Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
KAJIAN DAMPAK KOPERASI TERHADAP ANGGOTANYA1*) Achmad H. Gopar**) Abstract This research has been conducted in order to asses the impacts of cooperatives for its members. Assessment is implemented in three provinces; North Sumatra, D.I. Yogyakarta, and North Sulawesi, covered 15 cooperatives and about 150 members of cooperatives. Data are analyzed using simple descripted statistics. The research indicates some important results. Human resources of cooperatives – board of directors, management and members – are weak. The weaknesses have been occurred in some areas such as education, experiences and composition of directors and management. The rules of conduct in cooperatives have not been developed systematically, the tasks and the responsibilities for directors, management, auditors and members are not explicitly written. Financially, cooperatives fail to mobilize capital and to use it more productive. Cooperatives has not built financial intermediary system among themselves so that the capital can be used more productive and efficiently. Cooperatives have given good impacts for its members, especially in rural areas. The impact get through the services i.e.; cooperative pricing policy, the quality of product, and the timing of services. Market information from cooperatives is also useful for members in selling their products. Members are also benefited through saving and loan activities. Dampak, indikator, kelompok sasaran, partisipasi, intermediasi, kemanfaatan I.
Pendahuluan 1.1
Latar Belakang Tiga alasan utama yang melatarbelakangi pentingnya penelitian untuk menilai dampak koperasi pada tingkat anggotanya: 1). Kepentingan ingan untuk mengembangkan koperasi sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin; 2). Kepentingan untuk mengukur kemajuan koperasi menurut dimensi pertumbuhan secara agregat dan sumbangannya terhadap pendapatan regional maupun nasional. Pengukuran yang dilakukan selama ini dirasakan belum memadai untuk menerangkan manfaat keberadaan koperasi bagi anggota dan masyarakat sekitarnya; dan 3). Pemikiran bahwa dalam melihat
*)
**)
Kajian Suplementasi Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK tahun 2006. Artikel diterima 12 Mei 2009, peer review 12 Mei s.d. 8 Juni 2009, review akhir 7 Juli 2009. Peneliti pada Deputi bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (peneliti kajian).
171
JURNAL VOLUME 4 - AGUSTUS 2009 : 171-185
kemajuan yang dicapai koperasi atau manfaat kehadiran koperasi di tengah-tengah masyarakat perlu pemantauan dan evaluasi sejauhmana dampak koperasi terhadap anggotanya. Bertitik tolak dari ke tiga alasan di atas maka lahirlah gagasan dan pemikiran untuk mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi dampak koperasi di tingkat anggota. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengembangkan indikator-indikator monitoring dan evaluasi dampak koperasi terhadap anggotanya. Indikator-indikator tersebut diujicobakan dalam penelitian agar bisa disempurnakan dan secara berkesinambungan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengukur dampak koperasi terhadap anggota. Penelitian ini merupakan suplementasi dari penelitian Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementerian Negara KUKM, yang dilaksanakan tim dari Universitas Indonesia dengan judul ”Kajian Dampak Pemberdayaan KUKM terhadap Kesejahteraan Rakyat”, tahun anggaran 2006. 1.2
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Melakukan uji coba dan pengembangan indikator-indikator pengukuran dampak koperasi terhadap anggota; b. Melakukan pengukuran dampak koperasi terhadap anggota pada beberapa lokasi terpilih.
1.3
Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian ini pada dasarnya akan dapat memberikan manfaat ganda, baik kepada gerakan koperasi maupun kepada pemerintah, dalam hal-hal sebagai berikut : Manfaat yang dapat diambil oleh gerakan koperasi adalah sebagai berikut: 1 Meningkatkan kemampuan analisis secara kritis para pengelola koperasi; 2 Memberikan masukan kepada koperasi itu sendiri dalam rangka merumuskan kebijakan organisasi dan usahanya. Sedangkan bagi Pemerintah kegiatan ini akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1 Memberikan masukan informasi yang berguna dalam penyusunan kebijaksanaan pembangunan koperasi; 2
172
Memberikan masukan kebijaksanaan dalam penyusunan sistem dan mekanisme monitoring dan evaluasi pembangunan perkoperasian.
Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
1.4
Ruang Lingkup Mengingat penelitian ini lebih merupakan proyek perintisan yang bersifat eksperimental study yang pelaksanaannya dilakukan juga oleh koperasi, maka cakupan kegiatannya meliputi sebagai berikut: 1. Alih Pengetahuan Uji coba dan pengambilan data pada penelitian melibatkan langsung tenaga pengelola koperasi sebagai pelaksana pengumpulan data penelitian. Tenaga-tenaga dari koperasi tersebut diikutsertakan dalam proses pelaksanaan penelitian sehingga diharapkan akan terjadi proses alih pengetahuan (learning by doing) mengenai penelitian perkoperasian. 2. Aspek Penelitian Para pengelola yang melaksanakan penelitian tersebut dibekali dengan pengetahuan teknis penelitian maka selanjutnya mereka langsung dilibatkan dalam praktek atau proses penelitian. Obyek pengamatan adalah koperasi dan anggotanya. Sebagai responden untuk mewakili koperasi adalah pengurus atau pengelola koperasi, sedangkan untuk anggota koperasi diwawancarai sebanyak sepuluh orang anggota koperasi yang ada di wilayah kerjanya. Dari mereka digali informasi yang dibutuhkan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. 3. Aspek Pengamatan Informasi atau data yang dikumpulkan pada dasarnya tergantung pada tujuan yang hendak dicapai oleh penelitian itu sendiri. Dalam kerangka monitoring dan evaluasi dampak koperasi, maka secara umum dapat dikelompokkan dalam dua kategori data, yaitu: 1) Data yang bisa dimonitor setiap saat dan secara terus menerus (monitorable), seperti misalnya jumlah anggota, jumlah simpanan, volume usaha dan sebagainya; dan 2) Data yang tidak yang tidak bisa dimonitor (unmonitorable). setiap saat, seperti persepsi anggota terhadap kualitas pelayanan koperasi dan seterusnya. Dalam monitoring perkembangan koperasi yang dilakukan oleh pemerintah secara rutin dan terus menerus selama ini adalah menggunakan data atau indikator kuantitas yang bisa dimonitor. Mekanisme monitoring semacam ini sudah berjalan dengan baik, dari tingkat yang paling bawah (kabupaten/kota) sampai dengan tingkat nasional. Keuntungan cara ini adalah datanya tersedia, mudah diperoleh dan dapat dilakukan secara nasional. Namun kelemahannya adalah kemungkinan datanya kurang reliable dan belum memadai untuk menggambarkan apakah kehadiran koperasi
173
JURNAL VOLUME 4 - AGUSTUS 2009 : 171-185
itu memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pengukuran dampak koperasi terhadap anggota tidak hanya diambil dari data kuantitatif yang diperoleh dari koperasi, namun akan lebih ditekankan pada tingkat anggota. Dengan lain perkataan di samping data yang bisa dimonitor dari koperasi juga akan diambil data berdasarkan persepsi atau opini anggota. II.
Kerangka Pemikiran Setidaknya ada tiga cara untuk mengukur keberhasilan pembangunan koperasi, yaitu dilihat dari dimensi pertumbuhan (cooperative growth), sumbangannya terhadap GDP maupun GNP (cooperative share), dan dampak koperasi (cooperative impact) terhadap anggota dan lingkungan yang dipengaruhinya. Dimensi pertama dapat dijelaskan sebagaimana berikut. Berdasarkan suatu asumsi bahwa semua koperasi akan berusaha secara maksimal untuk melayani anggotanya atau berorientasi pada kepetingan anggota, maka dengan semakin besarnya pertumbuhan koperasi memberikan indikasi semakin banyak jumlah anggota yang memperoleh manfaat dari kehadiran koperasi. Berdasarkan asumsi ini maka pengukuran keberhasilan pembangunan koperasi dapat dilakukan melalui pengukuran pertumbuhannya. Dengan menggunakan cara yang pertama, yaitu dilihat dari perspektif pertumbuhan koperasi ternyata hasilnya belum memuaskan. Banyaknya anggota belum menggambarkan besarnya manfaat keberadaan koperasi karena hanya sebagian kecil dari mereka yang memiliki akses terhadap pelayanan koperasi. Di lain pihak jika kita mengukur dari segi cooperative share terhadap GDP, peranan koperasi terlihat belum memadai dan belum menggambarkan dampak penggandanya terhadap seluruh aspek kehidupan anggota koperasi maupun masyarakat. Pemikiran ini selanjutnya akan sampai pada suatu justifikasi bahwa mengukur keberhasilan koperasi menurut dimensi pertumbuhan dan sumbangannya terhadap GDP dianggap kurang memadai. Mengingat basis kekuatan koperasi adalah pada anggota, maka partisipasi anggota merupakan kata kunci yang melambangkan dampak keberhasilan koperasi dalam memperbaiki kesejahteraan para anggotanya. Selain itu partisipasi merupakan dasar kekuatan koperasi. Pengukuran dampak koperasi dalam bentuk kemanfaatan koperasi dan partisipasi sebagai komplemen bahkan mungkin subtitusif dari dua tolok ukur dan atau cara pengukuran di atas, memerlukan suatu studi secara khusus dan komprehensif mengenai dampak koperasi pada tingkat (level) anggotanya.
174
Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
Monitoring dapat dirumuskan sebagai proses pengukuran, pencatatan, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian informasi untuk membantu pengelola dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kinerjanya dalam mengelola suatu organisasi atau perusahaan. Kinerja dapat diartikan sebagai suatu tingkat pencapaian target selama periode tertentu. Misalnya dalam sebuah koperasi pertanian telah dilakukan inventarisasi atau pencatatan terhadap luas area yang ditanami, volume bibit, pupuk dan kredit yang akan disalurkan kepada petani anggota, volume hasil produksi yang akan dipasarkan atau diserap dan sebagainya. Atas dasar itu, ditetapkan rencana dan program yang hendak dicapai oleh koperasi dalam kurun waktu tertentu. Dalam pelaksanaan perlu dipantau terus menerus. Tujuannya adalah mendapatkan informasi jumlah atau volume komoditi atau kebutuhan anggota yang sudah tersalur maupun jumlah anggota yang sudah menerimanya dan seterusnya. Selain itu dilakukan evaluasi membandingkan pelaksanaan program yang telah dicapai secara aktual dan dampaknya dengan rencana yang hendak dicapai. Kegiatan ini disebut evaluasi (impact monitoring). Dengan cara ini membantu menemukan sebab keberhasilan maupun kegagalan dari berbagai program. Selanjutnya dilakukan penyesuaian terhadap kebijaksanaan dan tujuan yang hendak dicapai. Kegiatan monitoring dan evaluasi sangat penting bagi individual koperasi yang bersangkutan. Karena secara cepat dapat mengkoreksi berbagai kesalahan ataupun penyimpangan yang terjadi pada koperasi. Disamping itu koperasi menjadi semakin kritis dan realistis dalam perumusan kebijaksanaan dan perencanaannya. Ada beberapa pertimbangan pentingnya koperasi untuk melakukan monitoring dan evaluasi secara mandiri, antara lain yaitu: (a).
Hubungan koperasi dengan para anggotanya menjadi semakin dekat dan tidak terjadi kesenjangan antara koperasi dan anggotanya. Kegiatan ini juga dapat dijadikan sarana komunikasi dua arah dan member education;
(b).
Secara dini koperasi dapat menemukenali kesalahan dan penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan program. Lebih mudah dan cepat untuk melakukan penyempurnaan;
(c).
Keterbatasan sumberdaya yang ada pada pemerintah, (berupa tenaga pelaksana dan pembiayaan) tidak memungkinkan koperasi secara nasional untuk melakukan kegiatan ini. Pada umumnya hasil evaluasi pemerintah tidak segera dikomunikasikan dengan koperasi yang diamati;
(d).
Dalam rangka operasionalisasinya akan lebih efektif, efisien serta manageable jika dilakukan oleh koperasi itu sendiri. Selain itu terjamin tingkat akurasi dan reliabilitas data dan informasi yang disajikan.
175
JURNAL VOLUME 4 - AGUSTUS 2009 : 171-185
Anggota sebagai kelompok sasaran (target group) merupakan objek pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Operasionalisasi kegiatan secara mekanistis diarahkan untuk memasok data agregat pengambilan keputusan di tingkat pemerintah melalui jaringan kerja (network): Anggota – Koperasi – Kantor koperasi di kabupaten/ kota – Provinsi – Pemerintah pusat. Di samping data/informasi perkembangan organisasi dan usaha, dilaporkan hasil monitoring dan evaluasi dampak koperasi pada tingkat anggota kepada dinas koperasi kabupaten/kota. Secara simultan koperasi yang bersangkutan sudah dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk penyesuaian dan penyempurnaan kebijakan. Kantor dinas membuat laporan kumulatif perkembangan koperasi. Merangkum hasil monitoring dan evaluasi masing-masing koperasi yang ada di daerahnya. Selanjutnya dilaporkan kepada kantor dinas koperasi tingkat provinsi. Kantor dinas tingkat provinsi akan menyusun laporan sedemikian rupa kepada pemerintah pusat. III.
Metode Penelitian Untuk mencapai tujuan proyek penelitian ini dan berdasarkan ruang lingkup kegiatan yang dicakup, maka pelaksanaannya anaannya dilakukan berdasarkan metodologi dan prosedur yang disusun sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan kebutuhan akan representasi dari keadaan yang ada di lapang dan ketersediaan dana, dan berbagai pertimbangan non teknis lainnya. Lokasi untuk penelitian ini adalah provinsi Sumatera Utara, D.I. Yogyakarta, dan propinsi Sulawesi Utara. Pemilihan tiga propinsi dimaksud diharapkan dapat mewakili keragaman situasi dan kondisi lingkungan koperasi di berbagai wilayah Indonesia lainnya. Sifat dan keadaan serta karakteristik yang khas dari ketiga daerah tersebut menjadi pembanding untuk masing-masing situasi dan kondisi lingkungan lainnya yang mungkin berbeda. 2. Pemilihan Koperasi Contoh Pemilihan koperasi contoh didasarkan kepada berbagai pertimbangan pula, sebagaimana pada pemilihan lokasi penelitian. Pada penelitian ini koperasi sampel ditentukan secara acak (random) dari sejumlah koperasi pedesaan yang masih aktif di provinsi lokasi penelitian. Berdasarkan pertimbangan kemampuan pelaksanaan, dukungan pembiayaan dan representasi data yang dapat diambil, ditetapkanlah sebanyak 15 KUD sebagai objek penelitian. Jumlah KUD untuk masing-
176
Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
masing provinsi ditentukan secara proporsional sesuai dengan jumlah KUD dan KUD mandiri yang ada di setiap propinsi tersebut. Tabel1.1.Koperasi Koperasi Contoh Tabel Contohdan danLokasinya Lokasinya No.
No 1 2 3 4
Nama Koperasi
Kecamatan
Propinsi
1
Harta
Selesai
Sumatera Utara
2
Sidomukti
Hinai
idem
3
Sritani
Gebang
idem
4
Tani Makmur
Babelan
idem
5
Rata
Besitang
idem
6
Harapan
Pagar Merbau
idem
7
Ringin IX
Cangkringan
Yogyakarta
8
Ngaglik
Ngaglik
idem
9
Makmur
Kalasan
idem
10
Turi
Turi
idem
11
Wenang
Sario
idem
12
Lestario
Molas
Sulawesi utara
13
Ayamen
Kombi
idem
14
Prisma Jaya
Kombi
idem
15
Ranong Kayu
kombi
idem
Sesuai dengan jumlah KUD yang ada di masing-masing provinsi, maka ditetapkanlah sebanyak 6 (enam) KUD di Sumatera Utara, 4 (empat) Tabel 2.dan Identitas AnggotaUtara sebagai koperasi KUD di Yogyakarta, 5 (lima) Umum KUD di Sulawesi sampel. Dengan pertimbangan efektivitas pelaksanaan survai, koperasi yang terpilih sebagai sampel hanyalah diambil dari beberapa kabupaten Propinsi RataIdentitas Satuan saja, tidaklah menyebar di semua kabupaten.DIY KoperasiSULUT sampel tersebut rata SUMUT adalah sebagaimana tertera pada tabel 1. 83,3 82 92 76 % Umur (>35 thn) 78 diambil76sebanyak74,7 70 % setiap koperasi Pekerjaan (tani) Selanjutnya untuk sampel 10 51,7 45 diperlukan 70 anggota ini 40 Responden Pendidikan (>SMP)sebagai%responden. orang anggota 2,4 2,8 dampak kaliinformasi3,1 Pend. informal untuk menggali data dan yang lebih 1,3 banyak mengenai koperasi terhadap anggotanya. Namun juga sebagai salah satu upaya untuk melakukan uji silang (cross-check) terhadap data dan informasi yang didapat dari koperasi sampel (dalam hal ini diwakili oleh pengurus).
177
JURNAL VOLUME 4 - AGUSTUS 2009 : 171-185
3. Metoda Analisis Analisis yang dilakukan sangatlah erat kaitannya dengan tujuan penelitian, ketersediaan data dan informasi yang didapat dan pertimbangan seperti kemampuan para peneliti, ketersediaan perangkat keras dan lunaknya, ketersediaan waktu dan dana. Penelitian ini menggunakan model-model analisis statistik deskriptip sederhana (simple descriptive statistics) sebagaimana dikemukakan oleh Welch & Comer (1988). Perlakuan dan pengolahan akan dilakukan terhadap distribusi frekuensi. tendensi pemusatan dan penyebaran (Neter, et al, 1988). Teknik ini digunakan karena secara sederhana akan dapat menggambarkan kecenderungan yang terdapat pada suatu populasi. Dengan melihat kecenderungan dari data yang terolah, maka kita akan dapat memprediksikan kemungkinan maupun alternatip yang ada dari data. IV.
Hasil Pengamatan dan Analisis Dari sudut pandang koperasi (diwakili oleh pengurus dan/atau pengelola) bahwa koperasi telah memberikan dampaknya kepada anggota secara maksimal. Persepsi tersebut belum tentu sama dengan persepsi anggota. Untuk itu akan dibahas persepsi anggota tentang dampak dan manfaat koperasi dari sudut pandang anggota koperasi. Terlebih dahulu akan memaparkan kondisi keanggotaan koperasi pedesaan yang diteliti. Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, penggalian dan pendalaman data/informasi dari dan tentang anggota untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik lagi tentang anggota, serta upaya melakukan uji silang (cross-check) terhadap data dan informasi yang didapat dari koperasinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa para responden anggota koperasi adalah para anggota yang pekerjaaannya sebagai petani (74,1%). Usia Usia mereka mereka yang berada diatas 35 tahun ada sebanyak 83,3% dari keseluruhan responden. Mereka umumnya mempunyai latar belakang pendidikan yang belum memadai. Hanya sekitar 51,7% dari mereka yang mempunyai pendidikan diatas sekolah lanjutan pertama (SLP). Selebihnya mereka mengaku paling tinggi hanya tamat SLP. Namun demikian dari keseluruhan responden anggota tersebut umumnya mereka telah mendapatkan pendidikan non-formal dan keterampilan rata-rata sebanyak 2,4 kali. Keterangan secara menyeluruh untuk semua lokasi penelitian dapat dikaji lebih lanjut pada tabel 2. Jikalau kita tinjau ciri keanggotaan lainnya (tabel 3) terlihat bahwa para responden umumnya telah menjadi anggota koperasi selama lebih dari lima tahun (73,7%). Hanya sebagian kecil saja dari mereka yang menjadi anggota di koperasi lainnya (32%). Hal tersebut dapat dimaklumi. Karena mereka umumnya hidup di pedesaan. Organisasi koperasi di pedesaaan pada umumnya KUD adalah berbasis kewilayahan.
178
13
Ayamen
Kombi
idem
14
Prisma Jaya
Kombi
idem
15
Ranong Kayu
kombi
idem
Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
Tabel 2. 2. Identitas Tabel IdentitasUmum UmumAnggota Anggota No
Identitas
Satuan
Umur (>35 thn) Pekerjaan (tani) Pendidikan (>SMP) Pend. informal
1 2 3 4
SUMUT 76 70 40 3,1
% % % kali
Propinsi DIY 92 78 70 1,3
SULUT 82 76 45 2,8
Ratarata 83,3 74,7 51,7 2,4
Hal menarik lainnya adalah motivasi menjadi anggota koperasi. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa menjadi anggota koperasi tidaklah hanya berdasarkan motivasi dan keinginan sendiri. Hanya sekitar 55,3% saja yang menjadi anggota koperasi atas keinginan sendiri. Sedangkan sebanyak 31,3% lainnya menjadi anggota koperasi karena atas anjuran kepala desa. Ini menarik untuk dikemukakan. Ternyata pengaruh anjuran para pembina dan pengurus ternyata masih cukup kecil. Pengaruh anjuran pembina dan pengurus terhadap calon anggota untuk menjadi anggota koperasi yang hanya sekitar 8% tentunya belumlah bisa menggambarkan bahwa anjuran dan penyuluhan belum memadai. Efektivitasnya perlu untuk dikaji lebih lanjut. 1
Tabel3.3.Ciri-ciri Ciri-ciri Keanggotaan Tabel Keanggotaan No 1 2 3
4
Ciri keanggotaan Lama keanggotaan (>5 thn) Anggota koperasi lain Motivasi a. anjuran kepala desa b. anjuran pengurus c. anjuran pembina d. keinginan sendiri Pemilikan lahan
Satuan
Propinsi
Rata-
SUMUT
DIY
SULUT
rata
% %
72 40
81 30
68 26
73,7 32,0
% % % % (ha/angg)
52 6 40 1,2
10 10 70 0,4
32 8 56 1,3
31,3 3,3 4,7 55,3 0,96
Ciri lainnya yang penting untuk dikaji adalah kenyataan bahwa Tabel 4. Ketersediaan Komoditi dan Ketepatan Waktunya para anggota koperasi umumnya merupakan petani kecil. Berlahan sempit kepemilikan lahan rata-rata hanya sekitar 0,96 ha. Tentunya kepemilikan (Persentase) lahan ini sangatlah bervariasi antar lokasi penelitian. Propinsi Di Sumatera Rata-Utara para No Komoditi anggotanya menjadi pemilik kebun kelapa DIY sawit ternyata memiliki lahan rata SUMUT SULUT yang jauh lebih luas dari rata-rata kepemilikan lahan tersebut diatas (sekitar 1 ha). Pupuk 76 kepemilikan 77,3 1,2 Begitu juga halnya dengan di70Sulawesi86Utara yang lahan 2 Obat-obatan dan bibit 68 60 62 63,3 para anggota koperasinya rata-rata sekitar 1,3 ha. Bagaimana manfaat dan 3 Kredit 56 74 42 57,3 dampak koperasi bagi anggotanya dalam hal ketersediaan beberapa komoditi 4 Kemudahan Cara pembayaran 70 80 76 75,3 dan waktunya dapat dilihat64pada tabel 5 ketepatan Pelayanan lainnya 70 4 dibawah 58 ini. 64,0
Tabel 5. Tanggapan atas Harga Komoditi
No 1
Jenis Tanggapan Harga di koperasi vs di umum a. lebih tinggi
Propinsi SUMUT DIY 3
3
(Persentase) Ratarata SULUT 62
24,0
179
10 52 % a. anjuran kepala desa 10 % b. anjuran pengurus 6 % c. anjuran pembina 70 40 % Keanggotaan d. keinginan sendiri Tabel 3. Ciri-ciri 0,4 (ha/angg) lahan4 - AGUSTUS 2009 4 Pemilikan JURNAL VOLUME : 171-185 1,2 Propinsi No Ciri keanggotaan Satuan SUMUT DIY
32 8 56 1,3 SULUT
Tabel Ketersediaan Komoditidan danKetepatan KetepatanWaktunya Waktunya Tabel 4. 4. Ketersediaan Komoditi
81 72 % Lama keanggotaan (>5 thn) 30 40 % Anggota koperasi lain Motivasi Propinsi No anjuran kepalaKomoditi 10 52 % a. desa SUMUT DIY10 % b. anjuran pengurus % c.1 anjuran Pupukpembina 70 6 86 40 % d.2 keinginan sendiri Obat-obatan dan bibit 68 6070 1,2 (ha/angg) Pemilikan lahan 3 Kredit 56 740,4 4 Kemudahan Cara pembayaran 70 80 5 Pelayanan lainnya 64 70
1 2 3
4
No 1 2 3 4 5
31,3 3,3 4,7 55,3 0,96 Ratarata
73,7 68 32,0 26 (Persentase) Rata32 rata 31,3 SULUT3,3 76 8 77,3 4,7 62 56 63,3 55,3 42 1,3 57,3 0,96 76 75,3 58 64,0
Tabel 4. Ketersediaan Komoditi dan Ketepatan Waktunya Dari tabel 4 terlihat bahwa komoditi pupuk ketersediaan dan ketepatan (Persentase) waktunya merupakan tertinggi angka persentasenya. sebagian Tabel yang 5. Tanggapan atas Harga Komoditiini berarti Propinsi Ratabesar dari responden Komoditi (77,3%) menyatakan bahwa komoditi pupuk cukup rata seperti tersedia dan waktunya tepat saat dibutuhkan. Untuk komoditi SUMUT DIY SULUT lainnya (Persentase) obat-obatan dan bibit, kredit, dan lainnya, ternyataPropinsi belumlah cukup memuaskan Pupuk 70 86 76 77,3RataNo Jenisketepatan Tanggapan ketersediaan dan waktunya. SUMUT Masing-masing hanya 63,3%, 57,3%, Obat-obatan dan bibit 68 60 DIY 62SULUT63,3 rata dan saja dari para responden bahwa 57,3 ketersediaan Harga di koperasi vs di umum 56 yang menyatakan 1 64% Kredit 74 42 beberapa komoditi tersebut adalah cukup dan pada waktu yang tepat. 62 3 3 a. lebih tinggi Kemudahan Cara pembayaran 70 80 76 75,324,0
86 58 22sebagian 56 dan b.Dalam normal/sama Pelayanan lainnya 70 koperasinya, 64,054,7 besar hal transaksi antara 64 anggota 11,3 4 2 28 c. lebih rendah para responden (75,3%) menyatakan mereka mendapatkan kemudahan dari 72,0 72 66 78 2 Harga koperasi sbg patokan cara yang diberikan oleh koperasi. 83,3 88 70 92 Kepastian harga 3 pembayaran
Tabel Tabel5.5.Tanggapan Tanggapanatas atasHarga HargaKomoditi Komoditi
No 1
2 3
Jenis Tanggapan Harga di koperasi vs di umum a. lebih tinggi b. normal/sama c. lebih rendah Harga koperasi sbg patokan Kepastian harga
Propinsi SUMUT DIY 3 56 28 78 92
3 86 2 66 70
(Persentase) Ratarata SULUT 62 22 4 72 88
24,0 54,7 11,3 72,0 83,3
Mengenai harga komoditi, ternyata mendapatkan tanggapan yang cukup berbeda antar daerah. Sebagaimana terlihat pada tabel 5, bahwa sebagian anggota koperasi sarnpel di Sumatera Utara (56%) dan D.I. Yogyakarta (86%), harga pembelian komoditi milik anggota oleh koperasi jika dibandingkan dengan pasaran umum adalah normal ataupun relatip sama. Hanya sebagian kecil saja dari mereka (3%) yang menyatakan harga pembelian oleh koperasi adalah lebih tinggi. Ini sangat berbeda dengan pendapat para anggota koperasi sampel di Sulawesi Utara. Sebanyak 62% dari para respondennya menyatakan bahwa harga pembelian oleh koperasi adalah lebih tinggi. Hal tersebut dapat dimaklumi jika kita melihat latar belakang para anggota koperasi di Sulawesi
180
2
2
Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
Utara. Pada umumnya adalah para petani cengkeh yang sistem jual belinya sudah diatur dengan sistem tataniaga cengkeh. Hal ini menarik untuk disimak dan dikaji jika dibandingkan jawaban responden dari Sumatera Utara adalah sebanyak 28% dari mereka menyatakan harga koperasi adalah lebih rendah. Apakah hal tersebut berkaitan dengan komoditi kelapa sawit yang kelola. Kiranya perlu pendalaman lebih lanjut. Pada umumnya para responden menyatakan harga koperasi dapat dijadikan patokan harga bagi komoditi yang mereka kelola. Ada sebanyak 72% responden menyatakan bahwa harga koperasi merupakan barometer transaksi jual beli. Demikian juga dengan kepastian harga, sebanyak 83,3% responden menyatakan bahwa koperasi telah memberikan kepastian harga bagi komoditi yang mereka kelola. Berarti koperasi sedikit banyak telah dapat mengendalikan harga komoditi yang dikelola anggota. Hal tersebut menyebabkan terhindarnya fluktuasi harga yang merugikan anggota. Kemanfaatan lain yang dirasakan para responden adalah dalam hal pemasaran komoditi dan peminjaman modal ke koperasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6. Dalam hal kemudahan informasi pasar, sebanyak 92% responden menyatakan mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan informasi pasar. Mengenai kemanfaatan informasi tersebut, umumnya sepakat (sekitar 95,3% responden) menyatakan bahwa informasi pasar yang mereka dapatkan tersebut adalah membantu memahami pasar. Selain itu sebanyak 72,6% responden menyatakan bahwa pelayanan koperasi dalam hal informasi pasar ini adalah baik. Sebanyak 7% dari mereka menyatakan pelayanan tersebut sangat baik. Dalam hal pinjaman, sebanyak 34% responden menyatakan pernah meminjam uang kepada koperasi. Sebagian besar (80,7%) menyatakan bahwa proses peminjaman tersebut cukup mudah dan tidak berbelit-belit. Umumnya 92% responden menyatakan bahwa bunga yang dikenakan oleh koperasi cukup rendah. Tabel 6. Kemanfaatan dalam Pemasaran dan Peminjaman Tabel 6. Kemanfaatan dalam Pemasaran dan Peminjaman (Persentase) No I 1 2 3
II 4 5 6
Kemanfaatan Pemasaran Kemudahan informasi pasar Informasi tersebut membantu Pelayanan koperasi a. baik b. sangat baik Pinjaman Pernah meminjam Mudahnya peminjaman Bunga rendah
Propinsi
Ratarata
SUMUT
DIY
SULUT
88 94
96 100
92 92
92,0 95,3
86 6
60 12
72 3
72,6 7,0
32 82 92
46 70 90
24 90 94
34,0 80,7 92,0
181 Tabel 7. Dampak Koperasi Menurut Anggota (Persentase) Propinsi
Rata-
JURNAL VOLUME 4 - AGUSTUS 2009 : 171-185
Bagaimana dampak koperasi dirasakan oleh anggota. Hal ini dapat dikaji pada tabel 7. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 81,3% responden menyatakan bahwa koperasi telah memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan anggota. Umumnya sebanyak 98,7% responden sepakat menyatakan bahwa koperasi telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan lapangan kerja di daerah kerjanya. Pengaruh koperasi terhadap peningkatan perekonomian desa ternyata, mendapatkan tanggapan positif dari para responden. Sebanyak 51,7% Tabelmenyatakan 6. Kemanfaatan dalam Pemasaran Peminjamansedangkan responden bahwa koperasi cukup dan mempengaruhi, sebanyak 45% lainnya menyatakan sangat mempengaruhi terhadap peningkatan perekonomian pedesaan. (Persentase) Propinsi bahwa koperasi RataAda sebanyak 85% responden menyatakan dapat Kemanfaatan merupakan alat perubahan dalam pembangunan ekonomi. Angka persentase rata SUMUT DIY SULUT tersebut hampir sama dengan yang menyatakan bahwa koperasi dapat Pemasaranalat pertumbuhan dalam perekonomian anggota. Sebanyak 86,3% I merupakan 92,0 92 pertumbuhan 88 Kemudahan informasi pasar 1 responden menyatakan bahwa koperasi dapat 96 merupakan alat 95,3 92 100 94 2 dalam Informasi tersebut membantu perekonomian anggota. Sebagai alat perubahan, koperasi dimaksudkan 3 Pelayanan koperasi dapat menjadi wahana atau agen untuk setiap perubahan (change agent) dalam 72,6 72 60 86 a. baik pembangunan. Sebagai alat pertumbuhan dalam12 perekonomian anggota, maka 7,0 3 6 b. sangat baik koperasi diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan perekonomian II Pinjaman 34,0 24 46 32 Pernah meminjam 4 anggota.
No
80,7 70 82 ada sebanyak peminjaman 5 Mudahnya Selain hal-hal tersebut di atas, 72%90responden yang 92,0 94 90 92 Bunga rendah 6 menyatakan bahwa koperasi merupakan alat perlindungan dalam pembangunan
ekonomi. Di lain pihak ada sebanyak 71,3% lainnya menyatakan bahwa koperasi dapat merupakan fasilitator dalam pembangunan ekonomi. Tabel Tabel7.7.Dampak DampakKoperasi KoperasiMenurut MenurutAnggota Anggota (Persentase)
No 1 2 3 4 5 6 7
182
Propinsi
Dampak koperasi Kemajuan anggota Peningkatan lapangan kerja Peningkatan perekonomian desa a. cukup mempengaruhi b. sangat mempengaruhi Alat perubahan dalam pembangunan ekonomi Alat pertumbuhan dalam perekonomian anggota Alat perlindungan dalam pembangunan ekonomi Fasilitator dalam pembangunan ekonomi
Ratarata
SUMUT
DIY
SULUT
80 100
78 100
86 96
81,3 98,7
50 48 82
60 32 85
45 55 88
51,7 45,0 85,0
84
95
80
86,3
76
80
60
72,0
78
70
66
71,3
Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
Dari uraian di atas diungkapkan dampak koperasi sebagaimana yang dirasakan oleh anggota. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa koperasi telah memberikan dampak positif dalam hal-hal sebagaimana diterangkan di atas. Namun demikian perlu diingat bahwa ukuran yang digunakan dimaksud adalah ukuran subjektif-kualitatif, sehingga sebenarnya masih diperlukan lagi pengukuran yang bersifat objektif-kuantitatif. VI.
Kesimpulan Dan Saran Dari penelitian ini ternyata kualitas sumberdaya manusia yang menjalankan kegiatan koperasi pedesaan ini belumlah memuaskan. Walaupun pada kenyataannya di beberapa koperasi banyak dari pengurus/pengawas dan pengelolanya telah mempunyai latar belakang pendidikan tinggi. Komposisi dalam suatu perangkat organisasi usaha belumlah cukup seimbang. Selain itu tingkat pengalaman yang umumnya masih belum lama, kadar keterlibatan pekerjaan yang masih belum memuaskan, akan turut mempengaruhi tingkat kemanfaatan sumberdaya manusia untuk pengembangan usaha koperasi. Untuk itu pendidikan perkoperasian maupun pendidikan keahlian bisnis bagi pengelola koperasi perlu lebih ditingkatkan lagi. Selain itu pula ”aturan main” bagi pelaksana haruslah dibuat berdasarkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, dan sistem serta prosedur yang berlaku secara lazim dalam bisnis. Pengembangan dan pengaturan organisasi dan managemen yang dimulai dengan mewujudkan ”aturan main” tersebut perlu terus dikembangkan sehingga terwujud suatu sistem managemen koperasi yang khas dan tepat guna. Dari segi permodalan koperasi pedesaan masih memerlukan penanganan yang lebih baik lagi. Terutama dalam hal pemanfaatan modal yang tersedia agar menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang semaksimal mungkin. Dalam hal pencarian sumber dana eksternal serta memobilisasikannya guna memperkuat permodalan, maka perlu dilakukan pengkajian yang lebih spesifik dan terfokus. Dengan demikian tercipta suatu sistem keuangan koperasi yang mandiri. Peningkatan produktivitas permodalan dilakukan dengan meningkatkan perputaran modal yang ada. Karena hal tersebut menyebabkan frekuensi dan arus penciptaan marjin keuntungannya semakin meningkat. Peningkatan efisiensi permodalan dilakukan melalui perbaikan sistem managemen koperasi dan sistem operasional yang digunakan oleh anggota dalam mengelola aktivitas ekonominya. Mengingat adanya beberapa peraturan/perundangan yang menata sistem keuangan, maka diperlukan upaya dari suprastruktur (terutama dari pemerintah) untuk mengembangkan sistem keuangan koperasi. Untuk itu semangat yang dikandung oleh UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang sistem keuangan koperasi perlu dikaji lebih mendalam lagi. Hasil kajian dimaksud diharapkan dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi kehidupan perkoperasian.
183
JURNAL VOLUME 4 - AGUSTUS 2009 : 171-185
Adanya berbagai peluang untuk pengembangan usaha sebagai konsekuensi dari berlakunya berbagai peraturan pemerintah yang sangat mendukung berkembangnya koperasi pedesaan (terutama UU Nomor 25 Tahun 1992) perlu diantisipasi oleh koperasi untuk lebih mengembangkan organisasi dan usahanya. Pengembangan organisasi dapat dilakukan melalui pengembangan organisasi internal dan aspek eksternal, terutama kemitraan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kehadiran koperasi di pedesaan telah dirasakan dampaknya oleh anggota. Dampak berupa kemanfaatan umumnya dirasakan melalui pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh koperasi, dinilai responden sebagai cukup baik. Sebagai misalnya adalah penjualan komoditi dengan harga yang wajar, kualitas yang memadai dan tersedia pada waktu yang diperlukan. Pelayanan koperasi dalam memberikan informasi pasar dan kepastian harga ternyata cukup bermanfaat bagi anggota. Dalam hal keperluan modal dan pinjaman ternyata juga telah dirasakan manfaatnya bagi para anggota. Terutama dalam hal kemudahan yang diperoleh anggota dalam kecepatan proses dan tingkat bunga. Pelayanan tersebut ternyata akan semakin dirasakan dengan meningkatnya partisipasi. Semakin aktif partisipasi anggota semakin besar manfaat yang dirasakan oleh anggota tersebut. Kemanfaatan koperasi bagi anggota selain kemanfaatan langsung usaha dan kegiatan ekonomi di tingkat anggotanya, juga perlu dikembangkan lebih lanjut pengembangan kemanfaatan koperasi dari sistem patron yang ada dalam koperasi. Untuk itu diperlukan kreativitas dan model kegiatan yang menggali potensi anggota maupun non anggota. Pada akhirnya kemanfaatannya akan jatuh kepada anggota. Sehubungan dengan hal tersebut koperasi sebagai badan usaha perlu lebih mengembangkan kegiatannya. Dampak Dampak kepada kepada anggota anggota akan akan sesuai sesuai dengan peluang yang ada dalam peraturan/perundangan. Kiat-kiat yang dapat dilaksanakan koperasi untuk meningkatkan dampak koperasi perlu ditemukenali, dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik. Dari penelitian ini setidaknya ada beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh koperasi, antara lain adalah: (1) Meningkatkan jumlah anggota, (2) Pemupukan modal sendiri, (3) Peningkatan volume usaha, (4) Penciptaan penanggulangan tunggakan kredit, (5) Penyertaan anggota dalam proses perencanaan, (6) Penciptaan keterkaitan usaha anggota, (7) Rapat Anggota Tahunan, dan (8) Pengawasan oleh anggota. DAFTAR PUSTAKA Draper, N .R. and H. Smith, (1981). Applied Regresion Analysis. New York: John Wiley & Sons. Gilbert, N. and H. Specht, (1977). Planning for Social Welfare; Issues, Model, and Tasks. New Jersey: Pretice-Hall, Inc..
184
Kajian Dampak Koperasi Terhadap Anggotanya (Achmad H. Gopar)
-------------, (1992). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Jakarta: Pemerintah Koperasi. Welch, S. and J. Comer, (1988). Quantitative Methods for Public Administration, Techniques and Applications. Chicago: The Dorsey Press.
185