BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Dalam bab dua ini penulis akan memaparkan tiga jenis penguraian yang berisi tentang hasil penelitian terdahulu, konsep terkait variabel yang digunakan pada judul skripsi, dan landasan teori sebagai acuan penelitian skripsi penulis. 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu Jurnal Tsinghua University Virtue Ethics and Confucian Ethics dari
Department of Philosophy, Beijing, China yang ditulis oleh Chen Lai dan dipublikasikan secara online pada 21 Juli 2010 membahas tentang hubungan antara karakter dan tindakan kebajikan yang dikaitkan dengan ajaran Konfusius.
Jurnal YiYang Teachers College 孔子思想:从“礼”中心到“仁”中心 yang ditulis oleh Wang Yue Chuan dan dipublikasikan secara online pada Juli 2007 merupakan penelitian yang membahas pemikiran Konfusius mengenai kebaikan. Ma Yong di dalam tulisannya yang berjudul 从《论语》中析孔子的教育理 念 dari Jurnal Yan Bei Normal University yang dipublikasikan secara online pada Juli Agustus 2008 menuliskan bahwa Konfusius, di dalam catatan sejarah RRC, merupakan seorang guru besar yang memberikan pengaruh yang besar, terutama di dalam bidang pendidikan dan memiliki jumlah murid yang banyak. 2.2
Konsep Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 569) mengatakan bahwa konsep adalah
rancangan; pemikiran dasar ; pemahaman. Dalam skripsi ini, penulis akan berbicara mengenai konsep sesuai dengan variabel seperti yang tertera pada judul yaitu sebagai berikut :
2.1.1
Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (2007:605) kata nilai diartikan dengan kadar mutu. Menurut Bertens (1993:139) nilai merupakan sesuatu yang baik yang kita cari. Maka, dari kedua pengertian di atas, nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang baik dan bermutu yang dicari oleh manusia. Dari sudut etimologi (Bertens, 1993:4), kata etika dan moral memiliki arti yang sama. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, dalam bentuk jamak ta etha dengan pemahaman sebagai adat kebiasaan. Kata moral berasal dari bahasa Latin, mos, yang juga berarti kebiasaan, adat. Sehingga melalui persamaan secara etimologi antara kata etika dan moral, maka nilai etika dapat juga disebut sebagai nilai moral. Adapun ciri-ciri nilai moral atau etika dalam buku Etika Seri Filsafat Atma Jaya (1993:143) adalah:
1. Berkaitan dengan tanggung jawab sebagai manusia Nilai moral atau etika mengakibatkan seseorang bersalah atau tidak bersalah, karena tanggung jawabnya. 2. Berkaitan dengan hati nurani Nilai moral atau etika merupakan suara hati kita yang akan mengingatkan kita apabila kita meremehkan atau menentang nilai moral tersebut. 3. Bersifat mewajibkan Nilai moral atau etika mewajibkan manusia secara absolute dan tidak dapat ditawar-tawar.
4. Bersifat formal Manusia merealisasikan nilai moral atau etika dengan mengikutsertakan nilai-nilai lain dalam suatu tingkah laku moral.
Kata etika dan etiket (Sugiarto, 1999:29) sering diartikan sama dan digunakan secara bergantian. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang berarti kebiasaan masyarakat. Kata etika berasal dari bahasa Prancis, etiquette, yang berarti kartu undangan. Tetapi dalam perkembangannya, kata etiket tidak lagi berarti kartu undangan, tetapi lebih kepada aturan sopan santun dalam pergaulan seperti: cara berbicara, cara berpakaian, dan cara duduk. Jadi etiket lebih mengarah kepada penerapan dari etika.
Adapun persamaan antara etika dan etiket menurut Bertens (1993:9) adalah pertama, baik etika dan etiket sama-sama menyangkut tentang perilaku manusia. Kedua, etika dan etiket mengatur perilaku manusia dan menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Ditinjau dari adanya persamaan antara etika dan etiket, maka nilai etiket juga merupakan nilai etika. Nilai-nilai yang mendukung etiket (Sugiarto, 1999:31) atau etika adalah :
1. Nilai-nilai kepentingan umum 2. Nilai-nilai kejujuran, kebaikan, keterbukaan 3. Nilai-nilai kesejahteraan 4. Nilai-nilai kesopanan, saling menghargai 5. Nilai kebijaksanaan, penuh pertimbangan, mampu membedakan hal yang patut dirahasiakan atau tidak. Dikatakan bijaksana apabila adil atau menggunakan akal pikiran
2.1.2 Etika Abdullah dalam buku yang berjudul Pengantar Studi Etika (2006:4) menjelaskan arti kata etika berdasarkan etimologinya yang berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang bermakna kebiasaan atau adat-istiadat. Bertens dalam Etika seri Filsafat Atma Jaya (1993:4) memaparkan pengertian etika dalam dalam bentuk jamak ta etha yang juga berarti adat kebiasaan. Riady dalam Filsafat Kuno dan Manajemen Modern (2008:189) menjelaskan bahwa etika dalam bahasa Latin diartikan sebagai Moralis yang berasal dari kata Mores dengan makna adat-istiadat yang realistis bukan teoritis. Jadi etika dapat dinyatakan sebagai suatu pembelajaran tentang tingkah laku manusia yang baik dan juga untuk mengenal tingkah laku yang buruk. Etika menyelidiki perbuatan manusia dan menetapkan hukum, memberikan arahan yang khusus, tegas, dan tetap untuk mewujudkan masyarakat yang utama dan baik.
Abdullah dalam buku yang berjudul Pengantar Studi Etika (2006:12) mengatakan bahwa secara umum, ruang lingkup etika meliputi : 1. Menyelidiki sejarah tentang tingkah laku manusia 2. Membahas cara menghukum dan menilai baik buruknya suatu tindakan 3. Menyelidiki faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia 4. Untuk menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk 5. Untuk meningkatkan budi pekerti 6. Untuk menegaskan arti dan tujuan hidup sebenarnya Selain kata etika, juga terdapat kata seperti etos, etis, etistika, dan etiket yang memiliki perbedaan makna dari kata etika. Etos merupakan kegiatan yang mengatur hubungan seseorang dengan Khaliknya. Etis adalah kegiatan mengatur kedisiplinan seseorang terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan mengatur hal-hal yang akan dikerjakan dalam keseharian. Etistika adalah kegiatan untuk mendorong diri sendiri dan lingkungan untuk enak dipandang mata. Sedangkan untuk kata etiket memiliki perbedaan yang sangat penting dengan kata etika, sebagai berikut: 1. Etiket berbicara mengenai bagaimana sesuatu itu dilakukan. Etika berbicara boleh tidaknya sesuatu itu dilakukan. 2. Etiket berlaku dalam pergaulan apabila ada orang yang melihat. Etika berlaku tidak bergantung pada ada atau tidaknya orang yang melihat. 3. Etiket, bersifat relatif dapat diterima oleh kebudayaan tertentu tapi belum dapat dipastikan juga dapat diterima oleh kebudayaan lain. Etika bersifat absolute, diterima secara menyeluruh. 4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah. Etika berbicara mengenai batiniah manusia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa etiket adalah cara perilaku manusia sedangkan etika adalah batasan perilaku tindakan manusia dalam kehidupan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama. 2.1.3 Ajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (2007:19) kata ajaran memiliki pengertian sebagai segala sesuatu yang diajarkan, nasehat, petuah. Menurut Kamus Indonesia Inggris (1992:7) kata ajaran diterjemahkan sebagai teaching(s), dan kata nasehat atau nasihat diterjemahkan menjadi kata advice. Kata teaching(s) di dalam Oxford Learner’s Pocket Dictionary (2003:443) memiliki pemahaman sebagai work of a teacher, yang diartikan penulis dengan menggunakan Kamus Inggris Indonesia (1992:652) menjadi hasil karya seorang guru dan tergolong ke dalam kata benda atau noun. Kata advice di dalam sumber Oxford Learner’s Pocket Dictionary (2003:7) memiliki penjelasan sebagai opinion given to somebody about what they should do, yang berarti pikiran atau pendapat yang diberikan kepada seseorang tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Dalam pembahasan skripsi ini penulis akan mengkaji tentang pemikiran timur dari negara Cina dengan topik pembahasan Konfusius dan nasehat-nasehatnya. Pendidikan akan ajaran Konfusius di Cina sudah dimulai sejak anak berada di bangku pendididikan dasar hingga pendidikan tinggi sehingga ajaran tersebut hidup di dalam kebudayaan dan kehidupan masyarakat Cina. Salah satu akar sumber pemikiran rakyat Cina adalah ajaran Konfusius yang menitikberatkan perihal tanggung jawab manusia terhadap masyarakat. Dinasti-dinasti yang pernah memerintah di Cina juga berperan penting dalam pembentukkan sejarah dan kebudayaan negara Cina, khususnya sebagai latar belakang muculnya ajaran Konfusius. Berikut ini penulis akan menguraikan dinasti Zhou yang pernah memerintah, dalam hubungannya dengan latar belakang yang mempengaruhui ajaran Konfusius. Dinasti Zhou (周朝) 1122-256 SM (Kusumohamidjojo,2010:31) merupakan dinasti terpanjang dalam sejarah Negara Cina dan merupakan masa di mana kebudayaan berupa sastra dan pemikiran sangat berkembang, terutama ajaran Konfusius. Dinasti Zhou adalah dinasti terakhir sebelum sebelum Cina resmi dipersatukan oleh dinasti Qin. Periode Musim Semi dan Musim Gugur(春秋)722-
481 SM merupakan masa di mana ajaran dari beberapa pemikir seperti Konfusius, sangat berkembang pesat. Konfusius(孔仲尼) dilahirkan di negara Lu dan dibesarkan pada masa yang sangat kacau (Budisutrisna,2009:8) karena banyak negara-negara di daratan Cina berperang satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan daerah kekuasaan. Konfusius memiliki nama lain seperti 孔邱 Kong Qiu (Kusumohamidjojo,2010:81) yang menjadi nama kehormatannya, ataupun 孔 子 Kong Zi sebagai nama panggilannya. Konfusius sangat tertarik dengan naskah-naskah kuno dan dalam kurun waktu 50 tahun kemampuan Konfusius baru diakui oleh penguasa Negara Lu yang kemudian mengangkat Konfusius untuk bekerja di pemerintahan. Namun sayang Konfusius tidak memiliki pandangan yang sama tentang reformasi sosial dan politik dengan pejabat lainnya di dalam pemerintahan, sehingga Konfusius mundur dari jabatannya dan mengembara jauh untuk mengajarkan gagasannya tentang kehidupan sosial. Lun Yu (论语) merupakan catatan tentang pengajaran Konfusius yang dikumpulkan oleh para murid Konfusius setelah Konfusius meninggal dunia (Kusumohamidjojo,2010:84). Melalui buku yang berjudul Lun Yu inilah terdapat 5 inti pengajaran Konfusius yang meliputi hal: 1.
仁 ren
Aksara 仁 terdiri dari dua aksara yakni 人 ren (orang) dan 二 er (dua) yang berarti tidak bisa berdiri sendiri. 仁 ren biasanya diartikan sebagai hubungan antar manusia, kemanusiaan yang benar dan sempurna, yang merupakan dasar etika dan politik dalam ajaran Konfusius. Konsep 仁 ren ini sebenarnya merupakan dasar keseluruhan pengajaran Konfusius dalam mendidik moral individu yang dimulai dari keluarga, negara, dan yang terakhir, penertiban dunia.
2.
礼 li
Ajaran ini mengarahkan masyarakat untuk tahu bertindak dengan aturan sopan santun agar tidak mengganggu ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Konfusius beranggapan apabila setiap orang mampu melaksanakan 礼 li dengan baik maka akan tercipta keseimbangan dan keteraturan.
3.
教育 jiao yu
教育 jiao yu memiliki pengertian sebagai pendidikan. Konfusius yang juga merupakan seorang guru mempunyai peranan penting dalam perkembangan kebudayaan. Bagi Konfusius, menjadi seorang pendidik bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Program pendidikan yang diajarkan tidak hanya meningkatkan kecerdasan tetapi harus diiringi dengan keseimbangan emosi. Prinsip Konfusius dalam hal belajar adalah dengan upaya yang terus-menerus secara tekun dan tidak henti-hentinya untuk belajar.
4.
中庸 Zhong Yong
Dikenal dengan sebutan Ajaran Jalan Tengah. Mengambil titik tengah agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan. 5.
天命 Tian Ming
Diartikan sebagai perintah langit. Konfusius menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengubah nasib yang sudah ditentukan oleh 天 tian (langit), namun manusia dapat menentukan sendiri apa yang mau dihasilkan dalam hidup ini. Dengan cara yang demikian Konfusius akhirnya berhasil menjadi guru pertama yang memiliki jumlah murid yang banyak. Konfusius merupakan seorang guru besar bagi masyarakat Cina yang telah memberikan sumbangsih besar bagi kemajuan berpikir dalam menjalani kehidupan.
2.3
Landasan Teori
Wellek dan Warren (1997:134) menyatakan hubungan antara karya sastra dan pemikiran. Karya sastra dianggap sebagai dokumen sejarah pemikiran dan filsafat. Sejarah karya sastra mempunyai kedudukan yang sejajar dengan sejarah pemikiran yang disebabkan adanya kesamaan latar sosial dan kurun waktu tertentu. Ajaran Konfusius dapat digolongkan ke dalam karya sastra Cina kuno yang merupakan hasil buah pemikiran Konfusius sebagai pemikir besar yang memiliki pengaruh luas terhadap masyarakat dunia. Ajaran Konfusius yang terdapat dalam buku Confucius Says merupakan hasil karya pemikiran Konfusius tentang kehidupan yang dituangkan ke dalam bentuk ajaran berupa ucapan atau sayings. Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Etika Normatif dalam Buku Confucius Says” penulis menggunakan landasan teori etika untuk membahas lebih dalam lagi ajaran Konfusius yang terdapat pada buku Confucius Says. Etika (Bertens, 1993:25) termasuk filsafat dan juga dikenal sebagai cabang filsafat tertua. Etika sebagai cabang filsafat membahas tentang nilai etika bagaimana seharusnya perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian etika berdasarkan bidang-bidangnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu etika deskriptif yang bersifat empiris dan berhubungan erat dengan sosiologi, dan etika normatif yang mengarahkan secara jelas bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika normatif dalam Abdullah (2006:594) dapat juga disebut sebagai philosophical ethics atau etika filsafat yang berarti petunjuk atau sebuah aturan yang mengatur bagaiman seharusnya manusia bersikap dan bertingkah laku dan terhindar dari pelanggaran norma yang berlaku di masyarakat. Etika normatif terbagi dua yakni etika normatif umum dan etika normatif khusus. Etika normatif khusus sendiri dibagi lagi menjadi dua bagian pembahasan yaitu etika individu yang berkaitan dengan kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri serta etika sosial membahas tentang tanggung jawab manusia sebagai manusia dalam antar sesama baik itu di dalam keluarga, masyarakat maupun bernegara .