KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK DI PERUSAHAAN SUMBER KARYA INDAH DENGAN METODE SIMULASI
Oleh: ARI PURWANI H24102019
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRAK Ari Purwani H24102019. Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah dengan Metode Simulasi. Di bawah bimbingan Heti Mulyati. Setiap perusahaan menginginkan kinerjanya tinggi, untuk mempertahankan keunggulan bersaingnya. Oleh karena itu, fungsi-fungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan harus berjalan dengan baik. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan adalah pengelolaan persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku memerlukan biaya cukup mahal di perusahaan, baik manufaktur maupun jasa karena melibatkan investasi terbesar dari total modal perusahaan, yaitu sebesar 30-40 persen. Perusahaan Sumber Karya Indah (SKI) adalah penghasil tas dari bahan kulit sintetik di Kota Bogor. Perusahaan ini terkenal dengan nama ”Tas Tajur” yang banyak dikunjungi konsumen baik dari Bogor maupun luar Bogor dengan rata-rata 1.750 pengunjung setiap minggunya. Namun demikian, pada saat ini masalah yang dihadapi perusahaan adalah pengendalian persediaan bahan baku kulit sintetik yang kurang baik, diantaranya adalah tidak adanya manajemen dalam pengadaan dan penggunaan bahan baku. Hal ini menyebabkan pembelian bahan baku yang terlalu sering, sehingga meningkatkan biaya produksi. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji sistem persediaan yang telah dilakukan SKI dan (2) Membuat model dan biaya persediaan dengan metode simulasi di SKI. Dalam penelitian ini persediaan bahan baku yang dikaji adalah jenis coper. Jenis ini merupakan bahan baku yang banyak digunakan dalam pembuatan tas di SKI. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data pimer adalah data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan SKI. Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari perusahaan SKI, internet dan sumber lainnya yang relevan. Metode pengumpulan data berupa survai lapangan, wawancara, dokumentasi dan riset pustaka. Hal tersebut dilakukan ke perusahaan SKI dan instansi terkait untuk memperoleh gambaran kondisi aktual sistem persediaan bahan baku pada perusahaan SKI. Data yang diperoleh dari SKI selanjutnya diolah dan dianalisis. Data produksi diolah dengan menggunakan software Minitab versi 14, MATLAB versi 13 dan Microsoft Excel untuk menghasilkan jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, peramalan produksi dan jumlah pemesanan ekonomis. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, biaya persediaan total adalah Rp. 13.716.170,00 per tahun. Perusahaan menetapkan jumlah pemesanan dua roll dengan titik pemesanan kembali 0,25 roll. Menurut metode simulasi jumlah pemesanan bahan baku yang dapat meminimalkan biaya persediaan adalah 21 roll dengan titik pemesanan kembali sebesar 0,62 roll. Biaya persediaan total berdasarkan jumlah pemesanan optimal menurut metode simulasi adalah Rp. 1.841.191,04 per tahun. Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan metode simulasi adalah 86 persen.
KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK DI PERUSAHAAN SUMBER KARYA INDAH DENGAN METODE SIMULASI
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh: ARI PURWANI H24102019
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
KAJIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT SINTETIK DI PERUSAHAAN TAS SUMBER KARYA INDAH BOGOR
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh: ARI PURWANI H24102019
Menyetujui, Juni 2006
Heti Mulyati, MT Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal ujian : 9 Juni 2006
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosobo tanggal 23 Januari 1984. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan H. Kuwat Raharjo dan Ngatiyah. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri 5 Wonosobo. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Wonosobo. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Wonosobo. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan mahasiswa yaitu sebagai Treasury Direktorat Keuangan Centre of Management (COM@) periode 2003/2004, dan aktif sebagai panitia beberapa acara antara lain, pada tahun 2004 menjadi panitia dalam seminar ’’Entrepreneurship and Economics Empowerment Program 2004’’, pada bulan September 2004 menjadi bendahara acara ’’Sharing Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan Manajemen’’. Pada bulan Oktober 2004 sebagai panitia dalam acara ’’Seminar of Banking Job Preparation’’.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul ”Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah dengan Metode Simulasi” yang dilakukan dalam rangka tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, FEM-IPB. Sumber Karya Indah (SKI) adalah sebuah perusahaan tas yang banyak dikunjungi oleh konsumen dari Kota Bogor maupun luar Bogor. Rata-rata jumlah pengunjung per minggunya adalah 1750, namun demikian belum ada manajemen dalam sistem persediaan bahan baku di SKI. Jumlah permintaan tas di SKI sangat berfluktuatif (tidak konstan). Salah satu metode yang dapat digunakan SKI dalam mengendalikan persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Simulasi mampu memberikan solusi alternatif dalam meminimalkan total biaya persediaan bagi permintaan dan waktu pemesanan kembali yang tidak konstan. Dengan menerapkan metode simulasi dalam pengendalian persediaan bahan baku, diharapkan SKI mampu meminimalkan biaya produksi yang selanjutnya dapat meningkat keunggulan bersaing SKI. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Ibu Heti Mulyati, MT yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Serta tidak lupa kepada dosen penguji Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS dan Bapak Ir. Abdul Basith, MS yang telah memberikan masukan dan saran dalam skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM-IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Michael dan semua karyawati yang ada di SKI yang telah memberikan informasi dan data selama penelitian. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ibu, Bapak, Adik dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis selama ini, serta keluarga di Pamulang dan Bandung atas bantuannya dalam pencarian literatur.
iv
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan di Departemen Manajemen, FEM IPB angkatan 39 yang telah memberikan semangat, motivasi dan tempat berbagi selama menjalani kuliah sampai pembuatan skripsi. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, Juni 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................iii KATA PENGANTAR..........................................................................................iv DAFTAR ISI
.....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR............................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3 1.5. Batasan Penelitian ................................................................................ 4 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5 2.1. Manajemen Produksi............................................................................ 5 2.2. Persediaan ............................................................................................ 6 2.2.1. Definisi Persediaan .................................................................. 6 2.2.2. Pengelompokan Persediaan...................................................... 6 2.2.3. Fungsi Persediaan .................................................................... 7 2.2.4. Pengawasan Persediaan............................................................ 8 2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan.................................. 9 2.3. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku................................. 11 2.3.1. Peramalan Penjualan ............................................................... 11 2.3.2. Optimasi Pembelian Bahan Baku............................................ 12 2.3.3. Safety Stock ............................................................................. 12 2.3.4. Reorder Point ......................................................................... 13 2.3.5. Lead Time ............................................................................... 14 2.3.6. Total Biaya Persediaan............................................................ 15 2.4. Simulasi .............................................................................................. 16 2.4.1. Pengertian Sistem dan Model............................................... 16 2.4.2. Model Simulasi .................................................................... 18 2.4.3. Simulasi Monte Carlo .......................................................... 19 2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 20 III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 22 3.1. Kerangka Berpikir............................................................................... 22 3.2. Tahapan Penelitian .............................................................................. 23 3.3. Pengumpulan Data .............................................................................. 25 3.4. Pengolahan dan Analisis Data............................................................. 26 3.4.1. Peramalan Produksi................................................................. 26
vi
3.4.2. Menentukan Safety Stock ........................................................ 26 3.4.3. Menentukan Lead Time........................................................... 27 3.4.4. Menetukan Reorder Point ....................................................... 27 3.4.5. Pengolahan Data dengan Metode Simulasi............................. 27 IV.HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 31 4.1. Kondisi Umum Perusahaan................................................................. 31 4.1.1. Sejarah Perusahaan.................................................................. 31 4.1.2. Struktur Organisasi dan Karyawan ......................................... 32 4.2. Aspek Produksi ................................................................................... 34 4.2.1. Gambaran Produk ................................................................... 34 4.2.2. Bahan Baku dan Alat/Mesin Produksi .................................... 35 4.2.3. Proses Produksi ....................................................................... 35 4.3. Analisis Persediaan ............................................................................. 39 4.3.1. Karakteristik Bahan Baku ....................................................... 39 4.3.2. Sistem Pembelian .................................................................... 39 4.3.3. Biaya Persediaan ..................................................................... 40 4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku ................................................ 41 4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ................. 41 4.4.2. Hasil Peramalan Produksi ....................................................... 43 4.4.3. Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point .......................... 45 4.4.4. Pengendalian Persediaan dengan Metode Simulasi ................ 46 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 53 1. Kesimpulan ......................................................................................... 53 2. Saran ................................................................................................. 53 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
vii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data.................................................. 25 Probabilitas dan interval angka acak untuk permintaan............................... 30 Jumlah karyawan dan latar belakang pendidikan......................................... 33 Model tas wanita .......................................................................................... 34 Bagan aliran proses pembuatan tas model BL ............................................. 37 Penentuan biaya penyimpanan persediaan................................................... 40 Hasil peramalan jumlah produksi tas model BL .......................................... 45 Probabilitas dan interval angka acak produksi tas per minggu .................... 47 Hasil perhitungan simulasi skenario 1 ......................................................... 48 Hasil perhitungan simulasi skenario 2 ......................................................... 50
viii
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13.
Halaman Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan ................................. 11 Klasifikasi sistem ......................................................................................... 16 Struktur model.............................................................................................. 17 Peran simulasi dalam pemecahan model...................................................... 18 Kerangka berpikir......................................................................................... 23 Tahapan penelitian ....................................................................................... 24 Proses simulasi ............................................................................................. 28 Struktur organisasi ....................................................................................... 32 Tahapan pembuatan tas kulit model bl ........................................................ 36 Jumlah produksi tas model BL tahun 2003.................................................. 41 jumlah produksi tas model BL tahun 2004 .................................................. 42 Jumlah produksi tas model BL tahun 2005.................................................. 42 Jumlah produksi tas model BL setelah distasionerkan ................................ 44
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4.
Halaman Penelitian terdahulu...................................................................................... 57 Perhitungan ARIMA .................................................................................... 59 Perhitungan safety stock............................................................................... 61 Perhitungan simulasi .................................................................................... 64
x
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan menginginkan kinerjanya tinggi untuk mempertahankan keunggulan bersaingnya. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola aktivitasnya dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada di perusahaan, yaitu pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan operasi, teknologi dan informasi serta keuangan. Keunggulan bersaing perusahaan dapat diraih apabila fungsifungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan berjalan dengan baik. Berbagai bidang yang ada dalam perusahaan saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Apabila fungsi-fungsi tersebut bekerja secara optimal, maka perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan karena hampir 50-60 persen kegiatan perusahaan merupakan aktivitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan berbagai hal yang akan membantu kelancaran proses produksi sehingga dapat mencapai tujuannya. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dari proses produksi adalah pengelolaan persediaan. Persediaan adalah salah satu elemen yang harus ada untuk menunjang kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Persediaan memerlukan biaya yang cukup mahal karena melibatkan investasi terbesar dari total modal perusahaan, yaitu sebesar 30-40 persen (Hill, 1994). Perusahaan yang menyimpan persediaan lebih besar akan mengakibatkan biaya penyimpanan meningkat. Perusahaan yang tidak memiliki persediaan bahan baku yang mencukupi dapat menimbulkan biaya-biaya yang disebabkan oleh kurangnya bahan baku perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengendalikan persediaan bahan baku secara efisien agar tidak mengeluarkan biaya terlalu banyak. Hal ini dapat dicapai dengan pengendalian persediaan yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi. Salah satu jenis persediaan yang ada di perusahaan adalah persediaan bahan baku. Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Indrajit dan Pranoto (2003) adalah untuk
2
memenuhi
kebutuhan
normal,
memenuhi
kebutuhan
mendadak,
dan
memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis. Beberapa kerugian yang timbul apabila jumlah bahan baku yang tersedia terlalu besar adalah biaya penyimpanan atau pergudangan persediaan bahan baku tinggi, sehingga dapat mengurangi dana investasi di bidang lainnya. Selain itu bila bahan baku memiliki risiko kerusakan yang tinggi, maka semakin besar jumlah kerusakan yang terjadi, sehingga perusahaan harus menanggung biaya yang lebih besar. Hal lainnya adalah apabila terjadi penurunan harga barang yang diproduksi perusahaan, maka jumlah persediaan yang sangat besar akan sangat merugikan perusahaan. Kerugian yang terjadi apabila perusahaan mempunyai persediaan bahan baku yang terlalu sedikit adalah sering terjadinya kekurangan bahan baku dalam proses produksi. Hal ini akan mengakibatkan tidak lancarnya proses produksi, sehingga kualitas dan kuantitas produk akhir perusahaan tidak akan stabil. Persediaan bahan baku yang terlalu kecil akan menyebabkan frekuensi pembelian bahan baku perusahaan tinggi. Terlalu seringnya perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku akan meningkatkan biaya pembelian. Pada saat ini, produk jadi kulit cukup digemari oleh masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri. Menurut data dari Departemen Perindustrian bahwa jumlah ekspor Indonesia untuk barang-barang kulit pada bulan Januari sampai September 2005 adalah sebesar US$ 2.315,1 juta (www.deprin.com). Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 58,35 persen dari tahun sebelumnya. Agar perusahaan barang-barang kulit dapat terus memenuhi jumlah ekspor ini, maka perusahaan harus mampu mengendalikan persediaan bahan baku kulit dengan baik sehingga dapat memuaskan konsumen. Salah satu barang jadi kulit yang ada di Indonesia adalah tas kulit sintetik. Tas kulit selain berfungsi sebagai tempat untuk membawa berbagai barang juga berfungsi sebagai tolak ukur gaya hidup seseorang. Terutama bagi kaum wanita, tas berfungsi sebagai pelengkap aksesoris sehingga dalam menggunakannya disesuaikan dengan pakaian yang dikenakan. Sumber Karya Indah (SKI) adalah perusahaan yang memproduksi tas dari bahan kulit sintetik di Kota Bogor. Perusahaan ini terkenal dengan nama ”Tas
3
Tajur” yang banyak dikunjungi konsumen baik dari Bogor maupun luar Bogor, dengan rata-rata pengunjung setiap minggunya sejumlah 1750 orang. Namun demikian, pada saat ini masalah yang dihadapi perusahaan adalah pengendalian persediaan bahan baku kulit sintetik yang kurang baik. Hal tersebut diindikasikan oleh belum adanya manajemen pengadaan dan penggunaan bahan baku. Hal ini menyebabkan pembelian bahan baku yang terlalu sering, sehingga meningkatkan biaya produksi. Jumlah permintaan tas di SKI cenderung berfluktuatif dari waktu ke waktu. Simulasi merupakan suatu metode yang dapat digunakan dalam meminimumkan biaya persediaan di saat permintaan tidak konstan. Oleh karena itu, pengendalian efisiensi persediaan bahan baku pada perusahaan tas kulit sintetik SKI Bogor perlu dikaji dengan metode simulasi.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana persediaan yang telah dilakukan SKI?
2.
Bagaimana model dan biaya persediaan dengan metode simulasi di SKI?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah : 1.
Mengkaji sistem persediaan yang telah dilakukan SKI.
2.
Membuat model dan biaya persediaan dengan simulasi di SKI.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu secara langsung yang diperoleh selama kuliah.
2.
Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan sumber pemikiran baru di bidang produksi perusahaan yaitu dapat melakukan kebijakan persediaan bahan baku yang optimal.
3.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
4
1.5. Batasan Penelitian Penulis membatasi masalah pada faktor-faktor yang meliputi: 1.
Model yang digunakan penulis adalah model dinamis melalui simulasi.
2.
Bahan baku yang dijadikan kajian penelitian adalah bahan baku kulit sintetik jenis coper.
3.
Data yang digunakan adalah data produksi tas model BL tahun 2003-2005, dengan mengasumsikan jumlah permintaan sama dengan data produksi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Produksi Menurut
Hanafi
(1997),
definisi
manajemen
adalah
suatu
usaha
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi. Kegiatan manajemen sangat dibutuhkan dalam pengendalian sumber daya perusahaan, yaitu meliputi faktor-faktor produksi yang ada dalam perusahaan baik bahan dasar, bahan pembantu, mesin-mesin dan peralatan lain, tenaga kerja serta modal perusahaan sehingga proses produksi perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pengertian produksi menurut Assauri (1993) adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Pengertian produksi tersebut masih bersifat umum sehingga dapat digunakan secara luas yaitu mencakup keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Pengertian produksi dan operasi tercakup setiap proses yang merubah masukan dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa barang-barang dan jasa-jasa. Gaspersz (2004) menambahkan bahwa proses produksi adalah sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan produk bernilai tambah agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi. Suatu proses memiliki kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung. Sedangkan yang dimaksud manajemen produksi menurut Assauri (1993) adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya, berupa sumber daya manusia, alat, dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaaan (utility) barang atau jasa. Untuk menjalankan manajemen produksi perlu dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan agar berbagai barang
6
atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan, baik mengenai kualitas, kuantitas, waktu yang direncanakan maupun mengenai biaya-biayanya.
2.2.
Persediaan
2.2.1. Definisi Persediaan Menurut Russell dan Taylor (2003) pengertian dari persediaan adalah berbagai stock barang-barang yang disimpan oleh organisasi untuk memenuhi permintaan pelanggan internal maupun eksternal. Sebenarnya semua perusahaan selalu memelihara berbagai macam persediaan. Sebagian besar orang beranggapan bahwa persediaan hanyalah berupa produk akhir yang menunggu untuk dijual kepada konsumen. Produk jadi hanyalah salah satu bentuk dari persediaan. Sedangkan menurut Indrajit dan Pranoto (2003) pengertian dari barang persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan dicatat dalam buku perusahaan. Setiap perusahaan selalu mengadakan persediaan, karena tanpa adanya persediaan para pengusaha akan dihadapkan pada risiko perusahaan yang pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan barang hasil produksi. Akibatnya pelanggan dapat berpindah ke perusahaan lain yang memproduksi barang yang sejenis. Keadaan seperti ini harus dihindari oleh setiap perusahaan, jika perusahaan tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Jadi persediaan ini sangat penting artinya bagi setiap perusahaan, terutama perusahaan yang menghasilkan barang. (Assauri, 1993)
2.2.2. Pengelompokan Persediaan. Menurut Render dan Heizer (1997) persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari modal yang diinvestasikan. Persediaan dikelompokkan dalam empat jenis, yaitu: 1.
Persediaan bahan mentah Persediaan bahan mentah merupakan bahan baku yang telah dibeli, namun belum diproses.
7
2.
Persediaan barang dalam proses Persediaan barang dalam proses merupakan bahan baku yang telah mengalami beberapa perubahan, tetapi belum selesai. Persediaan ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).
3.
Persediaan perlengkapan pemeliharaan Persediaan ini merupakan persediaan yang dikhususkan untuk perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi. Persediaan ini ada karena waktu dan kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan tidak dapat diketahui.
4.
Persediaan barang jadi Persediaan barang jadi merupakan persediaan barang yang selesai diproses dan menunggu untuk dikirimkan. Barang jadi dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin tidak diketahui.
2.2.3. Fungsi Persediaan Persediaan sangat penting bagi perusahaan karena persediaan dapat menjadi jalan keluar jika pemasok tidak menyerahkan barang dengan tepat waktu, kejadian tak terduga pada produksi dan estimasi permintaan pasar yang tidak akurat. Menurut Handoko (2000) fungsi-fungsi dari persediaan adalah: 1. Fungsi “Decoupling” Fungsi ini merupakan persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pemasok. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramal. 2. Fungsi “Economic Lot Sizing” Fungsi ini merupakan persediaan yang mempertimbangkan penghematanpenghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibanding dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya).
8
3. Fungsi Antisipasi Fungsi ini merupakan persediaan yang disediakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, sehingga tidak mengganggu kelancaran proses produksi atau menghindari kemacetan proses produksi. Sedangkan menurut Render dan Heizer (2004) fungsi dari persediaan adalah: 1. Untuk memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai contoh adalah jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan untuk memisahkan proses produksi dari para pemasok. 2. Untuk memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persedian semacam ini umumnya terjadi pada perdagangan eceran. 3. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. 4. Untuk menjaga pengaruh inflasi dari naiknya harga.
2.2.4. Pengawasan Persediaan Pengertian pengawasan persediaan menurut Assauri (1993) adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku, dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Perusahaan harus mampu melakukan pengawasan persediaan yang baik untuk kelangsungan proses produksinya. Berdasarkan keterangan di atas maka jelaslah bahwa pengawasan persediaan adalah masalah yang penting, karena dengan pengawasan persediaan yang baik maka perusahaan dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum serta dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan biaya yang serendah-rendahnya. Jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran produksi serta efektivitas dan efisiensi perusahaan yang bersangkutan. Pengawasan merupakan tindakan yang perlu dilakukan dalam menjamin
9
tercapainya tujuan yang diinginkan perusahaan dengan jalan mengadakan pengawasan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi. Dengan pengawasan diharapkan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan selanjutnya dapat diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu pengawasan sebaiknya dijalankan secara preventif. Pada hakekatnya pengawasan adalah realisasi
dari rencana dan dapat dikatakan efisien apabila dalam
pelaksanaannya hanya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang sekecil mungkin terhadap rencana yang telah ditentukan. Menurut Assauri (1993) tujuan pengawasan persediaan secara terperinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk: 1.
Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2.
Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3.
Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Menurut Ahyari (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan diantaranya adalah : 1. Perkiraan pemakaian. Manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di dalam proses produksi pada suatu periode sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan. Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses produksi pada periode yang akan datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku tersebut dapat diketahui dari perencanaan produksi pada periode yang bersamaan. Sedangkan perencanaan produksi perusahaan dapat ditelusur dari perencanaan penjualan perusahaan berikut tingkat persediaan barang jadi yang dikehendaki oleh manajemen.
10
2. Harga bahan. Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini. Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan dalam persediaan bahan baku tersebut harus pula diperhitungkan. 3. Biaya-biaya persediaan. Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku. Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal adanya dua tipe biaya, yaitu biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin besarnya rata-rata persediaan. 4. Kebijakan pembelanjaan. Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan akan tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam perusahaan tersebut. Apakah perusahaan akan memberikan fasilitas yang pertama, kedua atau justru yang terakhir untuk dana bagi persediaan bahan baku ini. Di samping itu juga dilihat apakah dana yang disediakan tersebut cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah hanya sebagian saja. 5. Pemakaian senyatanya. Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan. 6. Waktu tunggu. Waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini
11
sangat perlu untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point). Dengan diketahuinya waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan disajikan pada Gambar 1.
Biaya-biaya
Kebijaks anaan Harga Bahan
persediaan
Pembelanjaan.
Perkiraan Pemakaian
Optimasi pembelian bahan baku
Pemakaian
Persediaan Pengaman
Senyatanya
Persediaan Bahan
Pembelian
Waktu Tunggu
Produksi
Kembali
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan (Ahyari, 1999) 2.3.
Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku
2.3.1.
Peramalan Penjualan
Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto (2003) merupakan
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
meramalkan
atau
memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan penjualan adalah istilah yang sangat populer di dunia bisnis dan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu. Salah satu model untuk menghitung peramalan adalah ARIMA. Menurut Aritonang (2002) ARIMA adalah suatu model peramalan yang merupakan gabungan dari model autoregressive (AR), integrated/differencing (I) dan moving average (MA). Analisis ARIMA digunakan untuk data yang bersifat stasioner.
12
2.3.2. Optimasi Pembelian Bahan Baku Menurut Assauri (1993) jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan yang diadakan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal. Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis ini, harus diupayakan agar biaya-biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diperkecil. Usaha untuk memperkecil biaya pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem persediaan dihadapkan pada dua sifat biaya yang bertentangan. Sifat yang pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga biaya penyimpanan menjadi kecil, tetapi hal ini mengakibatkan biaya pemesanan menjadi besar selama satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah pemesanan ekonomis terletak antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Optimasi pembelian bahan baku dan waktu pemesanan kembali dapat diperoleh dengan menggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal. 2.3.3.
Safety Stock
Menurut Indrajit dan Pranoto (2003), safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang harus diadakan untuk proteksi atau pengaman dalam menghindari kehabisan persediaan karena berbagai sebab. Persediaan pengaman mempunyai dua aspek dalam pembiayaan perusahaan, yaitu: 1. Persediaan pengaman akan mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan. Makin besar persediaan pengaman, makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan. 2. Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan barang. Makin besar persediaan pengaman, makin besar pula biaya penyediaan barang.
13
Menurut Assauri (1993) safety stock dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku yang mungkin disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang lebih besar daripada perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Penentuan besarnya persediaan pengaman ini mempergunakan analisa statistik. Standar penyimpangan dari bahan baku dapat diketahui dengan cara melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya dalam analisa statistik. Selanjutnya manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolelir. Rumus untuk menghitung standar penyimpangan adalah: (Assauri, 1993)
∑ (Y − Y ')
2
SE =
N
...................................................................... (1)
Dimana: SE
=
standard error (unit)
Y
=
pemakaian sesungguhnya (unit)
Y′
=
perkiraan pemakaian (unit)
N
=
jumlah (banyaknya) data (unit)
2.3.4. Reorder Point Menurut Render dan Heizer (1997), setelah perusahaan menentukan jumlah bahan baku yang dipesan, maka perusahaan akan melakukan pemesanan yang kedua. Pemesanan kedua atau pemesanan ulang bertujuan agar persediaan tidak sama dengan nol. Titik pemesanan ulang (reorder point) dicari dengan cara: ROP = d × L
...................................................................... (2)
Dimana: ROP
=
reorder point (unit)
d
=
permintaan per hari (unit)
L
=
lead time untuk pemesanan baru dalam hari
Persamaan di atas mengasumsikan bahwa permintaannya adalah sama dan bersifat konstan. Bila tidak demikian halnya, harus ditambahkan stock tambahan,
14
sering kali disebut dengan stock pengaman (safety stock). Maka rumusnya akan menjadi :
ROP = dL + safety stock ................................................................. (3) Permintaan perhari (d) dicari dengan rumus :
d
=
permintaan tahunan : jumlah hari kerja per tahun
2.3.5. Lead Time Menurut Render dan Heizer (1997), pengertian lead time adalah waktu antara dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman. Model-model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan memesan kembali dan dengan seketika kiriman yang dipesan akan segera diterima. Akan tetapi waktu antara dilakukannya pemesanan bisa cepat, beberapa jam atau bahkan lambat, yaitu beberapa bulan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan waktu yang paling optimal untuk melakukan pemesanan kembali. Menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu: 1.
Biaya Penyimpanan Tambahan. Biaya Penyimpanan Tambahan (BPT) atau sering disebut dengan extra
carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku (persediaan bertambah di atas ratarata sebesar surplus bahan baku). Keadaan ini disebabkan oleh karena datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan. 2.
Biaya Kekurangan Bahan. Biaya Kekurangan Bahan (BKB) atau sering disebut dengan stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisih harganya merupakan contoh dari biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan bahan pengganti akan berarti proses produksi perusahaan akan terhenti. Keadaan kekurangan
15
bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.
2.3.6. Total Biaya Persediaan Menurut Assauri (1993) unsur-unsur biaya yang terdapat dalam total biaya persediaan antara lain adalah: 1.
Biaya penyimpanan. Jumlah biaya penyimpanan akan semakin besar apabila kuantitas bahan baku yang dibeli semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Beberapa contoh daripada biaya penyimpanan ini antara lain adalah:
2.
-
biaya gudang (simpan bahan)
-
biaya asuransi bahan
-
biaya pemeliharaan bahan
-
biaya pengepakan kembali
-
biaya atas modal yang ditanam dalam persediaan
-
biaya kerusakan bahan dalam simpanan
-
tidak terpakainya karena usang
Biaya Pemesanan. Biaya pesan akan semakin kecil apabila kuantitas bahan yang dibeli semakin besar, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Beberapa contoh daripada biaya pesan antara lain adalah:
3.
-
biaya persiapan pembelian
-
biaya pembuatan faktur
-
biaya ekspedisi dan administrasi
-
biaya pemesanan
Biaya Kekurangan Persediaan. Biaya kekurangan persediaan merupakan biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari pada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau memesan suatu barang sedangkan barang atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia.
16
2.4.
Simulasi
2.4.1. Pengertian Sistem dan Model Sistem dapat didefinisikan sebagai agregasi objek yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu (Ma’arif
dan Tanjung, 2003). Objek yang
dijadikan perhatian dalam suatu sistem adalah entity. Selain entity di dalam sebuah sistem juga terdapat atribut, bagian dari atribut adalah nilai, kondisi atau informasi. Hal lain yang terdapat di dalam sistem adalah aktivitas. Aktivitas merupakan proses yang menyebabkan perubahan dalam sistem. Deskripsi tentang tujuan, entity, atribut dan aktivitas pada suatu waktu tertentu merupakan pernyataan dari suatu sistem. Sistem dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sistem statis dan sistem dinamis. Sistem statis adalah sistem yang tidak berubah dengan berjalannya waktu, sedangkan sistem dinamis adalah interaksi-interaksi yang terjadi yang menyebabkan perubahan dengan berjalannya waktu. Pengklasifikasian
sistem
dapat
dilanjutkan
lagi
berdasarkan
pengaruh
aktivitasnya. Apabila sistem tidak dipengaruhi oleh aktivitas eksogenous maka disebut sebagai sistem tertutup, sebaliknya apabila sistem terpengaruh oleh aktivitas eksogenous maka disebut sistem terbuka. Jika dilihat dari perubahan yang terjadi, maka suatu sistem dibagi menjadi dua jenis yaitu sistem kontinu dan sistem diskrit. Sistem kontinu adalah sistem dimana perubahan terjadi pada setiap waktu. Sistem diskrit adalah sistem dimana perubahan terjadi pada waktu tertentu. Gambar 2 memberikan ilustrasi mengenai pengklasifikasian sistem. (Khosnevi dalam Harahap, 1994) Sistem
Statis
Dinamis
Kontinu
Diskrit
Gabungan
Gambar 2. Klasifikasi sistem (Khosnevi dalam Harahap, 1994).
17
Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003) model adalah abstraksi dari suatu sistem yang dikembangkan untuk tujuan studi. Observasi terhadap suatu model akan menyebabkan pengaruh pada perubahan sistem. Model biasanya dikembangkan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Melalui model tersebut, dapat diprediksi hal-hal yang terkait dengan jawaban atas permasalahan atau jawaban atas pertanyaan. Gambar 3. menyajikan struktur model: pertanyaan
jawab
model
percobaan
prediksi
Gambar 3. Struktur model (Ma’arif dan Tanjung, 2003). Dalam rangka menjawab pertanyaan, maka di dalam simulasi harus dilakukan perubahan terhadap beberapa parameter dan atau konfigurasi struktural dari model sistem. Perubahan yang dilakukan seringkali disebut skenario dan prosesnya disebut eksperimentasi model. Eksperimen terhadap model dapat dilakukan dengan model matematik atau model fisik. Dasar dari model fisik adalah analogi. Model matematik terdiri dari simbol-simbol matematik/persamaan untuk menjelaskan suatu sistem. Eksperimen dengan model matematik dapat dilakukan dengan solusi analitik atau dengan menggunakan simulasi.
Model
simulasi merupakan alat pemecahan masalah yang fleksibel. Model simulasi lebih tepat digunakan untuk sistem yang relatif kompleks. Gambar 4. merupakan penggunaan simulasi sebagai alat untuk mempelajari sistem dan melakukan eksperimen terhadap model dari sistem. (Khosnevi dalam Harahap, 1994)
18
Model
Statis
Analitis
Dinamis
Eksperimental
Analitis
Eksperimental
simulasi Gambar 4. Peran simulasi dalam pemecahan model (Khosnevi dalam Harahap, 1994)
2.4.2. Model Simulasi Menurut Render dan Heizer (2004) simulasi diartikan sebagai sebuah usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan karakteristik sebuah sistem nyata, biasanya melalui sebuah model yang terkomputerisasi. Simulasi merupakan bentuk prosedural dan matematik. Dalam simulasi suatu sistem diabstraksikan dalam bentuk model matematika. Kemudian model tersebut dikembangkan sehingga mengggambarkan sistem yang sesungguhnya. Model ini kemudian akan digunakan untuk memperkirakan efek dari berbagai tindakan. Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk permasalahan yang sangat kompleks secara matematis. Sebagai alat analisa, simulasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Render dan Heizer (2004), kelebihan dan kekurangan simulasi dalam manajemen produksi operasi dijelaskan sebagai berikut: 1.
Kelebihan Simulasi. Simulasi secara relatif sederhana dan fleksibel. Simulasi dapat digunakan untuk menganalisa situasi dunia nyata yang besar dan kompleks yang tidak bisa dipecahkan oleh model manajemen operasi konvensional. Kerumitan dunia nyata dapat dimasukkan, di mana kerumitan tersebut tidak dapat diatasi oleh sebagian besar model Manajemen Operasi lain.
19
Memungkinkan adanya faktor “pemadatan waktu”. Efek kebijakan Manajemen Operasi selama bertahun-tahun atau berbulan-bulan dapat diperoleh dengan simulasi komputer dalam waktu singkat. Simulasi memungkinkan pertanyaan “bagaimana akibatnya jika “. Para manajer ingin mengetahui terlebih dahulu pilihan mana yang menjadi pilihan
yang
paling
menarik.
Dengan
sebuah
model
yang
terkomputerisasi, seorang manajer dapat mencoba beberapa keputusan kebijakan dalam waktu hanya beberapa menit. Simulasi tidak bertentangan dengan sistem dunia nyata. Simulasi dapat meneliti efek interaksi antara komponen individu atau variabel untuk menentukan komponen atau variabel yang penting. 2.
Kekurangan Simulasi Model simulasi yang baik bisa jadi sangat mahal karena untuk mengembangkannya dibutuhkan waktu berbulan-bulan. Simulasi merupakan sebuah pendekatan trial-and-error yang dapat menghasilkan solusi berbeda jika diulangi. Simulasi tidak menghasilkan solusi optimal permasalahan (seperti halnya pada pemrograman linear). Para manajer harus menetapkan semua kondisi dan kendala untuk solusi yang ingin mereka uji. Model simulasi tidak menghasilkan jawaban tanpa adanya input yang cukup dan realistis. Setiap model simulasi bersifat unik. Solusi sebuah model dan kesimpulannya pada umumnya tidak dapat diterapkan pada persoalan lain.
2.4.3. Simulasi Monte Carlo Definisi Simulasi Monte Carlo menurut Render dan Heizer (2004) adalah sebuah teknik simulasi yang menggunakan unsur acak di saat terdapat peluang. Dasar simulasi Monte Carlo adalah percobaan pada unsur peluang (bersifat probabilistik) dengan menggunakan pengambilan sample secara acak. Terdapat lima langkah di dalam teknik simulasi Monte Carlo, yaitu:
20
1.
Menetapkan distribusi probabilitas. Ide dasar simulasi Monte Carlo adalah untuk membangkitkan nilai untuk variabel pada model yang sedang diuji. Dalam sistem dunia nyata, sebagian besar variabel memiliki probabilitas alami.
2.
Membuat distribusi probabilitas kumulatif bagi setiap variabel. Distribusi kumulatif merupakan akumulasi probabilitas individu dalam sebuah distribusi.
3.
Menetapkan interval angka acak. Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah terpilih oleh sebuah proses acak yang sempurna.
4.
Membangkitkan angka acak. Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil dari sebuah tabel angka acak.
5.
Mensimulasikan serangkaian percobaan. Variabel yang akan digunakan dalam simulasi dibuat dalam berbagai variasi. Variasi-variasi dari variabel tersebut pada tahap ini dicoba untuk disimulasikan.
2.5.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai persediaan bahan baku telah dilakukan
diantara adalah pada tahun 2004, Dianita Rahmawati Zein melakukan penelitian dengan judul Kajian Pengendalian dan Pengadaan Bahan Baku pada PT Petrokimia Gresik. Hasil penelitian ini adalah sistem pengadaan bahan baku untuk pupuk SP-36 yang dilakukan oleh perusahaan diawali dengan kegiatan perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh bagian produksi pada pabrik II PT. Petrokimia Gresik, perencanaan tersebut diberikan pada bagian pengadaan. Bahan baku pupuk SP-36 adalah phospate rock, asam fosfat dan asam sulfat. Pemakaian bahan baku untuk pupuk SP-36 menggunakan metode FIFO.
21
Tahun 2004, Tanu Anggara Putra mengadakan penelitian mengenai persediaan bahan baku dengan judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Ban pada PT. Good Year Indonesia, Tbk. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan
bahwa
terdapat
perbedaan
pengendalian persediaan yang cukup signifikan antara metode EOQ hasil perhitungan dengan perusahaan. Untuk bahan baku yang diimpor, metode EOQ menunjukkan hasil yang lebih optimal jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Untuk bahan baku lokal, kebijakan perusahaan telah optimal. Total penghematan dengan metode EOQ dalam penentuan kuantitas optimal dan persediaan pengaman untuk bahan baku lokal dan impor adalah sebesar 20,49 persen. Lampiran 1. menyajikan secara lengkap penelitian terdahulu yang terkait dengan persediaan.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Setiap perusahaan menginginkan kinerjanya tinggi untuk mempertahankan keunggulan bersaingnya. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola aktivitasnya dengan mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada di perusahaan, yaitu pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan operasi, teknologi dan informasi serta keuangan. Keunggulan bersaing perusahaan dapat diraih apabila fungsifungsi dari berbagai bidang yang bekerja dalam perusahaan berjalan dengan baik. Berbagai bidang yang ada dalam perusahaan saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Apabila fungsi-fungsi tersebut bekerja secara optimal, maka perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Salah satu fungsi dalam perusahaan adalah fungsi produksi. Proses produksi sebagai bagian dari fungsi produksi sangat membutuhkan pengelolaan persediaan bahan baku yang baik. Metode simulasi adalah sebuah metode yang mampu menganalisa situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi suatu model manajemen operasi sehingga dapat memecahkan permasalahan. Dalam sistem persediaan simulasi mampu menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat jumlah permintaan dan waktu tunggu tidak konstan. Minimalnya biaya persediaan akan meminimalkan biaya produksi. Perusahaan tas kulit sintetik di Bogor yaitu SKI belum mempunyai sistem pengelolaan persediaan bahan baku yang baik. Saat ini perusahaan belum mempunyai persediaan bahan baku yang dapat meminimumkan biaya produksi, sehingga perusahaan terlalu sering mengadakan pembelian bahan baku. Hal ini mengakibatkan biaya produksi menjadi besar. Penelitian ini diadakan untuk memberikan solusi alternatif yang dapat diterapkan perusahaan, agar perusahaan dapat mengadakan persediaan bahan baku sesuai dengan kebutuhan proses produksi. Dengan demikian, diharapkan melalui manajemen persediaan yang baik dapat memenuhi keinginan konsumen. Kerangka berpikir dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
23
Perusahaan harus mempertahankan keunggulan bersaingnya
Fungsi di perusahaan harus bekerja optimal (SDM, operasi, pemasaran dan keuangan)
Fungsi produksi operasi signifikan dalam kegiatan perusahaan
Fungsi persediaan harus optimal dengan meminimumkan biaya terutama bahan baku
Pengendalian persediaan harus dilakukan di perusahaan
SKI belum ada pengendalian persediaan bahan baku yang baik
Tercapainya efisiensi biaya persediaan khususnya dan biaya produksi umumnya.
Gambar 5. Kerangka berpikir
3.2. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian didahului dengan pengamatan mekanisme sistem keseluruhan, dilanjutkan dengan pendefinisian kebutuhan sistem yang akan diamati yaitu sistem persediaan. Variabel – variabel yang berpengaruh terhadap sistem persediaan digunakan sebagai pembatasan masalah. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemodelan sistem persediaan yang meliputi pendefinisian sistem, penentuan dan pengambilan data. Setelah memperoleh data, sistem
24
persediaan dilakukan pengolahan data sesuai metode perusahaan dan simulasi. Tahap terakhir penelitian adalah merekomendasikan implementasi skenario terbaik dari hasil simulasi.
Tahapan penelitian disajikan dalam Gambar 6. berikut ini: Pengamatan Pendahuluan Pengamatan mekanisme sistem keseluruhan
Perumusan Masalah Pendefinisian kebutuhan sistem yang akan diamati yaitu sistem persediaan
Pembatasan Masalah Menentukan variabel yang berpengaruh, yaitu: Jumlah dan waktu pemesanan kembali
2.
Pemodelan Sistem 1. Pendefinisian sistem Penentuan dan pengambilan data
Sistem Persediaan
Kebijakan perusahaan saat ini
Metode Simulasi
Perbandingan biaya diantara kedua metode
Interpretasi dan analisis data
Kesimpulan dan Saran
Gambar 6. Tahapan penelitian
25
3.3.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder. Data
pimer adalah data yang langsung dikumpulkan dari perusahaan SKI. Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari perusahaan SKI dan internet. Metode pengumpulan data berupa survai lapangan wawancara, dokumentasi dan riset pustaka. Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut : a.
Studi Literatur Data yang diperlukan dan dikumpulkan dengan membaca dan mempelajari buku literatur serta sumber-sumber yang sesuai dengan permasalahan.
b.
Metode Wawancara (Interview) Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan.
c.
Metode Dokumentasi Metode ini merupakan cara mengumpulkan data dengan menggunakan dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian. Kebutuhan, jenis , metode dan sumber data dibuat dalam Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Kebutuhan, jenis , metode dan sumber data Kebutuhan Data Identifikasi permintaan barang jadi kulit. Data umum perusahaan: Sejarah dan perkembangan perusahaan Lokasi perusahaan Struktur organisasi perusahaan Personalia Produksi Pemasaran Data khusus perusahaan: Data produksi Data penjualan Data pembelian bahan baku Data kebutuhan bahan baku per unit barang jadi Data harga beli per unit bahan baku Data penyimpanan bahan baku Data lead time (waktu tunggu)
Jenis Data Sekunder Primer
Metode Studi Literatur • •
• •
Primer Sekunder
• •
Sumber Data Internet
Survai Wawancara
Sumber Karya Indah
Survai Wawancara
Bagian produksi Sumber Karya Indah.
26
3.4.
Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1.
Peramalan Produksi
Peramalan digunakan untuk memproyeksikan volume produksi pada periode mendatang. Alat yang digunakan untuk meramalkan produksi adalah ARIMA. ARIMA merupakan suatu model peramalan yang merupakan gabungan dari model autoregressive (AR), integrated/differencing (I) dan moving average (MA). Perhitungan ARIMA menggunakan perangkat lunak Minitab versi 14 dan
Microsoft Excel. Perhitungan ARIMA ini melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Pemeriksaan kestasioneran data. Pada tahap ini data runtut waktu harus diperiksa kestasionerannya untuk melihat apakah rata-rata dan variansinya konstan, homogen dari waktu ke waktu, karena data yang dianalisis pada ARIMA adalah data yang stasioner. Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan analisis otokorelasi dan otokorelasi parsial. Bila databelum stasioner maka data harus ditransformasi dengan metode tertentu hingga menjadi stasioner. 2. Pengidentifikasian model. Model data yang telah stasioner akan diidentifikasi berdasarkan hasil analisis otokorelasi
dan
otokorelasi
parsial.
pengidentifikasian
ini
mungkin
menghasilkan model AR, I, MA atau ARI, IMA, ARMA atau ARIMA. 3. Pengestimasian parameter model. Parameter model diestimasi berdasarkan taraf nyata model. 4. Penggunaan model untuk peramalan. Model ARIMA yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan peramalan.
3.4.2. Menentukan Safety Stock Menentukan persediaan pengaman menggunakan dasar analisa statistik dengan mencari standar penyimpangan dengan rumus:
∑ (Y − Y ')
2
SE =
N
............................................................................ (1)
27
Dimana: SE
=
standard error (unit)
Y
=
pemakaian sesungguhnya (unit)
Y′
=
perkiraan pemakaian (unit)
N
=
jumlah (banyaknya) data (unit)
3.4.3. Menentukan Lead Time.
Lead time merupakan lamanya waktu antara mulai dilakukan pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut dan siap digunakan dalam proses produksi.
3.4.4. Menentukan Reorder Point.
Reorder Point merupakan titik dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku lagi, sehingga bahan baku yang dipesan tersebut datang tepat pada saat safety stock sama dengan nol. ROP juga merupakan variabel input dalam perhitungan dengan metode simulasi. Rumus ROP adalah: ROP = dL + safety stock .................................................................... (2) Dimana: ROP
=
reorder point (unit)
d
=
permintaan per hari (unit)
L
=
lead time untuk pemesanan baru dalam hari
Permintaan perhari (d) dicari dengan rumus : d
=
permintaan tahunan : jumlah hari kerja per tahun
3.4.5. Pengolahan Data dengan metode Simulasi
Tujuan akhir dari perhitungan dengan model simulasi adalah merumuskan skenario kebijakan pembelian bahan baku terbaik berdasarkan kriteria biaya persediaan.
Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk
permasalahan yang sangat kompleks secara matematis. Pada kasus persediaan, simulasi mampu menangani permasalahan persediaan di saat permintaan atau masa tenggang (lead time) tidak konstan.
28
Dengan menggunakan simulasi, sebuah sistem nyata tidak perlu disentuh hingga kelebihan dan kelemahan dari sebuah keputusan kebijakan utama dapat diukur dalam model. Simulasi mempunyai beberapa tahapan proses, Gambar 7. menyajikan proses simulasi. Definisikan masalah
Memperkenalkan variabel
Mengembangkan model
Menetapkan nilai variabel
Melaksanakan simulasi
Menguji hasil simulasi
Memilih cara yang terbaik
Gambar 7. Proses simulasi (Render dan Heizer, 2004).
Simulasi digunakan untuk mengestimasi karakteristik (input, output dan proses) dari sistem sebenarnya. Simulasi dapat merepresentasikan sistem dengan baik bila didukung dengan model yang sangat representatif terhadap sistem. Perhitungan simulasi ini menggunakan software MATLAB versi 13. Langkahlangkah dalam menggunakan simulasi: 1.
Mendefinisikan masalah. Masalah yang didefinisikan adalah minimisasi total biaya persediaan.
29
2.
Memperkenalkan variabel penting yang berkaitan dengan masalah. Dalam simulasi sistem persediaan terdapat dua variabel input yaitu titik reorder dan jumlah pemesanan. Nilai output yang akan dioptimasi adalah rata-rata biaya total persediaan (Average Total Cost), sedangkan faktor random yang terdapat pada sistem adalah jumlah permintaan (demand) dan lead time pesanan.
3.
Mengembangkan sebuah model kuantitatif. Berdasarkan teknik simulasi Monte Carlo langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian persediaan adalah: 1.
Menetapkan distribusi probabilitas. Ide dasar simulasi Monte Carlo adalah untuk membangkitkan nilai untuk variabel pada model yang sedang diuji. Dalam sistem dunia nyata, sebagian besar variabel memiliki probabilitas alami. Variabel yang akan dinilai distribusi probabilitasnya adalah permintaan.
2.
Membuat distribusi probabilitas kumulatif bagi setiap variabel. Distribusi kumulatif merupakan akumulasi probabilitas individu dalam sebuah distribusi, pada tahap ini permintaan akan ditentukan distribusi probabilitas kumulatifnya.
3.
Menetapkan interval angka acak. Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah terpilih oleh sebuah proses acak yang sempurna. Angka acak ini berfungsi untuk mewakili setiap nilai atau output yang mungkin dari permintaan. Pada Tabel 2, disajikan probabilitas dan interval angka acak untuk permintaan.
4.
Membangkitkan angka acak. Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil dari sebuah tabel angka acak.
30
4.
Mensimulasikan serangkaian percobaan
5.
Memutuskan tindakan apa yang diambil (memilih skenario terbaik) Mempertimbangkan hasil (mungkin memodifikasi atau mengubah input). Maksud dari langkah ini adalah membuat alternatif besarnya jumlah pemesanan bahan baku yang bervariasi atau menyiapkan kejadian yang mungkin terjadi dalam pengujian.
Tabel 2. Probabilitas dan interval angka acak untuk permintaan permintaan
frekuensi
peluang kejadian
probabilitas kumulatif
interval acak
xx
xx
xx
xx
x-x
xx
xx
xx
xx
x-x
xx
xx
xx
xx
x-x
xx
xx
xx
xx
x-x
xx
xx
(hari)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Kondisi Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
Perusahaan SKI merupakan perusahaan perorangan yang berlokasi di Jl. Raya Katulampa No. 6 Bogor dan Jalan Tajur Indah No. 51 Komplek BPPH Bantar Pete, Bogor. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Irsan Salim pada tahun 1980. Pada awalnya, perusahan ini berdiri karena Ibu Maryyan Alicia istri Bapak Irsan Salim mempunyai hobi untuk membuat kerajinan tangan berupa tas. Seiring dengan perkembangan, tas buatan Ibu Alicia mengalami tingkat penjualan yang cukup tinggi, sehingga Bapak Irsan Salim memberikan modal kepada Ibu Alicia untuk mengembangkan usahanya dan berdirilah Perusahaan Dagang Tas Tajur. Mereka berusaha memasarkan tas ke berbagai toko. Pada tahun 1985, Ibu Alicia mendapatkan pesanan dari Matahari Grup untuk memasok tas ke Matahari Departemen Store. Pada tahun 1990, Tas Tajur memasok produk tas pada Matahari Departemen Store seluruh Indonesia yaitu sebanyak 63 toko. Namun demikian, ketika krisis moneter melanda Indonesia Tas Tajur berhenti memasok tas ke perusahaan tersebut. Akhirnya, pihak perusahaan memutuskan untuk menjual sendiri produk tas yang telah diproduksi. Ternyata dengan menjual sendiri tas yang diproduksi oleh perusahaan lebih menguntungkan. Dalam hal ini, banyak sekali konsumen yang membeli secara langsung ke pabrik Tas Tajur. Sejak saat itu sampai sekarang Tas Tajur menjual sendiri produk tas yang dihasilkan. Nama Sumber Karya Indah diharapkan dapat menjadi motivator bagi para pengrajin tas pada perusahaan ini untuk selalu menghasilkan produk tas yang indah dan berkualitas sehingga memuaskan para pelanggan. Apabila krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 membuat banyak perusahaan di Indonesia harus menutup usahanya sehingga banyak karyawan yang diberhentikan, namun hal yang sebaliknya terjadi pada Tas Tajur. Tas Tajur menjadi semakin berkembang dan jumlah permintaan penjualan meningkat, sehingga perusahaan membuka peluang bagi masyarakat sekitar pabrik untuk bekerja di Tas Tajur.
32
Saat ini, Perusahaan Sumber Karya Indah mempunyai dua buah show room untuk produk tas yaitu di kawasan Katulampa dan Tajur. Show room yang terletak di Katulampa tidak hanya berupa toko tas saja, namun terdapat juga rumah makan serta kebun binatang mini yang bisa dilihat oleh pengunjung. Show room di Katulampa ini memang diharapkan tidak hanya untuk tempat menjual tas saja, namun pengunjung bisa sambil berwisata di sini. Show room yang berada di Tajur hanya berupa toko saja dan bersebelahan dengan pabrik untuk memproduksi berbagai model tas.
4.1.2. Struktur Organisasi dan Karyawan
Struktur organisasi perusahaan pada Sumber Karya Indah adalah berdasarkan
kepercayaan
dan
kekeluargaan.
Pimpinan
perusahaan
mempercayakan tugasnya kepada lima orang untuk mengurus bagian pembelian bahan baku, produksi, pembagian gaji pegawai, dan keuangan. Pada mulanya Tas Tajur hanya mempunyai tiga karyawan. Seiring dengan meningkatnya permintaan penjualan, maka pada saat ini perusahaan mempunyai kurang lebih 300 orang. Pada perusahaan ini terdapat dua jenis karyawan, yaitu karyawan dalam dan karyawan luar. Karyawan dalam adalah karyawan tetap di perusahaan yang mendapatkan gaji secara berkala, contohnya adalah pramuniaga, karyawan pabrik, satpam, dan tukang kebun. Karyawan luar adalah karyawan yang bekerja dengan sistem borongan sehingga mereka mendapat gaji sesuai dengan produk yang mereka hasilkan. Tukang jahit merupakan pekerja borongan, sehingga termasuk karyawan luar.
Karyawan Tas Tajur direkrut dari daerah sekitar Tajur dan
Katulampa. Gambar 8. menyajikan struktur organisasi SKI. Direktur (Ex officio)
Administrasi dan Umum
SDM
Pembagian gaji
Keuangan
Produksi
Pembelian bahan baku
Gambar 8. Struktur organisasi
Penjualan
Tukang jahit
33
Secara garis besar tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam perusahaan ini adalah sebagai berikut : 1. Direktur Perusahaan/ Pemilik Perusahan, mempunyai tugas: a. Bertanggungjawab atas semua kegiatan yang ada dalam perusahaan. b. Membawahi semua bagian secara langsung. c. Memberikan pengawasan dan pengarahan kepada bawahan. d. Berhak memberhentikan tenaga kerja dari pekerjaannya. 2. Bagian Administrasi dan Umum, mempunyai tugas: a. Membantu pemilik perusahaan menyelenggarakan kegiatan harian perusahaan, dan mengelola administrasi. b. Menetapkan daftar gaji dalam melaksanakan pembagian gaji yang diberikan kepada semua tenaga kerja. c. Menarik tenaga kerja dan mengeluarkan tenaga kerja yang telah dilimpahkan kepadanya. d. Mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja, misalnya hak dan kewajiban tenaga kerja. 3. Bagian Keuangan mempunyai tugas: a. Mengelola keuangan perusahaan. b. Membuat laporan keuangan perusahaan. 4. Bagian Produksi, mempunyai tugas : a. Mengkoordinasikan tenaga kerja di bagian produksi. b. Menyelenggarakan proses pembuatan tas kulit. c. Mengendalikan kualitas dan kuantitas produk tas kulit. d. Bertanggungjawab atas pembuatan produk sampai pengepakan. Jumlah karyawan yang bekerja dan latar belakang pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah karyawan dan latar belakang pendidikan Nama bagian Pramuniaga Karyawan pabrik Satpam tukang jahit tukang kebun
Jumlah (orang) 90 20 34 100 100
Latar Belakang Pendidikan SMA SMP,SMA SMP,SMA SMP,SMA SMP
34
4.2. Aspek Produksi 4.2.1. Gambaran Produk
Berbagai jenis tas wanita, tas traveling, tas alat-alat olahraga, tas sekolah dan masih banyak jenis tas lainnya diproduksi oleh SKI. Saat ini SKI juga menerima pesanan tas dalam jumlah banyak, misalnya pesanan tas untuk seminarseminar. Tabel 4. menyajikan model tas kulit wanita produksi SKI. Tabel 4. Model tas wanita No
Nomor seri
Deskripsi
1.
2419
Berbentuk kotak, ukuran 30x75 cm, tanpa resleting. Penutup tas hanya berupa tutup kecil berbentuk lidah dan bermagnet.
2.
2885
Berbentuk persegi panjang, ukuran 15x25 cm, tali memakai gesper di sebelah kanan dan kiri, kantong di pinggir, dan beresleting.
3.
WS 06
Berbentuk persegi panjang dengan pinggiran lonjong, terdapat garis pelat di badan tas, beresleting dengan tali untuk ditenteng.
4.
2752 B
Berbentuk segitiga, ukuran 40x50 cm, mempunyai tali pendek satu buah, beresleting, terdapat variasi resleting dua buah di depan badan tas.
5.
2953
Berbentuk persegi panjang, ukuran 40x30 cm, terdapat dua buah kantong berpenutup didepan, menggunakan tali bergesper dua buah, serta terdapat sebuah kantong di salah satu sisi tas.
6.
2879
Berbentuk hurup U terbalik, ukuran 30x15 cm, tali mempunyai ukuran yang lebih panjang dari tas. Terdapat hiasan pelat di badan tas.
7.
2892
Berbentuk persegi panjang, ukuran 3218 cm, tali pendek bergesper untuk ditenteng, beresleting. Badan tas berornamen jahitan kotak-kotak miring.
8.
Pelat
Berbentuk kotak , ukuran 30x18 cm, tali untuk ditenteng tanpa gesper. Badan tas berpelat berbentuk garis selebar 1cm dan beresleting.
9.
2831
Berbentuk kotak, ukuran 28x35cm, beresleting dua buah. Mempunyai tali pendek tanpa gesper, badan tas bagian bawah terdapat hiasan bahan yang dijahit dan beresleting.
10.
2780
Berbentuk kotak, ukuran 45x30, beresleting, tali pendek untuk ditenteng sebanyak dua buah. Termasuk tas kulit wanita untuk ke kantor.
35
4.2.2. Bahan Baku dan Alat / Mesin Produksi
Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat tas kulit di perusahaan SKI adalah kulit sintetik. Perusahaan membeli sebagian besar bahan baku ini pada pemasok di Jakarta. Sebagian lagi bahan baku didapat dari stock old yang berasal dari China. Bahan pembantu yang diperlukan dalam membuat tas kulit sintetik ini adalah lem, benang jahit, cat dan resleting. Peralatan yang digunakan oleh para pengrajin tas adalah alat tulis, alat pelubang, gunting, mesin jahit, mesin potong, kuas, mesin seset, mesin cat dan kertas karton.
4.2.3
Proses Produksi
Pembuatan tas kulit sintetik ini melalui beberapa tahap. Proses produksi dari menjiplak pola sampai menjadi tas dilakukan kurang lebih satu hari. Tahapan dalam membuat tas kulit pada perusahaan SKI dapat dilihat pada Gambar 9 dan ditambahkan dengan bagan aliran proses pembuatan tas dapat dilihat pada Tabel 5.
36
Mulai
(1 hari)
(10 menit)
Menjiplak pola pada bahan
(20 menit)
Melubangi bahan
(15 menit)
Pengecatan
(30 menit)
(15 menit)
Desain
Sisa benang dirapihkan
Menjahit Dibersihkan dari sisa cat
Pengecatan ulang
tidak (15 menit)
Rapih dan bersih?
ya (1 menit)
Pengepakan
Selesai
Gambar 9. Tahapan pembuatan tas kulit model BL (2419)
37
Tabel 5. Bagan aliran proses pembuatan tas model BL (2419)
No.
Waktu (menit)
1.
10
2.
2
3.
5
4.
2
5.
20
6.
3
7.
15
8.
180
9.
3
10.
30
11.
2
12.
15
13.
180
14.
15
15
1
16.
1
Simbol
Kegiatan
D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇ D∇
Menjiplak pola pada bahan
Keterangan:
D ∇
:
operasi
:
transportasi
:
inspeksi
:
penundaan
:
penyimpanan
Ke tukang jahit Menggunting bahan sesuai pola Ke bagian melubangi Melubangi bahan Ke tukang cat Mengecat ujung badan tas Menunggu cat kering Ke tukang jahit Menjahit bahan Ke bagian pengecatan Pengecatan ulang Menunggu cat kering Diperiksa Dikemas Disimpan
38
1)
Desain Tahap desain merupakan tahap awal dari produksi yang merupakan ide untuk membuat produk. Tahap desain dilakukan dengan mengidentifikasi keinginan pasar sehingga produk yang dihasilkan nanti dapat diterima oleh pasar. Melalui tahap ini seorang yang sudah terampil dalam membuat desain tas akan menghasilkan suatu master. Desain tas diambil dari bulletin dari Hongkong yaitu Leather Goods and Bags Bulletin yang berisikan gambar model-model tas terbaru dan sedang digemari konsumen.
2)
Menjiplak pada bahan Master yang dihasilkan pada tahap pertama digunakan oleh beberapa pekerja lain untuk menggambar pola pada bahan kulit yaitu dengan cara dijiplak. Setelah diberi pola, bahan kulit tersebut dipotong sesuai dengan pola yang ada.
3)
Melubangi bahan Tas model BL merupakan tas yang mempunyai model berlubang-lubang, setelah bahan dipotong sesuai pola kemudian bahan dilubangi secara manual oleh para pengrajin. Pabrik tas tajur belum mempunyai alat khusus yang otomatis dapat melubangi bahan baku kulit, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melubangi bahan tas tersebut.
4)
Pengecatan Pada tahap ini setiap ujung badan tas dan ujung tali dicat, tujuannya untuk menambah kerapihan dan keindahan tas serta membuat tas lebih awet. Pengecatan dilakukan dua kali, yaitu sebelum bahan dijahit dan setelah bahan dijahit. Pengecatan yang kedua bertujuan untuk mempertebal cat yang pertama.
5)
Menjahit Pola-pola dari bahan kulit tersebut dijahit untuk menghasilkan tas kulit yang diinginkan. Resleting yang diperlukan dalam tas dipasang dengan cara dijahit. Beberapa aksesoris tas juga dipasang dengan cara dijahit.
6)
Pemeriksaan Pada tahap ini, kerapihan dan kebersihan tas diperiksa. Sisa benang jahit yang ada dirapihkan dengan cara digunting dan dibakar agar jahitan tidak
39
lepas. Sisa cat dan gambar pola yang terdapat pada badan tas dibersihkan menggunakan minyak tanah. 7).
Pengepakan Tas yang telah jadi diberi label, kemudian tas dibungkus menggunakan plastik, Setelah semua tahap pembuatan dilalui maka produk tas kulit sudah siap untuk dipasarkan di show room SKI yang berada di Tajur dan Katulampa.
4.3. Analisis Persediaan 4.3.1. Karakteristik Bahan Baku
Jenis bahan baku kulit sintetik yang digunakan oleh perusahaan SKI dalam memproduksi tas adalah lebih dari 300 jenis. Bahan jenis coper merupakan bahan kulit utama yang paling sering digunakan oleh perusahaan SKI dalam membuat tas. Tas model BL (2419) adalah salah satu model tas kulit yang menggunakan kulit jenis coper sebagai bahan baku utamanya. Tas model BL merupakan tas kulit wanita berbentuk kotak, ukuran 30x75 cm, tanpa resleting. Penutup tas hanya berupa tutup kecil berbentuk lidah dan bermagnet. Tas model BL ini sudah lebih dari empat tahun diproduksi oleh perusahaan dan masih digemari konsumen. Setiap bulan perusahaan memproduksi tidak kurang dari dua lusin tas model BL. Banyaknya jumlah tas model BL yang diproduksi ini otomatis akan meningkatkan juga bahan baku kulit jenis coper yang dibutuhkan. Bahan jenis coper mempunyai permukaan licin dan tidak bermotif. Ketebalan bahan coper adalah 1,2 mm lebih tebal dari bahan kulit sintetik lainnya. Satu roll bahan coper ini mempunyai ukuran panjang 40 meter dan lebar 1,37 meter. Bahan kulit jenis coper ini setiap satu meternya dapat menghasilkan tiga buah tas model BL. Sehingga untuk satu roll bahan dapat menghasilkan 120 tas jenis BL (10 lusin). Warna bahan kulit jenis coper ini antara lain adalah hitam, krem, coklat dan merah. 4.3.2. Sistem Pembelian
Perusahaan membeli bahan baku kulit sintetik ini pada pemasok di Jakarta. Sistem pembelian yang digunakan adalah just in time. Ketika bahan baku di
40
gudang sudah habis maka perusahaan langsung membeli bahan baku ke Jakarta, sehingga pada hari itu pula bahan baku tersedia di gudang. Perusahaan membeli sepuluh roll dalam sekali pembelian dan terdiri atas berbagai jenis bahan baku kulit serta bahan pembantu lainnya. Setiap jenis warna bahan kulit, perusahaan membeli dua roll. Untuk bahan baku stock old dari China tidak bisa dipastikan kedatangannya. Perusahaan juga tidak dapat memilih jenis bahan sesuai yang dinginkan, sehingga jenis dan harga bahan sesuai penawaran penjual bahan stock old tersebut. Rata-rata dua roll bahan baku coper akan habis dalam satu minggu. Bahan coper tersebut untuk membuat tas model BL dan tas model yang lain. Biasanya perusahaan membeli kembali bahan baku jenis coper apabila bahan baku di gudang tinggal 10 meter atau 0,25 roll.
4.3.3. Biaya Persediaan
Pembelian bahan baku kulit sintetik jenis coper dilakukan sekali dalam satu minggu, sehingga frekuensi pembelian dalam satu tahun adalah 52 kali. Rata-rata setiap kali pesan membutuhkan biaya sebagai berikut: Biaya transportasi
Rp.
250.000,00
Lain-lain
Rp.
80.000,00
Biaya Pemesanan
Rp.
330.000,00
+
Menurut Heizer dan Render (2004) untuk menentukan biaya penyimpanan dapat dihitung dari persentase biaya penyimpanan terhadap harga beli per unit bahan baku. Harga satu roll bahan jenis coper adalah Rp. 800.000,00. Besarnya persentase masing-masing biaya penyimpanan terhadap harga beli bahan baku dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penentuan biaya penyimpanan persediaan Kategori Biaya gedung Biaya tenaga kerja Biaya penanganan persediaan
Harga (dan rentang) sebagai persentase nilai persediaan per tahun 6% (3-10 %) 3% (3-5%) 3% (1-3,5%)
41
Berdasarkan keterangan di atas maka rincian biaya penyimpanan bahan baku per unit per tahun adalah: Gaji satpam
3% x Rp. 800.000,00 = Rp. 24.000,00
Biaya gedung
6% x Rp. 800.000,00 = Rp. 48.000,00
Biaya listrik
3% x Rp. 800.000,00 = Rp. 24.000,00 +
Biaya penyimpanan
Rp. 96.000,00
Simulasi yang dilakukan pada sistem persediaan bahan baku di SKI adalah per minggu, sehingga biaya yang digunakan dalam simulasi adalah biaya mingguan. Biaya penyimpanan di SKI per unit per minggu adalah Rp. 1.846,00.
4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku 4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan
Pengendalian persediaan bahan baku jenis coper oleh perusahaan SKI belum dicatat dengan baik. Selama ini hanya jumlah produksi per minggu yang telah dicatat oleh perusahaan, sehingga diasumsikan bahwa jumlah produksi sama dengan jumlah permintaan. Mengenai jumlah bahan baku yang tersedia, jumlah pembelian serta waktu pembelian bahan baku belum dicatat. Berdasarkan data perusahaan (Januari 2003-Oktober 2005), pola data produksi perusahaan SKI cenderung berfluktuatif. Terkadang jumlah produksi lebih dari 200 unit tas per minggu, namun terkadang perusahaan tidak berproduksi sama sekali selama beberapa minggu. Rata-rata jumlah produksi tas model BL adalah sebanyak 99 unit tas per minggu atau sebanyak 0,74 roll. Gambar 11, 12 dan 13 menyajikan jumlah produksi tas model BL (2419) dari bulan Januari 2003-Oktober 2005. Grafik Jumlah Produksi Tahun 2003 300 250
Unit
200 150 100 50
Minggu ke-
Gambar 10. Jumlah produksi tas model BL tahun 2003
52
49
46
43
40
37
34
31
28
25
22
19
16
13
10
7
4
1
0
42
Grafik Jumlah Produksi Tahun 2004 300 250 Unit
200 150 100 50 104
98
101
95
92
89
86
83
80
77
74
71
68
65
62
59
56
53
0 Minggu ke-
Gambar 12. Jumlah produksi tas model BL tahun 2004
Grafik Jumlah Produksi Tahun 2005 300 250 Unit
200 150 100 50
14 1
13 8
13 5
13 2
12 9
12 6
12 3
12 0
11 7
11 4
11 1
10 8
10 5
0
Minggu ke-
Gambar 13. Jumlah produksi tas model BL tahun 2005
Gambar 11, 12 dan 13 adalah jumlah produksi selama 142 minggu. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah produksi tas perusahaan SKI adalah berfluktuasi dari minggu ke minggu. Jumlah produksi tertinggi adalah sebanyak 270 unit tas yaitu terjadi pada minggu ke- 91, 121, 124 dan 136. Terlihat pula beberapa minggu perusahaan tidak berproduksi atau jumlah produksi adalah nol. Seperti yang terlihat pada minggu ke-45 sampai minggu ke-48. Mingguminggu tersebut bertepatan dengan libur lebaran. Namun pada minggu-minggu sebelum minggu ke-45 jumlah produksi tas terlihat relatif tinggi. Hal ini terjadi karena pada saat lebaran karyawan pabrik libur, sehingga jumlah produksi perusahaan adalah nol. Saat lebaran show room SKI tetap buka, maka untuk menjaga agar stock tas tetap ada saat lebaran, pada minggu-minggu sebelum lebaran SKI memproduksi tas jauh di atas rata-rata.
43
Kondisi lain yang menyebabkan jumlah produksi tas di perusahaan SKI nol adalah jika persediaan tas masih banyak tersedia maka perusahaan akan menghentikan dulu produksi tas model BL. Seperti yang terjadi pada minggu ke111 sampai minggu ke-117, perusahaan tidak memproduksi tas model BL. Hal ini disebabkan karena mulai minggu ke-88 sampai minggu ke-98 yaitu saat menjelang lebaran perusahaan memproduksi tas BL terus menerus. Padahal hampir tiap tahun saat menjelang lebaran show room SKI sepi dari pengunjung, maka secara otomatis persediaan tas model BL meningkat. Sehingga saat minggu ke-111 sampai minggu ke-117 perusahaan tidak perlu memproduksi tas model BL. Ketika pihak perusahaan merasa persediaan tas tidak mencukupi untuk dijual maka perusahaan akan segera memproduksi tas model BL. Selama ini perusahaan melakukan pembelian sebanyak dua roll bahan baku setiap minggunya. Sehingga dalam satu tahun bahan baku yang dibeli oleh perusahaan adalah 104 roll. Rata-rata persediaan yang terdapat di gudang adalah 52 roll dalam satu tahun. Persediaan pengaman yang ditetapkan perusahaan adalah 0,25 roll. Total biaya persediaan yang selama ini dikeluarkan perusahaan berdasarkan perhitungan simulasi adalah Rp. 13.716.170,00 (Tiga belas juta tujuh ratus enam belas ribu seratus tujuh puluh rupiah) per tahun.
4.4.2. Hasil Peramalan Produksi
Alat
peramalan
yang
digunakan
adalah
teknik
ARIMA.
Alasan
menggunakan ARIMA karena data produksi perusahaan SKI tidak terlihat berbentuk trend. Pola historis dari data aktual produksi SKI tidak menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu, namun cenderung berfluktuasi. ARIMA merupakan suatu model peramalan gabungan dari model autoregressive (AR)/regresi, integrated/differencing (I) dan moving average (MA)/penghalusan. Moving average merupakan metode yang menghaluskan fluktuasi data dengan menggunakan harga rata-rata bergerak. Tujuan penghalusan adalah untuk mengisolasikan fluktuasi-flutuasi musim, residu bahkan sebagian dari fluktuasi siklus. Perhitungan moving average dilakukan dengan mencari nilai rata-rata dari beberapa minggu secara berturut-turut sehingga diperoleh nilai ratarata bergerak secara teratur.
44
Perhitungan ARIMA ini melalui beberapa tahap. Perhitungan dimulai dengan memplotkan data dalam grafik. Model ARIMA mampu menganalisis data yang bersifat stasioner, yaitu data yang rata-rata dan variansinya relatif konstan dari periode ke periode. Sehingga data yang telah diplotkan dalam grafik kemudian distasionerkan. Data produksi yang telah distasionerkan dapat dilihat pada Gambar 13. Tahap selanjutnya adalah mencari model AR dan MA melalui ukuran nilai autokorelasi dan korelasi parsial. Model ARIMA yang diperoleh dari perhitungan adalah ARIMA 2,1,1. Arti dari ARIMA 2,1,1 adalah hubungan antar dua data produksi yang berdekatan (ACF) berorde dua, korelasi antara dua data atau lebih (PACF) mempunyai orde satu, dan data produksi mengalami satu kali penghalusan. Tahap selanjutnya adalah melihat parameter model. Taraf nyata dalam parameter model adalah 0,05. Parameter model dalam perhitungan menunjukkan p<0,05 berarti model ARIMA tersebut dapat diramalkan. Tahap terakhir adalah penggunaan model untuk peramalan. Hasil peramalan selama 24 minggu dapat dilihat pada Tabel 7.
300 200
C3
Jumlah produksi 100 (unit) 0
-100 -200 -300 Index
50
100
Minggu ke-
Gambar 13. Jumlah produksi tas model BL setelah distasionerkan
45
Tabel 7. Hasil peramalan jumlah produksi tas model BL Minggu ke143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154
Jumlah Produksi (unit tas) 172 189 191 181 195 185 192 191 191 194 192 195
Minggu ke155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166
Jumlah Produksi (unit tas) 195 196 197 197 198 199 200 201 201 202 203 204
Hasil peramalan produksi pada Tabel 6. menunjukkan bahwa dari minggu ke minggu jumlah produksi semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena peramalan produksi didasarkan pada jumlah produksi pada minggu sebelumnya. Oleh karena itu, hasil peramalan minggu selanjutnya lebih besar dari minggu sebelumnya. Hal inilah yang mendasari peramalan hanya dilakukan selam enam bulan. Semakin banyak waktu peramalan maka tingkat keakuratan hasil peramalan akan semakin kecil. Lampiran 2. menyajikan perhitungan ARIMA menggunakan Minitab.
4.4.3. Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point.
Waktu tunggu merupakan salah satu penghambat arus produk sehingga menurunkan produktivitas. Salah satu perhatian penting manajemen adalah menjaga tingkat pelayanan yang cukup terhadap konsumen dalam menghadapi datangnya bahan baku yang tidak pasti. Waktu tunggu datangnya pesanan bahan baku meningkatkan kemungkinan kosongnya persediaan. Hal ini dapat menurunkan tingkat pelayanan terhadap konsumen karena permintaan yang tidak dapat dipenuhi. Satu metode untuk mengurangi kosongnya persediaan adalah dengan menyimpan unit tambahan persediaan. Unit tambahan persediaan atau
46
biasa disebut dengan safety stock dihitung berdasarkan data produksi perusahaan, dugaan dari jumlah produksi dan banyaknya data produksi. Hasil perhitungan menunjukkan jumlah safety stock adalah sebesar 0,62 roll. Lampiran 3. menyajikan perhitungan safety stock. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perusahaan menggunakan sistem just in time (JIT) dalam pembelian bahan baku, sehingga tidak terdapat waktu tunggu dalam pengendalian persediaan ini. JIT adalah suatu pemecahan masalah melalui perbaikan secara berkelanjutan. Tujuan utama JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. JIT menghasilkan biaya produksi yang rendah dan mutu yang lebih tinggi sehingga dapat menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan kompetitif. Waktu tunggu dalam JIT adalah tidak ada atau nol. Waktu tunggu merupakan salah satu faktor dalam perhitungan waktu pemesanan. Faktor-faktor lain dalam menghitung waktu pemesanan kembali adalah jumlah produksi harian dan safety stock. Berdasarkan perhitungan, waktu pemesanan kembali bahan baku jenis koper adalah ketika tingkat persediaan di gudang tinggal 0,62 roll atau 24,9 meter.
4.4.4. Pengendalian Persediaan dengan Metode Simulasi
Tujuan akhir dari perhitungan dengan model simulasi adalah merumuskan skenario kebijakan pembelian bahan baku terbaik berdasarkan kriteria biaya persediaan. Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk permasalahan yang sangat kompleks secara matematis. Pada kasus persediaan, simulasi mampu menangani permasalahan persediaan di saat permintaan atau masa tenggang (lead time) tidak konstan. Simulasi dilakukan dengan mencoba beragam jumlah pemesanan bahan baku dan beragam waktu
pemesanan kembali. Jumlah pemesanan kembali yang
disimulasikan adalah dua roll sampai 50 roll. Simulasi titik pemesanan kembali berdasarkan hasil perhitungan safety stock dan berdasarkan kebijakan perusahaan. Bedasarkan keterangan di atas maka skenario yang dilakukan dalam perhitungan simulasi adalah dua macam. Skenario pertama adalah jumlah pemesanan 2-50 roll dengan titik pemesanan kembali sebesar 0,62 roll. Skenario
47
kedua adalah jumlah pemesanan 2-50 roll dengan titik pemesanan kembali adalah 0,25 roll. Langkah pertama dari proses simulasi Monte Carlo ini adalah dengan menetapkan distribusi probabilitas bagi variabel yang penting dalam model persediaan. Variabel penting yang ditentukan peluangnya hanyalah jumlah produksi per minggu. Waktu tunggu tidak ditentukan peluangnya dalam perhitungan ini karena di SKI waktu tunggu kedatangan bahan baku konstan. Selanjutnya adalah menentukan probabilitas kumulatif jumlah produksi caranya adalah menjumlahkan nilai probabilitas setiap kolom dengan nilai probabilitas nilai kolom sebelumnya. Tahap berikutnya adalah menetapkan interval angka acak. Angka acak dibangkitkan dengan program komputer, angka acak yang digunakan adalah angka acak yang berdistribusi seragam. Tabel 8. menyajikan probabilitas dan interval angka acak untuk jumlah produksi mingguan di SKI.
Tabel 8. Probabilitas dan interval angka acak produksi tas per minggu Permintaan Frekuensi Peluang Kejadian (tas) 84 1 0,007 126 1 0,007 30 3 0,021 168 3 0,021 210 3 0,021 240 3 0,021 72 4 0,028 90 4 0,028 270 4 0,028 216 5 0,035 60 6 0,042 150 6 0,042 180 6 0,042 192 7 0,049 48 8 0,056 24 9 0,063 144 10 0,070 120 15 0,106 96 16 0,113 0 28 0,197
Probabilitas Kumulatif Interval Angka Acak 0,007 0,014 0,035 0,056 0,077 0,099 0,127 0,155 0,183 0,218 0,261 0,303 0,345 0,394 0,451 0,514 0,585 0,690 0,803 1,000
01 -- 07 08 -- 14 15 -- 35 36 -- 56 57 -- 77 78 -- 99 100 -- 127 128 -- 155 156 -- 183 184 -- 218 219 -- 261 262 -- 303 304 -- 345 346 -- 394 395 -- 451 452 -- 514 515 -- 585 586 -- 690 691 -- 803 804 -- 1000
48
Berdasarkan Tabel 8. untuk permintaan sejumlah 84 tas, peluang kejadiannya adalah tujuh maka interval angka acaknya adalah dari 1 sampai 7. Permintaan tas 126 unit mempunyai peluang 7, karena letak permintaan 126 adalah setelah permintaan 84 maka angka acaknya dimulai dari angka acak 8 sampai 14. Begitulah seterusnya dalam menentukan angka acak jumlah permintaan. Semua angka acak ini mempunyai peluang muncul yang sama dalam proses simulasi. Tahap selanjutnya adalah mensimulasikan serangkaian percobaan. Simulasi dilakukan sebanyak 1000 kali dengan tujuan hasil yang diperoleh dari simulasi ini mendekati situasi yang sebenarnya. Hasil perhitungan simulasi Skenario 1. disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil perhitungan simulasi skenario 1. Jumlah Rata-rata Rata-rata pembelian Persediaan Penjualan Akhir Hilang 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 28,00
1,00 1,52 1,98 2,46 3,00 3,46 4,01 4,45 4,87 5,51 5,87 6,37 6,98 7,52 7,96 8,71 8,81 9,87 10,21 10,67 11,04 11,48 11,84 12,74 13,25 13,82 13,94
0,06 0,04 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01
Rata-rata Jumlah Pesan
Biaya Pesan
0,34 0,24 0,18 0,14 0,12 0,10 0,09 0,08 0,07 0,07 0,06 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
113.520,00 77.880,00 58.740,00 47.520,00 39.930,00 34.320,00 30.030,00 26.730,00 24.090,00 22.110,00 20.130,00 18.810,00 17.490,00 16.170,00 15.180,00 14.520,00 13.530,00 12.870,00 12.210,00 11.880,00 11.220,00 10.560,00 10.230,00 9.900,00 9.570,00 9.240,00 8.910,00
Biaya Biaya Biaya Simpan Persediaan Persediaan Mingguan Kosong Mingguan Total 1.842,33 74.073,31 189.435,64** 2.797,54 48.739,99 129.417,52 3.645,88 41.786,66 104.172,53 4.532,21 31.293,33 83.345,54 5.517,18 23.439,99 68.887,18 6.368,11 23.186,66 63.874,77 7.385,82 22.139,99 59.555,81 8.191,65 18.600,00 53.521,65 8.964,10 16.633,33 49.687,43 10.146,50 14.966,66 47.223,16 10.806,12 15.120,00 46.056,11 11.722,13 14.353,33 44.885,46 12.847,02 9.313,33 39.650,35 13.832,60 11.280,00 41.282,59 14.654,97 11.280,00 41.114,97 16.025,29 9.333,33 39.878,62 16.215,97 12.720,00 42.465,96 18.165,68 10.486,66 41.522,34 18.786,57 9.360,00 40.356,57 19.627,52 3.900,00 35.407,52* 20.307,09 9.820,00 41.347,08 21.114,97 8.493,33 40.168,30 21.793,35 6.800,00 38.823,34 23.443,22 4.613,33 37.956,55 24.372,27 5.953,33 39.895,60 25.429,29 6.360,00 41.029,29 25.658,69 9.313,33 43.882,02
49 Lanjutan Tabel 9. 29,00 30,00 31,00 32,00 33,00 34,00 35,00 36,00 37,00 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 43,00 44,00 45,00 46,00 47,00 48,00 49,00 50,00 Keterangan:
14,67 0,00 0,03 8.580,00 26.999,47 15,00 0,00 0,03 8.250,00 27.604,75 15,39 0,00 0,02 7.920,00 28.315,83 16,02 0,01 0,02 7.920,00 29.478,02 16,68 0,00 0,02 7.590,00 30.690,59 17,29 0,00 0,02 7.260,00 31.807,92 17,40 0,00 0,02 7.260,00 32.014,09 18,31 0,00 0,02 6.930,00 33.695,29 18,63 0,00 0,02 6.930,00 34.270,41 19,56 0,01 0,02 6.600,00 35.987,51 18,70 0,00 0,02 6.270,00 34.403,15 19,95 0,00 0,02 6.270,00 36.710,84 20,32 0,00 0,02 6.270,00 37.388,67 21,15 0,00 0,02 5.940,00 38.912,74 21,93 0,00 0,02 5.940,00 40.353,63 22,13 0,00 0,02 5.610,00 40.723,82 22,86 0,00 0,02 5.610,00 42.071,51 23,32 0,00 0,02 5.610,00 42.902,44 23,56 0,00 0,02 5.280,00 43.347,12 24,19 0,00 0,02 5.280,00 44.503,84 24,93 0,00 0,02 5.280,00 45.873,90 25,46 0,00 0,02 4.950,00 46.854,17 * : Total biaya persediaan mingguan terendah ** : Total biaya persediaan mingguan tertinggi
4.613,33 5.780,00 5.040,00 7.406,66 4.720,00 2.966,67 3.820,00 3.720,00 2.840,00 6.693,33 5.340,00 5.700,00 5.466,67 3.780,00 5.313,33 3.906,67 6.360,00 1.726,67 2.433,33 3.860,00 2.140,00 3.386,67
40.192,80 41.634,75 41.275,83 44.804,69 43.000,59 42.034,59 43.094,09 44.345,29 44.040,41 49.280,84 46.013,15 48.680,84 49.125,34 48.632,74 51.606,96 50.240,48 54.041,51 50.239,11 51.060,45 53.643,84 53.293,90 55.190,84
Perhitungan simulasi skenario 1 menghasilkan biaya tertinggi sebesar Rp. 189.435,64 per minggu atau Rp. 9.850.653,28 per tahun, yaitu saat jumlah pemesanan hanya sebesar dua roll per pesan. Jumlah pemesanan ini terlalu sedikit sehingga mengakibatkan perusahaan sering kehabisan bahan baku. Hal inilah yang mengakibatkan biaya kekurangan persediaan bahan baku menjadi tinggi. Jumlah pemesanan yang sedikit juga mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku menjadi sering. Frekuensi pembelian yang terlalu sering akan meningkatkan biaya pemesanan. Besarnya biaya kekurangan bahan baku dan biaya pemesanan meningkatkan besarnya total biaya persediaan. Hal inilah yang menyebabkan tingginya biaya total biaya persediaan pada jumlah pembelian bahan baku dua roll per pesan. Biaya persediaan total terendah berdasarkan hasil perhitungan simulasi skenario 1 adalah ketika jumlah pemesanan sebesar 21 roll per pesan, yaitu Rp. 35.407,52 per minggu atau Rp. 1.841.191,04 per tahun. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan bahan baku tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat semakin
50
sedikit jumlah pembelian bahan baku akan semakin besar biaya total persediaannya. Begitu pula yang terjadi sebaliknya, semakin besar jumlah pembelian bahan baku maka akan semakin besar pula biaya total persediaan bahan baku. Besarnya biaya total persediaan pada saat perusahaan membeli bahan baku terlalu sedikit diakibatkan oleh meningkatnya biaya kehilangan penjualan. Sedangkan besarnya biaya total persediaan saat pembelian bahan baku terlalu besar disebabkan oleh meningkatnya biaya penyimpanan bahan baku. Hasil perhitungan simulasi dengan skenario 2 disajikan pada tabel 10 Tabel 10. Hasil perhitungan simulasi skenario 2. Jumlah Rata-rata Rata-rata Rata-rata Biaya pembelian Persediaan Penjualan Jumlah Pesan Akhir Hilang Pesan Mingguan 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00 32,00
0,76 1,26 1,73 2,24 2,76 3,10 3,78 4,29 4,86 5,32 5,73 6,33 6,91 7,27 7,99 8,22 8,86 9,53 9,97 10,21 10,99 11,19 11,77 12,38 12,82 13,33 13,72 14,08 14,77 15,39 15,90
0,12 0,09 0,07 0,05 0,05 0,04 0,04 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
0,31 0,22 0,17 0,14 0,12 0,10 0,09 0,08 0,07 0,07 0,06 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02
102.960,00 71.610,00 56.100,00 45.540,00 38.280,00 33.330,00 29.370,00 26.070,00 23.760,00 21.780,00 19.800,00 18.480,00 17.160,00 16.170,00 15.180,00 14.190,00 13.530,00 12.870,00 12.210,00 11.550,00 11.220,00 10.560,00 10.230,00 9.900,00 9.570,00 9.240,00 8.910,00 8.580,00 8.250,00 7.920,00 7.590,00
Biaya Simpan Mingguan
Biaya Persediaan Kosong
1.405,87 2.323,04 3.181,66 4.118,32 5.086,71 5.704,90 6.959,80 7.889,02 8.942,32 9.792,04 10.546,10 11.654,05 12.719,41 13.369,25 14.692,57 15.127,73 16.309,28 17.527,83 18.344,46 18.791,10 20.214,48 20.595,13 21.658,47 22.785,47 23.584,28 24.531,65 25.250,61 25.916,29 27.181,17 28.317,31 29.249,44
159.406,63 124.739,97 87.406,64 71.686,65 63.819,98 53.486,65 50.106,65 43.979,99 29.966,66 33.486,66 36.019,99 28.806,66 24.626,66 19.980,00 27.033,33 20.719,99 22.139,99 15.153,33 15.120,00 23.119,99 14.140,00 12.633,33 15.120,00 13.313,33 11.473,33 13.260,00 14.486,66 18.353,33 11.280,00 12.633,33 10.593,33
Biaya Persediaan Mingguan Total 263.772,50** 198.673,01 146.688,31 121.344,96 107.186,69 92.521,55 86.436,45 77.939,01 62.668,98 65.058,70 66.366,09 58.940,71 54.506,07 49.519,24 56.905,89 50.037,72 51.979,28 45.551,16 45.674,46 53.461,10 45.574,48 43.788,46* 47.008,46 45.998,80 44.627,61 47.031,65 48.647,28 52.849,62 46.711,17 48.870,65 47.432,77
51 Lanjutan Tabel 10. 33,00 34,00 35,00 36,00 37,00 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 43,00 44,00 45,00 46,00 47,00 48,00 49,00 50,00 Keterangan:
16,09 0,01 0,02 7.590,00 29.611,79 17,05 0,01 0,02 7.260,00 31.364,33 16,93 0,01 0,02 6.930,00 31.160,15 17,79 0,01 0,02 6.930,00 32.740,03 18,24 0,01 0,02 6.600,00 33.558,67 19,39 0,01 0,02 6.600,00 35.680,95 18,43 0,01 0,02 6.270,00 33.915,05 19,73 0,01 0,02 6.270,00 36.302,86 20,10 0,00 0,02 5.940,00 36.978,87 20,76 0,01 0,02 5.940,00 38.191,31 21,88 0,01 0,02 5.940,00 40.256,77 22,18 0,01 0,02 5.610,00 40.810,46 22,40 0,01 0,02 5.610,00 41.224,38 22,78 0,00 0,02 5.610,00 41.922,51 23,36 0,01 0,02 5.280,00 42.978,46 23,63 0,01 0,02 5.280,00 43.470,86 24,52 0,01 0,02 5.280,00 45.112,22 24,94 0,01 0,02 4.950,00 45.881,32 * : Total biaya persediaan mingguan terendah ** : Total biaya persediaan mingguan tertinggi
11.980,00 11.300,00 10.933,33 7.440,00 8.686,66 10.053,33 13.260,00 9.360,00 5.466,67 11.300,00 7.473,33 9.153,33 9.360,00 5.740,00 7.820,00 8.160,00 8.740,00 8.006,66
49.181,79 49.924,32 49.023,48 47.110,03 48.845,34 52.334,28 53.445,04 51.932,86 48.385,53 55.431,30 53.670,10 55.573,80 56.194,38 53.272,51 56.078,46 56.910,85 59.132,22 58.837,98
Berdasarkan hasil perhitungan simulasi skenario 2. total biaya persediaan tertinggi yang dikeluarkan perusahaan adalah Rp. 263.772,50 per minggu atau Rp. 13.716.170,00 per tahun, yaitu pada saat perusahaan melakukan pembelian sebesar dua roll per pesan. Meskipun jumlah pemesanan sama dengan Skenario 1 namun total biaya persediaan lebih besar skenario 2. Hal ini disebabkan karena perbedaan titik pemesanan kembali, pada skenario 2 besarnya titik pemesanan kembali hanya sebesar 0,25 roll sehingga sering terjadi kekurangan persediaan bahan baku akibatnya biaya kekurangan bahan baku pun meningkat. Jumlah pembelian yang hanya sebesar dua roll per pesan meningkatkan frekuensi pembelian bahan baku yang berakibat pada peningkatan biaya pemesanan. Biaya kekurangan bahan baku dan biaya pemesanan yang besar meningkatkan total biaya persediaan. Kebijakan inilah yang selama ini dilakukan oleh SKI dalam mengendalikan sistem persediaan bahan baku. Total biaya persediaan terendah berdasarkan skenario 2 adalah saat jumlah pembelian bahan baku adalah 23 roll per pesan, yaitu Rp. 43.788,46 per minggu atau Rp. 2.276.999.92 per tahun. Namun biaya ini masih lebih besar dibandingkan dengan total biaya persediaan terendah dari hasil skenario 1 yang hanya sebesar Rp. 1.841.191,04 per tahun. Hal ini disebabkan karena titik pemesanan kembali pada skenario 2 terlalu sedikit, sehingga kekurangan persediaan bahan baku pada
52
skenario 2 lebih sering terjadi daripada pada skenario 1.
Perbedaan jumlah
kekurangan persediaan bahan baku ini mengakibatkan perbedaan biaya kekurangan persediaan bahan baku. Jumlah kekurangan persediaan pada skenario 2 lebih besar sehingga mengakibatkan biaya kekurangan persediaan bahan bakunya lebih besar dari skenario 1. Berdasarkan hasil simulasi skenario 2 total biaya persediaan semakin besar dengan semakin bertambahnya jumlah pemesanan bahan baku. Begitu pula dengan semakin berkurangnya jumlah pemesanan bahan baku, menyebabkan bertambahnya total biaya persediaan. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya jumlah pembelian maka biaya penyimpanan akan meningkat dan biaya pemesanan akan berkurang. Sedangkan apabila jumlah pembelian semakin sedikit, maka biaya penyimpanan akan semakin berkurang namun biaya pemesanan semakin bertambah. Lampiran 4. menyajikan perhitungan simulasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Sistem persediaan bahan baku di SKI menghasilkan total biaya persediaan per tahun sebesar Rp.13.716.170,00. Biaya ini diperoleh dari hasil simulasi menggunakan Skenario 2. yaitu pada saat jumlah pembelian sebesar 2 roll per pesan dan titik pemesanan kembali 0,25 roll. 2. Hasil perhitungan dengan metode simulasi Skenario 1. menghasilkan biaya terendah yaitu Rp. 1.841.191,00 per tahun. Biaya ini muncul pada saat pemesanan dilakukan sebanyak 21 roll per pesan dan persediaan bahan baku digudang masih 0,62 roll. Besarnya penghematan perusahaan apabila menggunakan metode simulasi dalam pengendalian persediaan bahan baku adalah 86 persen.
2. Saran
1. Perusahaan SKI sebaiknya melakukan pembelian bahan baku jenis coper dengan frekuensi yang lebih jarang dari frekuensi pembelian yang selama ini dilakukan perusahaan. Pembelian bahan baku dalam jumlah lebih besar akan membuat biaya pesan menjadi lebih kecil. Hal ini akan lebih menguntungkan perusahaan karena biaya pemesanan mempunyai proporsi yang lebih besar dalam menghasilkan total biaya persediaan bahan baku. 2. Perusahaan SKI sebaiknya menambah jumlah persediaan pengaman. Mengingat kebutuhan bahan baku jenis coper yang berfluktuatif. Persediaan pengaman digunakan untuk berjaga-jaga apabila perusahaan memproduksi tas dalam jumlah melebihi rata-rata. 3. Perusahaan SKI sebaiknya melakukan pencatatan mengenai pengadaan dan penggunaan bahan baku. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan persediaan bahan baku saat ini, sehingga pengambilan keputusan mengenai bahan baku dapat dilakukan dengan tepat.
54
4. Bagi penelitian selanjutnya perlu menambahkan skenario titik pemesanan kembali
agar
pilihan
alternatif
meminimalkan total biaya persediaan.
terbaik
dapat
diperoleh
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1999. Efisiensi Persediaan Bahan . BPFE, Yogyakarta. Aritonang R, L. R. 2002. Peramalan Bisnis. Ghalia Indonesia, Jakarta. Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Gaspersz, V. 2004. Production Planning and Inventory Control berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT menuju Manufakturing 21. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hanafi, Mambuh M. 1997. Manajemen, Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan. YKPN, Yogyakarta. Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE, Yogyakarta. Harahap, A. R. 2005. Usulan Perbaikan Kinerja Lintasan Cylinder Head PT. Mitsubishi Kramayudha Motors dan Manufacturing 2 dengan Menggunakan metode Simulasi. Skripsi pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Indrajit, R. E dan Pranoto, R. D. 2003. Manajemen Persediaan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Ma’arif , M. S. dan Tanjung, H. 2003. Manajemen Operasi. PT Grasindo, Jakarta . . 2003. Teknik-Teknik Manajemen. PT Grasindo, Jakarta.
Kuantitatif
Untuk
Putra, T. A. 2005. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Ban pada PT Goodyear Indonesia, Tbk. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Render, B. dan Heizer, J. 2004. Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta. . 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta. Russel, R. S. dan Taylor, B. W. 2003. Operation Management. Prentice Hall, New Jersey. Hill, Terry. 1994. Strategi Manufacturing: Manajemen Strategis dari Fungsi Manufacturing. UI-Press, Jakarta. www.deprin.com. Ekspor Non Migas Utama. [18 Januari 2006] Yesiyanti, F. 2004. Kajian Sistem Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Unit Spanning I/II di PT Sri Rejeki, Isman Textile, Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
56
Zein, D. R. 2004. Kajian Pengendalian dan Pengadaan Bahan Baku pada PT Petrokimia Gresik. Skripsi. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. PenelitianTerdahulu No.
Nama Penulis
1
Dianita Rahmawati Zein
2
Fransisca Yesiyanti
Judul
Tujuan
1.Mengetahui sistem Kajian Pengendalian dan pengadaan dan Pengadaan Bahan penanganan material Baku pada PT yang dilakukan oleh PT Petrokimia Gresik. Petrokimia Gresik 2.Menganalisa pengendalian material produksi pupuk SP-36 yang digunakan pada PT Petrokimia Gresik. 3.Memberikan alternatif perencanaan material yang tepat dalam produksi pupuk pada PT Petrokimia Gresik. Kajian Sistem 1.Mempelajari sistem bahan Pengadaan dan pengadaan Persedian Bahan baku yang dilakukan Baku Unit Spinning PT Sritex. I/II di PT. Sri Rejeki 2.Mempelajari sistem Isman Textile, pengendalian Kabupaten persediaan bahan Sukoharjo Propinsi baku yang telah Jawa Tengah dilakukan PT Sritex 3.Menentukan jumlah pesanan dan frekuensi pembelian bahan baku yang optimal.
Metode
Hasil
MRP dengan teknik Part Period Balancing
Sistem pengadaan bahan baku untuk pupuk SP-36 yang dilakukan oleh perusahaan diawali dengan kegiatan perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh bagian produksi pada pabrik II PT. Petrokimia Gresik, perencanaan tersebut diberikan pada bagian pengadaan. Bahan baku pupuk SP-36 adalah phospate rock, asam fosfat dan asam sulfat. Pemakaian bahan baku untuk pupuk SP-36 menggunakan metode FIFO
EOQ
1.Biaya persediaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. 2.Frekuensi pemesanan untuk seluruh jenis bahan baku selama 1 tahun adalah 113 kali, padahal kebijakan perusahaan adalah 46 kali. Kebijakan pengadaan persediaan yang dilakukan perusahaan masih belum optimal. 3.Persediaan pengaman yang diperlukan untuk antisipasi peningkatan pemakaian setiap jenis bahan baku dengan metode EOQ lebih kecil dibanding persediaan pengaman yang ditetapkan perusahaan. 4.Persediaan bahan baku terbesar adalah bahan baku Cotton West Africa karena bahan baku tersebut sering digunakan dan harus diimpor. Persediaan pengaman dan persediaan
57
Lanjutan lampiran 1. 3
1.Menganalisis Tanu Anggara Analisis manajemen Putra Pengendalian bahan Persediaan Bahan persediaan pada PT Baku Produk Ban baku pada PT. Good Year Goodyear. Indonesia, Tbk. 2.Menganalisis sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku yang diterapkan PT Goodyear. 3.Menganalisis apakah PT Goodyear telah melakukan pengendalian persediaan bahan baku secara optimal. 4.Menganalisis tingkat persediaan dan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.
EOQ
maksimal terkecil adalah jenis bahan baku Poly Grisuten karena bahan baku jenis itu jarang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengendalian persediaan yang cukup signifikan antara metode EOQ hasil perhitungan dengan perusahaan. Untuk bahan baku yang diimpor, metode EOQ menunjukkan hasil yang lebih optimal jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Untuk bahan baku lokal, kebijakan perusahaan telah optimal. Total penghematan dengan metode EOQ dalam penentuan kuantitas optimal dan persediaan pengaman untuk bahan baku lokal dan impor adalah sebesar 20,49 persen.
58
59 Lampiran 2. Perhitungan ARIMA Gambar ACF
Autocorrelation
Autocorrelation Function for C3 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0
5
15
Lag
Corr
T
LBQ
Lag
1
-0.59
-7.03
50.45
10
2
0.15
1.34
53.57
11
3
0.01
0.13
53.60
12
4
-0.17
-1.50
57.68
13
5
0.26
2.27
67.44
14
6
-0.26
-2.24
77.70
15
7
0.16
1.29
81.37
16
8 9
-0.10 0.03
-0.84 0.28
82.98 83.17
17 18
25
Corr
T
LBQ
Lag
0.12
0.99
85.45
19
-0.21 -1.66
92.01
20
1.11
95.06
21
-0.06 -0.50
95.70
0.39
-0.01 -0.05
35
T
LBQ
Lag
0.14
1.10
100.75
28
-0.28
-2.17
113.88
29
0.27
2.05
126.51
30
-0.09 -0.60
154.45
22
-0.26
-1.86
137.61
31
96.10
23
0.20
1.42
144.49
32
96.11
24
-0.02
-0.17
144.59
33
0.04
96.11
25
-0.12
-0.82
146.95
-0.08 -0.61 0.05 0.37
97.11 97.48
26 27
0.12 -0.10
0.81 -0.66
149.35 150.98
0.14 0.05 0.00
Corr
Corr
T
LBQ
0.11
0.73
152.99
-0.02 -0.13
153.05
0.97
158.08
-0.21 -1.41
165.99
0.14
1.38
173.89
34
-0.12 -0.78
176.46
35
-0.01 -0.08
176.49
0.21
Gambar PACF Partial Autocorrelation
Partial Autocorrelation Function for C3 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0
5
15
25
35
Lag
PAC
T
Lag
PAC
T
Lag
PAC
T
Lag
PAC
T
1
-0.59
-7.03
10
0.05
0.56
19
0.19
2.20
28
-0.05
-0.57
2
-0.31
-3.72
11
-0.08
-0.94
20
-0.13
-1.55
29
0.10
1.19
3
-0.10
-1.15
12
-0.11
-1.31
21
0.08
0.95
30
0.05
0.65
4 5
-0.27 0.02
-3.17 0.29
13 14
-0.07 -0.01
-0.85 -0.09
22 23
-0.13 0.01
-1.54 0.08
31 32
0.07 -0.09
0.84 -1.12
6
-0.14
-1.67
15
-0.03
-0.39
24
0.05
0.65
33
0.01
0.06
7
-0.09
-1.09
16
0.09
1.06
25
0.02
0.26
34
-0.03
-0.37
8 9
-0.18 -0.13
-2.12 -1.49
17 18
-0.11 -0.10
-1.35 -1.21
26 27
-0.09 0.06
-1.05 0.66
35
0.01
0.09
Model ARIMA (2,1,1) ARIMA Model: jumlah produksi ARIMA model for jumlah produksi Estimates at each iteration
60
Iteration SSE 0 1608116 1 1495954 2 1430043 3 1380110 4 1336099 5 1294580 6 1191517 7 1077310 8 997641 9 969879 10 969802 11 969798 12 969797 13 969796 14 969796 15 969796 Relative change in each
Parameters 0.100 0.100 0.100 -0.050 0.062 0.022 -0.200 0.027 -0.083 -0.350 -0.010 -0.196 -0.500 -0.052 -0.313 -0.650 -0.098 -0.431 -0.800 -0.182 -0.496 -0.950 -0.295 -0.526 -1.100 -0.421 -0.542 -1.243 -0.547 -0.556 -1.253 -0.556 -0.561 -1.256 -0.557 -0.564 -1.258 -0.558 -0.566 -1.259 -0.559 -0.568 -1.260 -0.559 -0.568 -1.260 -0.559 -0.569 estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters Type Coef SE Coef AR 1 -1.2603 0.1735 AR 2 -0.5591 0.0997 MA 1 -0.5690 0.1986 Constant 2.29 11.12
T -7.26 -5.61 -2.86 0.21
0.863 0.947 1.065 1.198 1.341 1.491 1.651 1.833 2.036 2.254 2.281 2.287 2.290 2.292 2.293 2.294
P 0.000 0.000 0.005 0.837
Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 142, after differencing 141 Residuals: SS = 969761 (backforecasts excluded) MS = 7079 DF = 137 Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag 12 24 36 48 Chi-Square 21.8 45.6 58.2 67.2 DF 8 20 32 44 P-Value 0.005 0.001 0.003 0.014 Forecasts from period 142 Period 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166
Forecast 171.925 188.658 191.151 180.947 194.706 185.364 191.739 191.222 190.603 193.966 192.368 194.795 194.923 195.698 196.943 197.234 198.465 199.045 199.920 200.787 201.498 202.410 203.157 204.000
95 Percent Limits Lower Upper 6.989 336.861 16.043 361.273 -9.552 391.853 -43.853 405.748 -41.932 431.345 -75.178 445.907 -80.828 464.306 -98.065 480.509 -112.919 494.125 -122.284 510.215 -137.983 522.718 -147.277 536.868 -159.698 549.544 -170.487 561.884 -180.485 574.372 -191.363 585.832 -200.664 597.595 -210.611 608.701 -219.845 619.684 -228.897 630.470 -237.903 640.900 -246.445 651.265 -255.012 661.325 -263.258 671.257
Actual
61 Lampiran 3. Perhitungan Safety Stock Lanjutan lampiran 3. t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Z(t) 72 72 24 0 48 96 48 48 96 84 48 48 48 120 144 144 144 120 120 72 120 216 168 192 48 144 120 120 144 144 168 72 24 96 144 96 96 120 120 192 240 216 0 192 0 0 0 0 120
Z(t)
84.49 9.00 23.12 50.14 80.44 56.38 58.05 87.05 77.86 51.14 46.21 71.25 114.90 147.14 142.21 137.61 123.40 103.24 95.88 136.53 192.73 188.18 136.29 107.91 103.46 142.83 114.42 147.42 149.47 135.49 74.72 44.20 100.04 127.36 104.99 98.29 118.93 142.84 194.54 231.62 153.83 92.51 81.98 60.69 (34.54) 19.66
a(t)
(84.49) 39.00 72.88 (2.14) (32.44) 39.62 25.95 (39.05) (29.86) (3.14) 73.79 72.75 29.10 (3.14) (22.21) (17.61) (51.40) 16.76 120.12 31.47 (0.73) (140.18) 7.71 12.09 16.54 1.17 29.58 20.58 (77.47) (111.49) 21.28 99.80 (4.04) (31.36) 15.01 21.71 73.07 97.16 21.46 (231.62) 38.17 (92.51) (81.98) (60.69) 34.54 100.34
7,139.30 1,521.07 5,311.64 4.60 1,052.17 1,569.97 673.17 1,525.07 891.37 9.84 5,444.26 5,292.73 846.84 9.87 493.36 310.00 2,641.81 280.76 14,429.27 990.07 0.53 19,649.20 59.41 146.22 273.74 1.36 875.19 423.65 6,001.01 12,428.94 452.71 9,959.29 16.35 983.23 225.24 471.17 5,338.57 9,440.21 460.38 53,648.30 1,456.95 8,558.13 6,721.34 3,683.40 1,192.92 10,069.00
62 Lanjutan lampiran 3. 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99
0 216 0 192 96 24 0 24 96 144 24 96 120 144 120 0 24 144 96 96 96 24 96 24 216 120 192 192 216 168 96 96 120 24 96 0 120 192 96 48 90 270 90 150 30 180 126 240 150 0
25.87 69.42 94.28 97.80 124.39 93.48 128.87 (2.84) 22.44 33.70 106.02 101.72 69.09 78.47 137.63 126.80 92.50 21.86 48.85 116.23 111.32 87.28 78.73 55.34 56.65 104.96 142.20 183.27 156.71 219.49 185.77 162.49 98.42 102.04 87.16 63.96 44.33 65.50 106.16 170.95 92.20 62.65 137.66 189.09 152.77 77.82 116.20 115.77 197.21 172.82
(25.87) 146.58 (94.28) 94.20 (28.39) (69.48) (128.87) 26.84 73.56 110.30 (82.02) (5.72) 50.91 65.53 (17.63) (126.80) (68.50) 122.14 47.15 (20.23) (15.32) (63.28) 17.27 (31.34) 159.35 15.04 49.80 8.73 59.29 (51.49) (89.77) (66.49) 21.58 (78.04) 8.84 (63.96) 75.67 126.50 (10.16) (122.95) (2.20) 207.35 (47.66) (39.09) (122.77) 102.18 9.80 124.23 (47.21) (172.82)
669.20 21,485.05 8,889.31 8,872.96 806.23 4,827.85 16,608.32 720.28 5,410.41 12,166.15 6,727.48 32.74 2,591.40 4,294.50 310.76 16,077.41 4,691.65 14,917.05 2,222.97 409.42 234.76 4,004.42 298.28 982.33 25,392.46 226.14 2,480.09 76.16 3,515.15 2,651.57 8,058.94 4,420.96 465.86 6,089.60 78.13 4,091.16 5,725.44 16,002.57 103.16 15,117.53 4.82 42,992.28 2,271.69 1,528.18 15,073.26 10,440.55 96.12 15,432.96 2,229.25 29,866.77
63 Lanjutan lampiran 3. 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117
180 0 0 210 0 240 120 150 0 30 210 0 0 0 0 0 0 0
141.01 59.20 92.53 47.98 37.54 125.89 119.88 137.12 186.61 66.07 55.53 54.28 133.13 41.65 23.70) 13.49 (7.68) 4.37
38.99 (59.20) (92.53) 162.02 (37.54) 114.11 0.12 12.88 (186.61) (36.07) 154.47 (54.28) (133.13) (41.65) 23.70 (13.49) 7.68 (4.37)
1,519.92 3,504.36 8,561.29 26,249.93 1,409.25 13,021.47 0.01 165.87 34,824.16 1,301.25 23,861.80 2,946.52 17,724.59 1,734.38 561.70 181.92 58.92 19.08
118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142
180 180 0 270 60 0 270 0 180 60 180 60 0 150 60 150 60 0 270 90 60 30 90 150 210
(2.49) 57.00 149.36 141.85 103.28 149.07 108.19 55.35 157.83 116.72 78.32 153.72 90.81 91.03 28.06 107.74 110.94 94.12 72.38 75.73 174.02 133.56 25.65 67.78 87.63
182.49 123.00 (149.36) 128.15 (43.28) (149.07) 161.81 (55.35) 22.17 (56.72) 101.68 (93.72) (90.81) 58.97 31.94 42.26 (50.94) (94.12) 197.62 14.27 (114.02) (103.56) 64.35 82.22 122.37
33,301.09 15,129.77 22,308.96 16,421.48 1,873.49 22,222.95 26,181.61 3,063.39 491.68 3,217.38 10,339.21 8,783.84 8,246.03 3,477.19 1,020.23 1,785.96 2,595.10 8,858.08 39,055.34 203.60 12,999.96 10,724.85 4,141.37 6,760.47 14,974.96 971,479.76 6,989.06 83.60 = 0,62 roll
(x-X)^2 1/n sqrt
64 Lanjutan lampiran 4. Lampiran 4. Perhitungan Simulasi purwani.m clc;clear; titikPesan = 0.62; for i=2:50 [ rataStokAkhir, rataPenjualanHilang, rataJumlahPesan, biayaPesanHarian, biayaSimpanHarian, biayaJkPersKosong, biayaPersHarianTotal, tabel ] = simulasi(i,titikPesan,1000); clc; i rataStokAkhir rataPenjualanHilang rataJumlahPesan biayaPesanHarian biayaSimpanHarian biayaJkPersKosong hasil(i-1,1) hasil(i-1,2) hasil(i-1,3) hasil(i-1,4) hasil(i-1,5) hasil(i-1,6) hasil(i-1,7) hasil(i-1,8)
= = = = = = = =
i; rataStokAkhir; rataPenjualanHilang; rataJumlahPesan; biayaPesanHarian; biayaSimpanHarian; biayaJkPersKosong; biayaPersHarianTotal;
end hasil csvwrite(['D:\Main Documents\Purwani\hasil simulasi ' num2str(titikPesan) '.csv'],hasil); simulasi.m function [ rataStokAkhir, rataPenjualanHilang, rataJumlahPesan, biayaPesanHarian, biayaSimpanHarian, biayaJkPersKosong, biayaPersHarianTotal, tabel ] = simulasi( stok , titikPesan , iterasi ) % setting random seed rand('state',270987); % bikin tabelnya tabel = zeros(iterasi,8); % isi row 1 tabel(1,1)=1; tabel(1,2)=stok; tabel(1,3)=stok; tabel(1,4)=round(1+(1000-1)*rand(1)); tabel(1,5)=acak(tabel(1,4)); tabel(1,6)=max(tabel(1,3)-tabel(1,5),0); tabel(1,7)=abs(min(tabel(1,3)-tabel(1,5),0)); if(tabel(1,6) < titikPesan) tabel(1,8) = 1; end % isi row 2 -> iterasi for i=2:iterasi tabel(i,1)=i;
65 Lanjutan lampiran 4. if tabel(i-1,6) < titikPesan tabel(i,2)=stok; end tabel(i,3)=tabel(i-1,6)+tabel(i,2); tabel(i,4)=round(1+(1000-1)*rand(1)); tabel(i,5)=acak(tabel(i,4)); tabel(i,6)=max(tabel(i,3)-tabel(i,5),0); tabel(i,7)=abs(min(tabel(i,3)-tabel(i,5),0)); if(tabel(i,6) < titikPesan) tabel(i,8) = 1; end end tabel; csvwrite(['D:\Main Documents\Purwani\simulasi ' num2str(titikPesan) ' ' int2str(stok) '.csv'],tabel); rataStokAkhir = sum(tabel(:,6)) / iterasi; rataPenjualanHilang = sum(tabel(:,7)) / iterasi; rataJumlahPesan = sum(tabel(:,2)) / stok / iterasi; biayaPesanHarian = 330000 * rataJumlahPesan; biayaSimpanHarian = 1840 * rataStokAkhir; biayaJkPersKosong = 1333333 * rataPenjualanHilang; biayaPersHarianTotal = biayaPesanHarian + biayaSimpanHarian + biayaJkPersKosong; acak.m function [ hasil ] = acak( angka ) if (angka < 7) hasil=84; elseif (angka < hasil=126; elseif (angka < hasil=30; elseif (angka < hasil=168; elseif (angka < hasil=210; elseif (angka < hasil=240; elseif (angka < hasil=72; elseif (angka < hasil=90; elseif (angka < hasil=270; elseif (angka < hasil=216; elseif (angka < hasil=84; elseif (angka < hasil=150; elseif (angka < hasil=180; elseif (angka < hasil=192; elseif (angka < hasil=48;
15) 36) 57) 78) 100) 128) 156) 184) 219) 262) 304) 346) 395) 452)
66 Lanjutan lampiran 4. elseif (angka < hasil=24; elseif (angka < hasil=144; elseif (angka < hasil=120; elseif (angka < hasil=96; elseif (angka < hasil=0; end
515) 586) 691) 804) 1000)
hasil = hasil * (1 / (133+1/3) );