Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol. xx Agustus 2014
Studi Perbandingan Tundaan Pada Persimpangan Bersinyal Terkoordinasi antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12 PRADA SUKMAWAN1, SOFYAN TRIANA2 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (Institut Teknologi Nasional) 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (Institut Teknologi Nasional) Email :
[email protected] ABSTRAK
Persimpangan merupakan salah satu lokasi yang rawan kemacetan akibat konflik pergerakan kendaraan. Konflik pergerakan ini dapat menyebabkan tundaan, kecelakaan serta kemacetan. Dalam penelitian ini dibahas mengenai simulasi simpang koordinasi dengan menggunakan program PTV Vissim 6 dan membandingkan dengan keluaran program Transyt 12 pada studi terdahulu (Assyatri, 2005). Persimpangan yang dikoordinasikan yaitu persimpangan RE. Martadinata-Banda, RE. Martadinata-Citarum-Lombok, RE. Martadinata-Cihapit. Data yang dibutuhkan adalah data volume lalu lintas, geometrik jalan, dan pengaturan lampu. Hasil analisa secara sistem, perbandingan simpang dengan kondisi terkoordinasi tanpa optimasi dengan Transyt 12 mempunyai nilai tundaan rata-rata sistem 116,3 detik/smp, sedangkan pada PTV Vissim 6 didapatkan 130,513 detik/smp. Nilai tundaan sistem yang diperoleh dari hasil program PTV Vissim 6 lebih besar karena pada program PTV Vissim 6 nilai akselerasi dan deselarasi kendaraan diperhitungkan sehingga terjadinya keterlambatan saat keberangkatan dan pengurangan kecepatan. Serta memiliki pengaturan konflik antara arus lalulintas kendaraan yang berbelok kanan dan lurus pada fase yang sama. Kata kunci: PTV Vissim, Transyt, Tundaan, Simpang Bersinyal ABSTRACT
Intersection is one of the locations prone to congestion due to vehicle movement conflicts. Conflicts of this movement can cause delays, accidents and congestion. In this study discussed the intersection coordination simulation using PTV Vissim 6 and compared with Transyt 12 in earlier studies (Assyatri, 2005). Those intersection are RE. Martadinata-Banda, RE. Martadinata-Citarum-Lombok, RE. Martadinata-Cihapit. Data require are traffic volume, road geometric, and lamp signal setting. The results is comparison intersections with coordinated conditions without optimization with Transyt 12 has an average delay value system 116.3 second/pcu, while the PTV Vissim 6 obtained 130.513 second/pcu. Values obtained from PTV Vissim 6 is larger because PTV Vissim 6 acceleration and deceleration values are taken into account so that cause the delays in vehicle Reka Racana - 1
Prada Sukmawan, Sofyan Triana
movement and speed reduction when stop. The other thing is PTV Vissim 6 have a conflict regulation between vehicles that turning right and straight on the same phase. Keywords: PTV Vissim, Transyt, Delay, Signalized Intersection 1. PENDAHULUAN Persimpangan merupakan salah satu lokasi yang rawan kemacetan akibat konflik pergerakan kendaraan. Konflik yang ditimbulkan adalah tundaan, kecelakaan serta kemacetan. Pengaturan simpang saat ini masih banyak yang terisolasi, hal ini mengakibatkan kinerja jaringan jalan belum optimal. Koordinasi simpang dapat diharapkan sebagai upaya memperkecil permasalahan yang timbul serta dapat meningkatkan kinerja persimpangan. Jika arus lalu lintas terlalu tinggi, masalah yang ditimbulkan karena adanya konflik meningkat sehingga pemasangan lampu lalu lintas perlu dilakukan untuk membantu kinerja koordinasi simpang. Tujuan dari penelitian ini adalah mensimulasikan simpang terkoordinasi tanpa optimasi menggunakan PTV Vissim 6 dan membandingkan hasil tundaan rata-rata sistem studi terdahulu yang menggunakan software Transyt 12 dengan hasil tundaan rata-rata sistem PTV Vissim 6. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Koordinasi Simpang
Sebuah sistem sinyal terjadi apabila dua atau lebih lampu pengatur lalulintas yang dikoordinasikan operasinya sehingga masing–masing sinyal memiliki hubungan waktu yang tetap satu sama lain. Tujuan dari koordinasi ini adalah untuk mengurangi tundaan pada lengan simpang, mencegah stop yang terus menerus, mengubah pergerakan kendaraan yang sendiri-sendiri menjadi berkelompok dan memaksimalkan kapasitas. Tujuan ini dicapai dengan cara mengusahakan indikasi warna hijau terus menerus pada kelompok kendaraan di seluruh sinyal yang dilaluinya pada rute yang dikoordinasi kecepatannya harus konstan, jika kecepatan kendaraan melebihi kecepatan rencana dalam system ini maka akan mendapat periode merah pada setiap sinyal. Jarak antar persimpangan untuk dikoordinasikan sebaiknya tidak terlalu panjang karena akan menyebabkan penyebaran dari iring–iringan kendaraan akan menjadi besar. 2.2
PTV Vissim 6
Salah satu program yang digunakan dalam perencanaan persimpangan dengan waktu siklus jaringan jalan perkotaan yaitu program PTV Vissim 6. PTV Vissim adalah paket program multi-modal simulasi arus lalulintas mikroskopis yang dikembangkan oleh PTV Planung Transport Verkehr AG di Karlsruhe, Jerman. Nama ini berasal dari "Verkehr In Städten SIMulationsmodell" (bahasa Jerman untuk "Lalulintas di kota - model simulasi"). Program ini dapat menganalisis operasi angkutan pribadi dan umum di bawah kendala seperti konfigurasi jalur, komposisi kendaraan, sinyal lalulintas, dan PT (public transit) berhenti. Sehingga program ini menjadi alat yang berguna untuk evaluasi berbagai alternatif berdasarkan langkah-langkah rekayasa transportasi dan perencanaan untuk mencapai efektivitas yang direncanakan. Demikian pula arus pejalan kaki dapat dimodelkan, baik eksklusif atau
Reka Racana - 2
Studi Perbandingan Tundaan Pada Persimpangan Bersinyal Terkoordinasi antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12
dikombinasikan dengan lalulintas pribadi dan angkutan umum. maka program PTV Vissim cocok untuk diterapkan sebagai alat yang berguna dalam berbagai masalah transportasi. Keakuratan model simulasi lalulintas terutama tergantung pada kualitas pemodelan kendaraan, misalnya metodologi kendaraan bergerak melalui jaringan. Pada programprogram pemodelan sederhana menggunakan kecepatan konstan dan pemodelan pengemudi dengan pemodelan perilaku yang deterministik, berbeda dengan program PTV Vissim yang menggunakan psycho-physical driver sebagai pemodelan perilaku yang dikembangkan oleh Rainer Wiedemann pada tahun 1974 di Universitas Karlsruhe. Konsep dasar yang diterapkan oleh Wiedemann adalah ketika pengemudi berkendaraan bergerak lebih cepat dari persepsi individunya maka akan mengurangi kecepatan kendaraanya sehingga mencapai kecepatan yang diinginkan dari persepsi individu pengemudi. begitu pula sebaliknya ketika kecepatannya jatuh di bawah persepsi individunya maka kecepatan maka pengemudi akan mempercepat kendaraannya lagi setelah mencapai ambang persepsi lainnya. Karena pengemudi tidak bisa benar-benar menentukan kecepatan kendaraannya, hal ini menyebabkan proses berulang-ulang dari percepatan dan perlambatan. Karakteristik perilaku pengemudi. Model ini telah dikalibrasi melalui beberapa pengukuran lapangan di Technical University of Karlsruhe (since 2009 KIT - Karlsruher Institut für Technologie), Jerman. Salah satu program yang digunakan dalam perencanaan persimpangan dengan waktu siklus jaringan jalan perkotaan yaitu program PTV Vissim 6. PTV Vissim adalah paket program multi-modal simulasi arus lalulintas mikroskopis yang dikembangkan oleh PTV Planung Transport Verkehr AG di Karlsruhe, Jerman. Program ini dapat menganalisis operasi angkutan pribadi dan umum di bawah kendala seperti konfigurasi jalur, komposisi kendaraan, sinyal lalulintas, dan PT (public transit) berhenti. Sehingga program ini menjadi alat yang berguna untuk evaluasi berbagai alternatif berdasarkan langkah-langkah rekayasa transportasi dan perencanaan untuk mencapai efektivitas yang direncanakan. Demikian pula arus pejalan kaki dapat dimodelkan, baik eksklusif atau dikombinasikan dengan lalulintas pribadi dan/atau angkutan umum. Maka program PTV Vissim cocok untuk diterapkan sebagai alat yang berguna dalam berbagai masalah transportasi. (Planung Transport Verkehr Group, 2011) 3. ANALISIS DATA Pada analisis data yang digunakan adalah data hasil pengamatan langsung dilapangan studi terdahulu (Assyatri, 2005). Lokasi pengamatan terdiri dari beberapa persimpangan yaitu Persimpangan R. E. Martadinata - Jalan Banda, Jalan R. E. Martadinata - Jalan Citarum – Jalan Lombok, dan Jalan R. E. Martadinata – Jalan Cihapit. Pengumpulan data dilakukan dengan interval waktu satu jam (12:00-13:00), dengan perkiraan pada saat volume lalulintas mencapai waktu puncak atau waktu sibuk. Data yang diperlukan untuk pengkoordinasian lampu lalulintas adalah data geometrik jalan, data volume lalulintas, dan data lampu lalulintas 3.1 Data Geometrik Data geometrik jalan didapatkan dari pengukuran dan pengamatan dilokasi yang telah dilakukan oleh studi terdahulu. Pengukuran dan pengamatan meliputi lebar perkerasan jalan, lebar median (jika ada), dan jarak antara masing-masing persimpangan. Kecepatan rata-rata ditempuh kendaraan berdasarkan survei adalah sebesar 30 km/jam. Pada Tabel 1 berisi informasi tentang geometrik jalan aktual pada lapangan yang akan disimulasikan pada program PTV Vissim 6. Reka Racana - 3
Prada Sukmawan, Sofyan Triana
Tabel 1. Data Geometrik PERSIMPANGAN RE. MARTADINATA, BANDA Jalan
Lebar (m)
RE. Martadinata (B)
10,7
RE. Martadinata (T)
11,55
Banda ( U)
14,13
Banda ( S)
7,5
PERSIMPANGAN RE. MARTADINATA, CITARUM, LOMBOK Jalan
Lebar (m)
RE. Martadinata (B)
8
RE. Martadinata (T)
8
Citarum ( U)
14,5
Lombok ( S)
8,5
PERSIMPANGAN RE. MARTADINATA, CIHAPIT Jalan
Lebar (m)
RE. Martadinata (B)
10,6
RE. Martadinata (T)
8,5
Cihapit ( U)
7,6
Cihapit ( S)
7,92
3.2 Volume Lalulintas Dalam perencanaan rekayasa jalan dibutuhkan data volume lalulintas, pada Tabel 2 adalah data-data volume lalulintas yang digunakan sebagai masukan data pada simulasi program PTV Vissim 6 adalah sebagai berikut: Tabel 2. Data Volume Lalulintas SIMPANG RE. MARTADINATA, BANDA Arah
Volume Arus (smp/jam)
RE. Martadinata (B) lurus RE. Martadinata (T)
471
RE. Martadinata (B) kiri Banda (U)
397
RE. Martadinata (B) kanan Banda (S)
85
RE. Martadinata (T) lurus RE. Martadinata (B)
572
RE. Martadinata (T) kiri Banda (S)
101
RE. Martadinata (T) kanan Banda (U)
155
Banda (U) lurus Banda (S)
380
Banda (U) kiri RE. Martadianata (T)
166
Banda (U) kanan RE. Martadinata (B)
287
Banda (S) lurus Banda (U)
373
Banda (S) kiri RE. Martadianata (B)
140
Banda (S) kanan RE. Martadinata (T)
Reka Racana - 4
86
Studi Perbandingan Tundaan Pada Persimpangan Bersinyal Terkoordinasi antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12 SIMPANG RE. MARTADINATA, CITARUM, LOMBOK Arah
Volume Arus (smp/jam)
RE. Martadinata (B) lurus RE. Martadinata (T)
473
RE. Martadinata (B) kiri Citarum (U)
79
RE. Martadinata (B) kanan Lombok (S)
32
RE. Martadinata (T) lurus RE. Martadinata (B)
515
RE. Martadinata (T) kiri Lombok (S)
42
RE. Martadinata (T) kanan Citarum (U)
264
Citarum (U) lurus Lombok (S)
403
Citarum (U) kiri RE. Martadinata (T)
186
Citarum (U) kanan RE. Martadinata (B)
205
Lombok (S) lurus Citarum (U)
481
Lombok (S) kiri RE. Martadinata (B)
83
Lombok (S) kanan RE. Martadinata (T)
45
SIMPANG RE. MARTADINATA, CIHAPIT Arah
Volume Arus (smp/jam)
RE. Martadinata (B) lurus RE. Martadinata (T) RE. Martadinata (B) kiri Cihapit (U)
21
RE. Martadinata (B) kanan Cihapit (S)
26
RE. Martadinata (T) lurus RE. Martadinata (B)
3.3
692
634
RE. Martadinata (T) kiri Cihapit (S)
36
RE. Martadinata (T) kanan Cihapit (U)
23
Cihapit (U) lurus Cihapit (S)
93
Cihapit (U) kiri RE. Martadianata (T)
26
Cihapit (U) kanan RE. Martadinata (B)
29
Cihapit (S) lurus Cihapit (U)
76
Cihapit (S) kiri RE. Martadianata (B)
57
Cihapit (S) kanan RE. Martadinata (T)
25
Data Lampu Lalulintas
Data lampu lalulintas meliputi berbagai hal pertama perhitungan jumlah fase tiap persimpangan, kedua perhitungan waktu hijau, waktu kuning, dan waktu merah pada tiap fase dalam satu siklus untuk tiap fase, dan dilakukan perhitungan masing-masing tiga kali, dan yang ketiga adalah perhitungan intergreen antara dua fase yang berurutan, diukur lamanya waktu antara akhir lampu hijau suatu fase sampai awal lampu hijau fase berikutnya. Karena simulasi persimpangan terkoordinasi tanpa optimasi maka yang digunakan adalah waktu siklus yang terbesar dari ketiga simpang tersebut, bisa dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan perbedaan waktu siklus pada setiap simpang, pada simpang RE. Martadinata – Banda memiliki waktu siklus tertinggi yaitu 94 detik, maka waktu siklus keseluruhan sistem menggunakan data waktu siklus persimpangan RE. Martadinata – Banda.
Reka Racana - 5
Prada Sukmawan, Sofyan Triana
Tabel 3. Data Waktu Siklus R.E. Martadinata – Banda Lampu
Hijau (detik)
Intergreen (detik)
Merah (detik)
Fase 1
41
5
48
Fase 2
41
5
48
Waktu Siklus, Co
94 detik R.E. Martadinata - Citarum – Lombok
Lampu
Hijau (detik)
Intergreen (detik)
Merah (detik)
Fase 1
45
5
43
Fase 2
36
5
52
Waktu Siklus, Co
93 detik R.E. Martadinata – Cihapit
Lampu
Hijau (detik)
Intergreen (detik)
Merah (detik)
Fase 1
33
5
32
Fase 2
25
5
40
Waktu Siklus, Co
3.4
70 detik
Perbandingan Hasil Tundaan antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12
Setelah dilakukan pengolahan data dapat dilihat hasil dari kedua program tersebut di Tabel 4 dan Tabel 5. Pada Tabel 4 dilihat hasil menggunakan program Transyt 12 yang diperoleh dari data studi terdahulu, sedangkan pada Tabel 5 adalah hasil tundaan yang diperoleh dari program PTV Vissim 6. Pada Tabel 5 hasil yang diperoleh dari program PTV Vissim 6 mempunyai perolehan hasil sebesar 130,513 detik/smp, angka tersebut adalah nilai tundaan rata-rata secara sistem. Sedangkan pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa hasil tundaan yang diperoleh adalah tundaan rata-rata persimpang untuk memperoleh hasil tundaan rata-rata secara sistem maka jumlahkan hasil tundaan simpang RE. Martadinata, Banda - RE. Martadinata, Citarum, Lombok - RE. Martadinata, Cihapit. Tabel 4. Hasil Simulasi Tundaan Studi Terdahulu Jumlah Fase
RE Martadinata, Banda 2
RE Martadinata, Citarum,Lombok 2
RE Martadinata, Cihapit 2
Waktu Siklus (det)
94
94
94
Tundaan (detik/smp)
33
79,3
4
Kinerja Simpang
Reka Racana - 6
Studi Perbandingan Tundaan Pada Persimpangan Bersinyal Terkoordinasi antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tabel 5. Hasil Simulasi Tundaan Rata-rata Sistem PTV Vissim 6 Time Travel Time Delay Time Travel Time Delay No. (second) (second) (second/pcu) (second) (second) (second/pcu) 25 123,7 94,9 0,5 306,7 214,4 108,4 26 195,5 193,8 89,5 308,1 188,8 90 27 197,3 193,7 89,8 308,8 213,1 105 28 199,2 193,7 95,9 310,7 174,1 69,9 29 200,9 193,1 96 318,6 218,6 114,4 30 202,7 192,4 88,6 321,1 219,1 112,1 31 205,1 192,9 92,6 322,7 207,9 113,3 32 207,8 193,7 85,1 367,6 164,8 58 33 209,3 190,9 88,2 375 156,9 50 34 289,3 265 165,1 378,5 152,9 45,1 35 290,8 264 159,5 380 152,5 53,9 36 292,4 254,9 152,5 388,4 159 55,4 37 294 252,7 155,2 394,4 158,2 52,4 38 294,8 258,7 163 478,2 182 82,1 39 295,7 234,6 135,5 481,1 180,9 78,6 40 296,9 254,7 155,5 483,9 158,9 54,4 41 487 150,2 54,1 297,5 233,6 133,8 42 299,2 238,1 132 571,2 452,7 353,3 43 299,2 230,9 132,4 573,2 451 348 44 301 229,3 128 574,8 445,6 340,2 45 302,4 225,4 127,4 576,4 443,6 340,5 46 304,6 214,9 110,7 578,4 443,7 339,7 47 304,7 200,6 99,1 580,3 443,1 344,8 Total 130,512766 306,6 200,5 94,6
Pada Tabel 5 hasil yang diperoleh dari program PTV Vissim 6 mempunyai perolehan hasil sebesar 130,513 detik/smp, angka tersebut adalah nilai tundaan rata-rata secara sistem. Sedangkan pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa hasil tundaan yang diperoleh adalah tundaan rata-rata persimpang untuk memperoleh hasil tundaan rata-rata secara sistem maka jumlahkan hasil tundaan simpang RE. Martadinata, Banda - RE. Martadinata, Citarum, Lombok - RE. Martadinata, Cihapit. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari Simulasi Koordinasi Simpang Bersinyal Dengan Software PTV Vissim 6: 1. Nilai tundaan secara sistem yang dihasilkan oleh PTV Vissim 6 adalah 130,513 detik, sedangkan berdasarkan studi terdahulu didapat besar tundaan sebesar 116,3 detik. 2. Pada program Transyt 12 tidak memiliki pengaturan arus yang bergerak lurus dengan yang berbelok kanan pada fase yang sama. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya delay kendaraan di antara dua arah lalulintas yang saling berlawanan pada fase yang sama. Adapun pada program PTV Vissim memiliki pengaturan untuk menghindari kondisi tersebut, sehingga hal ini akan menyebabkan tambahan delay bagi setiap kendaraan.
Reka Racana - 7
Prada Sukmawan, Sofyan Triana
3. Pada program PTV vissim 6 setiap kendaraan yang dilepas saat lampu hijau memiliki fungsi matematis akselerasi dan deselerasi. Fungsi akselerasi tersebut memodelkan kendaraan yang mulai bergerak (dari posisi berhenti) sampai dengan mencapai kecepatan rencana, begitupun pada kondisi akan berhenti pada persimpangan. Hal ini pula yang akan menyebabkan terjadinya tambahan delay akibat keterlambatan saat akan bergerak dan saat akan berhenti. Hal ini tidak dimiliki oleh program Transyt 12.
DAFTAR PUSTAKA Assyatri, V. (2005). Perbandingan Koordinasi Simpang Bersinyal Dengan Program Transyt 12 dan Tanpa Koordinasi Dengan MKJI 1997 Studi Kasus Jalan RE. Martadinata Bandung, Institut Teknologi Nasional, Bandung. Planung Transport Verkehr Group (2011). VISSIM 5.30-05 User Manual, Jerman.
Reka Racana - 8