KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI PENCADANGAN KAWASAN KONSERVASI DI DUSUN NUAN DESA MATAK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS Zainal Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Khodijah Ismail Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Febrianti Lestari Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Zainal. 2017. Kajian Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi di Dusun Nuan Desa Matak Kabupaten Kepulauan Anambas, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si. Pembimbing II: Dr. Febrianti Lestari, M.Si.
Penelitian tentang Kajian Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi di Dusun Nuan Desa Matak Kabupaten Kepulauan Anambas dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2016, dilatarbelakangi oleh adanya ekosistem mangrove yang berpotensi sebagai pencadangan kawasan konservasi untuk melindungi ekosistem mangrove dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam, mikro organisme dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekologi ekosistem mangrove dan potensi sosial masyarakat, sebagai pencadangan kawasan konservasi. Parameter penelitian yaitu parameter ekologi ekosistem mangrove dan parameter sosial karakteristik dan partispasi masyarakat. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi sebagai pencadangan kawasan konservasi kepada pihak pengelola agar menjadi bahan pertimbangan dalam mengelola sumberdaya pesisir Dusun Nuan Kabupaten Kepulauan Anambas. Pengamatan ditentukan secara purposive sampling, metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, kuesioner, wawancara dan dokumentasi, yaitu pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan pengambilan data dari instansi atau lembaga terkait. Dari hasil pengamatan mangrove yang ditemukan di Dusun Nuan sebanyak 9 jenis, 6 jenis mangrove sejati dan 3 jenis mangrove ikutan. Mangrove
sejati yaitu, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apicullata, Aegiceras floridum, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum dan Mangrove ikutan yaitu, Scaevola taccada, Nypa fruticans dan Pandanus pandanus. Potensi ekologi ekosistem mangrove di Dusun Nuan di peroleh persentase sebesar 63.33% (cukup berpotensi). Partispasi masyarakat diperoleh nilai persentase sebesar 73,26% (baik). Kata kunci: Konservasi, Mangrove, Dusun Nuan, Desa Matak, Kabupaten Kepulauan Anambas ABSTRACT Zainal. 2017. Study Potential For Backup Mangrove Ecosystem Conservation Areas in Nuan Hamlet Matak village Anambas Island, Thesis. Tanjungpinang: Management of fishing resources Department, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, University of Maritim Raja Ali Haji. Advisor: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si. Co-advisor: Dr. Febrianti Lestari, M.Si.
Research on Mangrove Ecosystem Study Potential For Backup Conservation Area in Nuan Hamlet Matak village Anambas Island conducted between July and August 2016, motivated by the mangrove ecosystem as a potential reserve conservation area to protect mangrove ecosystems from damage caused by natural factors, micro-organisms and others. This study aims to determine the potential of mangrove ecosystem ecology and social potential of the community, as a backup conservation area. Parameter research that parameter mangrove ecosystem ecology and social parameters and characteristics of public participation. From the results of this study are expected to provide information and recommendations as a backup conservation area to the manager in order to be considered in managing coastal resources Nuan Hamlet Anambas Island. Observations determined by purposive sampling, methods of data collection done by field observations, questionnaires, interviews and documentation, namely direct observation in the study site and the retrieval of data from agencies or institutions. From the observation of mangrove found in Hamlet Nuan many as 9 types, 6 species of true mangroves and mangrove species followup 3. Mangrove true that, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apicullata, Aegiceras floridum, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum and mangrove followup ie, Scaevola taccada, Nypa fruticans and Pandanus pandanus. Potential ecological mangrove ecosystem in the hamlet Nuan obtained a percentage of 63.33% (potent enough). Public participation percentage value obtained 73.26% (excellent). Keywords: Conservation, Mangrove, Nuan Hamlet, Village Matak, Anambas Island
3
PENDAHULUAN Konservasi merupakan salah satu pendekatan untuk mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan.Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan, masa depan. Konservasi adalah suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan keaslian lingkungan alam, dimana terjadi interaksi antara lingkungan alam dan aktivitas rekreasi, konservasi dan pengembangan, serta antara penduduk dan wisatawan.sehingga masyarakat setempat dapat ikut serta menikmati keuntungan dari kegiatan konservasi tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang dimiliki Dusun Nuan Desa Matak Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan desa yang terletak di wilayah pesisir. Desa ini memiliki potensi konservasi yang besar berupa ekosistem mangrove. Meskipun Dusun Nuan memiliki banyak jenis mangrove namun belum diteliti lebih lanjut dari aspek-aspek yang mendukung daerah ini untuk dikembangkan menjadi kawasan konservasi ekosistem mangrove, sehingga data dan informasinya masih bersifat umum. Sedangkan untuk pengembangan konservasi suatu daerah diperlukan kajian mendalam dari berbagai aspek. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian mengenai potensi ekosistem mangrove di Dusun Nuan sehingga dapat dikembangkan menjadi kawasan konservasi yang mendukung
kelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Rumusan Masalah Dusun Nuan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas yang dikawatirkan akan terbengkalai karena belum diketahuinya potensi ekosistem mangrove. Sehingga perlu adanya informasi mengenai potensi mangrove yang ada di daerah tersebut. Dusun Nuan yang memiliki berbagai macam jenis mangrove yang belum di manfaatkan oleh pemerintah setempat memerlukan perhatian khusus untuk melindungi ekosistem dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam, mikro organisme dan lain-lain. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai potensi ekosistem mangrove sebagai kawasan konservasi mangrove. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui potensi ekologi ekosistem mangrove untuk pencadangan kawasan konservasi di Dusun Nuan, Desa Matak, Kabupaten Kepulauan Anambas. 2. Untuk mengetahui potensi sosial masyarakat di Dusun Nuan, Desa Matak, Kabupaten Kepulauan Anambas. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi mengenai potensi ekosistem mangrove dan potensi sosial masyarakat sebagai kawasan konservasi di Dusun Nuan, Desa Matak, Kabupaten Kepulauan
4
Anambas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan, dan dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Konservasi Kawasan konservasi di Indonesia tidak didefinisikan secar spesifik, adapun kawasan suaka alam dalam UU No. 5 Tahun 1990 adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Keppres No. 32 Tahun 1990, memberikan pengertian tentang Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 kawasan lindung meliputi ; 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, terdiri dari kawasan hutan lindung, bergambut dan resapan air. 2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air. 3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, yakni kawasan suaka
alam, kawasan suaka alam laut dan perairan, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta kawasan rawan bencana. Selanjutnya IUCN dalam Wikipedia (2013), membedakan aneka macam kawasan yang dilindungi ke dalam enam kategori, yakni. Strict Nature Reserve Yakni suatu wilayah daratan atau lautan yang dilindungi karena memiliki keistimewaan atau merupakan perwakilan ekosistem, kondisi geologis atau fisiologis, dan atau spesies, tertentu, yang penting bagi ilmu pengetahuan atau pemantauan lingkungan. Wilderness Area Wilayah daratan atau lautan yang masih liar atau hanya sedikit diubah, yang masih memiliki atau mempertahankan karakter dan pengaruh alaminya, tanpa adanya hunian yang permanen atau signifikan; dilindungi dan dikelola untuk mempertahankan kondisi alaminya. National Park Wilayah daratan dan lautan yang masih alami, yang ditunjuk untuk melindungi integritas ekologis dari satu atau beberapa ekosistem di dalamnya, untuk kepentingan sekarang dan generasi mendatang; menghindarkan / mengeluarkan kegiatan-kegiatan eksploitasi atau okupasi yang bertentangan dengan tujuan-tujuan pelestarian kawasan; menyediakan landasan bagi kepentingan-kepentingan spiritual,
5
ilmiah, pendidikan, wisata dan lainlain, yang semuanya harus selaras secara lingkungan dan budaya. Natural Monument Wilayah yang memiliki satu atau lebih, kekhasan atau keistimewaan alam atau budaya yang merupakan nilai yang unik atau luar biasa; yang disebabkan oleh sifat kelangkaan, keperwakilan, atau kualitas estetika atau nilai penting budaya yang dipunyainya. Habitat/Species Management Area Wilayah daratan atau lautan yang diintervensi atau dikelola secara aktif untuk memelihara fungsifungsi habitat atau untuk memenuhi kebutuhan spesies tertentu. Protected Landscape/Seascape Wilayah daratan atau lautan, dengan kawasan pesisir di dalamnya, di mana interaksi masyarakat dengan lingkungan alaminya selama bertahuntahun telah membentuk wilayah dengan karakter yang khas, yang memiliki nilai-nilai estetika, ekologis, atau budaya yang signifikan, kerap dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Menjaga integritas hubungan timbal-balik yang tradisional ini bersifat vital bagi perlindungan, pemeliharaan, dan evolusi wilayah termaksud.
Ekosistem Mangrove Menurut Bengen (2004). Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon ( seperti Avicennia, Sonneratia,
Rhizopora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Exoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphypora, dan Nypa ) yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut lumpur. Menurut Dahuri (2003). Mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir dan terlindung dari gempa ombak dan daerah yang landai.Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah yang tidak bermuara sungai pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut kuat karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang di perlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2016 yang berlokasi di Dusun Nuan, Desa Matak, Kecamatan Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, pada koordinat 3°18'04.4"N 106°14'08.6"E 3°17'36.7"N 106°14'18.0"E. Peta lokasi penelitian di sajikan pada Gambar 2.
6
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Dusun Nuan, Desa Matak, Kecamatan Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas. Alat dan Bahan Penelitian menggunakan alat dan bahan seperti pada Tabel 1 Tabel 1. Alat dan Bahan No
Nama Alat dan Bahan
Fungsi
1 2 3
GPS Kamera Alat tulis kantor (ATK)
4 5 6 7
Sekop kecil Pisau Tali rapia Papan pasut (tide staff) Roll meter Multi tester Current meter
Menentukan titik koordinat Dokumentasi foto Kuisioner dan dokumentasi data Pengambilan sampel Pengambilan sampel Penanda lokasi Pengukuran pasang surut
8 9 10 11
Buku identifikasi mangrove
yang dipilih. Sedangkan data sekunder berasal dari instansi pemerintah, lembaga terkait, literatur dan lain-lain. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, kuesioner, wawancara dan dokumentasi, yaitu pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan pengambilan data dari instansi atau lembaga terkait untuk menganalis kesesuaian kawasan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian ini berupa data angka yang didapat dari hasil pengukuran dilokasi penelitian. Adapun variabel dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel, yaitu sebagai berikut : Tabel 2. Variabel Penelitian N o 1.
Jenis data Primer
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder serta dikelompokkan menjadi tiga variabel meliputi parameter perairan, parameter ekologi, dan parameter tanggapan masyarakat setempat. Data primer diperoleh sendiri dari lokasi penelitian
Parameter Perairan Pasang surut pH Kecepatan arus Parameter Ekosistem Mangrove Jenis mangrove Kerapatan jenis mangrove Ketebalan mangrove Kealamiahan Objek biota Substrat Kemiringan pantai Jarak dari sungai
Pengukuran panjang Pengukuran pH Pengukuran kecepatan arus Mengidentifikasi jenis mangrove
Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Variable
Instrumen
Papan pasut Multi tester Current meter
ATK Kamera Roll meter Skop kecil Pisau
2. Skund er
Kondisi Umum Wilayah Kondisi Geografis Demografi (Kependuduka n) Kreteria Khas
Dokumenta si
3. Parameter Sosial Karakteristik Masyarakat
Kuisioner
7
Partispasi Masyarakat
0 1 1
Kecepat an arus (m/dt)
5
7
>7-8
>8-9
>9
< 0. 3
0.30.4
0.410.5
>0.5
Kriteria Objektif
Sumber : Wardhani (2011), Hutabarat (2009), Khomsin (2005)
Tabel 3. Matriks kesesuaian lahan konservasi hutan mangrove
A.
N Param o eter
B o b o t
S 1
S2
S3
N
Kete rang an
1
Ketebal an mangro ve (m)
2 0
> 50 0
>200500
50200
<50
2
Kerapat an mangro ve (100m2)
2 0
> 15
>1015
5-10
<5
3
Jenis mangro ve (spesies )
1 0
> 5
3-5
1-2
0
4
Kealam iahan
1 0
Al a m i
Alam i denga n tamba han
Laha n rehab ilitas
Buat an
Nilai Skor : Kela s S1= 3 Kela s S2= 2 Kela s S3= 1 Kela s N=0 Nilai Mak s: 300
5
Obyek biota (jumlah jenis biota)
1 0
> 4
3-4
2
Sala h satu biot a
6
Substrat dasar
5
L u m pu r be rp as ir
Pasir berlu mpue
Pasir
Ber batu
7
Kemiri ngan (%)
5
< 10
10-25
25-45
>45
8
Jarak dari sungai (km)
5
< 0. 5
>0.51
>1-2
>2
9
Pasang surut (m)
5
01
>1-2
>2-5
>5
pH
5
6-
5-<6 dan
1
Prosedur penelitian/pengumpulan data Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam 2 tahap yaitu sebagai berikut : Tahapan pertama responden
Responden yang diambil dalam penelitian ini berasal dari masyarakat setempat , sampel yang diambil adalah 30 orang. meliputi 4 kunci informan yaitu kepala desa, tokoh masyarakat pria dan wanita, dan tokoh pemuda, wawancara dilakukan secara terbuka jenis dan pertanyaan yang diajukan berdasarkan informasi yang di perlukan oleh peneliti. Kunci informan ini dipilih untuk mewakili masyarakat Dusun Nuan. 1. Tahapan kedua pengukuran parameter Sesuai jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder, maka dalam penelitian ini menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu: a.
b. 4<5 dan
<4 dan
menetapkan
Tehnik wawancara dan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan pencacatan dengan sistematik tentang kondisi alam tentang gejala yang di alami. Tehnik dokumentasi dengan melakukan pengumpulan data
8
berdasarkan dokumendokumen yang ada baik berupa laporan, catatan, berkas, atau pun bahanbahan terulis lainnya yang merupakan dukumen resmi yang relepan dalam penelitian ini. Pengukuran potensi ekologi ekosistem mangrove 1. Kerapatan mangrove Dilakukan dengan cara mencatat jumlah individu yang ditemukan pada setiap plot disetiap perairan, untuk rumus mengukur kerapatan mangrove menggunakan rumus sebagai berikut: Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis x 10000 Luas petak pengamatan (m2) Kerapatan Relatif (Kr) = Kerapatan suatu jenis x 100 Kerapatan seluruh jenis
2. Jenis mangrove Prosedur pengamatan dan pengambilan data mangrove dengan membuat petak contoh (plot) transek quadran dengan bentuk bujur sangkar ukuran luas 10 x 10 m2, dengan jumlah plot sebanyak 6 unit 200 meter horizontal sepanjang garis pantai. Mengidentifikasi nama jenis-jenis tumbuhan mangrove yang belum diketahui dengan cara mengambil sebagian/potongan dari ranting, lengkap dengan bunga dan daunnya. Menghitung jumlah jenis dan tegakan mangrove yang ditemukan (Fachrul, 2007).
Gambar 4. Contoh penentuan garis transek dan plot 3. Ketebalan mangrove Pengukuran ketebalan / lebar mangrove dilakukan secara manual dengan cara diukur dengan menggunakan roll meter. Tebal mangrove diukur dari garis terluar ke arah laut tegak lurus ke arah darat hingga vegetasi mangrove terakhir. 4. Kealamiahan Pengukuran parameter kealamiahan dilakukan untuk melihat campur tangan manusia pada ekosistem yang bersangkutan. Pengukuran dilakukan secara langsung di lokasi penelitian. Table 4. Indikator kealamiahan No.
Indikator
Skor
1.
Alami
3
2.
Alami dengan tambahan
2
3.
Lahan rehabilitasi
1
4.
Buatan
0
Keterangan Tanpa campur tangan manusia Campur tangan manusia Sebagian campur tangan manusia Sepenuhnya campur tangan manusia
5. Objek biota Data objek biota dikumpulkan dari pengamatan langsung dilapangan dan wawancara dengan masyarakat/nelayan sekitar guna mendapatkan informasi biota yang mungkin tidak ditemukan atau dilihat pada saat pengamatan secara
9
langsung. Pengamatan objek biota untuk melihat ada atau tidak biota yang telah ditetapkan pada kriteria penilaian objek biota berdasarkan kriteria penilaian pada tabel matriks kesesuaian. Pengumpulan data biota diamati secara langsung di lapangan, biota yang ditemukan dilakukan pengambilan gambar/foto sampling biota untuk kemudian diidentifikasi berdasarkan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini. 6. Substrat dasar Pengambilan sampel substrat dilakukan di tiap plot 10m x 10m pada saat surut, dimana dalam tiap-tiap plot/petak 10m x 10m terdapat 3 titik sampling. Sampel substrat diambil dengan menggunakan tangan atau skop yang ditancapkan ke substrat, substrat yang telah diambil dikeringkan lalu diukur dengan cara mengayak dengan menggunakan anyakan bertingkat. Jumlah sedimen yang akan diayak khususnya yang sebagian besar terdiri dari pasir diperlukan sekitar 100 gram. Bila melebihi 100 gram bisa menyebabkan over loading sehingga bisa berakibat timbulnya sumbatan sebagian atau seluruhnya dari lubang mesh (Wibisono, 2010). Rumus : Persen Berat i = berat ukuran I x 100 berat total sampel Ukuran butir sedimen ditentukan berdasarkan skala menurut Wentworth, seperti yang tertera pada tabel 5. Tabel 5. Ukuran besar butir untuk sedimen menurut skala Wentworth
Nama Partikel
Diameter Partikel (mm)
Gravel (krikil)
Boulder Cobbles (bongkah) Pebbles (krikil) Granules (butir)
>265 64 – 265 4 – 64 2–4
Sand (pasir)
Very coarse sand (sangat kasar) Coarse sand (kasar) Medium sand (sedang) Fine sand (halus) Very fine sand (sangat halus)
1–2 0,5 – 1 0,25 – 0,5 0,125 – 0,25 0,0625 – 0,125
Mud
Silt (lumpur)
0,004 – 0,0625 (1/256 – 1/16)
Clay (lempung)
< 0,004 (< 1/156)
7. Kemiringan pantai Saribun (2007) data kemiringan pantai diukur menggunakan waterpass, siku-siku, meteran dan kayu range sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu range diletakkan secara horizontal diatas pasir tepat pada batas pantai teratas dan pastikan kayu range telah horizontal menggunakan waterpass, kemudian hitung ketinggian antara ujung kayu range dengan permukaan pasir menggunakan meteran dan pastikan meteran tegak lurus menggunakan siku-siku. Kemiringan pantai dapat diketahui dengan menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan vertikal. Dilakukan pengulangan pengukuran sebanyak 3 kali dari batas pantai teratas yang terdapat vegetasi sampai batas pantai tersentuh air. Y
Dimana : tan α = X
Y
α = arc tan X
Keterangan: α = Sudut yang dibentuk (o)
10 Y = Ketinggian Total pantai (1+2+3+…) Jarak garis tegak lurus antara ujung kayu range dengan permukaan pasir. X = Lebar total pantai (a+b+c+…) Jarak horizontal kayu range dari batas pantai teratas sampai batas pantai tersentuh air.
8. Jarak dari sungai Jarak dari sungai ke mangrove di ukur secara manual menggunakan roll meter, pengukuran dilakukan dari vegetasi mangrove ke sungai berdasarkan jarak terdekat dan jarak terjauh.
Keterangan: IKK Ni N maks
c. Standar Nilai Kelayakan Untuk mengetahui kategori kelayakan maka perlu dilakukan skoring kualitatif. Dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan kategori kelayakan sebagai berikut :
Analisis Data Analisis Kesesuaian Kawasan untuk Konservasi Mangrove Analisis kesesuaian (suitability analysis) lahan dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan secara spasial dengan menggunakan konsep evaluasi lahan. Penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan cara : a. Penetapan persyaratan (Parameter dan kriteria), pembobotan dan skoring. Untuk penetapan persyaratan, pembobotan, dan skoring dilakukan berdasarkan parameter dan kriteria kesesuaian kawasan menurut Yulianda, ( 2007). Keterangan: Kategori S1 = Sesuai Kategori S2 = Cukup Sesuai Kategori S3 = Sesuai bersyarat Kategori N = Tidak Sesuai b. Nilai suatu lahan ditentukan berdasarkan rumus Indeks kesesuaian kawasan menurut Yulianda (2007), sebagai berikut : IKK
= Σ[Ni/Nmaks] x 100%
: Indeks Kesesuaian Kawasan : Nilai Parameter ke-i : Nilai maksimum dari suatu kategori kawasan konservasi
Tabel 6. Kategori kesesuaian kawasan Nilai kelayakan % 80 – 100
Kategori kesesuaian
Keterangan
Sangat sesuai
60 - < 80
Cukup Sesuai
35 - < 60
Sesuai Bersyarat
Sangat berpotensi Cukup berpotensi Berpotensi bersyatrat
Tidak sesuai
< 35
Tidak berpotensi
Tabel 7. Interpretasi skor parameter sosial No
Angka
Kategori
1
80,01%-100%
2
60,01%-80%
Sangat baik Baik
3
40,01%-60%
Sedang
4
20,01%-40%
Buruk
5
00,00%-20%
Sangat Buruk
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jenis Mangrove yang dijumpai di lokasi penelitian Jenis-jenis mangrove yang dijumpai pada lokasi penelitian
11
beranekaragam mulai dari jenis mangrove yang sejati hingga mangrove ikutan. Mangrove yang dijumpai secara lengkap terdiri dari 9 jenis. Jenis-jenis mangrove yang dijumpai dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jenis-jenis mangrove No.
Nama Jenis
1.
Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora apicullata Aegiceras floridum Sonneratia alba Rhizophora mucronata Xylocarpus granatum Scaevola taccada Nypa fruticans Pandanus pandanus
2. 3. 4. 5. 6 . 7. 8. 9.
Nama Lokal Putut
Kategori Sejati
Jumlah Jenis 26
Bakau putih Teruntung
Sejati
39
Sejati
26
Prapat
Sejati
21
Bakau hitam Nyiri
Sejati
18
Sejati
9
Batang lampung Nipah
Ikutan
9
Ikutan
11
Pandan
Ikutan
10 169
Marga : Malpighiales Family : Rhizophoraceae Genus : Bruguiera Spesies : Bruguiera gymnorrhiza 2. Rhizophora apicullata
Gambar jenis mangrove yang dijumpai pada lokasi penelitian
1. Bruguiera gymnorrhiza
Marga : Malpighiales Family : Rhizophoraceae Genus : Rhizopora Spesies : Rhizophora apicullata 3. Aegiceras floridum
12
5. Rhizophora mucronata
Marga : Ericales Family : Primulaceae Genus : Aegiceras Spesies : Aegiceras floridum 4. Sonneratia alba
Marga : Myrtales Family : Lythraceae Genus : Sonneratia Spesies : Sonneratia alba
Marga : Malpighiales Family : Rhizophoraceae Genus : Rhizopora Spesies : Rhizophora mucronata 6. Xylocarpus granatum koen
Marga: Sapindales Famili: Meliaceae Genus: Xylocarpus Spesies: Xylocarpus granatum koen
13
7. Scaevola taccada
9. Pandanus pandanus
Marga : Asterales Famili : Goodeniaceae Genus : Scaevola Spesies : Scaevola taccada
Marga : Pandanales Family : Pandanaceae Genus : Pandanus Spesies : Pandanus pandanus
8. Nypa fruticans
A.
Potensi Ekologi ekosistem mangrove di Dusun Nuan
Tabel 21. Matriks kesesuaian ekologi mangrove sebagai kawasan konservasi No
1
2
3
4
5
Marga : Arecales Family : Arecaceae Genus : Nypa Spesies : Nypa fruticans
6 7 8
Parameter Ketebalan mangrove (m) Kerapatan mangrove (100m2) Jenis mangrove (spesies) Kealamiahan Obyek biota (jumlah jenis biota) Substrat dasar Kemiringan (%) Jarak dari sungai (km)
Bobot
Keterangan
Nilai Skor
Bobot x Skor
20
<50
N= 0
0
20
>10-15
S2 = 2
40
10
>5
S1 = 3
30
10
Alami dengan Tamabahan
S2 = 2
20
10
>4
S1 = 3
30
5
Pasir berlumpur
5
<10
5
<0.5
S2 = 2 S1 = 3 S1 = 3
10 15 15
14
9
Pasang surut (m)
5
>1-2
10
pH
5
5-<6 dan >7-8
11
Kecepatan arus (m/dt)
5
0.3-0.4
S2 = 2 S2 = 2 S2 = 2
10 10 10
Total Nilai
190
Persentase Nilai
63.33
Hasil dari Tabel 21 menunjukan bahwa persentasi kesesesuaian diperoleh sebesar 63,33%. Persentase tersebut menunjukan bahwa potensi ekologi mangrove di Dusun Nuan cukup sesuai sebagai kawasan konservasi. Potensi Sosial Masyarakat Khusus masyarakat pesisir potensi sosial sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kepercayaan. Pengetahuan lokal yang berakar kuat menjadi salah satu faktor penyebab terjaminnya kelangsungan hidup. persentase pendidikan masyarakat di Dusun Nuan sebesar 52% yang bersekolah dari pendidikan dasar sampai Sekolah Menengah Atas, sedangkan sisa 48%nya tidak pernah sekolah, dengan, mata pencarian masyarakat Dusun Nuan dominan sebagai nelayan berbudaya melayu 100% yang secara teologis memiliki kepercayaan yang kuat bahwa laut memiliki kekuatan magis sehingga perlu perlakuan khusus terhadap lingkungan pantai, laut dan darat, agar keselamatan dan hasil tangkapannya semakin terjamin. Mangrove di manfaatkan sebagai tempat mencari biaota laut oleh warga setempat, kondisi mangrove yang baik di kawasan ini disebabkan adanya pantang larang menebang bakau juga di terapkan secara turun temurun, kebiasaan warga setiap minggu terhadap mangrove di sini ialah
gotong-royong menyusuri bawah bakau untuk membersihkan sampahsampah yang terjebak karena bawaan air laut. Solidaritas masyarakat Dusun Nuan Sangat tinggi, warga juga memiliki hubungan yang erat antara satu sama lain seperti hubungan keluarga sendiri. Warga senang dengan adanya penelitian ini dan berharap adanya perubahan yang lebih baik untuk Dusun Nuan. Tabel 22. Penilaian Partispasi Masyarakat Dusun Nuan N Atri o but
Kategori
P T S B S n * B
1 Pema . hama n Kons ervas i
Sangat Paham Paham Sedang Tidak Paham Sangat Tidak Paham Sangat Setuju Setuju Sedang Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Sangat Berharap Berharap Sedang Tidak Berharap Sangat Tidak Berharap Sangat Berminat Berminat Sedang Tidak Berminat Sangat Tidak
5 4 3 2 1
3 1 2 1 0 5 0
3 3 1 , 0, 4 2 3 9
5 4 3 2 1
1 3 1 1 3 1 2
4 3 1 , 2, 0 1 4 2
15
5 4 3 2 1
1 5 8 3 2 2
4 1 4, , 0 0 5 5
5
5 4 3 2 1
8 5 1 1 3 3
3 3 1 , 0, 3 1 9 7
15
B.
2 Perse . tujua n Atas Renc ana Pemb angu nan 3 Hara . pan Atas Reali sasi Progr am
4 Mina . t Terli bat
N m a ks 15
15
Berminat Jumlah
Persentase Nilai Interpretasi Skor
3 50 6, 6 3 73,26 % Baik
Keterangan : Pn : Penilaian T : Total Responden S : Skor B : Bobot Nmaks : Nilai Maksimum Hasil dari Tabel 22 menunjukan bahwa persentasi partispasi masyarakat diperoleh sebesar 73,26%.
pembangunan kawasan konservasi cukup baik, meskipun pemahaman mengenai ekosistem mangrove dan pemahaman tentang konservasi masih kurang. Dengan melakukan penjelasan mengenai pengertian ekosistem mangrove dan konservasi (menurut bahasa) kepada masyarakat. Masyarakat mengerti dan berharap kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove dapat segera terealisasi dan dapat ikut serta di dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove sebagai kawasan konservasi, partispasi masyarakat diperoleh nilai persentase sebesar 73,26%. B.
Persentase menunjukan bahwa sikap masyarakat terhadap pembangunan kawasan konservasi di nyatakan baik.
PENUTUP A.
Kesimpulan
Mangrove yang ditemukan di Dusun Nuan adalah 9 jenis, 6 jenis mangrove sejati dan 3 jenis mangrove ikutan. Mangrove sejati yaitu, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apicullata, Aegiceras floridum, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum dan Mangrove ikutan yaitu, Scaevola taccada, Nypa fruticans dan Pandanus pandanus. Dengan kerapatan relatif 11,10%, ketebalan mangrove 19,5 m, potensi ekologi ekosistem mangrove di Dusun Nuan cukup berpotensi, di peroleh nilai akhir total sebesar 190 dengan nilai persentase 63.33%. Sikap penerimaan dan tanggapan masyarakat mengenai
Saran
Saran dari penelitian ini adalah agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kesesuaian kawasan konservasi mengenai ekosistem mangrove, selain penelitian lebih lanjut diharapkan bagi pengelola wilayah pesisir agar dilakukan penyuluhan mengenai sumberdaya pesisir terutama ekosistem mangrove agar masyarakat setempat memahami makna dan fungsi ekosistem mangrove, sehingga keberadaan ekosistem mangrove di Dusun Nuan terus berkembang dan lestari. DAFTAR PUSTAKA Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL. Institut Pertanian Bogor. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
16
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara Hutabarat, A. A. F., Yulianda, A., Fahrudin, S., & Harteti, K. (2009). Pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu. Pusdiklat Kehutanan Departemen Kehutanan RI. SECEM-Korea International Coorporation Agency. Bogor. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Khomsin (2005). Studi perencanaan konservasi kawasan mangrove di pesisir selatan Kabupaten Sampang dengan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, 14 – 15 September 2005. Saribun, D. S. 2007. “Pengaruh Jenis Penggunaan Lahan Dan Kelas Kemiringan Lereng Terhadap Bobot Isi, Porositas Total, Dan Kadar Air Tanah Pada SubDas Cikapundung Hulu”. Bandung : Jurusan Ilmu Tanah Universitas Padjadjaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Wardhani, M. K. (2011). Analisis keberlanjutan kawasan potensi
wisata pantai di pesisir selatan Kabupaten Bangkalan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Wikipedia. 2013. Kawasan Yang Dilindungi. http://id.wikipedia.org/wiki/Ka wasan_yang_dilindungi. (diakses pada 5 Juni 2015 jam 15.57 wib). Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor. Bogor