KAJIAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (QFD) Ringkasan Potensi pengembangan industri kreatif berbasis kuliner di Kota Bandung sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bandung memiliki potensi yang besar dalam perkembangan industri kreatif. Namun rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) sebagai pelaku usaha di industrikreatif menjadi salah satu penghambat bagi perkembangan industri kreatif kota Bandung. Tidak hanya dukungan kompetensi SDMnya saja, tetapi kemampunya dalam membangun citra positif produk di benak pikiran target pasarnya melalui penerapan branding strategy (strategi pemerekan).
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang penelitian Kota Bandung saat ini telah menjadi primadona pariwisata nasional seperti Bali dan Jogjakarta, karena berbagai keunikan, keindahan alam, dan kreativitas industrinya. Hampir setiap pekan, terlebih saat long weekend, kota Bandung selalu dikunjungi oleh banyak wisatawan, baik wisatawan domestic maupun mancanegara. Hal ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sekalipun terjadi penurunan, namun jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah wisatwan yang berkunjung ke kota Bandung. Berikut ini adalah data jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bandung periode 2010 – 2013 menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Bandung : Tabel 1.1 Data Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Bandung 2010 - 2013 Tahun 2010 2011 2012 2013
Wisatawan Mancanegara 685.347 676.755 530.565 529.296
Wisatawan Domestik 14.854.317 19.461.717 15.241.752 16.164.876
Jumlah Wisatawan 15.539.664 20.138.472 15.772.317 16.694.172
Pada tahun 2015 ini, Pemerintah Kota Bandung menetapkan angka kunjungan wisatawan 5,5 juta orang dalam setahun. Adapun rata-rata perkiraan wisatawan pada 2014 kemarin mencapai 6 juta orang. Kondisi ini diperkuat oleh peran penting Provinsi Jawa Barat dalam proses pencapaian target-target pembangunan nasional. Posisi Jawa Barat yang menopang ibukota, kontribusi jumlah penduduk 20% pada total jumlah penduduk nasional, dan berbagai identitas lainnya menegaskan peran penting tersebut. Kota Bandung merupakan salah satu destinasi wisata unggulan pariwisata Provinsi Jawa Barat. Kondisi daya tarik yang dimiliki Kota Bandung sebagai “fullfactor” wisatawan mengunjungi Kota Bandung menunjukkan potensi produk pariwisata yang signifikan terhadap 2
pengembangan dan peningkatan struktur perekonomian daerah. Potensi ini juga mampu memacu percepatan pertumbuhan usaha pariwisata (seperti akomodasi, makan dan minum, biro dan agen perjalanan wisata, hiburan dan rekreasi) dan usaha lain yang terkait dengan pariwisata (usaha perdagangan, usaha jasa telekomunikasi dan informasi, usaha jasa transportasi serta usaha sarana umum) yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai pemerataan dan peningkatan kesejahteraan daerah dan masyarakat. Sejak dulu, Kota Bandung menghadirkan berbagai inovasi dan kreativitas yang ditunjukkan oleh pusat tekstil dan mode. Selain itu, hingga saat ini Bandung telah dikenal memiliki banyak julukan antara lain Parijs van Java, kota kembang, kota parahyangan, kota kuliner, kota jasa yang bermartabat, kota wisata belanja, dan terakhir, kota seni dan budaya. Semua julukan ini turut berperan dalam menentukan ’nilai jual’ kota Bandung sehingga bisa mendorong para wisatawan untuk melakukan kunjungan ke Bandung. Selama ini Bandung juga dikenal sebagai sebuah kota yang memiliki sumberdaya manusia yang relatif lebih ideal apabila dibandingkan dengan kota lain. Ada banyak sekolah, mulai dari SD sampai perguruan tinggi yang menjadi pemasok ratusan komunitas kreatif di kota ini. Perkembangan industri pariwisata juga sangat terkait dengan perkembangan industri kreatif. Industri kreatif merupakan sector strategis dalam mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dan memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian nasional seperti halnya industri pariwisata. Kedua industri ini harus berjalan seiring dan saling melengkapi. Kemajuan pariwisata ini akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena pariwisata mempunyai dampak pengganda yang besar terutama dengan industri kreatif, yang memang mempunyai hubungan sangat erat dengan pariwisata. Pariwisata dan ekonomi kreatif juga sektor yang pertumbuhannya inklusif karena nilai tambahnya langsung dirasakan masyarakat lokal. Berbagai sektor dalam industri kreatif sudah menjadi atraksi pariwisata yang semakin populer, seperti kuliner, seni pertunjukan, desain, ataupun fashion. Kemajuan pariwisata akan secara langsung memajukan industri kreatif; sebaliknya industri kreatif yang maju akan menjadikan sebuah kota atau suatu daerah berkembang menjadi destinasi pariwisata yang unggul. 3
Keberadaan pariwisata di Kota Bandung telah mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan dan pengembangan kota melalui kontribusi kunjungan wisatawan / Visitors yang datang. Pemerintah kota Bandung memberikan perhatian yang cukup besar bagi perkembangan kepariwisataan di kota Bandung, dengan tujuan agar memperoleh dampak positif dari industry pariwisata, seperti terbukanya lapangan pekerjaan di bidang jasa, pemerataan pembangunan dengan dibangunnya sarana prasarana wisata, seperti jalan untuk menuju obyek wisata yang tentunya akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat, dan menjadikan industry pariwisata sebagai sumber potensial bagi pemasukan penda n daerah. Sebagai daerah tujuan wisata kota Bandung memiliki banyak potensi wisata yang mungkin dikembangkan. Berdasarkan kondisi pariwisata dan pola pengembangan perkotaannya, kota Bandung dapat diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata ‘urban tourism’ dengan berbagai variasi potensi daya tarik wisata. RIPPDA kota Bandung 2008 menjelaskan Tipologi Potensi Daya Tarik Wisata Kota Bandung terdiri dari : 1. Wisata heritage. Wisata heritage kota Bandung didominasi oleh pengaruh peninggalan budaya asing akibat penjajahan, khususnya pada zaman penjajahan Belanda. Potensi daya tarik wisata heritage di kota Bandung seperti pada ruas jalan Asia-Afrika-Braga-Cikapundung, Gedung Kodam Siliwangi yang terdapat di jalan Aceh, kawasan Pemukiman di wilayah Cipaganti-Dago-Riau. 2. Wisata Belanja dan Kuliner. Wisata belanja dan kuliner menjadi daya tarik wisata tersendiri di kota Bandung. Jenis wisata ini dapat dilihat disepanjang jalan Dago dan Riau, dimana banyak factory outlet yang tumbuh, kemudian pusat perbelanjaan Cihampelas. Bandung juga disebut sebagai surganya makanan. Cita rasa yang disajikannya selalu cocok bagi lidah para wisatawan. 3. Wisata Pendidikan. Bandung memiliki gedung-gedung bersejarah yang terawat hingga kini. Gedung tersebut jelas merupakan aset yang tak terhingga, sebab bisa digunakan untuk merefleksikan sejarah di masa lalu. Selain itu, Bandung pun memiliki banyak universitas yang bisa digunakan sebagai percontohan. Tak berhenti di situ, Bandung memiliki kebun binatang dan banyak museum sebagai tujuan wisata yang berbau pendidikan 4
4. Rekreasi dan Budaya. Bandung hingga kini masih sangat lekat dengan budaya dan Seni Sunda. Untuk melestarikannya, pemerintah dan masyarakat kota Bandung dan sekitarnya hingga kini masih sangat menjaga kelestarian budaya di tatar Sunda. Salah satunya adalah dengan membangun objek wisata budaya dan seni Bandung. Objek wisata Budaya Bandung yang paling populer dan menjadi tujuan utama wisatawan yang datang ke Kota Bandung adalah Saung Angklung Udjo. 5. MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exebition). Walikota Bandung Ridwan Kamil menjelaskan bahwa diharapkan agar wisatawan yang berkunjung ke kota Bandung bukan bukan hanya wisatawan reguler saja, tapi grup perusahaan. Ciri kota MICE itu seperti Bali, Las Vegas, Singapura, jadi orang setelah pertemuan itu ada pilihan untuk berwisata, Kategori wisata yang ada di Bandung sangatlah beragam, hal itu didukung juga oleh letak dan tata kotanya. Secara letak, kategori wisata bisa dikaitkan dengan letak geografis, bentang alam dan seterusnya. Sedangkan secara tata kota sangat berkaitan dengan aksesibilitas, objek wisata itu sendiri semisal peruntukan bangunan seperti mall, restoran hotel dan sebagainya. Dengan kata lain, tata kota sangat berhubungan dengan sarana dan prasarana yang ada di kota tersebut. Hasil penelitian sebelumnya oleh Tim ITB tentang Kajian Potensi Ekonomp Pariwisata dalam Rangka Meningkatkan PAD Kota Bandung telah menghasilkan 14 (empat belas) kluster pariwisata yang potensial, terdiri dari : 1. Cluster Wisata Belanja dan Kesehatan di Jalur Sukajadi-Sarijadi-Setrasari-Pasteur; 2. Cluster Wisata Seni Budaya Tradisional dan Industri Kerajinan di Jalur Padasuka-Suci; 3. Cluster Wisata Sejarah dan Heritage di Jalur Braga-Asia Afrika-Cikapundung; 4. Cluster Wisata Industri Tekstil di Cigondewah; 5. Cluster Wisata Seni Budaya Tradisional dan MICE di Bandung Timur; 6. Cluster Wisata Rohani dan Wisata Belanja di Jalur Gegerkalong-Setiabudi; 7. Cluster Wisata Hiburan, Wisata Belanja, Geowisata di Jalur Alun-Alun-Sudirman-OtistaGardujati-Pasirkaliki;
5
8. Cluster Wisata Rekreasi Alam, Wisata Budaya, Wisata Industri Kerajinan di Jalur Dago Utara-Punclut; 9. Cluster Wisata Heritage, Pendidikan, Rekreasi Alam dan Buatan, Wisata Konvensi, Religi di Jalur Gedung Sate-Gasibu-Sabuga; 10. Cluster Wisata Kuliner, Wisata Heritage, Pendidikan, Hiburan dan Rekreasi, Geowisata di Jalur ir. H. Juanda (Dago)-Merdeka-Riau; 11. Cluster Wisata Heritage, Wisata Belanja dan Kuliner, Wisata Industri Rajutan di Jalur Gatot Subroto-Binongjati; 12. Cluster Wisata Belanja dan Wisata Industri Kerajinan di Cibaduyut; 13. Cluster Wisata Kuliner di Burangrang, dan 14. Cluster Wisata Belanja di Cihampelas Berbagai kluster wisata tersebut, sebagian besar merupakan akibat dari pengembangan kota dan perubahan tata kota dikarenakan oleh adanya ‘permintaan’ pasar. Misalnya, jalan Dago yang pada mulanya merupakan wilayah non-komersil, kini menjadi salah satu wilayah komersil yang menjadi destinasi wisata yang sangat ramai. Pengembangan peruntukan wilayah tata kota yang didorong oleh faktor eksternal tentunya tidak bisa dibiarkan tanpa kendali. Pemerintah kota hendaknya telah memiliki perencanaan yang baik, terutama terkait pengembangan destinasi wisata. Pengembangan destinasi wisata yang holistic, yang telah mempertimbangkan seluruh unsur terkait, akan memberikan manfaat dalam hal peningkatan kunjungan wisata dan juga pengelolaan wilayah kota yang lebih baik. Untuk dapat memperoleh gambaran yang seimbang antara permintaan pasar (wisatawan) dan sumber daya teknis yang dimiliki oleh kota Bandung, Quality Function Deployment menjadi metode yang tepat untuk digunakan.
1.2 Maksud dan Tujuan penelitian Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian untuk melakukan pengumpulan data dan dianalisis untuk menjawab permasalahan berupa pengembangan destinasi wisata di kota Bandung, dengan menggunakan Quality Function Deployment.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Destinasi Wisata Sektor wisata saat ini telah dipertimbangkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan salah satu pemimpin dalam sector jasa di banyak negara (Klimek,2013). Oleh karena itu, pengembangan destinasi wisata semakin menjadi perhatian. Pada mulanya (setelah Perang Dunia Ke-2) pengembangan wisata berbasis proyek tunggal dan focus pada perencanaan fisik berdasarkan sumber daya yang tersedia. Mulai tahun 1960an, model ekonometriks mulai diperkenalkan untuk menghitung perbandingan manfaat dan biaya (cost/benefit analysis). Pada tahun 1970an, mulai diperkenalkan pendekatan yang lebih terintegrasi, dimana sejumlah faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata mulai diidentifikasi. Sejak tahun 1980an, telah dipahami bahwa pengembangan wisata bergantung pada faktor eksternal seperti, sumber daya alam, budaya, komunitas, kebijakan pemerintah, kewirausahaan, keuangan, kepemimpinan organisasi dan persaingan. Oleh karena itu pada tahun 1990an mulai dilakukaan pengembangan wisata yang holistic (Breakey,2005). Vengesayi (2003) mengusulkan pengembangan destinasi wisata melalui kombinasi faktor persaingan dan kemenarikan. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertimbangkan aspek penawaran dan permintaan. Meskipun penelitian ini tidak mengadopsi model penelitian yang dilakukan Vengesayi, namun penelitian ini sejalan dalam hal prinsip dasar yang digunakan, yaitu salah satu pertimbangan utama dalam pengembangan destinasi wisata adalah harapan dari konsumen (Vengesayi,2003). Elemen-elemen pengembangan destinasi wisata yang diusulkan Vengesayi (2003) adalah sebagai berikut: 1. Atraksi dan bauran kegiatan 2. Fasilitas penunjang, berupa: tempat, akomodasi, transportasi dan energi 3. Lingkungan fisik dan social, berupa: keramaian, keamanan dan kenyamanan Sedangkan menurut Masip (2006), sumber daya destinasi wisata yang perlu dikembangkan meliputi infrastruktur, fasilitas, layanan dan aktivitas serta pengalaman.
7
2.2 Quality Function Deployment (QFD) Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan di Jepang oleh Yoji Akao pada tahun 1972. Menurut Rampersad (2005:153), QFD adalah metode untk merencanakan dan mengembangkan produk yang terstruktur dan memungkinkan untuk menspesifikasikan secara jelas apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan. Focus utama QFD adalah melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofinya adalah pelanggan tidak akan puas dengan sesuatu produk, meskipun suatu produk telah dihasilakn dengan sempurna, bila mereka tidak menginginkan dan membutuhkannya. Secara umum QFD terdiri dari dua bagian utama, yaitu table customer (bagian horizontal matriks) yang berisi informasi mengenai customer dan table technical (bagian vertical) yang beisi informasi teknis sebagai respon dari keinginan customer. Bagian-bagian dalamnya terdiri dari:
Voice of Customer (What), yang berisikan customer requirement. Pembentukannya dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan konsumen (kuesioner atau wawancara) sesuai dengan karakteristik produk yang diinginkan.
Planning Matrix (Why), menggambarkanpersepsi pelanggan yang diamati melalui survey pasar. Termasuk diadalamnya importance dan customer rating kinerja perusahaan dan pesaing.
Technical Response (How), identifikasi karakteristik produk yang dapat diukur untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Relationship matrix, matrik yag menggambarkan korelasi antara customer requarements dan technical reponses dengan ketentuan sbb (Cohen, 1995): Tidak ada hubungan (tidak ada lambang, bobot = 0) Hubungan yang lemah (lambang ∆, bobot = 1) Hubungan yang sedang (lambang ᴑ, bobot =3) Hubungan yang kuat (lambang ʘ, bobot = 9)
Target, ditentukan berdasarkan karakteristik How dan tingkat kesulitan perusahaan dengan menjabarkan nilai-nilai target yang mana nilai ini merupakan suatu nilai unit 8
pengukuran. Tingkat kesulitan perusahaan dalam memenuhi target memiliki ketentuan, paling mudah (1), mudah (2), cukup sulit (3), sulit (4), sangat sulit (5).
Technical correlation, merupakan bagian atap darimatriks yeng mengidentifikasi apakah technical responses saling mendukung atau saling mengganggu didalam desain produk.
Benchmarking, diawali dengan menentukan perbandingan kebutuhan masing-masing pesaing dengan membandingkan kebutuhan-kebutuhan konsumen tersebut dengan pesaing dan hasilnya di ranking oleh konsumen.
Technical priorities, dilakukan cara perhitungan matematis dengan mengganti lambanglambang dengan nilai bobonya, maka keseluruhan penilaian akan dapat disususn berdasarkan keentingan relatif dari setiap kebutuhan konsumen.
Dalam QFD melibatkan 4 matriks, yang terdiri dari: 1. Product planning matrix or House of Quality (HOQ) matrix 2. Product Deployment Matrix 3. Process Planning Matrix 4. Production Planning Matrix Berdasarkan ke 4 jenis matrik di atas, HOQ merupakan primary planning tool dari QFD, dan keuntungan dari penggunaan QFD berasal dari pengguaan matrik HOQ.
9
Gambar Matriks QFD Sumber: Low Cohen, 1995
10
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan penelitian qualitative dengan menggunakan strategi studi kasus. Studi kasus dalam penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan metode Quality Function Deployment. Secara garis besar, terdapat 8 tahapan yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan penelitian ini. Adapun tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi kebutuhan dari konsumen 2) Menentukan prioritas kebutuhan dari konsumen 3) Membandingkan produk dengan kompetitor berdasarkan kebutuhan konsumen 4) Membuat list mengenai kemampuan technical yag bersesuaian dengan kebutuhan konsumen 5) Mengembangkan matrik yang menunjukan hubungan antara kebutuhan konsumen dengan kemampuan technical 6) Mengembangkan matrik hubungan timbal balika antara kemampuan technical yang dimiliki 7) Membandingkan produk dengan kompetitor berdasarkan kemampuan technical 8) Menentukan prioritas kemampuan technical yang diperlukan (berdasarkan rumus yang telah ditentukan)
Mengingat tujuan setiap tahapan penelitian berbeda, maka metode penelitian dalam hal ini juga disesuaikan untuk setiap tahapan tersebut, desain penelitian disusun mengikuti alur dalam gambar di halaman berikut.
11
PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
STUDI LITERATUR
STUDI PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
IDENTIFIKASI DATA YANG DIPERLUKAN
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
IDENTIFIKASI SAMPEL PENELITIAN
PENYUSUNAN KUESIONER/WAWANCARA PENYEBARAN KUESIONER/WAWANCARA
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Gambar 3.1 Roadmap Penelitian
1) Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan teori atau konsep, model maupun komponen yang relevan dengan masalah penelitian beserta metodologinya. Studi literatur penting yang terkait dengan penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan destinasi wisata serta teknik Quality Function Deployment dan aplikasinya dalam penelitian terdahulu. 2) Identifikasi Variabel Penelitian Berdasar teori dan konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti dan dari studi pendahuluan yang dilakukan, maka bisa didentifikasi variabel yang diperlukan dalam penelitian ini. Identifikasi variabel dimaksudkan untuk mengubah istilah yang kompleks menjadi atribut-atribut atau faktor-faktor yang lebih sederhana, dan untuk memperjelas faktor-faktor yang akan dianalisis maka faktor-faktor tersebut diterjemahkan lagi menjadi elemen-elemen yang kemudian ditransformasikan ke dalam unit-unit pertanyaan dalam kuesionera atau wawancara . 12
Penelitian ini menggunakan operasionalisasi variabel yang diperoleh dari studi literatur. Variabel dalam penelitian ini merupakan Faktor-faktor dalam pengembangan destinasi wisata, yang berdasarkan sintesis penelitian terdahulu, terdiri dari dimensi, sebagai berikut: 1. 2. 4. 5. 6. 7. 8.
Atraksi Pengalaman yang diharapkan Fasilitas penunjang, Lingkungan fisik Lingkungan social Infrastruktur Layanan
3) Identifikasi Data yang Diperlukan Penelitian ini akan menghasilkan empat studi kasus yang menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui wawancara, survey dan kajian data serta dokumen terkait. 4) Prosedur Pengumpulan Data Ada beberapa cara yang sering dilakukan untuk pengumpulan data, antara lain pengamatan langsung (observasi), wawancara, kuesioner, data sekunder dari sumber lain, atau kombinasinya. Karena data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder, maka penelitian ini menggunakan kombinasi dari beberapa cara tersebut. Sedangkan untuk pengembangan model beserta rancangan aplikasinya digunakan teknik wawancara dan data sekunder. 5) Identifikasi Sampel Penelitian Unit analisis dari penelitian ini merupakan destinasi wisata yang terdiri dari: 1. Wisata heritage. 2. Wisata Belanja dan Kuliner. 3. Wisata Pendidikan. 4. Rekreasi dan Budaya. MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exibition). Dari setiap kategori wisata di atas, akan diambil minimal satu destinasi wisata sebagai sampel. Untuk memperoleh data terkait studi kasus dari setiap destinasi tersebut, maka penelitian ini akan mewawancarai informan berupa perwakilan dari pemerintah dan 13
pengelola destinasi wisata yang dijadikan sample. Untuk pengisian kuesioner, penelitian ini akan meminta responden yang merupakan pengunjung / wisatawan domestic yang berkunjung ke Kota Bandung pada periode bulan Agustus 2015. 6) Penyusunan Kuesioner Kuesioner terdiri dari dua kategori pertanyaan, kategori pertama mencakup ketersediaan infrastruktur sebagai sarana penunjang dan kategori kedua mencakup proses penjualan dan pemasaran, serta keterkaitan antar unit berkaitan dengan aktifitas tersebut. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dikombinasikan antara bentuk pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. 7) Penyebaran Kuesioner Kuesioner akan disebarkan kepada pengunjung / wisatawan domestic yang berkunjung ke Kota Bandung pada periode bulan Agustus 2015. Berdasarkan data kunjungan wisatawan domestic selama 4 tahun terakhir, diketahui rata-rata jumlah wisatawan yang berkunjungnke kota Bandung dalam satu tahun berjumlah 16.430.665 orang wisatawan, yang berarti sekitar 1.369.222 per bulan atau 342.305 per minggu. Karena kuesioner akan disebarkan selama satu minggu, maka, populasi dari responden survey ini dianggap berjumlah 342.305. Selanjutnya jumlah responden dari setiap destinasi wisata akan dihitung secara proporsional berdasarkan rata-rata kunjungan ke tempat wisata tersebut, yang datanya akan diperoleh pada saat pengumpulan data awal setelah proposal ini disetujui.
14