IDENTIFIKASI PARAMETER AGRONOMI UNTUK PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI ANGSANA ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
HARI SULISTYO A24062417
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Identification of Agonomic Parameters for Developing Production Estimation in Oil Palm at Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, South Kalimantan 1
Hari Sulistyo1 dan Edi Santosa2 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB (A24062417) 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract
The purpose of this final assignment was to determine agronomic and agroecological characters responsible to production estimation of oil palm fresh fruit bunches. The studies was conducted at PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, District of Tanah Bumbu, South Kalimantan from February 15th to June 15th 2010. The assignment composed of several works, i.e., as field worker for two months, as assistant foreman for one month, and as estate assistant for one month. Special observation was conducted as additional activity, e.g. to examinate the agronomic and agroecological characters which were expected affected oil palm production such as climates, land suitability, and agronomy of oil palm. According to test of t-parcial, indicated that climatic factors played an important role in the production of oil palm. Air humidity in the 6 months prior to harvest (MPH), the sun shines intensities on 18 MPH, rainfall on 6 MPH, rainy days on 18 MPH, water deficit at 0 and 24 MPH, as well as plant age and fertilizer including the factors determining the production of oil palm. Production forecasting modeling performed by multiple linear regression analysis, from the seven variables significantly affected the production of oil palm, of which obtained six combination of regression. Multiple linear regression equation no. VI was the closest to actual production. This multiple linear regression equation VI can be used to predict the annual production of oil palm in Angsana Estate for 5-11 years old plants by adding up monthly production forecast for a year. It is note worthy that regression equation VI dependent on fertilizer aplikation, number of rainy days and sunshine at 18 MPH, water deficit at the 24 MPH, and present plant age data.
Keywords : Agronomic Parameters, climate, Oil Palm, Production Estimation, South Kalimantan
RINGKASAN
HARI SULISTYO. Identifikasi Parameter Agronomi untuk Pengembangan Taksasi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh EDI SANTOSA) Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik budidaya serta manajerial mahasiswa sehingga dapat memahami dan menghayati proses kerja secara nyata dalam proses produksi tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mengidentifikasi parameter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil produksi tandan buah segar guna pengembangan teknik peramalan produksi kelapa sawit. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan selama empat bulan mulai tanggal 15 Februari hingga 15 Juni 2010. Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah bekerja langsung sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan pendamping asisten masing-masing selama satu bulan. Aspek teknis yang dilaksanakan meliputi kegiatan pengendalian gulma, pengendalian hama, pengelolaan tajuk, pemupukan anorganik dan organik, serta panen atau produksi. Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara dengan staf dan karyawan kebun serta mengikuti pengamatan bersama Departemen Riset Minamas untuk mengetahui pengaruh fluktuasi iklim terhadap produksi kelapa sawit. Data sekunder meliputi kondisi umum kebun, data hari hujan dan curah hujan selama 10 tahun terakhir, data iklim Kabupaten Tanah Bumbu (suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan penyinaran matahari) selama 10 tahun terakhir, data kelas kesesuaian lahan, data produksi dan produktivitas kebun, pupulasi tanaman, serta data historis kegiatan kultur teknis kebun.
Defisit
air diketahui dengan menghitung neraca
keseimbangan air menggunakan metode Tailliez.
iii
Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa faktor iklim memegang peranan penting dalam produksi kelapa sawit. Kelembaban udara pada 6 bulan sebelum panen (BSP), penyinaran matahari pada 18 BSP, curah hujan pada 6 BSP, hari hujan pada 18 BSP, defisit air pada 0 BSP dan 24 BSP, serta umur tanaman dan pemupukan termasuk dalam faktor utama penentu produksi kelapa sawit. Pembuatan model peramalan produksi dilakukan dengan analisis regresi linear berganda. Dari tujuh
faktor atau peubah yang berpengaruh nyata terhadap
produksi kelapa sawit, diperoleh enam bentuk kombinasi persamaan regresi linear berganda untuk menentukan produksi duga atau meramal produksi kelapa sawit. Bentuk persamaan regresi linear berganda VI menghasilkan nilai produksi duga yang paling mendekati produksi aktual kebun apabila dibandingkan persamaan regresi linear berganda I-V. Persamaan regresi linear berganda VI dapat digunakan untuk meramal produksi tahunan kelapa sawit di Angsana Estate untuk tanaman umur 5-11 tahun dengan menjumlahkan hasil ramalan produksi bulanan pada tahun tersebut. Data yang digunakan persamaan regresi linear berganda VI untuk meramal produksi kelapa sawit adalah data realisasi pemupukan pada 18 bulan sebelum panen (BSP), jumlah hari hujan dan penyinaran matahari pada 18 (BSP), defisit air pada 24 bulan sebelum panen dan data umur tanaman. Kekurangan persamaan regresi linear berganda VI yaitu tidak dapat digunakan untuk meramal produksi bulanan karena nilai produksi duga bulanan yang dihasilkan belum akurat. Penggunaan persamaan regresi linear berganda VI untuk meramal produksi tanaman kelapa sawit pada umur >11 tahun setelah masa produksi puncak masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena peramalan ini berbasis pada masa puncak produksi.
iv
IDENTIFIKASI PARAMETER AGRONOMI UNTUK PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI ANGSANA ESTATE, PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Hari Sulistyo A24062417
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
v
Judul
: IDENTIFIKASI PARAMETER AGRONOMI UNTUK PENGEMBANGAN TAKSASI PRODUKSI KELAPA SAWIT
(Elaeis
ESTATE,
PT.
MINAMAS
guineensis
Jacq.)
LADANGRUMPUN PLANTATION,
DI
SUBURABADI,
TANAH
KALIMANTAN SELATAN Nama
: HARI SULISTYO
NIM
: A24062417
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Edi Santosa, SP. MSi NIP 19700520. 199601. 1. 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101. 198703. 1. 003
Tanggal Lulus :
ANGSANA
BUMBU,
vi RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 19 September 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Maulana dan Ibu Sumiasih. Penulis lulus dari SD Negeri Kutorejo pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan dari SLTPN 1 Mojosari dan pada tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 1 Mojosari, Mojokerto. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam beberapa kelembagaan mahasiswa IPB. Tahun 2008 penulis bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta IPB sebagai staf Divisi Kajian Strategis. Pada tahun yang sama, penulis juga menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB dan menjadi Kepala Departemen Club Tanaman Hias dan Buah pada periode 2009. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) dan terpilih sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto (Himasurya Plus IPB) pada periode 2008-2009. Kecintaan penulis terhadap olahraga juga dikembangkan dengan bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Voli IPB dan terpilih sebagai Ketua UKM Bola Voli IPB selama dua periode berturut-turut yaitu pada tahun 2008 dan 2009. Selama mengikuti studi di IPB, penulis mendapatkan beasiswa Pengembangan Prestasi dan Akademik (PPA) pada tahun 2009 dan mendapatkan beasiswa Mahasiswa Berprestasi Direktorat Jendral Perkebunan pada tahun 2010. Skripsi yang disusun oleh penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan Selatan yang berjudul “Identifikasi Parameter Agronomi untuk Pengembangan Taksasi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan” di bawah bimbingan Dr. Edi Santosa, SP. MSi.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Parameter Agronomi untuk Pengembangan Taksasi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan”. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian tugas akhir ini, dan secara khusus kepada : 1. Bapak Maulana dan Ibu Sumiasih, serta seluruh keluarga besar Pak Mustam yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada penulis. 2. Dr. Edi Santosa, SP. MSi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc sebagai dosen pembimbing akademik penulis selama menjalani perkuliahan. 4. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, MS dan Dwi Guntoro, SP. MSi sebagai wakil urusan skripsi departemen dan dosen penguji sidang yang telah memberikan saran dan revisi terhadap hasil skripsi. 5. Bapak Masziwa Bachrum (GM Estate area Sebamban), Bapak Iwan Darmawan (EM PT. Ladangrumpun Suburabadi), Bapak Syahnan (Senior Asisten Manajer), Bapak Iwan Nuriyanto (Asisten Divisi III) dan Bapak A. Isa Almasih (Asisten Divisi I) yang telah memberikan fasilitas, bimbingan serta motivasi selama kegiatan magang berlangsung. 6. Mandor Divisi III Angsana Estate, P. Syahril, P. Eko, P. Rasyid, P. Sugiono, P. Farid, P. Lasno, P. Tukijo, P. Fitri, P. Saijan, P. Bambang, P. Kusno, B.Ike serta seluruh karyawan yang telah memberi bimbingan selama penulis di lapang.
viii 7. Pak Suwondo dan Pak Nuwirya Jaya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jakarta, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data iklim Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. 8. Teman-teman UKM Bola Voli IPB, Agronomi dan Hortikultura 43, dan Himpunan Mahasiswa Surabaya, Gresik, Siodarjo dan Mojokerto (Himasurya Plus) yang telah memberi inspirasi dan keceriaan selama penulis studi di IPB. 9. Maretha Isyana yang telah membantu dan memberi motivasi selama penulisan skiripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan berguna bagi pembaca yang memerlukan. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan, keselamatan dan ilmu yang bermanfaat kepada kita sehingga berguna untuk nusa, bangsa, dan agama.
Bogor, November 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xv
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang................................................................................ Tujuan ............................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
3
Botani Kelapa Sawit ....................................................................... Syarat Tumbuh ............................................................................... Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit .............................................. Peramalan .......................................................................................
3 4 5 8
METODE MAGANG ..............................................................................
11
Tempat dan Waktu .......................................................................... Metode Pelaksanaan ....................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data................................................ Analisis Data dan Informasi ............................................................
11 11 11 15
KONDISI UMUM KEBUN .....................................................................
18
Letak Geografis Kebun ................................................................... Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................... Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ............................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ........................................ Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ...................................................
18 18 19 20 21 23
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................
24
Aspek Teknis .................................................................................. Aspek Manajerial ............................................................................
24 59
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
64
Produksi Angsana Estate................................................................. Curah Hujan ................................................................................... Defisit Air ....................................................................................... Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara, dan Penyinaran Matahari ......................................................................................... Populasi dan Umur Tanaman .......................................................... Kultur Teknis ..................................................................................
64 65 68 68 69 70
x Penentuan Nilai Produksi Duga....................................................... Penggunaan Model Peramalan ........................................................
72 98
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 101 Kesimpulan..................................................................................... Saran ..............................................................................................
101 101
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
102
LAMPIRAN ............................................................................................
104
xi
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Deskripsi Potensi Pertumbuhan dan Produksi Bahan Tanaman Tenera Asal Marihat dan Socfindo .............................................
20
Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate ..........................................................................
21
3.
Data Karyawan Angsana Estate .................................................
22
4.
Hasil Monitoring Hama di Angsana Estate pada Bulan April dan Mei 2010 ............................................................................
30
5.
Rekomendasi Periode Ablasi pada Kebun Tanah Coastal ..........
37
6.
Jenis pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009-2010
42
7.
Rekapitulasi Mutu Buah di Angsana Estate pada Bulan JanuariMei 2010 ...................................................................................
47
8.
Standar Output Pemanen di Angsana Estate...............................
47
9.
Peralatan Panen di Angsana Estate ............................................
48
10. Kriteria Kematangan Buah.........................................................
50
11. Hubungan Tingkat Kematangan Buah dengan OER dan Kadar ALB ..........................................................................................
50
12. Hasil Pengamatan Pengaruh Pusingan terhadap Persentase Brondolan..................................................................................
51
13. Parameter Pemberian Denda Karyawan .....................................
56
14. Premi Supervisi Panen di Angsana Estate ..................................
57
15. Premi Karyawan Panen Angsana Estate .....................................
57
16. Hasil Uji-t Parsial ......................................................................
72
17. Jumlah Rata-rata Populasi Tanaman dan Umur Tanaman di Angsana Estate. .........................................................................
73
18. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda I .........
74
19. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda I .......
74
20. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda I .................................................................................
75
21. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda II ........
78
22. Hasil Produksi Duga Persamaan regresi linear berganda II.........
78
23. Nilai P-Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda II................................................................................
79
2.
xii 24. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda III ......
82
25. Hasil Produksi Duga Persamaan regresi linear berganda III .......
82
26. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda III ..............................................................................
83
27. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda IV ......
86
28. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda IV ....
86
29. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda IV ..............................................................................
88
30. Analisis Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda V ...
90
31. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda V .....
91
32. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda V ...............................................................................
92
33. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda VI ......
94
34. Hasil Produksi Duga Persamaan regresi linear berganda VI .......
95
35. Nilai P-Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Linear Berganda VI ..............................................................................
96
xiii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Area Buffer Zone ........................................................................
25
2. Alat Perlindung Diri (APD) Tim Semprot ...................................
25
3. Hama Ulat Api a) Ulat Api (Darna trima) b) Ulat Kantong (Cremastopsyche pendula).........................................................
31
4. Penangkaran Burung Hantu (Tyto alba) di Angsana Estate .........
32
5. Serangan Rayap pada Tanaman Kelapa Sawit .............................
33
6. Beneficial Plant : a. Anjang Bunga Antigonon leptopus; b. Bunga Cassia cobanensis ......................................................
34
7. Pelepah Daun ke-17 ....................................................................
38
8. Penaburan Pupuk di Bibir Piringan Membentuk Huruf “U” ........
42
9. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) di Angsana Estate ......................
44
10. Aplikasi POME dengan Sistem Flatbed di Angsana Estate ........
45
11. Tingkat Kematangan Buah .........................................................
50
12. Kegiatan Panen : a. Pemotongan Gagang Buah; b. Pengutipan Brondolan..................................................................................
54
13. Perbandingan Produksi Aktual dengan Budget Produksi dan Standar Produksi Marihat di Angsana Estate Tahun 2004-2009 .
64
14. Curah Hujan Bulanan di Angsana Estate Tahun 2004-2009 .......
65
15. Serangga Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus di Angsana Estate
66
16. Buah Tidak Normal di Angsana Estate : a. Tandan buah yang mengalami gejala parthenocarpy; b. Tandan buah yang mengalami gejala false ripening ................................................
67
17. Umur Tanaman dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Angsana Estate ........................................................................................
70
18. Losses Panen Akibat Brondolan Tinggal, Janjang Tinggal, dan Buah Mentah di Angana Estate..................................................
71
19. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ....................................................................................
75
20. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda I .................................................................................
76
xiv 21. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda I Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode CochraneOrcutt ........................................................................................
77
22. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ....................................................................................
79
23. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda II................................................................................
80
24. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda II Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode CochraneOrcutt ........................................................................................
81
25. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ....................................................................................
83
26. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda III ..............................................................................
84
27. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda III Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode CochraneOrcutt ........................................................................................
85
28. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ....................................................................................
87
29. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda IV ..............................................................................
88
30. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda IV Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode CochraneOrcutt ........................................................................................
89
31. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ....................................................................................
91
32. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda V ...............................................................................
92
33. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda V Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode CochraneOrcutt ........................................................................................
93
34. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi ....................................................................................
95
35. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda VI ..............................................................................
96
36. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda VI Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode CochraneOrcutt ........................................................................................
97
xv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Potensi Produksi Kelapa Sawit Umur 3-25 Tahun pada Setiap Kelas Kesesuaian Lahan ...............................................................
105
Faktor-Faktor Teknik Budidaya yang Mempengaruhi Hasil Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit ......................................
106
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi...........................
109
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi...........................
113
Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi...........................
115
6.
Peta Area Angsana Estate .............................................................
117
7.
Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Angsana Estate Tahun 19992009 ............................................................................................. 118
8.
Satuan Peta Lahan Angsana Estate ..............................................
119
9.
Peta Areal Statment Angsana Estate .............................................
120
10. Peta Seksi Panen di Angsana Estate ..............................................
121
11. Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Angsana Estate Tahun 2004-2009 .........................................................................
122
12. Neraca Air di Angsana Estate Tahun 2000-2009...........................
124
13. Data Iklim Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2000-2009 ...............
134
14. Populasi Tanaman Kelapa Sawit di Angsana Estate ......................
138
15. Data Historis Pemupukan di Angsana Estate Tahun 2002-2009 ....
139
16. Struktur Organisasi Angsana Estate ..............................................
140
2. 3. 4. 5.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari famili Arecaceae merupakan salah satu sumber minyak nabati. Pada tahun 2008, luas total areal perkebunan kelapa sawit untuk Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Nasional, dan Perkebunan Besar Swasta, meningkat menjadi 7.4 juta ha (Ditjenbun, 2009). Produksi crude palm oil (CPO) Indonesia mengalami peningkatan cukup pesat dari tahun 1998 yaitu sebesar 5.9 juta ton meningkat menjadi 17.5 juta ton pada tahun 2008, dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil CPO nomor satu terbesar di dunia. Meskipun demikian, Indonesia belum bisa memenuhi permintaan pasar terhadap minyak kelapa sawit dunia yang mencapai 33.7 juta ton pada tahun 2008. Jumlah ekspor Indonesia untuk produk kelapa sawit berupa CPO dan produk turunannya mencapai lebih dari 18.1 juta ton pada tahun 2008 dan menghasilkan devisa lebih dari US$ 14 milyar (Ditjenbun, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa prospek usaha kelapa sawit sangat baik. Pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim, dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam atau varietas tanaman kelapa sawit yang unggul. Teknik budidaya kelapa sawit merupakan faktor yang penting dalam memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Teknik budidaya yang tidak sesuai dengan standar rekomendasi dapat mempengaruhi produksi tandan buah segar (TBS). Misalnya, akibat kesalahan pemupukan dapat menurunkan produksi TBS hingga 13% dari produksi normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2007). Dengan produksi yang tinggi, CPO yang dihasilkan juga akan tinggi sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Perusahaan meramal atau membuat taksasi produksi untuk memperkirakan produksi tanaman kelapa sawit baik produksi bulanan maupun produksi tahunan. Estimasi produksi kelapa sawit sangat diperlukan dalam pengusahaan perkebunan
2 kelapa sawit karena bermanfaat untuk memperkirakan produksi kelapa sawit atau jumlah CPO yang dapat disuplai untuk memenuhi permintaan pasar, sehingga dapat memperkirakan keuntungan perusahaan di masa mendatang. Namun, ada kalanya taksasi produksi mempunyai selisih di atas 5% dari produksi aktual sehingga berdampak merugikan bagi perusahaan terutama dalam proyeksi penerimaan1. Hal ini juga mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan, misalnya dalam penentuan jumlah tenaga kerja panen, penyediaan peralatan panen, dan kebutuhan kendaraan untuk pengangkutan TBS. Dengan adanya sistem taksasi yang lebih akurat dalam produksi kelapa sawit, maka diharapkan dapat membantu kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, pada kegiatan magang ini difokuskan pada identifikasi parameter agronomi
yang
berpengaruh
terhadap
produksi
kelapa
sawit
untuk
mengembangkan sistem taksasi produksi sehingga lebih akurat atau mendekati produksi aktual.
Tujuan Tujuan dilakukannya magang antara lain : 1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik budidaya serta manajerial mahasiswa sehingga dapat memahami proses kerja secara nyata dalam proses produksi tanaman kelapa sawit. 2. Meningkatkan relevansi dan keterkaitan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja. 3. Mengetahui parameter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil tandan buah segar kelapa sawit guna pengembangan taksasi produksi kelapa sawit.
1
Hasil wawancara dengan P. Iwan Dharmawan, EM Angsana Estate (2010)
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani dan guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Kata Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin (Lubis, 2008). Jacquin mengklasifikasikan tanaman kelapa sawit Afrika sebagai Elaeis guineensis. Berikut klasifikasi tanaman kelapa sawit : Divisi
: Embryophyta Shiponagama atau Spermatophyte
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermeae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter.
Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tertier, dan kuwarter. Akar primer tumbuh 45° vertikal ke bawah, bertugas mengambil air dan makanan. Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal dan dari akar sekunder ini tumbuh akar tertier dan akar kuwarter yang berada dekat permukaan tanah. Akar tertier dan akar kuwarter sangat aktif dalam mengambil air dan hara dari dalam tanah. Akar dapat tumbuh menyamping sampai lebih dari 6 m dan paling banyak berada pada 2-2.5 m dari pangkal tanaman dengan diameter akar primer 5-10 mm. Akar primer hanya dapat mencapai kedalaman tanah 1.5 m. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dibungkus oleh pelepah daun. Batang berbentuk silindris berdiameter 0.5 m pada tanaman dewasa.
4 Pertambahan tinggi batang dapat mencapai 35-75 cm per tahun, tergantung pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu rachis (basis Folii), tangkai daun atau petiola (petiolus) dan duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii), dan daging daun (tervenium). Filotaksis atau pola susunan daun kelapa sawit memiliki rumus 3/8, artinya setiap mengelilingi 3 (tiga) kali spiral terdapat sebanyak 8 (delapan) daun (tidak termasuk daun pertama) (Pahan, 2008). Lingkaran daun atau spiral dapat berputar ke kiri dan kanan. Produksi pelepah daun dalam setahun dapat mencapai 20-30 pelepah kemudian dapat berkurang menjadi 18-25 pelepah, tergantung pada umur tanaman. Pada satu pohon dewasa dapat terdiri dari 40-50 pelepah dengan berat kering 4.5 kg/pelepah, sedangkan jumlah anak daun pada tiap sisi dapat mencapai 125-200 helai (Lubis, 2008). Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-24 bulan dan baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun. Setelah mengalami penyerbukan, bunga akan menjadi buah yang akan diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya. Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe secara botani. Buah terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), lapisan tengah (mesocarp), dan lapisan dalam atau cangkang (endocarp) yang membungkus 1-4 inti/kernel (Pahan, 2008). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.
Syarat Tumbuh Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah kawasan katulistiwa dengan kelas iklim Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen dan kelas iklim A, B, dan C menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson pada elevasi 0-500 m di atas permukaan laut (dpl) (Lubis, 2008). Jumlah curah
5 hujan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 2 000-2 500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, dan penyebaran hujan merata sepanjang tahun. Suhu harian optimal untuk tanaman kelapa sawit pada kisaran 24-28° C dengan kelembaban udara berkisar 75-80 % dan lama penyinaran matahari rata-rata 5.5-6 jam/hari. Kecepatan angin yang baik untuk membantu proses penyerbukan adalah 5-6 km/jam. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah solum tebal (80 cm), tekstur ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40 % dan liat 20-50 %. Perkembangan struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Kandungan unsur hara dalam tanah tinggi dengan pH 5-5.5 dan C/N rasio mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0.1 % (Lubis, 2008).
Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit telah dikembangkan secara luas di Indonesia baik di kawasan
barat
Indonesia
maupun
di
kawasan
timur.
Daerah-daerah
pengembangan tersebut memiliki kondisi iklim dan tanah dengan tingkat keragaman yang tinggi. Perkembangan produktivitas aktual dari beberapa kebun di Indonesia yang mewakili beberapa wilayah pengembangan kelapa sawit menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit pada umumnya masih rendah dibandingkan dengan produktivitas potensial lahannya (Harahap, Winarna, dan Sutarta, 2007). Produktivitas potensial setiap areal berbeda sesuai dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit ditentukan oleh karakteristik tanah, topografi, iklim, dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Karakteristik tanah baik sifat fisik maupun sifat kimia tanah yang berbeda pada setiap wilayah pengembangan kelapa sawit menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit. Status kesuburan tanah di Indonesia pada areal
6 pengembangan kelapa sawit dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu status tinggi, agak tinggi, sedang, agak rendah, dan rendah. Hubungan antara tingkat kesuburan tanah dengan produktivitas kelapa sawit menurut Adiwiganda et al. (1991) adalah 1) tingkat kesuburan agak tinggi sampai tinggi yang meliputi tanah-tanah hapludand, haplaquand, dan Andaquept, dengan tingkat produktivitas >24 ton TBS/ha/tahun; 2) Tingkat kesuburan sedang yang
meliputi
tanah-tanah
Eutropept,
Tropopsamment, dengan tingkat
Dystropept,
Hapludult,
dan
produktivitas 21-24 ton TBS/ha/tahun;
3) Tingkat kesuburan agak rendah yang meliputi tanah-tanah Haplohumult, Haplaquult,
dan
Tropofluvent
dengan
tingkat
produktivitas
18-21 ton TBS/ha/tahun; 4) tingkat kesuburan rendah yang meliputi tanah-tanah Paleaquult, Palehumult, dan Kandiudult serta tanah gambut dengan produktivitas < 18 ton TBS/ha/tahun. Potensi produksi kelapa sawit umur 3-25 tahun pada setiap kelas kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. Topografi merupakan salah satu komponen lahan yang secara langsung berpengaruh terhadap karakteristik tanah. Tanaman kelapa sawit
telah
dikembangkan di Indonesia pada areal dengan topografi datar, berombak, bergelombang, dan berbukit. Pengembangan kelapa sawit tidak disarankan pada topografi bergunung dengan tingkat kemirigan lereng > 36%. Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan. Produktivitas yang tidak tercapai berhubungan erat dengan kondisi iklim wilayah dengan musim yang berfluktuasi dan perlakuan kultur teknis tanaman kelapa sawit yang belum optimal. Kondisi musim kering dan penghujan merupakan penyebab utama terjadinya fluktuasi yang berpengaruh terhadap penyebaran produksi yang merupakan komponen penting dalam peramalan produksi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap terhadap pengaruh unsur-unsur cuaca dan ketersediaan air tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar untuk memprediksi dan menganalisis pengaruh kekeringan terhadap produktivitas kelapa sawit (Harahap et al., 2007).
7 Siregar et al. (2006) menyatakan bahwa jumlah curah hujan tahunan untuk pertanaman kelapa sawit di Indonesia (terutama Sumatera dan Kalimantan) cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman kelapa sawit, namun penyebaran curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun sering menjadi masalah sebagai faktor pembatas. Penyebaran hujan sering menjadi pembatas untuk perkebunan kelapa sawit terutama pada kebun-kebun yang terletak di selatan katulistiwa. Kebun-kebun yang sering mengalami masalah penyebaran hujan umumnya dijumpai di Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Jumlah curah hujan tahunan pada kebun-kebun tersebut cukup yaitu berkisar 2 000-3 000 mm/tahun, namun terdapat peluang bulan kering dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan pada musim kemarau atau 2-4 bulan kering per tahun (Siregar et al., 2006). Pengaruh curah hujan rendah selama musim kemarau merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil kelapa sawit karena mengakibatkan cekaman kekeringan.
Cekaman kekeringan menyebabkan
penutupan stomata pada siang hari, meningkatkan temperatur daun, mengurangi transpirasi dan fotosintesis. Selain itu, cekaman kekeringan juga meningkatkan aborsi bunga betina dan mengurangi seks rasio yakni jumlah bunga betina berkurang dan meningkatkan jumlah bunga jantan. Penurunan hasil sewaktu musim kemarau disebabkan kematangan buah tidak normal atau dipercepat. Penurunan hasil setelah musim kemarau disebabkan gugurnya tandan bunga yang sudah mekar dan berpengaruh terhadap penentuan jenis kelamin bunga. Penurunan hasil atau produksi TBS kelapa sawit umumnya berkisar antara 5-45%. Corley dan Gray (1976), menyatakan bahwa terdapat fase-fase perkembangan bunga kelapa sawit yang peka terhadap curah hujan rendah atau kekeringan yaitu : 1) inisiasi pembentukan bakal bunga yang terjadi 27-42 bulan sebelum matang panen; 2) pembentukan perhiasan bunga yang terjadi 32-36 bulan sebelum matang panen; 3) penentuan kelamin bunga yang terjadi 14.5-22 bulan sebelum anthesis; 4) peka aborsi bunga yang terjadi 10-14 bulan sebelum matang panen ; 5) anthesis yang terjadi 5-9 bulan sebelum matang panen.
8 Ketinggian tempat di atas permukaan laut berpengaruh terhadap suhu udara, penyinaran matahari, dan kelembaban udara. Pertumbuhan optimum kelapa sawit pada suhu udara 28° C dan pada suhu di bawah 22° C dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi produktivitas kelapa sawit. Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit adalah kultur teknis atau kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya ini meliputi pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman, konservasi tanah dan air, serta kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya. Ketepatan pemupukan meliputi tepat cara, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat jenis (4T) penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Kultur teknis kelapa sawit yang baik dapat memaksimalkan potensi produksi kelapa sawit. Berdasarkan data pengamatan di lapang yang berhasil dikumpulkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) terdapat beberapa faktor kultur teknis (Tabel Lampiran 2) yang mempengaruhi produksi tandan buah segar kelapa sawit (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit baik kondisi iklim, kelas kesesuaian lahan, dan kultur teknis tanaman inilah yang selanjutnya merupakan parameter agronomi yang dapat digunakan untuk membuat taksasi atau peramalan produksi kelapa sawit.
Peramalan Pengertian Peramalan Peramalan merupakan bagian penting bagi setiap perusahaan atau organisasi bisnis dalam setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka panjang perusahaan. Dalam area fungsional finansial, peramalan memberikan dasar dalam proyeksi pendapatan, penentukan anggaran dan pengendalian biaya. Sementara itu, pada bagian produksi dan operasi data-data peramalan dapat digunakan untuk perencanaan kapasitas produksi, sarana produksi, dan penjadwalan. Peramalan dapat diartikan sebagai penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasikan nilai di masa yang akan
9 datang. Untuk membuat peramalan dimulai dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan mengembangkan pola data dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya berdasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang terakhir, produksi kelapa sawit dalam setiap bulan September-Desember terjadi penurunan bila dibandingkan dengan delapan bulan sebelumnya. Berdasarkan pola tersebut perusahaan dapat meramalkan bahwa pada bulan September berikutnya akan terjadi penurunan produksi.
Jenis Peramalan Jenis Peramalan dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup dan metode yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu, peramalan dapat dibedakan menjadi peramalan jangka panjang dan peramalan jangka pendek Peramalan jangka panjang biasa dilakukan oleh pemimpin perusahaan yang bersifat umum, berfungsi sebagai dasar untuk membuat peramalan jangka panjang. Peramalan jangka pendek biasanya dilakukan pimpinan pada tingkat menengah maupun bawah dan lebih bersifat operasional. Berdasarkan ruang lingkupnya, peramalan dibedakan menjadi peramalan mikro yaitu peramalan kondisi perusahaan dalam lima tahun yang akan datang dan peramalan makro yaitu peramalan kondisi perekonomian dalam lima tahun yang akan datang. Berdasarkan Metode yang digunakan, peramalan dibedakan menjadi peramalan dengan metode kualitatif (non-statistik) dan metode kuantitatif (statistik). Peramalan dengan metode kualitatif (non-statistik) didasarkan pada individu-individu penilaian orang yang melakukan peramalan dan tidak tergantung pada data-data yang akurat (pengolahan dan analisis data historis yang tersedia). Metode ini digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis. Teknik model peramalan kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau faktor subyektif individu dalam peramalan. Model ini sangat berguna terutama ketika faktor subyektif diharapkan sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan.
10 Peramalan dengan metode kuantitatif (statistik) berdasarkan pada rekayasa atas data historis yang ada secara memadai tanpa intuisi dan penilaian subyektif oleh orang yang melakukan peramalan. Menurut Makridakis, Wheelwright, dan Mc.Gee (1995), pada umumnya peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi yaitu tersedia informasi tentang masa lalu (data historis), informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk numerik dan dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Teknik peramalan kuantitatif sangat beragam, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu dan untuk berbagai tujuan. Setiap teknik yang akan dipilih memiliki sifat, ketepatan, tingkat kesulitan dan biaya tersendiri yang harus dipertimbangkan. Metode kuantitatif dapat dibagi dalam deret berkala dan Metode Kausal.
11
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan selama empat bulan mulai 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah mempelajari dan melakukan kegiatan langsung di lapangan sebagai pekerja harian lepas selama dua bulan, menjadi pendamping mandor selama satu bulan, dan menjadi pendamping asisten divisi selama satu bulan. Selama melakukan kegiatan magang penulis mencatat kegiatan dan prestasi kerja dalam jurnal kegiatan harian. Jurnal kegiatan harian disajikan pada Tabel Lampiran 3-5. Pada bulan pertama dan kedua penulis bekerja sebagai pekerja harian lepas. Penulis melakukan semua pekerjaan yang dijadwalkan mulai dari pemeliharaan tanaman (pangendalian gulma, pemupukan, dan penunasan) hingga produksi atau pemanenan. Pada bulan ketiga penulis mendampingi mandor dengan tugas melaksanakan instruksi dari asisten divisi. Pada bulan keempat penulis bertugas sebagai pendamping asisten divisi. Penulis mempelajari tugastugas yang dilakukan seorang asisten divisi.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan karyawan, mandor dan asisten. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengutip data yang telah dimiliki perusahaan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika serta studi pustaka.
12 Pengumpulan data primer terbagi menjadi dua bagian, data primer untuk laporan umum dan data primer untuk peramalan produksi. Data primer untuk laporan umum adalah data prestasi kerja penulis selama menjadi pekerja harian lepas, pendamping mandor dan asisten. Pengambilan data primer untuk peramalan produksi dilakukan dengan wawancara dan diskusi dengan staf dan karyawan kebun serta mengikuti pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Riset Minamas untuk mengetahui pengaruh fluktuasi iklim terhadap produksi kelapa sawit. Data sekunder yang diambil meliputi data umum perusahaan seperti letak geografis kebun, peta wilayah administrasi, tata guna lahan, dan luas areal konsesi (HGU). Data sekunder yang diambil sebagai parameter agronomi yang mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit untuk peramalan produksi meliputi: 1. Data produktivitas tanaman kelapa sawit Data produktivitas tanaman kelapa sawit merupakan data produktivitas bulanan (ton/ha/bulan) secara keseluruhan di Angsana Estate mulai tahun 2004-2009. 2. Data populasi tanaman kelapa sawit Data populasi tanaman kelapa sawit meliputi jumlah tanaman kelapa sawit pada tahun 2005-2009 untuk tahun tanam 1996,1998,1999, dan 2000 beserta luasan area tiap tahun tanam tersebut. Selain itu, diketahui juga jumlah tanaman sisipan pada tiap tahun tanam. Jumlah populasi tanaman rata-rata seluruh kebun (tanaman/ha) diketahui dengan membagi total populasi tanaman kebun dengan luas total kebun. 3. Data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari Data suhu udara (°C), kelembaban udara (%), kecepatan angin (knots), dan lama penyinaran matahari (%) merupakan data rata-rata bulanan dari tahun 2000-2009 yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kota Baru (Stasiun Klimatologi Stagen). Selanjutnya, satuan untuk kecepatan angin diubah dalam km/jam (1 knots = 1.852 km/jam).
13 4. Data curah hujan dan hari hujan Data curah hujan dan hari hujan (tahun 2000-2009) merupakan hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak kebun menggunakan alat penakar hujan yang berada di area kebun. Mulut penakar mempunyai luas 100 cm3 dengan diameter 11.3 cm. Pengukuran curah hujan dilakukan tiap pukul 07.00 pagi. Bila terjadi hujan, maka air akan terkumpul dalam tabung kolektor kemudian dikeluarkan dan ditera dengan mengunakan gelas ukur volume (ml). Untuk mengetahui jumlah curah hujan (mm) dilakukan dengan membagi volume air yang ditampung dengan luas mulut penakar. Suatu hari dikatakan hujan (dicatat sebagai hari hujan) apabila dalam waktu 24 jam curah hujan yang terkumpul di dalam tabung kolektor ≥ 0.5 mm. 5. Defisit air Penghitungan defisit air dilakukan dengan metode Tailliez (Siregar et al., 2006) yaitu dengan menghitung nilai keseimbangan air (neraca air). Nilai keseimbangan air diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan (mm) dengan cadangan awal air kemudian dikurangi evapotranspirasi. Evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm/bulan jika hari hujan ≤10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan >10 hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah kemampuan tanah dalam menyimpan air atau cadangan air dalam tanah yang bernilai maksimum 200 mm. Defisit air terjadi apabila nilai keseimbangan air <0 mm, sedangkan keseimbangan air dengan nilai >0 mm menunjukkan tidak terjadi defisit air. Apabila nilai keseimbangan air bernilai >200 mm, maka terjadi drainase dan kelebihan air akan disimpan dalam tanah sebagai cadangan awal untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum 200 mm. Jumlah defisit air tiap bulan dijumlahkan untuk memperoleh defisit air dalam setahun (mm/tahun). 6. Data rata-rata umur tanaman Angsana Estate memiliki komposisi tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000. Setiap tahun tanam memiliki tanaman sisipan yang ditanam pada tahun yang berbeda.
14 Rata-rata umur tanaman (RUT) seluruh kebun, dilakukan penghitungan rataan umur tanaman pada tiap tahun tanam kemudian dihitung rataan umur tanaman dalam satu kebun. Nilai rataan umur tanaman dihitung dengan rumus : uasan iap ahun anam Umur opulasi ahun anam otal uasan ahun anam
U
Contoh perhitungan : Pada tahun 2005 rataan umur tanaman kelapa sawit di Angsana Estate untuk tanaman tahun tahun 1996 (630 ha) adalah 7.99 tahun, tahun tanam 1998 (1 599 ha) adalah 6.77 tahun, tahun tanam 1999 (178 ha) adalah 5.87 tahun, dan tahun tanam 2000 (77 ha) adalah 5 tahun. Luas area TM Angsana Estate adalah
2 484 ha. Rataan umur tanaman TM di Angsana Estate pada
tahun 2005 adalah : RUT
= (630 x 7.99 + 1 599 x 6.77 + 178 x 5.87 + 77 x 5) : 2484 = 6.96 tahun = ±84 bulan
Batasan peubah umur dalam persamaan regresi linear berganda yang digunakan adalah 61-132 bulan sesuai dengan rata-rata umur tanaman kelapa sawit di Angsana Estate pada tahun 2004-2010. 7. Data realisasi pemupukan Data realisasi pemupukan merupakan persentase realisasi dosis pemupukan terhadap program pemupukan sesuai dengan dosis rekomendasi Departemen Riset Minamas. Dosis pemupukan diasumsikan sesuai dengan kebutuhan tanaman karena dosis rekomendasi ditentukan berdasarkan Leaf sampling unit, produksi kelapa sawit, kondisi curah hujan, kesuburan tanah, konservasi lahan, serta serangan hama dan penyakit di Angsana estate (Minamas Research Centre, 2009). Selain itu, kegiatan pemupukan juga diasumsikan berjalan dengan optimal dan semua tanaman terpupuk. Batasan persentase realisasi pemupukan pada peubah pemupukan dalam persamaan regresi linear berganda adalah 80-100% sesuai dengan historis realisasi pemupukan di Angsana Estate tahun 2003-2010.
15
8. Data kelas kesesuaian lahan
Data kelas kesesuaian lahan merupakan data laporan survei tanah semi detil di Angsana Estate yang dilakukan oleh Departemen Riset Minamas pada tahun 2006.
Analisis Data dan Informasi Analisis data yang dilakukan menggunakan model analisis regresi dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (Y) yaitu nilai produksi kelapa sawit merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas (
k
Xki ) yaitu iklim dan kegiatan kultur
teknis sehingga model regresi linear yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Program aplikasi komputer yang digunakan adalah Minitab 15. Bentuk umum model regresi linear berganda dengan k peubah penjelas yaitu : Y=
0
+
1
X1 +
2
X2 +.... +
k
Xk +
Keterngan : Y 0 1, 2,..., k
= Peubah respon (produksi kelapa sawit) = Nilai variabel respon ketika variabel prediktor bernilai nol = Parameter-parameter model regresi untuk variabel X1, X2, Xk
X1, X2, Xk = Peubah prediktor (iklim dan kultur teknis kelapa sawit) = sisaan atau penyimpangan Uji t-parsial dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh tiap peubah terhadap produksi kelapa sawit. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah menemukan kombinasi peubah yang tepat untuk membuat model regresi linear berganda dengan nilai Y duga yang mendekati Y aktual. Pengujian dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP, dan 24 BSP. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit selanjutnya digunakan untuk mencari bentuk persamaan regresi linear berganda dengan nilai produksi duga (Y) yang paling mendekati produksi aktual. Analisis regresi linear berganda
16 dilakukan dengan meregresikan tiap peubah (data bulanan) terhadap produktivitas aktual kebun (ton/ha/bulan) tahun 2004-2010 sehingga diperoleh nilai produksi (Y) duga bulanan. Selanjutnya hasil produksi (Y) duga bulanan dijumlahkan untuk mendapatkan produksi (Y) duga dalam setahun. Permasalahan yang sering muncul dalam regresi linear berganda adalah terjadinya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas, sehingga asumsi-asumsi dalam persamaan regresi linear berganda tidak terpenuhi. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada output minitab. Toleransi nilai VIF yang dapat diterima adalah <10. Batas toleransi ini tidak memberikan masalah multikolinearitas yang serius sehingga koefisien parameter estimasi metode kuadrat terkecil masih yang terbaik. Terdapat beberapa cara untuk mengatasi multikolinearitas tergantung pada tingkat keseriusan dan konstektual masalah yang dihadapi (Juanda, 2009), antara lain: 1) mengeluarkan peubah dengan kolinearitas tinggi dari persamaan; 2) melakukan transformasi terhadap peubah-peubah dalam model dengan bentuk pembedaan pertama (first different form) untuk data deret waktu; 3) menggunakan regresi komponen utama (principal component); 4) menggabungkan data cross section dengan data deret waktu; 5) memeriksa kembali asumsi waktu membuat model; 6) menambahkan data baru. Autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai statistik DW berada pada kisaran 0-4, jika nilai DW mendekati 2 maka menunjukkan tidak adanya autokrelasi. Nilai DW kurang dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif. Autokorelasi dapat diatasi dengan metode CochraneOrcutt dengan tahapan : 1. Menduga model regresi yang dikaji dan menghitung dugaan sisaannya. et = Yt – (
1
+
2
X2t +
3
Xt + .....+
k
Xkt )
2. Menduga model sisaan untuk memperoleh dugaan koefisien autokorelasi et =
et-1 + vt
3. Dugaan
digunakan untuk menerapkan prosedur generalized differencing
kemudian menduga model transformasi berikut :
17 Y* =
1
(1- ) +
* 2 X 2t
Dimana Y* = (Yt -
+ ....+
* k X kt +
Yt-1) ; X*2t = (X2t -
vt X2t-1) ; X*kt = (Xk - Kk-1)
4. Hasil revisi dugaan parameter koefisien ( j) ini dimasukkan dalam model persamaan asli, kemudian menghitung sisaan yang (et) yang baru : et = Yt – (
1
+
2
X2t +
3
Xt + .....+
k
Xkt )
5. Kembali ke langkah kedua untuk mendapatkan dugan autokorelasi pada iterasi berikutnya, sampai |
(i) -
(i-1)|
(i)
< 0.01 atau 0.005.
Heterokedastisitas dideteksi menggunakan metode grafik dengan melihat pola tebaran sisaan terhadap Y (Mirer, 1990). Berikut gambar pola tebaran nilai sisaan terhadap Y.
a.
b.
c.
d. Gambar 1. Pola Sisaan terhadap Y
a. Pola tebaran sisaan memenuhi asumsi : berpusat di nol, lebar pita sama, tidak berpola b. Ragam tidak homogen (perlu analisis kuadrat terkecil terboboti atau transformasi terhadap Y) c. Penyimpangan terhadap persamaan regresi bersifat sistematis atau karena tidak disertakannya 0 ke dalam model d. Model tidak pas (perlu suku-suku lain dalam model atau transformasi terhadap Y)
18
KONDISI UMUM KEBUN
Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF). Ketiga unit usaha tersebut masih berada dalam satu induk perusahaan PT. Minamas Gemilang yang kemudian berubah menjadi Minamas Plantation. Kemudian pada tahun 2008, Minamas bergabung dengan perusahaan
Sime
Darby
yang
tergabung
dalam
Sime
Darby
Group.
PT. Ladangrumpun Suburabadi dirintis pada tahun 1988, saat itu merupakan hutan seluas 5 909 ha. Angsana Estate mempunyai luas lahan ± 3 250 ha dan selebihnya ditangani oleh Gunungsari Estate. Lokasi Angsana Estate barada di desa Bayan Sari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan dengan jarak 240 km dari Banjar baru. Batas areal Angsana Estate adalah : sebelah utara berbatasan dengan Kebun Hutan Tanaman Industri (HTI), sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Sari Estate, sebelah barat berbatasan dengan PT. Buana Karya Bakti (BKB), dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Sebamban. Peta Angsana Estate dapat dilihat pada Gambar Lampiran 6.
Keadaan Iklim dan Tanah Angsana Estate berada pada ketinggian 15 m di atas permukaan laut dengan temperatur rata-rata tahunan berkisar antara 28–32o C (Badan Pusat Statistik Kab. Tanah Bumbu, 2007). Data curah hujan selama 10 tahun terakhir, yaitu tahun 2000-2009 menunjukkan bahwa Angsana Estate memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2 339 mm/tahun. Sedangkan hari hujan rata-rata mencapai 123 hari/tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson, Angsana Estate termasuk dalam tipe iklim B (daerah basah dengan vegetasi hutan
19 hujan tropika) dengan nilai Q = 21%. Data curah hujan dan hari hujan di Angsana Estate disajikan pada Lampiran 7. Hasil survei tanah semi detil tahun 2006 oleh Departemen Riset Minamas menunjukkan bahwa lahan di Angsana Estate mempunyai dua seri tanah yaitu MM-18 Petroferric Hapludox dan seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox. Kedua seri tanah tersebut dikelompokkan dalam tiga satuan peta lahan (SPL) yaitu SPL 1 untuk seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox dengan kemiringan 8-15% seluas 1855 ha (59%), SPL 2 untuk seri tanah Petroferric Hapludox dengan kemiringan 15-20% seluas 389 ha (12%), dan SPL 3 untuk seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox dengan kemiringan 3-8% seluas 903 ha (29%). Seri tanah MM-18 Petroferric Hapludox memiliki regim kelembaban udik (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10–90 cm dari permukaan tanah) serta terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu) pada kedalaman 125 cm. Seri tanah MM-19 Plinthic Hapludox juga memiliki regim kelembaban udik serta mempunyai 1 horison pada kedalaman 125 cm yang mengandung plintit (karatan-karatan besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar 0.5 volumenya atau kontinyu. Kedua seri tanah di kebun Angsana mempunyai pH 4.55 – 4.58. Kelas kesesuaian lahan untuk Angsana Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable) yaitu pada SPL 3 dan kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable) yaitu pada SPL 1 dan 2. Gambar Satuan Peta Lahan SPL di Angsana Estate dapat dilihat pada Lampiran 8.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Angsana Estate mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas lahan sebesar 3 250 ha. Penggunaan areal HGU tersebut terdiri dari areal yang ditanami kelapa sawit (TM dan TBM) 3 033 ha, areal pabrik kelapa sawit seluas 52 ha, Areal Prasarana 119 ha serta bukit, sungai dan lembah seluas 46 ha. Peta luas areal dan tata guna lahan selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.
20 Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Angsana Estate adalah varietas tenera, hasil persilangan dura dan pisifera, yang berasal dari tenera Marihat
(PPKS), tenera Socfindo, dan tenera Guthrie.
Pada tanaman
menghasilkan (tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000) lebih didominasi oleh varietas tenera Marihat (PPKS) dan tenera Socfindo, sedangkan varietas pada TBM adalah varietas tenera Guthrie. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam segitiga sama sisi dengan ukuran 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan standar populasi 136 tanaman/ha. Deskripsi mengenai karakteristik varietas-varietas tenera yang dibudidayakan pada TM Angsana Estate disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Potensi Pertumbuhan dan Produksi Bahan Tanaman Tenera Asal Marihat dan Socfindo PPKS
Socfindo
Marihat
Dura x Pisifera
1. Tinggi tanaman pada umur 8 tahun
3.20
4.83
2. Rata-rata kecepatan meninggi (m/tahun)
0.53
0.05
3. Lingkar batang (m)
3.04
-
4. Panjang daun (m)
6.12
5.01
26
31
1. Umur mulai panen (bulan)
30
24
2. Jumlah tandan/pohon/tahun
12
18.6
3. Rata-rata berat tandan (kg)
17
13
4. Produksi minyak (ton/ha/tahun)
6.7
8.5
5. Ekstraksi minyak (%)
24.3
27.4
6. Ekstraksi inti (%)
5.9
4.2
143
143
Deskripsi A. Sifat Vegetatif
5. Produksi daun/tahun B. Produksi
C. Anjuran kerapatan tanaman/ha Sumber : Pahan, 2008
Tanaman kelapa sawit di Angsana Estate di tanam pada beberapa tahun tanam yaitu untuk TM ditanam pada tahun 1996 (630 ha), tahun tanam 1998
21 (1 605 ha), tahun tanam 1999 (187 ha), dan tahun tanam 2000 (84 ha), sedangkan untuk TBM ditanam pada tahun tanam 2006 (308 ha), tahun tanam 2007 (182 ha), dan tahun tanam 2008 (37 ha). Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Angsana Estate disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Angsana Estate Tahun Tanam
Luas (ha)
Divisi I Jumlah Tanaman
Luas (ha)
Divisi II Jumlah Tanaman
Luas (ha)
Divisi III Jumlah Tanaman
1. TM 1996 1998 1999 2000
482 19 -
64 934 2 516 -
334 492 -
43 860 66 510 -
298 629 168 84
37 951 81 937 22 067 10 646
Sub Total
501
67 450
826
110 370
1179
152 601
271 182 37
28 114 23 102 5 013
-
-
37 -
4 518 -
sub total
490
56 229
-
-
37
4 518
total
991
179 908
826
110 370
1216
161 637
2. TBM 2006 2007 2008
Sumber: Kantor Besar ASE (Februari, 2010)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Angsana Estate dipimpin oleh seorang manager yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan perkembangan kebun yang dipimpinnya. Manajer kebun memiliki wewenang untuk mengkoordinir kebun yang dikelolanya serta mengambil setiap keputusan kegiatan operasional kebun. Estate manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu; kasie, senior asisten, asisten kebun, dan dokter. Kasie bertanggung jawab terhadap semua urusan administrasi kebun dan bersama dengan senior asisten bertugas mengelola gudang. Kasie membawahi karyawan kantor besar.
22 Senior asisten biasa disebut asisten kepala (askep) bertugas untuk mengelola emplasemen, traksi, dan gudang (bersama dengan kasie), serta mengorganisasikan asisten divisi. Asisten divisi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional yang ada di divisi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan pekerjaannya, asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengorganisir dan mengawasi kinerja karyawan kebun, sedangkan kerani divisi bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi yang meliputi absensi karyawan, gaji karyawan, laporan kegiatan harian, laporan produksi, dan bon permintaan barang. Dokter dibantu mantri dan bidan untuk mengelola poliklinik sentral dalam memberikan pelayanan kesehatan karyawan dan warga sekitar. Tabel 3. Data Karyawan Angsana Estate No. 1. 2. 3. 4. 5.
1 .
Uraian
Traksi
Karyawan Staf Estate Manajer Senir Asisten Asisten Kasie Dokter Total Karyawan Staf Karyawan Non-Staf
Kantor Besar
Total ASE
1 1 2 1 1 6
1 1 2 1 1 6
PEKERJA SKU a. b. c.
2.
Divisi I II III
Mandor 1 Mandor Pekerja Langsung - Perawatan - Panen d. Pekerja Tidak Langsung - SKU Bulanan - SKU Harian Total Pekerja SKU Pekerja Borongan Total Karyawan Non-Staf
Sumber: Kantor Besar ASE (Januari, 2010)
1 8
1 4
1 9
0 0
0 0
3 21
46 44
17 55
65 51
0 0
0 0
128 150
1 3 103 40 143
1 6 84
1 8 135
23 9 32
84
135
24 42 66 12 78
50 68 420 52 472
32
23 Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Jaminan kesejahteraan karyawan merupakan fasilitas yang diberikan Angsana Estate sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan. Fasilitas yang diberikan kepada karyawan berupa rumah, sarana ibadah, poliklinik, tempat penitipan anak, sarana pendidikan, dan sarana olahraga, gaji, peralatan kerja (egrek, dodos, angkong, kapak, gancu, batu asah, dan alat pelindung diri), tunjangan hari raya, bonus akhir tahun, jaminan kesehatan, dan tunjangan dana pensiun. Fasilitas rumah yang diberikan adalah mess untuk tamu, perumahan staf, dan perumahan karyawan. Mess dan perumahan staf adalah bangunan permanen dan terletak di emplasemen, sedangkan perumahan karyawan merupakan bangunan semi permanen yang terletak di sekitar kantor divisi masing-masing. Rumah karyawan dilengkapi dengan fasilitas air bersih dan penerangan selama tujuh jam pada hari kerja dan delapan jam pada hari libur. Rumah terdiri dari dua tipe yaitu: tipe satu rumah (G1) untuk mandor 1, kerani divisi, dan mantri, dan tipe dua rumah (G2) untuk karyawan pada umumnya. Pada setiap divisi disediakan sarana ibadah, tempat penitipan anak, dan sarana olahraga berupa lapangan sepak bola dan bola voli. Sarana olahraga juga disediakan di lingkungan emplasemen antara lain: lapangan bola voli, tenis lapangan, gedung olah raga (bulu tangkis, tenis meja, fitness), kolam renang anak, dan area bermain anak-anak. Sarana pendidikan yang disediakan oleh kebun adalah Play Group, Taman Kanak-kanak (TK), taman pendidikan Al-Qur’an, Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta dilengkapi dengan fasilitas bus sekolah. Selain memberikan fasilitas-fasilitas umum, kebun juga memberikan kompensasi berupa gaji dan tunjangan-tunjangan kepada karyawannya. Gaji tanaman karyawan
SKU
sesuai
dengan
UMR
(Upah
Minimum
Regional)
Rp 1 024 000/bulan sedangkan untuk karyawan SKU bulanan disesuaikan dengan golongan karyawan.
24
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Keberadaan gulma yang sangat merugikan bagi pertanaman kelapa sawit harus dikendalikan pertumbuhannya sehingga tetap berada di bawah batas ambang ekonomi. Pengendalian gulma adalah mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan. Pengendalian gulma di Angsana Estate dilakukan dengan dua cara yaitu secara kimia dan manual. Pengendalian gulma secara kimia di Angsana Estate dilakukan oleh unit/tim semprot kebun dengan sistem BSS (Block Spraying Sistem) yaitu sistem penyemprotan yang terkonsentrasi, dilakukan blok per blok dengan sasaran mutu yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan prestasi kerja yang tinggi. Alat unit semprot terdiri dari perlengkapan utama yaitu satu unit kendaraan roda empat (truk atau wheel tractor) yang dilengkapi tangki untuk membawa larutan, 15-20 unit alat semprot (RB-15 atau Micron Herby Sprayer). Angsana Estate sebagai kebun yang bersertifikasi RSPO (Rountable and Sustainable of Palm Oil) sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan lingkungan serta keselamatan dan keamanan kerja (K3) dalam setiap kegiatan operasional kebun. Hal ini dapat ditunjukkan salah satunya dengan adanya peraturan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu dilarang menyemprot gulma pada area buffer zone. Area buffer zone (Gambar 1.) meliputi area sekitar rawa, sungai maupun parit. Luasan area ini yaitu 50 m dari samping kiri dan kanan rawa, sungai, atau parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari pencemaran
25 air karena herbisida dan mencegah erosi akibat hilangnya tanaman penutup tanah di sekitar parit atau sungai.
Gambar 1. Area Buffer Zone Keselamatan dan keamanan kerja (K3) karyawan juga menjadi perhatian penting. Setiap karyawan semprot dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) seperti pada Gambar 2. Pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia juga tidak boleh bersamaan dengan kegiatan panen untuk menghindari terhirupnya herbisida oleh pemanen yang tidak memakai masker dan alat pelindung semprot lainnya.
SERAGAM
ALAT PELINDUNG KEPALA
APPRON SARUNG TANGAN
ALAT PELINDUNG MATA MASKER
BOOTS
Gambar 2. Alat Perlindung Diri (APD) Tim Semprot
26 Berdasarkan tugasnya, tim BSS dibagi dalam dua unit pekerjaan yaitu tim yang bertugas mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH, dan tim yang bertugas mengendalikan gulma di gawangan. Semprot piringan, pasar rintis, dan TPH. Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan beberapa sarana terpenting dari produksi dan perawatan. Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan merupakan tempat jatuhnya brondolan (tanda kematangan buah) dan tandan buah. Pasar rintis berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sementara TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke PKS. Oleh karena itu, sarana tersebut memerlukan pemeliharaan secara berkesinambungan agar berfungsi dengan baik. Penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Application) atau di pasaran lebih dikenal dengan nama Micron Herby Sprayer (MHS) dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna biru. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH adalah herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan bahan aktif Fluroksipir 200 g/l (nama dagang “Starane”) dan Isopropilamina glifosat 480 g/l (nama dagang “ rima Up”). Sebelum diaplikasikan, dilakukan pencampuran terhadap dua jenis herbisida ini dengan perbandingan 1.5 : 7.5 (v/v) Starane dan Prima Up. Konsentrasi yang digunakan adalah 300 ml/10 l (1 knapsack) atau 3%. Rotasi penyemprotan tiga kali dalam setahun. Beberapa jenis gulma yang tumbuh dominan yaitu Ageratum conyzoides, Paspalum spp., Borreria latifolia, E. valerianifolia, Axonopus sp., Ottochloa nodosa, dan Cynodon dactylon. Penyemprotan gulma di piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari enam orang tenaga kerja wanita dan satu orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan prestasi kerja yang ditetapkan kebun sebesar 5 ha/HK. Bila prestasi kerja karyawan melebihi basis standar kebun, diberikan lebih borong sebesar Rp 5 500/ha. Prestasi kerja penulis selama menjadi KHL adalah 2-3 ha/HK sedangkan karyawan mampu mencapai 5 ha/HK.
27 Prestasi kerja yang diperoleh karyawan tergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan banyak terdapat area rendahan (parit atau palung) dan kondisi gulma lebat prestasi kerja kadang tidak tercapai. Kendala-kendala yang dihadapi adalah terjadinya kerusakan pada bagian-bagian alat kerja seperti dinamo dan aki knapsack, tidak adanya air pada area penyemprotan saat kemarau sehingga menyulitkan pengisian knapsack karena tim ini tidak dilengkapi oleh truk pembawa air, kualitas pencampuran herbisida kurang baik karena menggunakan air yang berasal dari parit atau silt drain yang cenderung keruh. Selain itu, kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang tinggi juga mengurangi efektivitas penyemprotan gulma. Penyemprotan gawangan. Gawangan adalah areal yang terdapat di luar piringan tanaman dan pasar rintis. Keberadaan gulma pada gawangan dapat menghambat tanaman. Dengan adanya pengendalian gulma diharapkan dapat menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab sehingga penyerbukan buah lebih baik dan penyakit tidak berkembang. Selain itu juga, dapat memberi peluang cahaya matahari masuk ke permukaan tanah. Berdasarkan pengamatan di kebun, terdapat beberapa jenis gulma yang tumbuh dominan di gawangan antara lain : Melastoma sp., Chromolaena odorata, goloran, dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan tipe alat semprot punggung semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 liter dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna hitam. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 400 g/l ( nama dagang “Kenlon” ). Konsentrasi yang digunakan adalah 45 ml/15 liter (1 knapsack) atau 0.3%. Rotasi penyemprotan tiga kali dalam setahun untuk tanaman TM dan empat kali untuk tanaman TBM. Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim semprot yang terdiri dari 15 orang tenaga kerja wanita dan satu orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan prestasi kerja yang ditetapkan kebun sebesar 3 ha/HK untuk areal tanaman TM dan 2 ha/HK untuk areal TBM. Bila prestasi kerja karyawan melebihi basis standar kebun, diberikan lebih borong sebesar
28 Rp 11 000/ha. Prestasi kerja penulis selama menjadi KHL adalah 2 ha/HK sedangkan karyawan 2.6-3 ha/HK. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan tergantung pada kondisi lahan. Apabila kondisi lahan banyak terdapat area rendahan (parit atau palung) dan kondisi gulma lebat prestasi kerja karyawan biasanya tidak tercapai. Kendala yang dihadapi meliputi terjadinya kerusakan pada bagian-bagian alat kerja seperti pada nozel, dan pompa knapsack. Selain itu, kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang tinggi juga mengurangi efektivitas penyemprotan gulma. Babat Tanaman Pengganggu (BTP). Pemberantasan gulma secara manual merupakan salah satu usaha dalam mengatasi problematika blok. Babat tanaman pengganggu di divisi III Angsana Estate lebih difokuskan untuk pemberantasan gulma di area rendahan. Pekerjaan ini dilakukan oleh lima orang karyawan perempuan menggunakan cados, golok, sabit, dan garukan. Pekerjaan yang dilakukan adalah menebas anak kayu pada area rendahan sampai pangkal batang, sedangkan anak kayu pada area datar didongkel menggunakan cados. Selain itu, gulma dan kotoran pada piringan tanaman di area rendahan juga dibersihkan menggunakan garukan kemudian merumpuk kembali atau merapikan pelepah di sekitar tanaman. Setiap karyawan ditargetkan untuk menyelasaikan 0.5 ha lahan dalam tujuh jam kerja. Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian pekerjaan ini adalah kurangnya disiplin karyawan terhadap jam kerja, peralatan karyawan kurang mendukung, dan tebalnya gulma sehingga pekerjaan tidak bisa diselesaikan pada hari tersebut.
29 Pengendalian Hama Pengendalian hama merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Proteksi terhadap tanaman ini sangat penting dilakukan mengingat besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh serangan hama yang melebihi batas ambang ekonomi. Kunci pengendalian hama adalah dengan melakukan pemantauan hama atau Early Warning System untuk deteksi hama secara dini sehingga dapat diputuskan langkah pengendalian hama berikutnya. Pemantauan hama (Early Warning System). Tindakan monitoring populasi hama secara berkala penting dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya ledakan populasi hama dan dapat dilakukan kegiatan pencegahan. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas. Kegiatan monitoring hama di Angsana Estate dilakukan secara berkala yakni setiap dua bulan. Prinsip monitoring hama pada umumnya dilakukan untuk satu atau lebih spesies hama yang mempunyai perilaku yang sama. Namun pelaksanaan monitoring hama di Angsana Estate dimodifikasi untuk memantau perkembangan populasi hama lainnya sehingga meningkatkan efisiensi tenaga dan biaya. Untuk mengetahui jumlah ulat api dilakukan dengan menggantol atau memotong pelepah pada tanaman sampel. Pemilihan pelepah yang dipotong berdasarkan jenis hama ulat api yang diduga dominan pada area tersebut. Apabila jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna, Susica sp., maka pelepah yang dipotong adalah pelepah ke-9 sampai dengan pelepah ke-24, jika jenis hama yang dominan adalah Darna trima, Thosea bisura, Thosea vetusta, Ploneta diducta dan golongan ulat kantong maka pelepah yang dipotong adalah pelepah ke-25 sampai dengan pelepah ke-40 kemudian dilakukan penghitungan jumlah ulat atau larva dan dicatat pada formulir sensus. Pengamatan terhadap rayap, tikus, dan tupai dilakukan setelah pengamatan ulat api dengan melihat adanya gejala serangan rayap, tupai (Callosciurus notatus), dan tikus pada tanaman yang sama. Serangan rayap dapat diketahui dengan adanya sarang rayap pada tanaman atau di sekitar tanaman kemudian
30 dikorek dengan kayu untuk mengetahui keberadaan rayap. Serangan tikus dan tupai dapat dilihat dari bekas gigitan pada buah kelapa sawit. Tikus memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang tetapi tidak sampai menghabiskan inti kelapa sawit. Serangan tikus banyak ditemukan pada area rendahan dan berparit. Tupai memakan mesokarp buah (daging buah) sampai pada inti kalapa sawit. Hasil pengamatan kemudian ditulis pada formulir pengamatan. Hasil pengamatan hama di Angsana Estate pada bulan April dan Mei menunjukkan tingkat serangan hama yang masih di bawah batas ambang ekonomi. Hasil pengamatan hama dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Monitoring Hama di Angsana Estate pada Bulan April dan Mei 2010 NO.
Jenis Hama
Kategori serangan (ekor/pelepah) Apr-10 Mei-10
1 Setothosea asigna 0 2 Setora nitens 0 3 Darna trima 0.04 4 Thosea bisura 0 5 Ploneta diducta 0 6 Thosea vetusta 0 7 Mahasena corbetti 0 8 Metisa plana 0.04 9 Cremastopsyche pendula 10 Oryctes ricocheroes 0 11 Tikus 0.07 12 Tupai 0.01 13 Rayap 0.01 Sumber : Kantor Besar Angsana Estate, 2010
0 0 0.01 0 0 0 0 0.07 0 0.04 0.01 0.01
Batas Kritis (ekor/pelepah) (TM) 10 10 60 20 20 20 10 60 60 -
Hasil pengamatan menunjukkan populasi ulat api, kumbang, tikus, tupai, dan rayap di kebun angsana belum melebihi batas ambang ekonomi. Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) yang utama serta sering menimbulkan kerugian adalah ulat api (Lepidoptera : Limacodidae) dan ulat kantong (Lepidoptera : Psydidae).
31
a.
b.
Gambar 3. Hama Ulat Api a) Ulat Api (Darna trima) b) Ulat Kantong (Cremastopsyche pendula) Pada areal yang terserang tikus dengan kategori serangan berat, populasi tikus dapat mencapai + 300 ekor/ha. Dari hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi mesokarp + 4 g/hari, sehingga kehilangan produksi mencapai + 5 % dari produksi normal (Manual Referensi Agronomi, 2004). Sensus hama dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari tiga-empat orang. Prestasi kerja yang diperoleh penulis dan karyawan dalam kegiatan sensus hama ini adalah 30 titik sampel/HK. Pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian hama di Angsana Estate menggunakan prinsip pengendalian hama terpadu. Pengendalian hama bersifat preventif dan secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami hama. Untuk pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan burung hantu sebagai predatornya. Sementara itu, pengendalian hama ulat api dilakukan dengan penanaman beneficial plant sebagai inang predator hama ulat api. Pengendalian tikus di Angsana Estate dilakukan secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami tikus yaitu burung hantu (Tyto alba). Penangkaran burung hantu terus dikembangkan dengan mengintroduksi burung hantu dari kebun lain (Gambar 4). Setelah burung hantu mulai dewasa baru diletakkan pada tiap nest box yang telah disediakan dan mulai berburu tikus. Dari hasil monitoring populasi burung hantu pada bulan Mei 2010, terdapat 19 ekor burung hantu yang terdapat di area Angsana Estate.
32
Gambar 4. Penangkaran Burung Hantu (Tyto alba) di Angsana Estate Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas (carnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapai 99.4%. Hasil pengamatan di dalam kandang penangkar selanjutnya menunjukkan bahwa sepasang burung hantu mampu mengkonsumsi tikus R. tiomaticus rata-rata 3 000 – 3 650 ekor tikus per tahun (Manual Referensi Agronomi, 2004). Rayap pekerja menggerek dan memakan pangkal pelepah, jaringan batang, akar dan pangkal akar, daun serta titik tumbuh tanaman kelapa sawit. Serangan berat dapat menyebabkan kematian bibit maupun tanaman di lapangan. Tanaman yang terserang rayap ditandai oleh adanya lorong rayap yang terbuat dari tanah yang berada di permukaan batang yang mengarah ke bagian atas. Selanjutnya terlihat daun pupus layu dan kering.
Hal ini menandakan serangan sudah
mengarah ke titik tumbuhnya. Serangan ini akan berlanjut sampai tanaman tersebut mati. Serangan rayap dapat dilihat pada Gambar 5.
33
Gambar 5. Serangan Rayap pada Tanaman Kelapa Sawit Penanaman beneficial plant. Beneficial plant adalah tanaman yang dapat menyediakan madu (tanaman nectariferous) untuk musuh-musuh alami hama ulat api (Sethosea asigna) dan ulat kantong (Metisa plana) pada tanaman kelapa sawit serta menyediakan tempat bagi predator dan parasitoid untuk mengendalikan ulat api. Jenis Beficial plant yang ditanam di Angsana Estate adalah Cassia cobanensis, Turnera sp. dan Antigonon leptopus. Tujuan penanaman Beficial plant ini adalah untuk pengendalian hama ulat api karena tanaman ini dapat menjadi inang bagi musuh alami (predator) ulat api. Bahan tanam Antigonon leptopus berasal dari benih yang telah disemai pada polibag selama tiga bulan sebelum ditanam di lapang sedangkan bahan tanam Cassia cobanensis, Turnera sp. berasal dari bibit stek yang ditanam pada area pembibitan selama tiga bulan sebelum ditanam di lapang. Persiapan sebelum penanaman dilakukan dengan membuat anjang bunga Antigonon leptopus (Gambar 6) dan pengolahan tanah atau pembuatan guludan. Anjang dibuat menggunakan bahan kayu galam dengan ukuran panjang anjang 8 m dan tinggi 1.75 m. Setelah itu dilakukan pengolahan tanah (membuat guludan) dengan ukuran 8 m x 0.3 m x 0.4 m. Guludan pertama dibuat tepat di
34 bawah anjang dan guludan kedua berjarak 0.5 m di depan guludan pertama kemudian diberikan janjangan kosong (JJK) di sekitar guludan.
a.
b.
Gambar 6. Beneficial Plant : a. Anjang Bunga Antigonon leptopus; b. Bunga Cassia cobanensis Pengeceran bibit dilakukan sebelum penanaman. Pada setiap anjang diletakkan 10 bibit Antigonon leptopus dan 6 bibit Cassia cobanensis atau Turnera sp. Penanaman Antigonon leptopus dilakukan dengan jarak tanam 80 cm. Sebelum ditanam bibit dikeluarkan dari polibag kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam sedalam 15 cm. Bibit ditanam dekat dengan tiang anjang agar cepat merambat. Penanaman Turnera sp dilakukan pada guludan kedua dengan jarak tanam 1 m. Sebelum ditanam bibit dikeluarkan dari polibag kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam sedalam 20 cm. Setelah itu, dilakukan pemangkasan pada bibit dengan menyisakan 30 cm dari panjang bibit. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan tajuk atau daun baru serta mencegah bibit yang terlalu tinggi menjadi rebah akibat terkena hujan. Alat yang digunakan untuk penanaman yaitu lain cangkul dan sabit. Prestasi kerja penulis dan karyawan pada penanaman beneficial plant ini adalah 180 bibit/HK.
Pengelolaan Tajuk Daun memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit. Pelepah daun kelapa sawit berperan dalam proses fotosintesis
yang
sangat
menentukan
kualitas
dan
kuantitas
buah.
35 Inti pekerjaan pengelolaan tajuk adalah memelihara pelepah produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya
kemampuan
daun
berfotosintesis
secara
maksimal
untuk
pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tujuan lain penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan panen, mengurangi brondolan yang tersangkut di tanaman, dan memperlancar proses penyerbukan alami serta menjaga sanitasi tanaman
sehingga
menciptakan
lingkungan
yang
tidak
sesuai
untuk
perkembangan hama dan penyakit. Tunas progresif. Pengelolaan tajuk yang pada tanaman menghasilkan adalah tunas progresif. Tunas progresif dilakukan secara langsung oleh pemanen (bukan tim tunas khusus) dan dilakukan bersamaan setiap melakukan potong buah dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan. Hal ini sesuai dengan tujuan diterapkannya Block Harvesting System pada sistem panen yaitu terintegrasikannya panen dengan dan pemeliharaan tunas oleh pemanen sendiri sehingga dapat mengurangi kebutuhan tenaga khusus tunas dan menambah pendapatan karyawan panen berupa premi tunas yang besarnya sesuai anggaran (Rp 500/tanaman) dan dibayarkan secara berkala. Tunas progressif dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang telah berumur lebih dari empat tahun. Sebelum memotong buah terlebih dahulu pelepah penyangga dipotong, jumlah pelepah penyangga (songgo) sesuai ketentuan. Pada tanaman muda dan remaja (sampai enam tahun), jumlah daun yang aktif dipertahankan 48-56 pelepah atau dengan istilah songgo tiga. Untuk tanaman yang lebih tua dipertahankan 40-48 pelepah atau dengan istilah songgo dua. Pelepah dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30° terhadap garis. Pada tanaman yang tidak menjadi tanaman panen pada hari itu, pemeliharaan pelepahnya (tunas progresif) dapat dilakukan secara langsung. Apabila tidak memungkinkan, dilakukan pada saat selesai hancak panen atau pada hari libur.
36 Tunas pasar. Jenis pengelolaan tajuk yang lain adalah tunas pasar. Penunasan ini dilakukan pada tajuk kelapa sawit yang tidak produktif di sepanjang collection road, main road maupun jalan akses. Penunasan ini bertujuan untuk memotong pelepah kelapa sawit yang mengarah ke tengah jalan agar sinar matahari dapat masuk ke badan jalan lebih banyak sehingga mempercepat
pengeringan
jalan setelah
hujan.
Tujuan
lainnya
adalah
mempermudah jarak pandang pengemudi sehingga proses evakuasi buah ke PKS berlangsung dengan baik. Pekerjaan ini dilakukan oleh dua orang tenaga khusus tunas. Orang pertama melakukan penunasan terhadap pelepah sedangkan orang kedua bertugas mengambil pelepah yang jatuh ke jalan dan merumpuk pelepah di gawangan mati secara teratur. Tahapan penunasan pelepah adalah 1) Memotong pelepah yang menutupi jalan dengan menyisakan ± 2 m panjang pelepah ; 2) menyusun pelepah yang berserakan di jalan pada gawangan mati dengan rapi (U shape). Prestasi yang harus dipenuhi tenaga kerja adalah 1 km/HK (satu collection road) atau ±240 tanaman/HK. Premi diberikan apabila pekerjaan tunas yang diselesaikan melebihi basis atau standar prestasi sebesar Rp 23 000/collection road. Prestasi kerja penulis dan karyawan saat mengikuti kegiatan tunas pasar ini
adalah
2 collection road /HK. Kastrasi/ablasi. Kastrasi atau ablasi bertujuan untuk membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan yang masih muda dan bunga betina yang sudah membuka pada periode tanaman yang belum menghasilkan (TBM). Tujuan utama dilakukan ablasi ini adalah untuk mengalihkan nutrisi yang digunakan untuk produksi buah (fase generatif) ke pertumbuhan vegetatif, sehingga tanaman sawit yang sudah diablasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya lebih seragam. Secara umum ablasi dilakukan agar aktivitas panen dapat dilakukan mulai tanaman berumur 22-24 bulan setelah tanam pada tanah coastal dan 28-30 BST pada tanah inland. Ablasi boleh dilakukan pada tanaman berumur 15-17 BST pada tanah coastal dan 17-19 BST pada tanah inland. Periode ablasi yang direkomendasikan untuk tanah coastal adalah sebagai berikut
37 Tabel 5. Rekomendasi Periode Ablasi pada Kebun Tanah Coastal Kelompok tanah
Jumlah Interval Rotasi (Minggu) Ablasi Fertile/subur 2-3 4-6 Moderate-marginal 2-3 4-6 Sumber : Manual Referensi Agronomi, 2008
Bulan Setelah Tanam Bulan Mulai Umur mulai Pelaksanaan panen 15 22-23 17 24-25
Kegiatan kastrasi pada Divisi 1 Angsana Estate dilakukan pada tanaman kelapa sawit tahun tanam 2006 seluas 271 ha pada blok B30-B35 dan A027-A030. Kastrasi mulai dilakukan pada bukan September 2009 selama 2.5 bulan dengan satu kali rotasi. Pekerjaan ini dilakukan oleh sembilan orang tenaga kerja dengan output 0.5 ha/HK.
LSU (Leaf Sampling Unit) Pengambilan sampel daun atau LSU merupakan salah satu komponen penting dalam penentuan rekomendasi pemupukan disamping produksi, curah hujan, kesuburan tanah, konservasi lahan, serta serangan hama dan penyakit (Minamas Research Centre, 2009). Tujuan pengambilan sampel daun ini adalah untuk penentuan rekomendasi pemupukan tahun 2010-2011. Adapun alat dan bahan dalam pelaksanaan LSU adalah plastik kantong hitam dan putih, plastik ukuran satu kilog, gunting, cat, pensil, pisau, egrek, form LSU, map coklat, kuas pelepah, foto defisiensi hara, dan gantolan daun. Output satu tim adalah ± 90 ha, dan satu tim berjumlah tiga orang. Pengambilan sampel daun dilakukan pada pagi hari hingga selesai kemudian diserahkan ke divisi dan diantar ke traksi untuk dioven selama 24 jam dengan suhu 80-110° C (rata-rata 90° C). Kegiatan LSU diawali dengan menuliskan nomor LSU pada label berdasarkan urutan nama abjad blok di kebun. Nama nomor LSU tersebut menggunakan nama estate, misalnya ASE 304, berarti nomor LSU ini dari kebun Angsana, divisi tiga dengan nomor urut blok 04. Selain nomor LSU pada label juga terdapat nama kebun, divisi, nama blok, kondisi, pelaksana LSU, tanggal LSU, luas blok dan sistem pengambilan LSU. Data-data tersebut tertera dalam
38 form kecil dan form besar. Pada form besar, data yang diisi adalah nomor baris yang dimasuki, jumlah tanaman sehat, tanaman sakit, ekses nikel, defisiensi nitrogen, kalium, magnesium, boron, tembaga dan besi.
Form kecil untuk
menandai daun sebelah kiri dan form yang besar untuk menandai daun sebelah kanan. Tanaman sampel yang diambil adalah tanaman yang berada di dalam barisan sesuai dengan sistem pengambilan sampel daun. Tanaman yang tidak boleh diambil sebagai tanaman sampel adalah tanaman gajah, tanaman non valuer, tanaman di tepi jalan (main road dan collection road), tanaman sakit, tanaman di tepi parit, dan di tepi sungai, dan tanaman yang mengalami serangan hama ulat api. Apabila penentuan tanaman sampel bertepatan dengan tanamantanaman tersebut maka pengambilan tanaman sampel digeser satu tanaman ke depan atau ke belakang. Namun untuk tanaman kosong atau mati pengambilan tanaman sampel dilakukan pada dua tanaman di depan atau di belakang tanaman mati tersebut, tetapi masih dalam barisan. Penghitungan interval tanaman berikutnya tetap mengikuti titik tanam. Setelah ditentukan tanaman sampel, dilakukan pengambilan sampel daun yaitu pada daun pelepah ke-17. Penentuan sampel daun pada pelepah ke-17 diawali dengan penentuan daun pertama yaitu daun paling atas yang sudah terbuka sempurna atau 90% mekar. Di atas daun tersebut masih berupa daun tombak. Menurut arah spiral tanaman kelapa sawit (kanan-kiri), di bawah daun pertama yang tegak lurus arah spiral tanaman (kanan atau kiri) adalah daun ke-9, di bawah daun ke-9 adalah daun ke-17 yaitu daun yang akan diambil.
1
2 3
Daun pertama Daun kesembilan Daun ketujuh belas
Gambar 7. Pelepah Daun ke-17
39 Pelepah daun ke-17 diambil menggunakan egrek. Kemudian diambil tiga helai anak daun sebelah kiri, dan tiga helai anak daun sebelah kanan pada peralihan pelepah muda dan pelepah tua. Pada tengah helaian anak daun dipotong 20 cm, helai daun sebelah kanan dimasukkan pada plastik putih, dan helai daun sebelah kiri pada plastik hitam. Setelah itu daun dipotong (dirajang-rajang) menjadi bagian yang kecil (2-3 cm). Pengamatan lain yang dilakukan adalah lebar pelepah, panjang pelepah, tebal pelepah daun, dan tinggi tanaman. Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam kegiatan LSU ini adalah 30 titik sampel/HK.
Pemupukan Anorganik Pemupukan merupakan suatu upaya untuk memberikan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat, produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta et al. 2007). Perencanaan pemupukan diawali dengan menentukan jenis dan rekomendasi dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk, dan kelengkapan administrasi yang dibutuhkan. Rekomendasi dosis pemupukan ditetapkan oleh Departemen Riset Minamas, yaitu Minamas Research Centre (MRC) berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah, jenis tanah dan LCC, curah hujan serta proyeksi produksi yang dilakukan setiap tahun. Jenis pupuk yang digunakan Angsana Estate periode 2009-2010 adalah NK Blend, Kieserit, Rock Phosphat, HGFB, CCM 25 dan CCM 44. Sistem dan organisasi pemupukan. Prinsip utama dalam aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah setiap tanaman harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh departemen riset untuk mencapai produktifitas tinggi. Biaya pemupukan dapat mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, sehingga sistem aplikasi pupuk yang efektivitas dan efisiensi pemupukan sangat diperlukan.
40 Angsana Estate (ASE) menggunakan sistem aplikasi pemupukan Block Manuring System (BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktifitas yang lebih tinggi (Manual Referensi Agronomi, 2004). Setiap pemupuk mempunyai hancak yang tetap pada tiap blok sehingga setiap tanaman diketahui pemupuknya. Pergeseran hancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien. Organisasi pemupukan tim BMS meliputi pengecer pupuk, pelangsir pupuk, centeng pupuk, dan penabur pupuk. Penabur pupuk terdiri dari beberapa kelompok kecil kerja yang disebut KKP (kelompok Kecil Pemupukan). Kelompok kecil pemupuk terdiri dari tiga orang penabur. Jumlah karyawan penabur pupuk ASE sebanyak 15 orang perempuan sehingga terdapat 5 KKP. Pembentukan KKP bertujuan untuk mengantinsipasi masalah-masalah yang muncul dalam hancak pemupukan misalnya adalah areal blok yang berbukit. Dengan adanya KKP tiap karyawan mempunyai tanggung jawab lebih terhadap kelompoknya untuk menyelesaikan hancak pemupukan apabila salah satu anggota tidak masuk kerja. Pelaksanaan Pemupukan. Pelaksanaan pemupukan dilakukan setelah persiapan untuk pemupukan selesai. Persiapan meliputi penyediaaan sarana pemupukan seperti alat pengangkut pupuk, jalan akses, kebersihan piringan, pasar rintis, dan titi pasar rintis untuk menunjang kelancaran transportasi dan pelaksanaan aplikasi pupuk di lapangan. Mandor pupuk melakukan apel pagi dengan para pengecer pupuk dan penabur pupuk setelah apel bersama asisten. Informasi yang disampaikan mandor meliputi jenis pupuk yang digunakan, kebutuhan jumlah pupuk (tonase), blokblok yang akan diaplikasi pupuk, penggunaan takaran, dan cara penaburan pupuk. Selain itu, dilakukan absensi karyawan dan pengecekan peralatan pemupukan dan alat pelindung diri (APD). Setelah itu, pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang sentral ke dalam kendaraan (wheel tractor atau truk) yang telah disiapkan mulai pukul 06.00 WITA kemudian diangkut menuju blok yang akan dipupuk.
41 Pengeceran pupuk dilakukan dengan meletakkan pupuk di tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road yaitu pada sisi timur dan barat blok. Tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk per tanaman. Pengecer pupuk juga bertugas untuk mengambil karung bekas pupuk yang telah diaplikasi. Tenaga yang digunakan sebagai pengecer pupuk adalah karyawan tetap laki-laki dengan standar kerja 2 ton/HK dan sisa tonase pupuk dianggap sebagai lebih borong dengan upah Rp 6 195/ton. Penjagaan pupuk yang telah diecer dilakukan oleh centeng pupuk sampai proses pemupukan selesai dilakukan. Karyawan penabur pupuk mengambil peralatan pemupukan di rumah pupuk kemudian berangkat ke areal blok yang akan dipupuk lengkap dengan semua peralatan yaitu bin pupuk (tempat pupuk sebelum diaplikasi), takaran pupuk, dan APD yang terdiri dari baju lengan panjang, apron, sarung tangan, sepatu boot, topi, dan masker. Bin pupuk sebagai tempat pupuk yang akan ditabur, sedangkan takaran adalah alat untuk menabur pupuk. Takaran terbuat dari pipa dengan alas kayu yang telah dikalibrasi sesuai jenis dan dosis pupuk. Setelah sampai di lapangan, karyawan pupuk yang telah terbagi menjadi lima KKP mulai menempati hancaknya masing-masing. Pembagian hancak pemupukan berdasarkan jumlah jalur tanaman yang ada pada masing-masing blok yang akan dipupuk. Jumlah jalur dalam 1 blok berkisar 120-124 jalur tanaman, sehingga masing-masing KKP mendapat ± 25 jalur atau 13 pasar rintis. Penabur pupuk menempati hancak masing-masing kemudian membuka karung pupuk dengan hati-hati agar tidak rusak dan memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Penaburan pupuk dimulai dari tanaman ke-8 hingga pasar tengah, kemudian penabur kembali ke collection road untuk mengisi bin pupuk dan memupuk tanaman pertama (masih pada hancak/jalur yang sama) hingga tanaman ke-8. Setelah hancak pertama selesai, KKP bergeser untuk melakukan pemupukan di hancak berikutnya sampai pemupukan pada blok pemupukan hari itu selesai. Penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 8.
42
Gambar 8. Penaburan Pupuk di Bibir Piringan Membentuk Huruf “U” Jenis pupuk yang digunakan di Angsana Estate pada periode 2009-2010 adalah seperti yang terlihat pada Tabel 6. Dosis pupuk yang diaplikasikan untuk TM sesuai dengan rekomendasi pupuk yang diberikan oleh MRC untuk tiap blok. Upah karyawan pupuk BHL ditentukan oleh tonase pupuk yang diaplikasi dengan upah Rp 70/kg. Standar prestasi kerja pelangsir dan penabur pupuk disesuaikan dengan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Standar pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di kebun ASE yaitu: NK Blend (600 kg/HK), Rock Phosphate (400 kg/HK), Kieserit (400 kg/HK), HgFB (7 ha/HK), CCM 44 (600 kg/HK), dan CCM 25 (600 kg/HK). Prestasi kerja penulis hanya mencapai 200 kg/HK. Tabel 6. Jenis pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009-2010 Unsur Hara
Jenis Pupuk
Nitrogen (N)
CCM 25 CCM 44 NK Blend NK Blend Rock Phosphate Kieserit HgFB
Kalium (K) Fosfor (P) Magnesium Boron
Kandungan Unsur % N-P2O5-K2O-MgO 14-13-9-2.5 N-P2O5-K2O-MgO 12-6-22-3 N-K2O 13-36 N-K2O 13-36 P2O5 28 MgO 27 B2O5 48
43 Karung bekas pupuk dikumpulkan oleh pelangsir pupuk kemudian digulung setiap 10 lembar karung kemudian dibawa oleh centeng pupuk ke sudut blok untuk memudahkan pengambilan karung bekas pupuk oleh pengecer pupuk. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata rapi. Administrasi Pemupukan. Administrasi pemupukan merupakan bentuk pertanggungjawaban tertulis di berita acara yang berisi jumlah permintaan dan pengeluaran pupuk serta biaya dalam aplikasi pemupukan. Mandor pupuk wajib mengisi buku kegiatan mandor (BKM) yang berisi tentang blok yang dipupuk, luas blok yang dipupuk, jenis dan tonase pupuk yang di aplikasi, serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Pemupukan Organik Aplikasi janjang kosong (JJK). Aplikasi JJK di Angsana Estate tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kesuburan tanaman tetapi juga sebagai salah satu bentuk konservasi tanah. Aplikasi JJK diutamakan pada area blok-blok dengan kandungan pasir yang tinggi seperti pada blok A014 - A016, A14 – A20, B21 - B23, dan C21 – C23 sebagai bahan mulsa. Dengan adanya aplikasi JJK dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, mempertahankan kelembaban tanah, meningkatkan efektivitas pemupukan dan sumber hara tambahan, terutama kalium, mengurangi evaporasi, memperbaiki sifat fisik tanah serta mencegah dan mengurangi erosi. Janjang kosong yang diaplikasi adalah JJK segar yang diangkut langsung dari PKS (rata-rata bobot JJK yang diangkut 4-5 ton/truck) kemudian JJK ditumpuk ditepi blok (collection road ). Peletakan tumpukan JJK dilakukan di tempat yang telah ditentukan yaitu ditandai dengan pancang pada tempat yang akan diberi JJK. Pemberian tanda peletakan JJK bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan peletakan JJK misalnya pada parit jalan. Kemudian JJK harus segera diecer (diaplikasi). JJK yang sudah lama menumpuk di lapangan sebelum diecer (lebih dari tiga hari) akan kehilangan banyak hara terutama kalium (hilang tercuci), sehingga manfaat pupuk akan berkurang.
44
Gambar 9. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) di Angsana Estate Aplikasi JJK pada setiap titik di dalam blok dilakukan karyawan secara manual menggunakan angkong. JJK diletakkan diantara tanaman kelapa sawit pada gawangan dengan dosis 200 kg/titik atau tanaman, setara dengan 27 ton/ha/tahun. Aplikasi JJK dilakukan sekali dalam setahun. Selanjutnya JJK diratakan satu lapis (Gambar 9) di areal pemberian agar tidak merangsang perkembangbiakan hama Oryctes rhinoceros di dalam tumpukan JJK. Aplikasi JJK dilakukan oleh karyawan BHL dengan prestasi kerja 38 titik/HK, sedangkan prestasi kerja penulis sama dengan standar kebun yaitu 15 titik/HK. Aplikasi POME (Palm Oil Mill Effluent). Bahan sampingan dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS berupa bentuk limbah padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah serta limbah cair (POME atau Palm Oil Mill Effluent). Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang aplikasi POME bertujuan untuk mengurangi dan mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media lain sehingga konsep produksi bersih dan zero waste dapat diterapkan. Dalam jangka pendek, aplikasi POME bertujuan untuk mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik, mengurangi biaya pengoperasian dan meningkatkan produksi TBS. Aplikasi POME di Angsana Estate dilakukan dengan sistem pipa. Pipa yang digunakan adalah jenis HOPE, PVC atau baja dengan ukuran 6 inci untuk
45 pipa primer dan 4 inci untuk pipa skunder. POME diaplikasikan dengan mengalirkannya dari PKS ke parit-parit kebun yang telah disiapkan sebelumya. Jenis parit yang dibuat yaitu flatbed pada gawangan mati dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m dan kedalaman efektif 0.3 m. Jumlah flatbed per ha adalah 150–160 flatbed. Hal ini disesuaikan dengan area blok ASE yang bertopografi bergelombang. Limbah cair dipompakan dari kolam limbah melalui pipa-pipa ke flatbed di areal paling atas hingga areal yang paling rendah berdasarkan gaya gravitasi. Aplikasi POME dilakukan 3-4 kali dalam setahun dengan dosis 750 ton/ha/tahun. POME yang diaplikasi disarankan mempunyai kandungan BOD 2 000 – 3 500 ppm. Zona aplikasi dibagi menjadi 3 yaitu zona A (blok B18-B21) seluas 122 ha (72 ton/jam), zona B (blok C21-C22) seluas 121 ha (71 ton/jam), dan zona C (blok D18-D21) seluas 120 ha (67 ton/ha).
Gambar 10. Aplikasi POME dengan Sistem Flatbed di Angsana Estate Aplikasi POME dilakukan oleh enam orang karyawan yang dibagi dalam dua shift kerja, dua orang pada pagi hari, dua orang pada malam hari, dan dua orang melakukan perawatan flatbed. Aplikasi POME diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai sebagai akibat pipa yang bocor, aplikasi berlebih, dan luapan air hujan. Usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed, membersihkan pelepah yang jatuh di flatbed
46 sebelum aplikasi POME, menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah melalui analisis laboratorium dan menghentikan atau mengurangi aplikasi POME di saat hujan. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur yang mengendap lalu dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan.
Panen Kegiatan panen adalah memotong semua janjang masak pada interval tertentu (< 9 hari),
mengutip seluruh brondolan (Loose Fruit), dan
mengantarkannya ke PKS selambat- lambatnya dalam waktu 24 jam, dengan mutu panen sesuai standar yang telah ditentukan (Manual Referensi Agronomi, 2004). Produksi minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS) per ha dapat menunjukkan tingkat hasil yang dicapai sudah maksimal atau belum. Produksi maksimal dapat dicapai apabila losses (kerugian) minimal. Dengan demikian, sehingga inti pekerjaan panen adalah memperkecil losses produksi (Pahan, 2008). Sumber losses produksi di lapangan ialah buah mentah, buah masak tinggal di tanaman, brondolan tidak dikutip, buah / brondolan dicuri, dan buah restan. Parameter tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan panen meliputi mutu produk kelapa sawit, mutu buah, mutu hancak potong buah, produktivitas tenaga kerja (all harvester), dan integrasi antara tahap pelaksanaan kegiatan panen, pengangkutan, dan proses supervisi (Manual Referensi Agronomi, 2004). Rekapitulasi mutu buah di Angsana Estate pada bulan Januari-Mei 2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Keberhasilan pengelolaan kegiatan panen juga dapat dilihat dari output tenaga kerja secara keseluruhan. Output pemanen tercapai menunjukkan target produksi harian tercapai. Standar output pemanen dapat dilihat pada Tabel 8.
47 Tabel 7. Rekapitulasi Mutu Buah di Angsana Estate pada Bulan JanuariMei 2010 Parameter
Standar
Januari
Bulan Februari Maret
April
Mei
............................................%....................................................
1. Mutu Buah Unripe 0 Under Ripe <5 Ripe + Over Ripe > 95 Empty Bunch 0 Long Stalk 0 Loose Fruit 0 Kontaminasi 0 Restan 0 Sumber : Kantor Besar ASE, 2010
0.08 3.10 94.57 2.25 0.49 10.25 4.55 0.97
0.13 2.87 95.64 1.36 0.56 10.25 4.44 0.00
0.01 2.96 95.86 1.17 0.13 10.25 0.00 0.00
0.16 3.48 94.82 1.54 0.65 10.20 0.00 2.96
0.08 4.06 94.92 0.94 0.55 0.00 0.00 13.90
Tabel 8. Standar Output Pemanen di Angsana Estate Produksi (ton/ha) BJR (kg) > 25 20 – 25 18 – 24 16 – 20 15 – 18 < 15 < 15 Sumber : Manual Referensi Agronomi, 2004
Output ( kg/HK ) 1 400 > 1 200 – 1 400 > 1 000– 1 200 min 1 000
Beberapa kunci sukses panen yaitu interval dan rotasi panen harus tepat waktu, jumlah pemanen yang cukup (sesuai hectare labour ratio), kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, akses dalam blok (piringan, jalan rintis, jalan), prasarana panen yang lengkap, sarana panen yang tepat, cukup dan berkualitas, sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik (Manual Referensi Agronomi, 2004). Persiapan panen. Persiapan panen penting dilakukan karena menentukan keberhasilan pelaksanaan panen. Persiapan panen meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja pemanen dan penetapan luas hancak kerja per mandoran, penyediaan tenaga kerja, dan penyediaan sarana dan prasarana panen. Penetapan seksi panen merupakan pengelompokan blok–blok area tanaman menghasilkan dengan fungsi utama sebagai kerangka area kerja yang
48 harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen, sehingga aspek kemampuan penyelesaian menjadi hal terpenting dalam penetapan seksi panen. Seksi panen disusun sedemikian rupa sehingga satu seksi dapat dipanen dalam satu hari, mempermudah pindah hancak dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol asisten, mandor 1 dan mandor panen, transportasi TBS lebih efisien dan output pemanen lebih tinggi. Setelah seksi panen terbentuk, dilakukan penentuan luas hancak kerja. Peta seksi panen Angsana Estate dapat dilihat pada Lampiran 10. Penyediaan tenaga kerja dilakukan sesuai dengan hectare labour ratio yang telah ditentukan (berlaku di Minamas Plantation) yaitu 1:16. Sebagai contoh, Divisi III Angsana Estate dengan luas area TM 1 179 ha diperlukan tenaga panen sebanyak 74 orang yang terdiri dari 37 tenaga potong buah dan 37 tenaga kutip brondolan. Tabel 9. Peralatan Panen di Angsana Estate No. 1.
Nama alat Dodos Kecil
2.
Pisau Egrek
3.
Goni Bekas Pupuk
4.
Angkong
5. 6.
Batu asah Harvesting Pole
7.
Ganco
8.
Tojok /tombak
9.
Alat Pelindung diri
Kegunaan Potong buah tanaman umur 3 – 4 tahun Potong buah tanaman umur > 9 tahun
Keterangan Berbentuk tembilang lebar mata 8-12 cm Berat 0.5 kg , panjang pangkal 20 cm , panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 1350 Wadah transport TBS ke Ukuran berbeda-beda TPH, memuat brondolan tergantung jenis pupuk ke alat transport Wadah transport TBS ke Kereta sorong terbuat dari besi TPH beroda satu Pengasah dodos dan egrek Galah pisau egrek Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Memuat/membongkar Besi beton 3/8 , panjang sesuai TBS ke/dari alat transport kebiasaan setempat Memuat/membongkar TBS ke/dari alat transpor Untuk melindungi diri Helm, sepatu boats, sarung dari bahaya keselamatan dodos, sarung egrek, sarung kerja kapak, dan sarung ganco
Prasarana panen di Angsana Estate meliputi tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan ukuran 4 m x7 m dan tiap tiga pasar rintis atau enam jalur tanaman terdapat satu TPH. Permukaan TPH dibuat rata, dan harus bersih dari gulma dan kotoran atau sampah. Pada setiap TPH juga diberi alas berupa kain terpal sebagai
49 tempat penumpukan brondolan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminasi pada buah dan brondolan. Setiap TPH berisi keterangan nomor TPH dan blok TPH berada. Pasar rintis dibuat dengan ukuran lebar 1.2–1.5 m, dan piringan dengan jari-jari 2-3 m. Prasarana lainnya adalah jalan untuk pengangkutan buah seperti main road, collection road, dan titi panen. Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi menjadi tiga fungsi yaitu alat untuk memotong tandan, mengangkut TBS ke TPH, dan alat untuk memuat TBS. Rincian alat-alat panen dapat dilihat pada Tabel 9. Penentuan standar kematangan. Kriteria matang panen berpengaruh terhadap kadar ekstrasi minyak (OER) dan kualitas minyak yang diolah. Minimum Ripeness Standard (MRS) atau kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu terdapat minimal lima brondolan per janjang di piringan sebelum dipanen (Manual Referensi Agronomi, 2004). Dengan adanya lima brondolan di piringan, diasumsikan buah telah membrodol lebih dari 10 brondolan apabila dipanen. Janjang yang kurang dari lima brondolan di piringan tidak boleh dipanen. Pabrik kelapa sawit menerima buah yang dipanen apabila terdapat minimum 10 brondolan
per
janjang
dengan
tujuan
untuk
menjaga
kualitas
buah.
Pengelompokan tingkat kematangan buah yang dipanen disajikan pada Tabel 10. Hasil pengamatan visual di lapang diketahui bahwa buah yang masih mentah mempunyai warna ungu yang pekat, sedangkan buah agak matang sudah terlihat mulai berwarna ungu kekuningan dan buah yang masak mempunyai warna dominan kuning kemerahan (Gambar 11).
50 Tabel 10. Kriteria Kematangan Buah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kriteria kematangan Unripe (Mentah) (0-4 brondolan yang lepas per janjang) Under Ripe (5-9 brondolan yang lepas per janjang) Ripe (Matang) (10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang) Empty Bunch (janjang kosong) (brondolan yang lepas per janjang >95%) Long Stalk (gagang panjang) (panjang gagang lebih dari 5 cm) Old Bunch (buah restan) (lebih dari 48 jam)
Batas Toleransi (%) 0 <5 >95 0 0 0
Sumber : (Manual Referensi Agronomi, 2004)
Under Ripe
Over Ripe Ripe Ripe Gambar 11. Tingkat Kematangan Buah
Empty Bunch
Tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap rendemen minyak (OER) dan kadar ALB. Berikut hubungan antara tingkat kematangan buah dengan rendemen minyak dan kadar ALB (asam lemak bebas) menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003). Tabel 11. Hubungan Tingkat Kematangan Buah dengan OER dan Kadar ALB Kematangan buah Buah mentah (Unripe) Buah agak mentah (Under ripe) Buah matang (Ripe) Buah lewat matang ( Over ripe)
Oil Extraction Ratio (%) 14-18 19-25 24-30 28-31
Kadar ALB (% 1.6-2.8 1.7-3.3 1.8-4.9 3.8-6.1
Interval panen (umur pusingan). Interval Panen (umur pusingan) adalah lama waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama. Interval Panen merupakan faktor penentu yang
51 mempengaruhi produksi, kualitas buah, mutu transport, pengolahan di pabrik, serta biaya (Manual Referensi Agronomi, 2004). Jumlah rotasi panen per tahun dan interval panen normal yang dikehendaki, saat ini lazim dipakai 36–48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7-9 hari, sehingga jumlah seksi panen menjadi enam seksi. Interval panen terlambat (umur pusingan > 9 hari) menyebabkan kondisi rata-rata buah cenderung over ripe (terlalu masak) bahkan bisa sampai mendekati empty bunch (janjang kosong), hal ini akan mengakibatkan jumlah brondolan sangat tinggi sehingga akan memperlambat penyelesaian hancak kerja, dan peluang losses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip) sangat tinggi. Hasil Pengamatan penulis menunjukkan bahwa interval panen yang lebih dari 15 hari menyebabkan jumlah brondolan dapat mencapai lebih dari 20%. Terlambatnya interval panen terjadi karena seksi panen tidak selesai atau tertunda yang disebabkan oleh: 1) fluktuasi kehadiran TK yang tinggi sehingga jumlah tenaga kerja panen berkurang; 2) terjadi kerusakan sarana dan prasarana panen (jalan, jembatan, titi panen, peralatan panen); 3) terjadi hujan deras sehingga tidak memungkinkan untuk menyelesaikan panen. Hal ini dapat diatasi dengan monitoring sarana dan prasarana panen serta peningkatan mutu supervisi. Tabel 12. Hasil Pengamatan Pengaruh Pusingan terhadap Persentase Brondolan
1
Berat Brondol (kg) 7.00
2
4.00
5.50
3
3.00
4
Sample
Berat Janjang (kg) 21.50
Brondolan /Janjang % 32.56
Kondisi Buah
Keterangan (lama pusingan)
Over Ripe
15 hari
72.73
Empty Bunch
20 hari
13.00
23.08
Over Ripe
21 hari
3.75
25.00
15.00
Over Ripe
20 hari
5
2.00
24.50
8.16
Over Ripe
21 hari
6
4.50
27.50
16.36
Over Ripe
15 hari
Rata-rata 4.04 19.50 Sunber : Pengamatan, Maret 2010
20.73
19 hari
52 Sistem dan organisasi panen. Sistem panen di Angsana Estate (ASE) adalah Block Harvesting System Division of Labour 2 (BHS -DOL 2) dengan tujuan untuk mencapai sasaran utama kegiatan panen dan mengantisipasi kendala yang sering terjadi. Block Harvesting System adalah sistem panen yang penyelesaian kegiatan panen pada setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan. Pada sistem ini ini pekerjaan potong buah dilakukan oleh seorang pemanen (cutter), sedangkan pengutipan brondolan dilakukan oleh seorang karyawan khusus pengutip brondolan (picker) sehingga disebut Division of Labour 2. Block Harvesting System mempunyai ciri-ciri : 1) Divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen; 2) Satu kelompok (gang) panen per divisi atau per kebun setiap hari bekerja; 3) Setiap hari menyelesaikan satu seksi panen; 4) Pemanen mendapatkan hancak tetap; 5) Kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport TBS; 6) Kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama; 7) Bisa diterapkan sistem DOL (Division of Labour) dengan efektif. Sistem hanca panen yang digunakan dalam BHS-DOL 2 di Angsana Estate adalah sistem hanca giring tetap. Setiap pemanen mempunyai hanca panen yang tetap, apabila hanca panen dalam satu blok telah selesai dikerjakan maka pemanen pindah ke hanca panen pada blok berikutnya sesuai dengan nomor hanca yang telah ditentukan. Pengorganisasian kegiatan panen dilakukan sebaik mungkin agar kegiatan panen berjalan dengan efektif sehingga tujuan kegiatan panen tercapai. Organisasi panen di Angsana Estate terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani buah, kerani transport, mandor 1, asisten divisi dan manajer kebun. Jumlah tenaga panen tiap divisi berbeda-beda tergantung luas area tanaman menghasilkan pada divisi tersebut. Jumlah mandor panen di Divisi I ASE sebanyak tiga orang, Divisi II sebanyak dua orang dan Divisi III sebanyak tiga orang. Jumlah kerani panen sama dengan jumlah mandor panen pada masing-masing divisi tersebut. Tiap mandor panen membawahi 20 hingga 25 tenaga pemanen. Tenaga panen tiap mandoran dibagi dalam beberapa KKP (Kelompok Kerja Pemanen) yang terdiri tiga orang dalam satu KKP. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi ketidakhadiran salah satu
53 pemanen dalam satu KKP, sehingga anggota KKP yang lain bertanggung jawab menyelesaikan hancak anggota KKP yang tidak hadir kerja. Tiap divisi memiliki satu orang kerani transport yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan buah ke PKS dan melengkapi administrasi yang dibutuhkan. Seluruh kegiatan supervisi baik mandor panen, mandor 1, dan asisten divisi bertanggung jawab kepada manajer. Pelaksanaan panen. Kegiatan panen diawali dengan lingkaran pagi mandor panen dengan pemanen. Dalam lingkaran pagi dilakukan absensi karyawan, pengecekan peralatan kerja dan alat pelindung diri, pembagian hancak panen, dan penjelasan tentang kegiatan panen yang akan dilakukan. Setelah lingkaran pagi selesai, seluruh tenaga panen segera memasuki hancak tetap masing–masing sesuai batas hancak yang telah di tentukan. Awal dimulai kegiatan panen dan arah panen dari setiap pemanen
pada masing–masing
mandoran harus searah. Hal ini bertujuan agar pengumpulan buah terkonsentrasi sehingga mempermudah proses pengangkutan. Pemanen berjalan memasuki hancak panennya untuk mencari buah yang masak dengan melihat jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Buah yang telah membrodol lebih dari lima brondol di piringan telah layak dipanen. Selanjutnya pelepah penyanggah tandan buah dipotong dengan tetap memperhatikan standar songgo buah agar tidak terjadi over prunning, kemudian pelepah disusun membentuk huruf “U”. Buah yang telah masak dipotong kemudian gagang panjang dipotong di piringan ± 3 cm dari permukaan buah, potongan gagang panjang dibuang pada gawangan mati. Setelah proses potong buah selesai, buah diangkut ke TPH dan disusun rapi dengan kelipatan lima kemudian ditulis nomor pemanen pada permukaan gagang buah. Bila hancak dalam blok pertama selesai, pemanen pindah pada blok depan berikutnya sampai hancak pada hari itu selesai.
54
a.
b.
Gambar 12. Kegiatan Panen : a. Pemotongan Gagang Buah; b. Pengutipan Brondolan Pembrondol melakukan pengutipan setelah pemanen berada pada posisi setengah dari pasar tengah (tanaman ke-8). Pengutipan brondolan dilakukan dengan tangan dan tidak boleh menggunakan garukan agar tidak tercampur dengan kotoran, kemudian diletakkan pada ember penampung sementara. Setelah ember penampung penuh, brondolan dimasukkan ke angkong sampai penuh kemudian dibawa ke TPH. Brondolan ditakar dengan ember yang telah dikalibrasi (1 ember setara dengan 7 kg brondolan), kemudian setiap lima takaran disusun dalam satu tumpukan. Pemberian nomor pembrondol ditulis pada permukaan bekas gagang buah kemudian diletakkan di atas tumpukan brondolan. Apabila hancak dalam blok pertama selesai, maka pindah pada blok depan berikutnya sampai hancak pada hari itu selesai. Kerani panen mencatat jumlah buah dan brondolan masing-masing tenaga panen. Kemudian kerani panen meletakkan bin card yang berisi keterangan total jumlah buah pada tiap mandoran di akhir TPH pada setiap blok untuk memudahkan pencatatan oleh kerani transport dalam Surat Pengantar Buah (SPB). Pengangkutan buah ke PKS. Transportasi merupakan salah satu sarana panen yang penting. Penyediaan sarana transportasi yang memadai akan memperlancar proses pengangkutan TBS ke PKS. Oleh karena itu organisasi pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang penting, dengan prinsip dasar “melakukan evakuasi TBS dari kebun ke PKS secepat-cepatnya (maksimal 24 jam), dan sebersih-bersihnya”.
55 Sasaran pengelolaan transportasi TBS yaitu meningkatkan kualitas TBS dengan tidak adanya buah restan lebih dari 24 jam sehingga menjaga agar ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2 - 3 %. Pengelolaan transportasi yang baik juga akan meningkatkan produktifitas kendaraan karena kapasitas angkut TBS kendaraan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Penyediaan jumlah alat transportasi antara lain dipengaruhi oleh taksasi produksi harian, antrian buah di PKS, dan kerusakan pabrik kebun. Taksasi produksi merupakan dasar untuk menentukan jumlah kendaraan yang akan disediakan. Selisih antara taksasi dengan realisasi tonase buah yang besar membuat pengakutan buah menjadi tidak efisien. Kapasitas produksi kebun yang melebihi kapasitas pengolahan TBS pabrik dapat menyebabkan antrian panjang. Dengan kondisi seperti ini perlu adanya penambahan alat transportasi untuk pengangkutan buah agar tidak terjadi buah restan karena tidak terangkut. Adanya kerusakan pada PKS juga dapat memaksa untuk dilakukan pengiriman buah ke pabrik lain yang jaraknya lebih jauh (satu mobil hanya mengirim satu rit/hari) sehingga diperlukan tambahan kendaraan. Supervisi dan sangsi (denda). Pelaksanaan supervisi yang baik sangat penting untuk menjaga mutu buah dan mutu hancak panen. Supervisi panen dilakukan untuk memastikan buah yang terkirim ke PKS memenuhi standar kualitas, mengukur besar kecilnya panen, alat evaluasi pelaksanaan kerja, dan untuk menentukan sanksi yang diberikan kepada pemanen yang melakukan kesalahan. Supervisi mutu buah dan mutu hancak dilakukan oleh mandor panen, mandor 1, asisten divisi, dan manajer. Hasil supervisi menunjukkan ada tidaknya kesalahan yang yang dilakukan karyawan. Sanksi diberikan kepada karyawan yang melakukan kesalahan dalam pelaksanaan panen. Tujuan pemberlakuan sanksi/denda kepada karyawan panen adalah memberikan pembelajaran atas kesalahan yang dilakukan sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat konstruktif. Tujuan lainnya adalah menegakkan disipilin panen dan budaya tertib kerja serta menerapkan azas keadilan. Parameter pemberian denda disajikan pada Tabel 13.
56 Tabel 13. Parameter Pemberian Denda Karyawan No. 1 2 3
Jenis Kesalahan
Kode
Kernet
Potong buah mentah A0 Buah masak tidak dipotong S1 Buah masak dipotong tinggal di S2 hancak 4 Brondolan tidak dikutip Di tanaman Fr Di piringan Fc Di pasar rintis Fp Di TPH Fh 1000/TPH 5 Memotong buah tidak sempurna M 6 Buah tidak diantrikan/tdk ditulis 7 Brondolan banyak sampah/alas karung Fs 8 Brondolan dalam karung /alas tidak terangkut Fk 15000/krg 9 Gagang panjang lebar dari 3 cm G 10 Pelepah tidak disusun pada bagian masing-masing Lt 11 Pelepah sengkleh Ls 15 Janjang tinggal di TPH S3 5000/krg 16 Janjang kosong terangkut ke PKS E2 500/jjg 17 Over pruning Op Keterangan : jjg = janjang plph = pelepah Brd = drondolan krg = karung
Denda (Rp) Cutter 5000/jjg 5000/jjg
Picker
5000/jjg 100/brd 100/brd 100/brd 750/tanaman 250/TPH 1000/krg
250/jjg 1000/plph
500/plph
Sumber : Ketetapan Dan Ketentuan Premi Tahun 2009 Area Sebamban, Kalsel
Sistem premi panen. Sistem premi mempunyai beberapa tujuan yaitu, untuk memberikan penghargaan pada pekerja pada saat hasil kerja di atas standar atau basis, memotivasi pekerja untuk berupaya mencapai standar output, mendorong kenaikan output (Jjg/HK) serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja pada tugasnya (Manual Referensi Agronomi, 2004.). Premi panen terdiri dari dua jenis yaitu premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen yang diperoleh minimal sama dengan jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen memperoleh janjang minimal lebih
57 besar dari janjang basis borong. Premi lebih borong dinyatakan dalam rupiah/janjang. Setiap tahun tanam mempunyai harga rupiah/janjang yang berbeda, tergantung kelas BJR. Premi panen ASE untuk supervisi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Premi Supervisi Panen di Angsana Estate Jenis Premi
Supervisi
Volume
Panen
Mandor 1
2 Mandoran ≥ 3 Mandoran < 15 TK 15-20 TK
125 % x Rupiah rata – rata premi mandor panen 150 % x Rupiah rata – rata premi mandor panen 125 % x Rupiah rata – rata premi cutter – picker 150 % x Rupiah rata – rata premi cutter – picker
< 6 Pemuat
125 % x Rupiah rata – rata premi cutter – picker 100 % x Rata – rata premi pemuat TBS
> 6 Pemuat
125% Rata – rata premi pemuat TBS Bensin 30 liter/bulan (natura)
Mandor Panen
Kerani Panen Kerani Transport
Tunas Progresive
Mandor 1 Mandor Panen
Perhitungan Premi
-
3 % Total nilai premi Tunas Progresif 7 % Total nilai premi Tunas Progresif
Sumber : Ketetapan Dan Ketentuan Premi Area Sebamban Tahun 2009
Tabel 15. Premi Karyawan Panen Angsana Estate Pemanen Tahun Tanam
1996 1998 1999 2000
Hari Kerja
Biasa
Basis P0 Basis Siap Borong Borong (jjg) (Rp) 126 2 000
Basis P1 Basis Siap Borong Borong (jjg) (Rp) 144 4 000
Pembrondol Basis P2 Basis Siap Borong Borong (jjg) (Rp) 162 6 500
Lebih Borong P0,P1,P2 (Rp/jjg)
Basis Borong (kg)
Lebih Borong (Rp/kg)
300
225
90
Jumat
90
2 000
103
4 000
116
6 500
300
225
90
Biasa
147
2 000
168
4 000
189
6 500
275
225
90
Jumat
105
2 000
120
4 000
135
6 500
275
225
90
Biasa
182
2 000
208
4 000
234
6 500
250
225
90
Jumat
130
2 000
149
4 000
167
6 500
250
225
90
Biasa
189
2 000
216
4 000
243
6 500
225
225
90
Jumat
135
2 000
154
4 000
174
6 500
225
225
90
Sumber : Ketetapan Dan Ketentuan Premi Area Sebamban Tahun 2009
Premi kepada tenaga kerja pengutip brondolan hanya diberikan berupa premi lebih borong sebesar Rp 90/kg brondolan. Premi lebih borong brondolan diberikan pada saat tenaga kerja pengutip memperoleh jumlah brondolan minimal lebih besar dari basis brondolan yang dihitung dari selisih bobot (kg)
58 total output /hari dengan bobot (kg) basis. Ketentuan premi panen di Angsana Estate dapat dilihat pada Tabel 15. Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen dilakukan secara upto date dan akurat dengan tujuan : tersajinya data-data hasil kerja pada hari tersebut, sebagai bahan analisa dalam proses evaluasi hasil kerja panen, sebagai pertimbangan dalam proses perencanaan kegiatan panen, membantu kecepatan dalam pengambilan keputusan atas masalah-masalah yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan panen, sebagai salah satu alat bantu dalam proses supervisi, sebagai salah satu pendukung/bukti dalam pembuatan daftar pembayaran karyawan (upah dan premi), dan sebagai salah satu alat ukur tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi panen (Manual Referensi Agronomi, 2004) Adapun administrasi panen dalam kegiatan panen meliputi 14 macam administrasi yaitu : Buku Kegiatan Mandor (BKM), Pusingan Potong Buah, Pemeriksaan Mutu Buah dan Hancak, Rekapitulasi Pemeriksan Mutu Buah dan Hancak, Buku Penerimaan Buah dan Brondolan, Nota potong Buah, Surat Pengantar Buah (SPB), Taksasi Produksi, Crop Book, Laporan Potong Buah SKU (LPB-SKU), Laporan Kutip Brondolan (LKB), Laporan Produksi dan Biaya, Laporan Rekapitulasi Produksi Harian, dan Deklarasi TBS.
59 Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Pelaksanaan seluruh kegiatan kebun baik aspek teknis maupun aspek administrasi dilakukan oleh asisten dengan dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Mandor bertugas mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan arahan asisten serta melakukan supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan. Setiap hari Mandor 1 memimpin apel pagi setiap pukul 05.00 WITA dengan seluruh mandor kegiatan dan didampingi asisten divisi. Mandor 1 memberikan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan pada hari kemarin dan memberikan pengarahan terkait pekerjaan yang akan dilakukan hari ini. Setelah melakukan apel pagi bersama asisten, setiap mandor kegiatan melakukan apel pagi dengan karyawannya masing-masing pada pukul 06.00 WITA. Mandor kegiatan memberikan pengarahan terhadap kegiatan yang dilakukan serta mengatur pembagian hancak masing-masing karyawan. Setelah lingkaran pagi selesai, seluruh karyawan berangkat ke tempat kerja masingmasing. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WITA sampai pukul 14.00 WITA pada hari normal dan pukul 12.00 WITA pada hari Jumat. Mandor 1. Mandor 1 membawahi mandor-mandor kegiatan lainnya dan melakukan pengawasan seluruh kegiatan tiap mandoran. Meskipun demikian, tugas mandor 1 lebih difokuskan pada kegiatan produksi atau panen. Mandor 1 wajib mengikuti apel pagi bersama asisten divisi dan mengikuti apel pagi dengan minimal salah satu mandoran panen di lapangan. Mandor 1 melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok panen pada satu hari yang lalu, termasuk pemeriksaan kebersihan brondolan di TPH akibat pengangkutan pada malam hari. Selanjutnya, mandor 1 berkoordinasi dengan mandor transport untuk mempercepat pengangkutan buah restan di lapangan. Tugas mandor 1 lainnya yaitu : 1) Melakukan pemeriksaan terhadap mutu buah dan mutu hancak serta memonitor proses evakuasi TBS ke PKS sampai
60 dengan pengangkutan TBS yang terakhir; 2). Melakukan verifikasi laporan yang dibuat seluruh mandor kegiatan / kerani panen, membuat evaluasi kegiatan harian, dan membuat rencana kerja untuk hari berikutnya dengan didampingi asisten divisi. Ketika menjadi pendamping mandor 1 penulis membantu pengawasan terhadap kegiatan pemupukan. Mandor Panen. Tugas utama mandor panen yaitu melakukan supervisi atau pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan potong buah atau panen sehingga dicapai mutu buah dan mutu hancak yang diharapkan (minimum looses). Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis dan mandor panen mengikuti apel pagi bersama mandor 1 dan Asisten untuk koordinasi pekerjaan panen yang akan dilakukan hari ini. Setelah melakukan apel pagi dengan asisten, dilakukan apel pagi dengan karyawan pada pukul 06.30 WITA. Mandor menyampaikan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya, mengabsen karyawan, membagi hancak karyawan, dan memberi penjelasan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Setelah itu, dilakukan pengecekan terhadap alat pelindung diri (APD), dan kelengkapan peralatan panen yang akan digunakan karyawan. Mandor panen memastikan semua karyawan telah masuk pada hancak masing-masing saat kegiatan panen dimulai. Selama kegiatan panen berlangsung, penulis membantu mandor panen mengawasi proses potong buah dan pengutipan brondolan serta melakukan pengecekan mutu buah dan mutu hancak. Sebelum karyawan pulang, dilakukan pengecekan untuk memastikan hancak panen tiap karyawan telah selesai dikerjakan. Setelah kegiatan panen selesai, penulis membantu mandor panen mengisi kelengkapan administrasi panen meliputi: buku kegiatan mandor (BKM), laporan potong buah (LPB), lembar pusingan panen, dan Form SBS (Structured Block Supervision). Buku kegiatan mandor berisi daftar nama (absensi) pemanen, prestasi kerja pemanen dan pembrondol, dan blok yang telah dipanen. Laporan potong buah berisi output masing-masing karyawan, jumlah janjang TBS dan brondolan tiap blok panen, serta premi mandor panen, mandor 1, dan kerani panen. Pada sore hari, penulis dan mandor panen melakukan taksasi panen pada seksi panen esok hari untuk mengetahui perkiraan hasil panen yang dilakukan
61 besok. Hasil taksasi disampaikan pada kerani transport untuk estimasi kebutuhan kendaraan angkut buah pada panen esok hari. Hasil pengecekan mutu buah dan mutu hancak diserahkan kepada asisten. Mandor Semprot Piringan dan Gawangan. Tugas mandor semprot piringan hampir sama dengan mandor semprot gawangan yaitu melakukan supervisi atau pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia agar mutu penyemprotan tetap terjaga yakni dapat mematikan gulma sasaran. Selama menjadi pendamping mandor semprot, setiap pagi penulis dan mandor semprot mengikuti apel pagi bersama mandor 1 dan Asisten untuk koordinasi pekerjaan yang akan dilakukan hari ini. Setelah melakukan apel, mandor semprot dan kerani divisi membuat bon permintaan herbisida yang berisi jenis herbisida yang akan digunakan, volume herbisida, serta divisi dan blok aplikasi herbisida. Bon herbisida dibuat sesuai dengan rencana kerja yang direncanakan oleh asisten sebelumnya dan disetujui oleh manajer. Setelah bon disetujui oleh manajer, kemudian dilakukan pengambilan herbisida ke gudang. Kegiatan apel dengan karyawan dilakukan pada pukul 06.30 WITA. Mandor menyampaikan evaluasi pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya, membagi hancak karyawan, dan memberi penjelasan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Setelah itu, dilakukan pengecekan terhadap alat pelindung diri (APD), herbisida, dan alat-alat yang akan digunakan. Selama kegiatan pengendalian gulma berlangsung, penulis membantu mandor semprot untuk mengawasi kegiatan pengendalian gulma untuk memastikan ketepatan konsentrasi herbisida yang digunakan dan memastikan gulma sasaran tersemprot semua. Setelah pekerjaan selesai, penulis membantu pengecekan peralatan kerja yang telah digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan alat dan kebersihan alat. Setelah seluruh pekerjaan selesai, penulis membantu mandor mengisi buku kegiatan mandor (BKM) yang berisi absensi karyawan, prestasi kerja karyawan, luasan blok yang telah teraplikasi, volume, dan jenis herbisida yang telah digunakan serta premi karyawan. Penulis membantu mandor semprot melakukan pengecekan hancak dan kaliberasi nozel saat libur H1 karyawan atau tiap dua minggu. Pengecekan hancak
62 dilakukan untuk mengetahui hasil aplikasi herbisida apakah gulma mati secara merata atau tidak mati dan memberi penilaian terhadap hasil kerja tiap karyawan. Kaliberasi nozel dilakukan untuk mengetahui kesesuain flow rate nozel dengan konsentrasi herbisida. Semakin tinggi flow rate nozel, maka konsentrasi herbisida harus diturunkan. Mandor BTP (Babat Tanaman Pengganggu). Selama menjadi pendamping mandor BTP, penulis mengawasi pelaksanaan kegiatan babat tanaman pengganggu.
Sebelum pekerjaan dimulai,
penulis
memberikan
penjelasan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan, mengecek peralatan kerja, alat pelindung diri, dan membagi hancak karyawan. Selama kegiatan berlangsung, dilakukan pengawasan terhadap pekerjaan karyawan agar standar mutu pekerjaan tercapai dan waktu kerja dapat dimaksimalkan. Setelah pekerjaan selesai, penulis mencatat prestasi kerja karyawan, absensi karyawan, luasan blok yang telah dikerjakan, serta premi karyawan dalam buku kegiatan mandor (BKM). Kerani Divisi. Kerani divisi bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan administrasi kantor divisi. Tugas harian kerani divisi antara lain : melakukan verifikasi buku kegiatan mandor dan laporan potong buah, mengisi laporan pagi, mengisi central control dan pusingan panen, mengisi buku prestasi kerja, mengisi monitoring absensi karyawan, monitoring Structure Block Supervision (SBS), monitoring produksi harian, monitoring produksi dan biaya, dan mengisi absensi dan prestasi kerja dalam laporan checkroll di kantor besar ASE. Laporan pagi berisi rekapitulasi hasil panen setiap mandoran, rekapitulasi seluruh kegiatan tiap mandoran, jumlah HK tiap mandoran, dan bahan herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma. Buku prestasi kerja merupakan rekapitulasi prestasi kerja tiap jenis pekerjaan. Tugas bulanan kerani divisi adalah membuat laporan bulanan afdeling (LBA), membuat rekapitulasi daftar premi dan borongan dalam sebulan, dan mengisi mading bulanan. Laporan bulanan afdeling berisi rekapitulasi seluruh jenis pekerjaan dalam sebulan. Kerani divisi bertanggung jawab terhadap keakuratan dan kerapihan seluruh arsip data afdeling sehingga mudah dicari
63 apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Selama menjadi pendamping kerani divisi, penulis belajar untuk melakukan Checkroll (memasukkan data transaksi kegiatan operasional kebun), mengisi central control dan pusingan panen, mengisi buku prestasi kerja, mengisi monitioring absensi karyawan, dan monitoring SBS.
Pendamping Asisten Asisten divisi bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan kegiatan divisi dengan baik mulai dari kegiatan perawatan tanaman, produksi, sampai konservasi tanah dan air. Selain bertugas menjalankan fungsi pengelolaan dan supervisi di lapang, asisten juga bertugas untuk mengelola administrasi divisi, membuat rencana kerja tahunan (RKT) bersama manajer, membuat rencana kerja bulanan (RKB), dan rencana kerja harian (RKH). Asisten mengatur pengeluaran biaya (budget) divisi sesuai dengan RKT, RKB, dan RKH agar efektif dan efisian dalam penggunaannya sehingga tidak terjadi over budget. Asisten mempunyai tanggung jawab lain selain di bidang operasional kebun, yaitu melakukan pembinaan terhadap seluruh sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis dilibatkan dalam penyusunan rencana kegiatan perbaikan jalan di Divisi III Angsana Estate, melakukan pengawasan terhadap kegiatan panen, serta mengikuti kegiatan sosial di kebun baik pada acara keagamaan maupun olahraga.
64
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Angsana Estate Produksi kelapa sawit Angsana Estate tujuh tahun terakhir berfluktuatif. Produksi aktual kebun mulai tahun 2004-2009 belum pernah mencapai potensi produksi standar Marihat untuk kelas kesesuaian lahan S3 meskipun hasil survei tanah semi detil yang dilakukan oleh Departemen Riset Minamas Plantation tahun 2006 menjelaskan bahwa kelas kesesuaian lahan Angsana Estate termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S2 dan S3. Perbandingan antara produksi aktual Angsana Estate, budget produksi kebun, dan standar produksi Marihat kelas S3 disajikan pada Gambar 13.
Produksi TBS (Ton)
70.000 60.000 50.000 40.000 30.000
Produksi Aktual
20.000
Budget Produksi
10.000
Standar Marihat
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun
Gambar 13. Perbandingan Produksi Aktual dengan Budget Produksi dan Standar Produksi Marihat di Angsana Estate Tahun 2004-2009 (Kantor Besar Angsana Estate, 2010). Produksi bulanan di Angsana Estate juga berfluktuatif (Tabel Lampiran 11). Hal ini disebabkan oleh kondisi iklim yang cenderung berfluktuatif, salah satunya adalah penyebaran curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Kondisi seperti ini tidak diharapkan oleh perusahaan karena mempersulit peramalan produksi sehingga proyeksi penerimaan dan rencana kegiatan operasional tidak sesuai dengan perkiraan yang dibuat sebelumnya. Oleh karena
65 itu, pemahaman tentang pengaruh iklim terhadap produksi kelapa sawit, menjadi sangat penting untuk memprediksi produksi tandan buah segar kelapa sawit.
Curah Hujan Siregar (2006) menyatakan bahwa karakteristik pola hujan Kalimantan Selatan secara klimatologis termasuk dalam tipe moonson, dicirikan oleh pola hujan yang bersifat unimodal atau mempunyai satu puncak musim hujan. Peluang musim hujan dijumpai selama enam bulan yaitu pada bulan November-April dan selama tiga bulan curah hujan relatif tinggi hingga puncak yaitu DesemberFebruari. Peluang musim kemarau juga dijumpai selama enam bulan yaitu pada bulan Mei-Oktober dan selama bulan Juni-Agustus curah hujan relatif rendah hingga semakin rendah. Meskipun demikian, curah hujan bulanan Angsana Estate tahun 2004-2009 (Gambar 14.) menunjukkan pola hujan yang tidak unimodal. Harahap et al. (2007) menyatakan bahwa fluktuasi musim hujan dan musim kering dapat mempengaruhi penyebaran produksi dan menyebabkan fluktuasi
Curah Hujan (mm)
produksi bulanan kelapa sawit yang sulit untuk diprediksi. 1000 800 600 400 200 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
TAHUN Curah Hujan (mm)
Gambar 14. Curah Hujan Bulanan di Angsana Estate Tahun 2004-2009 (Kantor Besar Angsana Estate, 2010) Berdasarkan kajian terhadap tren penurunan persentase Oil Extraction Rate (% OER) pada kwartal III, periode 2009-2010 di area Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang dilakukan Departemen Riset Minamas (2010),
66 hubungan antara curah hujan dan hari hujan (Lag 5 bulan dan Lag 6 bulan) terhadap pencapaian persentase OER pada masing-masing PKS di area Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap penurunan persentase OER, kecuali pada PKS Selabak yang menunjukkan korelasi positif. Curah hujan dan hari hujan pada Lag 5 – 6 bulan berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan
penyerbukan
(pollination)
karena
menyebabkan
terganggunya aktifitas serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus (Gambar 15) yang menyebabkan terbentuknya buah parthenocarpy dan false ripening. Hal ini terlihat pada fruitset (maupun fruit/bunch) yang terbentuk. Artinya, tandan buah yang ditentukan pada 5 – 6 bulan yang lalu dengan kondisi curah hujan yang tinggi dan hari hujan yang tinggi (dalam hal ini hari hujan yang berhubungan dengan frekuensi kejadian hujan pada siang hari/intensitas matahari), maka fruitset dan fruit/bunch yang dihasilkan akan lebih rendah dibandingkan bila ditentukan pada saat curah hujan dan hari hujan yang rendah. Dengan kondisi tandan buah yang mempunyai fruitset dan fruit/bunch yang rendah, maka akan menyebabkan potensi % OER yang rendah (Departemen Riset Minamas, 2010).
Gambar 15. Serangga Penyerbuk Elaeidobius kamerunicus di Angsana Estate
67 Departemen Riset Minamas (2010) melakukan analisa laboratorium terhadap material balance Fruit/Bunch (F/B) buah normal dan buah dengan gejala false ripening. Hasil analisis menunjukkan bahwa Fruit/Bunch (F/B) buah normal dan buah dengan gejala false ripening relatif tidak berbeda nyata, yakni rata-rata mencapai 60.91% (minimum 55.47% dan maksimum 64.73%). Untuk Oil/Bunch (O/B) yang dihasilkan menunjukkan perbedaan yang nyata dimana % OER pada tandan buah yang mengalami gejala false ripening lebih rendah bila dibandingkan dengan tandan buah normal. Pada tandan buah yang mengalami gejala parthenocarpy, Fruit/Bunch (F/B) maupun Oil/Bunch (O/B) yang dihasilkan adalah lebih rendah (F/B = 36.72% dan O/B = 8.31%) dan sangat berbeda nyata bila dibandingkan dengan analisa dari tandan buah normal maupun gejala false ripening. Hal ini sebagai akibat rendahnya tingkat keberhasilan penyerbukan pada saat 5–6 bulan yang lalu. Hasil pengamatan lapang (grading di TPH) terhadap kualitas buah, menunjukkan bahwa total persentase buah abnormal (parthenocarpy dan false ripening) hanya berkisar antara 2.0 – 5.5%. Jumlah ini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan total buah normal yang masuk ke masing-masing PKS.
a.
b.
Gambar 16. Buah Tidak Normal di Angsana Estate : a. Tandan buah yang mengalami gejala parthenocarpy; b. Tandan buah yang mengalami gejala false ripening Penyebaran curah hujan yang tidak merata juga dapat menimbulkan peluang adanya bulan kering (curah hujan<60 mm/bulan) meskipun jumlah curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun sehingga terjadi defisit air.
68 Defisit Air Defisit air sangat berpengaruh dalam produksi tandan buah segar kelapa sawit
karena berpengaruh terhadap pembungaan. Mangoensoekarjo dan
Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air selama musim kemarau yang disertai dengan pengelolaan air yang buruk dapat menurunkan produksi 8-10% dari produksi normal pada tahun pertama setelah devisit air dan menurunkan produksi 3-4% pada tahun kedua setelah terjadi defisit air. Siregar et al. (2006) menyatakan bahwa perhitungan defisit air memungkinkan menaksirkan hubungan yang sangat sederhana antar produksi kelapa sawit dengan data meteorologi (curah hujan, hari hujan). Faktor lain selain defisit air juga berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit, antara lain: lama penyinaran matahari dan suhu. Memperkirakan produksi dengan menggunakan data defisit air akan lebih baik dilakukan bila umur kelapa sawit lebih dari 8 tahun (produksi dalam kisaran maksimal) bila umur kelapa sawit kurang dari 8 tahun, perkembangan produksi masih sangat dipengaruhi sejarah hidup pohon sejak ditanam. Neraca keseimbangan air dan defisit air yang terjadi di Angsana Estate tahun 2000-2009 disajikan pada Lampiran 12. Defisit air di Angsana Estate pada tahun 2006 sebesar 440 mm. Hal ini diduga mempengaruhi produksi tandan buah segar Angsana Estate pada tahun 2007 yang mengalami penurunan sebanyak 6.5 % dari produksi 2006 dan 8.5 % pada produksi 2008.
Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara, dan Penyinaran Matahari Penyerbukan kelapa sawit (anemophyli) efektif pada kecepatan angin 5-6 km/jam. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan angin yang terlalu besar dapat merusak perkebunan kelapa sawit (Pahan, 2008). Kecepatan angin rata-rata Angsana Estate pada tahun 2000-2009 berkisar antara 3-6 km/jam. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 240-280 C dan kelembaban 85%. Suhu rata-rata Angsana Estate
69 pada tahun 2000-2009 berkisar 25-28 0C dengan kelembaban yang sedang yaitu 82-85%. Data iklim selengkapnya disajikan pada Lampiran 13.
Populasi dan Umur Tanaman Angsana Estate memiliki komposisi tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000. Setiap tahun tanam memiliki tanaman sisipan yang ditanam pada tahun yang berbeda. Jumlah populasi tanaman kelapa sawit di Angsana Estate dari tahun ke tahun mengalami pengurangan yang disebabkan oleh adanya penyakit tanaman dan kelaianan tanaman sehingga tanaman mati atau dilakukan penebangan. Selain itu, terjadinya banjir atau erosi juga menyebabkan tanaman roboh dan mati. Secara keseluruhan, jumlah populasi tanaman/ha ratarata di Angsana Estate tidak mengalami perubahan yang signifikan, dan jumlahnya berkisar 133 tanaman/ha (Lampiran 14). Umur tanaman kelapa sawit berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Produktivitas tanaman kelapa sawit cenderung meningkat dengan meningkatnya umur tanaman sampai pada umur tanaman 13 tahun dan akan menurun sampai umur tanaman 25 tahun (Lubis, 2008). Rataan umur tanaman di Angsana Estate dan produksi tanaman disajikan pada Gambar 17. Produksi kelapa sawit di Angsana Estate dari tahun 2004-2009 cenderung meningkat meskipun terjadi fluktuasi produksi tahunan yang dipengaruhi oleh faktor di luar umur tanaman yaitu iklim.
70 25 20 15 10 5 0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Produksi (ton/ha)
Rata-rata Umur Tanaman (tahun)
Gambar 17. Umur Tanaman dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Angsana Estate Kultur Teknis Kegiatan kultur teknis yang dilakukan di Angsana Estate meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, dan panen. Dari hasil wawancara dengan staf kebun diketahui bahwa pengendalian gulma telah berjalan dengan baik dan tidak pernah terjadi serangan hama penyakit yang signifikan selama 10 tahun terakhir. Kondisi tanah yang cenderung berpasir pada area TM membuat pertumbuhan gulma tidak signifikan, bahkan pengendalian untuk gulma ringan (soft grass) hanya pada area tertentu (piringan, pasar rintis, dan TPH) saja. Hal ini dikarenakan pertumbuhan soft grass dapat mengurangi laju erosi dan menjaga kelembaban tanah (mengurangi evaporasi) sehingga pertumbuhannya hanya dikendalikan dan tidak diberantas habis. Pemupukan kelapa sawit yang sesuai dengan tepat cara, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu (4T) dapat memaksimalkan produksi tandan kelapa sawit. Historis aplikasi pupuk Angsana Estate disajikan pada Lampiran 15. Pada tahun 2004, 2005, 2008, dan 2009 aplikasi dosis pemupukan tidak maksimal yaitu antara 80-100% atau belum mencapai dosis rekomendasi pemupukan. Kurangnya dosis pupuk dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan dan produksi tanaman (Poeloengan et al., 2007).
71 Inti pekerjaan panen adalah memperkecil losses produksi sehingga fokus utama pengelolaan kegiatan panen adalah memotong semua janjang masak pada interval tertentu, mengutip seluruh brondolan dan mengantarkannya ke PKS selambatnya dalam waktu 24 jam. Losses (kerugian) panen di Angana Estate akibat brondolan tinggal, janjang tinggal, dan buah mentah dapat dilihat pada Gambar 18. 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0
Gambar 18. Losses Panen Akibat Brondolan Tinggal, Janjang Tinggal, dan Buah Mentah di Angana Estate (Kantor Besar Angsana Estate, 2010). Pengelolaan kegiatan panen di Angsana Estate berlangsung baik. Berdasarkan Gambar di atas, losses atau kerugian panen mulai tahun 2005 sampai tahun 2009 semakin kecil dan berada di bawah batas toleansi perusahaan yaitu 2 butir/tanaman untuk brondolan tinggal. Batas toleransi untuk janjang tinggal dan buah mentah adalah 0% atau tidak ada toleransi. Meskipun demikian angka kerugian akibat janjang tinggal dan buah mentah terus berkurang mendekati 0% sehingga mutu buah (persentase buah masak) secara total masih berkisar 95% (Kantor Besar Angsana Estate, 2010). Kegiatan kultur teknis di Angsana Estate antara lain pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan panen, dan pemupukan (kecuali realisasi dosis pemupukan) berjalan dengan baik sehingga dalam proses peramalan produksi berikutnya diasumsikan telah dilakukan dengan optimal.
72 Penentuan Nilai Produksi Duga Produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh keadaaan iklim dan teknis budidaya kelapa sawit. Untuk mengetahui peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit dilakukan pengujian terhadap peubah iklim (suhu, kecepatan angin, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, curah hujan, hari hujan, defisit air) dan peubah kultur teknis (jumlah populasi tanaman/ha, pemupukan, dan umur tanaman). Pengujian pada peubah iklim dan kultur teknis dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP, dan 24 BSP. Hasil uji t-parsial disajikan pada Tabel 16. Hasil uji-t parsial menunjukkan bahwa tidak seluruh peubah berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit seperti peubah jumlah populasi tanaman/ha, suhu udara, dan kecepatan angin. Hal ini diduga karena jumlah rata-rata populasi tanaman/ha di Angsana Estate relatif sama dari tahun ke tahun yaitu 132-133 tanaman/ha (Tabel 17) meskipun terjadi pengurangan jumlah populasi tanaman akibat tanaman mati, hanyut terbawa banjir, dan penebangan terhadap tanaman tidak normal atau sakit. Begitu juga dengan suhu udara dan kecepatan angin. Suhu udara rata-rata mulai tahun 2000-2009 berkisar antara 27-28°C dimana kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu ini, sedangkan kecepatan angin berkisar antara 3-6 km/jam. Tabel 16. Hasil Uji-t Parsial P-Value 0 BSP 6 BSP 12 BSP 18 BSP 24 BSP 1 Umur tanaman 0.022* 2 Populasi 0.121 3 Pupuk 0.043* 0.493 0.055 0.007** 0.586 4 Suhu udara 0.893 0.616 0.587 0.217 0.853 5 Kelembaban udara 0.348 0.045* 0.626 0.589 0.604 6 Kecepatan angin 0.971 0.604 0.317 0.130 0.791 7 Penyinaran matahari 0.132 0.957 0.067 0.007** 0.130 8 Hari hujan 0.897 0.441 0.862 0.049* 0.216 9 Curah hujan 0.385 0.047* 0.053 0.974 0.092 10 Defisit air 0.021* 0.793 0.752 0.281 0.007** Keterangan : *) berbeda nyata pada = 5%, **) berbeda sangat nyata pada = 1% BSP : Bulan Sebelum Panen NO.
Peubah
73 Tabel 17. Jumlah Rata-rata Populasi Tanaman dan Umur Tanaman di Angsana Estate. Tahun
Luas (Ha)
Jumlah Tanaman
2004 2 484 331 176 2005 2 484 331 176 2006 2 484 330 528 2007 2 484 329 779 2008 2 484 329 500 2009 2 484 329 655 Sumber : Kantor Besar Angsana Estate, 2010
Tanaman/Ha
Rata-rata Umur Tanaman (Tahun)
133.32 133.32 133.06 132.76 132.65 132.71
5.96 6.96 7.96 8.93 9.93 10.93
Peubah-peubah yang berpengaruh nyata antara lain umur tanaman, pemupukan pada 0 BSP dan 18 BSP, kelembaban udara pada 6 BSP, penyinaran matahari pada 18 BSP, curah hujan pada 6 BSP, hari hujan pada 18 BSP, dan defisit air pada 0 BSP dan 24 BSP. Untuk mendapatan nilai produksi duga yang mendekati nilai produksi aktual, dilakukan dengan mencari kombinasi peubah yang paling tepat. Dari tujuh peubah yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, diperoleh enam kombinasi persamaan regresi linear berganda untuk menentukan produksi duga atau meramal produksi kelapa sawit. Peramalan produksi kelapa sawit dilakukan secara bulanan untuk menentukan estimasi produksi kebun dalam setahun.
Persamaan Regresi Linear Berganda I Bentuk persamaan regresi linear berganda pertama diperoleh dari kombinasi peubah umur tanaman, pemupukan (0 BSP), kelembaban udara (6 BSP), penyinaran matahari (18 BSP), curah hujan (6 BSP), defisit air (0 BSP), dan hari hujan (18 BSP). Bentuk persamaan yang diperoleh yaitu : Produksi = 0.00894 umur tanaman (0 BSP) + 0.0160 pupuk (0 BSP) + 0.0421 kelembaban udara (6 BSP) – 0.0131 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.00103 curah hujan (6 BSP) - 0.00319 defisit air (0 BSP) – 0.0188 hari hujan (18 BSP) – 3.29
74 Tabel 18. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda I Sumber keragaman Regresi Galat Total
Db 7 64 71
JK 10.4599 13.5016 23.9614
KT 1.4953 0.211
F 7.08
P 0.00
Nilai p-value (Tabel 18) pada hasil uji-F persamaan regresi linear berganda I menunjukkan bahwa bentuk persamaan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi aktual pada taraf 5 %. Perbandingan antara hasil produksi duga persamaan regresi linear berganda I dengan produksi aktual dan budget produksi kebun disajikan pada Tabel 19. Sebagai ilustrasi perbandingan dapat dilihat pada Gambar 19. Tabel 19. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda I Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi Aktual (a) 10.85 16.21 18.90 17.70 17.28 20.83
Keterangan : Produksi Aktual Produksi Duga Budget Produksi Selisih 1 Selisih 2
Produksi Duga (b) 12.91 13.94 16.79 19.11 18.77 20.03
Selisih (1) (%) 18.98 -13.98 -11.19 7.97 8.60 -3.82
Budget Produksi (c) 10.97 13.91 16.86 20.21 20.38 22.00
Selisih (2) (%) 1.08 -14.19 -10.81 14.17 17.91 5.62
= Hasil produksi kebun (ton/ha) = Hasil persamaan regresi linear berganda I (ton/ha) = Estimasi kebun (ton/ha) = (b-a) : a x 100% = (c-a) : a x 100%
Nilai produksi duga tahunan yang diperoleh dari persamaan regresi linear berganda I mempunyai selisih yang masih relatif besar dengan produksi aktual antara 7.97 - 18.98%. Hanya pada tahun 2009 nilai produksi duga mendekati nilai produksi aktual dengan selisih 3.82%. Nilai produksi duga untuk produksi bulanan menggunakan regresi linear berganda I juga belum mendekati produksi aktual.
75 ton/ha 25 20 15 10 5
0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007 Tahun Produksi Duga
2008
2009
Budget Produksi
Gambar 19. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda I kurang dari 10 (Tabel 20). Hal ini menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) yaitu adanya multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi MKT heterokedastisitas, dapat dilihat pada plot sisaan vs Y Duga pada Gambar 20. Plot sisaan vs Y Duga tidak membentuk pola sehingga diagnosis pada persamaan regresi linear berganda I tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedastisitas. Tabel 20. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Regresi Linear Berganda I 1.
2.
Predictor Konstanta Umur tanaman Pupuk Kelembaban Penyinaran matahari Curah hujan Defisit air Hari hujan Durbin Watson
Koefisien -3.2940 0.00894 0.01602 0.04213 -0.01306 -0.00103 -0.00319 -0.01883 0.85902
P 0.214 0.009 0.083 0.139 0.007 0.006 0.064 0.094
VIF 1.637 1.453 1.173 1.197 1.064 1.188 1.397
76 Plot Sisaan vs Y Duga 1,0
Sisaan
0,5
0,0
-0,5
0,5
1,0
1,5 Y Duga
2,0
2,5
Gambar 20. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda I Nilai Durbin Watson persamaan regresi linear berganda I sebesar 0.85902. Hal ini menunjukkan terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda I. Untuk menghilangkan autokorelasi digunakan metode CochraneOrcutt. Persamaan Y duga setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt adalah : Produksi = 0.00959 umur tanaman + 0.0081 pupuk (0 BSP) + 0.0103 kelembaban udara (6 BSP) – 0.00475 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000620 curah hujan (6 BSP) - 0.00390 defisit air (0 BSP) – 0.00468 hari hujan (18 BSP) - 0.276 Keterangan : Durbin Watson = 1.02770 Nilai Durbin Watson setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 1.02770. Hal ini berarti masih terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda. Dengan demikian, seluruh asumsi dalam persamaan regresi linear terpenuhi kecuali asumsi tidak terdapat autokorelasi. Perbandingan Y duga persamaan regresi linear berganda I sebelum dan setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt dapat dilihat pada Gambar 21. Hasil produksi (Y) duga Persamaan regresi linear berganda I setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt mempunyai selisih yang lebih besar terhadap produksi aktual bila dibandingkan dengan hasil produksi (Y) duga persamaan
77 regresi linear berganda I sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt. Oleh karena itu, untuk menentukan nilai produksi duga tetap menggunakan persamaan regresi linear berganda I sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt. ton/ha 30 25 20 15 10 5 0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga I
2008
2009
Produksi Duga I*
Gambar 21. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda I Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt (Produksi Duga I = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sebelum Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt ; Produksi Duga I* = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sesudah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt) Persamaan Regresi Linear Berganda II Bentuk persamaan regresi linear berganda II diperoleh dari kombinasi peubah umur tanaman, pemupukan (0 BSP), kelembaban udara (6 BSP), penyinaran matahari (18 BSP), curah hujan (6 BSP), defisit air (24 BSP), dan hari hujan (18 BSP). Bentuk persamaan yang diperoleh yaitu :
78 Produksi = 0.00771 umur tanaman (0 BSP) + 0.00943 pupuk (0 BSP) + 0.0393 kelembaban udara (6 BSP) – 0.0133 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000948 curah hujan (6 BSP) – 0.00543 defisit air (24 BSP) – 0.0084 hari hujan (18 BSP) – 2.39 Tabel 21. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda II Sumber keragaman Regresi Galat Total
Db 7 64 71
JK 12.0196 11.9418 23.9614
KT 1.7171 0.1866
F 9.20
P 0.00
Nilai p-value (Tabel 21) pada hasil uji-F persamaan regresi linear berganda II menunjukkan bahwa bentuk persamaan regresi linear berganda II berpengaruh nyata terhadap hasil produksi aktual pada taraf 5 %. Perbandingan antara hasil produksi duga persamaan regresi linear berganda II dengan produksi aktual dan budget produksi kebun disajikan pada Tabel 22. Sebagai ilustrasi perbandingan dapat dilihat pada Gambar 22. Tabel 22. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda II Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi Aktual (a) 10.85 16.21 18.90 17.70 17.28 20.83
Keterangan : Produksi Aktual Produksi Duga Budget Produksi Selisih 1 Selisih 2
Produksi Duga (b) 12.69 14.46 17.54 18.98 16.81 21.54
Selisih (1) (%) 16.91 -10.81 -7.19 7.23 -2.74 3.43
Budget Produksi (c) 10.97 13.91 16.86 20.21 20.38 22.00
Selisih (2) (%) 1.08 -14.19 -10.81 14.17 17.91 5.62
= Hasil produksi kebun (ton/ha) = Hasil persamaan regresi linear berganda II (ton/ha) = Estimasi kebun (ton/ha) = (b-a) : a x 100% = (c-a) : a x 100%
Nilai produksi duga yang diperoleh dari persamaan regresi linear berganda II mempunyai selisih yang relatif kecil bila dibandingan dengan nilai produksi duga persamaan regresi linear berganda I. Nilai produksi duga yang dihasilkan
79 mendekati produksi aktual pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2008-2009 dengan selisih dibawah 5%. Estimasi produksi duga untuk produksi bulanan menggunakan regresi linear berganda II juga belum mendekati produksi aktual.
25
ton/ha
20 15 10 5 0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga
2008
2009
Budget Produksi
Gambar 22. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda II kurang dari 10 (Tabel 23). Hal ini menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi MKT yaitu adanya multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi MKT heterokedastisitas dapat dilihat pada plot sisaan vs Y Duga pada Gambar 23. Plot sisaan vs Y Duga tidak membentuk pola sehingga diagnosis pada persamaan regresi linear berganda II tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedastisitas. Tabel 23. Nilai P-Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Regresi Linear Berganda II 1.
2.
Predictor Konstanta Umur tanaman Pupuk Kelembaban Penyinaran matahari Curah hujan Defisit air Hari hujan Durbin Watson
Koefisien -2.393 0.00771 0.00943 0.03929 -0.01331 -0.00095 -0.00543 -0.00836 1.00076
P 0.331 0.018 0.275 0.140 0.004 0.006 0.001 0.450
VIF 1.667 1.459 1.160 1.181 1.054 1.320 1.553
80 Plot Sisaan vs Y Duga 1,0
Sisaan
0,5
0,0
-0,5
0,5
1,0
1,5 Y Duga
2,0
2,5
Gambar 23. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda II Nilai Durbin Watson persamaan regresi linear berganda II sebesar 1.00076. Hal ini menunjukkan terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda II. Untuk menghilangkan autokorelasi digunakan metode Cochrane-Orcutt. Hasil persamaan Y duga setelah dilakukan dilakukan metode Cochrane-Orcutt adalah : Produksi = 0.00876 umur tanaman (0 BSP) + 0.0042 pupuk (0 BSP) + 0.0158 kelembaban udara (6 BSP) – 0.00518 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000625 curah hujan (6 BSP) – 0.00407 defisit air (24 BSP) – 0.00285 hari hujan (18 BSP) - 0.322 Keterangan : Durbin Watson = 1.16334 Nilai Durbin Watson setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 1.16334. Hal ini berarti masih terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda. Dengan demikian, seluruh asumsi dalam persamaan regresi linear terpenuhi kecuali asumsi tidak terdapat autokorelasi. Perbandingan Y duga persamaan regresi linear berganda II sebelum dan setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt dapat dilihat pada Gambar 24. Hasil produksi (Y) duga Persamaan regresi linear berganda II setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt mempunyai selisih yang lebih besar terhadap produksi aktual bila dibandingkan dengan hasil produksi (Y) duga persamaan
81 regresi linear berganda II sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt. Oleh karena itu, untuk menentukan nilai produksi duga tetap menggunakan persamaan regresi linear berganda II sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt.
30
ton/ha
25 20 15 10 5
0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga II
2008
2009
Produksi Duga II*
Gambar 24. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda II Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt (Produksi Duga II = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sebelum Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt ; Produksi Duga II* = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sesudah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt) Persamaan Regresi Linear Berganda III Bentuk persamaan regresi linear berganda ketiga diperoleh dari kombinasi peubah umur tanaman, pemupukan (18 BSP), kelembaban udara (6 BSP), penyinaran matahari (18 BSP), curah hujan (6 BSP), defisit air (0 BSP), dan hari hujan (18 BSP). Bentuk persamaan yang diperoleh yaitu : Produksi = 0.0127 umur tanaman (0 BSP) – 0.0187 pupuk (18 BSP) + 0.0404 kelembaban udara (6 BSP) – 0.0126 penyinaran matahari (18 BSP) - 0.000922 curah hujan (6 BSP) – 0.00371 defisit air (0 BSP) - 0.0205 hari hujan (18 BSP) – 0.32
82 Tabel 24. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda III Sumber keragaman Regresi Galat Total
Db 7 64 71
JK 12.0196 11.9418 23.9614
KT 1.7171 0.1866
F 9.20
P 0.00
Hasil uji-F pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai p-value persamaan regresi linear berganda III kurang dari
= 5%. Hal ini berarti bentuk persamaan
regresi linear berganda III berpengaruh nyata terhadap hasil produksi aktual pada taraf 5 %. Perbandingan antara hasil produksi duga persamaan regresi linear berganda III dengan produksi aktual dan budget produksi kebun disajikan pada Tabel 25. Sebagai ilustrasi perbandingan dapat dilihat pada Gambar 25. Tabel 25. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda III Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi Aktual (a) 10.85 16.21 18.90 17.70 17.28 20.83
Keterangan : Produksi Aktual Produksi Duga Budget Produksi Selisih 1 Selisih 2
Produksi Duga (b) 11.84 15.57 17.25 18.46 17.97 20.51
Selisih (1) (%) 9.09 -3.97 -8.75 4.30 4.02 -1.52
Budget Produksi (c) 10.97 13.91 16.86 20.21 20.38 22.00
Selisih (2) (%) 1.08 -14.19 -10.81 14.17 17.91 5.62
= Hasil produksi kebun (ton/ha) = Hasil persamaan regresi linear berganda III (ton/ha) = Estimasi kebun (ton/ha) = (b-a) : a x 100% = (c-a) : a x 100%
Nilai produksi duga yang diperoleh dari persamaan regresi linear berganda III menunjukkan hasil yang mendekati nilai produksi aktual. Selisih produksi duga dengan produksi aktual pada tahun 2005, 2007, dan 2008 di bawah 5%, bahkan pada tahun 2009 hanya 1.52%. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan regresi linear berganda ketiga semakin akurat untuk menduga nilai produksi. Estimasi produksi duga untuk produksi bulanan menggunakan regresi linear berganda III belum mendekati produksi aktual.
83
25
Ton/ha
20 15 10 5 0 2004
2005
2006
Produksi Aktual
2007
Tahun Produksi Duga
2008
2009
Budget Produksi
Gambar 25. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda III kurang dari 10 (Tabel 26). Hal ini menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) yaitu multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi MKT heterokedastisitas, dapat dilihat pada plot sisaan vs Y duga pada Gambar 26. Plot sisaan vs Y duga tidak membentuk pola sehingga diagnosis pada persamaan regresi linear berganda II tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedastisitas. Tabel 26. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Regresi Linear Berganda III 1.
2.
Predictor Konstanta Umur tanaman Pupuk Kelembaban Penyinaran matahari Curah hujan Defisit air Hari hujan Durbin Watson
Koefisien -0.316 0.01266 -0.01865 0.04039 -0.01262 -0.00092 -0.00371 -0.02045 0.862523
P 0.901 0.000 0.008 0.143 0.007 0.011 0.029 0.061
VIF 1.2 1.1 1.2 1.2 1.1 1.2 1.4
84 Plot Sisaan vs Y Duga 1,0
Sisaan
0,5
0,0
-0,5
0,50
0,75
1,00
1,25
1,50 Y Duga
1,75
2,00
2,25
Gambar 26. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda III Nilai Durbin Watson persamaan regresi linear berganda III
sebesar
0.862523. Hal ini menunjukkan terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda III. Untuk menghilangkan autokorelasi digunakan metode Cochrane-Orcutt. Bentuk persamaan Y duga setelah dilakukan dilakukan metode Cochrane-Orcutt adalah : Produksi = 0.0116 umur tanaman (0 BSP) – 0.0112 Pupuk (0 BSP)
+
0.0269 kelembaban udara (6 BSP) – 0.00433 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000604 curah hujan (6 BSP) – 0.00409 defisit air (24 BSP) – 0.00333 hari hujan (18 BSP) - 0.211 Keterangan : Durbin Watson = 1.11387 Nilai Durbin Watson setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 1.11387. Hal ini berarti masih terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda. Dengan demikian, seluruh asumsi dalam persamaan regresi terpenuhi kecuali asumsi tidak terdapat autokorelasi. Perbandingan Y duga Persamaan Regresi Linear Berganda III sebelum dan setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt dapat dilihat pada Gambar 27.
85 ton/ha 25 20 15 10 5 0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga III
2008
2009
Produksi Duga III*
Gambar 27. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda III Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt (Produksi Duga III = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sebelum Dilakukan metode Cochrane-Orcutt ; Produksi Duga III* = Produksi duga hasil persamaan regresi linear berganda sesudah dilakukan metode Cochrane-Orcutt) Hasil produksi (Y) duga persamaan regresi linear berganda III setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt mempunyai selisih yang lebih besar terhadap produksi aktual bila dibandingkan dengan hasil produksi (Y) duga persamaan regresi linear berganda III sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt. Oleh karena itu, untuk menentukan nilai produksi duga tetap menggunakan persamaan regresi linear berganda III sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt.
Persamaan Regresi Linear Berganda IV Bentuk persamaan regresi linear berganda keempat diperoleh dari kombinasi peubah umur tanaman, pemupukan (18 BSP), kelembaban udara (6 BSP), penyinaran matahari (18 BSP), curah hujan (6 BSP), defisit air (24 BSP), dan hari hujan (18 BSP). Bentuk persamaan yang diperoleh yaitu :
86 Produksi = 0.0101 umur tanaman (0 BSP) – 0.0127 pupuk (18 BSP) + 0.0374 kelembaban udara (6 BSP) – 0.0133 Penyinaran Matahari (18 BSP) – 0.000862 curah hujan (6 BSP) – 0.00529 defisit air (24 BSP) – 0.0107 hari hujan (18 BSP) – 0.41 Tabel 27. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda IV Sumber keragaman Regresi Galat Total
Db 7 64 71
JK 12.4980 11.4635 23.9614
KT 1.7854 0.1791
F 9.97
P 0.00
Hasil uji-F pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai p-value persamaan regresi linear berganda IV kurang dari
= 5%. Hal ini berarti bentuk persamaan
regresi linear berganda IV berpengaruh nyata terhadap hasil produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara hasil produksi duga persamaan regresi linear berganda IV dengan produksi aktual dan budget produksi kebun disajikan pada Tabel 28. Sebagai ilustrasi perbandingan dapat dilihat pada Gambar 28. Tabel 28. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda IV Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi Aktual (a) 10.85 16.21 18.90 17.70 17.28 20.83
Keterangan : Produksi Aktual Produksi Duga Budget Produksi Selisih 1 Selisih 2
Produksi Duga (b) 11.85 15.34 18.04 18.51 16.17 21.75
Selisih (1) (%) 9.22 5.37 4.57 4.58 6.42 4.42
Budget Produksi (c) 10.97 13.91 16.86 20.21 20.38 22.00
Selisih (2) (%) 1.08 14.19 10.81 14.17 17.91 5.62
= Hasil produksi kebun (ton/ha) = Hasil persamaan regresi linear berganda IV (ton/ha) = Estimasi kebun (ton/ha) = (b-a) : a x 100% = (c-a) : a x 100%
Nilai produksi duga yang diperoleh dari persamaan regresi linear berganda IV menunjukkan hasil yang mendekati nilai produksi aktual dengan tingkat keakuratan yang hampir sama dengan persamaan regresi linear berganda III.
87 Persamaan regresi linear berganda IV dapat digunakan untuk memperkirakan produksi enam bulan ke depan dengan melihat data kelembaban udara dan curah hujan enam bulan sebelumnya, umur tanaman, pemupukan, jumlah hari hujan dan penyinaran matahari 18 bulan sebelumnya, dan defisit air 24 bulan sebelumnya. Namun hasil pendugaan produksi bulanan menggunakan bentuk persamaan regresi linear berganda IV ini tidak efektif karena hasilnya masih belum akurat.
25
ton/ha
20 15 10 5 0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga
2008
2009
Budget Produksi
Gambar 28. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda IV kurang dari 10 (Tabel 29). Hal ini menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) yaitu multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi MKT heterokedastisitas dapat dilihat pada plot sisaan vs Y duga pada Gambar 29. Plot sisaan vs Y duga tidak membentuk pola sehingga diagnosis pada persamaan regresi linear berganda IV tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedastisitas.
88 Tabel 29. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Regresi Linear Berganda IV 1.
2.
Prediktor Konstanta Umur tanaman Pupuk Kelembaban Penyinaran matahari Curah hujan Defisit air Hari hujan Durbin Watson
Koefisien -0.410 0.010058 -0.012685 0.03744 -0.013284 -0.000862 -0.005288 -0.01070 0.988477
P 0.865 0.000 0.052 0.151 0.003 0.012 0.001 0.328
VIF 1.3 1.1 1.2 1.2 1.1 1.3 1.6
Plot Sisaan vs Y Duga 1,00 0,75
Sisaan
0,50 0,25 0,00 -0,25 -0,50
0,5
1,0
1,5 Y Duga
2,0
2,5
Gambar 29. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda IV Nilai Durbin Watson persamaan regresi linear berganda IV
sebesar
0.988477. Hal ini menunjukkan terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda IV. Untuk menghilangkan autokorelasi digunakan metode Cochrane-Orcutt. Bentuk persamaan Y duga setelah dilakukan dilakukan metode Cochrane-Orcutt adalah : Produksi = 0.0100 umur tanaman (0 BSP) – 0.0117 pupuk (18 BSP) + 0.0301 kelembaban udara (6 BSP) – 0.00477 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000593 curah hujan (6 BSP) – 0.00427 defisit air (24 BSP) – 0.00177 hari hujan (18 BSP) – 0.265 Keterangan : Durbin Watson = 1.23468
89 Nilai Durbin Watson setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 1.23468. Hal ini berarti masih terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda. Dengan demikian, seluruh asumsi dalam persamaan regresi terpenuhi kecuali asumsi tidak terdapat autokorelasi. Perbandingan Y duga Persamaan regresi linear berganda IV sebelum dan setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt dapat dilihat pada Gambar 30. Hasil produksi (Y) duga Persamaan regresi linear berganda IV setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt mempunyai selisih yang lebih besar terhadap produksi aktual bila dibandingkan dengan hasil produksi (Y) duga persamaan regresi linear berganda IV sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt.
30
ton/ha
25
20 15 10 5 0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga IV
2008
2009
Produksi Duga IV*
Gambar 30 Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda IV Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt (Produksi Duga IV = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sebelum Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt; Produksi Duga IV* = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sesudah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt)
90 Persamaan regresi linear berganda V Bentuk persamaan regresi linear berganda kelima diperoleh dari kombinasi peubah umur tanaman, pemupukan (18 BSP), penyinaran matahari (18 BSP), curah hujan (6 BSP), dan defisit air (24 BSP). Bentuk persamaan yang diperoleh yaitu : Produksi = 2.85 + 0.00846 umur tanaman – 0.0121 pupuk (18 BSP) – 0.0147 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000968 curah hujan (6 BSP) - 0.00599 defisit air (24 BSP) Tabel 30. Analisis Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda V Sumber keragaman Regresi Galat Total
Db 5 66 71
JK 11.9018 12.0597 23.9614
KT 2.3804 0.1827
F 13.03
P 0.00
Hasil uji-F pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai p-value persamaan regresi linear berganda V kurang dari
= 5%. Hal ini berarti bentuk persamaan
regresi linear berganda V berpengaruh nyata terhadap hasil produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara hasil produksi duga persamaan regresi linear berganda V dengan produksi aktual dan budget produksi kebun disajikan pada Tabel 31. Sebagai ilustrasi perbandingan dapat dilihat pada Gambar 31. Nilai produksi duga untuk produksi tahunan kelapa sawit yang diperoleh dari persamaan regresi linear berganda V menunjukkan hasil yang lebih mendekati nilai produksi aktualnya bila dibandingkan dengan produksi duga yang dihasilkan persamaan regresi linear berganda I, II, III, dan IV. Persamaan regresi linear berganda V juga dapat digunakan untuk memperkirakan produksi enam bulan ke depan dengan melihat data umur tanaman, pemupukan, dan penyinaran matahari 18 bulan sebelumnya, curah hujan enam bulan sebelumnya, dan defisit air 24 bulan sebelumnya. Namun hasil estimasi menggunakan bentuk persamaan regresi linear berganda V ini tidak efektif untuk menduga produksi bulanan karena hasil produksi duga bulanannya juga masih belum akurat.
91 Tabel 31. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda V Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi Aktual (a) 10.85 16.21 18.90 17.70 17.28 20.83
Keterangan : Produksi Aktual Produksi Duga Budget Produksi Selisih 1 Selisih 2
Produksi Duga (b) 11.65 15.62 18.29 18.36 16.15 21.65
Selisih (1) (%) 7.36 -3.66 -3.21 3.74 -6.54 3.92
Budget Produksi (c) 10.97 13.91 16.86 20.21 20.38 22.00
Selisih (2) (%) 1.08 -14.19 -10.81 14.17 17.91 5.62
= Hasil produksi kebun (ton/ha) = Hasil persamaan regresi linear berganda V (ton/ha) = Estimasi kebun (ton/ha) = (b-a) : a x 100% = (c-a) : a x 100%
ton/ha 25 20 15 10 5 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Produksi Aktual
Produksi Duga
Budget Produksi
Gambar 31. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda V kurang dari 10 (Tabel 32). Hal ini menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) yaitu multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi MKT heterokedastisitas dapat dilihat pada plot sisaan vs Y Duga pada Gambar 32. Plot sisaan vs Y duga tidak
92 membentuk pola sehingga diagnosis pada persamaan regresi linear berganda V tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedastisitas. Tabel 32. Nilai P- Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Regresi Linear Berganda V 1.
2.
Prediktor Konstanta Umur tanaman Pupuk Penyinaran matahari Curah hujan Defisit air Durbin Watson
Koefisien 2.8459 0.00846 -0.01207 -0.01467 -0.00097 -0.00599 0.951223
P 0.000 0.001 0.064 0.001 0.005 0.000
VIF 1.027 1.052 1.017 1.048 1.019
Plot Sisaan vs Y Duga 1,0
Sisaan
0,5
0,0
-0,5
-1,0 0,5
1,0
1,5 Y Duga
2,0
2,5
Gambar 32. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda V Nilai Durbin Watson persamaan regresi linear berganda V sebesar 0.951223. Hal ini menunjukkan terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda V. Untuk menghilangkan autokorelasi digunakan metode Cochrane-Orcutt. Bentuk persamaan Y duga setelah dilakukan dilakukan metode Cochrane-Orcutt adalah : Produksi = 0.385 + 0.00943 umur tanaman + 0.00123 pupuk (18 BSP) – 0.00359 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.000637 curah hujan (6 BSP) - 0.00410 defisit air (24 BSP) Keterangan : Durbin Watson = 1.12342
93 Nilai Durbin Watson setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 1.12342. Hal ini berarti masih terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda. Perbandingan Y duga persamaan regresi linear berganda V sebelum dan setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt dapat dilihat pada Gambar 33. Hasil produksi (Y) duga Persamaan Regresi Linear Berganda V setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt mempunyai selisih yang lebih besar terhadap produksi aktual bila dibandingkan dengan hasil produksi (Y) duga persamaan regresi linear berganda V sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt. Oleh karena itu, pendugaan nilai produksi tetap menggunakan persamaan regresi linear berganda V sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt.
ton/ha
25 20 15 10 5 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Produksi Aktual
Produksi Duga V
Produksi Duga V*
Gambar 33. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda V Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt (Produksi Duga V = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sebelum Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt ; Produksi Duga V* = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sesudah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt).
94 Persamaan regresi linear berganda VI Bentuk persamaan regresi linear berganda keenam diperoleh dari kombinasi peubah umur tanaman, pemupukan (18 BSP), penyinaran matahari (18 BSP), curah hujan (6 BSP), defisit air (24 BSP), dan hari hujan (18 BSP). Bentuk persamaan yang diperoleh yaitu : Produksi = 3.15 + 0.00973 umur tanaman – 0.0163 pupuk (18 BSP) - 0.0164 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.00519 defisit air (24 BSP) - 0.0152 hari hujan (18 BSP). Tabel 33. Sidik Ragam untuk Persamaan Regresi Linear Berganda VI Sumber keragaman Regresi Galat Total
Db 5 66 71
JK 10.6989 13.2625 23.9614
KT 2.1398 0.2009
F 10.65
P 0.00
Hasil uji-F pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai p-value persamaan regresi linear berganda VI kurang dari
= 5%. Hal ini berarti bentuk persamaan
regresi linear berganda VI berpengaruh nyata terhadap hasil produksi aktual pada taraf 5 %. Perbandingan antara hasil produksi duga persamaan regresi linear berganda VI dengan produksi aktual dan budget produksi kebun disajikan pada Tabel 34. Sebagai ilustrasi perbandingan dapat dilihat pada Gambar 34. Nilai produksi duga kelapa sawit tahunan yang diperoleh dari persamaan regresi linear berganda VI menunjukkan hasil yang paling mendekati nilai produksi aktual bila dibandingkan dengan persamaan regresi liear berganda I, II, III, IV, dan V. Persamaan regresi linear berganda VI dapat digunakan untuk memperkirakan produksi satu tahun ke depan dengan melihat data umur tanaman, pemupukan, jumlah hari hujan dan penyinaran matahari 18 bulan sebelumnya, dan defisit air 24 bulan sebelumnya.
95 Tabel 34. Hasil Produksi Duga Persamaan Regresi Linear Berganda VI Produksi Aktual (a) 10.85 16.21 18.90 17.70 17.28 20.83
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Keterangan : Produksi Aktual Produksi Duga Budget Produksi Selisih 1 Selisih 2
25
Produksi Duga (b) 11.57 15.78 18.49 18.37 16.25 21.56
Selisih (1) (%) 6.60 -2.63 -2.16 3.76 -5.97 3.51
Budget Produksi (c) 10.97 13.91 16.86 20.21 20.38 22.00
Selisih (2) (%) 1.08 -14.19 -10.81 14.17 17.91 5.62
= Hasil produksi kebun (ton/ha) = Hasil persamaan regresi linear berganda VI (ton/ha) = Estimasi kebun (ton/ha) = (b-a): a x 100% = (c-a): a x 100%
Ton/ha
20 15 10 5 0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga
2008
2009
Budget Produksi
Gambar 34. Perbandingan Produksi Aktual, Produksi Duga, dan Budget Produksi Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk persamaan regresi linear berganda VI kurang dari 10 (Tabel 35). Hal ini menunjukkan tidak ada pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) yaitu multikolinearitas. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi MKT heterokedastis dapat dilihat pada plot sisaan vs Y duga pada Gambar 35. Plot sisaan vs Y duga tidak membentuk pola sehingga diagnosis pada persamaan regresi linear berganda VI tidak terdapat pelanggaran asumsi MKT untuk heterokedastisitas.
96 Tabel 35. Nilai P-Value,VIF dan Durbin Watson untuk Persamaan Regresi Linear Berganda VI 1.
2.
Prediktor Konstanta Umur tanaman Pupuk Penyinaran matahari Defisit air Hari hujan Durbin Watson
Koefisien 3.1499 0.009729 -0.016347 -0.016389 -0.005186 -0.01515 0.927576
P 0.000 0.001 0.017 0.000 0.002 0.188
VIF 1.297 1.031 1.029 1.313 1.549
Plot Sisaan vs Y Duga 1,0
Sisaan
0,5
0,0
-0,5
-1,0 0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
Y Duga
Gambar 35. Plot Sisaan vs Y Duga untuk Persamaan Regresi Linear Berganda VI Nilai Durbin Watson persamaan regresi linear berganda VI sebesar 0.927576. Hal ini menunjukkan terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda VI. Untuk menghilangkan autokorelasi digunakan metode Cochrane-Orcutt. Bentuk persamaan Y duga setelah dilakukan dilakukan metode Cochrane-Orcutt adalah : Produksi = 0.318 + 0.00994 umur tanaman + 0.00096 pupuk (18 BSP) - 0.00360 penyinaran matahari (18 BSP) – 0.00387 defisit air (24 BSP) - 0.00375 hari hujan (18 BSP). Keterangan : Durbin Watson = 1.11242
97 Nilai Durbin Watson setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 1.11242. Hal ini berarti masih terdapat autokorelasi positif pada persamaan regresi linear berganda. Perbandingan Y duga Persamaan Regresi Linear Berganda VI sebelum dan setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt dapat dilihat pada Gambar 36.
25
ton/ha
20 15 10 5 0 2004
2005
Produksi Aktual
2006
2007
Tahun Produksi Duga VI
2008
2009
Produksi Duga VI*
Gambar 36. Perbadingan Produksi Aktual, Persamaan Regresi Linear Berganda VI Sebelum dan Setelah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt (Produksi Duga VI = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sebelum Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt ; Produksi Duga VI* = Produksi Duga Hasil Persamaan Regresi Linear Berganda Sesudah Dilakukan Metode Cochrane-Orcutt) Hasil produksi (Y) duga persamaan regresi linear berganda VI setelah dilakukan metode Cochrane-Orcutt mempunyai selisih yang lebih besar terhadap produksi aktual bila dibandingkan dengan hasil produksi (Y) duga persamaan regresi linear berganda VI sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt. Oleh karena itu, untuk menentukan nilai produksi duga tetap menggunakan persamaan regresi linear berganda VI sebelum dilakukan metode Cochrane-Orcutt.
98 Penggunaan Model Peramalan
Bentuk persamaan regresi linear berganda VI merupakan model yang paling akurat untuk meramal produksi tahunan kelapa sawit bila dibandingkan dengan bentuk persamaan regresi linear berganda I-V. Pada bentuk persamaan regresi linear berganda VI ini, produksi kelapa sawit ditentukan oleh umur tanaman, pemupukan pada 18 bulan sebelum panen (BSP), penyinaran matahari pada 18 BSP, hari hujan pada 18 BSP, dan defisit air pada 24 BSP. Rata-rata umur tanaman kelapa sawit di Angsana Estate pada tahun 20042009 adalah 5-11 tahun dimana produksi kelapa sawit akan terus meningkat seiring dengan peningkatan umur tanaman. Lama penyinaran matahari yang optimal (5.5-6 jam/hari atau 65-75%) dapat mendorong peningkatan intentitas cahaya hingga 240 J m-2 detik-1 sehingga terjadi peningkatkan laju fotosintesis yang pesat. Peningkatan laju fotosintesis meningkatkan suplai asimilat yang dihasilkan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil tandan kelapa sawit. Hari hujan berkaitan dengan proses penyerbukan tandan dan peluang terjadinya defisit air. Hari hujan yang terlalu tinggi (> 20 hari/bulan) dan sering terjadi pada siang hari dapat mengurangi lama penyinaran matahari dan mengganggu aktivitas penyerbukan oleh Elaeidobius kamerunicus. Selain itu, Jumlah hari hujan yang rendah dapat menyebabkan terjadinya defisit air pada bulan tersebut. Defisit air pada tanaman kelapa sawit menunjukkan bahwa tanaman tidak mampu memperoleh air yang cukup untuk mempertahankan integritas sel dan aktivitas metabolisme jaringan tanaman. Kekurangan air mengakibatkan jaringan tanaman tidak dapat mempertahankan jumlah air dalam sel dan tekanan turgor sel untuk tumbuh, penyerapan unsur hara dari dalam tanah berkurang, proses-proses fisiologi dan distribusi asimilat terganggu, dan hasil fotosintesis menurun. Penyerapan air melalui akar pada kondisi curah hujan yang cukup (tidak terjadi defisit air), dapat diikuti oleh penyerapan unsur hara untuk aktivitas metabolisme dan pertumbuhan jaringan tanaman. Pada musim kering, penyerapan air sangat terbatas atau terhenti sehingga penyerapan unsur hara juga sangat
99 terbatas. Proses pertumbuhan jaringan membutuhkan berbagai hara yang diserap dari tanah antara lain: N sebagai komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tanaman, misalnya asam-asam amino; P berperan dalam proses transfer energi sebagai penyusun ADP/ATP,
memperkuat
batang, dan
meningkatkan mutu buah; K berperan dalam pengaturan osmotik sel, aktivasi enzim, pengangkutan hasil fotosintesis, serta berpegaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan; Mg berperan dalam pembentukan klorofil; dan B berperan dalam translokasi glukosa antar sel. Dengan demikian, aktivitas metabolisme dan proses pertumbuhan sel terhambat yang kemudian menyebabkan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan terhambat. Pada tanaman kelapa sawit dicerminkan pada kondisi daun tombak tidak membuka dan pertumbuhan pelepah yang terhambat. Selain itu, defisit air yang terjadi pada 24 bulan sebelum panen (fase diferensiasi seks) menyebabkan perkembangan bunga cenderung membentuk bunga jantan. Seluruh asumsi dalam persamaan regresi linear berganda VI terpenuhi kecuali masalah autokorelasi. Meskipun demikian, hasil produksi duga (Y) yang dihasilkan masih tetap akurat. Juanda (2009) menyatakan bahwa apabila asumsi dalam model regresi linear berganda terpenuhi, kecuali masalah autokorelasi, maka mengakibatkan dugaan parameter koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil (MKT): 1) masih tetap tidak bias, artinya rata-rata atau nilai harapan dari dugaan koefisiennya sama dengan nilai sebenarnya; 2) masih konsisten, artinya dugaan makin mendekati nilai sebenarnya (parameter koefisien) jika ukuran contoh makin besar; 3) mempunyai standar error yang bias ke bawah, atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya sehingga statistik uji-t tinggi (overestimate). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Lubis (2009) menggunakan Aplikasi metode pemulusan eksponensial ganda dari Brown untuk peramalan produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III. Hasil peramalan menunjukkan pola data yang linear yaitu hasil produksi terus meningkat atau menurun secara linear. Peramalan produksi kelapa sawit juga dilakukan oleh Prasetyo (2009) dengan melakukan analisis hubungan curah hujan dan produksi kelapa sawit dengan model Fungsi Transfer di salah satu perkebunan kelapa sawit PT. Astra Agro Lestari, Kumai, Kalimantan Tengah. Hasil peramalan dengan
100 model fungsi transfer mendekati data aktual untuk dua bulan pertama dan empat bulan terakhir, namun selisih produksi aktual (tahunan) dengan hasil peramalan sebesar 22%. Persamaan regresi linear berganda VI dapat digunakan untuk meramal produksi tahunan kelapa sawit di Angsana Estate untuk tanaman umur 5-11 tahun dengan menjumlahkan hasil ramalan produksi bulanan pada tahun tersebut. Kekurangan persamaan regresi linear berganda VI yaitu tidak dapat digunakan untuk meramal produksi bulanan karena nilai produksi duga bulanan yang dihasilkan belum akurat. Penggunaan persamaan regresi linear berganda VI untuk meramal produksi tanaman kelapa sawit pada umur >11 tahun masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena pada umur 12 tahun produksi tanaman kelapa sawit cenderung konstan kemudian mulai mengalami penurunan pada umur 14-25 tahun. Bentuk persamaan regresi linear berganda VI mempunyai potensi untuk meramal produksi kelapa sawit pada wilayah perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kota Baru dengan kultur teknis kelapa sawit yang optimal dan jenis tanah atau kondisi kelas kesesuaian lahan yang mirip dengan Angsana Estate. Hal ini dikarena data iklim yang digunakan dalam pembuatan model ini adalah data iklim Kabupaten Tanah Bumbu dan Kota Baru. Potensi penggunaan model peramalan untuk wilayah lebih luas dapat dilakukan apabila wilayah tersebut mempunyai kondisi iklim yang hampir sama.
101
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik budidaya serta manajerial mahasiswa sehingga dapat memahami kegiatan kerja secara nyata dalam proses produksi tanaman kelapa sawit. Dengan mengikuti dan melakukan kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, mahasiswa dapat mengetahui relevansi dan keterkaitan antara proses pendidikan dengan dunia kerja. Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa faktor iklim memegang peranan penting dalam produksi kelapa sawit. Kelembaban udara pada 6 bulan sebelum panen (BSP), penyinaran matahari pada 18 BSP, curah hujan pada 6 BSP, hari hujan pada 18 BSP, defisit air pada 0 BSP dan 24 BSP, serta umur tanaman dan pemupukan termasuk dalam faktor utama penentu produksi kelapa sawit. Untuk meramal produksi tahunan kelapa sawit umur 5-11 tahun, dapat menggunakan persamaan regresi linear berganda VI dengan melihat data umur tanaman, pemupukan, jumlah hari hujan dan penyinaran matahari 18 BSP, dan defisit air 24 (BSP).
Saran Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui potensi penggunaan model peramalan pada wilayah perkebunan yang lebih luas dengan mengambil sampel kebun yang lebih banyak. Selain itu, juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan sebaran produksi bulanan yang lebih akurat.
102
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, M. R., N. Awar, dan M.M. Siahaan. 1991. Penilaian kandungan mineral primer mudah lapuk pada perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara. Buletin Perkebunan Medan. 22 (1) : 51-64 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu. 2007. Keadaan Umum Geografis Wilayah Kecamatan Angsana. http://tanahbumbukab.bps.go.id . [Diakses 28 Juli 2010] Corley, R. H. V., dan B. S. Gray. 1976. Yield and yield component, p. 77-85. In R. H. V. Corey, J. J. Hardon, and B. J. Wood (Eds). Oil Palm Research. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam. Departemen Riset Minamas Plantation. 2010. Kajian terhadap Trend Penurunan Persentase Oil Extraction Rate pada Kwartal III, periode 2009-2010 di Area Kalsel. Departemen Riset Minamas Plantation. Banjarmasin. 39 hal. Departemen Riset Minamas Plantation. 2006. Survei Tanah Semi Detil di Kebun Angsana PT. Ladangrumpun Suburabadi. Departemen Riset Minamas Plantation. Banjarmasin. 21 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 65 hal. Harahap, I.Y., Winarna, dan E.S. Sutarta. 2007. Produktivitas tanaman kelapa sawit tinjauan dari aspek tanah dan iklim, hal. 246-268. Dalam W. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. 240 hal. Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia, Edisi 2. Pusat Penelitian Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar. 362 hal. Lubis, E. M. 2009. Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda dari Brown untuk Peramalan Produksi Kelapa Sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III Tahun 2010 dan 2011. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 65 hal. Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2007. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 608 hal. Manual Referensi Agronomi. 2004. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation. Jakarta. 600 hal.
103 Manual Referensi Agronomi. 2008. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation. Jakarta. 738 hal. Makridatis, S., S. C. Wheelwright, dan V. E. McGee. 1995. Metode dan Aplikasi Peramalan. (terjemahan dari : Method and Estimation Aplication). Penerjemah : U. S. Andriyanto, A. Basith. Erlangga. Jakarta. 532 hal Minamas Research Centre. 2009. Materi Pelatihan Leaf sampling unit. Minamas Plantation. Jakarta. 10 hal. Mirer, T. W. 1990. Economic Statistics and Econometrics. Second Edition. The Macmillan Publ. Co., Inc. New York. 400 p. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Poeloengan, Z., M. L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E. S. Sutarta. 2007. Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit, hal. 65-78. Dalam W. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 140 hal. Prasetyo, E. I. 2009. Analisis Hubungan Curah Hujan dan Produksi Kelapa Sawit dengan Model Fungsi Transfer. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal. Siregar, H.H., N. H. Darian, T.C. Hidayat, W. Darmosakoro, dan I.Y. Harahap. 2006. Hujan sebagai Faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 42 hal. Sutarta, E. S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2007. Peranan unsur hara dan sumber hara pada pemupukan kelapa sawit, hal. 79-90. Dalam W. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
104
LAMPIRAN
105 Lampiran 1. Potensi Produksi Kelapa Sawit Umur 3-25 Tahun pada Setiap Kelas Kesesuaian Lahan Umur (tahun) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Rerata
KKL 1 TBS 9.00 15.00 18.00 21.10 26.00 30.00 31.00 31.00 31.00 31.00 31.00 30.00 27.90 27.10 26.00 24.90 24.10 23.10 21.90 19.80 18.90 18.10 17.10 24.00
BJR 3.20 6.00 7.50 10.00 12.50 15.10 17.00 18.50 19.60 20.50 21.10 22.50 23.00 24.50 25.00 26.00 27.50 28.50 29.50 30.00 30.50 31.90 32.40 20.90
KKL 2 TBS 7.30 13.50 16.00 18.50 23.00 25.50 28.00 28.00 28.00 28.00 28.00 27.00 26.00 25.50 24.50 23.50 22.50 21.50 21.00 19.00 18.00 17.00 16.00 22.00
BJR 3.10 5.90 7.10 9.40 11.80 13.20 16.50 17.50 18.50 19.50 20.00 20.50 21.80 23.10 24.10 25.20 26.40 27.80 28.60 29.40 30.10 31.00 32.00 20.10
Keterangan : KKL = Kelas Keseuaian Lahan TBS = Tandan Buah Segar (ton/ha/tahun) BJR = Berat Janjang Rata-rata (kg/tandan)
Sumber : Lubis, 2008
KKL 3 TBS 6.20 12.00 14.50 17.00 22.00 24.50 26.00 26.00 26.00 26.00 26.00 25.00 24.50 23.50 22.00 21.00 20.00 19,00 18.00 17.00 16.00 15.00 14.00 20.00
BJR 3.00 5.30 6.70 8.50 10.00 12,70 15.50 16.00 17.40 18.50 19.50 20.00 20.60 21.80 23.00 24.20 25.50 26.60 27.40 28.40 29.40 30.40 31.20 19.20
106
Lampiran 2. Faktor-Faktor Teknik Budidaya yang Mempengaruhi Hasil Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit No. 1
2 3 4 5 6
7
8 9 10
11
12
13
14
15
Faktor-faktor teknik budidaya Estimasi Pengaruh terhadapTBS Kesalahan pemancangan (datar dan -11% kontur) menyebabkan kesalahan (selama periode 3 tahun) jumlah pohon perha Pengaruh tidak adanya PTK (LCC) -16 ton terhadap produksi Pengaruh penanaman tanpa pemadatan -12% di areal gambut Penanaman tanpa teras pada areal -20% dengan kemiringan lereng lebih dari 60 Masa panen terlambat 6 bulan Penanaman terkontaminasi dengan -8% OER (dibanding Tenera) Dura Akibat tidak terkendalinya gulma -21% Mikania terhadap produksi pada sawit muda (hasil kumulatif 4,75 tahun) Akibat tidak terkendalinya gulma Ischaemum terhadap produksi pada tahun 1 -16% 2 -33% 3 -32% Akibat kesalahan pemupukan terhadap -13% produksi TBS Akibat aplikasipemupukan yang tidak Minimum -3% sampai -5% disebar merata dipiringan (rerata 15 percobaan) Aplikasi pemupukan dilakukan saat Unsur hara yang hilang akibat terbawa curah hujan tinggi oleh air (%pupuk yang diberikan) N P K Mg 11 3 5 6 Akibat pemberian janjangan kosong +20% tahun tanam tahun panen pertama tanaman belum menghasilkan (TBM) + 8% pada tahun kedua masa panen lebih cepat Pengaruh pemberian janjangan kosong 17% pada tanaman menghasilkan (TM) (rerata 4 tahun) Pengaruh aplikasi limbah cair pabrik 29% kelapa sawit kelapa sawit dibandingkan pupuk anorganik Akibat aplikasi limbah cair pabrik 23% kelapa sawit (sistem Flatbed) terhdap produksi Akibat aplikasi limbah cair pabrik 22% kelapa sawit yang diperkaya dengan usur suplemen kering ditambah unsur hara dibandingkan pemberian NPK (rerata 3 tahun)
107 Lampiran 2. (Lanjutan) No. 16
17
18 19 20 21
22
23
24 25
26
27
28
Faktor-faktor teknik budidaya Pengaruh kurangnya usaha mempertahankan usaha jumlah pohon produktif untuk setiap 5 pohon tidak produktif/ha (berdasarkan kerapatan 138 tanaman/ha) Tindakan pemangkasan pelepah daun (pruning) yang berlebihan
Pengaruh terlambatnya penanggulanagan ulat pemakan daun Pengaruh kerusakan oleh Oryctes terhadap produksi Pengaruh tidak terkendalinya gangguan hama tikus Pengaruh serangan ganoderma terhadap hasil produksi TBS/ tanama yang terserang Akibat penyerbukan kurang sempurna terhadappembentukan buah,OER, dan KER Akibat teknik atau cara pemanenan kedisiplinan pengumpulan brondolan dan mutu supervisi Pengaruh buah mentah dipanen Memperpanjang interval panen lebih 15 hari Kekurangan air selama musim kemarau disertai pengelolaan air yang buruk Potensi produksi kelapa sawit
Akibat seleksi bibit yang kurang tepat dan pengaruh tanaman kerdil terhadap produksi (kerapatan tanam=138 pk/ha)
Estimasi Pengaruh terhadapTBS Kerugian produksi sebesar 1 ton/ha/tahun
-25% (kg/ha/th) -peningkatan aborsi bunga -menghambat pembungaan betina -hasil panen berkurang lebih dari 25% sekitar 2 tahun setelah pruning berlebihan -40% (selama 2 tahun berikutnya) Tahun panen Ke-2 -50%; ke-3 -31%; ke-4 -42% -7 sampai 10% dari produksi CPO -46% sampai -100%
-3 sampai -4% OER 1,5 % KER 28% kegagalan pembentukan bunga Minimum -15% dari potensi tanaman -4% OER -4% OER Lebih dari 17% buah membrondol Lebih dari 5% asam lemak bebas DOBI rendah Tahun n+1 tahun n+2 -8 sampai -10% -3 sampai -4% Hasil TBS (ton/ha/tahun) Secara teoris Hasil eksperimen Areal komersial terpelihara dengan baik kisaran produksi nasional
Tanaman kerdil (Umur) 5 10 15 20
44 39 30 14-27
Kerugian produksi (ton/ha/tahun) 0.96 1.92 2.88 3.84
108 Lampiran 2. (Lanjutan) No. 29
30
31 32
Faktor-faktor teknik budidaya pengaruh terlambatnya pemindahan bibit di pembibitan yang berakibat pada hasil panen tahun ke-1 dan 2 Pengaruh terlambatnya penanaman di lapangan (bibit etiolasi) terhadap produksi tahun ke-1 dan 2 Pengaruh rendahnya radiasi global Pengaruh standar cara penanaman yang kurang tepat saat penanaman di lapangan terhadap produksi awal
Estimasi Pengaruh terhadapTBS -40%
-15%
-2% OER -65% (panen 1-3 tahun pertama)
109 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi Prestasi Kerja (satuan/HK) Karyawan Standar Kebun -
Tanggal
Uraian Kegiatan
15/02/2010
Tiba
Penulis -
Lokasi
16/02/2010
Orientasi kantor
-
-
-
Kantor Besar
17/02/2010
Orientasi kebun
-
-
-
D21-D23
P. Eko
18/02/2010
Cutter
1 ha
3 ha
3 ha
C14-C20
P. Eko
19/02/2010
Cutter
1 ha
3.1 ha
3 ha
B14-B19
P. Eko
20/02/2010
Cutter
1.5 ha
3.5 ha
3 ha
A14-A19
P. Eko
21/02/2010
Libur
-
-
-
-
22/02/2010
Pengarahan magang
-
-
-
Kantor Divisi 3
P. Iwan N.
23/02/2010
Pembuatan Raker
-
-
-
Kantor Divisi 3
P. Iwan N.
24/02/2010
Pemanenan
Observasi
3 ha
3 ha
C/D21-23
P. Eko
25/02/2010
Pemanenan
Observasi
2.6 ha
3 ha
C14-C18
P. Eko
26/02/2010
Libur
-
-
-
-
27/02/2010
Pemanenan
Observasi
3.5 ha
3 ha
B14-B18, C19-C20
28/02/2010
Libur
-
-
-
-
01/03/2010
Cutter
1.5 ha
3.2 ha
3 ha
B18-B21
P. Eko
02/03/2010
Cutter
1.5 ha
2.6 ha
3 ha
B21-B23
P. Eko
03/03/2010
Cutter
1.5 ha
2.5 ha
3 ha
A14-A17
P. Eko
-
Penanggung Jawab P. Syahnan
-
P. Eko -
109
110 Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal
Uraian Kegiatan
04/03/2010
Picker
Prestasi Kerja (satuan/HK) Penulis Karyawan Standar Kebun 176 kg 300 kg 225 kg
05/03/2010
Picker
200kg
312 kg
06/03/2010
Picker
200 kg
07/03/2010
Libur
08/03/2010
Lokasi
Penanggung Jawab
A18-A19, A017- A018
P. Eko
225 kg
C/D21-23
P. Eko
400 kg
225 kg
C14-C19
P. Eko
-
-
-
-
Kerani Panen
Observasi
-
-
B14-B18
P. Fitri
09/03/2010
Kerani Panen
Praktik
-
-
B19-B23
P. Fitri
10/03/2010
Kerani Panen
Praktik
-
-
A14-A19
P. Fitri
11/03/2010
Kerani Panen
0
-
0
Praktik
-
-
A 17-A 18
P. Fitri
12/03/2010
Kerani Transport
Observasi
-
-
D/C21-23
P. Sarwono
13/03/2010
Kerani Transport
Praktik
-
-
C14-C19
P. Sarwono
14/03/2010
Libur
-
-
-
-
-
15/03/2010
Kerani Transport
Praktik
-
-
B14-B19
-
16/03/2010
Libur
-
-
-
-
-
18/03/2010
Kerani Transport
Praktik
-
-
B18-B2
P. Sarwono
24/03/2010
Pengamatan
-
-
-
C23
P. Iwan N
0
29/03/2010
Analisis vegetatif
5 plot
5 plot
6 plot
A 35
P. Iwan N
30/03/2010
LSU
Orientasi
-
-
D21
P. Iwan N
31/03/2010
Pratek LSU
30 TS
30 TS
30 TS
A017-19
P. Iwan N
110
111 Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja (satuan/HK) Penulis Karyawan Standar Kebun 30 TS 30 TS 30 TS
A014-16
P. Iwan N
Aplikasi janjang kosong
15 titik
38 titik
15
A17-A18
P. Sugiarto
07/04/2010
Aplikasi janjang kosong
15 titik
35 titik
15
A18
P. Sugiarto
08/04/2010
Aplikasi effluent
Orientasi
-
-
D19
P. Kusno
09/04/2010
Aplikasi effluent
7 jam
7 jam
7 jam
D18
P. Kusno
10/04/2010
Kunjungan kolam limbah
-
-
-
PKS
P. Kusno
11/04/2010
Libur
-
-
-
-
12/04/2010
Dok. SOP BHS RSPO
-
-
-
C/D21-23
P. Iwan N
13/04/2010
Dok. SOP BHS RSPO
-
-
-
C14-C19
P. Iwan N
14/04/2010
Gawangan chemist
2 ha
3 ha
3 ha
B32
15/04/2010
Dok. SOP BHS RSPO
-
-
-
A33-34
16/04/2010
Gawangan chemist
1,3 ha
2,6 ha
3 ha
A34-A35
18/04/2010
Libur
-
-
-
-
19/04/2010
Kerani Panen
-
-
-
C20-C23
21/04/2010
Piringan chemist
2 ha
5 ha
5 ha
A30
22/04/2010
Dok. SOP BHS RSPO
-
-
-
A29-30
25/04/2010
Libur
-
-
-
-
29/04/2010
Pemupukan
200 kg
660 kg
600 kg
D32
Tanggal
Uraian Kegiatan
01/04/2010
Pratek LSU
06/04/2010
Lokasi
Penanggung Jawab
-
P. Farid P. Iwan N P. Farid P. Fitri P. Rasyid P. Iwan P. Herman
111
112 Lampiran 3. (Lanjutan) Prestasi Kerja (satuan/HK) Karyawan Standar Kebun 30 TS 30 TS
Tanggal
Uraian Kegiatan
01/05/2010
Sensus hama
Penulis 30 TS
02/05/2010
Libur
-
-
-
-
03/05/2010
Sensus hama
30 TS
30 TS
30 TS
D36-38
Penanaman beneficial
180 bibit
180 bibit
180 bibit
collection road A/B 15-
11/05/2010
12/05/2010 15/05/2010
180 bibit
180 bibit
180 bibit
B. Lilis B. Lilis P. Sugiono
collection road D/C 19-
P. Sugiono
20
plant Tunas pasar
C29-31
Penanggung Jawab
20
plant Penanaman beneficial
Lokasi
2 colection road
2 colection road
1 colection road
A14-15/15-16
P. Sugiono
112
113 Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi Tanggal
Uraian Kegiatan
17/03/2010
Mandor panen
Jml KH yang Diawasi 24 orang
Prestasi Kerja (satuan/HK) Luas Areal yang Lama Kegiatan Diawasi (ha) (jam) 40 7
Lokasi
Penanggung Jawab
B14-B17
P. Tukijo
0
19/03/2010
Demo Kenlon
-
-
-
A 20
P. Iwan N.
20/03/2010
Mandor panen
24 orang
60
7
D/C21-23
P. Tukijo
21/03/2010
Libur
-
-
-
-
22/03/2010
Mandor panen
24 orang
50
7
C14-C18
P. Eko
23/03/2010
Mandor panen
24 orang
60
7
B14-B19
P. Eko
25/03/2010
Mandor panen
24 orang
58
7
A14-19
P. Eko
26/03/2010
Mandor 1
18 orang
32
7
A17
27/03/2010
Mandor panen
24 orang
60
7
C/D23-21
28/03/2010
Libur
-
-
-
-
03/04/2010
Mandor BTP
5 orang
30
7
A20
04/04/2010
Libur
-
-
-
-
05/04/2010
Mandor BTP
5 orang
30
7
-
P. Syahril S.
P. Sugiarto -
A20 0
P. Eko
P. Sugiono 0
17/04/2010
Mandor Panen
22 orang
22
7
A 14-A 15
P. Eko
20/04/2010
Gawangan chemist
15 orang
27
7
A31
P. Farid
23/04/2010
Kalibrasi nozel
-
-
-
Station BSS
P. Rasid
24/04/2010
Piringan chemist
13 orang
30
7
C26
P. Rasid
26/04/2010
Gawangan chemist
13 orang
29
7
D33
P. Farid
113
114 Lampiran 4. (Lanjutan) Tanggal
Uraian Kegiatan
27/04/2010
Pemupukan
Jml KH yang Diawasi 18 orang
Prestasi Kerja (satuan/HK) Luas Areal yang Lama Kegiatan Diawasi (ha) (jam) 36 7
Lokasi
Penanggung Jawab
A032
P. Herman
0
P. Herman
28/04/2010
Pemupukan
18 orang
32
7
A 31
30/04/2010
Pengambilan data skunder
-
-
-
Kantor besar
04/05/2010
Pengamatan
-
-
-
Labratorium PKS
P. Imam
05/05/2010
Pengamatan
-
-
-
Labratorium PKS
P. Iwan N.
06/05/2010
Pengamatan
-
-
-
Labratorium PKS
P. Iwan N.
07/05/2010
Pengamatan
-
-
-
Labratorium PKS
P. Iwan N.
08/05/2010
Pengamatan
-
-
-
Labratorium PKS
P. Iwan N.
09/05/2010
Libur
-
-
-
-
10/05/2010
Supervisi dept. TQEM
-
-
-
B19-21
P. Iwan N.
13/05/2010
Pembuatan evaluasi
-
-
-
Kantor divisi
P. Iwan N.
14/05/2010
Kastrasi
12 orang
30
7
B33/B32
-
-
P. Al Isa A.
114
115 Lampiran 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Angsana Estate, PT. Ladangrumpun Suburabadi Prestasi Kerja (satuan/HK) Luas Areal yang Lama Kegiatan Diawasi (ha) (jam) -
Tanggal
Uraian Kegiatan
16/05/2010
libur
Jml Mandor yang Diawasi -
Lokasi
17/05/2010
Pengambilan data sekunder
-
-
-
Kantor Besar
P. A.Isa Almasih
18/05/2010
Analisis data sekunder
-
-
-
Kantor Besar
P. A.Isa Almasih
19/05/2010
Analisis data sekunder
-
-
-
Kantor Besar
P. A.Isa Almasih
20/05/2010
Analisis data sekunder
-
-
-
Kantor Besar
P. A.Isa Almasih
-
0
Penanggung Jawab -
21/05/2010
Scout harvesting
1
60
7
A 30/B32
P. A.Isa Almasih
22/05/2010
Scout harvesting
1
48
7
B30-B31
P. A.Isa Almasih
23/05/2010
libur
-
-
-
-
24/05/2010
JJK
1
31
7
B29
P. A.Isa Almasih
25/05/2010
JJK
1
31
7
B29
P. A.Isa Almasih
26/05/2010
Piringan chemist
1
18
7
A029
P. A.Isa Almasih
27/05/2010
Gawangan Chemist
1
18
7
A029
-
28/05/2010
libur
-
-
-
-
-
29/05/2010
libur
-
-
-
-
-
30/05/2010
BTP
1
32
7
A031
P. A.Isa Almasih
31/05/2010
Rawat TPH
1
23
7
A028
P. A.Isa Almasih
01/06/2010
Analisis data penelitian
-
-
-
Kantor Besar
P. A.Isa Almasih
02/06/2010
libur
-
-
-
-
-
115
116
Lampiran 5. (Lanjutan) Prestasi Kerja (satuan/HK) Jml Mandor Luas Areal yang Lama Kegiatan yang Diawasi Diawasi (ha) (jam) -
Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
Penanggung Jawab
03/06/2010
Kerani divisi
Kantor Besar
P. Mahmudi
04/06/2010
Kerani divisi
-
-
-
Kantor Besar
P. Mahmudi
05/06/2010
Kerani divisi
-
-
-
Kantor Besar
P. Mahmudi
06/06/2010
libur
-
-
-
-
07/06/2010
Kerani divisi
-
-
-
Kantor Besar
P. Mahmudi
08/06/2010
Kerani divisi
-
-
-
Kantor Besar
P. Mahmudi
09/06/2010
Evaluasi magang
-
-
-
Kantor GM
P. Iwan D.
10/06/2010
Laporan magang
-
-
-
Kantor Besar
P. Agus S.
11/06/2010
Laporan magang
-
-
-
Kantor Besar
P. Agus S.
12/06/2010
Pengamatan
-
-
8
B14-B18
P. Iwan N
13/06/2010
Libur
-
-
-
-
14/06/2010
Administrasi kantor
-
-
7
Kantor Besar
15/06/2010
Kembali ke Bogor
-
-
-
-
-
P. Agus -
116
117
Lampiran 6. Peta Area Angsana Estate
118 Lampiran 7. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Angsana Estate Tahun 1999-2009 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember TOTAL RATA-RATA BB BK
1999 HH 15 17 12 7 13 7 10 5 9 14 11 17 137 11
CH 294 237 121 138 458 104 120 101 246 232 192 159 2402 200
2000 HH 16 12 12 6 7 16 12 15 8 11 16 9 140 12
12 0
CH 318 173 191 138 128 465 295 122 185 99 235 127 2476 206 12 0
2001 HH 11 12 18 10 6 2 4 0 9 6 10 13 101 8
CH 140 119 280 104 83 14 55 0 188 130 118 267 1498 125 8 3
2002 HH 11 19 11 13 8 14 2 2 0 2 8 14 104 9
CH 164 384 121 282 242 521 22 32 0 22 88 269 2147 179 7 4
Tahun 2004
2003 HH 13 13 15 12 4 7 4 2 3 11 9 16 109 9
CH 367 343 222 193 45 75 48 47 212 360 223 443 2578 215
HH 16 12 10 10 4 6 12 0 3 3 6 11 93 8
8 3
CH 389 299 178 242 165 57 379 0 56 94 119 200 2178 182 8 3
2005 HH 9 18 19 18 15 6 8 12 2 12 8 12 139 12
2006
CH 157 379 466 310 363 76 178 141 19 197 111 146 2543 212 10 1
HH 11 8 11 10 8 19 1 2 2 1 6 12 91 8
CH 86 106 219 230 79 823 12 5 7 3 83 221 1874 156 5 4
2007 HH 15 20 19 21 13 20 20 8 9 7 13 15 180 15
CH 167 345 320 560 257 583 478 230 122 89 239 104 3494 291 11 0
2008 HH 15 14 15 19 15 12 16 24 9 14 13 9 175 15
2009
CH 130 148 187 362 313 279 388 466 312 375 196 93 3249 271
HH 11 14 11 7 6 3 2 1 0 7 12 9 83 7
11 0
8 3
Sumber : Kantor Besar ASE, 2010
Keterangan : CH
: Curah Hujan (mm)
Q=
HH
: Hari Hujan
Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson
BB
: Bulan Basah (>100 mm)
Termasuk tipe iklim B (basah)
BK
: Bulan Kering (<60 mm)
Tipe iklim A = 0.5% - 14.3%, iklim B = 14.3% - 33.3%
CH 198 148 211 163 177 78 36 10 0 256 304 376 1957 163
x 100% = 21%
118
119
Legenda
Lampiran 8. Satuan Peta Lahan Angsana Estate 119
120
120
PT. LADANGRUMPUN SUBURABADI - ANGSANA ESTATE PETA AREAL STATEMENT
LEGENDA
3
Keterangan
Ke MTE, KKPA 3
Div I
Div II
Div III
-
332
298
630
Tahun Tanam 1998
482
494
629
1,605
Tahun Tanam 1999
19
-
168
187
1. TM Tahun Tanam 1996
Total
A Pondok PKS PKS ASF
DIVISI - 1
Tahun Tanam 2000 - 3 Emplasemen Utama
DIVISI - 2
2
3 Pondok Afd I dan II
-
-
Sub Total TM 2. TBM Tahun Tanam 2006
501
826
271
-
Tahun Tanam 2007
182
-
-
182
Tahun Tanam 2008
37
-
-
37
Sub Total TBM
490
-
37
3. Tanaman Baru TOTAL AREAL DITANAM
-
-
991
826
4. LC Total lc
-
5. Pabrik
-
-
6. Areal Prasarana a. Emplasemen b. Jalan dan Jembatan c. Lain-lain Total Areal Prasarana
7 27 34
7. Bukit, Sungai dan Lembah 8. Areal Yang Mungkin Bisa Ditanam a. Cadangan b. Okupasi Total Areal Perluasan GRAND TOTAL
46 1 071
84
84
1 179
2 506
37
308
527
-
-
1 216
3 033
-
-
-
-
-
-
9 23 32 858
52
52
16 37 53
32 87 119
-
46
1 321
3 250
Lampiran 9. Peta Areal Statment Angsana Estate 120
121 U
Keterangan :
: Seksi A
: Seksi C
: Seksi E
: Seksi B
: Seksi D
: Seksi F
Lampiran 10. Peta Seksi Panen di Angsana Estate 121
122
Lampiran 11. Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Angsana Estate Tahun 2004-2009
Bulan
Produksi (ton) Januari 3 468 Februari 2 579 Maret 2 631 April 3 041 Mei 3 485 Juni 2 856 Juli 1 985 Agustus 1 532 September 1 420 Oktober 1 452 November 1 279 Desember 1 221 TOTAL 26 953 Sumber Keterangan
2004 BJR Produktivitas Produksi (kg) (ton/ha) (ton) 5.26 1.40 1 371 6.86 1.04 2 095 6.07 1.06 2 702 6.40 1.22 4 657 7.46 1.40 4 943 7.12 1.15 4 296 7.98 0.80 3 220 8.42 0.62 2 702 8.43 0.57 2 693 8.66 0.58 3 691 9.14 0.52 3 812 9.62 0.49 4 108 7.01 10.85 40 294
TAHUN 2005 BJR Produktivitas Produksi (kg) (ton/ha) (ton) 9.91 0.55 3 753 10.00 0.84 3 511 10.44 1.09 5 672 9.63 1.87 6 052 9.63 1.99 6 388 9.14 1.73 6 071 8.38 1.30 4 503 8.83 1.09 2 895 9.81 1.08 2 115 1.,57 1.49 1 591 10.07 1.53 2 362 10.79 1.65 2 069 9.72 16.22 46 982
2006 BJR Produktivitas (kg) (ton/ha) 10.07 1.51 12.21 1.41 12.09 2.28 11.38 2.44 12.10 2.57 12.20 2.44 12.35 1.81 11.73 1.17 11.71 0.85 11.79 0.64 12.53 0.95 14.79 0.83 11.92 18.91
: Kantor Besar ASE : BJR : Berat Janjang Rata-rata (kg)
122
123
Lampiran 1. (Lanjutan)
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
Produksi (Ton) 2 903 3 174 3 842 4 052 4 988 4 964 4 508 2 580 2 039 2 720 4 100 4 067 43 937
Sumber Keterangan
2007 BJR Produktivitas (Kg) (Ton/Ha) 15.25 1.17 14.99 1.28 14.57 1.55 13.40 1.63 11.52 2.01 12.44 2.00 12.33 1.81 12.13 1.04 14.79 0.82 12.26 1.10 13.47 1.65 13.70 1,64 13.16 17.69
Produksi (Ton) 4 875 3 187 3 930 4 474 4 755 5 935 5 719 3 445 1 913 2 020 1 373 1 351 42 977
TAHUN 2008 BJR Produktivitas (Kg) (Ton/Ha) 15.18 1.96 16.41 1.28 15.88 1.58 15.72 1.80 15.37 1.91 16.40 2.39 15.18 2.30 15.36 1.39 15.26 0.77 15.70 0.81 17.16 0.55 19.38 0.54 15.78 17.30
Produksi (Ton) 1 687 2 115 3 083 4 110 5 244 6 392 6 261 4 989 3 757 5 012 4 704 4 671 52 023
2009 BJR Produktivitas (Kg) (Ton/Ha) 22.38 0.68 23.80 0.85 23.91 1.24 21.40 1.65 19.18 2.11 18.91 2.57 17.62 2.50 15.64 1.99 13.52 1.50 14.02 2.00 14.28 1.88 15.45 1.86 17.12 20.84
: Kantor Besar ASE, 2010 : BJR : Berat Janjang Rata-rata (kg)
123
124
Lampiran 12. Neraca Air di Angsana Estate Tahun 2000-2009 Tahun 2000
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan CadanganAkhir (e) ((f)=©+(d)-(e) (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
..................................................................................mm.......................................................................................... 318 200 120 398 200 198
Januari
16
0
Februari
12
173
200
120
253
200
53
0
Maret
12
191
200
120
271
200
71
0
April
6
138
200
150
188
188
0
0
Mei
7
128
188
150
166
166
0
0
Juni
16
465
166
120
511
200
311
0
Juli
12
295
200
120
375
200
175
0
Agustus
15
122
200
120
202
200
2
0
September
8
185
200
150
235
200
35
0
Oktober
11
99
200
120
179
179
0
0
Nopember
16
235
179
120
294
200
94
0
Desember
9
127
200
150
177
177
0
0
Total
140
2 476
0
124
125
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2001
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan CadanganAkhir Drainase Air (e) ((f)=©+(d)-(e) (g) (h)
Defisit Air (i)
............................................................................mm........................................................................................... 140 177 120 197 197 0 0
Januari
11
Februari
12
119
197
120
196
196
0
0
Maret
18
280
196
120
356
200
156
0
April
10
104
200
150
154
154
0
0
Mei
6
83
154
150
87
87
0
0
Juni
2
14
87
150
-49
0
0
49
Juli
4
55
0
150
-95
0
0
95
Agustus
0
0
0
150
-150
0
0
150
September
9
188
0
150
38
38
0
0
Oktober
6
130
38
150
18
18
0
0
Nopember
10
118
18
150
-14
0
0
14
Desember
13
267
0
120
147
147
0
0
Total
101
1 498
308
125
126
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2002
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan CadanganAkhir (e) ((f)=©+(d)-(e) (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
..................................................................................mm.......................................................................................... 164 147 120 191 191 44 0
Januari
11
Februari
19
384
191
120
455
200
255
0
Maret
11
121
200
120
201
200
1
0
April
13
282
200
120
362
200
162
0
Mei
8
242
200
150
292
200
92
0
Juni
14
521
200
120
601
200
401
0
Juli
2
22
200
150
72
72
0
0
Agustus
2
32
72
150
-46
0
0
46
September
0
0
0
150
-150
0
0
150
Oktober
2
22
0
150
-128
0
0
128
Nopember
8
88
0
150
-62
0
0
62
Desember
14
269
0
120
149
149
0
0
Total
104
2 147
386
126
127
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2003
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total
Hari Hujan (b)
13 13 15 12 4 7 4 2 3 11 9 16 109
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi Keseimbangan CadanganAkhir (e) ((f)=©+(d)-(e) (g)
Drainase Air (h)
......................................................................mm........................................................................................... 367 200 120 447 200 247 343 200 120 423 200 223 222 200 120 302 200 102 193 200 120 273 200 73 45 200 150 95 95 0 75 95 150 20 20 0 48 20 150 -82 0 0 47 0 150 -103 0 0 212 0 150 62 62 0 360 62 120 302 200 102 223 200 150 273 200 73 443 200 120 523 200 323 2 578
Defisit Air (i)
0 0 0 0 0 0 82 103 0 0 0 0 185
127
128
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2004
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi (e)
Keseimbangan ((f)=©+(d)-(e)
CadanganAkhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
..............................................................................mm............................................................................................... Januari
16
389
200
120
469
200
269
0
Februari
12
299
200
120
379
200
179
0
Maret
10
178
200
150
228
200
28
0
April
10
242
200
150
292
200
92
0
Mei
4
165
200
150
215
200
15
0
Juni
6
57
200
150
107
107
0
0
Juli
12
379
107
120
366
200
166
0
Agustus
0
0
200
150
50
50
0
0
September
3
56
50
150
-44
0
0
44
Oktober
3
94
0
150
-56
0
0
56
Nopember
6
119
0
150
-31
0
0
31
Desember
11
200
0
120
80
80
0
0
93
2 178
Total
131
128
129
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2005
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi (e)
Keseimbangan ((f)=©+(d)-(e)
CadanganAkhir (g)
Drainase Air (h)
............................................................................mm....................................................................................... 157 80 150 87 87 0
Defisit Air (i)
Januari
9
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
18 19 18 15 6 8 12
379 466 310 363 76 178 141
87 200 200 200 200 126 154
120 120 120 120 150 150 120
346 546 390 443 126 154 175
200 200 200 200 126 154 175
146 316 190 243 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
September Oktober Nopember
2 12 8
19 197 111
175 44 121
150 120 150
44 121 82
44 121 82
0 0 0
0 0 0
Desember
12
146
82
120
108
108
0
4
139
2 543
Total
0
4
129
130
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2006
Hari Hujan (b)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
11 8 11 10 8 19 1 2 2 1 6 12
Total
91
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi (e)
Keseimbangan ((f)=©+(d)-(e)
CadanganAkhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
............................................................................mm.............................................................................................. 86 108 120 74 74 0 106 74 150 30 30 0 219 30 120 129 129 0 230 129 150 209 200 9 79 200 150 129 129 0 823 129 120 832 200 632 12 200 150 62 62 0 5 62 150 -83 0 0 7 0 150 -143 0 0 3 0 150 -147 0 0 83 0 150 -67 0 0 221 0 120 101 101 0 1 874
0 0 0 0 0 0 0 83 143 147 67 0 440
130
131
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2007
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi (e)
Keseimbangan ((f)=©+(d)-(e)
CadanganAkhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
............................................................................mm.............................................................................................. 167 101 120 148 148 0
Januari
15
0
Februari
20
345
148
120
373
200
173
0
Maret
19
320
200
120
400
200
200
0
April
21
560
200
120
640
200
440
0
Mei
13
257
200
120
337
200
137
0
Juni
20
583
200
120
663
200
463
0
Juli
20
478
200
120
558
200
358
0
Agustus
8
230
200
150
280
200
80
0
September
9
122
200
150
172
172
0
0
Oktober
7
89
172
150
111
111
0
0
Nopember
13
239
111
120
230
200
30
0
Desember
15
104
200
120
184
184
0
0
Total
180
3 494
0
131
132
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2008
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi (e)
Keseimbangan ((f)=©+(d)-(e)
CadanganAkhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
..........................................................................mm......................................................................................... Januari
15
130
184
120
194
194
0
0
Februari
14
148
194
120
222
200
22
0
Maret
15
187
200
120
267
200
67
0
April
19
362
200
120
442
200
242
0
Mei
15
313
200
120
393
200
193
0
Juni
12
279
200
120
359
200
159
0
Juli
16
388
200
120
468
200
268
0
Agustus
24
466
200
120
546
200
346
0
9
312
200
150
362
200
162
0
Oktober
14
375
200
120
455
200
255
0
Nopember
13
196
200
120
276
200
76
0
Desember
9
93
200
150
143
143
0
0
175
3249
September
Total
0
132
133
Lampiran 12. (Lanjutan) Tahun 2009
Hari Hujan (b)
Curah Hujan (c)
Cadangan Awal (d)
Evapotranspirasi (e)
Keseimbangan ((f)=©+(d)-(e)
CadanganAkhir (g)
Drainase Air (h)
Defisit Air (i)
................................................................................mm...................................................................................................... Januari
11
198
143
120
221
200
21
0
Februari
14
148
200
120
228
200
28
0
Maret
11
211
200
120
291
200
91
0
April
7
163
200
150
213
200
13
0
Mei
6
177
200
150
227
200
27
0
Juni
3
78
200
150
128
128
0
0
Juli
2
36
128
150
14
14
0
0
Agustus
1
10
14
150
-126
0
0
126
September
0
0
0
150
-150
0
0
150
Oktober
7
256
0
150
106
106
0
0
Nopember
12
304
106
120
290
200
90
0
Desember
9
376
200
150
426
200
226
0
83
1957
Total
276
133
134 Lampiran 13. Data Iklim Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2000-2009 Tahun
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Suhu (C) 26.10 26.40 26.60 26.80 27.20 26.70 26.90 26.50 27.10 26.90 26.90 27.00
Kelembaban (%) 87.00 86.00 85.00 86.00 84.00 85.00 82.00 83.00 81.00 84.00 86.00 86.00
Kecepatan Angin (Km/jam) 0.00 1.85 3.70 0.00 3.70 1.85 5.56 3.70 3.70 1.85 3.70 5.56
Penyinaran Matahari (%) 33.00 30.00 33.00 34.00 58.00 34.00 59.00 56.00 60.00 39.00 44.00 44.00
Rata-rata 2001 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
26.76 26.60 26.50 26.70 27.10 27.50 27.00 27.00 27.00 27.40 27.20 26.80
84.58 87.00 87.00 85.00 85.00 84.00 83.00 79.00 79.00 79.00 83.00 85.00
2.93 1.85 3.70 3.70 3.70 3.70 5.56 5.56 7.41 3.70 3.70 3.70
43.67 36.00 36.00 38.00 49.00 65.00 46.00 70.00 66.00 64.00 53.00 40.00
Desember
26.70
85.00
3.70
39.00
26.96
83.42
4.17
50.17
Januari
26.90
84.00
3.70
42.00
Februari
-
-
-
-
Maret
26.80
86.00
3.70
42.00
April
27.40
84.00
3.70
56.00
Mei
27.70
80.00
3.70
61.00
Juni
26.80
85.00
1.85
46.00
Juli
27.20
79.00
5.56
74.00
Agustus
26.20
77.00
5.56
62.00
September
27.00
80.00
3.70
38.00
Oktober November Desember
27.70 27.30 27.20
78.00 83.00 84.00
0.00 1.85 3.70
54.00 48.00 54.00
27.11
81.82
3.37
52.45
2000
Bulan
Rata-rata 2002
Rata-rata
135 Lampiran 13. (Lanjutan) Tahun 2003
Bulan
Suhu
Kelembaban
Kecepatan Angin
Penyinaran Matahari
(C)
(%)
(Km/jam)
(%)
Januari
26.70
87.00
7.41
45.00
Februari
26.60
88.00
5.56
43.00
Maret
26.40
87.00
5.56
56.00
April
26.70
88.00
5.56
56.00
Mei
29.90
85.00
5.56
72.00
Juni
26.70
83.00
7.41
71.00
Juli
25.70
85.00
5.56
61.00
Agustus
26.20
83.00
7.41
68.00
September
26.60
83.00
9.26
67.00
Oktober
26.80
86.00
3.70
51.00
November
26.80
85.00
3.70
54.00
Desember
26.70
88.00
1.85
24.00
24.82
85.67
5.71
55.67
Januari
27.80
86.00
5.56
43.00
Februari
28.40
87.00
5.56
41.00
Maret
27.00
86.00
5.56
54.00
April
27.40
87.00
5.56
54.00
Mei
27.40
84.00
3.70
70.00
Juni
27.80
82.00
7.41
69.00
Juli
28.10
84.00
7.41
59.00
Agustus
27.40
82.00
7.41
66.00
September
27.30
82.00
7.41
65.00
Oktober
26.80
85.00
5.56
49.00
November
28.70
84.00
5.56
52.00
Desember
28.40
87.00
5.56
22.00
27.71
84.67
6.02
53.67
Januari
27.80
86.00
5.56
54.00
Februari
28.40
87.00
5.56
54.00
Maret
27.00
84.00
3.70
70.00
April
27.40
82.00
7.41
69.00
Mei
27.40
84.00
7.41
59.00
Juni
27.80
82.00
7.41
66.00
Juli
28.10
82.00
7.41
65.00
Agustus
27.40
85.00
5.56
49.00
September
27.30
8600
5.56
52.00
Oktober
27.80
87.00
5.56
54.00
November
28.40
8400
5.56
54.00
Desember
27.00
82.00
5.56
70.00
27.65
84.25
6.02
59.67
Rata-rata 2004
Rata-rata 2005
Rata-rata
136 Lampiran 13. (Lanjutan) Tahun
Bulan
Suhu (C)
Kelembaban (%)
Kecepatan Angin (Km/jam
Penyinaran Matahari (%)
2006
Januari Februari
27.00 27.40
87.00 84.00
5.56 5.56
54.00 54.00
Maret April
27.40 27.80
82.00 84.00
3.70 7.41
70.00 69.00
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
28.10 27.40 27.30 27.00 27.40 27.40
82.00 82.00 85.00 8400 87.00 87.00
7.41 7.41 7.41 5.56 5.56 5.56
59.00 66.00 65.00 49.00 52.00 54.00
November Desember
27.80 28,10
84,00 82.00
5.56 5.56
54.00 70.00
Rata-rata 2007
27.51
84.17
6.02
59.67
Januari Februari Maret
28.00 27.80 28.40
86.00 87.00 84.00
5.56 5.56 5.56
43.00 41.00 54.00
April Mei
27.30 27.60
82.00 84.00
3.70 7.41
54.00 70.00
Juni Juli
26.50 26.60
82.00 82.00
7.41 7.41
69.00 59.00
Agustus September Oktober November Desember
26.50 26.90 27.80 29.30 28.50
85.00 84.00 87.00 86.00 87.00
7.41 5.56 5.56 5.56 5.56
66,00 65.00 69.00 52.00 22.00
27.60
84.67
6.02
50.33
26.93 26.57 25.84 26.44 26.34 26.00 25.85 25.78 26.35 26.57 27.11 26.62
81.77 80.83 81.97 83.63 82.45 80.53 82.61 83.42 78.37 84.77 82.80 86.23
6.57 5.30 4.96 5.13 5.68 5.83 5.83 6.09 5.86 5.49 4.73 6.23
54.73 42.48 45.32 57.39 58.20 58.58 42.12 45.20 49.20 44.03 54.27 53.76
26.37
82.45
5.64
50.44
Rata-rata 2008
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Rata-rata
137 Lampiran 13. (Lanjutan) Tahun 2009
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata
Suhu Kelembaban (C) (%) 26.39 87.03 26.71 86.21 26.68 87.23 27.35 85.78 27.21 86.45 26.59 86.20 26.27 85.07 26.81 81.94 27.34 80.44 26.95 85.52 27.16 85.34 27.03 86.51 26.87 85.31
Kecepatan Angin (Km/jam 5.56 4.70 3.94 4.20 3.58 3,52 4.54 5.85 6.54 4.60 4.94 5.08 4.75
Sumber : Badan Metorologi, Klimatologi, dan Geofisika, 2010
Penyinaran Matahari (%) 36.29 41.18 45.16 44.35 62.06 43.17 55.16 69.26 79.67 51.29 54.53 52.00 52.84
138
Lampiran 14. Populasi Tanaman Kelapa Sawit di Angsana Estate Tahun Luas Jumlah Tanaman/Ha Tanam (Ha) Tanaman 1996 630 81 911 130 1998 1 599 215 622 135 2005 1999 178 23 446 132 2000 77 10 197 132 TOTAL 2 484 331 176 133 1996 630 81 442 129 1998 1 599 213 916 134 2006 1999 178 24 613 138 2000 77 10 557 137 TOTAL 2 484 330528 133 1996 630 81 228 129 1998 1 599 213 381 133 2007 1999 178 24 613 138 2000 77 10 557 137 TOTAL 2 484 329 779 133 1996 630 81 228 129 1998 1 599 213 381 133 2008 1999 178 24 435 137 2000 77 10 456 136 TOTAL 2 484 329 500 133 1996 630 81 228 129 1998 1 599 213 306 133 2009 1999 178 24 475 131 2000 77 10 646 127 TOTAL 2 484 329 655 133 Sumber : Kantor Besar Angsana Estate, 2010
Tahun
1996 42 752 42 752 42 283 42 283 42 283 42 283 42 283 42 283 42 283 42 283
1998 35 230 191 552 226 782 35 230 189 786 225 016 35 016 189 251 224 267 35 016 189 251 224 267 35 016 189 176 224 192
Komposisi Tanaman 1999 2000 3 548 346 15 311 1 029 22 700 10 197 41 559 11 572 3 548 346 15 311 1 029 22 602 10 197 41 461 11 572 3 548 346 15 311 1 029 22 602 10 197 41 461 11 572 3 548 346 15 311 1 029 22 424 10 096 41 283 11471 3 548 346 15 311 1 029 22 274 10 096 41 133 11 471
2002 7 212 7 212 7 212 7 212 7 212 7 212 7 212 7 212 7 212 7 212
2003 35 518 746 1 299 35 518 746 1 299 35 518 746 1 299 35 518 746 1 299 35 518 746 1 299
2006 60 1 265 360 1 685 60 1 265 360 1 685 60 1 265 360 1 685 60 1 455 550 2 065
138
139
Lampiran 15. Data Historis Pemupukan di Angsana Estate Tahun 2002-2009 Tahun 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Uraian
Satuan
Urea Mop Program Kg 415 784 461 356 Realisasi Kg 29 727 714 188 Pencapaian % 7 155 Program Kg 719 970 1 087 129 Realisasi Kg 719 634 1 110 118 Pencapaian % 100 102 Program Kg 964 732 969 660 Realisasi Kg 965 613 969 660 Pencapaian % 100 100 Program Kg 1 069 620 994 088 Realisasi Kg 606 240 899 369 Pencapaian % 57 90 Program Kg 737 957 966 628 Realisasi Kg 768 827 966 631 Pencapaian % 104 100 Program Kg 853 046 1 051 614 Realisasi Kg 852 675 1 052 264 Pencapaian % 100 100 Program Kg 828 390 1 109 902 Realisasi Kg 801 205 1 055 493 Pencapaian % 97 95 Program Kg 512 918 61 3657 Realisasi s/d Jan'10 Kg 457 889 541 423 Pencapaian % 89 88 Sumber : Kantor Besar Angsana Estate, 2010
RP 388 280 736 591 190 360 514 369 066 102 742 575 256 555 35 796 366 788 710 99 324 283 324 283 100 440 299 440 749 100 54 854 54 854 100 470 027 445 989 95
Dolomite 26 673 219 272 822 8 244 12 481 151 224 211 224 979 100 413 990 379 273 92 83 880 83 880 100 356 527 357 177 100 28 111 28 111 100 -
Jenis Pupuk HGFB Kieserite TSP NK-BLEND CCM 25 350 7 010 402 85 293 115 1 216 5 381 5 351 99 11 970 102 308 11 970 90 212 100 88 13 597 13 207 97 12 196 6 834 12 196 6 834 100 100 22 630 22 630 100 30 257 29 123 42 633 18 186 7 807 60 27 28 399 442 431 28 149 418 741 99 95
Total
CCM 44 -
1 299 453 1 785 473 137 2 181 238 2 216 650 102 3 015 456 2 518 989 84 3 287 661 2 686 799 82 2 131 778 2 162 651 101 2 724 116 2 725 495 100 2 123 272 1 965 656 93 2 067 432 1 892 191 92
139
140
Lampiran 16. Struktur Organisasi Angsana Estate
138 140