KAJIAN PENILAIAN DAMPAK KEBIJAKAN PENANGANAN KASUS BANK CENTURY DENGAN METODE PERCOBAAN EKONOMI
OLEH ELVHA ADITIA SIDIK H14070031
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
ELVHA ADITIA SIDIK. Kajian Penilaian Dampak Kebijakan Penanganan Kasus Bank Century dengan Metode Percobaan Ekonomi (dibimbing oleh BAMBANG JUANDA).
Kontroversi terkait tindakan penyelamatan Bank Century hingga saat ini masih menjadi pertanyaan besar. Berbagai kalangan menilai bahwa tindakan penyelamatan merupakan tindakan yang tepat karena tindakan penutupan Bank Century dapat menyebabkan dampak sistemik terhadap stabilitas perbankan dan ekonomi secara keseluruhan. Hal tersebut didasarkan pada kondisi krisis yang dialami pada saat itu. Kalangan yang lain menilai bahwa tindakan penyelamatan Bank Century tidak tepat karena penutupan Bank Century tidak akan berdampak sistemik disebabkan ukuran Bank Century yang relatif kecil. Mengingat tindakan yang telah dilakukan pemerintah adalah tindakan penyelamatan Bank Century, perdebatan antara ada dan tidak adanya dampak sistemik akibat kebijakan penutupan Bank Century sulit dipecahkan dengan metode ekonomi yang lain, seperti metode survei atau kajian terhadap data sekunder. Oleh karena itu, kajian ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan penutupan Bank Century menarik untuk dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak kebijakan penanganan bank bermasalah terhadap variabel ekonomi yang ditimbulkan akibat kebijakan penanganan bank bermasalah yang dikaitkan dengan kondisi ekonomi (kondisi krisis dan kondisi normal) dan ukuran bank bermasalah (relatif kecil ataukah relatif sama besarnya ukuran bank bermasalah tersebut dengan bank lain pada umumnya). Variabel ekonomi tersebut terdiri dari suku bunga deposito, total deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi. Dengan demikian, diharapkan mampu menjawab kontroversi dampak sistemik dan nonsistemik akibat kebijakan penutupan Bank Century. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data hasil simulasi percobaan ekonomi. Sedangkan data sekunder yang digunakan data Statistik Perbankan bulan November 2008, data Rasio-rasio Keuangan Pokok Perbankan tahun 2008, data Suku Bunga Simpanan Berjangka Per tahun, dan data Suku Bunga Pinjaman Per tahun. Data-data tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan kondisi awal percobaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok 3 Faktor dengan menggunakan analisis ragam ANOVA. Metode analisis data tersebut digunakan untuk melihat pengaruh dan interaksi antara ketiga faktor, yaitu kebijakan penanganan bank, kondisi ekonomi, dan ukuran bank bermasalah terhadap respon suku bunga deposito, total deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi. Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga
deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat pengangguran. Sedangkan, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah berpengaruh signifikan terhadap suku bunga deposito, suku bunga kredit, total deposito, total pinjaman, dan pertumbuhan ekonomi. Namun, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi dan interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah terhadap tingkat inflasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Berdasarkan simulasi yang dilakukan, kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century memiliki pengaruh yang lebih besar pada saat kondisi krisis dibandingkan kondisi normal terhadap respon suku bunga deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat pengangguran. Selain itu, kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar pada saat krisis memiliki pengaruh yang besar terhadap respon suku bunga deposito, suku bunga kredit, total deposito, total pinjaman, dan pertumbuhan ekonomi dibandingkan penutupan bank bermasalah berukuran kecil. Hasil penelitian terkait kasus Bank Century dengan menggunakan metode percobaan ekonomi menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak sistemik yang relatif sangat rendah. Pengaruh sistemik yang cukup besar akan ditimbulkan jika penutupan bank bermasalah pada saat krisis tersebut dilakukan pada bank bermasalah yang berukuran besar. Dalam kondisi normal (tidak adannya gejolak krisis), penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Tekanan dan potensi kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi dalam kondisi normal masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami penurunan.
ABSTRACT The controversy of Century Bank rescue is still a big question. Some people consider that the closure of Century Bank could cause systemic impact on the stability of the banking and the economy. It is based on the crisis condition at that time. Closure of small bank during the crisis could lead bank panics which is shown by rush action of bank costumers. The others consider that the closure of Century Bank would not cause systemic impact due to the size of Century Bank which is relatively small. Based of the controversy, the closure of Century Bank considering economic condition and bank size factor needs to be studied scientifically against some economic variables by the economic experimental method. Based on economic experimental method of this research, the closure of small troubled bank which is like Century Bank has a greater influence on the crisis condition compared to the normal condition on the responses of deposit rates, lending rates, total loans, and the unemployment rate. In additon, the closure of large troubled bank compared to the small troubled bank in crisis has a greater influenced on responses of deposit rates, lending rates, total deposits, total loans, and economic growth. The answering of Century Bank closure controversy by economic experimental method suggests that the closure of Century Bank has a relatively low systemic impact. Greater systemic impact woud be happened on the closure of a big trouble bank in crisis. In normal condition, the closure of a small troubled bank wouldn’t cause systemic impact because that condition dosesn’t influence significantly to the consumer bank trust. Keyword : closure of troubled bank, systemic impact, experimental economics method
KAJIAN PENILAIAN DAMPAK KEBIJAKAN PENANGANAN KASUS BANK CENTURY DENGAN METODE PERCOBAAN EKONOMI
Oleh ELVHA ADITIA SIDIK H14070031
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Kajian Penilaian Dampak Kebijakan Penanganan Kasus Bank Century dengan Metode Percobaan Ekonomi
Nama
: Elvha Aditia Sidik
NRP
: H14070031
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. NIP. 19640101 198803 1 061
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor,
Agustus 2011
Elvha Aditia Sidik H14070031
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Elvha Aditia Sidik lahir pada tanggal 3 November 1989 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua saudara, dari pasangan Iip Japar Sidik dan Etty Liswanty. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Ciriung 2 Cibinong pada tahun 2001, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cibinong dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi seperti Unit Kegiatan Mahasisawa (UKM) Kewirausahaan Century dan HIPOTESA. Pada tahun 2008, penulis aktif sebagai staf HRD UKM Century. Pada tahun 2010, penulis aktif sebagai Staf Divisi Lable (Life for Academic and Education) HIPOTESA. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif sebagai Assisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum dan Tentor Matematika Bimbingan Belajar Primagama sejak tahun 2009 hingga tahun 2011. Pada tahun 2010, penulis juga pernah mengikuti seleksi pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat Departemen Ilmi Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir jaman. Penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Penilaian Dampak Kebijakan Penanganan Kasus Bank Century dengan Metode Percobaan Ekonomi” merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kontroversi seputar tindakan penyelamatan Bank Century yang terjadi pada tahun 2008 sempat menimbulkan pro dan kontra terkait ada atau tidaknya dampak sistemik jika tindakan penutupan Bank Century dilakukan. Mengingat, kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah pada saat itu adalah kebijakan penyelamatan. Dampak ada atau tidaknya kebijakan penutupan Bank Century sulit dipecahkan dengan metode lain, seperti survei atau kajian data sekunder. Berdasarkan alasan tersebut, Penulis tertarik untuk mengkajinya secara ilmiah dengan metode Percobaan Ekonomi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS. selaku pembimbing skripsi yang selalu memberi arahan dan bimbingan di sela-sela kesibukan beliau kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
2.
Dr. Nunung Nuryartono selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kontribusi pemikiran, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Ranti Wiliasih, M.Si selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4.
Kedua orang tua penulis, Ayah Iip Japar Sidik dan Ibu Etty Liswanty atas semua kasih sayang, dukunga, perhatian, doa, serta pengorbanannya yang tak ternilai selama ini.
5.
Adik penulis, Zelin Nurfadia Sidik dan segenap keluarga besar atas dukungan semangat, perhatian, dan doa selama penyusunan skripsi ini.
6.
Chandra Wangsa Setiadipura yang telah membantu penulis dalam pembuatan program simulasi percobaan ekonomi.
7.
Riska Nuridha Putri dan Putri Yasmin yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya terkait pengolahan data simulasi penelitian ini.
8.
Teman satu bimbingan, Firza Fardilah, S.E. dan Meriani Puspa Wardani yang selalu meluangkan watunya untuk berbagi ilmu, saran, serta nasihat selama penyusunan skripsi ini.
9.
Sahabat-sahabat penulis, Andy Inggryd, Rani Nutfitriani, Retno Priandini, Lilih Suprianti, Ricky Setiawan, dan Adi Asrullah Daulay yang selama ini selalu memberikan dukungan semangat, doa, serta masukan-masukan positif kepada penulis.
10. Teman IE 44 dan IE 45, terima kasih atas dukungan dan kerja samanya dalam membantu kelancaran simulasi ekonomi. 11. Semua Staf Tata Usaha serta para dosen Departemen Ilmu Ekonomi atas bantuan serta ilmu yang diberikan selama penulis berkuliah. Semoga semua bantuan dan jerih payah yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihakpihak yang bersangkutan.
Bogor, Agustus 2011
Elvha Aditia Sidik H14070031
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 7 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori-teori ............................................................................12 2.1.1. Definisi dan Fungsi Perbankan dalam Perekonomian ..............12 2.1.2. Tingkat Kesehatan Bank ...........................................................14 2.1.3. Tindakan Rush oleh Nasabah terhadap Bank ...........................18 2.1.4. Risiko Sistemik Perbankan .......................................................21 2.1.5. Penanganan Bank Bermasalah..................................................24 2.1.6. Percobaan Ekonomi ..................................................................28 2.2. Penelitian Terdahulu ...........................................................................33 2.3. Kerangka Pemikiran ...........................................................................35 2.4. Hipotesis .............................................................................................39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan ..........................................................40 3.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................................40 3.3. Rancangan Simulasi Percobaan ..........................................................42 3.4. Metode Analisis ..................................................................................48 3.5. Alur Berpikir Penelitian .....................................................................52 3.6. Prosedur Perlakuan Simulasi ..............................................................55
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Deposito .........................73 4.2. Implikasi Kebijakan terhadap Total Deposito ....................................78 4.3. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Kredit .............................80 4.4. Implikasi Kebijakan terhadap Total Pinjaman ...................................85 4.5. Implikasi Kebijakan terhadap Tingkat Pengangguran........................90 4.6. Implikasi Kebijakan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......................92 4.7. Implikasi Kebijakan terhadap Tingkat Inflasi ....................................94 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .........................................................................................96 5.2. Saran ................................................................................................97 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................99 LAMPIRAN .....................................................................................................101
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
3.1. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Besar....................................47 3.2. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Kecil ....................................48 3.3. Penjabaran Kondisi Perlakuan dalam Simulasi Percobaan Ekonomi ...................................................................................56 4.1. Analisis Ragam Suku Bunga Deposito ......................................................73 4.2. Analisis Ragam Total Deposito .................................................................78 4.3. Analisis Ragam Suku Bunga Kredit ..........................................................81 4.4. Analisis Ragam Total Pinjaman ................................................................85 4.5. Analisis Ragam Tingkat Pengangguran.....................................................90 4.6. Analisis Ragam Pertumbuhan Ekonomi ....................................................92 4.7. Analisis Ragam Tingkat Inflasi .................................................................95
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor.
Halaman
1.1. Financial Stability Index............................................................................3 1.2. Banking Pressure Index Indonesia ............................................................4 2.3. Ilustrasi Perancangan Percobaan ...............................................................29 2.4. Karakteristik Pengumpulan Data dengan Rancangan Percobaan ................................................................................30 2.5. Kerangka Pemikiran ..................................................................................38 3.1. Gambaran Simulasi Percobaan Ekonomi ..................................................45 3.2. Kerangka Berpikir Simulasi ......................................................................52 4.1. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Krisis) ..............................................74 4.2. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Normal)............................................75 4.3. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Besar) .........77 4.4. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Bank Bermasalah Berukuran Kecil)..............77 4.5. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Besar) ..............................................79 4.6. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Kecil) ..............................................80 4.7. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun (Kondisi Krisis)...................................................81 4.8. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun (Kondisi Normal) ................................................82 4.9. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Besar) ......................84 4.10. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Century Kecil) .............................84 4.11. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Kondisi Krisis) .........................................................................86 4.12. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Kondisi Normal).......................................................................87 4.13. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Besar) .............................................88
v
4.14. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)..............................................89 4.15. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Tingkat Pengangguran (Kondisi Krisis)..................................................................91 4.16. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Tingkat Pengangguran (Kondisi Normal) ...............................................................92 4.17. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Bermasalah Besar) .......................93 4.18. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Century Kecil) ..............................94
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Data Hasil Percobaan .................................................................................102
2.
Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Deposan ...........................................103
3.
Lembar Keputusan Deposan ......................................................................108
4.
Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Bank ................................................108
5.
Lembar Keputusan Bank ...........................................................................116
6.
Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Perusahaan .......................................116
7.
Lembar Keputusan Perusahaan..................................................................121
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada tanggal 21 November 2008, berdasarkan Keputusan Nomor 04/KSSK.03/2008 secara resmi memutuskan bahwa Bank Century dinyatakan sebagai bank gagal yang berdampak sistemik sehingga harus diselamatkan1. Dalam rapat tersebut, Komite Koordinasi (KK) menyerahkan penanganan Bank Century kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui keputusan KK Nomor 01/KK.01/2008. Dengan demikian, secara resmi penanganan Bank Century sepenuhnya dilakukan oleh LPS sesuai Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang LPS2. Berdasarkan data Bank Indonesia per 31 Oktober 2008, Bank Century memenuhi kualifikasi sebagai bank gagal dengan nilai CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai salah satu indikator kesehatan bank sebesar negatif 3,53 persen3. Hal tersebut menyebabkan Bank Century mengalami gagal bayar (default) atas kewajibannya terhadap nasabah. Berdasarkan hasil pengawasan Bank Indonesia, Bank Century memiliki permasalahan likuiditas dan telah melakukan beberapa kali pelanggaran terhadap GWM (Giro Wajib Minimum)4. Hal tersebut terbukti pada tanggal 13 November 2008, Bank Century ditengarai mengalami gagal kliring karena telat menyetor prefund (penyediaan dana oleh bank untuk mengatasi risiko kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban kliringnya). Dalam kerangka stabilitas sistem perbankan, kondisi demikian dapat mengancam 1
2 3 4
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Buku Putih Upaya Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis, (Jakarta : Kemenkeu, 2010), hlm 39. Ibid, 38. Ibid, 46. Bank Indonesia, Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia, (Jakarta : Bank Indonesia, 2010), hlm 47.
2
stabilitas perbankan secara keseluruhan sehingga perlu diselamatkan. Hasil pengawasan Bank Indonesia juga menemukan tingkat kredit macet atau NPL (non-performing loan) Bank Century berada di atas 5%5. Selain itu, terdapat surat-surat berharga valas senilai US$ 65 juta di luar skim AMA (Assets Management
Agreement)
yang
berindikasi
tidak
terbayarkan
(macet)6.
Permasalahan likuiditas tersebut diperparah dengan adanya penarikan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara besar-besaran oleh deposan (rush) akibat semakin simpang siurnya pemberitaan seputar kinerja keuangan Bank Century yang semakin memburuk7. Berdasarkan keputusan rapat KSSK yang melibatkan Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada tanggal 23 November 2008, Bank Century perlu diselamatkan dengan dana akhir sebesar 6,7 trilliun rupiah8. Meskipun sebelumnya, likuidasi (pembubaran) Bank Century sempat menjadi opsi pada saat rapat KSSK tanggal 20-21 November 2008. Upaya penyelamatan Bank Century tersebut ternyata menimbulkan kontroversi pada sejumlah kalangan dan pakar ekonomi. Kontroversi tersebut didasarkan pada kontoversi alasan sistemik dan nonsistemik yang ditimbulkan jika dilakukan tindakan penutupan Bank Century pada saat itu. Salah satu latar pertimbangan dalam menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik adalah kondisi makroekonomi yang pada saat itu dihadapkan pada krisis keuangan global. Krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat akibat permasalahan kegagalan pembayaran kredit
5 6 7 8
Ibid, 45. Ibid, 46. Ibid, 47. http: xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan+-+Problem+Century_final.doc
3
perumahan di Amerika Serikat tidak hanya merusak sistem perbankan di Amerika Serikat, namun telah menjalar membawa efek domino terhadap sektor keuangan dan sektor perbankan di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Dalam buku Upaya Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis yang dipublikasikan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia menjelaskan bahwa beberapa indikator keuangan mengalami penurunan yang signifikan akibat ancaman dan tekanan dari krisis finansial tersebut9. Hal tersebut juga tercermin pada Financial Stability Index (FSI) sebagai indikator kestabilan sektor keuangan yang dikeluarkan Bank Indonesia yang tercatat berada pada nilai 2,43 atau berada di atas angka indikatif maksimum 2,0 per November 200810 (Gambar 1.1). Nilai tersebut mengindikasikan bahwa sistem keuangan berada dalam kondisi genting.
Sumber : Bank Indonesia, 2010
Gambar 1.1. Financial Stability Index
Menurut Bank Indonesia, sejumlah kepanikan akibat krisis keuangan global tersebut juga memberikan dampak negatif terhadap industri perbankan Indonesia. Hal tersebut juga tercermin dari nilai Banking Pressure Index yang 9 10
Indikator Krisis dapat dilihat pada Gambar Kerangka Pemikiran (Gambar 2.5) Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Op.Cit, 21.
4
dikeluarkan oleh Danareksa Research Institute sebagai indikator untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya krisis di sektor perbankan. Banking Pressure Index per Oktober 2008 tercatat sebesar 0,911 (Gambar 1.2). Nilai tersebut berada di atas nilai ambang normal yaitu sebesar 0,5 yang mengindikasikan bahwa tekanan terhadap sistem perbankan cukup tinggi dan berpotensi terjadinya kegagalan (default) yang sangat besar.
Sumber : Danareksa Research Institute, 2010
Gambar 1.2. Banking Pressure Index Indonesia
Di tengah kepanikan sektor keuangan dan perbankan tersebut akibat krisis keuangan global, penutupan bank akan menimbulkan sentimen negatif pada pasar keuangan terutama dalam kondisi pasar yang sangat rentan terhadap isu dan berita yang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar keuangan. Penutupan sebuah bank berpotensi menimbulkan contagion effect yang akan menyebabkan kepanikan dari para nasabah bank-bank lain terutama peer banks (bank yang lebih kecil) untuk melakukan penarikan dana secara besar-besaran (rush) ataupun pemindahan dana pada bank yang dipandang lebih aman (flight to quality). Penarikan secara besar-besaran terutama pada peer banks (bank yang 11
Ibid,21.
5
lebih kecil) tersebut akan mengakibatkan bank-bank yang pada awalnya sehat menjadi bermasalah dan mengalami masalah likuiditas. Berdasarkan data, fakta, dan analisis Bank Indonesia, pada saat itu terdapat 23 bank yang setara atau lebih kecil dari Bank Century serta sejumlah Bank Perkreditan Rakyat yang memiliki permasalahan likuiditas dan juga permasalahan lain yang sama dengan Bank Century12. Jika Bank Century ditutup, dikhawatirkan akan mengakibatkan rush pada 23 bank yang setara atau lebih kecil dari Bank Century serta sejumlah Bank Perkreditan Rakyat tersebut. Berbagai pihak yang setuju terhadap tindakan penyelamatan Bank Century berpendapat bahwa sekecil apapun ukuran bank apabila ditutup pada saat krisis akan menurunkan kepercayaan nasabah pada bank-bank lain serta akan berpotensi sistemik mengganggu kelancaran sistem keuangan dan perekonomian secara keseluruhan. Di sisi lain, sejumlah kalangan menilai bahwa tindakan penyelamatan Bank Century melalui tindakan bail out dinilai tidak tepat karena penutupan Bank Century diperkirakan tidak akan menimbulkan dampak sistemik pada sistem perbankan nasional. Hal tersebut didasarkan pada relatif kecilnya Bank Century sehingga diperkirakan tidak akan menimbulkan rush pada sistem perbankan nasional. Sugema (2009) menyatakan relatif kecilnya Bank Century didasarkan pada rendahnya market share Bank Century yang dapat dilihat dari jumlah nasabah Bank Century sebesar 65 ribu orang atau sebesar 0,1% dari jumlah nasabah perbankan di Indonesia. Selain itu, aset Bank Century hanya berjumlah 15 trilliun rupiah atau sebesar 0,3% dari total aset perbankan Indonesia. Jika dilihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK), total DPK yang terkumpul pada Bank
12
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Op.Cit, 46.
6
Century sekitar 10 trilliun rupiah atau tidak sampai 1% dari total simpanan masyarakat yang tertampung pada semua bank13. Alasan nonsistemik juga didukung oleh Abdullah (2009) yang menyatakan bahwa Bank Century merupakan bank yang relatif kecil dan tidak termasuk pada kategori 15 bank sistemik (Systemically Important Bank) yang secara umum menguasai 85% aset perbankan nasional14. Lima belas bank yang tergolong pada kategori Systemically Important Bank antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, BII, Danamon, Panin, BTN, Bank Mega, Bank Permata, Bank Niaga, Bukopin, Bank Lippo (Bank Lippo kini bergabung dengan Bank Niaga). Nasution (2009) memiliki pendapat yang serupa. Menurutnya, penutupan Bank Century tidak akan berdampak sistemik karena Bank Century tidak memiliki peran yang penting dalam Pasar Uang Antar Bank (PUAB)15. Peranan Bank Century dalam Pasar Uang Antar Bank hanya sekitar 0,4%. Pro dan kontra terhadap tindakan penyelamatan Bank Century mencerminkan suatu spekulasi publik terhadap ketidakpastian dampak yang terjadi jika dilakukan penutupan Bank Century. Tindakan yang telah dilakukan pemerintah adalah tindakan penyelamatan Bank Century, perdebatan antara ada dan tidak adanya dampak sistemik akibat kebijakan penutupan Bank Century sulit dipecahkan dengan metode ekonomi yang lain, seperti metode survei atau kajian terhadap data sekunder. Oleh karena itu, kajian ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan dikaji secara ilmiah melalui metode percobaan ekonomi. Dengan metode percobaan ekonomi, interaksi antara para pelaku ekonomi seperti 13
14
15
Dapat diakses pada http:xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan++Problem+Century_final.doc http://us.detikfinance.com/read/2009/12/21/120517/1263532/5/burhanuddin-bank-century-taktermasuk-bank-sistemik Dapat diakses pada http://bataviase.co.id/detailberita-10428992.html
7
bank, deposan, dan debitur (perusahaan) dalam membuat keputusan yang menguntungkan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai dampak kebijakan penanganan bank bermasalah, sehingga dapat menjawab hal-hal kontroversi seputar dampak sistemik dan nonsistemik yang ditimbulkan akibat penutupan Bank Century.
1.2. Perumusan Masalah Perdebatan yang terjadi antara tindakan penyelamatan dan penutupan Bank Century pada dasarnya dilandasi oleh alasan ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan. Alasan ada atau tidaknya dampak sistemik akibat kebijakan penanganan bank bermasalah tersebut pada umumnya didasarkan pada dua faktor, yaitu faktor kondisi ekonomi dan faktor ukuran bank bermasalah. Faktor kondisi ekonomi adalah kondisi ekonomi yang dihadapi pada saat permasalahan perbankan tersebut terjadi, yaitu kondisi krisis ekonomi ataukah kondisi normal (tidak adanya gejolak krisis ekonomi). Sedangkan faktor ukuran bank bermasalah, didasarkan pada relatif kecil atau sama besarnya bank bermasalah tersebut. Risiko sistemik tidak hanya berpengaruh pada instabilitas sistem perbankan nasional, namun lebih jauh berpengaruh terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional. Dengan mengacu pada hal tersebut, dalam penelitian ini akan dikaji dampak sistemik yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah dalam menangani Bank Century tersebut terhadap kinerja ekonomi. Kinerja ekonomi yang akan dikaji dalam penelitian ini mengacu pada hal-hal berikut, antara lain : 1.
Rata-rata suku bunga deposito dan rata-rata suku bunga kredit sebagai gambaran respon dari bank,
8
2.
Total deposito yang dihimpun bank sebagai gambaran respon dari deposan (nasabah),
3.
Total pinjaman yang dipinjam dari para pelaku usaha (perusahaan),
4.
Tingkat pengangguran yang dipengaruhi oleh keputusan pelaku usaha (perusahaan) dalam alokasi penggunaan tenaga kerja (penggunaan atau pemutusan hubungan kerja (PHK)),
5.
Output yang dihasilkan dari kegiatan usaha debitur (perusahaan) sebagai representasi dari gambaran pertumbuhan ekonomi, serta
6.
Tingkat inflasi yang dipengaruhi oleh perkembangan harga dari kegiatan produksi pelaku usaha (perusahaan). Berdasarkan pemaparan tesrsebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini, antara lain : 1.
Apakah terdapat perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap kinerja perekonomian dalam kondisi krisis dan normal ?
2.
Apakah terdapat perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap kinerja perekonomian antara bank bermasalah yang relatif kecil dengan bank bermasalah yang ukurannya relatif sama besarnya dengan bank lain ?
3.
Apakah kebijakan penutupan Bank Century sebagai bank bermasalah akan menimbulkan dampak sistemik ?
9
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain : 1.
Mengetahui perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap kinerja perekonomian dalam kondisi krisis dan normal.
2.
Mengetahui perbedaan pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap kinerja perekonomian antara bank bermasalah yang relatif kecil dengan bank bermasalah yang ukurannya relatif besar.
3.
Mengetahui ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan jika dilakukan kebijakan penutupan Bank Century.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain : 1.
Bagi penulis, penggunaan metode percobaan ekonomi dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dalam memecahkan permasalahan terkait dengan perdebatan tindakan penyelamatan dan penutupan bank bermasalah. Mengingat kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah kebijakan penyelamatan bank, dampak dari kebijakan penutupan Bank Century sulit dipecahkan dengan metode ekonomi lain, seperti survei atau kajian terhadap data sekunder.
2.
Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan terkait kebijakan perbankan serta dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan permasalahan kasus bank bermasalah serupa.
10
3.
Bagi pemerintah, diharapkan dapat membuat keputusan yang tepat terkait penanganan suatu bank bermasalah dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dialami pada saat permasalahan perbankan terjadi dan kondisi ukuran bank bermasalah tersebut.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi oleh sejumlah asumsi tertentu. Penjelasan mengenai asumsi-asumsi tersebut akan dijelaskan dalam metode penelitian. Adapun runag lingkup dalam penelitian ini, antara lain : antara lain : 1. Penentuan market share bank sebagai objek penelitian didasarkan pada jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki bank, dimana DPK diasumsikan hanya berasal dari deposito. 2. Dana bank diasumsikan hanya disalurkan pada penyaluran kredit pinjaman modal kerja. 3. Deposan berperan sebagai tenaga kerja yang digunakan oleh debitur (pelaku usaha). Penentuan deposan terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh debitur akan dilakukan secara acak oleh peneliti. 4. Dalam mengkaji tingkat pengangguran, tenaga kerja keseluruhan yang diperhitungkan diasumsikan berasal dari tenaga kerja yang dipekerjakan oleh keseluruhan debitur (pelaku usaha) selaku pelaku percobaan dalam penelitian ini.
11
5. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang dikaji berdasarkan perkembangan output dan perkembangan harga yang dihasilkan dari respon simulasi percobaan ekonomi. 6. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer hasil percobaan ekonomi. 7. Peserta percobaan ekonomi berasal dari kalangan mahasiswa.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori-teori 2.1.1. Definisi dan Fungsi Perbankan dalam Perekonomian Bank berasal dari kata Italia yaitu banco, yang artinya bangku (Hasibuan, 2008). Istilah bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir dalam kegiatan operasionalnya melayani kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi Bank. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank Indonesia (2006) menyatakan bahwa bank merupakan lembaga perantara keuangan yang dalam menjalankan operasinya menerima simpanan masyarakat dalam bentuk giro, tabungan dan deposito, untuk kemudian menanamkan dana simpanan tersebut dalam bentuk penyaluran kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha maupun bentuk portfolio asset financial, seperti surat-surat berharga yang diterbitkan pemerintah dan bank sentral. Bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Dalam Bank Indonesia (2006), fungsi bank sebagai lembaga intermediasi mencakup tiga hal, yaitu: 1.
Sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
13
2.
Sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, dan
3.
Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang. Terkait dengan bank sebagai lembaga intermediasi, pihak-pihak yang
berkelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya (Bank Indonesia, 2004). Di sisi lain, pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Hasibuan (2008) menjelaskan bahwa kredit dibagi menjadi tiga berdasarkan tujuan penggunannya, yaitu : 1.
Kredit konsumtif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan konsumsi. Kredit ini bersifat tidak produktif.
2.
Kredit modal kerja, yaitu kredit yang akan dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur. Kredit ini bersifat produkstif.
3.
Kredit invetasi, yaitu kredit yang dipergunakan dalam jangka waktu yang relatif lama.
Melalui proses intermediasi, bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peran penting dalam memobilisasi dana-dana masyarakat sebagai salah satu sumber pembiayaan utama bagi dunia usaha, baik untuk investasi maupun produksi dengan harapan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
14
2.1.2. Tingkat Kesehatan Bank Bank Indonesia (2004) menyatakan bahwa bank dikatakan sehat jika bank dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik dalam hal menjaga dan memeilhara kepercayaan masyarakat, menjalankan fungsi intermediasi, membantu kelancaran lalu lintas pembayaran, serta dapat mendukung efektifitas kebijakan moneter. Untuk menjalankan fungsi bank dengan baik, bank harus memiliki kriteria modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola dengan baik dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, memelihara keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Berdasarkan pasal 29 UU tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998, bank wajib memilihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian (Bank Indonesia, 2004). Dalam Bank Indonesia (2004), penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earning, and Liquidity). Kelima faktor tersebut saling berkaitan dan merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Secara umum, faktor CAMEL sangat relevan dalam mengukur tingkat kesehatan semua bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang
15
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari : 1.
Permodalan (Capital) Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
mengembangkan usaha dan menampung risiko kerugian yang mungkin dihadapi. Penilaian tingkat kesehatan bank melalui aspek permodalan yang dimiliki oleh bank didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dendawijaya (2005) menjelaskan bahwa CAR merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap ATMR. CAR dapat dirumuskan sebagai berikut : .....................................(2.1) Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau CAR (Capital Adequacy Ratio) berdasarkan standar BIS (Bank for International Settlement) yaitu sebesar 8%. CAR dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan, melindungi dana pihak ketiga pada bank bersangkutan, serta dalam rangka untuk memenuhi ketetapan standar BIS Perbankan Internasional. Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi CAR 8% di samping diperhitungkan dalam
16
penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank (Hasibuan, 2008). 2.
Kualitas Aktiva (Asset) Dalam penilaian faktor ini, hal yang dilakukan adalah menilai jenis-jenis
aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia
dengan
memperbandingkan
antara
aktiva
produktif
yang
diklasifikasikan terhadap aktiva produktif melalui rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan (Hasibuan, 2008). 3.
Aspek Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen sulit diukur dengan penilaian secara
kuantitatif. Baik buruknya manajemen dalam suatu bank dapat dinilai secara kualitatif berdasarkan aturan-aturan manajemen yang telah ditetapkan. Penilaian dalam aspek manajemen meliputi manajemen umum dan manajemen risiko (Hasibuan, 2008). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian faktor manajemen antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut, antara lain manajemen umum, penerapan sistem manajemen risiko, dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau kepada pihak lainnya. 4.
Aspek Rentabilitas (Earning) Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
meningkatkan keuntungan juga untuk mangukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah
17
kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Penilaian dalam ini meliputi rasio laba terhadap total asset (Return on Asset (ROA)) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) (Hasibuan, 2008). ....................................................................(2.2) .............................................................(2.3) 5.
Aspek Likuiditas (Liquidity) Bank dapat dikatakan likuid jika bank tersebut mampu memenuhi semua
kewajiban, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, dan giro) dan bank tersebut juga mampu memenuhi permohonan kredit yang layak untuk dibiayai. Tingkat likuiditas suatu bank dapat diukur melalui rasio keuangan Loan Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio antara jumah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan suatu bank dalam membayar penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit mampu mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya, 2005). Perhitungan LDR dapat dilakukan sebagai berikut : .........................................................(2.4) Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal tersebut disebabkan karena
18
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari rasio LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% - 100% (Dendawijaya, 2005).
2.1.3. Tindakan Rush oleh Nasabah terhadap Bank Kegiatan operasional bank sangat dipengaruhi oleh sumber dana dari masyarakat. Oleh karena itu, kelangsungan kegiatan operasional bank sangat dipengaruhi oleh aspek kepercayaan masyarakat terhadap bank. Menurut Kemenkeu (2010) menjelaskan bahwa aspek kepercayaan dalam industri perbankan sangat penting dalam menentukan keberlangsungan (going concern) suatu bank, baik itu kepercayaan dari para deposan maupun kepercayaan dari kreditur lainnya. Aspek kepercayaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : 1.
Sifat/perilaku manusia yang cenderung tidak mau ambil risiko, cenderung reaktif dan panik apabila mendengar berita yang buruk;
2.
Adanya ketidakseimbangan penyaluran informasi antara nasabah dan pengelola bank tentang kondisi bank yang sebenarnya.
Bank Indonesia (2004) memaparkan bahwa menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank akan memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan bank bersangkutan. Adanya ketidakseimbangan informasi antara nasabah dan pengelola bank mengenai kondisi bank sebenarnya dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan baik dari nasabah bank maupun dari para pelaku pasar. Sulitnya memperoleh
19
informasi lengkap mengenai kondisi bank menyebabkan mereka akan cenderung mengandalkan informasi dari nasabah lainnya maupun indikator umum pasar keuangan (seperti Surat Utang Negara (SUN), nilai tukar rupiah, kondisi keuangan devisa, serta indeks saham). Bagi nasabah yang tidak memperoleh informasi tersebut akan cenderung bereaksi mengikuti reaksi para pelaku pasar dan nasabah yang lain. Reaksi-reaksi tersebut akan memicu kepanikan masyarakat dan cenderung mendorong mereka mengambil tindakan yang irrasional (Kemenkeu, 2010). Park (1991) mengidentifikasikan kurangnya informasi yang diperoleh oleh masyarakat akan suatu bank akan menyebabkan kepanikan. Bank Indonesia (2004) memaparkan bahwa keterbatasan informasi nasabah mengenai kondisi bank dapat mengakibatkan suatu bank rentan terhadap bank run atau penarikan dana masyarakat dari perbankan. Pemburukan kondisi bank baik disebabkan karena kesulitan likuiditas maupun kesulitan solvabilitas ataupun adanya rumor (berita negatif) terhadap suatu bank akan mengakibatkan kekhawatiran dan ketidakpercayaan nasabah (Kemenkeu, 2010). Kekhawatiran tersebut akan menyebabkan para nasabah untuk saling berlomba menarik dananya pada bank bersangkutan karena adanya ketakutan jika penarikan dana pada bank tersebut didahului oleh nasabah lainnya. Bahkan hal tersebut memungkinkan mempengaruhi nasabah lainnya di lokasi yang berbeda. Adanya antrian penarikan dana oleh para nasabah terhadap satu bank dapat memicu nasabah bank lain untuk menarik dananya dari bank mereka. Gilbert dan Wood (1986) menyatakan bahwa kegagalan dari suatu bank akan membuat masyarakat khawatir akan keamanan uang mereka pada bank lain sehingga masyarakat akan berusaha untuk menarik uang mereka dari bank tersebut. Adanya pemberitaan melalui media mengenai hal
20
tersebut akan memicu penarikan dana secara besar-besaran (rush/bank runs) pada banyak bank, meskipun tidak ada keterkaitan antara bank bermasalah dengan bank lainnya tersebut. Bank Indonesia (2010) menyatakan bahwa penutupan suatu bank dalam kondisi tidak sedang menghadapi gejolak krisis keuangan, tidak akan menimbulkan goncangan psikologi pada nasabah bank. Namun sebaliknya, ketika kondisi makroekonomi dihadapkan pada kondisi krisis keuangan, isu mengenai kondisi suatu bank bermasalah bersifat sensitif terhadap psikologi pelaku pasar dan nasabah. Di tengah kondisi psikologi pasar yang sensitif akibat gejolak krisis keuangan, kegagalan sebuah bank dapat menular secara cepat (contagion effect), bahkan bank dengan fundamental yang kuat juga akan terkena tindakan rush oleh nasabahnya (Kemenkeu, 2010). Penarikan dana secara besar-besaran (rush) tersebut akan bersifat menular (contagion) pada bank-bank lainnya secara cepat dan mengakibatkan kepanikan. Akibatnya, bank-bank akan mengalami kesulitan likuiditas bahkan lebih parah lagi akan mengalami kesulitan solvabilitas (self fulfilling prophecy). Gilbert (1998) menyatakan bahwa contagion dari suatu bank terjadi pada saat terdapat informasi negatif pada suatu bank yang menyebabkan deposan menarik dananya dan memindahkan dananya ke bank lain meskipun mereka tidak memiliki cukup informasi atas bank tersebut. Kaufman (1995) mendefinisikan contagion (sistemic risk) sebagai probabilitas dimana kerugian secara komulatif akan terjadi dari suatu peristiwa yang terjadi pada suatu series kerugian pada rantai institusi atau pasar pada suatu sistem.
21
2.1.4. Risiko Sistemik Perbankan Rush terhadap perbankan pada umumnya bersifat menular dan dapat terjadi pada bank baik pada kondisi bank yang sehat maupun bank yang tidak sehat (Bank Indonesia, 2004). Kejadian tersebut sering disebut sebagai permasalahan perbankan yang bersifat sistemik. Kegagalan suatu bank khususnya yang bersifat sistemik tersebut akan mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu perekonomian. Dalam Buku Putih yang berjudul Upaya Penanganan dan Pencegahan Krisis yang ditulis oleh Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia (2010), sistemik berasal dari kata sistem. Kerusakan sistemik berarti kerusakan menyeluruh pada sistem yang ada. Mengacu pada definisi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Jaringan Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), dampak sistemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), dan atau gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank dan/atau LKBB lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional. Lembaga Internasional seperti Bank for International Settlements dan European Central Bank menekankan dampak sistemik mengacu pada kekacauan yang menyeluruh, bersifat tiba-tiba, menghasilkan efek domino kekacauan finansial yang besar. Kemenkeu (2010) menjelaskan dua kriteria umum yang digunakan Bank Sentral untuk menentukan Systemically Important Bank (SIB), yakni :
22
1.
Too big to fail. Semakin besar ukuran suatu bank (misalnya dilihat dari sisi
nilai asset, nilai transaksi, atau jumlah cabang), maka bank tersebut memiliki dampak sistemik yang semakin tinggi. Oleh karena itu, bank tersebut tidak boleh dibiarkan gagal.emerintah dalam Pence da 2.
Too interconnected to fail. Semakin besar keterkaitan suatu bank dengan
bank atau lembaga keuangan lainnya (misalnya melalui pinjaman antar bank atau kepemilikan), maka bank tersebut semakin tinggi dampak sistemiknya. Oleh karena itu, bank tersebut tidak boleh dibiarkan gagal. Bank Indonesia selaku otoritas pengaturan dan pengawasan perbankan mengelompokkan beberapa bank besar sebagai Systemically Important Bank (SIB) (Kemenkeu, 2010). Systemically Important Bank merupakan bank yang memiliki ukuran yang cukup signifikan, dimana dalam keadaan normal akan berdampak sistemik jika bank tersebut mengalami kegagalan. Dalam kondisi normal, Systemically Important Bank tidak boleh gagal, terlebih lagi dalam kondisi krisis. Kegagalan Systemically Important Bank akan membahayakan sistem pembayaran, sistem keuangan, serta perekonomian nasional. Kemenkeu (2010) memaparkan bahwa perkembangan sektor keuangan yang semakin kompleks dan terkait satu sama lain, pertimbangan dampak sistemik berdasarkan kategori SIB tidak dapat diterapkan, sebab kriteria umum tersebut lazimnya digunakan dalam kondisi normal. Mengingat situasi kondisi tahun 2008 tidak berada dalam kondisi normal, melainkan berada dalam gejolak krisis keuangan global, aspek psikologis yang dihadapi para pelaku pasar turut dijadikan pertimbangan tambahan dalam pengambilan kebijakan. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Bank (DPNP) BI menggunakan kerangka analisis
23
sistem Memorandum of Understanding (MoU) Uni Eropa 1 Juni 2008 (Bank Indonesia, 2010). Salah satu petikan Mou Uni Eropa tersebut mengatakan : “...in a such situation, one may also need to place more reliance on qualitative judgements rather than on up-to-date quantitative information.” Inti pernyataan tersebut adalah bahwa penilaian kualitatif menjadi unsur lebih penting daripada informasi kuantitatif terkini. Terdapat empat aspek yang dipakai MoU UE dalam menganalisis bank gagal yang ditenggarai sistemik, yaitu institusi keuangan, pasar keuangan, sistem pembayaran, dan sektor riil. Terhadap keempat aspek itu, BI menambah satu aspek yang lain yaitu faktor psikologis pasar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, bank sekecil apapun jika dilakukan tindakan penutupan pada saat krisis akan berpotensi sistemik memicu menurunkan kepercayaan nasabah terhadap bank-bank lain. Kemenkeu (2010) menjelaskan bahwa tidak ada kriteria bank berdampak sistemik yang dinyatakan secara tegas dalam undang-undang. Hal tersebut didasarkan oleh dua alasan berikut, yaitu : 1.
Berpotensi menimbulkan moral hazard Kriteria berdampak sistemik memang tidak dinyatakan eksplisit. Jika
semua bank mengetahui tentang kriteria berdampak sistemik, maka pengelola bank cenderung secara sengaja mendorong atau mengondisikan diri masuk ke kriteria “berdampak sistemik” agar dapat memeperoleh bantuan pemerintah demi keuntungan-keuntungan yang tidak wajar. 2.
Pengukuran Dampak Sistemik Bersifat Situasional Dampak sistemik bisa diakibatkan banyak hal, internal maupun eksternal.
Hal yang bersifat internal umumnya berupa masalah dari dalam lembaga bank itu sendiri. Sedangkan hal yang bersifat eksternal dapat berupa bencana alam, krisis
24
keuangan global maupun bentuk-bentuk lain yang berpengaruh terhadap sistem keuangan. Ini yang menyebabkan dampak sistemik sulit ditentukan batasannya. Suatu lembaga keuangan dapat dinyatakan berdampak sistemik pada situasi tertentu, namun tidak berdampak sistemik pada situasi yang berbeda. Untuk itu diperlukan professional judgment untuk memutuskan hal tersebut.
2.1.5. Penanganan Bank Bermasalah Kegagalan suatu bank khususnya yang bersifat sistemik akan dapat mengakibatkan terjadinya krisis yang dapat mengganggu kegiatan suatu perekonomian. Crockett (1997) menyatakan bahwa stabilitas dan kesehatan sektor perbankan sebagai bagian dari stabilitas sektor keuangan terkait erat dengan kesehatan suatu perekonomian. Kajian yang dilakukan Lindgren (1996) menunjukkan bahwa banyak negara yang perekonomiannya rusak sebagai akibat tidak sehatnya sektor perbankan. Sektor keuangan, terutama di negara-negara berkembang pada umumnya didominasi oleh lembaga perbankan. Mengingat kondisi demikian, kondisi lembaga perbankan yang tidak sehat dan tidak berfungsinya secara optimal, maka dapat dipastikan akan berakibat pada terganggunya kegiatan perekonomian. Sistem perbankan yang tidak sehat menunjukkan bahwa fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tidak befungsi secara optimal (Bank Indonesia, 2004). Fungsi intermediasi yang tidak optimal tersebut mengakibatkan alokasi dan penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan pembiayaan sektorsektor produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan
25
sistem perbankan tidak lancar dan tidak berjalan efisien. Selain itu, sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektifitas kebijakan moneter. Melihat akibat yang ditimbulkan dari sistem perbankan yang tidak sehat tersebut, maka pengaturan dan pengawasan bank dinilai sangat penting dalam upaya menciptakan dan memelihara kesehatan sistem perbankan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undand Nomor 3 Tahun 2004, dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan atau membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku. Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan, Bank Indonesia dapat memberikan fasilitas pembiayaan darurat (financial safety net). Dalam Bank Indonesia (2010), pengawas Bank Indonesia akan memasukkan bank dalam pengawasan intensif jika permasalahan pada bank tersebut hanya sebatas pada peningkatan NPL (non-performing loan). Pengetatan pengawasan dilakukan dengan serangkaian arahan tindakan koreksi yang akan direkomendasi oleh Pengawas Bank. Langkah koreksi ini dimaksudkan agar kondisi bank mengalami pemulihan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga status bank dalam status pengawasan intensif pun dapat dicabut. Langkah-langkah koreksi yang direkomendasikan BI antara lain meminta bank melaporkan hal-hal
26
tertentu, misalnya, informasi profil kredit bermasalah yang membuat bank dalam kondisi terancam kelangsungan usahanya. Apabila kinerja bank dalam pengawasan intensif tidak juga bergerak memperlihatkan perbaikan, status pengawasan pun ditingkatkan lagi menjadi bank dalam pengawasan khusus (special surveilance unit/SSU). Predikat bank SSU pada umumnya menyebabkan ketidaknyamanan pada manajemen bank. Seperti sudah digambarkan, bila informasi ini beredar di publik disertai rumor negatif akan menyebabkan tindakan rush dari para nasabah. Santoso (2010) memaparkan bahwa bank dalam pengawasan khusus pada umumnya memiliki permasalahan yang lebih buruk yang ditandai dengan kinerja modal (CAR) bank yang berada pada kisaran nilai kurang dari 8% disertai NPL yang lebih besar dari 5% sehingga memungkinkan adanya permasalahan lain yaitu menurunnya tingkat profitabilitas. Jika penanganan bank dalam pengawasan khusus tidak membuahkan hasil, maka bank tersebut dapat dinyatakan sebagai bank gagal oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia. Selanjutnya diputuskan apakah bank gagal tersebut berdampak sistemik atau tidak. Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Pejabat Sementara Gubernur BI pada 22 Oktober 2009 mengatur perihal tata cara sebuah bank gagal (sistemik atau nonsistemik) yang untuk selanjutnya akan diserahkan ke LPS. Dalam menangani bank gagal tidak sistemik pihak LPS akan melakukan kajian dan memutuskan apakah akan diselamatkan atau tidak. Jika biaya penyelamatan lebih mahal dari pada melikuidasi, maka penyelesaian singkat saja, bank diusulkan dicabut izin usahanya lalu dilikuidasi dan LPS membayar klaim atas simpanan masyarakat.
27
Apabila LPS memutuskan bank gagal untuk diselamatkan, maka berlaku dua perlakuan berbeda. Terhadap bank gagal nonsistemik, tindakan penyelamatan tidak akan melibatkan pemegang saham lama. Artinya, semua biaya yang timbul dari tindakan penyelamatan itu akan ditanggung oleh LPS. Sedangkan penanganan bank gagal sistemik dapat dilakukan baik dengan melibatkan pemegang saham lama atau tanpa melibatkan mereka didalamnnya. Bila pemegang saham lama terlibat didalamnya, maka LPS mewajibkan menyetor dana setidaknya 20% dari total biaya penyelamatan yang telah dikeluarkan LPS. Dalam hal menangani bank gagal dalam skim apa pun, pihak LPS mendasari tidakan tersebut berdasarkan mandat Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang LPS. Penanganan bank gagal yang dipertimbangkan untuk diselamatkan akan diambil langkah-langkah bahwa kewenangan mengadakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan pengelolaan bank sepenuhnya diambilalih LPS. Terhadap bank gagal yang diselamatkan, LPS akan melakukan penyertaan modal sementara (PMS). Selain itu, LPS juga dapat melakukan merger dan konsolidasi dengan bank lain Bank Indonesia (2010) menyatakan bahwa dalam kondisi ekonomi yang tidak dihadapkan pada gejolak krisis keuangan, penutupan bank berjalan secara alamiah tanpa menimbulkan goncangan psikologi nasabah bank. Namun sebaliknya, ketika penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis, pendekatan dan penanganan dilakukan secara berbeda. Dalam kondisi krisis, aspek psikologis nasabah harus dipertimbangkan dalam kebijakan penangangan bank bermasalah. Hal tersebut disebabkan karena kondisi krisis berpotensi mempengaruhi psikologi
28
pasar sehinga dikhawatirkan penutupan bank bermasalah tersebut akan berpotensi sistemik mempengaruhi perbankan lain.
2.1.6. Percobaan Ekonomi Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sederetan uji, baik itu menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Juanda (2009) menjelaskan bahwa rancangan percobaan (experimental design) merupakan suatu metode pengumpulan data yang efektif dalam mengkaji hubungan sebab akibat antar peubah (variabel) tapi seringkali sulit dilakukan terutama dalam ilmu sosial atau ilmu ekonomi. Penggunaan percobaan memungkinkan peneliti mengubah nilai suatu peubah atau faktor yang dikaji, namun mempertahankan nilai dari faktorfaktor lainnya, sehingga pengaruh faktor yang dikaji tersebut dapat diketahui dengan jelas. Percobaan terkontrol memberikan suatu dasar untuk mengisolasi faktor penyebab karena faktor lainnya dibuat (dikendalikan) sama sehingga tidak berperan pengaruhnya. Dalam terminologi statistika tindakan ini sering disebut “kontrol lingkungan”. Dalam studi experimental, peneliti mengkaji pengaruh minimal satu peubah bebas (independent variables) terhadap satu atau lebih peubah tak bebas (dependent variables) (Juanda, 2009). Independent variables disebut juga peubah perlakuan atau eksperimental, sedangkan dependent variables disebut juga peubah respons atau outcome (hasil percobaan). Dalam rancangan percobaan terdiri dari dua karakteristik, yaitu minimal terdapat dua kondisi (pada umumya lebih) atau
29
dua perlakuan yang diperbandingkan untuk menilai pengaruh dari perlakuanperlakuan atau kondisi tertentu (independent variables) dan peubah bebas tersebut dimanipulasi secara langsung oleh peneliti untuk mengkaji pengaruhnya pada satu atau lebih respon atau outcome (dependent variables). Peubah Terkendali X1, X2, X3, ..., Xp
Input
Proses
Output
Peubah Tak Terkendali Z1, Z2, Z3, ..., Zq Sumber : Juanda, 2009
Gambar 2.1. Ilustrasi Perancangan Percobaan
Juanda (2009) memaparkan bahwa data dari hasil suatu perancangan percobaan (experimental design) dikatakan valid apabila memenuhi tiga prinsip dasar, yaitu : 1.
Ulangan Fungsi dari ulangan antara lain menghasilkan nilai dugaan bagi galat (kekeliruan) percobaan, meningkatkan ketepatan percobaan dengan memperkecil simpangan baku nilai tengah perlakuan.
2.
Pengacakan (randomization) Sebelum percobaan, pengalokasian subjek ke kelompok yang akan dicobakan ditentukan melalui pengacakan. Melalui pengacakan tersebut, dapat dianggap bahwa subjek-subjek tersebut hanya berbeda karena faktor kebetulan dalam peubah yang diuji. Tujuan dari pengacakan ini adalah
30
untuk mendapatkan dugaan tak bias bagi galat percobaan dan nilai tengah perlakuan. 3.
Pengelompokan (kontrol lingkungan) Peneliti harus mengontrol faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi respon (outcome). Tujuan pengendalian lingkungan adalah untuk mengurangi galat percobaan, sehingga lebih yakin dalam menyimpulkan bahwa perbedaan respon diakibatkan karena perbedaan perlakuan (Gambar 2.4).
Perlakuan
Respon
Kontrol Lingkungan (Faktor lain diasumsikan sama) Sumber : Juanda, 2009
Gambar 2.2. Karakteristik Pengumpulan Data dengan Rancangan Percobaan
Meskipun metode percobaan ini banyak memiliki kelebihan, namun hingga saat ini masih banyak ekonom yang memiliki keyakinan bahwa ilmu ekonomi ridak dapat menguji hipotesis atau teorinya dengan melakukan percobaan-percobaan di laboratorium (Davis dan Holt, 1993). Persepsi tersebut muncul karena menganggap bahwa karakteristik yang dimiliki pelaku ekonomi sangat beragam dan sulit untuk dikontrol sehingga sulit pula untuk mengambil kesimpulan hubungan sebab akibat karena adanya confounding variables. Meskipun demikian, para ekonom sepakat menganggap bahwa setiap pelaku ekonomi
bertindak
rasional,
artinya
dalam
setiap
aktifitas
selalu
mempertimbangkan manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkannya atau berdasarkan struktur insentif dari aktifitas tersebut (Juanda, 2009).
31
Seiring dengan perkembangan metode percobaan ekonomi, muncul suatu teori yang disebut induced-value theory yang dikembangkan oleh Smith (1976). Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan media imbalan yang tepat memungkinkan peneliti untuk memunculkan (induce) karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik bawaanya menjadi tidak berpengaruh lagi (irrelevant). Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi (experimental unit) sama atau homogen, maka peneliti dapata melakukan percobaan karena prinsip dasar “pengendalian lingkungan sudah dilakukan”.
Juanda (2009) mengemukakan
bahwa terdapat tiga syarat cukup untuk memunculkan karakteristik pelaku ekonomi tertentu, antara lain adalah: 1.
Monotonicity, yaitu pelaku percobaan harus menyukai imbalan yang lebih besar.
2.
Salience, yaitu Imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka (dan pelaku-pelaku lain) dalam percobaan sesuai aturan intitusi yang mereka pahami.
3.
Dominance, yaitu adanya dominansi kepentingan pelaku di dalam pelaksanaan dan mengabaikan hal-hal lain. Friedman dan Sunder (1994) mengemukakan bahwa percobaan ekonomi
dilakukan di dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan ekonomi terdiri dari para pelaku ekonomi bersama aturan yang berlaku atau institusi sebagai tempat berinteraksi antar pelaku ekonomi. Juanda (2009) menyatakan bahwa dalam percobaan ekonomi diberikan instruksi percobaan yang terdiri dari deskripsi tentang ketentuan percobaan, pilihan-pilihan, dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan subjek penelitian (pelaku percobaan), serta aturan penentuan pemberian
32
imbalan (reward) kepada subjek, yang tergantung pada tindakan mereka. Lembar instruksi percobaan diberikan kepada subjek penelitian pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subjek penelitian jelas memahami prosedur percobaan dan aturan yang berlaku. Dalam instruksi percobaan juga dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi yangs sederhana yang akan lebih memperjelas permasalahan bagi subjek percobaann. Dalam penelitian di bidang ekonomi dengan metode percobaan, kelompok masyarakat yang seringkali menjadi subjek penelitian berasal dari kelompok mahasiswa (Friedman and Sunder, 1994). Alasan penggunaan mahasiswa sebagai subjek penelitian yaitu : 1.
Kelompok ini dinilai paling siap untuk masuk ke dalam kelompok eksperimen
2.
Latar belakang kelompok ini berasal dari kampus, dimana dari kampus inilah sebagian besar peneliti muncul
3.
Biaya imbangan (opportunity cost) yang rendah
4.
Merupakan salah satu cara untuk mengurangi pengaruh eksternal yang dapat menjadi variabel pengganggu di dalam penelitian Metode percobaan dalam ilmu ekonomi adalah suatu cara yang sangat baik
untuk membangkitkan data yang kualitasnya lebih baik (dan kemungkinan biayanya lebih kecil) daripada data yang tersedia di publikasi. Metode percobaan paling tidak memberikan cara alternatif untuk mendapatkan data (Juanda, 2009). Untuk tujuan ilmiah, data hasil percobaan relatif mudah diinterpretasikan dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat.
33
2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kajian terhadap kebijakan pemerintah terhadap kasus Bank Century melalui metode percobaan ekonomi relatif masih jarang dilakukan. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fardilah (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Percobaan Ekonomi Mengkaji Alternatif Kebijakan Pemerintah terhadap Penyelamatan Bank Century”. Kajian terhadap kebijakan pemerintah dalam penanganan kasus Bank Century dilakukan dengan membandingkan suku bunga deposito, suku bunga pinjaman, jumlah total deposito yang dapat dihimpun seluruh bank, persentase deposito yang ditarik, dan jumlah total pinjaman yang dipinjam oleh debitur (pelaku usaha). Kebijakan membantu bank bermasalah dan menutup bank bermasalah memiliki perbedaan nyata terhadap suku bunga pinjaman, jumlah deposito, jumlah pinjaman, dan persentase deposito yang ditarik. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa suku bunga deposito pada kebijakan membantu bank bermasalah lebih tinggi dibandingkan kebijakan menutup bank bermasalah. Sebaliknya suku bunga pinjaman pada kebijakan membantu bank bermasalah lebih rendah dibandingkan kebijakan menutup bank bermasalah. Pada kebijakan bank bermasalah dibantu, jumlah deposito dan jumlah pinjamannya lebih besar dibandingkan saat kebijakan bank bermasalah ditutup. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa jumlah deposito memberikan dampak yang bertolak belakang dengan deposito yang ditarik. Sebaliknya, deposito yang ditarik bertolak belakang dengan kenaikan deposito, baik pada kebijakan membantu maupun menutup bank bermasalah. Semakin besar deposito yang ditarik semakin rendah
34
jumlah deposito. Semakin besar kenaikan deposito, semakin rendah deposito yang ditarik. Penelitian ini memiliki perbedaan dibandingkan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian terdahulu adalah kompleksitas bahasan baik terkait kondisi perlakuan percobaan maupun bahasan respon percobaan yang lebih mendalam. Pembahasan respon percobaan yang lebih mendalam tersebut terkait respon kinerja perekonomian yang meliputi tingkat pengangguran, tingkat output nasional, serta tingkat inflasi. Selain itu, penelitian ini mempergunakan asumsi informasi yang sempurna terkait suku bunga deposito dan suku bunga kredit sebagai respon dari bank. Masing-masing bank, deposan, serta pelaku usaha (perusahaan) mengetahui informasi mengenai suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang ditetapkan masing-masing bank agar memungkinkan adanya persaingan antar bank dalam menentukan suku bunga deposito dan suku bunga kredit sehingga diharapkan mampu menggambarkan kegiatan perbankan yang sebenarnya. Perbedaan lain antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya faktor kondisi ekonomi dan ukuran bank bermasalah yang turut dipertimbangkan dalam masing-masing perlakuan percobaan ekonomi. Keterbatasan yang dimiliki penelitian sebelumnya adalah tidak adanya persaingan antar bank dalam menentukan adanya suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Hal tersebut disebabkan karena informasi yang tidak sempurna antara masing-masing bank, deposan, serta pelaku usaha (perusahaan) terkait informasi mengenai suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh masing-masing bank. Selain itu, penelitian sebelumnya tidak menghendaki
35
adanya kebebasan bagi deposan dan perusahaan dalam memilih bank sesuai dengan preferensi suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang ditawarkan sehingga kurang menggambarkan prilaku pelaku ekonomi yang sebenarnya.
2.3. Kerangka Pemikiran Suatu bank dapat dikategorikan sebagai bank bermasalah atau bank yang teridentifikasikan tidak sehat jika tidak dapat menjalankan fungsi-fungsinya dalam menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, tidak dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran, serta tidak mampu mendukung efektifitas kebijakan moneter. Dalam
penangananan
suatu
bank
bermasalah,
bank
bermasalah
yang
teridentifikasikan sebagai bank gagal harus dikaji lebih lanjut terkait ada atau tidaknya risiko sistemik akibat kegagalan bank bermasalah tersebut. Risiko sistemik tidak hanya mengacu pada dampaknya terhadap instabilitas sektor keuangan dan perbankan, namun juga mengarah pada instabilitas sistem perekonomian. Dalam menetapkan suatu bank berdampak sistemik atau tidak, Bank Sentral pada umumnya mempertimbangkan dua kriteria umum, yaitu ukuran suatu bank yang dilihat dari nilai asset, nilai transaksi, serta jumlah cabangnya dan besarnya keterkaitan bank tersebut dengan bank dan lembaga keuangan lainnya, yang dapat dilihat dari pinjaman antar bank atau kepemilikan. Semakin besar ukuran suatu bank serta besarnya keterkaitan bank tersebut dengan bank atau lembaga keuangan lainnya, bank tersebut memiliki dampak sistemik yang tinggi. Seiring dengan semakin mutakhirnya pengetahuan, beberapa kajian sistemik terhadap perbankan mulai banyak memunculkan ide-ide baru.
36
Berdasarkan kajian sistemik Uni Eropa, risiko sistemik ternyata tidak cukup hanya mempertimbangkan besarnya penguasaan aset suatu bank, tetapi harus mempertimbangkan aspek psikologi pasar. Psikologi pasar tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang dialami saat permasalahan perbankan terjadi. Pada saat kondisi ekonomi mengalami gejolak krisis, isu-isu negatif tentang suatu perbankan dapat menyebabkan sentimen negatif terhadap para pelaku pasar. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kepanikan sejumlah pelaku pasar dalam sektor keuangan dan perbankan sehingga memungkinkan kepanikan tidak hanya terjadi pada suatu lembaga keuangan yang bermasalah, namun dapat menjalar pada lembaga keuangan yang tidak bermasalah. Kebijakan penanganan bank bermasalah yang terdiri dari kebijakan penyelamatan dan kebijakan penutupan bank memiliki implikasi yang berbeda terhadap situasi dan kondisi perbankan dan perekonomian saat permasalahan perbankan terjadi. Dalam kondisi tidak krisis, tindakan penanganan bank bermasalah yang tergolong kecil (perannya kecil dalam totalitas sistem perbankan) melalui tindakan penutupan (likuidasi) mungkin akan dipilih oleh pemerintah. Hal tersebut disebabkan karena penutupan bank-bank yang secara kuantitatif memiliki ukuran kecil tidak memungkinkan terjadinya guncangan psikologi pelaku pasar, khususnya nasabah bank. Pada saat krisis, pendekatan dan penanganan suatu bank bermasalah akan menjadi berbeda. Dalam kondisi krisis, tidak hanya faktor-faktor kuantitatif saja yang mendominasi pertimbangan suatu kebijakan penanganan bermasalah, namun faktor-faktor kualitatif terkait aspek psikologi pasar juga perlu dipertimbangkan. Saat kondisi ekonomi dihadapkan
37
pada
situasi
krisis,
guncangan
psikologi
pelaku
pasar
memungkinkan
mempengaruhi bank-bank lain sehingga dikhawatirkan berdampak sistemik. Kebijakan penanganan
tersebut
memang diakui banyak memicu
perdebatan pada sejumlah kalangan. Oleh karena itu, perlu dikaji kebenarannya secara ilmiah dengan metode percobaan ekonomi terkait kebijakan penanganan bank bermasalah yang dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan ukuran suatu bank terhadap ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan terhadap sistem perekonomian.
38
Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah : 1. Kebijakan Penyelamatan Bank Bermasalah 2. Kebijakan Penutupan Bank Bermasalah
Kondisi Normal
Kondisi Krisis Ekonomi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Rupiah terdepresiasi IHSG menurun secara tajam Credit Default Swap meningkat Cadangan devisa menurun Penjualan SUN dalam jumlah besar Banking Pressure Index>0,5 (adanya tekanan sistem perbankan) Financial Stability Index>2,0 (sistem keuangan tidak stabil) Indeks Keyakinan Konsumen pesimis Tingkat Ketersediaan Lapangan Kerja menurun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Rupiah tidak terdpresiasi IHSG tidak mengalami penurunan Credit Default Swap tidak mengalami peningkatan Cadangan devisa tidak mengalami penurunan Kepemilikan SUN meningkat Banking Pressure Index<0,5 Financial Stability Index<2,0 Indeks Keyakinan Konsumen tidak pesimis Tingkat Ketersediaan Lapangan Kerja tidak menurun
Bank Bermasalah Ukuran Bank Bermasalah Relatif Kecil Dibandingkan Bank Lain
Ukuran Bank Bermasalah Relatif Sama dengan Bank Lain Dampak terhadap Kinerja Perekonomian : 1. Suku Bunga Deposito 2. Total Depsoito 3. Suku Bunga Kredit 4. Total Pinjaman 5. Tingkat Pengenagguran 6. Pertumbuhan Ekonomi 7. Tingkat Inflasi
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
39
2.4. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini, antara lain : 1.
Kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century pada kondisi krisis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perekonomian. Pada kondisi normal, penutupan bank tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perekonomian.
2.
Kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar saat krisis memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan bank bermasalah tersebut berukuran kecil.
3.
Tindakan penutupan pada Bank Century akan menyebabkan dampak sistemik karena ditutup pada saat krisis.
40
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan Penelitian
dengan
menggunakan
simulasi
percobaan
ekonomi
dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 Juli 2011 di Ruang Perpustakaan LSI, Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Bogor. Percobaan ekonomi dilakukan dengan menggunakan komputer yang saling terkoneksi melalui jaringan LAN (Local Area Network). Simulasi percobaan ekonomi dilakukan dengan menggunakan program komputer yang telah dirancang khsusus oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti tidak menggunakan responden yang berasal dari kalangan pelaku ekonomi sebenarnya. Hal ini dilakukan karena reward yang disediakan tidak sebanding dengan opportunity cost pelaku ekonomi sebenarnya, sehingga dikhawatirkan para pelaku ekonomi tersebut tidak memberikan respon yang rasional selama simulasi. Untuk itu, peneliti melibatkan 20 responden dari kalangan mahasiwa. Kalangan mahasiswa cenderung memiliki opportunity cost yang rendah sehingga mampu memberikan gambaran respon yang rasional selama simulasi percobaan ekonomi.
3.2. Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dengan cara : 1.
Perolehan data primer Data primer diperoleh dari hasil simulasi percobaan ekonomi, dimana data
primer tersebut merupakan gambaran respon dari para peserta sebagai pelaku
41
ekonomi dalam percobaan yang dapat dilihat dari lembar keputusan yang dibuat oleh para peserta percobaan. 2.
Studi literatur dan data sekunder Data sekunder diperoleh dari kumpulan data, laporan, hasil survei, kajian
serta publikasi yang diterbitkan oleh beberapa instansi terkait seperti Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu), serta berbagai jurnal dan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian. Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : 1.
Data Statistik Perbankan Indonesia bulan November 2008 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia.
2.
Data Rasio-rasio Keuangan Pokok Perbankan tahun 2008 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia dalam Laporan Pengawasan Perbankan 2008.
3.
Data Indeks Kepercayaan Konsumen bulan Desember 2008 dan bulan Desember 2010 yang dipublikasi oleh Bank Indonesia dalam Survei Konsumen.
4.
Kajian Stabilitas Keuangan yang dipublikasi oleh Bank Indonesia berdasarkan data dan informasi per Desember 2008 dan per Juni 2010.
5.
Data suku bunga simpanan berjangka pertahun berdasarkan kelompok bank yang dipublikasi oleh Bank Indonesia.
6.
Data suku bunga pinjaman pertahun berdasarkan kelompok bank yang dipublikasi oleh Bank Indonesia.
7.
Publikasi Bank Indonesia Edisi Januari 2010 dalam Buku Putih Upaya Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis.
42
8.
Publikasi Bank Indonesia Edisi 2010 dalam buku Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia.
9.
Publikasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam buku Penjelasan dan Penanganan Bank Century.
3.3. Rancangan Simulasi Percobaan Percobaan ini dikondisikan sesuai kejadian kasus Bank Century yang sebenarnya yaitu pada bulan November 2008, oleh karena itu data-data yang digunakan pada kondisi awal percobaan disesuaikan dengan data-data keuangan perbankan pada bulan November 2008. Percobaan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan simulasi kegiatan perbankan yang telah disederhanakan oleh peneliti dengan mengedepankan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. Sebagai lembaga intermediasi, perbankan dalam penelitian ini terfokus pada kegiatan menghimpun dana dari nasabah yang kemudian disalurkan kepada pihak debitur untuk pembiayaan usaha . DPK dari nasabah dalam penelitian ini diasumsikan berasal dari dana deposito. Hal ini didasarkan pada kondisi perbankan pada tahun 2008, dimana dana deposito hingga Desember 2008 mendominasi DPK dengan pangsa 47%, diikuti oleh tabungan sebesar 28%, dan giro sebesar 25%. Deposito yang digunakan dalam simulasi merupakan deposito dengan jangka waktu satu bulan untuk memudahkan pengamatan respon deposan setiap bulannya. Dalam menjalankan fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi,
kegiatan
penyaluran
dana
produkstif
dalam
simulasi
ini
direpresentasikan oleh kredit modal kerja. Hal ini terkait dengan kondisi struktur kredit Desember 2008, dimana penyaluran kredit modal kerja mendominasi
43
tingkat penyaluran dana perbankan dengan pangsa kredit sebesar 52%, diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 28%, dan kredit investasi sebesar 20% Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan 20 orang mahasiswa, dimana masing-masing mahasiswa berperan sebagai pelaku ekonomi dalam percobaan ini. Dalam percobaan ini, 10 orang berperan menjadi deposan, 5 orang sebagai bank (4 bank tidak bermasalah dan 1 bank bermasalah (Bank 5)), dan 5 orang menjadi debitur (Gambar 3.1). Bank akan membuat keputusan dalam merubah suku bunga deposito. Hal tersebut akan direspon oleh deposan dalam membuat keputusan untuk mendepositokan dananya pada bank. Bank juga akan membuat keputusan dalam merubah suku bunga kredit. Hal tersebut akan direspon oleh debitur selaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk meminjam kredit modal kerja. Penentuan suku bunga deposito dan suku bunga kredit dalam penelitian ini diasumsikan memiliki informasi yang sempurna antar bank. Hal ini dilakukan untuk agar menggambarkan adanya persaingan antar bank seperti kegiatan perbankan sebenarnya. Dalam kondisi sebenarnya, penentuan suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada dasarnya mengacu pada suku bunga yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Namun, suku bunga Bank Indonesia tersebut terkadang tidak diikuti sepenuhnya oleh bank umum. Hal tersebut disebabkan karena pertimbangan suku bunga Surat Utang Negara (SUN) dan suku bunga pinjaman sebelumnya yang relatif tinggi. Oleh karena itu, bank cenderung enggan menurunkan suku bunga meskipun acuan suku bunga Bank Indonesia telah diturunkan.
44
Dalam penelitian ini, peranan Bank Indonesia dalam menentukan acuan suku bunga deposito dan suku bunga kredit diabaikan untuk mengurangi kompleksitas simulasi kegiatan perbankan. Suku deposito yang digunakan dalam kondisi awal simulasi percobaan disesuaikan kondisi suku bunga simpanan berjangka pertahun menurut kelompok bank umum pada tahun 2008. sebesar 10,80%. Sedangkan suku bunga kredit yang digunakan dalam kondisi awal simulasi percobaan disesuaikan kondisi suku bunga kredit modal kerja per tahun menurut kelompok bank umum pada tahun 2008sebesar 15,24%. Dalam penelitian ini, kredit modal kerja yang tersalurkan kepada perusahaan selaku pihak debitur diakumulasikan sebagai modal kerja. Akumulasi modal tersebut dijadikan pertimbangan oleh perusahaan dalam menentukan banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi. Dalam hal ini, deposan diasumsikan bekerja pada debitur (perusahaan) yang meminjam modal kerja pada bank. Semakin besar tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan, maka output yang dihasilkan akan semakin tinggi. Penggunaan tenaga kerja yang rendah dalam penelitian ini mencerminkan tingkat pengangguran yang tinggi. Pengangguran yang tinggi tersebut memungkinkan deposan selaku tenaga kerja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Berdasarkan data ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun 2008 sebesar 102.553.000 tenaga kerja16. Total nasabah perbankan pada tahun 2008 sebesar 6.500.000 nasabah17. Dengan demikian, peluang tenaga kerja yang menjadi nasabah sebesar 0,06. Dalam simulasi, jumlah
16
17
Badan Pusat Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Edisi Februari 2009, (Jakarta : Badan Pusat Statistik, 2009), hlm 2. Dapat diakses pada http : xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan++Problem+Century_final.doc
45
deposan yang akan terkena pengacakan PHK diperoleh dengan mengalikan peluang tenaga kerja yang menjadi nasabah sebesar 0,06 dengan jumlah total tenaga kerja yang terkena PHK dalam simulasi. Dalam simulasi percobaan ini, perusahaan selaku debitur kredit modal kerja merupakan pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan produksi. Adapun formula ouput produksi dalam simulasi ini adalah Y = 548L0,5. Semakin besar tenaga kerja yang digunakan, semakin tinggi output yang dihasilkan. Output yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan representasi dari analisis pertumbuhan ekonomi. Output yang dihasilkan oleh perusahaan beserta tingkat biaya produksi akan menentukan tingkat harga output yang akan dianalisis sebagai tingkat inflasi.
Sumber : Penulis
Gambar 3.1. Gambaran Simulasi Percobaan Ekonomi
Kebijakan penanganan bank bermasalah dalam penelitian ini meliputi kebijakan penutupan bank bermasalah dan kebijakan penyelamatan bank
46
bermasalah. Pada kebijakan penutupan bank bermasalah, bank bermasalah akan ditutup pemerintah pada pertengahan bulan pertama. Saldo deposan akan hangus dan perusahaan tidak dapat meminjam kredit modal kerja pada bank. Sedangkan pada kebijakan penyelamatan bank bermasalah, bank bermasalah akan diselamatkan pemerintah pada pertengahan bulan pertama. Bank bermasalah tersebut akan tetap beroperasi seperti bank lain pada umumnya. Percobaan ini dilakukan hingga periode bulan ketiga dengan masing-masing tiga kali ulangan. Percobaan ekonomi dalam penelitian ini mempertimbangkan dua faktor berbeda terkait kebijakan penanganan bank bermasalah, yaitu didasarkan pada faktor kondisi ekonomi dan faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Faktor kondisi ekonomi terdiri dari kondisi krisis ekonomi dan kondisi normal (tidak adanya gejolak krisis ekonomi). Kondisi normal disesuaikan pada data pertumbuhan ekonomi pada bulan Juni 2008, sebesar 6,42%. Sedangkan kondisi krisis digambarkan pada pertumbuhan ekonomi bulan Desember 2008 yang mengalami penurunan akibat krisis global sebesar 5,18%. Kondisi krisis ekonomi dalam penelitian ini akan digambarkan dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal serta adanya penurunan output pada awal perlakuan percobaan. Proses random perusahaan yang terkena penurunan output disesuaikan dengan kondisi penurunan output pada tahun 2008 sebesar 55% dari dari total sektor lapangan usaha. Oleh karena itu, dalam simulasi terdapat 55% perusahaan yang terkena penurunan output dari total perusahaan seluruhnya. Hal tersebut tercermin dari adanya tiga perusahaan dari lima perusahaan mengalami penurunan output. Penurunan output pada tiga perusahaan tersebut diacak secara random oleh peneliti. Penurunan output tersebut
47
diikuti oleh penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan kondisi normal. Dalam penelitian ini, perusahaan yang mengalami penurunan output diasumsikan hanya menggunakan tenaga kerja sebanyak 25 tenaga kerja. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kondisi normal, dimana masing-masing perusahaan menggunakan 30 tenaga kerja. Market share bank dalam penelitian ini diasumsikan berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai sumber dana yang dihimpun oleh bank. Oleh karena itu, ukuran bank tersebut dalam simulasi ini didasarkan pada besarnya jumlah Dana Pihak Ketiga yang dimiliki suatu bank pada awal percobaan. Bank bermasalah berukuran besar memiliki pangsa kepemilikan Dana Pihak Ketiga yang sama besarnya dengan bank lain (Tabel 3.1). Oleh karena itu, bank bermasalah dalam percobaan ini diasumsikan menerima sumber DPK dari empat rekening deposan berbeda. Tabel 3.1. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Besar Bank
Kriteria
DPK
GWM
LDR
Kredit
B1
Bank Sehat
40.000.000
3.000.000
77,60%
31.040.000
B2
Bank Sehat
40.000.000
3.000.000
77,60%
31.040.000
B3
Bank Sehat
40.000.000
3.000.000
77,60%
31.040.000
B4
Bank Sehat
40.000.000
3.000.000
77,60%
31.040.000
B5
Bank Bermasalah
40.000.000
3.000.000
77,60%
31.040.000
Sumber : Penulis (Disesuaikan dengan simulasi) Catatan : Data LDR diperoleh dari data Statistik Perbankan Indonesia 2008 yang dipublikasi Bank Indonesia berdasarkan kinerja bank umum.
Bank bermasalah yang memiliki ukuran yang kecil dibandingkan bank lain memiliki pangsa kepemilikan Dana Pihak Ketiga yang lebih kecil dibandingkan bank lainnya, yaitu sebesar 0,05% (Tabel 3.2). Oleh karena itu, bank bermasalah
48
dalam percobaan ini diasumiskan menerima sumber DPK hanya dari satu rekening deposan. Tabel 3.2. Kondisi Awal Bank Bermasalah Berukuran Kecil Bank
Kriteria
DPK
GWM
LDR
Kredit
B1
Bank Sehat
50.000.000
3.750.000
77,60%
38.800.000
B2
Bank Sehat
50.000.000
3.750.000
77,60%
38.800.000
B3
Bank Sehat
50.000.000
3.750.000
77,60%
38.800.000
B4
Bank Sehat
40.000.000
3.000.000
77,60%
31.040.000
B5
Bank Bermasalah
10.000.000
750.000
47,59%
4.759.000
Sumber : Penulis (Disesuaikan dengan simulasi) Catatan : Data LDR Bank 1 hingga Bank 4 diperoleh dari data Statistik Perbankan Indonesia 2008 yang dipublikasi Bank Indonesia berdasarkan kinerja bank umum. Sedangkan data LDR Bank 5 didasarkan dengan kondisi Bank Century ketika bermasalah.
3.4. Metode Analisis Model rancangan percobaan ekonomi dalam penelitian ini tergolong dalam Rancangan Acak Kelompok. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002), percobaan acak kelompok cukup baik digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam mempersiapkan unit percobaan homogen dalam jumlah besar. Karena percobaan dalam penelitian ini melihat pengaruh 3 faktor, yaitu kebijakan penanganan bank bermasalah (kebijakan penyelamatan dan penutupan bank), kondisi ekonomi (kondisi krisis dan normal), serta ukuran bank bermasalah (besar dan kecil), maka rancangan percobaan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok 3 Faktor. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yijk = µ + αi + j + k + pαij + αik + jk + ijk + εijk
49
Keterangan : Yijk
= nilai pengamatan pada kebijakan ke-i, bulan ke-j, dan kelompok ke-k
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh kebijakan penanganan bank ke-i
j
= pengaruh kondisi ekonomi ke-j
k
= pengaruh ukuran bank bermasalah ke-k
p
= pengaruh kelompok (ulangan) ke-p
αij
= pengaruh interaksi kebijakan penanganan bank ke-i dan kondisi ekonomi ke-j
αik
= pengaruh interaksi kebijakan penanganan bank ke-i dan ukuran bank bermasalah ke-k
jk
= pengaruh interaksi kondisi ekonomi ke-j dan ukuran bank bermasalah ke-k
ijk = pengaruh interaksi kebijakan penanganan bank ke-i, kondisi ekonomi ke-j, dan ukuran bank bermasalah ke-k εijk
= pengaruh dari komponen acak perlakuan
i
= 1, 2
j
= 1, 2
k
= 1, 2
p
= 1, 2, 3 Rancangan percobaan di atas dianalisis dengan metode Analisis Ragam
(ANOVA). Analisis ragam adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman total data kita menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber
50
keragaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan bantuan software Minitab. Bentuk hipotesis yang diuji dalam rancangan percobaan ini, antara lain : 1.
H0 : αi = 0
(kebijakan penanganan bank tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1 : paling sedikit ada satu i dimana αi ≠ 0 2.
H0 : j = 0
(kondisi ekonomi tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1 : paling sedikit ada satu j dimana j ≠ 0 3.
H0 : k = 0
(kondisi ekonomi tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1 : paling sedikit ada satu k dimana k ≠ 0 4.
H0 : p = 0
(kelompok (ulangan) tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1 : paling sedikit ada satu p dimana p ≠ 0 5.
H0 : αij = 0 (interaksi antara kebijakan penanganan bank ke-i dan kondisi ekonomi ke-j tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati) H1 : minimal ada sepasang (i,j) dimana αij ≠ 0
6.
H0 : αik = 0 (interaksi antara kebijakan penanganan bank ke-i dan ukuran bank bermasalah ke-k tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati) H1 : minimal ada sepasang (i,k) dimana αik ≠ 0
7.
H0 : jk = 0 (interaksi kondisi ekonomi ke-j dan ukuran bank bermasalah kek tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
51
H1 : minimal ada sepasang (j,k) dimana dimana jk ≠ 0 8.
H0 : ijk = 0
(interaksi kebijakan penanganan bank ke-i, kondisi ekonomi ke-j, dan ukuran bank bermasalah ke-k tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1 : minimal terdapat satu kelompok (i, j, dan k) dimana ijk ≠ 0 Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh kebijakan penanganan bank bermasalah dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan ukuran bank bermasalah, analisis pengaruh tersebut dapat diamati dari hasil analisis ragam terkait interaksi antara faktor-faktor tersebut. Untuk melihat pengaruh kebijakan penanganan bank bermasalah dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, dapat dilihat hasil interaksi KEBIJAKAN*KONDISI pada analisis ragam terhadap respon. Sedangkan untuk melihat pengaruh kebijakan penanganan bank bermasalah dengan mempertimbankan ukuran bank bermasalah, dapat dilihat hasil interaksi KEBIJAKAN*UKURAN pada analisis ragam terhadap respon. Interaksi yang signifikan antara faktor tersebut terhadap respon akan ditunjukkan oleh nilai P yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,10 pada analisis ragam terhadap respon yang dikaji.
52
3.5. Alur Berpikir Penelitian
Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah
Penyelamatan Bank Bermasalah
Penutupan Bank Bermasalah
Kondisi Krisis Ekonomi
Kondisi Normal Bank Bermasalah
Ukuran Bank Bermasalah Sama dengan Bank Lain
Ukuran Bank Bermasalah Lebih Kecil dibandingkan Bank Lain
Percobaan Ekonomi Sistemik atau Tidak Suku Bunga Deposito
Total Deposito yang Dihimpun Bank
Suku Bunga Kredit
Potensi Rush dan Penutupan Bank Lain
Total Kredit yang Disalurkan
Penggunaan Tenaga Kerja Ouput Produksi Harga Output
Gambar 3.2. Kerangka Berpikir Penelitian
Dalam simulasi percobaan ekonomi ini (Gambar 3.2), kebijakan penanganan bank yang meliputi kebijakan penutupan dan penyelamatan bank bermasalah dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Faktor kondisi ekonomi terdiri dari kondisi krisis dan kondisi normal, sedangkan faktor kondisi ukuran bank bermasalah terdiri dari ukuran bank bermasalah yang sama besarnya dengan bank lain dan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan bank lain. Dalam percobaan ekonomi ini,
53
bank dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan dalam merubah suku bunga deposito dan suku bunga kredit dengan asumsi terdapat informasi sempurna dalam penentuan suku bunga antar bank dalam simulasi. Melalui simulasi percobaan ekonomi, dampak terhadap variabel ekonomi dapat diperbandingkan melalui perlakuan kebijakan penanganan bank bermasalah dengan mempertimbangkan kedua faktor tersebut. Variabel ekonomi yang diamati terdiri dari suku bunga deposito, suku bunga kredit, total deposito yang dihimpun bank, ada atau tidaknya tindakan rush dan penutupan pada bank lain, total kredit yang disalurkan, ouput yang dihasilkan sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran yang terjadi, serta tingkat inflasi sebagai respon dari perkembangan harga yang terjadi. Definisi sistemik dalam penelitian ini adalah kegagalan suatu bank menyebabkan kepanikan nasabah yang ditandai dengan adanya tindakan rush oleh nasabah terhadap bank lain sehingga menyebabkan bank lain mengalami kegagalan akibat permasalahan likuiditas. Respon dari perbankan mengenai risiko sistemik dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tingginya suku bunga deposito dan suku bunga kredit sebagai respon perbankan terhadap perlakuan yang ditetapkan peneliti. Semakin tingginya prediksi kepanikan nasabah, bank akan cenderung untuk meningkatkan suku bunga deposito untuk menarik deposan agar tetap menyimpan dananya di bank. Kenaikan suku bunga deposito tersebut tentu saja akan diimbangi oleh kenaikan suku bunga kredit. Hal tersebut dipertimbangkan karena suku bunga deposito merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank, sedangkan suku bunga kredit merupakan komponen pendapatan yang
54
diperoleh bank. Semakin tinggi biaya yang harus dibayarkan, maka sumber pendapatan dana harus dioptimalkan untuk menutupi biaya tersebut. Tingginya kepanikan nasabah dapat terlihat dari tingginya tingkat penarikan dana nasabah pada perbankan. Semakin tinggi tingkat penarikan dana oleh nasabah, maka jumlah dana yang dihimpun bank akan menurun. Menurunnya jumlah dana yang dihimpun bank, akan menyebabkan bank mengalami permasalahan likuiditas sehingga menyebabkan bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Hal tersebut dapat menyebabkan bank terkena potensi penutupan selama simulasi percobaan ekonomi meskipun bank tersebut bukanlah bank yang bermasalah. Dalam percobaan ini, bank yang terkena penutupan ditandai dengan nilai likuiditas bank yang negatif. Penurunan Dana Pihak Ketiga (DPK) akibat rush ataupun adanya penutupan bank lain selama simulasi percobaan ekonomi akan menyebabkan tingkat dana modal kerja yang disalurkan kepada perusahaan akan menurun. Pinjaman modal kerja yang menurun akan menyebabkan penurunan modal usaha yang dihimpun perusahaan. Semakin rendahnya modal kerja yang dimiliki perusahaan, output perusahaan yang dihasilkan akan menurun. Rendahnya output yang dihasilkan akan direpresentasikan oleh rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Rendahnya output yang dihasilkan perusahaan akan diimbangi dengan pengurangan input tenaga kerja melalui tindakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan. Semakin tingginya tingkat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan akibat pengurangan tenaga kerja tersebut, akan menyebabkan tingkat pengangguran tinggi.
55
Tingginya suku bunga kredit yang ditetapkan bank menyebabkan biaya modal yang dihadapi pelaku usaha (perusahaan) semakin tinggi. Semakin tinggi biaya modal dan rendahnya tingkat ouput akibat rendahnya akumulasi modal usaha akan menyebabkan biaya rata-rata produksi perusahaan semakin tinggi sehingga akan direspon pula dengan kenaikan harga produk. Perkembangan kenaikan harga produk akan dikaji oleh peneliti sebagai tingkat inflasi.
3.6. Prosedur Perlakuan Simulasi Dalam simulasi percobaan ekonomi ini, kebijakan penanganan bank yang bermasalah terdiri dari kebijakan penutupan dan penyelamatan bank bermasalah. Masing-masing perlakuan dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Penjelasan terkait tindakan penanganan, kondisi ekonomi, serta kondisi ukuran bermasalah dapat dilihat pada Tabel 4.1. Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan delapan kombinasi perlakuan yang berbeda didasarkan pada faktor kondisi ekonomi dan faktor ukuran bank. Delapan kombinasi perlakuan tersebut, antara lain : 1. Perlakuan pertama, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain. 2. Perlakuan kedua, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain. 3. Perlakuan ketiga, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain.
56
Tabel 3.3. Penjabaran Kondisi Perlakuan dalam Simulasi Percobaan Ekonomi Pertengahan bulan pertama, Bank Bermasalah akan ditutup pemerintah. Saldo deposan akan hangus dan perusahaan tidak dapat meminjam kredit modal kerja pada bank. Penyelamatan bank Pertengahan bulan pertama, bermasalah Bank Bermasalah akan diselamatkan pemerintah. Bank tetap beroperasi seperti bank lain pada umumnya. Kondisi Krisis 1. Indikator Banking Kondisi Ekonomi Pressure Index yang tinggi mengindikasikan tekanan terhadap sistem perbankan cukup tinggi dan berpotensi terjadinya kegagalan (default) yang sangat besar. 2. Penurunan output nasional, sehingga menyebabkan tingkat pengangguran tinggi. Kondisi Normal Tidak terjadi gejolak krisis perbankan dan tidak terjadi penurunan ouput. Market share bank sama Kondisi Ukuran Bank Sama dengan Bank Lain dengan bank lain pada Bermasalah umumnya. Bank bermasalah menerima sumber DPK dari empat rekening deposan berbeda. Lebih kecil dibandingkan Market share bank lebih bank lain kecil dibandingkan bank lain pada umumnya, berkisar 0,05% dari total market share perbankan keseluruhan. Bank bermasalah menerima sumber DPK hanya dari satu rekening deposan. Sumber : Penulis, disesuaikan sengan simulasi percobaan Tindakan Penanganan
Penutupan bank bermasalah
4. Perlakuan keempat, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain.
57
5. Perlakuan kelima, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. 6. Perlakuan keenam, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. 7. Perlakuan ketujuh, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. 8. Perlakuan kedelapan, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Prosedur untuk perlakuan pertama dan kelima pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan pertama, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan kelima, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut hanya menerima satu rekening deposan. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut ditutup oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan pertama berada pada kondisi krisis ekonomi. Dalam simulasi, kondisi krisis ekonomi digambarkan dengan adanya penurunan output dan tingginya tingkat pengangguran dibandingkan kondisi normal pada awal percobaan. Hal ini digambarkan dengan adanya tiga perusahaan yang akan diacak peneliti
58
menggunakan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan kondisi normal, sehingga akan menyebabkan perusahaan tersebut terkena penurunan output pada awal percobaan. Penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan kondisi normal pada perusahaan tersebut menggambarkan adanya tindakan PHK oleh perusahaan. Dalam simulasi ini, peneliti akan mengacak satu dari sepuluh deposan yang akan terkena PHK pada bulan berikutnya. Prosedur perlakuan pertama dan kelima, antara lain : 1.
Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan.
2.
Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan.
3.
Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masingmasing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4.
Pada awal percobaan, peneliti mengacak tiga perusahaan yang terkena pengurangan tenaga kerja.
5.
Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR
59
(Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur (perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. 6.
Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah ditutup oleh pemerintah. Empat bank lain diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur (perusahaan).
7.
Pada bulan kedua, peneliti akan mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja.
8.
Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif.
9.
Jika bank masih beroperasi, bank akan menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan
60
dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 10. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan). 11. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 12. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 13. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
61
14. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya. 15. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 16. Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 17. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan. Prosedur untuk perlakuan kedua dan keenam pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan kedua, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan keenam, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut diselamatkan oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan kedua berada pada kondisi krisis ekonomi. Dalam simulasi, kondisi krisis ekonomi digambarkan dengan adanya penurunan output dan tingginya tingkat pengangguran dibandingkan kondisi normal. Hal ini digambarkan dengan adanya tiga perusahaan yang akan diacak peneliti menggunakan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan kondisi normal, sehingga akan menyebabkan perusahaan tersebut terkena penurunan output pada awal percobaan. Penggunaan tenaga kerja
62
yang lebih sedikit dibandingkan kondisi normal pada perusahaan tersebut menggambarkan adanya tindakan PHK oleh perusahaan. Dalam simulasi ini, peneliti akan mengacak satu dari sepuluh deposan yang akan terkena PHK pada bulan berikutnya.Prosedur perlakuan kedua dan keenam, antara lain : 1.
Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan.
2.
Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan.
3.
Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masingmasing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4.
Pada awal percobaan, peneliti mengacak tiga perusahaan yang terkena pengurangan tenaga kerja.
5.
Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR (Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur (perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai
63
modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. 6.
Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah diselamatkan oleh pemerintah. Lima bank beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur (perusahaan).
7.
Pada bulan kedua, peneliti akan mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja.
8.
Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif.
9.
Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
64
10. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan). 11. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 12. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 13. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 14. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya.
65
15. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 16. Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 17. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan. Prosedur untuk perlakuan ketiga dan ketujuh pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan ketiga, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan ketujuh, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut ditutup oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan pertama berada pada kondisi krisis normal (tidak adanya gejolak krisis) sehingga tidak ada adanya penurunan pada awal percobaan. Prosedur perlakuan ketiga dan ketujuh, antara lain : 1.
Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan.
2.
Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan
66
instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan. 3.
Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masingmasing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4.
Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR (Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur (perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti.
5.
Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah ditutup oleh pemerintah. Empat bank lain diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur (perusahaan).
6.
Pada bulan kedua, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja.
67
7.
Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif.
8.
Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
9.
Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan).
10. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 11. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank
68
yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 12. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 13. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan akan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya. 14. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 15. Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 16. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan. Prosedur untuk perlakuan keempat dan kedelapan pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan keempat, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat
69
bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan kedelapan, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut diselamatkan oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan keempat berada pada kondisi krisis normal (tidak adanya gejolak krisis ekonomi) sehingga tidak ada adanya penurunan pada awal percobaan.. Prosedur perlakuan keempat dan kedelapan, antara lain : 1.
Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan.
2.
Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan.
3.
Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masingmasing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan.
4.
Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR (Loan Deposit Ratio) yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur (perusahaan) diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai
70
modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. 5.
Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah diselamatkan oleh pemerintah. Lima bank beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur (perusahaan).
6.
Pada bulan kedua, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja.
7.
Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif.
8.
Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
71
9.
Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur (perusahaan).
10.
Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur (perusahaan) diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja.
11.
Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif.
12.
Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur (perusahaan) diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur (perusahaan), debitur (perusahaan) diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
13.
Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan akan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya.
72
14.
Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan.
15.
Pada akhir percobaan (bulan ketiga pada ulangan ketiga), peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti
16.
Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.
73
IV. PEMBAHASAN
4.1. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Deposito Tabel 4.1. Analisis Ragam Suku Bunga Deposito Analysis of Variance for SBD, using Adjusted SS for Tests DF Seq SS Adj SS Adj MS KEBIJAKAN 1 16,75 0,032267 0,032267 KONDISI 1 0,041667 0,041667 0,041667 UKURAN 1 0,000417 0,000417 0,000417 BLOK 2 0,001633 0,001633 0,000817 KEBIJAKAN*KONDISI 1 0,018150 0,018150 0,018150 KEBIJAKAN*UKURAN 1 0,011267 0,011267 0,011267 KONDISI*UKURAN 1 0,000267 0,000267 0,000267 KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 0,001350 0,001350 0,001350 Error 14 0,026967 0,026967 0,001926 Total 23 0,133983 S = 0,0438884 R-Sq = 79,87% R-Sq(adj) = 66,93% Source
F 0,032267 21,63 0,22 0,42 9,42 5,85 0,14 0,70
P 0,001 0,000 0,649 0,663 0,008 0,030 0,715 0,417
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Dengan mengacu pada kasus Bank Century, dimana bank bermasalah tersebut berukuran kecil, pengaruh kebijakan penanganan bank bermasalah dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi memiliki implikasi berbeda terhadap suku bunga deposito. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui analisis ragam pada Tabel 4.1. Interaksi antara kebijakan penanganan bank dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI) memiliki pengaruh yang signifikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,008, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10. Interaksi antara kedua faktor tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Suku Bunga Depoito Per tahun (%)
74
14,50 14,00 13,50
12,84
13,00
12,48
12,50
Kebijakan Penutupan Bank
12,00 11,50 11,00 10,50
10,80 11,16
11,16
2
3
Kebijakan Penyelamatan Bank
10,80
10,00 1
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.1. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Krisis)
Berdasarkan Gambar 4.1, rata-rata suku bunga deposito pada saat penutupan bank bermasalah relatif tinggi dibandingkan penyelamatan bank bermasalah pada kondisi krisis. Pada saat krisis, isu-isu negatif terkait stabilitas perbankan seperti penutupan bank dikhawatirkan mengurangi kepercayaan nasabah terhadap bank. Oleh karena itu, bank berupaya meningkatkan suku bunga deposito agar deposan tetap mendepositokan uangnya di bank dan mencegah adanya tindakan rush oleh deposan. Implikasi penutupan bank bermasalah pada saat krisis berbeda dengan kondisi normal. Berdasarkan Gambar 4.2, rata-rata suku bunga deposito pada kebijakan penutupan bank bermasalah pada kondisi normal tidak jauh berbeda dengan pengaruh kebijakan penyelamatan bank bermasalah. Hal ini menunjukkan bahwa penutupan bank bermasalah yang berukuran kecil tidak terlalu mempengaruhi kepercayaan nasabah pada umumnya. Hal ini disebabkan karena kepercayaan nasabah terhadap perbankan pada saat kondisi normal masih tetap terjaga.
Suku Bunga Deposito Pe r tahun (%)
75
14,50 14,00 13,50
Kebijakan Penutupan Bank
13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50
11,16
11,28
11,16
11,16
2
3
Kebijakan Penyelamatan Bank
10,80 10,80
10,00 1
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.2. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Kondisi Normal)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku bunga deposito dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi juga dapat terlihat dari selisih nilai suku bunga deposito antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada saat krisis (Gambar 4.1), selisih suku bunga deposito antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada kondisi normal (Gambar 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon suku bunga deposito terjadi pada saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada saat krisis. Sedangkan pada kondisi normal, hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank tidak berpengaruh signifikan terhadap suku bunga deposito. Pengaruh
kebijakan
penanganan
bank
bermasalah
dengan
mempertimbangkan ukuran bank bermasalah memiliki implikasi berbeda terhadap suku bunga deposito. Hal ini ditunjukkan oleh analisis ragam pada Tabel 4.1 (halaman 73). Interaksi antara kebijakan penanganan bank dan ukuran bank bermasalah (KEBIJAKAN*UKURAN) memiliki pengaruh yang signifikan. Hal
76
tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,030, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan alpha sebesar 0,10. Interaksi antara kedua faktor tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Berdasarkan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4, suku bunga deposito pada saat krisis akibat kebijakan penutupan bank bermasalah secara umum relatif lebih tinggi
dibandingkan kebijakan penyelamatan bank. Pada saat krisis, isu-isu
negatif terkait stabilitas perbankan dapat mengurangi kepercayaan nasabah terhadap bank. Oleh karena itu, bank berupaya meningkatkan suku bunga deposito setinggi-tingginya agar nasabah tetap mendepositokan uangnya di bank dan mencegah adanya tindakan rush pada bank bersangkutan. Namun, kebijakan penutupan bank bermasalah yang berukuran besar memiliki rata-rata suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan kebijakan penutupan bank bermasalah yang berukuran kecil pada saat krisis. Tingkat suku bunga deposito lebih tinggi pada bank bermasalah yang berukuran besar disebabkan karena bank berukuran besar memiliki pangsa pasar yang tinggi dibandingkan bank berukuran kecil. Bank dengan pangsa pasar yang tinggi umumnya memiliki pengaruh yang besar terhadap kepercayaan nasabah karena merepresentasikan kredibilitas perbankan secara keseluruhan. Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku bunga deposito dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat terlihat dari selisih nilai suku bunga deposito antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.3), selisih suku bunga deposito antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.4). Hal ini
77
menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon suku bunga deposito terjadi pada saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada bank bermasalah berukuran besar. 14,28
14,50
Suku Bunga Depoito Per tahun (%)
14,00 13,50 12,60
13,00
Kebijakan Penutupan Bank
12,50 12,00 11,50 11,00 10,50
10,80 10,80
11,04
11,28
Kebijakan Penyelamatan Bank
10,00 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Suku Bunga Depoito Per tahun (%)
Gambar 4.3. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
14,50 14,00 13,50 12,84 13,00
12,48
Kebijakan Penutupan Bank
12,50 12,00
Kebijakan Penyelamatan Bank
11,50 11,00 10,50
10,80 11,16
11,16
2
3
10,80
10,00 1
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.4. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Deposito Per tahun (Bank Bermasalah Berukuran Kecil)
78
4.2. Implikasi Kebijakan terhadap Total Deposito Tabel 4.2. Analisis Ragam Total Deposito Analysis of Variance for DEP, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS KEBIJAKAN 1 1,97116E+16 6 1,97116E+1 1,97116E+16 KONDISI 1 5,26144E+15 5,26144E+15 5,26144E+15 UKURAN 1 1,08862E+16 1,08862E+16 1,08862E+16 BLOK 2 7,92204E+15 7,92204E+15 3,96102E+15 KEBIJAKAN*KONDISI 1 5,67327E+14 5,67327E+14 5,67327E+14 KEBIJAKAN* 1 6,85021E+15 6,85021E+15 6,85021E+15 UKURAN KONDISI*UKURAN 1 5,50172E+14 5,50172E+14 5,50172E+14 KEBIJAKAN*KONDISI 1 2,28050E+15 2,28050E+15 2,28050E+15 *UKURAN Error 14 8,70095E+15 8,70095E+15 6,21496E+14 Total
23
F 31,72 8,47 17,52 6,37 0,91 11,02
P 0,000 0,011 0,001 0,011 0,356 0,005
0,89 3,67
0,363 0,076
6,27305E+16
S = 24929829 R-Sq = 86,13% R-Sq(adj) = 77,21%
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.2, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total deposito. Hal ini tercermin dari nilai P sebesar 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi antara kedua faktor tersebut juga tercermin pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Berdasarkan Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, kebijakan penanganan bank bermasalah pada saat krisis dengan mempertimbangkan kondisi ukuran bank bermasalah memiliki kecenderungan yang sama, yaitu rendahnya total deposito pada saat dilakukan penutupan bank bermasalah dibandingkan tindakan penyelamatan bank bermasalah. Pada saat kondisi krisis dimana tekanan terhadap perbankan cukup tinggi, kepercayaan nasabah terhadap perbankan menurun meskipun suku bunga deposito yang ditawarkan perbankan cukup tinggi.
79
350.000.000,00 295.066.577,33
Total Deposito (Rp)
300.000.000,00 252.296.666,67 250.000.000,00
Kebijakan Penutupan Bank
200.000.000,00 200.000.000,00
Kebijakan Penyelamatan Bank
200.000.000,00 150.000.000,00 149.785.000,00
156.926.281,33
100.000.000,00 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.5. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
Berdasarkan Gambar 4.5 dan Gambar 4.6, selisih total deposito antara kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar relatif lebih tinggi dibandingkan selisih total deposito pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank terhadap total deposito pada bank berukuran besar memiliki pengaruh lebih tinggi dibandingkan bank bermasalah berukuran kecil. Hal ini disebabkan karena penutupan bank yang berukuran besar memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap penurunan kepercayaan nasabah terhadap perbankan sehingga potensi terjadinya tindakan rush oleh nasabah cukup tinggi (Gambar 4.5).
80
350.000.000,00 301.256.000,00
Total Deposito (Rp)
300.000.000,00
276.860.319,00 273.743.333,33
250.000.000,00 200.000.000,00
243.880.000,00
200.000.000,00
Kebijakan Penutupan Bank Kebijakan Penyelamatan Bank
200.000.000,00 150.000.000,00
100.000.000,00 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.6. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Deposito (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
Berdasarkan Gambar 4.6, total deposito pada saat terjadi penutupan bank bermasalah berukuran kecil memiliki kecenderungan peningkatan. Namun, peningkatan tersebut relatif lebih rendah dibandingkan tindakan penyelamatan bank. Hal tersebut mengimplikasikan bahwa penarikan deposito oleh nasabah tidak terjadi, namun tetap terjadi penurunan kepercayaan nasabah yang tercermin dari berkurangnya kepercayaan nasabah untuk mendepositokan uangnya ke bank.
4.3. Implikasi Kebijakan terhadap Suku Bunga Kredit Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.3, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suku bunga kredit. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P sebesar 0,042, dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut tercermin oleh Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.
81
Tabel 4.3. Analisis Ragam Suku Bunga Kredit Analysis of Variance for SBK, using Adjusted SS for Tests DF Seq SS Adj SS Adj MS KEBIJAKAN 1 0,045938 0,045938 0,045938 KONDISI 1 0,003504 0,003504 0,003504 UKURAN 1 0,004538 0,004538 0,004538 BLOK 2 0,010258 0,010258 0,005129 KEBIJAKAN*KONDISI 1 0,018150 0,018150 0,018150 KEBIJAKAN*UKURAN 1 0,012604 0,012604 0,012604 KONDISI*UKURAN 1 0,000337 0,000337 0,000337 KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 0,000504 0,000504 0,000504 Error 14 0,035075 0,035075 0,002505 Total 23 0,140096 S = 0,0500535 R-Sq = 74,96% R-Sq(adj) = 58,87% Source
F 18,34 1,40 1,81 2,05 9,42 5,03 0,13 0,20
P 0,001 0,257 0,200 0,166 0,008 0,042 0,719 0,661
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan Gambar 4.7 dan Gambar 4.8, implikasi kebijakan penanganan bank bermasalah berukuran kecil pada saat krisis dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi memiliki implikasi yang berbeda terhadap suku bunga kredit. Suku bunga kredit pada saat kebijakan penutupan bank saat krisis lebih tinggi dibandingkan saat kebijakan penutupan bank dalam kondisi normal. 17,00
Suku Bunga kredit Pe rtahun (%)
16,50 16,00 15,50 15,00
15,24
15,24
15,48
Kebijakan Penutupan Bank
15,24
14,50 14,00
14,28
14,16
2
3
13,50
Kebijakan Penyelamatan Bank
13,00 12,50 1
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.7. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun(Kondisi Krisis)
Pada kondisi krisis, penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century cenderung mengalami peningkatan suku bunga kredit. Hal ini
82
dilakukan untuk mengimbangi peningkatan suku bunga deposito dalam rangka mempertahankan profit bank (Gambar 4.7).
Suku Bunga Kredit Per tahun (%)
17,00 16,50 16,00 15,50
15,24 14,88
15,00
14,88
15,24
14,50
14,76
14,64
14,00 13,50
Kebijakan Penutupan Bank Kebijakan Penyelamatan Bank
13,00 12,50 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.8. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun(Kondisi Normal)
Sedangkan pada kondisi normal, suku bunga kredit cenderung mengalami penurunan dan berada pada kisaran nilai yang tidak jauh berbeda pada kebijakan penutupan bank bermasalah dan penyelamatan bank bermasalah. Hal ini disebabkan karena masing-masing bank saling bersaing untuk dapat menarik debitur untuk meningkatkan profit bank (Gambar 4.8). Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku bunga kredit dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dapat terlihat dari selisih nilai suku bunga kredit antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada kondisi krisis, selisih suku bunga kredit antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada saat kondisi normal (Gambar 4.7). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon suku bunga kredit terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada kondisi krisis.
83
Sedangkan pada kondisi normal, kebijakan penutupan bank tidak berpengaruh signifikan terhadap suku bunga kredit (Gambar 4.8). Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.3 (halaman 81), interaksi kebijakan
penanganan
bank
bermasalah
dan
ukuran
bank
bermasalah
(KEBIJAKAN*UKURAN) memiliki pengaruh yang berbeda terhadap suku bunga kredit. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,10. Secara grafis, interaksi kedua faktor tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.9 dan Gambar 4.10. Berdasarkan Gambar 4.9 dan Gambar 4.10, kebijakan penutupan bank bermasalah pada kondisi krisis dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah memiliki kecenderungan yang sama, yaitu peningkatan suku bunga kredit. Namun, rata-rata suku bunga kredit pada kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.9) memiliki kenaikan yang cukup tajam dibandingkan kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.10). Hal ini disebabkan karena suku bunga deposito pada penutupan bank bermasalah berukuran besar cukup tinggi dibandingkan penutupan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.3 dan Gambar 4.4). Tingginya suku bunga deposito sebagai faktor biaya bagi bank harus diimbangi dengan faktor penerimaan bank yang berasal dari suku bunga kredit. Suku bunga kredit pada kebijakan penyelamatan mengalami penurunan karena msing-masing bank saling bersaing untuk
meningkatkan
jumlah
nasabah
(debitur)
meningkatkan profit bank dan meminimalisir kerugian pada bank.
dalam
rangka
84
Suku Bunga Kredit Pertahun (%)
17,00
16,44
16,50 15,60
16,00 15,50 15,00
15,24 15,24
Kebijakan Penutupan Bank
14,50 14,00 13,50
Kebijakan Penyelamatan Bank
13,80
13,00
13,20
12,50 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.9. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Bemasalah Besar) 17,00
Suku Bunga kredit Per tahun (%)
16,50 16,00 15,50 15,00
15,48 15,24
15,24
15,24
Kebijakan Penutupan Bank
14,50 14,00
14,28
14,16
13,50
Kebijakan Penyelamatan Bank
13,00 12,50 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.10. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Suku Bunga Kredit Per tahun (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap suku bunga kredit dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat terlihat dari selisih nilai suku bunga kredit antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.9), selisih suku bunga
85
kredit antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon suku bunga kredit terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada bank bermasalah berukuran besar dibandingkan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.10).
4.4. Implikasi Kebijakan terhadap Total Pinjaman Tabel 4.4. Analisis Ragam Total Pinjaman Analysis of Variance for PIN, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS KEBIJAKAN 1 4,31525E+15 4,31525E+15 4,31525E+15 KONDISI 1 5,56070E+15 5,56070E+15 5,56070E+15 UKURAN 1 5,41622E+14 5,41622E+14 5,41622E+14 BLOK 2 6,74757E+15 6,74757E+15 3,37378E+15 KEBIJAKAN*KONDISI 1 3,91074E+15 3,91074E+15 3,91074E+15 KEBIJAKAN*UKURAN 1 1,45116E+15 1,45116E+15 1,45116E+15 KONDISI*UKURAN 1 9,59535E+14 9,59535E+14 9,59535E+14 KEBIJAKAN*KONDISI* 1 2,98121E+14 2,98121E+14 2,98121E+14 UKURAN Error 14 4,97735E+15 4,97735E+15 3,55525E+14 Total 23 2,87620E+16 S = 18855372 R-Sq = 82,69% R-Sq(adj) = 71,57%
F 12,14 15,64 1,52 9,49 11,00 4,08 2,70 0,84
P 0,004 0,001 0,237 0,002 0,005 0,063 0,123 0,375
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.4, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total pinjaman. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut juga ditunjukkan secara grafis pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12. Berdasarkan Gambar 4.11 dan Gambar 4.12, implikasi kebijakan penanganan bank bermasalah berukuran kecil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi memiliki implikasi yang berbeda. Secara umum, total pinjaman pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah saat krisis lebih rendah dibandingkan
86
pada kondisi normal. Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap total pinjaman dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dapat terlihat dari selisih total pinjaman antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank pada masing-masing kondisi ekonomi. 190.000.000,00
175.373.451,27 158.818.357,33
170.000.000,00
Total Pinjaman (Rp)
150.000.000,00 130.000.000,00
121.759.200,00
110.000.000,00
121.759.200,00
127.645.269,33 115.878.394,67
90.000.000,00
Kebijakan Penutupan Bank Kebijakan Penyelamatan Bank
70.000.000,00 50.000.000,00 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.11. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Kondisi Krisis)
Pada saat krisis, selisih total pinjaman antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada saat kondisi normal. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon total pinjaman terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan saat krisis. Pada kondisi krisis, penutupan bank bermasalah menyebabkan nilai total pinjaman yang jauh lebih rendah dibandingkan kebijakan penyelamatan (Gambar 4.11). Hal ini disebabkan karena tingginya suku bunga kredit pada saat kebijakan penutupan bank dilakukan. Sedangkan pada kondisi normal, kebijakan penutupan bank tidak berpengaruh signifikan terhadap total pinjaman (Gambar 4.12).
87
190.000.000,00
Total Pinjaman (Rp)
170.000.000,00
155.155.466,67
160.924.906,67
150.000.000,00 152.922.663,33 130.000.000,00
121.759.200,00
110.000.000,00
121.759.200,00
148.727.629,33
Kebijakan Penutupan Bank
90.000.000,00
Kebijakan Penyelamatan Bank
70.000.000,00 50.000.000,00 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.12. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Kondisi Normal)
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.4 (halaman 85), interaksi antara kebijakan
penanganan
bank
bermasalah
dan
ukuran
bank
bermasalah
(KEBIJAKAN*UKURAN) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total pinjaman. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,063, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut juga ditunjukkan secara grafis pada Gambar 4.13 dan Gambar 5.14. Berdasarkan Gambar 4.13 dan Gambar 4.14, total pinjaman pada kebijakan penutupan bank bermasalah, baik bank bermasalah berukuran besar maupun kecil, secara keseluruhan memiliki nilai total pinjaman yang lebih rendah dibandingkan total pinjaman saat kebijakan penyelamatan bank dilakukan. Hal ini disebabkan oleh rata-rata suku bunga kredit saat dilakukan penutupan bank cenderung tinggi sehingga para debitur mengurangi jumlah pinjamannya ke bank. Total pinjaman pada kebijakan penyelamatan dilakukan, baik pada bank bermasalah berukuran besar maupun kecil memiliki kecenderungan mengalami
88
peningkatan. Hal ini disebabkan karena suku bunga kredit pada kebijakan penyelamatan pada kondisi tersebut cukup relatif rendah sehingga para debitur tertarik untuk meminjam dana kepada bank.
190.000.000,00 169.635.454,87
Total Pinjaman (Rp)
170.000.000,00 141.290.469,33
150.000.000,00 130.000.000,00 110.000.000,00
124.160.000,00
Kebijakan Penutupan Bank
124.160.000,00
90.000.000,00 86.276.688,45
70.000.000,00
Kebijakan Penyelamatan Bank
67.751.302,67
50.000.000,00 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.13. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap total pinjaman dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat terlihat dari selisih total pinjaman antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.13), selisih total pinjaman antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.14). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon total pinjaman terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada bank bermasalah berukuran besar.
89
190.000.000,00
175.373.451,27
Total Pinjaman (Rp)
170.000.000,00
158.818.357,33
150.000.000,00 130.000.000,00
121.759.200,00
110.000.000,00
121.759.200,00
127.645.269,33 115.878.394,67
90.000.000,00 70.000.000,00
Kebijakan Penutupan Bank Kebijakan Penyelamatan Bank
50.000.000,00 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.14. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Total Pinjaman (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
Secara umum, total pinjaman pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.13) relatif lebih rendah dibandingkan saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.14). Hal ini disebabkan oleh rata-rata suku bunga kredit saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar relatif lebih tinggi dibandingkan saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.9 dan Gambar 4.10). Berdasarkan Gambar 4.13, total pinjaman saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar mengalami penurunan yang signifikan pada bulan kedua akibat tingginya suku bunga kredit dan rendahnya total dana yang dihimpun bank sehingga dana yang mampu disalurkan kepada debitur menjadi terbatas. Pada bulan ketiga, total pinjaman mengalami sedikit peningkatan akibat total dana yang disalurkan kepada debitur mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Masing-masing perusahaan memprioritaskan berproduksi sebanyak-banyaknya dengan mengajukan pinjaman setinggi-tingginya untuk
90
memperkuat permodalan, meskipun tingkat suku bunga kredit saat itu relatif tinggi secara umum. Berdasarkan Gambar 4.14, total pinjaman pada kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century mengalami peningkatan pada bulan kedua. Hal ini disebabkan karena pada bulan kedua, suku bunga kredit belum mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan ketiga, total pinjaman mengalami penurunan yang signifikan akibat kenaikan suku bunga kredit pada bulan ketiga.
4.5. Implikasi Kebijakan terhadap Tingkat Pengangguran Tabel 4.5. Analisis Ragam Tingkat Pengangguran Analysis of Variance for UN, using Adjusted SS for Tests DF Seq SS Adj SS Adj MS KEBIJAKAN 1 560,67 560,67 560,67 KONDISI 1 661,50 661,50 661,50 UKURAN 1 266,67 266,67 266,67 BLOK 2 480,06 480,06 240,03 KEBIJAKAN*KONDISI 1 726,00 726,00 726,00 KEBIJAKAN*UKURAN 1 96,00 96,00 96,00 KONDISI*UKURAN 1 170,67 170,67 170,67 KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 192,67 192,67 192,67 Error 14 900,77 900,77 64,34 Total 23 4055,00 S = 8,02127 R-Sq = 77,79% R-Sq(adj) = 63,51% Source
F 8,71 10,28 4,14 3,73 11,28 1,49 2,65 2,99
P 0,011 0,006 0,061 0,050 0,005 0,242 0,126 0,106
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.5, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran. Hal ini ditunjukkan oleh nilai P sebesar 0,005, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16.
91
Berdasarkan Gambar 4.15 dan Gambar 4.16, kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi memiliki implikasi yang berbeda terhadap tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran saat kebijakan penutupan dilakukan untuk bank bermasalah saat krisis relatif lebih tinggi (Gambar 4.15) dibandingkan tingkat pengangguran saat kebijakan penutupan dilakukan pada saat normal (Gambar 4.16). Hal tersebut disebabkan karena akumulasi total pinjaman sebagai modal usaha bagi para debitur lebih rendah pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah pada kondisi krisis dibandingkan pada kondisi normal.
Tingkat pengangguran (%)
30 25 20 15 10 5
8,39 5,72
5,72
4,00
4,00
2
3
8,39
0 1
Kebijakan Penutupan Bank Kebijakan Penyelamatan Bank
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.15. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Tingkat Pengangguran (Kondisi Krisis)
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap tingkat pengangguran dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dapat terlihat dari selisih tingkat pengangguran antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada kondisi krisis (Gambar 4.15), selisih tingkat pengangguran antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada saat kondisi normal (Gambar 4.16). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap
92
respon tingkat pengangguran terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada kondisi krisis. Sedangkan pada kondisi normal, hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran.
Tingkat pengangguran (%)
30 25 20
Kebijakan Penutupan Bank
15
Kebijakan Penyelamatan Bank
10
4,00
4,00
4,67
4,00
4,00
4,00
2
3
5 0
1
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.16. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Tingkat Pengangguran (Kondisi Normal)
4.6. Implikasi Kebijakan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tabel 4.6. Analisis Ragam Pertumbuhan Ekonomi Analysis of Variance for OUT, using Adjusted SS for Tests DF Seq SS Adj SS Adj MS KEBIJAKAN 1 28370549 28370549 28370549 KONDISI 1 28317212 28317212 28317212 UKURAN 1 1256355 1256355 1256355 BLOK 2 260940 260940 130470 KEBIJAKAN*KONDISI 1 731501 731501 731501 KEBIJAKAN*UKURAN 1 22025244 22025244 22025244 KONDISI*UKURAN 1 19149511 19149511 19149511 KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 2059292 2059292 2059292 Error 14 78573356 78573356 5612383 Total 23 180743961 S = 2369,05 R-Sq = 56,53% R-Sq(adj) = 28,58% Source
F 5,05 5,05 0,22 0,02 0,13 3,92 3,41 0,37
P 0,041 0,041 0,643 0,977 0,723 0,068 0,086 0,554
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.6, interaksi kebijakan penanganan
bank
bermasalah
dan
ukuran
bank
bermasalah
(KEBIJAKAN*UKURAN) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
93
tingkat pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P sebesar 0,068, dimana nilai tersebut lebih kecil daripada nilai alpha sebesar 0,10. Interaksi kedua faktor tersebut dapat ditunjukkan oleh Gambar 4.17 dan Gambar 4.18. Berdasarkan Gambar 4.17 dan Gambar 4.18, implikasi kebijakan penutupan Bank Century pada saat krisis terhadap bank bermasalah berukuran besar maupun kecil memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah dibandingkan kebijakan penyelamatan Bank Century. Hal ini disebabkan karena tingkat pengangguran pada saat kebijakan penutupan bank lebih tinggi dibandingkan pada saat bank bermasalah diselamatkan. Tindakan penutupan bank bermasalah berukuran besar pada saat krisis menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah dibandingkan tindakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil pada saat krisis. Hal tersebut sesuai dengan tingginya tingkat pengangguran pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar dibandingkan bank bermasalah berukuran kecil.
6,65
Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,70
6,66
6,60 6,50
6,40
6,40 6,30
6,40
6,40 6,31
6,20 6,10
Kebijakan Penutupan Bank Kebijakan Penyelamatan Bank
6,00 5,90 5,80 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.17. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Bermasalah Besar)
94
Besarnya pengaruh kebijakan penutupan bank bermasalah terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan ukuran bank bermasalah dapat terlihat dari selisih tingkat pertumbuhan ekonomi antara kebijakan penutupan dan penyelamatan bank. Pada bank bermasalah berukuran besar (Gambar 4.17), selisih tingkat pertumbuhan ekonomi antara kebijakan penutupan dan penyelamatan lebih besar dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil (Gambar 4.18). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar terhadap respon tingkat tingkat pertumbuhan ekonomi terjadi saat kebijakan penutupan bank dilakukan pada bank bermasalah berukuran besar.
6,65
Pertumbuhan Ekonomi (%)
6,70
6,59
6,60 6,50
6,40
6,40 6,30
6,53
6,55
6,40
Kebijakan Penutupan Bank
6,20
Kebijakan Penyelamatan Bank
6,10 6,00 5,90 5,80 1
2
3
Bulan
Sumber : Data Hasil Percobaan
Gambar 4.18. Implikasi Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Ukuran Bank Bermasalah Kecil)
4.7. Implikasi Kebijakan terhadap Inflasi Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4.7, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi (KEBIJAKAN*KONDISI) dan interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dengan ukuran bank bermasalah (KEBIJAKAN*UKURAN) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
95
terhadap tingkat inflasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P masing-masing sebesar 0,456 dan 0,272, dimana kedua nilai tersebut lebih besar daripada nilai alpha sebesar 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank bermasalah pada saat krisis, baik pada bank berukuran besar maupun kecil tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi. Begitu juga pada kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil pada kondisi krisis maupun normal tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi. Tabel 4.7. Analisis Ragam Tingkat Inflasi Analysis of Variance for INF, using Adjusted SS for Tests DF Seq SS Adj SS Adj MS KEBIJAKAN 1 18028 18028 18028 KONDISI 1 115758 115758 115758 UKURAN 1 27396 27396 27396 BLOK 2 11983 11983 5992 KEBIJAKAN*KONDISI 1 41080 41080 41080 KEBIJAKAN*UKURAN 1 91576 91576 91576 KONDISI*UKURAN 1 8204 8204 8204 KEBIJAKAN*KONDISI*UKURAN 1 16139 16139 16139 Error 14 980020 980020 70001 Total 23 1310184 S = 264,578 R-Sq = 25,20% R-Sq(adj) = 0,00% Source
Sumber : Data Hasil Percobaan, diolah menggunakan Minitab
F 0,26 1,65 0,39 0,09 0,59 1,31 0,12 0,23
P 0,620 0,219 0,542 0,918 0,456 0,272 0,737 0,639
96
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century, memiliki implikasi yang berbeda pada kondisi krisis dan normal. Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan kondisi ekonomi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat pengangguran. Hasil simulasi percobaan ekonomi menunjukkan bahwa kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran kecil pada kondisi krisis memiliki pengaruh terhadap respon suku bunga deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan tingkat pengangguran. Sedangkan pada kondisi normal, kebijakan penutupan bank tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perekonomian yang dikaji. Kebijakan penutupan bank bermasalah pada saat krisis memiliki respon yang sama, namun memiliki besaran pengaruh yang berbeda terhadap kinerja perekonomian yang dikaji. Berdasarkan analisis ragam, interaksi antara kebijakan penanganan bank bermasalah dan ukuran bank bermasalah berpengaruh signifikan terhadap suku bunga deposito, suku bunga kredit, total deposito, total pinjaman, dan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga deposito dan suku bunga kredit relatif tinggi pada saat kebijakan penutupan bank bermasalah dibandingkan saat kebijakan penyelamatan bank bermasalah dilakukan. Selain itu, total pinjaman dan pertumbuhan ekonomi cenderung relatif rendah pada kebijakan penutupan dibandingkan kebijakan penyelamatan bank bermasalah. Namun, besaran pengaruh yang ditimbulkan dari kebijakan penutupan bank bermasalah berukuran besar dan kecil memiliki perbedaan. Kebijakan penutupan bank bermasalah
97
berukuran besar memiliki pengaruh yang relatif lebih tinggi terhadap respon suku bunga deposito, suku bunga kredit, total pinjaman, dan pertumbuhan ekonomi dibandingkan pada bank bermasalah berukuran kecil. Hasil penelitian terkait kasus Bank Century dengan menggunakan metode percobaan ekonomi menunjukkan bahwa penutupan Bank Century menyebabkan dampak sistemik yang pengaruhnya relatif rendah. Hal ini menyimpulkan bahwa pengaruh sistemik yang cukup besar akan ditimbulkan jika bank bermasalah berukuran besar ditutup pada saat krisis. Dalam kondisi normal, penutupan bank bermasalah berukuran kecil seperti Bank Century tidak akan menimbulkan dampak sistemik. Selain itu, tekanan dan potensi kegagalan bank sangat rendah karena stabilitas ekonomi masih terjaga sehingga kepercayaan nasabah terhadap perbankan tidak mengalami penurunan.
5.2.
Saran Berdasarakan hasil penelitian ini, beberapa saran yang diajukan penulis,
antara lain : 1.
Penelitian selanjutnya diharapkan memiliki desain program simulasi yang mampu melibatkan banyak responden (keterlibatan bank, deposan, dan perusahaan lebih banyak), dengan harapan simulasi percobaan ekonomi mampu menggambarkan hasil yang lebih mencerminkan realita dan mampu dijadikan sebagai bahan pembelajaran terkait aplikasi percobaan ekonomi.
2.
Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas cakupan pengaruh respon yang lebih luas dengan melibatkan respon dari sisi permintaan terhadap
98
output. Hal ini dilakukan agar pengaruh kebijakan penanganan bank bermasalah dapat dianalisis secara menyeluruh. 3.
Dalam
menilai
dampak
sisitemik,
diharapkan
pemerintah
mampu
menganalisis dampak sistemik dari adanya kegagalan bank terhadap berbagai variabel ekonomi secara keseluruhan. Dengan demikian, pemerintah dapat merumuskan kebijakan penanganan bank bermasalah yang tepat dengan mengacu pada besarnya dampak sistemik yang ditimbulkan akibat kegagalan suatu bank tanpa mengundang kontroversi di tengah masyarakat.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengertian, fungsi, dan ruang lingkup usaha http://mokeng.wordpress.com/2008/07/04/karakteristik-perbankan/ Maret 2011].
bank. [24
. 2009. “Century Bukan Kategori Bank Berdampak Sistemik” [Bataviase Online]. http://bataviase.co.id/detailberita-10428992.html [24 Maret 2011]. Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. Edisi Oktober 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bank Indonesia, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. 2009. Laporan Pengawasan Perbankan 2008. Bank Indonesia, Jakarta. , Humas Bank Indonesia. 2010. Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta. , Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. 2004. Bank Sentral Republik Indonesia : Sebuah Pengantar. Bank Indonesia, Jakarta. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta. Elsaryan. 2009. “Krisis Ekonomi Global 2008 serta Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia”. http://elsaryan.wordpress.com/2009/09/08/krisis-ekonomi-global-2008serta-dampaknya-bagi-perekonomian-indonesia/ [09 April 2011]. Fardillah, Firza. 2011. Kajian Alternatif Kebijakan Pemerintah terhadap Penyelamatan Bank Bermasalah dengan Percobaan Ekonomi [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hasibuan, Malayu. S. P. 2008. Dasar-dasar Perbankan. PT Bumi Aksara, Jakarta. Herdaru, Purnomo. 2009. “Bank Century Tak Termasuk Bank Sistemik” [Detik Finance Online]. http://us.detikfinance.com/read/2009/12/21/120517/1263532/5/burhanuddi n-bank-century-tak-termasuk-bank-sistemik [11 Oktober 2010] Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Tim Asistensi Sosialisasi Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. 2010. Buku Putih Upaya Pemerintah dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis. Edisi Januari 2010. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
100
Mankiw. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta. Matjik, A. A. Dan I. M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan Jilid I Edisi Kedua. IPB Press, Bogor. Pangaribuan, Haisar. 2008. “Kegagalan Suatu Bank”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2:119 – 134. Rizky, Mochamad. 2009. “Krisis 2008 : Membangun Kesiapan Indonesia dalam menghadapai Globalisasi”. http://younganalist.blogspot.com/2009/07/krisis-2008-membangunkesiapan_03.html [09 April 2011]. Setiawan, Azis. 2010. “Problem Bailout Bank xa.yimg.com/.../Brief+Analysis+Perbankan++Problem+Century_final.doc [11 Oktober 2010].
Century”.
http
:
Sugema, Iman. 2009. “Risiko Sistemis Bank Century”. http://www.madaniri.com/2009/09/08/risiko-sistemis-bank-century/ [11Oktober 2010].
101
LAMPIRAN
102
Lampiran 1. Data Hasil Percobaan PERLAKUAN
BLN
ULNGAN
SBD
SBK
DEPOSITO
PINJAMAN
PHK
OUTPUT
HARGA
1
2
1
0,98
1,21
94.460.000
52.815.076
51
12.133
28.063
1
2
2
0,98
1,27
166.460.000
77.728.160
31
13.542
27.814
1
2
3
1,19
1,44
188.435.000
72.710.672
38
13.260
27.960
2
2
1
0,9
1,17
211.830.000
101.501.488
12
14.926
27.442
2
2
2
0,93
1,07
284.000.000
175.278.400
0
18.246
27.848
2
2
3
0,92
1,2
261.060.000
147.091.520
2
17.049
27.639
3
2
1
0,93
1,27
172.380.000
112.807.776
0
16.078
27.398
3
2
2
0,96
1,27
228.500.000
164.724.000
1
16.482
27.531
3
2
3
0,99
1,2
198.500.000
134.424.000
0
17.098
27.527
4
2
1
0,91
1,16
296.830.000
115.203.040
16
39.186
27.534
4
2
2
0,91
1,07
256.500.000
165.590.400
0
17.821
27.734
4
2
3
0,92
1,23
285.500.000
168.502.400
0
17.984
27.806
5
2
1
1,17
1,32
190.500.000
70.032.000
34
13.055
28.300
5
2
2
0,98
1,22
270.760.000
171.896.704
0
18.147
22.973
5
2
3
0,99
1,26
270.380.000
141.007.104
0
16.868
27.500
6
2
1
1,17
1,32
190.500.000
70.032.000
0
16.716
27.552
6
2
2
0,98
1,22
270.760.000
171.896.704
0
17.705
27.710
6
2
3
0,99
1,26
270.380.000
141.007.104
0
16.250
27.436
7
2
1
0,93
1,23
282.500.000
180.259.200
0
18.459
27.916
7
2
2
0,92
1,24
278.500.000
147.188.800
1
17.066
27.628
7
2
3
0,93
1,22
277.500.000
138.018.400
0
16.655
27.436
8
2
1
0,93
1,23
269.580.000
125.642.432
0
16.078
27.398
8
2
2
0,93
1,25
349.080.000
187.095.158
1
16.482
27.531
8
2
3
0,93
1,25
272.500.000
146.030.400
0
17.098
27.527
1
3
1
1,2
1,37
79.565.800
48.879.488
53
12.043
28.195
1
3
2
1,16
1,33
169.138.044
106.242.049
10
15.182
27.486
1
3
3
1,2
1,4
222.075.000
103.708.528
13
15.057
27.607
2
3
1
0,93
1,09
280.508.982
132.944.222
0
16.425
27.448
2
3
2
0,96
1,02
306.264.750
185.062.143
0
19.753
28.446
2
3
3
0,92
1,2
298.426.000
169.900.000
0
17.940
27.907
3
3
1
0,95
1,29
216.172.000
160.660.882
0
17.714
27.658
3
3
2
0,97
1,28
258.800.000
183.054.400
0
18.613
27.939
3
3
3
1,01
1,21
256.230.000
160.422.292
0
17.565
27.653
4
3
1
0,92
1,16
299.610.000
123.810.592
3
15.963
27.469
4
3
2
0,92
1,07
305.412.000
198.217.273
0
19.213
28.142
4
3
3
0,93
1,2
258.050.000
203.514.720
0
19.345
28.241
5
3
1
1,11
1,31
231.150.000
102.190.160
32
13.701
28.287
5
3
2
1,11
1,3
295.710.000
102.190.160
0
18.482
27.900
103
PERLAKUAN
BLN
ULNGAN
SBD
SBK
DEPOSITO
PINJAMAN
PHK
OUTPUT
HARGA
5
3
3
0,99
1,26
294.370.000
143.254.864
0
16.918
27.573
6
3
1
0,93
1,22
293.200.000
164.699.500
0
17.809
27.778
6
3
2
0,93
1,13
303.800.000
154.662.000
0
16.538
27.464
6
3
3
0,94
1,19
306.768.000
206.758.854
0
19.315
28.176
7
3
1
0,93
1,22
243.750.000
177.305.520
0
18.371
27.849
7
3
2
0,93
1,22
234.800.000
169.004.000
0
17.977
27.816
7
3
3
0,94
1,22
297.410.000
136.465.200
2
16.570
22.664
8
3
1
0,93
1,2
307.120.000
138.303.592
0
16.672
27.481
8
3
2
0,94
1,26
308.320.000
127.747.520
0
16.257
27.429
8
3
3
0,94
1,24
307.660.000
180.131.776
0
18.450
27.880
Lampiran 2. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Deposan 1. Sebelum simulasi dimulai, Anda log-in terlebih dahulu pada tampilan program simulasi berikut :
Pilih Simulasi sesuai perlakuan yang diinstruksikan peneliti, contoh perlakuan1 Ketik Username Anda, contoh : deposan1 Ketik Password yang merupakan angka dari inisial Anda, contoh : 1 Setelah selesai. Klik login 2. Anda akan memasuki akun bulan pertama dengan asumsi sebagai berikut : Uang yang dimiliki pada awal percobaan sebesar 30.000.000 Memiliki pengeluaran perbulan sebesar 800.000 (diasumsikan TETAP di setiap bulannya) Sisa Uang yang Dipegang berasal dari Uang yang Dipegang + Upah Bekerja – Pengeluaran perbulan. Sisa Uang yang Dipegang merupakan sejumlah uang yang Anda pegang sebelum Anda mendepositokan uang Anda. Suku bunga deposito perbulan pada bulan pertama dari semua bank sebesar 0,90%
104
Menerima upah pekerja sebesar 1.000.000, Oleh karena itu Ketik 1.000.000 pada kolom upah pekerja. Mendepositokan uang Anda masing-masing sebesar 10.000.000 pada dua rekening bank berbeda (berdasarkan daftar random yang telah ditentukan peneliti) dengan ketik 10.000.000 pada kolom penambahan/pengurangan deposito pada bank tersebut. Ketik 0 pada bank lain sebagai indikasi bahwa Anda tidak mendepositokan uang Anda pada bank tersebut. Total uang yang Dipegang saat ini merupakan sisa uang yang Anda pegang setelah Anda mendepositokan uang Anda pada bank. Total uang yang Dipegang saat ini merupakan nilai uang yang akan Anda pegang pada awal bulan berikutnya. Total uang yang Dipegang saat ini = Uang yang Anda pegang pada awal Pengeluaran perbulan – percobaan + Upah pekerja – Penambahan/Pengurangan Deposito + bunga deposito Setelah data terisi lengkap, isi lembar keputusan terlebih dahulu, lalu klik Submit untuk melanjutkan ke bulan kedua. 3. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah bank menentukan suku bunga deposito bulan berikutnya.
4. Anda akan memasuki akun bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut : Uang yang Anda pegang saat ini berasal dari total uang yang Anda pegang pada akhir bulan pertama. Sisa Uang yang Dipegang berasal dari Uang yang Dipegang + Upah Bekerja – Pengeluaran perbulan. Sisa Uang yang Dipegang merupakan
105
sejumlah uang yang Anda pegang sebelum Anda mendepositokan uang Anda.
Ketik 1.000.000 pada kolom upah pekerja (jika Anda tidak terkena PHK). Deposan yang terkena PHK akan diacak oleh peneliti setelah investor memberikan keputusan penggunaan tenaga kerja. Ketik 0 pada kolom upah pekerja jika Anda terkena PHK. Buatlah keputusan pinjaman dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Anda mendepositokan uang Anda pada bank tertentu secara bebas sesuai preferensi Anda dengan pertimbangan sebagai berikut : Semakin tinggi suku bunga deposito, bunga deposito akan semakin tinggi, sehingga akumulasi total uang yang Anda miliki pada akhir simulasi akan meningkat. Namun Anda harus berhati-hati, jika terdapat penutupan bank lain, bank lain termasuk bank Anda berpotensi terkena penutupan, saldo deposito dan bunga deposito Anda akan hangus. Hal tersebut akan berisiko terhadap berkurangnya total uang yang Anda miliki pada akhir simulasi. Total uang yang Anda miliki berpengaruh terhadap reward yang akan Anda peroleh. 2. Saldo deposito di bank minimal 10.000.000 3. Jika Anda ingin menambah nominal deposito, ketik seberapa besar penambahan deposito pada kolom penambahan/pengurangan deposito, contoh penambahan deposito pada bank1 4. Jika Anda ingin menarik deposito, ketik seberapa besar deposito yang akan Anda tarik dengan Ketik tanda minus (-) di depan nominal deposito yang akan Anda tarik, contoh penambahan deposito pada bank 3. 5. Ingat, saldo deposito minimal di bank sebesar 10.000.000. Anda tidak boleh menarik/mendepositokan uang Anda dimana hal tersebut menyebabkan saldo deposito Anda bernilai kurang dari 10.000.000. Jika saldo deposito Anda bernilai kurang dari 10.000.000, maka akan muncul tampilan warning berikut :
106
6. Jika Anda ingin nilai deposito Anda sama dengan bulan sebelumnya, ketik 0 pada kolom penambahan/pengurangan deposito, contoh penambahan deposito pada bank 2 dan 4. 7. Keputusan mendepositokan uang Anda tidak boleh menyebabkan Total Uang Dipegang saat Ini bernilai negatif. Total uang yang Dipegang saat ini merupakan sisa uang yang Anda pegang setelah Anda mendepositokan uang Anda pada bank. Total uang yang Dipegang saat ini merupakan nilai uang yang akan Anda pegang pada awal bulan berikutnya. Total uang yang Dipegang saat ini = Uang yang Anda pegang pada awal bulan kedua + Upah pekerja – Pengeluaran perbulan – Penambahan/Pengurangan Deposito + bunga deposito Jika hal tersebut terjadi, maka akan muncul warning pada tampilan program Anda.
Setelah data terisi lengkap, isi Lembar keputusan lalu klik Submit untuk melanjutkan ke bulan ketiga. 5. Kemudian akan muncul Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah bank menentukan suku bunga deposito bulan berikutnya.
6. Anda akan memasuki akun bulan ketiga dengan ketentuan sebagai berikut : Uang yang Anda pegang saat ini berasal dari total uang yang Anda pegang pada akhir bulan kedua. Sisa Uang yang Dipegang berasal dari Uang yang Dipegang + Upah Bekerja – Pengeluaran perbulan. Sisa Uang yang Dipegang merupakan sejumlah uang yang Anda pegang sebelum Anda mendepositokan uang Anda.
107
Ketik 1.000.000 pada kolom upah pekerja (jika Anda tidak terkena PHK). Deposan yang terkena PHK akan diacak oleh peneliti setelah investor memberikan keputusan penggunaan tenaga kerja. Ketik 0 pada kolom upah pekerja jika Anda terkena PHK. Buatlah keputusan deposito seperti instruksi sebelumnya. Total uang yang Dipegang saat ini merupakan sisa uang yang Anda pegang setelah Anda mendepositokan uang Anda pada bank. Total uang yang Dipegang saat ini merupakan nilai uang yang akan diakumulasikan untuk menentukan Nilai Uang yang Anda miliki di akhir simulasi. Total uang yang Dipegang saat ini = Uang yang Anda pegang pada awal bulan ketiga + Upah pekerja – Pengeluaran perbulan – Penambahan/Pengurangan Deposito + bunga deposito Uang yang Anda miliki pada bulan ketiga merupakan reward yang akan dikonversi oleh peneliti. Uang yang Ada miliki pada bulan ketiga merupakan akumulasi dari Total Uang yang Dipegang Saat Ini dan akumulasi saldo deposito di bank. 7. Setelah data terisi lengkap, isi Lembar keputusan lalu klik Submit untuk mengkahiri simulasi Anda sebagai deposan.
8. Uang yang Anda miliki yang Anda pada bulan ketiga akan dijadikan pertimbangan reward oleh peneliti.
108
Lampiran 3. Lembar Keputusan Deposan Nama :
Perlakuan :
Inisial :
Ulangan : Penambahan/Pengurangan Deposito
Bank
Bulan Pertama (+)
Bulan Kedua (+)
Bulan Ketiga (-)
(+)
(-)
B1 B2 B3 B4 B5 Uang yang Anda Miliki di Bulan Ketiga :
Lampiran 4. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Bank 1. Sebelum simulasi dimulai, Anda log-in terlebih dahulu pada tampilan program simulasi berikut :
Pilih Simulasi sesuai perlakuan yang diinstruksikan peneliti, contoh perlakuan1 Ketik Username Anda, contoh : bank1 Ketik Password yang merupakan angka dari inisial Anda, contoh : 1 Setelah selesai. Klik login 2. Anda akan melihat deposan dan investor mana saja yang terdaftar dalam simulai. Klik Next untuk melanjutkan.
109
3. Anda memasuki akun bulan pertama dengan asumsi sebagai berikut : Anda menerima dana deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) Suku bunga deposito perbulan pada bulan pertama diasumsikan sama dari semua bank sebesar 0,90% Suku bunga kredit perbulan pada bulan pertama diasumsikan sama dari semua bank sebesar 1,27% Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 7,5% dari Total DPK merupakan kewajiban bank yang harus dibayarkan kepada Bank Indonesia.
Anda diminta untuk mengetikan proporsi LDR (Loan-Deposit Ratio) yang merupakan proporsi total kredit terhdaap total DPK. Ketik pada kolom
110
LDR sebesar 77,6%, namun pengecualian bagi LDR BANK 5 (sebagai Bank Bermasalah) pada perlakuan 5 – 8 sebesar 47,59%.
Pinjaman maksimal akan disesuaikan dari total kredit yang dibagikan secara merata kepada 5 perusahaan. Setelah mengetahui nilai pinjaman maksimal yang akan diberikan kepada perusahaan, klik Beritahu Investor 4. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah investor membuat keputusan pinjaman pada bank Anda.
Setelah perusahaan memberikan keputusan pinjaman, Bank dapat mengetahui besaran profit yang diperoleh pada bulan pertama dengan rumus sebagai berikut : Profit = (Suku Bunga Kredit x Total Pinjaman yang disalurkan) – (Suku Bunga Deposito x Total Deposito) Setelah data lengkap, isi lembar keputusan Anda, lalu klik Submit untuk melanjutkan.
111
Jika Anda Bank5, dengarkan instruksi dari peneliti terkait bank Anda ditutup atau tidak. Jika Bank Anda terkena penutupan oleh pemerintah. Klik tombol tutup bank pada tampilan program Anda.
5. Anda diminta membuat keputusan merubah suku bunga pada pertengahan bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut : Suku bunga kredit > suku bunga deposito Semakin tinggi suku bunga deposito, maka akan menarik para deposan untuk mendepositokan uangnya pada bank Anda. Suku bunga deposito merupakan komponen biaya, oleh karena itu tingginya suku bunga deposito dapat mengurangi profit Anda jika tidak diimbangi dengan tingginya suku bunga kredit dan tingginya total pinjaman dari perusahaan. Semakin tinggi suku bunga kredit, maka profit bank Anda akan meningkat jika diimbangi dengan total pinjaman yang besar pula. Namun, tingginya suku bunga kredit memungkinkan perusahaan enggan membuat keputusan pinjaman pada bank Anda. Anda harus berhati-hati dalam mempertimbangkan tingkat suku bunga, karena adanya penutupan bank cukup mempengaruhi perilaku deposan dan perusahaan. Anda juga harus mempertimbangkan keputusan suku bunga bank lain agar deposan dan perusahaan tertarik menjadi nasabah Anda.
Suku bunga deposito dan suku bunga kredit sebesar 0% merupakan indikasi Bank terkena penutupan. Tentukan suku bunga deposito dan suku bunga kredit sementara dalam waktu 30 detik. Lihat kisaran suku bunga deposito dan suku bunga kredit dari bank lain pada kolom informasi suku bunga untuk memungkinkan Anda dapat membuat suku bunga yang diminati oleh para deposan dan perusahaan (jangan mengklik Submit sebelum Anda membuat keputusan suku bunga akhir Anda). Tentukan keputusan akhir suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada kolom suku bunga saat ini selama 30 detik terakhir.
112
Setelah selesai membuat keputusan akhir suku bunga pada kolom keputusan suku bunga saat ini, Isi Lembar keputusan, lalu klik Submit untuk melanjutkan. 6. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah deposan membuat keputusan deposito pada bank Anda.
7. Anda memasuki akun bulan kedua dengan asumsi sebagai berikut : Anda menerima dana deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 7,5% dari Total DPK merupakan kewajiban bank yang harus dibayarkan kepada Bank Indonesia.
Dalam tampilan tersebut akan tertera kolom likuiditas, likuiditas akan menentukan bank Anda beroperasi atau tutup. Jika likuiditas bernilai negatif, maka bank Anda akan terkena penutupan. Klik tombol tutup bank pada tampilan program Anda jika bank Anda ditutup.
Likuiditas = Sisa DPK di bulan pertama + total pengembalian bulan pertama + penambahan saldo bulan kedua – total bunga deposito bulan pertama –total bunga deposito bulan kedua Anda diminta untuk mengetikan proporsi LDR (Loan-Deposit Ratio) yang merupakan proporsi total kredit terhdaap total DPK. Ketik pada kolom LDR sebesar 77,6%, namun pengecualian bagi LDR BANK 5 (sebagai Bank Bermasalah) pada perlakuan 5 – 8 sebesar 47,59%.
113
Pinjaman maksimal akan disesuaikan dari total kredit yang dibagikan secara merata kepada 5 perusahaan. Setelah mengetahui nilai pinjaman maksimal yang akan diberikan kepada perusahaan, klik Beritahu Investor 8. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah investor membuat keputusan pinjaman pada bank Anda.
Setelah perusahaan memberikan keputusan pinjaman, Bank dapat mengetahui besaran profit yang diperoleh pada bulan pertama dengan rumus sebagai berikut : Profit = (Suku Bunga Kredit x Total Pinjaman yang disalurkan) – (Suku Bunga Deposito x Total Deposito) Setelah data lengkap, isi lembar keputusan Anda, lalu klik Submit untuk melanjutkan.
114
9. Anda diminta membuat keputusan merubah suku bunga pada pertengahan bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut :
Tentukan suku bunga deposito dan suku bunga kredit sementara dalam waktu 30 detik. Lihat kisaran suku bunga deposito dan suku bunga kredit dari bank lain untuk memungkinkan Anda dapat membuat suku bunga yang diminati oleh para deposan dan perusahaan (jangan mengklik Submit sebelum Anda membuat keputusan suku bunga akhir Anda). Tentukan keputusan akhir suku bunga deposito dan suku bunga kredit pada kolom suku bunga saat ini selama 30 detik terakhir. Setelah selesai membuat keputusan akhir suku bunga pada kolom keputusan suku bunga saat ini, Isi Lembar keputusan, lalu klik Submit untuk melanjutkan. 10. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah deposan membuat keputusan deposito pada bank Anda.
11. Anda memasuki akun bulan ketiga dengan asumsi sebagai berikut : Anda menerima dana deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 7,5% dari Total DPK merupakan kewajiban bank yang harus dibayarkan kepada Bank Indonesia.
115
Anda diminta untuk mengetikan proporsi LDR (Loan-Deposit Ratio) yang merupakan proporsi total kredit terhdaap total DPK. Ketik pada kolom LDR sebesar 77,6%, namun pengecualian bagi LDR BANK 5 (sebagai Bank Bermasalah) pada perlakuan 5 – 8 sebesar 47,59%.
12.
Setelah mengetahui nilai pinjaman maksimal yang akan diberikan kepada perusahaan, klik Beritahu Investor Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah investor membuat keputusan pinjaman pada bank Anda.
116
lalu klik Submit untuk mengakhiri simulasi Anda sebagai Bank.
13. Akumulasi profit yang Anda peroleh setiap bulan akan dijadikan pertimbangan reward oleh peneliti.
Lampiran 5. Lembar Keputusan Bank Nama : Inisial : Periode Waktu Keputusan Suku bunga
Bulan 1 Suku bunga deposito 0,90
Suku bunga kredit 1,27
Perlakuan : Ulangan : Bulan 2 (Tutup/Beroperasi) Suku Suku bunga bunga deposito kredit
Bulan 3 (Tutup/Beroperasi) Suku Suku bunga bunga deposito kredit
Total Deposito Total Pinjaman yg disalurkan Profit
Lampiran 6. Instruksi Percobaan Ekonomi untuk Perusahaan 1. Sebelum simulasi dimulai, Anda log-in terlebih dahulu pada tampilan program simulasi berikut :
Pilih Simulasi sesuai perlakuan yang diinstruksikan peneliti, contoh perlakuan1 Ketik Username Anda, contoh : investor1 Ketik Password yang merupakan angka dari inisial Anda, contoh : 1
117
Setelah selesai. Klik login 2. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah bank menentukan Pinjaman Maksimal untuk Perusahaan Anda.
3. Anda akan memasuki akun bulan pertama dengan asumsi sebagai berikut : Modal Awal yang Anda miliki sebesar 40.000.000 di setiap bulannya. Suku bunga kredit perbulan pada bulan pertama diasumsikan sama dari semua bank sebesar 1,27%.
Anda membuat keputusan pinjaman pada 4 bank berbeda (sesuai daftar random yang ditentukan peneliti) dengan mengetikan besarnya pinjaman sebesar pinjaman maksimal yang ditentukan oleh bank. Ketik 0 pada bank lain dimana Anda tidak meminjam pada bank tersebut. Setelah selesai klik Ajukan ke Bank.
Modal Usaha merupakan akumulasi dari akumulasi Modal Sendiri dan Total Keputusan Pinjaman dari Bank.
118
Anda membuat keputusan penggunaan tenaga kerja dengan ketik 30 pada kolom tenaga kerja yang digunakan. Jika perusahaan Anda terkena penurunan output (ditentukan peneliti pada saat krisis secara random), ketik 25 pada kolom tenaga kerja yang digunakan. Ouput merupakan fungsi dari tenaga kerja yang digunakan. Q = f(L) = 548L0,5. Output akan terisi secara otomatis setelah Anda melakukan keputusan penggunaan tenaga kerja. Semakin besar tenaga kerja yang digunakan semakin besar pula output yang dihasilkan. Harga produk merupakan fungsi dari total biaya produksi dan output, yang ditentukan dengan rumus Harga Produk = (1+35%) x (Total Biaya Produksi/Output). Nilai 35% merupakan nilai mark up (proporsi profit) yang telah ditentukan peneliti. Harga akan terisi secara otomatis. Total Biaya Produksi merupakan akumulasi dari Biaya Input Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Modal 1. Biaya Input Bahan Baku diasumsikan tetap di setiap bulannya sebesar 30.000.000 2. Upah pekerja diasumsikan tetap setiap bulannya sebesar 1.000.000 . Biaya Tenaga Kerja ditentukan dengan rumus Tenaga Kerja yang Digunakan x Upah pekerja. Semakin besar tenaga kerja yang digunakan, biaya tenaga kerja semakin tinggi. 3. Biaya Modal ditentukan berdasarkan total bunga pinjaman dan Opportunity cost dari Modal Awal. Semakin besar tingkat suku bunga kredit dan besar pinjaman kredit, semakin besar pula biaya modal. Opportunity Cost tersebut merupakan biaya imbangan seandainya modal awal tersebut didepositokan pada bank yang memiliki suku bunga deposito tertinggi. Penerimaan diperoleh dari Output x Harga Produk Profit ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Profit = (Harga Produk x Output) – (Biaya Input + Biaya Modal + Biaya Tenaga Kerja) Anda diasumsikan selalu memperoleh keuntungan Setelah data terisi lengkap, isi Lembar Keputusan lalu klik Submit untuk melanjutkan ke bulan kedua. 4. Kemudian akan muncul tampilanWaiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah bank menentukan suku bunga kredit dan pinjaman maksimal untuk perusahaan Anda.
5. Anda akan memasuki akun bulan kedua dengan ketentuan sebagai berikut : Modal Awal yang Anda miliki sebesar 40.000.000
119
Indikasi Bank terkena penutupan (tidak beroperasi) : Pada kolom Pinjaman Kredit Maksimal berisi angka 0. Anda tidak dapat mengajukan pinjaman pada bank tersebut. Anda membuat keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas dengan mengetikan besar pinjaman bank pada kolom keputusan pinjaman sesuai preferensi Anda dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Semakin tinggi suku bunga kredit yang ditawarkan oleh Bank, semakin besar pula biaya modal yang Anda bayarkan. Biaya modal yang tinggi merupakan pengurang profit yang akan Anda peroleh. 2. Keputusan pinjaman tidak boleh melebihi pinjaman kredit maksimal yang ditawarkan bank. Jika hal tersebut terjadi, akan muncul tampilan warning berikut : 3. Ketik 0 pada bank lain dimana Anda tidak meminjam pada bank tersebut. Setelah selesai membuat keputusan pinjaman, klik Ajukan ke Bank
Anda membuat keputusan penggunaan tenaga kerja dengan mengetikan besar tenaga kerja yang digunakan pada kolom Tenaga Kerja yang digunakan dengan ketentuan tenaga kerja maksimal sebagai berikut : Tenaga Kerja yang Digunakan = [(Modal Usaha) – 30.000.000]:1.000.000
120
6.
Keterangan = nilai 30.000.000 merupakan biaya biaya input bahan baku, nilai 1.000.000 merupakan upah pekerja. Setelah data terisi lengkap, isi Lembar Keputusan lalu klik Submit untuk melanjutkan ke bulan ketiga. Kemudian akan muncul tampilan Waiting Confirmation. Tampilan akan tertutup secara otomatis setelah bank menentukan suku bunga kredit dan pinjaman maksimal untuk perusahaan Anda.
7. Anda akan memasuki akun bulan ketiga dengan ketentuan sebagai berikut : Modal Awal yang Anda miliki sebesar 40.000.000
Anda membuat keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas dengan mengetikan besar pinjaman bank pada kolom keputusan pinjaman sesuai preferensi Anda
Anda membuat keputusan penggunaan tenaga kerja dengan mengetikan besar tenaga kerja yang digunakan pada kolom Tenaga Kerja yang digunakan dengan ketentuan tenaga kerja maksimal sebagai berikut : Tenaga Kerja yang Digunakan = [(Modal Usaha) – 30.000.000]:1.000.000 Keterangan = nilai 30.000.000 merupakan biaya biaya input bahan baku, nilai 1.000.000 merupakan upah pekerja. Profit ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
121
Profit = (Harga Produk x Output) – (Biaya Input + Biaya Modal + Biaya Tenaga Kerja) Anda diasumsikan selalu memperoleh keuntungan Setelah data terisi lengkap, isi Lembar Keputusan lalu klik Submit untuk mengakhiri simulasi Anda sebagai perusahaan.
8. Akumulasi profit yang Anda peroleh setiap bulan akan dijadikan pertimbangan reward oleh peneliti.
Lampiran 7. Lembar Keputusan Perusahaan Nama : Inisial : Bank B1 B2 B3 B4 B5 TK yg digunakan Ouput Harga Produk Profit
Bulan 1
Perlakuan : Ulangan : Keputusan Total Pinjaman Bulan 2
Bulan 3