KAJIAN NILAI PENDIDIKAN CERITA RAKYAT SUKU SASAK “DEWA MAS MERAJA KUSUMA” DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SLTA JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Penyelesaian Program Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh HASANDI SINARTAMA E1C109059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDKAN UNIVERSITAS MATARAM 2017
1
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM Jl. Majapahit No. 62 Telpon (0370) 6283873 Fax 634918 Mataram NTB
HALAMAN PERSETUJUAN
Jurnal yang disusun oleh HASANDI SINARTAMA NIM. E1C109059
KAJIAN NILAI PENDIDIKAN CERITA RAKYAT SUKU SASAK “DEWA MAS MERAJA KUSUMA” DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SLTA
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Januari 2017
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
( Drs. Anang Zubaidi S., M.Pd.) NIP. 195504071984031003
( Drs. Cedin Atmaja, M. Si. ) NIP. 195612311983011004
2
KAJIAN NILAI PENDIDIKAN CERITA RAKYAT SUKU SASAK “DEWA MAS MERAJA KUSUMA” DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SLTA
Hasandi Sinartama, Anang Zubaidi Soemerep, Cedin Atmaja PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM
e-mail:
[email protected]
Abstrak . Tujuan penelitian yang berjudul “Kajian Nilai Pendidikan Cerita Rakyat Suku Sasak “Dewa Mas Meraja Kusuma” dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SLTA adalah untuk mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut,. Metode yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan documenter data primernya adalah cerita Dewa Mas Meraja Kusuma, di ambil dari kumpulan cerita NTB Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1978. Analisis datanya dipergunakan pendekatan pragmatis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cerita rakyat suku sasak “Dewa Mas Meraja Kusuma” mengandung nilai-nilai kependidikan yang dapat berfungsi antara lain dapat mengembangkan imajinasi anak, mengembangkan kecerdasan anak, mengembangkan perasaan anak, mengembangkan mental dan kepribadian anak, mengembangkan keimanan anak dan dapat mengembangkan moral anak. Kata Kunci : Nilai cerita rakyat, pembelajaran sastra.
3
EDUCATIONAL VALUE OF THE STUDY OF FOLKLORE SASAK "DEWA MAS MERAJA KUSUMA" AND ITS RELATION TO STUDY LITERATURE AT THE SENIOR HIGH SCHOOL
Hasandi Sinartama, Anang Zubaidi Soemerep, Cedin Atmaja PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM
e-mail:
[email protected] Abstract The purpose of the study, entitled "study of the educational value of Folklore Sasak" Dewa Mas Meraja Kusuma"and its relation to Study literature at the senior high schools is to description the educational values contained in the folklore,. The method in use in this research is a method of observation and documentary primary data is the story of Dewa Mas Meraja Kusuma, taken from a collection of stories NTB Department of education and culture of the Republic of Indonesia in 1978. The data analysis used a pragmatic approach. The results of this study suggest that the folklore of sasak "Dewa Mas Meraja Kusuma" contains the values of education which can serve inter alia to develop children's imagination, develop children's intelligence, developing the child's feelings, develop mental and personality of the child, to develop the child's faith and may develop a moral child. Keywords: the value of learning folk tales, literature.
4
A.
kultural
PENDAHULUAN
Latar Belakang
berfungsi
sebagai
Sastra lama merupakan bagian dari
digunakan untuk mengungkapkan pikiran
kebudayaab masyarakat lama dan pada
dan perasaan semula adalah satra. Sastra
umumnya diwariskan secara lisan dari satu
banyak mengungkapkan berbagai fenomena
generasi ke generasi berikutnya, sebagai
kehidupan manusia dan lingkungannya.
milik bersama. Sastra lama, baik yang
Pada dasarnya sastra merupakan
berbentuk prosa maupun yang berbentuk
institusi sosial yang menggunakan media
puisi adalah milik rakyat yang sejati yang
bahasa sebagai sarana penyampaiannya.
merupakan bagian dari kehidupan suatu
Sebuah karya sastra dapat saja memberikan
masyarakat.
gambaran tentang keadaan dan tingkat
Pengembangan
dan
penyebarannya dilakukan dari mulut ke
kehidupan masyarakat pada saat karya
mulut secara tradisioanal, sehingga sastra
sastra itu diciptakan. Oleh karena itu, sastra
lama umumnya berbentuk lisan. Para
dapat dipandang sebagai khasanah budaya
pencipta
suatu bangsa yang sangat tinggi nilainya.
sastra
lama
umumnya
tidak
diketahui secara pasti ( anonym).
Menurut Sapardi Djoko Damono
Ragam sastra lama yang umumnya
(1979: 28) sastra merupakan suatu kekuatan
berbentuk lisan tidak hanya berfungsi
atau factor material yang sangat istimewa.
sebagia sarana hiburan dan penyalur pikiran
Di samping itu, karya sastra adalah tradisi, kecendrungan
juga
pengevaluasi zaman.
Salah satu unsur kebudayaan yang
yakni
dan
dan
–kecendrungan
perasaan
bagi
penutur
dan
pendengarnya, tetapi juga berfungsi sebagai
spiritual maupun kultural yang bersifat
alat pencerminan sikap, pandangan, dan
kolektif. Dengan demikian, cipta sastra
tingkah laku kelompok, alat pengesahan
mengandung nilai-nilai historis, sosiologis
pranata
1
dan
norma-norma
masyarakat,
serta
lisan yang tersebar di berbagai daerah.
sebagai alat pendidikan, oleh karna ragam
Padahal hamper tidak dapat di sangkal
sastra lisan sangat erat kaitanya dengan
bahwa sastra lisan mempunyai peran yang
tradisi
keterkaitanya
sangat penting dalam kehidupan masyarakat
dengan tradisi dapat berupa penampilan
dan merupakan warisan budaya daerah
bentuk-bentuk sastra lisan di dalam upacara
yang sangat berharga, oleh karna itu
adat masyarakatnya. Di samping itu, sastra
penelitian tentang sastra lama yang tersebar
lisan
sekaligus
di berbagai daerah, terutama yang ada di
mengandung tradisi, adat istiadat, pola
daerah Lombok, sangat perlu dilakukan.
tingkah laku, dan kepercayaan masyarakat.
Penelitian-penenlitian tentang sastra lama
pemlihara
lembaga
kebudayaan
masyarakatnya,
bersumber
dari
dan
Sebagiamana di ketahui, Negara
memberikan pemaparan tentang tingkat
Indonesia yang terdiri atas berbagai daerah,
kehidupan dan peradaban masyarakat pada
suku bangsa, dan adat istiadat, memiliki
masa lampau.
khazanah budaya yang sangat bergam.
Cerita rakyat Dewa mas meraja
Salah satu di antaranya adalah yang
kusuma merupakan salah satu khazanah
berbentuk sastra lisan yang trsebar di
sastra lisan suku sasak di pulau Lombok
berbagai daerah.
yang berbentuk prosa. Cerita rakyat dewa mas meraja kusuma merupakan salah satu
Dalam masa pembangunan sekarang ini,
kepedulian
masyarakat
cerita rakyat yang cukup populer di
terhadap
bentuk-bentuk kebudayaan lama sangat
kalangan
tipis. Tidak tertutup kemungkinan bentuk-
mengandung nilai-nilai yang sangat perlu di
bentuk kebudayaan lama ini suatu ketika
ketahui oleh generasi sekarang, terutama
akan terabaikan dan lama kelamaan akan
aspek-aspek pendidikan.
hilang tanpa bekas, ternasuk juga sastra
Berdasarkan hal tersebut, saya tertarik untuk 2
suku
mengadakan
sasak.
Cerita
penelitian
ini
tentang
Data penelitian ini dianalisis dengan
“kajian nilai pendidikan cerita rakyat suku sasak dewa mas meraja kusuma dan hubunganya
dengan
pembelajaran
menggunakan Sebelum terlebih
METODE PENELITIAN
1) Metode
digunakan
3) Pendekatan Pragmatis Pragmatic adalah aliran dalam ilmu sastra yang beranggapan bahwa karya sastra
observasi maksudnya mengamati dat-data
yang baik adalah karya sastra yang dapat
yang tertulis di dalam naskah cerita ‘Dewa
memberikan kesenangan dan faedah bagi
Mas Meraja Kusuma’, dan teori sastra dan
penikmatnya.
pembelajaran sastra yang terdapat dalam
diterapkandengan
diklasifikasikan
sastra dan pembelajaran sastra.
untuk
metode observasi dan dokumenter. Metode
Metode
data
dilakukan,
berupa teori-teori yang berkaitan deng
mengumpulan data penelitian ini adalah
reperensi.
dahulu
analisis
‘Dewa Mas Meraja Kusuma’ dan data yang
Teknik
Pengumpulan Data yang
kegiatan
menjadi dua, yakni data yang berupa cerita
Dan
Metode
prakmatis.
di
SLTA”.
B.
pendekatan
menggabungkan
documenter
mnggunakan
Pendeketan analisis
pragmatis
unsur
estetis
dengan unsur didaktis.
teknik
Pendekatan
pencatatan dan studi pustaka. Cerita rakyat
memusatkan
‘Dewa Mas Meraja Kusuma’, merupakan
pragmatis
kajiannya
lebih
pada nilai-nilai
praktis yang dikandung karya sastra, yakni
data primer sedangkan buku-buku satra dan
sifat
pembelajaran sastra digunakan sebagai
kemamfaatan
karya
sastra
bagi
masyarakat pembaca dan penikmatnya.
sumber acuan untuk memperoleh data
“pragmatic adalah gerakan filsafat yang
skunder. Data yang digunakan pencatatan
menekankan pentingnya efek dan nilai-nilai
dan studi pustaka dicatat dalam kartu data.
praktis.” (Sudjiman, 1984 : 60). Pendekatan
2) Metode Analisis Data
3
pragmatis dalam penelitian ini mengarah
kehidupan penikmat, terutama di bidang
kepada
mental
nilai-nilai
kependidikan
yang
kepribadian,
moral,
ketuhanan,
terkandung didalam cerita rakyat suku
perasaan, tanggung jawab, dan lain-lain.
Sasak ‘Dewa Mas Meraja Kusuma’.
Nilai-nilai kependidikan tersebut dapat
Mengingat
membrikan
penelitian
ini bersifat studi kepustakaan analisis data
dampak
positif
bagi
penikmatnya, karena nilai-nilai tersebut
dilakukan dengan menempuh tahapan – bersifat universal. Pemahaman terhadap
tahapan sebagai berikut: (1) studi pustaka,
nilai-nilai
(2) pemahaman cerita, (3) pembahasan cerita yang berakhir dengan penarikan
tersebut
kemamfaatan
akan
terutama
memberikan dari
segi
Kemamfaatan
–
kesimpulan. kependidikan. C.
kemamfaatan yang di maksud antara lain:
PEMBAHASAN
1) Nilai
Pendidikan
Rakyat
Suku
Dalam
Sasak
Cerita
‘Dewa
menumbuhkan
Mas
imajinasi,
Meraja Kusuma’
tercakup
berbagai
menumbuhkan
upaya
cinta
keseimbangan
kebulatan
mengandung
bentuk
mengukapkan
meningkatkan
kependidikan yang terkadung dalam cerita
pribadi.
karia
sesama,
Berikut ini diursikan beberapa aspek
rakyat ‘Dewa Mas Meraja Kusuma’ terutam
Cerita rakyat ‘Dewa Mas Meraja sebagai
terhadap
dan lain-lain.
pikiran kritis, dan sifat yang kreatif,
Kusuma’
dan
ketaqwaan terhadap tuhan yang mahaesa,
anak yang meliputi: emosi, daya imajinasi,
terbentuk
mental
serta moral yang baik, menigkatkan rasa
perkembangan berbagai aspek kejiwaan
sehingga
membentuk
mengembangkan
kepribadian yang kuat,menumbuhkan jiwa
Dalam pembinaan apresiasi sastra telah
dan
yang
sastra
berkaitan
dengan
pengembangan
imajinasi, pengembangan kecerdasa dan
nilai-nilai
pikiran kritis, pengembangan perasaan,
kependidikan yang sangat bermamfaat bagi 4
mental dan kepribadian, rasa tanggung
tentang kekuatan luar biasa Dewa Mas
jawab,
Meraja Kusuma, yang dapat mengangkat
pengembangan
keimanan
dan
batu dan kayu besar yang membuatnya mati
ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa.
tertindih serta lumbung padi beserta isisnya;
a. Hubungan Pembelajaran Sastra Dengan Pengembangan Imajinasi
kecerdikan Dewa Mas Meraja Kusuma,
Pengembangan
yang dapt mengalahkan raksasa dengan
imajinasi
yang
dimaksud di sini adalah cerita rakyat ‘Dewa
kekuatan
Mas
berfungsi
mendapatkan putri yang tercantik dengan
mengembangkan
cara mencoreng wajah putri sehingga
imajinasi anak. Dengan pengembangan
menjadi hitam menggunakan arang; dan
imajinasi, anak didik akan menyelidiki
peristiwa
kekuatan yang menggerakkan segenap jiwa,
Penyalin, yakni ketika turun kesungai untuk
pikiran, dan peranan dalam menggauli cipta
turun mandi, aliran air sungai terhenti
sastra.
sketika dan melungkupi kepalanya.
Meraja
menumbuhkan
Kusuma’, dan
akalnya
ajaib
dan
yang
di
kecerdikannya
alami
Sigar
Kekuasaan Dewi Anjani sebagai
Beberapa kejadian atau peristiwa dalam cerita Dewa Mas Meraja Kusuma,
penguasa
yang
pengembangan
menumbuhkan daya imajinasi anak tentang
imajinasi, antara lain: gambaran tentang
adanya kehidupan lain yang berada di luar
adanya kekuasan Dewi Anjani sebagai raja
kenyataan atau yang belum oernah dialami
semua
dalam kenyataan. Hal itu terlahit dari
berkaitan
jin
yang
dengan
di
gunung
Rinjani,
gunung
Rinjani
dapat
kutipan cerita berikut ini;
gambaran tentang kesaktian Manuq Beriq
“Tersebutlah seorang putri jin yang
yang dapat menghidupkan kembali Dewa
bernama Dewi Anjani.
Mas Meraja Kusuma, yang telah mati
Jin
dengan bantuan ‘Banyu Urip’; gambaran
itu
sangat
cantik
Kesaktianya taka da bandingannya 5
dan
sakti.
di
atas
dunia
ini.
Dewi
Anjani
“. . . padi yang di lumbung ini berserta
merupakan raja semua jin yang berada di
gunung
Rinjani.
Ia
lumbungnya, memiliki
ambillah untukmu, agar dipergunakan
kesaktian yang bernama manuq beriq
untuk sangu”,
berbunyi. Bila ia mengais tanah, bumi
kata pemilik rumah itu. “jika demikian,
Lombok ini semakin luas.
Bismillah,”
(Kenyun, dkk, 1978 : 25).
kemudian di angkat dan di pukulnya lumbung padi yang berisikan dua ribu ikat itu dan di
Demikian juga halnya dengan pelukisan
bawany pulang
Manuq Beriq, yang dapat menghidupkan
ke rumahnya.” (Kenyun, Dkk., 1978 :
manusia yang telah mati dengan air suci Banyu
Urip
(hal.
menumbuhkan
daya
28
–
31),
imajinasi
35).
dapat
“ dan di suruhlah oleh Dewa Mas
tentang
Meraja Kusuma mencari orang. Dan
kekuatan super natural di atas kemampuan dihitaminya wajah putri yang paling
manusia yang serba terbatas. cantik dan dialah yang paling yang
Pelukisan kekuatan/kesaktian
tentang luar
biasa
pertama kali dibawa ke luar gua.
dan
Setelah tiba di luar Tameng Muter dan
kecerdikan Dewa Mas Meraja Kusuma,
Sigar Penyalin tidak dapat berkata apa-
dapat mengembangkan daya imajinasi anak
apa.” (Kayun, 1978 : 35).
tentang sosok Dewa Mas Meraja Kusuma, sebagai tokoh cerita. Lukisan tentang
Imajainasi anak didik tentang sosok Dewa Mas
keuatan dan kecerdikan Dewa Mas Meraja
Meraja
Kusuma terliahat pada dua kutipan cerita
merupakan sebuah proses yang wajar yang
berikut ini
terbentuk dari kesan yang dapat ditangkap
6
Kusuma
sebagai
tokoh
cerita
melalui pelukisan tokoh Dewa Mas Meraja
tidak hanya pengikutnya saja yang tunduk
Kusuma, dalam kutipan di atas.
kepadanya, tetapi juga kekuatan alam.
Peristiwa dengan
lain
dengan
yang
berkaitan
pengembangan
b. Hubungan Pembelajaran Sastra
daya
Dengan
Pengembangan
imajinasi dalam cerita Dewa Mas Meraja
Kecerdasan Dan Pikiran Kritis
Kusuma, terlihat pada kutipan di bawah ini.
Dalam cerita ’’Dewa Mas Meraja
“ Tiba di suatu tempat dia merasa
Kusuma’’, dapat ditemukan bagian- bagian
sangat payah dan ia memerihtakan para
cerita yang berkaitan dengan pendidikan
pengiring
kecerdasa pikiran kritis. Beberapa bagian
agar
beristirahat.
Sigar
Penyalin turun ke sungai untuk mandi.
cerita
Ketika Sigar Penyalin turun seketika
yang
berkaitan
dengan
pengembangan kecerdasan dan pikiran
aliran air berhenti. Air tak lagi mengalir
kritis, terlihat dari beberapa cerita berikut ke
hilir.
Semua
air
itu
kembali
ini : melengkapi kepala Sigar Penyalin. “Si raksasa tidak dapat di kalahkan oleh
Menyembahlah air di kepala Sigar
Tameng Muter dan Sigar Penyalin.
Penyalin.” (Kayun, dkk., 1978 : 43).
Ketika mereka berdua merasa terdesak
Terhentinya
aliran
air
sungai
dan hampir dicekam untuk dijadikan
yang
sarapan pagi, bersembunyilah mereka
kemudian melingkupi kepala Sigar Penyalin kedala, semak-semak. Melihat itu sik
dalam kutipan di atas menumbuhkan daya raksasa kembali terbahak-bahak. Tetapi
Imajinasi anak, karena hal itu termasuk di
ketika ia akan menerbangkan dendeng
luar kelasiman. Pelukisan peristiwa tersebut
itu dengan tak diketahuinya Dewa Mas
dapat membentuk kesan tentang charisma
Meraja Kusuma, melemparkan obor
yang dimiliki Sigar Penyalin, sehingga
yang masih menyela ke tubuhnya. Dan menyalalah tubuh raksasa itu. Sesudah
7
itu barulah Tameng Muter dan Sigar
Kusuma, mencari arang. Dan dialah
Penyalin berani menampakan diri.”
yang pertama kali dibawa ke luar gua.
(Kayun, dkk., 1978 : 33-34).
Setelah tiba di luar Tameng Muter dan Sigar Penyalin tak dapat berkata apa-
Pada
saat
menghadapi
apa (Kayun, dkk., 1978 : 35).
raksasa,
Dewa
Dewa Mas Meraja Kusuma, menggunakan
Mas
Meraja
Kusuma,
kecerdikannya, karena tidak mungkin dapat
mencoreng wajah putri yang paling cantik
mengalahkan raksasa dengan kekuatan
dengan arang, karena berharap agar putri itu
fisiknya. Untuk itu dicarinyalah akal bagai
tidak ada yang berniat mengambilnya
mana caranya menghadapi raksasa tersebut.
sebagai Isteri. Sebab, ketika Ia menemukan
Disuruhnya Tameng Muter dan Sigar
putri kerajaan itu di dalam gua, terlintas
Penyalin Menunggu raksasa itu untuk
dalam pikirannya untuk menjadikan mereka
menantangnya mengadu kekuatan, dengan
sebagai
diam-diam ia sendiri bersembunyi di balik
sahabatnya. Agar putri yang cantik itu yang
semak belukar. Ketika Tameng Muter dan
diidam-idamkannya sebagai isteri tidak
Sigar Penyalin tedesak, saat itulah obor
dipilih oleh Tameng Muter dan Sigar
dilemparkanya ketubuh raksasa itu sehingga
Penyalin, Ia menghitami wajah putri itu
seluruh tubuh raksasa itu yang ditumbuhi
dengan orang.
isterinya
serta
isteri
kedua
Pada bagian yang lain, pada saat
bulu-bulu lebat habis terbakar. “Semakin di perhatikan oleh Dewa Mas
isterinya diminati oleh Nahkoda kapal, Ia
Meraja Kusuma, mulai dari kaki hingga
mengajukan persyaratan yang tidak bisa
ke alis semakin jelaslah baginya bahwa
diterima dan bahkan menyinggung perasaan
yang tercantik adalah putri yang berasal
Nahkoda tersebut, sehingga menimbulkan
dari
kerajaan
Maja
pahit.
Dan
perkelahian. Hal itu yang dilakukan Dewa
disuruhlah oleh Dewa Mas Meraja
Mas Meraja Kusuma, karena Ia merasa 8
yakin berada pada pihak yang benar dan
menumbuhkan kepekaan perasaan batin
yakin akan dapat mengalahkan Nahkoda
seseorang terhadap alam lingkungan serta
kapal tersebut dengan mudah,. Sebab, ia
peristiwa-peristiwa
sadar Ia sadar kesaktiannya.
Kepekaan perasaan dalam hal ini meliputi
Bagian-bagian
cerita
yang di sekitarnya.
rasa cinta, rasa kecewa, pengorbanan, rasa
tersebut
marah, dan rasa kemanusiaan.
menampilkan kecerdikan Dewa Mas Meraja
Pengembangan rasa cinta dalam
Kusuma. Dengan kecerdasaannya Dewa otak
cerita Dewa Mas Meraja Kusuma, terlihat
mencari akal menghadapi setiap persoalan
dari sikap cinta dan kasih saying seorang
hendaknya menggunakan akal dan pikiran
ibu yang ditunjukan oleh ibunya Dewa Mas
yang sehat. Dengan selalu menggunakan
Meraja Kusuma, sebagaiana tersirat dalam
akal
kutipan berikut :
Mas
Meraja
dan
Kusuma,
pikiran,
memutar
kita
akan
dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan yang
“Anakku Dewa Mas Meraja Kusuma,
kita hadapi dengan cepat, tepat, dan dengan
Negeri manakah yang harus kutuju
hasil memuaskan. Pemahaman cerita Dewa
untuk mencari kau,. Beritahulah Ibu di mana kau berada kini. Itulah kalimat
Mas Meraja Kusuma, secara tidak langsung
yang selalu diucapkannya sepanjang
melatih gaya pikir agar mencapai tingkat
jalan dengan tak tentu arah dan tujuan.”
kedewasaan, kecerdasan dan sifat kritis di (Kayun, dkk., 1978 : 41).
dalam kehidupan yang sesungguhnya. c. Hubungan Pembelajaran Sastra
Perwujudan rasa cinta seorang ibu
Dengan Pengembangan Perasaan Pengembangan
perasaan
secara implisit dapat dilihat ketika Dewa
yang
Mas Meraja Kusuma, diingatkan oleh
dimaksud di sini adalah, cerita rakyat Dewa Mas
Meraja
Kusuma,
ibunya bahwa Ia telah dua kali dibunuh
berfungsi
9
oleh
ayahnya,
sebagaimana
tercermin
kapal yang yang singgah secara bergantian
dalam kutipan cerita berikut ini :
di perkampungan mereka (hlm. 37-39).
“Anakku Dewa Mas Meraja Kusuma,
Perwujudan
cinta seorang anak
telah dua kali telah dua kali dibunuh
ditunjuk oleh Dewa Mas Meraja Kusuma,
oleh ayahmu. Karena itu, hati-hatilah
yang
membawa diri. Ayahmu sangat benci
tidak
kedatangan
kepadamu. Jika engkau menhendaki ibu
malu-malu
ibunya
yang
menyabut terlunta-lunta
dalam keadaan yang sangat papa, meskipun
akan mempersiapkan bekal untukmu
pada saat itu ia sedang duduk di atas pergi
mengembara
agar
engkau
singgahsana kerajaan (hlm. 41 – 42) hal selamat.” (Kanyun, dkk., 1978 :31).
yang sama ditunjukan oleh Dewa Mas Kedua
kutipan
cerita
Meraja Kusuma, terhadap ayahnya (hlm.
tersebut
43) meskipun pernah berkali-kali dibunuh
merupakan perwujudan perasaan cinta kasih
dan diusir dari rumah oleh ayahnya. Dia
seorang ibu kepandanya anaknya. Kutipan
tetap menghormati dan menghargai orang
tersebut menggugah perasaan belas kasihan,
tuanya.Perasaan kecewa dapat dilihat dari
persaan cinta, dan kasih sayang terhadap
sifat penghulu alim yang mengajak Dewa
sesama. Di samping kedua kutipan di atas,
Mas Meraja Kusuma, pulang meninggalkan
pengembangan rasa cinta yang tercemin
upacara yang dipimpinya, karena merasa
dalam cerita Dewa Mas Meraja Kusuma,
sangat malu kerakusan anaknya itu.
adalah peristiwa penghitaman wajah putri
“Kau ini apa. Sekecil itu rakus benar
Dewi Mas Ari Kencana oleh Dewa Mas
makan. Karena itu kau kunamai Dewa
Meraja Kusuma, berusaha mempertahankan
Mas Meraja Kusuma. Sambil berkata
Dewi Mas Ari Kencana, sebagai isterinya demikian Penghulu Alim bangun dari
saat hendak direbut oleh tiga orang nahkoda tempat duduknya dan permisi pulang. Ia
10
mengajak
Dewa
Mas
Meraja
Kusuma, cepat pulang. Setelah terlihat
persyaratan yang sama sekali tidak masuk
olehnya, ayahnya pulang. Dewa Mas
akal (hlm. 38-39).
Meraja Kusuma, segera mengikuti.”
Rasa pengorbanan dalam cerita
(Kayun, dkk., 1978 : 27).
Dewa Mas Meraja Kusuma, secara tersurat tampak
kepada
kerelaan
ketiga
putri
Kekecewaan Penghulu Alim juga kerajaan yang di culik raksasa untuk dapat dirasakan ketika upaya membunuh mengapdi
kepada
Dewa
Mas
Meraja
Dewa Mas Meraja Kusuma, pada akhirnya Kusuma, beserta kedua sahabatnya seperti sia-sia,
sebagai
mana
tersiarat
secara tercermin pada kutipan berikut:
implesif dalam kutipan cerita berikut ini: “Tolonglah aku. Siapa saja yang dapat “Astaga, luar biasa. Manusia macam menolongku
padanyalah
aku
akan
apa ini tak bisa mati. Telah berkali-kali menyerahkan diri demikian suara yang kau mati tapi kembali juga hidup. Tak terdengar serta diikuti tangis.” Aku sanggup aku memeliharaamu ! setelah akan mengeluarkan kalian tuan putri. berkata
demikian
ayahnya
tidur Tetepi
kembali
meninggalkan
janganlah
membuka
mulut
dirinnya setelah kalian tiba di luar. Apa saja
bersama ibunya.” (Kanyun, dkk., 1978 : yang
di
tanyakan
kepada
kalian
31) janganlah menjawab. Baik jawab putri
Kekecewaan lainnya yang dapat saking
dirasakan
adalah
nakhoda kapal
kekecewaan
ketiga
ingin
keluar.”
Jika
kau
menolongku, aku akan menyerahkan
yang tidak kesampian
diri kepadamu. Jadi jadikanlah aku apa
memboyong Dewi Mas Ari Kencana,
saja. Baik kau suruh aku menyiangi
karena merasa di permainkan oleh Dewa
badi di sawah maupun kau jadikan
Mas Meraja Kusuma, dengan mengajukan
pengasuh
anak-anak”
demikianlah
jawaban putri itu” (Kayun, dkk., 1978 : 35). 11
mencari anak satu-satunya yang sangat Ketiga
putri
tersebut
bersedia
dicintainya.
mengabdi menjadi apa saja sebagai balas
Peristiwa pembunuhan Dewa Mas
budi dan rasa terimakasih mereka karena
Meraja Kusuma, oleh Penghulu Alim dapat
telah
cengkeraman
menggugah perasaan marah penikmat atas
kekuasaan raksasa. Mereka secara tulus
sifat-sifat jelek penghulu Alim dengan akal
ikhlas berbakti dan mengabdi sebagai istri
liciknya penghulu Alim menyuruh Dewa
mendampingi
masing-masing
Mas Meraja Kusuma, menompang Kayu
baik dalam keadaan suka maupun duka,
besar yang akan tumbang, seprti terlihat
sampai
dalam kutipan dibawah ini:
diselamatkan
dari
suaminya
suami
mereka
masing-masing
menjadi raja pengabdian yang tulus ikhlas dibuktikannya dengan kesediaan mengikuti
“Dengan segera Dewa Mas Meraja
suami kemanapun perginya.
Kusuma mengikuti perintah ayahnya
Rasa pengorbanan juga terlihat dari
menopang pohon yang sedang tumbang
kerelaan Dewa Mas Meraja Kusuma,
itu. Dan hancurlah tubuh Dewa Mas Meraja Kusuma, ditindih oleh pohon
meninggalkan rumah pergi mengembara
ipil yang besar itu setelah doyan
karena menyadari kodratnya sebabagai anak
mangan mati,diambilnya kapak.” Nah,
yang dilahirkan dengan segala kelbihan dan mampuslah kau,” ketika penghulu Alim
kekurangannya
yang
hanya
membuat lalu pulang.” (Kayun, dkk., 1978 – 27).
ayahnya
merasa
malu
dan
tertekan
demikian juga dengan pengorbanan ibunya
Pada sisi yang lain penikmat dapat
Dewa Mas Meraja Kusuma, yang rela
meraskan perasaan marah dan kecewa serta
menderita pergi meninggalkan rumah untuk
malu
penghulu
Alim
ketika
melihat
kerakusan Dewa Mas Meraja Kusuma. Hal yang sama dapat diraskan ketika penghulu 12
Alim menyadari bahwa Dewa Mas Meraja
harkat
dan
martabat
Kusuma, yang telah dua kali dibunuhnya,
semestinya
namun pad akhirnya dapat hidup kembali .
Pelecehan yang demikian dapat mengugah
dihargai
wanita dan
yang
dihormati.
Perasaan marah juga dapat tergugah
perasaan marah. Sementara itu, dari segi
dengan adanya pelecehan terhadap wanita
yang berbeda, peristiwa adu kekuatan
dan status rumah tangga orang lain.
antara nahkhoda kapal dengan Dewa Mas
Pelecehan ini terlihat dari sikap congkak
Meraja Kusuma, dapat dirasakan oleh
yang ditunjukan ketiga nakhoda yang
penikmat bagaimana marahnya Nakhoda
dengan cara begitu saja meminta dan
kapal karena merasa dipermainkan oleh
menawarkan untuk membeli putri Dewi
Dewa Mas Meraja Kusuma.
Mas Ari Kencana, yang sudah menjadi
Ditilik dari segi pengembangan rasa
isteri orang lain, sebagaimana terlihat dalam
kemanusiaan, rasa kemanusiaan penikmat
kutipan cerita berikut ini
tergelitikoleh adanya beberapa peristiwa
“Aku terpesona melihat kecantikan
dalam cerita Dewa Mas Meraja Kusuma,
wanita yang kuar biasa ini. Tapi kau
peristiwa
jangan marah mamiq kake. Aku akan
pembunuhan
berterus terang kepadamu. Aku tergila-
yang
dimaksud
seperti
yang dilakukan penghulu
Alim, pengembaraan Dewa Mas Meraja
gila memandang wanita secantik ini.
Kusuma,
mencari
derma
orang
lain,
Dan aku minta maaf kepadamu. Bila
peristiwa pembebasan Tameng Muter dari boleh kuminta wanita ini kepadamu.
lilitan akar pohon dan Sigar Penyalin dari Bila tidak boleh diminta. Baiklah
lilitan batang rotan dan pencarian yang
kubeli. Berapa saja harganya akan
dilakukan
kubayar.” (Kayun Dkk., 1978 : 38).
ibunya
Dewa
Mas
Meraja
Sikap ketiga Nakhoda ini pada dasarnya
Kusuma, karena sangat sedih ditinggalkan
merupakan suatu bentuk pelecehan terhadap
anak satu-satunya.
13
Rasa kemanusiaan secara imflisit
dapat
bertemu
dengan
anaknya,
dan
dipaparkan melalui perintah Dewi Anjani,
mencari paoq Jenggi, yang hanya ada di
kepada Manuq Beriq, untuk menolong
lautan selatan sebagai obat supaya Dewi
Dewa
ketika
Mas Ari Kencana, yang sedang menderita
menunjukan
sakit dapat sembuh dari penyakit yang
Mas
mengalami
Meraja
Kusuma,
pembunuhan,
kepada ibunya Dewa Mas Meraja Kusuma,
dideritanya.
jalan yang seharusnya ditempuh supaya
14
DAFTAR PUSTAKA Aliana, Zainal Arifin. 1992. Sastra Lisan Bahasa Melayu Belitung. Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud. Ali, Wahab. 1976. Peranan Dan Kedudukan Sastra Lisan Dalam Pengembangan Sastra Malaysia. Bahasa dan sastra tahun 1 nomor 6 1976. Jakarta: P3B Departemen pendidikan dan kebuadyaan RI. Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara. Badrun, Ahmad. 1979. Pengantar Teori Sastra. Surabaya: Usaha Nasional. Damono, Sapardi Djoko. 1979. Soiologi Sastra. Sebuah Pengantar. Ringkas. Jakarta: Pustaka Jaya. Djaja, Lalu. (Tanpa Tahun) Tata Bahasa Dan Kesustraan Sasak. Denpasar: Bali Nas. Gani, Risanur. 1986. Pengajaran Sastra Indonesia: Respons Dan Analisis. Padang: Dian Dinamika Press. Hoerip, Satyagraha (Editor). 1982. Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta: Gramedia. Hutomo, Suripan Hadi. 1976. Peranan Dan Kedudukan Sastra Daerah Dalam Pengembangan Sastra Tahun 1 Nomor 6 1976. Jakarta: P3B Depdikbud RI. Ikram, A. 1976. Sastra Lama Sebagai Penunjang Sastra Tahub 1 Nomor 6 1976. Jakarta: P3B. Depdikbud RI. Kayun, I Nengah, Dkk. 1978. Cerita Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. DEpdikbud RI. Nababan, P.W.J. 1976. Pengajaran Bahsa dan Sastra Indonesia Selayang Pandang. 1975/1976. Jakarta: P3B. Debdikbud RI. Natawijaya, Soeparman. 1982. Pengantar Apreasi Sastra Dan Budaya. Jakarta: inter Masa.
2