JURNAL
NILAI PENDIDIKAN DAN NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DI KABUPATEN NGANJUK SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH
THE VALUE OF EDUCATION AND LOCAL WISDOM OF FOLKLORE IN NGANJUK AND ITS RELEVANCE TO LITERATURE LEARNING AT SCHOOL
Oleh: AJENG AYU WIDYASARI 12.1.01.07.0003
Dibimbing oleh : 1. Dr. Sujarwoko, M.Pd 2. Drs. Sardjono, M.M
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONEISA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2017
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap
: Ajeng Ayu Widyasari
NPM
: 12.1.01.07.0003
Telepun/HP
: 085608654482
Alamat Surel (Email)
:
[email protected]
Judul Artikel
: Nilai Pendidikan dan Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat di Kabupaten Nganjuk serta Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di Sekolah
Fakultas – Program Studi
: FKIP- Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Nama Perguruan Tinggi
: Universitas Nusantara PGRI Kediri
Alamat Perguruan Tinggi
: Jalan K.H. Ahmad Dahlan. No: 76 Kota Kediri
Dengan ini menyatakan bahwa : a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas plagiarisme; b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggungjawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mengetahui,
Kediri,
Januari
2017
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 1||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
NILAI PENDIDIKAN DAN NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DI KABUPATEN NGANJUK SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH Ajeng Ayu Widyasari 12.1.01.07.0003 FKIP - PBSI
[email protected] Dr. Sujarwoko, M.Pd dan Drs. Sardjono, M.M. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi bergesernya tradisi bercerita di masyarakat yang digantikan dengan tayangan televisi yang sekadar berisi hiburan dan kurang nilai pendidikannya. Selain itu, pembelajaran cerita rakyat pada sekolah di Nganjuk dan di luar Nganjuk belum kontekstual. Sekolah memanfaatkan cerita rakyat dari luar daerahnya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan struktur cerita rakyatdi Kabupaten Nganjuk yang meliputi: tema, alur, tokoh dan penokohan, latar dan amanat, (2) mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang meliputi: nilai etika dan moral, nilai budi pekerti, nilai keteladanan dan kepahlawanan, dan nilai religius dalam cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk, (3) mendeskripsikan nilainilai kearifan lokal yang meliputi: nilai kepemimpinan, nilai pengabdian, nilai tradisi dan kebudayaan, dan nilai sosial dalam cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk, dan (4) mendeskripsikan relevansi cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk dengan pembelajaran sastra di sekolah. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif deskriptif. Data dan informasi dikumpulkan melalui informan, benda-benda fisik, dan dokumen yang dideskripsikan secara cermat dan analitis. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Validasi data dilakukan dengan triangulasi dan dipertegas melalui informant review. Selanjutnya, data dianalisis secara struktural dan interaktif. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) struktur cerita rakyat Desa Pakuncen atau Masjid Makam, Masjid Al-Arfiyah, dan Candi Lor terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk memiliki isi dan tema yang hampir sama, yaitu mengisahkan asal mula suatu tempat. Alur pada umumnya alur maju. Tokoh yang dominan cerita berupa manusia yang mempunyai kekuatan lebih dan berwatak baik. Latar tempat mudah ditemukan dalam cerita daripada latar lainnya. Semua cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk mengandung sejumlah amanat. (2) nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk yang meliputi nilai etika dan moral, nilai budi pekerti, nilai keteladanan dan kepahlawanan, dan nilai religius tercermin dalam sikap, mental, dan perbuatan tokoh utama. (3) nilai-nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk yang meliputi nilai kepemimpinan, nilai pengabdian, nilai tradisi dan kebudayaan, dan nilai sosial dapat dijadikan pedoman hidup. (4) Pembelajaran cerita rakyat Nganjuk cocok dimanfaatkan sebagai bahan ajar SMA di Nganjuk karena bobot materinya lebih kompleks.
KATA KUNCI : Cerita Rakyat, Nilai Pendidikan, Nilai Kearifan Lokal
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 2||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
I. LATAR BELAKANG Budaya adalah suatu cara hidup
maupun individu di sekitar kita), enkulturalisasi (proses mempelajari dan
yang berkembang dan dimiliki bersama
menyesuaikan alam pikiran seseorang
oleh sebuah kelompok masyarakat yang
dengan adat istiadat, sistem soisal, dan
diwariskan secara turun temurun. Wujud
peraturan hidup dalam kebudayaan).
kebudayaan menurut Koentjaraningrat
Kearifan lokal merupakan strategi
(2000:5) meliputi: 1) kompleks ide-ide,
menyelesaikan persoalan-persoalan ke-
gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
hidupan yang berbasik lokal. Kearifan
peraturan dan sebagainya, 2) kompleks
lokal dapat berupa nilai, norma, kebiasaan,
aktivitas dan tindakan berpola dari
kelembagaan, pranata, tradisi yang mampu
manusia dalam masyarakat, dan 3) benda-
memberikan kontribusi pada per-damaian
benda hasil karya manusia. Dari wujud
dan ketentraman masyarakat. Meskipun
kebudayaan tersebut apabila dirinci
bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung
terdapat unsur- unsur kebudayaan, yang
di dalamnya dianggap sangat universal.
meliputi: 1) bahasa; 2) organisasi sosial;
Orang Jawa merupakan bagian
3) sistem mata pencaharian hidup; 4)
masyarakat Indonesia dan Masyarakat
sistem pengetahuan; 5) sistem peralatan
Internasional memiliki nilai-nilai kearifan
dan teknologi; 6) sistem religi, dan 7)
lokal. Kultur masyarakat Jawa yang kental
kesenian (Koentjaraningrat, 2000:2).
dengan “kejawen” memiliki arti segala
Bahasa, sebagaimana juga budaya
sesuatu yang berhubungan dengan Jawi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
atau Jawa dalam hal ini orang Jawa, dalam
dari diri manusia sehingga banyak orang
segala sendi kehidupan merupakan
cenderung menganggapnya diwariskan
sumber-sumber kearifan lokal. Kultur
secara genetis. Ketika seseorang berusaha
Jawa, berarti juga melingkupi bagaimana
berkomunikasi dengan orang yang berbeda
orang Jawa itu bertingkah polah menjalani
budaya dan menyesuaikan perbedaan-
hidup. Karena berupa kultur, “kejawen”
perbedaannya, membuktikan bahwa
juga melingkupi pola pikir serta sikap dan
budaya itu dipelajari serta memiliki nilai.
pola kehidupan orang Jawa. Pola-pola
Seiring dengan perkembangan
seperti andhap asor (santun), tepa selira
masyarakat, kebudayaan mengalami
(tenggang rasa), menghormati orang
dinamika yang terus berubah. Perubahan
lain,guyub dan suka menolong, bersahaja,
tersebut melalui, internalisasi (penanaman
hidup dalam harmoni, serta mendekat
kebiasaan sejak lahir), sosialisasi (proses
dengan alam termasuk di dalamnya.
mempelajari tindakan dari masyarakat Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 3||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Cerita rakyat sangat kaya dengan nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal (lokal wisdom) adalah produk budaya
peristiwa-peristiwa yang ada, karakter tokoh, hubungan antar tokoh, dan lain-lain. Untuk mengangkat cerita rakyat
masa lalu yang dipercaya dapat memberi
menjadi materi ajar dalam pembelajaran
kontribusi terhadap terciptanya kehidupan
bahasa dan sastra Indonesia, diperlukan
yang damai dan tenteram. Sebagai produk
pengkajian atau penelitian secara objektif .
kearifan lokal. Namun, potensi lokal
Selain itu agar cerita rakyat dapat masuk
tersebut masih terabaikan dan belum
menjadi materi ajar perlu juga pengkajian
tersentuh oleh pemerintah daerah karena
unsur-unsur nilai-nilai pendidikan. Nilai-
rendahnya pengetahuan pengelolaan
nilai pendidikan yang ada dalam cerita
terhadap bidang sosial budaya.
rakyat tersebut akan dikaji sehingga
Dengan demikian sangatlah perlu untuk menumbuhkembangkan kesadaran dan upaya mengenalkan secara terus
ditemukan simpulan layak tidaknya digunakan sebagai bahan ajar. Di Kabupaten Nganjuk tradisi lisan
menerus sastra tradisional daerah dan nilai-
berupa cerita rakyat tersebar di berbagai
nilai yang yang terkandung di dalamnya
tempat. Ada sejarah berdirinya Nganjuk,
kepada generasi mendatang. Untuk
ada kehadiran tokoh di suatu tempat, ada
mendalami dan mengenalkannilai-nilai
pula kisah berdirinya sebuah tempat
yang terkandung dalam cerita rakyat dapat
tinggal, ada sebuah nama seseorang tokoh
melalui berbagai kegiatan pembelajaran
karena kesaktiannya. Cerita rakyat ini
bahasa dan sastra di sekolah yaitu kisah
masih berkembang dan sebagian
bertutur, membaca cerita, bercerita,
masyarakat dan diwariskan secara turun
mendongeng atau story telling.
temurun dari generasi ke generasi.
Selain mengandung nilai kearifan
Maka dari uraian di atas perlu
lokal, di dalam cerita rakyat terdapat nilai-
dilakukan pengkajian, penilaian, pen-
nilai pendidikan. Nilai dalam sastra dapat
deskripsian secara utuh, inventarisasi, dan
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
identifikasi cerita rakyat di Kabupaten
pada anak-anak, agar mereka sebagai
Nganjuk. Bahkan sangat diharapkan
manusia dan sebagai anggota masyarakat
semakin banyak tulisan dan penerbitan
dapat mencapai keselamatan yang setinggi-
buku agar dapat digunakan sebagai sumber
tinginya. Sama halnya dengan nilai
pengetahuan dan sumber belajar. Hal inilah
kearifan lokal, nilai pendidikan yang ada
yang melatarbelakangi perlunya dilakukan
dalam cerita rakyat dapat dipetik melalui
penelitian cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk. Utamanya penelitian nilai
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 4||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
kearifan lokal dan nilai pendidikan dalam
deskriptif juga sering diartikan sebagai
cerita rakyat.
teknik analisis yang tidak mengadakan “perhitungan” atau hanya menggunakan
II. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian dalam
kata-kata. Dalam penelitian ini, nilai pendidikan dan nilai kearifan lokal cerita
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
rakyat di Kabupaten Nganjuk
kualitatif. Penelitian ini akan
menggunakan analisisis data deskriptif
mendeskripsikan nilai pendidikandan nilai
kualitatif kemusian direlevansikan dengan
kearifan lokal cerita rakyat di Kabupaten
pembelajaran sastra di sekolah.
Nganjuk. Arikunto (2005: 100) menyatakan bahwa metode pengumpulan
III. HASIL DAN KESIMPULAN
data adalah cara-cara yang dapat
1. Hasil Penelitian
digunakan oleh peneliti untuk
a. Struktur Cerita Rakyat di
mengumpulkan data. Data yang diperlukan
Kabupaten Nganjuk
untuk menjawab masalah yang diangkat
Berdasarkan teori-teori yang
peneliti adalah cerita rakyat di Kabupaten
dipaparkan isi cerita rakyat di Kabupaten
Nganjuk. Metode penelitian yang
Nganjuk di analisis berpijak pada tema,
digunakan dalam penelitian ini adalah
alur, tokoh dan penokohan, latar, dan
metode observasi, metode wawancara,
amanat. Isi cerita dari ketiga cerita rakyat
metode tes, dan metode dokumentasi.
di Kabupaten Nganjuk, yaitu pertama,
Instrumen penelitian dalam penelitian ini
cerita desa Pakuncen atau Masjid Makam.
adalah peneliti sendiri. Setelah terkumpul,
Tema cerita Desa Pakuncen atau Masjid
selanjutnya, data dianalisis dengan
Makam merupakan perjuangan Nur Jalipah
menggunakan teknik analisis data.
dalam men-syiarkan agama Islam. Dimulai
Analisis data dalam penelitian kualitatif
ketika Nur Jalipah dengan dua orang
dilakukan sejak sebelum memasuki
saudaranya membuka lahan untuk
lapangan, selama di lapangan, dan setelah
dijadikan masjid. Kemudian berdatangan
selesai di lapangan (Sugiyono, 2010: 245).
penduduk baru hingga pada akhirnya
Dalam penelitian ini, peneliti
tempat tersebut menjadi sebuah desa yang
menggunakan teknik analisis deskriptif
penduduknya memeluk Islam yang taat
kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif
dan berkembang menjadi pondok
adalah suatu teknik menganalisis data
pesantren. Kemudian disusul sampai
dengan cara menginterpretasikan data yang
terbentuknya perjanjian antara Nur Jalipah
diperoleh dengan kata-kata. Teknik
dengan Ngayogyakarta. Alur cerita rakyat
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Desa Pakuncen atau Masjid Makam adalah
an rumah, hingga pada akhirnya ia
alur maju. Tokoh protagonis dalam cerita
meninggalkan Sewulan dan menuju ke
tersebut adalah Nur Jalipah, R.T.
Mojoduwur. Disana ia membangun masjid
Purwodinigrat dan Paku Buwana 1,
sampai akhirnya ia memiliki banyak
sedangkan tokoh tritagonisnya dua orang
murid. Alur cerita ini adalah alur lurus.
saudara Nur Jalipah dan santri-santrinya.
Tokoh dan pe-nokohan dari cerita ini
Latar tempat yaitu Desa Pakuncen yang
adalah tokoh ptotagonis yaitu Kyai Arfiyah
dibangun Nur Jalipah dan di dalamnya
dan Kyai Basjarijah. Tokoh antagonis yaitu
terdapat Masjid Makam. Latar waktu
istri dan ipar-ipar Kyai Arfiyah, sedangkan
dalam cerita tersebut ya itu terjadi pada
tokoh tritagonisnyua adalah murid-murid
tahun 1651 dan tahun 1700. Latar suasana
utusan Basjarijah. Latar tempat dalam
bahagia tejadi pada saat Nur Jalipah
cerita Masjid Al Arfiyah yaitu Sewulan,
berhasil membuka lahan dan lahan tersebut
Desa Kuncir, dan Desa Mojo-duwur. Latar
sangat ramai sampai berubah menjadi
waktu dalam cerita tersebut adalah pada
pondok pesantren. Suasana bimbang
tahun 1726. Latar suasana sedih dalam
terjadi pada saat permaisuri patih RT
cerita tersebut ketika Kyai Arfiyah
Purwodiningrat wafat, timbul masalah
dikucilkan oleh ipar-iparnya dan istrinya
dimana jenasah permaisuri itu harus
bahkan beliau harus meninggalkan
dimakamkan. Amanat yang terdapat dalam
Sewulan. Suasana bahagia ketika Kyai
cerita tersebut adalah berjuang dalam
Arfiyah berhasil mendirikan masjid di
kebaikan itu delalu pasti ada masalah,
Mojoduwur. Amanat dalam cerita ini
namun setiap masalah selalu ada jalan
adalah perjuangan itu dilakukan dengan
keluar, musywarah untuk mencapau
tulus hati dan ikhlas, jika kita memohon
mufakat sangatlah diperlukan dan ikutilah
sungguh-sungguh tuhan akan memper-
petunjuk/nasihat dari orang yang lebih
mudah jalan kita, dan jangan melihat
berpengalaman.
seseorang dari fisiknya, namun hatinya.
Kedua, cerita rakyat Masjid Al
Ketiga, cerita Candi Lor. Tema
Arfiyah. Tema cerita tersebut adalah
cerita Candi Lor adalah perjuangan Mpu
keikhlasan dalam perjuangan ditunjukkan
Sendok untuk membebaskan rakyat anjuk
oleh Kyai Arfiyah yang merupakan
ladang dari penjajahan Kerajaan Melayu.
menantu Basjarijah, seorang Kyai Pondok
Alur cerita ini adalah alur maju. Tokoh
Pesantren di Sewulan Madiun. Karena
protagonis dari cerita ini adalah Mpu
wujud fisiknya yang kurang rupawan
Sendok. Tokoh antagonisnya dalah musuh
Arfiyah harus tinggal sendiri di pekarang-
dari Melayu, sedangkan tokoh tritagonis-
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
nya adalah rakyat Anjuk Ladang. Latar
nya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh
tempat dalam cerita tesebut adalah di
protagonis yaitu tokoh yang mendukung
Anjuk Ladang yang sekarang disebut
cerita. Biasanya ada satu atau dua figur
sebagai Kabupaten Nganjuk. Latar waktu
tokoh protagonis utama yang dibantu oleh
yaitu pada tahun 1364. Latar suasana
tokoh-tokoh lainnya yang terlibat sebagai
tegang terjadi ketika peperangan Mpu
pendukung cerita. Tokoh antagonis, yaitu
Sendok melawan musuh dari Melayu.
penentang cerita. Sedang-kan tokoh
Suasana bahagia terjadi saat Mpu Sendok
tritagonis merupakan tokoh yang
berhasil mengalahkan musuh dari Melayu.
membantu, baik untuk tokoh protagonis
Amanat dari cerita Candi Lor adalah
maupun untuk tokoh antagonis. Sedangkan
pemimpin harus mampu melindungi
karakter atau perwatakan yang muncul dari
rakyat-rakyatnya dan keberhasilan seorang
tokoh tokoh yang ada di cerita rakyat
pemimpin tidak terlepas dari dukungan
Kabupaten Ngan-juk lebih dekat disebut
dari rakyat-rakyatnya.
dengan istilah penokohan.
Dari ketiga cerita rakyat Nganjuk
Pada ketiga cerita rakyat Kabu-
yang menjadi objek penelitian yang dikaji
paten Nganjuk yang dikaji perwatakan
dari struktural maka dapat dijelaskan tema
yang diperankan oleh tokoh berbeda-beda,
dari cerita rakyat Kabupaten Nganjuk
yaitu jujur, ikhlas, sabar, baik, berani,
terjadinya suatu tempat dan perjalanan atau
sombong, dan jahat. Kebenaran ini di-
perjuangan hidup seorang tokoh. Alur yang
dukung oleh teori yang mengatakan bahwa
digunakan dalam cerita rakyat Nganjuk
istilah penokohan merupakan lukisan atau
adalah adalah alur lurus atau maju. Sesuai
gambaran yang jelas tentang seseorang
dengan teori yang dikemukakan oleh
yang ditampilkan dalam sebuah cerita
Waluyo secara umum alur cerita meliputi;
(Nurgiantoro, 2002: 165). Jadi dapat
paparan awal cerita, mulai ada problem,
disimpulkan bahwa penokohan erat
penanjakan konflik, konflik yang semakin
hubungannya dengan watak atau
ruwet, konflik menurun, penyelesaian
perwatakan dari masing-masing tokoh
(2002: 147-148).
dalam cerita.
Tokoh dan penokohan dalam cerita
Berdasarkan hasil kajian cerita
rakayat di Kabupaten Nganjuk dapat
rakyat Kabupaten Nganjuk dapat
diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu
disimpulkan bahwa latar yang digunakan
tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan
dalam cerita adalah latar tempat, suasana,
tokoh tritagonis. Sesuai dengan teori yang
dan latar waktu. Ketiga latar tersebut sama
dituturkan Waluyo berdasarkan peranan-
kuat sehingga jalan cerita rakyat yang
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
disampaikan semakin jelas dan tajam dari
pembaca, generasi muda, dan masyarakat,
awal hingga akhir. Latar merupakan
terutama siswa di lembaga pendidikan.
elemen yang sangat penting dalam
Hal ini tidak jauh berbeda dengan
membentuk sebuah cerita, sebab elemen
ditemukannya nilai budi pekerti dan nilai
tersebut dapat menentukan situasi umum
keteladanan dan kepahlawanan. Di-
dalam sebuah karya sastra.
temukannya nilai-nilai tersebut men-
Cerita rakyat Kabupaten Nganjuk
jadikan bukti bahwa melalui cerita rakyat
menyampaikan amanat yang baik kepada
banyak sekali contoh budi pekerti yang
para pembaca. Amanat yang baik tujuan-
baik dan budi pekerti yang tidak patut
nnya untuk mempengaruhi orang-orang
untuk dicontoh. Ini berarti memberikan
yang menikmati cerita rakyat untuk dapat
teladan bagi para generasi muda.
membuka diri, dan pikirannya memper-
Ditemukannya nilai pendidikan
baiki perilaku dalam kehidupannya.
agama atau religius dalam cerita rakyat di
Amanat dapat digunakan sebagai landasan
Kabupaten Nganjuk tersebut menandai
untuk berbuat baik membedakan mana
bahwa di dalam cerita rakyat tersebut
yang benar dan mana yang salah. Sehingga
terdapat pendidikan dan pengetahuan
dengan amanat baik dari cerita rakyat
tentang agama atau kepercayaan yang
Kabupaten Nganjuk ini dapat membentuk
dianut para tokoh atau masyarakat pada
karakter akhlak dan budi pekerti yang baik
masa lampau. Pendidikan tentang agama
bagi masyarakat.
tersebut dapat diketahui dari kedudukan
b. Nilai Pendidikan dalam Cerita
para tokoh dalam cerita, usaha-usaha
Rakyat di Kabupaten Nganjuk Ditemukannya nilai pendidikan
penyebarannya agama tertentu oleh para tokoh, dan kegiatan-kegiatan para tokoh
moral dalam ketiga cerita rakyat
sebagai manifestasi keimanannya kepada
Kabupaten Nganjuk tersebut menandai
Tuhan. Melalui ajaran agama dan kegiatan-
bahwa di dalam cerita rakyat tersebut
kegiatan yang berkaitan dengan agama
terdapat pendidikan atau ajaran tentang
atau kepercayaan yang ada dalam cerita
kebaikan. Ajaran tentang kebaikan ini
rakyat tersebut dapat diambil nilai-nilai
dapat diambil dari karakter dan kehidupan
positifnya secara selektif. Artinya, para
tokoh-tokoh ceritanya. Ajaran moral
pembaca dapat memilah dan memilih
tentang kebaikan dalam cerita rakyat
ajaran-ajaran yang tidak menyimpang
tersebut selanjutnya dapat disampaikan
dari prinsip-prinsip umum yang ada di
untuk memberikan keteladanan bagi
dalam agama yang diikuti oleh pembaca.
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Untuk dapat memahami dan
yang terdapat dalam cerita rakyat
mendalami nilai-nilai pendidikan yang ada,
Kabupaten Nganjuk antara lain: nilai
maka seseorang perlu membaca ceritanya
kepemimpinan, nilai pengabdian, nilai
secara lengkap dan penuh penghayatan.
tradisi dan kebudayaan, dan nilai sosial.
Selanjutnya, diharapkan cerita rakyat di
Dari cerita rakyat di Kabupaten
Kabupaten Nganjuk dapat dipilih sebagai
Nganjuk tersebut mengandung nilai-nilai
materi ajar sastra di sekolah.
kepemimpinan, menghormati kepada yang
c. Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita
lebih tua, nilai pengabdian kepada yang
Rakyat di Kabupaten Nganjuk
lebih tua, nilai tradisi dan kebudayaan,
Dari pengkajian yang mendalam
serta nilai-nilai sosial. Nilai-nilai positif
terhadap cerita rakyat Kabupaten Nganjuk,
itulah yang layak dilestarikan dan di-
membuktikan bahwa kelima cerita rakyat
kembangkan kepada generasi mendatang.
tersebut mengandung nilai-nilai kearifan
Kita tidak boleh melupakan akar budaya
lokal. Berdasarkan pengkajian yang
yang telah ada karena nilai-nilai budaya
dilakukan, nilai kearifan lokal dalam cerita
tersebut mengandung nilai-nilai yang
rakyat Kabupaten Nganjuk dapat dijadikan
sangat luhur yang perlu dilestarikan. Itulah
bahan keteladanan bagi masyarakat. Nilai
alasan kearifan lokal perlu terus digali.
keteladanan dapat diambil dari karakter
Nilai kearifan lokal sebagaimana dalam
tokoh dan penokohannya, alur cerita,
cerita rakyat Kabupaten Nganjuk, ajaran
amanat yang disampaikan, dan nilai-nilai
dan filsafat hidupnya tidak kalah dengan
kearifan lokal yang terkandung dalam
ajaran dari budaya asing.
cerita rakyat.
c. Relevansi Cerita Rakyat dengan
Bertolak dari penjelasan di atas, di dalam cerita rakyat Kabupaten Nganjuk
Pembelajaran Sastra di Sekolah Nilai-Nilai tersebut sangat relevan
terdapat berbagai nilai kearifan lokal yang
dengan pembelajaran sastra sebagai bahan
dapat diteladani atau dijadikan cermin.
materi alternatif dan pengayaan yang
Dengan meyakini, menjunjung tinggi, dan
terdapat dalam standar kompetensi aspek
meneladani nilai kearifan lokal yang
mendengarkan. Berdasarkan penelitian,
terdapat dalam cerita rakyat dapat diguna-
kurikulum waktu mata pelajaran bahasa
kan sebagai penyampai pesan moral di
dan sastra Indonesia sangat sedikit pada
suatu kelompok atau masyarakat. Nilai
bagian apresiasi sastra. Kelebihan cerita
kearifan lokal juga dapat membangun
rakyat Kabupaten Nganjuk sebagai materi
manusia seutuhnya baik secara perorangan
pembelajaran sastra apabila keteladanan itu
maupun kolektif. Nilai kearifan lokal yang
disampaikan kepada siswa, kemudian
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
simki.unpkediri.ac.id || 9||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
siswa memahami dan menjalankan dengan
utama. (3) nilai-nilai kearifan lokal dalam
baik, maka siswa akan memiliki landasan
cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk yang
yang kuat di masa depan. Dapat disimpul-
meliputi nilai kepemimpinan, nilai peng-
kan bahwa relevansi cerita rakyat di
abdian, nilai tradisi dan kebudayaan, dan
Kabupaten Nganjuk dalam struktur dengan
nilai sosial dapat dijadikan pedoman hidup.
nilai pendidikan dan kearifan lokal dapat
(4) Pembelajaran cerita rakyat Nganjuk
dimanfaatkan sebagai bahan ajar atau
cocok dimanfaatkan sebagai bahan ajar
materi pembelajaran bahasa dan sastra
SMA di Nganjuk karena bobot materinya
Indonesia di SMA dan berfungsi mem-
lebih kompleks.
bentuk karakter anak bangsa yang kritis, cerdas, bermoral, berbudi luhur,
IV. DAFTAR PUSTAKA
berbudaya, dan santun berbahasa.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
2.
Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian ini
adalah (1) struktur cerita rakyat Desa Pakuncen atau Masjid Makam, Masjid AlArfiyah, dan Candi Lor terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk memiliki isi dan tema yang hampir sama, yaitu mengisahkan asal mula suatu tempat. Alur pada umumnya alur maju. Tokoh yang dominan cerita berupa manusia yang mempunyai kekuatan lebih
Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta Danandjaya, James. 1997. Folkor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Gramedia Desmawanti, Rosa. 2015. Nilai Pendidikan dan Nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Kabupaten Sumbawa NTB (Relevansi Pembelajaran Sasrtra di SD). Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surakarta: UNS.
dan berwatak baik. Latar tempat mudah ditemukan dalam cerita daripada latar lainnya. Semua cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk mengandung sejumlah amanat. (2) nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat di Kabupaten Nganjuk yang meliputi nilai etika dan moral, nilai budi pekerti, nilai keteladanan dan kepahlawanan, dan nilai religius tercermin dalam sikap, mental, dan perbuatan tokoh
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Djamaris, Edwar. 2003. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta: Balai Pustaka. Endraswara, Suwardi. 2003. Etika Hidup Orang Jawa: Pedoman Beretika dalam Menjalani Kehidupan Sehari-hari. Yogyakarta: Penerbit Narasi. ---------. 2013. Folkor Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta: Ombak. simki.unpkediri.ac.id || 10||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah Universitas Press. Hasan, Said Hamid. 2010. Pengembangan Pendidikan dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Haviland, William A. 2003. Antropologi. Jakarta: Erlangga. Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Bangsa. Jakarta: Yuma Pustaka. Jabrohim. 2001. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kasnadi, Sutedjo. 2010. Kajian Prosa: Kiat Menyisir Dunia Prosa. Ponorogo: P2MP Spectrum. Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan,
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudi, Yatmana. 2000. Membangkitkan Semangat Budi Pekerti Luhur. Kanwil Depdiknas Provinsi Jawa Tengah. Sudjiman, Panuti. 1996. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.
Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: Grafindo. Miles, Matthew B. dan Hubberman. 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohedi. Jakarta: UI Press. Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rosda Karya Offset. Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sugiyono. 2012. Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suliyanto. 2010. Cerita Rakyat di Kabupaten Wonogiri (Kajian Struktural dan Nilai Pendidikan). Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Surakarta: UNS. Suprapto. 2014. Struktur dan Nilai Budaya Berbasis Kearifan Lokal Cerita Rakyat Kabupaten Ponorogo serta Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Sastra Indonesia. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surakarta: UNS. Tarigan, H.G. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A.1988. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka Jaya. simki.unpkediri.ac.id || 11||
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri
--------- 2003. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi, 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi dan Pengkajian Fiksi. Salatiga: Widya Sari Press.
Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Warsito. 2011. Kajian Struktural dan Nilai Pendidikan Folklore di Kabupaten Magetan. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Surakarta: UNS.
Ajeng Ayu Widyasari | 12.1.01.07.0003 FKIP – Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Zubaedi. 2004. Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka
simki.unpkediri.ac.id || 12||