KAJI TERAP TEKNOLOGI PENINGKATAN MUTU BUAH MANGGA SEGAR Suhardi, Gunawan, Bonimin dan Jumadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Produk buah mangga segar di Jawa Timur dirasa masih rendah, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pengkajian ini bertujuan untuk mengenalkan dan menerapkan SPO budidaya dan pasca panen mangga pada kelompok tani guna meningkatkan produksi dan mutu buah. Pengkajian dilakukan di kelompok tani desa Klampok, Tongas, Probolinggo dengan menerapkan SPO yang telah disepakati bersama. Penerapan SPO dilakukan di dua kebun, Kebun I sebanyak 25 pohon milik kelompok dan Kebun II sebanyak 75 pohon milik petani. Di kebun I dilakukan pemupukan, pemacuan pembungaan dengan paklobutrazol 5 cc/l untuk setiap pohon, perangkap lalat buah dan perawatan kebun, sedangkan di kebun II dilakukan pemeliharaan kebun dan pembrongsongan buah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemeliharaan di kebun I dan kebun II dapat meningkatkan produksi buah mangga Arumanis sebanyak 2 kali lipat. Secara organoleptik (kenampakan dan rasa), buah mangga Arumanis yang dibrongsong disukai oleh panelis. Mutu buah mangga Arumanis yang berasal dari sawah lebih baik dari segi ukuran, tetapi dari segi mutu kimia dan rasa, buah mangga yang berasal dari tegal mempunyai nilai yang lebih tinggi. Biaya produksi untuk kebun I sebesar Rp.33.800,-/pohon dan di kebun II sebesar Rp.15.300,-/pohon. Namun kebun II mempunyai hasil/pendapatan yang lebih besar, yaitu Rp.35.500,-/pohon dibanding kebun II yang sebesar Rp34.280,/pohon. Petani belum semuanya memberikan respon positif terhadap penerapan SPO budidaya mangga walaupun beberapa pengurus kelompok tani sudah menerapkan SPO pada sebagian tanaman mangga yang dikelolanya. Kata Kunci : Kaji terap, SPO, mutu, mangga. PENDAHULUAN Salah satu penyebab rendahnya ekspor mangga adalah karena mutu mangga yang dihasilkan petani tidak memenuhi standar ekspor. Mutu mangga pada dasarnya dipengaruhi oleh agroekologi, budidaya dan penanganan pasca panen (Hoffman, 1996). Kegiatan pasca panen meliputi penentuan saat panen, cara panen, pencucian, sortasi, grading, perlakuan pasca panen, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan dan distribusi/pemasaran. Sebelum grading, buah dicuci (Suhardjo, 2002). Dalam pengembangan industri pertanian, tantangan yang dihadapi antara lain: (1) permintaan pangan, pakan dan bahan baku industri yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan industri, (2) tuntutan konsumen terhadap keamanan dan mutu hasil pertanian yang terus meningkat, (3) sistem pasar yang semakin terbuka mengharuskan komoditas yang diusahakan mempunyai daya saing yang tinggi, berarti diperlukan sistem usaha yang lebih efisien, (4) globalisasi perdagangan
353
berpengaruh terhadap daya saing produk pertanian sehingga kualitas yang dipersyaratkan oleh pasar menjadi semakin kompleks dan mendasar, (5) kesempatan usaha masyarakat pedesaan, dan (6) lahan pertanian yang semakin menyempit (Moeljoprawiro, 2002). Menghadapi tuntutan ini Kementerian Pertanian telah menyusun pedoman cara berproduksi pertanian yang baik dan benar berdasarkan Good Agriculture Practice (GAP) dan Standard Prosedur Operasional (SPO). Penerapan GAP dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dimaksudkan untuk memperoleh mutu dan produktivitas tinggi secara berkelanjutan, keuntungan optimum dengan memperhatikan aspek keamanan produk, pencegahan penularan OPT, dan prinsip traceability (suatu produk dapat ditelusuri asal-usulnya dari pasar sampai kebun) serta melibatkan petani secara partisipatif (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Penerapan GAP dan SPO budidaya menghasilkan produk pertanian bermutu baik dan aman dikonsumsi dalam bentuk segar. Namun produk tersebut belum tentu menjadi aman dan bermutu sampai ditangan konsumen, bila tidak diikuti dengan penerapan SPO pasca panen. Diperta Propinsi Jatim (2007) telah melakukan percontohan pengelolaan kebun mangga berdasarkan GAP dan SPO di 5 kabupaten. Percontohan hanya terbatas pada SPO budidaya (pra panen), belum diikuti dengan penerapan SPO pasca panen. Dalam laporannya belum diketahui seberapa jauh peningkatan mutu yang diperoleh, dan sejauh mana tanggapan petani terhadap penerapan SPO mangga tersebut. Untuk itulah dilakukan kaji terap teknologi peningkatan mutu buah mangga segar, dengan tujuan untuk mengenalkan dan menerapkan SPO budidaya dan pasca panen mangga pada kelompok tani di Probolinggo, Jawa Timur. BAHAN DAN METODE Pengkajian dilaksanakan di kebun milik petani anggota kelompok tani desa Klampok, kecamatan Tongas, kabupaten Probolinggo, dimulai bulan Januari s/d Desember 2009. Tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah: (1) mencari lokasi penelitian dengan berkonsultasi dengan Dinas Pertanian kabupaten Probolinggo, (2) pertemuan dengan kelompok tani kooperator untuk membicarakan pelaksanaan kaji terap, (3) menentukan tanaman contoh untuk aplikasi penerapan SOP mangga, (4) pelaksanaan aplikasi, yang didahului dengan pertemuan kelompok, serta (5) pengamatan dan pengumpulan data. Pengkajian dilakukan dengan menerapkan SPO teknologi budidaya dan pasca panen secara partisipatif di tempat usahatani mangga Arumanis. Untuk percontohan penerapan SPO dilakukan pada tanaman mangga sebanyak 100 pohon. Tanaman mangga ini dikelola berdasarkan SPO budidaya dan pasca panen sesuai dengan permintaan pasar (eksportir, mitra kerja) (Tabel 1). Lokasi pengkajian ditentukan bersama tim penguatan kelembagaan. Kaji terap dilakukan di kelompok tani mangga dengan mengikut sertakan seluruh anggotanya (sekitar 25 orang). Dilakukan pertemuan dengan petani kooperator untuk membahas SPO budidaya dan pascapanen yang telah dibuat oleh Dirjen Bina Produksi Hortikultura Kementerian Pertanian. Selanjutnya ditentukan jadual
354
pelaksanaan penerapan teknologi sesuai dengan yang telah disepakati. Dalam pelaksanaan SPO budidaya dan SPO pasca panen dikoordinir oleh ketua kelompok tani mangga. Tabel 1. SPO budidaya dan pasca panen buah mangga segar. No. I. 1,
Komponen Teknologi SPO Pra Panen Syarat tumbuh
2.
Penyediaan bibit
3.
Penyiapan lahan
4.
Penanaman
5.
Pengairan
4.
Pemupukan
5.
Pemangkasan
6.
Pemeliharaan buah
7. 8.
Pengendalian Hama Penyakit. Panen
II. 1.
SPO Pasca Panen Pencucian
Kegiatan Tanah bertekstur lempung, lempung berdebu, lempung liat berdebu, dan liat berdebu. PH 5,5-8,0 dan lapisan tebal. Tinggi tempat < 600 m dpl dan kelerengan < 15 %. Suhu harian 24-30oC dan curah hujan 759-2000 mm/th dengan bulan basah (< 60 mm) 405 bulan Bibit dari penangkar yang terpercaya (vigor kuat, bebas HP, berasal dari blok mata tempel). Tinggi bibit 60-80 cm, umur >6 bulan, warna daun hijau mengkilat dan memben-tuk 3 cabang/flush. Buat parit untuk pengairan, ada jalan kebun dan jarak tanam antar baris 8-10 m dan dalam baris 6-8 m. Buat lubang 1 m x 1 m x 1 m (tanah liat) atau 70 cm x 70 cm x 70 cm (tanah gembur), dibiarkan 2 minggu. Pupuk kandang 80 liter (tanah liat) atau 40 liter (tanah gembur). Pupuk SP 36 200 g, kapur 2 kg. Dilakukan pada musim kemarau, fase pembungaan dan fase pemben-tukan dan perkembangan buah. Pengairan 5 - 7 hari sampai bunga menjadi pentil, dilanjutkan 7-10 hari sampai buah dipanen. Kebutuhan air sejak terbentuk buah sampai 2 minggu sebelum dipanen 70-100 liter. Setelah panen juga perlu diairi dan diiukuti pemupukan N tinggi. Pupuk organik 1 kali/th pada fase vegetatif dan 1 kali/th pada fase generatif dilakukan awal musim hujan. Pupuk anorganik 4- 6 kali/tahun (masing-masing ½ dosis anjuran) pada fase vegetatif dan 3 kali/tahun pada fase generatif (1/2 bulan setelah panen, dosis sisa sebelumnya) dengan N tinggi, inisiasi bunga dosis 2/5 bagian (P tinggi) dan pemasakan buah (8 bulan sejak inisiasi) 1/5 bagian dan K tinggi. Pemangkasan bentuk (tanaman muda) dengan memelihara 3-4 cabang. Pemangkasan pemeliharaan pada tanaman produksi. diusahakan tanaman mangga memiliki tinggi < 5-6 m. 1 buah didukung 20- 25 daun. Penjarangan dilakukan pada buah yang cacat (bentuk, terserang hama dan penyakit, dilakukan pada saat buah sebesar kelereng.Pembungkusan buah dengan kertas koran dan diberi tanda perkiraan waktu panen. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Lalat buah dikendalikan menggunakan alat perangkap (ME). Penyemprotan dihentikan 2 minggu sebelum panen. Buah siap dipanen bila paruh buah hampir hilang, lilin cukup tebal, cabang tangkai buah telah kering 65 %, dan lain-lain. Buah dipetik pada jam 09.00 – 15.00, dengan memotong tangkai buah sepanjang 1 buku dengan menggunakan gunting, bila tidak terjangkau digunakan galah berpisau dan berjaring di ujung galah.
Buah dibiarkan dulu semalam agar getah sudah berhenti mengalir. Dicelupkan dalam air hangat 55oC selama 5 menit. 2. Sortasi dan grading Buah dikering-anginkan pada suhu ruangan (25oC), kemudian dilakukan sortasi. Dipisahkan buah yang cacat, buah muda/terlalu tua, bentuk tdak normal. Penyortir harus menggunakan sarung tangan dari kain. Grading sesuai ukuran yang diminta pasar/konsumen. 3. Pengemasan Kemasan dalam keadaan baru, bersih, mampu mencegah kerusakan produk selama transportasi. Kemasan menggunakan karton bergelom-bang dan berventilasi dengan kapasitas maksimal 5 kg. 4. Penyimpanan Penyimpanan dianjurkan pada suhu 13oC, RH 85 %. Sumber: Dirjen Bina Produksi Hortikultura Deptan (2002)
355
Pengamatan dilakukan terhadap mutu buah, biaya input-output dan penerimaan petani terhadap teknologi yang dianjurkan. Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif dan ekonomi mengenai usaha tani mangga. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan lokasi Desa Klampok, kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo adalah merupakan bekas wilayah Prima Tani, terdiri dari 5 dusun, dengan populasi tanaman mangga 2878 pohon dimiliki oleh 843 keluarga. Umumnya tanaman mangga berada di pekarangan dan terpencar. SOP diterapkan pada 100 tanaman mangga bermur 7-10 tahun, terbagi dalam dua kebun, kebun I 25 pohon dan kebun II 10 pohon (total 100 pohon), semuanya terletak di tegal. Kebun I adalah tanaman mangga monokultur yang dikelola kelompok, dan diperlakukan pemupukan dan pemberian paklobutrazol untuk memacu pembungaan. Sebaliknya tanaman mangga di kebun II adalah milik petani yang hampir tidak ada perawatan,dan dikelola secara tumpang sari dengan tanaman pangan (jagung). Produksi Tahun 2008 tanaman mangga di kebun I berproduksi 400 kg (rata-rata 16 kg/phn), ditebaskan Rp.800.000,-, sedangkan di kebun II produksinya tidak diketahui dan ditebaskan Rp.1.500.000,-. Adapun perlakukan yang sudah diberikan kepada kebun I dan kebun II disajikan pada Tabel 2. Hasil dari perlakuan kedua kebun mangga percontohan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi yang sangat besar. Kebun I produksinya meningkat dari 16 kg/phn menjadi 34,04 kg/phn, meningkat lebih dari 2 kali. Demikian pula kebun II yang pada tahun 2008 berproduksi hanya 12,1 kg/phn, meningkat menjadi 25,4 kg/phn, juga meningkat lebih dari 2 kali (Tabel 3). Kebun II terjadi peningkatan yang sangat besar dimungkinkan karena selain ada perawatan, juga secara tidak langsung mendapat pemupukan secara tidak langsung saat petani memupuk tanaman pangannya. Selain itu adanya sifat ”binial bearing” pada tanaman mangga. Mutu buah Berdasar klas (grade) yang biasa dilakukan oleh pedagang untuk tujuan pasar Jakarta/Bandung, Mutu buah mangga Arumanis hasil panen kebun I dan kebun II klas Boom dan Super lebih sedikit dibanding hasil panen dari sawah (Tabel 4). Hal ini disebakan karena di sawah kemungkinan sering mendapat pengairan, sehingga buah menjadi besar-besar. Namun bila dilihat sifat kimianya, buah yang dari tegal (kebun I dan kebun II) tampak lebih baik, dengan terlihat kandungan PTT yang lebih tinggi dan kadar asam dan air serta susut bobot yang lebih rendah dibanding buah mangga yang berasal dari sawah (Tabel 5 dan 6).
356
Tabel 2. Perlakuan yang sudah dilakukan pada tanaman mangga No.
Jenis Perlakuan
Bulan Pelaksanaan
Kebun I 1. Pemupukan I
Januari 2009
2.
Pemupukan II
Maret 2010
3. 4. 5.
Paklobutrazol Pengairan Pengendalian H & P
Februari 2009 September 2009 September 2009
6.
Perawatan (membersihkan kebun, ranting rusak, dan lain-lain) 7. Pemupukan I untuk musim panen 2010 Kebun II 1. Perawatan (membersihkan kebun, ranting rusak, dan lain-lain) 2. Pembrongsongan buah 3.
Pemupukan I untuk musim panen 2010
Setiap saat
Keterangan
Pukan ± 35 kg + pupuk organik cair 4 liter (dosis 1 l pupuk organik diberi air 20 l) per pohon. Campuran Urea, SP-36, KCl (2 : 1 : 1) sebanyak 1 kg/phn. Campuran Urea, SP-36, KCl (2 : 1 : 1) sebanyak 1 kg/phn 5 cc/l per pohon. 60 l/pohon 7 trap eugenol dan oli bekas untuk perekat lalat buah.. Pembersihan benalu, cabang kering, cabang air, dll.
Desember2009/ Januari 2010
½ kg Urea + ½ kg NPK + pukan 35 kg per pohon
Setiap saat
Pembersihan benalu, cabang kering, cabang air, dan lainlain Setap pohon dibrongsong sekitar 15 – 30 buah. ½ kg Urea + ½ kg NPK
September 2009 Desember2009/ Januari 2010
Tabel 3. Rata-rata produksi buah mangga pada musim panen tahun 2008 dan 2009 No. 1. 2.
Lokasi Kebun I Kebun II
Tahun 2008 16,0 kg/pohon 12,1 kg/pohon
Tahun 2009 34,04 kg/pohon 25,40 kg/pohon
Dari uji organoleptik, buah yang dibrongsong lebih disukai oleh panelis, baik kenampakan maupun rasanya dibanding tanpa dibrongsong maupun dari sawah (Tabel 7). Buah yang dibrongsong mempunyai kenampakan yang lebih baik dan tingkat ketuaan yang lebih seragam. Hal ini disebabkan oleh saat melakukan pembrongsongan, dipilih contoh buah yang memiliki tingkat ketuaan seragam, sehingga pada saat panen sudah tidak perlu melakukan pemilihan lagi, sedangkan pada buah yang tidak dibrongsong, meskipun juga ada pemilihan tingkat ketuaan, kemungkinan tingkat ketuaan buah tidak sama dengan yang dibrongsong. Buah mangga yang berasal dari sawah mempunyai rasa kurang manis dan kandungan air paling tinggi (Tabel 6).
357
Tabel 4. Komposisi mutu buah mangga Aumanis berdasar klas hasil panen di kebun I, kebun II dan di sawah, Probolinggo 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Klas Buah Boom Super Top O-3 (OOO) HK Sisa sortasi
Bobot Buah >550 g 500 – 549 450 – 499 400 – 449 350 – 399 Tidak masuk klas karena ukuran, rusak (cacat, bentuk abnormal) Total
Kebun I 3,53 9,40 27,61 33,49 22,44 3,53
Persentase Kebun II 0,58 24,03 19,84 28,87 24,84 1,84
100
Sawah 14,52 48,76 15,32 9,68 9,68 1,24
100
100
Tabel 5. Rata-rata sifat kimia buah mangga pada saat mentah. Asal buah BR TBR SW
Vit C (mg/100 g) 7,35 8,33 5,59
Asam (%) 0,70 1,22 1,24
TSS (%) 10,00 9,00 9,00
Air (%) 78,68 78,03 80,75
Ketrangan: BR = buah mangga dari kebun tegal yang dibrongsong TBR = buah mangga dari kebun tegal yang tidak dibrongsong SW = buah mangga dari sawah,
Tabel 6. Rata-rata sifat kimia dan susut bobot buah mangga setelah matang Asal buah BR TBR SW
Vit c (mg/100 g) 2,17 2,31 2,05
Asam (%) 0,21 0,23 0,22
TSS (%) 20,35 21,50 16,60
Air (%) 78,31 76,09 80,23
Susut bobot (%) 8,45 8,74 9,59
Ketrangan: BR = buah mangga dari kebun tegal yang dibrongsong TBR = buah mangga dari kebun tegal yang tidak dibrongsong SW = buah mangga dari lahan sawah
Biaya in put-out put Hasil analisis in put-out put menunjukkan bahwa biaya produksi untuk kebun I sebesar Rp.33.800,-/pohon dan di kebun II sebesar Rp.15.300,-/pohon, namun di kebun II pendapatannya lebih besar (Rp.35.500,-/pohon) daripada di kebun II (Rp34.280,-/pohon) (Tabel 8). Walaupun di kebun I dipupuk dan dipacu pembungaannya dengan paklobutrazol, tetapi pendapatannya lebih rendah di kebun II. Hal ini karena pemupukan pada tahun I belum berpengaruh terhadap produksi, tapi masih berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya zat pengatur tumbuh paklobutrazol masih mempunyai pengaruh pada tahun kedua. Oleh karena itu, produksi mangga di kebun I ada kemungkinan masih tinggi dibanding dengan kebun II.
358
Tabel 7. Rata-rata hasil uji organoleptik buah mangga setelah matang Asal buah BR TBR SW
Kenampakan (skor) 4,5 3,3 4,0
Rasa (skor) 4,3 3,3 3,0
Keterangan Skor 1 =sangat tidak suka dan skor 5 = sangat suka
Ketrangan: BR = buah mangga dari kebun tegal yang dibrongsong TBR = buah mangga dari kebun tegal yang tidak dibrongsong SW = buah mangga dari sawah
Tabel 8. Biaya in put-out put usaha mangga per pohon, Probolinggo, 2009 No. 1, 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10, 11. 12.
Uraian Urea 0,5 kg 2 kali SP-36 0,25 kg 2 kali KCl 0,25 kg 2 kali Pukan 35 kg Pupuk organik 0,20 l Perawatan 0,2 hari Pemupukan 0,1 hr 2 kali Petrogenol 0,2 botol Paklobutrazol 5 cc Penyiraman 0,1 hr Brongsongan 20 bh Biaya brongsong 0,1 hr Biaya Produksi Pendapatan kotor Pendapatan bersih
Harga satuan (Rp) 1.300/kg 1.700/kg 5.500/kg 100/kg 25.000/l 30.000/hari 30.000/hr 7.000/botol 200.000/250 cc 30.000/hr 315/bh 30.000/hr
Catatan : Produksi kebun I Produksi kebun II Harga buah mangga Arumanis
Nilai (Rp.) Kebun I Kebun II 1.300 850 2.750 3.500 5.000 6.000 6.000 6.000 1.400 4.000 3.000 6.300 3.000 33.800 15.300 68.080 50.800 34.280 35.500
= 34,04 kg/pohon = 25,40 kg/pohon = Rp.2000,-/kg
Respon petani Usahatani mangga di Klampok, Tongas, Probolinggo umumnya sebagai usaha sampingan dan dalam skala kecil. Selain itu tanaman banyak ada di pekarangan, sedangkan yang ada di tegal banyak dilakukan tumpangsari dengan tanaman pangan. Petani belum memberikan respon positif terhadap penerapan sebagian komponen SPO tanaman mangga, apalagi bila melakukan penerapan seluruh komponen, karena banyak yang menganggap tanpa dipupuk atau dirawatpun sudah dapat memberikan tambahan penghasilan. Namun dengan adanya bantuan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo, kelompok tani mau/bersedia menerapkan SPO pada sebagian tanaman mangga yang dikelolanya. Kelompok tani saat ini mengelola sekitar 187 pohon mangga kultivar Arumanis, namun hanya sekitar 25 tanaman mangga yang dikelola dengan menerapkan SPO budidaya mangga.
359
KESIMPULAN 1. 2. 3.
4.
5.
Penerapan SPO budidaya dan pasca meningkatkan produksi buah mangga Arumanis lebih dari 2 kali. Secara organoleptik (kenampakan dan rasa), buah mangga Arumanis yang dibrongsong lebih disukai oleh panelis daripada yang dibrongsong. Mutu buah mangga Arumanis yang berasal dari sawah lebih baik dari segi ukuran, tetapi dari segi mutu kimia dan rasa lebih baik buah mangga berasal dari tegal. Biaya produksi untuk kebun I Rp.33.800,-/pohon, lebih tinggi daripada di kebun II (Rp.15.300,-/pohon), tetapi pendapatan di kebun II lebih besar (Rp.35.500,-/pohon) dibanding di kebun I (Rp 34.280,-/pohon). Petani belum merespon positif, tetapi pengurus kelompoktani sudah menerapkan SPO mangga pada sebagian tanaman mangga yang dikelolanya,
DAFTAR PUSTAKA Diperta Propinsi Jawa Timur. 2007. “Profil dan Kiat Pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur”. Prosiding Seminar Nasional Agribisnis Mangga. BPTP Jawa Timur-Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang, 88103. Direktorat Tanaman Buah, 2004. Panduan Budidaya Buah Yang Benar (Good Agriculture Practices), Sistem Sertifikasi Pertanian Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. 158p. Moeljoprawiro, S, 2002. Bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas padi. Dalam Suprihatno B, et al. (eds.). Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Buku satu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. p : 103-116. Suhardjo. 2002. “ Teknologi Pasca Panen Mangga”. Monograf Mangga. BPTP Jawa Timur, 72-78.
360