58
BAB IV HASIL DAN ANALISA KAJI BANDING DATA PENGUJIAN 4.1
Data Hasil Pengujian Sample pelumas Nissan Forklift engine QD32 milik PT. Kianis Pratama di uji di
Laboratorium milik PT. Petrolab Indonesia. Hasil pengujian dikirimkan PT. Petrolab Indonesia minimum 3 hari kerja setelah sample diterima Laboratorium. Dibawah ini adalah informasi mengenai sampel yang diuji di laboratorium: Tabel 4.1 Tabel informasi dari empat type oli dan sebelas sample yang diambil
59
4.1.1 Hasil Uji Karakteristik Utama Hasil uji ini akan menampilkanperubahan karakteristik dari pelumas yang meliputi viskositas, kandungan air atau water content, fuel dilution, total base number dan kandungan soot atau jelaga. Berikut dibawah ini adalah table hasil pengujian dari 11 sample yang diambil: Tabel 4.2 Tabel Karakteristik utama hasil pengujian
4.1.2 Hasil Uji Kandungan Logam Tabel dibawah ini menunjukan hasil pengujian dari 11 sample terhadap kandungan logam.
60
Tabel 4.3 Tabel Kandungan logam dari 11 sample oli yang diambil
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1
Nilai Viskositas Grafik 4.1 Grafik Parameter Viskositas
Hasil pengujian viscositas (Grafik 4.1) menunjukan bahwa nilai viscositas semua tipe oli pada setiap kenaikan jam kerja oli mengalami penurunan, secara rinci dapat
61
dijelaskan sebagai berikut : a. Type oli A ( Sample 1, 2 dan 3) Dapat dilihat bahwasanya penurunan kadar viscositas berbanding lurus dengan jam kerja pemakaian oli, namun masih dalam ambang batas minimum. b. Type Oli B (Sample 4,5 dan 6) Sama dengan oli type Force, viscositas oli FUHCS juga menurun bersamaan dengan bertambahnya jam kerja pemakaian oli atau unit. Namun dari table 4.2 terlihat di sample 6 kadar viscositas terdapat keterangan “B” = attention yang berarti bahwa kadar viscositas sudah mendekati ambang batas. Dari hal tersebut maka tidak di sarankan untuk melakukan penggantian oli FUCHS di HM 750 dan seterusnya karena viscositas oli sudah sangat rendah. c. Type Oli D ( Sample 7,8 dan 9) Terlihat dari table 4.2 bahwa viscositas agak berbeda dengan polanya , viscositas mengalami kenaikan hal ini mengidikasikan bahwa oli engine yang dipergunakan sesuai dengan negara asal unit Jepang, dimana kondisi cuaca lebih dingin sehingga viscositas awal rendah oleh sebab itu tidak sesuai oli tersebut dengan pemakaian di Indonesia. Dari 3 sample menunjukan bahwa dari sisi viscositas oli genuine bisa dipergunakan sampai 250 atau 300 Jam kerja setelah itu sesuai dengan Operation maintenance manual oli wajib diganti. d. Type Oli C (Sample 11 dan 12) Dari segi viscositas oli mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa jam kerja alat, maka tidak disarankan oli sampai 350 jam. Hanya disarankan sampai HM 200 atau 250 jam hal ini direkomendasikan dari hasil table 4.2
62
4.2.2 Nilai Kandungan Air Berdasarkan table 4.2 kandungan air yang terkandung pada semua sample oli engine jauh dibawah standart pengujian artinya normal, dalam hal ini dapat memberikan informasi bahwa tidak ada kebocoran air pendingin di engine, serta engine selalu bekerja pada suhu normal dan tidak mengalami overheat. 4.2.3
Nilai Fuel Dilution
Pada table 4.2 nilai kandungan fuel yang tercampur bersama oli 0,00 % kecuali pada sample 11, hal ini menunjukan bahwa tidak ada bahan bakar yang terkandung di dalam oli. Kalaupun ada presentasenya kecil sekali, kandungan bahan bakar dalam oli berkaitan erat dengan nilai viskositas. Untuk sampel 11 terkait dengan viscositas hal ini karena kualitas oli Pertamina sendiri yang tidak mampu dipakai dalam jam kerja yang lebih panjang. Sehingga mudah oli tercampur dengan blow by gas yang timbul dari hasil pembakaran walupun hanya sedikit tapi dapat dengan mudah merusak oli. 4.2.4
Nilai Total Base Number Grafik 4.2 Grafik Parameter TBN
63
Nilai Total Base Number pada grafik
4.2 menunjukan beberapa pola yang dapat
diberikan analisa sebagai berikut : a. Type oli A ( Sample 1, 2 dan 3) Dapat dilihat ditabel 4.2 nilai Total Base Number sample 1 dan 2 masih berada pada kondisi normal, namun pada sample ke 3 dimana jam kerjanya paling tinggi diantara sample tersebut nilai TBN sudah mendekati ambang batas yang di inginkan bahkan sudah ada keterangan “B” dimana hal itu menjadi satu catatan agar oli harus diganti agar tidak terjadi hal hal tidak diinginkan di engine. b. Type oli B (Sample 4,5 dan 6) Berbeda dengan oli A pada sample 4,5 dan 6 terdapat sedikit perbedaan dimana sample 4 ke 5 mengalami penurunan signifikan hal ini menunjukan pada waktu jam operasi ke 500 jam forklift mengalami pemaksaan atau overload hal ini yang terkadang menyebabkan kerusakan engine, hal yang sering terjadi forklift digunakan untuk mengangkat di luar batas kemampuan angkat atau dapat juga digunakan untuk mendorong, digunakan diluar fungsi sebenarnya. Untuk sample ke 6 dilihat dari sample ke 4 manunjukan penurunan nilai TBN namun tetap masih dalam ambang batas. Hal ini menenjukan bahwa kondisi engine masih std dan blow by gas top down masih normal. c. Type Oli D ( Sample 7,8 dan 9) Terlihat dari table 4.2 bahwa nilai TBN dari oli genuine oli dibawah ambang batas dan mengalami penurunan berimbang dengan jam kerja alat dan oli. Hal ini menjadi catatan penting bagaimana oli genuine sangat tidak di rekomendasikan, hal ini terkait dengan iklim dan cuaca yang berbeda antara negara produsen dengan negara user. Hal ini yang menjadikan oli lebih cepat rusak walaupun digunakan pada engine yang masih baru dan standart.
64
d. Type Oli C (Sample 11 dan 12) Pada oli tipe C sesuai dengan table 4.2 juga mengalami penurunan nilai TBN bahkan pada sample 11 nilai TBN sudah melebihi ambang batas dalam artian oli harus diganti. Penurunan nilai TBN masih berbanding lurus dengan jam operasi unit. Untuk pelumas sendiri sudah tidak mampu menetralkan asam korosif hasil pembakaran yang dianalisa masih sedikit karena engine masih baru dan beroperasi kurang dari 1 tahun serta kondisi std. 4.2.5
Nilai Jelaga Grafik 4.3 Grafik Parameter Soot
Kandungan jelaga atau soot terlihat dari 11 sample secara keseluruhan masih menunjukan nilai yang masih berada dibawah amabang batas. Yaitu 0,80/mm maksimum, hal ini menunjukan bahwa kwlaitas pembakaran engine QD32 dengan STD euro 3 dalam kondisi sempurna. Jelaga atau soot muncul jika pembakaran tidak sempurna dan blow by gas tinggi. Menjadi catatan bahwa oli tipe B di jam kerja 750 tidak dapat menahan kontaminasi sehingga sangat mudah tercampur jelaga. Serta oli
65
Genuine karena pengaruh cuaca awal sehingga terlihaat nilai jelaga juga diluar ambang batas. Keduanya murni lebih kepada kwalitas oli sendiri. 4.2.6 Nilai Kandungan Logam
Grafik 4.4 Grafik Parameter Logam Cu, Al, Cr
Dari hasil pengujian beberapa kandungan unsur logam Cu, Al dan Cr (Grafik 4.4) terlihat bahwa kadar Cu (Cooper) setiap sample mengalami kenaikan disetiap kenaikan jam kerja oli dipergunakan, namun masih jauh dibawah ambang batasnya yaitu 35 ppm. Begitu pula pada nilai Al (Alumunium) dimana ambang batas maksimal 25 ppm namun semua sample masih dibawah ambang batas, sama dengan Cu ada kenaikan pada masing masing sampel disetiap kenaikan jam kerjanya. Untuk unsur
Cr (Chromium) pada
sample 5 dimana nilai kandunganya 21 sudah berada diluar ambang batas yaitu 15, hal ini menunjukan engine mengalami overload sehingga terjadi keausan yang signifikan di beberapa komponen engine contohnya ring piston maupun valve, untuk sample yang lain masih masuk dalam ambang batas.
66
Grafik 4.5 Grafik Parameter Logam Si, Fe
Sedangkan dari grafik 4.5 terlihat kandungan Logam Si dan Fe, untuk kandungan Si sendiri relative stabil dengan pergantian jam kerja oli masing masing tipenya, untuk kandungan Si (Silicon) berasal dari zat aditif anti foam yang terkandung di masing masing oli, termasuk sealant dan debu. Namun dari semua sample masih ada diambang batas yaitu 45 ppm. Untuk kandungan Fe (Iron) terlihat di grafik 4.5 bahwa ada beberapa sample yang diluar ambang batas yaitu 125 ppm, yaitu sample 5 terlihat bahwa engine juga mengalami overload sehingga terjadi keausan yang berlebih di beberapa komponen khususnya cylinder liner dan ring piston, crankshaft. Sedangkan sample 6 juga mengalami kenaikan 67,2% dari ambang batas hal ini menunjukan oli mengalami penambahan kerusakan seiring dengan penambahan jam kerja oli. Demikian juga pada sample oli 8 dan 9 mengalami perubahan yang berimbang dengan kenaikan jam kerja hal ini bisa disebabkan terkait dengan penurunan kadar TBN dari oli tersebut sehingga bisa direkomendasikan bahwa oli sampel 8 dan 9 tidak dapat dipergunakan samapai jam kerja diatas 250 atau 300 jam menjaga titik aman dari oli tersebut.
67
Dengan melihat seluruh hasil pengujian, terdapat beberapa hal yang diperoleh mengenai parameter yang diperoleh dari hasil laboratorium. Terkait type dam jemis oli yang dipergunakan di forklift serta jam kerja pemakaiannya. 4.3
Analisa Hasil Penelitian dan Kaji Banding 1. Hasil analisa parameter pada oli merk ”A” menunjukan oli tersebut mampu bertahan sampai 750 Jam operasional, hal ini dapat menjadi rekomendasi bahwa oli tersebut yang dipergunakan. Khususnya untuk lebih menghemat biaya operasional tanpa mengurangi life time engine. Namun untuk lebih dari 750 jam tidak direkomendasikan karena parameter TBN sudah mulai diluar ambang batas. 2. Untuk tipe oli “B” hasil laboratorium menunjukan bahwa oli tersebut ada beberapa parameter yang menjadi catatan karena lebih dari ambang batas, khususnya jika dipergunakan lebih dari 750 jam. Oleh sebab itu rekomendasi untuk oli type B penggantian di interval 500 Jam. 3. Dari hasil parameter oli pelumas “C” dari principle diperoleh data bahwa oli tersebut kurang sesuai dengan cuaca dan iklim di Indonesia, terlebih jika dipergunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Oleh sebab itu untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan, agar penggantian oli tersebut inertia di 250 Jam. 4. Hasil uji parameter oli Tipe “D” SAE 40 hanya direkomendasikan penggantian setiap 200 jam, terlihat dari beberapa parameter yang diluar ambang batas saat dipergunakan di atas 250 Jam. 5. Engine Nissan QD32-Euro 3 dari seluruh uji parameter menunjukan bahwa hasil pembakaran yang sempurna terlihat dari parameter Fuel Dilution, Soot/Jelaga, Water content dan Nilai TBN dengan nilai serta presentase yang sangat kecil sehingga tidak menjadi kontaminasi terhadap pelumasnya.
Walaupun masih banyak tipe oli yang ada di pasaran namun dengan adanya hasil parameter uji laboratorium dari 4 tipe oli bisa memberikan contoh juga pedoman dalam
68
memilih oli yang tepat serta berapa lama oli tersebut harus diganti dengan aman tanpa merusak engine. Dengan pemilihan oli yang tepat serta interval penggantian yang tepat dapat lebih menghemat cost operasional dan tetap menjaga kinerja serta memaksimalkan usia engine forklift itu sendiri.