Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Nilai Budi Pekerti dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas Karya Ariesta Widya dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Oleh : Nur Laela Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Unsur Intrinsik yang terdapat dalam cerita bersambung; (2) Nilai budi pekerti yang terdapat dalam cerita bersambung;(3) Relevansi nilai budi pekerti dalam cerita bersambung dengan kehidupan sekarang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya.Data penelitian ini berupa kutipankutipan dari cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik pustaka, teknik simak catat, dan teknik terjemahan. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, kartu pencacat data, bolpoin, pensil dan buku-buku yang relevan yang mendukung sebagai acuan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik kredibilitas atau kepercayaan (credibility). Teknik analisis data menggunakan “content analysis” atau analisis isi. Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tema dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya adalah bermanfaat untuk orang lain. Tokoh utamanya adalah Muryat, dan tokoh tambahannya yaitu Ponidi, Subari, Pak Marto, Bu Marto, Simake, Bapak, Nuryati, Kanthi, Tarsih, Dhe Mulad, Mursid, Dhe Sarpin, dan Pak Kusuma. Alur yang digunakan adalah alur sorot balik. Latar dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga “dia” maha tahu. (2) nilai budi pekerti yaitu: 1) Nilai Budi Pekerti terhadap Tuhan Yang Maha Esa meliputi ingat Kepada Tuhan, berdoa Kepada Tuhan, percaya Kepada Tuhan, dan bersyukur Kepada Tuhan. 2) Nilai Budi Pekerti terhadap sesama manusia meliputi a) terhadap diri sendiri: rendah hati, pandai, pekerja keras, ramah, sopan, baik hati, dan jujur, b) terhadap orang tua: perhatian, penuh kasih sayang, dan patuh, c) terhadap sesama: menghargai karya orang lain, dapat dipercaya, bijaksana, dan dermawan, d) terhadap yang lebih muda: suka menasihati dan menjadi teladan. 3) Nilai Budi Pekerti tehadap lingkungan: cinta lingkungan.(3) Relevansi nilai budi pekerti dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya pada kehidupan sekarang. Kata Kunci : Budi pekerti, relevansi, Kembang Kertas
Pendahuluan Peranan karya sastra dalam pembentukan dan pengembangan nilai-nilai kehidupan sangat besar. Secara tidak langsung nilai-nilai tersebut merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca. Oleh karena itu, pembelajaran tentang karya sastra yang disampaikan oleh pengarang tersebut seharusnya dapat dipahami.Kenyataannya sekarang ini banyak terjadi kelakuan yang menyimpang atau melanggar budi pekerti.Analisis ini sebagai salah satu wujud dasar penulis dalam upaya perbaikan dan peningkatan budi pekerti pada masyarakat. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
98
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja unsur struktural yang terdapat dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya, apa saja nilai budi pekerti dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya, bagaimana relevansi nilai budi pekerti dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur struktural yang terdapat dalam dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas karya Ariesta, mendeskripsikan nilai budi pekerti dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya dan relevansinya pada kehidupan sekarang, dan mendeskripsikan relevansi nilai budi pekerti dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya dengan kehidupan sekarang. Terbentuknya karya sastra tidak lepas dari struktur pembangunnya. Struktur karya sastra juga menyaran pada hubungan antara unsur (instrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi sacara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian antar pembangun yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 36). Unsur-unsur pembangunan fiksi terdiri dari tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan pusat pengisahan.Penelitian ini menganalisis tentang nilai budi pekerti dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya. Pembaca perlu memahami nilai budi pekerti yang bisa dipelajari dari nilai budi pekerti yang terkandung pada cerita bersambung.Kenny dalam Nurgiyantoro (2010: 321) menyatakan bahwa budi pekerti dalam cerita dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita, sehingga pembaca bisa mengambil nilai budi pekerti yang terkandung didalamnya. Sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya yang ditinjau dari nilai budi pekerti. Hal tersebut yang membuat penulis mengambil judul penelitian Nilai Budi Pekerti dalam Cerita Bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2013 dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
99
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Arikunto (2013: 3) berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan dan hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Sehubungan dengan pengertian penelitian deskriptif tersebut, Moleong dalam Arikunto (2013: 22) menambahkan bahwa sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya. Data merupakan sumber informasi yang akan diseleksi sebagai bahan analisis (Siswantoro, 2010: 70). Data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan bagian tertentu dari cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya yang mengandung nilai budi pekerti dan keseluruhan isi cerita guna mengetahui relevansinya dalam kehidupan sekarang. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012: 137). Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam mengumpulkan data adalah Teknik Observasi, Teknik Pustaka, Teknik simak catat, dan Teknik Terjemahan. Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri sebagai sumber instrumen utama yang dibantu dengan buku tentang sastra yang menjadi sumber kajian penulis dalam penelitian ini, buku tentang kajian fiksi, buku tentang teori budi pekerti, dan buku-buku penunjang lainnya yang mendukung dalam penyusunan skripsi dan media lain yang mendukung seperti kartu pencacat data, bolpoin, kartu pencatat data, dan pensil untuk mencacat data secara keseluruhan.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
100
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kredibilitas atau keterpercayaan (credibility). Sugiyono (2010: 267) berpendapat bahwa uji keabsahan data ditekankan pada uji validitas. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, data dinyatakan valid apabila tidak ditemukan perbedaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi pada objek penelitian. Berkenaan dengan definisi keabsahan data tersebut, Ismawati (2011: 21) menyebutkan bahwa salah satu criteria keabsahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu kredibilitas atau keterpercayaan (credibility). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode content analysis atau analisis isi, yaitu yang berupa kata-kata. Menurut Ismawati (2011: 81), content analysis adalah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara sistematik dan objektif karakteristik-karakteristik khusus dalam sebuah teks. Penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode informal.Metode penyajian informal adalah suatu penyajian analisis dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol sehingga pembaca lebih memahami hasilnya karena uraian lebih terperinci, hasil analisis dipaparkan secara deskriptif verbal dengan kata-kata biasa tanpa lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Hasil Penelitian Penyajian data dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mempermudah penganalisisan. Tabel tersebut berisi tentang unsur intrinsik, nilai moral dan relevansinya beserta terjemahan secara bebas sehingga tidak terpacu dengan konteks kalimat tetapi sesuai dengan teks yang ada dalam Cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya. Salah satu contoh pembahasan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Struktur cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya a. Tema
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
101
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Tema adalah tujuan khusus yang dijadikan dasar rangkaian dari suatu kejadian yang dikemas dalam sebuah cerita. Tema dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya adalah diantara dua pilihan. Contoh Kutipannya: “Pikirane kumlambrang kelingan Kanthi sing katon prejengane nakyinake. Nanging ana pepalange, bapake sing ora gelem nganggep wong liya yen ora sadrajad karo dheweke. Banjur kelingan Tarsih sing sok saba omah ater-ater saka wong tuwane. Bocah wadon lembut praupane lumantar tandang grayange sing kalem lan sumeleh. Nanging atine ora kaya yen nyawang Kanthi. Gagasane angles yen kelingan iku kabeh.”(Kembang Kertas: Seri 4) Terjemahan: ‘Pikirannya melayang teringat Kanthi yang terlihat meyakinkan. Tetapi ada halangannya, bapaknya yang tidak mau menganggap orang lain jika tidak sederajad dengannya. Lalu teringat Tarsih yang kadang dating ke rumah mengantarkan makanan dari orang tuanya. Perempuan lembut penampilannya lewat sikapnya yang pendiam dan ramah. Tetapi hatinya tidak seperti jika melihat Kanthi. Perasaannya sedih jika teringat itu semua.’ Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Muryat yang sedang memikirkan pujaan hatinya yang bernama Kanthi, akan tetapi bapak Kanthi tidak merestui hubungan mereka. Hal tersebut disebabkan Muryat bukan orang kaya. Disisi lain, Muryat kepikiran dengan sosok wanita bernama Tarsih. Tarsih merupakan tokoh yang baik hati sering mengantarkan makanan ke rumah Muryat. Muryat lebih mencintai Kanthi dari pada Tarsih. Muryat sangat sedih jika teringat semua itu. Melihat
kesedihan Muryat, Bapak Muryat selalu
menasihati agar anaknya tidak gila memikirkan di antara dua pilihan. b. Tokoh dan Penokohan 1) Tokoh Utama Tokoh utama dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya adalah Muryat. Contoh perwatakan tokoh utama yang bernama Muryat: “Kula niki lare dhusun sing sepi. Ing ereng-ereng gunung, eh, ing ereng-ereng gumpingan.”(Kembang Kertas: Seri 1)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
102
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Terjemahan: ‘Saya ini anak desa yang sepi. Di lereng gunung. Eh di lereng pegunungan.’ Dari kutipan di atas, dapat diceritakan bahwa Muryat mempunyai sikap yang rendah hati. Dia bilang hanya orang desa yang berasal dari lereng gunung. Selain itu, dia juga mengibaratkan bahwa dirinya seperti bola jadi tergantung yang mau menempatkan dia dimana. 2) Tokoh Tambahan Tokoh tambahan dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya, terdapat beberapa tokoh tambahan yang pemunculannya di dalam cerita selalu diikuti oleh kehadiran tokoh utamanya. Tokoh tambahan tersebut diantaranya Ponidi, Subari, Pak Marto, Bu Marto, Simake, Bapak, Nuryati, Kanthi, Tarsih, Dhe Mulad, Mursid, Dhe Sarpin, dan Pak Kusuma. Contoh perwatakan salah satu tokoh yang bernama Ponidi “King tindhak pundi, Mas Guru?” tembunge pzedhot–pedhot metu ( Kembang Kertas: Seri 1). Terjemahan: ‘Darimana, Mas Guru?’ Pertanyaanya pelan-pelan keluar. Dari kutipan di atas, diceritakan bahwa Ponidi adalah orang yang ramah. Dia bertanya kepada Muryat, dari mana Mas Guru. Ponidi mengawali percakapan dengan Muryat yang merupakan orang baru. c. Alur Alur merupakan keseluruhan rangkaian peristiwa yang disajikan dalam sebuah cerita. alur dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya adalah alur sorot balik dengan beberapa tahap alur yang diceritakan masa sekarang, lampau, dan kembali ke masa sekarang. “Kampung iku kondhange, kampung Sumurjurang. Embuh saka ngendi lan kepriye critane kampung iku ora cinathet. Ing cedhake ana kampung maneh katelah kampung Sumurgunung. Sumurjurang dumunung ing pinggir dalan saka asistenan (kecamatan) Ungaran. Dalan sing ngliwati kampung sing ing sabacute desa Sumurjurang tumuju asistenan Gunungpati.” (Kembang Kertas: Seri 1)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
103
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Terjemahan: ‘Desa itu terkenalnya, desa Sumurjurang. Entah darimana dan bagaimana critanya desa itu tidak tercacat. Di dekatnya ada desa lagi yang disebut desa Sumurgunung. Sumurjurang terletak di pinggir jalan dari kecamatan Ungaran. Jalan yang melewati desa yang selanjutnya desa Sumurjurang menuju kecamatan Gunungpati.’ (Kembang Kertas: Seri 1) Dari kutipan di atas, diceritakan bahwa desa yang dikenal dengan desa Sumurjurang itu tidak diketahui ceritanya. Di dekat desa Sumurjurang ada desa lagi yang disebut desa Sumurgunung. Desa Sumurjurang terletak di pinggir jalan dari kecamatan Ungaran. Jalan yang melewati desa yang selanjutnya desa Sumurjurang menuju kecamatan Gunungpati. Desa Sumurjurang terkenal karena terdapat mata air yang sumbernya besar. d. Latar Latar adalah landas tumpu yang mengarah kepada tempat, waktu, dan suasana. Dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya terdapat tiga jenis latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Contoh kutipan latar tempat: Anggone lungguh ana plataran sing lungguhane saka watu-watu gedhe kang leter.” (Kembang Kertas: Seri 4) Terjemahan: ‘Duduknya di teras yang tempat duduknya dari batu-batu yang besar dan datar.’ Dari kutipan di atas, dapat diceritakan bahwa tempat duduk yang sering digunakan adalah di teras. Di teras itu terdapat tempat duduk yang terbuat dari batu-batu yang besar dan datar. Muryat dan keluarga sering berkumpul di teras yang sangat nyaman di depan rumahnya. e. Pusat pengisahan Pusat pengisahan atau sudut pandang adalah penempatan posisi seorang pengarang di dalam sebuah cerita. Dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Pengarang tidak ikut menjadi salah satu tokoh dalam cerita, pengarang hanya berada di luar cerita. pengarang sebagai penyaji cerita mengetahui semua hal,
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
104
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
mulai dari nama tokoh, jalan pikiran tokoh, karakter masing-masing tokoh serta seluruh kejadian yang ada dalam cerita. 2. Nilai budi pekerti yang terkandung dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya . Contoh kutipan: “Kula punika lare ingkang boten kapetang ing dhusun. Menawi sapunika saged badhe tumapak pedamelan, oh, bingahing manah boten kininten. Langkung-langkung ing ngarsaning Gusti Ingkang Paring Gesang.”(Kembang Kertas: Seri10) Terjemahan: ‘Saya itu anak yang tidak dianggap di Desa. Kalau sekarang bisa memulai bekerja, oh, bahagianya hati ini tidak bisa diungkapkan. Lebih-lebih dihadapan Tuhan Yang memberikan kehidupan.’ Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa Muryat adalah anak yang tidak dianggap di Desa. Kalau sekarang bisa memulai bekerja, oh, bahagianya hati ini tidak bisa diungkapkan. Lebih-lebih dihadapan Tuhan Yang memberikan kehidupan.
3. Relevansi nilai budi pekerti dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya pada kehidupan sekarang yang meliputi ingat Kepada Tuhan, berdoa Kepada Tuhan, percaya Kepada Tuhan, bersyukur Kepada Tuhan, rendah hati, pandai, pekerja keras, ramah, sopan, baik hati, jujur, perhatian, penuh kasih sayang, patuh, menghargai prestasi, dapat dipercaya, bijaksana, dan dermawan, suka menasihati dan menjadi teladan dan cinta lingkungan. Contoh kutipan relevansi menjadi teladan: Banyak firman Allah SWT yang menerengkan tentang cinta lingkungan dan merintahkan orang-orang beriman agar mencintai lingkungan salah satunya adalah (QS. Al-Ahzab: 21). Artinya : “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21) Dalam Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21 Allah mengingatkan kepada kita bahwa pada diri Rasulullah sudah ada teladan yang baik. Tidak ada teladan sebaik Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
105
Vol. / 08 / No. 02 / Maret 2016
Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wassalam . Barangsiapa meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , niscaya ia akan menjadi teladan Seribu lima ratus tahun yang silam, siapa yang tidak mengenal sosok Abu Bakar, khalifah pertama pengganti Rasulullah sebagai imam umatnya. Dialah pribadi paling mulia di antara umat Muhammad. Siapa pula yang tidak mengenal Umar bin Khaththab, orang terbaik setelah Abu Bakar. Demikian juga dengan Utsman bin ‘Affan, orang terbaik setelah Umar, serta Ali bin Abu Thalib, yang merupakan orang terbaik setelah Utsman. Simpulan Hasil penelitian yang berjudul nilai budi pekerti dalam cerita bersambung Kembang Kertas karya Ariesta Widya adalah sebagai berikut. 1) Nilai Budi Pekerti terhadap Tuhan Yang Maha Esa meliputi ingat Kepada Tuhan, berdoa Kepada Tuhan, percaya Kepada Tuhan, dan bersyukur Kepada Tuhan. 2) Nilai Budi Pekerti terhadap sesama manusia meliputi a) terhadap diri sendiri: rendah hati, pandai, pekerja keras, ramah, sopan, baik hati, dan jujur, b) terhadap orang tua: perhatian, penuh kasih sayang, dan patuh, c) terhadap sesama: menghargai prestasi, dapat dipercaya, bijaksana, dan dermawan, d) terhadap yang lebih muda: suka menasihati dan menjadi teladan. 3) Nilai Budi Pekerti tehadap lingkungan: cinta lingkungan. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.Surakarta: Yuma Pustaka. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra (Analisis Struktur Puisi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Perss. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
106