KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Oleh : LIANA APRILIA SAPUTRI 2011.1357
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA 2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Studi kasus dengan judul “Kajian Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Nutrisi Pada An.R Usia 11 Tahun Dengan Demam Thypoid Di RSUI YAKSSI Gemolong”, telah diperiksakan dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program DIII keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh : LIANA APRILIA SAPUTRI NIM. 2011. 1357
Pada: Hari
:
Selasa
Tanggal :
01 Juli 2014
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
Sugihartiningsih, A.,M.Kes NIDN. 0601027102
Ganik Sakitri, S.Kep.,Ns NIDN.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG
Disusun oleh : LIANA APRILIA SAPUTRI NIM. 2011.1357
Studi kasus ini telah diseminarkan dan diujikan Pada tanggal : 02 Juli 2014
Susunan Tim Penguji : Penguji I
Penguji II
Penguji III
Siti Sarifah, S.Kep.Ns.,M.Kep. NIDN. 0620047603
Anis Prabowo, SKM NIDN. 0616087605
Sugihartiningsih A.M.Kes NIDN. 0601027102
Mengetahui,
Ketua STIKES
Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes. NIDN. 0618047704
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa, tugas akhir ini karya saya sendiri (ASLI). Dan isi di dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh galar akademis disuatu institusi pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain atau kelompok lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 02 Juli 2014
LIANA APRILIA SAPUTRI NIM : 2011.1357
iv
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuanya....” (QS. Al-Baqoroh: 286) “Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri” (HR. Bukhari) “Jika sore tiba, janganlah tunggu waktu pagi, jika pagi tiba, janganlah tunggu waktu sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu dan manfaatkan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.” (Ibnu Umar) “Belajar butuh kesabaran. Hilangkan rasa ingin cepat-cepat menguasai materi. Belajar butuh proses.” (Penulis) “Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua,calon istri/suami dan calon mertua pun bahagia” (Penulis) “Aku datang, aku belajar, aku ujian, aku revisi dan aku menang!” (Penulis) “Hidup tanpa mempunyai TUJUAN sama seperti " Layang-layang putus" Miliki tujuan dan PERCAYALAH anda dapat mencapainya.” (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan untuk : 1. Bapak ibuku yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan dan do’a nya, serta pengorbanannya yang tidak bisa saya bayar dengan apapun. 2. Kakak-kakaku yang jauh disana meskipun jarang bertemu terima kasih untuk dukungan serta do’a nya. 3. Sahabat-sahabat terdekatku yang selalu memberi semangat dan selalu bersama dalam suka dan duka ( Ningrum, Malfin, Kiki, Ana, Tatik, Iyan, dian). 4. Teman-teman seperjuangan APM angkatan 2011.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahrobil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Kajian Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Nutrisi Pada An.R Usia 11 Tahun Dengan Demam Thypoid Di RSUI YAKSSI Gemolong” ini dapat terselesaikan. Sungguh tiada kekuatan terbesar dan pancaran cahaya kecuali dengan pertolongan-Mu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tersanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Bantuan dan dorongan berbagai pihak sangat memacu dan memberikan semangat penulis untuk menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu dengan segenap cinta dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes., selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 2. Cemy Nur Fitria, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku Ka Prodi D III Keperawatan STIKES PKU Muhamadiyah Surakarta. 3. Dr. H. Widodo selaku Direktur RSUI YAKSSI Gemolong yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keparawatan. 4. Sugihartiningsih, A.M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya dalam penulisan laporan ini.
vii
5. Ganik Sakitri S.Kep.Ns., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya dalam penulisan laporan ini. 6. Kepala ruang beserta staff ruang bangsal Arofah RSUI YAKSSI Gemolong. 7. Seluruh dosen, staf dan karyawan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 8. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung dan mendoakan penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. 9. Teman-teman seperjuangan yang membantu dan mendukung penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu sehingga laporan ini terselesaikan dengan baik. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Semoga amal dan niat baik semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan guna menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, 02 Juli 2014
Penulis
viii
ABSTRAK KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG Liana Aprilia Saputri1, Ganik Sakitri2, Sugihartiningsih3 Latar Belakang: Demam thypoid merupakan penyakit infeksi sistematik yang disebabkan kuman batang gram negatif Salmonella typhi maupun Salmonella para typhi A, B, C. Penyakit ini ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman tersebut, dikenal sebagai penularan tinja-mulut (Fecal oral). Pada pasien demam thypoid biasanya mengalami gangguan pemenuhan nutrisi karena menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus halus sehingga makanan harus di sesuaikan. Tujuan: Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada anak gangguan nutrisi dengan demam thypoid di ruang Arofah RSUI Yakssi Gemolong yang meliputi pengkajian, analisa data, perencanaan tindakan, implementasi serta evaluasi. Metode Penelitian: Yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yaitu metode Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis Associaton) dengan menggunakan data primer data sekunder yang meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik pasien secara sistematis, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil : Pada tanggal 17 juni 2014 ibu An.R mengatakan pasien susah sekali makan, mual, muntah, makan habis 3 sendok dari porsi makan yang di sediakan RS, lidah pasien nampak kotor, sebelum sakit BB : 40 kg selama sakit BB :37 kg, hematokrit : 30,6%, hemoglobin : 10,2g/dl. Hasil pengkajian didapatkan diagnosa utama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah dan anoreksia. Tindakan keperawatan yng dilakukan yaitu kaji KU dan TTV, observasi BB, kaji kemampuan makan pasien, berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering, anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang di sukai dan menghindari makanan yang mengandung gas atau asam dan pedas, kolaborasi dengan bagian gizi untuk pemberian diet yang tepat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien makan habis setengah porsi makan yang di berikan rumah sakit, minum habis 5 - 6 gelas per hari, BB 38 kg. pasien nampak segar. Kesimpulan : Pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering, menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang di sukai, pasien makan habis setengah porsi makan yang di berikan rumah sakit, minum habis 5 - 6 gelas per hari, BB 38 kg. pasien nampak segar. Kata Kunci : anak, nutrisi, demam thypoid 1. Mahasiswa Program D-III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Dosen Pengampu Program D-III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Dosen Pengampu Program D-III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta
ix
ABSTRACT STUDY ON CHILD CARE NURSING NUTRITION DISORDERS AT AGE 11 YEARS WITH An.R typhoid fever IN RSUI YAKSSI Gemolong Liana Aprilia Saputri1, Ganik Sakitri2, Sugihartiningsih3 Background: typhoid fever is an infectious disease caused systematic gram-negative rod bacteria Salmonella typhi and Salmonella typhi the A, B, C. The disease is transmitted through food or water contaminated by the germs, known as fecal-oral transmission (fecal oral) . In patients with typhoid fever usually have a disturbance of nutrition due to illness in the presence of a peptic-ulcers in the small intestine so that food to be adjusted. Objective: The authors were able implement nursing care nutritional disorders in children with typhoid fever in space Arofah RSUI Yakssi Gemolong which includes assessment, data analysis, action planning, implementation and evaluation. Methods: The one used in the preparation of scientific papers is the method Based Nursing Care and Medical Diagnosis NANDA (North American Nursing Diagnosis Associaton) using primary data secondary data including observations, interviews, physical examinations of patients in a systematic, study the documentation and study of literature . Results: On 17 June 2014 the patient's mother said An.R hard to eat, nausea, vomiting, and consumed 3 tablespoons of eating which is provided in the hospital, the patient's tongue appears dirty, before ill BB: BB 40 kg during the hospital: 37 kg , hematocrit: 30.6%, hemoglobin: 10.2 g / dl. The assessment found that the primary diagnosis imbalance nutrition less than body requirements related to the intake of less due to nausea, vomiting and anorexia. Yng nursing actions performed that examine KU and TTV, BB observation, review the patient's ability to eat, give food in small portions but often, encourage the family to provide food that is in love and avoid foods that contain gas or sour and spicy, collaboration with nutrition sections for giving proper diet. After nursing actions for 3x24 hours, the patient is discharged eat half portions provided in hospitals, run out of drinking 5-6 cups per day, weight 38 kg. patients seem fresh. Conclusion: Patients after nursing action for 3x24 hours, give food in small portions but often, the family advocate to provide preferred food, feed patients discharged half portions provided in hospitals, run out of drinking 5-6 cups per day, BB 38 kg. patients seem fresh. Keywords: children, nutrition, typhoid fever 1. 2. 3.
The Student Nursing Program D-III PKU Muhammadiyah Lecturers D-III Nursing Program PKU Muhammadiyah Lecturers D-III Nursing Program PKU Muhammadiyah Surakarta
x
Surakarta Surakarta
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................................
iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
ix
ABSTRACT .................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiv
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN ................................................................
1
A. Latar Belakang.................................................................
1
B. Tujuan ..............................................................................
3
C. Manfaat ...........................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................
5
A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis ......................................
5
B. Tinjauan Teori kebutuhan Dasar .....................................
18
C. Pathway/ Kerangka Teori ................................................
28
METODE STUDI KASUS ..................................................
29
A. Desain Studi Kasus ..........................................................
29
B. Subyek Studi Kasus .........................................................
29
C. Tempat dan Waktu Studi Kasus ......................................
29
xi
BAB IV
BAB V
D. Instrument ........................................................................
30
E. Tehnik Pengumpulan Data ...............................................
30
RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN .........................
33
A. Resume Kasus .................................................................
33
B. Pembahasan ....................................................................
48
PENUTUP ...........................................................................
57
A. Kesimpulan .....................................................................
57
B. Saran ................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan ......................................
xiii
40
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Pathway/ Kerangka Teori ........................................................
28
Gambar 2.2 Genogram ................................................................................
34
xiv
DAFTAR SINGKATAN
An
: Anak
BAB
: Buang Air Besar
BAK
: Buang Air Kecil
BB
: Berat Badan
BCG
:Bacillus Calmeter Guerine
Bp
: Bapak
C
: Celcius
dl
: desi liter
DPT
: Difteri Pertusis Tetanus
F
: Farheid
g
: gram
Kg
: Kilogram
Ny
: Nyonya
mg
: Miligram
mmHg
: Milimeter Hydrargyrum
mm3
: millimeter kubik
PB
: Pajang Bayi
RR
: Respiratory rate
TD
: Tekanan Darah
Tpm
: Tetes per Menit
TTV
: Tanda-Tanda Vital
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2.
Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3.
Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4.
Surat Ijin Studi Kasus
Lampiran 5.
Surat Keterangan Penyelesaian Studi Kasus
Lampiran 6.
Lembar Konsul
Lampiran 7. Format Pengkajian Anak
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2008). Besarnya angka pasti kasus demam thypoid di dunia, sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2009, memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam thypoid di seluruh dunia dengan kejadian 600.000 kasus kematian tiap tahun. Kejadian demam thypoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada tahun 2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Kejadian demam thypoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000 penduduk per tahun. Kejadian di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.0001.500.000 penderita. Angka kematian demam thypoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%. Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam thypoid terjadi pada umur 3-19 tahun. Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistematik, bersifat endemis, dan masih merupakan problema kesehatan. Di Indonesia penderita demam thypoid cukup banyak diperkirakan 800 per 100.000 penduduk
1
2
pertahun dan tersebar di mana-mana. Demam thypoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak, umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 3:1. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi sistematik yang disebabkan kuman batang gram negatif Salmonella typhi maupun Salmonella para typhi A, B, C. Penyakit ini ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman tersebut, dikenal sebagai penularan tinja-mulut (Fecal oral). Oleh karena itu, penting kebiasaan untuk hidup bersih (Ngastiyah, 2005). Pada pasien demam thypoid biasanya mengalami gangguan pemenuhan nutrisi karena menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus halus sehingga makanan harus di sesuaikan. Diet yang di berikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas serta pemberiannya harus melihat keadaan pasien (Ngastiyah, 2005). Masalah yang terjadi pada pasien demam thypoid diantaranya yaitu hipertermi dan dapat terjadi penurunan kesadaran, nyeri pada ulu hati yang disebabkan karena proses inflamasi pada usus, kekurangan volume cairan, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan dan dapat terjadi resiko infeksi (Suriadi, 2010). Berdasarkan angka kejadian dan kegawatan yang biasa terjadi pada kasus serta pentingnya peran perawat dalam penanganan maka penulis mengangkat judul “Kajian Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Nutrisi Pada An.R Usia 11 Tahun dengan Demam Thypoid di RSUI YAKSSI Gemolong”.
3
B. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan anak gangguan nutrisi dengan demam thypoid. 2. Tujuan Khusus Mampu melakukan dan menerapkan tentang pengkajian, analisa data, perencanaan tindakan, implementasi serta evaluasi pada pasien demam thypoid dengan gangguan nutrisi.
C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Memberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama manajemen asuhan keperawatan dalam situasi yang nyata. 2. Bagi Profesi Tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat, cepat dan komprehensif. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Perawat dapat meningkatkan kualitas pemberian pelayanan Asuhan Keperawatan pada anak gangguan nutrisi dengan demam thypoid. b. Pendidikan Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis 1. Pengertian Thypoid Demam thypoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora (Ngastiyah, 2005). Demam thypoid ialah suatu penyakit infeksi menular yang menyerang pada saluran pencernaan di bagian usus halus (Murwani, 2011). Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhosa (Nugroho, 2011). Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2008). 2. Etiologi Menurut Nursalam (2008), penyebab demam thypoid adalah Salmonella typhosa yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
4
5
b. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatic), antign H (flagella), dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. 3. Patofisiologi Kuman masuk melalui mulut sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel endoteleal, hati, limpa, dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus, dan kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan kelainan pada saluran disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, 2010).
6
4. Gambaran Klinis Menurut Ngastiyah (2005), gambaran klinis demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing tidak bersemangat dan nafsu makan kurang. Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah : a. Demam Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsung turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. b. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
7
c. Gangguan Kesadaran Umunya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Menurut Suriadi (2010), gejala klinis demam thypoid yaitu: 1) Nyeri kepala, lemah, lesu. 2) Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu, minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu berangsur angsur turun dan kembali normal. 3) Gangguan pada saluran cerna: halitosis, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus, mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri pada perabaan. 4) Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis, somnolen). 5. Komplikasi Menurut Ngastiyah (2005), pada usus halus umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada anak, maka dapat berakibat fatal seperti:
8
a. Pada usus halus 1) Perdarahan Usus Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika pendarahan banyak dapat terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. 2) Perforasi usus Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak. 3) Peritonitis Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defence musculair). b. Komplikasi di luar usus Komplikasi di luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia 6. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Suriadi (2010), pemeriksaan diagnostik pada pasien demam thypoid yaitu: a. Pemeriksaan
darah
trombositopenia.
tepi:
leukopenia,
limfositosis,
anemia,
9
b. Pemeriksaan sumsum tulang: menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang c. Biakan empedu: terdapat hasil Salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil Salmonella typhosa pada urine dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh. d. Pemeriksaan widal: didapatkan titer terhadap antigen O adalah 1 per 200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetap tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan immunisasi atau bila penderita telah lama sembuh. Menurut Ngastiyah (2005), pemeriksaan diagnostik pada pasien demam thypoid adalah: a. Pemeriksaan darah tepi yang terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relative pada permulaan sakit. b. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal. Biakan empedu untuk menemukan Salmonella typhosa dan pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menetukan diagnosis thypus secara pasti. 7. Penatalaksanaan Menurut Suriadi (2010), penatalaksaan pasien demam thypoid yaitu: a. Isolasi, desinfeksi pakaian, dan ekskreta b. Istirahat selama demam hingga dua minggu
10
c. Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat d. Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis tinggi 8. Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Nutrisi dengan Thypoid Menurut Nursalam (2008), asuhan keperawatan anak yaitu: a. Pengkajian 1) Identitas 2) Keluhan utama berupa demam mencapai 39-40 0C, mual, muntah, anoreksia, diare, sakit kepala, nyeri otot. 3) Riwayat
kesehatan
meliputi
A
(antropometric
measurement)
pengukuran antropometri, B (biochemical data) data biomedis, C (clinical sign) tanda-tanda klinis status gizi, D (dietary) tentang diet. 4) Suhu tubuh Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 5) Kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Di samping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat
11
gejala lainnya. Pada basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak. 6) Pemeriksaan fisik a) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor. b) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Bisa terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal. b. Diagnosa Keperawatan Menurut Herdman (2012) 1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses peradangan. 2) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual, muntah, diare, panas tubuh. 3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare. 4) Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus. 5) Konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada dinding usus halus. 6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring. c. Intervensi dan Rasional Wilkinson (2007) 1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses peradangan.
12
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan suhu tubuh normal Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh, TTV dalam batas normal Intervensi Keperawatan: a) Observasi tanda-tanda vital Rasional: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya. b) Beri kompres hangat pada daerah axila, lipatan paha Rasional: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas. c) Anjurkan untuk banyak minum air putih Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak d) Kolaborasi pemberian antipiretik, antibiotik Rasional:
Mempercepat
proses
penyembuhan,
menurunkan
demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri. 2) Defisit volume cairan berhubungan dengan hipertermi, intake tidak adekuat. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi defisit volume cairan.
13
Kriteria hasil: Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi, keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah. Intervensi Keperawatan: a) Observasi tanda-tanda vital Rasional: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya. b) Kaji intake dan output cairan Rasional: Mengetahui masukan dan pengeluaran cairan dalam tubuh. c) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan Rasional: Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan d) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara adekuat Rasional: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh e) Kolaborasi pemberian cairan intravena Rasional: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilang 3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, output yang berlebihan akibat diare.
14
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil: Nafsu makan meningkat, tidak ada keluhan anoreksia, Porsi makan dihabiskan Intervensi keperawatan: a) Kaji kemampuan makan klien Rasional: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnya b) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering Rasional: Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah c) Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori, tinggi protein Rasional: Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat d) Anjurkan kepada orang tua klien atau keluarga untuk memberikan makanan yang disukai Rasional: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klien e) Anjurkan kepada orang tua klien atau keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas atau asam dan pedas Rasional: Dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisi f) Kolaborasi pemberian antiemetik, antasida sesuai indikasi Rasional: Mengatasi mual-muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual-muntah.
15
4) Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diare berkurang Kriteria hasil: tidak mengalami diare, feses berbentuk BAB sehari sekali. Intervensi Keperawatan: a) Kaji tanda dan gejala diare Rasional: Mengetahui tanda dan gejalanya. b) Auskultasi bising usus Rasional: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit. c) Kaji keluhan nyeri abdomen Rasional: Berhubungan dengan distensi gas. d) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses Rasional: Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi. e) Menganjurkan makan makanan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori. Rasional: Mengurangi diare yang terjadi. 5) Konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada dinding usus halus. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan BAB lancar Kriteria hasil: BAB lancar
16
Intervensi: a) Kaji pola defekasi Rasional: Untuk mengetahui pola defeaksi klien. b) Anjurkan makan-makanan yang tinggi serat Rasional: Untuk memperlancar BAB c) Anjurkan banyak minum air putih. Rasional: Untuk memperlancar BAB d) Berikan lingkungan yang nyaman Rasional: Memberikan kenyaman pada pasien e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pencahar Rasional: Untuk memperlancar BAB 6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan aktivitas dapat dilakukan secara mandiri. Kriteria hasil: Kemajuan dalam beraktivitas. Intervensi keperwatan: a) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari Rasional: Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual. b) Anjurkan orang tua klien untuk membantu dalam pemenuhan aktivitas. Rasional: Membantu aktivitas.
17
c) Tingkatkan aktivitas secara bertahap Rasional: Membantu meningkatkan aktivitas pasien d) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, pemeriksaan, dan diet Rasional: Mendapatkan terapi, pemeriksaan dan diet yang tepat.
B. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar 1. Pengertian Nutrisi Gizi berasal dari bahasa arab giziawi yang berarti nutrisi. Nutrisi adalah subtansi organik dan non organik yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Karena itu manusia memerlukan asupan makanan untuk memperoleh zat-zat yang di kenal dengan nutrisi. Nutrisi berfungsi sebagai pembentuk jaringan dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit (Mubarak, 2008). Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto, 2004).
18
2. Macam-macam nutrisi a. Karbohidrat Sumber energi utama. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit (Tarwoto, 2004). 1) Sumber karbohidrat dalam makanan Menurut Mubarak (2008), sumber karbohidrat dalam makanan yaitu: a) Sereal dan makanan yang terbuat dari serealia. Contohnya gandum, beras, jagung. b) Gula murni (sukrosa) c) Sayuran, misalnya kacang-kacangan, sayuran hijau. d) Buah-buahan Buah menggandung 5% - 10% gula, makin manis rasa buah makin tinggi kandungan gulanya. e) Susu Susu memiliki kandungan gula laktosa. Akan tetapi, keju dan mentega yang terbuat dari susu justru tidak mengandung karbohidrat. 2) Fungsi Karbohidrat Fungsi Karbohidrat menurut Mubarak (2008), yaitu: a) Sebagai sumber energi, karena 1 gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 16 kJ (3,75 kkal).
19
b) Sebagai penghasil lemak Kelebihan karbohidrat dalam tubuh diubah menjadi lemak. Bila pemasukan energi lebih besar daripada pengeluaran, kelebihan
makanan
akan
di
ubah
menjadi
lemak
dan
mengakibatkan kegemukan (obesitas). c) Sebagai pasangan protein Karbohidrat diperlukan dalam susunan makanan sebagai “pasangan protein”. Jika susunan makanan mengandung sedikit karbohidrat, persentase protein yang harus di sediakan sebagai sumber energi akan lebih besar dari biasanya. b. Protein Protein merupakan kelompok nutrisi yang paling penting bagi makhluk hidup. Protein merupakan subtansi organik dengan kandungan unsur karbon, hydrogen, dan oksigen yang mirip dengan lemak dan karbohidrat (Mubarak, 2008). Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mempertahankan serta mengganti jaringan tubuh. Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan bebentuk hormon dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat disintesis dalam tubuh tetapi harus didapat dari makanan (Tarwoto, 2004).
20
1) Sumber protein dalam sususnan makanan Sumber protein dalam susunan makanan menurut Mubarak (2008), yaitu: a) Pada kacang-kacangan seperti kedelai, kacang kapri, buncis. b) Pada daging, ikan, roti, susu, keju, telur, dan sayuran. 2) Fungsi protein Fungsi protein menurut Mubarak (2008), yaitu: a) Pertumbuhan dan pemeliharaan Protein penting untuk pembentukan enzim, antibodi, dan beberapa hormon. b) Sumber energi Kelebihan protein dapat digunakan sebagai sumber energy, dan setiap 1 gram protein menyediakan 17 kJ (4 kkal). c. Lemak Lemak adalah sumber energi paling besar, 1 gram lemak akan menghasilkan 9 kilokalori (kkal). Lipid adalah lemak yang dapat membeku pada suhu ruangan tertentu, dimana lipid tersebut terdiri atas trigliserida dan asam lemak. Proses terbentuknya asam lemak disebut lipogenesis (Tarwoto, 2004). 1) Fungsi lemak dalam makanan menurut Mubarak (2008), yaitu: a) Sumber energi b) Pembentukan jaringan adiposa c) Sumber asam lemak esensial
21
d) Penyerapan vitamin larut-lemak. 2) Sumber lemak dalam makanan Menurut Mubarak (2008), sumber lemak dalam makanan meliputi daging, ikan, mentega, margarin, telur, susu, krim, keju, makanan panggang, minyak dan lemak untuk memasak serta makanan lain misalnya es krim, cokelat, kembang gula, biji-bijian, dan kuah salad. Sayuran juga mengandung sedikit lemak, kecuali kedelai (24%) dan alpukat (8%). d. Vitamin Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tetap sehat (Mubarak, 2008). 1) Jenis-jenis vitamin Menurut Mubarak (2008), vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: a) Vitamin larut-lemak Vitamin yang termasuk dalam kelompok ini adalah: (1) Vitamin A (Retinol) terdapat pada wortel, hati, mentega, susu dan
margarin.
Fungsi
vitamin
A
adalah
mendukung
pertumbuhan dan metabolisme sel-sel tubuh, membantu pembentukan rodopsin, yakni pigmen terdapat dalam retina. Memelihara
kesehatan
jaringan
permukaan,
terutama
22
membran selaput lendir yang berair, seperti kornea dan saluran pernafasan. (2) Vitamin D (kolekalsiferon) terdapat pada minyak ikan, telur, mentega, hati, keju dan juga susu. Fungsi vitamin D adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi, membantu absorbsi kalsium dari usus serta penyerapan kalsium dan fosfor oleh tulang dan gigi. (3) Vitamin E terdapat pada biji gandum, sayuran hijau, dan minyak sayur. Fungsi vitamin E adalah membantu memelihara struktur sel dan membantu pembentukan sel darah merah. (4) Vitamin K terdapat pada sayuran hijau, hati dan kacang kedelai. Fungsi vitamn K adalah membantu pembentukan protombin dalam hati sehingga berperan dalam proses pembekuan darah. b) Vitamin larut-air Vitamin yang termasuk dalam kelompok ini adalah vitamin B dan C: (1) Vitamin B meliputi tiamin (vitamin B1) yang berbentuk padat, bewarna putih, dan larut dalam air. Banyak ditemukan pada biji-bijian serealia, kentang, kapri, buncis, susu, dan roti tawar. Riboflavin (vitamin B2) yang bewarna kuning dan larut dalam air dan banyak ditemukan pada keju, hati, ginjal, telur, susu, daging, kentang, dan sayuran hijau. Asam nikotinat berbentuk
23
padat bewarna putih berbentuk Kristal dan larut dalam air serta banyak ditemukan pada khamir, daging, ikan, keju, sayuran, kacang-kacangan, serealia, telur, kentang dan bir. (2) Vitamin C (asam askorbat) berwarna putih, berbentuk kristal dan sangt larut dalam air. Vitamin ini banyak sekali ditemukan pada sayuran dan buah-buahan segar. Fungsi vitamin C adalah mendukung pembentukan semua jaringan tubuh, terutama jaringan ikat serta membantu absorbsi zat besi dalam usus halus. e. Mineral Unsur mineral adalah unsur kimia selain karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada makanan terdapat dalam bentuk garam-garam organik seperti natrium klorida (Mubarak, 2008). 1) Jenis-jenis mineral Menurut Mubarak (2008), mineral terdiri atas 5 unsur yaitu: a) Kalsium merupakan unsur paling penting untuk pengaturan kandungan cairan dalam sel. Kalsium terdapat dalam banyak jenis makanan, terutama sayuran dan buah-buahan. Sumber kalsium paling penting dalam susunan makanan yaitu susu, roti, serealia, dan keju.
24
b) Zat besi utama adalah hati dan ginjal. Selain itu terdapat pada makanan seperti puding hitam, cokelat, treacle hitam (sirup gula yang terkristalisasi), kerang, dan bumbu kari. c) Natrium dan klorin terdapat dalam ion dan cairan di sekitar sel tubuh. Kedua unsur tersebut penting dalam pengaturan kandungan air dalam tubuh. d) Fosfor penting untuk peyusunan tulang serta gigi dan pelepasan energi. Fosfor terdapat dalam sejumlah makanan seperti susu, telu, dan hati. e) Iodin terdapat dalam susunan makanan yang meliputi ikan laut, rumput laut, serealia, sayuran, dan susu. 2) Fungsi mineral dalam tubuh a) Penyusunan tulang dan gigi b) Pembentukan tiroksin yang berperan dalam pengaturan kecepatan oksidasi nutrien dalam sel tubuh. f. Air Air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi makhluk hidup di samping oksigen. Manusia dapat bertahan hidup beberapa minggu tanpa makan, tetapi hanya sanggup bertahan beberapa hari hari tanpa mengkonsumsi cairan. Air meliputi 60% - 70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan bayi. Pada individu dewasa ratarata membutuhkan minum 6-8 gelas air per hari. Fungsi air adalah untuk
25
membantu proses atau reaksi kimia dalam tubuh serta berperan mengontrol temperatur tubuh (Mubarak, 2008). 3. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Demam Thypoid Pasien demam thypoid umunya menderita gangguan kesadaran apatik sampai sopor-koma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan demam lama. Keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi sehingga nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang pula, dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain itu, pasien demam thypoid menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus halus sehingga makanan harus di sesuaikan. Diet yang di berikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas serta pemberiannya harus melihat keadaan pasien. Jika keadaan pasien masih baik, diberikan makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus. Susu diberikan 2x1 gelas per hari, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu. Jika keadaan pasien menurun sekali diberikan makanan cair per sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika keadaan pasien membaik makanan beralih secara bertahap ke lunak (Ngastiyah, 2005).
26
Pada mulanya penderita thypoid Menurut Pudiastuti (2011), dapat diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus. Pada penderita demam thypoid, diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup serta rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Makanan yang dapat diberikan yaitu: a. Pada minggu pertama dapat diberikan diet cair seperti susu, bubur kacang hijau yang dihaluskan. b. Pada minggu kedua apabila sudah sedikit membaik diberikan diet lunak seperti bubur dan tim. c. Pada minggu ketiga apabila sudah membaik dapat diberikan nasi biasa dalam porsi sedikit secara bertahap. 4. Penyebab Kekurangan Nutrisi Pada Pasien Thypoid Menurut Murwani (2011), penyebab kekurangan nutrisi pada pasien demam thypoid adalah penurunan nafsu makan yang di tandai dengan mual, muntah karena adanya rangsangan di medulla oblongata. 5. Metode Pengkajian Nutrisi Menurut Proverawati (2011), metode pengkajian status nutrisi meliputi: a. Antropometric measurement (A) Antopometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy, dengan cara mengukur tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan lingkar lengan atas (LiLA).
27
b. Biochemical Data (B) Pemeriksaan yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh seperti pemeriksaan hematokrit, hemoglobin, dan trombosit. c. Clinical Sign (C) Pemeriksaan klinis ini digunakan untuk melihat status gizi berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa bibir. Metode ini digunakan untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. d. Dietary (D) Diet adalah pilihan makanan yang lazim dimakan seseorang atau suatu populasi penduduk. Sedangkan diet seimbang adalah diet yang memberikan semua nutrient dalam jumlah yang memadai, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
28
C. Pathway dan Masalah Keperawatan Salmonella Thyposa
Saluran pencernaan
Lolos dari asam lambung
Dimusnahkan oleh lambung
Usus halus
Jaringan limfoid Aliran darah
Otak
Kel. Limfoid Usus Halus
Seluruh Tubuh
SSP
Nekrosis usus halus
Merangsang pusat muntah di medulla oblongata
Mengeluarkan endotoksin
Pelepasan mediator inflamasi
Masuk limfa dan hati
Ulkus di Plak Pyeri
Pembesaran hati dan limfa
Motilitas usus terganggu
Nyeri perabaan kuadran atas
Peristaltik usus Mual
Masuk retikuloendotelial
Peristaltik usus
Muntah Anoreksia
Konstipasi
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Diare
Suhu Tubuh
Kekurangan cairan dan elektrolit
Hipertermi
Defisit volume cairan Nutrisi
Kelemahan
Nyeri perut
Bedrest Total
Dehidrasi Bibir kering dan pecah-pecah
Intoleransi Aktivitas
Gambar 2.1 Pathway dan Masalah Keperawatan Sumber: Herdman (2012), Ngastiyah (2005), Nursalam (2008), Suriadi (2010)
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus Penyusunan Karya Tulis Ilmiah menggunakan bentuk laporan studi kasus. Studi kasus ialah laporan yang dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010).
B. Subjek Studi Kasus Subjek studi kasus adalah subyek yang dituju pada saat pelaksanaan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Kriteria subjek studi kasus yang di perlukan untuk melengkapi studi kasus ini adalah: 1. Pasien anak-anak yang mengalami demam thypoid 2. Anak-anak usia 6 sampai 12 tahun 3. Perawatan di rumah sakit pada hari ke 1 sampai hari ke 7 4. Di bangsal Arofah RSUI YAKSSI Gemolong
C. Tempat dan Waktu Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini akan dilakukan di bangsal Arofah RSUI YAKSSI Gemolong. Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini
29
30
akan dilakukan pada bulan Juni 2014 minimal selama 3 hari di RSUI YAKSSI Gemolong.
D. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam artian lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Dalam melakukan studi kasus ini instrument yang akan digunakan adalah format asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan nutrisi dengan thypoid menggunakan metode Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA (North American Nursing Diagnosis Associaton).
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini yaitu dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek atau objek penelitian oleh perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2012). Data primer dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi 2. Wawancara 3. Pemeriksaan fisik pasien secara sistematis. Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik digunakan supaya mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
31
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari penelitian (Riwidikdo, 2012). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi dokumentasi Studi dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik (Notoatmodjo, 2010). Pada laporan kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahap asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk kesinambungan hasil asuhan keperawatan pada anak gangguan nutrisi dengan demam thypoid. 2. Studi kepustakaan Studi kepustakaan dengan bahan pustaka untuk menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2010).
32
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Resume Kasus 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Juni
2014, jam 08.00 WIB,
tanggal masuk pasien 17 juni 2014 jam 05.13 WIB. Nomor rekam medis 09.7x.xx. Identitas pasien nama An. R, tempat tanggal lahir Gemolong, 10 juni 2003, umur 11 tahun 7 hari, jenis kelamin laki-laki, alamatnya Mendalan 9 Jeruk Miri, suku Jawa, bangsa Indonesia, agama Islam, diagnosa medis Demam Thypoid, dokter yang merawat Dr.E.Sp.A. Identitas penanggung jawab nama Bp. M, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan wiraswasta, hubungan dengan pasien adalah ayah. Keluhan utama ibu An.R mengatakan pasien pusing, panas mulai tanggal 14 juni 2014. Riwayat kesehatan sekarang keluarga pasien mengatakan sebelum dibawa ke rumah sakit YAKSSI Gemolong, pasien panas tinggi, susah makan, sakit perut, mual, muntah. Saat dikaji pada tanggal 17 juni 2014 pasien nampak lemas, mukosa bibir kering, wajah nampak pucat dan lidah tampak kotor berselaput putih. Keluarga mengatakan nafsu makan pasien menurun. Tandatanda vital pasien nadi 93 kali per menit, respirasi 18 kali per menit, suhu 39,1oC. Riwayat kesehatan dahulu keluarga mengatakan pasien belum dirawat di rumah sakit sebelumnya dan belum pernah menderita sakit yang sama, bila pasien sakit maka akan segera dibawa ke dokter. Riwayat prenatal ibu
32
33
mengatakan selama hamil tidak ada keluhan, selama hamil ibu mengatakan periksa rutin ke bidan, selama hamil ibu mengkonsumsi obat penambah darah dan tidak mengkonsumsi obat lain selain anjuran dokter. Riwayat natal An.R lahir di Bidan dengan normal, An.R menangis kuat, BBL 4,5 kg, PB 53 cm dan tidak ada kelainan kongenital, An.R minum ASI hari pertama sampai sampai usia 6 bulan. Riwayat keperawatan keluarga keluarga mengatakan tidak ada salah satu keluarga yang mempunyai penyakit menular dan menurun. Riwayat sosial An.R lahir pada kehamilan 38 minggu dengan cara normal dan dibantu oleh bidan. Imunisasi yang diberikan sudah lengkap yaitu BCG, DPT, polio, campak. An.R berguling pada umur 5 bulan, duduk pada umur 7 bulan, merangkak pada umur 8,5 bulan, berdiri pada umur 9 bulan, berjalan pada umur 11 bulan. Suasana genogram pada keluarga An.R dapat digambarakan sebagai berikut :
Keterangan : : laki-laki sudah meninggal
: laki-laki
: perempuan sudah meninggal
: perempuan
: garis keturunan
: pasien
: garis tinggal serumah
: garis hubungan
Gambar 2.2 Genogram
34
An. R tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya. An.R adalah anak yang suka bermain kesana kemari dan banyak aktivitas. Ibu mengatakan rumahnya sederhana, lingkungan di sekitarnya bersih, ventilasi dan sanitasi juga cukup. Fungsi keluarga interaksi dan peran keluarga dalam hubungan An.R dengan keluarga yang lain baik, paling dekat dengan ibunya. Peran dalam keluarga menurut ibu An.R sudah tepat. Pembuat keputusan dan problem solving. keputusan dibuat oleh ayah An.R sebelumnya dibicarakan bersama-sama. Komunikasi antar keluarga baik. Express felling dan kepribadian ibu An.R mengatakan perasaan yang paling kuat merasakan jika ada masalah dalam keluarga adalah gaya kepribadian semua anggota keluarga tidak ada yang menyimpang. Riwayat seksual perkembangan seksual pasien normal, tidak ada kelainan. Pengkajian pola kebutuhan dasar, pada pola bernafas sebelum dan selama An.R sakit tidak ada gangguan pada pola pernafasannya. Pola makan dan minum sebelum sakit An.R makan habis 1 porsi dengan nasi, sayur-sayuran, minum habis 5 - 6 gelas per hari selama sakit nafsu makan An.R menurun makan habis 3 sendok makan yang di sediakan oleh rumah sakit minum habis 2 gelas per hari. Pengukuran antropometri BB An.R sebelum sakit 40 kg selama sakit 37 kg, TB 146 cm. Pemeriksaan biochemical data di dapatkan hemoglobin 10,2* g/dl, hematokrit 30,6* %, lekosit 2.300/mm3. Pada pemeriksaan clinical sign kesadaran An.R composmentis, abdomen tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, rambut hitam, pendek dan bersih, kulit bersih berwarna sawo matang,
35
tidak ada luka,teraba hangat, mukosa bibir kering, mulut kotor terdapat selaput putih pada bagian lidah, mata simetris, konjungtiva anemis. Pemeriksaan dietary pola makan An.R tidak teratur karena nafsu makan menurun, kebiasaan makan selama sakit habis 3 sendok makan yang di berikan oleh rumah sakit, program diet yang diberikan oleh rumah sakit adalah bubur, dan An.R tidak memiliki alergi pada makanan. Pada pola eliminasi ibu An.R mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1 kali per hari konsistensi lembek, kuning kecoklatan berbau khas, BAK 5 - 6 kali per hari urin berwarna kuning jernih dan berbau khas, selama sakit pasien BAB 1 kali per hari konsistensi feses lembek, kuning kecoklatan berbau khas, BAK 4 - 5 kali per hari urin berwarna kuning jernih dan berbau khas. Pola aktivitas dan latihan ibu An.R mengatakan sebelum sakit An.R merupakan anak yang aktif, bermain dengan teman-temanya. Selama sakit pasien hanya tiduran di tempat tidur. Pola istirahat dan tidur sebelum sakit ibu An.R mengatakan pasien tidur kurang lebih 8 - 9 jam per hari, selama sakit An.R tidur 6 – 7 jam per hari. Pola berpakaian sebelum sakit ibu An.R mengatakan pasien berpakaian rapi secara mandiri menyesuaikan saat sekolah maupun bermain, selama sakit An.R berpakaian rapi menggunakan baju kaos dan celana pendek di bantu keluarga. Pola rasa nyaman sebelum sakit pasien mengatakan lebih nyaman dirumah karena bisa bermain dengan teman-temannya dan berkumpul dengan keluarga, selama sakit pasien mengatakan tidak nyaman karena tidak bisa bermain dengan teman-temannya dan berkumpul dengan keluarga. Pola aman sebelum dan selama sakit ibu An.R mengatakan pasien merasa aman karena keluarga selalu menemani pasien. Pola kebersihan diri sebelum sakit ibu An.R
36
mengatakan pasien mandi 2 kali sehari, selama sakit An.R hanya di sibin 2 kali sehari. Pola komunikasi sebelum sakit ibu An.R mengatakan pasien anak yang baik, komunikasi dengan keluarga dan teman sebaya baik selama sakit An.R kurang berkomunikasi dengan pasien lainnya, An.R hanya mau berbicara dengan keluarga dan perawat. Pola beribadah sebelum sakit ibu An.R mengatakan pasien beragama islam, sering menjalankan ibadah sholat namun tidak teratur selama sakit An.R tidak pernah menjalankan ibadah sholat karena badannya lemas. Pola produktifitas sebelum dan selama sakit tidak ada gangguan pada pola produktifitas pasien. Pola rekreasi sebelum sakit ibu An.R mengatakan seminggu sekali An.R jalan-jalan bersama keluarga ke tempat hiburan dan sering bermain bersama teman-temannya, selama sakit An.R tidak bisa jalan-jalan bersama keluarga dan tidak bisa bermain bersama teman-temannya. Pola kebutuhan belajar sebelum sakit ibu An.R mengatakan pasien rajin berangkat sekolah dan belajar setiap malam pada jam 7 – 9, selama sakit An.R tidak bisa berangkat ke sekolah dan belajar. Pemeriksaan fisik keadaan umum lemas, kesadaran composmetis, tandatanda vital nadi 93 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 39,1 oC, tinggi badan 146 cm, berat badan 37 kg. Kepala rambut bersih, pendek, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka. Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor. Hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada sumbatan. Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada penumpukan serumen, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka, dan pendengaran berfungsi dengan baik. Mulut membran mukosa bibir kering, tidak
37
ada stomatitis, tidak ada kelainan, pada lidah di bagian ujung dan tepi tampak kemerahan dan bagian tengah nampak kotor terdapat selaput berwarna putih, leher pada saat di inspeksi tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka. Pada saat di palpasi tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyroid. Dada pada bagian paru saat di inspeksi pengembangan dada kanan dan kiri sama, saat palpasi fremitus teraba kanan sama dengan kiri, perkusi sonor, auskultasi vesikuler. Pada jantung saat di inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di intercosta ke 5 mid clavicula sinistra, perkusi batas jantung tidak melebar, auskultasi bunyi jantung I dan II reguler . Pada pemeriksaan abdomen saat di inspeksi tidak ada benjolan, tidak asites, tidak ada lesi, auskultasi bising usus 10 kali per menit, perkusi tympani, palpasi terdapat nyeri tekan. Ekstremitas tangan kanan terpasang infus Ringer Laktat 15 tpm pada tanggal 17 juni 2014, tidak tedapat pembengkakan dan tangan kiri dapat bergerak bebas, kaki kanan dan kaki kiri dapat bergerak bebas. Genetalia pasien tidak terpasang kateter. Kulit berwaarna sawo matang, bersih, teraba hangat. Pemerikssan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 juni 2014, hemoglobin 10,2* ( normal 13,0 – 18,0 g/dl ), MCV 76,0* ( normal 80 – 97 Nm3 ), MCH 29,0 ( normal 26,5 – 33,5 Pg ), MCHC 38,3* ( normal ( 31,5 – 35,0 g/dl ), lekosit 2.300* ( normal 4.000 – 11.000 /mm3 ), eritrosit 3,51* ( normal 4,0 – 5,5 /mm3 ), trombosit 173.000 /mm3 ( normal 150.000 – 450.000 /mm3 ), Hematokrit 30,6*% ( normal 40 – 50 % ), netrofil segmen 60% ( normal 50 s.d 70% ), limfosit 35% (normal 20 s.d 40% ), monosit 3% ( normal 2 s.d 8% ), widal H 1/600, O
1/600 ( normal 1/200 ). Pada tanggal 18 juni 2014,
38
hemoglobin 12,1* ( normal 13,0 – 18,0 g/dl ), MCV 77,6* ( normal 80 – 97 Nm3 ), MCH 26,1 ( normal 26,5 – 33,5 Pg ), MCHC 33,7 ( normal ( 31,5 – 35,0 g/dl ), lekosit 2.400* ( norml 4.000 – 11.000 /mm3 ), eritrosit 4,62 ( normal 4,0 – 5,5 /mm3 ), trombosit 160.000 /mm3 ( normal 150.000 – 450.000 /mm3 ), Hematokrit 35,8*% ( normal 40 – 50 % ), netrofil segmen 58% ( normal 50 s.d 70% ), limfosit 38% (normal 20 s.d 40% ), monosit 3% ( normal 2 s.d 8% ), widal H 1/400, O 1/400 ( normal 1/200 ). Pada tanggal 19 juni 2014, hemoglobin 12,8* ( normal 13,0 – 18,0 g/dl ), MCV 79,4* ( normal 80 – 97 Nm3 ), MCH 27,5 ( normal 26,5 – 33,5 Pg ), MCHC 34,2* ( normal ( 31,5 – 35,0 g/dl ), lekosit 2.600* ( norml 4.000 – 11.000 /mm3 ), eritrosit 4,54* ( normal 4,0 – 5,5 /mm3 ), trombosit 162.000 /mm3 ( normal 150.000 – 450.000 /mm3 ), Hematokrit 36,1*% ( normal 40 – 50 % ), netrofil segmen 61% ( normal 50 s.d 70% ), limfosit 37% (normal 20 s.d 40% ), monosit 3% ( normal 2 s.d 8% ), widal H 1/300, O 1/300 ( normal 1/200 ). Terapi pada tanggal 17 dan 18 juni 2014 infus RL 15 tpm, cefotaxim 300 mg per 8 jam, ranitidin 50 mg per 12 jam, invomit 4 mg per 12 jam, parasetamol 1 tab 500 mg bila demam. Pada tanggal 19 juni 2014 infus RL 15 tpm, cefotaxim 300 mg per 8 jam, ranitidin 50 mg per 12 jam, ulceranin 25 mg per 12 jam, invomit 4 mg per 12 jam, paracetamol 1 tab 500 mg bila demam.
39
Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
B.
N o
Tanggal/ Jam
1
17 Juni 2014
2
3
Data Fokus
Etiologi
Masalah
DS : ibu mengatakan pasien panas selama 2 hari. DO: N :93 x/menit Kulit teraba panas Suhu : 39,1oC Rr : 18 x/menit Widal titer O: 1/600 Lekosit : 2.300/mm3 Bibir Kering DS : Ibu mengatakan pasien susah sekali makan, mual, muntah, makan habis 3 sendok dari porsi makan yang di sediakan RS. DO : Lidah pasien nampak kotor. Sebelum sakit BB : 40 kg selama sakit BB :37 kg Hematokrit : 30,6% Hemoglobin : 10,2g/dl DS : Ibu mengatakan pasien pusing, lemas dalam melakukan aktivitas DO: Pasien nampak lemas hanya terbaring di tempat tidur
Proses infeksi salmonella thyposa
Hipertermi
Intake kurang akibat mual, muntah dan anoreksia
Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kelemahan, tirah baring
Intoleransi aktivitas.
Tabel 1. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
TTD
40
2. Diagnosa Keperawatan : a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah dan anoreksia b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thyposa c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring 3. Intervensi Keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah dan anoreksia. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi. Kriteria hasil menunjukan adanya peningkatan nafsu makan, tidak mual muntah. Rencana tindakan kaji KU dan TTV, observasi BB, kaji kemampuan makan pasien, berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering, anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang di sukai dan menghindari makanan yang mengandung gas atau asam dan pedas, kolaborasi dengan bagian gizi untuk pemberian diet yang tepat. Implementasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 08.00 WIB mengkaji KU dan TTV pasien didapat hasil KU pasien nampak lemah, suhu 39,1oC, nadi 93 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, BB 37 kg. Jam 09.00 WIB mengkaji kemampuan makan pasien didapatkan respon subjektif ibu pasien mengatakan makan hanya habis 3 sendok makan, minum habis 2 gelas, sudah BAK 3 kali, warna kuning jernih. Respon objektif pasien nampak lemah, mukosa bibir kering, lidah kotor. Menganjurkan keluarga
41
untuk memberikan makanan yang di sukai dan menghindari makanan yang mengandung gas atau asam dan pedas, didapatkan respon subyektif keluarga pasien mengatakan akan melakukan apa yang dianjurkan oleh perawat. Respon obyektif keluarga nampak kooperatif. Pada tanggal 18 juni 2014 didapat hasil KU pasien nampak lemah, suhu 37,5oC, nadi 96 kali per menit, pernafasan 19 kali per menit, BB 37 kg. Jam 09.00 WIB mengkaji kemampuan makan pasien didapatkan respon subjektif ibu pasien mengatakan makan hanya habis 7 sendok makan, minum habis 3 – 4 gelas per hari, sudah BAK 4 - 5 kali per hari, warna kuning jernih. Respon objektif pasien nampak lemah, mukosa bibir kering, lidah kotor. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang di sukai dan menghindari makanan yang mengandung gas atau asam dan pedas, didapatkan respon subyektif keluarga pasien mengatakan akan melakukan apa yang dianjurkan oleh perawat. Respon obyektif keluarga nampak kooperatif. Pada tanggal 19 juni 2014 didapat hasil KU pasien nampak lemah, suhu 37oC, nadi 99 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, BB 38 kg. Jam 09.00 WIB mengkaji kemampuan makan pasien didapatkan respon subjektif ibu pasien mengatakan makan hanya habis setengah dari porsi makan yang di berikan oleh rumah sakit, minum habis 5 – 6 gelas per hari, sudah BAK 4 - 5 kali, warna kuning jernih. Respon objektif pasien nampak lemah, mukosa bibir lembab, lidah kotor. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang di sukai dan menghindari makanan yang mengandung gas atau asam dan pedas, didapatkan respon subyektif
42
keluarga pasien mengatakan akan melakukan apa yang dianjurkan oleh perawat. Respon obyektif keluarga nampak kooperatif. Evaluasi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, penulis melakukan evaluasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 14.00 WIB didapatkan data subyektif ibu pasien mengatakan makan habis 3 sendok makan, minum habis 2 gelas per hari. Obyektif suhu 39,1oC, nadi 93 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, BB 37 kg Assesment masalah teratasi sebagian. Planning anjurkan keluarga untuk memberi pasien makan dalam porsi kecil tapi sering. Pada tanggal 18 juni 2014 didapatkan data subyektif ibu pasien mengatakan makan habis 7 sendok makan, minum habis 3 - 4 gelas per hari. Obyektif suhu 37,5oC, nadi 96 kali per menit, pernafasan 19 kali per menit, BB 37 kg. Assesment masalah belum teratasi. Planning anjurkan keluarga untuk memberi pasien makan dalam porsi kecil tapi sering. Pada tanggal 19 juni 2014 didapatkan data subyektif ibu pasien mengatakan makan habis setengah porsi makan yang di berikan rumah sakit, minum habis 5 - 6 gelas per hari. Obyektif suhu 37oC, nadi 99 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, BB 38 kg. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning anjurkan keluarga untuk memberi pasien makan dalam porsi kecil tapi sering dan memberikan makanan kesukaan pasien. b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thyposa. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh pasien dalam batas normasl.( 36,5-37,5oC). Kriteria hasil
43
keluarga pasien mengatakan pasien sudah tidak panas lagi, suhu tubuh pasien normal saat di ukur (36,5-37,5oC), TTV normal. Rencana tindakan observasi KU dan TTV, berikan kompres hangat, anjurkan untuk banyak minum air putih, anjurkan keluarga memakaikan baju tipis agar mudah menyerap keringat, kolaborasi pemberian obat penurun panas. Implementasi ada tanggal 17 Juni 2014 jam 08.00 WIB mengobservasi KU dan TTV, didapatkan data KU pasien nampak lemas, suhu 39,1oC, nadi 93 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit. Jam 08.30 memberikan kompres hangat pada pasien dan di dapatkan respon subyektif pasien bersedia untuk diberi kompres hangat. Obyektif pasien dikompres hangat di bagian ketiak, suhu 38oC. Jam 09.00 memberikan obat penurun panas parasetamol tab 1 tab dengan respon subyektif pasien mau untuk minum obat. Respon obyektif obat tidak dimuntahkan oleh pasien. Menganjurkan ibu untuk memberikan minum 5 - 6 gelas per hari dan menganjurkan agar tidak memakai baju ataupun selimut tebal dengan respon subyektif ibu mengatakan akan mengikuti anjuran dari perawat. Pada tanggal 18 juni 2014 jam 08.00 WIB mengobservasi KU dan TTV, didapatkan data KU pasien nampak lemas, suhu 38oC, nadi 96 kali per menit, pernafasan 19 kali per menit. Jam 08.30 memberikan kompres hangat pada pasien dan di dapatkan respon subyektif pasien bersedia untuk diberi kompres hangat. Obyektif pasien dikompres hangat di bagian ketiak, suhu 37,5oC. Jam 09.00 memberikan obat penurun panas parasetamol tab 1 tab dengan respon subyektif pasien mau untuk minum obat. Respon
44
obyektif obat tidak dimuntahkan oleh pasien. Menganjurkan ibu untuk memberikan minum 5 - 6 gelas per hari dan menganjurkan agar tidak memakai baju ataupun selimut tebal dengan respon subyektif ibu mengatakan akan mengikuti anjuran dari perawat. Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam penulis melakukan evaluasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 14.00 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien masih panas. Obyektif kulit teraba hangat, KU lemah, TTV pasien nadi 93 kali per menit, suhu 38oC, pernafasan 18 kali per menit. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning berikan kompres hangat bila masih panas, pertahankan atau lanjutkan pemberian obat antipiretik (paracetamol 1 tab) dan pertahankan pemberian cairan infus RL 15 tpm. Pada tanggal 18 juni 2014 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien masih hangat. Obyektif kulit teraba hangat, KU lemah, TTV pasien nadi 96 kali per menit, suhu 37,5oC, pernafasan 19 kali per menit. Assesment masalah teratasi. Planning intervensi di hentikan. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam aktivitas dapat di lakukan. Kriteria hasil kemajuan dalam beraktivitas, pasien nampak segar. Rencana tindakan kaji KU dan TTV, kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan seharihari, anjurkan keluarga untuk membantu dalam pemenuhan aktivitas
45
pasien, tingkatkan aktivitas secara bertahap dan kolaborasi dalam pemberian terapi. Implementasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 08.00 WIB mengobservasi KU, TTV dan BB didapatkan data KU pasien nampak lemas, suhu 39,1oC, nadi 93 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, BB 37 kg. Jam 09.10 mengkaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari, didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan pasien tampak lemas untuk melakukan kebutuhan sehari-hari. Respon obyektif keluarga nampak kooperatif. Anjurkan keluarga untuk membantu dalam pemenuhan aktivitas pasien didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan aan mengikuti apa yang di anjurkan oleh perawat. Obat injeksi cefotaxime masuk IV 300 mg per 8 jam, ranitidin 50 mg per 12 jam, invomit 4 mg per 12 jam dengan respon subyektif pasien bersedia untuk diberi obat. Respon obyektif obat masuk lewat IV. Pada tanggal 18 juni 2014 keadaan pasien tampak segar, suhu 37,5oC, nadi 99 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, BB 38 kg. Jam 09.10 mengkaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan seharihari, didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan pasien tampak lemas untuk melakukan kebutuhan sehari-hari. Respon obyektif keluarga nampak kooperatif. Anjurkan keluarga untuk membantu dalam pemenuhan aktivitas pasien didapatkan respon subyektif keluarga mengatakan akan mengikuti apa yang di anjurkan oleh perawat. Obat injeksi cefotaxime masuk IV 300 mg per 8 jam, ranitidin 50 mg per 12 jam, invomit 4 mg per
46
12 jam dengan respon subyektif pasien bersedia untuk diberi obat. Respon obyektif obat masuk lewat IV. Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam penulis melakukan evaluasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 14.00 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien masih pusing dan lemas. Obyektif pasien nampak pucat dan lemas, KU lemah, TTV pasien nadi 93 kali per menit, suhu 38oC, pernafasan 18 kali per menit. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam pemenuhan aktivitas. Pertahankan pemberian cairan parenteral (RL 15 tpm), observasi KU pasien dan kemampuan dalam melakukan kebutuhan sehari-hari. Pada tanggal 18 juni 2014 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien tampak segar. Obyektif pasien nampak segar, KU lemah, TTV pasien nadi 96 kali per menit, suhu 37,5oC, pernafasan 19 kali per menit. Assesment masalah teratasi . Planning intervensi di hentikan. B. Pembahasan 1. Diagnosa yang muncul dalam kasus Dalam bab ini akan dibahas diagnosa yang muncul pada An.R dengan Demam Thypoid setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam berdasarkan diagnosa yang muncul. a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah dan anoreksia.
47
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Tarwoto, 2004). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan ketika individu yang tidak NPO mengalami penurunan berat badan atau beresiko mengalami penurunan berat badan karena tidak adekuatnya asupan atau metabolisme zat nutrisi untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2009). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Herdman, 2012). Batasan karateristik ketidakseimbangan nutrisi yaitu berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal, diare, kurang makanan, ketidakmampuan memakan makanan dan kurang minat pada makanan (Herdman, 2012). Masalah ini muncul sebagai dampak proses dari penyakit yang mempengaruhi
gastrointestinal,
sehingga
didapatkan
menunjang ditegakkannya masalah seperti pasien
data
yang
mual, muntah, ibu
pasien mengatakan nafsu makan menurun, wajah pasien pucat, BB sebelum sakit 40 kg BB sekarang 37 kg.
48
IMT = BB/TB2 = 37/(1,46)2 = 37/2,1316 = 17,3 Jadi kesimpulan yang didapatkan dari hasil perhitungan anak tersebut masuk dalam under weight karena <18,5. Masalah tersebut menjadi prioritas pertama karena merupakan kebutuhan
fisiologis
dan
rencana
keperawatan
yang
harus
mempertimbangkan kebutuhan fisiologis pasien. Kebutuhan fisiologis pasien adalah kebutuhan dasar manusia pertama yang harus dipenuhi. Apabila kebutuhan fisiologis ini terpenuhi, maka akan berdampak positif terhadap kebutuhan dasar manusia yang lain diantaranya proses kesembuhan pasien (Nursalam, 2008). Tujuan yang penulis harapkan adalah nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam dan dalam waktu 3x24 jam aktivitas pemberian makanan yang dilakukan perawat memberi kalori yang tepat untuk menambah berat badan. Dengan kriteria hasilnya yaitu nafsu makan pasien meningkat pasien makan habis 1 porsi, pasien tampak segar dan rileks, KU nya baik. Rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan adalah kaji KU dan TTV untuk mengetahui KU dan TTV pasien dalam batas normal, observasi BB menurut untuk mengetahui adanya peningkatan dan penurunan BB setiap harinya, kaji kemampuan makan pasien untuk mengetahui perubahan nutrisi pasien,
49
berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan rasa mual dan muntah, anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang disukai dan menghindari makanan yang mengandung gas atau asam dan pedas bertujuan untuk menambah selera makan dan meningkatkan asupan nutrisi, kolaborasi dengan bagian gizi untuk pemberian diet yang tepat bertujuan untuk menentukan diet yang tepat sehingga meningkatkan asupan nutrisi yang kurang. Faktor pendukung dari tindakan yang telah dilakukan adalah pasien dan keluarga kooperatif dalam setiap tindakan yang dianjurkan perawat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diatas penulis melakukan evaluasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 14.00 WIB didapatkan data subyektif ibu pasien mengatakan makan habis 3 sendok makan, minum habis 2 gelas per hari. Obyektif suhu 39,1oC, nadi 93 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, BB 37 kg, pasien nampak pucat dan lemas. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning anjurkan keluarga untuk memberi pasien makan dalam porsi kecil tapi sering. Pada tanggal 18 juni 2014 didapatkan data subyektif ibu pasien mengatakan makan habis 7 sendok makan, minum habis 3 - 4 gelas per hari. Obyektif suhu 37,5oC, nadi 96 kali per menit, pernafasan 19 kali per menit, BB 37 kg. pasien nampak pucat dan lemas. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning anjurkan keluarga untuk memberi pasien makan dalam porsi kecil tapi sering. Pada tanggal 19 juni 2014 didapatkan data subyektif ibu pasien
50
mengatakan makan habis setengah porsi makan yang di berikan rumah sakit, minum habis 5 - 6 gelas per hari. Obyektif suhu 37oC, nadi 99 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, BB 38 kg. pasien nampak segar. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning anjurkan keluarga untuk memberi pasien makan dalam porsi kecil tapi sering d an memberkan makanan kesukaan pasien. b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thyposa. Hipertemi adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan yang terus menerus lebih tinggi dari 37,80C secara oral atau 38,80C secara rektal yang disebabkan oleh berbagai faktor eksternal (Carpenito, 2009). Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal (Herdman, 2012). Batasan karateristik hipertermi yaitu konvulasi, kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, kejang, takikardia, takipnea, kulit terasa hangat (Herdman, 2012). Gejala klinis di atas menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh pada pasien yang terinfeksi virus salmonella thyposa (Nursalam, 2008). Peningkatan suhu tubuh ini terjadi pada masa awal ketika virus masuk ke dalam tubuh. Masalah ini muncul karena proses infeksi salmonella thyposa yang berespon akibat terjadinya infeksi dengan ditemukannya data seperti
51
kulit pasien teraba hangat dengan suhu 39,10C data hasil laboratorium pada tanggal 17 juni 2014 lekosit pasien 2.300/mm3, widal titer O 1/600. Penulis memprioritaskan peningkatan suhu tubuh sebagai prioritas kedua karena suhu tubuh yang berlebih akan mempengaruhi kebutuhan fisiologis lainnya. Angka penurunan lekosit yang menurun disebabkan terjadinya leokopeni sehingga menunjukkan adanya infeksi yang menyebabkan hipertermi, berdasarkan data-data tersebut ditegakkan diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thyposa (Nursalam, 2008). Tujuan dalam penanganan masalah hipertermi adalah hipertermi teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil hasil suhu 36,5oC – 37,5oC, raba kulit hangat yang dimaksud adalah perabaaan kulit tidak panas. Intervensi yang didapatkan untuk mengatasi masalah hipertermi ini adalah observasi KU dan TTV bertujuan untuk mengetahui terjadinya peningkatan dan penurunan suhu tubuh, kompres dengan
air hangat bertujuan untuk merangsang
hipotalams menginduksi timbulnya keringat dan kulit yang menyebabkan terjadinya penguapan, anjurkan ibu untuk memberi minum anak 5 - 6 gelas per hari untuk mempertahankan kesimbangan cairan, menganjurkan keluarga untuk memakaikan baju tipis agar mudah menyerap keringat, kolaborasi pemberian obat antipiretik seperti paracetamol untuk menurunkan panas. Dari beberapa intervensi di atas, yang dapat dilaksanakan yaitu mengobservasi vital sign, mengompres anak dengan
52
kompres hangat, memberi paracetamol 1 tab 500 mg, menganjurkan ibu untuk memberi minum anak 5 - 6 gelas per hari. Semua tindakan ini dapat terlaksana karena adanya kerjasama yang baik antara orangtua dan tim kesehatan, juga tersedianya sarana. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 14.00 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien masih panas. Obyektif kulit teraba hangat, KU lemah, TTV pasien nadi 93 kali per menit, suhu 38oC, pernafasan 18 kali per menit. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning berikan kompres hangat bila masih panas. Pada tanggal 18 juni 2014 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien masih panas. Obyektif kulit teraba hangat, KU lemah, TTV pasien nadi 96 kali per menit, suhu 37,5oC, pernafasan 19 kali per menit. Assesment masalah teratasi. Planning intervensi di hentikan. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring. Intoleransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau diperlukan (Carpenito, 2009). Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan (Wilkinson, 2007).
53
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis atau untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau ingin dilakukan (Herdman, 2012). Batasan karateristik intoleransi aktivitas adalah ketidaknyamanan setelah beraktivitas, menyatakan merasa letih, menyatakan merasa lemah (Herdman, 2012). Berdasarkan data-data tersebut ditegakkan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring. Masalah intoleransi aktivitas diprioritaskan sebagai prioritas ketiga, seperti yang telah dikemukakan didalam data pengkajian, intoleransi aktivitas paling umum disebabkan oleh kelemahan fisik akibat tirah baring. Tujuan dalam penanganan masalah intoleransi aktivitas adalah aktivitas dapat teratasi sebagian setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil kemajuan dalam melakukan aktivitas. Rencana keperawatan yang didapatkan untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas ini adalah kaji KU dan TTV untuk mengetahui KU dan TTV dalam batas normal, kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari bertujuan untuk membantu dalam mengantisipasi serta merencanakan pemenuhan secara individual, anjurkan orang tua untuk membantu dalam pemenuhan aktivitas bertujuan untuk membantu aktivitas pasien, tingkatkan aktivitas secara bertahap bertujuan untuk membantu meningkatkan aktivitas pasien setiap hari. Dari beberapa intervensi di atas, yang dapat dilaksanakan
54
yaitu mengobservasi vital sign, mengkaji kemampuan An.R dalam melakukan kebutuhan sehari-hari, anjurkan orang tua membantu dalam pemenuhan aktivitas. Semua tindakan ini dapat terlaksana karena adanya kerjasama yang baik antara orangtua dan tim kesehatan, juga tersedianya sarana. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi pada tanggal 17 Juni 2014 jam 14.00 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien masih pusing dan lemas. Obyektif pasien nampak pucat dan lemas, KU lemah, TTV pasien nadi 93 kali per menit, suhu 39,1oC, pernafasan 18 kali per menit. Assesment masalah teratasi sebagian. Planning anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam pemenuhan aktivitas. Pertahankan pemberian cairan parenteral (RL 15 tpm), observasi KU pasien dan kemampuan dalam melakukan kebutuhan sehari-hari. Pada tanggal 18 juni 2014 WIB diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan pasien tampak segar. Obyektif pasien nampak pucat dan lemas, KU lemah, TTV pasien nadi 96 kali per menit, suhu 37,5oC, pernafasan 19 kali per menit. Assesment masalah teratasi. Planning intervensi di hentikan.
55
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 1. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan Demam Thypoid pada An.R d Ruang Arofah RSUI YAKSSI Gemolong, penulis menggunakan tahap-tahap proses keperawatan yang antara lain pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi. 2. Berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi pengkajian data subjektif, objektif, dan data penunjang terhadap An.R dinyatakan benar menderita Demam Thypoid karena menunjukkan gejala-gejala penyakit Demam Thypoid seperti demam suhu 39,10C, mual, muntah, An.R makan habis 3 sendok makan, lidah nampak kotor bewarna putih dan pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 juni 2014 hasil dari pemeriksaan widal 1/600, lekosit 2.300/mm3. 3. Diagnosa keperawatan yang biasanya ditemukan pada pasien Demam Thypoid tidak semua penulis dapatkan pada An.R. Penulis hanya mendapatkan tiga diagnosa yaitu gangguan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah dan anoreksia, hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thyposa dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring.
55
56
4. Intervensi yang disusun berdasarkan prioritas masalah keperawatan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. 5. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada An.R penulis melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dan ditunjukkan untuk memecahkan masalah yang dialami klien. 6. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi kerja hasil selama 3 x 24 jam didapatkan hasil bahwa masalah gangguan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian sehingga rencana yang dilanjutkan adalah lanjutkan intervensi terhadap pasien, hipertermi teratasi dan intoleransi aktivitas teratasi. B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan menjadi sumber bacaan dan refrensi mahasiswa
dalam
meningkatkan
peningkatan
keterampilan
ilmu
mahasiswa
keperawatan, dalam
sehingga
melaksanakan
bisa asuhan
keperawatan pada pasien Demam Thypoid. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan bagi institusi pendidikan dapat dijadikan refrensi dalam kegiatan pembelajaran terutama megenai asuhan keperawatan Demam Thypoid. 3. Bagi Lahan Praktek Diharapkan bagi lahan praktek, karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang komprehensif khususnya bagi klien anak dengan Demam Thypoid. Dan
57
untuk perawat diharapkan melakukan tindakan promotif dan preventif dengan memberikan informasi tentang penyakit Demam Thypoid kepada masyarakat untuk meminimalisasi terjadinya kasus Demam Thypoid. 4. Bagi Masyarakat Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana informasi sehingga masyarakat mampu mengetahui lebih dini dan dapat menanggulangi lebih awal gejala dan tanda dari penyakit Demam Thypoid, sehingga klien Demam Thypoid yang dibawa ke Rumah Sakit tidak dalam kondisi yang kritis.
58
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC. Herdman, T. Heather. 2012. NANDA-Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: ECG Mubarak dan Chayatin N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC. Murwani A. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Edisi 1. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC. Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Proverawati A. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Pudiastuti D. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: PT. Percetakan Indeks. Riwidikdo H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Suriadi dan Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya. Tarwoto dan Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika
59
WHO. 2009. Thypoid Fever. http://www.WHO.int. diakses pada tanggal 8 Januari 2014 Wilkinson J. M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
i
ii
Lampiran 1 JADWAL PENELITIAN KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG Oleh : Liana Aprilia Saputri
No
Kegiatan
1 Pengumpulan judul KTI 2 Studi Pendahuluan Bimbingan 3 proposal Ujian proposal 4 KTI Revisi proposal penelitian dan 5 pengambilan ijin penelitian Pengambilan data 6 penelitian Pembimbingan penyusunan 7 laporan hasil penelitian Ujian laporan 8 hasil penelitian Revisi hasil penelitian dan 9 pengumpulan KTI
Bulan Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Lampiran 2 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Liana Aprilia Saputri
NIM
: 2011.1357
Alamat
: Jl. Bogenvil No 2 Rt 28 Tenggarong, Kalimantan Timur
Mahasiswa
Program
Diploma
III
Keperawatan
STIKES
PKU
Muhammadiyah Surakarta, akan melakukan studi kasus tentang:
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG
Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui kemampuan orang tua dalam penanganan atau tindakan yang dilakukan kepada anak gangguan nutrisi dengan masalah utama demam thypoid. Oleh karena itu, saya mohon kesediaan orang tua / para ibu yang mempunyai anak untuk menjadi responden serta bersedia menjawab / mengisi pada format pengkajian. Jawaban akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya mengucapkan terima kasih. Surakarta, 17 Juni 2014 Peneliti
(Liana Aprilia Saputri)
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7 KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG
Oleh : LIANA APRILIA SAPUTRI 2011.1357
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA 2014
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN NUTRISI PADA An.R USIA 11 TAHUN DENGAN DEMAM THYPOID DI RSUI YAKSSI GEMOLONG
A. PENGKAJIAN Tanggal masuk Jam Ruang No. Register Diagnosa Medis 1. Identitas a. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pendidikan Alamat Tanggal Pengkajian Jam pengkajian b. Identitas Orang Tua 1) Nama Ayah Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat 2) Nama Ibu Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan
: : : : :
: : : : : : : :
: : : : : : : : : : :
Alamat
:
2. Keluhan Utama :
3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan Dahulu 1) Prenatal Care Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di…………….. Keluhan selama hamil ………………………………………… …………………………………………………………………. Riwayat berat badan selama hamil :…………………. Riwayat imunisasi TT :………………………….. Golongan darah ibu…………….Golongan darah ayah……….. 2) Natal Tempat melahirkan :……………………………………. Jenis persalinan :…………………………………….. Penolong persalinan :……………………………………… Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan :………….. 3) Post Natal Kondisi bayi :……………. Berat badan :………….Kg Panjang badan :……... Cm Pemberian ASI : (Ya/ Tidak) Pemberian ASI Formula : (Ya/ Tidak) Alasan Pemberian……….. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Genogram
4. Riwayat Imunisasi No Jenis Imunisasi 1. 2. 3. 4. 5.
BCG DPT (I, II, III) Polio (I, II, III, IV) Campak Hepatitis
Ya
Tidak
5. Riwayat Tumbuh Kembang a. Pertumbuhan Fisik 1) Berat Badan……….Kg 2) Tinggi Badan……..Cm b. Perkembangan Tiap Tahap Usia anak Saat 1) Berguling……………………………bulan 2) Duduk………………………………bulan 3) Merangkak………………………….bulan 4) Berdiri………………………………tahun 5) Berjalan…………………………….tahun 6) Bicara pertama kali…………………tahun menyebutkan……… 7) Berpakaian tanpa bantuan………….. 6. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan Dengan menggunakan DDST a. Motorik kasar b. Motorik halus c. Bahasa d. Personal social 7. Pola Kebutuhan Dasar a. Pola Bernafas Sebelum Sakit : Saat Sakit : b. Pola Makan-Minum Sebelum Sakit : Saat Sakit : Antropometri measurent BB : TB : Biochemical data Hemoglobin : Hematokrit : Clinical sign of nutrion status Kesadaran : Abdomen :
dengan
Rambut Kulit Mukosa bibir Mulut Mata
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
: : : : :
Diet history Pola makan : Kebiasaan makan : Program diet : Alergi : Pola Eliminasi Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Aktifitas dan Latihan Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Istirahat dan Tidur Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Berpakaian Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Rasa Nyaman Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Aman Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Kebersihan Diri Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Komunikasi Sebelum Sakit : Saat Sakit : Pola Beribadah Sebelum Sakit : Saat sakit : Pola Produktifitas Selama Sakit :
Saat Sakit m. Pola Rekreasi Selama Sakit Saat Sakit
: : :
n. Pola Kebutuhan Belajar Selama Sakit : Saat Sakit : 8. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum : b. Tingkat Kesadaran : c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah :………………..mmHg Suhu :………………..oC Nadi :……………….x/menit Respirasi :……………….x/menit d. Berat Badan :………………..kg e. Tinggi Badan :………………..cm f. Kepala Inspeksi 1) Keadaan rambut : 2) Warna rambut : 3) Kebersihan rambut: Palpasi 1) Benjolan : ada / tidak ada 2) Nyeri tekan : ada / tidak ada 3) Tekstur rambut : kasar / halus g. Mata Inspeksi 1) Sklera : ikterus / tidak 2) Konjungtiva : anemis / tidak 3) Pupil : isokor / an isokor 4) Posisi mata : simetris / tidak Palpasi 1) Tekanan bola mata: h. Hidung Inspeksi
i.
j.
k.
l.
m.
1) Bentuk hidung 2) Sekret Telinga Inspeksi 1) Bentuk telinga 2) Lubang telinga Palpasi 1) Nyeri tekan Mulut Inspeksi 1) Gigi a) Keadaan gigi b) Karies 2) Gusi 3) Lidah 4) Bibir a) Mulut b) Sianosis Tenggorokan 1) Warna mukosa 2) Nyeri tekan 3) Nyeri menelan Leher Inspeksi 1) Kelenjar thyroid Palpasi 1) Kelenjar thyroid 2) Kelenjar limfe Dada Inspeksi 1) Bentuk dada 2) Irama pernafasan 3) Pengembangan 4) Tipe pernafasan Palpasi 1) Vocal fremitus 2) Massa / nyeri Auskultasi 1) Suara nafas 2) Suara tambahan
: : ada / tidak
: : bersih / serumen / nanah : ada / tidak
: : : merah / radang / tidak : kotor / tidak : basah / kering : bau / tidak : pucat / tidak : : :
: membesar / tidak : teraba / tidak : membesar / tidak
: : : : : : : vesikuler / bronkeal / bronkovesikuler : ronkhi / wheezing / rales
Perkusi n. Jantung Inspeksi
: redup / pekak / hipersonor / thympani : ictus cordis terlihat / tidak
Palpasi
: ictus cordis teraba di intercosta keberapa
Perkusi
: terdapat pembesaran jantung apa tidak
Auskultasi
: bunyi jantung normal / tidak
o. Abdomen Inspeksi 1) Bentuk perut : 2) Ada luka : ada / tidak Auskultasi : peristaltik usus Perkusi : thympani / redup Palpasi : Nyeri tekan apa tidak p. Ekstremitas 1) Ekstremitas atas : 2) Ekstremitas bawah : q. Genetalia : r. Kulit : Kering/ Lembab 9. Pemeriksaan Penunjang a. Data Laboratorium yang berhubungan b. Pemeriksaan radiologi c. Hasil konsultasi d. Terapi e. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain 10. Analisa Data No Tgl/ Data Fokus Jam
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Etiologi
Masalah
TTD
INTERVENSI No
Tgl/ Jam
Tujuan dan Kriteria Hasil
C. IMPLEMENTASI No Tgl/ Jam
D. EVALUASI No Tgl/ Jam
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
Rasionalisasi
TTD
Respon
TTD
TTD