Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
KAJIAN PEBISNIS MUSLIM (STUDY OF MUSLIM BUSINESSMAN)
Moh. Saleh Guru Besar pada Program Studi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Jember Telp. 0331-337990/HP.08155926306 Abstract The Qur'an covers all activities of human life interrelated business activities include both individuals and businesses doing business within the company. This paper shows only modest theory of doing business according to the Islamic Shari'a of Islam according to the system both conventional and Islamic economics. Obtained the conclusion that the business is very much Islamic business benefits both to themselves and to the Muslim community as a whole. Can be shown in the picture that Muslim businessmen more optimal than conventional businessman. Keywords: tagwa, honest, sincere, getting up early and charity
1. Pendahuluan Pada dasarnya ekonomi islam merupakan bagian dari kehidupan manusia secara lengkap yang mengacu pada inti ajaran islam berdasarkan 4 (empat) pengetahuan yaitu : (1) Al-Quran, merupakan pengetahuan yang diwahyukan; (2) hadist, yaitu praktek yang berlaku dan dicontohkan pada waktu jamannya Rasulullah dan ucapan-ucapannya yang bernash; (3) Ij’ma, adalah penafsiran dan konsensus yang tercapai dalam masyarakat oleh para Ulama yang kemudian difikirkan secara jernih (Ijtihad) tentang persoalan dan masalah baru sehingga dapat tercapai penyelesaiannya dan qiyas, yaitu sikap yang diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Al-Qur'an bagi kaum muslimin merupakan sumber hukum yang utama dalam menghadapi segala urusan dan Sunnah Rasul merupakan penafsir, penjelas, serta pemberi petunjuk atas Al-Qur'an. Al-Qur'an mencakup segala kegiatan kehidupan manusia yang saling berkaitan diantaranya berbisnis (berwiraswasta). Berbisnis dalam islam merupakan suatu kegiatan kemanusiaan yang diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan aturan islam yang ada. Banyak ayat Al-Qur'an yang membahas tentang kewajiban manusia untuk bekerja (berbisnis) dan berusaha mencari nafkah, diantaranya terdapat pada surat al-Mulk ayat 15 yang artinya : Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. Syariat islam memuat ajaran-ajaran yang mengatur manusia untuk bekerja dan mencari nafkah dengan jalan halal. 195
Moh. Saleh, Kajian Pebisnis Muslim
Salah satu kegiatan seseorang dalam mencari nafkah adalah berbisnis, dalam ajaran agama islam sikap tersebut merupakan salah satu sikap yang mulia karena berbisnis merupakan salah satu usaha kerja keras. Dalam kerja keras itu, tersembunyi kepuasan bathin yang tidak dinikmati oleh profesi lain. Dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dahulu, baru kemudian prestise, bukan sebaliknya. Apabila para pemuda yang mengutamakan prestise terlebih dahulu, mereka tidak akan mencapai kemajuan karena setiap kemajuan pasti menuntut adanya prestasi. Prestasi dimulai dengan adanya kerja keras, dalam semua bidang. Dalam rangka untuk memperoleh produktivitas kerja yang semakin meningkat perlu adanya kemauan keras (azam) karena dengan adanya kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi kerja yang meningkat sehingga dengan motivasi tersebut dapat meningkatkan output. Orang Amerika berhasil karena masyarakatnya mau bekerja keras bahkan ada orang yang menyebutnya “gila kerja” (Cholic Worker). Islam sudah memberi aturan yang jelas bahwa dalam berbisnis tidak boleh lupa kepada penciptaNya yaitu selalu ingat kepada Allah dimana dan kapanpun serta dalam keadaan bagaimanapun. Apabila itu bisa dilaksanakan Insya Allah Yang Mahakuasa akan membantunya. Mengingat kepada Allah bukan hanya dilakukan pada saat memulai berbisnis, akan tetapi terus menerus dilakukan walaupun sudah berhasil. Dengan demikian perbaikan terus menerus atas apa yang telah dikerjakan sangat perlu dilakukan, dan jangan terlena karena suatu keberhasilan. 2. Aturan Pebisnis Muslim Siapapun orangnya apabila melakukan bisnis pada umumnya berharap untuk mendapatkan keuntungan, dalam islam juga memperbolehkan seseorang melakukan bisnis untuk medapatkan keuntungan hanya saja harus yang wajar tidak boleh berlebihan. Oleh karena itu pebisnis muslim sadar bahwa sumber daya yang dimiliki merupakan pemberian Allah SWT yang dapat dipergunakan sebaik-baiknya dalam rangka untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besar demi kesejahteraan dirinya sendiri dan untuk orang lain. Pebisnis muslim sangat terikat dengan aturan yang ada sehingga ia harus bertanggung jawab atas yang dilakukan dan disertai dengan kejujuran, prinsip inilah yang harus dipertahankan yaitu prinsip bukan untuk kepentingan pribadi semata yang biasa dilakukan pada saat munculnya Adam Smith terkenal disebut dengan persaingan bebas, biasa dilakukan oleh orang-orang yang non muslim. Pebisnis muslim tidak seperti kaum klasik yang apabila melakukan bisnis tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan semata untuk menumpuk kekayaan. Berbeda dengan pebisnis muslim yang betul-betul taat kepada perintah Allah SWT, apabila mendapatkan keuntungan sebagian dari keuntungan tersebut digunakan untuk membayar sedekah dan zakat. Demikian pula untuk pebisnis perusahaan yang islami, seperti perusahaan publik berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang wajar dan harus juga dapat memberikan keuntungan kepada para pemegang modal. Sehingga para pebisnis muslim yang sifatnya perusahaan publik harus memperhitungkan berapa jumlah zakat yang harus dibayarkan dengan harapan perusahaan agar supaya tetap exis.
196
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
Adapun aturan pebisnis muslim diantaranya : (a) tidak boleh menentang aturan islam; (b) tidak boleh berbuat monopoli; (c) mengikuti aturan yang wajar; (d) tidak boleh melakukan promosi yang bohong; dan (e) tidak boleh melakukan pemerasan dan juga diskriminasi. Disamping itu konsep islam dalam pebisnis perlu dipenuhi beberapa sifat, antara lain : a. Taqwa Sifat ini harus benar-benar dilaksanakan dalam berbisnis sehari-hari. Ada jaminan dari Allah bahwa : barang siapa yang taqwa kepada Allah, maka Allah SWT akan mengadakan baginya jalan keluar, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-disangka. b. Jujur Bersikap jujur dalam berbisnis akan menjadikan ketenangan baik lahir maupun bathin. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi : Kejujuran itu akan membawa ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan (HR.Tirmidzi). Oleh karena itu jelas menurut islam apabila seseorang berbisnis harus berlaku jujur karena apabila jujur maka dijamin oleh Allah SWT menjadi orang yang tenang baik secara lahir maupun batin. Hanya saja yang perlu dipahami adalah mengenai keyakinan kita terhadap perlakuan jujur itu sendiri, kalau tidak maka seseorang dalam melakukan pekerjaanya jatuh pada kondisi yang selalu menghalalkan segala cara. c. Niat karena Allah Seorang muslim dalam berbisnis harus dengan maksud untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga apa yang diperoleh dari hasil bekerja akan digunakan dijalan Allah, misalnya sebagian dari hartanya dikeluarkan untuk zakat atau sedekah sehingga muncul “Minallah Ilallah” dan jangan sekali-kali seorang muslim melakukan bisnis karena selain Allah, kalau itu yang menjadi niat maka ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki tidak mungkin akan dicapai, ingat bahwa segala ibadah bergantung pada niatnya. d. Bangun Pagi Rasulullah telah mengajarkan kepada kita bahwa dalam mengarungi lautan hidup ini hendaknya betul-betul diperhatikan mengenai waktu. Dianjurkan kepada kita untuk berbisnis mulai pagi hari sampai terbenam matahari, makanya setelah sholat subuh jangan tidur lagi tetapi bertebaranlah seperti burung mencari makanannya setiap hari; e. Berbisnis Sesuai dengan Batas Kemampuan Banyak orang dalam berbisnis mencari nafkah secara berlebihan karena mengira bahwa itu sesuai dengan perintah, padahal kebiasaan seperti itu berakibat buruk pada kehidupan rumah tangganya sehingga kadang-kadang menghalangi keluarga dari hak-haknya dan melalaikan pendidikan anaknya dari pola pendidikan islam. Islam mempunyai konsep bahwa kalau berbisnis jangan sampai berlebihan sesuai firman Allah dalam al-Baqarah : 286 yang artinya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakan dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya …". 197
Moh. Saleh, Kajian Pebisnis Muslim
3.
Teori Pebisnis Muslim Dalam ekonomi non muslim yang sering juga disebut ekonomi konvensional teori terkait dengan pembahasan usaha atau bisnis di formulasikan sebagai berikut : E = TR - TC E = earning (pendapatan bersih) TR = Total revernue (pendapatan kotor) TC = Total Cost (ongkos total) Sedangkan dalam pebisnis muslim atau perusahaan pebisnis muslim apabila diformulasikan besarnya keuntungan menjadi : E = TR – TC – Z Z = Zakat, bisa juga berupa sedekah Dari formula tersebut menunjukkan bahwa apabila Pebisnis Muslim dapat keuntungan dari keuntungan tersebut tidak hanya dikurangi beaya yang dikeluarkan tetapi juga ada sebagian yang dikeluarkan untuk sedekah atau Zakat karena hal tersebut merupakan kewajiban bagi pebisnis muslim. Besarnya pengeluaran zakat sudah terdapat ketentuan berapa besarnya zakat yang harus dikeluarkan yang dihitung berdasarkan nisab yang sudah ditentukan, sedangkan untuk pengeluaran sedekah bisa sewaktu-waktu bisa dikeluarkan tidak usah menunggu waktu tertentu misalnya apabila ada bencana maka perlua adanya sumbangan yang harus dikeluarkan. Equilibrium total usaha dalam jangka pendek ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar Secara Total
Keuntungan Islam B
TR
C
TC
TC TR
A
Keuntungan mak TC
0
Q1
M. Saleh, FE-UNEJ
Q2
Q3
Q
TC = FC + VC TR = P X Q 0 - Q1, perusahaan dalam keadaan BEP karena TC=TR Q1 - Q2, perusahaan dalam keadaan untung mak krn TC
Gambar 1 Keuntungan Muslim dan Non Muslim 198
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa keuntungan yang diperoleh pebisnis muslim lebih kecil dibanding pebisnis non muslim. Hal ini terjadi karena pebisnis muslim keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi sedekah dan zakat. Ada beberapa kelebihan keuntungan yang diperoleh pebisnis muslim dalam jangka panjang antara lain : a) Mengeluarkan Sedekah dan Zakat Sangat menguntungkan karena dapat mengeluarkan sebagian dari pendapatan yang diperoleh karena membayar sedekah atau Zakat. Pekerjaan tersebut dijamin oleh Allah SWT untuk mendapatkan ganti yang berlipat ganda; b) Meningkatkan langganan Karena yang dijual sebesar 0Q3 berarti jumlah barang yang diperjual belikan lebih banyak dibanding pebisnis non muslim. c) Menimbulkan rasa kasih sayang antara pebisnis muslim dengan konsumen karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh sebagian diberikan kepada orang lain yang berhak menerima sedekah maupun zakat. d) Mengurangi Kemiskinan Apabila semua pebisnis berprilaku seperti pebisnis muslim, maka banyak fakir miskin yang dapat dibantu; e)
Menambah keberhasilan Pembangunan Nasional Dengan membantu para fakir miskin berarti sangat membantu terhadap keberhasilan pembangunan.
f)
Mengurangi Pengangguran Berdasarkan jumlah produk yang dijual berarti menambah jam kerja atau bisa menambah para pekerja, sehingga secara langsung dapat mengurangi pengangguran karena dengan menjual yang lebih banyak akan menambah penyerapan tenagakerja.
g) Meningkatan Kesehatan baik Jasmani maupun Rohani Pebisnis yang jujur akan mengakibatkan ketenangan jiwa karena kegiatan yang dilakukan semata karena Allah SWT ia bekerja dilakukan dengan secara pasrah, sehingga kesehatan baik jasmani maupun rohani akan semakin baik.
199
Moh. Saleh, Kajian Pebisnis Muslim
4. Kesimpulan Menurut ajaran islam dalam melakukan bisnis sebenarnya sangat komplit dan jelas yang pada intinya bahwa Allah SWT memberi kesempatan hambanya untuk berbisnis dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya. Asalkan bisnis tersebut halal dan tidak merugikan orang lain serta yang paling penting adalah tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadist. Konsep teori Pebisnis Muslim pada hakekatnya tidak bertentangan dengan ajaran islam karena semua aturan yang ada dalam teori tersebut sesuai dengan keadilan. Teori tersebut merupakan aplikasi dari sikap pebisnis Muslim dan pengakuan terhadap kelebihan yang diperoleh pebisnis Muslimt. Hanya saja yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana meningkatkan para pebisnis muslim secara kaffah sehingga mereka yang bekerja sebagai pebisnis dalam tujuannya tidak lagi semata untuk mendapatkan keuntungan tetapi berbisnis untuk mendapatkan pahala bahkan jauh daripada itu ia berbisnis hanya membantu orang lain dan ingin mendapatkan ridho-Nya.
200
Jurnal ISEI Jember, Volume 2 Nomor 2, Oktober 2012
Daftar Pustaka Afzalurrahman, 1997, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Jakarta Yayasan Swarna Bumi. Agung, Lukman, 2007, Menjadi Kaya Bersama Rasulullah, Rahasia Menjadi Pebisnis Kaya Dengan Teladan Kewirausahaan Rasulullah, Yogyakarta Diva Press. Alma, Buchari, 1994, Ajaran Islam dalam Bisnis, Alfabeta, Bandung. ----------, 1998, Pengantar Bisnis, Alfabeta, Bandung. ----------, 1999, Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung. Becker, G.S, 1975, A Theory of the Allocation of time, Economic Journal, Vol. 75, September. Hamdani, Ikhwan, 2003, Sistem Pasar dan Pengawasan Ekonomi (Hisbah) dalam Perspektif Ekonomi Islam, Nur Insani, Jakarta. Departemen Agama RI, 1989, Alqur’an dan Terjemahannya, Mahkota, Surabaya. Paul, Birch dan Clegg, Brian, 1996, Business Creativity, Gramedia Pustaka, Jakarta. Radhawi, Said Akhtar, 1985, Keluarga Islam (Terjemahan), Risalah, Bandung. Rahman, Afzalur, 1995, Doktrin Ekonomi Islam, (Jilid I-IV), CV. Taberi, Jakarta. Syahatah, Husein, 1998, Ekonomi Rumah tangga Muslim, Gema Insani Press, Jakarta. Simanjuntak, Payaman J, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Subri, Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudarsono, 2000, Pengantar Ekonomi Mikro, LP3ES, Yogyakarta. Sumarni, Murti dan Soeprihanto, John, 1993, Pengantar Bisnis, Liberty, Yogyakarta. Yasin, Muhammad, 1988, Manusia menurut Al-Ghazali, Rajawali Press, Jakarta. 201
Moh. Saleh, Kajian Pebisnis Muslim
202