FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007) I. Pendahuluan Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui penurunan angka kelahiran dari pemakaian alat kontrasepsi. Semakin tinggi penggunaan alat kontrasepsi maka semakin banyak kehamilan yang dapat dicegah yang akhirnya dapat menurunkan angka kelahiran. Program KB Nasional sebagai implementasi Program Pemerintah secara resmi dimulai dengan Keppres nomor 8 tahun 1970 dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1970 yang mencakup 6 wilayah Jawa dan Bali. Perluasan wilayah garapan Program KB Nasional dan penegasan sebagai Lembaga Non Pemerintah dibawah Presiden dengan Keppres nomor 33 tahun 1972 yang dikenal dengan Propinsi Luar Jawa Bali I (LBJ I) pada 10 ( sepuluh ) wilayah Propinsi, perluasan wilayah terus berlangsung dengan penambahan pada 11 (sebelas) wilayah yang dikenal dengan Luar Jawa Bali II (LBJ II) dimana Propinsi Bengkulu masuk didalamnya dengan dasar hukum Keppres nomor 38 tahun 1978. Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3 anak per wanita hasil SDKI tahun 2002/2003 menjadi 2,4 anak per wanita pada SDKI tahun 2007, selain itu program Kesehatan telah dapat meningkatkan kesehatan masyrakat Propinsi Bengkulu dengan ditandai penurunan tingkat kematian bayi sebesar 7 dari 53 SDKI 2003 menjadi 46 SDKI 2007. Pertumbuhan penduduk disebabkan oleh 4 faktor yaitu kelahiran (fertilitas) , kematian (mortalitas), in-migration (migrasi masuk), dan out-migration (migrasi keluar). Selisih antara kelahiran dan kematian disebut perubahan reproduktif (reproductive change) atau perubahan alami (natural increase), sedangkan selisih antara migrasi yang masuk dan migrasi keluar dinamakan migrasi neto (net migration). Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk, tingkat kelahiran dimasa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. David dan Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui teori ”variabel antara” (Intermediate variabel) ada 11 variabel antara yang mempenagruhi fertilitas, yang dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut : A.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse variables) 1. Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin : a. Umur mulai hubungan kelamin
1
b. Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin c. Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubungan kelamin : Bila kehidupan suami isteri cerai atau pisah Bila kehidupan suami isteri berakhir karena suami meninggal dunia 2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin d.Abstinensi sukarela e. Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara) f. Frekuensi hubungan seksual B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception variables) : g. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja h. Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi: Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia Menggunakan cara-cara lain i. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh factor-faktor yang disengaja (strerilisasi, subinsis, obat-obatan ) C. Factor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation variables) j. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja k. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja Menurut Davis dan Blake setiap variabel memiliki pengaruh (nilai) positif dan negatif sendiri terhadap fertilitas, angka kelahiran yang sebenarnya tergantung kepada neraca netto dari nilai semua variabel. Bongaarts (1978) beragumen bahwa pola pernikahan, praktek KB, pola menyusui dan aborsi merupakan faktor-faktor antara utama dari perbedaan fertilitas antar populasi. II. Faktor-Faktor Mempengaruhi Keluarga Berencana Keberhasilan dari Keluarga Berencana dalam usaha menurunkan kelahiran, tergantung dari ketepatan sasaran pelayanan KB dengan prioritas pada Umur dan paritas akseptor yang rendah dapat menurunkan kelahiran yang cepat, karena masa reproduksi yang mereka jalani dalam keadaan tercegah dari kehamilan akan lebih lama dibandingkan akseptor dengan umur dan paritas yang lebih tinggi serta didukung oleh gerak kegiatan Institusi Masyarakat Pedesaan dalam Ketahanan dan Pengembangan Keluarga. Beberapa teori mengenai Keluarga Berencana yang mempengaruhi Fertilitas: a. Palmore dan Bulatao, dengan teori Contraceptive Choice atau kerangka pikir mempelajari pilihan alat/cara KB. Pilihan cara KB suatu proses yang dapat digambarkan sebagai suatu kerucut: berbagai alat/cara KB yang mungkin secara perlahan-lahan dikurangi menjadi suatu pilihan
2
yang lebih sedikit dan akhirnya menjadi pilihan tunggal menurut faktor budaya, ekonomi, psikologis melalui proses penyaringan dan menekankan pentingnya preferensi personal sebagai faktor individu terakhir. b. Bulatao dengan teori : Tujuan kontrasepsi : tujuan dari pengaturan kelahiran menjarangkan atau membatasi kelahiran Kompetensi kontrasepsi : kemampuan PUS menggunakan alat/cara KB dengan Rasional, efektif dan efisien. Evaluasi kontrasepsi : penilaian spesifik terhadap penggunaan alat/cara KB baik secara praktis termasuk pertimbangan efek samping dan kenyamanan penggunaan Akses kontrasepsi : ketersediaan alat/cara KB termasuk informasi untuk mendapatkannya. Program Keluarga Berencana Nasional merupakan program utama dalam perkembangan kependudukan masih menjadi salah satu fokus dari pembangunan, program ini tidak saja berupaya mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk mencapai penduduk tumbuh seimbang, tetapi berkontribusi dalam meningkatkan kualitas penduduk maupun mewujudkan hak-hak reproduksi individu dan pasangan. III. Faktor penurunan Fertilitas dan dampaknya di Propinsi Bengkulu a. Penduduk Program KB di Provinsi telah ada pada tahun 1978 melalui Keppres nomor 38 tahun 1978 yang membawa d ampak dari penurunan TFR yaitu dari 3 anak per wanita SDKI tahun 2002/2003 menjadi 2,4 anak per wanita pada SDKI tahun 2007. Dalam perjalanan dua tahun sejak Program KB ada di Provinsi Bengkulu berdasarkan hasil sensus tahun 1980 jumlah penduduk sebesar 767.988 terdiri dari Laki-laki 390.102 dan perempuan 377.886 dengan sex rasio 103,22, penduduk Provinsi Bengkulu saat itu masuk kategori penduduk muda dengan median umur penduduk usia 17,11 tahun pada kelompok umur 15 – 19 tahun dengan jumlah kumulatif penduduk 430.394, Penduduk di Provinsi Bengkulu hasil sensus 1980 termasuk penduduk muda dimana umur 0 – 14 tahun sebesar 45 persen, dan umur 15 – 64 sebesar 51 persen, dan umur 65 keatas tahun sebesar dua persen. Ciri dari penduduk muda di Provinsi Bengkulu tahun 1980 kelahiran masih tinggi dimana penduduk umur 0 – 4 tahun melebar dan TFR hasil sensus 1980 sebesar 6,2 anak per wanita. Umur Perkawinan Pertama 19,9 tahun, Current User (berapa banyak PUS yang terlindung dari kehamilan karena memakai alat KB) tahun 1980 sebesar 93,34 dan Proporsi penurunan fertilitas 0,65. Gambar 1 menunjukkan penyebaran penduduk hasil Sensus 1980 Provinsi Bengkulu ditunjukkan dengan piramida penduduk tahun 1980.
3
PIRAMIDA KOTA DAN PERDESAAN SENSUS 1980
75 +
65 - 69
GOL UMUR
55 - 59
45 - 49
35 - 39
25 - 29
15 - 19
5-9
20
15
10
5
0
LAKI- LAKI-
5
10
15
20
PEREM- PUAN
Gambar 2 menunjukkan penyebaran penduduk hasil sensus 1990 Provinsi Bengkulu, yang merupakan salah satu dampak dari pelaksanaan Program KB Nasional di Provinsi Bengkulu sepuluh tahun sebelumnya, berpengaruh pada fertilitas dengan mencegah kelahiran, hal ini ditunjukkan penduduk umur 0 – 4 tahun pada sepuluh tahun yang lalu telah masuk ke dalam/menyempit artinya angka fertilitas turun pada tahun 1990 TFR Provinsi Bengkulu menjadi 5 anak per wanita pada saat itu penduduk hasil sensus tahun 1990 sebesar 1.178.951 terdiri Lakilaki 605.611 dan Perempuan 573.340 dan sex rasio 105,63. PIRAMIDA KOTA DAN PERDESAAN SENSUS 1990
75 +
65 - 69
55 - 59
GOL UMUR
45 - 49
35 - 39
25 - 29
15 - 19
5-9
-20
-15
-10
-5
0
LAKI- LAKI-
5
10
15
20
PEREM- PUAN
Median umur penduduk terpusat pada kelompok umur 15 – 19 tahun yaitu 19,11 dengan jumlah kumulatif 611.379 dengan umur perkawinan pertama 21 dan saat itu Prevalensi 1989/1990 sebesar 74,41 dengan peserta PIL tertinggi dan IUD serta Suntik. Current User (berapa banyak PUS yang terlindung dari kehamilan karena memakai alat KB) tahun 1990 sebesar 744,08 dan proporsi penurunan fertilitas 6,92. Gambar 3 menunjukkan penyebaran piramida penduduk hasil sensus 2000 dimana jumlah penduduk sebesar 1.562.085 terdiri dari Laki-laki 793.120 dan perempuan 768.965 dan sex rasio 103,14.
4
Penduduk umur 0 – 4 tahun hasil sensus 2000 mengalami kenaikan, artinya hasil penggarapan Program KB di Provinsi Bengkulu sepuluh tahun yang lalu tidak berhasil untuk mencegah kelahiran di Provinsi Bengkulu, Median Umur Penduduk pada kelompok umur 22,41 yaitu berada pada umur 20 – 24 tahun dengan jumlah kumulatif 861.476, umur perkawinan pertama naik menjadi 22,10 tahun. Prevalensi peserta KB sebesar 86,28 dengan peserta Pil , IUD dan Suntik tertinggi, Current User tahun 2000 sebesar 862 da proporsi penurunan fertilitas 6,92 PIRAMIDA KOTA DAN PEDESAAN SENSUS 2000
75 +
6 5 - 69
5 5 - 59
GOL UMU R
4 5 - 49
3 5 - 39
2 5 - 29 1 5 - 19
5-9
-15
-10
-5
0
LAKI- L AKI-
5
10
15
PEREM- PUAN
Gambar 4 menunjukkan keberhasilan dari Program KB di Provinsi Bengkulu yang signifikan dimana secara dratis dapat mencegah kelahiran dimana hasil SDKI tahun 2007 TFR menjadi 2,4 anak per wanita, dan jumlah penduduk tahun 2007 sebesar 1,616.663 jiwa terdiri Laki-laki sebesar 823.061 dan perempuan 793.602 dengan kepadatan penduduk sebesar 82 jiwa/kilometer persegi, yaitu setiap satu kilometer didiami lebih kurang 82 orang penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk 1,59 persen. Penduduk umur 0 – 4 tahun terjadi penyempitan dibandingkan hasil sensus 2000 terjadi penurunan kelahiran, median umur penduduk terpusat pada kelompok umur 24 berada pada umur 20 – 24 tahun dengan jumlah kumulatif 847.170, Umur perkawinan pertama 19,3 dengan prevalensi sebesar 74 dimana peserta Suntik dan Pil tertinggi. Tahun 2007
75+ 70 -74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4 8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
LAKI-LAKI
2,00
4,00
6,00
8,00
PEREMPUAN
5
b. Parameter Demografi Bengkulu, 2000 - 2025 Tabel.1 Parameter Demografi Bengkulu, 2000-2025 (x 1000) Parameter 2000 2005 2010 2015 2020 2025 Penduduk 1,455.5 1,617.4 1,784.5 1,955.4 2,125.8 2,291.6 Sex ratio 103.3 103.2 103.2 103.2 103.2 103.1 Laju pertumbuhan ( 2.23 1.95 2.15 1.84 1.53 0.84 persen) Batita (< 3 tahun) 104.7 96.2 99.6 103.5 103.8 104.3 Balita (< 5 tahun) 166.8 163.8 167.8 171.2 173.1 173.8 Fertilitas GRR 1.19 1.09 1.03 1.00 0.98 0.98 NRR 1.11 1.03 0.99 0.96 0.95 0.95 CBR 22.30 20.40 18.80 17.30 16.00 15.10 Jumlah kelahiran 32.50 33.00 33.50 33.80 34.00 34.60 (000) Mortalitas E0 Male 64.9 66.9 68.8 70.3 71.3 71.3 E0 Female 68.9 70.9 72.8 74.4 75.6 75.6 E0 Male+Female 66.8 68.9 70.7 72.3 73.4 73.4 IMR 41.2 33.2 26.2 20.8 16.8 16.8 CDR 5.9 5.5 5.3 5.3 5.5 6.5 Sumber : BPS (Sensus 2000) Angka fertilitas umum (General Fertility Rate atau GFR) adalah jumlah kelahiran hidup per 1.000 wanita umur 15-49 tahun. GFR untuk Provinsi Bengkulu memperlihatkan kondisi turun dari 1,19 tahun 2000 menjadi 1,09 tahun 2005 dan di proyeksikan tahun 2010 menjadi 1,03. Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate atau CBR) adalah jumlah kelahiran per 1.000 penduduk, dimana di tahun 2000 adalah 22,30 menjadi 18,80 tahun 2010. Dari sumber yang sama menunjukkan penurunan nyata dalam angka kematian, diantaranya penurunan angka kematian bayi (IMR) hasil kegiatan kesehatan dan pelayanan KB. IMR Provinsi Bengkulu turun dari 41,2 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi 16,8 persen per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR) mengalami kenaikan dari 5,9 kematian per 1.000 penduduk pada tahun 1971 menjadi 6,5 kematian per 1.000 pada tahun 2025. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu Indikator Kesejahteraan Rakyat. Dengan asumsi kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) menurun. Angka Harapan Hidup di Provinsi Bengkulu (laki-laki dan perempuan) naik dari 66,8 tahun pada periode 2000
6
menjadi 73,4 pada periode 2020-2025. Angka harapan hidup untuk perempuan di Provinsi Bengkulu pada tahun 2025 lebih tinggi yaitu 75,6 dibandingkan dengan laki-laki 71,30 secara total 73,40. c. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) adalah pertambahan penduduk selama kurun waktu tertentu, untuk Propinsi Bengkulu baik NRR maupun LPP mengalami kecenderungan menurun sebagaimana dalam grafik dibawah ini : Gambar.5 Ternd Laju Pertumbuhan Penduduk dan NRR Provinsi Bengkulu 2,5
2
3 ,1 ;2 P LP
9 ,9 ;1 P LP
5 ,8 ;1 P LP
1,5
1
11 1, R; R N
03 1, R; R N
99 0, ; R R N
69 1, ; P LP
96 0, R; R N
51 1, ; P LP 95 0, R; R N
0,5
0
2000-2005
2005-2010
2010-2015 NRR
2015-2020
2020-2025
LPP
d. TFR Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya, struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan. Secara nasional TFR hasil SDKI 2007 stagnant adalah 2,6 anak per wanita sedangkan untuk Propinsi Bengkulu sebesar 2,4 anak per wanita, TFR tersebut mengalami penurunan sebesar 0,6 dibandingkan dengan SDKI 2002/2003 yaitu sebesar 3 anak per wanita. Rata-rata jumlah anak yang diinginkan per wanita di Propinsi Bengkulu hasil SDKI 2007 adalah 2,1 anak per wanita atau 0,3% anak lebih rendah dari angka fertilitas total yang sesungguhnya.
7
Gambar 6 Tren Angka Fertilitas Total 1994 – 2007 Provinsi Bengkulu (SDKI 1994 – 2007 ) 4
3,45
3,5
2,97
3
3
2,4
2,5
2,6
2
1,5
1
0,5
0
1994
1997
2003
2007
Nasional 2007
Sumber : BPS (SDKI 1994 – 2007 )
Pada tahun 2009 Propinsi Bengkulu diharapkan dapat menurunkan TFR dari 2,4% menjadi 2,2 % sebagaimana dalam kontrak kerja Program KB secara nasional, maka Angka Prevalensi Kontrasepsi atau kesertaan ber-KB (CPR) dinaikkan menjadi 76% dari 74% dari hasil SDKI 2007 tahun tersebut. e. ASFR Propinsi Bengkulu Ukuran tingkat kelahiran yang digunakan dalam perhitungan proyeksi selain TFR juga Age Specific Fertility Rate (ASFR) yaitu Angka kelahiran menurut kelompok umur, yaitu banyaknya kelahiran tiap 1000 WUS pada kelompok umur tertentu. Tren ASFR Provinsi Bengkulu menunjukkan kecenderungan turun. Hasil SDKI 2007 bila dibandingkan dengan nasional, jumlah kelahiran per seribu wanita kelompok umur 15 – 49 dibawah nasional, kecuali pada kelompok umur 35 – 39 diatas nasional.
120
108
100
134
140
119
130
160
13 5
Gambar 7. ASFR Nasional dan Provinsi Bengkulu Tahun 2007
51
9
19
40
0
20
6
60
53
80
65
74
100
0
15-19
20-24
25-29
30-34
Bengkulu
35-39
40-44
45-49
Nasional
8
Sumber : BPS ( SDKI 2007)
Kecenderungan ASFR di Provinsi Bengkulu hasil SDKI 1997 sampai dengan SDKI 2007 menunjukkan kecenderungan turun pada semua kelompok umur, antara lain kelompok muda 15 – 19 dari 57 pada tahun 1997 turun menjadi 53 pada tahun 2007, kelompok umur 20 – 24 dari 142 tahun 1997 menjadi 130 tahun 2007 dan seterusnya.
140
120
74
100
103 95 100
160
137 137 119
142 144 130
Gambar. 8 ASFR Provinsi Bengkulu SDKI tahun 1997 – SDKI Tahun 2007
11
20
40-44
45-49
4 0
40
27 14 9
57 54 53
60
59 50
80
0
15-19
20-24
25-29 1997
30-34 2004
35-39 2007
f. Selang Kelahiran Informasi mengenai selang waktu antar kelahiran memberikan gambaran tentang pola selang kelahiran. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang lahir terlalu cepat setelah kelahiran sebelumnya mempunyai risiko kematian yang lebih besar, terutama jika selang antara dua kelahiran kurang dari 24 bulan. Kesehatan ibu juga terganggu jika selang kelahiran terlalu dekat. Secara umum, median selang kelahiran di Provinsi Bengkulu adalah 62,3 bulan. Median selang kelahiran naik seiring dengan umur, dari 49 bulan untuk wanita umur 2029 tahun menjadi 70 bulan untuk wanita umur 30-39 tahun. Tidak ada perbedaan yang jelas dalam selang kelahiran menurut jenis kelamin kelahiran sebelumnya. Dua Belas persen kelahiran terjadi dengan selang kelahiran 24 – 35 bulan sebelum kelahiran sebelumnya, dan 81 persen terjadi dengan selang paling sedikit 3 tahun Hasil studi menunjukkan bahwa kematian dari anak yang dilahirkan sebelumnya berakibat pada pendeknya selang kelahiran dibandingkan bila kelahirannya masih hidup. Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa median selang kelahiran adalah dua tahun lebih panjang bila kelahiran sebelumnya masih hidup dibandingkan bila anak sebelumnya meninggal (masing-masing 63,6 dan 43,2 bulan). Median jumlah bulan sejak kelahiran sebelumnya menurut daerah perdesaan lebih tinggi yaitu 65,7 bulan dibandingklan dengan perkotaan sebesar 58,3 bulan.
9
g. Median Umur Kawin Pertama Salah satu indikator sosial demografi yang penting adalah umur kawin pertama, karena umur kawin pertama berkaitan dengan permulaan wanita “kumpul” pertama yang memungkinkan wanita berisiko untuk menjadi hamil. Umumnya wanita yang menikah pada usia muda mempunyai waktu yang lebih panjang berisiko untuk hamil. Oleh karena itu pada masyarakat yang kebanyakan wanitanya melakukan perkawinan pertama pada umur muda, angka kelahirannya juga lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang wanitanya melakukan perkawinan pertama kali pada usia lebih tua. Median umur kawin pertama di Provinsi Bengkulu tahun 2007 (SDKI 2007) pada kelompok umur 20- 49 tahun sebesar 19,7 tahun sedangkan pada kelompok umur 25 – 49 tahun sebesar 19,3 tahun, untuk wanita pada kelompok umur 30 – 34 sebesar 20,3 tahun. Bila hasil SDKI 2007 dibandingkan dengan SDKI 1997, dan SDKI 2002-2003 terdapat sedikit kenaikan umur kawin pertama, untuk wanita umur 25 – 49 tahun naik dari 18,1 tahun SDKI 1997 menjadi 19,3 tahun pada SDKI 2007. Pernikahan Dini masa reproduksi yang hilang kurang dari 20 % dan sebaliknya nikah tunda masa reproduksi sekitar 50%. Gambar. 9 Umur Perkawinan Pertama SDKI Tahun 1997 – SDKI Tahun 2007 19,4
19,3 19,2
19
19 18,8 18,6 18,4 18,2
18,1 18 17,8 17,6 17,4
SDKI 1997
SDKI 2003
SDKI 2007
h. Umur Pertama Melakukan Hubungan Seksual Meskipun umur kawin sering digunakan sebagai proksi untuk awal keterpaparan risiko kehamilan, namun beberapa wanita maupun pria sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Median umur pertama kali melakukan hubungan seksual di Provinsi Bengkulu pada kelompok umur 20 – 49 tahun dan kelompok umur 25 – 49 tahun pada umur 19 tahun. Enam persen dari wanita umur 20 – 49 tahun dan umur 25 – 49 tahun telah melakukan hubungan seksual pada umur 15 tahun. Selanjutnya separuh lebih wanita pada umur 25-49 tahun telah melakukan hubungan seksual pertama kali pada umur 20 tahun.
10
Bila dilihat dari umur wanita pertama kali melakukan hubungan seksual pada umur 15 tahun tidak ada perubahan mendasar, dimana 17 persen kelompok umur 15 – 19 tahun melakukan hubungan seksual pada umur 15 tahun sedangkan kelompok umur 45 – 49 sebesar 9 persen. Tabel 2 Median Melakukan Hubungan Seksual Pertama Kali Umur
Persentase yang pertama kali melakukan hubungan seksual pada umur 15 18 20 22 25
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
16,9 5,1 5,2 4 7,1 8,7 9
20-49 25-49 15-24
6,2 6,4 7,2
32,8 31,5 27,7 34,8 47,2 42,5
-
71,7 55,7 51,5 58,7 65,2 64,8
35 35,3
59,7 58 70.6
84,7 86,9 85,4 85,5 86,4
Median Umur Pertama kali Melakukan Hub Seksual 18,9 19,4 19,9 19,2 18,3 18,9
85,8
19,2 19,3
70,9 70,9 74,8 77,6 75,1 -
i. Umur Persalinan Pertama Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas adalah rata-rata umur pada kelahiran anak pertama. Wanita yang menikah pada usia muda lebih lama menghadapi risiko kehamilan. Oleh karena itu, pada umumnya ibu yang melahirkan pada usia muda mempunyai anak banyak dan mempunyai risiko kesehatan yang tinggi. Kenaikan median umur pada kelahiran pertama merupakan tanda menurunnya tingkat fertilitas. Penundaan kelahiran anak pertama sebagai akibat naiknya umur perkawinan pertama telah diketahui berpengaruh pada penurunan fertilitas. Median umur melahirkan anak pertama naik dari 20,6 tahun untuk wanita umur 45-49 tahun menjadi 21,4 tahun untuk wanita umur 25-29 tahun dan 30 – 34 tahun. Naiknya umur melahirkan anak pertama juga dapat dilihat dari turunnya proporsi wanita yang melahirkan pada usia 15 tahun. Lima persen wanita umur 40-44 melahirkan anak pertama pada usia 15 tahun, dibandingkan dengan 2 persen wanita umur 25 – 29 tahun .
11
Tabel. 3 Umur Persalinan Pertama Current age Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
15
18
20
22
1.3 0.0 2.3 1.7 2.6 4.9 0.0
14.1 14.1 16.1 18.2 28.1 17.0
30.3 40.4 33.1 43.3 53.0 39.3
53.8 54.1 65.9 67.5 64.2
25 linan per tama 73.1 21.4 76.0 21.4 82.3 20.5 80.6 19.6 80.7 20.6
20-49
1.9
17.4
39.1
-
-
-
25-49
2.3
18.1
41.0
59.9
77.9
20.8
J. PEMAKAIAN ALAT/CARA KB MASA KINI
Uraian berikut menyajikan informasi mengenai pemakaian kontrasepsi wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun. Pemakaian kontrasepsi banyak digunakan untuk menilai keberhasilan program KB. Lebih jauh lagi, juga dapat digunakan untuk memperkirakan penurunan angka fertilitas sebagai akibat dari pemakaian kontrasepsi. Hasil SDKI 2007 di Provinsi Bengkulu menunjukkan 74 persen wanita berstatus kawin sedang menggunakan kontrasepsi diantaranya yang menggunakan cara metode moderen 70 persen wanita berstatus kawin, sedang cara/alat KB metode tradisional di Provinsi Bengkulu sebesar 3,6 persen bagi wanita status kawin. Semakin tinggi kesertaan ber-KB, maka semakin banyak kelahiran dapat dicegah, Untuk Propinsi Bengkulu CPR dari tahun ke tahun naik sebagaimana hasil SDKI 1994 sebesar 61,6 menjadi 74 SDKI tahun 2007. Gambar 10. CPR Provinsi Bengkulu SDKI 1994 – 2007 CPR SDKI 1994 - 2007 74 68,2
66,6 61,6
1994
1997
2003
2007
Series1
12
k. Prevalensi per Mix Kontrasepsi SDKI 1997 - 2007 Diantara cara KB moderen, suntikan merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak dipakai baik oleh wanita pernah kawin dan wanita berstatus kawin (masingmasing 44 dan 47 persen), diikuti oleh Pil masing-masing 12 persen untuk wanita pernah kawin dan 13 wanita berstatus kawin. Wanita muda cenderung menggunakan cara KB suntik, kondom dan pil, sedang kelompok umur tua cenderung memilih kontrasepsi Suntik, pil, implant. Sedang pemakaian Suntik naik 17 point persen dari 30 persen SDKI 2003 menjadi 47 persen SDKI tahun 2007, yang tidak mengalami perubahan pada peserta Pil dan MOP, Peserta IUD dan MOW mengalami penurunan masing-masing 4 persen dan 2 persen. Peserta MOP di Propinsi Bengkulu SDKI 2007 sebesar 0,1% pencapaian sama dengan SDKI 2003, peserta MOW sebesar 1,5%, implant sebesar 5,4, Kondom 1,8% naik 0,1% dari SDKI 2003, Suntik sebesar 46,9 naik 16,5% dari SDKI 2003, IUD sebesar 1,7% dan Pil 13%. Secara Umum kesertaan ber-KB di Propinsi Bengkulu dilihat dari Mix Kontrasepsi masih perlu ditingkatkan dimana peserta Pil dan Suntik tinggi yang mana dibutuhkan kedisiplinan dari peserta KB tersebut dan ketersediaan alkon. Selain itu terdaftar penurunan pada peserta MOP, MOW, Implant di Propinsi Bengkulu SDKI 2007 dibandingkan dengan hasil SDKI 2003 terjadi penurunan, sehingga promosi, KIE tentang kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien untuk terus ditingkatkan. Gambar 11. Pemakaian KB Per Mix Kontrasepsi 46,9
50 45 40 35
30,4
30 25
20
20
10 5
8,3
13 13
12,4 8,9
15
6,3 1,7
3,5 1,7 1,5
18,6
5,4 0,9 1,7 1,8
0,4 0,1 0,1
0
IUD
MOW
MOP
IMP 1997
2003
STK
PIL
KDM
2007
13
l. Kecenderungan Pemakaian Kontrasepsi. Tabel. 4 menunjukkan kecenderungan pemakaian alat/cara KB diantara wanita berstatus kawin, menurut alat/cara KB, dalam kurun waktu 1994 – 2007. Data menunjukkan bahwa Alat/Cara KB SDKI SDKI SDKI SDKI kesertaan ber-KB oleh wanita 1994 1997 2003 2007 berstatus kawin meningkat Suatu Cara 61,6 66,6 68,2 74 dari 62 persen dalam SDKI Sterilisasi Wanita 2,7 1,7 3,5 1,5 1994 menjadi 74 persen Sterilisasi Pria 0,4 0,1 0,1 dalam SDKI 2007, serta Pil 19,6 18,6 13 13 terjadi perubahan pemakaian IUD 14,6 8,3 6,3 1,7 alat/cara KB moderen. Suntikan 12 20 30,4 46,9 Susuk KB 10,2 12,4 8,9 5,4 Beberapa pemakaian Kondom 0,9 1,7 1,8 alat/cara KB dari SDKI 1994 Pantang Berkala 1,8 1,8 1,5 1,2 yang mengalami penurunan Sanggama 1,9 1,9 2,4 1,8 adalah MOW, Pil, IUD, Terputus Susuk KB. Untuk MOW dari 3 persen tahun 1994 turun 1 point persen menjadi 2 SDKI 2007, Pil 20 persen tahun 1994 turun 7 point persen SDKI 2007, IUD dari 15 persen turun 13 point persen pada SDKI 2007, Implant 10 persen tahun 1994 menjadi 5 tahun 2007. Pemakaian Alat/cara KB bagi wanita berstatus kawin mengalami kenaikan yakni suntikan 12 persen pada SDKI 1994 naik 36 point persen pada SDKI 2007. Kualitas Pemakaian PIL, salah satu metode kontrasepsi yang cukup banyak peminat termasuk di Provinsi Bengkulu, maka pengelola Program KB perlu mengetahui apakah pemakai Pil telah menggunakannya dengan benar. Di Provinsi Bengkulu menggunakan Pil kombinasi 68 persen, 7 persen memakai Pil tunggal dan 12 persen memakai pil lainnya. Peserta KB Pil yang menggunakan secara benar di Provinsi Bengkulu 83 persen sedangkan 76 persen baru memakai kurang dari 2 hari yang lalu. Kualitas Pemakaian Suntik, di Provinsi Bengkulu yang ada tidak menerima suntikan yang terakhir sejak empat minggu sebelumnya dan pemakai suntikan tiga bulanan menerima suntikan dalam tiga bulan sebelum ada 97 persen, hal ini menunjukkan bahwa 97 persen patuh dari pada pemakai suntikan satu bulanan. M. INFORMASI MENGENAI ALAT/CARA
KB
Pemberi pelayanan alat/cara KB berkewajiban menyampaikan efek samping yang mungkin timbul dari setiap alat/cara KB dan cara mengatasinya. Informasi ini akan membantu untuk menanggulangi efek samping tersebut dan mengurangi tingkat putus pakai yang tidak perlu dari alat/cara KB sementara. Para pemakai alat/cara KB tidak permanen harus juga menerima informasi yang lengkap baik mengenai alat/cara KB yang mereka pilih maupun dengan alat/cara KB yang lain.
14
Tabel 5. Peserta KB mendapatkan informasi % sdh diberitahu % sdh diberitahu efek samping dr tindakan unt menga metode yg di tasi efek samping pakai MOW Pil IUD Suntik Implant
50,5 36,1 39,6 29,4 27,9
% sdh diberitahu dari Ptgs Medis/ PLKB ttg metode lainnya
50,4 31,4 39,6 37,3 40,9
69,6 40 33,2 41,1 32,7
Tabel 5 menunjukkan persentase pemakai kontrasepsi modern yang diberi informasi tentang adanya efek samping dari alat/cara KB yang dipilih dan tindakan yang harus dilakukan jika hal itu terjadi, menurut alat/cara KB yang digunakan, sumber diperolehnya alat tersebut, dan latar belakang karakteristik. Data menunjukkan 31 persen telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping dari alat kontrasepsi yang mereka pilih, Peserta implant paling rendah 27 persen dalam memperoleh informasi tentang efek samping. Tiga puluh tujuh persen sudah diberitahu tindakan untuk mengatasi efek samping serta 40 wanita yang memakai alat/cara KB sudah diberitahu oleh petugas medis atau PLKB tentang metode KB lainnya, Semua peserta KB sterilisasi wanita telah diberitahukan bahwa sterilisasi wanita sifatnya permanen oleh petugas medis di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Puskesmas, daerah perkotaan dan perdesaan. n. Distribusi Peserta KB menurut tempat pelayanan Peserta KB di Provinsi Bengkulu lebih banyak memanfaatkan jasa pelayanan swasta yakni 76 persen sedangkan pelayanan di sektor pemerintah sebesar 18 persen. Untuk tempat pelayanan lainnya seperti Poklinik Desa, Posyandu PPKBD hanya 5 persen. Gambar 12 menggambarkan distribusi pemakaian kontrasepsi moderen menurut sumber pelayanan. Pemanfaatan pelayanan melalui pemerintah lebih tinggi di Puskesmas sebesar 10 persen, untuk di Rumah Sakit dan Petugas Lapangan KB sebesar 3 persen. Pelayanan swasta tertinggi pada tempat pelayanan Bidan di Desa sebesar 45 persen dan perawat/bidan sebesar 16 persen, sedangkan pelayanan di tempat lain pada Poliklinik Desa dan Posyandu semua sebesar 2 persen.
15
Gambar 12. Distribusi Peserta KB menurut tempat pelayanan Distribusi Peserta KB menurut tempat pelayanan
Pemerintah Lainnya 5% Lainnya 5%
Swasta Lainnya 8%
RS Pemerintah 3%
Puskesmas 10%
Apotik/Toko Obat 5%
RS Swasta 0% Klinik 1% DPS 1%
BPS 16% Bidan di Desa 46%
o. Unmet Need Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) didefinisikan sebagai persentase wanita kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi. Wanita yang memerlukan KB dengan tujuan untuk “menjarangkan” kelahiran mencakup wanita hamil yang kehamilannya tidak diinginkan waktu itu, wanita yang belum haid setelah melahirkan anak yang tidak diinginkan waktu itu, dan wanita lain yang tidak sedang hamil atau belum haid setelah melahirkan dan tidak memakai kontrasepsi tetapi ingin menunggu dua tahun atau lebih sebelum kelahiran berikutnya. Hasil SDKI 2007 total kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) di Provinsi Bengkulu sebesar 6,3 persen, sedangkan yang terpenuhi kebutuhan KB-nya sebesar 74,7 persen. Apabila ditinjau dari kelompok umur wanita kawin dan ditinjau dari tujuan mengingikuti program KB untuk pejarangan kelahiran, cenderung pada kelompok umur muda antara 15 tahun sampai dengan 39 tahun, sedangkan bagi yang bertujuan untuk membatasi kelahiran, ada di kelompok umur 30 sampai dengan 49 tahun.
Gambar 13. Unmet Need 7,9
9
7,3
8
6,1
7 6
4,1
5 4
3,2
4,4 3,5
2,7
3,4
3 2
1 0
1997
2003 Menjarangkan
Membatasi
2007 Tota
16
1. Kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi : PUS yg sebenarnya tdk ingin punya anak lagi atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi karena berbagai alasan tdk memakai kontrasepsi Untuk menjarangkan kelahiran 2,7% Untuk membatasi kelahiran 3,4% Jumlah 6,1% 2. Kebutuhan ber KB yang terpenuhi : Untuk menjarangkan kelahiran 31% Untuk membatasi kelahiran 43% Jumlah 74,0% 3. Jumlah yang ingin ber KB : Untuk menjarangkan kelahiran 33,9% Untuk membatasi kelahiran 46,5% Jumlah 80,4 Dari kondisi tersebut diatas yang harus diperhatikan adalah kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi baik untuk alasan menjarangkan kelahiran dan membatasi kelahiran. Wanita kawin di Propinsi Bengkulu yang ingin ber KB saat ini sebesar 80,4%, dimana 92,4% diantaranya merasa puas. Jika kepuasaan yang diinginkan bisa dipenuhi, maka prevalensi penggunaan kontrasepsi di Propinsi Bengkulu diantara wanita kawin saat ini dapat ditingkatkan dari 70,4% menjadi 80,4%. p. Alasan Berhenti Memakai Alat/Cara KB Alasan berhenti memakai alat/cara KB di Provinsi Bengkulu terbesar pada ingin hamil 22 persen tertinggi pada peserta IUD sebesar 39 persen, dan senggama terputus 34%. Peserta KB yang mengalami efek samping cenderung untuk berhenti ber-KB lagi, di Provinsi Bengkulu alasan tersebut ada 18 persen. Ada 22 persen peserta KB Pil dan Kondom 50 persen di Provinsi Bengkulu menganggap Pil dan kondom kurang efektif sehingga mereka berhenti memakai untuk ganti cara ke metode yang efektif, 39 persen perserta KB IUD berhenti karena ingin hamil, keadaan ini terjadi juga pada peserta suntik 26 persen, implant 23 persen berhenti. Pada peserta tradisional pantang berkala alasan tertinggi berhenti karena kegagalan 22 persen, ingin hamil, kesehatan dan kurang efektif semuanya ada 26 persen, sedang senggama terputus karena ingin hamil 34 persen dan kurang efektif 21 persen.
17
Tabel. 6 Alasan Berhendi memakai alat/cara KB Alasan
Pil
IUD
Suntik Implant Kondom MAL
Pantang Berkala
Hamil ketika memakai
9.2
0.0
2.6
0.4
2.2
0.0
22.3
Ingin Hamil
16.7
39.2
25.8
23.1
0.0
0.0
25.9
Suami tidak setuju
0.7
0.0
0.3
3.9
0.0
0.0
0.0
Efek Samping
12.4
24.2
23.4
11.5
0.0
0.0
0.0
Masalah Kesehatan
12.9
12.0
10.2
11.2
0.0
0.0
25.9
Akses/ketersediaan
0.6
0.0
2.7
0.0
0.0
0.0
0.0
Ingin cara efektif
21.8
7.2
5.1
5.4
50.4
100.0
25.9
Tidak nyaman/repot
3.7
0.0
2.9
1.3
20.8
0.0
0.0
Jarang kumpul/suami jauh 0.2
0.0
0.3
2.6
0.0
0.0
0.0
Ongkos terlalu mahal
0.9
0.0
3.0
8.7
0.0
0.0
0.0
Fatalistik sulit hamil/
0.0
0.0
1.4
0.0
0.0
0.0
0.0
menopause
q. LANGKAH DAN UPAYA YANG DILAKUKAN 1. Median Usia Kawin Pertama. Median Usia kawin di Provinsi Bengkulu terus naik, dalam rangka meningkatkan Pendewasaan Usia Kawin pada umur 21 pada tahun 2009 dilakukan kegiatankegiatan : a. Memanfaatkan hasil pendataan keluarga dan individu, serta hasil survey dalam rangka penajaman penggarapan Usia Kawin dengan sasaran Wanitra Usia Subur. b. Pembentukan PIK-KRR baru berbasis pendidikan, masyarakat, pondok pesantren dan Perguruan Tinggi bekerjasama dengan Diknas dan Dikti serta meningkatkan kualitas dari PIK-KRR, dengan melakukan pelatihan pada Pendidik Sebaya dan Konselor serta melengkapi sarana PIK-KRR berupa materi dan media lainnya tentang Kesehatan Reproduksi, Narkotika, Narkoba, dan HIV/AIDs. c. Melakukan lomba PIK-KRR, pertemuan Jambore PIK-KRR, lomba penulisan artikel tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. d. Pembekalan tentang Kesehatan Reproduksi pada Mahasiswa baru dan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. e. Meningkatkan kelompok Bina Keluarga Remaja dan keaktifan Keluarga yang mempunyai anak Remaja dengan kerja sama Tim Penggerak PKK Kabupaten dan Kota.
18
f. Mengaktifkan peran generasi muda melalui Satuan Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana) dengan memantapkan krida yang ada. g. Melakukan orientasi tentang pendewasaan usia kawin untuk membekali kader Institusi Masyarakat Perdesaan dan Tokoh Agama serta Tokoh Masyarakat dalam melakukan KIE tentang Pendewasaan usia Kawin. h. Melakukan kerjasama dengan Diknas berupa penambahan Kurikulum dan materi pendewasaan usia kawin pada Pendidikan Luar sekolah kejar paket A, B dan C dan kerjasama dengan Departemen Agama tentang Keluarga sakinah. 2. Age Spesific Fertility Rate ( ASFR ) a. Memanfaatkan hasil pendataan keluarga dan individu, serta hasil survey dalam rangka penajaman garapan pada Wanita Usia Subur 15 – 49 Tahun terutama pada umur 15 – 24 dalam rangka Pendewasaan Usia Kawin . b. Meningkatkan cakupan dan akses pelayanan terhadap peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif pada daerah kepulauan, pantai dan talang (keluarga yang tinggal dilahan pertanian dalam jangka lama atau sampai masa panen) melalui TKBK, momentum Bulan Bhakti IBI, Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan, Manunggal KB-Kes, Road Show KB-PKK. c. Pelayanan peserta KB terutama pada PUS Muda Paritas Rendah. d. Melakukan penyuluhan KB-KR kerjasama dengan IBI. e. Memberikan pembekalan kepada petugas PLKB yang diangkat oleh Pemerintah Kabupaten melalui Pelatihan Dasar Umum dan orientasi bagi Institusi Masyarakat Perdesaan dalam rangka peningkatan KIE kepada masyarakat. 3. Kesertaan ber KB ( CPR ). a. Meningkatkan cakupan dan akses pelayanan KB baik peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif terutama pada daerah kepulauan, pantai dan talang (keluarga yang tinggal dilahan pertanian dalam jangka lama atau sampai masa panen) terutama Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I melalui TKBK, momentum Bulan Bhakti IBI, KB Bhayangkara, TNI Manunggal KB-Kes, Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan. b. Melakukan pelayanan KB bekerjasama dengan PTPN VII pada karyawan perkebunan yang jauh dari sarana pelayanan umum dengan dukungan Mobil Unit Pelayanan KB. c. Mendistribusikan alat dan obat KB dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta KB disetiap unit pelayanan KB. d. Membantu sarana pelayanan KB dan roda dua bagi PLKB dan PPLKB melalui dukungan Dana Alokasi Khusus ( DAK ). e. Melakukan ayoman medis dan rujukan terhadap peserta KB guna menurunkan komplikasi dan kegagalan.
19
4. Unmet need a. Melakukan penajaman penggarapan Unmet Need dengan memanfaatkan hasil penelitian operasional riset, tentang Unmet need dan Pendataan Keluarga Tahun 2007. b. Berdasarkan hasil OR memanfaatkan Kartu Menuju Rujukan (KMR) kerjasama dengan Bidan Desa dan Puskesmas setempat dengan sasaran mereka yang tidak ingin anak lagi tetapi tidak ber-KB. c. Peningkatan pengetahuan Kader Institusi Masyarakat Perdesaan dan petugas PLKB dalam rangka memberikan KIE dan Motivasi untuk penggarapan khusus Unmet Need.
20