 pada tahun 1956 - 1959 dan STM pada tahun 1959 - 1962 yang diselesaikan di kota kelahirannya, yaitu Malang. Satu tahun setelah lulus dari STM, beliau diterima masuk dalam jajaran kepolisian di Surabaya pada tahun 1963. Kemudian tahun 1973, beliau mendirikan kelompok penulis dengan nama 6 Januari 73 Art yakni sebuah grup tempat berkumpulnya anak-anak muda Surabaya yang gemar bersastra. Ismoe Rianto pernah menjadi koordinatornya, disitu Ismoe Rianto mulai menulis dalam arti sesungguhnya dan beliau mulai berkenalan dengan karyakarya sastra. Empat tahun kemudian, yaitu pada tahun 1977 beliau membidangi kelahiran PPSJS dan dipercaya sebagai ketua umum PPSJS yang pertama berdasarkan pertemuan pengarang pada tanggal 31 Juli 1977. Pada tahun 1991 beliau pensiun dari dinas kepolisian dan mengisi waktu dengan tetap menulis. Sejak kanak-kanak Ismoe Rianto sudah gemar menulis. Kegemarannya itu terus dikembangkan sampai dewasa dan hingga beliau dinas di kepolisian. Tujuan beliau menulis terutama didorong oleh keinginan menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Pengarang yang pertama kali tulisannya dimuat di majalah Caraka (Berbahasa Indonesia) di Jakarta pada tahun 1964 ini, menikah dengan C. Sri Handayani pada tahun 1968 dan dikaruniai seorang putri bernama Sri Purwanti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Bersama istrinya, penganut agama Kristen Protestan ini tinggal di sebuah rumah Jalan Sabdo Palon 1/15, Winanga – Madiun. Karya-karyanya sudah banyak dimuat di media-media yaitu, seperti: Penjebar Semangat, Jaya Baya, Mingguan Suara Karya, majalah STOP, majalah Info, Mingguan Kumandhang, Bathara, Jawa Pos, Surabaya Pos, Pewarta Surabaya, Bintang Baru, Jawa Anyar, Punakawan, Darma Nyata, dan lain-lain. Sampai saat ini pengarang yang juga mantan anggota polisi ini masih tetap menulis. Ismoe Rianto selain menulis cerita-cerita berbahasa Jawa, beliau juga menulis cerita berbahasa Indonesia. Salah satu novelnya berjudul Tante Erry yang dimuat bersambung di majalah Semeru (majalah Komdak Jatim). Dan lantaran novelnya yang berjudul Tante Erry dimuat, beliau yang sebelumnya berdinas di pasukan ditarik dinas pada bagian penerangan (Dispendak). Sebagai pengarang, Ismoe Rianto telah menghasilkan sekitar 20 judul naskah sandiwara radio berbahasa Indonesia dan sekitar 6 judul berbahasa Jawa yang telah ditulis melalui RKPD Jatim. Setelah sekian lama menulis, karya-karyanya banyak dihargai orang lain, maka tidak heran jika beliau pernah mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya.
2.
Latar Belakang Sosial Budaya Pengarang Kehadiran latar belakang sosial budaya pengarang menjadi penting, artinya
untuk dapat memahami karya sastra. Dimensi-dimensi sosial budaya melingkupi pengarang, serta lingkungan hidupnya menjadi latar belakang bagaimana beliau termotivasi dalam menampilkan citra sastranya. Pengaruh sosial budaya yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan lain, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat yang tidak mungkin bisa dihindari oleh pengarang untuk mempengaruhi dan mewarnai corak karya sastra yang diciptakannya. Seorang pengarang dalam menciptakan karyanya tidak dapat terlepas dari latar belakang kebudayaannya. Mengingat seorang pengarang merupakan bagian dari anggota masyarakat dan tidak lepas dari lingkungan masyarakat di sekitarnya. Jadi dalam menciptakan karya sastra, seorang pengarang pasti melihat kejadian-kejadian di sekitarnya kemudian dituangkan ke dalam tulisannya.
a. Kedudukan Pengarang dalam Keluarga Kedudukan Ismoe Rianto ini di dalam keluarga, selain beliau merupakan penulis, beliau adalah seorang kepala keluarga. Di samping sebagai kepala keluarga, beliau adalah seorang ayah yang baik bagi anaknya. Beliau penganut Kristen Protestan yang sangat taat dalam beribadah, terbukti bahwa beliau rajin menjalankan ibadah menurut agama yang dianutnya yaitu sering pergi ke Gereja untuk beribadah. Begitu juga dengan istri dan anaknya, beliau juga mengajarkan agama dan cara beribadah yang benar kepada istri serta anaknya. Ismoe Rianto bersama istrinya kini tidak lagi tinggal di Surabaya, kini beliau telah tinggal dan menetap di sebuah rumah Jalan Sabdo Palon 1/15, Winanga – Madiun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
b. Kedudukan Pengarang dalam Masyarakat Kedudukan Ismoe Rianto di dalam masyarakat adalah sebagai mantan Koptu Polri dan sebagai ketua umum Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, yang disingkat PPSJS. Karena profesinya dulu sebagai polisi, maka Ismoe Rianto ini dikenal sangat dekat sekali dengan masyarakat. Hubungan sosial beliau dengan masyarakat sekitar dikenal sangat baik. Apalagi beliau adalah seorang penulis, sehingga sudah banyak masyarakat yang mengenal dan membaca tulisan-tulisannya tersebut. Bahkan beliau menjalin hubungan dengan masyarakat luas, seperti beliau membuka PPSJS yang didirikannya sejak tahun 1977 di Surabaya. Dan beliau diangkat sebagi ketua umum. Karena beliau sebagai ketua PPSJS, maka hubungan beliau dengan para anggota PPSJS sangat dekat dan sangat baik. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa hubungan kemasyarakatan beliau ini sangat baik sekali. Dalam kehidupan di masyarakat, Ismoe Rianto memang sangat akrab dengan anak-anak muda di kampungnya. Tidak berlebihan bila setiap peringatan Hari Kartini atau pun Hari Proklamasi RI 17 Agustus, beliau bersama istrinya selalu duduk sebagai anggota panitia.
3. Ismoe Rianto sebagai Pengarang Di kalangan masyarakat banyak dijumpai orang-orang yang mempunyai kepandaian tambahan, disamping kepandaian khusus yang dimilikinya. Ismoe Rianto merupakan pensiunan Koptu Polri yang gemar menulis cerpen. Di samping menulis cerpen, beliau juga sering menulis cerbung, essai-essai sastra, reportase budaya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
naskah sandiwara radio, dan sebagainya. Saat beliau masuk polri, beliau sedang dinas jaga dan pada waktu senggangnya, beliau menulis kesan kejadian sehari-hari yang dialaminya. Setiap kali teman-temannya meminjam buku yang berisi catatan kesankesan itu untuk dibaca. Dengan dibacanya tulisan-tulisannya itu, timbul niatan untuk membuat cerpen dengan maksud dikirimkan di sebuah surat kabar agar dapat dibaca banyak orang. Maka dengan bekal keberanian, dikirimkannya sebuah cerpen yang berjudul “Impian di Daerah sana” ke majalah Mingguan Bathara yang terbit di Solo. Ternyata cerpen tersebut dimuat dan itu terjadi pada tahun 1968, selanjutnya beliau semakin rajin menulis cerpen. Karya-karya yang dihasilkan dalam tulisannya sudah banyak sekali, selain tulisannya berupa essai-essai sastra, reportase budaya, cerpen / cerkak, cerbung yang telah banyak dimuat di berbagai majalah berbahasa Jawa, seperti : Penjebar Semangat, Jaya Baya, Mingguan Darma Nyata, Mingguan Kumandhang. Karya Ismoe Rianto yang berjudul Sawise Kaping Lima merupakan cerkak pertama kali yang dimuat di majalah Jaya Baya dan sebagai juara harapan menulis cerkak Dewan Kesenian Surabaya pada tahun 1976. Salah satu karyanya yang mendapat penghargaan adalah Tangise Djomiatoen menjadi juara1 lomba menulis cerkak majalah Jawa Anyar Surakarta pada tahun 1994. Hasil karyanya yang lain dengan judul Kepleset meraih penghargaan cerbung terbaik versi majalah Penyebar Semangat pada tahun 2003. Ismoe Rianto telah menghasilkan sekitar 100 judul cerkak dan sekitar 100 judul cerita bersambung, di samping naskah-naskah lain berupa naskah sandiwara radio berbahasa Jawa dan Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
4. Karya-Karya Ismoe Rianto Berikut ini karya-karya yang telah dihasilkan oleh Ismoe Rianto, yaitu : a. Cerita Bersambung, antara lain : 1) Teater Durung dadi dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1981. 2) Katresnan Wong Tresna dimuat pada majalah Punakawan tahun 1984. 3) Nungkul dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1988. 4) Nalusur dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1992. 5) Alibi dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1993. 6) Mulih dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1998. 7) Kepleset dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 2002. 8) Heri, Heru, lan Hera dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2002. 9) Kantor dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2003. 10) Punggel dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2004. 11) Ing Pucuk Kayun dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2005. 12) Candhik Ala dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 2007. 13) Waela dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2007.
b. Cerita Cekak, antara lain : 1) Ing Pasar Turi dimuat pada majalah Dharma Nyata tahun 1973. 2) Tengah Wengi dimuat pada majalah Dharma Nyata tahun 1974. 3) Swara Klesak-klesik dimuat pada majalah Kumandhang tahun 1974. 4) Kesandhung Dulur Tuwa dimuat pada majalah Kumandhang tahun 1975. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
5) Sawise kaping Lima dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1976. 6) Tansaya Ruwet dimuat pada majalah Kumandhang tahun 1976. 7) Kancaku Samiran dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1978. 8) Milih Dalan Becik dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1978. 9) Tekade Anak Lanang dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1980. 10) Jiret Sutra dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1987. 11) Kebandhang dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1988. 12) Wong-wong kuwi dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 1990. 13) Sodrun dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1992. 14) Pranata Cara dimuat pada majalah Jawa Anyar tahun 1993. 15) Jago Ireng Meles dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1993. 16) Tangise Djoemiatoen dimuat pada majalah Jawa Anyar tahun 1994. 17) Warijo BA dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1994. 18) Kethothol Wiring Galih dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1997. 19) Kandhani kok dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1998. 20) Lan sakpiturute dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1999. 21) Ngambang dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 1999. 22) Ketanggor dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2000. 23) On Air dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2000. 24) Koruptor dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2000. 25) Botol Nomer pitu dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2001. 26) Omah Pojok Madhep Ngalor dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2001. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
27) Pak Tess dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2002. 28) Brigadir Itong dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2002. 29) Puguh dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2002. 30) Stasiun Gubeng dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 2003. 31) Ati Lanang dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2004. 32) Beo dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2004. 33) Sandiwara Telung Babak dimuat pada majalah Parikesit tahun 2004. 34) Lintange Ngiwi-iwi dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2004. 35) Den Mas Margopok dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2005. 36) Juru Parkir Udin dimuat pada majalah Penyebar Semangat tahun 2005. 37) Ringkih dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2006. 38) Jum’at Pungkasan dimuat pada majalah Damar Jati tahun 2006. 39) Pelem dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2006. 40) Wong Wadon dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2006. 41) Cuthel dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2006. 42) Kebat Kliwat dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2007. 43) Omah dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2007. 44) Kepathak Kelacak dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2008. 45) Ora Wae dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2008. 46) Kocing Potih dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2009. 47) Mbah Kawul dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2009. 48) Tibake Ngono dimuat pada majalah Jaya Baya tahun 2009. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
c. Karya-karya yang berbentuk Naskah Drama, seperti : 1) Tak mau Seperti Mereka, berupa naskah drama. 2) Nyala Lilin Tak Pernah Padam, berupa naskah sandiwara radio.
B. Analisis Struktural Analisis struktural merupakan langkah awal yang dapat digunakan untuk membongkar dan memaparkan sebuah karya sastra secara mendetail dan seteliti mungkin, dengan demikian tampak jelas bahwa analisis struktural merupakan tahap pendahuluan dari penelitian sebuah karya sastra. Analisis struktural merupakan bangunan kerangka pokok yang ada dalam sebuah karya sastra yang tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah, melainkan saling berkaitan erat dalam sebuah bentuk kesatuan yang utuh. Cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto menekankan pada lima unsur pembentuk karya sastra yang bersifat intrinsik. Kelima unsur tersebut juga mewakili analisis struktural karya sastra, selanjutnya akan diuraikan satu demi satu kelima unsur intrinsik tersebut secara berurutan dalam rangka pembahasan segi struktur karya sastra cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. 1. Tema Tema suatu gagasan dasar pengarang yang melatar belakangi penciptaan suatu karya sastra, dan merupakan salah satu unsur penting yang membangun sebuah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
cerita. Tema dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang tergolong memiliki tema sosial diambil dari persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Sejak dahulu sampai sekarang sebuah pengkhianatan maupun perselingkuhan memang merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam sebuah kehidupan sosial / masyarakat. Tidak peduli dari lingkungan sosial mana saja hal tersebut dapat terjadi dan pada akhirnya tidak jarang mengakibatkan suatu hal yang sangat fatal / tragis, serta sesuatu yang tidak diinginkan seperti halnya dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto. Cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto ini menceritakan tentang pengkhianatan maupun perselingkuhan dalam kehidupan berumah tangga dan berteman. Kehidupan yang awal mulanya di jalani dengan bahagia, tentram, damai, rukun dan biasa saja, harus berubah karena adanya suatu pengkhianatan serta perselingkuhan. Pengkhianatan itu tidak jarang yang pada akhirnya memberi dampak fatal bahkan tragis dalam kehidupan, tidak hanya bagi salah satu pihak, tetapi juga dapat pula berdampak bagi masing-masing pihak. Pada akhirnya kepercayaan dan kewaspadaan merupakan suatu hal yang perlu untuk dijaga dan diupayakan bagi tiap individu. Hal tersebut demi terciptanya kebaikan pada masing-masing pihak dalam kehidupannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
2.
Alur / Plot a. Situation (pengarang mulai melukiskan keadaan) Pada tahap ini pengarang mengawali cerita dengan memperkenalkan tokoh yang bernama Lely. Ia adalah seorang perempuan yang berumur kurang lebih 20-30 tahun. Lely seorang perempuan lulusan SMA yang hidup di kota yang tidak terlalu besar, dan sejak duduk di bangku SMP tinggal bersama Tantenya yang bernama Esther. Selama tinggal bersama Tante Esther, Lely mulai belajar merancang atau membuat model, mengukur, memotong kain, dan menjahit. Tamat SMA, Lely sudah pandai dan terampil melakukan itu semua dan bekerja di butik pakaian milik Tante Esther. Kebutuhan hidupnya terpenuhi dengan pendapatan yang ia dapatkan, apalagi butik Tante Esther semakin hari semakin ramai pelanggan yang datang. Pengarang juga memberikan gambaran bahwa Lely sedang merasakan keresahan atau sakit hati karena suaminya. Pengarang di dalam tahap situation ini juga memperkenalkan tokoh yang bernama Rasmoyo, yakni seorang pria yang setengah baya, berumur sekitar 45-50 tahun, kaya, sopan, tidak sombong, menghargai seorang perempuan, dan memiliki sifat kebapakan. Pertemuannya dengan Lely merupakan kebahagiaan buat Rasmoyo. Rasmoyo merasakan telah menemukan sesuatu yang hilang dalam hidupnya, begitu juga yang dirasakan oleh Lely. Hal tersebut membuat Lely suka dengan kepribadian yang dimiliki Rasmoyo. Hubungan diantara mereka pun dapat terjalin dengan baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
b. Generation Circumstances (peristiwa mulai bergerak) Peristiwa mulai bergerak yaitu ketika Lely memutuskan untuk menikah dengan Tanoto. Tanoto merupakan seorang atasan di sebuah pabrik sepatu, dan meski kehidupannya terjamin serta semua keinginan Lely dapat terpenuhi. Namun hal itu tidak lantas membuat Lely untuk memutuskan berhenti dari pekerjaannya begitu saja. Apalagi setelah ia ikut mengerjakan pesanan baju, butik Tante Esther semakin ramai. Lely merasa puas kalau dapat mencari uang sendiri. Lima tahun usia pernikahannya, rumah tangganya mulai terusik. Berawal pada saat Lely membersihkan laci, ia menemukan kwitansi pembayaran kelahiran atas nama Nyonya Tanoto. Mengetahui hal tersebut Lely merasa terkejut dan tidak percaya, sampai kwitansi tersebut dibaca tiga kali. Kemudian Lely menemukan beberapa kwitansi-kwitansi yang lain seperti kwitansi pembayaran pemeriksaan dari awal kehamilan, pemeriksaan rutin, pembelian obat, pembelian popok, pembelian susu, kereta bayi, kasur, bantal, guling dan sebagainya. Lely merasa geram dengan hal tersebut. Pada malam harinya, kwitansi-kwitansi tersebut ditunjukkan pada suaminya. Tanoto pun kaget dengan hal itu, dan berusaha menjawab semua pertanyaan Lely. Tanoto berdalih kalau Partiyem hanya meminjam uang kantor, dan menggunakan nama Nyonya Tanoto agar mudah dalam pembukuannya. Partiyem adalah salah satu pegawai toko, namun terkadang membantu pekerjaan rumah di rumah Lely. Lely masih percaya dengan semua penjelasan yang diberikan Tanoto, dan rumah tangganya kembali tentram. Pada suatu pagi, seorang anak laki-laki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
datang mengantarkan surat untuk Tanoto. Namun, Lely yang menerima surat tersebut. Setelah membaca surat tersebut, Lely merasa darahnya mendidih sampai sekujur badannya terasa panas. Surat tersebut dari Partiyem, yang menanyakan uang untuk pembelian susu sudah tiga bulan belum dikirim. Putri, anaknya yang berumur empat bulan sakit dan harus segera diperiksakan. Pada saat Tanoto keluar dari kamar mandi, surat tersebut diberikan oleh Lely. Lely menjauh, sedangkan Tanoto membaca dan mulai gemetar setelah mengetahui isi surat tersebut dari Partiyem. Selesai membaca surat itu, Tanoto langsung mengakui kalau perempuan itu hamil dengannya meskipun sudah memiliki suami. Tanpa permisi dan banyak kata-kata Lely langsung berangkat ke butik. Sampai butik tutup pun, Lely belum juga pulang. Tengah malam ia baru pulang dari butik, sesampainya di rumah, Lely memilih untuk mengunci diri di kamar. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Lely berangkat ke butik. Selama tiga bulan lebih sikap Lely seperti itu terus. Lely mulai berpikir panjang, ia pun juga memilih mengalah serta berusaha memaafkan kesalahan Tanoto. Mengingat selama berumah tangga, mereka belum di karuniai seorang anak. Kemudian Lely mengambil keputusan untuk merawat anak hasil hubungan suaminya dan Partiyem, dengan syarat hubungan mereka harus diakhiri. Namun, Partiyem bukanlah seorang perempuan yang bodoh. Partiyem tidak mau memberikan anaknya begitu saja, karena anak tersebut dapat digunakan Partiyem untuk menguras harta Tanoto. Dalam beberapa waktu, rumah tangga Lely dan Tanoto commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
kembali tentram, karena hubungan Tanoto dengan Partiyem sepertinya sudah benar-benar putus.
c. Rising Action (keadaan mulai memuncak) Keadaan mulai memuncak yaitu ketika Tante Esther mengajak Lely pergi ke Sala. Pada saat Lely akan berangkat ke Sala, mobil yang digunakan mogok dan terpaksa dibawa ke bengkel terlebih dahulu. Lely memutuskan untuk izin pulang sebentar. Setibanya di rumah, alangkah terkejutnya Lely melihat suaminya dengan Partiyem sedang memadu kasih di bawah meja ruang makan. Lely melotot, ingin berteriak namun tidak bisa keluar dari bibirnya. Lely hanya dapat membalikkan badan dan berlari kembali ke butik. Perilaku suaminya dengan Partiyem terbayang - bayang terus dalam pikiran Lely. Beberapa saat kemudian, mobil selesai diperbaiki. Lely pun berangkat ke Sala bersama Tante Esther. Pulang dari Sala, Lely menginap di tempat Tante Esther selama lima hari. Dari tempat Tante Esther, pikirannya semakin kalut dan tidak tahu harus kemana. Lely pergi dengan naik angkutan jurusan Terminal, di Terminal kebingungannya semakin menjadi. Sampai beberapa jam hanya duduk diam di ruang tunggu. Tidak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang bernama Jarot duduk mendekati Lely, dan berusaha mengajak bicara pada Lely. Namun Lely hanya diam. Lely menutupi mulut karena ingin muntah, memegangi perut yang mual-mual. Kepalanya pusing karena ia kurang tidur. Sejak sore hari belum makan apa-apa, serta lelah. Lely merasa badannya meriang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Melihat kondisi Lely yang semakin lemah, lelaki itu duduknya semakin merapat. Tiba-tiba Lely pingsan dan dibawa pergi lelaki itu. Saat Lely sadar, ia sudah berada di tempat tidur yang bersih, rapi, serta lelaki itu duduk sambil memegang-megang jidat Lely. Beberapa saat kemudian, seorang perempuan setengah tua masuk ke kamar serta menyebut dirinya Mami. Mami berusaha memanjakan Lely, semua kebutuhannya telah disiapkan di kamar itu. Mami juga berusaha menanyakan tentang permasalahan yang terjadi pada Lely, namun Lely hanya dapat mengeluarkan air mata, bibirnya tidak sanggup untuk berkata. Mengetahui hal tersebut, Mami mulai tampak menenangkan Lely kemudian meninggalkan Lely sendiri. Empat hari sudah Lely tinggal di rumah Mami, seseorang yang tidak pernah ia kenal sama sekali sebelumnya. Sekitar pukul lima sore, Jarot datang bersama temannya. Lely dikenalkan dengan teman Jarot tersebut, ketiganya asyik mengobrol dan pada saat mengobrol itulah Lely dipaksa untuk minum bir sampai badan Lely tidak berdaya. Larut malam, Lely terbangun dari tidurnya. Kepalanya yang pusing bersandar di atas dada seorang laki-laki dan merasa tidak menggunakan pakaian sehelai pun. Lely bergegas ke kamar mandi, selesai membersihkan badannya ia keluar. Betapa terkejutnya saat Lely menghidupkan lampu di kamarnya, Lely berteriak sambil menutup bibirnya. Lely tidak menyangka, ternyata lelaki itu tidak lain teman Jarot yang baru dikenalnya sore tadi. Dari sini Lely mulai tersadar, dirinya merasa seperti ikan yang masuk dalam jaring dan tidak akan bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
lepas dari situ. Sekarang Lely mengerti kalau perempuan yang dipanggil Mami itu merupakan germo/mucikari, sedangkan Jarot adalah yang bertugas mencari mangsa/mencari seorang perempuan untuk dijadikan PSK. Genap satu bulan, Lely dipindah ke Wisma Dahlia milik Mami. Lely mulai terbiasa dengan pekerjaannya. Wisma Dahlia merupakan tempat untuk perempuan - perempuan nakal / pelacur / PSK dengan harga yang relatif tinggi untuk sekali pakai, kebanyakan pelanggan yang datang ke Wisma ini yakni lelaki hidung belang berkantong tebal saja. Seperti malam-malam sebelumnya, Lely menunggu pelanggannya. Saat berdiri di ujung gang, Lely melihat seorang lelaki yang kemudian lelaki itu menyewa dirinya. Lelaki itu bernama Rasmoyo, usinya menginjak kepala lima namun penampilannya masih seperti anak muda. Perasaan Lely merasa berbeda saat melayani Rasmoyo dengan tamunya lain, yang sering menggunakan jasanya. Lely yang merasa biasa saat melayani tamunya, tetapi saat menghadapi Rasmoyo, ia merasa gugup dan canggung. Semenjak perkenalannya dengan Rasmoyo, Lely seperti merasakan jatuh cinta kembali. Lely sadar dalam pekerjaannya harus mengubur dalam-dalam perasaan itu, namun Lely tidak dapat menolak perasaannya saat mengenal Rasmoyo.
d. Climax ( keadaan mencapai klimaks ) Pengarang menggambarkan keadaan yang mencapai klimaks yaitu ketika pada suatu hari secara tiba-tiba Lely memutuskan untuk pindah dan berhenti dari pekerjaannya. Semenjak mengenal Rasmoyo, Lely merasa ingin terus dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
menjalin hubungan dengannya. Lely juga terus berpikir, untuk dapat menjalin hubungan dengan Rasmoyo, Lely merasa tidak mungkin dengan keadaan yang seperti ini. Hal itu yang membuat Lely mengambil keputusan pindah dari Wisma tersebut, dan Lely juga ingin memperbaiki dirinya dengan cara meninggalkan pekerjaannya. Tanpa sepengetahuan Mami, Lely pergi dari Wisma Dahlia. Lely hanya berpamitan dengan salah satu teman dekatnya di Wisma itu,yang bernama Ermi. Lely pergi dengan alasan orang tuanya di kampung sedang sakit, dan ia harus menunggu. Lely memutuskan mengontrak di sebuah kampung, di kontrakannya itu Lely membuka warung kelontong dan menjual beberapa baju hasil jahitannya sendiri. Namun untuk menjadi orang baik tidaklah mudah, begitu juga dengan Lely. Lely harus terusik tinggal di kontrakannya, karena salah seorang warga mengetahui pekerjaan Lely sebelumnya. Dengan kesabaran dan ketekadan Lely, Lely dapat membuktikan dirinya benar-benar berubah. Hubungan Lely dengan Rasmoyo masih terus berjalan baik. Dengan sikap kebapakan yang dimiliki Rasmoyo, telah dapat membuat Lely jatuh cinta padanya. Rasmoyo juga yang telah menjadi alasan kuat Lely untuk bangkit dari lembah hitam. Lely berharap suatu saat nanti dapat bersanding dengan Rasmoyo. Namun hal tersebut tidaklah sebanding dengan perasaan Rasmoyo pada Lely. Rasmoyo hanya menganggap Lely sebagai anak, Rasmoyo sadar usianya sudah tidak muda lagi dan Rasmoyo tidak terbesit niat untuk menikahi Lely yang usianya jauh lebih muda. Rasmoyo yang hanya menganggap Lely sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
anaknya, memiliki niat untuk menjodohkan Lely dengan anak angkatnya, yakni Nugraha. Lely yang mengetahui hal itu sedikit kecewa, karena Lely ingin merubah hidupnya agar dapat bersama Rasmoyo. Tetapi justru Rasmoyo akan menjodohkan dirinya dengan Nugraha. Lely tidak dapat melaksanakan keinginan Rasmoyo tersebut, ia berprinsip apabila tidak dapat menikah dengan Rasmoyo lebih baik menjanda seumur hidupnya. Begitu juga dengan Nugraha, ia tidak dapat mewujudkan keinginan orang tua angkatnya itu. Nugraha menolak bukan karena ia sudah mengetahui masa lalu Lely, tetapi Nugraha menganggap Lely lebih pantas untuk menjadi ibu buat dirinya.
e. Denounment ( pengarang memberikan penyelesaian dari semua cerita) Akhir cerita pengarang memberikan penyelesaian masalah dari cerita yang telah ditampilkan, bahwa pada akhirnya Lely tidak menikah dengan Nugraha dan tidak menikah pula dengan Rasmoyo. Pada dasarnya Rasmoyo maupun Nugraha sangat ingin memiliki Lely, namun karena beberapa alasan, mereka jadi urung untuk menikahi Lely. Rasmoyo dari awal bertemu dan berkenalan dengan Lely, sebenarnya sudah menaruh hati pada perempuan itu. Keputusan Rasmoyo untuk tidak memiliki Lely dikarenakan, faktor usia Rasmoyo sudah menginjak kepala lima. Rasmoyo berpikir mungkin lima atau sepuluh tahun yang akan datang, dirinya sudah tidak bisa apa-apa lagi. Oleh karena itu, Rasmoyo hanya dapat menganggap Lely sebagai anaknya saja. Hal tersebut yang membuat Rasmoyo mengambil keputusan untuk menjodohkan Lely commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
dengan anak angkatnya, yakni Nugraha. Ternyata tidak jauh dari alasan Rasmoyo, Nugraha pun sebenarnya menaruh hatinya pada Lely. Lely pada dasarnya perempuan yang cantik, putih, manis, baik dan nyaris sempurna itu selalu saja membayangi pikiran Nugraha. Namun Nugraha tidak begitu saja setuju dengan keputusan Rasmoyo. Nugraha berpikir, apabila menikah dengan Lely kemudian pada suatu hari ada seseorang yang mengetahui masa lalu Lely, Nugraha akan dikucilkan, diejek, dicerca dan sebagainya. Hal itu yang membuat Nugraha mengurungkan keinginannya untuk memiliki Lely. Akan tetapi Nugraha tidak mau menyakiti hati Lely dengan alasannya tersebut. Nugraha hanya mengatakan kalau Lely lebih pantas untuk menjadi ibunya.
3. Penokohan a. Lely Lely merupakan tokoh utama dalam cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang. Lely yang bernama lengkap Lely Meylana merupakan seorang perempuan yang sejak kelas dua SMP tinggal dan diasuh oleh Tantenya, yang bernama Tante Esther. Tante Esther adalah adik kandung dari almarhum ibu dari Lely sendiri. Karena orang tua Lely telah meninggal, sedang Lely hanya tinggal dengan kakak tirinya, yang bernama Hertoto. Namun Tante Esther tidak terlalu percaya, oleh karena itu dari pada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tante Esther lebih memilih mengajak dan merawat Lely di rumahnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Wiwit kelas loro SMP. Lely iku ndhisik diupakara Tante Esther, jalaran mamine nututi papine sing wis jenat watara patang taun sadurunge. Jejeng jangkepe Lely iku Lely Meylana. Lan Tante Esther kuwi adhine mamine sing nduweni butik gedhe ing tengah kutha. ( seri 8 : 4 ) Sekawit nunggal omah karo Hertoto sedulure lanang , nanging seje papi. Tante Esther samara yen nganti ana kedadeyan sing ora nggenah, mula banjur diboyong. ( seri 8 : 5 ) Terjemahan: Sejak kelas dua SMP. Lely itu dulu diasuh Tante Esther, karena maminya mengikuti papinya yang sudah meninggal sekitar empat tahun sebelumnya. Nama lengkapnya Lely itu Lely Meylana. Dan Tante Esther itu adik maminya yang punya butik besar di tengah kota. Sejak satu rumah dengan Hertoto saudaranya laki-laki, tetapi beda papi. Tante Esther takut kalau ada kejadian yang tidak pasti, kemudian langsung diajak. Lely adalah sosok pekerja keras, hal tersebut terlihat setelah menikah dengan Tanoto. Tanoto merupakan seorang atasan di sebuah pabrik sepatu. Tanoto mampu memenuhi semua kebutuhan serta keinginan Lely, namun Lely lebih memilih untuk tetap bekerja di butik Tante Esther. Lely lebih merasa puas apabila dapat mencari uang sendiri. Butik Tante Esther pun semakin hari semakin ramai, setelah Lely juga ikut mengerjakan pesanan yang ada. Terlihat dalam kutipan berikut : Mergawe ngancik telung taun, banjur omah-omah karo Tanoto, juragan pabrik sepatu. Lan sanadyan urip kepenak, samubarang dicukupi, Lely uga durung gelem ngeculake gaweyane. Apameneh sawise deweke melu nggarap pesenan, butike Tante Esther saya rame. Lely rumangsa marem yen bisa golek dhuwit dhewe. ( Seri 8 : 7 ) Terjemahan: Setelah bekerja tiga tahun, kemudian berumah tangga dengan Tanoto, atasan pabrik sepatu. Dan meski hidupnya mapan, semua dicukupi. Lely masih belum melepaskan pekerjaannya. Apalagi setelah dia ikut mengerjakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
pesanan, butik Tante Esther semakin ramai. Lely merasa puas kalau dapat mencari uang sendiri. Dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Pengarang menggambarkan sosok Lely merupakan perempuan yang hampir sempurna. Lely digambarkan sebagai perempuan yang cantik, seksi, kulitnya kuning bersih, rendah hati, dekat dengan teman, berbakti pada suami, rajin bekerja. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Yen dipikir, apa ta kurange Lely kuwi ? Ayu, lencir, kuning resik. Andhap asor, kumraket karo kanca. Bekti nyang bojo, sregep nyambut gawe. ( seri 10 : 6 ) Terjemahan : Kalau dipikir, apa sih kekurangan Lely itu? Cantik, seksi, kuning bersih. Rendah hati, dekat dengan teman, Berbakti pada suami, rajin bekerja.
b. Rasmoyo Rasmoyo, sering dipanggil Ebes karena dia memiliki sifat kebapakan. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, namun masih terlihat gagah. Hal tersebut yang terkadang membuat wanita jatuh hati padanya. Selain itu, Rasmoyo orangnya sangat bersih serta dalam berpakaian selalu sesuai dengan usia, postur tubuh, maupun wajahnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Diundang Bes, sing ngemu karep ebes utawa bapak, jalaran Rasmoyo iku pancen wis klebu tuwa. Umure wis nyandhak endhas lima, nanging isih katon bregas. Sigrak. Isih kuwawa gawe kepencute Kenya.. Apamaneh wonge resikan. Sandhang penganggone sarwa mantesi, selaras karo umur, pawakan, uga rerupane. ( Seri 1 : 37 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Terjemahan : Dipanggil Bes, maksudnya Ebes atau bapak., karena Rasmoyo itu memang sudah termasuk tua. Usianya sudah menginjak kepala lima, tetapi masih terlihat gagah. Menarik, masih membuat jatuh hati perempuan. Apalagi orangnya bersih, Pakaiannya selalu pantas, sesuai dengan usia, postur tubuh, dan wajahnya. Sebelum menjalani kehidupannya sekarang ini, Rasmoyo sudah pernah menikah dengan Naning. Akan tetapi, rumah tangga mereka tidak dapat bertahan lama karena Rasmoyo mengetahui kalau Naning berselingkuh dengan Sularman. Rasmoyo benar-benar tidak menyangka Sularman merusak rumah tangganya. Sularman tidak lain adalah teman Rasmoyo dan Naning, ketiganya sering jalan bersama. Setelah mengetahui istrinya berselingkuh dengan Sularman, meskipun hatinya sangat hancur dan sakit, namun Rasmoyo cenderung mengalah. Rasmoyo paham dengan pilihan Naning. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Keparat kowe Larman. Mentala ngrusak pager-ayune kanca, Batine Rasmoyo getem-getem. Nanging yen Naning ora nimbangi, mesthine ora bakal ngambra-ambra. Ya wis, yen pancen dikarepake, aku sing ngalah, batine maneh. Lungguh sumendhe ing kursi, sikil loro diselonjorake ing meja, pikirane sing blayangan, kekarepane sing ngangah-angah mbaka sethitik diarih-arih. ( Seri 18 : 10 ) Terjemahan : Keparat kamu Larman. Tega merusak rumah tangga teman. Hatinya Rasmoyo geram. Tetapi kalau Naning tidak menanggapi, tidak akan kemana-mana. Ya sudah, kalau memang keinginannya, saya yang mengalah, hatinya lagi. Duduk bersandar di kursi, kedua kaki diluruskan ke meja, pikirannya yang kacau, keinginan yang menggebu-gebu sedikit diredam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
c. Nugraha Pengarang menggambarkan Nugraha seorang pemuda yang berumur kurang lebih 20 - 25 tahun. Nugraha merupakan anak kandung Mak Tumbri yang diangkat sebagai anak oleh Rasmoyo. Mak Tumbri tidak lain adalah pembantu di rumah Rasmoyo. Nugraha seorang pemuda yang sangat bertanggung jawab pada pekerjaannya. Nugraha juga anak yang berbakti pada Rasmoyo. Meski Rasmoyo orang tua angkat baginya, namun Nugraha sadar tanpa Rasmoyo, kehidupannya tidak mapan seperti sekarang. Ibunya hanya sebagai buruh cuci, oleh sebab itu Nugraha sangat menghormati Rasmoyo. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Minangka pimpinane sawijining biro, Nugraha ora mung bisa prentah, ning yen mbeneri repot uga ora sungkan-sungkan melu nandangi. Patang wulan pisan gawe plapuran mlebu-metune dhuwit, jangkep sakwitansine pisan, nadyan tanpa perntahe Rasmoyo sing wis masrahake elek-apike biro kuwi marang Nugraha. Tumrap Nugraha p;apuran kuwi mujudake kuwajiban. Uga minangka tanggung jawab, lan tandha bektine marang wong sing ngentas uripe. Tanpa Rasmoyo mokal dheweke bias urip mapan. Maune wong tuwane wadon rak mung ngejibake uripe saka buruh umbah-umbah. ( Seri 17 : 2 ) Terjemahan : Meskipun pimpinan salah satu biro, Nugraha tidak hanya dapat memerintah, tetapi kalau kebetulan repot juga tidak sungkan-sungkan ikut mengerjakan. Empat bulan sekali membuat laporan keluar-masuknya uang, lengkap dengan kwitansinya juga., meski tanpa perintah Rasmoyo yang sudah memasrahkan jelek-bagusnya biro itu pada Nugraha. Bentuk Nugraha laporan itu wujud kewajiban, dan tanda baktinya pada orang yang mengangkat hidupnya. Tanpa Rasmoyo tidak mungkin dia dapat hidup mapan. Awalnya ibunya hanya menggantungkan hidupnya sebagai buruh cuci. Nugraha memang anak yang bertanggung jawab dan patuh pada orang tuanya, namun dalam urusan percintaan tidak begitu mulus. Hubungannya dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Tantri harus berakhir, setelah Tantri mengetahui cerita yang sebenarnya. Mak Tumbri bercerita pada Tantri, kalau Nugraha merupakan anak kandungnya dan bukan anak kandung Rasmoyo, melainkan sekedar anak angkat. Mengetahui hal tersebut, sikap Tantri mulai berubah dari sebelumnya. Apabila Nugraha datang ke rumah Tantri, Tantri tidak mau bertemu dan justru sembunyi. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Nugraha nyoba njlentrehake. Banjur crita yen sawise ngreti menawa Nugraha kuwi sejatine dudu anake Rasmoyo tenan, Tantri banjur ngendhani. Nalika Nugraha apel, Tantri ndelik, sing nemoni wong tuwane wadon. Nugraha didhedhes sapa sejatine dheweke kuwi lan apa hubungane karo Rasmoyo. Nugraha blaka yen mung kongkon-kongkonane Rasmoyo, lan wong tuwane iku mung warandha, buruh umbah-umbah. ( Seri 19 : 44 ) Terjemahan : Nugraha mencoba menjelaskan. Kemudian bercerita kalau setelah mengetahui sebenarnya Nugraha itu sebenarnya bukan anak kandung Rasmoyo, Tantri langsung menghindar. Ketia Nugraha apel, Tantri sembunyi, yang menemui ibunya. Nugraha dipaksa siapa sebenarnya dirinya dan apa hubungannya dengan Rasmoyo. Nugraha berbohong kalau hanya pesuruhnya Rasmoyo, dan orang tuanya hanya pembantu, buruh cuci.
d. Tanoto Tanoto merupakan seorang lelaki yang mapan, dia menjabat sebagai atasan di sebuah pabrik sepatu. Tanoto menikah dengan Lely, perempuan yang mandiri dan pekerja keras. Sebagai seorang suami, Tanoto mampu mencukupi semua kebutuhan istrinya, namun Lely enggan meninggalkan pekerjaannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Mergawe ngancik telung taun, banjur omah-omah karo Tanoto, juragan pabrik sepatu. Lan sanadyan samubarang dicukupi, Lely uga durung gelem commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
ngeculake gaweyane. Apameneh sawise dheweke melu garap pesenan, butike Tante Esther saya rame. Lely rumangsa marem yen bisa golek dhuwit dhewe. ( Seri 8 : 7 ) Terjemahan : Bekerja menginjak tahun ketiga, kemudian menikah dengan Tanoto, atasan pabrik sepatu. Dan meskipun semua tercukupi, Lely tidak mau meninggalkan pekerjaannya. Apalagi setelah dirinya ikut mengerjakan pesanan, butik Tante Esther semakin ramai. Lely merasa puas kalau bisa mencari uang sendiri. Tanoto, memang lelaki yang sangat pandai menutupi perselingkuhannya dengan Partiyem. Perselingkuhannya dengan Partiyem hingga menghasilkan seorang anak. Sampai pada suatu hari, Lely menemukan beberapa kwitansikwitansi, antara lain kwitansi pembayaran melahirkan, pembelian susu, pemeriksaan dari awal kehamilan, dan lain-lain atas nama Nyonya Tanoto. Lely yang merasa terkejut dengan hal itu, berusaha menanyakan pada suaminya. Tanoto memang pandai berdalih, meski terlihat kaget, namun Tanoto memberikan jawaban yang ringan. Dirinya berdalih, Partiyem hanya sekedar meminjam uang kantor,sedang semua kwitansi-kwitansi tersebut menggunakan atas nama Nyonya Tanoto, agar lebih mudah dalam pembukuannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Wiwitane ing sawijining esuk, nalika dheweke lagi resik-resik laci kok nemu kwitansi minangka pembayaran babaran Nyonya Tanoto. Lely mendelik, kwitansi diwaca maneh. Nganti kaping telu. Banjur nemu kwitansi liyane, minangka pembayaran pepriksan wiwit ngandhut, pepriksan rutin, tukon obat, tukon popok, tukon susu, kreta kanggo bayi, kasur, bantal, grita. ( Seri 8 : 8 ) Lely banjur dheprok ing njobin. Mripate pendirangan. Banjur getem-getem. Wengine nalika kwitansi-kwitansi iku diulungakesing lanang, wonge pancen ketok kaget. “ O, kuwi ta?” ning wangsulane ya mung kaya ngono kuwi, kaya wong ora duwe dosa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Krungu wangsulan entheng, sing sajak nyepelekake iku, Lely saya muntap. Raine bojone arep dikrawusi. “ Alon ta. Aja grusa-grusu dhisik,” aloke sing lanang nyoba ngarih-arih. Lely menteleng. Ambegane mengkasmengkis. Dhadhane munggah-mudhun. “ Kuwi ngono Partiyem ngebon dhuwit…..” “ Kok nganggo jeneng Nyonya Tanoto, ketemu pirang perkara?” “ Iku mung ben gampang pembukuane.” “ Ben gampang pembukuane! Saben wulan, bayare Partiyem wis dipotong?!” Karo sumingkir, Lely isih prengat-prengut. Partiyem kuwi salah sijine pegawene. Kejaba pegawe took, kala-kalauga sok ngrewangi gawean ngomah. Lankanggo sauntara wektu. Rumah tanggane Lely bali tentrem. Dheweke isih percaya karo omongane sing lanang. ( Seri 8 : 9 ) Terjemahan : Berawal dari suatu pagi, ketika dirinya sedang membersihkan laci menemukan kwitansi untuk pembayaran melahirkan Nyonya Tanoto. Lely terkejut. Kwitansi dibaca lagi. Sampai tiga kali. Kemudian menemukan kwitansi lainnya, untuk pembayaran pemeriksaan awal kehamilan, pemeriksaan rutin, pembelian obat, pembelian popok, pembelian susu, kereta untuk bayi, kasur, bantal, grita. Lely langsung duduk di lantai. Matanya melotot. Kemudian ,arah-marah. Malamnya ketika kwitansi-kwitansi itu diserahkan suaminya, orangnya memang kelihatan terkejut. “ O. itu ya?” tetapi jawabannya hanya seperti itu, seperti orang tidak punya dosa. Mendengar jawaban ringan, yang kelihatannya tidak peduli itu, Lely semakin emosi. Wajah suaminya mau dicakar. “ Pelan dong, jangan terburu-buru dulu,” kata suaminya sambil menenangkan. Lely melotot. Nafasnya tersengal-sengal. Dadanya naik turun. “ Itu sebenarnya Partiyem pinjam uang…” “ Kenapa memakai nama Nyonya Tanoto, bertemu berapa perkara?” “ Itu hanya biar mudah pembukuannya.” “ Biar mudah pembukuannya! Setiap bulan, gaji Partiyen sudah dipotong?!” Sambil menyingkir, Lely masih cemberut. Partiyem itu salah satu pegawainya. Hanya pegawai took, kadang-kadang membantu pekerjaan rumah. Dan untuk sementara waktu, rumah tangga Lely kembali tentram. Dirinya masih percaya saja dengan kata-kata suaminya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
e. Partiyem Partiyem adalah seorang pegawai toko tempat Tanoto bekerja, namun terkadang membantu pekerjaan rumah di rumah Tanoto. Partiyem adalah sosok perempuan yang nekad dan berani, terbukti bahwa dirinya berani menjadi selingkuhan Tanoto yang sudah beristri, padahal Partiyem juga telah memiliki suami. Selain itu, Partiyem juga berani mengirim surat untuk Tanoto, yang berisi mengenai uang untuk pembelian susu belum dikirim selama tiga bulan serta mengabarkan kondisi anaknya sedang sakit dan harus segera diperiksakan. Sementara yang menerima surat tersebut yakni Lely, Lely sangat terkejut membaca isi surat itu. Setelah mengetahui hal tersebut, Lely berusaha mendesak Tanoto untuk mengaku. Tanoto pun akhirnya mengakui kalau dirinya telah berselingkuh dengan Partiyem, dan Putri adalah anak hasil hubungan gelap keduanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Ning ing sawijining esuk, mbeneri bojone lagi adus, ana bocah lanang teka numpak sepedhah, ngeterake layang. Sing nampani Lely dhewe. Sawise maca layang iku, Lely mendelik. Getih rasane umob nganti awake sakojur panas kemranyas. Layang iku saka Partiyem, takon dhuwit tukon susu sing wis telung wulan ora dikirim. Putri anake sing lagi umur patang wulan lagi kudu lara lan arep digawa menyang Puskesmas. Yen bisa dikon ngancani. ( Seri 8 : 11 ) Lely sumingkir ngedoh. Lan wong lanang iku gemeter sawise ngreti yen sing kirim laying kuwi Partiyem. Wusana dheweke ngakoni yen wong wadon iku wis mbobot karo dheweke, nadyan uga wis duwe bojo. ( Seri 8 : 14 ) Terjemahan : Namun pada suatu pagi, kebetulan suaminya sedang mandi, ada anak laki-laki datang naik sepeda, mengantarkan surat. Yang menerima Lely sendiri. Setelah membaca surat itu, Lely terkejut. Darah terasa mendidih samapai seluruh tubuh panas mengangah. Surat itu dari Partiyem, menanyakan uang pembelian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
susu yang sudah tiga bulan tidak dikirim. Putri anaknya yang baru berumur empat bulan sedang sakit dan akan dibawa ke Puskesmas. Kalau bisa disuruh menemani. Lely menyingkir jauh. Dan lelaki itu gemetar setelah mengetahui kalau yang mengirim surat itu Partiyem. Kemudian dirinya mengakui kalau perempuan itu sudah hamil dengan dirinya, meskipun sudah memiliki suami. Partiyem dalam cerita ini, dapat dikatakan sebagai perempuan yang licik. Sebab, setelah Lely mengetahui semuanya, Lely berusaha tetap memaafkan kesalahan suaminya dan menentramkan rumah tangganya lagi dengan Tanoto. Lely menerima serta akan mengasuh anak suaminya bersama Partiyem, dengan syarat Tanoto harus benar-benar memutuskan hubungannya dengan Partiyem. Partiyem yang licik dan pintar tidak mau menyerahkan anaknya begitu saja, karena anak tersebut yang digunakan Partiyem sebagai alat mengeruk uang Tanoto. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Ngono iku nganti telung wulan luwih. Tante Esther sing ngertine Lely iku wong sing sregep nyambutgawe, ora ngreti apa sing sejatine dumadi. Sawise rembugan lan sing lanang ngakoni kaluputane, Lely rada lilih. Ngelingi yen anggone omah-omah ya durung duwe momongan, malah terus ngalah, saguh momong anake, ning srawunge sing lanang karo Partiyem kudu dipungkasi. ( Seri 8 : 16 ) Ning Partiyem iku ya dudu wong bodho, ora gelem dheke masrahake bayine, wong iku kena kanggo gaman ngeruk dhuwit. Dikaya ngapa, kanggo sawatar wulan rumah tanggane Lely saka njaba katone isih tentrem, jalaran sesambunge sing lanang karo Partiyem kaya-kaya pancen wis cuthel tenan kae. ( Seri 8 : 17 ) Terjemahan : Seperti itu sampai tiga bulan lebih. Tante Esther yang tahunya Lely itu orang yang rajin bekerja, tidak tahu apa yang terjadi. Setelah berdiskusi dan suaminya mengakui kesalahannya, Lely agak luluh. Mengingat dalam berumah tangga juga belum diberi momongan, justru terus mengalah, sanggup mengasuh anaknya, tapi hubungan suaminya dengan Partiyem harus diakhiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Tetapi Partiyem itu bukan perempuan bodoh, tidak mau dirinya menyerahkan bayinya, karena itu bisa dijadikan alat menguras uang. Dibuat seperti apapun, untuk sementara waktu rumah tangga Lely dari luar terlihat masih tentram, karena hubungan suaminya dengan Partiyem sepertinya sudah benar-benar putus.
f. Tante Esther Tante Esther yakni Tantenya Lely, yang memiliki sebuah butik besar di tengah kota serta dirinya juga mengasuh Lely sejak Lely SMP. Tante Esther pada dasarnya baik dan peduli, buktinya Tante Esther lebih memilih memboyong Lely untuk tinggal bersama, dari pada Lely harus tinggal satu rumah dengan Hertoto, saudaranya tirinya. Tante Esther merupakan adik dari Ibunya Lely, Tante Esther tidak mau sampai terjadi apa-apa dengan Lely. Oleh karena itu, semenjak Ibunya pergi, Lely diasuh dan dirawat Tante Esther. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Wiwit kelas loro SMP. Lely iku ndhisik diupakara Tante Esther, jalaran mamine tututi papine sing wis jenat watara patang taun sadurunge. Jeneng jangkepe Lely iku Lely Meylana. Lan Tante Esther kuwi adhine mamine sing nduweni butik gedhe ing tengah kutha. ( Seri 8 : 4 ) Sakawit nunggal omah karo Hertoto sedulure lanang, nanging seje papi. Tante Esther samara yen nganti ana kedadeyan sing ora nggenah, mula banjur diboyong. Sawise manggon karo Tante Esther, Lely diajari ngrancang lan gawe modhel, ngukur, motong, njait,. Nganti tekan milih kain sing cocog karo pakulitan lan dedeg piyadege wong sing pesen uga diwulangake. Tamat SMA Lely wis wasis, wis kena diarani sawijining modiste, wis bisa diculake dhewe yen mbeneri garapan akeh. ( Seri 8 : 5 ) Terjemahan : Sejak kelas dua SMP. Lely itu diasuh Tante Esther, karena Ibunya mengikuti Ayahnya yang sudah meninggal sekitar empat tahun sebelumnya. Nama lengkapnya Lely itu Lely Meylana. Dan Tante Esther itu adik Ibunya yang memiliki butuk besar di tengah kota. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Semenjak tinggal satu rumah dengan Hertoto saudaranya laki-laki, tetapi beda ayah. Tante Esther takut kalau nanti terjadi sesuatu yang tidak benar, makanya langsung diajak. Setelah tinggal dengan Tante Esther, Lely diajarkan merancang dan membuat model, mengukur, memotong, menjahit. Sampai memilih kain yang cocok dengan kulit dan tingginya orang yang memesan juga diajarkan. Tamat SMA Lely sudah fasih, sudah bisa disebut salah satunya perancang busana, sudah dapat dilepaskan sendiri apabila ada pekerjaan banyak.
g. Mami Nama Mami dalam cerbung ini, merupakan seorang germo atau mucikari. Para pelacur-pelacur yang menjadi anak buahnya sering memanggil dirinya dengan sebutan Mami. Umurnya sudah setengah baya, dia sangat perhatian serta memanjakan perempuan-perempuan yang akan dijadikan anak buahnya. Sama seperti awal Lely masuk dalam perangkapnya, Lely sangat dimanjakan olehnya. Semua kebutuhan serta keperluan Lely disipapkan di kamar Lely. Akan tetapi kebaikannya itu tidak tulus, melainkan ada maksud dibalik itu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Lawang kamar menga. Ana wong wadon setengah tuwa mlebu nyangking piring lan gelas. Lely sing dhasar luwe, ora suwala nalika didulang lan diulungi wedang susu. ( Seri 8 : 37 ) “Mbak ngaso wae. Yen butuh apa-apa matur Mami,” wong iku ninggal weling, sawise ngemuli Lely, banjur jumangkah metu. Mami terus ngancani. Nyawang tanpa kedhep-kedhep, jroning batine ngakoni yen Lely iku pancen ayu. ( Seri 8 : 38 ) Terjemahan : Pintu kamar membuka. Ada perempuan setengah baya masuk membawa piring dan gelas. Lely yang memang lapar, tidak menolak ketika disuapi serta diberi susu. “Mbak istirahat saja. Kalau butuh apa-apa bilang Mami,” orang itu meninggalkan pesan, setelah menyelimuti Lely, kemudian berjalan keluar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Mami terus menemani Lely. Melihat tanpa berkedip, dalam hatinya mengatakan kalau Lely memang benar-benar cantik.
h. Jarod Jarot adalah lelaki yang telah menjerumuskan Lely dalam kehidupan yang gelap. Jarot bertugas untuk mencari perempuan-perempuan yang akan dijadikan mangsa olehnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Lely lagi sadhar yen dheweke kuwi pancen wis dadi iwak kecemplung ing wuwu, sing wis ora bakal bisa uwal maneh. Uga banjur ngerti yen Mami kuwi pancen germo, Jarot iku tukang golek mangsa. ( Seri 9 : 9 ) Terjemahan : Lely baru menyadari kalau dirinya itu memang sudah menjadi ikan masuk dalam jaring, yang sudah tidak bisa lepas lagi. Kemudian langsung mengerti kalau Mami itu memang germo, Jarot itu yang mencari mangsa.
i. Ermi Perempuan ini merupakan teman dekat Lely saat berada di Wisma. Meskipun dalam pekerjaannya, dirinya harus membuang jauh-jauh perasaan cinta pada laki-laki, namun Ermi tidak sanggup menahan perasaan sayangnya pada Dodit. Ermi sadar, Dodit sudah memiliki anak dan istri. Namun Ermi cukup bahagia dapat melayani Dodit, sebab Dodit sudah menjadi pelanggan tetapnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : “Mas Dodit wis duwe anak , duwe bojo,” sumambunge Ermi entheng. Lely saya rumangsa kaya diontang-antingake. “Mula, aku banjur meper atiku dhewe. Waton dheke isih gelem mrene ra ketang seminggu rong minggu pisan, pa sesasi pisan, aku wis seneng. Saora-orane isih ana sing takarep-arep..” ( Seri 7 :30 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Terjemahan : “ Mas Dodit sudah punya anak, punya istri,” kata Ermi ringan. Lely semakin merasa digoyang-goyangkan. “ Makanya, aku menentramkan hatiku sendiri. Meski dia masih mau kesini, meski satu minggu dua minggu sekali, apa satu bulan sekali, aku sudah senang. Setidak-tidaknya masih ada yang diharapkan. Ketika Lely belum tinggal di Wisma Dahlia, Ermi tertipu pada anak muda yang mengaku tentara. Ermi jatuh cinta pada pemuda yang mengaku tentara dan baru saja menyelesaikan pendidikannya. Ermi percaya semua perkataan pemuda tersebut, sebab postur tubuhnya sesuai, rambut cepak, dan wajahnya tidak mengecewakan. Satu minggu sekali datang, kadang-kadang menginap sampai dua hari. Urusan makan, rokok, minum, dan sebagainya ditanggung Ermi. Namun, satu per satu pelanggan Ermi lepas begitu saja, hal itu membuat Ermi tidak mendapat penghasilan dan hutang dimana-mana. Suatu hari dengan sengaja, salah satu pelanggan Ermi mengetahui siapa sebenarnya pemuda itu. Karena merasa kasihan, Ermi pun dipaksa untuk ikut membuktikannya. Pada saat pemuda itu keluar rumah, secara diam-diam Ermi datang ke rumahnya. Ternyata pemuda itu anak seorang janda penjual nasi pecel, pemuda itu bernama Kamit, tidak bekerja apalagi menjadi tentara. Tiap harinya hanya mencari ikan dan menangkap burung. Mengetahui hal tersebut, Ermi sangat terkejut. Kemudian pada hari-hari berikutnya saat Kamit datang, Ermi memilih mengunci kamarnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : Nalika semana Lely durung paja-paja manggon Wisma Dahlia. Nanging sruwing-sruwing uga krungu critane. Ermi lagi gandrunggandrung kapirangu marang nom-noman sing ngakune tentara sing mentas lulus saka pendidikan. Jare lagi diijini omah-omah yen wis nglakoni dhines rong taun. Pawakane commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
pancen sembada lan akeh sing ngandel yen tentara, wong rambute cepak, ajeg kepara gundhul. Rupane iya ora nguciwani. ( Seri 7 : 32 ) Seminggu sepisan teka, kakala-kala malah nginep nganti rong wengi. Perkara mangan, udut,, ngebir dadi tanggung jawabe Ermi. Yen mung butuh diladeni wae, sak mareme. Yen mulih mesthi disangoni. Ning ya kuwi tamu-tamune Ermi sing liya terus padha ucul mbaka siji.Rejekine Ermi iya terus wiwit asat, utange nlecek. ( Seri 7 : 33 ) Ing antarane tamu-tamune Ermi terus ana sing sujana. Uga ana sing rumangsa welas marang Ermi. Ing sawijiningesuk nalika nom-noman kuwi mulih sawise nginep telung wengi, kanthi dhedhemitan dikiting, nganti weuh panggonane. Sorene kanthi rada dipeksa Ermi dijak mbuktekake dhewe. ( Seri 7 : 34 ) Tekan panggonane, mbeneri nom-noman kuwi pas metu saka ngomah. Bareng Ermi meneg-meneng mara, omah kuwi jebule omahe randha bakul sega pecel, sing banjur crita nom-noman sing mentas wae lunga saka ngomah kuwi mau anake lanang, jenenge Kamit. Ora cekel gawe, apa maneh kok dadi tentara, wong saben dinane rina wengi iku mung konthang-kanthung mincing utawa njiret manuk. Bareng nyumurupi kasunyatan sing njomplang kuwi, Ermi presasat semaput ngenggon. Lan nalika Kamit teka telung ndhina candhake, lawang kamare dikancing saka njero. ( Seri 7 : 35 ) Terjemahan : Ketika dulu Lely belum tinggal di Wisma Dahlia. Tetapi samara-samar mendengar ceritanya. Ermi sedang jatuh cinta pada anak muda yang mengaku tentara yang baru lulus dari pendidikan. Katanya baru diijinkan menikah kalau sudah berdinas selama dua tahun. Postur tubuhnya sesuai dan banyak yang percaya kalau tentara, rambutnya cepak, selalu terlihat gundhul. Wajahnya juga tidak mengecewakan. Satu minggu sekali datang, kadang-kadang menginap sampai dua hari. Urusan makan, merokok, minum bir menjadi tanggung jawab Ermi. Kalau hanya butuh dilayani saja, sepuasnya. Klau pulang pasti diberi saku. Tetapi tamutamunya Ermi yang lain lepas satu per satu. Rejeki Ermi mulai habis, hutangnya dimana-mana. Diantara tamu-tamunya Ermi kemudian ada yang kecewa. Juga ada yang nerasa kasihan pada Ermi. Pada suatu pagi ketika pemuda itu pulang setelah menginap tiga hari, dengan hati-hati diikuti, sampai mengetahui rumahnya. Sore harinya dengan sedikit dipaksa Ermi diajak untuk membuktikannya sendiri. Sampai rumahnya, Kebetulan pemuda itu keluar dari rumah. Kemudian Ermi diam-diam datang, rumah itu ternyata rumah janda penjual nasi pecel, yang kemudian cerita pemuda yang baru saja pergi dari rumah itu anaknya lelaki, namanya Kamit. Tidak bekerja, apalagi menjadi tentara. Setiap harinya saja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
tiap malam mincing atau menangkap burung. Setelah mengetahui kebenaran yang mengagetkan itu, Ermi rasanya pingsan di tempat. Dan ketika Kamit datang tiga hari sesudahnya, pintu kamarnya dikunci dari dalam.
4. Setting / Latar Latar atau setting memiliki fungsi utama sebagai penyokong alur dan penokohan. Selain merupakan salah satu sarana untuk mengaitkan peristiwaperistiwa dalam suatu cerita. a. Latar Tempat 1) Warung Warung bu Kasmi merupakan tempat yang sering digunakan untuk berkumpul / nongkrong Sardi, Tarjo, Panji dll. Terlihat dalam kutipan berikut : Sardi lagi nyabrang,ngener warunge Yu Kasmi, durung nganti dheweke lungguh Tarjo muncul saka Gg Cakil……………….Disusul tekane Panji sing numpak motor bebek abang (Seri 1: 1) Terjemahan : Sardi sedang menyeberang menuju warung bu Kasmi, belum sampai dia duduk Tarjo muncul dari Gg Cakil…………………Disusul datangnya Panji yang naik sepeda motor bebek merah. 2) Jl Wirabumi dan Jl Gajahmada Jl Wirabumi dan Jl Gajahmada merupakan jalan raya yang dilewati Panji, Sardi, Tarjo, dan Rasmoyo saat mereka pergi. Dapat dilihat dalam kutipan berikut : Saka warunge Yu Kasmi, jip iku nggeblas ngidul, menggok nengen ngambah Jl Wirabumi, terus ngancik Jl Gajahmada. Sing nyupiri Sardi lungguhe jejer Rasmoyo, Tarjo lan Panji lungguh sisih mburi. ( Seri 2: 7). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Terjemahan: Dari warungny bu Kasmi, jip menuju ke selatan, belok kanan melewati Jl Wirabumi, kemudian sampai Jl Gajahmada. Yang menyetir Sardi duduknya dekat Rasmoyo, Tarjo dan Panji duduk sebelah belakang. 3) Rumah Di dekat rumah kosong tanpa penghuni terdapat sebuah warung. Warung tersebut milik Yu Kasmi yang sering digunakan tempat berkumpul/ nongkrong Panji, Tarjo, Sardi, serta Rasmoyo. Terlihat dalam kutipan berikut : Wong loro terus tumuju badhugan ngarep omah kosong kidul warung. ( Seri 1:1 ) Panji nylingkrik, “Pamit ngomah sik,” kandhane sawise lungguh. Rasmoyo muter jip ngener omahe Panji.( Seri 4 : 5 ) Terjemahan: Mereka berdua langsung menuju depan rumah kosong selatan warung. Panji bergegas, “Izin rumah dulu,” katanya sesudah duduk. Rasmoyo memutar jip menuju rumah Panji. 4) Gang Saat Rasmoyo berkunjung ke Wisma, disitu banyank terdapat ganggang sempit yang digunakan para pelacur untuk mencari pelanggan. Terlihat dalam kutipan berikut : Rasmoyo gedheg-gedheg. Terus ngadeg, jumangkah metu nyabrang gang. ( Seri 2:20 ) Warung-warung wis padha tutupan, gang sepi peteng. (Seri 3 : 26 ) Terjemahan: Rasmoyo menggelengkan kepala. Kemudian berdiri, melangkah keluar menyeberang gang. Warung -warung semua sudah tutup, gang sunyi gelap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
5) Kamar Pada saat berada di Wisma Dahlia, Rasmoyo dipapah menuju kamar. Kamar Lely yang berada di Wisma Dahlia inilah menjadi saksi awal pertemuan Lely dan Rasmoyo, serta di kamar ini juga, keduanya memadu kasih. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut : Rasmoyo terus dituntun. Sawise munggah loteng, njujug kamar pucuk kidul, ngadep ngulon.Kamare rada jembar, resik lan tumata. ( Seri 2 : 20 ). Isih monga-mangu wae nalika diacarani mlebu kamar. Sorot mripat kuwi. Tandang tanduke. Kabeh saka rumangsane Lely sarwa nengsemake. Sarwa ngangeni. Lely banjur mesam-mesem. ( Seri 9 : 13 ) Lely sedina muput Sesuk mesthine wis mulih saka Semarang. Terus wengine mesthi banjur mrene. Ngono petungane Lely sedina muput. Mula, watara jam papat, saungkure tamu, spreine banjur dilorod. Sawal bantal lan guling dilolosi. Taplak meja pisan uga digenti. Pojok kamar disemproti wewangian. ( Seri 6 : 1 ) Terjemahan : Rasmoyo kemudian dipapah. Sesudah naik anak tangga, menuju kamar ujung selatan, menghadap barat. Kamarnya agak besar, bersih dan tertata. Masih ragu-ragu saja saat akan masuk kamar. Sorot mata itu, Tindak tanduknya, Semua menurut Lely selalu menarik, serta merindukan. Lely kemudian tersenyum. Besok seharusnya sudah kembali dari Semarang. Kemudian malamnya pasti langsung kemari. Begitu perhitungan Lely sehari penuh. Oleh karena itu, sekitar pukul empat, seperginya tamu, sprei langsung dilepas. Sarung bantal dan guling dilepas. Taplak meja sekalian juga diganti. Sudut kamar disemprot pengharum. 6) Kamar mandi Kamar mandi yang berada di dalam kamar Lely, sering digunakan para pelanggan yang datang. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : Lely jumangkah mlebu jedhing. Baline wis genti nganggo kimono abang bata, selaras karo sprei, urung bantal lan gulinge. ( Seri 3 : 1 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
“Yen ngersakake tindak jedhing lho Pak,” wuwuse Lely, ora lali karo mesam-mesem. ( Seri 3 : 2 ) “ Nunut nang jedhing,” wuwuse Panji. ( Seri 5 : 11 ) Terjemahan : Lely melangkah masuk kamar mandi. Kembalinya sudah memakai kimono merah batu bata, selaras dengan sprei, sarung bantal dan gulingnya. “ Kalau mau pergi ke kamar mandi Pak,” kata Lely, tidak lupa sambil tersenyum. “ Numpang ke kamar mandi,” kata Panji. 7) Tempat parkir Tempat ini masih berada dalam lingkup komplek Wisma. Di sini juga Rasmoyo menaruh mobilnya, saat mengujungi Lely. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : Kanca telu klentreng-klentreng tumuju parkiran. Lan kabeh banjur unjal ambegan. Pikiran rada tentrem jalaran weruh jip abang isih ana ing parkiran, mertandhani yen Rasmoyo isih ana ing kompleks kono. ( Seri 3 : 27 ) Lumaku ngener parkiran. Nanging ana ing kono dheweke rumangsa cuwa jalaran ora weruh jip abang sing ateges Rasmoyo ora nyambangi dheweke. ( Seri 6 : 32 ) Terjemahan : Tiga teman tergesa-gesa menuju parkiran. Dan semua mengambil nafas panjang. Pikiran agak tenang karena mengetahui jip merah masih ada di parkiran, pertanda kalau Rasmoyo masih berada di kompleks itu. Berjalan menuju tempat parker. Namun, disitu dirinya merasa kecewa karena tidak melihat jip merah yang pertanda Rasmoyo tidak mendatangi dirinya. 8) Wisma Dahlia Wisma Dahlia merupakan tempat untuk pelacur-pelacur yang kelas tinggi atau tarifnya lebih mahal, dibandingkan dengan wisma-wisma yang lain dalam kompleks tersebut. Hanya lelaki-lelaki hidung belang yang berkantong commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
tebal saja yang berani datang ke wisma ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : Mung Sardi sing wis ngerti yen sing digandheng Rasmoyo kuwi manggone ing Wisma Dahlia. Panggonan berkelas sing taripe pancen luwih larang. Yen dudu wong sing kandel dhompete, ora bakal wani ngambah mrono. ( Seri 3 : 30 ) Terjemahan : Hanya Sardi yang sudah mengetahui kalau yang digandheng Rasmoyo itu tempatnya di Wisma Dahlia. Tempat berkelas yang tarifnya memang lebih mahal. Kalau bukan orang yang tebal dompetnya, tidak akan berani datang kesana. 9) Jip Jip merupakan jenis mobil Rasmoyo, yang sering digunakan kemana pun dia pergi. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : Sabanjure ora ana sing kumecap. Jip nggeblas nrabas wengi sing saya sepi lan saya atis. Kendaraan sing dilancangi apadene sing papagan mung kalakala. Lan kanca telu mung plenggang-plenggong nalika jip mlebu pekarangan rumah makan. ( Seri 3 : 33 ) Jip bali nrabas wengi. Warunge Yu Kasmi wis tutupan. Mbah Roto ngolakalik kembang sing isih mamel. Tarjo lan Sardi mlumpat medhun. Panji masrahake stir marang Rasmoyo. ( Seri 3 : 35 ) Lumaku ngener parkiran. Nanging ana ing kono dheweke rumangsa cuwa jalaran ora weruh jip abang sing ateges Rasmoyo ora nyambangi dheweke. ( Seri 6 : 32 ) Terjemahan : Selanjutnya tidak ada yang berbicara. Jip berjalan menerobos malam yang semakin sepi dan semakin dingin. Kendaraan yang dilancangi maupun yang bertemu hanya kadang-kadang. Dan ketiga teman hanya terheran-heran saat jip masuk pekarangan rumah makan. Jip kembali menerobos malam. Warung Bu Kasmi sudah tutup. Simbah Roto membolak-balik bunga yang masih lengket. Tarjo dan Sardi melompat turun. Panji menyerahkan kemudi pada Rasmoyo. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Berjalan menuju tempat parker. Namun, disitu dirinya merasa kecewa karena tidak melihat jip merah yang pertanda Rasmoyo tidak mendatangi dirinya. 10) Jalan Majapahit Jalan ini terdapat tempat untuk bermain bilyard. Tarjo serta Panji sering bermain ke tempat itu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : Sawise main limang set, Tarjo lan Sardi sambat mumet, diganti kanca liya. Lelorone terus ngener bilyard-an ing Jl Mojopahit. ( Seri 3 : 4 ) Terjemahan : Setelah bermain lima ronde, Tarjo dan Sardi mengeluh pusing, diganti teman lain. Keduanya kemudian menuju bilyard di Jl Majapahit. 11) By Pass Merupakan jalan alternatif yang sering dilewati Rasmoyo, saat akan menuju Wisma. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : Jip bablas ngalor nganti mlebu by pass. Menggok ngiwa. Tekan pucuk by pass menggok nengen, ngambah ratan gedhe. Minggir, nyuda bantering playune jalaran ana bis mbandhang saka wetan. Bareng dirasa wis aman, bali rada nengah, wusana menggok nengen ngambah dalan sing rada sepi lan rada peteng. ( Seri 4 : 11 ) Terjemahan : Jip malaju ke utara masuk by pass. Belok kiri. Sampai ujung by pass belok kanan, melewati jalan raya. Menepi, mengurangi kecepatan jalannya karena ada bis menerobos dari timur. Setelah merasa sudah aman, kembali agak menengah, kemudian belok kanan melewati jalan yang agak sepi dan agak gelap. 12) Jembatan Saat Rasmoyo akan mengunjungi Wisma, untuk bertemu Lely. Jalan yang seharusnya belok ke kanan, Rasmoyo lurus saja sampai melewati jembatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Namun, tiba-tiba Panji berteriak mengingatkan Rasmoyo untuk belok kanan. Rasmoyo tersipu malu, kemudian mobil diarahkan mundur dan belok ke kanan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : “ Menggok, Bes!” Panji elik-elik jalaran jip kumudu nggeblas ngliwati kreteg. Rasmoyo mesem kecut. Jip mandheg, mundur menggok nengen. Juru parkir mapag, nuntun marang papan parkiran sing isih kosong. ( Sei 4 : 16 ) Terjemahan : “Belok, Bes!” Panji mengingatkan karena jip sepertinya lurus melewati jembatan. Rasmoyo tersenyum malu. Jip berhenti, mundur belok kanan. Juru parkir mendekat, memberi aba-aba pada tempat parker yang masih kosong. 13) Wisma Mangga Pinarak Wisma ini terletak satu kompleks dengan Wisma Dahlia. Terkadang Lely mencari pelanggan di Wisma ini. Serta di Wisma Mangga Pinarak ini, Ermi berkenalan dengan Dodit. . Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : Lely tumenga. Ngreti yen dikarepake Panji kuwi Wisma Mangga Pinarak. Lely dhewe kala-kala uga saba mrana. Uga sok nemu tamu ing papan kuwi, paling apes entuk tips saka tamu sing dikancani lungguhan. Kenale Ermi karo Dodit kae uga neng kene Mangga Pinarak kono. ( Seri 5 : 37 ). Terjemahan : Lely mengerti. Mengetahui kalau yang di,aksud Panji itu Wisma Mangga Pinarak. Lely sendiri kadang-kadang main kesana. Terkadang menemui tamu di tempat itu, paling sial dapat tips dari tamu yang ditemani duduk. Bertemunya Ermi dan Dodit juga di Mangga Pinarak sana. 14) Semarang Beberapa hari Rasmoyo tidak menapakkan batang hidungnya di Wisma Dahlia untuk menemui Lely. Lely mulai resah dan gelisah, Lely berfikir Rasmoyo merukan lelaki yang tidak jauh berbeda dengan lelaki-lelaki lain. Lely commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
juga berusaha mencari informasi dari teman Rasmoyo, yakni Panji dan Tarjo. Dari keduanya Lely mendapatkan nomor handphone Rasmoyo. Kemudian, Lely mencoba menghubungi Rasmoyo serta menanyakan keberadaannya. Rasmoyo pun memberi tahu Lely, kalau dirinya tidak dapat datang ke Wisma karena dia sedang berada di Semarang untuk suatu urusan. Lely pun mengerti dan mulai berusaha menghapus prasangka buruknya tentang Rasmoyo. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut : “ Sepi. Kosong . Kados pundi? Oh, Semarang! Matur nuwun lho fotone. Inggih. Ngatos-atos Pak,” Lely mungkasi. Hp dipateni. Banjur lenger-lenger. Mripat kelap-kelop. ( Seri 5 : 26 ) “ Pak Moyo neng Semarang. Suk emben lagi mulih,” wusanane Lely njarwani. ( Seri 5 : 27 ) Sesuk mesthine wis mulih saka Semarang. Terus wengine mesthi banjur mrene. Ngono petungane Lely sedina muput. Mula, watara jam papat, saungkure tamu, spreine banjur dilorod. Sawal bantal lan guling dilolosi. Taplak meja pisan uga digenti. Pojok kamar disemproti wewangian. ( Seri 6 : 1) Terjemahan : “ Sunyi. Kosong. Bagaimana? Oh, Semarang! Terima kasih ya fotonya. Iya. Hati-hati Pak,” Lely mengakhiri. Hp dimatikan. Kemudian bersandar. Mata kelap-kelip “ Pak Moyo di Semarang. Besuk baru pulang,” kata Lely memberitahu. Besok seharusnya sudah kembali dari Semarang. Kemudian malamnya pasti langsung kemari. Begitu perhitungan Lely sehari penuh. Oleh karena itu, sekitar pukul empat, seperginya tamu, sprei langsung dilepas. Sarung bantal dan guling dilepas. Taplak meja sekalian juga diganti. Sudut kamar disemprot pengharum. 15) Sala Tante Esther mengajak Lely ke Sala untuk membeli kain. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
“ Lel, sesuk melu aku nyang Sala ya,” pangajake Tante Esther ing sawijining awan. ( Seri 8 : 25 ) Terjemahan : “ Lel, besok ikut aku ke Solo ya.” Ajakan Tante Esther pada suatu siang.
b. Latar Waktu 1) Sore Hari Latar waktu sore hari menunjukkan kegiatan sehari-hari / rutinitas Lely pada waktu sore harinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : Lely kelingan nalika anyar-anyaran manggon ing Wisma Dahlia, sore-sore ditekani wong tuwa wadon, jenenge Mak Sum. Lely dijaluki kacu anyar. Dina-dina sabanjure Lely wis ora kedunungan rasa kepencut marang wong lanang. Getering atine wus mati. Sanadyan makaping-kaping ngladeni wong lanang, rasane anyep sepa. Ora krasa apa-apa. ( Seri 3 : 20 ) Kebeneran nalika sawijining sore numpak angkot, lungguhe jejer wong wadon setengah tuwa. Sawise caturan ngalor-ngidul, wong kuwi kok ngomong yen duwe omah sing wis sawatara taun ora ana sing ngenggoni. Mung papane rada minggir. ( Seri 10 : 18 ) Terjemahan : Lely teringat ketika baru-barunya tinggal di Wisma Dahlia, sore-sore didatangi orang tua perempuan, namanya Bu Sum. Lely dimintai sapu tangan baru. Hari-hari setelah itu Lely sudah tidak memiliki rasa senang terhadap laki-laki. Getaran hatinya sudah mati. Meskipun berkali-kali melayani lakilaki, rasanya tidak terasa. Tidak terasa apa-apa Kebetulan ketika suatu sore hari naik angkutan, duduknya dekat perempuan setengah baya. Setelah berbicara kesana kemari, perempuan itu berkata kalau punya rumah yang sudah beberapa tahun tidak ada yang menempati. Hanya tempatnya agak menepi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
2) Jam dua belas Pada saat Rasmoyo mengunjungi Lely, sekitar jam dua belas malam petugas jaga datang untuk mengontrol kamar. Menagih tarif untuk tamu yang menginap. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : Lawang dithothok saka njaba. Lely tangi, angop nutupi lambe,ngucek mripat. Ngengakake lawang. Petugas kontrol kamar ngandhani yen wis meh jam rolas. Rasmoyo sing uga wis melek, nanging isih lumah-lumah disawang. Rasane abot banget yen kudu pisah. ( Seri 3 : 22 ) Terjemahan : Pintu diketuk dari luar. Lely bangun, menguap menutupi mulut, mengucek mata. Membukakan pintu. Petugas kontrol kamar memberitahu kalau sudah hampir jam dua belas. Rasmoyo yang juga terbangun, namun masih tidurtiduran dilihat. Rasanya berat sekali kalau harus berpisah. 3) Besok Latar waktu pagi hari kembali ditampilkan pengarang secara abstrak. Ditunjukkan ketika Lely menunggu kedatangan Rasmoyo keesokan harinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : Sesuk mesthine wis mulih saka Semarang. Terus wengine mesthi banjur mrene. Ngono petungane Lely sedina muput. Mula, watara jam papat, saungkure tamu, spreine banjur dilorod. Sawal bantal lan guling dilolosi. Taplak meja pisan uga digenti. Pojok kamar disemproti wewangian. ( Seri 6 : 1) “ Yen ngono sesuk wis kudu mergawe, ya” Rasmoyo ngucap maneh. ( Seri 17 : 12 ) “ Lel, sesuk melu aku nyang Sala ya,” pangajake Tante Esther ing sawijining awan. ( Seri 8 : 25 ) Terjemahan : Besok seharusnya sudah kembali dari Semarang. Kemudian malamnya pasti langsung kemari. Begitu perhitungan Lely sehari penuh. Oleh karena itu, sekitar pukul empat, seperginya tamu, sprei langsung dilepas. Sarung bantal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
dan guling dilepas. Taplak meja sekalian juga diganti. Sudut kamar disemprot pengharum. “ Kalau begitu besok harus bekerja, ya” Rasmoyo berkata lagi. “ Lel, besok ikut aku ke Solo ya.” Ajakan Tante Esther pada suatu siang. 4) Jam delapan malam Lely menunggu kedatangan Rasmoyo, namun sudah hampir jam delapan malam Rasmoyo belum datang juga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : Nanging sawise dienteni nganti meh jam wolu bengi durung karuwan kabare, Lely banjur wiwit rumangsa goreh atine. Banjur dadi gojag-gajeg. Teka apa ora, teka apa ora, ya. Pitakon sing tansah gumuleng nyesegake dhadhane. (Seri 6 : 6) Terjemahan : Namun setelahditunggu sampai hampir jam delapan malam belum tahu kabarnya, Lely kemudian mulai goyah hatinya. Langsung menjadi ragu-ragu. Datang apa tidak, datang apa tidak, ya. Pertanyaan yang selalu muncul menyesakkan dadanya. 5) Malam hari Latar waktu malam hari menunjukkan kegiatan sehari-hari / rutinitas Lely yang bekerja pada malam hari. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : Tamune Ermi apadene tamune Lely bengi iku, presasat mung meh ungkurunguran wae anggone padha bali ninggalake kekarone. Terus sawise reresik awak lan ganti penganggo, kekarone terus padha ngunci kamar. (Seri 6 : 32) Terjemahan : Tamunya Ermi maupun Lely malam itu, hanya selang beberapa menit saja mereka meninggalkan keduanya. Kemudian setelah membersihkan badan dan berganti pakaian, keduanya langsung mengunci kamar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
6) Pagi hari Latar waktu yang ditampilkan pengarang bersifat abstrak, yaitu pada pagi hari. Latar waktu pada pagi hari tersebut yang digunakan oleh pengarang untuk menunjukkan kegiatan yang menjadi pijakan dalam cerita tersebut di waktu pagi. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : Ning ing sawijining esuk, mbeneri bojone lagi adus, ana bocah lanang teka numpak sepedha, ngeterake layang. Sing nampani Lely dhewe. Sawise maca layang iku, Lely mendelik. Getih rasane umob nganti awake sakojur panas kemranyas. Layang iku saka Partiyem, takon dhuwit tukon susu sing wis telung wulan ora dikirim. Putri anake sing lagi umur patang wulan lagi kudu lara lan arep digawa menyang Puskesmas. Yen bisa dikon ngancani. ( Seri 8 : 18 ) Terjemahan : Tetapi pada suatu pagi hari, kebetulan suaminya sedang mandi, ada anak kecil laki-laki datang naik sepeda, mengantar surat. Yang menerima Lely sendiri. Setelah membaca surat itu, Lely melotot. Darah terasa mendidih sampai sekujur tbuhnya panas. Surat itu dari Partiyem, bertanya uang pembelian susu yang sudah tiga bulan tidak dikirim. Putri anaknya yang baru berumur empat bulan sedang sakit dan harus dibawa ke Puskesmas. Kalau bisa disuruh menemani. 7) Siang hari Pada suatu siang hari, Tante Esther mengajak Lely pergi ke Sala. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : “ Lel, sesuk melu aku nyang Sala ya,” pangajake Tante Esther ing sawijining awan. ( Seri 8 : 25 ) Terjemahan : “ Lel, besok ikut aku ke Sala ya.” Ajakan Tante Esther pada suatu siang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
c. Latar Suasana 1) Sepi Suasana yang digambarkan dalam cerita,saat berada di warung Mbah Roto, di jalan, dan lain sebagainya. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : “Mas Panji nganggo es piye?”pitakone Yu Kasni. “Kok sepi?” Rasmoyo takon Mbah Roto jlentrehake yen panggonanne wis disambangi polisi ambal kaping telu. “Mesthine ana sing digoleki.” “Kopi napa the napa liyane. Bes?” pitakone Yu Kasni. ( Seri 1: 27 ) “Apa jare manggala yudane,” Rasmoyo semaur entheng. Sardi mesammesem. Jip menggok nengen. Terus ngulon. Tarjo apadene Panji mung klecam-klecem sawise bisa ngira-ira tujuan sing dikarepake Sardi. Rasmoyo mencereng, nyawang ratan sing rada sepi lan peteng. (Seri 2 : 7 ) Warung-warung wis padha tutupan, gang sepi peteng. Warung karaoke Senggol Bokongwis tata-tata, mung kari ngenteni wong telu sing isih nutugake ngebir. Musike wis ora keprungu. Petugas control kamar, ngungaki kamar mbaka kamar. Kala-kala mandheg rada suwe, nyatheti tamu sing kepengin nginep karo mbayar dhendhane. ( Seri 3 : 34 ) Terjemahan : “Mas Panji pakai es gimana?” Tanya Bu Kasni. “Kenapa sepi?” Tasmoyo bertanya. Simbah Roto menceritakan kalau tempatnya sudah didatangi polisi hampir tiga kali. “Pastinya ada yang dicari.” “Kopi apa the apa lainnya, Bes?” tanya Bu Kasni. “Apa kata pemimpinnya,” Rasmoyo menjawab ringan. Sardi senyumsenyum. Jip belok kanan. Terus ke barat. Tarjo maupun Panji hanya senyumsenyum setelah menduga-duga tujuan yang dimaksud Sardi. Rasmoyo melotot, melihat jalan yang agak sepi dan gelap. Warung-warung sudah tutup, gang sepi gelap. Warung karaoke Senggol Bokong sudah siap-siap, hanya tinggal menunggu tiga orang yang masih melanjutkan minum bir. Musiknya sudah tidak terdengar. Petugas kontrol kamar, membuka kamar satu per satu. Kadang-kadang berhenti agak lama, mencatat tamu yang ingin menginap sambil membayar dendanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
2)
Remang-remang Menunjukkan suasana jalan yang tidak terlau terang saat di Wisma. Hal
ini terlihat melalui kutipan berikut : Karo mecaki gang sing remeng-remeng, nyawang warung sing jentrekjentrek. Kala mandheg, mendelik, mencerengi bocah wadon sing methingkrang. Pamer pupu, ngumbar esem. Ngawe-awe karo nudingi kamar. Kala-kala mengo satleraman yen krungu swara wadon ngampirake. ( Seri 2 : 9 ) Terjemahan : Sambil melewati gang yang remang-remang, melihat warung yang berderetderet. Kadang-kadang berhenti, melihat, melototi anak perempuan yang kakinya ke atas. Memperlihatkan paha, mengumbar sentum. Melambaikan tangan sambil menunjuk kamar. Kadang-kadang menoleh sebentar kalau mendengar suara perempuan menghampiri. 3) Gelap “Apa jare manggala yudane,” Rasmoyo semaur entheng. Sardi mesammesem. Jip menggok nengen. Terus ngulon. Tarjo apadene Panji mung klecam-klecem sawise bisa ngira-ira tujuan sing dikarepake Sardi. Rasmoyo mencereng, nyawang ratan sing rada sepi lan peteng. (Seri 2 :7 ) Tarjo gojag-gajeg. Sardi gedheg lan ndisiki jumangkah. Tekan warung pucuk dhewe, menggok nengen. Gang sing dipecaki rada ciyut lan peteng. Sing riwa-riwi ora pati akeh. Bocah-bocah warunge mung lungguhan emper ngarep karo gojeg utawa udut. Ngawasi wong-wong liwat. Ora ana sing nyuwara, kejaba mung melet karo ndilati lambe. Pacakan lan sandhang panganggone nyolok mata. ( Seri 2 : 11 ) Warung-warung wis padha tutupan, gang sepi peteng. Warung karaoke Senggol Bokongwis tata-tata, mung kari ngenteni wong telu sing isih nutugake ngebir. Musike wis ora keprungu. Petugas control kamar, ngungaki kamar mbaka kamar. Kala-kala mandheg rada suwe, nyatheti tamu sing kepengin nginep karo mbayar dhendhane. ( Seri 3 : 34 ) Terjemahan : “Apa kata pemimpinnya,” Rasmoyo menjawab ringan. Sardi senyumsenyum. Jip belok kanan. Terus ke barat. Tarjo maupun Panji hanya senyumcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
senyum setelah menduga-duga tujuan yang dimaksud Sardi. Rasmoyo melotot, melihat jalan yang agak sepi dan gelap. Tarjo ragu-ragu. Sardi menggelengkan kepala dan mendahului melangkah. Sampai warung ujung sendiri, belok kanan. Gang yang dilewati agak sempit dan gelap. Yang lewat tidak begitu banyak. Orang-orang di warung hanya duduk-dudk di teras depan sambil bercanda atau merokok, memperhatikan orang-orang yang lewat. Tidak ada yang bersuara, kecuali hanya menjulurkan lidah sambil menjilati bibir. Warung-warung sudah tutup, gang sepi gelap. Warung karaoke Senggol Bokong sudah siap-siap, hanya tinggal menunggu tiga orang yang masih melanjutkan minum bir. Musiknya sudah tidak terdengar. Petugas control kamar, membuka kamar satu per satu. Kadang-kadang berhenti agak lama, mencatat tamu yang ingin menginap sambil membayar dendanya. 4) Sempit Saat berada di Wisma pertama kali, Rasmoyo dengan teman-temannya melewati gang-gang yang sempit dan gelap. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : Tarjo gojag-gajeg. Sardi gedheg lan ndisiki jumangkah. Tekan warung pucuk dhewe, menggok nengen. Gang sing dipecaki rada ciyut lan peteng. Sing riwa-riwi ora pati akeh. Bocah-bocah warunge mung lungguhan emper ngarep karo gojeg utawa udut. Ngawasi wong-wong liwat. Ora ana sing nyuwara, kejaba mung melet karo ndilati lambe. Pacakan lan sandhang panganggone nyolok mata. ( Seri 2 : 11 ) Terjemahan : Tarjo ragu-ragu. Sardi menggelengkan kepala dan mendahului melangkah. Sampai warung ujung sendiri, belok kanan. Gang yang dilewati agak sempit dan gelap. Yang lewat tidak begitu banyak. Orang-orang di warung hanya duduk-dudk di teras depan sambil bercanda atau merokok, memperhatikan orang-orang yang lewat. Tidak ada yang bersuara, kecuali hanya menjulurkan lidah sambil menjilati bibir. 5) Terang Saat berada di kamar yang terang, Rasmoyo dapat melihat lebih jelas kecantikan Lely. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Saliyane dhipan, ana meja kursi lan lemari kaca. Ing panggonan sing luwih padhang iki Rasmoyo bisa nyawang luwih cetha. Bocah wadon iku pakulitane kuning resik, raine bunder, mripat rada suthup, alise mekrok. Rambute soklat semu abang, nggawer lurus tekan gulu. Lambe tipis abang manda-manda, pawakane lencir. ( Seri 2 : 30 ) Terjemahan : Selain almari, ada meja kursi dan alamari kaca. Di tempat yang lebih terang ini Rasmoyo dapat melihat lebih jelas. Anak perempuan itu kulitnya kuning bersih, wajahnya bulat, mata agak sipit, alisnya mekar. Rambutnya coklat agah merah, terurai lurus sampai tenggorokan. Bibir tipis merah merona, badannya bagus. 6) Kecewa dan perih Perasaan hati yang dirasakan Lely, saat melihat suaminya bermesraan dengan Partiyem di depan mata kepalanya sendiri. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : Nalika Jarot njejeri, Lely dolanan driji. “ Ana apa?” pitakone Jarot semu bisik-bisik. Lely mengkeret, banjur unjal ambegan. Jarot mesem. Lan Lely ora suwala nalika Jarot ngrangkul pundhake, njawil janggute nganti adu arep. Jarot mesem, Lely disawang tanpa kedhep. Lely ndingkluk. Bali adu sesawangan. Lambene Lely kedher kaya ana sing arep diucapake. Nanging dheweke malah banjur merem rapet, nyumanggakake apa sing dikarepake Jarot. Malah banjur kanggo sakabehing rasa cuwa lan perihing atine sasuwene iki. Babar pisan dheweke malah kaya wis ora kelingan marang sing lanang, marang dosaning tumindake. ( Seri 9 : 5 ) Terjemahan : Ketika Jarot mendekati, Lely bermain jari. “Ada apa?” Tanya Jarot agak bisik-bisik. Lely menciut, kemudian mengambil nafas. Jarot tersenyum. Dan Lely tidak menolak ketika Jarot merangkul bahunya, menyolek dagunya sampai salingbertatapan. Jarot tersenyum, Lely dilihat tanpa berkedip. Lely menundukkan kepala. Kembali saling bertatapan. Bibir Lely bergetar seperti ada yang akan diucapkan. Tetapi dirinya malah terus memejamkan mata rapat, mempersilahkan apa yang diinginkan Jarot. Justru kemudian digunakan meluapkan rasa kecewa dan perih hatinya selama ini. Sama sekali dirinya sepertinya sudah tidak ingat pada suaminya, pada dosa perbuatannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
7) Aman Secara tidak sengaja Lely bertemu dengan Jarot, setelah dirinya meninggalkan Wisma. Lely berdalih dirinya bersembunyi dahulu, karena ada pelanggan yang sering kasar padanya. Lely berkata pada Jarot, apabila sudah aman akan kembali lagi ke Wisma. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : “Kanggo sawatara aku tak ndhelik sik ya Mas. Mengko yen wis aman aku bali meneh kok.” Jarot manthuk, banjur nyruput es sprite. “ Nek ra percaya, barang-barangku ya isih nang kana kok. Kuncine digawa Ermi. ( Seri 13 : 41 ) Terjemahan : “Untuk sementara waktu aku sembunyi dulu ya Mas. Nanti kalau sudah aman aku kembali lagi.” Jarot menundukkan kepala, kemudian meminum es sprite. “Kalau tidak percaya, barang-barangku masih disana. Kuncinya dibawa Ermi. 8) Rukun dan tentram Warga mulai resah setelah mengetahui Lely sebenarnya. Namun, semua warga berusaha untuk menerima keberadaannya. Warga hanya menginginkan keadaan yang rukun dan tentram tetap terjaga dalam lingkungannya. Hal ini terlihat melalui kutipan berikut : “Sampun?!”sambunge Aini ngemu pitakon. Nanging wis ora ana sing kepengin ngomong, “Sepindhah malih nggih, kula ambali,” Aini nerusake, “Kados ngendikane Pak Nahrawi, pamong mboten meksa supados percados. Sedaya kula wangsulaken dhateng bapak-ibu sedaya. Pamong namung pengin ngudi rukun lan tentreming warga. ( Seri 15 : 41 ) Terjemahan : “Sudah?!” sambung Aini sambil bertanya. Tetapi sudah tidak ada yang ingin bicara, “ Sekali lagi ya, saya tambahkan, “ Aini meneruskan, “ Seperti kata Pak Nahrawi, pamong tidak memaksa supaya percaya. Semua saya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
kembalikan pada bapak-ibu semua. Pamong hanya ingi rukun dan tentramnya warga.
d. Latar Sosial Latar sosial erat hubungannya dengan keadaan para tokoh. Latar sosial menggambarkan keadaan masyarakat dan bagaimana kedudukan masing-masing tokoh di dalam masyarakat. Latar sosial juga mendukung tokoh tampil dalam permasalahan serta cara penyelesaiannya. Di dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang pengarang menggambarkan keadaan kehidupan dalam dunia malam, yakni pada lingkup pelacuran. Yang penuh dengan sesuatu yang menyimpang dari ajaran agama maupun adat-istiadat. Pada kehidupan dalam dunia pelacuran hal-hal seperti judi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya menjadi sesuatu hal yang sudah biasa bagi mereka. Pengarang juga menggambarkan kehidupan masyarakat yang aman, damai dan tentram seperti masyarakat pada umumnya. Semua terasa sangat berbeda, keduanya memiliki perbedaan yang sangat menonjol. Hal tersebut dirasakan oleh Lely, setelah awal perkenalannya dengan Rasmoyo. Lely mulai tergugah hatinya serta berfikir untuk mengubah kehidupannya menjadi perempuan biasa,yang bersih dan kembali ke jalan lurus. Lely ingin memiliki Rasmoyo seutuhnya, sedangkan Lely tidak ingin keadaannya seperti itu terus. Keinginan tulus Lely disambut baik oleh Rasmoyo, Rasmoyo sangat mendukung keinginan Lely tersebut. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Sawise bengi bebarengan Rasmoyo sing keri dhewe kae, rasane Lely pengin cecaketan terus karo wong lanaang iku. Ning dheweke uga nglenggana, minangka wong kajen keringan, mesthine Rasmoyo rak ora seneng blakrakan wae. Yen saben-saben kudu saba panggonane Lely, mesthine rak risi, bisa luntur pamore. Mula Lely wiwit mikir-mikir. Kudu bisa nimbangi, mbudidaya piye carane bisa dadi wong sing resik, sing mapan ing panggonan jember. ( Seri 10 : 17 ) Terjemahan : Setelah malam bersama Rasmoyo yang terakhir itu, rasanya Lely ingin dekat terus dengan lelaki itu. Tetapi dia juga merasa tidak mungkin, sebab orang menghormati, yang pasti Rasmoyo tidak senang sembunyi terus. Kalau harihari harus pergi tempatnya Lely, pastinya merasa tidak enak, bisa turun derajatnya. Sebab itu Lely mulai fakir-fikir. Harus dapat mengimbangi, bagaimana caranya menjadi orang yang bersih, yang mapan di tempat baik. Penggambaran latar sosial di Kompleks pelacuran Wisma Dahlia yang ditempati oleh Lely, sangat kontras dengan keadaan sosial Rasmoyo yang berada di sebuah kota, dengan kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Di kompleks pelacuran Wisma Dahlia yang kehidupannya identik dengan hal-hal negatif, membukakan mata hati Lely serta fikirannya. Setelah awal pertemuannya dengan Rasmoyo, lelaki itu telah membuat hatinya bergetar kembali. Sebelum terjerumus menjadi pelacur, Lely merupakan seorang istri yang patuh dan taat pada suaminya. Akan tetapi, setelah Lely menjadi pelacur, semua yang ada pada dirinya berubah. Pekerjaan itu telah membuat Lely membuang jauh perasaan sayangnya pada lelaki. Hal yang lain dapat dilihat pada kehidupan Rasmoyo, sebelum menjadi pengusaha seperti sekarang Rasmoyo pernah menjadi pegawai pabrik. Pada saat berumah tangga dengan Naning, mereka tinggal di sebuah kos yang terletak di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
perkampungan. Namun, karena rumah tangga mereka berujung pada perpisahan. Rasmoyo menggugat cerai Naning, sebab Naning telah berselingkuh dengan Sularman. Selang beberapa hari setelah perceraiannya dengan Naning, Bapaknya meninggal dunia. Sedangkan Ibu, kakak serta adiknya sudah mendahului sekitar lima tahun yang lalu. Rumah, pekarangan yang sangat luas kini menjadi tanggung jawab Rasmoyo. Itu belum termasuk emas, intan serta berlian. Setelah mendapat harta warisan yang begitu banyak, Rasmoyo berniat untuk mengelola semuanya itu. Dan Rasmoyo mengundurkan diri dari pabrik tempatnya bekerja. Rasmoyo membangun kehidupan yang baru dengan membuka usaha seperti mengarang lagu serta membuat cerita sinetron. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut: Sawatara dina sawise pegatan. Rasmoyo dikabari yen wong tuwane lanang sowan ing Ngarsaning Pangeran. Iku ateges dheweke kari urip ijen. Wong tuwane wadon, mbakyu lan adhine wis padha ndhisiki limang taun kepungkur. Tinggalan omah lan pekarangan sing sak ambrah-ambrah dadi tanggung jawabe Rasmoyo. Durung kepetung mas-masan, inten lan barleyan. Kabeh mau yen mung dienggo pawitan urip lumrah wis turah-turah akeh. ( Seri 19 : 17 ) Saliyane pamit arep ngupakar jisime wong tuwa, uga banjur pamit wis ora arep bali menyang pabrik. Terus karo ngopeni tinggalan, dheweke nyoba gawe lagu-lagu lan gawe crita sinetron kanggo televise. Gawe crita-crita kanggo majalah. Rejekine banjur mbanyu-mili, luwih akeh tinimbang karo nalika isih nyambutgawe neng pabrik. ( Seri 19 : 18 ) Terjemahan : Selang beberapa hari setelah perceraian. Rasmoyo mendapat kabar kalau Bapaknya kembali pada Yang Maha Kuasa. Itu berarti dirinya tinggal sendiri. Ibunya, kakak dan adiknya sudah mendahului lima tahun yang lalu. Peninggalan rumah dan pekarangan yang sangat luas menjadi tanggung jawab Rasmoyo. Belum terhitung emas, intan dan berlian. Semua itu kalau hanya dipakai hidup normal sudah sisa banyak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Selain izin akan mengurusi jenasah orang tua, juga langsung izin kalau sudah tidak akan kembali lagi ke pabrik. Kemudian sambil mengurus warisan, dirinya mencoba membuat lagu-lagu serta cerita sinetron untuk televise. Membuat cerita-cerita untuk majalah. Rejekinya langsung mengalir, lebih banyak daripada ketika masih bekerja di pabrik Rasmoyo lebih menikmati kehidupannya sekarang, selain itu Rasmoyo juga mengangkat Nugraha sebagai anaknya. Nugraha dipercaya Rasmoyo untuk mengurusi perusahaanya di bidang biro perjalanan.
5. Amanat Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra dan dapat dipandang sebagai wawasan yang diberikan pengarang terhadap suatu pokok persoalan yang ditampilkan dalam karyanya, yang kemungkinan diharapkan dapat berguna bagi masyarakat pembacanya. Pada cerbung Mecaki Lurung kang Ilang mengandung beberapa amanat yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca, yakni : 1. Seseorang perlu berhati-hati dalam kehidupannya, jangan mudah menaruh kepercayaan pada seseorang. 2. Dalam mencapai kebaikan, jalannya tidak selalu datar / mulus saja. Meski terkadang terjal dan harus jatuh bangun dalam menjalaninya, namun hal tersebut dapat membuat dewasa seseorang yang menjalaninya. 3. Seseorang harus bekerja keras untuk meraih keinginan serta cita-cita, agar semuanya dapat tercapai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
4. Seseorang tidak perlu rendah diri dalam menjalani suatu pekerjaan apapun. Terpenting adalah pekerjaan yang tidak melanggar hukum dan norma-norma yang berlaku. Cerita bersambung dengan judul Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto mengungkapkan persoalan tentang hidup dan kehidupan manusia. Baik dalam hubungan antara individu yang satu dengan yang lain atau pun dengan diri sendiri. Di dalam cerita ini dikisahkan tentang kehidupan seorang perempuan dalam menjalani liku kehidupannya, dengan berlatar belakang sosial masyarakat menengah. Di dalam kehidupannya kemudian bertemu dengan seorang laki-laki, yang bekerja sebagai atasan pada sebuah pabrik sepatu. Mereka menjalin sebuah hubungan dan keduanya memutuskan untuk menikah. Meskipun mendapatkan seorang suami yang mampu memenuhi semua kebutuhan serta keinginannya, namun hal tersebut tidak menjamin kebahagiaan sang istri. Rumah tangga yang mereka jalani tidak dapat berjalan harmonis. Di dalam cerita ini pengarang menampilkan konflik dari kisah rumah tangga yang dibangun oleh Lely dan Tanoto. Pada awal pernikahannya, rumah tangga mereka terlihat tentram dan damai. Menginjak lima tahun usia pernikahan mereka, rumah tangga Lely dan Tanoto mulai terusik oleh kehadiran Partiyem. Tanpa sepengetahuan Lely, Tanoto berselingkuh dengan Partiyem, yakni salah satu pegawai tokonya serta terkadang membantu pekerjaan di rumah Lely. Setelah Lely mengetahui perselingkuhan itu,berakibat sangat fatal. Di tengah kalutnya pikiran yang dialami Lely, datanglah Jarot, laki-laki yang dikenal Lely commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
saat di Terminal dan belum pernah melihat sebelumnya. Jarot memanfaatkan suasana tersebut dengan menjerumuskan Lely menjadi pelacur. Satu bulan berlalu, Lely mulai nampak terbiasa dengan pekerjaan barunya. Lely tinggal di Wisma Dahlia, pelacur yang tinggal di wisma ini harga sewanya lebih tinggi dibandingkan wisma-wisma yang lain dalam komplek tersebut. Pelanggan yang datang di Wisma ini sebagian besar dari kalangan atas/ memiliki uang yang lebih untuk membayar. Sampai pada akhirnya, saat bekerja Lely berkenalan dan melayani Rasmoyo. Laki-laki setengah baya itu membuat hati Lely bergetar kembali, setelah hampa beberapa saat. Hal tersebut tidak pernah dirasakan Lely pada saat melayani tamu-tamu yang lain. Dengan tekad yang kuat,serta keinginan untuk dapat menjalin hubungan yang lebih intim dengan Rasmoyo. Lely memutuskan untuk pergi dari Wisma Dahlia, Lely ingin memperbaiki hidupnya dan kembali menjadi perempuan biasa. Lely memutuskan untuk mengontrak di sebuah kampung. Untuk menyambung hidupnya, di rumah kontrakannya itu Lely membuka usaha warung kelontong, menjual baju-baju hasil karyanya serta menerima pesanan jahitan. Apabila difikir-fikir pekerjaan Lely membuka warung dan menjahit, pendapatannya lebih kecil dibandingkan pada saat menjual diri. Apalagi waktu itu Lely berada di kelas atas, harganya yang relatif mahal. Hasilnya lebih besar dari pekerjaannya sekarang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
6. Keterkaitan Antar Unsur Struktural Karya sastra yang berbentuk cerbung memiliki unsur-unsur yang membangun cerita, yang terjalin dari sudut penokohan, tema, alur, latar serta amanatnya. Tema yang diangkat oleh pengarang di dalam cerbung tersebut secara keseluruhan adalah di lingkungan sosial apa saja selalu terdapat konflik yang terkadang memiliki dampak yang fatal dan tragis bagi masing-masing pihak. Tema yang terdapat dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang dapat menyiratkan sebuah amanat yang ingin disampaikan pada pengarang, yaitu seseorang perlu berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Pergulatan dengan kehidupan terkadang dapat merubah sifat-sifat kemanusiaan seseorang. Bahkan menurut pengarang orang-orang terdekat pun memiliki potensi untuk menusuk dari belakang atau berkhianat. Cerbung Mecaki Lurung kang Ilang menampilkan tokoh-tokoh yang terbebani oleh konflik sosial. Secara umum tokoh yang ditampilkan dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang tersebut merupakan tokoh kompleks, yaitu tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (perubahan) alur/plot yang dikisahkan. Ia digambarkan secara aktif berinteraksi dengan setting/latar yang menjadi pijakan cerita, yaitu lingkungan kota yang berlatar sosial, baik lingkungan sosial alam dan hubungan antar manusia. Kesemuanya telah berpengaruh terhadap sikap, watak dan tingkah laku. Tokoh-tokoh yang bersifat kompleks tersebut memungkinkan alur cerita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
mengalami sebuah kejutan atau surprise seiring dengan penokohan yang berubah dan berkembang. Latar/setting dalam cerita ini memiliki setting di sebuah kota kecil. Hal ini ditujukan karena tema cerita yang ditampilkan oleh pengarang menyoroti/ berkisah tentang kehidupan masyarakat. Latar yang menjadi pijakan dalam sebuah cerita yang ditampilkan oleh pengarang dapat berpengaruh terhadap pola tingkah laku dan pemikiran para tokohnya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap watak/karakter dari tokoh-tokohnya. Secara keseluruhan Ismoe Rianto dalam menampilkan cerbung Mecaki Lurung kang Ilang memiliki pandangan yang cukup luas mengenai kehidupan. Aspek-aspek yang ditampilkan oleh pengarang di dalam cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yang terdiri dari tema, amanat, alur, penokohan dan setting, masing-masing memiliki keunikan dan keterkaitan. Secara umum cerita ini walaupun tergolong singkat / sederhana namun tetap menarik dan tidak monoton.
C. Analisis Persepsi Kehidupan Pelacur Pelacuran merupakan suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan upah. Penyebab terjadinya pelacuran dilihat dari factor endogen dan eksogen. Di antara faktor endogen dapat disebutkan nafsu kelamin yang besar, sifat malas serta keinginan besar untuk hidup mewah.. Sedangkan di antara faktor eksogen paling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
utama adalah faktor ekonomi, urbanisasi yang tidak teratur, keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat dan sebagainya. Pelacuran mempunyai pengaruh besar terhadap moral. Pelacuran yang dijumpai di kota besar seperti Surabaya dikatakan bukan masalah sosial utama, karena pengaruhnya terhadap ekonomi Negara, stabilitas politik, kebudayaan bangsa atau kekuatan nasional kecil sekali. Sebab utama yang sebenarnya adalah konflik mental, situasi hidup yang tidak menguntungkan pada masa anak-anak dan pola yang kurang dewasa serta ditambah dengan tingkat intelegensia yang rendah tarafnya. Pada cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto, tokoh Lely menekuni dunia pelacuran bukanlah keinginannya sendiri. Namun Lely telah dijerumuskan oleh Jarod, seorang laki-laki yang baru dikenalnya saat di Terminal. Jarod memanfaatkan situasi dan kondisi Lely yang sedang kalut pikirannya, karena telah mengetahui suaminya berselingkuh. Perselingkuhan yang telah dilakukan oleh Tanoto, telah membawa dampak yang sangat buruk pada kehidupan Lely serta Tanoto sendiri. Akibat perselingkuhan yang dilakukan mereka, Tanoto dan Partiyem menghasilkan seorang anak hasil hubungan gelap keduanya. Partiyem sebagai selingkuhan memang bukan perempuan bodoh. Partiyem tidak mau menyerahkan anaknya pada Lely, yang ingin merawat anak tersebut. Karena Partiyem berfikir, anak hasil hubungannya dengan Tanoto tersebut dapat menjadi alat untuk menguras harta Tanoto. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut : Lely lagi sadhar yen dheweke kuwi pancen wis dadi iwak kecemplung ing wuwu, sing wis ora bakal bisa uwal maneh. Uga banjur ngreti yen Mami kuwi pancen germo, Jarot iku tukang golek mangsa.......( Seri 9 : 9 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Ning Partiyem iku ya dudu wong bodho, ora gelem dheke masrahake bayine, wong iku kena kanggo gaman ngeruk dhuwit. Dikaya ngapa, kanggo sawatar wulan rumah tanggane Lely saka njaba katone isih tentrem, jalaran sesambunge sing lanang karo Partiyem kaya-kaya pancen wis cuthel tenan kae. ( Seri 8 : 17 ) Terjemahan : Lely baru menyadari kalau dirinya memang sudah menjadi ikan yang masuk dalam jarring, yang sudah tidak akan bisa lepas lagi. Kemudian baru tahu kalau Mami itu germo. Jarot yang mencari mangsa…. Tetapi Partiyem itu bukan perempuan bodoh, tidak mau dirinya menyerahkan bayinya, karena itu bisa dijadikan alat menguras uang. Dibuat seperti apapun, untuk sementara waktu rumah tangga Lely dari luar terlihat masih tentram, karena hubungan suaminya dengan Partiyem sepertinya sudah benar-benar putus. Pekerjaan sebagai pelacur sudah dikenal di masyarakat sejak masa lampau. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar pelacur dari masa ke masa. Pelacur atau PSK, selain keberadaannya meresahkan masyarakat juga dapat mematikan. Sebab mereka di tengarai menyebarkan atau menularkan penyakit AIDS, penyakit tersebut muncul salah satu penyebabnya merupakan perilaku seks bebas tanpa pengaman yang berupa kondom. Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatife dan bagi mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun tetap dibutuhkan. Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
kaum laki-laki). Tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik. Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial ( PSK ) atau wanita tuna susila, istilah lain tersebut juga mengacu kepada layanan seks komersial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelacur memiliki arti wanita tuna susila. Wanita yang menjual dirinya. Tapi dalam pengertian saya, para pelacur kehidupan merupakan orang-orang yang menjual dirinya untuk kehidupannya. Pelacur alias wanita tuna susila merupakan bagian dari para pelacur kehidupan. Bahkan kita pun merupakan para pelacur kehidupan. Di kota-kota besar, banyak kaum urban yang menetap. Campuran budaya pun kerap terjadi. Alhasil, gaya hidup yang tinggi pun menjadi suatu harga diri. Uang menjadi Tuhan. Dalam pemahaman saya, saat ini fenomena ini sedang melanda kaum urban di kota-kota besar. Menjadi para pelacur kehidupan. Tidak hanya terjadi pada perempuan tetapi juga para lelaki. Banyak kaum urban yang bekerja di gedung mewah yang bertempat di kawasan bisnis dengan bayaran yang tinggi. Bayaran tinggi untuk menunjang gaya hidup yang tinggi. Tingkat stress pun menjadi tinggi. Bayangkan saja, berangkat dan pulang kerja terkena macet. Bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Rutinitas menjadi bagian hidup dan hasilnya pun kepenatan yang tidak kunjung hilang. Bekerja hanya menjadi suatu rutinitas yang tak ada rasa cinta di dalamnya. Tak ada perasaan senang dalam menjalaninya. Hanya demi materi yang telah menjadi Tuhan untuk memenuhi gaya hidup. Inilah pemahaman saya terhadap para pelacur kehidupan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Ismoe Rianto, selaku pengarang cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang memiliki persepsi sendiri tentang pelacur. Menurut Ismoe Rianto, seseorang yang menjadi pelacur terdapat empat penyebabnya, antara lain yaitu: faktor ekonomi, pendidikan rendah, keadaan, serta pergaulan. Akan tetapi dari berbagai penyebabpenyebab tersebut, pada dasarnya semua manusia itu memiliki sifat yang baik serta tidak ada seorangpun yang memiliki keinginan / cita-cita sebagai pelacur. Pelacur sebenarnya tidak berbeda jauh dengan orang-orang biasa seperti pada umumnya, mereka mempunyai harga diri, rasa cinta, rasa kasih sayang pada sesama. Hanya saja, keadaan yang terkadang membuat mereka menjadi manusia yang liar serta seolaholah kehilangan sosial masyarakatnya. Apalagi pada era seperti sekarang, godaan semakin banyak serta keinginan yang semakin besar. Misalnya saja bekerja di toko dengan gaji yang minim / sedikit, sementara kebutuhan hidup sehari-hari begitu besar. Hal tersebut yang membuat mereka tidak segan-segan melakukan hal-hal seperti itu. Pada kehidupan bermasyarakat, pelacur cenderung tidak menampakkan / menonjolkan diri sebagai pelacur. Bahkan tidak jarang, apabila dikatakan sebagai pelacur, mereka akan marah. Pada saat bulan puasa tiba, para pemuka agama serta pamong praja mengusik keberadaannya di lokalisasi agar dapat menutup sementara kegiatannya, dengan tujuan untuk menghormati orang-orang sedang melaksanakan puasa. Sebenarnya tanpa disuruh, mereka sangat menghormati bulan puasa. Dapat dibuktikan, pada siang hari mereka tidak melayani pelanggan bahkan mereka juga melaksanakan puasa. Pada waktu malam hari, mereka juga ikut melaksanakan Sholat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Tarawih berjama’ah di Masjid. Mereka akan melayani pelanggan setelah Sholat Tarawih sampai waktu sahur tiba. Pelacur dalam menjajakan seks tidak hanya yang bersifat terbuka, seperti halnya pelacur-pelacur yang mangkal di pinggir jalan untuk mencari pelanggan. Namun ada juga yang bersifat tertutup, misalnya saja perempuan-perempuan yang menjajakn seks dengan sembunyi-sembunyi dengan tujuan tidak diketahui orang tua, saudara, atau teman-temannya. Kebanyakan yang bersifat tertutup ini, umurnya masih terbilang muda. Tidak jarang mereka juga masih duduk di bangku sekolah tingkat pertama, tingkat menengah, maupun perguruan tinggi. Faktor penyebabnya karena ekonomi yang kurang, namun cenderung menginginkan gaya hidup yang mewah. Mawar (nama samaran), merupakan pelajar Sekolah Menengah Atas yang kini duduk di bangku kelas dua. Jalan kehidupan yang dia jalani kini berliku dan berkelok. Sekitar satu tahun yang lalu, orang tuanya memutuskan untuk bercerai karena suatu permasalahan. Mawar serta adiknya memilih tinggal bersama Ibunya, sebab tidak berselang lama setelah perceraian itu terjadi, Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi. Untuk membantu keuangan Ibunya serta memenuhi keinginannya, Mawar memutuskan bekerja sebagai pelayan kafe. Di usianya yang terbilang masih muda, Mawar harus memikirkan untuk mendapatkan banyak uang tanpa harus memberatkan Ibunya. Awal mulanya, Mawar bekerja seperti biasa saja. Namun, karena di kafe itu tamu yang datang kebanyakan memesan minum-minuman keras, Mawar pun sering menemani tamunya minum. Sampai pada akhirnya, Mawar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
diminta untuk melayani nafsu seorang tamu yang tengah mabuk. Pertama Mawar menolaknya, tetapi dengan iming-iming uang Mawar pun tak kuasa menolaknya. Kini kehidupannya berubah, Mawar sering membolos sekolah dan sering mendapat teguran dari guru. Sekarang Mawar terbiasa dengan profesinya tersebut, terbiasa melayani nafsu lelaki hidung belang serta terbiasa minum-minuman yang memabukkan itu. Dengan tarif 250 ribu sampai 300 ribu per tamu, Mawar mampu membantu kebutuhan Ibu, adik, serta dirinya sendiri. Dia selalu berusaha menutupnutupi profesinya tersebut, baik Ibu maupun orang lain hanya mengetahui kalau dirinya bekerja sebagai pelayan kafe. Meski harus sembunyi-sembunyi, namun belum pernah terlintas dalam pikirannya untuk meninggalkan profesinya itu. Sebab menurutnya, profesi tersebut merupakan cara yang paling cepat untuk mendapatkan uang. Dari profesinya itu juga, dirinya mampu memenuhi semua kebutuhan serta keinginannya. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan yang mencolok antara Lely dan Mawar. Lely seorang pelacur yang bersifat terbuka, namun dia berada pada deretan pelacur yang tarifnya relatif mahal. Dalam satu kali pakai, hasilnya cukup digunakan makan jangka waktu satu bulan. Meski begitu, Lely mampu tergerak hatinya untuk meningglkan profesinya. Perkenalannya dengan Rasmoyo telah membawa kehidupannya menuju ke arah yang lebih baik. Lely sanggup menerima pendapatnnya dari menjahit dan membuka warung kelontong. Padahal pendapatannya tidak seberapa bila dibandingkan saat masih di Wisma. Lain halnya dengan Mawar, dia lebih memilih untuk menekuni profesinya hampir satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
tahun ini. Dan belum ada pikiran Mawar untuk merubah jalan hidupnya ke arah yang lebih baik lagi.
D. Latar Belakang Cerbung Mecaki Lurung kang Ilang Perkembangan kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan. Manusia dalam kehidupannya sering menemui kendalakendala yang membuat manusia merasa kecewa dan tidak menemukan jalan keluar sehingga manusia memilih langkah yang kurang tepat dalam jalan hidupnya. Salah satu jalan pintas dalam perjalanan hidup seorang perempuan akibat dari cobaancobaan hidup yang berat dirasakan perempuan tersebut, sehingga harus terjatuh pada dunia pelacuran.
Hal yang paling mendasar terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yakni, begitu merebahnya wabah perselingkuhan dari dahulu sampai sekarang dalam masyarakat saat ini. Ismoe Rianto sebagai seorang pengarang tidak ingin tinggal diam dalam hal ini. Perselingkuhan yang sangat merajalela sampai saat ini, terutama dalam kehidupan berumah tangga dipadukan menjadi suatu cerita bersambung. Ismoe Rianto sebagai pengarang ingin menyampaikan beberapa amanat serta pesan untuk para pembaca, khususnya Majalah berbahasa Jawa tentang dampak buruknya suatu perselingkuhan dalam rumah tangga. Perselingkuhan merupakan suatu tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
diam-diam membagi cinta atau seks yang dilakukan dengan pasangan barunya dengan korban pasangan lamanya / pasangan yang sah.
Ismoe Rianto menguraikan lebih dalam tentang penikahan serta penyebabpenyebab perselingkuhan dapat terjadi dalam rumah tangga. Pernikahan bertujuan untuk membentuk dan membangun rumah tangga yang bahagia pasti didambakan oleh setiap pasangan suami isteri. Tidak ada orang yang ketika melakukan perkawinan mengharapkan terjadi sesuatu yang buruk dalam perkawinannya. Berbicara mengenai tujuan pernikahan memang merupakan hal yang tidak mudah, tetapi ini tidak berarti bahwa tidak dapat dilaksanakan. Tujuan yang sama harus benar-benar diresapi oleh masing-masing pasangan dan harus disadari bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai secara bersama-sama, bukan hanya oleh isteri atau suami saja.
Tujuan pernikahan itu di samping membentuk keluarga yang bahagia, juga untuk membentuk keluarga yang kekal. Ini berarti bahwa dalam perkawinan perlu disadari bahwa perkawinan berlaku untuk seumur hidup, untuk selama-lamanya. Karena itu diharapkan agar pemutusan ikatan suami-isteri itu tidak terjadi kecuali karena kematian, sedangkan pemutusan lain diberikan kemungkinan yang sangat ketat. Pemutusan ikatan antara suami-isteri dalam bentuk perceraian hanyalah merupakan jalan yang terakhir, setelah usaha-usaha lain memang benar-benar telah tidak dapat memberikan pemecahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Salah satu goncangan yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam kehidupan rumah tangga suami isteri adalah adanya perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak atau kedua belah pasangan. Perselingkuhan ini terjadi jika suami atau isteri yang telah terikat di dalam perkawinan menjalin hubungan dengan lakilaki/wanita lain. Perselingkuhan ini sering berakhir pada perceraian antara suami isteri. Dengan terjadinya perceraian tersebut maka hancurlah mahligai rumah tangga yang telah terbina. Rumah tangga rnerupakan unit terkecil dalam kehidupan sosial, bahwa masalah-masalah sosial timbul akibat dan individu atau suatu kelompok sosial vang tidak mampu mencernakan dan mengintegrasikan pertemuan dari banyak kebudayaan pada jaman modern ini, karena semakin padatnya jaringan komunikasi daerah, nasionai, internasionai, sehingga rnuncullah kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat vang mentati norma dan aturannya sendiri dan bertingkah laku semaunya sendiri, oleh karena itu muncullah berbagai masalah sosial seperti halnya masalah perselingkuhan yang banyak terjadi dalam kehidupan rumah tangga pada saat ini. Oleh karena itu, perselingkuhan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kehidupan sosial. Perselingkuhan pada dasarnya adalah hilangnya nilai norma-norma kehidupan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga, akibat pengaruh dari masuknya budayabudaya luar di negara kita diantaranya budaya seks bebas. Kebebasan dan tingkah laku kita memang diatur oleh norma-norma yang berlaku. Banyak sekali aturan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
norma yang membatasi hak dan kebebasan manusia, seperti norma agama, norma masyarakat, tata cara adat, aturan negara dan sebagainya. Menurut Ismoe Rianto, cerita tentang perselingkuhan merupakan masalah yang cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia yang menganut budaya dengan mengedepankan norma kesopanan dan kesusilaan, ternyata mempunyai berbagai bentuk permasalahan sosial, salah satunya merupakan kasus perselingkuhan. Perselingkuhan dapat dikatakan sebagai perluasan dan kebebasan seks yang tidak sesuai dengan budaya yang dianut bangsa Indonesia. Kasus selingkuh ini berpengaruh kurang baik bagi masyarakat dan juga menjadi fenomena bahwa aturanaturan agama tidak lagi menjadi pegangan. Perselingkuhan seorang manusia pada pasangannya tidak pernah dibenarkan oleh agama manapun. Kenyataannya, perselingkuhan tersebut semakin gencar dilarang semakin banyak pula yang melanggar. Perselingkuhan mungkin setua dunia. Semasa manusia masih sedikit jumlahnya hingga kini terdapat dimana-mana, perselingkuhan selalu ada. Banyak yang mengatakan bahwa perselingkuhan selalu berakibat hidup menjadi merana (menderita). Banyak orang yang tidak menjauhi perselingkuhan, bahkan tidak sedikit yang betah menikmatinya, kendati harus bermain kucing-kucingan / sembunyi-sembumyi dengan dunia sekelilingnya. Perselingkuhan secara sosiologis, dapat membawa pengaruh buruk bagi para korbannya. Korban perselingkuhan yang membawa beban sakit hati serta perasaan dendam yang sangat kuat dapat mengubah kehidupan selanjutnya. Bahkan sering commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
korban perselingkuhan terjerumus dalam kehidupan yang kelam, seperti terjerumus pada narkoba, pelacuran, dan lain sebagainya. Perselingkuhan memang indah untuk dijadikan sebuah bentuk karya sastra. Karya sastra ini, pengarang sebagai anggota masyarakat tidak lepas dari lingkungan sekitar maka dengan kekuatan imajinasinya seorang pengarang dapat melahirkan sebuah karya sastra dari persoalan dalam masyarakat yang melingkupinya. Sebagai hasil dan pergaulan dan hubungan dengan orang (masyarakat) seringkali timbul kenyataan yang berbeda dengan apa yang diharapkan, kenyataan itulah yang merupakan permasalahan. Perselingkuhan di masyarakat dan masalah vang muncul dari dalam diri pengarang sering dijadikan sumber inspirasi yang ditunjang oleh kepekaan imajinasi pengarang sehingga dapat menampilkan hal yang ada maupun tidak ada dalam bentuk karya sastra. Beberapa uraian di atas menjadi dasar Ismoe Rianto dalam penulisan cerita bersambung Mecaki Lurung kang Ilang. Pengarang mengisahkan dalam cerita seorang perempuan yang dikhianati suaminya, membuat kehidupannya harus terjerumus menjadi seorang pelacur. Selain itu juga dikisahkan, seorang suami yang dikhianati istrinya juga membawa dampak buruk, suami yang merasa dikhianati lebih memilih pergi ke tempat pelacuran karena ingin mendapatkan rasa tenang dan kasih sayang yang tidak didapatkan dari istrinya. Pengarang juga mengangkat kehidupan seorang mantan pelacur dalam pembuatan cerita bersambung ini, hal ini dimaksudkan agar mantan pelacur yang ingin mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik dapat diterima masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
serta tidak dicerca maupun dicemooh masyarakat sekitar. Seorang mantan pelacur, bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk hidup bermasyarakat. Selama ini, pekerjaan sebagai pelacur banyak mendapat sikap reaktif dari masyarakat luas atau reaksi sosialnya. Masyarakat memberikan cap yang buruk dan menghina pelacur karena dianggap tidak memiliki moral dan telah melanggar adat-istiadat, hukum, dan agama. Akibat cap negatif pada pelacur timbul reaksi sosial pada masyarakat yang bersifat menolak, masa bodoh, dan acuh tak acuh. Sikap menolak dapat bercampur dengan rasa benci, ngeri, jijik, takut, dan marah. Sikap masyarakat ini menimbulkan terjadinya konflik-konflik dan kecemasan-kecemasan yang banyak diderita oleh para pelacur. Pelacur merasa harga dirinya dihinakan oleh banyak orang. Mantan pelacur yang ingin kembali hidup di tengah-tengah masyarakat menginginkan harga dirinya kembali seperti sebelum menjadi pelacur. Mantan pelacur yang ingin kembali dalam masyarakat dan ingin hidup normal berada dalam suatu dilema. Di satu sisi ia ingin kembali dapat hidup bersama dengan masyarakat umum, di sisi lain ia merasa kesulitan untuk merubah sikap serta pandangan masyarakat yang telah terlanjur memberikan predikat buruk pada pelacur. Pandangan masyarakat bahwa pelacur telah melakukan penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau merupakan ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan, yang berbeda dari tingkah laku umum. Kondisi yang demikian ini mengakibatkan kehidupan psikis mantan pelacur kurang stabil, banyak memendam konflik internal (konflik batin) dan konflik dengan lingkungannya. Akibatnya, mantan pelacur dalam kelanjutan hidupnya menemui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
kesulitan untuk menerima diri dalam keadaan yang sebenarnya. Masalah kepribadian inilah yang perlu mendapatka perhatian yaitu kondisi penerimaan diri pada individu yang telah menjadi pelacur. Penerimaan diri memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Individu yang dapat menerima dirinya sendiri berarti individu mampu menerima keberadaan dirinya secara apa adanya, menerima semua kekurangan dan kelebihan diri. Peneriman diri dalam kehidupan merupaka proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Seseorang yang mampu menerima keberadaan dirinya sendiri memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan mampu menyesuaikan dengan masyarakat. Penerimaan diri bagi seseorang yang pernah mengalami kehidupan hitam seperti Lely, sering membuat orang yang bersangkutan sulit menerima dirinya. Sama halnya seseorang yang pernah menjadi pelacur merasa kesulitan menerima keberadaan dirinya yang telah menjalani kehidupan hitam. Masih banyak perempuanperempuan yang pernah menjadi pelacur sulit menerima keberadaan dirinya dan memilih hidup mengucilkan diri dari lingkungan masyarakat. Biasanya, mantan pelacur yang sulit menerima keberadaan dirinya adalah pelacur-pelacur yang dipaksa orang lain untuk menjadi pelacur, atau dijerumuskan oleh seseorang menjadi pelacur. Mantan pelacur yang terpaksa menjadi pelacur ini akan merasa dirinya telah menjadi manusia kotor, merasa menjadi manusia yang kurang memiliki moral , menyalahkan diri sendiri, dan cenderung tidak akan menyenangi dirinya sendiri. Keadaan mantan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
pelacur yang tidak dapat menerima masa lalunya bahwa ia pernah sebagai pelacur akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat.
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang analisis struktural dan analisis sosiologi sastra mengenai persepsi kehidupan pelacur dari cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto sebagai berikut : 1. Ditinjau dari segi struktural, cerbung karya Ismoe Rianto menunjukkan kesatuan yang utuh dan sangat erat kaitannya satu sama lain. Unsur-unsur yang terdiri dari tema, alur, penokohan, latar dan amanat tersebut bersama-sama membentuk makna totalitas. Tema cerita yang tergambar dalam judulnya, yang kemudian didukung oleh unsur lainnya, yaitu penokohan, alur dan latar. Menampilkan masalah kehidupan dalam masyarakat pada umumnya dengan problematika yang masing-masing memiliki kekhasan tersendiri, terutama tentang perubahan karakter yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Alur ceritanya adalah alur campuran, hal tersebut terbukti dari adanya flash back atau kilas balik dalam cerita. Pengarang mampu melukiskan perwatakan dari tokoh-tokohnya yang terungkap lewat penampilan fisik dan psikisnya. Latar atau setting yang digunakan meliputi latar tempat, latar waktu dengan keterangan waktu baik abstrak maupun konkrit, serta latar sosial yang ada, yaitu kehidupan sosial commit to user melalui cerbung Mecaki Lurung masyarakat jawa. Amanat yang disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
kang Ilang ini terdapat pada masalah yang berkaitan dengan pribadi masingmasing tokoh dan hubungan antar tokoh. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto saling terkait yang mempunyai perwatakan dan alur yang saling mendukung serta dapat menimbulkan surprise ’keterkejutan’ bagi pembaca. 2. Ditinjau dari persepsi pengarang cerbung Mecaki Lurung kang Ilang, yang berpijak dari analisis sosiologi sastra pengarang ingin menyampaikan kepada masyarakat luas, bahwasanya kehidupan pelacur sama seperti dengan kehidupan masyarakat pada umunya. Makna serta nilai kehidupan secara keseluruhan yaitu pentingnya menjaga sebuah keadaan yang ideal dalam diri manusia. Terdapatnya kehidupan bermasyarakat, individu dapat memenuhi kebutuhannya tanpa meninggalkan/melanggar nilai-nilai dan norma yang ada di lingkungannya. Lingkungan dan latar sosial budaya Jawa juga memiliki peranan dalam pembentukan kepribadian individu. Peranan atau pengaruh lingkungan itu ditunjukkan oleh fakta bahwa disamping memenuhi kebutuhan individu, lingkungan juga dapat membahayakan/memfrustasikannya. Dalam hal tersebut maka penting untuk dapat mereduksikan keadaan yang membuat frustasi / kecemasan dengan mekanisme yang membangun, yaitu antara lain dengan mekanisme pertahanan yang ditujukan untuk meredakan ketegangan dengan cara merubah dorongan diri ke dalam tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat. 3. Ditinjau dari latar belakang terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang. Hal yang paling mendasar terciptanya cerbung Mecaki Lurung kang Ilang yakni, commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
begitu merebahnya wabah perselingkuhan dari dahulu sampai sekarang dalam masyarakat saat ini. Ismoe Rianto sebagai seorang pengarang tidak ingin tinggal diam dalam hal ini. Perselingkuhan yang sangat merajalela sampai saat ini, terutama dalam kehidupan berumah tangga dipadukan menjadi suatu cerita bersambung. Ismoe Rianto sebagai pengarang ingin menyampaikan beberapa amanat serta pesan untuk para pembaca, khususnya Majalah berbahasa Jawa tentang dampak buruknya suatu perselingkuhan dalam rumah tangga. Perselingkuhan merupakan suatu tindakan diam-diam membagi cinta atau seks yang dilakukan dengan pasangan barunya dengan korban pasangan lamanya/ pasangan yang sah. Salah satu goncangan yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam kehidupan rumah tangga suami isteri adalah adanya perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak atau kedua belah pasangan. Perselingkuhan ini terjadi jika suami atau isteri yang telah terikat di dalam perkawinan menjalin hubungan dengan laki-laki/wanita lain. Perselingkuhan ini sering berakhir pada perceraian antara suami isteri. Dengan terjadinya perceraian tersebut maka hancurlah mahligai rumah tangga yang telah terbina.
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas, maka selanjutnya disampaikan beberapa saran mengenai cerbung Mecaki Lurung kang Ilang karya Ismoe Rianto, sebagai berikut : 1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan kepada penikmat atau pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan dan harus dihadapi dengan lebih arif dan bijaksana untuk kedepannya. 2. Pendekatan yang dipakai dalam analisis terhadap cerbung Mecaki Lurung kang Ilang adalah pendekatan sosiologi sastra. Peneliti berharap agar nantinya ada penelitian lain yang dapat terus dilakukan yang mampu meneliti cerbung Mecaki Lurung kang Ilang dengan pendekatan yang berbeda dan sudut pandang yang lebih menarik mengenai aspekaspek penting lainnya.
commit to user