1
“PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN” (STUDI KASUS PADA AUDITOR INTERNAL INSPEKTORAT PROVINSI GORONTALO)” Alan Igirisa1, Sahmin Naholo2, Siti Pratiwi Husain3 Jurusan Akuntansi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Data dalam penelitian ini didapatkan dengan menyebarkan kusioner pada responden di Kantor Inspektorat Provinsi Gorontalo. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 orang dengan tingkat pengembalian sebanyak 40 orang. Analisis data menggunakan bantuan program SPPS 21. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa profesionalisme audit terletak pada kriteria yang baik sedangkan pertimbangan tingkat materialitas juga terletak pada kriteria yang baik. Pengujian statistik menemukan bahwa Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit di Kantor Inspektorat Provinsi Gorontalo dengan nilai pengaruh sebesar 30,6%.
Kata kunci : Profesionalisme Audit, Pertimbangan Tingkat Materialitas
PENDAHULUAN Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang. Untuk meletakan kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil audit dan pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap satu atau beberapa auditor dapat merendahkan martabat profesi auditor secara keseluruhan, sehingga dapat merugikan auditor lainnya. Oleh karena itu organisasi auditor berkepentingan untuk mempunyai kode etik yang dibuat sebagai aturan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan auditan, antara auditor dengan auditor dan antara auditor dengan masyarakat.
1
Alan Igirisa, Mahasiswa. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 2 Sahmin Naholo, SE, MM. Dosen Akuntansi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 3 Siti Pratiwi Husain, SE, M.Si. Dosen Akuntansi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo.
2
Menurut Boynton (2003), fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian auditor internal pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Audit pada sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan (Rai, 2008: 29). Tujuan dilakukannya audit terhadap laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas suatu kewajaran semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Audit dapat dikatakan jujur dan wajar, laporan keuangan tidak perlu benar-benar akurat sepanjang tidak mengandung kesalahan material. Suatu persoalan dikatakan material jika tidak adanya pengungkapan atas salah saji material atau kelalaian dari suatu akun dapat mengubah pandangan yang diberikan terhadap laporan keuangan. Audit terhadap laporan keuangan diperlukan untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi dengan kriteria yang telah ditentukan serta penyampaian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Derajat kesesuaian ini dapat berupa kuantitas maupun kualitatif, seperti kewajaran laporan keuangan. Hal ini yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pemberian opini audit. Apabila asersi-asersi dan kriteria yang telah ditentukan sudah sesuai maka opini yang diberikan oleh auditor akan bagus, begitupun sebaliknya apabila asersi dan kriteria tersebut tidak sesuai maka opini yang dikeluarkanpun akan kurang bagus, (Rohma, 2013: 1). Auditor internal yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Materialitas itu sendiri adalah besarnya nilai
3
yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu (Mulyadi, 2002: 158). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa profesonalisme merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat materialitas suatu laporan keuangan, hal ini sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Kirana (2010) dimana profesionalisme auditor berpengaruh signifikan dalam menetapkan materialitas laporan keuangan pada Kantor Akuntan Publik Komisariat Wilayah Bandung. Profesionalisme auditor mampu memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap pertimbangan materialitas laporan keuangan pada Kantor Akuntan Publik Komisariat Wilayah Bandung. Materialitas merupakan dasar penetapan standar auditing tentang standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas memiliki pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Suatu jumlah yang material dalam laporan keuangan suatu entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu juga, kemungkinan terjadi perubahan materialitas dalam laporan keuangan entitas tertentu dari periode akuntansi satu keperiode akuntansi yang lain. Inapty
(2007:
4)
mengatakan
auditor
dituntut
dapat
melaksanakan
pekerjaannya secara profesional, dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi dan juga harus mematuhi aturan organisasi. Namun didalam pelaksanaannya terkadang hal tersebut tidak mudah untuk dijalankan dan menimbulkan konflik. Konflik yang terjadi pada perusahaanperusahaan audit seperti adanya konflik biaya dengan kualitas audit. Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik Mulyadi (2002) dalam Batubara (2008: 30). Kehati-hatian profesional adalah auditor diharuskan untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit.
4
Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota sebagai auditor internal Pemerintah dituntut untuk memiliki profesionalisme. Dalam Standar umum pertama APIP disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Penelitian Kusuma (2012) membuktikan bahwa profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil yang sama juga dilakukan oleh Hizkia (2012) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pengabdian pada profesi, dan keyakinan pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian dan keyakinan pada profesi dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Menurut Bapak Adam selaku pegawai di Inspektorat Provinsi Gorontalo (2015), permasalahan di Inspektorat Provinsi Gorontalo ialah adanya auditor yang kurang mendalami kemampuan teknik dan metodologi audit. Oleh karena itu auditor harus secara terus menerus meningkatkan kemampuan teknik dan metodelogi audit agar dapat meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Badan Pemeriksa Keuangan Gorontalo menyatakan bahwa khusus di pemeritah Provinsi Gorontalo masih banyak ditemukan beberapa hal yang menjadi kurang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya. Dimana BPK menyebutkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Gorontalo ikhtisar hasil pemeriksaan semester I tahun 2011 terdapat 45 kasus kelemahan sistem pengendalian intern dan 69 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Berdasarkan temuan kasus tersebut kualitas hasil audit yang dilaksanakan oleh aparat inspektorat Provinsi Gorontalo saat ini masih menjadi sorotan karena masih banyaknya temuan audit yang tidak terdeteksi oleh inspektorat sebagai audit internal, akan tetapi ditemukan oleh auditor ektsternal yaitu BPK. Maka berdasarkan uraian di atas dan penelitian-penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengambil judul “Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan” (Studi Kasus pada Auditor Internal Inspektorat Provinsi Gorontalo).
5
KAJIAN TEORIs A. Profesionalisme Auditor Profesionalitas merupakan sebagai bentuk peran profesi dalam memberikan nilai tambah pada perusahaan, profesionalisme pada audit internal merupakan suatu kredibilitas, yang merupakan suatu kunci sukses dalam menjalankan suatu perusahaan. Menurut Sawyer dialih bahasa oleh Akbar (2006: 47) dalam bukunya ”Internal Auditing”, mengungkapkan bahwa Profesionalisme auditor
merupakan sikap dan perilaku auditor dalam
menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tanggung jawab agar mencapai kinerja tugas sebagaimana yang diatur oleh organisasi profesi, meliputi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi. Profesionalisme audit internal hendaknya memiliki kecakapan dalam melaksanakan setiap penugasan audit, atau paling tidak memiliki akses atas kecakapan, memiliki kecakapan dalam keahlian utama yang diperlukan dalam melakukan audit internal yang mendalam, mampu memahami orang lain dan memiliki apresiasi. Profesionalisme menurut Arens., et.,all (2008: 78) adalah “Professional means a responsibility for conduct that extends beyond satisfying individual responsibilities and beyond the require ments of our society law and regulations”. Pengertian kemampuan profesional auditor internal menurut Tungal (2008: 19) adalah “Sikap membangun suatu staf yang superior, seseorang harus terlebih dahulu mengetahui standar-standar keunggulan (standards for excellence). Mengetahui
audit
memerlukan
kecerdasan,
kompetensi,
dan
kemampuan berurusan dengan orang lain pada setiap tingkatan perusahaan, menetapkan standar yang tinggi untuk praktisinya. Menurut Sawyer dialih bahasakan oleh Akbar dalam bukunya ”Internal Auditing” (2006: 47) mengungkapkan bahwa ”Profesionalisme auditor internal hendaknya memiliki kecakapan dalam melaksanakan setiap penugasan audit, atau paling tidak memiliki akses atas kecakapan, memiliki kecakapan dalam keahlian utama yang diperlukan dalam melakukan audit internal yang mendalam, mampu memahami orang lain dan memiliki apresiasi. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan
6
dalam
pelaksanaan
pemeriksaan
serta
penyusunan
laporan
hasil
pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Pernyataan standar ini mewajibkan pemeriksa untuk menggunakan kemahirannya secara profesional, cermat dan seksama, memperhatikan integritas, obyektivitas, dan independensi dalam menerapkan kemahiran profesional terhadap setiap aspek pemeriksaannya. Pernyataan standar ini juga mengharuskan tanggung jawab bagi setiap pemeriksa yang melaksanakan
pemeriksaan
berdasarkan
Standar
Pemeriksaan
untuk
mematuhi Standar Pemeriksaan. Pemeriksa harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan standar yang akan diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan lingkup pemeriksaan, memilih metodologi, menentukan jenis dan jumlah bukti yang akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan. Kemahiran profesional harus diterapkan juga dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan. B. TINGKAT MATERIALISME Profesionalitas merupakan sebagai bentuk peran profesi dalam memberikan nilai tambah pada perusahaan, profesionalisme pada audit internal merupakan suatu kredibilitas, yang merupakan suatu kunci sukses dalam menjalankan suatu perusahaan. Menurut Sawyer dialih bahasa oleh Akbar (2006: 47) dalam bukunya ”Internal Auditing”, mengungkapkan bahwa Profesionalisme auditor
merupakan sikap dan perilaku auditor dalam
menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tanggung jawab agar mencapai kinerja tugas sebagaimana yang diatur oleh organisasi profesi, meliputi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi. Profesionalisme audit internal hendaknya memiliki kecakapan dalam melaksanakan setiap penugasan audit, atau paling tidak memiliki akses atas kecakapan, memiliki kecakapan dalam keahlian utama yang diperlukan dalam melakukan audit internal yang mendalam, mampu memahami orang lain dan memiliki apresiasi. Menurut SPAP No. 4 (2001: 230) “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya,
auditor
7
wajib
menggunakan
kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran professional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengambil standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan professional (prossional judgement), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama (Lubis, 2009: 36). Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit, diantaranya: a. Formulasi tujuan audit; b. Penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi risiko audit; c. Pemilihan pengujian dan hasilnya; d. Pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit; e. Penentuan signifikan tidaknya resiko yang diidentifikasi dalam audit dan efek/dampaknya; f.
Pengumpulan bukti audit;
g. Penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit. Pemeriksa harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan standar yang akan diterapkan terhadap pemeriksaan; menentukan lingkup pemeriksaan, memilih metodologi, menentukan jenis dan jumlah bukti yang akan dikumpulkan, atau dalam memilih pengujian dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan. Kemahiran profesional harus diterapkan juga dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kemahiran profesional menuntut pemeriksa untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu
8
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti pemeriksaan.
Pemeriksa
menggunakan
pengetahuan,
keahlian
dan
pengalaman yang dituntut oleh profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Karena bukti dikumpulkan dan dievaluasi selama pemeriksaan, skeptisme profesional harus digunakan selama pemeriksaan. Pemeriksa tidak boleh menganggap bahwa manajemen entitas yang diperiksa tidak jujur, tetapi juga tidak boleh menganggap bahwa kejujuran manajemen tersebut tidak diragukan lagi. Dalam menggunakan skeptisme profesional, pemeriksa tidak boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen entitas yang diperiksa adalah jujur. Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu materialitas merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu audit atas laporan keuangan. PSA No. 25, Resiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit
(SA 312.08) menyatakan bahwa
auditor harus mempertimbangkan materialitas dalam (a) merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan (b) mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Arti konsep ini dan relevansinya terhadap perencanaan audit akan dibahas di bawah ini. Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit menurut Arens dan Loebeccke (1996) sebagaimana yang dijelaskan oleh Kusuma (2012) adalah suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa materialitas adalah besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi dan pertimbangan seseorang yang meletakkan kepercayaan terhadap salah saji tersebut. Materialitas dalam akuntansi adalah sesuatu yang relatif, nilai kuantitatif yang penting dari beberapa informasi keuangan, bagi para pemakai laporan keuangan dalam konteks pembuatan keputusan (Frishkoff, 1970 dalam Hastuti dkk, 2003: 109). Peran konsep materialitas adalah untuk
9
mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bukti. Dalam memberikan pendapatnya, auditor tidak memeriksa semua transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Dengan memperhatikan faktor waktu dan ekonomi, auditor memusatkan perhatiannya pada item-item yang penting dan menghindari pemborosan untuk hal-hal yang tidak perlu. Pertimbangan materialitas berpengaruh terhadap pendapat auditor karena berhubungan dengan tanggung jawab auditor atas pernyataan kewajaran
penyajian
laporan
keuangan
yang
diperiksanya.
Dengan
memperhatikan sifat audit yang memberikan keyakinan (assurance) atas kewajaran penyajian laporan keuangan, maka akan timbul risiko tidak ditemukannya hal-hal yang material. Pertimbangan tingkat materialitas adalah pertimbangan auditor atas besarnya penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pertimbangan pihak yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut yang dilihat berdasarkan seberapa penting tingkat materialitas, pengetahuan tentang tingkat materialitas, risiko
audit, tingkat
materialitas antar perusahaan dan urutan tingkat materialitas dalam rencana audit (Kusuma, 2012). C. Hubungan antara Profesionalisme dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas Pertimbangan
auditor
mengenai
materialitas
merupakan
pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadahi dan yang akan meletakkan kepercayaan
terhadap
laporan
keuangan.
Pertimbangan
mengenai
materialitas yang digunakan auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Sebagai auditor profesional, dalam melaksanakan proses audit dan penyusunan laporan keuangan, seorang auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, (Febrianty, 2012). Untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional maka auditor harus membuat perencanaan audit sebelum memulai proses audit.
10
Di dalam perencanaan audit, auditor diharuskan untuk menentukan tingkat materialitas awal, sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semakin seorang auditor itu profesional maka semakin auditor tersebut tepat dalam menentukan tingkat materialitas. profesionalisme auditor tersebut dapat diukur melalui: pengabdian auditor terhadap profesi, kesadaran auditor akan kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi (Febriyanty, 2012). METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menguji adanya pengaruh antara variabel X dengan variabel Y, dalam penelitian ini yaitu variabel X (professional auditor) dan variabel Y (pertimbangan tingkat materialitas). Penelitian ini merupakan penelitian survai. Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Hasan, 2008: 7). Sifat penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat (Hasan, 2008: 42). Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan profesionalisme auditor materialitas
dalam
membuktikan pengaruh
terhadap audit terhadap pertimbangan tingkat
pemeriksaan
laporan keuangan
pada
audit
internal
Inspektorat Provinsi Gorontalo sebagai variabel dependen. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka desain penelitian sederhana akan digambarkan seperti gambar 2 di bawah ini:
Profesionalisem Auditor (X)
Pertibangan Tingkat Materialitas (Y)
11
Variabel penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat seperti dijelaskan sebagai berikut: 1. Profesionalisme auditor (X) Profesionalisme auditor merupakan sikap dan perilaku auditor dalam menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tanggung jawab agar mencapai kinerja tugas sebagaimana yang diatur oleh organisasi profesi, meliputi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi (Sawyer, 2006: 47).
2. Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) Pertimbangan Tingkat Materialitas merupakan besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut (Financial Accounting Standard Board (FASB)) Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung yang bersumber dari jawaban kuesioner dari responden. Untuk memperoleh data/informasi yang akurat maka peneliti menggunakan pendekatan langsung kepada instansi yang bersangkutan serta para auditor sebagai responden yang ada dalam instansi tersebut. Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa daftar pertanyaan (questionaire) yang diberikan kepada seluruh auditor Inspektorat Provinsi Gorontalo.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mulyadi dalam Noveria (2006: 5) menyebutkan bahwa pencapaian kompetensi profesional akan memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan uji profesional dalam subyeksubyek (tugas) yang relevan dan juga adanya pengalaman kerja. Oleh karena itu untuk mewujudkan profesionalisme auditor, dilakukan beberapa cara antaralain pengendalian mutu auditor, review oleh rekan sejawat, pendidikan profesi berkelanjutan, meningkatkan ketaatan terhadap hukum yang berlaku dan taat terhadap kode perilaku profesional. IAI berwenang menetapkan standar (yang merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota termasuk setiapkantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor independen.
Berdasarkan temuan dalam deskripsi variabel penelitian ditemukan bahwa skor tertinggi dari variabel Profesionalisme Auditor yakni pada item 1 pada indikator koordinasi dan pengendalian mutu yang bernilai 90,0%. Nilai ini mengindikasikan
bahwa
auditor
telah
melakukan
audit
sesuai
dengan
pengetahuan yang dimiliki, hal ini berarti juga bahwa auditor akan melakukan semua upaya agar hasil audit yang dihasilkan dapat memberikan dampak baik yang dapat dilihat dari opini Provinsi Gorontalo yang WTP. Nilai terendah dari pengujian terletak pada indikator keyakinan profesi yakni pada pernyataan 11 yang memiliki skor sebesar 79,0% (terletak pada kategori baik). Hal ini mengidnikasikan adanya kerjasama tim sesama auditor yang masih perlu untuk dibenahi terutama terkait dengan kemampuan dan kemauan dari sesama rekan untuk saling menjaga setiap kesalahan yang mungkin dapat dilakukan ketika melakukan audit terhadap keuangan Pemerintah daerah Provinsi Gorontalo. Adanya
profesionalisme
auditor
tentunya
akan
berdampak
pada
pertimbangan materialitas dari pemeriksaan sebagaimana menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 312, materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari
13
keadaan
yang
melingkupinya,
dapat
mengubah
atau
mempengaruhi
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau kecurangan. Sehingga apabila seorang auditor mengharapkan hasil keputusan yang diberikan tersebut dapat diandalakan dan memiliki tingkat materialitas yang dapat manjdai acuan. Maka auditor tersebut haruslah merupakan auditor yang profesional. Sebagaimana menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam standar umum telah mensyaratkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Kemudian dalam pelaksanaan audit,auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Berdasarkan jawaban responden (Auditor dan pengawas Inspektorat Provinsi Gorontalo) terletak pada kriteria sangat baik (skor 83,3%). Hasil ini menunjukan bahwa penilaian dari Inspektorat selaku pengawasan atas kegiatan pembangunana pemerintah daerah bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah telah dilakukan dengan hasil yang sangat baik. Terutama pada item 4 dan 5 yang dapat diinterpretasikan bahwa dalam hal pertimbangan tingkat materialitas, auditor di Inspektorat Provinsi Gorontalo telah memiliki pengetahuan yang baik sehingga point ini menjadi sanagt tinggi. Jawaban dari pihak Inspektorat selaku auditor maupun pengawas sangat kontradiksi dengan masalah yang diungkapkan sebelumnya, hal-hal tersebut dapat menjadi suatu representasi bahwa jawaban yang diberikan secara individual oleh pihak pimpinan belum terbukti. Namun demikian keterbatasan dari pihak auditor internal yakni pihak Inspektorat Provinsi Gorontalo dapat dilihat berdasarkan jawaban terendah dari responden yakni mengenai materialitas yang dianggap bukan merupakan hal penting bagi pihak auditor. Hal ini tentunya
14
bertentangan dengan yang diungkapkan oleh IAPI tentang pentinganya profesionalisme dalam meningkatkan tingkat materialitas pemeriksaaan. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis statistik ditemukan bahwa
nilai
t-hitung
untuk
variabel
Profesionalisme
Auditor
lebih
besar
dibandingkan dengan nilai t-tabel dapat pula dilihat bahwa nilai signifikansi dari pengujian ini lebih kecil dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor Inspektorat Provinsi Gorontalo. Dapat pula diketahui bahwa sumbangan Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Provinsi Gorontalo yang berkualitas yakni sebesar 30,6%. Sehingga hipotesis statistik diterima. Hasil pengujian hipotesis yang menemukan adanya pengaruh dari Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas daerah Provinsi Gorontalo ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hizkia (2012) yang menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme auditor
berpengaruh secara
signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan bahwa varaibel profesionalisme auditor terletak pada kriteria yang sangat baik. Namun masih perlunya pembenahan terkait dengan keyakinan profesi. Kemudian untuk variabel pertimbangan tingkat materialitas terletak pada kriteria yang baik, namun masih perlunya pembenahan terkait dengan resiko audit dan manfaat materialitas. Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis
ditemukan
bahwa
Profesionalisme auditor bepengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa pihak-pihak auditor senantiasa menjaga tindakan profesionalnya yang dapat mempengaruhi tingkat materialitas pemeriksaaan. Adapun koefisen pengaruhnya yakni sebesar 30,6%. Sedangkan
sisanya
dipengaruhi
oleh
independensi dan lain-lain.
15
variabel
lain
seperti
integritas,
SARAN Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: Perlunya
bagi
pihak
Inspektorat
Provinsi
Gorontalo
melakukan
pembenahan mengenai sikap keyakinan profesi. Hal ini akan berdampak pada kedaan dimana kurangnya temuan atau kesalahan dalam audit atau dapat dikatakan dapat meningkatkan profesionalisme auditor. DAFTAR PUSTAKA Akbar, Ali. 2006. Prosedur Penelitian Statistik Pendekatan Praktik Edisi 12. Jakarta : Alfabeta Arens, Alvin, Randal J. Elder da Marks S. Beasley, 2008. Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Edisi Kesembilan Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Indeks Kelompok gramedia Indonesia. Arikto (2006: 124) Arikunto. 2006. Statistik Penelitian. PT Bumi Aksara. Jakarta. Batubara,
Rizal
Iskandar,
Pendidikan,Kecakapan
2008.
Analisis
Profesional,
Pengaruh
Pendidikan
Latar
Belakang
Berkelanjutan,
Dan
Independensi PemeriksaTerhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan).Tesis, Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU. Boynton, William C., Johnson, Raymond N., Kell, Walter G. 2003. Moderen Auditing, Edisi Ketujuh, Jilid Satu, Penerjemah Ichsan Setiyo Budi, Herman Wibowo. Erlangga : Jakarta Febrianty. 2003. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Atas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (JENIUS) Politeknik PalComTech Palembang. Hastuti dkk. 2003. Hubungan Antara Profesionalisme Dengan pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pangauditan Laporan Keuangan. Jurnal. Universitas Diponegoro
16
Hizkia, Bayu Raja. (2012), Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Program Studi Akuntansi. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bina Nusantara Jakarta. Inapty, Biana Adha. 2007. Pengaruh Konflik Biaya Dengan Kualitas Audit Terhadap
Dysfunctional
Behavior(Studi
Empiris
Pada
Kap
Di
Indonesia).Tesis. Magister Sains Akuntansi Program Pasca Sarjana Undip. Kirana, Annisa Lucia. 2010. Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Laporan Keuangan (Pada Kantor Akuntan Publik Komisariat Wilayah Bandung). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung Kusuma, Novanda Friska Bayu Aji (2012). Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi Dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Program studi akuntansi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Lubis,
Haslinda.
2009.
Pengaruh
Keahlian,
Independensi,
Kecermatan
Profesional dan Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Tesis, Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU. Mulyadi, 2002, Auditing. Penerbit: PT. Salemba Empat, Jakarta. Noveria. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Work Outcome. Salemba Empat : Jakarta Sawyer. 2006. Standar Profesional Audit Internal Edisi Lima. Konsius : Yogyakarta Tunggal, Amin Widjaja. 2008. Audit Manajemen. Jakarta : Rineka Cipta
17