KAJIAN POTENSI DAN NILAI EKONOMI TANAMAN OBAT DAN TANAMAN HIAS DI HUTAN LINDUNG DULAMAYO KABUPATEN GORONTALO Oleh : 1) Halidah, Saprudin, Abd. Kadir ABSTRAK Perubahan visi pengelolaan hutan dari timber extraction menjadi Forest resources management, menghadapkan hutan lindung untuk dapat dimanfaatkan tanpa mengganggu dan merubah fungsi pokoknya yaitu sebagai kawasan lindung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan peluang nilai ekonomi pemanfaatan hutan lindung. Penelitian in dilakukan dengan melakukan inventarisasi dengan metode line sampling. Parameter yang diamati meliputi jumlah tanaman obat dan tanaman hias serta jenis tanaman lain yang dikembangkan masyarakat. Nilai tanaman obat maupun tanaman hias dihitung berdasarkan nilai asumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 jenis tanaman obat dengan total potensi 1193 batang/rumpun/Ha dan tanaman hias 12 jenis dengan total potensi 395 batang/rumpun/Ha. Peluang nilai ekonomi yang diasumsikan dari tanaman obat adalah Rp. 1.474.000,-/Ha dan tanaman hias sebesar Rp. 895.000,-/Ha. Kedua nilai ini mempunyai potensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk meningkatkan kesejahteraannya tanpa masuk hutan. Kata Kunci: Potensi, ekonomi, nilai dan hutan lindung I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hutan Lindung seperti kawasan lindung lainnya di Indonesia telah berkurang secara drastis walaupun manfaat dan peranan hutan ini telah diketahui secara luas. Luas hutan Lindung di Sulawesi adalah sekitar 5.138.970 ha atau mencakup 38,57% dari luas total hutan di Sulawesi (13.322.678,36 ha). Hutan Lindung ini masing-masing tersebar di Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo 2850430 ha (dari 1.877.220 ha), Sulawesi Tengah 1.764.720 ha (dari 5.176.672 ha), Sulawesi Tenggara 1.061.370 ha (dari 2.600.137,36 ha). Hutan Lindung Gorontalo saja 137.470 ha atau hanya 13,55% dari luas total hutan di Propinsi Gorontalo (1.014.260 ha) (Statistik Kehutanan Indonesia, 1992/1993; Statistik Kehutanan Prop. Sulawesi Utara 1997/1998). Selama ini Hutan Lindung belum dimanfaatkan secara optimal karena peraturan perundangan yang ada tidak memungkinkan untuk itu. Tetapi dengan
1
Peneliti pada BPK Makasar
Kajian potensi dan nilai ekonomi tanaman (Halidah, etd.)
91
adanya Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 yang sekarang menjadi PP. No. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang mengatur ditetapkan bahwa pemanfaatan kawasan pada Hutan Lindung dapat dilakukan pada blok pemanfaatan (pasal 18 ayat 2) dengan tidak mengurangi fungsi utama kawasan (pasal 19 ayat 1). Pemanfaatan kawasan pada Hutan Lindung berdasarkan PP. No. 34 pasal (pasal 19 ayat 2) diantaranya dapat berupa budidaya tanaman obat dan hias. Seiring dengan adanya kebijakan ini maka Hutan Lindung dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan dengan memanfaatkan sumberdaya Hutan Lindung sebaikbaiknya dengan tetap memelihara fungsi lindungnya. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan nilai ekonomi tanaman obat serta tanaman hias yang terdapat pada Hutan Lindung Dulamayo di Kabupaten Gorontalo. II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Lokasi penelitian adalah Hutan Lindung yang merupakan gugusan pegunungan damar yang dikenal dengan nama Hutan Lindung Dulamayo. Hutan Lindung Dulamayo mempunyai luas kurang lebih 300 ha (berdasarkan peta kawasan hutan RPH Limboto dari Dinas Kehutanan Kabupaten Gorontalo) dan terletak pada 00º 41” - 00º 43” L U dan 123º 00” - 123º 04” BT yang secara administratif terletak pada 3 wilayah desa yaitu Desa Dulamayo Selatan Kecamatan Telaga, Desa Dulamayo Utara Kecamatan Telaga Biru serta Kelurahan Malahu Kecamatan Limboto. Secara umum topografi hutan adalah berbukit hingga bergunung dengan kemiringan lereng 8 - 30 %. Ketinggian tempat 600-900 m dpl dengan suhu udara berkisar 200 C hingga 220 C dan kelembaban udara berkisar 60 % hingga 70 %. Curah hujan pada lokasi ratarata 1345 mm /tahun dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan terendah pada bulan September. Tipe iklim menurut Scmidht dan Fergusson (1951) adalah tipe iklim A dengan jenis tanah Inceptisol (Universitas Gorontalo. 2002). Secara garis besar Hutan Lindung Dulamayo mempunyai hutan tanaman dan hutan alam sekunder. Hutan tanaman terdiri atas jenis tanaman Pinus dan Agathis serta Mahoni yang diperkirakan telah berumur kurang lebih 80 tahun. B. Bahan Penelitian Sebagai bahan penelitian adalah kawasan Hutan Lindung yang masih tetap terjaga kawasannya. Sebagai alat bantu digunakan kompas, altimeter, tali, meteran, counter (alat hitung), tally sheet.
92
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 91 - 99
C. Metode Penelitian Pengukuran potensi dilakukan dengan kegiatan inventarisasi. Untuk pengamatan tanaman obat dan tanaman hias, metode yang digunakan adalah Line Plot Sampling berbentuk jalur dengan lebar 20 m. Kemudian dalam jalur dibuat petak ukur berbentuk bujur sangkar (4 x 4) m dan (10 x 10) m untuk tanaman hias dan tanaman obat sesuai dengan ukurannya (perdu atau pohon) ( Simon, 1996). Parameter yang diamati meliputi; jenis dan jumlah dari setiap jenis tanaman hias dan tanaman obat yang dapat dimanfaatkan dan diduga bernilai ekonomi. D. Analisa Data Dari hasil tabulasi data akan dihitung potensi dari setiap jenis komoditas yang dapat dibudidayakan pada blok pemanfaatan dan bernilai ekonomi dengan rumus persamaan sebagai berikut (Odum, 1998): Potensi Tanaman Hias dan Tanaman Obat = Jumlah Individu Luas (Ha) Perkiraan Nilai Ekonomi : Nilai Ekonomi = Potensi X Harga Pasar Dimana Nilai Ekonomi ini diasumsikan dari nilai harga pasar Kab. Gorontalo III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Tanaman Obat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa pemanfaatan kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Gorontalo untuk tujuan usaha budidaya tanaman obat dan tanaman hias belum dilakukan. Meskipun pemanfaatan kawasan Hutan Lindung untuk usaha budidaya tanaman obat belum dilakukan oleh masyarakat tetapi kawasan hutan lindung tersebut memiliki potensi tanaman obat dan tanaman hias yang dapat dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan. Hasil pengamatan terhadap potensi tanaman obat disajikan pada Tabel 1. berikut. Berdasarkan Tabel 1., nampak bahwa terdapat sebanyak 11 jenis tanaman obat yang didominasi oleh jenis-jenis jahe-jahean dengan potensi sebanyak 443 batang atau rumpun/ha. Potensi jenis tanaman obat yang paling sedikit adalah keladi merah dan waru (Hibiscus sp) masing-masing 10 batang atau pohon per-hektar. Penyebaran dan potensi tanaman ini terlihat dipengaruhi oleh tegakan yang menaunginya. Penyebaran dan potensi jenis-jenis tanaman obat yang paling banyak dijumpai, terdapat di tegakan Pinus merkusii yaitu sebanyak 10 jenis atau 90,9 % dari keseluruhan jenis tanaman obat yang ada dengan total potensi 932 batang atau rumpun per-hektar. Untuk jenis tanaman obat di bawah tegakan Agathis sp. Sebanyak 5 jenis atau 45,5% total potensinya 128 batang atau rumpun per hektar dan di hutan alam sebanyak 7 jenis atau 63,6% total potensinya 163 batang atau rumpun per- hektare. Kajian potensi dan nilai ekonomi tanaman (Halidah, etd.)
93
Tabel 1. Potensi Tanaman Obat di Kawasan Hutan Lindung Dulamayo No.
Jenis Tanaman
Nama Botani
Potensi N/Ha
1
Sirih Hutan
Piper antenuatum
30
2
Kayu Manis
Cinnamomum burmanii
70
3
Tahi Ayam
Lantana camara L
35
4
Lempuyang Belanda
Zingiber sp
20
5
Tembakau
Trema sp
208
6
Jahe
Zingiber officenalis
443
7
Siungu
Basella rubra
310
8
Lombok
Piper retrofractum sp
45
9
Pandan
Pandanus sp
42
10
Keladi Merah
Anthurium sp
10
11
Waru
Hibiscus sp
10
Penyebaran jenis tanaman obat di bawah masing-masing tegakan disajikan pada Tabel 2. di bawah ini. Tabel 2. Potensi dan Penyebaran Jenis Tanaman Obat di Bawah Tegakan Pinus, Agathis dan Hutan Alam No
Nama Lokal
Nama Botani
1
Sirih Hutan
Piper antenuatum
2
Kayu Manis
Cinnamomum
Jenis Tegakan dan Potensi (N/Ha) Pinus Agathis Hutan Alam 10 10 10 40
-
30
15
-
20
-
-
20
burmanii 3
Tahi ayam
Lantana camara L
4
Lempuyang
Zingiber sp
5
Tembakau
Trema sp
178
30
-
6
Jahe
Zingiber officenalis
324
63
56
7
Siungu
Basella rubra
310
-
-
8
Lombok
Piper retrofractum
25
10
10
sp 9
Pandan
Pandanus sp
10
15
17
10
Keladi Merah Waru
Anthurium sp
10
-
-
Hibi scus sp
10
-
-
11
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2004
94
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 91 - 99
Dari Tabel 2. terlihat adanya variasi penyebaran jenis tanaman obat dan potensinya pada setiap tipe tegakan hutan yang ada. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya kondisi faktor lingkungan klimatik diantaranya; intensitas cahaya matahari, suhu dan kelembaban dan faktor edapik yakni sifat fisik tanah, tumpukan serasah dan topografi yang secara kualitatif menunjukkan adanya perbedaan sehingga akan membentuk variasi jenis dan potensi yang cocok untuk tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan pada ketiga tipe tegakan hutan yang ada. Berdasarkan Tabel 1. tersebut diatas, tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan diantaranya adalah jahe dan kayu manis. B.
Potensi Tanaman Hias
Potensi tanaman hias yang terdapat pada kawasan hutan lindung Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Potensi Tanaman Hias di Kawasan Hutan Lindung Dulamayo No
Jenis Tanaman Hias
Potensi (N/Ha)
1.
Suplir 1
114
2.
Talas
40
3.
Tahi Ayam
35
4.
Anggrek
20
5.
Palem
30
6.
Pandan
42
7.
Suplir
44
8.
Kadaka
10
9.
Pakis
20
10.
Keladi Merah
10
11.
Suplir 2
20
12.
Suplir Daun Besar
10
Sumber : Data Primer setelah Diolah ,2004 Secara Keseluruhan diketahui sebanyak 12 jenis tanaman hias dengan potensi antara 10 - 114 batang atau rumpun per-hektar. Jenis tanaman hias ini didominasi oleh jenis paku-pakuan. Seperti halnya tanaman obat, tanaman hias juga menyebar sesuai dengan tegakan yang menaunginya. Penyebaran potensi tanaman hias sesuai dengan tegakan yang menaunginya disajikan pada Tabel 4. berikut.
Kajian potensi dan nilai ekonomi tanaman (Halidah, etd.)
95
Tabel 4. Potensi Tanaman Hias di Bawah Tegakan yang Menaunginya No
Nama Lokal
Nama Botani
Jenis Tegakan dan Potensi (N/Ha) Pinus
Agathis
Hutan Alam
1
Suplir
Adiantum
36
38
40
2
Talas
Anthurium sp
30
-
10
3
Tahi a yam
Lantana camara
15
-
20
4
Anggrek
Dendrbium sp
-
-
20
5
Palem
Howea sp
-
-
30
6
Pandan
Pandanus sp
10
15
17
7
Suplir
Adiantum sp
15
14
15
8
Kadaka
Asplenium sp
-
-
10
9
Pakis
Pakis Haji
-
20
-
10
Keladi Merah
Anthurium sp
10
-
-
11
Suplir
Adiantum sp
20
-
-
12
Suplir Daun
Adiantum sp
10
-
-
Lebar
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2004
Dari tabel 4 tersebut diatas, nampak adanya perbedaan penyebaran jenis dan potensi pada setiap tegakan hutan yang membentuknya seperti halnya pada jenis tanaman obat. Dibawah tegakan Pinus merkusiii terdapat 8 jenis dengan total potensi sebesar 136 batang atau rumpun per hektar terdiri atau 66,7%. Dibawah tegakan Agathis sp. Terdapat 4 jenis sebesar 87 batang atau rumpun per-hektar atau 33,3%, dan dibawah hutan alam terdapat 8 jenis dengan potensi 162 batang atau rumpun perhektar atau 66,7 %. Dari tabel 4 juga terlihat bahwa tanaman hias yang potensial untuk dikembangkan adalah suplir, palem, paku-pakuan serta anggrek. Dari tabel ini juga bahwa umumnya tanaman hias yang terdapat di dalam hutan lindung adalah jenis tanaman hias yang dapat dinikmati karena keindahan daunnya. C.
Nilai Ekonomi
Tanaman obat dan tanaman hias tersebut diatas disamping memiliki potensi yang cukup besar juga memiliki nilai ekonomi. Dengan membudidayakan tanaman obat dan tanaman hias tersebut juga diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan lindung sehingga fungsi perlindungan dari kawasan tersebut dapat terjaga. Untuk menghitung nilai ekonomi dari tanaman obat dan tanaman hias yang terdapat dalam kawasan hutan lindung digunakan asumsi harga*) jual dari tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena jenis-jenis yang potensial tersebut belum 96
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 91 - 99
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik untuk keperluan sehari-hari (subsisten) maupun sebagai jenis yang dapat dijual (komersil). Tidak adanya pemanfaatan ini karena masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan lindung tidak mengenal jenis tersebut sebagai jenis yang digunakan sebagai tanaman obat maupun tanaman hias. Untuk dapat memanfaatkan tanaman-tanaman tersebut, perlu adanya pengenalan jenis oleh pihak-pihak kehutanan kepada masyarakat sekitar tentang jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan dari hutan lindung tanpa merusak fungsi hutannya. Hal lain yang menyebabkan masyarakat tidak memanfaatkan potensi tersebut, disebabkan karena tingkat pengetahuan dan kemampuan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung yang masih secara ekonomi potensi yang ada belum memiliki nilai jual yang berarti di pasaran khususnya pasar lokal. Tabel 5. Nilai Taksiran Potensi Tanaman Obat dan Tanaman Hias Jenis Tanaman dan Pemanfaatan
Potensi N/Ha
Taksiran Harga Jual (Rp)
Nilai Ekonomi (Rp.)
Tanaman Obat § Sirih Hutan § Kayu Manis § Tahi ayam § Lempuyang Belanda § Tembakau § Jahe § Si Ungu § Lombok § Pandan § Keladi Merah § Waru
30 70 35 20 208 443 310 45 42 10 10
1500 2500 1000 1500 1000 1000 1000 1500 1500 2000 1500
45.000 175.000 35.000 30.000 208.000 443.000 310.000 67.500 63.000 20.000 15.000 1.474.000
Jumlah : Tanaman Hias : § Suplir 1 § Talas § Tahi Ayam § Anggrek § Palem § Pandan § Suplir § Kadaka § Pakis § Keladi Merah § Suplir 2 § Suplir Daun Besar
114 40 35 20 30 42 44 10 20 10 20 10
Jumlah :
1500 1500 1000 7500 5000 1500 1500 2500 5000 2500 1500 2000
171.000 60.000 35.000 150.000 150.000 63.000 66.000 25.000 100.000 25.000 30.000 20.000 895.000
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2004
Kajian potensi dan nilai ekonomi tanaman (Halidah, etd.)
97
Dari tabel 5 tersebut diatas diketahui bahwa terdapat 12 jenis tanaman obat dengan potensi 10 - 443 batang tanaman/ha. Apabila masing-masing jenis tanaman diasumsikan bernilai antara Rp.1.000-Rp. 2.500 perbatang /rumpun maka (nilai taksiran harga pasar), maka peluang total nilai ekonomi tanaman obat yang terdapat dalam hutan lindung adalah sebesar Rp.1.474.000 per hektar. Untuk jenis-jenis tanaman hias, terdapat sebanyak 12 jenis terdiri dari kelompok paku-pakuan, palem, suplir, talas-talasan, pandan dan anggrek dengan potensi antara 10-114 batang atau rumpun per hektar. Harga jual dari masing-masing tanaman hias tersebut diasumsikan dan disesuaikan dengan harga umum dipasar kabupaten kota/propinsi senilai antara Rp. 1.500 - Rp. 7.500 per batang atau rumpun. Dengan demikian peluang nilai ekonomi tanaman hias yang terdapat di dalam hutan lindung adalah Rp. 984.000. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan
1. Belum ada pemanfaatan hutan lindung sesuai dengan PP No.34 tahun 2002 yang sekarang sudah direvisi menjadi PP No.6 tahun 2007 2. Jumlah tanaman obat yang ditemukan adalah 11 jenis dengan total potensi 1193 batang/rumpun/ha dan tanaman hias 12 jenis dengan total potensi 395 batang/rumpun/ha. 3. Penyebaran potensi tanaman obat dan tanaman hias dipengaruhi oleh jenis tanaman yang menaunginya. 4. Peluang nilai ekonomi yang terdapat dalam hutan lindung dari jenis tanaman obat adalah Rp. 1. 474.000,-/ha dan tanaman hias sebesar Rp. 895.00,-/Ha. B.
Saran-Saran
1. Perlu sosialisasi pemanfaatan potensi jenis-jenis tanaman dalam kawasan hutan lindung berdasarkan PP No. 34 tahun 2002 yang sekarang sudah direvisi menjadi PP No. 6 Tahun 2007. 2. Jenis-jenis yang dimanfaatkan perlu disesuaikan dengan kondisi daerah masingmasing hutan lindung.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, H.S. 2004. Tanaman Hias Tampil Prima. Penebar Swadaya. BPS, 2003. Kecamatan Telaga Biru dalam Angka. 2003. BPS Kab. Gorontalo BPS, 2003. Kecamatan Telaga dalam Angka. 2003. BPS Kab. Gorontalo BPS, 2003. Kecamatan Limboto dalam Angka. 2003. BPS Kab. Gorontalo Dalimarta, S. Dr. 2004. Atlas Tumbuhan Abat Indonesia. Jilid I. Trubus Agriwidya. 98
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 91 - 99
Dalimarta, S.Dr. 2004. atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Trubus Agriwidya Departemen Kehutanan. 1993. Statistik Kehutanan Indonesia 1992/1993. Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 34 Tahun 2002. tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Departemen Kehutanan. 2001. Statistik Kehutanan Indonesia 1999/2000. Badan Planologi. Jakarta. Djauhariya, E. Dan Hernani. 2004. Gulma Berhasiat Obat. Penebar swadaya. Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo. 2002. Desain dan Tata Letak dan Pengelolaan Hutan Pendidikan Dulamayo. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Gorontalo dan Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo. Handadhari, T. 2003. Kuantifikasi Nilai Ekonomi Lingkungan. Kompas, Minggu 6 Juni 2003. Hariana, H.A. Drs. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri I. Penebar Swadaya. Haryanto, I (ed). 1998. Kehutanan Indonesia Pasca Soeharto, reformasi Tanpa Perubahan. Pustaka Latin. Bogor. Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan Sulut. 1998. Statistik Kehutanan Propinsi Sulawesi Utara Tahun 1997/1998. Kanwil Departemen Kehutanan dan Perkebunan Sulut. Manado. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004. Dasar-Dasar Demografi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Odium, E.P. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan T. Samingan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Setiawan, A. 2000. Nilai Ekonomi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Propinsi Lampung. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 2000. Simon, H. 1995. Metode Inventore Hutan. Edisi I cet.2. Aditya Media. Yogyakarta Widiarti, T. BA. Mengenal Tanaman dan Kahsiatnya. Arkola.
Kajian potensi dan nilai ekonomi tanaman (Halidah, etd.)
99