ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONI A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing. 2. Etiologi Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus
Influenza,
Basilus
Friendlander
(Klebsial
Pneumoni),
Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
Mycobacterium
Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. 3. Fatofisiologi Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses. 4. Manifestasi klinis Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan. 5. Pemeriksaan penunjang 1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. 2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi. 3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. 6. Penatalaksanaan Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti : 1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2. Simptomatik terhadap batuk. 3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif 4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit. 7. Komplikasi Komplikasi dari bronchopneumonia adalah : a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura. c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. d. Infeksi sitemik e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. 8. Tumbuh kembang anak usia 6 – 12 tahun Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi. a. Motorik kasar 1. Loncat tali
2. Badminton 3. Memukul 4. Motorik kasar dibawah kendali kognitif dan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan. b. Motorik halus 1. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan 2. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik. c. Kognitif 1. Dapat berfokus pada lebih dari satu asfek dan situasi 2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah 3. Dapat membalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal 4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang d. Bahasa 1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak 2. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan 3. Menggunakan bahasa sebagai alat komuniukasi verbal 4. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
7. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stress meliputi ; 1. Psikososial Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran 2. Fisiologis Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri 3. Lingkungan asing Kebiasaan sehari-hari berubah 4. Pemberian obat kimia Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun) 1. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya 2. Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri 3. Selalu ingin tahu alasan tindakan 4. Berusaha independen dan produktif Reaksi orang tua 1. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak
2. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit
B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan 1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. 2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah. 3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi. 4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan 5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis b. Pemeriksaan fisik
1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung 2) Auskultasi paru ronchi basah 3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal 4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru) c. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan
1) Usia tingkat perkembangan 2) Toleransi / kemampuan memahami tindakan
3) Koping 4) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua 5) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya d. Pengetahuan keluarga / orang tua
1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan 2) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan 3) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya 2. Diagnosa keperawatan
1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli. 3) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan. 4) Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. 5) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi 6) Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya informasi. 7) Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
3. Intervensi Diagnosa 1
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif. KH : sekret dapat keluar. Rencana tindakan : 1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan pernapasan dan bunyi napas abnormal. 2. Lakukan suction sesuai indikasi. 3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam 4. Ciptakan lingkungan / nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang 5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien 6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan 7. Lakukan perkusi dada 8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas Diagnosa 2 Tujuan : pertujaran gas kembali normal. KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat Rencana tindakan : 1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis 2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler 3. Beri oksigen sesuai program
4. Monitor AGD 5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman 6. Cegah terjadinya kelelahan Diagnosa 3. Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal KH : Tanda dehidrasi tidak ada. Rencana tindakan : 1. Catat intake dan output cairan (balanc cairan) 2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral 3. Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tanda vital. 4. Pertahankan keakuratan tetesan infus 5. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi) Diagnosa 4. Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi. KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan nutrisi.. Rencana tindakan : 1. Kaji status nutrisi klien 2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi)
3. Timbang BB klien setiap hari. 4. Kaji adanya mual dan muntah 5. Berikan diet sedikit tapi sering 6. Berikan makanan dalam keadaan hangat 7. kolaborasi dengan tim gizi Diagnosa 5 Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang Rencana tindakan : 1. Observasi tanda-tanda vital 2. Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air pada daerah dahi dan ketiak 3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan 4. Berikan minum per oral 5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas. Diagnosa 6 Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan KH : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.
Rencana tindakan : 1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya 2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien 3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai 4. Tekankan perlunya melindungi anak. 5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes. 6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum dimengertinya Diagnosa 7 Tujuan : Cemas anak hilang KH : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan Rencana tindakan : 1. Kaji tingkat kecemasan klien 2. Dorong ibu / keluarga klien mensufort anaknya dengan cara ibu selalu didekat klien. 3. Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya 4. Lakukan kunjungan, kontak dengan klien 5. Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi klien 6. Berikan mainan sesuai kesukaan klien dirumah
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia dalah : a. Pertukaran gas normal. b. Bersihan jalan napas kembali efektif c. Intake dan output seimbang d. Intake nutrisi adekuat e. Suhu tubuh dalam batas normal f. Pengetahuan keluarga meningkat g. Cemas teratasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK dengan ASMA BRONCHIAL DEFINISI Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan. PATOFISIOLOGI
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma. Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan. Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02 ( hipoxia).Selama serangan astmati, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
Alergen, Infeksi, Exercise ( Stimulus Imunologik dan Non Imunologik )
Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang ( histamin )
Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus ) Peningkatan produksi mukus ( sumbatan sekret ) Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )
Hiperresponsif jalan napas
Astma
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret. Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan
KOMPLIKASI Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
Chronik persistent bronchitis Bronchiolitis Pneumonia
Emphysema.
ETIOLOGI
Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang). Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara ( CO, asap rokok, parfum ). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
MANIFESTASI KLINIS
Auskultasi :Wheezing, ronkhi kering musikal, ronki basah sedang. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor. Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit. Tachypnea, orthopnea. Diaphoresis Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan. Fatigue Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur. Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis. X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”
Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik Foto rontgen Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum Pemeriksaan alergi Pulse oximetri Analisa gas darah.
Penatalaksanaan serangan asma akut : 1. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. 2. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali. 3. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) : a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat. b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus kusus misalnya infus pump. c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN 1. Identitas Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki. 2. Keluhan utama Batuk-batuk dan sesak napas 3. Riwayat penyakit sekarang Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas. 4. Riwayat penyakit terdahulu Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain. 6. Riwayat kesehatan lingkungan Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma. 7. Riwayat tumbuh kembang a. Tahap pertumbuhan Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi. b. Tahap perkembangan Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya. Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ). Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking. Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga. Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman. Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendektinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes. Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana. Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar. Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga. 8. Riwayat imunisasi Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak. 9. Riwayat nutrisi Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
a. Status Gizi b. Klasifikasinya sebagai berikut : Gizi buruk kurang dari 60% Gizi kurang 60 % – <80 % Gizi baik 80 % – 110 % Obesitas lebih dari 120 % 10. Dampak Hospitalisasi Sumber stressor : a. Perpisahan Protes : pergi, menendang, menangis Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi b. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut. c. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit. d. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan. 11. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem a. Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
b. c.
d. e.
f.
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal. Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan. Sistem Persyarafan / neurologi Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma. Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas .Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering. Sistem integumen Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI I.
II.
TUJUAN,
KRITERIA
HASIL
dan
RENCANA
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret. Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas normal. Kriteria hasil : PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada Intervensi : a. Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan ( oksigen 2 ml dengan kanule ). b. Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4 jam. c. Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry. d. Kaji kenyamanan posisi tidur anak. e. Monitor efek samping pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan catat kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia. f. Berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral g. Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ). h. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan. i. Berikan terapi bermain sesuai usia. Fatigue berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas. Tujuan : Anak tidak tampak fatigue. Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi. Intervensi : a. Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia, tachypnea.
b.
III.
IV.
V.
Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup. c. Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak. d. Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi. e. Berikan oksigen humidifikasi sesuai program. f. Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah terapi. g. Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan memperluas perkembangan psikososial. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan. Tujuan : Kecemasan menurun Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak. Intervensi: a. Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut, dan ajarkan untuk berimajinasi. b. Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support. c. Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal d. Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi. e. Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak. f. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan Tujuan : Status hidrasi adekuat Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan berat badan, output urine > 2 ml/ kg per jam. Intervensi: a. Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ). b. Monitor elektrolit c. Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah d. Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran ( overload ) e. Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan bronkospasme ( air dingin ). f. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000 ml), tergantung usia dan berat badan. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik. Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak. Intervensi: a. Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan. b. Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress c. Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan d. Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak
VI.
e. Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan. Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan. Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program medik atau perawatan, misalnya memberikan makan dan minum yang cukup, memberi minum obat oral pada anak sesuai program. Intervensi: a. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan intervensi. b. Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus. c. Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus. d. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan pemeriksaan darah. e. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang. f. Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas. g. Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.
Perencanaan Pemulangan 1. Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom. 2. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah. 3. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan lainnya. 4. Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul. 5. Ajarkan penggunaan nebulizer. 6. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian. 7. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress. 8. Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas. 9. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat. DAFTAR PUSTAKA 1. Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya 2. Soetjningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta 3. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika Jakarta. 4. Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto Jakarta.