KAJIAN HASIL SDKI TAHUN 2007 PROVINSI JAWA TENGAH
A. LATAR BELAKANG
1. Dinamika perkembangan pengelolaan program KB
mengalami
pasang surut sejak program KB dicanangkan sebagai program nasional sejak tahun 1970. Sampai dengan periode tahun 2000 program KB mengalami perkembangan yang sangat pesat, melalui fase-fase penggarapan program KB yaitu, perluasan jangkauan, pembinaan dan pelembagaan dan pembudayaan serta menjangkau keseluruh wilayah tanah air. Keberhasilan tersebut ditandai dengan menurunnya angka kelahiran total (TFR) dari 5,6 menjadi 2,8. Dimana periode tersebut program KB masih dikelola oleh pemerintah pusat (sentralistik). 2. Periode tahun 2000 sampai sekarang ditandai dengan persiapan perubahan pengelolaan program KB kearah desentralisasi ke Kab/Kota tepatnya sejak tahun 2004, ternyata membawa dampak mengendornya intensitas pengelolaan program KB di lapangan. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan menjadi kendala dalam upaya – upaya
penurunan
fertilitas.
Hal
tersebut
terbukti
adanya
kecenderungan penurunan prevalensi kesertaan KB dan meningkatnya angka kelahiran total (TFR) khusunya di Jawa Tengah, yaitu
1
pemakaian kontrasepsi modern tahun 2003 dari 62,2 menjadi 59,9 pada tahun 2007, TFR dari 2,1 menjadi 2,3 ( SDKI 2003 dan 2007 ). 3. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan telaah
atau
pengkajian yang lebih mendalam, untuk mengetahui faktor-faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap menurun CPR dan naiknya TFR.
B. TUJUAN KAJIAN Untuk mengetahui kemungkinan penyebab naiknya TFR di Jawa Tengah hasil SDKI Tahun 2007.
C. MANFAAT KAJIAN 1. Sebagai bahan renungan dan proses pembelajaran bagi para pengelola dan pelaksana program terutama yang berkaitan dengan dampak demografis dari program KB Nasional di Jawa Tengah. 2. Dapat dipertimbangkan sebagai masukan dalam penetapan kebijakan pelaksanaan program KB Nasional di Jawa Tengah mendatang.
D. SUBSTANSI KAJIAN 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas menurut Kingsley Davis & Judith Blake adalah sebagai berikut:
2
No Varibel Antara (Kingsley Davis & Judith Blake)
Ya
Tdk
1
Umur mulai hubungan kelamin (UKP)
v
2
Selibat permanen
x
3
Lamanya berstatus kawin
x
4
Abstinensi sukarela
x
5
Abstinensi terpaksa
x
6
Frekuensi senggama
x
7
Fekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak sengaja
x
(mandul) 8
Pemakaian kontrasepsi (kesertaan ber-KB)
9
Fekunditas yang disebabkan hal-hal yang di sengaja
v x
(operasi) 10
Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak di sengaja
x
(keguguran ) 11
Mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja
x
(aborsi)
Dari 11 variabel tersebut hanya 2 varibel yang tersedia datanya, yaitu Usia Kawin Pertama dan Pemakaian Kontrasepsi, sedangkan variabel lainnya belum tersedia datanya. Sehingga yang dapat dikelola dalam program KB adalah penggunaan pemakaian kontrasepsi serta pendewasaan usia perkawinan.
3
2. Data tentang rata-rata usia kawin pertama di Jawa Tengah TH. 2003
TH. 2004
TH. 2005
TH. 2006
24.78
24.75
25.21
25.54
Sumber: Hasil SUSENAS
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa rata-rata usia kawin pertama di Jawa Tengah dari Tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 mengalami peningkatan usia kawin yang cukup berarti bagi program KB Nasional terutama dalam hal Pendewasaan Usia Kawin (PUP). Dengan demikian kegiatan upaya pendewasaan usia perkawinan, melalui
program
kesehatan
reproduksi
remaja
harus
lebih
diintersifkan lagi.
3. Data tentang perkembangan CPR TH. 2003
TH. 2004
TH. 2005
TH. 2006
60.44
62.64
61.32
62.1
Sumber: Hasil SUSENAS
TH. 1994
TH. 1997
TH. 2003
TH. 2007
61.1
62.4
62.2
59,9
Sumber: Hasil SDKI 4
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa ada penurunan CPR pada tahun 2005 apabila dibandingkan dengan tahun 2004. Hal tersebut membuktikan adanya konsistensi penurunan prevalensi (CPR) seperti hasil SDKI. Selanjutnya upaya-upaya pelayanan kontrasepsi harus lebih digalakkan kembali. Revitalisasi program KB dalam era otonomi suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, jaminan dan ketersediaan kontrasepsi mutlak khususnya bagi Keluarga Pra Sejahtera dan KS I ( Gakin ). Disamping hal tersebut, kemungkinan yang terjadi di Jawa Tengah penurunan CPR tersebut disebabkan oleh: a. Sebagian PB merupakan peserta KB konversi b. Sasaran belum sepenuhnya mendasarkan unmetneed (SDKI 7,4%) c. Sebagian PB merupakan peserta reaktif d. Pemberian pelayanan belum bisa menjangkau hardcort (sulit)
4. Perkembangan TFR TH. 1994
TH. 1997
TH. 2003
TH. 2007
2.77
2.63
2.1
2.3
Sumber: Hasil SDKI
Dari data tersebut di atas terlihat adanya kenaikkan TFR yang signifikan pada Tahun 2007 apabila dibandingkan dengan hasil SDKI tahun 2003. Hal ini sebagai dampak demografis dari penurunan CPR 5
hasil SDKI Tahun 2007. Apabila kita lihat dari angka kelahiran berdasarkan kelompok umur, seperti berikut :
ASFR (Rata-rata Jumlah Anak Berdasarkan Kelompok Umur Ibu) PROV
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
TFR
DIY
0.018
0.083
0.111
0.084
0.044
0.014
0.003
1.7
JATIM
0.050
0.106
0.099
0.070
0.035
0.012
0.003
1.8
JATENG 0.047
0.116
0.115
0.086
0.045
0.017
0.004
2.1
JABAR
0.117
0.116
0.093
0.052
0.019
0.005
2.3
0.054
Sumber: Hasil SUSENAS 2004
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa performance dampak program KB pada kondisi normal (TFR Jateng di atas Jabar dan dibawah DIY dan Jatim). Namun apabila kita cermati pada data ASFR terutama kelompok umur ibu 20-24 dan 25-29 terlihat agak dominan. Hal ini akan memberikan kontribusi terhadap tingginya TFR.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut
seyogyanya
sasaran
penggarapan program pelayanan kontrasepsi diarahkan kepada kelompok umur 20-24 dan 25 – 29, dengan prioritas yang anak sedikit (PUSMUPAR)
6
5. Prosentase Pencapaian Peserta KB PESERTA
MIX KONTRASEPSI
KB
IUD
MOW
MOP
KON
IMP
STK
PB
2.74
2.23
0.37
2.51
6.77
67.56 17.82
PA
9.88
6.02
1.39
1.26
9.19
54.55 17.71
PIL
Sumber: Statistik Rutin 2007
Dari hasil pencapaian peserta KB tersebut di atas masih terlihat bahwa kesertaan KB di Jawa Tengah masih di dominir oleh pemakaian kontrasepsi non MKJP. Agar lebih memberikan kontribusi terhadap penurunan fertilitas, kedepan perlu dipromosikan kontrasepsi yang memberikan perlindungan lebih lama (MKJP)
E. SOLUSI KEBIJAKAN
Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka solusi kebijakan untuk tahun mendatang dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Solusi peningkatan usia kawin a. Peningkatkan KIE PUP melalui intensitas institusi masyarakat, baik pemerintah maupun LSOM (BP4, Fatayat, Nasyiatul Aisyah, Pramuka dll) b. Peningkatan
kuantitas
dan
kualitas
PIK-KRR
di
seluruh
kecamatan.
7
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidik sebaya dan konselor sebaya.
2. Solusi peningkatan kuantitas dan kualitas pemakaian kontrasepsi a. Menata kembali SIM yang mendukung program KB yang berkaitan dengan data mikro, peta prioritas sasaran operasional (Menghidupkan peta PUS) antara lain : - Sasaran kesertaan ber-KB diarahkan pada PUSMUPAR. - Penggunaan alkon oleh peserta KB di arahkan pada MKJP. - Mengupayakan kesertaan KB baru yang bukan konversi sehingga bermakna terhadap pertambahan delta PA dan penurunan TFR. b. Menata kembali jaringan demand dan supply disetiap tingkatan wilayah sehingga terjadi keseimbangan dan mampu menjangkau serta diakses oleh segala lapisan masyarakat melalui optimalisasi penggerakan potensi jaringan pelayanan pemerintah dan LSOM c. Menata kembali mekanisme operasional program, utamanya di tingkat lini lapangan sesuai dengan kondisi pemerintahan otonomi daerah d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM khususnya tenaga lapangan yang kompeten (PLKB, IMP dan LSOM)
Semarang, 21 Mei 2008
8