NILAI-NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SUMATERA SELATAN
Ayu Puspita Indah Sari dan Hastari Mayrita Dosen Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No.3 Palembang Sur-el :
[email protected] [email protected]
Abstract : This case is based on the results of the long jump that cycle there are 8 students from 39 students good or 17.5%, 11 students who are or 37, 5% ,, and 20 less or 47.5%. Completeness of students in doing the long jump technique 23 students completed or 65%, and 16 students who did not complete or 35%.Whereas the results of the long jump at the second cycle which there are 11 students from 39 students or 27.5% good, 23 students who are being, or 60%, and 5 students less or 12.5%. 87.5% of students succeed, and that is not managed by 12.5%. The third explanation is based on the long jump technique tests has been increased. Thus, It can be concluded that the long jump technique can be improved through the method of play jump rope in Public Junior High School Negeri 22 Palembang.
Keywords: jump technique, jump rope game Abstrak: Penulis menganalisis cerita rakyat, khususnya cerita rakyat Sumatera Selatan dengan menggunakan teori didaktis yang merupakan teori yang mendidik dan mengajarkan para pembaca karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada di dalamnya. Hasil dari analisis nilai-nilai didaktis (nilai pengajaran/pendidikan) yang ditemukan di dalam penelitian dapat digunakan sebagai komponen untuk memilih atau mengembangkan bahan bacaan yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia untuk peserta didik, baik peserta didik yang duduk di sekolah dasar, maupun sekolah menengah. Analisis telah dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama, peneliti menelusuri penciptaan karya sastra. Tahap berikutnya, melakukan analisis karya sastra dengan menggunakan pendekatan teori struktural. Setelah itu, peneliti menganalisis nilai-nilai didaktis dalam karya tersebut. Keseluruhan hasil analisis memperlihatkan bahwa karya sastra dan cipta karsa pengarang itu penuh dengan faedah atau pesan dan manfaat yaang baik. Kata kunci : didaktis,
cerita rakyat, Sumatera Selatan
PENDAHULUAN
penikmat maupun pembacanya.
Sastra adalah karya seni yang indah
sebagaimana dideskripsikan oleh Sutresna
yang mengungkapkan gambaran peristiwa-
(2006:2) bahwa sastra merupakan karya seni
peristiwa kehidupan yang menarik dan
yang mengungkapkan peristiwa kehidupan
fenomenal dengan bahasa sebagai media
dengan
utamanya. Sastra juga merupakan suatu
mediumnya. Selain itu, Damono (2009:4)
bentuk karya yang dapat dinikmati dan
juga
mempunyai nilai-nilai yang bermanfaat bagi
memberikan
1.
menggunakan
mendeskripsikan
bahasa
Hal ini
sebagai
bahwa
penanggapan
sastra penilaian
Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
1
terhadap kehidupan yang ada di masyarakat.
Karya sastra yang diciptakan oleh
Berawal dari ulasan di atas, maka karya
pengarangnya bertujuan untuk memberikan
sastra itu sendiri tidak terlepas dari nilai-nilai
hiburan dan menyampaikan manfaat nilai-
yang
nilai yang berguna bagi pembaca atau
dikandungnya.
sebagaimana
Hal
dijelaskan
oleh
ini
juga
Sumardjo
pendengarnya. Berdasarkan
pandangan
(1992:2) bahwa karya sastra merupakan
inilah, maka penulis akan menganalisis
karya seni yang mempunyai nilai-nilai yang
cerita
berasal dari hasil ekspresi dan kreasi estetika
Sumatera Selatan dengan menggunakan teori
pengarang yang diserapnya dari kebudayaan
didaktis yang merupakan
masyarakat
yang
mendidik para pembaca karena nilai-nilai
terkandung tersebut dapat dijadikan sebagai
kebenaran dan kebaikan yang ada di
bentuk nilai-nilai pendidikan yang dapat
dalamnya. Berdasarkan pendangan penulis
mendidik dan mengajarkan kita ke arah yang
juga,
lebih baik lagi.
Sumatera Selatan yang ingin disampaikan
setempat.
Nilai-nilai
Nilai-nilai pengajaran yang terdapat dalam karya sastra, antara lain terdapat
rakyat,
khususnya
nilai-nilai
didaktis
cerita
rakyat
teori yang
cerita
rakyat
oleh pencerita melalui karyanya sangat berguna bagi kehidupan manusia
dalam cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan
Sastra dapat berfungsi sebagai alat
cerita yang isinya mewariskan budaya suatu
pembelajaran
daerah.
dan
pendengarnya. sebagai alat pembelajaran
kebaikan dalam cerita ini. Selain itu, dengan
bagi masyarakat. Adanya hubungan timbal
memahami cerita rakyat suatu daerah, maka
balik antara karya sastra dan masyarakat
pelestarian
dapat
serta pesan tersirat dari sebuah kehidupan
dipertahankan. Apalagi aset ini diketahui dan
tergambar dalam karya sastra. Hal senada
dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu,
juga dideskripsikan oleh Wellek-Warren
untuk memahami nilai-nilai pengajaran yang
(2013:24) bahwa sastra memiliki unsur
terkandung di dalamnya, perlu dilakukan
kesenangan dan manfaat. Unsur kesenangan
analisis dan menerapkannnya ke dalam
tersebut merupakan manfaat yang bersifat
pembelajaran. Salah satu, media yang dapat
didaktis,
dijadikan sebagai bahan pembinaan peserta
persepsi terhadap karya sastra. Sedangkan
didik untuk mengetahui dan memahami
sastra menurut faruk (2012:53) berfungsi
cerita rakyat daerah
untuk
nilai
Banyak
aset
kebenaran
nilai
budaya
kebenaran
daerah
yang memiliki nilaiadalah
dengan
cara
menyajikannya ke dalam buku ajar bahasa
bagi
estetis,
pembaca
dan
memberikan
suatu
maupun
kepuasaan
pengalaman
kepada
anggota masyarakat akan adanya sebuah realitas.
Indonesia. 2
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
Karya satra mempunyai nilai dan fungsi
yang bermanfaat bagi pembaca
intrinsik dan ekstrinsik, yang disebut dengan struktur
dari
karya
sastra.
Pendekatan
maupun pendengarnya. Secara umum karya
struktur lahir karena karya sastra sebagai
sastra memiliki fungsi yang memberikan
karya kreatif yang memiliki daya penuh
nilai-nilai yang sangat bermanfaat. Hal ini
yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang
sebagaimana dideskripsikan oleh Kosasih
berdiri sendiri, terlepas dari hal-hal lain yang
(2014:1) bahwa sastra itu memiliki fungsi
berada di luar karya sastra. Suatu karya
yang mempunyai nilai, sebagai berikut.
sastra yang akan dikaji atau diteliti perlu
1. Fungsi rekreatif, yaitu memberikan
terlebih dahulu memperhatikan apa saja
nilai rasa senang, gembira, serta
yang membangun karya tersebut seperti
menghibur.
tema, alur, latar, penokohan, serta hubungan
2. Fungsi didaktif, yaitu mendidik para pembaca karena nilai-nilai kebenaran
harmonis
nilai-nilai keindahan.
yang
mampu
membuatnya menjadi sebuah karya sastra.
dan kebaikan yang ada di dalamnya. 3. Fungsi estetis. Yaitu memberikan
antaraspek
Didaktis berasal dari bahasa Yunani yakni “didaktie” yang artinya mengajar. Didaktie dalam bahasa latinnya disebut
4. Fungsi moralitas, mengandung nilai
didaktik atau didaktis. Didaktis adalah
moral yang tinggi sehingga para
pendidikan dengan pengajaran yang dapat
pembaca dapat mengetahui moral
mengarahkan pembaca kepada sesuatu arah
yang baik dan buruk.
tertentu. Didaktis juga merupakan ilmu
5. Fungsi
religiusitas,
mengandung
mengajar yang menunjukan bagaimana kita
ajaran agama yang dapat dijadikan
harus mengajar anak dengan lebih mudah.
teladan bagi para pembacanya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa didaktis adalah
Cerita rakyat adalah cerita yang
ilmu mengajar dan mendidik tentang nilai-
berasal dari suatu daerah tanpa mengetahui
nilai pengajaran dan ide pengajaran yang
siapa
disampaikan melalui pendidikan.
penutur
menceritakannya.
pertama
ini
Dari konsep di atas, maka dapat
merupakan warisan budaya daerah yang
dideskripsikan bahwa pendidikan adalah alat
perlu dipertahankan, karena memiliki nilai-
atau
nilai
kesejahteran manusia, baik jasmani maupun
yang
Cerita
memberikan
rakyat
yang
faedah
yang
bermanfaat.
sarana
untuk
meningkatkan
maupun rohani yang diterima secara formal
Karya sastra, salah satunya adalah
serta berlangusung seumur hidup. Jadi,
cerita rakyat dibangun berdasarkan unsur
pendidikan itu bukan hanya diperolah di
Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
3
sekolah, tetapi dalam lingkungan keluarga
berbagai penerbit. Oleh karena itu, kita harus
dan
selektif dalam menentukan buku ajar yang
masyarakat,
sehingga
pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara
akan dipakai.
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Di dalam buku pelajaran bahasa
Melalui hakikat pendidikan di atas
Indonesia terdapat beberapa bahan bacaan
maka nilai didaktis yang akan diteliti penulis
cerita.
mengaitkan hubungannya dengan pendidikan
disampaikan tidak terlepas dari nilai-nilai
dalam
lingkungan
keluarga,
pendidikan
Tentunya,
cerita
yang
akan
yang bermanfaat bagi pembacanya, terutama
dalam lingkungan sekolah, dan pendidikan
peserta
dalam lingkungan masyarakat.
kurikulum, komponen penyusunan materi
didik.
Dalam
pengembangan
Buku yang sangat diperlukan oleh
ajar tidak terlepas dari unsur budaya dan
peserta didik ialah buku teks, buku ajar, atau
moral. Oleh karena itu, bahan bacaan cerita
buku pelajaran (Tarigan, 2008:19—20). Baik
yang
tidaknya
pelajaran bahasa Indonesia sebaiknya cerita
kualitas
buku
teks
akan
akan
disampaikan
melalui
buku
mempengaruhi hasil pengajaran suatu mata
yang
pelajaran yang ditunjangnya. Kualitas buku
(pendidikan/pengajaran) yang memberikan
teks bahasa Indonesia yang
tinggi akan
pengetahuan mengenai kebenaran-kebenaran
meningkatkan kualitas dan hasil pengajaran
dan cerita yang dapat membantu siswa untuk
bahasa Indonesia.
memahami,
mengandung
nilai-nilai
didaktis
melestarikan,
dan
Buku teks adalah sarana belajar yang
mempertahankan warisan budaya mereka.
biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di
Cerita yang dimaksud di atas adalah cerita
perguruan tinggi untuk menunjang suatu
rakyat.
program pengajaran. Dinyatakan Misdan
Berdasarkan asumsi inilah, peneliti
(1996:15) bahwa buku teks adalah buku
akan mengidentifikasi dan memahami nilai-
pelajaran yang digunakan di sekolah dan
nilai didaktis apa yang terdapat dalam cerita
ditulis oleh ahli di bidangnya.
rakyat, khususnya cerita rakyat Sumatera
Berdasarkan beberapa pendapat di
Selatan. Kemudian, setelah diidentifikasi,
atas, dapat disimpulkan bahwa buku ajar
dianalisis, dan dideskripsikan, peneliti akan
adalah buku pelajaran dalam bidang studi
mendeskripsikan bahan cerita apa yang baik
tertentu, yang disusun oleh para pakar dalam
untuk disajikan di dalam buku pelajaran
bidang tersebut, dan digunakan di sekolah
bahasa Indonesia untuk peserta didik.
sesuai tingkat. Di sekolah ada banyak buku
Penelitian tentang nilai-nilai didaktis
ajar dari berbagai bidang studi yang dikarang
pernah dilakukan oleh Linda Unsriana
oleh berbagai orang dan diterbitkan oleh 4
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
(2007) dengan judul penelitian “Nilai-Nilai
didik dalam menyajikan cerita yang tepat
Didaktis dalam Dongeng Anak Jepang”.
dan baik untuk mereka baca di dalam buku
Penelitian tersebut dilakukan
tersebut.
berdasarkan
teori untuk mendeskripsikan nilai didaktis apa yang terkandung di dalam novel
2.
tersebut.
2.1 Metode Penelitian
Praktisnya ke pengajaran bahwa
METODOLOGI PENELITIAN Peneliti
nilai didaktis yang diperoleh dari dongeng
menggunakan
metode
tersebut dapat memberikan sarana yang
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini
efektif untuk memberikan nilai pendidikan
dibantu
pada anak-anak, tanpa harus memaksa anak-
struktural. Di dalam menganalisis karya
anak, tetapi anak-anak dapat menerimanya
sastra, pendekatan struktural bermula dari
dengan senang.
menganalisis
Selain itu, penelitian serupa pernah
dengan
melakukan
unsur-unsur
pendekatan
intrinsik
dan
ekstrinsik yang membangun karya tersebut.
juga dilakukan oleh Parmini, dkk. (2014). Orientasi penelitian ini adalah menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam novel. Hasil
2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksankan selama
nilai-nilai
satu tahun. Berawal dari pencarian informasi
pendidikan yang paling banyak ditemukan
dan pemahaman tentang mengapa karya
adalah nilai pendidikan sosial. Penelitian ini
sastra cerita rakyat Sumatera Selatan ini
juga menganalis bentuk penyampaian nilai
diciptakan oleh penulisnya. Setelah itu,
pendidikannya. Bentuk penyampaian nilai
menganalisis unsur yang membangun karya
pendidikan dalam novel tersebut yang paling
tersebut.
banyak
didaktisnya.
analisis
menunjukkan
bahwa
ditemukan
adalah
bentuk
komponen
penyampaian secara langsung.
Lalu,
menganalisis
Terakhir apa
yang
nilai-nilai
mendeskripsikan dapat
dijadikan
Berbeda dengan penelitian sebelumnya
landasan dalam menyusun buku ajar bahasa
peneliti secara lebih khusus akan menganalis
Indonesia, khususnya karakteristik cerita
nilai-nilai didaktis apa yang terkandung
yang seharusnya disajikan dalam buku ajar
dalam cerita rakyat
tersebut.
Pendekatan
Sumatera Selatan.
analisisnya
menggunakan
pendekatan struktur/struktural. Setelah itu hasil
dari analisis
akan dideskripsikan
2.3 Sumber DataPenelitian
sebagai salah satu bahan atau komponen
Sumber data dalam penelitian ini
pengembangan buku ajar, buku teks, atau
adalah kumpulan cerita rakyat Sumatera
buku pelajaran bahasa Indonesia bagi peserta Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
5
Selatan yang terdapat dalam buku “Sembesat Sembesit”.
Data yang sudah diperoleh akan dianalisis, dideskripsikan, dan disimpulkan. Adapun langkah-langkah analisis datanya, sebagai berikut.
2.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
yang
a. Peneliti mengumpulkan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
berhubungan dengan alasan pencipta
dokumentasi.
atau
Teknik
data
dokumentasi
ini
penulis
dilakukan dengan cara mengkaji literatur
karyanya
yang berkaitan dengan nilai-nilai didaktis,
-
cerita rakyat, dan buku ajar.
cerita
menciptakan
Mendeskripsikan tentang halhal yang berhubungan dengan
Prosedur yang dilakukan peneliti
alasan
dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut.
pengarang
cerita
menciptakan karyanya. b. Peneliti mengumpulkan data yang
1. Peneliti mengumpulkan data yang
berhubungan dengan hal-hal apa saja
berhubungan dengan alasan pencipta
yang membangun karya yang diteliti
atau
dengan
penulis
cerita
menciptakan
karyanya.
melakukan
pendekatan
struktural.
2. Peneliti mengumpulkan data yang
1) Menganalisis
unsur
yang
berhubungan dengan hal-hal apa saja
membangun karya sastra, yaitu
yang membangun karya yang diteliti
unsur-unsur
dengan
tersebut.
melakukan
pendekatan
struktural.
instrinsik
a. Tema
3. Peneliti mengidentifikasi data nilai-
b. Alur
nilai didaktis yang terdapat dalam
c. Latar
setiap cerita yang ada di dalam buku
d. Tokoh dan penokohan
“Sembesat Sembesit”.
e. Sudut pandang
4. Peneliti mengidentifikasi komponen dari data-data didaktis dalam cerita rakyat Sumatera Selatan yang dapat dijadikan sebagai alasan yang tepat
karya
f. Amanat 2) Mendeskripsikan
unsur-unsur
tersebut. c. Peneliti
menganalisis,
dalam penyusunan buku ajar bahasa
mendeskripsikan, dan menyimpulkan
Indonesia.
data nilai-nilai didaktis yang terdapat dalam setiap cerita yang ada di dalam
2.5 Teknik Analisis Data
6
buku “Sembesat Sembesit”. Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
d. Peneliti
mendeskrisikan
dan
menyimpulkan komponen dari datadata didaktis dalam cerita rakyat
3.1 Hasil Analisis Cerita Rakyat melalui Pendekatan Struktural 3.1.1 Cerita Rakyat ‘Sembesat Sembesit’
dapat
Cerita rakyat ini berasal dari Sastra
dijadikan sebagai alasan yang tepat
Lisan Basemah. Tema yang dapat diangkat
dalam penyusunan buku ajar bahasa
melalui cerita ini adalah „Kesengsaraan
Indonesia.
Membawa
Sumatera
Selatan
yang
Kebahagiaan‟.
Peneliti
mengambil tema di atas berdasarkan alur 3.
dari cerita.
HASIL Cerita
rakyat
yang
terdapat
dalam
Alur
cerita
„Sembesat
rakyat
kumpulan cerita rakyat Sumatera Selatan
Sembesit‟ menggunakan alur maju. Adapun
dengan judul „Sembesat Sembesit yang
proses kisahnya berawal dari masa kecil dua
dianalisis peneliti, sebagai berikut:
saudara yang bernama Sembesat
dan
1) Sembesat dan Sembesit
Sembesit. Pada suatu kerajaan, hiduplah
2) Pak Pandir
seorang raja dan permaisurinya. Sembesat
3) Si Amat, Si Ali, dan Si Harapan
dan
4) Sang Piatu
permaisuri. Pada saat raja sedang berada di
5) Si Amang
luar. Sembesat dan Sembesit dimarahi oleh
6) Bambu Gading
ibu tirinya karena telah berbuat kesalahan.
7) Bujang Bengkulu dan Bujang
Permaisuri meminta raja untuk mengusir
Palembang 8) Bujang Remalun 9) Kancil dan Berang-Berang 10) Beruk, Titiran, dan Terkuku
Sembesit
adalah
anak
tiri
dari
kedua anak tersebut. Tetapi Sang Raja, tidak langsung menuruti kata istrinya, beliau terlebih dahulu meminta saran dari para penasihatnya. Akan tetapi, penasihat tidak berani memutuskan, karena penasihat tahu kalau
raja
bijaksana.
adalah
orang
Akhirnya,
yang
raja
sangat
mengambil
keputusannya sendiri dengan membuang kedua anaknya tersebut ke sungai. Sembesat dan Sembesit hanyut lalu terlempar ke hutan. Sembesat bertemu dengan
dua
ekor
burung.
Sembesat
melemparkan batu ke arah burung tersebut. Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
7
Satu burung terjatuh, dan burung lainnya
pandang yang digunakan dalam cerita ini
bersumpah, “siapa yang makan kepala
menggunakan sudut pandang orang ketiga.
burung temannya itu, maka dia akan menjadi
Latar yang digunakan adalah kerajaan (balai
raja, dan siapa yang memakan seluruh
raja, dapur), sungai, hutan, dan pondok reot.
bagian tubuhnya maka dia akan sengasara
Tokoh dalam cerita ini berjumlah 5 orang,
terlebih dahulu baru bahagia.” Mendengar
yaitu: Sembesat, seorang kakak yang baik
kata-kata itu, Sembesat menyuruh adiknya
hati; Sembesit adik yang serakah; Permaisuri
untuk makan kepalanya, agar adiknya bisa
(Ibu
menjadi raja. Tetapi sang adik memilih
bijaksana tetapi kurang berlaku adil; dan
untuk makan bagian tubuhnya ketimbang
Nenek Tua yang penyayang dan baik hati.
harus makan kepala, karena bagian tubuh banyak
dagingnya
sedangkan
Tiri)
yang
pemarah;
Raja
yang
Amanat yang dapat dipetik dari cerita
menurut
ini adalah berbuat baik dengan saudara.
adiknya bagian kepala tidak ada daging.
Tidak serakah kepada siapa pun. Tabah
Dengan lahapnya, tanpa memikirkan sang
dalam menghadapi cobaan, karena akhirnya
kakak, Sembesit memakan bagian tubuh
akan berdampak kepada kebahagiaan. Selain
burung,
itu, cerita ini menyarankan kita untuk tidak
sednagkan
Sembesat
memakan
bagian kepalanya.
pemarah dan tidak terlalu cepat dalam
Akhir cerita, ketika mereka sedang
mengambil keputusan. Sekecil apa pun
makan, Sembesat ditangkap oleh burung
permasalahannya, harus diputuskan secara
garuda kemudian dikirimnya ke hutan ke
adil dan sungguh-sungguh.
rumah pondok seorang nenek tua. Sembesat dibesarkan dan tumbuh menjadi pria yang tampan dan baik hati. Alhasil, Sembesat menikah dinobatkan
dengan
seorang
menjadi
raja.
putri
3.1.2 Cerita Rakyat ‘Pak Pandir’ Cerita
dan
Sedangkan,
bertemakan
rakyat
„Pak
Pandir‟
„Di Balik Kelemahan Ada
Sembesit keluar masuk hutan bermaksud
Kelebihan‟. Alur yang digunakan di dalam
untuk
cerita ini adalah alur maju. Adapun kisah
mencari
kakaknya,
dia
menjadi
seorang pencuri tebu. Ketika Sembesit
ceritanya, sebagai berikut.
bertemu dengan kakaknya itu, akhirnya sembesit
diangkat
menjadi wakil
raja.
Mereka hidup bahagia.
Cerita bermula ketika Pak Pandir disuruh oleh istrinya, tetapi Pak Pandir selalu
salah
mengartikan
makna
dari
Berdasarkan kisah cerita di atas,
pernyataan istrinya tersebut. Akhirnya, pada
maka dapat dideskripsikan bahwa sudut
suatu ketika Pak Pandir masak makanan
8
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
istrinya. Kata istrinya, makanan yang Pak
3.1.3 Cerita Rakyat ‘Si Amat, Si Ali, dan
Pandir makan itu berasal dari „tahi‟ anaknya
Si Harapan’
yang bernama Pandir. Kebodohan Pak
Tema cerita ini adalah „Bercita-Cita
Pandir, membuat istrinya sangat marah,
Setinggi Langit, dengan Usaha dan Berdoa
karena Pak Pandir memukul anaknya dengan
akan Tercapai‟. Alur cerita ini menggunakan
pirikan cabai agar dia berak, sehingga
alur campuran, yaitu alur maju-mundur.
beraknya bisa dimakan. Ternyata setelah
Menceritakan kisah yang terjadi pada waktu
dicicipnya „tahi‟ anaknya itu, rasanya pahit. Anaknya
tersebut
akhirnya
lampau.
meninggal. Kisah ini menceritakan seorang janda
Pandir, si anaknya itu hidup kembali karena Ibu Pandir mengoleskan minyak yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati. Pada suatu hari, ada keluarga harimau yang ingin makan keluarga Pandir. Akibat kecerdikan Pak Pandir, ternyata keluarga harimau dapat
miskin yang mempunyai tiga orang anak. Tiga orang anak ini memiliki cita-cita yang berbeda. Si Amat tidak berani untuk bercitacita yang tinggi, Si Ali mempunyai cita-cita yang biasa-biasa saja, sedangkan Si Harapan bercita-cita sangat tinggi. Ketika Si Harapan,
dikalahkannya.
mengungkapkan cita-citanya ingin menjadi Berdasarkan bahasa yang digunakan
raja
kepada
kedua
kakaknya,
kedua
oleh penulis cerita ini, sudut pandang yang
kakaknya tersebut marah. Mereka memukul
digunakan adalah sudut pandang orang
Si
ketiga. Latar cerita ini adalah danau, kebun,
melarikan diri ke hutan. Si Harapan tidak
dan hutan. Tokoh yang terdapat dalam cerita
pulang-pulang, ibu dan kedua kakaknya
ini berjumlah 3 orang dengan penokohan
putus asa mencari harapan, mereka berpikir
yang berbeda. Pak Pandir: suka salah paham,
Si Harapan telah dimakan binatang buas. Di
bodoh, cerdik, dan banyak akal. Ibu Pandir:
dalam hutan, Si Harapan bertemu dengan
Pemarah,
nenek tua. Nenek itu membesarkan Si
kurang
memahami
karakter
suaminya, setia. Pandir: masih balita.
Harapan.
Si
Harapan
nangis
dan
Harapan. Si Harapan menjadi pemuda yang
Amanat yang dapat diambil dari
tampan. Si Harapan mengikuti sayembara
kisah ini adalah jangan menganggap orang
yang diadakan raja. Sayembara itu berbunyi,
yang bodoh selalu bodoh, dan jangan berkata
“Apabila dapat menemukan cincin putri
kasar.
yang hilang, kalau perempuan akan diangkat
Kelamahan seseorang pasti
kelebihannya.
ada
menjadi saudara putri, kalau laki-laki akan dinikahkan dengan putri”. Si
Harapan
mengikuti sayembara itu dengan jujur, Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
9
berdoa, dan berusaha keras. Akhirnya,
Alur yang digunakan di dalam cerita ini
Harapan dapat menemukan cincin putri, dia
adalah maju.
akhirnya menikah dengan putri. Harapan
Alkisah, hiduplah seorang Sang Piatu
dinobatkan menjadi raja, karena raja tidak
bersama dengan seorang nenek. Mereka
memiliki
cerita,
tinggal di pinggiran dusun. Sang Piatu tidak
Harapan dan kakak-kakaknya mengingkat
mempunyai pengalaman dan pengetahuan
kembali masa kecilnya. Mereka ingat cita-
sama sekali tentang bermasyarakat. Sang
anak
laki-laki.
Akhir
cita yang mereka perbincangkan masa lalu.
Piatu bodoh dan buta huruf. Sang nenek
Latar cerita ini adalah pondok di
berusaha untuk membantu Sang Piatu bisa
pinggir hutan, pasar, pantai, dan kerajaan.
hidup bermasyarakat. Lalu, nenek menyuruh
Sudut pandang yang digunakan di dalam
dia untuk masuk dusun agar mendapatkan
cerita ini adalah sudut pandang orang ketiga.
pengalaman bermasyarakat. Kemudian Sang
Tokoh berjumlah 6 orang dan penokohannya
Piatu pergi ke dusun, dia melihat acara
sebagai berikut. Ibu Janda Miskin: cepat
sedekah anak atau istilah sekarang „akikah
putus asa. Si Amat: tidak mempunyai
anak‟. Kemudian dia bertanya dengan nenek,
semangat dan tidak percaya diri. Si Ali: tidak
acara apa itu. Nenek menjawab bahwa itu
percaya
bercita-cita
adalah acara syukuran. Kata nenek, kalau
setinggi langi, percaya diri, selalu berusaha
ada acara seperti itu lagi, Sang Piatu
dan berdoa kepada Tuhan untuk menggapai
disuruhnya untuk numpang dalam acara itu
keinginannya. Nenek Tua: baik hati. Putri:
untuk ikut potong rambut sedikit saja.
cantik, nurut kepada orang tua, dan baik.
Kemudian Sang Piatu pergi lagi masuk
diri.
Si
Harapan:
Amanat yang tersirat di dalam cerita
hutan, dia melihat ada dua orang bersanding
ini adalah percaya diri untuk memiliki cita-
di pelaminan. Sang Piatu bertanya pada
cita setinggi apa pun. Untuk menggapai cita-
warga, acara apa itu. Warga menjawab
cita tersebut perlu berusaha, tidak putus asa,
bahwa ada acara penganten. Sang Piatu
dan berdoa kepada Tuhan.
kembali menjawab bahwa boleh tidak dia merasakan pengantennya juga. Warga marah dan memukulinya.
3.1.4 Cerita Rakyat ‘Sang Piatu’
Sang
Piatu
kemudian
bertemu
Tema yang dapat diambil dalam
seorang pencuri. Dia berteman dengan
cerita ini adalah „Pengalaman Aset Utama
pencuri itu. Sang Piatu diajak mencuri.
dalam Proses Menimba Ilmu Pengetahuan‟.
Ketika mereka ketahuan, pencuri berhasil kabur, sedangkan Sang Piatu tertangkap.
10
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
Sang piatu berpikir untuk bernyanyi agar di
anak-anak yang baik dan menyenangkan.
dengar pencuri tadi. Pencuri mendengar
Ketika dewasa, mereka berdua menjadi tidak
Sang Piatu, kemudian Sang Piatu berbohong
berbakti kepada kedua orang tuanya. Karena
kepada pencuri bahwa dia akan dipaksa
kedurhakaannya kepada kedua orang tuanya,
menikah dengan putri cantik di desa ini,
mereka
kalau
akan
terpisah dan hanyut ke hutan. Si Tolap
membakarnya. Sang piatu berhasil, pencuri
berubah menjadi binatang Amang, dan Si
dengan senang hati menggantikan posisinya.
Tolip berubah menjadi binatang Wewe.
Akhirnya dia bebas dan selamat, sedangkan
Konon
pencuri mati terbakar.
dipertemukan.
tidak
mau
maka
mereka
Sudut pandang yang digunakan sudut pandang orang ketiga. Tokoh berjumlah tiga
tenggelam
kisahnya,
di
sungai.
mereka
Jika
Mereka
tidak
mereka
dapat
bertemu,
menurut cerita nenek moyang terdahulu, maka bisa kiamat.
orang dengan penokohan yang berbeda.
Sudut pandang yang digunakan di
Sang Piatu: buta huruf, bodoh, penurut, dan
dalam cerita ini adalah sudut pandang orang
mempunyai keinginan untuk terus belajar.
ketiga. Latar yang digunakan adalah Tepi
Nenek: suka berbicara menggunakan istilah.
Sungai Ramurun, pondok reot, dan hutan.
Pencuri: serakah, tidak setia kawan.
Tokoh berjumlah 4 orang. Penokohannya sebagai berikut. Si Tolap dan Si Tolip: tidak
Amanat yang dapat dipetik dari cerita ini adalah pengalaman itu adalah suatu ilmu yang sangat berharga.
berbakti kepada orang tua. Wak Anang: bertanggung jawab. Wak Ine: patuh kepada suami, sayang keluarga, dan setia. Amanat yang ingin disampaikan
3.1.5 Cerita Rakyat ‘Si Amang dan Si
melalui cerita ini adalah berbaktilah kepada
Wewe’
orang tua, karena akan membawa nikmat. Tema
dalam
cerita
ini
adalah
„Berbakti kepada Orang Tua Membawa Berkah‟. Alur cerita yang digunakan adalah
Jika kamu tidak berbakti kepada orang tua, terutama ibumu, maka akan membawa bencana untuk dirimu sendiri.
alur maju. Cerita Si Amang dan Si Wewe
3.1.6 Cerita Rakyat ‘Bambu Gading’
bermula dari kisah awal mereka sewaktu
Tema yang dapat diambil dari kisah
kecil. Nama mereka adalah Si Amang
ini adalah „Tidak Pantang Menyerah dalam
bernama Si Tolap dan Si Wewe bernama Si
Memperoleh Tujuan‟. Alur yang digunakan
Tolip. Mereka berdua sewaktu kecil adalah
di dalam cerita adalah alur maju.
Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
11
Kisah ini bermula dari seorang nenek
lagi kalau Bateri masih hidup. Mereka
yang mengajak cucunya ke pulau untuk
tampak kurus sekali dan jarang sekali keluar
menggali ubi. Si cucu bernama Bateri.
rumah. Dengan susah payah, akhirnya Bateri
Setelah sampai, nenek menyuruh Bateri
berhasil menemui Ibu-Bapaknya. Mereka
untuk duduk di batu. Ternyata batu itu
lalu hidup bersama dan bahagia.
adalah seorang naga besar yang ingin makan
Sudut pandang yang digunakan sudut
hati manusia. Bateri dibawa oleh naga ke
pandang orang ketiga. Latar yang digunakan
Pulau Naga. Bateri dibesarkan oleh Naga
adalah lautan, Pulau Naga, dan desa. Tokoh
sampai dia dewasa, sampai hatinya menjadi
berjumlah 5 orang, dan beberapanya adalah
besar. Bateri tumbuh menjadi gadis cantik
para binatang sahabat Bateri. Bateri: tidak
jelita.
pantang
Di
Pulau
Naga,
Bateri
selalu
menyerah,
penurut,
sayang
membohongi Naga kalau hatinya belum juga
keluarga, dan cerdik. Nenek: tidak berhati-
besar.
Bateri
hati, dan mudah panik. Naga: mempunyai
sesungguhnya sudah tahu niat buruk naga
niat buruk, pembohong, dan mudah ditipu.
kepadanya. Setiap naga ingin pergi ke luar,
Ibu dan Bapak bateri: orang tua yang mudah
Bateri
putus asa. Para binatang (kerbau dan ayam):
Naga
tidak
selalu
tahu,
menangis.
kalau
Setiap
Bateri
menangis, Naga selalu memberikan apa yang diinginkan
oleh
Bateri.
Bateri
sahabat Bateri yang baik dan penolong.
selalu
Amanat
yang
terkandung
dalam
meminta perhiasan kepada naga. Setiap naga
cerita ini adalah berusahalah terus dan
pergi ke luar, Bateri selalu menyulam bambu
pantang
gading untuk dijadikannya rakit ketika dia
keberhasilan. Menurut dengan perkataan
ingin kabur menyebarang pulau. Setelah
orang tua. Bersikaplah dengan penuh kehati-
rakitnya selesai. Ketika ada kesempatan,
hatian dan teliti dalam bertindak.
menyerah
untuk
memperoleh
naga yang sedang keluar bermaksud untuk mengundang
teman-temannya
makan
bersama hati Bateri yang sudah besar,
3.1.7 Cerita Rakyat ‘Bujang Bengkulu dan Bujang Palembang’
ternyata Bateri sudah kabur. Bateri pintar, dia menyiram air sirih di seluruh pondok Naga.
Jadi
naga
dan
teman-temannya
mengira Bateri sudah dimakan oleh naga
Tema
dalam
cerita
ini
adalah
„Kebohongan dan Keserakahan Pembawa Bencana‟. Alur yang digunakan di dalam cerita adalah alur maju.
lain. Sesampai
di
rumah,
bermaksud menemui ibu dan bapaknya. Tetapi ibu dan bapaknya sudah tidak percaya 12
Kisah ini menceritakan pertemanan
Bateri antara
Bujang
Bengkulu
dan
Bujang
Palembang. Bujang Bengkulu bertemu dan Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
berteman dengan Bujang Palembang karena
kepada
memiliki sifat yang sama-sama suka menipu
memberitahukan kepada siapa pun termasuk
satu sama lain. Mereka pura-pura menjadi
tunangan Bujang Remalun yang bernama
anak
seluruh
Putri Kendun bahwa Bujang Remalun sudah
Mereka
meninggal. Pada suatu hari, Putri Kendun
raja
dan
masyarakat
dan
membohongi isi
kerajaan.
rakyatnya
untuk
mengambil emas dan intan kerajaan. Tetapi
mengetahui
karena
Merena
meninggal. Putri Kendun pergi ke kuburan
berniat saling membunuh. Akhirnya mereka
Bujang Remalun. Putri bernyanyi ingin
berdua mati akibat jeratan yang mereka buat
tekesur
sendiri. Konon ceritanya, harta yang mereka
berjumpa dengan Bujang Remalun. Di
simpan, sampai sekarang masih menjadi
pertengahan jalan, putri bertemu dengan
harta karun.
nenek jadi-jadian (harimau jadi-jadian).
keserakahan
Sudut
keduanya.
pandang
yang
digunakan
Nenek
di
kalau
Bujang
tidak
dalam
itulah
tanah
yang
Remalun
karena
ingin
menyihir
Bujang
adalah sudut pandang orang ketiga. Latar
Remalun. Akhirnya dengan susah payah,
yang
putri
digunakan
adalah
pertengahan
Palembang—Bengkulu, di sekitar Lahat.
menyelamatkan
Bujang,
mereka
menikah, dan kembali ke dunia.
Tokoh berjumlah dua orang. Penokohannya,
Latar cerita ini adalah bukit seenti-
Bujang Palembang; suka menipu, serakah,
enti, Jalan Limau Manis, dan pondok orang
dan tidak bersabahat. Bujang Bengkulu; suka
menumbuk padi.
menipu, serakah, dan tidak bersahabat.
digunakan sudut pandang orang ketiga.
Sudut
pandang
yang
Amanat yang terdapat dalam cerita
Tokoh dan penokohannya. Raja: Suka
ini adalah kita tidak boleh serakah dan
berbohong dan menyuruh orang lain untuk
berbohong,
berbohong.
karena
keserakahan
dan
kebohongan tidak akan membawa berkah.
Bujang
Remalun:
Meminta
pertolongan jodoh dan sayang jodoh. Putri Kendun: Setia dan sangat mencintai jodoh.
3.1.8 Cerita Rakyat ‘Bujang Remalun’ Tema yang dapat diambil dalam cerita ini adalah „Kesetiaan kepada Jodoh‟.
Amanat yang dapat dipetik dari kisahnya adalah jangan suka berbohong, karena pasti akan ketahuan juga. Setia dan sayangi jodoh.
Alur yang digunakan adalah alur maju. Kisah cerita ini adalah seorang raja mempunyai anak bernama Bujang Remalun. Bujang Remalun meninggal. Raja berpesan Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
13
3.1.9 Cerita Rakyat ‘Kancil dan Berang-
berang: sedih, karena kehilangan anak.
Berang’
Kura-kura:
Tema yang dapat diambil dalam cerita ini adalah „Pandailah Berpikir dan
Kisahnya adalah seekor kancil yang sedang
mendengarkan
burung
kambing
dalam
menilai
dan
memutuskan sesuatu. Sepat, baung, dan burung kambing: jujur.
Bertindak karena Menuju Keberuntungan‟. Alur yang digunakan adalah alur campuran.
teliti
Amanat yang dapat dipetik dalam cerita ini adalah menjadi orang pintar dan cerdas
akan
banyak
mendapatkan
keberuntungan. Teliti dalam bertindak dan
bernyanyi. Karena asik mendengarkan, ia
mengambil
keputusan.
tidak sengaja menginjak anak berang-berang
berbuat dan berbicara.
Jujurlah
dalam
hingga mati. Induk berang-berang marah dan mengadukan
hal
ini
kepada
kura-kura
sebagai pengadilan. Kancil pandai, ia pintar
3.1.10 Cerita Rakyat ‘Beruk, Titiran, dan Terkuku’
bersilat lidah. Dia bilang bahwa dia tidak
Tema cerita ini adalah „Perbuatan
bersalah, yang bersalah adalah burung kambing. Selanjuntnya burung kambing juga bilang dia tidak bersalah, yang bersalah adalah ikan baung. Ikan baung bilang dia
Rakus
dan
Serakah
yang
Membawa
Bencana‟. Alur yang digunakan adalah alur maju. Ceritanya adalah sebagai berikut.
tidak bersalah, yang bersalah adalah ikan sepat. Ikan sepat juga bilang dia juga tidak
Beruk,
bersalah, yang bersalah adalah induk berang-
menjelajahi sungai . Beruk yang serakah,
berang.
yang
ketika awalnya posisinya di belakang, orang-
mengeruhkan air untuk mengambil ikan
orang berkata bahwa dia tidak terlihat. Lalu,
kecil-kecil,
sepat
si beruk pindah ke tengah. Ternyata orang-
menjadi merah. Akhirnya sidang ditutup dan
orang juga bilang dia masih tidak terlihat.
dibubarkan, karena yang bersalah adalah
Lalu, dia juga pindah ke depan. Ternyata
induk berang-berang.
masih juga tidak terlihat. Beruk emosi dan
Induk
Latar
berang-beranglah
akibatnya
yang
mata
ikan
digunakan
adalah
tanjungan dan sidang pengadilan hewan. Sudut
pandang
yang
digunakan
sudut
pandang orang ketiga. Tokoh dan penokohan dalam cerita ini adalah sebagai berikut. Kancil: pandai dan banyak akal. Berang14
marah.
Titiran,
Dia
dan
Terkuku
meremukkan
perahu
pergi
yang
mereka bertiga tumpangi. Perahu tenggelam, Titiran dan Terukuku terbang, sedangkan si Beruk terdampar di tepi bebatuan di tengahtengah sungai. Dia meminta tolong ikan besar dan harimau. Tetapi dia serakah, Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
dibunuhnya ikan besar tadi. Dijadikannya
3.2.1.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
santapan
Keluarga
gulai.
membantunya
Harimau tadi
juga
yang
sudah
dibohonginya
Cerita ini mengajarkan dan mendidik
Harimau tidak dibaginya, dia membawa
pembaca untuk berbuat baik kepada saudara,
makanan gulai tadi ke atas pohon. Harimau
terutama saudara kandungnya. Cerita ini
marah dan meminta bantuan Ketam. Ketam
mendidik para pembaca untuk tidak berbuat
lalu naik ke atas pohon dan menggigit „buah
serakah kepada saudaranya sendiri.
zakar‟ beruk. Beruk terjatuh dan dimakanlah 3.2.1.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
Beruk oleh si Harimau.
Pendidikan (sekolah) Sudut
pandang
yang
digunakan
adalah sudut pandang orang ketiga. Latar yang digunakan adalah sungai dan hutan. Tokoh dan penokohannya cerita sebagai
Cerita ini mengajarkan kita pembaca untuk tidak mudah marah, karena marah akan berakibat kita tidak mempunyai teman.
berikut. Beruk; serakah dan pembohong.
3.2.1.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
Titiran dan Terkuku; pintar dan rendah hati.
Masyarakat
Harimau; pemarah. Ketam; gesit.
Nilai didaktis yang diperoleh dari
Amanat yang dapat dipetik dari cerita
cerita „Sembesat dan Sembesit‟ ini yaitu
ini adalah jangan serakah dan rakus, karena
mendidik pembaca untuk tidak pemarah,
banyak orang yang tidak suka, dan tidak ada
karena mudah marah akan berakibat buruk
teman. Selain itu, akan timbul banyak musuh
dan tidak punya banyak teman. Selain itu,
dan berakibat buruk terhadap diri kita
cerita ini mendidik pembaca untuk tidak
sendiri.
terlalu cepat dalam mengambil keputusan.
3.2
Hasil Analisis Nilai-Nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Berdasarkan hasil analisis peneliti, cerita „Sembesat dan Sembesit‟ terdapat nilai-nilai
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan melalui pendekatan struktural terhadap cerita, maka dapat diperoleh bahwa cerita-cerita ini dapat mengajarkan dan mendidik pembaca untuk mengetahui akan
didaktis
berupa
pengajaran
khususnya untuk anak-anak agar tidak mudah marah dan tidak serakah. Jadi, cerita ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dalam buku ajar bahasa Indonesia bagi peserta didik untuk semua tingkatan.
kebenaran dan kebaikan. 3.2.1 Cerita Rakyat ‘Sembesat Sembesit’ Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
15
3.2.2 Cerita Rakyat ‘Pak Pandir’
anak-anak, antara lain agar tidak melihat
3.2.2.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
kebodohan orang lain adalah kelemahannya. Jadi cerita ini dapat dijadikan sebagai bahan
Keluarga
bacaan dalam buku ajar bahasa Indonesia Cerita ini mengajarkan dan mendidik
bagi peserta didik untuk semua tingkatan.
pembaca untuk selalu memberikan arahan dan semangat untuk keluarga yang memiliki
3.2.3 Cerita Rakyat ‘Si Amat, Si Ali, dan
kelemahan. Cerita ini mendidik pembaca
Si Harapan’
untuk selalu percaya diri dengan keadaan
3.2.3.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
karena kelemahan itu pasti ada kelebihan.
Keluarga Cerita ini mengajarkan dan mendidik
3.2.2.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
pembaca untuk berbuat baik kepada saudara.
Pendidikan (Sekolah) Meskipun tentang
tidak
sekolah,
terdapat
tetapi
cerita
cerita
Mengajarkan pembaca bahwa perbuatan
ini
marah itu tidak baik. Sehingga mendidik
mengajarkan pembaca untuk tidak pernah
pembaca
untuk
tidak
pemarah kepada
menganggap orang lain selalu bodoh.
anggota keluarganya sendiri. Di lingkungan keluargalah, kita harus lebih memberikan
3.2.2.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Masyarakat
motivasi untuk menggapai cita-cita. Cerita ini mendidik para pembaca untuk selalu
Nilai didaktis yang diperoleh dari cerita „Pak Pandir‟ ini yaitu mendidik pembaca untuk tidak selalu menganggap
ingat, berdoa, dan beribadah kepada Tuhan. 3.2.3.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Pendidikan (Sekolah)
orang lain bodoh. Mengajarkan pembaca bahwa hal yang kita anggap bodoh, belum
Cerita ini mengajarkan dan mendidik
tentu selamanya bodoh, karena dibalik itu
pembaca untuk selalu berbuat baik kepada
semua ada kelebihannya. Selain itu, cerita
siapa pun (teman). Perbuatan baik akan
Pak Pandir ini mengajarkan pembaca untuk
memperoleh sesuatu yang baik juga.
pintar-pintar mengatasi permasalahan di
3.2.3.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
dalam lingkungan.
Masyarakat Nilai didaktis yang diperoleh dari
cerita
Berdasarkan hasil analisis peneliti,
cerita „Si Amat, Si Ali, dan Si Harapan‟ ini
„Pak
yaitu
Pandir‟
terdapat
nilai-nilai
didaktis berupa pengajaran khususnya untuk
mendidik
bersosialisasi Mengajarkan
16
pembaca
dengan pembaca
untuk
lingkungan untuk
bisa baru. selalu
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
beribadah, meskipun kita ada di lingkungan
cerita ini juga mengajarkan kita untuk
baru. Ketika kita berada di lingkungan
berhati-hati dalam mencari teman.
masyarakat, hal-hal atau perbuatan yang tidak baik jangan ditiru, karena dapat
3.2.4.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Masyarakat
menimbulkan kerugian bagi kita sendiri. Sedangkan cerita ini juga mengajarkan pembaca untuk menjadi diri sendiri dengan
Nilai didaktis yang diperoleh dari cerita „Sang Piatu‟ ini yaitu mengajarkan pembaca akan pentingnya pengalaman hidup
selalu menjaga prilaku yang baik.
dalam
bermasyarakat.
mengajarkan
pembaca
Cerita bahwa
ini hidup
Berdasarkan hasil analisis peneliti,
bermasyarakat itu sangat penting, karena
cerita „Si Amat dan Si Ali‟ terdapat nilai-
akan mengenal banyak pengetahuan yang
nilai didaktis berupa pengajaran khususnya
baru.
untuk anak-anak agar bercita-citalah setinggi apa pun. Cita-cita tersebut diraih dengan usaha yang keras dan berdoa selalu kepada Tuhan. Jadi, cerita ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dalam buku ajar bahasa Indonesia bagi peserta didik untuk
Berdasarkan hasil analisis peneliti, cerita
„Sang
Piatu‟
terdapat
nilai-nilai
didaktis berupa pengajaran khususnya untuk anak-anak agar tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal. Jadi cerita ini dapat
semua tingkatan.
dijadikan sebagai bahan bacaan dalam buku ajar bahasa Indonesia bagi peserta didik 3.2.4 Cerita Rakyat ‘Sang Piatu’
untuk semua tingkatan.
3.2.4.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Keluarga Cerita
3.2.5 Cerita Rakyat ‘Si Amang dan Si rakyat
„Sang
Piatu‟
mengajarkan dan mendidik pembaca untuk menurut perkataan orang tua/orang tua asuh.
Wewe’ 3.2.5.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Keluarga Cerita ini mengajarkan dan mendidik
3.2.4.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
pembaca untuk berbakti kepada kedua orang
Pendidikan (sekolah)
tua, karena akan membawa berkah.
Cerita ini mengajarkan kita pembaca untuk berteman dengan siapa pun. Tetapi,
3.2.5.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Pendidikan (Sekolah)
Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
17
Tidak ditemukan nilai didaktis yang
Perkataan orang tua itu biasanya selalu
berhubungan dengan lingkungan pendidikan.
benar. Mengajarkan pembaca untuk selalu
Hal
sayang dan peduli dengan keluarga.
ini
dikarenakan
cerita
ini
hanya
menceritakan kisah mengenai kedurhakaan dua kakak beradik terhadap kedua orang
3.2.6.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Pendidikan (Sekolah)
tuanya. Cerita ini mengajarkan kita untuk 3.2.5.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
menjadi teman atau sahabat yang baik dan
Masyarakat
suka menolong.
Tidak ditemukan nilai didaktis yang berhubungan
dengan
lingkungan
3.2.6.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Masyarakat
masyarakat. Hal ini dikarenakan cerita ini hanya
menceritakan
kisah
Cerita
mengenai
kedurhakaan dua kakak beradik terhadap
mengajarkan
kepada
pembaca untuk selalu berusa terus dan pantang
kedua orang tuanya.
ini
menyerah
dalam
memperoleh
kesuksessan. Cerita ini juga mengajarkan pembaca untuk teliti dan selalu berhati-hati Berdasarkan hasil analisis peneliti,
dalam berada di lingkungan baru. Selain itu,
cerita „Si Amang dan Si Wewe‟ terdapat
pembaca juga diajarkan untuk pintar dalam
nilai-nilai
memahami lingkungan/situasi di tempat kita
didaktis
berupa
pengajaran
khususnya untuk anak-anak agar selalu
berada.
berbakti kepada kedua orang tua dan mengajarkan anak untuk tidak melawan
Berdasarkan hasil analisis peneliti,
orang tua. Jadi cerita ini dapat dijadikan
cerita „Bambu Gading‟ terdapat nilai-nilai
sebagai bahan bacaan dalam buku ajar
didaktis berupa pengajaran khususnya untuk
bahasa Indonesia bagi peserta didik untuk
anak-anak agar selalu menurut perkataan
semua tingkatan.
orang tua atau orang yang sudah mengasuh kita. Jadi cerita ini dapat dijadikan sebagai
3.2.6 Cerita Rakyat ‘Bambu Gading’
bahan bacaan dalam buku ajar bahasa Indonesia bagi peserta didik untuk semua
3.2.6.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
tingkatan.
Keluarga Cerita ini mengajarkan dan mendidik pembaca untuk menurut perkataan orang tua.
3.2.7 Cerita Rakyat ‘Bujang Bengkulu dan Bujang Palembang’
18
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
3.2.7.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
ajar bahasa Indonesia bagi peserta didik
Keluarga
untuk semua tingkatan.
Nilai
didaktis
dalam
lingkungan
keluarga tidak ditemukan di dalam cerita ini. Hal
ini
dikarenakan
cerita
ini
3.2.8 Cerita Rakyat ‘Bujang Remalun’
lebih
menekankan kepada perkenalan dua orang
3.2.8.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan Keluarga
teman yang sama-sama serakah.
Cerita ini mengajarkan dan mendidik pembaca untuk mengajarkan dan mendidik hal-hal yang baik bermula dari lingkungan 3.2.7.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
keluarga. Seperti cerita „Bujang Remalun‟
Pendidikan (Sekolah)
ini, bermula dari lingkungan keluarganya
Cerita ini mengajarkan kita untuk
yang membohongi semua orang tentang
menjadi teman yang baik, teman yang peduli
kematian
satu sama lain, teman yang tidak suka
Kebohongan itu pasti akan ketahuan juga.
berbohong, dan teman yang suka menolong.
3.2.8.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
3.2.7.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
Pendidikan (Sekolah)
Remalun.
Tentunya
Cerita ini mengajarkan untuk setia
Masyarakat Cerita pembaca
Bujang
ini
untuk
mengajarkan tidak
kepada
serakah,
tidak
kepada teman. Teman dalam cerita ini bukanlah
seorang
teman,
tetapi
jodoh
berbohong, dan saling tolong menolong
(kekasih hati).
dalam bermasyarakat. Hal-hal tersebut tidak
3.2.8.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
akan membawa berkah dan tidak dapat
Masyarakat
diterima oleh lingkungan masyarakat.
Cerita
ini
mengajarkan
kepada
pembaca untuk tidak berbohong di tengahBerdasarkan hasil analisis peneliti, cerita
„Bujang
Palembang‟
Bengkulu
terdapat
dan
Bujang
nilai-nilai
didaktis
berupa pengajaran khususnya untuk anak-
tengah masyarakat, karena kebohongan itu akan ketahuan juga.
Berdasarkan
hasil
interpretasi
anak agar tidak serakah. Jadi cerita ini dapat
peneliti terhadap cerita rakyat „Bujang
dijadikan sebagai bahan bacaan dalam buku
Remalun‟, cerita ini banyak mengandung pesan moral yang baik untuk pembaca.
Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
19
Tetapi menurut peneliti, cerita rakyat ini
pembaca untuk selalu jujur dalam bertindak
kurang sesuai kalau dijadikan sebagai bahan
dan berbicara.
bacaan dalam buku ajar peserta didik, khususnya
untuk
SD
sampai
Sekolah
Berdasarkan hasil analisis peneliti,
Menengah. Hal ini disebabkan, cerita ini
cerita „Kancil dan Berang-Berang‟ terdapat
isinya tentang kasih sayang dan percintaan
nilai-nilai
antara anak raja dan tuan putri. Kesetiaan
khususnya untuk anak-anak agar selalu
tuan putri terhadap kekasihnya, sampai mereka menikah.
didaktis
berupa
pengajaran
berkata jujur dan mengakui kesalahan yang telah
diperbuat.
Jadi
cerita
ini
dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan dalam buku 3.2.9 Cerita Rakyat ‘Kancil dan Berang-
ajar bahasa Indonesia bagi peserta didik
Berang’
untuk semua tingkatan.
3.2.9.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan 3.2.10 Cerita Rakyat ‘Beruk, Titiran, dan
Keluarga Cerita ini mengajarkan dan mendidik
Terkuku’
pembaca untuk peduli kepada keluarga.
3.2.10.1 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
3.2.9.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
Keluarga Tidak ditemukan nilai didaktis yang
Pendidikan (Sekolah) Cerita ini mengajarkan kita untuk
berhubungan dengan lingkungan keluarga.
tidak melemparkan kesalahan kepada teman
Hal
yang
menceritakan kisah mengenai pertemanan
lain.
Kita
harus
menerima
ini
dikarenakan
cerita
ini
hanya
akibat/hukuman dari kesalahan yang telah
dan hidup bermasyarakat.
kita perbuat sendiri.
3.2.10.2 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
3.2.9.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
Pendidikan (Sekolah) Cerita ini mengajarkan pembaca
Masyarakat kepada
untuk tidak serakah kepada teman. Berteman
pembaca untuk menjadi orang yang pintar
dengan baik. Tidak suka membohongi
dan cerdas. Selain itu, mengajarkan pembaca
teman.
untuk teliti dalam bertindak dan mengambil
membohongi teman, dan tidak baik terhadap
keputusan
teman dapat menyebabkan kita tidak punya
Cerita
masyarakat. 20
di
ini
mengajarkan
tengah-tengah Selain
itu,
lingkungan mengajarkan
Orang
yang
serakah,
suka
teman yang baik dan dapat dipercaya juga.
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22
3.2.10.3 Nilai Didaktis dalam Lingkungan
Indonesia untuk peserta didik tingkat SD
Masyarakat
sampai Sekolah Menengah. Cerita yang
Cerita
ini
mengajarkan
kepada
pembaca di dalam bermsayarakat, kita tidak
tidak
peneliti
rekomendasikan
tersebut
adalah cerita rakyat „Bujang Remalun‟. Hal
boleh serakah dalam segala hal. Perbuatan
ini disebabkan, cerita ini mengandung
serakah dapat membawa bencana bagi kita
tentang kisah kasih sayang dan kesetiaan
sendiri.
seorang jodoh (kekasih hati). Komponen yang dapat dijadikan sebagai Berdasarkan hasil analisis peneliti,
cerita „Beruk, Titiran, dan Terkuku‟ terdapat nilai-nilai
didaktis
berupa
pengajaran
khususnya untuk anak-anak agar tidak mudah marah dan tidak serakah. Jadi cerita ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dalam buku ajar bahasa Indonesia bagi peserta didik untuk semua tingkatan.
pertimbangan cerita rakyat yang seperti apa yang dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk peserta didik. a. Pilihlah
bahan
bacaan
yang
banyak mengandung nilai-nilai didaktis, nilai moral, maupun nilai
agama.
Terutama
yang
isinya mengajarkan peserta didik untuk berbuat kebaikan baik di
4.
SIMPULAN
lingkungan
keluarga,
sekolah,
maupun dalam bermasyarakat. Banyak nilai-nilai didaktis yang terdapat
b. Lebih
baik,
bahan
bacaan
dalam kumpulan cerita rakyat „Sembesat dan
tersebut berupa cerita rakyat dari
Sembesit‟.
daerah
Nilai-nilai
tersebut
berupa
setempat.
pengajaran terhadap pembaca pada hal-hal
dikarenakan
kebenaran dan kebaikan, baik di dalam
dalam
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan
melestarikan,
(sekolah), dan di dalam bermasyarakat.
mempertahankan
Lingkungan
suatu daerah.
dijadikan
pendidikan sebagai
(sekolah)
landasan
di
yang dalam
Hal
dapat
ini
membantu
mengenalkan,
rakyat
dan aset
budaya
Tentunya cerita
tersebut
harus
penelitian ini adalah hubungannya dengan
mengandung hal-hal berikut ini:
teman.
i.
Dari 10 cerita rakyat yang dianalisis, ada 1
cerita
rakyat
yang
peneliti
tidak
rekomendasikan untuk dijadikan sebagai
mengandung
nilai-nilai
pengajaran yang baik; ii.
isinya tingkatan
sesuai usia
dengan dan
bahan bacaan dalam buku ajar bahasa Nilai-nilai Didaktis Cerita Rakyat Sumatera Selatan (Ayu Puspita Indah Sari & Hastari Mayrita)
21
kematangan berpikir anak didik; iii.
tidak mengandung unsur asusila, kekerasan, dan percintaan
46. Wellek, Rene dan Austin Warren. 2013. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
sepasang
kekasih;
DAFTAR RUJUKAN Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kosasih. 2014. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: CV Yrama Widya. Misdan, Undang. 1996. Telaah Buku Teks dan Kurikulum. Modul 1-6. Jakarta: Karunika. Parmini, dkk. “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata.” E-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2014): 1—10. Sumardjo, Jakob. 1992. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920—1977. Bandung: Penerbit Alumni. Sutresna. 2006. Modul Prosa Fiksi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Tarigan, Djago dan H. G. Tarigan. 2008. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Unsriana, Linda. 2007. “Nilai-Nilai Didaktis dalam Dongeng Anak Jepang.” Jurnal Lingua Cultura (2007): 34— 22
Jurnal Bina Bahasa Vol.5 No.14, Desember 2016:1 -22