KAJIAN FAKTOR AGROEKOLOGI UNTUK PERAMALAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SEI AIR HITAM ESTATE, PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA, KAB. ROKAN HULU, RIAU
MUNANDAR IRFANDA A24080062 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Kajian Faktor Agroekologi untuk Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sei Air Hitam Estate, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa (PISP), Kab. Rokan Hulu, Riau Study on Agroecological Factors for Production Estimation of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Air Hitam Estate, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa (PISP), Rokan Hulu District, Riau Munandar Irfanda1 , Edi Santosa2 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 1
Abstract The internship was conducted at Sei Air Hitam Estate, Rokan Hulu, Riau, from February 13th to May 13th 2012. The objective of this assignment was to determine agronomic and agroecological characters responsible to estimate oil palm production. The assignment composed of several works, i.e., as field worker for three weeks, as assistant foreman for three weeks, and as estate assistant companion for six weeks. Specific topic studied was evaluation of the agronomic and agroecological characters which were affected oil palm production. Result of t-parcial test indicated that there were seven variables affected oil palm production at α= 1% and α= 5% i.e., plant ages, fertilizer application, air humidity, wind speed, number of rainy day, rainfall, and water deficit. Result of Multiple regression analysis showed that there were six model comparison which able to be used to estimate oil palm production in Sumatera. Keyword : Agroecological parameters, oil palm production, production estimation, Sumatera
RINGKASAN
MUNANDAR IRFANDA. Kajian Faktor Agroekologi Untuk Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sei Air Hitam Estate, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa, Kab. Rokan Hulu, Riau. (Dibimbing oleh Edi Santosa) Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman komoditas perkebunan
yang
penting
di
Indonesia
dan
masih
memiliki
prospek
pengembangan yang cerah terutama sebagai penghasil devisa bagi negara. Luas pertanaman dan produksi tanaman kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan peramalan produksi memberikan kontribusi besar dalam perusahaan kelapa sawit, karena peramalan produksi bermanfaat untuk menentukan kapasitas produksi, sarana produksi, dan penjadwalan yang terorganisir. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah mengaplikasikan pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan pada keadaan nyata di lapangan. kegiatan magang juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mengenai pengolahan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan dan peramalan produksi. Selain itu, tujuan khusus khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari pengaruh faktor agroekologi terhadap hasil tandan buah segar kelapa sawit guna pengembangan teknik peramalan produksi kelapa sawit yang lebih akurat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara dengan mandor dan asisten. Data primer untuk laporan umum adalah data prestasi kerja penulis selama menjadi pekerja harian lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi. Data sekunder yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu data sekunder untuk laporan umum dan data sekunder untuk keperluan analisis fungsi peramalan produksi. Data sekunder untuk laporan umum berupa luas areal konsesi dan tata
guna lahan serta produksi dan produktivitas kebun. Data
sekunder yang
diperlukan untuk keperluan analisis fungsi peramalan produksi berupa data curah hujan, penyinaran, jenis tanah, umur tanaman, populasi tanaman per hektar, pemupukan, produksi kelapa sawit, dan produksi minyak kelapa sawit. Data sekunder tersebut merupakan data yang dikumpulkan selama lima tahun yaitu dari Januari 2007 sampai Desember 2011. Data yang dikumpulkan diolah menggunakan analisis faktor. Setiap peubah diuji menggunakan metode uji-t parsial kemudian diregresikan menggunakan metode regresi linear berganda (RLB) untuk mendapat persamaan peramalan produksi. Faktor yang diuji meliputi curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari, pemupukan, umur tanaman, dan defisit air. Curah hujan tahunan yang dimiliki oleh kebun Sei Air Hitam Estate (SAHE) berkisar antara 1,700 – 3,400 mm/tahun. Rata-rata penyinaran matahari di kebun SAHE berkisar antara 30-70%. Kecepatan angin rata-rata SAHE berkisar antara 4-11 km/jam. Suhu rata-rata kebun SAHE berkisar 26-29 °C dengan kelembaban rata-rata yaitu 74-81%. Berdasarkan pengamatan di SAHE, pemupukan kelapa sawit dalam lima tahun terakhir berjalan dengan baik dengan realisasi pemupukan rata-rata berkisar 94-100%. Pemupukan kelapa sawit di kebuh SAHE cukup maksimal karena sesuai tepat cara, tepat jenis, tepat dosis, tepat tempat dan tepat waktu (5T) yang dapat memaksimalkan produksi kelapa sawit. Peubah-peubah yang berpengaruh nyata pada komponen produksi di SAHE yaitu umur tanaman (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), kecepatan angin (24 BSP), penyinaran matahari (6 BSP), dan hari hujan (24 BSP). Rendahnya akurasi peramalan yang dikembangkan menggunakan data yang tersedia di SAHE diduga terkait dengan kualitas data agroekologi. SAHE tidak memiliki stasiun pengamat iklim sehingga data yang ada berasal dari wilayah sekitar yang ada kemungkinan berbeda.
KAJIAN FAKTOR AGROEKOLOGI UNTUK PERAMALAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SEI AIR HITAM ESTATE, PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA, KAB. ROKAN HULU, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MUNANDAR IRFANDA A24080062
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
i
Judul : KAJIAN FAKTOR AGROEKOLOGI UNTUK PERAMALAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SEI AIR HITAM ESTATE, PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA, KAB. ROKAN HULU, RIAU Nama : MUNANDAR IRFANDA NIM : A24080062
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Edi Santosa, MSi NIP.19700520 199601 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP.19611101 198703 1 003 Tanggal Lulus :
Riwayat Hidup Penulis bernama Munandar Irfanda, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Hazairin Anwar dan Ibu Parsinah Sandy. Penulis dilahirkan di kota Kendal, provinsi Jawa Tengah pada tanggal 9 Desember 1990. Pendidikan dasar ditempuh pada tahun 1996 di SD Negeri Sadang 3, Purwakarta. Kemudian pada tahun 2002, melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 3, Purwakarta. Pada tahun 2005, penulis diterima di SMAN 1 Purwakarta, Jawa Barat. Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah mengikuti Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama satu tahun, pada tahun 2009 penulis diterima masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis
mengambil
Minor
Manajemen
Fungsional,
Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada tahun 2009-2010. Penulis juga tergabung dalam berbagai kepanitiaan dan berkesempatan menjadi ketua pelaksana acara olahraga mahasiswa Agronomi dan Hortikultura “Agronomy Sports and Entertainment event 2 “ (Agrosportsment 2).
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Faktor Agroekologi untuk Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sei Air Hitam Estate, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa, Kab. Rokan Hulu, Riau”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan : 1. Ayahanda Hazairin Anwar, Ibunda Parsinah Sandy, dan adik-adikku Rina Nur Azizah dan M. Iqbal Al-ghifari yang memberikan dukungan dan biaya selama pendidikan. 2. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini. 3. Ir. Is Hidayat Utomo, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam mengikuti proses perkuliahan. 4. Direksi First Resources yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang, terutama Atmojo S.W, SP (General Manager) dan Syaiful Azmi, SP (Field Manager). 5. Adi K.Purba asisten afdeling I selaku pembimbing lapangan yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis selama kegiatan magang, serta seluruh staf dan karyawan perusahaan yang memberikan arahan teknis lapangan. 6. Gina Aryanthi dan Arini Gaisha Atsari atas dukungan dan motivasinya. 7. Sahabat terbaikku (Firman, Yuda, Agus, Willy, Ismail, Haikal) Teman-teman INDIGENOUS 45 yang sangat dicintai, Tim Magang First Resources IPB’12 (Dimas, Wahyu, Yelli, Ratih, Rani, Ika), atas kenangan, dukungan dan pengalaman tidak terlupakan selama di IPB. Bogor, September 2012 Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ....................................................................................
Hal ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................... Tujuan ........................................................................................... Hipotesis .........................................................................................
1 2 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit........................................................................ Syarat Tumbuh ............................................................................... Peramalan Produksi ........................................................................
4 5 7
BAHAN DAN METODE MAGANG Waktu dan Tempat ....................................................................... Metode Pelaksanaan ...................................................................... Pengumpulan Data ........................................................................ Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................
9 9 10 14
KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif ........................................................ Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................. Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ............................................ Keadaan Tanaman dan Produksi .................................................. Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan .................
17 17 18 19 20
HASIL PELAKSANAAN MAGANG Aspek Manajerial ......................................................................... Aspek Teknis ................................................................................ Aspek Khusus ...............................................................................
23 27 49
KESIMPULAN ......................................................................................
67
SARAN ...................................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
68
LAMPIRAN .............................................................................................
70
DAFTAR TABEL Nomor
Hal
1. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit .................
6
2. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit ............
7
3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam .............
20
4. Data produksi dan produktivitas tahun 2007-2011 ......................
20
5. Jumlah karyawan staf dan non-staf PT. PISP tahun 2012 ..........
22
6. Daftar dosis pemupukan beserta upah yang dibayar ......................
32
7. Jenis pupuk dan kandungannya yang digunakan di SAHE ...........
34
8. Dosis rekomendasi pupuk afdeling 1 tahun 2012 .........................
34
9. Kandungan unsur hara yang terkandung dalam JJK .....................
36
10. Kandungan unsur hara yang terkandung dalam POME ................
37
11. Deskripsi alat-alat panen ..............................................................
41
12. Tingkat kematangan kelapa sawit .................................................
42
13. Ketentuan denda bagi pemanen, mandor panen, dan kerani produksi .........................................................................................
47
14. Daftar premi panen ........................................................................
48
15. Hasil uji-t Parsial ..........................................................................
55
16. Sidik ragam untuk persamaan regresi linier berganda I ..............
56
17. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear I ........
56
18. Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson untuk persamaaan regresi linear berganda I ..........................................................................
57
19. Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda II ............
58
20. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear II .....
58
21. Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson untuk persamaaan regresi linear berganda II ....................................................................... 59 22. Hasil produksi duga bulanan peramalan regresi linear II pada produksi 2010 ............................................................................
60
23. Hasil produksi duga bulanan peramalan regresi linear II pada produksi 2009 ...........................................................................
61
24. Hasil uji-t parsial (Sulistyo, 2010) ...........................................
63
25. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear berganda pada produksi SAHE tahun 2010 ...........................
64
26. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear berganda pada produksi SAHE tahun 2009 ...........................
64
DAFTAR GAMBAR Nomor
Hal
1. Diagram pencar menunjukkan berbagai derajat korelasi ..............
15
2. Struktur organisasi tingkat afdeling di Sei Air Hitam Estate ......
22
3. Penyemprotan herbisida di SAHE ................................................
28
4. Serangan rayap dan tikus di SAHE ..............................................
30
5. Supply point pemupukan ...............................................................
33
6. Pemupukan kelapa sawit di piringan .............................................
33
7. Infus akar di SAHE .......................................................................
35
8. Aplikasi JJK pada kelapa sawit .....................................................
36
9. Aplikasi POME di SAHE .............................................................
38
10. Tingkat kematangan buah kelapa sawit .........................................
42
11. Grafik perbandingan produksi kelapa sawit SAHE dengan produksi PPKS pada kesesuaian lahan S1 dan S2 ........................................
49
12. Grafik curah hujan bulanan SAHE tahun 2005-2011 ...................
50
13. Diagram curah hujan tahunan SAHE tahun 2005-2010 ................
51
14. Grafik penyinaran matahari di SAHE tahun 2007-2009 ...............
53
15. Plot sisaan vs Y duga untuk persamaan regresi linier berganda I ..
57
16. Plot sisaan vs Y duga untuk persamaan regresi linear berganda II
59
17. Perbandingan produksi aktual, produksi duga, dan budget produksi bulanan tahun 2009 – 2010 ............................................................
62
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Hal
1. Jurnal harian magang sebagai karyawan harian lepas di SAHE, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa, First Resources Group, Kabupaten Rokan Hulu, Riau ..................................................
71
2. Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor di SAHE, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa, First Resources Group, Kabupaten Rokan Hulu, Riau ......................................................................
73
3. Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten di SAHE, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa, First Resources Group, Kabupaten Rokan Hulu, Riau ......................................................................
74
4. Peta wilayah SAHE ...................................................................
77
5. Curah hujan SAHE 2005-2011 ..................................................
78
6. Peta sebaran tanah SAHE ..........................................................
79
7. Struktur organisasi SAHE .........................................................
80
8. Peta wilayah afdeling 1 ..............................................................
81
9. Data produksi, produktivitas, dan produktivitas/pohon tahun 2007-2011 di SAHE ...................................................................
82
10 Data iklim Kabupaten Rokan Hulu tahun 2005-2010 ................
84
11 Data historis pemupukan di SAH Estate tahun 2007-2011 ........
86
12 Neraca air di Sei Air Hitam Estate tahun 2005 – 2011 ..............
87
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) merupakan tanaman komoditas perkebunan yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang sangat cerah. Menurut Setyamidjaja (2006), kelapa sawit dapat menghasilkan beberapa jenis produk industri yaitu: minyak sawit (CPO), minyak inti sawit (PKO), minyak goreng, minyak salad, sabun, gliserin, margarine dan sekian banyak lagi produk turunannya termasuk minyak bakar kendaraan bermotor. Permintaan dunia akan minyak sawit setiap tahun meningkat rata-rata 6.5% per tahun. Menurut Sunarko (2009) perkembangan luas dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir telah meningkat dari 2.2 juta ha pada tahun 1997 manjadi 4.1 juta ha pada tahun 2007 atau meningkat 7.5% per tahun. Menurut BPS (2010), produksi minyak kelapa sawit meningkat dari 11 juta ton pada tahun 2007 menjadi 14 juta ton pada tahun 2010 dengan luasan 5 juta ha. Faktor agroekologi seperti iklim, tanah, suhu, cahaya matahari, dan angin sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit. Menurut Sastrosayono (2003) curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2,000 mm dan merata sepanjang tahun. Kekeringan selama 3 bulan akan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat yaitu anak daun tidak dapat memecah. Kekeringan juga berpengaruh terhadap produksi buah yaitu tidak mau masak (brondol). Menurut Sastrosayono (2003) tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya. Penyinaran matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat dan hasil buah tidak maksimal. Selain itu, faktor edafik memiliki peranan penting dalam menopang pertumbuhan kelapa sawit. Menurut Noor (2001) tanah gambut dapat menyebabkan keracunan, salinitas, dan kahat hara pada tanaman kelapa sawit. Aspek iklim, suhu, dan cahaya matahari yang kurang sesuai juga dapat menurunkan produksi hasil kelapa sawit seperti tidak terjadinya pembuahan dan
2
sedikitnya jumlah brondolan yang dihasilkan. Permasalahan tersebut mendorong untuk mengelola faktor agroekologi sehingga lebih mendukung bagi tanaman kelapa sawit. Peramalan produksi kelapa sawit sangat diperlukan dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit karena bermanfaat untuk memperkirakan produksi kelapa sawit atau jumlah CPO yang dapat disuplai untuk memenuhi permintaan pasar, sehingga dapat memperkirakan keuntungan perusahaan di masa datang. Namun, seringkali perubahan agroekologi seperti iklim, tanah, sinar matahari dan tindakan agronomi mempengaruhi akurasi hasil peramalan produksi kelapa sawit. adanya gap antara peramalan dengan realisasi produksi menyebabkan perlunya perbaikan sistem peramalan kelapa sawit. Sistem peramalan produksi kelapa sawit atau sistem taksasi yang akurat diharapkan dapat membantu kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, pada kegiatan magang ini difokuskan pada kegiatan indentifikasi faktor agroekologi yang spesifik bagi tanaman kelapa sawit agar akurasi peramalan produksi kelapa sawit dapat mendekati produksi aktual.
Tujuan Tujuan dari kegiatan magang ini adalah mengaplikasikan pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan pada keadaan nyata di lapangan. Selain itu, magang juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mengenai pengolahan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan masukan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan dan peramalan produksi. Aspek khusus yang akan diamati dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari pengaruh faktor agroekologi terhadap hasil tandan buah segar kelapa sawit guna pengembangan teknik peramalan produksi kelapa sawit yang lebih akurat.
3
Hipotesis 1. Terdapat faktor agroekologi yang mempengaruhi secara langsung terhadap produksi kelapa sawit. 2. Data agroekologi dapat digunakan dalam peramalan produksi kelapa sawit.
4
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Setyamidjaja (2006) kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika. Elaeis guineensis Jaqc termasuk ordo Palmales, Famili Arecaceae dan genus Elaeis. Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian 15-18 meter. Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier , dan kwarterner. Akar primer tumbuh vertikal ke bawah, bertugas untuk mengambil air dan makanan. Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal dan dari akar sekunder ini tumbuh akar tersier dan kwarterner yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar tersier dan kwarterner sangat aktif mengambil air dan hara dari dalam tanah (Setyamidjaja, 2006). Menurut Sunarko (2009) tanaman kelapa sawit umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internoda (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam didalam tajuk, berbentuk seperti kubis, dan enak dimakan. Pahan (2010) menyatakan bahwa daun kelapa sawit terdiri dari: 1). Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib), 2). Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, 3). Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang, dan 4). Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang. Pahan (2010) menambahkan bahwa untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif sebanyak-banyaknya. Tetapi untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil kehilangan (losses) produksi, maka beberapa pelepah perlu dipotong dengan jumlah pelepah yang optimum yaitu 48-56 pelepah pada tanaman muda dan 40-48 pelepah pada tanaman tua.
5
Syarat Tumbuh Kelapa sawit membutuhkan faktor edafik, iklim, dan ekologi yang sesuai agar
dapat
menghasilkan
produksi yang
optimum.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan telah banyak dikaji oleh para peneliti. Faktor lingkungan yang paling banyak berperan adalah status air, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban, keberadaan penyerbuk, kesuburan tanah, pemupukan, dan sebagainya. Menurut Lubis (2008) kebutuhan air efektif bagi kelapa sawit adalah 1,300 – 1,500 mm/tahun sehingga jumlah curah hujan yang baik (optimum) adalah 2,000 – 2,500 mm/tahun. Apabila curah hujan terlalu besar maka akan timbul permasalahan pada transportasi, pemupukan dan pemeliharaan. Namun apabila terjadi defisit air menyebabkan produksi turun drastis. Keadaan pertumbuhan memang dapat di normalisasi kembali namun dalam waktu yang panjang. Recovery pertumbuhan akan mulai pada tahun ketiga dan keempat karena defisit air merusak perkembangan bunga sebelum anthesis dan pada bunga yang telah anthesis menyebabkan gagal matang tandan. Gangguan terberat dapat menyebabkan patah pucuk dan mati. Menurut Risza (2010) defisit air 300 mm/tahun atau < 60 mm/bulan pada tanaman kelapa sawit menurunkan produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit membutukan intensitas cahaya matahari yang tinggi untuk melakukan fotosintesis. Menurut Setyamidjaja (2006) lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari. Lama penyinaran terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, pembentukan bunga (sex ratio), dan produksi buah. Kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari cukup, pertumbuhannya akan lambat, produksi bunga betina menurun, dan gangguan hama/penyakit meningkat. Tabel 1 menunjukkan kriteria iklim yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Menurut Pahan (2010) tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28° C. Tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20° C, tetapi pertumbuhannya sudah mulai terhambat pada suhu 15° C. Menurut Setyamidjaja (2006) kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80%.
6
Menurut Pahan (2010) penyerbukan kelapa sawit (anemophyli) efektif pada kecepatan angin 5-6 km/jam. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan tanaman menjadi miring, bahkan angin terlalu besar dapat merusak perkebunan kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang juka akan mempengaruhi efektivitas serangga penyerbukan. Tabel 1. Kriteria iklim untuk kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit Kadaan Iklim Curah Hujan (mm) Defisit air/tahun (mm) Temperatur (°C) Penyinaran (jam) Kelembaban (%)
(Kelas 1) Baik 2,000 – 2,500
(Kelas 2) Sedang 1,800 – 2,000
(Kelas 3) Kurang Baik 1,600 – 1,800
(Kelas 4) Tidak Baik
0 – 150
150 – 250
250 – 400
>400
22 – 33
22 – 33
22 – 33
22 – 33
6
6
<6
<6
80
80
< 80
< 80
_
Sumber : Hartono, 2008
Menurut Hartono (2008) tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit mengandung cukup banyak lempung, beraerasi baik dan subur, berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum tanah cukup dalam, dan tidak berbatu. Tanah dengan derajat keasaman (pH) antara 4-6 adalah yang ideal. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1-400 m dpl, topografi datar dan berombak sampai bergelombang dengan kelerengan berkisar antara 0-25%. Klasifikasi keadaan tanaman yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 2.
7
Tabel 2. Klasifikasi keadaan tanah kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit Keadaan Tanah Tinggi tempat Topografi Lereng (%) Solum (cm) Kedalaman air (cm) Tekstur Bahan organik (cm) Batuan Erosi Drainase Banjir Pasang surut
(Kelas 1) Baik 0 – 400 m dpl Datar berombak 0 – 15 >80 >80 Lempung liat 5 – 10 Dalam Tidak ada Baik Tidak ada Tidak ada
(Kelas 2) Sedang 0 – 400 m dpl Bergelombang 16 – 25 80 60 – 80 Liat berpasir 5 – 10 Dalam Tidak ada Agak baik Tidak ada Tidak ada
(Kelas 3) (Kelas 4) Kurang Baik Tidak Baik 0 – 400 m dpl 0 – 400 m dpl Berbukit Curam 25 – 36 >36 60 – 80 >60 50 – 60 40 – 50 Pasir lempung liat Pasir 5 – 10 <5 Dalam Dangkal Tidak ada Sedikit Agak baik Agak baik Tidak ada Sedikit Tidak ada Sedikit
Sumber : Setyamidjaja (2006)
Peramalan Produksi Peramalan dapat diartikan sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai di masa yang akan datang. Untuk membuat peramalan, dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu lampau dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data waktu lampau itu akan berulang pada waktu yang akan datang. Jenis peramalan dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup, dan metode yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu, peramalan dapat dibedakan menjadi peramalan jangka pendek dan peramalan jangka panjang. Peramalan jangka panjang biasa dilakukan oleh pemimpin perusahaan yang bersifat umum, berfungsi sebagai dasar untuk membuat peramalan jangka panjang. Menurut Aritonang (2009) peramalan adalah kegiatan penerapan model yang telah dikembangkan untuk mengetahui produksi pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit. Peramalan memberikan dasar dalam proyeksi pendapatan, penentuan anggaran dan pengendalian biaya. Data peramalan menjadi masukan penting pada perencanaan kapasitas produksi, sarana produksi, dan penjadwalan.
8
Berdasarkan metode yang digunakan, peramalan dibedakan menjadi peramalan dengan metode kualitatif (non-parametrik) dan metode kuantitatif (parametrik). Peramalan dengan metode kualitatif didasarkan pada individuindividu penilaian orang yang melakukan peramalan dan tidak bergantung pada data-data statistik. Metode tersebut digunakan untuk peramalan produk baru dimana belum ada data historis. Teknik model peramalan kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau faktor subyektif individu dalam peramalan. Model non parametrik sangat berguna terutama ketika faktor subyektif diharapkan sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan. Menurut Makridakis et al. (1995) peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila tersedia informasi tentang masa lalu (data historis), informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik dan dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Teknik peramalan kuantitatif sangat beragam, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu dan untuk berbagai tujuan. Setiap teknik yang akan dipilih memiliki sifat,
ketepatan,
tingkat
kesulitan,
dan
biaya
tersendiri
yang
harus
dipertimbangkan. Metode kuantitatif dapat berupa deret berkala dan metode kausal.
9
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan dari tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012, bertempat di perkebunan besar swasta nasional (PBSN) PT. Perdana Inti Sawit Perkasa (PISP), First Resources Group, Sei Air Hitam Estate, Kabupaten Rokan Hulu,
Riau. Di lokasi magang merupakan tanaman
menghasilkan (TM) dan terdapat kegiatan pembibitan terutama untuk sisipan tanaman, sehingga magang difokuskan pada kegiatan pemeliharaan dan panen.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang yang dilakukan penulis adalah mempelajari dan melakukan kegiatan di lapangan sebagai pekerja harian lepas selama satu bulan, menjadi pendamping mandor selama satu bulan, dan sebagai pendamping asisten divisi selama satu bulan. Uraian kegiatan selama magang disajikan pada Lampiran 1-3. Pada satu bulan pertama sebagai pekerja harian lepas penulis melakukan semua pekerjaan yang dijadwalkan mulai dari pemeliharaan bibit di pembibitan, penyisipan tanaman, pemeliharaan tanaman (pengendalian gulma, pemupukan, dan penunasan) hingga ke pemanenan. Pada
bulan
kedua
penulis
mendampingi
mandor
dengan
tugas
melaksanakan instruksi dari asisten divisi. Tugas sehari-hari yang dilakukan penulis sebagai pendamping mandor adalah mengikuti briefing pagi dan melakukan check roll, melakukan pengaturan tenaga kerja bersama asisten divisi, mengawasi pekerja dalam kegiatan budidaya terutama pengendalian gulma, pemupukan, penunasan serta pengendalian hama dan penyakit, hingga ke pemanenan. Pekerjaan lainnya membuat laporan harian kebun yang di dalamnya tercantum prestasi kerja setiap pekeja dari setiap pekerjaan. Pada bulan ketiga penulis bertugas sebagai pendamping asisten divisi. Tugas sehari-hari yang dilakukan penulis sebagai asisten pendamping divisi adalah menyusun rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah
10
disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Prestasi kerja penulis selama menjadi pekerja harian lepas, pendamping mandor, dan pendamping asiten divisi dapat dilihat pada Lampiran 1. Penulis melaksanakan aspek khusus yaitu, kajian faktor agroekologi untuk peramalan produksi.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kegiatan magang berlangsung. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara dengan mandor dan asisten. Pengumpulan data primer terbagi menjadi dua bagian, data primer untuk laporan umum dan data primer untuk uji korelasi kehilangan hasil produksi. Data primer untuk laporan umum adalah data prestasi kerja penulis selama menjadi pekerja harian lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi. Data primer untuk uji korelasi difokuskan pada data jumlah tandan buah segar layak panen (matang) yang tidak dipanen, jumlah tandan buah segar mentah yang dipanen, dan jumlah berondolan yang tidak terkutip. Data sekunder yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu data sekunder untuk laporan umum dan data sekunder untuk keperluan analisis fungsi peramalan produksi. Data sekunder untuk laporan umum berupa luas areal konsesi dan tata guna lahan serta produksi dan produktivitas kebun. Data
sekunder yang
diperlukan untuk keperluan analisis fungsi peramalan produksi berupa data curah hujan, penyinaran, jenis tanah, umur tanaman, populasi tanaman per hektar, pemupukan, produksi kelapa sawit, dan produksi minyak kelapa sawit. Data sekunder tersebut merupakan data yang dikumpulkan selama lima tahun (Januari 2007 sampai dengan Desember 2011) dan diperoleh melalui laporan manajemen kebun yang akan digunakan dalam kegiatan peramalan. Data panen lengkap diperoleh hingga 2011, tetapi data yang lain seperti data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari hanya tersedia hingga 2010. Oleh karena itu, dasar perhitungan untuk analisis menggunakan data hingga 2010.
11
Data sekunder yang dikumpulkan sebagai parameter agronomi yang mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit untuk peramalan produksi meliputi: 1. Data produktivitas kelapa sawit Data produksitivitas kelapa sawit merupakan data produktivitas bulanan (ton/ha/bulan) di Sei Air Hitam Estate (SAHE) mulai tahun 2007-2011. 2. Data rata-rata umur tanaman (bulan) Data umur tanaman hitung berdasarkan perhitungan rataan umur tanaman (RUT) dengan rumus :
RUT =
L
T
T
T T
L
XU
P
T
T
T
T
Tanaman kelapa sawit di SAHE memiliki komposisi dengan tahun tanam 1993, 1994, 1995, 1998, 1999, 2000, 2002, dan 2004. Perhitungan RUT dilakukan dengan menghitung rataan umur tanaman pada tiap tahun tanam kemudian dihitung rataan umur tanaman dalam satu kebun. Karena data bulan penanaman secara akurat tidak tersedia, maka diasumsikan sebagai dasar penghitungan umur tanaman, waktu penanaman adalah bulan Oktober setiap tahunnya. Contoh perhitungan : Pada tahun 2010 rataan umur tanaman kelapa sawit di SAHE untuk tanaman tahun 1993 (398.96 ha) adalah 17 tahun, tahun tanam 1994 (542.38 ha) adalah 16 tahun, tahun tanam 1995 (1,235.52 ha) adalah 15 tahun, tahun tanam 1998 (22.29 ha) adalah 12 tahun, tahun tanam 1999 (54.51) adalah 11 tahun, tahun tanam 2000 (30.76 ha) adalah 10 tahun, tahun tanam 2002 (22.49 ha) adalah 8 tahun, dan tahun tanam 2004 (77.35 ha) adalah 6 tahun. Luas area TM di SAHE adalah 2384.26 ha. Rataan umur tanaman di SAHE pada tahun 2010 dihitung menjadi : RUT = ((398,96 x 17) + (542 x 16) + (1,235.52 x 15) + (22,29 x 12) + (54.51 x 11) + (30.76 x 10) + (22.49 x 8) + (77.35 x 6)) : 2384.26 = 15.02 tahun = ±180 bulan
12
3. Data populasi tanaman kelapa sawit Data populasi tanaman kelapa sawit meliputi jumlah tanaman kelapa sawit pada tahun 2005-2009 untuk tahun tanam 1993, 1994, 1995, 1998, 1999, 2000, 2002, dan 2004 beserta luasan area tiap tahun tanam tersebut. Jumlah populasi tanaman rata-rata seluruh kebun (tanaman/ha) diketahui dengan membagi total populasi tanaman kebun dengan luas total kebun. 4. Data realisasi pemupukan Data realisasi pemupukan adalah data realisasi pemupukan terhadap program pemupukan sesuai dengan dosis rekomendasi dari Departemen Riset PT.Perdana Inti Sawit Perkasa (PISP). Selain itu, kegiatan pemupukan juga diasumsikan berjalan dengan optimal dan semua tanaman terpupuk. Data realisasi pemupukan diambil berdasarkan data historis pemupukan di SAHE tahun 2007-2011. Berdasarkan hasil wawancara dan penelusuran data diperoleh informasi bahwa persen realisasi pemupukan selalu mendekati 100%. Oleh karean itu data realisasi pemupukan dianggap ceteris paribus (diasumsikan sama), sehingga dikeluarkan sebagai peubah pengamatan. 5. Data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari Data suhu udara (°C), kelembaban udara (%), kecepatan angin (knots), dan lama penyinaran matahari (%) merupakan data rata-rata bulanan dari tahun 2005-2010 yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk wilayah kabupaten Rokan Hulu dan Kota Pekanbaru (Stasiun Pekanbaru). Selanjutnya, satuan untuk kecepatan angin diubah dalam km/jam (1 knots = 1.852 km/jam). 6. Data curah hujan dan hari hujan Data curah hujan dan hari hujan (tahun 2005-2011) adalah hasil pengukuran yang dilakukan oleh staf kebun menggunakan alat penakar hujan. Mulut penakar mempunyai luas 100 cm3 dengan diameter 11.3 cm. Pengukuran curah hujan dilakukan tiap pukul 08.00 pagi. Bila terjadi hujan, maka air akan terkumpul dalam tabung kolektor kemudian dikeluarkan dan diukur dengan menggunakan gelas ukur volume (ml). Cara penghitungan jumlah curah hujan
13
(mm) dilakukan dengan membagi volume air yang ditampung dengan luas mulut penakar. Menurut Sulistyo (2010), Suatu hari dikatakan hujan (dicatat sebagai hari hujan) apabila dalam waktu 24 jam curah hujan yang terkumpul di dalam tabung kolektor ≥ 0.05 mm. 7. Data defisit air (metode Sulistyo, 2010) Defisit air dihitung dengan cara metode Tailiez (Siregar et al., 2006). Metode tersebut didasarkan pada perhitungan nilai keseimbangan air (neraca air). Nilai keseimbangan air diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan (mm) dengan cadangan awal air kemudian dikurangi evapotranspirasi. Jumlah defisit air tiap bulan dijumlahkan untuk memperoleh defisit air dalam setahun (mm/tahun). Asumsi yang digunakan dalam metode Tailiez adalah asumsi Evapotranspirasi yang diasumsikan bernilai 150 mm/bulan jika hari hujan ≤10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan >10 hari/bulan. Asumsi kemampuan tanah dalam menyimpan air atau cadangan air dalam tanah yang berniali maksium 200 mm. Defisit air terjadi apabila nilai keseimbangan air <0 mm, sedangkan keseimbangan air dengan nilai >0 mm menunjukkan tidak terjadi defisit air. Apabila nilai keseimbangan air bernilai >200 mm, maka terjadi drainase dan kelebihan air akan disimpan dalam tanah sebagai cadangan awal untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum 200 mm. 8. Data kelas kesesuaian lahan Data kelas kesesuian lahan merupakan data laporan survei tanah Departemen Riset PT. PISP pada tahun 2010.
14
Metode Pengolahan dan Analisis Data Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, digunakan pendugaan fungsi produksi yang paling sesuai. Fungsi produksinya dirumuskan, selanjutnya dianalisis faktor produksi mana yang paling berpengaruh terhadap produksi tanaman kelapa sawit sehingga perkebunan dapat memfokuskan pengawasan terhadap faktor-faktor tersebut untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penggunaan input produksi. Produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh keadaan iklim dan teknis budidaya kelapa sawit. Untuk mengetahui peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit dilakukan pengujian terhadap peubah iklim (suhu, kecepatan angin, kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, dan hari hujan) dan peubah kultur teknis (pemupukan, jumlah populasi tanaman/ha, dan umur tanaman). Penyusunan model menggunakan dua pendekatan yaitu mendesain model dengan menggunakan metode peramalan berdasarkan data kebun SAHE. Jika hasil tidak memuaskan, maka digunakan model yang dikembangkan oleh Sulistyo (2010). Metode yang digunakan dalam pengolahan data yang telah diperoleh adalah metode korelasi dan multiple regresion linear model dengan alat bantu pengolah data adalah Minitab 14. Metode korelasi adalah metode yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah X dan Y melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi. Kita mendefinisikan koefisien korelasi linear sebagai ukuran hubungan linear antar dua peubah acak X dan Y, dan dilambangkan dengan r. Jadi, r mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis lurus. Dengan membuat diagram pencar bagi n pengamatan {(xi
,
yi) ; i = 1, 2,....,
n}dalam contoh acak, dapat ditarik kesimpulan tertentu mengenai r. Bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif (Gambar 1a), maka ada korelasi positif yang tinggi antara dua peubah. Akan tetapi, bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan negatif (Gambar 1b), maka antara kedua peubah itu terdapat korelasi negatif yang tinggi. Korelasi antara kedua peubah semakin menurun secara numerik dengan semakin
15
memencar atau menjauhnya titik-titik dari suatu garis lurus. Bila titik-titik mengikuti suatu pola yang acak, dengan kata lain tidak ada pola (Gambar 1c), maka kita mempunyai korelasi nol, dan disimpulkan tidak ada hubungan linear antara X dan Y.
. . . . . . . . . . . . . . . .
y
y
. . . . . . . . . . . . .
x
x
a) Korelasi positif dan tinggi
b) Korelasi negatif dan rendah
y
. . . . . . . . . . . . . . . .
y
x c) Korelasi nol
x d) Korelasi nol
Gambar 1. Diagram pencar menunjukkan berbagai derajat korelasi Multiple regrestion linear model adalah model analisis regresi yang
biasanya digunakan untuk pendugaan atau peramalan. Asumsi dasar dari model tersebut adalah peubah tak bebas (Y) yaitu nilai produksi kelapa sawit, merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas (βk Xki) yaitu iklim dan kegiatan kultur teknis. Model regresi linear yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Bentuk umum model regresi linear berganda dengan k peubah penjelas yaitu : Y = β0 + β1 X + β2 X2 + ...... + βk Xk + ε Keterangan : Y
= Peubah respon (produksi kelapa sawit)
β0
= Nilai variabel respon ketika variabel prediktor bernilai nol
β1, β2,... βk
= Parameter-parameter model regresi untuk variabel ke-1 sampai ke-k
16
X1, X2, Xk = Peubah prediktor (iklim dan kultur teknis kelapa sawit) ε
= Sisaan atau simpangan
Permasalahan yang sering muncul dalam metode analisis regresi linear berganda adalah terjadinya autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedasitas. masalah-masalah tersebut dapat mempengaruhi asumsi-asumsi dalam persamaan regresi linear berganda sehingga asumsi tidak terpenuhi. Autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson
(DW) pada output minitab.
Autokorelasi tidak terjadi jika nilai DW mendekati 2 pada kisaran 0-4. Nilai DW kurang dari 2 menunjukkan adanya autokorelasipositif dan nilai DW lebih dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif. Cara untuk mengatasi autokorelasi adalah dengan metode Cochrane-Orcutt yang terdiri dari tiga tahapan yaitu menduga model regresi yang dikaji dan menghitung dugaan sisaannya, menduga model sisaan untuk memperoleh dugaan koefisien autokorelasi (ρ), dugaan (ρ) digunakan untuk menerapkan prosedur generalized differencing kemudian menduga model transformasi. Multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada output minitab yang melebihi nilai 10. Menurut Juanda (2009), cara untuk mengatasi multikolinearitas yaitu dengan mengeluarkan peubah dengan kolinearitas tinggi dari persamaan, melakukan transformasi terhadap peubah-peubah dalam model dengan bentuk pembedaan pertama (first different form) untuk data deret waktu, menggunakan regresi komponen utama (principal component), menggabungkan data cross section dengan data deret waktu, memeriksa kembali asumsi waktu model, dan menambahkan data baru. Persamaan peramalan dianggap mendekati peramalan jika selisih antara estimasi dengan realisai ± 5%.
17
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif Sei Air Hitam Estate (SAHE) merupakan perkebunan kelapa sawit milik PT. Perdana Inti Sawit Perkasa (PT. PISP). Perusahaan ini dahulu tergabung dalam Ciliandra Perkasa Group, kemudian pada tahun 2010 diakuisisi oleh First Resources Ltd., sebuah perusahaan perkebunan swasta asing yang berasal dari Singapura. SAHE terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Perusahaan berjarak 30 km dari Kota Tengah atau 5-6 jam dari Kota Pekanbaru. Batas-batas kebun PT. Perdana Inti Sawit Perkasa (PT.PISP) sebelah utara dan barat berbatasan dengan kebun PT. Panca Surya Agrindo, sebelah selatan berbatasan dengan kebun plasma dan KKPA, sebelah Timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS. Peta wilayah SAHE dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah Curah hujan rata-rata tahunan SAHE dalam kurun waktu 7 tahun terakhir (2005-2011) adalah 2,345.14 mm/tahun dengan jumlah hari hujan pertahun ratarata 107 hari. Data mengenai curah hujan selama kurun waktu 7 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Menurut kelas iklim Schmidth-Ferguson, keadaan iklim di SAHE termasuk dalam tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah. Tanah di SAHE tergolong ke dalam ordo entisol, hasil dari endapan sungai dan di klasifikasikan menjadi dua subgrup, yaitu: Humic Dystrudepts dan Typic Dystrudepts. Jenis tanah didominasi oleh tanah mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation – kation basa seperti Ca, Fe, Mg, K dan Na. Ciri-ciri subgrup Humic Dystrudept menunjukkan bahwa tanah ini terbentuk dari rejim kelembaban humid. Tanah ini mempunyai epipedon penciri Umbrik. Horizon penciri umbrik secara kasat mata berwarna hitam, dan mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50%. Jenis sub grup Humic Dystrudept memiliki cakupan seluas 1,062 ha dari total luas lahan 2,476 ha yang ada di SAHE.
18
Ciri-ciri subgrup Typic Dystrudepts menunjukkan bahwa tanah ini terbentuk dari rejim kelembaban humid. Tanah ini juga memiliki kejenuhan basa yang rendah yakni kurang dari 50%. Jenis sub grup Typic Dystrudepts memiliki cakupan seluas 1,414 ha. Areal SAHE memiliki kondisi topografi dengan kemiringan 1-3 % seluas 2,476 ha. Derajat kemasaman tanah (pH) SAHE adalah 4.37 - 5.12. SAHE memiliki suhu rata-rata tahunan berkisar antara 28–31oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit, SAHE tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa titik lahan yang rawan banjir. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, SAHE cukup sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Peta kesesuaian jenis tanah dapat dilihat pada Lampiran 6.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Sei Air Hitam Estate (SAHE) mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas lahan 2,476 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 2,376.28 ha untuk tanaman menghasilkan (TM). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004, kemitraan yang digunakan oleh SAHE dengan masyarakat sekitar adalah pola PIR-Trans (perusahaan inti rakyat) dan KKPA (kredit koprasi primer kepada anggota). Pola kemitraan PIR-Trans merupakan pola pengembangan perkebunan rakyat dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti dan sekaligus sebagai pelaksana pengembangan kebun plasma. Program PIR-Trans sangat baik dan bermanfaat bagi masyarakat, setidaknya mampu membuka isolasi wilayah dengan dibangunnya jalur transportasi. Pola kemitraan KKPA (kredit koprasi primer kepada anggota) merupakan pola kemitraan perusahaan inti dan petani dalam wadah koperasi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota melalui kredit jangka panjang
dari
bank.
Perusahaan
inti
membangun
dan
mengembangkan
kelembagaan petani sebagai wadah pembinaan dan bimbingan bagi petani peserta mengenai budidaya dan manajemen perkebunan kelapa sawit.
19
Areal kebun inti SAHE dibagi menjadi 3 afdeling, yaitu afedling I (755.06 ha) yang terbagi atas 25 blok, afdeling II (770.86 ha) terbagi atas 26 blok, dan afdeling III (858.34 ha) terdiri dari 28 blok. Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1992 dengan tahun tanam 1993, 1994, 1995, 1998, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan dengan tahun tanam 2008 dan 2010. Selain itu, SAHE memiliki kebun plasma PIR seluas 8,694.27 ha, dan kebun plasma integrasi KKPA sebanyak 1,758.73 ha. Kebun Plasma yang dikontrol oleh SAHE dibangun dengan pola PIRTrans terdiri dari 5 Satuan Pemukiman (SP). Dengan komposisi PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK seluas 1,066.1 ha, PIR-Trans SP II sebanyak 506 KK seluas 1, 012.54 ha, PIR-Trans SP III sebanyak 500 KK seluas 1,000 ha, PIR-Trans SP IV sebanyak 500 KK seluas 1,000 ha, PIR-Trans SP V sebanyak 380 KK seluas 760 ha. Sedangkan Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA terdiri dari kebun Integrasi SKPD Desa Sukamaju Kecamatan Tambusai sebanyak 470 KK dengan luas 940 ha, dan kebun plasma integrasi KKPA Muara Nikum seluas 818.73 ha.
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Sei Air Hitam Estate adalah varietas D x P Marihat (tenera). Jarak tanam yang digunakan 9.35 m x 9.35 m x 9.35 m dengan jarak antar barisan 8.09 m dan jarak dalam barisan 9.35 m sehingga populasi tanaman perhektar yaitu 132 pohon. Kenyataan di lapang menunjukkan adanya perbedaan jumlah pohon perhektar dikarenakan terdapat jarak tanam yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan karena serangan hama dan penyakit, dan lahan berawa sehingga banyak pohon kelapa sawit yang tumbang. Pengulangan penanaman dimulai pada tahun 1993 dan terus berlanjut hingga 2004. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di SAHE dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa areal tanam 1995 mencapai lebih 50% luas areal SAHE. Populasi, produksi, dan produktivitas SAHE tahbelun 2007-2011 disajikan pada Tabel 4.
20
Tabel 3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam Tahun Tanam 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sub total
Kebun Inti Luas (Ha) Jumlah Tanaman 398.96 50,552 542.38 69,241 1,235.52 156,819 22.29 2,605 54.51 6,935 30.76 3,859 22.49 2,786 77.35 8,676 -
Kebun Plasma Kebun KKPA Luas Jumlah Luas Jumlah (Ha) Tanaman (Ha) Tanaman 668.98 88,305 1,409.66 186,075 2,574.34 339,813 736.31 97,193 124.00 16,368 398.41 52,590 48.69 6,427 42.00 5,544 48.62 6,418 205.83 27,170 175.59 23,178 340.00 44,678
2,384.26
5,953.7
301,473
785,888
818.73
107,871
Sumber : Kantor Kebun, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa (Mei, 2012)
Tabel 4. Data produksi dan produktivitas tahun 2007-2011 Tahun
Produksi (ton)
Produktivitas (ton TBS/ha)
2007 2008 2009 2010 2011
204,259.91 221,025.36 210,058.79 181,817.55 217,162.00
22.86 24.61 22.22 18.94 22.62
Sumber : Kantor Kebun, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa (Mei, 2012)
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan SAHE dipimpin oleh seorang general manager yang bertugas memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung jawabnya dalam mempersiapkan rencana kerja anggaran kebun, dan menyusun rencana kerja operasional pabrik. General manager memiliki wewenang untuk memutuskan kebijakan operasional kebun dan pabrik dalam rangka melaksanakan rencana kerja, juga menandatangani surat/dokumen/perjanjian kerja. General manager dibantu oleh field manager, field assistant, dan kepala seksi (kasi) administrasi.
21
Kepala
administrasi
bertanggungjawab
melaksanakan
kegiatan
administrasi kebun dalam merencanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan mengendalikan kegiatan agar berjalan dengan baik. Struktur organisasi SAHE dapat dilihat pada Lampiran 7. Field manager biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas memimpin operasional bidang tanaman dan non tanaman. Field Assistant bertugas untuk menyusun dan menyerahkan rencana anggaran kerja afdeling (harian, bulanan, dan tahunan) kepada atasan untuk dievaluasi. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang field assistant dibantu oleh para mandor dan kerani afdeling. Mandor (panen dan perawatan) bertugas mengawasi kegiatan pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan perusahaan. Kerani afdeling bertugas membantu field assistant dalam menyusun dan melaporkan hasil pekerjaan di lapangan serta administrasi afdeling. Status karyawan di SAHE terdiri atas staf dan non staf. Karyawan staf meliputi general
manager, mill manager, kepala tata usaha (KTU), field
manager, dan field assistant. Karyawan non staf meliputi karyawan traksi, karyawan afdeling, karyawan harian tetap, dan pegawai bulanan tetap. Jumlah staf dan non-staf dapat dilihat pada Tabel 5.
22
Tabel 5. Jumlah Karyawan Staf dan Non-staf PT. PISP tahun 2012 No. Jabatan Jumlah 1. Staf * General Manager 1 * Mill manager 1 * Kepala Tata Usaha 1 * Kepala Keamanan 1 * Kepala Timbangan 1 * Kepala Gudang 1 * Asisten HR 1 * Asisten sortasi 1 * Asisten Proses 2 * Asisten kepala PKS 1 * Asisten Laboratorium 1 * Asisten Kepala 2 1 * Asisten Maintenance 1 * Asisten Tehnik Traksi * Asisten Kebun 9 * Assisten Land Aplication/LA 1 2. Non-Staf *PBT (Pekerja Bulanan Tetap) 85 *KHT ( Karyawan Harian Tetap) 269 *KHL ( Karyawan Harian Lepas) 12 Jumlah
392
Sumber: Bagian personalia (HR) SAHE, PT. PISP (April, 2012)
Keterangan: SPKL (Surat Perintah Kerja Lokal)
Gambar 2. Struktur organisasi tingkat afdeling di SAHE.
23
HASIL PELAKSANAAN MAGANG Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Pelaksanaan kendali teknis di kebun SAHE baik aspek teknis maupun administrasi dalam pelaksanaanya dilakukan oleh asisten dengan dibantu oleh mandor dan kerani afdeling. Mandor bertugas mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan arahan asisten serta melakukan pengecekan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Setiap hari asisten memimpin apel pagi pada pukul 06.00 WIB dengan seluruh karyawan dan mandor. Asisten memberikan evaluasi terhadap pekerjaan pada hari kemarin dan memberikan pengarahan untuk pekerjaan yang akan dilakukan hari ini. Setelah melakukan apel pagi bersama asisten, setiap mandor memberi pengarahan pada karyawan terhadap kegiatan yang dilakukan serta mengatur pembagian hanca. Pekerjaan dimulai pukul 06.30 WIB sampai pukul 16.00 WIB dan sampai pukul 11.30 WIB pada hari jum’at. Mandor Panen. Mandor panen bertugas untuk melakukan supervisi atau pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan panen sehingga tercapai mutu buah dan mutu hanca yang diharapkan. Setiap pagi setelah apel bersama asisten, mandor panen memberi pengarahan, absensi, dan pembagian hanca panen karyawan. Setelah itu, dilakukan pengecekan terhadap alat pelindung diri (APD), dan kelengkapan peralatan panen yang akan digunakan karyawan. Mandor panen memastikan semua karyawan telah masuk pada hanca masing-masing saat kegiatan panen dimulai. Setelah pembagian hanca selesai, penulis membantu mandor panen mengisi kelengkapan administrasi panen meliputi: buku rencana kerja (taksasi), buku kehilangan panen (losses), buku rotasi panen, buku laporan produksi, buku laporan potong buah, dan buku mandor. Buku rencana kerja berisi taksasi panen, tenaga kerja yang digunakan, luasan dan blok yang akan dipanen, angka kerapatan panen (AKP), berat janjang rata-rata (BJR), dan rotasi panen. Buku kehilangan panen (losses) berisi blok pengamatan mandor, nomor pemanen, jumlah buah matang yang tidak dipanen,
24
dan jumlah brondolan yang tidak diangkut. Selama kegiatan panen berlangsung, penulis membantu mandor panen mengawasi proses potong buah dan pengutipan brondolan serta melakukan pengecekan mutu buah dan mutu hanca. Sebelum karyawan pulang, dilakukan pengecekan untuk memastikan hanca panen setiap karyawan telah selesai dikerjakan. Pada sore hari, penulis dan mandor panen didampingi asisten melakukan penghitungan dan pengecekan angka kerapatan panen (AKP) serta melakukan penghitungan taksasi panen untuk mengetahui perkiraan hasil panen, kebutuhan tanaga kerja, dan kebutuhan truk pengangkut buah yang dilakukan hari berikutnya. Hasil pengecekan mutu buah dan mutu hanca diserahkan kepada asisten. Mandor Perawatan. Mandor perawatan di SAHE terbagi menjadi dua kegiatan kerja yaitu penyemprotan herbisida (Chemist) dan pemupukan. Tugas mandor semprot herbisida adalah melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengendalian gulma secara kimia atau penyemprotan herbisida pada piringan, tempat pengumpulan hasil (TPH), dan pasar pikul. Setiap pagi setelah apel bersama asisten, mandor perawatan didampingi asisten melakukan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan memberikan pengarahan serta pembagian hanca masing-masing karyawan. Setelah itu, dilakukan pengecekan terhadap alat pelindung diri (APD), herbisida, dan alat-alat yang digunakan. Setelah melakukan pengarahan, penulis membantu mandor perawatan mengisi buku rencana kerja harian dan mengisi buku kegiatan mandor (BKM) yang berisi absensi karyawan, luasan blok yang telah disemprot, volume, dan jenis herbisida yang digunakan. Setelah itu, mandor perawatan dan kerani afdeling membuat bon permintaan herbisida yang akan digunakan esok hari. Bon permintaan herbisida berisi jenis herbisida, volume, dan blok aplikasi hebisida. Bon herbisida dibuat sesuai dengan rencana kerja yang telah ditentukan oleh asisten dan disetujui oleh general manajer. Setelah bon disetujui oleh general manajer, kemudian dilakukan pengambilan herbisida ke gudang. Selama kegiatan pengendalian gulma berlangsung, penulis membantu mandor semprot untuk mengawasi kegiatan pengendalian gulma untuk memastikan ketepatan konsentrasi herbisida yang digunakan dan memastikan
25
gulma sasaran tersemprot semua. Setelah pekerjaan selesai, penulis membantu pengecekan peralatan kerja yang telah digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan alat dan kebersihan alat. Selain itu, penulis membantu mandor semprot melakukan kalibrasi waktu. Tugas utama mandor pupuk adalah melakukan supervisi atau pengawasan terhadap aplikasi pemupukan mulai dari penguntilan, pengangkutan, supply point, pelangsiran, dan pemupukan. Setiap pagi setelah apel bersama asisten, mandor pemupukan didampingi asisten melakukan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan memberikan pengarahan terhadap jenis pupuk yang akan diaplikasikan serta pembagian hanca masing-masing karyawan. Setelah itu, dilakukan pengecekan terhadap alat pelindung diri (APD) dan alat-alat yang digunakan. Setelah melakukan pengarahan, penulis membantu mandor pemupukan mengisi buku rencana kerja hari ini dan mengisi Buku Kegiatan Mandor (BKM) yang berisi absensi karyawan, luasan blok yang telah teraplikasi, volume, dan jenis pupuk yang digunakan. Setelah itu, mandor pemupukan dan kerani afdeling membuat bon permintaan herbisida yang akan digunakan besok. Bon permintaan pupuk berisi jenis pupuk yang digunakan, volume pupuk, dan blok aplikasi pemupukan. Bon pupuk dibuat sesuai dengan rencana kerja yang direncanakan oleh asisten sebelumnya dan disetujui oleh general manajer. Setelah bon disetujui oleh general manajer, kemudian dilakukan penguntilan dan pengambilan pupuk ke gudang. Selama kegiatan pemupukan berlangsung, penulis membantu mandor pupuk untuk mengawasi kegiatan pemupukan untuk memastikan ketepatan dosis pupuk yang digunakan dan memastikan semua pohon sawit telah dipupuk. Setelah pekerjaan selesai, penulis membantu pengecekan hanca yang telah dipupuk. Kerani produksi. Kerani produksi bertugas untuk menghitung jumlah TBS dan brondolan pemanen yang terkumpul di TPH dan langsung mengangkutnya ke pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga tidak ada buah yang restan/tertinggal di lapangan. Selain itu, kerani produksi juga bertugas untuk mensortasi buah yang mentah dan mengembalikannya ke pemanen. Kerani produksi juga membuat laporan produksi harian ke kantor afdeling. Selama
26
menjadi pendamping kerani produksi penulis membantu kerani produksi menghitung dan mensortasi buah mentah yang terpanen dan mengirimkannya langsung ke PKS. Kerani Afdeling. Kerani afdeling bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan administrasi kantor afdeling. Tugas harian kerani afdeling antara lain: melakukan verifikasi buku kegiatan mandor dan laporan potong buah, mengisi laporan pagi, mengisi central control dan rotasi panen, mencatat daftar curah hujan, mengisi buku prestasi kerja, mengisi monitoring absensi karyawan, monitoring produksi dan biaya, dan mengisi absensi dan prestasi kerja dalam laporan checkroll di kantor besar SAHE. Laporan pagi berisi rekapitulasi hasil panen setiap mandoran, dan bahan herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma. Buku prestasi kerja merupakan rekapitulasi prestasi kerja tiap jenis pekerjaan. Tugas bulanan kerani afdeling adalah membuat laporan bulanan tingkat afdeling, membuat rekapitulasi daftar premi dan borongan dalam sebulan, membuat laporan berita acara serah terima pekerjaan (BASTP), membagikan beras catu karyawan, dan mengisi mading bulanan. Laporan bulanan afdeling berisi rekapitulasi seluruh jenis pekerjaan dalam sebulan. Kerani afdeling bertanggung jawab terhadap keakuratan dan kerapihan seluruh arsip data afdeling sehingga mudah dicari apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Selama menjandi pendamping kerani afdeling, penulis belajar untuk melakukan Checkroll (memasukkan data transaksi kegiatan operasional kebun), mengisi buku mandor, buku asisten, kumpulan laporan kerja harian (KLKH) , dan menghitung premi.
Pendamping Asisten Asisten afdeling betugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan kegiatan afdeling dengan baik mulai dari kegiatan perawatan tanaman, produksi, sampai konservasi tanah dan air. Selain bertugas menjalankan fungsi pengelolaan dan supervisi di lapangan, asisten juga bertugas untuk mengelola administrasi afdeling, membuat rencana kerja tahunan (RKT) bersama manajer, membuat rencana kerja bulanan (RKB), dan rencana kerja harian (RKH). Asisten mengatur pengeluaran biaya (budget) afdeling sesuai dengan RKT, RKB,
27
dan RKH agar efektif dan efisien dalam penggunaannya sehingga tidak terjadi over budget. Asisten mempunyai tanggung jawab lain selain dibidang operasional kebun, yaitu melakukan pembinaan terhadap seluruh sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis dilibatkan dalam penyusunan rencana kegiatan harian, melakukan pengawasan terhadap kegiatan panen dan perawatan serta mengikuti kegiatan sosial di kebun baik pada acara keagamaan maupun olahraga.
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan. Keberadaan gulma harus dikendalikan sehingga tetap berada di bawah batas ambang ekonomi. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan di gawangan. Pengendalian gulma di SAHE dilakukan dengan dua cara yaitu secara kimia dan manual. Semprot piringan, pasar pikul, dan TPH. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan penyemprotan bahan kimia di piringan, pasar pikul, dan TPH (Gambar 3). Beberapa jenis gulma dominan yang dikendalikan yaitu Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Centotheca lappacea, Cynodon dactylon, dan Axonopus sp. Adapun gulma yang menguntungkan bagi tanaman kelapa sawit adalah Casia tora, dan Neprolephis biserata yang berfungsi sebagai inang alternatif musuh alami untuk mengendalikan hama ulat api (Setora nitens). Penyemprotan gulma di SAHE menggunakan alat semprot Solo sprayer dan micron herby sprayer (MHS). Solo sprayer adalah alat semprot bertekanan dengan pompa manual. Tipe nozel solo sprayer yang digunakan adalah nozel warna biru. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH adalah herbisida purna tumbuh sistemik dengan bahan aktif Glifosat 480 g/l (nama dagang “Bionasa”). Dosis yang digunakan untuk aplikasi
28
semprot herbisida menggunakan alat solo sprayer adalah 480 cc/ha. Sebelum diaplikasikan,
dilakukan
pencampuran
dengan
perbandingan
1:1
(v/v).
Pencampuran larutan herbisida dengan air bertujuan untuk menghindari agar larutan tersebut tidak dapat dijual lagi apabila sudah tercampur dengan air. Selain itu, ditambahkan juga metafuron dengan dosis 66 g/l. Konsentrasi yang digunakan adalah 80 ml/15 liter (1 knapsack) atau 0.53%. Rotasi penyemprotan adalah tiga kali setahun.
Gambar 3. Penyemprotan herbisida Penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH dengan menggunakan solo sprayer dilakukan oleh tenaga kerja borongan atau SPKL (surat perintah kerja lokal) yang terdiri dari 5 orang tenaga kerja wanita, 1 orang tenaga kerja pria, dan 1 orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan standar kerja yang ditetapkan kebun sebesar 6 ha/HK dengan upah Rp 22,500/ha atau Rp 15,000 untuk semprot piringan dan Rp 7,500 ha untuk semprot pasar pikul. Kendala-kendala yang dihadapi pada alat solo sprayer adalah kerusakan alat seperti pompa knapsak yang kurang baik dan tangki yang bocor, tidak tersedia air pada area penyemprotan, kualitas pencampuran herbisida kurang baik karena menggunakan air yang berasal dari parit yang cenderung keruh. Pada bulan april 2012 SAHE mulai menggunakan alat semprot CDA (controlled droplet application) atau dipasaran lebih dikenal dengan nama micron herby sprayer (MHS) dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Konsentrasi yang digunakan untuk aplikasi semprot herbisida menggunakan MHS adalah 450 herbisida yang dilarutkan dalam 6 liter air untuk
29
luasan satu hektar. Bahan tersebut dicampur dengan metafuron 50 g/l sebelum diaplikasikan. Penulis membantu mandor melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyemprotan dan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aplikasi yaitu 40 menit/ha. Penyemprotan gulma di piringan, pasar pikul, dan TPH dengan menggunakan MHS dilakukan oleh tenaga kerja borongan atau SPKL (surat perintah kerja lapang) yang terdiri dari 6 orang tenaga kerja wanita, 1 orang tenaga kerja pria, dan 1 orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok untuk semua afdeling di SAHE dengan standar kerja yang ditetapkan kebun sebesar 5 ha/HK dengan upah 12,500/ha atau Rp 8,000/ha untuk semprot piringan dan Rp 4,500 untuk semprot pasar pikul. Kendala-kendala yang dihadapi pada alat MHS adalah alat/stik berat dan metafuron sering menggumpal dan menghambat nozel sehingga larutan herbisida sulit keluar. Prestasi kerja penulis selama menjadi KHL adalah 0.5 ha/HK sedangkan karyawan mampu mencapai 3 ha/ HK untuk alat solo sprayer. Babat tanaman pengganggu (BTP). Babat tanaman penggangu merupakan pengendalian gulma secara manual yang dilakukan di SAHE. Pekerjaan ini dilakukan oleh pekerja borongan atau SPKL yang terdiri dari 5 orang karyawan laki-laki. Setiap karyawan ditargetkan untuk menyelesaikan 1 ha lahan dalam 7 jam kerja. Alat-alat yang digunakan adalah cados, golok, sabit, dan garukan. Pekerjaan yang dilakukan adalah menebas dan mendongkel anak kayu menggunakan cados. Selain itu, gulma dan kotoran pada piringan tanaman dibersihkan menggunakan garukan dan merapikan pelepah di sekitar tanaman. Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah kurang disiplinnya karyawan terhadap jam kerja, peralatan karyawan kurang mendukung, dan tebalnya gulma sehingga pekerjaan tidak bisa diselesaikan pada hari tersebut. Prestasi penulis selama melakukan kegiatan babat tanaman penggangu adalah 0.5 ha lahan dalam waktu 5 jam kerja.
30
Pengendalian Hama Pengendalian hama merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Proteksi terhadap tanaman ini sangat penting dilakukan mengingat besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh serangan hama yang melebihi batas ambang ekonomi. Kunci pengendalian hama adalah dengan melakukan pemantauan hama atau Early Warning System untuk deteksi hama secara dini sehingga dapat diputuskan langkah pengendalian hama berikutnya. Kegiatan monitoring hama di SAHE dilakukan secara berkala yakni setiap dua bulan. Pengendalian hama bersifat preventif dan secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami hama. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama melakukan kegiatan magang di SAHE hama yang ditemui adalah ulat api, tikus, dan rayap. Serangan rayap dapat diketahui dengan adanya sarang rayap pada tanaman atau disekitar tanaman kemudian dikorek dengan kayu untuk mengetahui keberadaan rayap. Serangan tikus dapat dilihat dari bekas gigitan pada buah kelapa sawit. Tikus memakan mesokarp buah (daging buah) sampai pada inti kelapa sawit. Untuk pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan burung hantu (Tyto alba) sebagai predatornya. Sementara itu, pengendalian hama ulat api (Setora nitens) dilakukan dengan penanaman beneficial plant yaitu Casia tora dan Turnera sp sebagai inang predator hama ulat api. Serangan rayap dan tikus dapat dilihat pada Gambar 4.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4. a). Batang kelapa sawit yang diserang rayap, b). Rumah rayap, c). TBS yang terserang tikus
31
Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Tujuan pemberian pupuk adalah untuk menjaga kesuburan tanah sesuai syarat pertumbuhan kelapa sawit sehingga mampu mencapai produksi yang tinggi. Menurut Winarna et al. (2006) perbaikan sifat fisik tanah dan tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan antara lain dengan aplikasi bahan organik (janjang kosong dan limbah cair), penanaman tanaman kacangan penutup tanah, dan pemupukan yang berimbang.
Pemupukan anorganik Perencanaan
pemupukan
diawali
dengan
menentukan
jenis
dan
rekomendasi dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk, dan kelengkapan administrasi. Rekomendasi dosis pemupukan ditetapkan First Resources Research and Development berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah, jenis tanah dan LCC, curah hujan serta proyeksi produksi yang dilakukan setiap tahun. Jenis pupuk yang digunakan PT.PISP periode 2011-2012 adalah Urea, KCl (MOP), Kieserit, Rock phosphat (RPH), TSP, HGF Borat, FeSO4, dan ZA. Penguntilan pupuk. Penguntilan merupakan salah satu kegiatan membagi pupuk dengan tujuan untuk menghindari pencurian dalam pembagian pupuk dan untuk mempermudah dalam pengangkutan dan penaburan pupuk agar pupuk yang diberikan tepat dosisnya. Penguntilan pupuk dilaksanakan di gudang satu hari sebelum pelaksanaan pemupukan. Masing-masing untilan tergantung dosis perpohon dan jumlah pohon dalam 1 until. Penguntilan dilakukan oleh tenaga penguntil sesuai dengan yang tercantum di bon permintaan. Tenaga penguntil mendapatkan upah sebesar Rp 20/kg. Pelaksanaan pemupukan. Penabur pupuk terdiri dari 4 orang penabur dan 4 orang pelangsir yang bertugas untuk menyelesaikan pemupukan dalam 1 blok per harinya. Pelaksanaan pemupukan dilakukan setelah persiapan untuk pemupukan selesai. Persiapan meliputi sarana pemupukan seperti alat pengangkut pupuk, kebersihan piringan, jalan pikul, dan titian jalan pikul.
32
Mandor pupuk melakukan apel pagi dengan para pelangsir dan penabur pupuk setelah mendapat arahan dari asisten. Informasi yang disampaikan mandor meliputi jenis pupuk yang digunakan, kebutuhan jumlah pupuk (tonase), blokblok yang akan diaplikasi pupuk, penggunaan takaran, dan dan cara penaburan pupuk. Selain itu, dilakukan absensi karyawan dan pengecekan peralatan pemupukan dan alat pelindumg diri (APD). Setelah itu, pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang sentral ke dalam truk yang telah disiapkan mulai pukul 06.30 WIB kemudian diangkut menuju blok yang akan dipupuk. Pengeceran pupuk (supply point) dilakukan dengan meletakkan pupuk di tiap jalan pikul yang terdiri dari 6-8 karung untuk satu jalan pikul dan 3-4 karung untuk setengah jalan pikul tergantung dosis (Gambar 5). Pengecer pupuk juga bertugas untuk mengambil karung bekas pupuk yang telah diaplikasi. Tenaga yang digunakan sebagai pengecer, pelangsir, dan penabur pupuk adalah karyawan borongan dengan standar kerja 8 ha/HK. Penjagaan pupuk yang telah diecer dilakukan oleh mandor pupuk sampai proses pemupukan selesai dilakukan. Karyawan penabur pupuk mengambil peralatan pemupukan di kantor afdeling kemudian berangkat ke areal blok yang akan dipupuk lengkap dengan semua peralatan yaitu ember, mangkok takaran pupuk, dan APD yang terdiri dari jubah plastik, sarung tangan, sepatu boot, topi, dan masker. Daftar dosis pemupukan beserta upah tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Daftar dosis pemupukan beserta upah yang dibayar di SAHE Dosis pupuk (kg) Upah per until (Rp) 0.25 – 0.40 6,000 0.40 – 0.75 8,000 0.75 – 1.00 12,000 1.00 – 1.50 13,500 >1.50 15,000 Sumber: kantor afdeling SAHE (April, 2012)
Setelah sampai di lapangan, karyawan pupuk menempati hancanya masing- masing. Pembagian hanca berdasarkan jumlah pasar pikul di masingmasing blok yang akan dipupuk. Jumlah pasar pikul dalam tiap blok berkisar 6364 pasar, sehingga masing-masing pemupuk mendapatkan 16 pasar. Penabur pupuk menempati hanca masing-masing dan membuka karung pupuk (untilan)
33
yang telah disiapkan oleh pelangsir pupuk dan memasukkan pupuk ke dalam ember. Setelah itu pemupuk menaburkan pupuk ke piringan pohon (Gambar 6).
Gambar 5. Supply point untuk memudahkan kegiatan pemupukan yang
diadopsi dari (Hidayat, 2012)
Kegiatan supply point di SAHE (Gambar 5) bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan agar dosis pupuk tepat diberikan ke tanaman. Kegiatan ini juga bermanfaat untuk karyawan penabur pupuk karena memudahkan dalam pengambilan dan penaburan pupuk pada saat aplikasi pemupukan.
Gambar 6. Pemupukan kelapa sawit di piringan
34
Jenis pupuk yang digunakan di SAHE pada periode 2011-2012 adalah seperti yang terlihat pada Tabel 7. Dosis pupuk yang diaplikasikan untuk TM sesuai dengan rekomendasi pupuk yang diberikan oleh Badan Riset PT.PISP untuk tiap blok (Tabel 8). Tabel 7. Jenis pupuk dan kandungannya yang digunakan di SAHE Sumber Hara hara utama N Urea N 46 ZA N, S 21 Rph P, Ca TSP P, Ca MoP K, Cl Kieserite Mg, S Dolomit Mg,Ca Borate B
P2O5
K 2O
Kandungan MgO CaO B2O5 Cu
S
Cl
24 30 45
45 20 60
35 27 22
23 30 11
Sumber: First Resources Research Centre (April, 2012)
Tabel 8. Dosis rekomendasi pupuk afdeling I tahun 2012 Jenis Pupuk
Aplikasi I (kg)
Aplikasi II (kg)
Urea
1.00
0.75
Mop/KCl
1.00
0.75
Rph
1.25 – 1.50
-
Kieserit
0.50 – 0.75
-
0.05
-
Borat
Sumber: Kantor kebun PT.PISP (April, 2012)
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah cuaca hujan sehingga tidak dapat melakukan pemupukan, APD yang kurang lengkap seperti masker dan kacamata, dan penguntilan pupuk yang kurang pas serta alat penabur pupuk (mangkok) yang tidak ada takarannya sehingga dosisnya menjadi kurang. Selain itu, pemberian pupuk di PT.PISP cenderung tidak sesuai dengan urutan yang benar. Urutan yang benar dalam pemupukan adalah P-K-N-Mg. Urutan pemupukan yang benar bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah sehingga pupuk akan diserap baik oleh tanaman.
35
Infus akar (FeSO4). Infus akar adalah pemupukan anorganik yang bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan defisiensi unsur hara besi (Fe). Cara kerja yang digunakan dalam infus akar adalah mencari akar aktif tanaman kelapa sawit yang berada di bawah tanaman dengan menambahkan bahan FeSO4 yang sudah dilarutkan dengan asam sitrat dan air sesuai dengan dosisnya. Pada persiapan bahan 1 kg larutan FeSO4 ditambahkan 3 liter air dan 66 g asam sitrat/kg FeSO4. Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara Fe ditandai dengan ciri-ciri warna daun muda yang menguning untuk defisiensi ringan. Untuk mengurangi defisiensi diberikan larutan FeSO4 yang sudah dicampur dengan asam sitrat dan air dengan dosis 60 cc/pohon (20 g FeSO4) untuk defisiensi ringan, 120 cc/pokok (40 g FeSO4) untuk defisiensi sedang, dan 180 cc/pohon (60 g FeSO4) untuk defisiensi berat. Alat dan bahan dalam yang digunakan dalam infus akar adalah dodos kecil, plastik, karet, dan larutan FeSO4. Akar aktif di cari menggunakan menggunakan dodos kecil lalu akar aktif tersebut dibungkus dengan plastik dan ditambahkan larutan FeSO4.
(a)
(b)
Gambar 7.(a) Pencarian akar aktif kelapa sawit, (b) peletakan larutan FeSO4 Infus akar dilakukan oleh tenaga kerja borongan yang terdiri dari 9 orang tenaga kerja wanita. Kendala dalam infus akar diantaranya adalah menemukan akar aktif, terutama tanaman kelapa sawit yang terletak di sebelah parit atau jalan yang tidak rata sehingga akar aktif sulit dicari (Gambar 7).
36
Pemupukan Organik Aplikasi janjang kosong (JJK). Aplikasi JJK di SAHE tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kesuburan tanaman tetapi juga sebagai salah satu bentuk konservasi tanah. Tabel 9 menunjukkan JJK memiliki kandungan utama N dan K2O masing-masing sekitar 1%, dan terdapat unsur lain seperti P, Mg, dan Ca dalam jumlah yang lebih kecil. Janjangan kosong yang diaplikasikan adalah JJK segar yang diangkut langsung dari PKS kemudian JJK ditumpuk di tepi blok (collection road). Peletakan tumpukan JJK dilakukan di tempat yang telah ditentukan oleh mandor. JJK yang sudah lama menumpuk di lapangan sebelum diecer (lebih dari tiga hari) akan kehilangan banyak hara terutama kalium karena tercuci sehingga manfaat pupuk akan berkurang. Aplikasi JJK pada setiap titik di dalam blok dilakukan karyawan secara manual menggunakan angkong. JJK diletakkan diantara tanaman kelapa sawit pada gawangan dengan dosis 227 kg/titik atau tanaman, setara dengan 30 ton/ha/tahun. Aplikasi JJK dilakukan sekali dalam setahun. Selanjutnya JJK diratakan satu lapis (Gambar 8) di areal pemberian agar tidak merangsang perkembangan hama Oryctes rhinoceros di dalam tumpukan JJK. Aplikasi JJK dilakukan oleh karyawan BHL dengan prestasi kerja 3 ton/HK dengan upah Rp 50,000 sedangkan biaya operasi Rp 7,000 /pohon.
Gambar 8. Aplikasi janjang kosong (JJK) kelapa sawit untuk mengurangi potensi sebagai tempat berkembangbiak hama kumbang Oryctes rhinoceros dengan cara ditumpuk satu lapis.
37
Tabel 9. Kandungan unsur hara yang terkandung dalam JJK Unsur Hara N P2O5 K2 O MgO CaO
Kandungan/ kg JJK segar (gram) 10 1 12 1 1
Sumber: Kantor kebun PT.PISP (April, 2012)
Kendala-kendala yang dihadapi dalam aplikasi JJK adalah cuaca hujan yang menyebabkan pasar pikul becek dan JJK menjadi berat karena tercampur air sehingga menyulitkan pengangkutan JJK. Duri yang berasal dari pelepah daun kelapa sawit yang ditumpuk dan terdapat pada pasar pikul dapat menyebabkan ban angkong bocor. Selain itu, jalan antar blok atau colection road yang sempit dapat menyebabkan laju angkong tidak stabil sehingga JJK dapat tercecer ke parit. Aplikasi POME (palm oil mill effluent). Bahan sampingan dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS berupa bentuk limbah padat yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah serta limbah cair (POME atau Palm Oil Mill Effluent). Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang, aplikasi POME bertujuan untuk mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan dalam rangka menerapkan konsep produksi bersih dan zero waste. Tabel 10 menunjukkan POME memiliki kandungan K2O terbanyak diikuti dengan unsur lain. Walaupun kandungan unsur-unsur hara POME lebih rendah dibandingkan dengan JJK (Tabel 9), tetapi POME lebih mudah diaplikasikan. Tabel 10. Kandungan unsur hara yang terkandung dalam POME Unsur Hara N P2O5 K2 O MgO
Kandungan/ kg POME (gram) 1.6 0.8 5.2 1.6
Sumber: Kantor kebun PT.PISP (April, 2012)
38
Aplikasi POME di PT.PISP dilakukan dengan sistem pipa. Pipa yang digunakan adalah HOPE, PVC dan baja dengan ukuran 8 inchi untuk pipa induk, 4 inchi untuk pipa primer, dan 2 inchi untuk pipa sekunder (Gambar 9). POME diaplikasikan dengan mengalirkannya dari PKS ke parit-parit kebun yang telah disiapkan sebelumnya. Lokasi kebun yang mendapatkan aplikasi POME hanya 6 blok yaitu blok C23, C24, C25, D23, D24, dan D25 (Lampiran 4). Jenis parit yang dibuat yaitu flatbed pada gawangan mati dengan ukuran panjang 20 m, lebar 2 m dan kedalaman efektif 0.8 m. Jumlah flatbed per ha adalah 28 flatbed. Volume flatbed per ha adalah 896 m³ sedangkan volume aliran limbah dari PKS 780 m³/hari. Limbah cair dipompakan dari kolam limbah melalui pipa-pipa ke flatbed pada setiap blok.
Gambar 9. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit (palm oil mill effluentPOME) di parit-parit yang telah disediakan Aplikasi POME dilakukan 2 kali dalam setahun dengan dosis 75 ton/ha/tahun. POME yang diaplikasikan telah mempunyai kandungan COD (capacity oxygen demand) 2,000 – 3,500 ppm. Aplikasi POME dilakukan oleh satu orang karyawan. Aplikasi POME diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai sebagai akibat pipa bocor, aplikasi berlebih, dan luapan air hujan. Usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed, membersihkan pelepah yang jatuh di flatbed sebelum aplikasi POME, menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah melalui analisis laboratorium dan menghentikan atau mengurangi aplikasi POME di saat hujan. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik
39
tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur yang mengendap lalu dibuang ke kanan dan ke kiri flatbed di luar piringan. Kendala dalam aplikasi POME adalah flatbed terisi air hujan sehingga POME meluap keluar flatbed dan pipa sekunder pecah akibat terinjak atau tertindih benda berat sehingga POME tidak masuk ke flatbed.
Penunasan Pengelolaan tajuk yang digunakan oleh SAHE adalah tunas progresif. Tujuan penunasan daun adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan penyakit. Kegiatan tunas progresif dilakukan secara langsung oleh pemanen dan dilakukan bersamaan setiap melakukan potong buah dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan. Pemeliharaan tunas dilakukan oleh pemanen dan menambah pendapatan karyawan panen berupa premi tunas yang besarnya sesuai anggaran yaitu Rp 1,100/pohon atau Rp 69,000/jalan pikul. Sedangkan pada tenaga khusus tunas, mereka memiliki anggaran yang langsung dibayarkan yaitu Rp 900/pohon atau Rp 54,000/jalan pikul. Kegiatan tunas progresif dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang telah berumur lebih dari empat tahun. Sebelum memotong tandan buah, pelepah penyangga tandan buah terlebih dahulu dipotong. Jumlah pelepah yang dipertahankan di bawah buah terakhir yang belum dipanen disebut songgo. Biasanya dilakukan songgo 1 dan 2, yaitu disisakan 1 atau 2 pelepah dan di bawah buah terakhir. Pada SAHE, jumlah daun yang aktif dipertahankan 48-56 pelepah. Pelepah dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30º terhadap garis. Pada tanaman yang tidak menjadi tanaman panen pada hari itu, pemeliharaan pelepah dilakukan dengan prinsip tunas progresif. Apabila kegiatan tunas progresif tidak memungkinkan dilakukan
40
pada saat bersamaan dengan panen pohon lain, pelaksanaan dilakukan setelah selesai hanca panen atau pada hari libur.
Panen Panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik kelapa sawit (PKS). Urutan kegiatan panen adalah pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik. Parameter tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan panen adalah mutu produk kelapa sawit. Mutu produk meliputi: mutu buah, mutu hanca potong buah, produktivitas tenaga kerja, dan integrasi antara tahap pelaksanaan kegiatan panen, pengangkutan, dan proses supervisi. Keberhasilan pengelolaan kegiatan panen juga dapat dilihat dari output tenaga kerja secara keseluruhan. Output pemanen menunjukkan target produksi harian. Kunci sukses panen yaitu interval dan rotasi panen harus tepat waktu, jumlah panen yang cukup, kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, akses dalam blok (piringan, jalan rintis, jalan), prasarana panen yang lengkap, sarana panen yang tepat, cukup dan berkualitas, sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik. Persiapan panen. Sebelum panen dilakukan, dipersiapkan yaitu : 1. Pengetahuan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga kerja, 3. Pembagian seksi potong buah, dan 4. Penyediaan alat-alat kerja (Pahan, 2010). Persiapan panen dimulai dengan penetapan seksi panen sebagai kerangka area kerja. Peta seksi panen PT.PISP dapat dilihat pada Lampiran 4. Penyediaan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan hectare labour ratio yang telah ditentukan di PT.PISP yaitu 1:18 yang berarti kemampuan panen adalah 3 ha/hari/orang dan 6 hari panen dalam seminggu. Sebagai contoh, afdeling I PT.PISP dengan luas area TM 755.05 ha diperlukan tenaga panen sebanyak 42 orang. Prasarana panen di PT.PISP meliputi tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan ukuran 4 m x 6 m dan tiap tiga pasar pikul atau enam jalur tanaman terdapat satu TPH. Permukaan TPH di buat rata, dan harus bersih dari gulma dan
41
kotoran atau sampah. Pada setiap TPH juga terdapat karung untuk menampung brondolan agar tidak berserakan. Setiap TPH berisi keterangan nomor TPH dan blok TPH berada. Pasar pikul dibuat dengan ukuran lebar 1.2-1.5 m, dan piringan dengan jari-jari 2-3 m. Prasaran lainnya adalah jalan untuk pengangkutan buah seperti main road, collection road, dan titi panen. Alat –alat yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi menjadi tiga fungsi yaitu alat untuk memotong tandan, mengangkut TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS. Rincian alat-alat panen dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Deskripsi alat-alat panen Nama Alat Dodos Harvesting pole Pisau egrek
Angkong
Karung pupuk
Gancu
Kapak
Ember
Tojok
Kegunaan Untuk memotong TBS umur 3-8 tahun Gagang untuk pisau egrek Alat untuk memotong TBS Alat untuk mengangkut TBS dari pohon ke TPH Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS Alat untuk mengantrikan TBS dari pokok ke pasar pikul Alat untuk memotong gagang TBS Alat untuk menampung brondolan sebelum dikumpulkan menjadi satu di dalam karung Untuk memuat TBS dari TPH ke PKS
Keterangan Berbentuk tembilang, lebar mata 8-14 cm dan panjang mata 8-12 cm Sepotong besi alumunium dengan panjang 6-12 meter Berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung 135' Kereta dorong beroda satu yang terbuat dari besi bermerek Artco Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS
Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan panjang 0.5 meter
Besi beton bermata tembilang dengan diameter dan panjang besi sesuai dengan kebutuhan Umumnya ukuran sedang berwarna hitam 12 liter Pipa galvanis/besi dengan ujung besi beton ber-bentuk lancip dengan panjang sekitar 11.5 meter
Sumber : SOP PT.PISP 2011
42
Penentuan standar kematangan. Kriteria matang panen berpengaruh terhadap kadar ekstrasi minyak (oil extraction ratio-OER) dan kualitas minyak yang diolah. Kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu terdapat 2 brondolan per kilogram tandan buah segar. Hasil pengamatan visual dilapangan diketahui bahwa buah yang masih mentah mempunyai warna hitam yang pekat, sedangkan buah agak matang sudah mulai terlihat warna hitam kekuningan dan buah yang masak mempunyai warna kuning kemerahan. Tingkat kematangan kelapa sawit tersaji pada Tabel 12. Tabel 12. Tingkat kematangan TBS kelapa sawit yang diterapkan di PT.PISP Fraksi Jumlah brodolan Tingkat kematangan 00 Tidak ada, buah masih Sangat mentah hitam pekat 0 1.0-12.5 Mentah 1 12.5-25.0 Kurang matang 2 25.0-50.0 Matang 1 3 50.0-75.0 Matang 2 4 75.0-100.0 Lewat Matang 1 5 Buah dalam ikut Lewat matang 2 membrondol 6 Semua membrondol Tangkos (tandan kosong) Sumber: Kantor kebun PT.PISP (April, 2012)
Mutu buah di SAHE diawasi atau diperiksa oleh kerani produksi dan juga mandor panen dengan cara mengecek buah di setiap TPH.
(a)
(b)
(c)
Gambar 10. Tandan buah kelapa sawit pada berbagai tingkat kematangan: (a) buah kurang matang, (b) buah matang, (c) buah lewat matang.
43
Interval panen (rotasi). Interval panen adalah lamanya waktu yang
diperlukan antara kegiatan panen yang satu dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama. Interval panen merupakan faktor penentu produksi, kualitas buah, mutu transport, pengolahan di pabrik, dan biaya. Jumlah interval panen yang di gunakan oleh SAHE adalah 6 hari dalam seminggu (6/7). Interval panen terlambat (>9 hari) menyebabkan buah cenderung over ripe (terlalu masak) yang mengakibatkan jumlah loses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip) sangat tinggi. Terlambat interval panen dapat terjadi karena: 1). Fluktuasi kehadiran TK yang tinggi sehingga jumlah tenaga kerja panen berkurang; 2). Terjadi kerusakan sarana dan prasarana panen (jalan, jembatan, titi panen, peralatan panen) 3). Terjadi hujan deras sehingga tidak memungkinkan untuk menyelesaikan panen. Untuk menekan terlambat diatasi dengan monitoring sarana dan prasarana panen serta peningkatan mutu supervisi. Angka kerapatan panen (AKP). Angka kerapatan panen berguna untuk menentukan perkiraan hasil panen, kebutuhan tanaga kerja, dan kebutuhan truk
pengangkut buah yang dilakukan hari berikutnya. Angka kerapatan panen didapat dengan menghitung jumlah janjang matang pada pokok yang dijadikan sampel kemudian dibagi jumlah total pokok yang diamati dan dikalikan dengan persentase 100. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum kegiatan panen, biasanya dilakukan pada sore hari. Pengamatan kerapatan panen umumnya dilakukan dengan mengambil sampel 10% dari luasan yang akan dipanen esok harinya. Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen: Angka Kerapatan Panen (AKP) =
buah matang Jumlah pohon yang diamati
Taksasi panen dan kebutuhan tenaga kerja. Peramalan atau taksasi adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar yang akan diperoleh pada waktu panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang kemungkinan menjadi tandan buah. Berat rata-rata tandan buah sesuai dengan umur tanaman. Tujuan taksasi produksi diantaranya adalah untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan pekerjaan panen di kebun dan pengolahan di pabrik. Selain itu, tujuan lainnya untuk memudahkan penyediaan dan pengaturan
44
transportasi. Perhitungan dilaksanakan untuk membuat perkiraan produksi selama enam bulan, tiga bulan, satu bulan, hingga perkiraan esok hari (Sunarko, 2010). Taksasi panen di SAHE dilakukan oleh mandor satu hari sebelum panen bertujuan untuk memperkirakan produksi esok hari, kebutuhan tenaga kerja, dan kebutuhan truk untuk mengangkut buah ke PKS. Cara perhitungan berat janjang rata-rata (BJR), taksasi, kebutuhan tenaga kerja, dan truk dengan out put (prestasi Pemanen/orang) SAHE dilakukan untuk target adalah 3 ton dan kapasitas truk pengangkut adalah 5.5 ton. Perhitungannya sebagai berikut : Berat janjang rata-rata (BJR) = Berat total TBS yang dipanen Jumlah TBS yang dipanen Taksasi panen = B D E C Kebutuhan Pemanen: A = Dengan keterangan:
B C D E F
= Taksasi / F
A = Kebutuhan pemanen B = Luas ancak yang di panen C = Angka kerapatan panen(AKP) D = Jumlah pohon/ha E = Berat janjang rata-rata (BJR) F = Prestasi pemanen / orang
Kebutuhan truk = taksasi panen 5.5 ton Sistem panen. Sistem panen di SAHE ada dua yaitu hanca giring tetap dan hanca tetap. Hanca giring tetap adalah setiap pemanen mempunyai hanca panen yang tetap, apabila hanca panen dalam satu blok telah selesai dikerjakan maka pemanen pindah ke hanca panen pada blok berikutnya sesuai dengan nomor hanca yang telah ditentukan. Keuntungan sistem hanca ini adalah jika ada pemanen yang tidak masuk dalam satu kemandoran maka pemanen lain dapat memasuki hanca pemanen yang tidak masuk tersebut dengan perintah dari mandor sebelumnya. Menurut Pahan (2010) keuntungan hanca giring tetap yaitu: 1. Manajemen pelaksanaan panen berdasarkan AKP dapat sempurna dilaksanakan, 2. Tenaga kerja dapat diatur sesuai kondisi AKP, 3. Persaingan sehat antar mandor, 4). Mandor aktif dalam melakukan pengawasan, 5. Sistem ini cocok
45
untuk dilakukan pada areal yang baru panen dan sudah lama, dan 6. Output kemandoran dan karyawan dapat ditingkatkan sesuai kemampuan masing-masing karyawan. Kekurangan dari pemberlakuan hanca giring tetap adalah : 1. Tanggung jawab karyawan terhadap hanca masih relatif kecil, dan 2. Kegiatan pengawasan perlu dilakukan lebih ketat. Hanca tetap adalah hanca yang diberikan kepada pemanen untuk diselesaikan pada hari tersebut tanpa ada perpindahan dan akan dikerjakan terus menerus oleh pemanen yang sama pada setiap rotasi. Keuntungan menerapkan hanca tetap yaitu, ancak terjaga kondisi pohonnya, hanca terjaga bersih, buah memungkinkan terpanen tuntas, bila terdapat kesalahan maka pelacakan akan mudah serta pemanen memiliki rasa tanggung jawab karena merasa memiliki ancak tersebut. Kekurangannya bila musim panen rendah, pemanen sulit mendapatkan basis janjang sehingga tidak mendapatkan premi panen, buah akan terlambat diangkut ke pabrik karena pemanen mengumpulkan hasil ke TPH bila panen sudah selesai, serta kemungkinan buah muda dipanen tinggi. Pelaksanaan panen. Kegiatan panen diawali dengan apel pagi bersama asisten dan mandor panen dengan pemanen. Pada apel pagi dilakukan absensi karyawan, pengecekan peralatan kerja dan APD, pembagian hanca panen, dan penjelasan tentang kegiatan panen yang akan dilakukan. Setelah apel pagi selesai, seluruh tenaga panen segera memasuki hanca tetap masing-masing pemanen yang telah ditentukan. Pemanen memanen semua tandan buah yang telah memenuhi kriteria matang panen yaitu telah memberondol lebih dari 40 brondol di piringan. Selanjutnya pelepah penyangga tandan buah dipotong, kemudian pelepah disusun di gawangan mati. Gagang panjang TBS dipotong di piringan ± 3 cm dari permukaan buah. Setelah proses potong buah selesai, buah diangkut ke TPH dan disusun rapi dengan kelipatan lima kemudian ditulis nomor pemanen pada permukaan gagang buah. Bila hanca dalam blok pertama selesai, pemanen pindah pada blok depan berikutnya sampai hanca pada hari itu selesai. Pengutipan brondolan dilakukan dengan tangan, kemudian langsung dimasukkan kedalam karung goni. Setelah brondolan terkutip semua, brondolan diletakkan ke angkong dan diangkut ke TPH bersama buah. Brondolan ditakar
46
dengan karung goni pupuk yang telah dikalibrasi. Karung pupuk Urea penuh setara dengan 40 kg brondolan, karung pupuk MOP/KCL penuh setara dengan 35 kg brondolan, dan karung pupuk kieserit penuh setara dengan 25 kg brondolan. Pengangkutan buah ke PKS. Tujuan pengelolaan transportasi TBS yaitu meningkatkan kualitas TBS dengan tidak adanya buah restan lebih dari 24 jam sehingga menjaga asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-4 %. Buah yang telah dipanen segera disusun rapi di TPH dan diangkut menggunakan dump truck. Premi supir disesuaikan dengan jarak tempuh, sedangkan premi pemuat memiliki basis 4,000 kg, dan lebih basis pertama 1,667 kg x Rp 3.5/kg, lebih basis kedua 1,667 kg x Rp 5/kg dan sisanya dikali Rp 6/kg,-. Pengelolaan transportasi yang baik dapat meningkatkan produktivitas kendaraan karena kapasitas angkut TBS kendaraan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Penyediaan jumlah alat transportasi antara lain dipengaruhi oleh taksasi produksi harian, antrian buah di PKS, dan kerusakan jalan dikebun. Supervisi dan sanksi (denda). Pelaksanaan supervisi yang baik sangat penting untuk menjaga mutu buah dan mutu hanca panen. Supervisi panen dilakukan untuk memastikan buah yang terkirim ke PKS memenuhi standar kualitas, mengukur besar kecilnya panen, alat evaluasi kerja, dan untuk menentukan sanksi yang diberikan kepada pemanen yang bersalah. Supervisi mutu buah dan mutu hanca dilakukan oleh mandor panen, asisten afdeling, asisten kepala, dan manajer. Hasil supervisi menunjukkan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan karyawan. Sanksi diberikan kepada karyawan yang melakukan kesalahan dalam pelaksanaan panen. Tujuan pemberlakuan sanksi/denda kepada karyawan panen adalah memberikan pelajaran atas kesalahan yang dilakukan sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat konstruktif. Tujuan lainnya adalah menegakkan disiplin panen dan budaya tertib kerja serta menerapkan azas keadilan. Parameter pemberian denda disajikan pada Tabel 13.
47
Tabel 13. Ketentuan denda bagi pemanen, mandor panen, dan kerani produksi No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Kriteria TBS matang tidak dipanen TBS matang tidak diangkut di TPH TBS mentah dipanen TBS tangkai panjang Brondolan tidak dikutip Tidak membawa tukulan Brondolan tdk masuk dalam karung Pelepah sengkleh
Pemanen Rp 1,000/TBS Rp 1,000/TBS Rp 1,000/TBS Rp 500/TBS Rp 1,500/Pohon Rp 2,000/hari Tidak dibayar Rp 500/Pohon
Mandor Panen Rp 1,000/TBS Rp 1,000/TBS Rp 1,000/TBS Rp 500/TBS Rp 1,500/Pohon -
Sumber : Kantor kebun, PT. PISP (April, 2012)
Sistem premi panen. Tujuan sistem premi panen yaitu untuk memberikan penghargaan pada pekerja pada saat hasil kerja di atas standar, memotivasi pekerja untuk berupaya mencapai standar, mendorong kenaikan output (kg/HK) serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja pada tugasnya. Pemanen memperoleh upah berdasarkan prestasi kerjanya. SAHE menetapkan basis borong berdasarkan bobot panenan. Basis borong adalah jumlah bobot panen yang harus diperoleh setiap hari kerja oleh setiap pemanen. Basis borong dibedakan berdasarkan tahun tanam. Semakin tua tanaman semakin besar basis borongnya, hal ini disebabkan bobot TBS yang semakin berat. Brondolan juga menjadi bagian penting dalam pendapatan pemanen. Setiap kilogram brondolan dihargai Rp 120 kg untuk 10% dari kg TBS selebihnya masuk premi terakhir. Hal ini dikarenakan 25% TBS berondolan sebelum panen dan 50% setelah panen. Semakin banyak berondolan dikutip semakin tinggi pendapatan pemanen. Tabel 14 merupakan daftar premi panen.
48
Tabel 14. Daftar premi panen di SAHE Jenis Pekerjaan TM 7- TM 11 Basis Lebih Basis 1 Lebih Basis 2 Lebih Basis 3 Hari Minggu/Libur TM 12, dst. Lebih Basis 1
Satuan
(Rp/ satuan)
Basis
Kg/hari
22
Kg/hari Kg/hari Kg/hari
27 32 40
500 Kg >2,000 Kg Tanpa Basis
Kg/hari Kg/hari
25
500 Kg
1,000 Kg 500 Kg
Target Minimal/ Hari
Premi Mandor Panen
Premi Kerani Produksi
3,000 Kg Tonase x Tonase x Rp 2.75 Rp 1.2
3,000 Kg Tonase x Tonase x Rp 2.75 Rp 1.2
Lebih Basis 2 Kg/hari 30 500 Kg Lebih Basis 3 Kg/hari 35 >2,000 Kg Hari Kg/hari 40 Tanpa Minggu/Libur Basis Sumber: Kantor Kebun, PT. PISP (April, 2012) Basis panen: 1 ton Efisiensi Panen. Efisiensi panen merupakan persentase tingkat keefektifan kegiatan panen dalam areal luasan panen pada hari tersebut. Tujuan efisiensi adalah dapat mengetahui berapa kerugian (losses) perusahaan pada hari tersebut, mencegah tumbuhnya tukulan (anak sawit), dan sebagai evaluasi panen pada keesokan harinya. Efisiensi dilakukan oleh asisten dan mandor panen setelah pemanenan selesai. Efisiensi panen dapat dihitung dengan rumus : Losses panen (%) = (buah tinggal x BJR) + (brondolan tgl / 90) (TBS potong x BJR) + (buah tinggal x BJR) + (brondolan tgl / 90) Efisiensi Panen (%) = 100% - Losses panen Penyebab adanya losses adalah piringan kurang bersih dan kurang lebar, helper kurang teliti dalam pengutipan, dan kurangnya pengawasan oleh mandor di lapangan saat pemanenan berlangsung.
49
ASPEK KHUSUS Produksi kelapa sawit SAH Estate lima tahun terakhir berfluktuatif. Produktivitas aktual kebun berdasarkan umur tanaman mulai tahun 2007-2011 rata-rata melebihi standar PPKS Marihat untuk kelas kesesuaian lahan S1, meskipun hasil survei tanah semi detail yang dilakukan badan riset First Resources menjelaskan bahwa kelas kesesuaian lahan SAH Estate termasuk kelas kesesuaian lahan S2. Perbandingan antara rata-rata produktivitas kelapa sawit SAH Estate berdasarkan tahun tanam dengan standar produksi PPKS Indonesia kelas S1 dan S2 disajikan pada Gambar 11.
35 30 25 20 15 10 5 0
SAHE S1 S2
1993
1994
1995
1998
Gambar 11. Diagram perbandingan produksi kelapa sawit SAHE dengan produksi PPKS pada kesesuaian lahan S1 dan S2. Produksi tahunan di SAH Estate cenderung berfluktuatif (Tabel Lampiran 9). Hal ini disebabkan oleh kondisi iklim yang berfluktuatif, salah satunya adalah penyebaran curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Kondisi seperti ini tidak diharapkan oleh perusahaan karena mempersulit peramalan produksi sehingga proyeksi penerimaan dan rencana kegiatan operasional tidak sesuai dengan perkiraan yang dibuat sebelumnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang pengaruh iklim terhadap produksi kelapa sawit, menjadi sangat penting untuk memprediksi produksi tandan buah segar kelapa sawit.
50
Curah Hujan Menurut Siregar et al. (2006) hujan merupakan sumber air utama di perkebunan kelapa sawit. Hujan juga berpengaruh terhadap pembungaan kelapa sawit. Menurut Lubis (2008) kebutuhan air efektif kelapa sawit adalah 1,300 – 1,500 mm/tahun sehingga jumlah curah hujan yang baik (optimum) adalah 2,000 – 2,500 mm/tahun. Apabila curah hujan terlalu besar maka akan mengganggu kegiatan transportasi pemupukan dan pemeliharaan. Namun apabila terjadi defisit air yang tinggi menyebabkan produksi turun drastis. Berdasarkan pola hujan, SAHE masuk kategori tipe Moonson yang bersifat unimodal. Hal ini dicirikan pola hujan SAH Estate memiliki satu puncak musim hujan. Curah hujan bulanan dalam enam tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5. Gambar 12 adalah grafik curah hujan di kebun SAHE dalam tujuh tahun terakhir. 700,00 600,00 500,00
2005
400,00
2006 2007
300,00
2008 200,00
2009
100,00
2010 2011
‐
Gambar 12. Grafik curah hujan kebun SAHE. Grafik curah hujan (Gambar 12) memperlihatkan bahwa terjadi puncak musim hujan di SAH Estate yaitu antara bulan Januari hingga Mei. Penurunan musim hujan di SAH Estate terjadi pada bulan juni hingga Oktober dan mulai naik lagi pada bulan November. Pada bulan Maret 2008 dan bulan Desember
51
2011 terjadi peningkatan curah hujan yang cukup ekstrem dengan curah hujan mencapai 522 mm dan 631 mm (Tabel Lampiran 5). Pada bulan Juni 2009 SAH Estate mengalami penurunan curah hujan yang cukup drastis hingga mencapai 60 mm. Hal ini dapat menyebabkan defisit air tarhadap tanaman kelapa sawit. Menurut Murtilaksono et al. (2007) defisit air mengakibatkan terganggunya pertumbuhan, perkembangan bunga dan buah yang pada akhirnya menurunkan produksi kelapa sawit. Menurut Siregar et al. (2006), defisit air berpengaruh pada tidak terjadinya pemunculan bunga dari ketiak daun, bunga yang berdeferensiasi menjadi bunga jantan akan lebih tinggi di bandingkan bunga betina dan bunga betina yang sudah terbentuk dapat mengalami aborsi ataupun buah akan cepat matang. Curah hujan tahunan yang dimiliki oleh kebun Sei Air Hitam Estate berkisar antara 1,700 – 3,400 mm/tahun. Berikut disajikan grafik curah hujan tahunan kebun SAHE.
4000
Curah Hujan (mm)
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2005
2006
2007
2008 Tahun
2009
2010
2011
Gambar 13. Diagram curah hujan tahunan di SAHE Curah hujan tahunan kebun SAHE dalam tujuh tahun terakhir (Gambar 13) menunjukkan bahwa hujan merupakan faktor pembatas dalam produktivitas kelapa sawit. Kebun SAHE memiliki penyebaran hujan yang tidak merata sepanjang tahun meskipun curah hujan tahunan mencakupi. Menurut Harahap et al. (2007) menyatakan bahwa fluktuasi musim hujan dan musim kering dapat
52
mempengaruhi penyebaran produksi dan dapat menyebabkan fluktuasi produksi bulanan kelapa sawit yang sulit untuk diprediksi. Menurut Sulistyo (2010) hubungan antara curah hujan dan hari hujan (Lag 5 bulan dan Lag 6 bulan) terhadap pencapaian persentasi Oil Extraction Ratio (OER) menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap penurunan OER. Curah hujan dan hari hujan pada Lag 5 - 6 bulan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyerbukan (pollination) karena menyebabkan terganggunya aktifitas serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus (Gambar 14). Kegagalan penyerbukan menyebabkan terbentuknya buah partenocarpy dan false ripening. Hal ini terlihat pada fruitset maupun fruit/bunch yang terbentuk. Jumlah fruitset dan fruit/bunch karena curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi produksi aktual kebun.
Penyinaran Matahari Cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Di alam, kemampuan penyerapan cahaya akan berbeda-beda untuk setiap jenis tumbuhan dan ini juga dipengaruhi oleh besarnya cahaya yang diterima. Menurut Salisbury dan Ross (1995) cahaya sangat penting bagi tumbuhan karena tumbuhan memperoleh hara organiknya dari proses fotosintesis. Selain itu, cahaya juga berpengaruh pada proses fisiologis yaitu perkecambahan biji, pembungaan, peningkatan laju perkembangan bunga, dan penuaan. Penyinaran matahari tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Lampiran 10. Gambar 15 adalah grafik penyinaran di kebun SAHE.
53
80,0 70,0 60,0 50,0 2007
40,0
2008
30,0
2009
20,0 10,0 0,0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul Agust Sep Okt Nov Des
Gambar 14. Grafik penyinaran matahari kebun SAHE Grafik penyinaran (Gambar 14) memperlihatkan bahwa rata-rata penyinaran matahari di kebun SAHE berkisar antara 30-70%. Menurut Setyamidjaja (2006) lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari. Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari. Untuk beberapa bulan tertentu, lama penyinaran akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, pembentukan bunga (sex ratio), dan produksi buah.
Kecepatan Angin, Suhu, dan Kelembaban Udara Penyerbukan kelapa sawit (anemophyli) efektif pada kecepatan angin 5-6 km/jam. Anginterlalu kencang dapat menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan angin terlalu besar dapat merusak perkebunan kelapa sawit (Pahan, 2010). Kecepatan angin rata-rata Sei Air Hitam Estate pada tahun 2007-2010 berkisar antara 4-11 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 24-28 °C dan kelembaban 85%. Suhu rata-rata kebun SAHE pada tahun 20052010 berkisar 26-29 °C dengan kelembaban rata-rata yaitu 74-81%. Data iklim selengkapnya disajikan pada Lampiran 10.
54
Populasi dan Umur Tanaman Sei Air Hitam Estate memiliki komposisi tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1993, 1994, 1995, 1998, 1999, 2000, 2002, dan 2004. Setiap tahun tanamn memiliki tanaman sisipan yang ditanam pada tahun yang berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit dan kelainan tanaman sehingga tanaman mati atau dilakukan penebangan. Jumlah rata-rata populasi/ha tanaman kelapa sawit di kebun SAHE berkisar 129 tanaman/ha. Menurut Lubis (2008) umur tanaman kelapa sawit berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit cenderung meningkat dengan meningkatnya umur tanaman sampai pada umur tanaman 13 tahun dan akan menurun sampai umur 25 tahun.
Pemupukan Tanah di Sei Air Hitam Estate (SAHE) didominasi oleh tanah aluvial yang miskin unsur hara, terutama kation – kation basa seperti Ca, Fe, Mg, K dan Na. Hal ini menyebabkan tanaman memerlukan unsur hara tambahan atau pupuk agar pertumbuhan dan produktivitasnya terjaga dengan baik. Peta sebaran tanah kebun SAHE disajikan pada Lampiran 6. Pemupukan kelapa sawit di kebun SAHE dalam lima tahun terakhir berjalan dengan baik dengan realisasi pemupukan rata-rata berkisar 94-100%. Pemupukan kelapa sawit yang sesuai tepat cara, tepat jenis, tepat dosis, tepat tempat dan tepat waktu (5T) dapat memaksimalkan produksi kelapa sawit. Data historis aplikasi pupuk kebun SAHE dari tahun 2007-2011 disajikan pada Lampiran 11. Kurangnya dosis pupuk dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan dan produksi tanaman (Poeloengan et al., 2007).
Penentuan Nilai Produksi Duga Berdasarkan Faktor Agroekologi Analisis faktor
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit. Pada analisis faktor kali ini menggunakan metode regresi linear berganda (RLB) yaitu dengan menguji pengaruh setiap peubah terhadap hasil produksi menggunakan uji t-parsial kemudian diregresikan untuk mendapat persamaan produksi. Peubah yang diuji
55
meliputi curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari, pemupukan, umur tanaman, dan defisit air. Hasil uji t-parsial untuk peubah yang diduga berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15. Hasil uji-t parsial peubah agroekologi berdasarkan data tahun 2008 – 2010 di SAHE No 1 2. 3 4 5 6 7 8 9
Peubah Umur tanaman Pupuk Suhu udara Kelembaban udara Kecepatan angin Penyinaran matahari Hari hujan Curah hujan Defisit air
0 BSP
6 BSP
P-Value 12 BSP 18 BSP
0.531
0.219
0.867
0.603
0.031*
0.230 0.336
0.382 0.311
0.145 0.203
0.520 0.705
0.887 0.061
0.245
0.374
0.825
0.906
0.028*
0.916
0.134
0.400
0.919
0.026*
0.544
0.007**
0.264
0.823
0.418
0.475 0.644 -
0.413 0.129 -
0.736 0.832 -
0.775 0.989 -
0.016* 0.898 -
Keterangan : *) Berbeda nyata pada α = 5%, **) Berbeda nyata pada α = 1% BSP : Bulan Sebelum Panen
24 BSP
Dari hasil uji-t parsial yang telah dilakukan terdapat peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit yaitu umur tanaman 24 BSP, kelembaban udara pada 24 BSP, kecepatan angin pada 24 BSP, penyinaran matahari pada 6 BSP, dan hari hujan pada 24 BSP. Peubah-peubah yang berpengaruh nyata tersebut kemudian dilakukan analisis regresi linear berganda (RLB) dan mendapatkan dua kombinasi persamaan untuk meramalkan produksi kelapa sawit. Peramalan produksi kelapa sawit dilakukan secara bulanan untuk menentukan estimasi produksi kebun dalam setahun. Hasil dari analisis persamaan ini digunakan sebagai produksi duga yang kemudian dibandingkan dengan produksi aktual kebun. Berdasarkan Tabel 15, terdapat satu persamaan yang dapat digunakan untuk peramalan. Dari analisis, persamaan yang dibuat memiliki r2 nyata sehingga secara statistik sahih (Tabel 16).
56
Persamaan Regresi Linear Berganda I Pada persamaan regresi linear berganda I disusun melalui kombinasi peubah-peubah yang berpengaruh nyata yaitu umur tanaman (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), kecepatan angin (24 BSP), penyinaran matahari pada (6 BSP), dan hari hujan pada (24 BSP). Berikut adalah bentuk persamaan regresi linier berganda I : Produksi = 0.0310 umur tanaman (24 BSP) + 0.0840 kelembaban udara (24 BSP) + 0.031 kecepatan angin (24 BSP) – 0.0141 penyinaran matahari (6 BSP) – 0.0379 hari hujan (24 BSP) – 8.9 Tabel 16. Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda I Sumber keragaman Regresi Galat Total
db
JK
KT
F
P
5 6 11
2.39918 0.29066 2.68985
0.47984 0.04844
9.91
0.007
Nilai p-value (Tabel 16) pada hasil uji F persamaan regresi linear berganda I menunjukkan bahwa persamaan tersebut berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit pada taraf nyata 5%. Perbandingan antara produksi aktual kebun dengan produksi duga dan budget produksi disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear I Produksi Produksi Selisih Budget aktual duga (1) produksi Tahun (a) (b) (%) (c) 2010 25.38 21.41 (15.65) 29.50 2009 27.35 18.99 (30.56) 29.47 Keterangan : Produksi aktual = Hasil produksi kebun (ton/ha) Produksi duga = Hasil persamaan regresi linear berganda (ton/ha) Budget Produksi = Estimasi kebun (ton/ha) Selisih 1 = (b-a) : a x 100% Selisih 2 = (c-a) : a x 100%
Selisih (2) (%) 16.24 7.71
57
Nilai produksi duga tahunan yang didapat dari persamaan regresi linear berganda I memiliki selisih yang cukup besar dengan produksi aktual kebun yaitu berkisar 15.65% - 30.56%. Nilai produksi duga bulanan yang didapat dari persamaan regresi linear berganda yang dihasilkan juga belum mendekati produksi aktual kebun. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda I terdapat nilai lebih dari 10 (Tabel 18). Hal ini menunjukkan ada pelanggaran
asumsi
multikolinearitas.
metode
Untuk
kuadrat
mengetahui
terkecil
adanya
(MKT)
yaitu
pelanggaran
asumsi
adanya MKT
heterokedasitas, dapat dilihat pada plot sisaan vs Yduga pada Gambar 15. Pada Grafik plot sisaan vs Y duga terlihat bahwa data tidak membentuk pola sehingga tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedasitas. Tabel 18. Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson untuk persamaaan regresi linear berganda I 1
2
Prediktor Konstanta Umur tanaman Hari hujan Kecepatan angin Penyinaran matahari Kelembaban udara Durbin Watson
Koefisien -8.93000 0.03100 -0.03792 0.03080 -0.01409 0.08402 2.19843
P 0.516 0.618 0.242 0.785 0.156 0.168
VIF 10.3 2.1 3.3 12.4 3.1
Plot sisaan vs Y duga 2
Sisaan
1
0
-1
-2 1,2
1,4
1,6
1,8
2,0 Y duga
2,2
2,4
2,6
2,8
Gambar 15. Plot sisaan vs Y duga untuk persamaan regresi linear berganda I
58
Berdasarkan regresi linear berganda I, akurasi peramalan masih rendah. Dengan demikian, dikembangkan persamaan regresi linear berganda II.
Persamaan Regresi Linear Berganda II Pada persamaan regresi linear berganda II digunakan kombinasi peubahpeubah yang berpengaruh nyata yaitu umur tanaman (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), kecepatan angin (24 BSP), dan hari hujan pada (24 BSP). Persamaan regresi linear berganda II dibuat dari modifikasi regresi linear berganda I yaitu dengan menghilangkan peubah penyinaran matahari 6 BSP. Berikut adalah bentuk persamaan regresi linier berganda II : Produksi = 0.120 umur tanaman (24 BSP) + 0.132 kelembaban udara (24 BSP) + 0.168 kecepatan angin (24 BSP) – 0.0606 hari hujan – 27.7 Tabel 19. Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda II Sumber keragaman Regresi Galat Total
db
JK
KT
F
P
4 7 11
2.27151 0.41834 2.68985
0.56788 0.05976
9.50
0.006
Nilai p-value (Tabel 19) pada hasil uji F persamaan regresi linear berganda II menunjukkan bahwa persamaan tersebut berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit pada taraf nyata 5%. Perbandingan antara produksi aktual kebun dengan produksi duga dan budget produksi disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear II Produksi Produksi Selisih Budget aktual duga (1) produksi Tahun (a) (b) (%) (c) 2010 25.38 25.29 (0.37) 29.50 2009 27.35 10.64 (61.11) 29.47 Keterangan : Produksi aktual = Hasil produksi kebun (ton/ha) Produksi duga = Hasil persamaan regresi linear berganda (ton/ha) Budget Produksi = estimasi kebun (ton/ha) Selisih 1 = (b-a) : a x 100%, Selisih 2 = (c-a) : a x 100%
Selisih (2) (%) 16.24 7.71
59
Nilai produksi duga tahunan yang didapat dari persamaan regresi linear berganda II pada tahun 2010 memiliki selisih yang cukup kecil dengan produksi aktual kebun yaitu sebesar 0.37%. Tetapi pada tahun 2009 nilai produksi duga memiliki selisih yang sangat besar yaitu 61.11% . Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda II kurang dari 10 (Tabel 21). Hal ini menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) yaitu adanya multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi MKT heterokedasitas, dapat dilihat pada plot sisaan vs Yduga pada Gambar 16. Pada Grafik plot sisaan vs Y duga terlihat bahwa data tidak membentuk pola sehingga tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedasitas. Tabel 21. Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson untuk persamaaan regresi linear berganda II 1
2
Predictor Konstanta Umur tanaman Hari hujan Kecepatan angin Kelembaban udara Durbin Watson
Koefisien -27.71900 0.12015 -0.06055 0.16756 0.13194 2.25898
P 0.003 0.002 0.071 0.060 0.033
VIF 1.4 1.6 1.3 2.1
Plot sisaan vs Y duga 2
Sisaan
1
0
-1
-2 1,2
1,4
1,6
1,8
2,0 Y duga
2,2
2,4
2,6
2,8
Gambar 16. Plot sisaan vs Y duga untuk persamaan regresi linear berganda II
60
Nilai produksi duga bulanan yang didapat dari persamaan regresi linear berganda II pada tahun 2010 mendekati nilai produksi aktual kebun yang disajikan pada Tabel 22, sedangkan nilai produksi duga pada tahun 2009 disajikan pada Tabel 23. Tabel 22. Hasil produksi duga bulanan peramalan regresi linear II pada produksi 2010 Produksi aktual (a) 1.71 1.29 1.72 1.71 1.63 2.23 2.52 2.71 2.36 2.87 2.48 2.17
Bulan
Produksi duga (b) 1.61 1.26 1.66 1.91 1.90 2.19 2.35 2.30 2.64 2.83 2.40 2.25
Selisih (1) (%) (6.24) (2.00) (3.73) 11.97 16.63 (1.67) (6.98) (15.15) 11.95 (1.44) (2.99) 3.89
Budget produksi (c) 2.28 2.19 2.28 2.02 2.02 2.13 2.67 3.11 2.49 3.30 2.41 2.61
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Keterangan : Produksi aktual = Hasil produksi kebun (ton/ha) Produksi duga = Hasil persamaan regresi linear berganda (ton/ha) Budget Produksi = Estimasi kebun (ton/ha) Selisih 1 = (b-a) : a x 100% Selisih 2 = (c-a) : a x 100%
Selisih (2) (%) 24.99 41.04 24.44 15.48 19.56 (4.83) 5.61 13.09 5.33 13.04 (2.91) 16.91
Nilai produksi duga bulanan (Tabel 22) di SAHE pada tahun 2010 mendekati produksi aktual kebun dengan selisih berkisar antara 1.44% – 15.15%. Nilai produksi duga yang dilakukan memiliki selisih yang lebih kecil dibandingkan nilai budget produksi yang memiliki selisih berkisar antara 2.91% 24.99%.
61
Tabel 23. Hasil produksi duga bulanan peramalan regresi linear II pada produksi 2009 Bulan
Produksi aktual (a) 2.28 1.97 1.95 2.06 2.19 2.61 2.74 2.37 1.84 2.87 2.28 2.22
Produksi duga (b) 0.08 -0.25 0.24 0.60 1.37 0.79 0.68 1.32 0.89 1.60 1.77 1.53
Selisih (1) (%) (96.52) (112.49) (87.95) (70.87)) (37.47) (69.63) (75.03) (44.17) (51.57) (44.02) (22.09) (30.92)
Budget produksi (c) 2.26 2.07 2.18 1.94 2.14 2.32 2.67 3.04 2.68 3.12 2.70 2.48
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Keterangan : Produksi aktual = Hasil produksi kebun (ton/ha) Produksi duga = Hasil persamaan regresi linear berganda (ton/ha) Budget Produksi = Estimasi kebun (ton/ha) Selisih 1 = (b-a) : a x 100% Selisih 2 = (c-a) : a x 100%
Selisih (2) (%) (0.81) 4.78 10.43 (5.81) (2.54) (12.60) (2.45) 22.12 31.38 8.32 15.41 10.58
Nilai produksi duga bulanan (Tabel 23) di SAHE pada tahun 2009 belum mendekati nilai produksi aktual kebun dengan selisih berkisar antara 22.09% 112.49%. Nilai produksi duga memiliki selisih yang sangat besar dibandingkan dengan budget produksi kebun yang berkisar antara 0.81% - 31.38%.
62
ton/ha 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5
-0,5
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
0
2010
2009
Tahun Produksi aktual
Produksi duga
Budget produksi
Gambar 17. Perbandingan produksi aktual, produksi duga, dan budget produksi bulanan tahun 2009 – 2010 Perbandingan produksi aktual, produksi duga, dan budget produksi (Gambar 17) terlihat bahwa produksi duga hasil persamaan regresi linear berganda II pada tahun 2010 hampir berhimpit dengan produksi aktual kebun. Tetapi pada produksi tahun 2009 kurva produksi duga menjauhi kurva produksi aktual kebun. Fakta tersebut diduga disebabkan karena peramalan produksi dibuat pada saat tanaman berumur 14 tahun. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sulistyo (2010), peramalan produksi menggunakan umur tanaman berkisar antara 5 – 10 tahun. Sehingga, ada kemungkinan pada perkebunan SAHE produksi memasuki masa penurunan hasil karena tanaman berumur lebih dari 13 tahun, akibatnya peramalan menjadi berfluktuatif. Pada persamaan regresi linear berganda II peubah penyinaran matahari (6 BSP) dikoreksi dengan cara dihilangkan. Koreksi tersebut karena data penyinaran matahari memiliki beberapa penyimpangan dan tidak lengkap. Selain itu, faktor penentu lain seperti jumlah curah hujan dan realisasi pemupukan juga tidak dapat digunakan sebagai peubah dalam regresi karena di kebun tidak terdapat defisit air dalam kurun waktu enam tahun terakhir dan realisasi pemupukan di kebun cukup optimum berkisar antara 93% - 100%.
63
Persamaan Regresi Linear Berganda Versi Sulistyo (2010) Peramalan produksi menggunakan persamaan regresi linear berganda II belum optimal meramalkan produksi aktual di kebun, sehingga peramalan dilakukan menggunakan metode persamaan regresi linear berganda yang dikembangkan oleh Sulistyo (2010) berdasarkan data yang diambil dari Kalimantan Selatan. Peubah yang diuji meliputi curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari, pemupukan, umur tanaman, dan defisit air. Hasil uji t-parsial untuk peubah yang diduga berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit disajikan dalam Tabel 24. Tabel 24. Hasil uji-t parsial dari data Kalimantan Selatan (Sulistyo, 2010) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peubah Umur tanaman Populasi Pupuk Suhu udara Kelembaban udara Kecepatan angin Penyinaran matahari Hari hujan Curah hujan Defisit air
0 BSP
6 BSP
P-Value 12 BSP 18 BSP -
24 BSP
0.022*
-
-
0.121 0.043* 0.893
0.493 0.616
0.055 0.587
0.007** 0.217
0.586 0.853
0.348
0.045*
0.626
0.589
0.604
0.971
0.604
0.317
0.130
0.791
0.132
0.957
0.067
0.007**
0.130
0.879 0.385 0.021*
0.441 0.047* 0.793
0.862 0.053 0.752
0.049* 0.974 0.281
0.216 0.092 0.007**
Keterangan : *) Berbeda nyata pada α = 5%, **) Berbeda nyata pada α = 1% BSP : Bulan Sebelum Panen
-
Dari hasil Sulistyo (2010) (Tabel 24) peubah-peubah yang berpengaruh nyata yaitu umur tanaman, pemupukan pada 0 BSP dan 18 BSP, kelembaban udara pada 6 BSP, penyinaran matahari pada 18 BSP, curah hujan pada 6 BSP, hari hujan pada 18 BSP, dan defisit air pada 0 BSP dan 24 BSP. Dari tujuh peubah tersebut ada enam kombinasi regresi linear berganda (RLB) yang diajukan untuk meramal produksi kelapa sawit. Peramalan produksi kelapa sawit dilakukan secara bulanan untuk menentukan estimasi produksi kebun dalam setahun. Hasil analisis produksi duga dan akurasi peramalan disajikan pada Tabel 25 dan Tabel 26.
64
Data panen yang diperoleh oleh penulis lengkap dari tahun 2007-2011, tetapi data yang lain seperti data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari hanya tersedia hingga 2010. Oleh karena itu, dasar perhitungan untuk analisis menggunakan data hingga 2010. Tabel 25. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear berganda (Sulistyo, 2010) pada produksi SAHE tahun 2010 Persamaan
Produksi aktual (a) 25.38 25.38 25.38 25.38 25.38 25.38
Produksi duga (b) 24.52 23.52 25.33 24.03 27.08 27.74
Selisih (1) (%) 3.37 7.34 0.21 5.30 6.71 9.30
Budget produksi (c) 29.50 29.50 29.50 29.50 29.50 29.50
RLB I RLB II RLB III RLB IV RLB V RLB VI Keterangan : Produksi aktual = Hasil produksi kebun (ton/ha) Produksi duga = Hasil persamaan regresi linear bergand (ton/ha) Budget Produksi = Estimasi kebun (ton/ha) Selisih 1 = (b-a) : a x 100% Selisih 2 = (c-a) : a x 100%
Selisih (2) (%) 16.24 16.24 16.24 16.24 16.24 16.24
Tabel 26. Hasil produksi duga dan akurasi peramalan regresi linear berganda (Sulistyo, 2010) pada produksi SAHE tahun 2009 Persamaan
Produksi aktual (a) 27.37 27.37 27.37 27.37 27.37 27.37
Produksi duga (b) 24.02 23.21 24.28 23.36 25.47 26.50
Selisih (1) (%) 12.20 15.17 11.26 14.61 6.91 3.13
Budget produksi (c) 29.47 29.47 29.47 29.47 29.47 29.47
RLB I RLB II RLB III RLB IV RLB V RLB VI Keterangan : Produksi aktual = Hasil produksi kebun (ton/ha) Produksi duga = Hasil persamaan regresi linear berganda (ton/ha) Budget Produksi = Estimasi kebun (ton/ha) Selisih 1 = (b-a) : a x 100% Selisih 2 = (c-a) : a x 100%
Selisih (2) (%) 7.71 7.71 7.71 7.71 7.71 7.71
65
Berdasarkan hasil dari keenam persamaan regresi linear berganda pada Tabel 24 dan Tabel 25, didapatkan produksi duga dan akurasi peramalan (selisih) yang mendekati produksi aktual kebun. Produksi duga hasil persamaan regresi memiliki selisih atau kesalahan yang lebih kecil dibandingkan dengan budget produksi yang dibuat oleh kebun. Pada tahun 2010 seluruh hasil produksi duga dari keenam persamaan regresi mendekati produksi aktual dibandingkan budget produksi kebun dengan kisaran selisih 0.21%-9.30%. Hal ini memperlihatkan bahwa keenam model persamaan regresi tersebut dapat digunakan dalam peramalan. Pada keenam model persamaan regresi linear berganda (RLB) terdapat model persamaan regresi yang paling mendekati produksi aktual kebun yaitu model persamaan RLB III. Pada model persamaan RLB III memiliki selisih atau tingkat kesalahan 0.21% pada produksi tahun 2010 walaupun pada tahun 2009 tingkat kesalahan mencapai 11.26%. Model persamaan RLB III yaitu : Produksi = 0.0127 umur tanaman (0 BSP) – 0.0187 pupuk (18 BSP) + 0.0404 kelembaban udara (6 BSP) – 0.0126 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000922 curah hujan (6 BSP) – 0.00371 defisit air (0 BSP) – 0.0205 hari hujan (18 BSP) – 0.32 Model persamaan regresi linear berganda (RLB) III dapat digunakan untuk meramal produksi tahunan kelapa sawit di SAHE dengan menjumlahkan produksi bulanan pada tahun tersebut. Kekurangan persamaan regresi linear berganda III ini adalah tidak dapat digunakan untuk meramal produksi bulanan karena nilai produksi duga bulanan yang dihasilkan belum akurat. Selain itu, data iklim yang digunakan masih menggunakan data iklim daerah Pekanbaru yaitu stasiun terdekat dengan wilayah kebun. Penggunaan persamaan regresi linear berganda III belum akurat untuk meramal produksi tanaman kelapa sawit di SAHE yang rata-rata berumur 15 tahun. Hal ini disebabkan karena produksi kelapa sawit cenderung konstan kemudian mulai menurun pada umur 14-25 tahun. Bentuk persamaan regresi linear berganda III mempunyai potensi untuk meramal produksi pada wilayah perkebunan di Kabupaten Rokan Hulu dengan
66
kultur teknis yang optimal dan jenis tanah atau kondisi kelas kesesuaian lahan yang mirip dengan SAHE. Potensi penggunaan model peramalan untuk wilayah lebih luas dapat dilakukan apabila wilayah tersebut mempunyai kondisi iklim yang hampir sama.
67
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Faktor iklim dan kultur teknis memegang peranan penting dalam peramalan produksi kelapa sawit. Analisis faktor produksi yang diuji meliputi curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari, pemupukan, umur tanaman, dan defisit air. Peubah-peubah yang berpengaruh nyata pada komponen produksi di SAHE yaitu umur tanaman (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), kecepatan angin (24 BSP), penyinaran matahari (6 BSP), dan hari hujan (24 BSP). Rendahnya akurasi peramalan yang dikembangkan menggunakan data yang tersedia di SAHE diduga terkait dengan kualitas data agroekologi. SAHE tidak memiliki stasiun pengamat iklim sehingga data yang ada berasal dari wilayah sekitar yang ada kemungkinan berbeda dengan kondisi agroekologi spesifik di SAHE. Bentuk persamaan regresi linear berganda III yang di kembangkan oleh Sulistyo mempunyai potensi untuk meramal produksi tahunan dengan selisih atau tingkat kesalahan 0.21% - 11.26% pada wilayah perkebunan di Kabupaten Rokan Hulu dengan kultur teknis yang optimal dan jenis tanah atau kondisi kelas kesesuaian lahan yang mirip dengan SAHE.
Saran Diperlukan data iklim yang lebih spesifik dan lebih lengkap yang mewakili daerah sekitar kebun agar data peramalan menjadi akurat. Penelitian ini juga menyarankan agar kebun SAHE memiliki stasiun iklim tersendiri agar dapat dioptimalkan untuk peramalan produksi dimasa mendatang.
68
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, R. 2009. Peramalan Bisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta. 137 hal. Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit Menurut Jenis Tanaman, Indonesia, 1997-2010. http://www.bps.co.id [3 Juli 2012] First Resources Research Centre, Sei Air Hitam Estate. 2008. Pupuk dan Kandungannya. First Resources Research Centre. Rokan Hulu. 20 hal. Harahap, I. Y., Winarna, dan E.S. Sutarta. 2007. Produktivitas tanaman kelapa sawit tinjauan dari aspek tanah dan iklim. Dalam W. Darmosakoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. hal 246-268. Hartono, B. 2008. Syarat Pertumbuhan Kelapa Sawit. http://budidayakelapasawit.com/2008/02/syaratpertumbuhankelapasawit.ht ml. [27 april 2011]. Hidayat, W. 2012. Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Panca Surya Agrindo, First Resources Ltd, Kab. Rokan Hulu, Riau. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. 240 hal. Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia, Edisi 2. Pusat Penelitian Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar. 362 hal. Makridakis, S., S. C Wheelwright, dan V. E. McGee. 1995. Metode dan Aplikasi Peramalan. (terjemahan dari : Method and Estimation Aplication). Penerjemah : U. S. Andriyanto, A. Basith. Erlangga. Jakarta. 532 hal. Murtilaksono, H., H. Siregar, dan W. Darmosakoro. 2007. Model neraca air di perkebunan kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 15: 21-35. Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Kanisius: Yogyakarta. 63 hal. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Edisi IV. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Poeloengan, Z., M. I. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E. S. Sutarta. 2007. Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit. Dalam W. Darmosakoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. hal. 65-78.
69
Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 225 hal. Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 60 hal. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit (Tehnik Budidaya, Panen, dan pengolahan). Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Siregar, H. H., N. H. Darian, T.C. Hidayat, W. Darmosarkoro, dan I.Y.Harahap. 2006. Hujan Sebagai faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 42 hal. Sulistyo, H. 2010. Identifikasi Parameter Agronomi untuk Pengembangan Taksasi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. 140 hal. Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 178 hal. Walpole, R.E. 1997. Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 516 hal. Winarna, M., L. Fadli, D. Wiratmoko, dan E. S. Sutarta. 2006. Karakteristik tanah dari bahan aluvial ash dan kesesuaiannya untuk tanaman kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 14: 69-81.
70
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di SAH Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa, First Resources Ltd., Kab. Rokan Hulu, Riau
Tiba di Lokasi Orientasi kebun Orientasi kebun Pemanenan Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemanenan/pengutipan
17-02-2012 18-02-2012 19-02-2012 20-02-2012 21-02-2012 22-02-2012 23-02-2012 24-02-2012 25-02-2012 26-02-2012 27-02-2012
Pemupukan MOP Pemanenan/pengutipan brondolan Libur Penyemprotan Herbisida Penyemprotan Herbisida Penyemprotan Herbisida Penyemprotan Herbisida Penunasan Penunasan Libur Pemanenan/pengutipan brondolan
Observasi 5 ha 1 ha 0.5 ha 0.5 ha Observasi Observasi 3 Pohon 4 ha
8 ha 5 ha 3 ha 3 ha 3 ha 3 ha 2 ha 2 ha 6 ha
8 ha 5 ha 3 ha 3 ha 3 ha 3 ha 2 ha 2 ha 5 ha
28-02-2012
Babat Tanaman Pengganggu
0.5 ha
2 ha
2 ha
29-02-2012
Penanan tanaman Casiatora Infus akar
300 meter
600 meter
600 meter
Observasi
100 Pohon
80 Pohon
01-03-2012
Uraian Kegiatan
Turnera
subulata
dan
Lokasi
Keterangan (Mandor)
Mess PT.PISP Blok D40-34 Blok A35 Blok C36 Blok A36-A40
Bp. Ujung Bp. Hendrik. Bp. Hendrik. Bp. Ujung.
Blok B35 Blok A34-A38 Mess PT. PISP Blok B35 Blok B35 Blok B36 Blok B36 Blok C37-C40 Blok C37-C40 Mess PT. PISP Blok B35-36, C3536 Blok C39-40, D3940 Blok A35, Blok B35 Blok C39
Bp. Hendrik Bp. Ujung Bp. Siswanto Bp. Santo Bp. Santo Bp. Santo Bp. Santo Bp.Sujal Bp.Sujal Bp. Ujung Bp. Santo Bp. Santo Bp. Hendrik
71
10-02-2012 11-02-2012 12-02-2012 13-02-2012 14-02-2012 15-02-2012 16-02-2012
Prestasi Kerja (satuan/HK) Penulis Karyawan Standar Observasi 10 ha 10 ha 0.5 ha 8 ha 8 ha 1 ha 8 ha 8 ha 5 ha 5 ha 5 ha
Tanggal
Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal 02-03-2012 03-03-2012 04-03-2012
Uraian Kegiatan Infus akar Pemanenan Libur
Penulis 100 Pohon Observasi -
Prestasi Kerja Standar 100 Pohon 5 ha -
Karyawan 80 Pohon 5 ha -
Lokasi Blok C39 Blok D37-D40 Perumahan
Keterangan (Mandor) Bp. Hendrik Bp. Sujal -
72
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di SAH Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa, First Resources Ltd., Kab. Rokan Hulu, Riau Uraian Kegiatan
05-03-2012 06-03-2012
13-03-2012 14-03-2012 15-03-2012 16-03-2012 17-03-2012 18-03-2012
Pengawasan pemanenan Pengawasan pemupukan RPH Registrasi dan Olahraga Pengawasan Penunasan Pengambilan Data Sekunder Pengawasan Tankos Libur Pengawasan Dongkel Anak Kayu Pengawasan Pemupukan Pengawasan Pemupukan Pengawasan Chemist Pengawasan Chemist Olah raga Libur
19-03-2012 20-03-2012 21-03-2012 22-03-2012 23-03-2012 24-03-2012 25-03-2012
Sakit Pengawasan Pemanenan Pengawasan Pemanenan Krani Produksi Hari Raya Nyepi Libur Libur
07-03-2012 08-03-2012 09-03-2012 10-03-2012 11-03-2012 12-03-2012
Prestasi Kerja Penulis Jumlah HK yang Luas Areal yang Diawasi (orang) Diawasi (ha) 37 96.87 8 30.27
Lama Kegiatan (jam) 7 7
Lokasi
Keterangan
Blok A38-40 Blok C37
Bp.Ujung Bp. Hendrik
8 24 9
8 ha 30 ha 58.19
5 7 5 7
Pasir Pengaraian Blok C35-36 Kantor Rayon Blok D35 Perumahan staff Blok D39-40
Bp. Purba Bp. Purba Bp. Ate Bp. Purba Bp. Santo
8 8 12 12 -
30.81 29.79 29.79 30.55 -
7 7 7 7 -
Blok D38 Blok D39 Blok D39 Blok D37 Lapangan Perumahan
Bp. Hendrik Bp. Hendrik Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba
19 38 3 -
57.9 157.72 65.63 -
7 7 7 -
Perumahan Blok C35-36 Blok A34-38 Blok A39-40 Perumahan Mess Mess
Bp. Sujal Bp. Ujung Bp. Sriaman -
73
Tanggal
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di SAH Estate, PT Perdana Inti sawit Perkasa, First Resources Ltd., Kab. Rokan Hulu, Riau Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha)
26-03-2012 27-03-2012 28-03-2012 29-03-2012 30-03-2012 31-03-2012 01-04-2012 02-04-2012 03-04-2012 04-04-2012 05-04-2012
Krani Produksi Administrasi Administrasi Pendamping asisten Pengambilan data sekunder Pengambilan data sekunder Libur Pendamping asisten Pendamping asisten Pendamping asisten Pendamping asisten
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) 2 2 2 1 1 1
06-04-2012
Libur Kenaikan Isa Almasih
-
-
-
Perumahan Staff
Bp. Purba
07-04-2012 08-04-2012
Olah raga Libur
-
-
-
Lapangan Kantor Afd. X
Bp. Juwedi Bp. Purba
09-04-2012
Pendamping asisten
1
29.70
7
Blok C40
Bp. Purba
10-04-2012
Pendamping asisten
1
29.70
7
Blok C40
Bp. Purba
Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
Keterangan
57.9 30.55 30.55 30 29.70 29.54
Lama Kegiatan (jam) 7 5 5 7 7 7 7 7
Blok C35-37 Kantor Afdeling Kantor Afdeling Blok D36 Kantor Kebun Kantor Kebun Perumahan Staff Blok D36 Blok D23 Blok C40 Blok B39
Bp Mawardi Bp. Juwedi Bp. Juwedi Bp. Purba Bp. Slamet Bp. Slamet Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba
74
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) 1 1 1 1 1 -
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha)
Lokasi
Keterangan
65.63 111.77 59.26 28.40 58.34 -
Lama Kegiatan (jam) 7 7 7 7 7 5 5 7 5 5 -
Blok A38-40 Blok B35-B38 Blok C39-40 Blok D40 Perumahan Staff Kantor afdeling Kantor afdeling Blok D35-36 Kantor afdeling Kantor kebun Lapangan
Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp.Slamet Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba
11-04-2012 12-04-2012 13-04-2012 14-04-2012 15-04-2012 16-04-2012 17-04-2012 18-04-2012 19-04-2012 20-04-2012 21-04-2012
Pendamping asisten Pendamping asisten Pendamping asisten Pendamping asisten Libur Administrasi Administrasi Pendamping asisten Administrasi Pengambilan data sekunder Olah raga
22-04-2012 23-04-2012 24-04-2012 25-04-2012
Libur Pendamping asisten Pendamping asisten Administrasi
1 1 -
118.1 32.42 -
7 7 5
Perumahan Staff Blok B39-40, C39,40 Blok A34 Kantor afdeling
26-04-2012
Administrasi
-
-
5
Kantor afdeling
Bp. Purba
75
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tanggal
Uraian Kegiatan
27-04-2012 28-04-2012 29-04-2012 30-04-2012 01-05-2012 02-05-2012 03-05-2012 04-05-2012 05-05-2012 06-05-2012 07-05-2012 08-05-2012 09-05-2012 10-05-2012 11-05-2012 12-05-2012
Administrasi Olah raga Libur Penulisan Laporan Penulisan Laporan Penulisan Laporan Penulisan Laporan Penulisan Laporan Penulisan Laporan Libur Administrasi Administrasi Penulisan laporan Presentasi Hasil Revisi laporan Pamit Dengan Staff dan Warga
13-05-2012
Pulang Ke Bogor
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) -
Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) -
Lama Kegiatan (jam) 5 5 5 -
Lokasi
Keterangan
Kantor afdeling Lapangan Perumahan Perumahan Staff Perumahan Staff Perumahan Staff Perumahan Staff Perumahan Staff Perumahan Staff Perumahan Kantor Afdeling Kantor Afdeling Perumahan Staff Kantor Kebun Perumahan Staff Perumahan Afdeling dan Perumahan Staff Bogor
Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba Bp. Purba -
76
77 Lampiran 4. Peta inti SAH Estate, PT. PISP
Lampiran 5. Data curah hujan kebun PT. PISP Tahun 2005 – 2011 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
BULAN HH
CH (mm)
HH
Januari
9
113.90
8
Pebruari
5
82.00
Maret
9
April
7
Mei
8
Juni Juli Agustus September
CH (mm)
HH
CH (mm)
HH
CH (mm)
HH
CH (mm)
HH
CH (mm)
HH
CH (mm)
127.00
6
199.00
10
165.00
13
203.50
13
303.00
18
234.50
14
349.00
7
190.00
9
190.00
8
218.00
7
180.00
3
129.00
204.50
8
190.00
7
228.00
15
522.00
14
356.00
10
209.00
9
152.60
100.50
9
178.00
9
307.00
10
250.00
10
246.00
8
143.00
12
133.90
199.50
7
173.00
10
218.00
7
180.00
6
151.00
9
96.00
9
143.60
5
62.00
6
87.00
5
83.00
10
299.00
3
60.00
10
209.00
6
85.00
7
134.00
3
81.00
9
156.00
8
485.00
3
80.00
7
133.00
6
77.40
6
145.00
3
101.00
5
90.00
8
305.00
12
264.00
4
86.00
9
175.60
4
49.50
9
201.00
12
156.00
8
325.00
7
183.00
11
188.00
11
182.60
Oktober
10
184.00
7
117.00
10
226.00
10
370.00
8
237.00
9
128.00
13
236.80
Nopember
15
256.50
11
130.00
5
95.00
4
190.00
10
257.00
12
123.00
17
436.00
Desember
12
192.00
7
184.00
11
200.00
16
187.50
19
330.00
11
156.00
18
631.60
Jumlah Rataan Bulanan
97
1,723.40
92
1,918.00
96
2,148.00
115
3,468.50
113
2,585.50
111
1,954.00
8
143.62
7
159.83
8
179
9
289.04
9
215.46
9
162.83
131 11
2,618.60 218
BB
9
10
9
12
10
10
9
BK
1
0
0
0
1
0
0
Sumber: Kantor AdministrasiKebun PT. PerdanaIntiSawit Perkasa
Rata-rata BB : 9.86bulan
100
, .
100
2.94
(Tipeiklim A = daerah sangat basah)
Keterangan : HH = Hari Hujan CH = Curah Hujan BB = Bulan Basah (>100 mm) BK = BulanKering (<60 mm)
78
Rata-rata BK : 0.29bulan
Q
79 Lampiran 6. Peta Sebaran Tanah SAHE
80 Lampiran 7. Struktur Organisasi SAHE.
81 Lampiran 8. Peta Afdeling 1, SAHE
32,42 ha (4017 phn) 31,52 ha (3473 phn)
27,33 ha (3495 phn)
27,76 ha (3627 phn)
28,83 ha (3829 phn)
31,54 ha (4107 phn)
29,86 ha (3762 phn)
30,14 ha (3971 phn)
29,51 ha (3925 phn)
31,00 ha (3400 phn)
29,81 ha (3754 phn)
30,27 ha (3942 phn)
30,55 ha (4035 phn)
31,24 ha (4034 phn)
24,77 ha (3875 phn)
30,68 ha (3968 phn)
30,81 ha (3951 phn)
32,02 ha (4047 phn)
29,54 ha (3693 phn)
29,56 ha (3868 phn)
29,79 ha (3760 phn)
33,61 ha (4157 phn)
29,30 ha (3741 phn)
29,70 ha (3795 phn)
28,40 ha (3493 phn)
Keterangan : Kaveld Phn
= Perumahan karyawan = Kaveld panen = Luasan panen dalam satu hari = Pohon
Lampiran 9. Produksi dan produktivitas kelapa sawit Di SAH Estate Tahun 2007-2011
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
Produktivitas (kg/ha) 2.44 1.84 1.89 2.13 2.16 2.22 2.35 2.91 3.17 2.67 2.71 2.41 28.89
Produksi (kg) 5,564,410 4,725,005 4,788,160 4,278,310 5,360,220 5,331,839 6,579,974 6,887,062 4,131,532 6,405,169 4,691,664 5,420,534 64,163,879
Tahun 2008 Produktivitas /pohon (kg/pohon) 18.28 15.52 15.73 14.06 17.61 17.52 21.62 22.63 13.57 21.06 15.42 17.81 17.57
Produktivitas (kg/ha) 2.34 1.99 2.02 1.80 2.26 2.25 2.77 2.90 1.74 2.69 1.98 2.28 27.03
Produksi (kg) 5,428,730 4,693,480 4,655,530 4,900,070 5,233,330 6,215,240 6,521,050 5,647,760 4,386,520 6,825,530 5,437,800 5,292,270 65,237,310
2009 Produktivitas /pohon (kg/pohon) 17.76 15.35 15.23 16.03 17.12 20.33 21.33 18.47 14.35 22.33 17.78 17.31 17.78
Produktivitas (kg/ha) 2.27 1.97 1.95 2.05 2.19 2.61 2.73 2.37 1.84 2.86 2.28 2.22 27.36
82
Produksi (kg) 5,783,150 4,374,170 4,481,500 5,066,820 5,125,480 5,259,120 5,573,240 6,913,030 7,523,220 6,350,550 6,422,760 5,726,540 68,599,580
2007 Produktivitas /pohon (kg/pohon) 19.40 14.67 15.03 16.99 17.19 17.64 18.69 23.19 25.23 21.30 21.54 19.21 19.17
Lampiran 9 (lanjutan) Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
Produksi (kg) 4,083,470 3,072,580 4,097,440 4,060,610 3,886,940 5,316,500 6,008,960 6,448,900 5,626,750 6,838,390 5,899,160 5,172,590 60,512,290
2010 Produktivitas/pohon (kg/pohon) 13.42 10.10 13.47 13.35 12.78 17.48 19.75 21.20 18.50 22.48 19.39 17.01 16.58
Produktivitas (kg/ha) 1.71 1.29 1.72 1.70 1.63 2.23 2.52 2.70 2.35 2.87 2.47 2.16 25.38
Produksi (kg) 4 973 400 4 360 490 4 930 550 5 031 500 5 282 340 5 124 850 6 468 370 6 671 890 7 932 430 7 143 020 6 100 830 6 363 920 70 383 590
2011 Produktivitas/pohon (kg/pohon) 16.50 14.46 16.36 16.69 17.52 16.99 21.46 22.13 26.31 23.69 20.24 21.11 19.46
Produktivitas (kg/ha) 2.09 1.83 2.07 2.11 2.22 2.15 2.71 2.79 3.33 2.99 2.55 2.67 29.52
,
83
84 Lampiran 10. Data iklim Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2005-2010 Tahun 2005
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 2006 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 2007 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata
Suhu (°C) 26.90 27.90 27.90 27.90 27.70 27.80 27.20 27.50 27.80 27.20 26.90 27.00 27.48 27.60 27.10 27.40 29.10 27.10 27.50 26.80 26.30 27.40 26.80 26.60 27.30 27.40 27.50 27.90 27.20 26.80 26.80 27.00 27.00 27.10
Keterangan : (-) = data tidak ada
Kelembaban (%) 81.00 78.00 79.00 81.00 83.00 79.00 82.00 80.00 80.00 83.00 84.00 82.00 81.00 82.00 80.00 79.00 79.00 80.00 80.00 82.00 85.00 81.00 82.00 82.00 79.00 81.00 84.00 79.00 82.00 81.00 82.00 82.00 82.00 81.00
Kecepatan Angin (Km/jam) 9.26 7.41 9.26 11.11 9.26 11.11 7.41 9.26 11.11 9.26 9.26 11.11 9.57 8.15 13.70 10.37 10.37 11.30 8.70 7.96 7.22 9.72 6.85 4.63 8.89 9.45 11.11 9.07 7.41 9.82 8.15 10.74 9.26 8.67
PenyinaranMatahari (%) 17.50 51.20 26.50 31.70 39.20 49.00 65.10 65.00 68.00 55.20 55.50 35.30 53.00 49.90 48.70
85 Lampiran 10. (Lanjutan) Tahun 2008
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 2009 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 2010 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata
Suhu (°C) 26.80 26.80 26.50 27.40 28.00 27.50 27.10 27.30 29.70 27.40 27.50 26.90 27.40 26.60 27.20 27.20 28.10 28.90 42.60 33.50 27.70 28.00 27.50 27.20 26.90 29.30 27.80 28.40 28.70 28.30 29.00 28.30 27.50 23.80 27.60 28.20 27.50 26.80 27.60
Keterangan : (-) = data tidak ada
Kelembaban (%) 82.00 79.00 84.00 82.00 79.00 81.00 79.00 78.00 79.00 83.00 77.00 79.00 80.00 78.00 77.00 78.00 77.00 75.00 75.00 72.00 76.00 76.00 74.00 78.00 79.00 75.00 78.00 74.00 74.00 74.00 75.00 71.00 75.00 74.00 74.00 69.00 74.00 73.00 74.00
Kecepatan Angin (Km/jam) 8.89 7.78 7.78 7.96 8.89 9.45 10.37 10.37 11.11 8.33 8.15 9.07 9.01 6.85 7.59 8.15 7.41 8.33 10.00 10.19 9.63 12.22 8.33 8.52 8.33 8.80 8.70 7.78 7.04 10.19 4.26 7.04 8.15 8.70 7.96 9.82 7.22 11.67 8.21
Penyinaran Matahari (%) 42.70 47.30 42.70 44.20 42.70 44.20 42.70 42.70 58.00 50.30 32.10 35.80 43.80 40.8 37.5 55.9 60.4 65.9 55.1 59.0 63.5 56.5 50.3 32.1 35.8 43.8 2.50 2.50 4.50 4.50 4.50 4.50 4.70 4.30 0.30 0.20 3.30
Lampiran 11. Data historis pemupukan di SAH Estate Tahun 2007-2011 Tahun Uraian
Satuan
2007
Kg Kg % Kg Kg % Kg Kg % Kg Kg % Kg Kg %
2008
2009
2010
2011
Program Realisasi Pencapaian Program Realisasi Pencapaian Program Realisasi Pencapaian Program Realisasi Pencapaian Program Realisasi Pencapaian
Urea 666 250 629 350 94.46 666 042 478 650 71.86 551 112 266 500 48.36 733 100 713 600 97.34 604 450 604 450 100.00
Rph 437 750 422 350 96.48 407 731 312 700 76.69 302 457 424 900 140.48 456 500 432 250 94.69 470 050 470 050 100.00
Kieserite 295 550 243 650 82.44 367 820 289 350 78.67 228 458 294 650 128.97 309 400 300 000 96.96 284 050 284 000 99.98
MOP 701 250 649 090 92.56 763 928 754 650 98.79 529 749 596 250 112.55 706 700 689 700 97.59 618 900 620 550 100.27
Jenis Pupuk (kg) TSP HGF Borat 22 775 17 825 78.27 27 123 25 600 4 800 17.70 13 424 4 800 5 950 44.32 10 350 8 250 10 150 98.07 5 800 300 6 000 103.45
NPK 12:12:12
5 706 46 950 822.79 10 070 46 325 460.03
2 250
FeSO4
944 397 42.03 683 3 011 440.85 618 4 253 688.19 3 777 3 879 102.70
ZA
242 800
372 700
Total 2 123 575 1 962 265 92.40 2 212 294 2 155 897 97.45 1 635 953 2 015 086 123.18 2 216 668 2 158 203 97.36 1 987 027 1 991 479 100.22
86
Lampiran 12. Neraca air di Sei Air Hitam Estate tahun 2005 – 2011 Tahun 2005
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan (e) ((f)=(c)+(d)-(e) mm 150 164
Cadangan Akhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
Januari
9
144
200
164
0
0
Februari
5
82
164
150
96
96
0
0
Maret
9
205
96
150
151
151
0
0
April
7
101
151
150
102
102
0
0
Mei
8
200
102
150
152
152
0
0
Juni
5
62
152
150
64
64
0
0
Juli
7
134
64
150
48
48
0
0
Agustus
6
145
48
150
43
43
0
0
September
4
50
43
150
-57
0
0
57
Oktober
10
184
0
150
34
34
0
0
November
15
257
0
120
137
137
0
0
Desember
12
192
114
120
186
186
0
0
Total
97
1,726
57 87
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2006
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan (e) ((f)=(c)+(d)-(e) mm 150 163
Cadangan Akhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
Januari
8
127
186
163
0
0
Februari
14
349
163
120
392
392
192
0
Maret
8
190
200
150
240
240
40
0
April
9
178
200
150
228
228
28
0
Mei
7
173
200
150
223
223
23
0
Juni
6
87
200
150
137
137
0
0
Juli
3
81
137
150
68
68
0
0
Agustus
3
101
68
150
19
19
0
0
September
9
201
19
150
70
70
0
0
Oktober
7
117
70
150
37
37
0
0
November
11
130
37
120
47
47
0
0
Desember
7
184
47
150
81
81
0
0
Total
92
1,918
0
88
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2007
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan (e) ((f)=(c)+(d)-(e) mm 150 130
Cadangan Akhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
Januari
6
199
81
130
0
0
Februari
7
190
130
150
170
170
0
0
Maret
7
228
170
150
248
248
48
0
April
9
307
200
150
357
357
157
0
Mei
10
218
157
150
225
225
25
0
Juni
5
83
200
150
133
133
0
0
Juli
9
156
133
150
139
139
0
0
Agustus
5
90
139
150
79
79
0
0
September
12
156
79
120
115
115
0
0
Oktober
10
226
115
150
191
191
0
0
November
5
95
191
150
136
136
0
0
Desember
11
200
136
120
216
216
16
0
Total
96
2,148
0
89
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2008
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan (e) ((f)=(c)+(d)-(e) mm 150 215
Cadangan Akhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
Januari
10
165
200
215
15
0
Februari
9
190
200
150
240
240
40
0
Maret
15
522
200
120
602
602
482
0
April
10
250
200
150
300
300
100
0
Mei
7
180
200
150
230
230
30
0
Juni
10
299
200
150
349
349
149
0
Juli
8
485
200
150
535
535
385
0
Agustus
8
305
200
150
355
355
155
0
September
8
325
200
150
375
375
175
0
Oktober
10
370
200
150
420
420
220
0
November
4
190
200
150
240
240
40
0
Desember
16
188
200
120
268
268
68
0
Total
115
3,469
0
90
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2009
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan (e) ((f)=(c)+(d)-(e) mm 120 284
Cadangan Akhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
Januari
13
204
200
284
184
0
Februari
8
218
200
150
268
268
68
0
Maret
14
356
200
120
436
436
236
0
April
10
246
200
150
296
296
96
0
Mei
6
151
200
150
201
201
1
0
Juni
3
60
200
150
110
110
0
0
Juli
3
80
110
150
40
40
0
0
Agustus
12
264
40
120
184
184
0
0
September
7
183
184
150
217
217
17
0
Oktober
8
237
200
150
287
287
87
0
November
10
257
200
150
307
307
107
0
Desember
19
330
200
120
410
410
210
0
Total
113
2,586
0
91
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2010
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan (e) ((f)=(c)+(d)-(e) mm 120 383
Cadangan Akhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
Januari
13
303
200
383
183
0
Februari
7
180
200
150
230
230
30
0
Maret
10
209
200
150
259
259
59
0
April
8
143
200
150
193
193
0
0
Mei
9
96
193
150
139
139
0
0
Juni
10
209
139
150
198
198
0
0
Juli
7
133
198
150
181
181
0
0
Agustus
4
86
181
150
117
117
0
0
September
11
188
117
120
185
185
0
0
Oktober
9
128
185
150
163
163
0
0
November
12
123
163
120
166
166
0
0
Desember
11
156
166
120
202
202
2
0
Total
111
1,954
0
92
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2011
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan (e) ((f)=(c)+(d)-(e) mm 120 315
Cadangan Akhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
Januari
18
235
200
315
115
0
Februari
3
129
200
150
179
179
0
0
Maret
9
153
179
150
182
182
0
0
April
12
134
182
120
196
196
0
0
Mei
9
144
196
150
190
190
0
0
Juni
6
85
190
150
125
125
0
0
Juli
6
77
125
150
52
52
0
0
Agustus
9
176
52
150
78
78
0
0
September
11
183
78
120
141
141
0
0
Oktober
13
237
141
120
258
258
58
0
November
17
436
200
120
516
516
316
0
Desember
18
632
200
120
712
712
512
0
Total
131
2,621
0
93