ANALISIS KEKRITISAN DAS DAN UPAYA KONSERVASI DANAU (Studi Kasus Di Danau Beratan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali)
JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh : MUHAMMAD ALI AKBAR NIM : 0710640001-64
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014
ANALISIS KEKRITISAN DAS DAN UPAYA KONSERVASI DANAU (Studi Kasus Di Danau Beratan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali) Muhammad Ali Akbar1, Mohammad Sholichin2, Ery Suhartanto2 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya e-mail:
[email protected] ABSTRAK
Perubahan alami dan dampak aktivitas manusia di DAS Beratan telah menyebabkan penurunan fungsi Danau Beratan. Studi ini bertujuan mengetahui kekritisan DAS Beratan berdasarkan besarnya limpasan, erosi, serta sedimentasi akibat perubahan fungsi lahan, kemudian diusulkan upaya konservasi untuk menanggulanginya. Program AVSWAT 2000 merupakan program berbasis SIG yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan pada suatu DAS. Hasil simulasi AVSWAT 2000 pada lahan DAS Beratan berdasarkan perubahan kondisi lahan tahun 2003 ke 2011 menunjukkan perubahan yang signifikan pada peningkatan nilai baik dari nilai limpasan, erosi, maupun sedimentasi. Nilai limpasan DAS Beratan Bagian Barat, Utara, dan Selatan secara rerata meningkat 2,630 mm/bulan (6,06%); 0,543 mm/bulan (2,66%); dan 3,223 mm/bulan (10,11%). Nilai erosi DAS Beratan Bagian Barat, Utara, dan Selatan secara rerata meningkat 1,584 ton/ha/bulan (46,12%); 0,065 ton/ha/bulan (6,11%); dan 0,353 ton/ha/bulan (16,80%). Nilai sedimentasi DAS Beratan Bagian Barat, Utara, dan Selatan secara rerata meningkat 325,9811 ton/bulan (35,64%); 15,6716 ton/bulan (3,80%); dan 33,5265 ton/bulan (21,58%). Berdasarkan perubahan tersebut, maka diusulkan upaya konservasi berupa penataan sistem drainase, pembuatan kolam tampungan sementara, dan penataan kawasan. Kata kunci: DAS Beratan, tata guna lahan, limpasan, erosi, sedimentasi, AVSWAT 2000 ABSTRACT Natural changes and the impact of human activities in the Beratan watershed, has decreased the function of Beratan Lake. This study heads to determine the criticality of Beratan watershed based on the amount of runoff, erosion, and sedimentation due to the land use changes, then the suggestion for conservation efforts can be suggested to overcome them. AVSWAT 2000 is a GIS-based program that has designed to solve the watershed problems. The results of AVSWAT 2000’s simulation for Beratan watershed, based on the land use changes from 2003 to 2011, are showed the significant changes in raising the value either on runoff, erosion, and sedimentation. The values of the Western, Northern, and Southern Beratan Watersheds’ runoff are increase 2.630 mm/month (6.06%); 0.543 mm/month (2.66%); and 3.223 mm/month (10.11%). The values of the Western, Northern, and Southern Beratan Watersheds’ erosions are increase 1.584 tons/ha/month (46.12%); 0.065 tons/ha/month (6.11%); and 0.353 tons/ha/month (16.80%). The values of the Western, Northern, and Southern Beratan Watersheds’ sedimentations are increase 325.9811 tons/month (35.64%); 15.6716 tons/month (3.80%); and 33.5265 tons/month (21.58%). Based on those changes, the conservation efforts are proposed such as the arrangement of the drainage system, making the pond, and the arrangement of the area. Keywords: Beratan Watershed, land use, runoff, erosion, sedimentation, AVSWAT 2000
1. PENDAHULUAN Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau alam, di mana danau-danau tersebut memiliki peran penting yang multifungsi baik fungsi ekologi, ekonomi, sosial budaya, keagamaan, dan secara teknis berfungi sebagai sumber air baku, juga pengatur dan penyeimbang tata air, dan pengendali banjir. Namun akibat dari perubahan alami dan dampak negatif dari aktivitas manusia yang cenderung tidak ramah lingkungan, baik dalam kawasan hutan maupun wilayah danau dan sekitarnya telah menyebabkan penurunan fungsi dari keempat danau, salah satunya Danau Beratan. Perubahan tata guna lahan pada DAS Beratan telah menunjukkan dampak buruk pada kelestarian DAS. Masalah yang ditimbulkan berupa peningkatan limpasan permukaan, penurunan kemampuan resapan lahan, peningkatan erosi lahan dan tingkat kekritisan lahan yang berakibat meningkatnya sedimentasi di danau. Salah satu masalah yang terlihat jelas adalah tergenangnya Pura yang merupakan tempat peribadatan warga setempat tiap musim penghujan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kekritisan di DAS Beratan
yaitu berupa besarnya limpasan, erosi lahan, serta sedimentasi yang masuk ke danau akibat perubahan fungsi lahan. Dengan demikian bisa diusulkan upaya konservasi yang bisa diterapkan untuk menanggulanginya. 2. BAHAN DAN METODE 2.1. Lokasi Penelitian Kabupaten Tabanan sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali, terletak pada koordinat 08o 14’ 30” sampai 08o 38’ 07” Lintang Selatan dan 114o 54’ 52” sampai 115o 12’ 57” Bujur Timur. Danau Beratan berada pada wilayah Administrasi Kabupaten Tabanan, tepatnya di Kecamatan Baturiti, Desa Candikuning, kawasannya disebut Bedugul, yang merupakan wilayah bagian hulu dari DAS Penet. Danau Beratan secara alamiah terdapat pada kawasan ekosistem dengan bentuk wilayah yang bergunung pada tingkat kemiringan lereng 30%-60%, dan mempunyai daerah tangkapan seluas 13,05 km2 termasuk luasan permukaan. Tinggi muka air bervariasi dari waktu ke waktu.
Gambar 1. Peta wilayah kajian studi pada DAS Beratan
Gambar 2. Peta Tata Guna Lahan DAS Beratan Tahun 2003 dan Tahun 2011 Tabel 1. Jenis Penggunaan Lahan di DAS Beratan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penggunaan Lahan Air Tawar Belukar Hutan Perkebunan Pemukiman Rumput Sawah Sawah Tadah Hujan Tanah Ladang Tanah Kosong
Tahun 2003 (ha) 392.910 9.997 552.335 13.953 56.663 0 240.702 36.751 1.589 0
Tahun 2011 (ha) 383.764 4.316 524.283 22.270 84.170 11.407 235.564 28.045 0 11.077
% Tahun 2003 30.11 0.77 42.33 1.07 4.34 0.00 18.44 2.82 0.12 0.00
% Tahun 2011 29.41 0.33 40.18 1.71 6.45 0.87 18.05 2.15 0 0.85
Sumber : Pengolahan Peta Bakosurtanal dan Peta Lansat 2011
Tabel 2. Sebaran dan Luas Jenis Tanah di DAS Beratan No
Jenis Tanah
Luas (ha)
1
Latosol Coklat Kekuningan
116.666
2
Regosol Kelabu
1188.229
Sumber : Pengolahan Peta Bakosurtanal dan Peta Lansat 2011
2.2. Data-Data yang Dibutuhkan Dalam penulisan studi ini dibutuhkan data-data yang mendukung guna memudahkan dalam menganalisis permasalahan yang ada, dan berikut adalah data-data yang dibutuhkan:
a. Data peta topografi wilayah DAS Beratan skala 1:25.000 dari BAKOSURTANAL. b. Data tataguna lahan wilayah DAS Beratan skala 1:25.000 dari BAKOSURTANAL. c. Data peta jenis tanah wilayah DAS Beratan skala 1:25.000 dari BWS Bali-Penida. d. Data hujan dan klimatologi wilayah DAS Beratan tahun 1990-2011 dari BMKG wilayah Provinsi Bali. 2.3. Pemodelan Hidrologi AVSWAT 2000 AVSWAT 2000 (ArcView Soil and Water Assessment Tool) adalah sebuah program yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) pada ArcView 3.2 atau ArcView 3.3 (ESRI) sebagai ekstensi di dalamnya. Program ini dikeluarkan oleh Texas Water Resources Institute, College Station, Texas, USA. ArcView sendiri adalah salah satu dari sekitar banyak program yang berbasis SIG. AVSWAT 2000 dirancang untuk menganalisis semua masalah yang terjadi
pada suatu DAS dengan prinsip dasar pola keseimbangan aliran. Simulasi hidrologi pada suatu DAS dibedakan menjadi dua fase. Pertama adalah fase penelusuran siklus hidrologi di darat (jumlah air tanah, sedimen, nutrisi, dan kandungan pestisida yang bergerak menuju aliran sungai), dan yang kedua adalah fase penelusuran siklus hidrologi aliran (pergerakan air, sedimen, dan sebagainya di dalam aliran). 2.4. Kekritisan DAS Departemen Kehutanan telah menetapkan klasifikasi bahaya erosi berdasarkan laju erosi yang dihasilkan dalam ton/ha/tahun seperti diperlihatkan pada tabel 3. Klasifikasi bahaya erosi ini dapat memberikan gambaran apakah tingkat erosi yang terjadi pada suatu lahan ataupun DAS sudah termasuk dalam tingkatan yang membahayakan atau tidak, sehingga dapat dijadikan pedoman di dalam pengelolaan DAS. Klasifikasi bahaya erosi dijadikan sebagai acuan penentuan kekritisan DAS pada studi ini. Setiap kelas bahaya erosi mengacu pada petunjuk pedoman penyusunan RTLRKT Departemen Kehutanan (1998). Kelas bahaya erosi dibagi dalam lima kelas, yaitu Sangat Ringan, Ringan, Sedang, Berat, dan Sangat Berat. Tabel 3. Klasifikasi Bahaya Erosi No.
Kelas Bahaya Erosi
Kehilangan Tanah (ton/ha/thn)
1.
I
< 15
Keterangan Sangat Ringan
2.
II
16 – 60
Ringan
3.
III
60 – 180
Sedang
4.
IV
180 – 480
5.
V
> 480
Sumber: Departemen Kehutanan (1998)
Berat Sangat Berat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Uji Kualitas Data Hujan Data hujan yang diperoleh dan dikumpulkan dari institusi pengelolanya perlu diuji kekualitasan data tersebut. Hal ini dikarenakan informasi yang diperoleh tentang masing-masing unsur tersebut mengandung ketidaktelitian (inaccuracy) dan ketidakpastian (uncertainty) (Harto, 1982:263). a. Uji Konsistensi Data Metode RAPS Metode ini digunakan untuk menguji ketidakpanggahan data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri dengan mendeteksi nilai rata-rata. Hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai Q/(n0.5) dan R/(n0.5) tabel, syarat analisis diterima (masih dalam batasan konsisten) jika nilai Q/(n0.5) dan R/(n0.5) hitung lebih kecil dari nilai Q/(n0.5) dan R/(n0.5) tabel. Tabel 4. Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5 N
Q/n0.5
R/n0.5
90%
95%
99%
90%
95%
99%
10
1.05
1.14
1.29
1.21
1.28
1.38
20
1.10
1.22
1.42
1.34
1.43
1.60
30
1.12
1.24
1.48
1.40
1.50
1.70
40
1.14
1.27
1.52
1.44
1.55
1.78
100
1.17
1.29
1.55
1.50
1.62
1.85
1.22
1.36
1.63
1.62
1.75
2.00
Sumber: Harto, 1993: 168
Dari uji kualitas data metode RAPS di yang telah dilakukan, didapatkan Q/(n0,5)hitung = 0,3414 lebih kecil dari Q/(n0,5)tabel = 1,104 dan R/(n0,5)hitung = 0,3410 lebih kecil dari R/(n0,5)tabel = 1,352. Data hujan dari Stasiun Candikuning dinyatakan konsisten dengan ketelitian 90%. Berikut ini ditabelkan hasil uji kualitas data hujan metode RAPS untuk Stasiun Candikuning.
Tabel 5. Uji Kualitas Data Hujan Stasiun Candikuning 2
No
Tahun
Hujan
Sk*
[Sk*]
Dy
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1995 1997 1996 2005 1998 1992 1999 2000 1994 2006 2001 1993 1991 1990 2003 2004 2007 2002 2011 2009 2008 2010
12,2554 13,5188 13,7816 13,9670 14,1243 14,8856 15,5925 15,6346 15,6690 15,7959 16,7109 17,3245 17,3510 18,4307 19,8381 19,8641 20,1570 21,3046 21,8780 24,5802 31,7424 31,7424
-6,2059 -4,9425 -4,6797 -4,4942 -4,3370 -3,5757 -2,8688 -2,8267 -2,7923 -2,6654 -1,7504 -1,1368 -1,1103 -0,0306 1,3768 1,4028 1,6957 2,8433 3,4167 6,1189 13,2811 13,2811
6,2059 4,9425 4,6797 4,4942 4,3370 3,5757 2,8688 2,8267 2,7923 2,6654 1,7504 1,1368 1,1103 0,0306 1,3768 1,4028 1,6957 2,8433 3,4167 6,1189 13,2811 13,2811
1,7506 1,1104 0,9954 0,9181 0,8550 0,5812 0,3741 0,3632 0,3544 0,3229 0,1393 0,0587 0,0560 0,0000 0,0862 0,0894 0,1307 0,3675 0,5306 1,7018 8,0177 8,0177
Rerata Jumlah
18,4613
Sk**
[Sk**]
-1,1983 -0,9544 -0,9036 -0,8678 -0,8374 -0,6904 -0,5539 -0,5458 -0,5392 -0,5147 -0,3380 -0,2195 -0,2144 -0,0059 0,2659 0,2709 0,3274 0,5490 0,6597 1,1815 2,5645 2,5645
1,1983 0,9544 0,9036 0,8678 0,8374 0,6904 0,5539 0,5458 0,5392 0,5147 0,3380 0,2195 0,2144 0,0059 0,2659 0,2709 0,3274 0,5490 0,6597 1,1815 2,5645 2,5645
3,9469 26,8209 Sk**max = Sk**min = Q = [Sk**max] = R = Sk**max-Sk**min = Q/√n = R/√n =
2,5645 0,0059 2,5645 2,5586 0,3414 0,3410
Sumber: Data dan Hasil Perhitungan
b. Uji Abnormalitas Data Metode Inlier-Outlier Data yang telah konsisten kemudian perlu diuji lagi dengan uji abnormalitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data maksimum dan minimum dari rangkaian data yang ada layak digunakan atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Inlier-Outlier, di mana data yang menyimpang dari dua batas ambang, yaitu ambang bawah (XL) dan ambang atas (XH) akan dihilangkan. Rumus untuk mencari kedua ambang tersebut adalah sebagai berikut: XH = Exp. (Xrerata + Kn . S) XL = Exp. (Xrerata - Kn . S) dengan: XH = nilai ambang atas. XL = nilai ambang bawah. Xrerata = nilai rata-rata. S = simpangan baku dari logaritma terhadap data. Kn = besaran yang tergantung pada jumlah sampel data n = jumlah sampel data. Berikut ini ditabelkan nilai-nilai Kn untuk masing-masing jumlah data yang tersedia.
Tabel 6. Nilai Kn untuk Uji Inlier-Outlier. Jumlah Data 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kn 2.036 2.880 2.134 2.175 2.213 2.247 2.279 2.309 2.335 2.361 2.385 2.408 2.429 2.448
Jumlah Data 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kn 2.467 2.468 2.502 2.519 2.534 2.549 2.563 2.577 2.591 2.604 2.616 2.628 2.639 2.650
Jumlah Data 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 55
Kn 2.661 2.671 2.682 2.692 2.700 2.710 2.719 2.727 2.736 2.744 2.753 2.760 2.768 2.804
Jumlah Data 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140
Kn 2.837 2.866 2.893 2.917 2.940 2.961 2.981 3.000 3.017 3.049 3.078 3.104 3.129
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1999:8
Tabel 7. Uji Inlier-Outlier Data Hujan Stasiun Candikuning No
Tahun
Hujan(mm)
Log X
No
Tahun
Hujan(mm)
Log X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1995 1997 1996 2005 1998 1992 1999 2000 1994 2006
12,2554 13,5188 13,7816 13,9670 14,1243 14,8856 15,5925 15,6346 15,6690 15,7959
1,0883 1,1309 1,1393 1,1451 1,1500 1,1728 1,1929 1,1941 1,1950 1,1985
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1993 1991 1990 2003 2004 2007 2002 2011 2009 2008
17,3245 17,3510 18,4307 19,8381 19,8641 20,1570 21,3046 21,8780 24,5802 31,7424
1,2387 1,2393 1,2655 1,2975 1,2981 1,3044 1,3285 1,3400 1,3906 1,5016
2010
31,7424
1,5016
11
2001 16,7109 1,2230 22 Stdev = 0,1115 Rata-rata = 1,2516 Kn = 2,4290 Keterangan: Nilai ambang atas (XH) = 33,2963 Nilai ambang bawah (XL) = 9,5689 Maka tidak ada data yang harus dihilangkan
Sumber: Data dan Hasil Perhitungan
Dari uji Inlier-Outlier di atas diketahui bahwa semua data hujan pada Stasiun Candikuning berada dalam batasan normal, di antara nilai ambang atas (XH) dan ambang bawah (XL). 3.2. Simulasi Awal AVSWAT 2000 Simulasi awal dilakukan tanpa merubah parameter-parameter yang terdapat dalam program. Parameter tersebut dibiarkan dalam kondisi default untuk menguji hasilnya dengan data lapangan di titik kontrol. Simulasi dilakukan selama 22 tahun dimulai dari 1 Januari 1990 sampai dengan 31 Desember 2011. Tahun tersebut disesuaikan dengan data hujan yang tersedia. Hasil simulasi kemudian dibandingkan dengan data debit lapangan yang tercatat pada AWLR Danau Beratan.
Tabel 8. Hasil simulasi awal AVSWAT 2000 Q AWLR
Q MODEL
KR
(m3/dt)
(m3/dt)
%
Januari
1.4192
1,8364
22,72
Februari
1.5592
1,9566
20,31
Maret
1.4903
1,8690
20,27
April
1.0895
1,1046
1,36
Mei
0.8486
0,5357
36,87
Juni
0.6527
0,1871
71,33
Juli
0.4716
0,0432
90,83
Agustus
0.3952
0,0249
93,70
September
0.3531
0,0426
87,92
Oktober
0.5033
0,1360
72,97
Nopember
0.6747
0,5667
16,01
Desember
0.9988
0,9955
0,33
Bulan
Sumber: Hasil Analisa
Tabel 9. Nilai awal dan akhir kalibrasi Parameter CN2
Nilai Awal CN2
Nilai Akhir CN2 -5
AWC
AWC + 0,03
SOL_AWC ESCO
0
1
ALPHA_BF
0,048
0,028
GW_DELAY
31
270
Sumber: Hasil Analisa
Tabel 10. Hasil simulasi AVSWAT 2000 setelah kalibrasi Q AWLR (m3/dt) Januari 1,4192 Februari 1,5592 Maret 1,4903 April 1,0895 Mei 0,8486 Juni 0,6527 Juli 0,4716 Agustus 0,3952 September 0,3531 Oktober 0,5033 Nopember 0,6747 Desember 0,9988 Sumber: Hasil Analisa Bulan
Q MODEL (m3/dt) 1.2016 1.3833 1.3995 1.0497 0.7668 0.5963 0.4972 0.4311 0.3846 0.3708 0.5128 0.7058
KR % 15.3287 11.2809 6.0922 3.6485 9.6430 8.6419 5.4309 9.0779 8.9057 26.3289 23.9886 29.3394
Gambar 3. Hasil simulasi awal AVSWAT 2000 Simulasi awal menghasilkan kesalahan relatif rata-rata sebesar 45,97% dan gambar 3 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara debit hasil simulasi dengan debit lapangan. 3.3. Kalibrasi Model AVSWAT 2000 Proses kalibrasi dibutuhkan untuk menyesuaikan parameter-parameter yang berpengaruh dalam DAS studi sehingga hasil model mendekati data lapangan. Kalibrasi parameter dalam model dilakukan dengan cara coba-coba. Peneliti membatasi parameter yang akan diubah-ubah nilainya. Tabel 8 menunjukkan nilai akhir dari parameterparameter yang sudah dikalibrasi dalam studi ini.
Gambar 4. Hasil simulasi AVSWAT 2000 setelah kalibrasi Simulasi setelah kalibrasi menghasilkan kesalahan relatif rata-rata sebesar 13,14%. Ini menunjukkan bahwa hasil simulasi setelah kalibrasi jauh lebih akurat dari pada hasil simulasi awal. Gambar 4 menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara debit hasil simulasi dengan debit lapangan. 3.4. Uji Analisis Regresi Analisis Regresi adalah analisis yang membahas hubungan dua variabel atau lebih. Derajat hubungan tersebut
umumnya dinyatakan secara kuantitatif sebagai koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1,0 ≤ R ≤ 1,0.
Tabel 11. Perhitungan nilai Cp rerata No.
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Oavg
Q MODEL (m3/dt) 1.4192 1.5592 1.4903 1.0895 0.8486 0.6527 0.4716 0.3952 0.3531 0.5033 0.6747 0.9988 0.8713
Q AWLR (m3/dt) 1.2016 1.3833 1.3995 1.0497 0.7668 0.5963 0.4972 0.4311 0.3846 0.3708 0.5128 0.7058 Jumlah
(Pi-Oi)2
(Oi-Oavg)2
Cp
0.0473 0.0309 0.0082 0.0016 0.0067 0.0032 0.0007 0.0013 0.0010 0.0176 0.0262 0.0859 0.2305
0.3001 0.4731 0.3831 0.0476 0.0005 0.0478 0.1598 0.2267 0.2685 0.1355 0.0387 0.0162 2.0977
0.1099
Sumber: Hasil Analisa
Gambar 5. Korelasi debit model dan AWLR rerata Dari hasil uji korelasi data dengan metode Analisis Regresi diperoleh nilai koefisien korelasi berada pada 0,6
P O Cp O O 2
i
i
2
i
avg
3.6. Dampak Perubahan Tata Guna Lahan pada DAS Beratan Berikut ini adalah hasil pemodelan AVSWAT 2000 dampak perubahan tata guna lahan dari tahun 2003 ke tahun 2011 pada DAS Beratan.
Gambar 6. Grafik peningkatan Limpasan rerata DAS Beratan 2003-2011 Nilai limpasan DAS Beratan secara rerata meningkat 6,400 mm/bulan (6,68%).
dengan: Cp = Coefficient Performance Pi = Prediksi Oi = Pengamatan Oavg = Rata-rata Pengamatan Dari hasil uji (Cp) Coeficient Performance diperoleh nilai Cp dari perbandingan debit model dengan debit AWLR secara rerata masuk pada klasifikasi sangat baik. Gambar 7. Grafik peningkatan Erosi rerata tiap bulan DAS Beratan 2003-2011
Nilai Erosi DAS Beratan secara rerata meningkat 2,001 ton/ha/bulan (30,35%). Perubahan luas sebaran kelas erosi untuk DAS Beratan adalah: Kelas I seluas 512,250 ha (berkurang 2,52%). Kelas II seluas 606,687 ha (berkurang 3,09%). Kelas III seluas 168,063 ha (bertambah 5,28%). Kelas IV seluas 10,625 ha (bertambah 0,34%). Kelas V seluas 7,375 ha (tetap).
Gambar 8. Grafik peningkatan Sedimentasi rerata tiap bulan DAS Beratan 2003-2011 Nilai Sedimentasi DAS Beratan secara rerata meningkat 4502,150 ton/bulan (25,32%).
Gambar 9. Peta sebaran Kelas Bahaya Erosi 4. KESIMPULAN Hasil simulasi AVSWAT 2000 pada DAS Beratan berdasarkan perubahan tata guna lahan tahun 2003 ke 2011 menunjukkan perubahan hasil berupa peningkatan nilai baik dari nilai limpasan, erosi, maupun sedimentasi. Nilai limpasan DAS Beratan secara rerata meningkat 6,400 mm/bulan (6,68%). Nilai limpasan DAS Beratan Bagian Barat secara rerata meningkat 2,630
mm/bulan (6,06%), Bagian Utara meningkat 0,543 mm/bulan (2,66%), dan Bagian Selatan meningkat 3,223 mm/bulan (10,11%). Nilai Erosi DAS Beratan secara rerata meningkat 2,001 ton/ha/bulan (30,35%). Nilai erosi DAS Beratan Bagian Barat secara rerata meningkat 1,584 ton/ha/bulan (46,12%), Bagian Utara meningkat 0,065 ton/ha/bulan (6,11%), dan Bagian Selatan meningkat 0,353 ton/ha/bulan (16,80%). Nilai Sedimentasi DAS Beratan secara
rerata meningkat 4502,150 ton/bulan (25,32%). Nilai sedimentasi DAS Beratan Bagian Barat secara rerata meningkat 325,9811 ton/bulan (35,64%), Bagian Utara meningkat 15,6716 ton/bulan (3,80%), dan Bagian Selatan meningkat 33,5265 ton/bulan (21,58%). Dari analisa kelas erosi ditemukan beberapa wilayah sub-DAS yang masuk kategori kelas III hingga kelas V. Karena itu untuk mengatasi masalah kekritisan lahan pada DAS Beratan diusulkan upaya-upaya konservasi berupa: Penataan sistem drainasi berbasis konservasi resapan air dengan penambahan lubang resapan pada dasar saluran drainasi dan dilengkapi dengan pembuatan kolam tampungan
sementara sebelum masuk ke danau untuk mencegah luapan pada kondisi hujan. Menerapkan penanaman tanaman dalam Larikan (Strip Cropping System) dan sistem terasering, yaitu Teras Bangku dengan penguat rumput dan batu pada area Sawah dan Sawah Tadah Hujan untuk menghambat laju erosi. Menambah daerah resapan pada lahan Perkebunan dan Tanah Kosong dengan pembuatan Rorak untuk menghambat laju erosi dan mengurangi limpasan permukaan. Reboisasi untuk lahan hutan yang rawan longsor.
Gambar 10. Peta usulan konservasi pada DAS Beratan DAFTAR PUSTAKA 1. 2.
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
3.
4.
Chow, Ven Te. 1985. Open Channel Hidraulics. Alih Bahasa: Ir. Suyatman. Jakarta: Erlangga. Di Luzio M, Srinivasan R, Arnold J.G, Neitsch S.L. 2002. Arcview Interface for SWAT 2000. User’s Guide, Soil and Water Assessment Tool Theoritical Documentation version 2000. Grassland, Soil and Water Research Laboratory.
5. 6.
Agricultural Research Service. Temple, Texas. Grassland, Soil and Water Research Laboratory. USDA Agricultural Research Service. Temple, Texas. Blackland Research and Extension Centre. Texas Agricultural Experiment Station. Temple, Texas. Published 2002 by Texas Water Resources Institute, College Station, Texas. Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Neitsch S.L., Arnold J.G, Kiniry J.R., Williams J.R., King K.W. 2002. Soil and Water Assessment Tool Theoritical Documentation version 2000. Grassland, Soil and Water
Research Laboratory. Agricultural Research Service. Temple, Texas. 7. Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arcview. Informatika. Bandung. 8. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. 9. Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid 1. Bandung: Nova. 10. Suripin. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Offset. 11. Utomo, Wani Hadi. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. Malang: IKIP Malang.