"KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI"
Dibutuhkan STANDAR KOMPETENSI lulusan profesi dan STANDAR PENDIDIKAN profesi dokter gigi, yang akan menjadi acuan bagi institusi penyelenggara pendidikan. Standar dimaksud direvisi setiap 5 tahun, agar senantiasa sesuai dengan perkembangan kebutuhan peningkatan MUTU PELAYANAN KESEHATAN dan iptek kedokteran gigi. Untuk revisi standar tersebut, diperlukan masukan dari stakeholder, salah satunya dari profesi kedokteran gigi, tentang kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan gigi
Tujuan Umum Diperolehnya masukan untuk penyempurnaan revisi standar kompetensi dokter gigi tentang penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan gigi di Indonesia. Tujuan khusus 1. Memperoleh data tentang jenis penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat Indonesia 2. Memperoleh data tentang kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan kesehatan gigi dan mulut 3. Masukan untuk penyempurnaan revisi standar pendidikan dan standar kompetensi dokter gigi
Diperolehnya Standar pendidikan dan standar kompetensi bagi dokter gigi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia
Prevalensi dari hasil survei Kuat tidaknya menimbulkan dampak terhadap dimensi2 kualitas kehidupan manusia ( contoh cleft palate menyebabkan tekanan psikologis dan sosial bagi penderitanya) Beberapa faktor yang angka prevalensinya kecil tapi merupakan pencerminan dari suatu masalah yang terkait dengan program pembangunan kesehatan nasional (Pemerintah) atau internasional (WHO) (Contoh: Cleft palate disebabkan oleh kekurangan gizi, lesi oral akibat HIV Aids).
Life style masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan gigi akibat kemajuan informasi dan IPTEK (contoh adanya kecenderungan kebutuhan perawatan fixed appliance orthodontics, implant denture, bleaching, dll-- esthetic dentistry)
Kajian ttg kebutuhan masyarakat terhadap yankesgi seringkali diartikan sebagai kebutuhan (normative needs) saja padahal seharusnya mempunyai arti yang lebih luas yaitu ttg adanya perceive needs dan expressive needs (demand). Contoh: 1. Dalam mencari pengobatan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut, masyarakat cenderung memilih ke perawat gigi, dan atau tukang gigi dibanding ke dokter gigi? 2. Selain itu dalam mencari pengobatan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut, masyarakat cenderung memilih berobat ke LN dibanding di DN.
Survei dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Bagian Kesehatan Gigi Masyarakat Institusi Pendidikan Kesehatan Gigi di beberapa wilayah se Indonesia (Formulir yang dipakai adalah form yang berlaku internasional WHO, sesuai form WHO 2004 dan WHO Steps survey 2007)
Kriteria Data yang di Survei
Pada umumnya sesuai form WHO 2004, data yang disurvei meliputi: Indeks OHI-S Indeks DMF-T Indeks Gingival Indeks CPITN Perilaku Kesehatan Gigi Diagnose dan kebutuhan perawatan Edentulous teeth Kelainan Dentofacial Lesi oral
Celah Bibir Kanker Rongga Mulut Kelainan TMJ Fluorosis
Sedangkan Form Steps Survey WHO 2007 akan dikembangkan untuk survei selanjutnya: Step I: Indeks Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL) Step II: Indeks Oral Health Step III: Risk Assessment
Dari hasil survei dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Bagian Kesehatan Gigi Masyarakat Institusi Pendidikan Kesehatan Gigi di beberapa wilayah se Indonesia (Pada umumnya formulir yang dipakai adalah form yang berlaku internasional WHO), diperoleh data-data umum sbb.: Prevalensi karies tinggi, yaitu berkisar antara 60 – 90% dengan gambaran sbb.:
Sepuluh besar masalah kesehatan gigi dan mulut), idealnya evidence based, namun sampai saat ini dibuat berdasarkan input. 1. Karies gigi 2. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapeks Pulpitis Nekrosis Pulpa 3. Gingivitis dan Penyakit Periodontal 4. Oral Candidiasis 5. Impaksi 6. Infeksi Odontogenik 7. Kanker Mulut 8. Celah Bibir dan Lelangit 9. Stomatitis Aftosa Rekuren 10. Kelainan Fungsi Dentofasial
Hasil Survei di Bali
90,6
PREVALENSI KARIES 85,8 DI81,1 SULBAR 77,2 D
47,147,1
57,154,3
21 21
Umur 6 th
Umur 9 th
Umur 12 Umur 15 Umur 18 th thn thn
–
–
Penduduk yang merasa bermasalah pada kesehatan gigi dan mulut = 23,4%, dan Terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya; Jumlah Pemakai Gigi Tiruan ( n = 494) Rahang Atas
Kebutuhan Pemakaian GTS dan GTP
Rahang Bawah
GTS
GTP
7,1 4,5
4,7
40
4,7 23,64 16,36 7,27
GTS
9,09
GTP
1,82
RA
RB
RA+RB
Tingkat Keparahan Karies C1 %
Tingkat Keparahan Karies C2 %
Tingkat Keparahan Karies C3 %
75,7
73,7
62,8 56,6
49,1
49,7 43,3
46,7
43,2
42,1
38,5 26,9
27,8
28,9
13,6
Anak2
Remaja
Dewasa
Lansia
RATA-RATA
Persentase Jenis Penyakit Gigi dan Mulut yang dijumpai pd Remaja di Kab.Barru 94,6
78,5
27,1 18,4
Karies
Lesi
Ginggivits
CPI
Keadaan Peny.Periodontal Kelompok Usia dewasa (n=494) 20,6
16,4 11,4
Bleeding
Poket
Attach. Lost (>3mm)
Jumlah Gigi yg ada dalam mulut masy umur dewasa di kec.Tello Baru Makassar 71,7
7,1 Full Odontolous
6,5 Ada gigi 1-9
14,8
Ada gigi 10-20
Ada gigi >-= 20
REKOMENDASI KELOMPOK
Revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia memang sangat diperlukan, tidak perlu harus menunggu 5 tahun, tetapi juga karena ada banyak kelemahan yang menimbulkan interpretasi yang berbeda dan belum memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan gigi masyarakat yang sesungguhnya. Revisi sebaiknya tetap berdasarkan pada Std Kompetensi (perkonsil2006).
Berhubung dengan adanya arah kebijakan pelayanan kesehatan nasional mengarah kepada kebijakan prabayar atau Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengutamakan kendali biaya dan kendali mutu, maka sudah sepatutnya pelayanan kesehatan gigi dipandang sebagai pelayanan yang komprehensif dan menyeluruh.
Hal tersebut sejalan dengan prinsip layanan Kedokteran Gigi Keluarga, sehingga perlu penambahan kompetensi dokter gigi keluarga (mengacu pd kompetensi yg telah diatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 1415/2005). Mengingat Kementerian Kesehatan merupakan pengguna terbanyak dokter gigi…
Melihat wilayah Ind termasuk daerah rawan bencana dan konflik sosial, maka dibutuhkan peran dokter gigi dalam melakukan identifikasi korban/ visum verbal , maka : 1. Peningkatan kapasitas drg dalam melakukan identifikasi post-mortem 2. Peningkatan kapasitas dalam membuat visum verbal yang terkait dengan jejas gigit (bite mark) SIMPULANNYA ; Perlu kajian ulang (revisi) standar kompetensi, harapannya kembalikan kompetensi semula kalau perlu ditambahkan dalam ranah pengetahuan dan pelimpahan (sebagian) kewenangan