perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
CERITA RAKYAT KYAI MANDUNG DI DESA KESENENG KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh: YANIASTI PUTRI PRABANDARI C0108011
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Nama
: YANIASTI PUTRI PRABANDARI
NIM
: C0108011
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra) adalah benar-benar karya sendiri bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta,
2012
Yang membuat pernyataan,
Yaniasti Putri Prabandari
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
1. Keep our dream alive…and we will survive. Jaga mimpi kita hidup…dan kita akan bertahan. (Donny Dhirgantoro: 5 cm)
2. Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar-Rahmaan)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Ibunda dan Ayahanda dengan segala dukungan dan untaian doa yang tiada bertepi, Almamaterku. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT, Sang Maha segalanya, Maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan nikmat yang tak pernah berujung kepada penulis sehingga sebuah karya berjudul Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra) dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana sastra jurusan Sastra Daerah di Fakultas Sastra, Universitas Sebelas Maret. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesukaran. Namun berkat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Sehingga dengan segala ketulusan dan kerendah hatian, penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, Ph.d. selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan penulis mengakhiri studi dengan pembuatan skripsi ini. 2. Drs. Supardjo, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak memberi dorongan, nasihat serta saran kepada penulis. 3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum. selaku sekertaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberi semangat untuk mempercepat penulisan skripsi. 4. Dra. Sundari, M. Hum. selaku Pembimbing pertama dan pembimbing akademik yang telah berkenan membimbing penulis dalam menyelesaikan commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
skripsi ini dengan penuh perhatian, kasih sayang serta motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga atas pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama menempuh perkuliahan. 5. Drs. Christiana Dwi Wardhana. M.Hum selaku pembimbing kedua, dengan penuh kesabaran mengarahkan dan memberi petunjuk yang sangat berguna bagi penulis hingga terselesainya skripsi ini. 6. Segenap dosen pengajar di Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan wacana pengetahuan. 7. Kepala dan staff Perpustakan Fakultas Sastra dan Seni Rupa maupun Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak membantu penulis dengan memberikan kemudahan dalam pelayanan pada penyelesaian skripsi. 8. Ayahanda dan Ibunda tercinta, terimakasih atas semua dukungan serta untaian doa yang tiada bertepi yang telah diberikan kepada penulis. 9. Adik-adik tercinta, Tata dan Azhar, terimakasih atas segala kasih sayang, kehangatan dan keceriaan di rumah. 10. Fajar, terimakasih atas cinta, perhatian serta pengertian yang sangat berharga dan berarti. 11. Pemerintahan beserta masyarakat Desa Keseneng yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Keseneng. 12. Teman-teman terbaik penulis Susi, Oneng, Inem, Arum, Via, Aning, Mbahe, Anung, Vindi, Dina, Angga, Tulus, serta semua teman Sasda angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terimakasih atas banyak sinar dan kehangatan yang telah kalian berikan. Terimakasih atas tangan yang selalu terulur, hati yang selalu berbagi dan doa yang selalu terurai indah. 13. Keluarga kost Heru, Venus, Ella, Juphe, Nisa, Amel, Nita, Nia. Tempat berbagi tawa, cinta, impian dan masa depan. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan dan ketulusan hati semua pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa sesungguhnya kepahaman manusia ada batasnya, sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun penulis terima dengan terbuka. Dan akhirnya penulis berharap, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Penulis
2012
Yaniasti Putri Prabandari
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO..........................................................................….….
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
vi
KATA PENGANTAR....................................................................................
vii
DAFTAR ISI..................................................................................................
x
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………
xiv
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN……………..………………………………………
xvi
ABSTRAK....................................................................................................
xvii
SARI PATHI……………………………………….….……………………
xviii
ABSTRACT………………………………………….………….……..…...
xix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang.............................................................................
1
B. Batasan Masalah………………………………………………
4
C. Rumusan Masalah ......................................................................
4
D. Tujuan Penelitian.........................................................................
5
E. Manfaat Penelitian.......................................................................
6
1. Manfaat Teoretis…………………………………………
6
2. Manfaat Praktis……………………………………….…… commit to user
6
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................
7
A. Folklor.........................................................................................
7
1. Hakikat folklor………………………………………………
7
2. Ciri-ciri Folklor…………………………………...…………
9
3. Bentuk-Bentuk Folklor…………………...…………………
9
4. Fungsi Folklor………………………………………………
12
B. Cerita Prosa Rakyat………………………….............................
13
C. Struktur Cerita Rakyat…………….............................................
14
D. Mitos…………............................................................................
16
E. Upacara Tradisional.....................................................................
17
F. Pendekatan Sosiologi Sastra ………………………..…………
18
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………
22
A. Lokasi Penelitian…………………………………………..…
22
B. Bentuk Penelitian………………………………….……….…
22
C. Sumber Data dan Data……………………………..…………
23
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
25
1. Observasi…………………………………………….……
25
2. Wawancara……………………….………………………..
25
3. Teknik Kepustakaan……………………………………….
27
4. Dokumentasi…………………………………………….…
27
E. Teknik Analisis Data……………………………………..… BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………… A. Profil Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang………………………………..……… commit to user
xi
28 29 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kondisi Geografis…………………………...………………
29
a.
Batas Wilayah………………………...…………..……
29
b.
Jarak dari Pusat Pemerintahan…………...……….……
30
c.
Topografi dan Iklim…………………...……….………
30
d.
Luas Wilayah Dan Tata Guna Lahan……….………….
31
2. Kondisi Demografis Desa Keseneng……………...………...
32
a. Kependudukan………………………………….……....
32
b.
Mata Pencaharian………………………………………
33
c.
Kondisi Sosial Budaya…………………………………
35
1) Pendidikan…………………………………..…..…...
35
2) Agama dan Kepercayaan………………..………..…
37
3) Tradisi Masyarakat…………………..………………
38
B. Bentuk dan Isi Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang…….
51
1. Isi Cerita………………………………………...…………
51
2. Bentuk Cerita Rakyat Kyai Mandung……………..………
56
C. Kekuatan Kultural Cerita Rakyat Kyai Mandung………..…...
57
1. Tradisi Ziarah pada Malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon……………………………………………………..
58
2. Tradisi Ziarah Pada Malam 1 Sura………………………...
59
3. Tradisi Upacara Khaul Kyai Mandung……………………
60
D. Fungsi Cerita Rakyat Kyai Mandung ………………………
70
1. Sistem Proyeksi……………………………………………
72
2. Sebagai Alat Pengesahan Kebudayaan…………………… commit to user
74
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Sebagai Alat Pemaksa Berlakunya Norma-Norma Sosial dan Sebagai Alat Pengendali Sosial………………..…...…
76
4. Sebagai Alat Pendidikan………………….……………..…
78
5. Sebagai Alat Hiburan……………………………………...
80
6. Meningkatkan Etos Kerja………………………………….
81
7. Memberikan Keteladan bagi Masyarakat………………….
81
BAB V PENUTUP…………………………………………………………
83
A. Kesimpulan…………………………………………………..
83
B. Saran…………………………………………………………
85
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
86
LAMPIRAN………………………………………………………………...
88
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
Ha
: Hektar
IDT
: Indeks Desa Tertinggal
Kades
:Kepala Desa
Kaur
: Kepala Urusan
Kesra
: Kesejahteraan Rakyat
Km
: Kilometer
mm
: Millimeter
PNS
: Pegawai Negei Sipil
SD
: Sekolah Dasar
SLTA
: Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
TNI
: Tentara Nasional Indonesia
YME
: Yang Maha Esa
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
1. Tata Guna Lahan Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang 2. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Kelamin Desa Keseneng Tahun 2012 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 4. Jumlah Penduduk Berdasar Pendidikan
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I.
Cerita Rakyat Kyai Mandung Di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Lampiran II. Data Informan dan Surat Pernyataan Lampiran III. Hasil wawancara Lampiran IV. Peta Desa Keseneng Lampiran V.
Foto
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Yaniasti Putri Prabandari, C0108011. Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar belakang yang mendasari dilakukan penelitian ini adalah Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng merupakan warisan sastra lisan yang dianggap benar oleh masyarakat pendukungnya. Cerita Rakyat Kyai Mandung tersebut menarik karena menimbulkan berbagai kepercayaan serta mengandung nilai-nilai kegunaan bagi masyarakat pendukungnya. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah profil masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagai pemilik cerita rakyat Kyai Mandung? 2)Bagaimana bentuk dan isi Cerita Rakyat Kyai Mandung? 3) Bagaimana kekuatan kultural Cerita Rakyat Kyai Mandung bagi masyarakat? 4)Bagaimana fungsi Cerita Rakyat Kyai Mandung? Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan profil masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagai pemilik cerita rakyat Kyai Mandung, 2) mendeskripsikan bentuk dan isi Cerita Rakyat Kyai Mandung, 3) menemukan serta mendeskripsikan kekuatan kultural Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang bagi masyarakat, 4) mendeskripsikan fungsi Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Landasan teori yang digunakan yaitu menggunakan teori folklor, cerita prosa rakyat, struktur cerita rakyat, mitos, upacara tradisional, dan pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul kemudian diproses dengan analisis data sampai pada tahap verifikasi dan penyimpulan data. Hasil didapatkan dari penelitian ini adalah 1) Profil masyarakat Desa keseneng sebagai pendukung Cerita Rakyat Kyai Mandung ditinjau dari segi kondisi geografis dan kondisi demografis, 2) isi dan bentuk Cerita Rakyat Kyai Mandung yang merupakan lokal legenda, 3) kekuatan kultural Cerita Rakyat Kyai Mandung merupakan sebuah ritual yang tidak dapat dilepaskan dari Cerita Rakyat Kyai Mandung, 4) fungsi Cerita Rakyat Kyai Mandung antara lain a) Sebagai sistem proyeksi; b)Sebagai alat pengesahan kebudayaan; c)Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial; d)Sebagai alat pendidikan anak; e) Sebagai alat hiburan; f) meningkatkan etos kerja; g) memberikan keteladanan bagi masyarakat
.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SARI PATHI
Yaniasti Putri Prabandari, C0108011. Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adhêdasar panalitèn punika Crita Rakyat Kyai Mandung ing Desa Keseneng kalêbêt warisan sastra lisan ingkang dipunanggêp lêrês dening warga ingkang nyêngkuyung. Crita Rakyat Kyai Mandung kasêbat ngrêmênakên amargi ngawontênakên maneka wêrni kapitadosan sarta momot nilai-nilai kaginaan kangge warga ingkang nyêngkuyung. Prêkawis ingkang dipuntêliti ing panalitèn punika 1) Kadospundi profil warga Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang minangka ingkang anggadhahi Crita Rakyat Kyai Mandung? 2) Kadospundi wujud lan isi Crita Rakyat Kyai Mandung? 3) Kadospundi kakiyatan kultural Crita Rakyat Kyia Mandung? 4) Kadospundi kaginaan Crita Rakyat Kyai Mandung? Ancasing panalitèn punika 1) anggambarakên profil warga Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang minangka ingkang anggadhahi Crita Rakyat Kyai Mandung, 2) anggambarakên wujud lan isi Crita Rakyat Kyai Mandung 3) manggihakên kakiyatan kultural Crita Rakyat Kyai Mandung 4) anggambarakên kaginaan Crita Rakyat Kyai Mandung Landasan teori ingkang dipun-ginakaken inggih punika teori folklor, crita prosa rakyat, struktur crita rakyat, mitos, upacara tradisional, lan teori sosiologi sastra. Metode ingkang dipun-ginakakèn ing panalitèn punika metode deskriptif kualitatif. Pangèmpalan dhata dipunlampahakèn kanthi cara observasi, wawanrèmbag, lan dokumentasi. Data ingkang sampun ngêmpal lajèng dipunproses kanthi analisis data ngantos tahap verifikasi lan pandudutan data. Ingkang dados dudutaning panalitèn punika 1) Profil warga Desa Keseneng minangka panyengkuyung Crita Rakyat Kyai Mandung dipunpirsani saking segi kahanan geografis lan kahanan demografis, 2) isi saha wujud Crita Rakyat Kyai Mandung inggih punika lokal legenda, 3) kakiyatan kultural Crita Rakyat Kyai Mandung inggih punika sawijining ritual ingkang mbotèn sagèd dipunpisahakèn saking Crita Rakyat Kyai Mandung, 4) Kaginaan Crita Rakyat Kyai Mandung antawisipun a) minangka sistem proyeksi; b) minangka pirantos pangèsahan kabudayan; c) minangka pirantos pamèksan lumampahipun normanorma sosial lan minangka pirantos pangêsuh sosial; d) minangka pirantos pawiyatan sunu; e) minangka pirantos panglipur; f) ningkatakên semangat nyambut damêl; g). maringi tuladha kagêm masyarakat.
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Yaniasti Putri Prabandari, C0108011. Kyai Mandung Folklore in Keseneng Village, Sumowono, Semarang Regency, Central Java Province (A Literature Sociology Review). Thesis: Local Literature Department, Letters and Fine Arts Faculty, Sebelas Maret University. The background of the research is Kyai Mendung Folklore in Keseneng Village that is an oral literature heritage which is considered as a true story by the people there. Kyai Mandung Folklore evokes various beliefs which have benefits to the people. The problems of the research are; 1) How are the profile of the people in Keseneng Village, Sumowono, Semarang Regency? 2) How are the form and the content of Kyai Mandung Folklore? 3) How is the cultural power of Kyai Mandung Folklore? 4) How is the function of Kyai Mandung Folklore? The objectives of the research are; 1) To describe the profile of the people in Keseneng Village, Sumowono, Semarang Regency as the owner of the Kyai Mandung Folklore, 2) To describe the form and the content of the Kyai Mandung Folklore, 3) To find out and describe the cultural power of Kyai Mandung Folklore in Keseneng Village, Sumowono, Semarang Regency for the people, 4) To describe the function of Kyai Mandung Folklore in Keseneng Village, Sumowono, Semarang Regency. The literatures used in this research are folklore theory, people’s prose story, folklore structure, myth, traditional ceremony, and literature sociology approach. This is descriptive qualitative research. Three methods were used to collect the data; observation, interview and documentation. The collected data was analyzed until to the verification stage and data conclusion. The results of the research are 1) The profile of the Keseneng Village people as the supporter of Kyai Mandung from the geographical and demographical condition, 2) The content and form of Kyai Mandung Folklore that is an local legend, 3) The cultural power of Kyai Mandung Folklore is an ritual that cannot be separated from Kyai Mandung Folklore, 4) The function of Kyai Mandung Folklore are a) As a projection system; b) As an instrument of culture authentication; c) As an instrument to force the social norms and social controller; d) As an instrument of children education; e) As an entertainment; f) instrument improving the work ethic; g) provide exemplary for the community.
commit to user
xix
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerita rakyat merupakan manifestasi kreativitas manusia yang hidup dalam kolektivitas masyarakat yang memilikinya dan diwariskan turun menurun secara lisan dari generasi ke generasi. Cerita rakyat hadir dari masyarakat tradisional yang masih memegang teguh tradisi lisannya. Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang awam dan mereka merasa bahwa cerita rakyat yang ada merupakan warisan yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya (Sapardi Djoko Darmono, 1984:42). Cerita rakyat merupakan bagian dari folklor. Cerita rakyat merupakan salah satu folklore lisan. Cerita rakyat dituturkan secara lisan dan diwariskan turuntemurun banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Kabupaten Semarang yang merupakan wilayah dari Provinsi Jawa Tengah memiliki banyak cerita rakyat. Cerita rakyat tentang Kyai Mandung merupakan salah satu folklor lisan yang ada di wilayah Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono. Cerita rakyat Kyai Mandung sampai saat ini masih dijaga oleh masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono dan sekitarnya Cerita Rakyat
Kyai Mandung berada di Desa Keseneng Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang merupakan suatu cerita yang dianggap benar oleh masyarakat pendukungnya. commit Cerita ini ditokohi oleh Kyai Mandung. Cerita to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Rakyat Kyai Mandung menceritakan tentang Kyai Mandung sebagai seorang Sentana Dalem Kasultanan Yogyakarta. Kyai Mandung adalah seorang duda, maka beberapa narasumber menuturkan bahwa Kyai Mandung sering juga dipanggil dengan sebutan Mbah Duda. Kyai Mandung datang ke Desa Keseneng setelah pengembaraannya ke Demak dan Tuban. Warga Desa Keseneng Kecamatan Sumowono yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sangat menghormati sosok Kyai Mandung. Kyai Mandung dianggap sebagai orang yang sangat berjasa bagi Desa Keseneng. Beliau berhasil membangun sawah dan sebuah saluran irigasi yang sampai sekarang masih dimanfaatkan oleh warga Desa Keseneng dan beberapa desa disekitarnya untuk mengairi lahan pertanian warga serta memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat Desa Keseneng. Saluran irigasi tersebut diberi nama wangan jati atau wangan sejati, yang berarti saluran air yang tidak akan mati. Kyai Mandung menjadi orang yang dihormati oleh masyarakat Desa Keseneng karena jasa beliau, Desa Keseneng menjadi desa yang subur. Tanah tandus yang dulu hanya dapat ditumbuhi tanaman jati sekarang menjadi desa yang subur. Tanah yang tandus karena tidak adanya pengairan menjadi tanah yang subur karena adanya wangan jati yang dibuat oleh Kyai Mandung. Sosok Kyai Mandung berhasil membangun wangan jati hanya dengan menyeret kendhit (stagen) yang beliau gunakan. Sebagai orang yang sakti, maka peninggalan Kyai Mandung dianggap keramat oleh masyarakat Desa Keseneng dan sekitarnya. Masyarakat mempercayai keberadaan makam Kyai Mandung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
sebagai tempat untuk mencari berkah. Selain makam, Kyai Mandung juga memiliki peninggalan sebuah tempat wudhu. Tempat wudhu tersebut dikenal masyarakat dengan Sebutan Kedung Wali. Kedung Wali adalah tempat wudhu Kyai Mandung yang berupa sumur batu yang memiliki kedalaman 1.5 meter dan diameter 60 sentimeter. Air yang ada di dalam Kedung Wali diyakini masyarakat Desa Keseneng dan sekitarnya sebagai air bertuah. Air di Kedung Wali bersumber dari tetesan air yang keluar dari setiap sisi sumur batu ini. Masyarakat Desa Keseneng bahkan dari luar desa percaya bahwa air yang ada di kedung ini mujarab untuk digunakan media perantara doa agar doa yang dipanjatkan tekabul. Hal ini dikarenakan Kyai Mandung dianggap sebagai orang sakti yang berjasa kepada Desa Keseneng sehingga peninggalan beliau dianggap memiliki daya magis. Cerita Rakyat Kyai Mandung merupakan bagian dari warisan sastra yang tidak tertulis. Untuk itulah, dalam perkembangan selanjutnya perlu diadakan usaha pelestarian cerita rakyat dengan cara dikaji, diteliti, didokumentasikan dan selanjutnya disebarluaskan kepada masyarakat. Kegiatan ini penting karena dalam Cerita Rakyat Kyai Mandung banyak terkandung berbagai aspek pengetahuan yang mencerminkan kehidupan masyarakat pemilik Cerita Rakyat Kyai Mandung yaitu Desa Keseneng. Aspek-aspek kehidupan tersebut menyangkut masalah bahasa, sastra, hukum, adat istiadat, sejarah dan lain-lain. Latar belakang peneliti mengambil objek penelitian Cerita Rakyat Kyai Mandung adalah peneliti tertarik dengan cerita tentang Kyai Mandung. Cerita commit to user Rakyat Kyai Mandung merupakan warisan leluhur yang patut untuk dilestarikan
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberadaannya untuk mempertahankan jati diri masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Cerita Rakyat Kyai Mandung tersebut menarik karena menimbulkan berbagai kepercayaan, sehingga banyak peziarah yang datang untuk ngalap berkah dari Kyai Mandung. Cerita Rakyat Kyai Mandung mengandung nilai-nilai kegunaan bagi masyarakat pendukungnya sehingga perlu penguraian yang lebih mendalam terhadap fungsi dan kedudukan cerita rakyat Kyai Mandung bagi masyarakat pendukungnya. Belum adanya pendokumentasian tentang cerita rakyat Kyai Mandung juga membuat peneliti tertarik untuk mendokumentasikan cerita rakyat Kyai Mandung. Mengingat bahwa cerita rakyat Kyai Mandung merupakan sebuah produk kultural, maka dalam penelitian ini peneliti memanfaatkan teori pendekatan sosiologi sastra. Oleh karena itu, penelitian terhadap Cerita Rakyat Kyai Mandung ini akan penulis beri judul ” Cerita Rakyat Kyai Mandung Di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra)”.
B. Batasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan di dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi permasalahan, sehingga tujuan penelitian menjadi terarah dan jelas. Penelitian ini dititikberatkan pada pengungkapan cerita rakyat Kyai Mandung yang meliputi bentuk dan isi cerita, kekuatan kultural cerita rakyat Kyai Mandung bagi masyarakat, fungsi cerita rakyat Kyai Mandung. commit to Masalah user C. Rumusan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang muncul di dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimanakah profil masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagai pemilik cerita rakyat Kyai Mandung? 2. Bagaimana bentuk dan isi Cerita Rakyat Kyai Mandung yang berada di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang? 3. Bagaimana kekuatan kultural
Cerita Rakyat
Kyai Mandung di Desa
Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang bagi masyarakat? 4. Bagaimana fungsi Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, peneliti menarik beberapa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan
profil
masyarakat
Desa
Keseneng
Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang sebagai pemilik Cerita Rakyat Kyai Mandung. 2. Mendeskripsikan
bentuk dan isi Cerita Rakyat
Kyai Mandung yang
berada di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 3. Menemukan serta mendeskripsikan kekuatan kultural Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang bagi masyarakat.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Mendeskripsikan fungsi Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan menghasilkan deskripsi yang mendalam tentang: 1. Deskripsi profil masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagai pemilik cerita rakyat Kyai Mandung. 2. Deskripsi bentuk dan isi Cerita Rakyat Kyai Mandung yang berada di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. 3. Deskripsi kekuatan kultural
Cerita Rakyat
Kyai Mandung di Desa
Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang bagi masyarakat. 4. Deskripsi
fungsi keberadaan Cerita Rakyat
Kyai Mandung di Desa
Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.
Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis adalah: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan secara teoretis memberikan cakrawala wawasan mengenai cerita rakyat dalam prespektif sosiologi sastra.
2. Manfaat Praktis Secara praktis, manfaat yang ingin dicapai adalah pendokumentasian Cerita Rakyat Kyai Mandung yang todapat commit user menambah khasanah penelitian
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sastra dan budaya. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi penelitian lebih lanjut, yaitu berupa data dan informasi awal bagi usaha membangkitkan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan hidup dari sudut pandang kebudayaan.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Folklor
1. Hakikat Folklor Secara etimologis, kata folklor berasal dari bahasa Inggris yakni folklore. Kata itu merupakan kata majemuk yang berasal dari dua buah kata yakni folk dan lore. (Danandjaja, 1986: 1). Menurut Dananjaya dalam Harjito, folklor berasal dari kata folk (kolektif) dan lore (2006:6). Folk yang sama artinya dengan kolektif, Dundes dalam Danandjaya menyatakan bahwa folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga data dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciriciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka warisi turun temurun, sedikitnya dua generasi, yang dapat mereka akui sebagai milik bersama. Lore yaitu tradisi folk,yakni sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Dananjaya,1986:1-2). commit to user 8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Definisi folklor secara keseluruhan disampaikan James Dananjaya dalam bukunya “Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng Dan Lain-lain” adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) (1986:2). Lebih jauh lagi, Yadnya dalam Endraswara (2009:28) juga menjelaskan folklor adalah bagian kebudayaan yang bersifat tradisional, tidak resmi (unofficial), dan nasional. Folklor mencakup semua pengetahuan, nilai, tingkah laku, asumsi, perasaan, dan kepercayaan tersebar dalam bentuk tradisional melalui praktik-praktik kebiasaan. Ciri dari suatu bentuk folklor sangat penting sebagai memiliki fungsi bagi sejumlah jenis folklore sangat penting sebagai menerapkan tekanan serta control sosial. Peribahasa misalnya sering digunakan untuk menunjukan rasa setuju dan pencelaan; pujian terhadap dan patuh pada konvensi
sosial yang telah diterima kritik atau
mengejek mereka yang menyimpang. Diketengahkan oleh Suwardi Endraswara dalam bukunya “Metode Penelitian Folklor”, bahwa folklore memang luas jangkauannya. Penelitian folklore amat terbuka, meliputi segala hal tentang hidup manusia. Pengenalan kembali tradisi, seni, etika, tingkah laku, dan berbagai hal kehidupan nenek moyang yang telah turun temurun merupakan wilayah garapan penelitian folklor. Yang lebih penting lagi penelitian folklor tentu akan menyangkut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
masalah-masalah kehidupan kolektif baik tradisional maupun modern (2009:28-29). Pengertian folklor secara global yaitu bagian dari kebudayaan suatu kolektif yang bersifat tradisional, tidak resmi dan diwariskan secara turuntemurun dalam bentuk tradisional menurut praktik-praktik kebiasaan. Folklor dapat menjadi sebuah alat kontrol sosial dalam suatu masyarakat. Segala hal tentang kehidupan manusia merupakan bagian dari kajian folklor.
2. Ciri-Ciri Folklor Utley dalam Endraswara (2009:20) memberikan gagasannya yang cukup merujuk pada ciri-ciri pengenal folklor. Dia menyatakan bahwa folklor itu bercirikan: lisan (oral), ada persebaran (transmission), tradisi (tradition), pelestarian (survival), dan kolektif (communal). Ciri ciri folklor menurut Endraswara antara lain: (1) disebarkan secara lisan, (2) nilai-nilai tradisi amat menonjol dalam folklor, (3) folklor dapat bervariasi antara satu wilayah (local), namun hakikatnya sama, (4) pencipta dan perancang folklor tidak jelas siapa dan asalnya dari mana, (5) cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap dan ada yang lentur, (6) mempunyai kegunaan bagi pendukungnya atau kolektif, (7) kadang-kadang bersifat pralogis, (8) menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama, (9) mempunyai sifat polos dan spontan, (10) ada yang berisi unsur humor dan wejangan (2009:21-22). 3. Bentuk-Bentuk Folklor Pengelompokan folklor, kiranya cukup relevan apabila berkiblat dari pendapat Brunvarnd (Endraswara, 2009: 30), bahwa secara garis besar, folklor commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat dilekompokan menjadi tiga, yaitu folklor lisan (verbal folklore), folklor sebagian lisan (partly verbal folklore) dan folklor bukan lisan (non verbal folklore). Ketiga kelompok folklor ini dapat menampakan dirinya ke dalam tiga wujud, (1) dalam bentuk oral verbal (mentifacts), (2) kinesiologik (berupa kebiasaan dan sosiofacts), dan (3) material (artefacts). Pada bagian lain, Brunvand menggolongkan folklor ke dalam tiga golongan, yaitu: 1) Folklor lisan yaitu folklor yang banyak diteliti orang. Bentuk folklor sederhana, yaitu ujaran rakyat (folk speech), yang bisa dirinci dalam bentuk julukan, dialek, ungkapan dan kalimat tradisional, pertanyaan rakyat, mite, legenda, nyanyian rakyat dan sebagainya; 2) Folklor adat kebiasaan, yang mencakup jenis folklor lisan dan non lisan. Misalnya kepercayaan rakyat, adat istiadat, pesta, dan permainan rakyat; 3) Folklor material meliputi seni kriya, arsitektur, busana, makanan, dan lain-lain. Memperkuat pendapat Brunvand, James Dananjaya (1986: 21-22) memberikan beberapa pengertian dalam pengelompokan bentuk-bentuk folklor, yaitu:
a. Folklor Lisan Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk genre folklor yang termasuk kedalam kelompok besar ini antara lain :
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Bahasa rakyat. b) Ungkapan tradisional seperti peribahasa (Dananjaya,1986:28). c) Pertanyaan tradisional atau teka teki. d) Sajak dan puisi rakyat e) Cerita Prosa Rakyat, f) Nyanyian rakyat b. Folklor sebagian lisan Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Beberapa contoh folklor sebagian lisan antara lain adalah: a) Kepercayaan Rakyat b) Permainan Rakyat
c. Folklor bukan lisan Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dikelompokan menjadi dua sub kelompok yakni yang material dan bukan material. Bentuk-bentuk folklor yang tergolong material antara lain: arsitektur rakyat (bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional (gesture). Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain: gerak isyarat tradisional (gesture), bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita seperti yang dilakukan di Afrika), dan musik rakyat. (Danandjaja, 1986: 22). 4. Fungsi Folklor Folklor mengungkapkan kepada kita secara sadar atau tidak sadar bagaimana folknya berfikir. Selain itu, folklor juga mengabadikan apa-apa saja yang dirasakan penting dalam suatu masa oleh folk pendukungnya (Dananjaya,1986:17-18) Fungsi-fungsi folklor menurut William R. Bascom dalam Dananjaya (1986:19) antara lain: a. Folklor sebagai sistem proyeksi (projective system), yakni sebagai alat pencerminan angan-angan sutu kolektif. b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan. c. Sebagai alat pendidikan anak (pedagogical device). d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh anggota kolektifnya.
Fungsi folklor menurut Hutomo (1991:19) antara lain : 1) Sebagai sistem proyeksi ; 2) Sebagai alat pengesahan kebudayaan; 3) Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial; 4) Sebagai alat pendidikan anak; commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar seorang dapat lebih superior daripada orang lain; 6) Untuk memberikan seseorang suatu jalan yang diberikann oleh masyarakat agar dia dapat mencela orang lain; 7) Sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat. 8) Sebagai alat hiburan.
B. Cerita Prosa Rakyat Cerita prosa rakyat adalah salah satu bentuk folklor yang paling banyak diteliti. Cerita prosa rakyat dibagi menjadi tiga golongan besar oleh William R. Bascom dalam Harjito (2006:8) yaitu mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folktale). 1. Mite (myth), yaitu cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau (Bascom dalam Danandjaja:1986:50). Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan sebagainya. Mite juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, hubungan kekerabatan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya (Bascom dalam Danandjaja:1986:50). commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Legenda (legend), yaitu cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi namun tidak dianggap suci oleh sang empunya cerita. Legenda ditokohi oleh manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal kini, karena waktu terjadinya belum lampau (Bascom dalam Danandjaja:1986:50). Legenda seringkali dipandang sebagai “sejarah” kolektif (folk history), walaupun “sejarah” itu karena tidak tertulis telah mengalami distorsi, sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karenanya, jika kita hendak menggunakan legenda sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarahsuatu folk, kita harus membersihkannya dahulu bagian-bagiannnya yang mengandung sifatsifat folklor, misalnya sifat pralogis
atau
yang
merupakan
rumus-rumus
tradisi
lisan
(Danandjaja:1986:66) 3. Dongeng (folktale) yaitu cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benarbenar terjadi dan tidak terikat waktu. Dongeng diceritakan terutama untuk hibura, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) atau bahkan sindiran (Danandjaja:1986:66).
C. Struktur Cerita Rakyat Dalam suatu struktur terdapat satuan-satuan unsur pembentuk dan aturan susunannya. Struktur dapat diteangkan sebagai hubungan antara unsur-unsur pembentuk itu dalam suatu susunan keseluruhan. Hubungan itu misalnya hubungan waktu, logika, dan dramatik Rusyana,1975:52). commit(Yus to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Alur Dalam cerita rakyat terdapat alur yang terdiri dari bagian-bagian yang
berhubungan secara sebab akibat dan hubungan pelaku. Tiap bagian terdiri dari term dan fungsi, yaitu pelaku dan peranannya (Yus Rusyana,1975:52). 2.
Pelaku dan Peranannya. Yus Rusyana menjelaskan pelaku (terem) cerita terdiri dari manusia, manusia
dan binatang dan tumbuhan, manusia dengan jadi-jadian, manusia dengan siluman, manusia dengan kekuatan alam, manusia dengan benda. Pelaku manusia diberi ciri dengan jenis kelamin, umur, kedudukan, kesaktian dan sifat-sifatnya Pelaku binatang terdiri dari dua macam yaitu binatang biasa dan yang kedua adalah binatang jadi-jadian. Dedemit atau siluman yang menjadi pelaku
dalam
cerita
dilukiskan
keadaanya
yang
mengerikan
(Yus
Rusyana,1975:53).
3.
Latar Dalam cerita tergambarkan latar cerita. Dalam cerita itu disebutkan nama-
nama tempat yang secara nyata memang terdapat cerita-cerita itu membayangkan pula suasana zaman yang dilukiskannya (Yus Rusyana,1975:55-56). 4.
Amanat Dari alur cerita dapat diketahui amanat cerita. Misalnya dalam alur yang
bagian akhirnya merupakan kemenangan fungsi yang sebaliknya dari fungsi pada bagian awal, memberikan amanat bahwa agar sesuatu fungsi menang maka fungsi tersebut harus lebih kuat dari fungsi yang dikalahkan (Yus Rusyana,1975:56). commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Cerita rakyat memiliki struktur yang membangunnya menjadi sebuah cerita yang kompleks. Struktur dalam sebuah cerita rakyat terdiri dari alur, pelaku dan peranannya, latar serta amanat.
D. Mitos Mitos (mite) berasal dari bahasa Yunani mythos, yang berarti cerita, yakni cerita tentang dewa-dewa dan pahlawan yang dipuja-puja ( Hutomo, 1991:63). Mitos adalah cerita suci berbentuk simbolik yang mengisahkan serangkaian peristiwa nyata dan imajiner menyangkut asal-usul dan perubahan-perubahan alam raya dan dunia, kekuatan-kekuatan atas kodrati, manusia dan masyarakat (Cremers dalam Suwardi Endraswara, 2009:119). Levi Strauss menjelaskan bahwa dalam mitos terdapat hubungan unit-unit yang merupakan struktur yang tidak terisolasi, tetapi merupakan kesatuan relasi-relasi hubungan tersebut dapat dikombinasikan dan digunakan untuk mengungkapkan makna dibalik mitos itu (dalam Suwardi Endraswara, 2009:118). Kloos mengemukakan beberapa ciri mitos, yaitu: 1. Mitos sering kali memiliki insifat suci, 2. Oknum-oknum dan peristiwa yang berperan dan terjadi dalam mitos hanya dapat dijumpai dalam dunia mitos dan bukan dalam dunia kehidupan sehari-hari atau pada masa lampau yang nyata, 3. Banyak mitos yang menunjukkan pada kejadian-kejadian penting, 4. Kebenaran mitos tidaklah penting sebab cakrawala dan zaman mitos tidak terikat pada kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas dunia nyata (dalam Suwardi Endraswara, 2009:119). commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mitos merupakan suatu warisan bentuk cerita tertentu dari tradisi lisan yang mengisahkan dewa dewi, manusia pertama, binatang, dan sebagainya berdasarkan suatu skema logis yang terkandung di dalam mitos itu dan yang memungkinkan kita mengintegrasikan semua masalah yang perlu diselesaikan dalam suatu konstruksi sistematis. (Levi-Strauss dalam Endraswara, 2009:119). Pendapat demikian sejalan dengan pernyataan Ahimsa Putra dalam Suwardi Endraswara (1991:119) bahwa mitos bisa dianggap sebagai cerita yang aneh yang seringkali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannya karena kisah didalamnya “tidak masuk akal” atau tidak sesuai dengan apa yang kita temui sehari-hari.
E. Upacara Tradisional Upacara tradisonal merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya. Ada cara-cara atau mekanisme tertentu dalam tiap masyarakat untuk memaksa warganya mempelajari kebudayaan yang di dalamnya terkandung norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat yang bersangkutan. Mematuhi norma serta menjunjung nilai-nilai itu penting bagi masyarakat demi kelestarian hidup bermasyarakat. Salah satu upaya masyarakat Jawa untuk menjaga keselarasan hidupnya dengan kekuatan-kekuatan gaib adalah dengan melakukan upacara tradisi. Supanto menyatakan bahwa upacara adalah kegiatan sosial yang committradisional to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melibatkan para warga masyarakat dalam usaha mencapai tujuan keselamatan bersama. Upacara tradisional memiliki fungsi tersendiri bagi masyarakat pendukungnya (1992;5). Upacara tradisional yang dilakukan masyarakat jawa bertujuan untuk mencapai ketenteraman hidup lahir dan batin. Dengan mengadakan upacara tradisional, akan terpenuhinya kebutuhan spiritual. Dapat disimpulkan secara global. Bahwa upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat guna mencapai ketenteraman hidup lahir dan batin serta untuk menumbuhkan etos kerja kolektif agar terciptanya solidaritas sosial dalam sebuah kolektif.
F. Pendekatan Sosiologi Sastra Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2011:77). Swingewood mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial (dalam Faruk, 1994:1). Penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk olehcommit suasana dan kekuatan sosial suatu to lingkungan user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
periode tertentu. Aspek-aspek kehidupan sosial akan memantul penuh kedalam karya sastra (Suwardi Endraswara, 2011:78). Hal terpenting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra tetap diakui sebah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini tentu sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari sebuah kenyataan (Suwardi Endraswara, 2011:78). Cerita Rakyat
Kyai Mandung
yang diwariskan turun temurun oleh
masyrakat secara lisan. Dengan demikian cerita rakyat memilki hubungan erat dengan masyarakat, sebagai suatu kelompok sosial pemilik warisan adat-istiadat serta pendukung adanya cerita rakyat tersebut. Sapardi Djoko Damono (1984:42) berpendapat bahwa sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Pendekatan sosiologi sastra menekankan pada tiga komponen. Tiga komponen itu adalah ; sosiologi pengarang yang mencerminkan keadaan sosial pengarang yang mencakup aspek-aspek antara lain status sosial, pendidikan sosial budaya, ekonomi, politik serta aspek religius sebagai komponen pertama. Kedua, sosiologi karya yang menekankan kajian isi maupun tujuan karya sastra itu sendiri, yang mencakup pembicaraan tentang proses kelahiran dan pengaruh sosial budaya yang yang melingkupinya. Dalam arti apa yang tertuang atau dijelaskan dalam suatu karya merupakan proyeksi diri kondisi masyarakat yang melatarbelakanginya. Ketiga, sosiologi pembaca yang menekankan pembahasan terhadap suatu karya sastra. Hal ini menyangkut sejauh mana karya sastra berpengaruh dan berfungsi dalam kehidupan masyarakata. Masyarkat didalam memberikan penilaian dan tanggapan terhadap suatu karya commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sastra juga dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda dengan penghayatan masyarakat pada umumnya. Sosiologi sastra adalah hubungan serta pengaruh timbal balik antara karya sastra dengan masyarakatnya. Dalam sosiologi sastra terdapat tiga komponen yaitu, karya sastra, pengarang dan masyarakat penikmat. Dalam penelitian ini akan menelaah dua komponen sosiologi sastra yaitu komponen karya sastra itu dan masyarakat penikmatnya. Karena ini bersifat anonim maka aspek sosiologi pengarang tidak tampilkan dan tidak diteliti. Dengan demikian sosiologi sastra dapat mengungkap komponen sosiologi sastra dari kepercayaan masyrakat pada Cerita Rakyat Kyai Mandung yaitu komponen karya sastra itu dan komponen penikmat. Penelitian folklor tidak dijumpai tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengarang. Oleh karena itu, pendekatan sosiologi dalam folklor akan dititik beratkan pada folklor itu sendiri dan pada sosiologi masyarakat terhadap folklor yang bersangkutan. Cerita
rakyat
tidak
mungkin
dipisahkan
dengan
masyarakat
pendukungnya. Hal ini dikarenakan cerita rakyat ada karena keberadaan masyarakatnya. Maka dari itu, pendekatan sosiologi sastra sangatlah penting. Karena dalam pendekatannya memfokuskan pada masalah manusia. Dengan pendekatan sosiologi sastra dapat diketahui seberapa besar pengaruh Cerita Rakyat Kyai Mandung terhadap perkembangan masyarakat pendukungnya dan menjadikan suatu tradisi yang tercipta untuk mempertahankan sesuatu yang masyarakat Desa Keseneng yakini sebagai hal yang suci seperti Upacara Khaul Kyai Mandung yan diikuti oleh berbagai macam ritualnya untuk memperingati commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kematian Kyai Mandung. Masyarakat Desa Keseneng meyakini bahwa dengan melakukan upacara Khaul mereka akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yaitu cara atau prosedur yang digunakan dalam meneliti sebuah obyek kajian penelitian. Beberapa hal dalam metode penelitian sastra antara lain adalah: (1.) lokasi penelitian, (2.) bentuk penelitian, (3.) sumber data dan data, (4.) teknik pengumpulan data (5.) teknik analisis data.
A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Cerita Rakyat Kyai Mandung ini berada di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini berjarak 10 km dari pusat
kecamatan Sumowono.
Apabila perjalanan
menggunakan transportasi bus perjalanan dilakukan mulai Solo naik kendaraan umum jurusan Semarang, dari terminal Bawen turun langsung ganti naik kendaraan umum jurusan Ambarawa, sampai Ambarawa naik angkutan umum yang menuju Sumowono kemudian turun di Limbangan. Perjalanan selanjutnya hanya dapat dijangkau dengan kendaraan umum ojek atau kendaraan pribadi. Karena jauhnya lokasi penelitian ini, maka peneliti menggunakan kendaraan pribadi dengan rute Solo Bawen Ambarawa sampai ke lokasi tujuan
B. Bentuk Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian folklor. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Bentuk commit to useryang bermaksud untuk memahami penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian
23
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2010:6). Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen (Moleong, 2010:9). Bentuk penelitian deskriptif kualitatif diharapkan dapat memperoleh informasi yang akurat dalam penelitian tentang sastra lisan yang berhubungan dengan Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng, Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
C. Sumber Data dan Data 1. Sumber Data Sumber data penelitian ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber data yang utama penelitian yang dalam hal ini adalah informan atau narasumber, tempat dan peristiwa. Informan yang dipilih adalah orang-orang yang memahami dan mengerti seluk beluk Cerita Rakyat Kyai Mandung,. Informan yang peneliti pilih antara lain: a. Bapak Ngadi Dul Wahab selaku Juru kunci Makam Kyai Mandung, Modin Desa Keseneng serta Kaur Kesra di Desa Keseneng. b. Bapak Maskuri selaku Kepala Desa Keseneng. c. Bapak Basuki selaku Kepala Dusun Keseneng. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Bapak Sabar, Saudara Syafaat, Saudara Samian, Saudari Pratiwi dan Ibu Rondiyah yang merupakan warga Desa Keseneng. Sumber data sekunder adalah sumber data penunjang penelitian yang dalam hal ini adalah referensi dan buku-buku yang relevan dengan topik penelitian. Buku referensi yang membahas tentang folklor dan sosiologi sastra peneliti gunakan sebagai sumber data sekunder. Catatan transkripsi seperti data monografi Desa Keseneng sebagai masyarakat pemilik dan pendukung Cerita Rakyat Kyai Mandung juga peneliti gunakan dalam penelitian ini sebagai sumber data penunjang penelitian.
2. Data Penelitian Data penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan informan adalah Cerita Rakyat
Kyai Mandung. Data primer berupa lokasi
peneliti peroleh dari hasil pengamatan di lapangan yaitu di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono, serta event berupa upacara-upacara tradisional yang berhubungan dengan Kyai Mandung adalah data penelitian yang peneliti dapat dari pengamatan langsung di lokasi. Data sekunder berupa data, informasi maupun keterangan yang didapat dari buku atau referensi yang ada hubungannya dengan cerita rakyat atau sastra lisan serta data monografi Desa Keseneng sebagai masyarakat pemilik dan pendukung Cerita Rakyat Kyai Mandung.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan pencatatan fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan melihat, mengamati sendiri perilaku dan kejadian sebagaimana keadaan sebenarnya. Dalam penelitian ini peneliti datang ke lokasi penelitian yaitu Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Jawa Tengah untuk melihat secara langsung mengenai kegiatan yang ada.
2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010:186). Jenis wawancara ada dua, yaitu terstruktur dan tidak terstrukur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara tak terstruktur yaitu wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden (Moleong, 2010:190-191). Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data commit to user masalah yang berkaitan dengan penelitian dengan cara menanyakan beberapa
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian kepada narasumber. Narasumber disini adalah masyarakat Desa Keseneng yang mengetahui tentang cerita rakyat Kyai Mandung. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang telah peneliti persiapkan. Pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan peneliti sesuaikan dengan tujuan penelitian. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan yang cukup mengetahui tentang Cerita rakyat Kyai Mandung. Beberapa informan yang peneliti pilih adalah: a) Nama
: Bapak Ngadi Dul Wahab
Umur
: 60 tahun
Pekerjaan
: Juru Kunci makam Kyai Mandung, kaur Kesra Desa Sumowono, modin Desa Sumowono
b)
c)
d)
e)
Nama
: Bapak Sabar
Umur
: 59 tahun
Pekerjaan
: swasta (mantan Kades Keseneng)
Nama
: Bapak Maskuri
Umur
: 40 tahun
Pekerjaan
: Kepala Desa Keseneng
Nama
: Bapak Basuki
Umur
: 57 tahun
Pekerjaan
: Kepala Dusun Keseneng
Nama
: Syafaat
Umur
; 21 tahun
Pekerjaan
: swasta
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f)
g)
h)
Nama
: Samian
Umur
: 26 tahun
Pekerjaan
: swasta
Nama
: Rondiyah
Umur
: 47 tahun
Pekerjaan
: pedagang
Nama
: Pratiwi
Umur
: 18 tahun
Pekerjaan
: pelajar
3. Teknik Kepustakaan Teknik kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencari data dari buku referensi, majalah, artikel dan lain-lain yang berhubungan dengan topik dan kajian penelitian. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan buku referensi, majalah, serta artikel lainnya yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam menganalisis cerita rakyat Kyai Mandung. 4. Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan baik tertulis maupun dalam bentuk gambar lainnya yang dapat digunakan untuk memperkuat data yang ada. Alat-alat yang digunakan untuk memperoleh dokumen dalam penelitian ini adalah kamera, tape recorder
dan
buku
catatan.
Alat-alat
dokumentasi
diharapkan
mampu
mempertajam pengamatan dan pencatatan peneliti. Foto merupakan hasil dokumentasi yang dapat melukiskan fragmentasi fenomena yang terjadi di commit to user lapangan.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian kulalitatif. Analisis data bertujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif model interaktif. Analisis interaktif adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data. Analisis interaktif dibangun oleh adanya tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, verifikasi atau penarikan kesimpulan. Arah penelitian bergerak diantara tiga komponen tersebut bergerak diantara tiga komponen tersebut secara aktif dan terus menercara aktif dan terus menerus dengan tetap memperlihatkan makna dari berbagai kondisi yang tersebut (Sutopo, 2002:96). Reduksi data merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi data tertulis dan data lisan, yang diperoleh dari sejumah dokumen, kaset, catatan dan wawancara. Reduksi dan sajian data harus disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Proses akhir penelitan ini sangat tergantung pada kemantapan dan keyakinan peneliti terhadap apa yang diperoleh selama dalam perjalanan pelaksanaan penelitian (Sutopo, 2002:96). commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Penelitian mengenai Cerita Rakyat Kyai Mandung dilakukan di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang karena lokasi tersebut adalah tempat berkembangnya Cerita Rakyat Kyai Mandung. Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang adalah masyarakat pemilik dan pendukung cerita Rakyat Kyai Mandung. Desa Keseneng terbagi menjadi tiga dusun, yaitu Dusun Tlawah, Dusun Keseseh dan Dusun Keseneng. Gambaran umum mengenai profil masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang meliputi kondisi geografis Desa Keseneng, serta kondisi demografis. 1. Kondisi Geografis Desa Keseneng. a. Batas Wilayah Desa Keseneng merupakan sebuah desa di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yang berbatasan dengan kabupaten tetangga yaitu Kabupaten Kendal. Dengan kondisi demikian, Desa Keseneng jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Semarang. Seperti halnya daerah perbatasan lainnya, kondisi Desa Keseneng perlu mendapatkan perhatian lebih. Sebab desa tersebut jauh dari sarana-prasarana umum yang ada. Dapat digambarkan, batas-batas Desa Keseneng adalah sebagai berikut: commit to user
30
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Sebelah Utara
: Desa Gondang Kecamatan Limbangan, Kabupaten
Kendal 2) Sebelah Selatan : Desa Pledokan Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang 3) Sebelah Barat
: Desa Peron, Kecamatan Limbangan, Kabupaten
Kendal 4) Sebelah timur
:
Desa
Piyanggang,
Kecamatan
Sumowono,
Kabupaten Semarang b.
Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa Keseneng merupakan desa yang jauh dari pusat pemerintahan,
terutama dari pusat
Pemerintahan Kabupaten Semarang dan pusat
Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Jarak dari Kabupaten mencapai 48 km sementara dari Kota Semarang hingga 58 km. Pusat pemerintahan yang terdekat adalah Kantor Kecamatan Sumowono, yakni 6,5 km (Data Monografi Desa Keseneng 2012). Jarak yang jauh tersebut membuat berbagai sarana vital dan sarana penunjang berada jauh dari Desa Keseneng. Sekolah setingkat SMP dan SMA berada cukup jauh dari Desa Keseneng, Begitu pula sarana vital kesehatan seperti rumah sakit berada jauh dari Desa Keseneng. c. Topografi dan Iklim Desa Keseneng merupakan desa di daerah pegunungan dengan tinggi dari permukaan air laut mencapai 700 meter. Sebagai wilayah pegunungan, kondisi topografi desa pun berbukit-bukit dengan banyak lembah dan sungai. Kondisi iklim sebagaimana desa pegunungan di Jawa, memiliki curah hujan commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang cukup tinggi mencapai 2.300 mm/tahun dengan suhu rata-rata cukup sejuk yakni 27-30 derajat celcius. Ketinggian wilayah
: 700 meter
Curah hujan
: 2.300 mm/tahun
Rata-rata suhu udara : 27-30 derajat celcius (Sumber: Data Monografi Desa Keseneng 2012) d. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Luas wilayah Desa Keseneng yang mencapai 228.252 hektare . Lahan tersebut terdiri atas sawah, lahan kering, dan permukiman. Lahan sawah terbagi dalam lahan sawah irigasi teknis, sederhana, tadah hujan. Sementara untuk lahan kering terbagi dalam tanah tegalan, hutan rakyat, serta pekarangan dan permukiman. Tabel :1 Tata Guna Lahan Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang No.
Penggunaan
Luas (ha)
1.
Sawah irigasi teknis
36 ha
2.
Sawah irigasi sederhana
25 ha
3.
Tadah hujan
11 ha
4.
Pekarangan dan bangunan
19 ha
5.
Tegalan Luas Keseluruhan
173.252 ha 228.252 ha
(Sumber Data: Monografi Desa Keseneng 2012) Pemerintah Desa Keseneng memiliki lahan bengkok untuk membiayai kegiatan pemerintahan desa. Lahan bengkok pamong desa tersebut terdiri atas commit to user sawah, lahan kering, bengkok kepala desa, bengkok sekretaris desa, dan
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bengkok perangkat lain. Terdapat juga tanah kas desa yang beberupa lahan kering. Luasan lahan tersebut sebagai berikut; Lahan sawah
: 7 ha
Lahan kering
: 0,797 ha
Bengkok kepala desa
: 2,950 ha
Bengkok sekretaris desa
: 0,8 ha
Bengkok perangkat lain
: 2,228 ha
2. Kondisi Demografis Desa Keseneng a. Kependudukan Pemaparan mengenai kependudukan yang berkaitan erat dengan sumber daya manusia. Desa Keseneng sebagai pemilik dan pendukung Cerita Rakyat Kyai Mandung dihuni oleh 1.522 warga. Jumlah tersebut terdiri atas 649 lakilaki dan 873 perempuan. Selanjutnya, sebanyak 466 kepala keluarga telah resmi mendapat kartu keluarga dan terdapat 375 rumah tangga dalam satu desa. Kondisi penduduk sangat dipengaruhi oleh kondisi sumber daya alam dan sarana prasarana/infrastruktur pendukung yang ada. Kondisi penduduk berdasarkan usia dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel. 2. Komposisi penduduk menurut usia dan kelamin Desa Keseneng tahun 2012. Kelompok usia
0-4 tahun 5-9 tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(jiwa)
(jiwa)
(jiwa)
20
39
59
22 41 commit to user
63
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10-14 tahun
26
47
73
15-19 tahun
25
40
65
20-24 tahun
55
80
135
25-29 tahun
79
99
178
30-34 tahun
101
120
231
35-39 tahun
105
145
250
40-49 tahun
132
153
285
50 tahun keatas
84
110
194
Jumlah
649
873
1522
(Sumber Data: Monografi Desa Keseneng 2012) b. Mata Pencaharian Aktivitas perekonomian warga Desa Keseneng, sebagian besar dipengaruhi oleh sumber daya alam yang ada di Desa Keseneng. Hampir 70% dari seluruh jumlah warga yang ada di Desa Keseneng bermata pencaharian di sektor pertanian. Beberapa dari warga Desa Keseneng merantau ke luar kota. Mereka merantau dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Para perantau tersebut rata-rata bekerja sebagai buruh pabrik. Aktivitas perekonomian lain yang menunjang kehidupan Desa Keseneng adalah dibidang perdagangan. Usaha dagang yang ditekuni berupa jual beli hasil bumi atau membuka warung kelontong untuk pemenuhan kebutuhan hidup warga sehari-hari.
Beberapa warga desa Keseneng juga
bermata pencaharian sebagai PNS, TNI, buruh bangunan, sopir dan tukang ojek. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Profesi yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan dan hingga kini belum terpenuhi adalah guru. Ketiga dusun di Desa Keseneng, yakni Keseneng, Keseseh, dan Tlawah masih kekurangan tenaga pengajar untuk menunjang perkembangan pendidikan. Akibatnya, sebagian besar anak muda dari ketiga dusun tersebut, terutama yang mengalami putus sekolah, banyak yang bekerja ke luar kota sebagai buruh kasar dan sales. Di Dusun Tlawah, beberapa warga mencoba memanfaatkan keterampilannya dalam mengolah bambu menjadi barang kerajinan. Produk utama mereka saat ini masih terbatas pada keranjang bambu yang merupakan alat untuk mengangkut jagung sehabis panen. Untuk menunjang usaha di sektor pertanian, warga membentuk lima kelompok tani yang tersebar di tiga dusun. Untuk mempermudah komunikasi dan pelaksanaan program, kelima kelompok itu melebur menjadi satu gabungan kelompok tani (gapoktan) yang menaungi gerakan lima kelompok di level desa.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
MATA PENCAHARIAN
JUMLAH
Petani sendiri
387 Orang
Buruh tani
209 Orang
Buruh pabrik
9 Orang
Pengusaha
3 Orang
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Buruh bangunan
67 Orang
Transportasi
6 Orang
PNS/TNI
6 Orang
Pensiunan
1 Orang
Pedagang
9 Orang
Lain-lain
139 Orang
Jumlah
838 Orang
(Sumber: monografi Desa Keseneng 2012)
c. Kondisi Sosial Budaya 1) Pendidikan Berhasil tidaknya pembangunan bangsa akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk di daerah tersebut. Pendidikan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat yang sudah maju merupakan suatu kebutuhan. Pemerintah telah menetapkan mulai tahun 1983 bahwa pendidikan merupakan keharusan karena dengan adanya pendidikan akan menyediakan tenaga terdidik dan terlatih. Bahkan pada masa sekarang pemerintah telah mengalokasikan dana 20% untuk keperluan pendidikan. Desa Keseneng merupakan desa IDT (Indeks Desa Tertinggal) hal ini disebabkan karena sebagian warganya hanya bisa mengenyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Meskipun ada beberapa orang yang sudah mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA dan ada commit to user beberapa orang yang sudah mengenyam pendidikan sampai ke Perguruan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinggi, namun jumlahnya masih sangat sedikit dan mereka kebanyakan tidak bersedia untuk tinggal di desa karena minimnya lapangan pekerjaan. Para lulusan SLTA maupun PerguruanTinggi lebih suka bekerja di kota. Banyak warga desa yang berprofesi sebagai petani. Hal itu disebabkan karena tingkat pendidikan masyarakat masih sangat rendah. Berdasar data monografi Desa Keseneng tahun 2010 dari 1.522 jiwa, jumlah lulusan perguruan tinggi hanya sebanyak 13 orang dan lulusan SMA 82 orang. Sangat kontras jika dibanding dengan lulusan SD yang mencapai 523 orang. Warga Desa Keseneng sangat membutuhkan peningkatan ilmu pengetahuan, terutama melalui jalur pendidikan formal ataupun kursuskursus keterampilan. Dengan demikian, warga mampu memaksimalkan potensi wilayah yang ada di Desa Keseneng.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Tamat Akademik/ Perguruan Tinggi
13 Orang
Tamat SLTA
82 Orang
Tamat SLTP
142 Orang
Tamat SD
523 Orang
Belum tamat SD
186 Orang commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tidak Sekolah
74 Orang
Belum Sekolah
502 Orang Jumlah
1522 Orang
(Sumber: Monografi Desa Keseneng 2012) 2) Agama dan Kepercayaan Penduduk Desa Keseneng mayoritas beragama Islam. Di Desa Keseneng hanya terdapat lima mushala dan tiga masjid sebagai tempat ibadah. Pemeluk agama Islam yang ada di Desa Keseneng termasuk golongan yang taat menjalankan ajaran agama Islam seperti solat lima waktu, puasa dan menunaikan ibadah haji. Masyarakat muslim Desa Keseneng banyak yang dipengaruhi budaya Jawa Islam. Beberapa kebudayaan masyarakat Jawa, khususnya yang bernapaskan Islam juga berkembang. Contohnya, kesenian rakyat terbangan/rebana. Seni terbangan itu berupa nyanyian shalawat nabi yang dibawakan kaum lakilaki. Kesenian ini dibawakan dengan iringan musik rebana. Masyarakat Muslim di Desa Keseneng melakukan kegiatan Yasinan, Tahlilan, dan selamatan. Yasinan adalah pembacaan surat Yasin secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang Kyai atau guru yang dilakukan di masjid atau tempat lain dan pada umumnya dilakukan pada malam Jumat. Yasinan juga merupakan bagian dari tahlilan, akan tetapi tahlilan biasanya lebih panjang bacaannya. Selamatan pada hakikatnya hampir sama dengan Tahlilan dan Yasinan, hanya saja selamatan untuk commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperingati
peristiwa-peristiwa
tertentu
seperti
syukuran
atau
kematian. Masyarakat Desa Keseneng masih percaya dengan hal-hal mistik. Mereka percaya bahwa kesejahteraan masyarakat Desa Keseneng juga dipengaruhi oleh adanya campur tanggan dari para leluhurnya. Oleh karena itu, setiap tahun masyarakat Desa Keseneng melaksanakan upacara tradisi khaul untuk menghormati Kyai Mandung serta mengirimkan doa untuk para leluhur mereka. Selain pada upacara tahunan, proses penghormatan pada leluhur desa dilakukan setiap diadakan acara Tahlilan, Yasinan atau selamatan. 3) Tradisi Masyarakat Kehidupan masyarakat Jawa berkembang suatu kepercayaan terhadap roh-roh halus yang hidup disekitar manusia. Roh-roh halus tersebut ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Roh-roh yang bersifat baik sering membantu manusia misalnya menjaga desa dari berbagai gangguan, roh-roh penjaga desa itu sering disebut danyang pepunden desa, maupun bisa disebut pula dengan Baureksa. Adapun rohroh yang bersifat jahat adalah roh-roh yang cenderung sering menggangu kehidupan manusia dimanapun berada (Koentjaraningrat, 1984: 338). Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian masyarakat Jawa khususnya masyarakat
Desa Keseneng Kecamatan Sumowono masih
berpegang pada paham kejawen, yang masih menghormati kepercayaan to userOrang-orang pedesaan khususnya asli yang tumbuh dalam commit masyarakat.
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat di Desa Keseneng bersifat sangat religius, sifat ini ditandai dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut sekarang. Pengakuan dan keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa tercermin dalam pemeluk agama di Desa Keseneng yaitu agama Islam. Dilihat dari cara bermasyarakat, masyarakat Desa Keseneng memiliki beragam aktivitas kemasyarakatan yang telah mengakar menjadi suatu tradisi. Aktivitas tersebut ada yang terkait dengan sosial keagamaan, peringatan upacara siklus kehidupan manusia dan peringatan hari-hari besar. Dalam upacara sebenarnya memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat, yaitu menumbuhkan solidaritas masyarakat. Dengan kegiatan itu warga masyarakat menjadi bertemu, berkumpul, dan meningkatkan rasa kebersamaan sehingga dapat membantu terbentuknya kesatuan sosial. Masyarakat Desa Keseneng sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, tumbuh dan berkembang dalam pengaruh budaya nenek moyang, sebagai contoh tradisi religius yang begitu kuat mengikat dalam manusia
semenjak
dalam
kandungan
sampai
seseorang
tersebut
meninggal. Tradisi yang dilakukan pada masa kehamilan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Keseneng yaitu mitoni. Dalam tradisi Jawa, mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Upacara mitoni ini merupakan suatu adat kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 user masa kehamilan pertama commit seorangtoperempuan dengan tujuan agar embrio
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam kandungan dan ibu yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan. Ubarampe atau sesajen yang digunakan masyarakat Desa Keseneng dalam melaksanakan tradisi mitoni antara lain : 1. Sajen tumpeng, maknanya adalah pemujaan (memule) pada arwah leluhur yang sudah tiada. Para leluhur setelah tiada bertempat tinggal di tempat yang tinggi, di gunung-gunung. Ini sebagai simbol keselarasan agar bayi yang dikandung sempurna dan tidak ada suatu kekuarngan serta memberikan keselamatan agar pada saat melahirkan lancar serta ibu dan bayinya selamat. 2. Jenang abang, jenang putih: melambangkan benih pria dan wanita yang bersatu dalam wujud bayi yang akan lahir. 3. Sega gudangan, merupakan lambang bakal manusia (embrio). Sega gudangan mengandung makna agar calon bayi selalu dalam keadaan segar. 4. Benang lawe atau daun kelapa muda yang disebut janur yang dipotong, maknanya adalah mematahkan segala bencana yang menghadang kelahiran bayi. 5. Telur ayam merupakan lambang dari ‘wiji dadi” (benih) terjadinya manusia.
Telur yang nantinya dipecah mengandung makna berupa
ramalan, bahwa kalau telur pecah maka bayi yang lahir perempuan, bila telur tidak pecah maka bayi yang lahir nantinya adalah laki-laki. 6. Sayur 7 warna ( sayuran yang terdiri dari 7 macam sayur yaitu jepan, kacang panjang, kol / kubis, kluwih, daun mlinjo, wortel, terung). Hal itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
dimaksudkan agar si jabang bayi kelak dapat menjalani kehidupan yang penuh warna-warni. Pelaksanaannya upacara mitoni di Desa Keseneng diawali dengan kendurian oleh kaum laki-laki kemudian dilanjutkan dengan diadakan dengan siraman kepada calon ibu yang hamil menggunakan air 7 sumber atau sumur dari Desa Keseneng yang telah dicampur dengan bunga tujuh rupa. Lalu dilanjutkan dengan calon ibu berganti jarit sebanyak 7 kali sebagai simbol kehamilannya sudah berusia 7 bulan. Setelah itu dilanjutkan dengan brobosan telur ayam kampung dari dada ibu hamil oleh dukun bayi yang kemudian akan ditangkap oleh nenek bayi ditengah kedua kaki ibu hamil. Apabila telur dapat ditangkap maka kelak anak yang dilahirkan lakilaki, dan apabila telur tidak dapat ditangkap maka kelak anak yang dilahirkan adalah perempuan. Kemudian si calon bapak dan calon ibu berjalan masuk ke dalam rumah sambil membersihkan tempat yang dilewatinya, sebagai simbol agar kelak pada saat kelahiran atau proses persalinan tidak mengalami suatu hambatan serta lancar-lancar saja. Masyarakat Desa Keseneng memiliki tradisi brokohan yang dilakukan setelah proses kelahiran sang jabang bayi ke dunia,. Brokohan yaitu upacara selamatan atas kelahiran bayi. Brokohan diwujudkan dalam bentuk selamatan yang disebut juga barakahan. Dalam acara brokohan, masyarakat Desa Keseneng membagikan nasi gudangan kepada tetangga serta sanak saudara sebagai simbol rasa syukur atas kelahiran bayi. Tradisi yang dilakukan setelah adanya tradisi brokohan yaitu tradisi njagong bayi. Njagong bayi yaitu tradisi dimana tetangga di sekitar commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluarga yang mempunyai bayi, setiap malam bergiliran datang ke rumah keluarga yang sedang berbahagia. Para tetangga berdatangan dalam rangka ikut bersyukur kepada Tuhan, yang telah memberikan kebahagiaan dengan lahirnya sang jabang bayi. Tradisi dilanjutkan dengan tradisi sepasaran, pemberian nama bayi, mencukur rambut bayi, sampai tradisi tedhak siten. Setelah anak tersebut tumbuh besar , bagi anak laki-laki dilakukan khitan. Tidak ada tradisi yang dilaksanakan masyarakat Desa Keseneng setelah anak mereka tumbuh besar. Sampai kemudian, anak-anak tumbuh menjadi dewasa. Upacara ritus kehidupan yang dilakukan adalah pernikahan. Pernikahan adalah pengikatan batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk memenuhi tujuan hidup berumah tangga sebagai sepasang suami. Masyarakat Desa Keseneng yang semuanya adalah pemeluk agama Islam menikah dengan bantuan penghulu dari KUA Kecamatan Sumowono atau dengan bantuan modin Desa Keseneng. Masyarakat Desa Keseneng sebagai bagian dari masyarakat Jawa memiliki budaya yang tinggi. Berbagai upacara dilaksanakan masyarakat, upacara dimulai dari masa kehamilan sampai kematian seseorang dilakukan. Penghormatan kepada orang yang telah meninggal dilakukan pula
oleh
masyarakat
Desa
Keseneng.
Upacara-upacara
yang
diselengggarakan untuk memperingati kematian biasanya dilakukan dengan mengadakan kenduri. Kenduri ini dilakukan dengan doa bersama dan
dihadiri
oleh
kerabat
dan
tetangga
terdekat.
Kenduri
ini
menggambarkan suatu pola gotong royong yeng terjadi dalam masyarakat commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jawa. Sikap saling membantu dan memberi penghiburan bila ada kesusahan merupakan contoh konkret pola pikir masyarakat Jawa yang masih dilakukan oleh masyarakat Desa Keseneng. Serangkaian upacara yang dilakukan adalah : 1. Upacara Ngesur Tanah Atau Geblag. Istilah sur tanah atau ngesur tanah berarti menggeser tanah (membuat lubang untuk penguburan mayat). Makna sur tanah adalah memindahkan alam fana ke alam baka dan wadag semula yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah juga. Upacara ini dilaksanakan pada saat pembuatan liang lahat untuk tempat pemakaman orang yang meninggal. Adapun ubarampe yang digunakan dalam upacara sur tanah di Desa Keseneng adalah : a) Tumpeng ungkur-ungkuran (Tumpeng yang dibelah dan diletakkan dengan saling membelakangi). Yang bermakna bahwa mayit telah berpisah antara jasmani dan rohnya. b) Ingkung (ayam dimasak utuh) Ingkung juga melambangkan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. c) Urap (gudhangan dengan kelengkapannya) bermakna agar keselamatan selalu mengiringi orang yang meninggal sampai menghadap Tuhan. d) Lalaban : Ini terdiri dari cabai merah, garam, dan bawang merah melambangkan diharapkan semua sesaji sesuai tidak ada kekurangan commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Dhele ireng: jenis kacang kedelai yang berwarna hitam yang melambangkan agar tidak mendapatkan kegelapan semoga Tuhan selalu penerangan bagi orang yang telah meninggal.
2. Upacara tigang dinten Upacara
ini
merupakan
upacara
kematian
yang
diselenggarakan untuk memperingati tiga hari meninggalnya seseorang, untuk menyempurnakan empat
perkara yang disebut
anasir yaitu bumi, api, angin, dan air. Peringatan ini dilakukan dengan kenduri dengan mengundang kerabat dan tetangga terdekat. Sesajen yang digunakan antara lain : a) Tumpeng seger : nasi yang dibentuk seperti kerucut sebagai wujud dari penghormatan kepada Tuhan YME serta penghormatan kepada arwah leluhur yang sudah meninggal. b) Sega golong : nasi yang dibentuk bulat-bulat seperti bola sebagai wujud bahwa kebulatan hati bahwa yang telah rela melepas orang yang disayangi. c) Ingkung ayam jago: Ingkung juga melambangkan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. d) Sega kepyar : nasi yang dimasak setengah mateng. e) Lalaban : Ini terdiri dari cabai merah, garam, dan bawang merah melambangkan diharapkan semua sesaji sesuai tidak ada kekurangan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f) Sega liwet : nasi yang dimasak liwet dan di dalamnya ada satu buah telur. g) Sayur sambal goreng : sayur yang terbuat dari kentang yang disantang berwarna merah dan pedas. h) Peyek : makanan yang terbuat dari tepung beras dan kacang maupun ikan asin yang kemudian digoreng sampai renyah. i)
Apem : makanan yang terbuat dari tepung gandum dan gula yang dibentuk bulat pipih yang melambangkan permintaan maaf dari yang meninggal atas kesalahannya semasa hidupnya.
j) Dhele ireng: jenis kacang kedelai yang berwarna hitam yang melambangkan agar tidak mendapatkan kegelapan semoga Tuhan selalu penerangan bagi orang yang telah meninggal.
3. Upacara Pitung Dinten Upacara ini untuk memperingati tujuh hari meninggalnya seseorang maksudnya menyempurnakan pembawaan dari ayah dan ibu berupa darah, daging, sungsum, jeroan (isi perut), kuku, rambut, tulang, dan otot. Ubarampe yang digunakan dalam upacara kendurian pitung dinten (tujuh hari) ini sama dengan upacara upacara tigang dinten (tiga hari). 4.Upacara Sekawan Dasa Dinten Upacara ini untuk memperingati empat puluh hari meninggalnya
seseorang. Upacara commit to user
ini
dimaksudkan
untuk
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyempurnakan semua yang bersifat badan wadag (jasad). Bahan untuk kenduri biasanya sama dengan kenduri pada saat memperingati tujuh hari meninggalnya.
5. Upacara Nyatus Upacara ini untuk memperingati seratus hari meninggalnya seseorang.
Tata
cara
dan
bahan
yang
digunakan
untuk
memperingati seratus hari meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan empat puluh hari.
6. Upacara Mendhak Pisan Upacara
mendhak
pisan
merupakan
upacara
yang
diselenggarakan ketika orang meninggal pada setahun pertama, maksudnya untuk menyempurnakan kulit, daging, dan jeroan-nya. Tata cara dan bahan yang diigunakan untuk memperingati seratus hari meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan seratus hari.
7.Upacara Mendhak Pindho Upacara mendhak pindho merupakan upacara terakhir untuk memperingati meninggalnya seseorang, maksudnya untuk menyempurnakan semua kulit, darah, dan semacamnya yang tinggal hanyalah tulangnya saja. Tata cara dan bahan yang digunakan untuk memperingati seratus hari meninggalnya pada commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan mendhak pisan.
8.Upacara Mendhak Katelu Merupakan peringatan seribu hari bagi orang yang sudah meninggal, untuk menyempurnakan semua rasa dan bau hingga semua rasa dan bau sudah lenyap. Peringatan dilakukan dengan mengadakan kenduri yang diselenggarakan pada malam hari. Bahan yang digunakan untuk kenduri sama dengan bahan yang digunakan pada peringatan empat puluh hari.
Pelaksanaan kendurian baik dari tigang dinten (tiga hari) sampai upacara kendurian mendhak katelu (nyewu) biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah sholat Isya yang dihadiri kaum laki-laki Desa Keseneng baik tua maupun remaja. Acara dimulai dengan pembacaan surat Yasin dan Tahlil secara bersama-sama yang dipimpin oleh Modin Desa Keseneng. Acara dilanjutkan makan bersama-sama. Setelah makan bersama acara selesai, apabila masih ada sisa ubarampe yang tidak dimakan boleh dibawa pulang oleh kaum laki-laki yang datang. Tradisi non religius yang dilaksanakan oleh warga Desa Keseneng antara lain sambatan dan rewang. Sambatan adalah gotong royong yang dilakukan oleh para kaum laki-laki baik tua maupun muda guna meringankan beban suatu pekerjaan, biasanya sambatan dilakukan pada saat membangun rumah, ngijing atau memasang batu nisan pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
pemakaman. Ini dilakukan dengan bersama-sama tanpa membedakan status social. Semua kaum pria di Desa Keseneng berbaur menjadi satu. Rewang adalah berkumpulnya para ibu-ibu untuk memasak makanan di tempat orang yang punya hajat atau keperluan yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Tradisi rewang di Desa Keseneng dilakukan secara bersama-sama tanpa ada suatu ikatan apapun baik saudara, agama maupun pekerjaan. Hal ini dilakukan oleh para ibu-ibu dengan senang hati dan penuh kebersamaan. Tradisi rewang di Desa Keseneng dilakukan secara ikhlas tanpa imbalan berupa uang dari pemilik hajat. Biasanya dilakukan pada hajatan pernikahan, sunatan atau khitanan, mitoni, mendhak. Semuanya bekerja sama agar pekerjaan yang dilakukannya cepat selesai Kehidupan sosial warga Desa Keseneng cukup kondusif dan teratur. Beberapa perkumpulan warga terbentuk di Desa Keseneng. Bentuk-bentuk perkumpulan atau kerukunan warga, antara lain perkumpulan tahlilan di tiap-tiap RT. Kegiatan tahlilan dilaksanakan oleh warga sekali dalam satu minggu. Kerja bakti atau gotong royong yang biasa dilaksanakan tiap hari Minggu pagi. Di samping dilaksanakan tiap Minggu, ketika ada acara atau perencanaan pembangunan desa, warga turut serta dalam pembangunan. Kegiatan posyandu rutin dilaksanakan tiap bulan di setiap dusun. Kegiatan arisan ibu-ibu dilaksanakan setiap selapan (35 hari) sekali. Kegiatan pertemuan ibu-ibu kader PKK juga dilakukan tiap minggu. Kesenian juga berkembang di Desa Keseneng, sebut saja rebana, kuda lumping (jaran kepang), dan ketoprak. Kesenian rebana terdapat di dusun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
Keseneng dan Tlawah, biasanya digunakan untuk acara-acara keagamaan dan dilakukan oleh ibu-ibu. Kesenian kuda lumping dan ketoprak hanya ada di dusun Tlawah dan ditekuni oleh anak-anak SD, karena merupakan salah satu muatan lokal yang diajarkan di SD Keseneng (kebetulan lokasi SD Keseneng berada di dusun Tlawah). Sebenarnya kesenian ketoprak juga ada di dusun Keseneng dan ditekuni oleh orang-orang dewasa, namun seiring perkembangan waktu, kesenian tersebut menjadi mati suri karena kurangnya keinginan untuk melestarikan. Namun demikian, sumber daya manusia yang ada di desa Keseneng belum sepenuhnya terorganisir dengan baik, dalam arti belum ada pembinaan yang lebih komprehensif. Untuk itu paling tidak diharapkan adanya upaya dari semua pihak termasuk di dalamnya pemerintah setempat, agar sumber daya manusia yang ada di desa Keseneng lebih diberdayakan. Potensi sumber daya sosial yang merupakan realitas yang terdapat dalam Desa Keseneng. Secara garis besar, organisasi kesenian Desa Keseneng masih terabaikan dan belum dikembangkan dengan baik. Hal itu terkaitan langsung dengan sumber daya manusia dan minat serta kesadaran masyarakat desa. Pemuda sebagai pewaris serta generasi penerus untuk menjadi garda terdepan dalam melestarikan potensi kesenian lokalnya mengalami kemunduran dan pelan-pelan mulai meninggalkan kesenian tersebut. Anggapan yang muncul di tingkat pemuda bahwasanya kesenian lokal tidak modern lagi dan berkesan monoton. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkembangan
organisasi
sosial
kemasyarakatan
di
Desa
Keseneng, pada umumnya mencerminkan hubungan yang erat dan harmonis. Hal itu berlangsung di lingkungan dusun maupun di lingkungan desa. Warga bersosialisasi dalam kegiatan-kegiatan desa, rutin diselenggarakan baik dalam bentuk pertemuan dan kerja bakti bersama Hubungan antarwarga yang cukup kondusif serta kepedulian antar individu dan lingkungan sekitarnya merupakan modal sosial dalam membangun sarana dan prasarana desa yang masih belum maksimal. Mengingat Desa Keseneng masih menyandang gelar sebagai desa indeks desa tertinggal (IDT). Persoalan besar di masyarakat desa yang cukup pelik dihadapi adalah tingkat kesadaran dalam berpartisipasi untuk menghasilkan keputusan bersama dalam persoalan desa yang cukup kompleks. Persoalan yang ada adalah tentang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Desa Keseneng. Tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat desa berhubungan erat dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah. Namun demikian semangat dan sumber sosial memiliki potensi yang cukup besar untuk maju. Salah satu aktivitas sosial lain yang cukup menonjol adalah olahraga. Minat olahraga pada kalangan pemuda desa cukup besar. Sarana yang ada seperti lapangan sepak bola dan lapangan voli juga tersedia. Namun sayang, belakangan partisipasi pemuda di bidang keolahragaan mulai berkurang. Penyebab utama, banyak pemuda desa yang keluar daerah untuk menuntut ilmu dan mendapatkan pekerjaan. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini disebabkan oleh faktor kebutuhan dasar, seperti ketersediaan sarana pendidikan serta lapangan kerja yang sangat minim di desa Keseneng.
Hal
tersebutlah
yang
menjadikan
penyebab
utama
kemunduran dan anjloknya prestasi olahraga pemuda Desa Keseneng.
B. Bentuk Dan Isi Cerita Rakyat Kyai Mandung Di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang 1.
Isi Cerita Rakyat Kyai Mandung Cerita Rakyat Kyai Mandung berkembang di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Cerita rakyat tentang Kyai Mandung merupakan salah satu sastra lisan yang ada di wilayah Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono. Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono menggangap cerita ini benar dan pernah terjadi. Cerita rakyat Kyai Mandung menceritakan tentang tokoh yang berjasa bagi masyarakat Desa Keseneng. Cerita rakyat Kyai Mandung sampai saat ini masih dijaga oleh masyarakat pendukungnya, yaitu masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono. Cerita rakyat Kyai Mandung di desa Keseneng Kecamatan Sumowono ditokohi oleh Kyai Mandung. Nama Mandung adalah sebuah nama samaran dari Raden Jaya Sentana. Raden Jaya Sentana adalah seorang Sentana Dalem Keraton Yogyakarta. Kyai Mandung adalah seorang duda. Beliau juga tidak memiliki putra. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Raden Jaya Sentana mengembara ke Kadilanggu Demak untuk belajar agama Islam. Sesudahnya dari Demak, beliau mengembara ke Tuban untuk memperdalam ilmu agamanya yang sebelumnya telah beliau pelajari di Demak. Sesudahnya mencari ilmu di Demak Bintara dan Tuban, beliau pergi ke Desa Keseneng. Keseneng pada masa itu merupakan hutan belantara. Di Desa Keseneng Raden Jaya Sentana ini lalu mengubah namanya menjadi Kyai Mandung. Hal ini disebabkan karena pada masa itu, penjajah Belanda mencari para Sentana Dalem Keraton Yogyakarta yang tidak setuju keraton Yogyakarta bersekutu dengan penjajah Belanda. Nama samaran Kyai Mandung digunakan untuk mengecoh Belanda yang ingin mengetahui keberadaan Raden Sentana. Kyai Mandung yang merupakan pendatang di daerah Keseneng tersebut, beliau ingin membuka lahan pertanian di Desa Keseneng. Desa Keseneng yang merupakan hutan jati ia buka menjadi sawah. Kyai Mandung membuka lahan tersebut dengan cara babat hutan. Pada masa itu belum adanya aturan yang ketat tentang penebangan hutan. Kyai Mandung menebang pohon jati yang tumbuh memenuhi area Desa Keseneng. Luas lahan yang dibukanya menjadi area persawahan adalah 30 hektar. Selanjutnya, sawah yang Kyai Mandung bangun diberi nama sawah jati. Pemberian nama sawah jati disebabkan sawah tersebut dibuat di lahan yang sebelumnya merupakan hutan jati. Namun, ternyata ada masalah tentang sistem pengairan. Tidak adanya sungai maupun saluran irigasi yang dapat menjangkau sawah yang dibuat oleh Kyai Madung tersebut. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kyai Mandung menyiasati permasalahan tersebut dengan membangun sebuah saluran air untuk mengairi sawah yang dibangunnya. Pada suatu hari, Kyai Mandung mendaki Bukit Butoh. Bukit Butoh adalah sebuah bukit yang berada di timur Keseneng. Dengan kesaktian yang dimiliknya, Kyai Mandung mampu membuat saluran air hanya dengan menyeretkan tongkatnya dari mata air yang bersumber dari Kali Gede. Kyai Mandung menyeret tongkatnya dari Kali Gede sampai ke Kementor. Di Kementor, Kyai Mandung melihat hasil pekerjaannya hari itu
tidak memuaskan. Saluran irigasi yang dibuatnya
dengan tongkat dirasa beliau sempit dan aliran air dari Kali Gede tersebut kurang deras untuk bisa sampai ke sawah. Saat berada di Kementor, waktu salat Dzuhur pun tiba. Kyai Mandung menghentikan sejenak usahanya untuk membuat saluran irigasi. Beliau duduk sejenak untuk beristirahat, kemudian menunaikan ibadah solat Dzuhur. Saat itu Kyai Mandung mencari air untuk berwudhu. Aliran air yang ada hanyalah air yang mengalir di saluran irigasi yang dibuatnya. Melihat air yang mengalir tersebut sangat keruh, lalu Kyai Mandung memotong akar pohon kemadu. Pohon kemadu adalah sejenis pohon yang memiliki daun lebar seperti daun jati, tetapi terdapat bulu pada daunnya. Bulu yang ada pada permukaan daun tersebut sangatlah beracun jika mengenai kulit manusia. Dengan ajaibnya, dari akar pohon kemadu tersebut mengeluarkan air yang sangat jernih. Air yang mengalir tersebut kemudian digunakan Kyai Mandung untuk berwudhu. Setelah bersuci, beliau menunaikan ibadah salat Dzuhur. Kyai Mandung melanjutkan usahanya dalam membuat saluran irigasi commit to user seusai melakukan salat Dzuhur. Kali ini beliau tidak lagi menggunakan
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tongkatnya. Namun, Kyai Mandung menggunakan kendhit (stagen) yang beliau kenakan. Kyai Mandung melepas kendhitnya, lalu menyeretnya menuju sawah yang beliau bangun. Saluran irigasi yang beliau buat dengan stagen cukup besar. Dengan mukzizat Tuhan, akar pohon kemadu yang Kyai Mandung potong tadi mengeluarkan air yang jernih dan alirannya sangat deras. Air tersebut memenuhi saluran irigasi yang dibangun oleh Kyai Mandung. Aliran air yang deras tersebut berhasil mengairi sawah yang dibangun oleh Kyai Mandung tersebut. Kyai Mandung memberi nama saluran irigasi yang ia buat dengan nama Wangan Jati. Wangan yang berarti saluran irigasi dan jati yang diambil dari kata sejati memiliki arti selamanya. Wangan Jati memiliki panjang 2,5 km. Kyai Mandung berharap Wangan Jati tersebut menjadi saluran irigasi yang selalu dapat mengairi sawah yang ada di Desa Keseneng. Kyai Mandung yang hidup tanpa didampingi istri dan putra hidup sebagai petani di Desa Keseneng. Beliau mengolah sawah yang dibuatnya. Tanaman padi tumbuh subur di sawah tersebut. Kyai Mandung membangun rumah di Desa Keseneng. Lama kelamaan banyak orang yang datang ke desa tersebut. Mereka membangun perkampungan di Keseneng. Rakyat Keseneng hidup dengan damai. Mereka mengolah sawah dan menanaminya dengan tanaman pangan. Rakyat Keseneng sangat menghormati Kyai Mandung. Kyai Mandung juga mengajarkan agama Islam kepada warga yang sebelumnya memeluk agama Budha. Kyai Mandung menjadi pemimpin yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
dapat mengayomi warga Keseneng. Beliau juga menjadi tokoh yang disegani oleh warga karena jasa dan kesederhanaannya. Pada suatu hari warga diresahkan oleh berita akan datangnya pasukan Belanda ke Desa Keseneng untuk mencari para pemberontak penjajah. Namun, dengan kesaktian dan kelihaiannya, Kyai Mandung berhasil mencegah pasukan Belanda masuk ke dalam desa. Akhirnya pasukan Belanda pun tidak jadi masuk ke dalam desa. Kegembiraan rakyat Keseneng itu pun diwujudkan dengan memberi nama desa mereka tinggali selama ini dengan nama Desa Keseneng. Hal ini merupakan wujud rasa terima kasih mereka kepada Kyai Mandung. Nama Keseneng juga mempunyai tujuan bahwa Desa Keseneng menjadi desa yang selalu seneng (senang). Mulai saat itu, desa yang dibangun Kyai Mandung itu memiliki nama Desa Keseneng. Sebuah desa kecil yang makmur dengan hasil pertanian yang melimpah. Rakyat Keseneng pun hidup berdampingan dengan damai dan sejahtera. Di akhir hayatnya beliau berpesan kepada seluruh warga Desa Keseneng untuk selalu mendoakannya. Beliau juga meminta untuk setiap peringatan hari meninggalnya, warga Desa Keseneng menyembelih seekor kambing kendit yang berjenis kelamin jantan dan mengadakan doa bersama untuk Kyai Mandung. Hanya kaum laki-laki yang boleh menyembelih dan memasak kambing tersebut. Daging kambing ini untuk kemudian dimakan bersamasama saat acara doa bersama saat Khaul Kyai Mandung. Selama hidupnya di Desa Keseneng, Kyai Mandung mampu menjadi tauladan bagi warganya. Beliau merupakan pembangun Desa Keseneng. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Sosoknya sangat dihormati oleh warga Keseneng. Kyai Mandung meninggal di Desa Keseneng pada malam Jumat Kliwon di bulan Sya’ban. Jasad beliau pun dimakamkan di Bukit Jati yang berada di wilayah timur Desa Keseneng.
2. Bentuk Cerita Rakyat Kyai Mandung Cerita rakyat Kyai Mandung merupakan lokal legenda karena mempunyai cerita tentang asal-usul Desa Keseneng, juga memiliki cerita tentang seorang tokoh bernama Kyai Mandung atau Raden Jaya Sentana. Raden jaya sentana adalah seorang sentana dalem keraton Yogyakarta yang dianggap seorang guru yang pinunjul atau linuwih yang dihormati oleh masyarakat Desa Keseneng. Tokoh ini memiliki kekuatan-kekuatan magis yang disakralkan oleh masyarakat pendukungnya. Tempat kejadian yang diceritakan dalam cerita ini pun di dunia seperti yang kita kenal sekarang ini.Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi langsung yang peneliti lakukan di Desa Keseneng, sebagian besar masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono masih mempercayai serta meyakini Cerita Rakyat Kyai Mandung. Sebagai seorang yang dianggap linuwih dan sakti, makam Kyai Mandung pun dianggap sebagai tempat yang sakral. Cerita rakyat Kyai Mandung disebarkan dengan media lisan. Cerita ini dituturkan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi berikutnya. Sampai saat ini, cerita rakyat Kyai Mandung masih dijaga oleh pemilik cerita rakyat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Kyai Mandung yaitu warga Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Berdasarkan keterangan dan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa Cerita rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang merupakan sebuah folklor lisan berupa cerita rakyat yang berbentuk legenda. Legenda seringkali dipandang sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Cerita rakyat Kyai Mandung juga dianggap oleh sang pemilik dan pendukung cerita rakyat Kyai Mandung sebagai sejarah bagaimana terbentuknya Desa Keseneng. Legenda biasanya bersifat migratoris, yakni dapat berpindahpindah sehingga dikenal luas di daerah-daerah berbeda. Selain itu, legenda acapkali tersebut dalam bentuk pengelompokkan yang disebut siklus (Cycle), yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu (Danandjaja,1986:67)
C. Kekuatan Kultural Cerita Rakyat Kyai Mandung Di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah, pertama sebaggai suatu kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua sebagai tradisi yakni kecenderungan-kecenderungan spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif. Bentuk dan isi dengan sendirinya dapat mencerminkan perkembangan sosiologis, atau menunjukkan perubahan-perubahan yang halus dalam watak commit to user kultural (Darmono, 1978 dalam Endraswara, 2003:92).
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
Merujuk pada pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa cerita rakyat Kyai Mandung memiliki dua ciri pendekatan sebuah karya sastra, sebagai kekuatan atau material istimewa. Hal ini terbukti makam Kyai Mandung sering dikunjungi peziarah untuk ngalap berkah karena makam Kyai Mandung dianggap sebagai tempat yang sakral. Sedangkan sebagai tradisi, untuk peziarah yang datang ke makam Kyai Mandung diharuskan untuk bersuci, mengucap salam sebanyak tiga kali, membaca surat Al-Fatikhah sebanyak tujuh kali dan membaca doa “hasbunallah wanikmal waqil,nikmal maula wanikmannasyir” sebanyak 111x. Peziarah juga diwajibkan melepas alas kaki yang digunakan saat berada di makam Kyai Mandung. Hal tersebut membuktikan bahwa Cerita Rakyat Kyai Mandung masih sangat dijaga keberadaannya dan dilestarikan oleh sang pemilik dan pendukung Cerita Rakyat Kyai Mandung yaitu masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Sampai sekarang masyarakat Keseneng masih melestarikan tradisi-tradisi yang mengukuhkan perwujudan cerita rakyat Kyai Mandung. Beberapa tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat pendukung cerita rakyat Kyai Mandung antara lain: 1. Tradisi Ziarah pada Malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Tradisi ziarah ke makam Kyai Mandung dilakukan oleh para peziarah merupakan sebuah tradisi yang turun-temurun sejak dulu. Para peziarah memiliki suatu kepercayaan bahwa pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon merupakan hari yang paling baik untuk ngalap berkah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
di makam Kyai Mandung. Mereka percaya bahwa pada hari tersebut, roh Kyai Mandung turun ke bumi sehingga akan mengabulkan doa yang mereka minta. Peziarah yang ingin berdoa di makam Kyai mandung diwajibkan bersuci terlebih dahulu. Saat memasuki area pemakaman, peziarah diharuskan membaca salam sebanyak tiga kali, kemudian membaca Surat Al-Fatikhah sebanyak tujuh kali, dilanjutkan membaca doa “hasbunallah wanikmal waqil,nikmal maula wanikmannasyir” sebanyak 111x. Setelah itu, barulah peziarah dapat menyampaikan hajat yang dinginkannya dengan cara berkonsentrasi untuk berdoa dengan apa keinginannya secara sepenuh hati agar permintaannya dikabulkan Tuhan melalui perantara Kyai Mandung. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat melakukan ziarah kubur di makam Kyai Mandung antara lain berkata kotor, menggunjing orang lain, berbuat asusila, dalam berdoa meminta hal-hal yang tidak baik misalnya dilindungi dalam melakukan tindak kejahatan seperti mencuri. Peziarah juga tidak diperbolehkan menyimpan dendam terhadap orang lain. Wanita yang sedang dalam keadaan haid tidak diperbolehkan memasuki area makam. Alas kaki yang digunakan oleh peziarah haruslah dilepas saat memasuki makam Kyai Mandung.
2. Tradisi Ziarah pada Malam 1 Sura. Malam 1 Sura atau 1 Muharam dianggap sakral oleh sebagian masyarakat Jawa. Pada malam 1 Sura di makam Kyai Mandung seperti commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
halnya tempat-tempat keramat lainnya juga banyak dikunjungi peziarah. Peziarah yang datang untuk ngalap berkah tidak hanya datang dari Desa Keseneng, masyarakat dari luar Desa Keseneng pun datang ke makam Kyai Mandung. Malam 1 Sura dipilih oleh para peziarah karena mereka percaya bahwa 1 Sura adalah hari yang keramat. Maka para peziarah berpendapat bahwa malam 1 Sura merupakan waktu yang tepat untuk melakukan tirakat agar keinginannya dapat dikabulkan oleh Tuhan. Tata cara yang dilakukan sama dengan tata cara yang dilakukan pada saat ziarah kubur pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Tata cara yang dilakukan antara lain mensucikan diri sebelum masuk ke area makam Kyai Mandung, mengucap salam sebanyak tiga kali, membaca surat Al-Fatikhah sebanyak tujuh kali,dilanjutkan dengan membaca doa “hasbunallah wanikmal waqil,nikmal maula wanikmannasyir” sebanyak 111x, kemudian dilanjutkan dengan berkonsentrasi penuh untuk menyampaikan keinginannya.
3. Tradisi Upacara Khaul Kyai Mandung. Kepercayaan terhadap cerita rakyat memberikan dorongan yang kuat dalam pelaksanaan sebuah upacara tradisional
Masyarakat Desa
Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang percaya dengan adanya cerita rakyat Kyai Mandung, sehingga sampai saat ini masyarakat Keseneng masih melaksanakan upacara tradisional khaul Kyai Mandung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Upacara khaul Kyai Mandung dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon di bulan Sya’ban. Kata khaul berasal dari kata haul (Arab) yang memiliki arti setahun. Peringatan khaul berarti peringatan genap satu tahun, atau peringatan tahunan (Muhamad Sholikin, 2010:432). Di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono upacara khaul Kyai Mandung merupakan peringatan tahunan untuk memperingati hari wafatnya Kyai Mandung. Masyarakat Desa Keseneng juga menyebut upacara ini dengan sebutan nyadran. Sadranan yaitu tradisi masyarakat untuk membersihkan makam leluhur dan ziarah kubur dengan prosesi penyampaian doa dan kenduri yang dilaksanakan oleh warga setempat. Asal mula Tradisi Nyadran atau khaul Kyai Mandung dilaksakan yaitu berdasarkan wasiat Kyai Mandung. Tradisi Nyadran di Keseneng adalah untuk memperingati hari meninggalnya Kyai Mandung yang jatuh pada malam Jumat Kliwon pada bulan Ruwah (Sya’b an). Esensi nyadran Kyai Mandung adalah memanjatkan doa kepada Tuhan agar Desa Keseneng diberikan keselamatan dan kesejahteraan. Serangkaian ritual yang ada dalam upacara Khaul atau tradisi nyadran ini dikemas dalam suasana magis dan unik. Keselamatan itu ditemukan dalam sebuah harmoni yang sangat lazim disebut dengan istilah “slametan”. Selamatan atau slametan merupakan sebagian diantara bentuk symbol ritual dan symbol spiritual. Prosesi upacara khaul Kyai Mandung dilaksanakan malam Jumat Kliwon pada bulan Ruwah (Sya’ban). Di dalam serangkaian prosesi commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
upacara, hanyalah kaum lelaki yang diperbolehkan mengikuti berbagai ritualnya. Dimulai dari tahap persiapan sampai akhir upacara tidak diperbolehkan adanya campur tangan kaum perempuan. Hal ini dilaksanakan berdasarkan atas wasiat dari Kyai Mandung. Upacara khaul Kyai Mandung dimulai dari tahap persiapan dengan membersihkan seluruh desa termasuk area makam Kyai Mandung. Wangan Jati pun tidak luput dari perhatian warga untuk dibersihkan. Pembersihan desa, Wangan Jati, dan Gumuk Jati (makam Kyai Mandung) dilaksanakan sehari sebelum diadakannya upacara khaul yaitu pada Rabu. Warga Desa Keseneng melaksanakan ritual bersih-bersih ini secara bersama-sama. Secara tersirat, di dalam upacara Khaul Kyai Mandung tersimpan nilai-nilai kultural yaitu untuk menumbuhkan rasa persaudaraan, menjalin silaturahmi dan kekompakan antar warga yang ikut serta dalam memperingati upacara tersebut. Tiba malam (Rabu malam), kaum laki-laki di Desa Keseneng berkumpul di sekitar makam Kyai Mandung untuk mengadakan doa bersama. Doa yang dibaca antara lain Tahlil dan surat Yasin. Doa-doa ini dikirim untuk Kyai Mandung serta para leluhur Desa Keseneng. Hari Kamis malam Jumat Kliwon, prosesi upacara Khaul Kyai Mandung
dilakukan.
Kegiatan
difokuskan
untuk
mempersiapkan
ubarampe yang akan digunakan dalam upacara Khaul Kyai Mandung. Dalam ritual upacara ini, warga Desa Keseneng menggunakan sesaji berupa kambing kendhit yang berjenis kelamin jantan berjumlah satu ekor serta nasi tumpeng dan ingkung ayam. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kambing kendhit merupakan simbol sebagai penghormatan kepada Kyai
Mandung
yang telah membuatkan saluran irigasi dengan
menggunakan kendhitnya. Kambing kendhit, yaitu kambing yang bulunya berwarna hitam namun pada bagian punggungnya berwarna putih seperti selempang putih yang melingkar di badannya. Kambing kendhit tersebut disembelih kemudian beberapa bagian tubuhnya yang berupa kepala, kaki serta kulit kambing dipisahkan dan dibungkus dengan kain mori untuk kemudian dilarung di Kali Ringin. Kali Ringin adalah sungai yang mengalir disamping Gumuk Jati, tempat Kyai Mandung dimakamkan. Bagian tubuh kambing yang tidak dilarung, dimasak warga Desa Keseneng untuk dimakan bersama saat upacara syukuran yang dilaksanakan disekitar makam Kyai Mandung. Daging kambing dimasak di area makam Kyai Mandung. Daging tersebut dimasak dengan Bumbubumbu yang telah dipersiapkan dari rumah. Kayu yang digunakan untuk bahan bakar memasak adalah kayu dari pohon sono. Saat memasak daging kambing, tidak boleh mencicipi masakan. Hal ini disebabkan makanan yang telah dicicipi dianggap sebagai makanan sisa. Orang yang mencicipi daging kambing yang sedang dimasak akan mendapatkan kutukan. Menurut juru kunci makam Kyai Mandung, pernah ada seorang warga yang mencicipi kuah dari masakan daging kambing tersebut. Tiba-tiba wajah orang tersebut menjadi peyot. Kutukan ini tidak akan hilang sampai orang yang terkena kutukan meninggal. Nasi tumpeng juga menjadi salah satu ubarampe dalam upacara khaul Kyai Mandung. Nasi merupakan simbol kemakmuran. Tumpeng commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berarti metu dalan kang lempeng atau hidup melalui jalan yang lurus (Muhamad Sholikin, 2010:52).
Nasi digunakan sebagai sesaji dalam
prosesi upacara khaul Kyai Mandung karena diharapkan Desa Keseneng dapat menjadi desa yang makmur. Ingkung ayam merupakan simbol berserah dirinya manusia dihadapan Tuhan. Ingkung ayam digunakan dalam upacara khaul Kyai Mandung. Ingkung adalah ayam yang dimasak dan disajikan secara utuh. Ingkung memiliki makna inggalo njungkung atau bersujud, juga bermakna inggala manekung atau segera bermuhasabah dan berdzikir kepada Allah (Muhamad Sholikin, 2010:52). Sebagian warga Desa Keseneng yang tidak ikut mempersiapkan ubarampe yang akan digunakan dalam upacara khaul Kyai Mandung melakukan kegiatan pergantian pagar yang mengelilingi makam Kyai Mandung. Memang makam Kyai Mandung tidak seperti makam-makam para ulama yang lain yang ditutup dengan cungkup yang megah. Makam Kyai Mandung hanya dikelilingi dengan pagar yang terbuat dari bambu. Hal ini dikarenakan wasiat dari Kyai Mandung untuk memberikan contoh kepada warga Desa Keseneng bahwa tidak harus bermegah-megah dalam menjalani kehidupan. Untuk lebih jelasnya, berikut serangkaian prosesi upacara tradisional Khaul Kyai Mandung yang dilaksanakan setiap malam Jumat Kliwon di bulan Sya’ban yang dilakukan oleh masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang: a. Penyelenggaraan
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tempat penyelenggaran upacara Khaul Kyai Mandung ini berlangsung di area makam Kyai Mandung. Acara terselenggara atas dukungan seluruh warga Desa Keseneng.
b. Waktu upacara Upacara tradisional khaul Kyai Mandung dilaksanakan oleh masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang setiap setahun sekali. Upacara ini dilaksanakan pada hari Kamis malam Jumat Kliwon pada bulan Sya’ban. Upacara ini dihadiri oleh banyak orang, antara lain perwakilan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Kepala Wilayah Kecamatan Sumowono, Kepala Desa Sekecamatan Sumowono, warga Desa Keseneng dan sekitarnya, serta para pengunjung.
c. Pelaksanaan upacara. Upacara tradisional khaul Kyai Mandung dilaksanakan oleh masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Adapun susunan upacara Khaul Kyai Mandung adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan 2. Sambutan Kepala Desa Keseneng 3. Doa dan tahlil bersama 4. Kenduri 5. Salam-salaman
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Penutup.
d. Ubarampe Upacara Khaul Kyai Mandung Bagi beragama
masyarakat Islam,
Desa
sebagai
Keseneng
wujud
yang
pengabdian
masyarakatnya dan
ketulusan
penyembahan kepada Tuhan, sebagian diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang memiliki kandungan makna mendalam. Simbol-simbol ritual meruapakan ekspresi dari penghayatan dan pemahaman atas realitas yang tidak terjangkau sehingga menjadi terasa dekat. Dengan simbol-simbol ritual tersebut, terasa bahwa Tuhan hadir dan selalu terlibat dalam segala hal yang terjadi di dunia. Simbol-simbol ritual tersebut diantaranya adalah ubarampe yang disajikan dalam ritual upacara khaul Kyai Mandung. Ubarampe merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan dan perasaan masyarakat Desa Keseneng untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan ungkapan rasa syukur mereka. Ubarampe yang digunakan masyarakat Desa Keseneng dalam upacara khaul Kyai Mandung antara lain: 1. Kambing kendhit: Kambing kendhit, yaitu kambing yang bulunya berwarna hitam namun pada bagian punggungnya berwarna putih seperti selempang putih yang melingkar di badannya. Kambing kendhit merupakan simbol sebagai penghormatan kepada Kyai Mandung commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang telah membuatkan saluran irigasi dengan menggunakan kendhitnya. 2. Nasi tumpeng Tumpeng adalah nasi yang dibentuk seperti kerucut sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta merupakan simbol dari penghormatan arwah
Kyai Mandung serta leluhur
Desa Keseneng yang sudah meninggal. Tumpeng berarti metu dalan kang lempeng atau hidup melalui jalan yang lurus (Muhamad Sholikin, 2010:52). 3. Ingkung ayam Ingkung adalah ayam yang dimasak dan disajikan secara utuh. Ayam yang digunakan adalah ayam yang berjenis kelamin jantan. Ingkung memiliki makna inggalo njungkung atau bersujud, juga bermakna inggala manekung atau segera bermuhasabah dan berdzikir kepada Allah (Muhamad Sholikin, 2010:52). Ingkung ayam merupakan simbol berserah dirinya manusia dihadapan Tuhan. Ingkung ayam juga melambangkan manusia ketika masih bayi yang masih suci dan bersih dari dosa.
e. Jalannya Upacara Khaul Kyai Mandung Pelaksanaan upacara khaul Kyai Mandung dilaksanakan dan didukung oleh seluruh masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Dalam acara ini masyarakat Desa commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keseneng bergotong-royong dalam mempersiapkan upacara khaul Kyai Mandung. Persiapan upacara dimulai sejak sehari sebelum hari pelaksanaan upacara khaul dilaksanakan (Rabu). Penyiapan ubarampe dilaksanakan pada Kamis pagi. Upacara khaul Kyai Mandung dimulai pada pukul 19.30 atau bakda Isya. Acara ini dibuka dengan bacaan Basmalah yang dipimpin oleh Kepala Desa Keseneng. Acara
dilanjutkan dengan sambutan dari
Kepala Desa Keseneng. Dalam acara sambutan ini, Kepala Desa Keseneng sekaligus mengujubkan semua ubarampe yang digunakan dalam selamatan Khaul Kyai Mandung.
Sebelum dipersembahkan
untuk orang banyak, ubarampe tersebut diujubkan terlebih dahulu. Ujub merupakan tradisi dalam bentuk ijab, penyerahan acara ritual dari Kepala Desa Keseneng yaitu Bapak Maskuri kepada Modin Desa Keseneng, yaitu bapak Ngadi Dulwahab. Dalam ujub tersebut, dikemukakan maksud dan tujuan diadakannya selamatan yaitu untuk penghormatan kepada Kyai Mandung dan para leluhur Desa Keseneng yang lain. Pengharapan agar Desa Keseneng menjadi desa yang aman, tentram dan damai juga disampaikan oleh Kepala Desa Keseneng kepada Modin. Acara dilanjutkan oleh Modin. Modin Desa Keseneng yaitu Bapak Ngadi Dulwahab memberikan jawaban dengan mengatakan tujuan dan maksud diadakannya upacara khaul seperti yang disampaikan oleh Kepala Desa Keseneng. Barulah acara ritual commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilaksanakan. Modin memimpin doa yang berisi ayat-ayat Al-Qur’an, Dzikir, Wirid dan diakhiri dengan doa-doa khusus yang terkait dengan tujuan upacara khaul Kyai Mandung. Sementara Modin membacakan doa, para warga yang ikut dalam acara ini mengamini doa yang dibacakan oleh Modin. Acara dilanjutkan dengan membaca Tahlil bersama-sama yang dipimpin oleh Modin. Seselesainya berdoa, warga yang ikut dalam acara khaul Kyai Mandung disuguhi dengan masakan daging kambing, nasi tumpeng dan ingkung ayam. Ubarampe yang digunakan dalam ritual khaul Kyai Mandung ini kemudian dimakan bersama oleh warga Desa Keseneng. Sebelum Upacara khaul Kyai Mandung ditutup, seluruh warga yang mengikuti ritual khaul ini
bersalam-salaman.
Acara salam-salaman dan makan bersama merupakan simbol kerukunan. Hal ini menunjukan bahwa rakyat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono hidup rukun dan damai. Upacara khaul Kyai Mandung ditutup dengan bacaan Hamdalah. Semua ritual dalam upacara tradisi khaul Kyai Mandung diikuti oleh warga Desa Keseneng. Seluruh warga berbaur menjadi satu tanpa ada perbedaan status yang nampak dalam upacara Khaul kyai mandung yang digelar. Tradisi Khaul Kyai Mandung merupakan salah satu pembelajaran terhadap generasi muda dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan yang merupakan warisan dari leluhur.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa tradisi yang telah peneliti paparkan memperlihatkan bahwa kekuatan kultural Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dapat menumbuhkan adat, tradisi budaya dalam masyarakat. Cerita rakyat Kyai Mandung
merupakan salah satu contoh dari
sekian banyak ceritta rakyat Nusantara yang juga mampu menumbuhkan adat, tradisi dan budaya bagi masyarakat pendukungnya.
D. Fungsi Cerita Rakyat Kyai Mandung Cerita rakyat merupakan manifestasi kreativitas manusia yang hidup dalam kolektivitas masyarakat yang memilikinya dan diwariskan turun menurun secara lisan dari generasi ke generasi. Cerita rakyat hadir dari masyarakat tradisional yang masih memegang teguh tradisi lisannya. Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang awam dan mereka merasa bahwa cerita rakyat yang ada merupakan warisan yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya (Sapardi Djoko Darmono, 1984:42). Cerita rakyat bukan hanya pemikiran dengan intelektual dan logika manusia tetapi lebih dari itu. Cerita rakyat merupakan orientasi spiritual yang supranatural untuk berhubungan dengan Tuhan. Bagi masyarakat awam dan tradisional dalam menghayati cerita rakyat itu merupakan cerita yang benar-benar terjadi dan realitas. Cerita rakyat merupakan sesuatu yang berharga bagi masyarakat pemiliknya, karena mempunyai sesuatu yang sakral, bermakna, menjadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat sekitarnya. to user Masyarakat percaya apa yang adacommit dalam cerita merupakan hal yang pernah terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Kepercayaan masyarakat Keseneng terhadap Cerita Rakyat Kyai Mandung merupakan salah satu dari usaha pelestarian keberadaan cerita rakyat agar tidak punah. Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang merupakan masyarakat pemilik dan pendukung Cerita Rakyat Kyai Mandung. Masyarakat Desa Keseneng percaya bahwa Cerita Rakyat Kyai Mandung merupakan cerita yang benar-benar terjadi dan realitas. Cerita Rakyat Kyai Mandung merupakan warisan berharga yang dijaga oleh masyarakat Keseneng sampai saat ini. Cerita Rakyat Kyai Mandung dianggap memiliki nilai sakralitas, bermakna, serta menjadikan tauladan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat
Desa Keseneng. Oleh sebab itu, masyarakat Desa Keseneng merasa perlu untuk memelihara dan menghayati Cerita Rakyat Kyai Mandung supaya tidak punah begitu saja tanpa adanya usaha pelestarian dan pengembangan.
Suripan Sadi Hutomo (1991:19) memaparkan tentang beberapa fungsi folklor antara lain : 1. Sebagai sistem proyeksi ; 2. Sebagai alat pengesahan kebudayaan; 3. Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial; 4. Sebagai alat pendidikan anak; 5. Untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar seorang dapat lebih superior daripada orang lain; 6. Untuk memberikan seseorang suatu jalan yang diberikan oleh commit to user masyarakat agar dia dapat mencela orang lain;
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
7. Sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat. 8. Sebagai alat hiburan.
Berangkat dari pendapat Hutomo, maka akan dibahas fungsi cerita rakyat Kyai Mandung yang oleh masyarakat pendukungnya mempunyai kegunaan karena dianggap benar-benar terjadi. Sehingga dalam kondisi dan situasi zaman yang cepat berubah seperti sekarang masyarakat Desa Keseneng tetap mempertahankan Cerita Rakyat Kyai Mandung.
Adapun fungsi cerita rakyat Kyai Mandung antara lain:
1. Sebagai Sistem Proyeksi
Cerita rakyat merupakan hasil dari pemikiran kolektif, sehingga diwarnai oleh bentuk ideal suatu kolektif. Seperti halnya karya sastra tulis yang merupakan bentuk kekuatan daya imajinatif pengarang, secara langsung maupun tidak langsung diwarnai oleh gagasan-gagasan pengarang. Begitu pula dengan Cerita Rakyat Kyai Mandung yang diwarnai oleh bentuk masyarakat yang sekaligus mengandung gagasan-gagasan masyarakat pada masa itu.
Cerita rakyat Kyai Mandung merupakan sistem proyeksi dari kolektif masyarakat Desa Keseneng. Pola ideal yang diinginkan oleh masyarakat Desa Keseneng akan tercermin di dalam cerita rakyat Kyai Mandung.
Pada masa itu, Keseneng merupakan hutan jati. Tidak ada manusia yang ingin membuka sebuah pemukiman di hutan jati yang tanahnya tandus. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Saat itu Kyai Mandung sebagai orang yang dikenal sakti datang ke Desa Keseneng. Beliau membuat sawah dengan membabat hutan jati. masalah baru muncul, tidak ada saluran air untuk mengairi sawah tersebut. Dengan kesaktiannya, Kyai Mandung membangun juga saluran irigasi untuk mengairi sawah yang dibuatnya.
Mendengar adanya sebuah desa yang makmur, banyak orang yang datang untuk tinggal di desa tersebut. Orang-orang yang datang ke Keseneng kemudian membangun pemukiman di Keseneng. Mereka mengangkat Kyai Mandung sebagai pemimpin mereka. Masyarakat Keseneng hidup makmur dengan hasil pertanian yang ditanam di sawah yang dibangun oleh Kyai Mandung. Rakyat Keseneng sangat menghormati sosok Kyai Mandung. Kyai Mandung merupakan sosok pemimpin yang baik, penuh kesederhanaan, dan berilmu agama tinggi.
Masyarakat Desa Keseneng yang saat ini sebagian besar
bermata
pencaharian sebagai petani sangat menghormati sosok Kyai Mandung. Masyarakat bangga dengan sosok Kyai Mandung. Kyai Mandung dianggap sebagai pahlawan bagi Desa Keseneng. Kebanggaan masyarakat Keseneng kepada Kyai Mandung disebabkan oleh sosok Kyai Mandung yang berjasa bagi Desa Keseneng yang telah dibuktikan dengan dibangunkannya sawah dan saluran irigasi oleh Kyai Mandung untuk warga Keseneng. Sosok Kyai Mandung juga menjadi tauladan bagi warga Keseneng. Kyai Mandung adalah seorang yang sederhana, pandai dalam hal ilmu Agama Islam, contoh sosok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
pemimpin yang baik yaitu dengan mengedepankan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan pribadinya.
2. Sebagai Alat Pengesahan Kebudayaan
Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng merupakan cerita rakyat yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pemiliknya. Cerita rakyat Kyai Mandung diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat Desa Keseneng mengakui bahwa Cerita Rakyat Kyai Mandung adalah milik masyarakat Desa Keseneng. Cerita Rakyat Kyai Mandung juga merupakan cerminan hidup serta pernyataan sikap dan jalan pikiran masyarakat Desa Keseneng.
Cerita Rakyat Kyai Mandung memiliki nilai budaya yang tinggi. Berdasar tingginya niai-nilai budaya yang dikandungnya, maka Cerita Rakyat Kyai Mandung harus dilestarikan keberadaannya.
Cerita Rakyat Kyai Mandung merupakan bagian dari warisan sastra lisan nusantara yang harus dilestarikan keberadaannya. Dengan melakukan penyelamatan dan pemeliharaan Cerita Rakyat Kyai Mandung sama dengan menyelamatkan salah satu kekayaan budaya nusantara.
Cerita
rakyat
merupakan salah satu bentuk warisan kebudayaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat membentuk pola-pola tingkah laku manusia dan kebudayaan.
Pada kehidupan di zaman yang serba modern ini, masyarakat semakin commitbudaya to useryang diwariskan oleh para leluhur. mengesampingkan nilai-nilai sosial
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masyarakat semakin larut dalam kegiatan keduniawian dan hanya mengikuti nafsu semata. Berbeda dengan masyarakat yang tetap memegang teguh tradisinya. Mereka akan tetap tunduk pada norma-norma yang telah ada dan disepakati sebelumnya. Terjadinya pelanggaran terhadap norma-norma yang telah disepakati akan mendapatkan sanksi yang akan membuat para pelanggar norma tersebut jera.
Cerita Rakyat Kyai Mandung merupakan alat pengesahan kebudayaan yang ada, yaitu tradisi upacara khaul Kyai Mandung. Tradisi yang dilakukan selama setahun sekali ini dianggap sebagai suatu penghormatan
yang
dilakukan masyarakat Desa Keseneng kepada Kyai Mandung.
Pelaksanaan tradisi khaul Kyai Mandung dilaksanakan oleh seluruh warga Desa Keseneng. Sebelum pelaksanaan tradisi tersebut, seluruh warga desa bergotong royong membersihkan Desa Keseneng, makam Kyai Mandung serta Wangan Jati. Tradisi ini dilakukan warga Desa Keseneng setiap malam Jumat Kliwon di
bulan Sya’ban. Pelaksanaan khaul Kyai Mandung diisi
dengan acara doa bersama, pembacaan tahlil, dan pembacaan Surat Yasin yang dipimpin oleh Modin Desa Keseneng. Tujuan upacara ini adalah untuk menghormati Kyai Mandung dan berdoa untuk kedamaian Desa Keseneng.
Tradisi Khaul Kyai Mandung merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Kyai Mandung dan leluhur Desa Keseneng yang dilakukan oleh warga Desa Keseneng. Selain itu kegiatan ritual yang ada dalam masyarakat mempunyai maksud dan tujuan tertentu, yaitu dengan commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengadakan ritual khaul Kyai Mandung, Desa Keseneng akan menjadi desa yang sejahtera dan selalu dijaga oleh Kyai Mandung.
3. Sebagai Alat Pemaksa Berlakunya Norma-Norma Sosial dan Sebagai Alat Pengendali Sosial.
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendali tingkah laku yang sesuai dan diterima dalam masyarakat (KBBI, 1995 ; 693). Suatu norma atau aturan dibangun melalui hati dengan melihat kenyataan atau fenomena yang terjadi berdasarkan lingkungan dan eksistensi manusia terhadap lingkungan dan sesamanya. Dengan hati dan pikirannya, manusia mampu melahirkan suatu sikap yang pantas untuk dilakukan, yaitu norma, etika atau aturan tertentu yang mengatur tingkah laku dengan sesama maupun lingkungannya. Norma terdiri dari aturan –aturan untuk bertindak sifatnya yang khusus, dan perumusannya pada umumnya sangat rinci, jelas, tegas, dan tidak meragukan.
Norma-norma yang khusus itu dapat digolongkan menurut
pranata-pranata masyarakat yang ada. Norma yang ada dalam masyarakat hendaknya dapat ditaati dan dijalankan sesuai dengan kaidah yang belaku agar dapat mengendalikan tingkah laku dalam pergaulannya, bisa menentramkan, menjalin kebersamaan antar individu,dan saling menghormati. Apabila suatu norma sudah tidak lagi dijunjung tinggi atau dilakukan oleh masyarakat maka akan terjadi sebuah kebebasan yang tanpa kendali, keegoisan individu, dan commit usermemunculkan sebuah peperangan saling melecehkan antar individu yangtobisa
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
atau permusuhan. Pelanggaran terhadap norma yang telah disepakati oleh masyarakatnya baik sengaja maupun tidak disengaja maka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan tingkat kesalahan yang diperbuat.
Manusia dalam pandangan berfikirnya mengalami benturan-benturan keterbatasan pikirannya untuk menyelami lebih jauh lagi. Sehingga, timbullah pemikiran-pemikiran yang masuk akal maupun tidak masuk akal. Semua pikiran-pikiran manusia tersebut timbul karena manusia mempercayai adanya kekuatan Tuhan yang tidak dapat dijangkau dengan kemampuan manusia. Keberadaan mistis tidak dapat dilepaskan dari dalam diri masyarakat Jawa. Mereka percaya bahwa gejala-gejala alam yang terjadi dapat mempengaruhi alam pikirannya, dan kekuatan-kekuatan gaib selalu ada disekitarnya. Hubungan manusia dengan kekuatan gaib disekitarnya diwujudkan dalam bentuk ritual. Tradisi ritual yang dilaksanakaan masyarakat Desa Keseneng dipercaya sebagai bentuk interaksi agar tercipta hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan para leluhurnya. Rangkaian kegiatan ritual tersebut, pada dasarnya merupakan wujud dari norma-norma kelakuan dalam kehidupan religi suatu masyarakat.
Peringatan ritual dijadikan cerminan kepercayaan masyarakat terhadap kejadian yang terjadi disekitarnya. Tradisi khaul Kyai Mandung di Desa Keseneng merupakan cerminan bahwa masyarakat Keseneng percaya dengan kejadian-kejadian yang terkait dengan tokoh yang ada yaitu Kyai Mandung. Upacara ritual yang dilakukan merupakan pengawas norma-norma yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Misalnya pada saat datang ke makam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
Kyai Mandung diwajibkan dalam keadaan suci, serta berdoa hal-hal yang bertujuan bersifat positif dan bukan untuk tindakan kejahatan. Melalui media ini, diharapkan dapat menjadi acuan untuk terciptanya ketentraman dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Sebagai Alat Pendidikan
Cerita Rakyat Kyai Mandung sebagai salah satu warisan sastra lisan nusantara mengandung unsur-unsur pendidikan yang positif. Unsur-unsur pendidikan tersebut meliputi pola tingkah laku dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Melalui Cerita Rakyat Kyai Mandung diharapkan pola tingkah laku masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Cerita rakyat Kyai Mandung yang dipercaya dan dijaga oleh masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Desa Keseneng, di dalamnya terkandung unsur-unsur pendidikan yaitu sebagai berikut:
1) Mendidik manusia agar selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia terjadi berdasarkan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula dengan kyai mandung, beliau adalah makhluk ciptaan Tuhan. Segala sesuatu yang ada dan terjadi dalam kehidupan Kyai Mandung berada dibawah kekuasaan Tuhan. Kelebihan yang dimiliki oleh Kyai Mandung merupakan berkah dari-Nya.
Ritual khaul Kyai Mandung merupakan wujud penyampaian rasa commit to berkah user yang diberikan kepada Desa syukur kepada Tuhan atas segala
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keseneng dengan perantara Kyai Mandung. Hal ini menunjukan bahwa manusia lahir di dunia ini telah dianugerahi berbagai kenikmatan hidup oleh Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, manusia harus selalu mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan.
2) Mendidik manusia agar menjadi pemimpin yang baik.
Pemimpin tidak hanya sebagai kepala pemerintahan saja, tetapi seorang pemimpin yang baik harus dapat mengayomi masyarakatnya. Keberadaan pemimpin terdapat dalam segala bidang kehidupan, oleh karena itu dibutuhkan sosok seorang pemimpin yang pandai, sabar dan dapat membimbing dan mengayomi warganya dengan benar.
Dalam masyarakat tradisonal yang masih memegang teguh tradisinya, pemimpin adalah segala-galanya. Seorang pemimpin dianggap sebagai tumpuan harapan, pelindung dan penyelamat yang diharapkan masyarakat untuk dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Hal itulah yang dimiliki Kyai Mandung sebagai sosok pemimpin yang melindungi, mengayomi dan rela berkorban bagi rakyat Keseneng.
3) Mendidik manusia agar berbudi pekerti luhur.
Manusia yang berbudi pekerti luhur akan dihormati oleh masyarakat di sekitarnya. Dalam Cerita Rakyat Kyai Mandung, Kyai Mandung
semasa
hidupnya
membantu
rakyat
Keseneng
tanpa
membedakan status apapun. Berdasarkan sikap luhur yang dimiliki kyai to userdalam hidup bermasyarakat harus mandung, dapat dijadikan commit contoh bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
saling tolong menolong dan saling menghormati. Karena apabila setiap individu memiliki budi pekerti yang luhur, kehidupan bermasyarakat akan berjalan dengan harmonis.
4) Mendidik manusia untuk bersikap hormat pada yang lebih tua.
Dalam cerita rakyat Kyai Mandung terkandung mitos pengukuhan terhadap Kyai Mandung. Walaupun telah hidup di alam baka, namun sosok Kyai Mandung dipercaya mampu memberikan berkah dari petilasan yang ditinggalkannya. Oleh sebab itu, masyarakat Desa Keseneng selalu berusaha dan berkewajiban untuk menghormati sosok Kyai Mandung sebagai leluhurnya. Seikap hormat ini diwujudkan dengan tetap menjaga dan merawat pelitasan Kyai Mandung, masyarakat Desa Keseneng juga menjadikan Kyai Mandung sebgaia tauladan dalam menjalani kehidupan.
5. Sebagai alat hiburan
Cerita Rakyat Kyai Mandung berkaitan erat dengan keberadaan Makam Kyai Mandung yang menghubungkan suatu mitos. Mitos tersebut dipercaya oleh masyarakat pendukungnya, yaitu masyarakat Desa Keseneng. Ketika para pendukung Cerita Rakyat Kyai Mandung datang di lokasi makam Kyai Mandung saat diadakan ritual maupun hari-hari yang lain, selain mencari berkah mereka dapat menghibur diri. Makam Kyai Mandung terdapat di desa terpencil dengan hawa sejuk dan suasana yang nyaman. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan kepenatan hati dan pikiran dari segala masalah yang telah terjadi sehingga dapat kembali jernih. Konvensi-konvensi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
yang ada dalam Cerita Rakyat Kyai Mandung dapat memberikan penghiburan diri karena banyak mengandung ajaran moral,
Diluar pendapat Hutomo, peneliti menemukan fakta baru di lapangan mengenai fungsi cerita rakyat Kyai Mandung bagi masyarakat, yaitu:
1. Meningkatkan Etos Kerja Masyarakat. Adanya sosok Kyai Mandung di Desa Keseneng membuat adanya upacara tradisional khaul Kyai Mandung. Upacara khaul di Desa Keseneng yang dilakukan setiap tahun selalu mendapatkan sambutan antusias dari masyarakat Desa Keseneng dan sekitarnya. Ritual tahunan yang disambut antusias ini akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi penduduk Desa Keseneng. Mereka memanfaatkan situasi ini dengan berjualan di sekitar makam Kyai Mandung. Kaum laki-laki pun memanfaatkan adanya momentum tahunan ini dengan membuka jasa ojek bagi para peziarah dan pengunjung makam Kyai Mandung. Adanya ritual khaul Kyai Mandung mampu meningkatnya semangat kerja masyarakat Desa Keseneng. Dengan meningkatnya etos kerja masyarakat, maka meningkat pula pendapatan masyarakat Desa Keseneng. 2. Memberikan Keteladanan bagi Masyarakat. Kyai Mandung adalah sesepuh Desa Keseneng. Beliau membangun Desa Keseneng untuk ditinggalinya bersama dengan warga pendatang. Kyai Mandung diangkat sebagai pemimpin desa oleh warga Desa Keseneng. Sosok Kyai Mandung adalah pemimpin yang rendah hati, bijaksana dan penuh kesederhanaan. Beliau memimpin Desa Keseneng dengan baik. Beliau juga commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengajarkan agama Islam kepada warga Keseneng.
Keberadaan Kyai
Mandung di Desa Keseneng mampu menjadi tauladan bagi masyarakat Desa Keseneng sampai saat ini.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu: 1. Desa Keseneng adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Desa Keseneng memiliki luas wilayah 228.252 ha dengan jumlah penduduk 1522 jiwa. Sebagian besar penduduk Desa Keseneng beragama Islam. Masyarakat Keseneng adalah masyarakat yang masih memegang teguh tradisi. Upacara ritus kehidupan masih dilakukan oleh masyarakat Desa Keseneng. Penduduk Desa Keseneng sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. 2. Cerita Rakyat Kyai Mandung di Desa Keseneng Kecamatan Sumowono
berbentuk legenda yaitu cerita yang dianggap benar-benar kejadian yang pernah terjadi di Desa Keseneng. Cerita ini ditokohi oleh Kyai Mandung, atau Raden Jaya Sentana. Beliau adalah seorang sentana dalem Keraton Yogyakarta yang pergi dari keraton karena sistem pemerintahan keraton pada masa itu telah dipengaruhi oleh penjajah Belanda. Kyai Mandung kemudian mengembara ke Demak dan Tuban untuk belajar agama Islam. Kemudian Kyai Mandung pergi ke Keseneng. Beliau membuka desa dengan membabat hutan jati. Kyai Mandung membangun sawah serta saluran irigasi di Desa user untuk mengairi sawah yang Keseneng. Dalam membuat commit saluranto irigasi
84
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibangunnya,
Kyai
Mandung
menggunakan
stagen
(kendhit)
yang
dikenakannya. Saluran irigasi tersebut dibangun Kyai Mandung dengan cara menyeret dari puncak Bukit Butoh sampai ke Keseneng. Selanjutnya saluran irigasi yang beliau buat itu diberikan nama Wangan Jati. Masyarakat Desa Keseneng sangat menghormati Kyai Mandung. Beliau dianggap sebagai pembangun Desa Keseneng sekaligus pemimpin yang dapat menjadi tauladan rakyat Keseneng. 3. Kekuatan kultural yang ditimbulkan dari Cerita Rakyat Kyai Mandung
adalah tradisi ziarah yang dilakukan setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, tradisi ziarah pada malam 1 Sura dan tradisi sadranan atau khaul Kyai Mandung yang dilakukan setiap malam Jumat Kliwon di bulan Sya’ban. Tradisi khaul Kyai Mandung adalah sebuah upacara peringatan meninggalnya Kyai Mandung. Upacara ini bertujuan untuk menghormati Kyai Mandung yang telah berjasa bagi Desa Keseneng. Tradisi ini diisi dengan kegiatan membersihkan seluruh Desa Keseneng, makam Kyai Mandung dan Wangan Jati. Ziarah kubur di makam Kyai Mandung dengan prosesi penyampaian doa dan kenduri yang dilaksanakan oleh warga Desa Keseneng. Sesaji yang digunakan dalam upacara khaul Kyai Mandung adalah berupa kambing kendhit yang merupakan sarana untuk mengingat perjuangan Kyai Mandung, ayam ingkung serta nasi tumpeng. 4. Keberadaan cerita rakyat Kyai Mandung mampu memberikan fungsi bagi
masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Desa Keseneng pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Fungsi keberadaan Cerita Rakyat Kyai Mandung antara lain adalah sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan, sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat pengendali sosial, sebagai alat pendidikan anak, sebagai alat hiburan, meningkatkan etos kerja masyarakat, dan memberikan keteladanan bagi masyarakat .
B. Saran 1. Masyarakat Desa Keseneng Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah sebagai pemilik dan pewaris aktif cerita rakyat Kyai Mandung hendaknya berusaha untuk melestarikan, menjaga dan merawat keberadaan Cerita Rakyat Kyai Mandung. 2. Selain masyarakat Desa Keseneng yang menjaga dan melestarikannya juga diperlukan dukungan dari pemerintah terkait, yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang sebagai sebuah nilai tradisi atau cagar budaya yang perlu untuk dilindungi dan dilestarikan. Dan juga agar dapat mengangkat Cerita Rakyat Kyai Mandung sebagai salah satu obyek wisata religi bagi Kabupaten Semarang. 3. Bagi para peneliti selanjutnya, hedaknya dapat menindak lanjuti penelitian ini dengan menggunakan berbagi macam tinjauan yang dapat memberikan dukungan
dalam
rangka
mengembangkan
kebudayaan
daerah
yang
mendukung khasanah budaya nasional. 4. Bagi pembaca jangan hanya memahami cerita rakyat pada yang tersurat saja, melainkan harus lebih kepemahaman yang tersirat, seperti tindakantindakan yang bisa kita contoh dari sosok Kyai Mandung. commit to user