1
KAJIAN KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN SERTA PERTUMBUHAN JENIS-JENIS KOMERSIAL, KHUSUSNYA JENIS RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) DI HUTAN RAWA GAMBUT IUPHHK PT DIAMOND RAYA TIMBER, PROPINSI RIAU
DANU PRASETYO E14201034
PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
2
RINGKASAN Danu Prasetyo (E14201034). Kajian Komposisi dan Struktur Tegakan serta Pertumbuhan Jenis-jenis Komersial, Khususnya Jenis Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) di Hutan Rawa Gambut IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Istomo, MS. Dewasa ini, berbagai kegiatan pengelolaan hutan rawa gambut telah dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan hasil hutan dan ekosistemnya. Namun, karena intensitas pemanfaatan hasil hutan yang semakin meningkat, menyebabkan produktivitas hutan dan ekosistemnya semakin menurun, khususnya untuk jenis-jenis komersial yang diusahakan. Salah satu jenis spesifik hutan rawa gambut yang populasinya terus menurun adalah jenis ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) yang sejak tahun 2004 telah masuk dalam Appendix II CITES. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai aspek pertumbuhan untuk memperoleh informasi dasar sehingga dapat meminimalisasi penurunan produktivitas hutan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, khususnya pada areal IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau. Salah satu aspek pertumbuhan yang dapat diteliti adalah kajian mengenai komposisi dan pertumbuhan riap dalam suatu habitat tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi dan struktur hutan rawa gambut serta pertumbuhan dari jenis komersial, khususnya jenis ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) hutan rawa gambut PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2005 hingga Januari 2006, di IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau. Bahan yang digunakan adalah data sekunder dari seri PSP (Permanent Sample Plot) IUPHHK PT. Diamond Raya Timber RKL I sampai dengan RKL V (tahun tebang 1982 sampai dengan 2002), dengan luas masing-masing PSP 0,36 ha. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini berupa data diameter dan tinggi pohon berdiameter lebih dari 10 cm, serta jumlah pohon pada masing-masing PSP. Adapun analisa data yang dilakukan meliputi pengukuran Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’), pembuatan struktur tegakan hutan dan pengukuran riap diameter dan riap volume jenis-jenis komersial.
3
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dari keseluruhan petak pengamatan pada areal IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau, ditemukan sebanyak 47 jenis pohon yang tergolong ke dalam 27 famili. Dari 47 jenis tersebut, 15 diantaranya adalah jenis komersial yang tergolong ke dalam 11 famili. Keseluruhan jenis tersebut keberadaannya bervariasi pada setiap petak. Areal RKL I memiliki jumlah jenis yang paling sedikit (28 jenis), sedangkan jumlah jenis terbanyak pada hutan primer (36 jenis). Areal RKL I memiliki kerapatan jenis komersial yang paling rendah (40 pohon/ha). Sedangkan kerapatan jenis komersial tertinggi terdapat pada areal RKL III (118 pohon/ha). Kerapatan jenis komersial pada keseluruhan areal kurang dari 50% dari kerapatan total tegakan. Jenis komersial yang paling mendominasi dengan nilai INP tertinggi pada areal bekas tebangan maupun hutan primer adalah jenis meranti batu (Shorea uliginosa). Seluruh areal bekas tebangan maupun pada hutan primer, memiliki nilai Indeks Keanekaragaman (H’) lebih dari 2, dimana menunjukkan bahwa kondisi keanekaragaman pada areal tersebut baik. Pada areal penebangan maupun pada hutan primer, untuk keseluruhan jenis memiliki bentuk struktur yang tidak mengikuti bentuk umum struktur tegakan (“J” terbalik). Sedikitnya jumlah individu pada kelas diameter terkecil (10-19 cm) menyebabkan ketidaksesuaian bentuk umum struktur tersebut. Untuk jenis ramin ditribusi jenis pada kelas diameter tidak menunjukkan pola struktur yang teratur. Volume pada tegakan sebagian besar dibangun oleh jenis-jenis komersial. Riap diameter pohon jenis komersial untuk diameter 20 cm ke atas sebesar 1.18 cm/tahun. Riap diameter dari pohon inti sebesar 0.71 cm/tahun. Riap volume jenis komersial 20 cm ke atas sebesar 0.28 m3/ha/tahun Riap volume dari pohon inti sebesar 0.14 m3/ha/tahun. Untuk jenis ramin, riap diameter 20 cm ke atas sebesar 0.76 cm/tahun dengan riap diameter pohon inti ramin sebesar 0.42 cm/tahun. Riap volume 20 cm ke atas untuk jenis ramin sebesar 0.30 m3/ha/tahun, dengan riap pohon inti ramin sebesar 0.18 m3/ha/tahun. Secara keseluruhan, jenis-jenis komersial, dapat dipanen karena memiliki jumlah pohon inti dan besarnya riap yang memenuhi syarat untuk ditebang pada rotasi tebang berikutnya. Walaupun demikian, terdapat beberapa jenis komersial yang direkomendasikan untuk tidak ditebang.
4
KAJIAN KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN SERTA PERTUMBUHAN JENIS-JENIS KOMERSIAL, KHUSUSNYA JENIS RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) DI HUTAN RAWA GAMBUT IUPHHK PT DIAMOND RAYA TIMBER, PROPINSI RIAU
Danu Prasetyo E14201034
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
5
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
: KAJIAN KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN SERTA PERTUMBUHAN JENIS-JENIS KOMERSIAL, KHUSUSNYA JENIS RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) DI HUTAN RAWA GAMBUT IUPHHK PT. DIAMOND RAYA TIMBER, PROPINSI RIAU
Nama Mahasiswa: DANU PRASETYO Nomor Pokok
: E14201034
Menyetujui: Pembimbing,
(Dr. Ir Istomo, MS) NIP. 131 849 395
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana) NIP. 131 430 799
Tanggal Lulus:…………………….
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 april 1983 dari ayah bernama Supono dan ibu bernama Sunaryam. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan formalnya di SD Negeri 71 Pontianak, Kalimantan Barat. Pada tahun 1992 penulis pindah sekolah ke SD Negeri 07 Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat dan menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah tersebut pada tahun 1995. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 1 Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat hingga tahun 1998. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 3 Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat pada tahun 1998 hingga tahun 2001. Pada tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan memilih Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama di perkuliahan, penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) dimana Praktek Umum Kehutanan (PUK) dilaksanakan di Cilacap dan Baturraden, Jawa Tengah dan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) dilaksanakan di desa Getas, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dari Bulan Juli hingga Agustus 2004. Pada bulan Juni hingga Agustus 2005, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di HTI PT. Finnantara di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Selain itu penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ekologi Hutan Program Sarjana pada tahun ajaran 2004/2005, Ekologi Hutan Program Diploma tahun ajaran 2005/2006 dan Silvikultur pada tahun ajaran 2004/2005.
7
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul ”Kajian Komposisi dan Struktur Tegakan serta Pertumbuhan Jenis-jenis Komersial, Khususnya Jenis Ramin (Gonystylus bancanus Miq. Kurz) di Hutan Rawa Gambut IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau”. Menurunnya produktivitas hutan akibat pengelolaan hutan yang berkesinambungan menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian ini, sehingga nantinya dapat bermanfaat untuk memperoleh informasi dasar guna menunjang kegiatan pelestarian dalam suatu pembinaan hutan, khususnya di IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada keluarga tercinta atas ketulusan doa, kasih sayang dan motivasi; Bapak Dr. Ir. Istomo, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasehat, masukan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi; PT. Diamond Raya Timber yang telah memfasilitasi perolehan data penelitian, serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Akhirnya penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2006 Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................. 1 B. Tujuan Penelitian............................................................................... 2 C. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komposisi Hutan Rawa Gambut…………………………………... 4 B. Jenis Komersial IUPHHK PT. Diamond Raya Timber..................... 5 C. Komposisi Jenis dan Struktur Hutan................................................. 6 D. Sistem Silvikultur Hutan Rawa Gambut di Indonesia...................... 8 E. Pertumbuhan dan Riap Setelah Penebangan...................................... 10 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas................................................................................... 12 B. Kondisi Fisik...................................................................................... 13 C. Kondisi Flora dan Fauna…………………………………………… 15 D. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut IUPHHK PT. Diamond Raya Timber……………………………………………………………… 15 IV. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian........................................................... 17 B. Bahan dan Alat.................................................................................. 17 C. Penyiapan Data.................................................................................. 19 D. Analisis Data…………………………………………………….. 19 1. Komposisi Jenis........................................................................... 19 2. Struktur Tegakan..........................................................................21 3. Perhitungan Riap Diameter dan Riap Volume.............................21
9
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan 1. Komposisi Jenis........................................................................... 22 2. Struktur Tegakan..........................................................................31 B. Riap Diameter dan Riap Volume....................................................... 37 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................ 46 B. Saran.................................................................................................. 46 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
No
Teks
1
Pengaturan tebangan menurut TPI tahun 1972............................
2
Pengaturan tebangan menurut Direktorat Jenderal Reboisasi dan
Halaman 8
Rehabilitasi Lahan (RRL) tahun 1980…………………………...
9
3
Jenis tanah di kawasan sekitar DAS Rokan...................................
14
4
Sebaran PSP yang digunakan pada penelitian................................ 17
5
Jumlah jenis dan famili pada masing-masing areal penebangan dan hutan primer............................................................................. 22
6
Kerapatan jenis pada areal bekas tebangan dan hutan primer.............................................................................................
7
Nama jenis yang memiliki rata-rata Indeks Nilai Penting tertinggi pada masing-masing areal pengamatan……...................
8
24 29
Nilai Indeks Keanekaragaman jenis (H’) pada masing-masing areal pengamatan…………...........................................................
31
9
Potensi tegakan pada areal bekas tebangan.................................... 38
10
Riap diameter berdasarkan kelas diameter..................................... 39
11
Riap volume per ha berdasarkan kelas diameter............................
12
Jumlah pohon dan volume per hektar yang mati/ditebang pada
41
saat penebangan.............................................................................. 44
11
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
1
Disain Permanent Sample Plot (PSP) di lapangan.....................
18
2
Disain sub petak contoh di dalam PSP.......................................
18
3
Bagan jumlah individu pada masing-masing areal pengamatan..................................................................................
Halaman
24
4
Komposisi jenis pada areal RKL I, RKL II dan RKL III ……… 26
5
Komposisi jenis pada areal RKL IV, RKL V dan hutan primer.........................................................................
6
Struktur tegakan hutan untuk keseluruhan jenis pada areal bekas tebangan RKL I, RKL II, dan RKL III............................
7
33
Struktur tegakan hutan untuk keseluruhan jenis pada areal bekas tebangan RKL IV, RKL V, dan hutan primer.................
8
27
34
Sebaran individu seluruh jenis, jenis komersial dan jenis non komersial...................................................................................... 36
9
Komposisi volume per hektar pada areal bekas tebangan dan hutan primer................................................................................
37
10
Riap diameter jenis-jenis komersial............................................. 40
11
Riap volume jenis-jenis komersial..............................................
42
12
DAFTAR LAMPIRAN
No 1
Teks
Halaman
Peta kawasan IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau....................................................................
50
2
Peta sebaran PSP di lapangan......................................................... 51
3
Nama jenis pohon yang ditemukan pada areal pengamatan hutan rawa gambut PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau................................................................................................
52
4
Jenis dan famili pada masing-masing areal pengamatan...............
54
5
Jumlah individu per jenis pada masing-masing areal Pengamatan....................................................................................
56
6
Data hasil perhitungan komposisi pada areal pengamatan............. 58
7
Sebaran jumlah individu per kelas diameter pada masing-masing areal pengamatan………………………………………………… 82
8
Riap diameter jenis-jenis komersial pada masing-masing petak pengamatan………………………………………………………. 83
9 10
Riap volume per hektar jenis-jenis komersial pada masingmasing petak pengamatan………………………………………..
86
Kondisi potensi tegakan…………………………………………
89
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut terbesar ke-empat di dunia yaitu sekitar 17-27 juta hektar (Immirzi dan Maltby, 1992 dalam Istomo, 2002). Hutan rawa gambut Indonesia memiliki manfaat sebagai lahan produksi kayu, penyimpan dan penyedia air, pengendali banjir dan sebagai perlindungan dan penyangga keanekaragaman hayati khas dari lahan gambut. Berbagai kegiatan pengelolaan hutan rawa gambut telah dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan hasil hutan dan ekosistemnya. Namun, seiring dengan perkembangan pengelolaan hutan tersebut, intensitas pemanfaatan hasil hutan semakin meningkat dan telah menyebabkan produktivitas hutan dan ekosistemnya semakin menurun. Penyediaan kayu untuk bahan baku industri yang semakin tidak terjamin dan menurunnya keanekaragaman jenis pohon dan hasil hutan, menjadi indikator terjadinya penurunan produktivitas dan ekosistem hutan tersebut. Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) merupakan salah satu jenis kayu yang bernilai ekonomi tinggi dan hanya ditemukan pada hutan rawa gambut. Namun keberadaan jenis ramin ini terancam karena populasinya terus menurun. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya jenis ramin ini ke dalam Appendix II CITES sejak tahun 2004, dimana jenis ini merupakan jenis yang belum terancam punah, tetapi akan terancam punah jika perdagangannya tidak diatur dengan ketat. Sehubungan dengan hal di atas, diperlukan berbagai upaya secara efektif dalam hal pembinaan dan pelestarian. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi penurunan produktivitas hutan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Keseimbangan antara pemanfaatan hutan dan usaha pelestarian sumber daya alam hayati hutan, akan menjaga keberadaan hutan dan komponen pendukungnya, sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi kehidupan mahluk hidup.
2
Dalam era pasar bebas tahun 2000 dan era penerapan ekolabel perdagangan kayu dunia, telah berdampak positif pada tuntutan pengelolaan hutan di Indonesia menuju sistem pengelolaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian. Dengan diterapkannya sistem ekolabeling yang mempersyaratkan bahwa kayu yang diperdagangkan di seluruh dunia harus berasal dari hutan yang dikelola secara lestari (Sustainable Forest Management), maka konsep Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFM) saat ini menjadi acuan dan tujuan dalam pengelolaan hutan di masa-masa mendatang. PT. Diamond Raya Timber, yang menggunakan sistem TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia), pada saat ini telah dan akan membuat PSP (Permanent Sample Plot) pada setiap plot penebangan. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan pemantauan terhadap riap/hasil dan intensitas tebangan yang optimal di areal pengelolaan, sehingga dengan demikian dapat memberikan informasi yang tepat mengenai dinamika dari tegakan hutan yang dikelola. Kajian yang bersangkutan dengan pengumpulan data pertumbuhan sangat diperlukan untuk memperoleh informasi dasar guna menunjang kegiatan pelestarian, baik dalam hal kelestarian jenis pada tegakan hutan yang dikelola, maupun kelestarian hasil dalam suatu pembinaan hutan. Salah satu aspek pertumbuhan yang dapat diteliti adalah kajian mengenai komposisi dan pertumbuhan jenis dalam suatu habitat tertentu.
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji: ¾ Komposisi dan struktur hutan rawa gambut PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau. ¾ Pertumbuhan dari jenis komersial, khususnya jenis ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) hutan rawa gambut PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau.
3
C. Manfaat Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kajian mengenai komposisi dan pertumbuhan dari jenis komersial, terutama jenis ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) pada hutan alam rawa gambut PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau berdasarkan perolehan data pada PSP yang telah dibuat, agar nantinya dapat dijadikan dasar untuk menentukan tindakan silvikultur atau dapat pula digunakan untuk mengetahui besarnya riap pertumbuhan dari tegakan apakah dapat menjamin kelestarian hasil dari hutan yang dikelola.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Komposisi Hutan Rawa Gambut Hutan rawa gambut (peat-swamp forest) merupakan salah satu bagian dari formasi hutan iklim basah yang dapat dijumpai di Kepulauan Indonesia dan wilayah sekitarnya (Van Steenis, 1957 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2002). Menurut Driessen (1977) dalam Poerwowidodo (1991), rawa gambut adalah suatu tipe tanah yang dibentuk dari sisa-sisa tumbuhan (batang, akar, daun dan lain-lain), karena itu kandungan bahan organiknya tinggi. Radjagukguk (1990) dalam Chotimah (2002) menerangkan bahwa gambut terbentuk dari serasah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Di dataran rendah dan daerah pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan serasah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan gambut ombrogen yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen di Indonesia terbentuk dari serasah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaannya rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi. Ciri umum hutan rawa gambut adalah memiliki perbedaan tinggi tajuk, bersifat campuran tetapi tetap lebih miskin akan jenis bila dibandingkan dengan hutan hujan dan didominasi oleh pohon-pohon anggota dikotiledon. Tinggi pohon dapat mencapai 30 m, terutama di daerah tepinya, sebab makin ke tengah, pohon makin pendek karena sifat habitatnya lebih ekstrim. Vegetasi yang terdapat di pusat gambut, dimana lapisan gambut dapat mencapai dua meter lebih, seringkali berbentuk hutan tiang (Samingan, 1975 dalam Suyono, 1998). Menurut Direktorat Jendral Kehutanan (1976) dalam Suhendang (2002), hutan rawa gambut terdapat pada daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar, tidak terpengaruh oleh iklim serta tersebar hampir di seluruh Indonesia terutama di Sumatera bagian Timur, Kalimantan Bagian Barat dan Tengah dan bagian Selatan Irian. Van Steenis (1971) dalam Resosoedarmo (1989),
5
menyebutkan bahwa hutan rawa gambut merupakan ekosistem yang unik di daerah tropika dan berkembang dengan baik di Kalimantan dan Sumatera. Jenis-jenis pohon yang banyak terdapat pada hutan rawa gambut adalah Alstonia sp, Tristania sp, Eugenia sp, Cratoxylon arborescens, Tetramerista glabra, Dactylocladus stenostacys, Dyospyros sp, dan Myristica sp. Khusus di Kalimantan Selatan dan beberapa daerah di Sumatera, pada hutan rawa gambut ini banyak terdapat Gonystylus bancanus.
B. Jenis Komersial IUPHHK PT. Diamond Raya Timber Tsoumis (1976) menyatakan bahwa nilai komersil dari berbagai jenis sehubungan dengan produksi kayu, tergantung dari beberapa faktor seperti ukuran pohon, kualita kayu, assesibilitas, serta jumlah yang tersedia. Besar pohon merupakan faktor utama. Bersama kualita menentukan baik tidaknya kayu tersebut digunakan untuk berbagai industri. Kondisi pertumbuhan, mempengaruhi ukuran pohon. Sebagai contoh, kebanyakan kayu-kayu daun lebar (oak, beech dan lain-lain) telah berubah menjadi semak-semak sebagai akibat pemotongan yang berulang-ulang, kebakaran dan akibat penggembalaan di beberapa tempat dan menghasilkan kayu-kayu yang berukuran relatif kecil yang menyebabkan nilai komersilnya menurun. Pada waktu ini assesibilitas mempengaruhi nilai komersil terutama pada negara-negara tropik dimana kebanyakan hutan-hutannya terisolir dari pusat populasi manusia. Jumlah yang tersedia pada lokasi-lokasi tertentu juga mempengaruhi nilai komersilnya, walaupun hal ini mungkin dapat diatasi dengan kualitas kayunya. Jadi oak yang besar, walnut, jenis-jenis tropika seperti mahagoni dan lain-lainnya sangat berharga karena mempunyai struktur serta sifatsifat yang sangat disukai (serat, warna dan lain-lain) di dalam pembuatan perabotperabot rumah. Selain kayu, non kayu pun apabila sangat bernilai dapat digolongkan pada kayu komersial. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 163/Kpts-II/2003 tanggal 26 Mei 2003, pengelompokan jenis kayu sebagai dasar pengenaan iuran kehutanan dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu :
6
1. Kelompok Jenis Meranti/ Kelompok Komersial Satu 2. Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/ Kelompok Komersial Dua 3. Kelompok Jenis Kayu Eboni/ Kelompok Indah Satu 4. Kelompok Jenis Kayu Indah/ Kelompok Indah Dua Jenis-jenis yang ditetapkan ke dalam jenis komersial di IUPHHK PT. Diamond Raya Timber adalah (PT. Diamond Raya Timber, 2004): a. Kelompok Jenis Meranti Durian Burung (Durio carinatus) Meranti Bunga (Shorea uliginosa) Meranti Batu (Shorea teysmanniana) Suntai (Palaquium pierre) Balam (Palaquium obovatum) Jangkang (Xylocarpus malayana) Pulai (Alstonia pneumathopora) b. Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran (kelompok komersial dua) Bintangur (Calophyllum soulattri) Geronggang (Cratoxylum arborescens) Pasak Linggo (Aglaia rubiginosa) Pisang-pisang (Mezzetia parviflora) Punak (Tetramerista glabra) Terentang (Camnosperma macrophylla) Serapat (Calophyllum macrocarpum) c. Kelompok Jenis Kayu Indah (Kelompok Indah dua) Ramin (Gonystylus bancanus)
C. Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Soerianegara dan Indrawan (2002) mengemukakan pentingnya mengetahui komposisi. Dikatakan bahwa komposisi hutan alam merupakan salah satu aspek ekologis yang penting bagi pengetahuan pengelolaan hutan.
7
Istilah komposisi digunakan untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis pohon dalam hutan. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa salah satu ciri hutan hujan tropika adalah mayoritas penutupnya terdiri dari tumbuhan berkayu berbentuk pohon (Richards, 1964 dalam Wahyu, 2002). Groombridge (1992) dalam Kongse (1996) mengemukakan bahwa komposisi dan kelimpahan jenis dapat berbeda berdasarkan perbedaan tempat dan waktu. Mueller-Dumbois dan Ellenberg (1974) dalam Herayuana (2005), memakai istilah komposisi untuk menyatakan kekayaan floristik hutan. Kekayaan floristik hutan tropika sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan seperti iklim, tanah dan cahaya, dimana faktor tersebut membentuk suatu tegakan yang klimaks. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebagian besar hutan hujan tropika mempunyai komposisi jenis campuran walaupun tidak selalu demikian. Definisi mengenai struktur hutan dikemukakan oleh Suhendang (1985), yang menyatakan bahwa struktur tegakan hutan merupakan hubungan fungsionil antara kerapatan pohon dengan diameternya. Oleh karenanya maka struktur tegakan akan dapat dipakai untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameternya, apabila dugaan parameter struktur tegakan dan jumlah pohon secara total diketahui. Struktur tegakan juga dapat memberikan informasi mengenai dinamika populasi suatu jenis atau kelompok jenis mulai dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon (Marsono dan Sastrosumarto, 1981 dalam Istomo, 1994). Berdasarkan struktur tegakan dapat dapat diduga tingkat mortalitas dan dengan mengetahui riap diameter pada tiap kelas diameter dapat diduga volume produksi pada rotasi tebang berikutnya berdasarkan asas kelestarian. Suatu jenis tumbuhan dalam hubungannya dengan keadaan lingkungan dari suatu ekosistem akan membentuk suatu sistem fungsi tertentu. Setiap individu jenis tersebut mempunyai toleransi yang berbeda dalam beradaptasi dengan lingkungan dan masing-masing individu tersebut mempunyai kondisi lingkungan tertentu dimana ia dapat tumbuh secara optimal. Oleh karena itu pada umumnya penyebaran jenis tumbuhan akan berbeda terutama dalam hal kehadiran dan kelimpahannya (Poole dalam Istomo, 1994).
8
Sebenarnya informasi yang telah didapatkan dari kerapatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kerapatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran tempatnya (Soegianto, 1994 dalam Pradiastoro, 2004).
D. Sistem Silvikultur Hutan Rawa Gambut di Indonesia Ketentuan-ketentuan yang pernah ada dan digunakan dalam mengelola hutan rawa gambut adalah: 1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 35/Kpts/DD/I/1972 tentang pedoman Tebang Pilih Indonesia, Tebang Habis Permudaan Alam dan Pedoman-pedoman Pengawasannya. 2. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL) tahun 1980 tentang Pedoman Tebang Pilih Indonesia. Penentuan Sistem Silvikultur, Pelaksanaan dan Pengawasan. 3. Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor: 564/Kpts/IVBPHH/1989 tentang Pedoman Tebang Pilih Indonesia. 4. Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor: 24/Kpts-set/96 tentang Perubahan Batas Diameter Tebangan, Rotasi Tebang, Jumlah dan Diameter Pohon Inti untuk Hutan Rawa Gambut. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 35/Kpts/DD/I/1972 merupakan sistem silvikultur yang berlaku umum terutama untuk hutan hujan Dipterocarpaceae. Dalam ketentuan tersebut terdapat tiga alternatif penentuan batas diameter tebangan, rotasi tebang, jumlah pohon inti dan diameter pohon yaitu: Tabel 1. Pengaturan tebangan menurut TPI tahun 1972 Batas Diameter Tebangan
Rotasi Tebang
Jumlah Pohon Inti
Diameter Pohon Inti
(cm)
(tahun)
(batang)
(cm)
50
35
25
35
40
45
25
35
30
55
40
20
9
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL) tahun 1980 mencoba melakukan penyempurnaan pedoman TPI (1972) dengan melakukan perubahan-perubahan antara lain: Tabel 2. Pengaturan tebangan menurut Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL) tahun 1980. Siklus Tebangan
Minimum
Diameter Minimum
pohon inti
Jumlah
Pohon Inti
(tahun)
Pohon Inti
(cm)
50 (Hutan alam campuran)
35
25
20
50 (Hutan Eboni campuran)
45
16*
20
35 (Hutan Ramin campuran)
35
15**
20
Batas Diameter (cm)
Keterangan : *) Khusus untuk jenis Eboni, sisanya 9 pohon dari jenis pohon komersial lainnya **) Khusus untuk jenis Ramin, sisanya 10 pohon inti dari jenis pohon komersial lainnya.
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor: 564/Kpts/IV-BPHH/1989, penebangan hutan ramin campuran menggunakan batas diameter pohon yang ditebang untuk jenis ramin 35 cm ke atas, sedangkan untuk jenis non ramin 50 cm ke atas, batas diameter pohon inti ramin 15-34 cm dan non ramin 20-49 cm, jumlah pohon inti per ha minimal 25 pohon dan rotasi tebang 35 tahun. Ketentuan yang berkaitan dengan hutan rawa gambut adalah bahwa pada hutan rawa gambut dengan komposisi hutan terdiri dari jenis komersial khusus misalnya jenis ramin, perupuk dan jenis komersial lainnya dan pemegang HPH tidak sanggup atau sulit melaksanakan kegiatan penanaman/pengayaan, maka hanya diijinkan menebang 2/3 dari jumlah pohon yang dapat ditebang sesuai dengan komposisi jenisnya. Ketentuan batas diameter penebangan dan pohon inti serta rotasi penebangan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor: 24/Kpts-set/96 diubah yaitu batas pada diameter setinggi dada atau 20 cm di atas banir dengan ketentuan: 1. Rotasi tebang ditetapkan dalam jangka waktu 40 tahun 2. Pohon inti yang harus ditunjukkan dan dipelihara selama jangka waktu rotasi tebang berjumlah sedikitnya 25 pohon per hektar yang berdiameter antara 20-39 cm.
10
E. Pertumbuhan dan Riap Pertumbuhan dan riap memiliki pengertian yang berbeda. Pertumbuhan menerangkan ukuran yang dihasilkan melalui pemeriksaan dimensi pohon (diameter, tinggi dan volume) sampai suatu periode waktu yang telah ditentukan, sedangkan riap adalah pertambahan ukuran dari dimensi pohon dalam interval waktu tertentu. Pengertian pertumbuhan dan riap dapat diaplikasikan untuk populasi misalnya tegakan hutan (Prodan, 1968). Menurut Reukema (1966) dalam Rismayanti (2001), hasil suatu tegakan akan meningkat dengan meningkatnya kerapatan tegakan. Beberapa indikator untuk menyatakan atau mengukur kerapatan tegakan adalah bidang dasar tegakan, volume tegakan, jumlah pohon dalam tegakan dan jarak tumbuh antar pohon dalam tegakan. Menurut Loetsch dan Haller (1993), terdapat tiga macam riap yang memiliki hubungan matematis yang erat dengan fungsi pertumbuhan, yaitu: 1. Riap tahunan berjalan (Current Annual Increment, CAI), yaitu riap yang diukur setiap satuan waktu pengukuran terkecil, biasanya 1 tahun. Fungsi riap ini merupakan turunan pertama dari fungsi pertumbuhan. 2. Riap rata-rata tahunan (Mean Annual Increment, MAI), yaitu besarnya riap rata-rata sampai pada umur tertentu. Fungsi riap ini merupakan hasil bagi antara pertumbuhan sampai umur tertentu dengan umurnya. 3. Riap periodik tahunan (Periodic Annual Increment, PAI), yaitu besarnya riap rata-rata yang terjadi selama periode waktu tertentu diantara dua kali pengukuran. Fungsi riap ini merupakan hasil bagi antara selisih total pertumbuhan dengan lamanya periode waktu diantara dua kali pengukuran tersebut. Pada hutan primer (klimaks) riap pohonnya sangat rendah. Riap pohon di hutan bekas tebangan pada umumnya lebih besar karena persaingan dalam hal ruang, cahaya, air dan hara mineral antara pohon-pohon menjadi berkurang (Kasim, 1987 dalam Rismayanti, 2001). Disebutkan pula bahwa ada tidaknya kegiatan pemeliharaan tegakan tinggal, memberikan pengaruh terhadap pertambahan diameter pohon. Demikian hasil penelitian Weidelt (1982) dalam Rismayanti (2001) mengenai pertumbuhan
11
diameter antara tegakan yang tidak dilaksanakan kegiatan (kontrol) dan tegakan yang dilakukan TSI (Timber Stand Improvement) di salah satu areal di daerah Mindanao, Filipina. Besarnya riap diameter pohon pada tegakan kontrol sebesar 0,6 cm/tahun dan 1,0 cm/tahun untuk tegakan yang dilakukan TSI. Nicholson (1979) dalam Malik (1996) menyebutkan bahwa laju pertambahan diameter pada hutan Dipterocarpaceae adalah sebesar 1 cm/tahun. Dalam rangka pengusahaan hutan dengan jangka waktu siklus tebang 35 tahun, Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1972) menetapkan riap diameter sebesar 1 cm/tahun untuk riap pohon komersial muda dan hal ini dijadikan dasar penetapan riap diameter pohon inti.
12
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas Secara geografis wilayah hutan yang menjadi konsesi IUPHHK PT Diamond Raya Timber (DRT) terletak pada koordinat sebagai berikut: Garis Bujur Timur (BT)
: 100o 50’-101o 13’
Garis Lintang Utara (LU)
: 001o 45’-002o 18’
Berdasarkan pembagian administratif pemerintahan termasuk kedalam : Propinsi
: Riau
Kabupaten : Rokan Hilir dan Kota Dumai Kecamatan : Sinaboi, Bangko, Batu Hampar dan Rimba Melintang. Berdasarkan pembagian administratif kehutanan termasuk kedalam : Kantor Dinas Kehutanan Riau di Pekanbaru Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Dumai Batas-batas fisik areal kerja IUPHHK PT Diamond Raya Timber adalah : Sebelah Utara
: Tanah milik dan Selat Malaka
Sebelah Selatan
: PT Riau Tanah Putih
Sebelah Timur
: Selat Malaka dan PT. Silva Saki
Sebelah Barat
: Areal konversi/perkebunan dan tanah milik
Luas wilayah Kerja IUPHHK PT. Diamond Raya Timber berdasarkan SK perpanjangan IUPHHK (SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 443/Kpts-II/1998 tanggal 8 Mei tahun 1998) adalah 90.956 ha. Berdasarkan Rencana Pengelolaan KPHP (1998) dengan menggunakan data pemeriksaan lapangan dengan GPS dan analisis citra spot yang dipadukan dengan peta topografi, peta peruntukan lahan dan peta tipe hutan rincian penutupan lahan sebagai berikut : Luas hutan produktif
: 87.578 ha
Luas bekas tebangan
: 31.481 ha
Luas hutan primer
: 56.097 ha
Luas areal tak berhutan
: 1.052 ha
Hutan mangrove
: 1.611 ha
13
B. Kondisi Fisik 1. Topografi Areal kerja IUPHHK PT. Diamond Raya Timber (DRT) terdiri dari dataran rendah pantai dan dataran dengan ketinggian 2 -8 meter di atas permukaan laut dengan kelerengan antara 0-8%, yang pada umumnya merupakan daerah lahan basah tergenang air (rawa). Tinggi genangan air bervariasi tergantung musim, tinggi pasang air laut dan curah hujan yang berkisar antara pergelangan kaki sampai pinggang orang dewasa. 2. Hidrologi Areal kerja IUPHHK PT. DRT terletak di bagian timur DAS Sungai Rokan dengan beberapa sungai yang mengalir ke bagian Barat dan Selatan, Utara dan Timur (Selat Malaka). Sungai-sungai yang mengalir ke bagian Barat-Selatan yang bermuara ke Sungai Rokan adalah: Pasir Besar, Agar, Labuhan Tangga Besar, Labuhan Tangga Kecil dan Bantaian. Sungai-sungai yang ke Utara dan ke arah Timur bermuara ke Selat Malaka adalah: Serusa, Pematang Nibung, Nyamuk, Sinaboi, Teluk Dalam, Sinepis Besar dan Sinepis Kecil. Sedangkan sungai yang mengalir dari bagian Selatan ke arah Utara adalah Sungai Sekusut. Air pada genangan rawa berwarna coklat tua yang keluar dari tanah gambut. Pelumpuran yang terjadi sangat sedikit, kecuali yang dekat aliran ke Sungai Rokan dimana lumpur terbentuk pada saat pasang sangat tinggi dan masamasa banjir Sungai Rokan. Hal ini disebabkan karena sebelumnya telah terjadi konversi wilayah hutan dalam jumlah besar di bagian hulu dan praktek pembuatan jalan yang tidak baik. Dengan demikian strategi untuk mempertahankan hutan alam di bagian hulu Sungai Rokan menjadi sangat penting. Kondisi Sungai Rokan memungkinkan untuk membuat log pond pada bagian yang cukup dalam sepanjang sisi bagian timur. Kedalaman Sungai Rokan dipengaruhi oleh pasang dan surut air laut. 3. Tanah Fisiografi di areal IUPHHK PT Diamond Raya Timber berdasarkan Buku Satuan Lahan dan Tanah Lembar Dumai, dikelompokkan ke dalam 3 grup, yaitu Grup Kubah Gambut, Grup Aluvial dan Grup Marin.
Grup Kubah Gambut
14
mendominasi areal ini, yang berkembang dari endapan organik permukaan muda (Ph) dan tua (Qp). Secara umum ketebalan gambut makin tebal jika makin jauh dari sungai. Ketebalan gambut bisa melebihi 3 m di bagian pinggir dan dapat mencapai maksimum 8 m di bagian tengah-selatan. Terdapat pula sedikit tanah gley, aluvial dan podzolik. Grup aluvial berkembang dari endapan aluvial sungai dan menempati jalur aliran sungai. Grup aluvial ditandai dengan adanya pasang surut. Dataran banjir dari sungai terutama membentuk rawa belakang yang luas dan selalu jenuh air. Secara umum di seluruh kawasan DAS Rokan terdapat sembilan jenis tanah dengan luasan yang bervariasi. Beberapa jenis tanah menurut klasifikasi tanah Soil Taxonomy (USDA) dan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis tanah di kawasan sekitar DAS Rokan No
Kode
Tekstur
Jenis Tanah USDA
PUSLITANAK
1
Bf.6
Liat
Hidraquents
Glei Humus
2
Bf.4.5
Liat
Tropaquents
Glei Humus
3
Bf 4.3.
Liat
Sulfaquent
Glei Humus
4
Bf.5.5
Liat
Tropasaprists
Glei Humus
5
Bf 4.4
Pasir berliat
Sulfaquents
Geli Humus
6
Au.1.1.3
Liat berpasir, batuan sedimen
Tropaquents
Glei Humus
7
Bf. 4.6
Liat
Tropaquents
Glei Humus
8
D.2.1.2
Bahan organik
Tropahemists
Organosol
9
D.2.1.3
Bahan organik
Tropahemists
Organosol
4. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1991) areal kerja IUPHHK PT. DRT termasuk kedalam tipe A dengan nilai Q = 10,1 %. Curah hujan per tahun 2.358 mm, sedangkan curah hujan bulanan rata-rata berkisar 51,32 – 301,6 mm/bulan. Rata-rata hari hujan adalah 12 hari/bulan. Suhu udara rata-rata di areal kerja IUPHHK hampir merata sepanjang tahun yaitu berkisar antara 25o – 27o C. Demikian juga dengan kelembaban nisbi bulanannya yaitu sekitar antara 79 % dan 90 %.
15
C. Kondisi Flora dan Fauna Jenis-jenis pohon yang tergolong jenis komersial ditebang menurut PT. Diamond Raya Timber (2004) antara lain ramin (Gonystylus bancanus), meranti batu (Shorea uliginosa), meranti bunga (Shorea teysmanniana), durian burung (Durio carinatus.), suntai (Palaqium obovatum), bintangur (Calophyllum soulattri), geronggang (Cratoxylon arborescens), punak (Tetramerista glabra), jangkang (Xylopia malayana) dan pisang-pisang (Mezzetia parviflora) Hasil pemantauan satwaliar tahun 2003 ditemukan 38 jenis satwa liar (mamalia, burung dan reptil).
Jenis yang sering dijumpai adalah babi hutan
(Sus barbatus), kangkareng (Antrococeros malayanus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan ungko (Hylobates agilis). Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) menurut informasi pekerja hutan ditemukan satu kali berjumlah 2 ekor. Beruang madu (Helarctus malayanus) ditemukan saat memanjat pohon. Khusus untuk kelompok burung pemantauan tahun 2003 ditemukan 16 jenis, jenis yang sering dijumpai adalah elang jambul (Accipiter trivirgatus), elang rawa (Circus aeroginosus), kangkareng (Antrococeros malayanus), murai daun (Chloropsis venusta) dan rangkong (Buceros rhinoceros).
D. Pengelolaan hutan rawa gambut IUPHHK PT. Diamond Raya Timber Pengusahaan hutan rawa gambut yang dilakukan oleh PT. Diamon Raya Timber menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 564/Kpts/IV-BPHH/1989. Sistem ini membolehkan perusahaan menebang semua pohon komersial yang diameternya lebih dari 50 cm dan siklus tebang yang ditetapkan adalah 35 tahun, khusus untuk hutan rawa berlaku ketentuan untuk jenis Ramin batas limit tebangan ≥ 35 cm dan jenis komersial non Ramin ≥ 50 cm. Namun sejak dikeluarkannya peraturan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 24/Kpts/IV-Set/1996, semua jenis pohon rawa yang boleh ditebang adalah yang berdiameter 40 cm, dengan rotasi tebang selama 40 tahun. Menurut dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PT. Diamond Raya Timber, 2000) dengan rotasi tebang 40 tahun dan luas hutan
16
produksi efektif 80.000 ha, maka etat luas adalah 2.000 ha per tahun. Sedangkan berdasarkan perhitungan jatah produksi tebangan atau etat volume, jatah produksi tebangan adalah 42,88 m3/ha atau 85.760 m3 per tahun (RKT) dengan rata-rata volume 2,05 m3 per pohon, maka jumlah pohon yang boleh ditebang rata-rata 21 pohon per ha. Dengan mempertahankan jumlah pohon inti dan pengelolaan areal bekas tebangan dalam rotasi tebang 40 tahun, maka diharapkan kelestarian produksi terjamin.
17
IV. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan November 2005 hingga Januari 2006, dengan lokasi perolehan data penelitian adalah IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau.
B. Bahan dan Alat Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari seri PSP (Permanent Sample Plot) IUPHHK PT. Diamond Raya Timber RKL I sampai dengan RKL V (tahun tebang 1982 sampai dengan 2002).
PSP
penebangan yang dipergunakan dalam penelitian komposisi dan struktur hutan pada areal bekas penebangan berjumlah 3 PSP pada setiap RKL dengan luas masing-masing PSP 0.36 Ha, sedangkan untuk komposisi dan struktur hutan primer yang tidak mengalami perlakuan penebangan digunakan data tegakan sebelum penebangan pada 3 PSP RKL V. Untuk penelitian mengenai riap tegakan digunakan 9 PSP yang keseluruhannya berasal dari RKL V. Sebaran PSP pada masing-masing RKL berikut PSP yang digunakan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Sedangkan sebaran PSP di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 4. Sebaran PSP yang digunakan pada penelitian
No
Petak
Jumlah PSP
Petak Yang Digunakan di Dalam Penelitian
Komposisi dan Struktur
1
RKL I (Areal Bekas Tebangan 21 tahun )
10
1,2,3
2
RKL II (Areal Bekas Tebangan 16 tahun)
10
1,2,3
3
RKL III (Areal Bekas Tebangan 11 tahun)
8
1,2,4
4
RKL IV (Areal Bekas Tebangan 6 tahun)
10
2,3,5
5
RKL V ( Areal Bekas Tebangan 1 tahun)
30
15,16,17 (setelah penebangan)
6
Hutan Primer (Areal Bekas Tebangan 0 tahun)
30
15,16,17 (sebelum penebangan)
Riap Setelah Penebangan Petak 7,8,9,13,14, 15,16,17 dan 18 RKL V
18
Disain PSP di lapangan dapat dilihat pada gambar berikut: 60 m
7
8
9
6
5
4
1
2
3
60 m
20 m
20 m Keterangan :
Plot sample berukuran 60 meter × 60 meter, dibagi ke dalam 9 petak berukuran 20 meter × 20 meter
Gambar 1. Disain Permanent Sample Plot (PSP) di lapangan
20 m c d
d b a
20 m a
Arah rintis
a d
b c
b c
Keterangan : a = sub petak tingkat semai (2 m × 2 m) b = sub petak tingkat pancang (5 m × 5 m) c = sub petak tingkat tiang (10 m × 10 m) d = sub petak tingkat pohon (20 m × 20 m)
Gambar 2. Disain sub petak contoh di dalam PSP
19
Alat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi seperangkat Personal Computer (PC) dengan software Microsoft Excel untuk pengolahan data dan alatalat tulis.
C. Penyiapan Data Data yang dipergunakan harus melalui tahapan eksplorasi data, yaitu meneliti kemungkinan terjadinya kesalahan data entry. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data diameter pohon dengan diameter lebih dari 10 cm (>10 cm). Jenis tingkat vegetasi dengan ukuran diameter sedemikian termasuk ke dalam tingkat tiang dan pohon. Wyatt – Smith (1963) dalam Soerianegara dan Indrawan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tiang adalah permudaan yang merupakan pohon-pohon muda yang tingginya 1.5 m dan lebih dengan diameter 10-35 cm. Sedangkan pohon adalah pohon dewasa yang memiliki diameter lebih dari 35 cm. Pengamatan diameter dilakukan dengan melakukan pengukuran diameter setinggi dada (diameter at breast high) yaitu pada ketinggian 1.30 m di atas permukaan tanah untuk tiang serta pohon tidak berbanir dan berbanir kurang dari 1.30 m.. Untuk pohon berbanir dengan ketinggian lebih dari 1.30 m, diameter diukur pada ketinggian 20 cm di atas ujung banir.
D. Analisis data 1. Komposisi Jenis Untuk mengetahui gambaran tentang komposisi dan struktur tegakan, dilakukan perhitungan terhadap parameter yang meliputi Indeks Nilai Penting, Indeks Dominansi, Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kesamaan Komunitas serta dibuat grafik yang menunjukkan struktur dari tegakan. Pengolahan data komposisi vegetasi meliputi (Cox, 1972 dalam Hidayat, 2001): ¾ Indeks Nilai Penting (INP) Indeks Nilai Penting diperoleh dari: INP = KR + FR + DR
20
Dimana: a. Kerapatan (K)
Jumlah individu suatu jenis Luas plot
K=
b. Kerapatan relatif (KR) KR =
Kerapatan suatu jenis × 100 % Kerapatan seluruh jenis
c. Frekuensi (F) Jumlah plot ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh plot
F=
d. Frekuensi Relatif (FR)
Frekuensi suatu jenis × 100 % Frekuensi seluruh jenis
FR =
e. Dominansi (D) Jumlah luas bidang dasar suatu jenis × 100 % Luas plot
D=
f. Dominansi relatif (DR) DR =
Dominansi suatu jenis × 100 % Dominansi seluruh jenis
¾ Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Shannon Index of General Diversity (Misra, 1980; Mc Glade,1999) : n ⎛ ⎛ ni ⎞ ⎛ ni ⎞⎞ H’ = − ∑⎜⎜ ⎟ ln ⎜ ⎟⎟ atau H = − ∑ Pi ln(Pi) , dimana ⎝ N ⎠⎠ i =1 ⎝⎝ N ⎠
H’ = Shanon Index of General Diversity (Indeks Keanekaragaman) Pi =
ni N
ni = nilai penting masing-masing spesies N = Total indeks nilai penting
21
2. Struktur Tegakan Struktur tegakan dapat diketahui dengan membuat hubungan antara diameter setinggi dada (cm) dengan kerapatan pohon (jumlah pohon per hektar). Kerapatan pohon (jumlah pohon per hektar) diletakkan pada sumbu y (ordinat) sedangkan kelas diameter diletakkan pada sumbu x (absis). Hubungan antara kerapatan pohon dengan kelas diameter tersebut akan memperlihatkan struktur horisontal suatu tegakan (penyebaran jumlah individu pohon dalam kelas diameter berbeda). Bentuk struktur tegakan hutan pada hutan alam atau hutan tidak seumur mengikuti bentuk eksponensial negatif atau berbentuk huruf “J” terbalik (Baker,1950; Leak , 1965; Anonim, 1978 dalam Istomo, 1994). Model struktur tegakan tersebut selanjutnya dipakai sebagai model acuan dalam penelitian ini. 3. Perhitungan Riap Diameter dan Riap Volume ¾ Penentuan riap tahunan berjalan (CAI)
Riap dan pertumbuhan memiliki pengertian yang berbeda. Pertumbuhan menerangkan ukuran yang dihasilkan melalui pemeriksaan elemen sampai suatu periode waktu yang telah ditentukan, sedangkan riap adalah pertambahan ukuran dari sebuah elemen dalam interval waktu tertentu (Prodan, 1968). Riap diameter dinyatakan dalam riap tahunan berjalan (Current Annual Increment) dan riap rata-rata tahunan (Mean Annual Increment)
dalam kegiatan inventarisasi hutan. (Loetsch dan Haller , 1993). CAI = Dt+1 – D t Dimana: Dt
= Diameter pohon pada pengukuran tahun t (cm)
Dt+1
= Diameter pohon pada pengukuran tahun t+1(cm) Sedangkan untuk pengukuran riap volume digunakan pula rumus
sebagai berikut: Riap Volume = V(t+1)- Vt Dimana: Vt
= Volume total setelah penebangan (m3)
V(t+1) = Volume total 1 tahun setelah penebangan (m3)
22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan
1. Komposisi Jenis Data komposisi jenis setelah penebangan menggunakan tiga petak PSP pada tiap RKL (Areal Bekas Tebangan, ABT) yang diukur pada tahun yang sama yaitu tahun 2003. Khusus untuk komposisi sebelum penebangan (hutan primer) digunakan PSP pada RKL V sebelum penebangan yang diukur pada tahun 2002. Berdasarkan data yang diperoleh dari 15 petak PSP (Permanent Sample Plot) di HPH PT. Diamond Raya Timber yang masing-masing berukuran 0.36 ha, ditemukan sebanyak 47 jenis yang seluruhnya tergolong ke dalam 27 famili. Dari 47 jenis tersebut, 15 diantaranya adalah jenis komersial yang terbagi atas 11 famili. Jumlah jenis pada masing-masing RKL dan hutan primer dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini sedangkan daftar jenis dan famili pada masing-masing areal pengamatan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 5. Jumlah jenis dan famili pada masing-masing areal penebangan dan hutan primer Jumlah Jenis No
RKL
Komersial
Non Komersial
Jumlah Famili Total
Komersial
Non Komersial
Total
1
RKL I (ABT 21 tahun)
7
21
28
5
13
18
2
RKL II (ABT 16 tahun)
12
21
33
9
11
20
3
RKL III (ABT 11 tahun)
14
16
30
11
10
21
4
RKL IV (ABT 6 tahun)
14
15
29
10
10
20
5
RKL V (ABT 1 tahun)
9
22
31
8
12
20
6
Hutan Primer
12
24
36
11
13
24
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah jenis dan jumlah famili untuk masing-masing areal bekas tebangan dan hutan primer bervariasi jumlahnya. Jumlah jenis terbanyak ditemukan pada hutan primer (36 jenis), sedangkan jumlah jenis paling sedikit ditemukan pada areal RKL I (28 jenis). Untuk jumlah famili, yang memiliki jumlah famili paling banyak ditemukan adalah hutan primer yaitu sebanyak 24 famili, sedangkan jumlah famili paling sedikit ditemukan pada RKL I yaitu sebanyak 18 famili. Untuk tiap areal bekas tebangan, umumnya memiliki jumlah jenis maupun jumlah famili yang tidak jauh berbeda.
23
Apabila dibandingkan dengan hutan primer, areal bekas tebangan memiliki jumlah jenis maupun jumlah famili yang lebih sedikit. Hal ini dapat dimungkinkan karena adanya aktivitas penebangan jenis-jenis tertentu pada areal bekas tebangan yang dapat menyebabkan berkurangnya jumlah individu atau bahkan menyebabkan hilangnya beberapa jenis individu yang terdapat pada areal tersebut. Disamping itu, sedikitnya jumlah jenis maupun famili yang ada dapat dikarenakan pada kondisi awal sebelum penebangan, komposisi hutan yang ada memiliki jumlah jenis maupun jumlah famili yang sedikit. Perbedaan jumlah jenis maupun famili pada masing-masing petak dapat disebabkan karena adanya persaingan untuk mendapatkan hara mineral tanah, air, cahaya matahari dan ruang antara individu-individu dari suatu jenis (spesies) atau berbagai jenis. Persaingan ini menyebabkan terbentuknya susunan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang tertentu bentuknya, macam dan banyaknya jenis dan jumlah individu-individunya, sesuai dengan keadaan tempat tumbuhnya (Soerianegara dan Indrawan, 2002). Menurut Richard (1964) dalam Sudarisman (2001) menyatakan bahwa kehadiran suatu jenis dalam sebuah proses suksesi ditentukan oleh daya tahan terhadap cahaya matahari, pola penyebaran biji dan daya tumbuhnya. Variasi serupa juga ditemukan dalam jumlah individu per hektar atau kerapatan jenis pada masing-masing areal pengamatan. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kerapatan jenis tertinggi ditemukan pada areal RKL II sebanyak 280 pohon/ha sedangkan kerapatan terendah ditemukan pada areal RKL V dengan jumlah individu sebanyak 151 pohon/ha. Apabila dilihat dari perkembangan kondisi hutan pada masing-masing areal bekas tebangan, kerapatan jenis komersial pada areal bekas tebangan, dapat dikatakan telah kembali pada kondisi hutan primer, karena jumlah individu per hektar jenis komersial telah melebihi jumlah individu jenis komersial pada hutan primer. Namun untuk beberapa areal bekas tebangan seperti areal RKL I (ABT 21 tahun) dan RKL V (ABT 1 tahun), jumlah individu yang ada lebih sedikit daripada jumlah individu pada hutan primer. Kondisi jumlah individu per hektar pada masing-masing areal pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 3 berikut.
24
Tabel 6. Kerapatan jenis pada areal bekas tebangan dan hutan primer No.
Areal Pengamatan
Nama Jenis
RKL I
RKL II
RKL III
RKL IV
0
25
20
39
RKL V Hutan Primer
1
Balam (Palaquium obovatum)
13
19
2
Bintangur (Calophyllum soulatri)
0
1
0
1
0
0
3
Durian Burung (Durio carinatus)
0
4
2
1
0
4
4
Geronggang (Cratoxylum arborescens)
0
0
1
1
0
1
5
Jangkang (Xylocarpus malayana)
3
2
4
1
0
0
6
Meranti Batu (Shorea uliginosa)
20
20
18
17
8
13
7
Meranti Bunga (Shorea teysmanniana)
8
11
9
11
6
6
8
Pasak Linggo (Aglaia rubiginosa)
1
4
5
3
2
3
9
Pisang-pisang (Mezzetia parviflora)
4
10
6
6
6
8
10 Pulai (Alstonia pneumathopora)
0
0
1
0
0
0
11 Punak (Tetramerista glabra)
0
3
6
1
9
9
12 Ramin (Gonystylus bancanus)
3
2
19
4
3
5
13 Serapat (Calophyllum macrocarpum)
0
0
4
1
1
1
14 Suntai (Palaquium pierre)
0
1
12
0
3
3
15 Terentang (Camnosperma macrophylla)
1
7
11
9
9
14
16 Total Jenis Komersial
40
90
118
95
60
86
17 Total Jenis Non Komersial
203
190
88
98
91
124
18
243
280
206
193
151
210
Total
300
Kerapatan (pohon/ha)
250 200
Ramin Komersial
150
Non Komersial T otal
100 50 0 RKL I
RKL II
RKL III
RKL IV
RKL V
Hutan Primer
Areal Pengamatan
Gambar 3. Bagan jumlah individu pada masing-masing areal pengamatan Untuk areal RKL V, kondisi seperti ini dapat dikarenakan dalam waktu yang singkat, individu-individu yang ada, baik individu asli maupun individu hasil pengayaan, belum dapat menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sehingga belum dapat mengcover hilangnya sejumlah individu pada saat aktivitas penebangan dilakukan. Namun tidak demikian halnya dengan kondisi yang ada pada areal bekas tebangan RKL I, jenis-jenis yang ada di areal tersebut tidak dapat berkembang dengan baik. Apabila dibandingkan dengan hutan primer, jumlah
25
individu jenis komersial pada areal tersebut hanya 50% dari jumlah individu jenis komersial pada hutan primer, sedangkan umur tegakan setelah penebangan cukup bagi individu untuk dapat beregenerasi secara optimal. Sehingga pengayaan sangat dianjurkan untuk dilakukan pada areal RKL I ini. Untuk jenis ramin sendiri, kerapatan tertinggi ditemukan pada areal RKL III. Hal ini dapat dikarenakan selain karena keberadaan ramin sebelum penebangan cukup banyak, kondisi lingkungan, seperti ketersediaan hara mineral tanah, air, cahaya matahari dan ruang cukup mendukung jenis ramin ini sehingga dapat tumbuh optimal. Untuk jenis ramin ini juga diperlukan pengayaan pada areal bekas tebangan RKL I, RKL II, RKL IV dan RKL V dengan pertimbangan yang sama seperti halnya jenis komersial di atas. Dari Tabel 6 juga dapat dilihat, komposisi kerapatan dari tegakan yang dibangun oleh jenis-jenis komersial berbeda pada masing-masing areal pengamatan. Jenis yang memiliki persentase kerapatan terkecil pada keseluruhan areal adalah jenis pulai (Alstonia pneumathopora), sedangkan jenis yang memiliki persentase kerapatan tertinggi adalah jenis meranti batu (Shorea uliginosa). Secara umum, jumlah individu jenis komersial, kurang dari 50 % dari jumlah total tegakan. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas penebangan yang dilakukan pada jenis-jenis komersial tersebut. Selain itu keberadaan jenis-jenis komersial yang ada di alam juga sedikit. Hal ini dapat dilihat pada hutan primer, dimana nilai kerapatan dari jenis komersial juga lebih kecil apabila dibandingkan dengan jenis non komersial. Jenis-jenis komersial tidak tersebar merata pada setiap areal bekas penebangan. Bahkan, pada beberapa areal, jenis-jenis komersial tidak ditemukan. Sehingga dengan demikian pengayaan terhadap jenis komersial diperlukan untuk membantu mempertahankan keberadaan dari jenis-jenis komersial ini. Dari gambar 4 dan 5 dapat dilihat bahwa keberadaan jumlah ramin sangat sedikit baik di areal bekas tebangan maupun pada hutan primer. Persentase jumlah ramin pada tegakan berkisar antara 1-9 % dari keseluruhan jenis pada tegakan. Komposisi jumlah individu per hektar dari tegakan yang dibangun oleh jenis-jenis komersial dan non komersial dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5 berikut.
26
C rat o x y lum arb o re s c e ns 0 ,0 0 % D urio c arinat us 0 ,0 0 %
X y lo c arp us malay ana A g laia rub ig ino s a 1,2 3 % 0 ,4 1%
M e z z e t ia p arv if lo ra 1,6 5% A ls t o nia p ne umat ho p o ra 0 ,0 0 %
S ho re a t e y s manniana 3 ,2 9 %
C alo p hy llum s o ulat ri 0 ,0 0 %
T e t ram e ris t a g lab ra 0 ,0 0 % Go ny s t y lus b anc anus 1,2 3 % C alo p hy llum m ac ro c arp um 0 ,0 0 % Palaq uium p ie rre 0 ,0 0 %
S ho re a ulig ino s a 8 ,2 3 %
Palaq uium o b o v at um 0 ,0 0 %
C am no s p e rm a mac ro p hy lla 0 ,4 1%
No n Ko me rs ia l 8 3 ,54 %
R KL I C rat o x y lum arb o re s c e ns 0 ,0 0 %
X y lo c arp us m alay ana 0 ,71% S ho re a ulig ino s a 7,14 %
Durio c arinat us 1,4 3 %
S ho re a t e y s m anniana 3 ,9 3 %
C alo p hy llum s o ulat ri 0 ,3 6 %
A g laia rub ig ino s a 1,4 3 %
Palaq uium o b o v at um 8 ,9 3 %
M e z z e t ia p arv if lo ra 3 ,57% A ls t o nia p ne umat ho p o ra 0 ,0 0 %
T e t rame ris t a g lab ra 1,0 7% Go ny s t y lus b anc anus 0 ,71% C alo p hy llum mac ro c arp um 0 ,0 0 %
N o n Ko me rs ia l 6 7,8 6 %
R KL II D urio c arinat us 0 ,9 7%
Palaq uium p ie rre 0 ,3 6 %
C amno s p e rma m ac ro p hy lla 2 ,50 %
C rat o x y lum arb o re s c e ns 0 ,4 9 %
C alo p hy llum s o ulat ri 0 ,0 0 %
X y lo c arp us m alay ana 1,9 4 % S ho re a ulig ino s a 8 ,74 %
Palaq uium o b o v at um 9 ,71%
S ho re a t e y s manniana 4 ,3 7%
No n Ko me rs ia l 4 2 ,72 %
A g laia rub ig ino s a 2 ,4 3 % M e z z e t ia p arv if lo ra 2 ,9 1%
A ls t o nia p ne um at ho p o ra 0 ,4 9 %
C am no s p e rma m ac ro p hy lla 5,3 4 % Palaq uium p ie rre 5,8 3 %
G o ny s t y lus b anc anus 9 ,2 2 % C alo p hy llum m ac ro c arp um 1,9 4 %
T e t rame ris t a g lab ra 2 ,9 1%
R KL III
Gambar 4. Komposisi kerapatan jenis pada areal RKL I, RKL II dan RKL III
27
C alo p hy llum s o ulat ri 0 ,52 %
C rat o x y lum arb o re s c e ns 0 ,52 % X y lo c arp us m alay ana 0 ,52 %
D urio c arinat us 0 ,52 %
Palaq uium o b o v at um 2 0 ,2 1% N o n Ko me rs ia l 50 ,78 %
S ho re a ulig ino s a 8 ,8 1%
S ho re a t e ys ma nnia na 5,70 % A g la ia rub ig ino s a 1,55%
C am no s p e rm a m ac ro p hy lla 4 ,6 6 %
M e z z e t ia p a rviflo ra 3 ,11% A ls t o nia p ne uma t ho p o ra 0 ,0 0 % T e t ram e ris t a g lab ra 0 ,52 %
Palaq uium p ie rre 0 ,0 0 %
C alo p hy llum s o ulat ri 0 ,0 0 %
C alo p hy llum m ac ro c arp um 0 ,52 %
D urio c arinat us 0 ,0 0 %
R KL IV
G o ny s t y lus b anc anus 2 ,0 7%
X y lo c arp us m alay ana C rat o x y lum arb o re s c e ns 0 ,0 0 % 0 ,0 0 %
S ho re a ulig ino s a 5,3 0 % S ho re a t e y s m anniana 3 ,9 7%
P alaq uium o b o v at um 8 ,6 1%
A g laia rub ig ino s a 1,3 2 % M e z z e t ia p arv if lo ra 3 ,9 7% A ls t o nia p ne um at ho p o ra 0 ,0 0 % T e t ram e ris t a g lab ra 5,9 6 % G o ny s t y lus b anc anus 1,9 9 % C alo p hy llum m ac ro c arp um 0 ,6 6 %
N o n Ko me r s ia l 6 0 ,2 6 %
R KL V
C alo p hy llum s o ulat ri 0 ,0 0 %
C rat o x y lum arb o re s c e ns 0 ,4 8 % D urio c arinat us 1,9 0 %
P alaq uium p ie rre 1,9 9 %
C am no s p e rm a m ac ro p hy lla 5,9 6 %
X y lo c arp us m alay ana 0 ,0 0 % S ho re a ulig ino s a 6 ,19 % S ho re a t e y s m anniana 2 ,8 6 %
Palaq uium o b o v at um 9 ,0 5%
A g laia rub ig ino s a 1,4 3 % M e z z e t ia p arv if lo ra 3 ,8 1% A ls t o nia p ne um at ho p o ra 0 ,0 0 % T e t ram e ris t a g lab ra 4 ,2 9 %
G o ny s t y lus b anc anus 2 ,3 8 %
N o n Ko me rs ia l 59 ,0 5%
Hutan Prime r
C am no s p e rm a m ac ro p hy lla 6 ,6 7%
C alo p hy llum m ac ro c arp um 0 ,4 8 % Palaq uium p ie rre 1,4 3 %
Gambar 5. Komposisi kerapatan jenis pada areal RKL IV, RKL V dan hutan primer
28
Dominasi dari jenis- jenis yang ada pada areal pengamatan juga dapat dilihat dari besarnya Indeks Nilai Penting (INP). Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk mengetahui tingkat dominansi atau penguasaan suatu jenis dalam suatu komunitas. Jenis yang mempunyai indeks nilai penting terbesar, merupakan jenis yang paling dominan atau berarti pula jenis tersebut mempunyai tingkat kesesuaian terhadap tempat tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan jenis lain. Di dalam masyarakat hutan, sebagai akibat adanya persaingan, jenisjenis tertentu lebih berkuasa (dominan) dari pada jenis lainnya. Pohon-pohon tinggi dari stratum (lapisan) teratas mengalahkan atau menguasai pohon-pohon yang lebih rendah, dan merupakan jenis-jenis pohon yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan (Soerianegara dan Indrawan, 2002). Pada areal RKL I, berdasarkan nilai INP, jenis yang paling mendominasi adalah mahang (Macaranga pulifolia) dengan rata-rata nilai INP sebesar 35.32 %. Sedangkan jenis yang paling
mendominasi pada areal RKL II adalah jenis
malam-malam (Diospyros pendula) dengan rata-rata nilai INP sebesar 38.49 %. Pada areal RKL III jenis yang memiliki rata-rata nilai INP tertinggi adalah jenis ramin (Gonystylus bancanus) sebesar 33.37 %. Pada RKL IV jenis yang memiliki rata-rata nilai INP tertinggi adalah jenis balam (Palaquium obovatum) sebesar 49.79 %. Sedangkan jenis yang paling mendominasi pada RKL V dan hutan primer adalah jenis jambu-jambu (Euginia jambos) dengan rata-rata nilai INP berturut-turut sebesar 32.67 % dan 30.89 %. Secara keseluruhan, apabila dilihat dari rata-rata nilai INP, dapat disimpulkan bahwa jenis non komersial mendominasi areal HPH PT. Diamond Raya Timber. Hal ini selain dikarenakan adanya perlakuan penebangan pada jenis-jenis komersial, juga dikarenakan keberadaan jenis-jenis komersial yang hidup di hutan rawa gambut juga sedikit. Kondisi ini juga dapat dilihat pada hutan primer, dimana jenis komersial memiliki nilai indeks nilai penting lebih kecil dibandingkan dengan jenis non komersial. Berikut adalah daftar dua nama jenis komersial dan non komersial yang memiliki rata-rata nilai INP tertinggi pada masing-masing areal pengamatan.
29
Tabel 7. Nama jenis yang memiliki rata-rata Indeks Nilai Penting tertinggi pada masing-masing areal pengamatan No 1
RKL RKL I (ABT 21 tahun)
Kriteria Jenis Komersial Non Komersial
2
RKL II (ABT 16 tahun)
Komersial Non Komersial
3
RKL III (ABT 11 tahun)
Komersial Non Komersial
4
RKL IV (ABT 6 tahun)
Komersial Non Komersial
5
RKL V(ABT 1 tahun)
Komersial Non Komersial
6
Hutan Primer
Komersial Non Komersial
Nama Jenis
INP (%)
Meranti batu (Shorea uliginosa)
29.94
Meranti bunga (Shorea teysmanniana)
13.08
Mahang (Macaranga populifolia)
35.32
Asam-asam (Santiria griffithii)
34.44
Balam (Palaquium obovatum)
27.73
Meranti batu (Shorea uliginosa)
25.30
Malam-malam (Diospyros pendula)
38.49
Mangga-mangga (Mangifera sp)
25.04
Ramin (Gonystylus bancanus)
33.37
Meranti batu (Shorea uliginosa)
29.56
Pasir-pasir (Urandra scorpioides)
29.26
Jambu-jambu (Euginia jambos)
13.99
Balam (Palaquium obovatum)
49.79
Meranti batu (Shorea uliginosa)
29.91
Jambu-jambu (Euginia jambos)
31.54
Kelat (Carallia brachiata)
17.87
Balam (Palaquium obovatum)
28.75
Punak (Tetramerista glabra)
24.97
Jambu-jambu (Euginia jambos)
32.67
Milas (Parastemon urophyllum)
24.08
Meranti batu (Shorea uliginosa)
30.13
Balam (Palaquium obovatum)
29.50
Jambu-jambu (Euginia jambos)
30.89
Milas (Parastemon urophyllum)
18.08
Untuk jenis komersial, dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa jenis komersial yang memiliki rata-rata nilai Indeks Nilai Penting tertinggi yang ditemukan pada hampir keseluruhan petak adalah jenis meranti batu (Shorea uliginosa). Sehingga dapat dikatakan bahwa jenis ini merupakan jenis yang paling
dominan apabila dibandingkan dengan jenis komersial lain yang terdapat pada petak pengamatan. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa jenis meranti batu (Shorea uliginosa) disamping memiliki kelimpahan jenis yang cukup tinggi, juga memiliki tingkat kesesuaian terhadap tempat tumbuh yang lebih baik
30
dibandingkan dengan jenis komersial lain, karena walaupun jenis tersebut merupakan jenis yang mengalami perlakuan penebangan, namun jenis tersebut dapat mempertahankan keberadaan jenisnya. Selain itu jenis-jenis komersial lain yang juga mendominasi pada hutan rawa gambut PT. Diamond Raya Timber adalah meranti bunga (Shorea teysmanniana), ramin (Gonystylus bancanus), balam (Palaquium obovatum) dan punak (Tetramerista glabra). Tingkat keanekaragaman jenis dapat diketahui dengan melihat besarnya nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H’). Semakin tinggi nilai H maka semakin tinggi keanekaragaman jenis. Nilai indeks keanekaragaman akan maksimum apabila jenis yang ada pada suatu tegakan memiliki nilai kuantitatif atau kelimpahan yang sangat besar. Samingan (1975) menyebutkan bahwa makin tinggi nilai Indeks Keanekaragaman, makin banyak pula jenis yang ditemukan. Keanekaragaman jenis adalah parameter yang berguna untuk mengetahui pengaruhnya dari gangguan biotik atau untuk mengetahui tingkat suksesi atau kestabilan dari suatu jenis. Odum (1959) menyatakan bahwa nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) tumbuhan menunjukkan kemantapan komunitas vegetasi hutan, yaitu semakin tinggi nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) suatu komunitas, maka semakin stabil kondisi komunitasnya. Menurut Magurran (1988), nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) pada umumnya berada pada kisaran 1.0 sampai 3.5. Jika nilai Indeks Keanekaragaman Jenis mendekati 3.5 maka menggambarkan tingkat keanekaragaman yang semakin tinggi. Samingan (1975) menyebutkan bahwa terdapat tiga kriteria untuk nilai Indeks Keanekaragaman, yaitu : (1) Buruk, untuk nilai H’ kurang dari 1; (2) Sedang, untuk nilai H’ antara 1 dan 2 dan (3) Baik, untuk nilai H’ lebih dari 2. Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh petak pengamatan memiliki nilai Indeks Keanekaragaman Jenis lebih dari 2 (>2). Apabila dibandingkan dengan selang yang telah disebutkan (Samingan, 1975), maka dapat disimpulkan bahwa
secara
keseluruhan
pada
areal
keanekaragaman jenis yang baik. Nilai ini
pengamatan
memiliki
tingkat
juga dapat menunjukkan bahwa
komunitas vegetasi hutan pada plot pengamatan memiliki kemantapan/stabilitas yang cukup mantap. Tingginya keanekaragaman jenis tumbuhan tersebut dapat
31
disebabkan oleh berbagai hal antara lain jenis tanah, iklim, variasi ketinggian tempat dan kawasan yang dilindungi. Tabel 8. Nilai Indeks Keanekaragaman jenis (H’) pada masing-masing areal pengamatan No
RKL
H’
1
RKL I (ABT 21 tahun)
2.77
2
RKL II (ABT 16 tahun)
2.87
3
RKL III (ABT 11 tahun)
2.74
4
RKL IV (ABT 6 tahun)
2,64
5
RKL V (ABT 1 tahun)
2,83
6
Hutan Primer
2,94
Dari Tabel 8 juga dapat menunjukkan bahwa kondisi keanekaragaman jenis pada areal bekas tebangan tidak jauh berbeda dengan kondisi keanekaragaman pada hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman pada areal bekas tebangan yang mendekati nilai indeks keanekaragaman pada hutan primer. 2. Struktur Tegakan Struktur tegakan hutan alam dapat dilihat dari hubungan antara kelas diameter dengan kerapatannya. Untuk menggambarkan hubungan tersebut maka diameter dari seluruh jenis akan dikelompokkan berdasarkan kelas diameter dengan lebar selang kelas 10 cm. Pengamatan struktur tegakan ini menggunakan data pada tahun yang sama yaitu tahun 2003. Menurut Daniel et al (1987) jumlah pohon tersebar berada dalam kelas diameter terkecil dan jumlahnya menurun kurang lebih sebanding dengan bertambahnya ukuran, sehingga pada akhirnya hanya tersebar sedikit batangbatang yang berukuran paling besar atau dalam kata lain jumlah batang per satuan luas pada tingkat tiang dan pohon berturut-turut semakin menurun dengan semakin bertambahnya ukuran diameter batang. Sehingga bentuk kurva umum dari struktur tegakan hutan akan berbentuk huruf “J” terbalik. Pada areal penebangan maupun pada hutan primer, untuk keseluruhan jenis memiliki bentuk struktur yang tidak mengikuti bentuk umum struktur tegakan (“J” terbalik). Ini dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Sedikitnya jumlah individu pada kelas diameter terkecil (10-19 cm) menyebabkan
32
ketidaksesuaian bentuk umum struktur tersebut. Dari hasil yang diperoleh, didapatkan bahwa umumnya pada areal penebangan, untuk keseluruhan jenis, individu pada kelas diameter terkecil (10-19 cm) berjumlah sedikit. Hal ini dapat disebabkan karena jenis berdiameter kecil yang masih berumur muda belum dapat beregenerasi secara optimal, sedangkan jenis yang berukuran besar, juga mendapatkan gangguan, seperti adanya aktivitas penebangan. Selain itu IUPHHK PT. Diamond Raya Timber juga tidak melakukan penanaman dan pengayaan pada areal penebangan, karena dianggap ketersediaan permudaan alam masih mencukupi untuk regenerasi secara alami, keterbukaan tajuk karena penebangan setelah 2-5 tahun telah tertutup kembali, bahkan pada pengamatan 8 bulan setelah penebangan, areal terbuka telah tertutup tumbuhan bawah dan telah muncul pohon pioner seperti simpur, geronggang dan jambu-jambuan (PT. Diamond Raya Timber, 2004). Namun dari gambar struktur tegakan dapat dilihat bahwa ketersediaan permudaan ternyata belum mencukupi untuk membentuk suatu struktur tegakan hutan yang normal. Sehingga pengayaan terhadap jenis komersial sangat diperlukan khususnya pada areal bekas tebangan. Hal seperti ini juga ditemukan pada hutan primer, sebaran jumlah individu pada masing-masing kelas diameter untuk keseluruhan jenis tidak mengikuti sebaran umum kelas diameter yang normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sedikitnya jumlah individu pada kelas diameter terkecil tidak hanya disebabkan karena adanya aktivitas penebangan pada suatu areal, namun juga disebabkan karena rendahnya ketersediaan permudaan di alam. Rendahnya ketersediaan permudaan umum dijumpai di hutan hujan tropika, seperti yang dilaporkan oleh Marsono (1981) dalam Roswandi (1997) untuk jenis Dipterocarpaceae di Pulau Laut dan Alrasyid (1980) dalam Roswandi (1997) untuk jenis Duabanga moluccana di Gunung Tambora. Hal tersebut kemungkinan berkaitan dengan
adanya pengaruh persaingan dan ketersediaan cahaya. Kurangnya sinar matahari akibat rapatnya tajuk dari hutan primer yang dapat diserap oleh tingkat tiang menyebabkan banyak dari tingkat tiang tersebut yang mati. Pada Gambar 6 dan Gambar 7 dapat dilihat struktur tegakan pada masingmasing areal pengamatan.
33
K erap a tan (P o h o n /H a )
RKL I 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99 100-109
Kelas Diameter (cm)
RKL II 120
K era p a ta n (P o h o n /H a )
100 80 60 40 20 0
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
Kelas Diameter (cm)
RKL III
K era p a ta n (P o h o n /H a )
60 50 40 30 20 10 0
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
Kelas Diameter (cm)
Gambar 6. Struktur tegakan hutan untuk keseluruhan jenis pada areal bekas tebangan RKL I, RKL II, dan RKL III
34
K era pa ta n (P o h o n/H a )
RKL IV 80 70 60 50 40 30 20 10 0
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
Kelas Diameter (cm)
RKL V 60
K era p a ta n (P o h o n /H a )
50 40 30 20 10 0
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
70-79
80-89
90-99
Kelas Diameter (cm)
K era pa ta n (Po ho n/H a )
Hutan Primer 80 70 60 50 40 30 20 10 0
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
Kelas Diameter (cm)
Gambar 7. Struktur tegakan hutan untuk keseluruhan jenis pada areal bekas tebangan RKL IV, RKL V, dan Hutan Primer
35
Dari Gambar 6 dan Gambar 7 di atas, dari keseluruhan areal bekas tebangan, areal RKL III memiliki cukup permudaan pada kelas diameter terkecilnya, sehingga struktur hutan yang dibentuk sesuai dengan bentuk umum dari struktur tegakan. Apabila dibandingkan dengan sebaran yang ada pada hutan primer, sebaran individu pada areal bekas tebangan mendekati sebaran individu pada hutan primer, sehingga kondisi struktur pada areal bekas tebangan dapat dikatakan sudah mendekati kondisi pada hutan primer atau kondisi sebelum penebangan. Pola distribusi individu pada kelas diameter untuk masing-masing jenis bervariasi. Untuk jenis komersial, strkutur tegakannya cenderung tidak normal. Hal ini dapat dikarenakan oleh adanya perlakuan penebangan pada jenis-jenis komersial tersebut, yang menyebabkan distribusi individu pada masing-masing kelas diameter tidak berpola. Gangguan pada pohon-pohon dewasa menyebabkan jenis-jenis komersial ini tidak dapat beregenerasi secara normal. Pada jenis non komersial, kurva penyebaran diameter cenderung sama dengan bentuk kurva penyebaran pada keseluruhan jenis. Apabila dibandingkan dengan jenis komersial, kurva untuk jenis non komersial lebih menunjukkan pola yang teratur. Selain itu apabila dilihat dari kerapatannya, kerapatan jenis non komersial memiliki nilai yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jenis komersial, terutama pada jenis-jenis berdiameter kecil. Ini selain dapat disebabkan oleh keberadaan jenis non komersial yang cukup banyak pada areal tersebut, regenerasi dari jenis non komersial ini tidak mendapatkan gangguan yang berarti. Dengan demikian pengelolaan jenis-jenis komersial ini harus dilakukan dengan baik agar kelestarian dari jenis-jenis komersial tersebut dapat terjamin. Selain dari beberapa hal di atas, dinamika dari struktur tegakan yang dibentuk oleh hutan alam dapat disebabkan karena adanya persaingan secara alami antar individu di alam. Dari gambar 8 berikut dapat dilihat fluktuasi sebaran individu mulai dari areal bekas tebangan 21 tahun (RKL I) hingga hutan primer.
36
J e nis K o me rs ial
RK L I (A BT 21 tahun)
35
RK L II (A BT 16 tahun)
30
RK L III (A BT 11 tahun RK L IV (A BT 6 tahun)
Kerapatan (Pohon/Ha)
25
RK L V (A BT 1 tahun)
20
H utan Primer (A BT 0 tahun)
15 10 5 0 1 0 -1 9
2 0 -2 9
3 0 -3 9
4 0 -4 9
5 0 -5 9
6 0 -6 9
7 0 -7 9
8 0 -8 9
9 0 -9 9
1 0 0 -1 0 9
Kelas Diameter (cm)
Je nis Ramin
RK L I (A BT 21 tahun) RK L II (A BT 16 t ahun)
7
RK L III (A BT 11 tahun
6
RK L IV (A BT 6 tahun)
Kerapatan (Pohon/Ha)
5
RK L V (A BT 1 tahun)
4
H utan Primer (A BT 0 tahun)
3 2 1 0 1 0 -1 9
2 0 -2 9
3 0 -3 9
4 0 -4 9
5 0 -5 9
6 0 -6 9
7 0 -7 9
8 0 -8 9
9 0 -9 9
1 0 0 -1 0 9
Ke las D iame te r (cm)
Kerapatan (Pohon/Ha)
Je nis No n K o me rs ial
RK L I (A BT 21 tahun)
90
RK L II (A BT 16 tahun)
80
RK L III (A BT 11 tahun
70
RK L IV (A BT 6 tahun)
60
RK L V (A BT 1 tahun)
50
H utan P rimer (A BT 0 tahun)
40 30 20 10 0 1 0 -1 9
2 0 -2 9
3 0 -3 9
4 0 -4 9
5 0 -5 9
6 0 -6 9
7 0 -7 9
8 0 -8 9
9 0 -9 9
1 0 0 -1 0 9
Ke las D iam e te r (cm )
Se luruh Je nis
RK L I (A BT 21 tahun)
120
RK L II (A BT 16 t ahun) RK L III (A BT 11 tahun
Kerapatan (Pohon/Ha)
100
RK L IV (A BT 6 t ahun)
80
RK L V (A BT 1 tahun) H utan P rimer (A BT 0 tahun)
60 40 20 0 1 0 -1 9
2 0 -2 9
3 0 -3 9
4 0 -4 9
5 0 -5 9
6 0 -6 9
7 0 -7 9
8 0 -8 9
9 0 -9 9
1 0 0 -1 0 9
Ke las D iame te r (cm)
Gambar 8. Struktur hutan seluruh jenis, jenis komersial, ramin dan jenis non komersial
37
Naughton dan Wolf (1990) menyatakan bahwa kompetisi atau persaingan mempengaruhi kemampuan individu untuk bertahan hidup dan bereproduksi, dan dapat ditunjukkan dengan perubahan-perubahan ukuran populasi pada suatu waktu. Dengan semakin bertambahnya waktu, individu-individu tersebut mengalami pertumbuhan yang memerlukan banyak energi sehingga terjadilah persaingan, baik itu persaingan antar individu dalam satu jenis ataupun antar berbagai jenis agar dapat tetap hidup dan tumbuh. Persaingan ini dapat berupa persaingan untuk mendapatkan sinar matahari, hara mineral dan pertahanan terhadap gangguan luar seperti serangan hama dan penyakit. Persaingan ini akan terus berlanjut hingga terjadilah proses seleksi alam, sehingga individu-individu tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk hidup dan tumbuh secara wajar, serta akan dapat menyebabkan kematian bagi individu-individu yang tidak mampu bertahan untuk hidup dan persaingan ini juga mengakibatkan selalu terjadi pengurangan jumlah individu yang bertahan hidup pada setiap tingkat kelas diameternya. B. Riap Diameter dan Riap Volume Setelah Penebangan
Pada penelitian ini untuk menghitung besarnya riap diameter dan riap volume dari keseluruhan jenis maupun jenis-jenis komersial, digunakan petak PSP pada RKL V (PSP 7, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17 dan 18) sebagai petak contoh areal bekas tebangan, dimana pada petak ini telah dilakukan 2 kali pengukuran yaitu pada Desember 2002 dan Oktober 2003. Komposisi volume per hektar pada areal bekas tebangan tahun 2003 dan pada hutan primer (volume per hektar sebelum penebangan, tahun 2002) dapat dilihat pada gambar berikut. Are al Pe ne bangan Ramin (5%)
Komersial Lain (53%)
Gambar 9.
Hutan Prime r Non Komersial (42%)
Ramin (9%)
Non Komersial (33%)
Komersial Lain (58%)
Komposisi volume per hektar pada areal bekas tebangan dan hutan primer
38
Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa komposisi volume untuk jenis komersial pada areal penebangan sebesar 53 % (5 % diantaranya adalah jenis ramin) dan pada hutan primer sebesar 58% (9 % diantaranya adalah jenis ramin). Komposisi volume jenis komersial pada hutan primer lebih besar daripada komposisi volume jenis komersial pada areal penebangan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa terjadi penurunan komposisi volume pada jenis komersial setelah penebangan. Kondisi potensi tegakan mengenai jumlah pohon per hektar dan volume pohon per hektar pada areal bekas tebangan pada tahun 2003 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Potensi tegakan pada areal bekas tebangan Kriteria Jenis Ramin Komersial Non Komersial Keterangan :
Potensi Tegakan 10-19 cm 20-39 cm 40 cm up N/ha V/ha N/ha V/ha N/ha V/ha 1.85 0.27 3.40 2.88 1.85 3.72 8.33 1.03 45.20 33.58 21.30 48.71 34.26 3.71 62.31 32.46 9.88 24.57 N/ha = Jumlah individu per hektar (pohon/ha)
Jumlah Total 10 cm up 20 cm up N/ha V/ha N/ha V/ha 7.10 6.88 5.25 6.60 74.83 83.33 66.50 82.29 106.45 60.74 72.19 57.03
V/ha = Volume pohon per hektar (m3/ha)
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa untuk jenis komersial, jumlah permudaan (jenis dengan diameter 10-19 cm), pohon inti (jenis dengan diameter 20-39 cm) dan pohon jenis komersial berdiameter 40 cm ke atas berturut-turut sebesar 8.33 pohon/ha,
45.20 pohon/ha dan 21.30 pohon/ha. Dengan demikian jumlah pohon
inti yang tersisa masih sesuai dengan batas pohon inti berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No. 24 /Kpts/IV-set/96 dimana disebutkan bahwa pohon inti yang harus ditunjukkan dan dipelihara selama jangka waktu rotasi berjumlah sedikitnya 25 pohon per hektar yang berdiameter antara 20-39 cm. Untuk volume jenis komersial sebesar 83.33 m3/ha, 6.87 m3/ha diantaranya adalah jenis ramin. Sedangkan volume untuk jenis non komersial adalah sebesar 60.74 m3/ha. Apabila dilihat dari kerapatannya, jenis non komersial, dengan jumlah pohon per hektar sebesar 106.45 pohon/ha,
lebih
mendominasi areal tersebut dibandingkan dengan jenis komersial yaitu sebesar 74.83 pohon/ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan jenis
39
komersial lebih rendah pada areal tersebut, namun memiliki volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis non komersial sehingga volume pada tegakan pada areal tersebut sebagian besar dibangun oleh jenis-jenis komersial. Apabila dilihat dari total tegakan tinggal pada tahun 2003, maka volume tegakan tinggal jenis komersial yang ada adalah sebesar 83.33 m3/ha. Nilai ini menunjukkan bahwa tegakan memiliki potensi sangat baik. Hal ini dijelaskan oleh nilai Baku Mutu Potensi dari Parisy et.al (1987) dalam Malik (1996), yang menyebutkan bahwa total volume tegakan tinggal jenis komersial tegakan dengan potensi lebih dari 57.79 m3/ha memiliki keadaan potensi sangat baik dan jumlah tegakan yang ada cukup baik. Hasil pengukuran potensi tegakan mengenai volume per hektar dan jumlah pohon per hektar untuk jenis komersial dan non komersial baik sebelum maupun sesudah penebangan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 10. Besarnya riap diameter hasil penelitian untuk masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 10 berikut Tabel 10. Riap diameter berdasarkan kelas diameter Kriteria Jenis Balam (Palaquium obovatum) Bintangur (Calophyllum soulatri) Durian Burung (Durio carinatus) Geronggang (Cratoxylum arborescens) Jangkang (Xylocarpus malayana) Meranti Batu (Shorea uliginosa) Meranti Bunga (Shorea teysmanniana) Pasak Linggo (Aglaia rubiginosa) Pisang-pisang (Mezzetia parviflora) Pulai (Alstonia pneumathopora) Punak (Tetramerista glabra) Ramin (Gonystylus bancanus) Serapat (Calophyllum macrocarpum) Suntai (Palaquium pierre) Terentang (Camnosperma macrophylla) Rata-rata riapKomersial Rata-rata riap Non Komersial
Riap Diameter (cm/tahun) untuk Kelas Diameter 10 – 19 cm 20 – 39 cm 40 cm up 0.48 0.70 0.40 0.50 0.50 0.55 0.70 0.60 0.54 1.13 0.61 0.48
0.42 0.66 0.23 1.00 0.50 0.46 0.68 0.40 0.68 2.20 0.51 0.42 0.80 0.80 0.92 0.71 0.42
0.30 0.50 0.45 0.40 0.38 0.54 0.30 0.64 0.80 0.68 0.34 0.32 0.40 0.47 0.27
Jumlah 10 cm up
20 cm up
1.20 1.86 1.07 1.40 1.00 1.35 1.77 0.70 2.02 3.00 1.79 1.30 0.80 1.13 2.45 1.79 1.17
0.72 1.16 0.67 1.40 0.50 0.85 1.22 0.70 1.32 3.00 1.19 0.76 0.80 1.13 1.32 1.18 0.69
Tabel 10 di atas menunjukkan riap diameter tahun pertama setelah penebangan pada areal bekas tebangan. Dari tabel dapat dilihat bahwa, secara umum riap diameter jenis komersial berkisar antara 0.47 cm/tahun-0.71 cm/tahun, dengan riap untuk kelas diameter 10 cm ke atas sebesar 1.79 cm/tahun. Untuk
40
jenis non komersial, berkisar antara 0.27 cm/tahun-0.48 cm/tahun, dengan riap untuk kelas diameter 10 cm ke atas sebesar 1.17 cm/tahun. Nilai ini lebih besar apabila dibandingkan dengan hasil yang didapat dari penelitian Malik (1996) dimana riap diameter rata-rata kelas diameter 10 cm ke atas untuk jenis komersial Dipterocarpaceae, komersial non Dipterocarpaceae dan non komersial berturutturut sebesar 1.00 cm/tahun, 0.66 cm/tahun dan 0.53 cm/tahun. Sedangkan untuk jenis ramin, riap diameter untuk kelas diameter 10 cm ke atas sebesar 1.30 cm/tahun. Dari Tabel 10 juga dapat dilihat bahwa riap diameter jenis komersial adalah 1,79 cm/tahun. Hasil ini lebih besar daripada riap minimum 1 cm/tahun yang dijadikan dasar pengelolaan hutan alam dengan sistem TPTI. Sehingga pembinaan hutan yang dilakukan yang dilakukan oleh IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, seperti pembebasan, telah dapat meningkatkan riap volume dari tegakan tinggal sehingga individu pada areal tersebut dapat tumbuh dengan baik. Menurut kelas diameter, juga dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, pohon yang masih muda mengalami pertambahan diameter yang lebih cepat. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa riap diameter akan menurun seiring dengan pertambahan diameter pohon. Selain itu variasi pertumbuhan dari jenis maupun kerapatan tegakan dapat pula berpengaruh pada pertumbuhan diameter pada setiap jenis. Berikut adalah bagan pertumbuhan riap diameter untuk jenis komersial pada setiap kelas diameter. Riap Diame te r Balam
2.5
Bintangur Durian Burung
Riap (cm/th)
2
Geronggang Jangkang
1.5
M eranti Batu M eranti Bunga Pasak Linggo
1
Pisang-p isang Pulai
0.5
Punak Ramin
0 10 - 19 cm
20 - 39 cm
Kelas Diameter (cm)
40 cm up
Serapat Suntai Terentang
Gambar 10. Riap diameter jenis-jenis komersial
41
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada kelas diameter 10-19 cm beberapa jenis komersial yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah jenis bintangur dan pisang-pisang, sedangkan yang paling rendah adalah jenis durian burung. Jenis yang memiliki pertumbuhan diameter tertinggi pada kelas diameter 20-39 cm adalah jenis pulai, sedangkan yang terendah adalah jenis durian burung. Untuk kelas diameter 40 cm ke atas, jenis yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah jenis pulai, sedangkan yang terendah adalah jenis pasak linggo. Dari tabel dan gambar dapat dilihat terdapat beberapa jenis yang tidak mengalami pertumbuhan riap. Hal ini bukan dikarenakan oleh proses pertumbuhan yang terjadi pada masing-masing jenis, namun dikarenakan beberapa jenis komersial, pada kelas diameter tertentu, tidak terdapat pada areal pengamatan. Dari gambar 10, dapat dilihat bahwa untuk jenis ramin mengalami pertumbuhan yang konstan pada setiap kelas diameternya. Secara keseluruhan, jenis-jenis komersial mengalami pertumbuhan yang pesat pada kelas diameter 20-39 cm. Riap volume hasil penelitian pada areal bekas tebangan 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Riap volume per hektar berdasarkan kelas diameter Kelompok Jenis Balam (Palaquium obovatum) Bintangur (Calophyllum soulatri) Durian Burung (Durio carinatus) Geronggang (Cratoxylum arborescens) Jangkang (Xylocarpus malayana) Meranti Batu (Shorea uliginosa) Meranti Bunga (Shorea teysmanniana) Pasak Linggo (Aglaia rubiginosa) Pisang-pisang (Mezzetia parviflora) Pulai (Alstonia pneumathopora) Punak (Tetramerista glabra) Ramin (Gonystylus bancanus) Serapat (Calophyllum macrocarpum) Suntai (Palaquium pierre) Terentang (Camnosperma macrophylla) Rata-rata riap Komersial Rata-rata riap Non Komersial
Riap Volume per hektar (m3/ha) untuk Kelas Diameter 10-19 cm 20-39 cm 40 cm up 0.03 0.20 0.09 0.02 0.15 0.04 0.02 0.07 0.13 0.12 0.16 0.01 0.11 0.01 0.22 0.22 0.04 0.24 0.29 0.05 0.07 0.05 0.22 0.24 0.05 0.03 0.03 0.06 0.26 0.03 0.18 0.12 0.09 0.07 0.13 0.04 0.25 0.07 0.03 0.14 0.14 0.01 0.09 0.06
Jumlah 10 cm up 0.32 0.21 0.21 0.28 0.12 0.45 0.57 0.12 0.50 0.08 0.34 0.32 0.09 0.20 0.36 0.31 0.16
20 cm up 0.29 0.19 0.19 0.28 0.11 0.44 0.53 0.12 0.46 0.08 0.31 0.30 0.09 0.20 0.32 0.28 0.15
Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai riap volume dari jenis komersial sebesar 0.31 m3/ha/tahun, lebih tinggi daripada nilai rata-rata riap volume jenis non komersial, yaitu sebesar 0.16 m3/ha/tahun. Untuk riap volume jenis ramin
42
memberikan masukan sebesar 0.32 m3/ha/tahun pada jenis komersial. Bagan riap volume untuk jenis-jenis komersial dapat dilihat dari gambar berikut. Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa riap volume untuk jenis komersial memiliki nilai yang lebih tinggi daripada riap volume jenis non komersial. Hal inilah yang menyebabkan volume tegakan sebagian besar dibangun oleh jenis komersial, karena walaupun jenis komersial memiliki kerapatan yang rendah namun jenis ini memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan jenis non komersial. Bagan riap volume untuk jenis-jenis komersial dapat dilihat dari gambar berikut. Riap Volume Balam
0.35
Bintangur Durian Burung
0.3
Geronggang
Riap (cm/th)
0.25
Jangkang M eranti Batu
0.2
M eranti Bunga 0.15
Pasak Linggo Pisang-pisang
0.1
Pulai 0.05
Punak Ramin
0 10 - 19 cm
20 - 39 cm
Kelas Diameter (cm)
40 cm up
Serapat Suntai Terentang
Gambar 11. Riap volume jenis-jenis komersial Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa jenis komersial yang memiliki pertumbuhan riap tertinggi pada kelas diameter 10-19 cm adalah jenis pisangpisang, sedangkan yang terendah adalah jenis jangkang dan jenis meranti batu. Untuk kelas diameter 20-39 cm jenis yang memiliki riap volume tertinggi adalah jenis terentang, sedangkan yang terendah adalah pasak linggo. Untuk kelas diameter 40 cm ke atas, jenis yang memiliki riap volume tertinggi adalah jenis meranti bunga, sedangkan pulai merupakan jenis yang mengalami pertambahan riap yang paling rendah pada kelas diameter ini.
43
Berbeda halnya dengan riap diameter, pada riap volume, besarnya pertambahan volume pohon semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kelas diameter. Apabila dibandingkan dengan bagan dari riap diameter pada Gambar 10, maka dapat diketahui bahwa pada kelas diameter 40 cm ke atas, pertumbuhan dari pohon secara horisontal mungkin telah mengalami penurunan, namun secara vertikal pohon-pohon yang ada masih mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Besarnya nilai riap, baik riap diameter maupun riap volume suatu jenis, selain dipengaruhi oleh pola pertumbuhan dari jenis-jenis yang ada, juga dapat dipengaruhi oleh kegiatan pengelolaan pada tegakan dimana jenis itu berada. Aktivitas penebangan misalnya, dapat memberikan pengaruh dalam hal keterbukaan tajuk. Terbukanya tajuk hutan menyebabkan persaingan antar pohon untuk mendapatkan sinar matahari, ruang tumbuh dan unsur hara tanah menjadi lebih kecil, sehingga mendorong pertumbuhan individu pohon yang relatif lebih cepat. Asumsi besarnya riap pohon inti dari pengelolaan TPTI di hutan rawa gambut adalah sebesar 0.5 cm/tahun. Hal ini dapat dihitung berdasarkan besarnya batas diameter tebang, rotasi penebangan, dan diameter dari pohon inti. Rotasi penebangan adalah 40 tahun, dengan diameter dari pohon inti yang harus ditinggalkan pada jangka waktu rotasi tebang sebesar 20-39 cm. Sehingga dengan besarnya riap pohon minimal sebesar 0.5 cm/tahun, diharapkan pohon-pohon inti yang ditinggalkan dapat ditebang kembali pada rotasi tebang berikutnya. Apabila dikaitkan dengan pengelolaan hasil pada IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, untuk jangka waktu pengusahaan hutan 40 tahun, dengan nilai riap diameter pohon berdiameter 20 cm ke atas untuk jenis komersial sebesar 0.71 cm/tahun (Tabel 10) dan diasumsikan tetap tiap tahunnya, maka untuk pohon-pohon yang memiliki diameter minimal pada tahun 2003 sebesar 20 cm, sudah dapat ditebang pada rotasi tebang berikutnya (40 tahun ke depan). Diketahui bahwa jumlah pohon/ha untuk jenis komersial kelas diameter 20 cm keatas 66.50 pohon/ha (Tabel 9). Apabila tegakan dapat tumbuh dengan baik, maka diharapkan pada siklus tebang berikutnya tegakan ini dapat dipanen kembali
44
Dilihat dari masing-masing jenis yang diusahakan terdapat beberapa jenis yang direkomendasikan untuk tidak ditebang pada rotasi tebang berikutnya. Jenisjenis ini adalah jenis yang memiliki riap diameter pohon inti dari jenis-jenis ini kurang dari 0.5 cm/tahun. Karena diprediksikan pada rotasi tebang berikutnya jenis-jenis ini akan memiliki pohon-pohon inti (20-39 cm) yang akan tetap dalam kelas diameter yang sama, yaitu kelas 20-39 cm. Jenis-jenis yang dimaksud antara lain adalah balam, durian burung, meranti batu, pasak linggo dan ramin. Untuk ramin diperlukan perhatian khusus untuk menjaga kelestariannya, karena selain jenis ini merupakan jenis yang tidak memungkinkan untuk dipanen pada rotasi berikutnya, jenis ini juga termasuk ke dalam Appendix II CITES dimana jenis ramin ini terancam karena populasinya terus menurun. Pengayaan, pembebasan dan pencegahan penebangan terhadap jenis ramin ini akan dapat membantu kelestariannya. Peninjauan kembali sistem TPTI yang ada di hutan rawa gambut, juga dapat mendukung upaya pelestarian ramin. Dengan menaikkan batas diameter pohon yang ditebang, maka dapat menurunkan tingkat eksploitasi dari jenis ramin ini. Hasil pengukuran jumlah pohon maupun volume per hektar yang mati maupun ditebang pada saat penebangan akan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah pohon dan volume pohon per hektar yang mati maupun ditebang pada saat penebangan Jumlah pohon dan Volume per hektar yang mati/ditebang untuk kelas diameter Kriteria Jenis
10-19
20-39
40 up
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
Ramin
0.00
0.00
0.62
0.52
3.40
13.11
Komersial
4.63
0.62
12.35
8.87
16.36
53.48
Non Komersial
18.21
1.47
18.52
7.96
0.93
2.11
Keterangan :
N/ha = Jumlah individu per hektar (pohon/ha) V/ha = Volume pohon per hektar (m3/ha)
Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata volume pohon per hektar yang ditebang (40 cm ke atas) untuk seluruh petak adalah sebesar 53.48 m3/hektar dengan rata-rata jumlah pohon/ha yang ditebang sebanyak 16.36 pohon/ha. Berdasarkan
dokumen
Rencana
Pengelolaan
Hutan
Produksi
Lestari
(PT. Diamond Raya Timber, 2000), apabila dilihat dari jumlah pohon yang
45
ditebang, jumlah tersebut lebih kecil daripada jumlah pohon yang boleh ditebang (21 pohon/ha). Namun jumlah tersebut lebih besar apabila dilihat dari volume jatah produksi tebangan per hektar menurut Revisi Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PT. Diamond Raya Timber (42.88 m3/ha). Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa volume per hektar tegakan tinggal dari pohon inti jenis-jenis komersial (diameter 20-39 cm) pada tahun 2003 adalah sebesar
33.58 m3/ha. Besarnya volume pohon yang ditebang adalah sebesar
53.48 m3/ha. Sehingga dapat dikatakan bahwa volume tegakan tinggal yang berasal dari pohon inti komersial lebih kecil daripada volume yang ditebang. Demikian pula halnya dengan jenis ramin, volume ramin dari pohon inti (2.88 m3/ha) juga lebih kecil daripada volume ramin yang ditebang (13.11 m3/ha). Jika dihitung untuk jangka waktu pengusahaan 40 tahun kedua (rotasi kedua), dengan asumsi bahwa rata-rata riap volume untuk kelas diameter 20 cm ke atas adalah 0.28 m3/ha/tahun, maka volume tegakan tinggal dari pohon inti pada 40 tahun berikutnya diprediksikan sebesar 44.78 m3/ha. Dengan demikian nilai volume tegakan tinggal dari pohon inti lebih kecil daripada nilai volume pohon yang ditebang (53,48 m3/ha). Sehingga
volume pohon inti dari jenis
komersial belum dapat menggantikan besarnya volume pohon yang ditebang. Namun apabila diasumsikan jatah tebangan sama dengan rotasi tebang sebelumnya, maka volume pohon inti dari jenis komersial ini akan dapat memenuhi besarnya jatah tebangan yang direncanakan. Untuk jenis ramin sendiri, apabila dihitung untuk jangka waktu 40 tahun kedua, dengan asumsi riap untuk kelas diameter 20 ke atas adalah sebesar 12 m3/ha/tahun dan dengan volume pohon inti ramin pada saat ini sebesar 2.88 m3/ha, maka dapat diketahui bahwa dalam jangka waktu 40 tahun kedua volume ramin dari pohon inti adalah sebesar 14.88 m3/ha. Nilai volume ini lebih besar daripada besarnya volume jenis ramin yang ditebang (13.11 m3/ha). Sehingga pada rotasi tebang berikutnya, besarnya volume dari jenis ramin ini akan dapat kembali pada kondisi sebelum penebangan.
46
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
1. Pada areal IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau, ditemukan sebanyak 47 jenis pohon yang tergolong ke dalam 27 famili. Kerapatan jenis komersial pada keseluruhan areal kurang dari 50% dari kerapatan total tegakan. Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) memiliki kelimpahan tertinggi pada areal RKL III. Jenis pohon komersial yang paling mendominasi hutan rawa gambut PT. Diamond Raya Timber adalah jenis Meranti Batu (Shorea uliginosa). Komposisi jenis pada areal bekas tebangan, baik untuk jenis-jenis komersial maupun secara keseluruhan, telah kembali pada kondisi pada hutan primer. Struktur tegakan pada areal bekas tebangan maupun hutan primer memiliki bentuk yang tidak mengikuti bentuk umum struktur tegakan. 2. Riap diameter pohon inti jenis komersial sebesar 0.71 cm/tahun. Untuk ramin, riap pohon inti sebesar 0.42 cm/tahun, masih lebih kecil daripada asumsi riap pohon inti sistem TPTI rawa gambut (0.5 cm/tahun). Jika tidak ada gangguan yang signifikan pada tegakan, maka akan dapat menjamin kelestarian hasil untuk jenis-jenis komersial pada jangka waktu pengusahaan 40 tahun kedua. Walaupun demikian, terdapat beberapa jenis yang direkomendasikan untuk tidak ditebang, salah satunya adalah jenis ramin.
B. Saran
1. Perlu dilakukan kegiatan pengayaan pada areal bekas tebangan, agar kelestarian dari jenis-jenis yang ada dapat dipertahankan. Penanaman permudaan jenis-jenis komersial dapat membantu membentuk struktur tegakan yang normal pada areal bekas tebangan maupun pada hutan primer. 2. Perlu dilakukan peninjauan kembali sistem TPTI hutan rawa gambut.. Menaikkan batas diameter tebangan, memperpanjang rotasi tebang ataupun penghentian penebangan terhadap jenis-jenis komersial tertentu, khususnya jenis ramin, akan dapat menunjang kelestarian jenis dan hasil pada areal IUPHHK PT. Diamond Raya Timber.
47
DAFTAR PUSTAKA
Chotimah, H. E. N. C. 2002. Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Tanaman Pertanian. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana / S3 IPB. Daniel, T. W , J. A. Helms, F. S. Baker. 1995. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Gunawan, A. W, SS, Achmadi, L. Arianti. 2004. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. IPB Press. Bogor. Herayuana, I. 2005. Kelimpahan Jenis Magnolia blumei Prantl dan Michelia velutina Bl Pada Berbagai Ketinggian dan Kemiringan Lahan di Suaka
Margasatwa Gunung Sawal Propinsi Jawa Barat. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tidak Diterbitkan. Istomo. 1994. Hubungan Antara Komposisi, Struktur dan Penyebaran Ramin (Gonystylus bancanus Miq. Kurz) dengan Sifat-sifat Tanah Gambut (Studi Kasus di Areal HPH PT Inhutani III Kalimantan Selatan). Tesis Program Pascasarjana IPB. Tidak Diterbitkan. Istomo. 2002a. Kandungan Fosfor dan Kalsium serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Bagan, Kab. Rokan Hilir, Riau). Disertasi Program Pascasarjana IPB. Tidak Dipublikasikan. Istomo. 2002b. Pengenalan Jenis Tumbuhan di Hutan Rawa Gambut. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Kongse, M. A. 1996. Pengaruh Penebanagan terhadap Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Studi kasus di HPH PT. Kosmar Timur Raya, Propinsi Riau). Tesis Program Pascasarjana IPB. Tidak Diterbitkan Loetsch, F and K. E. Haller. 1993. Forest Inventory. Volume II. Translated to English by E. F. Brunig. BLV Verlagsgfsellschaft, Muenchen. Magurran, A. E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm Limited. London. Malik, J. 1996. Studi Keadaan Tegakan Tinggal pada Tahun Kedua Setelah Pemanenan Kayu dengan Sistem TPTI di Area HPH PT. Kiani Lestari,
48
Kalimantan Timur. Skripsi Departemen Teknologi Hasil Hutan IPB. Tidak Diterbitkan. Odum, E. P. Fundamentals of Ecology. 2nd Edition. W. B. Saunders Company. Philadelphia and London. Poerwowidodo. 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman
di
Indonesia. Rajawali Press. Jakarta. Pradiastoro, A. 2004. Kajian Tempat Tumbuh Alami Palahlar Gunung (Dipterocarpus retusus Bl) di Kawasan Hutan Lindung Gunung Cakrabuana Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Skripsi Departemen Manajemen Hutan IPB. Tidak Diterbitkan. Prodan. M. 1968. Forest Biometrics. Pergamon Press. Oxford. PT. Diamond Raya Timber. 2004. Revisi Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. PT Diamond Raya Timber. Riau Resosoedarmo, S. 1989. Pengantar Ekologi. Remadja Karya CV. Bandung Rismayanti, Y. 2001. Model Penduga Riap Diameter Pohon Jenis Resak (Vatica resak) Pada Hutan Alam Bekas Tebangan (Studi Kasus di HPH PT.
Belayan River Timber, Kalimantan Timur). Skripsi Departemen Manajemen Hutan IPB. Tidak Diterbitkan. Roswandi, S. 1997. Kajian Faktor Lingkungan Fisik Pinus merkusii Jungh et de Vries Galur Kerinci di Hutan Resort KSDA Bukit Tapan, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan Samingan, T. 1975. Tipe-tipe Vegetasi (Pengantar Dendrologi). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudarisman, M. 2001. Studi Keanekaragaman Jenis Pohon di Areal Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Gunung Sawal Kabupaten Dati II Ciamis Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Universitas Winaya Mukti. Tidak dipublikasikan Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
49
Soerianegara, I dan A. Indrawan. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Suyono, B. 1998. Studi Komposisi dan Pola Pertumbuhan Beberapa Jenis Pohon Utama Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di HPH PT. SBA Wood Industries, Sumatera Selatan). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tidak Diterbitkan. Wahyu, A. 2002. Komposisi Jenis Pohon dan Struktur Tegakan di Hutan Hujan Tropika Gunung Karang pandeglang Banten. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan IPB. Tidak diterbitkan
50
LAMPIRAN
50
Lampiran 1. Peta kawasan IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau
51
Lampiran 2. Peta sebaran PSP di lapangan
52
Lampiran 3. Nama jenis pohon yang ditemukan pada areal pengamatan hutan rawa gambut PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Riau. No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
1
Arang-arang
Myristica lowiana
Myristicaceae
2
Asam-asam
Santiria griffithii
Burseraceae
3
Balam*
Palaquium obovatum
Sapotaceae
4
Beringin
Ficus retusa
Moraceae
5
Bintangur*
Callophylum soulattri
Guttiferae
6
Darah-darah
Horsfieldia glabra
Myristicaceae
7
Durian Burung*
Durio carinatus
Bombacaceae
8
Geronggang*
Cratoxylum arborescens
Hyperiaceae
9
Jambu-jambu
Euginia jambos
Myrtaceae
10
Jangkang*
Xylocarpus malayana
Annonaceae
11
Ketiau
Canua motleyana
Sapotaceae
12
Kecapi
Sandoricum koetjape
Caesalpiniaceae
13
Kecapi Hutan
Sandoricum borneensis
Meliaceae
14
Kelat
Carallia brachiata
Rhizophoraceae
15
Kenari
Santiria laevigata
Burseraceae
16
Keranji
Santiria sp.
Burseraceae
17
Kopi-kopi
Gardenia sp.
Rubiaceae
18
Laban
Vitex sp.
Verbenaceae
19
Mahang
Macaranga populifolia
Euphorbiaceae
20
Malam-malam
Diospyros pendula
Ebenaceae
21
Mangga-mangga
Mangifera sp
Anacardiaceae
22
Manggis manggis
Garcinia sp.
Guttiferae
23
Medang
Cryptocarya crassinervia
Lauraceae
24
Medang Lendir
Alseodaphne umbelliflora
Lauraceae
25
Medang Telor
Lindera subumbelliflora
Lauraceae
26
Mengkal Udang
Calycina sp.
Rubiaceae
27
Meranti Batu*
Shorea uliginosa
Dipterocarpaceae6
28
Meranti Bunga*
Shorea teysmanniana
Dipterocarpaceae
29
Milas
Parastemon urophyllum
Rosaceae
30
Nangka-nangka
Arthocarpus sp.
Annonaceae
31
Nyatoh
Palaquium rostratum
Sapotaceae
32
Pasak Linggo*
Aglaia rubiginosa
Meliaceae
33
Pasir-pasir
Urandra scorpioides
Icacianaceae
34
Perupuk
Lophopetalum pachyphyllum
Celastraceae
35
Pisang-pisang*
Mezzetia parviflora
Annonaceae
53
36
Pulai*
Alstonia pneumathopora
Apocynaceae
37
Punak*
Tetramerista glabra
Theaceae
38
Rambutan
Dacryodes incurvata
Burseraceae
39
Ramin*
Gonystylus bancanus
Thymeleaceae
40
Resak
Vatica rassak
Dipterocarpaceae
41
Selumar
Jackia ornata
Rubiaceae
42
Simpur
Dillenia excelsa
Dilleniaceae
43
Serapat*
Callophylum macrocarpum
Guttiferae
44
Suntai*
Palaquium pierre
Sapotaceae
45
Timah-timah
Ilex pleiobrachiata
Aquifoliaceae
46
Terentang*
Camnosperma macrophylla
Anacardiaceae
47
Terpis
Polyanthia sumatrana
Annonaceae
Ket: (*) = Jenis Komersial
54
Lampiran 4. Jenis dan Famili pada masing-masing areal pengamatan RKL I
RKL II
RKL III
RKL IV
RKL V
Primer
Asam-asam
Burseraceae
Arang-arang
Myristicaceae
Nama Jenis Arangarang
Darah-darah Jambujambu
Myristicaceae
Asam-asam
Burseraceae
Asam-asam
Burseraceae
Balam
Sapotaceae
Asam-asam
Burseraceae
Asam-asam
Burseraceae
Myrtaceae
Balam
Sapotaceae
Sapotaceae
Beringin
Moraceae
Balam
Sapotaceae
Balam
Sapotaceae
Jangkang
Annonaceae
Bintangur
Guttiferae
Bombacaceae
Beringin
Moraceae
Beringin Durian Burung
Moraceae
Myristicaceae
Bombacaceae
Myristicaceae
Bombacaceae
Bombacaceae
Geronggang
Hyperiaceae
Myristicaceae
Darah-darah Jambujambu
Beringin Durian Burung
Moraceae
Caesalpiniaceae
Bintangur Durian Burung Darahdarah
Guttiferae
Kecapi
Balam Durian Burung Darahdarah
Myrtaceae
Darah-darah
Myristicaceae
Darah-darah Jambujambu
Myristicaceae
Jangkang Jambujambu
Annonaceae
Geronggang Jambujambu
Hyperiaceae
Kelat
Rhizophoraceae
Hyperiaceae
Myrtaceae
Kenari
Burseraceae
Geronggang Jambujambu
Nama Jenis
Nama Famili
Nama Jenis
Nama Famili
Nama Famili
Nama Jenis
Nama Famili
Nama Jenis
Nama Famili
Nama Jenis
Nama Famili
Myristicaceae
Asam-asam
Burseraceae
Arang-arang
Myristicaceae
Arang-arang
Myristicaceae
Kenari
Burseraceae
Kopi-kopi
Rubiaceae
Keranji Kecapi Hutan
Burseraceae Meliaceae
Jangkang
Annonaceae
Kelat
Rhizophoraceae
Jangkang
Annonaceae
Kopi-kopi
Rubiaceae
Kelat
Rhizophoraceae
Ketiau
Sapotaceae
Kecapi
Caesalpiniaceae
Burseraceae
Kelat
Rhizophoraceae
Kenari
Burseraceae
Verbenaceae
Kelat
Rhizophoraceae
Dipterocarpaceae
Burseraceae
Dipterocarpaceae
Kopi-kopi
Rubiaceae
Meranti Batu
Dipterocarpaceae
Kenari
Burseraceae
Kenari Kecapi Hutan
Ketiau Meranti Batu Meranti Bunga
Sapotaceae
Laban
Dipterocarpaceae
Keranji
Burseraceae
Medang Meranti Bunga
Lauraceae
Burseraceae
Medang Manggamangga Malammalam
Lauraceae
Ketiau Meranti Batu Meranti Bunga
Sapotaceae
Euphorbiaceae
Lauraceae
Milas Nangkanangka Perupuk
Rosaceae
Lauraceae
Milas
Rosaceae
Dipterocarpaceae
Nyatoh
Sapotaceae
Keranji Meranti Batu Medang Lendir Medang Telor Meranti Bunga Malammalam
Burseraceae
Mahang Mengkal Udang
Keranji Kecapi Hutan Meranti Batu Medang Lendir Medang Telor Meranti Bunga Manggamangga
Keranji Meranti Batu Medang Lendir Medang Telor Meranti Bunga Manggamangga Malammalam
Anacardiaceae
Punak
Theaceae
Milas
Dipterocarpaceae
Rubiaceae
Annonaceae Celastraceae
Myrtaceae
Meliaceae Dipterocarpaceae
Myrtaceae
Lauraceae Lauraceae Dipterocarpaceae Anacardiaceae Ebenaceae
Meliaceae
Dipterocarpaceae Lauraceae Lauraceae Dipterocarpaceae Ebenaceae Rosaceae
Milas Nangkanangka Nyatoh Pasak Linggo
Anacardiaceae Ebenaceae Rosaceae Annonaceae Sapotaceae Meliaceae
Medang Manggamangga Mahang Mengkal Udang
Myrtaceae
Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Lauraceae Anacardiaceae Euphorbiaceae Rubiaceae
54
55
Pisangpisang Pasak Linggo
Meliaceae
Rambutan
Burseraceae
Ramin
Annonaceae
Manggimanggis
Guttiferae
Pisangpisang
Nangkanangka
Theaceae Annonaceae
Pasir-pasir
Icacianaceae
Icacianaceae
Punak Pisangpisang Pasak Linggo
Punak Pisangpisang
Meliaceae
Ramin
Thymeleaceae
Ramin
Thymeleaceae
Pasir-pasir
Icacianaceae
Resak
Dipterocarpaceae
Theaceae
Simpur
Dilleniaceae
Ramin
Thymeleaceae
Selumar
Rubiaceae
Annonaceae
Serapat
Guttiferae
Guttiferae
Simpur
Meliaceae
Sapotaceae
Serapat Timahtimah
Aquifoliaceae
Suntai
Rosaceae
Thymeleaceae
Milas Malammalam Nangkanangka
Resak
Dipterocarpaceae
Simpur
Dilleniaceae
Timah-timah
Aquifoliaceae
Terpis
Annonaceae
Terentang
Anacardiaceae
Annonaceae Apocynaceae
Ebenaceae
Pulai Pasak Linggo
Annonaceae
Pasir-pasir
Nyatoh
Sapotaceae
Punak Pisangpisang Pasak Linggo
Meliaceae
Annonaceae
Theaceae Annonaceae
Malammalam
Ebenaceae
Milas Nangkanangka
Rosaceae
Nyatoh Pasak Linggo
Annonaceae Sapotaceae Meliaceae
Dilleniaceae
Punak Pisangpisang
Theaceae Annonaceae
Sapotaceae
Pasir-pasir
Icacianaceae
Pasir-pasir
Icacianaceae
Suntai Timahtimah
Aquifoliaceae
Terpis
Annonaceae
Serapat
Guttiferae
Ramin
Thymeleaceae
Ramin
Thymeleaceae
Terpis
Annonaceae
Terentang
Anacardiaceae
Timah-timah
Aquifoliaceae
Resak
Dipterocarpaceae
Suntai
Sapotaceae
Terentang
Anacardiaceae
Terentang
Anacardiaceae
Selumar
Rubiaceae
Timah-timah
Aquifoliaceae
Terpis
Annonaceae
Simpur
Dilleniaceae
Serapat
Guttiferae
Suntai
Sapotaceae
Timah-timah
Aquifoliaceae
Terentang
Anacardiaceae
Terpis
Annonaceae
55
56
Lampiran 5. Jumlah individu per jenis pada masing-masing areal pengamatan Kriteria Jenis
RKL I Jenis
RKL II Jumlah individu
Jenis
RKL III Jumlah individu
Jenis
RKL IV Jumlah individu
Jenis
RKL V Jumlah individu
Jenis
Primer Jumlah individu
Jenis
Jumlah individu
Asam-asam
31
Arang-arang
7
Arang-arang
11
Asam-asam
1
Arang-arang
3
Arang-arang
6
Darah-darah
17
Asam-asam
3
Asam-asam
1
Balam
39
Asam-asam
1
Asam-asam
1
Jambu-jambu
15
Balam
25
Balam
20
Beringin
1
Balam
13
Balam
19
Jangkang
3
Bintangur
1
Durian Burung
2
Bintangur
1
Beringin
4
Beringin
5
Kecapi
1
Beringin
1
Darah-darah
2
Durian Burung
1
Darah-darah
6
Durian Burung
4
Kenari
9
Durian Burung
4
Geronggang
1
Darah-darah
12
Jambu-jambu
21
Darah-darah
7
Kopi-kopi
11
Darah-darah
15
Jangkang
4
Geronggang
1
Kelat
6
Geronggang
1 29
Keranji
1
Jambu-jambu
19
Jambu-jambu
10
Jambu-jambu
23
Kenari
5
Jambu-jambu
Kecapi Hutan
2
Jangkang
2
Kelat
8
Jangkang
1
Kopi-kopi
1
Kelat
6
Ketiau
16
Kecapi
1
Keranji
1
Kelat
9
Ketiau
2
Kenari
7
Laban
1
Kelat
9
Meranti Batu
18
Kenari
1
Meranti Batu
8
Kopi-kopi
2
Meranti Batu
20
Kenari
4
Medang Lendir
2
Kecapi Hutan
2
Meranti Bunga
6
Keranji
2
Medang
19
Keranji
4
Medang Telor
2
Keranji
1
Medang
3
Ketiau
2
Meranti Bunga
8
Kecapi Hutan
1
Meranti Bunga
9
Meranti Batu
17
Mangga-mangga
3
Meranti Batu
13
Mahang
28
Meranti Batu
20
Mangga-mangga
5
Medang Lendir
1
Malam-malam
7
Medang
3
Mengkal Udang
13
Medang Lendir
3
Malam-malam
2
Medang Telor
8
Milas
10
Meranti Bunga
6
Milas
7
Medang Telor
13
Milas
9
Meranti Bunga
11
Nangka-nangka
5
Mangga-mangga
3
Nangka-nangka
12
Meranti Bunga
11
Nyatoh
1
Malam-malam
8
Nyatoh
2
Mahang
1
Perupuk
3
Mangga-mangga
26
Punak
6
Milas
6
Pasak Linggo
2
Mengkal Udang
1
Pisang-pisang
4
Manggis-manggis
3
Pisang-pisang
6
Nangka-nangka
6
Punak
9
Malam-malam
11
Pasak Linggo
1
Milas
4
Pulai
1
Punak
1
Pisang-pisang
6
Milas
11
Rambutan
1
Malam-malam
44
Pasak Linggo
5
Pisang-pisang
6
Pasir-pasir
6
Nangka-nangka
6
Ramin
3
Nangka-nangka
5
Pasir-pasir
28
Pasak Linggo
3
Ramin
3
Nyatoh
2
Resak
6
Nyatoh
1
Ramin
19
Pasir-pasir
10
Resak
1
Pasak Linggo
Simpur
2
Punak
3
Simpur
3
Ramin
4
Selumar
3
Punak
3 9
56
57
Timah-timah
3
Pisang-pisang
10
Serapat
4
Serapat
1
Simpur
1
Pisang-pisang
8
Terpis
6
Pasak Linggo
4
Suntai
12
Timah-timah
6
Suntai
3
Pasir-pasir
10
Terentang
1
Pasir-pasir
17
Timah-timah
4
Terpis
2
Serapat
1
Ramin
5
Ramin
2
Terpis
1
Terentang
9
Timah-timah
1
Resak
1
Terentang
11
Terentang
9
Selumar
4
Terpis
2
Simpur
1
Serapat
1
Suntai
3
Suntai
1
Timah-timah
3
Terpis
9
Terentang
7
Timah-timah
1
Terentang
15
Terpis
3
Komersial
40
90
118
94
59
87
Non Komersial
203
190
88
98
91
124
Total
243
280
206
192
150
211
57
58
Lampiran 6. Data hasil perhitungan komposisi pada areal pengamatan PSP 1 RKL I Lokasi
: RKL I
No. PSP
: 1 (Satu)
Pengamatan
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E 101 10' 15.3"
: 05 Desember 03
: N 02 06' 03.3"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
1
ASM
11
6
0.761
30.556
13.750
0.667
11.538
2.114
10.259
35.547
0.118
0.014
-2.133
-0.253
2
DRH
6
4
0.249
16.667
7.500
0.444
7.692
0.692
3.357
18.549
0.062
0.004
-2.783
-0.172
3
JB
5
3
0.375
13.889
6.250
0.333
5.769
1.042
5.055
17.074
0.057
0.003
-2.866
-0.163
4
KNR
3
3
0.118
8.333
3.750
0.333
5.769
0.328
1.591
11.110
0.037
0.001
-3.296
-0.122
5
KOPI
8
3
0.273
22.222
10.000
0.333
5.769
0.758
3.680
19.449
0.065
0.004
-2.736
-0.177
6
KPH
1
1
0.139
2.778
1.250
0.111
1.923
0.386
1.874
5.047
0.017
0.000
-4.085
-0.069
7
KTO
7
3
0.712
19.444
8.750
0.333
5.769
1.978
9.598
24.117
0.080
0.006
-2.521
-0.203
8
LBN
1
1
0.109
2.778
1.250
0.111
1.923
0.303
1.469
4.642
0.015
0.000
-4.169
-0.065
9
MB
8
4
1.416
22.222
10.000
0.444
7.692
3.933
19.089
36.781
0.123
0.015
-2.099
-0.257
10
MD
7
5
0.346
19.444
8.750
0.556
9.615
0.961
4.664
23.030
0.077
0.006
-2.567
-0.197
11
MG
3
3
0.703
8.333
3.750
0.333
5.769
1.953
9.477
18.996
0.063
0.004
-2.760
-0.175
MHG
6
3
0.905
16.667
7.500
0.333
5.769
2.514
12.200
25.469
0.085
0.007
-2.466
-0.209
13
MKU
1
1
0.011
2.778
1.250
0.111
1.923
0.031
0.148
3.321
0.011
0.000
-4.503
14
MLS
3
3
0.563
8.333
3.750
0.333
5.769
1.564
7.590
17.109
0.057
0.003
-2.864
-0.050 -0.163
15
NGK
1
1
0.144
2.778
1.250
0.111
1.923
0.400
1.941
5.114
0.017
0.000
-4.072
-0.069
16
RBT
1
1
0.035
2.778
1.250
0.111
1.923
0.097
0.472
3.645
0.012
0.000
-4.410
17
RSK
1
1
0.061
2.778
1.250
0.111
1.923
0.169
0.822
3.995
0.013
0.000
-4.319
-0.054 -0.058
18
SPR
1
1
0.033
2.778
1.250
0.111
1.923
0.092
0.445
3.618
0.012
0.000
-4.418
-0.053
58
12
59
19
TMH
3
2
0.159
8.333
3.750
0.222
3.846
0.442
2.143
9.740
0.032
0.001
-3.428
-0.111
20
TRP
3
3
0.306
8.333
3.750
0.333
5.769
0.850
4.125
13.644
0.045
0.002
-3.090
-0.141
222.222
100.000
5.778
100.000
20.6056
100.000
300.000
1.000
0.073
-65.585
-2.761
Kesimpulan:
C=
0.073
H=
2.761
E=
0.922
PSP 2 RKL I Lokasi
: RKL I
No. PSP
: 2 (Dua)
Pengamatan
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E 101 10' 26.9"
: 06 Desember 03
: N 02 06' 19.3"
No
Jenis
1 2
Total
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
0.804
22.222
9.091
0.667
9.524
2.233
9.475
28.089
0.094
0.009
-2.368
-0.222
0.162
13.889
5.682
0.444
6.349
0.450
1.909
13.940
0.046
0.002
-3.069
-0.143
5
0.563
25.000
10.227
0.556
7.937
1.564
6.635
24.798
0.083
0.007
-2.493
-0.206
2
2
0.044
5.556
2.273
0.222
3.175
0.122
0.519
5.966
0.020
0.000
-3.918
-0.078
4
4
0.082
11.111
4.545
0.444
6.349
0.228
0.966
11.861
0.040
0.002
-3.231
-0.128
Σ Plot
LBDS
ASM
8
6
DRH
5
4
3
JB
9
4
JKG
5
KNR
6
KOPI
3
2
0.055
8.333
3.409
0.222
3.175
0.153
0.648
7.232
0.024
0.001
-3.725
-0.090
7
KPH
1
1
0.014
2.778
1.136
0.111
1.587
0.039
0.165
2.889
0.010
0.000
-4.643
-0.045
8
KTO
3
3
1.121
8.333
3.409
0.333
4.762
3.114
13.210
21.381
0.071
0.005
-2.641
-0.188
9
MB
6
5
0.460
16.667
6.818
0.556
7.937
1.278
5.421
20.175
0.067
0.005
-2.699
-0.182
10
MDG
5
3
0.284
13.889
5.682
0.333
4.762
0.789
3.347
13.790
0.046
0.002
-3.080
-0.142
11
MG
3
2
0.104
8.333
3.409
0.222
3.175
0.289
1.226
7.809
0.026
0.001
-3.648
12
MHG
8
3
1.276
22.222
9.091
0.333
4.762
3.544
15.037
28.890
0.096
0.009
-2.340
-0.095 -0.225
13
MKU
7
6
0.378
19.444
7.955
0.667
9.524
1.050
4.454
21.933
0.073
0.005
-2.616
-0.191
59
Σ Pohon
60
14
MLS
2
2
0.188
5.556
2.273
0.222
3.175
0.522
2.215
7.663
0.026
0.001
-3.667
-0.094
15
NGK
8
6
0.415
22.222
9.091
0.667
9.524
1.153
4.890
23.505
0.078
0.006
-2.547
-0.200
16
PRP
3
2
0.876
8.333
3.409
0.222
3.175
2.433
10.323
16.907
0.056
0.003
-2.876
-0.162
17
PSG
3
1
0.206
8.333
3.409
0.111
1.587
0.572
2.428
7.424
0.025
0.001
-3.699
-0.092
18
PSL
1
1
0.084
2.778
1.136
0.111
1.587
0.233
0.990
3.714
0.012
0.000
-4.392
-0.054
19
RSK
3
2
0.216
8.333
3.409
0.222
3.175
0.600
2.545
9.129
0.030
0.001
-3.492
-0.106
20
SPR
1
1
0.067
2.778
1.136
0.111
1.587
0.186
0.790
3.513
0.012
0.000
-4.447
-0.052
21
TRP
3
2
1.087
8.333
3.409
0.222
3.175
3.019
12.809
19.393
0.065
0.004
-2.739
-0.177
244.444
100.000
7.000
100.000
23.572
100.000
300.000
1.000
0.063
-68.331
-2.870
Kesimpulan:
C=
0.063
H=
2.870
E=
0.943
PSP 3 RKL I Lokasi
: RKL I
No. PSP
: 3 (Tiga)
Pengamatan
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E 101 10' 264.7"
: 08 Desember 03
: N 02 06' 02.3"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
ASM
15
8
1.030
41.667
15.957
0.889
12.308
2.861
11.418
39.683
0.132
0.017
-2.023
-0.268
2
DRH
7
5
0.273
19.444
7.447
0.556
7.693
0.758
3.026
18.166
0.061
0.004
-2.804
-0.170
3
JB
2
2
0.282
5.556
2.128
0.222
3.077
0.783
3.126
8.331
0.028
0.001
-3.584
-0.100
4
JKG
1
1
0.075
2.778
1.064
0.111
1.539
0.208
0.831
3.434
0.011
0.000
-4.470
-0.051
5
KCP
1
1
0.066
2.778
1.064
0.111
1.539
0.183
0.732
3.334
0.011
0.000
-4.500
6
KNR
3
3
0.186
8.333
3.191
0.333
4.616
0.517
2.062
9.869
0.033
0.001
-3.414
-0.050 -0.112
7
KOPI
1
1
0.009
2.778
1.064
0.111
1.539
0.025
0.100
2.702
0.009
0.000
-4.710
-0.042
60
1
61
8
KRJ
1
1
0.035
2.778
1.064
0.111
1.539
0.097
0.388
2.990
0.010
0.000
-4.608
-0.046
9
KTO
7
2
0.859
19.444
7.447
0.222
3.077
2.386
9.522
20.046
0.067
0.004
-2.706
-0.181
10
MB
8
6
1.365
22.222
8.511
0.667
9.231
3.792
15.132
32.873
0.110
0.012
-2.211
-0.242
11
MD
8
7
0.622
22.222
8.511
0.778
10.770
1.728
6.895
26.175
0.087
0.008
-2.439
-0.213
12
MG
3
3
0.417
8.333
3.191
0.333
4.616
1.158
4.623
12.430
0.041
0.002
-3.184
-0.132
13
MHG
16
7
2.148
44.444
17.021
0.778
10.770
5.967
23.811
51.602
0.172
0.030
-1.760
-0.303
14
MKU
6
4
0.781
16.667
6.383
0.444
6.154
2.169
8.658
21.195
0.071
0.005
-2.650
-0.187
15
MLS
3
3
0.154
8.333
3.191
0.333
4.616
0.428
1.707
9.514
0.032
0.001
-3.451
-0.109
16
NGK
4
3
0.168
11.111
4.255
0.333
4.616
0.467
1.862
10.733
0.036
0.001
-3.330
-0.119
17
PSG
1
1
0.009
2.778
1.064
0.111
1.539
0.025
0.100
2.702
0.009
0.000
-4.710
-0.042
18
RM
3
3
0.343
8.333
3.191
0.333
4.616
0.953
3.802
11.609
0.039
0.001
-3.252
-0.126
19
RSK
2
2
0.087
5.556
2.128
0.222
3.077
0.242
0.964
6.169
0.021
0.000
-3.884
-0.080
20
TRP
1
1
0.043
2.778
1.064
0.111
1.539
0.119
0.477
3.079
0.010
0.000
-4.579
-0.047
21
TRT
1
1
0.069
2.778
1.064
0.111
1.539
0.192
0.765
3.367
0.011
0.000
-4.490
-0.050
261.111
100.000
7.222
100.000
25.058
100.000
300.000
1.000
0.088
-72.759
-2.671
Kesimpulan:
C=
0.088
H=
2.671
E=
0.877
61
62
PSP 1 RKL II Lokasi
: RKL II
No. PSP
: 1 (Satu)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
Pengamatan
: 04 September 03
: E 100 58' 19.7" : N 01 58' 01.2"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
1
ARG
3
3
0.041
8.333
3.030
0.333
4.286
0.114
0.756
8.072
0.027
0.001
-3.615
-0.097
2
ASM
1
1
0.079
2.778
1.010
0.111
1.429
0.219
1.457
3.896
0.013
0.000
-4.344
-0.056
3
BL
13
8
0.943
36.111
13.131
0.889
11.429
2.619
17.395
41.955
0.140
0.020
-1.967
-0.275
4
BRG
1
1
0.245
2.778
1.010
0.111
1.429
0.681
4.519
6.958
0.023
0.001
-3.764
-0.087
5
DB
1
1
0.157
2.778
1.010
0.111
1.429
0.436
2.896
5.335
0.018
0.000
-4.030
-0.072
6
DRH
4
4
0.104
11.111
4.040
0.444
5.714
0.289
1.918
11.673
0.039
0.002
-3.246
-0.126
7
JB
4
3
0.137
11.111
4.040
0.333
4.286
0.381
2.527
10.853
0.036
0.001
-3.319
-0.120
8
KCP
1
1
0.013
2.778
1.010
0.111
1.429
0.036
0.240
2.678
0.009
0.000
-4.719
-0.042
9
-0.130
KLT
3
3
0.264
8.333
3.030
0.333
4.286
0.733
4.870
12.186
0.041
0.002
-3.203
10 KNR
2
1
0.025
5.556
2.020
0.111
1.429
0.069
0.461
3.910
0.013
0.000
-4.340
-0.057
11 MB
6
5
0.425
16.667
6.061
0.556
7.143
1.181
7.840
21.043
0.070
0.005
-2.657
-0.186
12 MDL
1
1
0.061
2.778
1.010
0.111
1.429
0.169
1.125
3.564
0.012
0.000
-4.433
-0.053
13 MDT
13
7
0.263
36.111
13.131
0.778
10.000
0.731
4.852
27.983
0.093
0.009
-2.372
-0.221
3
2
0.559
8.333
3.030
0.222
2.857
1.553
10.312
16.199
0.054
0.003
-2.919
-0.158
15 MGA
7
6
0.395
19.444
7.071
0.667
8.571
1.097
7.286
22.929
0.076
0.006
-2.571
-0.197
16 MGS
1
1
0.027
2.778
1.010
0.111
1.429
0.075
0.498
2.937
0.010
0.000
-4.626
-0.045
17 MLM
7
5
0.328
19.444
7.071
0.556
7.143
0.911
6.051
20.264
0.068
0.005
-2.695
-0.182
18 PNK
1
1
0.133
2.778
1.010
0.111
1.429
0.369
2.453
4.892
0.016
0.000
-4.116
-0.067
19 PSG
4
2
0.366
11.111
4.040
0.222
2.857
1.017
6.752
13.649
0.045
0.002
-3.090
-0.141
20 PSL
2
2
0.149
5.556
2.020
0.222
2.857
0.414
2.749
7.626
0.025
0.001
-3.672
21 PSR
9
6
0.307
25.000
9.091
0.667
8.571
0.853
5.663
23.326
0.078
0.006
-2.554
-0.093 -0.199
62
14 MG
63
22 ST
1
1
0.027
23 TMH
1
1
0.032
24 TRP
10
4
0.341
275.000 Kesimpulan:
C=
0.068
H=
2.889
E=
0.909
2.778
2.937
0.010
0.000
-4.626
-0.045
0.590
3.029
0.010
0.000
-4.596
-0.046
6.290
22.106
0.074
0.005
-2.608
-0.192
100.000
300.000
1.000
0.068
-84.085
-2.888
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
1.010
0.111
1.429
0.075
0.498
2.778
1.010
0.111
1.429
0.089
27.778
10.101
0.444
5.714
0.947
100.000
7.778
100.000
15.058
PSP 2 RKL II Lokasi
: RKL II
No. PSP
: 2 (Dua)
Pengamatan
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E 100 58' 21.6"
: 06 September 03
: N 01 58' 04.1"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
ARG
2
2
0.022
5.556
2.174
0.222
3.030
0.061
0.374
5.578
0.019
0.000
-3.985
-0.074
2
ASM
1
1
0.051
2.778
1.087
0.111
1.515
0.142
0.866
3.468
0.012
0.000
-4.460
-0.052
3
BL
4
4
0.313
11.111
4.348
0.444
6.061
0.869
5.315
15.723
0.052
0.003
-2.949
-0.155
4
DB
1
1
0.124
2.778
1.087
0.111
1.515
0.344
2.106
4.708
0.016
0.000
-4.155
-0.065
5
DRH
9
4
0.349
25.000
9.783
0.444
6.061
0.969
5.926
21.770
0.073
0.005
-2.623
-0.190
6
JB
7
6
0.281
19.444
7.609
0.667
9.091
0.781
4.772
21.471
0.072
0.005
-2.637
-0.189
7
JKG
2
2
0.119
5.556
2.174
0.222
3.030
0.331
2.021
7.225
0.024
0.001
-3.726
-0.090
8
KLT
5
4
0.441
13.889
5.435
0.444
6.061
1.225
7.489
18.984
0.063
0.004
-2.760
-0.175
9
KNR
2
2
0.071
5.556
2.174
0.222
3.030
0.197
1.206
6.410
0.021
0.000
-3.846
-0.082
10 KPH
1
1
0.035
2.778
1.087
0.111
1.515
0.097
0.594
3.196
0.011
0.000
-4.542
-0.048
11 KRJ
1
1
0.014
2.778
1.087
0.111
1.515
0.039
0.238
2.840
0.009
0.000
-4.660
-0.044
12 MB
7
4
0.502
19.444
7.609
0.444
6.061
1.394
8.524
22.194
0.074
0.005
-2.604
13 MDT
1
1
0.011
2.778
1.087
0.111
1.515
0.031
0.187
2.789
0.009
0.000
-4.678
-0.193 -0.043
63
1
64
14 MG
5
2
0.529
13.889
5.435
0.222
3.030
1.469
8.983
17.448
0.058
0.003
-2.845
-0.165
15 MGA
8
6
0.441
22.222
8.696
0.667
9.091
1.225
7.489
25.275
0.084
0.007
-2.474
-0.208
16 MGS
1
1
0.033
2.778
1.087
0.111
1.515
0.092
0.560
3.162
0.011
0.000
-4.552
-0.048
17 MLM
14
6
0.954
38.889
15.217
0.667
9.091
2.650
16.200
40.508
0.135
0.018
-2.002
-0.270
18 MLS
1
1
0.149
2.778
1.087
0.111
1.515
0.414
2.530
5.132
0.017
0.000
-4.068
-0.070
19 NGK
2
2
0.046
5.556
2.174
0.222
3.030
0.128
0.781
5.985
0.020
0.000
-3.914
-0.078
20 NYT
1
1
0.107
2.778
1.087
0.111
1.515
0.297
1.817
4.419
0.015
0.000
-4.218
-0.062
21 PNK
2
2
0.207
5.556
2.174
0.222
3.030
0.575
3.515
8.719
0.029
0.001
-3.538
-0.103
22 PSG
2
2
0.318
5.556
2.174
0.222
3.030
0.883
5.400
10.604
0.035
0.001
-3.343
-0.118
23 PSL
1
1
0.228
2.778
1.087
0.111
1.515
0.633
3.872
6.474
0.022
0.000
-3.836
-0.083
24 PSR
7
6
0.221
19.444
7.609
0.667
9.091
0.614
3.753
20.452
0.068
0.005
-2.686
-0.183
25 TMH
1
1
0.008
2.778
1.087
0.111
1.515
0.022
0.136
2.738
0.009
0.000
-4.697
-0.043
26 TRT
4
2
0.315
Kesimpulan:
C=
0.063
H=
2.966
E=
0.910
11.111
4.348
0.222
3.030
0.875
5.349
12.727
0.042
0.002
-3.160
-0.134
255.556
100.000
7.333
100.000
16.358
100.000
300.000
1.000
0.063
-92.958
-2.966
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N -0.093 -0.045
PSP 3 RKL II Lokasi
: RKL II
No. PSP
: 3 (Tiga)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
Pengamatan
: 08 September 03
: E 100 58' 33.6" : N 01 58' 22.9"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
K
KR
F
FR
D
DR
INP
LBDS
ARG
3
3
0.042
8.333
2.703
0.333
4.348
0.117
0.492
7.543
0.025
0.001
-3.683
2
ASM
1
1
0.045
2.778
0.901
0.111
1.449
0.125
0.527
2.877
0.010
0.000
-4.647
64
1
65
3
BL
10
5
0.790
27.778
9.009
0.556
7.246
2.194
9.255
25.510
0.085
0.007
-2.465
-0.210
4
BTR
1
1
0.075
2.778
0.901
0.111
1.449
0.208
0.879
3.229
0.011
0.000
-4.532
-0.049
5
DB
2
2
0.308
5.556
1.802
0.222
2.899
0.856
3.608
8.308
0.028
0.001
-3.587
-0.099
6
DRH
3
3
0.071
8.333
2.703
0.333
4.348
0.197
0.832
7.882
0.026
0.001
-3.639
-0.096
7
JB
9
6
0.347
25.000
8.108
0.667
8.696
0.964
4.065
20.869
0.070
0.005
-2.666
-0.185
8
KLT
2
1
0.128
5.556
1.802
0.111
1.449
0.356
1.499
4.751
0.016
0.000
-4.146
-0.066
9
KRJ
3
2
0.069
8.333
2.703
0.222
2.899
0.192
0.808
6.410
0.021
0.000
-3.846
-0.082
10 MB
9
6
1.354
25.000
8.108
0.667
8.696
3.761
15.862
32.665
0.109
0.012
-2.217
-0.241
11 MDL
2
2
0.103
5.556
1.802
0.222
2.899
0.286
1.207
5.907
0.020
0.000
-3.928
-0.077
12 MG
4
4
1.207
11.111
3.604
0.444
5.797
3.353
14.140
23.540
0.078
0.006
-2.545
-0.200
13 MGA
13
5
0.680
36.111
11.712
0.556
7.246
1.889
7.966
26.924
0.090
0.008
-2.411
-0.216
14 MGS
1
1
0.035
2.778
0.901
0.111
1.449
0.097
0.410
2.760
0.009
0.000
-4.688
-0.043
15 MLM
27
9
1.480
75.000
24.324
1.000
13.043
4.112
17.341
54.709
0.182
0.033
-1.702
-0.310
16 MLS
3
3
0.366
8.333
2.703
0.333
4.348
1.017
4.288
11.338
0.038
0.001
-3.276
-0.124
17 NGK
3
3
0.156
8.333
2.703
0.333
4.348
0.433
1.827
8.878
0.030
0.001
-3.520
-0.104
18 PSG
5
4
0.532
13.889
4.505
0.444
5.797
1.478
6.232
16.534
0.055
0.003
-2.898
-0.160
19 PSL
1
1
0.040
2.778
0.901
0.111
1.449
0.111
0.469
2.819
0.009
0.000
-4.667
-0.044
20 PSR
2
2
0.058
5.556
1.802
0.222
2.899
0.161
0.679
5.380
0.018
0.000
-4.021
-0.072
21 RM
2
2
0.150
5.556
1.802
0.222
2.899
0.417
1.757
6.458
0.022
0.000
-3.839
-0.083
22 TMH
1
1
0.020
2.778
0.901
0.111
1.449
0.056
0.234
2.584
0.009
0.000
-4.754
-0.041
23 TRT
4
2
0.480
11.111
3.604
0.222
2.899
1.333
5.623
12.125
0.040
0.002
-3.208
-0.130
308.333
100.000
7.667
100.000
23.712
100.000
300.000
1.000
0.083
-80.885
-2.769
Kesimpulan:
C=
0.083
H=
2.769
E=
0.883
65
66
PSP 1 RKL III Lokasi
: RKL III
No. PSP
: 1 (Satu)
Pengamatan
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E 101 10' 15.3"
: 26 Oktober 2003
: N 02 06' 03.3" Total
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
0.011
2.778
1.515
0.111
1.639
0.031
0.189
3.343
0.011
0.000
-4.497
-0.050
0.050
2.778
1.515
0.111
1.639
0.139
0.857
4.012
0.013
0.000
-4.314
-0.058
1
0.024
2.778
1.515
0.111
1.639
0.067
0.412
3.566
0.012
0.000
-4.432
-0.053
1
1
0.074
2.778
1.515
0.111
1.639
0.206
1.269
4.424
0.015
0.000
-4.217
-0.062
JB
5
5
0.214
13.889
7.576
0.556
8.197
0.594
3.670
19.443
0.065
0.004
-2.736
-0.177
6
KLT
1
1
0.098
2.778
1.515
0.111
1.639
0.272
1.681
4.835
0.016
0.000
-4.128
-0.067
7
MB
7
7
0.956
19.444
10.606
0.778
11.475
2.656
16.395
38.477
0.128
0.016
-2.054
-0.263
8
MDL
1
1
0.098
2.778
1.515
0.111
1.639
0.272
1.681
4.835
0.016
0.000
-4.128
-0.067
No
Jenis
1
Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
ARG
1
1
2
ASM
1
1
3
BL
1
4
JKG
5
MDT
2
2
0.050
5.556
3.030
0.222
3.279
0.139
0.857
7.166
0.024
0.001
-3.734
-0.089
10
MG
3
3
0.358
8.333
4.545
0.333
4.918
0.994
6.140
15.603
0.052
0.003
-2.956
-0.154
11
MGA
4
4
0.170
11.111
6.061
0.444
6.557
0.472
2.915
15.533
0.052
0.003
-2.961
-0.153
12
PLI
1
1
0.030
2.778
1.515
0.111
1.639
0.083
0.514
3.669
0.012
0.000
-4.404
-0.054
13
PNK
3
2
0.488
8.333
4.545
0.222
3.279
1.356
8.369
16.193
0.054
0.003
-2.919
-0.158
14
PSG
3
3
0.225
8.333
4.545
0.333
4.918
0.625
3.859
13.322
0.044
0.002
-3.114
-0.138
15
PSL
3
3
0.197
8.333
4.545
0.333
4.918
0.547
3.379
12.842
0.043
0.002
-3.151
-0.135
16
PSR
8
7
0.163
22.222
12.121
0.778
11.475
0.453
2.795
26.392
0.088
0.008
-2.431
-0.214
17
RM
9
6
0.962
25.000
13.636
0.667
9.836
2.672
16.498
39.971
0.133
0.018
-2.016
-0.269
18
ST
5
5
1.047
13.889
7.576
0.556
8.197
2.908
17.956
33.728
0.112
0.013
-2.185
-0.246
19
TMH
3
3
0.090
8.333
4.545
0.333
4.918
0.250
1.543
11.007
0.037
0.001
-3.305
20
TRT
4
4
0.526
11.111
6.061
0.444
6.557
1.461
9.021
21.639
0.072
0.005
-2.629
-0.121 -0.190
183.333
100.000
6.778
100.000
16.197
100.000
300.000
1.000
0.079
-66.313
-2.716
66
9
67
Kesimpulan:
C=
0.079
H=
2.716
E=
0.907
PSP 2 RKL III Lokasi
: RKL III Petak 428
No. PSP
: 2 (Dua)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E 101 02' 47.5"
Pengamatan
: 28 Oktober 2003
: N 02 04' 04.9"
No
Jenis
1 2 3
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
ARG
4
4
0.103
BL
16
9
1.082
JKG
3
3
0.180
K
KR
F
11.111
5.263
44.444
21.053
8.333
3.947
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
0.286
1.710
13.991
0.047
0.002
-3.065
-0.143
3.006
17.964
54.807
0.183
0.033
-1.700
-0.311
0.500
2.989
12.199
0.041
0.002
-3.202
-0.130
FR
D
0.444
7.018
1.000
15.789
0.333
5.263
4
JB
6
6
0.248
16.667
7.895
0.667
10.526
0.689
4.118
22.539
0.075
0.006
-2.589
-0.194
5
KLT
6
5
0.308
16.667
7.895
0.556
8.772
0.856
5.114
21.780
0.073
0.005
-2.623
-0.190
6
MB
3
1
0.430
8.333
3.947
0.111
1.754
1.194
7.139
12.841
0.043
0.002
-3.151
-0.135
7
MG
4
3
0.734
11.111
5.263
0.333
5.263
2.039
12.187
22.713
0.076
0.006
-2.581
-0.195
8
MLM
2
2
0.162
5.556
2.632
0.222
3.509
0.450
2.690
8.830
0.029
0.001
-3.526
-0.104
MLS
3
3
0.229
8.333
3.947
0.333
5.263
0.636
3.802
13.013
0.043
0.002
-3.138
-0.136
PSG
2
1
0.502
5.556
2.632
0.111
1.754
1.394
8.335
12.721
0.042
0.002
-3.161
-0.134
11
PSR
12
8
0.327
33.333
15.789
0.889
14.035
0.908
5.429
35.254
0.118
0.014
-2.141
-0.252
12
RM
5
4
0.773
13.889
6.579
0.444
7.018
2.147
12.834
26.431
0.088
0.008
-2.429
-0.214
13
SPR
1
1
0.139
2.778
1.316
0.111
1.754
0.386
2.308
5.378
0.018
0.000
-4.021
-0.072
14
SRP
2
2
0.157
5.556
2.632
0.222
3.509
0.436
2.607
8.747
0.029
0.001
-3.535
15
ST
5
3
0.493
13.889
6.579
0.333
5.263
1.369
8.185
20.027
0.067
0.004
-2.707
-0.103 -0.181
16
TRT
2
2
0.156
5.556
2.632
0.222
3.509
0.433
2.590
8.730
0.029
0.001
-3.537
-0.103
67
9 10
68
211.111 Kesimpulan:
C=
0.088
H=
2.597
E=
0.937
100.000
6.333
100.000
16.731
100.000
300.000
1.000
0.088
-47.106
-2.597
ln ni/N
ni/N ln ni/N
PSP 4 RKL III Lokasi
: RKL III Petak 427
No. PSP
: 4 (Empat)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E 101 02' 26.6"
Pengamatan
: 1 November 2003
: N 02 03' 52.1"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
1
ARG
7
7
0.217
19.444
8.642
0.778
10.145
0.603
2.676
21.463
0.072
0.005
-2.637
-0.189
2
BL
5
4
0.268
13.889
6.173
0.444
5.797
0.744
3.305
15.275
0.051
0.003
-2.978
-0.152
3
DB
2
2
0.293
5.556
2.469
0.222
2.899
0.814
3.613
8.981
0.030
0.001
-3.509
-0.105
4
DRH
2
2
0.207
5.556
2.469
0.222
2.899
0.575
2.552
7.920
0.026
0.001
-3.634
-0.096
5
GRG
1
1
0.185
2.778
1.235
0.111
1.449
0.514
2.281
4.965
0.017
0.000
-4.101
-0.068
6
KLT
2
2
0.122
5.556
2.469
0.222
2.899
0.339
1.504
6.872
0.023
0.001
-3.776
-0.087
7
KRJ
1
1
0.038
2.778
1.235
0.111
1.449
0.106
0.469
3.152
0.011
0.000
-4.556
-0.048
MB
9
8
1.189
25.000
11.111
0.889
11.594
3.303
14.661
37.367
0.125
0.016
-2.083
-0.259
9
MDL
1
1
0.137
2.778
1.235
0.111
1.449
0.381
1.689
4.373
0.015
0.000
-4.228
-0.062
10
MG
3
3
0.592
8.333
3.704
0.333
4.348
1.644
7.300
15.351
0.051
0.003
-2.973
-0.152
11
MGA
1
1
0.064
2.778
1.235
0.111
1.449
0.178
0.789
3.473
0.012
0.000
-4.459
-0.052
12
MLS
7
4
0.351
19.444
8.642
0.444
5.797
0.975
4.328
18.767
0.063
0.004
-2.772
-0.173
13
NYT
1
1
0.115
2.778
1.235
0.111
1.449
0.319
1.418
4.102
0.014
0.000
-4.292
14
PNK
4
3
0.811
11.111
4.938
0.333
4.348
2.253
10.000
19.286
0.064
0.004
-2.744
-0.059 -0.176
15
PSG
1
1
0.162
2.778
1.235
0.111
1.449
0.450
1.998
4.681
0.016
0.000
-4.160
-0.065
68
8
69
16
PSL
2
2
0.228
5.556
2.469
0.222
2.899
0.633
2.811
8.179
0.027
0.001
-3.602
-0.098
17
PSR
10
8
0.179
27.778
12.346
0.889
11.594
0.497
2.207
26.147
0.087
0.008
-2.440
-0.213
18
RM
7
6
1.328
19.444
8.642
0.667
8.696
3.689
16.375
33.713
0.112
0.013
-2.186
-0.246
19
SPR
2
2
0.172
5.556
2.469
0.222
2.899
0.478
2.121
7.489
0.025
0.001
-3.690
-0.092
20
SRP
2
2
0.457
5.556
2.469
0.222
2.899
1.269
5.635
11.003
0.037
0.001
-3.306
-0.121
21
ST
3
3
0.125
8.333
3.704
0.333
4.348
0.347
1.539
9.590
0.032
0.001
-3.443
-0.110
22
TMH
1
1
0.032
2.778
1.235
0.111
1.449
0.089
0.395
3.078
0.010
0.000
-4.579
-0.047
23
TRP
1
1
0.033
2.778
1.235
0.111
1.449
0.092
0.407
3.091
0.010
0.000
-4.575
-0.047
24
TRT
6
3
0.805
16.667
7.407
0.333
4.348
2.236
9.926
21.682
0.072
0.005
-2.627
-0.190
225.000
100.000
7.667
100.000
22.527
100.000
300.000
1.000
0.067
-83.352
-2.906
Kesimpulan:
C=
0.067
H=
2.906
E=
0.914
69
70
PSP 2 RKL IV Lokasi
: Petak 1067, RKL IV
No. PSP
: 2 (Dua)
Luas
: 0,36 Ha
Koordinat
Pengamatan
:
Oktober 2003
: E 100 54' 00.6" : N 02 06' 26.9"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
1
BL
15
7
1.307
41.667
23.437
0.778
16.667
3.631
23.285
63.389
0.211
0.045
-1.554
-0.328
2
DRH
3
2
0.121
8.333
4.687
0.222
4.762
0.336
2.156
11.605
0.039
0.001
-3.252
-0.126
3
JB
10
5
0.606
27.778
15.625
0.556
11.905
1.683
10.796
38.326
0.128
0.016
-2.058
-0.263
4
KLT
3
3
0.237
8.333
4.687
0.333
7.143
0.658
4.222
16.053
0.054
0.003
-2.928
-0.157
5
MB
7
4
1.103
19.444
10.937
0.444
9.524
3.064
19.651
40.112
0.134
0.018
-2.012
-0.269
6
MDT
6
3
0.207
16.667
9.375
0.333
7.143
0.575
3.688
20.206
0.067
0.005
-2.698
-0.182
7
MG
1
1
0.740
2.778
1.562
0.111
2.381
2.056
13.184
17.127
0.057
0.003
-2.863
-0.163
8
MLM
2
2
0.250
5.556
3.125
0.222
4.762
0.694
4.454
12.341
0.041
0.002
-3.191
-0.131
9
MLS
2
2
0.078
5.556
3.125
0.222
4.762
0.217
1.390
9.277
0.031
0.001
-3.476
-0.107
10
NGK
3
3
0.125
8.333
4.687
0.333
7.143
0.347
2.227
14.057
0.047
0.002
-3.061
-0.143
11
PSG
3
3
0.276
8.333
4.687
0.333
7.143
0.767
4.917
16.747
0.056
0.003
-2.886
-0.161
12
PSL
1
1
0.019
2.778
1.562
0.111
2.381
0.053
0.338
4.282
0.014
0.000
-4.249
-0.061
13
PSR
2
1
0.079
5.556
3.125
0.111
2.381
0.219
1.407
6.913
0.023
0.001
-3.770
-0.087
14
TMH
2
2
0.104
5.556
3.125
0.222
4.762
0.289
1.853
9.740
0.032
0.001
-3.428
-0.111
15
TRP
1
1
0.075
2.778
1.562
0.111
2.381
0.208
1.336
5.280
0.018
0.000
-4.040
-0.071
16
TRT
3
2
0.286
8.333
4.687
0.222
4.762
0.794
5.095
14.545
0.048
0.002
-3.027
-0.147
177.778
100.000
4.667
100.000
15.592
100.000
300.000
1.000
0.103
-48.493
-2.508
Kesimpulan:
0.103 2.508
E=
0.905
70
C= H=
71
PSP 3 RKL IV Lokasi
: Petak 1066, RKL IV
No. PSP
: 3 (Tiga)
Luas
: 0,36 Ha
Koordinat
Pengamatan
:
Oktober 2003
: E 100 54' 12.5" : N 02 06' 27.1"
No
Jenis
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
1
BL
20
7
0.998
55.556
25.641
0.778
14.286
2.771
19.297
59.224
0.197
0.039
-1.622
-0.320
2
DB
1
1
0.385
2.778
1.282
0.111
2.041
1.069
7.447
10.770
0.036
0.001
-3.327
-0.119
3
DRH
7
4
0.462
19.444
8.974
0.444
8.163
1.283
8.937
26.074
0.087
0.008
-2.443
-0.212
4
GRG
1
1
0.138
2.778
1.282
0.111
2.041
0.383
2.669
5.992
0.020
0.000
-3.913
-0.078
5
JB
12
6
0.783
33.333
15.385
0.667
12.245
2.175
15.146
42.776
0.143
0.020
-1.948
-0.278
6
KLT
3
3
0.330
8.333
3.846
0.333
6.122
0.917
6.383
16.352
0.055
0.003
-2.909
-0.159
7
KNR
1
1
0.021
2.778
1.282
0.111
2.041
0.058
0.406
3.729
0.012
0.000
-4.388
-0.055
8
KPH
1
1
0.170
2.778
1.282
0.111
2.041
0.472
3.288
6.611
0.022
0.000
-3.815
-0.084
MB
2
2
0.216
5.556
2.564
0.222
4.082
0.600
4.178
10.824
0.036
0.001
-3.322
-0.120
MDT
1
1
0.059
2.778
1.282
0.111
2.041
0.164
1.141
4.464
0.015
0.000
-4.208
-0.063
11
MLM
7
4
0.344
19.444
8.974
0.444
8.163
0.956
6.654
23.792
0.079
0.006
-2.534
-0.201
12
MLS
1
1
0.111
2.778
1.282
0.111
2.041
0.308
2.147
5.470
0.018
0.000
-4.004
-0.073
13
NGK
3
3
0.039
8.333
3.846
0.333
6.122
0.108
0.754
10.723
0.036
0.001
-3.331
-0.119
14
PSG
3
2
0.459
8.333
3.846
0.222
4.082
1.275
8.879
16.807
0.056
0.003
-2.882
-0.161
15
PSL
2
2
0.199
5.556
2.564
0.222
4.082
0.553
3.849
10.495
0.035
0.001
-3.353
-0.117
16
PSR
4
2
0.086
11.111
5.128
0.222
4.082
0.239
1.664
10.873
0.036
0.001
-3.317
-0.120
17
RM
2
2
0.086
5.556
2.564
0.222
4.082
0.239
1.664
8.309
0.028
0.001
-3.586
-0.099
18
TMH
3
2
0.089
8.333
3.846
0.222
4.082
0.247
1.722
9.649
0.032
0.001
-3.437
19
TRP
1
1
0.048
2.778
1.282
0.111
2.041
0.133
0.929
4.251
0.014
0.000
-4.257
-0.111 -0.060
20
TRT
3
3
0.147
8.333
3.846
0.333
6.122
0.408
2.844
12.812
0.043
0.002
-3.153
-0.135
71
9 10
72
216.667 Kesimpulan:
C=
0.091
H=
2.685
E=
0.896
100.000
5.444
100.000
14.360
100.000
Pengamatan
:
FR
D
DR
300.000
1.000
0.091
-65.751
-2.685
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N -0.058
PSP 5 RKL IV Lokasi
: Petak 1065, RKL IV
No. PSP
: 5 (Lima)
Luas
: 0,36 Ha
Koordinat
Oktober 2003
: E 100 54' 44.1" : N 02 06' 58.0"
No
Jenis
1 2
Total
F
2.778
1.538
0.111
2.128
0.056
0.350
4.016
0.013
0.000
-4.313
19.444
10.769
0.556
10.638
0.847
5.341
26.748
0.089
0.008
-2.417
-0.216
2.778
1.538
0.111
2.128
0.542
3.414
7.081
0.024
0.001
-3.746
-0.088
0.053
2.778
1.538
0.111
2.128
0.147
0.928
4.594
0.015
0.000
-4.179
-0.064
3
0.145
8.333
4.615
0.333
6.383
0.403
2.539
13.537
0.045
0.002
-3.098
-0.140
3
0.144
8.333
4.615
0.333
6.383
0.400
2.521
13.520
0.045
0.002
-3.100
-0.140
1
1
0.047
2.778
1.538
0.111
2.128
0.131
0.823
4.489
0.015
0.000
-4.202
-0.063
KLT
4
4
0.374
11.111
6.154
0.444
8.511
1.039
6.549
21.213
0.071
0.005
-2.649
-0.187
KPH
1
1
0.119
2.778
1.538
0.111
2.128
0.331
2.084
5.750
0.019
0.000
-3.955
-0.076
10
KRJ
1
1
0.010
2.778
1.538
0.111
2.128
0.028
0.175
3.841
0.013
0.000
-4.358
-0.056
11
MB
9
3
1.061
25.000
13.846
0.333
6.383
2.947
18.578
38.807
0.129
0.017
-2.045
-0.265
12
MDL
1
1
0.051
2.778
1.538
0.111
2.128
0.142
0.893
4.559
0.015
0.000
-4.187
13
MDT
2
1
0.037
5.556
3.077
0.111
2.128
0.103
0.648
5.852
0.020
0.000
-3.937
-0.064 -0.077
14
MG
11
5
1.657
30.556
16.923
0.556
10.638
4.603
29.014
56.576
0.189
0.036
-1.668
-0.315
Σ Plot
LBDS
ASM
1
1
0.020
BL
7
5
0.305
3
BRG
1
1
0.195
4
BTR
1
1
5
DRH
3
6
JB
3
7
JKG
8 9
K
72
KR
Σ Pohon
73
15
MLS
4
3
0.565
11.111
6.154
0.333
6.383
1.569
9.893
22.430
0.075
0.006
-2.593
-0.194
16
PNK
1
1
0.167
2.778
1.538
0.111
2.128
0.464
2.924
6.590
0.022
0.000
-3.818
-0.084
17
PSG
1
1
0.173
2.778
1.538
0.111
2.128
0.481
3.029
6.695
0.022
0.000
-3.802
-0.085
18
PSR
5
4
0.199
13.889
7.692
0.444
8.511
0.553
3.485
19.687
0.066
0.004
-2.724
-0.179
19
RM
2
2
0.066
5.556
3.077
0.222
4.255
0.183
1.156
8.488
0.028
0.001
-3.565
-0.101
20
SRP
1
1
0.020
2.778
1.538
0.111
2.128
0.056
0.350
4.016
0.013
0.000
-4.313
-0.058
21
TMH
1
1
0.011
2.778
1.538
0.111
2.128
0.031
0.193
3.859
0.013
0.000
-4.353
-0.056
22
TRT
4
3
0.292
11.111
6.154
0.333
6.383
0.811
5.113
17.650
0.059
0.003
-2.833
-0.167
5.711
180.556
100.000
5.222
100.000
15.864
100.000
300.000
1.000
0.087
-75.858
-2.729
Kesimpulan:
C=
0.087
H=
2.729
E=
0.883
73
74
PSP 15 RKL V Lokasi
: PTK. 932 (PK2), RKT 2002
No. PSP
: 15 (Lima belas)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
No
Jenis
: E
101 00' 14.4"
: N
02 06' 56.0" Total
Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
Pengamatan
K
KR
F
FR
D
DR
INP
: 2 Okt 2003
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
ARG
2
2
0.028
5.556
3.571
0.222
4.167
0.078
0.539
8.277
0.028
0.001
-3.590
-0.099
2
BL
4
4
0.809
11.111
7.143
0.444
8.333
2.247
15.567
31.043
0.103
0.011
-2.268
-0.235
3
BRG
2
2
0.184
5.556
3.571
0.222
4.167
0.511
3.541
11.279
0.038
0.001
-3.281
-0.123
4
DB
2
2
0.220
5.556
3.571
0.222
4.167
0.611
4.233
11.971
0.040
0.002
-3.221
-0.129
5
DRH
1
1
0.034
2.778
1.786
0.111
2.083
0.094
0.654
4.523
0.015
0.000
-4.195
-0.063
6
JB
9
5
0.504
25.000
16.071
0.556
10.417
1.400
9.698
36.186
0.121
0.015
-2.115
-0.255
7
KLT
3
3
0.355
8.333
5.357
0.333
6.250
0.986
6.831
18.438
0.061
0.004
-2.789
-0.171
8
KNR
1
1
0.013
2.778
1.786
0.111
2.083
0.036
0.250
4.119
0.014
0.000
-4.288
-0.059
9
KTO
1
1
0.216
2.778
1.786
0.111
2.083
0.600
4.156
8.025
0.027
0.001
-3.621
-0.097
10
MB
4
4
0.201
11.111
7.143
0.444
8.333
0.558
3.868
19.344
0.064
0.004
-2.741
-0.177
11
MG
2
2
0.683
5.556
3.571
0.222
4.167
1.897
13.142
20.880
0.070
0.005
-2.665
-0.185
12
MGA
3
3
0.060
8.333
5.357
0.333
6.250
0.167
1.155
12.762
0.043
0.002
-3.157
-0.134
13
MLM
3
3
0.174
8.333
5.357
0.333
6.250
0.483
3.348
14.955
0.050
0.002
-2.999
-0.149
14
MLS
2
2
0.148
5.556
3.571
0.222
4.167
0.411
2.848
10.586
0.035
0.001
-3.344
-0.118
15
NGK
2
2
0.072
5.556
3.571
0.222
4.167
0.200
1.385
9.124
0.030
0.001
-3.493
-0.106
16
PLG
1
1
0.173
2.778
1.786
0.111
2.083
0.481
3.329
7.198
0.024
0.001
-3.730
-0.089
17
PN
2
2
0.585
5.556
3.571
0.222
4.167
1.625
11.257
18.995
0.063
0.004
-2.760
18
PSR
3
2
0.095
8.333
5.357
0.222
4.167
0.264
1.828
11.352
0.038
0.001
-3.274
-0.175 -0.124
19
RM
3
2
0.274
8.333
5.357
0.222
4.167
0.761
5.272
14.796
0.049
0.002
-3.009
-0.148
74
1
75
20
TMH
1
1
0.014
2.778
1.786
0.111
2.083
0.039
0.269
4.138
0.014
0.000
-4.283
-0.059
21
TR
5
3
0.355
13.889
8.929
0.333
6.250
0.986
6.831
22.009
0.073
0.005
-2.612
-0.192
155.556
100.000
5.333
100.000
14.436
100.000
300.000
1.000
0.063
-67.438
-2.889
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
Kesimpulan:
C=
0.063
H=
2.889
E=
0.949
PSP 16 RKL V Lokasi
: PTK. 932 (PK 3), RKT 2002
No. PSP
: 16 (Enam belas)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E : N
No
Jenis
Pengamatan
: 4 Okt 2003
101 00' 03.7" 02 06' 53.2" Total
Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
1
ARG
1
1
0.021
2.778
2.041
0.111
2.439
0.058
0.444
4.924
0.016
0.000
-4.110
-0.067
2
BL
5
4
0.623
13.889
10.204
0.444
9.756
1.731
13.166
33.126
0.110
0.012
-2.203
-0.243
3
BRG
1
1
0.149
2.778
2.041
0.111
2.439
0.414
3.149
7.629
0.025
0.001
-3.672
-0.093
4
DRH
2
2
0.112
5.556
4.082
0.222
4.878
0.311
2.367
11.327
0.038
0.001
-3.277
-0.124
5
JB
3
3
0.164
8.333
6.122
0.333
7.317
0.456
3.466
16.905
0.056
0.003
-2.876
-0.162
6
KLT
2
1
0.140
5.556
4.082
0.111
2.439
0.389
2.959
9.479
0.032
0.001
-3.455
-0.109
7
KNR
1
1
0.058
2.778
2.041
0.111
2.439
0.161
1.226
5.706
0.019
0.000
-3.962
-0.075
8
MB
2
1
0.170
5.556
4.082
0.111
2.439
0.472
3.593
10.113
0.034
0.001
-3.390
-0.114
9
MG
2
2
0.138
5.556
4.082
0.222
4.878
0.383
2.916
11.876
0.040
0.002
-3.229
-0.128
10
MLM
2
2
0.401
5.556
4.082
0.222
4.878
1.114
8.474
17.434
0.058
0.003
-2.845
MLS
6
4
0.844
16.667
12.245
0.444
9.756
2.344
17.836
39.837
0.133
0.018
-2.019
12
NGK
3
3
0.113
8.333
6.122
0.333
7.317
0.314
2.388
15.828
0.053
0.003
-2.942
-0.155
75
11
-0.165 -0.268
76
13
NYT
2
2
0.107
5.556
4.082
0.222
4.878
0.297
2.261
11.221
0.037
0.001
-3.286
-0.123
14
PN
3
2
0.701
8.333
6.122
0.222
4.878
1.947
14.814
25.815
0.086
0.007
-2.453
-0.211
15
PS
4
4
0.202
11.111
8.163
0.444
9.756
0.561
4.269
22.188
0.074
0.005
-2.604
-0.193
16
PSR
1
1
0.013
2.778
2.041
0.111
2.439
0.036
0.275
4.755
0.016
0.000
-4.145
-0.066
17
RSK
1
1
0.027
2.778
2.041
0.111
2.439
0.075
0.571
5.050
0.017
0.000
-4.084
-0.069
18
ST
3
2
0.383
8.333
6.122
0.222
4.878
1.064
8.094
19.094
0.064
0.004
-2.754
-0.175
19
TR
4
3
0.305
11.111
8.163
0.333
7.317
0.847
6.445
21.926
0.073
0.005
-2.616
-0.191
20
TRP
1
1
0.061
2.778
2.041
0.111
2.439
0.169
1.289
5.769
0.019
0.000
-3.951
-0.076
136.111
100.000
4.556
100.000
13.144
100.000
300.000
1.000
0.070
-63.874
-2.809
Kesimpulan:
C=
0.070
H=
2.809
E=
0.938
PSP 17 RKL V Lokasi
: PTK. 1056, RKT 2002
No. PSP
: 17 (Tujuh belas)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
No
Jenis
: E
101 00' 02.6"
: N
02 06' 50.3"
Pengamatan
Total Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
: 6 Okt 03
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N -0.064
ASM
1
1
0.056
2.778
1.754
0.111
2.041
0.156
0.818
4.613
0.015
0.000
-4.175
2
BL
5
4
0.353
13.889
8.772
0.444
8.163
0.981
5.153
22.088
0.074
0.005
-2.609
-0.192
3
BRG
1
1
0.079
2.778
1.754
0.111
2.041
0.219
1.153
4.948
0.016
0.000
-4.105
-0.068
4
DRH
3
3
0.099
8.333
5.263
0.333
6.122
0.275
1.445
12.831
0.043
0.002
-3.152
-0.135
5
JB
11
7
0.777
30.556
19.298
0.778
14.286
2.158
11.343
44.927
0.150
0.022
-1.899
6
KLT
1
1
0.033
2.778
1.754
0.111
2.041
0.092
0.482
4.277
0.014
0.000
-4.251
-0.284 -0.061
7
KNR
3
3
0.096
8.333
5.263
0.333
6.122
0.267
1.401
12.787
0.043
0.002
-3.155
-0.134
76
1
77
8
KOPI
1
1
0.030
2.778
1.754
0.111
2.041
0.083
0.438
4.233
0.014
0.000
-4.261
-0.060
9
KTO
1
1
0.064
2.778
1.754
0.111
2.041
0.178
0.934
4.730
0.016
0.000
-4.150
-0.065
10
MB
3
3
1.997
8.333
5.263
0.333
6.122
5.547
29.153
40.539
0.135
0.018
-2.002
-0.270
11
MD
3
3
0.115
8.333
5.263
0.333
6.122
0.319
1.679
13.064
0.044
0.002
-3.134
-0.136
12
MLM
3
2
0.235
8.333
5.263
0.222
4.082
0.653
3.431
12.775
0.043
0.002
-3.156
-0.134
13
MLS
3
3
0.715
8.333
5.263
0.333
6.122
1.986
10.438
21.824
0.073
0.005
-2.621
-0.191
14
PLG
1
1
0.041
2.778
1.754
0.111
2.041
0.114
0.599
4.394
0.015
0.000
-4.224
-0.062
15
PN
5
4
0.902
13.889
8.772
0.444
8.163
2.506
13.168
30.103
0.100
0.010
-2.299
-0.231
16
PS
2
2
0.680
5.556
3.509
0.222
4.082
1.889
9.927
17.517
0.058
0.003
-2.841
-0.166
17
PSR
3
3
0.169
8.333
5.263
0.333
6.122
0.469
2.467
13.853
0.046
0.002
-3.075
-0.142
18
SLM
3
2
0.163
8.333
5.263
0.222
4.082
0.453
2.380
11.724
0.039
0.002
-3.242
-0.127
19
SPR
1
1
0.092
2.778
1.754
0.111
2.041
0.256
1.343
5.138
0.017
0.000
-4.067
-0.070
20
SRP
1
1
0.051
2.778
1.754
0.111
2.041
0.142
0.745
4.540
0.015
0.000
-4.191
-0.063
21
TR
1
1
0.068
2.778
1.754
0.111
2.041
0.189
0.993
4.788
0.016
0.000
-4.138
-0.066
22
TRP
1
1
0.035
2.778
1.754
0.111
2.041
0.097
0.511
4.306
0.014
0.000
-4.244
-0.061
158.333
100.000
5.444
100.000
19.028
100.000
300.000
1.000
0.078
-74.988
-2.783
Kesimpulan:
C=
0.078
H=
2.783
E=
0.900
77
78
Hutan Primer
PSP 15 RKL V Lokasi
: PTK. 932 (PK2), RKT 2002
No. PSP
: 15 (Lima belas)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
No
Jenis
1 2
: E
101 00' 14.4"
: N
02 06' 56.0" Total
Pengamatan
K
KR
F
5,556
2,985
22,222
11,940
5,556
0,216 0,054
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
0,461
7,017
0,023
0,001
-3,755
-0,088
18,331
40,985
0,137
0,019
-1,991
-0,272
3,021
9,578
0,032
0,001
-3,444
-0,110
0,600
3,687
10,243
0,034
0,001
-3,377
-0,115
0,150
0,922
7,478
0,025
0,001
-3,692
-0,092
1,786
0,664
4,079
7,357
0,025
0,001
-3,708
-0,091
10,714
1,492
9,165
34,805
0,116
0,013
-2,154
-0,250
1,322
8,124
21,237
0,071
0,005
-2,648
-0,187
FR
D
0,222
3,571
0,075
0,667
10,714
2,983
2,985
0,222
3,571
0,492
5,556
2,985
0,222
3,571
5,556
2,985
0,222
3,571
2,778
1,493
0,111
27,778
14,925
0,667
5,970
0,444
7,143
Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
ARG
2
2
0,027
BL
8
6
1,074
3
BRG
2
2
0,177
4
DB
2
2
5
DRH
2
2
6
GR
1
1
0,239
7
JB
10
6
0,537
8
KLT
4
4
0,476
11,111
: 10 Sept 02
DR
KNR
3
3
0,044
8,333
4,478
0,333
5,357
0,122
0,751
10,586
0,035
0,001
-3,344
-0,118
KTO
1
1
0,210
2,778
1,493
0,111
1,786
0,583
3,584
6,862
0,023
0,001
-3,778
-0,086
11
MB
4
4
0,192
11,111
5,970
0,444
7,143
0,533
3,277
16,390
0,055
0,003
-2,907
-0,159
12
MG
2
2
0,670
5,556
2,985
0,222
3,571
1,861
11,435
17,992
0,060
0,004
-2,814
-0,169
13
MGA
3
3
0,057
8,333
4,478
0,333
5,357
0,158
0,973
10,808
0,036
0,001
-3,324
-0,120
14
MLM
3
3
0,168
8,333
4,478
0,333
5,357
0,467
2,867
12,702
0,042
0,002
-3,162
-0,134
15
MLS
2
2
0,145
5,556
2,985
0,222
3,571
0,403
2,475
9,031
0,030
0,001
-3,503
16
NGK
2
2
0,071
5,556
2,985
0,222
3,571
0,197
1,212
7,768
0,026
0,001
-3,654
-0,105 -0,095
17
PLG
1
1
0,171
2,778
1,493
0,111
1,786
0,475
2,919
6,197
0,021
0,000
-3,880
-0,080
78
9 10
79
18
PNK
2
2
0,573
5,556
2,985
0,222
3,571
1,592
9,780
16,336
0,054
0,003
-2,910
-0,158
19
PSR
3
2
0,091
8,333
4,478
0,222
3,571
0,253
1,553
9,602
0,032
0,001
-3,442
-0,110
20
RM
3
2
0,266
8,333
4,478
0,222
3,571
0,739
4,540
12,589
0,042
0,002
-3,171
-0,133
21
TMH
1
1
0,013
2,778
1,493
0,111
1,786
0,036
0,222
3,500
0,012
0,000
-4,451
-0,052
22
TR
6
3
0,388
16,667
8,955
0,333
5,357
1,078
6,622
20,935
0,070
0,005
-2,662
-0,186
186,111
100,000
6,222
100,000
16,275
100,000
300,000
1,000
0,065
-71,771
-2,911
Kesimpulan:
C=
0,065
H=
2,911
E=
0,942
PSP 16 RKL V Lokasi
: PTK. 932 (PK 3), RKT 2002
No. PSP
: 16 (Enam belas)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
: E
101 00' 03.7"
: N
02 06' 53.2" Total
Pengamatan
: 12 Sept 02
KR
F
FR
D
DR
INP
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
0,114
11,111
5,063
0,333
5,085
0,317
1,690
11,838
0,039
0,002
-3,232
-0,128
0,656
16,667
7,595
0,444
6,780
1,822
9,723
24,097
0,080
0,006
-2,522
-0,203
2
0,171
5,556
2,532
0,222
3,390
0,475
2,534
8,456
0,028
0,001
-3,569
-0,101
3
0,121
8,333
3,797
0,333
5,085
0,336
1,793
10,676
0,036
0,001
-3,336
-0,119
8
5
0,320
22,222
10,127
0,556
8,475
0,889
4,743
23,344
0,078
0,006
-2,553
-0,199
KLT
2
1
0,137
5,556
2,532
0,111
1,695
0,381
2,031
6,257
0,021
0,000
-3,870
-0,081
7
KNR
2
2
0,093
5,556
2,532
0,222
3,390
0,258
1,378
7,300
0,024
0,001
-3,716
-0,090
8
MB
6
7
1,238
16,667
7,595
0,778
11,864
3,439
18,349
37,808
0,126
0,016
-2,071
9
MG
3
2
0,148
8,333
3,797
0,222
3,390
0,411
2,194
9,381
0,031
0,001
-3,465
-0,261 -0,108
10
MKU
1
1
0,015
2,778
1,266
0,111
1,695
0,042
0,222
3,183
0,011
0,000
-4,546
-0,048
Jenis
1 2
Σ Pohon
Σ Plot
LBDS
ARG
4
3
BL
6
4
3
BRG
2
4
DRH
3
5
JB
6
79
K
No
80
11
MLM
4
2
0,501
11,111
5,063
0,222
3,390
1,392
7,426
15,879
0,053
0,003
-2,939
-0,156
12
MLS
6
4
0,832
16,667
7,595
0,444
6,780
2,311
12,331
26,706
0,089
0,008
-2,419
-0,215
13
NGK
4
3
0,133
11,111
5,063
0,333
5,085
0,369
1,971
12,119
0,040
0,002
-3,209
-0,130
14
NYT
2
2
0,105
5,556
2,532
0,222
3,390
0,292
1,556
7,478
0,025
0,001
-3,692
-0,092
15
PN
3
2
0,691
8,333
3,797
0,222
3,390
1,919
10,242
17,429
0,058
0,003
-2,846
-0,165
16
PS
7
5
0,508
19,444
8,861
0,556
8,475
1,411
7,529
24,865
0,083
0,007
-2,490
-0,206
17
PSR
4
3
0,088
11,111
5,063
0,333
5,085
0,244
1,304
11,452
0,038
0,001
-3,266
-0,125
18
RSK
1
1
0,025
2,778
1,266
0,111
1,695
0,069
0,371
3,331
0,011
0,000
-4,500
-0,050
19
ST
3
2
0,375
8,333
3,797
0,222
3,390
1,042
5,558
12,745
0,042
0,002
-3,159
-0,134
20
TR
7
4
0,417
19,444
8,861
0,444
6,780
1,158
6,181
21,821
0,073
0,005
-2,621
-0,191
21
TRP
1
1
0,059
2,778
1,266
0,111
1,695
0,164
0,874
3,835
0,013
0,000
-4,360
-0,056
219,444
100,000
6,556
100,000
18,7417
100,000
300,000
1,000
0,066
-68,380
-2,856
Kesimpulan:
C=
0,066
H=
2,856
E=
0,938
PSP 17 RKL V Lokasi
: PTK. 1056, RKT 2002
No. PSP
: 17 (Tujuh belas)
Luas
: 0.36 Ha
Koordinat
No
Jenis
1 2
: E
101 00' 02.6"
: N
02 06' 50.3"
Pengamatan
Total
ni/N
(ni/N)2
ln ni/N
ni/N ln ni/N
0,563
3,268
0,011
0,000
-4,520
-0,049
5,949
23,414
0,078
0,006
-2,550
0,208
0,768
3,473
0,012
0,000
-4,459
-0,199 -0,052
1,208
4,454
9,864
0,033
0,001
-3,415
-0,112
KR
F
FR
D
DR
0,055
2,778
1,235
0,111
1,471
0,153
0,581
19,444
8,642
0,667
8,824
1,614
1
0,075
2,778
1,235
0,111
1,471
2
0,435
5,556
2,469
0,222
2,941
Σ Plot
LBDS
ASM
1
1
BL
7
6
3
BRG
1
4
DB
2
80
INP
K
Σ Pohon
: 15 Sept 02
81
5
DRH
3
3
0,094
8,333
3,704
0,333
4,412
0,261
0,962
9,078
0,030
0,001
-3,498
-0,106
6
JB
13
7
0,799
36,111
16,049
0,778
10,294
2,219
8,181
34,524
0,115
0,013
-2,162
-0,249
7
KLT
1
1
0,031
2,778
1,235
0,111
1,471
0,086
0,317
3,023
0,010
0,000
-4,598
-0,046
8
KNR
3
3
0,096
8,333
3,704
0,333
4,412
0,267
0,983
9,098
0,030
0,001
-3,496
-0,106
9
KOPI
2
2
0,039
5,556
2,469
0,222
2,941
0,108
0,399
5,810
0,019
0,000
-3,944
-0,076
10
KRJ
2
2
0,031
5,556
2,469
0,222
2,941
0,086
0,317
5,728
0,019
0,000
-3,958
-0,076
11
KTO
1
1
0,061
2,778
1,235
0,111
1,471
0,169
0,625
3,330
0,011
0,000
-4,501
-0,050
12
MB
4
4
2,477
11,111
4,938
0,444
5,882
6,881
25,361
36,181
0,121
0,015
-2,115
-0,255
13
MD
3
3
0,112
8,333
3,704
0,333
4,412
0,311
1,147
9,262
0,031
0,001
-3,478
-0,107
14
MG
2
2
0,589
5,556
2,469
0,222
2,941
1,636
6,031
11,441
0,038
0,001
-3,267
-0,125
15
MHG
1
1
0,009
2,778
1,235
0,111
1,471
0,025
0,092
2,797
0,009
0,000
-4,675
-0,044
16
MLM
5
3
0,423
13,889
6,173
0,333
4,412
1,175
4,331
14,916
0,050
0,002
-3,001
-0,149
17
MLS
4
4
0,751
11,111
4,938
0,444
5,882
2,086
7,689
18,510
0,062
0,004
-2,785
-0,172
18
NGK
1
1
0,009
2,778
1,235
0,111
1,471
0,025
0,092
2,797
0,009
0,000
-4,675
-0,044
19
PLG
2
2
0,152
5,556
2,469
0,222
2,941
0,422
1,556
6,967
0,023
0,001
-3,763
-0,087
20
PN
5
4
0,876
13,889
6,173
0,444
5,882
2,433
8,969
21,024
0,070
0,005
-2,658
-0,186
21
PS
2
2
0,666
5,556
2,469
0,222
2,941
1,850
6,819
12,229
0,041
0,002
-3,200
-0,130
22
PSR
4
3
0,172
11,111
4,938
0,333
4,412
0,478
1,761
11,111
0,037
0,001
-3,296
-0,122
23
RM
2
2
0,649
5,556
2,469
0,222
2,941
1,803
6,645
12,055
0,040
0,002
-3,214
-0,129
24
SLM
4
2
0,288
11,111
4,938
0,222
2,941
0,800
2,949
10,828
0,036
0,001
-3,322
-0,120
25
SPR
1
1
0,090
2,778
1,235
0,111
1,471
0,250
0,921
3,627
0,012
0,000
-4,415
-0,053
26
SRP
1
1
0,048
2,778
1,235
0,111
1,471
0,133
0,491
3,197
0,011
0,000
-4,542
-0,048
27
TR
2
2
0,117
5,556
2,469
0,222
2,941
0,325
1,198
6,608
0,022
0,000
-3,815
-0,084
28
TRP
2
2
0,042
5,556
2,469
0,222
2,941
0,117
0,430
5,840
0,019
0,000
-0,077
225,000
100,000
7,556
100,000
27,131
100,000
300,000
1,000
0,059
-3,939 101,262
Kesimpulan:
0,059 3,054
E=
0,917
81
C= H=
-3,054
82
Lampiran 7.
Sebaran jumlah individu per kelas diameter pada masing-masing areal pengamatan
RKL
RKL I
RKL II
RKL III
RKL IV
RKL V
Hutan Primer
Kriteria Jenis
Jumlah individu (pohon/ha) 10-19 cm
20-29 cm
30-39 cm
40-49 cm
50-59 cm
60-69 cm
70-79 cm
80-89 cm
90-99 cm
100-109 cm
Ramin
0.00
0.93
0.93
0.93
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
4.63
14.81
9.26
3.70
1.85
3.70
0.93
0.93
0.00
0.00
Non Komersial
46.30
79.63
37.96
17.59
12.96
2.78
2.78
0.93
0.93
0.93
Seluruh Jenis
50.93
94.44
47.22
21.30
14.81
6.48
3.70
1.85
0.93
0.93
Ramin
0.93
0.00
0.00
0.93
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00 0.00
Komersial
10.19
26.85
25.93
15.74
6.48
2.78
1.85
0.00
0.00
Non Komersial
73.15
78.70
29.63
6.48
1.85
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Seluruh Jenis
83.33
105.56
55.56
22.22
8.33
2.78
1.85
0.00
0.00
0.00
Ramin
1.85
2.78
2.78
6.48
5.56
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
19.44
17.59
24.07
33.33
17.59
5.56
0.00
0.00
0.00
0.00
Non Komersial
37.96
36.11
11.11
3.70
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Seluruh Jenis
57.41
53.70
35.19
37.04
17.59
5.56
0.00
0.00
0.00
0.00
Ramin
0.93
2.78
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
17.59
28.70
20.37
16.67
8.33
1.85
0.93
0.00
0.00
0.00
Non Komersial
27.78
42.59
16.67
9.26
0.93
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Seluruh Jenis
45.37
71.30
37.04
25.93
9.26
1.85
0.93
0.00
0.00
0.00
Ramin
0.93
0.00
0.93
0.93
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
7.41
12.96
12.04
11.11
7.41
4.63
0.93
0.93
1.85
0.00
Non Komersial
23.15
38.89
17.59
5.56
3.70
0.93
0.93
0.00
0.00
0.00
Seluruh Jenis
30.56
51.85
29.63
16.67
11.11
5.56
1.85
0.93
1.85
0.00
Ramin
0.93
0.00
0.93
0.93
0.00
1.85
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
12.04
21.30
12.96
13.89
13.89
7.41
0.93
2.78
1.85
0.00
Non Komersial
42.59
51.85
19.44
4.63
3.70
0.93
0.93
0.00
0.00
0.00
Seluruh Jenis
54.63
73.15
32.41
18.52
17.59
8.33
1.85
2.78
1.85
0.00
83
Lampiran 8.
Riap diameter jenis-jenis komersial pada masing-masing petak pengamatan
Petak
PSP 7
PSP 8
PSP 9
PSP 13
Kelompok Jenis Durian Burung Bintangur Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pulai Punak Pisang-pisang Ramin Komersial Non Komersial Durian Burung Bintangur Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Punak Ramin Terentang Komersial Non Komersial Balam Bintangur Durian Burung Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pasak Linggo Punak Ramin Terentang Komersial Non Komersial Balam Durian Burung Meranti Batu Meranti Bunga Punak Pisang-pisang Ramin Terentang Komersial Non Komersial
Riap Diameter (cm) untuk Kelas Diameter 10 - 19 cm 20 - 39 cm 40 cm up 0.40 0.00 0.50 0.60 0.50 0.50 0.66 0.50 2.20 0.80 0.10 0.90 0.60 0.40 0.53 0.30 0.40 0.69 0.53 0.64 0.36 0.14 0.24 0.80 0.50 0.00 0.57 0.00 0.80 0.60 0.70 1.20 0.80 0.85 0.59 0.35 0.46 0.38 0.00 0.37 0.70 0.60 0.50 1.50 0.95 0.50 0.54 0.35 0.80 0.40 0.50 0.60 0.30 0.67 0.20 0.45 0.40 1.12 0.50 0.71 0.46 0.55 0.37 0.25 0.50 0.34 0.30 0.40 0.30 0.50 0.80 0.60 0.70 0.65 0.40 0.30 1.00 0.45 0.54 0.53 0.33 0.40 0.20
Jumlah 10 cm up 0.40 0.50 0.60 1.00 1.16 3.00 0.10 1.50 1.23 1.62 1.14 0.24 0.80 0.50 0.57 0.80 1.30 1.20 0.80 1.79 0.83 0.37 1.30 0.50 1.50 0.95 1.39 1.20 0.50 1.57 1.05 1.12 1.68 1.17 1.14 0.40 0.80 1.40 0.70 0.65 0.70 1.00 1.52 0.93
20 cm up 0.00 0.50 0.60 1.00 1.16 3.00 0.10 1.50 0.82 1.22 0.50 0.24 0.80 0.00 0.57 0.80 1.30 0.80 0.94 0.38 0.37 0.60 0.50 1.50 0.95 0.89 1.20 0.50 0.97 0.85 1.12 1.18 0.62 0.64 0.40 0.80 1.40 0.70 0.65 0.30 1.00 1.07 0.60
84
PSP 14
PSP 15
PSP 16
PSP 17
PSP 18
Balam Bintangur Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Punak Pisang-pisang Serapat Suntai Terentang Komersial Non Komersial Balam Durian Burung Meranti Batu Meranti Bunga Pasak Linggo Punak Ramin Terentang Komersial Non Komersial Balam Meranti Batu Meranti Bunga Pisang-pisang Punak Suntai Terentang Komersial Non Komersial Balam Meranti Batu Pasak Linggo Pisang-pisang Punak Ramin Serapat Terentang Komersial Non Komersial Balam Durian Burung Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pisang-pisang Punak Ramin Terentang
0.45 0.40 0.70 1.50 0.76 0.36 0.50 1.10 0.80 0.35 0.70 0.70 0.80 0.73 0.48 0.60 0.60 0.51 0.37 -
0.39 0.57 0.37 0.20 0.40 0.65 0.80 0.90 1.07 0.59 0.55 0.50 0.10 0.55 0.40 0.73 0.46 0.48 0.23 0.55 0.80 0.50 0.70 0.75 0.59 0.41 0.65 0.30 0.90 0.80 0.90 0.71 0.44 0.46 0.40 0.50 0.60 0.50 0.50 0.98
0.40 0.40 0.45 0.80 0.20 0.20 0.41 0.27 0.27 0.60 0.65 0.30 0.65 0.60 0.51 0.53 0.15 0.70 0.47 0.45 1.00 0.55 0.46 0.40 0.50 0.65 0.75 0.00 0.46 0.30 0.60 0.70 0.40 0.00
1.24 0.57 0.40 0.37 0.65 0.80 1.45 0.70 0.80 1.10 2.77 1.76 1.18 0.77 0.70 0.55 0.65 0.30 0.65 1.50 1.83 1.77 1.37 0.38 0.55 1.50 1.90 0.47 1.15 2.55 1.88 1.35 1.65 0.50 0.30 0.65 1.65 0.00 0.80 0.90 1.77 1.25 0.83 0.40 0.50 0.60 0.50 0.50 0.60 0.70 0.40 0.98
0.79 0.57 0.40 0.37 0.65 0.40 1.45 0.80 1.10 1.27 1.00 0.82 0.77 0.70 0.55 0.65 0.30 0.65 1.00 0.73 0.97 1.02 0.38 0.55 0.80 1.20 0.47 1.15 1.75 1.14 0.87 1.05 0.50 0.30 0.65 1.65 0.00 0.80 0.90 1.17 0.74 0.46 0.40 0.50 0.60 0.50 0.50 0.60 0.70 0.40 0.98
85
Rata rata
Komersial Non Komersial Balam Bintangur Durian Burung Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pasak Linggo Pisang-pisang Pulai Punak Ramin Serapat Suntai Terentang Komersial Non Komersial
0.37 0.63 0.48 0.70 0.40 0.50 0.50 0.55 0.70 0.60 0.54 1.13 0.61 0.48
0.56 0.43 0.42 0.66 0.23 1.00 0.50 0.46 0.68 0.40 0.68 2.20 0.51 0.42 0.80 0.80 0.92 0.71 0.42
0.43 0.30 0.30 0.50 0.45 0.40 0.38 0.54 0.30 0.64 0.80 0.68 0.34 0.32 0.40 0.47 0.27
1.36 1.36 1.20 1.86 1.07 1.40 1.00 1.35 1.77 0.70 2.02 3.00 1.79 1.30 0.80 1.13 2.45 1.79 1.17
0.99 0.73 0.72 1.16 0.67 1.40 0.50 0.85 1.22 0.70 1.32 3.00 1.19 0.76 0.80 1.13 1.32 1.18 0.69
86
Lampiran 9.
Riap volume per hektar jenis-jenis komersial pada masing-masing petak pengamatan
Petak
PSP 7
PSP 8
PSP 9
PSP 13
Kelompok Jenis Durian Burung Bintangur Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pulai Punak Pisang-pisang Ramin Komersial Non Komersial Durian Burung Bintangur Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Punak Ramin Terentang Komersial Non Komersial Balam Bintangur Durian Burung Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pasak Linggo Punak Ramin Terentang Komersial Non Komersial Balam Durian Burung Meranti Batu Meranti Bunga Punak Pisang-pisang Ramin Terentang Komersial Non Komersial
Riap Volume per hektar (m3/ha/th) untuk Kelas Diameter 10-19 cm 20-39 cm 40 cm up 0.02 0.00 0.04 0.08 0.61 0.09 0.55 0.48 0.42 0.24 0.01 0.36 0.16 0.06 0.30 0.15 0.04 0.29 0.19 0.21 0.75 0.20 0.04 0.13 0.01 0.00 0.19 0.00 0.18 0.05 0.11 0.03 0.09 0.02 0.11 0.05 0.26 0.95 0.00 0.07 0.02 0.07 0.22 0.17 0.24 0.01 0.41 0.17 0.38 0.11 0.06 0.03 0.04 0.42 0.01 0.24 0.20 0.44 0.02 0.21 0.22 0.53 1.15 0.13 0.01 0.43 0.06 0.02 0.09 0.14 0.13 0.12 0.38 0.25 0.01 0.10 0.09 0.01 0.16 0.18 0.09 0.94 0.09
Jumlah 10 cm up 0.02 0.04 0.08 0.70 1.03 0.66 0.01 0.52 0.51 0.52 1.16 0.04 0.13 0.01 0.19 0.18 0.16 0.03 0.09 0.18 1.21 0.07 0.09 0.22 0.17 0.24 0.59 0.49 0.06 0.49 0.45 0.44 0.45 1.81 0.50 0.02 0.23 0.25 0.38 0.25 0.11 0.09 0.34 1.12
20 cm up 0.00 0.04 0.08 0.70 1.03 0.66 0.01 0.52 0.45 0.48 0.95 0.04 0.13 0.00 0.19 0.18 0.16 0.00 0.09 0.16 0.95 0.07 0.07 0.22 0.17 0.24 0.58 0.49 0.06 0.46 0.44 0.44 0.44 1.28 0.49 0.02 0.23 0.25 0.38 0.25 0.10 0.09 0.33 1.03
87
PSP 14
PSP 15
PSP 16
PSP 17
PSP 18
Balam Bintangur Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Punak Pisang-pisang Serapat Suntai Terentang Komersial Non Komersial Balam Durian Burung Meranti Batu Meranti Bunga Pasak Linggo Punak Ramin Terentang Komersial Non Komersial Balam Meranti Batu Meranti Bunga Pisang-pisang Punak Suntai Terentang Komersial Non Komersial Balam Meranti Batu Pasak Linggo Pisang-pisang Punak Ramin Serapat Terentang Komersial Non Komersial Balam Durian Burung Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pisang-pisang Punak
0.03 0.02 0.05 0.08 0.05 0.33 0.02 0.03 0.03 0.13 0.05 0.04 0.02 0.04 0.10 0.03 0.03 0.17 0.05 -
0.34 0.26 0.13 0.02 0.29 0.10 0.09 0.09 0.30 0.18 1.29 0.07 0.01 0.22 0.06 0.31 0.13 0.81 0.10 0.14 0.09 0.04 0.05 0.17 0.10 0.61 0.14 0.03 0.08 0.08 0.10 0.09 1.28 0.27 0.23 0.07 0.12 0.05 0.07 -
0.08 0.16 0.17 0.08 0.05 0.06 0.10 0.30 0.18 0.12 0.46 0.07 0.22 0.16 0.20 0.23 0.05 0.17 0.20 0.20 0.15 0.15 0.49 0.09 0.75 0.45 0.53 0.00 0.36 0.20 0.19 0.10
0.45 0.26 0.16 0.13 0.19 0.31 0.18 0.05 0.09 0.14 0.44 0.33 1.92 0.25 0.13 0.22 0.46 0.07 0.22 0.24 0.34 0.36 1.17 0.15 0.14 0.14 0.25 0.20 0.25 0.34 0.29 1.20 0.26 0.75 0.03 0.45 0.61 0.00 0.08 0.10 0.48 1.65 0.32 0.23 0.07 0.12 0.05 0.07 0.19 0.10
0.42 0.26 0.16 0.13 0.19 0.29 0.18 0.00 0.09 0.14 0.36 0.28 1.59 0.25 0.13 0.22 0.46 0.07 0.22 0.22 0.31 0.34 1.04 0.15 0.14 0.09 0.21 0.20 0.25 0.32 0.25 1.10 0.23 0.75 0.03 0.45 0.61 0.00 0.08 0.10 0.45 1.48 0.27 0.23 0.07 0.12 0.05 0.07 0.19 0.10
88
Rata-rata
Ramin Terentang Komersial Non Komersial Balam Bintangur Durian Burung Geronggang Jangkang Meranti Batu Meranti Bunga Pasak Linggo Pisang-pisang Pulai Punak Ramin Serapat Suntai Terentang Komersial Non Komersial
0.05 0.10 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.04 0.05 0.03 0.03 0.04 0.03 0.01
0.50 0.19 0.63 0.20 0.15 0.07 0.12 0.11 0.22 0.24 0.05 0.22 0.05 0.06 0.18 0.09 0.07 0.25 0.14 0.09
0.09 0.00 0.10 0.45 0.09 0.04 0.13 0.16 0.22 0.29 0.07 0.24 0.03 0.26 0.12 0.13 0.07 0.14 0.06
0.09 0.50 0.17 1.18 0.32 0.21 0.21 0.28 0.12 0.45 0.57 0.12 0.50 0.08 0.34 0.32 0.09 0.20 0.36 0.31 0.16
0.09 0.50 0.28 1.08 0.29 0.19 0.19 0.28 0.11 0.44 0.53 0.12 0.46 0.08 0.31 0.30 0.09 0.20 0.32 0.28 0.15
89
Lampiran 10. Kondisi potensi tegakan
Petak
Kriteria Jenis Ramin
PSP 7
PSP 8
PSP 9
PSP 13
PSP 14
PSP 15
PSP 16
PSP 17
Potensi Tegakan Setelah Ditebang
Sebelum Ditebang 10-19
20-39
40 up
10-19
1 tahun Setelah Ditebang
20-39
40 up
10-19
20-39
40 up
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
N/ha
V/ha
5.56
1.18
13.89
9.96
13.89
40.07
5.56
1.18
11.11
8.79
5.56
10.85
5.56
1.24
11.11
9.08
5.56
11.00
Komersial
8.33
1.96
77.78
70.67
50.00
134.79
8.33
1.96
63.89
61.85
30.56
59.48
8.33
2.06
63.89
64.17
30.56
60.70
Non Komersial
63.89
5.02
83.33
49.00
22.22
38.52
27.78
2.90
55.56
31.15
19.44
34.73
27.78
3.10
55.56
31.90
19.44
34.94
Ramin
2.78
0.17
2.78
3.48
5.56
11.96
2.78
0.17
0.00
0.00
0.00
0.00
2.78
0.20
0.00
0.00
0.00
0.00 13.34
Komersial
5.56
0.34
41.67
27.83
19.44
45.28
5.56
0.34
25.00
13.13
8.33
13.23
5.56
0.39
25.00
13.77
8.33
Non Komersial
72.22
6.04
108.33
55.07
5.56
9.27
47.22
3.70
69.44
39.09
2.78
4.56
47.22
3.96
69.44
40.05
2.78
4.56
Ramin
2.78
0.48
11.11
7.59
5.56
10.29
2.78
0.48
11.11
7.59
5.56
10.29
2.78
0.49
11.11
7.83
5.56
10.48
Komersial
11.11
1.10
80.56
55.53
27.78
49.81
11.11
1.10
75.00
48.49
25.00
44.56
11.11
1.17
75.00
50.61
25.00
45.54
Non Komersial
83.33
8.34
105.56
45.63
5.56
13.93
77.78
7.38
102.78
43.26
5.56
13.93
77.78
7.92
102.78
44.41
5.56
14.06
Ramin
2.78
0.16
5.56
6.66
5.56
31.42
2.78
0.16
5.56
6.66
0.00
0.00
2.78
0.17
5.56
6.76
0.00
0.00
Komersial
27.78
3.66
66.67
49.00
44.44
128.47
5.56
0.26
55.56
40.21
13.89
34.34
5.56
0.28
55.56
41.32
13.89
35.05
Non Komersial
88.89
40.64
8.33
12.17
16.67
2.03
66.67
31.75
8.33
8.26
16.67
2.12
66.67
32.69
8.33
8.35
36.11
4.45
Ramin
0.00
0.00
0.00
0.00
2.78
6.51
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
13.89
1.85
88.89
58.84
41.67
77.44
13.89
1.85
77.78
48.47
22.22
37.68
13.89
2.03
77.78
50.08
22.22
38.28
Non Komersial
55.56
7.06
80.56
34.92
11.11
33.96
55.56
7.06
72.22
30.23
11.11
33.96
55.56
7.39
72.22
31.52
11.11
34.26
Ramin
2.78
0.34
2.78
2.21
2.78
6.22
2.78
0.34
2.78
2.21
2.78
6.22
2.78
0.37
2.78
2.27
2.78
6.38
Komersial
11.11
0.90
36.11
21.27
33.33
79.24
5.56
0.53
30.56
19.08
27.78
69.26
5.56
0.58
30.56
19.74
27.78
70.47 19.22
Non Komersial
41.67
3.45
55.56
27.72
8.33
18.99
33.33
2.57
50.00
23.32
8.33
18.99
33.33
2.70
50.00
24.14
8.33
Ramin
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
16.67
1.92
41.67
26.68
41.67
83.30
11.11
1.08
27.78
18.98
25.00
32.36
11.11
1.19
27.78
19.58
25.00
33.13 33.14
Non Komersial
36.11
2.76
72.22
28.05
13.89
32.66
13.89
1.58
44.44
19.61
13.89
32.66
13.89
1.68
44.44
20.22
13.89
Ramin
0.00
0.00
0.00
0.00
5.56
24.26
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Komersial
8.33
0.54
25.00
13.92
47.22
195.89
5.56
0.28
16.67
7.92
27.78
115.32
5.56
0.30
16.67
8.35
27.78
Non Komersial
50.00
4.03
86.11
46.50
8.33
28.14
25.00
2.61
77.78
44.01
5.56
21.57
25.00
2.78
77.78
45.29
5.56
117.15 21.77
89
90
PSP 18
Rata-rata
Ramin
0.00
Komersial
13.89
1.95
75.00
Non Komersial
33.33
3.54
69.44
Ramin
1.85
0.26
4.01
3.32
Komersial
12.96
1.58
59.26
41.25
Non Komersial
52.47
4.97
83.33
39.48
10.80
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.78
5.54
0.00
0.00
0.00
0.00
2.78
5.63
5.56
20.18
47.53
33.33
117.66
8.33
1.28
50.00
33.30
11.11
24.34
8.33
1.33
34.62
34.62
11.11
24.72
27.81
13.89
50.41
11.11
1.62
44.44
21.29
13.89
50.41
11.11
1.72
21.92
21.92
13.89
50.86
5.25
16.77
1.85
0.26
3.40
2.81
1.85
3.65
1.85
0.27
3.40
2.88
1.85
3.72
37.65
101.32
8.33
0.96
46.91
32.38
21.30
47.84
8.33
1.03
45.20
33.58
21.30
48.71
26.45
34.26
3.49
64.81
31.52
9.88
24.34
34.26
3.71
62.31
32.46
9.88
24.57
Keterangan: Pengamatan sebelum penebangan : September 2002 Pengamatan I setelah penebangan : Desember 2002 Pengamatan II setelah penebangan : Oktober 2003
90