Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol. Xx Juni 2015
Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi Dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV Vissim 6 FAUZAN HADITEDJA KUSUMAH1, SOFYAN TRIANA2 1. Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2. Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email :
[email protected] ABSTRAK
Jaringan jalan merupakan satu kesatuan ruas jalan dan persimpangan jalan. Permasalahan lalulintas biasanya terjadi di daerah persimpangan. Permasalahan yang terjadi pada persimpangan adanya kemacetan akibat konflik pada area persimpangan dan adanya kendaraan yang selalu mendapat lampu merah (tundaan) pada setiap lengan simpang. Penelitian ini membahas tentang kaji banding jarak antar simpang terkoordinasi dengan menggunakan program PTV Vissim 6 dan Transyt 12. Pemodelan variasi antar simpang dimaksudkan untuk mendapatkan nilai tundaan sistem terkecil. Berdasarkan studi terdahulu (Rosliani, D., 2007) jarak antar simpang terpanjang yang dapat dikoordinasikan adalah 500 meter dengan nilai tundaan sistem 3,04 det/smp dan pada penelitian ini jarak antar simpang terjauh yang dapat dikoordinasikan adalah 200 meter dengan nilai tundaan sistem 52,09 det/smp. Kata Kunci: Persimpangan, Tundaan, Simpang Terkoordinasi, PTV Vissim. ABSTRACT The road network is a unit of roads and intersection. In the intersection traffic problems usually occur. Problems that occur at the intersection of the congestion due to the conflict in the area of the intersection and the vehicle when a red light (delay) on each arm of the intersection. In this research discussed on appeal examined the distance between the intersection coordinated using PTV Vissim 6 and Transyt 12. Modeling variations between the intersection of the delay is intended to get the smallest system. Based on previous research longest distance between intersections be able 500 meters coordinated with a system delay value of 3.04 sec/smp and in this research the farthest distance between intersections be able 200 meters with a system delay value of 52.09 sec/smp. Keywords: Intersection, Delay, Coordinated Intersection, PTV Vissim. Reka Racana - 1
Fauzan Haditedja Kusumah, Sofyan Triana
1. PENDAHULUAN Pada umumnya di daerah perkotaan, keberadaan persimpangan sering menimbulkan permasalahan lalulintas. Persimpangan merupakan sumber konflik lalulintas yang rawan terhadap kecelakaan, untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya manajeman dan rekasaya lalulintas. Adanya manajemen dan rekayasa lalulintas yang baik pada persimpangan dapat mengurangi kecelakaan lalulintas, kemacetan, waktu tundaan, dan konflik antar kendaraan. Salah satu manajemen dan rekayasa lalulintas yang dapat dilakukan yaitu dengan pengaturan waktu sinyal pada persimpangan jalan dalam suatu jalur/arah jalan tertentu. Pengendalian waktu pada simpang dengan sinyal lampu lalulintas pada dasarnya adalah mengatur pergerakan arus lalulintas yang melintasi simpang dengan mengalokasikan waktu sinyal kepada setiap kendaraan. Metode persinyalan tersebut dapat dilaksanakan dengan lampu lalulintas terkoordinasi yang dipengaruhi oleh panjang ruas jalan (jarak antar simpang). Semakin panjang jarak antar simpang, maka kebebasan kendaraan akan semakin besar dan akan berpengaruh terhadap nilai tundaan pada jaringan jalan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis variasi jarak antar simpang yang dapat dikoordinasikan, sehingga dapat diketahui jarak antar simpang terkoordinasi dengan nilai tundaan terkecil. Pada studi terdahulu (Rosliani, D., 2007) telah dilakukan koordinasi simpang yang dilakukan dengan bantuan program Transyt 12. Untuk tugas akhir ini akan digunakan simulasi dengan bantuan program PTV Vissim 6. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan rangkaian ruas-ruas jalan yang dihubungkan dengan simpulsimpul. Simpul-simpul merepresentasikan perteman antar ruas-ruas jalan yang ada. Jaringan jalan mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah dan melayani aktivitas kawasan. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian. (Basuki, 2009) Jaringan jalan mempunyai pola jaringan sesuai dengan karakteristik kawasan/wilayah dan rencana pengembangannya. Untuk daerah yang berkembang secara natural maka pola jaringannya akan terbentuk dengan karakteristik alamiahnya. Pola jaringan jalan secara umum yaitu (Basuki, 2009) a. Grid Network b. Radial Network c. Linier Network d. Modified Radial Network 2.2 Persimpangan Secara Umum Persimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan di daerah perkotaan biasanya memiliki persimpangan, di mana pengemudi dapat memutuskan untuk jalan terus atau berbelok dan pindah jalan. Persimpangan jalan Reka Racana - 2
Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV VISSIM 6
dapat didefinisikan sebagai daerah umum di mana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu-lintas di dalamnya. Secara umum terdapat tiga jenis persimpangan, yaitu: (1) persimpangan sebidang, (2) pembagian jalur jalan tanpa ramp, dan (3) interchange (simpang-susun). (Khisty, 2003). Persimpangan sebidang (intersection at grade) adalah persimpangan di mana dua jalan raya atau lebih bergabung, dengan tiap jalan raya mengarah keluar dari sebuah persimpangan dan membentuk bagian darinya (Khisty, 2003). Lalulintas pada setiap lengan persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara bersamasama dengan lalulintas lainnya, sehingga persimpangan berpengaruh terhadap waktu perjalanan. 2.3 Pengendalian Persimpangan Persimpangan merupakan sumber konflik lalulintas yang rawan terhadap kecelakaan. Konflik terjadi antara kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun antara kendaraan dengan pejalan kaki, oleh karena itu persimpangan merupakan aspek penting didalam pengendalian lalulintas. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang. Namun secara umum tujuan pengaturan simpang yaitu untuk mengurangi kecelakaan, meningkatkan kapasitas simpang, meminimumkan tundaan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu persimpangan yaitu faktor lalulintas dan faktor geometri. Faktor lalulintas dalam perencanaan simpang meliputi jumlah kendaraan yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu (volume), kecepatan kendaraan, dan satuan mobil penumpang. Adapun faktor geometri pada persimpangan secara umum memberikan pengaruh terhadap operasional lalulintas. Elemen-elemen geometri diantaranya adalah alinyemen dan profil, lebar dan jumlah lajur. (Hariyanto, J., 2004) 2.4 Persimpangan dengan prioritas Persimpangan dengan prioritas, untuk jalan dengan arus lalulintas utama biasanya tidak memiliki tundaan, sehingga akan berpengaruh terhadap volume arus lalulintas pada jalan kecil untuk menunggu kendaraan dari jalan mayor dan berakibat adanya tundaan yang besar terhadap jalan minor. Oleh karena itu persimpangan dengan prioritas akan mengalami kesulitan atau kendala seiring bertambahnya arus lalulintas yang terus meningkat. Menurut UU No. 22 tahun 2009 pasal 113 mengenai aturan hukum pemberian prioritas di persimpangan, yaitu: a. Persimpangan prioritas tanpa rambu dan marka. Jenis persimpangan ini bersifat sederhana dan sama sekali mengandalkan kepatuhan pengguna jalan terhadap aturan pemberian prioritas untuk berjalan duluan bagi suatu arus lalulintas b. Persimpangan prioritas yang dilengkapi dengan rambu prioritas. Lengan persimpangan yang akan diatur harus memberikan prioritas kepada lalulintas lain dapat dipasangi dengan rambu prioritas. Kendaraan yang datang dari arah lengan persimpangan yang dipasangi rambu harus berhati-hati dan harus memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain yang ada di area persimpangan sebelum memutuskan untuk memasuki area persimpangan (conflict area) . c. Persimpangan prioritas yang dilengkapi dengan marka jalan. Persimpangan prioritas juga dapat diatur dengan memasang marka jalan pada lengan
Reka Racana - 3
Fauzan Haditedja Kusumah, Sofyan Triana
d.
e.
persimpangan yang diatur harus memberikan prioritas kepada lalulintas lainnya sama halnya dengan pengaturan rambu diatas. Persimpangan prioritas yang dilengkapi dengan lampu hazard. Persimpangan prioritas dapat juga dilengakapi dengan lampu lalulintas jenis hazard yang hanya mengeluarkan warna kuning sebagai peringatan untuk berhati-hati bagi pemakai jalan yang akan memasuki area persimpangan. Persimpangan prioritas yang diatur dengan bundaran (round about). Persimpangan yang dilengkapi dengan bundaran lalulintas atau round about adalah salah satu bentuk persimpangan dengan menerapkan sistem prioritas. Berbeda dengan persimpangan prioritas lain, aturan prioritas pada round about adalah memberikan prioritas untuk berjalan duluan kepada arus lalulintas yang datang dari arah kanan.
2.5 Persimpangan dengan lampu lalulintas Persimpangan dengan lampu lalulintas digunakan untuk mengurangi konflik yang mungkin terjadi pada persimpangan, dengan cara membagi fase berjalan pertama pada pergerakan tertentu yang kemudian bergantian dengan fase yang lainnya. Sistem pengendalian ini memungkinkan kendaraan tidak saling mengganggu antar arus yang ada. Secara umum, tujuan lampu lalulintas pada persimpangan (Khisty, 2003), yaitu: a. Untuk meningkatkan keamanan sistem secara keseluruhan. b. Untuk mengurangi waktu tempuh rata-rata di sebuah persimpangan, sehingga meningkatkan kapasitas. c. Untuk menyeimbangkan kualitas pelayanan di seluruh aliran lalu-lintas. Persimpangan dengan signal lampu dinyatakan dengan pembagian waktu, mempunyai beberapa parameter (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997) yang bisa digunakan dalam perencanaan lampu lalulintas di persimpangan, yaitu fase, aspek sinyal, waktu siklus,waktu antar hijau,waktu merah semua, waktu hilang, waktu hijau efektif, derajat kejenuhan, antrian, dan tundaan. 2.6 Persimpangan dengan Koordinasi Koordinasi simpang merupakan suatu sistem sinyal yang berguna untuk mengoptimalkan kapasitas jaringan jalan sehingga kendaraan tidak mengalami tundaan yang lama. Dengan koordinasi ini kendaraan yang telah bergerak meninggalkan satu simpang diharapkan tidak mendapatkan sinyal merah pada simpang berikutnya, sehingga kendaraan dapat terus berjalan pada simpang berikutnya dengan kecepatan normal. Kendaraan dapat terus berjalan pada simpang berikutnya dapat dilakukan dengan cara memberikan sinyal hijau dari persimpangan awal hingga berikutnya pada arus kendaraan yang bergerak dengan kecepatan konstan, jika kendaraan tidak sesuai dengan kecepatan rencana maka kendaraan akan mendapatkan periode merah pada sinyal berikutnya. (Rosliani, D., 2007) Koordinasi sinyal prinsipnya memberikan waktu siklus pada sinyal tiap simpang diusahakan sama, hal ini untuk mempermudah menentukan selisih nyala sinyal hijau dari simpang yang satu dengan simpang berikutnya dan pola pengaturan simpang yang dipergunakan adalah fixed time signal, hal ini karena koordinasi sinyal dilakukan secara terus menerus.
Reka Racana - 4
Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV VISSIM 6
2.7 Program PTV Vissim 6 Program PTV Vissim merupakan salah satu program untuk mempermudah rekayasa transportasi khususnya dalam perencanaan persimpangan. Vissim adalah simulasi mikroskopis, berdasarkan waktu dan prilaku yang dikembangkan untuk model lalulintas perkotaan dan operasi angkutan umum. Vissim ini dikembangkan oleh PTV Planung Transport Verkehr AG di Karlsruhe, Jerman. Nama ini berasal dari "Verkehr In Städten - SIMulationsmodell" (bahasa Jerman untuk "Lalulintas di kota - model simulasi"). Program PTV Vissim dapat digunakan untuk menganalisis operasi lalulintas dan angkutan umum dibawah batasan konfigurasi garis jalan, komposisi lalulintas, sinyal lalulintas, dan tempat pemberhentian. Sehingga program ini akan sangat bermanfaat untuk mengevaluasi berbagai macam alternatif rekayasa transportasi dan tingkat perencanaan yang paling effektif serta program ini akan sangat membantu dalam perencanaan persimpangan koordinasi. Pemodelan sistem simulasi PTV Vissim bergantung pada program model kontrol sinyal dan model arus lalulintas. Input data yang diperlukan dalam PTV Vissim, yaitu: a. Geometri jaringan Geomeri jaringan merupakan bentuk jaringan yang akan dimodelkan berdasarkan kebutuhan (lebar jalan, jumlah jalur pada link, konektor link untuk gerakan membelok) b. Data Arus Lalulintas Data arus lalulintas meliputi input arus pada setiap link masuk dan gerakan membelok pada setiap persimpangan, jenis kendaraan yang masuk, kecepatan rencana pada semua pendekat. c. Data Sinyal Kontrol Data sinyal kontrol diperlukan pada setiap persimpangan bersinyal, mulai dari waktu kuning, waktu merah semua, waktu merah pada setiap fase. 3. ANALISIS DATA 3.1 Pengumpulan Data Dalam kajian waktu tundaan dua persimpangan terkoordinasi dengan simulasi jarak antar simpang pada program PTV Vissim 6 dibutuhkan data sekunder. Kelengkapan data sekunder akan mempengaruhi terhadap keakuratan dalam proses menganalisis. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu geometri jalan, volume lalulintas, fase sinyal, kecepatan rencana. 3.2 Metode Pemodelan Jarigan Jalan Pengolahan data dilakukan pada program PTV Vissim 6 dengan melakukan pemodelan jaringan jalan. Pemodelan yang dilakukan dengan simulasi jarak antar simpang yang dikoordinasikan yaitu 200 m sampai dengan 800 m. langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pemodelan PTV Vissim pada Gambar 3.1.
Reka Racana - 5
Fauzan Haditedja Kusumah, Sofyan Triana
Mulai Program PTV Vissim
Pemodelan Geometri Jaringan 1. links lebar jalan jumlah lajur Panjang ruas jalan
Pemodelan Lalulintas 1. vehicle input 2. Static vehicle routes 3. desired speed decision
Signal Control
Perubahan Jarak Antar Simpang
Conflict Areas
Activate and Choosing Evaluation Type
Executed Simulation
Output
Selesai Gambar 3.1 Bagan Alir Pemodelan Jaringan Jalan Dengan Program Vissim
Reka Racana - 6
Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV VISSIM 6
3.3 Hasil Program PTV Vissim 6 Setelah pemodelan dan penginputan data selesai maka program PTV Vissim akan menganalisis tundaan yang terjadi pada setiap pemodelan jarak antar simpang yang dilakukan (100-800 m). Hasil analisis tundaan yang dilakukan pada program PTV Vissim dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Nilai Tundaan Sistem Hasil Analisis PTV Vissim No.
Jarak Antar Simpang (m)
Tundaan (detik/smp)
1
100
53,29
2
200
52,09
3
300
52,9
4
400
58,89
5
500
61,57
6
600
57,86
7
700
55,15
8
800
52,87
3.4 Perbandingan Hasil Program PTV Vissim 6 dengan Transyt 12 Setelah didapat analisis tundaan terkecil pada program PTV Vissim 6, maka hasil analisis ini akan dibandingkan dengan hasil analisis program Transyt 12. Perbandingan hasil analisis kedua program tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 3.2 Perbandingan Hasil Analisis Program PTV Vissim 6 dan Transyt 12 Tundaan Sistem (detik/smp)
Jarak Antar Simpang Yang Dapat Dikoordinasikan (m) PTV Vissim 6
Transyt 12
PTV Vissim 6
Transyt 12
600
500
40,38
3,04
3.5 Pembahasan Dilihat dari Tabel 3.2 jarak antar simpang yang dapat dikoordinasikan pada PTV Vissim 6 sejauh 200 meter sedangkan pada Transyt 12 jarak antar simpang yang dapat dikoordinasikan sejauh 500 meter dan tundaan sistem terkecil pada PTV Vissim 6 sebesar 52,09 det/smp sedangkan tundaan sistem terkecil pada Transyt 12 sebesar 3,04 det/smp. Nilai tundaan pada PTV Vissim lebih besar dibandingkan pada Transyt 12, hal ini disebabkan karena: a. Pada PTV Vissim terdapat pengaturan konflik kendaraan sedangkan Transyt 12 tidak memiliki pengaturan konflik. Pengaturan konflik kendaraan akan menyebabkan tundaan kendaraan karena adanya kendaraan berhenti sesaat untuk memprioritaskan kendaraan lain bergerak terlebih dahulu b. Secara visual pada pada PTV Vissim terdapat perlambatan sedangkan Transyt 12 tidak memiliki perlambatan pada arus kendaraan. Perlambatan menyebabkan tambahan tundaan karena saat akan berhenti, kendaraan tidak langsung berhenti dari kecepatan rencana tetapi kendaraan perlahan-lahan akan menurunkan kecepatannya hingga kecepatan nol. Reka Racana - 7
Fauzan Haditedja Kusumah, Sofyan Triana
c. Secara visual pada PTV Vissim terdapat percepatan sedangkan Transyt 12 tidak memiliki percepatan pada arus kedaraan. Percepatan menyebabkan tambahan tundaan karena saat mobil dalam keadaan diam, mobil bergerak perlahan-lahan bergerak hingga mencapai kecepatan yang direncanakan. d. Perbedaan keluarnya arus kendaraan pada lengan persimpangan antara Transyt 12 dan PTV Vissim. Saat simulasi pada Transyt 12 kendaraan satu per satu keluar dari lengan persimpangan dengan jeda waktu yang sama sedangkan pada PTV Vissim kendaraan yang keluar dari lengan persimpangan memiliki jeda waktu yang berbeda. 4. KESIMPULAN Nilai tundaan yang paling optimal berdasarkan hasil analisis PTV Vissim adalah 52,09 det/smp dengan jarak antar simpang 200 m, sedangkan pada studi terdahulu pada program Transyt 12 diperoleh jarak optimal antar simpang yang dapat dikoordinasikan sebesar 500 m dengan nilai tundaan 3,04 det/smp. Pada program PTV Vissim memiliki pengaturan konflik, fasilitas percepatan dan perlambatan yang tidak dimiliki program Transyt 12, sehingga berakibat lebih besarnya nilai tundaan sistem pada PTV Vissim dibandingkan Transyt 12. DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), (1997) Basuki, K. H. (2009). Jaringan Jalan. Dipetik June 14, 2015 dari http://kamiharibasuki.blogspot.com/2009/08/jaringan-jalan.html Harianto, J. (2004). Sistem Pengedalian Lalu Lintas Pada Pertemuan Jalan Sebidang. Dipetik June 14, 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1400/3/sipiljoni%20harianto2.pdf.txt. Khisty, C. J and Lall, B. K. (2003). Dasar-dasar Rekayasa Transportasi (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Planung Transport Verkehr Group. (2011). VISSIM 5.30-05 User Manual, Jerman. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Aturan Hukum Pemberian Prioritas Persimpangan Pasal 113. Rosliani, D. (2007). Pengaruh Panjang Ruas Jalan Pada Persimpangan Yang Terkoordinasi Dengan Program Transyt 12, Institut Teknologi Nasional, Bandung.
Reka Racana - 8