10
ANALISA LANJUT SDKI 2007
Peran faktor komposisional dan faktor kontekstual terhadap jumlah anak yang diinginkan di indonesia : permodelan dengan analisis multilevel
PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL 2009
Laporan ini merupakan hasil analisis lanjut dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesai (SDKI ) tahun 2007, yang bertujuan menggali lebih mendalam temuan-temuan strategis yang berkaitan dengan fertilitas, keluarga berencana dan kesehatan ibu dan anak. Selain itu ada satu analisis lanjut dari data Mini Survei. Laporan analisis lanjut ini terdiri dari 10 buku yaitu : (1) Kelangsungan pemakaian kontrasepsi (2) Unmet Need dan Kebutuhan Pelayanan KB (3) Karakteristik PUS MUPAR menurut provinsi dan kabupaten (4) Proximate Determinant (5) Keinginan remaja untuk ber KB dan jumlah anak yang diinginkan dimasa yang akan datang (6) Faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP) (7) Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas (8) Penggunaan Kontrasepsi pasca Melahirkan (9) Pengetahuan, Sikap, perilaku ber KB Pasangan Usia Subur Muda(10). Peran Faktor Komposisional dan Faktor Konstektual terhadap Jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia : Permodelan dengan Multilevel Informasi lebih lanjut tentang buku laporan hasil penelitian, dapat menghubungi Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Jl. Permata no 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta
10
ANALISA LANJUT SDKI 2007
Peran faktor komposisional dan faktor kontekstual terhadap jumlah anak yang diinginkan di indonEsia : permodelan dengan analisis multilevel
PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL 2009
ANALISA LANJUT SDKI 2007 10. Peran faktor komposisional dan faktor kontekstual terhadap jumlah anak yang diinginkan di indoensia : permodelan dengan analisis multilevel
Penulis: Sutanto Priyo Hastono
iii + 55 halaman ISBN : 978-602-8633-21-5
Hak cipta @ 2009 pada penerbit dilindungi Undang-Undang Penerbit : Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Jl. Permata 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta -13650 Telp. : 021-8009029 Ext 651-657 Fax : 021 - 8008535
KATA PENGANTAR
SDKI 2007 adalah survei demografi dan kesehatan berskala nasional yang dilakukan di 33 provinsi dan merupakan survei ke enam yang diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1987. Survei SDKI 2007 mempunyai data yang cukup lengkap dan menarik untuk dianalisa lebih lanjut dan mendalam untuk mengetahui faktor-faktor dan karakteristik yang berhubungan dengan kasus tertentu dalam rangka mempelajari dan mendalami isu-isu khusus yang strategis. Penentuan topik untuk analisa lanjut ini dilakukan melalui suatu proses yang diawali dari pertemuan dengan komponen di lingkungan BKKBN untuk mendapatkan masukan dan memperoleh informasi tentang prioritas program. Cukup banyak topik yang diajukan, namun dengan keterbatasan dana yang tersedia maka dalam tahun 2009 dengan anggaran APBN telah dipilih 10 topik yang dianggap prioritas untuk dilakukan analisa lebih lanjut. Salah satu topik tersebut adalah . Untuk itu kami mengucapkan selamat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesarbesarnya kepada para penulis baik dari BKKBN, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan –Universitas Gadjah Mada maupun Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia Kami menyadari bahwa analisis ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian kami mengharapkan analisis ini dapat bermanfaat bagi para penentu kebijakan dan para pengelola program untuk membuat program-program intervensi. Untuk penyempurnaan tulisan ini, khususnya untuk penerbitan di masa mendatang, saran serta kritik yang membangun sangat kami hargai. Semoga upaya kita ini mendapatkan ridho dari Tuhan yang Maha Esa.
Jakarta, Desember 2009 PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI Kepala,
DR. Ida Bagus Permana, MSc.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii RINGKASAN.................................................................................................................. v
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
METODOLOGI
BAB 3
HASIL
BAB 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 53
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
3.1 3.2 3.3
Latar Belakang .......................................................................................................... 1 Tujuan Penulisan...................................................................................................... 4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 4 Kerangka Konsep ...................................................................................................... 4 Hipotesis ................................................................................................................... 6 Definisi Operasional.................................................................................................. 6
Desain Penelitian....................................................................................................... 9 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................. 9 Sumber Data ............................................................................................................. 9 Pengolahan Data ....................................................................................................... 9 Analisa Data .......................................................................................................... 10
Analisis Univariate .................................................................................................. 15 Analisis Bivariate .................................................................................................... 24 Analisa Multivariate ................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55 LAMPIRAN ......................................................................................................... 57
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
iii
RINGKASAN Berdasarkan peraturan Presiden RI nomor 7 tahun 2004 menggariskan arah, kebijakan dan program KB Nasional untuk periode lima tahun mendatang sebagai berikut: “Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kualitas penduduk dan peningkatan kualitas insani serta kualitas sumber daya manusia (SDM). Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, KB dan dengan cara pengembangan kualitas pendudukan melalui perwujudan keluarga kecil berkualitas”(BKKBN, 2006) Untuk meningkatkan kualitas keluarga antara lain dilakukan melalui pengendalian kelahiran dengan upaya memberikan pelayanan kontrasepsi. Selama kurun waktu dua dasawarsa, pelayanan kontrasepsi dalam pembangunan KB di Indonesia telah memperoleh hasil yang cukup mengembirakan. Walaupun pada satu dasawarsa terakhir seakan-akan program KB terdengar lemah gaungnya/kegiatannya, namun ternyata dari data SDKI 2007 program KB ada keberhasilannya. Keberhasilan ditandai dengan semakin meningkatnya prevalen Wanita Usia Subur (WUS) yang menggunakan metode kontrasepsi, walaupun peningkatannya hanya kecil. Pada data SDKI tahun 2003 ada sebesar 57,4 % wanita menikah yang memakai kontrasepsi. Sedangkan pada SDKI 2007 didapatkan data ada 61,4 % wanita menikah yang memakai kontrasepsi (SDKI, 2008). Salah satu faktor yang paling mendasar mempengaruhi perilaku pemakaian kontrasepsi adalah jumlah anak yang diinginkan PUS. Jumlah anak yang diinginkan sebetulnya bukan merupakan variabel yang langsung berhubungan dengan fertilitas, namun berhubungan dengan variabel yang mempengaruhi salah satu variabel antara, yaitu pengaturan kelahiran. Sejalan dengan konsep keluarga kecil, yang saat ini dikenal dengan pesan “dua anak lebih baik”, maka konsep jumlah anak yang diinginkan PUS akan berpengaruh terhadap tercapainya konsep keluarga kecil. Menginat masih tingginya jumlah anak yang diinginkan yang diinginkan PUS, oleh karena itu perlunya dilakukan pengkajian tentang peran faktor-faktor yang berhubungan jumlah anak yang diinginkan PUS di Indonesia Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi potong lintang yaitu penelitian observasional dalam rangka mempelajari dinamika hubungan antara faktor-faktor risiko dengan efek berupa penyakit atau status kesehatan tertentu,
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
v
dengan menggunakan model pendekatan pengumpulan data point time (Praktiknya, 2000) Populasi adalah semua wanita kawin di seluruh Propinsi Indonesia. Sedangkan sample penelitian adalah semua wanita kawin, yang tercakup dalam data SDKI 2007 Sumber data utama adalah data hasil SDKI 2007, namun untuk kelengkapan variabel kontekstual maka sumber data juga diambil dari buku laporan Kondisi Kelembagaan SKPDKB Kabupaten/Kota 2007 untuk memperoleh variabel kontekstual bentuk kelembagaan. Selain itu data diambil pula dari buku laporan Hasil Analisa Pendataan PLKB/BKB tahun 2007, untuk memperoleh variable kontekstual jumlah PLKB. Kedua variable kontekstual tersebut kemudian disatukan/dimerger dengan data SDKI 2007. Oleh karena Sampling SDKI 2007 menggunakan pendekatan desain sampel komplek, maka cara analisis datanya juga harus menggunakan kaidah teknik analisis desaian sampel komplek. Sesuai dengan tujuan penelitian maka analisis data dimulai dari analisis univariabel, bivariabel dan multivariabel. Analisis univariat denga distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji kai kuadrat. Sedangkan analisis multivariat yang digunakan pada analisis ini adalah analisis regresi logistik ganda dengan menggunakan pendekatan analisis multilevel. Analisis multilevel saat ini berkembang menjadi suatu teknik analisis yang sangat bermanfaat di berbagai bidang, termasuk kesehatan masyarakat dan epidemiologi. Analisis multilevel mengakomodasi pendekatan individu dan kelompok. Analisis multilevel melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis variabel pada berbagai level secara serentak, misalnya level individu dan level kabupaten. Dengan cara ini memungkinkan dapat memilah kontribusi masingmasing level. Hasil survei menunjukkan jumlah anak yang diinginkan wanita rataratanya adalah 2,8 anak. Setelah dikelompokkan, mereka yang menginginkan jumlah anak ≤ 2 ada sebanyak 55,1 %. Kenyataan ini sedikit menggembirakan karena sudah banyak wanita yang menginkan jumlah anak yang sedikit Temuan penelitian membulktikan bahwa faktor komposisional umur ibu, umur suami, pendidikan ibu, dan tempat tinggal berhubungan signifikan dengan jumlah anak yang diinginkan. Faktor komposisional yang paling berperan besar terhadap jumlah anak yang diingkan adalah umur ibu. Peran/Kontribusi variabel komposisional tingkat individu yang meliputi umur ibu, pendidikan ibu, tempat tinggal dan umur suami dalam menjelaskan jumlah anak yang diinginkan hanya sangat kecil (8,6 %). Sebaliknya variable kontekstual di tingkat kabupaten (level kabupaten)
vi
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap jumlah anak yang diingkan, yaitu sebesar 91,4 %. Jumlah anak yang diinginkan lebih banyak dipengaruhi adanya perbedaan karakteristik tingkat kabupaten (level 2) dibandingkan dengan level individu (level 1). Perbedaan variasi antar kabupaten menyebabkan adanya perbedaan jumlah anak yang diinginkan wanita di Indonesia. Variabel tingkat kabupaten yang berpengaruh terhadap jumlah anak yang diingkan adalah variable jumlah PLKB di kabuoaten dengan besarnya pengaruh sebesar 9,1 % sedangkan sisanya (90,1 %) dipengaruhi oleh faktor lain.
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel vii
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berdasarkan peraturan Presiden RI nomor 7 tahun 2004 menggariskan arah, kebijakan dan program KB Nasional untuk periode lima tahun mendatang sebagai berikut: “Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kualitas penduduk dan peningkatan kualitas insani serta kualitas sumber daya manusia (SDM). Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, KB dan dengan cara pengembangan kualitas pendudukan melalui perwujudan keluarga kecil berkualitas”(BKKBN, 2006) Selain itu paradigma program Keluarga Berencana Nasional telah berubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi baru yang dicanangkan sejak tahun 2007 yaitu “Semua Keluarga Ikut KB”. Dalam paradigma baru ini misinya adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Untuk mewujudkan misi “Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera”, BKKBN mencanangkan lima strategi dasar yang berkaitan dengan :(1) penggerakan dan pemberdayaan masyarakat, (2) penetaan kembali program KB, (3) penguatan sumber daya manusia, (4) peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, dan (5) peningkatan pembiayaan program KB di semua tingkatan (BPS, 2008) Untuk meningkatkan kualitas keluarga antara lain dilakukan melalui pengendalian kelahiran dengan upaya memberikan pelayanan kontrasepsi. Selama kurun waktu dua dasawarsa, pelayanan kontrasepsi dalam pembangunan Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
1
KB di Indonesia telah memperoleh hasil yang cukup mengembirakan. Walaupun pada satu dasawarsa terakhir seakan-akan program KB terdengar lemah gaungnya/kegiatannya, namun ternyata dari data SDKI 2007 program KB ada keberhasilannya. Keberhasilan ditandai dengan semakin meningkatnya prevalen Wanita Usia Subur (WUS) yang menggunakan metode kontrasepsi, walaupun peningkatannya hanya kecil. Pada data SDKI tahun 2003 ada sebesar 57,4 % wanita menikah yang memakai kontrasepsi. Sedangkan pada SDKI 2007 didapatkan data ada 61,4 % wanita menikah yang memakai kontrasepsi (SDKI, 2008). Salah satu faktor
yang paling mendasar mempengaruhi
perilaku
pemakaian kontrasepsi adalah jumlah anak yang diinginkan PUS. Jumlah anak yang
diinginkan
sebetulnya
bukan
merupakan
variabel
yang
langsung
berhubungan dengan fertilitas, namun berhubungan dengan variabel yang mempengaruhi salah satu variabel antara, yaitu pengaturan kelahiran. Sejalan dengan konsep keluarga kecil, yang saat ini dikenal dengan pesan “dua anak lebih baik”, maka konsep jumlah anak yang diinginkan PUS akan berpengaruh terhadap tercapainya konsep keluarga kecil. SDKI 2007 mengukur jumlah anak yang diinginkan dengan cara mengajukan pertanyaan “berapa jumlah anak yang diinginkan seandainya ia bisa mulai dari awal lagi (baru kawin)”. Hasil Survei dilaporkan bahwa secara umum rata-rata jumlah anak yang diinginkan yang diinginkan adalah 2,8 anak. Jumlah anak yang diinginkan bervariasi antara kelompok umur, wanita yang lebih tua cenderung untuk mempunyai jumlah anak yang diinginkan yang lebih besar dibandingkan wanita yang lebih muda. Mengingat masih tingginya jumlah anak yang diinginkan yang diinginkan PUS, oleh karena itu perlunya dilakukan pengkajian tentang faktor-faktor apa saja yang menyebakan hal tersebut Sebetulnya penelitian tentang Jumlah anak 2
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
yang yang diinginkan yang diinginkan sudah banyak dilakukan. Akan tetapi kajian ilmiah yang telah dilakukan mempunyai kelemahan: a.Analisis masalah jumlah anak yang diinginkan dilakukan secara parsial sehingga terjadi kegagalan memahami jumlah anak yang diinginkan secara utuh; b. Data yang dianalisis biasanya dalam wilayah yang sempit sehingga tidak mampu menggali informasi peranan region; c. Metode analisis yang belum menggambarkan data secara bertingkat (leveling) yang berdampak kepada rendahnya validitas hasil. Berdasarkan kelemahan tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan analisis dengan melakukan kajian secara multilevel. Analisis multilevel akan melakukan analisis data secara komprehensif dengan melihat faktor berdasarkan leveling variabel. Dalam analisis multilevel dapat diketahui kontribusi masing-masing level terhadap variabel jumlah anak yang diinginkan. Disamping itu dapat juga diketahui pula level mana yang mempunyai kontribusi yang lebih besar. Peranan level untuk analisis jumlah anak yang diinginkan dapat dibagi level pertama yaitu level individu (faktor komposisional) misalnya umur, pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan pekerjaan. Level kedua (faktor kontekstual) yaitu level kondisi di tingkat kabupaten, misalnya: kondisi Sosek kabupaten dan Indeks pembangunan manusia. Dengan analisis multilevel dapat dipilah variabel di level mana yang berkontribusi pada konsep jumlah anak yang diinginkan, apakah pada faktor individu , level rumah tangga atau level kabupaten. Analisis multilevel akan menghasilkan yang maksimal bila jumlah data besar dan cakupan wilayahnya luas, ini berarti data SDKI 2007 yang mempunyai jumlah sampel yang besar dan cakupannya seluruh Indonesia sangatlah cocok dilakukan analsisi dengan multilevel Dengan diketahuinya peranan masing-masing level, diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan prioritas kebijakan intervensi pada level yang Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
3
tepat sasaran dalam penerapan program KB khususnya terhadap konsep jumlah anak yang diinginkan di Indonesia 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Diketahuinya peran faktor-faktor yang berhubungan jumlah anak yang diinginkan PUS di Indonesia Tujuan Khusus a. Diketahuinya informasi gambaran tentang jumlah anak yang diinginkan b. Diketahuinya besar kontribusi dari level individu dan hubungan antara variable komposisional dengan jumlah anak yang diinginkan c. Diketahuinya besar kontribusi level kabupaten dan hubungan variable kontekstual dengan jumlah anak yang diinginkan d. Diketahuinya perbedaan kontribusi dan level yang paling berperan terhadap jumlah anak yang diinginkan
1. 3
Manfaat Penulisan
Hasil analisis lanjut data SDKI ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para penentu kebijakan dalam merencanakan program KB di masa mendatang
1.4
Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis multilevel. Level pengukuran yang diteliti terhadap jumlah anak yang diinginkan terdiri dari 2 level yaitu level individu (faktor komposisional) dan level kabupaten (faktor kontekstual). Masing-masing level mempunyai variabel/faktor risiko untuk 4
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
mengetahui perannya terhadap jumlah anak yang diinginkan. Adapun variabel yang ada didalam masing-masing level adalah sbb: a. Level individu (faktor komposisional) terdiri umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,jumlah anak, indks kekayaan kuantil, pendidikan suami, pekerjaan suami, agama, jumlah anak sekarang dan tempat tinggal. b. Level kabupaten (faktor kontekstual) meliputi:
bentuk kelembagaan
BKKBN dan jumlah PLKB Gambar 1 Kontribusi faktor menurut level dan variabel terhadap jumlah anak yang diinginkan LEVEL KABUPATEN (Faktor Kontekstual) 1. Bentuk Kelembagaan BKKBN 2. Jumlah PLKB
LEVEL INDIVIDU (Faktor Komposisional) 1. Umur ibu 2. Pendidikan ibu 3. Pekerjaan ibu 4. Pendidikan Suami
Jumlah anak yg diinginkan
5. Pekerjaan Suami 6. Indeks Kekayaan Kuantil 7. Jumlah Anak 8. Tempat Tinggal 9. Agama
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
5
1.5
Hipotesis
1. Ada hubungan faktor komposisional level individu dengan jumlah anak yang diinginkan. 2. Ada hubungan faktor kontekstual level kabupaten dengan jumlah anak yang diinginkan 1. 6 Definisi Operasional a. Jumlah anak yang diinginkan Pengakuan dari ibu seandainya ibu baru menikah, berapa jumlah anak yang diinginkan Jenis variabel: katagorik 0 = > 2 anak 1 = ≤ 2 anak b. Umur ibu Lama hidup ibu yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir Jenis variabel : katagorik 0 = > 30 tahun 1= ≤ 30 tahun c. Pekerjaan ibu Kegiatan rutin ibu dalam upaya memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Jenis variabel: katagorik 0 = bekerja 1 = tidak bekerja d. Pendidikan ibu Jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai Jenis Variabel: katagorik 0 = rendah (smp kebawah) 1 = tinggi (sma keatas)
6
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
e. Pekerjaan suami Kegiatan rutin suami dalam upaya memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Jenis variabel: katagorik 0= bekerja 1= tidak bekerja f. Pendidikan suami Jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai Jenis Variabel: katagorik 0= rendah (smp kebawah) 1= tinggi (sma keatas) g. Jumlah anak Jumlah anak yang dimiliki sampai saat ini Jenis variabel: katagorik 0 = < 2 anak 1 = > 2 anak h. Indeks kekayaan kuantil Jumlah penghasilan dari seluruh anggota keluarga Jenis variabel : katagorik 0= rendah 1 = tinggi j. Tempat Tinggal Domisili tetap keluarga yang diukur meliputi : desa atau kota Jenis variabel katagorik 0 = desa 1= kota k. Bentuk Kelembagaan Karakteristik kabupaten yang terbagi dalam kabupaten yang dilihat dari aspek kelembagaan kantor BKKBN. variabel: katagorik Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
7
1 = dinas 2 = badani 3 = kantor l. PLKB Karakteristik kabupaten yang diukur dari aspek jumlah petugas PLKB yang ada di sutu kabupaten Jenis variabel: Numerik
8
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
BAB II METODE PENELITIAN 2.1
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi potong lintang yaitu penelitian observasional dalam rangka mempelajari dinamika hubungan antara faktor-faktor risiko dengan efek berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan menggunakan model pendekatan pengumpulan data point time (Praktiknya, 2000) 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah semua wanita kawin di seluruh Propinsi Indonesia. Sampel adalah semua wanita kawin, yang tercakup dalam data SDKI 2007 2.3 Sumber data Sumber data utama adalah data hasil SDKI 2007, namun untuk kelengkapan variabel kontekstual maka sumber data juga diambil dari buku laporan Kondisi Kelembagaan SKPDKB Kabupaten/Kota 2007 untuk memperoleh variabel kontekstual bentuk kelembagaan. Selain itu data diambil pula dari buku laporan Hasil Analisa Pendataan PLKB/BKB tahun 2007, untuk memperoleh variable kontekstual jumlah PLKB. Kedua variable kontekstual tersebut kemudian disatukan/dimerger dengan data SDKI 2007. 2.4 Pengolahan Data Setelah data diperoleh dari BKKBN kemudian dilakukan pengolahan data sbb: a. Cleaning Data Merupakan kegiatan pengecekan data untuk mengetahui adanya missing data
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel
9
b. Transformasi Data Kegiatan transformasi data adalah melakukan penyesusian data yang diolah dengan ketentuan variabel yang tertera di bagian Definisi Operasional. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengelompokan data dan melakukan penggabungan nilai beberapa variabel 2.5 Analisis Data Oleh karena Sampling SDKI 2007 menggunakan pendekatan desain sampel komplek, maka cara analisis datanya juga harus menggunakan kaidah teknik analisis desaian sampel komplek. Sesuai dengan tujuan penelitian maka analisis data dimulai dari analisis univariabel, bivariabel dan multivariabel. a..Analisis Univariabel Analisis
univariabel
digunakan
untuk
menjelaskan/mendeskripsikan
karakateristik variabel dependen, variabel independen dan variabel potensial konfounding. b..Analisis Bivariabel Analisis bivariabel dilakukan digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara masing-masing variabel independen dan variabel potensial konfounding dengan variabel dependen. Uji yang digunakan ada 2 jenis yaitu Uji Chi Square (untuk mengetahui hubungan variabel katagorik dengan variabel katagorik); Keputusan uji : - Bila p value ≤ α, disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antar kelompok yang dibandingkan - Bila p value > α, disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok yang dibandingkan
10 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
c.. Analisis Multivariabel dengan Multilevel Analysis Analisis multivariat yang digunakan pada analisis ini adalah analisis regresi logistik ganda dengan menggunakan pendekatan analisis multilevel. Analisis multilevel saat ini berkembang menjadi suatu teknik analisis yang sangat bermanfaat
di
berbagai
bidang,
termasuk
kesehatan
masyarakat
dan
epidemiologi. Kepentingan
untuk
membedakan
antara
efek
individu
dan
ecological/environmental terhadap status kesehatan sudah lama ingin diketahui. Pada studi ekologi akan terdapat suatu analisis mengenai biologic inferences dan ecologic inferences. Data yang terkumpul pada biologic inferences adalah mengenai individu dan data untuk ecologic inferences adalah data kelompok. Hubungan antara paparan ekologi pada risiko individual ini yang juga mempengaruhi
secara
biologis
disebut
sebagai
contextual
effect.
Permasalahannya adalah selama ini untuk menganalisis data ini dilakukan secara satu level saja. Data kelompok ditarik menjadi data individu sehingga terjadi violate standar statistical assumption yang kemudian terjadi suatu cross level inferences. Pada penelitian epidemiologi penekanan utama adalah bagaimana faktor ecological/enviromental mempengaruhi risiko penyakit dipopulasi. Bila analisis antara level individu dan agregat disamakan saja, akan terdapat suatu ecological fallacy, yaitu ketidakserasian inferensi antara hubungan yang terdapat pada level individu dan hubungan yang terdapat pada level agregat. Data agregat adalah istilah yang digunakan untuk merujuk data atau variabel pada level yang lebih tinggi yang mengandung kombinasi informasi dari level unit di bawahnya, misalnya persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis. Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 11
Beberapa ahli membuktikan bila hanya melihat nilai-nilai pada data agregat saja tanpa melihat secara individu, terbukti terdapat perbedaan nilai antara data yang dihasilkan pada level individu dan data yang didapat secara agregat. Akhirnya diperlukan suatu metode analisis yang dapat menganalisis data pada level individual dengan data agregat, tanpa mengakibatkan violate standar statistical assumption Analisis multilevel mengakomodasi pendekatan individu dan kelompok. Analisis multilevel melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis variabel pada berbagai level secara serentak, misalnya level individu dan level kabupaten. Dengan cara ini memungkinkan dapat memilah kontribusi masing-masing level. Langkah pemodelan Multilevel 1. Pemodelan pada Level I a.
Masukan semua variabel individu yang penting pada model
b. Buatlah model dengan fixed effect, random intercept dan random coefficient c.
Uji dan identifikasi apakah model cocok dengan random coefficient dengan cara meleihat signifikansinya. Jika tidak signifikan maka keluarkan model random coefficient.
d. Uji dan identifikasi apakah model cocok dengan random intercept. Bila hasilnya tidak signifikan maka model tidak cocok dengan multilevel, lebih tepat dengan model biasa (non multilevel). e. Lakukan seleksi variabel individu dalam model dengan melakukan uji interaksi antar variabel yang secara substansi berkaitan f. Lakukan seleksi konfounding dengan mengeluarkan variabel yang tidak penting g. Setelah dilakukan berulang-ulang, maka terbentuklah model untuk level I
12 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
2.
Pemodelan pada Level 2
a. Masukkan semua variabel kontekstual ke dalam model b. Ujilah variabel kontekstual, keluarkan kalau variabel tersebut tidak signifikan c. Lakukan berulang-ulang sehingg akhirnya terbentuk Final Model.
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 13
14 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
BAB III HASIL PENELITIAN 3.1
Analisis Univariat
Analisis univariat atau sering juga dikenal dengan istilah analisis univariabel dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran deskriptif pada masingmasing variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Adapun secara lengkap analisis masing-masing variabel dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: 3.1.1. Jumlah Anak yang diinginkan Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anak yang diinginkan responden adalah 2,8 anak Selanjutnya data dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu 1-2 anak dan > 2 anak, hasilnya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel. 3.1 Distribusi ibu berdasarkan jumlah anak yang diinginkan yang diharapkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak
Jumlah
Persentase
1-2 anak
16232
55,1
> 2 anak
13253
44,9
Total
29485
100,0
Distribusi ibu/wanita menurut jumlah anak yang diinginkan menunjukkan bahwa kebanyakan ibu menginginkan jumlah anak yang diinginkan sebanyak 1-2 anak
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 15
dengan jumlah 55,1 %, sedangkan ibu yang menginginkan jumlah anak > 2 anak, ada sebanyak 44,9 %.
3.1.2. Umur Ibu Tabel. 3.2 Distribusi responden berdasarkan umur ibu di Indonesia tahun 2007 Umur Ibu
Jumlah
Persentase
15-19
865
2,6
20-24
4204
12,6
25-29
5870
17,6
30-34
6075
18,3
35-39
6049
18,2
40-44
5413
16,3
45-49
4805
14,4
Total
33280
100,0
Gambaran umur ibu menunjukkan bahwa distribusi umur jumlahnya hampir merata untuk masing-masing kelompok umur. Paling banyak pada kelompok umur 30-34 th dan 35-39 th yaitu 18,3 % dan 18,25 %. Sedangkan yang paling kecil jumlahnya pada kelompok umur 15-19 th yaitu hanya 2,6 % 3.1.3. Pendidikan Ibu Dari table 3.3 dapat terlihat bahwa distribusi pendidikan ibu didominasi tingkat SD sampai SMA, dengan jumlah paling banyak berpendidikan SD yaitu 47,5 %. Sedangkan untuk Ibu yang berpendidikan SMP dan SMA masing-masing jumlahnya 19,5 % dan 19,3 %. Sedangkan ibu yang mencapai pendidikan tinggi (Akademi dan PT) masih sangat kecil jumlahnya yaitu kurang dari 5 %. 16 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Tabel. 3.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu di Indonesia tahun 2007 Pendidikan Ibu
Jumlah
Persentase
Tidak Sekolah
2284
6,9
SD
15808
47,5
SMP
6489
19,5
SMA
6432
19,3
AKADEMI
1050
3,2
PT
1217
3,7
Total
33280
100,0
3.1.4. Pekerjaan Ibu Tabel. 3.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu di Indonesia tahun 2007 Pekerjaan Ibu
Jumlah
Persentase
Tidak Bekerja
15116
45,4
Bekerja
18149
54,6
Total
33280
100,0
Sebaran responden menurut status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa sudah banyak ibu yang bekerja yaitu 54,6 %, sedangkan ibu yang tidak bekerja hanya ada 45,4 %.
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 17
3.1.5.
Umur Suami Tabel. 3.5 Distribusi responden berdasarkan umur suami di Indonesia tahun 2007 Umur Suami
Jumlah
Persentase
15-24
1540
4,9
25-29
4112
13,2
30-34
5278
16,9
35-39
6021
19,3
40-44
5134
16,5
45-49
4533
14,5
50 +
4550
14,6
Total
31168
100,0
Gambaran umur suami menunjukkan bahwa distribusi umur jumlahnya hampir merata untuk masing-masing kelompok umur yaitu sekitar 15 %. Paling banyak pada kelompok umur 35-39 th yaitu 19,3 %. Sedangkan yang paling kecil jumlahnya pada kelompok umur 15-14 th yaitu hanya 4,9 %
3.1.6.
Pendidikan Suami
Dari table 3.6 dapat terlihat bahwa distribusi pendidikan suami paling banyak berpendidikan SD yaitu 45,3 % kemudian diikuti yang berpendidikan SMA dan SMP masing-masing 24,6 % dan 17,6 % Sedangkan suami yang mencapai pendidikan tinggi (Akademi dan PT) masih sangat kecil jumlahnya hanya 2,5 % dani 5,7 %.
18 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Tabel. 3.6 Distribusi responden berdasarkan pendidikan suami di Indonesia tahun 2007 Pendidikan suami
Jumlah
Persentase
Tidak Sekolah
1457
4,4
SD
15036
45,3
SMP
5835
17,6
SMA
8152
24,6
AKADEMI
813
2,5
PT
1894
5,7
Total
33187
100,0
3.1.7. Pekerjaan Suami Tabel. 3.7 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan suami di Indonesia tahun 2007 Pekerjaan Suami
Jumlah
Persentase
Tidak Bekerja
1018
3,1
Bekerja
32257
96,9
Total
33274
100,0
Sebaran responden menurut status pekerjaan suami menunjukkan bahwa mayoritas suami berstatus bekerja yaitu 96,9 %, sedangkan suami yang tidak bekerja hanya ada 3,1 %.
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 19
3.1.8. Indeks Kekayaan Kuantil Tabel. 3.8 Distribusi responden berdasarkan indeks kekayaan di Indonesia tahun 2007 Indeks Kekayaan
Jumlah
Persentase
Terbawah
6219
18,7
Menengah Bawah
6607
19,9
Menengah
6711
20,2
Menengah Atas
6713
20,2
Teratas
6648
20,0
Total
32898
100,0
Tabel 3.8 memperlihatkan sebaran kekayaan keluarga berdasarkan indeks kekayaan kuantil. Kekayaan keluarga dibagi secara merata kedalam 5 bagian yang masing-masing mendapat bagian sebesar 20 %. 3.1.9. Tempat Tinggal Tabel. 3.9 Distribusi responden berdasarkan tempat tinggal di Indonesia tahun 2007
20 :
Tempat Tinggal
Jumlah
Persentase
Desa
19351
58,1
Kota
13928
41,9
Total
33280
100,0
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Dari tabel 3.9 dapat terlihat bahwa distribusi tempat tinggal reponden lebih banyak yang tinggal di desa yaitu 58,1 %, sedangkan yang bertempat tinggal di Kota ada sebanyak 41,9 %. 3.1.10.
Agama Tabel. 3.10 Distribusi responden berdasarkan Agama di Indonesia tahun 2007 Agama
Jumlah
Persentase
Islam
29459
88,6
Protestan
2003
6,0
Katolik
968
2,9
Hindu
596
1,8
Budha
142
0,4
Konfuce
18
0,1
Lainnya
56
0,2
Total
33242
100,0
Gambaran agama yang dianut reponden menunjukkan bahwa sebagian besar responden beragama Islam yaitu 88,6 %. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh agama Protestan dan Katolik, masing-masing 6,0 % dan 2,9 %.
3.1.11.
Pengambilan Keputusan ikut KB
Gambaran Keputusan periksa ke kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar atau hampir tiga perempat responden merupakan keputusan berdua (suami dan isteri). Kemudian diikuti keputusan yang dilakukan oleh isteri yaitu 24,6 % Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 21
Tabel. 3.11 Distribusi responden berdasarkan keputusan ber-KB di Indonesia tahun 2007 Asal Keputusan
Jumlah
Persentase
Suami
597
3,1
Isteri
4645
24,6
Berdua
13754
72,4
Total
3.1.12.
18996
100,0
Jumlah anak sekarang Tabel. 3.12 Distribusi responden berdasarkan jumlah anak sekarang di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak
Jumlah
Persentase
Belum ada
2554
7,7
1-2 anak
17652
53,0
3-4 anak
9244
27,8
5 + anak
3830
11,5
Total
33280
100,0
Gambaran jumlah anak saat ini menunjukkan bahwa
mereka yang jumlah
anaknya 1-2 mempunyai persentase yang paling tinggi yaitu 53,0 %.
3.1.13.
22 :
Informasi KB dari Media
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Tabel. 3.13 Distribusi responden berdasarkan Informasi KB dari Media
di Indonesia
tahun 2007
Gambaran
Info KB dari Media
Jumlah
Persentase
Tidak pernah
22122
66,6
Pernah
11104
33,4
Total
33280
100,0
pernah
membaca/mendengar
tentang
KB
di
media
masa
menunjukkan bahwa kebanyakan mereka tidak pernah mendapatkan informasi KB dari media masa yaitu 66,6 %. 3.1.14.
Penerangan KB Tabel. 3.14 Distribusi responden berdasarkan pernah mendapat penerangan KB di Indonesia tahun 2007
Gambaran
Penerangan KB
Jumlah
Persentase
Tidak pernah
26580
80,1
Pernah
6621
19,1
Total
33202
100,0
pernah
menunjukkan
mendapatkan
bahwa
penerangan
kebanyakan
mereka
tentang tidak
KB
pernah
dari
petugas
mendapatkan
penerangan informasi KB dari petugas KB yaitu 80,1 %.
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 23
3.2. Analisis Bivariat 3.2.1. Hubungan umur ibu dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara umur ibu dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb: Tabel 3.15 Distribusi Responden Menurut umur ibu dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Umur Ibu
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
N
%
n
%
n
15-19
240
31,1
531
68,9
771
20-24
1331
33,9
2594
66,1
3925
25-29
2263
41,5
3184
58,5
5447
30-34
2462
44,5
3074
55,5
5536
35-39
2545
47,4
2821
52,6
5366
40-44
2279
49,9
2291
50,1
4570
45-49
2133
55,1
1737
44,9
3870
Total
13253
44,9
16232
55,1
29485
0,0005
Hasil analisis hubungan antara umur ibu dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, persentase ibu yang menginginkan anak
> 2
semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya umur ibu. Atau Dengan kata lain semakin muda usia ibu cenderung cenderung menginginkan anak yang diinginkan ≤ 2 semakin besar. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar kelompok umur ibu (ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan jumlah anak yang diinginkan). 24 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
3.2.2. Hubungan pendidikan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara pendidikan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb: Tabel 3.16 Distribusi Responden Menurut pendidkan ibu dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Pendidikan
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
ibu
N
%
n
%
n
Tdk Sekolah
1055
58,2
759
41,8
1814
SD
6466
47,6
7111
52,4
12577
SMP
2487
41,8
3468
58,2
5955
SMA
2388
39,9
3590
60,1
5978
AKADEMI
398
39,3
615
60,7
1013
PT
460
40,1
688
59,9
1148
Total
13254
44,9
16231
55,1
29485
0,0005
Hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, persentase ibu yang menginginkan anak ≤ 2 semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya pendidikan ibu.. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar tingkat pendidikan ibu (ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan)
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 25
3.2.3. Hubungan pekerjaan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara pekerjaan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb: Tabel 3.17 Distribusi Responden Menurut pekerjan ibu dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Pekerjaan
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
Ibu
N
%
n
%
n
Tdk bekerja
5914
44,4
7395
55,6
13309
Bekerja
7330
45,4
8833
54,6
16163
Total
13244
44,9
16228
55,1
29472
0,119
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, pada ibu yang tidak bekerja ada sebanyak 55,6 % yang menginginkan anak yang diinginkan ≤ 2, sedankan pada ibu yangbekerja ada sebanyak 54,6 %. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,119 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antara ibu yang tidak bekerja dengan ibu yang bekerja (tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan).
3.2.4. Hubungan umur suami dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara umur suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
26 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Tabel 3.18 Distribusi Responden Menurut umur suami dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Umur Suami
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
n
%
N
%
n
15-24
458
31,5
995
68,5
1453
25-29
1483
38,6
2355
61,4
3838
30-34
2025
41,4
2866
58,6
4891
35-39
2502
45,6
2988
54,4
5490
40-44
2153
46,7
2454
53,3
4607
45-49
1921
50,1
1912
59,9
3833
50 +
2043
55,5
1637
54,5
3680
Total
12585
45,3
15207
54,7
27792
0,0005
Hasil analisis hubungan antara umur suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, persentase yang menginginkan anak
yang
diinginkan > 2 semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya umur suami. Dengan kata lain semakin muda usia suami akan cenderung semakin besar menginginkan anak yang diinginkan ≤ 2. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar kelompok umur suami (ada hubungan yang signifikan antara umur suami dengan jumlah anak yang diinginkan).
3.2.5. Hubungan pendidikan suami dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara pendidikan suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 27
Tabel 3.19 Distribusi Responden Menurut pendidikan suami dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Pendidikan
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
Suami
n
%
N
%
n
Tdk Sekolah
645
54,1
547
45,9
1192
SD
6063
47,0
6826
53,0
12889
SMP
2259
42,9
3010
57,1
5269
SMA
3156
41,9
4373
58,1
7529
AKADEMI
310
40,3
460
59,7
770
PT
784
44,5
978
55,5
1762
Total
13217
44,9
16194
55,1
29411
0,0005
Hasil analisis hubungan antara pendidikan suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, persentase yang menginginkan anak
yang
diinginkan ≤ 2 semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya pendidikan suami. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar tingkat pendidikan suami (ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan)
3.2.6. Hubungan pekerjaan suami dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara pekerjaan suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
28 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Tabel 3.20 Distribusi Responden Menurut pekerjan suami dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Pekerjaan
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
Suami
n
%
N
%
n
Tdk bekerja
358
41,1
513
58,9
971
Bekerja
12894
45,1
15717
54,9
28611
Total
13251
44,9
16228
55,1
29482
0,022
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, pada suami yang tidak bekerja ada sebanyak 58,9 % yang menginginkan anak yang diinginkan ≤ 2, sedangkan pada suami yang bekerja ada sebanyak 54,9 %. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,022 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antara suami yang tidak bekerja dengan suami yang bekerja (ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan suami dengan jumlah anak yang diinginkan).
3.2.7. Hubungan Indeks kekayan kuantil keluarga dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara indeks kuantil dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 29
Tabel 3.21 Distribusi Responden Menurut indeks kuantil dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Indeks Kuantil
Total P value
≤ 2 anak
> 2 anak n
%
N
%
n
Terbawah
3054
57,7
2241
42,3
5295
Menengah bawh
2440
42,2
3344
57,8
5784
Menengah
2620
44,1
3320
55,9
5940
Menengah Atas
2521
41,5
3551
58,5
6072
Teratas
2468
40,9
3573
59,1
6041
13103
45,0
16029
55,0
29132
Total
0,0005
Hasil analisis hubungan antara indeks kekayaan kuantil keluarga dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, ada kecenderungan semakin tinggi indeks kekayaan
kuantil maka semakin besar persentasenya untuk
mempunyai anak ≤ 2. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar tingkat indeks kekayaan kuantil (ada hubungan yang signifikan antara indeks kekayaan kuantil dengan jumlah anak yang diinginkan).
3.2.8. Hubungan tempat tinggal dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara tempat tinggal dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
30 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Tabel 3.22 Distribusi Responden Menurut tempat tinggal dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Tempat Tinggal
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
n
%
N
%
n
Desa
7957
46,9
9013
53,1
16970
Kota
5296
42,3
7219
57,7
12515
13253
45,0
16232
55,0
29132
Total
0,0005
Hasil analisis hubungan antara tempat tinggal dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, ada kecenderungan ibu yang tinggal dikota lebih banyak persentasenya untuk menginginkan anak ≤ 2, yaitu ada sebanyak 57,7 % sedangkan yang tinggal di desa hanya ada 53,1 % . Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antara yang tinggal di desa dengan kota (ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan jumlah anak yang diinginkan). 3.2.9. Hubungan Agama dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara agama dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 31
Tabel 3.23 Distribusi Responden Menurut agama dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Agama
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
n
%
N
%
n
Islam
11452
44,0
14580
56,0
26032
Protestan
1045
57,5
772
42,5
1817
Katolik
527
61,5
330
38,5
857
Hindu
120
22,6
441
77,4
570
Budha
51
42,5
69
57,5
120
Confucian
8
53,3
7
46,7
15
Lainnya
24
66,7
12
33,3
36
13236
44,9
16211
55,1
29447
Total
0,0005
Hasil analisis hubungan antara agama dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, yang paling banyak menginginkan anak yang diinginkan ≤ 2 adalah agama Hindu (77,4 %), sedangkan persentase yang paling rendah adalah agama protestan (42,5 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar agama (ada hubungan yang signifikan antara agama dengan jumlah anak yang diinginkan). 3.2.10. Hubungan Keputusan ikut KB dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara keputusan ikut KB dalam KB dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
32 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Tabel 3.24 Distribusi Responden Menurut Keputusan ikut KB dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Keputusan ikut KB
> 2 anak
Total P value
≤ 2 anak
n
%
N
%
n
Suami
242
44,3
304
55,7
546
Isteri
1613
38,6
2571
61,4
4184
Berdua
5443
43,1
7194
56,9
12637
7298
44,9
10069
55,1
17367
Total
0,0005
Hasil analisis hubungan keputusan ikut KB dengan jumlah anak menunjukkan hubungan yang signifikan ( p value =0,0005). Persentase terbesar yang mengingikan
anak sedikit (≤ 2 anak) yaitu 61,4 % bila keputusan keluarga
ditangan isteri. Sebaliknya bila dalam keputusan keluarga itu tergantung dari suami ternyata persentasenya akan lebih kecil yaitu hanya ada sebanyak 55,7 % 3.2.11. Hubungan jumlah anak sekarang dalam KB dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara jumlah anak sekarang dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb: Hubungan jumlah anak yang dipunyai sekarang dengan jumlah anak yang diinginkan yang diinginkan nampaknya berbentuk hubungan positip, artinya semakin banyak jumlah anak sekarang akan semakin banyak juga jumlah anak yang diinginkannya. Atau sebaliknya bila keluarga saat ini mempunyai anak sedikit, akan cenderung menginkan anak yang sedit pula. Hasil uji statistic dihasilkan p value = 0,0005, artinya ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak sekarang dengan anak yang diinginkan. Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 33
Tabel 3.24 Distribusi Responden Menurut jumlah anak sekarang dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Jumlah
anak
Total P value
≤ 2 anak
> 2 anak
sekarang
n
%
N
%
n
Belum punya
726
31,3
1590
68,7
2316
1–2
5292
32,2
11133
67,8
16425
3–4
5025
62,9
2959
37,1
7984
5+
2209
80,1
550
19,9
2759
13252
44,9
16323
55,1
29484
Total
0,0005
3.2.12. Hubungan media informasi tentang KB dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan antara media informasi dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb: Tabel 3.25 Distribusi Responden Menurut media informasi dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007
Jumlah Anak Yang diinginkan Media Informasi
P value
≤ 2 anak
n
%
N
%
N
Tdk Pernah
8696
45,2
10525
54,8
19221
Pernah
4542
44,5
5673
55,5
10215
7298
44,9
10069
55,1
17367
Total
34 :
> 2 anak
Total
0,206
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Dari table 3.25 terlihat bahwa responden yag pernah membaca/mendengar tentang KB mempunyai persentase jumlah anak yang diinginkan ≤ 2 yang hamper sama dengan responden yang pernah membaca media informasi, yaitu masing-masing 54,8 % dan 55,5 %. Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,206,
artinya
tidak
ada
hubungan
yang
signifikan
antara
pernah
membaca/mendengan media informasi dengan jumlah anak yang diinginkan. Untuk lebih rinci berikut hasil hubungan masing-masing media informasi yang pernah dibaca/didengan/dilihat oleh ibu untuk acara KB Mendapat Info KB dari
P value
1. Radio
0,126
2. TV
0,397
3. Koran
0,050
4. Poster
0,211
5. Pamplet
0,118
Dari hasil analisis pada masing-masing variable, ternyata semua media yang pernah ibu baca/dengar/melihat tidak berkaitan dengan sikap tentang jumlah anak yang diinginkan. Hanya satu variable yang berhubungan signifikan yaitu variable membaca Koran, itupun p value nya cukup besar hampir stidak signifikan.
3.2.13. Hubungan Mendapat Penerangan KB dengan jumlah anak yang diinginkan Hasil pengolahan data hubungan Penerangan KB dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh sbb:
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 35
Tabel 3.26 Distribusi Responden Menurut Penerangan KB dan jumlah Anak yang diinginkan di Indonesia tahun 2007 Jumlah Anak Yang diinginkan Penerangan KB
> 2 anak
≤ 2 anak
Total
N
%
N
%
n
Tdk Pernah
10474
45,0
12811
55,0
23285
Pernah
2747
44,8
3389
55,2
6136
13221
44,9
10069
55,1
29421
Total
P value 0,776
Hasil analisis data didapatkan bahwa responden yang pernah mendapat penerangan/penyuluhan KB dari petugas nampaknya mempunyai persentase jumlah anak yang diinginkan ≤ 2 yang sama dengan mereka yang pernah mendapat penerangan/penyuluhan KB, yaitu 55,0 % dan 55,2 %. Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,776 artinya tidak ada hubungan penerangan KB oleh petugas dengan jumlah anak yang diinginkan Untuk lebih rinci berikut akan diuraikan hubungan pada masing-masing jenis penerangan dengan jumlah anak yang diinginkan wanita:
36 :
Mendapat Penerangan KB
P value
1. Petugas
0,331
2. Guru
0,071
3. Tokoh Agama
0,028
4. Dokter
0,251
5. Bidan/perawat
0,983
6. Kepala Desa
0,305
7. PKK
0,029
8. Apoteker
0,957
9. Mobil Penerangan
0,925
10. Kesenian daerah
0,681
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Hasil analisis pada masing-masing jenis penerangan/penyuluhan tentang KB ternyata sebagian besar tidak berhubungan signifikan dengan sikap tentang jumlah anak yang diinginkan wanita. Variabel yang berhubungan dengan jumlah anak yang diinginkan wanita adalah penerangan KB yang didapat pada pertemuan PKK, dan variable penerangan oleh tokok agama. 3.3. Analisis Multivariat Tujuan analisis multivariate adalah untuk mengetahui besarnya peranan factor komposisional
(factor
individu)
dengan
factor
kontekstual
(faktor
level
kabupaten). Untuk Pemodelan analisis multivariate digunakan analisis multilevel dengan menggunakan dua tahap yaitu pertama, membuat pemodelan variable individu. Langkah kedua melakukan pemodelan variable kontekstual. Adapun pemodelan secara lengkap adalah sebagai berikut: A.Tahap pertama Analisis Variabel Komposisional Pada tahap pertama, semua variabel independent (variable komposisional) yang pada saat dilakukan analisis bivariat berhubungan signifikan dengan jumlah anak yang diinginkan dilakukan analisis secara bersamaan dengan menggunakan analisis multilevel. -----------------------------------------------------------------------------------------------Anak yg diinginkan | OR Std. Err. z P value [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------------------------Umuribu | 1.617387 .0826712 9.41 0.000 1.463207 1.787814 Didiksuami | 1.092153 .0491944 1.96 0.050 .9998676 1.192957 kerjaibu | .8918737 .0330676 -3.09 0.002 .8293612 .959098 umursuami | 1.207046 .061738 3.68 0.000 1.091909 1.334324 didikibu | 1.348033 .062908 6.40 0.000 1.230206 1.477145 domisili | 1.054894 .0548568 1.03 0.304 .9526747 1.168082 kuintil | .9763299 .0465867 -0.50 0.616 .8891614 1.072044 _putusankb~2 | 1.266834 .1368797 2.19 0.029 1.025058 1.565636 _Iputusankb~3 | 1.155702 .1187064 1.41 0.159 .9449648 1.413435 ---------------------------------------------------------------------------------------------------
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 37
Hasil analisis multivariat tahap pertama didapatkan tiga variabel mempunyai p value > 0,05 yaitu domisili, kuintil dan keputusan berKB. Tahap selanjutnya variabel yang p valuenya > 0,05 dikeluarkan dari model satu persatu dimulai dari variabel dengan p value tertinggi.. Proses ini dilakukan berulang-ulang, dan akhirnya didapatkan model terakhir sbb: -------------------------------------------------------------------------------------------------Anak yg Diinginkan | exp(b) z p value| [95% Conf. Interval] -------------------------------------------------------------------------------------------------Didikibu | 1.350477 9.64 0.000 1.270428 1.435571 Umuribu | 1.665726 12.91 0.000 1.541519 1.799942 domisili | 1.132505 3.16 0.002 1.048423 1.22333 umursuami | 1.238852 5.36 0.000 1.145554 1.339749 -------------------------------------------------------------------------------------------------***level 2 (kode_kab) var(1): 1.0790578 (.08751832) --------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari Model diatas terlihat bahwa variable yang secara multivariate berhubungan signifikan dengan jumlah anak yang diinginkan adalah variable pendidikan ibu, umur ibu, umur suami dan domisili/tempat tinggal. Sehingga dapat disimpulkan variabel komposisional yang berhubungan dengan jumlah anak yang diinginkan adalah pendidikan ibu (OR=1,4), umur ibu (OR=1,7), umur suami (OR=1,2) dan domisili (OR=1,1). Dari keempat variabel tersebut yang paling dominan berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan adalah variable pendidikan ibu (OR yang terbesar). 1. Peran masing-masing level Dari analisis multilevel dapat diketahui
besarnya peran faktor individu
(komposisional) dan peran faktor karateristik kabupaten (kontekstual). .
38 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Untuk menggambarkan peran faktor komposisional dan kontekstual digunakan ukuran ICC. Hasil perhitungan ICC sbb: Proporsi jumlah anak yang diinginkan ≤ 2 adalah 55,1 % (0,551) - Varian level 1 (individu) = (0,551)2 / 3 = 0,1012003 - Varian level 2 (kabupaten) = 1.0790578 a. Kontribusi level individu (variable komposisional) Varian level 1
0,1012003
ICC tingkat individu (level 1) = -------------------- = ----------------------------Varian total
0,1012003 + 1,0790578
= 8,6 % Dari hasil ICC terlihat bahwa pengaruh faktor individu terhadap keputusan wanita terhadap jumlah anak adalah hanya 8,6 %. Hasil analisis multilevel diperoleh informasi bahwa variable individu yang mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan adalah umur ibu, pendidikan ibu, umur suami dan domisili.
b. Kontribusi level Kabupatem (variabel kontekstual) Varian level 2
1,0790578
ICC tingkat kabupaten (level 2) = ----------------- = ------------------------------Varian otal
0,1012003 + 1,0790578
= 91,4 % Dari hasil perhitungan ICC ternyata pengaruh level kabupaten terhadap keputusan jumlah anak yang diinginkan ada sebesar 91,4 %. Jadi keputusan jumlah anak yang diinginkan lebih banyak ditentukan oleh karakteristik level kabupaten, bukan dipengaruhi oleh karakteristik individu ibu.
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 39
2. Kekuatan antar level terhadap status imunisasi. Untuk mengetahui kekuatan faktor komposisonal dihitung nilai MOR (median odds ratio) MOR = e
√ 2 *1,0790578 * 0,67449
= 3,3
Hasil MOR > 1 berarti nilai OR masih bervariasi antar kabupaten. Dengan kata lain perbedaan antar kabupaten mempengaruhi status imunisasi anak. Nilai Or level individu (pendidikan ibu (OR=1,4), umur ibu (OR=1,7), umur suami (OR=1,2) dan domisili (OR=1,1)) jauh lebih kecil dibandingkan dengan MOR =3,3, artinya jumlah anak yang diinginkan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor di level kabupaten (faktor kontekstual). Hasil ini konsisten dengan penghitungan ICC diatas yang memperlihatkan nilai yang kecil pada level individu dan angka yang sangat besar di level kabupaten. B. Analisis Faktor Kontekstual Seperti terlihat dari hasil analisis diatas bahwa jumlah anak yang diinginkan ternyata lebih banyak (91,4 %) dipengaruhi oleh adanya variasi karakteristik antar kabupaten (level kabupaten), sedangkan faktor/level karakteristik individu hanya berpengaruh/berkontribusi sangat kecil yaitu 8,6 %. Untuk itu maka Langkah selanjutnya adalah menelusuri/menganalisis lebih jauh faktor apa saja (dalam hal ini faktor kontekstual) yang berpengaruh terhadap terjadinya variasi jumlah anak yang diinginkan antar kabupaten . Dalam penelitian ini ,sesuai dengan ketersediaan data, maka
hanya ada dua
variable kontekstual yang akan dianalisis, yaitu kelembagaan BKKBN dan jumlah PLKB. Tahap selanjutnya adalah memasukkan kedua variable kontekstual
40 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
tersebut kedalam model akhir level individu. Adapun hasil analisis adalah sebagai berikut: ---------------------------------------------------------------------------------------------------| Coef. Std. Err. z p value| [95% Conf. Interval] -------------+------------------------------------------------------- --------------------------------Anak yg diinginkan | didikibu | .2922408 .0353438 8.27 0.000 .2229682 .3615134 umuribu | .5246277 .044502 11.79 0.000 .4374053 .6118501 domisili | .0847965 .0424201 2.00 0.046 .0016547 .1679382 umursuami | .2151305 .0449148 4.79 0.000 .1270991 .3031619 _cons | -1.091128 .1551058 -7.03 0.000 -1.39513 -.7871264 -------------+--------------------------------------------------------------------------------------------kode1 | _cons | .9967302 .0449209 22.19 0.000 .9086868 1.084774 -------------+-------------------------------------------------------------------------------------------f1 | lembaga | .0447395 .0749768 0.60 0.551 -.1022123 .1916913 plkb | .0060974 .0011686 5.22 0.000 .003807 .0083878 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Dari hasil pengujian variable kontekstual pada tahap pertama (model pertama), ternyata variable kelembagaan BKKBN mepunyai p value = 0,551, artinya variable
jenis
kelembagaan
kantor
BKKBN
di
tingkat
kabupaten
tidak
berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan. Tahap pemodelan selanjutnya mengeluarkan variable Lembaga dari model, dan hasilnya sbb: -----------------------------------------------------------------------------------------------------| Coef. Std. Err. z p value| [95% Conf. Interval] -------------+-----------------------------------------------------------------------------------------didikibu | .3044989 .0318237 9.57 0.000 .2421255 .3668723 umuribu | .5011376 .0403992 12.40 0.000 .4219566 .5803186 domisili | .1080736 .0397798 2.72 0.007 .0301067 .1860406 umursuami | .218904 .0408267 5.36 0.000 .1388852 .2989228 _cons | -1.0766 .0745805 -14.44 0.000 -1.222775 -.9304248 -------------+---------------------------------------------------------------------------------------kode1 | _cons | .9902269 .0414793 23.87 0.000 .908929 1.071525 -------------+------------------------------------------------------------------------------------------f1 | plkb | .0063367 .0010315 6.14 0.000 .0043149 .0083584 --------------------------------------------------------------------------------------------------------Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 41
Variances and covariances of random effects -----------------------------------------------------------------------------***level 2 (kode_kab) var(1): .98054932 (.08214784) Hasil analisis variable kontekstual pemodelan kedua, PLKB ternyata mempunyai p value 0,0001 (< alpha) maka dapat disimpulkan bahwa variable jumlah PLKB di tingkat kabupaten berpengaruh terhadap penentuan jumlah
anak yang
diinginkan. Besar sumbangan variable PLKB terhadap jumlah anak yang diinginkan adalah sbb: - Varian level 2 pada model akhir level 1 (komposisional) = 1,0790578 - Varian level 2 pada model akhir (setelah ada penambahan variable kontekstual PLKB) = 0,9805432 Jadi penambahan variable kontekstual tingkat kabupaten dapat menjelaskan variasi antar kabupaten sebesar: 1,0790578 – 0,9805432 = --------------------------------------- x 100 % 1,0790578 = 9,1 % Ternyata kontribusi variable kontekstual PLKB hanya 9,1 %, artinya adanya perbedaan variasi antar kabupaten hanya 9,1% dipengaruhi oleh jumlah PLKB, sisanya (90,9 %) dipengaruhi oleh faktor lain selain jumlah PLKB
42 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
BAB IV PEMBAHASAN
1. Jumlah anak yang diinginkan Hasil analisis lanjut data SDKI 2007 ditemukan bahwa rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh ibu adalah 2,8. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak wanita yang menginginkan jumlah anaknya > 2. Namun kalau datanya dikelompokkan kedalam dua katagori yaitu ≤ 2 dan > 2 nampaknya didapatkan hasil yang berbeda yaitu wanita yang menginkan jumlah anaknya ≤ 2 jumlahnya lebih banyak yaitu 55,1 %, sedangkan wanita yang menginginkan anak banyak (>2 anak ) jumlahnya hanya 44,9 %. Hasil ini membuktikan bahwa program BKKBN sudah mulai menampakan hasilnya, terbukti dengan sudah banyaknya wanita yang mengingkan anak yang sedikit (≤ 2 anak). Namun demikian BKKBN masih perlu kerja keras lagi karena masih banyak juga (44,8 %) wanita yang mengingkan anak dengan jumlah anak yang banyak (> 2 anak) . 2. Variabel komposisional yang berhubungan Signifikan Hasil analisis lanjut data SDKI menunjukkan bahwa variabel komposisional yang berhubungan signifikan dengan jumlah anak yang diinginkan adalah umur ibu, pendidikan ibu, umur suami dan domisili/tempat tinggal. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada masing-masing variable.
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 43
a.Umur ibu Hubungan umur ibu dengan jumlah anak yang diinginkan didapatkan hasil yang signifikan. Ada kecenderungan semakin muda usia ada kecenderungan menginkan jumlah anak yang sedikit (≤ 2 anak). Selain berhubungan signifikan, dalam analisis multivariate multilevel diperoleh informasi bahwa variable umur ibu juga merupakan variable komposisional yang paling besar/paling dominant mempengaruhi jumlah anak yang diingkan. Hasil nilai OR didapatkan 1,7 artinya umur ibu muda (≤ 2 anak) artinya wanita yang berumur muda mempunyai peluang mengingkan jumlah anak (≤ 2) , 1,7 lebih tinggi dibandingkan wanita berumur tua. Hasil ini sejalan dengan penelitian Julian dan Aggraeni (2005) yang melakukan analisis lanjut SKRRI 2002/03. Hasil penelitian membuktikan hubungan yang signifikan anatara umur remaja dengan jumlah anak yang diinginkan. b.Pendidikan ibu Pendidikan tinggi bagi ibu diharapkan akan meningkatkan lebih besar keterlibatnnya dalam program KB, memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan. Selain itu dengan pendidikan tingggi diharapkan punya kesadaran yang lebih tinggi dalam menangani masalah-masalh kesehatan. Kesadaran yang baik ini tentunya dapat mengerakkan motivasi untuk ambil bagian dalam program kesehatan, terutama ikut program KB. Kondisi ini nampaknya sejalan dengan hasil analisis data SDKI 2007 yang menunjukkan pada tahap analisis bivariat maupun multivariat didapatkan hasil bahwa pendidikan ibu berhubungan signifikan dengan jumlah anak yang diingkan. Hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan ibu dengan jumlah 44 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
anak yang diinginkan diperoleh bahwa, persentase ibu yang menginginkan anak ≤2
semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya pendidikan ibu.. Hasil
uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar tingkat pendidikan ibu (ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan) Hasil multivariat didapatkan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang/kesempatan mengiginkan jumlah anak ≤ 2,
1,4 kali lebih tinggi
dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah, setelah dikontrol variable umur ibu, umur suami dan domisisli/tempat tinggal. Hasil signifikan hubungan antara pendidikan dengan jumlah anak yang diinginkan juga ditemukan pada penelitian SKKRI tahun 2002/03. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anak akan menurun seiring dengan meningkatnya pendidikan remaja (Julian dan Aggraeni, 2005). Dengan demikian hasil penelitian SDKI sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu semakin tinggi pendidikan akan semakin baik terhadap pemahaman tentang kesehatan, utamanya pemahaman akan pentingnya mempunyai anak yang sedikit. c. Umur Suami Hasil analisis bivariat hubungan antara umur suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, persentase yang menginginkan anak > 2 semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya umur suami. Dengan kata lain semakin muda usia suami akan cenderung semakin besar menginginkan anak ≤ 2. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 45
perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar kelompok umur suami (ada hubungan yang signifikan antara umur suami dengan jumlah anak yang diinginkan). Dari hasil ini membuktikan bahwa mereka yang berumur muda sudah mulai mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mempunyai anak yang sedikit. Hasil ini sesuai dengan umur ibu yang menunjukkan pula bahwa pada ibu umur muda cenderung menginginkan anaknya lebih sedikit dibandingkan umur tua d.
Pendidikan Suami
Hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan suami dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, persentase yang menginginkan anak ≤ 2 semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya pendidikan suami. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar tingkat pendidikan suami (ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan) Hasil ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan merupakan yang sangat penting terhadap keputusan jumlah anak yang diinginkan. Dengan pendidikan tinggi akan muncul kesadaran akan pentingnya jumlah anak yang sediki e. Indeks Kekayaan Kuantil Hasil analisis hubungan antara indeks kekayaan kuantil keluarga dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, ada kecenderungan semakin tinggi indeks kekayaan kuantil maka semakin besar persentasenya untuk mempunyai anak ≤ 2. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada 46 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar tingkat indeks kekayaan kuantil (ada hubungan yang signifikan antara indeks kekayaan kuantil dengan jumlah anak yang diinginkan). Hasil yang sama ditemukan juga pada penelitian SKRRI 2002/03, bahwa remaja yang tingkat kekayaan kuantilnya tinggi cenderung mempunyai keinginan jumlah anak yang lebih sedikit dibandingkan remaja yang tingkat kekayaannya rendah (Yulian dan Agraeni, 2005) f.Tempat Tinggal Hasil analisis hubungan antara tempat tinggal dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, ada kecenderungan ibu yang tinggal dikota lebih banyak persentasenya untuk menginginkan anak ≤ 2, yaitu ada sebanyak 57,7 % sedangkan yang tinggal di desa hanya ada 53,1 % . Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antara yang tinggal di desa dengan kota (ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan jumlah anak yang diinginkan). Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian SKRRI 2002-03, yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan jumlah anak yang diingnnkan. Rata-rata jumlah anak yang diingkan antara mereka yang tinggal di desa dan kota nilainya hampir sama, yaitu perkotaan 2,56 anak dan di desa 2,52 anak f.
Agama
Hasil analisis hubungan antara agama dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, yang paling banyak menginginkan anak yang diinginkan ≤ 2 adalah agama Hindu (77,4 %), sedangkan persentase yang paling rendah adalah agama protestan (42,5 %). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 maka Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 47
dapat disimpulkan ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antar agama (ada hubungan yang signifikan antara agama dengan jumlah anak yang diinginkan). Dari hasil ini perlu dilakukan penyuluhan yang intensif pada pemeluk agama yang jumlah anaknya masih tinggi dan perlu pendekatan yang lebih intens kepada tokoh agama pada masing-masing agama g.
Otoritas/keputusan keluarga dalam ikut KB
Hasil analisis hubungan keputusan keluarga dalam ikut KB dengan jumlah anak menunjukkan hubungan yang signifikan ( p value =0,0005). Persentase terbesar yang mengingikan
anak sedikit (≤ 2 anak) yaitu 61,4 %
bila keputusan
keluarga ditangan isteri. Sebaliknya bila dalam keputusan keluarga itu tergantung dari suami ternyata persentasenya akan lebih kecil yaitu hanya ada sebanyak 55,7 % yang mengginkan anak sedikit. Hasil penelitian ternyata pengaruh isteri sangat penting terhadap keputusan jumlah anak yang diinginkan. Bila pengambil keputusan keluarga adalah isteri maka ada kecenderungan jumlah anak yang diinginkan akan lebih sedikit dibandingkan kalau pengambil keputusan dari otoritas suami. h.
Jumlah Anak Sekarang
Hubungan jumlah anak yang dipunyai sekarang dengan jumlah anak yang diinginkan yang diinginkan nampaknya berbentuk hubungan positip, artinya semakin banyak jumlah anak sekarang akan semakin banyak juga jumlah anak yang diinginkannya. Atau sebaliknya bila keluarga saat ini mempunyai anak sedikit, akan cenderung menginkan anak yang sedit pula. Hasil uji statistic dihasilkan p value = 0,0005, artinya ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak sekarang dengan anak yang diinginkan. Hasil ini bisa dimengerti karena untuk wanita yang jumlah anaknya sekarang sedikit kebanyakan umurnya masih muda sehingga sudah mulai berubah terhadap konsep jumlah anaknya. 48 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
3. Variabel yang tidak signifikan a. Pekerjaan Ibu Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan diperoleh bahwa, pada ibu yang tidak bekerja ada sebanyak 55,6 % yang menginginkan anak yang diinginkan ≤ 2, sedankan pada ibu yangbekerja ada sebanyak 54,6 %. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,119 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan persentase jumlah anak yang diinginkan antara ibu yang tidak bekerja dengan ibu yang bekerja (tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan jumlah anak yang diinginkan). Pekerjaan ibu bukan merupakan hal yang dapat mempengaruhi keputusan jumlah anak yang diinginkan. Sifat pekerjaan terutama untuk wanita/ibu di Indonesia biasanya tidak terlalu ketat menyita waktu sehingga bukan sebagai kendala terhadap jumlah anak yang diinginkan. b. Media Informasi Dari
hasil
analisis
didapatkan
bahwa
responden
yag
pernah
membaca/mendengar di media tentang KB mempunyai persentase jumlah anak yang diinginkan ≤ 2 yang hampir sama dengan responden yang pernah membaca media informasi, yaitu masing-masing 54,8 % dan 55,5 %. Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,206, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pernah membaca/mendengan media informasi dengan jumlah anak yang diinginkan. Media informasi tidak dapat mengungkit perbedaan jumlah anak yang diinginkan, oleh karena penggalian variable media masih terlalu umum hanya sebatas pernah atau tidak. Mungkin kalau digali sampai seberapa lama terpapar oleh media juga diukur bisa jadi akan berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 49
c. Penerangan/penyuluhan Hasil analisis data didapatkan bahwa responden yang pernah mendapat penerangan/penyuluhan KB dari petugas nampaknya mempunyai persentase jumlah anak yang diinginkan ≤ 2 yang sama dengan mereka yang pernah mendapat penerangan/penyuluhan KB, yaitu 55,0 % dan 55,2 %. Hasil uji statistic didapatkan p value = 0,776 artinya tidak ada hubungan penerangan KB oleh petugas dengan jumlah anak yang diinginkan. Variabel penerangan hanya diukur secara umum yaitu sebatas pernah atau tidak mendapat penyuluhan dari petugas, sehingga tidak dapat mengungkit pengaruhnya terhadap jumlah anak yang diinginkan 4. Analisis Multilevel Dari hasil multivariate multilevel didapatkan bahwa variable komposisional (karakteristik individu) berkontribusi sangat kecil terhadap jumlah anak yang diinginkan,
yaitu
hanya
8,6
%.
Adapun
variable
komposisional
yang
berhubungan dengan jumlah anak yang diinginkan adalah umur ibu , pendidikan ibu, umur suami dan tempat tinggal. Dari keempat variable tersebut yang paling dominant berhubungan dengan jumlah anak yang diinginkan adalah umur ibu. Variiabel kontekstual (karakteristk kabupaten) dalam analisis multilevel ini terbukti mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap jumlah anak yang diingkan wanita, yaitu sebesar 91,4 %. Variabel kontekstual yang berhubungan signifikan adalah julmlah PLKB di Kabupaten. Namun demikian variable jumlah PLKB hanya dapt menjelaskan 9,1 % sedang sisanya dipengaruhi faktor lain, misalnya kinerja program, kepemimpinan, dll. Dari hasil ini terbukti bahwa program Keluarga Berencana belum merata untuk setiap Kabupaten. Untuk itu perlu dikembangkan dan digiatkan lagi program Keluarga Berencana agar dapat menyentuh sampai ke masyarakat dan merata di 50 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
setiap
Kabupaten.
Barangkali
perlu
ditinjau
lagi
program
desentralisi,
kemungkinan tidak meratanya program BKKBN selama ini karena dampak dari program Desentralisasi
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 51
52 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1. Jumlah anak yang diinginkan wanita rata-ratanya adalah 2,8 anak. Setelah dikelompokkan, mereka yang menginginkan jumlah anak ≤ 2 ada sebanyak 55,1 %. Kenyataan ini sedikit menggembirakan karena sudah banyak wanita yang menginkan jumlah anak yang sedikit 2. Temuan penelitian membultikan bahwa faktor kompsisional media informasi, penerangan petugas, pekerjaan isteri,
dan pekerjaan suami
tidak berhubungan signifikan dengan jumlah anak yang diinginkan 3. Temuan penelitian membulktikan bahwa faktor komposisional umur ibu, umur suami, pendidikan ibu, dan tempat tinggal berhubungan signifikan dengan jumlah anak yang diinginkan. 4. Faktor komposisional yang paling berperan besar terhadap jumlah anak yang diingkan adalah umur ibu 5. Peran/Kontribusi variabel komposisional tingkat individu yang meliputi umur ibu, pendidikan ibu, tempat tinggal dan umur suami dalam menjelaskan jumlah anak yang diinginkan hanya sangat kecil (8,6 %) 6. Sebaliknya variable kontekstual di tingkat kabupaten (level kabupaten) mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap jumlah anak yang diingkan, yaitu sebesar 91,4 %. Jumlah anak yang diingkan lebih banyak dipengaruhi adanya perbedaan karakteristik tingkat kabupaten (level 2) dibandingkan dengan level individu (level 1). Perbedaan variasi antar kabupaten menyebabkan adanya perbedaan jumlah anak yang diinginkan wanita di Indonesia 7. Variabel tingkat kabupaten yang berpengaruh terhadap jumlah anak yang diingkan adalah variable jumlah PLKB di kabuoaten dengan besarnya
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 53
pengaruh sebesar 9,1 % sedangkan sisanya (90,1 %) dipengaruhi oleh faktor lain. b.Saran 1. Dalam penelitian ini faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang berkotribusi yang bear terhadap jumlah anak yang diinginkan. Untuk itu pemerintah bersama masyarakat agar selalu berupaya untuk
meningkatkan
pendidikan,
meningkatkan
pengetahuan
tentang program KB sehinga akan semakin tercapai keluarga yang kecil 2. BKKBN perlu menyusun pedoman kegiatan untuk memobilisasi program KB terutama pada daerah pedesaan sehingga dapat mempercepat
pemahaman
masyarakat
tentang
pentingnya
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. 3. Penelitian ini menginformasikan bahwa 91,4 % jumlah anak yang diiingkan dipengaruhi variabel di tingkat kabupaten. Pengaruh variasi kabupaten sangat menonjol mempengaruhi perbedaan jumlah anak yang diinginkan. Program desentralisasi perlu ditinjau dan dievaluasi kembali agar program BKKBN lebih merata untuk tiap kabupaten. 4. Selain itu perlu diteliti lagi dengan menyertakan variabel di tingkat kabupaten untuk mempertajam peran variabel kontekstual level kabupaten terhadap jumlah anak yang diinginkan, misalnya karakteristik budaya, social ekonomi, kepemimpinan, dll. 5. Untuk mempertajam analisis, perlu dianalis per region atau per provinsi untuk mendapatkan faktor yang lebih spesifik yang berkaitan dengan jumlah anak yang diinginkan pada masingmasing wilayah
54 :
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia Pemodelan dengan Analisis Multilevel
Daftar Pustaka Julian F dan Agraeni M, 2005. Kebutuhan Pelayanan KB bagi remaja , jumlah anak yang diinginkan dan keinginan pemakaian KB di masa mendatang. BKKBN – Jakarta Dedy Rochyani. 1996. Persepsi wanita pekerja yang belum menikah tentang usia kawin ideal, nilai anak dan jumlah anak ideal yang diinginkan. Skripsi FKM UI BKKBN. 2009. Laporan Survei demografi dan Kesehatan 2007. BKKBN – Jakarta BKKBN. 2007. Kondisi kelembagaan SKPDKB Kabupaten/Kota. BKKBN – Jakarta BKKBN 2007. Hasil Analisis Pendataan PLKB/BKS. BKKBN – Jakarta
Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia : Pemodelan dengan Analisis Multilevel 55