Kode
: I. 73
KE
: 1 (Sumatera)
LAPORAN KEMAJUAN TAHAP I PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2012
Kajian Pengolahan Limbah Olahan Kelapa Sawit dengan Sistem Lahan Basah Buatan untuk Pengendalian Pencemaran di Riau
Fokus : Sawit Lokus : Riau
Peneliti Pengusul : Dr. Cynthia Henny,MSc.Eng Peneliti Anggota : 1. Evi Susanti,M.T. 2. Sulung Nomosatryo, M.Si 3. Fifia Zulti, M.Si 4. Rosidah, S.Si.
Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
1
LEMBAR PENGESAHAN
Kajian Pengolahan Limbah Olahan Kelapa Sawit dengan Sistem Lahan Basah Buatan untuk Pengendalian Pencemaran di Riau
1.
Judul Penelitian
:
2.
Kode
:
I.73
3.
Koridor
:
1 (Sumatera)
4.
Fokus
:
Sawit
5.
Lokus
:
Riau
6.
Biaya Penelitian
:
Rp 250.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah)
7.
Peneliti Pengusul
:
Dr. Cynthia Henny, M.Sc.Eng.
8.
Peneliti Anggota
:
1. 2. 3. 4.
Evi Susanti,M.T. Sulung Nomosatryo, M.Si. Fifia Zulti, M.Si. Rosidah, S.Si.
DISETUJUI, Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI
Peneliti Pengusul,
Dr. Tri Widiyanto, M.Si. NIP 196304231988031002
Dr. Cynthia Henny, M.Sc.Eng. NIP 196302181987032003
MENGETAHUI, Deputi Bidang IPK - LIPI
Dr. Iskandar Zulkarnain NIP 195904141985031003
2
DAFTAR ISI
Halaman BAB I
PENDAHULUAN I.1 I.2 I.3
I.4 BAB II
BAB III
BAB IV
Latar Belakang Pokok Permasalahan Metodologi Pelaksanaan I.3.1 Lokus Kegiatan I.3.2 Fokus Kegiatan I.3.3 Bentuk Kegiatan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
1 3 4 4 4 4 4
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN II.1
Pengelolaan Administrasi Manajerial II.1.1 Perencanaan Anggaran II.1.2 Pengelolaan Anggaran (jelaskan apabila terjadi perubahan) II.1.3 Rancangan Pengelolaan Aset
5 5 5 6
II.2
Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja II.2.1 Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja II.2.2 Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja II.2.3 Perkembangan Pencapaian Target Kinerja
6 6 7 7
II.3
Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program II.3.1 Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program II.3.2 Indikator Keberhasilan Sinergi Koord. Kelembagaan-Program II.3.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program
8 8 8 8
II.4
Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa II.4.1 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa II.4.2 Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa II.4.3 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa II.4.4 Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
9 9 9 9 10
RENCANA TINDAK LANJUT III.1 Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja
11
III.2 Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program
11
III.3 Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
11
III.4 Rencana Pengembangan ke Depan
11
PENUTUP
11
DAFTAR LAMPIRAN (TABEL, FOTO, DLL)
13
3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang memproduksi dan mengekspor minyak sawit. Dengan meningkatnya kebutuhan akan minyak sawit dunia, limbah yang dihasilkan juga meningkat. Proses dalam pengekstraksian minyak sawit/crude palm oil (CPO) dibutuhkan air dalam kuantitas yang sangat besar dari buah sawit segar, dan 50% dari air tersebut menjadi limbah efluen minyak sawit atau yang dikenal dengan istilah palm oil-mill effluent (POME). Limbah POME mempunyai kandungan senyawa kompleks yang tinggi seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral. POME merupakan cairan kental berwarna coklat yang mengandung total padatan yang tinggi ( 40,500 mg/L), minyak dan lemak (4000 mg/L), Chemical oxygen demand (COD) (50,000 mg/L) dan Biological oxygen demand (BOD) (25,000 mg/L) (Ahmad etal, 2003). Limbah POME dapat mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan seperti perairan sungai apabila dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu mengurangi beban limbah POME sesuai standar mutu air bersih merupakan tantangan dan membutuhkan sistem pengolahan yang efisien dan efektif. Berbagai sistem pengolahan limbah POME telah dikaji antara lainnya pengolahan secara fisika menggunakan filtrasi (Ahmad etal, 2003), secara kimia menggunakan koagulan dan flokkulan (Phalakornkule et al. 2010), secara biologi baik dengan sistem anaerobik dan aerobik (Puetpaiboon dan Chotwattanasak, 2011) dan gabungan sistem fisika, kimia dan biologi menggunakan sistem lahan basah buatan (Ariffin, 2009; Kamal, 2009). Secara fisika, limbah cair kelapa sawit dapat diolah menggunakan teknologi membran untuk
memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul,
menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran lebih besar dari poripori membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Larutan yang mengandung komponen yang tertahan disebut konsentrat dan larutan yang mengalir disebut permeat. Filtrasi dengan menggunakan membran selain berfungsi sebagai sarana pemisahan juga berfungsi sebagai sarana dan
pemekatan
pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut. Filtrasi
bertujuan untuk memisahkan grease(lemak) dari limbah. Membran mikrofiltrasi mampu menahan bakteri, koloid dan protozoa. Ukuran pori membran mikrofiltrasi berkisaar antara 50-5000 nm (Korbutowicz 2008). Keramik dipilih sebagai bahan membran karena mudah dioperasikan dan dicuci (backwash). Material ini bertekstur licin sehingga partikel yang menempel padanya mudah dibersihkan tanpa merusak tekstur dari membran (Hanum 2009). 4
Sistem biologi kolam anaerobik merupakan sistem yang umum digunakan untuk mengurangi beban limbah POME dan kemudian diikuti dengan sistem aerobik. Sistem kolam anaerobik menjadi sorotan dikarenakan menjadi sumber emisi gas rumah kaca yang mempunyai dampak terhadap pemanasan global, sedangkan sistem aerobik menggunakan aerasi yang membutuhkan energi. Sistem anaerobik yang efektif dan gas metan dapat dikoleksi adalah sistem tangki anaerobik (anaerobic batch atau digester). Anaerobic digester dapat dilakukan secara mesofilik (menggunakan suhu sekitar 3540oC) dapat menurunkan > 60 % COD dan menghasilkan biogas metan > 60 % (Puetpaiboon dan Chotwattanasak, 2010). Sebenarnya sistem bisa sangat tepat dikarenakan limbah POME mempunyai suhu mencapai 60oC. Trickling filter yang merupakan sistem secara biologi yang mempunyai potensi sebagai salah satu alternatif sistem pengolahan limbah POME. Sistem biofilter ini selain proses non-energi tidak membutuhkan keahlian dalam operasional dan mampu mengatasi ”shockloading” karena fluktuasi beban limbah. Mikroorganisme tumbuh sebagai biofilm. Penyisihan limbah POME bisa mencapai 90% untuk beban organik BOD dan COD apabila kandungan padatan di sisihkan terlebih dahulu menggunakan senyawa koagulation (Abdullah et al, 2004). Lahan basah buatan (constructed wetland) didefinisaikan sebagai ekosistem rawa yang dirancang manusia dengan disain khusus untuk mengolah air tercemar dengan mengoptimalkan proses-proses fisika, kimia dan biologi dalam suatu kondisi yang saling berintegrasi. Lahan basah buatan merupakan sistem pengolahan sekunder atau tertier yang didisain berdasarkan karakteristik air limbah yang akan diolah, debit air limbah, dan hasil akhir yang diinginkan dan selanjutnya menentukan luas rawa buatan, waktu detensi, dan kedalaman kolam. Waktu detensi umumnya berkisar 1-7 hari, namun ada juga penelitian yang menggunakan waktu detensi lebih cepat (sekitar 8 jam). Pada kenyataannya lahan basah buatan berskala besar mempunyai waktu detensi yang lebih lama (biasanya sampai 20 hari). Kedalaman kolam rawa buatan biasanya berkisar antara 60-80 cm (Kadlec dan Knight, 1996). Sistem lahan basah buatan mampu menyisihkan > 90% COD dan TSS dari limbah POME 100% dengan waktu retensi 10 hari (Ariffin, 2009) dan menurunkan kandungan nitrogen ammonia dan posfat > 80% (Kamal, 2009).
Tujuan dari penelitian adalah 1). mengkarakterisasi limbah olahan kelapa sawit (POME) dari dua perusahaan kelapa sawit di Provinsi Riau dan mengukur kualitas air olahan dan badan air penerima buangan, 2). Mengkaji sistem filter membran, anaerobic bacth reactor dan sistem pengolahan pasif lahan basah buatan dalam menurunkan beban limbah POME. Sedangkan sasaran dari penelitian adalah untuk mendapatkan 5
informasi karakteristik limbah POME dan efek buangan POME ke badan air penerima, kinerja pengolahan limbah di perusahaan kalau ada dan kinerja filter membran dan sistem pengolahan lahan basah buatan dalam menurunkan beban POME. Adapun luaran dari penelitian ini berupa laporan teknik, publikasi ilmiah dan prototip sistem pengolahan limbah olahan kelapa sawit (POME). I.2 Pokok Permasalahan Dengan meningkatnya kebutuhan akan minyak sawit dunia, limbah yang dihasilkan juga meningkat. Limbah olahan sawit yang menjadi masalah dalam pencemaran perairan adalah air limbah efluen dari olahan minyak sawit atau yang dikenal dengan palm oil-mill effluent (POME). POME merupakan campuran dari air, serpihan kulit sawit dan residu lemak yang dihasilkan pada proses awal crude palm oil CPO dari buah sawit. POME selain bersuhu panas, mempnyai pH asam berkisar 4-5, berwarna coklat, suspensi koloidnya mengandung bahan organik dan total padatan yang sangat tinggi.Produksi dari 6,6 triliun kg CPO menghasilkan 16,5 triliun kg POME setiap tahunnya di Indonesia.Jumlah ini sama dengan limbah domestik yang dihasilkan oleh 20 juta orang. Proudksi CPO di Indonesia menghasilkan limbah efluen sebanyak sepersepuluh jumlah total penduduk Indonesia. Umumnya sebagian besar limbah tidak diolah secara benar bahkan tidak diolah sama sekali. Perusahan perkebunan umumnya membuang POME langsung ke badan air menimbulkan dampak yang sangat buruk, dimana badan air seperti sungai penerima menjadi coklat, sangat bau dan berlendir menyebabkan kematian ikan dan hewan akuatik lainnya
dan air tidak bisa digunakan lagi untuk air baku air minum, mandi dan
pemancingan. Praktek aplikasi pembuangan POME langsung pada lahan sawit (land application) tidak direkomendasikan mengingat tingginya kandungan organik dan nutrien sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan penyerapan nutrien oleh tanaman sawit. Selain itu aliran permukaan (runoff) juga bisa menyebabkan pencemaran bagi sistem perairan. Permasalahan lain adalah penggunaan sistem kolam anaerobik untuk mengurangi beban limbah merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca terbesar yang dapat berakibat pada dampak pemanasan global. Penggunaan kolam anaerobik untuk mengurangi beban limbah walau murah tidak cukup efektif namun tidak berwawasan lingkungan.Pengolahan limbah yang berwawasan lingkungan, efisien dan ekonomis sangat dibutuhkan untuk pengolahan limbah POME untuk menekan biaya pengolahan limbah yang dapat berdampak pada ekonomi perusahaan.
I.3 Metodologi Pelaksanaan I.3.1 Lokus Kegiatan 6
Lokus kegiatan di Propinsi Riau, dimana pengamatan dan pengambilan sampel serta evaluasi sistem pengolahan limbah cair olahan sawit (POME) yanga ada di dua perusahaan yaitu Pabrik Sawit milik PT Gandaerah Hendana di Kecamatan Ukui, Kabupaten Palelawan dan Pabrik Sawit milik PT Tunggal (Agro Lestari Group) di Kecamatan Lirik. Kedua kecamatan cukup berdekatan. Sedangkan untuk kajian sistem pengolahan limbah yang akan diuji dilakukan di Pusat Penelitian Limnologi LIPI,Cibinong. Limbah cair sawit didatangkan setiap bulan.
I.3.2 Fokus Kegiatan Fokus kegiatan adalah sawit dimana kajian akan mendukung industri hilir untuk ketersediaan air bersih yang dibutuhkan dalam proses pembuatan CPO sehingga meningkatkan produksi CPO dan juga daya saing dalam perdagangan CPO dunia dengan menunjang kebijakan dunia menghasilkan minimal gas rumah kaca baik dari sistem pengolahan limbah cair olahan sawit (POME) maupun dalam mengantisipasi konversi lahan gambut (peatland) menjadi perkebunan sawit.
I.3.3 Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan merupakan evaluasi sistem pengolahan berupa kolam anaerobik yang ada pada pabrik sawit dengan pengamatan/pengukuran lapangan untuk beberapa parameter dan pengambilan sampel untuk beberapa parameter yang di analisa di lapangan; dan evaluasi kinerja beberapa sistem pengolahan limbah cair yang diseleksi untuk diuji dalam menurunkan kandungan organik karbon, nutrien dan gas rumah kaca pada limbah cair olahan sawit (POME). I.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Tahapan kegiatan secara keseluruhan yang dijadwalkan dari awal kegiatan bulan Februari sampai dengan akhir kegiatan bulan November 2012 dapat dilihat pada Tabel 1 (lampiran). Pada tahap I mulai dari bulan Februari sampai dengan Mei, kegiatan yang sudah dilakukan selain dari penguatan referensi untuk memperbaiki desain dan memahami proses dari masing-masing sistem pengolahan yang akan diuji, pengadaan bahan penelitian dan mengkalibrasi
alat/instrumen
yang
akan
digunakan,
pembuatan/konstruksi
sistem
pengolahan lahan basah buatan dan pengamatan/survey lapangan ke pabrik sawit di Riau.
BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN II.1 Pengelolaan Administrasi Manajerial 7
Pengelolaan administrasi manajerial meliputi pembuatan RAB kegiatan per bulan sesuai tahap pencarian dana dalam 10 bulan kegiatan, pengajuan anggaran untuk pengadaan bahan dan kebutuhan kegiatan penelitian lainnya serta pertanggungan jawab anggaran kegiatan. Tim pencatat juga merekap bahan penelitian yang dibeli dan penggunaan bahan dan di monitor sampai akhir kegiatan.
II.1.1 Perencanaan Anggaran Perencanaan anggaran diatur dalam RAB kegiatan per bulan sesuai tahapan kegiatan. Pada tahap I kegiatan telah dicairkan dana sebesar 30% dari dana total pagu. Penggunaan anggaran tahap awal dari tanggal 8 Februari sampai dengan 25 Mei 2012 meliputi pembayaran pajak dan biaya seleksi dan monev sebesar 30%; perjalanan dinas Palembang, Jakarta untuk koordinasi kegiatan koridor 1 Riau, rapat koordinasi kegiatan dengan tim internal, Riau untuk pengamatan/survey lapangan ke pabrik sawit; pembelian ATK, bahan untuk pengamatan lapangan, pengambilan sampel, analisa sampel dan konstruksi pengolahan sistem lahan basah buatan; dan biaya pelaporan. Rencana untuk anggaran tahap II berikutnya penggunaan dana meliputi pembayaran gaji upah, pengadaan bahan aus dan kimia untuk kegiatan penelitian dan ATK, rapat koordinasi dengan tim, perjalanan dinas ke Jakarta untuk koordinasi kegiatan dan perjalanan dinas ke Riau untuk kegiatan penelitian lapangan dan pengambilan sampel pada lokasi penelitian yang telah ditentukan.
II.1.2 Pengelolaan Anggaran (jelaskan apabila terjadi perubahan) Pada tahap I kegiatan terjadi perubahan dalam pengelolaan anggaran berupa peningkatan anggaran untuk belanja bahan konstruksi sistem pengolahan lahan basah buatan. Modifikasi sistem menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah bahan konstruksi seperti media filter, kompos dll. Hal ini bisa dilakukan sesuai informasi dari pihak sekretariat PKPP Ristek pada kegiatan koordinasi koridor 1 Riau yang menyatakan bahwa pajak PPn dan PPh dari total kegiatan seharusnya tidak ada sehingga pada anggaran tahap ke II akan ada peningkatan anggaran untuk kegiatan penelitian dimana akan dialokasikan untuk belanja bahan dan perjalanan dinas ke jakarta untuk kegiatan koordinasi kelembagaanprogram. Selain perubahan di atas juga terjadi pada anggaran untuk perjalanan dinas ke Riau untuk monev kegiatan dikarenakan terjadi perubahan penyelenggaraan monev yang akan dilakukan di Jakarta. Perjalanan dinas Riau untuk monev yang tadinya dua kali dijadikan satu kali yang akan digunakan untuk diseminasi kegiatan dalam rangka sosialisasi dan strategi pemanfaatan hasil litbangyasa.
II.1.3 Rancangan Pengelolaan Aset 8
Aset yang dihasilkan dari kegiatan penelitian berupa prototip sistem pengolahan lahan basah buatan berupa bak-bak/tangki. Bak-bak/tangki dari sistem pengolahan merupakan milik Puslit Limnologi LIPI yang dimodifikasi. Penggunaan bak/tangki milik Puslit Limnologi untuk menguji sistem pengolahan dengan skala yang lebih besar. Anggaran yang diajukan tidak mencukupi untuk membuat sistem baru dengan kapasitas yang lebih besar. Oleh karena itu aset merupakan milik Puslit Limnologi LIPI. II.2 Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja II.2.1 Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Peneliti anggota dan pembantu peneliti diberikan pembagian tugas dan tanggung jawab untuk setiap tahapan kegiatan dari pengadaan bahan, kajian dari penelitian, analisa sampel dan data serta pelaporan. Penguatan referensi penunjang untuk peningkatan pemahaman dan penyempurnaan rancang/desain sistem pengolahan limbah cair olahan kelapa sawit yang juga meliputi pemilihan bahan yang efisien, mudah didapat di area terkait yang diteliti, dilakukan
untuk mencapai kinerja yang optimal dari sistem pengolahan. Langkah dan
tahapan kegiatan dalam pencapaian target kinerja: 1. Koordinasi (baik dengan lembaga/koordinator/ maupun dengan tim pelaksana. 2. Permohonan izin dan koordinasi dengan perusahaan kelapa sawit yang ditetapkan untuk mensurvey dan pengamatan lapangan serta pengambilan sampel dan pengadaan limbah olahan sawit yang akan dikaji; 3. Pengadaan bahan-bahan penelitian; 4. Konstruksi dan instalasi sistem pengolahan lahan basah buatan skala pilot; 5. Melakukan kajian seperti pengamatan lapangan yang meliputi karakterisasi limbah dan evaluasi sistem pengolahan yang ada di perusahaan, 6. Kajian sistem pengolahan lahan basah buatan dan filtrasi dalam menurunkan beban polutan yang dikandung limbah olahan sawit, 7. Analisis sampel dan data (parameter fisika,kimia dan biologi), 7. Persiapan publikasi ilmiah dan deskriptif prototip.
II.2.2 Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Pada talah tahap I kegiatan ini, sebagai indikator keberhasilan pencapaian target kinerja adalah telah dilakukannya pengamatan lapangan limbah cair olahan sawit dan pada sistem pengolahan yang ada di pabrik sawit yang dikunjungi. Sampel air limbah dikoleksi baik di influen dan pada 6 kolam anaerobik. Pengambilan sampel air dilakukan untuk beberapa parameter kimia yang akan dianalisa meliputi kandungan COD, TN, TP, TSS/VSS, minyak/lemak, gas metan, dan CO2. Pengukuran lapangan meliputi parameter pH, suhu, konduktivitas, TDS, DO, dan salinitas. Hasil sementara berupa data dari pengamatan lapangan dan data dari analisa laboratorium untuk karakteristik limbah cair dan kinerja sistem pengolahan yang ada di pabrik dapat dilihat pada lampiran.
9
Prototip dari sistem pengolahan pasif lahan basah buatan sudah dibangun dan masih dalam tahap stabilisasi sistem sebelum di uji dengan limbah sawit. Skematik dan foto sistem lahan basah buatan dapat di lihat di lampiran.
II.2.3 Perkembangan Pencapaian Target Kinerja Pada tahap I kegiatan target kinerja yang telah dicapai adalah pengamatan lapangan dari sistem pengolahan yang ada di pabrik sawit PT Gandaerah di Kecamatan Ukui, Kabupaten Palelwan yang dikunjungi yaitu berupa kolam anaerobik untuk pengumpulan data lapangan, pengambilan sampel air limbah olahan sawit dan pada setiap kolam anaerobik untuk karakterisasi limbah cair olahan sawit dan evaluasi kinerja sistem kolam anaerobik. Beberapa analisa sampel di laboratorium juga sudah berjalan. Pada perjalanan dinas ke Riau dalam rangka pengamatan lapangan dari sistem pengolahan di PT Tunggal (PT Agro Lestari group) yang ada di Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu tidak terlaksana disebabkan adanya kendala dalam perizinan di kantor pusat di PT Agro Leastari, Jakarta. Tim peneliti juga melakukan sosialisasi dan melaporkan kegiatan yang dilakukan pada Badan Lingkungan Hidup Pemda Kabupaten Indragiri Hulu untuk mendapatkan bantuan agar terlaksananya kegiatan penelitian. Sistem pengolahan limbah POME yang ada di PT Gandaerah Hendana terdiri dari 12 kolaman aerobik. Pengambilan sampel di lakukan tidak pada semua kolam hanya pada 5 kolam yaitu kolam 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan influen. Kolam 2, 4 dan 6 kandungan minyak/lemak masih sangat tinggi juga COD yang sangat tinggi dan pH relatif masih rendah (asam). Untuk mengatasi overflow pada musim hujan, dilakukan land application untuk sumber air pohon sawit yang diambil pada kolam anaerobik 8 dan 12. Kandungan COD pada kolam 8 masih sangat tinggi mencapai 10,000 mg/L menurut data yang didapat dari perusahaan. Sistem land application menggunakan sistem saluran, dimana air limbah pada kolam 8 dialirkan ke saluran-saluran di perkebunan sawit. Land application mengurangi dampak pencemaran terhadap badan air di Riau dan praktek ini di perbolehkan oleh undang-undang dari kementrian
lingkungan
hidup
walaupun
internasional
melarang
land
application.
Permasalahan pada sistem pengolahan kolam anaerobik walau murah dan efisien namun tetap menambah kontribusi dalam pelepasan/emisi gas rumah kaca yang berdampak pada pemanasan global. Permasalahan di Riau di tambah dengan perubahan lahan gambut menjadi lahan perkebuanan sawit yang besar-besaran telah menyebabkan meningkatnya suhu global dan penurunan sumber air tanah pada musim kemarau sehingga menyebabkan kekeringan dan kekeurangan sumber air bersih untuk proses produksi CPO dan dalam jangka panjang akan dapat menghambat produksi CPO. Hal ini memerlukan kajian lebih lanjut untuk memecahkan permasalahan yang kompleks agar industri CPO bisa berkelanjutan dan bersinergi dengan lingkungan. 10
Sebagai tambahan informasi, walaupun tidak dicantumkan di proposal, mengingat efek konversi lahan gambut di Riau menjadi lahan sawit terhadap emisi gas rumah kaca yang berdampak
terhadap
pemanasan
iklim
global,
tim
peneliti
juga
melakukan
pengamatan/kajian terhadap emisi dan penyimpanan karbon pada lahan perkebunan sawit dan lahan gambut yang telah terkonversi menjadi lahan sawit dan lahan gambut yang masih dilindungi. Pembangunan prototip sistem lahan basah buatan juga sudah pada tahap penyelesaian dan stabilisasi sebelum pengujian. Sistem pasif lahan basah buatan terdiri dari satu bak sistem trickling filter dilengkapi dengan batu kapur dan kerikil, dua bak sistem lahan basah buatan subsurface flow atau aliran bawah permukaan menggunakan tanaman kenaf (Hisbiscus sp) dan Canna (Canna sp) dan tiga bak sistem lahan basah buatan surface flow atau aliran permukaan dengan tanaman Cyperus sp, Typha sp dan Pistisia sp. II.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program II.3.1 Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Koordinasi kegiatan dilakukan secara internal antara PK dan anggota tim peneliti dan teknisi dijadwalkan setiap bulannya untuk menyampaikan progress kegiatan bagi penanggung jawab kegiatan dan mendiskusikan poin-poin penting dalam untuk mencapai target kinerja. Koordinasi PK dengan koordinator kelembagaan-program juga dilakukan secara periodik untuk kelancaran pengelolaan anggaran dan kelancaran administrasi. Pemberitahuan lewat email dan pesan singkat juga digunakan untuk kelancaran administrasi dalam pengisian form laporan progress dan kemajuan.
II.3.2 Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Terselenggaranya pengelolaan anggaran dan administrasi yang rapi dan tepat waktu serta tidak ada keterhambatan dalam pencairan anggaran. Terselenggaranya monev internal untuk memberikan masukan dalam pencapaian target dan solusi apabila ada keterhambatan di lapangan ataupun dalam pengelolaan anggaran dan administrasi. Terjadi komunikasi yang lancar dari setiap PK dengan koordinator di kelembagaan ataupun program.
II.3.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Pertemuan dalam rangka koordinasi kegiatan dengan tim internal telah dilakukan dengan penanggung jawab program di lembaga penerima untuk membahas mekanisme pelaksanaan kegiatan dan juga koordinasi internal tim peneliti setiap bulannya. Pada bulan 26 Maret telah dilakukan koordinasi kegiatan/program untuk koridor satu sumatera di Palembang dengan tim koordinator dan stakeholder terkait pada masing-masing pemprov 11
untuk memetakan kesinergisan kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan daerah. Koordinasi dengan koordinator sektor Riau dilakukan pada tanggal 2 Mei yang memaparkan progres dari kegiatan dan kendala/hambatan yang dialami selama kegiatan pada tahap I ini. Monev internal telah dilakukan dari kelembagaan pada tanggal 21 Mei 2012 dan dicatat beberapa masukan untuk keterlaksanaan dan keberhasilan kegiatan penelitian.
II.4 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa II.4.1 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Hasil litbangyasa yang dapat dimanfaatkan berupa prototip pengolahan air limbah POME yang menghasilkan air bersih yang dapat dimanfaatkan lagi sebagai sumber air untuk produksi CPO sehingga permasalahan kekurangan air bisa teratasi dan dapat menunjang keberlanjutan industri CPO. Selain dari air bersih, prototip pengolahan air limbah POME dapat mengurangi bahkan menghilangkan efek emisi gas rumah kaca, yang merupakan salah satu aturan/persyaratan yang harus dipenuhi bagi negara penghasil CPO untuk mendapatkan perizinan dalam perdagangan CPO dunia. Selain prototip, libangyasa menghasilkan bentuk metode/rekomendasi yang dapat mendukung
strategi
pembangunan
daerah,
dan
jurnal
ilmiah
untuk
mendukung
perkembangan ilmu/metode dalam meningkakan kualitas air olahan limbah POME dan mengurangi dampak gas emisi rumah kaca. Jurnal ilmiah tambahan dalam mendukung perkembangan ilmu juga mendukung strategi pembangunan daerah adalah dari kajian mengenai efek perubahan lahan gambut menjadi lahan perkebunan sawit terhadap emisi rumah kaca untuk mensinergikan dengan kebijakan lingkungan hidup.
II.4.2 Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pemanfaatan hasil litbangyasa dapat dicapai dengan sosialisasi, diseminasi dan uji coba sistem. Sosialisasi dan diseminasi bisa dilakukan di Pemda Riau khususnya di Balitbangda, Badan Lingkungan Hidup baik tingkat Provinsi dan Kabupaten juga di stakeholder yang berkaitan seperti pabrik-pabrik sawit. Uji coba sistem langsung di pabrik sawit merupakan strategi pemanfaatan hasil litbangyasa yang harus di lakukan sebelum dimanfaatkan secara global. Selain hal diatas juga dapat dilakukan modul pelatihan bagi stakeholder untuk dapat menerapkan/mengoperasikan sistem tersebut.
II.4.3 Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah penerapannya pada pabrik-pabrik sawit sebagai stakeholder dan juga penerapan kebijakan oleh Pemda khususnya oleh Badan Lingkungan Hidup yang menjadikan dalam bentuk perundangan yang mengharuskan setiap pabrik sawit di areanya mempunyai sistem pengolahan limbah 12
POME yang lebih berwawasan lingkungan. Sedangkan untuk jurnal ilmiah indikator keberhasilan berupa penerbitan makalah baik sebagai prosiding atau di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional.
II.4.4 Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Perkembangan hasil litbangyasa untuk dapat dimanfaatkan baru pada tahap sosialisasi ke Pemda dan stakeholder/pabrik sawit yang terkait. Hasil litbangyasa baru bisa dimanfaatkan harus melalui beberapa tahapan: 1. Kajian sistem pengolahan air limbah olahan kelapa sawit skala kecil lapangan yang dilakukan pada kegiatan penelitian tahun ini. Untuk dapat dimanfaatkan secara global harus dilakukan beberapa tahapan berikut: 2. Aplikasi dan evaluasi sistem pengolahan air limbah olahan kelapa sawit skala pilot langsung di pabrik sawit terkait; 3. Aplikasi sistem pengolahan air limbah olahan kelapa sawit skala besar/lapangan; 4. Siap dimanfaatkan pada stakeholder lainnya BAB III RENCANA TINDAK LANJUT III.1 Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Rencana pelaksanaan pencapaian target kinerja untuk tahap ke dua meliputi: Analisa sampel dari limbah dari setiap kolam anaerobik pengolahan di pabrik sawit PT Gandaerah yang dilakukan pada tahap I: Uji coba sistem pengolahan limbah cair POME (olahan sawit). Mengingat mahalnya ongkos pengiriman limbah dari Riau, untuk kajian kinerja sistem pengolahan menggunakan limbah POME yang berasal dari Pabrik Sawit Kertajaya, Pandeglang, Banten milik PTPN VIII. Permohonan izin untuk mendapatkan limbah POME sudah dilakukan. Monitoring sistem pengolahan meliputi pengamatan langsung utnuk beberapa parameter fisika,kimia seperti suhu, pH, konduktivitas,TDS setiap dua hari dan analisa sampel air untuk parameter COD,TN,TP, TSS/VSS setiap dua minggu selama 4 – 5 bulan pengamatan. Pengamatan pertumbuhan tanaman pada sistem lahan basah: Uji coba sistem batch reactor dan flotasi serta media filtrasi menggunakan tempurung sawit dan karbon aktif dalam menirunkan beban minyak, organik karbon dan padatan tersuspensi: Perjalanan dinas ke Riau akan dilakukan untuk kedua kalinya dalam pengamatan lapangan dan kajian karakterisasi limbah dan kinerja sistempengolahan limbah POME pada pabrik sawit. Perjalanan ke dua akan dilakuakn untuksurvey di pabrik sawit PT Gandaerah dan PT Tunggal (Agro lestari Group) ditambah dengan Pabrik sawit PTPN V di Kabupaten Siak. Perjalanan untuk sosialisasi dan diseminasi kegiatan dan hasil sementara kegiatan juga akan dilakukan pada Balitbangda Riau, dan Pabrik Sawit yang diamati: Pembuatan laporan progres setiap dua bulan dan laporan tahap dua. 13
III.2 Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program Koordinasi kelembagaan-program kedepan masih dalam sifat baik mengadakan pertemuan internal, pertemuan dengan koordinator dikelembagaan dan Ristek, penyelenggaraan monev internal maupun dalam tingkat koridor selain untuk kelancaran administrasi/ pencairan anggaran juga untuk kemajuan/progres penelitian. III.3 Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pada kegiatan penelitian ini untuk pemanfaatan hasil litbangyasa berupa makalah ilmiah akan di seminarkan pada taraf nasional maupun international dan juga akan dikirim ke beberapa jurnal nasional, sedangkan hasil dalam bentuk prototip baru pada tahap memperkenalkan melalui sosialisasi ataupun diseminasi dan menjalin kerjasama untuk dapat melakukan penelitian lanjutan berupa aplikasi/penerapan sistem pengolahan skala pilot dengan stakeholder terkait/pabrik sawit.
III.4 Rencana Pengembangan ke Depan Mengingat sistem pengolahan dalam bentuk prototip masih dalam tahap kajian skala kecil, pengembangan kedepan adalah uji coba sistem pengolahan
skala pilot langsung
di lokasi pabrik sawit. Perizinan dan kerjasama dari stakeholder sangat diharapkan untuk dapat terwujudnya uji coba prototip sistem pengolahan yang ditawarkan. Kajian yang lebih mendalam terhadap efek konversi lahan gambut di Riau menjadi lahan perkebunan sawit terhadap emisi gas rumah kaca dan sumber air tanah juga perlu di lakukan dalam menunjang keberlanjutan industri CPO dan untuk meningkatkan daya saing industri pada tingkat international.
Isu peningkatan gas rumah kaca sangat krusial sehingga
menyebabkan industri CPO Indonesia mendapat tekanan dunia. BAB IV PENUTUP Pada tahap I kegiatan, tahapan kegiatan dapat dilaksanakan walau dalam tingkat internal ada keterlambatan pencairan dana. Target kinerja dapat dicapai sebesar 30% sesuai anggaran. Keterhambatan sedikit dialami dalam mendapatkan izin survei pada PT Tunggal Perkasa (Agro Lestari group) yang tidak membrikan alasan jelas, sehingga tidak terlaksananya pengamatan awal. Permohonan izinakan tetap dilakukan untuk terlaksananya pengamatan tahap ke dua. Pengiriman limbah cair dari Riau juga mengalami hambatan dikarenakan tidak adanya jasa pengiriman di area terdekat. Oleh karena itu limbah cair POME sebgai bahan uji akan didapatkan dari Pabrik sawit Kertajaya milik PTPN VIII, Pandeglang. Sesuai informasi yang disampaikan oleh sekretariat PKPP Ristek, bahwa PPN dna PPh sebesar 12% dari total anggaran tidak seharusnya dikenakan dari awal, diharapkan pada tahap 14
ke dua tidak terkena pemotongan pajak tersebut, sehingga anggaran dapat di tambahkan untuk belanja bahan dan perjalanan dinas untuk kegiatan sosialisasi/diseminasi agar target kinerja dapat dicapai lebih optimal. Carbon trade merupakan salah satu persyaratan dalam perdagangan dunia dimana suatu negara harus mengurangi dampak pemanasan global dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Perusahaan kelapa sawit termasuk salah satu penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca di Indonesia selain dari akibat konversi lahan rawa menjadi perkebunan sawit, juga sistem pengolahan limbah efluen olahan kelapa sawit menggunakan kolam anaerobik. Sistem pengolahan lahan basah yang di tawarkan selain mempunyai dampak mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga dapat memperlancar ekspor CPO ke negara konsumen. Diketahui bahwa dalam pengekstrasian buah sawit menjadi CPO dibutuhkan air yang sangat besar untuk menghasilkan uap dalam proses sterilisasi. Air olahan yang dihasilkan dapat direcycle untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, sehingga dapat mengurangi penggunaan air di alam seperti pemompaan air tanah terutama pada area yang langka air. Sistem pengolahan yang umumnya dipraktekkan di perusahaan-perusahaan sawit adalah sistem kolam anaerobik terbuka yang mana salah satu sumber terbesar dalam emisi gas rumah kaca seperti metan dalam jumlah besar sehingga menjadi salah satu isu terhadap pemanasan global. Sistem yang ditawarkan dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca.
DAFTAR LAMPIRAN (TABEL, FOTO, DLL) 15
Tabel 1. Tahapan kegiatan No TAHAPAN KEGIATAN
DESKRIPSI SINGKAT TAHAPAN KEGIATAN
1.
Studi Pustaka dan pengadaan bahan dan persiapan alat
12
2.
Desain, Konstruksi dan instalasi sistem pengolahan air limbah Survei dan Pengambilan Sampel 2 kali
Persiapan bahan referensi untuk tinjaun pustaka dan bahan diskusi dari hasil penelitian. Pengadaan bahan laboratorium seperti bahan aus dan kimia yang dibutuhkan untuk analisa sampel dan bahan untuk sistem pengolahan. Persiapan alat berupa kalibrasi alat ataupun persiapan standar untuk beberapa parameter. Mendesain, membangun masingmasing sistem pengolahan air limbah Melakukan survey lapangan dan pengambilan sampel dan pengukuran beberapa parameter kualitas air untuk air limbah olahan sawit ataupun di sistem pengolahan yang ada di perusahaan olahan kelapa sawit yang sudah ditentukan. Menjalankan sistem pengolahan air limbah dan memonitor kinerja sistem dengan pengukuran beberapa parameter kualitas air dan pengambilan sampel untuk kajiankandungan beberapa parameter kualitas air yang telah ditentukan. Analisa kimia sampel air untuk beberapa kandungan dari parameter kualitas air di laboratorium Analisa data berupa uji statistik atau berdasarkan formula untuk indikator kinerja sistem pengolahan Mlonitoring dan evaluasi dari pelaksanaan kegiatan penelitian oleh kordinator kegiatan Sosialisasi dalam bentuk presentasi kepada stakeholder(Balitbangda Riau, Perusahaan (Pabrik Sawit), dan Dinas Lingkungan Hidup Pembuatan laporan setiap 2 bulan dan laporan akhir dari hasil pelaksanaan dan hasil kegiatan penelitian
2,5
3.
4.
Monitoring sistem pengolahan air limbah
5.
Analisa Sampel
6.
Analisa Data
7.
Monev kegiatan 2 kali
8.
Diseminasi hasil/litbangyasa
9.
Laporan setiap 2 bulan
ALOKASI WAKTU (MINGGU)
4-5
16
24
12
0,3
0,7 - 1
5
16
Tabel 2. Data kulitas air limbah POME di influen dan pada kolam anaerobik di Pabrik Sawit PT Gandaerah Hendana (24 April 2012) No.
Sampel
pH
Suhu
Konduktivitas
TDS
Salinitas
( C)
(mS/cm)
(g/L)
(ppt)
4.36
60
8.7
3.6
2.9
4.39
42.9
9.64
3.8
4.67
4.37
37.7
7.92
4.15
3.4
7.79
30.3
6.7
3.9
2.9
8.21
29.5
6.13
3.66
3
8.77
30.5
4.96
2.92
2.4
o
1
Influen (Limbah POME)
2
Kolam 4
3
Kolam 6
4
Kolam 8
5
Kolam 10
6
Kolam 12
Tabel 3. Kandungan COD air limbah POME dan air di kolam anaerobik Pabrik Sawit PT Gandaerah Hendana No
Sampel Influen (Limbah POME) Kolam 4 Kolam 6 Kolam 8 Kolam 10 Kolam 12
1 2 3 4 5 6
mg/L 46841.1 23180.4 22733.9 4639.5 758.3 561.8
Tabel 4. Kualitas air WQC) di Rawa Gambut, Zamrud, Kabupaten Siak, Provinsi Riau (27-28 April 2012).
No
Lokasi
pH
1 RG1
3.41
2 RG2
3.21
Konduktivitas
TDS
µs/cm g/L 82.3 0.0476
98.7
0.059
Suhu 0
C 31.9
29.6
Salinitas
DO
0
Keterangan mg/L 3.72 Saluran ke Danau (dekat Mushola)
0
2.44 N 00040.168
ppt
E 102012.497 3 RG3
3.15
105 0.0599
31.5
0
2.01 N 00040.154 E 102012.497
4 RG4
3.05
114.5
0.1
27
0
1.71 N 00039.957 E 102002.528
17
Gambar 1. Foto kolam anaerobik dan limbah POME, saluran land application,clogging pipa, lahan gambut asli dan konversi lahan gambut kelahan sawit di Riau
18
Gambar 2. Foto proses pembuatan dan prototip sistem pengolahan lahan basah buatan untuk uji pengolahan limbah POME
19