KAJIAN MORFOMETRI DANAU PONDOK LAPAN DESA NAMAN JAHE KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT (MORPHOMETRY STUDY OF PONDOK LAPAN LAKE DESA NAMAN JAHE KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT) Muhammad Ma’rufi1), Yunasfi2), Ahmad Muhtadi2) 1)
Program Studi Menajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (E-mail :
[email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Menajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT
Morphometry and water quality are primary data to assessing the potential of the lake. Morphometry data of lake is need in determining the lake’s layers and also determine the ability to use by people. Pondok Lapan Lake is an artificial lake which located in Langkat. The purpose of this study was to determine the morphometric of aspects Pondok Lapan Lake and determine the capacity that might be. The research was conducted from January until March 2015. Data collection were performed in this research that were depth, stream flow, and around the lake are processed using ArcView. From the results, the lake morphometric aspects of wide Pondok Lapan Lake is around 63.472,78 m², the maximum length of 548,28 m, 220,23 m maximum width, circumference 2.200,83 m, maximum depth of 4.15 m, with a sloping bottom waters and shape of the lake bottom surface is irregular. And the capacity of the Pondok Lapan Lake which can be used by the public is 153.484,43 m³ of water volume, stream flow around 12.963,456 m³/day-14.111,712 m³/day, Recidance time of water about 11-12 days, the brightness of the water approximately 0,965 m – 1,056 m with a depth of compensation approximately 2,612 - 2,858 m Keywords : Pondok Lapan Lake, lake morphometry, lake capacity PENDAHULUAN Jenis-jenis perairan yang ada di daratan dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan tergenang (lentik). Perairan mengalir sangat dipengaruhi arus air. Perairan yang tergenang sangat dipengaruhi oleh kedalamannya. Perairan tergenang termasuk danau, rawa, situ, waduk, bendungan dan telaga. Perbedaannya pada kedalaman, luas perairan, serta adanya stratifikasi di perairan tergenang. Untuk mengetahui perbedaan karakter tersebut, biasanya dilakukan pengamatan keadaan morfometrinya. Data morfometri sangat diperlukan dalam menentukan lapisan danau dan dapat juga mengetahui seberapa besar
kemampuan danau dalam pemanfaatan oleh manusia. Gambaran morfometri dan kualitas air merupakan data awal dalam potensi danau. Aspek morfometri berguna untuk mengetahui terjadinya pendangkalan dan beberapa indeks tingkat kesuburan perairan. Informasi mengenai morfologi baik kedalaman hingga waktu tinggal air berguna untuk mengetahui status perairan tersebut. Data morfometri akan memberikan informasi berupa kedalaman perairan, luas perairan, bentuk danau, penetrasi cahaya, perkembangan danau, dan lain-lain. Dari informasi tersebut akan didapat data mengenai keadaan danau yang akhirnya akan dipergunakan untuk mengelola
perairan sehingga pemanfaatan perairan akan berkelanjutan. Danau Pondok Lapan adalah sebuah danau buatan yang terdapat di Kabupaten Langkat. Danau ini terletak pada koordinat U dan . Danau Pondok Lapan terletak di antara perkebunan sawit milik negara dan juga swasta. Melihat fungsi dan manfaat Danau Pondok Lapan, keberadaanya kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini karena danau ini dibuat untuk pengairan atau irigasi pertanian. Namun masyarakat sekitar tidak memiliki kemauan untuk bertani, mereka lebih memilih untuk berkebun seperti sawit dan karet. Data-data tentang danau tersebut sangatlah terbatas. Sehingga dibutuhkan kajian morfometri mengenai danau tersebut. Selanjutnya akan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang akan datang. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015 di sekitar perairan Danau Pondok Lapan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini GPS, meteran berpemberat, alat tulis, perahu, bola duga dan stopwatch. Bahan yang digunakan adalah ArcView dan Surver8 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan (Observasi) maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Data morfometri yang didapat dari lapangan meliputi data kedalaman dan keliliing danau. Data sekunder diambil dari Peta Rupa Bumi Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial instansi
terkait. Penentuan stasiun pengambilan data dengan metode purposive sampling dilakukan pada outlet danau, bagian pinggiran danau yang bersudut, tenagah danau, dan keliling danau. Prosedur Penelitian Morfometri Langkah kerja awal dalam pengambilan data morfometri yaitu menentukan tempat untuk pengambilan data. Kemudian pengukuran dimensi permukaan dilakukan dengan cara mengelilingi pinggiran danau dengan menggunakan alat Global Positionong System (GPS). Pengukuran dimensi bawah permukaan dilakukan dengan cara mengukur kedalaman dengan tali pemberat berskala dibantu menggunakan kapal kecil. Menurut Lawnizack, dkk. (2011) menyatakan bahwa untuk mebuat gambar spasial dari dasar danau, harus dilakukan dengan mengukur batimetri danau dengan 20 lintasan lurus dari berbagai sektor termasuk koordinatnya. Dimulai dari satu sisi kesisi lainnya. Dicatat kedalaman setiap tempat, nilai ini menjadi kontur dasar danau yang dihubungkan dengan garis hayal kedalaman yang sama hingga presisi. Ini digunakan untuk menghitung volume air danau serta laju pendangkalan. Hitung luas dengan planimeter Mengukur debit outlet dengan menggunakan bola pelampung. Analisis Data Morfometri Aspek morfometri dibedakan atas dimensi permukaan dan dimensi bawah permukaan. Dimensi permukaan (Surface dimension) 1. Panjang maksimum (Lmax dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan mengukur jarak terjauh antara dua titik pada tepi danau. 2. Panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan mengukur jarak terjauh antara dua titik di tepi permukaan danau.
3. Lebar maksimum (Wmax dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan mengukur jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau yang ditarik tegak lurus terhadap Lmax. 4. Lebar maksimum efektif (We dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan mengukur jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau ditarik tegak lurus terhadap Le. 5. Luas permukaan (Ao dinyatakan dalam Ha, Km2 atau m2) merupakan luas wilayah permukaan danau, nilainya akan bervariasi tergantung pada musim. Pengukuran luas permukaan dari peta battimetri menghitung luas polygon dengan menggunakan program ArcView. 6. Lebar rata-rata (W dinyatakan dalam meter) merupakan rasio antara luaspermukaan danau (Ao dalam m2) dengan panjang maksimum (Lmax dalammeter) (Hariyadi dkk, 1992).
7. Indeks perkembangan garis tepi (SDI, tanpa satuan) menggakan hubungan antara SL dengan luas permukaan. Perhitungan SDI dalam bentuk persamaan (Hariyadi dkk, 1992). √
Keterangan : SDI > 1 : Bentuk badan perairan tidak beraturan SDI ≤1 : Bentuk badan perairan beraturan
8. Panjang garis keliling danau (shore line/SL dinyatakan dalam meter) dapat diukur dari peta batimetri dengan menggunakan software ArcView.
Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension) 1. Kedalaman rata-rata (Z dinyatakan dalam meter) volume dibagi dengan luas permukaan :
2. Kedalaman maksimum (Zm dinyatakan dalam meter) merupakan kedalaman danau pada titik terdalam. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tali berskala dengan diberikan pemberat dibawahnya dan secara tidak langsung dapat dibaca pada kontur kedalaman peta battimetri. 3. Kedalaman relatif (Zr dinyatakan dalam meter) adalah rasio antara Zm dengan diameter rata-rata permukaan danau. Perhitungan kedalaman relatif dalam bentuk persamaan (Hariyadi dkk, 1992): √ √
Keterangan: Zr < 2% : mudah mengalami pengadukan Zr ≥2% : tidak mudah mengalami pengadukan. 4. Perkembangan volume danau (Volume Development/VD tanpa satuan) merupakan ukuran yang menggambarkan bentuk dasar danau secara umum. Perhitungan perkembangan volume danau dalam bentuk persamaan (Hariyadi dkk, 1992).
Keterangan : Ao : Luas permukaan air (m2) Z : Kedalaman rata-rata (m) Zm : Kedalaman maksimum (m) Apabila nilai VD > 1 maka dasar perairan relatif rata. Jika nilai VD ≤ 1 makadasar perairan berbentuk seperti kerucut. 5. Volume total air Danau (V dinyatakan dalam m3) merupakan perkalian antara luas permukaan (m2) dengan kedalaman rata-rata (m). Ditentukan oleh asumsi bahwa pada umumnya danau berbentuk kerucut dengan volume total danau merupakan penjumlahan dari setiap lapisan/kontur. Vtot = ∑
√
6. Debit dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/ detik. Q=AxV Keterangan : Q : Debit Air (m3/ detik) A : Luas penampang saluran air (m2) V : Kecepatan arus (m/ detik)
Dimensi Bawah Permukaan Hasil pengukuran secara langsung didapatkan hasil bahwa volume air danau 153.484,43 m3, debit air yang keluar adalah 12.963,456 m3/hari – 14.111,712 m3/hari. Kedalaman maksimum yang tercatat adalah 4,15 m, waktu tinggal air sekitar 11-12 hari dan kemiringan rata-rata 7,35%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
7. Residence time (RT) atau waktu tinggal air satuannya dalam jam atau hari. Perhitungan sebagai berikut:
Parameter Fisika Nilai TSS secara berturut-turut berdasarkan waktu adalah 6,75 mg/L, 17,75 mg/L, dan 30,5 mg/L. Nilai TDS yang didapat dari pengambilan data berdasarkan waktu adalah 423,88 mg/L, 20,22 mg/L, dan 236,75 mg/L. Nilai kecerahan cahaya berdasarkan waktu adalah 1,056 m, 1,055 m, dan 0,965 m. Data parameter fisika yang diperoleh dapat diluhat pada Tabel 3. Hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan software ArcView dapat dilihat pada Gambar 3, dan layout kedalaman batimetri secara 3D yang menggunakan software Surfer 8 dapat dilihat pada Gambar 4.
Keterangan ; Vtot = Volume total (m3) Qrat = Debit rata-rata (mV/detik) 8. Kemiringan rata-rata (Mean Slope), dapat menggambarkan luas tidaknya perairan yang dangkal : ̅
( ⁄ ⁄
)
Keter:angan : ̅ = Kemiringan rata-rata (%) L = Panjang garis keliling dari masingmasing kontur (m) n = Jumlah kontur pada peta Dm = Kedalaman maksimum (m) Ao = Luas permukaan ( ) 9. Morpho Edaphic Index (MEI) yaitu parameter yang umum dipakai untuk memprediksi potensi hasil suatu perairan dengan rumus sebagai berikut :
MEI = Hasil Dimensi Permukaan Dari hasil pengukuran di lapangan secara langsung didapatkan luas permukaan danau adalah 63.472,78 m2, panjang maksimum 548,28 m, lebar maksimum 220,23 m serta keliling danau 2.200,83 m. Data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
Pembahasan Dimensi Permukaan Panjang maksimal Danau Pondok Lapan adalah 548,28 m dan lebar maksimalnya adalah 220,23 m. Panjang efektif dan lebar efektif danau memiliki nilai yang sama karena didanau tidak adanya pulau atau daratan di dalam danau tersebut. Bila ada pulau maka panjang efektif akan berbeda dengan panjang maksimum. Menurut Haryadi, dkk., (1992) bahwa panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) merupakan panjang permukaan danau maksimum tanpa melintasi pulau atau daratan yang mungkin terdapat didanau.
Luas permukaan danau yang didapat dari hasil pengukuran menggunakan Arcview adalah 63.472,78 m² atau 6,347278 Ha. Kedalaman rata-rata 2,42 m dan
kedalaman maksimum sebesar 4,15 m. Danau dengan kedalaman kurang dari 10 meter merupakan danau yang tergolong danau dangkal. Berdasarkan literatur
Tabel 1. Data Dimensi Permukaan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Parameter Panjang Maksimal (Lmax) Panjang Efektif (Le) Lebar Maksimal (Wmax) Lebar Efektif (We) Luas Permukaan (Ao) Lebar rata-rata (W) Indeks Perkembangan Danau (SDI) Panjang Keliling Danau (Sl)
Satuan M M M M m² m
Nilai 548,28 548,28 220,23 220,23 63.472,78 115,77 4,93 2.200,83
m
Tabel 2. Data Dimensi Bawah Permukaan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Parameter Kedalaman Rata-Rata (Z) Kedalaman Maksimal (Zm) Kedalaman Relatif (Zr) Perkembangan Volume Danau (VD) Volume Total (Vtot) Debit Air (Q)
7. Residence Time (RT) 8. Kemiringan Rata-Rata 9. Morpho Endaphic Index (MEI)
10. Kedalaman Kompensasi (Zc)
Bulan
Jan Feb Mar
Jan Feb Mar Jan Feb Mar
Satuan m m % m³ m³/hari
hari % µmhos/cm²
m
Nilai 2,42 4,15 1,40 1,75 153.484,43 12.963,46 14.111,71 13.136,26 11-12 7,35 0,18 0,19 1,94 2,86 2,86 2,61
Tabel 3. Data Parameter Fisika No.
Parameter
Satuan
1. 2. 3. 4.
TSS TDS Kecerahan Konduktifitas
mg/L mg/L M µmhos/cm
Nilai Januari
6,75 423,88 1,06 43,20
Februari
17,75 20,22 1,06 45,00
Maret
30,50 236,75 0,97 466,75
Sulastri (2003) bahwa dalam bidang limnologi, situ termasuk kedalam perairan lentik dan dangkal. Perairan situ memiliki ukuran dan kedalaman yang bervariasi yakni mulai dari kedalaman 1 sampai 10 meter dan luas mulai dari 1 Ha sampai 160 Ha. Nilai SDI danau sebesar 4,93 dengan panjang garis keliling danau 2.200,83 m. Semakin besar nilai menyatakan bahwa bentuk danau tidak beraturan. Panjang garis keliling dan nilai SDI akan menentukan besaran nutrien yang masuk. Semakin panjang garis keliling danau dan nilai SDI yang semakin besar maka semakin besar pula masukan yang diterima oleh danau. Menurut Wetzel (1983) menyatakan bahwa indeks perkembangan garis pantai (Shore Line Development Index / SDI) dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat produktivitas suatu perairan, jika semakin besar nilainya maka perairan tersebut semakin subur. Jika nilai SDI ≤ 1, maka
danau berbentuk lingkaran teratur. Nilai SDI antara 1 - 2 danau berbentuk subcircular atau elips, dan jika SDI > 2 maka danau tersebut tidak beraturan. Tingkat produktivitas perairan tersebut sangat berkaitan dengan semakin tidak beraturannya bentuk danau sehingga semakin banyak bagian yang berteluk dan berhubungan dengan daratan sehingga kemungkinan masuknya nutrien dari daratan juga akan semakin besar. Danau Pondok Lapan memiliki luas sekitar 6 Ha atau 0,06 Km2 dan volume 153.484,43 m3 . Dengan luas dan volume danau tersebut, dapat dikatakan bahwa, danau Pondok Lapan memiliki ukuran yang sangat kecil. Kedalaman dan volume sangat mempengaruhi faktor kimia dan fisika di perairan dan dapat menentukan kualitas air. Menurut Straskraba dan Tundisi (1999) menyatakan kedalaman danau memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas air.
Gambar 3. Peta Batimetri Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian
Gambar 4. Layout Batimetri 3D Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Bagian yang penting lainnya adalah kedalaman relatif, luas area dan angin yang terdapat diarea tersebut. Hal ini karena faktor-faktor ini mempengaruhi pengadukan di danau. Hal ini disebut dengan danu air dangkal, yang pengadukannya sangat dipengaruhi oleh angin, dan danau air dalam, yang pengadukan tidak terlalu menentukan sehingga adanya stratifikasi masa air. Penggolongan danau (berdasarkan luas dan volume) yaitu, sangat kecil (<1 Km2 dan <106 m3), kecil (1-102 Km2 dan 106 – 108 m3), sedang (102-104 Km2 dan 108 – 1010 m3), dan luas (104-106 Km2 dan 1010 – 1011 m3). Dimensi Bawah Permukaan Kedalaman rata-rata, kedalaman maksimum dan kedalaman relatif berturutturut adalah 2,42 m, 4,15 m dan 1,40%. Dengan kedalaman seperti ini maka danau dapat dikatakan sebagai danau dangkal. Nilai kedalaman relatif ini menandakan bahwa danau sangat mudah mengalami pengadukan atau upwelling pada saat tertentu. Pengadukan terjadi akibat perubahan suhu yang dapat menyebar dan pengadukan juga dapat disebabkan oleh pengaruh angin dipermukaan sehingga
menggerakkan massa air. Hal ini akan menyebakan perpindahan unsur hara dari dasar perairan ke permukaan. Perpindahan unsur hara akan mempengaruhi kualitas air dan biota perairan. Berdasarkan Wetzel (2001) menyatakan bahwa kedalaman relatif ≤ 2% maka pengadukan akan mudah mengalami pengadukan. Danau dengan kedalaman relatif > 2% maka tidak akan mudah mengalami pengadukan. Perkembangan Volume Danau (VD) memiliki nilai 1,75. Hal ini dapat menggambarkan bahwa dasar perairan danau termasuk kedalam golongan datar atau rata. Dasar danau tidak memiliki bentuk dasar yang perbedaannya begitu besar. Hal ini juga dapat didukung dengan data kemiringan rata-rata yang hanya sebesar 7,35% yaitu kemiringan yang landai. Menurut Syah dan Hariyanto (2013) menyatakan bahwa kemiringan lereng berdasarkan kelas dibagi kedalam lima kelas yaitu datar (0-8%), landai (815%), agak curam (15-25%), curam (2545%), dan sangat curam (>45%). Haryadi, dkk., (1992) menyatakan bahwa nilai perkembangan volume danau ≤1 menyatakan danau berbentuk kerucut dan nilai >1 menyatakan dasar perairan tersebut datar.
Volume danau tersebut sekitar 153.484,43 m³ atau 153.484.430 liter. Dengan debit air yang keluar dari bulan Januari hingga Maret berturut-turut 12.963,456 m³/hari, 14.111,712 m³/hari, 13.136,256 m³/hari. Dari data tersebut, dapat dicari masa tinggal air danau sekitar ± 11-12 hari. Artinya air yang ada di dalam danau akan berganti setiap 11-12 hari. Hal ini juga berhubungan dengan laju pembilasan unsur hara. Unsur hara yang masuk hanya akan bertahan dalam di danau selama 11-12 hari. Dalam waktu tersebut dikatakan cepat dalam laju pembilasan. Sumber air masuk tidak ada sehingga disimpulkan bahwa sumber air berasal dari mata air. Menurut Straskraba dan Tundisi (1999) Hubungan antara tipe danau dan karakteristik pencampuran menunjukan bahwa danau dapat digolongkan berdasarkan kriteria klasifikasi aliran airnya. Kriteria ini dapat ditentukan dengan sistem klasifikasi danau dapat dijelaskan berdasarkan lambatnya aliran air yang keluar dari danau. Hubungan tersebut dapat dibagi kepada tiga kriteria yaitu, yaitu bersarkan masa tinggal air, pengadukan air, dan tingkat trofiknya. Danau dengan Rt <20 hari maka dikatakan cepat, pengadukan sempurna dan plankton dipengaruhi arus. Morpho Endaphic Index (MEI) di danau pada bulan Januari 0,179 µmhos/cm², Februari 0,187 µmhos/cm², dan Maret 1,937 µmhos/cm². Hal ini didapat dari nilai daya hantar listrik yang ada di dalam air. Berturut-turut nilai DHL air danau dari bulan Januari hingga Maret adalah 43,20 µmhos/cm, 45,00 µmhos/cm, 466,75 µmhos/cm. Nilai DHL pada bulan Maret meningkat signifikan karena terjadi hujan deras dan pemupukan beberapa hari sebelum sampling dan menyebabkan terjadinya pembilasan yang membawa ionion di tanah. Ion-ion inilah yang menjadi faktor tinggi atau tidaknya nilai DHL di badan air. Ion yang ada di badan air juga mempengaruhi osmoregulasi pada ikan. Noviyanti (2000) menyatakan bahwa daya hantar listrik menggambarkan kandungan
unsur-unsur terionisasi yang terdapat didalam air. Kesadahan dan DHL mempengaruhi kelayakan hidup ikan dalam suatu perairan. Nilai DHL diatas 500 µmhos/cm ikan mulai mengalami tekanan fisiologis, dan bila nilai DHL 1000 µmhos/cm atau lebih maka ikan tidak dapat bertahan lagi. Dalam perairan batas maksimum ketahanan ikan dapat lebih tinggi lagi yaitu sekitar 2000 µmhos/cm. Batas-batas tersebut hanya berlaku bagi ikan-ikan yang dapat hidup di perairan tawar. Nilai MEI yang didapat dari hasil penelitian tidak mengganggu pertumbuhan ikan. Hal ini dilihat dari hasil tangkapan ikan yang dilakukan warga sekitar. Ikan yang ditangkap setiap hari tidak berkurang. Jumlah dan keanekaragaman ikan yang didapat selalu sama. Menurut Ryder (1965) adapun kisaran nilai MEI yang menyatakan sebagai perairan yang berproduktivitas tinggi adalah 0-30. Tingginya nilai indek MEI menunjukkan banyaknya kandungan zat terlarut dan zat tersuspensi dalam badan air. Keadaan seperti ini mengakibatkan tumbuh tumbuhan perairan menerima cahaya yang sedikit dan intensitas fotosintesis menjadi berkurang, sehingga oksigen yang diproduksi juga berkurang. Hal ini mengurangi kemungkinan organisme untuk bertahan hidup. Tersuspensi dalam air dapat mempengaruhi kehidupan di perairan diantaranya menyumbat insang (saluran pernapasan) ikan dan menghambat pertumbuhan telur atau larva. Senyawa-senyawa yang telah tersuspensi dalam waktu lama dalam perairan dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan telur ikan dan organisme perairan lainnya. Padatan tersuspensi yang terkandung dalam perairan dapat muncul sebagai akibat peristiwa erosi, limbah-limbah industri, perkembangan alga, atau pembongkaran atau penyumbatan limbah perairan.
Parameter Fisika Danau Pondok Lapan hanya menerima masukan dari sekitar danau yang masuk ke dalam danau pada saat hujan turun. Kemudian membilas tanah yang dilewati sehingga membawa segala nutrien dan sisa pupuk perkebunan masuk kedalam tanah. Liu, dkk (2011) menyatakan Kualitas air danau dipengaruhi oleh karakteristik DAS termasuk penggunaan lahan, jenis tanah, geologi permukaan, daerah drainase, topografi, hidrologi, dan iklim. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menggambarkan hubungan antara kualitas air danau dan penggunaan lahan DAS di banyak bagian dunia, seperti Kanada, Amerika Serikat, Inggris, dan Eropa Tengah. Sebagian dari studi ini menunjukkan bahwa beberapa parameter trofik (misalnya, jumlah nitrogen, total fosfor, dan klorofil-A) sangat mempengaruhi danau akibat aktivitas penggunaan lahan DAS. Pertanian dan perkotaan umumnya diidentifikasi sebagai sumber utama masuknya nutrisi dan polutan lain di danau. Seperti pemupukan dan limbah domestik. Nilai TSS dan TDS berturut turut dari Januari hingga Maret adalah 6.75 mg/L, 17.75 mg/L, 30.5 mg/L dan 423.88 mg/L, 20.22 mg/L, 236.75 mg/L. Kecerahan juga sangat dipengaruhi nilai TSS dan TDS. Partikel-partikel yang terlarut dan yang tersuspensi akan mengakibatkan cahaya yang masuk terhalang dan diserap oleh partikel yang ada. Tingginya nilai TSS dan TDS pada bula Maret disebabkan pemupukan lahan pertanian dan hujan yang terjadi beberapa hari sebelum pengambilan data. Air hujan akan membilas tanah yang dilaluinya dan membawa material yang ada di dalam tanah. Menurut Alabaster dan Llyod (1982) padatan tersuspensi total (TSS) merupakan bahan-bahan dalam air yang tertahan dengan saringan milipore 0,45 um. Penyebab nilai TSS yang utama adalah kikisan tanah dan erosi tanah yang terbawa ke badan air. TSS dapat
meningkatkan kekeruhan perairan yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air (kecerahan perairan semakin kecil) dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan. Analisis Pengelolaan Pemanfaatan Danau Pondok Lapan yang telah ada yakni kegiatan memancing. Hal ini dilakukan warga sekitar sebagai hobi dan mengisi waktu luang. Waktu yang dignakan warga untuk memancing adalah pukul 13.00 WIB -18.00 WIB. Pemanfaatan yang pernah ada disana berupa keramba jaring tancap yang berisi ikan nila. Tetapi kegiatan tersebut tidak berjalan lagi. Dalam pengelolaan Danau Pondok Lapan harus memperhatikan beberapa aspek yang penting. Untuk dikelola sebagai sumber air irigasi, pengambilan air tidak boleh melebihi debit air yang keluar secara alami. Perbedaan debit air yang cukup merata menggambarkan bahwa sumber air berasal dari air tanah mengeluarkan jumlah yang tetap konstan. Sehingga volume air di dalam danau tetap. Menurut Rukmana (1997) bahwa kedalaman yang baik bagi Keramba Jaring Apung (KJA) di waduk adalah 5 meter. Sedangkan kedalaman rata-rata danau adalah 2.42 meter, dan bagian yang terdalam adalah 4.15 meter. Sehingga tidak sesuai untuk dimanfaatkan sebagai keramba jaring apung (KJA) dan yang sesuai adalah keramba jaring tancap (KJT). Dan harus melihat dari tempat yang memiliki kedalaman yang sesuai dan harus memperhatikan letak outlet danau. Tempat yang sesuai sekitar 1 - 2 meter dapat dijadikan tempat KJT. Tempat yang landai terdapat pada kedalaman tersebut. Hal lain yang dipertimbangkan adalah kedalaman kompensasi danau yang hanya mencapai 2,858 m. Untuk aktivitas memancing yang telah ada, tidak mengganggu kelestarian danau. Dari ikan yang didapat, jenis ikan dan jumlah yang hampir selalu sama menandakan bahwa kegiatan tersebut tidak
berdampak pada kerusakan ekosisten danau. Sehingga kegiatan ini dapat terus dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Aspek morfometri Danau Pondok Lapan adalah luas danau sekitar 63.472,78 m², panjang maksimum 548,28 m, lebar maksimum 220,23 m, keliling 2.200,83 m, kedalaman maksimum 4,15 m, dengan dasar perairan yang landai dan bentuk permukaan dasar danau yang tidak beraturan. 2. Kapasitas Danau Pondok Lapan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah volume air 153.484,43 m³, debit air sekitar 12.963,46 m³/hari14.111,712 m³/hari, masa tinggal air danau ± 1112 hari, kecerahan air sekitar 0.965 m–1.056 m dengan kedalaman kompensasi sekitar 2,612 m–2,858 m. Saran Dalam penelitian ini, hanya dibahas tentang bentuk dan volume danau. Untuk dapat memanfaatkan danau ini diperlukan penelitian tentang daya dukung perairan. Perhitungan daya dukung dapat digunakan untuk kegiatan perikanan. Perhitungan daya dukung harus sesuai dengan kapasitas dan kedalaman danau.
DAFTAR PUSTAKA Alabaster, J. S. dan R. Llyod. 1982. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Butterworths. London. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Jakarta. Haryadi, S., I. N. N. Suryadiputra dan B. Widigdo. 1992. Limnologi Metoda Analisa Kualitas Air.
Laboratorium Limnologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lawniczak, A. E., A. Choinski, I. Kurzyca. 2011. Dynamics of Lake Morphometry and Bathymetry in Various Hydrological Condition. Adam Mickiewiez University. Poland. Polish J. Environ. Stud. 20(4):931-940. Liu, W., Q. Zhang, dan G. Liu. 2011. Effects of Watershed Land Use and Lake Morphometry on the Trophic State of Chinese Lakes: Implications for Eutrophication Control. Chinese Academy of Sciences. Wuhan. Clean – Soil, Air, Water. 39 (1):35–42. Noviyanti, D. 2000. Beberapa Aspek Limnologis Situ Baru Cibubur Jakarta Timur. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budi Daya dan Prospek Agribisnis. Penerbit Kanisius. Jakarta. Ryder. R. A. 1965. A Method For Estimating The Potential Fish Production Of North-Temperate Lakes. Transactions of the American Fisheries Society 94 : 214-218. Siregar, V. P. dan M. B. Selamat. 2009. Interpolator dalam Pembuatan Kontur Peta Batimetri. Universitas Hasanuddin. Makassar. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 1(1) : 39-47. Stefanidis, K. and E. Papastergiadou. 2012. Relationships Between Lake Morphometry, Water Quality, And Aquatic Macrophytes, In Greek Lakes. University of Patras. Greece. Fresenius Environmental Bulletin 21(10) : 3018-3026.
Straskraba, M. dan J. G. Tundisi. 1999. Guidelines of Lake Menagement Vol. 9. International Lake Environment Committee Foundation. Shiga. Jepang. Sulastri. 2003. Karakteristik Ekosistem Perairan Dangkal. Prosiding Menajemen Bioregional Jabodetabek : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Editor : R. Ubaidillah dan I. Maryanto. Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Bogor. Syah , M. W. dan T. Haryanto. 2013. Klasifikasi Kemiringan Lereng dengan Menggunakan Pengembangan Sistem Informasi Geografis sebagai Evaluasi Kesesuaian Landasan pemukimanberdasarkan UndangUndang Tata Ruang dan Metode Fuzzy. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Teknik Pomits 10(10):1-6. Wetzel, R. G. 1983. Limnology Second Edition. W.B Sounders Company. Philadelphia. Wetzel, R. G. 2001. Limnology Lake and River Ecosystems. Academic Press. California.