PEBISNIS DALAM ISLAM Achmad UPT Penyelenggara Mata Kuliah Sosial Humaniora (Soshum) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
[email protected]
Abstrak Islam sebagai agama ajarannya lengkap dan sempurna, ada ajaran yang tatarannya batin da ada ajaran yang tatarannya dhahir.Tataran batin adalah iman dan tataran dhahir ajaran yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.Setiap aktifitas Muslim tidak dapat dilepaskan dengan dua aspek pokok ajaran tersebut, artinya aktifitas apapun harus dilandasi aspek aqidah dan syari’ah.Demikian seorang interpreuner tidak dapat semaunya sendiri dalam melakukan aktifitasnya, dia harus melandasi aktifitasnya dengan ajaran aqidah dan syari’ah.Aqidah mengawasi tata batin, mulai dari niat sampai selesainya pekerjaan, sedang syari’ahnya sebagai aturan yang pasti ditaati dalam melaksanakan pekerjaan.
Kata kunci: dhahir, batin, aqidah syari’ah
Pendahuluan Sumber ajaran Islam adalah Al Qur-an dan As Sunnah, berpegang teguh kepada keduanya sebagai keniscayaan bagi Muslim. Allah swt. berfirman dalam Al Qur-an yang terjemahnya,”….apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…” (Surah Al Hasyr 7). Ayat tersebut menetapkan bagi setiap Muslim untuk menerima ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan melalui Rasul dan setiap larangan maka harus dijauhkan dan atau ditinggalkan. Demikian Rasul juga mensabdakan di dalam Haditsnya yang artinya,”Aku tinggalkan bagimu dua perkara yang bila kamu berpegang teguh kepadanya maka tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Al Qur-an dan sunnah Rasul.”(Al Hadits) Satu ayat Al Qur-an dan Hadits di atas menjadi dalil atau landasan bahwa dalam melaksanakan setiap aktifitas harus merujuk adakah dalilnya dan dalil di atas sifatnya masih umum. Mencari penghidupan merupakan perintah agama dan setiap orang secara fitri tentu mempunyai sikap ingin memenuhi kebutuhan hidupnya.Sebagaimana judul tulisan ini, ada aturan umum bagi pebisnis yaitu halal dan haram.
1
Landasan Aktifitas Pebisnis Al Qur-an dan As Sunnah dua sumber hukum dalam Islam yang lengkap dalam garis besarnya atau pokok-pokoknya yang tentunya bisa dikembangkan secara ilmu oleh para ahlinya atau dalam hal ini ulama dalam bidangnya. Demikian halnya dalam hal ekonomi, garis-garis besarnya dikembangkan selaras dengan waktu dan tempat.Menurut Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya “Garis besar sistem ekonomi dalam Islam” bahwa pebisnis yang beragama Islam aktifitas berbisnisnya harus dilandasi aqidah, akhlaq, dan yuridis yang penjelasannya sebagai berikut. a. Landasan aqidah Manusia sebagai abdullah yaitu hamba Allah swt. juga sebagai khalifah artinya sebagai pemimpin di bumi dan paling tidak pemimpin untuk dirinya sendiri. Dua predikat di atas menjadikannya mengemban amanat Allah swt.untuk memelihara dan memakmurkan kehidupan di bumi. Sebagaimana ditegaskan di dalam Al Qur-an sebagai berikut. “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat siksanya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”Surah Al An’am 165 “Dan kepada Tsamud Kami utus saudara mereka Shalih dan dia berkata,”Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya, oleh karena itu mohonlah ampunanNya, kemudian bertobatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanmu amat dekat rahmatNya lagi memperkenankan doa hambaNya.” Surah Hud 61 Kata penguasa berarti diberi kewajiban oleh Allah swt.selaku Penciptanya untuk meniti kehidupan dengan memakmurkan kehidupan di muka bumi, merusak sebagai lawan perintah yang harus dijauhi.Ada konsekwensi yaitu pertanggung jawaban bagi manusia nanti di akhirat atas peran yang telah dilakukan dalam hidupnya. Itulah amanat yang pertanggung jawabannya di mahkamah Allah swt., sebagaimana Allah swt. bertanya yang jawabannya sudah pasti, terjemahnya sebagai berikut,”Does man think that he will be left neglected (without being punished or 2
rewarded for the obligatory duties enjoined by his Lord Allah on him)?”Surah Al Qiyamah 36 Ayat tersebut sungguh ada pertanggung jawaban tiap individu di akhirat tanpa ada pelimpahan tanggung jawab kepada pihak lain dalam tataran dosa ataupun pahala. Allah swt.menegaskan dalam firmanNya yang terjemahnya sebagai berikut,”(Yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” Surah An Najm 38-41 Di dalam Hadits Rasulullah Muhammad saw. menegaskan yang terjemahnya sebagai berikut,”Tidak akan bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum dia ditanya tentang 4 hal : (1) tentang umurnya, untuk apa dalam hidupnya, (2) tentang tubuhnya, untuk apa dia pergunakan, (3) tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia belanjakan, (4) tentang ilmunya, apa saja yang diamalkan dengan ilmunya itu.” H.R. Bazzar dan Thabrani Dalil-dalil di atas adalah aqidah yang menuntun manusia agar mematuhi syari’at atau aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt.dan RasulNya, sehingga tidak berbuat sekehendak maunya. Alam seisinya, langit dan bumi ciptaan Allah swt.diperuntukkan manusia yang menunjukkan fungsi kekhalifahannya. Kewajiban manusia
untuk mewujudkan
kebaikan dan kemakmuran tanpa dibanrengi dengan berbuat kerusakan.Allah swt.berfirman yang terjemahnya,”Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya, dan jangan berbuat kerusakan di muka bumi.” Surah Asy Syu’ara’ 183 Hidup manusia yang aktifitasnya mencari penghidupan bukanlah tujuan tetapi sebagai sarana untuk mencari ridla Allah swt. Aktifitas mencari penghidupan yang semacam itu harus diniatkan beribadah, jadi bekerja.adalah ibadah. Bekerja sebagai ibadah itulah dalam Islam disebut amal shalih dan pemurnian ibadah hanya kepada Allah SWT. Ini juga difirmankan yang terjemahnya,”katakan MuhammadSesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka siapa yang mengharap pertemuannya dengan Tuhannya, maka hendaklah
dia mengerjakan 3
kebajikan dan janganlah mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya.” Surah Al Kahfi 110. Di dalam kehidupan manusia bahwa kekayaan itu merupakan kemulyaan dan kemiskinan merupakan kehinaan, menurut Islam keduanya merupakan ujian, apakah dengan kekayaan seseorang mampu bersyukur sehingga kekayaannyaa tidak hanya dinikmati sendiri tetapi ada nilai amal shalih dalam bentuk kontribusi terhadap kehidupan sosialnya,
dan tanpa merendahkan siapa yang status sosialnya lebih
rendah. Bagi yang miskin juga tidak harus merasa hina, apalagi mempunyai rasa iri dengki kepada yang kaya.Bagi yang miskin harus mempunyai semangat mencari penghidupan sebagai ibadah. Manusia sebagai khalifah bukan berlaku secara khusus tetapi berlaku secara umum.Tauhid mengajarkan beribadah mahdlah itu hanya teruntuk Allah swt.tidak ada selainNya. Manusia berasal atau diciptakan oleh Allah swt.dan akan kembali dalam arti meninggal dunia, sehingga manusia itu sama tidak ada yang membedakan kedudukan manusia disisi Allah swt. kecuali kadar ketaqwaannya.
b. Landasan akhlaq atau moral Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, ini akhlaq Islam bahwa memberi itu kemulyaan yang bersumber dari ibadah. Ini kalau bekerja itu ibadah, hasil dari bekerja juga bernilai ibadah. Islam tidak mengajarkan menggantungkaan diri pada pertolongaan orang lain, harus mengusahakan sendiri kebutuhan hidupnya dalam arti tidak meninggalkan kedudukan sebagai makhluk sosial. Nabi Muhammad SAW. mengajarkan,”Tidak seorangpun memakan makanan yang lebih baik dari apa yang ia makan dari hasil kerjanya, dan sesungguhnya Nabi Daud itu makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”H.R.Bukhari. Memberi jasa kepada masyarakat sebagai suatu kemulyaan, sebagaimana Rasul yang mulia mengajarkan bahwa orang yang dicintai Allah swt.adalah orang yang paling banyak manfaatnya dalam kehidupan. Untuk menikmati seluruh karuniaNya sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT maka mendapatkannya dengan cara yang halal dan yang didapatkan harus yang halal, ini akan dibahas selanjutnya dalam prinsip yang harus dimiliki oleh pebisnis. 4
Sedang landasan yuridis, sebagaimana di atas telah diungkapkan yaitu Al Quran dan As Sunnah sebagai yang mutlak harus ditegakkan. Prinsip bagi pebisnis Sebenarnya kalau ada perbedaan antara ulama dan cendikiawan Muslim tentang prinsip yang haraus dimiliki oleh seorang yang mencari penghidupan, itu hal yang wajar tetapi pada masalah yang pokok tentu sepakat prinsip itu harus sama. Dalam garis besarnya prinsip-prinsip itu adalah, (1) bahwa Allah SWT pemilik atas segala yang ada karena itu ciptaanNya, (2) bahwa ada perbedaan yang halal dan yang haram dalam mencari dan memanfaatkan kekayaan dan sumber daya alam, (3) adanya larangan menumpuk-numpuk harta dan tidak menafkahkannya ataupun menelantarkannya, (4) adanya jaminan social, (5) pada batas-batas tertentu hak milik dikenai zakat, (6) adanya larangan riba,(7) adanya prinsip pemerataan, (8) dibenarkan
campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi untuk
mewujudkan keadilan sosial.Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut : a. Allah swt.adalah Pemilik segala yang ada, langit bumi dan seisinya ciptaan Allah SWT, Dia yang mengatur seluruh ciptaanNya, dan seluruh ciptaanNya butuh kepadaNya.Allah SWT berfirman yang terjemahnya sebagai berikut,”Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian) Dia akan membri balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-oraang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” Surah An Najm :31 Kepemilikan manusia atas hartanya sepanjang usianya di dunia yang dilanjut oleh ahli warisnya dan itupun menggunakan aturannya Allah swt.Tuhan Pencipta dan Pemilik harta secara mutlak. b. Halal dan haram adalah prinsip dalam ekonomi Islam, halal dan atau haram dalam zatnya, halal dan atau haram dalam mencarinya juga bagaimana menkontribusikannya harus benar. Halal adalah tuntutan Islam dalam mencari kehidupan dan haram adalah larangan Islam dalam mencari rizki. Dalam Hadits Rasulullah saw. Mensabdakan yang artinya,”Tidak akan subur sepotong daging yang tumbuh dari barang haram melainkan api nerakalah yang paling tepat baginya, dan sabdanya pula, tidak seorang hamba yang berusaha mendapatkan harta haram lalu ia sedekahkan dan diterima orang, dan tidak pula infakkan lalu diberi berkah, dan tidak pula ia tinggalkan harta itu dibelakang 5
punggungnya melainkan bahwa harta itu menambah perbekalannya ke neraka.” Al Hadits Mencari penghidupan menurut Islam ada larangannya yaitu, dengan cara mencuri, merampas milik orang lain, menipu orang lain, menggelapkan harta milik orang lain, suap menyuap, berlaku curang, perjudian, perzinaaan, korupsi, ghasab dan lain-lain. c. Menumpuk-numpuk harta tanpa difungsikan dapat mematikan perekonomian dan menumpuk harta dengan tujuan menaikkan harga jual barang maka ini larangan juga di dalam Islam. Rasulullah Muhmmad SAW bersabda yang artinya,”Barang siapa yang menumpuk-numpuk suatu barang sedang dia bermakksud hendak menjualnya dengan harga mahal, maka dia itu bersalah.” Al Hadits. d. Larangan riba, yaitu tambahan dari pokok yang dipinjamkan, dan sistem ribawi ini pencetusnya orang-orang Yahudi pada masa Rasulullah Muhammad SAW. Sistem ribawi sampai hari ini begitu melembaga sampai tingkat internasional. e. Hak milik pada batas tertentu ada kewajiban zakat, apalagi bila harta itu digunakan untuk suatu usaha dalam perdagangan, saat sampai batas jumlah dan batas waktu maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5%. Di sini ada hubungan antara aghniya dan fuqara’ masakin, inilah penghilang jurang pemisah antara yang kaya dan miskin, ada hubungan timbal-balik saling tolong menolong, saling membantu, saling menyayang dan menghormati. Kesimpulan Pebisnis yang beragama Islam dalam menjalankan bisnisnya terikat oleh aturannya Allah swt.dan RasulNya, aturan Allah swt. ada di dalam Al Qur-an dan aturannya Rasul sebagai penjelas atau membuat aturan yang berdasar Hadits. Aturan itu disekitar halal dan haram yang harus ditaati oleh pebisnis sebagai konsekwennsi untuk hartanya barakah, menyelamatkan untuk kehidupannya di dunia dan di akhirat. Pelanggaran atas aturan Allah swt.dan RasulNya dalam berbisnis mengakibatkan laknat Allah SWT. ,hartanya tidak barakah dan mengantarkan masuk neraka.
6
Daftar Pustaka Aly, Abdullah, dkk.,(1999),”Studi Islam, Seri Islam dan KeMuhammadiyahan,Lembaga Studi Islam, Universitas Muhammadiyah, Surakarta Al Assal,Ahmad Muhammad dan Abdullah Karim, Fathi Ahmad,(Alih Bahasa H.Imam Saefuddin),(1999),”Sistem,Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, Pustaka Setia, Bandung Departemen Agama Republik Indonesia,(1998),”Al Qur-an dan Terjemahnya,”Mahkota, Surabaya Fananie, Zainuddin, dkk.,(1998),”Menuju University Press, Surakarta
Era
Indonesia
Baru,”
Muhammadiyah
7