CERITA RAKYAT MAKAM KYAI RADEN SANTRI (PANGERAN SINGASARI) DESA GUNUNGPRING KECAMATAN MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jawa
oleh Desiana Nugraeni NIM 07205244008
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014
MOTTO
“Tidak penting bagaimana anda menjalani kehidupan hingga saat ini. Hal yang terpenting adalah sekarang. Bagaimana anda berani bermimpi untuk masa depan yang jauh lebih cerah. Perubahan dapat terjadi kapan saja. Termasuk sekarang saat anda memutuskannya untuk lebih bahagia dan sukses dunia-akhirat.”
“Memvisualisasikan dengan jelas mengenai hal yang kita inginkan dapat mendekatkan apa yang kita inginkan dengan izin Allah.”
“Keikhlasan, kesabaran, ketulusan, niat, usaha totalitas dan tawakal adalah kunci kebahagiaan, kesuksesan dan kesehatan sejati.”
v
PERSEMBAHAN
Kado Teridah Bersampul Ungu yang Bernama SKRIPSI ini Kupersembahkan untuk Bapakku Tercinta Sugeng, S.Pd. dan Almarhumah Ibuku Tercinta Heny Sulistyowati, S.Pd. yang Senantiasa Mencurahkan Kasih Sayangnya dalam Doa, Usaha, Kesabaran dan Tawakal dalam Memberi Dukungan Penyelesaian Skripsi ini. Adikku tercinta Rundhi Ageng Muhammad Khanifudin yang Selalu Memberi Motivasi dan Inspirasi Tanpa Memandang Ruang dan Waktu Hingga Saat Ini Skripsi Ini Dapat dibaca Ali Akbar Navis, S.Pd yang Telah Setia Mendampingi dan Berbagai Kisah Indah Berdua dalam Menyusuri Perjalanan Impian Penyelesaian Kado Terindah Bernama Skripsi Ini. Semua Keluarga Besar SMP Islam Al Firdaus dan Yayasan Ruhul Islam Magelang, Jawa Tengah yang Telah Memberikan Motivasi, Semangat dan Dukungan Sehingga Skripsi ini dapat Diselesaikan.
vi
CERITA RAKYAT MAKAM KYAI RADEN SANTRI (PANGERAN SINGASARI) DESA GUNUNGPRING KECAMATAN MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG
Oleh Desiana Nugraeni 07205244008 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur, tanggapan dan penghayatan masyarakat serta fungsi mitos yang terdapat dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) desa Gunungpring kecamatan Muntilan kabupaten Magelang bagi masyarakat pendukungnya. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung dan wawancara sewaktuwaktu maupun pada saat berlangsungnya upacara ritual ziarah makam. Hasilnya berupa catatan, rekaman, serta foto dokumentasi, selanjutnya digunakan sebagai sumber data. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara mendalam, observasi lapangan dan content analisis. Teknik cuplikan sample yang digunakan bersifat purposive sampling, yaitu dari Kepala Desa Gunungpring yang mengetahui dan menunjuk orang-orang yang dianggap mengetahui tentang cerita di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), yaitu juru kunci petilasan, sesepuh desa, dan beberapa orang dari Yayasan Makam Kyai Raden Santri. Selanjutnya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan dalam mengumpulkan data. Teknik validasi data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis interaktif, yaitu penelitian yang bergerak di antara tiga komponen yang meliputi seleksi data, menyajikan data, dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan tema utamanya adalah kepercayaan terhadap seorang figure yang dianggap mempunyai kesaktian, mendatangkan berkah bagi kehidupan dan mengandung tema sampingan tentang ungkapan rasa syukur. Fungsi mitos tersebut bagi masyarakat pendukungnya adalah sebagai system proteksi alat pencermin angan-angan kolektif, sarana untuk mengukuhkan tempat keramat, alat pendidikan, pengawas norma masyarakat yang harus dipatuhi oleh kolektifnya, dan sarana hiburan. Tanggapan dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipengaruhi oleh latar belakang usia, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, penduduk setempat dan penduduk pendatang.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, Inayah dan banyak hal yang bermanfaat sehingga skripsi ini dapat selesai. Maha besar Allah yang telah memberikan banyak pertolongan melalui insan-insan yang engkau beri kepercayaan untuk membantu saya menyelesaikan skripsi. Oleh karena itu saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dengan tulus ikhlas sehingga skripsi ini selesai. 1.
Bapak Dr. Suwardi, M. Hum. ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, FBS, Universitas Negeri Yogyakarta.
2.
Bapak Drs. Afendy Widayat, M. Phil. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak cahaya kebermaknaan, motivasi, petunjuk dalam menyusun skripsi sehingga dapat dibaca saat ini.
3.
Semua pihak yang mendukung dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi bersampul ungu ini. Penulis menyadari jika skripsi yang penulis susun masih memerlukan feed
back untuk mengkritisi dan memberikan masukan guna menjadikannya lebih layak untuk menjadi konsumsi yang menyuguhkan pengetahuan bermanfaat. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Yogyakarta, 18 Juli 2014 Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
PERSETUJUAN ..........................................................................................
ii
PENGESAHAN ...........................................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................
iv
MOTTO .......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .......................................................................................
vi
ABSTRAK...................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Batasan Masalah .................................................................................
6
C. Rumusan Masalah ..............................................................................
6
D. Tujuan Penelitian ...............................................................................
7
E. Manfaat Penelitian .............................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................
9
A. Cerita Rakyat .....................................................................................
9
B. Pendekatan Struktural ........................................................................
11
C. Pendekatan Sosiologi Sastra ..............................................................
12
D. Pengertian Mitos ................................................................................
14
E. Penggolongan Mitos Berdasarkan Tipenya .......................................
15
F. Fungsi Mitos ......................................................................................
17
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
20
A. Lokasi dan Bentuk Penelitian ............................................................
20
1. Keadaan Geografis .......................................................................
20
ix
2. Kondisi Sosial Budaya .................................................................
21
B. Sumber Data dan Data .......................................................................
23
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
24
1. Wawancara Mendalam (in-deth interviuwing).............................
24
2. Observasi Lapangan .....................................................................
25
3. Content Analisis ...........................................................................
25
D. Teknik Cuplikan Sample ....................................................................
25
E. Validasi Data ......................................................................................
26
F. Teknik Analisis Data ..........................................................................
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................
29
A. Deskripsi Data ....................................................................................
29
1. Deskripsi Lokasi ...........................................................................
29
2. Deskripsi Cerita ............................................................................
34
3. Tradisi Ziarah Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
38
B. Analisis ...............................................................................................
40
1. Struktur Cerita ..............................................................................
40
2. Tanggapan dan Penghayatan Masyarakat ....................................
58
3. Fungsi Mitos Makam Kyai Raden Santri ( Pangeran Singasari)
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
72
A. Kesimpulan ........................................................................................
72
B. Saran ...................................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
75
LAMPIRAN ................................................................................................
76
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Foto Gus Jogo Rekso yang merupakan Wareng dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) .......................
Lampiran 2.
Foto Kijing makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) .......................................................................
Lampiran 3.
78
Foto pintu masuk utama bagian depan komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) ..........
Lampiran 5.
77
Foto silsilah Pangeran Singasari (Kyai Raden Santri) Pasarean Gunungpring Muntilan ...................................
Lampiran 4.
76
79
Foto ruangan makam sanak kerabat (keluarga) Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dikelilingi oleh pagar besi ...............................................................
Lampiran 6.
Foto ruangan bangsal yang biasa digunakan sebagai tempat istirahat para peziarah ........................................
Lampiran 7.
80
81
Foto para peziarah yang mendatangi komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk memohon berkah ...........................................................
Lampiran 8.
Foto peziarah yang mendatangi makam Mbah Dalhar untuk memohon berkah .................................................
Lampiran 9.
82
83
Foto halaman depan komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) ...........................................
xi
84
Lampiran 10.
Foto gedung koprasi yang berada di dalam komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) ..........
Lampiran 11.
85
Foto pemakaman umum Dusun Gunungpring yang juga berada di dalam komplek Kyai Raden Santri
Lampiran 12.
(Pangeran Singasari) ......................................................
86
Foto suasana lingkungan di sekitar lokasi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dipenuhi oleh tanaman pring (bambu) .................................................
xii
87
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini terbukti dengan beriburibu jumlah pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap pulau terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, dan golongan. Keanekaragaman yang ada akan memperkaya budaya bangsa. Keanekaragaman budaya jangan sampai dijadikan pemicu pertentangan, namun hendaknya dapat dijadikan sebagai alat untuk memperkokoh keutuhan dan kesatuan bangsa. Salah satu keanekaragaman budaya Indonesia berupa Karya sastra. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra merupakan pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan, dialami, direnungkan, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung dan kuat. Kelahirannya ditengah-tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra juga dapat disebut sebagai produk masyarakat, dalam penciptaan suatu karya sastra, pengarang tidak lepas dari pengaruh masyarakat, meskipun karya sastra merupakan ide kreatif ataupun imajinasi pengarang. Akan tetapi seringkali dalam penciptaan tersebut pengarang mendapat pengaruh dari masyarakat disekelilingnya, namun kadang pengaruh tersebut hanya sebagai pemancing inspirasi pengarang.
1
2
Hal ini dikarenakan pengarang juga merupakan anggota masyarakat, dalam menciptakan suatu cerita dalam karya sastra, pengarang tidak terlepas dari masyarakat tempatnya hidup. Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki pengarang juga ikut mempengaruhi proses penciptaan tersebut. Oleh sebab itu karya sastra sering disebut sebagai cermin masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang karya sastra lisan berwujud cerita rakyat (mitos). Alasan peneliti memilih meneliti cerita rakyat (mitos), karena cerita rakyat adalah cerita yang sudah diceritakan kembali diantara orang-orang yang berada dalam beberapa generasi. Isi cerita rakyat biasanya bersifat datar menurut si penuturnya. Cerita rakyat bersifat anonim, maksudnya dalam cerita rakyat tidak dapat diketahui pengarangnya secara pasti. Salah satu efek dari sifat anonim tersebut memungkinkan cerita rakyat akan dapat mengalami perubahan seiring dengan perubahan seiring dengan perkembangan waktu. Selain itu, peneliti juga ingin menggali terhadap warisan budaya nenek moyang, yang memang perlu dilakukan guna menghindari kepunahan. Penggalian tersebut nantinya bisa ditemukan hasil-hasil yang bisa memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, misalnya mengenai nilai-nilai sejarah dan nilai-nilai sosial yang ada dalam cerita rakyat. Kenyataan membuktikan bahwa masyarakat masih akrab dengan alam sekitarnya melalui kepercayaan, yaitu warisan nenek moyang. Semua berkaitan erat dengan kepercayaan yang sulit dilepasnya dan dilupakan begitu saja. Kekuatan alam dirasakan sebagai kekuatan yang menguasai dan menentukan
3
keberadaan manusia. Hal ini terbukti, meskipun orang-orang telah rasional dan hidup di alam modern banyak orang yang tidak dapat menghindarkan diri dari kekuatan alam yang mereka rasakan dan tertarik pada gerakan kebatinan maupun mendatangi tempat-tempat yang dianggap bisa memberi tuah untuk memecahkan masalah hidup. Cerita yang dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi berikutnya banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah mitos makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) di Desa Gunungpring Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. Cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) belum didokumentasikan dalam bentuk tulisan, sehingga kalau dibiarkan berlarut-larut ada kemungkinan memudar, bahkan bisa hilang sama sekali, lenyap oleh kemajuan jaman. Cerita rakyat ini oleh masyarakat sekitar Desa Gunungpring serta masyarakat pengamalnya diproyeksikan dalam bentuk suatu kepercayaan masyarakat terhadap “roh leluhur” hingga menjadi suatu tradisi ziarah makam leluhurnya. Mitos kepercayaan setempat, keyakinan terhadap makam leluhur dilakukan setelah adanya makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari). Kyai Raden santri (Pangeran Singasari) seorang tokoh bangsawan sekaligus sebagai figur ulama” yang memberikan peranan penting dalam perkembangan ajaran agama Islam. Kyai Raden Santri adalah putra dari Kyai Ageng Pemanahan, yang mempunyai garis keturunan dari raja-raja Majapahit. Konon menurut cerita, pada masa hidupnya, Kyai raden Santri (Pangeran Singasari) mengembara ke daerah lain meninggalkan lingkungan keluarganya untuk menyebarluaskan ajaran agama
4
Islam menuju tempat terpencil di daerah pegunungan. Sikap Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) tersebut disambut baik oleh masyarakat setempat karena sifatnya yang ramah tamah dan bersifat membangun untuk kemajuan hidup masyarakat setempat. Di tempat tersebut Kyai Raden Santri (pangeran Singasari) menyebarkan dan mengajarkan agama islam dan mengadakan meditasi, hingga meninggal dunia. Desa tersebut di beri nama Gunung Pring, karena daerah tersebut merupakan pegunungan yang ditumbuhi dengan banyak pohon pring (bambu). Sampai saat ini berkembang cerita di masyarakat bahwa desa Gunungpring dahulu merupakan tempat aktifitas Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dalam mengembangkan ajaran Islam. Cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) setidaknya telah mampu menyentuh sistem nilai budaya masyarakat Gunungpring. Sistem nilai budaya tersebut terdiri dari berbagai hal yang hidup dalam sebagian pikiran masyarakat di sekitar Gunungpring mengenai ha-hal yang mereka anggap hidup. Adapun alasan yang melatarbelakangi pengambilan cerita rakyat makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) di Desa Gunungpring Kecamatan Muntilan kabupaten Magelang sebagai penelitian ilmiah adalah salah satu cerita rakyat warisan budaya bangsa, yang menyimpan berbagai mitos yang berupa sejarah salah satunya adalah Kyai Raden Santri merupakan lambang kesucian dan mendapat julukan Waliyullah yang dapat memberikan sarana pertolongan dan berkah bagi pengunjung. Hal tersebut merupakan budaya bangsa yang perlu digali dan dipertimbangkan. Sedangkan dalam bidang sastra, untuk mengungkapkan
5
sastra daerah, karena sastra daerah merupakan sumber yang tidak pernah kering bagi kesempurnaan, keutuhan kebudayaan nasional. Bagi peneliti cerita rakyat ini perlu diteliti karena peneliti mempunyai rasa penasaran dan ingin mengkaji lebih dalam tentang makam kyai Raden Santri yang selalu ramai dikunjungi orang-orang dari berbagai pelosok tanah air. Dan tentunya salah satu alasan peneliti meneliti cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang karena cerita rakyat tersebut belum diteliti oleh peneliti lain. Penelitian ini menggunakan suatu pendekatan sosiologi sastra, dikarenakan peneliti mempertimbangkan karya sastra berbentuk cerita rakyat (mitos) makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dari segi-segi kemasyarakatan dan dari segi unsur intrinsik seperti tema, alur, penokohan, setting dan amanat. Peneliti juga ingin memperlihatkan kekuatan cerita rakyat (mitos) tersebut sangat diperlukan oleh masyarakat dan diharapkan mendidik masyarakat. Sehingga masyarakat tidak mengabaikan dan lebih mengenal tentang karya sastra berbentuk cerita rakyat (mitos) Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang berada di Desa Gunungpring, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Dengan penjelasan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti tertarik untuk mengkaji Cerita Rakyat (mitos) Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Desa Gunungpring Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang karena makam tersebut mengandung unsur-unsur intrinsik yang perlu dibahas lebih dalam serta makam tersebut selalu dikunjungi oleh
6
oranng-orang dari berbagai pelosok tanah air yang konon di dalamnya mempunyai berbagai mitos sejarah. Peneliti juga mempunyai suatu harapan kepada seluruh masyarakat agar selalu menjaga, merawat dan melestarikan karya sastra berupa cerita rakyat ini. Dengan demikan, adanya penulisan dan penelitian ini, maka peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana struktur cerita rakyat, bagaimana tanggapan dan pengahayatan masyarakat? Serta bagaimana fungsi mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) di Desa Gunungpring, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang? Semua pertanyaan tersebut akan dikaji lebih dalam pada BAB IV. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti bisa membatasi masalah diantaranya adalah: 1.
Struktur cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
2.
Tanggapan dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri.
3.
Fungsi mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri bagi masyarakat pendukungnya.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
7
1.
Bagaimana struktur yang terdapat dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri?
2.
Bagaimana tanggapan dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri?
3.
Bagaimana fungsi mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri bagi masyarakat pendukungnya?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuan dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Mendeskripsikan struktur yang terdapat dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri.
2.
Mendiskripsikan
tanggapan
dan
penghayatan
masyarakat
terhadap
keberadaan mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri. 3.
Mendiskripsikan fungsi mitos yang terdapat dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri bagi masyarakat pendukungnya.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi. Manfaat penelitian yaitu dari segi teoritis dan segi praktis. 1.
Secara teoritis
8
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu-ilmu sastra pada umumnya dan sastra lisan pada khususnya. Selain ini juga untuk menginventarisasikan dan mendokumentasikan kebudayaan daerah. 2.
Secara praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain di
dalam usaha untuk memperkaya wawasan sastra atau hal-hal lain yang terungkap melalui karya sastra, sebab apa yang terkandung di dalam karya sastra, khususnya karya sastra lisan tentu saja ada relevansi timbal balik dengan kehidupan manusia yang
sebenarnya,
penelitian
ini
juga
diharapkan
dapat
memperkaya
perbendaharaan dan bahan pustaka tentang masalah sosial budaya di Kabupaten Magelang.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah salah satu bentuk karya sastra lisan yang lahir dan berkembang dari masyarakat tradisional suatu masyarakat. Dengan kata lain cerita rakyat adalah cerita yang berkembang dan menyebar secara lisan pada beberapa generasi dalam suatu masyarakat (Yus Rusyana, 1981:4). Cerita rakyat yang berkembang dimasyarakat adalah cerita-cerita yang awalnya di ceritakan oleh orang-orang dari mulut ke mulut dan menjadi berkembang seiring berjalannya waktu. Ada banyak cerita rakyat yang berkembang dimasyarakat luwas. Cerita rakyat yang berkembang dimungkinkan mengalami perkembangan sehingga wajar jika ditemukan banyak versi dari cerita rakyat yang sama. Jadi keberadaan cerita rakyat tersebut bisa berbeda pada beberapa generasi dalam suatu masyarakat. Cerita rakyat mempunyai beberapa ciri pengenal yang membedakan dari kesusastraan secara tertulis yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Penyebarannya dan pewarisannya dilakukan secara lisan yaitu dari mulut ke mulut dari suatu generasi ke generasi berikutnya,
2.
Cerita rakyat mempunyai versi yang berbeda-beda dari penyebarannya yang dari mulut ke mulut.
3.
Cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif yaitu sebagai sarana pendidikan dan hiburan
4.
Cerita rakyat bersifat anonim karena pengarangnya tidak diketahui lagi, ia telah menjadi milik masyarakat pendukungnya.
9
10
5.
Cerita rakyat mempunyai sifat-sifat pra logis dalam mempercayai mempunyai logika sendiri, yang tentu saja lain dengan logika sekarang.
6.
Cerita rakyat menjadi milik dari kolektif tertentu. Dasar anggapan ini adalah sebagai akibat dari sifatnya yang anonim.
7.
Cerita rakyat bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.
8.
Cerita rakyat menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
9.
Cerita rakyat pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatan kasar, terlalu spontan. Fungsi cerita rakyat berubah sesuai kehendak masyarakat penerimanya,
sehingga penghayatannya tergantung sikap individu. Menurut James Danandjaja cerita rakyat keberadaannya mempunyai fungsi sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi angan-angan (James Dananjaja, 1984: 4). Keberadaan cerita rakyat memiliki peranan yang sangat penting sehingga harus tetap dijaga kelestariannya. Adapun WR Bascom berpendapat sebagai fungsi cerita rakyat menjadi empat macam yaitu: (1) sebagai sistem proyeksi pencerminan angan-angan kelompok dari suatu masyarakat tertentu dan dalam waktu tertentu, (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga sosial masyarakat tradisional, (3) sebagai alat pendidikan anak tentang tingkah laku dan normanorma sosial yang ideal, (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar normanorma masyarakat untuk dipatuhi. Selain itu cerita rakyat bagi masyarakat juga berfungsi sebagai sarana hiburan dan bisa menambah pendapatan masyarakat
11
(WR Bascom dalam James Danandjaja, 1984: 4). Cerita rakyat yang terus dijaga kelestariannya bisa memberikan banyak manfaat bagi kita dan masyarakat sekitarnya.
B. Pendekatan Struktural Pendekatan struktural merupakan pendekatan pendahuluan dalam penelitian sastra. Dresden berpendapat bahwa dalam penelitian sastra, analisis struktural karya sastra yang akan diteliti dari manapun juga merupakan tugas prioritas sebagai pekerjaan pendahuluan, sebab sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan intrinsik yang dapat digali dari karya sastra itu sendiri (Dresden dalam A. Teeuw, 1983: 6). Banyak sastra yang perlu digali dan diambil makna intrinsiknya supaya dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat luas. Pendapat di atas menjadi dasar bahwa karya sastra merupakan suatu bulatan dan hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Dengan kata lain pendekatan struktural berpijak pada karya sastra itu sendiri. Teori struktural ini menggunakan prinsip bahwa kritik sastra harus berangkat pada karya sastra itu sendiri, lepas dari unsur-unsur pembentukan di luar karya sastra itu sendiri seperti latar belakang sosial, sejarah, biografi dan lain-lain (A. Teeuw, 1988:12). Kritik sastra yang benar-benar berangkat dari karya sastra itu sendiri dapat memberikan masukan yang lebih baik, efektif dan ilmiah. Sebagaimana karya sastra yang lain, cerita rakyat makam Kyai Raden Santri juga dibangun oleh unsur-unsur yang saling berkaitan dan menjadi satu kebulatan cerita. Analisis struktural tentang cerita rakyat yang ada di dalam makam Kyai
12
Raden Santri mengungkapkan unsur intrinsik yang meliputi: tema, amanat, alur, penokohan, dan setting.
C. Pendekatan Sosiologi Sastra Pendekatan sosiologi sastra Cerita rakyat yang terdapat di makam Kyai Raden Santri bermula dari cerita lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Dari pengertian di atas maka penelitian terhadap mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri di Desa Gunungpring kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi
sastra
adalah
pendekatan
terhadap
karya
sastra
yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Sapardi Djoko Damono, 1984:2). Pendapat ini didasarkan atas pemahaman bahwa karya sastra lahir di tengah kehidupan masyarakat, sehingga segenap aspek sosial yang ada berpengaruh terhadap penciptaan karya sastra. Penelitian
sastra
dengan
menggunakan
pendekatan
sosiologi
memperlihatkan kekuatan, yaitu sastra dipandang sebagai suatu hasil budaya yang amat diperlukan masyarakat. Karya sastra diharapkan dapat mendidik masyarakat. Sastra merupakan media komunikasi yang mampu merekam gejolak hidup masyarakat serta sastra mengabadikan diri untuk masyarakat. Kelemahan pendekatan sosiologi, yaitu cenderung untuk lebih banyak berbicara tentang halhal yang berada di luar sastra, sedangkan masalah kesastraan sendiri sering diabaikan.
13
Pendekatan sosiologi sastra menekankan kajian pada tiga komponen, yaitu pengarang, karya, dan pembaca. Sosiologi pengarang mencerminkan keadaan sosial pengarang yang mencakup aspek-aspek antara lain status sosial,pendidikan, sosial budaya, ekonomi, politik, serta aspek religius. Aspek-aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap pola pikir pengarang atas karyanya. Sosiologi karya sastra menekankan pada isi maupun tujuan karya sastra itu sendiri yang mencakup pembicaraan tentang proses kelahiran karya dan pengaruh sosial budaya yang melingkupinya. Dalam arti apa yang tertuang dalam karya sastra merupakan proyeksi dari kondisi sosial masyarakat yang melatar belakanginya. Adapun sosiologi pembaca menekankan pada sikap dan tanggapan masyarakat sebagai penikmat terhadap suatu karya sastra. Hal ini menyangkut sejauh mana suatu karya sastra berpengaruh dan berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat dalam memberikan penilaian dan tanggapan terhadap suatu karya sastra juga dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda, misalnya penghayatan kritikus sastra terhadap karya sastra akan berbeda dalam penghayatan pada masyarakat pada umumnya. Penerapan pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian mitos cerita rakyat makam Kyai raden Santri ditekankan pada dua komponen, yaitu sosiologi karya sastra dan sosiologi pembaca. Hal ini disebabkan karena cerita rakyat bersifat anonim, sehingga aspek sosiologi pengarang tidak ditampilkan dalam penelitian ini. Penerapan pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian ini sangat relevan karena cerita yang terdapat di makam Kyai Raden Santri merupakan pencerminan kepercayaan masyarakat yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
14
D. Pengertian Mitos Mitos berarti suatu cerita yang benar dan menjadi milik mereka yang paling berharga karena merupakan sesuatu yang suci, bermakna dan menjadi contoh model bagi tindakan manusia (Mircea Eliade dalam Hary Susanto, 1987: 91). Cerita yang beredar dan meluas dimasyarakat yang masyarakat tau sekarang ini adalah cerita kuno yang dahulunya pernah ada dan nyata. Cerita ini menjadi turun temurun yang suci dan menjadi milik mereka. Van Peursen memberikan arti terhadap mitos dengan berpijak pada fungsi mitos tersebut dalam kehidupan manusia. Mitos bukan sekedar cerita mengenai kehidupan dewa-dewa, namun mitos merupakan cerita yang mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku manusia, sehingga dapat bersikap bijaksana (Van Peursen, 1976:42). Banyak mitos yang ada disekitar kita yang dapat kita gali dan ambil manfaatnya dalam kehidupan. Mitos yang ada dalam masyarakat adalah mitos menenganai kehidupan yang ada pada jaman dahulu, dan bisa memberikan gambaran dan pedoman untuk kehidupan yang menjadi lebih baik. Dari uraian pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mitos merupakan suatu cerita yang dianggap memberikan arah dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dengan mitos begitu saja,meskipun kebenaran suatu mitos belum tentu memberikan jaminan dan bisa dipertanggung jawabkan. Kebenaran suatu mitos diperoleh tanpa suatu penelitian, tetapi hanya berdasarkan anggapan dan kepercayaan semata.
15
E. Penggolongan Mitos Berdasarkan Tipenya Mircea Eliane membagi mitos menjadi lima tipe, yaitu: mitos kosmogoni, mitos asal-usul, mitos mengenai dewa-dewa dan makhluk ilahi, mitos androgoni dan mitos akhir dunia (Hary Susanto, 1987:74). Lima mitos tersebut digolongkan berdasarkan ciri-ciri khusus yang membedakan antara kelimanya. Penjelasan mengenai lima mitos tersebut diuraikan dalam paragraf dibawah ini. Mitos kosmogoni adalah mitos yang mengisahkan alam semesta secara keseluruhan. Mitos ini ada dua macam. Pertama mitos kosmografi yang mengisahkan penciptaan alam semesta secara langsung dari sang pencipta sendiri, tanpa pertolongan si pelaku yang melaksanakan penciptaan tersebut. Sebagai contoh adalah kosmogoni di Polinesia yang mengisahkan bahwa dewa tertinggi menciptakan alam semesta termasuk surga dan bumi melalui perkataannya. Kedua adalah mitos yang mengisahkan penciptaan alam semesta dengan perantaian si pelaku yang melakukan penciptaan itu. Salah satu contohnya adalah mitos tentang terjadinya tanaman padi berasal dari Dewi Sri (Hary Susanto, 1987:75). Dua jenis mitos kosmogoni tersebut dibedakan berdasarkan asal usulnya yang berbeda. Mitos kosmografi berasal dari sang pencipta sendiri tanpa bantuan pihak lain, sedangkan mitos kosmologi yang kedua berasal dari perantaian si pelaku yang melakukan penciptaan tersebut. Mitos asal-usul adalah mitos yang menceritakan asal-usul manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, pulau-pulau, tempat-tempat suci, dan sebagainya (Hary Susanto, 1987:78). Semua peristiwa asal-usul yang terjadi di
16
dalam mitos tersebut dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi kegiatankegiatan manusia sekarang. Mitos tentang mahluk dewa-dewa dan makhluk ilahi adalah mitos-mitos yang mengisahkan tentang dewa-dewa yang menciptakan dunia dan kehidupan manusia, serta makhluk yang lain. Dalam mitos tersebut juga dikisahkan bahwa kedudukan dewa tertinggi sedikit demi sedikit diambil alih oleh tokoh-tokoh ilahi sebagai penggantinya. Sebagai salah satu contoh adalah mitos dewa ilahi di Sulawesi yang kedudukannya di ganti dewa Matahari (Hary Susanto, 1987:79). Demikian juga dengan berbagai mitos yang ada disekitar kita. Banyak mitos yang mengisahkan pergeseran kedudukan dewa tertinggi yang diambil alih oleh tokohtokoh ilahi. Mitos androgoni adalah mitos-mitos untuk mengungkapkan suatu keseluruhan, terutama yang berupa simbol-simbol. Mitos androgoni dibedakan menjadi dua macam, yaitu mitos andrologi ilahi dan mitos andrologi manusiawi. Dalam mitos androgi ilahi dikisahkan bahwa para dewa mempunyai dua jenis seks sekaligus. Maksudnya pada tahun tertentu dewa bersifat laki-laki, tetapi pada tahun berikutnya dewa tersebut bersifat perempuan. Mitos andrologi manusiawi dapat diketahui melalui contoh mitos Adam menurut orang Yahudi. Mereka mengemukakan bahwa Adam bersifat androgonis, karena tulang rusuknya pada belahan kiri melambangkan perempuan. Itulah sebabnya Tuhan membelahnya menjadi dua, dan terjadilah Adam dan Hawa (Hary Susanto, 1987: 85-88). Mitos androgoni memiliki karakteristik yang unik. Mitos ini secara tidak langsung membuka sekaligus mengungkap keseluruhan simbol-simbol. Penggolongan
17
antara mitos androloni ilahi dan mitos andrologi manusiawi didasarkan pada karakteristik yang berbeda. Mitos akhir adalah mitos yang menceritakan berakhirnya dunia. Banyak mitos yang mengisahkan malapetaka yang menghancurkan dunia, misalnya mitos tentang air bah, gempa bumi, kebakaran desa, wabah penyakit dan lain-lain. Alasan terjadinya malapetaka yang menghancurkan dunia ini macam-macam. Dalam dunia banyak mitos misalnya malapetaka air bah dihubungkan dengan kesalahan ritual yang menyebabkan kemarahan dewa tertinggi (Hary Susanto, 1987: 75-89). Banyak mitos yang dihubungkan dengan berbagai masalah ritual dan spiritual dalam kehidupan kita ini. Berdasarkan lima tipe mitos tersebut di atas, maka mitos cerita rakyat makam Kyai raden Santri tergolong ke dalam tipe mitos kedua dan ketiga yaitu tentang mitos asal-usul dan mitos mengenai dewa-dewa dan makhluk ilahi.
F. Fungsi Mitos Menurut Prof. Dr. C.A Van peursen fungsi mitos ada tiga macam yaitu menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ghaib, memberikan jaminan pada masa kini dan memberikan pengetahuan pada dunia (Van Peursen, 1976: 37). Sama halnya dengan mitos makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang yang secara tidak langsung memberikan pesan jika ada kekuwatan-kekuwatan gaib pada masa kini dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat luwas.
18
Fungsi mitos yang pertama adalah menyadarkan manusia bahwa kekuatankekuatan ghaib, berarti mitos tersebut tidak memberikan bahwa informasi mengenai kekuatan-kekuatan itu, tetapi membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya itu sebagai kekuatan yang mempengaruhi dan mengatasi alam dan kehidupan sekitarnya, misalnya dongeng dan upacara mistis seperti upacara korban. Alam itu bersatupadu dengan alam atas, dengan dunia ghaib. Ini tidak berarti kehidupan manusia primitif seluruhnya berlangsung dalam alam atas itu penuh dengan daya-daya kekuatan ghaib. Fungsi mitos yang kedua yaitu mitos memberikan jaminan masa kini, misalnya pada musim semi bila ladang-ladang mulai digarap, diceritakan dongeng atau diperagakan tarian-tarian, sebagaimana pada jaman purbakala para dewa juga mulai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil yang berlimpah-limpah. Cerita serupa itu seolah-olah mementaskan atau menghasilkan kembali suatu peristiwa yang dulu pernah terjadi. Fungsi mitos yang ketiga adalah memberikan pengetahuan tentang dunia. Artinya fungsi ini mirip dengan fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam pikiran modern, misalnya cerita-cerita terjadinya langit dan bumi (Van peursen, 1976: 37). Hal ini berarti jika keberadaan mitos juga perlu dikaji dan dimodelkan supaya dapat dipetakan dan mudah dipelajari masyarakat umum. Bagi masyarakat yang mempercayai mitos, mitos berarti sesuatu yang benar dan menjadi milik mereka yang berharga, karena merupakan sesuatu yang suci, bermakna, dan contoh model bagi kehidupan manusia. Itulah sebabnya mitos dianggap memberi petuah bagi kehidupan manusia. Berdasarkan tiga fungsi mitos
19
tersebut di atas, maka mitos yang terdapat dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri termasuk dalam fungsi yang pertama dan fungsi yang kedua, yaitu bahwa ada kekuatan-kekuatan ghaib dan dapat memberikan jaminan masa kini. Hal ini ditandai dengan banyaknya peziarah yang mendatangi makam Kyai Raden Santri di Gunungpring.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Bentuk Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa gunungpring, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Dipilihnya Desa Gunungpring sebagai lokasi penelitian, sebab di desa inilah tempat berlangsungnya upacara tradisi ziarah kubur yang berhubungan dengan cerita di makam Kyai Raden Santri (pangeran Singasari). Data monografi Desa Gunungpring adalah sebagai berikut: 1.
Keadaan geografis Luas desa Gunungpring secara keseluruhan adalah kira-kira 217.485 ha.
Orbitasi atau jarak dari pusat pemerintah adalah 1 km dari Kecamatan Muntilan, 10 km dari Kabupaten Magelang, 92 km dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah, dan 655 km dari ibu kota Negara Indonesia. Adapun batas-batas wilayahnya adalah meliputi sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Muntilan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ngawen, sebelah barat berbatasan dengan Desa Keji dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kali Blongkeng. Desa Gunungpring dilihat dari topografinya termasuk dataran rendah dengan ketinggian lebih kurang 380 m di atas permukaan laut, serta bercurah hujan 2000-3000 mm/th. Tingkat kesuburan tanah di Desa Gunungpring dapat dikatakan sangat baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya petak sawah yang ditanami padi dan sebagian lagi ditanami palawija, juga dapat dilihat dari keberhasilan masyarakat Desa Gunungpring yang bermata pencaharian sebagai
20
21
petani atau buruh tani. Taraf kehidupan masyarakat Desa Gunungpring tergolong dalam tingkat kesejahteraan di atas rata-rata. Secara keseluruhan Desa Gunungpring terdiri atas 11 dusun, yaitu meliputi: a.
Dusun Dukuhan
b.
Dusun Karaharjan
c.
Dusun Nepen
d.
Dusun Santren
e.
Dusun Ngasem
f.
Dusun Bintaro
g.
Dusun Mutihan
h.
Dusun Ngadisalam
i.
Dusun Sabrang
j.
Dusun Wonosari
k.
Dusun Gunungpring
2.
Kondisi Sosial Budaya Mata pencaharian penduduk Gunungpring adalah petani, buruh tani,
pengusaha, buruh industri, buruh bangunan,pedagang, pengangkutan, pegawai negeri (sipil/TNI/Polri), pensiunan dan lain-lain. Sistem pertanian masyarakat Desa Gunungpring adalah tumpang sari, maksudnya di suatu ladang pada musim hujan ditanami bermacam-macam tanaman seperti: padi, jagung, kedelai, dan lainlain. Hal ini mengingat bahwa ladang merupakan tanah pertanian yang pengairannya tergantung pada air hujan.
22
Masyarakat Desa Gunungpring mayoritas memeluk agama islam, penduduk yang memeluk agama lain adalah agama kristen protestan, kristen katholik, dan Budha. Di sekitar Desa Gunungpring berdiri beberapa pondok pesantren sebagai tempat mengkaji ilmu agama Islam yang mendapat sambutan baik dari masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya santri baik yang berasal dari daerah sekitar maupun dari daerah luar Desa Gunungpring. Pondok-pondok pesantren tersebut bertempat di Watucongol, Santren, dan Bintaro. Kehidupan beragama di Desa Gunungpring berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dengan suasana aman dan tenang bagi setiap pemeluk agama dalam menjalankan ibadahnya. Kegiatan yang sering dilakukan oleh penduduk agama islam misalnya peringatan Isro” Mi”roj, perayaan Idul Fitri, perayaan Idul Adha, dan lain-lain bagi pemeluk agama Kristen kegiatan keagamaan yang dilakukan misalnya ke gereja, perayaan Natal, dan lain-lain. Dilihat dari sektor kebudayaan, Desa Gunungpring cukup maju. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai kelompok kesenian. Antara lain kesenian rakyat tradisional Jaran Kepang yang banyak diminati oleh berbagai golongan masyarakat. Kemudian ada juga kesenian rebana yang biasanya dipentaskan dalam rangka menyambut hari-hari besar agama Islam. Sebagian masyarakat Desa Gunungpring masih mempertahankan berbagai kepercayaan seperti persembahan sesaji yang dilakukan oleh warga masyarakat yang akan mengadakan upacara-upacara seperti perkawinan atau pesta dengan tujuan agar diberi perlindungan. Tradisi tersebut merupakan pencerminan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan ghaib yang berpengaruh terhadap
23
kehidupan masyarakat. Selain itu juga dijumpai tradisi yang berkembang di masyarakat seperti: sadranan, mitoni, miwiti,dan lain-lain. Adapun bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi adalah bahasa Jawa. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bentuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu data-data yang dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar-gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka-angka atau jumlah. Hasil penelitian berupa catatan-catatan yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna mendukung penyajian (H. B.Sutopo,1988:10). Bentuk penelitian deskriptif kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi yang mendalam kepada nara sumber. Hasil penelitian yang diperoleh bisa digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penyajian penelitian yang dilakukan.
B. Sumber Data dan Data Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama, baik melalui catatan tertulis maupun rekaan (L. J. Moleong, 1988: 122). Demikian pula dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung dan wawancara sewaktu-waktu maupun pada saat berlangsungnya upacara ritual ziarah makam. Hasil dari pengamatan dan wawancara tersebut berupa catatan, rekaman, serta foto dokumentasi, selanjutnya digunakan sebagai sumber data. Data dalam penelitian ini terbagi atas dua kelompok, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari informan pewaris aktif maupun pasif
24
melalui wawancara, serta aspek mitos yang ada di dalamnya. Data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya yang berhubungan baik langsung atau tidak langsung dengan penelitian ini serta referensi lain yang mendukung, misalnya penelitian tentang cerita rakyat Ki Ageng Giring, Desa Sodo, Kcamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Referensi lain yang mendukung tersebut bisa di peroleh dari artikel, majalah maupun dokumentasi makam Kyai Raden Santri yang berupa laporan-laporan kegiatan tradisi ziarah. Referensi yang mendukung antara lain buku yang menceritakan kisah hidup Gus Jogo Rekso serta pengalaman para peziarah dari berbagai daerah.
C. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan data yang dipergunakan maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Wawancara mendalam (in-deth interviuwing) Wawancara adalah suatu teknik yang digunakan apabila seseorang untuk
suatu tugas tertentu mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari responden dengan percakapan serta berhadapan muka dengan orang tersebut (H. B. Sutopo, 1988: 24). Di dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara akrab dan luwes dengan pertanyaan yang bersifat terbuka. Cara ini akan dapat menggali dan menangkap kejujuran informan dalam menyampaikan informasi yang sebenarnya. Wawancara ini dilakukan berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan dan diterapkan pada semua informan dalam penelitian.
25
2.
Observasi lapangan Observasi lapangan dalam rangka menggali data, peneliti melakukan
pengamatan langsung di lokasi penelitian. Dalam observasi langsung dilakukan dengan dua cara yaitu (a) secara formal, dalam arti peneliti harus lebih dahulu mendapatkan izin dari lembaga yang berwenang, (b) secara informal, dalam arti peneliti tidak terlebih dahulu mendapatkan izin dari lembaga yang berwenang. Dalam observasi informal ini, peneliti cenderung berperan sebagai pengunjung biasa dari pada sebagai peneliti. 3.
Content analisis Teknik ini sering disebut sebagai analisis isi, yaitu metode penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sah dari sebuah buku atau dokumen (Weber dalam Lexy J. Moleong, 1989: 163). Cara kerjanya adalah dengan mengumpulkan data primer maupun data sekunder. Di dalam analisis dokumen yang penting untuk diperhatikan adalah reabilitas data. Pengecekan atau penegasan reabilitas hasil kesimpulan dicapai dengan menginformasikan hasil kesimpulan tersebut kepada para informan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran informasi, mengingat cara penyampaiannya yang berbeda-beda.
D. Teknik Cuplikan Sampel H. B. Sutopo menyatakan bahwa di dalam penelitian kualitatif, maka cuplikan yang digunakan bersifat purposive sampling. Dalam hal ini peneliti akan memilih informan yang dipandang mengetahui masalahnya (H. B. Sutopo, 1988:
26
21). Sebagai langkah awal di dalam memilih informan, pertama adalah menghubungi Kepala Desa Gunungpring selaku aparat desa yang mengetahui dan menunjuk orang-orang yang dianggap mengetahui tentang cerita di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), yaitu juru kunci petilasan, sesepuh desa, dan beberapa orang dari yayasan Makam Kyai Raden Santri. Selanjutnya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan dalam mengumpulkan data.
E. Validasi Data Di dalam suatu penelitian, data yang telah dikumpulkan wajib diusahakan kemantapan
dan
kebenarannya,
artinya
setiap
peneliti
harus
berupaya
meningkatkan validitas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding data (Lexy J. Moleong, 1990: 178). Teknik triangulasi ada empat macam yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti, dan triangulasi teori. Triangulasi dengan sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alamat yang berbeda dalam suatu metode kualitatif. Triangulasi dengan metode ada dua yaitu
beberapa teknik
pengumpulan
data-data dan
pengacekan
derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi peneliti adalah pemanfaatan peneliti dan pengamat lainnya untuk keperluan
27
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Triangulasi teori adalah berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan suatu teori atau lebih. Pendapat lain menyatakan dapat dilaksanakan, dan hal itu dinamakan penjelasan banding (Lexy J. Moleong, 1990: 178-179). Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yang dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh dengan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan dua triangulasi sumber dan triangulasi metode. Dalam triangulasi sumber digunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. Dalam hal ini digunakan tiga sumber data yaitu: (a) lisan (informan), (b) tertulis (arsip, naskah, literatur), (c) perbuatan (peristiwa upacara). Adapun triangulasi metode yaitu peneliti menggunakan metode atau teknik pengumpulan data yang sejenis. Di dalam triangulasi metode, digunakan tiga metode yaitu (a) wawancara atau interview, (b) pengamatan atau observasi, (c) studi pustaka.
F. Teknik Analisa data Data yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumen, dan lain-lain yang telah disusun teratur, tetapi berupa katakata sebelum dianalisis. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis interaktif, yaitu penelitian yang bergerak di antara tiga komponen yang meliputi seleksi data (data redustion), menyajikan data (data display), dan kesimpulan (conclution drawing), (H. B. Sutopo, 1988: 36). Penelitian ini
28
menggunakan teknik analisis data interaktif yang meliputi seleksi data, penyajian data, dan membuat kesimpulan penelitian akhir. Setelah data terkumpul melalui beberapa teknik pengumpulan data maka data-data tersebut diadakan penyeleksian menurut jenisnya masing-masing sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan. Data-data yang telah diseleksi kemudian disajikan untuk dianalisis secara mendalam yang kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Ketiga komponen tersebut berlaku saling berkaitan baik sebelum, pada waktu dan sesudah pengumpulan data. Data kemudian bergerak di antara data reduction, data display, data conclution drawing.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1.
Deskripsi Lokasi Lokasi untuk tradisi ziarah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) berada
di Dusun Gunungpring yang berjarak sekitar 0,5 km (nol koma lima kilometer) dari kantor Kepala Desa Gunungpring dan jalan raya jurusan BorobudurMuntilan melalui jalur Gunungpring. Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) berada di lingkungan pemakaman yang diberi nama makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Desa Gunungpring. Semula makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dikelola oleh suwatu yayasan Kyai Raden Santri yang beralamat di Jalan Kyai Raden Santri KM 1 Muntilan 56415. Yayasan tersebut didirikan sekitar tahun 1992 oleh RM Anwar As dan R Cowaid AS. Meskipun sudah berbentuk yayasan, namun pihak Negara khususnya yang menangani pariwisata masih berusaha untuk mencampuri urusan dalam yayasan Kyai Raden Santri. Hal tersebut wajar karena banyaknya pengunjung yang berdatangan ke tempat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) baik yang berasal dari daerah sekitar Gunungpring. Para peziarah antara lain yang datang ke makam tersebut berasal dari Wonosobo, Kebumen, Malang, bahkan ada juga yang berasal dari luar Jawa seperti Lampung, dan lain-lain. Melihat keadaan seperti itu, maka para ahli waris Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) menghadap ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk dapat mengukuhkan status makam tersebut. Akhirnya terhitung
28
mulai sekitar tanggal 1 Mei 2000 makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Gunungpring dikelola oleh pihak Kraton Yogyakarta Hadiningrat. Di dalam kompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) terdapat beberapa makam yang sering dikunjungi oleh para peziarah, antara lain adalah makam Mbah Dalhar yang merupakan pendiri pondok pesantren Darussalam Watu Congol. Menurut pengakuan tokoh masyarakat setempat Mbah Dalhar bukan merupakan keturunan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) serta tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan pihak kraton Yogyakarta Hadiningrat, namun karena untuk menghormati jasa-jasa dari Mbah Dalhar maka jenazah Mbah Dalhar dimakamkan di tempat komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Meskipun makam Mbah Dalhar berada di komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), namun pengelolaan makam Mbah Dalhar dikelola oleh pihak Watu Congol. Dengan Demikian maka Kompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) merupakan koalisi dari misi puroloyo dan misi Watu Congol. Adapun bagian-bagian penting yang terdapat dalam komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), yaitu: a.
Ruangan bangsal. Ruangan ini biasanya digunakan untuk beristirahat dan kadang juga digunakan untuk melakukan ibadah sholat.
b.
Guci atau genthong. Yaitu tempat penampungan air yang terbuat dari tanah liat dengan jumlah 2 (dua) buah. Guci atau genthong tersebut berisi air yang
29
biasanya diminum oleh peziarah atau pengunjung, karena air tersebut dianggap dapat membawa berkah dalam kehidupan. c.
Ruangan utama makam, terdiri dari:
1) Kijing makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang telah diberi cungkup. 2) Kijing-kijing dari keturunan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) antara lain Kyai Krapyak III, Kyai Harun, Kyai Gus Djogo Rekso yang dibatasi dengan dikelilingi oleh pagar besi dan berada pada sebelah barat kijing makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). 3) Kijing makam Ki Kertonjani dan Nyi Kertonjani berada di sebelah timur kijing makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). 4) Kijing makam Makam Mbah Dalhar dan Mbah Abdurrahman berada dalam ruangan tersendiri dan terletak di sebelah selatan kijing makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Selain bagian-bagian tersebut di atas, juga terdapat beberapa bagian lain yang masih berada di kompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), antara lain pemakaman umum, mushola dan sebagainya. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, di tempat tersebut dahulu merupakan suatu pegunungan yang ditumbuhi oleh berumpun-rumpun bambu dan kemudian dibuka oleh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk mengajarkan agama Islam, sampai kemudian menjadi sebuah pesanggrahan dan lama-lama menjadi sebuah Dusun yang kemudian terkenal dengan nama Dusun Gunungpring.
30
Konon menurut cerita, jika pohon bambu tersebut digunakan oleh orang lain di luar Dusun Gunungpring, maka akan membawa keanehan, misalnya jika pohon bambu tersebut digunakan untuk membangun rumah, maka akan timbul suara aneh yang tidak beraturan pada bambu tersebut, sedangkan yang ada sampai sekarang dalam kompleks makam, selain makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) juga terdapat makam-makam dari keturunan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Tempat-tempat di luar kompleks makam yang mempunyai kaitan serta fungsi keberadaannya berkaitan dengan cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dan dipercaya mempunyai hubungan sejarah dengan cerita tersebut adalah: a.
Dusun Santren Asal mula nama Dusun Santren diperoleh karena dahulu merupakan murid
yang sedang menuntut ilmu dalam bidang agama Islam. Dusun santren juga merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk mengajarkan agama Islam. Untuk mengenang jasa-jasanya, maka tempat tersebut diberi nama Dusun Santren. Kata Santren berasal dari kata “santri” yang oleh masyarakat secara umum dapat diartikan sebagai seorang tempat meninggalnya Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang kemudian dimakamkan di Gunungpring. b.
Mesjid Selo Boro Mesjid Selo Boro merupakan bangunan peninggalan dari Kyai Raden Santri
(Pangeran Singasari) yang digunakan sebagai tempat peribadatan beliau dengan
31
para pengikutnya. Semula bangunan tersebut berupa langgar atau mushola, yang kemudian direnovasi hingga akhirnya sekarang menjadi sebuah masjid. Masjid tersebut berada di Dusun Santren tepatnya di sebelah timur laut komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). c.
Blumbang Gedhe Istilah Blumbang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari khususnya di
masyarakat pedesaan. Blumbang merupakan bagian permukaan tanah yang tergenang oleh air dalam ukurang yang luas. Blumbang Gedhe berada di Dusun Santren tepatnya di sebelah barat masjid dan pemakaman umum. Dahulu blumbang tersebut di gunakan sebagai tempat berwudhu Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) serta para santrinya. Selain itu, konon menurut cerita dahulu ada sepasang penganten baru hilang ketika mandi Dalam Blumbang Gedhe. Setelah hilangnya sepasang pengantin kemudian muncul 2 (dua) buah batu. Kedua buah batu tersebut oleh masyarakat dianggap merupakan penjelmaan dari sepasang pengantin yang hilang. Letak batu tersebut yang satu berada disebelah timur laut Blumbang Gedhe yang dianggap penjelmaan laki-laki dan satunya lagi berada di sebelah barat daya Blumbang Gedhe dan dianggap sebagai penjelmaan pengantin perempuan. Blumbang Gedhe dianggap oleh masyarakat sebagai sumber kehidupan yang mempunyai keistimewaan yaitu airnya yang dapat menambah kekuatan lahir dan batin manusia. Blumbang Gedhe ini adalah tempat berwudhu seluruh keluarga Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Dalam kenyataannya semakin besar kepercayaan masyarakat terhadap suatu cerita semakin tinggi pula nilainya
32
bagi masyarakat dan semakin ramai dikunjungi. Hal yang demikian ini biasanya mempunyai hubungan sejarah yang kuat dengan peristiwa besar di masa lampau. 2.
Deskripsi Cerita Cerita rakyat yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran
Singasari) merupakan cerita lisan. Data cerita diperoleh dari Bapak Haji Usman yaitu orang yang telah diberi kepercayaan oleh warga Desa Gunungpring dan ditunjuk kepala desa sebagai informan bagi siapa saja yang ingin mengetahui keberadaan makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Sebagai pembanding diperoleh cerita dari tiga informan lain, yaitu Mbah Nyai Gus Jogo Rekso dari keluarga keturunan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sekaligus sesepuh masyarakat Desa Gunungpring, Bapak Chowaid mantan pengurus yayasan Kyai Raden Santri dan Bapak Darsono juru kunci pemakaman. Hasil pengumpulan dan perbandingan cerita tersebut kemudian disusun secara lengkap dan jelas. Adapun isi ceritanya adalah sebagai berikut, dahulu Desa Gunungpring merupakan tempat untuk menyebarkan agama Islam oleh kyai Raden Santri. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1613-1645 M. Kyai Raden Santri adalah keturunan dari raja-raja Brawijaya dengan sebuah gelar Pangeran Singasari. Beliau adalah kakak dari sultan Agung. Dengan misinya untuk mengembangkan ajaran agama Islam, maka beliau meninggalkan diri dari kerajaan hingga akhirnya menetap di Desa Gunungpring, Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dengan segala kejernihan batinnya mampu melihat jauh kedepan mengerti tentang segala
33
sesuwatu yang akan terjadi dengan menembus dimensi waktu ratusan sampai ribuan tahun lamanya, sehingga dianggap sebagai “waliyullah”. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)sebagai “waliyullah” mengemban misi yang sangat besar yaitu membebaskan rakyat dari segala kebodohan, bencana, sekaligus mengangkat derajat ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Dalam memperjuangkan kehidupan masyarakat sekitar Desa Gunungpring beliau mendapat dukungan dari para santrinya yang cukup banyak sehingga muncul adanya Desa Santren. Kearifan dan kebijaksanaan “waliyullah” Kyai Raden Santri menjadi keagungan banyak orang. Meskipun beliau telah meninggal beratus-ratus tahun lamanya namun nilai-nilai kemuliyaannya masih dapat diketahui oleh banyak orang hingga sekarang. Hal tersebut lebih diperjelas dengan adanya seorang perempuan warga Desa Gunungpring yang pada suwatu malam bermimpi mendapatkan wahyu. Dalam mimpinya ia menerima wahyu yang berbentuk sebutir kelapa bercahaya jatuh didepan halaman rumahnya dekat kompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Kejadian tersebut ternyata membawa keberuntungan, karena tidak lama kemudian perempuan tersebut diperistri oleh Gus Jogo Rekso. Gus Jogo Rekso adalah salah seorang wareng Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, perjalanan hidup Gus Jogo Rekso mencerminkan nilai-nilai keauliya’an dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), hingga pada suwatu saat Gus Jogo Rekso mengalami proses “kewalen” dalam proses “kewalen” tersebut dia menghilang dari tempat tinggalnya selama
34
berhari-hari dan tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya. Kabar hilangnya Gus Jogo Rekso sempat menjadi cerita yang tersebar dari telinga ke telinga seluruh penduduk. Dengan penuh semangat gotong royong warga Desa Gunungpring mengadakan pencarian terhadap keberadaan Gus Jogo Rekso. Di tengah-tengah kesibukan warga Desa Gunungpring mencari keberadaannya, tiba-tiba Gus Jogo Rekso muncul, namun kemunculannya dalam keadaan berdiam diri atau bersemedi. Dalam keadaan seperti itulah Gus Jogo Rekso dapat berkomunikasi dengan Kyai Raden Santri yang memberi petunjuk, bahwa nilai-nilai keauliya’an kyai Raden Santri diwariskan kepada Gus Jogo Rekso. Akhirnya dengan keauliya’an tersebut banyak orang datang untuk bertemu dengan Gus Jogo Rekso dan masyarakat menganggap bahwa makam Kyai Raden Santri merupakan tempat yang suci dan keramat. Pada suwatu hari ada orangorang yang bermaksud memugar dan memperbaikinya dengan memberikan cungkup tanpa sepengetahuan dan seizing Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) lalu cungkup itu selalu melayang hingga ratusan meter, dan beberapa mengalami nasib yang sama yaitu terbang melayang jauh hingga ratusan meter. Karena adanya kejadian aneh tersebut yang bertubi-tubi masyarakat menjadi resah dan ketakutan. Menurut cerita kejadian aneh tersebut timbul karena tindakan pemugaran yang dilakukan mempunyai maksud lain di dalam hatinya yang tidak sesuwai dengan kehendak Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), mereka menyimpan kepentingan untuk diri sendiri.
35
Kemudian Gus Jogo Rekso merenungkan apa yang bisa mereka perbuat untuk mengungkapkan keagungan dan keluhuran budi Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui makam tersebut, maka dengan petunjuk Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) seluruh proses pemugaran diperkenankan untuk dilaksanakan oleh kerabat keluarga Gus Jogo Rekso serta tokoh masyarakat dan para ulama’ yang pada mulanya orang-orang tersebut sering berkunjung ke makam untuk maksud yang sama dengan masyarakat umum lainnya yaitu berziarah. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) setelah mengizinkan pemugaran, maka sekarang bercorak dan berwujud bangunan spiritual yang telah disesuwaikan dengan perkembangan teknologi. Di sisi lain masyarakat mempercayai bahwa bangunan spiritual merupakan manifestasi dari konsep irasional. Maksudnya masyarakat mempercayai bahwa bangunan spiritual tersebut didasarkan atas petunjuk dan sabda Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang diterima oleh Gus Jogo Rekso melalui pertemuan di alam sacral. Bangunan-bangunan dan tempat-tempat peninggalan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sampai sekarang dikeramatkan dan dianggap sebagai tempat yang suci, kemudian banyak orang yang berdatangan ke tempat tersebut. Adapun tujuannya adalah pada dasarnya ingin berhubungan dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), karena dengan berhubungan tersebut manusia dapat meminta pertolongan baik materiil maupun spiritual, misalnya untuk membantu memecahkan persoalan dalam hidupnya antara lain masalah ekonomi, pekerjaan, pangkat, penyakit, jodoh, dan lain sebagainya.
36
Dalam mendatangi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) bisa kapan saja sewaktu-waktu datang ke tempat tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, namun kebanyakan orang datang pada bulan Sya’ban atau Ruwah. Hal itu dikarenakan bahwa dalam Islam Bulan Sya’ban atau Ruwah merupakan salah satu bulan mulia, yang kemudian oleh sebagian masyarakat Jawa diisi dengan tradisi sadranan. Tradisi sadranan dimaksudkan untuk mengirim arwah leluhur sekaligus memohon keselamatan dunia sampai akherat. Dengan kaitan tersebut banyak orang datang dari berbagai daerah untuk berziarah ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Setelah kebutuhannya dikabulkan biasanya seseorang mengadakan nadzar sebagai tanda syukur dan terima kasih. 3.
Tradisi Ziarah Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Pelaksanaan tradisi ziarah makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
dilakukan hamper setiap hari. Hal ini dapat diketahui dengan antusiasnya peziarah berdatangan ke tempat makam tersebut yang berasal dari berbagai penjuru daerah dan jumlahnya kadang hingga mencapai ratusan orang. Kedatangan mereka biasanya untuk ngalap berkah di Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Dalam tradisi ini ada beberapa hal yang harus ditaati seperti menghormati arwah yang meninggal dengan melepas alas kaki baik berupa sepatu atau sandal di pintu masuk ruang bangsal, memberi laporan kepada juru kunci sebelum masuk ruangan makam utama, menjaga sopan santun selama berada di makam tersebut misalnya harus laku dhudhuk sebelum masuk pintu ruang utama serta peziarah tidak diperbolehkan memberi uang kepada juru kunci selama berada di ruangan
37
makam, namun jika ingin beramal hendaknya dimasukkan dalam kotak amal yang telah disediakan. Para peziarah datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk berziarah sekaligus memohon berkah karena arwah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipercaya mampu mendatangkan berkah bagi kehidupan serta mengabulkan siapa saja yang mau meminta. Selain itu juga ada kepercayaan jika berziarah ke makam tersebut maka mendapatkan pahala yang sama dengan berziarah ke Mekah yang merupakan kota suci umat Islam. Oleh sebab itu banyak orang datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang senantiasa dapat melindungi dan membantu dalam menyelesaikan permasalahan hidup. Masyarakat datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sekaligus mempunyai alasan menyadari bahwa manusia ada dalam keterbatasan. Menyadari keterbatasan tersebut manusia berusaha berhubungan dengan sesuatu yang dianggap dapat menolong dan mendatangkan berkah dalam kehidupannya. Di lain pihak cerita tersebut juga menyampaikan bahwa manusia hendaknya berhati-hati dan tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri, karena segala sesuwatu yang dilakukan akan membawa akibat. Perbuatan buruk berakibat buruk, sebaliknya jika baik berakibat baik.
38
B. Analisis 1. Struktur Cerita Analisis struktur merupakan tahap awal dalam suatu penelitian karya sastra. Hal ini dapat diketahui melalui pendapat dari Teeuw yang menyatakan bahwa “setiap penelitian sastra yang akan mengadakan penelitian dari segi manapun tidak dapat meninggalkan analisis struktur, karna analisis struktur merupakan langkah awal atau alat dalam usaha ilmiah untuk memahami proses interpretasi karya sastra” (Teeuw, 1985:154) sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan intrinsik yang dapat digali dari karya sastra itu sendiri. Dengan kata lain pendekatan struktur berpijak pada karya sastra itu sendiri. Penelitian terhadap karya sastra adalah mengetahui dan memahami kesan suatu karya yang diteliti. Pemahaman tersebut dimaksudkan untuk mencari wawasan yang mengilhami karya itu. Karena karya sastra berisi pemikiran dan kreatifitas pengarang terhadap kehidupan (Sapardi Djoko Damono, 1978:28). Maka karya sastra dapat diketahui melalui kemampuan pembaca atau peneliti. Maksudnya bahwa untuk mengetahui makna suatu karya sastra, hendaknya pembaca atau peneliti memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai yang terkandung pada karya sastra, sehingga ia dapat mengenali dan menganalisis komponen karya sastra sebagai suatu nilai yang berguna. Unsur-unsur karya sastra merupakan keutuhan dan kebutuhan yang saling berkaitan antara unsur satu dengan unsur lainnya.
39
Oleh karena itu kesatuan struktur mencakup setiap bagian atau unsurunsurnya. Tinjaun struktur terhadap karya sastra dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek atau unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut. Cerita yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (pangeran Singasari) akan dianalisis melalui unsure-unsurnya dengan suatu analisis struktural. Analisis struktural ini merupakan penelitian awal untuk mengetahui bagian-bagian dari cerita Kyai Raden santri (Pangeran Singasari) serta fungsinya dalam kehidupan masyarakat. Analisis struktural yang akan dibahas meliputi tema, amanat, penokohan, alur, dan setting. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu. a.
Tema Tema dalam cerita rakyat Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) diperoleh
dari bentuk dan isi cerita secara urut, yaitu cerita yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi dalam suatu kompleks masyarakat. Dari penghayatan cerita ditemukan tema pokok yaitu tentang figur seorang tokoh yang mempunyai kesaktian, keluhuran budi, dan dapat mendatangkan berkah bagi kehidupan. Seseorang yang dimaksud di sini adalah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang merupakan keturunan raja Brawijaya dan kemudian menetap di Desa Gunungpring untuk mengembangkan ajaran Islam. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipercaya menjadi waliyullah. Banyak kebesaran dan keagungan yang dimiliki, karena waliyullah merupakan pewaris para nabi. Dengan demikian pola hidupnya selalu mencontoh akhlak nabi,
40
misalnya selalu dapat mengalahkan angkara murka juga mempunyai perhatian yang besar dalam mengemban misi untuk mengajarkan tauhid kepada umat manusia. Tidak mengheranan jika nama Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) masih cukup dikenal di Desa Gunungpring dan masyarakat pengamalnya hingga sekarang meskipun beliau telah meninggal beratus-ratus tahun lamanya. Hal tersebut tidak bisa lepas dari perjuangan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang senantiasa memerjuangkan nasib rakyat melalui ajaran islam yang diembannya. Menurut kepercayaan Islam seorang yang telah mendapat sebutan waliyullah dapat dikatakan telah mencapai tataran ma’rifat maka dapat dikatakan telah mendekati sempurna dalam menjalani hidup di dunia. Hal ini berarti pula bahwa Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) telah sampai pada tataran tersebut. Masyarakat pada umumnya percaya bahwa Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) adalah seorang yang diagungkan, karna memiliki kesaktian dan dianggap mampu mendatangkan berkah bagi kehidupan, karena memiliki kesaktian dan dianggap mampu mendatangkan berkah bagi kehidupan, atau mengabulkan permohonan siapa saja yang mau meminta dengan perantara beliau. Oleh sebab itulah banyak masyarakat yang datang kepada Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang senantiasa melindungi dan membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan hidup. Disamping mengandung tema pokok, cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) juga mengandung tema sampingan. Tema sampingan tersebut adalah ucapan rasa syukur. Ucapan rasa syukur tersebut ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan adanya Kyai Raden Santri (Pangeran
41
Singasari) telah membawa masyarakat kearah yang lebih baik sehingga mendatangkan keselamatan dan memberkahi kehidupan. Ucapan rasa syukur tersebut disampaikan melalui tradisi ziarah makam di Desa Gunungpring yang dilaksanakan hampir setiap hari oleh masyarakat pendukungnya yang berasal dari berbagai penjuru daerah. Dalam tradisi ziarah makam tersebut selalu disertai do’a yang ditujukan kepada Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Dalam do’a tersebut antara lain berisi kalimat “toyibah” yang merupakan kalimat mengagungkan Sang Kholiq sebagai tanda bukti rasa syukur kepadaNya. b.
Alur/Plot Di dalam cerita yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran
Singasari) dibahas dengan menggunakan teori pembagian alur dari S tasfir yaitu: 1)
Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan). Pada tahap ini di awal cerita diceritakan keadaan Desa Gunungpring yang dahulu merupakan salah satu tempat untuk menyebarkan ajaran Islam. Salah satu orang yang pernah mengemban misi ajaran Islam tersebut adalah Kyai raden Santri (Pangeran
Singasari)
sekitar
tahun
1613-1645
M.
Keadaan
Desa
Gunungpring selalu aman, tentram dan sejahtera. Wilayah tersebut dahulu merupakan daerah perbukitan yang banyak ditumbuhi oleh pohon bambu. 2)
Generating Circumstances (peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak). Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya proses “kewalen” yang dialami oleh Gus Jogo Rekso seorang warga desa Gunungpring dan mengaku wareng Kyai Raden Santri. Dalam proses “kewalen” tersebut Gus Jogo rekso sempat
42
menghilang selama berpuluh-puluh hari. Dalam keberadaan tidak diketahui oleh banyak orang tersebut Gus Jogo Rekso bertemu dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dan mengatakan bahwa nilai-nilai keauliya’an dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) pantas dan layak untuk diemban oleh Gus Jogo Rekso. 3)
Kejadian yang dialami oleh Gus Jogo Rekso merupakan firasat bahwa akan terjadi suatu peristiwa besar di Desa Gunungpring. Karena selama ini Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dianggap sebagai “waliyullah”, maka pertemuan Gus Jogo Rekso dengan beliau melalui proses “kewalen” dianggap sebagai sesuwatu yang mempunyai arti tersendiri.
4)
Rising Action (keadaan mulai memuncak). Didalam cerita rakyat yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), tahap ini ditunjukkan dengan banyaknya orang datang kepada Gus Jogo Rekso yang diaggap mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Mereka datang juga dengan membawa permasalahan hidup yang dialami dengan harapan dapat dipecahkan. Atas petunjuk Gus Jogo Rekso yang menyarankan kepada siapa saja yang menginginkan hidupnya aman dan tentram hendaknya mendatangi makam dan berziarah kepada arwah “waalaiaullah” yang salah satunya adalah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Sejak itulah banyak orang datang ke makam tersebut untuk melaksanakan tradisi ziarah sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidupnya.
43
5)
Climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks). Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa orang yang pada suatu hari ingin memugar dengan memberikan cungkup tanpa sepengetahuan dan seizing Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) kemudian cungkup tersebut melayang jauh hingga ratusan meter. Dan beberapa kali cungkup mengalami nasib yang sama yaitu melayang jauh hingga ratusan meter dari tempat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), ketika hendak diadakan pemugaran terhadap makam tersebut. Dengan kejadian aneh yang datang berkali-kali membuat resah warga masyarakat Desa Gunungpring.
6)
Denaucement (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa). Sebagai pemecahan dari permasalahan tersebut adalah tindakan yang dilakukan oleh Gus Jogo rekso untuk mengetahui penyebab timbulnya kejadian aneh melalui komunikasi dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Ternyata diberitahukan bahwa cungkup yang melayang jauh hingga ratusan meter tersebut tidak diperkenankan oleh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk dipasangnya dalam makan karena tindakan pemugaran yang dilakukan oleh sebagian orang mempunyai maksud-maksud yang tidak baik serta mementingkan diri sendiri. Kemudian Gus jogo rekso merenungkan apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat Desa Gunungpring untuk mengagungkan keluhuran budi Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui makam tersebut.
7)
Atas petunjuk Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) akhirnya seluruh proses pemugaran diperkenankan untuk dilaksanakan oleh kerabat keluarga
44
Gus jogo Rekso serta tokoh masyarakat dan para ulama. Wujud pemugaran adalah berupa pembangunan fisik di sekitar kompleks makam dengan nuansa spiritual (yang dianggap masyarakat sebagai tempat berdirinya Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), hingga dikeramatkan dan dianggap sebagai tempat yang suci. Akibatnya banyak orang berdatangan ke tempat tersebut untuk dapat berhubungan dengan arwah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dan meminta pertolongan untuk dapat mengatasi segala permasalahan hidupnya. Sebagai tanda penghormatan dan rasa syukur masyarakat Desa Gunungpring dan penduduknya selalu mengadakan upacara tradisi ziarah makam yang diadakan hampir setiap hari dengan memberikan do’a serta kalimah yang ditunjukkan kepada Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Dalam penyajian alur cerita tidak selalu sama antara satu dengan yang lainnya. Alur pada suatu cerita ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Alur tertutup berarti kesimpulan telah diberikan oleh pengarang dalam suatu cerita. Adapun yang dimaksud dengan alur terbuka adalah apabila cerita berakhir pada klimaks, maka penyelesaian masalah diserahkan kepada pembaca. Berdasarkan uraian diatas, alur cerita yang terdapat didalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) termasuk dalam alur tertutup, sebab dalam cerita tersebut terdapat penyelesaian masalah. Hal ini ditunjukkan pada akhir cerita, sebab masyarakat Desa Gunungpring mendapatkan suasana yang kembali tenang, aman, tentram, sejahtera dan merasa mendapat anugerah
45
atas perantara Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui tradisi ziarah makam yang ditunjukkan kepada beliau. c.
Penokohan Di dalam cerita rakyat yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran
Singasari), tokoh-tokoh yang ada dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) merupakan tokoh utama. Tokoh ini menjadi tokoh sentral utama dalam cerita, sebab sorotan cerita banyak mengarahkan pada Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang mempunyai watak mulia dan terpuji. Sebagai seorang bangsawan dan figur ulama’ Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) memiliki kejernihan batin dan selalu memperjuangkan nasib rakyat serta bertindak arif dan bijaksana sehingga diagungkan dan menjadi panutan banyak orang. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) merupakan keturunan raja-raja Brawijaya dengan sebutan gelar Pangeran Singasari yang kemudian mengembara ke Desa Gunungpring sekitar tahun 1613-1645 M untuk menyebarkan ajaran Islam dan akhirnya mendapat julukan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Masyarakat Desa Gunungpring dan pendukungnya menyatakan bahwa Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), telah meninggal dunia dan menjalani proses kehidupan selanjutnya yaitu di alam barzah atau alam kubur. Menurut kepercayaan Islam kehidupan alam barzah merupakan suatu tempat kehidupan pembalasan bagi seseorang selama menjalani hidup di dunia. Maksudnya bahwa jika dalam kehidupan dunia seseorang berbuat kebajikan yang sesuai dengan nilainilai ajarannya maka kehidupan alam barzah akan merasakan kesenangan. Selain
46
itu kehidupan alam barzah merupakan tempat persinggahan sebelum menuju kehidupan alam akherat. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sebagai seseorang waliyullah selalu bertindak adil dalam menjalani hidup di dunia. Rasa keadilan dari beliau pada dasarnya mencakup tiga aspek. Pertama adil kepada sang kholiq, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukkan dengan ketekunan ibadah beliau untuk menyembah kepada Sang Pencipta. Kedua adil terhadap sesama mahluk. Hal ini ditunjukkan oleh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dalam berhubungan baik dengan manusia dan alam sekitar. Ketiga adil terhadap diri sendiri. Maksudnya bahwa beliau bisa menjaga diri serta mengetahui kebutuhan anggota badannya. Kebesaran dan kekuwatan batinnya menjadikan beliau selalu berhasil dalam mengemban misi untuk menyebarkan ajaran Islam. Beliau sangat membenci orang-orang jahat yang selalu mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain, namun beliau mempunyai hati yang lembut dan suka member pertolongan kepada siapa saja yang memerlukan. Pernyataan bahwa Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sebagai waliaayaullah bersumber dari pengakuan warga masyarakat Desa Gunungpring dan pendukungnya. Menrut kepercayaan ajaran Islam sebagai seorang waliyullah biasanya memiliki kelebihan-kelebihan yang jarang dimiliki oleh orang lain yaitu disebut dengan karomah, istilah karomah kemudian oleh masyarakat dikenal dengan nama keramat. Karomah dalam ajaran Islam hanya bias dicapai melalui prestasi ibadah.
47
Menurut pendapat beberapa tokoh masyarakat, sifat-sifat keauliyaan dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dapat ditunjukkan dalam perjalanan hidup beliau. Antara lain sebagai seorang keturunan dari raja-raja Brawijaya ternyata beliau tidak mau meneruskan keprajan namun justru meninggalkan lingkungan kraton untuk mengembangkan ajaran Islam meskipun dengan jalan hidup yang berliku-liku, sebagaimana juga ulama, waliyullah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) juga memiliki nilai-nilai keauliyaan lainnya seperti sebagai pengayom, lapang dada, tidak pernah marah serta penyatu umat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan situasi dan kondisi masyarakat Desa Gunungpring yang selalu aman, tentram, dan sejahtera. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) selalu mengayomi semua lapisan masyarakat tanpa pandang bulu. Beliau juga sabar dalam mengemban misi bahkan rela mengorbankan harta bendanya demi kepentingan umat manusia. Dengan keagungannya beliau juga memimpin Desa Gunungpring menjadi masyarakat yang kokoh, kuat, dan bersatu padu. Segala permasalahan yang timbul dalam masyarakat diatasi secara kebersamaan sehingga terasa ringan dan mudah untuk mengatasinya. 2) Gus Jogo Rekso adalah tokoh bawahan yang berwatak baik dan bersifat taat. Hal ini dapat ditunjukkan, ketika Gus Jogo Rekso mengalami proses kewalen ia memegang teguh sabda Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Ia berusaha semaksimal mungkin untuk meneruskan perjuangan yang telah dimaksudkan oleh
Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui proses
kewalen tersebut. Selain itu Gus Jogo Rekso dengan kerendahan hati dan penuh
48
kerelaan bersedia menjadi medium komunikasi Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Pada suwatu waktu masyarakat Desa Gunungpring diresahkan oleh terjadinya keanehan bertubi-tubi yaitu melayangnya cungkup makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), hingga ratusan meter tanpa sebab yang jelas. Gus Jogo Rekso yang terus menerus berusaha mencari sebab musababnya. Kecuali sifat-sifat yang demikian, Gus Jogo Rekso juga tergolong orang yang bersih hatinya dan kelakuannya. Hal ini dimungkinkan karena ia adalah sebagai salah satu orang yang dapat berkomunikasi dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Hal ini setidaknya sebagai bukti bahwa orang-orang yang tulus dan bersih hatinya bisa berkomunikasi di alam sakral dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). d.
Setting atau latar Latar merupakan salah satu unsur intrinsik yang berguna untuk
mengungkapkan suatu cerita, sehingga membawa pembaca ke dalam keadaan yang disuguhkan oleh pengarang. Setting akan membawa pembaca merasakan pengalaman yang dialami para tokoh cerita. Panuti Sudjiman mempertegas pengertian latar atau setting yaitu “segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suwasana terjadinya lakuan dalam karya sastra” (Panuti Sudjiman, 1991:44). Selain itu latar juga dapat dikatakan sebagai tempat terjadinya cerita dan merupakan gambaran tempat, waktu, dan segala sesuatu yang terjadi dalam cerita.
49
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar atau setting pada dasarnya adalah merupakan keterangan kapan suatu peristiwa terjadi, dimana terjadi, dalam suasana yang bagaimana dan mengelilingi pelaku atau tokoh dalam cerita. Latar atau setting mencakup tiga aspek, yaitu aspek waktu, aspek tempat atau ruang dan aspek suasana. 1) Aspek waktu, menunjukkan kapan lakuan atau peristiwa itu terjadi dalam karya sastra tersebut. Dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) disebutkan bahwa awal mulanya berkembangnya cerita di masyarakat adalah proses kewalen yang dialami oleh Gus Jogo Rekso. Selanjutnya cerita tersebut semakin berkembang di masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Setelah meninggalnya Gus Jogo rekso yaitu pada tahun 1979 M, keberadaan makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) semakin ramai oleh banyak orang. Hal ini menunjukkan bahwa Gus Jogo Rekso dalam hidupnya mempunyai peran penting untuk penyebarluasan cerita rakyat tersebut. 2) Aspek tempat atau ruang, menunjukkan dimana terjadinya suatu peristiwa. Dalam cerita sering disamakan dengan tempat realistis. Aspek tempat menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa dalam suwatu cerita. Aspek tempat atau ruang tersebut biasanya dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Oleh karena itu aspek tempat atau ruang sangat dibutuhkan dalam suatu cerita. Di dalam cerita rakyat yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) terdapat aspek tempat yang meliputi Dusun Santren dan
50
Dusun Gunungpring. Kedua dusun tersebut masih berada dalam satu wilayah atau tempat tinggalnya Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) selama dalam mengemban misi untuk mengajarkan Islam. Dusun Santren terletak di dekat daerah dataran Sungai Blongkeng. Sungai ini menyimpan banyak kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya, sehingga dapat meningkatkan taraf ekonomi dan pada akhirnya dapat memperlancar proses penyebaran ajaran Islam yang dilakukan oleh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Dusun Gunungpring merupakan tempat dari semua peristiwa yang berhubungan dengan cerita rakyat Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Di dusun inilah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dimakamkan
yang
selanjutnya dikunjungi oleh banyak orang dalam rangka melaksanakan tradisi ziarah makam. Dusun Gunungpring merupakan tempat bertinggalnya keluarga Gus Jogo Rekso, sekaligus tempat terjadinya proses kewalen pada diri Gus Jogo Rekso. Selain itu Dusun gunungpring juga menjadi tempat berkembangnya ceritarakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) secara turun temurun yang kemudian disebarkan ke berbagai daerah lainnya. 3) Aspek suasana, yaitu menunjukkan atau menggambarkan situasi dan keadaan yang terjadi dalam suatu cerita. Di dalam cerita rakyat yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) suasana yang digambarkan meliputi suasana tenang, suasana gembira, dan suasana gelisah. Suasana tenang ditunjukkan dengan keadaan penduduk Desa Gunungpring yang hidup rukun dan sejahtera.
51
Hal ini terjadi sebelum adanya proses kewalen yang dialami oleh Gus Jogo Rekso. Kemudian suasana yang tenang tersebut berubah menjadi suasana gembira. Sebab semua penduduk Desa Gunungpring merasakan kegembiraan setelah mengetahui bahwa Gus Jogo Rekso mengalami proses kewalen, yakni mewarisi nilai-nilai keauliyaan dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Masyarakat Desa Gunungpring merasa gembira mendapatkan dhawuh dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui proses kewalen Gus Jogo Rekso bahwa ternyata Desa Gunungpring memiliki kebanggaan untuk menjadi tempat keagungan seorang waliyullah yaitu perasaan gembira tiba-tiba berubah menjadi suasana yang gelisah karena di Desa Gunungpring dalam keadaan resah. Peristiwa ini mendorong Gus Jogo Rekso untuk memecahkannya. Kemudian Gus Jogo Rekso melakukan meditasi dan akhirnya mendapatkan petunjuk melalui perantaranya Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang menceritakan tentang melayangnya cungkup hingga ratusan meter tersebut. Akhirnya keadaan resah atau gelisah di masyarakat berubah menjadi gembira lagi karena masyarakat merasa memiliki pepundhen desa yaitu Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dianggap dapat memberi pertolongan dalam menghadapi berbagai masalah. Perasaan gembira ini oleh masyarakat Desa Gunungpring dan penduduknya diungkapkan melalui upacara tradisi ziarah makam yang dilakukan hampir setiap hari, sebagai rasa syukur dan keagungan bagi Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari).
52
e.
Amanat Dalam suatu amanat, akan tercermin pandangan hidup atau cita-cita
pengarang. Hal ini bisa terlihat dalam pemecahan permasalahan yang ada dalam suatu cerita. Mursal Esten mengatakan bahwa amanat adalah pemecahan atau penyelesaian tema (Mursal Esten, 1978,1978:22). Amanat juga dapat disebut sebagai pesan yang tersirat maupun tersurat yang ingin disampaikan pencipta cerita kepada orang lain. Selanjutnya menurut Panuti Sudjiman “amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau pendengar” (Panuti Sudjiman,1991:5). Pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau pengarang ini dapat terlihat jelas atau tidak. Jadi diperlukan kemampuan untuk memahami, kecermatan, dan ketelitian pembaca untuk menangkap pesan penulis. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, dan dapat dipandang sebagai wawasan yang diberikan pengarang terhadap suatu pokok persoalan yang ditampilkan dalam karyanya,
yang
kemudian
diharapkan
dapat
berguna
bagi
masyarakat
pembacanya. Amanat yang disampaikan dalam cerita rakyat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), secara tidak langsung memberikan gambaran atau wawasan bahwa manusia dalam hidupnya berada di dalam keterbatasan. Menyadari batasan tersebut, manusia berusaha berhubungan dengan sesuatu yang dianggap dapat memberikan sarana pertolongan dan mendatangkan berkah dalam kehidupannya.
53
Di dalam cerita rakyat ini yang dimaksudkan tersebut adalah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dianggap menjadi pepundhen Desa Gunungpring dan masyarakat pendukungnya. Karna dapat menolong dan melindungi. Selain itu dalam cerita ini juga disampaikan bahwa hendaknya manusia berhati-hati dan tidak hanya mementingkan diri sendiri, karena segala sesuwatu yang dilakukan akan mendapatkan balasan yang baik, sehingga perbuatan buruk akan berakibat buruk baginya. f.
Keterkaitan Antar Unsur Tema merupakan salah satu unsur pembentuk struktur karya sastra, tetapi
tema tidak dapat berhasil dengan baik apabila tidak didukung oleh unsur-unsur yang lain tersebut adalah alur, amanat, penokohan, dan latar atau setting. Semua unsur tersebut satu dengan lainnya saling berkaitan sehingga dapat terbentuk suatu keutuhan cerita. Keterkaitan antara tema dan amanat, bahwa tema dapat disebut sebagai pertanyaan atau permasalahan, sedangkan amanat merupakan jawaban atau pemecahan tema. Dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) bertemakan kepercayaan terhadap seorang figur yang dianggap mempunyai kesaktian dan dapat mendatangkan berkah. Tema di dalam cerita tersebut secara tidak langsung ingin memberikan gambaran atau wawasan kepada pembaca atau masyarakat umum, bahwa manusia dalam hidupnya berada dalam keadaan terbatas. Untuk menutupi keterbatasannya tersebut manusia berusaha dengan melakukan berbagai jalan. Salah satu jalan yang mereka lakukan adalah dengan berhubungan dengan Kyai Raden Santri
54
(Pangeran Singasari) yaitu melalui upacara tradisi ziarah makam untuk memuliakan dan mendoakannya. Disamping itu manusia selalu waspada dan berhati-hati guna menghindari malapetaka pada diri sendiri maupun masyarakat. Tema yang terdapat dalam cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) adalah masalah kepercayaan terhadap seorang figur yang dianggap mempunyai kesaktian yang dapat mendatangkan berkah, sehingga dalam hal ini tea mempunyai kaitan dengan penokohan. Tokoh yang dimaksud adalah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dianggap oleh masyarakat sebagai seorang figur yang baik, patut diagungkan kebesarannya sebagai sarana pemecahan permasalahan kehidupan. Selain tokoh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang juga ikut berperan penting dengan tema adalah Gus Jogo Rekso yang digambarkan memiliki sifat yang baik, karena ia merasa peduli dengan keberadaan masyarakat Desa Gunungpring dalam berbagai hal yang mengarah kepada kebaikan. Sebagai contoh ia bisa menentramkan hati masyarakat yang tadinya resah akibat timbulnya kejadian aneh pada lokasi makam dengan jalan melakukan komunikasi di alam sakral dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk mengetahui jawaban permasalahan. Dengan demikian melalui tokoh Gus Jogo Rekso muncullah kepercayaan bahwa Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) adalah seorang figur yang memiliki kesaktian dan mampu memberikan sarana pertolongan dan berkah dalam kehidupan. Selanjutnya Mochtar Lubis mengemukakan bahwa alur yang terakhir yaitu denaucement, yang merupakan tahapan pengarang dalam memberikan pemecahan
55
dari semua peristiwa. Dalam cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) ini, permasalah yang ada adalah rasa kepercayaan terhadap seorang figur yang dianggap dapat memberikan sarana pertolongan dan perlindungan. Oleh karena kepercayaan tersebut, maka kejadian aneh yang timbul di lokasi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) diselesaikan juga dengan mohon petunjuk Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Akibatnya permasalahan tersebut dapat diselesaikan, sehingga masyarakat mengagungkan kebesaran Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang diwujudkan dengan upacara tradisi ziarah makam di tempat tersebut. Pemecahan ini menunjukkan bahwa alur mempunyai keterkaitan dengan tema cerita, karena pada alur cerita ditampilkan pemecahan untuk menjawab permasalahan yang ada. Cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) ini juga menunjukkan adanya keterkaitan antara tema, penokohan dan latar tau setting. Hal ini dapat dilihat dari latarnya atau setting yaitu Desa Gunungpring yang masyarakatnya hidup dengan tenang dan menjalankan aktivitasnya masingmasing sehari-hari. Selanjutnya melalui tokoh Gus Jogo Rekso, sebagai warga Desa Gunungpring menjalankan proses kewalen di tempatnya merupakan bukti bahwa Desa Gunungpring merupakan tempat yang menjadi pilihan waliyullah yaitu Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dan akhirnya masyarakat menjadi percaya bahwa tokoh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) adalah tokoh yang memiliki kesaktian dan patut untuk dimuliakan. Selain itu masyarakat juga mempercayai
56
bahwa dengan lantaran beliau dapat meminta pertolongan dan berkah dalam kehidupan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) mengandung keterkaitan diantara unsur-unsurnya sehingga membentuk sebuah cerita yang utuh, meskipun keutuhan cerita tersebut sesuai dengan sifatnya sebagai sastra lisan. 2.
Tanggapan dan Penghayatan Masyarakat Karya sastra diciptakan untuk dihayati, dipahami, dinikmati dan
dimanfaatkan oleh masyarakat pembacanya bukan untuk dinikmati sendiri oleh pengarangnya. Karya sastra akan mempunyai arti bila ada yang menilai, menanggapi, dan membacanya. Penentu makna nilai karya sastra adalah masyarakat pembacanya. Menurut Umar Yunus “kesanggupan seseorang memahami suatu karya sastra yang memungkinkan dapat menafsirkan pertama kali dapat dilihat kesanggupannya untuk meringkas isi karya itu.” (1985:15). Demikian pula dalam penelitian cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Karya sastra tersebut diciptaakan untuk dihayati, dipahami, dinikmati, dan dimanfaatkan oleh pembaca. Karya sastra dan pembaca merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Umar Yunus menambahkan “pembicaraan kesusastraan tidak akan ada apabila tidak ada sebuah karya sastra. Karya sastra menjadi sesuatu yang inti dan memang tak ada yang menolak hakekat itu, hanya saja ini kemudian dilanjutkan. Karya sastra tidak akan hadir bila tidak ada yang menciptakannya, sehingga penciptaannya bukan hanya penting tetapi malah lebih penting”
57
(1982:2). Cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sudah ada sejak dahulu kala. Tetapi selama ini belum dapat diketahui dengan pasti siapa yang menciptakannya. Cerita rakyat makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari) merupakan suatu karya sastra yang penyebarannya dilakukan secara lisan dan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Hal tersebut membuka kemungkinan terjadinya penghayatan masyarakat terhadap cerita berbeda-beda. Penilaian atau tanggapan terhadap suatu karya sastra tergantung bagaimana penghayatan seorang secara
individu
serta
hal-hal
yang
mempengaruhinya.
Hal-hal
yang
mempengaruhi itu antara lain latar belakang golongan usia, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang penduduk pendatang dan penduduk setempat. a.
Latar Belakang Golongan Usia Faktor golongan usia akan berpengaruh dalam rangka menanggapi atau
menghayati terhadap eksistensi cerita rakyat makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari). Pada dasarnya bagi mereka yang datang ke tempat makam sangat mempercayai keberadaan cerita tersebut dan merasakan ketenangan dalam hidupnya bila melaksanakan tradisi ziarah. Berdasarkan pengalaman di lapangan, ditemukan adanya perbedaan bila ditinjau dari faktor golongan usia. Adapun perbedaan tersebut yaitu mengenai bahasa yang dipakai dan permasalahan hidup yang dihadapi. Bagi golongan usia tua dalam melaksanakan tradisi ziarah pada umumnya, lebih nyaman mengenakan busana seorang santri, seperti mengenakan sarung dan
58
peci. Namun bagi golongan usia muda sudah terpengaruh oleh kebudayaan modern dan pemikiran-pemikiran rasional, sehingga bila mereka berziarah, mereka tidak mempermasalahkan busana yang dikenakan. Akan tetapi tidak berarti bahwa golongan usia muda tidak peduli terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat berkaitan dengan cerita tersebut, karena mereka tetap menghormati
makam
para
pepundhen.
Selanjutnya
berkaitan
dengan
permasalahan hidup, bahwa kedatangan banyak orang ke lokasi makam pada umumnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, namun juga mempunyai maksud untuk berusaha memecahkan permasalahan hidupnya. Apabila ditinjau dari golongan usia, maka permasalahan hidupnya akan berbeda antara golongan usia tua dengan golongan usia muda. Bagi golongan usia tua biasanya permasalahan yang ingin dipecahkan lebih ditekankan untuk kepentingan akherat. Misalnya keinginan untuk dapat menunaikan ibadah haji, karena menurut ajaran Islam dengan ibadah haji akan mendapat balasan berupa surga di akherat nanti. Sebagai contoh adalah pengakuan dari Bapak Nasoah yang berusia 66 tahun asal warga Wonosobo. Menurut pengakuannya, beliau sempat berada di lokasi makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari) selama kurang lebih 40 hari dan memohon agar dapat menunaikan ibadah haji di tanah suci, dan akhirnya keinginan itu dapat dikabulkan. Sedangakan bagi golongan usia muda biasanya ingin memecahkan permasalahan hidup yang bersifat keduniaan, misalnya jodoh, pangkat, kekayaan, dan sebagainya. b.
Latar Belakang Pendidikan
59
Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang individu dalam menghayati suatu cerita rakyat. Bagi masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan bisa saja menerima mentah-mentah terhadap yang didengar, dilihat atau yang hendak dilaksanakan berkaitan dengan cerita rakyat. Namun
bagi
masyarakat
yang berpendidikan walaupun mencapai
dan
menghormatinya mereka tetap mempertimbangkan konsep-konsep yang rasional. Sehingga dalam mengatasi permasalahan hidupnya, maka akan ditunjang oleh faktor-faktor lain yang seiring dengan perkembangan jaman. Demikian juga yang dialami oleh masyarakat Desa Gunungpring yang mayoritas telah mengenyam pendidikan baik formal maupun nonformal. Mereka mempunyai konsep keyakinan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suwatu kaum manakala kaum itu tidak mau merubahnya sendiri. Sehingga selain melaksanakan aktivitas yang berkaitan dengan cerita rakyat makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari) seperti ziarah makam, mereka juga menempuh jalan lain sesuai dengan perkembangan jaman. Misalnya bagi orang yang mempunyai permasalahan hidup dalam hal penyakit, maka mereka juga melakukan perobatan secara medis, begitu juga yang menginginkan drajat, pangkat, atau kekayaan maka juga ditunjang dengan pendidikan dan sebagainya. Dengan demikian semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, maka akan mendapatkan kesempatan lebih besar dalam mencapai tujuan hidupnya dan akan memberikan penilaian yang obyektif terhadap keberadaan suatu cerita rakyat. c.
Latar Belakang Sosial Ekonomi
60
Faktor sosial ekonomi ikut serta menunjang seorang individu dalam memberikan penilaian terhadap eksistensi cerita rakyat. Pada dasarnya setiap orang atau individu menginginkan kehidupan sosial ekonomi yang baik akan dapat menunjang tercapainya cita-cita yang diharapkan. Banyak orang menganggap bahwa kehidupan sosial ekonomi yang baik adalah mereka orangorang yang hidup dalam status golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Anggapan sebagian masyarakat tersebut memang bisa diterima, karena memang secara lahiriah segala kebutuhannya bisa tercukupi. Namun tidak semua orang yang berada pada status golongan sosial ekonomi menengah ke atas merasakan demikian. Karena tidak sedikit orang yang berada dalam status tersebut kehidupan keluarganya berantakan. Sehingga pada dasarnya semua itu terpulang pada sifat individu masing-masing dalam menjalani kehidupannya. Secara umum masyarakat Gunungpring dapat dikelompokkan dalam kelas menengah, sedangkan masyarakat pendatang mempunyai bermacam-macam golongan ekonom. Salah seorang peziarah asal Wonosobo mengaku mempunyai cita-cita untuk menjabat kepala desa di daerahnya. Ia datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) adalah untuk memohon berkah agar citacitanya tercapai. Akhirnya keinginan itu bisa tercapai yang kemudian ia membagikan sedekah kepada warga sekitar Gunungpring berupa daging kambing yang dipotongnya sendiri. Bagi masyarakat setempat dari berbagai kalangan tetap menghormati dan mempercayai keberadaan makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari). Mereka setiap akan melaksanakan aktivitasnya sering datang ke makam Desa
61
Gunungpring untuk meminta petunjuk agar diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan. d.
Latar Belakang Penduduk Setempat dan Penduduk Pendatang Baik masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang mempunyai
kesamaan keyakinan dalam memandang makam arwah leluhur Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Mereka sama-sama berkeyakinan bahwa dengan wasilah atau perantaraan arwah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) akan dapat mendatangkan berkah dalam kehidupannya. Penghayatan tersebut kemudian diimplemasikan dalam suatu bentuk tradisi ziarah makam yang di dalamnya tidak tertutup kemungkinan terkandung beberapa kepentingan sesuai dengan keinginan para peziarah. Namun dalam melaksanakan proses tradisi ziarah ini, secara teknis terdapat perbedaan. Bagi masyarakat pendatang biasanya sebelum menuju lokasi makam, terlebih dahulu singgah di pondok pesantren Watu Congol yang berjarak sekitar 1 kilometer dari kompleks makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari). Mereka terlebih dahulu sowan kepada pengasuh pondok pesantren yaitu Bapak KH Achad Abdul Haq untuk memohon doa restu sekaligus petunjuk dalam rangka prosesi ziarah di makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari). Akan tetapi bagi masyarakat setempat para peziarah biasanya langsung menuju lokasi makam, hal ini dimungkinkan karena para warga setempat telah akrab dan mengenal lebih jauh kaitannya dengan prosesi ziarah di makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari). Adapun masyarakat pendatang tersebut antara lain dari Wonosobo, Kebumen, Ngawi, Kalimantan, Lampung dan sebagainya.
62
Mereka kadang bahkan sempat melaksanakan tirakatan selama berhari-hari di kompleks makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari). Setelah do’anya dikabulkan banyak orang melaksanakan tasyakuran yang diwujudkan dengan berbagai cara. Misalnya menyembelih kambing, membuat nasi liwet lengkap dengan segala lauk pauknya, dan lain-lain yang pada intinya merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui wasilah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Seiring dengan perkembangan jaman yang cukup pesat yang menyentuh berbagai bidang kehidupan akan sangat membuka peluang terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya yang pada akhirnya bisa mengikis penghayatan masyarakat terhadap mitos makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Namun bagi masyarakat Desa Gunungpring dan para peziarah pada dasarnya telah memiliki filter atau daya saring, sehingga tidak mudah luntur oleh pengaruh budaya luar. Mereka tetap mengakui sepenuhnya bahwa mitos cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) menjadi bagian dari kehidupannya dan mereka masih memiliki cerita rakyat tersebut sebagai suatu kebanggaan tersendiri. Bahkan bagi mereka yang menganut ajaran Islam adalah merupakan suatu keyakinan yang harus tertanam pada diri seseorang dan perlu diamalkan dalam kehidupan. 3.
Fungsi Mitos Makam Kyai Raden Santri ( Pangeran Singasari) Mitos tentang makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) merupakan
salah satu bentuk cerita rakyat yang hidup dalam masyarakat yang memiliki fungsi tertentu bagi masyarakat pendukungnya. Menurut James Danandjaja, cerita
63
rakyat dalam keberadaannya mempunyai fungsi sebagai alat pendidikan pelipur lara, proses social, dan proyeksi angan-angan (James Danandjaja, 1984: 4). Sedangkan WR. Bascom mengklasifikasikan fungsi cerita rakyat menjadi empat macam yaitu: (1) sebagai sistem proyeksi pencerminan angan-angan kelompok dari suatu masyarakat tertentu dan dalam waktu tertentu, (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga sosial masyarakat tradisional, (3) sebagai alat pendidikan anak tentang tingkah laku dan norma-norma sosial yang ideal, (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat untuk dipatuhi. Dari pendapat di atas, maka akan dibahas fungsi cerita rakyat tentang makam-makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) meskipun tidak semua cerita rakyat mempunyai fungsi tersebut, tetapi terbuka kemungkinannya masih ada fungsi lain. Adapun yang dimaksudkan fungsi cerita rakyat di makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) bahwa cerita tersebut masih hidup di dalam masyarakat dan dipercaya mempunyai sesuatu yang suci, mempunyai kegunaan terhadap masyarakat pendukungnya dalam hubungannya dengan jaman sekarang. Adapun fungsi tersebut sebagai berikut: a.
Sebagai sistem proyeksi alat pencerminan angan-angan kolektif Cerita rakyat sebagai karya sastra lahir dari masyarakat sehingga sulit
diketahui pengarangnya. Cerita rakyat yang terdapat di makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) penyebarannya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Dalam cerita tersebut terkadang nilai-nilai yang dihayati, dipercaya dan diamalkan oleh masyarakat. Penghayatan cerita tersebut
64
kemudian membentuk suatu sistem kepercayaan masyarakat yang akhirnya diproyeksikan dalam bentuk tradisi ziarah makam yang di dalamnya terkandung konsep-konsep keyakinan. Kepercayaan masyarakat pendukung terhadap cerita rakyat tentang makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) lebih kuat, karena mereka sadar bahwa dunia penuh diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib sehingga sangat mempegaruhi kehidupannya. Mereka percaya bahwa Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dapat membantu memecahkan permasalahan hidup yang dialami manusia. Roh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipercaya mempunyai kekuatan gaib dan dapat digunakan sebagai fasilitas untuk memohon berkah dalam kehidupan. Dengan kepercayaan tersebut mengakibatkan banyak peziarah yang datang untuk bertirakat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), dengan harapan untuk mendapatkan berkah sesuai dengan yang diinginkan mereka. Orang-orang mengadakan tirakatan maupun tradisi ziarah makam pada dasarnya merupakan pencerminan angan-angan masyarakat. Mereka mempunyai kepercayaan bahwa dengan melakukan tirakat dan ziarah di makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) akan berhasil segala keinginannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angan-angan masyarakat terhadap terkabulnya apa yang diinginkan itu merupakan pencerminan kepercayaan masyarakat terhadap suatu mitos. b.
Sebagai Sarana Untuk Mengukuhkan Tempat Keramat Cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
sebagai salah satu cerita prosa lisan milik rakyat, dalam kedudukannya memiliki
65
fungsi sebagai sarana untuk mengukuhkan tempat keramat. Masyarakat mempunyai adanya kesaktian orang-orang jaman dahulu dan roh-roh orang tersebut, sehingga dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam hidup dan kekuatan alam yang ditimbulkan oleh roh-roh itu dapat berupa petikan atau makam, benda-benda peninggalan yang mempunyai kekuatan ghoib dan lain-lain. Kita sering mendengar atau bahkan banyak mempengaruhi bahwa dalam kehidupan ini banyak hal-hal yang dikeramatkan. Demikian pula dengan cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dianggap dan dipercaya mempunyai kekuatan gaib, sehingga banyak orang datang ke tempat tersebut untuk mencari berkah. Dalam cerita rakyat tentang makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) terdapat kejadian aneh pada cungkup makam yang melayang jauh hingga ratusan meter. Kejadian aneh tersebut ternyata berkaitan dengan makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dan akhirnya Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipercaya mempunyai kekuatan goib, sehingga banyak peziarah yang datang ingin mendapatkan berkah ditempat tersebut. Berdasarkan kejadian-kejadian masa lalu yang berkaitan dengan makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), maka masyarakat mulai menganggap bahwa makam tersebut merupakan tempat keramat dan layak untuk dihormati keberadaannya. Dengan kepercayaan tersebut itu pula mereka berharap mendapat berkah dari kekuatan goib yang ditimbulkan dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), karena kekuatan goib tersebut dapat menolong kehidupan manusia.
66
c.
Sebagai Alat Pendidikan Cerita rakyat tentang makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
sebagai salah satu dari sekian banyak cerita rakyat yang tersebar ditanah air, ternyata didalamnya mengandung berbagai unsur pendidikan. Unsur-unsur pendidikan itu meliputi tingkah laku, dan norma-norma yang ada dalam pola tingkah laku daan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Melalui cerita tersebut, diharapakan pola tingkah laku masyarakat akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dipercayai dan dikeramatkan oleh masyarakat didalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan sebagai berikut: 1)
Mendidik manusia agar selalu taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita semua menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah ciptaan
Yang Maha Kuasa. Demikian juga dengan kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) adalah merupakan ciptaan Nya. Segala sesuatu yang ada pada Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) berada dibawah kekuwasaan Tuhan yang sepatutnya beliau terima karena beliau berbudi luhur dan rela memikirkan kepentingan umat manusia. Kesaktian yang ada pada diri Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dapat dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat yang mau mempercayai kekuasaan Tuhan. Melalui upacara tradisi ziarah makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) di Desa Gunungpring masyarakat juga ingin menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan perlindungan yang aman dan tempat untuk memohon berkah kehidupan dengan perantaraan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari).
67
2)
Mendidik manusia agar berbudi luhur dan tolong menolong Di dalam pelaksanaan tradisi ziarah di makam kyai Raden Santri (Pangeran
Singasari) tidak ada perbedaan antara orang kaya dengan orang miskin. Semua warga masyarakat berkewajiban untuk bertanggung jawab atas keberadaan Desanya. Mereka bekerja sama dan saling membantu melaksanakan kegiatan rutin dalam rangka menghormati leluhurnya. Dalam cerita rakyat yang terdapat di makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) masyarakat juga mendapat ajaran bahwa sifat baik dari Kyai Raden Santri (Pangertian Singasari) patut dicontoh, yaitu selalu memperhatikan nasib setiap orang yang memerlukan pertolongan dalam setiap kesulitan yang dihadapi. 3)
Mendidik manusia agar selalu waspada Dalam cerita rakyat yang terdapat di makam kyai Raden Santri (Pangeran
Singasari) terdapat kisah bahwa timbulnya kejadian aneh yakni melayangnya cungkup makam hingga ratusan meter adalah karena ulah orang-orang yang bertindak ceroboh. Melalui cerita rakyat tersebut terdapat adanya nilai pendidikan yang bisa dipetik oleh masyarakat yaitu sikap selalu berhati-hati atau waspada dalam melakukan setiap tindakan. Hal ini disebabkan karena setiap tindakan yang dilakukan akan membawa dampak atau akibat masing-masing. Sikap ceroboh, takabur, individualis adalah perbuatan yang bisa mengakibatkan mala petaka khususnya bagi diri sendiri. Kita harus waspada dan tau menempatkan diri kita. Munculnya kejadian aneh yang biasanya jarang terjadi lebih-lebih ditempat yang dianggap keramat dan suci oleh masyarakat membuat setiap orang bersikap hatihati.
68
d.
Sebagai Pengawas Norma-norma Masyarakat Yang Harus Dipatuhi Oleh Kolektifnya Manusia yang hidup dialam mistis dalam menghadapi gejala-gejala alam
disekitarnya meninggalkan kesan-kesan yang mendalam pada alam pikirannya. Mereka beranggapan dunianya dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan ghoib. Hubungan manusia dengan kekuatan-kekuatan ghoib ini, kemudian terealisasi dalam bentuk upacara tradisi. Didalam salah satu bentuk upacara religious tersebut mereka melaksanakan konsep-konsep keyakinan yang ada dalam pikirannya. Rangkaian-rangkaian upacara itu pada dasarnya merupakan wujud norma-norma dalam religinya. Upacara religious dalam tradisi ziarah pada dasarnya merupakan cermin kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan dan kekuatan ghoib yang ditimbulkan melalui Kyai Raden
Santri (Pangeran Singasari). Dengan
kepercayaan tersebut maka dapat dipakai sebagai pedoman tingkah laku atau norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi oleh kolektifnya. Adapun upacara religious yang berada di makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Desa Gungungpring tersebut dapat digunakan sebagai pengawas norma-norma yang beraku dan harus dipatuhi oleh masyarakat itu sendiri. e.
Sebagai Sarana Hiburan Cerita rakyat tenang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, karena didalam cerita tersebut terkandung nilai-nilai budaya yang bersifat menghibur. Hal ini sesuai dengan pendapat James Danandjaja yang mengatakan bahwa “ cerita rakyat sebagai salah satu bentuk
69
kebudayaan dapat dipakai sebagai sarana hiburan” (1984: 170). Bentuk-bentuk cerita sebagai sarana hiburan seperti legenda, dongeng, nyanyian tradisional, dan permainan rakyat. Cerita rakyat tentang makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dilihat dari bentuk maupun jalan ceritanya dapat dikategorikan sebagai cerita yang bersifat historis. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa dalam cerita tersebut terkandung nilai-nilai sejarah tentang segala sesuwatu yang berhubungan dengan perjuangan dalam rangka mengemban misi ntuk menyebar luaskan ajaran Islam. Namun dengan munculnya berbagai kejadian ajaib yang berkaitan dengan cerita tersebut, maka dapat juga digolongkan sebagai dongeng. Adapun fungsi dari dongeng ini terutama ditunjukkan untuk golongan anak-anak yang bersifat menghibur. Biasanya cerita ini dituturkan oleh orang tua menjelang tidur sebagai penghibur sekaligus bersifat mendidik. Dengan adanya cerita tersebut juga mengundang para pengunjung untuk melakukan upacara religious, sehingga secara tidak langsung para pengunjung merasa terhibur dirinya karena merasa mendapat harapan-harapan. Karena cerita tersebut juga mengandung nilai-nilai sejarah, maka banyak yang berasal dari daerah untuk datang ketempat makam kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), selain memiliki fungsi tersebut diatas juga memiliki fungsi ekonomi, yaitu menambah pendapatan masyarakat. Bagi masyarakat sekitar makam suasana keramaian pengunjung bisa menambah penghasilan sehari-hari. Misalnya dengan berdagang, membuka tempat parker kendaraan, atau bergerak di bidang jasa lain.
72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian dalam pembahasan adalah sebagai berikut: 1.
Struktur cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dibahas meliputi tema, alur atau plot, penokohan, latar atau setting, dan amanat. Tema utama dalam cerita rakyat tentang makam Kyai Raden santri (Pangeran Singasari) adalah kepercayaan terhadap seorang figure yang dianggap mempunyai kesaktian, yang dapat mendatangkan berkah bagi kehidupan. Selain itu cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) juga mengandung tema sampingan yaitu tentang ungkapan rasa syukur. Alur atau plot dalam cerita tersebut merupakan alur tertutup, sebab pada akhir cerita telah diberikan penyelesaian, yaitu masyarakat Desa Gunungpring terlepas dari rasa keresahan yang diakibatkan oleh adanya kejadian aneh pada makam Kyai raden Santri (Pangeran Singasari), serta masyarakat merasa senang karena telah memiliki monument atau bangunan spiritual sebagai tempat roh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Penokohan dalam cerita ini ada dua, yaitu Kyai raden Santri (Pangeran Singasari) sebagai tokoh sentral, yang bersifat baik, bijaksana, dan penolong bagi masyarakat. Tokoh yang satuanya adalah Gus Jogo Rekso sebagai tokoh bawahan yang membantu masyarakat sebagai medium komunikasi dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Latar
72
73
atau setting dalam cerita ersebut meliputi Dusun santren dan Dusun Gunungpring. Dusun santren merupakan tempat menetapnya Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) selama dalam mengembangkan ajaran Islam di Desa Gunungpring. Sedangkan Dusun Gunungpring adalah sebagai tempat semua peristiwa yang berhubungan dengan cerita. Adapun yang enjadi amanat adalah keadaan manusia yang terbatas, sehingga manusia di dalam hidunya lebih berhati-hati di dalam bertindak serta senantiasa mengadakan hubungan dengan yang lebih berkuasa. 2.
Fungsi mitos makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) bagi masyarakat pendukungnya adalah sebagai system proteksi alat pencermin angan-angan kolektif, sebagai sarana untuk mengukuhkan tempat keramat, sebagai alat pendidikan, sebagai pengawas norma-norma masyarakat yang harus dipatuhi oleh kolektifnya, dan sebagai sarana hiburan.
3.
Tanggapan dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipengaruhi oleh berbagai latar belakang, yaitu:latar belakang usia, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang penduduk setempat dan penduduk pendatang.
74
B. Saran Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang terletak di wilayah Asia Tenggara memiliki banyak cerita rakyat. Cerita itu dapat digolongkan dalam bentuk dongeng, legenda, mitos, dan mite. Cerita rakyat tentang makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) merupakan salah satu cerita yang didalamnya terkandung unsur-unsur mitos yang perlu penelitian dan pengamanan agar tidak punah. Pengematan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya pendokumentasian dalam bentuk buku bacaan atau ilmu pengetahuan, sehingga generasi muda akan memahami arti yang tersirat maupun yang tersurat dalam cerita tersebut. Cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sebagai salah satu dari sekian banyak cerita di Indonesia, perlu diadakan penelitian dengan berbagai tinjauan, misalnya tinjauan sosiologi sastra, resepsi sastra, dan lain-lain. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Hary Susanto, F. S. 1987. Mitos menurut pemikiran Mircea Eliade. Yogyakarta: Kanisius. H. B. Sutopo. 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar Teori Praktis. Surakarta: UNS Press . Jammes Danandjaja. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lainlain. Jakarta: Graffiti. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1991. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Lexy, J. Moleong. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rusda Karya. Peursen van, CA. 1987. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Panuti Sudjiman. 1991. Memahami Cerita Rakyat. Jakarta: Pustaka Jaya. Sapardi Djoko Damono. 1984. Sosiologi Sastra Sebagai Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia. Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Yus Rusyana. 1981. Cerita Rakyat Nusantara. Bandung: Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Bandung.
75
Lampiran 1. Foto Gus Jogo Rekso yang merupakan Wareng dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
76
77
Lampiran 2. Foto Kijing makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
78
Lampiran 3. Foto silsilah Pangeran Singasari (Kyai Raden Santri) Pasarean Gunungpring Muntilan
79
Lampiran 4. Foto pintu masuk utama bagian depan komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
80
Lampiran 5. Foto ruangan makam sanak kerabat (keluarga) Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dikelilingi oleh pagar besi
81
Lampiran 6. Foto ruangan bangsal yang biasa digunakan sebagai tempat istirahat para peziarah
82
Lampiran 7. Foto para peziarah yang mendatangi komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk memohon berkah
83
Lampiran 8. Foto peziarah yang mendatangi makam Mbah Dalhar untuk memohon berkah
84
Lampiran 9. Foto halaman depan komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
85
Lampiran 10. Foto gedung koprasi yang berada di dalam komplek makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
86
Lampiran 11. Foto pemakaman umum Dusun Gunungpring yang juga berada di dalam komplek Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
87
Lampiran 12. Foto suasana lingkungan di sekitar lokasi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang dipenuhi oleh tanaman pring (bambu)
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN DARI NARASUMBER
Nama Sumber Utama : Bapak H. Usman Usia
: 66 tahun
Pekerjaan
: pengelola makam
1.
Bagaimana sejarah umum makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)? Dahulu Desa Gunungpring merupakan tempat untuk menyebarkan agama
Islam oleh kyai Raden Santri. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1613-1645 M. kyai Raden Santri adalah keturunan dari raja-raja Brawijaya dengan sebuah gelar Pangeran Singasari. Beliau adalah kakak dari sultan Agung. Dengan misinya untuk mengembangkan ajaran agama Islam, maka beliau meninggalkan diri dari kerajaan hingga akhirnya menetap di Desa Gunungpring, Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dengan segala kejernihan batinnya mampu melihat jauh kedepan mengerti tentang segala sesuwatu yang akan terjadi dengan menembus dimensi wakyu ratusan sampai ribuan tahun lamanya, sehingga dianggap sebagai “waliyullah”. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)sebagai “waliyullah” mengemban misi yang sangat besar yaitu membebaskan rakyat dari segala kebodohan, bencana, sekaligus mengangkat derajat ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Dalam memperjuangkan kehidupan masyarakat sekitar Desa Gunungpring beliau mendapat dukungan dari para santrinya yang cukup banyak sehingga muncul adanya Desa Santren.
Kearifan dan kebijaksanaan “waliyullah” Kyai Raden Santri menjadi keagungan banyak orang. Meskipun beliau telah meninggal berates-ratus tahun lamanya namun nilai-nilai kemuliyaannya masih dapat diketahui oleh banyak orang hingga sekarang. Hal tersebut lebih diperjelas dengan adanya seorang perempuan warga Desa Gunungpring yang pada suwatu malam bermimpi mendapatkan wahyu. Dalam mimpinya ia menerima wahyu yang berbentuk sebutir kelapa bercahaya jatuh didepan halaman rumahnya dekat kompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Kejadian tersebut ternyata membawa keberuntungan, karena tidak lama kemudian perempuan tersebut diperistri oleh Gus Jogo Rekso. Gus Jogo Rekso adalah salah seorang wareng Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). 2.
Kapan pengunjung atau peziarah mendatangi tempat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)? Dalam mendatangi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) bisa
kapan saja sewaktu-waktu datang ke tempat tersebut sesuwai dengan kebutuhan dan kepentingannya, namun kebanyakan orang datang pada bulan Sya’ban atau Ruwah. Hal itu dikarenakan bahwa dalam Islam Bulan Sya’ban atau Ruwah merupakan salah satu bulan mulia, yang kemudian oleh sebagian masyarakat Jawa diisi dengan tradisi sadranan. Tradisi sadranan dimaksudkan untuk mengirim arwah leluhur sekaligus memohon keselamatan dunia sampai akherat. Dengan kaitan tersebut banyak orang datang dari berbagai daerah untuk berziarah ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Setelah kebutuhannya
dikabulkan biasanya seseorang mengadakan nadzar sebagai tanda syukur dan terima kasih. 3.
Bagaimana proses tradisi ziarah makam terhadap arwah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)? Pelaksanaan tradisi ziarah makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)
dilakukan hamper setiap hari. Hal ini dapat diketahui dengan antusiasnya peziarah berdatangan ke tempat makam tersebut yang berasal dari berbagai penjuru daerah dan jumlahnya kadang hingga mencapai ratusan orang. Kedatangan mereka biasanya untuk ngalap berkah di Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Dalam tradisi ini ada beberapa hal yang harus ditaati seperti menghormati arwah yang meninggal dengan melepas alas kaki baik berupa sepatu atau sandal di pintu masuk ruang bangsal, member laporan kepada juru kunci sebelum masuk ruangan makam utama, menjaga sopan santun selama berada di makam tersebut misalnya harus laku dhudhuk sebelum masuk pintu ruang utama serta peziarah tidak diperbolehkan member uang kepada juru kunci selama berada di ruangan makam, namun jika ingin beramal hendaknya dimasukkan dalam kotak amal yang telah disediakan. Para peziarah datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk berziarah sekaligus memohon berkah karena arwah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipercaya mampu mendatangkan berkah bagi kehidupan serta mengabulkan siapa saja yang mau meminta. Selain itu juga ada kepercayaan jika berziarah ke makam tersebut maka mendapatkan pahala yang sama dengan berziarah ke Mekah yang merupakan kota suci umat Islam. Oleh sebab itu banyak
orang datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang senantiasa dapat melindungi dan membantu dalam menyelesaikan permasalahan hidup. Masyarakat datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sekaligus mempunyai alas an menyadari bahwa manusia ada dalam keterbatasan. Menyadari keterbatasan tersebut manusia berusaha berhubungan dengan sesuwatu yang dianggap dapat menolong dan mendatangkan berkah dalam kehidupannya. Di lain pihak cerita tersebut juga menyampaikan bahwa manusia hendaknya berhati-hati dan tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri, karena segala sesuwatu yang dilakukan akan membawa akibat. Perbuatan buruk berakibat buruk, sebaliknya jika baik berakibat baik. 4.
Bagaimana cerita asal mula Desa Gunungpring? Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, di tempat tersebut dahulu
merupakan suatu pegunungan yang ditumbuhi oleh berumpun-rumpun bamboo dan kemudian dibuka oleh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk mengajarkan agama Islam, sampai kemudian menjadi sebuah pesanggrahan dan lama-lama menjadi sebuah Dusun yang kemudian terkenal dengan nama Dusun Gunungpring. Konon menurut cerita, jika pohon bamboo tersebut digunakan oleh orang lain di luar Dusun Gunungpring, maka akan membawa keanehan, misalnya jika pohon bamboo tersebut digunakan untuk membangun rumah, maka akan timbul suara aneh yang tidak beraturan pada bambu tersebut, sedangkan yang ada sampai sekarang dalam kompleks makam, selain makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) juga terdapat makam-makam dari keturunan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari).
5.
Tempat mana sajakah yang berhubungan dengan cerita rakyat makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)? a. Dusun Santren Asal mula nama Dusun Santren diperoleh karena dahulu merupakan murid
yang sedang menuntut ilmu dalam bidang agama Islam. Dusun santren juga merupakan salah satu tempat yang digunakan oleh Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk mengajarkan agama Islam. Untuk mengenang jasa-jasanya, maka tempat tersebut diberi nama Dusun Santren. Kata Santren berasal dari kata “santri” yang oleh masyarakat secara umum dapat diartikan sebagai seorang tempat meninggalnya Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang kemudian dimakamkan di Gunungpring. b. Mesjid Selo Boro Mesjid Selo Boro merupakan bangunan peninggalan dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang digunakan sebagai tempat peribadatan beliau dengan para pengikutnya. Semula bangunan tersebut berupa langgar atau mushola, yang kemudian direnovasi hingga akhirnya sekarang menjadi sebuah masjid. Masjid tersebut berada di Dusun Santren tepatnya di sebelah timur lautkompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). c. Blumbang Gedhe Istilah Blumbang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari khususnya di masyarakat pedesaan. Blumbang merupakan bagian permukaan tanah yang tergenang oleh air dalam ukurang yang luas. Blumbang Gedhe berada di Dusun
Santren tepatnya di sebelah barat masjid dan pemakaman umum. Dahulu blumbang tersebut di gunakan sebagai tempat berwudhu Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) serta para santrinya. Selain itu, konon menurut cerita dahulu ada sepasang penganten baru hilang ketika mandi Dalam Blumbang Gedhe. Setelah hilangnya sepasang pengantin kemudian muncul 2 (dua) buah batu. Kedua buah batu tersebut oleh masyarakat dianggap merupakan penjelmaan dari sepasang pengantin yang hilang. Letak batu tersebut yang satu berada disebelah timur laut Blumbang Gedhe yang dianggap penjelmaan laki-laki dan satunya lagi berada di sebelah barat daya Blumbang Gedhe dan dianggap sebagai penjelmaan pengantin perempuan. 6.
Bagaimana peran Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dalam pemerintahan? Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)sebagai “waliyullah” mengemban
misi yang sangat besar yaitu membebaskan rakyat dari segala kebodohan, bencana, sekaligus mengangkat derajat ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Dalam memperjuangkan kehidupan masyarakat sekitar Desa Gunungpring beliau mendapat dukungan dari para santrinya yang cukup banyak sehingga muncul adanya Desa Santren. 7.
Siapakah gus jogo rekso itu? Gus Jogo Rekso adalah salah seorang wareng Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari).
8. Bagaimanakah proses kewalen yang dialami Gus Jogo Rekso?
Perjalanan hidup Gus Jogo Rekso mencerminkan nilai-nilai keauliya’an dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), hingga pada suwatu saat Gus Jogo Rekso mengalami proses “kewalen”.dalam proses “kewalen” tersebutia menghilang dari tempat tinggalnya selama berhari-hari dan tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya. Kabar hilangnya Gus Jogo Rekso sempat menjadi cerita yang tersebar dari telinga ke telinga seluruh penduduk. Dengan penuh semangat gotong royong warga Desa Gunungpring mengadakan pencarian terhadap keberadaan Gus Jogo Rekso. Di tengah-tengah kesibukan warga Desa Gunungpring mencari keberadaannya, tiba-tiba Gus Jogo Rekso muncul, namun kemunculannya dalam keadaan berdiam diri atau bersemedi. Dalam keadaan seperti itulah Gus Jogo Rekso dapat berkomunikasi dengan Kyai Raden Santri yang member petunjuk, bahwa nilai-nilai keauliya’an kyai Raden Santri diwariskan kepada Gus Jogo Rekso. Akhirnya dengan keauliya’an tersebut banyak orang dating untuk bertemu dengan Gus Jogo Rekso dan masyarakat menganggap bahwa makam Kyai Raden Santri merupakan tempat yang suci dan keramat. Pada suwatu hari ada orangorang yang bermaksud memugar dan memperbaikinya dengan memberikan cungkup tanpa sepengetahuan dan seizing Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) lalu cungkup itu selalu melayang hingga ratusan meter, dan beberapa mengalami nasib yang sama yaitu terbang melayang jauh hingga ratusan meter. Karena adanya kejadian aneh tersebut yang bertubi-tubi masyarakat menjadi resah dan ketakutan. Menurut cerita kejadian aneh tersebut timbul karena tindakan pemugaran yang dilakukan mempunyai maksud lain di dalam hatinya yang tidak
sesuwai dengan kehendak Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), mereka menyimpan kepentingan untuk diri sendiri. Kemudian Gus Jogo Rekso merenungkan apa yang bias mereka perbuat untuk mengungkapkan keagungan dan keluhuran budi Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui makam tersebut, maka dengan petunjuk Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) seluruh proses pemugaran diperkenankan untuk dilaksanakan oleh kerabat keluarga Gus Jogo Rekso serta tokoh masyarakat dan para ulama’ yang pada mulanya orang-orang tersebut sering berkunjung ke makam untuk maksud yang sama dengan masyarakat umum lainnya yaitu berziarah.
9.
Kapan pembangunan makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dilaksanakan? Pembangunan makam Kyai Raden Santri dilaksanakan setelah Gus Jogo
Rekso merenungkan apa yang bias mereka perbuat untuk mengungkapkan keagungan dan keluhuran budi Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui makam tersebut, maka dengan petunjuk Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) seluruh proses pemugaran diperkenankan untuk dilaksanakan oleh kerabat keluarga Gus Jogo Rekso serta tokoh masyarakat dan para ulama’ yang pada mulanya orang-orang tersebut sering berkunjung ke makam untuk maksud yang sama dengan masyarakat umum lainnya yaitu berziarah. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) setelah mengizinkan pemugaran, maka sekarang bercorak dan berwujud bangunan spiritual yang telah
disesuwaikan dengan perkembangan teknologi. Di sisi lain masyarakat mempercayai bahwa bangunan spiritual merupakan manifestasi dari konsep irasional. Maksudnya masyarakat mempercayai bahwa bangunan spiritual tersebut didasarkan atas petunjuk dan sabda Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang diterima oleh Gus Jogo Rekso melalui pertemuan di alam sacral. Bangunan-bangunan dan tempat-tempat peninggalan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sampai sekarang dikeramatkan dan dianggap sebagai tempat yang suci, kemudian banyak orang yang berdatangan ke tempat tersebut. Adapun tujuannya adalah pada dasarnya ingin berhubungan dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), karena dengan berhubungan tersebut manusia dapat meminta pertolongan baik materiil maupun spiritual, misalnya untuk membantu memecahkan persoalan dalam hidupnya antara lain masalah ekonomi, pekerjaan, pangkat, penyakit, jodoh, dan lain sebagainya.
10.
Bagaimana mitos yang terdapat dalam cerita Rakyat Makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) Banyak mitos yang terdapat dalam cerita Rakyat Makam Kyai Raden Santri
(Pangeran Singasari). Pada suwatu hari ada orang-orang yang bermaksud memugar dan memperbaikinya dengan memberikan cungkup tanpa sepengetahuan dan seizing Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) lalu cungkup itu selalu melayang hingga ratusan meter, dan beberapa mengalami nasib yang sama yaitu terbang melayang jauh hingga ratusan meter.
11.
Bagaimanakah sikap Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) terhadap rakyat? Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)sebagai “waliyullah” mengemban
misi yang sangat besar yaitu membebaskan rakyat dari segala kebodohan, bencana, sekaligus mengangkat derajat ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Dalam memperjuangkan kehidupan masyarakat sekitar Desa Gunungpring beliau mendapat dukungan dari para santrinya yang cukup banyak sehingga muncul adanya Desa Santren. Kearifan dan kebijaksanaan “waliyullah” Kyai Raden Santri menjadi keagungan banyak orang. Meskipun beliau telah meninggal berates-ratus tahun lamanya namun nilai-nilai kemuliyaannya masih dapat diketahui oleh banyak orang hingga sekarang. Hal tersebut lebih diperjelas dengan adanya seorang perempuan warga Desa Gunungpring yang pada suwatu malam bermimpi mendapatkan wahyu. Dalam mimpinya ia menerima wahyu yang berbentuk sebutir kelapa bercahaya jatuh didepan halaman rumahnya dekat kompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Kejadian tersebut ternyata membawa keberuntungan, karena tidak lama kemudian perempuan tersebut diperistri oleh Gus Jogo Rekso. Gus Jogo Rekso adalah salah seorang wareng Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari).
12.
Faktor apa yang mendorong peziarah datang ke lokasi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)?
Para peziarah datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk berziarah sekaligus memohon berkah karena arwah Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dipercaya mampu mendatangkan berkah bagi kehidupan serta mengabulkan siapa saja yang mau meminta. Selain itu juga ada kepercayaan jika berziarah ke makam tersebut maka mendapatkan pahala yang sama dengan berziarah ke Mekah yang merupakan kota suci umat Islam. Oleh sebab itu banyak orang datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang senantiasa dapat melindungi dan membantu dalam menyelesaikan permasalahan hidup. Masyarakat datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sekaligus mempunyai alas an menyadari bahwa manusia ada dalam keterbatasan. Menyadari keterbatasan tersebut manusia berusaha berhubungan dengan sesuwatu yang dianggap dapat menolong dan mendatangkan berkah dalam kehidupannya. Di lain pihak cerita tersebut juga menyampaikan bahwa manusia hendaknya berhati-hati dan tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri, karena segala sesuwatu yang dilakukan akan membawa akibat. Perbuatan buruk berakibat buruk, sebaliknya jika baik berakibat baik.
13.
Bagaimana kesan para peziarah yang mendatangi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)? Kesan peziarah yang datang dari luar daerah magelang mereka sangat
khusyuk untuk beribadah disitu. Mereka berdoa untuk mengalab berkah atau untuk menginginkan sesuwatu dari mereka berziarah dimakam Kyai Raden Santri.
14. Apa sajakah fungsi dari keberadaan makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)? Fungsi dari keberadaan makam Kyai Raden santri adalah mendidik manusia agar selalu taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mendidik manusia untuk selalu berbudi luhur dalam selalu bertanggung jawab atas keberadaan makam tersebut. Mendidik manusia untuk selalu waspada. 15. Apa sajakah yang harus dilaksanakan di dalam makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)? Pelaksanaan tradisi ziarah makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dilakukan hamper setiap hari. Hal ini dapat diketahui dengan antusiasnya peziarah berdatangan ke tempat makam tersebut yang berasal dari berbagai penjuru daerah dan jumlahnya kadang hingga mencapai ratusan orang. Kedatangan mereka biasanya untuk ngalap berkah di Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Dalam tradisi ini ada beberapa hal yang harus ditaati seperti menghormati arwah yang meninggal dengan melepas alas kaki baik berupa sepatu atau sandal di pintu masuk ruang bangsal, member laporan kepada juru kunci sebelum masuk ruangan makam utama, menjaga sopan santun selama berada di makam tersebut misalnya harus laku dhudhuk sebelum masuk pintu ruang utama serta peziarah tidak diperbolehkan member uang kepada juru kunci selama berada di ruangan makam, namun jika ingin beramal hendaknya dimasukkan dalam kotak amal yang telah disediakan. Para peziarah datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) untuk berziarah sekaligus memohon berkah karena arwah Kyai Raden Santri
(Pangeran Singasari) dipercaya mampu mendatangkan berkah bagi kehidupan serta mengabulkan siapa saja yang mau meminta. Selain itu juga ada kepercayaan jika berziarah ke makam tersebut maka mendapatkan pahala yang sama dengan berziarah ke Mekah yang merupakan kota suci umat Islam. Oleh sebab itu banyak orang datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang senantiasa dapat melindungi dan membantu dalam menyelesaikan permasalahan hidup. Masyarakat datang ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sekaligus mempunyai alas an menyadari bahwa manusia ada dalam keterbatasan. Menyadari keterbatasan tersebut manusia berusaha berhubungan dengan sesuwatu yang dianggap dapat menolong dan mendatangkan berkah dalam kehidupannya. Di lain pihak cerita tersebut juga menyampaikan bahwa manusia hendaknya berhati-hati dan tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri, karena segala sesuwatu yang dilakukan akan membawa akibat. Perbuatan buruk berakibat buruk, sebaliknya jika baik berakibat baik.
Menurut bapak Chowaid mantan pengurus yayasan Kyai Raden Santri dan Bapak Darsono juru kunci pemakaman. Bapak Chowaid mantan pengurus yayasan Kyai Raden Santri dan Bapak Darsono juru kunci pemakaman. Hasil pengumpulan dan perbandingan cerita tersebut kemudian disusun secara lengkap dan jelas. Adapun isi ceritanya adalah sebagai berikut, dahulu Desa Gunungpring merupakan tempat untuk menyebarkan agama Islam oleh kyai Raden Santri. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1613-1645 M. Kyai Raden Santri adalah keturunan dari raja-raja Brawijaya dengan sebuah gelar Pangeran Singasari. Beliau adalah kakak dari sultan Agung. Dengan misinya untuk mengembangkan ajaran agama Islam, maka beliau meninggalkan diri dari kerajaan hingga akhirnya menetap di Desa Gunungpring, Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) dengan segala kejernihan batinnya mampu melihat jauh kedepan mengerti tentang segala sesuwatu yang akan terjadi dengan menembus dimensi waktu ratusan sampai ribuan tahun lamanya, sehingga dianggap sebagai “waliyullah”. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari)sebagai “waliyullah” mengemban misi yang sangat besar yaitu membebaskan rakyat dari segala kebodohan, bencana, sekaligus mengangkat derajat ke jenjang kehidupan yang lebih baik. Dalam memperjuangkan kehidupan masyarakat sekitar Desa Gunungpring beliau mendapat dukungan dari para santrinya yang cukup banyak sehingga muncul adanya Desa Santren. Kearifan dan kebijaksanaan “waliyullah” Kyai Raden Santri menjadi keagungan banyak orang. Meskipun beliau telah meninggal beratus-ratus tahun
lamanya namun nilai-nilai kemuliyaannya masih dapat diketahui oleh banyak orang hingga sekarang. Hal tersebut lebih diperjelas dengan adanya seorang perempuan warga Desa Gunungpring yang pada suwatu malam bermimpi mendapatkan wahyu. Dalam mimpinya ia menerima wahyu yang berbentuk sebutir kelapa bercahaya jatuh didepan halaman rumahnya dekat kompleks makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Kejadian tersebut ternyata membawa keberuntungan, karena tidak lama kemudian perempuan tersebut diperistri oleh Gus Jogo Rekso. Gus Jogo Rekso adalah salah seorang wareng Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, perjalanan hidup Gus Jogo Rekso mencerminkan nilai-nilai keauliya’an dari Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), hingga pada suwatu saat Gus Jogo Rekso mengalami proses “kewalen” dalam proses “kewalen” tersebut dia menghilang dari tempat tinggalnya selama berhari-hari dan tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya. Kabar hilangnya Gus Jogo Rekso sempat menjadi cerita yang tersebar dari telinga ke telinga seluruh penduduk. Dengan penuh semangat gotong royong warga Desa Gunungpring mengadakan pencarian terhadap keberadaan Gus Jogo Rekso. Di tengah-tengah kesibukan warga Desa Gunungpring mencari keberadaannya, tiba-tiba Gus Jogo Rekso muncul, namun kemunculannya dalam keadaan berdiam diri atau bersemedi. Dalam keadaan seperti itulah Gus Jogo Rekso dapat berkomunikasi dengan Kyai Raden Santri yang memberi petunjuk, bahwa nilai-nilai keauliya’an kyai Raden Santri diwariskan kepada Gus Jogo Rekso.
Akhirnya dengan keauliya’an tersebut banyak orang datang untuk bertemu dengan Gus Jogo Rekso dan masyarakat menganggap bahwa makam Kyai Raden Santri merupakan tempat yang suci dan keramat. Pada suwatu hari ada orangorang yang bermaksud memugar dan memperbaikinya dengan memberikan cungkup tanpa sepengetahuan dan seizing Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) lalu cungkup itu selalu melayang hingga ratusan meter, dan beberapa mengalami nasib yang sama yaitu terbang melayang jauh hingga ratusan meter. Karena adanya kejadian aneh tersebut yang bertubi-tubi masyarakat menjadi resah dan ketakutan. Menurut cerita kejadian aneh tersebut timbul karena tindakan pemugaran yang dilakukan mempunyai maksud lain di dalam hatinya yang tidak sesuwai dengan kehendak Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), mereka menyimpan kepentingan untuk diri sendiri. Kemudian Gus Jogo Rekso merenungkan apa yang bisa mereka perbuat untuk mengungkapkan keagungan dan keluhuran budi Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) melalui makam tersebut, maka dengan petunjuk Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) seluruh proses pemugaran diperkenankan untuk dilaksanakan oleh kerabat keluarga Gus Jogo Rekso serta tokoh masyarakat dan para ulama’ yang pada mulanya orang-orang tersebut sering berkunjung ke makam untuk maksud yang sama dengan masyarakat umum lainnya yaitu berziarah. Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) setelah mengizinkan pemugaran, maka sekarang bercorak dan berwujud bangunan spiritual yang telah disesuwaikan dengan perkembangan teknologi. Di sisi lain masyarakat
mempercayai bahwa bangunan spiritual merupakan manifestasi dari konsep irasional. Maksudnya masyarakat mempercayai bahwa bangunan spiritual tersebut didasarkan atas petunjuk dan sabda Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) yang diterima oleh Gus Jogo Rekso melalui pertemuan di alam sacral. Bangunan-bangunan dan tempat-tempat peninggalan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) sampai sekarang dikeramatkan dan dianggap sebagai tempat yang suci, kemudian banyak orang yang berdatangan ke tempat tersebut. Adapun tujuannya adalah pada dasarnya ingin berhubungan dengan Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari), karena dengan berhubungan tersebut manusia dapat meminta pertolongan baik materiil maupun spiritual, misalnya untuk membantu memecahkan persoalan dalam hidupnya antara lain masalah ekonomi, pekerjaan, pangkat, penyakit, jodoh, dan lain sebagainya. Dalam mendatangi makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari) bisa kapan saja sewaktu-waktu datang ke tempat tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, namun kebanyakan orang datang pada bulan Sya’ban atau Ruwah. Hal itu dikarenakan bahwa dalam Islam Bulan Sya’ban atau Ruwah merupakan salah satu bulan mulia, yang kemudian oleh sebagian masyarakat Jawa diisi dengan tradisi sadranan. Tradisi sadranan dimaksudkan untuk mengirim arwah leluhur sekaligus memohon keselamatan dunia sampai akherat. Dengan kaitan tersebut banyak orang datang dari berbagai daerah untuk berziarah ke makam Kyai Raden Santri (Pangeran Singasari). Setelah kebutuhannya dikabulkan biasanya seseorang mengadakan nadzar sebagai tanda syukur dan terima kasih.