Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
KAJIAN PENERAPAN EKOLABEL PADA PRODUK INDUSTRI KULIT DI INDONESIA 1
2
Noor Maryam Setyadewi , Titik Purwati Widowati Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta Email:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Pengembangan sistem akreditasi dan sertifikasi ekolabel yang diterapkan untuk produk industri/manufaktur di Indonesia mengacu pada ISO 14020, Environmental
labels
and
declarations-General
Environmental labels and declarations-Types I
Principless;
ISO
14024,
environmental labelling-Principles
and procedures, ISO/IEC Guide 65, General requirements for product certification, Pedoman KAN 801-2004 dan ketentuan hukum yang berlaku lainnya. Ekolabel merupakan instrumen manajemen lingkungan yang bersifat proaktif dan sukarela dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan dan sarana penyampaian informasi kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk, komponen dan/atau kemasannya. Pada industri kulit, kriteria ekolabel yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah produk kulit jadi (SNI 19-7188.3.12006) dan sepatu kasual dari kulit (SNI 19-7188.3.2-2006). Penerbitan lisensi penggunaan tanda ekolabel produk dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi ekolabel (LSE) yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Saat ini di Indonesia hanya memiliki dua lembaga sertifikasi ekolabel (LSE) dengan ruang lingkup kertas tisu untuk kebersihan, kertas cetak tanpa salut, tekstil dan produk tekstil, kertas kemas, produk cat tembok, kantong belanja plastik dan belum terdapat LSE dengan ruang lingkup produk kulit. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam penerapan ekolabel pada produk industri kulit selain kurangnya pengetahuan tentang skema sertifikasi ekolabel dan pemahaman pelaku industri kulit mengenai manfaat/pentingnya ekolabel bagi industri yang berorientasi pasar ekspor. Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pemerintah dalam hal program sosialisasi dan pembinaan industri terkait penerapan ekolabel, perumusan standar kriteria ekolabel produk kulit, serta perbaikan skema akreditasi dan sertifikasi ekolabel. Kata kunci: ekolabel, produk kulit, akreditasi, sertifikasi
229
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
PENDAHULUAN Salah satu sektor usaha yang ikut berperan penting dalam pendapatan nasional melalui kegiatan ekspor adalah sektor industri kulit. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian,kontribusi ekspor Indonesia pada tahun 2014 dari sektor non migas sebesar 82,79%. Gambar 1.menggambarkan kondisi ekspor hasil industri kulit, barang kulit dan sepatu/alas kaki di tahun 2014 berperan sebanyak 3,49% terhadap total ekspor hasil industri.Perkembangan industri ini tergolong pesat karena memberikan nilai tambah yang cukup besar. Fenomena inilah yang membuat kulit banyak diekspor ke negara-negara lain, di antaranya adalah Jepang, Amerika Serikat, China, Italia, Hongkong, India, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan.
Gambar 1. Peran Ekspor Sub Sektor Non Migas Dari sisi jumlah ekspor, perkembangan nilai ekspor hasil industri kulit rata-rata meningkat sebesar 5 (lima) persen tiap tahunnya. Sepuluh jenis komoditas ekspor terbesar dari kelompok indusri kulit menurut data Kementerian Perindustrian adalah sepatu sport kulit; sepatu olahraga dari karet/plastik/kanvas; sandal dan alas kaki lainnya dari kulit; sepatu kulit; koper, tas dan dompet dari kulit; sandal dan alas kaki lainnya dari karet/plastik/kanvas; bagian-bagian sepatu; kulit jadi/samak; sepatu teknik lapangan; barang pakaian/perlengkapan dari kulit dan kulit kompos.
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
230
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
Tantangan pasar yang berkembang saat ini adalah gerakan konsumen yang menuntut produk yang dibeli terbuat dari bahan baku yang dikelola secara berkelanjutan melalui proses pembuatan yang ramah lingkungan sehingga terjadilah perubahan pola pembelian suatu produk(green consumer). Dalam proses membeli konsumen tidak lagi hanya memilih berdasarkan aspek kualitas, ketersediaan barang maupun harga, tetapi juga didasari oleh aspek lingkungan yang berhubungan dengan produk tersebut terutama pada produk industri yang berorientasi pasar ekspor termasuk industri kulit dan barang dari kulit. Adanya diskriminasi atas produk kulit Indonesia dan persyaratan bebas formaldehyde, logam berat, PCP dan bahan pewarna azodyes atas poduk kulit ikut melatarbelakangi munculnya program ekolabel di Indonesia (Naim, 2006) Indonesia menerapkan program ekolabel pada tahun 2004, dan mulai menerapkan secara penuh pada tuntutan
perdagangan
tahun
internasional
2006 dengan atas
alasan untuk memenuhi
hambatan
perdagangan
yang
mengharuskan sebuah negara memproduksi produk ramah lingkungan dan memiliki dampak negatif yang relatif kecil pada lingkungan. Tujuannya adalah agar produk Indonesia mampu bersaing dengan produk negara lain. Program ekolabel juga merupakan upaya menjaga lingkungan sebagai bentuk jaminan atas keamanan lingkungan (environmental security) dan membantu menjaga lingkungan dari kerusakan serta menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan (Putri,2014). Menurut Rashid (2009), program ekolabel pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1978 dengan nama Blue Angel, kemudian diikuti negara lain, The Swan (Nordic Eco labeling), Environmental Choice (Canada 1988), Eco Mark (Japan 1989), Green Seal (US 1990), Eco-Mark (India 1991) dan Eco-label (EU 1993). Hingga saat ini telah ada sekitar 25 negara yang telah mempunyai program ekolabel yang pada umumnya menerapkan program ekolabel multikriteria (Tipe I).
PROGRAM EKOLABEL DI INDONESIA Pemerintah
telah
berupaya
dalam
usaha
menanggulangi
kerusakan
lingkungan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup misalnya melalui program penerapan standar di bidang lingkungan yaitu SNI 19-14001 tentang sistem
231
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
manajemen lingkungan, peraturan perundangan yaitu UU No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup serta program ekolabel. Program ekolabel merupakan salah satu cara pemerintah untuk memperbaiki kualitas lingkungan dari sisi produksi dan konsumsi suatu produk ( Anis, 2015). Dasar hukum penerapan sertifikat ekolabel adalah Undang-Undang no.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 43 ayat (3) huruf g: pengembangan system label ramah lingkungan sebagai instrument ekonomi proaktif, UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.2 tahun 2014 tentang pencantuman logo ekolabel. Ekolabel adalah suatu pemberian penghargaan berupa symbol, tanda atau label kepada produk dan atau jasa yang dalam daur hidupnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan, dan pembuangan setelah penggunaan, memberi dampak lingkungan relative lebih kecil dibandingkan produk lain yang sejenis. (Niam,2006).Keuntungan ekolabel antara lain ; (1) Pemenuhan terhadap permintaan pasar, (2) Membuka peluang pasar, (3) Meningkatkan citra perusahaan, (4) Pendekatan proaktif: antisipasi potensial trend pasar, (5)Mendorong inovasi industri yang berwawasan lingkungan. Menurut ISO 14020, ekolabel adalah suatu pernyataan atau klaim yang menunjukkan aspek lingkungan suatu produk dan atau jasa, bersifat sukarela, melibatkan banyak pihak (multistakeholder), bersifat transparan, mempertimbangkan kajian daur hidup, pengujian dengan metoda yang bersifat universal,kriteria harus obyektif dan berdasarkan data ilmiah dan
tidak ada konflik kepentingan. Dalam
penerapan ekolabel, International Organization for Standardization Technical Committee 207 (ISO/TC 207) mengembangkan Standar Internasional sebagai rujukan dalam penerapannya yaitu : 1. Ekolabel Tipe I, model ekolabel ini besifat sukarela, berbasis multi kriteria dengan proses evaluasi oleh pihak ketiga, standar rujukan ISO 14024 Environmental labels and declarations – Type I environmental labelling – Principles and procedures. 2. Ekolabel Tipe II, pada model ini produsen suatu produk dapat mengklaim atau mendeklarasikan sendiri (swadeklarasi) aspek lingkungan dari produknya
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
232
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
tanpa pemenuhan terhadap kriteria yang ditetapkan dan sertifikasi dari pihak ketiga. Rujukan standar yang digunakan ISO 14021 Environmental labels and declaratios – Self-declared environmental claims (Type II environmental labelling). 3. Ekolabel Tipe III, adalah model ekolabel yang menginformasikan aspek lingkungan pada produk secara kuantitatif. Standar rujukan ISO 14025 Environmental labels and declarations – Type III environmental declarations – Principles and procedures. Indonesia menerapkan program ekolabel Tipe I dan Tipe II. Untuk program ekolabel tipe I (Ekolabel Indonesia) dilaksanakan dengan system akreditasi, yaitu penerbitan sertifikat ekolabel akan diterbitkan oleh lembaga sertifikasi ekolabel (LSE) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Skema dan logo sertifikasi ekolabeldiilustrasikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Sertifikasi dan Logo Ekolabel Indonesia Skema sertifikasi ekolabel diharapkan menjadi alat yang efektif untuk menjaga keamanan fungsi lingkungan hidup, kepentingan sosial dan meningkatkan efisiensi serta daya saingdan untuk mendorong permintaan atas produk-produk ramah lingkungan. Akreditasi untuk lembaga sertifikasi ekolabel didasarkan pada Pedoman KAN 801-2004: Persyaratan Umum untuk Lembaga Sertifikasi Ekolabel (selanjutnya disebut LS Ekolabel (LSE)).Logo hanya boleh dicantumkan di label produk yang
233
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
termasuk dalam lingkup sertifikasi. Apabila terbukti telah melakukan penyalah gunaan tanda kesesuaian, maka dapat diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara garis besar proses sertifikasi Ekolabel Indonesia (Arifiarachman, T.,2015) adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi pengajuan sertifikasi Ekolabel kepada LSE 2. Penandatanganan kontrak sertifikasi 3. Peninjauan dokumen dan evaluasi hasil uji. 4. Audit lapangan dan pengambilan contoh Contoh uji diambil pada jalur proses produksi dan di gudang. Dilakukan oleh petugas pengambil contoh disaksikan oleh pihak perusahaan, dan dibuat berita acara pengambilan contoh. Pengujian oleh laboratorium yang terakreditasi atau akreditasinya diakui oleh KAN 5. Laporan evaluasi Evaluasi pengujian contoh berdasarkan SNI kriteria Ekolabel. Laporan Evaluasi disusun berdasarkan hasil evaluasi dan pengujian produk dan informasi yang relevan dalam rangka pemenuhan kriteria ekolabel. Evaluator melaporkan hasil evaluasi yang dilaksanakan untuk seluruh kriteria ekolabel tekstil dan produk tekstil. Hasil evaluasi yang tidak memenuhi kriteria harus disertai penjelasan penyebab tidak terpenuhinya kriteria ekolabel tersebut 6. Komite Sertifikasi Evaluasi oleh komite sertifikasi yang independen untuk memutuskan sertifikasi ekolabel berdasarkan laporan evaluasi oleh evaluator. Sertifkat ekolabel dapat ditangguhkan atau dibekukan bila ditemukan kondisi ketidaksesuaian yang bersifat substansial terhadap ketentuan sertifikasi ekolabel. 7. Penerbitan sertifikat bagi yang memenuhi syarat 8. Pemberian hak penggunaan tanda ekolabel pada kemasan produk. 9. Pemantauan tiap tahun pada kunjungan surveilan 10. Resertifikasi setelah 3 tahun. Terdapat beberapa kriteria penting pada sertifikasi Ekolabel, yaitu sebagai berikut:
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
234
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
1. Aspek prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh pemohon sebelum yang lain, antara lain: - Penataan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup - Penerapan system manajemen mutu (SNI 9001:2008/ISO 9001:2008) - Penerapan system manajemen lingkungan (SNI 19-14001/ISO 14001) - Penggunaan kemasan yang ramah lingkungan
2. Aspek Lingkungan - Teknis Produk - Proses Produksi
KLH melalui Panitia Teknis Manajemen Lingkungan telah menyusun kriteria ekolabel Indonesia yang diterbitkan dalam bentuk Standar Nasional Indonesia (SNI). Ada 7 kategori produk yang telah disusun yaitu kertas, deterjen, tekstil dan produk tekstil, kulit, baterai, cat tembok, kantong belanja plastik, ubin keramik dengan 12 (dua belas) kriteria ekolabel sebagaimana tercantum dalam Tabel 1. berikut: Tabel 1. No 1
Kriteria Ekolabel Indonesia
Judul
SNI
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas – Seksi 1: Kertas kemas
SNI 19-7188.1.1-2006
2
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas – Seksi 2: Kertas tisu untuk kebersihan (Sanitary tissue)
SNI 19-7188.1.2-2006
3
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas– Seksi 3: Kertas cetak tanpa salut
SNI 19-7188.1.3-2006
4
Kriteria ekolabel – Bagian 1: Kategori produk kertas – Seksi 4: Kertas cetak salut
SNI 7188.1.4:2010
5
Kriteria ekolabel – Bagian 2: Kategori produk deterjen – Seksi 1: Serbuk deterjen pencuci sintetik rumah tangga
SNI 19-7188.2.1-2006
6
Kriteria ekolabel – Bagian 3: Kategori produk kulit – seksi SNI 19-7188.3.1-2006 1: Kulit jadi
235
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
No
Judul
ISSN:2477-3298
SNI
7
Kriteria ekolabel – Bagian 3: Kategori produk kulit – Seksi SNI 19-7188.3.2-2006 2: Sepatu kasual
8
Kriteria ekolabel – Bagian 4: Kategori tekstil dan produk tekstil
SNI 19-7188.4.1-2006
9
Kriteria ekolabel – Bagian 5: Kategori produk baterai – Seksi 1: Baterai primer tipe carbon zinc dan alkaline
SNI 7188.5.1:2010
10 Kriteria ekolabel – Bagian 6: Kategori produk cat tembok SNI 7188.6:2010 11
Kriteria ekolabel – Bagian 7: Kategori produk kantong belanja plastic
SNI 7188.7:2011
12
Kriteria ekolabel – Bagian 8: Kategori produk ubin keramik
SNI 7188.8:2013
BSN juga telah menetapkan 3 (tiga) SNI yang terkait dengan penerapan ekolabel yaitu : 1. SNI 7228.1:2011 Prasyarat ekolabel – Bagian 1: Cara uji senyawa bersifat bioakumulatif dengan penetapan koefisien partisi oktanol-air secara Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (High Performance Liquid Chromatography/HPLC) 2.
SNI 7228.3:2011 Prasyarat ekolabel – Bagian 3: Cara uji biodegradasi surfaktan anionic
3. SNI 7228.2:2011 Prasyarat ekolabel – Bagian 2: Cara uji organohalida yang dapat diabsorbsi (AOX) dalam air limbah secara microcoulometry Program ekolabel berikutnya yang diterapkan di Indonesia adalah Program Ekolabel Swadeklarasi
Indonesia,
yaitu ekolabel
yang
dikembangkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)dengan merujuk pada model ekolabel tipe II. Program
ini
merupakan
apresiasi
kepada
produsen
yang
telah
mampu
mempertimbangkan aspek lingkungan pada produknya. Klaim lingkungan swadeklarsi adalah klaim lingkungan yang dibuat oleh produsen, importir, distributor, pengecer (retail) atau pihak lain yang mungkin memperoleh manfaat dari klaim tersebut, tanpa sertifikasi pihak ketiga (SNI ISO 14021:2009). Persetujuan untuk menggunakan logo Swadeklarsi Indonesia diberikan
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
236
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
oleh KLH setelah suatu produk diverifikasi terhadap kesesuaian klaimnya. Skema dan logo klaim lingkungan swadeklarasi diilustrasikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Mekanisme Klaim dan Logo Swadeklarasi Indonesia Beberapa persyaratan yang diberlakukan dalam membuat klaim adalah sebagai berikut; 1. Klaim lingkungan yang tidak spesifik atau tidak jelas atau memberikan kesan terlalu luas bahwa produk tersebut bermanfaat bagi lingkungan atau tidak berbahaya bagi lingkungan tidak boleh digunakan. Contoh klaim tidak spesifik antara lain: aman terhadap lingkungan (environmentally safe), bersahabat dengan bumi (earth friendly), tidak mencemari (non-polluting), hijau (green), sahabat alam (nature’s friend), bersahabat dengan ozon (ozone friendly). 2. Klaim lingkungan “bebas ….” Hanya boleh dibuat jika kadar suatu bahan tertentu tidak melebihi kadar dari bahan yang diketahui zat pengotornya (kadar bahan tersebut dalam kondisi alami). 3. Tidak boleh ada klaim pencapaian berkelanjutan (sustainability) karena konsep yang terkait dengan berkelanjutan sangat komplek dan belum tersedia metode pasti untuk membuktikan pencapaiannya. 4. Klaim harus disertai dengan pernyataan penjelasan apabila penggunaan klaim tanpa pernyataan penjelasan dapat mengakibatkan salah pengertian. Klaim lingkungan tanpa pernyataan penjelasan hanya boleh dibuat jika klaim tersebut sah tanpa persyaratan pada berbagai kondisi yang mungkin ada.
237
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
5. Persyaratan khusus; Klaim penjelasan
apapun
lingkungan
termasuk
swadeklarasi
ISSN:2477-3298
dan
pernyataan
pernyataan penjelasannya harus memenuhi
semua persyaratan di bawah ini : a) harus akurat dan tidak menyesatkan; b) harus bermakna dan dapat diverifikasi; c) harus relevan terhadap produk tersebut; d) harus jelas, apakah klaim digunakan untuk keseluruhan produk
atau
hanya untuk satu komponen produk, atau kemasannya saja atau untuk satu elemen dari suatu jasa; e) harus spesifik dalam hal aspek lingkungan atau perbaikan lingkungan dari produk yang diklaim; f) tidak
boleh
dinyatakan
kembali
dengan
menggunakan
istilah
yang
berbeda yang mengesankan manfaat ganda dari suatu perubahan lingkungan; g) tidak memungkinkan terjadinya salah tafsir/salah pemahaman; Contoh : mobius loop : bermakna dapat didaur ulang atau dari bahan daur ulang h) tidak
hanya
terkait
dengan
produk
akhir,
tetapi
juga
harus
mempertimbangkan semua aspek yang berkaitan dengan daur hidup produk sehingga teridentifikasi kemungkinan meningkatnya suatu dampak dalam proses pengurangan dampak lainnya; (hal ini tidak berarti bahwa asesmen daur hidup perlu dilakukan). i) tidak mengesankan bahwa produk tersebut didukung atau disertifikasi oleh pihak ketiga yang mandiri, jika memang situasi sebenarnya tidak demikian; j) aspek lingkungan suatu produk yang berkaitan dengan klaim tidak boleh memberikan kesan adanya perbaikan lingkungan yang sebenarnya tidak
terjadi,
baik
secara eksplisitataupunimplisitdan juga tidak boleh
berlebihan; k) harus
menunjukkan
secara
jelas
bahwa
klaim
lingkungan
dan
pernyataan penjelasan dapat dibaca bersama. Pernyataan penjelasan tersebut
harus
dalam
ukuran
yang memadai dan letaknya berdekatan
dengan klaim lingkungan yang disertainya;
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
238
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
l)
ISSN:2477-3298
apabila dibuat suatu pernyataan perbandingan dari keunggulan atau perbaikan lingkungan, maka dasar perbandingannya harus spesifik dan jelas;
m) apabila klaim berdasarkan pada aspek yang telah ada (pre-existing)tetapi belum pernah dipaparkan, maka klaim harus diperagakan dengan tepat sehingga tidak memberikan kesan kepada pembeli, calon pembeli dan pengguna
produk
bahwa
klaim
tersebut berdasarkan pada modifikasi
produk , atau proses yang terbaru; n) tidak boleh dilakukan bila didasarkan pada ketiadaan kandungan atau fitur yang tidak pernah ada atau berkaitan dengan kategori produk tersebut; o) harus
diases
ulang
dan
dimutakhirkan
sesuai
dengan
perubahan
teknologi, produk unggulan atau kondisi lain yang dapat merubah ketepatan klaim; dan p) harus relevan dengan wilayah dimana terjadi dampak lingkungan (suatu klaim yang terkait dengan proses dapat dilakukan dimanapun, sepanjang dampak lingkungan terjadi di wilayah lokasi proses produksi. Ukuran wilayah tersebut akan ditentukan oleh sifat dampak). Terdapat beberapa istilah yang umumnya digunakan pada klaim lingkungan swadeklarasi. Klaim ini dapat digunakan, bila relevan, pada tahapan pabrikasi dan distribusi, penggunaan produk dan pemulihan (recovery) produk serta pembuangan produk. Istilah tersebut antara lain adalah: 1. Dapat dibuat kompos (compostable); sifat beberapa
komponen
terkait
yang
suatu
produk,
mampu
terurai
kemasan
atau
secara biologi,
menghasilkan bahan seperti humus yang relatif homogen dan stabil. 2. Dapat terurai (degradable);sifat dari suatu produk atau kemasan pada kondisi khusus yang memungkinkan produk atau kemasan tersebut terurai menjadi tingkatan spesifik dalam waktu tertentu. 3. Dirancang untuk dapat diurai (design for disassembly); sifat rancangan suatu produk yang memungkinkan produk tersebut diambil bagiannya sedemikian rupa pada akhir masa penggunaannya, sehingga memungkinkan komponen atau bagiannya untuk digunakan kembali, didaur ulang, dipulihkan energinya, atau dengan cara lain dialihkan dari alur limbah.
239
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
4. Perpanjangan umur produk (extended life product); suatu
ISSN:2477-3298
produk
yang
dirancang untuk waktu penggunaan yang lebih lama, didasarkan
pada
peningkatan daya tahan maupun fitur yang dapat ditingkatkan (upgradability), sehingga dapat mengurangi penggunaan sumberdaya ataupun mengurangi limbah. 5. Energi yang dipulihkan (recovered energy); sifat dari suatu produk yang dibuat dengan menggunakan energi yang dipulihkan dari suatu bahan atau energi yang telah dibuang sebagai limbah namun dikumpulkan kembali melalui proses yang dikelola. 6. Dapat didaur ulang (recyclable); karakteristik produk, kemasan atau komponen terkait yang dapat dialihkan dari aliran limbah melalui proses dan program yang tersedia, dan dapat dikumpulkan, diproses dan dikembalikan untuk digunakan kembali dalam bentuk bahan baku atau produk. 7. Kandungan hasil daur ulang (recycled content);
diinterpretasikan sebagai
berikut: a. Kandungan hasil daur ulang : Perbandingan massa bahan hasil daur ulang dalam produk atau kemasan. Hanya bahan sebelum digunakan konsumen (pre-consumer) dan setelah
digunakan
konsumen
(postcosumer) yang
dipertimbangkan sebagai kandungan hasil daur ulang. b. Bahan yang didaur ulang: bahan yang telah diproses kembali dari bahan yang telah dipulihkan (reclaimed) melalui proses pabrikasi dan dibuat menjadi produk akhir atau menjadi komponen untuk digabungkan menjadi suatu produk. c. Bahan yang dipulihkan: bahan yang tidak akan dibuang sebagai limbah atau
digunakan
untuk
energi
yang dipulihkan yang dikumpulkan dan
dipulihkan (reclaimed) sebagai pasokan bahan, sebagai pengganti bahan primer yang baru untuk proses daur ulang atau proses pabrikasi. 8. Pengurangan konsumsi energy (reduced energy consumption); pengurangan sejumlah
energi
yang
berkaitan
dengan
penggunaan
produk
dalam
melaksanakan fungsinya dibandingkan dengan energi yang digunakan oleh produk lain yang melaksanakan fungsi yang sama. Klaim pengurangan konsumsi energi umumnya juga dinyatakan sebagai efisien menggunakan energi (energy-
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
240
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
efficient),
mengkonservasi
energi
(energy-conserving),
ISSN:2477-3298
atau hemat energi
(energy-saving). 9. Pengurangan penggunaan sumberdaya (reduced resource use); Pengurangan sejumlah bahan, energi atau air yang digunakan untuk memproduksi atau mendistribusikan produk atau kemasan atau komponen terkait lainnya. 10.Pengurangan pemakaian air (reduced water consumption); Pengurangan pemakaian air terkait dengan penggunaan produk dalam melaksanakan fungsi yang dimaksudkan dibandingkan dengan jumlah air yang digunakan oleh produk
lain
untuk melaksanakan fungsi yang sama. Klaim
pengurangan
pemakaian air umumnya juga dinyatakan sebagai efisien menggunakan air (water-efficient),
mengkonservasi
air
(water-conserving)
atau
hemat
air
(water-saving). 11. Dapat digunakan kembali dan dapat diisi ulang (reusable and refillable) 1) Dapat digunakan kembali adalah karakteristik suatu produk atau kemasan yang dibuat dan dirancang untuk memenuhi sejumlah tertentu perjalanan, perputaran/rotasi atau penggunaan sepanjang daur hidupnya untuk tujuan penggunaan yang sama sesuai tujuannya. 2) Dapat diisi ulang adalah karakteristik suatu produk atau kemasan yang dapat diisi ulang dengan produk yang sama atau serupa lebih dari satu kali, dalam bentuk aslinya dan tanpa proses tambahan, kecuali untuk persyaratan tertentu seperti pembersihan atau pencucian. 12. Pengurangan limbah (waste reduction); pengurangan jumlah (massa) bahan yang masuk dalam alur limbah sebagai hasil dari perubahan produk, proses atau pengemasan.
EKOLABEL PADA PRODUK INDUSTRI KULIT Ekolabel untuk produk industri kulit telah diterapkan dengan adanya SNI 197188.3.1-2006 untuk kriteria produk kulit jadi (berlaku untuk jenis kulit boks dan kulit glace kambing/domba yang digunakan untuk atasan sepatu, kulit jaket dari kulit sapi dan kulit domba/kambing, kulit sarung tangan dan kulit jok) sertaSNI 19-7188.3.22006untuk kriteria produk kulit sepatu kasual (berlaku untuk produk sepatu kasual
241
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
dengan bagian atas dari kulit dan sol luar dari kulit, plastik atau karet). Hasil penerapan program ekolabel di Indonesia dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.
Gambar. 4. Jumlah sertifikat produk ekolabel di Indonesia
Terdapat 19 (sembilan belas) merk produk yang telah disertifikasi Ekolabel oleh KAN untuk kategori produk kertas (Anonim, 2015). Dari KLH telah terbit 14 ekolabel swadeklarasi untuk produk deterjen, pengharum cucian, pembersih kaca, pembersih lantai dan sabun. Pada produk cat tembok setifikasi yang diperoleh berasal dari lembaga sertifikasi ekolabel di Singapura (Green Label). Penerapan sertifikasi ekolabel untuk produk industri kulit di Indonesia masih belum berjalan sesuai dengan harapan, jika dilihat dari awal program ekolabel di Indonesia di tahun 2004 hingga saat ini, belum ada sertifikat ekolabel yang terbit untuk produk industri kulit. Indonesia baru memiliki 2 (dua) Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE) dengan ruang lingkup kertas tisu untuk kebersihan, kertas cetak tanpa salut, tekstil dan produk tekstil, kertas kemas, produk cat tembok, kantong belanja plastik. Belum adanya LSE dengan ruang lingkup produk kulit menjadi salah satu kendala dalam penerapan ekolabel produk industri kulit. Di sisi lain, sertifikasi ekolabel memiliki prinsip bersifatsukarela (voluntary), sehingga pelaku usaha/industri masih kurang memprioritaskan program ekolabel dalam kegiatan usahanya. Peran pemerintah untuk mensosialisasikan penerapan ekolabel produkindustri kulit di Indonesia masih
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
242
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
perlu ditingkatkan. Solusi saat ini bagi produsen produk kulit yang menginginkan sertifikasi ekolabeladalah dengan menerapkan ekolabel tipe 2: klaim lingkungan swadeklarasi untuk produknya dengan mengikuti ketentuan klaim dari Kementerian Lingkungan Hidup.
KESIMPULAN Penerbitan sertifikat ekolabel produk industri kulit di Indonesia masih jauh dari harapan, hingga saat ini belum ada sertifikat ekolabel maupun klaim lingkungan yang terbit terkait dengan produk industri kulit. Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pemerintah dalam hal program sosialisasi dan pembinaan industri terkait penerapan ekolabel, perumusan standar kriteria ekolabel produk kulit, serta perbaikan skema akreditasi dan sertifikasi ekolabel.
DAFTAR PUSTAKA Anis,R.,2015, Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil SNI 19-788.4.1.-2006, Sosialisasi Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil, Yogyakarta. Anonim, - , Pedoman Klaim Lingkungan Swadeklarasi, Kementerian Lingkungan Hidup, Anonim,
2015,
Jakarta. Perkembangan
Ekspor
Indonesia
Berdasarkan
Sektor,
http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1 diakses tanggal 2 Oktober 2015 Anonim,
2015,
Produk
http://www.indonesiagreenproduct.com/category/produk-hijau/
Hijau, diakses
tanggal 2 Oktober 2015 Arifiarachman, T.,2015, Mekanisme Sertifikasi Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil, Sosialisasi Ekolabel Tekstil dan Produk Tekstil, Yogyakarta. ISO, 2012, Environmental Labels and Declarations - How ISO Standards Helps, ISO Central Secretariat,Switzerland. KAN, 2004, Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel, Komite Akreditasi Nasional, Jakarta. Naim, M., 2006, Ekolabel sebagai Peluang Pengelolaan Lingkungan di Indonesia, Makalah Pelatihan Audit Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup.
243
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015
ISSN:2477-3298
Putri, Destyane P., 2014, Pelaksanaan Program Ekolabel di Indonesia, Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Jember. Rashid, Nik Ramli N.A., 2009, Awareness of Eco-label in Malaysia’s Green Marketing Initiative, International Journal of Busines and Management, Vol.4, No.8, August 2009. SNI ISO 14021: 2009, Label Lingkungan dan deklarasi- Klaim Lingkungan Swadeklarasi (pelabelan lingkungan Tipe II), Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Suminto,
2011,
Kajian
Penerapan
Ekolabel
Produk
di
Indonesia,
Jurnal
Standardisasi Vol 13, No.3 Tahun 2011; 201-206.
Kajian Penerapan Ekolabel Pada....., Noor Maryam Setyadewi
244