Kajian Identitas Visual Brand Samosir (Studi Kasus: Visit Samosir Year 2014) Visual Brand Identity of Samosir (Case Study: Visit Samosir Year 2014) Riyanthi Angrainy Sianturi Dosen Teknik Informatika; Fakultas Teknik Informatika dan Elektro Institut Teknologi Del, Laguboti, Tobasa, Sumatera Utara
[email protected] ABSTRACT. “Visit Samosir Year” is branding strategy conducted by the government of Samosir disctrict since 2014. Logo, tagline, images are visual identity used in various media branding for “Visit Samosir Year 2014” program. Samosir used some media branding to promote this tourism program, such as billboard, printed advertisement, website. This study reviewed the use of visual identity in billboard, roll banner, advertisements in airline magazine, and visitsamosir.com. Study of visual brand identity of “Visit Samosir Year 2014” found that it is inconsistent use of visual identity, it contains too many elements such as forced to gather in one design. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Samosir need to establish the design rules to create coherence or harmony as a solution of designing visual identities. KEYWORDS: branding, visual identity, tourism, samosir, visit samosir year 1.
PENDAHULUAN
“Visit Samosir Year 2014-2015” adalah sebuah program yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Samosir untuk membangkitkan kembali geliat pariwisata di daerahnya. Pencanangan program diharapkan menjadi momentum kebangkitan pariwisata Samosir. Selain untuk membangkitkan sektor pariwisata Samosir, program “Visit Samosir Year 2014-2015” adalah program yang dijadikan sarana branding Samosir. Hal ini sejalan dengan visi Samosir yaitu “Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015” dan salah satu misinya yaitu “peningkatan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya”. Untuk mensukseskan program Visit Samosir Year 2014-2015 maka pemerintah Samosir melakukan berbagai kegiatan yang ditanggungjawabi oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya. Hal-hal yang telah dilakukan adalah pembuatan logo branding “Visit Samosir Year 2014-2015”, pembuatan slogan, melakukan pemasaran pariwisata, membentuk kelompok sadar wisata, membangun website informasi pariwisata, membuka obyek wisata baru dan menyelenggarakan acara tahunan “Horas Samosir Fiesta”. Pembahasan dilakukan terhadap identitas visual pada “Visit Samosir Year 2014”. 2.
IDENTITAS BRAND
Menurut Jonathan Ruthford, identitas merupakan mata rantai yang menghubungkan nilai-nilai sosial-budaya masa lalu dengan masa sekarang. Identitas memiliki sejarahnya. Identitas merupakan ikhtisar dari masa lalu, yang membentuk masa kini dan mungkin juga masa mendatang. Dalam konteks sosial, identitas merupakan sesuatu yang dimiliki secara bersama-sama oleh sebuah komunitas atau kelompok masyarakat tertentu, yang sekaligus membedakan mereka dari komunitas atau kelompok masyarakat lainnya, yang memberikan pengertian kepada setiap individu mengenai posisi mereka diantara berbagai kelompok tersebut (Piliang, 2011). Salah satu kompenen dalam pembentukan brand adalah identitas. Identitas berada pada posisi pengirim pesan. Tujuannya adalah untuk menentukan makna brand, tujuan dan citra diri. Citra adalah hasil dan interpretasi dari brand. Sebelum memproyeksikan citra ke publik, kita harus tahu persis apa yang kita inginkan. Sebelum citra itu diterima, kita harus tahu apa yang dikirimkan dan bagaimana mengirimkannya. Hal ini membuat identitas menjadi sangat penting untuk didefinisikan oleh sebuah organisasi.
Brand bukanlah nama sebuah produk. Brand adalah visi yang mendorong penciptaan produk dan jasa dengan nama itu. Visi, keyakinan dari brand dan nilai-nilai inti disebut identitas. Hal ini membuat brand mampu menciptakan pendukung, penggemar dan loyalitas. Kompetisi dalam branding memakai dua alat penting dalam manajemen brand, yaitu identitas brand yang menentukan aspek keunikan dan nilai brand, dan brand positioning sebagai pembeda utama yang menciptakan preferensi dalam pasar tertentu pada waktu tertentu untuk produk-produknya (Kapferer, 2004). Identitas brand bersifat tangible dan menarik bagi indera. Kita dapat melihat, menyentuh, memegang, mendengar dan melihatnya bergerak. Identitas brand memotori pengakuan dan menguatkan perbedaan. Identitas brand mengambil unsur-unsur berbeda dan menyatukannya dalam sistem secara keseluruhan. Kapferer (2004) merekomendasikan empat hal yang dapat menjadi sumber identitas, yaitu: 1. Brand produk Pada brand berbentuk produk, yang dimaksud produk adalah barang yang dijual oleh perusahaan. Untuk tempat wisata, produk adalah atraksi yang ditawarkan. Hal ini bisa terdiri dari atraksi yang dibuat, ikon sejarah, event, lingkungan alam, dan lain-lain. 2. Karakter dan simbol brand Seorang manajer brand menggunakan beberapa alat untuk membangan identitas tempat wisata. Alat ini dapat berupa slogan atau logo (misalnya: Stockholm the Capital of Scandinavia); gambar visual atau simbol-simbol (misalnya menara Eiffel, patung Liberty); dan penyelenggaraan event dan acara amal (misalnya Oktoberfest di Jerman atau Turnamen Tenis Wimbledon di Inggris). a. Logo Logo dianggap sebagai desain grafis (dengan atau tanpa slogan) dan digunakan oleh perusahaan untuk mengenali firma atau produk yang mereka buat. Logo melakukan beberapa fungsi dalam membuat dan meningkatkan brand perusahaan, dan logo adalah satu salah satu alat utama untuk mengkomunikasikan identitas brand, memotong kekacauan untuk mendapat kesadaran brand, dan meningkatkan pengakuan terhadap perusahaan atau produknya. Sehubungan dengan globalisasi dan peningkatan standardisasi, logo saat ini memainkan peranan penting untuk membuat lebih mudah diidentifikasi, identitas yang unik dan citra yang berhasil untuk membedakan produk atau perusahaan. Pada konteks pariwisata, logo tempat wisata adalah sebuah desain grafis yang digunakan untuk mengenali sebuah tempat wisata dan membantu kegiatan pemasaran tempat untuk membuat identitas brand yang utama sebelum pengalaman pengunjung. Logo harus merefleksikan identitas dan mencita-citakan citra dalam upaya mengemukakan seluruh ide pengalaman yang dapat diantisipasi pengunjung di tempat wisata. Karena banyaknya jumlah tempat wisata yang bisa dipilih oleh pengunjung, logo dapat dengan sukses menstimulasi kesadaran dan mengkomunikasikan karakteristik dan atribut yang diinginkan kepada pengunjung. Lebih jauh lagi, logo juga dapat menjadi alat yang digunakan secara internal untuk mengembangkan kesatuan budaya dan identitas tempat wisata. Terdapat kemungkinan bahwa respon yang diharapkan pada logo tempat wisata tidak akan didapatkan karena desain yang tidak sesuai. Logo yang tidak tepat sulit untuk disimpan atau diakses di ingatan, mereka tidak disukai dan kemudia gagal untuk membentuk sebuah penertian yang sesuai dengan yang disediakan oleh tempat wisata. Oleh sebab itu, adalah penting untuk membuat sebuah logo tempat wisata yang mempengaruhi perasaan positif kepada partisipan internal dan eksternal. Ketika mengembangkan sebuah logo tempat wisata, intisari penting dari tempat wisata harus digunakan sesuai petunjuk yang melibatkan desainer. Kecocokan warna atau jenis font dapat membantu tempat wisata dalam mendapatkan tujuannya. Banyak tempat-tempat wisata yang secara berkala memperbaharui logo mereka untuk menjadi penampilan yang segar dan kontemporer. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat perubahan selangkah demi selangkah tanpa harus kehilangan pandangan yang berkaitan dengan keuntungan logo.
b. Slogan Slogan adalah unsur identitas lain yang dibuat untuk membedakan brand. Ketika mengamati dunia, terbukti banyak slogan daerah wisata yang berhasil. Contoh yang sering didengar adalah “I Love New York” atau “Amazing Thailand”. Produksi dari slogan tempat wisata meningkat drastis selama beberapa tahun terakhir. Slogan yang efektif didefinisikan sebagai: “frase singkat, yang tidak terlupakan, menjelaskan atau mengisyaratkan keuntungan penting dari brand tempat wisata.” Cukup sulit untuk mengelompakkan slogan tempat wisata yang efektif, sebab brand tempat wisata lebih kompleks dari brand konsumen. Pike (2004) menyatakan bahwa slogan haruslah sebuah pernyataan singkat terbata pada tujuh kata dan hanya mewakili batas sederhana, terfokus secara jelas pada nilai preposisi kepada target. Sangat penting untuk menyatakan bahwa satu unsur identitas dapat mengambil peran utama. Oleh karena itu, jika tempat wisata menggunakan logo sebagai unsur utama mereka, maka slogan harus membawa tujuan dari fungsi mempercepat bauran inti brand. c. Gambar Elemen gambar adalah foto, artworks, infografis dan lain-lain yang memperkuat kesan terhadap kepribadian brand. Keseluruhan elemen identitas visual seperti logo, warna, tipografi dan termasuk elemen gambar, harus menerapkan prinsip kesatuan (Rustan, 2013). 3. Akar sejarah dan geografi Beberapa brand memperoleh identitas mereka dari keunikan akar sejarah dan letak geografis. Untuk tempat wisata, akar sejarah dan geografis selalu digunakan antara satu atau lainnya. Penelitian memperdebatkan bahwa sejarah tempat wisata adalah identitas tempat wisata dan hal ini memungkinkan untuk memisahkan pariwita dan negara atau tempat dan produk. Oleh karena itu, sejarah dan budaya sering menjadi landasan dari pemasaran dan branding tempat wisata. 4. Brand essence Banyak organisasi yang menggunakan kata brand essence, yang sering mengembangkan dari keinginan untuk merangkum identitas (Kapferer, 2004). Sama dengan organisasi, brand essence juga mewakili identitas tempat wisata. Bran essence merangkum nilai dari brand. Nilai ini menggariskan inti identitas dan apa yang dipercaya organisasi. Karakter dan simbol brand dapat menunjukkan identitas brand secara visual, sehingga untuk dapat memahami penggunaan identitas visual pada media branding Samosir, kajian akan dilakukan terhadap karakter dan simbol brand, sebagai sumber identitas Samosir. 3.
KAJIAN IDENTITAS VISUAL PADA BRANDING SAMOSIR
Keberhasilan branding sebuah tempat sangat dipenguruhi oleh identitas yang yang menentukan aspek keunikan dan nilai brand. Setiap identitas diciptakan untuk menunjukkan citra dari pembuat brand. Karakter identitas yang paling menonjol dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pengunjung adalah logo dan slogan. Identitas yang ditampilkan secara visual ini paling mudah untuk membangkitkan kesadaran pengunjung akan brand. Pada subbab ini akan dilakukan kajian memahami identitas visual yang dipergunakan oleh Samosir dan penggunaannya pada materi branding. Penggunaan identitas visual pada media branding Samosir tahun 2014 akan dikaji dengan menggunakan empat media sebagai alat ukurnya. Media branding tersebut adalah baliho, roll banner, iklan majalah penerbangan dan website.
3.1. BALIHO DI PINTU MASUK SAMOSIR
2
3
4
5 1 6 merah
hitam kuning putih
Gambar 1 Unsur-unsur identitas visual pada baliho di pintu masuk Samosir (Sumber: olah data penulis) Keterangan gambar: (1) Wanita berpakaian adat Batak kain ulos, memperagakan Tortor Pangurason (2) Teks Samosir (3) Arsitektur rumah tradisional Batak, di depannya terdapat para penari memperagakan ritual gondang mangalahat horbo (4) Gambar Danau Toba (5) Logo branding “Visit Samosir Year 2014-2015” (6) Warna dominan yang digunakan, yaitu merah, hitam, kuning dan putih Pembahasan: Logo (5): terdapat pada sudut kanan kanan bawah, peletakan dan ukurannya yang sangat kecil membuat logo ini hampir tidak terlihat. Seharusnya logo diletakkan di bagian atas dengan ukuran yang lebih besar sehingga tampak dengan jelas. Slogan (2): pada desain ini tidak ditemukan penggunaan slogan “Samosir Negeri Indah Kepingan Surga”, hanya terdapat teks besar SAMOSIR dengan posisi menonjol.
Elemen gambar (1), (3), (4): menggunakan foto danau Toba sebagai latar belakang, lalu ditambah foto seorang perempuan berbusana tradisional Batak pada sebelah kiri dan foto rumah Batak serta atraksi mangalahat horbo di sebelah kanan desain. Warna (6): warna yang dominan adalah merah, hitam, kuning dan putih. Warna kuning yang paling mendominasi dimaksudkan agar pengunjung memusatkan perhatian pada ucapan terima kasih dan daftar acara yang akan diselenggarakan oleh Samosir. 3.2. ROLLBANNER DI HOTEL
1 2
3
4
5
merah
kuning
biru
7 6
Gambar 2 Unsur-unsur identitas visual pada rollbanner di hotel (Sumber: olah data penulis)
Keterangan gambar: (1) Logo branding “Visit Samosir Year 2014-2015” (2) Teks Samosir (3) Slogan “Samosir Negeri Indah Kepingan Surga” (4) Latar belakang gambar Danau Toba (5) Wanita berpakaian adat Batak kain ulos, memperagakan Tortor Pangurason (6) Patung menari Sigalegale (7) Warna dominan yang digunakan, yaitu merah, kuning dan biru Pembahasan: a. Logo (1): terdapat pada sisi kanan atas desain tetapi hampir tidak terlihat karena ukurannya yang sangat kecil, ditambah lagi dengan warna latar belakang gradasi biru ke kuning tua yang membuat logo tersebut semakin tidak tampak. b. Slogan (2), (3): dipergunakan dan diletakkan pada bagian tengah desain, tetapi tampak tidak beraturan dari segi peletakan. Terdapat teks SAMOSIR yang tidak konsisten bentuknya dengan teks pada baliho di Gambar 1. c. Elemen gambar (4), (5), (6): menggunakan foto Sigale-gale dibagian kiri, foto seorang perempuan penari di sebelah kanan dan latar belakang pemandangan Danau Toba. Susunan foto-foto ini tidak tampak menyatu. Foto wanita menari ini adalah hasil mirror dari gambar wanita yang terdapat pada baliho di Gambar 1. d. Warna (7): warna dominan yang dipergunakan adalah merah, kuning dan biru. Terdapat pula banyak varian warna yang tidak menyatu, berdiri sendiri saling berusaha menonjolkan diri di bagian bawah desain yang berisi informasi event. 3.3. IKLAN DI MAJALAH PENERBANGAN
1 2 3
4
merah
hitam
putih
6
Gambar 3 Unsur-unsur identitas visual pada iklan di majalah penerbanga (Sumber: olah data penulis)
5
Keterangan gambar: (1) Teks Samosir (2) Slogan dalam Bahasa Inggris “Wonderful Land Piece of Paradise” (3) Gambar Danau Toba (4) Arsitektur rumah tradisional Batak, di depannya terdapat para penari memperagakan ritual gondang mangalahat horbo (5) Wanita sedang menenun ulos (6) Warna dominan yang digunakan, yaitu merah, hitam dan putih Pembahasan: a. Logo: desain iklan di majalah penerbangan ini tidak mencantumkan logo “Visit Samosir Year 2014-2015”, sementara logo adalah satu perwakilan identitas visual yang paling mudah untuk diingat dan dikenali. b. Slogan (1), (2): dipergunakan pada desain ini dalam bahasa Inggris, menyesuaikan dengan isi iklan yang berbahasa Inggris. Terdapat teks SAMOSIR yang tidak sama atau tidak konsisten dengan teks SAMOSIR pada Gambar 1 dan Gambar 2. c. Elemen gambar (3), (4), (5): mempergunakan beberapa foto, seperti satu foto Danau Toba di bagian atas yang digabungkan dengan foto rumah tradisional Batak di mana gabungan foto ini bisa disalahartikan menjadi sebuah tempat yang persis ada di Samosir sama seperti gambar, foto hotspring, peta menuju Samosir, kolam renang, penenun ulos dan olahraga banana boat. Foto-foto ini berdiri sendiri dengan sistem pengkotakan. Gambar arsitektur rumah Batak adalah hasil mirror dari gambar rumah yang terdapat pada Gambar 1. d. Warna: didominasi oleh hitam, merah dan putih, tetapi pengkombinasian warna tidak tepat, misalnya pada penjelasan mengapa harus datang ke Samosir (setelah teks “Why Samosir...?) yang berupa teks panjang. Teks ini dibuat berwarna hitam dan diletakkan pada latar belakang berwarna krem mendekati cokelat muda yang membuat teks menjadi sulit dibaca. Permasalahan lain adalah pada teks berwarna merah dengan latarbelakang putih pada bagian bawah desain, yang berisi penjelasan tentang cara mencapai Samosir (setelah panah teks “How to Go There?”). Teks berwarna merah bukanlah pilihan yang tepat untuk sebuah informasi panjang yang perlu dibaca secara rinci. Bagi sebagian masyarakat juga bahwa teks berwarna merah adalah pertanda kemarahan, sehingga teks warna merah ini tidak tepat digunakan pada iklan. 3.4. HALAMAN UTAMA WEBSITE VISITSAMOSIR.COM
1 2 3 4
merah
hitam
Gambar 4 Unsur-unsur identitas visual pada website www.visitsamosir.com (Sumber: olah data penulis)
putih
5
Keterangan gambar: (1) Logo branding “Visit Samosir Year 2014-2015” (2) Teks SAMOSIR (3) Slogan “Negeri Indah Kepingan Surga” (4) Gambar Danau Toba (5) Warna dominan yaitu merah, hitam dan putih Pembahasan: a. Logo (1): terdapat pada sisi kanan atas website, bersampingan dengan nama Samosir, berukuran sangat kecil dan tidak terlihat menonjol. b. Slogan (2), (3): dipergunakan pada bagian header dengan warna teks putih, tidak jelas terlihat. Terdapat teks SAMOSIR berdampingan dengan logo di mana teks ini tidak konsisten dengan teks SAMOSIR pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3. c. Elemen Gambar (4): menggunakan foto di bagian header, tetapi foto ini adalah sebuah foto yang diduplikasi lalu kemudian diubah orientasinya dan disatukan menjadi sebuah foto, jadi tidak menunjukkan realitas. d. Warna (5): terdapat tiga warna dominan yaitu merah, hitam dan putih. Warna putih menjadi latar belakang isi website, warna merah dan hitam banyak dipergunakan pada teks selain pada bagian menu di bawah header. Kajian identitas visual dan penggunaannya dalam media branding dapat digambarkan seperti bagan pada Gambar 5 berikut. Karakter Identitas Visual
Identitas Visual Brand Samosir
Logo Tidak selalu dipergunakan, ukuran kecil, posisi tidak menjadi pusat perhatian
Slogan
Samosir Negeri Indah Kepingan Surga
Elemen Gambar
Foto
Gambar 5 Bagan hasil kajian penggunaan identitas visual (Sumber: olah data penulis)
Tidak selalu dipergunakan, peletakan pada posisi pusat perhatian
Sebagai latar belakang, menghabiskan space paling banyak
Identitas visual dipakai tetapi belum dipergunakan secara konsisten
Pengunaan identitas visual pada media branding Samosir yang cenderung tidak konsisten dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Nama Gambar Gambar mangalahat horbo
Tabel 1 Identitas visual yang tidak konsisten dalam media branding Tampilan Gambar Keterangan Arsitektur rumah Batak di-mirror sehinga tampak sangat berbeda antara gambar pada baliho dengan gambar pada iklan majalah. Hal ini akan membuat kebingungan pada orang yang melihat, tidak dapat membayangkan bentuk yang sebenarnya dari lokasi yang ditunjukkan Gambar pada baliho Gambar iklan majalah pada gambar.
Teks SAMOSIR Teks pada baliho
Teks pada rollbanner
Teks pada iklan majalah Teks pada website Gambar Tortor Pangurason
Gambar pada baliho Penggunaan warna
Gambar pada rollbanner
merah
hitam
kuning
biru
Teks ini seharusnya bisa menjadi perwakilan pendukung visual yang mudah diingat, sebagai nama dari brand dan pendamping/penguat logo. Tetapi penggunaannya tidak konsisten baik dalam penggunaan warna maupun jenis huruf. Gambar di-mirror sehingga posisi unsurunsur misalnya pandangan penari ke arah kenan dengan letak kain ulos di bahu kiri, menjadi pandangan ke kiri dengan letak kain ulos berubah menjadi di bahu kanan. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan pada orang yang melihat, posisi manakah yang seharusnya benar. Masing-masing desain menggunaan warna sendiri-sendiri, tidak konsisten dan tidak menyatu dengan keseluruhan desain. Warna-warna dominan yang dipergunakan adalah merah, hitam, kuning, biru dan putih.
putih 4.
KESIMPULAN
Kajian penggunaan identitas visual dalam media branding Samosir mendapatkan beberapa temuan, yaitu tidak konsistennya penggunaan identitas visual dan desain logo yang mengandung terlalu banyak unsur-unsur yang seperti dipaksa untuk berkumpul di dalam satu desain logo. Identitas visual yang dipergunakan oleh Samosir dalam branding daerahnya melalui “Visit Samosir Year 2014” adalah logo, slogan dan dilengkapi dengan gambar-gambar ikonik yang menjadi ciri khas dan nilai jual Samosir. Namun, dalam penggunaannya di media branding terlihat tidak konsisten. Hal ini bisa terjadi karena latarbelakang penciptaan logo yang secara terpisah dikerjakan oleh orang lain, di luar lingkup tim di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya. Logo yang diciptakan tetap dipergunakan dalam sebagian media branding, tetapi juga diletakkan pada porsi yang tidak menjadi pandangan pertama bagi yang melihat. Mengingat bahwa logo dan slogan adalah identitas visual yang paling kuat dalam membedakan satu brand dengan yang lain, ketidaktepatan proses branding ini membuat logo gagal menjadi perwakilan brand.
Permasalahan desain logo setelah melihat logo yang dihasilkan adalah kurangnya pemahaman desainer dalam mencipta sebuah logo. Terdapat unsur yang banyak dan sulit untuk diingat dalam logo. Hal ini ditambah pula dengan salah satu unsur logo yang meniru desain logo yang telah terlebih dahulu dirilis, di mana logo tersebut juga adalah logo event yang diikuti oleh Samosir. Permasalahan ini akan menimbulkan kebingungan bagi pengunjung atau orang yang melihat logo. Penciptaan logo yang unik, cepat diingat dan menarik bagi pengunjung gagal dilakukan. Penggunaan gambar-gambar yang di-mirror adalah hal yang juga perlu diperhatikan, karena pada prakteknya hal ini dilakukan dalam desain media branding Samosir. Gambar-gambar ini pada akhirnya tidak akan menjadi identitas dan tidak menunjukkan realitas karena telah diubah, tanpa memperhatikan aspek seperti prinsip-prinsip kebudayaan, misalnya pada gambar seorang wanita dengan tortor pangurason, setelah di-mirror letak kain tradisional ulos pada bahunya menjadi berubah. Hal ini bisa saja memberi makna yang berbeda dari segi kebudayaan. Permasalah-permasalah yang ditemukan di atas menunjukkan bahwa Samosir dalam praktek branding-nya, kurang menyadari pentingnya logo sebagai identitas visual dalam branding dan kurangnya penggalian akan makna gambargambar yang digunakan menjadi identitas. Agar dapat menjadi perwujudan identitas yang ingin ditanamkan Samosir kepada pengunjung, proses penciptaan identitas visual dalam bentuk logo ini dapat diserahkan kepada tim yang ahli dalam bidang desain logo, yang dapat menciptakan logo branding Samosir yang unik dan tidak mudah dilupakan. Untuk melengkapi penggunaan identitas visual dalam media branding, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dapat menyusun brand identity guideline, sebagai acuan dalam penggunaan identitas visualnya dalam branding. 5.
SARAN
Konsep desain identitas visual dipahami berdasarkan nilai inti brand, tujuan komunikasi dan positioning di pasar. Perancangan identitas visual dimulai dengan logo. Kunci dasar elemen grafis untuk desain identitas adalah warna, jenis huruf dan gambar. Jenis huruf, bentuk logo, karakteristik visual dari logo dan palet warna akan mengatur kerangka kerja untuk seluruh aktivitas visual. Oleh karena itu, pada perancangan logo brand, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Samosir perlu menetapkan aturan perancangan agar menciptakan koherensi atau keselarasan sebagai solusi dari desain identitas visual. Keselarasan ini dapat diciptakan dengan menerapkan prinsip: 1. Semua desain grafis harus konsisten dengan strategi brand dan nilai-nilai ditambah menyampaikan suara brand. 2. Tampilan dan nuansa brand membentuk sebuah sikap visual yang berfungsi untuk membuat keunikan dan perbedaan, yang dinyatakan secara spesifik melalui visualisasi dan komposisi termasuk palet warna; karakteristik dan kualitas dari garis, bentuk, dan tekstur; jenis huruf; gambar; dan setiap elemen visual lainnya. 3. Empat kunci untuk koherensi adalah warna, logo, jenis huruf dan bentuk. 4. Penciptaan identitas visual ini bisa bersumber dari pemanfaatan unsur-unsur kebudayaan. Selain unsur kebudayaan bentuk gambar kesenian yang telah diterapkan pada media branding, unsur-unsur lain yang dapat dipergunakan adalah warna simbolik Batak yaitu merah, hitam dan putih yang mempunyai makna-makna simbolik. Palet warna seperti telah disebutkan dapat memberi bentuk visual yang unik dan berbeda. 6.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kapferer, J. The New Strategic Brand Management: Creating and Sustaining Brang Equity Long Term. Kogan Page Limited, London. 2004. [2] Piliang, Y. A. Dunia yang Dilipat. Matahari, Bandung. 2011. [3] Rustan, S. Mendesain Logo. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2013. [4] Butar-Butar, Melani, Logo Visit Samosir Year 2014-2015, http://scalatoba.blogspot.com/2014/04/logo-tahunkunjungan-wisata-samosir.html, diakses pada 28 Maret 2015.