KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN DANAU BERATAN BALI
Irpan Hilmi §Ilwangsa
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOlLOGI UNIVERSITAS ISLAMNEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2006 M / 1427 H
KEANEKARAGAMAN PLANKTON DJ lPERAIRAN DANAU BERATAN BALI
SkJipsi Sebagai Salah Satll Syarat llntuk Memperoleh Gelar Smj ana Sains Fakllitas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: Irpan Hilmi Suwangsa
102095026503
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGRIU SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
"DeV\,gGlV\,
VlA-eV\,tjebut V\,GlVlA-Gl AllGlV1 YGlV\,g MGlV1Gl
peV\,gGls,LV1 c;{GlV\, MGlV1Gl peV\,tjGltIGlV\,g"
"Sesungguhnya Tuhan menciptakan keindahan yang beranekaragam baik di darata.n maupun di perairan, jadikanlah semuanya sebagai bahan pelajaran dan penelitian. Sesungguhnya Tuhan menghargai orang-orang yang berfikir"
"nGlc;{Gl R,eV1Lc;{u-PGlV\, tGlV\,-PGl plGlV\,R,toV\, ,:;;{L bUVlA-L Lv\'L" (NOV\,1jL,200b)
"Menjadi seorang peneliti memang terasa melelahkan, akan tetapi kita akan mendapotkan sesuatu dari kelelahan itu, karena Tuhan sangat menghargai orang yang lelah kareno berusaha"
KEANEKARAGAMAN PLANKTON Dll PERAlRAN DANAU BERATAN BALI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Oleh lrpan Hilmi Suwangsa 102095026503
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
~
Drs.Paskal Sukandar. M.Si. NIP.131 128364
Joni Haryadi, M.Sc. NIP. 950 001 579
Mengetahui Ketua Jurusan MIPA
Dr. Agus Salim. M.Si NIP: 150 294 451
PENGESAHAN UJIAN Skripsi bel:iudul "Keanekaragaman Plankton di Perairan Danau Beratan Bali" telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakaJ1a pada hari Selasa, 14 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S I) Jurusan MIPA-BIOLOGI.
Jakarta, November 2006
Tim Penguji,
Penguji II
Penguji I ~
__~/nLr
/"
~l\-~~' DR.Lily Suraya E.P, M.Stud NIP. 150375 182
dan Teknologi
50
Putra,M~ 317 956 l>~1
Aj~_
FarJ'~TiJayanti M.Si NIP.330 005 176
Ketua Jurusan MIPA
/21f
DR.Agus Salim, M.Si NIP. 150 294 451
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, November 2006
lrpan Hilmi Suwangsa 102095026503
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk rasul yang tereinta Muhammad SAW atas perjuangan beliall Is.lam tegak dimllka bumi ini. Dan juga shalawat untuk para sahabat, keluarga, dan kita sebagai umatnya yang istiqomah dijalannya. Alhamdulillah skripsi ini telah disusun, denganjudul "Keanekaragaman
Plankton di l'erairan Danau Beratan Bali". Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2006 di Danau Beratan Bali dan Laboratorium Terpadu Bagian Ekologi Dasar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk itu penulis akan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Yaitu: 1. Bapak Paskal Sukandar, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak l)1eluangkan waktunya dalam memberikan saran dan perbaikan dalam menyusun skripsi ini 2. Bapak Joni Haryadi,M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya memberikan saran kepada penulis 3. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, sebagai Dekan Fakllitas Sains dan Teknologi 4. Bapak DR.Agus Salim, M.Si, sebagai Ketua Jurusan MIl'A
5. Ibu Nani Radiastuti, M.si, sebagai sekertaris Jurusan MIPA yang telah memberikan sanm kepada penulis 6. Ibu Megga R. Pikoli,M.Si, sebagai Pembimbing Akademik 7. Bapak dan Ibu Pusat Riset Perikanan Budidaya (PRPB) Departemen Kelautan dan Perikanan Pasar Minggu, terutama Pak Heru, Pak Armin, Pak Fras dan Pak Aclang selaku rekan penelitian clan pemberi saran kepada penulis 8. Teman-teman
sepelJuangan
yang
memotivasi
penulis
clalam
menyelesaikan skripsi ini, terutama Indah, Ibnu, Lutfiah, Waryanti, Rara, Hiclayatullah, Aziz Ali, Jamsuri, Unes dan Sanusi 9. Teman-teman kosan yang sdalu setia menghibur clan menemam penulis 10. Keluargaku, Ayahanda, Ibuncla clan Adinda tereinta yang denga tulus ikhlas mencloakan penulis II. Rental Gafuri khususnya Nia dan Milah yang telah banyak membantu penulis clalal11 l11enyusun dan mengedit skripsi ini Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis clalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan juga penulis berharap semoga skripsi ini bennanfaat untuk Ihnu Pengetahuan dan Semua pihak. Al11iin. Ciputat, November 2006
Penulis,
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL.
.
KATA PENGANTAR......................................................................................
II
DAFTAR lSI
IV
DAFTARTABEL
VI
DAFTAR GAMBAR
VII
DAFTAR LAMPIRAN BABI
BAB II
Vlll
PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belakang
I
1.2 Perumusan Masalah.....................................................................
4
1.3 Hipotesis......................................................................................
4
1.4 Tqj uan Penelitian..........
4
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................
4
LANDASAN TEORI 2.1 Danau
5
2.1.1
Pengertian Danau
5
2.1.2
Klasifikasi Danau
5
2.1.3
Keadaan Biologis Danau
8
2.1.4
Danau Beratan Bali
8
2.1.5
Keadaan Plankton dan Air..............................................
9
2.1.6
Plankton
10
2.1.7
Parameter Fisik dan Kimia Perairan...............................
15
2.1.8
Peranan Plankton dalam Budidaya Perikanan................
18
2.2 Penelitian Terdahulu
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 25 3.2 A1at dan Bahan 3.3 Cara IZelja
3.4 Ana1i sis Data
25 ,........................
26
31
BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Plankton............
34
4.2 Parameter Fisika dan Kimia.......................................... 38
BAB V
4.2.1
Kecerahan
38
4.2.2
Suhu................................................................................ 38
4.2.3
Derajat Keasaman (pH)
39
4.2.4
Oksigen Tedamt (DO)
40
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan..............
41
5.2 Saran............................................................................................ 42 DAFTARPUSTAKA
43
LAMPmAN
45
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Klasifikasi Tingkat Kesuburan Danau
Tabel 2.
Alat yang Dipergunakan dalam Penelitian........................................ 25
Tabel 3.
Kriteria Penilaian Pembobotan Kualitas Lingkungan Biota l)lanktoll
7
__ .__
33
Tabel 4.
Klasifikasi Derajat Peneemaran Perairan
33
Tabel 5.
Komposisi dan Kelimpahan plankton berdasarkan jnmlah filum dan genus di perairan Danau Beratan
Tabel 6.
34
Kelimpahan plankton berdasarkan stasiWl dan waktu sampling di perairan Danau Beratan OneilL)
Tabel 7.
Indeks
keanekaragaman,
keseragaman
36 dan
indeks
dominansi
berdasarkan stasiun dan waktu sampling di perairan Danau Beratan Bali
37
Tabel 8.
Nilai keeerahan perairan Danau Beratan per sampling (em)
38
Tabel 9.
Nilai suhu air perairan Danau Beratan per sampling (0C)................. 39
Ta'be110. Nilai derajat keasaman (pH) perairan Danau Beratan per sampling. 40 Tabel 11. Nilai oksigen terJarut (DO) perairan Danau Beratan per sampling (mg/L)................................................................................................ 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Snatn Rantai Pakan Bagi Ikan Sejenis Kakap
20
Gambar 2. Contoh Snatn Rantai Pakan eli Snatn Kolam yang Dignnakan Bnelielaya Ikan Mnjair
20
Gambar 3. Diagram Strulctnral Alat-alat Penelitian (a) La Motte Water Sampler, yaitn Kemmerer sampler termoclifikasi, (b) Plankton net, (c) Cakram Secchl
27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian di Perairan Danau Beratan Bali
45
Lampiran 2. Basil Analisis Parameter Fisika dan Kimia di Perairan Danau Beratan Bali pada Sampling 1....................................................... 46 Lampiran 3. Hasil Ana1isis Parameter Fisika dan Kimia di Perairan Danau Beratan Bali pada sampling II
47
Lampiran 4. Jenis dan jumlah individu Plankton di Perairan Danau Beratan, Bali sampling I
48
Lampiran 5. Jenis danjumlah individu Plankton di Perairan Danau Beratan, Bali sampling II Lampiran 6. Basil Identifikasi Plankton di Perairan Danau Beratan, Bali
49 50
Lampiran 7. Grafik Nilai Kecerahan dan Suhu di Perairan Danau Beratan, Bali Lampiran 8. Grafik Nilai pH dan DO di perairan Danau Beratan, Bali
52 53
Lampiran 9. Grafik Kelimpahan Plankton Ind/L di Perairan Danau Beratan, Bali
54
Lampiran 10. Grafik Curah I-Iujan Tahun 2002-2005 di Perairan Danau Beratan, Bali
55
Lampiran II. Basil Analisis Kualitas Air di Perairan Danau Beratan, BalL..... 57 Lampiran 12. Baku Mutu Kualitas Air...............................................................
58
Lampiran 13.Foto A1at dan Bahan
59
Lampiran 14.Foto Lokasi Sampling dan Analisis Plankton
60
Lampiran 15.Foto Plankton................................................................................ 62 Lampiran 16. Peta Lokasi Titik Sampling di Perairan Danau Beratan, Bali .....: 66
ABSTRAK
Keanekaragaman 1)lankton di Perairan Danau Beratan Bali. Penelitian mengenai keanekaragaman plankton dilaksanakan di perairan Danau Beratan , Kabupaten Tabanan Bali. Dengan tujuan untuk menghitung keanekaragamanjenis plankton, menghitung indeks kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan dan dominansi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan mengambil sal11pel air pada bagian permukaan pada lima stasiun (inlet, daerah pertanian, daerah perul11ahan, outlet dan DAM), selal11a dua kali sampling. Keanekaragal11an plankton dianalisis berdasarkan kelimpahanm indeks keanekaragaman, kemerataan dan dominansi. Keanekal'agaman plankton di perairan Danau Beratan Bali ditemukan 27 genus plankton. Terdiri dari 23 genus dari kOl11unitas fitoplankton, yaitu filum Euglenophyta (Colacium), Cyanophyta (Gloeotricha), Chlorophyta (Spirogyra, Coelastrum sphaericum, Zygnema, Pleurodiscus, Coe/astrum chodati, Tetraopora, Spinoclosterium, Sirogoniul1l, Leuvenia, Uronema, Straurastrum, Scenedesmus, Cerateries, Arthrodesmus, Crysophyta (Glenodinium), Pyrophyta (Tetradinium, Arachnochloris), Peridinium. Sphaerodinium, Cystodinium), Rhodophyta (Asterocystis). Sedangkan dari kelol11pok zooplankton terdiri dari 4 genus, yaitu filwn Copepoda (Cyclops), Rotifera (Keratella), Crustacea (Apus, Polyphemus). lndeks keanekaragal11an plankton antara 3.00-3.33 yang menandakan perairan Danau Beratan Bali termasuk sangat stabi!. Indeks kemerataan plankton berkisar al1tara 0.21-0.24 yang l11enandakan perairan Danau Beratan Bali tern1asuk cukup l11erata. Indeks dominansi plankton berkisar antara 0.89-0.99 I11enandakan tidak adanya dOl11inansi genus tertentu di perairan Danau Beratmi Bali.
Kata kunci : Plankton, Danau Beratan, Kelimpahan, Indeks Keanekaragal11an, Indeks Kemerataan dan Indeks Dominansi.
ABSTRACT
Plankton variety in Territorial Water of Lake Beratan Bali. The research about plankton variety is done in territorial water of Lake of Beratan, regency of Tabanan Bali. The purpose is done research to count kind of plankton, count index, variety, generalization and dominansi. It's used method of survey by taking sample irrigate at part of surface at five station (inlet, agriculture area, housing area, outlet and DAM), during twice sampling. Variety Plankton is analysed pursuant to what overflows make an index to variety, and generalization of dominansi. Plankton variety in ten'itorial water of Lake Beratan Bali found 27 plankton gender. Consist of 23 genus from community of fitoplankton, that is Euglenophyta filum (Co/acium), Cyanophyta (G/oeotricha), Chlorophyta (Spirogyra, Coe/astrum sphaericum, Zygnema, Pleurodiscus, Coelastrum chodati, Tetraspora, Spinoe/osterium, Sirogonium, Leuvenia, Uronema, Straurastrum, Scenedesmus, Cerateries, Arthrodesmus, Arachnochloris), Crysophyta (Glenodinium), Pyrophyta (Tetradinium, Peridinium, Sphaerodinium, Cystodinium), Rhodophyta (Asterocystis). While from group of zooplankton consist of 4 genus, that is Copepoda filum (Cye/ops), Rotifera (Keratella), Crustacea (Apus, Polyphemus). Index plankton variety about 3.00 to 3.33 designating territorial water of Lake of Beratan Bali including very stable. Make an equitability index of plankton range from 0.21-0.24 designating territorial water of Lake of Beratan Bali including enough flatten. Range Index of Dominansi plankton from 0.89 to 0.99 designating inexistence of dominansi certain genus in territorial water of Lake of Beratan Bali.
Keyword: Plankton, Lake of Beratan, What Overflows, Index Variety, Make an index to generalization and Index of Dominansi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Lata .. Bclakang Kabupaten Tabanan mempunyai beragam perairan umum seperti danau dan sungal.
Pendayagunaan perairan umum untuk menunjang pendapatan dan
kesejahteraan penduduk melalui kegiatan perikanan di Kabupaten Tabanan belum dilakukan seeal'a optimal. Salah satu sumberdaya perairan umum yang berpotensi untuk dikembangkan aclalah perikanan danau. Kabupaten Tabanan mempunyai sebuah danau dari empat danau yang ada di Bali. yaitu danau Beratan. Danau Beratan terletak di kawasan Bedugul pada ketinggian sekitar 1.231 m dpl, memiliki luas permukaan air 3,85 km2. kedalaman maksimum 20.0 m dan kedalaman ratarata 12,8 m (PRPB, Departemen Kelautan dan Peri kanan, 2006) Danau Beratan mengandung potensi sumberdaya perikanan yang belum tergali dan dapat dikembangkan secara optimal. Pengembangan Danau Beratan mempunyai arti yang strategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar dan,au, pelestarian keanekaragaman hayati dan pengembangan pariwisata. Sumberdaya perikanan danau ini apabila dikelola dengan baik dapat menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan usaha masyarakat di kawasan danau mencakup berbagai kegiatan antara lain sebagai nelayan, pembudidaya ikan Oaring apung), petani buah dan sayur, kegiatan pariwisata dan perhubungan (PRPB, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006) Beberapa permasalahan perairan danau Beratan antara lain
Dengan
2
konl1ik antara kegiatan tidak dapat dihindari yang bermuara pacla tidak optimalnya manfaat ekonomi yang diperoleh; Berbagai aktifitas manusia baik seeara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan seperti peneemaran air danau oleh air limbah, sampah dan sedimentasi yang mengkibatkan meningkatnya laju pendangkalan danau (PRPB,Departemen Kelautan dan Perikanan,2006) Pengembangan perikanan danau optimal masih menghadapi masalah dengan keterbatasan data infonnasi yang akurat yang dapat digunakan sebagai dasar
penetapan
kebijakan,
khususnya
data/informasi
mengenal
potensi
sumberdaya perairan danau dan daya dukung danau bagi pengembangan perikanan. Begitu juga belum adanya skema zonasi pemanfaatan (pemetaan) yang mengakibatkan kontlik kepentingan tidak terhindarkan (PRPB, Depm1emen Kelautan dan Perikanan, 2006) Dengan berlakunya undang-undang otonomi daerah No. 22 tahun 1999, l11erupakan tantangan tersendiri bagi daerah untuk mal11pu merencanakan, melaksanakan, dan mengelola pembangunannya secm'a mandiri. Dan sisi , pengembangan budi daya perikanan dengan undang-undang ini mel11berikan harapan yang prospektif dan l11erupakan peluang bagi daerah, khususnya dalam hal yuridis dalal11 mel11peroleh nilai tambah atas sumber daya alam (hayati, non hayati, energi dan sumber daya kelautan lainnya) dan keleluasaan dalal11 pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana di kawasan perbatasan antara provinsi dan peran strategis daerah (PRPB, Departcmen Kelautan dan Perikanan, 2006)
3
Untuk pemanfaatan suatu potensi peralran dengan berbagai tujuan diperlukan suatu bentuk pengelolaan yang tepat, sehingga potensi tersebut bisa dimanfaatkan secara berkesinambungan, begitu juga dengan pemanfaatan dailaU Beratan Bali sebagai salah satu lokasi untuk budidaya merupakan langkah positif untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada meskipun banyak pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk lokasi budidaya, baik dari segi kualitas air maupun pertimbangan biologis danau tersebut, karena banyak sekali faktor yang mendukung untuk pengembangan budidaya perikanan selain faktor fisika, kimia, biologi juga faktor geografis danau. Di samping itu juga keberadaan plankton di danau amatlah penting. Plankton ini merupakan komponen utama pendukung kehidupan bagi komponen biotik yang berada pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Plankton mampu mengubah zat-zat anorgallik menjadi zat organik demikian Juga mampu memanfaatkan adanya energi cahaya yang ada (Arthana, 1993). Dengan demikian, dari keragaman dan kelimpahan plankton ini akan dapat diketahui potensi suatu perairan, apakah termasuk subur, ktu'ang subur dan sebagainya. DalallI hal ini erat kaitannya dengan kondisi kualitas airnya. Di samping itu juga berkaitan dengan tipe substrat yang ada di dasal' danau, yang mana perbedaan substrat danau antara yang berpasir, berlurnpur dan berbatu akan mempengaruhi distribusi plankton yang ada. Dntuk itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman plankton di perairan Danau Beratan Bali.
4
1.2 Pcmmusan Masalah Berclasarkan ural an cli atas clapal clirul11uskan permasalahan sebagai berikut: I. Bagail11anakah keanekaragaman jenis plankton cli canau Beratan Bali ') 2. Apakah elanau Beratan Bali clapat elijaelikan tempat untuk pengembangan buelielaya perikanan ')
1.3 Hipotesis Dari perumusan l11asalah clialas clapat kita ajukan hipotesis sebagai berikut: l. Terelapat keaneragamanjenis plankton eli perairan elanau Beratan Bali.
2. Danau Beratan Bali clapat cligunakan untuk pengembangan buelielaya perikananan.
1.4 Tujuan Pellclitiall Pcnelitian ini berlujuan untuk; I. Menghitung keanekaragaman Jel1ls plankton yang terclapat cli peralran clanau Beratan Bali. 2. Menghitung ineleks kel impahan,
keanekaragaman, keseragaman elan
clominasi plankton cli perairan cltll1au Beratan Bali.
1.5 Manfaat Pellclitiall Penelitian ini cliharapkan elapal memberikan infonnasi l11engenai; 1. keanekaragamanjenis plankton eli perairan elanau Beratan Bali
2. Incleks kelil11pahan, keanekaragaman, keseragal11an clan clol11inasi plankton cli perairan elanau Beratan Bali. 3. Manfaat elanau Beratan Bali bagi buelielaya perikanan.
BABll
TIN.JAUAN PUSTAKA
2.1 Dam\!! 2.1.1
Pengcrtian Danau Odum (1984) mengartikan danau (lake) ada1ah tubuh air tak l1lengalir
yang menempati eekungan dan tidak berhubungan berkesinambungan dengan laut. Warta (2004) mengartikan damu adalah eekungan yang teljaeli seem'a alami dan l1lampu menampung air hujan, mata air atau air sungai. Dari eara terbentuknya ada danau yang terbentuk dari aliran sungai dan kawah.
2.1.2
Klasifikasi Danan Menurut Anonimous (1984) dalam Arthana (1993) Seeara Ul1lum
danau dapat dik1asifikasikan seem'a morfo1ogis, hidrologis, eko1ogis dan pembentukannya. Danau berdasarkan bentuknya dapat diklasifikasikan atas beberapa kelompok; damu bentuk bundar, semi bundar, elips atau lonjong, Semi persegi panjang, dendritik, tapal kuela, segitiga elan tidak beraturan (Arthana, 1993). Danau bentuk bundar umumnya merupakan danau kawah atau kaldera, sepelii Danau Lamongan dan Danau GratL Danau bentuk semi bundar, l1lerupakan danau umUl1lnya terdapat di dataran tinggi yang mungkin
te~iadi
dari danau bcntuk bundar yang mengalami perubahan pada salah satu panatainya, sehingga berbentuk seperti ginjal. Damu berbentuk elips merupakan danau ymlg berkembang gans pantainya sedikit lebih besar
6
umumnya mcrupakan danau yang tcrbcntuk karcna patahan tanah dari lCll1bah, bcrair waktu banjir dan mCll1bcntuk gcnangan. Danau bcrbcntuk tapal kuda mcrupakan danau yang tcrbcntuk karcna tcrputusnya aliran sungai schingga discbut juga sungai mati (Arthana, 1993) Danau bcrbcntuk scgitiga umull1nya mcrupakan danau yang tcrdapat di dataran rcndah di bagian dataran suatu lcmbah. Danau bcrbcntuk tidak bcraturan umull1nya mcrupakan danau yang pantainya rncngalami pcngikisan schingga mcmbcntuk tcluk-tcluk yang banyak (Arthana, 1993). Pcrairan
danau
bcrdasarkan
aliran
pcngcluaran
mrnya
dapat
diklasifikasikan atas danau tcrbuka (Open Lake) dan danau tcrtutup (Closed Lake). Danau terbuka adalah danau yang mempunyai pengeluaran air,
sedangkan danau tertutup tidak mempunyai pengeluaran air dan danau ini merupakan kaldera atau kawah (Arthana, 1993). Klasifikasi
secara
ekologis
mcmbedakan
danau
menjadi
oligotropik, mesotrofik dan cutrofik. Perairan oligotrofik merupakan permran yang kesuburannya rendah dengan beberapa ciri seperti sangat dalmll, kmldungan zat tersuspensi di dasar yang kecil, kandungml elektrolit rendah dan bervariasi, kmldungan Ca, P, dan N sangat rendah, kandungan oksigen tedarut tinggi, tanaman air tingkat tinggi sedikit dan populasi plankton terbatas (Alihana, 1993). Perairan mesotrofik adalah
permran yang mempunyal
tingkat
kesuburan sedang dan mempunyal cm-cm sebagai berikut: umumnya dangkal, temperatur secm'a vertikal bervariasi, kandungan humus tinggi, kandungan zat tersuspensi di dasar melimpah, kandlmgan elektrolit rendah,
7
hampir nol, jenis plankton bervariasi, miskin akan fauna dan jel1ls ikan penghuni sedikit (Arthana, 1993), Perairan elltrofik merupakan perairan yang eukup sllbur dengan eirieiri sebagai berikllt: relatif dangkal, kandllngan bahan organik tersllspensi dan eli dasar perairan melimpah, kandungan Ca, P dan N berlimpah, kandungan oksigen terlarllt rendah, tanaman air tingkat tinggi me1impah dan plankton seeara kllantitatif besar (Arthana, 1993). Menurut Anonimolls (1984) dalam Arthana (1993) bahwa seeaJ'a lebih jelas,
klasifikasi
ekologis
antara
clanau
oligotropik,
elan
mesotropik
polytrophik atall Eutrofik, disajikan paela tabel berikut. Tabe! 1. Klasifikasi tingkat kesuburan danau
No
Parameter
Oligotropil<
Mesotropik
1'0"''"';8
1
CaO
0-25 ppm
25-100 ppm
100-300 ppm
2
KMn04
0-25 mg
25-75 mg
75-400 mg
3
Fe20J
0-0,25 mg
0,25-1,0 mg
1,0-12,0 mg --
~---.
4
Garam amonillm
O-O~3 111g
O~3-2,O
5
Fosfat
0,1-1,0 mg
1,0-3,0111g
2,0-15 mg .... _--..., 3,0-15mg
6
Kloriela
0-10,0 mg
10,0-50,0 mg
50,0-250 mg
7
Nitrat
0-1,0 mg
1,0-5,0 mg
5,0-50,0 mg
8
Nitrit
0-0,5 mg
0,5-5,0 mg
5,0-15,0 mg
9
Sulfat
0-10,0 mg
10,0-50,0 mg
50,0-100 mg
10
Karbonat
0-20 mg
20,0-80,0 mg
80,0-200 mg
Mangan
0-0,1 mg
0,1-0,5 mg
>0,5 mg
--
11
mg
..
...-
12 I
I
11
CO2
0-5 mg
Q; 1; 1"",1
()_ ~ Il,a
..
_._."~
5-IOmg~g 'i-?'inw
?O-SOmp
I
8
2.1.3
Keada:lU Biologis Danau Danau merupakan sumber makanan bagi manusia. Meskipun demikian
jumlah bahan makanan yang dapat diambil dari sebuah danau bergantung pada tingkat suksesinya dan terpenting bergantung pada strategi manUSIa dalam mel11ungut hasil dari dalam danau itu (Arthana, 1993). SUl11ber bahan makanan bagi manusia yang dap;lt diharapkan dari sebuah danau adalah ikan. Hasil penelitian di Danau Tondano menunjukkan bahwa di danau ini terdapat beberapa jenis ikan yaitu Payangka, Mujair, Gabus, Nilem, Sepat, lkan Mas, Nila, Betok, Tawas dan Nike. Dari seluruh jenis-jenis ilean tersebut, diproduksi total tahun 1976 mencapai 1.227.905 kg/th (Arthana, 1993). Arthana (1993) menjelaskan bahwa, jenis-jenis hewan yang terdapat di Danau Buyan terdiri dari 14 spesies dil11ana semuanya dapat digolongkan ke dalam 9 genus yakni Brotia sp, Ephemeroptera, Thiara scabra,
Pyramidellidae, Annelida, Anodonta woodiana, Viviparus sp, Lymnaea sp dan Amphizoa sp.
2.1.4
Danan Beratan Bali Danau Beratan terletak di kawasan Bedngul pada ketinggian sekitar
1.231 m dpl, memiliki luas pennukaan air 3,85 km2, kedalaman maksimum 20,0 m dan kedalaman rata-rata 12,8 m. danau 13eratan termasuk tipe danau kaldera. Danau ini terbentuk dari dinding sisa letusan gunung berapi (Lehmusluoto, dkk. 1997).
9
Danau Beratan mengandung banyak potensi sumberdaya perikanan yang belum tergali dan dapat dikembangkan seem'a optimal. Pengembangan danau Beratan mempunyai arti yang strategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar danau, pelestarian keanekaragaman hayati dan pengembangan pariwisata. Sumberdaya perikanan danau ini apabila dikelola dengan baik dapat menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan usaha masyarakat di kawasan danau ini ll1enCakllp berbagai kegiatan antara lain sebagai nelayan, pembudidaya ikan (jaring apung), petani buah dan sayur, kegiatan pariwisata dan perhubungan (PRPB, Departell1en Kelautan dan Peri kanan, 2006)
2.1.5
Keadaan Plankton dan Kualitas Air Arthana
(1993)
yang
melakukan
penelitian
di
Danau
1'oba
mendapatkan sekitar 21 jenis plankton. Sebagian besar dari plankton itu termasuk dalam jenis fitoplankton yaitu 19 jenis yang tergolong kedalall1 11 fall1ili dan selebihnya adalah zooplankton. Beberapa jenis genera plankton yang tersebar seeara merata di Danau 1'oba ini, eli antaranya aelalah Anabaena, Synechococcus dari Class
C)ianophyceae dan Asterionella serta Orthosira dari Class Bacilliariaceae. Sedangkan untuk jenis Zooplankton, Cyclops terdapat hampir di seluruh danau (Arthana, 1993). Menurut APEA (1975) yang melakukan penelitian di Waduk Cirata mendapatkan 20 jenis fitoplankton elan 17 jenis zooplankton. Dari kelompok
10
fitoplankton tersebut yang dominan adalah Volvox Aureus, Sorogonium sp, Cylinrotheca sop. Ceratium hirudinella dan Microcystis aeruginosa. Hasil penelitian Arthana & Aryana (1992) menunjukkan bahwa suhu air danau Buyan berkisar antara 21-24
°c. Keeerahaflnya berkisar 96-230 em.
Nilai keasamaan (pH) normal adalah kisaran 6-7. Kandungan Karbondioksida 0,2-1,4 ppm. Parameter yang lain yaitu amonia berkisar 0,11-0,663 ppm, nitrat antara 4,24-15,01 ppm, nitrit antara 0,006-0,275 ppm dan fosfat antara 0,62-2,82 ppm. kthana
(1993)
yang
melakukan
penelitian di
Danau Toba
mendapatkan kandungan oksigen tedarut berkisar 6,33-9,62 ppm. Kandungan Amoniak dibeberapa tempat 0,05-0,55 ppm dan kadar Fosfatnya 0,19-1,52 ppm. Sedangkan perkembangan kualitas air di danall bllatan yang dalam hal ini Wadllk Cirata Jawa Barat, eukup berfluktuasi. Kemlldian dilihat dari indeks plankton dan beberapa parameter kllalitas air, Lee, et.al. (dalam Arthana, 1993) dapat mengklasifikasikan kondisi perairan menjadi beberapa golongan yaitll belum tereemar, tereemar ringan, tereemar sedang dan tereemar bera!.
2.1.6
Plankton Beberapa pendapat yang mengungkapkan tentang pengertian plankton,
menurut Odum (1971), mengmtikan Plankton ialah organisme yang hidllp melayang-Iayang dalam air dengan gerakan yang sangat terbatas karena sangat dipengaruhi oleh gerakan atau arus air.
11
Plankton ialah orgalllsl11e yang hidup l11elayang-Iayang dalal11 aIr dengan gerakan yang sangat terbatas karena sangat c1ipengaruhi oleh gerakan atau arus air ( Achl11ad, 1997). Plankton
l11erupakan
orgalllsl11e
mikroskopis
yang
hidupnya
melayang-Iayang di dalam air (Hanafiah, 1995). Sedangkan Odum (1971) mengaIiikan Plankton adalah orgalllsme renik yang melayang di aIr dan kemal11puan renangnya lel11ah sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh gerakan aIr, dan plankton
!Ill
mel11egang
peranan penting dalam mata rantai produsen primer. Menurut Cholik, el al. (1991) Plankton adalah semua jenis jasad renik yang bersuspensi dalam air dan kedalamannya termasuk berbagai jasad nabati renik (titop1ankton), jasad heWaI1i renik (zooplaI1kton) dan bakteri. Djuhanda (1980) mengaIiikaI1 plankton (Plankton=melayang) terdiri dari jasad yang hidup melayang di air taWaI' atau air laut. Dapat dibedakan menjadi zooplankton (Zoion=hewan) dan fitoplankton (Phyton=tumbuhaI1). ZooplaI1kton terdiri dari hewan renik sedangkan fitoplankton merupakaI1 ,
tumbuhan renik mulai dari ganggaI1g bersel satu sampai bersel banyak. Fitoplankton di samping gaI1ggang substrat, merupakaI1 kunci yaI1g membuka kehadiran semua kehidupaI1 dalam air. Tanpa fitoplankton tidak mungkin terjadi kehidupan dalam air. Dari bcberapa ungkapan di atas mengenai plankton dapat diambi1 kesimpulan mengenai arti plaI1kton. Plankton yaitu jasad renik yang mengapung dalam air daI1 dipengaIuhi oleh pergerakan mus air. PlaI1kton
12
digolongkan menjadi dua berdasarkan jenis, yaitu fitoplankton (Plankton dollam bentuk tumbuhan) dan zooplankton ( Plankton dalam bentuk hewan). Plankton merupakan sumber podusen primer dalam air bagi ikan dan hewan lain. Dalam dunia peri kanan, plankton dimaksudkan sebagai jasad-jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit, dan selalu mengikuti arus air ( Sachlan, 1982). Plankton dalam klasifikasi biologi dibagi dalam dua katagori. yaitu plankton nabati (fitoplankton) yang mengandung klorofil dan plankton hewani (zooplankton), di mana keduanya mempunyai kisaran ukuran yang luas mulai dari ukuran mikroskopis sampai makroskopis. Fitoplankton yang bisa tertangkap dengan jaring umumnya tergolong doll am tiga kelompok utama yakni diatom, dinoflagellata dan alga biru (Nontji., 1987). Menurut Nybakken (1992) doll am Iskandar (2003) diatom mudah dibedakan dari dinoflagellata karena diatom hidup dalam suatu kbtak gelas yang unik dan tidak memiliki alat-alat gerak. Kotak ini terdiri daridua bagian yang dinamakan katup. McConnaughey dan Zottoli (1983) dalam Achmad (1997) dijelaskan bahwa diatom disusun oleh dua buah katup, epiteka dan hipoteka yang cocok sesamanya kira-kira dengan carol kedua belahan dari eawan petri. Katup-katup ini sarat dengan silika yang memberinya sifat kekacaan. Menurut Enger dkk (1977) dalam Achmad (2003) diatom ini unik, diatom tersebut menyimpan/mengandung silikon dioksida pada dlnding
13
selnya, kalau diatom itu mati akan haneur/terpeeah dan hilang keeuali silikon dioksida. Nybakken (1992) menyatakan, dinoflogellata dieirikan oleh sepasang flagela yang digunakan untuk bergerak dalam air. Dinoflagellata tidak memiliki kerangka luar yang terbuat dari silikon. Menurut Nontji (1987), di perairan Indonesia, diatom paling sering ditemukan, baru kemudian dinoglagellata. Alga bim jarang dijumpai, tetapi sekali muneul sering populasinya sangat besar. Menurut Saehlan (1972), zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu holoplankton (plankton permanen) dan meroplankton (plankton temporer). Holoplankton merupakan hewan plankton yang selama hidupnya hanya sebagai plankton, misalnya Rotaria, Copepoda dan Cladoeera. Sedangkan meroplankton adalah hewan Planktonik yang sebagian dari hidupnya tidak sebagai plankton, misalnya telur, larva atau juvenil dari bermaeam-maeam avertebrata maupun vertebrata. Zooplankton di estuaria merupakan gambaran fitoplankton dalam keterbatasan komposisi spesies. Komposisi spesies juga bervariasi, baik seeat'a musiman maupun dengan mengik:uti gradien salinitas ke arah hulu estuaria. Beberapa zooplankton estuaria yang seben3mya, terdapat pada estuaria yang lebih besar dan lebih stabil, di mana gradien salinitas tidak begitu bervariasi, estuaria yang datlgkal dan eepat mengalami pergantian air dihuni terutama oleh himpunan zooplankton laut yang khas yang terbawa keluar dan masuk bersama pasang surut (Aehmad, 1997).
14
Menurut Davis (1955) dalam Achmad (1997), secm'a umum jumlah berlimpah zooplankton tergantung dari jumlah berlimpah fitoplankton, tetapi produksi
zooplaknton
selau
berjalan
di
belakang
puncak
produksi
fitoplankton. Pendapat ini juga didukung oleh Shetty dkk (1973) dalam Achmad (1997), bahwa perkembangan fitoplankton akan diikuti oleh puncak zooplankton, karena pada umumnya zooplankton memangsa fitoplankton. Dengan demikian kalau kita mengetahui kepadatan zooplankton di suatu perairan, maka kepadatan fitoplankton dapat kita perkirakan, berarti kepadatan zooplankton dapat dipakai sebagai parameter untuk menentukan kesuburan perairan . Sachlan (1982) mengungkapkan, bahwa berdasarkan lama hidupnya plm1kton dibedakan ke dalam dua kelol11pok, yaitll holoplankton dan meroplm1kton. Holoplankton adalah organisme yang selmna hidupnya bersifat sebagai plankton, sedangkan l11eroplankton adalah organisl11e yang pada saat larva bersifat planktonik dan setelah dewsa tidak bersifat planktonik lagi. Sedangkan berdasarkan lingkungan hidupnya, Davis (1955) dalanl Iskandar (2003), membedakan plankton menjadi beberapa kelompok, yaitu plankton yang hidup di danau (linmoplankton), plm1kton yang hidup di sungai (potamoplm1kton), plankton ymlg hidup di air payau (hypalmyroplankton), dan plankton yang hidup di laut (haliplmlkton). Sachlan (1982) menjelaskan, bahwa kualitas dari komunitas plmlkton pada suatu perairan sangat ditentukan oleh jenis dan keanekaragal11an jenis
IS
serta kelimpahan dari plankton itu sendiri. Jenis plankton yang mempunyai peranan penting untuk perikanan terutama jenis-jenis yang termasuk ke dalam kelas
Chlorophyceae
(alga
hijau)
dan
Bacillariophyceae
(Diatome).
Berdasarkan kelimpahan plankton (individu/L), kesuburan perairan dapat dikategorikan sebagai berikut: 0-2.000 ind/L (oligotrofik), 2.000-15.000 ind/L (mcsotrofik), dan> 15.000 ind/L (eutrofik).
2.1.7
Parameter Fisik dan Kimia Peraian 2.1. 7.1 Suhll Reynolds (dalam Iskandar, 2003) menjelaskan bahwa suhu merupakan faktor penting di dalam perairan dan' dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang jatuh ke permukaan air. Suhu juga merupakan salah satu faktor penunjang produktivitas fitoplankton, karena mempengaruhi laju fotosintesis dan kec:epatan pertumbuhan. Selain itu juga suhu berpengaruh terhadap huu dekomposisi dan konversi bahan organik menjadi bahan anorganik. Suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di daerah tropis berkisar antara 20..30oC. Suhu air sangat dipengaruhi oleh jumlah sinar matahari yang jatuh ke permukaan air, yang sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer dan sebagian lagi diserap dalam bentuk energi panas (Welch 1952). Pengukuran suhu sangat perIu untuk mengetahui karakteristik perairan. Menurut Schwoerbel (1987), suhu air merupakan faktor abiotik yang memegang peranan penting bagi hidup dan kehidupan organisme perairan. Berdasarkan hasil penelitian Goldman (1983)
16
menunjukkan bahwa terjadi penumnan biomasa dan keanekaragaman ikan ketika suhu air meningkat lebih dari 28° C (Iskandar, 2003). 2.1.7.2 Kecemhan Henderson-Seller&Morkland (1987) dalanl Iskandar (2003) mengungkapkan, bahwa kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang teljadi di perairan. Kecerahan perairan dapat diukur dengan alat yang dinamakan Keping Secchi. Selanjutnya dikatakan bahwa kecerahan keping Secchi < 3 m adalah tipe perairan yang subur (eutrofik), antara 3-6 m kesuburan sedang (mesotrofik) dan> 6 m digolongkan pada tipe perairan kurang subur (oligotrofik).
2.1.7.3 Derajat Keasaman (pH) Menurut Goldman&Horne (1983) menyatakan bahwa, nilai pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dari konsentrasi ion Hidrogen dan nilai keasaman ditunjuk.k:an dengan nilai 1 s.d. 7 dan basa 7 s.d. 14. Kebanyakan perairan umum mempunyai nilai pH antara 6-9. Perairan yang asam lebih keeil dan dapat menurwl sampai 2. Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, kandungan kation dan anion maupun jenis dan tempat hidup organisme. Menurutnya perairan yang ideal bagi kegiatan budidaya perikanan adalah 6,8 s.d. 8,5 dan perairan dengan pH < 6 menyebabkan organisme renik tidak dapat hidup dengan baik karena kondisinya terlalu asam sehingga akan __L.1
_. 1
"
1
17
2.1.7.4 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen·- DO) Oksigen dalam perairan bersumber dari difusi udara maupun hasil proses fotosintesis organisme produsen. Oksigen dikonsumsi secara terus menerus oleh tumbuhan dan hewan dalam aktivitas respirasi (Goldman dan Horne, 1983; API-lA, 1989). Oksigen terlarut sangat diperlukan untuk mendukung eksistensi organisme akuatik dan perombakan bahan-bahan organik di perairan, d,m digunakan sebagai petunjuk besarnya produktivitas primer di perairan, Pescod (1973) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut 2 mg/L dalanl perairan sudah cukup untuk mendukung kehidupan biota akuatik, asalkan perairan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang bersifat racun, sedangkan Banmjea (1967), menyatakan bahwa perairan dengan oksigen terlarut lebih besar dari 7 mg/L adalah tergolong produktif.
2.1.7.5 Karbondioksida (C0 2) Goldman dan Horne (1983) menerangkan bahwa, karbon dalam bentuk senyawa karboncjioksida berguna dalam proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan seperti alga. Karbondioksida clapat dipasok melalui difusi dm'i udara atau dari HC03- atau CO I 2l .
2.1.7.6 Unsur Hal'a Dalam menunjang peltumbuhalU1ya fitopl,mkton membutuhkan unsur hara yang cukup diperairan. Fosfor dml nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan, apabila imsur
18
hara tersebut terdapat berlebih di perairan dapat memicu pertumbuhan fitorplankton yang pesat (blooming). Unsur Fosfor yang paling dibutuhkan oleh organisme produsen perairan adalah dalam bentuk orthofosfat (P0 4 "), sedangkan nitrogen biasanya dalam bentuk nitrat (N03-N) (Goldman dan Horne, 1983). Iskandar (2003), menyatakan bahwa kandungan orthofosfat dalam air merupal(an karakteristik kesuburan perairan tersebut. Perairan yang mengandung orthofosfat antara 0.003-0,010 mglL merupakan perairan yang oligotrofik, 0,01-0,03 adalah mesotrofik dan 0,03-0,1 mg/L adalah eutrofik. Sedangkan perairan yang mengandung nitrat dengan kisaran 0-1 mg/L termasuk perairan oligotrofik 1-5 mgl adalah mesotrofik dan 5-50 mg/L adalah eutrofik. Jorgensen (1980) menjelaskan bahwa, silikat dibutuhkan oleh beberapa
jenis
fitoplankton,
terutama
yarlg
dinding
selnya
mengandung silikat (seperti diatom). Unsur silikat dimanfaatkan oleh fitoplankton dalam bentuk orthosilikat, dan kandungan silikat di perairan dipengaruhi oleh kandungan CO 2 dan asam-asam organik.
2.1.8
Peranan Plankton Dalam Budidaya Perikanan
Dalam dunia perikanan, plankton dimaksudkan sebagai jasad-jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit, dan selalu mengikuti arus (Sachlan, 1982). Plankton adalall jenis pakan hidup yang memegang peranan penting
19
fitoplankton yang sering digunakan dalam tempat-tempat pembenihan adalah jenis Chiarella, Tetraselm/s, dan diatom. Sedangkan jenis zooplankton yang sering digunakan adalah jenis Brach/onus sp. (rotifera) dan Tigr/opus sp. (kopepoda). Budidaya diatom sangat berguna sebagai makanan rotifera atau kopepoda. Selanjutnya pakan hidup ini berguna bagi makanan untuk perkembangan zoea ke tingkat mysis dan post larva. Budidaya Chlorella sp. yang berasal dari tambak di Ancol dengan menggunakan pupuk medium Tanaka dan Yashima telah dicoba dan juga bibit Chiarella sp.yang diperoleh dari jepang. Budidaya massal masih jauh dari hasil budidaya Chlorella sp. yang diteliti di jepang. Demikian halnya dengan budidaya diatom, rotifera dan kopepoda (Sianipar, 1987). Beberapa jenis fitoplankton yang berguna untuk larva ikan atau udang yaitu Chiarella sp. dan diatomea. Setelah lahap naupilus pada udang maka diatomae sangat baik sekali untuk makanmmya. Jenis diatomae yang biasa diberikan misalnya Sklectanema sp. dan Chaetaceros sp. Sedangkan Chiarella sp. dan larva ikan yang berfungsi sebagai stabilisator dan sebagai
penghasil oksigen. Larva udmlg secm'a tidak langsung yaitu Chiarella sp. ditumbuhkan dan pada saat mencapai titik puncak diberi sebagai makanml Brach/onus sp. atau kopepoda yaitu hewan kecil yang banyak dijumpai di perairan Indonesia Hewan kecil ini diberi sebagai makanan larva udang seperti halnya larva Artem/a. Brach/onus sp. termasuk dalam kelas rotifera (Sianipar, 1987).
20
Penelitian budidaya fitoplankton di Indonesia masih kurang terutama di dalam isolasi untuk mendapatkan "strain" dari perairan Indonesia. Sedangkan "strain" jenis Chlorella sp. ataupun diatomae masih diimpor dari Jepang, padahal keadaan fisika ataupun kimiawi perairan di Jepang ataupun di negara-negara berlintang tinggi sangat jauh berbeda dengan di Indonesia. Tujuan utama dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui budidaya
fitoplankton dan zooplankton yang diperoleh di perairan Indonesia (Sianipar, 1987).
___-I Fitoplankton 1 ------------.. '" ~ I Serangga I-I Ikan sed'~_1 Ikan besar IZooplankton 1 ~
-
Dimakan oleh ikan kecH
/
~-~lBunga karan~
Gambar 1. Contoh suatu rantai pakan bagi ikan sejenis kakap (Sumber: Cholik et, ai, 1991).
_ - - I Fitoplankton 1 ~
'"
.
IZooplankton r~
~
I Serangga 1----->0,·1
Mujair
----~
/ ---IBunga karaniil---------
Gambar 2. Contoh suatu rantai pakan di suatu kolam yang digunakan budidaya ikan mzgair (Sumber: Cholik, et, ai, 1991) Dalam beberapa sistem budidaya ikan yang tidak diberi pakan tambahan, maka jenis-jenis plankton merupakan makanan paling pokok yang tersedia dalam rantai makanan. Contoh sistem rantai pakan dalam budidaya
21
ikan dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Dari dua contoh tersebut jelas terlihat keduanya diawali dengan pertumbuhan fitoplankton. Karena pada setiap tahap dalam rantai makanan terjadi pemborosan energi, maka suatu sistem budidaya ikan yang rantai pakannya pendek akan menghasilkan ikan lebih besar persatuan unit luasnya dibandingkan dengal1 mata rantai yang panjang. Sebagai contoh, dalam periode 6 bulan ikan sejenis kakap yang dibudidayakan akan menghasilkan 200 kg ikan per hektarnya, sedal1gkan jenis mujair dengan mudah menghasilkan 1.000 kg. Karena plankton merupakan dasar dari rantai makanan, maka ada hubungan yang erat antara jumlah plankton yang tersedia dengan produksi ikan. Kekeruhan air yang disebabkan oleh plankton dapat mendorong pertumbuhan ikan dan mencegah pertumbuhan tanaman-tanaman air yang tidak dikehendaki karena menimbulkan bayangan yang memberikan keteduhan pada kolam (Cholik, 1991). Plankton bloom memberikan manfaat bagi kolam ikan karena produksi plankton lebih besar daripada yang digunakan untuk pertumbuhan ikan, namun plankton bloom yang padat biasanya mengandung sejumlah besar ganggang hijau-biru yang dapat terapung berbuih di permukaan. Hal ini pada siang hari akan menyerap panas dan menyebabkan teljaclinya stratifikasi suhu yang dangkal. Pada malarn hari plankton bloom ini akan mengkonsumsi sejumlah besar oksigen yang terlarut sehingga oksigell yang tersedia akan habis terpakai menjelang pagi harinya. Ganggang hijau-bim ini dapat mati dengan tiba-tiba kemudian terurai dan menyebabkan habisnya oksigen terlarut yang ada (Cholik, 1991).
22
Selain menimbulkan masalah kekurangan oksigen, organisme dalam plankton bloom kerapkali menghasilkan senyawa penyebab bau lumpur pada ikan yang dipelihara. Pada umumnya, kolam yang tidak dikelola dengan baik maim angka produksi planktonnya akan sangat tergantung dan kesuburan lahan yang ada di sekitar kolam. Oleh karena itu jumlah plankton yang ada dan produksi ikan di kolam yang dibangun di sekitar lahan yang subur akan lebih besar dari pada lahan yang tandus (Cholik, 1991). Pengelolaan yang dilakukan di sekitar kolam akan mempengaruhi produksi plankton. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Boyd (1990), kolam-kolam yang tidak diberi pupuk tetapi terletak di daerah padang fUmput akan tinggi kandungan haranya. Kesadahan yang lebih tinggi, produksi planktonnya tinggi dan kurang jemih bila dibandingkan dengan kolam yang terletak di tengah hutan yang tidak diberi pupuk. Kenyataannya, rata-rata produksi plankton pada kolam yang terletak di paclang fUmput yang tidak dipupuk hampir sama dengan kolam yang dipupuk (Cholik, 1991). Dengan clemikian jelas bahwa keberaclaan plankton pada perairan dipengaruhi oleh tingkat kesuburan pada lahan itn sencliri. Banyak faktor yang clapat memprocluksi plankton clalan1 perairan, tetapi faktor yang utama adalah terseclianya hara anorganik untuk peltumbuhan fitoplankton. Elemen-elemen yang sangat berguna untuk pertumbuhan termasuk oksigen, karbon, hiclrogen, phospor, nitrogen, sulfur, kalium, natrium, kalsiun1, magnesium, besi, mangan, tembaga, seng, boron, kobal, khlorida, dan lain"lain (Cholik, 1991).
23
Fospor merupakan elemen yang mendorong pertumbuhan fitoplankton seera teratur di kolam.
Penambahan pupuk fosfat
seem'a optimum
menyebabkan produksi plankton dan ikan meningkat (Cholik, 1991).
2.2 Pcnelitian Tcrdahulu Dalam dunia perikanan, plankton dimaksudkan sebagai
jasad~jasad
renik
yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit, dan selalu mengikuti arus (Saehlan, 1982). Plankton adalah jenis pakan hidup yang memegang penman penting dalam usaha pembenihan. Plankton dapat dibagi dalarn dua bagian yaitu fitoplankton yang sering digunakan dalam tempat-tempat pembenihan adalah jenis Chiarella,
Tetraselmis, dan diatom. Sedangkan jenis zooplmlkton yang sering digunakan adalah jenis Brachianus sp. (rotifera) dan Tigriapus sp. (kopepoda). Budidaya diatom sangat berguna sebagai makanan rotifera atau kopepoda. Selanjutnya pakan hidup ini berguna bagi makanan untuk perkembangan zoea ke tingkat mysis dan post larva. Bl1didaya Chiarella sp. yang berasal dari tambak di aneol dengan menggunakan pupuk medium Tanaka dan Yashirna telah dieoba dan juga bibit Chiarella sp.yang diperoleh dari jepang. Budidaya massal masih jal1h dm'i hasil budidaya Chiarella sp. yang diteliti di jepang. Demikian halnya dengan budidaya diatom, rotifera dan kopepoda. Beberapa jenis fitoplankton yang berguna untuk larva ikan atau udang yaitu Chiarella sp. dan diatomea. Setelah tallap naupilus pada udmlg maIm diatomae sangat baik sekali untuk makmlannya. Jenis diatomae yang biasa
24
diberikan 1.11isalnya Skleclanema sp. dan Chaelaceras sp. Sedangkan Chiarella sp. dan larva ikan yang berfungsi sebagai stabilisator dan sebagai penghasil oksigen. Larva udang secara tidak langsung yaitu Chiarella sp. ditumbuhkan dan pada saat mencapai titik puncak diberi sebagai makanan Brachianus sp. atau kopepoda yaitu hewan kecil yang banyak dijumpai di perairan Indonesia. Hewan kecil ini diberi sebagai makanan larva udang sepelti halnya larva Arlemia.
Brachianus sp. termasuk dalam kelas rotifera. Penelitian budidaya fitoplankton di Indonesia masih kurang terutama di dalanl isolasi untuk mendapatkan "strain" dari perairan Indonesia. Sedangkan "strain" jenis Chiarella sp. atauplm diatomae masih diimpor dari Jepang, padahal keadaan fisika ataupun kimiawi perairan di Jepang ataupun di negara-negaxa berlintang tinggi sangat jauh berbeda dengan di Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui budidaya fitoplanktclI1 dan zooplankton yang diperoleh di perairan Indonesia. Dalam beberapa sistem budidaya ikan yang tidak cliberi pakan tambahan, maka jenis-jenis plankton merupakan makanan paling pokok yang tersedia daIam rantai makanan. Karena pada setiap tahap dalam rantai makanan terjadi pemborosan energi, maka suatu sistem budidaya ikan yang rantai pakannya pendek akan menghasilkan ikan lebih besar persatuan unit luasnya dibandingkan dengan mata rantai yang panjang. Sebagai contoh, dalam periode 6 bulan ikan sejenis kakap yang dibudidayakan akan menghasilkan 200 kg ikan per hektamya, sedangkan jenis mujair dengan mudah menghasilkan 1.000 kg. Karena plankton merupakan dasar dari rantai makanan, maka ada hubunga:n yang erat antara jumlah plankton yang tersedia dengal1 produksi ikan (Cholilc, 1991).
BABUI METODOLOGI PENELITlAN
3.1 Waktu dan Tcmpat Pcnclitian Penelitian ini
dilaksanakan di Danau Beratan di kawasan Hedugul,
Kabupaten Tabanan, Bali. Sedangkan untuk analisis plankton dilakukan di Laboratorium Ekologi Dasar, Laboratorium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun waktu penelitian adalah selama enam bulan, mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2006.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat pengukuran
kualitas air (Tabel 2). Tabel 2. Alat yang dipergunakan dalam penelitian Alat Plankton net No. 25 Kemerer (warersampwr) Hotol sample, 10 mL dan 1000 mL Mikroskop binokuler Countinf! chamber dan coverglass Cakram Secchi Gelas objek dan gelas penutup 8 Termometer air raksa 9 Pipet tetes 10 Alat tulis dan buku identifikasi II Kertas label 12 Lembar data pengamatan 13 pH meter 14 Dissolved OXVf!en 15 Basic Conductivity Meter
No. I 2 3 4 5 6 7
lh
l { rmt~lnpr
Kcgumaan Penyaringan sampel air Mengambil sampel air Menyimpan sample plankton dan air Mengidentifikasikan plankton Menghitung plankton Mengukur kecerahan air Untuk analisis Plankton Mengukur suhu air Mengambil sanlpel Analisa Identifikasi plankton Menandai sampel Identifikasi plankton MengukurpH MengukurDO Mengukur konduktivitas Tp-mn::l1" ~::lmnp:l
26
3.2.2
Bahan Bahan yang digunakan terdiri bahan kimia untuk analisis plankton;
a. Sampel plankton dan air, diambil dari perairan danau Beratan Bali b. Lugol 3% atau fom1alin 1 %, untuk pengawetan sarnpel plankton c. Larutan indikator pH d. Minyak imcrsi untuk melihat perbesaran 1000x.
3.3 Cara Kerja 3.3.1
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel Stasiun (wilayah) pengambilan sampel berjumlah 5 stasiun yang
diambil secara random sampling, yang ditentukan berdasarkan atas lokasi yang stategis di Danau Beratan Bali, yaitu: a. Stasiun 1 (08.26629 LS dan 115.16968 BT) daerah pertanian b. Stasiun II (08.26636 LS dan 115.18420 BT) inlet c. Stasiun 1ll(08.26994 LS dan 115.17693 BT) daerah perumahan d. Stasiun IV (08.28076LS dan 115.16961 BT) outlet e. Stasiun V (08.28078 LS dan 115.17506 BT) DAM
3.3.2
Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus pada
pagl hari 07.30-10.00 WIT, dengan pengambilan lokasi sampling sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan. Sebanyak 5 stasiun
di lokasi
pengambilan sampel. Metode yang digunakan ialah secara kuantitatif, dengan menggunakan prosedur sampler-and-plankton net (Welch, 1984. da1am Ilea
27
(b)
(e)
Gambar. 3 Diagram struktural alat-alat penelitian (a) La Motte water sampler, yaitu Kemmerer sampler tennodifikasi, (b) Plankton net, (c) Cakram Secchi (Welch, 1948) Adapun prosedur pengambilan sampel air dilakukan di setiap lokasi ialah sebagai berikut : a. Sampel air diambil dilapisan pennukaan air dengan menggunakan Kemmerer sampler bervolume I liter;
b. Satu liter air yang didapat lalu dipekatkan menjadi 10 ml dengan cam menuangkan sampel air tersebut ke da1am plankton net yang di ujungnya telah diikat dengan botol sampel; c. kedua prosedur diatas dilakukan sebanyak 1 kali dimasing-masing stasiun atau wilayah penganlbilan sanlpel; d. Setiap botol sampel diberi label dan dimasukkan kedalam kontainer.
3.3.3
Pengulmrall Pal'ameter Fisika dan Kimia Lingkullgan
Bersamaan dengall penganlbilan sampel air, dilakukan pengukuran parameter-parameter fisika dan kimia lingkungan, berupa temperatlir air, zat
28
konduktivitas, dan oksigen terlarut,
Keseluruhan pengukuran parameter-
parameter tersebut dilakukan sebanyak 1 kali. Adapun prosedur pengukuran parameter fisika dan kimia lingkungan, ialah sebagai berikut: a. Parameter derajat keasaman dengan pH Meter Terlebih dahulu, pH Meter dikalibrasi dengan pH 7,4 dan 10, dengan kedalaman maksimum elektroda alat 9 cm. Nilai yang teliera pada layar disesuaikan dengan memutar sekrup menggunakan obeng khusus. Pengukuran derajat keasaman dilakukan dengan mencelupkan elektroda alat ke dalam air yang berasal dari tiap titik sampel. Setelah didiamkan selama beberapa saat, nilai konstan yang tertera pada layar alat dicatat. b. Parameter, zat padat terlarut total, dan temperatur air, dengan Basic
Conductivity Meter Terlebih dahulu Basic Conductivity Meter dikaHbrasi dengan cara merendam elektroda (probe) dalam larutan kalibrasi. Lalu nilai salinitas (dalam satuan %0), zat padat terlarut total (dalam satuan mg/I), dan
, temperatur air (dalam satuan DC) yang tertera pada alat hams disesuaikan dengan nilai yang tertera di buku panduan manual alat. Nilai-nila tersebut dapat diketahui secara bergantian dengan menekan tombol mode. Parameter-paranleter tersebut diukur dengan cara mencelupkan elektroda sedalanl 4,5 cm ke dalam perairan di tiap titik sampel. Pencatatan nilainilai parameter dilakukan setelah nilai/angka yang tertera pada layar alat telah konstan (ready).
29
e. Parameter oksigen terlarut (DO) dengan Dissolved Oxygen Meter Pengukuran parameter oksigen terlarut ( dalam satuan mg/L) dengan menggunakan DO Meter sama seperti pengukuran parameter salinitas, zat padat terlarut total, dan temperatllr air dengan menggunakan Basic Conductivity Meter.
d. Parameter Keeerahan air diukur menggunakan eakram Seeehi Keeerahan air diukur menjelang tengah hari, sekitar pukul 10.00-12.00 (Bonnel, 2004. dalam Ika Sari, 2005). Cakram Secehi (Gambar 3e), yang sebelumnya telah diikat dengan tali dan meteran, ditenggelamkan ke dalam perairan, hingga eakram menempel pada dasar atau hingga eakram tidak tidak terlihat dari permukaan perairan. Panjang tali tersebut dieatat sebagai tali kedua. Rata-rata dari jumlah panjang tali: peliama dan kedua merupakan nilai keeerahan air (dalam satuan em atau meter). e. Tali dan meteran yang diujungnya yang diujungnya telah diikat dengan pemberat digllnakan untuk mengukur kedalanlaIl perairan. Deskripsi dan kondisi umum di 5 stasiun pengambilan sanlpel turut dieatat, misalnya euaea, kondisi pelIDUkaaIl perairan, warna penampakan air dan bau. Label pada botol-botol sampel dan nilai parameter-parameter lingkungan di atas dieatat dalanl lembar pengamatan lapangan yang telah dibuat.
30
3.3.4
Identifikasi dan Penghitungan Jumlah Genus dan/atau Spesies Plankton Sampel-sampel air yang didapat diberi zat pengawet. Setelah sampai
di laboratorium. tutup botol sampel langsung dibuka, lalu kontainer yang berisi botol-botol sampel ditempatkan di dekat kaca jendela. Pengamatan dilakukan dengan rentang waktu 24-36 jam pertama (2-3 hari) (Jalm dan .Talm, 1979, dalam Ilea Sari, 2005). Pengamatan
di
laboratorium
dilakukan
dengan
menggunakan
mileroskop cahaya. Prosedur pengamatan ini merupakan gabungan dari metode pengamatan di laboratorium oleh Welch (1984) serta Jalm dan Jahn (1979) , dalal111ka Sari (2005). Adapun langkah-Iangkalmya yaitu: a. Menggoyang/mengaduk botol
sampel
untuk menjaga homogenitas
plankton, adapun penelitian ini yang diall1ati jenis plankton. b. Meneteskan 0.04 1111(1 tetes pipet) sampel air ke atas gelas objek, lalu l11enutupnya dengan gelas penutup; c. Melakukan pengamatan mikroskopis dengan perbesaran 100x dan 400x dan 1OOOx dengan bantuan ,minyak ill1ersi; d. Menggambar (dalanl bentuk kaItu gaI11bar), rnengidentifikasi, dan l11enghitung setiap organisme plankton yang ditemukan, lalu mencatatnya pada lell1bar penganlatan yang telah dibuat. Teknik identifikasi dilakukan melalui kunci identifikasi oleh Jalm dan Jalm (1979) selta Kudo (1960), dalaIll Ilea Sari (2005) dan juga Edmondson (1959). Untuk lebih ll1endukung hasil identifileasi, gaI11bar-gaI11bar darl foto-foto
31
sudah ada. ldentifikasi plankton diusahakan mencapai tingkat species, namun apabila terlalu sulit, identifikasi hanya mencapai tingkat genus (Ika Sari, 2005).
3.4 Analisis Data Analisis data terhadap parameter fisika dan kimia dilakukan secara deskriptif, serta pembandingan dengan kelayakan untuk budidaya perikanan di danau. Analisis plankton yang dilakukan adalah kelimpahan plankton, indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominasi. 3.4.1
Kelimpahan plankton Kelimpahan plankton secm'a kuantitatif berdasarkan kelimpahan yang
dinyatakan dalam individulL yang dihitung dengan rumus Sachlan (1982):
vr
N= nx [ Vo x
1]
Vs
Keterangan : N
=
jumlah total individu plankton (individulL)
n
=
jumlah plankton yang diamati
Vr
=
volume plankton yang tersm'ing (mL)
Vo
=
volume plankton yang diamati (mL)
Vs
=
Volume air yang disaring (L)
3.4.2
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiever (1949) menjelaskml bahwa, Untuk menghitung
indeks keanekaragmnan dengan menggunakan rumus sebagai berikut; H'
= -
L (Pi In Pi)
Keterangan: H' = indeks keanekaraganmn Simpson
32
m
=
jumlah individu jenis ke-i
N
=
jumlah individu semuajenis
3.4.3
Analisis kesemgaman jenis Plankton
Shannon-Wiever
(1949)
lndeks
kemerataan
dihitung
dengan
menggunakan fonnulasi sebagai berikut: E=
H Hmax
E
=
Ekuitabilitas
H max
=
lndeks keanekaragamanjenis maksimum (log 2 S = 3.3219 log
S
=
3.4.4
10
S)
Jumlah taksa dalam suatu komunitas
Indeks Dominasi
Untuk menghitung indeks diminansi dengan menggunakan rmnus Simpson (Odum, 1971), yaitu:
C=
I(nilN)'
Keterangan: C"
=
indeks dominasi Simpson
111
=
jumla11 individu jenis ke-i
N
=
jumlah individu semua jenis Indeks dominansi Simpson, apabila hasilnya > 1 terdapat dominansi
dalam suatu komunitas dan ini akan diikuti dengan rendahnya indeks kemerataan dan keanekaragaman. Apabila
Tabel 3. Kriteria Penilaian Plankton
Pembobotan
Kualitas
Indeks keanekal'agaman (II) >2.41 1.81 - 2.4 .21 - 1.8 0.61 - 1.2 <0.6
Kondisi Struktur Komunitas Sangat stabi! Lebih stabi! Stabil Cuku)) stabi! Tidak stabi! Kondisi pcnycbaran jenis Indcks Kemcrataan (E) struktur komunitas >0.81 Sangat merata 0.61 - 0.80 Lebih merata 0.41 - 0.60 Merata 0.21 - 0.40 Cukup merata <0.20 Tidak merata . . Sumber: (Wzbzsono, 2001).
Lingkungan
Biota
Katagori
Skala
Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
5 4 2 1
Katagori
Skala
Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat burnk
5 4
0
-'
0
-'
2 1
Tabel 4. Klasifikasi Dcrajat Pencemaran Perairan Indcks Divcl'sitas Shanon Be!um tercemar > 2,0 Tercemar ringan 1,6 - 2,0 Tercemar sedang 1,0 - 1,5 Tercemar berat < 0,1 Sumoer: (Dwz Retnam, 2001). Derajat Pencemaran
DO Ppm
BOD ppm
NH4-N I ppm
_.
> 6,5 4,5 - 6,5 2,0 -4,4 < 2,0
< 3,0 3,0 - 4,9 5,0 - 15,0 > 15,0
< 0,5 0,5 -0,9 1,0 - 3,0 > 3,0
BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Plankton Keadaan struktur komunitas plankton di perairan Danau Beratan dianalisis berdasarkan komposisi jenis, kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa plankton di bagian permukaan perairan Danau Beratan ditemukan sebanyak 27 genus, terdiri dari 23 genus fitoplankton dan 4 genus zooplankton ( Tabel 5). Jumlah genus fitoplankton terbanyak ditemukan pada filum Chlorophyta (15 genus). Sedangkan kelimpahan tertinggi didapat pada filum Chlorophyta juga yaitu 460 Ind/L (65.21 %). Begitu pula dengan keadaan zooplankton jumlah genus terbanyak diperoleh dari filum Crustacea (2 genus), kelimpahan teliinggi diperoleh dari filum Crustacea juga yaitu 52 Ind/L (50.00%) Tabel 5. Komposisi dan kelimpahan plankton berdasarkan jumlahfilum dan genus di perairan Danau Beratan Kelomook
Filum
Fitoplankton Euglenophyta Chyanophyta Chlorophyta Crysophyta Pyrophyta Rhodoohyta Jumlah
Genus Jumlah (%) I 4.35 I 4.35 15 65.21 I 4.35 4 17.39 I 4.35 23 100.00
Kelimoahan (Ind/L) (%) 14 2.25 9 1.45 460 73.95 5.14 32 82 13.18 y_J 4.02 100.00622
Zooplankton Copepoda Rotifera Crustacea
1 I 2
25.00 25.00 50.00
15 45 52
13.39 40.18 46.43
T. __
A
1/\/\ /\/\
117
1/\000
l~""
35
Filum Chlorophyta merupakan filum yang sering ditemukan di perairan Danau Beratan di Bali. Filum Chlorophyta me11lpakan distribusi yang cukup luas baik diperairan tawar dan laut. Chlorophyta pada perairan tawar merupakan produsen primer dan dimanfaatkan oleh zooplankton dan larva ikan sebagai makanan (Sachlan, 1982). Cukup berlimpah keadaan zooplankton dari filum Crustacea dan Rotifera sangat menguntungkan untuk pengembangan perairan Danau Beratan untuk kegiatan perikanan, karena Rotifera dan Crustacea ini merupakan sumber makanan alami bagi ikan (Sachlan, 1982). Kelompok Diatomae (Filum Chrysophyta) yang ditemukan di perairan Danau Beratan ada satu genus yaitu Glenodinium. Kelompok ini dinding selnya mengandung silikat, dan perairan Danau Beratan cukup banyak mengandung silikat. Kelimpahan rata-rata zooplankton (112 IndlL) lebih rendah daripada kelimpahan fitoplankton (622 Ind/L). kelimpahan zooplankton yang paling banyak ditemukan pada filum Crustacea, kemudian diikuti oleh Rotifera dan Copepoda. Dari filum Crustacea, genus yang sering ditemukan adalah Polypemus. Genus dari filum Rotifera yang sering ditemukan adalah Keratella. Dan dari filum Copepoda yang sering ditemukan adalah genus Cyclops. Kelimpahan Chlorophyta lebih tinggi dibandingkan dengan ChJysophyta, Chyanophyta,
Euglenophyta,
Phyrophyta
dan
Rhodophyta.
Genus
dari
Chlorophyta yang sering ditemukan adalah Spirogyra, Zignema, Sirogonium dan
Tetraspora. Genus tersebut dapat hidup sepanjang tahun, karena mempunyai spora yang tahan pada musim kemarau, dan pada musim penghujan melakukan reproduksi (Sachlan, 1982). Zygnema, Spirogyra, Sirogonium dan tetraspora dari filum Chlorophyta merupakan produsen primer bagi ikan nila dan mujair (Sachlan, 1982). Oleh
36
Spirogyra, Sirogonium dan Tetraspora dapat dilakukan dengan cara introduksi ikan nila dan mujair ke perairan Danau Beratan. Kelimpahan plankton selama pemantauan cukup bervariasi, dan tertinggi tercatat sewaktu sampling kedua di stasi un [V (Tabel 6). Dimana stasiun [V merupakan lokasi dimana air keluar (oullel). Air akan keluar apabila kondisi air di danau melebihi ketinggian dari aliran keluar. Apabila kondisi air tidak melebihi oU/lel maka kondisi air akan lebih banyak tergenang dilokasi ini atau air akan
tetap tidak keluar. Dengan lokasi tersebut maka diperkirakan pada lokasi oullel ini teljadi penumpukkan unsur-unsur hara, sehingga kondisi lokasi ini lebih produktif untuk tumbuhnya plankton. Tabel6. Kelimpahan plankton berdasarkan stasiun dan waktu sampling di Derairan Danau Beratan ([nd/U Sampling Stasiun Kisaran I II
1 I~ Itoplanl(ton
IU2
I
144
1U2-144
Ij
22
115
166
Fltoplankton
96
[41
96-[ 4[
Zooplankton
I!
18
11-18
Jumlah
107
159
t'ltopYaiiJ.(ton
97
138
LOopYaIlKton
14
18
Jumlan
111
156
Fltoplankton
IUj
166
J(J.>-166
Zooplankton
16
2)
16=2)
,lumlah
119
191
FItoplankton
102
145
1U2-145
Zooplankton
14
2U
14-2U
Zooplankton ,lumlah
I j-22
II
III 'JI-138 ..
14~ 18
IV
V
37
Basil perhitungan indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks dominansi disajikan pada Tabel 7. Indeks keanekaragaman berkisar antara 3.003.33. keadaan ini menunjukkan periaran Danau Beratan tergolong sangat stabil dengan kategori sangat baik (skala 5). Sesuai dengan pernyataan (Odum, 1971) bahwa ekosistem perairan sangat stabil jika nilai indeks keanekaragaman (B') berkisar >2.4 1. keadaan ini dicirikan pula dengan indeks dominansi yang menunjukkan tidak adanya dominansi (0.98-0.99) atau nilainya
38
Dad
hasil penelitian yang diperoleh mengenai
nilai
kelimpahan,
keanekaragaman, kemerataan dan dominansi dad plankton menunjukkan bahwa keberadaan plankton di perairan Danau Beratan Bali masih dalam kondisi baik, meskipun jumlah kelimpahan plankton Ind/L masih sangat rendah yaitu sekitar 734 Ind/L dan kategori danau Beratan tergolong Danau Oligotrofik kisaran plankton (0-2.000 Ind/L).
4.2. Parameter Fisika dan Kimia 4.2.1 Keccmhan Keeerahan perairan menunjukkan besarnya nilai dari Cakram Seeehi yang masih terlihat, dan makin jernih suatu perairan maka eahaya matahari yang bisa menembus permukaan air akan semakin dalam. Hasil pengukuran di perairan danau beratan, nilai keeerahan terendah adalah 245 em dan tertinggi 400 em (Tabel 8). Nilai keeerahan yang terendah di suatu perairan dapat pula disebabkan oleh kelimpahan plankton yang tinggi karena adanya
blooming, selain oleh faktor tingginya bahan terlarut di perairan. Tersebut. Tabel 8. Nilai keeerahan perairan Danau Beratan per sampling (em)
Stasiun
I II III
IV V
Sampling I 380 400 420 250 330
II 370 390 380 240 310
Kisaran 370-380 380-390 380-420 240-250 310-330
Rata - rata 375 385 400 245 320
4.2.2. Suhu Nilai suhu air di perairan Danau Beratan berkisar antara 22.4 - 23.5 0C
39
kedua di stasiun IV, dan terendah sampling pertama di stasiun II. Hal ini terjadi karena stasiun II merupakan sumber air masuk dan stasiun IV merupakan lokasi air keluar. Menurut Boyd (1990), suhu berperan dalam proses fotosintesis dan kecepatan laju pertumbuhan fitoplankton, dan hasil pengukuran suhu di perairan Danau Beratan masih dalam kisaran yang cukup mendukung untuk perturnbuhan plankton, yaitu antara 22.2 - 23.6
°c
(Reynolds, 1990). Tabel 9. Nilai suhu air perairan Danau Beratan per sampling ( °c )
Stasiun I II III IV V
Sampling I 22.7 22.2 22.7 23.4 23.3
Kisaran
Rata - rata
22.7-23.4 22.2-22.5 22.7-22.9 23.4-23.6 23.3-23.5
23.1 22.4 22.8 23.5 23.4
n 23.4 22.5 22.9 23.6 23.5
4.2.3. Demjat keasaman (pH) Nilai derajat keasaman selan1a penelitian menunjnkkan kearab netral dan cellderung basa yaitu berkisar antara 7.6 - 8.3, hal ini terjadi karena perairan Danau Beratan merupakan lokasi jaring terapung, wisata,pertanian dan perumal1an. Sehingga kondisi perairannya sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi lahan tersebut. Nilai pH optimum untuk pertumbuhan plankton di perairan tawar menurut Harris (1986), adalab berkisar antara 6 9, sehingga kondisi perairan Danau Beratan tampaknya cukup mendukung untuk pertumbuhan plankton.
40
Tabel 10. Nilai derajat keasaman (pH) peraian Danau Beratan per sampling Samolin!!
Stasiun
I
8.0 7.5 8.0 7.5 8.1
I II III IV V
Kisamn II 8.2 7.7 8.1 7.9 8.4
8.0-H.2 7.5-7.7 8.0-8. I 7.5-7.9 8.1-8.4
Rata -rata-l 8.1 7.6 8. I 7.7
I
8.3
4.2.4. Oksigen Terlarut (nO) Hasil pengukuran kandungan oksigen terIal'llt di perairan Danau Beratan cukup tinggi yaitu berkisar antm'a 7.9 -8.5 mg/L crabel I I). Kandungan oksigen dipermukaan suatu perairan selain hasil dihasilkan oleh adanya difusi dari udara, adanya agitasi oIeh angin, juga disebabkan oleh proses fotosintesis fitoplankton (APHA, 1989; Iskandar et at., 2003). Menul'llt Lind
(1979),
kandungan
oksigen
terIal'llt
yang
dapat
mendukung
perkembangan organisme air nilainya hal'lls lebih besal' dari 5 mg/L. secara rata-rata kondisi oksigen di perairan Danau Beratan sudah cukup tinggi, sehingga dapat mendukung perkembangan organisme air. Tabel 11. Nilai oksigen terlal'llt (DO) perairan Danau Beratan per sampling, (mg/L) Stasiun
Samolin!! I
I II III IV V
8.0 7.9 8.0 8.2 7.9
II 8.7 8.2 7.9 8.7 8.1
Kisaran
Rata - rata
8.0-8.7 7.9-8.2 7.9-8.0 8.2-8.7 7.9-8.1
8.4 8.0 7.9 8.5 8.0
BABY
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kcsimpulan I. Dari hasil penelitian yang dilakukan di perairan Danau Beratan Bali didapatkan jenis plankton yang beranekaragam, ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman plankton di Danau Beratan sangat beranekaragaman. Jenis plankton yang ditemukan di perairan Danau Beratan Bali terdiri dari 23 genus dari komunitas fitoplankton, yaitu filum Euglenophyta (Co/acium), Cyanophyta (G/oeotricha), Chlorophyta (Spirogyra, Colelastrum sphaericum,
Zygnema, P/eurodiscus, Coe/astrum chodati, Tetraspora, Spinoclosterium, Sirogonium, Leuvenia, Uronema, Straurastrum, Scenedesmus, Cerateries, Arthrodesmus,
Arachnochloris),
(Tetradinium,
Peridinium,
Crysophyta
Sphaerodinium,
(G/enodinium), Cystodinium),
Pyrophyta Rhodophyta
(Asterocystis). Sedangkan dari kelompok zooplanktonterdiri dari 4 genus, yaitu filum Copepoda (Cyclops), Rotifera(Keratella), Crustacea (Apus,
Polyphemus). Indeks keanekaragaman plankton antara 3.00-3.33 yang menandakan perairan Danau Beratan Bali termasuk sangat stabil.
Indeks
kemerataan
plankton berkisar antara 0.21-0.24 yang menandakan pE:rairan DantlU Beratan Bali tennasuk cukup merata.
Indeks dominansi plankton berkisarantm'a
0.89-0.99, menandakan tidak adanyadominansi genus tertentucli perairan Danau Beratan Bali.
42
2. Melihat kelimpahan plankton yang terdapat di Danau Beratan masih tergolong sangat rendah sekali yaitu berkisar 734 lnd/L dan ini tergolong danau yang miskin unsur hara (Oligotrofik; 0-2.000 lnd/L). sehingga untuk tempat budidaya perikanan masih sangat kurang. Dibutuhkan lambahan unsur hara untuk menunjang pakan bagi ikan yang akan dibudidayakan. Meskipun ada jenis plankton dari golongan Fitoplankton yang sering ditemukan yaitu dari filum Chlorophyta (Zygnema, Spirogyra, Sirogonium dan Tetraspora) dimana jenis fitoplankton tersebut merupakan produsen primer untuk makanan ikan nila dan mujair.
5.2. Saran Untuk pemanfaatan Danau Beratan bagi budidaya perikanan dapat dilakukan dengan cara penambahan unsur hara yang dapat meningkatkan produksi plankton sebagai pakan alami atau dengan cara menambahkan pakan buatan yang sudah biasa digunakan untuk budidaya. Adapun jenis ikan yang dapat dibudidayakan yaitu jenis ikan mujair, nila dan ikan pemakan plankton lainnya, karena ada jenis fitoplankton dari filum Chlorophyta yaitu Zygnema, Spirogyra,
, Sirogonium, dan Telraspora sebagai pakan alami di perairan danau Beratan.
DAFTARPUSTAKA
Arthana W. I. , dkk. 1993. Distribusi Plankton di Danau Buyan Kabupaten Bulel::ng. Universitas Udayana Denpasar, Bali. Cholik F, dkk. 1991. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan No. ISSN 0215-2126. Djuhanda, T., 1980. Kehidupan dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit pada lvianusia, ITB, Bandung. Edmondson, W. T., 1959. Fresh Water Biology Second Edition, University of Washington, Seattle. Goldman, R.C, Horne, J. A. 1983. Limonogy. Department of Sanitary and Environmental Engineering. University of California. Berkeley. Husaini, A. 1997. Penyebaran dan Kelimpahan Plankton dan Benthos di Perairan Estuaria Selat Laut Bagian Utara (Serongga) Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas Perikanan, Banjar Barn. Ikasari. Q., 2005. Indeks Saprobik Protozoa sebagai bioindikator Kualitas Air Di suaka Margasatwa Muara Angke. Fakultas Matematika dan Hnm Pengetahuan Alam, Program Studi Biologi, UNJ, Jakarta Iskandar, dkk. 2003. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Bekas Bahan Pasir (Studi Kasus di Rawa Bebek, Karawang), Fakultas Pertanian, UNPAD, Bandung. Jorgensen, S. E., 1980. Lake Management, Water Development, Supply and Management, Volume 14, University Of Copenhagen, Perganlon Press. Denmark. Kalff, J., 2002. Limnology Inland Water Ecosystems, Me Gill University. Lutfiah. 2005. Kajian kualitas Limbah Migas (Minyak dan Gas Bumi) Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di kelompok lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS). Program Studi Biologi. Jurnsan MIP A. urN SyarifHidayatullah., Jakarta. Moos, M., D. P. Praseno., Sukarno. 1988. Teluk Jakarta Biologi, Budidaya, Oseanograji, Geologi dan Kondisi Perairan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Proyek Penelitian dan Pengembangan Sumber Dava Laut, LIPI, Jakarta.
44
Odum, E. P., 1971. Fundamental of Ecology. Toppan Company, Ltd. Tokyo. 383 p. _____., 1996. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga, Gadjah Mada Press, UGM. Yogyakarta.
PRPB (Pusat Riset PerikamU1 Budidaya), 2006. Riset Pengembangan Pemetaan Kelayakan Lahan dan Zonasi Wi/ayah Peruntukan Budi Daya Perikanan. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK). Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Retnani, A, D., 2001. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara. Laporan Skripsi, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. Sachlan, M., 1982. Plank/onologi, Fakultas Petemakan dan Perikanan, Universitas Diponegoro, Semarang. Sianipar, P., 1987. Budidaya Plankton dan Peranannya dalmn Peikanan. Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPUakarta. Makalah pada Kongres Biologi Nasional VIII, Purwokerto, 8-10 Oktober 1987. Wahab. H., dkk. 1995. Keanekaragaman Plank/on dan Ban/hos sebagai Indikator Biologis Pencemaran Perairan Sungai Krueng Aceh di Kotamadya Banda Aceh, Universitas Syiah Kuala, Malaysia.
45
Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian di perairan Danau Beratan Bali
Danau Beratan BalJ
Penentuan lokasi sampling
Pengambilan sampel
Analisis sampel
Analisis Plankton Parameter Fisika Parameter Kimia
Pengolahan data atau Analisis data
Perbandingan data hasil analisis dengan data standarisasi
Pemanfaatan Danau Beratan untuk Budidaya Perikanan
l
iran 2. Hasi! analisis parameter fisika dan kimia di perairan Danan Beratan, Bali pada sampling I Parameter Fisika Kecerahan SOOu
Satuan
Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Stasiun IV
Stasiun V
Cm vC
380 22.7
400 22.2
420 22.7
250 22.4
330 22.3
8.0 10.4 0.007 0.008 0.027 0.004
7.5 7.8 0.008 0.010 0.023 0.007
8.0 9.5 0.012 0.018 0.024 0.007
7.5 11.0 0.010 0.010 0.021 0.007
8.1 10.6 0.010 0.005 0.023 0.011
Kimia pH
DO
Mg/L
Nitrit Nitrat Amonium Phosphat
MglL
Mg/L Mg/L MglL
I
-I>-
0-
,iran 3. Hasil analisis parameter fisika dan kimia di perairan Danan Beratan, Bali pada sampling n Parameter Fisika Kecerahan Snhu
Satuan
Stasinn I
Stasiun II
Stasiun III
Stasiun IV
Stasilill V
Cm "C
370 23.4
390 22.5
380 22.9
240 23.6
310 23.5
Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L
8.2 10.0 0.007 0.008 0.027 0.004
7.7 8.0 0.008 0.010 0.023 0.007
8.1 9.7 0.012 0.018 0.024 0.007
7.9 11.3 0.010 0.010 0.021 0.007
8.4 10.9 0.010 0.005 0.023 0.011
.
Kimia IpH
DO Nitrit Nitrat Amoninm Phosphat
.J'. -.l
48
lpiran 4 . Jenis dan jumlah individu plallkton di Perairan DanaUI Beratan Bali sampling I ~o
I I I 2 ,
-'
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 I I 2 3
4 1
1 1
1 2
Jenis Plankton Fitoplankton EU<Jlenophyta Colacium Cyanophyta Gloeotricha Chlorophyta Spirogyra Coelastrum sphaericum Zygnema Pleurodiscus Coelastrum chodati Tetraspora Spinoclosterium Sirogoniul11 Leuvenia Uronema Strauraslrum Scenedesmus Cerateries Arthrodesmus Arachnochloris Crysophyta Glenodiniul11 Pyrophvta Tetradinium Peridinium Sphaerodinium Cystodinium Rhodophyta Asterocystis ZooDlankton CopeDoda Cyclops Rotifera KerateJla Crustacea Apus Polyphemus )' Ind/L Indeks keanekaraeaman Tn.:lnIr"
lrn""u"QCHlt"nQn
SU
SUI
2
St.lII
2
I
I
-l
21
I St.V
St.IV
I i
21
1
I
I
7
4
7 5 6 6 7 8 2 7 6 2 I I I 7 7
61 5 6 7 6 9 2 6 7 2 I I I 4 9
6
6
4 3 3 4
2
I
I
I
I
7
I 8 9
7 5 6 6 6 7 7 6 8 7 I I I 6 5
5
5
6
3 2 2 4
4 3 3 4
4 2 2 , -'
2 3 3
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
6
7
6
12
10
2 3
1 1
3 3
I 1
1
115
107
111
119
116
3.26 o ?,
3.33 o ?4
3.33 0?4
3 0.24
3.06 0.22
4 6 7 7 9
4 8 5
4 I 2 2 5
,
4 6 7 6 9 2 9 9 2 I
1
,
-'
I
49
Ipiran 5 . Jenis dan jumlah individu plankton di Perairan Danall Bratan Bali sampling II ~o
1 1 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 2 3 4 1
1 1 1 2
Jenis Plankton Fitoplankton EuglenoJ)hyta Colacium CyanoJ)hyta Gloeotricha Chloronhvta Spirogyra Coelastrum sphaericum Zygnema Pleurodiscus Coelastrum chodati Tetraspora Spinoclosterium Sirogonium Leuvenia Uronema Straurastrum Scenedesmus Cerateries Arthrodesmus Arachnochloris Crysophyta Glenodinium Pyrophyta Tetradinium Peridinium Sphaerodinium Cystodinium RhodoJ)hyta Asterocystis Zooplankton Copepoda Cyclops Rotifera Keratella Crustacea Apus Polyphemus )' IndlL Indeks keanekaragaman 1 ..... 1'1"'1... 1:' Jrn.iC'n.r4llfi4lln1l4lln
St.I
SUI
0
SUII
St.IV
St.V
j
4
0
j
4
3
3
2
2
4
2
10 5 10 8 8 10 6 9
4 6 6
9 7 10 7 9 II 5 8 7 5 2 2 2 8 9
9 7 11 8 9 II 4 8 8 5 2 2 2 6 10
11 5 12 9 12 12 5 10 10 4 4 3 4 9 12
9 7 10 8 9 10 8 8 9 9 2 2 2 6 7
8
7
6
8
7
5 5 5 7
4 5 4 7
6 4 3 5
7 4 5 5
5 5 5 6
6
7
7
7
6
5
4
3
5
3
8
8
7
14
11
4 5
3
4 4
0
7 7 3 0
j
3
3 3
166
159
156
191
165
3.18 o ??
3.21 o ?,
3.06 o??
on
3.13
3.21 0.21
0
j
j
50
Lampiran 6. Hasil Indentifikasi Plankton di Perairan Danau Beratan Bali A. Golongan Fitoplankton (1-23) 8.
Divisi Kelas Orelo Family Genus Species
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Volvocalles : Tetrasporaceae : TetTaspora : Tetraspora cylindriea
2, Divisi : Cyanophyta Species: Gloeotrieha
9.
Divisi Kelas Orelo Family Genus Species
: Ch lorophyta : Chlorophyceae : Zygnernatales : Desmieliaceae : Spinoclosterium : Spinoclosterium curvacum
3. Divisi : Chlorophyta Species: Spirogyra
10. Divisi Kelas Orelo Family Genus Species
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Zygnematales : Zygnernataceae : Sirogenium : Sirogeniwn slrietieulll
4. Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Orelo : Chlorococcales Family : Coelastraceae Genus : Coelastrum Species: Coe/astrum sphaerieum
11.Divisi Kelas Orelo Family Genus Species
: Chlorophyta : Xanthophyceae : Hetl~rococcales : Pleuroch lorielaceae : Leuvenia : Leuvenia natans Gardner
5. Divisi : Chlorophyta Species: Zygnema
12. Divisi
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Ulotrichales : Uloh'ic.hasceae : Uronema : Uronema elongatulll Hodgetts
6. Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Orelo : Zygnematales Family : Zygnemataceae Genus : Pleuroeliscus Species: Pleurodiscus borinquenae
13. Divisi Kelas Orelo Family Genus Species
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Zygnematales : Desmieliaceae : Straurastrum : Straurastrulll chaetoeeras
7. Divisi Kelas Orelo Family
14. Divisi Species
: Chlorophyta : Seenedeslllus
1. Divisi Kelas Orelo Family Genus Species
~a ... , . "
: Euglenophyta : Mastigophora : Colaciales : Colaceace : Colacium : Colacium vesieulosum
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Chlorococcales : Coelastraceae
Kelas Orelo Family Genus Species
51
15. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Tetrasporales : Oocystaceae
: Ceraterias : Ceraterias irregulare
16. Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Zygnematales Family : Desmidiceae Genus : Arthrodesmus Species: Arthrodesmlls eonvergens
22. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Pyrophyta : Dinophyceae : Dinocapcales
23. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Rhodophyta : Rhodophyceac
: Cystodinium : Cystodinium eOl'l1ifex
: Bangiales
: Goriotrichaceae : Asterocystis : Asteroeystis smaragdina
17. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Chlorophyta : Chlorophyceae : Heterococcales : Pleuroch loridaceae : Arachnochloris : Araehnoehloris minor
B. Goiongan Zoopla'lkton (24-27) 24. Divisi Kelas : Copepoda Ordo Family : Cyck,ps Genus Species : Cyclop strenus
18. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Chrysophyta : Chrysophyceae : Peridinales : Glenodiniceae : Glenodinium : Glenodinium quadridens
25. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
19. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Pyrophyta : Dinophyceae : Dinocapsales : Phytodiniaceae : Tetradinium : Te/radiniunljavanieum
26. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
20. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Pyrophyta : Dinophyceae : Dinocapcales : Peridiniaceae : Peridinium : Peridinium ineonspieuum
27. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
21. Divisi Kelas Ordo Family Genus Species
: Pyrophyta : Dinophyceae : Dinocapcales : Spharodiniaceae : Sphaerodinium : Sphaerodinium eine/um
: Rotifilra :Ploima : Keratellaceae : Keratella : Keratella cochlearis
: Crustacea : Phyllopbda : Apus : Apus concripormis
: Crustacea : Phyllopoda : Polyphemus : Polyphemus pediculus
iran 7. Grafik Nilai kecerahan dan Suhu airan Danau Beratan Bali 500
Zecerahan lll1
nilai kecerahan
Sampling II 370
I 380 400
390
420
380
250
240
330
310
E 400
1.
~ 300 .
_._
[1
~ 200,
)
100
-<0,
.. - - - - . -
-_.~~~~_. -
.-------.-.-.-.--
J
----rl
Sampling II
.._--"-
I
OL
'-'-.III
II
IV
V
stasiun
nilai suhu
Suhu un
Sampling I 22.7
[
r
22.2 22.7 23.4 23.3
II 23.4 22.5 22.9 23.6 23.5
24 ~
<5
i
23.5
t---------;k=====." /'
23 22.5 22 21.5
~ ~
-v
-
Sampling II
+------------..-.-...- -.... +-.---,--.~--.-~--~-
I
II
III
IV
..V
stasiun \J)
tv
,---_
- - .._-_.......
..
tiran 8. Crafik Nilai pH dan DO rairan Danau Beratan Bali
_
-
...
- - ...----_ .... - . - ------_.,._-,
nilai pH 8.6 8.4
8.2 t---8 -
pH nn
sampling 8
II 8.2
7.5
7.7
[
8
8.1
r
7.5
7.9
8.1
8.4
I
i
--A'----..
7.8
""'- " - . . . . / /
7.6
¥
~
Z
"-..._""'./ ¥
~sampling
I
sampling
7.4 -
7.2 7 III
II
v
IV
stasiun
Nilai DO
DO in.11
I
sampling i IT
T
• 8.0 [
I I T
..
8.7 8.2
7.9 8.0
7.9
8.2
8.7
7.9
8.1
I
8.8
a:::J
8.6 8.4 8.2
.§. o 8.0
o
'"
""'"
/
. . •. •.~
~
""
/
. . • •. . .•
--.,~
I ~~,~ sampling! iI
'"
~
'"
~
i, -ll'-sampling II' __
7.8
~6 7.4
II
III Stasiun
IV
V
Vi
w
iran 9. Kelimpahan Plankton Ind/L di Perairan Danau Bemtan Bali
Kelimpahan Plankton di Perairan Danal! Beratan Bali
Kelimpahan un
Sampling I
115
II
166
----g
..J
~
[
107
159
III
156
.
,
]
119
191
116
I 165 I
250 200
+---.----------------.~~~--.---.~
150
+---------~---.--~-----------.-------.
~
[100
~
Q)
~
A
A
~
~
50 +--~----------.--.-
o
" 1
2
Kelimpahan Sampling I Kelimpahan Sampling 1\
, 3
4
5
stasiull V>
.p.
iran 10 Grafik Curan Hujan Tanun 2002-2005 di Perairan Danau Beratan Bali DATA CURAH HUJAN TAHUN 2002 Bulan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Aaustus September Oktpber November Desember
Rata-Rata
30
CH
15.77 27.73 16.97 10.87 6.42 0.48 0.11 0.45 0.2 0.92 9.22 20.29
~
is
...-.--_.... ---.-.. - ---- -~.------
ii-~~---~
25
1
20
~
-
'5
10
.
-
I~ I~-- ...- -......
--
.-1
~I-n- ..-----.. ----
--.----. --- ... "-'---'~ ·-1 ~
jJ
+- '-. ~I>--I = ------~--.. o! ' , . _,~. ---.----=_,_,-,_=_~.,J ! ..,l ",,", I' # l' ,}' ,yS- "l .;I $',;1 ,/' / 5
.
qt"
f5 iftf
".
if ""
1
I
Bulan
DATA CURAH HUJAN TAHUN 2003 Bulan
Januari Pebruari Maret Aoril Mel Juni Juli Aaustus September Oktober November Desember
Rata-Rata
30
CH
26.81 28.27 19.58 7.09 4.271 0.56 1.5 0.15 5.22 3.08 6.78 10.66
r:::l
25
is
20
'H t-
o
~
15'H
~
10
1-1
5
o -!-L..L.,...LJ.......L...L,...L.J_"-L-='--r-"L'----.--LL __ .L.L;-.L-J.;'-.J_
/" 'i
q#
j' /~
I' #
)J'
)S
.,;>0
",,J-
4' cI'
Bulan
rI / '
if of'
;
V> V>
DATA CURAH HUJAN TAHUN 2004 Bulan Januari Pebruari Maret Aoril Mei Juni Juli Aaustus Seotember Oktober November Desember
25.00
Rata.-.Rata
CH
1
r-
I
12.90 23.02 13.97 7.57 7.77 0.18 0.27 0.15 0.30 0.74 13.37 21.77
20.00
Ii
15.00
J
10.00
I·..
t= -
-------"--,,,,,,,,
j~~ -
-
- - -..._.._..... _ e-
f-..
1--..·
..
I
5.00
.L
-
--
!
0.00
1,-_
/~/
~
,:j'4'///#
~ ,1'
/' I'
.."
f'f'
(/ /
/
Bulan
DATA CURAH HUJAN TAHUN 2005 Bulan Januari Pebruari Maret Aoril Mei Juni Juli Aoustus Seotember Oktober November Desernber
Rata-Rata
18.00
CH
16.00
6.85 10.32 17.11 15.18
6.83 1.37 4.83 1.25 10.56 5.31 15.97
-
-
14.00
0
i ~ !I:
1
8.00
i
-
-
-
-
,-I---'
.-
...
...
I I
... e-
.-
I f
1-
_..
1-
I-
4.00
0:00
1
I
10.00
2.00
-- - - --.....--- -- --- ......- . _ - e- .. -
I---
12.00
6.00
- - - " - ..-.... ------- --
n
)r
n
if Bulan
f--
r-
--
I
I
...
I...
I... I--
v.
0,
57
Lampiran 11. Hasi! Analisis kualitas air di perairan Dallau Beratall Bali Parameter
No
Satuall
Kualitas Air Danau Beratall
Fisik I.
Padatan terlarut
ppm
10
Kimia 2.
pH
7,82
3.
DO
ppm
-
4.
BODs
ppm
2.24
5.
COD
ppm
10.75
6.
Amonia
ppm
0.46
7.
Nitrat (N03)
ppm
6.62
8.
Nitrit (NOl)
ppm
0.002
9.
K10rida (C1)
ppm
-
10. Fosfat
ppm
0.189
I!. Sulfat (S04)
ppm
12. Selenium (Se)
ppm
13. Cuprum(Cu)
ppm
-
14. Pb
ppm
0.015
15. Cd
ppm
0.009
16. Coliform
Jml/100 ml
4
17. E-coli
Jml/lOO ml
-
Sumber: PPLH UNUD dan Bapedal Regional II (2001)
,
58
Lampimn 12. Baku Mutu Kualitas Air No
Parameter
Satuan
Baku Mutu Air Kelas I
Kelas II
1.000
1.000
6-9
6-9
Fisik 1.
Padatan terlarut
ppm
Kimia 2. ,
pH
~.
DO
ppm
6
4-
4.
BODs
ppm
2
3~
5.
COD
ppm
10
25
6.
Amonia
ppm
0.5
-
7.
Nitrat (N03)
ppm
10
10
8.
Nitrit (N02)
ppm
0.06
0.06
9.
Klorida (CI)
ppm
-
600
10.
Fosfat
ppm
0.2
0.02
11.
Sulfat (SO')
ppm
400
-
12.
Selenium (Se)
ppm
0.01
0.05
13.
Cuprum (Cu)
ppm
0.02
0.02
14.
Pb
ppm
0.Q3
0.Q3
15.
Cd
ppm
0.01
0.01
16.
Coliform
JmI/IOO ml
100
100
17.
E-coli
Jml/IOO ml
1.000
1.000
Keterangan : Kelas I : untuk air baku air minum; Kelas II : untuk sarana rekreasi,budidaya ikan air tawar, petemakan dan higasi pertanian. Sumber : PPLH UNUD dan Bapedal Regional II (200 I)
59
Lampiran 13. Alat dan Bahan yang digunakan untuk analisis plankton
ISampel plankton sampling I'
ISampel plankton sampling II I
Alat yang digunakan untuk analisis plankton
Penyimpanan sampel untukdianalisis ]
60
Lampil'an 14. Foto Lokasi Sampling dan Analisis Plankton
IStasiun I (daerah pertauian) I
Stasiun II (in lei)
I Stasiun III (claerah perumahan) I
Stasiun IV (OIlllel)
I
Stasiun V (DAM)
]
61
62
Lampiran 150 Foto HasH Analisis Plankton di Perairan Danau Bei°atal1l Bali
I
63
Cyanophyta
Euglenophyta
Colacium
Gloeoiricha Chlorophyta
Spirogyra
Zygnema
Coelastrum chodat
Coelastrum sphaericum
IJleurodiscus
Tetraspora
64
Leuvenia
Uronema
Straurastrum
Scenedesmus
Cerasterias
Arthrodesmus CIJ'sophyta
Glenodinium .
Arachnochloris Pyrophyta
65
Sphaerodinium
Cystodinium
Rhodophyta
Copepoda
Asterocystis
Cyclops
Rotit'era
Keratella Crustacea
66