Struktur Komunitas Plankton di Danau Pondok Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat (Structure Community Plankton in Pondok Lapan Lakedesa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat) Fahmi Fadhli Rais1), Yunasfi2), Ahmad Muhtadi2) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Univeresitas Sumatera Utara (Email:
[email protected]) 2) Staf Penganjar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Univeresitas Sumatera Utara Abstract In aquatic ecosystems, plankton is a big role in the food chain. This is because the role of plankton as producers (phytoplankton) and first level consumer (zooplankton) in the waters for other organisms that it can be used as a feeding including fish. This research is focused on plankton for structure community and measurement of physical and chemical factors. This research was held in January-March 2015. The method of research is by using purposive random sampling to determine the station's for some intent and purpose. The carrying out of plankton did by using Van Dorn water sampler a modified water sampling and then filtered with a plankton net no. 25. The diversity of plankton in these waters classified as the medium category with H '2.121 value. The types of plankton which found in high abundance is Scenedesmus, Chodatella and Ankistrodesmus. And from the types of zooplankton are Cyclops, Branchionus and Nauplius. Based on its saprobic coefficient is known that these waters classified as moderately polluted by 1,158 value and classified into the phase of βmeso/oligosaprobik. Keywords : Pondok Lapan Lake, Structure Community, Plankton, Saprobik. PENDAHULUAN Danau adalah badan perairan tergenang yang memiliki arus relatif kecil, memiliki inlet dan outlet maupun tidak. Proses terbentuknya danau ada beberapa macam yaitu secara alami maupun buatan. Danau Pondok Lapan merupakan danau yang terbentuk secara buatan. Pada saat sekarang ini kegiatan yang dilakukan di sekeliling danau adalah perkebunan. Danau Pondok Lapan juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai area memancing. Kegiatan yang dilakukan di danau tersebut pasti memiliki pengaruh, baik positif maupun negatif pada lingkungan perairann dalam hal ini organisme perairan
tersebut. Dalam lingkungan perairan, terdapat berbagai macam organisme yang hidup di dalamnya. Mulai dari organisme mikro sampai organisme makro. Kehidupan organisme tersebut saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, termasuk interaksi abiotik dan biotik. Komponen abiotik di perairan diantaranya adalah air, tanah, udara, cahaya matahari dan lain sebagainya. Komponen biotik dalam perairan ada bermacam-macam salah satunya adalah plankton. Plankton merupakan organisme yang hidup di perairan, pergerakannya melayang-layang dipengaruhi oleh arus air. Plankton dibagi menjadi 2 yaitu fitoplankton dan zooplankton. Dengan demikian, melihat fungsi dan peran
plankton yang sangat penting diperlukan kajian tentang Struktur Komunitas Plankton di perairan, dalam hal ini di Perairan Danau Pondok Lapan. Kolkwitz dan Marsson (1902) menyusun konsep “Indikator biologi terhadap tingkat pencemaran perairan” yang mereka namakan “Sistem Saprobik”. Sistem ini digunakan atas zona-zona yang berbeda kandungan organik, dimana masing-masing zona tersebut ternyata ditandai dengan karakteristik spesies hewan dan tumbuhan yang spesifik. Konsep ini didasarkan pada kenyataan, bahwa limbah (limbah organik lainnya) yang masuk ke perairan, maka lama waktu dan persebarannya ternyata akan menimbulkan kondisi lingkungan yang berbeda-beda di dalam perairan (Basmi, 1999). Koefisien saprobik adalah suatu indeks yang erat kaitannya dengan tingkat pencemaran. Hal inilah yang akan mengindikasikan tingkat kualitas air di suatu perairan. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015 di perairan Danau Pondok Lapan Dusun Pulka Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Identifikasi jenis plankton akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sedangkan pengukuran nitrat dan fosfat dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP). Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan air contoh dan identifikasi terhadap plankton adalah plankton net no. 25, GPS (Global Positioning System), ember plastik volume 5 liter, botol film, Secchi disc, termometer, pH meter, botol sampel air, botol sampel BOD5, cool box,
botol Winkler, labu Erlenmeyer, pipet tetes, kamera digital, mikroskop cahaya, SRC (Sedgewick Rafter Count) dengan ukuran panjang 50 mm, lebar 20 mm, dan tinggi 1 mm (memiliki volume 1 ml), kertas label, pipet tetes, tisu, alat tulis, perahu, dan buku identifikasi plankton. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lugol, MnSO4, KOHKI, H2SO4, Na2S2O3, dan Amilum. Buku yang digunakan sebagai pedoman identifikasi plankton adalah Freshwater Needham (1962), Edmondson (1963) dan Mizuno (1979). Analisis Data Perhitungan kelimpahan plankton dilakukan untuk mengetahui berapa besar kelimpahan setiap genus tertentu yang ditemukan selama pengamatan. Nilai kelimpahan fitoplankton dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 𝑛 × 𝐴𝑐𝑔 × 𝑉𝑡 𝑁= 𝐴𝑎 × 𝑉𝑠 × 𝐴𝑠
Keterangan : N : Kelimpahan plankton (sel/l) n : jumlah sel yang teramati (sel) Vs : Volume contoh air yang disaring (l) Acg : Luas penampang permukaan Sedwgwick Rafter Counting Cell (mm2) Aa : Luas amatan (mm2) Vt : Volume air yang tersaring (50 ml) As : Volume konsentrasi dalam Sedgwick Rafter Counting Cell (ml)
Indeks keanekaragaman (H’) menggambarkan keadaan populasi organisme secara matematis agar mempermudah dalam menganalisis informasi jumlah individu masing-masing jenis pada suatu komunitas. Untuk itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n
H’ = -∑ pi ln pi i=1 Keterangan : H’ : Indeks Diversitas pi : Jumlah individu masing-masing jenis (i=1,2,3,…) S : Jumlah jenis ln : Logaritma nature
pi
: Ʃ ni/N (Perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis)
Mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman, yaitu kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin merata penyebaran jumlah individu antar spesies maka semakin besar derajat keseimbangan komunitas, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: H′ E= ′ ; H′ maks = Ln S H maks Keterangan : E H’ Wiener H’max maximum
: Keseragaman : Indeks Diversitas Shannon:
Keanekaragaman
spesies
Untuk mengetahui ada tidaknya, digunakan indeks dominan simpson adalah sebagai berikut: 𝐧𝐢 C = ∑( )2 𝐍 Keterangan : C : Indeks Dominansi Simpson ni : Jumlah Individu Spesies ke i N : Jumlah Individu Semua Spesies Kemiripan habitat antar stasiun berdasarkan kesamaan sifat fisika dan kimia perairan dapat dihitung menggunakan Indeks Similaritas Canberra : Ic = 1 -
𝟏 𝐧
∑𝐧𝐢=𝟏
∣𝐗𝟏 𝐣−𝐗𝟐 𝐣∣ 𝐗𝟏 𝐣−𝐗𝟐 𝐣
Ic = Indeks Similaritas Canberra n = Jumlah Parameter yang Dibandingkan X1j dan X2j = Nilai Parameter ke-i dan kej Pada Daerah yang Berbeda
Kemiripan habitat antar spesies berdasarkan kesamaan individu (Plankton) di perairan dapat dihitung menggunakan Indeks Matrik Canberra: 𝟏
n
C = [∑ 𝐧
i=1
| (| 𝐗𝐢𝐣−𝐗𝐢𝐤 )] 𝐗𝐢𝐣+𝐗𝐢𝐤
Keterangan : C : Perbedaan Koefisien Matrik Canberra antara Sampel j dan k n : Jumlah Spesies dalam Sampel Xij, Xik : Jumlah Individu dalam Spesies i dalam Setiap Sampel Tingkat pencemaran Danau Pondok Lapan dihitung berdasarkan perhitungan koefisien saprobik (X) dengan rumus: 𝐶 + 3𝐷 − 𝐵 − 3𝐴 𝑋= 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 Keterangan : X : Koefisien Saprobik, berkisar antara 3,0 s/d 3,0 A : Jumlah organisme dari kelompok Cyanophyta B : Jumlah organisme dari kelompok Euglenophyta C : Jumlah organisme dari kelompok Cryshophyta D : Jumlah organisme dari kelompok Chlorophyta
Keterangan : Tabel 1. Hubungan antara koefisien saprobik (X), tingkat pencemaran, fase saprobik, dan bahan pencemar (Dresscher dan Mark, 1976). Bahan Pencemar
Tingkat Pencemar Sangat Berat
Bahan Organik Cukup Berat Sedang Bahan Organik dan Anorganik Ringan Bahan Organik dan Anorganik
Sangat Ringan
Fase Saprobik Polisaprobik Poli/Mesosaprobik α Meso/Polisaprobik α Mesosaprobik α/β Mesosaprobik β/α Mesosaprobik β Mesosaprobik β Meso/Oligosaprobik Oligo/Mesosaprobik Oligosaprobik
Koefisien Saprobik -3.0 – 2.0 -2.0 – 1.5 -1.5 – 1.0 -1.0 – 0.5 -0.5 – 0.0 0.0 – 0.5 0.5 – 1.0 1.0 – 1.5 1.5 – 2.0 2.0 – 3.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Plankton yang ditemukan di Danau Pondok Lapan genus terbanyak berasal dari kelas Chlorophyceae yaitu sebanyak 18 genus. Lalu diikuti oleh kelas Bacillariophyceae ditemukan sebanyak 12 genus. Banyaknya genus yang ditemukan dari kelas tersebut karena jenis plankton tersebut memiliki toleransi yang tinggi. Menurut Barus (2004), kelompok fitoplankton yang mendominasi perairan tawar umumnya terdiri dari diatom dan kelompok ganggang hijau. Anggota kelas Diatomae yang sering dijumpai adalah Stephanodiscus, Cyclotella, Melosira dan Synedra, sedangkan dari kelas Chlorophyceae yang sering dijumpai adalah Scenedesmus, Coelastrum, dan Euglena. Jenis zooplankton yang didapat pada penelitian berjumlah 9 genera. Masing-masing genus adalah Bosmina, Moina, Nauplius, Sida, Simocephalus, Cyclops, Diaptomus, Euglypha. Brachionus. dan Keratella. Genus dari zooplankton yang memiliki kelimpahan tinggi berturut-turut adalah Cyclops, Brachionus dan Nauplius. Ketiga jenis ini juga ditemukan pada semua stasiun pengamatan. Hal ini karena jenis-jenis dari zooplankton ini memiliki penyebaran yang luas dalam lingkungan perairan. Nursyahra dan Abizar (2012), Cyclops, Nauplius, Asramoeba, Difflugia, Branchionus, Lepadella, Lycane, Notholca, Proales dan Testudinella merupakan kelompok zooplankton yang memiliki penyebaran yang luas dan beberapa jenis tersebut dapat hidup di berbagai tipe perairan. Nilai kelimpahan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan didapat kelimpahan tertinggi pada setiap stasiun terjadi pada bulan Februari. Nilai kelimpahan pada bulan februari masingmasing stasiun adalah Stasiun 1 sebesar 1727 ind/L, Stasiun 2 sebesar 1089 ind/L,
Stasiun 3 sebesar 1472 ind/L dan Stasiun 4 sebesar 610 ind/L. Kelimpahan terendah terjadi pada bulan Maret. Genus Scenedesmus merupakan genus yang paling banyak dijumpai pada lokasi penelitian. Pada bulan Februari kelimpahan genus Scenedesmus melimpah dari 40 ind/L menjadi 1332 ind/L yang ditemukan pada stasiun 1. Kelimpahan Scenedesmus meningkat sangat tinggi dikarenakan peningkatan nilai fosfor pada perairan dan juga hidrologi danau. Groga dkk. (2011), genus Scenedesmus, Mycrocystis dan Lepocinclis dikenal karena konsep dalam danau eutropik. Jenis alga ini meningkat besar-besaran karena ada masukkan fosfor dari tanah sehingga fosfor meningkat dan juga terjadi pengadukan. Sehingga komunitas fitoplankton mengalami perubahan signifikan dalam biomassa serta komposisinya. Secara temporal, perubahan tinggi dan rendahnya kepadatan fitoplankton dipengaruhi oleh faktor hidrografi (Gaytan-Herrera dkk., 2011). Nilai kelimpahan plankton pada penelitian yang dilakukan berkisar 1231 – 2256 ind/L kelimpahan tertinggi terjadi di stasiun 1 dan terendah pada stasiun 4. Nilai kelimpahan pada setiap stasiun dapat dilihat pada Grafik 1. Nilai rata-rata kelimpahan pada Danau Pondok Lapan adalah sebesar 1772 ind/L. Berdasarkan kuantitas plankton yang didapat, maka tingkat kesuburan perairan Danau Pondok Lapan adalah oligotrofik. Welch (1952) menyatakan bahwa perairan oligotrofik ditandai dengan kuantitas plankton yang rendah (kurang dari 2000 ind/L) dengan jumlah jenis sedikit, jarang terjadi blooming dan biasanya didominasi oleh blue green algae (Cyanophyceae). Perairan mesotrofik kuantitas planktonnya cukup banyak (2000-15000 ind/L) dengan jumlah jenis yang bervariasi.
Kelimpahan (ind/L)
2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Jan
Feb I
Mar
Series1 309 1727 220
Jan
Feb II
Mar
Jan
Feb III
Mar
Jan
Feb IV
Mar
Stasiun 252 1089 274 398 1472 118
381
610
240
Gambar 1. Grafik Komposisi Nilai Kelimpahan pada Setiap Stasiun Pengamatan Nilai keanekaragaman setiap bulannya berbeda-beda, Terlihat pada Gambar 2. Nilai keanekaragaman pada bulan Januari sebesar 2.67, nilai keanekaragaman pada bulan Februari sebesar 1.17 dan pada bulan Maret sebesar 2.56. Menunjukkan bahwa keanekaraman rendah terjadi pada bulan Februari dan pada bulan Januari dan Maret keanekaragamannya sedang. Berdasarkan kriteria Mason (2002). Gambar 2. menunjukkan keanekaragaman plankton pada bulan Januari dan Maret masuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 2.6. Keanekaragam yang terjadi dalam penelitian ini dikarenakan penyebaran dari jenis plankton cukup merata, tidak ada satu jenis yang melimpah. Odum (1994), kenaekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dari jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebarannya tidak merata maka keanekaragaman jenisnya rendah. Indeks keanekaragaman yang tinggi menunjukan stasiun tersebut sangat cocok dengan pertumbuhan plankton dan indeks keanekaragaman yang rendah menunjukan stasiun tersebut kurang cocok bagi pertumbuhan plankton.
Nilai indeks keseragaman (Gambar 2) merata terjadi pada bulan Januari dan Maret dengan nilai indeks keseragaman rata-rata pada bulan Januari dan Maret sebesar 0.80 dan 0.81. Sedangkan pada bulan Februari nilai indeks keseragaman sebesar 0.38, sehingga diketahui terjadi persebaran tidak merata pada bulan ini. Terjadi kelimpahan yang jauh lebih tinggi antara satu jenis dengan jenis lainnya pada bulan Februari. Basmi (2000), bahwa nilai keseragaman (E) berkisar 0 – 1 semakin kecil nilai E artinya semakin kecil keseragaman suatu populasi dan ada kecenderungan bahwa suatu jenis mendominasi populasi tersebut. Gambar 2 menunjukkan nilai indeks dominasi menunjukkan bahwa tidak ada terjadi dominasi yang besar, karena nilai dominasi tertinggi adalah sebesar 0.62 pada bulan Februari di stasiun 1. Pada bulan Januari nilai dominasi sangat rendah yaitu sebesar 0.09 artinya penyebaran sangat merata begitu juga pada bulan Maret dengan nilai terndah 0.09 pada stasiun 3. Odum (1971), nilai dominasi 1 menunjukkan dominasi oleh satu jenis spesies sangat tinggi (hanya terdapat satu jenis pada satu stasiun), indeks 0 menunjukkan bahwa diantara jenis-jenis yang ditemukan tidak ada yang dominasi.
3.000 2.500
0.62 2.377 2.506
2.801
2.661 0.551
2.429
2.000
0.7 2.649 0.6
2.775
2.710
0.503
0.46
0.5 0.4
1.500 0.977
1.312 0.824 0.746 0.788
1.042 0.833 0.797 0.888
1.338
0.3
1.000
0.748
0.500
0.1 0.132 0.144 0.427 0.424 0.143 0.096 0.107 0.354 0.099 0.108 0.091 0.311 0 Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar Jan Feb Mar
-
I
II
III
0.813 0.2
H' E C
IV
Stasiun
Gambar 2. Grafik Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Plankton dikatakan antara stasiun 1 dengan stasiun 2 mirip. Nilai pada stasiun ini lebih kecil dibandingkan stasiun lainnya dikarenakan dikedua stasiun ini terdapat outlet sehingga pencampuran air berbeda antara stasiun 1 dan stasiun 2. Grafik dendogram Ic dapat dilihat pada Gambar 3.
Similaritas Canberra (%)
Dari hasil penelitian kemiripan habitat antar stasiun diukur berdasarkan faktor fisika kimia perairan. Didapat nilai yang sangat tinggi dari hasil penelitian yaitu dengan nilai diatas 90% antara stasiun 1 dengan stasiun lainnya. Kecuali antar stasiun 1 dengan stasiun 2 nilai indeks similaritas Canberra sebesar 87.24%, dengan nilai ini juga bisa
Gambar 3. Grafik Indeks Similaritas Canberra Beradasarkan Kesamaan Sifat Fisika Kimia Perairan. Berdasarkan hasil penelitian indeks matrik Canberra tertinggi terjadi pada stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan nilai 59.63% dan terndah pada stasiun 1 dengan stasiun 4. Tetapi nilai yang didapat tidak jauh berbeda karena kisaran nilai indeks matrik Canberra pada Danau Pondok
Lapan sebesar 43.20% - 59.63%. Berarti antara stasiun yang satu dengan stasiun lainya memiliki kemiripan hanya sekitar 50%, sehingga jika melakukan penelitian selanjutnya tidak bisa mengurangi stasiun yang ada. Grafik Koefisien Matrik Canberra pada Gambar 4.
Matrik Canberra (%)
Gambar 4. Grafik Koefisien Matrik Canberra Berdasarkan Kesamaan Individu (Plankton). Dari hasil penelitian koefisien saprobik yang didapat adalah sebesar 1.16 . Nilai ini menunjukkan bahwa fase saprobik adalah β Meso/Oligosaprobik. (Dresscher dan Van Der Mark, 1976 diacu Soewignyo dkk., 1986) perairan danau Pondok Lapan mengalami pencemaran ringan. Bahan pencemar yang masuk kedalam perairan adalah bahan organik dan anorganik. Danau Pondok Lapan memang masih terlihat alami, aktivitas masyarakat yang ada disana hanya perkebunan dan pemancingan. Limbah perkebunan yang masuk ke danau sangat kecil. Fase saprobik yang didapat pada penelitian ini adalah βMeso/Oligosaprobik. Dalam hal ini diketahui perairan lokasi penelitian memiliki tingkat pencemaran bahan organik dan anorganik ringan. Bahan pencemar organik didalamnya sudah mengalami penguraian. Wijaya dan Riche (2009), kategori β-Mesosaprobik memiliki oksigen terlarut (DO) yang tinggi, bakteri lebih kecil daripada α-Mesosaprobik dan pada kondisi ini ammonia (HNO3) telah
menghasilkan produk akhir yaitu Nitrat (NH3-). Pada kategori Oligosaprobik bahan organik sudah sempurna terjadi penguraian, oksigen terlarut (DO) tinggi dan jumlah bakteri sangat rendah. Sehingga berdasarkan kategori
saprobiknya perairan Danau Pondok Lapan ini termasuk kedalam kategori danau yang bagus. Berdasarkan hasil penelitian, pada lokasi penelitian nilai dari parameter lingkungan yaitu nitrat rata-rata adalah 1 mg/L. Untuk nilai fosfat menunjukkan rendah, yaitu sebesar 0.032 mg/L. Sehingga pertumbuhan fitoplankton pada lokasi penelitian tergolong belum cukup optimum. Astuti dkk., (2009), konsentrasi nitrat dan fosfat termasuk rendah di bawah baku mutu air untuk kegiatan perikanan. Untuk pertumbuhan optimal fitoplankton memerlukan kandungan nitrat pada kisaran 0.9-0.35 mg/L dan ortofosfat sebesar 0.091.8 mg/L. Konsentrasi nitrat di Danau Pondok Lapan jauh lebih besar dibandingkan fosfat. Dari hasil penelitian ratio antara nitrat dan fosfat (N:P) sebesar 20:1-33:1. Ratio disetiap pengamatan disetiap stasiun menunjukkan nilai yang sama kecuali pada pengamatan bulan Februari di stasiun 1 menunjukkan ratio N:P sedesar 20:1. Dari ratio N:P diketahui bahwa fosfat merupakan faktor pembatas dalam perairan. Mujiyanto dkk (2011), ratio N:P apabila lebih besar dari 16:1 maka fosfat merupakan faktor pembatas
sedangkan apabila ratio N:P lebih kecil 16:1 maka yang menjadi faktor pembatas adalah nitrat. Scenedesmus dapat menyerap unsur N atau P. Tetapi hanya pada ratio N:P normal saja unsur N dan P diserap secara efisien (Xin dkk., 2010). Kedalaman rata-rata perairan danau pondok lapan sebesar 2.420 meter. Kecerahan perairan tertinngi terjadi pada stasiun 3 sebesar 1.190 meter dan terendah pada stasiun 1 sebesar 0.800 meter. Hubungan antara kecerahan dengan kelimpahan sangat kecil dengan nilai korelasi 0.117. Yuliana dan Tamrin (2007), intensitas cahaya yang berperan dalam proses fotosintesis relative tidak berpengaruh atau berpengaruh sangat kecil. KESIMPULAN Dari hasil penelitian di Danau Pondok Lapan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jenis fitoplankton yang paling banyak didapatkan berasal dari genus Scenedesmus sebesar 3848 ind/L. Zooplankton dari genus Cyclops sebesar 160 ind/L. Keanekaragaman plankton di Danau Pondok Lapan tergolong kategori sedang. Untuk nilai keseragaman plankton menunjukkan kategori sedang juga. 2. Parameter yang saling mempengaruhi kehidupan plankton adalah fosfat, pH dan suhu dengan nilai korelasi berturutturut sebesar 0.666, 0.519, dan 0.513. 3. Koefisien saprobik diketahui status perairan Danau Pondok Lapan tergolong kedalam tingkat pencemaran sedang dengan bahan pencemar yang masuk kedalam perairan adalah bahan organik dan anorganik. Fase saprobik adalah β meso/oligosaprobik. Saran Perlu dilakukan pengontrolan dalam kegiatan masyarakat disekitar danau untuk membatasi akivitas masyarakat. Sehingga keseimbangan ekosistem
perairan Danau Pondok Lapan tetap alami dan air terus dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya yang lebih spesifik agar mendapatkan hasil yang lebih jelas. DAFTAR PUSTAKA APHA
(American Public Health Association). 1995. Standard Method for The Exammination of Water and Wastewater 19th ed. APHA (American Public Health Association), AWWA (American Water Works Association) and WPFC (Water Pollution Control Federation), Washington D.C.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press, Medan. Basmi,
J. 1995. Ekologi Plankton. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.
Basmi, J. 1999. Planktonologi: Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor. Brower, J. E. dan J. H. Zar. 1990. Field and Laboratory Method from General Ecology. 3rd ed. Wm. C. Brown Publishers, Dubuque, Lowa. Gaytan-Herrera, M. L., V. MartinezAlmeida, M. G. Oliva-Martinez, A. Duran-Diaz dan P. RamirezGarcia. 2011. Temporal Variation of Phytoplankton from the Tropical Reservoir Valle de Bravo, Mexico. Jurnal Environmental Biology 32 (1): 117-126. Groga, N., A. Ouattara, A. Koulibaly, A. Dauta, C. Amblard, P. Laffaile dan G. Gourene. 2014. Dynamic and Structure of Phytoplankton Community and Environment in the Lake Taabo (Côte d’Ivoire).
Jurnal Public and Environmental Health 1 (3): 70-86. Krebs, C. J. 1989. Experimental Analysis of Distribution and Abundanc. Third Edition. Harper & Prow Publisher, New York. Ludwig, J. A. dan J. F. Reynold. 1988. Statistical Ecology A Primer on Method and Computing. A WileyInterscience Publication, Canada. Mizuno, T. 1979. Ilustrations of the Freshwater Plankton of Japan.Hoikusha Publishing Co. Ltd., Osaka. Mujiyanto, D. E. H. Thajhjo dan Y. Sugianti. 2011. Hubungan antara Kelimpahan Fitoplankton dengan Konsentrasi N:P di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. Jurnal Limnotek 18 (18) 1: 15-25. Needham, P. 1962. A Guide to The Study of Fresh Water Biology. HoldenDay, Inc., San Francisco. Nursyahra dan Abizar. 2012. Komposisi Plankton yang Terdapat di Danau Kandis, Desa Salak, Kota Sawahlunto. Jurnal Pelangi 3 (2) ISSN: 2085-1057 Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W. B. Sounders Company, Toronto. Welch, P. S. 1952. Limnology. McGrawHill Book Co. Inc, New York. Xin, L., H. Hong-yin, G. Ked dan S. Yingxue. 2010. Effect of Different Nitrogen and Phosphorus Concentrations on the Growth, Nutrient Uptake, and Lipid Accumulation of Freshwater Microalga Scenedesmus sp. Jurnal Bioresource Technology 101 (2010) 5494-5500.
Yuliana dan Tamrin. 2007. Fluktuasi dan Kelimpahan Plankton di Danau Laguna Ternate Maluku Utara. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci) IX (2): 288-296 ISSN: 0853-6384.