Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
Kajian Feminisme Dan Nilai Pendidikan Dalam Novel Amrike Kembang Kopi Karya Sunaryata Soemardjo Oleh: Eka Nofita Febriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemarjdo; (2) analisis feminisme dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo; (3) nilai pendidikan dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo. Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo tahun 2012. Objek penelitian berupa struktural dan nilai pendidikan dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemarjo tahun 2012. Teknik pengumpulan data penulis menggunakan, teknik pustaka, teknik simak lan teknik catat. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kartu data dan peneliti sendiri. Teknik keabsahan data penulis menggunakan teknik validitas semantis. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Penyajian hasil analisis menggunakan teknik informal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) struktur novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo tahun 2012 yaitu, (a) tema yaitu“perjuangan wanita dalam meniti karier”; (b) alur yaitu alaur maju; (c) tokoh dan penokohan terdiri dari tokoh utama yaitu Tita penokohannya wanita tegar yang selalu mempertahankan hidupnya dari nol sampai sukses, pekerja keras dan termasuk wanita yang tegas, dan tokoh tambahan yaitu Santi penokohannya seorang anak yang berbakti kepada orangtua, Kun penokohannya mandiri, pekerja keras dan begitu mengayomi perempuan, Soni penokohannya laki-laki mapan, pemilik perusahaan pabrik es, pekerja keras tetapi agak kurang ajar terhadap wanita, Ibu Santi penokohannya bijaksana dan penyayang, Mbok Ti penokohannya penurut dan baik hati, Pak Di penokohannya berjiwa besar dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya, Pak Pri penokohannya suka menolong; (d) latar terdiri dari latar tempat yaitu di Bank Prima Jombang, Graha Sengon Permai, Kediri, Madiun, Malang, Pabrik Es, Kebon Kopi; latar waktu terdiri dari Minggu pagi, Senin pagi hari, malam minggu, pukul tujuh lebih seperempat; latar sosial yaitu kedudukan Tita sebagai kepala cabang di Kantornya (e) sudut pandang persona tiga sebagai pengamat. (2) kajian feminisme yang terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopi meliputi (a) keddudukan tokoh wanita dalam masyarakat, (b) tujuan hidup tokoh wanita, (c) perilaku dan watak tokoh wanita, (d) pendirian wanita, (e) peran tokoh laki-laki dalam mendukung feminisme. (3) nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo tahun 2012 yaitu nilai pendidikan budi pekerti yang meliputi nilai religiusitas, nilai kejujuran, nilai kemandirian, nilai daya juang dan nilai tanggung jawab. Kata kunci: kajian feminisme, nilai pendidikan, Amrike Kembang Kopi
Pendahuluan Di dalam kehidupan sosial kaum wanita mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat. Hal ini terwujud dalam kelompok-kelompok sosial baik yang kecil maupun yang besar. Sehubungan dengan hal tersebut, wanita dituntut mempunyai kemandirian yang kuat dalam memperjuangkan diri dan membangun realita hidup untuk mengembangkan potensi pribadinya. Permasalahan tentang kaum wanita tidak Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
11
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
akan habis jika dibicarakan. Wanita adalah sosok yang mempunyai dua sisi, di satu pihak wanita adalah keindahan tetapi di sisi lain, wanita dianggap lemah. Anehnya kadang-kadang alasan itu dijadikan oleh laki-laki jahat untuk mengeksploitasi keindahannya. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa wanita itu hina, tidak diakui eksistensinya sebagai wanita sewajarnya (Sugihastuti, 2010:32). Novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo mempunyai keistimewaan sendiri yakni cerita yang dipaparkan oleh pengarang seperti dunia realitas yang dialami manusia yang terjadi di tengah-tengah masyarakat modern. Dalam novel tersebut menggambarakan perjalanan seorang wanita cantik serta kisah cintanya yang penuh dengan penghianatan. Penghianatan seorang laki-laki yang hampir merenggut masa depannya. Dari sisi citra wanita menggambarkan wanita yang cantik, cerdas, mandiri dan penuh perjuangan. Seorang wanita yang benar-benar berjuang menghadapi perjalan hidupnya sendiri, karena sosok seorang ibu yang ia sayangi sudah meninggal dan ayahnya menikah lagi, tidak hidup bersamanya. Dalam novel ini juga pengarang memberi gambaran kepada kita betapa wanita mempunyai persamaan hak memperoleh pendidikan yang tinggi, dan pekerjaan yang layak. Seperti yang terdapat dalam novel di ceritakan bahwa Tita sebagai tokoh utama dalam cerita mampu memperoleh pendidikan tinggi di salah satu Universitas Swasta di Jakarta dengan biaya sendiri, tanpa mengandalkan orangtua, setelah lulus kuliah Tita mampu bekerja di salah satu Bank Swasta Prima Cabang Jombang dan sekarang ia sudah mampu membiayai kuliah adik tirinya.Novel ini juga dapat memberikan pemahaman bahwa, baik laki-laki maupun wanita tentu memiliki harga diri, akan tetapitidak semua wanita memiliki harga diri yang rendah. Seperti yang tergambar dalam cerita novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo, Tita mampu menduduki jabatan penting sebagai Kepala Cabang Bank Prima di Jombang dalam pekerjaannya benar-benar berdasarkan dari kemampuan dan ketekunannya, bukan hasil dari menggadaikan harga dirinya. Sehubungan dengan hal tersebut, nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo penting untuk dikaji, karena karya sastra yang baik senantiasa mengandung nilai pendidikan yang dapat mendidik pembaca ketika mengambil pelajaran dari sebuah karya sastra. Adapun nilai
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
12
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
pendidikan yang tergambar dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo adalah nilai penididikan budi pekerti.
Metode Penelitian Jenis penelitian mengenai Kajian Feminisme dan Nilai Pendidikan dalam novel Amrike Kembang Kopi merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010: 3). Dengan cara mendeskripsikan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan informasi mengenai kajian feminisme dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo secara mendalam. Penulis juga menyertakan kutipankutipan, teori maupun penafsiran-penafsiran agar penelitian lebih akurat. Subjek dalam penelitian ini adalah novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo. Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian itu diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Berdasarkan teori tentang subjek penelitian tersebut, maka sumber data penelitian ini adalah novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo diterbitkan oleh Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB) Yogyakarta, cetakan pertama tahun 2012, jumlah halaman 140. Data adalah hasil pencatatan peneliti baik berupa angka maupun fakta (Arikunto, 2010: 161). Data dalam penelitian ini difokuskan pada analisis struktural objektif yang terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur atau plot, latar atau setting, sudut pandang dan difokuskan pada aspek feminisme dan nilai pendidikan pada tokoh yang terdapat dalam novel
Amrike Kembang Kopi karya
Sunaryata Soemardjo. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, teknik simak dan teknik catat (Subroto, 1992: 41).
Teknik keabsahan data penelitian ini peneliti
menggunakan istilah uji kredibilitas data dengan teknik peningkatan ketekunan untuk mencapai suatu keabsahan data (Ismawati 2011:22). Oleh karena itu, langkah-langkah yang ditempuh untuk menguji keabsahan data atau meningkatkan keterpercayaan.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
13
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
Hasil Penelitian 1. Kajian Struktural dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo a. Tema Tema yang ada dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo adalah perjuangan wanita meniti kakrir. Hal itu dapat dilihat dari kutipan dibawah ini. Kutipan: ”Ya lagi sepisan iki dheweke ngetokake luh nelesi atine sing keras krana olehe berjuwang supaya dheweke bisa urip madeg lan mandhiri ora kepengin gumantung menyang sapa-sapa”. (Amrike Kembang Kopi, 2012; 116) Terjemahan: ‘Ya baru sekali ini dia mengeluarkan air mata yang membasahi hatinya yang keras karena dia berjuang supaya bisa hidup mandiri, tidak bergantung dengan siapa-siapa’. Berdasarkan kutipan bercetak tebal di atas, nampak bahwa pribadi Tita adalah wanita yang memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan hidup bagaimana pun caranya supaya tidak hidup bergantung kepada orang lain. Keinginan yang kuat itu diimbangi dengan niat Tita dalam memperoleh pekerjaan. b. Tokoh dan penokohan Tokoh yang terdapat di dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo beberapa diantaranya adalah Tita, Santi, Kun, Soni, Ibu Santi, Pak Juki, Pak Di, Mbok Ti, Mba Rini, Rita. Salah satu tokoh utama yang tergambar dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo adalah sebagai berikut. Kutipan: “Sandhangane diringkesi, banjur lunga menyang Gresik ndherek bulik saka ibune sing ana kana”. Terjemahan: ‘Pakaiannya diberesi, lalu pergi ke Gresik ikut tante dari ibunya yang ada disana’.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
14
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
Kutipan di atas yang bercetak tebal menunjukan Tita sebagai tokoh utama. Awal mula kisah Tita menjalani hidup di Gresik bersama bibinya dan membantu usaha bibinya berjualan jajanan pasar. c. Alur atau Plot Alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa tetpi disetiap peristiwa itu dihubungkan secara kasual. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Alur yang terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo adalah alur maju yang akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Tahap Penyituasian Pada bagian ini diceritakan mengenai permulaan atau yang bisa dikatakan sebagai perkenalan tokoh dilanjutkan dengan tahap permunculan konflik. Pada tahap perkenalan tokoh ini berisi keadaan awal mula Tita sebagai tokoh utama mengawali sepak terjangnya di dunia kerja karena Tita ingin hidup mandiri dan awal mulanya Tita mengenal sosok seorang lakilaki. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut Kutipan: “Dheweke wiwit tepung karo priya. Wektu semono pas ana acara ulang taun kantore, ngundang para nasabah lan pengusaha sing wis dadi mitra suwe”. (AKK, 2012: 37) Terjemahan: ‘Dia awal dekat dengan laki-laki. Waktu itu ada acara ulang tahun di kantornya yang mengundang nasabah dan pungusaha yang sudah menjadi teman kerja lama. Dengan mudah Tita kenal dengan laki-laki yang merupakan salah satu nasabah dari Bank yang sekarang menjadi tempat kerjanya. Peroses yang singkat itu mereka nikmati dengan meratakan pesta bersama di kantornya. 2) Tahap Pemunculan Konflik Setelah tahap pengenalan atau permulaan, kemudian dilanjutkan dengan kondisi berikutnya yang berisi mengenai pemunculan konflik. Tahap
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
15
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
ini memunculkan masalah-masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Awal mnculnya konflik yang dihadapi oleh tokoh utama yaitu Tita yang murka terhadap Soni. Hal itu disebabkan oleh sikap Soni yang memperlakukan Tita kurang sopan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Tita, aku tresna karo kowe.” “Tita mung meneng wae, senajan batine ngiyani. Suwe-suwe mbuh kena dayane apa tangane Soni tansaya nakal, Tita dirangkul kenceng. Soni pengin mrawasa. Tita sadar banjur mothah, nyandhak tas disabetake sakayange kena raine Soni. Soni ngablak karo nyekeli raine. Nanging enggal tangi, karepe pengin nubruk Tita nanging Tita trengginas nyangking tase banjur mlayu metu. Tita, aku tresna karo kowe.” (AKK, 2012: 41) Terjemahan: ‘Tita, aku sayang kamu’. ‘Tita hanya diam walaupun dalam hati mengiyakan. Lama-lama entah terkena pengaruh apa tangan Soni semakin nakal, Tita dipeluk kencang. Soni ingin memperkosa. Tita sadar lalu melawan mengambil tas lalu dipukulkan sekeras mungkin ke muka Soni. Soni terjatuh sambil memegangi wajahnya. Tapi cepat bangun, ingin kembali nabrak Tita tapi Tita cepat berlari sambil membawa tasnya dan keluar. Kutipan di atas yang bercetak tebal menunjukkan awal mula konflik dalam cerita terjadi. Keadaan yang mulanya baik-baik saja mendadak berubah menjadi kacau bermula pada saat Soni mengajak Tita pergi ke salah satu cafe disebuah hotel dekat dengan tempat mereka bekerja. Sikap Soni yang ingin menunjukkan dalamnya cintanya kepada Tita justru membuat Tita begitu marah kepadanya. 3) Tahap Peningkatan Konflik Tahap ini merupakan perkembangan dari alur sebelumnya. Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin menegangkan. Pada tahap ini konflik cerita semakin meningkat bagi tokoh-tokoh dalam cerita
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
16
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
ini. Pada tahap ini tokoh utama dalam cerita masih merasa begitu terpukul atas kejadian beberapa waktu yang lalu bersama Soni. Hal tersebut menyebabkan ia menjadi pribadi yang tertutup, dan sensitif terlebih jika ada sangkut pautnya dengan masalah laki-laki. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Kapan wae yen ana tamu kaya pawongan sing katon ana monitor iki, matura yen aku sibuk utawa acara luwar kota utawa liyane sakarepmu. Utawa apik-apike ben ditemoni Bu Tatik kanthi alasen apa wae. Dheweke wingi ngajoke kredit nanging bareng aku ngerti yen sing duwe pabrik es kui jenenge Soni terus terang wae aku nolak. Sing terang aku wis emoh sesambungan karo dheweke”. (AKK, 2012: 49) Terjemahan: ‘Kapan saja jika ada tamu seperti orang yang terlihat pada monitor ini bilang kalau aku sibuk atau ada acara keluar kota atau yang lain terserah kamu. Atau lebih bagus biar ditemui Bu Tatik dengan alasan apa saja. Dia kemarin mengajukan kredit tapi setelah aku tahu bahwa yang pemilik pabrik es ini namanya Soni terus terang saja aku menolak. Yang jelas aku sudah tidak mau berhubungan dengan dia. Trauma yang dirasakannya berdampak buruk untuk perkembangan psikologisnya. Selain sikap tertutup dan sensitif, Tita juga berubah menjadi wanita yang dingin dan selalu enggan membicarakan masa depan bersama laki-laki. Terlebih dengan laki-laki yang bernama Soni. Tita menolak apapun itu yang berhubungan dengan keberadaan Soni sekalipun sangkutannya dengan pekerjaan yang tengah ia jalani. 4) Klimaks Pada tahap ini ada beberapa masalah di antaranya masalah mengenai hubungan Santi bersama Kun yang merupakan adik kandung dari Soni, laki-laki yang sangat dibenci Tita. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Njur sesambungane apa?” “Kun, Kuntowisnu, menika adhik landhesanipun Pak Soni”, Wiwin crita apa anane.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
17
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
“Dheg! saupama ana bledheg awan iku nanging isih krasa ngagetake apa dicritake Wiwin iki mau. Getihe kaya umob nganti tekan mbun-mbunan.”(AKK, 2012: 103) Terjemahan: ‘Lalu hubungannya apa?’ ‘Kun, Kuntowisnu, dia adik kandung Pak Soni’, Wiwin cerita apa adanya. Dheg! Seperti ada petir di siang itu namun lebih terasa mengagetkan apa yang baru diceritakan Wiwin tadi. Darahnya seperti mendidih sampai ke ubun-ubun. Apa yang baru saja Tita dengar benar-benar membuat terkejut. Mendengar bahwa Kun adalah adik kandung Soni, emosinya semakin meledak-ledak. Kecewa, sakit hati, marah dan benci bercampur menjadi satu. Perasaannya sangat terpukul ketika mengetahui adiknya berhubungan dengan Kun. 5) Tahap Penyelesaian Masalah Pada tahap penyelesain ini terungkap jalan keluar dari serangkaian kisah yang dialami oleh Tita selama ini. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Tita apuranen kaluputanku. Seprana seprene aku pengen ketemu kowe. Kadosan iki kaya-kaya terus nggrogoti uripku. Aku rumangsa keduwung banget.” Tita isih nangis, ora nyawang Soni babar pisan. “Tita kowe gelem menehi pangapura menyang aku ta?” Tita banjur noleh menyang arahe Soni sing ndheprok ana jogan ngarep kursine, sirahe glacaran getih. “Iya mas.” “Matur nuwun banget Tita.” Terjemahan: Tita maafkan kesalahanku. Selama ini aku ingin bertemu denganmu’. Dosa ini seperti menggerogoti hidupku. Aku merasa sangat menyesal.’ Tita masih menangis tidak melihat Soni sama sekali. ‘Tita kamu mau kan memaafkanku?’ Kemudian Tita menoleh ke arah Soni yang masih terduduk di teras depan kursinya, kepalanya bercucuran darah. ‘Iya mas’. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
18
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
‘Terimakasih banyak Tita’. Setelah sekian lama mereka bertikai dan setelah sekian banyak Soni berusaha untuk minta maaf kepada Tita serta mengakui segala kesalahannya akhirnya hati Tita luluh juga. Melihat kerja keras dan keseriusan Soni meminta maaf membuat hati Tita simpati karena pada dasarnya mereka masih saling mencintai tetapi hubungan mereka sempat terputus akibat dari sikap tidak sopan Soni kepada Tita beberapa tahun yang lalu. Soni nampak begitu lega mendengar Tita sudah memaafkannya. d. Latar atau Setting Latar merupakan lingkungan tempat dimana peristiwa itu terjadi. Berikut latar yang terdapat dalam noven Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo. 1) Latar Tempat Latar tempat novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo antara lain Bank Prima Jombang, Kediri, Graha Sengon Permai, Madiun, Pabrik es, Kebon Kopi. a) Bank Prima Jombang Bank Prima Jombang merupakan Bank cabang tempat Tita bekerja. hal ini dapat dilihat dalam kutipan bercetak tebal di bawah ini. Kutipan: “Banjur nalika Bank Prima arep mbukak cabang ana Jombang, dening para pemegang saham Tita sing dipercaya dadi pimpinane”. (AKK, 2012: 7) Terjemahan: ‘Kemudian ketika Bank Prima mau membuka cabang di Jombang oleh para am Tita yang dipercaya menjadi pimpinannya’. Kutipan di atas yang bercetak tebal merupakan tempat Tita bekerja dan dipercaya menjadi pimpinan Bank tersebut. 2) Latar Waktu Latar waktu yang digunakan dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo merujuk pada waktu seperti minggu esuk, dina senen esuk, jam pitu kliwat seprapat, malem minggu. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
19
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
a) Minggu esuk dan jam sanga kurang seprapat. Latar minggu pagi pada kutipan di bawah ini menceritakan tentang aktifitas di pagi hari. Kutipan: “Minggu esuk iku jam sing ana tembok wis nuduhake jam sanga kurang seprapat”. (AKK, 2012: 1) Terjemahan: ‘Minggu pagi itu jam yang ada di dinding sudah menjunjukan pukul sembilan kurang seperempat’. Kutipan dia atas yang bercetak tebal menunjukkan waktu aktifitas Tita dan Santi yang biasanya sarapan pagi bersama sebelum mereka berangkat bekerja dan kuliah. 3) Latar Sosial Latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya dengan kehidupan kemasyarakatan. Latar sosial yabg terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo sebagai berikut. Kutipan: “Kaya ngendikane Pak Harno salah sijine sing kagungan saham, jarene sing pantes dadi Kepala Cabang anyar sing ana Jombang ki ya mung Tita. Saliyane isih legan, Tita klebu nduweni pawiyatan bakat sarta akeh pengalamane. Banjur nalika Bank Prima Jombang buka cabang, dening para pemegang saham Tita sing dipercaya dadi pimpinane”.(AKK, 2012; 7) Terjemahan: ‘Seperti apa yang dibicarakan oleh Pak Harno salah satu pemegang saham katanya yang pantas menjadi Kepala Cabang baru di Jombang ya hanya Tita. Selain masih sendiri, Tita juga mempunyai kemampuan, bakat serta mempunyai banyak pengalaman. Ketika Bank Prima Jombang membuka cabang , oleh para pemegang saham Tita yang dipercaya menjadi pimpinan perusahaan’. Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa selain menjadi anak yang berbakti kepada orangtua, Tita juga memiliki status sosial yang
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
20
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
baik. Berkat kerja kerasnya selama ini Tita mampu menduduki posisi penting di perusahaan dimana ia bekerja, hal itulah yang menghantarkan Tita kepada kehidupan yang jauh lebih baik. e. Sudut Pandang Pada novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo pengarang dalam menceritakan kisah selalu meyebutkan nama seperti Tita, Wiwin, Bu Tatik, Pak Juki, nasabah, Soni. Penyebutan nama orang tersebut merupakan kata ganti orang ketiga, seperti kutipan berikut. Kutipan: “Awan iki ana njaba hawane rada panas. Tita nyawang tumpukan map plastik sing kudu diteliti maneh sakdurunge ditanda tangani.” (AKK, 2012: 7) Terjemahan: Siang ini di luar agak panas. Tita melihat tumpukan map plastik yang harus diteliti lagi sebelum di tanda tangani’. Kutipan di atas yang bercetak tebal menyebutkan tikoh utama yaitu Tita. Pengarang menyebutkan tokoh utama dan lainnya dengan menyebut namanya 2. Analisis Feminisme dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo a. Kedudukan Tokoh-tokoh Perempuan dalam Masyarakat Kedudukan tokoh perempuan dalam masyarakat yang terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo ada dua indikator yaitu
Tita adalah seorang anak perempuan yang terlahir dari keluarga
sederhana. Keadaan keluarganya yang pas-pasan membuat Tita terbiasa hidup prihatin. Tita merupakan anak yang sangat berbakti kepada orangtua. Selanjutnya pada
tokoh Santi yang dimana masa-masa yang seharusnya
digunakan untuk bermain dengan teman sebayanya, justru digunakannya untuk mengurus orangtua dan mengurus kegiatan rumah tangga. Hal ini tampak pada kutipan berikut. Kutipan: “Wektu semono kahanan wong tuwane uga sarwa pas-pasan. Nalika isih kelas 2 SMP ibune gerah meh limang wulan ana rumah
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
21
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
sakit, pungkasane seda. Wiwit nalika gerah kabeh urusan omah dheweke sing kudu mrantasi.” (AKK, 2012; 3). Terjemahan: ‘Waktu itu keadaan orangtuanya juga serba pas-pasan. Ketika masih kelas 2 SMP ibunya sakit hampir lima bulan di rumah sakit, akhirnya meninggal. Dari ibunya sakit segala urusan rumah dia yang harus menyelesaikan’. Sepeninggal ibunya dan setelah ayahnya menikah lagi Tita memutuskan pergi ke Gresik, disana Tita tinggal bersama tantenya. Selanjutnya setelah lulus SMA Tita melamar pekerjaan dan ketrima di salah satu Bank swasta di Kediri. b. Tujuan Hidup Tokoh Wanita Dari uraian tentang kedudukan tokoh di atas sudah dapat digambarkan bahwa tujuan hidup Tita dan Santi adalah memperjuangkan hak-hak mereka para kaum wanita agar kehidupannya tidak tergantung kepada laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Tita ketarik banjur njupuk perumahan ana Graha Sengon Permai tipe rada gedhe. Dheweke oleh panggonan sisih pojok ngarep dhewe pinggir dalan. Embuh mbesuk enggal dipanggoni opo ora, saoraorane kena nggo celengan”. (AKK, 2012; 7) Terjemahan: ‘Tita tertarik lalu membeli perumahan di Graha Sengon Permai tipe agak besar. Dia dapat tempat pojok paling depan pinggir jalan. Tidak tau akan segera di tempati atau tidak, setidaknya bisa untuk tabungan. Hasil jerih payahnya Tita dalam bekerja selama ini kemudian ia gunakan sebagian untuk membeli rumah. Selain mempunyai tabungan di Bank, Tita juga mempunyai investasi rumah. Hal tersebut Tita lakukan untuk mengantisipasi kebutuhan dimana yang akan datang. Selanjutnya tidak hanya itu saja Tita juga begitu memperhatikan ibunya meskipun ibu tiri.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
22
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
c. Perilaku serta Watak Tokoh Wanita Perilaku dan watak tokoh ini sangat mendukung gerakan feminisme. Telah diuraikan sebelumnya bahwa tokoh wanita dalam cerita ini kegiatannya hanya berfokus kepada peningkatan kualitas hidup melalui pekerjaan dan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: ”Ya lagi sepisan iki dheweke ngetokake luh nelesi atine sing keras krana olehe berjuwang supaya dheweke bisa urip madeg lan mandhiri ora kepengin gumantung menyang sapa-sapa”. (AKK, 2012; 116) Terjemahan: ‘Ya baru sekali ini dia mengeluarkan air mata yang membasahi hatinya yang keras karena dia berjuang supaya bisa hidup mandiri, tidak bergantung dengan siapa-siapa’. Tokoh Tita dalam cerita digambarkan sebagai wanita yang selalu bekerja keras dalam meniti kariernya sebisa mungkin agar ia tak hidup bergantung pada orang lain. d. Pendirian Tokoh Wanita Pendirian Tokoh Wanita yang terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopii karya Sunaryata Soemardjo ada diantaranya yaitu Tita dan Santi, mereka adalah tokoh yang berpendirian kuat dalam mendukung gerakan feminisme. Mereka berdua tidak menuruti tuntutan seksualitas masa pubernya tetapi justru mengalihkan nafsunya untuk meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh ilmu. Kutipan: “Tita sadar banjur mothah, nyandhak tas disabetake sakayange kena raine Soni. Soni ngablak karo nyekeli raine. Nanging enggal tangi, karepe pengin nubruk Tita nanging Tita trengginas nyangking tase banjur mlayu metu.” (AKK, 2012; 41) Terjemahan: ‘Tita sadar lalu melawan mengambil tas lalu dipukulkan sekeras mungkin ke muka Soni. Soni terjatuh sambil memegangi wajahnya. Tapi cepat bangun, ingin kembali nabrak Tita tapi Tita cepat berlari sambil membawa tasnya dan keluar.’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
23
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
Kutipan di atas menunjukkan bahwa meskipun Tita memiliki laki-laki yang dicintai dan meskipun laki-laki tersebut mencoba untuk melakukan perbuatan seksual namun Tita tidak melayaninya. Tita menolak dengan tegas dan lebih memilih mempertahankan harga dirinya serta posisi pekerjaannya di kantor. e. Peranan Laki-laki dalam Mendukung Feminisme Tokoh laki-laki yang berperan serta dalam mendukung gerakan Feminisme ada beberapa tokoh, yaitu Kun, Soni, Pak Di dan Pak Supri. Kun adalah salah satu tokoh yang bisa dikatakan mendukung gerakan feminisme. Posisinya sebagai laki-laki yang juga berpendidikan tinggi, Kun sangat mendukung kerja keras kuliah Santi. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Embuh merga apa Mas Kun sing nembe wisuda wulan kepungkur, isih tetep perhatian menyang dheweke. Apa merga nggantheng lan simpatike, apa merga sering mbantu dheweke melu rampungke tugas kuliahe, apa kepriye. Sing terang Santi wiwit rada mambu ati. Lan Mas Kun dhewe uga tinarbuka”. (AKK, 2012; 25) Terjemahan: ‘Entah karena apa Mas Kun yang baru wisuda bulan lalu, masih tetap perhatian dengannya. Apa karena tampan dan simpatiknya, apa karena sering membantu dia ikut menyelesaikan tugas kuliahnya apa bagaimana. Yang jelas Santi mulai memakai hati. Dan Mas Kun juga terbuka’. Kutipan di atas menunjukkan bahwa Kun adalah tokoh laki-laki yang memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap wanita. f. Sikap Sunaryata Soemardjo sebagai pengarang novel Amrike Kembang Kopi Dari semua kutipan-kutipan mengenai pribadi tokoh-tokoh yang berbeda pada novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sikap pengarang sepertinya secara sungguh-sungguh ingin menerapkan konsep-konsep tentang feminisme. Di dalam teks tersebut pengarang menunjukkan tokoh-tokoh yang bekerja keras memperjuangkan hak wanita dan melawan penindasan terhadap kaum wanita.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
24
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
3. Nilai Pendidikan Budi Pekerti dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo a. Nilai Religiusitas Religiusitas adalah sikap dan kesadaran manusia bahwa dalam hidup ini ada kekuatan atau kekuasaan yang jauh lebih melampaui kekuatan atau kekuasaan manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia religiusitas adalah pengabdian kepada Tuhan, kesalehan. (Depdikbud, 2012; 1159). Nilai religiusitas dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo terdapat pada kutipan berikut. Kutipan: “Wektu semono kahanan wongtuane uga sarwa pas-pasan. Nalika esih kelas loro rah meh limang wulan ana rumah sakit, pungkasane sedo. Wiwit nalika gerah kabeh urusan ngumah Tita sinng kudu mrantasi. Bubar masak, umbah-umbah banjur setrika. Yen bengi nunggoni ibune ana rumah sakit. Kahanan pait sing kudu dilakoni nalika umur nedheng seneng-senenge lan bingar dolan-dolan. Nanging Tita ora tau ngresula”.(AKK, 2012; 3) Terjemahan: ‘Ketika masih kelas dua SMP ibunya sakit hampir lima bulan di rumah sakit akhirnya ak sakit semua urusan rumah dia yang harus menyelesaikan. Setelah masak, mencuci lalu nyetrika. Malam hari menunggui ibunya di rumah sakit. Keadaan pahit yang harus dijalani ketika umur harusnya senang-senang dan bermain. Akan tetapi Tita tidak pernah mengeluh.’ Kutipan
di
atas
yang
bercetak
tebal
adalah
kalimat
yang
menggambarkan keadaan yang dulu dialami oleh Tita, keadaan dimana Tita masih susah akan tetapi tidak pernah mengeluh. b. Nilai Kejujuran Kejujuran diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan seseorang sesuai dengan hati nurani dan norma peraturan yang ada. Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur, ketulusan hati, kelurusan hati (Depdikbud, 2012; 591). Data yang menunjukkan kejujuran terdapat pada kutipan berikut. Kutipan: “Tita, satemene aku wiwit biyen isih tresna karo kowe. Nanging batinku sing menging, yen sakjane aku wis ora pantes nresnani wong Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
25
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
sing suci kaya kowe. Apuranen aku Tita, aku tresna karo kowe”, Soni olehe kandha rada groyok. Tangane Tita banjur ngrangkul bangkekane Soni. “Yen kowe uga isih tresna menyang aku, aku kepengin urip bebarengan karo kowe, nyambung tresnaku sing wis nglambrang pirang-pirang taun kepungkur.” (AKK, 2012; 132) Terjemahan: ‘Tita sebenarnya dari dulu aku masih mencintaimu. Tapi batinku seolaholah melarang, aku sudah tidak pantas lagi mencintai orang suci sepertimu. Maafkan aku Tita, aku mencintaimu’, Soni bicaranya agak gugup. Tangan Tita kemudian merangkul punggung Soni. ‘Jika kamu masih mencintaiku, aku ingin hidup bersama denganmu, menyambung cintaku yang sudah terlantar beberapa tahun yang lalu’. Kutipan dia atas yang bercetak tebal merupakan dialog antara Soni dan Tita. Dari cerita tersebut berarti Soni bersikap jujur mengakui kesalahannya selama ini dan ketulusan hatinya masih mencintai Tita setelah bertahun-tahun terpisah. Kejujuran berarti mengakui kekurangan, kesalahan, atau keterbatasan diri. c. Nilai Kemandirian Semangat kemandirian yang akan dimaksud di sini adalah sikapsikap penuh kepercayaan dan dapat dipercaya, sikap-sikap yang penuh tangung jawab terhadap keputusan dan perilaku pilihan bebasnya sendiri. Keberanian untuk menghadapi permasalahan hidup sendiri, kemampuan berinisiatif, tidak terpengaruh pihak lain, kemampuan untuk memilih dan mengambil keputusan secara bebas dan sadar. Nilai kemandirian yang terdapat pada novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo dapt dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Ya lagi sepisan iki dheweke ngetokake luh nelesi atine sing keras krana olehe berjuwang supaya dheweke bisa urip madheg kanthi mandhiri ora kepengin gumantung menyang sapa-sapa.” (AKK, 2012; 116) Terjemahan: “Ya baru pertama ini dia mengeluarkan air mata membasahi hatinya yang keras g agar dia bisa hidup mandiri tidak ingin tergantung dengan siapa-siapa”.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
26
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
Kutipan di atas yang bercetak tebal menunjukkan pribadi Tita yang memiliki sikap penuh tanggung jawab terhadap keputusan dan perilaku pilihan sendiri. Digambarkan dalam cerita bahwa Tita berusaha keras agar bisa hidup mandiri tanpa bergantung pada siapapun. Kemandirian juga dapat diartikan kemampuan untuk memilih dan mengambil keputusan secara bebas dan sadar. d. Nilai Daya Juang Nilai daya juang adalah sikap untuk tidak mudah menyerah, tidak gampang putus asa, daya untuk menghadapi tantangan-tantangan serta keyakinan bahwa segala sesuatu itu membutuhkan suatu peroses, usaha, pengorbanan, dan perjuangan yang optimal. Daya juang yang terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Mosok kowe isih durung percaya menyang aku ta, Santi, saumpama kowe gelem aku pengin tepung mbakyumu utawa enggal nglamar menyang ibumu”. (AKK, 2012; 81) Terjemahan: ‘Masa kamu masih belum percaya denganku Santi, seandainya kamu mau aku ingin bertemu kakakmu atau melamar kepada ibumu’. Berdasarkan kutipan di atas yang bercetak tokoh Kun bertekat untuk melamar Santi, wanita yang dicintainya meskipun dari pihak wanita belum memberikan jawaban mau menerima lamarannya atau tidak tetapi Kun tetap berusaha meyakinkan Santi bahwa dirinya benar-benar mantap ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang yang
lebih serius. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kun memiliki kemauan keras untuk mencapai sesuatu yang optimal, daya juang menghadapi tantangan-tantangan, serta pengorbanan dan perjuangan. e. Nilai Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah kesiapan dan keteguhan hati untuk menerima konsekuensi
atas tindakan yang telah dipilih. Menerima
konsekuensi artinya tidak lari dari situasi yang diakibatkan oleh pilihan atau
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
27
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
keputusannya. Menerima konsekuensi berarti mau menanggung kegagalan atau tidak menyalahkan orang lain. Deskripsi tentang nilai tanggung jawab yang terdapat dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo dapat dilihat pada kutipan berikut. Kutipan: “Satemene atiku ikhlas, ikhlas banget ngaturi blanja menyang ibumu. Aku setitik wae ora duwe karep apa-apa. Nanging aku ya ora nglarang yen kowe arep sowan ibumu”. (AKK, 2012; 56) Terjemahan: ‘Sebenarnya hatiku ikhlas, sangat ikhlas memberi belanja untuk ibumu. Aku ak ada maksud ku juga tidak melarang jika kamu mau bertemu dengan ibumu’. Kutipan di atas yang bercetak tebal menunjukkan rasa tanggung jawab seorang gadis kepada ibunya. Digambarkan dalam cerita bahwa tokoh Tita bertanggung jawab terhadap kebutuhan sehari-hari ibu tirinya walaupun diakhir cerita ibunya tidak mau lagi menerima apa yang Tita berikan kepadanya karena ibunya merasa tidak enak hati selalu menerima bantuan dari Tita akan tetapi Tita tidak pernah mau bertemu dengan dirinya.Bertanggung jawab berarti berani menanggung resiko dan tidak menyalahkan orang lain, resiko yang harus diterima Tita bahwa ibunya tidak mau lagi menerima bantuan darinya Simpulan Struktur pembangun novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo meliputi: tokoh dan penokohan meliputi tokoh utama yaitu Tita, tokoh tambahannya yaitu Santi, Kun, Soni, Ibu Santi, Mbok Ti, Pak Di, Pak Pri. Temanya adalah perjuangan wanita meniti karier. Alurnya adalah alur maju (progresif) dengan urutan tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, klimaks dan tahap penyelesaian konflik. Latarnya berada di Bank Prima Jombang, Graha Sengon Permai, Kediri, Madiun, Malang, Pabrik Es, Kebon Kopi. Latar waktu meliputi Senin pagi, Minggu pagi, malam hari, pukul tujuh lebih seperempat, malam Minggu. Sudut pandangnya adalah pengarang sebagai orang ketiga (pengamat). Feminisme dalam cerita ini, tokoh wanita yang digambarkan oleh pengarang adalah wanita yang bersikap Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
28
Vol. / 08 / No. 03 / Maret 2016
tegas dan mandiri dalam mencapai cita-citanya baik dari segi pendidikan dan kariernya. Tokoh wanita dalam cerita ini digambarkan sebagai wanita yang mampu menyetarakan kedudukannya dengan laki-laki dalam hal pendidikan dan pekerjaan serta berani melawan penindasan kaum wanita khususnya pada perilaku pelecehan seksual. Nilai pendidikan yang tertuang dalam novel Amrike Kembang Kopi karya Sunaryata Soemardjo ini adalah nilai pendidikan budi pekerti yang meliputi; nilai religiusitas, nilai kejujuran, nilai kemandirian, nilai daya juang dan nilai tanggung jawab. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Gramedia. Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka. Soemardjo, Sunaryata. 2012. Amrike Kembang Kopi. Yogyakarta: Elmatera Publishing. Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta. Sebelas Maret University Press. Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis, Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
29