TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Kajian Perilaku Pengguna Jalan di Perumahan Skala Menengah ke Bawah pada Lahan Berkontur Studi Kasus : Perumahan BTN Politeknik Manado Faizah Mastutie(1), Didik Pridjadi
(2)
, Surdjadi Supardjo(3)
(1)
Perumahan dan Permukiman, Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi. Perancangan, Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi. (3) Teori Arsitektur, Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi. (2)
Abstrak Jalan sebagai salah satu fasilitas lingkungan perumahan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting. Tidak hanya sebagai sarana sirkulasi dan penghubung antara satu hunian ke hunian lainnya, jalan juga berpeluang sebagai wadah berinteraksi antara penghuni dan umumnya menjadi area bermain yang ‘menyenangkan’ bagi anak-anak di suatu lingkungan perumahan yang tidak memiliki area terbuka (taman/lapangan bermain). Akan tetapi jika jalan tidak ditata dengan baik dengan mempertimbangkan faktor penggunanya, maka jalan dapat memicu banyak masalah ketidak nyamanan dan hilangnya estetika bahkan terciptanya kualitas lingkungan yang buruk. Bertolak dari pemikiran bahwa interaksi yang baik antara pengguna lingkungan hunian dengan lingkungan hunian (dalam hal ini ‘jalan’) dapat berdampak pada terciptanya lingkungan hunian yang nyaman, maka peneliti memandang penting untuk mengetahui dan memahami perilaku dan pola perilaku pengguna jalan di perumahan kelas menengah ke bawah. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemetaan perilaku (behavioral mapping) serta penelusuran jejak fisik (Physical traces). Kata-kunci : Berkontur, Jalan, Perilaku, Perumahan
Pengantar Jalansebagai salah satu fasilitas pada suatu lingkungan perumahan, penting untuk diperhatikan keberadaannya dalam perencanaan lingkungan. Perlu dipahami bahwa ‘jalan ’ yang dimaksud tidak hanya harus memenuhi kaidah fisik dan estetika, namun juga pengaturannya agar dapat dipersepsikan dengan baik oleh penggunanya. Keberadaan jalan di perumahan skala menengah ke bawah khususnya pada perumahanperumahan yang terletak di area berkontur, pada kenyataannya belum dapat memenuhi kebutuhan penghuninya. Hal ini dapat diidentifikasi dari menurunnya kualitas kualitas jalan di lingkungan perumahan tersebut setelah dihuni.Jika hal tersebut diabaikan, maka dapat berdampak ‘efek psikologis’ lebih lanjut khususnya bagi penghuni. Kajian ini hendak
mengemukakan arahan penataan jalan di lahan berkontur yang ‘nyaman’ menurut penghuni. Menurut Rapoport (1969), rumah lebih merupakan proses bermukim karena kehadiran dan aktivitas dan pola perilaku manusia. Sehingga rumah dalam suatu lingkungan permukiman dapat di ungkapkan dengan baik apabila rumah dikaitkan dengan manusia yang menempatinya. Rumah juga merupakan penjelmahan diri pribadi manusia, di mana eksistensi manusia pada umumnya tidak statis melainkan selalu berkembang atau mengembangkan diri sesuai potensi di miliki guna memenuhi kebutuhannya, budiharjo (1987). Permukiman (Human Settlement) adalah tempat (ruang) untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia. (Doxiadis, 1971). Permukiman akan selalu berkaitan dengan perumahan. Perumahan (Housing) adalah tempat (ruang) dengan fungsi dominan untuk tempat tinggal.Sementara menurut UU.No.4 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | C 031
1
Kajian Perilaku Pengguna Jalan Di Perumahan Skala Menengah Ke Bawah Pada Lahan Berkontur Studi Kasus : Perumahan BTN Politeknik Manado
tahun 1992 perumahan didefenisikan sebagai kelompok rumah yang berfugsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Menurut Doxiadis, Permukiman (Human Settlement) akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa unsure, yaitu : Nature (alam), Man (manusia), Society (kehidupan sosial), Shell (ruang), dan Networks (hubungan). Menurut Unterman dan Small, 1986, di dalam merencanakan perumahan harus memahami berbagai jenis kebutuhan manusia, yaitu :
Kebutuhan fungsional, meliputi pergerakan, bekerja, belanja, belajar dan lain-lain. Kebutuhan yang menyenangkan, seperti ; rekreasi, keindahan, ketenangan keamanan, hubungan sosial dan lain-lain. Kebutuhan dengan alam dan lingkungan untuk menumbuhkan perasaan nyaman. Dalam berinteraksi dengan lahan, tanaman dan binatang.
Dengan demikian perencanaan perumahan dilakukan hendaknya tidak mengabaikan kebutuhan akan pergerakan orang (jalan kaki) maupun kendaraan di dalam perumahan itu sendiri maupun ke luar masuk lingkungan perumahan. Selain itu juga perlu di dukung oleh fasilitas yang memadai. Fasilitas perumahan yang harus disediakan mencakup fasilitas untuk unit persil, ruang terbuka dan sirkulasi. Dari ketiga fasilitas utama tersebut ruang terbuka dan sirkulasi merupakan bagian yang membutuhkan lahan cukup besar serta membutuhkan kenyamanan lingkungan perumahan tersebut. Menurut Untermann dan Small (1986) fasilitas ruang terbuka dibedakan menjadi ruang terbuka untuk komunitas (taman, tempat bermain dan tempat olah raga) dan tempat parkir.rencana perubahan sirkulasi di kemudian hari. Dalam memahami hubungan antara manusia dan lingkungannya Krik (1963) membuat model lingkungan atas 3 (tiga) bagian yang saling berhubungan : a. Lingkungan fenomenal (phenomenal environment), yaitu lingkungan yang terdiri atas kondisi-kondisi eksternal (di luar manusia, makhluk hidup atau benda-benda mati sebagai unit-unit lingkungan). Lingkungan fenomenal ini terbagi atas: lingkungan fenomenal manusia (human phenomenal enviC 032 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
ronment) yang terdiri atas manuisia sebagai objek, dan lingkungan fenomenal fisik (pysikal phenomenal environment) yang terdiri atas
objek-objek selain manusia. b. Lingkungan personal (personal environment), yaitu lingkungan yang terdiri atas lingkungan perilaku (behavioral environment) dan lingkungan pengalaman (experential environment). Lingkungan perilaku merupakan imajinasi manusia terhadap lingkungan fenomenalnya, yang selain berdasarkan persepsi stimuli juga dipengaruhi oleh ke-pribadian, sikap, kepercayaan, pembawan, pilihan dan nilai-nilai yang dimiliki dan merupakan lingkungan pengalamannya (terbentuk oleh pengalaman-pengalaman manusia tersebut dimasa lalu). c. Lingkungan kontekstual (contextual environment), yaitu; Lingkungan kontektual yaitu lingkungan dimana manusia memper-oleh pengalaman sebagai anggota keluarga, suku bangsa, klas sosial, bangsa kebudayaan dan kelompok gaya hidupnya. Lingkungan kontekstual ini bersama-sama dengan pembawaannya akan membentuk lingkungan pengalaman manusia tersebut. Jadi menurut krik (1963) sebagai masukan utama di dalam proses interpretasi astimulus untuk membentuk lingkungan pengalaman, lingkungan kontektual mempunyai pengaruh terhadap lingkungan perilaku, oleh karena itu juga menentukan perilaku manusianya yang didasarkan atas imajinasinya. Ketiga lingkungan tersebut saling ber-hubungan satu sama lain. Lingkungan perilaku yang bersifat subjektif (merupakan dasar perilaku manusia) adalah merupakan suatu produk dari stimulus yang berasal dari lingkungan fenomenal yang dimodifikasi oleh lingkungan pengalaman berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan kontekstual. Jadi baik lingkungan fisik (lingkungan fenomenal) maupun lingkungan sosial (lingkungan kontekstual) mempunyai pengaruh terhadap perilaku manusia. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi karaktekter jalan dan masyarakat di perumahan BTN Politeknik
Faizah Mastutie 2. Menemukan pola perilaku dan atribut perilaku dari proses interaksi antara penghuni dengan jalan di lingkungan huniannya. 3. Merumuskan arahan rancangan jalan di BTN Politeknik.
tertutup (closed). Wawancara dilakukan dengan bantuan chek list ditujukan untuk memverifikasi temuan dan dugaan/intrepretasi peneliti.
Tujuan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut : 1.Tujuan untuk mendapatkan kesimpulan tentang identitas jalan pada perumahan di lahan berkontur. 2.Tujuan untuk mendapatkan kesimpulan tentang perilaku serta pola perilaku penghuni terhadap jalan di lingkungan huniannya. 3.Tujuan untuk mengembangkan ilmu perencanaan permukiman dan Perumahan dan metode pemetaan perilaku.
Metode Dalam katannya dengan proses pengumpulan data, ada beberapa cara yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Observasi langsung Metode ini dilakukan untuk melakukan pengamatan awal objek penelitian, menggambar (layout) setting lingkungan perumahan termasuk melakukan pengkuran-pengukuran aspek ekologi yang terkait dengan kenyamanan pengguna (pengukuran kebisinga, panas, kelembaban, angin dan pencahayaan). 2. Pemetaan perilaku (behavioral Mapping) Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi menenai fenomena perilaku sekelompok manusia dengan sistem spasialnya. Tujuannya adalah untuk menggambarkan perilaku, mengidentifikasi jenis dan frekuensi perilaku, juga menunjukkan kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud spasialnya (Sommer dan Somer, 1980). 3. Penelusuran jejak fisik (Physical traces) Metode ini digunakan tujuannya yaitu ; untuk mengamati jejak fisik kegiatan yang telah berlangsung yang tidak teramati saat pemetaan perilaku. Pengamatan ini dilakukan guna melihat bagaimana orang mem-pengaruhi lingkungan fisik di sekitarnya. 4. Wawancara Kuesioner dipakai untuk pendataan yang sifatnya terukur dan objektif, antara lain ; data pribadi responden, alasan penghuni terhadap aktivitas yang dilakukan pada jalan termasuk dan sebagainya, kuesioner ini berbentuk
Untuk memudahkan observasi, maka lokus penelitian dibagi dalam 3 zona. Pembagian zona ini berdasarkan pertimbangan kecenderungan perilaku yang terjadi adalah sama pada konteks tipe karakter fisik lingkungan jalan yang berbeda. Pembagian zona observasi perilaku dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
Gambar 3. Pembagian Zona Observasi
Hasil observasi awal menunjukkan ada 3 karakter lingkungan yang berbeda dengan kecenderungan perilaku yang sama pada tiaptiap karakter, sehingga zona pengamatan yang digunakan dibagi menjadi 3. Karakter tiap-tiap zona pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut : Zona 1 (satu) adalah setting perilaku yang mana karakter lingkungan jalan diapit oleh deretan rumah yang berbeda kontur. Perbedaan kontur pada zona satu berkisar antara 1 hingga 2,5 meter. Zona pengamatan 2 adalah karakter fisik jalan yang bersisian dengan kontur rendah, atau dengan kata lain jalan yang diapit oleh deretan hunian dengan lereng (tanah kebun). Karakter posisi jalan lihat gambar 5.4 Zona pengamatan 3 adalah karakter jalan yang posisinya diapit oleh deretan hunian dengan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015| C 033
Kajian Perilaku Pengguna Jalan Di Perumahan Skala Menengah Ke Bawah Pada Lahan Berkontur Studi Kasus : Perumahan BTN Politeknik Manado
kontur tinggi yang merupakan batas area perumahan dengan fungsi bangunan lain. Zona pengamatan 3 dapat dilihat pada gambar 5.5 Kategorisasi Perilaku 1. Kategori Aktivitas Perilaku penghuni yang termasuk dalam kategori aktivitas adalah berkenaan dengan aktivitas–aktivitas penghuni pada jalan yang sifatnya menetap dalam durasi waktu yang relatif lama, atau dengan kata lain konteks aktivitas ini berkenaan dengan interaksi antar manusia atau antar manusia dengan benda yang tidak bergerak. Aktivitas-aktivitas yang terjadi merupakan aktivitas manifest (yang direncanakan) maupun aktivitas laten (yang tidak direncanakan). Kategori aktivitas tersebut meliputi : a. Interaksi sosial penghuni Interaksi sosial penghuni adalah hubungan antar penghuni secara timbal balik. Bentuk-bentuk interaksi sosial antar penghuni seperti : Komunikasi verbal antar individu (2 orang) atau kelompok (lebih dari 2 orang), komunikasi non verbal (bahasa tubuh) yang dapat dilihat dari gesture atau perilaku laten, misalnya ; melambaikan tangan, mengamati dan sebagainya.
Gambar 3 . Interaksi Sosial Penghuni b. Perluasan area aktivitas domestik Perluasan aktivitas domestik adalah meluasnya kegiatan yang seharusnya dilakukan di dalam rumah ataupun di halaman rumah, tetapi melebar hingga ke bahu jalan. Untuk kategori ini ada yang sifatnya negatif seperti ; membakar sampah atau meletakkan barang tanpa ditata, dan ada yang sifatnya positif seperti ; menanam pohon, tanaman bunga.
Gambar 4 Interaksi Sosial Penghuni 2. Kategori Pergerakan Manusia (Penghuni) Perilaku penghuni yang termasuk dalam kategorisasi pergerakan manusia adalah segala aktivitas penghuni yang berkenaan dengan aktivitas perpindahan tempat dalam jarak yang relatif panjang atau lebih dari 300 m, dengan menggunakan kendaraan ataupun tidak. Kategori pergerakan manusia (penghuni) ini meliputi : a. Pergerakan ke luar perumahan Kategori ini meliputi pergerakan manusia (penghuni) dari dari dalam ke luar kompleks perumahan tanpa menggunakan kendaraan b. Pergerakan ke dalam perumahan Kategori pergerakan manusia (penghuni ataupun bukan penghuni) tanpa menggunakan kendaraan dari luar ke dalam perumahan. c. Pergerakan di dalam perumahan Kategori pergerakan manusia (penghuni ataupun bukan penghuni) tanpa menggunakan kendaraan di sekitar perumahandengan jarak sekitar 300 meter.
3. Kategori Pergerakan Kendaraan Perilaku yang termasuk dalam kategorisasi pergerakan (maneuver) kendaraan adalah aktivitas penghuni saat mengendarai kendaraan (sepeda, motor, mobil atau moda lain) saat ke luar area perumahan ataupun saat masuk ke area perumahan. Untuk kategorisasi ini pelaku kegiatan tidak dibatasi hanya penghuni perumahan saja, akan tetapi juga manusia (pengguna jalan lain) yang datang dan ke luar perumahan. Kategorisasi pergerakan kendaraan ini meliputi : a. Pergerakan ke luar perumahan Kategori ini meliputi pergerakan kendaraan (pengguna atau pengunjung) dari dalam ke luar perumahan. b. Pergerakan ke dalam perumahan Kategori ini meliputi pergerakan kendaraan (pengguna atau pengunjung) dari luar ke dalam perumahan. c. Pergerakan saat parkir Pergerakan saat pengguna (penghuni ataupun pengunjung) memarkir kendaraan
Gambar 4. Interaksi Sosial Penghuni
Interpretasi
c. Klaim Teritori
Keterkaitan Antara Pola Perilaku dan Kebutuhan Penghuni dapikutat dilihat pada skema berikut :
Perilaku penguasaan teritori jalan sifatnya temporer namun kontinyu pada sore hari. C 034 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Faizah Mastutie
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015| C 035
Kajian Perilaku Pengguna Jalan Di Perumahan Skala Menengah Ke Bawah Pada Lahan Berkontur Studi Kasus : Perumahan BTN Politeknik Manado
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1.
Berdasarkan observasi perilaku penghuni pada jalan di lingkungan huniannya delam 3 kategorisasikan, yaitu: 1). Kategori aktivitas penghuni yang meliputi; Interaksi sosial, perluasan aktivitas domestik dan klaim teritori, 2). Kategori pergerakan penghuni yang meliputi; pergerakan penghuni ke dalam dan ke luar perrumahan, juga pergerakan penghuni di dalam perumahan, dan 3). Kategori pergerakan kendaraan yang meliputi; pergerakan kendaraan ke dalam dan ke luar perumahan, dan pergerakan saat parkir.
2.
Perilaku yang terjadi pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan: kenyamanan ‘privasi’ baik individu maupun kelompok’, kenyamanan terhadap ‘rasa kepemilikan area’ tanpa mengganggu lingkungan, kenyamanan visual (kemudahan dalam melihat pengguna jalan lainnya, baik yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki, dan kenyamanan ‘pergerakan’ khususnya bagi penghuni dalam melakukan aktivitas di jalan.
3.
Berdasarkan observasi perilaku penghuni pada jalan di lingkungan huniannya delam 3 kategorisasikan, yaitu: 1). Kategori aktivitas penghuni yang meliputi; Interaksi sosial, perluasan aktivitas domestik dan klaim teritori, 2). Kategori pergerakan penghuni yang meliputi; pergerakan penghuni ke dalam dan ke luar perumahan, juga pergerakan penghuni di dalam perumahan, dan 3). Kategori pergerakan kendaraan yang meliputi; pergerakan kendaraan ke dalam dan ke luar perumahan, dan pergerakan saat parkir.
Abubakar, Iskandar, 1995 , Menuju Lalu Lintasdan Angkutan Jalan Yang Tertib, Direktorat Perhubungan darat. Bell,P.A, Environmental Psycology , Saunder Co, Philadelphia, 1978 Budiharjo, Eko, 1987, Percikan Masalah Arsitektur Perumahan dan Perkotaan, Gadjah Mada Carlson, Neil R, 1991. Physiology of behavior, Alyn dan Bacon A Division of Simon and Schuster Inc, Boston Djemabut,C, 1986, Perumahan dan Permukiman sebagai Kebutuhan Pokok, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Gifort Robert, 1987, Environment Psycologi, Principle and Practice, Univercity Of Victoria Haryadi dan Setiawan B, 1995, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, Suatu Pengantar ke Teori, Metodlogi dan Aplikasi, Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pemerintah Kota Manado-Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Data Pokok Pembangunan Daerah Kota Manado tahun 2006/2007. Rapoport, Amos, 1969, House Form and Culture, Prentice Hall, inc, Engelwood Clifs-New Jersey Rapoport, Amos, 1982, The Meaning Of The Built Enviorment, Sage Publications, London Sommer, R, dan Sommer B, 1980, Behavioral Mapping, A Practical Guide to Behavioral Research, Oxfort University Press, New York.
4.
Perilaku yang terjadi pada hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan penghuni akan: kenyamanan ‘privasi’ baik individu maupun kelompok’, kenyamanan terhadap ‘rasa kepemilikan area’ tanpa mengganggu lingkungan, kenyamanan visual (kemudahan dalam melihat pengguna jalan lainnya, baik yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki, dan kenyamanan ‘pergerakan’ khususnya bagi penghuni dalam melakukan aktivitas di jalan.
C 036 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015