KAJIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DESA LOSARANG, KECAMATAN LOSARANG, KABUPATEN INDRAMAYU
SANTOSO BUDI WIDIARTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
i
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa tugas akhir yang berjudul : KAJIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DESA LOSARANG, KECAMATAN LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,
Januari 2012
Santoso Budi Widiarto P054100085
i
ABSTRACT
SANTOSO BUDI WIDIARTO, The implementation efectivity study of Salt Business Empowerment Program in Losarang Village, Indramayu City. Supervised by H. Musa Hubeis as Chairman and H. Komar Sumantadinata as Member. An ironic thing that Indonesia as maritime country have insufficiency salt problem. Salt is strategic commodities that can be easily produced by evaporation of sea water and policy salts have been issued since the Dutch colonial era. In 2011 the Government of Indonesia make toward self sufficiency salt policy. This research was aimed to analyze the implementation efectivity of Salt Business Empowerment Program (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat or PUGAR). PUGAR is the Government Program to achieve Salt Production Target and increasing the salt farmer welfare. The research design used purposive and snowball sampling to select 70 respondent in Losarang Village at Indramayu. The data were analyzed by using Quantitative Analysis, Qualitative Analysis, SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) and MAHP (Modified Analytical Hierarchy Process) . The result showed PUGAR (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat) in Losarang implemented with effectiveness. This is indicated by salt production target achieved and increasing the salt farmer welfare. Implementation PUGAR make salt productivity in Losarang 90,43 ton/ha, increasing salt farmer income, empower 17 the People's Business Group Salt (Kelompok Usaha Garam Rakyat or KUGAR) with the amount of 170 salt farmers, give technological innovation and quality salt production and give job for 778 people as salt farmers, farm workers and transport workers. Obtained result Internal Factor Evaluation (IFE) of salt bussiness is 2,608 and External Factor Evaluation (EFE) is 2,673. Moreover the research calculate salt business feasibility that known from B/C ratio > 1, business profit margin, appropriate salt area owned by farmers, business gap analysis of salt and break even analysis. Break even analysis to determine the selling price of the large volume of salt and salt production business people to reach the point of no profit and no loss (break even). Keywords : Salt, Government, PUGAR, Farmers, Workers
ii
RINGKASAN SANTOSO BUDI WIDIARTO, Kajian Efektivitas Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Komar Sumantadinata sebagai Anggota Sebagai negara kepulauan dengan potensi laut yang melimpah, adalah suatu ironi ketika tahun 2010 Indonesia mengimpor 99% kebutuhan garam nasional. Produksi garam pada tahun tersebut hanya mencapai 30.600 ton atau hanya sekitar 1% dari kebutuhan garam nasional tahun 2010. Garam selaku kebutuhan dasar manusia, dapat dibuat dengan mudah tanpa teknologi yang mahal, dengan cara mengeringkan air laut pada tambak-tambak garam. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan membuat Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sebagai salah satu strategi pemenuhan kebutuhan garam nasional dan peningkatan kesejahteraan petambak garam 15%. Kajian tentang efektifitas implementasi PUGAR difokuskan di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, sebagai salah satu daerah implementasi PUGAR. Data diambil pada bulan OktoberDesember 2011, dengan populasi 170 orang yang tersebar di 17 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR). Contoh diambil 70 responden melalui metode purposive dan snowball sampling. Data dianalis melalui analisis kualitatif, kuantitatif, analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats) dan analisi MAHP (Modified Analitycal Hierarchy Process). Hasil kajian Implementasi PUGAR di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu adalah efektif didasarkan pada 4 (empat) hal, yaitu (1) Terbentuknya 17 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) di Desa Losarang sesuai target PUGAR, dan tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp. 850.000.000,- kepada 17 KUGAR; (2) Tercapainya produktifitas lahan garam sebesar 90,34 ton/ha (113% dari target PUGAR 80 ton/ha); (3) Tercapainya target produksi garam PUGAR di Desa Losarang sebanyak 15.300 ton yang berasal dari 170 ha lahan PUGAR, dan (4) Tercapainya peningkatan kesejahteraan petambak 15% sesuai target PUGAR, dengan nilai efektivitas program 97,725. Usaha garam memiliki nilai Internal Factor Evaluation (IFE) 2,608, dengan urutan kekuatan : (1) Belum ada substitusi produk garam (0,551); (2) Pekerja yang berpengalaman (0,452); (3) Bahan Baku produki melimpah (0,2992); (4) Kesesuaian potensi lahan (0,2988) dan (5) Peralatan produksi sederhana (0,2816). Urutan faktor kelemahan usaha garam rakyat, yaitu (1) Kurangnya sarana dan prasarana usaha garam (0,111); (2) Posisi tawar petambak garam yang lemah (0,123); (3) Kelemahan modal (0,143); (4) Luas lahan sempit kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha (0,152) dan (5) Usaha garam hanya 4 (empat) bulan setahun (0,196). Diperoleh hasil External Factor Evaluation (EFE) usaha garam 2,673 dengan urutan faktor peluang, yaitu (1) Dukungan kebijakan pemerintah (0,661); (2) Potensi lahan garam yang besar (0,468); (3) Bantuan langsung masyarakat (0,400); (4) Tenaga pendamping teknis dan kelembagaan (0,292) dan (5) Penggunaan teknologi maduresee dan ramsol (0,205). Urutan faktor ancaman iii
usaha garam rakyat, yaitu (1) Harga tidak stabil (0,095); (2) Alih Tenaga Kerja (0,115); (3) Cuaca (0,130); (4) Tengkulak (0,150) dan (5) Impor garam (0,157). Berdasarkan nilai IFE dan EFE dirumuskan alternatif kebijakan untuk mendorong pertumbuhan usaha garam rakyat, yaitu (1) meningkatkan produktivitas, (2) memperluas jaringan pemasaran, (3) menetapkan pola usaha garam, (4) meningkatkan mutu garam rakyat, (5) penguatan anggota petambak dengan kelompok, (6) menetapkan kawasan khusus usaha garam, (7) memanfaatkan jasa perbankan untuk pengembangan usaha, (8) meningkatkan pengetahuan manajemen usaha, (9) memasyarakatkan usaha garam backyard dan (10) meningkatkan teknologi produksi dan penyimpanan produk. Usaha garam anggota KUGAR peserta program PUGAR di Desa Losarang layak untuk dilaksanakan dengan nilai Benefit/Cost (B/C) ratio > 1. Break Event Point (BEP) Produksi usaha garam terendah 34.479 kg garam dan tertinggi 76.526 Kg garam. BEP harga terendah Rp. 182,06 dan tertinggi Rp. 369,85. Rataan pendapatan yang diperoleh petambak dari usaha garam Rp. 17.979.221,-/Ha
iv
©Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
v
KAJIAN EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DESA LOSARANG, KECAMATAN LOSARANG, KABUPATEN INDRAMAYU
SANTOSO BUDI WIDIARTO
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 vi
Judul Tugas Akhir
: Kajian Efektivitas Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu
Nama Mahasiswa
: Santoso Budi Widiarto
Nomor Pokok
: P054100085
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA Ketua
Prof. Dr. Ir. H. Komar Sumantadinata, M.Sc Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian : 10 Januari 2012
Tanggal Lulus :
vii
Februari 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. Pudji Mulyono, MS.
viii
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga laporan akhir yang berjudul KAJIAN EFEKTIVITAS USAHA
IMPLEMENTASI
GARAM
RAKYAT
PROGRAM
DESA
PEMBERDAYAAN
LOSARANG
KECAMATAN
LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan laporan akhir ini. 2. Prof. Dr. Ir. H. Komar Sumantadinata, M.Sc, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan laporan akhir ini. 3. Dr. Ir. Pudji Mulyono, MS, selaku penguji luar komisi pembimbing, atas kritik dan masukan yang memperkaya penulisan laporan akhir ini. 4. Menteri Kelautan dan Perikanan yang telah memberikan ijin belajar dan bantuan beasiswa, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Institut Pertanian Bogor. 5. R. Drajat Subagio, S.Pi, M.Si dan teman-teman Sekretariat Nasional PUGAR yang memberikan dukungan data teknis dan informasi kebijakan swasembada garam nasional. 6. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan Pugar yang banyak memberikan informasi implementasi PUGAR di Kabupaten Indramayu 7. Rekan-rekan Magister Profesional Industri Kecil Menengah Angkatan 14, dimana penulis banyak mengadakan diskusi dan menerima masukan.
ix
Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia atas segala kebaikan yang telah diberikan. Semoga kajian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan kegiatan pengembangan usaha garam rakyat pada khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2012
Penulis
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Oktober 1974 di Pati, salah satu daerah pesisir penghasil garam, sebagai putra ketujuh, dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Kardi Wiryohartono dan Ibu Sutarsih. Menikah dengan Leni Prisnarita dan memiliki dua orang anak Fabian Adhidama Sailendra dan Khairafa Ganendra Wirasana. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 1987 di SDN Pati Kidul 02 Pati, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 1989 di SMPN 2 Pati, serta Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 1992 di SMAN 1 Pati. Tahun 1992 Penulis diterima pada program studi Administrasi Negara di Universitas Sebelas Maret dan dinyatakan lulus tanggal 5 Oktober 1997. Memiliki riwayat pekerjaan sebagai Tenaga Pendamping Lapangan pada Program Swasembada Pangan kerjasama IPB dan Departemen Pertanian pada tahun 1998-2000, administrasi produksi pada perusahaan susu, PT Dharma Persada Kusuma pada tahun 2001-2003, desain grafis pada perusahaan penerbitan, CV Citra Pustaka pada tahun 2003-2006 dan terakhir di Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai analis kepegawaian dari awal bulan April 2006 sampai dengan sekarang.
xi
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA..................................................................................................
ix
RIWAYAT HIDUP....................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xvii
I.
II.
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang...........................................................................
1
B.
Perumusan Masalah ..................................................................
6
C.
Tujuan .......................................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA A.
Implementasi Program ..............................................................
7
B.
Usaha Garam Rakyat ................................................................
9
C.
Swasembada Garam Nasional...................................................
15
D.
Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat.......................... ..............
16
III. METODE KAJIAN A.
Kerangka Pemikiran..................................................................
25
B.
Lokasi dan Waktu Kajian................................................. .........
27
C.
Metode Kerja ............................. ...............................................
28
1.
Pengumpulan Data...........................................................
28
2.
Pengolahan dan Analisis Data.........................................
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Keadaan Umum.........................................................................
40
B.
Analisis Kajian..........................................................................
51
1. Karakteristik Responden.....................................................
51
2. Analisis Data Kualitatif.......................................................
54
3. Analisis Data Kuantitatif ................................................... .
57
4. Analisis SWOT....................................................................
65
5. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petambak ..........................
78
Implikasi Kajian..........................................................................
81
C.
xii
KESIMPULAN DAN SARAN A. B.
Kesimpulan ................................................................................ ........ Saran........................................................................................... ........
84 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
86
LAMPIRAN............................... .................................................................
88
xiii
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1.1
Kebutuhan dan impor garam nasional......................................... ..
2
1.2
Estimasi kebutuhan, target produksi dan impor garam..................
5
3.1
Matriks SWOT...............................................................................
36
3.2
Bobot indikator penilaian keberhasilan implementasi PUGAR ....
39
4.1
Data Klimatologi Desa Losarang.................................................. .
41
4.2
Rataan usia petambak garam di Desa Losarang.............................
51
4.3
Tingkat pendidikan petambak garam di Desa Losarang ................
52
4.4
Jumlah tanggungan keluarga petambak garam ..............................
52
4.5
Lama bekerja di bidang usaha garam.............................................
53
4.6
Lama menjadi anggota kelompok usaha garam .............................
54
4.7
Produktifitas lahan garam petambak di Desa Losarang ................
58
4.8
Pendapatan Usaha Garam di Desa Losarang .................................
59
4.9
Nilai B/C ratio usaha garam di Desa Losarang .............................
59
4.10
BEP produksi garam per hektar di Desa Losarang ........................
60
4.11
BEP Harga produksi garam di Desa Losarang ..............................
60
4.12
Luasan Minimal Tambak Garam untuk memenuhi kebutuhan Petambak di Desa Losarang ...........................................................
61
4.13
Marjin keuntungan usaha garam di Desa Losarang
..................
62
4.14
Efisiensi modal usaha garam di Desa Losarang.............................
65
4.15
Matriks IFE usaha garam rakyat di Desa Losarang........ ...............
73
4.16
Matriks EFE usaha garam rakyat di Desa Losarang ......................
74
4.17
Matriks analisis SWOT usaha garam rakyat ..................................
78
4.18
Indikator penilaian kesejahteraan petambak garam di Desa Losarang pada tahun 2010 dibanding tahun 2011 .......................
79
Indikator penilaian kesejahteraan petambak garam di Desa Losarang pada tahun 2009 dibanding tahun 2011 .......................
81
4.19
xiv
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
2.1
Proses produksi Garam Rakyat......................................................
11
2.2
Proses produksi PT Garam.............................................................
12
2.3
PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2011........ ....
18
2.4
Kelembagaan PUGAR...................................................................
19
2.5
Kelompok usaha garam rakyat.......................................................
22
2.6
Alur PUGAR……………………………………………………..
23
3.1
Kerangka pemikiran kajian ..........................................................
26
3.2
Alur pertambahan nilai garam........................................................
33
3.3
Matriks IE ......................................................................................
35
3.4
Hirarki penentuan keberhasilan implementasi PUGAR dari peningkatan kesejahteraan petambak.............................................
38
4.1
Proses perendaman lahan............................................................. ..
44
4.2
Proses pengerasan lahan....................................... .........................
44
4.3
Proses memasukkan air ke lahan dengan kincir ............................
45
4.4
Proses kristalisasi garam ...............................................................
45
4.5
Pengaisan kristal garam ................................................................
46
4.6
Pengumpulan kristal garam ..........................................................
46
4.7
Pencucian garam dengan air tua ....................................................
47
4.8
Tempat pengumpulan garam hasil pengaisan ...............................
47
4.9
Pola lahan tambak garam rakyat ...................................................
48
4.10
Garam mutu baik dicampur garam mutu rendah............................
49
4.11
Garam pengepul siap dijual ...........................................................
49
4.12
Pengemasan dan pengangkutan garam .........................................
49
4.13
Gudang garam ..............................................................................
49
4.14
Sosialisasi PUGAR ........................................................................
55
4.15
Identifikasi petambak dan pembentukan kelompok ......................
55
4.16
BLM berupa mesin pompa ............................................................
56
4.17
BLM berupa kincir angin ...............................................................
56
xv
4.18
Pertemuan kelompok .....................................................................
57
4.19
Lahan garam percontohan ..............................................................
57
4.20
Alur pertambahan nilai garam dari petambak menjadi garam beryodium ke konsumen yang diolah pabrik garam di Bandung...
63
4.21
Pengendapan Sedimen pada saluran sekunder di Desa Losarang..
69
4.22
Matriks IE usaha garam rakyat di Desa Losarang .........................
75
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1
Pohon industri air laut ...................................................................
89
2
Kuesioner penelitian ......................................................................
90
3
Karakteristik responden .................................................................
105
4
Matrik penyaluran bantuan langsung masyarakat .......................
107
5
Implementasi PUGAR di Desa Losarang, Indramayu pada tahun 2011................................................................................................
113
6
Produktivitas tambak garam di Desa Losarang pada tahun 2011..
114
7
Pendapatan usaha garam rakyat di Desa Losarang pada tahun 2011................................................................................................
116
8
Analisa kelayakan usaha garam rakyat di Desa Losarang ............
118
9
Efisiensi modal usaha garam rakyat di Desa Losarang pada tahun 2011......................................................................................
121
Marjin keuntungan usaha garam rakyat di Desa Losarang pada tahun 2011......................................................................................
123
11
Matriks IFE usaha garam rakyat di Desa Losarang ......................
125
12
Matriks EFE usaha garam rakyat di Desa Losarang ......................
126
13
Hasil penghitungan IFE dengan software expert choice................
127
14
Hasil penghitungan EFE dengan software expert choice .............
131
15
Hasil penghitungan MAHP dengan software expert choice ..........
135
10
xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah laut 5,8 juta Km2. Luas wilayah laut ini lebih luas dari wilayah daratan yang hanya 1,9 Km2 (KKP, 2011a). Potensi
wilayah
pesisir
dan
laut
Indonesia menurut
Kusumastanto (2003) dapat dibagi menjadi 4 (empat) bidang, yaitu (1) Sumber daya yang dapat diperbaharui, seperti perikanan (tangkap, budidaya, dan pascapanen), hutan mangrove, terumbu karang, industri bioteknologi kelautan dan pulau-pulau kecil; (2) Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi dan gas, bahan tambang dan mineral lainnya, serta harta karun; (3) Energi kelautan, seperti pasang-surut, gelombang, angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) dan (4) Jasa-jasa lingkungan, seperti pariwisata, perhubungan dan kepelabuhanan serta penampung (penetralisir) limbah. Garam merupakan komoditas strategik karena selain merupakan kebutuhan pokok yang dikonsumsi manusia lebih kurang 4 (empat) kg per tahun juga digunakan sebagai bahan baku industri (KKP, 2011a). Penggunaan garam secara garis besar terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu (1) Garam untuk konsumsi manusia, (2) Garam untuk pengasinan dan aneka pangan dan (3) Garam untuk industri. Di Indonesia, garam banyak diproduksi dengan cara menguapkan air laut pada sebidang tanah pantai dengan bantuan angin dan sinar matahari sebagai sumber energi penguapan. Produksi garam dapat dilaksanakan oleh masyarakat pesisir, tanpa diperlukan keahlian khusus. Selain garam (NaCl), air laut dapat diolah menjadi gypsum dan garam magnesium. Produk hasil olahan air laut dapat dilihat pada Lampiran 1. Potensi garam dari laut yang besar tidak memberikan kecukupan garam nasional. Pemenuhan kebutuhan garam nasional selama ini dilakukan sebagian melalui produksi sendiri dan sebagian melalui impor. Tahun 2010 pemerintah mengimpor garam 2,2 juta ton impor yang berasal dari Australia 80%, India 15%, China 3%, dan sisanya dari berbagai negara lain. Jumlah kebutuhan dan impor garam nasional pada tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
2
Tabel 1.1 Kebutuhan dan impor garam nasional Garam
Tahun
(Jumlah-Ton)
2008
2009
2010
Kebutuhan
2.742.000
2.768.000
2.872.326
Produksi
1.199.000
1.371.000
30.600
Impor
1.630.793
1.736.452
2.187.631
87.793
339.452
-654.095
Surplus/Defisit
Sumber : Pusdatin KKP, 2011a Kebutuhan garam dalam
negeri pada tahun 2010 mencapai sekitar
2.872.326 ton, terdiri dari kebutuhan garam industri CAP (Chlor Alkali Plant) 1.492.326 ton, garam konsumsi 720.000 ton, industri aneka pangan 465.000 ton, pengeboran minyak 135.000 ton dan lainnya 60.000 ton. Angka ini diperkirakan akan
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya
jumlah
penduduk
dan
berkembangnya industri yang membutuhkan garam. Kabupaten Indramayu merupakan daerah pemasok garam untuk Propinsi Jawa Barat bersama dengan Cirebon. Menurut BPS (2007) Lahan produksi garam 1.995,81 Ha (54% dari luas lahan garam potensial 3.664,3 Ha) di Indramayu dan 1.447 Ha (64% dari luas lahan garam potensial 2.251 Ha) di Cirebon belum bisa memenuhi kebutuhan garam di Jawa Barat. Dengan kebutuhan yang tinggi seharusnya petambak dapat memperoleh penghasilan yang layak dari usaha garam, akan tetapi ironisnya kehidupan petambak garam di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Indramayu dihadapkan pada situasi sulit dan terpuruk serta dalam kondisi marjinal. Banyak petambak garam tidak dapat bertahan dengan pilihan usahanya, bahkan ada yang meninggalkan usahanya dan berpindah menekuni mata pencaharian lain. Padahal bagi masyarakat pesisir, membuat garam termasuk salah salah sumber nafkah sangat penting yang diandalkan pada musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Di Kabupaten Indramayu, jumlah petambak garam pemilik lahan pada tahun 1990 sebanyak 984 orang, menurun menjadi 792 orang pada tahun 2000 dan pada tahun 2005 menjadi 718 orang. Peningkatan terjadi pada jumlah petambak
3
penggarap/buruh garap, pada tahun 2000 terdapat sebanyak 3.986 orang, pada tahun 2005 menjadi 4.793 orang dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 6.514 orang. Jumlah usaha garam di Kabupaten Indramayu juga menurun, pada tahun 1990 terdapat 29 perusahaan, pada tahun 2000 berkurang menjadi 22 perusahaan dan tahun 2005 berkurang lagi tinggal 13 perusahaan. Perusahaan garam besar seperti Sumatraco, Garindo, PT Budiono, PT Susanti Megah membangun gudang tempat penyimpanan garam di Indramayu. Tahun 2005 hanya 4 (empat) perusahaan yang masih aktif di Indramayu. Jumlah ini berkurang dari tahun 1995 yang terdapat 10 perusahaan (Darmawan, 2010). Rataan Tingkat produktivitas lahan pergaraman di Indramayu pada tahun 2000-2010 menurut data KKP (2011b) 56 ton/Ha/tahun, cukup rendah bila dibandingkan dengan Australia atau India yang dapat mencapai produktivitas 200 ton/Ha/tahun. Meskipun mempunyai lahan potensial garam yang besar, namun usaha garam rakyat berlahan kecil dan tak berlahan menyebabkan produktivitas sangat terbatas. Lahan garam bersaing dengan lahan pertanian ataupun lahan untuk perikanan yang lain seperti tambak udang. Rataan luas unit tambak garam rakyat 0,53 Ha dengan produktivitas kurang dari 60 ton per Ha. Untuk memproduksi garam dalam skala besar dengan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI), diperlukan unit tambak seluas ratusan hektare dengan produktivitas ± 80 ton per Ha. Unit tambak yang terbatas berisiko menaikkan biaya produksi dan menyulitkan capaian keseragaman standar. Untuk industri garam secara mekanis dapat dipertimbangkan pengembangannya bila terdapat lahan datar seluas > 5.000 ha, sedangkan luas 2.000–5.000 Ha dilakukan pembuatan garam semi mekanis dan luas < 2.000 Ha merupakan plasma inti pergaraman rakyat. Kualitas garam yang dihasilkan oleh petambak garam umumnya masih belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Mutu garam yang dihasilkan oleh petambak memiliki kadar NaCl di bawah 94%, sedangkan garam konsumsi memerlukan kadar NaCl > 94,7%, garam industri memerlukan kadar NaCl di atas 99% (dry basis). Sejak jaman kolonialisasi Belanda, potensi pesisir Indonesia telah dimanfaatkan dengan melakukan kebijakan monopoli pembelian dan penjualan garam. Tahun 1921 pemerintah Belanda membuat garam sendiri di atas lahan
4
garamnya sendiri melalui Perusahaan Jawatan Regie Garam. Tahun 1937 rakyat tidak diperkenankan lagi membuat garam karena kesulitan kontrol atas mutu garam rakyat dan banyaknya penjualan garam secara langsung kepada konsumen. Semua lahan garam dibeli oleh Pemerintah Belanda. Saat itu Garam mempunyai harga sama dengan gula karena pemerintah Belanda menghendaki kesetaraan dari berbagai komoditas penting. Pemerintah Belanda merasakan manisnya sistem monopoli garam dengan mendapatkan 27.172.378 Gulden pada tahun 1931. Pada masa pendudukan Jepang, Undang-undang monopoli (Zout Monopoli Ordonantie) yang berlaku sejak 1921 dibekukan. Rakyat boleh membuat garam sendiri. Segala bentuk monopoli yang diwariskan Belanda tidak diadopsi oleh Jepang dengan alasan mengambil hati rakyat Indonesia (Rochwulaningsih, 2007). Pada jaman kemerdekaan, Perusahaan Regie Garam dinasionalisasikan menjadi Djawatan Regie Tjandu dan Garam Republik Indonesia kemudian menjadi Perusahaan Garam dan Soda Negara pada tanggal 26 September 1952. Tahun 1961 dilakukan pemisahan menjadi Perusahan Negara (PN) Soda dan Perusahaan Negara (PN) Garam. PN Garam menjadi PT Garam pada 11 Februari 1991. Kondisi PN Garam memulai penurunan ketika tahun 1959 pemerintah mencabut monopoli garam dan melaksanakan perdagangan bebas. Tahun 19771993 PN Garam wajib membeli garam rakyat melalui Koperasi Unit Desa (KUD) setempat. Tahun 2004 pemerintah membuat kebijakan pelarangan impor ketika musim usaha garam dan penetapan harga dasar pembelian garam. Namun hal ini tidak berjalan efektif. PT Garam sebagai satu-satunya perusahaan negara yang memproduksi garam sendiri juga mengimpor garam 79.317 ton pada tahun 2010 lebih besar dari PT Cheetam Garam Indonesia yang hanya memasukkan garam ke Indonesia 78.331 ton, Cheetham Garam Indonesia adalah perwakilan Cheetham Salt, perusahaan garam terbesar dari Australia (Rachman dan Imran, 2011). Selama ini distribusi dan pemasaran garam kurang efisien. Lahan garam berada di pinggir pantai yang lokasinya terpencil, dengan akses terbatas menjadi salah satu penyebab rendahnya harga yang diterima petambak garam, jauh lebih rendah dibandingkan harga di tingkat konsumen. Rendahnya harga di tingkat petambak produsen garam akan menurunkan daya tarik bagi produsen garam dalam memproduksi garam, sehingga ketergantungan Indonesia kepada garam
5
impor akan semakin tinggi. Ketergantungan pada garam impor, khususnya untuk keperluan garam konsumsi sangat tidak mendukung ketahanan nasional karena garam adalah komoditi strategik yang secara terus menerus dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Tahun 2011 pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya meningkatkan produksi garam nasional dengan mendorong petambak untuk melaksanakan usaha garam melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). KKP menetapkan 9 (sembilan) Kabupaten seluas 15.033 ha sebagai sentra PUGAR, yaitu Indramayu, Cirebon, Pati, Rembang, Sampang, Sumenep, Pamekasan, Tuban dan Nagekeo. PUGAR 2011 melibatkan 14.400 petambak garam yang berasal dari 2.057 kelompok usaha garam rakyat (KUGAR). Estimasi kebutuhan, target produksi dan impor garam yang menjadi target keberhasilan PUGAR dapat dilihat dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Estimasi kebutuhan, target produksi dan impor garam (jumlah ton) Uraian Kebutuhan Target Produksi PUGAR
2010
2011
2012
2013
2.872.326 2.942.760 3.028.630 3.117.421 0
304.000
2014 3.209.241
874.882 1.553.464
3.764.359
Target Produksi Nasional
1.265.600 1.569.600 2.444.482 3.997.946
7.762.305
Impor
1.513.829 1.373.160
584.148
-880.525
-4.553.064
Sumber : KKP, 2011b Pemerintah berkewajiban memenuhi hak semua warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sesuai amanat Pasal 27 ayat 2 Undang Undang Dasar (UUD) 1945. Garam yang dihasilkan melalui pola tradisional dalam PUGAR akan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Teknologi yang diterapkan dalam PUGAR diharapkan dapat meningkatkan produktifitas dan mutu garam sehingga dapat tercapai harga dasar garam yang ditetapkan pemerintah. Dengan begitu usaha garam dapat menjadi usaha yang layak dan dapat meningkatkan kesejahteraan petambak garam.
6
B.
Perumusan Masalah Salah satu sentra utama garam di Indonesia yang akan ditingkatkan produksinya adalah Indramayu. Indramayu dan Cirebon merupakan daerah pemasok garam untuk wilayah Jawa Barat yang merupakan titik potensial dalam pencapaian target swasembada garam nasional. Losarang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu yang menjadi lokasi PUGAR dengan jumlah kelompok terbanyak dibandingkan Desa lokasi PUGAR lain di Kabupaten Indramayu. PUGAR di Desa Losarang ditujukan kepada 170 petambak garam yang terhimpun dalam 17 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR). Dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan berikut : 1.
Bagaimana efektivitas implementasi program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ?
2.
Faktor-faktor
internal
dan
eksternal
apakah
yang
mempengaruhi
keberhasilan usaha garam rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ? 3.
Bagaimana kelayakan usaha tambak garam anggota kelompok usaha garam rakyat peserta program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu ?
C.
Tujuan 1.
Mengkaji efektivitas implementasi program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha garam rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.
3.
Mengevaluasi kelayakan usaha tambak garam anggota kelompok usaha garam rakyat peserta program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Implementasi Program Suatu kebijaksanaan baik berupa UU, PP, Keppres, Inpres maupun instruksi menteri, belum akan menimbulkan akibat tertentu dalam masyarakat sebelum keputusan itu dilaksanakan. Karena implementasi kebijakan bukanlah sekedar menyangkut mekanisme penjabaran keputusan politik kedalam prosedur-prosedur rutin melalui saluran birokrasi, tetapi implementasi menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh manfaat dari kebijaksanaan itu, sehingga implementasi itu penting. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Udoji dalam Wahab (2004) bahwa : The execution of policies is as important if not more important than policymaking. Policies will remain dreams on blueprint in file jackets unless they are implemented (Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan). Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa implementasi merupakan masalah dasar dalam pembangunan, baik itu dalam bentuk program maupun dalam bentuk proyek-proyek secara nyata. Menurut Wojowasito dalam kamus Inggris-Indonesia, Indonesia Inggris menyatakan bahwa implementasi berasal dari kata "implementation" yang berarti pelaksanaan perjanjian, hal menepati janji, dan hal melengkapi perkakas (Wojowasito, 2006). Sementara itu Van Meter merumuskan proses implementasi ini sebagai : Those actions by public or private individuals (or Groups) that are directed at the achievement of objectives set forth inprior decisons (Tindakantindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan (Van Meter dalam Wahab, 2004). Dari pengertian di atas, pelaksanaan atau implementasi berarti melaksanakan apa yang telah ditetapkan, digariskan sebelumnya dalam suatu perencanaan. Dengan kata lain pelaksanaan berarti "action" atau tindakan nyata atas rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
8 Westra (1982) mendefinisikan program sebagai, “Seperangkat aktivitas yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau sejumlah tujuan dan maksud dari suatu rencana pembangunan yang spesifik”. Sedangkan Djamaluddin (1977) memberikan pengertian program adalah : Jenis rencana yang pada dasarnya sudah menggambarkan rencana yang konkrit. Konkritnya rencana itu disebabkan karena didalamnya telah tercantum bukan saja tujuannya, kebijaksanaan dan prosedur atau aturanaturan akan tetapi disertai pula dengan budget atau anggaran. Dengan demikian program itu merupakan pula usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidang tertentu. Dari beberapa pengertian diatas maka pada dasarnya program adalah suatu jenis rencana yang berisikan rangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu program akan mendukung implementasi apabila didukung oleh beberapa aspek. Suatu program yang baik menurut I. Nyoman Beratha dalam Westra (1982) harus memenuhi syarat-syarat tertentu, dimana setiap program tersebut harus memuat tentang : 1. Tujuan yang dirumuskan dengan jelas. 2. Penentuan dari peralatan terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. 3. Suatu kerangka kebijakan yang konsisten dan atau proyek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan seefektif mungkin. 4. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dibandingkan dengan keuntungan. Proyek merupakan operasional dari program, berisi kegiatan-kegiatan yang diusahakan melalui penyediaan sumber dana, manusia dan peralatan atau barang (Nyoman Beratha dalam Westra, 1982). Sedangkan implementasi program adalah suatu usaha untuk merealisir pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu rencana dan kebijaksanaan yang telah digariskan terlebih dahulu, yang meliputi penggunaan macam-macam sumber daya dalam suatu pola yang sudah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan itu implementasi ini harus berjalan secara efektif. Wojowasito dalam kamus Inggris-Indonesia, Indonesia Inggris menyatakan bahwa efektif berasal dari kata "effective". Batasan efektivitas yang terdapat dalam Ensiklopedi Administrasi, adalah " keadaan yang menunjukkan adanya derajat pencapaian tujuan yang telah ditentukan". Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
9
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya (Siagian, 2001). Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Efektif tidaknya suatu program tidak hanya dipandang dari hasil akhirnya saja, tetapi juga seberapa jauh tujuan operasionalnya dapat dicapai. Dengan kata lain tujuan operasionalnya akan mempengaruhi tujuan akhir yang akan diwujudkan (Siagian, 2001), sehingga efektivitas implementasi program adalah keberhasilan proses pelaksanaan semua rencana program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Syukur (1988), implementasi program akan berjalan efektif apabila didalam proses implementasi program tersebut terdapat 3 (tiga) unsur pendukung yang penting, yaitu (1) Adanya program (kebijaksanaan) yang akan dilaksanakan; (2) Target Group, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran yang diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau peningkatan; (3) Unsur Pelaksana (Implementator) baik organisasi, atau perorangan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses implementasi tersebut.
B.
Usaha Garam Rakyat Garam adalah suatu kumpulan senyawa kimia dengan bagian terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl) dengan pengotor terdiri dari kalsium sulfat (gips) – CaSO4, Magnesium sulfat (MgSO4), Magnesium klorida (MgCl2), dan lain-lain (Depperindag, 2006). Apabila air laut diuapkan maka akan dihasilkan kristal garam, yang biasa disebut garam krosok. Oleh karena itu garam dapur hasil penguapan air laut yang belum dimurnikan banyak mengandung zat-zat pengotor seperti Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO4-, I- dan Br- (Depperindag, 2006). Untuk meningkatkan mutu garam dapat dilakukan dengan cara kristalisasi bertingkat, rekristalisasi, dan pencucian garam. Cara lain untuk meningkatkan kualitas garam adalah pemurnian dengan penambahan bahan pengikat pengotor. Tanpa adanya proses pemurnian, maka garam dapur yang dihasilkan melalui penguapan air laut masih bercampur dengan senyawa lain yang terlarut, seperti MgCl2, MgSO4, CaSO4, CaCO3, KBr dan KCl dalam jumlah kecil (Burhanuddin, 2001).
10
Garam dihasilkan dengan cara menguapkan air laut dalam petak-petak di pinggir pantai. Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat, sehingga dengan gaya gravitasi air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki. Setiap liter air laut yang diuapkan sampai kering mengandung 7 mineral (CaSO4, KCl, MgSO4, MgCl2, NaBr, NaCl, dan air) dengan berat total 1.025,68 g. Setelah dikristalkan pada proses selanjutnya akan diperoleh garam dengan kepekatan 16,7528,50Be setara dengan 23,3576 g. Untuk menghasilkan garam dapur hanya akan diperoleh 40,97% dari jumlah bahan baku air laut semula (Burhanuddin, 2001). Daerah potensial penghasil garam mempunyai persyaratan sebagai berikut : (1) memiliki ketersediaan bahan baku garam (air laut) yang sangat cukup, bersih dan tidak tercemar air tawar; (2) memiliki iklim kemarau yang cukup panjang (minimal 45 bulan), dengan curah hujan relatif kecil (1.0001.400 mm/tahun); (3) memiliki dataran rendah dengan tingkat kemiringan kecil dan permeabilitas (kebocoran) tanah yang rendah; mempunyai suhu udara tinggi dan penyinaran matahari yang cukup, tidak tertutup mendung/berkabut (Bakosurtanal, 2010). Pembuatan garam di Indonesia 70% dilakukan oleh rakyat dilahan garam yang relatif sempit (0,53 Ha) dengan teknologi pengolahan dan peralatan sederhana. Proses Pembuatan garam rakyat dimulai dari proses penampungan air laut/bozeem yang berfungsi untuk tempat persediaan air laut dan mengendapkan kotoran fisik air laut, setelah itu dilakukan proses pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan kristalisasi). Bila seluruh zat
yang
terkandung diendapkan/dikristalkan akan terdiri
dari campuran
bermacam-macam zat yang terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk
tetapi juga beberapa zat yang tidak diinginkan ikut terbawa
(impurities). Proses kristalisasi dengan cara menguapkan seluruh air garam yang dimasukkan meja kristal menjadi kering disebut kristalisasi total (Rachman dan Imran, 2011). Sistem pembentukan kristal garam rakyat secara tradisional dilakukan diatas tanah lahan, setelah 5-10 hari kristal garam diambil dari atas tanah. Sistem ini dikenal dengan sistem “madurese”, karena dilakukan oleh petambak garam rakyat di pulau Madura yang sejak jaman kolonial Belanda
11
ditetapkan sebagai daerah penghasil Garam. Proses produksi garam rakyat dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pompa Air Laut
0
3,5 Be Saluran Air
Bak Penampungan Air Laut 5100Be
Areal Penguapan (Peminihan/Evaporasi) ± 150Be
Penirisan (Penjemuran)
Areal Kristalisasi
Areal Penampungan Air Tua 1920 Be 0
Gambar 2.1 Proses produksi Garam Rakyat (Deperindag, 2006)
Garam produksi PT garam lebih bermutu dibanding garam rakyat karena PT Garam mempunyai luas areal produksi garam yang luas. Semakin jauh aliran air laut ke lahan pergaraman, maka tingkat konsentrasi menjadi tinggi. Proses aliran yang panjang juga dilakukan agar unsur-unsur yang tidak diinginkan dalam garam seperti oksidasi besi, magnesium sulfat, magnesium klorida dapat dikurangi, sehingga hanya tersisa unsur NaCl (Natrium Chlorida) yang dibutuhkan dalam garam. Sirkulasi air garam ini akan berujung pada tempat penampungan yang bernama air tua. Air tua ini mengandung konsentrat garam yang tinggi, yaitu 290Be. Apabila konsentrat melebihi dari standar yang ditetapkan, maka akan muncul Magnesium Sulfat, atau yang lebih populer disebut Garam Inggris. Air laut tua kemudian diuapkan, sehingga menjadi kristal-kristal garam. Metode untuk mendapatkan hasil garam Natrium Klorida dengan kemurnian tinggi yang dilaksanakan PT Garam disebut metode kristalisasi bertingkat. Kristalisasi komponen garam oleh PT Garam diatur pada tempat-tempat yang berlainan secara berturut-turut sehingga dapat membentuk komponen garam yang relatif lebih murni. Sistem pembentukan kristal garam yang dilakukan diatas lantai garam yang terbuat sebelumnya selama 30 hari berikut 10 hari waktu pemungutan kristal garam. Sistem ini dikenal dengan sistem portugese, yang digunakan portugis untuk membuat garam di pulau Madura (Rachman dan Imran, 2011). Proses produksi garam PT Garam dapat dilihat pada Gambar 2.2.
12
Air Laut (dipompa) Salinitas 35 0/00 Waduk/Bozem (serapan)
atau 3–3,50Be
Bak Penampungan Air Laut (Pengendapan Partikel/Lumpur) 5–100Be
Peminihan I (Penguapan + Endapan S, O, Ca dan K)
Kolam Pengendapan Air Laut (Penambahan CO2) ± 150Be
Peminihan II (Penguapan + Endapan Mg)
Kolam Pengendapan Air Laut II (Penambahan Asam Oksalat) ± 200Be
Waduk/Bozem (serapan)
Kolam Penampungan Air Tua ± 250Be
NaCl 95%
Kolam Kristalisasi Garam I ± 28 0Be
NaCl 98%
Kolam Kristalisasi Garam II > 290Be
Bittern (Senyawa Mg) Air garam > 290Be
Dibuang
Gambar 2.2 Proses produksi Garam PT Garam (Deperindag, 2006) Walaupun potensi lahan pergaraman di Indonesia sekitar 34 ribu Ha, namun Indonesia selalu mengimpor garam untuk memenuhi kebutuhan garam nasional, bahkan garam untuk konsumsi yang dapat dipenuhi produksi garam nasional, tidak lagi dapat dipenuhi sejak tahun 1998, karena adanya banyak persoalan yang dihadapi petambak garam rakyat, baik yang berhubungan dengan produksi dan pemasaran, kebijakan pemerintah maupun permasalahan yang dihadapinya dalam
13
kehidupan sehari-hari seperti : 1. Proses produksi garam rakyat kebanyakan hanya tergantung pada alam (air laut dan cuaca) dengan pengalaman bertambak garam dengan teknologi terbatas. 2. Kurangnya modal petambak garam, dimana pendapatan petambak garam hanya diterima setiap musim panen garam, sedangkan kebutuhan hidup harus dipenuhi setiap hari. Proses berproduksi garam rakyat mulai dari persiapan lahan, mengalirkan air laut sampai menjadi garam memerlukan waktu 40 hari. Pengeluaran-pengeluaran besar yang tidak dapat ditunggu sampai panen tiba, misalnya kematian dan pesta perkawinan mengakibatkan petambak garam harus menjual produknya ketika masih dalam proses kristalisasi partikelpartikel garam, yang mengakibatkan harga jual garam yang diterima petambak menjadi rendah. 3. Ketergantungan impor garam karena mutu yang lebih baik dan harga yang lebih murah, menjadikan petambak garam enggan untuk melaksanakan produksi karena kalah bersaing. Pemerintah berupaya melindungi produsen skala
kecil
melalui
Peraturan
Menteri
Perdagangan
No.44/M-
DAG/per/10/2007 yang mengatur tentang larangan impor selama musim panen garam di Indonesia yang pada tahun 2011 ditetapkan pada bulan AgustusNopember, dan kewajiban bagi industri untuk membeli minimal 50% kebutuhannya dari garam rakyat sebelum melakukan impor tidak berjalan efektif. Bulan Juli 2011 yang merupakan batas akhir impor garam di Indonesia masih dilanggar, banyak kapal pengangkut garam impor siap bongkar pelabuhan pada bulan Agustus 2011. Importir garam beralasan garam yang masuk merupakan garam impor yang diijinkan pada bulan Juli 2011 hanya belum masuk dan dipasarkan. Dengan membanjirnya garam impor dengan mutu lebih bagus dengan harga Rp. 450,-/kg menjadikan petambak garam tidak pernah menikmati harga dasar garam yang mengatur pembelian garam rakyat Rp. 750,- untuk garam mutu 1 (satu), Rp. 550,- untuk garam mutu 2 (dua) dan Rp. 350,- untuk garam mutu 3 (tiga). 4. Mutu garam rakyat yang tidak sesuai SNI dengan kandungan NaCL minimal 97%, sehingga pabrik garam tidak bersedia membeli garam rakyat dengan harga sesuai ketentuan pemerintah. Ketidakmampuan petambak, karena luas
14
lahan produksi yang kecil, menyebabkan petambak hanya dapat berproduksi secara sederhana (kristalisasi total). Rendahnya mutu garam rakyat juga dikarenakan minimnya infrastruktur yang menyebabkan salah satunya ketidaklancaran air laut ke tambak-tambak garam akibat pendangkalan di saluran utama. Teknologi usaha garam yang belum memadai, proses produksi sejak tahap pemasukan bahan baku air laut sehingga proses pengemasan belum mencapai kualitas yang diharapkan sehingga garam yang dihasilkan petambak garam masih berupa garam krosok atau garam kasar yang belum layak konsumsi. Di Indonesia walaupun merupakan negara kepulauan, tetapi pusat pembuatan garam terkonsentrasi di Jawa dan Madura yaitu di Jawa seluas 10.231 Ha (Jawa Barat 1.159 Ha, Jawa Tengah 2.168 Ha, Jawa Timur 6.904 Ha) dan Madura 15.347 Ha (Sumenep 10.067 ha, Pemekasan 3.075 Ha, Sampang 2.205 Ha). Luas areal yang dikelola oleh PT Garam hanya 5.116 Ha yang seluruhnya berada di pulau Madura yaitu di Sumenep 3.163 Ha, Pemekasan 907 Ha dan di Sampang 1.046 Ha. Lokasi lainnya, yaitu di NTB 1.155 Ha, Sulawesi Selatan 2.040 Ha, Sumatera dan lain-lain 1.885 Ha, sehingga luas areal penggaraman seluruhnya sebesar 30.658 Ha dimana 25.542 Ha dikelola secara tradisional oleh rakyat. Areal garam yang dikelola oleh PT. Garam produksinya dapat mencapai 80 ton/Ha/tahun, sedangkan garam rakyat kurang 60 ton/Ha/tahun (Depperindag, 2006). Garam proanalisis dan garam farmasi, mempunyai kandungan NaCl > 99%, garam konsumsi mempunyai kandungan NaCl > 94% dan garam untuk pengawetan memiliki kandungan NaCl > 90%. Semakin besar kandungan NaClnya, akan semakin kompleks dan rumit proses produksi dan pemurniannya. Garam rakyat yang diproduksi pada 25.542 ha atau sekitar 83,31% dari luas areal pergaraman nasional. Garam rakyat yang pada umumnya dibuat dengan metode total kristalisasi, harus diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri, karena berkadar NaCl kurang
dari 90% dan banyak
mengandung pengotor. Garam dapat dimurnikan dengan teknik pencucian dengan menggunakan brine untuk menghilangkan zat pengotor, hanya saja semakin sedikit kandungan NaCl-nya, akan semakin rumit dan mahal biaya pemurniannya.
15
C.
Swasembada Garam Nasional Untuk mencapai swasembada garam nasional telah dibentuk tim swasembada garam nasional dibawah koordinasi Kementerian Koordinator Perekonomian yang beranggotakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian
Perindustrian
(Kemenperin)
dan
Kementerian
Perdagangan
(Kemendag). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku koordinator tim bertanggungjawab pada 2 (dua) hal, yaitu menentukan arah pengembangan garam nasional dan mensinergikan kebijakan dan program lintas sektorat dalam pengembangan garam nasional. KKP bertanggungjawab pencapaian swasembada garam untuk keperluan konsumsi dengan melaksanakan intensifikasi dan revitalisasi lahan produktif, peningkatan produksi dan mutu garam rakyat, pemberdayaan petambak garam, inovasi teknologi produksi dan mutu garam. Kemenperin bertanggung jawab pencapaian swasembada garam untuk industri melalui kegiatan peningkatan mutu garam untuk industri, pemenuhan kebutuhan garam untuk industri CAP dan non CAP, dan pengembangan garam industri dengan inovasi teknologi industri. Kemendag bertanggungjawab pada 2 (dua) hal, yaitu (1) Kebijakan pentarifan dan harga garam melalui penetapan harga dasar garam, kebijakan ini dipandang perlu karena selama ini garam konsumsi dalam negeri, tidak dapat bersaing dengan garam konsumsi impor karena petambak garam di negara pengekspor diberi subsidi oleh pemerintahnya (India dan Cina); (2) Kebijakan penentuan impor garam terutama untuk kebutuhan industri dengan mempertimbangkan keberadaan garam produksi nasional dan menjamin kecukupan garam untuk kebutuhan nasional. Selain Kementerian yang tergabung dalam tim swasembada garam nasional, Kementerian lain ikut mendukung upaya pencapaian swasembada garam nasional sesuai tugas pokok dan fungsinya. Kementerian Keuangan mempunyai 3 (tiga) tugas pokok berkaitan dengan pencapaian swasembada garam, yaitu (1) mengalokasikan
anggaran
untuk
pelaksanaan
swasembada
garam;
(2)
memfasilitasi permodalan usaha; (3) Melaksanakan pengawasan tataniaga garam impor bersama-sama dengan Kementerian Perdagangan. Tugas Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terkait swasembada garam ada
16
2 (dua) hal, yaitu (1) Bersama dengan KKP melakukan pemberdayaan usaha garam rakyat melalui pendekatan keorganisasian, disini kerjasama kelompok diantara petambak garam diharapkan dapat membentuk skala ekonomi usaha lebih besar yang berpeluang untuk berkembang; (2) Menciptakan iklim usaha yang mampu memotivasi berkembangnya Koperasi petambak garam ataupun organisasi kelompok kerja baru yang lain. Kemendagri dan Pemda mempunyai 4 (empat) tugas pokok berkaitan swasembada garam, yaitu : (1) Melalui Pemda melakukan fasilitasi kemungkinan pembukaan lahan garam baru di daerah tersebut (Rencana Tata Ruang Wilayah dan Perijinan); (2) Memberikan dukungan pengamanan terhadap usaha garam rakyat dari kemungkinan terjadinya pencemaran air laut sebagai sumber bahan baku; (3) Memberikan dukungan berupa peningkatan prasarana dan sarana dasar secara kuantitas dan mutu bagi kegiatan pegaraman rakyat; (4) Melakukan pembinaan administrasi dan statistik usaha garam rakyat oleh Kepala Desa dan Camat setempat. Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Perindustrian melakukan pengawasan garam konsumsi dipasar memenuhi mutu garam berdasarkan SNI 01-3556-2000 (minimal 30 mg/Kg).
D.
Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Menurut Kusnadi (2009) pemberdayaan masyarakat nelayan diartikan sebagai
usaha-usaha
sadar
yang
bersifat
terencana,
sistematik
dan
berkesinambungan untuk membangun kemandirian sosial, ekonomi, dan politik masyarakat nelayan dengan mengelola potensi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan sosial yang bersifat berkelanjutan. Diperlukan
prasyarat/kondisi
dan
proses
yang
sistemik
didalam
pemberdayaan ekonomi rakyat terutama yang tergolong masyarakat miskin, seperti masyarakat pesisir. Prasyarat/kondisi yang dimaksudkan adalah (1) adanya kondisi pemberdayaan; (2) memberikan kesempatan agar masyarakat semakin berdaya; (3) perlindungan agar keberdayaan dapat berkembang; (4) meningkatkan kemampuan agar semakin berdaya, dan (5) fungsi pemerintah. Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat miskin dapat dilakukan secara bertahap melalui 3 (tiga) fase, yaitu (1) fase inisial, dimana pemerintah yang paling dominan dan rakyat
17
bersifat pasif; (2) fase partisipatoris, dimana proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat; dan (3) fase emansipatoris, masyarakat sudah dapat menemukan kekuatan dirinya sehingga dapat melakukan pembaharuanpembaharuan dalam mengaktualisasikan dirinya (Soetomo, 2011). Pada tahun 2009 Kementerian Kelautan mengimplemetasikan
program
pemberdayaan
dan yang
Perikanan
(KKP)
merupakan
integrasi
pemberdayaan pada masing-masing unit eselon satu dalam wadah
Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP). PNPM Mandiri-KP adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan. PNPM Mandiri-KP tahun 2011 mempunyai 2 (dua) komponen program untuk
mengentaskan
kemiskinan
melalui
peningkatan kemampuan dan
pendapatan masyarakat serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan, yaitu Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (PB) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (Ditjen PT) dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP) dan
Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulaupulau Kecil (Ditjen KP3K). PUMP merupakan program pemberdayaan bagi peningkatan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat nelayan, pembudidaya serta pengolah dan pemasar ikan. Struktur pengorganisasian PNPM Mandiri-KP 2011 dapat dilihat pada Gambar 2.3. PUGAR adalah kegiatan pemberdayaan yang difokuskan pada peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan bagi petambak garam dalam rangka mencapai Swasembada Garam Nasional melalui prinsip bottom-up, artinya masyarakat sendiri yang merencanakan kegiatan, melaksanakan dan melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan mekanisme yang ditentukan. Melalui PUGAR, masyarakat didorong untuk melaksanakan usaha garam, sehingga target produksi untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi iuntuk nasional akan dapat dicapai.
18
PNPM Mandiri-KP Tahun 2011
Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR)
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP)
Penanggungjawab
Sasaran
Ditjen Perikanan Budidaya
Ditjen Perikanan Tangkap
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pembudidaya
Nelayan
Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan
Petambak Garam
Gambar 2.3 Organisasi PNPM Mandiri-KP 2011 (KKP, 2011b)
Dalam kegiatan pergaraman, terdapat 4 (empat) isu strategik yang menjadi dasar perhatian dalam pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat, yaitu : (1) isu kelembagaan yang mengakibatkan lemahnya posisi tawar para petambak garam rakyat; (2) isu permodalan yang menyebabkan para petambak garam rakyat masih belum optimal dalam mengakses sumber permodalan baik dari bank maupun non bank sehingga para petambak garam rakyat terjerat pada bakul, tengkulak dan juragan; (3) isu regulasi yang menyebabkan lemahnya keberpihakan dan proteksi pemerintah pada sektor garam rakyat, sehingga usaha garam rakyat menjadi tidak prospektif dan marketable; dan (4) isu tata niaga garam rakyat yang sangat liberalistik dengan tidak adanya penetapan standar kualitas dan harga dasar garam rakyat, sehingga terjadi penyimpangan harga yang sangat tinggi di tingkat produsen petambak garam dan pelaku pasar, serta terjadinya penguasaan kartel perdagangan garam di tingkat lokal. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi isu strategik tersebut dilakukan
melalui 4 (empat) kegiatan PUGAR, yaitu (1) Pemetaan Wilayah
Tambak; (2) Peningkatan Kapasitas Petambak Garam; (3) Fasilitasi Kemitraan dalam Usaha Garam Rakyat; (4) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat. Dalam implementasi program PUGAR tahun 2011 dikelola oleh organisasi yang
19
melibatkan beberapa pemangku kepentingan dengan susunan, tugas dan fungsi seperti termuat pada Gambar 2.4 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TIM PENGENDALI PUSAT (KOORDINATOR PNPM MANDIRI-KP)
DITJEN KP3K (KOORDINATOR POKJA PUGAR)
DINAS PROPINSI
KOPERASI
TNP2K
TKPK PROPINSI
DINAS KABUPATEN/KOTA
TKPK KABUPATEN/KOTA
TENAGA PENDAMPING
TIM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
KABUPATEN/K
KELOMPOK USAHA GARAM RAKYAT (KUGAR)
Gambar 2.4 Kelembagaan PUGAR (KKP, 2011b) Ket : TNP2K = Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TKPK = Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan = Garis Komando = Garis Koordinasi Pemerintah pusat adalah KKP yang bertindak sebagai penanggungjawab dan pembina program di tingkat nasional. Penanggung jawab kegiatan PUGAR adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (Dirjen KP3K) dengan penanggung jawab teknis Direktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha. Untuk melaksanakan PUGAR maka dibentuk Tim Kelompok Kerja (POKJA) PUGAR yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen KP3K yang mempunyai 5 (lima) tugas, yaitu (1) Menyusun rencana kebijakan; (2) Menyusun Pedoman Teknis PUGAR; (3) Melakukan koordinasi perencanaan
20
dan pelaksanaan dengan Kementerian/ Lembaga terkait termasuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K); (4) Melakukan sosialisasi, pelatihan Tenaga Pendamping, lokakarya, supervisi, monitoring, evaluasi dan pengendalian kegiatan; dan (5) Melakukan verifikasi usulan Kabupaten/Kota calon lokasi dan penerima PUGAR tahun 2012. Pemerintah Daerah adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi dan Kabupaten Kota yang menangani Program PUGAR. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi sebagai representasi KKP di daerah bertugas (1) Melakukan koordinasi, pembinaan, pendampingan, sosialisasi, monitoring dan evaluasi PUGAR di wilayahnya; (2)
Melakukan komunikasi dengan instansi terkait
termasuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) tingkat provinsi; dan (3) Mengusulkan Kabupaten/Kota di wilayahnya sebagai calon penerima PUGAR tahun berikutnya berdasarkan hasil evaluasi dan ketentuan yang berlaku. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sebagai penanggungjawab operasional program mempunyai 4 (empat) tugas, yaitu (1) Menyeleksi dan menetapkan lokasi sasaran, kelompok masyarakat sasaran, Konsultan Pelaksana, Tim Pemberdayaan Masyarakat, dan Tenaga Pendamping; (2) Melakukan sosialisasi, publikasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan; (3) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan TKPKD Kabupaten/Kota; dan (4) Mengajukan usulan proposal kegiatan PUGAR tahun berikutnya kepada Dirjen KP3K melalui Kepala Dinas Propinsi. Tim
Pemberdayaan
Masyarakat
dibentuk
dan
ditetapkan
oleh
Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Tim ini terdiri dari 5 (lima) orang, dengan Ketua berasal dari unsur dinas kelautan dan perikanan Kabupaten/Kota dengan anggota terdiri dari unsur dinas perindustrian dan/atau perdagangan, dinas koperasi, Koperasi LEPP-M3/koperasi pesisir/koperasi perikanan dan tokoh masyarakat. Tim Pemberdayaan Masyarakat bertugas untuk (1) Melakukan identifikasi, seleksi dan verifikasi terhadap calon lokasi sasaran dan calon penerima BLM, calon lokasi, dan Rencana Usaha Bersama (RUB) KUGAR mengacu pada kriteria pedoman teknis PUGAR; dan (2) Mengusulkan calon lokasi sasaran (nama Kecamatan dan Desa) dan calon penerima BLM dan
21
besarnya nilai BLM kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasarkan hasil verifikasi. Koperasi berperan sebagai penyangga hasil produksi garam rakyat ditetapkan oleh dinas kelautan dan perikanan
Kabupaten/Kota
setelah
mendapatkan rekomendasi dari dinas yang membidangi urusan koperasi. Tugas koperasi dalam implementasi PUGAR adalah (1) Menyediakan sarana produksi dan permodalan bagi KUGAR; (2) Membeli garam hasil produksi KUGAR dengan harga yang sesuai; dan (3) Memfasilitasi kegiatan penanganan pasca panen, antara lain pengolahan garam, pengemasan dan pemasaran. Tenaga Pendamping PUGAR di tingkat Kabupaten/Kota terdiri atas 2 (dua) orang, yaitu (1) Tenaga Pendamping Kelembagaan dan (2) Tenaga Pendamping Teknis Pergaraman. Tenaga Pendamping PUGAR tidak diperkenankan berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Penyuluh Perikanan/Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK)/terikat kontrak kerja dengan Institusi lain. Sebelum melaksanakan tugasnya, Tenaga Pendamping Kabupaten/Kota diberikan pelatihan teknis dan kelembagaan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM-KP). Tugas Tenaga Pendamping meliputi
(1)
Membuat
rencana
pendampingan
kegiatan
Mendampingi KUGAR menyusun RUB; (3) Mempersiapkan
PUGAR;
KUGAR
(2)
dalam
rangka peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok dan penguatan kapasitas SDM petambak garam; (4) Mendampingi KUGAR dan memberikan rekomendasi kepada Bank dalam proses pencairan dana BLM dan penyusunan laporan hasil pemanfaatan BLM; (5) Membantu tugas Tim Pemberdayaan Masyarakat; (6) Melakukan pendampingan teknis produksi garam hingga penjualan hasil kepada koperasi; dan (7) Menyusun laporan tertulis perkembangan pelaksanaan kegiatan pendampingan setiap bulan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada dinas kelautan dan perikanan provinsi dan Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K). KUGAR adalah kelompok melaksanakan yang kegiatan PUGAR yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Pembentukan KUGAR adalah usaha menyatukan petambak garam dalam satu hamparan lokasi untuk bergabung dalam usaha produksi garam secara bersama, sehingga melalui
22
KUGAR, petambak akan mempunyai posisi tawar yang lebih baik, dan dapat memutuskan hubungan dengan tengkulak/pengepul. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 2.5
P1
P2
Penggarap
P3
Pengepul/ Tengkulak
KUGAR
Koperasi/ Pedagang Besar
PABRIK
Gambar 2.5 Kelompok usaha Garam Rakyat (KKP, 2011b) Keterangan :
P1, P2 dan P3
=
Petambak Garam
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) menurut pedoman pelaksanaan PUGAR (KKP, 2011b) adalah bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada kelompok guna melindungi dari kemungkinan atau dampak resiko sosial, berupa barang untuk peningkatan usaha petambak garam. BLM diwujudkan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu : 1.
Peningkatan prasarana usaha garam rakyat melalui pembuatan/perbaikan saluran
tambak,
pembuatan/perbaikan
galengan/tanggul,
pembuatan/
perbaikan gudang sementara, pemadatan tanah, dan pembuatan meja jemur. 2.
Peningkatan sarana usaha garam rakyat dengan pemberian pompa, kincir angin, gerobak sorong, timbangan, bahan additif (garam solusi) dan peralatan tambak garam lain yang diusulkan petambak melalui kelompok. Bahan additif dan teknik tambak garam maduresee dalam PUGAR
digunakan untuk meningkatkan mutu garam rakyat dan produktifitas garam rakyat
23
menjadi 80 ton/Ha. Strategi pencapaian swasembada garam rakyat melalui PUGAR dapat dilihat dalam Gambar 2.6 Musyawarah Desa
Penentuan Petambak
Pendamping Kelembagaan
Penetapan KUGAR
Pendamping Teknis
Penyusunan RUB
Verifikasi TPM PEMDA KP3K
Penyaluran BLM
SARANA
PRASARANA
Produksi Garam
KOPERASI
Swasembada Garam
Gambar 2.6 Alur PUGAR (KKP, 2011b)
24
Program PUGAR Tahun 2011 mempunyai 4 (empat) tujuan, yaitu (1) Membentuk
sentra-sentra
usaha
garam
rakyat
di
lokasi
sasaran;
(2)
Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan petambak garam rakyat dalam kelompok usaha garam rakyat; (3) Meningkatkan akses terhadap permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi bagi Petambak garam rakyat; dan (4) Tercapainya target produksi garam konsumsi sebanyak 304.000 ton untuk mendukung Swasembada Garam Nasional. Tercapainya tujuan PUGAR tahun 2011 dengan melihat pada 3 (tiga) indikator
output
PUGAR,
yaitu
(1)
Terbentuknya
750
KUGAR;
(2)
Tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Rp. 76.000.000.000,- (tujuh puluh enam miliar rupiah) sesuai dengan Rencana Usaha Bersama (RUB); dan (3) Tercapainya target produksi garam konsumsi sebanyak 304.000 ton. Selain indikator output, PUGAR juga memiliki indikator outcome sebagai tujuan PUGAR 2011, yaitu (1) Meningkatnya pendapatan kelompok usaha garam rakyat sebesar 15%; (2) Terwujudnya kelompok usaha garam rakyat menjadi anggota koperasi yang berbadan hukum di 40 unit koperasi sebagai sentra usaha garam rakyat; (3) Meningkatnya kapasitas petambak garam rakyat melalui pelatihan dan pendampingan sejumlah 750 kelompok; dan (4) Meningkatnya produktifitas tambak garam rakyat dari 60 ton/Ha menjadi 80 ton/Ha. Di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, PUGAR diimplementasikan dengan melibatkan 170 orang petambak yang tergabung dalam 17 KUGAR. BLM yang disalurkan Rp. 850.000.000,- untuk perbaikan sarana dan prasarana usaha garam milik petambak sesuai dengan Rencana Usaha Bersama (RUB) yang sudah dibuat oleh KUGAR. Dalam penyaluran BLM, pemilik lahan diberikan kesempatan untuk mendapatkan BLM dengan syarat menggarap lahan dan maksimal memiliki lahan 5 Ha dan tidak diperkenankan dana BLM untuk sewa lahan karena kurang efektif dalam pencapaian tujuan dan hanya untuk penunjang produksi.170 orang petambak penerima BLM sudah diverifikasi dan ditetapkan melalui SK Dirjen KP3K dan dipublikasikan di media cetak dan elektronik.
III. METODE KAJIAN A.
Kerangka Pemikiran Program PUGAR merupakan salah satu strategi pencapaian swasembada garam nasional oleh pemerintah dengan visi pencapaian target produksi garam 304.000 ton dan misi meningkatkan kesejahteraan petambak garam 15%. Keberhasilan Implementasi PUGAR dapat dilihat dari 3 (tiga) unsur, yaitu (1) Program (kebijaksanaan) itu sendiri; (2) Target Group, yaitu petambak garam yang menjadi sasaran yang diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau peningkatan;
(3) Unsur Pelaksana (Implementator)
PUGAR, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Ditjen KP3K) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses implementasi tersebut. Indikator efektivitas implementasi PUGAR dilihat 2 (dua) aspek, yaitu (1) program, dengan melihat output PUGAR dan membandingkan dengan sasaran PUGAR dan (2) target grup, yaitu petambak garam, dengan melihat apakah PUGAR dapat meningkatkan kesejahteraan petambak garam. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Treats (SWOT) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha garam rakyat. Target Implementasi Pugar yang merupakan output PUGAR dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis Kualitatif digunakan untuk melihat 3 (tiga) hal, yaitu (1) Proses pembentukan kelompok dan peningkatan kapasitas kelompok; (2) Penyaluran bantuan langsung masyarakat dan (3) Proses pendampingan dan peningkatan teknologi usaha garam rakyat. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung 5 (lima) hal, yaitu (1) Produktivitas lahan garam; (2) pendapatan usaha; (3) marjin laba; (4) efisiensi modal; dan analisa kesenjangan (gap analysis), kelayakan usaha dan usaha garam yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup petambak. Analisis Modified Analitycal Hierarchy Process (MAHP) digunakan untuk menghitung ada tidaknya peningkatan kesejahteraan petambak garam, sebagai dampak yang diharapkan dari tercapainya swasembada garam nasional. Gambar 3.1 menunjukkan skema kerangka pemikiran kajian.
KEMENKEU KOPERASI KEMENKES KEMENDAGRI BKPM, BPPT
Masalah Garam Nasional
Kondisi Garam Nasional Produksi garam nasional tidak mencukupi kebutuhan garam nasional Rendahnya produktifitas garam rakyat Rendahnya pendapatan petambak garam
PT. GARAM PERBANKAN KOPERASI INDUSTRI
TIM SWASEMBADA GARAM KKP, KEMENPERIN, KEMENDAG
PUGAR (KKP) Target Produksi Garam 304.000 ton Peningkatan Produktifitas Tambak Garam Peningkatan Kesejahteraan Petambak 15%
KUGAR
BLM
Identifikasi Faktor Internal (Kekuatan & Kelemahan)
PENDAMPINGAN
Kuantitatif
Kualitatif
OUTPUT PUGAR Swasembada Garam Nasional
OUTCOME PUGAR Peningkatan Kesejahteraan Petambak Garam
Analisis MAHP
Efektivitas Implementasi PUGAR
Gambar 3.1 Kerangka pemikiran kajian.
TEKNOLOGI
Identifikasi Faktor Eksternal (Peluang & Hambatan)
USAHA GARAM RAKYAT
Analisis SWOT
Umpan balik
Umpan balik
Potensi Garam Nasional
26
27
B.
Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi kajian untuk tugas akhir dilaksanakan di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107°52°108°36° Bujur Timur dan 6°15°6°40° Lintang Selatan dengan batas wilayah sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang: sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa: sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Cirebon; sebelah Timur berbatasan dengan laut Jawa dan Kabupaten Cirebon. Cakupan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Indramayu terdiri dari 31 Kecamatan, 307 Desa dan 8 Kelurahan, dengan luas wilayah 204,011 ha atau 2.040.110 km dengan panjang pantai 114,1 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang. Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang posisi pantai utara pulau jawa membuat suhu udara di Kabupaten Indramayu cukup tinggi (23– 34 °C) dengan kelembaban udaraa 70%80%. Rataan Curah hujan tahunan 1.587 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 84 hari. Curah hujan tertinggi 2.008 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 91 hari sedangkan curah hujan terendah 1.063 mm dengan jumlah hari hujan 68 hari. Pemilihan lokasi kajian dilakukan secara purposive yang didasarkan pada 5 (lima) pertimbangan, yaitu (1) Indramayu merupakan salah satu daerah sentra garam yang memasok garam untuk kebutuhan wilayah Jawa Barat yang berpotensi strategik dalam pencapaian swasembada garam nasional; (2) Lokasi kajian adalah daerah pesisir yang memiliki lahan produksi garam; (3) Salah satu lokasi diimplementasikannya program PUGAR; (4) Zat tambahan yang merupakan salah satu strategi pencapaian tujuan PUGAR ditemukan oleh Hasan Achmad Suyono seorang petambak garam di Desa Santing, Kecamatan Losarang dan diujicobakan di tambak garam percobaan di lokasi kajian dan (5) Lokasi kajian memiliki target PUGAR sebanyak 170 petambak garam yang tergabung dalam 17 KUGAR dan merupakan lokasi target PUGAR terbesar dibandingkan lokasi lain di Kabupaten Indramayu. Waktu kajian dilaksanakan pada bulan Oktober –Nopember 2011.
28
C.
Metode Kerja 1.
Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer, adalah data pokok yang diperoleh langsung dari responden dan orang-orang yang berhubungan dengan obyek penelitian yang mencakup data usaha petambak garam, keadaan sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR. Proses untuk mendapatkan data primer ini menggunakan teknik pengumpulan data dalam bentuk kuesioner (Lampiran 2), wawancara dan observasi langsung Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, misalnya catatan atau dokumen, gambar dan grafik yang terkait dengan tujuan dan sasaran penelitian. Data sekunder didapatkan dari laporan dan penelitian terdahulu mengenai usaha garam rakyat, laporan dari KUGAR, dari sejumlah dinas dan instansi pemerintah seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Biro Pusat Statistik, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Kelautan dan Perikanan dan lain-lain. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya dapat diduga. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, populasinya adalah seluruh petambak garam anggota Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) sasaran PUGAR di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu yang berjumlah 170 orang yang terbagi dalam 17 KUGAR. Pengambilan contoh dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan snowball sampling. Jumlah contoh yang diambil menggunakan rumus Slovin berikut : = Keterangan : N = jumlah populasi n = jumlah contoh e = derajat kesalahan
N 1 + (N 2 )
29
Berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90% (taraf signifikansi 0,10), maka dari populasi 170 anggota KUGAR di Desa Losarang, jumlah contoh (n) atau jumlah responden yang diambil adalah : =
170 1 + (170 x 0,12 )
= 62,96 (dibulatkan 63 orang) Ada 17 KUGAR di Desa Losarang, sehingga jika 63 dibagi 17 akan menghasilkan angka 3,7. Penulis membulatkan angka menjadi 4, sehingga dari 17 KUGAR akan diambil 68 contoh (17 x 4). Dari 68 contoh masih ditambah 2 contoh lagi yang berasal dari petambak di desa Losarang yang memiliki luas tambak garam terluas dan terkecil, sehingga jumlah responden yang akan diambil adalah 70 orang. Pengambilan contoh dilakukan melalui 2 tahap, yaitu 2 (dua) contoh diambil dari 1 (satu) orang yang memiliki luas lahan produksi garam terbesar dan 1 (satu) orang yang memiliki luas lahan produksi garam terkecil di Desa Losarang dan 68 contoh diambil dari 17 KUGAR, masing-masing 4 (empat) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang pengurus kelompok dan 3 (tiga) orang yang ditunjuk oleh pengurus kelompok yang bersangkutan.
2.
Pengolahan dan Analisis Data a.
Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif Data kualitatif adalah data yang berupa pendapat (pernyataan) atau judgement sehingga tidak berupa angka akan tetapi berupa katakata atau kalimat (Effendy, 2010). Data kualitatif diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, analisis dokumen, diskusi atau observasi lapangan yang telah dituangkan dalam bentuk transkrip. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mengungkapkan efektivitas implementasi program PUGAR melalui indikator proses pencapaian tujuan PUGAR, yaitu (1) proses pembentukan KUGAR di Desa Losarang; (2) proses penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat sesuai dengan Rencana Usaha
30
Bersama (RUB); dan (3) proses pendampingan dan peningkatan teknologi usaha garam rakyat. Selain dengan pendekatan kualitatif, digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur 6 (enam) hal pada responden, yaitu (1) Produktifitas tambak garam; (2) Pendapatan usaha garam;
(3)
kelayakan usaha garam; (4) Marjin keuntungan usaha garam; (5) Analisis kesenjangan (Gap analysis) dan (6) Efisiensi modal.
1)
Produktifitas tambak garam rakyat Produktifitas diperoleh melalui pembagian antara jumlah garam dalam satuan ton yang dihasilkan selama musim produksi garam dengan luas lahan dalam satuan Ha untuk menghasilkan garam tersebut, dirumuskan sebagai berikut : Produktifitas =
Jumlah Hasil Produksi Luas Lahan
Dalam penelitian ini akan dihitung produktifitas tambak garam rakyat sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR 2)
Pendapatan Usaha Pendapatan usaha garam rakyat merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, yang dirumuskan sebagai berikut : Pd = TR – TC dimana : Pd : Pendapatan usaha TR : Total Penerimaan TC : Total Biaya Total penerimaan (Total Revenue/TR) diperoleh melalui perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan yang dapat dijual dengan harga jual tertentu, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : TR = Y x Py dimana : Y
: Jumlah produk yang dijual
Py : Harga Y
31
Total biaya (Total Cost atau TC ) didapat penambahan biaya tetap produksi garam (Fixed Cost atau FC ) dan biaya tidak tetap produksi garam (Variable Cost atau VC). TC dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = FC + VC Dari perhitungan tersebut akan diperoleh penerimaan usaha petambak garam. Dalam penelitian ini akan dihitung penerimaan yang diperoleh sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR.
3)
Kelayakan Usaha Kelayakan usaha garam dihitung dari Benefit Cost (B/C) ratio, dimana kelayakan usaha ditetukan oleh perbandingan antara pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Bila nilai B/C ratio < 1 maka usaha garam tidak layak untuk dilanjutkan. Kelayakan Usaha =
Pendapatan Total Biaya
Untuk menghitung kelayakan usaha juga dilaksanakan melalui perhitungan titik impas usaha (Break Even Point atau BEP). BEP terbagi menjadi 2 (dua) jenis analisis yaitu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan harga satuan produk per kilogram sebagai perhitungan titik impas usaha dicapai pada jumlah produksi garam tertentu dan (2) titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha yang dapat dicapai pada harga garam tertentu per kg. BEP Produksi =
Total Biaya Harga Satuan Produk
BEP Harga Produksi =
Total Biaya Total Produksi
Kelayakan usaha garam rakyat juga dihitung dari berapa luasan minimal tambak garam untuk memenuhi kebutuhan petambak garam. Nilai kebutuhan petambak garam diambil dari Upah Minimum Kabupaten Indramayu tahun 2011 Rp. 944.190,- (mencapai 100%
32
tingkat Kebutuhan Hidup Layak di Kabupaten Indramayu), yang merupakan keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 561/kep.1564bangsos/2010 dan berlaku efektif tanggal 1 Januari 2011. Upah Minimum Kabupaten Pendapatan Petambak per hektar
Luas Tambak Garam yang Layak =
4)
Marjin Keuntungan (Profit Margin) Profit Margin usaha garam merupakan merupakan kemampuan usaha garam untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan penjualan yang dicapai. Semakin besar marjin keuntungan petambak garam menandakan semakin baik kinerja usaha garam, karena meningkatkan kemampuan petambak dalam menghasilkan keuntungan dengan dibandingkan penjualan yang dicapai. Marjin keuntungan dihitung dengan rumus berikut : Marjin Keuntungan =
5)
Keuntungan Usaha Garam Hasil Penjualan Garam
Analisa Kesenjangan (Gap Analysis) Analisis kesenjangan terjadi karena adanya pertambahan nilai dari petambak untuk sampai ke konsumen seperti Gambar 3.2. Analisis kesenjangan adalah perbandingan harga jual garam di pasar dibandingkan pendapatan petambak per kg garam yang diproduksi, dimana dengan semakin jauh perbedaan harga di tingkat petambak dan harga di pasar, berarti komoditas garam tersebut masih dapat diberikan nilai tambah yang dilakukan oleh petambak untuk meningkatkan harga jual garam. Kesenjangan yang besar terjadi kaena distribusi yang panjang dari petambak ke konsumen. Analisis kesenjangan dihitung dengan rumus berikut :
Analisis Kesenjangan =
Harga dipasar Pendapatan Petambak
33
Petambak Garam
Pedagang Pengumpul
Perusahaan Garam
Jasa Transportasi
Pasar
Distribusi Garam
Gambar 3.2 Alur pertambahan nilai garam (Rachman dan Imran, 2011) 6)
Efisiensi Modal Sebagian modal untuk melaksanakan produksi garam berasal dari BLM, maka diteliti efisiensi modal, dimana keuntungan yang diperoleh dalam usaha garam dapat mencapai persentase tertentu dari total biaya yang dikeluarkan. Efisiensi modal dihitung dengan menggunakan rumus :
Efisiensi Modal =
Laba Bersih x 100 % Total Biaya
b. Analisis SWOT Analisis SWOT, yaitu analisis kekuatan-kelemahan dan peluang– ancaman yang terbagi menjadi 2 (dua) bentuk matriks, yaitu Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal usaha garam yang berkaitan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dianggap penting. Sementara matriks EFE digunakan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal usaha garam yang yang berkaitan dengan peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar lingkungan usaha garam tersebut mempengaruhi keberhasilan usaha garam yang dilaksanakan petambak.
34
Analisis data terhadap faktor-faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) usaha garam di Desa Losarang dilakukan melalui beberapa tahapan kerja, yaitu : 1. Menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan sebagai faktor lingkungan internal dan peluang dan ancaman sebagai faktor lingkungan eksternal pada kolom pertama di masing-masing matriks (IFE dan EFE). 2. Memberikan bobot tingkat pengaruh kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan ancaman tersebut dengan jumlah bobot untuk peluang dan ancaman adalah 1 (satu), demikian pula jumlah bobot kekuatan dan kelemahan adalah 1 (satu). Masing-masing faktor internal dan eksternal dibandingkan dengan menggunakan skala perbandingan berpasangan 1-9 dari Saaty (1993). 3. Memberikan rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 yaitu skala 3-4 untuk atribut kekuatan dan peluang dan skala 1-2 untuk atribut kelemahan dan ancaman. Rating atau peringkat berdasarkan skala 14 tersebut ditentukan dengan cara membandingkan fakta yang ada (kondisi obyektif) dengan kinerja ideal maupun kondisi ideal yang diharapkan. 4. Mengalikan bobot dengan rating atau peringkat untuk memperoleh skor terbobot. 5. Skor yang diperoleh selanjutnya dijumlahkan untuk menggambarkan total skor terbobot di masing-masing matriks (IFE dan EFE). Pada akhirnya hasil gabungan total skor terbobot dari faktorfaktor internal dan eksternal akan menggambarkan 9 (sembilan) kuadran alternatif bentuk pengembangan strategi (Gambar 3.3), bila dikelompokkan akan menghasilkan 3 (tiga) bentuk strategi dasar, yaitu : 1.
Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy), kuadran-kuadran ini merupakan kondisi pertumbuhan usaha garam yang dilaksanakan petambak (kuadran 1, 2 dan 5) atau upaya untuk melakukan diversifikasi (kuadran 7 dan 8).
35
2.
Strategi Stabilitas (Stability Strategy) adalah suatu bentuk strategi yang diterapkan tanpa harus mengubah arah strategi yang sedang berjalan atau sedang diterapkan (kuadran 4 dan 5).
3.
Strategi Penciutan (Retrenchment Strategy) adalah upaya untuk memperkecil/mengurangi
usaha
garam
yang
dilaksanakan
petambak (kuadran 3 dan 6) atau upaya untuk menutup usaha/likuidasi (kuadran 9).
Kuat
-- Total Skor Faktor eksternal --
4,0 Tinggi
-- Total Skor Faktor Internal -Rataan Lemah 3,0 2,0
1,0
I Pertumbuhan
II Pertumbuhan
III Penciutan
IV Stabilitas
V Pertumbuhan Stabilitas
VI Penciutan
VII Pertumbuhan
VIII Pertumbuhan
IX Likuidasi
3,0 Rataan
2,0 Rendah
1,0
Gambar 3.3. Matriks IE (Rangkuti, 2006) Matriks SWOT akan menghasilkan 4 (empat) tipe strategi (Tabel 3.1) berikut : 1) Strategi S-O Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki usaha garam untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesarbesarnya. 2) Strategi S-T Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki usaha garam untuk mengatasi ancaman.
36
3) Strategi W-O Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4) Strategi W-T Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel 3.1 Matriks SWOT Faktor Internal
Strengths (S)
Weakness (W)
Menentukan 5-10 faktor kekuatan internal
Menentukan 5-10 faktor kelemahan internal
Opportunities (O)
strategi S-O
strategi W-O
Menentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Menciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatan peluang
Threats (T)
strategi S-T
strategi W-T
Menentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
Menciptakan Strategi menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Faktor Eksternal
Sumber : Rangkuti, 2006 Terdapat 8 (delapan) tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1) Tentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan. 2) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan. 3) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan. 4) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan. 5) Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S – O. 6) Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W – O. 7) Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S – T. 8) Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W – T.
37
c.
Analisis Tingkat Kesejahteraan Petambak Anggota KUGAR Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan
menguraikan masalah multi
faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level, dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah
yang
kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki, sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis (Saaty, 1993). AHP menurut
Budiharsono
(2006)
pada
dasarnya
didesain
untuk
menangkap persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai kepada suatu skala preferensi diantara beberapa kriteria atau alternatif. Analisis MAHP (Modified AHP) merupakan analisis AHP yang dimodifikasi untuk menjangkau dalam penentuan prioritas suatu kegiatan (Budiharsono, 2006). MAHP pada kajian ini menggabungkan AHP dengan penghitungan terhadap pencapaian indikator-indikator yang
ditetapkan.
MAHP
digunakan
untuk
menilai
tingkat
kesejahteraan petambak anggota KUGAR sebelum dan sesudah diimplementasikan- nya PUGAR sebagai indikator dampak yang ingin dicapai dengan diimplementasikannya PUGAR. Indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari 3 (tiga) hal, yaitu : (1) Peningkatan pendapatan; (2) Penyerapan tenaga kerja; (3) Peningkatan kesempatan berusaha (Husnan dan Suwarsono, 2008). Hirarki peningkatan kesejahteraan dari 3 (tiga) faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.4.
38
Peningkatan Kesejahteraan
Peningkatan Pendapatan
Gambar 3.4
Penyerapan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Berusaha
Hirarki penentuan efektivitas implementasi PUGAR dari peningkatan kesejahteraan petambak garam
Hirarki di atas menggambarkan secara grafik ketergantungan unsurunsur dalam suatu masalah. Tingkat pertama adalah tujuan atau sasaran, sedangkan tingkatan kedua adalah peranan implementasi Pugar dalam pencapaian tingkat pertama. Penilaian dilakukan pada pasangan-pasangan unsur untuk menentukan prioritas. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan penilaian pada unsur tingkat kedua, dimana penilaian menjadi indikator dari kriteria yang ditetapkan. Peningkatan pendapatan pada penelitian ini adalah perbandingan antara jumlah pendapatan yang diterima petambak garam pada satu musim usaha garam sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR, penyerapan tenaga kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja di tambak garam sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR, sedangkan peningkatan kesempatan berusaha adalah perbandingan jumlah usaha yang timbul sebelum dan sesudah diimplementasikannya PUGAR. Musim usaha garam secara normal berlangsung selama musim kemarau, sehingga dengan diimplementasikannya PUGAR petambak dapat melaksanakan usaha garam sepanjang tahun, dapat memanfaatkan tambak garam untuk usaha lain di luar musim garam ataupun mempunyai usahausaha terkait dengan garam seperti pengolahan garam yodium, pembuatan garam untuk kesehatan dan lain-lain.
39
Penentuan bobot penilaian indikator dalam mengukur keberhasilan PUGAR dalam meningkatkan kesejahteraan petambak garam anggota KUGAR menggunakan bobot seperti pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Bobot indikator penilaian peningkatan kesejahteraan Petambak Garam No.
Kriteria
1.
Peningkatan Pendapatan
2.
Penyerapan Tenaga Kerja
3.
Peningkatan Kesempatan Berusaha
Indikator Pendapatan tidak Meningkat Pendapatan meningkat 0,1–5% Pendapatan meningkat 5,1–10% Pendapatan meningkat 10,1–15% Pendapatan meningkat lebih dari 15% Tidak menyerap tenaga kerja Menyerap tenaga kerja sebesar 0,1–5% Menyerap tenaga kerja sebesar 5,1–10% Menyerap tenaga kerja sebesar 10,1–15% Menyerap tenaga kerja lebih dari 15% Tidak menimbulkan kesempatan berusaha Meningkatkan kesempatan berusaha 0,1–5% Meningkatkan kesempatan berusaha 5,1–10% Meningkatkan kesempatan berusaha 10,1–15% Meningkatkan kesempatan berusaha lebih dari 15%
Efektivitas implementasi PUGAR ditentukan dengan rumus berikut :
Nilai Kegiatan =
Skor untuk kriteria ke-i × Bobot kriteria ke-i ×100 4
Keterangan pembobotan sebagai berikut : a. < 50
:
tidak efektif
b. 51–60
:
kurang efektif
c. 61–70
:
cukup efektif
d. 71–80
:
Efektif
e. > 80
:
Sangat Efektif
Skor 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KEADAAN UMUM 1.
Potensi Tambak Garam Desa Losarang Desa
Losarang,
Kecamatan
Losarang,
Kabupaten
Indramayu
merupakan salah satu sentra produksi Garam rakyat di Jawa Barat yang menjadi target PUGAR. Desa Losarang akan terlihat sibuk di musim kemarau antara pertengahan bulan Juni-Oktober setiap tahunnya. Desa seluas 966,2 Ha yang terletak pada posisi 108° 9´108° 13´ BT dan 6° 21´ 6° 22´ LS, dengan batas wilayah sebelah Barat berbatasan dengan Desa Santing, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Muntur dan Desa Cemara, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Krimun dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jumbleng. Menurut data GIS (Geographic Information System) dari survei pemetaan tambak Garam yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu tahun 2010, wilayah Losarang 966,2 Ha mempunyai potensi lahan Garam 580,70 Ha (60,1%) dimana 319,50 Ha merupakan lahan produktif Garam dan 261,20 Ha masih dapat dikembangkan lagi. Pada musim kemarau para petambak Garam dapat dengan mudah memproduksi Garam, dengan mengandalkan sinar matahari di lahan dekat pantai dengan air laut sebagai bahan utama. Berdasarkan kepemilikan lahan, Petambak Garam di Desa Losarang dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu Petambak Garam yang melaksanakan usaha Garam pada lahan milik sendiri dan petambak Garam yang melaksanakan usaha Garam pada lahan milik orang lain atau lahan Desa melalui sistem sewa dan atau bagi hasil. Mata rantai usaha Garam rakyat di Desa Losarang terdiri 5 (lima) komponen, yaitu (1) Petambak Garam, orang yang melaksanakan usaha Garam pada lahan milik sendiri dan atau pada lahan milik orang lain; (2) Buruh tambak Garam, orang yang bekerja pada tambak Garam dan dibayar oleh petambak Garam, untuk 1 (satu) Ha lahan Garam dibutuhkan 2 (dua) orang Buruh tambak yang dibayar Rp. 50.000,00Rp. 70.000,00/orang/hari; (3) Buruh angkut hasil Garam yang di Desa Losarang disebut “pengojek”,
41
yaitu orang yang mengangkut Garam dari tambak ke pinggir jalan/gudang, dalam 1 (satu) Ha lahan Garam dibutuhkan paling tidak 2 (dua) orang pengojek yang dibayar borongan Rp. 30,00Rp. 70,00/Kg tergantung jauh dekatnya tujuan Garam diangkut; (4) Pengepul yaitu orang yang mengumpulkan hasil usaha Garam petambak dan menjual kepada pedagang besar, usaha pengolah Garam atau usaha yang membutuhkan Garam dan (5) Usaha pengolah Garam, dimana paling dekat adalah usaha perebusan Garam dan pembuatan Garam beryodium di Desa Santing, Kecamatan Losarang yang berbatasan dengan Desa Losarang Desa Losarang, Kecamatan Losarang yang terletak pada pantai Utara pulau Jawa mempunyai suhu udara cukup tinggi (22,9–300C). Tabel 4.1 menunjukkan data klimatologi Kecamatan Losarang yang berasal dari pengukuran di Stasiun Pengamat Meteorologi dan Klimatologi Cirebon tahun 2001-2010. Tabel 4.1 Data Klimatologi Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu Rataan Suhu Udara (°C) Suhu Udara Maksimum (°C) Suhu Udara Minimum (°C) Curah Hujan (mm) Sinar Matahari (%) Kelembaban Udara (%)
Jan 21,6 26,3 18,8 386,8 42,0 70,5
Feb 21,2 25,7 18,6 298,1 32,1 69,1
Mar 24,5 29,7 21,4 316,6 50,3 77,6
Apr 24,7 29,8 21,8 185,3 54,4 78,5
Mei 24,8 30,0 21,6 119,4 56,3 78,4
Bulan Jun Jul 24,7 24,6 29,7 29,7 21,4 21,0 81,2 35,4 59,2 61,6 76,1 78,2
Agt 25,0 30,1 21,2 14,9 64,1 76,2
Sep 24,9 30,4 21,1 22,3 61,9 72,7
Okt 25,7 30,7 21,7 70,7 61,8 73,2
Nop 25,4 30,1 21,8 169,2 53,7 76,2
Des 25,1 29,5 21,3 244,2 48,0 77,6
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Sukapura Cirebon, 2011 Bahan baku utama Garam adalah air laut dengan kadar NaCl minimal 2 oBe (dua derajat baume) yang tidak tercemar air dari daratan baik berupa air limbah rumah tangga dan industri maupun air tawar dari aliran sungai. Dari 31 Daerah Aliran Sungai yang melalui Kabupaten Indramayu, Desa Losarang hanya dilewati 1 (satu) aliran sungai yaitu sungai Tuan, yang berjarak 3 (tiga) km dari saluran utama masuknya air laut ke tambak Garam. Panen Garam rakyat di Desa Losarang secara normal dapat berlangsung selama 4,5 bulan dimulai pada bulan Juli sampai dengan pertengahan Nopember, dengan siklus produksi pada bulan Juli (5%), Agustus (15%), September (30%), Oktober (35%) dan Nopember (15%).
42
September–Oktober merupakan masa panen raya Garam saat musim kemarau tanpa hujan berlangsung. Rataan tambak garam di Desa Losarang menggunakan sistem polikultur. Bandeng atau Udang didepositkan pada saat memulai penjemuran Garam di kolam penampungan air muda. Masa budidaya Bandeng adalah pada bulan Desember. Bibit Bandeng 5-8 cm biasanya ditabur sebanyak 5.000-7.000 ekor/Ha jika kondisi kemarau dan 3.000 ekor/Ha jika musim hujan. Hasil panen Bandeng dari sistem polikultur ini mencapai 0,5-1 ton/Ha. Bulan Februari sampai Mei merupakan masa budidaya Udang. Air kolam tambak ikan dikuras, lumpur dikuras dari caren (kolam penampungan) dan dilakukan pengapuran saat caren kering. Air kemudian diisi hingga ketinggian 60 cm lalu bibit udang ditebar. Bibit yang diternak adalah Udang Vaname PL-7 (Post Larva 7 hari), benur disebar sebanyak 150.000 ekor/ha. Pada saat umur udang 3 (tiga) bulan, rataan jumlah panen 1,5 ton/Ha. Selesai usaha pembesaran udang, lahan kemudian dimanfaatkan sebagai lahan tambak garam dengan menurunkan ketinggian air tambak, dan melakukan persiapan usaha Garam. Untuk menaikkan muka air dari saluran tersier ke kolam penampungan (caren) dibutuhkan pompa air dan kincir angin. Lahan Garam seluas 1 (satu) Ha di Desa Losarang, rataan mempunyai 20-25 petak meja kristal dengan ukuran 3 m x 15 m sebagai tempat pembentukan kristal Garam. Dengan 20-25 meja kristal, setiap hari Petambak dapat melakukan panen 3-4 petak meja Garam secara bergantian selama musim Garam berlangsung. Saat cuaca panas dan angin bertiup kencang, Petambak akan mendapatkan Garam 2.100-2.800 kg/hari. Rataan Gudang Garam di Desa Losarang berukuran 10 m x 20 m dengan kapasitas tampung 300 ton Garam. Tahun 2010 ketika hujan terjadi sepanjang tahun, lahan tambak tidak menghasilkan Garam. Petambak yang mempunyai modal, melaksanakan usaha tambak Bandeng dan Udang secara terus menerus sepanjang tahun 2010. Petambak yang tidak memiliki modal, menjadi buruh tani dan membiarkan tambak menjadi lahan kosong.
43
2.
Usaha Garam Rakyat Di Desa Losarang Usaha garam rakyat di Desa Losarang dimulai dari proses produksi sampai
dengan
pemasaran
garam
ke
Pedagang/Pengepul/Industri
pengolahan garam, dengan penjelasan berikut : a.
Persiapan Lahan Proses produksi Garam dimulai persiapan lahan produksi garam (Gambar 4.1 dan 4.2) dengan melakukan pengeringan lahan yang dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 tergantung ketersediaan tenaga kerja. Tenaga kerja pada masa persiapan lahan digunakan untuk
perbaikan
tanggul,
saluran
tambak,
penyiapan
areal
penguapan/peminihan dan penyiapan meja kristalisasi Garam. Untuk luas lahan 1 (satu) Ha dengan tenaga kerja 2 (dua) orang, perbaikan tanggul dan saluran tambak diperlukan waktu kurang lebih 1-2 minggu. Penyiapan areal peminihan dan meja kristal dilakukan dengan cara memasukkan air laut keseluruh areal tambak sehingga mencapai ketingian 30 cm. Setelah 3 (tiga) hari terendam air laut, kolam peminihan dan meja kristal dikeringkan selama 1 (satu) hari. Untuk memperoleh kualitas tanah meja kristalisasi yang baik sebelum melakukan pelepasan air tua (air laut 25 oBe) tanah tersebut terlebih dahulu diperlakukan “Kesap dan Guluk” (biasanya dilakukan 2 kali untuk memperoleh kualitas kekerasan tanah yang memenuhi syarat). Kesap dilakukan dengan tujuan untuk membuang lumpur dan lumut yang menempel pada permukaan tanah sedangkan Guluk bertujuan untuk mengeraskan landasan permukaan tanah. Pembuatan meja kristal di tahun 2011, membutuhkan waktu yang lebih lama. Ketika lahan tidak digunakan untuk tambak garam pada tahun 2010, tanah lahan menjadi rusak, kurang sesuai untuk usaha garam karena tidak dapat menampung air (poros/air akan cepat terserap masuk ke tanah). Untuk pembuatan 2-3 petak meja kristal yang biasa selesai dalam waktu 1-2 hari, pada tahun 2011 diperlukan waktu 3-4 hari. Pembuatan meja kristal membutuhkan waktu lebih lama karena setelah proses pengerasan lahan yang pertama, tanah
44
harus dibasahi lagi untuk kemudian di keraskan kembali, proses ini berlangsung sampai 4 (empat) kali. Untuk penyiapan lahan Garam dengan memakai 2 (dua) orang tenaga kerja diperlukan waktu 30-45 hari. Penyiapan lahan Garam dapat dipersingkat menjadi 15-20 hari dengan menggunakan 5 (lima) orang tenaga kerja, hanya saja diperlukan modal yang lebih besar untuk persiapan lahan Garam
Gambar 4.1 Proses Perendaman lahan
b.
Gambar 4.2 Proses Pengerasan Lahan
Pembuatan Garam Pembuatan dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap penguapan sehingga air laut mencapai konsentrasi yang diinginkan, dimana cairan dengan konsentrasi tinggi, yang disebut air tua, siap mengkristal. Tempat penguapan ini disebut peminihan (evaporator). Air tua yang siap dikristalkan ditampung dalam kolam penampungan. Tahap kedua adalah tahap pengkristalan, dimana air tua dalam kolam penampungan akan dialirkan ke meja kristalisasi, yaitu tempat penguapan air tua, sehingga kristal Garam akan terbentuk. Proses produksi dimulai dari mengalirkan air laut dengan tingkat kekentalan 2oBe (dalam 1 (satu) liter terlarut 2 (dua) gram NaCl) dari saluran sekunder dalam kolam penampungan. Dari Kolam penampungan, air laut dialirkan dengan menggunakan kincir angin atau mesin pompa ke kolam peminihan 1 (satu) sehingga mempunyai kekentalan 4 oBe (Gambar 4.3), untuk tahap awal proses ini memerlukan waktu 2 (dua) hari. Untuk menjadikan air laut 2oBe (air muda) menjadi air laut 20 oBe (air tua)
45
diperlukan waktu 10 hari, setelah adanya air muda dan air tua di penampungan, proses ini bisa berlangsung terus menerus setiap hari. Untuk lahan Garam seluas 1 (satu) Ha, terdapat 6 (enam) kolam peminihan dan dibutuhkan waktu 10 hari untuk menjadikan air laut dengan kepekatan 2 (dua) oBe menjadi air tua dengan kepekatan 20 oBe (derajat baume) dimana dalam 1 (satu) liter air laut terkandung 20 gram NaCl. Air laut tua ditampung dalam kolam penampungan dengan kepekatan 2025 o
Be, jika terlalu tinggi Garam yang terbentuk akan terasa pahit karena
mengandung Garam-garam magnesium. Untuk menjaga kepekatan air tua, dialirkan air muda dengan kepekatan 2 (dua) oBe ke kolam penampungan air tua setiap 5 (lima) hari atau jika diperlukan. Proses pengaliran air tua ke meja kristal dilaksanakan pada siang hari. Pembentukan kristal Garam di meja kristalisasi memerlukan waktu 4-10 hari, tergantung cuaca di tambak garam, karena kristal Garam tidak akan terbentuk jika terkena air hujan (Gambar 4.4). Di Desa Losarang pembentukan kristal Garam dilakukan selama 5-7 hari.
Gambar 4.3 Proses memasukkan Air ke lahan dengan Kincir
c.
Gambar 4.4 Proses kristalisasi Garam
Proses Panen Garam Setelah 5-7 hari kristal Garam dipanen dengan cara dikais yang dalam bahasa setempat disebut “dikerik” (Gambar 4.5). Saat proses pengaisan, permukaan kristal Garam dalam kondisi terendam air tua sedalam 5 (lima) cm. Garam mutu baik dihasilkan dengan kondisi seluruh permukaan kristal tenggelam tidak boleh ada yang menyembul
46
ke permukaan, karena ketika permukaan kristal Garam menyembul kepermukaan akan terjadi kristalisasi setempat dengan cepat, sehingga akan ikut terendapkan berbagai Garam magnesium dan kalium. Rataan jumlah meja kristal dalam lahan seluas 1 (satu) Ha adalah 22-30 petak berukuran 3 m x 15 m. Proses pengaliran air tua dilaksanakan secara bertahap 3-4 petak setiap hari, sehingga nantinya petambak akan dapat panen Garam setiap hari. 1 (satu) petak meja kristal menghasilkan 300-700 Kg Garam, sehingga saat cuaca bagus, 1 (satu) Ha petambak akan menghasilkan 2.100-2.800 Kg Garam setiap harinya. Sisa air Garam yang mempunyai kepekatan 29 oBe dibuang, karena
banyak
mengandung
Garam
magnesium
dan
akan
mempengaruhi kandungan NaCl yang dihasilkan pada proses panen berikutnya. Setelah pengeringan selama 2 jam, petak kristalisasi dapat digunakan untuk proses kristalisasi beriktnya. Hasil panen Garam kemudian dibawa ke tempat pencucian Garam atau tempat pengumpulan dengan menggunakan ember (Gambar 4.6).
Gambar 4.5 Pengaisan Kristal Garam
Gambar 4.6 Pengumpulan Kristal Garam
Pencucian kristal Garam dilakukan
untuk meningkatkan
kandungan NaCl dengan mengurangi/menghilangkan unsur Mg, Ca, SO4 dan kotoran lainnya. Air pencuci Garam adalah air laut tua (Brine). Semakin bersih air pencuci Garam dari kotoran akan menghasilkan Garam cucian lebih baik atau bersih. Setelah Garam dicuci kemudian Garam ditiriskan dengan menggunakan alas dari bambu atau bisa disebut dengan istilah gribig, namun kebanyakan
47
Petambak menggunakan alas dari Garam produksi pertama. Metode pembuatan Garam ini dikenal sebagai metode Maduris karena Garam langsung diproduksi diatas tanah. Metode Maduris tidak membuat meja garam permanen/semi permanen yang terbuat dari kristal garam, sehingga ketika harga Garam kurang menguntungkan, petambak dapat melakukan alih fungsi lahan menjadi tambak Ikan atau Udang. Pencucian Garam oleh petambak didesa Losarang jarang dilakukan karena Garam yang dihasilkan biasanya langsung dijual ke pengepul atau pabrik pengolah Garam. Pencucian garam juga tidak dilakukan
karena
menambah
biaya
produksi,
namun
tidak
meningkatkan harga garam. Garam mutu rendah mempunyai harga yang sama dengan harga mutu tinggi jika dijual pada periode yang sama. Pencucian Garam biasa dilakukan oleh petambak yang akan menyimpan Garam di gudang terlebih dahulu sebelum dijual ke pasar. Penggunaan zat tambahan akan menjadikan Garam lebih padat dan kompak sehingga ketika dicuci, Garam dengan zat tambahan hanya akan mengalami penyusutan 5%, lebih rendah dari pada Garam non zat tambahan yang akan mengalami penyusutan sebesar 10% ketika dicuci. Proses pencucian untuk luas lahan 1 (satu) Ha membutuhkan saringan seluas 1 x 2 m yang harganya Rp. 12.000,00. Petambak membutuhkan waktu kurang lebih 3 (tiga) jam untuk mencuci 1 (satu) ton Garam.
Gambar 4.7 Pencucian Garam dengan air tua
Gambar 4.8 Tempat pengumpulan Garam hasil pengaisan
48
Pola lahan Garam secara umum di Desa Losarang dapat dilihat pada Gambar 4.9
Kolam Penampungan Air Laut (Air Muda) 2 OBe
Kincir
Kincir
O
6 OBe Kolam Peminihan 2 Meja Kristalisasi
Saluran Air Tua
15 OBe
4 Be Kolam Peminihan 1
20 OBe Kolam Penampungan Air Tua
8 OBe Kolam Peminihan 3
10 OBe Kolam Peminihan 4
12 OBe Kolam Peminihan 5
Gambar 4.9 Pola lahan Tambak Garam Rakyat
c.
Pemasaran Garam. Di Desa Losarang, mutu Garam tidak berpengaruh pada harga garam. Garam mutu rendah mempunyai harga yang sama dengan Garam mutu bagus jika dijual pada periode yang sama. Kekurangan modal membuat garam tidak pernah disimpan di gudang. Petambak langsung menjual garamnya kepada pengepul, bahkan ketika Garam
49
masih berada di tambak Garam. Pengepul menetapkan harga yang sama untuk semua harga Garam yang dibelinya. Garam mutu baik, oleh Pengepul dicampur dengan Garam mutu rendah sebelum dijual ke Pedagang besar/usaha yang membutuhkan Garam (Gambar 4.10 dan 4.11).
Gambar 4.10 Garam mutu baik dicampur Gambar 4.11 Garam pengepul siap dijual Garam mutu rendah
Harga tertinggi tahun 2010 mencapai Rp. 1750,00 /kg atau 5 (lima) kali dari harga dasar Garam bermutu 1 (satu) yang ditetapkan oleh Pemerintah Rp. 350,00 /Kg pada saat itu. Tingginya harga Garam tahun 2010, dikarenakan kegagalan produksi Garam akibat turunnya hujan sepanjang tahun 2010. Meskipun pada tahun 2010 Petambak Garam di Desa Losarang tidak menghasilkan Garam, penjualan Garam dilakukan oleh Petambak Garam yang masih mempunyai Garam sisa produksi tahun 2009. Garam ini tersimpan dalam gudanggudang petambak (Gambar 4.12 dan 4.13)
Gambar 4.12 Pengemasan dan Pengangkutan Garam
Gambar 4.13 Gudang Garam
50
Tahun 2011 harga Garam mencapai Rp. 1.200,00/Kg pada bulan Juni 2011. Bulan Agustus harga Garam turun menjadi Rp. 600,00-Rp. 800,00/Kg sebelum akhirnya turun menjadi Rp. 350,00/Kg pada bulan Oktober dan Nopember ketika panen raya Garam berlangsung. Kondisi ini masih lebih baik dibanding tahun 2009 ketika petambak hanya menerima Rp. 150,00-Rp.350,00 selama musim Garam. Industri pengolahan Garam konsumsi terdekat adalah usaha perebusan Garam di Desa Santing, Kecamatan Losarang. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri lokal, Garam Desa Losarang juga digunakan sebagai bahan baku pabrik pengolahan Garam di Bandung dan Jakarta dengan biaya angkutan Rp. 100,00/Kg. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolah Garam di Cirebon, Garam di Desa Losarang dikirim ke Cirebon dengan biaya angkutan Rp. 50,00/Kg. Selain untuk Garam konsumsi, Garam Desa Losarang juga dijual ke pabrik cat dan tekstil di Jakarta, pabrik lem dan kertas di Cikampek dan pabrik kayu lapis di Lampung. Garam di Desa Losarang juga digunakan bahan baku industri pembuatan pupuk di Cirebon dan Lampung. Untuk perkebunan kelapa sawit diperlukan 1 (satu) Kg Garam untuk 1 (satu) pohon kelapa sawit per tahun, sama juga untuk pohon pisang. Untuk pupuk sawah, diperlukan 300 kg Garam untuk 1 (satu) Ha lahan sawah. Penggunaan Garam untuk perkebunan/ pertanian karena garam merupakan senyawa yang terbentuk dari senyawa asam kuat (HCl) dan Basa kuat (NaOH) yang terkandung dalam air laut, sehingga untuk tanah tertentu yang bersifat asam/basa dapat dinetralisir dengan penggunaan Garam. Tahun 2009 Petambak di Desa Losarang mendapat pesanan Garam cair dengan harga Rp. 4.000,00/l, lebih menguntungkan dari penjualan garam kristal. Untuk menghasilkan 1 (satu) Kg kristal Garam dibutuhkan ± 4 (empat) liter air laut tua, air laut tua dalam kondisi steril inilah yang dijual sebagai garam cair.
51
B. ANALISIS KAJIAN 1. Karakteristik Responden Karakteristik Petambak Garam yang menjadi responden dalam penelitian dilihat dari 6 (enam) hal, yaitu (1) usia, (2) pendidikan, (3) jumlah tanggungan keluarga, (4) penggunaan tambak di luar musim Garam, (5) lama bekerja di bidang usaha Garam dan (6) lama menjadi anggota kelompok usaha Garam yang dapat dilihat pada Lampiran 3. a. Usia Responden termuda berusia 19 tahun dan tertua berusia 60 tahun. Usia responden dari kuesioner dan wawancara dengan Petambak Garam di Desa Losarang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rataan usia Petambak Garam di Desa Losarang No. 1. 2. 3. 4. 5.
Usia (Tahun) 19-27 28-35 36-43 44-51 52-60 Jumlah
Jumlah (Responden) 8 14 21 16 11 70
Persentase (%) 11 20 30 23 16 100
Sebanyak 11 orang (16%) Petambak berusia lebih dari 52 tahun, 16 orang (23%) Petambak berusia 44-51 dan hanya 2 orang (2,9%) responden berusia 19 dan 20 tahun, menunjukkan usaha Garam kurang diminati oleh generasi muda di Desa Losarang. Diperlukan regenerasi Petambak agar usaha Garam di Desa Losarang dapat terus dilaksanakan. b. Pendidikan Berdasarkan Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Petambak Garam di Desa Losarang menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah tamat SD (49%). 2 (dua) orang, bahkan tidak sekolah dan hanya 1 (satu) orang yang sampai ke jenjang peguruan tinggi.
52
Tabel 4.3 Tingkat pendidikan Petambak Garam di Desa Losarang No.
Tingkat Pendidikan
1. 2. 4. 5. 6.
Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah (Responden) 2 34 22 11 1 70
Persentase (%) 3 49 31 16 1 100
Rataan tingkat pendidikan yang cukup rendah bukan merupakan kendala bagi petambak untuk melaksanakan usaha Garam. Usaha garam yang dilakukan
responden
banyak
didasarkan
pada
pengetahuan
dan
pengalaman yang diperoleh secara tradisional turun temurun. c. Jumlah tanggungan keluarga Tabel 4.4 tentang jumlah keluarga yang menjadi tanggungan Petambak menunjukkan bahwa 2 (dua) orang belum mempunyai tanggungan karena belum menikah. Dari 68 orang responden yang menikah, memiliki 243 tanggungan keluarga. Rataan jumlah tanggungan keluarga Petambak Garam adalah 3-4 orang. Sebanyak 21 orang (30%) petambak memiliki jumlah tanggungan keluarga 5-6 orang. Tabel 4.4 Jumlah tanggungan keluarga Petambak Garam
1.
Jumlah Tanggungan (Orang) 0
Jumlah (Responden) 2
Persentase (%) 3
2.
1-2
18
26
4.
3-4
29
41
5.
5-6
21
30
Jumlah
70
100
No.
Usaha Garam akan dilaksanakan oleh petambak di Desa Losarang, jika usaha Garam dapat memberikan keuntungan untuk menghidupi petambak dan keluarganya. Berbeda dengan usaha Bandeng atau Udang, ketika petambak mengalami kerugian usaha ikan, karena turunnya harga jual ikan
53
maka hasil tambak ikan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan petambak. d. Penggunaan tambak diluar musim Garam Sistem polikultur dalam pemanfaatan lahan tambak dengan menjadikan tambak Garam sebagai tambak ikan di luar musim Garam dilaksanakan 58 orang (83%) dan hanya 12 orang (17%) yang menjadikan lahan Garam sebagai lahan kosong di luar musim Garam. e. Lama bekerja di bidang usaha Garam Sebanyak 64 orang (91%)
Petambak Garam penerima PUGAR telah
bekerja di bidang usaha Garam lebih dari 3 (tiga) tahun bahkan 17 orang (24%) telah bekerja lebih dari 10 tahun (Tabel 4.5). Hanya 6 (enam) orang (9%) yang bekerja dibidang usaha Garam 1-2 tahun dan tidak ada peserta PUGAR yang tidak memiliki pengalaman usaha Garam, sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta PUGAR adalah orang yang telah bekerja di bidang usaha Garam minimal 1 (satu) tahun. Tabel 4.5 Lama bekerja responden di bidang Usaha Garam No. Lama Bekerja di Bidang Usaha Garam (Tahun) 1. <1 2. 1-2 3. 3-5 4. 6-10 5. > 10 Jumlah
Jumlah (Responden) 0 6 25 22 17 70
Persentase (%) 0 9 36 31 24 100
f. Lama menjadi anggota kelompok usaha Garam Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lama Petambak Garam penerima PUGAR menjadi anggota Kelompok Usaha Garam tidak sama dengan lama bekerja di bidang usaha Garam, karena dengan responden sama, baru menjadi anggota Kelompok Usaha Garam rakyat kurang dari 5 (lima) tahun. Sebanyak 43 (61 %) responden baru menjadi anggota Kelompok Usaha Garam Rakyat dalam waktu 1-2 Tahun.
54
Tabel 4.6 Lama menjadi Anggota Kelompok Usaha Garam Rakyat
1.
Lama Menjadi Anggota KUGAR (Tahun) <1
Jumlah (Responden) 0
Persentase (%) 0
2.
1-2
43
61
3.
3-5
27
39
4.
6-10
0
0
5.
> 10
0
0
Jumlah
70
100
No.
2. Analisis Data Kualitatif a. Proses Pembentukan Kelompok Usaha Garam Rakyat KUGAR sudah ada di Desa Losarang sebelum dilaksanakannya PUGAR, tetapi kurang berjalan efektif, karena KUGAR yang ada kurang memberikan manfaat bagi anggotanya. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu melaksanakan sosialisasi PUGAR ke masyarakat, dengan dihadiri aparat Desa dan tokoh masyarakat di balai Desa Losarang (Gambar 4.14). Identifikasi Petambak Garam dan pembentukan Kelompok dilakukan oleh masyarakat didampingi oleh Tenaga Pendamping dan disetujui oleh Kepala Desa Losarang (Gambar 4.15). Desa Losarang terbentuk 17 KUGAR sesuai dengan target PUGAR. Di Kecamatan Losarang sendiri dari target 51 KUGAR terbentuk 52 KUGAR. Penambahan kelompok terjadi di Desa Krimun, Kecamatan Losarang akibat adanya kelompok yang tidak menggunakan seluruh anggarannya, karena disesuaikan dengan kebutuhan kelompok Rp. 34.500.000 pada kelompok H. Casmin, sehingga sisa anggaran Rp. 15.500.000,- dialihkan untuk membentuk kelompok baru, yaitu Sumber Laut II yang beranggotakan 4 orang. Kelompok Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang dapat dilihat pada Lampiran 4. Tahun 2011 KUGAR
yang terbentuk termanfaatkan
untuk
penyaluran bantuan langsung masyarakat dalam bentuk sarana dan prasarana usaha. Tidak adanya usaha Garam lain selain usaha Garam untuk menghasilkan Garam secara tradisional pada musim garam,
55
mengakibatkan KUGAR hanya berjalan efektif selama musim garam yaitu bulan Juli-Nopember. Pembuatan Garam melalui sistem backyard ataupun usaha pengolahan Garam menjadi Garam halus dan briket belum dilakukan, meskipun sudah dilakukan fasilitasi pelatihan teknis dan non teknis Garam kepada perwakilan peserta PUGAR dari Indramayu sebanyak 50 orang bersama dengan perwakilan peserta PUGAR dari Cirebon sebanyak 50 orang di Hotel Wiwi Perkasa Indramayu dengan materi percontohan pembuatan Garam di halaman rumah (Backyard) dengan teknologi pemanas air dengan media terpal untuk skala rumah tangga dari BPTP Tegal dan materi penguatan kelembagaan dan Manajemen bagi pengurus Koperasi oleh Dinas Koperasi dan Perdagangan Indramayu dan Cirebon.
Gambar 4.14 Sosialisasi PUGAR
Gambar 4.15 Identifikasi Petambak dan pembentukan Kelompok
b. Proses Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Proses penyaluran BLM dimulai dari pembuatan Rencana Usaha Bersama yang dilaksanakan kelompok dengan panduan tenaga pendamping PUGAR pada tanggal 15-17 Mei 2011. Setelah disetujui dan diketahui Kepala Desa, RUB disampaikan kepada team PUGAR Nasional pada tanggal 18 Mei 2011 melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. Verifikasi dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2011. pencairan ke kelompok dilaksanakan pada tanggal 14 dan 21 Juli dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kabupaten Indramayu langsung ke rekening kelompok masing-masing. Pencairan BLM dari
56
rekening kelompok dilaksanakan oleh Ketua Kelompok dan Tenaga Pendamping PUGAR. Pemanfaatan diserahkan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan RUB yang telah diserahkan dan diverifikasi melalui Berita Acara Serah Terima BLM PUGAR yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran Satker Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dengan masing-masing Ketua Kelompok pada tanggal 18 Juli 2011 dan 27 Juli 2011 (Gambar 4.16 dan 4.17).
Gambar 4.16 BLM berupa mesin pompa Gambar 4.17 BLM berupa kincir angin
c. Proses pendampingan dan peningkatan teknologi usaha Garam rakyat Secara Nasional dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan Bulan Nopember 2011, PUGAR telah menghasilkan 724.723,27 Ton Garam konsumsi atau sekitar 207,5% dari total target PUGAR 304.000 ton, dengan perhitungan tambak Garam diluar PUGAR menghasilkan 781.008,22 ton, maka diperoleh hasil produksi Garam nasional 1.505.731,49 ton, jauh melebihi produksi pada tahun 2009 sebanyak 1.371.000 ton dan produksi pada tahun 2008 1.199.000 ton. Produksi Garam PUGAR di Indramayu mencapai 87.239 ton (109,05 % dari target KKP 80.000 ton) meskipun luas areal tambak Garam PUGAR hanya 913 Ha (91,3% dari target 1000 Ha). Peningkatan produktifitas Garam tercapai dengan teknologi maduresee dan penambahan zat addiktif pada usaha Garam. Tenaga pendamping PUGAR di Kabupaten Indramayu ada 2 (dua) orang yaitu tenaga pendamping teknis dan kelembagaan yang diberi tanggungjawab sesuai pembagian wilayah, sedangkan proses pembinaan
57
dilakukan bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing. Untuk Desa Losarang, Kecamatan Losarang, menjadi tanggung jawab dari Sunarto yang juga merupakan tenaga pendamping kelembagaan PUGAR di Kabupaten Indramayu. Peningkatan kapasitas Petambak Garam yang meliputi kegiatan pendampingan teknis dan kelembagaan di 3 (tiga) Kecamatan lokasi PUGAR tahun 2011, yaitu Kecamatan Losarang, Krangkeng dan Kandanghaur dilakukan Tenaga Pendamping bersama dengan perusahaan konsultan CV. Tria Consult dengan kontrak Rp. 79.000.000,-. Kegiatan dilaksanakan pada 28 Juni 2011 s/d 26 Agustus 2011 melalui pertemuan kelompok dan lahan percontohan (Gambar 4.18 dan 4.19). Jumlah sasaran kegiatan adalah 1.004 orang petambak Garam yang tergabung dalam 104 KUGAR. Implementasi PUGAR di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Lampiran 5.
Gambar 4.18 Pertemuan Kelompok
3.
Gambar 4.19 Lahan Garam Percontohan
Analisis Data Kuantitatif a.
Produktifitas tambak Garam rakyat Tambak Garam di Desa Losarang tidak menghasilkan Garam pada tahun 2010. Hasil pemetaan potensi wilayah tambak di daerah Indramayu yang dilaksanakan KKP melalui konsultan PT. Muara Consult, diperoleh rataan produktifitas tambak Garam rakyat tahun 2001-2010 di Kecamatan Losarang 56,3 ton/Ha. Jumlah Garam yang dihasilkan responden pada tahun 2011 pada saat diimplementasikannya program
58
PUGAR adalah 13.293 ton dari luas lahan Garam 147 Ha (Lampiran 6), sehingga akan diperoleh produktifitas lahan Garam 90,43 ton/Ha atau 160,6% dari rataan produktifitas lahan garam di Kecamatan Losarang tahun 2001-2010. Produktifitas lahan Garam di Desa Losarang mencapai 113% dari target produktifitas PUGAR 80 ton/Ha. Produktifitas lahan Garam Petambak di Desa Losarang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Produktifitas lahan Garam Petambak di Desa Losarang
1.
Produktifitas (Ton/Ha) 60-71
Jumlah (Responden) 4
Persentase (%) 5,7
2.
72-82
7
10,0
3.
83-93
43
61,4
4.
94-104
12
17,1
5.
104-115
4
5,7
Jumlah
70
100
No.
b. Pendapatan Usaha Pendapatan usaha Garam rakyat merupakan selisih antara penerimaan dari penjualan Garam dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan Garam. Biaya yang dikeluarkan petambak terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari sewa lahan, penyusutan pompa, penyusutan kincir, penyusutan gudang, peralatan produksi (cangkul, kerikan, rol gilingan dan timba angkut). Biaya tidak tetap terdiri dari upah tenaga kerja, upah angkut, bahan bakar, biaya
pemberian zat tambahan (ramsol) dan sarana operasional
seperti gribig untuk alas Garam, saringan untuk pencucian Garam, bambu dan timbangan. Total pendapatan yang diterima oleh 70 Responden dari Garam yang dihasilkan 147 ha tambak adalah Rp. 2.624.945.500,00 (Lampiran 7). Musim Garam 2011 juga memberikan penghasilan Rp. 2.749.087.100,00 kepada 708 orang pekerja di tambak Garam yang terdiri dari Buruh tambak dan Buruh angkut.
59
Pendapatan usaha Garam yang diterima Petambak di Desa Losarang dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Pendapatan usaha Garam di Desa Losarang Pendapatan (Ribu Rupiah)
Jumlah (Responden)
Persentase (%)
2.740-125.305
66
94%
125.305-247.870
2
3%
247.871-370.435
0
0%
370.436-493.000
1
1%
493.001-615.565 Jumlah
1 70
1% 100
No. 1. 2. 3. 4. 5.
c.
Kelayakan Usaha Kelayakan usaha Garam dihitung dari Benefit Cost (B/C) ratio (Lampiran 8), dimana kelayakan usaha ditentukan oleh perbandingan antara pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai B/C ratio usaha Garam di Desa Losarang > 1, dengan nilai terendah 1,15 dan tertinggi 3,16. Dari nilai B/C ratio tersebut dapat disimpulkan usaha Garam di Desa Losarang layak untuk dilaksanakan. Tabel 4.9 Nilai B/C ratio usaha Garam di Desa Losarang
1.
1,10-1,83
Jumlah (Responden) 58
2.
1,84-2,51
10
14
3.
2,52-3,19
2
13
Jumlah
70
100
No.
B/C Ratio
Persentase (%) 83
Analisis kelayakan usaha Garam juga dilaksanakan melalui perhitungan titik impas usaha (BEP). BEP terbagi menjadi 2 (dua) jenis analisis, yaitu BEP Produksi dan BEP Harga Produksi. BEP produksi Garam Kg/Ha dapat dilihat pada Tabel 4.10.
60
Tabel 4.10 BEP produksi Garam Kg/Ha di Desa Losarang
1.
BEP Produksi (Kg/Ha) 34.479-44.991
Jumlah (Responden) 7
Persentase (%) 10
2.
44.992-55.503
26
37
3.
55.504-66.014
31
44
4.
66.015-76.526
6
9
Jumlah
70
100
No.
BEP produksi paling rendah adalah 34.479 kg, artinya jika produksi kurang dari 34.479 kg, maka petambak akan mengalami kerugian. Semakin banyak Garam yang dihasilkan melebihi BEP produksi maka semakin besar keuntungan yang diterima oleh Petambak. Apabila Garam yang dihasilkan kurang dari BEP produksi, maka Petambak akan mengalami kerugian. Selain BEP produksi, juga dihitung BEP harga produksi (Tabel 4.11), yang merupakan titik impas harga penjualan Garam untuk menutupi biaya produksi Garam. Tabel 4.11 BEP harga produksi Garam Rp/Kg di Desa Losarang
1.
BEP Produksi (Rp/Kg) 182,06-219,62
Jumlah (Responden) 4
Persentase (%) 6
2.
219,63-257,17
12
17
3.
257,18-294,73
23
33
4.
294,73-332,29
20
29
5.
332,30-369,85 Jumlah
11 70
16 100
No.
BEP harga paling tinggi Rp. 369,85 artinya jika harga Garam/Kg yang diterima petambak kurang dari Rp. 369,85, maka Petambak akan mengalami kerugian, karena biaya untuk menghasilkan Garam lebih besar daripada hasil penjualan Garam.
61
Agar pendapatan yang diterima dari usaha Garam dapat memenuhi kebutuhan minimal petambak Garam selama 1 (satu) tahun dihitung luasan minimal tambak Garam untuk kehidupan yang layak bagi Petambak Garam. Nilai kebutuhan Petambak Garam diambil dari Upah Minimum Kabupaten Indramayu pada tahun 2011 sebesar Rp. 944.190,00. Luas minimal tambak Garam untuk memenuhi kebutuhan hidup Petambak dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Luas minimal Tambak Garam untuk memenuhi kebutuhan Petambak di Desa Losarang
1.
Luas Tambak (Ha) 0,24-0,81
Jumlah (Responden) 40
Persentase (%) 57
2.
0,82-1,38
24
34
3.
1,39-1,95
3
4
4.
1,96-2,52
1
1
5.
2,53-3,10 Jumlah
2 70
3 100
No.
Luas tambak minimal yang layak adalah 0,24 Ha, artinya dengan produktifitas lahan dan harga jual Garam tinggi, dari lahan garam 0,24 Ha petambak dapat menghasilkan Garam senilai Rp. 11.330.280,- (Rp. 994.190,- x 12 bulan) yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal petambak di Desa Losarang selama 1 (satu) tahun. Luas tambak maksimal yang dimiliki petambak untuk memenuhi kebutuhan minimum yang layak adalah 3,10 Ha, artinya diperlukan 3,10 Ha untuk menghasilkan Garam senilai Rp. 11.330.280,- (Rp. 994.190,- x 12 bulan). Kebutuhan lahan garam yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal petambak garam dikarenakan rendahnya produktifitas tambak Garam dan harga yang diterima Petambak. Dengan produktifitas 90 ton/Ha dan keuntungan Petambak Rp. 150,- diperlukan luas lahan 0,84 Ha untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal Petambak selama 1 (satu) tahun.
62
d.
Marjin Keuntungan (Profit Margin) Marjin keuntungan merupakan kemampuan usaha Garam untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan penjualan yang dicapai. Marjin keuntungan diperoleh dari perbandingan antara pendapatan usaha Garam dengan penjualan Garam oleh petambak (Lampiran 9). Semakin tinggi profit margin Petambak Garam menandakan semakin baik kinerja usaha Garamnya, karena meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan setelah dibandingkan dengan penjualan yang dicapai (Tabel 4.13). Tabel 4.13 Marjin keuntungan usaha Garam di Desa Losarang
9,3-20,7
Jumlah (Responden) 3
Persentase (%) 4
2.
20,8-31,7
14
20
3.
31,8-42,9
37
53
4.
43,0-54,1
13
19
5.
54,2-65,3 Jumlah
3 70
4 100
No.
Marjin Keuntungan (%)
1.
Marjin keuntungan dimiliki 53% responden adalah 31,8%-42,9% artinya dari total penjualan Garam yang dihasilkan, Petambak memperoleh keuntungan 31,8%-42,9% dari hasil penjualan. Hanya 3 (tiga) responden (4%) yang memiliki marjin keuntungan kurang dari 20,7%. Marjin keuntungan yang besar, menunjukkan semakin besar kemampuan Petambak untuk memperoleh keuntungan dari penjualan Garam yang dihasilkannya. Marjin keuntungan yang kecil dari usaha garam di Desa Losarang dikarenakan petambak menjual garam dengan mutu rendah tanpa memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkannya. Dengan posisi tawar yang lemah, petambak akan dapat mudah ditekan Pedagang/Pengepul untuk memperkecil marjin keuntungan yang diperoleh oleh petambak selaku produsen, dan memperbesar marjin keuntungan yang diperoleh Pedagang/Pengepul.
63
e.
Analisa Kesenjangan (Gap Analysis) Pada pasar lokal di Indramayu, Garam konsumsi dalam kemasan 200 g yang dibuat oleh Koperasi Segoro Madu di Desa Santing Kecamatan Losarang dijual Rp. 500,00 atau Rp. 2500,00/Kg. Dari wawancara dengan petambak yang juga menjadi pengepul di Desa Losarang dan survei harga bulan Nopember 2011 di Carrefour Bekasi, pabrik Garam beryodium siap konsumsi di Bandung menjual Garam konsumsi dalam kemasan 250 g dengan harga Rp.2.100,00 atau Rp. 8.400,00/kg. Sebagian petambak melakukan penjualan garam ke pabrik tersebut. Alur pertambahan nilai Garam/Kg dari Petambak ke konsumen melalui pabrik pengolahan Garam beryodium di Bandung dapat dilihat pada Gambar 4.20.
Petambak Rp. 400,-
Pedagang Pengumpul Rp. 500,-
Perusahaan Garam
Pasar Rp. 8.400,-
Buruh Angkut Rp. 50,-
Gambar 4.20
Jasa Transportasi Rp. 100
Distribusi Garam
Alur pertambahan nilai Garam dari Petambak menjadi Garam beryodium ke Konsumen yang diolah Pabrik Garam di Bandung
Harga Garam Rp. 400,-/Kg yang diterima Petambak masih dibagi ke Buruh tambak Rp. 100,- dan biaya produksi Rp. 150, sehingga pendapatan petambak Rp. 150,-/Kg Garam. Input Garam Rp. 600,-/Kg menghasilkan output Garam Rp. 8.400,-/Kg. Analisis kesenjangan Garam petambak di Desa Losarang yang diolah produsen Garam beryodium di Bandung, dihitung dengan rumus berikut :
Analisis Kesenjangan Bandung =
Rp. 8.400,= 56 Rp. 150,-
64
Analisis kesenjangan dengan nilai 56, artinya konsumen harus membayar harga 56 kali dari keuntungan yang diterima petambak. Keuntungan terbesar diperoleh produsen garam beryodium yang mengolah garam dari petambak menjadi garam beryodium siap konsumsi. Analisis kesenjangan ini menjadi lebih kecil, ketika Garam yang diproduksi petambak Desa Losarang diolah oleh Koperasi Segoro Madu di Desa Santing Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, yaitu : Analisis Kesenjangan Santing =
Rp. 2.500,= 16,67 Rp. 150,-
Analisis kesenjangan di Bandung menunjukkan Petambak mempunyai keuntungan yang sangat rendah, karena hanya 1,8% dari harga yang dibayar konsumen. Untuk meningkatkan keuntungan Petambak dapat mengolah dan memberi nilai tambah pada Garam yang dihasilkan seperti melakukan pencucian Garam untuk meningkatkan mutu Garam, sehingga dapat memperoleh bagian yang lebih besar dari harga yang dibayarkan konsumen. Untuk efisiensi produksi dapat dibuat industri pengolahan Garam di sentra produksi Garam, sehingga konsumen tidak membayar harga terlalu tinggi untuk distribusi produk yang terlalu panjang dari Petambak ke Pengepul ke Pedagang Besar ke Industri pengolahan Garam.
f.
Efisiensi Modal Efisiensi modal merupakan perbandingan dalam bentuk persentase antara laba bersih (pendapatan) petambak dibandingkan total biaya yang dikeluarkan (Lampiran 10). Semakin besar persentase efisiensi modal yang diterima Petambak, berarti semakin besar selisih antara laba bersih dibandingkan total biaya yang dikeluarkan Petambak. Tabel 4.14 menunjukkan efisiensi modal usaha Garam di Desa Losarang. Efisiensi modal 49,6%-84,3% diperoleh 37 orang (53%) Petambak di Desa Losarang dan hanya 11 orang (15%) yang usahanya memiliki efisiensi modal lebih dari 84,3%.
65
Tabel 4.14 Efisiensi Modal Usaha Garam di Desa Losarang No. 1. 2. 3. 4. 5.
Efisiensi Modal (%)
Jumlah (Responden)
Persentase (%)
14,7-49,5
22
31
49,6-84,3
37
53
84,4-119,0
8
11
119,1-153,8
1
1
153,9-188,6 Jumlah
2 70
3 100
Dengan efisiensi modal 100%, artinya petambak telah memiliki modal untuk melaksanakan usaha Garam pada musim berikutnya. Efisiensi modal dibawah 100% artinya usaha Garam yang dilaksanakan tidak memberikan keuntungan yang cukup untuk melaksanakan usaha Garam pada musim berikutnya. Petambak harus mencari modal tambahan untuk melaksanakan usaha Garam lagi. Efisiensi modal diatas 100%, artinya petambak tidak hanya telah memiliki modal untuk usaha Garam pada musim berikutnya, tetapi juga mempunyai kelebihan keuntungan untuk memperluas usaha Garamnya. 4)
Analisis SWOT
Dari wawancara dan pengamatan langsung di lokasi usaha Garam, di Desa Losarang, dapat diidentifikasikan faktor-faktor strategik internal, yaitu kekuatan dan kelemahan usaha Garam rakyat dan faktor-faktor strategik eksternal, yaitu peluang dan ancaman usaha Garam. a.
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 1) Kekuatan i.
Pekerja yang berpengalaman Meskipun mudah dihasilkan, namun untuk menghasilkan Garam bermutu baik dan produktifitas tinggi, diperlukan pekerja yang berpengalaman. Pekerja berpengalaman diperlukan untuk
66
membuat lahan produksi seluas 1 (satu) ha dengan kemiringan 2%, sehingga air laut dapat mudah mengalir sampai ke petak yang diinginkan
hanya
dengan
bantuan
kincir
angin.
Dengan
pengalaman, pekerja dapat melakukan persiapan lahan dengan cepat sehingga ongkos persiapan lahan dapat diefisienkan. Pekerja yang berpengalaman juga dapat menentukan kepekatan air laut untuk dapat dikristalkan, sehingga menghasilkan Garam mutu baik. Di Desa Losarang, pengetahuan dan pengalaman usaha Garam diwariskan secara turun temurun. ii.
Belum ada substitusi produk Garam Garam yang terdiri dari NaCl merupakan produk yang menghasilkan rasa asin yang belum ada substitusinya di pasar. Keju sebenarnya juga mempunyai rasa asin, namun keju mempunyai harga mahal. Selain memberi rasa asin, kandungan Na dan Cl dibutuhkan bagi manusia. Rataan kebutuhan Garam bagi manusia adalah 4 kg/orang. Tidak ada substitusi produk Garam ini karena Garam dapat mudah diproduksi dengan harga rendah.
iii.
Peralatan produksi yang sederhana Dengan kemiringan lahan yang tepat dan angin yang terus menerus berhembus di daerah pesisir, maka air laut akan dapat mengalir ke petak-petak lahan untuk menghasilkan kepekatan air laut yang diinginkan dengan bantuan kincir angin yang dapat diproduksi di wilayah Losarang sendiri. Selain itu peralatan produksi seperti cangkul, ”geribig tatakan”, ”waring”, bambu, alat pengeras lahan bahkan Baume Meter dapat dengan mudah diperoleh di Desa Losarang dengan harga relatif terjangkau.
iv.
Bahan baku produksi melimpah Usaha Garam di Desa Losarang mengambil bahan baku air laut yang didapat dengan mudah karena posisi Desa yang terletak di pantai Utara laut Jawa. Air laut di Desa Losarang mempunyai derajat kekentalan 1-2 °Be, artinya dalam 1 (satu) l bahan baku air laut
mengandung 10-20 g NaCl, sehingga untuk 1 (satu) Ha
67
tambak Garam yang menghasilkan 80 ton Garam selama musim Garam, dibutuhkan air laut 5.000.000.000 l atau 5.000.000 m3. Untuk lahan Garam 590,70 Ha di Desa Losarang dibutuhkan 2.953.500.000.000 l air laut. v.
Kesesuaian potensi lahan. Desa Losarang adalah Desa yang tepat untuk menjadi daerah penghasil Garam mempunyai bahan baku air laut yang melimpah yang tidak tercemar, lahan datar yang luas dengan kemiringan 2°, sinar matahari, panas bumi dan angin untuk proses penguapan air laut menjadi kristal Garam. Dengan lahan yang tepat Garam dapat mudah dihasilkan dengan biaya produksi yang rendah. Jika tidak ada angin misalnya maka Petambak harus menggunakan mesin pompa untuk mengalirkan air laut ke lahan Garam. Penggunaan mesin pompa berarti tambahan biaya produksi untuk bahan bakar.
2) Kelemahan i.
Usaha Garam hanya 4 bulan dalam setahun Usaha Garam di Desa Losarang merupakan usaha tradisional yang tergantung cuaca. Periode usaha Garam berlangsung selama 4-5 bulan pada musim kemarau di bulan Juli-Nopember. Pada bulan Desember-Juni, hanya Petambak yang mempunyai gudang yang mendapat pendapatan dari Garam. Diluar musim Garam, sebagian Petambak mengandalkan pendapatan dari usaha tambak ikan dan pertanian. Sebagian petambak, juga bekerja sebagai Nelayan, Pedagang, Wiraswasta dan Perangkat Desa.
ii.
Luas Lahan yang sempit, sehingga kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Rataan Petambak di Desa Losarang hanya memiliki tambak dengan luas 1 (satu) Ha, untuk petambak yang memiliki lahan lebih dari 3 (tiga) Ha biasanya memakai buruh penggarap dengan sistem bagi hasil. Luas lahan yang sempit kurang menguntungkan untuk dilaksanakan intensifikasi usaha, seperti yang dilaksanakan oleh PT Garam. Intensifikasi usaha akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi
68
sehingga biaya produksi meningkat. Dengan produktifitas lahan yang tinggi, PT Garam dapat melakukan intensifikasi usaha. iii.
Posisi tawar petambak Garam yang lemah Kurangnya modal dan biaya produksi yang harus cepat dibayar seperti biaya persiapan lahan dan tenaga kerja, menyebabkan petambak harus cepat menjual Garam hasil produksinya, meskipun harga Garam cenderung turun pada saat musim Garam. Kebutuhan modal untuk usaha selanjutnya (seperti tambak ikan dan pertanian) juga mendorong petambak menjual Garam hasil produksi sesaat setelah Garam dihasilkan.
iv.
Kelemahan modal Petambak Garam di Desa Losarang adalah petambak tradisional yang mengandalkan cuaca untuk menghasilkan Garam. Rataan modal yang diperlukan untuk melaksanakan usaha Garam adalah
Rp.
25.000.000,-/Ha yang terdiri dari 1 (satu) unit mesin pompa, 3 (tiga) unit kincir, alat-alat produksi (Cangkul, Rol pengeras lahan, kerikan, timba angkut dll), upah tenaga kerja dan zat tambahan. Upah tenaga kerja Rp. 50.000,00-Rp. 70.000,00/hari mencapai 60% dari modal yang harus disediakan.
Dengan kelemahan modal dari petambak
meningkatkan ketergantungan petambak terhadap pengepul untuk menampung
hasil
produksinya.
Banyaknya
sumber-sumber
permodalan di Indramayu, belum dapat dimanfaatkan akibat tidak sinkronnya pemahaman antara lembaga keuangan dengan kelompok usaha Garam tentang jaminan dan agunan yang harus disediakan. v.
Kurangnya sarana dan prasarana Kondisi jalan Garam (Jalan dari lahan tambak ke pinggir jalan besar) di Desa Losarang belum diberikan perkerasan berupa lapisan aspal dengan lebar 1-2 m sehingga angkutan dilaksanakan dengan sepeda/sepeda motor. Sistem saluran pemasok air laut di Desa Losarang sebagian besar sudah memiliki jalur jaringan yang baik. Hanya saja dari segi dimensi penampang masih kurang optimal. Saluran yang ada di lokasi kurang lebar dan dangkal, sehingga aliran
69
air dari laut kurang lancar mencapai tambak-tambak Garam. Selain itu, pengendapan sedimen di saluran (Gambar 4.21), baik di saluran primer maupun sekunder juga masih terlihat cukup tinggi. Diperlukan penataan yang lebih lanjut agar permasalahan pengendapan sedimen ini dapat teratasi dan dimensi penampang saluran menjadi optimal, sehingga bisa menyalurkan air laut ke tambak secara lancar.
Gambar 4.21 Pengendapan Sedimen pada saluran sekunder di Desa Losarang
3) Peluang i.
Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha Garam rakyat Ada 3 (tiga) kebijakan pemerintah yang mendukung usaha Garam Rakyat, yaitu (1) Kebijakan produksi untuk mencapai swasembada Garam nasional melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) pada daerah penghasil Garam, termasuk Desa Losarang; (2) Kebijakan manajemen usaha dan harga dengan penetapan harga dasar Garam mutu 1 (satu) Rp. 750,-/kg dan mutu 2 (dua) Rp. 550,-/kg untuk meningkatkan harga Garam, penyediaan stok cadangan (buffer stock) melalui PT Garam; dan pengembangan usaha Garam di masyarakat dan (3) Kebijakan Impor Garam berupa larangan impor selama masa usaha Garam rakyat pada bulan JuliOktober dan kewajiban bagi Importir Garam untuk melakukan
70
pembelian Garam rakyat minimal sama dengan jumlah Garam yang diimpornya. ii.
Potensi lahan Garam besar Desa Losarang mempunyai wilayah 966,2 Ha dengan potensi lahan Garam 580,70 Ha (60,1%), dimana 319,50 Ha (55%) merupakan lahan produktif Garam dan 261,20 Ha (45%) masih dapat dikembangkan menjadi lahan produktif Garam. Lahan ini masih bertambah lagi dengan adanya pengenalan usaha Garam rumah tangga (backyard) oleh KKP.
iii.
BLM Petambak tidak berproduksi Garam pada tahun 2010. Usaha tambak Garam mengalami kerugian, karena Petambak telah melaksanakan persiapan lahan tambak tetapi tidak menghasilkan Garam untuk dijual. Bantuan langsung masyarakat merupakan salah satu strategi PUGAR untuk memperbaiki sarana dan prasarana usaha Garam petambak yang rusak, atau tidak ada sehingga petambak dapat melaksanakan usaha Garam. BLM diberikan sesuai dengan kebutuhan petambak berdasarkan Rencana Usaha Bersama (RUB) yang dibuat oleh petambak didampingi oleh Tenaga Pendamping.
iv.
Tenaga pendamping teknis dan kelembagaan Tenaga pendamping teknis memberikan dukungan kepada petambak
untuk
meningkatkan
pengetahuan
teknis.
Tenaga
pendamping kelembagaan memberikan dukungan kepada Petambak untuk menguatkan kelembagaan petambak. Tenaga pendamping teknis dan kelembagaan adalah orang profesional bukan PNS yang bekerja dari Januari-Desember 2011 berdasarkan kontrak yang dibuat oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. v.
Penggunaan teknik maduresee dan ramsol Kristal Garam di Desa Losarang dipanen dengan cara dikais diatas tanah lahan dalam waktu 5-7 hari, dengan cara ini maka produktifitas lahan Garam menjadi tinggi. Kelemahan teknik ini adalah mutu Garam yang dihasilkan kurang bagus, karena tercampur
71
dengan zat impurities. Ramsol digunakan untuk memperbaiki mutu Garam rakyat sehingga menjadi Garam mutu 1 (satu). Dengan teknik maduresee dan ramsol, Petambak dapat melaksanakan usaha Garam di lahan sempit, dengan produktifitas tinggi dan mutu baik. Teknik maduresee juga memungkinkan alih fungsi lahan tambak untuk usaha garam atau ikan, karena tidak membuat meja kristal yang permanen. 4) Ancaman i.
Cuaca Usaha Garam rakyat tergantung pada cuaca kemarau yang panas dan tanpa hujan. Ketika hujan turun, maka kristal-kristal Garam yang sudah terbentuk di meja kristalisasi akan mencair kembali. Diperlukan minimal 4 (empat) hari untuk pembentukan kristal Garam kembali. Musim kemarau tanpa hujan sama sekali berlangsung pada bulan September-Oktober
2011.
Usaha
Garam
secara
tradisional
dilaksanakan pada daerah yang mempunyai curah hujan minimal. ii.
Harga tidak stabil Harga Garam selalu turun ketika musim Garam tiba sesuai dengan hukum permintaan, sedangkan petambak tidak mempunyai gudang yang cukup untuk menampung dan menyimpan Garam yang dihasilkannya. Kebijakan pemerintah hanya mengatur harga dasar Garam, sedangkan harga Garam tergantung harga pasar. Tidak ada kepastian harga ketika petambak melaksanakan panen Garam, sedangkan biaya produksi Garam tetap bahkan cenderung meningkat.
iii.
Impor Garam Impor Garam pada musim Garam akan mempengaruhi harga Garam. Banyaknya Garam yang masuk ke pasar akan menurunkan harga Garam sesuai hukum permintaan dan penawaran. Impor Garam juga digunakan sebagai alat perusahaan Garam untuk menekan harga Garam dari petambak dan tidak membeli Garam rakyat. Dengan harga pasar yang rendah, petambak cenderung tidak melaksanakan usaha Garam. Ada 2 (dua) jenis importir Garam yaitu 1) Importir Produsen Garam, yang melaksanakan impor Garam sebagai bahan baku dalam
72
proses produksinya dan (2) Importir Terdaftar Garam, yang melakukan impor Garam untuk memenuhi kebutuhan industri yang tidak mengimpor Garam sendiri dan atau kebutuhan Garam konsumsi masyarakat. iv.
Tengkulak Kelemahan
modal
petambak
Garam
dimanfaatkan
para
Tengkulak untuk mendapatkan harga Garam yang rendah pada masa usaha Garam. Tengkulak menyimpan Garam di gudang dan menjual ke pasar dengan harga yang tinggi di luar masa usaha Garam. Lemahnya modal petambak juga dimanfaatkan tengkulak dengan memberikan bantuan modal kerja yang sifatnya hutang dan harus dikembalikan sebelum musim Garam usai. Pada akhirnya petambak harus menjual Garam dengan harga rendah ke tengkulak untuk dapat mengembalikan hutang. v.
Alih tenaga kerja Usaha Garam dapat dilaksanakan pada bulan Juni pada saat akhir musim hujan dengan melakukan penyiapan lahan dan Garam dapat dipanen mulai bulan Juli-Nopember. Namun karena tenaga kerja yang ada masih bekerja pada bidang pertanian dan tambak Ikan, maka usaha Garam tidak dapat dilaksanakan akibat ketiadaan tenaga kerja yang saat itu masih menunggu panen hasil pertanian, ataupun panen tambak ikan. Persiapan lahan Garam baru dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus, ketika tenaga kerja sudah tersedia.
b. IFE dan EFE Usaha Garam rakyat di Desa Losarang dipengaruhi oleh faktor strategik internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan usaha Garam rakyat. sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman usaha Garam rakyat. IFE dan EFE usaha Garam rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu menggunakan pendekatan rating (skor) dan bobot dalam sebuah matriks. Data dan informasi yang digunakan bersumber
73
dari kuesioner terbuka yang hanya diajukan kepada responden terbatas (Ketua KUGAR dan Ketua Koperasi Segoro Madu) dengan total responden berjumlah 5 (lima) orang. 1.
Identifikasi matriks IFE Faktor strategik internal diuraikan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dihadapi petambak Garam, kemudian diidentifikasikan faktor internal dalam usaha Garam yang paling berpengaruh (Lampiran 11). Penghitungan bobot masing-masing faktor dilakukan dengan menggunakan software expert choice dapat dilihat pada Lampiran 13. Petambak harus mengupayakan langkah-langkah yang tepat untuk memanfaatkan kekuatankekuatan dan mengatasi kelemahan-kelemahan usaha Garam Rakyat agar dapat mengembangkan usahanya lebih baik. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 4.15 Tabel 4.15 IFE dari usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu Faktor Strategik Internal
Bobot (a)
Rating (b)
Bobot x Rating (a x b)
0,145 0,113 0,088 0,083 0,088
3,8 4,0 3,4 3,6 3,2
0,5510 0,4520 0,2992 0,2988 0,2816
0,079
1,4
0,111
0,077
1,6
0,123
0,143
1,0
0,143
0,076
2,0
0,152
0,109 1,000
1,8
0,196 2,608
Kekuatan 1. Belum ada substitusi produk Garam 2. Pekerja yang berpengalaman 3. Bahan baku produksi melimpah 4. Kesesuaian Potensi Lahan 5. Peralatan Produksi Sederhana Kelemahan 1. Kurangnya Sarana dan Prasarana 2. Posisi tawar Petambak Garam yang lemah 3. Kelemahan Modal 4. Luas lahan sempit kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha 5. Usaha Garam hanya 4 bulan setahun Jumlah
74
2.
Identifikasi matriks EFE Faktor strategik eksternal diuraikan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi Petambak Garam di Desa Losarang, kemudian diidentifikasikan faktor eksternal dalam usaha Garam yang paling berpengaruh (Lampiran 12). Penghitungan bobot masing-masing faktor dilakukan dengan menggunakan software expert choice dapat dilihat pada Lampiran 14. Petambak harus mengupayakan langkah-langkah yang tepat untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman usaha Garam Rakyat agar dapat mengembangkan usahanya lebih baik. Faktor-faktor peluang dan ancaman pada usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 4.16 Tabel 4.16 EFE dari usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu Faktor Strategik Eksternal
Bobot (a)
Rating (b)
Bobot x Rating (a x b)
0,174 0,130 0,100
3,8 3,6 4,0
0,661 0,468 0,400
0,086
3,4
0,292
0,064
3,2
0,205
0,079 0,064 0,130 0,075 0,098 1,000
1,20 1,80 1,00 2,00 1,60
0,095 0,115 0,130 0,150 0,157 2,673
Peluang 1. 2. 3. 4.
Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan 5. Penggunaan Teknologi Maduresee dan Ramsol Ancaman 1. Harga Tidak Stabil 2. Alih Tenaga Kerja 3. Cuaca 4. Tengkulak 5. Impor Garam Jumlah b.
Analisis Matriks IE
Penentuan posisi strategi usaha Garam Rakyat di Desa Losarang dalam matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang diberi bobot pada sumbu X dan total nilai matriks EFE pada sumbu Y. Total nilai matriks IFE 2,608 dan nilai matriks EFE 2,673.
75
Dengan demikian posisi usaha Garam Rakyat di Desa Losarang terletak pada sel V. Strategi yang sesuai untuk diterapkan pada sel ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil identifikasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan serta posisi persaingannya yang berada pada sel V selanjutnya akan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT.
Posisi usaha Garam rakyat di Desa Losarang
berdasarkan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.22.
Total Skor Faktor Strategi Eksternal
Total Skor Faktor Strategi Internal Kuat 4,0 Tinggi
Rataan 3,0
Lemah 2,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0 Menengah 2,0 Rendah 1,0
Gambar 4.22 Matriks IE Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang
c. Formulasi Strategi Usaha Garam Rakyat Di Desa Losarang, Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu Berdasarkan indentifikasi faktor strategik internal dan eksternal yang diperoleh, selanjutnya ditetapkan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT (Tabel 4.17). Formulasi strategi pengembangan usaha Garam rakyat di desa Losarang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Strategi S-O (kombinasi S1-S5 dengan O1-O5) Strategi ini didapatkan dengan memanfaatkan dan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki oleh petambak dan kelompok usaha Garam rakyat untuk mengambil atau memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa formulasi strategi berikut : i.
Meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan keuntungan
ii.
Memperluas jaringan pemasaran
76
Petambak Garam di Desa Losarang, memiliki tingkat produktivitas yang berbeda dan distribusi penjualan yang belum kuat. Upaya untuk meningkatkan
produktivitas
lahan
Garam
dilakukan
dengan
mensosialisasikan teknis bertambak Garam yang baik. Perluasan jaringan pemasaran dengan membuka pemasaran non konvensional seperti pemasaran Garam dalam bentuk cair ataupun pemasaran Garam untuk kebutuhan non konsumsi (seperti pupuk untuk pertanian), sehingga akan memberikan nilai tambah dan meningkatkan harga jual Garam rakyat.
2) Strategi S-T (kombinasi S1-S5 dengan T1-T5) Strategi ini didapatkan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki Petambak dalam mengantisipasi ancaman yang ada. Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa formulasi strategi berikut : i.
Menetapkan pola usaha Garam rakyat setiap tahun, sehingga usaha Garam akan dimulai setiap akhir musim hujan setiap tahun, yaitu bulan Juni.
ii.
Meningkatkan mutu Garam rakyat.
iii.
Penguatan kerjasama Petambak melalui kelompok usaha Garam Rakyat. Strategi
yang perlu
dilakukan
dalam
rangka
menghadapi
persaingan dengan Garam impor dan Tengkulak adalah dengan meningkatkan mutu Garam Rakyat dengan pengendalian bahan baku air laut dan pengawasan mutu produksi secara konsisten. Penguatan kelompok usaha Garam rakyat agar petambak memperoleh manfaat ekonomi dari usaha bersama secara berkelompok sepanjang tahun. 3) Strategi W-O (kombinasi W1-W5 dengan O1-O5) Strategi ini didapatkan dengan usaha meminimalisasi kelemahan yang dimiliki Petambak dan kelompok Petambak dan memanfaatkan peluang. Berdasarkan hasil analisis diperoleh formulasi strategi berikut : i.
Menetapkan kawasan khusus usaha Garam.
ii.
Memanfaatkan jasa perbankan untuk pengembangan usaha
iii.
Meningkatkan pengetahuan manajemen usaha.
77
Untuk
pemenuhan
kebutuhan
garam
nasional,
pemerintah
menetapkan daerah potensial penghasil garam sebagai kawasan khusus usaha Garam, agar tidak beralih fungsi menjadi usaha lain. Kawasan khusus usaha garam dapat menarik investor atau pihak perbankan untuk ikut mengembangkan usaha Garam. Petambak Garam dapat memanfaatkan kebijakan pemerintah saat ini, yaitu program pemberdayaan usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan pengetahuan manajemen usaha dan pembiayaan usaha Garam, sehingga usaha Garam yang dilaksanakannya dapat berkembang.
4) Strategi W-T (kombinasi W1-W5 dengan T1-T5) Strategi ini didapatkan melalui usaha meminimalisasi kelemahan yang dimiliki Petambak Garam dan kelompok usaha Garam Rakyat untuk mengantisipasi ancaman, atau untuk menghadapi kemungkinan ancaman yang ada dari lingkungan eksternal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh beberapa formulasi strategi berikut : i.
Memasyarakatkan usaha Garam backyard
ii.
Meningkatkan teknologi produksi dan penyimpanan produk. Strategi untuk mengatasi kelemahan produksi garam hanya 4 bulan
dalam setahun dan ancaman cuaca adalah mendorong usaha Garam backyard yang dapat dilakukan sepanjang tahun baik pada saat musim hujan maupun kemarau pada lahan terbatas. Usaha Garam backyard merupakan usaha Garam yang tidak membutuhkan lahan tambak tetapi memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan produksi Garam. Bahan baku berupa air laut tua dengan kadar kepekatan 20-25 oBe yang diambil dalam kolam penampungan air tua. Meja kristalisasi dilapisi terpal plastik sehingga bebas bocor, mudah dirawat dan dapat dipindahkan. Usaha Garam backyard telah disosialisasikan kepada masyarakat pada pelaksanaan PUGAR, tetapi setelah musim Garam di tambak selesai, masyarakat tidak tertarik melaksanakan usaha Garam backyard ini karena dianggap kurang menguntungkan dibanding berusaha ikan atau bercocok tanam.
78
Tabel 4.17 Matriks Analisis SWOT Usaha Garam Rakyat Faktor Internal
Faktor Eksternal
KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
S1. Pekerja yang berpengalaman S2. Belum ada substitusi produk Garam S3. Peralatan produksi sederhana S4. Bahan baku produk melimpah S5. Kesesuaian potensi lahan
W1. Produksi Garam hanya 4 bulan setahun W2. Luas lahan sempit W3. Posisi tawar Petambak W4. Keterbatasan Modal W5. Kurangnya sarana dan prasarana
Strategi SO
Strategi WO
PELUANG (O) O1. Kebijakan Pemerintah O2. Potensi lahan Garam yang besar O3. Bantuan Langsung Masyarakat O4. Tenaga pendamping teknis dan kelembagaan
1.
2.
Meningkatkan produktivitas (O1,O2,O3 ; S1, S3, S4, S5) Memperluas jaringan pemasaran (O1,O2,O4 ; S2, S4, S5)
1.
2.
3.
ANCAMAN (T) T1. T2. T3. T4. T5.
Cuaca Harga tidak stabil. Impor Garam Tengkulak Alih fungsi lahan Garam
Keterangan
Strategi ST 1. 2. 3.
Menetapkan Pola Usaha Garam (S1, S5;T1,T5) Meningkatkan mutu produk (S1,S2,S4; T2,T3) penguatan anggota Petambak dengan kelompok (T2,T3,T4 ; S1,S5)
Menetapkan kawasan khusus Usaha Garam (O1,O2;W1,W2, W5) Memanfaatkan jasa perbankan untuk pengembangan usaha (O1,O2, O4 ; W4,W5) Meningkatkan pengetahuan manajemen usaha (O1,O4 ; W2,W3) Strategi WT
1.
2.
Memasyarakatkan usaha Garam backyard (T1,T5;W1,W2) Meningkatkan teknologi produksi dan penyimpanan produk (T1,T2,T4; W2,W4,W5)
: - (Oi ; Si) atau (Oi ; Wi) atau (Ti ; Si) atau (Ti ; Wi) menunjukkan kombinasi faktor eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi. - i = 1,2,……..n
5) Analisis Tingkat Kesejahteraan Petambak Garam Peningkatan kesejahteraan Petambak Garam 15% menjadi dampak yang ingin dicapai dalam implementasi PUGAR, sehingga ketika kesejahteraan Petambak Garam meningkat 15%, maka efektivitas implementasi PUGAR mencapai 100%. Dalam kajian ini meningkatnya kesejahteraan Petambak Garam melalui implementasi program PUGAR diteliti melalui 3 (tiga)
79
indikator, yaitu
(1) Peningkatan pendapatan petambak; (2) penyerapan
tenaga kerja dan (3) Perluasan kesempatan berusaha. Penghitungan peningkatan kesejahteraan Petambak Garam dalam kajian ini dilaksanakan melalui 2 (dua) tahap, yaitu : i.
Menghitung bobot masing-masing aspek untuk mengetahui seberapa besar
pengaruhnya
terhadap
peningkatan
kesejahteraan,
melalui
kuesioner dan wawancara kepada 5 orang responden yang terdiri dari 4 (empat) orang Ketua KUGAR dan 1 (satu) orang Ketua Koperasi Segoro Madu dengan metode MAHP. Dengan Software Expert Choice 11 diperoleh nilai untuk peningkatan pendapatan 0,525, penyerapan tenaga kerja 0,344 dan perluasan kesempatan berusaha 0,131 (Lampiran 15). ii.
Melakukan penilaian pada masing-masing indikator yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan Petambak, dengan menghitung jumlah Petambak yang mengalami peningkatan pendapatan, dapat menyerap tenaga kerja dan dapat melakukan perluasan usaha seperti pada Tabel 4.18. Tabel 4.18 Indikator penilaian peningkatan kesejahteraan Petambak Garam di Desa Losarang pada tahun 2010 dibanding tahun 2011 Meningkat Indikator Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
iii.
Penilaian
Tidak Meningkat
Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (%) (Orang) (%)
Nilai
68
97,14
2
2,86
4
65
92,86
5
7,14
4
9
12,86
61
87,14
3
efektivitas
implementasi
PUGAR
dilaksanakan
Keterangan Meningkat > 15 % Meningkat > 15 % Meningkat 10,1%-15%
dengan
mengalikan nilai dan bobot masing-masing indikator berikut : 0,529 x 4 + 0,336 x 4 + (0,135 x 3) x 100 = 96,625 4 Dengan nilai > 80 maka implementasi PUGAR di Desa Losarang, Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu sangat efektif untuk meningkatkan
80
kesejahteraan Petambak lebih dari 15% sesuai target PUGAR. Peningkatan kesejahteraan, karena implementasi PUGAR ini diperoleh dari peningkatan pendapatan 68 responden (97,14%), penyerapan tenaga kerja 65 responden (92,86%)
dan terendah diperoleh dari perluasan kesempatan berusaha 9
responden (12,86%). Peningkatan pendapatan usaha Garam tahun 2011 dibanding tahun 2010 lebih banyak dipengaruhi oleh gagal produksinya petambak Garam karena hujan yang turun sepanjang tahun 2010. Peningkatan pendapatan usaha Garam tahun 2011 dibanding tahun 2009 sebesar 122%, disebabkan rataan harga Garam tahun 2011 sebesar Rp. 500,- lebih tinggi dibanding rataan harga Garam tahun 2009 Rp. 225,Perluasan kesempatan berusaha dimanfaatkan 9 responden (12,86%) untuk menjadi pedagang pengumpul Garam milik Petambak lain dan menjadikan tambak Garam sebagai tambak ikan diluar musim Garam. Perluasan kesempatan berusaha dengan menjadi pedagang pengumpul Garam milik Petambak lain karena adanya sarana gudang Petambak yang diperbaiki melalui BLM. BLM juga membantu Petambak dalam penguatan modal, sehingga uang yang sudah disiapkan untuk usaha Garam dapat dimanfaatkan untuk perluasan usaha seperti menjadikan tambak Garam sebagai tambak ikan diluar musim Garam. Perluasan kesempatan berusaha yang dalam PUGAR diimplementasikan dengan sosialisasi usaha Garam dengan metode backyard tidak dilaksanakan Petambak, karena lebih memilih usaha lain yang dianggap lebih dapat memenuhi kebutuhan hidup Petambak. Kegagalan produksi Garam pada tahun 2010 menyebabkan usaha Garam rakyat pada tahun 2010, hanya menyerap 115 tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan persiapan lahan Garam yang pada akhirnya tidak menghasilkan Garam, sehingga Petambak mengalami kerugian besar. Tahun 2011 ketika musim Garam dapat berlangsung selama 4-5 bulan, usaha Garam dapat menyerap 378 Buruh tambak dan 330 Buruh angkut. Hasil tidak jauh berbeda ditunjukkan Tabel 4.19 terhadap penilaian peningkatan kesejahteraan Petambak tahun 2009 dibandingkan dengan setelah
81
pelaksanaan implementasi PUGAR pada tahun 2011. Usaha Garam di Desa Losarang tidak mengalami gangguan cuaca pada tahun 2009.
Tabel 4.19 Indikator penilaian peningkatan kesejahteraan Petambak Garam di Desa Losarang pada tahun 2009 dibanding tahun 2011 Meningkat Indikator
Tidak Meningkat
Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Orang) (%) (Orang) (%)
Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
Nilai
65
92,9
5
7,1
4
8
11,4
62
88,6
3
9
12,9
61
87,1
3
Keterangan Meningkat > 15 % Meningkat 10,1%-15% Meningkat 10,1%-15%
0,529 x 4 + 0,336 x 3 + (0,135 x 3) x 100 = 88,225 4 Dengan nilai > 80, maka implementasi PUGAR di Desa Losarang, Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu sangat efektif untuk meningkatkan kesejahteraan Petambak lebih dari 15% pada tahun 2011 dibanding pada tahun 2009.
C. IMPLIKASI HASIL KAJIAN 1.
Implikasi Teknis Kegagalan produksi tahun 2010 karena anomali cuaca menyebabkan tidak terawatnya sarana dan prasarana usaha Garam, sehingga PUGAR distrategikan melalui BLM untuk rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana usaha Garam di Desa Losarang. Secara teknis PUGAR berimplikasi pada perbaikan sarana dan prasarana usaha Garam di Desa Losarang. Dengan sarana dan prasarana yang baik, Petambak dapat melaksanakan usaha Garam. Produktivitas lahan Garam di Desa Losarang cukup tinggi dibanding rataan produktivitas Garam secara nasional yang hanya mencapai 70 ton/ha. Produktivitas tinggi yang disebabkan penggunaan zat tambahan yang diketemukan oleh Petambak di Desa Santing, Kecamatan Losarang, menyebabkan Petambak di Desa Losarang dapat dengan mudah mengadopsi
82
teknologi yang distrategikan dalam PUGAR. PUGAR tahun 2011 belum menjadikan mutu sebagai prioritas utama, meskipun pemakaian zat tambahan dalam jumlah yang tepat dapat meningkatkan mutu Garam. Untuk 1 (satu) Ha tambak Garam dibutuhkan zat tambahan sebanyak 210 kg senilai Rp. 4.500.000,00. Jika dari 1 (satu) ha tambak Garam tersebut menghasilkan 90 ton, maka pemakaian zat tambahan memerlukan biaya tambahan Rp. 50,-/kg. KKP mengimplementasikan program Peningkatan mutu Garam rakyat melalui pembuatan unit pengolahan Garam berkapasitas 4 (empat) ton Garam oleh KKP di 4 (empat) lokasi yaitu Pamekasan, Sampang, Pati dan Tuban. 2.
Implikasi Ekonomi Implementasi PUGAR dan penetapan harga dasar Garam oleh Kementerian Perdagangan dapat meningkatkan rataan harga Garam yang diterima Petambak pada tahun 2011 Rp. 500,- (100% dibandingkan tahun 2009) dengan harga terendah Rp. 350,- dan tertinggi Rp. 1.200,-. Namun masalah utama usaha Garam di Indonesia tidak hanya masalah mutu Garam, produksi dan produktivitas yang saat ini menjadi target PUGAR, ada kesalahan dalam manajemen supply chain yang berpengaruh pada nilai jual Garam Petambak belum banyak disentuh dalam implementasi PUGAR tahun 2011. Upaya untuk mengintegrasikan petambak Garam, gudang penyimpanan Garam, industri pengolahan Garam, distributor dan toko dapat dilaksanakan, sehingga Garam diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat dan pada waktu yang tepat. Saat ini dengan kurangnya gudang dan lemahnya modal yang dimiliki Petambak menjadikan saat musim panen raya Garam, petambak menjual Garam dengan harga murah ke Pengepul atau industri pengolah Garam, di sisi lain konsumen tetap menerima harga Garam dengan harga yang tetap. Mata rantai usaha Garam saat ini kurang menguntungkan bagi Petambak Garam. Perbaikan supply chain management akan memaksimalkan nilai Garam yang dihasilkan secara keseluruhan, sehingga tidak terjadi gap analisys yang tinggi antara harga Garam dari Petambak dan harga Garam yang harus dibayar oleh konsumen. Penerapan manajemen nilai (value management) dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha Garam, sehingga Indonesia
83
tidak akan kelebihan Garam ketika musim Garam pada bulan Juli-Nopember ataupun kekurangan Garam pada bulan Desember-Juni yang mendorong dilakukan impor Garam untuk memenuhi kebutuhan Garam nasional. Melalui penerapan supply chain management dan value management usaha Garam rakyat semakin layak untuk dilaksanakan. 3.
Implikasi Sosial. Perhatian dan dukungan pemerintah melalui kebijakan usaha Garam yang berpihak kepada rakyat akan menumbuhkan keyakinan dan semangat Petambak untuk melaksanakan usaha Garam. Keyakinan dan semangat berusaha merupakan modal penting untuk melaksanakan wirausaha di bidang Garam. Semangat Petambak untuk melaksanakan usaha Garam semakin bertambah, dengan adanya keuntungan yang besar yang dihasilkan dari lahan garapannya. Semangat masyarakat untuk melaksanakan usaha Garam akan melahirkan inovasi dari masyarakat untuk meningkatkan mutu dan produktifitas usaha Garam. Zat tambahan yang ditemukan petambak dari Desa Santing, Kecamatan Losarang adalah wujud inovasi dari petambak untuk menghasilkan Garam bermutu
dan
meningkatkan
produktifitas.
Teknik
maduresee
yang
berkembang di lingkungan petambak Garam tradisional, karena sempitnya areal lahan, diperbaiki dengan teknologi ulir yang juga ditemukan Petambak dari Cirebon. Dengan teknologi ulir, air laut dialirkan berliku-liku sehingga akan mempunyai jarak tempuh yang panjang untuk sampai ke kolam penampungan, sehingga dapat mengendapkan zat-zat diluar NaCl dan menghasilkan Garam mutu baik. Desa Losarang yang memiliki luas pergaraman produktif 320 Ha, akan membuka kesempatan kerja bagi 1.000-2.000 orang tenaga kerja selama masa usaha Garam untuk bekerja sebagai Buruh tambak dan Buruh angkut. Produksi
Garam di Desa Losarang juga memberikan lapangan kerja bagi pedagang Garam dan menumbuhkan usaha Garam beryodium.
84
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. PUGAR di Desa Losarang, Kecamatan, Losarang Kabupaten Indramayu dapat diimplementasikan secara efektif oleh KUGAR melalui peningkatan produktivitas lahan garam petambak, pencapaian target produksi garam PUGAR, dan peningkatan kesejahteraan petambak sebesar 15 % sesuai target PUGAR. Rencana Usaha Bersama (RUB) KUGAR berjalan efektif selama musim Garam berlangsung. Ketika musim garam selesai, KUGAR tidak memiliki rencana usaha bersama. Tidak adanya kegiatan usaha yang dapat menjadi sumber penghasilan untuk menghidupi Petambak dan keluarganya, menjadikan petambak anggota KUGAR kembali ke profesinya masing-masing pada saat musim Garam selesai. 2. Kekuatan yang paling berpengaruh dari usaha Garam adalah belum ada substitusi produk garam sehingga akan selalu ada kebutuhan Garam sepanjang tahun. Dengan adanya kebutuhan ini, petambak selaku produsen seharusnya memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi pasar garam, namun dengan kelemahan usaha garam rakyat yang masih tradisonal, mengandalkan cuaca dan kurangnya sarana dan prasarana usaha, petambak hanya dapat menghasilkan garam bermutu rendah dalam waktu yang terbatas. Kebijakan pemerintah yang meliputi Kebijakan produksi melalui PUGAR, penetapan harga dasar garam dan larangan impor garam merupakan peluang terbesar yang dimiliki Petambak Garam yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi ancaman usaha Garam. 3. Usaha garam anggota KUGAR peserta program PUGAR di Desa Losarang layak untuk dilaksanakan dengan nilai B/C ratio > 1. Dengan produktifitas lahan yang tinggi dan harga yang menguntungkan, usaha garam yang berlangsung ± 4 bulan, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal, petambak selama 1 tahun. Usaha garam memiliki profit margin rendah dan analisis kesenjangan tinggi menunjukkan petambak dapat
85
meningkatkan nilai jual garam melalui supply chain management dan management value.
B. Saran 1.
Perlu program pengembangan usaha garam di wilayah potensial penghasil garam untuk mendorong perluasan usaha garam dimasyarakat. Usaha garam rakyat tidak hanya menjadi pekerjaan sampingan, ketika cuaca mendukung. Usaha garam rakyat tidak hanya merupakan usaha pembentukan kristal garam tetapi juga memberikan nilai tambah pada garam yang dihasilkan seperti pembuatan garam beryodium, pembuatan garam cair, garam sebagai pupuk dan lain-lain.
2.
Perlu mendorong Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) sebagai suatu kelompok usaha bukan hanya kelompok penyalur BLM. Sebagai kelompok usaha tidak hanya pada saat musim garam, tetapi juga diluar musim garam. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB) digunakan untuk usaha dalam waktu 1 tahun, sehingga KUGAR dapat memberikan manfaat secara ekonomi terhadap anggotanya selama 1 tahun, tidak hanya pada saat musim Garam.
3.
Perlu pemetaan kebutuhan garam secara ideal dan menjaga lahan garam yang ada, serta tidak melakukan pembukaan lahan garam baru yang tidak perlu yang dapat menimbulkan produksi garam berlebih. Untuk kebutuhan nasional garam 3.000.000 ton dibutuhkan 37.500 Ha lahan garam dengan produktifitas 80 ton/Ha. Dengan pemenuhan kebutuhan secara ideal, usaha garam akan tetap layak untuk dilaksanakan.
4.
Perlu ditetapkan
daerah sentra produksi garam di seluruh wilayah
Indonesia. Dengan penetapan wilayah usaha garam ini, pemerintah bertanggungjawab terhadap penyediaan sarana dan prasarana usaha garam seperti peningkatan mutu bahan baku garam, dengan membangun instalasi penyaluran air laut yang ada ditengah ke tambak-tambak garam rakyat, peningkatan jalan garam, penyediaan teknologi usaha garam untuk peningkatan mutu dan produktivitas garam.
DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). 2010. Peta Lahan Garam Indonesia. Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Bakosurtanal, Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Indramayu Dalam Angka 2007. BPS, Indramayu. Budiharsono, S. 2006. Sistem Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Sekretariat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Burhanuddin, S. 2001. Proceeding Forum Pasar Garam Indonesia. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Darmawan, W. 2010. Potret Kehidupan Sosial-Ekonomi Di Kabupaten Indramayu (Tinjauan Historis Tahun 1970-2007). Jurnal Penelitian Pendidikan Abmas Volume 11 No 1 April 2010. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). 2002. Pemberdayaan Garam Rakyat. Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). 2006, Pedoman Produksi Dalam Rangka Penerapan Manajemen Mutu Lahan Garam. Direktorat Industri Kimia Hilir, Jakarta. Djamaluddin, AM. 1977. Sistem Perencanaan Program dan Anggaran. Ghalia Indonesia, Jakarta. Effendi, S. 2010. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Yogyakarta. Husnan, S dan Suwarsono, M. 2008. Studi Kelayakan Proyek. (Edisi ke empat). UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2011a. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2010. Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. ____________________________________. 2011b. Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha (PMPPU) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan & Dinamika Ekonomi Pesisir. Penerbit ArRuzz Media, Yogyakarta. Kusumastanto, T. 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
87
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi Ke 3). Balai Pustaka, Jakarta. Rachman, AJ dan Imran, M. 2011. Petambak Garam Indonesia dalam Kepungan Kebijakan dan Modal. Inninawa dan Indonesia Berdikari, Makasar. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rochwulaningsih, Y. 2007. Petani Garam dalam Jeratan Kapitalisme, Analisis Kasus Petani Garam di Rembang Jawa Tengah. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik Tahun XX No 3 Juli 2007. Universitas Airlangga, Surabaya. Saaty, TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks (Terjemahan). PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Siagian, SP. 2001. Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi. Gunung Agung, Jakarta. Soetomo. 2011. Pemberdayaan masyarakat. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Syukur, AM. 1988. Perkembangan Penerapan Study Implementasi. Pusdiklat Pegawai Negeri Republik Indonesia, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta. Wahab, SA. 2004. Analisa Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Bumi Aksara, Jakarta. Westra, P. 1982. Manajemen Pembangunan Daerah. Ghalia Indonesia, Jakarta. Wojowasito, S. 2006. Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Balai Pustaka, Jakarta.
88
LAMPIRAN
89
Lampiran 1. Pohon Industri Air Laut
Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2006
90
Lampiran 2. Kuesioner penelitian
Yth. Bapak/Ibu
Perkenankanlah saya memperkenalkan diri, nama saya Santoso Budi Widiarto Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Industri Kecil Menengah Institut Pertanian Bogor, bermaksud melaksanakan penelitian tugas akhir berjudul : Kajian Efektivitas Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, dengan dosen pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA dan Prof. Dr. Ir. H. Komar Sumantadinata, M.Sc. Agar hasil penelitian ini dapat memenuhi persyaratan, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat berpartisipasi dalam menjawab kuesioner ini. Semua informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan sepenuhnya digunakan untuk keperluan ilmiah dan akademik. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih
Bogor,
Oktober 2011
Hormat Saya
Santoso Budi Widiarto NIM P054100085
91
A. Identitas Responden Nama
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan Terakhir
:
Status Pernikahan
:
Jumlah Tanggungan
:
Pekerjaan Utama
:
Pekerjaan Sampingan
:
Pekerjaan saat tidak musim Produksi Garam
:
a.
SD
b.
SMP
c.
SMA
d.
Perguruan Tinggi
e.
Lainnya ..............................................
B. Profil Usaha Garam 1. Luas Tambak Garam yang dimiliki
:
2. Luas Tambak Garam PUGAR
:
3. Penggunaan Tambak Garam diluar
:
Musim Garam 4. Jumlah Tenaga Kerja diTambak
:
5. Waktu Persiapan Produksi
:
6. Waktu Produksi Garam
:
7. Pengalaman Usaha Garam :
8. Lama Menjadi anggota Kelompok
:
Bulan
a.
2 Bulan
b.
3 Bulan
c.
4 Bulan
d.
5 Bulan
e.
Lainnya, sebutkan ...............................
a.
Tidak Pernah
b.
1-2 Tahun
c.
3-5 Tahun
d.
6-10 Tahun
e
Lainnya, sebutkan ...............................
a.
0-1 Tahun
b.
1-2 Tahun
c.
3-5 Tahun
d.
6-10 Tahun
e.
Lainnya, sebutkan ...............................
92
C. Data Usaha Garam 1. Pengeluaran Usaha Garam
a. Biaya Tetap 1.
Sewa Lahan
:
2.
Pompa
:
3.
Kincir
:
4.
Saluran Tambak
:
5.
Galengan Tanggul
:
6.
Meja Jemur
:
7.
Gudang
:
8.
Lain-lain
:
b. Biaya Tidak Tetap 1.
Timba Angkut
:
2.
Karung
:
3.
Penggaruk
:
4.
Cangkul
:
5.
Zat Tambahan/Pupuk/dll
:
6.
Upah Tenaga Kerja
:
7.
Ongkos Persiapan Tambak
:
8.
Ongkos Panen
:
9.
Ongkos Angkut
:
10. Ongkos Kemasan
:
11. Lain-lain
:
c. Biaya Penyusutan 1.
Pompa
:
2.
Kincir
:
3.
Gudang
:
Jumlah
Nilai
Jumlah
Nilai
93
2. Pendapatan Usaha Garam a. Produksi 1.
Jumlah Produksi Terendah
:
Kg
2.
Jumlah Produksi Tertinggi
:
Kg
3.
Total Produksi 2011
:
Kg
4.
Waktu Produksi
:
Bulan
b. Pendapatan = Produksi x Harga 1.
Produksi Bulan ke-1
:
Kg x Rp.
2.
Produksi Bulan ke-2
:
Kg x Rp.
3.
Produksi Bulan ke-3
:
Kg x Rp.
4.
Produksi Bulan ke-4
:
Kg x Rp.
5.
Produksi Bulan ke-5
:
Kg x Rp.
3. Penjualan Garam Tempat transaksi penjualan Garam yang dilaksanakan pada Tahun 2011 (boleh memilih lebih dari satu) a. Tambak Garam dengan harga .................................................. b. Pinggir Jalan dengan harga ..................................................... c. Gudang Petambak dengan harga .............................................. d. Gudang Pengepul dengan harga ............................................... e. Pabrik pengolahan garam dengan harga .................................... f. Koperasi dengan harga ............................................................
4. Harga Garam a. Harga Garam terendah pada tahun 2009
: Rp.
/Kg
b. Harga Garam tertinggi pada tahun 2009
: Rp.
/Kg
c. Harga Garam terendah pada tahun 2010
: Rp.
/Kg
d. Harga Garam tertinggi pada tahun 2010
: Rp.
/Kg
e. Harga Garam terendah pada tahun 2011
: Rp.
/Kg
f. Harga Garam tertinggi pada tahun 2011
: Rp.
/Kg
94
D. Indikator Efektivitas Implementasi dari dampak Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat terhadap Kesejahteraan Rakyat. 1. Berapa pendapatan bersih tambak Garam saudara per Ha yang diterima pada musim Garam pada Tahun 2009 ? a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Rp. 0 Kurang dari Rp. 1.000.000 1 Juta – 2 Juta Rupiah 2 Juta – 3 Juta Rupiah 3 Juta – 4 Juta Rupiah 4 Juta – 5 Juta Rupiah 5 Juta – 6 Juta Rupiah 6 Juta – 7 Juta Rupiah 7 Juta – 8 Juta Rupiah Lebih dari 8 Juta Rupiah, Sebutkan
2. Berapa pendapatan bersih tambak Garam saudara per Ha yang diterima pada musim Garam pada Tahun 2010 ? a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Rp. 0 Kurang dari Rp. 1.000.000 1 Juta – 2 Juta Rupiah 2 Juta – 3 Juta Rupiah 3 Juta – 4 Juta Rupiah 4 Juta – 5 Juta Rupiah 5 Juta – 6 Juta Rupiah 6 Juta – 7 Juta Rupiah 7 Juta – 8 Juta Rupiah Lebih dari 8 Juta Rupiah, Sebutkan
3. Berapa pendapatan bersih tambak Garam saudara per Ha yang diterima pada musim Garam setelah diimplementasikannya PUGAR ? a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Rp. 0 Kurang dari Rp. 1.000.000 1 Juta – 2 Juta Rupiah 2 Juta – 3 Juta Rupiah 3 Juta – 4 Juta Rupiah 4 Juta – 5 Juta Rupiah 5 Juta – 6 Juta Rupiah 6 Juta – 7 Juta Rupiah 7 Juta – 8 Juta Rupiah Lebih dari 8 Juta Rupiah, Sebutkan
95
4. Berapa tenaga kerja (diluar responden) yang digunakan pada usaha Garam saudara pada Tahun 2009 ? a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Tidak ada (responden sekaligus pekerja) 1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 5 Orang 6 Orang 7 Orang 8 Orang Lebih dari 8, Sebutkan
5. Berapa tenaga kerja (diluar responden) yang digunakan pada usaha Garam saudara pada Tahun 2010 ? a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Tidak ada (responden sekaligus pekerja) 1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 5 Orang 6 Orang 7 Orang 8 Orang Lebih dari 8, Sebutkan
6. Berapa tenaga kerja (diluar responden) yang digunakan pada usaha Garam saudara setelah diimplementasikannya PUGAR ? a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Tidak ada (responden sekaligus pekerja) 1 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang 5 Orang 6 Orang 7 Orang 8 Orang Lebih dari 8, Sebutkan
96
7. Jenis usaha Garam lain yang saudara kerjakan disamping usaha tambak Garam pada musim garam pada Tahun 2010 ? a. b.
Tidak Ada Ada, Sebutkan 1. Melaksanakan usaha Garam diluar musim Garam dengan teknologi khusus 2. Menjadikan tambak Garam menjadi tambak Ikan diluar musim Garam 3. Memberikan nilai tambah Garam dengan menambah Iodium 4. Menjadikan penampung hasil Garam petambak lain
8. Jenis usaha Garam lain yang saudara kerjakan disamping usaha tambak Garam pada musim garam pada Tahun 2010 ? a. b.
Tidak Ada Ada, Sebutkan 1. Melaksanakan usaha Garam diluar musim Garam dengan teknologi khusus 2. Menjadikan tambak Garam menjadi tambak Ikan diluar musim Garam 3. Memberikan nilai tambah Garam dengan menambah Iodium 4. Menjadikan penampung hasil Garam petambak lain
9. Jenis usaha Garam lain yang saudara kerjakan disamping tambak Garam setelah diimplementasikannya PUGAR ? a. b.
Tidak Ada Ada, Sebutkan 1. Melaksanakan usaha Garam diluar musim Garam dengan teknologi khusus 2. Menjadikan tambak Garam menjadi tambak Ikan diluar musim Garam 3. Memberikan nilai tambah Garam dengan menambah Iodium 4. Menjadikan penampung hasil Garam Petambak lain
97
IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR STRATEGIK
A.
Analisis Lingkungan Eksternal 1.
Menentukan nilai dengan cara membandingkan dari masing-masing faktor unsur dan memberikan nilai perbandingan berupa angka dari 19 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu unsur. Apabila suatu unsur dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1 (satu). Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan unsur yang dibandingkan. dengan catatan : 1 = Kedua unsur sama pentingnya, 2 (dua) unsur mempunyai pengaruh yang sama besar (unsur satu = unsur dua = 1) 3 = Unsur satu sedikit lebih penting daripada unsur dua (nilai unsur satu = 1,1 dan nilai unsur dua = 0,9) 5 = Unsur satu lebih penting daripada unsur dua (unsur satu nilai 1,2 dan unsur dua nilai 0,8) 7 = Unsur yang satu sangat lebih penting daripada yang lainnya (unsur satu nilai 1,5 dan unsur dua mempunyai nilai 0,5) 9 = Satu unsur mutlak lebih penting daripada unsur lainnya (unsur satu mempunyai nilai 1,7 sedang unsur dua mempunyai nilai 0,3) 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara 2 (dua) nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada kompromi di antara 2 (dua) pilihan Nilai 1/x jika unsur kedua mempunyai nilai perbandingan lebih daripada unsur pertama
98
Identifikasi Faktor Strategik Eksternal yang berpengaruh pada Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang
No 1
Unsur 2 KBD PGB BLM TPD MDR CCA HTS IGL TKL PKJ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Unsur 1 KBD ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... .......
2
PGB
....... ....... ....... ....... .......
....... ....... .......
3
BLM
....... ....... ....... .......
....... ....... .......
4
TPD
....... ....... .......
....... ....... .......
5
MDR
....... .......
....... ....... .......
6
CCA
.......
....... ....... .......
7
HTS
....... ....... .......
8
IGL
....... .......
9
TKL
.......
10
PKJ
JUMLAH
Keterangan 1.
KBD = Kebijakan Pemerintah yang mendukung Usaha Garam Rakyat
2.
PGB
3.
BLM = Bantuan Langsung Masyarakat
4.
TPD
5.
MDR = Penggunaan Teknik Maduresee dan Ramsol
6.
CCA = Cuaca
7.
HTS
= Harga Tidak Stabil
8.
IGL
= Impor Garam dari Luar Negeri
9.
TKL
= Tengkulak
10.
PKJ
= Perebutan pekerja dari sektor lain/Alih Fungsi Pekerja
= Potensi Lahan Garam besar
= Tenaga Pendamping PUGAR (Kelembagaan dan Teknis)
(Pertanian)
99
2. Menentukan tingkat kepentingan Berikan peringkat 1-4 pada kolom tingkat kepentingan kepada masing-masing faktor internal untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor strategik Eksternal terhadap usaha Garam Rakyat dan berikan alasannya, dengan catatan :
4 = Respon Sangat Baik
3 = Respon Baik
2 = Respon Jelek
1 = Respon Sangat Jelek
Untuk peluang, nilai tertinggi (paling kuat) adalah 4, sedangkan untuk hambatan, nilai tertinggi (paling lemah) adalah 1.
Faktor Strategik Eksternal Peluang 1. 2. 3. 4.
Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan 5. Penggunaan Teknologi Maduresee dan Ramsol Ancaman 1. Cuaca 2. Harga tidak stabil 3. Impor Garam 4. Tengkulak 5. Alih fungsi lahan garam
Nilai
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
Alasan
100
B.
Analisis Lingkungan Internal 1. Menentukan nilai dengan cara membandingkan dari masing-masing faktor unsur dan memberikan nilai perbandingan
berupa angka dari 19 yang
menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu unsur. Apabila suatu unsur dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1 (satu). Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan unsur yang dibandingkan. dengan catatan : 1 = Kedua unsur sama pentingnya, 2 (dua) unsur mempunyai pengaruh yang sama besar (unsur satu = unsur dua = 1) 3 = Unsur satu sedikit lebih penting daripada unsur dua (nilai unsur satu = 1,1 dan nilai unsur dua = 0,9) 5 = Unsur satu lebih penting daripada unsur dua (unsur satu nilai 1,2 dan unsur dua nilai 0,8) 7 = Unsur yang satu sangat lebih penting daripada yang lainnya (unsur satu nilai 1,5 dan unsur dua mempunyai nilai 0,5) 9 = Satu unsur mutlak lebih penting daripada unsur lainnya (unsur satu mempunyai nilai 1,7 sedang unsur dua mempunyai nilai 0,3) 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara 2 (dua) nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, nilai ini diberikan bila ada kompromi di antara 2 (dua) pilihan. Nilai 1/x jika unsur kedua mempunyai nilai perbandingan lebih daripada unsur pertama
101
Identifikasi Faktor Strategik Internal yang berpengaruh pada Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang No 1.
Unsur 2 PKP SPG PPS BPM KPL PGB RLS TPL MDL KSP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Unsur 1 ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... PKP
2.
SPG
....... ....... ....... ....... ....... ....... .......
.......
3.
PPS
....... ....... ....... ....... ....... .......
.......
4.
BPM
....... ....... ....... ....... .......
.......
5.
KPL
....... ....... ....... .......
.......
6.
PGB
....... ....... .......
.......
7.
RLS
....... .......
.......
8.
TPL
.......
.......
9.
MDL
10.
KSP
.......
JUMLAH
Keterangan 1.
PKP
= Pekerja yang berpengalaman dalam usaha garam
2.
SPG
= Belum ada Substitusi Produk Garam
3.
PPS
= Peralatan Produksi Sederhana
4.
BPM = Bahan Baku Produksi Melimpah
5.
KPL
= Kesesuaian Potensi Lahan
6.
PGB
= Produksi Garam hanya 4 bulan
7.
RLS
= Rataan Luas Lahan Sempit kurang menguntungkan untuk intensifikasi
8.
TPL
= Posisi Tawar Petambak Lemah
9.
MDL = Kelemahan Modal
10.
KSP
= Kurangnya Sarana dan Prasaraa Usaha
102
2. Menentukan tingkat kepentingan Berikan peringkat 14 pada kolom tingkat kepentingan kepada masing-masing faktor internal untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh masing-masing faktor strategik Eksternal terhadap usaha Garam Rakyat dan berikan alasannya, dengan catatan :
4 = Respon Sangat Baik
3 = Respon Baik
2 = Respon Jelek
1 = Respon Sangat Jelek
Untuk kekuatan, nilai tertinggi (paling kuat) adalah 4, sedangkan untuk kelemahan, nilai tertinggi (paling lemah) adalah 1.
Faktor Strategik Internal Kekuatan 1. Pekerja yang berpengalaman 2. Belum ada substitusi produk garam 3. Peralatan Produksi Sederhana 4. Bahan baku produksi melimpah 5. Kesesuaian Potensi Lahan Kelemahan 1. Usaha Garam hanya 4 bulan setahun 2. Luas lahan sempit kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha 3. Posisi tawar petambak garam yang lemah 4. Kelemahan Modal 5. Kurangnya Sarana dan Prasarana
Nilai
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
Alasan
103
MODIFIKASI AHP
Analisa MAHP dilaksanakan dengan melakukan penilaian pada pasanganpasangan unsur untuk menentukan tingkat kesejahteraan petambak garam. Nilai pasangan ini akan menentukan prioritas masing-masing unsur. Ada 3 (tiga) unsur yang menentukan peningkatan kesejahteraan melalui program PUGAR yaitu : 1. Program PUGAR dapat meningkatkan pendapatan Petambak, 2. Program PUGAR dapat menyerap Tenaga kerja dan 3. Program PUGAR dapat memperluas kesempatan berusaha. Hasil perbandingan dari masing-masing unsur akan berupa angka dari 19 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu unsur. Apabila suatu unsur dalam matriks dibandingkan
dengan
dirinya
sendiri
maka
hasil
perbandingan diberi nilai 1. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan unsur yang dibandingkan. dengan catatan : 1
=
Kedua unsur sama pentingnya, 2 (dua) unsur mempunyai pengaruh yang sama besar (unsur satu = unsur dua = 1)
3
=
Unsur satu sedikit lebih penting daripada unsur dua (nilai unsur satu = 1,1 dan nilai unsur dua = 0,9)
5
=
Unsur satu lebih penting daripada unsur dua (unsur satu nilai 1,2 dan unsur dua nilai 0,8)
7
=
Unsur yang satu sangat lebih penting daripada yang lainnya (unsur satu nilai 1,5 dan unsur dua mempunyai nilai 0,5)
9
=
Satu unsur mutlak lebih penting daripada unsur lainnya (unsur satu mempunyai nilai 1,7 sedang unsur dua mempunyai nilai 0,3)
2,4,6,8 =
Nilai-nilai antara 2 (dua) nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada kompromi di antara 2 (dua) pilihan
104
Analisa peningkatan kesejahteraan Petambak Garam dengan adanya peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesempatan berusaha oleh program PUGAR.
Unsur 2 Unsur 1 Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Kesempatan Berusaha
Peningkatan Pendapatan
Penyerapan Tenaga Kerja
Kesempatan Berusaha
1
.......................
.......................
1
....................... 1
105 Lampiran 3 Karakteristik Responden
No
Nama
Tanggungan Usia Pendidikan (Orang)
Diluar Musim Garam Pekerjaan
Tambak
Pengalaman Lama Usaha berkelompok Garam (Tahun) (Tahun)
1
Wakudin
43
SD
4
Petambak
Bandeng/Udang
15
1
2
Heri Wahyu
33
SMA
3
Pengepul
Bandeng/Udang
15
1
3
Sutaryo
31
SMA
3
Petani
Bandeng
10
2
4
Tirwan
60
SMP
2
Petani
Ikan/Udang
5
1
5
Mashudi
29
SMP
2
Petani
Ikan
5
1
6
Suswandi
26
SMA
2
Petani
Ikan
5
5
7
Madi
56
SD
3
Petani
Ikan
20
1
8
Warma
41
SD
2
Petani
Ikan
10
1
9
Dedy R
29
SMA
2
Wiraswasta
Ikan
10
1
10
Sarip
42
SD
2
Petani
Ikan/Udang
5
1
11
Soepandi
36
SMP
3
Pedagang
Ikan/Udang
5
1
12
Wahid
35
SMP
3
Pedagang
Ikan
5
1
13
Ikrom
44
SD
6
Buruh Tani
-
10
5
14
Dasma
45
SD
6
Buruh Tani
-
10
5
15
Moh Rohmat
37
SMP
4
Petambak
Bandeng
10
5
16
Ali Mustadi
37
SMA
2
Petambak
Bandeng
10
5
17
Larsa
45
SD
6
Sopir tembak
-
10
5
18
Jayadi
43
SMP
5
Pedagang
Bandeng
5
1
19
Salamun
37
SD
5
petani
Ikan/Udang
5
3
20
Cahyono
47
SMP
5
Petani
Mujair
20
3
21
Asikin
56
SD
5
Petani
Mujair
20
5
22
Murati
54
SD
3
Pedagang
Mujair
25
5
23
Casyadi
45
SD
3
Nelayan
Udang
2
1
24
Agus Jumadi
25
SMP
2
Pedagang
Bandeng
10
1
25
Sanija
25
SMP
2
Nelayan
Bandeng
3
3
26
Asnadi
43
SMP
4
Pedagang
Bandeng/Udang
5
3
27
Darlim
52
SD
3
Nelayan
Bandeng
10
3
28
Kasman
50
SD
3
Petani
Bandeng
10
3
29
Saimin
40
SMA
3
Pedagang
Bandeng
5
3
30
Rawono
35
SD
1
Buruh Tani
Bandeng
3
3
31
H Ruyadi
35
SMA
3
Pengepul
Bandeng/Udang
15
1
32
Rasijah
52
SD
3
Petani
Bandeng
20
5
33
Kursidi
42
SD
4
Petani
Bandeng
5
2
34
Tarjono
31
SMP
2
Petani
Bandeng
5
3
35
Supendi
30
SD
5
Buruh Tani
Bandeng
5
3
106 Lanjutan Lampiran 3 Karakteristik Responden
No
Nama
Tanggungan Usia Pendidikan (Orang)
Diluar Musim Garam Pekerjaan
Tambak
Pengalaman Lama Usaha berkelompok Garam (Tahun) (Tahun)
36
Sudin
48
SMP
5
Petani
Bandeng
10
5
37
Dana
45
SD
6
Buruh Tani
Ikan
10
2
38
Rasidi
47
SD
5
Petani
Bandeng
5
2
39
Taryono
40
SMP
3
Petani
Ikan dan Udang
5
1
40
Sarpan
45
SD
2
Petani
-
10
1
41
Carnadi
52
SD
2
Pedagang
Ikan dan Udang
5
1
42
Supriyatno
45
SMEA
2
Kepala Desa
Bandeng
20
2
43
Dasiwan
57
4
Buruh
-
20
2
44
Waryudi
43
SD
6
Buruh Tani
-
15
2
45
Caslani
27
SD
3
Buruh
-
5
2
46
Cahyono
48
SMP
4
Petani
-
5
2
47
Darno
55
SD
5
Petani
Bandeng
20
2
48
Suradi
35
SD
3
Petani
Bandeng
10
2
49
H Kasna
56
SMP
4
Petambak
Bandeng
15
2
50
Mudita
35
SD
3
Buruh Tani
Bandeng
2
1
51
H Tarman
36
SMP
5
Petambak
Bandeng
10
5
52
Kusdi
35
SD
5
Petambak
Bandeng
10
1
53
Mulud
54
4
Petani
-
10
5
54
Sakune
36
Perguruan Tinggi
5
Petambak
Bandeng
10
5
55
Kadi
29
SD
2
Petani
Bandeng
8
2
56
Mukdin
40
SMP
5
Petani
Bandeng
3
2
57
Sanadi
19
SMA
0
Petambak
Bandeng
2
1
58
Caswan
26
SD
2
Buruh
Bandeng
3
2
59
Samita
40
SD
3
Buruh
Bandeng
10
2
60
Sakirin
28
SMA
2
Petambak
Bandeng
2
1
61
Rantono
26
SMP
3
Petani
-
5
1
62
Kartaman
20
SD
0
Buruh
-
2
1
63
Tarman
45
SMEA
2
Petambak
Bandeng
20
2
64
Karto Atmojo
43
SMP
4
Petambak
Bandeng/Udang
15
1
65
Asep
40
SD
5
Petambak
Bandeng
2
5
66
H Awaludin
47
SMP
5
Petani
Mujair
20
3
67
Suminta
48
SD
4
Buruh Tani
--
5
2
68
Karnadi
36
SMP
5
Petambak
Bandeng
10
5
69
Nur Hasan
40
SMP
5
Petani
Bandeng
3
2
70
Darsim
50
SD
4
Buruh Tani
Bandeng
15
5
107
Lampiran 4 Matrik Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat
Nama Kelompok
Putra Mandiri
Tanggal Pencairan BLM 14-07-2011
Pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) 2011 Jenis Kegiatan
Volume
14-07-2011
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil Roller/Glindingan Ramsol Kerikan Garam Karung Garam Cangkul Timbangan 110 Kg Ember
10 Unit 10 Buah 30 Bungkus 10 Buah 10.000 Buah 10 1 20
4.000 3.000 450 500 15.000 1.000 650 400
8,00 6,00 0,90 1,00 30,00 2,00 1,30 0,80
50.000
100,00
Mesin Pompa 3 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil Roller/Glindingan Ramsol Kerikan Garam Karung Garam Cangkul Timbangan 110 Kg Ember
10 Unit 10 Buah 30 Bungkus 10 Buah 10.000 Buah 10 1 20
4.000 3.000 450 500 15.000 1.000 650 400
8,00 6,00 0,90 1,00 30,00 2,00 1,30 0,80
50.000
100,00
Jumlah Mekar Sari
14-07-2011
Persentase dari Total BLM (%)
Mesin Pompa 3 PK
Jumlah Hasil Karya
Rp (000)
Mesin Pompa 3 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil Roller/Glindingan Ramsol Kerikan Garam Karung Garam Cangkul Timbangan 110 Kg Ember
10 Unit 10 Buah 30 Bungkus 10 Buah 10.000 Buah 10 1 20
4.000 3.000 450 500 15.000 1.000 650 400
8,00 6,00 0,90 1,00 30,00 2,00 1,30 0,80
50.000
100,00
Jumlah
108
Lanjutan Lampiran 4
Nama Kelompok
Tanggal Pencairan BLM
Karya Mandiri
14-07-2011
Pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) 2011 Persentase Jenis Kegiatan Volume Rp (000) dari Total BLM (%) Mesin Pompa 3 PK 10 Unit 25.000 50,00 Kincir Kecil Roller/Glindingan Ramsol Kerikan Garam Karung Garam Cangkul Timbangan 110 Kg Ember
10 Unit 10 Buah 30 Bungkus 10 Buah 10.000 Buah 10 1 20
Jumlah Dua Putra
14-07-2011
14-07-2011
8,00 6,00 0,90 1,00 30,00 2,00 1,30 0,80
50.000
100,00
Mesin Pompa 3 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil Roller/Glindingan Ramsol Kerikan Garam Karung Garam Cangkul Timbangan 110 Kg Ember
10 Unit 10 Buah 30 Bungkus 10 Buah 10.000 Buah 10 1 20
4.000 3.000 450 500 15.000 1.000 650 400
8,00 6,00 0,90 1,00 30,00 2,00 1,30 0,80
50.000
100,00
Jumlah Mutiara Laut
4.000 3.000 450 500 15.000 1.000 650 400
Mesin Pompa 3 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil Roller/Glindingan Ramsol Kerikan Garam Karung Garam Cangkul Timbangan 110 Kg Ember
10 Unit 10 Buah 30 Bungkus 10 Buah 10.000 Buah 10 1 20
4.000 3.000 450 500 15.000 1.000 650 400
8,00 6,00 0,90 1,00 30,00 2,00 1,30 0,80
50.000
100,00
Jumlah
109
Lanjutan Lampiran 4
Nama Kelompok
Bintang Laut Jaya
Tanggal Pencairan BLM 14-07-2011
Pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) 2011 Persentase Jenis Kegiatan Volume Rp (000) dari Total BLM (%) Mesin Pompa 3,5 PK 10 Unit 25.000 50,00 Roller/Glindingan Ramsol Kerikan Garam Karung Garam Cangkul Timbangan 110 Kg Ember
10 Buah 30 Bungkus 10 Buah 10.000 Buah 10 1 20
3.000 450 500 15.000 1.000 650 400
6,00 0,90 1,00 30,00 2,00 1,30 0,80
Bambu
100 Batang
2.500
5,00
Gribig
20 Buah
500
1,00
Paku
3 kg
50
0,10
Normalisasi Saluran
10 Hari
1.000
2,00
50.000
100,00
Jumlah Banyu Laut Jaya
14-07-2011
Mesin Pompa 3,5 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah Pasir Laut
14-07-2011
Mesin Pompa 3,5 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah
110
Lanjutan Lampiran 4
Nama Kelompok Mina Laut
Tanggal Pencairan BLM 21-07-2011
Pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) 2011 Persentase Jenis Kegiatan Volume Rp (000) dari Total BLM (%) Mesin Pompa 3,5 PK 10 Unit 25.000 50,00 Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah Inti Laut
14-07-2011
Mesin Pompa 3,5 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah Intan Laut
14-07-2011
Mesin Pompa 3 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah
111
Lanjutan Lampiran 4
Nama Kelompok Segara Laut
Tanggal Pencairan BLM 14-07-2011
Pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) 2011 Persentase Jenis Kegiatan Volume Rp (000) dari Total BLM (%) Mesin Pompa 3 PK 10 Unit 25.000 50,00 Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah Sumber Laut
14-07-2011
Mesin Pompa 5,5 PK
1 Unit
4.000
8,00
Mesin Pompa 3 PK
10 Unit
25.000
50,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah Kertasari Jaya
14-07-2011
Mesin Pompa 3,5 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
Jumlah
112
Lanjutan Lampiran 4
Nama Kelompok
Verlian Group
Tanggal Pencairan BLM 14-07-2011
Pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) 2011
Kincir Kecil
10 Unit
4.000
Persentase dari Total BLM (%) 8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
3000 Buah
3.000
6,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
Gudang
1 Unit
37.000
74,00
50.000
100,00
Jenis Kegiatan
Volume
Jumlah Maju Jaya Bersama
14-07-2011
Mesin Pompa 3 PK
10 Unit
25.000
50,00
Kincir Kecil
10 Unit
4.000
8,00
Roller/Glindingan
10 Buah
3.000
6,00
Ramsol
30 Bungkus
450
0,90
Kerikan Garam
10 Buah
500
1,00
Karung Garam
10.000 Buah
15.000
30,00
Cangkul
10
1.000
2,00
Timbangan 110 Kg
1
650
1,30
Ember
20
400
0,80
50.000
100,00
850.000
100,00
Jumlah JUMLAH
Rp (000)
113
Lampiran 5 Implementasi PUGAR di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu NO
URAIAN
BULAN 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PENANGGUNG JAWAB DKP Indramayu
1
Pencermatan DIPA, RKAKL & PO
2
DKP Indramayu
4
Menetapkan struktur organisasi pengelola Menyusun Rencana Operasional Kerja (ROK) Sosialisasi Tingkat Nasional
5
Sosialisasi Tingkat Kabupaten/Kota
DKP Indramayu
7
Pelaksanaan Kegiatan Jasa Konsultan
8 9 10
a. Pemetaan Potensi Wilayah Tambak Garam b. Peningkatan Kapasitas Petambak Garam Penetapan Tenaga Pendamping Pelatihan Tenaga Pendamping Pelaksanaan kegiatan pendampingan
3
11 12 13 14 15 16 17 18
Penetapan Tim Pemberdayaan Identifikasi dan verifikasi calon Penetapan Kelompok Masyarakat Pelaksanaan BLM Publikasi Pertemuan Konsultasi Teknis & Administratif Rekonsiliasi SAI Monitoring dan Evaluasi
19 20 21
Lokakarya Tingkat Kabupaten/Kota Lokakarya Tingkat Nasional Pelaporan
DKP Indramayu KKP
PT. Muara Consult. CV. Tria Consult DKP Indramayu KKP Tenaga Pendamping DKP Indramayu Tim BLM DKP Indramayu DKP Indramayu DKP Indramayu KKP dan DKP Indramayu KKP KKP dan DKP Indramayu DKP Indramayu KKP DKP Indramayu
114 Lampiran 6. Produktivitas Tambak Garam di Desa Losarang pada tahun 2011 No
Nama
Luas Tambak (ha)
Produksi kg/hari
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Wakudin Heri Wahyu Sutaryo Tirwan Mashudi Suswandi Madi Warma Dedy R Sarip Soepandi Wahid Ikrom Dasma Moh Rohmat Ali Mustadi Larsa Jayadi Salamun Cahyono Asikin Murati Casyadi Agus Jumadi Sanija Asnadi Darlim Kasman Saimin Rawono H Ruyadi Rasijah Kursidi Tarjono Supendi Sudin Dana Rasidi Taryono
1,5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 3 1,5 1,5 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1
1.567 3.056 944 1.000 1.011 1.000 1.011 1.213 1.000 1.000 1.000 1.011 1.056 1.000 1.000 889 889 5.667 944 3.300 1.000 1.033 722 778 889 889 1.100 944 1.000 1.000 3.167 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
141 275 85 90 91 90 91 91 90 90 90 91 95 90 90 80 80 510 85 330 90 93 65 70 80 80 110 85 90 90 285 90 90 90 90 90 90 90 90
94 92 85 90 91 90 91 91 90 90 90 91 95 90 90 80 80 85 85 110 60 62 65 70 80 80 110 85 90 90 95 90 90 90 90 90 90 90 90
115 Lanjutan Lampiran 6
No 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Luas Tambak (ha)
Produksi kg/hari
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
Sarpan Carnadi Supriyatno Dasiwan Waryudi Caslani Cahyono Darno Suradi H Kasna Mudita H Tarman Kusdi Mulud Sakune Kadi Mukdin Sanadi Caswan Samita Sakirin Rantono Kartaman Tarman Karto Atmojo Asep H Awaludin Suminta Karnadi Nur Hasan Darsim
1 1 30 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 5 1 2 1 1 1 1 1 1 20 1,5 1 3 1 5 2 1
1.000 1.011 31.667 1.056 1.000 1.056 1.056 1.000 1.000 1.000 1.000 5.278 878 1.167 5.056 1.056 1.889 1.000 1.000 1.000 1.000 833 889 18.889 1.500 1.000 3.450 1.056 5.222 1.889 1.056
90 91 2.850 95 90 95 95 90 90 90 90 475 79 105 455 95 170 90 90 90 90 75 80 1.700 135 90 345 95 470 170 95
90 91 95 95 90 95 95 90 90 90 90 95 79 105 91 95 85 90 90 90 90 75 80 85 90 90 115 95 94 85 95
JUMLAH
147
Nama
Produktivitas tertinggi
=
115 ton/Ha
Produktivitas terendah
=
60 ton/Ha
Range Produktivitas
=
55 ton/Ha
13.293
116 Lampiran 7 Pendapatan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang pada tahun 2011
Tidak Tetap
Total Biaya (a) (Rp)
Total Pemasukan (b) (Rp)
Pendapatan (b-a) (Rp)
20.188.000 54.365.000 15.850.000 16.609.000 18.099.100 18.969.000 19.000.000 12.600.000 15.180.000 15.090.000 15.090.000 15.120.000 16.890.000 17.190.000 15.682.000 15.890.000 16.490.000 91.070.000 18.410.000 45.664.000 19.160.000 16.910.000 16.440.000 14.480.000 18.515.000 19.250.000 27.365.000 18.765.000 19.800.000 19.250.000 55.915.000 16.260.000 16.790.000 16.890.000 17.010.000 16.810.000 16.040.000 15.790.000 15.090.000 15.090.000
36.868.000 81.565.000 26.340.000 28.009.000 27.999.100 28.869.000 28.750.000 24.000.000 25.080.000 24.990.000 24.990.000 25.020.000 28.170.000 28.480.000 25.622.000 27.180.000 27.840.000 131.800.000 30.400.000 71.734.000 25.575.000 23.000.000 24.040.000 21.880.000 27.045.000 26.140.000 36.910.000 28.925.000 29.640.000 26.040.000 83.115.000 26.510.000 26.440.000 27.090.000 26.410.000 26.560.000 26.190.000 25.940.000 24.990.000 24.990.000
55.200.000 125.750.000 36.500.000 47.400.000 48.280.000 47.400.000 48.280.000 38.600.000 47.400.000 47.400.000 47.400.000 48.100.000 40.000.000 38.000.000 39.500.000 31.750.000 38.500.000 242.000.000 43.000.000 207.000.000 36.750.000 33.950.000 31.000.000 35.000.000 40.500.000 40.500.000 62.750.000 43.500.000 45.250.000 43.500.000 129.250.000 41.000.000 41.000.000 39.500.000 39.500.000 39.500.000 41.000.000 39.500.000 47.400.000 47.400.000
18.332.000 44.185.000 10.160.000 19.391.000 20.280.900 18.531.000 19.530.000 14.600.000 22.320.000 22.410.000 22.410.000 23.080.000 11.830.000 9.520.000 13.878.000 4.570.000 10.660.000 110.200.000 12.600.000 135.266.000 11.175.000 10.950.000 6.960.000 13.120.000 13.455.000 14.360.000 25.840.000 14.575.000 15.610.000 17.460.000 46.135.000 14.490.000 14.560.000 12.410.000 13.090.000 12.940.000 14.810.000 13.560.000 22.410.000 22.410.000
Biaya (Rp.) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama Wakudin Heri Wahyu Sutaryo Tirwan Mashudi Suswandi Madi Warma Dedy R Sarip Soepandi Wahid Ikrom Dasma Moh Rohmat Ali Mustadi Larsa Jayadi Salamun Cahyono Asikin Murati Casyadi Agus Jumadi Sanija Asnadi Darlim Kasman Saimin Rawono H Ruyadi Rasijah Kursidi Tarjono Supendi Sudin Dana Rasidi Taryono Sarpan
Tetap 16.680.000 27.200.000 10.490.000 11.400.000 9.900.000 9.900.000 9.750.000 11.400.000 9.900.000 9.900.000 9.900.000 9.900.000 11.280.000 11.290.000 9.940.000 11.290.000 11.350.000 40.730.000 11.990.000 26.070.000 6.415.000 6.090.000 7.600.000 7.400.000 8.530.000 6.890.000 9.545.000 10.160.000 9.840.000 6.790.000 27.200.000 10.250.000 9.650.000 10.200.000 9.400.000 9.750.000 10.150.000 10.150.000 9.900.000 9.900.000
117 Lanjutan Lampiran 7 Biaya (Rp.) No
Nama
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Total Biaya (a) (Rp)
Tetap
Tidak Tetap
Carnadi Supriyatno Dasiwan Waryudi Caslani Cahyono Darno Suradi H Kasna Mudita H Tarman Kusdi Mulud Sakune Kadi Mukdin Sanadi Caswan Samita Sakirin Rantono Kartaman Tarman Karto Atmojo Asep H Awaludin Suminta Karnadi Nur Hasan Darsim
9.850.000 283.100.000 9.600.000 10.650.000 9.650.000 10.130.000 6.980.000 7.130.000 9.490.000 6.390.000 34.950.000 8.110.000 7.080.000 34.400.000 6.990.000 16.970.000 10.290.000 6.790.000 9.390.000 9.980.000 7.360.000 8.790.000
18.690.000 591.335.000 16.350.000 16.400.000 16.500.000 16.190.000 15.640.000 15.740.000 20.960.000 20.470.000 84.951.000 13.540.000 17.050.000 74.897.400 16.540.000 20.980.000 15.850.000 15.280.000 20.960.000 20.960.000 17.480.000 14.840.000
140.200.000
406.406.000
8.680.000 9.390.000 29.450.000 7.130.000 34.400.000 9.970.000 7.300.000
19.888.000 20.960.000 49.030.000 16.190.000 76.421.000 20.980.000 16.610.000
28.540.000 874.435.000 25.950.000 27.050.000 26.150.000 26.320.000 22.620.000 22.870.000 30.450.000 26.860.000 119.901.000 21.650.000 24.130.000 109.297.400 23.530.000 37.950.000 26.140.000 22.070.000 30.350.000 30.940.000 24.840.000 23.630.000 546.606.000 28.568.000 30.350.000 78.480.000 23.320.000 110.821.000 30.950.000 23.910.000
JUMLAH
1.246.660.000
2.573.154.500
3.819.814.500
Pendapatan Terendah (Rp)
=
2.740.000
Pendapatan Tertinggi (Rp)
=
615.565.000
Range
=
612.825.000
Total Pemasukan (b) (Rp) 48.100.000 1.490.000.000 41.750.000 39.500.000 41.750.000 41.750.000 38.000.000 38.000.000 45.000.000 29.600.000 183.000.000 32.400.000 43.750.000 176.200.000 41.000.000 72.500.000 38.000.000 38.000.000 39.500.000 45.000.000 28.500.000 34.500.000 960.000.000 53.000.000 39.500.000 211.000.000 41.750.000 180.500.000 72.500.000 43.500.000 6.462.760.000
Pendapatan (b-a) (Rp) 19.560.000 615.565.000 15.800.000 12.450.000 15.600.000 15.430.000 15.380.000 15.130.000 14.550.000 2.740.000 63.099.000 10.750.000 19.620.000 66.902.600 17.470.000 34.550.000 11.860.000 15.930.000 9.150.000 14.060.000 3.660.000 10.870.000 413.394.000 24.432.000 9.150.000 132.520.000 18.430.000 69.679.000 41.550.000 19.590.000 2.642.945.500
118 Lampiran 8 Analisa Kelayakan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang pada tahun 2011
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama
Wakudin Heri Wahyu Sutaryo Tirwan Mashudi Suswandi Madi Warma Dedy R Sarip Soepandi Wahid Ikrom Dasma Moh Rohmat Ali Mustadi Larsa Jayadi Salamun Cahyono Asikin Murati Casyadi Agus Jumadi Sanija Asnadi Darlim Kasman Bin Kasih Saimin Rawono H Ruyadi Rasijah
Luas Tambak (ha) (a) 1,5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 3 1,5 1,5 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1
Produksi (Ton) (b) 141 275 85 90 91 90 91 91 90 90 90 91 95 90 90 80 80 510 85 330 90 93 65 70 80 80 110 85 90 90 285 90
Biaya (Rp.) Tetap 16.680.000 27.200.000 10.490.000 11.400.000 9.900.000 9.900.000 9.750.000 11.400.000 9.900.000 9.900.000 9.900.000 9.900.000 11.280.000 11.290.000 9.940.000 11.290.000 11.350.000 40.730.000 11.990.000 26.070.000 6.415.000 6.090.000 7.600.000 7.400.000 8.530.000 6.890.000 9.545.000 10.160.000 9.840.000 6.790.000 27.200.000 10.250.000
Tidak Tetap 20.188.000 54.365.000 15.850.000 16.609.000 18.099.100 18.969.000 19.000.000 12.600.000 15.180.000 15.090.000 15.090.000 15.120.000 16.890.000 17.190.000 15.682.000 15.890.000 16.490.000 91.070.000 18.410.000 45.664.000 19.160.000 16.910.000 16.440.000 14.480.000 18.515.000 19.250.000 27.365.000 18.765.000 19.800.000 19.250.000 55.915.000 16.260.000
Total Biaya (Rp) (c) 36.868.000 81.565.000 26.340.000 28.009.000 27.999.100 28.869.000 28.750.000 24.000.000 25.080.000 24.990.000 24.990.000 25.020.000 28.170.000 28.480.000 25.622.000 27.180.000 27.840.000 131.800.000 30.400.000 71.734.000 25.575.000 23.000.000 24.040.000 21.880.000 27.045.000 26.140.000 36.910.000 28.925.000 29.640.000 26.040.000 83.115.000 26.510.000
Total Pemasukan Harga Garam BEP Produksi BEP Harga B/C Ratio (Rp) per kg (Rp) per ha (Kg) (Rp) (d/c) (d) (e) ((c/e/)a) (c/b) 55.200.000 125.750.000 36.500.000 47.400.000 48.280.000 47.400.000 48.280.000 38.600.000 47.400.000 47.400.000 47.400.000 48.100.000 40.000.000 38.000.000 39.500.000 31.750.000 38.500.000 242.000.000 43.000.000 207.000.000 36.750.000 33.950.000 31.000.000 35.000.000 40.500.000 40.500.000 62.750.000 43.500.000 45.250.000 43.500.000 129.250.000 41.000.000
1,49723337 1,5417152 1,38572513 1,69231319 1,72434114 1,64189962 1,67930435 1,60833333 1,88995215 1,8967587 1,8967587 1,92246203 1,4199503 1,33426966 1,5416439 1,16813834 1,3829023 1,83611533 1,41447368 2,88566091 1,43695015 1,47608696 1,28951747 1,59963437 1,49750416 1,54934966 1,70008128 1,50388937 1,52665317 1,67050691 1,55507429 1,54658619
391 457 429 527 531 527 531 424 527 527 527 529 421 422 439 397 481 475 506 627 408 365 477 500 506 506 570 512 503 483 454 456
62.782 59.458 61.340 53.182 52.774 54.815 54.189 56.580 47.620 47.449 47.449 47.335 66.904 67.453 58.379 68.485 57.849 46.293 60.093 38.120 41.755 42.003 50.406 43.760 53.422 51.635 64.703 56.520 58.952 53.876 61.090 58.193
261,48 296,60 309,88 311,21 307,68 320,77 315,93 263,74 278,67 277,67 277,67 274,95 296,53 316,44 284,69 339,75 348,00 258,43 357,65 217,38 284,17 247,31 369,85 312,57 338,06 326,75 335,55 340,29 329,33 289,33 291,63 294,56
Luas Lahan Yang Layak (Ha)
0,93 0,77 1,12 0,58 0,56 0,61 0,58 0,78 0,51 0,51 0,51 0,49 0,96 1,19 0,82 2,48 1,06 0,62 0,90 0,25 1,52 1,55 1,63 0,86 0,84 0,79 0,44 0,78 0,73 0,65 0,74 0,78
119 Lanjutan Lampiran 8 Analisa Kelayakan Usaha Garam Rakyat Nama
Luas Tambak (ha) (a)
33 Kursidi 34 Tarjono 35 Supendi 36 Sudin 37 Dana 38 Rasidi 39 Taryono 40 Sarpan 41 Carnadi 42 Supriyatno 43 Dasiwan 44 Waryudi 45 Caslani 46 Cahyono 47 Darno 48 Suradi 49 H Kasna 50 Mudita 51 H Tarman 52 Kusdi 53 Mulud 54 Sakune 55 Kadi 56 Mukdin 57 Sanadi 58 Caswan 59 Samita 60 Sakirin 61 Rantono 62 Kartaman 63 Tarman 64 Karto Atmojo 65 Asep
1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 5 1 2 1 1 1 1 1 1 20 1,5 1
No
Produksi (Ton) (b) 90 90 90 90 90 90 90 90 91 2.850 95 90 95 95 90 90 90 90 475 79 105 455 95 170 90 90 90 90 75 80 1.700 135 90
Biaya (Rp.) Tetap 9.650.000 10.200.000 9.400.000 9.750.000 10.150.000 10.150.000 9.900.000 9.900.000 9.850.000 283.100.000 9.600.000 10.650.000 9.650.000 10.130.000 6.980.000 7.130.000 9.490.000 6.390.000 34.950.000 8.110.000 7.080.000 34.400.000 6.990.000 16.970.000 10.290.000 6.790.000 9.390.000 9.980.000 7.360.000 8.790.000 140.200.000 8.680.000 9.390.000
Tidak Tetap 16.790.000 16.890.000 17.010.000 16.810.000 16.040.000 15.790.000 15.090.000 15.090.000 18.690.000 591.335.000 16.350.000 16.400.000 16.500.000 16.190.000 15.640.000 15.740.000 20.960.000 20.470.000 84.951.000 13.540.000 17.050.000 74.897.400 16.540.000 20.980.000 15.850.000 15.280.000 20.960.000 20.960.000 17.480.000 14.840.000 406.406.000 19.888.000 20.960.000
Total Biaya (Rp) (c) 26.440.000 27.090.000 26.410.000 26.560.000 26.190.000 25.940.000 24.990.000 24.990.000 28.540.000 874.435.000 25.950.000 27.050.000 26.150.000 26.320.000 22.620.000 22.870.000 30.450.000 26.860.000 119.901.000 21.650.000 24.130.000 109.297.400 23.530.000 37.950.000 26.140.000 22.070.000 30.350.000 30.940.000 24.840.000 23.630.000 546.606.000 28.568.000 30.350.000
Total Pemasukan Harga Garam BEP Produksi BEP Harga B/C Ratio (Rp) per kg (Rp) per ha (Kg) (Rp) (d/c) (d) (e) ((c/e/)a) (c/b) 41.000.000 39.500.000 39.500.000 39.500.000 41.000.000 39.500.000 47.400.000 47.400.000 48.100.000 1.490.000.000 41.750.000 39.500.000 41.750.000 41.750.000 38.000.000 38.000.000 45.000.000 29.600.000 183.000.000 32.400.000 43.750.000 176.200.000 41.000.000 72.500.000 38.000.000 38.000.000 39.500.000 45.000.000 28.500.000 34.500.000 960.000.000 53.000.000 39.500.000
1,55068079 1,45810262 1,49564559 1,4871988 1,56548301 1,5227448 1,8967587 1,8967587 1,68535389 1,70395741 1,6088632 1,46025878 1,59655832 1,5862462 1,67992927 1,66156537 1,47783251 1,10201042 1,52625916 1,4965358 1,81309573 1,6121152 1,74245644 1,91040843 1,45371079 1,72179429 1,3014827 1,45442793 1,14734299 1,46000846 1,75629247 1,85522263 1,3014827
456 439 439 439 456 439 527 527 529 523 439 439 439 439 422 422 500 329 385 410 417 387 432 426 422 422 439 500 380 431 565 393 439
58.039 61.724 60.175 60.516 57.490 59.104 47.449 47.449 53.995 55.753 59.048 61.633 59.503 59.890 53.574 54.166 60.900 81.669 62.244 52.789 57.912 56.448 54.521 44.493 61.911 52.271 69.152 61.880 65.368 54.794 48.397 48.512 69.152
293,78 301,00 293,44 295,11 291,00 288,22 277,67 277,67 313,63 306,82 273,16 300,56 275,26 277,05 251,33 254,11 338,33 298,44 252,42 274,05 229,81 240,21 247,68 223,24 290,44 245,22 337,22 343,78 331,20 295,38 321,53 211,61 337,22
Luas Lahan Yang Layak (Ha)
0,78 0,91 0,87 0,88 0,77 0,84 0,51 0,51 0,58 0,55 0,72 0,91 0,73 0,73 0,74 0,75 0,78 4,14 0,90 1,05 0,58 0,85 0,65 0,66 0,96 0,71 1,24 0,81 3,10 1,04 0,55 0,70 1,24
120 Lanjutan Lampiran 8 Analisa Kelayakan Usaha Garam Rakyat No
Nama
Luas Tambak (ha) (a)
66 H Awaludin 67 Suminta 68 Karnadi 69 Nur Hasan 70 Darsim
Produksi (Ton) (b)
3 1 5 2 1
345 95 470 170 95
Biaya (Rp.) Tetap
Tidak Tetap
29.450.000 7.130.000 34.400.000 9.970.000 7.300.000
49.030.000 16.190.000 76.421.000 20.980.000 16.610.000
Total Biaya (Rp) (c) 78.480.000 23.320.000 110.821.000 30.950.000 23.910.000
Total Pemasukan B/C Ratio (Rp) (d/c) (d) 211.000.000 41.750.000 180.500.000 72.500.000 43.500.000
2,688583078 1,790308748 1,628752673 2,342487884 1,819322459
KETERANGAN Luas Lahan yang layak diperoleh dari Rp. 944.190,00 x 12 Bulan
Pendapatan per Ha B/C Ratio 1,10-1,83 1,84-2,51 2,52-3,19 JUMLAH
∑ 1 2 2 5
% 20,0 40,0 40,0 100,0
BEP Produksi (kg) 34.479-44.991 44.992-55.503 55.504-66.014 66.015-76.526 JUMLAH
∑
%
BEP Harga Produksi (Rp) 182,06-219,62 219,63-257,17 257,18-294,73 294,73-332,29 332,30-369,85 JUMLAH
∑
2 2 1 0 5
40,0 40,0 20,0 0,0 100,0 %
1 4 0 0 0 5
20,0 80,0 0,0 0,0 0,0 100,0
B/C Ratio paling rendah B/C Ratio paling Tinggi Range B/C Ratio
1,629 2,689 1,060
BEP Produksi per ha Terendah BEP Produksi per ha Tertinggi Range BEP Produksi per ha
36.286 57.712,88 21.426,67
BEP Harga Produksi Terendah BEP Harga Produksi Tertinggi Range BEP Harga Produksi
182,06 251,68 69,63
Harga Garam BEP Produksi BEP Harga per kg (Rp) per ha (Kg) (Rp) (e) ((c/e/)a) (c/b) 612 439 384 426 458
42.773 53.063 57.713 36.286 52.217
227,48 245,47 235,79 182,06 251,68
Luas Lahan Yang Layak (Ha)
0,26 0,61 0,81 0,55 0,58
121 Lampiran 9. Efisiensi modal usaha garam rakyat di Desa Losarang Biaya (Rp.) No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Wakudin Heri Wahyu Sutaryo Tirwan Mashudi Suswandi Madi Warma Dedy R Sarip Soepandi Wahid Ikrom Dasma Moh Rohmat Ali Mustadi Larsa Jayadi Salamun Cahyono Asikin Murati Casyadi Agus Jumadi Sanija Asnadi Darlim Kasman Saimin Rawono H Ruyadi Rasijah Kursidi Tarjono Supendi Sudin Dana Rasidi
Tetap 16.680.000 27.200.000 10.490.000 11.400.000 9.900.000 9.900.000 9.750.000 11.400.000 9.900.000 9.900.000 9.900.000 9.900.000 11.280.000 11.290.000 9.940.000 11.290.000 11.350.000 40.730.000 11.990.000 26.070.000 6.415.000 6.090.000 7.600.000 7.400.000 8.530.000 6.890.000 9.545.000 10.160.000 9.840.000 6.790.000 27.200.000 10.250.000 9.650.000 10.200.000 9.400.000 9.750.000 10.150.000 10.150.000
Tidak Tetap 20.188.000 54.365.000 15.850.000 16.609.000 18.099.100 18.969.000 19.000.000 12.600.000 15.180.000 15.090.000 15.090.000 15.120.000 16.890.000 17.190.000 15.682.000 15.890.000 16.490.000 91.070.000 18.410.000 45.664.000 19.160.000 16.910.000 16.440.000 14.480.000 18.515.000 19.250.000 27.365.000 18.765.000 19.800.000 19.250.000 55.915.000 16.260.000 16.790.000 16.890.000 17.010.000 16.810.000 16.040.000 15.790.000
Total Biaya (a) (Rp)
Pendapatan (b) (Rp)
Efisiensi Modal (b/a) (%)
36.868.000 81.565.000 26.340.000 28.009.000 27.999.100 28.869.000 28.750.000 24.000.000 25.080.000 24.990.000 24.990.000 25.020.000 28.170.000 28.480.000 25.622.000 27.180.000 27.840.000 131.800.000 30.400.000 71.734.000 25.575.000 23.000.000 24.040.000 21.880.000 27.045.000 26.140.000 36.910.000 28.925.000 29.640.000 26.040.000 83.115.000 26.510.000 26.440.000 27.090.000 26.410.000 26.560.000 26.190.000 25.940.000
18.332.000 44.185.000 10.160.000 19.391.000 20.280.900 18.531.000 19.530.000 14.600.000 22.320.000 22.410.000 22.410.000 23.080.000 11.830.000 9.520.000 13.878.000 4.570.000 10.660.000 110.200.000 12.600.000 135.266.000 11.175.000 10.950.000 6.960.000 13.120.000 13.455.000 14.360.000 25.840.000 14.575.000 15.610.000 17.460.000 46.135.000 14.490.000 14.560.000 12.410.000 13.090.000 12.940.000 14.810.000 13.560.000
49,72 54,17 38,57 69,23 72,43 64,19 67,93 60,83 89,00 89,68 89,68 92,25 42,00 33,43 54,16 16,81 38,29 83,61 41,45 188,57 43,70 47,61 28,95 59,96 49,75 54,93 70,01 50,39 52,67 67,05 55,51 54,66 55,07 45,81 49,56 48,72 56,55 52,27
122 Lanjutan Lampiran 9 Biaya (Rp.) No
Nama
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Taryono Sarpan Carnadi Supriyatno Dasiwan Waryudi Caslani Cahyono Darno Suradi H Kasna Mudita H Tarman Kusdi Mulud Sakune Kadi Mukdin Sanadi Caswan Samita Sakirin Rantono Kartaman Tarman Karto Atmojo Asep H Awaludin Suminta Karnadi Nur Hasan Darsim
Tetap
Tidak Tetap
Total Biaya (a) (Rp)
9.900.000 9.900.000 9.850.000 283.100.000 9.600.000 10.650.000 9.650.000 10.130.000 6.980.000 7.130.000 9.490.000 6.390.000 34.950.000 8.110.000 7.080.000 34.400.000 6.990.000 16.970.000 10.290.000 6.790.000 9.390.000 9.980.000 7.360.000 8.790.000 140.200.000 8.680.000 9.390.000 29.450.000 7.130.000 34.400.000 9.970.000 7.300.000
15.090.000 15.090.000 18.690.000 591.335.000 16.350.000 16.400.000 16.500.000 16.190.000 15.640.000 15.740.000 20.960.000 20.470.000 84.951.000 13.540.000 17.050.000 74.897.400 16.540.000 20.980.000 15.850.000 15.280.000 20.960.000 20.960.000 17.480.000 14.840.000 406.406.000 19.888.000 20.960.000 49.030.000 16.190.000 76.421.000 20.980.000 16.610.000
24.990.000 24.990.000 28.540.000 874.435.000 25.950.000 27.050.000 26.150.000 26.320.000 22.620.000 22.870.000 30.450.000 26.860.000 119.901.000 21.650.000 24.130.000 109.297.400 23.530.000 37.950.000 26.140.000 22.070.000 30.350.000 30.940.000 24.840.000 23.630.000 546.606.000 28.568.000 30.350.000 78.480.000 23.320.000 110.821.000 30.950.000 23.910.000
Efisiensi Modal Terendah (%)
:
10,2
Efisiensi modal Tertinggi (%)
:
188,6
Range
:
178
Pendapatan (b) (Rp)
Efisiensi Modal (b/a) (%)
22.410.000 22.410.000 19.560.000 615.565.000 15.800.000 12.450.000 15.600.000 15.430.000 15.380.000 15.130.000 14.550.000 2.740.000 63.099.000 10.750.000 19.620.000 66.902.600 17.470.000 34.550.000 11.860.000 15.930.000 9.150.000 14.060.000 3.660.000 10.870.000 413.394.000 24.432.000 9.150.000 132.520.000 18.430.000 69.679.000 41.550.000 19.590.000
89,68 89,68 68,54 70,40 60,89 46,03 59,66 58,62 67,99 66,16 47,78 10,20 52,63 49,65 81,31 61,21 74,25 91,04 45,37 72,18 30,15 45,44 14,73 46,00 75,63 85,52 30,15 168,86 79,03 62,88 134,25 81,93
123 Lampiran 10. Marjin keuntungan usaha Garam rakyat di Desa Losarang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Wakudin Heri Wahyu Sutaryo Tirwan Mashudi Suswandi Madi Warma Dedy R Sarip Soepandi Wahid Ikrom Dasma Moh Rohmat Ali Mustadi Larsa Jayadi Salamun Cahyono Asikin Murati Casyadi Agus Jumadi Sanija Asnadi Darlim Kasman Saimin Rawono H Ruyadi Rasijah Kursidi Tarjono Supendi Sudin Dana Rasidi
Total Pemasukan (a) (Rp) 55.200.000 125.750.000 36.500.000 47.400.000 48.280.000 47.400.000 48.280.000 38.600.000 47.400.000 47.400.000 47.400.000 48.100.000 40.000.000 38.000.000 39.500.000 31.750.000 38.500.000 242.000.000 43.000.000 207.000.000 36.750.000 33.950.000 31.000.000 35.000.000 40.500.000 40.500.000 62.750.000 43.500.000 45.250.000 43.500.000 129.250.000 41.000.000 41.000.000 39.500.000 39.500.000 39.500.000 41.000.000 39.500.000
Pendapatan (b) (Rp) 18.332.000 44.185.000 10.160.000 19.391.000 20.280.900 18.531.000 19.530.000 14.600.000 22.320.000 22.410.000 22.410.000 23.080.000 11.830.000 9.520.000 13.878.000 4.570.000 10.660.000 110.200.000 12.600.000 135.266.000 11.175.000 10.950.000 6.960.000 13.120.000 13.455.000 14.360.000 25.840.000 14.575.000 15.610.000 17.460.000 46.135.000 14.490.000 14.560.000 12.410.000 13.090.000 12.940.000 14.810.000 13.560.000
Marjin Keuntungan (b/a) (%) 33,21 35,14 27,84 40,91 42,01 39,09 40,45 37,82 47,09 47,28 47,28 47,98 29,58 25,05 35,13 14,39 27,69 45,54 29,30 65,35 30,41 32,25 22,45 37,49 33,22 35,46 41,18 33,51 34,50 40,14 35,69 35,34 35,51 31,42 33,14 32,76 36,12 34,33
124 Lanjutan Lampiran 10. No
Nama
Total Pemasukan (a) (Rp)
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Taryono Sarpan Carnadi Supriyatno Dasiwan Waryudi Caslani Cahyono Darno Suradi H Kasna Mudita H Tarman Kusdi Mulud Sakune Kadi Mukdin Sanadi Caswan Samita Sakirin Rantono Kartaman Tarman Karto Atmojo Asep H Awaludin Suminta Karnadi Nur Hasan Darsim
47.400.000 47.400.000 48.100.000 1.490.000.000 41.750.000 39.500.000 41.750.000 41.750.000 38.000.000 38.000.000 45.000.000 29.600.000 183.000.000 32.400.000 43.750.000 176.200.000 41.000.000 72.500.000 38.000.000 38.000.000 39.500.000 45.000.000 28.500.000 34.500.000 960.000.000 53.000.000 39.500.000 211.000.000 41.750.000 180.500.000 72.500.000 43.500.000
Pendapatan (b) (Rp) 22.410.000 22.410.000 19.560.000 615.565.000 15.800.000 12.450.000 15.600.000 15.430.000 15.380.000 15.130.000 14.550.000 2.740.000 63.099.000 10.750.000 19.620.000 66.902.600 17.470.000 34.550.000 11.860.000 15.930.000 9.150.000 14.060.000 3.660.000 10.870.000 413.394.000 24.432.000 9.150.000 132.520.000 18.430.000 69.679.000 41.550.000 19.590.000
Marjin keuntungan terendah (%)
:
9,26
Marjin keuntungan tertinggi (%)
:
65,35
Range
:
56,09
Marjin Keuntungan (b/a) (%) 47,28 47,28 40,67 41,31 37,84 31,52 37,37 36,96 40,47 39,82 32,33 9,26 34,48 33,18 44,85 37,97 42,61 47,66 31,21 41,92 23,16 31,24 12,84 31,51 43,06 46,10 23,16 62,81 44,14 38,60 57,31 45,03
125
Lampiran 11 Matriks IFE Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang
Faktor Internal Kekuatan Belum ada substitusi produk 1 garam Pekerja yang 2 berpengalaman Bahan baku produksi 3 melimpah 4
Kesesuaian Potensi Lahan
Peralatan Produksi Sederhana Kelemahan Kurangnya Sarana dan 1 Prasarana 2 Posisi tawar petambak garam yang lemah 3 Kelemahan Modal 4 Luas lahan sempit kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Usaha Garam hanya 4 bulan 5 setahun 5
JUMLAH
Responden 1
2
3
4
5
Nilai (a)
Bobot (b)
Nilai x Bobot (a x b)
4
4
4
4
3
3,8
0,145
0,5510
4
4
4
4
4
4,0
0,113
0,4520
3
3
3
4
4
3,4
0,088
0,2992
4
4
3
3
4
3,6
0,083
0,2988
3
3
4
3
3
3,2
0,088
0,2816
1
1
2
2
1
1,4
0,079
0,111
1
1
2
2
2
1,6
0,077
0,123
1 2
1 2
1 2
1 2
1 2
1,0 2,0
0,143 0,076
0,143 0,152
1
2
2
2
2
1,8
0,109
0,196
1,00
2,608
126
Lampiran 12 Matriks EFE Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang
Faktor Eksternal Peluang 1 Kebijakan Pemerintah 2 Potensi Lahan Garam Besar 3 Bantuan Langsung Masyarakat 4 Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan 5 Penggunaan Teknologi Maduresee dan Ramsol Ancaman 1 Harga tidak stabil 2 Alih tenaga kerja 3 Cuaca 4 Tengkulak 5 Impor Garam JUMLAH
Responden 1
2
3
4
5
Nilai (a)
Bobot (b)
Nilai x Bobot (a x b)
4 4
4 3
4 4
3 3
4 4
3,8 3,6
0,17 0,13
0,661 0,468
4
4
4
4
4
4,0
0,10
0,400
4
4
3
3
3
3,4
0,09
0,292
3
3
4
3
3
3,2
0,06
0,205
1 2 1 2 1
1 2 1 2 1
1 1 1 2 2
2 2 1 2 2
1 2 1 2 2
1,20 1,80 1,00 2,00 1,60
0,079 0,064 0,130 0,075 0,098
0,095 0,115 0,130 0,150 0,157
1,000
2,6732
127 Lampiran 13 Hasil Penghitungan IFE dengan menggunakan Software Expert Choice 11
Cahyono Pekerja yangBelum ada su Peralatan pro Bahan baku Kesesuaian p Produksi GarRataan LuasPosisi tawarKelemahan m Kurangnya s Pekerja yang berpengalama (2,0) 2,0 2,0 2,0 2,0 1,0 2,0 (2,0) 2,0 Belum ada substitusi produ 3,0 3,0 3,0 3,0 2,0 3,0 1,0 3,0 Peralatan produksi sederha 1,0 1,0 1,0 (2,0) 1,0 (3,0) 1,0 Bahan baku produksi melim 1,0 1,0 (2,0) 1,0 (3,0) 1,0 Kesesuaian Potensi Lahan 1,0 (2,0) 1,0 (3,0) 1,0 Produksi Garam di Losaran (2,0) 1,0 (3,0) 1,0 Rataan Luas lahan sempit, k 2,0 (2,0) 2,0 Posisi tawar petambak gara (3,0) 1,0 Kelemahan modal 3,0 Kurangnya sarana dan prasIncon: 0,00
Ali M Pekerja yangBelum ada su Peralatan pro Bahan baku Kesesuaian p Produksi GarRataan LuasPosisi tawarKelemahan m Kurangnya s Pekerja yang berpengalama (2,0) 1,0 1,0 2,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 Belum ada substitusi produ 2,0 2,0 3,0 2,0 3,0 2,0 2,0 2,0 Peralatan produksi sederha 1,0 2,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 Bahan baku produksi melim 2,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 Kesesuaian Potensi Lahan (2,0) 1,0 (2,0) (2,0) (2,0) Produksi Garam di Losaran 2,0 1,0 1,0 1,0 Rataan Luas lahan sempit, k (2,0) (2,0) (2,0) Posisi tawar petambak gara 1,0 1,0 Kelemahan modal 1,0 Kurangnya sarana dan prasIncon: 0,00
Heri Wahyu Pekerja yangBelum ada su Peralatan pro Bahan baku Kesesuaian p Produksi GarRataan LuasPosisi tawarKelemahan m Kurangnya s Pekerja yang berpengalama 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 (2,0) 2,0 Belum ada substitusi produ 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 (2,0) 2,0 Peralatan produksi sederha 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 (2,0) 2,0 Bahan baku produksi melim 1,0 1,0 1,0 2,0 (2,0) 2,0 Kesesuaian Potensi Lahan 1,0 1,0 2,0 (2,0) 2,0 Produksi Garam di Losaran 1,0 1,0 (2,0) 2,0 Rataan Luas lahan sempit, k 2,0 (2,0) 2,0 Posisi tawar petambak gara (3,0) 1,0 Kelemahan modal 3,0 Kurangnya sarana dan prasIncon: 0,00
128
Lanjutan Lampiran 13
H. Ruyadi Pekerja yangBelum ada su Peralatan pro Bahan baku Kesesuaian p Produksi GarRataan LuasPosisi tawarKelemahan m Kurangnya s (2,0) 1,0 1,0 2,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 Pekerja yang berpengalama 2,0 2,0 3,0 2,0 3,0 2,0 2,0 2,0 Belum ada substitusi produ 1,0 2,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 Peralatan produksi sederha 2,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 Bahan baku produksi melim (2,0) 1,0 (2,0) (2,0) (2,0) Kesesuaian Potensi Lahan 2,0 1,0 1,0 1,0 Produksi Garam di Losaran (2,0) (2,0) (2,0) Rataan Luas lahan sempit, k 1,0 1,0 Posisi tawar petambak gara 1,0 Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasIncon: 0,00
H. Supriyatno Pekerja yangBelum ada su Peralatan pro Bahan baku Kesesuaian p Produksi GarRataan LuasPosisi tawarKelemahan m Kurangnya s Pekerja yang berpengalama 2,0 2,0 2,0 (2,0) (2,0) 2,0 2,0 1,0 2,0 Belum ada substitusi produ 1,0 1,0 (3,0) (3,0) 1,0 2,0 (2,0) 1,0 Peralatan produksi sederha 1,0 (3,0) (3,0) 1,0 1,0 (2,0) 1,0 Bahan baku produksi melim (3,0) (3,0) 1,0 1,0 (2,0) 1,0 Kesesuaian Potensi Lahan 1,0 3,0 3,0 2,0 1,0 Produksi Garam di Losaran 3,0 3,0 2,0 3,0 Rataan Luas lahan sempit, k 1,0 (2,0) 1,0 Posisi tawar petambak gara (2,0) 1,0 Kelemahan modal 2,0 Kurangnya sarana dan prasIncon: 0,01
Gabungan Pekerja yangBelum ada su Peralatan pro Bahan baku Kesesuaian p Produksi GarRataan LuasPosisi tawarKelemahan m Kurangnya s (1,31951) 1,31951 1,31951 1,31951 1,0 1,51572 1,51572 (1,31951) 1,51572 Pekerja yang berpengalama 1,64375 1,64375 1,55185 1,31951 1,7826 2,16894 1,0 1,88818 Belum ada substitusi produ 1,0 1,05922 (1,24573) 1,1487 1,1487 (1,64375) 1,1487 Peralatan produksi sederha 1,05922 (1,24573) 1,1487 1,1487 (1,64375) 1,1487 Bahan baku produksi melim (1,31951) 1,08447 1,08447 (1,64375) (1,1487) Kesesuaian Potensi Lahan 1,43097 1,24573 (1,24573) 1,43097 Produksi Garam di Losaran 1,0 (2,0) 1,0 Rataan Luas lahan sempit, k (1,7826) 1,0 Posisi tawar petambak gara 1,7826 Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasIncon: 0,00
129
Lanjutan Lampiran 13 Cahyono Pekerja yang berpengalaman Belum ada substitusi produk garam Peralatan produksi sederhana Bahan baku produksi melimpah Kesesuaian Potensi Lahan Produksi Garam di Losarang hanya 4 bulan setahun Rataan Luas lahan sempit, kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Posisi tawar petambak garam yang lemah Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasarana Inconsistency = 0,00149 with 0 missing judgments.
,117 ,197 ,062 ,062 ,062 ,062 ,117 ,062 ,197 ,062
Ali M Pekerja yang berpengalaman Belum ada substitusi produk garam Peralatan produksi sederhana Bahan baku produksi melimpah Kesesuaian Potensi Lahan Produksi Garam di Losarang hanya 4 bulan setahun Rataan Luas lahan sempit, kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Posisi tawar petambak garam yang lemah Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasarana Inconsistency = 0,00087
,101 ,191 ,101 ,101 ,052 ,101 ,052 ,101 ,101 ,101
Heri Wahyu
Pekerja yang berpengalaman Belum ada substitusi produk garam Peralatan produksi sederhana Bahan baku produksi melimpah Kesesuaian Potensi Lahan Produksi Garam di Losarang hanya 4 bulan setahun Rataan Luas lahan sempit, kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Posisi tawar petambak garam yang lemah Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasarana Inconsistency = 0,00352
,101 ,101 ,101 ,101 ,101 ,095 ,101 ,057 ,191 ,052
130 Lanjutan Lampiran 13
H. Ruyadi Pekerja yang berpengalaman Belum ada substitusi produk garam Peralatan produksi sederhana Bahan baku produksi melimpah Kesesuaian Potensi Lahan Produksi Garam di Losarang hanya 4 bulan setahun Rataan Luas lahan sempit, kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Posisi tawar petambak garam yang lemah Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasarana Inconsistency = 0,00087 with 0 missing judgments.
,101 ,191 ,101 ,101 ,052 ,101 ,052 ,101 ,101 ,101
H. Supriyatno Pekerja yang berpengalaman Belum ada substitusi produk garam Peralatan produksi sederhana Bahan baku produksi melimpah Kesesuaian Potensi Lahan Produksi Garam di Losarang hanya 4 bulan setahun Rataan Luas lahan sempit, kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Posisi tawar petambak garam yang lemah Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasarana Inconsistency = 0,01
,117 ,068 ,062 ,062 ,183 ,197 ,062 ,059 ,117 ,074
Gabungan
Pekerja yang berpengalaman Belum ada substitusi produk garam Peralatan produksi sederhana Bahan baku produksi melimpah Kesesuaian Potensi Lahan Produksi Garam di Losarang hanya 4 bulan setahun Rataan Luas lahan sempit, kurang menguntungkan untuk intensifikasi usaha Posisi tawar petambak garam yang lemah Kelemahan modal Kurangnya sarana dan prasarana Inconsistency = 0,00089 with 0 missing judgments.
,113 ,145 ,088 ,088 ,083 ,109 ,076 ,077 ,143 ,079
131 Lampiran 14 Hasil Penghitungan EFE dengan menggunakan Software Expert Choice 11
Cahyono Kebijakan PePotensi LahaBantuan LanTenaga PendPenggunaanCuaca Harga tidak sImpor GaramTengkulak Buruh petam Kebijakan Pemerintah (2,0) 2,0 2,0 2,0 (2,0) 2,0 1,0 2,0 2,0 Potensi Lahan Garam yang 3,0 3,0 3,0 1,0 3,0 2,0 3,0 3,0 Bantuan Langsung Masyara 1,0 1,0 (3,0) 1,0 (2,0) 1,0 1,0 Tenaga Pendamping Teknis 1,0 (3,0) 1,0 (2,0) 1,0 1,0 Penggunaan Teknik Madure (3,0) 1,0 (2,0) 1,0 1,0 Cuaca 3,0 2,0 3,0 3,0 Harga tidak stabil (2,0) 1,0 1,0 Impor Garam 2,0 1,0 Tengkulak 1,0 Buruh petambak bekerja diIncon: 0,00
Ali M Kebijakan PePotensi LahaBantuan LanTenaga PendPenggunaanCuaca Harga tidak sImpor GaramTengkulak Buruh petam 2,0 2,0 2,0 3,0 2,0 2,0 2,0 2,0 3,0 Kebijakan Pemerintah 1,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 Potensi Lahan Garam yang 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 Bantuan Langsung Masyara Tenaga Pendamping Teknis 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 Penggunaan Teknik Madure (2,0) (2,0) (2,0) (2,0) 1,0 Cuaca 1,0 1,0 1,0 2,0 Harga tidak stabil 1,0 1,0 2,0 Impor Garam 1,0 2,0 Tengkulak 2,0 Buruh petambak bekerja diIncon: 0,00
Compare the relative importance with respect to: Goal: Faktor Strategik Eksternal
Heri Wahyu
Kebijakan PePotensi LahaBantuan LanTenaga PendPenggunaanCuaca Harga tidak sImpor GaramTengkulak Buruh petam 2,0 2,0 2,0 3,0 2,0 2,0 2,0 2,0 3,0 Kebijakan Pemerintah 1,0 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 Potensi Lahan Garam yang 1,0 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 Bantuan Langsung Masyara 2,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 Tenaga Pendamping Teknis (2,0) (2,0) (2,0) (2,0) 1,0 Penggunaan Teknik Madure 1,0 1,0 1,0 2,0 Cuaca 1,0 1,0 2,0 Harga tidak stabil 1,0 2,0 Impor Garam 2,0 Tengkulak Buruh petambak bekerja diIncon: 0,00
132 Lanjutan Lampiran 14
H. Ruyadi Kebijakan PePotensi LahaBantuan LanTenaga PendPenggunaanCuaca Harga tidak sImpor GaramTengkulak Buruh petam 2,0 2,0 3,0 3,0 1,0 3,0 2,0 3,0 2,0 Kebijakan Pemerintah 1,0 2,0 2,0 (2,0) 2,0 1,0 2,0 1,0 Potensi Lahan Garam yang 2,0 2,0 (2,0) 2,0 1,0 2,0 1,0 Bantuan Langsung Masyara 1,0 (3,0) 1,0 (2,0) 1,0 (2,0) Tenaga Pendamping Teknis (3,0) 1,0 (2,0) 1,0 (2,0) Penggunaan Teknik Madure 3,0 2,0 3,0 2,0 Cuaca (2,0) 1,0 (2,0) Harga tidak stabil 2,0 1,0 Impor Garam (2,0) Tengkulak Buruh petambak bekerja diIncon: 0,00
H. Supriyatno Kebijakan PePotensi LahaBantuan Lang Tenaga PendPenggunaanCuaca 2,0 2,0 2,0 2,0 Kebijakan Pemeri 2,0 2,0 2,0 Potensi Lahan Ga 2,0 2,0 Bantuan Langsun 2,0 Tenaga Pendamp Penggunaan Tekn Cuaca Harga tidak stabil Impor Garam Tengkulak Buruh petambakIncon: 0,04
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Harga tidak sImpor GaramTengkulak Buruh petam 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Gabungan Kebijakan PePotensi LahaBantuan Lang Tenaga PendPenggunaanCuaca Harga tidak sImpor GaramTengkulak Buruh petam 1,51572 2,0 2,16894 2,55085 1,31951 2,16894 1,7411 2,16894 2,35216 Kebijakan Pemeri 1,43097 1,64375 2,16894 1,0 1,64375 1,31951 1,64375 1,88817 Potensi Lahan Ga 1,31951 1,7411 (1,24573) 1,31951 1,0 1,31951 1,51572 Bantuan Langsun 1,51572 (1,35096) 1,1487 (1,1487) 1,1487 1,31951 Tenaga Pendamp (1,7826) (1,1487) (1,51572) (1,1487) 1,0 Penggunaan Tekn 1,7826 1,51572 1,7826 2,16894 Cuaca (1,1487) 1,1487 1,31951 Harga tidak stabil 1,51572 1,51572 Impor Garam 1,31951 Tengkulak Buruh petambakIncon: 0,00
133 Lanjutan Lampiran 14
Cahyono
Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam yang Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan Penggunaan Teknik Maduresee dan Ramsol Cuaca Harga tidak stabil Impor Garam Tengkulak Buruh petambak bekerja di sawah Inconsistency = 0,00382
,117 ,197 ,062 ,062 ,062 ,197 ,062 ,111 ,062 ,067
Ali M
Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam yang Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan Penggunaan Teknik Maduresee dan Ramsol Cuaca Harga tidak stabil Impor Garam Tengkulak Buruh petambak bekerja di sawah Inconsistency = 0,00087 with 0 missing judgments.
,191 ,101 ,101 ,101 ,052 ,101 ,101 ,101 ,101 ,052
Heri Wahyu Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam yang Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan Penggunaan Teknik Maduresee dan Ramsol Cuaca Harga tidak stabil Impor Garam Tengkulak Buruh petambak bekerja di sawah Inconsistency = 0,00198 with 0 missing judgments.
,184 ,103 ,103 ,055 ,055 ,184 ,055 ,103 ,055 ,103
134 Lanjutan Lampiran 14
H. Ruyadi Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam yang Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan Penggunaan Teknik Maduresee dan Ramsol Cuaca Harga tidak stabil Impor Garam Tengkulak Buruh petambak bekerja di sawah Inconsistency = 0,00087
Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam yang Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan Penggunaan Teknik Maduresee dan Ramsol Cuaca Harga tidak stabil Impor Garam Tengkulak Buruh petambak bekerja di sawah Inconsistency = 0,04
,191 ,101 ,101 ,101 ,052 ,101 ,101 ,101 ,101 ,052
H. Supriyatno ,173 ,150 ,131 ,114 ,099 ,086 ,075 ,065 ,057 ,050
Gabungan Kebijakan Pemerintah Potensi Lahan Garam yang Besar Bantuan Langsung Masyarakat Tenaga Pendamping Teknis dan Kelembagaan Penggunaan Teknik Maduresee dan Ramsol Cuaca Harga tidak stabil Impor Garam Tengkulak Buruh petambak bekerja di sawah Inconsistency = 0,002
,174 ,130 ,100 ,086 ,064 ,130 ,079 ,098 ,075 ,064
135 Lampiran 15 Hasil penghitungan MAHP peningkatan kesejahteraan petambak dengan menggunakan Software Expert Choice 11 Cahyono
Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
PeningkatanPenyerapan Te Perluasan Ke 4,0 7,0 3,0 Incon: 0,03
Ali M Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
PeningkatanPenyerapan Te Perluasan Ke 3,0 5,0 2,0 Incon: 0,00
Heri Wahyu Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
PeningkatanPenyerapan Te Perluasan Ke (3,0) 2,0 5,0 Incon: 0,00
H. Ruyadi Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
PeningkatanPenyerapan Te Perluasan Ke 3,0 5,0 3,0 Incon: 0,04
H. Supriyatno Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
PeningkatanPenyerapan Te Perluasan Ke 3,0 4,0 2,0 Incon: 0,02
Gabungan Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha
PeningkatanPenyerapan Te Perluasan Ke 1,64375 3,75848 2,60517 Incon: 0,00
136 Lanjutan Lampiran 15
Cahyono Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha Inconsistency = 0,03
,705 ,211 ,084
Ali M
Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha Inconsistency = 0,00352
,648 ,230 ,122 Heri Wahyu
Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha Inconsistency = 0,00352
,230 ,648 ,122 H. Ruyadi
Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha Inconsistency = 0,04
,637 ,258 ,105
H. Supriyatna Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha Inconsistency = 0,02
,625 ,238 ,136
Gabungan Peningkatan Pendapatan Penyerapan Tenaga Kerja Perluasan Kesempatan Berusaha Inconsistency = 0,0018 with 0 missing judgments.
,529 ,336 ,135