KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PENGEMBANGAN WISATA PANTAI DESA SEBONG PEREH KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Dicki Wiranata
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Febrianti Lestari Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Fitria Ulfah Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Berdasarkan hasil wawancara mengenai persepsi dan sikap dimana >50% responden menunjukkan hasil yang positif terhadap kawasan Pantai Desa Sebong Pereh dimana hal tersebut sangat mendukung untuk pengembangan wisata pantai di Desa Sebong Pereh. Partisipasi responden mengenai partisipasi dalam penataan pantai, frekuensi keterlibatan masyarakat dan partisipasi dalam tiga bulan terakhir dimana hal tersebut sangat berdampak buruk bagi kawasan Pantai Desa Sebong Pereh jika tidak diubah dan disusun waktu-waktu untuk melakukan kegiatan pembersihan pantai melalui kegiatan yang dikoordinasikan oleh pemerintah desa dimana seluruh responden mengatakan masyarakat perlu untuk terlibat dalam pengemembangan wisata pantai jika Desa Sebong Pereh dijadikan sebagai kawasan wisata dan 90% responden siap bila dilibatkan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan Pantai Desa Sebong Pereh menjadi kawasan wisata. Melihat dari hasil analisis tingkat kesesuaian pada stasiun I, II dan III kondisi pantai sesuai untuk pengembangan kawasan wisata pantai. Meskipun pada stasiun II tingkat kesesuaiannya lebih rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya, namun masih layak untuk pengembangan wisata pantai. Hal ini juga didukung oleh pengetahuan, sikap dan partisipasi masyarakat sekitar kawasan Pantai Desa Sebong Pereh yang mendukung sepenuhnya rencana pengembangan kawasan wisata pantai.
Kata Kunci : Kesesuaian Kawasan, Biofisik, Wisata Pantai, Desa Sebong Pereh, Kabupaten fdfgdfgdfgdgdgBintan, Sosial Masyarakat
1
KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PENGEMBANGAN WISATA PANTAI DESA SEBONG PEREH KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Dicki Wiranata
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Febrianti Lestari Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Fitria Ulfah Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT
Based on the interview about the perception and the manner in which > 50% of respondents indicated a positive result against Sebong Pereh Village Beach area where it is very supportive to the development of coastal tourism in the village Sebong Pereh. Participation respondents about participation in the arrangement of the beach, the frequency of community involvement and participation in the last three months in which it is very bad for the region Beach Village Sebong Pereh otherwise altered and rearranged the times to perform cleanup activities beach through coordinated action by the government of the village where all respondents said that people need to be involved in coastal tourism pengemembangan if Sebong Pereh village used as a tourist area and 90% of respondents are ready when involved in the development and management of the Village Sebong Pereh Coast region into a tourist area. Judging from the results of the analysis of the level of conformity to the station I, II and III according to the condition of coastal development coastal resorts. Although the station II compliance level is lower compared to other stations, but it is still feasible for the development of coastal tourism. It is also supported by the knowledge, attitude and participation around the area of the Coast Village Sebong Pereh fully supporting development plan coastal resorts.
Keywords: Suitability Regions, Biophysical, Coastal Tourism, Rural Sebong Pereh, Bintan regency, Social Community
2
I.
Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan
PENDAHULUAN
Provinsi Kepulauan Riau. Sumberdaya pantai dan laut yang dapat
dikembangkan
menjadi
Tujuan yang ingin dicapai oleh
kawasan
peneliti dari penelitian ini antara lain untuk:
pariwisata berupa pemandangan pantai yang
1. Mengetahui kesesuaian biofisik kawasan
indah dan keaslian lingkungan seperti
untuk pengembangan wisata pantai di Desa
kehidupan di bawah air, bentuk pantai dan
Sebong Pereh, Kabupaten Bintan.
hutan
jenis
2. Mengetahui kesesuaian sosial kawasan
tumbuhan dan hewannya. Pengembangan
untuk pengembangan wisata pantai di Desa
pantai sebagai tempat wisata merupakan jasa
Sebong Pereh, Kabupaten Bintan.
pantai
dengan
berbagai
lingkungan dari alokasi sumberdaya yang cenderung akan memberikan manfaat pada kepuasan
batin
seseorang
II.
METODE
dikarenakan
mengandung nilai estetika tertentu (Ali,
Penelitian ini dilakukan di kawasan
2004). Sektor wisata pantai beberapa dekade
pantai Desa Sebong Pereh, Kecamatan Teluk
terakhir berkembang dengan pesat seiring
Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
teknologi yang memudahkan para wisatawan
2015 sampai dengan Juni 2015. Lokasi
untuk menentukan destinasi wisatanya.
penelitian dapat dilihat pada Gambar berikut
Salah satu kawasan pantai di Pulau
(Base Map Bintan).
Bintan yang belum banyak dibicarakan namun
memiliki
potensi
untuk
dikembangkan adalah kawasan pantai di Desa Sebong Pereh. Kawasan pantai Desa Sebong Pereh sangat memungkinkan untuk dikembangkan,
melihat
lokasinya
yang
strategis dan berdekatan dengan pusat kegiatan pariwisata dan industri di Pulau Bintan yaitu kawasan Lagoi, Lobam, serta Kota Tanjung Uban yang dapat dijadikan target pengunjung. Penentuan
Melihat dari peluang yang ada,
stasiun
pengamatan
tentang
untuk melihat kelayakan kawasan wisata
kesuaian Desa Sebong Pereh untuk kegiatan
pantai Desa Teluk Sebong dilakukan dengan
wisata pantai, sehingga perlu dilakukan
metode Purposive Sampling berdasarkan
penelitian
Kesesuaian
pertimbangan peneliti.
Kawasan Untuk Pengembangan Kawasan
Pengambilan
maka
Wisata
perlu
dilakukan
mengenai
Pantai
kajian
Kajian
Desa
Sebong
data
di
lapangan
dilakukan secara insitu (langsung)
Pereh
sesuai
dengan kondisi aktual wilayah kajian pada
3
saat pengukuran. Sebelumnya ditentukan
dilakukan
sebanyak 3 stasiun pengamatan dengan
masyarakat sekitar pantai. Informasi tentang
masing-masing 3 kali ulangan untuk setiap
jenis – jenis biota yang berasosiasi terhadap
parameter yang diukur pada setiap stasiun.
ekosistem pantai memberikan nilai estetika
Data
yang
dibutuhkan
dalam
dengan
tersendiri
wawancara
kepada
kepada
pengunjung,
penelitian ini meliputi data primer dan data
kemungkinan
sekunder. Data primer adalah data yang
Kelompok biota yang dilihat dikelompokkan
diambil
kedalam
secara
langsung
oleh
peneliti
meliputi: data kondisi biofisik pantai, data persepsi
masyarakat,
data
4
memiliki
biota
dan
kelompok
endemik.
biota
meliputi;
Krustasea, Moluska, Ekinodermata, Pisces.
kesusuaian
Pengamatan tipe pantai dilakukan
kawasan. Untuk data sekunder adalah data
dengan
yang diperoleh dari sumber lain, meliputi;
pengamatan jenis substrat atau sedimen
instansi
daerah
Pariwisata,
UPTD
cara
(BAPPEDA,
Dinas
dengan
Pelayanan
Usaha
sedimennya.
Perikanan, Kecamatan, Desa).
melihat
/sedimen
Tahap persiapan dilakukan melalui
didasarkan
karakteristik
Analisis dilakukan
pengayakan
pada
kering
hasil
butir
sampel
substrat
dengan
metode
yang
selanjutnya
survei lapangan dan studi literatur seperti
diklasifikasikan menurut kriteria Wenthwort
telaah pustaka dan jurnal. Survei bertujuan
untuk mengetahui ukuran butir sedimen
melihat
permasalahan
penelitian. literatur
Selanjutnya untuk
pemikiran,
sebagai
dasar
(Rifardi, 2012).
dilakukan
studi
Skala Wenwort
penguatan
Diameter Butir (mm) >256 2 – 256 1–2 0.5 – 1 0.25 – 0.5 0.125 – 0.25 0.625 – 0.125 0.002 – 0.00625 0.0005 – 0.002 < 0.0005
kerangka
perumusan
masalah,
pengumpulan literatur yang berhubungan dengan penelitian serta penyusunan metode yang akan dilakukan. Identifikasi
tumbuhan
pantai
Sumber : Rifardi, (2012).
dengan metode line transect. Langkah awal yaitu
ditentukan
pengamatan
terlebih
tumbuhan
dahulu
pantai
titik
Pengukuran lebar pantai dilakukan
dimana
dengan menggunakan roll meter secara
pemilihan stasiun didasarkan pada lokasi yang
terdapat
tumbuhan.
insitu pada 3 titik yang berjarak 10 meter
Identifikasi
dan untuk perbandingan data, pengukuran
vegetasi pantai digunakan buku Panduan
lebar
Pengenalan Mangrove di Indonesia (Noor et
mangrove
(pes-caprae
dilakukan GPS
juga
dengan
dengan mencatat
panjang trek yang dilalui. Pengukuran
dan
dilakukan dengan cara mengukur jarak
barringtonia). Pengamatan
pantai
menggunakan
al, 2006) untuk identifikasi mangrove dan non
Kelas Ukuran Butir Boulders (Kerikil Besar) Gravel (Kerikil Kecil) Very Coarse Sand (pasir sangat kasar) Coarse sand (Pasir Kasr) Medium sand (pasir sedang) Fine sand (pasir halus) Very fine sand (pasir sangat halus) Silt (debu/lanau) Clay (lempung) Dissolved material (material terlarut)
antara vegetasi terakhir (pes-caprae) yang biota
dilakukan
secara
langsung
penelitian
dengan
cara
berasosiasi di
snorkling
ada di pantai dengan batas pasang tertinggi.
lokasi
Pengukuran
dan
4
kemiringan
dengan
menggunakan Selang kapiler dengan Water
wisatawan
pass.
pantai
Aksesibilitas perlu dianalisis untuk melihat
dilakukan hingga batas surut terjauh (batas
kemudahan wisatawan mengakses lokasi
landai).
wisata. Data
Pengukuran
kemiringan
Pengukuran
kedalaman
mengakses
lokasi
wisata.
Aksesibitas dilihat dan
perairan
ditentukan dengan metode visual dengan
dilakukan menggunakan tongkat skala yang
panduan mapping seperti apa aksesibilitas
tegak lurus untuk mengurangi sudut air
menuju kawasan wisata pantai. Dalam
vertikal yang akan dikoreksi dengan data
penelitian ini aksesibilitas di lihat dari 3
pasang surut. Pengamatan dilakukan pada 3
ketentuan antara lain adanya akses jalan
stasiun dengan jarak pengukuran sampai 150
yang mudah dilalui (aspal), adanya sarana
meter dari pinggir pantai ke perairan.
transportasi umum (bus/alat angkutan lain),
Kecepatan menggunakan
arus
Current
diukur
Drouge,
serta kondisi jalan menuju lokasi pantai.
yakni
Sarana dan prasarana yang diukur
dengan menetapkan jarak tempuh Current
dalam
Drouge (2 meter) kemudian diukur waktu
kebersihan,
tempuh
kawasan
Current
Drouge
tersebut.
penelitian
ini
sarana pantai
meliputi
kesehatan. yang
sarana Penilaian
akan
dijadikan
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan
kawasan wisata dilihat dari kesiapan sarana
menggunakan
kebersihan (wc umum, pembuangan sampah,
secchi
disc
yang
diikat
dengan tali kemudian diturunkan perlahan-
serta sarana kebersihan lainnya).
lahan ke dalam perairan hingga tidak terlihat.
Sebelumnya
kedalaman
dilihat adalah tingkat persepsi masyarakat,
pengamatan.
instansi, serta pengusaha di Desa Sebong
Kedalaman pada saat secchi disk tidak
Pereh terhadap pengembangan kawasan
terlihat ketika diturunkan ke dalam perairan
wisata pantai. Penentuan jumlah responden
ditambah nilai kedalaman pada saat secchi
yang diambil berdasarkan metode Purposive
disk mulai terlihat ketika ditarik kembali
Sampling
dibagi dengan dua sehingga merupakan
responden sebanyak 31 orang yang terdiri
tingkat kecerahan perairan.
dari tokoh masyarakat serta masyarakat
perairan
pada
diukur
Variabel sosial masyarakat yang
lokasi
Ketersediaan
air
tawar
dilihat
dimana
ditetukan
jumlah
tempatan yang telah menetap cukup lama
berdasarkan jarak antara sumber air tawar
didaerah tersebut.
pertama dengan lokasi penelitian. Penentuan
Berdasarkan
penjelasan
tersebut
jarak ini dilihat menggunakan GPS dengan
didapatkan jumlah responden yang diambil
mengaktifkan trek pada alat tersebut.
sebanyak 31 orang. Jumlah responden
Aksesibilitas
dianalisis
untuk
instansi
diambil
sebanyak
(BAPPEDA,
pantai,
sarana
Pelayanan Usaha Perikanan Gunung Kijang
transportasi, alat transportasi, kondisi jalan
dan Teluk Sebong, Kecamatan, Desa).
menuju lokasi wisata. Aksesibilitas perlu
Jumlah responden pengusaha sebanyak 4
dianalisis
pengusaha yang ada di Desa Sebong Pereh.
untuk
akses
melihat
jalan,
kemudahan
5
Pariwisata,
instansi
mengetahui akses menuju lokasi wisata meliputi:
Dinas
5
UPTD
Tingkat
partisipasi
masyarakat,
Pertanyaan
yang
dikemukakan
masyarakat
meliputi pertanyaan
instansi, dan pengusaha juga dilihat untuk
kepada
menentukan kondisi sosial pada kawasan
terkait pengetahuan tentang wisata pantai
wisata pantai. Variabel sosial diperoleh
serta pengetahuan tentang pengembangan
dengan metode wawancara menggunakan
wisata pantai. Hasil dari wawancara kepada
kuisioner dengan pertanyaan yang telah
masyarakat pesisir sekitar kawasan wisata
disususun dengan baik dan dapat dimengerti
pantai dianalisis untuk melihat tingkat
oleh
Tingkat
persepsi masyarakat terkait dengan wisata
dengan
pantai
responden
persepsi
(masyarakat).
masyarakat
dihitung
yang
ada
di
daerahnya.
persamaan (Tuwo, 2011). Analisis kesesuaian pantai untuk kawasan wisata. Variabel
Parameter Vegetasi Pantai
Biologi
Kelompok Biota Kedalaman perairan (m) Lebar Pantai (m) Tipe pantai berdasarkan substrat Kemiringan pantai (0) Fisik Kecerahan (m) Kecepatan Arus (m/dtk) Kesediaan air tawar (km) Aksesibilitas Sarana dan Prasarana Sumber : Modifikasi Yulianda (2015)
Keterangan :
B
S
Kategori S2
S
Kategori S3
S
3
pescaprae, barringtonia
2
Non vegetasi/ rumput rumputan
1
3
Kategori S1 Mangrove, pescaprae, barringtonia 4 kelompok biota
3
3 kelompok biota
2
2 kelompok biota
1
5
0–3
3
>3-5
2
>5
1
5
>30
3
10 - 30
2
< 10
1
3
Pasir
3
Karang berpasir
2
Pasir berlumpur
1
3 1
< 10 >5
3 3
10 - 25 3-5
2 2
> 25 <3
1 1
1
0 - 0,17
3
> 0,17 - 0,51
2
>0,51
1
1
< 0,5
3
< 0,5 - 1
2
> 1 -2
1
1 1
3 ketentuan 3 ketentuan
3 3
2 ketentuan 2 ketentuan
2 2
1 ketentuan 1 ketentuan
1 1
1
Penentuan kelas
B (Bobot) S (Skor) S1 (Sangat Sesuai) S2 (Sesuai) S3 (Tidak Sesuai)
Rumus
yang
= Jumlah Min
x 100%
= Batas Skor terendah : 3
digunakan
Jumlah Maks
untuk
100% - 33,33 % = 66,67%
kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari
= (25/75)*100
adalah (Yulianda, 2007) :
66,67 % : 3 = 22,22 % = 33,33 %
Keterangan :
Batas skor sedang
IKW
= Indeks Kesesuaian Wisata
= skor Min + 22,22 %
Ni
= Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)
= 33,33 % + 22,22 %
Nmaks =
Nilai
maksimum
dari
= 55,55 %
suatu
kategori wisata (75)
Batas skor tertinggi = skor sedang + 22,22 %
Untuk mencari Kelas kesesuaian dilakukan dengan rumus :
= 55,55 % + 22,22 %
=77,77 %
Batas skor terendah
6
III.
HASIL PEMBAHASAN (education). Tipe pantai di Desa Sebong Pereh Berdasarkan hasil penelitian, vegetasi
bersubstrat pasir dengan lebar pantai antara
pantai yang ditemukan terdiri dari 2 kelompok
7,3 – 10,1 meter, kemiringan pantai mencapai
yaitu Barringtonia, Pescaprae. Jenis – jenis
6,6 – 13,60. Kedalaman pantai berkisar antara
vegetasi pantai yang dijumpai antara lain yaitu
0,88 – 0,94 meter dengan kecepatan arus
jenis tapal kuda (Ipomoea pes-caprae), kelapa
0,057 – 0,069 m/d. kecerahan perairan pantai
(cocos nucifera), seruni (Wedelia biflora),
mencaapai 0,59 – 074 meter dengan jarak
ketapang
sumber air tawar antara 0,14-0,39 Km.
(Terminalia
catappa),
bakung
(Scaevola taccada), serta waru laut (Thespesia
Akses jalan menuju Desa Sebong
populnea).
Pereh sangat memadai dengan aspalisasi dan
Menurut Noor et al, (2006) Jenis
didukung
dengan
sarana
sarana
prasarana
vegetasi pantai umumnya terdiri dari : tapak
penunjang
kambing, rumput angin, santigi, ketapang,
kesehatan, sarana ibadah serta taman bermain
cemara laut dan kelapa. Tumbuhan ini
anak.
membentuk zonasi yang khas yang dapat
seperti
dan
Berdasarkan
kebersihan,
hasil
wawancara
dibagi dua yaitu formasi pes-caprae dan
mengenai persepsi dan sikap dimana >50%
formasi barringtonia. Formasi pes-caprae
responden menunjukkan hasil yang positif
adalah komunitas tumbuhan yang merupakan
terhadap kawasan Pantai Desa Sebong Pereh
bagian dari vegetasi perintis yang terdapat
dimana hal tersebut sangat mendukung untuk
pada garis pantai pesisir dibelakang jangkauan
pengembangan wisata pantai di Desa Sebong
pasang tertinggi.
Pereh.
Mengenai kelompok biota ditemukan 4
kelompok
biota
responden
mengenai
Moluska,
partisipasi dalam penataan pantai, frekuensi
Pisces.
keterlibatan masyarakat dan partisipasi dalam
sangat
tiga bulan terakhir dimana hal tersebut sangat
mendukung kegiatan wisata disamping itu
berdampak buruk bagi kawasan Pantai Desa
juga dapat dijadikan sebagai media edukasi
Sebong Pereh jika tidak diubah dan disusun
serta pengenalan yang dapat dikemas menjadi
waktu-waktu
paket wisata edukasi pantai serta berpotensi
pembersihan pantai melalui kegiatan yang
untuk dikembangkan.
dikoordinasikan oleh pemerintah desa dimana
Ekinodermata,
yaitu
Partisipasi
Krustasea,
Keanekaragaman
biota
perairan
untuk
melakukan
kegiatan
Menurut Tuwo (2011) biota – biota
seluruh responden mengatakan masyarakat
yang berasosiasi pada ekosistem perairan
perlu untuk terlibat dalam pengemembangan
memberikan
wisata
daya
tarik
tersendiri
bagi
pantai
jika
Desa
Sebong
Pereh
wisatawan yang ingin melihat keindahan
dijadikan sebagai kawasan wisata dan 90%
perairan. Biota – biota ini membentuk satu
responden
kesatuan
pengembangan
ekosistem
yang
indah
serta
siap
bila dan
dilibatkan
pengelolaan
dalam kawasan
memberikan kesan ilmiah sebagai upaya
Pantai Desa Sebong Pereh menjadi kawasan
pengembangan wisata berbasis ekologi (eco-
wisata.
tour) dengan suguhan paket wisata pendidikan
7
1.
Analisis Kesesuaian Pantai Stasiun I
Hasil analisis kesesuaian kawasan pantai pada stasiun I dari semua parameter uji secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
Parameter
BOBOT
SKOR
HASIL
Vegetasi Pantai
1
2
2
Kelompok Biota
3
2
6
Kedalaman perairan (m)
5
3
15
Lebar Pantai (m)
5
1
5
3
3
9
Kemiringan pantai (0)
3
2
6
Tipe pantai berdasarkan
berikut.
substrat
Parameter
BOBOT
SKOR
HASIL
Vegetasi Pantai
1
2
2
Kecerahan (m)
1
1
1
Kelompok Biota
3
3
9
Kecepatan Arus (m/dtk)
1
3
3
Kedalaman perairan (m)
5
3
15
Kesediaan air tawar (km)
1
3
3
Lebar Pantai (m)
5
1
5
Tipe pantai berdasarkan substrat
Aksesibilitas
1
3
3
3
3
9
Sarana dan Prasarana
1
3
3
Kemiringan pantai (0)
3
3
9
25 74,67
Kecerahan (m)
1
1
1
Kecepatan Arus (m/dtk)
1
3
3
Kesediaan air tawar (km)
1
3
3
Aksesibilitas Sarana dan Prasarana
1 1
3 3
3 3 62
25
28
26
56
CUKUP SESUAI
Dari kesesuaian
hasil pantai
table
diatas
pada
kodisi
stasiun
II
terkategorikan cukup sesuai untuk wisata
82,67 SESUAI
pantai, dengan persentase nilai kesesuaian 74,67%. Secara keseluruhan kondisi parameter
Dari hasil analisis data seperti pada table
diatas,
menunjukkan
bahwa
kesesuaian pada stasiun II tidak jauh berbeda
nilai
dengan stasiun lainnya. Hanya saja pada
persentase kesesuaian kawasan untuk wisata
stasiun ini kondisi pantai tidak begitu landai
pantai pada stasiun I sebesar 82,67% dengan
(sedikit curam) sehingga mempengaruhi nilai
total nilai kesesuaian sebesar 62. Melihat dari
kesesuaian kawasan pantai pada stasiun II ini.
hasil tersebut, kawasan pantai pada stasiun I
Kondisi pantai yang sedikit curam, dapat
sesuai untuk di jadikan kawasan wisata,
membahayakan wisatawan karena kondisi
dengan demikian perlu diambil kebijakan
pasir
lebih lanjut mengenai pengelolaan kawasan
pantai
kenyamanan
untuk dijadikan kawasan wisata Desa Sebong
lebih
miring
sehingga
wisatawan
dapat
terganggu.
Perlu dilakukan suatu pebenahan kawasan
Pereh khususnya di stasiun I.
pada stasiun II ini agar kondisinya lebih menarik dan disenangi oleh para wisatawan.
2.
Analisis Kesesuaian Pantai Stasiun II 3.
Analisis Kesesuaian Pantai Stasiun III
Hasil analisis kesesuaian kawasan pantai pada stasiun II dari semua parameter uji
Hasil analisis kesesuaian kawasan
secara lengkap dapat dilihat pada Table
pantai pada stasiun III dari semua parameter
berikut.
8
uji secara lengkap dapat dilihat pada Table
diantaranya
Molusca,
Echinodermata,
berikut.
Krustasea. Dengan demikian dilihat dari kelompok biota dimana pada stasiun I dan III
Parameter
BOBOT
SKOR
HASIL
Vegetasi Pantai
1
2
2
Kelompok Biota
3
3
9
Kedalaman perairan (m)
5
3
15
Lebar Pantai (m)
5
2
10
3
3
9
Kemiringan pantai (0)
3
3
9
Kecerahan (m)
1
1
1
Kecepatan Arus (m/dtk)
1
3
3
Kesediaan air tawar (km)
1
3
3
Aksesibilitas
1
3
3
10 meter dimana kondisi ini tidak sesuai utuk
Sarana dan Prasarana
1
3
3
wisata pantai dan pada stasiun III > 10 meter
67
dimana sesuai bila dijadikan kawasan wisata
Tipe pantai berdasarkan substrat
Sangat Sesuai dan pada stasiun II sesuai. Hal ini cukup mendukung jika jika dijadikan kawasan wisata. Dilihat dari variable fisik dimana mengenai tipe substrat secara visual pada stasiun I, II dan III terdiri atas pasir. Dengan
25
29
demikian kondisi substrat pada ketiga stasiun sangat sesuai untuk kegiatan wisata pantai. Mengenai lebar pantai, pada stasiun I dan II <
89,33
pantai. Dilihat dari kemiringan pantai dimana
SESUAI
pada stasiun I dan III sangat sesuai untuk wisata pantai dimana bentuk pantainya yang
Table diatas menunjukkan kondisi
landai dan pada stasiun II masih sesuai
pantai pada stasiun III sesuai untuk dijadikan
dikarenakan bentuk pantainya yang sedikit
kawasan wisata pantai. Kondisi ini dilihat dari
curam. Mengenai kedalaman pantai dimana
nilai persentase kesesuaian sebesar 89,33%
pada stasiun I, II dan III masih dangkal < 3
yang artinya kondisi pantai pada stasiun III sesuai
untuk
dijadikan
kawasan
meter sehingga sangat sesuai untuk wisata
wisata.
pantai.
Keadaan ini didukung juga oleh adanya beberapa
pondok
penginapan
serta
wisata restoran
serta yang
Mengenai kecapatan arus dimana
vasilitas
pada stasiun I, II dan III tergolong arus yang
dapat
lambat sehingga sangat sesuai untuk kegiatan
dimanfaatkan wisatawan untuk beristirahat. Melihat
dari
variable
wisata. Mengenai kecerahan perairan pada
biologi
stasiun I, II dan III tidak sesuai. Kondisi ini
mengenai vegetasi pantai dimana pada stasiun
dipengaruhi oleh pantai yang landai sehingga
I, II, III hanya ditemukan formasi barringtonia
kecerahannya
dan pes-caprae, dengan demikian, secara
dijadikan
kawasan
wisata
Molusca,
dan
sumber air tawar pada stasiun I, II dan III sangat sesuai untuk kegiatan wisata dimana
pada stasiun I dan III ditemukan 4 kelompok yaitu
tinggi
dasar perairannya. Dilihat dari ketersedian
pantai
sedangkan mengenai biota asosiasi dimana
biota
terlalu
keseluruhan kondisi kecerahan tampak hingga
keseluruhan yaitu stasiun I, II dan III masih Sesuai
tidak
jarak sumber air tawar dengan lokasi pantai
Echinodermata,
sangat
Krustasea, dan Pisces, sedangkan pada stasiun
menentukan
wisatawan
II hanya 3 kelompok biota yang ditemukan
dimana
membersihkan
melakukan aktifitas di pantai.
9
umumnya
badan
setelah
Mengenai aksesibilitas menuju Desa
Krustasea, Pisces. Tipe pantai di Desa Sebong
Sebong Pereh sangat sesuai. Hal ini didukung
Pereh bersubstrat pasir dengan lebar pantai
dengan aspalisasi dan tersedianya angkutan
antara 7,3 – 10,1 meter, kemiringan pantai
umum berupa bus. Berdasarkan kondisi sarana
mencapai 6,6 – 13,60.
dan prasarana yang ada di Pantai Desa Sebong
Kedalaman pantai berkisar antara
Pereh dimana pada ketiga stasiun sangat
0,88 – 0,94 meter dengan kecepatan arus
sesuai
dengan
0,057 – 0,069 m/d. kecerahan perairan pantai
tersedianya toilet umum, tempat pembuangan
mencaapai 0,59 – 074 meter dengan jarak
sampah, puskesmas dan sebagainya.
sumber air tawar antara 0,14-0,39 Km. Akses
untuk
kegiatan
wisata
Melihat dari hasil analisis tingkat
jalan menuju Desa Sebong Pereh sangat
kesesuaian pada stasiun I, II dan III kondisi
memadai dengan aspalisasi dan didukung
pantai sesuai untuk pengembangan kawasan
dengan sarana dan prasarana penunjang
wisata Pantai Desa Sebong Pereh. Meskipun
seperti sarana kebersihan, kesehatan, sarana
pada stasiun II tingkat kesesuaiannya lebih
ibadah serta taman bermain anak.
rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya, namun masih layak untuk pengembangan
B.
wisata pantai. Hal ini juga didukung oleh
Adapun saran yang disampaikan oleh peneliti
pengetahuan, sikap dan partisipasi masyarakat
antara lain:
sekitar kawasan Pantai Desa Sebong Pereh
1.
Perlu dilakukannya penelitiaan yang
yang
lebih
mendalam
mendukung
sepenuhnya
rencana
pengembangan kawasan wisata pantai. Dimana
dari
hasil
Saran
mengenai
kesesuaian
kawasan pantai Desa Sebong Pereh berbasis
penelitian
masyarakat.
menunjukkan bahwa masyarakat setuju jika
2.
kawasan Desa Sebong Pereh dijadikan sebagai
analisis
kawasan
peluang dan ancaman dalam pengembangan
wisata
dan
masyarakat
juga
mengatakan pengembangan Desa Sebong Pereh
sebagai
kawasan
wisata
Perlu dilakukan analisis DDK dan mengenai
kelemahan,
kekuatan,
kawasan wisata pantai Desa Sebong Pereh.
akan
memberikan manfaat bagi mereka dan juga
DAFTAR PUSTAKA
menyatakan kesiapannya untuk terlibat dalam pengembangan
dan
pengelolaan
kawasan
Ali,
pantai Desa Sebong Pereh.
D.
2004.
Sumberdaya Obyek
IV.
Pantai
Wisata
Lokasi
Potensi Sebagai
Dan
Kesejahteraan
PENUTUP
Sekitar A.
Pemanfaatan
Tingkat
Masyarakat Wisata
(Studi
Kasus Di Kawasan Wisata Pantai
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, vegetasi pantai
Kartini
yang ditemukan terdiri dari 2 kelompok yaitu
Pascasarjana
Barringtonia, Pescaprae, dan ditemukan 4
Diponegoro. Semarang.
kelompok biota yaitu Moluska, Ekinodermata,
10
Jepara).
Program Universitas
Noor, Y. R., Khazali M. dan Suryadiputra I. N. N., 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PKA dan Wetlands International. Indonesia Programme. Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern Edisi Revisi. Pekanbaru: UNRI Press. Tuwo, A.2011.Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut (Pendekatan Ekologis, Sosial-ekonomi, dan
Sarana
Kelembagaan Wilayah
.Brilian
Internasional: Surabaya. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Sumberdaya
Pemanfaatan Pesisir
Berbasis
Konservasi. Disampaikan pada Seminar Sains 21 Februari 2007. Departemen MSP. FPIK. IPB. Bogor.
11
1